· web viewguna memperoleh informasi awal terkait kegiatan pesk di wilayah kabupaten bandung,...

9
LAPORAN PERJALANAN DINAS Nama : Redny Tota Sihite, ST., M.Si NIP./Golongan : 19740618 199803 2 001 Jabatan : Staf Direktorat Pengelolaan B3 Tanggal : 16-18 Mei 2018 Tujuan : Bandung – Jawa Barat Kendaraan : Kendaraan Umum Pengikut : 1. Fery Wihastoro. / NIP. 19810221 201504 1 001 2. Aminah / NIP. 19740925 200701 2 001 Keperluan : Pemantauan Peredaran dan Penggunaan Merkuri Isi Laporan Perjalanan Dinas: 1. Dasar Pelaksanaan/Sumber Dana: Surat Tugas Direktur Pengelolaan B3 No.: ST-264/PB3/IPB3/PLB.1/5/2018 tanggal 7 Mei 2018. Surat Direktur Pengelolaan B3 No.:S.539/PB3/IPB3/PLB.1/5/2018 tanggal 7 Mei 2018 tentang Pemberitahuan Pemantauan Peredaran dan Penggunaan Merkuri. 2. Pelaksanaan perjalanan dinas dilakukan dalam rangka Pemantauan Peredaran dan Penggunaan Merkuri yang merupakan bagian dari Program Prioritas Nasional KLHK Tahun Anggaran 2018 mengenai Pengurangan dan Penghapusan Merkuri pada Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK).

Upload: lyhuong

Post on 30-Jul-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PERJALANAN DINAS

Nama : Redny Tota Sihite, ST., M.Si

NIP./Golongan : 19740618 199803 2 001

Jabatan : Staf Direktorat Pengelolaan B3

Tanggal : 16-18 Mei 2018

Tujuan : Bandung – Jawa Barat

Kendaraan : Kendaraan Umum

Pengikut : 1. Fery Wihastoro. / NIP. 19810221 201504 1 001

2. Aminah / NIP. 19740925 200701 2 001

Keperluan : Pemantauan Peredaran dan Penggunaan Merkuri

Isi Laporan Perjalanan Dinas:

1. Dasar Pelaksanaan/Sumber Dana: Surat Tugas Direktur Pengelolaan B3 No.: ST-264/PB3/IPB3/PLB.1/5/2018

tanggal 7 Mei 2018.

Surat Direktur Pengelolaan B3 No.:S.539/PB3/IPB3/PLB.1/5/2018 tanggal 7 Mei 2018 tentang Pemberitahuan Pemantauan Peredaran dan Penggunaan Merkuri.

2. Pelaksanaan perjalanan dinas dilakukan dalam rangka Pemantauan Peredaran dan Penggunaan Merkuri yang merupakan bagian dari Program Prioritas Nasional KLHK Tahun Anggaran 2018 mengenai Pengurangan dan Penghapusan Merkuri pada Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK).

3. Hasil Perjalanan Dinas: a) Guna memperoleh informasi awal terkait kegiatan PESK di wilayah Kabupaten

Bandung, dilakukan koordinasi dan konsultasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung. Kunjungan diterima oleh Ibu Endang Widayati P. S.Si selaku Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Penaatan Hukum Lingkungan, berserta staf Bpk. Kurniawan, Bpk Robby (bagian

hukum) dan Bpk. Edi Sudani (bagian laboratorium). Informasi yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Sudah pernah dilakukan sosialisasi bersama dengan Polsek mengenai pelarangan penggunaan merkuri kepada para masyarakat penambang emas.

Terdapat 2 lokasi yang terdapat PESK yang masih aktif yaitu di Desa Kutawaringin dan Desa Cibodas, Kecamatan Kutawaringin.

DLH belum memiliki program yang secara khusus menangani permasalahan merkuri, sehingga tidak memiliki data spesifik terkait hal tersebut, ditambah lagi kegiatan tersebut merupakan illegal sehingga tidak menjadi bagian pembinaan. Kegiatan pemantauan yang pernah dilakukan yaitu pemantauan kualitas air sungai dan tingkat bahaya erosi. Selain itu, secara berkala juga dilakukan pengambilan sampel di 4 titik di sekitar lokasi PESK, 2 titik di outlet air limbah pengolahan emas dan sedimennya, 2 titik di aliran sungai tempat pembuangan air limbah (upstream dan downstream). Dari beberapa pengujian sampel dinyatakan terdapat kontaminasi merkuri pada air sungai Ciwidey.

