jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/akuntabilit… · web...

118
Memaknai Kehadiran Akuntansi Kewirausahaan: Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Oleh: Whedy Prasetyo Abstract The importance of financial statements in any business entity causes of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) should prepare its financial statements based for financial accounting standards. However financial accounting standards are considered too complicated, so that many MSMEs in the regions do not complied financial statements from their economic activities. Faced with these circumstances, IAI issued Financial Accounting Standards Without Public Accountability (SAK-ETAP) as a standard that applied and the relevant guidelines for reporting financial information of MSMEs which are expected to help MSMEs in preparing financial statements as financial accountability. This article is explain to MSMEs financial reporting based on SAK- ETAP aims to understand the importance of the financial statements of MSMEs to economic decision making, so that all MSMEs can develop an understanding of its financial statements under SAK-ETAP, so that the financial statements of MSMEs can be standardized. Supporting to SAK-ETAP discuss and learning for accounting academic in entrepreneurship accounting. Keywords:Financial reporting, Micro,Small and Medium Enterprises (MSMEs), SAK-ETAP, and entrepreneurship accounting. Pendahuluan Model pembangunan ekonomi tidak terbatas pada kemampuan negara mengintegrasikan dirinya dengan ekonomi globalisasi Pengembangan dari Kajian Riset Penulis yang telah disampaikan pada Call for Papers “Update Ekonomi, Akuntansi, dan Bisnis Indonesia 2011” di Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta tanggal 28 Juni 2011 Dosen Jurusan Akuntansi FE Unej 1

Upload: dangtruc

Post on 30-Jul-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Memaknai Kehadiran Akuntansi Kewirausahaan:Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Oleh:Whedy Prasetyo

Abstract

The importance of financial statements in any business entity causes of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) should prepare its financial statements based for financial accounting standards. However financial accounting standards are considered too complicated, so that many MSMEs in the regions do not complied financial statements from their economic activities. Faced with these circumstances, IAI issued Financial Accounting Standards Without Public Accountability (SAK-ETAP) as a standard that applied and the relevant guidelines for reporting financial information of MSMEs which are expected to help MSMEs in preparing financial statements as financial accountability.This article is explain to MSMEs financial reporting based on SAK-ETAP aims to understand the importance of the financial statements of MSMEs to economic decision making, so that all MSMEs can develop an understanding of its financial statements under SAK-ETAP, so that the financial statements of MSMEs can be standardized. Supporting to SAK-ETAP discuss and learning for accounting academic in entrepreneurship accounting.

Keywords:Financial reporting, Micro,Small and Medium Enterprises (MSMEs), SAK-ETAP, and entrepreneurship accounting.

PendahuluanModel pembangunan ekonomi tidak terbatas pada kemampuan negara

mengintegrasikan dirinya dengan ekonomi globalisasi melalui perdagangan dan investasi, kemampuan menjaga kualitas dan kapasitas keuangan pemerintah, dan kemampuan pemerintah untuk menjaga setiap kontrak dan hak cipta terlindungi dengan baik. Sekarang ini, sangat penting untuk melibatkan langsung kemampuan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah (UMKM) dalam model pembangunan ekonomi di negara maju maupun di negara berkembang.

Bagi Indonesia yang pembangunan ekonominya bertumpu pada kekuatan konsumsi domestik, UMKM diyakini memiliki peran penting dan besar dalam model pembangunan ekonomi. Alasan utamanya adalah kinerja UMKM yang terbukti dari perkembangan berkelanjutan jumlah unit usaha UMKM, keberlanjutan kontribusi UMKM dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja serta optimisme UMKM terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Pengembangan dari Kajian Riset Penulis yang telah disampaikan pada Call for Papers “Update Ekonomi, Akuntansi, dan Bisnis Indonesia 2011” di Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta tanggal 28 Juni 2011 Dosen Jurusan Akuntansi FE Unej

1

Page 2: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Dukungan nyata perhatian dan keyakinan pemerintah untuk mengembangan UMKM diwujudkan dengan penetapan Kementrian Koperasi dan UKM. Upaya yang menunjukkan keteguhan, bahwa sistem perekonomian Indonesia membutuhkan UMKM yang tangguh. UMKM yang kuat akan berperan signifikan bagi kemajuan ekonomi bangsa. Diukur secara kuantitas, peranan UMKM saat ini cukup nyata, terlebih dilihat dari jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja yang tinggi sebagai solusi nyata pengurangan pengangguran. Selain juga sumbangsihnya yang lumayan besar bagi produk domestik bruto. Fakta yang mampu untuk meletakkan UMKM sebagai ekonomi strategis, yang perlu mendapat perhatian dan pengembangan secara konsisten dan berkelanjutan (Kompas, 9 Juli 2009).

Perhatian dan pengembangan UMKM memberikan upaya untuk dapat menata pengelolaan dana, selama tahun 2005-2012 data dari Kementrian Koperasi dan UKM menunjukkan hanya 10 persen UMKM yang memiliki sistem pembukuan. Sisanya berjalan tanpa pembukuan sehingga pengelolaan dana pun tidak jelas dan transparan, untuk itu pemahaman para pelaku UMKM dalam mengetahui pembukuan atas penyusunan laporan keuangan dari hasil aktivitas usahanya sangat ditekankan. Harapannya pengelolaan dana akan jelas dan dapat dipertanggungjawabkan (Kompas, 23 Mei 2012).

Penyusunan laporan keuangan yang terstandar bagi UMKM memberikan dorongan bagi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dengan menawarkan solusi ekonomi berbasis akuntansi melalui penerbitan standar Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), untuk pembangunan ekonomi berbasis UMKM. Sebagian besar UMKM terkategori feasible tidak bankable, sulit memperoleh dana kredit bank karena tak mampu menyediakan agunan dan atau laporan keuangan.

Standar ETAP pada umumnya adalah UMKM, jumlah UMKM sampai (Juni 2012) berdasarkan data Kementrian Koperasi dan UKM mencatat jumlah UMKM yang berjumlah 52,68 juta ditambah 132.000 unit koperasi, yaitu sebanyak 62 % (persen) sebagai usaha mikro, 32 % (persen) usaha kecil dan 6 % (persen) usaha menengah. Besarnya jumlah tersebut dikarenakan adanya PHK dan lulusan Perguruan Tinggi (PT) yang menjadi wirausaha. Namun apabila menekankan usaha mikro terlampau rendah untuk diharapkan dapat berakuntansi standar ETAP, maka standar ETAP sebagai upaya dirancang untuk sekitar 16,86 juta entitas meliputi 12,65 juta usaha kecil, 4,21 juta unit usaha menengah, 132.000 unit koperasi, serta 42.000 yayasan dan berbagai jenis ETAP lainnya. Usaha besar tertutup sekitar 1.680 unit usaha pada umumnya telah berhubungan dengan fasilitas kredit perbankan dan atau tergolong industri teregulasi ketat (entitas, asuransi, perbankan dan perusahaan investasi, dana pensiun, perusahaan efek dll) yang sukses menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Besar, sedang 342 unit usaha lain telah masuk bursa dan sudah sukses menerapkan PSAK Besar. Group usaha menggunakan PSAK Besar, termasuk anak perusahaan berskala menengah atau kecil karena akan dikonsolidasi dengan induk yang telah berakuntansi berdasarkan PSAK Besar.

Kontribusi sektor UMKM kepada pertumbuhan ekonomi sampai tahun 2012 (Juni) mencapai 62,4 % menyerap tenaga kerja 94,52 juta orang, memberikan kontribusi 22,6 % dari total ekspor atau USD 29,4 miliar. Jumlah ekspor yang seharusnya dapat ditingkatkan terus, idealnya di suatu negara perekonomiannya sebesar 55 % berasal dari ekspor. Pilar ekonomi Indonesia bertumpu pada ekonomi dalam negeri dengan pilar di UMKM, selanjutnya data statistik menegaskan kontribusi UMKM dalam menyediakan lapangan kerja yang jumlahnya sampai Bulan Juni 2012 mencapai sekitar 11 juta, besarnya 97 % terserap di sana, sementara hanya 3 % ada di usaha besar. Artinya, jika UMKM disentuh dengan benar, walaupun jumlah wirausaha Indonesia baru sekitar 400.000, mereka berdampak luar biasa. Ini terjadi seperti di Taiwan yang kira-kira 65 % ekspor mereka

2

Page 3: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

berasal dari UMKM dan China kira-kira 60 %. Sampai Bulan Juni 2012 jumlah wirausaha Indonesia baru sekitar 0,28 % dari total penduduk, setidaknya dapat mencapai minimal 2% seperti ditunjukkan oleh Malaysia 2,1 %, Thailand 4,1 %, dan Singapura 7,2 %. Upaya yang dapat membangun kepribadian penduduk Indonesia, bahwa negeri ini dibangun tidak oleh wacana politik untuk memenangi kursi perwakilan di legislatif dan eksekutif, dan lelah berwacana persoalan pemberatasan korupsi.

Namun dukungan untuk menumbuhkan UMKM tersebut, tidak sejalan dengan kemampuan UMKM di dalam memperoleh dana pembiayaan perbankan, padahal pertumbuhan ekonomi dari tahun 2009, 2010, 2011 dan sampai pertengahan 2012 ditentukan oleh sektor domestik melalui pertanian. Target pertumbuhan ekonomi 2012 adalah 9,2 %. Untuk mampu mencapai pertumbuhan 12 % dibutuhkan pertumbuhan investasi sekitar 30 % (Jawa Pos, 3 Juli 2012).

Dukungan perhatian para pelaku UMKM dalam menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pembuatan laporan keuangan akan mampu menunjukkan akses bagi UMKM untuk mempertanggungjawabkan keuangan dan kinerjanya, baik untuk kepentingan internal usaha maupun bagi pihak eksternal atas hasil usahanya (Prasetyo, 2008; Prasetyo dan Fatmawati Gf, 2011). Penyusunan Laporan keuangan UMKM sebagai upaya untuk menyakinkan pihak pembiayaan dalam pengambilan keputusan bantuan pembiayaan sebagai modal usaha, upaya yang mengharuskan UMKM untuk menyusun laporan keuangan (Umar, 2010).

Kehadiran standar ETAP yang telah diberlakukan efektif tanggal 1 Januari 2010, diharapkan meningkatkan kemampuan UMKM mendapatkan fasilitas kredit dan mendorong pertumbuhan investasi 2012. Peranan perbankan di dalam membantu pembiayaan UMKM didasarkan pada kemampuan UMKM untuk dapat menyusun laporan keuangan, tujuannya sebagai sarana pengamanan kredit niragunan. Demikan juga bagi perbankan syari’ah berbasis “bagi hasil” bersyarat debitur UMKM juga dituntut untuk mampu menyajikan laporan keuangan sebagai basis “bagi hasil” tersebut (Herani, 2010; Prestianto dan Srining P, 2010). Kajian artikel ini mendorong pelaku UMKM untuk melakukan penyusunan laporan keuangan berdasarkan Standar ETAP, sebagai upaya mengubah posisi UMKM menjadi feasible, auditable dan bankable, sekaligus sebagai dukungan atas keberadaan kurikulum perkulihaan akuntansi kewirausahaan bagi mahasiswa.

Kebijakan Akuntansi ETAP Standar ETAP yaitu standar mandiri (stang alone) terhadap PSAK Besar dan

PSAK Syariah. Penerapan PSAK ETAP untuk perusahaan yang tidak memiliki akuntabilitas publik atau menurut peraturan yang dikeluarkan oleh regulator, harus menggunakan Pernyataan ini dalam menerbitkan laporan keuangan, untuk tujuan umum kepada pengguna eksternal. Penyajian Laporan Keuangan yang wajar untuk Laporan Keuangan yang meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Penyajian wajar harus mempertimbangkan kepatuhan terhadap PSAK ETAP, kelangsungan usaha, frekuensi pelaporan, penyajian yang konsisten, informasi komparatif, materialitas dan agregasi, laporan keuangan yang lengkap dan identifikasi laporan keuangan. Neraca, harus menyajikan informasi atas aset, kewajiban dan ekuitas. Bab ini membahas sistem pengelompokan dan urutan penyajian atas informasi tersebut, serta informasi yang disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

3

Page 4: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Laporan Laba Rugi, menyajikan penghasilan dan beban untuk satu periode. Bagian ini membahas informasi yang harus disajikan dalam Laporan Laba Rugi, juga Catatan atas Laporan Keuangan serta analisa beban. Laporan Perubahan Ekuitas, menyajikan laba atau rugi entitas, pos penghasilan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan, dan jumlah investasi, dividen dan distribusi dari dan ke pemilik ekuitas selama satu periode. Laporan penghasilan dan saldo laba menyajikan laba atau rugi entitas dan perubahan saldo laba untuk periode yang bersangkutan. Laporan Arus Kas, memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu entitas yang memperlihatkan secara terpisah perubahan yang terjadi dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan selama periode yang bersangkutan. Suatu entitas harus melaporkan aktivitas arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu metode yaitu metode langsung atau metode tidak langsung. Catatan Atas Laporan Keuangan, berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (DSAK-IAI, 2009).

Bila memiliki, pada setiap tanggal neraca, entitas harus mengukur instrumen keuangan berikut pada harga perolehannya atau harga perolehan setelah diamortisasi (amortised cost), dikurangi dengan penurunan nilai instrumen keuangan terkait. Pengukuran persediaan dengan menggunakan metode nilai mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dengan harga jual dikurangi biaya penyempurnaan dan biaya penjualan. Entitas investor harus mencatat investasi di semua perusahaan asosiasi menggunakan salah satu dari (a) model biaya, atau (b) metode ekuitas. Tak akan banyak ETAP mempunyai aset berupa bukan aset tetap untuk operasi utama. Properti investasi hanya menggunakan cost model (Hoesada, 2009a).

Lebih lanjut Hoesada (2009b), menjelaskan bahwa pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan. Pengukuran setelah pengakuan awal-pemilihan kebijakan akuntansi aset tetap diukur pada harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai dengan metode biaya. Suatu aset tidak berwujud pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Namun jika aset tidak berwujud yang diperoleh dalam suatu penggabungan usaha, maka biaya perolehannya adalah nilai wajarnya pada saat perolehan. Mungkin sangat jarang terjadi penggabungan usaha pada ETAP. Seluruh penggabungan usaha harus menggunakan metode pembelian (purchase method). Setelah pengakuan awal, goodwill harus diamortisasi sebagai beban selama masa manfaatnya. Amortisasi goodwill menggunakan metode garis lurus.

Sewa diklasifikasi sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi. Dalam sewa pembiayaan, pada awal masa sewa, lessee harus mengakui hak dan kewajiban sebagai aset dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar dari properti yang disewakan. Pengukuran selanjutnya Lessee harus mengalokasikan pembayaran sewa sebagai beban dan pengurang atas saldo kewajiban. Dalam sewa operasi, Lessee mengakui pembayaran sewa (selain biaya untuk jasa-jasa seperti asuransi dan perawatan) sebagai beban dengan menggunakan dasar metode garis lurus, kecuali ada metode pengalokasian lain yang lebih representatif seiring dengan waktu dari manfaat penggunaan aset, walaupun metode pembayarannya tidak menggunakan dasar tersebut.

Dalam sewa operasi, Lessor harus menyajikan aset pada neraca sesuai dengan sifat dari aset tersebut. Lessor harus mengakui pendapatan sewa pada laporan laba rugi berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa, kecuali terdapat metode pengalokasian lain yang lebih representatif seiring dengan waktu dimana manfaat yang diterima dari aset

4

Page 5: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

tersebut berkurang. Lessor harus mengakui sebagai beban atas biaya-biaya yang terjadi, termasuk penyusutan dalam rangka memperoleh pendapatan sewa.

Dalam banyak hal ETAP, transaksi dagang ETAP amat sederhana sehingga tidak menimbulkan kewajiban diestimasi akibat dari transaksi masa lalu, dan besar kemungkinan (probable) bahwa entitas akan disyaratkan untuk mengalihkan manfaat ekonomis pada saat penyelesaian; dan nilai kewajiban tersebut dapat diestimasi dengan andal. Pada saat pengakuan awal, entitas harus mencadangkan suatu jumlah berdasarkan estimasi terbaik atas nilai kewajiban yang disyaratkan untuk dilunasi tersebut pada tanggal pelaporan. Pada pengakuan selanjutnya, entitas hanya boleh membebankan pada nilai penyisihan dengan berbagai pengeluaran terkait yang telah diakui pada penyisihan sebelumnya (Warsono, dkk, 2010: 115).

Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang belum pasti atau kewajiban kini yang tidak diakui, karena tidak memenuhi salah satu atau kedua kondisi: besar kemungkinan (probable) bahwa entitas akan disyaratkan untuk mengalihkan manfaat ekonomis pada saat penyelesaian; dan nilai kewajiban tersebut dapat diestimasi dengan andal. Entitas tidak diperbolehkan untuk mengakui suatu aset kontinjensi sebagai suatu aset. Pengungkapan tambahan mungkin diperlukan apabila arus pendapatan manfaat ekonomis besar kemungkinannya terjadi, namun kepastiannya belum ada, entitas harus mengungkapkan deskripsi dari sifat aset kontinjensi pada akhir tanggal pelaporan.

ETAP mungkin bisa berbentuk PT atau bentuk kelembagaan lain. Suatu entitas harus mengakui penerbitan saham atau instrumen ekuitas lainnya sebagai ekuitas , ketika entitas tersebut menerbitkan instrumen itu dan pihak lain berkewajiban untuk memberikan kas atau sumber daya lain kepada entitas tersebut sebagai pengganti instrumen tersebut. Entitas harus mengukur instrumen ekuitas pada nilai wajar dari kas atau sumber daya lain yang diterima atau piutang, setelah dikurangi dengan biaya langsung dari penerbitan instrumen ekuitas tersebut.

Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai wajar penghasilan yang diterima atau masih harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk jumlah diskon penjualan dan volume pengembalian yang diperbolehkan oleh entitas. Apabila aliran penerimaan kas atau setara kas ditangguhkan, dan perjanjian dapat diklasifikasikan sebagai transaksi keuangan, nilai wajar yang diperboleh adalah nilai kini dari seluruh penerimaan masa depan yang ditentukan berdasarkan tingkat bunga yang melekat. Dalam peristiwa jarang kemungkinan adanya aset-terklasifikasi yang dikontruksi menggunakan dana kredit. Entitas harus menghitung seluruh biaya pinjaman dengan menggunakan model beban. Entitas harus mengakui seluruh biaya pinjaman sebagai suatu beban dalam laba rugi pada periode dimana beban tersebut terjadi.

Entitas harus menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah persediaan akan turun nilainya (impaired). Entitas harus membuat penilaian dengan membandingkan jumlah tercatat masing-masing jenis persediaan (atau grup persediaan yang sama) dengan harga jual dikurangi biaya-biaya untuk menyelesaikan dan menjual persediaan tersebut. Entitas harus membuat penilaian baru atas harga jula dikurangi biaya-biaya untuk menyelesaikan dan menjual dalam setiap periode berikutnya.

Untuk aset non keuangan selain persediaan, entitas harus menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah terdapat indikasi bahwa ada Aset yang akan turun nilainya. Jika indikasi tersebut ada, entitas harus mengestimasi nilai wajar dikurangi dengan biaya untuk menjual aset tersebut. Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual adalah jumlah yang bisa diperoleh dari penjualan sebuah atau grup aset dalam transaksi antar pihak-pihak yang bebas (arm’s length transaction) antara pihak-pihak yang saling mengetahui dan tidak dipaksa, dikurangi dengan biaya penghentian aset tersebut. Pada setiap tanggal pelaporan,

5

Page 6: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

entitas harus menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada periode sebelumnya untuk aset masih ada atau menurun. Jika indikasi seperti ini ada, entitas harus mengestimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual aset.

Kesederhanaan akuntansi perpajakan diupayakan. Suatu entitas harus mengakui suatu kewajiban atas seluruh pajak penghasilan periode berjalan dan periode sebelumnya yang belum dibayar. Jika jumlah yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periode sebelumnya melebihi jumlah yang terutang untuk periode tersebut, entitas harus mengakui kelebihan tersebut sebagai aset. Suatu entitas harus mengakui suatu aset untuk manfaat terkait atas saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasikan untuk kewajiban pajak kini dan periode sebelumnya (Hoesada, 2009a).

Dukungan globalisasi dan perdagangan internasional, makin banyak ETAP bertransaksi dalam valuta asing. Entitas harus mencatat transaksi mata uang asing, pada pengakuan awal dalam mata uang fungsional, untuk sejumlah mata uang asing dengan menggunakan kurs tukar spot antara mata uang fungsional dan mata uang asing tersebut pada tanggal transaksi. Tanggal transaksi adalah tanggal dimana transaksi pertama kali memenuhi syarat pengakuan sesuai dengan Pernyataan ini. Untuk tujuan praktis, yaitu pada akhir setiap periode pelaporan,entitas harus menjabarkan transaksi moneter dalam mata uang asing menggunakan kurs penutup; menjabarkan transaksi non-moneter yang diukur dengan biaya perolehan historis dalam mata uang asing menggunakan kurs tukar pada tanggal transaksi; dan menjabarkan transaksi non-moneter yang diukur dengan nilai wajar dalam mata uang asing menggunakan nilai tukar pada saat nilai wajar ditentukan (Hoesada, 2009b).

Peristiwa setelah akhir periode pelaporan meliputi; seluruh peristiwa yang terjadi sampai ketika laporan keuangan diterbitkan, sekalipun peristiwa-peristiwa tersebut terjadi setelah tanggal pengumuman laba atau informasi-informasi keuangan tertentu lainnya ke publik. Entitas harus membuat penyesuaian terhadap nilai-nilai dalam laporan keuangan termasuk pengungkapan-pengungkapan tertentu, untuk mencerminkan penyesuaian atas peristiwa setelah akhir periode pelaporan. Jumlah-jumlah yang diakui atas peristiwa yang tidak memerlukan penyesuaian setelah akhir periode pelaporan, tidak boleh diakui dalam laporan keuangan. Dalam mempertimbangkan setiap kemungkinan hubungan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, ETAP harus menilai dari substansi hubungan dan bukan semata-mata dari bentuk hukum (Hoesada, 2009a).

Suatu ETAP memiliki aset tetap terbatas, sehingga mungkin sangat jarang melakukan penghentian operasi tanpa menyebabkan penghentian kesinambungan usaha. Suatu operasi yang dihentikan adalah suatu komponen entitas yang akan dilepaskan, atau diklasifikasi sebagai dimiliki untuk dijual, dan:

a). Mencerminkan suatu lini usaha atau wilayah operasi geografis utama yang terpisah;b). Merupakan bagian dari suatu rencana tunggal tertentu yang terkoordinasi untuk

melepas suatu lini usaha utama atau wilayah operasi geografis; atauc). Adalah anak perusahaan yang diperoleh secara eksklusif untuk dijual kembali.

PSAK ETAP berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010 (DSAK-IAI, 2009).

Menstandardisasi Laporan Keuangan UKM: Memahamkan SAK-ETAPUsaha kecil dan menengah (UKM) merupakan sektor kecil yang mampu

berdampak signifikan pada perekonomian tiap daerah. Dengan adanya UKM di suatu daerah, secara langsung maupun tidak dapat memberikan manfaat terhadap penyerapan tenaga kerja atas pengangguran yang terus meningkat. Secara singkat, kriteria UKM dapat diperhatikan dalam Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM sebagai berikut:

6

Page 7: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

a. Usaha Mikro: Usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria:

1) Aset < Rp 50juta 2) Omzet< Rp 300jutab. Usaha kecil: Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan/badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan/bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi:

1) Rp 50 juta < Aset < Rp500juta 2) Rp 300juta< Omzet < Rp 2,5 miliarc. Usaha Menengah : Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria:

1) Rp 500juta < Aset <Rp 2,5miliar 2) Rp 2,5 miliar < Omzet < Rp 50 miliar

Lebih lanjut menurut Pasal 5 ayat 1, kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000;3. Milik Warga Negara Indonesia;4. Berdiri sendiri,bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;

5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Namun Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2008 tersebut, tidak secara eksplisit menyebutkan ketentuan untuk menyelenggarakan akuntansi bagi UKM. Namun secara tersirat dinyatakan, adanya kebutuhan penerapan akuntansi bagi Usaha Kecil dan Menengah dalam pembinaan pengembangannya (Pasal 17). Perhatian pemerintah terhadap UKM yang sangat besar merupakan langkah strategis yang tepat dibutuhkan bangsa Indonesia (Warsono dkk, 2010:6). Bukti dengan pembentukan Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah merupakan cerminan kepedulian pemerintah terhadap UKM. Berikut informasi terkait dengan program-program unggulan pemerintah untuk menumbuhkembangkan UKM di Indonesia (sumber: www.depkop.go.id):a. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah memasukkan program Kredit Usaha

Rakyat (KUR) sebagai salah satu agenda prioritas. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong pengembangan UKM serta menggerakkan sektor riil.

b. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) minta dilibatkan sebagai penilai UKM yang layak mendapat dana program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) BUMN. Dana PKBL beredar (outstanding) saat ini mencapai Rp 1,5 triliun. Ditengarai bahwa UKM tidak mendapat manfaat banyak dari program PKBL tersebut (Jurnal Nasional, 10 Desember 2010).

c. Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB) KUKM hampir dipastikan hanya mampu merealisasikan Rp 400 miliar atau sekitar 47% dari anggaran yang tersedia (Rp 851 miliar) tahun ini. Untuk lebih mengoptimalkan penyaluran, LPDB mengimbau dinas-dinas kopperasi dan UKM mengajukan nama-nama KUKM yang perlu pembiayaan, terutama UKM yang feasible atau mungkin, namun belum bankable. Kebijakan yang

7

Page 8: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

selama ini diberlakukan dapat diubah dengan persetujuan Menteri (Bisnis Indonesia, 16 Desember 2009).

d. Kementerian Negara Koperasi dan UKM tengah mengevaluasi sekitar 400 peraturan daerah (perda) bermasalah yang dinilai membebani pelaku usahaUKM. Deputi bidang kelembagaan Kementerian Negara Koperasi dan UKM menjelaskan jika perda itu ternyata menghambat perkembangan UKM akan dilakukan pencabutan izinnya sesuai dengan undang-undang (UU). Dari 400 perda yang dievaluasi, sejumlah 63 diantaranya sudah dibatalkan, sedangkan targetnya sebanyak 160 perda dievaluasi. Sebanyak 40 perda yang dipandang bertentangan dengan UU adalah pajak dan retribusi, dan perda yang paling menonjol untuk dievaluasi adalah yang terkait dengan perizinan.

