piiways.com · web viewpada fase pre-rigor mortis dan rigor mortis ikan masih dapat dikategorikan...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semua bahan pangan akan mengalami perubahan mutu setelah kematian.
Perubahan ini dapat terjadi secara fisik, kimiawi maupun biologis. Secara garis
besarnya, perubahan yang dialami iakan berlansung dalam 3 fase, yaitu fase pre-
rigor mortis, rigor mortis dan post rigor mortis. Perubahan fase ini dapat
difunakan sebagai indikator perubahan kualitas ikan. Pada fase pre-rigor mortis
dan rigor mortis ikan masih dapat dikategorikan sebagai produk segar.
Perubahan yang dialami ikan disebabkan oleh aktifitas enzimatis, oksidasi
dan mikrobiologi (aitken, 1982). Sebelum fase post-rigormortis, perubahan ikan
disebabkan oleh aktivitas enzimatis (wheaton and lawson, 1985). Perubahan yang
disebabkan oleh oksidasi dan mikrobiologi berlansung setelah fase post-rigor
mortis.
Banyak parameter yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesegaran
ikan, baik secara kimiawi, fisikawi, biologis dan organoleptik. Nilai pH
merupakan parameter yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesegaran
hasil perikanan. Berdasarkan pH, dapat ditentukan apakah daging ikan masih pada
fase rigor mortis atau sudah memasuki fase post-rigor mortis. Pada fase pre-rigor
mortis oto ikan masih lunak, elastis dan lentur. Umumnya fase rigor mosrtis pada
ikan terjadi satu hingga tujuh jam setelah ikan mati. Penentuan kesegaran ikan
berdasarkan fase perubahan sangat bermanfaat. Dengan cara ini, kesegaran ikan
dapat ditentukan lebih cepat.
Pada tahun 1869 Friedrick Mescher, seorang muda bangsa Swiss yang belajar
pada Hoppe-Seyler yang terkemuka di Jerman, mengisolasi inti dari sel darah
putih dan menemukan bahwa inti mengandung suatu zat kaya fosfat yang sampai
sekarang ini tidak diketahui yang dinamakannya nuklein, dan pada tahun 1871
secara nubuat menulis:
Menurut saya tampaknya seluruh family dari zat yang mengandung fosfor ini,
agak sedikit berbeda satu sama lainnya, akan timbul sebagai sekelompok zat
nuklein, yang kemungkinan patut mendapat pertimbangan yang sama dengan
protein.
Ketika nuklein ditetapkan bersifat asam, namanya diganti menjadi asam
nukleat. Riset mengenai biomolekul ini pada decade pertama dari abad ini
menemukan bahwa asam nukleat, seperti protein merupakan polimer. Unit
monomerik dari suatu asam nukleat disebut nukleotida; jadi, asam nukleat juga
disebut polinukleotida.
Ada dua jenis asam nukleat yaitu DNA (deoxyribonucleic acid ) atau asam
deoksiribonukleat dan RNA ( ribonucleic acid ) atau asam ribonukleat. DNA oleh
seorang dokter muda Friedrich Miescher yang mempercayai bahwa rahasia
kehidupan dapat diungkapkan melalui penelitian kimia pada sel-sel.
Penelitian berlanjut mengenai asam nukleat menemukan bahwa unit
nukleotida ini terkait satu sama lain melalui ikatan fosfodiester membentuk
struktur makromolekular, yang dalam kasus DNA, dapat mempunyai berat
molekul milyaran. Kedua jenis asam nukleat ditemukan pada semua tumbuh-
tumbuhan dan hewan. Virus juga mengandung asam nukleat; namun, tidak seperti
tumbuh-tumbuhan atau hewan, suatu virus memiliki RNA ataupun DNA, tetapi
tidak keduanya.
Walaupun kimiawi dari asam nukleat diteliti secara serius setelah
penemuannya, 75 tahun berlalu sebelum makna biologi dari makro molekul ini
disadari. Saran yang diajukan oleh Avery dan rekan, pada tahun 1944, bahwa
DNA adalah bahan genetika, merupakan peranan biologi spesifik pertama yang
diajukan untuk suatu asam nukleat. Mengenai RNA, baru pada tahun 1957
ditetapkan suatu fungsi selular spesifik untuk asam nukleat ini ( keterlibatan RNA
dalam sintesis protein ). (Namun, perlu dicatat, bahwa RNA telah diidentifikasi
lebih dini sebagai bahan genetika dari sejumlah virus.) timbulnya biologi
molecular menekankan keunggulan dari DNA maupun RNA, yang beragam
spesies selularnya memiliki peranan mencolok dalam sintesis protein (ekspresi
gen ).
BAB II
ISI
2.1 Rigormortis
Untuk mempertahankan kehidupan dan aktivitas, makanan merupakan
kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi. Kelebihan karbohidrat yang berasal dari
pakan yang dikonsumsi akan dirubah dalam tubuh ikan menjadi glikogen (pati
hewan) yang akan disimpan didalam hati dan otot. Glikogen ini akan dirombak
menjadi asam laktat (anaerob) atau asam piruvat (aerob) dan akan menghasilkan
ATP (adenosine tri fosfat). Pada otot ATP akan digunakan untuk proses kontraksi
dan relaksasi sehingga memungkinkan ikan untuk bergerak atau beraktivitas.
Dengan demikian otot strip (otot skelet = rangka tubuh) disebut sebagai alat
pergerakan tubuh atau sebagai eneriy mekanik. Karena otot terdiri dari unsur-
unsur kimia (C, H, O) maka disebut juga sebagai energi kimiawi. Pada saat ikan
telah mengalami kematian maka otot yang semasa hidup ikan disebut sebagai
energi mekanik dan energi kimiawi akan disebut sebagi energi kimiawi saja
karena setelah rigor mortis terbentuk maka akativitas kontraksi tidak tejadi lagi.
Sesaat setelah ikan mati maka sisa-sisa glikogen dan khususnya ATP yang
terbentuk menjelang ikan mati akan tetap digunakan untuk kontraksi otot sampai
ATP habis sama sekali dan pada saat itu akan terbentuk rigor mortis ditandai
dengan kekakuan otot (tidak ekstensibel lagi).
Produksi ATP dari glikogen melalui tiga jalur yakni:
2.1.1 Glikolisis
Perombakan glikogen menjadi asam laktat (produk akhir) atau melalui
pembentukan terlebih dahulu asam piruvat (dalam keadaan aerob) kemudian
menjadi asam laktat (anaerob). Pada kondisi ini akan terbentuk 3 mol ATP
Glikolisis diperoleh daribahasa yunani glyk “manis”, dan lysis
“pemecahan”. Glikolisis merupakan proses pemecahan glukosa menjadi senyawa
triosa (C3) yaitu piruvat. Siklus asam sitrat atau siklus Krebs merupaknan proses
oksidasi senyawa trikarboksilat menjadi senyawa sumber elektron atau sumber
energi yang kemudian difosforilasi oksidatif menjadi energi. Senyawa pada
glikolisis dan siklus asam sitrat menyediakan prekursor biosintesis asam amino.
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia penguraian glukosa (yang
memiliki 6 atom C) menjadi asam piruvat (senyawa yang memiliki 3 atom C),
NADH, dan ATP. NADH (Nikotinamida Adenina Dinukleotida Hidrogen) adalah
koenzim yang mengikat elektron (H), sehingga disebut sumber elektron berenergi
tinggi. ATP (adenosin trifosfat) merupakan senyawa berenergi tinggi. Setiap
pelepasan gugus fosfatnya menghasilkan energi. Pada proses glikolisis, setiap 1
molekul glukosa diubah menjadi 2 molekul asam piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP.
Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung secara
aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP, serta peranan
ATP dan ADP pada glikolisis adalah memindahkan (mentransfer) fosfat dari
molekul yang satu ke molekul yang lain. Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di
sitoplasma(sitosol). Glikolisis terjadi melalui 10 tahapan yang terdiri dari 5
tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan pelepasan energi.
Berikut ini reaksi glikolisis secara lengkap: Dari skema tahapan glikolisis
menunjukkan bahwa energi yang dibutuhkan pada tahap penggunaan energi
adalah 2 ATP. Sementara itu, energi yang dihasilkan pada tahap pelepasan energi
adalah 4 ATP dan 2 NADH. Dengan demikian, selisih energi atau hasil akhir
glikolisis adalah 2 ATP + 2 NADH.
Tahapan glikolisis
Glikolisis secara harfiah berarti pemecahan glukosa atau dekomposisi.
Melalui proses ini, satu molekul glukosa sepenuhnya dipecah untuk menghasilkan
dua molekul asam piruvat, dua molekul ATP dan dua NADH (Reduced
nikotinamida adenin dinukleotida) radikal yang membawa elektron yang
dihasilkan. Butuh waktu bertahun-tahun penelitian melelahkan dalam biokimia
yang mengungkapkan tahap-tahap glikolisis yang membuat respirasi selular
mungkin.
Berikut adalah berbagai tahap yang disajikan dalam urutan awal terjadinya
dengan glukosa sebagai bahan baku utama. Seluruh proses melibatkan sepuluh
tahap dengan membentuk produk pada setiap tahap dan setiap tahap diatur oleh
enzim yang berbeda. Produksi berbagai senyawa di setiap tahap menawarkan
entry point yang berbeda ke dalam proses. Itu berarti, proses ini dapat langsung
mulai dari tahap peralihan jika senyawa yang reaktan pada tahap yang langsung
tersedia.
Tahap1: Fosforilasi Glukosa
Tahap pertama adalah fosforilasi glukosa (penambahan gugus fosfat).
Reaksi ini dimungkinkan oleh heksokinase enzim, yang memisahkan satu
kelompok fosfat dari ATP (Adenosine Triphsophate) dan menambahkannya ke
glukosa, mengubahnya menjadi glukosa 6-fosfat. Dalam proses satu ATP
molekul, yang merupakan mata uang energi tubuh, digunakan dan akan
ditransformasikan ke ADP (Adenosin difosfat), karena pemisahan satu kelompok
fosfat. Reaksi keseluruhan dapat diringkas sebagai berikut:
Glukosa (C6H12O6) + + ATP heksokinase → Glukosa 6-Fosfat (C6H11O6P1) +
ADP
Tahap 2: Produksi Fruktosa-6 Fosfat
Tahap kedua adalah produksi fruktosa 6-fosfat. Hal ini dimungkinkan oleh
aksi dari enzim phosphoglucoisomerase. Kerjanya pada produk dari tahap
sebelumnya, glukosa 6-fosfat dan berubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang
merupakan isomer nya (Isomer adalah molekul yang berbeda dengan rumus
molekul yang sama tetapi susunan berbeda dari atom). Reaksi seluruh diringkas
sebagai berikut:
Glukosa 6-Fosfat (C6H11O6P1) + Phosphoglucoisomerase (Enzim) → Fruktosa
6-Fosfat (C6H11O6P1)
Tahap 3: Produksi Fruktosa 1, 6-difosfat
Pada tahap berikutnya, Fruktosa isomer 6-fosfat diubah menjadi fruktosa
1, 6-difosfat dengan penambahan kelompok fosfat. Konversi ini dimungkinkan
oleh fosfofruktokinase enzim yang memanfaatkan satu molekul ATP lebih dalam
proses. Reaksi ini diringkas sebagai berikut:
Fruktosa 6-fosfat (C6H11O6P1) + fosfofruktokinase (Enzim) + ATP → Fruktosa
1, 6-difosfat (C6H10O6P2)
Tahap 4: Pemecahan Fruktosa 1, 6-difosfat
Pada tahap keempat, adolase enzim membawa pemisahan Fruktosa 1, 6-
difosfat menjadi dua molekul gula yang berbeda yang keduanya isomer satu sama
lain. Kedua gula yang terbentuk adalah gliseraldehida fosfat dan fosfat
dihidroksiaseton. Reaksi berjalan sebagai berikut:
Fruktosa 1, 6-difosfat (C6H10O6P2) + Aldolase (Enzim) → gliseraldehida fosfat
(C3H5O3P1) + Dihydroxyacetone fosfat (C3H5O3P1)
Tahap 5: interkonversi Dua Glukosa
Fosfat dihidroksiaseton adalah molekul hidup pendek. Secepat itu dibuat,
itu akan diubah menjadi fosfat gliseraldehida oleh enzim yang disebut fosfat
triose. Jadi dalam totalitas, tahap keempat dan kelima dari glikolisis menghasilkan
dua molekul gliseraldehida fosfat.
