komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · web viewdeskripsi singkat

84
Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih I. DESKRIPSI SINGKAT Pada proses memfasilitasi/melatih, diperlukan penguasaan dan kesiapan seorang fasilitator/pelatih dalam berbagai aspek yang berperan besar untuk mencapai tujuan pelatihan. Oleh karena itu, seorang fasilitator/pelatih harus dibekali dengan kemampuan antara lain: memahami tentang Pembelajaran Orang Dewasa (POD), menyusun SAP (skenario pembelajaran), mendinamisasi dan memotivasi peserta dalam pengelolaan kelas, membangun komunikasi interaktif dengan dan antar peserta, memanfaatkan keragaman metode pembelajaran, menggunakan media dan alat bantu pembelajaran, dan membuat evaluasi hasil belajar. Materi teknik melatih ini disusun untuk membekali fasilitator/pelatih dalam melatih calon pelatih dalam pelatihan Penanggulangan Kesehatan Intelegensia Pada Anak. Pada akhir proses pembelajaran materi ini, akan diberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk mensimulasikan micro teaching dalam rangka mengevaluasi pencapaian kemampuan menjadi seorang fasilitator/pelatih. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memfasilitasi materi dalam pelatihan penanggulangan kesehatan intelegensia pada anak. B. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan tentang model pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa (POD) 2. Menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP). 3. Menggunakan beragam metode pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. TEKNIK MELATIH

Upload: lamdien

Post on 07-Apr-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

I. DESKRIPSI SINGKATPada proses memfasilitasi/melatih, diperlukan penguasaan

dan kesiapan seorang fasilitator/pelatih dalam berbagai aspek yang berperan besar untuk mencapai tujuan pelatihan. Oleh karena itu, seorang fasilitator/pelatih harus dibekali dengan kemampuan antara lain: memahami tentang Pembelajaran Orang Dewasa (POD), menyusun SAP (skenario pembelajaran), mendinamisasi dan memotivasi peserta dalam pengelolaan kelas, membangun komunikasi interaktif dengan dan antar peserta, memanfaatkan keragaman metode pembelajaran, menggunakan media dan alat bantu pembelajaran, dan membuat evaluasi hasil belajar.

Materi teknik melatih ini disusun untuk membekali fasilitator/pelatih dalam melatih calon pelatih dalam pelatihan Penanggulangan Kesehatan Intelegensia Pada Anak. Pada akhir proses pembelajaran materi ini, akan diberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk mensimulasikan micro teaching dalam rangka mengevaluasi pencapaian kemampuan menjadi seorang fasilitator/pelatih.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A.Tujuan Pembelajaran Umum:Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memfasilitasi materi dalam pelatihan penanggulangan kesehatan intelegensia pada anak.

B.Tujuan Pembelajaran Khusus:Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

1. Menjelaskan tentang model pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa (POD)

2. Menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP).3. Menggunakan beragam metode pembelajaran

sesuai dengan tujuan pembelajaran.4. Menggunakan berbagai media dan alat bantu

pembelajaran sesuai dengan metode yang digunakan dan tujuan pembelajaran.

5. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.6. Menjelaskan cara membuat evaluasi hasil belajar.

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASANDalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan berikut:

TEKNIK MELATIH

Page 2: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Pokok bahasan A. Model pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa (POD)Sub pokok bahasan:1. Perubahan paradigma pendidikan.2. Perbedaan pedagogi dan andragogi.3. Prinsip-prinsip POD.4. Pendekatan, ruang lingkup, dan tujuan POD.5. Strategi POD.Pokok bahasan B. Penyusunan SAP (Satuan Acara Pembelajaran).Sub pokok bahasan:1. Pengertian, manfaat dan tujuan SAP.2. Langkah-langkah penyusunan SAP.

Pokok bahasan C. Metode pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran.Sub pokok bahasan:1. Arti dan manfaat metode pembelajaran.2. Keunggulan dan kelemahan masing-masing metode

pembelajaran.3. Metode pembelajaran yang efektif.

Pokok bahasan D. Media dan alat bantu pembelajaran.Sub pokok pembelajaran:1. Pengertian dan peranan media dan alat bantu pembelajaran.2. Pemilihan media dan alat bantu pembelajaran yang efektif.3. Jenis-jenis media dan alat bantu pembelajaran beserta

karakteristiknya.Pokok bahasan E. Iklim pembelajaran yang kondusif.1. Pengelolaan kelas secara efektif. 2. Perkembangan kelompok. 3. Kondisi dan situasi belajar yang berpusat pada peserta. 4. Jurnal pembelajaran.

Pokok bahasan F. Evaluasi pembelajaran.Sub pokok bahasan:1. Pengertian, tujuan, prinsip evaluasi hasil pembelajaran.2. Jenis–jenis evaluasi hasil pembelajaran.3. Bentuk dan kaidah instrumen evaluasi hasil pembelajaran.

IV. METODE1. Ceramah tanya Jawab2. Penugasan3. Simulasi

V. MEDIA DAN ALAT BANTU1. Tayangan powerpoint2. Modul 3. Petunjuk simulasi4. Lembar penugasan5. Komputer/laptop6. LCD projector

Page 3: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

7. Whiteboard8. Flipchart9. Spidol

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Sesi 1 : Pembahasan Pokok Bahasan Model pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa (POD)

Langkah-langkah pembelajaran:1. Sebelum menyampaikan materi, fasilitator memperkenalkan diri

terlebih dahulu dan berupaya juga untuk mengenal peserta. Dilanjutkan dengan mempresentasikan tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan difasilitasi pada proses pembelajaran ini. Fasilitator juga menyampaikan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Fasilitator menggali pendapat/pemahaman peserta tentang model pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa (POD). Tuliskan kata kunci pendapat/pemahaman peserta pada kertas flipchart.

3. Fasilitator mempresentasikan tentang model pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa (POD). Diselingi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk diskusi (tanya jawab) dan menghargai jawaban yang diberikan peserta.

4. Diakhir sesi fasilitator mengevaluasi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk merangkum tentang pokok bahasan ini.

Sesi 2 : Pembahasan Pokok Bahasan Penyusunan SAP (Satuan Acara Pembelajaran).

Langkah-langkah pembelajaran:1. Fasilitator menggali pendapat/pemahaman peserta tentang

Satuan Acara Pembelajaran (SAP). Tuliskan kata kunci pendapat/pemahaman peserta pada kertas flipchart.

2. Fasilitator mempresentasikan tentang SAP. Diselingi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk diskusi (tanya jawab) dan menghargai jawaban yang diberikan peserta.

3. Dilanjutkan dengan memperlihatkan kepada peserta tentang sistematika SAP dan menyampaikan bahwa peserta akan diberikan penugasan untuk membuat SAP sebelum mensimulasikan teknik fasilitasi pada akhir materi.

4. Diakhir sesi fasilitator mengevaluasi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk merangkum tentang pokok bahasan ini.

Sesi 3 : Pembahasan Pokok Bahasan Metode pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran.

Page 4: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Langkah-langkah pembelajaran:1. Fasilitator menggali pendapat/pemahaman peserta tentang

ragam metode pembelajaran. Tuliskan kata kunci pendapat/pemahaman peserta pada kertas flipchart.

2. Fasilitator mempresentasikan tentang ragam metode pembelajaran. Diselingi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk diskusi (tanya jawab) dan menghargai jawaban yang diberikan peserta.

3. Dilanjutkan dengan berdiskusi dengan peserta tentang metode pembelajaran yang paling banyak akan digunakan dalam memfasilitasi materi dalam pelatihan penanggungan kesehatan intelegensia pada anak.

4. Fasilitator menyampaikan bahwa peserta akan diberikan penugasan untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang akan digunakan pada sesi mensimulasikan teknik fasilitasi pada akhir materi.

5. Diakhir sesi fasilitator mengevaluasi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk merangkum tentang pokok bahasan ini.

Sesi 4 : Pembahasan Pokok Bahasan Media dan alat bantu pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran:1. Fasilitator menggali pendapat/pemahaman peserta tentang

media dan alat bantu pembelajaran. Tuliskan kata kunci pendapat/pemahaman peserta pada kertas flipchart.

2. Fasilitator mempresentasikan tentang media dan alat bantu pembelajaran. Diselingi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk diskusi (tanya jawab) dan menghargai jawaban yang diberikan peserta.

3. Dilanjutkan dengan berdiskusi dengan peserta tentang media dan alat bantu pembelajaran yang paling banyak akan digunakan dalam memfasilitasi materi dalam pelatihan penanggungan kesehatan intelegensia pada anak.

4. Fasilitator menyampaikan bahwa peserta akan diberikan penugasan untuk memilih dan menggunakan media dan alat bantu pembelajaran yang akan digunakan pada sesi mensimulasikan teknik fasilitasi pada akhir materi.

5. Diakhir sesi fasilitator mengevaluasi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk merangkum tentang pokok bahasan ini.

Sesi 5 : Pembahasan Pokok Bahasan Iklim pembelajaran yang kondusif.

Langkah-langkah pembelajaran:1. Fasilitator menggali pendapat/pemahaman peserta tentang

bagaimana menciptakan iklim pembelajaran. Tuliskan kata kunci pendapat/pemahaman peserta pada kertas flipchart.

Page 5: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

2. Fasilitator mempresentasikan tentang menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Diselingi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk diskusi (tanya jawab) dan menghargai jawaban yang diberikan peserta.

3. Dilanjutkan dengan mengikutsertakan peserta dalam melakukan beberapa energizer yang dapat digunakan dalam menciptakan iklim pembelajaran.

4. Fasilitator menyampaikan bahwa peserta akan diberikan penugasan untuk memilih dan menggunakan salah satu energizer untuk menciptakan iklim pembelajaran yang akan digunakan pada sesi mensimulasikan teknik fasilitasi pada akhir materi.

5. Diakhir sesi fasilitator mengevaluasi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk merangkum tentang pokok bahasan ini.

Sesi 6 : Pembahasan Pokok Bahasan Evaluasi pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran:1. Fasilitator menggali pendapat/pemahaman peserta tentang

evaluasi pembelajaran. Tuliskan kata kunci pendapat/pemahaman peserta pada kertas flipchart.

2. Fasilitator mempresentasikan tentang evaluasi pembelajaran dan bagaimana teknik membuatnya. Diselingi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk diskusi (tanya jawab) dan menghargai jawaban yang diberikan peserta.

3. Dilanjutkan dengan mengikutsertakan peserta dalam membuat beberapa contoh evaluasi pembelajaran.

4. Diakhir sesi fasilitator mengevaluasi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk merangkum tentang pokok bahasan ini.

Sesi 7 : Simulasi memfasilitasi

Langkah-langkah pembelajaran:1. Fasilitator membagi peserta dalam 2 kelompok yang akan dibagi

dalam 2 kelas untuk melakukan simulasi memfasilitasi.2. Setiap peserta ditugaskan untuk melakukan simulasi fasiliatsi

dalam waktu 20 menit dengan menggunakan SAP yang telah dibuat masing-masing.

3. Pada saat seorang peserta melakukan simulasi, fasilitator dan peserta lain menjadi evaluator dan pengamat dengan menggunakan lembar penilaian microfacilitating.

4. Setelah semua peserta selesai melakukan simulasi, fasilitator memfasilitasi diskusi tentang hasil evaluasi dan pengamatan. Setiap peserta diberikan kesempatan untuk memberikan masukan kepada peserta yang lain.

5. Diakhir sesi fasilitator mengevaluasi dengan memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengemukakan pendapat tentang apa yang diperoleh, bagaimana pengalaman dan perasaan masing-masing mengenai sesi simulasi tersebut.

Page 6: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Sesi 8 : Penutupan

Langkah-langkah pembelajaran:Setelah proses fasilitasi selesai, ajak seluruh peserta untuk melakukan refleksi bersama atas proses yang baru saja dijalankan.Akhiri pembahasan materi dengan rangkuman dan kesimpulan dan berikan apresiasi yang tulus kepada seluruh peserta atas partisipasi aktif yang telah dilakukan selama pembahasan materi.

VII.URAIAN MATERI

Pokok bahasan A. MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (POD)1. Perubahan Paradigma Pendidikan

Belajar pada hakekatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan dan sikap maupun nilai-nilai. Belajar untuk mengetahui (learning to know) dan melakukan (learning to do) diharapkan dapat menciptakan manusia-manusia yang produktif dan kreatif, sementara belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be my self) diharapkan dapat menciptakan manusia-manusia yang percaya diri, dan belajar untuk hidup bersama (learning to life together) diharapkan dapat menciptakan manusia-manusia yang mempunyai daya saing, daya penyesuaian, dan daya kerjasama.

Paradigma pendidikan saat ini lebih menekankan pada bagaimana mendorong peran aktifnya peserta didik dalam proses belajar, dan disini juga adanya kebebasan dari peserta didik dalam mengemukakan pendapat/ide.

Perubahan paradigma ini pula yang melandasi kepada perubahan strategi dalam proses pelatihan, di mana selama ini dalam proses pelatihan lebih banyak proses pengajaran yaitu si pelatih memberikan pengetahuan/keterampilannya secara searah kepada peserta, seperti yang dikatakan oleh Freire sebagai metoda “gaya bank” dengan ciri sebagai berikut: Guru mengajar, murid belajar Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-apa Guru berpikir, murid dipikirkan Guru bicara, murid mendengarkan Guru mengatur, murid diatur Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid

menuruti Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana

bertindak sesuai dengan tindakan gurunya Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid

menyesuaikan diri

Page 7: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan wewenang profesionalismenya, dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid-murid.

Guru adalah subyek proses belajar, murid obyeknya.

Sekarang diharapkan ada proses aktif peserta dalam menggali pengetahuan dan keterampilannya sendiri dari bahan ajar ataupun referensi lain yang disediakan, sementara pelatih lebih berperan sebagai nara sumber atau fasilitator, inilah yang dimaksud dengan pendekatan POD.

2. Perbedaan Pedagogi dan AndragogiMalcolm Knowles (1970) menguraikan perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa sebagai kerangka model pendekatan pendidikan. Perbedaan antara kedua pendekatan ini bukan hanya sebatas obyek pesertanya, tapi juga dalam hal seni bagaimana mendidik.

Pendidikan bagi anak yang dikenal dengan Pedagogi berasal dari bahasa Yunani, paid (anak-anak) dan agogos (memimpin), dengan demikian Pedagogi berarti memimpin anak-anak atau suatu ilmu dan seni mengajar anak-anak. Dalam pedagogi, murid atau peserta didik sepenuhnya menjadi obyek, dalam hal ini: guru menggurui, murid digurui, guru memilih apa yang akan dipelajari, murid tunduk pada pilihan tersebut, guru mengevaluasi, murid dievaluasi dsb.