Penulis optimis bahwa di masa datang akan semakin banyak program inovatif yang dikembangkan pemerintah untuk menjadikan UKM, di samping koperasi sebagai soko guru perekonomian bangsa Indonesia. Meskipun dukungan pemerintah Indonesia sangat besar, menjadikan UKM berhasil bukan berarti tanpa kendala. Berikut ini tantangan UKM di Indonesia sebagaimana dikutip sebagian dari tulisan Mudrajad Kuncoro (2008) dalam Warsono, dkk (2010:7) :a. Ketiadaan pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi.

Kebanyakan UKM dikelola perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya.

b. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara, bahkan renternir.

c. Kekurang-jelasan status hukum sebagian besar UKM. Mayoritas UKM merupakan perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris, 4,7% tergolong perusahaan perorangan berakta notaris, dan hanya 1,7% yang sudah mempunyai badan hukum seperti misalnya PT / NV, CV, firma, atau koperasi. Pemaparan mengenai latar belakang UKM selanjutnya menganalisis peluang dan tantangan UKM dalam membangun perekonomiannya, dapat diketahui bahwa sebenarnya UKM sangat membutuhkan dorongan dan masukan serta partisipasi dari para akademisi untuk mengajarkan bagaimana pentingnya penyusunan laporan keuangan pada UKM.

Penyusunan laporan keuangan merupakan penjelasan atas laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan (Warsono, Darmawan dan Ridha, 2009: 62). Makna laporan keuangan secara umum tidak berbeda dengan makna laporan keuangan untuk Usaha Kecil dan Menengah. Fungsi laporan keuangan secara umum, juga tidak memiliki perbedaan yang sangat berbeda dengan fungsi laporan keuangan Usaha Kecil dan Menengah. Bagi usaha yang masih berskala kecil dan menengah, menyusun laporan keuangan adalah hal yang enggan dilaksanakan. Hal itu kerap sekali terjadi karena praktisi Usaha Kecil dan Menengah belum menyadari betapa pentingnya laporan keuangan dalam suatu usaha. Laporan keuangan dalam suatu usaha tidak hanya mengenai bagaimana men-debet atau meng-kredit suatu akun atas transaksi yang terjadi.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) perlu mengetahui tujuan dari kegiatan pelaporan keuangan. Berdasarkan SAK-ETAP, dijelaskan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna, dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan

8

Page 9: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

keuangan khusus, untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Untuk memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (DSAK-IAI, 2009).

Penyusunan laporan keuangan pada UMKM dapat didasarkan pada standar akuntansi keuangan. Seperti halnya standar akuntansi yang dianut oleh perusahaan atau entitas berskala besar, UMKM juga memiliki standar akuntansi yang relevan dan terspesialisasi. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan standar akuntansi untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik, atau Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Namun mengingat definisi UMKM sendiri sering berubah, maka untuk menghindari kerancuan, standar tersebut diberi nama Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP).

Pada umumnya, entitas tanpa akuntabilitas publik adalah UMKM, oleh karena itu pengguna SAK-ETAP akan banyak terdiri dari entitas dengan kategori UMKM. Penerbitan SAK-ETAP oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) ini adalah sebagai alternatif Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang boleh diterapkan oleh entitas di Indonesia, sebagai bentuk PSAK yang lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK Umum yang lebih rumit. Dengan harapan, praktisi-praktisi UMKM dapat menyusun laporan keuangannya berdasarkan pemahaman atas SAK-ETAP, sehingga laporan keuangan UMKM dapat terstandarisasi.

Penyusunan laporan keuangan pada UKM dapat didasarkan pada standar akuntansi keuangan yang telah berlaku sejak 1 Januari 2010. Seperti halnya standar akuntansi yang dianut oleh perusahaan atau entitas berskala besar, UKM juga memiliki standar akuntansi yang relevan dan ter-spesialisasi. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) meluncurkan standar akuntansi untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik, atau Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Nama standar tersebut dapat dikatakan unik, karena exposure draft nya diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan Menengah). SAK- ETAP berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2010, untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik, yaitu entitas yang memiliki 2 kriteria:1. Tidak memiliki akuntabilitas publik secara signifikan,2 Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

statements) bagi pengguna eksternal. Pada umumnya, entitas tanpa akuntabilitas publik adalah UKM, oleh karena itu

pengguna SAK-ETAP akan banyak terdiri dari entitas dengan kategori UKM. Penerbitan SAK-ETAP oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) ini, adalah sebagai alternatif PSAK yang boleh diterapkan oleh entitas di Indonesia, sebagai bentuk PSAK yang lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK Umum yang lebih rumit. Dengan harapan, praktisi-praktisi UKM dapat menyusun laporan keuangannya berdasarkan pemahaman atas SAK-ETAP, sehingga laporan keuangan UKM dapat terstandardisasi.

Kesulitan-kesulitan UMKM dalam hal pendanaan, merupakan hal yang sangat kerap sekali terjadi. Namun hal tersebut bukanlah merupakan tantangan yang tidak dapat terselesaikan apabila suatu UMKM memiliki laporan keuangan. Laporan keuangan UMKM disini berguna untuk persyaratan mutlak bagi pengajuan kredit pada bank maupun lembaga peminjaman uang lainnya. Melalui laporan keuangan, diri UMKM sendiri akan mampu mengevaluasi kinerja, mengetahui posisi keuangan, menghitung pajak serta menunjukkan keadaan keuangan UMKM kepada bank atau lembaga penjamin kredit (Warsono, dkk, 2010:1). Sehingga dengan adanya laporan keuangan UMKM yang sudah terstandardisasi berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP), diharapkan kendala-kendala yang dihadapi UMKM serta

9

Page 10: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

kekhawatiran pemerintah akan kelangsungan hidup (going concern) UMKM dapat teratasi, sebab UMKM telah memiliki laporan keuangan untuk mandiri dan berusaha untuk maju.

Tantangan dan Peluang Peran Perguruan Tingi: Akuntansi KewirausahaanPerlunya pemahaman pelaku UKM atas penyusunan laporan keuangan usahanya

dengan mendasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP), menuntut kehadiran pada kurikulum perguruan tinggi di dalam memberikan pemahaman pelaksanaan SAK-ETAP tersebut. SAK-ETAP dengan segala peraturan pelaksanaan menuntut pemahaman lebih lanjut kepada para mahasiswa khususnya mahasiswa akuntansi, sebagai pengembangan hadirnya kajian pendidikan di perguruan tinggi untuk memahami kehadiran laporan keuangan berdasarkan SAK-ETAP.

Pemahaman SAK-ETAP akan mendorong mahasiswa akuntansi untuk menerima penambahan kekayaan intelektual pendidikannya, dengan memahami secara keseluruhan kehadiran SAK-ETAP melalui akuntansi kewirausahaan, sebagai petunjuk di dalam pembuatan laporan keuangan bagi UKM. Laporan keuangan yang bertujuan, untuk menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (sterwardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Pemahaman akuntansi kewirausahaan berdasarkan SAK-ETAP, memfokuskan pada segala kebijakan akuntansi ETAP yang terdapat pada SAK tersebut. Pengaturan dan pengaplikasian yang jelas akan berbeda dengan pelaksanaan PSAK Besar dan PSAK Syariah. PSAK-ETAP mempunyai “keunikan” sesuai dengan Bab 9, bahwa kebijakan akuntansi ETAP merupakan prinsip, dasar, konvensi, aturan dan praktik tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya. Perusahaan kebijakan akuntansi, antara lain konsep tentang entitas harus menerapkan perubahan kebijakan akuntansi, sebagai akibat perubahan persyaratan dalam SAK ETAP sesuai dengan ketentuan transisinya, jika ada entitas harus menerapkan seluruh perubahan kebijakan akuntansi lainnya secara retrospektif, adalah praktis (mungkin perode berjalan) dan membuat penyesuaian korespondensi ke saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh.

Perubahan yang akan mendorong pemahaman bagi mahasiswa akuntansi untuk mempelajari dan memahami kehadiran SAK-ETAP tersebut. Dengan kemampuan mengetahui SAK-ETAP, sarjana akuntansi mampu membuka lapangan kerja dan pengaplikasi keilmuannya bagi berkembangnya UKM untuk membuat laporan keuangan usaha yang feasible, auditable dan bankable.

KesimpulanHasil kajian penulisan yang mampu membuktikan, bahwa untuk mencapai

transparansi tanggung jawab data keuangan UMKM, perlu untuk berakuntansi dengan kehadiran Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) dalam penyusunan laporan keuangannya. Standar yang dapat dipelajari UMKM untuk digunakan pada penyusunan laporan keuangannya.

Pentingnya penyusunan laporan keuangan mendorong UMKM berakuntansi berdasarkan SAK-ETAP. Berakuntansi SAK-ETAP akan memberikan standarisasi dan kemudahan dalam penyusunan laporan keuangan bagi UMKM sebagai daya tarik tersendiri supaya UMKM dapat menilai kinerja ekonomiknya. Selain itu, dengan berakuntansi SAK-

10

Page 11: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

ETAP UMKM dapat memenuhi persyaratan mutlak dalam pengajuan kredit kepada bank maupun lembaga penjamin kredit lainnya.

Dukungan yang akan membawa pada perlu pengembangan kurikulum perkulihaan tentang akuntansi kewirausahaan bagi mahasiswa untuk mempelajari dan memahami SAK-ETAP, bagi berkembangnya UKM untuk membuat laporan keuangan usaha yang feasible, auditable dan bankable melalui penyusunan laporan keuangan yang terstandardisasi atas dasar pemahaman SAK-ETAP.

Daftar Pustaka

Anonim. 2009. Inspiratorial Usaha Mikro, Kecil dan Menengah: Mendekati UMKM Demi Kemajuan Ekonomi. Harian Kompas. Kamis 9 Juli.

Anonim. 2012. Hanya 10 Persen yang Punya Sistem Pembukuan. Harian Kompas. Rabu 23 Mei.

Anonim. 2012. Perbankan Membantu Meningkatkan Pembiayaan UMKM. Harian Jawa Pos. Selasa 3 Juli.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI). 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Mei. Jakarta.

Herani, R. 2010. How do Entrepreneurs Respond to Uncertainty? Empirical Evidence from Indonesia SMEs. Makalah Call for Paper. Arah Kebijakan dan Peran Penelitian Ilmu Manajemen di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: 4-5 Februari.

Hoesada, J. 2009a. Standar Akuntansi Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Kebutuhan dan Tantangan. Prosiding Seminar Nasional Akuntansi Tiga Pilar Standar Akuntansi Indonesia (Peluncuran Standar Akuntansi Syariah dalam 3 Bahasa dan Standar Akuntansi ETAP (Usaha Kecil dan Menengah)). Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang: 17-18 Juli.

Hoesada, J. 2009b. Econocounting: Peranan Strategis Akuntansi Dalam Perekonomian Indonesia. Seminar Nasional Akuntansi Tiga Pilar Standar Akuntansi Indonesia (Peluncuran Standar Akuntansi Syariah dalam 3 Bahasa dan Standar Akuntansi ETAP (Usaha Kecil dan Menengah)). Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang: 17-18 Juli.

Prasetyo, W. 2008. Strategi Resource-Based dan Inovasi dengan Pendekatan Biaya Daur Hidup Produk Untuk Mencapai Keunggulan Daya Saing. Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 12. No.3: 241-260.

Prasetyo, W., & E. Fatmawati Gf. 2011. Menstandardisasi Laporan Keuangan UKM: Memahamkan SAK-ETAP. Makalah Call for Paper. Update Ekonomi, Akuntansi, dan Bisnis Indonesia 2011. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: 28 Juni.

Prestianto, B., & M. Srining P. 2010. Peran Product and Process Improvement terhadap Kinerja UMKM Studi pada UMKM Kota Semarang. Makalah Call for Paper. Arah Kebijakan dan Peran Penelitian Ilmu Manajemen di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: 4-5 Februari.

Umar, S. 2010. Pentingnya Komunikasi Pemasaran dan Pembiayaan oleh Swasta dalam Implementasi Knowledge Management pada UMKM Indonesia untuk Meningkatkan Daya Saing UMKM dalam Dunia Internasional. Makalah Call for Paper. Arah Kebijakan dan Peran Penelitian Ilmu Manajemen di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta: 4-5 Februari.

11

Page 12: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Warsono, S., A. Darmawan, & M. A. Ridha. 2009. Akuntansi Itu teryata Logis dan Mudah. Edisi Kedua. Penerbit Asgard Chapter.

Warsono, S., dkk. 2010. Akuntansi UMKM Teryata Mudah Dipahami dan Dipratikkan. Penerbit Asgard Chapter.

12

Page 13: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Pengaruh Kemampuan Pemakai Akhir Dan Penerimaan System Informasi Yang Berbasis Komputer Terhadap Kepuasan Pemakai Akhir.

( Studi pada Pelaksana Admnistrasi yang menggunakan system Informasi yang berbasis Komputer di Perguruan Tinggi di Blitar)

Oleh :Suprianto

AbstractThe study conducted for the reality that more intstitutions of both state and private in Blitar have been using based-computer IT service. It means to help the process in anything related to management og the institution such as the management cas of student administration, the teacher administration and employe hang financial administration. But ini IT operasional not working optimally and giving the level compesated for the user, this case is because of the level of complicated system , which used and currently computer technology and the system always grow in the time periods.The study pupose is to know the description of End user competency and Acceptance of Information System in Various Institution in Blitar. It is to know description of Beneficial System and The compensated of Computer End User ino various institutions in Blitar. To know significantly affekct from the benefical System for the compensatcd of end user. To know sifnificantly affect of the End User Competence for the compensated of end user Compentence for the compensated of end user and to know the significantly affect form Acceptance system for the compensated of End User.This study is using a quantitative approach with the kind of research of explanatory research. The study was done in 5 Institution in Blitar that is Univesity of Negeri Malang II (UM), University Islamic of Balitar (UIB), Kesuma Negara of Economic Colege (STIKEN), Academic Tax and Management of Indonesia (AMPINDO)and Helthy of Patria Colege (STIKES). The sampling method in this research is a purposive random sampling, because in this research, the sample wa chosen according to particular puposes. The consideration getting from the research is the chosen sample specifically an administration official directly (direct user) using based computer information System. So, ini this case the object studied in an employee in working unit which using database system into program package of based computer information system. The research is using various kind of technical collecting dat including, questioner, convertation and observation.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar Blitar 13

Page 14: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

The study result is to show a significantly form the variable of End-user competency and Accepance of Information System for Beneficial System silmutanenously. There was a significantly affect form the variable End User Competency and Acceptance of Information System Partially to Beneficial System and Significantly affect from the Benencial System for the compensated of End user, sigficantly affect form the variable of End User Compentence for the compensated of End user There is no sifnificantly affect form the variable of Acceptance of Information System for the compensated of End user.

Key word : Information System and End User

PENDAHULUAN

Latar BelakangPeranan Tekonologi Informasi (Information Technology/IT) dalam industri

perdagangan serta dunia pendidikan secara cepat meningkat selama setengah abad terakhir ini. saat ini IT mewakili kira kira setengah dari keseluruhan investasi modal secara global sementera itu kebanyakan tenaga kerja di Negara berkembang bergantung apda system informasi dantelekomunikasi yagn berbasis komputer (Yoginato, 1995). Kehadiran IT telah memungkinkan terjadinya efisiensi yang sangat signifikan dalam berbagai bidang kehiduan seperti efisiensi biaay dan siklus waktu. Hal ini memungkinkan diperolehnya suatu output produk organisasi yang lebih berkualitas

Yogiyanto (1995) dalam bukunya yang berjudu “Analisa dan Desain system Informasi” menyatakan IT yang dalamhl ini memfokuskan pada penggunaan komputer tidak hanya digunakan dalam system Informasi Manajemen (SIM) , tetapi realitanya SIM yangkompleks justru melibatkan elemen non komputer. Pengaruh pengguna komputer serta komputer itu sendiri sangat besar dalam pengaturan suatu organisasi sehingga pada akhirnya SIM selalu berhubungan dengan pengelolahan informasi yang berabasis komputer.

Alasan yang menjelaskan bahwa komputer meruapkaan alat yangpenting dalam SIM yang meodern. Pertama, kemampuan komputer yang bisa mengolah data. Komputer lebi unggul dalam menyerap atau mencatat data jika dibandingkan dengan daya ingat manusia, meskipun pengambilan keputusan tetap dilakukan oleh manusia. Kedua, pemakaian komputer penting dikarenakan teknologi ini sudah tersedia dimana mana dan dapat diperoleh dengan mudah dan relative murah, sehingga bila kemampuan financial dan kemampuan organisasi sudah memungkinkan untuk mengadakan system informasi manajemen berbasis komputer hendaknya organisasi tersebut bisa menyesuaikan diri.

Disisi lain, meskipun komputer mampu melakukan hal hal yang fantastik mengolah data, namun penggunaan SIM tetap tergantung kepada manusia. Kegagalan SIM antara lain dikarenakan adanya anggapan bahwa komputer dapat memecahkan setaip persoalan

14

Page 15: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

dalam organisasi, sehingga perlu diingat bahwa bagaimanapun juga komputer hanyalah sebuah alat , keberhasilan penggunaannya tergantung pada factor manusianya.

Pemanfaatan TI harus mengaah pada wujud perubahan organisasi mempengaruhi struktur, proses dan perubahan tak berwujud, mempengarhui kekuatan, kultur perusahaan dan komunikasi antar personal. System informasi berbasis komputer memiliki potensi dan keterbatasan – keterbatasan yag bisa ditolak untuk memperbaiki kinerja bisnis. Pertimbangan pokok persoalan social dan organsisasional sehubungan dengan aplikasi IT meruapakan hal yang serius.

Dalam penerapan SIM ada bebarapa factor yang dipandang cukup berpengaruh terhadap keberhasilannya. Faktor Faktor terseebut seperti kemampuan pemakaiannya dan daya penerimaan system informasi sebagaimana dikemukakakn oleh Sang M Lee (1995) bahwa factor “End User Ability” dan “Information System Acceptance” sangat berpengaruh terhadap pemanfaat system yang pada akhirnya sangat berpengaruh teradap tingkat kepuasan si pemakai. Selanjutnya menurut Bowen dalam Fred Davis (1989) dalam penelitiannya yang berjudul “Perceived Usefulness, Percived Easy to Use, and User Accptance of Information Technology” meyatakan teknologi informasi secara substansial mamapu meningkatkankerja, sementara pemanfaatan teknologi informasi sangat dipengaruhi oleh kemauan pengguna untuk menerima dan menggunakan ketersediaan system. Aspek perilaku dalam system informsi muncul karena mausai merupakan bagian yang sangat penting dalam system secara total (Martin Christoper dan Philip Powell,1992)

Lebih lanjut Martin christoper dan Philip Powell (1992) dalam bukunya yang berjudul “Information System A Managament Perspective” menaytakan secara ideal keberadaan dari sebuah system informasi berbasis komputer dengan suatu organisasi dpat diterima dnegan penuh antusias oleh para penggunanya , sebaga investasi yang sudah dikeluar untuk mendesain sampai denagn mengimplementasi suatu system tentu relative mahal. Salah satu factor yang menyebabkan dalam memanfaatkan system informasi adalah factor manusianya.

Menurut David O sear (1988) dalam penelitiannya yang berjudul “A cognitive Teory; management Information System Concpet” menyatakan perilaku seseorang angara lain ditentukan oleh caranya mengamati situasi social, inilah yan disebut dengan factor kognitif. Orang secara spontan akan mengoganisasi persepsi, pikiran dan keyakinan tentang situasi social ke dalam bentuk sederhana dan bermakna, seperti yang mereka lakukan terhadap obyek. Oleh karena itu pemahaman terhadap factor factor kognitif mempunyai peranan yang penting untuk mengentahui dan memprediksi derajat penerimaan pengguna pada system informasi manajemen sebagai suatu objek atau produk teknologi informasi. Penerimaan system informasi (Information System Acceplance ) merupakan tingkat kemauan dari seorang individu untuk memanfaatan system. Aspek kemauan pengguna untuk memanfaatan sistem secara optimal meruapakan faktor yang sangat penting untuk dikaji secara mendalam karena penolakan tehradap suatu sistem akan berdampak pada kegagalan dalam mengimplementasikan sebuah proyek sistem informasi (Sang M. Lee ata al 1995)

Dari keterangan keterangan di atas tampak jelas bahwa penerapan IT melalui SIM maka faktor manusia memegang peranan yang sangat penting terutama menyangkut

15

Page 16: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

kemampuan pemakai akhir dan penerimaan sistem informasi yang pada gilirannya sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan sistem dan kepuasan pengguna sistem

Sat ini banyak perguruan tinggi baik negeri dan swasta di kota Blitar telah menggunakan jasa IT yang berbasis komputer dalam membantu memproses segala persoalan yang menyangkut masalah pengelolaan perguruan tinggi yang bersangutan seperti pengelolaan maslah administrasi kemahasiswaan, administrasi tenaga pengajar,dan pegawai serta admnistrasi keuangan Perguruan Tinggi tersebut seperti Universitas Negeri Malang II, Universitas Islam Balitar, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Akademi Manajemen dan Perpajakan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Patria dll. Akan tetapi dalam operasional IT ini ternyata belum dapat berfungsi secara optimal apalagi dapat memberikan suatu tingkat kepuasan bagi penggunanya, hal ini disebabkan oleh tingkat kerumitan sistem yang digunakan dan makin muhtahirnya teknologi komputer dan sistem yang terlalu berkembang dari waktu ke waktu. Berdsarkan alasan alasan inilah mendorong kami untuk mengadakan penelitian dnegan mengambil topik seperti yang tercantum di muka. Adapun alasan lain adalah berdsarkan hasi observasi awal kami teryata kemampuan para operator dan pengembang sistem pada beberapa perguruan tinggi di Blitar ,masih jauh dari harapan , disis lain ada perguruan tinggi tertentu penerapan IT- nya sudah berjalan cukup baik. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian untuk mengungkapkan mengapa beberapa perguruan tinggi di Blitar pemakaian IT yang berbasis komputer belum berjalan secara optimal

Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas , maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut.1. Bagaimanakah deskripsi tentang kemampuan Pemakaiian Akhir dan Penerimaan

Sistem pada Perguruan Tinggi di Blitar?2. Bagaimanakah deskripsi tentang pemanfaatan sistem dan Kepuasan Pemakai Akhir

Komputer pada Perguruan Tinggi di Malang?3. apakah terdapat pengaruh yang signifian antara Kemampuan Pemakai Akhir dan

Penerimaan sistem informasi secara simultan terhadap Pemanfaatan Sistem4. apakah terdaapt pengaruh yang signifikan secara prasial antara Kemampuan

Pemakai Akhir dan Penerimaan sistem informasi terhadap Pemanfaatan Sistem5. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari Pemanfaatan Sistem terhadap Kepuasan

Pemakai Akhir?6. Apakah Terdapat pengaruh signifikan dari Kemampuan Pemakai Akhir terhadap

Kepuasan Pemakai Akhir7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari peneriman sistem terhdap terhadap

Kepuasan Pemakai Akhir

Tujuan PenelitianBerdasarkan perumusan masalah diatas, maka Tujuan yang henda dicapai dalam

penelitian ini adalah

16

Page 17: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

1) Untuk mengetahui deskripsi tentang Kemampuan Pemakai Akhir dan Penerimaan Sistem Informasi pada Perguruan Tinggi di Blitar

2) Untuk Mengetahui deskripsi tentang Pemanfaatan Sistem dan Kepuasan pemakai Akhir komputer pada Perguruan Tinggi di Blitar

3) Untuk Mengetahui pengaruh yang signifian antara Kemampuan Pemakai Akhir dan Penerimaan sistem informasi secara simultan terhadap Pemanfaatan Sistem

4) Untuk Mengetahui5) pengaruh yang signifikan secara prasial antara Kemampuan Pemakai Akhir dan

Penerimaan sistem informasi terhadap Pemanfaatan Sistem6) Untuk Mengetahui pengaruh signifikan dari Kemampuan Pemakai Akhir terhadap

Kepuasan Pemakai Akhir7) Untuk Mengetahui pengaruh yang signifikan dari peneriman sistem terhdap

terhadap Kepuasan Pemakai Akhir

Manfaat penelitianDalam hasil penelitian ini diharapkan :

1. Hasil Penelitian ini memberikaninformasi kepada Pengelola Perguruan Tinggi di Blitar tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan sistem yaitu terdiri dari Kemampuan Pemakai Akhir dan Penerimaan Sistem Informasi dan dampaknya terhadap Kepuasan Pemakai Akhir

2. sumbangan Teoritik hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi pengembangan ilmu Sistem Informasi Manajemen, untuk memperkaya Pengembagan Teori teori baru.