Dihidroksiaseton fosfat (C3H5O3P1) + Triose Fosfat → gliseraldehida fosfat
(C3H5O3P1)
Tahap 6: Pembentukan NADH & 1,3-Diphoshoglyceric
Tahap keenam melibatkan dua reaksi penting. Pertama adalah
pembentukan NADH dari NAD + (nicotinamide adenin dinukleotida) dengan
menggunakan enzim dehydrogenase fosfat triose dan kedua adalah penciptaan
1,3-diphoshoglyceric asam dari dua molekul gliseraldehida fosfat yang dihasilkan
pada tahap sebelumnya. Reaksi keduanya adalah sebagai berikut:
Fosfat dehidrogenase Triose (Enzim) + 2 NAD + + 2 H-→ 2NADH (Reduced
nicotinamide adenine dinucleotide) + 2 H +
Triose fosfat dehidrogenase gliseraldehida fosfat + 2 (C3H5O3P1) + 2P (dari
sitoplasma) → 2 molekul asam 1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2)
Tahap 7: Produksi ATP & 3-fosfogliserat Asam
Tahap ketujuh melibatkan penciptaan 2 molekul ATP bersama dengan dua
molekul 3-fosfogliserat asam dari reaksi phosphoglycerokinase pada dua molekul
produk 1,3-diphoshoglyceric asam, dihasilkan dari tahap sebelumnya.
2 molekul asam 1,3-diphoshoglyceric (C3H4O4P2) + + 2ADP
phosphoglycerokinase → 2 molekul 3-fosfogliserat acid (C3H5O4P1) + 2ATP
(Adenosine Triphosphate)
Tahap 8: Relokasi Atom Fosfor
Tahap delapan adalah reaksi penataan ulang sangat halus yang melibatkan
relokasi dari atom fosfor dalam 3-fosfogliserat asam dari karbon ketiga dalam
rantai untuk karbon kedua dan menciptakan 2 - asam fosfogliserat. Reaksi seluruh
diringkas sebagai berikut:
2 molekul 3-fosfogliserat acid (C3H5O4P1) + phosphoglyceromutase (enzim) →
2 molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1)
Tahap 9: Penghapusan Air
The enolase enzim datang ke dalam bermain dan menghilangkan sebuah
molekul air dari 2-fosfogliserat acid untuk membentuk asam yang lain yang
disebut asam phosphoenolpyruvic (PEP). Reaksi ini mengubah kedua molekul 2-
fosfogliserat asam yang terbentuk pada tahap sebelumnya.
2 molekul asam 2-fosfogliserat (C3H5O4P1) + enolase (enzim) -> 2 molekul
asam phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1) + H2O 2
Tahap 10: Pembentukan piruvat Asam & ATP
Tahap ini melibatkan penciptaan dua molekul ATP bersama dengan dua
molekul asam piruvat dari aksi kinase piruvat enzim pada dua molekul asam
phosphoenolpyruvic dihasilkan pada tahap sebelumnya. Hal ini dimungkinkan
oleh transfer dari atom fosfor dari asam phosphoenolpyruvic (PEP) untuk ADP
(Adenosin trifosfat).
2 molekul asam phosphoenolpyruvic (PEP) (C3H3O3P1) + + 2ADP kinase
piruvat (Enzim) → 2ATP + 2 molekul asam piruvat.
Seperti yang Anda lihat, semua tahap sebagian besar melibatkan manipulasi
kelompok fosfat dan kemudian atom fosfor yang dimungkinkan oleh berbagai
enzim dalam sitoplasma. Enzim seperti katalis yang membuat reaksi mungkin dan
kemudian melepaskan diri.
a. Proses Reaksi glikolisis (respirasi aerob)
Proses Reaksi Glikolisis (respirasi aerob)- Glikolisis merupakan reaksi tahap
pertama secara aerob (cukup oksigen) yang berlangsung dalam mitokondria.
Tahap glikolisis tidak memerlukan oksigen dan tidak menghasilkan
banyak energi. Tahap glikolisis merupakan awal terjadinya respirasi sel. Glikolisis
terjadi dalam sitoplasma dan hasil akhir glikolisis berupa senyawa asam piruvat.
Glikolisis memiliki sifat-sifat, antara lain: glikolisis dapat berlangsung secara
aerob maupun anaerob, glikolisis melibatkan enzim ATP dan ADP, serta peranan
ATP dan ADP pada glikolisis adalah memindahkan (mentransfer) fosfat dari
molekul yang satu ke molekul yang lain. Pada sel eukariotik, glikolisis terjadi di
sitoplasma (sitosol). Glikolisis terjadi melalui 10 tahapan yang terdiri dari 5
tahapan penggunaan energi dan 5 tahapan pelepasan energi. Berikut ini reaksi
glikolisis secara lengkap:
Molekul glukosa akan masuk ke dalam sel melalui proses difusi. Agar
dapat bereaksi, glukosa diberi energi aktivasi berupa satu ATP. Hal ini
mengakibatkan glukosa dalam keadaan terfosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat
yang dibantu oleh enzim heksokinase. Glikolisis ini terjadi pada saat sel memecah
molekul glukosa yang mengandung 6 atom C (6C) menjadi 2 molekul asam
piruvat yang mengandung 3 atom C (3C) yang melalui dua rangkaian reaksi yaitu
rangkaian I (pelepasan energi) dan rangkaian II (membutuhkan oksigen).
Rangkaian I
Rangkaian I Reaksi Glikolisis (pelepasan energi) berlangsung di dalam
sitoplasma (dalam kondisi anaerob) yaitu diawali dari reaksi penguraian molekul
glukosa menjadi glukosa-6-fosfat yang membutuhkan (-1) energi dari ATP dan
melepas 1 P. Jika glukosa-6-fosfat mendapat tambahan 1 P menjadi fruktosa-6-
fosfat kemudian menjadi fruktosa 1,6 fosfat yang membutuhkan (-1) energi dari
ATP yang melepas 1 P. Jadi untuk mengubah glukosa menjadi fruktosa 1,6 fosfat,
energi yang dibutuhkan sebanyak (-2) ATP. Selanjutnya fruktosa 1,6 fosfat masuk
ke mitokondria dan mengalami lisis (pecah) menjadi dehidroksik aseton fosfat dan
fosfogliseraldehid.
Rangkaian II
Rangkaian II Reaksi Glikolisis (membutuhkan oksigen) berlangsung di
dalam mitokondria (dalam kondisi awal), molekul fosfogliseraldehid yang
mengalami reaksi fosforilasi (penambahan gugus fosfat) dan dalam waktu yang
bersamaan, juga terjadi reaksi dehidrogenasi (pelepasan atom H) yang ditangkap
oleh akseptor hidrogen, yaitu koenzim NAD. Dengan lepasnya 2 atom H,
fosfogliseraldehid berubah menjadi 2×1,3-asam difosfogliseral kemudian berubah
menjadi 2×3-asam fosfogliseral yang menghasilkan (+2) energi ATP. Selanjutnya
2×3-asam fosfogliseral tersebut berubah menjadi 2xasam piruvat dengan
menghasilkan (+2) energi ATP serta H2O (sebagai hasil sisa). Jadi, energi hasil
akhir bersih untuk mengubah glukosa menjadi 2 x asam piruvat, adalah:
Energi yang dibutuhkan Tahap I : (-2) ATP
Energi yang dihasilkan Tahap II : (+4) ATP
Energi hasil akhir bersih : 2 ATP
Pada perjalanan reaksi berikutnya, asam piruvat tergantung pada
ketersediaan oksigen dalam sel. Jika oksigen cukup tersedia, asam piruvat dalam
mitokondria akan mengalami dekarboksilasi oksidatif yaitu mengalami pelepasan
CO2 dan reaksi oksidasi dengan pelepasan 2 atom H (reaksidehidrogenasi).
Selama proses tersebut berlangsung, maka asam piruvat akan bergabung dengan
koenzim A (KoA–SH) yang membentuk asetil koenzim A (asetyl KoA). Dalam
suasana aerob yang berlangsung di membran krista mitakondria terbentuk juga
hasil yang lain, yaitu NADH2 dari NAD yang menangkap lepasnya 2 atom H
yang berasal dari reaksi dehidrogenasi. Kemudian kumpulan NADH2 diikat oleh
rantai respirasi di dalam mitokondria. Setelah asam piruvat bergabung dengan
koenzim dan membentuk asetil Co-A kemudian masuk dalam tahap siklus Krebs.
Jika Anda amati lebih cermat lagi, Anda akan mengetahui pada tahapan
mana sajakah energi (ATP) dibentuk. Nah, proses pembentukan ATP inilah yang
disebut fosforilasi. Pada tahapan glikolisis tersebut, enzim mentransfer gugus
fosfat dari substrat (molekul organik dalam glikolisis) ke ADP sehingga prosesnya
disebut fosforilasi tingkat substrat. Keseluruhan reaksi glikolisis, dapat dibuat
persamaaan reaksi sebagai berikut:
Glukosa + 2ADP + 2Pi + 2NAD+ → 2 Piruvat + 2H2O + 2ATP + 2NADH + 2H+
Selain glukosa, bahan makanan yang Anda konsumsi tidak selalu
mengandung gula sederhana seperti glukosa saja. Kadang-kadang Anda
mengkonsumsi bahan-bahan yang mengandung gula kompleks (karbohidrat
kompleks) seperti maltosa, laktosa, dan sukrosa. Kemudian, dapatkah gula-gula
atau karbohidrat yang kompleks tersebut langsung dimetabolisme oleh sel? Tentu
saja tidak, bahan-bahan yang belum sederhana tersebut harus dirombak dahulu
sehingga menjadi bahan yang dapat dimetabolisme langsung oleh sel. Bukankah
Anda sudah mengetahui macam-macam gula? Maltosa, sukrosa, dan laktosa
terlebih dahulu diubah menjadi monomer penyusunnya yaitu glukosa dan gula
sederhana yang lain yaitu fruktosa atau galaktosa. Selanjutnya, glukosa atau gula-
gula sederhana akan masuk siklus glikolisis seperti biasa. Glukosa akan diubah
menjadi glukosa 6P dan seterusnya sehingga dapat dihasilkan 2 asam piruvat.
Lalu, bagaimana dengan fruktosa dan manosa? Fruktosa dan manosa dapat
langsung diubah menjadi fruktosa 6P.
2.1.2 Siklus asam trikarboksilat (siklus krebs);
Sebagian asam piruvat hasil perombakan glikogen bersama produk
degradasi protein dan lemak akan masuk kedalam siklus asam trikarboksilat yang
menghasilkan CO2 dan atom H. Atom H kemudian masuk ke rantai transport
elektron dalam mitochondria untuk menghasilkan H2O serta 30 mol ATP.
Siklus krebs adalah salah satu reaksi yang terjadi dari rangkaian reaksi
metabolisme sel di dalam mitokondria yang membawa katabolisme residu asetyl,
membebaskan ekuivalen hidrogen, yang dengan oksidasi menyebabkan pelepasan
dan penangkapan ATP sebagai pemenuh kebutuhan energi jaringan. Siklus ini
dinamakan siklus krebs karena yang menemukan adalah Mr. Krebs atau Sir Hans
Adolf Krebs (1900-1981) pada tahun 1937, seorang ahli biokimia terkenal yang
menemukan metabolisme karbohidrat. Nama lain dari siklus krebs yaitu siklus
asam sitrat karena senyawa pertama yang terbentuk adalah asam sitrat juga siklus
asam trikarboksilat (-COOH) karena hampir di awal-awal siklus krebs,
senyawanya tersusun dari asam trikarboksilat. Trikarboksilat itu merupakan gugus
asam (-COOH).
Siklus krebs adalah serangkaian reaksi yang digunakan oleh organisme
aerobik untuk menghasilkan energi dari oksidasi molekul asetil-CoA hasil tiga
metabolisme karbohidrat utama, Glikolisis, Jalur Pentosa Fosfat dan Jalur Entner-
Doudoroff.
Siklus krebs merupakan salah satu proses yang menggunakan asam nitrat
dari sebuah reaksi metabolisme pada asetil ko-A yang digabungkan dengan asam
oksaloasetat setelah terjadi suatu proses berupa glikolisis. Pada kinerjanya
penjelasan dan proses siklus krebs ini merupakan salah satu reaksi dari proses
pernafasan yang lebih panjang. Bertepatan di Mitokondria dengan menggunakan
asetat aktif untuk dijadikan Asetil ko-A dalam proses oksidasi glukosa. Dari siklus
ini metabolisme yang dihasilkan dari proses glikolisis akan menjadi sumber utama
bagi tubuh sebagai energi. Yangmana proses glikolisis ini merupakan proses
konversi antara karbohidrat dengan lemak untuk dijadikan adenon trifosfat atau
ATP.
Fungsi utama Siklus Kreb
a. Menghasilkan karbondioksida terbanyak pada jaringan manusia.
b. Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai
pernapasan untuk produksi ATP
c. Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan untuk
digunakan pada sintesis asam lemak.
d. Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan asam
nukleat.
e. Melakukan pengendalian langsung (produk → bakal produk) atau tidak
langsung (alosterik) terhadap sistem enzim lain melalui komponen-
komponen siklus.
Reaksi Siklus Kreb
Siklus reaksi diawali dengan reaksi antara asetil KoA dan (2C) dan asam
oksaloasetat (4C) yang menghasilkan asam trikarboksilat, sitrat. Selanjutnya
sejumlah 2 molekul atom CO2 dirilis dan teregenerasi. Sebenarnya hanya sedikit
oksaloasetat yang dibutuhkan untuk menginisiasi siklus asam sitrat sehingga
oksaloasetat dikenal dengan perannnya sebagai agen katalitik pada siklus Krebs.