Andragogi atau pendidikan orang dewasa (POD) berasal dari bahasa Yunani, andra (orang dewasa) dan agogos (memimpin), perdefinisi andragogi adalah suatu ilmu dan seni untuk membantu orang dewasa belajar. Peserta didik diperlakukan sebagai orang dewasa yang diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat pendidikan. Fungsi guru adalah fasilitator dan bukan menggurui.

Secara lengkap mengenai bagaimana perbedaan antara Pedagogi dan Andragogi dapat kita kita pada table berikut:No. Faktor

PembedaPedagogi Andragogi

1. Tingkat kemandirian

Dependen pada orang lain

Independen

2. Peran pengalaman hidup

Tak banyak berperan dalam proses belajar

Sangat penting sebagai acuan dan sumber belajar

3. Kesiapan belajar

Tergantung pada guru dan

Tergantung pada kebutuhan riil

Page 8: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

kurikulum4. Orientasi

belajarPada materi belajar (masa depan)

Pada skill yang harus dikuasai (masa kini)

5. Pemanfaatan hasil belajar

Kelak mungkin berguna/ tidak

Harus segera dapat dimanfaatkan dalam bekerja

6. Motivasi belajar Ditimbulkan faktor luar

Timbul dari diri sendiri

7. Iklim belajar Kaku dan formal Santai tetapi saling menghormati

8. Proses perencanaan program belajar

Dilakukan oleh guru

Dilakukan unit dikl;at bersama user

9. Perumusan tujuan belajar

Selalu dilakukan oleh guru

Dilakukan fasilitator bersama peserta

10. Analisis kebutuhan belajar

Dilakukan oleh guru

Dilakukan oleh peserta

11. Sifat materi pelajaran

Teoritis disusun secara linier

Teoritis praktis disusun secara fleksibel

12. Evaluasi belajar Dilakukan oleh guru

Dilakukan oleh fasilitator dan peserta

3. Prinsip-Prinsip PODDefinisi orang dewasa dalam andragogi adalah menyangkut definisi dewasa secara sosial dan psikologi. Secara sosial seseorang menjadi dewasa jika orang tersebut telah mulai melaksanakan peran-peran orang dewasa seperti: peran kerja, peran pasangan (suami-istri), peran orang tua, peran sebagai warga Negara dan lain-lain. Sementara secara psikologi, seseorang menjadi dewasa jika orang tersebut telah memiliki konsep diri yang bertanggung jawab terhadap kehidupannya, yaitu konsep: mengatur untuk dirinya sendiri, seperti mengambil keputusan sendiri.

Menurut Lindeman, konsep POD merupakan pembelajaran yang berpola non-otoriter, lebih bersifat informal yang pada umumnya lebih bertujuan untuk menemukan pengertian pengalaman dan atau pencarian pemikiran guna merumuskan perilaku yang standar. Dengan demikian tehnik POD adalah bagaimana membuat pembelajaran menjadi selaras dengan kehidupan nyata.

Beberapa kunci sukses untuk mengajar orang dewasa menurut Lindeman, yaitu:

Page 9: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

a. Aktivitas POD hendaknya relevan dengan kebutuhan dan kepentingan peserta belajar, sehingga dapat memberikan kepuasan.

b. Orientasi orang dewasa dalam belajar adalah terpusat pada kehidupannya, sehingga pengaturan pembelajaran hendaknya relevan dengan situasi kehidupannya.

c. Pengalaman merupakan sumber belajar terpenting bagi proses pembelajaran orang dewasa, dengan demikian metode pembelajarannya adalah ”analisis pengalaman”.

d. Orang dewasa memiliki kebutuhan mendalam untuk menjadi individu yang mampu mengatur dirinya sendiri, dengan demikian peranan pengajar lebih sebagai fasilitator.

e. Adanya perbedaan kepribadian diantara masing-masing individu peserta belajar, antara lain dikarenakan perbedaan usia, latar belakang pekerjaan, latar belakang pendidikan, status sosial dan lain-lain, maka hendaknya POD dapat menerima keputusan-keputusan yang mengandung perbedaan tersebut.

Knowles mendapatkan beberapa asumsi model POD yang berbeda dengan pedagogi, yaitu dilihat dari beberapa hal sebagai berikut :

a. Kebutuhan untuk mengetahui.Orang dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari sesuatu, sehingga tugas utama fasilitator adalah membantu peserta belajar menjadi sadar akan perlunya mengetahui bahwa pembelajaran yang akan dijalaninya berguna untuk meningkatkan kinerjanya atau kualitas hidupnya. Dengan konsep mengetahui tersebut peserta belajar dapat menemukan kesenjangan antara kemampuan yang dimilikinya saat ini dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki.

b. Konsep diri peserta belajar (pembelajar).Secara umum orang dewasa memiliki konsep diri bahwa dirinya mempunyai tanggung jawab atas keputusan yang dibuat sendiri atas kehidupannya, dengan ciri: Mereka mengembangkan kebutuhan psikologi yang

mendalam untuk diperhatikan orang lain. Mereka akan diperlakukan oleh orang lain sebagai individu

yang mampu bersikap mengatur diri sendiri. Mereka akan menolak dan menentang situasi di mana

mereka ada orang lain yang memaksakan kehendaknya.

Konsep diri orang dewasa tersebut kadang-kadang tidak selamanya konsisten seperti tersebut di atas, dengan demikian menjadi tugas fasilitatorlah untuk mengembalikan dan mengembangkan kembali konsep diri pebelajar sebagai orang dewasa yang sesungguhnya.

c. Peranan pengalaman peserta belajar.

Page 10: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Orang dewasa memasuki kegiatan pembelajaran membawa pengalaman-pengalaman yang berbeda setiap individunya, hal ini memberikan implikasi bahwa mereka adalah heterogen. Untuk itu penekanan dalam proses POD adalah strategi pembelajaran individu yang lebih mengutamakan tehnik menggali pengalaman para peserta, antara lain dengan cara diskusi kasus dan simulasi.

d. Kesiapan belajar.Penentuan waktu belajar (kapan dan berapa lama) hendaknya diseuaikan dengan tahap perkembangan orang dewasa, dan yang lebih penting adalah perlu ada rangsangan terjadinya kesiapan belajar melalui pengenalan-pengenalan terhadap model POD.

e. Orientasi belajar.Orientasi belajar untuk orang dewasa adalah terpusat pada masalah kehidupan/tugas yang dihadapi. Orang dewasa akan menjadi termotivasi menggunakan energinya untuk mempelajari sesuatu asalkan mereka merasa bahwa yang dipelajarinya dapat menolong dirinya dalam melaksanakan tugas dan dalam menghadapi masalah yang mereka temui/hadapi. Dengan demikian mereka akan mempelajari pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai baru, pada konteks situasi kehisupan yang sebenarnya.

f. Motivasi.Motivasi orang dewasa untuk belajar, disamping tanggap terhadap beberapa dorongan eksternal, namun dorongan yang lebih kuat adalah dari internalnya (keinginan untuk meningkatkan kepuasan kerja, kebanggaan diri, mutu hidup dll). Semua orang dewasa normal akan termotivasi untuk tetap tumbuh dan berkembang.

4. Pendekatan, Ruang Lingkup dan Tujuan POD.a. Pendekatan POD.

Pendekatan POD lebih berpola non-otoriter atau lebih berpola persuasif, bersifat informal, yang memberikan rasa aman, fleksibel dan tidak mengancam dalam proses pembelajarannya. POD lebih menekankan untuk menemukan pengertian dan pencarian pemikiran guna merumuskan perilaku yang standar, sehingga tehnik pembelajarannya adalah bagaimana membuat pembelajaran selaras dengan permasalahan kehidupan nyata.

b. Ruang lingkup PODRuang lingkup POD mencakup pencarian terbaru tentang makna kehidupan, karena itu POD dimulai dari memberikan perhatian pada masalah-masalah yang terjadi/ditemukan dalam kehidupannya.

c. Tujuan POD

Page 11: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Tujuan POD adalah untuk membantu peserta belajar sebagai orang dewasa yang menjalankan peran sosialnya di masyarakat secara bertanggung jawab yang selalu mengembangkan diri melalui belajar sepanjang hayat, sehingga diperoleh rasa percaya diri, mempunyai kemampuan mandiri guna berperan aktif dalam proses pembangunan.

Dengan demikian tujuan POD adalah: Membangkitkan semangat percaya diri dan optimisme. Memberikan kemampuan dan keterampilan untuk berbuat

sesuatu. Memberikan kemampuan untuk dapat menerima atau

menolak sesuatu atas dasar standar peraturan atau nilai-nilai atau etika masyarakat yang dianutnya.

5. Strategi POD.Menurut Atwi Suparman secara garis besar strategi pembelajaran mengandung komponen-komponen:

a. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran.Secara garis besar urutan kegiatan POD setiap materi pembelajaran mencakup tiga komponen, yaitu: Pendahuluan, berisi informasi-informasi yang bertujuan

untuk menyiapkan mental atau memotivasi peserta, sebelum membahas substansi.

Penyajian informasi, yaitu pemberian informasi atau pengalaman baru yang merupakan inti dari pembelajaran, secara garis besar terdiri dari 3 langkah, yaitu: Uraian (pemberian konsep baru, masalah dll); Contoh (informasi pengalaman pengajar atau peserta atau lainnya); dan Latihan/unjuk kerja untuk menimbulkan partisipasi peserta.

Penutup, yaitu pengakhiran dalam pembelajaran dengan cara memberikan umpan balik dan pengambilan kesimpulan atau tindak lanjut.

b. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pembelajaran.Secara garis besar metode-metode pembelajaran yang digunakan pada POD adalah sebagai berikut: ceramah tanya jawab, demonstrasi/praktikum, diskusi kasus, simulasi, permainan, seminar, dll.

c. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.Dalam memilih media sebaiknya media pembelajaran yang mempunyai fungsi sebagai berikut: Dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan atau

tidak nampak oleh mata (misalnya kuman dll). Dapat menyajikan benda atau peristiwa yang terletak jauh

di luar jangkauan ke hadapan peserta.

Page 12: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit berlangsung cepat ,menjadi lebih sederhana dan sistematis.

Menyajikan peristiwa atau benda yang berbahaya melalui film atau foto sehingga dapat dipelajari oleh peserta.

Meningkatkan daya tarik materi pelajaran dan perhatian peserta belajar.

Meningkatkan sistematika pengajaran (menggunakan transparan, grafik, kaset video, infocus dll).

d. Waktu pembelajaran, yaitu waktu yang digunakan pengajar dan peserta belajar dalam menyelesaikan proses pembelajaran.Waktu pembelajaran orang dewasa yang tidak lama merupakan salah satu ciri POD. Dengan demikian alokasi waktu untuk masing-masing mata pelajaran didasarkan pada tujuan pembelajaran tiap-tiap materi. Manfaatnya adalah bagi para pengajar akan memudahkan untuk menyusun urutan kegiatan ataupun dalam memilih media pembelajaran.

Pokok bahasan B. PENYUSUNAN SAP (SATUAN ACARA PEMBELAJARAN)

1. Pengertian, Manfaat dan Tujuan SAP

a. Pengertian SAP SAP atau Satuan Acara Pembelajaran, ada pula yang menyebutnya dengan Satpel atau Satuan Pelajaran atau Kurikulum Mikro. SAP merupakan pedoman/panduan yang memberi arah kepada fasilitator dalam menyajikan materi pembelajaran kepada para peserta, dalam kurun waktu tertentu dengan metoda dan alat bantu yg sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Ada berbagai pengertian tentang SAP tersebut, antara lain: SAP merupakan suatu uraian rinci tentang langkah-langkah

proses transfer suatu mata ajaran atau materi latihan untuk bidang kemampuan tertentu, yang akan dipaparkan atau dilatihkan kepada peserta, dalam kegiatan pembelajaran.

SAP merupakan rencana pelaksanaan proses pembelajaran mata diklat yang dibuat oleh pelatih. Dengan tersedianya SAP, pelatih akan memperoleh arah dalam memaparkan materi diklatnya.

SAP adalah proses merancang kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah yang tertata, tepat dan logis guna mencapai tujuan pembelajaran.

b. Manfaat SAPManfaat penyusunan SAP dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh setiap fasilitator antara lain: Menjadi instrumen pengendalian dan pembinaan terhadap

fasilitator dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Page 13: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Fasilitator dan peserta dapat mengetahui proses pembelajaran yang akan berlangsung dan metoda-metoda untuk mencapai tujuan materi tersebut.

c. Tujuan SAPSebagai pedoman dan arah bagi fasilitator dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.

2. Langkah-Langkah Penyusunan SAPa. Sistematika SAP

Komponen-komponen suatu SAP adalah sebagai berikut:

a. Mata ajar (materi) : diisi Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasanb.

Tujuan materi : diambil dari TPU dan TPK

c. Sasaran latihnya : sebutkan kriteria/siapa pesertad.

Waktu : dalam menit atau JPL

e. Tempat : Kelas/lab/ tempat lain (mis: bangsal RS)f. Metoda : Cara pembelajaran yang akan

digunakang.

Alat bantu : alat/ instrument yang akan digunakan

h.

Slide/transparan : Bahan yang dipaparkan/ditayangkan

i. Lembar tugas : Petunjuk penugasanj. Kegiatan

pembelajaranPembukaan, inti, penutup

k. Rujukan Buku yang digunakan sebagai referensi / kepustakaan

l. Evaluasi nilai evaluasi

b. Teknik penyusunan SAPBerikut akan diuraikan tentang cara penulisan setiap komponen dalam SAP, terutama pada komponen-komponen: a. Tujuan pembelajaran: umum maupun khususb. Metode pembelajaran.c. Alat bantu pembelajaran. d. Kegiatan pembelajaran.e. Instrumen evaluasi formatif (setelah materi selesai).

Komponen-komponen yang lain seperti Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan, waktu dan tempat bukan tidak penting akan tetapi cara penulisannya lebih bervariasi tergantung tujuan dan kebutuhan peserta.

Tujuan pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum

Menggambarkan kompetensi atau kemampuan/kecakapan umum/ keterampilan tertentu yang diharapkan dapat

Page 14: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

dikuasai oleh peserta setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran satu mata diklat/materi. Rumusan TPU yang baik harus memenuhi kriteria antara lain sbb: Merupakan kompetensi umum dari suatu kemampuan

tertentu ( TPU merupakan gabungan dari beberapa kompetensi khusus)

Terdiri dari kata kemampuan internal yang diikuti kata benda (obyek = keterangan dari perilaku yang akan dicapai), sehingga rumusan TPU menjadi rasional.