METODE PENELITIANJenis Penelitian

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif denga jenis penelitia explanatory reserach yaitu penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan variabel satu dengan variabel lainnya, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama.

Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di 5 Perguruan Tinggi di Blitar , yaitu Universitas Negeri

Malang II (UM), Universitas Islam Balitar (UIB), Sekolah Tinggi Ekonomi Kesuma Negara, Akademi Manajemen dan Perpajakan dan Sekolah Tinggi kesehatan Patria yang telah menggunaan sistem komputer dan telah memenuhi syarat untuk dijadikan obyek penelitian ini.

Unit AnalisisUnit analisis dalam penelitian ini adalah individu Yaitu Pelaksanaan Administrasi

yag mengoperasian tingkat bawah atau sering disebut ”Pemakai akhir tingkat menu” komputer di lokasi penelitian. Pemakai akhir tingkat menu merupakan pemakai akhir yang

17

Page 18: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

biasanya tidak mampu menciptakan perangkat lunak mereka sendiri, tetapi capt berkomunikasi dengan perangkat luna jadi dnegan menggunakan menu menu seperti yang ditampilkan leh Lotus, dBase dan Word Perfect (McLeod 1996).

Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini aldah semua tenaga administrasi yag mengoperasikan

komputer di Universitas Negeri Malang II (UM), Universitas Islam Balitar (UIB), Sekolah Tinggi Ekonomi Kesuma Negara, Akademi Manajemen dan Perpajakan dan Sekolah Tinggi kesehatan Patria. Data ya glebih lengkap tentang jumlah populasi dapat dilihat apda tabel 2. adapun perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dalam Uma (1997). Rumus slovin adalah sebagai berikut:

Nn =-----------------

1 + Ne²

Dimana n = Besarnya SampelN= Besarnya Populasie = % Kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolelir

No Nama Perguruan Tinggi Jumlah Populasi

Jumlah Sampel

1 Universitas Negeri Malang (UM) II 86 152 Universitas Islam Balitar (UIB) 114 223 Sekolah Tinggi Ekonomi Kesuma Negara (STIKEN) 80 144 Akademi Perpajakan dan Manajemen Indonesia 75 125 Sekolah Tinggi Kesehatan Patria Blitar. 108 19

Jumlah 473 82Sumber : Data Primer yang diolah (2010)

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive random sampling, karena dalam penelitian ini sampel yang dipilih berdsarkan tujuan tertentu saja (Sugiyono, 1998). Pertimbangan yang diambil dari penelian ini adalah sampel yang dipilih khusus tenaga pelaksanaan administrasi yang secara langsung (direct user) menggunakan sistem informasi berbasis komputer. Jadi dalam hal ini yang diteliti adalah petugas di unit kerja yang sudah memiliki sistem berabasis komputer program sistem informasi berbasis komputer

Jenis dan Sumber dataPenelitian ini menggunakan 2 Jenis data yaitu

a. Data PrimerYaitu jenis data yang didapat langsung dari tangan pertama. Dalam penelitian ini berasal dari Pelaksana Administrasi yang mengoperasikan (end user) komputer di

18

Page 19: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Universitas Negeri Malang II (UM), Universitas Islam Balitar (UIB), Sekolah Tinggi Ekonomi Kesuma Negara, Akademi Manajemen dan Perpajakan dan Sekolah Tinggi kesehatan Patria. Data tersebut menyangkut kemampuan pemakai akhir , penerimaan sistem informasi dan pemanfaatan sistem

b. Data SekunderYaitu data yang diperoleh dari pihak pengelola dari setiap lingkungan terhdaptnya. Sistem informasi Manajemen berada

Tekni Pengumpulan DataDalam Penelitian ini menggunakan Beberapa Jenis teknik pengumpulan data yaitu

meliputi :a. Teknik Kuesioner. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan

dengan variabel variabel bebas, variabel antara, dan variabel terikatb. Teknik Wawancara. Sebagai upaya untuk mengadakan konfirmasi dan untuk

melengkapi data yang terdahulu yang diperolehmelalui teknik kuesioner maka digunakan teknik wawancara

c. Teknik Observasi. Teknik ini digunakan untuk melihat dari dekat kondisi firisk obyek penelitian yaitu kondisi fisik subyek penelitian

Variabel PenelitianBerdasarkan model hipotesis yang telah dipaparkan maka secara operasional ada 4

variabel penelitian yang ditetapkan, yaitu :1. Variabel Bebas Penelitian terdiri dari : Kemampuan pemakai akhir (X1) dan

Penerima sistem Informasi (X2)2. Variabel Antara : Pemanfaatan Sistem Informasi (X3)3. Variabel Terikat : Kepuasan Pemakai Akhir (Y)

Pengukuran InstrumenPada variabel Kemampuan Pemakai Akhir,daftar peranyaan yang digunakan, telah

disediakan skala likert lima titik (5 point likert scale) mulaid dari 1=sangat rendah;2= Rendah; 3=Cukup; 4= Tinggi;5= Sangat Tinggi sedangkan variabel penerimaan Sistem Informasi (X2), pengukurannya dilakukan dengan menerapkan skala likert lima titik (5 point likert scale) mulaid dari 1=sangat Setuju;2= Setuju; 3=Cukup Setuju; 4= Kurang Setuju; 5= Sangat Tidak Setuju

Variabel Pemanfaatan sistem, seperti 3 fungsi pada tabel 1 di halaman 17 digunakan sebagai dasar penyusunan daftara pertanyaan yang penerapannya akan menggunakan skala likert lima titik (5 point likert scale) mulai dari 1=sangat sedikit sekali ;2= Sedikit ; 3=CukupBanyak ; 4= Banyak ;5= Sangat Banyak

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen

a. Uji Validitas

19

Page 20: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi dari alat ukur ang digunakan. Suatu instrumen pengkuran dikatakan valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur( Gujarati:1997). Uji validitas ini dimaksudkan untuk menguji instrumen penelitian yang mencerminkan pengkuruan konstruk seperti yang ada dalam kerangka teoritis. Jadi Validitas memberi gambaran keterpaduan butir butir insrtrumen (variabel terukur) antara satu dengan yang lainnya. Setelah diisi dan dikembalikan oleh responden, selanjutnya dihitung dandilihat validitasnya untuk masing masing item dengan cara melihat korelasi product moment dengan rumus

Sumber : Gujarati (1997)

Keteranganr = Nilai Korelasin = Banyaknya Sampelx = Nilai Skor item Xy = Nilai Skor item Y

1. Setelah dihitung Rxy. Dilihat Validitasnya dengan menggunakan Kriteria 0.8000 < Rxy ≤ 1.000 = Validitas Sangat Tinggi

0.6000 < Rxy ≤ 0.8000 = Validitas Tinggi0.4000 < Rxy ≤ 0.6000 = Validitas Cukup Tinggi0.2000 < Rxy ≤ 0.4000 = Validitas Rendah0.0000 < Rxy ≤ 0.2000 = Validitas Sangat Rendah

2. Dengan hasil Uji Coba validitas ini maka kuisioner tersebut dapat dilanjutkan ke penelitian untuk diuji reliabilitasnya . bila probabilitasnya hasil korelasi lebih kecil (<) dari 0,05% maka dinyatakan valid dan sebaliknya dinyatakan tidak valid

b. Uji Reliabiitas Uji Reliablitias dalam penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untukmengetahui konsistensi data yang diperoleh. Pengkuran rehabilitasi mengunakan indeks numeric yang disebut koefisisn. Uji reliabilitas ditetapkan untuk mengetahui apakah responden telah menjawab pertanyaaan secara konsisten atau tidak sehingga kesungguhan jawaban dapat dipercaya. Dalam hal ini apabila nilai koefisien ≥0.05, maka dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan tersebut reliable (Arikunto 1993). Adapun teknik uji Reliabilitas adalah reliabilitas internal,menggunakan rumus Alpha Cronbach (Arikunto.1993) dengan formula rumus Koefisien reliabilitas sebagai berikut:

Sumber : Arikunto, 1999

Dimana :R11 = Reliabilitas InstrumenK = Banyaknya butir pertanyaan

20

Rxy=N∑ xy−(∑ x )(∑ y )

√{N∑ x2−(∑ y )2}{N∑ y2−(∑ y )2}

r11=[ KK−1 ][1−∈σb2

σt 2 ]

Page 21: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

b ² = Jumlah Varians butir = Varian Total

Pendapat lain menjelaskan bahwa reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing masing indikator tersebut mengindikasikan sebuah konstruk atau faktor faktor laten yang umum. Adapun nilai besar variance extracted dapat dihitung mengunakan rumus sebagai berikut :

Nilai Variance ekstracted yang tinggi menunjukkan bahwa indikator – indikator tersebut telah mewakili secara baik kontruk laten yang dikembangkan. Nilai variance extracted ini direkomendasikan pada tingkat paling sedikit 0.05(Augusty.2000)

Analisa data Untuk analisa data digunakan dua jenis Analisa Yaitu

a. Analisa Deskriptif yaitu untuk menejlaskan gambaran tentang variabel bebas, variabel antara dan variabel terikat bebas, variabel antara dan variabel terikat

b. Analisa Regresi Berganda untuk mengetahui pengaruh variabel variabel bebas dengan variabel bergantung dan analisis variabel tergantung dengn dengan variabel terikat digunakan analisis regresi linier sederhana.

Teknik Analisis DataAnalisa data dalam penelitian digunakan dua teknik yaitu teknik analisa data yang menggunakan analisa deskriptif inferensial. Teknik desktriptif digunakan untuk mendeskripsikan masing masing variabel penelitain melalui analisis disribusi frekuensi, sedangkan untukmengetahui pengaruh ”kemampuan pemakai akhir” dan Penerimaan sistem informasi terhadap Pemanfaatan sistem”, pengaruh ”Pemanfaatan Sistem terhadap ”Kepuasan Pemakai Akhir,” pengaruh kemampuan pemakai akhir dan penerimaan sistem terhadap kepuasaan pemakai kahir digunakan analisis jalur atau Path Analysis dengan menggunakan Regresi (Singgih Santoso 2000). Semua analisis ini menggunakan Program SPSS for windows versi 16.00

Pengujian Asumsi Klasik Untuk memperoleh nilai pemerkira yang tidak bias dan efisien dari satu persamaan regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square), maka dalam pelaksanaan analisis data harus memenuhi asumsi klasik sebagai berikut:

a. Uji Kolinieritas Ganda (Multicoliniarity)Kolinieritas merupakan keadaan di mana terdapat korelasi yang sangat tinggi antar variabel

bebas dalam persamaan regresi. Menurut Gujarati (1991:172) dikatakan bahwa “Mulikolinieritas memiliki arti adanya korelasi linier yang tinggi (mendekati sempurna) di antara dua atau lebih variabel bebas” berarti, jika antara variabel bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain atau berkorelasi tetapi tidak lebih dari r kritis (mempunyai signifikasi p>0,05), maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Uji Multi Kolinieritas dilakukan dengan mengunakan Variance Inlanting Factor (VIF) bila VIF < 5% maka tidak terjadi multikolinieritas (Santoso ;1999)

21

Variance−Extracted=(∑ StdLoading )2

(∑ StdLoading )2+∑ δj

Page 22: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

b. Uji Homoskedastistas dan HeterokedastistitasHeteroskedostisitas duji dengan menggunakan uji koesfisien korelasi rank spearmen yaitu

mengkorelasikan antara absolute residual hasil regresi dengan semua variable bebas. Heteroskedostisitas adalah suatu keadaan yang masing-masing kesalahan penggangu memounyai varian yang berlainan. Bila signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka persamaan regresi tersebut mengandung heteroskedostisitas

Uji heterokedastisitas menggunakan metode Park terlihat bahwa pengaruh dari setiap variabel bebas yang telah di in kan terlebih dahulu terhadap kuadrat residual yang telah dihilangkan pula (Gujarati,1991). Variabel-variabel bebas tersebut tidak signifikasi, berarti terbebas dari heteroskedastisitas. Dengan demikian data untuk peramalan tersebut adalah termasuk kategori homokedastisitas.

c. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mendeteksi apakah distribusi data variabel bebas dan terikatnya adalah normal. Model regresi yang baik adalah mempunyai distribusi data normal atau mendwkati normal. Untuk menguji normalitas ini diketahui dari tampilan normal probability plot. Dengan ditunjukan jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi. Yang memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Sebagai kelengkapan dalam pemenuhan asumsi klasik dilakukan pula uni normalitas, dalam uni ini distribusi pengamatan yang dicapai dengan rata-rata sama dengan 0, dan standar deviasi sama dengan I, sebagaimana dalam distribusi normal standar dengan trasnformasi nilai-nilai pengamatan ke dalam skala Z (normal standar). Pengujian dilakukan dengan menggunakan SNIRNOV pada paket program SPPS for Window versi 10.0, hasilnya menunjukkan bahwa distribusinya adalah normal dengan demikian penggunaan regresi linear berganda dapat diterima.

Pengujian Korelasi dan RegresiAnalisa Korelasi Berganda

Untuk mengetahui arah dan kuatnya hubungan antar peubah-peubah dalam konsep Kualitas Pelayanan secara bersama-sama terhadap peubah Kepuasan Pasien (Y). Formula yang digunakan dalam korelasi adalah:

√n(a∑ y+b1 x1∑ y+b 2 x 2∑ y )−(∑ y )2

n∑ y2−(∑ y )Sumber : (Gujarati : 1992)

Keterangan :r = Koefisien korelasin = banyaknya sampelx = peubah yang mempengaruhi (bebas)y = peubah yang dipengaruhiSelain itu, interpretasi kuat lemahnya hubungan variabel yang terlihat juga

ditentukan oleh persoalan yang dihadapi. Menurut sugiarto berikut merupakan pedoman penilaian terhadap kriteria hubungan (Korelasi) variabel beba dengan variabel terikat.

22

r2

Page 23: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Nilai ( r ) Kriteria Hubungan0 Tidak ada korelasi0 – 0.5 Korelasi lemah0.5 – 0.8 Korelasi sedang0.8 – 1 Korelasi kuat1 Korelasi sempurna

Sumber : Sugiarto (2002)

Analisa Uji F Sedangkan untuk menentukan apakah signifikan/tidak dalam pengujian koefisien

korelasi berganda menggunakan uji F dengan rumus/Formula:

R2 / kFhit = (1 - R2)/(n – k - 1) (Sudjana, 1986;377)

di mana :F = Test hipotesis/pendekatan distribusi probalitas fischerR2 = Koefisien Korelasin = Jumlah sampelk = Jumlah peubah bebas

k-1 dan k-n menunjukkan derajat kebebasan, di mana persamaan di atas menunjukkan persamaan di atas menunjukkan hubungan antara F dan R2 dan nilai F tergantung pada R2.

Dalam pengujian F hitung uji hipotesis dapat dikatakan signifikan apabila F hitung > F tabel dan sebaliknya apabila F hitung < dari F tabel berarti tidak signifikan, R (Koefisien Korelasi) akan mempunyai nilai antara 0 dan 1, Bila R=0 berarti tidak ada hubungan yang mutlak. R=1 itu berarti menunjukkan hubungan yang muttlak antara peubah yang diteliti. Jadi semakin besar atau mendekati angka 1, nilai koefisien determinasinya semakin erat hubungannya dengan peubah yang diteliti.

Ho = RyX1Y2,…………., Xk = o, yang berarti tidak ada hubungan antara peubah-peubah X1, X2……..,Xn dengan peubah Y

Ha = RyX1Y2,…………., Xk > o, yang berarti ada hubungan antara peubah-peubah X1, X2……..,Xn dengan peubah Y

Analisa RegresiAnalisa ini digunakan untuk mengamati dan mengetahui sejauh mana pengaruh

yang ada dalam masing-masing peubah bebas terhadap peubah terikat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2.. + bkxkDi mana :Y = Peubah yang dipengaruhi X = Peubah yang mempengaruhia = Konstanta regresib = Konstanta regresi Linier

23

Page 24: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Apabila untuk menguji hipotesis empiris dapat digunakan hipotesis statistik sebagai berikut :Ho : xi xij (Xi mempunyai pengaruh paling kuat atau sama dengan Xij)Ho : xij (Xi mempunyai pengaruh paling kuat dibanding dengan Xij xi )

ANALISA UJI TAdapun untuk menguji koefisien tersebut digunakan untuk menguji t dengan

menggunakan formula sebagai berikut :

Sumber : Kerlinger,1987

Di manat = Pendekatan distribusi Probabilitasr = Koefisien korelasin = banyaknya sampel

Kriteria yang digunakan adalah :a) Menetapkan semua peubah yang bermakna dengan jalan melihat T hitung dan t

DF. Apabila t hitung> t DF maka bermakna dari yang bermakna tersebut ditetapkan koefisien yang paling besar kemudian dibandingkan dengan peubah yang lain.

b) Menerima H0 apabila :xi > xij

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Analisa Deskriptif Tentang Variabel PenelitianBerikut ini akan dipaparkan deskripsi variabel variabel penelitian denga analisis

distribusi frekuensi. Variabel variabel penelitian tersebut terdiri 2 buah variabel bebas yaitu kemampuan Pemakai akhir dan Variabel Penerimaan Sistem Informasi (X2), 1 buah Variabel antara yaitu Pemanfaatan System(X3) dan 1 buah variabel terikat yaitu Kepuasan Pemakai Akhir (Y)

Variabel Kemampuan Akhir (X1)Kondisi sesungguhnya dari kemampuan para responden tergambar dari jawaban

yang mereka sampaikan atas daftar pertanyan ang diajuakan dengan tujuan untuk mengukur variabel kemampuan pemakai. Rata rata tanggapan reponden berada pada taraf cukup mahir hal inidibuktikan oleh rata rata mena jawaban responden sebesar 3,68.Variabel Penerimaan Sistem Informasi(X2)

Secara umum responden cukup dapat menerima sistem yang diterapkan di perguruan tinggi yang bersangkutan hal ini dibuktikan oleh rata rata mean jawaban responden adalah 3,5.

24

t=√n−21−r2

Page 25: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Variabel Pemanfaatan Sistem(X3)Secara umum responden menyatakan cukup banyak memanfaatkn sistem yang

diterapkan di perguruan tinggi mereka. Hal ini dibuktikan oleh rata rata mean dari respon responden adalah 3,54.

Variabel Kepuasan Pemakai Akhir (Y)Secara umum Responden cukup Puas akan sistem yang diterapkan diperguruan

Tinggi mereka. Hal ini dibuktikan dari nilai rata rata mean jawaban responden adalah 3,52.

2. Validitas dan RealibilitasHasil uji validitas dan realivilitas instrumen penelitian sebagai berikut: dalam

penelitian ini ada 82 kasus dengan derajat kebebasan(df) 82-2=80. taraf signifikan 5%. Nili r tabel =0.220. nilai r Tabel ini digunakandasar untuk menilai r hitung tiap item instrumen. Jika r hitung lebih besar dari r tabel maka instrumen tersebut dikatakan valid. Sedangkan untuk menilai tingkat reabilitas item variabel maka didasarkan perhitungan alpha. Suatu instrumen dikatan realiabel jika alphanya lebih besar dari 0,5 (Ali Saukah, 2000).

Dari hasil Analisis diketahui alpah dari instrumen variabel ini adalah 0,792. dengan demikian dapat disimpulkan instrumen penelitian dapat disimpulkan instrumen penelitian untuk variabel X1 dikatakan valid dan reliabel.

Alpha instrumen ini sebesar 0,83 dari tabel dan keterangan diatas maka dapat disimpulkan instrumen penelitian untuk variabel X2 dikatakan valid dan reliabel.

Alpha instrumen ini sebesar 0,754 dari tabel dan keterangan diatas maka dapat disimpulkan instrumen penelitian untuk variabel X3 dikatakan valid dan reliabel.

Alpha instrumen ini sebesar 0,21 dari tabel dan keterangan diatas maka dapat disimpulkan instrumen penelitian untuk variabel Y dikatakan valid dan reliabel.

3. Pengujian Penyimpangan Asumsi KlasikUji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalaqh adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti antara variabel bebas. Untuk melihat atau pasti antara variabel multikolinieritas dapt diidentifikasi dengan melihat nilai VIF(Variance Inflanting Factor) variabel bebas, apabila nilai VIF >5 maka terdapat gejala multikol antara variabel bebas jika sebaliknya makat idak terjadi multikolinieritas (Santoso, 2000).

Dengan melihat nili VIF, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolnieritas karena nilai VIF semua variabel bebas lebih keci dari 5.

Uji HeterokedastisHasil uji heterokedastis dapat dilihat melalui sebaran data pada scaterplot.

Bilamana tidak ada pola tertentu atau teratur pada scatterplot maak dat telah memenuhi persyaratan uji regresi. Disamping itu untuk menguji heterokedsitisitas dapat juga dilakkukan melalui metode Spearmen rank correlation yaitu memandingkan nilai Sig(2-tailed) masing msing variabel bebas dnegan nilai sginifikan alpha sebesar

25

Page 26: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

5%. Jika nilai signifikannya lebih besar dari 0.05 maka tidak terjadi gejala heterokedastisitias, jika sebaliknya maka terjadi gejala hetero kedastisitas.

4. Analisa Data dan IntepretasiDalam analisis regresi dilakukan uji simultan atau uji F dan uji parsial atau uji t.

Adapun hasil perhitungan komputer yang dilakukan dengan program SPSS versi 16 dapat dilihat sebagai berikut:

Variabel Koefisien Regresi(B

)T hitung Probabilitas Beta R R ²Var

bebasVar

terikatX1 Z 0,287 3,143 0,0024 0,0003 0,333 0,110X2 0,279 3,791 0,0003 0,480 0,392 0,153

Rsquare 0,728 F.Hitung 105,523R² 0,720 probabilitas 0.000

Multiple R 0,8534 α 0,05Konstanta -0,123 N 82

Pengujian Hipotesis Kerja Satu (H1) Dari tabel tersebut dapt dilihat bahwa nilai F Hitung adalah 105,523 dengan angka probabilitas 0,000 (p<0,05),maka Hipotesis kerja (H!) diterima, yaitu terdapaqt pengaruh yang signifikan antara variabel Kemampuan Pemakai Akhir dan Penerimaan Sistem (X1 dan X2) terhadap Pemanfaatan sistem (X3) secara bersama sama (Simultan) dapat diterima.

R Square 0,728 dalam Penelitian ini yang digunakan adalah R Square yang disesuaikan (karena variabel bebas lebih dari satu) sebesar 0,720 ini mengandung makna bahwa terdapat pengaruh yangkuat antara variabel. Variabel variabel bebas X1 dan X2 terhadap variabel X3 sebesar 0,720 atau 72% dan selebihnya 0,280 atau 28% dipengaruhi oleh variabel lain yang diluar penelitian ini

Pengujian Hipotesis kerja Kedua (H2)Berdasarkan hasil analissi diperoleh informasi tentang uji parsial dari pengaruh tiap

variabel bebas terhadap variabel tgerika adalah sebagai berikut:Pada tabel menujukkan nilai p(0,0024) < α0,05. hal ini berarti secara parsial

terdapat pengaruh hang signifikan dari variabel kemampuan pemakai akhir terhadap pemanfaatan sistem taraf 95% Nilai koefisien determinan parsial(r²) 0,110 yang berarti variasi peruabahan permanfaatan sistem (X3) yang dapat dijelaskan oeh variabel kemampuan akhir (X1) sebesar 0,110. Nilai Koefisien B yang diperoleh adalaqh positip yaitu sebesar 0,287 dapat diartikan juka nilai kemampuan akhir dianikan sebesar satu satuan , maka nilai pemanfaatan sistem akan mingkat sebesar 0,287 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan.

Dari tabel nilai p(0,0003)< α0,05. hal ini berarti secara parsial ada pengaruh signifikan antara variabel Penerimaan sitem Informasi (X2) terhadap Pemanfaatan sistem(X3), taraf signifikan 95%. Nilai koefisien determenasi (r²) yang diperoleh adalah 0,1533 yang berarti variasi perubahan permanfaatan sistem (X3) yang dapat dijelaskan

26

Page 27: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

variabel penerimaan sistem sebesar 0,1533. Nilai Koefesien regresi (B) yang diperoleh adlaah positip yaitu 0,279 dapat diartikan bahwa jika nilai Penerimaan sistem Informasi dinaikan sebesar satu satuan , maka nilai Pemanfaatan sistem akan meningkat sebesar 0,278 dengan asumsi variabel lain konstanta.