Tahapan reaksi Siklus Kreb
Tahap 1 : Sitrat Sintase (hidrolisis)
Asetil KoA + oksaloasetat + H2O → sitrat + KoA-SH Merupakan reaksi
kondensasi aldol yg disertai hidrolisis dan berjalan searah. Klinis: sitrat sintase
sangat spesifik terhadap zat yang dikerjakan. Flouroasetil KoA dapat
menggantikan gugus –asetil KoA. Flourosasetat kadang digunakan sebagai racun
tikus. Bila termakan dapat berakibat fatal
Tahap 2 : Aconitase, memerlukan 2 tahap
Sitrat diubah menjadi isositrat oleh enzim akonitase yg mengandung Fe++.
Caranya: mula-mula terjadi dehidrasi menjadi cis-akonitat (yang tetap terikat
enzim) kemudian terjadi rehidrasi menjadi isositrat.
Tahap 3 : Isositrat Dehidrogenase (dekarboksilasi pertama)
Isositrat dioksidasi menjadi oksalosuksinat (terikat enzim) oleh isositrat
dehidrogenase yg memerlukan NAD+. Reaksi ini diikuti dekarboksilasi oleh
enzim yg sama menjadi α-ketoglutarat. Enzim ini memerlukan Mn++ / Mg++ .
Ada 2 jenis isozim isositrat dehidrogenase :
1. Satu jenis isozim menggunakan NAD+ (intramitokondria) →isozim
ini hanya ditemukan di dalam mitokondria NADH + H+ yg terbentuk
akan diteruskan dalam rantai respirasi.
2. Dua jenis isozim yg lain menggunakan NADP+ dan ditemukan di
luar mitokondria (ekstramitokondria) dan sitosol.
Tahap 4 : ketoglutarat dehidrogenase kompleks (dekarboksilasi)
Dekarboksilasi oksidatif α-ketoglutarat (caranya seperti pada
dekarboksilasi oksidatif piruvat) menjadi suksinil KoA oleh enzim α-ketoglutarat
dehidrogenase kompleks.Enzim ini memerlukan kofaktor seperti : TPP,
Lipoat,NAD+, FAD dan KoA-SH. Reaksi ini secara fisiologis berjalan searah.
Klinis: Reaksi ini dapat dihambat oleh arsenit mengakibatkan akumulasi atau
penumpukan α-ketoglutarat.
Tahap 5 : suksinat thikonase (fosforilasi tingkat substrat)
Suksinil KoA→Suksinat Reaksi ini memerlukan ADP atau GDP yg
dengan Pi akan membentuk ATP atau GTP. Juga memerlukan Mg++. Reaksi ini
merupakan satu-satunya dalam TCA cycle yg membentuk senyawa fosfat
berenergi tinggi pada tingkat substrat. Pada jaringan dimana glukoneogenesis
terjadi ( hati & ginjal) terdapat 2 jenis isozim suksinat thiokonase, satu jenis
spesifik GDP, satu jenis untuk ADP. Pada jaringan nonglukoneogenik hanya ada
isozim yg menggunakan ADP.
Tahap 6 : Suksinat dehidrogenase (dehidrogenasi & oksidasi)
Suksinat + FAD→ Fumarat + FADH2 Reaksi ini tdak lewat NAD, Klinis:
dihambat oleh malonat, asam dikarboksilat berkarbon 3. Suksinat dapat tertimbun
dan pernapasan terhambat
Tahap 7 : Fumarase (dehidrasi)
Fumarat + H2O → L-Malat Tidak memerlukan koenzim.
Tahap 8 : Malat dehidrogenase
L-Malat + NAD+ → Oksaloasetat + NADH + H+ Reaksi ini membentuk
kembali oksaloasetat. Terdapat 6 isozim MDH, 50% isozim MDH adalah tipe IV
Klinis: kerusakan jaringan seringkali mengakibatkan kenaikan MDH tetapi
pemeriksaan MDH tidak lazim dilakukan, karena lebih mudah untuk memeriksa
dengan LDH .
A. Regulasi siklus Asam Sitrat diatur oleh:
- Citrate Synthase
- Isocitrate dehydrogenase
- Ketoglutarate dehydrogenase
Konsumsi oksigen, reoksidasi NADH, dan produksi ATP yang dikoupling.
I. Kontrol regulasi:
1. Ketersediaan substrat – oxaloacetate menstimulasi sitrat sintase
2. Inhibis produk- substrat sitrat berkompetisi dengan oksaloasetat untuk
sitrat sintase, NADH menginhibisi isositrat dehidrogenase dan α-
ketoglutarate dehydrogenase, succinyl-CoA menginhibisi α-
ketoglutarate dehydrogenase.
3. 3.Inhibisi feedback kompetitif - NADH menginhibisi sitrat sintase,
suksinil KoA berkompetisi dengan asetil KoA pada reaksi sitrat
sintase.
II. Regulator penting:
1. Substrat -acetyl-CoA dan oksaloasetat memproduksi – NADH
2. Regulasi Siklus Asam Sitrat
i. Kontrol allosterik dari siklus enzim
ii. Isocitrate dehydrogenase
iii. ketoglutarate dehydrogenase
iv. pyruvate dehydrogenase phosphatase
v. ADP - allosteric activator dari isocitrate dehydrogenase
vi. ATP - inhibibis isocitrate dehydrogenase
vii. Ca2+ - activasi pyruvate dehydrogenase phosphatase,
viii. Isocitrate dehydrogenase, α-ketoglutarate dehydrogenase
B. Sifat Amfibolik Siklus Asam Sitrat
Siklus asam sitrat bersifat amfibolik, yang artinya memiliki dua sifat yaitu
anabolik (sintesis molekul untuk menjadi senyawa yang lebih kompleks) maupun
katabolik (pemecahan molekul menjadi molekul yang lebih sederhana) hal ini
disebabkan karena senyawa intermidiete harus digantikan.
a. Pintasan yang menggunakan senyawa intermidiete siklus asam sitrat
adalah:
- Biosintesis glukosa (glukoneogenesis)–oxaloacetate. (yang
ditransportasikan sebagai malate)
- Biosintesis lipid -acetyl-CoA from ATP-citrate lyase.
ATP + citrate + CoA → ADP + Pi + oxaloacetate + acetyl-CoA
- Biosintesis asam amino - α-ketoglutarate (dehidrogenasi atau transaminasi
dari glutamate) dan transaminasi oxaloacetate.
- Biosintesi porfirin - succinyl-CoA.
b. Sifat amfibolik yang dimiliki oleh siklus Asam Sitrat berkaitan dengan
reaksi anaplerotik yang berperan menggantikan senyawa intermidiet siklus
Krebs yang habis:
- Pyruvate carboxylase
- Pyruvate oxaloacetate + ADP + Pi.à+ CO2 + ATP + H2O
- Oksidasi asam lemak - succinyl-CoA.
- Katabolisme (Ile, Met, Val) - succinyl-CoA.
- Transaminasi dan deaminasi asam amino untuk menjadi - α- ketoglutarate
dan oxaloacetate.
Masuknya asam amino ke dalam siklus Krebs
Transaminasi asam amino oksaloasetat dan α-ketoglutarat mengandung
rantai karbon yang homolog dengan asam amino aspartat dan glutamat. Piruvat
juga homolog dengan alanin. Persediaan asam amino ini melebihi keperluan
biosintesis protein, kelebihannya dapat segera diubah menjadi zat-antara siklus
Krebs dan oksidasi kerangka karbonnya dapat menghasilkan energi.
Sebaliknya, asam-asam amino ini diperlukan misalnya untuk biosintesis,
pembentukannya menggunakan analog asam keto yang didaur Krebs. Sehingga,
demikian, daur Krebs yang biasa diartikan sebagai jalur katabolik dalam keadaan
tertentu mempunyai fungsi anabolik.
Interkonversi reversible antara asam α-amino dan α-keto dikatalisis oleh
transaminase, aminotransferase yang berperan sebagai perantara pertukaran gugus
karbonil dan gugus amino antara oksaloasetat glutamat dan piruvat glutamat.
Reaksi-reaksi anaplerotik
Pengisian kekurangan/reaksi anaplerotik dibutuhkan untuk menjamin
kecukupan zat-antara siklus Krebs. Hal ini diperlukan karena siklus Krebs dapat
mengalami kekurangan zat intermidiet, diakibatkan karena peningkatan
biosintesis aspartat dan glutamat. Keperluan akan zat antara dapat meningkat
akibat jika terdapat sejumlah besar piruvat atau asetil KoA sehingga menipiskan
oksaloasetat sebagai reseptor yang diperlukan pada sintesis sitrat.
a. Piruvat karboksilase
Pada kondisi dibebaskannya epinefrin sebagai akibat tekanan emosi dapat
dibentuk piruvat dari glukosa dan asetil KoA dari asam lemak dapat dibentuk
dalam jumlah yang besar.
Pada kondisi demikian, piruvat yang berlebih, akan diubah menjadi enzim
alosterik dengan asetil KoA sebagai efektor positif.
Konsentrasi asetil KoA yang tinggi akan mengaktifkan piruvat
karboksilase untuk sintesis oksaloasetat. Pada tahapan berikutnya, oksaloasetat
menerima gugus asetil KoA sehingga terbentuk sitrat yang sekarang dihasilkan
lebih banyak dari biasa
b. Enzim malat
Reaksi ini akan merubah sebagian besar piruvat dari piruvat yang masuk
menjadi malat melalui reaksi karboksilasi reduktif. Malat yang merupakan
produksi tambahan dengan mudah diubah menjadi oksaloasetat.
Di antara kedua jalur anaplerotik ini lebih diutamakan jalur piruvat
karboksilase, Enzim malat namun demikian lebih reversibel dan menghasilkan
lebih banyak NADPH yang diperlukan pada sintesis asam lemak.
2.1.2 Hasil glikolisis berupa atom H secara aerob via rantai transport
elektron dalam mitochondria bersama dengan O2 dari suplai darah
akan menghasilkan H2O dan 4 mol ATP.
Dengan demikian melalui tiga jalur ini glikogen otot pertama-tama
dirubah menjadi glukosa mono-fosfat kemudian dirombak menjadi CO2 dan
H2O serta 37 mol ATP.
Adenosin tri-fosfat (ATP) akan digunakan sebagai sumber energi untuk
kontraksi, memompa ion Ca2 pada saat relaksasi, dan mengatur laju keseimbangan
Na dan K.Cepat lambatnya waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor
mortis sangat tergantung pada sedikit banyaknya ATP yang tersedia pada saat
ikan disembelih. Kondisi ikan yang kurang istirahat menjelang disembelih dan
terutama pada kondisi stress atau kecapaian/kelelahan akan mempercepat
terbentuknya rigor mortis.
2.1.1 Mekanisme Terjadinya Rigor mortis
Rigor mortis adalah suatu proses yang terjadi setelah ikan disembelih
diawali fase prarigor dimana otot-otot masih berkontraksi dan diakhiri dengan
terjadinya kekakuan pada otot. Padasasat kekakuan otot itulah disebut sebagai
terbentuknya rigor mortis sering diterjemahkan dengan istilah kejang mayat.
Waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis tergantung pada
jumlah ATP yang tersedia pada saat ikan mati. Jumlah ATP yang tersedia terkait
dengan jumlah glikogen yang tersedia pada saat menjelang ikan mati. Pada ikan
yang mengalami kecapaian/kelelahan atau stress dan kurang istirahat menjelang
disembelih akan menghasilkan persediaan ATP yang kurang sehingga proses rigor
mortis akan berlangsung cepat. Demikian pula suhu yang tinggi pada saat ikan
disembelih akan mempercepat habisnya ATP akibat perombakan oleh enzim
ATPase sehingga rogor mortis akan berlangsung cepat.
Waktu yang singkat untuk terbentuknya rigor mortis mengakibatkan pH
daging masih tinggi (diatas pH akhir daging yang normal) pada saat terbentuknya
rigor mortis. Jika pH >5.5 – 5.8 pada saat rigor mortis terbentuk dengan waktu
yang cepat dari keadaan normal maka kualitas daging yang akan dihasilkan
menjadi rendah (warna merah gelap, kering dan strukturnya merapat) dan tidak
bertahan lama dalam penyimpanan sekalipun pada suhu dingin.
2.1.2 Fase Rigor Mortis
Ada tiga fase pada proses rigor mortis yakni fase prarigor, fase rigor
mortis dan fase pascarigor. Pada fase prarigor dibedakan atas fase penundaan dan
fase cepat.Pada gambar di bawah terlihat waktu pascamerta yang dibutuhkan
untuk proses rigor mortis pada otot yang berasal dari ikan kelinci. Pada grafik a
memperlihatkan waktu proses rigor mortis yang berlangsung sempurna; fase
penundaan membutuhkan waktu 8 jam dan fase cepat 3 jam.