Tujuan Pembelajaran Khusus Merupakan penjabaran lebih lanjut dari TPU yang harus

dicapai atau dikuasai oleh peserta setelah menyelesaikan suatu kegiatan pembelajaran.

Rumusan TPK memerlukan kriteria, bahwa kompetensi yang harus dicapai harus berorientasi pada peserta dan dapat diukur. Mengingat yang menjadi subyek aktif proses diklat adalah peserta.

Rumusan TPK harus mengandung komponen A, B, C dan D, yang berarti: Audience (peserta) harus dapat mengerjakan atau berpenampilan seperti yang dinyatakan dalam TPK, Behaviour (perilaku) peserta setelah selesai kegiatan pembelajaran, Condition (persyaratan) yang harus dipenuhi pada saat paserta menampilkan perilaku setelah selesai kegiatan pembelajaran’, Degree (tingkat keberhasilan) peserta setelah selesai kegiatan pembelajaran.Contoh TPK:Peserta (Audience) mampu melaksanakan asuhan keperawatan eklamsia (Behaviour) pada pasien eklamsia (Condition) sesuai dengan standar pelayanan (Degree)

Metode pembelajaranMetode pembelajaran yang digunakan dalam suatu pelatihan sangat tergantung dari tujuan kompetensi yang ingin dicapai. Walaupun hampir sama tujuannya, tetapi dengan audience yang berbeda mungkin metode yang dipilih tidak persis sama.

Dalam setiap kegiatan pelatihan mungkin akan bervariasi metodenya, selain materi dan peserta juga sangat tergantung pada waktu, alat yang tersedia, lokasi pembelajaran, fasilitator, dsb-nya.

Alat bantu pembelajaranMemilih alat bantu pembelajaran sangat tergantung pada tujuan diklat yang akan dicapai. Pada dasarnya ada 2 macam alat bantu pembelajaran yaitu bersifat umum dan khusus. Alat bantu pembelajaran umum: seperti papan

tulis/whiteboard beserta kelengkapannya. Alat bantu pembelajaran seperti ini tidak perlu ditulis dalam SAP.

Page 15: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Alat bantu pembelajaran khusus: seperti alat peraga tertentu, atau disebut teaching/training aids, merupakan alat yang mendukung peningkatan pemahaman, kemampuan dan memperlancar kegiatan pembelajaran. Sebaiknya ditulis secara spesifik misalnya: model jantung, phantom, instrumen kesehatan seperti alat pengukur tensi, alat KB, dll.

Pemilihan alat bantu pembelajaran, didasarkan atau sesuai tujuan dan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan. Alat bantu pembelajaran yang akan di gunakan dalam proses pembelajaran HARUS ditulis secara jelas dan rinci, agar tidak menimbulkan kesulitan pada saat kegiatan tengah berlangsung.

Kegiatan Pembelajaran Penyusunan kegiatan pembelajaran harus berfokus kepada peserta yang diposisikan sebagai subyek, diikuti dengan bentuk kegiatan yang harus dilakukannya (behaviour). Setiap langkah kegiatan pembelajaran harus ditulis secara berurutan (sequencing) mulai dari awal s/d akhir, juga disesuaikan dengan Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan yang tertera dalam GBPP.

Pokok bahasan C. METODE PEMBELAJARAN SESUAI TUJUAN PEMBELAJARAN.

1. Arti dan Manfaat Metode Pembelajaran

a. Arti metode pembelajaran

Sebelum membaca lebih lanjut, silahkan renungkan kata-kata bijak berikut ini:

Apa yang tersirat dalam benak saudara membaca kata bijak diatas? Setujukah Anda bila kata-kata bijak di atas memberikan pemahaman kepada kita bagaimana metode yang baik dalam proses pembelajaran? Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan metode ?

Metode adalah cara/teknik untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Drs. Sulchan Yasyin dalam bukunya Kamus Umum Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan metode adalah: “Cara yang tersusun dan teratur

Pengajar biasa memberitahu;

Pengajar yang baik menjelaskan;

Pengajar yang lebih baik mendemonstrasikan;

Page 16: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

untuk mencapai tujuan khususnya dalam hal ilmu pengetahuan“ Sedangkan yang dimaksud dengan belajar antara lain dikutipkan sebagai berikut:a. Belajar adalah suatu perubahan-perubahan perbuatan

sebagai akibat dari mengalami (Walker, EL).b. Belajar adalah mengubah perbuatan yaitu ketrampilan dan

pengetahuan dimana hasil belajar ini dapat benar atau salah (Sorenson, H).

c. Belajar adalah kemampuan untuk menggantikan perilaku-perilaku yang buruk menjadi baik melalui proses belajar (Leagans, JP).

d. Belajar adalah sebuah proses perbaikan-perbaikan pengetahuan dan ketrampilan dengan cara mengalami sendiri (Burtona dan H. William).

e. Belajar adalah proses aktif yang menghasilkan perubahan perilaku baik pengetahuan, ketrampilan dan perasaan (Cyril O. Houle).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan belajar akan efektif apabila melalui suatu proses. Sebab pada dasarnya inti dari proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek-aspek pengetahuan, sikap dan perilaku serta ketrampilan dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Dengan perkataan lain proses belajar akan terjadi karena ada interaksi antara individu dengan lingkungan belajar baik disengaja maupun tidak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kolb (1986) yang mengatakan bahwa belajar adalah proses membangun pengatahuan melalui transformasi pengalaman. Oleh karena itu agar proses pembelajaran dapat berjalan dngan baik dan efektif apabila dalam proses pembelajaran melibatkan peran aktif peserta diklat dalam proses pembelajaran. Sedangkan pelatih hanya berperan sebagai fasilitator, Narasumber atau Manajer kelas yang bertindak secara demokratis.

Berkaitan dengan hal tersebut maka peranan pelatih dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran sangat diperlukan agar terjadi proses pembelajaran yang kondusif dan melibatkan peran serta peserta diklat secara efektif.

Lebih lanjut dikatakan bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara atau alat untuk menciptakan hubungan antara peserta dan pengajar dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran (Modul TOT, LAN RI.). Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam bab selanjutnya akan dibahas tentang jenis/ragam metode pembelajaran secara terinci dan sistematis.

Page 17: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

b. Manfaat metode pembelajaranBerikut ini disajikan beberapa manfaat penggunaan metode pembelajaran secara tepat sebagai berikut:

1) Membantu pelatih dalam proses pembelajaran untuk tujuan mencapai pembelajaran.Berbicara tentang tujuan pembelajaran, maka dapat dilihat apakah tujuan pembelajaran berasal dari ranah pengetahuan, ketrampilan maupun ranah sikap dan perilaku untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut maka kegiatan pembelajaran akan efektif apabila disampaikan secara sistematis, mudah dipahami oleh peserta diklat serta sesuai dengan kebutuhan peserta diklat. Sebagai contoh apabila tujuan pembelajaran berkaitan dengan perubahan sikap dan perilaku akan lebih efektif apabila pelatih menggunakan ragam metode main peran.

Belajar adalah suatu usaha terus-menerus yang kadang-kadang menemui kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan proses pembelajarannya. Untuk itu diperlukan suatu teknik/metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan peserta diklat. Dengan metode yang tepat memungkinkan pelatih melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

2) Menghilangkan dinding pemisah antara pelatih dan peserta diklat. Dave Meier dalam bukunya The Accelerated Learning mengatakan bahwa Accelerated Learning memungkinkan siswa (baca peserta Diklat) untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, upaya normal dan dilandasi dengan kegembiraan. Dalam buku tersebut juga diuraikan tentang salah satu prinsip dasar accelerated learning adalah adanya “kerjasama diantara pembelajar (pelatih dan peserta diklat) sangat meningkatkan hasil belajar“. Oleh Karena itu belajar yang berpusat pada aktivitas dan melibatkan seluruh peserta diklat lebih berhasil daripada belajar berpusat pada presentasi. Untuk itu diperlukan ragam metode pembelajaran yang efektif agar proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien.

3) Menggali dan memanfaatkan potensi peserta diklat.Peserta diklat orang dewasa memiliki latar belakang pendidikan, pengalaman, ketrampilan dan sikap perilaku yang beraneka. Mereka adalah warga belajar sekaligus sumber belajar. Orang dewasa akan belajar dengan efektif apabila merasa dihargai dan dimanfaatkan potensinya secara maksimal. Ini berarti bahwa dengan menggunakan ragam metode belajar yang efektif akan memungkinkan peserta diklat memaksimalkan potensi-potensi yang dimilikinya.

Page 18: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Misalnya dengan ragam metode curah pendapat peserta dapat menggunakan ide dan pengalamannya tanpa merasa ditertawakan oleh peserta diklat yang lain. Dengan diskusi kelompok peserta diklat akan menggunakan pengalaman-pengalaman dirinya secara efektif. Pengalaman tersebut juga merupakan sumber belajar.

4) Terjadi kemitraan antara pelatih dan peserta.Azas utama pendekatan Quantum Teching adalah: “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka” : (Bobbi De Porter, Mark Reardon, Dhan Sarah Singer Nourie, Quantum Teaching, Kaifa, 2001).

Azas ini menekankan pentingnya menjalin kemitraan diantara pelatih dengan peserta diklat. Salah satu media dalam rangka menjalin kemitraan tersebut adalah dengan menggunakan metode tertentu yang efektif dan efisien. Sebagai contoh dalam ragam metode simulasi ada sebagian peserta diklat yang diberi peran sebagai simulator, sebagai pengamat dan sebagai narasumber. Peran-peran tersebut akan lebih menjalin kemitraan antara pelatih dengan peserta diklat karena tidak ada jurang pemisah antara peserta diklat dengan pelatih.

5) Mempermudah dalam menyerap informasi.Proses belajar sebagai aktivitas berpikir berjalan lancar apabila diperoleh pemahaman dari materi yang dipelajari, sebaliknya aktivitas otak untuk berpikir akan pusing atau letih manakala tidak memperoleh sesuatu yang dipelajari. Untuk itu diperlukan suatu usaha agar peserta dapat dengan mudah menyerap informasi yang telah disajikan oleh pelatih maupun oleh sesama peserta diklat sebagai sumber belajar. Hal ini akan tercapai dengan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan informasi yang akan disampaikan. Apakah informasi tersebut masih baru, berupa peraturan, informasi yang sederhana atau yang ruwet.

6) Menimbulkan perasaan “FUN” bagi peserta diklat yang akan berdampak terhadap motivasi mengikuti diklat meningkat.Setiap hari otak manusia dibanjiri dengan bermacam informasi yang mengharuskan otak untuk meresponnya. Otak akan merespon dengan baik apabila struktur bagian bawah terpelihara dengan baik (Gordon Dryden dan DR Jeannete Vos, The Learning Revolution, Kaifa, 2001). Untuk itu maka perlu diciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini akan mempermudah peserta dalam menyerap informasi karena lapisan otak bagian bawah dapat

Page 19: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

berfungsi dengan baik Hal ini akan tercapai apabila didukung oleh penggunaan ragam metode.

2. Keunggulan dan Kelemahan Beberapa Metode Pembelajaran

Confusius,1400 tahun yang silam mengungkapkan teori sebagai berikut:

Selanjutnya Mel Silberman dalam bukunya “Active Learning, 1001, Strategies To Teach Any Subject, 1996” mengembangkan konsep ini sebagai berikut:

Mengacu pada dua konsep diatas maka dalam proses pembelajaran diperlukan metode pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta Diklat belajar secara aktif. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan otak manusia mirip komputer yang perlu di-“ON”-kan, perlu software untuk interpretasi data dan perlu di-“save”-kan dan tes informasi. Oleh karena itu perlu “Learning Style dan Sosial Side of Learning”. Konsep belajar aktif mengacu pada hal-hal sebagai berikut:a. Belajar aktif bukan hanya senang-senangb. Fokus bukan pada aktivitas sematac. Meskipun perlu waktu banyak, materi tetap tercoverd. Usaha menghidupkan materi yang kering dan tak menarike. Pengelompokkan, jangan buang waktu dan tidak produktiff. Pengelompokkan, jangan abaikan belajar individualg. Hindari misinformasi belajar sesama temanh. Kenalkan belajar aktif secara bertahapi. Perlu persiapan dan kreativitas, hasilnya OK.

“Apa yang saya dengar, saya lupa

Apa yang saya lihat saya ingat

Apa yang saya kerjakan saya paham”

“Apa yang saya dengar, saya lupa.

Apa yang saya lihat saya ingat sedikit.

Apa yang saya dengar, lihat dan diskusikan saya mulai mengerti.

Page 20: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka berikut ini disajikan beberapa jenis metode pembelajaran yang dapat menghantarkan peserta diklat belajar secara aktif sebagai berikut:a. Metode kuliah (lecture) b. Metode demonstrasic. Kelompok studi kecil (buzz group) d. Metode diskusie. Metode brainstorming (urun pendapat)f. Metode studi asus g. Metode role play (bemain peran)h. Metode simulasi

a. Metode Kuliah (Lecture)

Metode kuliah sering juga disebut dengan metode ceramah, hal ini disebabkan pelatih yang aktif melakukan ceramah sedangkan peserta diklat hanya sebagai pendengar saja. Metode ini memang kurang mengacu pada konsep belajar aktif, namun demikian dalam modul ini perlu dibahas karena dalam setiap penggunaan metode yang lain perlu dikombinasikan dengan metode ceramah, meskipun hanya ceramah singkat.

Metode kuliah atau lebih akrab disebut dengan metode ceramah adalah metode pelatihan yang memberikan informasi pada sejumlah pendengar pada suatu kesempatan. Metode ini lebih menitikberatkan pada kemampuan individual untuk mengolah informasi yang diberikan.

Kegunaan: Untuk menyajikan pengetahuan, pengalaman dan

pandangan. Untuk pendengar terbatas atau sebaliknya. Supaya pendengar berpartisipasi, kuliah perlu diikuti

dengan tanya-jawab.

Keuntungan: Mencakup banyak pendengar. Bila disiapkan dapat mendorong diskusi dalam kelompok. Tidak banyak memerlukan peralatan. Membicarakan yang baik dapat membangkitkan perhatian

orang banyak. Penyaji bisa tepat waktu.

Kelemahan: Tidak mendorong seseorang untuk mengingat semua

materi. Penilaian terbatas pada kemampuan pendengar. Partisipasi pendengar terbatas.

Page 21: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Tidak ada keseimbangan berpikir antar pembicara dan pendengar (baca peserta diklat), misalnya perbedaan waktu mengakibatkan pendengar melamun.