Berdasarkan hasil analisis Regresi linier berganda yang ditampilkan dalam tabel maka dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut :X3 = -0,123 +0287X1+0,279X2

Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Kerja (H2) kedua yaitu ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel variabel bebas yaitu Kemampuan (X1),dan Penerimaaan sistem Informasi (X2) dapat diterima

Pengujian Hipotesis Kerja Ketiga (H3)Pengujian ini dilakukan untuk menjawab hipotesis kerja yang ke 3 untuk itu

berikkut ini disajikan hasil analisis regresi sederhana untuk menguji hipotesis kerja diatas.

Variabel Koefisien Regresi(B)

T hitung Probabilitas BetaVar

bebasVar

terikatX1 Z 0,953 12,431 0,0000 0,9668X2 0,0410 0,501 0, 6181 0,0389

Rsquare 0,871 F.Hitung 268,561R² 0,868 Probabilitas 0.000

Multiple R 0,9333 α 0,05Konstanta 3,387 N 82

Dengan melihat tabel diatas diketahui signifikan p=0,000 lebih kecil 0,05 berarti hipotesa (H3) dapat diterima artinya pengaruh yang signifikan ari variabel pemanfaatan Sistem (X3) terhadap Kepuasan Pemakai Akhri (Y). R Square = 0,871 yang berarti teradapat pengaruh yang signifikan sebesar 87% terhadap kepuasan pemakai akhir dan sisanya 23% dipengaruh oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

PENUTUP

KesimpulanDari hasil penelitian yang telah disajikan di depan maka disimpulkan:

1. Terdapat pengaruh yang signifika dari Variabel Kemampuan Pemakai Akhir dan Penerimaaan Sistem Informasi terhadap Pemanfaatan Sistem secara simultan hal ini dibuktikan Nilai bahwa nilai F Hitung adalah 105,523 dengan angka probabilitas 0,000 (p<0,05),maka Hipotesis kerja (H!) diterima, yaitu terdapaqt pengaruh yang signifikan antara variabel Kemampuan Pemakai Akhir dan Penerimaan Sistem (X1 dan X2) terhadap Pemanfaatan sistem (X3) secara bersama sama (Simultan) dapat diterima. R Square 0,728 dalam Penelitian ini yang digunakan adalah R Square yang disesuaikan (karena variabel bebas lebih dari satu) sebesar 0,720 ini mengandung makna bahwa terdapat pengaruh yangkuat antara variabel. Variabel variabel bebas X1

27

Page 28: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

dan X2 terhadap variabel X3 sebesar 0,720 atau 72% dan selebihnya 0,280 atau 28% dipengaruhi oleh variabel lain yang diluar penelitian ini.

2. Menujukkan nilai p(0,0024) < α0,05. hal ini berarti secara parsial terdapat pengaruh hang signifikan dari variabel kemampuan pemakai akhir terhadap pemanfaatan sistem taraf 95% Nilai koefisien determinan parsial(r²) 0,110 yang berarti variasi peruabahan permanfaatan sistem (X3) yang dapat dijelaskan oeh variabel kemampuan akhir (X1) sebesar 0,110. Nilai Koefisien B yang diperoleh adalaqh positip yaitu sebesar 0,287 dapat diartikan juka nilai kemampuan akhir dianikan sebesar satu satuan , maka nilai pemanfaatan sistem akan meningkat sebesar 0,287 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Dari tabel nilai p(0,0003)< α0,05. hal ini berarti secara parsial ada pengaruh signifikan antara variabel Penerimaan sitem Informasi (X2) terhadap Pebamanfaatan sistem(X3), taraf signifikan 95%. Nilai koefisien determenasi (r²) yang diperoleh adalah 0,1533 yang berarti variasi perubahan permanfaatan sistem (X3) yang dapat dijelaskan variabel penerimaan sistem sebesar 0,1533. Nilai Koefesien regresi (B) yang diperoleh adlaah positip yaitu 0,279 dapat diartikan bahwa jika nilai Penerimaan sistem Informasi dinaikan sebesar satu satuan , maka nilai Pemanfaatan sistem akan meningkat sebesar 0,278 dengan asumsi variabel lain konstanta. Berdasarkan hasil analisis Regresi linier berganda yang ditampilkan dalam tabel maka dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut :

X3 = -0,123 +0287X1+0,279X2

Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Kerja (H2) kedua yaitu ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara variabel variabel bebas yaitu Kemampuan (X1),dan Penerimaaan sistem Informasi (X2) dapat diterima

Saran1. Oleh karena melalui hasil penelitian dketahui pengaruh yang signifikan dari variabel

kemampuan pemakai akhir dan penerimaan sistem informasi terhadap kepuasan pelanggan maka kepada lembaga perguruan tinggi jika ingin mengembangkan sistem informasi manajemen yhang diaplikasikan di Perguruan Tinggi yang bersangkutan maka sebaiknya , sistem tersebut harus familiar artinya mudah dipahami dan dimengerti untuk diaplikasikan oleh tenaga tenaga operasional (End User).

2. Dari hasil penelitian menyangkut pengaruh kepuasan pemakai akhir, nampaknya terdapat hanya 52,7% yang mampu menjelaskan kepuasan pemakai akhir. Oleh karena itu disarankan bagi peneliti lebih lanjut variabel variabel lain manakah yang cukup berpengaruh terhadap kepuasan Pemakai Akhir.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, 1991. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktis , Rineka Cipta. Jakarta

28

Page 29: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

___________, 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta, Jakarta.

Assael H, 1987. Consumer Behavior and Marketing Action. Third Edition, Kent Publishing, Company Boston

Atha Sopoulos, Antreas, 2000. Cunstomer Satification cues to Support Market Segmentation and Explain Behavior

Azwar Azrul, 1996. Pengantar Administrasi . Cetakan Pertama, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta

Azwar, Saifuding. 1986. Reliablitas dan Validitas suatu intepratasi dan Komputasi, Liberty Yogyakarta

Barry, Leonard anda Parrassuraman, 1997. Listening to The Constumer the Consept of Seervice Quality Information system, Sloan Management Review Spring, pp 65-76

Christoper, Martin and Powell, Philip 1992. Information System A Management Perspective. Mc Graw Hil Book Company Europe

Compaeu, Deborah R dan Higgins Cristoper A.1995. Computer Self Efficacy Development of Measure and Initial Test. MIS Quarterly, Juni, 189-211

Gujarati, Damodar, 1997. Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zein. Erlangga. Surabaya

Igbaria Magid. Parasuraman, Saroj dan Baraoudi Jack. J 1996 Journal of Management Information System 13 page 127-143

Mc Leod Jr Raymond 1996. Sistem Informasi Manajemen Jilid 1 Diterjemahkan oleh Teguh Jakarta PT Prehallindo.

Sujana, 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi bagi para Peneliti, Tarsito. Bandung.

Yogiyanto. HM.1995. Analisa dan desain Sistem Informasi . Yogyakarta Andi Offset

29

Page 30: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

PEMERIKSAAN OPERASIONAL MANAJEMEN AKTIVA TETAP GUNA PENCAPAIAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

Oleh:Anang Dwi Putransu Aspranawa

AbstractThis research is case study about management operational fixed asset to reach Standart Operating Procedure (SOP) Operational auditee have purpose to audit the saving, effisiensy and efectivity which is start from earning, depreciation, until end user according to Standart Operating Proseduree. One of the aim from this research is to describe the fixed asset according SOP at company.Research methodology use to collect data are from field research, interview, observation, library research. The population is asset and sampling is the fixed Asset and technique sampling is purposive samplingResult from this research is company already use the good organizasional to have the controllable activity to minimize the citting and fraud which is can slowly and stopped performa company .

Keywords: Fixed Assets, SOP

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberi manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama menurun, kecuali manfaat yang diberikan oleh tanah. Aktiva tetap juga berbeda dari investasi jangka panjang. Meskipun keduanya dimiliki untuk masa lebih dari satu periode akuntansi, investasi tidak digunakan dalam operasi perusahaan yang utama.

Pada umumnya perusahaan melakukan investasi yang besar jumlahnya pada berbagai aktiva tetap. Pada perusahaan-perusahaan yang pada modal aktiva tetap kadang-kadang mencapai 75% dari total aktiva yang dimiliki. Oleh karena itu tidak mengherankan bila nilai rupiah aktiva tetap dalam neraca perusahaan seringkali jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan aktiva lainnya. Dalam laporan laba rugi, biaya yang berkaitan dengan penggunaan aktiva tetap, seperti biaya depresiasi dan biaya pemeliharaan, juga seringkali merupakan komponen yang cukup tinggi. Jumlah rupiah depresiasi mempunyai hubungan langsung dengan harga perolehan aktiva tetap. Bila nilai rupiah aktiva tetap

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar Blitar 30

Page 31: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

tinggi, maka dengan sendirinya depresiasi tahunan juga akan menjadi tinggi, demikian pula dengan biaya pemeliharaan aktiva tetap.

Agar sejalan dengan prinsip akuntansi yang lazim, aktiva tetap harus dicatat sebesar harga perolehan. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva, dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva tersebut siap untuk digunakan. Disamping itu juga harus diperhitungankan masalah depresiasi aktiva tersebut karena pengalokasian harga perolehan diperlukan untuk memberi perbandingan yang tepat antara pendapatan dan biaya, sebagaimana diminta oleh prinsip penandingan.

Selama masa pemakaian, kemampuan suatu aktiva untuk menghasilkan pendapatan dan jasa biasanya semakin menurun, baik secara fisik maupun fungsinya. Penurunan karena faktor fisik terjadi karena pemakaian dan keausan, sehingga secara fisik aktiva terlihat menurun, sedang penurunan dari segi fungsi adalah karena aktiva menjadi tidak memadai dan ketinggalan jaman. Apabila terjadi semacam tersebut maka perusahaan akan melakukan penghentian pemakaian aktiva yang dimaksud, untuk itu pertama-tama harus ditentukan dahulu nilai buku aktiva tetap. Nilai buku adalah selisih antara harga perolehan aktiva tetap dengan akumulasi depresiasi pada tanggal yang bersangkutan. Apabila penghentian terjadi pada suatu tanggal tertentu pada suatu tahun, maka depersiasinya harus dihitung sampai dengan saat penghentian. Selanjutnya nilai buku aktiva tetap harus dihapus dari pembukuan dengan mendebet rekening akumulasi depresiasi dan menghitung aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehan. Demikian pula yang bergerak dibidang jasa pemboran minyak lepas pantai (offshore). Dalam kegiatan operasional maka perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh bahan dan alat pengeboran minyak yang hight quality ini dan masa pakai alat tersebut dapat bertahan lama.

Dengan memakai alat pengeboran dalam hal ini aktiva tetap yang mempunyai mutu tinggi harapan dari perusahaan adalah kesinambungan produksi perusahaan dapat dipertahankan dan menghasilkan output yang memuaskan dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan perusahaan.Dengan demikian bagian pembelian aktiva tetap, harus memperhitungkan mulai dari harga perolehan, depresiasi dan penghentian pemakaian aktiva. Ini untuk menghindari kerugian yang ditanggung perusahaan yang diakibatkan kesalahan menentukan pilihan aktiva tetap yang dibeli oleh perusahaan.

B. Identifikasi MasalahSehubungan dengan latar belakang di atas, maka masalah yang dicari pemecahannya

adalah sebagai berikut:1. Prinsip yang digunakan dalam pemeriksaan operasional atas aktiva tetap guna

pencapaian standar operasi prosedur (SOP) yang diterapkan belum diterapkan2. Penerapan manajemen aktiva tetap mulai dari perolehan, depresiasi, sampai

dengan penghentian pemakaian yang masih belum sesuai dengan SOP3. Kemungkinan-kemungkinan yang terjadi apabila terdapat penyimpangan

terhadap penerapan prinsip pemeriksaan operasional atas aktiva tetap guna pencapaian standar operasi prosedur (SOP)

31

Page 32: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

C. Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “bagaimana penerapan manajemen

aktiva tetap mulai dari perolehan, depresiasi, sampai dengan penghentian pemakaian sudah sesuai dengan SOP?”

D. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan

a. Memberikan informasi tentang penerapan prinsip pemeriksaan operasional atas aktiva tetap mulai dari harga perolehan perhitungan depresiasi sampai dengan penghentian pemakaian aktiva tetap yang diterapkan.

b. Mempelajari kemungkinan-kemungkinan apabila terjadi penyimpangan terhadap penerapan prinsip pemeriksaan operasional atas aktiva tetap mulai perolehan, depresiasi, penghentian pemakaian.

2. Manfaat a. Merupakan wahana yang sangat berarti untuk menerapkan teori yang sudah

diterima dengan kenyataan yang ada di lapangan.b. Sebagai sarana untuk melatih diri berfikir kreatif, inovatif dalam

memecahkan masalah secara mandiri dan penuh dedikasi.c. Merupakan bahan masukan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

menentukan aktiva tetap dalam menunjang kelangsungan operasional dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari penggunaan aktiva tetap yang nantinya dapat meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan.

d. Sebagai referensi untuk peneliti lanjutan yang menggunakan tema penelitian yang sejenis.

KAJIAN PUSTAKAA. Pemeriksaan Operasional

1. Pengertian Pemeriksaan OperasionalPemeriksaan operasional mempunyai istilah yang berbeda-beda seperti management

audit, functional audit, sistem audit. Menurut. Arens, (1991:2). Pengertian pemeriksanaan operasional adalah: “An operational audit is a review at any part of an organization’s operating procedures and methods for the pupose of evaluating efficiency and effectiveness” Yang artinya : audit operasional merupakan penelaah atas bagian manapun yang prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai effiensi dan efektivitasnya.

Sedangkan untuk pemeriksaan operasional manajemen aktiva tetap ditegaskan oleh Agus (2000:182) yakni: “Pemeriksaan aktiva tetap merupakan salah satu bagian dari pemeriksaan operasional suatu organisasi yang mempunyai jangka waktu yang lama, dengan melakukan penelaahan yang mendalam apakah aktiva tetap yang dimiliki suatu organisasi dapat mendorong efisiensi dan efektifitas kerja organisasi.”

32

Page 33: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pemeriksaan OperasionalPemeriksaan operasional bertujuan untuk memeriksa kehematan, efiensi dan

efektifitas kegiatans erta untuk menilai apakah cara-cara pengolahan yang diterapkan dalam kegiatan tersebut sudah diterapkan dalam kegiatan tersebut sudah diterapkan dalam kegiatan tersebut sudah berjalan baik. Tujuan pemeriksaan operasional dari laporan-laporan komisi khusus pemeriksaan operasional dan manajemen, American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) yang berbunyi sebagai berikut: tujuan pemeriksaan operasional adalah untuk menilai kegiatan (prestasi performance) mengidentifikasi berbagai kesempatan untuk perbaikan serta mengembangkan rekomendasi bagi perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

3. Manfaat dan Keterbatasan Pemeriksaan OperasionalManfaat yang diperoleh dari pemeriksaan operasional sangat besar, salah satunya

adalah peningkatan laba perusahaan. Manfaat dari pemeriksaan operasional adalah:a. Identifikasi tujuan, kebijaksanaan, sasaran dan prosedur organisasi yang sebelumnya

tidak jelas.b. Identifikasi kriteria yang dapat dipergunakanc. Evaluasi yang independen dan obyektif atas suatu kegiatan tertentud. Penetapan apakah organisasi sudah mematuhi prosedur, peraturan, kebijaksanaan,

serta tujuan yang telah ditetapkan.e. Penetapan efektifitas dan efisiensi sistem pengendalian manajemenf. Penetapan tingkat keandalan (reliability) dan kemanfaatan (usefulness) dari berbagai

laporan manajemen.g. Identifikasi daerah-daerah permasalahan dan kemungkinan juga penyebabnya.h. Identifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan

laba, mendorong pendapatan, dan mengurangi biaya atau hambatan dalam organisasi.i. Identifikasi berbagai tindakan alternatif dalam berbagai daerah.

Selain manfaat yang diperoleh juga terdapat keterbatasan dari pemeriksaan operasional yakni tidak dapat memecahkan semua masalah. Batasan utamanya adalah:a. Waktu : pemeriksaan harus menghasilkan temuan yang dapat dipergunakan

manajemen untuk pengambilan keputusan secepat mungkin, sedangkan pemeriksaan yang teliti membutuhkan waktu yang lama.

b. Tingkat keahlian : tidak mungkin seorang pemeriksaan memahami semua disiplin ilmu yang ada, oleh karena itu pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa harus sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.

c. Biaya : pemeriksaan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, padahal tujuan utama pemeriksaan agar diperoleh penghematan. Biaya pemeriksaan itu sendiri harus lebih kecil daripada jumlah uang yang berhasil dihemat.

4. Jenis-jenis Pemeriksaan OperasionalPemeriksaan operasional dapat digolongkan menjadi tiga jenis pemeriksaan, yaitu:

a. Functional : pemeriksaan dilaksanakan berdasarkan fungsi-fungsi operasi dalam perusahaan

33

Page 34: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

b. Organizational : pemeriksaan berhubungan dengan seluruh unit organisasi seperti departemen atau cabang. Yang ditekankan disini adalah bagaimana tingkat efisiensi dan efektifitas tiap-tiap fungsi dan perlu diperhatikan pula rencana dan metode dan mengkoordinasi aktivitas-aktivitas organisasi.

c. Special assigment : jenis pemeriksaan operasional yang timbul atas permintaan manajemen. Misalnya untuk melacak kemungkinan salah dalam melakukan order barang, memberikan rekomendasi untuk mengadakan pembelian barang yang sesuai.

5. Teknik-teknik Pemeriksaan OperasionalDalam pemeriksaan operasional, porsi wawancara lebih besar dari teknik lainnya.

Teknik pemeriksaan dikelompokkan sebagai berikut:a. Pengamatan

Pengamatan merupakan peninjauan atas suatu proyek secara hati-hati dan ilmiah. Biasanya pengamatan dilakukan pada fase pendahuluan. Hasil pengamatan merupakan titik tolak bagi strategi pemeriksaan berikutnya, sehingga pengamatan sebenarnya memerlukan penugasaan yang lebih lanjut dilangkah berikutnya, misalnya analisa dan penyelidikan.

b. WawancaraWawancara merupakan upaya mendapatkan informasi melalui lisan. Namun demikian, dalam arti wawancara dapat juga dilaksanakan secara tertulis dengan memberikan semacam kuisioner kepada pihak yang diwawancarai.

c. AnalisaDidalam analisa, pemeriksa mencoba untuk menguraikan informasi yang diperolehnya kedalam unsur-unsur yang lebih terperinci sehingga dapat diketahui unsur-unsur mana yang penting yang terjadi berulangkali dan kepentingan-kepentinan lainnya dari informasi tersebut. Dari sana pemeriksa dapat melihat adanya hubungan-hubungan penting antara satu unsur dengan unsur lainnya yang sebelumnya tidak tampak karena unsur-unsur tersebut saling menutup.

d. VerifikasiVerifikasi dipergunakan untuk mengukuhkan apa yang tertulis dikaitkan dengan fakta yang ada, atau untuk membuktikan kebenaran dari suatu pernyataan. Dalam pemeriksaan operasioanl verifikasi dapat juga diartikan sebagai konfirmasi cross check, vouching, dan sebagainya.

e. PenyelidikanPenyelidikan baru dilakukan setelah adanya indikasi. Indikasi sendiri meupakan hasil dari langkah-langkah sebelumnya, seperti: wawancara, pengamatan ataupun verifikasi. Penyelidikan merupakan proses alami mendalami yaitu berupaya untuk mengupas secara eksentif atau permasalahan yang perlu dijabarkan, diuraikan atau diteliti, guna mendapatkan kebenaran atas suatu kegiatan atau proses kegiatan.

f. Evaluasi Merupakan langkah terakhir sebelumnya dihasilkan kesimpulan pemeriksaan. Evaluasi memerlukan pertimbangan keahlian. Dengan demikian evaluasi sedikit

34

Page 35: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

banyak dapat mencerminkan keahlian professional pemeriksa. Kemampuan ini akan tercermin didalam saran dan rekomendasi yang diberikan oleh pemeriksa.

6. Tahapan dalam Pemeriksaan OperasionalTahapan dalam pemeriksaan operasional terdiri dari:

a. Survei PendahuluanTujuan dari survei pendahuluan adalah untuk mendapatkan informasi umum dan latar belakang dalam waktu yang relatif singkat, mengenai semua aspek dari organisasi, kegiatan, program atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa agar dapat diperoleh pengetahuan atau gambaran yang memadai mengenai objek pemeriksaan.

b. Penelaahan dan Pengujian atas Sistem Pengendalian ManajemenUntuk mengevaluasi dan menguji efektifitas dari pengendalian manajemen yang terdapat di perusahaan. Biasanya digunakan Internal Control Questionnaaires (ICQ), Flow Chart dan penjelasan naratif serta dilakukan pengetesan atas beberapa transaksi (Walk through the document)

c. Pengujian TerinciDalam tahapan ini auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup, kompeten, material dan relevan untuk dapat menentukan tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan manajemen dan pegawai perusahaan yang merupakan penyimpangan terhadap kriteria dalam firm audit objective, dan bagaimana effects dari penyimpangan-penyimpangan tersebut dan besar kecilnya effects tersebut yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

d. Pengembangan LaporanTemuan audit harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran dan harus direview atau audit manager sebelum didiskusikan dengan auditee. Komentar dari auditee mengenai apa yang disajikan dalam konsep laporan harus diperoleh (sebaiknya secara tertulis). Auditee bisa saja berbeda pendapat mengenai mengenai temuan dan perbedaan pendapat tersebut harus dicantumkan dalam laporan audit.

B. Aktiva Tetap1. Pengertian Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah aktiva berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberi manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama menurun. Hal ditegaskan pendapat dari Syamsudin (2001:410) yang mengatakan : “Aktiva tetap adalah asset yang dimiliki perusahaan yang mempunyai masa pakai lebih dari satu tahun tetapi nilai menurun seiiring dengan pemakaian yang terjadi kecuali tanah tidak dapat disusutkan dan bahkan nilai setiap tahun bertambah”

Menurut Riyanto (1980:154) : “Karakteristik yang membedakan aktiva tetap, dari aktiva lancar berujud seperti perlengakapan kantor, ialah bahwa perlengakapan yang dimiliki untuk digunakan dalam satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan. Aktiva tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam jangka waktu yang lebih panjang,

35

Page 36: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

biasanya meliputi beberapa periode akuntansi”. Aktiva tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung perusahaan.

2. Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan di seputar lokasi perusahaan yang dibangun perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.

3. Gedung, seperti gendung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan gudang4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan dan

meubel.

2. DepresiasiDepresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya

selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistimatis. Pengalokasian harga perolehan diperlukan untuk memberi perbandingan yang tepat antara pendapatan dan biaya, sebagaimana diminta oleh prinsip penandingan. Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan, bukan proses penilaian aktiva. Perubahan harga aktiva tetap yang terjadi di pasar, tidak perlu dicatat dalam pembukuan perusahaan, karena aktiva tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan, bukan untuk dijual kembali. Oleh karena itu, nilai buku aktiva (harga perolehan dikurangi akumulasi depresiasi), bisa sangat berbeda dengan harga pasar aktiva yang bersangkutan.

Selama masa pemakaian, kemampuan suatu aktiva untuk menghasilkan pendapatan dan jasa biasanya semakin menurun, baik secara fisik maupun fungsinya. Penurunan karena faktor fisik terjadi karena pemakaian dan keausan, sehingga secara fisik aktiva terlihat menurun. Mudah dimengerti bahwa sebuah truk yang telah dipakai sejauh 100.000 kilometer akan dipandang kurang nilainya dibandingkan dengan truk yang baru dipakai 1.000 kilometer. Demikian pula truk yang biasa beroperasi di daerah pantai yang udara dan airnya mengandung garam akan lebih cepat aus bila dibandingkan dengan truk yang beroperasi jauh dari pantai. Sedang penurunan dari segi fungsi adalah karena aktiva menjadi tidak memadai dan ketinggalan jaman.

Pengakuan atas depresiasi aktiva tetap tidak berakibat adanya pengumpulan kas untuk mengganti aktiva lama dengan aktiva yang baru. Saldo rekening akumulasi depresiasi menggambarkan jumlah depresiasi yang telah dibebankan sebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.

3. Penghentian Pemakaian Aktiva Tetapa. Penghentian pemakaian

Apabila suatu aktiva tetap akan dihentikan, maka pertama-tama harus ditentukan dahulu nilai buku aktiva tetap tersebut. Nilai buku adalah selisih antara harga perolehan aktiva tetap dengan akumulasi depresiasi pada tanggal bersangkutan. Apabila penghentian terjadi pada suatu tanggal tertentu pada suatu tahun, maka depresiasinya harus dihitung sampai dengan saat penghentian terjadi. Selanjutnya nilai buku aktiva tetap harus dihapus dari pembukuan dengan mendebet rekening akumulasi depresiasi dan mengkredit aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehannya.