Waktu yang dibutuhkan terbentuknya rigor mortis adalah 11 jam. Pada
grafik b memperlihatkan waktu rigor mortis pada kelinci yang mengalami
kecapaian/kelelahan dimana waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor
mortis adalah 5 jam. Pada grafik c adalah proses rigor mortis yang terjadi sangat
cepat kurang dari 1 jam (30 menit) yang terjadi pada ikan kelinci yang sudah
sangat kelelahan (kehabisan sumber energi). Ketiga grafik ini (a, b, c)
menunjukkan bahwa waktu terbentuknya rigor mortis sangat tergantung pada
jenis ikan dan kondisi ikan sebelum mati; makin terkuras energi maka makin
cepat terbentuknya rigor mortis
Daging yang baru saja diperoleh dari hewan yang sudah disembelih jika
didiamkan pada keadaan suhu ruang tanpa ada perlakuan apapun, maka daging
akan mengalami beberapa perubahan baik secara fisik, kimia, mikrobiawi maupun
secara sensoris. Berikut tahapan perubahan yang terjadi pada daging
i. Fase prerigor
Pada hewan yang akan disembelih, glikolisis berjalan secara aerob dan
pengahasilan ATP dalam jumlah banyak melalui jalur asam piruvat. pada hewan
yang sudah disembelih reaksi glikolisis secara perlahan akan berhenti dan akan
berlangsung glikolisis secara anaerob dengan mengubah glikogen menjadi asam
laktat. daging yang didapatkan dari hewan yang baru saja disembelih simpanan
ATP dari hasil glikolisis tersebut menjadi bantalan atau pembatas bagi protein
miofibril berupa aktin dan miosin. jarak antar aktin dan miosin menetukan
kontrkasi otot yang terjadi. masih tersisanya ATP membuat jarak aktin dan misin
saling berjauhan sehingga kontraksi otot akan jarang terjadi. hal ini akan
menjadikan tekstur daging menjadi lunak dan masih kenyal karena pengubahan
glikogen menjadi asam laktat masih sangat minim terjadi. sehingga asam laktat
yang terbentuk tidak signifikan menurunkan pH. penurunan pH akan berpengaruh
pada kapasitas pengikatan air oleh protein daging (WHC/ Water Holding
Capacity). pada fase pre rigor WHC protein masih tinggi sehingga tidak banyak
air yang keluar dari jaringan sehingga tingkat juiceness daging masih tinggi.
tingkat juiceness daging yang tinggi akan membuat daging jauh lebih kenyal.
umumnya daging pada fase pre rigor ini paling baik untuk dimasak karena tekstur
daging yang masih lunak dan kenyal, akan tapi pada untuk mendapatkan daging
pada fase ini sangatlah sulit.
Tahap prerigor merupakan perubahan yang pertama kali terjadi setelah ikan
mati. Fase ini ditandai dengan pelepasan lendir cair, bening, atau transparan yang
menyelimuti seluruh tubuh ikan. Proses ini disebut hiperemia yang berlangsung 2-
4 jam. Lendir yang dikeluarkan ini sebagian besar terdiri dari glukoprotein dan
musin yang merupakan media ideal bagi pertumbuhan bakteri (Junianto 2003).
Tahap prerigor terjadi ketika daging ikan masih lembut dan lunak. Perubahan
awal yang terjadi ketika ikan mati adalah peredaran darah berhenti sehingga
pasokan oksigen untuk kegiatan metabolisme berhenti. Di dalam daging ikan
mulai terjadi aktivitas penurunan mutu dalam kondisi anaerobik. Pada fase ini
terjadi penurunan ATP dan keratin fosfat melalui proses aktif glikolisis. Proses
glikolisis mengubah glikogen menjadi asam laktat yang menyebabkan terjadinya
penurunan pH (Eskin 1990).
ii. Fase rigor mortis
Pada fase ini hewan sudah terlalu lama di biarkan tanpa perlakuan, sehingga
proses glikolisis akan berhenti dan produksi ATP semakin berkurang. proses
glikolisis akan diubah secara anaerob untuk dihasilkan asam laktat.berkurangnya
ATP membuat pembatas aktin dan miosin semakin tipis sehingga aktin dan
miosin mudah untuk berdekatan dan kemudian bersatu dan membentuk
aktoniosin. keadaan ini memungkin terjadinya kontraksi yang lebih dan akan
menjadikan daging menjadi kaku. pemasakan daging pada fase ini sebaiknya
dihindari karena tekstur daging yang kaku akan mengakibatkan proses pengolahan
yang lama untuk mengempukkan daging. pemasakan yang kurang matang akan
mengakibatkan daging menjadi alot dan kaku.
Fase ini ditandai dengan tubuh ikan yang kejang setelah ikan mati (rigor =
kaku, mortis = mati) ikan masih dikatakan masih sangat segar pada fase ini.
Faktor yang mempengaruhi lamanya fase rigormortis yaitu jenis ikan, suhu,
penanganan sebelum pemanenan, kondisi stress pra kematian, kondisi biologis
ikan, dan suhu penyimpanan prerigor (Skjervold et al. 2001). Ketika ikan mati,
kondisi menjadi anaerob dan ATP terurai oleh enzim dalam tubuh dengan
terjadinya suatu proses perubahan biokimia yang menyebabkan bagian protein
otot (aktin dan miosin) berkontraksi dan menjadi kaku (rigor) (Valtria, 2010).
iii. Fase post rigor
Semakin lamanya daging terpapar semakin banyak kontaminan mikrobia di
dalamnya. pada fase ini daging akan kembali lunak dikarenakan peranan enzim
katepsin yang membantu pemecahan protein aktomiosin menjadi protein
sederhana. daging pada fase post rigor baik utnuk diolah karena tekstur daging
sudah kembali melunak, namun pengolahan daging harus dilakukan sesegera
mungkin untuk menghindari kontaminasi mikrobia semakin banyak dan terjadinya
perubahan ke arah penurunan mutu terhindari.
Pemaparan daging lebih lanjut akan menjadikan daging semakin mengalami
penurunan mutu. daging akan menjadi lembek dan menghasilkan aroma busuk.
kebusukan pada daging disebabkan oleh pemecahan protein menjadi protein
sederhana yang menyisakan gugus amino (alkali) dan sulfur yang merupakan
senyawa yang menyebabkan timbulnya bau busuk pada daging.
Pada tahap ini daging ikan kembali melunak secara perlahan-lahan, sehingga
secara organoleptik akan meningkatkan derajat penerimaan konsumen sampai
pada tingkat optimal. Lamanya mencapai tingkat optimal tergantung pada jenis
ikan dan suhu lingkungan. Darah ikan lebih cepat menggumpal daripada hewan-
hewan darat (Sulistyati, 2004).
2.1.3 Perubahan Fisik Pada Proses Rigor Mortis
i. Aktomiosin
Aktomiosin adalah pertautan antara miofilamen tebal (myosin) dan
miofilamen tipis (aktin) pada organisasi miofibriler otot (Modul Struktur Otot)
dan mengakibatkan terjadinya kekakuan otot. Pada saat ikan masih hidup maka
pertautan kedua miofilamen ini (tebal dan tipis) berlangsung
secara reversible (ulang alik) yakni kontraksi dan relaksasi. Ketika kedua
miofilamen bergesek maka dikatakan terjadi kontraksi dan sarkomer (panjang
serat) akan memenedek sebaliknya pada saat kedua miofilamen saling melepas
(tidak terjadi pergesekan) maka disebut terjadi relaksasi ditnadai dengan sarkomer
memanjang.
Sesaat setelah ikan mati maka kontraksi otot masih berlangsung sampai
ATP habis dan aktomiosin terkunci (irreversible). Otot menjadi kaku (kejang
mayat) dan tidak ekstensible; pada ssat ini tidak dibenarkan untuk memasak
daging karena akan sangat terasa alot.
Proses penurunan mutu secara autolisis berlangsung sebagai akasi kegiatan
enzim yang menguri senyawa kimia kepada jaringan tubuh ikan. Enzim bertindak
sebagai katalisator yang menjadi pendorong dari segala perubahan senyawa
biologis yang terdapat dalam ikan, baik perubahan yang sifatnya membangun sel
dan jaringan tubuh maupun yang merombaknya ( Suwetja. 2011) .Kerja enzim
yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan kerusakan pada organ tubuh ikan,
seperti: dinding usus, otot daging, serta menguraikan senyawa kompleks menjadi
senyawa sederhana proses inilah yang disebut dengan autolisis (Purnomowatiet al,
2007).
Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari
Afrika pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-
kolam air tawar dan di beberapa waduk di Indonesia. Nama ilmiahnya adalah
Oreochromis niloticus dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.
Genus Oreochromis merupakan genus ikan yang beradaptasi tinggi dan
mempunyai toleransi terhadap kualitas air dengan kisaran yang lebar. Genus ini
dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim sekalipun karena sering kali
ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan air tawar dari jenis lain
tidak dapat hidup. Ciri ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah garis vertikal
yang berwarna gelap di sirip ekor sebanyak enam buah, di sirip punggung
(dorsal), sirip dubur (anal), berpunggung tinggi dan rendah (Saanin, 2003).
ii. Perubahan Karakter Fisikokimia
Kekakuan (kejang mayat) yang terjadi pada saat terbentuknya rigor mortis
mengakibatkan daging menjadi sangat alot dan disarankan untuk tidak
dikonsumsi. Kekakuan ini secara perlahan akan kembali menjadi ekstensibel
akibat kerja sejumlah enzim pencerna protein diantaranya cathepsin (lihat proses
maturasi).
Pemendekan otot dapat terjadi akibat otot yang masih prarigor (masih
berkontraksi) didinginkan pada suhu mendekati titik nol. Kejadian ini disebut
sebagai cold shortening dimana serat otot bisa memendek sampai 40% dan
mengakibatkan otot tersebut menjadi alot dan kehilangan banyak cairan pada saat
dimasak (lihat modul V). Pada saat prarigor, otot masih dibenarkan untuk
dikonsumsi sekalipun tingkat keempukannya tidak sebaik jika dikonsumsi pada
fase pascarigor. Ini dimungkinkan karena adanya enzim Ca+2 dependence protease
(CaDP) atau calpain yang berperan sebagai enzim yang aktif bekerja mencerna
protein jika ada ion Ca+2 Ion ini diperoleh pada saat reticulum sarkoplasmik
dipompa pascakontraksi otot.
pH akhir otot menjadi asam akan terjadi setelahrigor mortis terbentuk
secara sempurna. Tapi kebanyakan yang terjadi adalah rigor mortis sudah
terbentuk tetapi pH otot masih diatas pH akhior yang normal (pH>5.5 – 5.8). pH
akhir otot yang tinggi pada saat rigor mortis terbentuk memberikan sifat
fungsional yang baik pada otot yang dibutuhkan dalam pengolahan daging (bakso,
sosis, nugget). Demikian pula pada saat prarigor, dimana otot masih berkontraksi
sangat baik digunakan dalam pengolahan. pH asam akan mengakibatkan daya ikat
air (water holding capacity) akan menurun, sebaliknya ketika pH akhir tinggi
akan memberikan daya ikat air yang tinggi.
Denaturasi protein miofibriler dapat terjadi pada pH otot dibawah titik
isoelektrik mengakibatkan otot menjadi pucat, berair dan strukturnya longgar
(mudah terurai). Hal ini bisa terjadi pada ikan babi atau ayam yang mengalami
stress sangat berat menjelang disembelih dan akibatnya proses rigor mortis
berlangsung sangat cepat; bisa beberapa menit pada ikan babi.
Warna daging menjadi merah cerah pada saat pH mencapai pH akhir
normal (5.5 – 5.8) pada saat terbentuknya rigor mortis.
iii. Faktor-faktor penyebab variasi waktu terbentuknya rigor mortis
Jangka waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis bervariasi
dan tergantung pada:
i. Spesis; pada ikan babi waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor
mortis lebih singkat, beberapa jam malahan bisa beberapa menmeit pada
kasus PSE (pale soft exudative) dibanding dengan pada sapi yang
membutuhkan waktu 24 jam pada kondisi rigor mortis sempurna.
Dikatakan sempurna jika rigor mortis terjadi selama 24 jam pada ikan
dengan kondisi cukup istirahat dan full glikogen sebelum disembelih dan
suhu ruangan sekitar 15°C.
ii. Individu; terdapat perbedaan waktu terbentuk rigor mortis pada individu
berbeda dari jenis ikan yang sama. Sapi yang mengalami stress atau tidak
cukup istirahat sebelum disembelih akan memebutuhkan waktu yang lebih
cepat untuk instalasi rigor mortis dibanding dengan sapi yang cukup
istirahat dan tidak stress pada saat menjelang disembelih.
iii. Macam serat; ada dua macam serat berdasarkan warena yang menyusun
otot yakni serat merah dan serat putih. Rigor mortis terbentuk lebih cepat
pada ikan yang tersusun oleh serat putih yang lebih banyak dibanding
dengan serat merah. Pada otot dengan serat merah yang lebih banyak
memperlihatkan pH awal lebih tinggi dengan aktivitas ATP ase yang lebih
rendah. Aktivitas ATP ase yang lemah akan membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk menghabiskan ATP. Dengan demikian pada otot merah
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuknya rigor mortis.