Dari hasil kunjungan yang pernah dilakukan oleh DLH Kabupaten Bandung, terdapat 13 titik gali/lubang dengan luas lahan tambang ± 7 hektar dengan kedalaman 10 meter (vertikal) dan 20 meter (horisontal). Area penambangan umumnya berada di sekitar Gunung Pancir. Bongkahan hasil galian tidak diolah langsung di tempat, tetapi dibawa dan diolah di area perumahan penduduk yang memiliki tromol.

Kegiatan penambangan tidak berjalan secara terus menerus (on/off) tergantung dari ketersediaan modal para penambang. Ini adalah salah satu efek dari makin mahalnya harga merkuri.

Pernah dibentuk koperasi untuk mewadahi para penambang di Desa Kutawaringin.

Sudah pernah ada pengaduan dari masyarakat sekitar lokasi PESK. Dilaporakan bahwa ikan pada kolam pemeliharan yang mendapat suplai air dari sungai mengalami perubahan warna yang tidak normal (pucat). Diduga merupakan dampak pencemaran merkuri pada air sungai yang menjadi tempat pembuangan limbah pengolahan emas.

b) Hasil koordinasi yang dilakukan dengan DLH diperoleh kontak pelaku penambang emas di Desa Kutawaringin yaitu Bpk. Omar Subarja (Bejay) yang

merupakan mantan ketua koperasi yang menaungi para penambang di Kecamatan Kutawaringin. Tim dengan didampingi oleh staf DLH (Bpk. Kurniawan) kemudian melakukan kunjungan ke lokasi di Kampung Ciherang RW 03, Kec. Kutawaringin. Dari hasil wawancara dengan Bapak Bejay, diperoleh informasi sebagai berikut:

Lokasi penambangan berada sekitar 2 kilometer dari perumahan penduduk. Lokasi berada di pegunungan, sehingga hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Kegiatan penambangan hanya dilakukan oleh penduduk lokal. Pada umumnya 1 minggu kedepan tidak ada kegiatan penambangan karena baru memasuki bulan puasa.

Pada tahun 1990-an terdapat perusahaan CV. Panca Raksa yang pemiliknya berasal dari Sukabumi mempunyai konsesi untuk eksplorasi penambangan emas seluas 99 hektar di wilayah Kutawaringin. CV. Panca Raksa kemudian berubah menjadi PT. Panca Raksa Abadi (1996-1997) setelah dibeli oleh Ibu Sumirah. Sampai dengan tahun 2000 tidak ada kegiatan penambangan dari perusahaan tersebut sehingga masyarakat sekitar memanfaatkan lahan tersebut untuk penambangan. Pada tahun 2004, kegiatan penambangan emas oleh penduduk setempat sempat dibubarkan oleh Polda.

Agar kegiatan penambangan rakyat terorganisir, pada tanggal 21 November 2007 dibentuk Koperasi “Serba Usaha Mandiri” untuk mewadahi para penambang emas di wilayah Kecamatan Kutawaringin. Kegiatan koperasi tersebut salah satunya adalah menyediakan merkuri bagi anggotanya untuk kegiatan pengolahan emas. Kegiatan koperasi tidak berjalan dengan baik karena banyak anggota yang tidak memenuhi kewajibannya. Hutang yang menumpuk di koperasi mencapai kurang lebih Rp. 100 juta sehingga pada November 2013 pengurus koperasi membuat surat pernyataan tidak bertanggungjawab terhadap kondisi koperasi.