36

Page 37: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Bila peralatan itu masih dipakai maka aktiva tetap dan depresiasinya harus dilaporkan dalam neraca, walaupun sudah didepresiasi lagi, sampai aktiva tersebut dihentikan pemakaiannya. Namun bila depresiasi telah dilakukan penuh, maka perusahaan sudah tidak perlu melakukan pencatatan depresiasi lagi. Jumlah depresasi tidak boleh melebihi harga perolehan aktiva yang bersangkutan. Apabila aktiva tetap dihentikan pemakaian sebelum aktiva tersebut didepresiasikan penuh dan aktiva bekas tidak laku dijual maka perusahaan mengalami kerugian.

C. Standar Operasi Prosedur1. Pengertian Standar Operasi Prosedur

Standar operasi prosedur adalah standarisasi tindakan mulai dari Planning (Perencanaan), Organizing (Mengorganisasi), Actuating (Pelaksaaan), Controlling (Pengkajian), dan Monitoring and Evaluating (Pemantauan dan pengevaluasian), terhadap semua sistem kinerja yang dibuat oleh perusahaan.

2. Tujuan Standart Operasi Prosedura. Tujuan Umum

Tujuan dari standar operasi procedure di perusahaan adalah untuk memberi arahan yang pasti bagi pelaksanaan kerja mulai dari top manager sampai dengan karyawan. Dengan demikian akan mengeliminasi kesalahan persepsi antara atasan dan bawahan dalam pelaksanaan kerja/proyek.

Lebih tegas Syah (2004:233) menyatakan : “Dengan penerapan standar operasi prosedur yang jelas maka perusahaan mempunyai arahan yang pasti dan nantinya akan membawa peningkatan laba perusahaan”. Dengan pernyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa standar operasi prosedur salah satu kunci perusahaan dalam mencapai laba yang diinginkan.

b. Tujuan UtamaDengan standar operasi prosedur yang mantap maka diharapkan perusahaan

mendapatkan laba yang diinginkan dan mendapatkan kepercayaan penuh dari konsumen, mitra kerja dan pemerintah. Perusahaan-perusahan yang sudah akuntabilitas, realibilitas, solvabilitasnya tinggi akan mencari dan memperoleh sertifikasi (pengakuan) dari lembaga ISO (International Standar Organization), suatu organisasi internasional untuk sistem mutu atau manajemen mutu yang merupakan standar arahan dan pedoman mengenai apa yang harus dilakukan dalam proses pelaksanaan kegiatan atau produksi.

c. Penyusunan standar operasi prosedurPenyusunan standar operasi prosedur dilaksanakan oleh orang yang berkecimpung

langsung dengan memandang perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pada setiap perusahaan dengan bidang kegiatan yang berbeda maka standar operasi prosedurnya akan berbeda. Perusahaan yang bergerak dalam konstruksi bangunan akan sangat jauh berbeda dengan perusahaan yang mengahsilkan barang. Perusahaan konstruksi akan menerapkan prosedur mulai dari perencanaan gambar, perencanaan material dan pengiriman,

37

Page 38: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

pengerjaan awal, pengerjaan pembangunan, dan pengerjaan akhir. Sedang perusahaan yang menghasilkan produk akan menerapkan prosedur mulai dari pembelian bahan, produksi, promosi, pemasaran produk jadi.

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel.1. Populasi

Menurut Suharsimi (2003:105) yang dimaksud populasi adalah “keseluruhan subyek penelitian”. Sedangan menurut Sudjana (2004:10) populasi adalah “hasil dari perhitungan atau pengukuran kuantitatif atau kualitatatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya” berdasarkan dari pernyataan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh operasional aktiva tetap yang ada pada , yaitu : perolehan, depresiasi dan penghentian pemakaian, dengan variabel-varibel sebagai berikut : 1) Pemeriksaan Operasional, 2) harga perolehan, 3) Depresiasi 4) Penghentian aktiva tetap, 5) Penjualan aktiva tetap, 6) Standar operasi prosedur.

2. SampelSampel adalah sebagaian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti yang

dapat mewakili terhadap seluruh populasi. Berdasarkan dari pernyatan tersebut yang menjadi sample adalah data-data yang terkait dengan penanganan aktiva tetap mulai harga perolehan, depresiasi sampai dengan penghentian pemakaian.

B. Metode dan Teknik Analisa Data1. Metode Analisa Data

Metode analisis data yang kami gunakan dalam skripsi yang kami susun adalah metode analisis data teoritis, yang gunakan untuk menganalisis aktiva tetap mulai dari perolehan, depresiasi sampai dengan penghentian pemakaian.

2. Teknik Analisis DataTeknik analisis data menggunakan teknik deskriptif yakni : data yang telah

terkumpul dibandingkan, antara teori-teori dan atau konsep tentang penanganan aktiva tetap mulai perolehan, depresiasi sampai dengan penghentian aktiva tetap. Selanjutnya dari beberapa teori yang dikernukakan oleh beberapa ahli tersebut dianalisis dan dikomparasikan dengan kenyataan di lapangan. PEMBAHASANA. Perencanaan Pemeriksaan

Dalam melaksankan suatu pemeriksaaan, seorang auditor harus mengadakan perencanaan pemeriksanaan terlebih dahulu. Demikian halnya dalam melaksanakan pemeriksaan atas pelaksanaan operasional manajemen aktiva tetap di . Untuk mendukung hal tersebut maka harus disusun rencana pemeriksaan untuk mengumpulkan informasi dan

38

Page 39: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

bukti-bukti yang relevan dengan pelaksnaan manajemen aktiva tetap yang akan diperiksa. Setelah informasi dan bukti-bukti atas hal tersebut dikumpulkan, maka dilakukan pengikhtisaran informasi dalam bentuk yang tepat sehingga dapat dievaluasi untuk menetapkan tujuan dilaksanakannya pemeriksaan. Rencana pemeriksaan yang akan disusun dalam tahap ini adalah yang bersifat umum. Maksudnya, mencakup keseluruhan tahap pemeriksaan.

Berikut ini disajikan pemeriksaan yang dirancang untuk pemeriksanaan operasional atas manajemen aktiva tetap yang dilakukan di Rencana Pemeriksaan Operasional atas Manajemen Aktiva Tetap pada:

1. Latar belakang kegiatan yang diperiksaKegiatan yang akan diperiksa adalah manajemen aktiva tetap pada . Dimana dari kegiatan operasional manajemen aktiva disini untuk mengetahui apakah ada kelemahan-kelemahan pada manajemen aktiva tetap guna pencapaian standart operasi prosedur.

2. Tujuan pemeriksaanUntuk memeriksa apakah operasional manajemen aktiva tetap guna pencapaian standart operasi prosedur telah dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis. Secara rinci tujuan pemeriksaan operasional manajamen aktiva tetap guna pencapaian standart operasi prosedur antara lain :a) Untuk menilai apakah prinsip yang digunakan dalam pemeriksaan operasional

atas aktiva tetap guna pencapaian standar operasi prosedur (SOP) yang diterapkan sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.

b) Untuk menilai tingkat keberhasilan operasional manajemen aktiva tetap dalam pencapaian standart operasi prosedur mulai dari harga perolehan, depresiasi, sampai dengan penghentian pemakaian sudah sesuai dengan SOP.

c) Menilai pelaksanaan manajemen aktiva tetap dan mengetahui kemungkinan-kemungkinan penyimpangan terhadap penerapan prinsip pemeriksaan operasional atas aktiva tetap guna pencapaian standar operasi prosedur (SOP)

d) Memberikan saran dan rekomendasi perbaikan yang perlu atas kelemahan-kelemahan yang ditemukan selama pemeriksaan operasional atas aktiva tetap.

Instruksi-instruksi khusus.1. Melakukan tahap survei pendahuluan untuk mendapatkan pengetahuan atau gambaran

yang memadai mengenai obyek pemeriksaan.2. Melakukan tahap penelaahan dan pengujian pengendalian manajemen untuk

menentukan kelemahan dari internal control perusahaan.3. Melakukan pemeriksaan secara terinci untuk meyakinkan apakah kebijakan dan

prosedur kegiatan manajemen aktiva tetap yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah dilaksanakan dengan baik atau tidak.

4. Melakukan pelaporan pemeriksaan untuk mengumpulkan bukti-bukti yang cukup, kompeten, material dan relevan berupa temuan-temuan.

5. Tidak lanjut pemeriksaan untuk menyampaikan kesimpulan dan memberikan rekomendasi.

39

Page 40: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Setelah rencana pemeriksaan dibuat, selanjutnya untuk setiap tahapan pemeriksaan disiapkan program kerja pemeriksaan secara tertulis yang memuat prosedur-prosedur dalam melaksanakan pemeriksaan atas manajemen aktiva tetap.

B. Tahap-tahap Pemeriksaan1. Tahap Pemeriksaan Awal/ Survei Pendahuluan

Pada tahap survei pendahuluan ini, dikumpulkan informasi yang berguna sebgai bahan dalam penyusunan suatu rencana yang sistematis atas pemeriksaan mendalam. Rencana pemeriksaan ini disebut program pemeriksaan. Informasi yang telah dikumpulkan akan digunakan untuk merencanakan tahap-tahap pemeriksaan berikutnya dan memberikan informasi mengenai latar belakang obyek yang diperiksa. Pemeriksaan pendahuluan ini dilakukan dengan:

Pengamatan fisik atau fasilitas fisik.Pengamatan fisik dilakukan atas fasilitas fisik yang berhubungan dengan kegiatan

sehari-hari dalam penanganan aktiva tetap seperti fasilitas ware house dan perlengkapan yang menunjang pelaksanaan tugas. Pengamatan juga dilakukan terhadap kegiatan sehari-hari, seperti perilaku karyawan dalam melaksanakan tugas. Dalam pelaksanaan pengamatan fisik digunakan kuesioner. Kuesioner ini diisi oleh pemeriksa setelah mendengar penjelasan dari pejabat yang terkait dengan kegiatan manajemen aktiva tetap di . Hasil kuesioner pengamatan fisik seperti disajikan pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1Contoh Daftar Pertanyaan Fasilitas Fisik Dengan Hasilnya

No Pertanyaan Ya Tidak

1Apakah fasilitas ware house di perusahaan seperti alat pengangkutan aktiva tetap, telepon, komputer yang ada telah memadai?

2 Apakah peralatan yang ada di ware house telah mencukupi? 3

Apakah tata letak ruang ware house (layout) telah dirancang secara memadai untuk menjamin kelancaran arus kerja?

4Apakah kondisi fisik (sirkulasi udara) di ware house sudah memadai?

5 Apakah perusahaan menyediakan kotak saran ? 6

Apakah kinerja karyawan di ware house dapat diamati langsung oleh atasan?

7 Apakah fasilitas penerangan di ware house telah mencukupi? 8 Apakah alat keselamatan kerja sudah memadai

Sumber : HRD (evaluasi dan monitoring)

40

Page 41: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Berdasar hasil pengamatan fisik dari kuesioner diatas maka dapat diambil kesimpulan keadaan fisik sudah memadai. Hal ini dapat dibuktikan dengan kesimpulan yang diambil atas pengamatan fisik yang telah dilakukan, antara lain :

a. Fasilitas ware house di perusahaan seperti alat pengangkutan aktiva tetap, telepon, komputer telah mencukupi kebutuhan penanganan aktiva tetap secara lancar.

b. Kondisi fisik seperti rancang bangun, sirkulasi dan penerangan sudah memadai, bahkan ruangan kontrol dilengkapi dengan pendingin udara yang baik.

c. Perusahaan menyediakan kotak suara untuk menyampaikan keluhan-keluhan dan saran tentang kinerja bagian ware house.

d. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja karyawan perusahaan telah menyediakan perlengkapan dan peralatan yang memadai

TABEL 2Contoh Daftar Pertanyaan Pemeriksaan Operasional atas Manajemen Aktiva Tetap

dan Hasilnya

No Pertanyaan Ya Tidak

1Apakah pembelian aktiva tetap melihat kebutuhan produksi perusahaan ?

2Apakah perusahaan mempunyai rekanan dalam pemenuhan kebutuhan barang ?

3Apakah perusahaan melakukan seleksi yang ketat terhadap rekanan / supplier aktiva tetap ?

4Apakah perusahaan menerapkan standart mutu terhadap barang yang dibeli dari rekanan / supplier ?

5Apakah rekanan / supplier yang selama ini bekerjasama sudah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan perusahaan ?

6Apakah pernah terjadi rekanan / supplier melakukan pengiriman pesanan yang tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan ?

7Apakah supplier mau dikenakan biaya komplain bila barang yang dipesan ternyata tidak sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan perusahaan ?

8Apakah supplier pernah melakukan keterlambatan pengiriman yang yang dipesan ?

9Apabila terjadi keterlambatan pengiriman apakah supplier mau dikenai biaya keterlambatan ?

10Apakah perusahaan melakukan perundingan tentang harga aktiva tetap dengan supplier ?

11Apakah harga yang ditetapkan tersebut merupakan harga pokok ditambah dengan biaya yang menyertai sampai barang tersebut sampai di perusahaan ?

12Apakah perusahaan melakukan perbandingan harga ke supplier lain diluar rekanan kerja

41

Page 42: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

13Apakah harga yang ditetapkan perusahaan sudah sesuai dengan kondisi brang (tidak mahal)

14Apakah barang yang dipesan oleh perusahaan selama ini dapat ditampung di ware house perusahaan ?

15Apakah barang di ware house ditata sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan perusahaan ?

16Apakah perusahaan menempatkan cadangan dana untuk perbaikan aktiva tetap

17Apakah aktiva tetap dikenakan estimasi yang ketat terhadap kualitas aktiva untuk menentukan masa pakai aktiva tersebut?

18Apakah perusahaan mempunyai buku / peraturan tentang masa manfaat aktiva tetap ?

19Penaksiran masa pakai aktiva tetap yang dilakukan perusahaan apakah pernah mengalami selisih 20% ?

20Apakah barang yang telah masuk dalam warehouse, tingkat kerusakan (tidak layak pakai) dibawah 5% ?

21Apakah perusahaan menetapkan secara cermat tentang masa pemakaian aktiva tetap yang dipergunakan untuk produksi ?

22Apakah masa pakai aktiva tetap yang dipergunakan perusahaan diatas 10 tahun ?

23

Apakah perusahaan pernah melakukan pengurangan pemakain suatu aktiva tetap untuk menjaga mutu produksi perusahaan, misal aktiva tetap yang dulunya ditetapkan masa pakai 17 tahun diturunkan hanya 15 tahun ?

24 Apakah estimasi masa pakai aktiva tetap pernah meleset ? 25 Apakah perhitungan depresiasi perusahaan tiap periodenya sama ?

26Apakah depresiasi dengan perhitungan yang sama diterapkan pada semua aktiva tetap ?

27 Apakah perhitungan akuntansi depresiasi dibukukan tersendiri ?

28Apabila masa manfaat suatu aktiva tetap telah berakhir apakah perusahaan melakukan perhitungan ulang atas masa manfaat aktiva tetap ?

29Bila aktiva tetap telah habis masa manfaatnya, dan ternyata aktiva tetap itu masih sangat layak dipakai, apakah perusahaan memakainya ?

30Bila dipakai apakah perusahaan melakukan perhitungan ulang atas nilai aktiva tetap tersebut ?

31Bila tidak bisa dipakai lagi apakah perusahaan menjual aktiva tetap tersebut ?

32Apakah perhitungan penjualan aktiva tetap tersebut dimasukkan ke buku besar perusahaan ?

33Apakah perusahaan pernah melakukan transaksi tukar tambah terhadap aktiva yang sudah habis masa manfaatnya ?

42

Page 43: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

34 Apakah transaksi tukar tambah tersebut dengan barang sejenis ?

35Apakah pernah melakukan pertukaran dengan aktiva tetap tidak sejenis ?

36Apakah perusahaan pernah melakukan penjualan aktiva tetap yang masa manfaatnya habis ke perusahaan lain ?

37 Penjualan aktiva tetap dilakukan secara langsung ? 38 Jadi, penjualan aktiva tetap berdasarkan lelang.

39Apakah perusahaan secara rutin melakukan analisa aktiva tetap mulai harga perolehan, depresiasi sampai dengan penghentian pemakaian aktiva tetap

40Apakah analisa tersebut dipergunakan sebagai alat pengambilan keputusan manajemen.

Sumber : HRD (evaluasi dan monitoring)

Dari pengujian pengendalian intern atas manajemen aktiva tetap, maka diperoleh kesimpulan sementara bahwa secara umum internal control adalah baik dengan kekuatan dan kelemahan yang sementara dapat disimpulkan seperti terlihat di bawah ini. Analisis kekuatan pengendalian intern.

a. Perusahaan telah mempunyai rekanan kerja yang dapat dipercaya baik kualitas maupun ketepatan pengiriman aktiva sampai di perusahaan

b. Harga harga aktiva tetap telah disepakati bersama ditambah dengan segala biaya yang menyertainya.

c. Apabila aktiva tetap yang dipesan tidak sesuai atau terlambat dalam pengirimannya maka perusahaan berhak mengenakan biaya komplain kepada supplier.

d. Perusahaan telah melakukan perhitungan yang cermat (sesuai peraturan perusahaan) dan matang terhadap masa manfaat barang dan selama ini belum pernah meleset diatas 5%.

e. Dengan pembelian aktiva yang berkualitas maka perusahaan dapat mempertahankan produksinya dan rata-rata masa manfaat aktiva tetap lebih dari 10 tahun.

f. Nilai akuntansi depresiasi aktiva tetap ditetapkan perusahaan tiap tahunnya tetap, namun perusahaan melakukan estimasi masa manfaat dengan mengurangi masa manfaat yang bertujuan untuk menjaga mutu produksi.

g. Penghentian pemakaian aktiva tetap terjadi bila masa manfaat habis dan apabila digunakan sudah tidak efektif dan efisien lagi. Aktiva tetap tersebut oleh perusahaan dapat ditukarkan dengan barang sejenis atau dijual melalui lelang aktiva tetap perusahaan.

h. Hasil penjualan dimasukkan dalam buku besar perusahaan yang dianggap sebagai laba perusahaan.

i. Perusahaan melakukan analisa pemenuhan aktiva tetap untuk kelancaran produksi yang dipergunakan pula untuk pengambilan keputusan pihak manajemen perusahaan

2. Tahap Pemeriksaan Secara Terperinci

43

Page 44: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Pemeriksaan secara terperinci ini disusun berdasarkan hasil pengamatan, pembicaraan (wawancara) serta evaluasi yang dilakukan atas pengendalian intern yang meyakini apakah kebijakan dan prosedur kegiatan manajemen aktiva tetap yang diterapkan sudah memenuhi SOP (Standar Operasi Prosedur).

Manajemen aktiva tetap merupakan salah satu penentu keberhasilan perusahaan yang pada akhirnya mencapai laba perusahaan yang ditelah ditargetkan. Oleh sebab itu manajemen aktiva tetap perlu dikaji lebih lanjut mengenai efektif dan efisien dan keekonomisannya melalui analisis yang lebih mendalam dan objektif. Tahap-tahap pemeriksaan secara terperinci adalah :

a. Survei InternalPada tahap survei Internal yang harus dikumpulkan oleh pemeriksa adalah :

1. Untuk organisasiPemeriksa mengumpulkan tentang gambaran umum perusahaan, sejarah, lokasi, jumlah pegawai, tugas dari masing-masing manajer.

2. Untuk aktivitas perusahaanPemeriksa melakukan penilaian atas kerja dari manajer penjualan dan aktivitas apa saja yang sudah dilakukan pihak manajemen untuk pencapaian SOP.

3. Untuk suatu program Pemeriksa akan membuat perencanaan pemeriksaan atas pengelolaan manajemen aktiva tetap, dimana memudahkan pemeriksa didalam melakukan kegiatan pemeriksaan tersebut. Dengan dibuat rencana pemeriksaan akan mudah

Berdasarkan dari hasil survey internal yang dilakukan telaah sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dapat dilihat dari adanya pembagian tugas yang baik dan terarah, sejarah perusajaan diterangkan dengan baik dan perkembang perusahaan dapat digolongkan cukup pesat, kegiatan manajemen aktiva tetapnya terencana, tersusun, terkontrol dengan baik, fasilitas untuk pengelolaan aktiva tetap memadai, ini bisa dilihat dari tata letak, dan ruangan yang memadai yang dapat mempermudah penanganan aktiva tetap

b. Survey EksternalPada pada survey eksternal, pemriksa langsung mendatangi khususnya di

warehousenya untuk memeriksa secara lebih terperinci atas manajemen aktiva tetap dengan cara :

1. Mewawancarai Manajer keuangan, Manajer produksi, Manajer, penanggungjawab ware house dan dari pihak supplier.

2. Meminta laporan tentang aktiva tetap perusahaan3. Melakukan pemeriksaan terhadap ware house meliputi : tata ruang ware, fasilitas

yang ada di warehouse, alat komunikasi, tempat penyimpanan aktiva tetap, kebersihan ware house dan lain-lain.

4. Penelitian terhadap arus penanganan aktiva tetap mulai penentuan harga perolehan, depresiasi sampai dengan penghentian pemakaian aktiva tetap.

5. Penelitian terhadap jumlah aktiva tetap yang berada di ware house.6. Penelitian penanganan keluar masuk aktiva tetap.

44

Page 45: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

7. Mengumpulkan bukti-bukti penanganan aktiva tetap.Berdasar tahap pemeriksaan terperinci tersebut, maka ditelaah kembali pengendalian

manajemen atas aktiva tetap , sehubungan dengan sasaran-sasaran pengendalian perusahaan, prosedur pengendalian, sistem akuntansi dan sistem pemantauan manajemen perusahaan. Program-program yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengendalian atas aktiva tetap bisa dikatakan baik, dirancang secara logis dan sisematis, diterapkan dan dilaksanakan secara konsisten, tetapi ada beberapa kelemahan yang perlu mendapat perhatian dari pihak manajemen.

Hasil dari pengendalian manajemen dilaporkan dan dibuat dalam bentuk temuan hasil program pemeriksaan manajemen. Dalam laporan tersebut, pengendalian manajemen yang dinilai akan diidentifikasi untuk menyajikan temuan dan kelemahan.

c. Penelaahan dan pengujian atas pengendalian manajemen aktiva tetap. Untuk memperoleh pemahaman struktur pengelolaan aktiva tetap dengan

menggunakan :i. Daftar pertanyaan : pemeriksa mengajukan pertanyaan kepada pihak manajemen

menegnai kegiatan yanga kan diperiksa, untuk mengevaluasi dan menilai pengelolaan aktiva tetap untuk mencapai Standar Operasi Prosedure dan mengetahui kelemahan-kelemahan dari pengelolaan tersebut.

ii. Pemeriksa mengumpulkan laporan tentang manajemen aktiva tetap yang dibuat oleh manajer keuangan, manajer produksi, manajer rig dan bagaian warehouse dengan membandingkan bukti-bukti penanganan aktiva tetap di masing-masing bagian.

iii. Memeriksa ketersediaan aktiva tetap di warehouse, dengan melihat secara langsung pengelolaan aktiva tetap dengan kebutuhan produksi di lapangan

Penelaahan dan pengujian atas manajemen aktiva tetap yang sesuai dengan Standar Operasi Prosedur yang ada telah sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dapat dilihat dari daftar pertanyaan yang diajukan pemeriksa. Terdapat kelemahan-kelemahan dari pengelolaan manajemen aktiva tetap mulai dari harga perolehan, depresiasi sampai dengan penghentian pemakaian. Sedangkan harga perolehan sudah diterapkan dengan benar, depresiasi dengan menggunakan metode lurus dianggap memudahkan proses akuntansi dan penghentian pemakaian sudah sesuai dengan prosedur yang ada, sedang yang mengelola aktiva tetap diserahkan pada bagian warehouse sebagai pengendalinya.

d. Pemeriksaan secara terperinciPemeriksaan pada tahap ini ditujukan untuk mengadakan penelitian secara terperinci

untuk menilai efektivitas dan efisiensi pengelolaan aktiva tetap. adapun sistim pemeriksaannya implementasinya sebagai berikut:

1. Pemeriksa melakukan penelitian lapangan dengan cara mendatangi lokasi pemboran dan warehouse yang akan diperiksa.

2. Pemeriksa mewawancarai manajer keuangan, manajer produksi, manajer rig dan bagian warehouse.

45

Page 46: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

3. Pemeriksa meminta laporan pengelolaan manajemen aktiva tetap kepada bagian warehouse dengan didukung bukti-bukti tentang harga perolehan, depresiasi dan penghentian pemakaian aktiva tetap.

4. Pemeriksa mempelajari laporan tentang aktiva tetap mingguan dan bulanan oleh bagian warehouse misalnya penyediaan alat pemboran, penyediaan suku cadang dan perbaikan aktiva tetap.

5. Pemeriksa akan melakukan pemeriksaan pengelolaan aktiva tetap dan hambatan apa saja yang dialami bagian warehouse dalam pengelolaan aktiva tetap

Pemeriksaan secara terperinci yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan teor apa tidak,. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan masing manajer dan bagian warehouse. Pengelolaan aktiva tetap yang dilaksanakan sudah sesuai dengan bukti-bukti yang ada, memeriksa bagian ware house tentang penanganan aktiva tetap mulai dari ketersediaan aktiva tetap sampai dengan pemanfaatannya dalam proses produksi / pemboran sesuai dengan prosedur yang ada, sedang yang mengelola aktiva tetap diserahkan pada bagian warehouse sebagai pengendalinya.

b. PelaporanTahap ini adalah tahapan inti dari pemeriksaan, karena memuat berbagai kelemahan

dari manajemen aktiva tetap. Berikut ini kelemahan yang terjadi pada manajemen aktiva tetap.