Dalam menggunakan metode kuliah diupayakan: Pendekatan yang positif (manfaatkan informasi yang

diberikan). Memusatkan perhatian pada topik yang dibicarakan. Mencatat hal-hal yang penting Membiasakan diri mendengarkan secara efektif. Jangan memberi tanggapan pada kata-kata pembicara

yang emosional. Jangan mengevaluasi sebelum mengerti pada hal-hal yang

disajikan.

Tahapan pelaksanaan dan peranan pelatih:Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penggunaan metode ini adalah sebagai berikut: Tahap persiapan:

Pelatih mempersiapkan SAP), tayangan powerpoint sesuai dengan materi yang diberikan atau dengan menggunakan alat bantu yang lain seperti: flipchart, tabel, gambar, peta dan lain sebagainya.

Tahapan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: - Cek semua media yang diperlukan.- Jelaskan modul materi yang akan dibahas dan kaitannya

dengan tugas pokok dan fungsi bagi peserta serta manfaatnya bagi peserta.

- Jelaskan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.

- Jelaskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan.- Adakah pre test untuk mengetahui kemampuan awal

peserta (kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan tanya jawab).

- Mulailah dengan ceramah per pokok bahasan dan sub pokok bahasan.

- Adakah tanya jawab untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta.

- Akhiri sesi ini dengan mengkaitkan dengan materi berikutnya dan apakah relevansinya dengan pokok sajian yang baru saja dibahas.

Mengacu pada tahapan-tahapan pelaksanaan ceramah diatas maka peranan pelatih sebagai perancang dan pelaksana proses pembelajaran serta memotifasi peserta agar mau berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Didalam pelaksanaannya tentu saja sangat memperhatikan prinsip-prinsip presentasi lisan yang efektif.

Page 22: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang pelatih atau tim pelatih menunjukan, memperlihatkan suatu proses (Roestiah N.K,Dra. Strategi belajar mengajar). Misalnya dalam proses pembelajaran “ragam metode pembelajaran“, pelatih memperagakan teknik mengajar yang efektif. Dalam hal ini seluruh peserta dapat melihat, mendengar dan mengamati, mungkin nanti juga mempraktikkan. Metode demontrasi menekankan pada penjelasan dan hasil kerja yang ditunjukan oleh pelatih sebagai contoh konkrit sehingga masalah mudah dipahami atau dihayati.

Kegunaan: Pelatihan peningkatan keterampilan, dipakai sebagai

sarana yang efektif pada olah karya mengenai hak azasi manusia. Metode ini untuk mata ajaran yang sifatnya akademis banyak menunjang.

Penggunaan metode ini bertujuan agar peserta mampu memahami tentang ketrampilan tertentu dalam hal mengatur atau menyusun sesuatu.

Keuntungan: Lebih menimbulkan minat. Menjelaskan prinsip-prinsip dan prosedur yang masih kabur

dan belum dipahami. Cara yang terbaik untuk mengajarkan keterampilan ter-

tentu.

Kelemahan: Membutuhkan waktu persiapan. Peralatan mungkin mahal. Sering dilakukan oleh kelompok kecil atau terbatas.

Tahapan pelaksanaan:Adapun tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Tahapan perencanaan: - Menentukan sasaran (objective).- Membuat SAP.- Memilih bentuk demonstrasi.- Memilih dan mengumpulkan peralatan yang tepat.- Mencoba peralatan yang akan dipakai.- Apakah tersedia waktu yang cukup untuk menerapkan

pendekatan ini?

Pelaksanaan:- Usahakan semua peserta dapat melihat.- Setiap tahap perlu dijelaskan.- Memberi kesempatan bertanya, diskusi dan praktik.

Page 23: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

- Adakan evaluasi apakah demonstrasi yang dilakukan berhasil atau tidak, bila memungkinkan demonstrasi da-pat diulang kembali.

Peranan pelatih: Perencanaan proses pembelajaran yang dituangkan dalam

SAP. Dalam hal ini harus dapat merencanakan apakah waktu yang dialokasikan sesuai dengan kebutuhan? Peng-gunaan metode ini sudah tepat dengan kondisi peserta?

Merencanakan sarana dan prasarana yang diperlukan serta sistem evaluasi yang akan dilaksanakan. Dalam proses pembelajaran, pelatih sebagai pemandu, pembimbing dan memotivasi peserta agar mau berperan serta dalam proses pembelajaran. Disamping itu apabila tidak ada narasumber, pelatih berperan sebagai narasumber.

c. Metode Kelompok Studi Kecil (Buzz Group)

Kelompok Buzz Group atau lebih sering disebut kelompok lebah bergumam adalah pemecahan kelompok yang lebih besar. Kelompok ini biasanya terdiri dari dua atau tiga orang. Anggota kelompok bisa merupakan pecahan dari kelompok yang lebih besar atau terdiri dari beberapa orang teman sebangku. Dalam beberapa variasi peserta boleh memilih anggota kelompoknya sendiri.

Keunggulan: Mendorong peserta yang malu-malu. Menciptakan suasana yang menyenangkan. Memungkinkan pembagian tugas kepemimpinan. Menghemat waktu. Memupuk kepemimpinan. Memungkinkan pengumpulan pendapat. Dapat dipakai bersama metode lainnya. Memberi variasi.

Kekurangan: Mungkin terjadi pada kelompok yang terdiri dari orang-

orang yang tidak tahu apa-apa. Mungkin berputar-putar. Mungkin ada pemimpin yang lemah. Laporan mungkin tidak tersusun dengan baik. Perlu belajar sebelumnya bila ingin mencapai hasil yang

baik. Mungkin terjadi kilk-klik untuk sementara.

Kelompok dan studi kecil (Buzz Group) dapat digunakan: Jika kelompok terlalu besar sehingga tidak memungkinkan

setiap orang berpartisipasi. Ketika mengolah beberapa segi sebuah kelompok. Jika ada anggota kelompok yang lamban dalam mengambil

bagian.

Page 24: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Jika waktu terbatas. Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam

kelompok.

Tahapan pelaksanaan: Pelatih menjelaskan permasalahan atau topik yang harus

dibahas. Latar belakang serta cara pembahasannya. Kepada peserta diberi kesempatan untuk bertanya kalau ada yang belum jelas, sebelum kegiatan berikutnya dimulai.

Setiap peserta diminta untuk memilih pasangannya (duet) dengan siapa ingin membahas masalah tersebut, atau bisa juga tiga orang (trio). Mereka bebas memilih pasangannya, seringkali untuk praktisnya, pasangannya adalah teman di sebelah menyebelah.

Dengan suara yang biasa kalau mereka berbicara, tanpa harus berbisik-bisik. Secara serentak semua kelompok duet atau trip, berdiskusi membahas masalah. Ada baiknya satu dua orang dari peserta diminta menjadi pengamat dan mendengarkan suara yang ditimbulkan oleh kelompok diskusi secara keseluruhan. Pada saat ini ada baiknya bila pelatih merekam dengan tape recorder dan memperdengarkan kembali suara mereka pada saat pembahasan.

Pembahasan hasil kelompok kecil. Hasil pembahasan dalam kelompok duet, trio dikemukakan secara lisan atau tulisan pada flipchart/papan tulis dan kemudian dibahas satu persatu.

Pada akhirnya kegiatan peserta yang ditugasi melakukan pengamatan diberi kesempatan untuk menyampaikan pengamatannya terutama mengenai proses kegiatan buzz group. Pelatih memberikan komentarnya sambil memperdengarkan kembali hasil rekamannya.

d. Metode Diskusi

Diskusi berasal dari bahasa latin discutio atau discussum yakni “kurang lebih sama dengan bertukar pikiran” atau membahas sesuatu masalah dengan mengemukakan dasar alasannya untuk mencari jalan keluar sebaik-baiknya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa diskusi merupakan ajang bertukar pikiran diantara sejumlah orang, membahas masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur, dan bertujuan untuk memecahkan masalah secara bersama (A. Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya). Metode ini dipakai dalam latihan yang melibatkan partisipasi aktif, tukar pengalaman dan pendapat peserta pelatihan. Untuk kegiatan ini anggota kelompok yang ideal adalah 7 s/d 9 orang.

Metode ini digunakan untuk: Menggali pengalaman, ide-ide selama dalam pelatihan.

Page 25: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Anggota kelompok saling tukar pikiran. Belajar dengan caranya sendiri berpartisipasi dalam grup. Pengembangan diri melalui kerjasama yang terkoordinasi.

Keuntungan: Anggota kelompok berpartisipasi aktif. Mengembangkan tanggung jawab perorangan atau

individu. Mengukur konsep, ide, dapat diakui kebenarannya dan

dapat diterapkan. Mengembangkan percaya diri dalam menyajikan pendapat,

ide dan konsep. Ide berkembang, terbuka dan terarah. Memperoleh banyak informasi. Aplikasi hasil diskusi mantap karena ide yang dikemukakan

adalah yang alami.

Kelemahan: Memakan waktu terlalu banyak. Dapat menimbulkan frustasi karena anggota kelompok in-

gin segera melihat hasil nyata. Perlu persiapan matang sebelum diskusi. Perlu waktu untuk anggota kelompok pemalu, dan anggota

kelompok yang otokratif untuk belajar bersikap demokratis.

Berikut ini disajikan peran yang dimainkan oleh anggota kelompok diskusi, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota diskusi sebagai berikut:

Pemimpin diskusi Persiapan memimpin diskusi:- Menentukan sasaran diskusi (obyektif).- Menjelaskan topik dengan singkat dan jelas.- Mempertimbangkan kebutuhan kelompok.- Mempersiapkan garis besar daripada diskusi.- Siapkan segala sesuatunya.

Cara memimpin diskusi:- Mulai diskusi (tepat waktu).- Memberikan pengarahan.- Memimpin diskusi.- Membuat ringkasan.

Persyaratan yang harus dimiliki oleh pemimpin diskusi antara lain:- Memahami topik.- Mengatur waktu secara fleksibel.- Mengembangkan pertanyaan penting sehingga men-

dorong anggota kelompok untuk bertukar pikiran.- Menjelaskan sasaran diskusi.

Page 26: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

- Menyiapkan ringkasan, pokok pikiran dalam garis besar yang dibagikan sebelum atau saat diskusi.

- Menunjukkan narasumber.

Anggota kelompok Memberikan sumbangan pikiran secara efektif. Bersifat konstruktif dalam diskusi. Hadir pada waktunya dan memanfaatkan waktu. Memperhatikan ide-ide, sumbangan pikiran anggota

kelompok lainnya. Meminta penjelasan, mencegah kesalahpahaman.

Langkah-langkah sebagai pedoman pelaksanaan diskusi antara lain: Pengaturan fasilitas fisik:- Tempat duduk nyaman leluasa.- Penerangan memadai, udara cukup. - Suhu sejuk.- Pengaturan soundsystem baik.

Breifing kepada pembicara:- Latar belakang/komposisi pendengar.- Tingkat pengetahuan pendengar.- Peralatan yang bisa digunakan. - Pengaturan tanya jawab atau diskusi.- Penafsiran daya serap pendengar.

Briefing kepada pendengar:- Kata pengantar/ topik yang dibicarakan.- Kemungkinan tanya jawab atau diskusi.- Kemungkinan membagi materi.- Kemungkinan tes bagi pendengar.

e. Metode Brainstorming (Urun Pendapat)

Metode ini biasanya sering disebut dengan sumbang saran yang digunakan dalam pemecahan masalah dimana anggota mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang terpikirkan, tidak ada kritik-kritik, oleh karena itu evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian. Metode ini mengundang semua peserta berperan aktif untuk berpatisipasi secara optimal. Kapan metode ini digunakan?

Metode ini digunakan untuk: Untuk membangkitkan pikiran kreatif. Untuk merangsang partisipatif. Pada waktu mencari kemungkinan pemecahan masalah. Berhubungan dengan metode lainnya. Untuk membangkitkan pendapat baru. Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan kelom-

pok.Keuntungan:

Page 27: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Timbul pendapat baru merangsang semua anggota untuk mengambil bagian.

Menghasilkan reaksi rantai dan pendapat. Tidak menyita waktu. Dapat dipakai dalam kelompok besar maupun kecil. Tidak perlu pimpinan yang terlalu hebat. Hanya sedikit pengalaman yang diperlukan.

Kelemahan: Mudah terlepas dari control. Dilanjutkan dengan evaluasi jika diharapkan efektif. Mungkin sulit membuat anggota tahu bahwa segala penda-

pat dapat diterima. Anggota cenderung untuk mengadakan evaluasi segera

setelah satu pendapat diajukan.

Langkah-langkah pelaksanaan metode ini: Pemberian informasi dan motivasi. Identifikasi. Klasifikasi. Verifikasi. Konklusi/kesepakatan.

f. Metode Studi Kasus

Metode ini dipakai bukan untuk menjawab masalah secara cepat dan tepat, akan tetapi lebih bertujuan untuk menggambarkan penerapan konsep dan teknik analisis dalam proses pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan. Pemecahan masalah dalam studi kasus lebih menekankan kepada alasan logika yang dipergunakan dalam pemecahan masalah tersebut.

Sementara ahli lain mengatakan bahwa studi kasus digunakan dalam latihan yang bertujuan pengembangan pengetahuan dan sikap, sebagai landasan diskusi, analisis dan pengembangan persoalan. Di samping itu studi kasus dalam proses pembelajaran adalah untuk menyajikan penjelasan berbagai prinsip dan aplikasi prinsip tersebut ke dalam situasi tertentu, sehingga pada gilirannya peserta diklat akan mampu memecahkan masalah dalam situasi yang sama secara lebih baik.

Keuntungan: Memberikan wawasan yang luas mengenai prinsip-prinsip

tertentu dan bagaimana pelaksanaannya. Kemungkinan pertukaran pendapat dan mengadakan

evaluasi bersama. Membuka kemungkinan untuk mengadakan perubahan

kesiapan mental. Memungkinkan beberapa alternatif pemecahan masalah.

Page 28: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Kelemahan: Sulit mengukur hal-hal yang sifatnya sikap dan perilaku. Keterbatasan waktu merupakan hambatan untuk berdiskusi

secara tuntas. Dapat menimbulkan frustasi apabila tidak ada pemecahan

masalah.