Dari data tahun 2017, kegiatan tambang/galian emas di Desa Kutawaringin berada di 3 Dusun (biasa disebut blok) yaitu:

1. Pasir Walanda, dengan pemilik galian adalah sebagai berikut:

- Pak Dede (3 lubang)

- Pak Ayat (1 lubang)

- Pak Iwan (1 lubang)

- Pak Johan (1 lubang)

- Pak Dede “boxer” (1 lubang)

2. Pasir Seurti, dengan pemilik galian sebagai berikut:

- Pak Adung (1 lubang)

- Pak Herman (1 lubang)

- Pak Ceri (2 lubang)

3. Pasir Menyan, demgan pemilik galian adalah sebagai berikut:

- Pak Iip Dona (1 lubang)

- Pak Undang (1 lubang)

- Haji Udun (1 lubang)

- Pak Jajang (1 lubang)

Untuk lokasi di Desa Cibodas, Kecamatan Kutawaringin, informasi dari Bpk Bejay bahwa kegiatan PESK antara lain berada di Dusun Pasir Tanjakan Panjang (dimiliki oleh Pak Sebluk, H. Jajang, Pak Oman), Dusun Cihanyir (dimiliki oleh Pak Jaya, Pak Pardi) dan Dusun Curug Bentan.

Lokasi baru penambangan emas rakyat berada di Pasir Malang (sebagian wilayah masuk dalam Desa Kutawaringin). Terdapat juga kegiatan yang sama di Curug Jompang yang berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat.

Material galian emas diolah oleh penduduk dengan menggunakan merkuri yang dilakukan secara berkelompok. Masing-masing kelompok berkisar 3 orang dengan rincian jumlah tromol yang dimiliki sebagai berikut:

1. Ciherang: 20 kelompok dengan 70 tromol

2. Sinday: 7 kelompok dengan 48 tromol

3. Cigondoh: 8 kelompok dengan 50 tromol

4. Randukurung: 8 kelompok dengan 37 tromol

5. Bojongkoneng: 5 kelompok dengan 20 tromol

6. Bojonglaja: 7 kelompok dengan 31 tromol

Jumlah tromol yang dimiliki penduduk tergantung dari kemampuan penduduk untuk membeli tromol. Harga tromol berkisar Rp. 750.000 per satuan.

Amalgam emas yang dihasilkan oleh penduduk kemudian dijual kepada penadah emas yang selanjutnya dilakukan pembakaran. Pembakaran amalgam emas tidak dilakukan oleh penduduk setempat.

Merkuri yang digunakan oleh para penambang didapat dari daerah Bogor (Bandar Emas) dan Sukabumi. Beberapa juga membeli dari toko “Manis cantik” yang berada didaerah Banjaran.

Merkuri dikemas dalam botol dengan volume 1 kg. Pada tahun 2010 1kg merkuri seharga Rp. 200.000. Berkurangnya peredaran merkuri menyebabkan harga naik mencapai Rp. 2jt/kg.

Estimasi penggunaan merkuri adalah 20 gram/tromol/hari. Lama pengolahan menggunakan tromol rata-rata 8 jam/hari. Ukuran tromol 27cmX45cm dengan diameter 27cm. Air yang digunakan ±7 liter dengan bahan galian sebanyak 10 kg.

Emas yang dihasilkan rata-rata 1-2 gram/6 jam putaran/10 tromol, tergantung kualitas bahan galian.

Limbah tailing sisa pengolahan emas dibuang ke Sungai Ciherang yang bermuara ke Sungai Ciwidey.

Lumpur dari hasil pengolahan emas masih dikumpulkan oleh penduduk. Lumpur tersebut akan diolah kembali untuk mendapatkan emas tersisa dengan menggunakan sianida. Lumpur dihargai Rp. 10.000/karung. Lumpur dari hasil pengolahan sianida pernah digunakan oleh Bpk. Bejay untuk penimbunan jalan.

Bpk Bejay menyampaikan bahwa masyarakat penambang tidak akan keberatan untuk menghentikan penggunaan merkuri. Mereka memerlukan informasi dan bimbingan terkait cara pengolahan emas yang lebih ramah lingkungan dan dapat diaplikasikan.

c) Titik Koordinat salah satu lokasi pengolahan emas menggunakan tromol di kampung Ciherang (6°59’46” S, 107°30’13” E)

DOKUMENTASI

Koordinasi dengan BLH Kab. BandungWawancara dengan Bpk Bejay (mantan

penambang dan ketua koperasi)

Lokasi penambangan, ± 2 km diatas gunung Tromol

Pembuangan sisa air pengolahan dan tumpukan lumpur yang akan dijual

Selokan pembuangan tailing pengolahan emas