1. Dalam perolehan aktiva tetap perusahaan tidak menerapkan lelang terbuka ke perusahaan umum.

2. Perusahaan tidak melakukan penjualan aktiva tetap yang sudah habis masa pemakaiannya secara langsung.

3. Perusahaan hanya menerapkan metode metode garis lurus dalam perhitungan depresiasi aktiva tetap, padahal dalam beberapa kasus lebih menguntungkan penggunaan metode yang lain.

Kebaikan dari pemeriksaan1. Pada prinsipnya manajemen aktiva tetap yang dilaksanakan sudah sesuai dengan

Standar Operasi Prosesuder ini terbukti dengan kelancaran persediaan aktiva tetap yang pada akhirnya memperlancar proses produksi / pemboran.

2. Bagian warehouse walau dengan keterbatasan personil namun dapat menangani pengelolaan aktiva tetap dengan baik

3. Laporan tentang aktiva tetap, berupa laporan mingguan, bulanan dan tahunan sudah tersusun sesuai dengan standar operasi prosedur. Pada tahap pelaporan ini akan disampaikan kelemahan-kelemahan yang terjadi di perusahaan. Dimana hasil temuan ini dapat digunakan oleh pihak pimpinan didalam melakukan perbaikan dalam rangka pada manajemen aktiva tetap dikemudian hari

46

Page 47: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

PENUTUP

A. Kesimpulan1. Pemeriksaan operasional merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja

perusahaan yang dilaksanakan secara sistematis untuk menentukan efektifitas, efisiensi dan keekonomisan dari manajemen aktiva tetap mulai dari penentuan harga perolehan, depresiasi sampai dengan penghentian pemakaian aktiva tetap. Pemeriksaan operasional pada manajemen aktiva untuk mengidentifikasi apakah kegiatan yang dilakukan selama ini sudah sesuai dengan Standar Operasi Prosedur dan bagian-bagian mana yang masih perlu diperbaiki untuk pencapaian hal tersebut.

2. Kesimpulan hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut: berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa telah melakukan manajemen aktiva tetap yang baik dan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Pengelolaan aktiva tetap di warehouse sudah maksimal ini dapat dilihat dari ketersedian aktiva tetap untuk produksi berjalan dengan lancar. Disamping kebaikan-kebaikan tersebut diatas, kami juga menemukan kelemahan-kelemahan pada manajemen aktiva tetap antara lain :

3. Dalam perolehan aktiva tetap perusahaan tidak menerapkan lelang terbuka ke perusahaan umum.

4. Perusahaan tidak melakukan penjualan aktiva tetap yang sudah habis masa pemakaiannya secara langsung.

5. Perusahaan hanya menerapkan metode garis lurus dalam perhitungan depresiasi aktiva tetap, padahal dalam beberapa kasus lebih menguntungkan penggunaan metode yang lain.

B. Rekomendasi1. Dalam perolehan aktiva tetap perusahaan hendaknya melakukan lelang terbuka ke

perusahaan umum sehingga perusahaan memperoleh perbandingan harga yang kompetitif dengan demikian keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan.

2. Perusahaan melakukan penjualan aktiva tetap yang sudah habis masa pemakaiannya dapat dilakukan dengan cara lelang, dengan ketentuan setelah dilakukan estimasi harga mana yang lebih menguntungkan perusahaan

3. Menggunakan metode perhitungan depresiasi aktiva tetap yang bervariasi dilihat dari keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan.

4. Untuk meningkatkan kinerja warehouse dalam hal ini yang mengelola aktiva tetap maka diperlukan penambahan personil untuk memperlancar kinerja bagian warehouse.

DAFTAR PUSTAKA

Arens Alvin A dan James K. Loebbecke, 1991. Auditing : An Integrated Approach. Prentice Hall, Fifth Edition.

47

Page 48: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Arikunto, Suharsimi. 2003. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Prakteki. Jakarta : Rineka Cipta.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 1994. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Operasional. Jakarta : BPKP

Riyanto, Bambang, Drs. 1990. Dasar-dasar Pembelajaan Perusahaan (edisi kedua, cetakan keenam). Yogyakarta : Yayasan Badan Penelitian Gajah Mada Yogyakarta.

Salim, Achmad, Drs. M.Si., M.Pd. 2003. Pendidikan Akuntansi Lanjutan (Suatu Kajian Lapangan). Jakarta : PT. Gramedia

Surakhmad, Winarno. 2003. Dasar dan Teknik Research. Bandung :Tarsito

Syamsudin, Lukman, Drs. MA. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Raja Grafika Persada

48

Page 49: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

INOVASI MERUPAKAN LANGKAH SUKSES DALAM BISNIS(STUDI PADA BISNIS KELUARGA DI KEC. KOTUNTANG, DESA KESONGO,

KAB. SEMARANG)

Oleh:Denok Wahyudi Setyo Rahayu

AbstractBusiness and inovation couldn`t be separated as one as eachother. With the inovation existence, business activity would be working in fluency. To increasing of marketing, inovation must been done. The inovation was refers to product life cycle. It was aim at ripeness and saturation period. In order to customer not feelt loaded, then needed the inovation with purpose to gave costumer satisfaction.

Key Word : Innovation, product life cycle, customer satisfaction.

PENDAHULUANMateri wirausaha sangat familiar pada beberapa waktu ini.Wirausaha merupakan hal

yang sangat sering dilakukan untuk membuka lapangan kerja baru.Selain itu tujuan untuk mendapatkan penghasilan tambahan juga dilakukan para pekerja. Putra (2008)mengemukakan bebrapa pengertian mengenai kewirausahaan,yakni dalam artikelnya mengemukakan (1) Drucker menyatakan wirausaha sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different);(2) Zimmerer, Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari; sedangka (3) Dubrin, menyatakannya sebagai seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business). Dengan demikian wirausaha dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan penerapan kreatifitas dan inovasi melalui pemanfaatan peluang-peluang yang ada.

Dalam definisi-definisi tersebut dapat ditarik inti materi dari wirausaha (Putra,2008), yaitu : (1) pursuit  of opportunities , entrepreneurship adalah berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya; (2) innovation, entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru, yaitu produk baru atau cara baru dalam melakukan bisnis; serta (3) growth, pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Seorang entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih

Dosen Fakultas Ekonomi, Program Studi Manajemen, Universitas Islam Balitar, Blitar

49

Page 50: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

pertumbuhan  sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan inovasi produk dan pendekatan baru .

Dalam wirausaha akan lebih sempurna bila terdapat inovasi didalamnya. Inovasi Definisi (Pusat Indonesia yang dipostkan pada 9 Agustus 2012) dapat diartikan suatu ide, gagasan,praktek atau obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi (Rogers,1983) dan sebagai menyatakannya sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakasaiatau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa ( Robins, 1994). Sehinga penelitian ini akan mengacu pada kegiatan inovasinya. Target penelitian dilakukan di sebuah keluarga di kecamatan Kotuntang, desa Kesongo, kabupaten Semarang, Jawa Tengah yaitu pada keluarga Pak Joko yang memproduksi bunga batang bambu.Tema yang digunakan untuk penelitian ini adalah Inovasi Merupakan Langkah Sukses Dalam Bisnis (Studi pada Bisnis Keluarga pada Kec. Kotuntang, Desa Kesongo, Kab. Semarang).

RUMUSAN PENELITIANBagaimana langkah-langkah inovasi yang dilakukan agar produk bunga batang

bambu tetap sukses di pasar?

TUJUAN PENELITIANPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah inovasi apa yang

dilakukan agar produk bunga batang bambu bisa tetap sukses di pasar.

TINJAUAN PUSTAKAInovasi

Inovasi sangat penting untuk menghindari produk agar tidak ditinggalkan oleh pembeli. Pada Definisi Pusat Indonesia yang dipostkan pada 9 Agustus 2012 terdapat beberapa pengertian inovasi, diantaranya adalah Rogers (1983) inovasi berati suatu ide, gagasan,praktek atau obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi,sedang Robins (1994) menyatakannya sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakasaiatau memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa. Dalam blog tersebut juga terdapat 4 ciri dari inovasi, yaitu(1) memilkikekhasan/khusus artinya terdapat cirri khas dari onovasi tsb seperti ide,dll;(2) memilki cirri atau unsure kebaruan, artinya inovasi harus memiliki karakteristik hal baru yang orisinil;(3) dilaksanakan memalui program terencana,yaitu program jelas dan direncanakan terlebih dahulu; serta (4) adanya tujuan dari inovasi, dalam artian inovasi tsb harus memiliki arah yang ingin dicapai.

Begitu penting makna dariinovasi karena halini dapat dikaitkan denga Siklus Hidup Produk sbb seperti diungkapkan Alma (2005:145), mengemukakan terdapat 5 tingkatan siklus hidup produk, yaitu : (1) tahap intoduksi, tahap ini produk dikenalkan di pasar; (2) tahap pengembangan, setelah konsumen mengetahui produk tersebut, maka akan banyak konsumen yang membeli produk tersebut; (3) tahap kematangan, pada tahap ini produk sudah banyak dikonsumsi oleh konsumen, namun konsumen sudah merasa jenuh dan

50

Page 51: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

III

I

II

KeuntunganIV

Uang

Siklus Kehidupan

bosan dengan produk tersebut, disini produsen harus membuat strategi baru agar konsumen tidak merasa jenuh dan bosan, misalnya dengan mengganti desain pembungkus, menambah varian, dsb; (4) tahap penurunan, jika strategi pada tahap kematangan gagal maka akan terjadi penurunan konsumsi produk tersebut oleh konsumen; (5) tahap ditinggalkan, jika tahap penurunan terus terjadi dan tidak dapat diatasi maka produk akan ditinggalkan oleh konsumen.

Gambar 1Siklus Hidup Produk (Stanton)

Keterangan :I : tahap introduksiII : tahap pengembanganIII : tahap menurunIV : tahap ditinggalkan

Wirausaha Wirausaha bisa terjadi karena penciptaan ide-ideyang ada. Dimana ide-ide tersebut

bisa bersifat orisinil maupun menambah fitur dari produk yang sudah ada sehingga bisa berbeda dengan produk yang sudah ada tersebut. Wirausaha dalam Putra (2008) dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker) dan Zimmerer menyatakan kewirausahaan sebagai penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari. Dubrin, wirausaha adalah seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business). Dengan demikian wirausaha dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang inovatif dan kreatif dalamupaya penciptaan hal-hal baru yang berbeda dengan produk yang telah ada.

Kepuasan PelangganDalam produksi harapan penjualan pasti akan ada. Yang mana produk diproduksi dan

dijiualyang diharapakn bisa terjual dopasar dan akhirnya mendapatkan laba dari

51

Page 52: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

TujuanPerusahaan

Produk

Nilai Produk Bagi Pelanggan

penjualan.Laba tersebut dapat meningkatkan dalam kegiatan produksi. Semakin banyak barang yang terjual maka semakin besar pula keuntungan yang diterima. Terjual tidaknyaproduk dipasar tergantung darikepuasan pelanggan. Bila pelanggan merasa puas maka pembelian akan terlaksana, dan sebaliknya bila kepuasan tidak tercipa maka pembelian tidakakan dilakukan oleh pembeli. Berikut terdapat konsep dari kepuasan pelanggan, Pada gambar tsb dijelaskan bahwa antara produsen dan konsumen/pelanggan memilki harapan masing-masing. Produsen (perusahaan) memilki tujuan dalam memproduksi suatu produk dengan harapan dapat bernilai bagi pelanggan, sedangkan pada sisi konsumen/pelanggan memilki kebutuhan dan keinginan dengan harapan produsen dapat memenuhinya. Pada titik pasar, terjadi transaksi, dalam titik ini tingkat kepuasan pelanggan dapat terlihat.

Sedangkan dalam pengukuran kepuasan pelangan dapat dikukan dengan cara sistem keluhan dan saran, ghost shopping, lost customer analysis,dan survai kepuasan pelangan (Kotler, et al, 1996). (1) sistsem keluhan dan saran, dalam sistem ini produsen menyediakan tempat bagi pelanggan untuk mengutarakan keluhan dan saran untuk produk yang dimaksud; (2) ghost shopping, disini produsen memantau secara langsung kelangsungan produknya di pasar dengan menerjunkan orang-orang kepercayaannya, dalam metode ini akan diketemukan mengenai kekuatan dan kelemahan produk tersebut; (3) lost customer analysis, produsen menghubungi pelanggan yang tidak mengunakan produknya lagi; dan yang terakhir (4) dengan survai kepuasan pelanggan, survai ini dilakukan bisa melalui berbagai media seperti polling di internet maupun wawancara secara langsung dengan konsumen.

Gambar 2Konsep Kepuasan Pelanggan ( Tjiptono, 1997 : 25)

52

Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan

Harapan PelangganTerhadap Produk

Tingkat Kepuasan Pelanggan

Page 53: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

PENELITIAN TERDAHULUDalam jurnal yang ditulis oleh Suendro, 2010 yang berjudul Analisis Pengaruh

Inovasi Produk Melalui Kinerja Pemasaran Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing Berkelanjutan (Studi Kasus Pada Industri Kecil dan Menengah BatikPekalongan), penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemasaran untuk meningkatkan keunggulan besaing berkelanjutan didapkan hasil bahwa inovasi produk dapat ditingkatkan dengan meningkatkan orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi lintas fungsi, dan juga inovasi produk yang semakin tinggi akan mempengaruhi kinerja pemasar dan selanjutnya meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan.

WAKTU DAN PELAKSANAANPenelitian dilakukan terhadap keluarga bapak Joko di kec Kotuntang,Desa

Kesongo,Kab Semarang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2012. Penelitian ini dilakukan dengan analisi penelitian kualitatif dengan menggunakan satu sumber data primer sebagai informan dalam penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil

Pada penelitian ini terlihat adanya konsep inovasi dalam pengembanagn produk. Hal ini dilakukan dalam upaya agar produk tidak ditinggalkan oleh pembeli. Dalam usaha bunga batang bambu yang diproduksi oleh keluarga bapak Joko terlihat adanya kecenderungan pembeli yang menyukai bunga dengan motif baru. Oleh karena itu dengan penggantian motif dan warna pada bunga, daun, maupun batang sangat membantu produsen dalam mewujudkan produk bunga batang bambu yang baru.

Konsep siklus hidup produk berlaku dalam penelitian ini. Alma (2005:145), mengemukakan terdapat 5 tingkatan siklus hidup produk, yaitu : (1) tahap intoduksi, tahap ini produk dikenalkan di pasar; (2) tahap pengembangan, setelah konsumen mengetahui produk tersebut, maka akan banyak konsumen yang membeli produk tersebut; (3) tahap kematangan, pada tahap ini produk sudah banyak dikonsumsi oleh konsumen, namun konsumen sudah merasa jenuh dan bosan dengan produk tersebut, disini produsen harus membuat strategi baru agar konsumen tidak merasa jenuh dan bosan, misalnya dengan mengganti desain pembungkus, menambah varian, dsb; (4) tahap penurunan, jika strategi pada tahap kematangan gagal maka akan terjadi penurunan konsumsi produk tersebut oleh konsumen; (5) tahap ditinggalkan, jika tahap penurunan terus terjadi dan tidak dapat diatasi maka produk akan ditinggalkan oleh konsumen.

Berkaitan dengan kepuasan pelanggan, inovasi dilakukan agar kepuasan pelanggan dapat tercipta. Hal ini berkaitan dengan bila produk banyak terjal maka benefit akan meningkat damn dapat memajukan usaha. Pada usaha bunga batang bambu dirasakan oleh produsen dengan adanya inovasi, penjualan dirasakan semakn meningkat. Sehingga untub mengejarc ketinggalan, produsen selalu melakuka inovasi dalam setiap produksi dalam kurun waktu tertentu.

53

Page 54: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

PembahasanPenelitian ini dilakukan dengan meneliti usaha bunga batang bambu yang dijalankan

oleh keluarga bapak Joko di kecamatan Kotuntang, desa Kesongo, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Usaha ini telah dilakukan selama 5 tahun dengan pengerjaan produk yang dilakukan oleh keluarga sendiri. Pemasaran produk selain di sekitar kawasan penjualan di daerah kecamatan Kotuntang juga telah mencapai Palembang dan Riau. Para pembeli ramai di saat hari libur menjelang. Untuk pembuatan bunga tersebut, bahan baku berupa bambu bengkok diperoleh dari Muntilan, Jawa Tenga yang telah di oven sehingga bisa dibentuk membengkok. Untuk bamboo itu sendiri diperoleh dari daerah Wonosobo dan Kopeng, Jawa Tengah. Namun, untuk kepraktisan dalm memproduksi bunga bamboo ini, keluarga pak Joko langsung membeli bamboo bengkok dari Muntilan dan bunga-bunga serta dedaunan kain dari Semarang. Cara pembuatan bunga batang bamboo ini cukup sederhana, yaitu dengan cara memberi warna bamboo sesuai keinginan, bisa warna hijau, hitam, coklat tua, ataupun natural. Kemudian pada beberapa ujung bamboo diberi bunga-bunga kain atau dedaunan kain dengan menggunakan perekat khusus. Setelah selesai. Bunga batang bamboo siap untuk dipasarkan.

Inovasi. Kata yang penting dalam wirausaha. Tetapi tidak hanya dikatakan saja, melainkan harus diwujudkan. Dari hasil penelitian dapat dpaparkan bahwa ada beberapa langkah yang dilakukan produsen bunhga batang bambu agar usaha bisnis keluarga ini sukses dipasarnya. Hal yang dilakukan adalah melakukan inovasi. Dengan memberikan berbagai macam motif dan warna yang bervariasi dari waktu ke waktu pada bunga, daun, maupun batang dapat memberikan efek beda pada hasil akhir bunga batang bambu.

Inovasi ini dilakukan untuk menghindari kejenuhan pembeli. Seperti pada konsep siklus hidup produk (Alma, 2005:145), mengemukakan terdapat 5 tingkatan siklus hidup produk, yaitu : (1) tahap intoduksi, tahap ini produk dikenalkan di pasar; (2) tahap pengembangan, setelah konsumen mengetahui produk tersebut, maka akan banyak konsumen yang membeli produk tersebut; (3) tahap kematangan, pada tahap ini produk sudah banyak dikonsumsi oleh konsumen, namun konsumen sudah merasa jenuh dan bosan dengan produk tersebut, disini produsen harus membuat strategi baru agar konsumen tidak merasa jenuh dan bosan, misalnya dengan mengganti desain pembungkus, menambah varian, dsb; (4) tahap penurunan, jika strategi pada tahap kematangan gagal maka akan terjadi penurunan konsumsi produk tersebut oleh konsumen; (5) tahap ditinggalkan, jika tahap penurunan terus terjadi dan tidak dapat diatasi maka produk akan ditinggalkan oleh konsumen. Oleh karena itu diperlukan inovasi agar produk bunga batang bambu tidak ditingalkan oleh pembeli. Pada tahap kematangan yaitu produk laris dipasaran, inovasi harus dilakukan.

Seperti dalam penelitian Suendro (2010), yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pemasaran untuk meningkatkan keunggulan besaing berkelanjutan didapatkan hasil bahwa inovasi produk dapat ditingkatkan dengan meningkatkan orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi lintas fungsi, dan juga inovasi produk yang semakin tinggi akan mempengaruhi kinerja pemasar dan selanjutnya meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, produsen bunga batang bambu setidaknya juga melakukan hal yang sama yaitu orientasi pada pelanggan dan pesaing. Dengan mengetahui

54

Page 55: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

keinginan pelanggan dan strategi pesaing maka produsen dapat memenangkan persaingan di pasar.Untuk diketahui, bila apa yang menjadi harapan pelanan dapat terpenuhi maka kepuasan pelangan akan tercipta yang pada akhirnya akan meningkatkan penjualan dan meningkatkan profit produsen.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Edisi Revisi, Cetakan Ketujuh. Bandung ; Alfabeta.

Blog shvoong.com. Resiko Yang Sering Terjadi Dalam Berwirausaha. 9 Maret 2011.Definisi Pusat Indonesia, Definisi Inovasi. Posted by Dimas, Setiawan,9 Agustus 2012.

Hope dan Muhlemann. 1997. Service operation Management: Strategy, Design and Delivery. Printice Hall.

Iphan Pranashakti. Sukses BIsnis Dengan Memepelajari Persepsi Pelanggan (Seri 1). Blog Bisnis Terbaik Indonesia.

Kotler, P., Swee Hong Ang, Siew Meng Leong, and Chn Tiong Tan, 1996. Marketing Management: An Asian Perspective. Singapore: Prentice Hall.

Putra, 2008. PutraCenter.Net-About Economics, Law, City Planning, and Learn Language Online. Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Oleh Para Ahli.

Suendro, Ginanjar, 2010. Analisis Pengaruh Inovasi Produk Melalui Kinerja Pemasaran Untuk Mencapai Keunggulan Bersaing Berkelanjutan (Studi Kasus Pada Industri Kecil dan Menengah Batik Pekalongan) .Master thesis Universitas Diponegoro.

Tjiptono, Fandy, 1997. Strategi Pemasaran. Edisi II. Yogyakarta : Andi.

55

Page 56: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

TINJAUAN PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SEBAGAI PENGUKUR PRESTASI MANAJER PUSAT LABA

PADA PT. COLUMBINDO PERDANA SUB CABANG KOTA BLITAR

Oleh :Indria Guntarayana

AbstractManagement contribution in controlling, it called “Management Control”. The system to collected and analyzed the information, evaluating and benefitted it, and the other steps to controlling called System of Management Control. The function of control system in organization, like a driver which give an instruction and guidance to get desirable destination. Management control covering of system of management control such as structuring of organization structure, authority, responsibility and information conception to abridging control implementation and a process or a set of action doing to ensure that organization working to achieve the objective.

Keyword: Management Control, organization structure, authority, responsibility, information conception.

A. PENDAHULUAN Persediaan merupakan barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali

atau diproses lebih lanjut menjadi barang untuk dijual. Perusahaan dagang maupun perusahaan industri pada umumnya mempunyai persediaan yang jumlah, jenis serta masalahnya tidaklah selalu sama antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Pada umumnya dapatlah dikatakan bahwa hampir pada semua perusahaan, persediaan merupakan harta milik perusahaan yang cukup besar atau bahkan terbesar jika dibandingkan dengan harta lancar lainnya. dan persediaan juga merupakan elemen yang paling banyak menggunakan sumber keuangan perusahaan yang perlu disediakan agar perusahaan dapat beroperasi secara layak sebagaimana mestinya.

Begitu pentingnya peranan persediaan dalam operasi perusahaan sehingga perlu diadakan metode penilaian persediaan yang tepat untuk memperoleh hasil usaha yang sesuai dengan periode pembukuannya. Selain itu manajemen perusahaan juga perlu mempunyai sistem pengendalian intern yang baik yang dapat menjalin keamanan persediaan milik perusahaan itu sendiri. Dengan adanya pengendalian intern maka akan segera diketahui pada ketidakberesan dalam perusahaan. Disamping itu, persediaan juga mempunyai aspek ganda yaitu disajikan dalam bentuk neraca atau merupakan persediaan neraca sebagai aktiva perusahaan juga disajikan dalam perhitungan rugi laba sebagai elemen harga pokok. Oleh karena itu kesalahan dalam menentukan nilai persediaan, bukan

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar Blitar 56

Page 57: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

saja akan mengakibatkan kesalahan dalam pos neraca, akan tetapi juga dalam pos rugi laba perusahaan baik untuk periode sekarang maupun untuk periode selanjutnya. Dan pada akhirnya, pembaca laporan keuangan tersebut akan keliru atau salah dalam menafsirkan keadaan posisi keuangan perusahaan tersebut.

Demikian pula halnya pada PT. Vedem Putra Sakti dimana fungsi persediaan sangat mempengaruhi terhadap operasi-operasinya. Kegagalan atas pencatatan persediaan akan berakibat kerugian pula terhadap perusahaan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, telah mendorong penulis untuk memilih masalah pengendalian intern sebagai obyek penelitian oleh karena siklus akuntansi persediaan cukup luas jangkauannya maka penulis hanya akan membahas mengenai persediaan barang dagang saja, yaitu teknik pemeriksaan persediaan yang dilakukan oleh PT. Vedem Putra Sakti dari hasil produksi sampai dengan penjualan ke konsumen.

Masalah-masalah yang sering kali dihadapi dalam persediaan, dan yang perlu untuk kita bahas, diantarannya yaitu :

Pada metode ini dilakukan riset pada PT. Vedem Putra Sakti dan data-data diperoleh melalui :

a. Wawancara (Interview)Yaitu mengadakan wawancara langsung kepada para pimpinan perusahaan

serta staf yang berkompeten dalam perusahaan untuk memperoleh data yang diperlukan oleh penulis.

b. ObservasiYaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan

pengembangan dan pengelolaan perusahaan, sehingga dengan demikian data yang diperoleh akan lebih obyektif. Selanjutnya dengan data yang diperoleh dari hasil library research dan field research tersebut akan dipakai penulis sebagai bahan materi penulisan.