2.2. Asam Nucleat
2.2.1. Pengertian Asam Nukleat
Asam nukleat adalah senyawa kimia yang terdapat di dalam inti sel
(Nukleus). Asam nukleat merupakan suatu polimer nukleotida yang berperanan
dalam penyimpanan serta pemindahan informasi genetik yang berhubungan
dengan pewarisan sifat turunan.
Asam nukleat adalah biopolymer yang berbobot molekul tinggi dengan
unit monomernya mononukleotida. Asam nukleat terdapat pada semua sel hidup
dan bertugas untuk menyimpan dan mentransfer genetic, kemudian
menerjemahkan informasi ini secara tepat untuk mensintesis protein yang khas
bagi masing- masing sel. Asam nukleat, jika unit-unit pembangunnya
deoksiribonukleotida , disebut asam deoksiribonukleotida (DNA) dan jika terdiri-
dari unit-unit ribonukleaotida disebut asam ribonukleaotida (RNA). Asam Nukleat
juga merupakan senyawa majemuk yang dibuat dari banyak nukleotida. Bila
nukleotida mengandung ribose, maka asam nukleat yang terjadi adalah RNA
(Ribnucleic acid = asam ribonukleat) yang berguna dalam sintesis protein.
Bila nukleotida mengandung deoksiribosa, maka asam nukleat yang terjadi
adalah DNA (Deoxyribonucleic acid = asam deoksiribonukleat) yang merupakan
bahan utama pementukan inti sel. Dalam asam nukleat terdapat 4 basa nitrogen
yang berbeda yaitu 2 purin dan 2 primidin. Baik dalm RNA maupun DNA purin
selalu adenine dan guanine. Dalam RNA primidin selalu sitosin dan urasil, dalam
DNA pirimidin selalu sitosin dan timin. Asam-asam nukleat terdapat pada
jaringan tubuh sebagai nukleoprotein, yaitu gabungan antara asam nukleat dengan
protein. Untuk memperoleh asam nukleat dari jaringan-jaringan tersebut, dapat
dilakukan ekstraksi terhadap nukleoprotein terlebih dahulu menggunakan larutan
garam.
Setelah nukleoprotein terlarut, dapat diuraikan atau dipecah menjadi
protein-protein dan asam nukleat dengan menambah asam-asam lemah atau alkali
secara hati-hati, atau dengan menambah NaCl hingga jenuh akan mengendapkan
protein. Cara lain untuk memisahkan asam nukleat dari protein ialah
menggunakan enzim pemecah protein, misal tripsin. Ekstraksi terhadap jaringan-
jaringan dengan asam triklorasetat, dapat pula memisahkan asam nukleat.
Denaturasi protein dalam campuran dengan asam nukleat itu dapat pula
menyebabkan terjadinya denaturasi asam nukleat itu sendiri. Oleh karena asam
nukleat itu mengandung pentosa, maka bila dipanasi dengan asam sulfat akan
terbentuk furfural. Furfural ini akan memberikan warna merah dengan anilina
asetat atau warna kuning dengan p-bromfenilhidrazina. Apabila dipanasi dengan
difenilamina dalam suasana asam, DNA akan memberikan warna biru. Pada
dasarnya reaksi-reaksi warna untuk ribosa dan deoksiribosa dapat digunakan
untuk keperluan identifikasi asam nukleat.
Asam nukleat adalah biopolymer yang berbobot molekul tinggi dengan unit
monomernya mononukleotida. Asam nukleat terdapat pada semua sel hidup dan
bertugas untuk menyimpan dan mentransfer genetic, kemudian menerjemahkan
informasi ini secara tepat untuk mensintesis protein yang khas bagi masing-
masing sel. Asam nukleat, jika unit-unit pembangunnya deoksiribonukleotida ,
disebut asam deoksiribonukleotida (DNA) dan jika terdiri- dari unit-unit
ribonukleaotida disebut asam ribonukleaotida (RNA).
Asam Nukleat juga merupakan senyawa majemuk yang dibuat dari banyak
nukleotida. Bila nukleotida mengandung ribose, maka asam nukleat yang terjadi
adalah RNA (Ribnucleic acid = asam ribonukleat) yang berguna dalam sintesis
protein. Bila nukleotida mengandung deoksiribosa, maka asam nukleat yang
terjadi adalah DNA (Deoxyribonucleic acid = asam deoksiribonukleat) yang
merupakan bahan utama pementukan inti sel. Dalam asam nukleat terdapat 4 basa
nitrogen yang berbeda yaitu 2 purin dan 2 primidin. Baik dalm RNA maupun
DNA purin selalu adenine dan guanine. Dalam RNA primidin selalu sitosin dan
urasil, dalam DNA pirimidin selalu sitosin dan timin.
Asam-asam nukleat terdapat pada jaringan tubuh sebagai nukleoprotein, yaitu
gabungan antara asam nukleat dengan protein. Untuk memperoleh asam nukleat
dari jaringan-jaringan tersebut, dapat dilakukan ekstraksi terhadap nukleoprotein
terlebih dahulu menggunakan larutan garam IM. Setelah nukleoprotein terlarut,
dapat diuraikan atau dipecah menjadi protein-protein dan asam nukleat dengan
menambah asam-asam lemah atau alkali secara hati-hati, atau dengan menambah
NaCl hingga jenuh akan mengendapkan protein. Cara lain untuk memisahkan
asam nukleat dari protein ialah menggunakan enzim pemecah protein, misal
tripsin. Ekstraksi terhadap jaringan-jaringan dengan asam triklorasetat, dapat pula
memisahkan asam nukleat. Denaturasi protein dalam campuran dengan asam
nukleat itu dapat pula menyebabkan terjadinya denaturasi asam nukleat itu sendiri.
Oleh karena asam nukleat itu mengandung pentosa, maka bila dipanasi dengan
asam sulfat akan terbentuk furfural. Furfural ini akan memberikan warna merah
dengan anilina asetat atau warna kuning dengan p-bromfenilhidrazina. Apabila
dipanasi dengan difenilamina dalam suasana asam, DNA akan memberikan warna
biru. Pada dasarnya reaksi-reaksi warna untuk ribosa dan deoksiribosa dapat
digunakan untuk keperluan identifikasi asam nukleat.
Struktur asam nukleat DNA dan RNA mirip. Struktur ini dibagi menjadi
empat tingkatan yang berbeda, primer, sekunder, tersier dan kuaterner
Gambar 1. Skema Struktur dan Penyusun Asam Nukleat
a. Struktur Primer
Struktur utama asam nukleat adalah urutan linear nukleotida, yang
dihubungkan satu sama lain dengan sambungan fosfodiester. Nukleotida terdiri
dari tiga komponen - dasar nitrogen, gula 5-karbon dan gugus fosfat.
Basa nitrogen yang purin (adenin, guanin) dan pirimidin {sitosin, timin
(hadir dalam DNA saja), urasil (hadir dalam RNA saja)}. Gula 5 karbon adalah
deoksiribosa untuk DNA dan dan gula ribosa pada RNA. Dasar purin,
membentuk ikatan glikosidik antara mereka nitrogen dan 9 '9 - OH kelompok
molekul gula. Dasar pirimidin, mereka membentuk ikatan glikosidik antara 1
'nitrogen dan 9' OH dari deoksiribosa tersebut. Dalam kedua purin dan pirimidin
basis kelompok fosfat membentuk ikatan dengan molekul gula antara satu
kelompok oksigen bermuatan negatif dan 5 'OH dari gula. Nukleotida
membentuk hubungan fosfodiester antara 5 'dan 3' atom karbon, ini membentuk
asam nukleat. Urutan nukleotida saling melengkapi satu sama lain.
Contoh komplementer urutan AGCT adalah TCGA.
b. Struktur sekunder
Struktur sekunder adalah interaksi antara dasar. Struktur ini menunjukkan
bagian mana helai terikat satu sama lain. Dua untai DNA dalam double helix
DNA terikat satu sama lain dengan batas hidrogen. Nukleotida pada satu untai
pasangan basa dengan nukleotida untai lainnya. Struktur sekunder DNA
didominasi pasangan dasar dua helai polinukleotida membentuk heliks ganda.
c. Struktur tersier
Struktur tersier adalah bentuk tiga dimensi di mana seluruh rantai dilipat.
Tersier pengaturan struktur berbeda dalam empat bentuk struktural:
Kiri atau kanan wenangan.
Panjang pergantian heliks.
Jumlah pasangan basa per giliran.
Perbedaan ukuran antara utama dan alur kecil.
d. Struktur Kuarter
Struktur Kuarter adalah tingkat yang lebih tinggi dari organisasi asam
nukleat. Struktur ini mengacu pada interaksi asam nukleat dengan molekul lain.
Organisasi paling sering terlihat adalah bentuk kromatin yang menunjukkan
interaksi dengan protein histon kecil.
2.2.2 Komponen asam nukleat
a. Basa Nitrogen Heterosiklik
Basa nitrogen heterosiklik yang merupakan penyusun asam nukleat adalah
turunan Purina dan pirimidina.
b. Purina dan turunannya
Purina atau purin adalah senyawa heterosiklik majemuk yang
mempunyai lingkar pirimidina dan imidazol yang berimit. Turunan purina yang
merupakan penyusun asam nukleat adalah adenine atau 6-aminopurina dan
guanine atau 2-amino-6-oksipurina.
c. Pirimidina dan turun-turunannya
Pirimidina atau pirimidin termasuk senyawa heterosiklik sederhana
lingkar 6, dengan 2 atom nitrogen sebagai heteroatomnya. Turunan-turunan
pirimidina yang meupakan penyusun asam nukleat adalah sitosin atau 2-oksi-4-
aminopirimidina yang disingkat C, timin atau 2, 4-dioksi-5-metilpirimidina yang
disingkat T dan urasil atau 2, 4-dioksipirimidina yang disingkat U.
d. Pentosa atau Gula Penyusun
Pentose yang menyusun asam nukleotida adalah ribose dan 2-
deoksiribosa. Dalam struktur kimia asam nukleat, kedua pentose tersebut
terdapat dalam bentuk lingkar furanosa. Ribose merupakan penyusun RNA dan
2-deoksiribosa merupakan penyusun DNA.
e. Fosfat Penyusun
Fosfat penyusun asam nukleat adalah asam fosfat atau asam ortofosfat.
Fosfat ini berupa kristal berbentuk orto-rombik, tak stabil dan melebur pada suhu
42,350C. Fosfat ini tergolong asam lemah atau sedang dan bervalensi tiga jenis
garam natrium. Garam natrium tersebut dapat terbentuk pada suhu kamar yaitu,
Natrium fosfat Na3PO4, Natrium hidrogen fosfat Na2HPO4, dan Natrium
dihidrogen fosfat NaH2PO4.
1. Fungsi Asam Nukleat
Asam nukleat merupakan molekul raksasa yang memiliki fungsi khusus
yaitu, menyimpan informasi genetik dan menerunkannya kepada keturunanya.
Susunan asam nukleat yang menentukan apakah mahluk itu menjadi hewan,
tumbuhan, maupun manusia. Begitu pula susunan dalam sel, apakah sel itu
menjadi sel otot maupun sel darah.
Beberapa fungsi penting asam nukleat adalah menyimpan, menstransmisi,
dan mentranslasi informasi genetik; metabolisme antara (intermediary
metabolism) dan reaksi-reaksi informasi energi; koenzim pembawa energi;
koenzim pemindah asam asetat, zat gula, senyawa amino dan biomolekul
lainnya; koenzim reaksi oksidasi reduksi.
2.2.2. Jenis-jenis Asam Nukleat
Asam nukleat dalam sel ada dua jenis yaitu DNA (deoxyribonucleic acid )
atau asam deoksiribonukleat dan RNA (ribonucleic acid ) atau asam ribonukleat.
Baik DNA maupun RNA berupa anion dan pada umumnya terikat oleh protein
dan bersifat basa. Misalnya DNA dalam inti sel terikat pada histon. Senyawa
gabungan antara protein danasam nukleat disebut nucleoprotein. Molekul asam
nukleat merupakan polimer sepertiprotein tetapi unit penyusunnya adalah
nukleotida. Salah satu contoh nukleotida asam nukleat bebas adalah ATP yang
berfungsi sebagai pembawa energy.
2.2.3. Tingkatan Struktur Asam Nukleat
i. Gula Pentosa
Rangka utama untai DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-
seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu 2-
deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester
antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan atom karbon kelima pada
gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan RNA adalah gula
penyusunnya; gula RNA adalah ribosa.
DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda.
Pada struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan
dengan orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel.
Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa
nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai
pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang
terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa yang ditemukan pada DNA adalah
adenina (dilambangkan A), sitosina (C, dari cytosine), guanina (G), dan timina
(T). Adenina berikatan hidrogen dengan timina, sedangkan guanina berikatan
dengan sitosina. Segmen polipeptida dari DNA disebut gen, biasanya merupakan
molekul RNA.
ii. Gula ribosa
Gula dalam asam nukleat adalah jenis gula aldopentosa yakni Ribosa,,bisa
dilihat struktur pada gambar. struktur Hawort (siklik)nya menunjukkan posisi
beta-Furanosa (beta untuk posisi OH yang diatas, Furanosa untuk siklik dari 5
atom karbon).perhatikan untuk C2 nya, disitulah letak perbedaan dari tiap jenis
asam nukleat (DNA & RNA). untuk RNA sama seperti gambar tadi, namun untuk
DNA agak sedikit berbeda, dimana pada atom C2 nya kehilangan atom O nya
sehingga yang ada hanya subtituen H nya saja, itulah dinamakan gula
DEOKSIribosa.
iii. Basa Nitrogen
Basa nitrogen seperti yang kita tau adalah Purin dan Pirimidin. Basa Purin
misalnya. berasal dari senyawa heterosiklik yang terdiri dari 2 gabungan siklik
(namanya bisiklik). sedangkan Pirimidin juga termasuk dalam snyawa
heterosiklik, namun pirimidin ini berasal dari turunan Piridin yang ditambahkan 1
atom N (kalo piridin hanya 1 atom N nya). Purin punya turunan lagi, yakni
Adenin dan guanin yang berbeda dari strukurnya, begitu juga pirimidin yang
terdiri dari timin, uracil, dan sitosi.
Masing-masing basa purin dan pirimidin akan saling berpasangan, seperti
adenin akan selalu berpasangan dengan timin pada DNA dan dengan Uracil pada
RNA. sedangkan guanin "setia"dengan sitosin baik di DNA maupun RNA.,hal ini
karena mereka sudah berjodoh satu sama lain, dalam hal ini masing-masing
pasangan akan saling membentuk kestabilan oleh adanya ikatan hidrogen yang
menghubungkan keduanya. dan juga sdh ada enzim2 tertentu yang bekerja pada
masing2 jenis asam nukleat, sehingga bila pasangannya "tertukar" enzim yang
bekerja secara otomatis akan berhenti. 3. Gugus fosfat Inilah yang menentukan
sifat asam pada asam nukleat
iv. Nukleotida dan Nukleosida
Molekul nukleotida terdiri atas nukleosida yang mengikat asam fosfat.
Molekul nukleosida terdiri atas pentosa ( deoksiribosa atau ribose ) yang mengikat
suatu basa (purin atau pirimidin). Jadi apabila suatu nukleoprotein dihidrolisis
sempurna akan dihasilkan protein, asam fosfat, pentosa dan basa purin atau
pirimidin. Rumus berikut ini akan memperjelas hasil hidrolisis suatu
nukleoprotein.
Pentosa yang berasal dari DNA ialah deoksiribosa dan yang berasal dari RNA
ialah ribose. Adapun basa purin dan basa pirimidin yang berasal dari DNA ialah
adenin,sitosin dan timin. Dari RNA akan diperoleh adenin,guanin, sitosin dan
urasil.
Urasil terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk keto atau laktam dan bentuk
enol atau laktim.
Pada PH cairan tubuh, terutama urasil terdapat dalam entuk keto. Nukleosida
terbentuk dari basapurin atau pirimidin dengan ribose atau deoksiribosa. Basa
purin atau pirimidin terikat padapentosa oleh ikatan glikosidik,yaitu pada atom
karbon nomor 1. Guanosin adalah suatu nukleosida yang terbentuk dari guanin
dengan ribosa. Pada pengikatan glikosidik ini sebuah molekul air yang dihasilkan
terjadi dari atom hidrogen pada atom N-9 dari basa purin dengan gugus OH pada
atom C-1 dari pentosa. Untuk basa pirimidin,gugus OH pada atom C-1berikatan
dengan atom H pada atom N-1
Pada umumnya nukleosida diberi nama sesuai dengan nama basa purin atau
basa pirimidin yang membentuknya. Beberapa nukleosida berikut ini ialah yang
membentuk dari basa purin atau dari basa pirimidin dengan ribosa ;
Adenin nukleosida atau Adenosin
Guanin nukleosida atau Guanosin
Urasil nukleosida atau Uridin
Timin nukleosida atau Timidin
Sitosin nukleosida atau Sitidin
Apabila pentose yang diikat oleh deoksiribosa, maka nama nukleosida diberi
tambahandeoksi di depanya. Sebagai contoh “deoksiadinosin,deoksisitidin” dan
sebagainya. Disamping lima jenis basa purin atau basa pirimidin yang biasa
terdapat pada asam nukleat, ada pula beberapa basa purin dan basa pirimidin lain
yang membentuk nukleosida. Hipoksantin dengan ribosa akan membentuk
hipoksantin nukleosida atau inosin. DNA pada bakteri ternyata mengandung
hidroksimetilsitosin.
Demikian pula tRNA (transfer RNA) mengandung derivat metal basa purin
atau basapirimidin, misalnya 6-N-dimetiladenin atau 2-N dimetilguanin. Dalam
alam nukleosida terutama terdapat dalam bentuk ester fosfat yang disebut
nukleotida. Nukleotida terdapat sebagai molekul bebas atau berikatan dengan
sesama nukleotida membentuk asam nukleat.Dalam molekul nukleotida gugus
fosfat terikat oleh pentosa pada atom C-5.
Beberapa nukleotida lain ialah sebagai berikut :
Adenin nukleotida atau Adenosinmonofosfat (AMP)(asam adenilat)
Guanin nukleotida atau Guanosinmonofosfat (GMP)(asam guanilat)
Hipoksantin nukleosida atau Inosinmonofosfat (IMP)(asam inosinat)
Urasil Nukleotida atau Uridinmonofosfat (UMP) (asam uridilat)
Sitidin nukleotida atau Sitidinmonofosfat (SMP)(asam sitidilat)
Timin nukleotida atau Timidinmonofosfat (TMP)(asam timidilat)
Pentosa yang terdapat dalam molekul nukleotida pada contoh diatas ialah
ribosa. Apabila pentosanya deoksiribosa, maka ditambah deoksi di depan nama
nukleotida tersebut misalnya deoksiadenosin-monofosfat atau disingkat dAMP.
Ada beberapa nukleotida yang mempunyai gugus fosfat lebih dari 1 misalnya
adenosintrifosfat dan uridintrifosfat, kedua nukleotida ini mempunyai peranan
penting dalam reaksi-reaksi kimia dalam tubuh.
Pada rumus molekul ATP dan UTP, ikatan antara gugus-gugus fosfat diberi
tanda yang khas. Pada proses hidrolisis ATP akan melepaskan gugus fosfat dan
terbentuk adenosindifosfat (ADP). Pada hidrolis ini ternyata dibebaskan energy
yang cukup besar yaitu 7.000 kal/mol ATP.Oleh karena itu ikatan antara gugus
fosfat dinamakan “ikatan berenergi tinggi” dan diberi tanda ~ . Dalam tubuh,ATP
dan UTP berfungsi sebagai penyimpan energi yang diperoleh dariproses oksidasi
senyawa-senyawa dalam makanan kita untuk kemudian dibebaskan apabila energi
tersebut diperlukan.
2.2.4. Struktur DNA dan RNA
i. Deoxyribonucleid Acid ( DNA )
DNA (deoxyribonucleic acid) atau asam deoksiribosa nukleat (ADN)
merupakan tempat penyimpanan informasi genetik. Pada tahun 1953, Frances
Crick dan James Watson menemukan model molekul DNA sebagai suatu struktur
heliks beruntai ganda, atau yang lebih dikenal dengan heliks ganda Watson-Crick.
DNA merupakan makromolekul polinukleotida yang tersusun atas polimer
nukleotida yang berulang-ulang, tersusun rangkap, membentuk DNA haliks ganda
dan berpilin ke kanan.
Setiap nukleotida terdiri dari tiga gugus molekul, yaitu:
Gula 5 karbon (2-deoksiribosa)
Basa nitrogen yang terdiri golongan purin yaitu adenin (Adenin = A) dan
guanin (guanini = G), serta golongan pirimidin, yaitu sitosin (cytosine = C)
dan timin (thymine = T)
Gugus fosfat
Model tangga berpilin menggambarkan struktur molekul DNA sebagai dua
rantai polinukleotida yang saling memilin membentuk spiral dengan arah
pilinan ke kanan. Fosfat dan gula pada masing-masing rantai menghadap ke arah
luar sumbu pilinan, sedangkan basa N menghadap ke arah dalam sumbu pilinan
dengan susunan yang sangat khas sebagai pasangan – pasangan basa antara kedua
rantai.
Dalam hal ini, basa A pada satu rantai akan berpasangan dengan basa T pada
rantai lainnya, sedangkan basa G berpasangan dengan basa C. Pasangan-pasangan
basa ini dihubungkan oleh ikatan hidrogen yang lemah (nonkovalen). Basa A dan
T dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap dua, sedangkan basa G dan C
dihubungkan oleh ikatan hidrogen rangkap tiga. Adanya ikatan hidrogen tersebut
menjadikan kedua rantai polinukleotida terikat satu sama lain dan
saling komplementer. Artinya, begitu sekuens basa pada salah satu rantai
diketahui, maka sekuens pada rantai yang lainnya dapat ditentukan.
Oleh karena basa bisiklik selalu berpasangan dengan basa monosiklik,
maka jarak antara kedua rantai polinukleotida di sepanjang molekul DNA akan
selalu tetap. Dengan perkataan lain, kedua rantai tersebut sejajar. Akan tetapi, jika
rantai yang satu dibaca dari arah 5’ ke 3’, maka rantai pasangannya dibaca dari
arah 3’ ke 5’. Jadi, kedua rantai tersebut sejajar tetapi berlawanan
arah (antiparalel).
Asam ini adalah polimer yang terdiri atas molekul-molekul
deoksiribonukleotida yang terikat satu sama lain sehingga membentuk rantai
polinukleotida yang panjang. Molekul DNA yang panjang ini terbentuk oleh
ikatan antara atom C nomor 3 dengan atom C nomor 5 pada molekul deoksiribosa
dengan perantaraan gugus fosfat.
Secara kimia DNA mengandung karakteristik/sifat sebagai berikut:
Memiliki gugus gula deoksiribosa.
Basa nitrogennya guanin (G), sitosin (C), timin (T) dan adenin (A).
Memiliki rantai heliks ganda anti parallel
Kandungan basa nitrogen antara kedua rantai sama banyak dan
berpasangan spesifik satu dengan lain. Guanin selalu berpasangan dengan
sitosin (G±C), dan adenidan adenin berpasangan dengan timin (A - T),
sehingga jumlah guanin selalu sama dengan jumlah sitosin. Demikian pula
adenin dan timin.
Makromolekul dengan Mr yang sangat besar.
Terdiri dari mononukleotida utama : dAMP, dGMP, dTMP, dCMP
Setiap spesies/organisme mononukleotida utamanya mempunyai
perbandingan, urutan dan berat molekul (Mr) yang spesifik.
Pada sel prokariotik (mengandung hanya satu kromosom) DNA nya
merupakan makromolekul tunggal dengan Mr = 2 x 109.
Pada sel eukariotik (mengandung banyak kromosom) mempunyai banyak
molekul DNA dengan Mr yang sangat besar.
DNA terutama terdapat dalam inti sel (DNA inti) bergabung dengan
protein histon.
Juga bisa terdapat pada sitoplasma (DNA sitoplasma), dalam mitokondria,
dalam khloroplas.
Pada sel bakteri selain terdapat dalam inti sel juga bisa pada sel membran
= mesosom dan dalam sitoplasma di luar kromosom = plasmid/episom.
DNA normal dari suatu spesies yang berbeda menunjukkan adanya
keteraturan (regularitas)
CHARGAFF’S RULES:
Komposisi basa dari DNA suatu organisme adalah tetap pada semua sel
nya dan mempunyai karakteristik tertentu,
Komposisi basa dari DNA bervariasi dari suatu organisme dengan
organisme lainnya dinyatakan dengan dissymmetry ratio : (A + T) / (G +
C)
Komposisi basa dari suatu spesies tidak berubah oleh umur, keadaan
nutrisi, ataupun lingkungan.
Jumlah adenin dalam DNA suatu organisme selalu sama dengan jumlah
timin (A = T).
Jumlah guanin dalam DNA suatu organisme selalu sama dengan jumlah
sitosin (G=C).
Jumlah total basa purin dalam DNA suatu organism selalu sama dengan
jumlah total basa pirimidin : (A + G) = (T + C).
Struktur DNA
DNA terdiri atas dua rangkaian heliks anti-paralel (paralel berlawanan
arah) yang melilit ke kanan suatu poros.
Ukuran lilitan adalah 36 Å, yang mengandung 10.5 pasangan basa per
putaran.
Kerangka yang berselang-seling antara gugus deoksiribosa dan fosfat
terletak di bagian luar.
Ikatan hidrogen antara basa purin dan pirimidin terletak di bagian dalam.
a. Ribonukleat Acid ( RNA )
RNA ( ribonucleic acid ) atau asam ribonukleat merupakan makromolekul
yang berfungsi sebagai penyimpan dan penyalur informasi genetik. RNA sebagai
penyimpan informasi genetik misalnya pada materi genetik virus, terutama
golongan retrovirus. RNA sebagai penyalur informasi genetik misalnya pada
proses translasi untuk sintesis protein. RNA juga dapat berfungsi sebagai enzim
( ribozim ) yang dapat mengkalis formasi RNA-nya sendiri atau molekul RNA
lain. RNA merupakan rantai tunggal polinukleotida.