Langkah-langkah pelaksanaan:Apabila pelatih telah menentukan studi kasus sebagai metode dalam proses pembelajaran, maka beberapa langkah yang disarankan antara lain: Pelatih membagi kelompok dengan mengacu pada salah

satu teknik pembagian kelompok, misalnya dengan berhi-tung 1, 2, 3 bagi peserta yang memiliki nilai hitungan sama menjadi satu kelompok, cara lain adalah secara acak dan lain sebagainya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

Pelatih menyajikan suatu problem (kasus yang spesifik), bi-asanya secara tertulis. Adapun kriteria penilaian studi ka-sus yang baik menurut Prof. Dr. M. Entang, MA adalah seba-gai berikut:- Studi kasus harus realistik, tidak hipotetik (angan-

angan).- Hendaknya menggambarkan konflik.- Kepribadian orang yang terlibat dalam studi kasus hen-

daknya dideskripsikan secara jelas.- Data dan fakta yang disajikan hendaknya tidak terlalu

terinci.- Pertanyaan yang diajukan hendaknya yang baik dan rele-

van.- Penulisan, analisis dan pemecahan kasus, hendaknya di-

dasarkan pada suatu teori, konsep atau prinsip yang je-las dan terbentuk.

- Nama-nama orang yang terlibat disamarkan atau dirahasiakan.

Pelatih memberikan tugas kepada peserta sebagai berikut:- Menyarankan pemecahan terbaik berdasarkan fakta

yang diberikan. - Mengajukan usul pemecahan disertai alasannya dan

didiskusikan dengan peserta lain tentang mengapa dan bagaimana sampai kepada keputusan tersebut.

- Berbagai pengalaman diantara peserta untuk sampai kepada kesepakatan tentang pemecahan terbaik.

Setelah diskusi kasus selesai maka pelatih mengarahkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:- Apa yang sedang terjadi.- Apa betul ada masalah.- Apa yang menjadi masalah.- Apa penyebab massalah.- Membahas sebab-sebab masalah.

Page 29: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

- Bahan utama menjadi pembicaraan.- Mengapa bahan-bahan penting.- Tujuan yang ingin dicapai. - Apa yang harus dikerjakan?- Jalur tindakan apa. - Realisasi pemecahan.- Akibat yang mungkin terjadi dari pemecahan tersebut.

g. Metode Role Play (Bemain Peran)

Secara etimologi yang dimaksud bermain peran adalah memainkan sesuatu peran tertentu sehingga pemain harus mampu berbuat (berbicara dan bertindak) seperti peran yang sedang dimainkannya.

Sebagai contoh:Apabila peran yang dimainkan adalah pemimpin yang otoriter maka ia harus mampu berperilaku sebagai seorang pemimpin yang memiliki ciri-ciri seorang otoriter, misalnya suka menekan, pemarah, mengintimidasi, hanya memprioritaskan pekerjaan, tidak memperhatikan hubungan kemanusiaan dan lain sebagainya.

Oleh karena itu sering dikatakan bahwa bermain peran sangat mirip dengan simulasi, hal ini disebabkan dalam simulasi juga ada kegiatan bermain peran. Hal ini sesuai dengan pendapat Robert Gilstrap yang mengatakan bahwa main peran adalah simulasi atau tiruan dari perilaku orang yang diperankan (Hidayat, Z.A. dan Muhidin T.S. 1980).

Di dalam dunia pendidikan dan pelatihan, bermain peran (Role Play) digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran di hampir semua jenjang pendidikan dan pelatihan. Role Play merupakan metode pelatihan untuk menetapkan seseorang pada situasi tertentu, seolah-olah menggambarkan situasi sebenarnya melalui penokohan meleburkan dirinya, mengekpresikan sikap-sikap, tindakan-tindakan yang mereka percaya pada situasi itu. Dengan metode ini peserta yang ditunjuk akan dengan sukarela memainkan peran tersebut, pemain akan memperoleh prestasi pemandangan baru, dan mengalami prasangka-prasangka.

Keuntungan: Mendorong keterlibatan yang mendalam. Membangkitkan pengertian, prasangka dan persepsi. Memusatkan perhatian pada aspek tertentu yang

dikehendaki.

Kelemahan: Keengganan melakukan peran atau tidak menghayati. Kurang realistis.

Page 30: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Dianggap dialog biasa. Kurang memperhatikan peran sendiri dan lebih condong

memperhatikan peran orang lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peran adalah sebagai berikut: Identifikasi masalah yang diperankan harus jelas. Peserta harus memahami perannya dan memahami ske-

nario yang telah diberikan. Harus disadari adanya kebebasan mengemukakan

perasaan secara wajar. Dijelaskan kelebihan metode role play dibandingkan

metode lain guna menelaah masalah yang dihadapi.

Berbicara tentang metode ini maka dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: Telah tersusun (Structured Role Playing). Secara spontan (Spontaneous Role Playing).

Di samping itu dibedakan antara single role play dan multi role play.

Metode ini memungkinkan untuk: Belajar dengan berbuat. Belajar dengan peniruan. Belajar melalui pengamatan dan umpan balik. Belajar melalui penganalisaan.

Teknik menerapkan metode bermain peran.Berikut ini disajikan beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaan penerapan metoda bermain peran adalah sebagai berikut: Persiapan:

Dalam tahap ini hal-hal yang harus dipersiapkan oleh pelatih adalah memilih situasi/topik, mempersiapkan peralatan yang diperlukan sesuai dengan situasi yang akan diperankan, menyiapkan lembar observasi, menentukan pemeran-pemeran serta memberikan arahan skenario bagi para pemeran.

Pelaksanaan:- Dalam tahap pelaksanaan main peran, pelatih berfungsi

sebagai pengamat dan memberikan catatan-catatan se-bagai bahan proses pembelajaran.

- Setelah kegiatan main peran selesai maka pelatih mem-proses kegiatan dengan menggunakan pendekatan “AKOSA”. Antara lain dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan: Apa yang sudah dialami?, Bagaimana perasaannya?, Apa yang sedang terjadi?, Bagaimana perasaan pemain?, Mengapa demikian?, Apa yang telah diamati oleh para pengamat? Manfaat apa yang diper-oleh dari kegiatan bermain peran tersebut.

Penutup:

Page 31: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Dalam kegiatan ini dapat diisi dengan evaluasi yang berkaitan dengan proses bermain peran yang mengacu pada hasil observasi pengamat. Disamping itu juga merefleksikan pengalaman/penghayatan terhadap peran yang sedang dimainkan.

Review/balikan/refleksi:Dalam kegiatan ini diisi dengan penjelasan contoh-contoh yang berkaitan dengan diaplikasikan dalam kehidupan nyata yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari. Di samping itu pelatih menggali manfaat dan main peran tersebut dikaitkan kehidupan sehari-hari. Di dalam kegiatan ini juga perlu dikaitkan dengan teori-teori yang telah dipersiapkan oleh pelatih.

h. Metode Simulasi

Kata “Simulasi” berasal dari bahasa inggris “Simulation” yang berarti “Pekerjaan Tiruan atau Meniru”. Sebagai contoh: simulasi tentang mengemudikan taksi, simulasi tentang penggunaan IUD, dan lain sebagainya. Dalam kegiatan proses pembelajaran kata “Simulasi” merupakan suatu metode pembelajaran.

Kegiatan simulasi diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta untuk menirukan suatu kegiatan atau pekerjaan yang dituntut dalam kehidupan sehari-hari atau yang berkaitan dengan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Misalnya, simulasi penanggulangan bahaya banjir, simulasi sebagai dokter, simulasi sebagai seorang pemimpin, dan lain sebagainya. Metode simulasi merupakan modifikasi dari metode main peran. Dalam metode ini peserta diminta untuk memainkan peran tertentu dan diminta untuk memerankannya. Namun untuk itu mereka diberi petunjuk secara garis besar saja. Sedangkan dalam peragaan para peserta diberi kebebasan luas untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi mereka, agar latihan lebih realistis. Metode ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan-peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Metode ini juga digunakan apabila kondisi aslinya tidak dapat dihadirkan. Metode ini sangat cocok untuk hal-hal yang sifatnya ketrampilan. Bedanya dengan main peran adalah terletak pada pemakaian metode ini. Oleh karenanya metode ini cocok untuk semua tahapan pembelajaran, pelatihan magang klasikal, memberikan kejadian-kejadian yang analogis, memungkinkan praktek dengan risiko kecil. Topik-topik yang disajikan dalam metode ini diantaranya adalah topik yang berkaitan dengan ketrampilan intelektual, psikomotorik dan sosial yang relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.

Page 32: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Kegunaan: Situasi yang sebenarnya tidak dapat dihadirkan karena

sesuatu alasan tertentu seperti alasan administrasi serta alasan lain.

Tujuan pembelajaran lebih menitikberatkan pada aspek ketrampilan.

Memberikan pengalaman kepada peserta agar mengalami dalam proses pembelajaran sehingga akan lebih mengefektifkan dalam pross pembelajaran.

Apabila ingin membangkitkan motivasi peserta.

Keuntungan:Menurut Dra. Roesiyah N.K dalam bukunya Strategi Mengajar (dengan editing redaksi) adalah sebagai berikut: Menyenangkan peserta. Menggalakkan pelatih untuk mengembangkan kreativitas

peserta. Eksperimen dilakukan tanpa memerlukan lingkungan yang

sebenarnya. Mengurangi hal-hal yang verbalistik atau abstrak. Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan mendalam. Menimbulkan interaksi antar peserta yang memungkinkan

timbulnya keutuhan dan gotong royong serta kekeluargaan. Menimbulkan respon positif dari peserta yang lamban atau

kurang cakap. Menumbuhkan cara berpikir kritis, memungkinkan pelatih

bekerja dengan tingkat adaptivitas yang berbeda-beda. Memperbanyak kesiapan serta penugasan ketrampilan

dalam proses kognitif atau pengenalan peserta. Peserta memperoleh pengetahuan yang bersifat pribadi,

individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa peserta.

Dapat membangkitkan kegairahan belajar peserta, teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada peserta untuk berkembang maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Mampu mengarahkan cara peserta belajar, sehingga lebih memiliki motivasi sendiri.

Membantu peserta untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

Kelemahan: Peserta harus siap mental. Dalam arti peserta harus berani

dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

Pelatih dan peserta yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan kecewa apabila diganti dengan teknik penemuan.

Page 33: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Teknik ini lebih mementingkan proses pengertian dan kurang memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan ketrampilan peserta.

Tidak memberikan kesempatan untuk berpikir kreatif. Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan

membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok.

Pelatih berkeliling selama kerja kelompok berlangsung, bila perlu memberi saran dan pertanyaan.

Pelatih membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil.

Tahapan pelaksanaan:Adapun langkah penyajiannya tergambar dalam diagram berikut ini:

Secara terinci skema tersebut diatas diuraikan sebagai berikut:

Tahap persiapanDalam tahapan ini hal-hal yang harus dipersiapkan oleh pelatih adalah sebagai berikut:- SAP yang merupakan rencana rinci pembelajaran,

mencakup tujuan materi/topik, kegiatan, media/alat bantu dan penilaian.

- Menetapkan kemampuan/situasi yang akan disajikan dalam bentuk simulasi. Misalnya dari 3 tujuan yang ingin dicapai, satu tujuan akan dicapai melalui simulasi.

- Menyusun skenario kegiatan simulasi sehingga jelas langkah-langkah yang akan ditempuh.

- Menyiapkan alat-alat/fasilitas yang dibutuhkan dalam simulasi. Misalnya ruang kelas dengan perlengkapannya jika yang disimulasikan adalah ketrampilan mengajar, benda-benda tiruan sebuah bank, jika yang disimulasikan

Pelatih menyajikan situasi/memodelkan jika perlu

Peserta menyiapkan diri

Peserta bersimulasiPelatih mengamati

Pelatih membagikan peran menyampaikan aturan

Tanya jawab

Page 34: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

penataan ruangan sebuah bank atau tiruan alat-alat penolong kecelakaan jika yang disimulasikan kemampuan penolong orang-orang yang mendapat kecelakaan.

- Membentuk kelompok-kelompok kecil jika simulasi akan dilakukan dalam kelompok kecil.

- Menyiapkan lembar kerja dan lembar observasi, terutama jika simulasi akan dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil. Lembar kerja berisi panduan rinci bagi kelompok-kelomok dalam melaksanakan simulasi, sedangkan lembar kerja berisi aspek-aspek yang akan diamati selama simulasi berlangsung. Lembar observasi dapat digunakan oleh pengajar atau oleh peserta yang ditunjuk sebagai pengamat.

Tahap pelaksanaan Dalam tahapan ini pembelajaran dimulai dengan:- Menjelaskan skenario simulasi diikuti oleh pembagian

kelompok, lembar kerja dan peran dalam kelompok. Setelah semua peserta paham akan scenario sajian dan peranannya masing-masing simulasi segera dimulai.

- Kegiatan inti dimulai dengan menyajikan situasi dalam kehidupan nyata. Misalnya ketika terdengar terjadi pembobolan disuatu bank, wartawan berkerumun menemui pimpinan bank, dengan mengajukan pertanyaan. Pimpinan bank harus menghadapi para wartawan. Dalam menyajikan situasi ini dapat diadakan tanya jawab sehingga setiap siswa siap memahami perannya dengan tepat.

- Peserta diminta menyiapkan diri untuk memainkan peran yang menjadi tanggung jawabnya.

- Peserta bersimulasi dalam kelompok sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

- Kegiatan penutupan dapat diisi dengan demonstrasi salah satu kelompok dan kemudian kelompok lain diminta memberi komentar terhadap demonstrasi tersebut .

Tahap review/balikan/tinjauan Dalam tahapan ini hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:- Setelah simulasi selesai perlu diadakan review umum

yang dipandu oleh instruktur. Review dapat dimulai dengan meminta peserta menyatakan kesannya tentang penguasaan yang baru saja dilatihkan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dapat dimulai dengan laporan para pengamat.

- Pada akhir diskusi, pengajar memberikan balikan dan tindak lanjut sesuai dengan kesimpulan hasil simulasi.

3. Metode Pembelajaran yang Efektif

Page 35: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran

Dave Meier dalam bukunya “The Accelerated Learning” menjelaskan beberapa prinsip pokok accelerated learning adalah sebagai berikut:1) Keterlibatan total pembelajar dalam meningkatkan

pembelajaran.2) Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara pasif,

melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif.3) Kerjasama diantara pembelajar sangat membantu

meningkatkan hasil belajar.4) Belajar berpusat aktivitas sering berhasil daripada belajar

berpusat presentasi.5) Belajar berpusat aktivitas dapat dirancang dalam waktu

yang jauh lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk merancang pengajaran dengan presentasi. (Dave Meier, 2001).