B. ANALISA DAN PEMBAHASAN1. Analisa Struktur Organisasi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa struktur organisasi sebuah perusahaan harus menunjukkan aliran kewenangan dan pertanggung jawaban maupun posisi yang jelas untuk setiap unit kerja, dari tingkat manajemen tertinggi sampai yang terendah, selain itu pembagian tugas untuk tiap-tiap unit kerja harus jelas.

Dengan adanya struktur organisasi, maka wewenang mengalir dari tingkat atas ketingkat bawah, sedangkan untuk tanggung jawab mengalir dari tingkat bawah ke tingkat atas. Apabila diterapkan di PT. Columbindo Perdana, menurut penulis struktur organisasi yang ada cukup jelas menunjukan aliran kewenangan dan pertanggungjawaban.

Dalam pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, perusahaan menggunakan pola fungsionalisasi dengan membagi beberapa ABM (Assistant Branch Manager) yaitu ABM Credit & A/R, ABM HRD, Chief Accounting dan ABM Marketing.

Struktur organisasi perusahaan berbentuk fungsional, maka unsur-unsur tersebut dihubungkan satu sama lain dengan garis komando dan koordinasi. Garis komando menunjukkan hubungan atasan dengan bawahan, sedangkan garis koordinasi menunjukkan

57

Page 58: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

hubungan kerjasama di antara bidang atau bagian dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.

Pola fungsionalisasi pada struktur organisasi perusahaan ini, mempunyai dampak positif maupun negatip. Dampak positifnya adalah memungkinkan pelaksanaan kegiatan dapat berjalan secara efisien, setiap pegawai benar-benar menguasai bidang pekerjaannya. Sedangkan dampak negatifnya adalah kecenderungan untuk mendahulukan tujuan pribadi pegawai yang bersangkutan daripada tujuan perusahaan. Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, perlu adanya koordinasi yang diwujudkan dengan adanya sistem laporan oleh masing-masing bagian. Hal ini sudah dilaksanakan oleh PT. Columbindo Perdana, begitu pula dengan pengawasan intern yang menurut pengamatan penulis telah berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat terlihat dengan adanya struktur organisasi yang baik, adanya pemisahan fungsi dan wewenang, bahkan pada perusahaan ini juga terdapat suatu pengawasan intern yang bertugas untuk membantu manajemen atau pimpinan dalam mengawasi kegiatan operasional perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, pengawasan intern ini independen terhadap bagian-bagian yang diperiksa dan selalu menyampaikan saran-saran kepada manajemen mengenai masalah-masalah yang ditemuinya pada saat melakukan pemeriksaan.

Dengan adanya struktur organisasi formal pada PT. Columbindo Perdana maka :a. Mempertegas hubungan antara anggota organisasi yang satu dengan yang lain.b. Setiap anggota organisasi pada PT. Columbindo Perdana dapat mengetahui apa

yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan posisinya dalam struktur organisasi.

c. Setiap anggota organisasi dapat mengetahui apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan posisinya dalam struktur organisasi.

d. Dapat dilaksanakan pendelegasian wewenang dalam organisasi secara tegas, sehingga setiap anggota organisasi mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang.

e. Dapat tercipta pula hubungan yang baik antar anggota organisasi sehingga memungkinkan tercapainya tujuan organisasi secara lebih mudah.

Jadi berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi di PT. Columbindo Perdana telah berfungsi sebagai penunjang dari sistem akuntansi pertanggungjawaban dalam hal ini faktor manusia yang berkualitas sangat penting agar tujuan organisasi dapat tercapai.. struktur organisasi perusahaan dapat saja berubah dengan semakin besarnya ukuran organisasi perusahaan, sehingga kemampuan dan cara berpikir para karyawan harus diperhatikan dalam menantang struktur organisasi.

2. Analisa Penerapan Akuntansi PertanggungjawabanAkuntansi pertanggungjawaban menghendaki agar penerapan biaya yang

dilaksanakan dapat mendukung proses pengawasan dan pengendalian biaya. Berdasarkan Informasi yang dilaporkan dalam segmen Income statement, penerpan akuntansi dapat digunakan untuk :

1. Menolong manajer pusat laba untuk memperbaiki profitabilitas operasi pusat laba yang dipimpinnya.

58

Page 59: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

2. Menolong manajemen atasan menilai kemampuan aktivitas pusat laba.3. Menolong manajer atasan dalam hal mengukur prestasi pusat laba

Laporan pertanggungjawaban merupakan laporan yang mewujudkan hasil-hasil yang dicapai oleh seseorang manajer sebagai pimpinan dalam suatu pusat pertanggungjawaban. Dalam laporan ini harus diperhatikan beberapa hal berikut :

1. Laporan harus diberikan tepat waktu2. Laporan harus dimengerti & sistematis3. Laporan dibuat komparatif antara anggaran dengan realisasinya, sehingga dapat

diketahui apakah favorable atau unfavorable.4. Laporan harus konsisten baik dalam bentuk maupun saat pelaporannya.5. Laporan harus memberikan data yang akurat.6. Bentuk dan isi laporan harus disesuaikan dengan tingkat manajemen. Seperti

laporan untuk manajemen tingkat atas harus menyeluruh, singkat, sedangkan laporan untuk manajemen tingkat menengah berbentuk ikhtisar pendapatan dan biaya yang menjadi tanggung jawabnya saja, dan untuk laporan manajemen operasional lebih diperinci.

7. Laporan harus mencakup perincian tentang penyimpangan.Laporan pertanggungjawaban pusat pada PT. Columbindo Perdana Cabang Kota

Blitar dirancang untuk memberitahu manajemen mengenai apa yang telah dilaksanakan oleh pusat laba.

Informasi yang sesungguhnya dicapai laporan informasi bagi pengambilan keputusan, khususnya bagi manajemen atau atasan yang menerima laporan tersebut. Selain itu juga dapat menjadi alat pengawasan bagi pusat tangan Branch Manajer. Karena sifat informasi mengenai pendapatan dan biaya diperoleh dari bagian atau urusan-urusan yang ada di bawah pengawasannya.

Management Control System menyangkut akuntansi pertanggungjawaban yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan pusat pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan konsep yang digunakan dalam sistem akuntansi, yang unit-unit di dalamnya terdiri dari pusat-pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Pusat-pusat pertanggungjawaban akan mempergunakan sumber daya yang ada di dalam organisasi sebagai input, kemudian diolah dalam proses untuk menghasilkan output atau keluaran. Karakteristik input dan output pusat pertanggungjawaban dapat digolongkan menjadi pusat biaya, pusat hasil, pusat laba, pusat investasi.

Dalam proses management control system, akuntansi pertanggungjawaban akan terlihat sebagai perangkat lunak yang didisain sesuai dengan struktur organsiasi dalam skema tulisan ini pada Bab III.a. Penyusunan anggaran akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan.

Menurut konsep akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan sebagai alat untuk menjabarkan rencana kerja yang akan dijalankan juga dipakai sebagai alat dalam penilaian prestasi dari pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam struktur organisasi perusahaan.

59

Page 60: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Selain itu, akuntansi pertanggungjawaban juga menuntut bahwa dalam penyusunan anggaran, partisipasi aktif dari seluruh pusat pertanggungjawaban harus terlibat. Hal ini berarti harus adanya komunikasi dan koordinasi yang baik antar para manajer, sehingga tercipta keselarasan tujuan manajer dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan (goal congruence). Selain itu dalam melakukan perencanaan, manajer juga harus memperhatikan hal-hal apa saja yang ada dalam jangkauan kekuasaannya dan hal yang berada diluar kekuasaannya. Karena operasi perusahaan dimasa mendatang dipengaruhi oleh kedua faktor diatas.

Jika ditinjau dari sudut pandang periode anggaran, PT. Columbindo Perdana, telah melaksanakan sistem perencanaan anggaran dengan baik. Perusahaan ini telah memiliki sistem perencanaan (satu tahun) dimana biaya dan pendapatan direncanakan yang akan datang yaitu dalam bentuk projected P & L, dimana setiap bulannya diadakan rapat yang membahas realisasi dari biaya dan pendapatan tersebut oleh setiap manajer dengan cara demikian, biaya dan pendapatan setiap bulannya dapat diperbandingkan apakah hasil yang akan dicapai dapat dinilai baik atau tidak baik.

Apabila dilihat dari segi prinsip kontrol bilitas biaya, perusahaan ini menggolongkan biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable cost) dalam perkiraan biaya lain-lain pada setiap tingkatan manajer.

Seperti telah diutarakan pada bab sebelumnya bahwa secara mutlak suatu biaya dapat dikendalikan atau tidaknya sangat sulit untuk ditentukan dengan jelas, sehubungan dengan hal ini, PT. Columbindo Perdana perlu membuat suatu patokan dalam mengantisipasi controllable cost dan uncontrollable cost. Patokan yang dapat dibuat, selain suatu biaya dapat dikendalikan bila biaya itu memang merupakan tanggung jawab unit organisasi tersebut, juga dibuat bila ada keinginan dari manajemen perusahaan terhadap pejabat tersebut untuk diserahi tanggung jawab atas biaya yang bukan merupakan tanggungjawabnya sehingga ia dapat membantu mempengaruhi biaya itu.

Berdasarkan pada patokan ini, maka diharapkan penyusunan anggaran menjadi lebih jelas karena sudah terdapat pemisahan antara controllable cost dan uncontrollable cost. Mengingat pengklasifikasian antara controllable cost dan uncontrollable cost merupakan dasar bagi pembentukan laporan yang akan digunakan untuk mempertanggungjawabkan biaya-biaya yang terjadi, serta memungkinkan pihak manajemen untuk menilai prestasi yang dicapai oleh masing-masing pusat pertanggungjawaban, maka pengelompokan controllable cost dan uncontrollable cost perlu ditegaskan dan diatur kembali.

b. Pelaksanaan akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaanSebagaimana telah diterangkan dalam bab-bab sebelumnya salah satu faktor

yang dipertimbangkan manajemen dalam melaksanakan fungsinya adalah faktor biaya. Pengelolaan dan pemanfaatan biaya dengan baik, akan dapat memudahkan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan maupun sasaran perusahaan yang ingin dicapai, agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap biaya yang dikeluarkan oleh atau terjadi didalam perusahaan harus dicatat dan digolongkan sedemikian rupa sehingga memudahkan manajemen dalam pengendaliannya untuk berbagai kepentingan

60

Page 61: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

manajemen, demikian pula yang dilakukan pada PT. Columbindo Perdana cabang Kota Blitar , penggolongan biayanya dilakukan atas dasar :

1. Biaya tetapBiaya tetap yaitu biaya yang jumlahnya konstan dan tidak dipengaruhi oleh

perubahan volume kegiatan. Sewaktu tingkat kegiatan naik atau turun, jumlah total biaya tetap akan selalu tetap konstan, adapun penyajian biaya tetap yang terjadi tahun 2011 per triwulan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Total Biaya Tetap Triwulan 1 Tahun 2011 (dalam ribuan rupiah)Keterangan Januari Februari Maret

Kesejahteraan KaryawanSewaPenyusutanAmortisasiAsuransiPajak daerah & perijinanJasa ahliBiaya keamananIuran Organisasi

19462,9245,14907735401430

34419,7354,81207735402100

21419,6755,1490000506422

Jumlah 68,841 25,532 25,966 Sumber : PT. Columbindo Perdana Cabang KOTA BLITAR

2. Biaya VariabelBiaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan volume

penjualan. Semakin tinggi volume kegiatan, maka semakin tinggi pula total nvariabelnya begitu pula sebaliknya. Adapun penyajian biaya variabel yang terjadi tahun 2011 pertriwulan adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Total Biaya Variabel Triwulan 1 tahun 2011 (dalam ribuan rupiah)Keterangan Januari Februari Maret

Komisi dan insentifIklan dan promosiRepresentasi dan jamuanBiaya transportasiBiaya purna jualBiaya materaiBiaya komunikasiPerbaikan dan pemeliharaanKehilangan barang

15,41410,33119462,92407701430

7,1687,16834419,7354,8120772100

5,5585,55821419,675000506422

Jumlah 94,232 39,514 37,082 Sumber : PT. Columbindo Perdana Cabang KOTA BLITAR

c. Pelaporan akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan.

61

Page 62: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Laporan pertanggungjawaban digunakan untuk memenuhi kebutuhan manajemen sebagai sarana untuk melihat sampai sejauh mana keberhasilan tiap unit pertanggungjawaban dalam memenuhi anggarannya, dari perbedaan antara anggaran dan realisasi, maka manajemen dapat melihat dimana dan oleh siapa ketidak efisienan terjadi.

Laporan pertanggungjawaban yang dibuat oleh perusahaan ini sudah memenuhi persyaratan yang ada, diantarannya sudah mengikuti bentuk struktur organisasi, dimana makin keatas jenjang kepemimpinannya, maka akan semakin ringkas laporannya. Selain itu laporan-laporan yang dibuat sudah disertai angka-angka pembanding. Hal ini akan memudahkan bagi pembaca laporan dalam menilai laporan, menganalisa, mengevaluasi dan mengambil keputusan. Selain itu laporan disertai keterangan yang jelas untuk memudahkan pembaca laporan dalam memahami data yang disajikan dan mengarahkan perhatian pada hal yang penting dalam laporan tersebut.

Sebagai contoh, laporan pertanggungjawaban (lihat tabel 3) yang menunjukkan biaya dan pendapatan dapat dibaca dengan jelas perhitungannya, dimana laporan tersebut oleh bagian finance akan digabungkan dengan laporan lainnya dan dibuat suatu laporan penjualan untuk distribusi kepada manajemen atas. Laporan cost sheet ini juga oleh bagian accounting akan dijurnalkan ke setiap rekening yang bersangkutan untuk dimasukkan kedalam laporan rugi atau laba dan berdasarkan rekap tersebut oleh manajer finance dan accounting akan dibawa dalam suatu rapat bulanan yang akan membahas tentang anggaran dan realisasi dari pendapatan dan biaya yang telah terjadi.

Dengan demikian, otomatis sistem pengendalian manajemen perusahaan sudah diterapkan dengan baik, karena sudah terciptanya keselarasan tujuan (goal congruence) antara tujuan manajer dan tujuan perusahaan. Sedangkan untuk menjamin bahwa sumber daya diperoleh dan digunakan dengan efektif dan efisien, maka perusahaan ini menggunakan suatu patokan berupa anggaran yang akan memudahkan para manajer dalam menilai kinerja para pelaku organisasi. Selain itu, prinsip “manajemen by exception” sudah digunakan karena laporan yang disampaikan kepada manajemen tingkat atas hanya diarahkan untuk menyoroti penyimpangan-penyimpangan yang serius (material) saja, sedangkan masalah-masalah kecil seperti penyimpangan yang tidak berarti dan bersifat rutin, cukup dievaluasi ditingkat jabatan menengah kebawah.

Tabel 3. Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Bulan Agustus 2011

KETERANGAN AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBERRP % RP % RP %

PENJUALAN - Cash 44,026 45,714 50,392 - Sewa Beli 1928,455 1102,954 1067,871Total Penjualan 1972,481 100 1148,668 100 1118,263 100

62

Page 63: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

HPP PENJUALAN - HPP Penj Cash 43,89 47,00 49,18 - HHP Penj Sewa Beli 1050,31 581,03 611,94Total HPP Penjualan 1094,20 55,47 628,02 54,67 661,12 59,12GROSS PROFIT - GP Cash 0,14 -1,28 1,21 - GP Sewa Beli 878,14 521,93 455,93Total Gross Profit 878,28 44,53 520,65 45,33 457,14 40,88BIAYA -818,83 42,46 510,57 46,29 -377,30 35,33Pendapatan lain-lain 17,72 -38,18 -105,04NET PROFIT 76,72 3,98 -28,11 -2,55 -25,20 -2,36ASSET 23743,32 23262,65 22121,10RETURN OF INVESMENT ( R.O.I )

0,32% -0,12% -0,11%

TUNGGAKAN - Tahun 2000 1787,26 10,89 1804,53 10,95 1810,66 10,95 - Tahun 2011 2101,81 13,76 2267,52 14,30 2396,40 14,63 - Tahun 2002 312,27 6,14 418,12 6,84 581,05 8,06REALISASI COLLECTION - Collection 91,62% 78,50% 81,83% - PJT BersihPERSEDIAAN BARANG - Barang Baru 764,37 745,17 649,90 - Barang Tarikan 631,53 590,05 605,25 - Barang Dead Stock 0,31 0,31 0,31 - Barang Sita 11,92 11,92 11,92TOTAL PERSEDIAAN 1408,13 1347,46 1267,38

3. Analisa Pengukuran Prestasi Manager Pusat LabaPenilaian prestasi unit kerja terutama bertujuan untuk menciptakan komunikasi dua

arah antara manajemen puncak dengan pelaku pusat pertanggungjawaban. Manajemen dapat mengetahui tingkat pencapaian sasaran masing-masing pusat pertanggungjawaban.

Dengan adanya penilaian prestasi, maka akan menimbulkan suatu motivasi bagi para pelaku organisasi. Ada beberapa unsur yang disarankan sebagai sarana untuk memotivasi karyawan agar berupaya mencapai sasaran yang telah ditentukan dalam anggaran. Unsur-unsur tersebut antara lain :

1. Sistem penggajian yang mengembangkan dan mempertahankan hubungan antara hasil kerja dan imbalan yang bisa diterima karyawan.

2. Sistem komunikasi yang memungkinkan para karyawan untuk mengajukan pertanyaan kepada atasannya dengan komunikasi yang jujur dan saling mempercayai.

63

Page 64: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

3. Sistem promosi yang menimbulkan dan menumbuhkan kepercayaan karyawan atas keabsahan sistem tersebut dan penilaian yang digunakan.

4. Sistem yang membantu karyawan melalui bimbingan, penyuluhan dan perencanaan karier.

5. Sistem yang tidak hanya mementingkan tujuan perusahaan tetapi juga memperhatikan keahlian dan kemampuan karyawan.

6. Sistem yang dirancang bukan untuk sekedar mendapatkan hasil yang sedang-sedang saja, tetapi ditujukan untuk menetapkan standar yang realistis dan dapat dicapai, mengadakan perbaikan dan menciptakan suatu lingkungan yang mendorong sikap ingin maju.

Penilaian prestasi terhadap personilnya dengan melihat hasil kerja, tanggung jawab, inisiatif, kedisiplinan, kerjasama, potensi yang disertai dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan yang terpenting adalah kejujuran dari masing-masing personil tersebut.

Penilaian prestasi terhadap suatu pusat biaya akan berbeda dengan yang dilakukan terhadap pusat pendapatan. Meskipun demikian penilaian prestasi setiap pusat pertanggungjawaban pada dasarnya dimaksudkan untuk mengukur efektifitas dan efisiensi dari pusat pertanggungjawaban.

Dibawah ini penulis akan memberikan contoh mengenai unsur-unsur kuantitatif untuk melakukan penilaian kinerja pusat pertanggungjawaban yang ada di PT. Columbindo Perdana, yaitu sebagai berikut :a. Pusat biaya

Sebagai pusat biaya PT. Columbindo Perdana membagi 2 (dua) macam penilaian, yaitu penilaian prestasi pusat biaya terukur (engineered expense center) dan penilaian prestasi pusat biaya tidak terukur (discretionary expense center).

Penilaian prestasi pusat biaya terukur, efisiensinya diukur berdasarkan perbandingan antara masukan dan keluaran pusat pertanggungjawaban tersebut. Perbandingan antara masukan dan keluaran pusat pertanggungjawaban tersebut. Apabila dengan masukan yang sama, dihasilkan keluaran yang lebih besar, dan dengan masukan yang lebih kecil dihasilkan keluaran yang sama.

Jadi biaya terukur merupakan suatu pusat biaya dimana biaya-biaya yang dipertanggungjawabkan bisa diperkirakan sebelumnya secara relatif tepat karena mempunyai patokan tertentu yang diukur dengan pasti sepenuhnya. Tetapi biaya terukur disini merupakan pusat biaya dimana unsur biaya yang dapat diukur cukup dominan. Contohnya : biaya tenaga kerja dan upah lembur.

Penilaian prestasi pusat biaya tidak terukur (discretionary expense center) tidak dapat dinilai efisiensinya karena keluaran yang dihasilkan sulit diukur dan tidak dapat dibandingkan dengan masukannya. Sedangkan efektifitas pusat biaya tidak terukur ini dinilai berdasarkan kaitan antara keluaran yang dihasilkan dengan target yang telah ditetapkan.

Jadi pusat biaya tidak terukur merupakan pusat biaya dimana biaya yang harus dipertanggungjawabkan sulit diperkirakan terlebih dahulu dan banyak tergantung dari situasi terjadinya biaya tersebut. Pada bagian ini output yangndihasilkan adalah berupa jasa yang sulit dinilai dengan uang.

64

Page 65: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

b. Pusat pendapatanSebagai pusat pendapatan, penilaian lebih dititikberatkan pada pemaksimuman

pendapatan yang telah dianggarkan, dimana pendapatan diperbandingkan dengan tahun sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya berikut ini laporan pertanggungjawaban bidang keuangan perusahaan.

Secara teoritis pengukuran prestasi pusat pertanggungjawaban pada dasarnya untuk mengukur efisiensi dan efektifitas pusat pertanggungjawaban tersebut. Pengukuran prestasi pusat laba adalah berdasarkan tingkat kemampulabaan yaitu dengan membandingkan anggaran laba yang telah ditetapkan dengan realisasinya.

Efisiensi biasanya dibandingkan dengan suatu ukuran tertentu misalnya membandingkan pusat pertanggungjawaban dengan pusat pertanggungjawaban yang lainnya, membandingkan prestasi sesungguhnya (aktual) dari suatu pusat yang berbeda terutama dalam hal penekanan pendefinisian akuntansi pertanggungjawaban tersebut. Namun pada hakekatnya ada suatu kesepakatan bahwa akuntansi pertanggungjawaban diciptakan untuk membantu manajemen dalam menghasilkan informasi yang berguna untuk mengukur prestasi selanjutnya melaporkan prestasi tersebut.

Pada PT. Columbindo Perdana Cabang KOTA BLITAR penggunaan laporan dalam akuntansi khususnya dalam pusat laba adalah menyakut pelaporan hasil dan biaya yang diakumulasikan sesuai dengan kelompoknya. Laporan-laporan pada pusat laba itu disesuaikan dengan struktur organisasi. Karena pusat-pusat biaya terdiri dari kepala cabang, urusan operasional dan personalia, keuangan maka unit-unit yang berada di bawah bagian-bagian di atas ada juga yang merupakan pusat biaya yang tidak dapat penulis secara detail laporan tersebut. Laporan yang dibahas adalah laporan dari tingkat manajer menengah sampai manajer tingkat atas. Pembahasan ini telah dapat mencerminkan sekaligus mewakili keadaan-keadaan yang ditemui sehubungan dengan pengukuran pusat laba pada perusahaan ini.

Laporan-laporan yang ada sesuai dengan salah satu karakteristik laporan yang baik, yaitu semakin ke atas laporan itu bersifat umum dan sederhana, sedangkan makin kebawah sifatnya terperinci dan kompleks. Jadi dalam hal ini pembaca laporan adalah atasan yang menerima laporan dapat mengambil kesimpulan yang tepat dari hasil yang telah dilaporkan tersebut.

65

Page 66: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Tabel 4. Laporan Pengukuran Prestasi Manager Pusat Laba Bulan April 2011

No

Butir Laporan

Kenyataan bulan

lalu

Proyeksi bulan ini

Standar/ seharusny

aDeviasi Solusi

1.

Collection(Pencapaian terhadap PIT dalam Rp./%)

369.136.330(106 %)

388.420.451(107%)

526.364.162(145%)

137.943.717(38%)

- Melakukan Collection

- Memberikan Insentif harian bagi yang cepat target ? 1 juta

- Mewajibkan semua karyawan menagih setiap hari minggu (collection massal)

2.

Tingkat tunggakan- 1998- 1999- 2000- 2011

8,94%14,03%15,16%3,80%

< 5 %< 5 %< 5 %< 5 %

- Menambah jumlah teamssus sesuai target

- Optimalisasi kinerja korsita

3 Produktivitas (Avr) Collector

13,1 15,1 20 4,9- Melakukan

Evaluasi tingkat Tunggakan

- Setiap bulan memberikan SP yang tunggakannya >5%/ 3 bulan langsung

66

Page 67: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

PHK

4

3 PasalTunggakan yang paling menonjol (%)1. Alasan Ekonomi2. Hilang jejak3. Karakter jejek

43,5%10 %8 %

5. Total BiayaRp. 232 Juta

250 Juta 22, 5 %

6.Transfer uang kas perantara

7.Biaya pending

8.

Kerugian karena terjadinya Penggelapan uang kas

- Melakukan penyeli-dikan dengan seksama untuk semua yang terkait dan meramingkan (PHK) yang terlibat.

- Pada tanggal 4 Mei 2011 yang bersangkutan telah dipanggil oleh POLDA.