Setiap ribonukleotida terdiri dari tiga gugus molekul, yaitu :
5 karbon
Basa nitrogen yang terdiri dari golongan purin (yang sama dengan DNA) dan
golongan pirimidin yang berbeda yaitu sitosin (C) dan Urasil (U)
Gugus fosfat
Purin dan pirimidin yang berkaitan dengan ribosa membentuk suatu molekul
yang dinamakan nukleosida atau ribonukleosida, yang merupakan prekursor dasar
untuk sintesis DNA. Ribonukleosida yang berkaitan dengan gugus fosfat
membentuk suatu nukleotida atau ribonukleotida. RNA merupakan hasil
transkripsi dari suatu fragmen DNA, sehingga RNA merupakan polimer yang jauh
lebih pendek dibandingkan DNA.
Asam ribonukleat adalah salah satu polimer yang terdiri atas molekul-molekul
ribonukleotida. Seperti DNA, asam ribonukleat ini terbentuk oleh adanya ikatan
antara atom C nomer 3 dengan atom C nomer 5 pada molekul ribose dengan
perantaraan gugus fosfat. Dibawah ini adalah gambar struktur sebagian dari
molekul RNA :
Terdiri dari rantai tunggal poliribonukleotida
Hampir seluruhnya terdapat di sitoplasma, juga terdapat pada virus.
Rantai tunggal Chargaff’s Rules tidak berlaku
Ada 3 macam : mRNA (messenger-RNA), rRNA (ribosomal-RNA), tRNA
(transfer-RNA).
o mRNA
√ basa nya : A, G, C dan U
√ disintesis dalam inti sel pada proses transkripsi
√ pembawa informasi genetik dari DNA untuk sintesis
protein
√ Umurnya pendek mengalami degradasi/resintesis
o r RNA
√ bagian terbanyak dari RNA dalam sel (80%)
√ Merupakan 60% dari berat ribosom
√ Basa utamanya : A, G, C, U
o tRNA
√ molekul yang kecil
√ basanya : A, G dan U yang termetilasi.
√ jumlahnya hanya sedikit dari total RNA dalam sel
√ mengangkut (transport) asam amino spesifik ke ribosom
untuk proses sintesis protein
ii. Sintesis RNA dan DNA
a. Sintesis RNA
Sintesis RNA biasanya dikatalisis oleh enzim DNA-RNA polymerase
menggunakan sebagai template, sebuah proses yang dikenal sebagai transkripsi.
Inisiasi transkripsi dimulai dengan pengikatan enzim ke urutan promotor dalam
DNA (biasanya ditemukan "upstream" dari gen).
DNA helix ganda dibatalkan oleh aktivitas helikase enzim. Enzim
kemudian berlanjut sepanjang untai template dalam arah 3 'to 5', mensintesiskan
molekul RNA komplementer dengan elongasi terjadi di 5 'ke 3' arah. Urutan DNA
juga menentukan di mana berakhirnya sintesis RNA akan terjadi. RNA sering
dimodifikasi oleh enzim setelah transkripsi. Misalnya, poli dan topi 5
'ditambahkan ke mRNA eukariotik intron pra-dan dikeluarkan oleh spliceosome.
Ada juga sejumlah polimerase RNA RNA-tergantung yang menggunakan
RNA sebagai template mereka untuk sintesis untai baru RNA. Sebagai contoh,
sejumlah virus RNA (seperti virus polio) menggunakan jenis enzim untuk
mereplikasi materi genetic mereka. Juga, RNA-dependent RNA polimerase
merupakan bagian dari jalur interferensi RNA di banyak organisme.
Transkripsi merupakan sintesis RNA dari salah satu rantai DNA, yaitu
rantai cetakan atau sense, sedangkan rantai komplemennya disebut rantai
antisense. Rentangan DNA yang ditranskripsi menjadi molekul RNA disebut unit
transkripsi. Informasi dari DNA untuk sintesis protein dibawa oleh mRNA. RNA
dihasilkan dari aktifitas enzim RNA polimerase. Enzim polimerasi membuka
pilinan kedua rantai DNA hingga terpisah dan merangkaikan nukleotida RNA.
Enzim RNA polymerase merangkai nukleotida-nukleotida RNA dari arah 5‟ ? 3‟,
saat terjadi perpasangan basa di sepanjang cetakan DNA. Urutan nukleotida
spesifik di sepanjang cetakan DNA.
Urutan nukleotida spesifik di sepanjang DNA menandai dimana
transkripsi suatu gen dimulai dan diakhiri.
Transkripsi terdiri dari 3 tahap yaitu: inisiasi (permulaan), elongasi
(pemanjangan), terminasi (pengakhiran) rantai mRNA.
o Inisiasi
Daerah DNA di mana RNA polimerase melekat dan mengawali transkripsi
disebut sebagai promoter. Suatu promoter menentukan di mana transkripsi
dimulai, juga menentukan yang mana dari kedua untai heliks DNA yang
digunakan sebagai cetakan.
o Elongasi
Saat RNA bergerak di sepanjang DNA, RNA membuka pilinan heliks ganda
DNA, sehingga terbentuklah molekul RNA yang akan lepas dari cetakan
DNAnya.
o Terminasi
Transkripsi berlangsung sampai RNA polimerase mentranskripsi urutan DNA
yang disebut terminator. Terminator yang ditranskripsi merupakan suatu urutan
RNA yang berfungsi sebagai sinyal terminasi yang sesungguhnya. Pada sel
prokariotik, transkripsi biasanya berhenti tepat pada akhir sinyal terminasi; yaitu,
polimerase mencapai titik terminasi sambil melepas RNA dan DNA. Sebaliknya,
pada sel eukariotik polimerase terus melewati sinyal terminasi, suatu urutan
AAUAAA di dalam mRNA. Pada titik yang lebih jauh kira-kira 10 hingga 35
nukleotida, mRNA ini dipotong hingga terlepas dari enzim tersebut.
b. Sintesis DNA
Sintesis DNA disini dimaksud adalah replikasi DNA yaitu proses
perbanyakan bahan genetic. Pengkopian rangkaian molekul bahan genetic ( DNA
atau RNA) sehingga dihasilkan molekul anakan yang sangat identik.
Model replikasi DNA secara semikonservatif menunjukkan bahwa DNA
anakan terdiri atas pasangan untaian DNA induk dan untaian DNA hasil sintesis
baru.
Model ini memberikan gambaran bahwa untaian DNA induk berperanan
sebagai cetakan (template) bagi pembentukan untaian DNA baru. Model ini
memberikan gambaran bahwa untaian DNA induk berperanan sebagai cetakan
(template) bagi pembentukan untaian DNA baru.
Komponen utama Replikasi, adalah sebagai berikut :
o DNA cetakan, yaitu molekul DNA atau RNA yang akan direplikasi.
o Molekul deoksiribonukleotida, yaitu dATP, dTTP, dCTP, dan dGTp.
Deoksiribonukleotida terdiri atas tiga komponen yaitu: (i) basa purin atau
pirimidin, (ii) gula 5-karbon( deoksiribosa) dan (iii) gugus fosfat.
o Enzim DNA polimerase, yaitu enzim utama yang mengkatalisi proses
polimerisasi nukleotida menjadi untaian DNA.
o Enzim primase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesis primer untuk
memulai replikasi DNA.
o Enzim pembuka ikatan untaian DNA induk, yaitu enzim helikase dan
enzim lain yang membantu proses tersebut yaitu enzim girase.
o Molekul protein yang menstabilkan untaian DNA yang sudah
terbuka,yaitu protein SSB (single strand binding protein).
o Enzim DNA ligase, yaitu suatu enzim yang berfungsi untuk menyambung
fragmen fragmen DNA.
Mekanisme dasar replikasi, adalah sebagai berikut :
o Denaturasi (pemisahan) untaian DNA induk,
o Peng-"awal"-an( initiation, inisiasi) sintesis DNA.
o Pemanjangan untaian DNA,
o Ligasi fragmen-fragmen DNA, dan
o Peng-"akhir"-an (termination, terminasi) sintesis DNA.
Sintesis untaian DNA yang baru akan dimulai segera setelah kedua untaian
DNA induk terpisah membentuk garpu replikasi Pemisahan kedua untaian DNA
induk dilakukan oleh enzim DNA helikase. Sintesis DNA berlangsung dengan
orientasi 5' P 3'-OH. Oleh karena ada dua untaian DNA cetakan yang
orientasinya berlawanan, maka sintesis kedua untaian DNA baru juga berlangsung
dengan arah geometris yang berlawanan namun semuanya tetap dengan orientasi
5' 3'.
Sintesis untaian DNA baru yang searah dengan pembukaan garpu replikasi
dapat berlangsung tanpa terputus (sintesis secara kontinu). Untaian DNA yang
disintesis secara kontinu semacam ini disebut sebagai untaian DNA awal (leading
strand). Sintesis untaian DNA baru yang searah dengan pembukaan garpu
replikasi dapat berlangsung tanpa terputus (sintesis secara kontinu). Untaian DNA
yang disintesis secara kontinu semacam ini disebut sebagai untaian DNA awal
(leading strand).
Pada untaian DNA awal, polimerisasi DNA berlangsung secara kontinu
sehingga molekul DNA baru yang disintesis merupakan satu unit. Pada untaian
DNA awal, polimerisasi DNA berlangsung secara kontinu sehingga molekul DNA
baru yang disintesis merupakan satu unit. Fragmen-fragmen DNA pendek yang
disintesis tersebut disebut fragmen Okazaki, karena fenomena sintesis DNA
secara diskontinu tersebut pertama kali iungkapkan oleh Reiji Okazaki pada tahun
1968.
iii. Transkripsi dan Translasi
a. Transkripsi
Transkripsi adalah proses penyalinan kode-kode genetik yang ada pada
urutan DNA meniadi molekul RNA. Transkripsi adalah proses yang mengawali
ekspresi sifat-sifat genetik yang nantinya akan muncul sebagai fenotipe. Urutan
nukleotida pada salah satu untaian molekul RNA digunakan sebagai cetakan
(template) untuk sintesis molekul RNA yang komptementer.
Mekanisme Dasar Transkripsi adalah sebagai berikut :
o Transkripsi (sintesis RNA) dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
Faktor-faktor yang mentendalikan transkripsi menempel pada
bagian promoter.
Penempelan faktor-faktor pengendali transkripsi menyebabkan
terbentuknya kompleks promoter yang terbuka (open promoter
complex).
RNA pofimerase membaca cetakan (DNA template) dan mulai
melakukan pengikatan nukleotida yang komplementer dengan
cetakannya.
Setelah terjadi proses pemanjangan untaian RNA hasil sintesis,
selanjutnya diikuti dengan proses pengakhiran (terminasi)
transkripsi yang ditandai dengan pelepasan RNA polimerase dari
DNA yang ditranskripsi
o Karakter Kimiawi Transkripsi adalah sebagai berikut :
Prekursor untuk sintesis RNA adalah empat macam ribonukleotida
yaitu 5'-trifosfat ATP GTP CTP dan UTP (pada RNA tidak ada
thymine).
Reaksi polimerisasi RNA pada prinsipnya sama dengan
polimerisasi DNA, yaitu dengan arah 5' 3'.
Urutan nukleotida RNA hasil sintesis ditentukan oleh cetakannya
yaitu urutan DNA yang ditranskripsi. Nukleotida RNA yang
digabungkan adalah nukleotida yang komplementer dengan
cetakannya. Sebagai contoh, jika urutan DNA yang ditranskripsi
adalah ATG, maka urutan nukleotida RNA yang digabungkan
adalah UAC.
Molekul DNA yang ditranskripsi adalah molekul untai-ganda
tetapi yang berperanan sebagai cetakan hanya salah satu
untaiannya.
Hasil transkripsi berupa molekul RNA untai tunggal.
b. Translasi
Translasi adalah proses penerjemah urutan nucleotida yang ada pada
molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang menyusun suatu
polipeptida atau protein. Hanya molekul mRNA yang ditranslasi, sedangkan
rRNA dan tRNA tidak ditranslasi. Molekul mRNA merupakan transkrip (salinan)
urutan DNA yang menyusun suatu gen dalam bentuk ORF (open reading frame,
kerangka baca terbuka). Molekul rRNA adalah salah satu molekul penyusun
ribosom, yakni organel tempat berlangsungnya sintesis protein, tRNA adalah
pembawa asam-asam amino yang akan disambungkan menjadi rantai polipeptida.
Dalam proses translasi, rangkaian nukleotida pada mRNA akan dibaca tiap
tiga nukleotida sebagai satu kodon untuk satu asam amino, dan pembacaan
dimulai dari urutan kodon metionin (ATG pada DNA atau AUG pada RNA).
c. Kodon (kode genetik)
Kodon (kode genetik) adalah urutan nukleotida yangterdiri atas 3
nukleotida yanq berurutan (sehingga sering disebut sebagai triplet codon, yang
menyandi suatu kodon asam amino tertentu, misalnya urutan ATG (AUG pada
mRNA) mengkode asam amino metionin, Kodon inisiasi translasi merupakan
kodon untuk asam amino metionin yang mengawali struktur suatu polipeptida
(protein). Pada prokaryot, asam amino awal tidak berupa metionin tetapi formil
metionin (fMet).