Accelerated Learning atau pemercepatan belajar adalah filosofi pembelajaran atau kehidupan yang mengupayakan mekanisasi dan memanusiakan kembali proses belajar, serta menjadikannya pengalaman seluruh tubuh, seluruh pikiran dan seluruh pribadi. Oleh Karena itu accelerated learning berusaha membentuk kembali sebagian besar keyakinan dan praktek, yang membatasi yang diwarisi dari masa lalu (Dave Meier, 2001, hal. 38).Mengacu pada pendapat diatas maka agar terjadi percepatan dalam belajar maka pemilihan metode pembelajaran merupakan faktor yang dominan dalam rangka mensukseskan hasil pembelajaran yang efektif. Lalu faktor-faktor apakah yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran?

b. Faktor–faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Pengajar/pelatihPengetahuan, pengalaman manajerial pelatih serta kepribadian pelatih merupakan faktor-faktor yang penting dan karenanya perlu pertama-tama dikemukakan. Secara tegas perlu diutarakan bahwa, pelatih harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang yang akan diajarkan serta pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan metode yang akan dipergunakan dalam proses pembelajaran.

Page 36: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Di samping itu pelatih harus memiliki kepribadian yang dapat diterima oleh peserta latihan sehingga jalur-jalur komunikasi yang efektif dapat diciptakan dengan cepat dan mudah. Kalau kondisi itu terpenuhi, maka suatu metode yang dipilih dengan tepat dan digunakan dengan baik akan mempermudah dan mendorong peserta.

Pelatih harus mempunyai tanggung jawab pribadi untuk memilih metode terbaik untuk tugas pengajarannya. Oleh karena itu ia harus mampu untuk secara rasional menilai kemampuannya dan berusaha menggunakan metode-metode yang akhirnya dapat meningkatkan dan bukannya mengurangi hasil yang diharapkan.

2) Peserta pelatihanDalam pengertian ini metode pengajaran harus terkait dengan: Tingkat intelektual dan latar belakang pendidikan

peserta. Umur dan pengalaman kerja. Lingkungan sosial dan budayanya.

3) Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran dalam program-program pendidikan dan latihan ditentukan oleh adanya perubahan dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan, yang selanjutnya menyebabkan perbaikan dalam pelaksanaan tugas-tugas managerial. Berbagai situasi latihan harus mempertimbangkan berbagai jenis dan tingkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan.

4) Bidang pelatihanBerbagai bidang pelajaran (keuangan, kepegawaian, penelitian kegiatan managemen umum, dan sebagainya) memiliki ciri-ciri tersendiri. Misalnya teknik-teknik penelitian operasional didasarkan pada penggunaan matematika dan statistik secara ekstensif. Bidang ini biasanya mengajarkan melalui suatu kombinasi ceramah (menggunakan alat bantu audio visual) serta latihan dimana teknik ini dipraktikan. Latihan ini dapat ditunjang oleh tugas-tugas bacaan.

5) Waktu dan peralatanPenentuan mengenai metode pengajaran mana yang akan dipergunakan juga tidak lepas dipengaruhi oleh faktor waktu, keuangan dan faktor-faktor lainnya. Waktu yang dipergunakan untuk persiapan (yang juga

mempengaruhi biaya peralatan pengajaran) berbeda-beda untuk berbagai metode latihan. Sebagai pedoman, studi kasus dan bisnis game yang rumit membutuhkan persiapan yang lama dan mahal, yang menyangkut pengujiannya dengan para pelatih atau kelompok

Page 37: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

pekerjaan (eksperimental) serta mengadakan perubahan-perubahan yang diperlukan.

Jangka waktu latihan menentukan jenis metode yang akan digunakan. Lebih lama waktu latihan diselenggarakan, lebih banyak kemungkinan bahwa pelatih akan menggunakan bisnis game, kasus yang rumit dan proyek-proyek praktis. Hal ini tidak berarti bahwa metode partisipatif dihilangkan dari latihan-latihan jangka pendek. Dalam latihan semacam ini metode-metode yang akan digunakan adalah yang tidak banyak memakan waktu tetapi yang mampu menyampaikan meteri latihan secara cepat.

Penentuan waktu dari suatu hari merupakan suatu yang penting yang mungkin kurang disadari oleh para perencana latihan. Misalnya pada sore hari (14.00-16.00) sebaiknya diselenggarakan pertemuan-pertemuan yang menyenangkan dan menarik yang memerlukan keterlibatan aktif para peserta.

Fasilitas pengajaran mungkin merupakan faktor pembatas di berbagai lembaga, atau latihan-latihan yang diselenggarakan diluar lembaga yang digunakan untuk diskusi kelompok atau ruangan yang digunakan untuk atau ruang sindikat atau tersedianya alat Bantu audio visual, harus dipertimbangkan sebelumnya sehingga dapat diadakan perubahan-perubahan pada metode yang akan digunakan.

c. Prinsip-prinsip pembelajaran

Faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran adalah prinsip-prinsip pembelajaran. Beberapa prinsip tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Tingkat motivasiMotivasi peserta akan meningkat apabila materi yang disajikan menarik, lebih menekankan pada penerapan dan menunjukkan nilai guna yang bermanfaat dalam kehidupannya. Hal ini dapat dicapai antara lain dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat menarik perhatian peserta. Guna membangkitkan motivasi peserta perlu pula memperhatikan prinsip-prinsip Quantum Learning (Bobbi De Porter, Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie, Quantum Teaching, 2000) sebagai berikut: Segalanya berbicara Segalanya bertujuan Pengalaman sebelum memberi nama Akui setiap usaha Jika layak dipelajari maka layak pula untuk dirayakan

2) Keterlibatan aktif peserta Prinsip keterlibatan aktif mungkin merupakan landasan utama metode pengajaran partisipatif. Biasanya, lebih

Page 38: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

dalam keterlibatan, lebih tinggi motivasi, lebih besar daya retensi peserta dan lebih siap pula mereka untuk menerapkannya. Namun demikian metode yang dipilih belum tentu menjamin keterlibatan aktif peserta diklat.Hal lain yang dapat mempengaruhi antara lain: pada pengaturan persiapan studi kasus, gaya kepemimpinan dan faktor-faktor lainnya.

3) Pendekatan peroranganPembelajaran akan efektif apabila memperhatikan karakteristik peserta, oleh karena itu pendekatan perorangan perlu juga diperhatikan. Setiap peserta memiliki gaya belajar sendiri-sendiri. Gaya belajar adalah kombinasi bagaimana cara menyerap informasi, mengatur informasi dan mengolah informasi (Bobbi De Porter, Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie, Quantum Teaching, 2000).

4) Pengaturan urutan dan strukturPengaturan urutan pembelajaran perlu diperhatikan dalam pemilihan metode pembelajaran. Misalnya sebelum dilakukan studi kasus perlu terlebih dahulu dilakukan ceramah singkat.

5) Umpan balikUmpan balik sangat diperlukan dan harus dapat diperoleh dalam proses belajar, oleh karena itu dalam memberikan umpan balik harus mengacu pada syarat-syarat memberikan umpan balik yang efisien. Umpan balik tersebut meliputi: Umpan balik mengenai kemampuan dan tingkah laku

seseorang (sebagaimana yang diamati oleh peserta yang lain, oleh pelatihan dan oleh peserta sendiri).

Umpan balik mengenai apa yang sebenarnya sudah dipelajari, dan mengenai kemampuan peserta untuk menerapkanya secara efektif.

6) Pengalihan (transfer)Prinsip ini menuntut bahwa pendidikan dan latihan membantu seseorang untuk mengalihkan (mentransfer) apa yang telah dipelajarinya kedalam situasi yang sebenarnya. Beberapa metode pengajaran, seperti ceramah, studi kesusastraan atau diskusi tidak banyak memperhatikan permasalahan pengalihan ini. Di pihak lain dalam banyak metode partisipatif unsur pengalihan ini kuat sekali. Karena alasan ini metode-metode simulasi dan proyek-proyek penerapan yang praktis dianggap oleh banyak pelatih sebagai metode yang paling efektif.

Pokok bahasan D. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN

Page 39: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

1. Pengertian dan Peranan Media dan Alat Bantu Pembelajaran

Banyak pengertian yang diberikan untuk media dan alat bantu ini, bahkan terkadang pengertian dari keduanyapun dicampur adukkan, padahal secara prinsip keduanya mempunyai perbedaan.

Alat bantu pembelajaran (instructional aids) berperan sebagai perlengkapan yang digunakan oleh pelatih dalam memperjelas materi yang disampaikan, oleh karena itu disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Sedangkan media pembelajaran (instructional media) berperan sebagai sarana/wahana yang bermuatan pesan/ide/materi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara karya pengembang pesan/ide/materi dengan pembelajar. Oleh karena itu untuk memahami perbedaan keduanya, maka ada baiknya bila terlebih dahulu diuraikan pengertian keduanya.

Page 40: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

a. Pengertian dan peranan media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “penghantar”, sehingga kata media juga sering diartikan sebagai “wahana”. Atas dasar pengertian ini maka media pembelajaran dapat diartikan sebagai wahana/perantara/penghantar proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran yang bernuansa “learning” terjadi interaksi pembelajaran antara pelatih/fasilitator dan peserta, sehingga media pembelajaran mempunyai peranan yang berbeda disaat yang bersamaan. Media yang dirancang/dipilih oleh pelatih/fasilitator berguna untuk mengemas dan menyalurkan pesan/ide agar dapat dengan mudah diterima oleh peserta secara efektif dan efisien. Sedangkan pada saat yang bersamaan bagi peserta, media berperan sebagai wahana untuk memahami/ mengeksplorasi pengetahuan, sikap atau keterampilan agar dapat menangkap isi/ide/pesan yang sedang dibahas. Dengan kata lain begitu peserta menyaksikan/mendapati media yang disajikan, maka dalam diri peserta akan terjadi internalisasi proses pembelajaran.

Berbagai macam media pembelajaran dapat digunakan, pemilihan dan penggunaannya sangat tergantung pada karakteristik isi pesan/ide dan domain yang akan disentuh seperti yang tercantum pada tujuan pembelajaran. Media dengan isi pesan/ide yang didisain untuk menggambarkan tahapan pemecahan masalah agar dapat menyentuh domain kognitif berbeda dengan media yang berisi pesan/ide untuk menggambarkan tahapan/urutan keterampilan/gerakan tertentu yang menyentuh domain psikomotor. Oleh karena itu peranan media sangat besar dalam mencapai tujuan pembelajaran, karena media yang baik dan sesuai dengan kaidah- kaidah pemilihan dan penggunaanya dapat memberikan efek pembelajaran yang optimal dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

b. Pengertian dan peranan alat bantu pembelajaran

Alat bantu pembelajaran adalah seperangkat benda/peralatan yang digunakan sebagai “pembantu” seorang pelatih/fasilitator dengan tujuan agar dapat mempermudah dan mempercepat proses penyampaian pesan/materi pembelajarannya kepada peserta. Pada alat bantu pembelajaran, pesan yang disampaikan tidak sepenuhnya termuat di dalamnya, dia hanya berperan sebagai alat bantu yang menyalurkan media yang berisi pesan, oleh karena itu alat bantu tidak mampu menimbulkan efek interaktif tanpa ditunjang oleh pelatih/fasilitator. Dengan demikian untuk dapat berfungsi dengan baik dan menghasilkan efek pembelajaran yang optimal alat bantu

Page 41: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

pembelajaran sangat tergantung pada kecakapan pelatih/fasilitator dalam mengoperasikannya.

Fungsi pokok alat bantu pembelajaran adalah: Sebagai alat untuk merangsang indera yang dikehendaki

oleh pelatih sesuai dengan tingkatan domain yang ingin dicapai dalam tujuan pembelajaran.

Mengurangi efek distorsi persepsi, pemahaman, dan komunikasi yang sedang ditangkap oleh peserta.

Menghasilkan daya lekat yang relatif lebih lama pada memori peserta.

Meningkatkan minat/gairah peserta dalam mengikuti proses pembelajaran terutama sesi dengan durasi waktu yang lama.

Ketepatan pemilihan dan penggunaan alat bantu pembelajaran ini akan menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien karena disamping dapat merangsang indera penglihatan juga indera yang lainpun ikut dirangsangnya pula dan akan berefek kumulatif.

2. Pemilihan Media dan Alat Bantu Pembelajaran yang Efektif

Penggunaan media dan alat bantu pembelajaran memerlukan kriteria tertentu, karena jika kurang tepat justru akan menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Untuk itu sebelum memilih atau menggunakan media dan alat bantu tertentu perlu dipikirkan persyaratan pemilihannya sebagai berikut:

a. Kriteria pemilihan media pembelajaran: Sesuaikan media pembelajaran dengan TPU/ TPK yang

hendak dicapai. Karakteristik kemampuan peserta. Sumber daya penunjang yang tersedia.

b. Kriteria pemilihan alat bantu pembelajaran: Sesuaikan alat bantu pembelajaran dengan TPU/TPK yang

hendak dicapai. Sesuaikan alat bantu pembelajaran dengan metode yang

digunakan. Menghasilkan efek pembelajaran yang lebih baik. Sesuaikan dengan kemampuan pelatih.

Secara umum kriteria dalam pemilihan media dan alat bantu pembelajaran harus memenuhi prinsip efektif dan efisien karena jika “berlebihan” atau “kekurangan” akan dapat meninmbulkan efek yang tidak diinginkan.

3. Jenis - Jenis Media dan Alat Bantu Pembelajaran beserta Karateristiknya

Page 42: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Berbagai macam kategori pengelompokan jenis media dan alat bantu pembelajaran, namun secara umum dapat di gambarkan sebagai berikut:

a. Jenis-jenis media pembelajaran dan karaktristiknya

Menurut bentuk penyampaian pesan melalui tulisan, gambar, suara (audio), visual berbagai jenis media dapat dibedakan sebagai berikut:1) Media cetak

Media yang ditulis dan diproduksi sebagai bahan bacaan. Contoh: buku teks, majalah, buklet, modul, handout, dsb.

2) Media grafisMedia yang mengkombinasikan ide, informasi, dan pesan ataupun data dalam pernyataan naratif dan gambar. Contoh: sketsa, grafik, bagan, diagram, kartun, foto dsb.

3) Media berbantuan komputerMedia yang dibuat dengan mempergunakan komputer atau dioperasikan dengan komputer.

4) Media audioMedia audio berkaitan dengan alat pendengaran seperti misalnya: program siaran radio, rekaman kaset dan sebagainya.

5) Media visualMedia yang menampilkan pesan rekaman dalam gambar baik yang bergerak maupun tidak, baik yang bersuara ataupun tidak.