9. Selisih1. Stock

67

Page 68: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

2. Kas3. A/R

10

Laba/Rugi1. Bln Pebruari2. Bln Maret3. Bln April4. Akumulasi

(Rp. 85 juta)(Rp. 6 juta)

(Rp. 91 Juta)

Rp. 50 juta

11.12.

ROIPenyelesaian Laporan Keuangan

9 April 9 Mei

4. Analisa Manfaat Penerapan Akuntansi PertanggungjawabanManfaat penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban pada pusat laba berkaitan

dengan struktur organisasi. Sebelum penerapan ini maka perlu dibenahi dahulu struktur organisasinya sehingga batasan antara wewenang dan tanggung jawab juga mengikuti pola struktur yang ada. Dalam hal ini PT. Columbindo Perdana Cabang Kota Blitar untuk mencapai tujuan usaha yang telah ditetapkan, menyusun struktur organisasi sedemikian rupa sehingga pembagian tugas dan pendelegasian wewenang pada pusat laba terlihat jelas.

Manager pusat laba menyusun anggaran yang akan dilaksanakan. Adapun rencana kerja pada pusat laba ini adalah membuat perkiraan anggaran dalam operasional PT. Columbindo Perdana Cabang Kota Blitar dalam bentuk proposal anggaran-anggaran laba rugi. Anggaran ini dibuat sebagai acuan pelaksanaan operasi bagi perusahaan.

Untuk menilai keberhasilan pusat laba maka dibuat suatu acuan yang dapat mengukur apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Setelah realisasi dari anggaran setiap pusat biaya dan pendapatan diperoleh oleh manager pusat laba maka dibuat suatu analisa yang memperlihatkan hasil kerjanya apakah ada atau tidaknya penyimpanan dan apa yang menyebabkan penyimpanan tersebut. Pada akhir suatu periode akan dipertanggungjawabkan kepada atasannya. Karena pusat laba bukan merupakan perusahaan yang benar-benar independen. Wewenang manajer pusat laba dibatasi oleh kendala dari manajemen kantor pusat. Kendala dari pusat laba yang lain timbul jika pembentukan pusat laba didorong oleh suatu keinginan untuk mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ke dalam perusahaan.

Adapun manfaat penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Columbindo Perdana adalah :

1. Adanya pembagian tugas dan wewenang kerja yang jelas pada setiap departemen.2. Perusahaan dapat mengukur peningkatan yang telah dilakukan dalam suatu periode

dan dapat dijadikan pembanding kemajuan dari tahun ke tahun.3. Gaji, HPHR, dividen dan bonus tahunan yang diperhitungkan dalam periode

akuntansi tertentu tapi belum dibayar sebagian atau seluruhnya, bisa diperlakukan

68

Page 69: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

sebagai kewajiban perusahaan dalam periode akuntansi terkait, untuk mencapai tujuan kesejahteraan karyawan/I.

4. Sebagai motivasi manajer pusat laba untuk mencapai tujuan yang telah dibuat.5. Kantor pusat dapat membandingkan prestasi cabang yang satu dengan cabang yang

lainnya, melalui hasil kotor yang diperoleh masing-masing cabang. Hal ini disebabkan cabang terletak didaerah yang berbeda dengan situasi dan kondisi yang berbeda pula.

6. Kantor cabang dievaluasi setiap bulan melalui laporan performance, dalam laporan tersebut, cabang yang dilihatkan rugi bulan ini belum tentu prestasinya memang buruk sebaliknya cabang yang kelihatan untung besar, belum tentu sudah mencapai prestasi yang baik.

C. KESIMPULAN DAN SARANSetelah pembahasan yang dilakukan oleh penulis maka pada Bab V ini, berisikan

kesimpulan yang diambil oleh penulis berhubungan dengan tinjauan akuntansi pertanggungjawaban sebagai pengukuran prestasi manajer pusat laba. Kesimpulan diambil setelah dilakukan perbandingan yang terdapat dalam teori dengan praktek yang ada pada PT. Columbindo Cabang KOTA BLITAR . Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Struktur organisasi PT. Columbindo Perdana cabang DKI Barat sudah baik, yaitu digambarkan dengan jelas dan tertulis disamping itu sudah dilakukan pembagian tugas dan tanggung jawab kepada setiap bagian, sehingga pengendalian atas kegiatan.

2. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban telah dilakukan pada perusahaan sudah dapat dilakukan pimpinan.a. Dalam struktur organisasi telah ditetapkan wewenang dan tanggung jawab

setiap tingkatan yang mengharuskan setiap tingkatan bertanggung jawab pada atasannya.

b. Adanya pengukuran prestasi manajer pusat laba sebagai sarana pengukuran pelaksanaan kegiatan yang telah ada pada anggaran sebelumnya.

c. Adanya penetapan hasil kegiatan kepada atasan tentang apa yang telah dicapai, sehingga laporan menunjukkan adanya pengawasan atas rencana-rencana yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan perusahaan khususnya pada pusat laba.

d. Analisa penilaian atas perbedaan perbandingan laporan aktual dan plan-nya, akan dapat menilai pengendalian yang dijalankan oleh PT. Columbindo perdana cabang DKI Barat, sehingga merupakan aplikasi atas penilaian laporan pertanggungjawaban dimana kantor pusat dapat menilai atas hasil kerja manager cabang atas pengendalian operasional cabang.

e. Penilaian kinerja atas laporan akuntansi pertanggungjawaban manajer cabang.f. Sebagai alat pengendalian dan kontrol atas perkembangan usaha cabang yang

dipertanggungjawabkan kepada kantor pusat.g. Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat untuk memotivasi

manajer, dimana adanya prakarsa untuk melakukan tindakan yang sadar dan bertujuan.

69

Page 70: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

3. Pengukuran akuntansi manajer pusat laba pada PT. Columbindo Perdana Cabang Kota Blitar dibuat berdasarkan anggaran penyusunan yang telah dilakukan oleh para manajer, kemudian diajukan kepada manajer pusat laba selanjutnya untuk melaksanakan kembali setelah disetujui untuk dilaksanakan. Yang telah melibatkan berbagai tingkat manajemen, sehingga tercipta koordinasi yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan.

4. Manfaat penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada PT. Columbindo Perdang Cabang Kota Blitar , dapat dilihat dalam hal pengendalian manajemen yang menerapkan konsep akuntansi pertanggungjawaban secara memadai, yaitu menetapkan tujuan, sasaran, kebijakan. Strategi program-program pelaksanaan kegiatan dan anggaran untuk mengetahui tentang tingkat pencapaian tujuan organisasi, perusahaan melakukan penilaian prestasi unit kerja sehingga dapat tergambar pencapaian sasaran masing-masing pusat pertanggungjawaban.

5. Manfaat penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam perusahaan secara keseluruhan, pada umumnya dapat digambarkan sesuai dengan struktur organisasinya, maka Branch manager adalah seorang yang mempunyai tanggung jawab dalam hal melaporkan akuntansi pertanggungjawaban atas cabang tersebut. Laporan tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada direktur utama kantor pusat tiap 1 (satu) bulan terakhir, dengan menjelaskan antara pelaporan plan dan master budget dengan pelaporan aktual yang sebenarnya terjadi dibulan berjalan, sama halnya dengan pendistribusian unit dari kantor pusat ke cabang, diakui pada setiap bulan, tata cara demikian menurut penulis sudah cukup baik, karena hasil atau pendapatan yang dihasilkan dalam laporan keuangan sudah menggambarkan keadaan sebenarnya sehingga kantor pusat bisa lebih mudah menilai prestasi tiap-tiap cabang, demi tercapainya tujuan perusahaan.

Kesimpulan yang telah dibuat oleh penulis mungkin berguna untuk pertimbangan bagi pimpinan perusahaan terutama dalam tinjauan informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai pengukuran prestasi manajer pusat laba.

Selain kesimpulan di atas penulis juga memberikan saran-saran yang mungkin berguna bagi manajemen perusahaan. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut :

1. Struktur organisasi perusahaan PT. Columbindo Perdana Cabang Kota Blitar dirancang dengan baik. Dari analisis dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis, struktur organisasi perusahaan ini telah memenuhi syarat suatu organisasi yang baik. Untuk ini perusahaan harus mempertahankannya kecuali ada perubahan yang mengharuskan adanya penyesuaian.

2. Untuk menilai pengukuran prestasi yang baik, pada umumnya perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan telah mengadakan spesialisasi baik dimana kantor cabang tersebut telah menjadi pusat laba dan pengukuran prestasi pusat laba sebaiknya tidak berupa biaya dan hasil secara garis besar. Kepala cabang memahami keadaan cabang yang dipimpinnya sehingga dapat mengukur prestasinya lebih baik karena dapat melaporkan hasil kerja yang lebih rinci.

70

Page 71: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

3. Dalam melaksanakan pengendalian terhadap biaya yang terjadi kepada pusat pertanggungjawaban, terutama pusat biaya dan pusat laba, sebaiknya PT. Columbindo Perdana cabang DKI Barat membuat laporan mengenai rekapitulasi biaya. Laporan tersebut memberikan gambaran mengenai biaya yang benar-benar terjadi pada masing-masing bagian yang termasuk dalam, baik pusat laba maupun pusat biaya. Selain mempermudah melakukan pengendalian biaya, kegunaan daripada membuat rekapitulasi biaya adalah sebagai instrumen dalam melakukan perhitungan harga pokok.

DAFTAR PUSTAKA

Basu Swastha, Manajemen Penjualan. edisi ke-3, Yogyakarta: BPFE, 1993.

Cushing, Barry E., Terj. Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi Perusahaan, edisi ke –3, oleh Ruchyat Kosasih, Jakarta : Penerbit Erlangga, 1991..

Horngren, Charles T.,Terj. Pengantar Akuntansi Manajemen, edisi ke-6, Jilid I, Alih Bahasa Frederikson Saragih, Jakarta : Penerbit Erlangga, 1993.

J. Supranto, M. A., Metode Riset dan Aplikasinya dalam Pemasaran, edisi ke-6, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1997.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. Terj. Dasar-Dasar Pemasaran, edisi ke-6, Jilid I, Alih Bahasa Willhelmus W. Bakowatun, Jakarta: Intermedia, 1997.

Laporan Tahunan 1998 PT. United Tractors Tbk, Penerbit PT. United Tractors Tbk., Jakarta, 1998.

Siegel, Joel G. dan Joe K. Shim., Kamus Istilah Akuntansi, edisi I, II, III, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1994.

Sofyan Syafri Harahap, Budgeting : Perencanaan Untuk Membantu Manajemen, cetakan kesatu, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.

Usry, Milton F., dan Adolph Matz. Terj. Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian, edisi ke-10, oleh Alfonsus Sirait dan Hermawan Wibowo, Jakarta : Penerbit Erlangga, 1997.

Willson, James D., dan John B. Campbell. Terj. Controllership: Tugas Akuntan Manajemen, edisi ke-3, oleh Gunawan Hutauruk, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1995.

71

Page 72: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Faktor – Faktor Perilaku Konsumen dalam Memilih Jasa Layanan Operator (Studi pada Segmen Mahasiswa di Kota Tulungagung)

DEMITRI MARVIN KADHAFF1

Abstract : An objective of this research is to identify factors that customer consider in choosing mobile phone operator service (whether CDMA and GSM), Kind of this research is applied research with a research method of causal study. This research is intended to university student segments in Tulungagung City, which these are included into Net Generation group (born between 1977-1997) with age minimal limitation for respondent of 16 years old. Sample framework for this research is user of pre-payment cards( 7 mobile phone operators ) of 175 respondents. Moreover, for its sample technique used is non-probability sampling with purposive sample method, and the second is quota sampling. Extraction result of 34 variables is 7 new factors, which it is labeled as follow: (1) product image factor, (2) service factor, (3) environment influence factor, (4) promotion factor, (5) individual factor, (6) price factor, and (7) process factor. Research result conclution are to build competitive advantage, the operator must be to get positional advantage as differentiation “content and context” service which result are product image, as result from product positioning aplication.

Keywords : Mobile Phone, Consumer Behaviour.

PENDAHULUANAdapun beberapa fakta yang berhasil dihimpun adalah yang berkaitan dengan

kelemahan dan kelebihan layanan operator yang berbasis CDMA disatu pihak dan keunggulan dan kelemahan layanan operator GSM dipihak lain :

Masih terbatasnya Base Transreceiver Station (BTS) yang dimiliki oleh operator CDMA,.

Sementara itu, saluran distribusi kartu RUIM (Removable User Identification Module) bagi pengguna operator CDMA masih terbatas pada tempat-tempat tertentu dipusat kota dan jangkauan distribusinya masih terbatas

Kelebihan operator layanan CDMA yang bisa diberikan kepada konsumennya yaitu biaya percakapan yang lebih murah perpulsa-nya (contohnya,tarif pulsa lokal untuk telkom flexi sebesar Rp 130/menit dan ke handphone dengan tarif SLJJ Rp 1500/menit ) dibandingkan dengan tarif pulsa operator GSM (contohnya, tarif pulsa ke PSTN sebesar Rp 700-800, sementara tarif pulsa ke ponsel sebesar Rp 1300-1500/menit).

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Balitar Blitar 72

Page 73: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Pada output suara yang dihasilkan lebih jernih ( noise free ) dan kemungkinan sambungan terputus sangat kecil (dropcall ). Hal ini disebabkan frekuensi yang dipakai lebih besar yaitu 1,25 MHz untuk CDMA daripada GSM, yaitu sebesar 20-30 KHz .

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan didukung fakta-fakta yang ada maka dapat dirumuskan permasalahan faktual yang bisa dikembangkan untuk lingkup penelitian ini, yaitu faktor apa saja yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam memilih jasa layanan operator mobile Phone, baik yang berbasis CDMA maupun GSM. Jadi penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam memilih jasa operator, baik itu operator GSM maupun CDMA.

Pendekatan Teoritis tentang Perilaku KonsumenMenurut Kotler (1997), model perilaku konsumen terbagi atas rangsangan pemasaran

dan rangsangan lain yang mempengaruhi karakteristik pembeli dan proses keputusan pembeli, yang akhirnya akan mempengaruhi dalam keputusan pembeli.

Gambar 1Model Perilaku Pembeli

Rangsangan Pemasaran

Rangsangan Lain

KarakteristikPembeli

Proses Keputusan Pembeli

Keputusan Pembeli

- Produk- Harga- Tempat- Promosi

- Ekonomi- Teknologi- Politik- Budaya

- Budaya- Sosial- Pribadi- Psikologis

- Pengenalan masalah

- Pencarian informasi- Evaluasi (alternatif)- Keputusan

pembelian- Perilaku pasca beli

- Pilihan produk- Pilihan merk- Pilihan

penyalur- Waktu

pembelian- Jumlah

pembelian

Sumber : Kotler (1997)

Dari berbagai teori yang berkaitan dengan perilaku konsumen dan proses keputusan pembelian oleh konsumen dengan didukung oleh fakta-fakta empirik serta penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan mempunyai relevansi dengan obyek penelitian ini dibuat suatu model kerangka pemikiran yang representatif pada gambar 4. Karena penelitian ini bersifat eksploratif maka tidak ada hipotesis yang peneliti ajukan berkaitan dengan permasalahan yang dirumuskan.

73

Page 74: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIANPopulasi

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah para mahasiswa yang (program diploma, dan S-1) menggunakan jasa layanan operator mobile phone yang berbasis CDMA dan GSM yang lahir pada tahun 1977 sampai 1997 (kelompok Net Generations) dengan sistem pra bayar di Kota Tulungagung.

74

VALUE:

Brand Integritas Merk (X33)

Marketing Mix : Product

Merk (X9) Kualitas Suara (X10) Coverage/jangkauaan area (X11) Fasilitas SMS (X12) Fasilitas Mobile Banking (X13) Akses informasi /internet (X14) Layanan Multimedia (X15) Masa Aktif dan Masa Tenggang (X16) Keamanan Kartu SIM/RUIM (X17)

Price Pulsa percakapan (X18) Pulsa SMS (X19) Akses Internet (X20)

Promotion Pameran (X21) Iklan Media Elektronik (X22) Iklan Media Cetak (X23)

Place Letak Strategis (X24) luasnya Saluran Distirbusi (X25)

Process Jumlah BTS (X26) Banyak Data yang Bisa diakses (X27) Kecepatan Akses Data (X28) Probabilitas Drop Call (X29)

Customer Service Keramahan (X30)

Tehnik Pembelian (X31) Layanan Call Center (X32)

Individual Konsumen: Usia (X1) Pekerjaan (X2) Persepsi

Persepsi tentang operator Mobile Phone (X3) Sikap

Tingkat loyalitas kepada operator Mobile Phone (X4)

Pengaruh Lingkungan : Budaya (X5) Kelompok Referensi

Keluarga (X6) Sahabat (X7)

Tingkat Pendapatan (X8)

Factor Konsumen dalam Memilih Jasa layanan Operator Mobile Phone

Sumber : Assael (1992), Kotler (2001),

Kertajaya (2002)

VALUE: Brand Integritas Merk (X33) Citra Merk (X34)

Page 75: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Teknik SamplingJumlah sampel yang akan diamati dan dianalisis dalam penelitian ditentukan dengan

pendekatan Maholtra (1993), dimana sampel yang diamati dalam penelitian ini adalah 5 X 34 (jumlah variabel)=170 sampel.

Jumlah sampel akan ditambah dengan 5 sampel menjadi 175 sampel agar tiap-tiap subpopulasi yang terwakili secara proporsional. Hal ini relevan dengan pendapat Guilford (1987:125) dari Supranto (2001:239), bahwa dimana semakin besar sampel (makin besar nilai n = banyaknya elemen sampel ) akan memberikan hasil lebih akurat.

Alat AnalisisAdapun model analisis faktor dapat dirumuskan sebagi berikut :

Fi = Wi1 X1 + Wi2 X2 + Wiз Xз + …+ Wik XkDimana , Fi = faktor ke-I,Wik = bobot faktor ke-i untuk variabel ke k,Xk = variabel ke k

HASILFaktor yang terekstrak berjumlah 7 faktor dengan tingkat kemampuan untuk

menjelaskan keragaman total sebesar 69,712%. Total varian ketujuh faktor adalah 69,712 sehingga memenuhi syarat kecukupan total varian sebesar 60% (Maholtra, 1993).

Dari hasil di atas tahapan berikutnya adalah mencermati hasil bentukan faktor yang terjadi berdasarkan loading setiap variabel dalam suatu faktor. Dari proses identifikasi loading diperoleh nilai loading factor diatas 0,5 pada sebagian besar variabel dan beberapa variabel mempunyai nilai dibawah 0,5. Selain itu, loading factor tertinggi pada sebagian besar variabel mengarah pada faktor 1. Untuk itu perlu dilakukan rotasi dengan metode varimax untuk memperbesar nilai loading factor yang besar dan memperkecil nilai loading factor yang kecil.

Tabel 1. Hasil Ekstraksi (dengan metode PCA)

Variabel FaktorEigen value

Pct of Var Cum PctFaktor

LoadingX34 1 5,028 21,861 21,861 0,735X16 0,728X11 0,725X26 0,719X10 0,712X12 0,712X17 0,693X14 0,690X33 0,678X24 2 2,579 11,214 33,075 0,756X30 0,751X32 0,742X25 0,730X8 3 1,736 7,549 40,624 0,889X7 0,889

75

Page 76: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

X23 4 1,731 7,527 48,151 0,889X22 0,875X3 5 1,718 7,469 55,620 0,886X4 0,874X18 6 1,635 7,110 62,729 0,865X20 0,847X28 7 1,606 6,983 69,712 0,844X29 0,829Sumber : Data Primer diolah (Juni, 2012)

IMPLIKASIDari citra produk (FI ) dapat diketahui bahwa suatu produk jasa yang dihasilkan

apakah mempunyai keunggulan posisional dari proses positioning yang dilakukan dibandingkan dengan produk lain. Setelah itu baru positioning diterjemahkan menjadi ”core tactic” melalui differensiasi produk. Kemudian diidentifikasi sumber keunggulan posisional produk tersebut dari sehingga produk tersebut berbeda dengan produk lain dibenak pelanggan. Hal ini relevan dengan riset Kertajaya (1998) mengenai perilaku konsumen dimasa krisis.

Kertajaya (2002) mengemukakan, bahwa differensiasi itu perlu dilakukan melalui dua pendekatan apakah melalui “content” (apa yang perlu ditawarkan) atau “context” (bagaimana cara menawarkannya), atau kedua-duanya. Faktor pelayanan konsumen (F2) mewakili dari “context” dari produk jasa komunikasi dari operator CDMA dan GSM ini.

Faktor yang ketiga adalah faktor promosi (F4), dimana faktor yang termasuk dalam bauran pemasaran ini juga termasuk faktor yang krusial dalam memenangkan market share dari pelanggan jasa komunikasi nirkabel ini. Faktor ini bila diterjemahkan menjadi taktik difrensiasi dari perusahanan termasuk dalam context atau bagaimana cara menawarkannya. Untuk mendukung faktor ini perlu adanya kesesuaian antara promosi dengan kualitas jasa yang dipromosikan untuk membentuk citra produk dibenak pelanggan (Lupiyoadi,2001)

Kesesuaian itu diperoleh dengan adanya dukungan dari faktor ketujuh, yaitu faktor proses (F7). Proses (F7) ini berkaitan dengan pembentukan value yang baik bagi para pengguna mobile phone. Apabila proses suatu produk jasa baik ditinjau dari sudut pandang konsumen sesuai dengan jaminan kualitas yang dipromosikan maka peluang untuk memenangkan pangsa pasar akan makin besar.

Selain itu proses yang efisien akan menghasilkan harga yang kompetitif atau lebih murah untuk diberikan kepada konsumen maka faktor harga (F6) merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen. Jadi faktor harga (F6) terkait erat dengan efiesiensi proses (F7) yang dihasilkan untuk penyampaian jasa komunikasi tersebut kepada pelanggan. Oleh karena itu hasil ektraksi faktor ini sangat relevan ditinjau dari sudut pandang ilmiah..

KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN Ringkasan hasil temuan penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut :

76

Page 77: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Ada 7 faktor yang dipertimbangkan, yaitu : (1) faktor citra produk (F1), (2) faktor pelayanan (F2), (3) faktor pengaruh lingkungan (F3),(4) faktor promosi (F4),(5) faktor individual (F5), (6) faktor harga (F6), dan (7) faktor proses.

Bagi kalangan praktisi manajemen strategi, dalam hal ini yang berkepentingan adalah pihak pihak manajemen operator CDMA dan GSM perlu memperhatikan proses awal dari perumusan strategi yaitu segmentasi pasar sasaran berdasarkan variabel demografi, psikografi, status sosial, dan gaya hidup konsumen. Setelah itu, baru dirumuskan target pasar sasaran berdasarkan besarnya ukuran pasar, tingkat pertumbuhan pasar dan regulasi dari pemerintah. Bagi kalangan akademis dan peneliti, penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi untuk kajian empiris yang berkaitan dengan riset yang mengambil tema dalam lingkup manajemen pemasaran dan manajemen strategi.

Pemilihan tehnik sampling non-probabilitas yang dilakukan dan keterbatasan segmen sampel yang ada, yaitu hanya kalangan mahasiswa dan pelajar tidak mendukung tersajinya hasil informasi yang mempunyai kemampuan generalisasi yang tinggi. Selain itu, Permasalahan dalam penelitian ini masih bisa dikembangkan dalam taraf yang lebih luas sehingga solusi permasalahan yang dikemukan lebih luas dan komprehensif sehingga nilai informasi yang diberikan juga akan semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKAChristi, Laurencia Retha, 2003, Analisa Perilaku Konsumen Terhadap Pengambilan

Keputusan dalam Memilih Layanan Operator Selular di Kota Malang ,Manajemen, Pascasarjana, Universitas Brawijaya Malang.

Hair Jr. Joseph F, Rolph E., Anderson, Ronald L. Thatam, William C. Black, 1992, Multivariat Data Analysis With Reading, Macmillan, Canada.

Kartajaya, Hermawan, I Putu Mandau Wijayanto & Yuswohadi, 1998, “Consumer Behaviour in The Economic Crisis and It’s Implications For Marketing Strategy”, Majalah Kelola, No.18/VIII, UGM, Yogyakarta

Kartajaya, Hermawan, 2002, Markplus on Strategy. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Kotler, Philip, 1997, Manajemen Pemasaran : Analisa, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol (Edisi Bahasa Indonesia), Terjemahan Hendra Teguh, Ronny, Antonius Rusli, Prenhalindo, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2001, Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi, Cetakan Pertama, Edisi Pertama, Penerbit UPP AMP YKPN.

Loudon, David L. & Albert J. DeltaBitta, 1993, Consumer Behaviour : Concept and Application, Fourth Edition, Mc-GrawHill Book Co., Singapore

Lupiyoadi, Rambat, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa : Teori dan Praktek, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

77

Page 78: jurnal.unisbablitar.ac.idjurnal.unisbablitar.ac.id/images/jurnal/68/AKUNTABILIT… · Web viewpembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), keberlanjutan dalam menciptakan lapangan kerja

Santosa, Singgih, 2002, Statistik Multivariat : Buku Latihan SPSS, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sugiono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Edisi Ketiga, ALFABETA, Bandung.Supranto, Johannes, 2001, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk Menaikkan

Pangsa Pasar, Cetakan Kedua, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

78