Ada beberapa aspek yang perlu diketahui mengenai kode genetik, yaitu:
Kode genetik bersifat tidak saling tumpang-tindih (non-overlappind
kecuali pada kasus tertentu, misalnya pada bakteriofag
Tidak ada sela (gap) di antara kodon satu dengan kodon yang lain.
Tidak ada koma di antara kodon.
Kodon bersifat degenerotea, buktinya ada beberapa asam amino yang
mempunyai lebih dari satu kodon.
Secara umum, kodon bersifat hampir universal karena pada beberapa
organel jasad tinggi ada beberapa kodon yang berbeda dari kodon yang
digunakan pada sitoplasm.
Dalam proses translasi, setiap kodon berpasangan dengan antikodon yang
sesuai yang terdapat pada molekul tRNA.
Sebagai contoh, kodon metionin (AUG) mempunyai komplemennya
dalam bentuk antikodon UAC yang terdapat pada tRNAMet
Pada waktu tRNA yang membawa asam amino diikat ke dalam sisi A pada
ribosom, maka bagian antikodonnya berpasangan dengan kodon yang
sesuai yang ada pada sisi A tersebut.
Oleh karena itu, suatu kodon akan menentukan asam amino yang
disambungkan ke dalam polipeptida yang sedang disintesis di dalam
ribosom
d. Proses Translasi
Dalam proses translasi, setiap kodon berpasangan dengan antikodon yang
sesuai yang terdapat pada molekul tRNA. Sebagai contoh, kodon metionin (AUG)
mempunyai komplemennya dalam bentuk antikodon UAC yang terdapat pada
tRNAMet. Pada waktu tRNA yang membawa asam amino diikat ke dalam sisi A
pada ribosom, maka bagian antikodonnya berpasangan dengan kodon yang sesuai
yang ada pada sisi A tersebut. Oleh karena itu, suatu kodon akan menentukan
asam amino yang disambungkan ke dalam polipeptida yang sedang disintesis di
dalam ribosom.
Sebelum inisiasi translasi di lakukan, diperlukan molekul tRNA (aminoasil
tRNA) yang berfungsi membawa asam amino spesifik.
Inisiasi translasi (eukariyot)
Kodon inisiasi adalah metionin
Molekul tRNA inisiator disebut sebagai tRNAiMet.
Ribosom bersama-sama dengan tRNAiMet dapat menemukan kodon awal
dengan cara berikatan dengan ujung 5' (tudung), kemudian melakukan
pelarikan (scanning) transkrip ke arah hilir (dengan arah 5' 3') sampai
menemukankodon awal (AUG).
Menurut model scanning tersebut, ribosom memulai translasi pada waktu
menjumpai sekuens AUG yang pertama kali
Meskipun demikian, penelitian pada 699 mRNA eukaryot menunjukkan bahwa
sekitar 5-1 0% AUG yang pertama bukanlah kodon inisiasi.
Pada kasus semacam ini, ribosom akan melewati satu atau dua AUG
sebelum melakukan inisiasi translasi.
Sekuens AUG yang dikenali sebagai kodon inisiasi adalah sekuens yang
terletak pada sekuens konsensus CCRCCAUGG (R adalah purin: A atau
G).
Pengenalan sekuens AUG sebagai kodon inisiasi banyak ditentukan oleh
tRNAiMet.
Perubahan antikodon pada tRNAiMet menyebabkan dikenalinya kodon
lain sebagai kodon inisiasi
e. Pemanjangan polipeptida
Proses pemanjangan polipeptida disebut sebagai proses elongation yang
secara umum mempunyai mekanisme yang serupa pada prokaryot dan eukaryot.
Proses pemanjangan terjadi dalam tiga tahapan, yaitu: (1) pengikatan aminoasil-
tRNA pada sisi A yang ada di ribosom,( 2) pemindahan rantai polipeptida yang
tumbuh dari tRNA yang ada pada sisi P ke arah sisi A dengan membentuk ikatan
peptida, dan (3) translokasi ribosom sepanjang mRNA ke posisi kodon
selanjutnya yang ada di sisi A. Di dalam kompleks ribosom, molekul fMet-
tRNAiMet menempati sisi P (peptidil).
Sisi yang lain pada ribosom, yaitu sisi A (aminoasil), masih kosong pada
saat awal sintesis protein. Molekul tRNA pertama tersebut (fMet- tRNAiMet )
berikatan dengan kodon AUG (atau GUG) pada mRNA melalui antikodon-nya.
Tahap selanjutnya adalah penyisipan aminoasil-tRNA pada sisi A. Macam tRNA
(serta asam amino yang dibawa) yang masuk pada sisi A tersebut tergantung pada
kodon yang terletak pada sisi A. Penyisipan aminoasil-tRNA yang masuk ke
posisi A tersebut dilakukan oleh suatu protein yang disebut faktor pemanjangan
Tu (elongotion factor Tu, EF-Tu).
f. Terminasi
Translasi akan berakhir pada waktu salah satu dari ketiga kodon terminasi
(UAA, UGA, UAG) yang ada pada mRNA mencapai posisi A pada ribosom.
Dalam keadaan normal tidak ada aminoasil-tRNA yang membawa asam amino
sesuai dengan ketiga kodon tersebut. karena itu, jika ribosom mencapai salah satu
dari ketiga kodon terminasi tersebut, maka proses translasi berakhir.
g. Replikasi DNA
Replikasi adalah peristiwa sintesis DNA. Saat suatu sel membelah secara
mitosis, tiap-tiap sel hasil pembelahan mengandung DNA penuh dan identik
seperti induknya. Dengan demikian, DNA harus secara tepat direplikasi sebelum
pembelahan dimulai. Replikasi DNA dapat terjadi dengan adanya sintesis rantai
nukleotida baru dari rantai nukleotida lama. Proses komplementasi pasangan basa
menghasilkan suatu molekul DNA baru yang sama dengan molekul DNA lama
sebagai cetakan.
Kemungkinan terjadinya replikasi dapat melalui tiga model, yaitu :
Model pertama adalah model konservatif, yaitu dua rantai DNA lama tetap
tidak berubah, berfungsi sebagai cetakan untuk dua dua rantai DNA baru.
Model kedua disebut model semikonservatif, yaitu dua rantai DNA lama
terpisah dan rantai baru disintesis dengan prinsip komplementasi pada masing-
masing rantai DNA lama tersebut.
Model ketiga adalah model dispersif, yaitu beberapa bagian dari kedua rantai
DNA lama digunakan sebgai cetakan untuk sintesis rantai DNA baru.
Gambaran replikasi yang terjadi terhadap DNA :
Dari ketiga model replikasi tersebut, model semikonservatif merupakan
model yang tepat untuk proses replikasi DNA. Replikasi DNA semikonservatif ini
berlaku bagi organisme prokariot maupun eukariot. Perbedaan replikasi antara
organisme prokariot dengan eukariot adalah dalam hal jenis dan jumlah enzim
yang terlibat, serta kecepatan dan kompleksitas replkasi DNA. Pada organisme
eukariot, peristiwa replikasi terjadi sebelum pembelahan mitosis, tepatnya pada
fase sintesis dalam siklus pembelahan sel.
iv. Kelainan Penyakit yang disebabkan oleh DNA dan RNA
akibat virus Influenza.RNA
2. AIDS akibat virus HIV,/human Immuno deficiensy Virus. RNA
Kangker servix/Kangker leher rahim akibat Virus HPV/Human Pappiloma
Virus
Penyakit polio yang disebabkan oleh Poliovirus. RNA
Hepatitis akibat Hepatitis C.RNA
DBD Akibat Dengue virus. RNA
Penyakit encephalitis akibat California encephalitis virus (CE).RNA
8. Diare epidemik 1. Influenza pada anak-anak akibat Rotavirus.
RNA
Campak Jerman Akibat virus rubella. RNA
Flu burung akibat virus Influenza tipe A Sub H5N1.RNA
Herpes akibat herpesviruscYang termasuk DNA
Campak disebabkan oleh virus paramyxovirus
Cacar air disebabkan oleh virus Herpesvirus varicellae
Polio disebabkan oleh poliovirus
Penyakit gondong disebabkan oleh paramyxovirus
Demam Ebola akibat virus ebola
SARS (Severe Acute Respirotory Syndrome) disebabkan oleh virus
Corona mamalia
Rabies Disebabkan oleh virus rabies.
Campak (Morbili) Penyakit ini disebabkan oleh morbivirus
Kanker (tumor ganas) Penyakit ini disebabkan oleh virus onkogen
2.2.4 Fungsi dan Peranan Asam Nukleat
DNA mengandung gen, informasi yang mengatur sintesis protein dan RNA.
DNA mengandung bagian-bagian yang menentukan pengaturan ekspresi gen
(promoter, operator, dan lain-lain.). Ribosomal RNA (rRNA) merupakan
komponen dari ribosom, mesin biologis pembuat protein Messenger RNAs
(mRNA) merupakan bahan pembawa informasi genetik dari gen ke ribosom.
Transfer RNAs (tRNAs) merupakan bahan yang menterjemahkan informasi dalam
mRNA menjadi urutan asam amino RNAs memiliki fungsi-fungsi yang lain, di
antaranya fungsi-fungsi katalis. Asam nukleat merupakan molekul raksasa yang
memiliki fungsi khusus yaitu, menyimpan informasi genetik dan menerunkannya
kepada keturunanya. Susunan asam nukleat yang menentukan apakah mahluk itu
menjadi hewan , tumbuhan, maupun manusia. Begitu pula susunan dalam sel,
apakah sel itu menjadi sel otot maupun sel darah.
Beberapa fungsi penting asam nukleat adalah menyimpan, menstransmisi, dan
mentranslasi informasi genetik; metabolisme antara(intermediary metabolism) dan
reaksi-reaksi informasi energi; koenzim pembawa energi; koenzim pemindah
asam asetat, zat gula, senyawa amino dan biomolekul lainnya; koenzim reaksi
oksidasi reduksi.
Peranan dari DNA dan RNA sebagai bahan keturunan memberikan suatu
kontras yang menarik dalam hal fungsi biologis dari dua kelas makromolekul ini.
RNA memperlihatkan keragaman biomolekul yang biasa dengan memiliki fungsi
selular dan viral yang khas. Di pihak lain , DNA merupakan contoh yang jarang
dari suatu makromolekul yang melakukan fungsi tunggal yang sama dalam virus,
prokariota, dan eukariota. Sebagai pembawa informasi genetika dari semua
system selular , DNA mempertahankan kemurnian fungsi sepanjang evolusi
biologi. Pemanfaatan yang menguntungkan dari DNA oleh alam untuk
melestarikan spesies tampaknya tidak memungkinkan untuk beragam fungsi dari
makromolekul ini.
BAB IIIKESIMPULAN
Kesimpulan yang dari pembahasan kita tentang rigor mortis dan asam nukleat
adalah sebagai berikut:
1. Semua bahan pangan akan mengalami perubahan mutu setelah
kematian. Perubahan ini dapat terjadi secara fisik, kimiawi maupun
biologis. Secara garis besarnya, perubahan yang dialami iakan
berlansung dalam 3 fase, yaitu fase pre-rigor mortis, rigor mortis dan
post rigor mortis. Perubahan fase ini dapat difunakan sebagai indikator
perubahan kualitas ikan.
2. Nilai pH merupakan parameter yang dapat digunakan untuk
menentukan tingkat kesegaran hasil perikanan. Berdasarkan pH, dapat
ditentukan apakah daging ikan masih pada fase rigor mortis atau sudah
memasuki fase post-rigor mortis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2018. 10 Tahap Glikolisis.http://dewintatetew.wordpress.com/2012/05/16/27/ diakses pada tanggal 25/05/2018 pada jam 14.28
Dina, Ardinata. 2018. Makalah Glikolisis. http://dinanonblok.blogspot.com/2014/03/makalah-glikolisiscod.html diakses pada tanggal 25/05/2018 pada jam 21.00
Montgomery, Rex., dkk. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus Jilid 1. Yogyakarta: GAJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Purwoko, Tjahjadi.2007. Fisiologi mikroba. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Vol.2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tanri, Alim. 2013. Tahapan Glikolisis http://www.biologi-sel.com/2013/03/tahapan-glikolisis.html diakses pada tanggal 25/05/2018 pada jam 09.00
Campbell. 2002. Biologi Edisi kelima-jilid 2.Jakarta: Erlangga
Martoharsono, Soeharsono. 1978. Biokimia Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
McKee, Trudy. McKee, James R. 2003. Biochemistry the Molecular Basis of Life Third Edition. McGraw-Hill, Inc. New York.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, 2003, Biokimia Harper, Edisi XXV, Penerjemah Hartono Andry, Jakarta: EGC
Poedjiani, Anna. Supriyanti, F. M. Titin. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia FKUI), Jakarta: EGC
Wirahadikusuma, M., 1988.Metabolisme Karbohidrat dan Lemak, ITB, Bandung