6) Media audiovisualMedia yang dapat menampilkan gambar dan suara pada waktu bersamaan, seperti: Tayangan film, tayangan tv, tayangan video dan lain sebagainya.

b. Jenis - jenis alat bantu pembelajaran beserta karateristiknya

Secara umum alat bantu pembelajaran yang sering digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut:

1) Alat bantu pembelajaran non projectedAlat bantu ini dalam penggunaannya tidak memerlukan alat lain, tidak perlu diproyeksikan ke layar proyeksi.

Termasuk dalam jenis ini antara lain:

Page 43: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

a) Buku pelajaran, text book, hand out, work sheet. Karakteristik dan penggunaannya: Penggunaan alat bantu ini dimaksudkan agar peserta

dapat mendalami topik bahasan secara secara mandiri (menurut persepsinya sendiri) sebelum pembahasan oleh pelatih dimulai di kelas. Untuk itu bahan ini sebaiknya dibagikan dahulu sebelum kegiatan pembelajaran dimulai (tugas baca).

Proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien jika menggunakan metode diskusi terpimpin yang dipandu oleh pelatih.

Pelatih dengan tegas mempertajam pada hal-hal yang paling banyak mendapat perdebatan diantara peserta dengan merujuk pada teori dan pengalaman yang pernah ada selama ini.

b) Whiteboard/papan tulis, karakteristik dan cara penggunaannya: Point-point bahan ajar dipersiapkan dahulu pada

potongan- potongan kertas kecil sebagai panduan pelatih agar alur penyampaiannya beraturan.

Sewaktu menulis di papan dengan posisi membelakangi peserta sedapat mungkin pelatih jangan sambil berbicara karena dapat menghasilkan distorsi pendengaran peserta.

Mengatur tulisan di papan sedemikian rupa sehingga dapat memperjelas alur materi pembelajaran dan tulisan yang sudah tak terpakai hendaknya segera dihapus karena dapat menggangu pemahaman peserta.

Besar tulisan disesuaikan dengan jarak peserta yang terjauh tempat duduknya.

c) Flipchart, karakteristik dan cara penggunaannya: Bahan ajar ditulis di flipchart dahulu dan disusun

sesuai dengan urutan penyajian serta diberikan nomor halaman pada setiap lembarnya.

Jika perlu lembaran yang sudah disajikan dapat dilepaskan dari standarnya dan ditempelkan di dinding untuk memperjelas urutan penyajian.

Hindarkan kesan padat tulisan dan besar tulisan disesuaikan dengan jarak peserta yang terjauh tempat duduknya.

d) Model, karakteristik dan cara penggunaannya: Berupa benda asli atau benda tiruan yang digunakan

sebagai alat bantu pembelajaran. Jika benda, tiruan warna dan bentuknya harus sesuai

dengan benda aslinya dengan ukuran sama atau diperkecil/diperbesar dengan skala yang proporsional.

Penempatan model hendaknya dapat dilihat oleh seluruh peserta dengan jelas, jika ukuran benda

Page 44: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

tersebut relatif kecil hendaknya lebih dari satu, sehingga peserta tidak mengalami kesulitan dalam menangkap pesan yang disampaikan.

Peragaan harus dilakukan dengan langkah yang runtut dan dengan durasi waktu yang cukup.

Beri kesempatan kepada seluruh peserta untuk mengamati, merasakan, meraba dan mencoba mengoperasikannya.

2) Alat bantu pembelajaran projectedAlat bantu ini dalam penggunaannya memerlukan listrik sebagai power suply, karena perlu diproyeksikan ke layar proyeksi.

Termasuk dalam jenis ini antara lain:a) Over head projector, karakteristik dan cara

penggunaannya: Bahan ajar (pointers) ditulis di atas transparan yang

tidak terlalu penuh dengan besar tulisan disesuaikan dengan jarak peserta yang terjauh tempat duduknya.

Jika terdapat kalimat/kata-kata yang dianggap perlu mendapat perhatian warna atau model huruf (jenis fontasi) dapat dibedakan dengan yang lainnya.

Alat bantu ini juga dapat digunakan untuk menyajikan urutan proses/tahapan kejadian dengan cara menumpuk beberapa transparan di atasnya secara berurutan.

Posisi berdiri pelatih diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi layar proyektor.

Penjelasan terhadap bahan ajar yang tertulis dapat dilakukan dengan dua cara: jika posisi pelatih berdiri disamping OHP, maka dapat langsung menunjuk tulisan di transparan dengan menggunakan alat tunjuk (jangan dengan jari) sedangkan jika pelatih berdiri jauh dari OHP dapat menggunakan “spot light” (jangan menunjuk di layar proyektor).

b) Epidioscope, karakteristik dan cara penggunaannya: Alat bantu ini dapat digunakan memproyeksikan

bahan ajar yang tertulis di atas kertas dalam bentuk dan warna aslinya.

Biasanya digunakan untuk menyajikan dokumen/bahan ajar yang tidak mungkin atau tidak sempat dipindahkan pada transparan.

Alat bantu ini menggunakan lampu proyeksi dengan daya watt yang tinggi sehingga jika terlalu lama dinyalakan akan dapat merusak kertas bahan ajar yang diproyeksikan (terbakar).

c) Slide projector, karakteristik dan cara penggunaannya:

Page 45: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Bahan ajar difoto dan dicetak pada film positif (slide) dengan bantuan proyektor yang ditampilkan melalui layar proyektor.

Alat ini biasanya digunakan untuk menampilkan bahan ajar yang bersifat “dokumentatif”

Untuk menghasilkan gambar tayangan yang baik/jelas alat ini membutuhkan ruangan yang relatif gelap.

3) Alat bantu pembelajaran audio visuala) Video tape/VCD, karakteristik dan cara penggunaannya:

Alat ini biasanya digunakan untuk menampilkan bahan ajar sebuah proses kejadian yang bersifat “life”.

Bahan ajar direkam pada kaset/CD dengan menggunakan skenario tertentu sehingga alur proses terlihat jelas dan runtut.

Jika direkam pada kaset video jenis VHS dan dengan menggunakan fasilitas “shutle jog” penyajian gambar bagian yang dianggap penting dapat diulang–ulang, dipercepat atau diperlambat (slow motion) secara detail dan “time motion” untuk mengamati perubahan wujud suatu benda.

Layar monitor yang digunakan dapat dihubungkan dengan desktop proyektor atau televisi. Jika menggunakan televisi hendaknya dengan ukuran kaca yang lebar (minimal 29 inci) dengan jumlah yang cukup (satu televisi untuk 6 -10 orang peserta).

Alat ini juga dapat menghasilkan suara (audio) sehingga dapat merangsang indera penglihatan sekaligus indera pendengaran.

b) Desktop projector, karakteristik dan cara penggunaannya: Fungsi utama dari alat ini adalah memperbesar

tampilan layar monitor dari video tape, VCD, epidioscope atau komputer.

Jika alat ini dihubungkan dengan komputer yang mempunyai fasilitas software “multi media” akan menggantikan beberapa alat bantu pemebelajaran tersebut di atas seperti: OHP, slide projector, epidioscope dan video tape/ VCD.

Pokok bahasan E. IKLIM PEMBELAJARAN YANG KONDUSIF

1. Pengelolaan Kelas Secara Efektif

a. Pengertian pengelolaan kelas Pengelolaan kelas merupakan suatu seni proses mengorganisasikan segala sumber daya kelas yang diarahkan agar dapat tercipta suatu kondisi yang menunjang terjadinya

Page 46: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. (Sudarwan Danim, 2002)Konsep pengelolaan kelas modern mengisyaratkan bahwa semua sumber daya yang terdapat di kelas selalu dalam keadaan yang dapat menimbulkan perhatian, motivasi, dan suasana yang menyenangkan para pembelajar. Hal ini seiring dengan konsep Quantum Learning (Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 1992) yang menyatakan bahwa semua sumber daya di kelas dapat “berbicara” sehingga menimbulkan rasa, memotivasi karena dapat menstimulir pembelajar. Untuk itu seluruh sumber daya kelas yang terlibat dalam proses pembelajaran diupayakan agar senantiasa menimbulkan perasaan nyaman dan menyenangkan pembelajar. Keberadaan peserta yang hadir dan diterima seutuhnya dalam proses pembelajaran akan melibatkan seluruh unsur individu yang terdiri dari intelektualitas, kondisi fisik, maupun mentalnya yang sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang berada disekitarnya.

b. Manfaat pengelolaan kelas Keterampilan mengelola kelas merupakan suatu seni yang harus dikuasai pelatih/fasilitator karena hal ini merupakan bagian dari tugasnya dalam mencipatakan iklim pembelajaran yang kondusif. Untuk itu, diperlukan kreatifitas dalam menciptakan proses pembelajaran yang nyaman, aman juga menyenangkan.

Kegagalan mengelola kelas dengan baik biasanya akan memunculkan indikator yang segera tampak yakni ritme proses pembelajaran melemah karena keterlibatan peserta berada pada titik terendah. Masalah ini dapat terjadi karena berbagai sebab, antara lain oleh manusia (peserta, pelatih/ fasilitator atau panitia), sarana (misalnya media pembelajaran dan fasilitas fisik lainnya) dan organisasi (misalnya: perubahan jadwal, pergantian fasilitator, dsb.).

Uraian berikut ini dikhususkan pada masalah pengelolaan kelas yang ditimbulkan oleh manusia khususnya para peserta, karena dalam proses pelatihan yang bernuansa “learner centered” faktor peserta menjadi unsur utama dalam mencapai keberhasilan suatu pelatihan.

Masalah pengelolaan kelas yang disebabkan oleh peserta dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu masalah individual dan masalah kelompok.

R. Dreikurs dan P. Cassel mengemukakan kegagalan mengelola kelas akan memunculkan masalah kelas secara individual yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: Memancing perhatian, misalnya dengan melucu, bercanda

atau membuat keributan disaat proses pembelajaran sedang berlangsung.

Page 47: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Konfrontasi atau mencari kuasa, dengan manifestasinya melawan, membantah, menentang dan bertindak emosional pada hal-hal yang sepele.

Menyakiti/mengejek orang lain yang lebih rendah, lemah, atau kurang pengetahuan/pengalamannya ketika ia berbuat kekeliruan.

Memboikot, beraksi seperti menyerah atau tak berdaya, pasip, apatis, acuh tak acuh, atau bahkan menolak sama sekali untuk melakukan apapun.

Sedangkan masalah kelompok dalam pengelolaan kelas menurut L.V. Johnson dan M.A. Bany mengklasifikasikannya sebagai berikut: Kelas kurang kompak, timbul klik-klik dalam kelas yang

bernuansa negatif. Kelas sukar diatur, melakukan berbagai cara yang

menunjukkan pemberontakan. Kelas bereaksi negatif ketika salah seorang anggotanya/

kelompok lain berlaku disiplin dan serius dalam mengikuti proses pembelajaran.

Kelas mendukung anggota kelas yang melanggar norma kelompok.

Kelas mudah sekali dialihkan perhatiannya. Semangat kerja rendah, lamban dan bermalas-malasan. Kelas sulit menerima dan menyesuaikan diri dengan

perubahan yang dilakukan oleh pengendali pelatihan, misalnya perubahan jadwal, pergantian fasilitator, dsb.

Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah di atas, maka perlu dilakukan pengelolaan kelas seperti berikut ini:

1) Menciptakan iklim kelas yang baik yakni tindakan positif untuk preventif.Pelatih/fasilitator dalam menyampaikan informasi- informasi dengan baik dan tegas, serta melibatkan peserta dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas sedini mungkin. Untuk itu dibutuhkan ketrampilan fasilitator seperti di bawah ini: Memberikan tanggapan yang memadai. Membagi perhatian terhadap seluruh peserta secara adil. Menarik perhatian kelompok/kelas agar terpusat pada

pokok bahasan. Memberi petunjuk yang jelas dan tegas. Menghindari kesalahan sekecil apapun dalam mengatur

kelancaran dan kecepatan proses pembelajaran. Menanggapi secara serius terhadap keluhan peserta dan

gangguan lain yang berpengaruh pada proses belajar/kegiatan kelas dengan melakukan tindakan korektif.

Mengembalikan kondisi belajar yang baik dengan tindakan remedial, kuratif, bahkan represif bila terjadi

Page 48: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

gangguan yang berlangsung lama atau diketemukan hal-hal yang secara normatif dianggap menyimpang.

2) Memacu motivasi pesertaMotiv timbul karena adanya kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan dasar, kebutuhan akan rasa aman, dan kebutuhan sosial. Ada beberapa cara memberikan motivasi kepada seseorang antara lain melalui pemberian imbalan, paksaan/perintah, perhitungan untung-rugi, atau penghargaan.

Dalam proses pembelajaran, motivasi peserta dapat ditumbuhkan melalui pemenuhan kebutuhan untuk dihormati dan dihargai, kebutuhan untuk diakui kelompok, sehingga merasa nyaman ketika ikut berpartisipasi. Demikian juga jika kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka akan meningkatkan motivasi keterlibatan peserta dalam setiap proses pembelajaran. Rasa aman dapat diperoleh dengan cara memberikan perlindungan dari ancaman fisik, sosial maupun ancaman terhadap harga diri. Lakukan motivasi dengan cara yang wajar dan alamiah, tanpa menggunakan sumber daya yang berlebihan (no extra drive) kecuali jika keadaan mamaksa.

3) Memberi umpan balik positif kepada pesertaPelatih/fasilitator harus mempunyai kumpulan kata-kata positif pilihan. Peserta yang mendapat umpan balik positif akan menebarkan semangat positip kepada sesama peserta lain. Demikian juga sebaliknya jika ada peserta yang tersinggung karena umpan balik negatif biasanya akan menyebar dan menjadi masalah kelas yang sulit dinetralisir. Pemberian umpan balik positif hendaknya dilakukan secara wajar dan proporsional karena umpan balik positif yang berlebihan (diobral) justru menjadi negatif karena peserta akan menganggap hal yang lumrah bahkan terkadang menjadi kontra produktif. Pemberian umpan balik positif dapat juga dikemas dalam bentuk lainnya agar tidak membosankan kelas, diantaranya memberikan pujian yang tulus secara kreatif atau menceritakan pengalaman pribadi yang “traumatis/dramatis” yang berkaitan dengan hal yang diumpan-balikan tersebut.

Untuk melakukan kegiatan tersebut, fasilitator harus memiliki beberapa keterampilan dasar berikut: Komunikasi yang baik

Gunakan cara berkomunikasi yang jelas dan sederhana. Jangan terlalu banyak menggunakan istilah asing, sekedar untuk menunjukkan bahwa menguasai materi. Selain itu, fasilitator harus mampu mendorong peserta latih untuk mengungkapkan pendapat, pikiran dan perasaannya secara

Page 49: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

leluasa dengan menunjukkan sikap yang baik dalam berinteraksi yaitu bertanya, mengangguk, memuji dan mendengarkan dengan seksama.

Selalu bersikap positifProses belajar yang efektif dapat terjadi bila suasana belajar menyenangkan. Sikap positif, menghargai kegagalan dan keberhasilan dengan sama pentingnya. Selalu optimis serta percaya diri akan menciptakan suasana belajar yang baik. Oleh karena itu sikap murah senyum, sense of humor yang tinggi, selalu mendukung (suportif), sangat dituntut dari seorang fasilitator.

Sensitif dan fleksibel (luwes)Fasilitator yang efektif adalah yang mau menjadi pendengar yang baik dan tanggap terhadap keadaan peserta latihnya (tertarik, bosan, capai, mengantuk dan lain-lain). Menghadapi situasi proses belajar yang berubah-ubah, menuntut seorang fasilitator untuk bersikap luwes terhadap tuntutan-tuntutannya sendiri terhadap proses belajar yang terjadi.

SabarProses belajar dalam kelompok remaja (terutama jika memiliki latar belakang yang heterogen) memerlukan kesabaran untuk membantu peserta latih mencapai tujuan pembelajaran. Fasilitator yang baik yang baik akan dengan sabar mendengarkan setiap ungkapan peserta, tidak memotong pembicaraan atau menilai benar- salah.

TransformatifFasilitator yang baik tidak menggurui apalagi mendominasi proses belajar. Fasilitator diharapkan mampu memotivasi peserta latih mengembangkan potensi yang dimiliki untuk menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik.

Tidak berhenti belajarSebelum pelatihan, seorang fasilitator harus membaca kembali untuk menguasai seluruh materi yang akan disampaikan. Bila perlu membaca referensi lain yang terkait dengan materi. Agar proses belajar menjadi menyenangkan, seorang fasilitator perlu menguasai teknik atau metode pembelajaran yang baru (permainan, simulasi dan bermain peran dan lain-lain).

Pendekatan yang perlu diperhatikan fasilitator pada saat berinteraksi dengan peserta: Belajar melalui pengalaman yang nyata, dengan

berbagai cara seperti curah pendapat, bermain peran dan diskusi kelompok.

Melibatkan seluruh peserta secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran sejak awal sampai akhir.

Terbuka, peserta latih difasilitasi untuk mengungkapkan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki.

Page 50: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Bersikap netral, tidak bersikap menghakimi atau menyalahkan peserta. Setiap pendapat, pikiran dan perasaan yang diungkapkan harus dihargai dan dihormati.

Reflektif, yaitu setiap peserta latih diberi kesempatan untuk menggali pengetahuan dan pengalaman pribadinya sehingga dapat merasa bahwa apa yang disampaikan merupakan bagian dari dirinya.

c. Pengelolaan kelas dari aspek pembelajar, sarana dan lingkunganPengelolaan kelas dapat dilihat dari berbagai aspek yang dilakukan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam suatu pelatihan. Pada modul ini pokok bahasannya difokuskan pada pengelolaan kelas yang dilakukan oleh seorang pelatih/fasilitator dengan tujuan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dengan cara pemberdayaan sumber daya kelas yang dilihat dari aspek pembelajar, sarana pembelajaran dan lingkungan pembelajaran.

1) Pengelolaan kelas dilihat dari aspek pesertaAspek terpenting yang perlu dikelola oleh pelatih/fasilitator dalam sebuah pelatihan adalah peserta, karena mereka terdiri dari individu-individu dewasa yang telah memiliki kematangan kepribadian dan sekumpulan kompetensi yang sudah biasa dikerjakan di tempat tugasnya. Namun ketika mereka menjadi peserta dari sebuah pelatihan sedikit-banyak mereka memerlukan adaptasi yang terkadang gagal dilakukannya, sehingga muncul berbagai manifestasi perilaku yang kurang menguntungkan baik bagi diri sendiri maupun kelas secara keseluruhan. Keadaan seperti ini jika tidak dikelola dengan baik akan menggangu proses pembelajaran secara keseluruhan.Peserta merupakan bahan asupan (raw in put) yang akan “diolah” agar menguasai kompetensi seperti yang diharapkan dalam tujuan pelatihan. Disamping sebagai bahan asupan yang akan diproses, pembelajar juga sebagai manusia dewasa mempunyai karakteristik tertentu yang harus dipertimbangkan oleh pihak yang akan “mengolahnya”.

2) Pengelolaan kelas dilihat dari aspek sarana pembelajaranSarana pembelajaran merupakan komponen (software dan hardware) yang dapat digunakan sebagai alat/instrumen utama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengelolaan sarana pembelajaran yang dilakukan dengan baik akan berdampak pada terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif, sebaliknya jika gagal mengelola sarana pembelajaran dengan baik maka yang terjadi adalah semacam “kekacauan” kelas karena peserta kecewa, waktu hilang percuma, atensi peserta menurun dan tentunya pencapaian tujuan pembelajaran tidak optimal.

Page 51: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Sarana pembelajaran yang “dimainkan” secara baik akan menimbulkan atensi peserta dan menimbulkan afeksi/perasaan senang. Oleh karena itu disamping kualitas sarana pembelajaran yang memang harus tampil prima, juga kepiawaian pelatih/fasilitator dalam menggunakan/ mengoperasikannya.

3) Pengelolaan kelas dilihat dari aspek lingkungan pembelajaranLingkungan pembelajaran walaupun merupakan unsur penunjang tetapi peranannya dalam mempengaruhi iklim pembelajaran cukup dominan. Lingkungan pembelajaran meliputi berbagai aspek seperti tata letak tempat duduk, penataan cahaya, penataan suara, dan pengaturan suhu udara yang masing-masing dapat digambarkan sebagai berikut: Tata letak tempat duduk.

Pengaturan tempat duduk dalam kelas mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran. Pengaturan lay out tempat duduk sangat dipengruhi oleh metode pembelajaran yang akan digunakan. Metode pembelajaran yang mengharuskan adanya interaksi antar peserta, lay out tempat duduk perlu diatur agar seluruh peserta dapat saling bertatap muka. Sedangkan metode pembelajaran yang mengharuskan adanya gerakan mobilitas peserta, lay out tempat duduk perlu diatur agar peserta dapat bergerak bebas.

Penataan cahaya.Pencahayaan yang kurang tepat akan dapat melelahkan mata peserta dan menyulitkan peserta untuk berkonsentrasi mengikuti proses pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan dalam menata pencahayaan adalah intensitas dan penyebaran cahaya, untuk itu ruang belajar yang ideal adalah ruangan yang dilengkapi dengan fasilitas yang dapat diatur intensitas penyebaran cahaya.

Penataan suara.Penataan suara yang tepat adalah tidak terlalu keras, tidak bergaung tetapi menyebar keseluruh ruangan secara merata. Untuk ini diperlukan sound system dengan loud speaker dengan ukuran kecil tetapi dalam jumlah banyak menyebar menghadap ke segala arah. Volume dan nada/tone suara diatur supaya tidak terlalu bass atau treble karena dapat menimbulkan distorsi konsonan pada penangkapan indera pendengaran.

Pengaturan suhu udara.Suhu udara yang ideal dalam ruang belajar sekitar 24 – 27 derajat celsius. Jika suhu udara di ruangan kelas kurang dari suhu ideal penggunaan AC perlu dipertimbangkan agar tercapai suhu ruangan yang ideal.

2. Perkembangan Kelompok

Page 52: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Pengelompokan orang dapat terjadi karena disengaja ataupun karena tanpa sengaja. Pengelompokan yang disengaja biasanya menggunakan kriteria tertentu yang sudah dirancang sebelumnya, tetapi pengelompokan yang tidak disengaja biasanya berkaitan dengan adanya kesamaan tujuan tertentu yang dirasakan oleh anggotanya.Dalam kegiatan pelatihan sering terjadi keduanya, kelompok formal biasanya dilakukan pengelompokannya oleh pelatih/fasilitator dengan menggunakan kriteria/variabel tertentu sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, sedangkan kelompok non formal biasanya terjadi karena adanya kesamaan tertentu misalnya merasa satu suku, merasa pernah bersama-sama dalam satu pelatihan terdahulu, merasa ada kesamaan hobi dan kesamaan lainnyaSemua jenis kelompok hampir dipastikan mengalami tahapan perkembangan yang sama menuju kelompok yang dinamis, hal ini dikarenakan adanya sifat manusia yang selalu ingin berkembang melalui berbagai kesempatan. Dalam kaitan ini tugas pelatih/ fasilitator adalah memfasilitasi terbentuknya kelompok menjadi tim efektif yang berguna untuk turut berperan menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

a. Kelompok (tim) efektifPengelompokan individu (formal maupun non formal) akan menjadi efektif jika di dalam tim terjadi hal-hal sebagai berikut: Adanya kesamaan maksud/ tujuan dan harapan. Adanya kesadaran bahwa mereka adalah satu tim yang

senasib- seperjuangan dan mau saling bekerja sama. Adanya kesadaran bahwa setiap anggota mempunyai

derajat yang sama, saling terbuka dan saling mempercayainya.

Adanya kesamaan nilai/ norma hasil kesepakatan bersama.

Banyak metode yang dapat digunakan oleh pelatih/fasilitator untuk memfasilitasi agar kelompok menjadi tim yang efektif, diantaranya melalui kegiatan Out Bound atau Building Learning Commitment diawal pembelajaran. Kelompok efektif yang telah terbentuk biasanya tidak statis, secara periodik muncul gejolak-gejolak yang berasal dari adanya beberapa anggota yang tidak puas dengan keadaan/situasi yang ada.Hal seperti ini wajar adanya karena kelompok yang dinamis selalu menuntut adanya perubahan- perubahan menuju yang lebih baik. Hal inilah yang dinamakan sebagai perkembangan kelompok yang oleh para ahli diindetifikasi dalam satu siklus perkembangan terdapat empat tahapan.

b. Tahapan perkembangan kelompok

Page 53: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Kelompok yang dinamis selalu terjadi siklus perkembangan dengan empat tahapan sebagai berikut:

Tahap FormingTahap ini setiap anggota kelompok berhubungan secara formal, masing- masing masih saling observasi, dan melempar ide/ pendapat ke forum kelompok. Ide/ pendapat terus bermunculan. Pada tahap ini peranan pelatih/ fasilitator memeberikan rangsangan agar pada tahapan ini seluruh anggota kelompok berperan serta dan memunculkan ide/ pendapat yang bervariasi.

Tahap StormingPada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin “memanas” karena ide/pendapat yang dilemparkan mendapat tanggapan yang saling mempertahankan ide/pendapatnya masing-masing. Peranan pelatih/fasilitator pada saat tahapan ini memberikan rangsangan pada individu yang kurang terlibat agar ikut aktif terlibat menanggapi atau mempertahankannya. Pada tahap ini pula pelatih/fasilitator hendaknya secara samar (tidak terbuka) mempertahankan keutuhan kelompok.Sesaat berikutnya biasanya mulai terjadi “koagulasi” dari beberapa ide/pendapat yang menyatu sehingga terbentuk beberapa sub kelompok dengan ide/pendapat yang bernuansa sama dan semakin lama ide/pendapat sudah mulai mengerucut. Peranan pelatih/fasilitator pada saat tahapan ini secara samar mempertajam “kerucut” ide/pendapat agar dapat diterima oleh semua anggota tanpa melakukan voting.

Tahap NormingTahap selanjutnya suasana tegang sudah mulai reda karena kelompok sudah setuju dengan klarifikasi yang dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing anggota kelompok kelompok mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide/pendapat orang lain demi kepentingan kelompok. Tahapan inilah sebenarnya telah terbentuk “norma” baru yang disepakati kelompok. Peranan pelatih/fasilitator pada tahapan ini membulatkan ide/pendapat yang telah disepakati kelompok menjadi ide/pendapat kelompok.

Tahap Performing Pada tahapan ini kelompok menjadi kompak, diliputi suasana kerja sama yang harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama untuk menyelesaikan tugas sebaik-baiknya. Peranan pelatih/fasilitator pada tahapan ini memacu kelompok agar masing-masing individu berperan serta dalam setiap proses kerja kelompok

Page 54: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

dengan tetap pada jalur norma yang telah disepakati bersama.

c. Building Learning commitmentBuilding learning commitment merupakan semacam “kontrak belajar” yang dilakukan diawal pembelajaran. Kegiatan ini berguna untuk mencari kesepakatan norma diantara seluruh pihak yang terlibat. Kesepakatan norma pembelajaran diperlukan untuk menunjang tercapainya iklim pembelajaran yang kondusif karena masing-masing pihak akan terikat oleh kesepakatan norma bersama.

Tahapan kegiatan building learning commitment dapat digambarkan sebagai berikut:1) Pemaparan identifikasi diri

Banyak metode yang dapat digunakan dalam kegiatan ini, salah satu diantaranya dilakukan dengan berdiri melingkar termasuk pelatih/fasilitator untuk memperkenalkan diri beserta identitas lainnya seperti nama, asal instansi, jabatan, rumah tinggal, status keluarga dan lainnya sesuai kesepakatan kelas. Setelah selesai, pelatih/fasilitator secara random dapat meminta beberapa anggota kelas untuk menyebutkan nama-nama anggota kelas yang baru saja diperkenalkan, hal ini berguna untuk mempercepat penghafalan identitas paling tidak hafal nama.

2) Inventarisasi harapan peserta selama mengikuti pembelajaran baik dari segi substansi materi, proses pembelajaran, setelah selesai pelatihan dan hal-hal lain yang dianggap perlu.

3) Berdiskusi untuk menyepakati nilai-nilai apa saja yang perlu diterapkan selama pelatihan berlangsung agar menghasilkan dinamika pembelajaran yang optimal.

4) Menyepakati kontrol kolektif sebagai tindakan sanksi (kolektif) yang dijatuhkan kepada pihak-pihak yang tidak mematuhi kesepakatan nilai/ norma kelas.

3. Kondisi dan Situasi Belajar yang Berpusat pada Peserta

Salah satu komponen penting dalam upaya penciptaan iklim pembelajaran yang kondusif adalah rancangan pembelajaran yang menempatkan pembelajar sebagai pusat perhatiannya (learner centered). Disain pembelajaran seperti ini menempatkan pembelajar pada posisi utama yang harus dilayani atau difasilitasi dan diarahkan untuk memenuhi harapan/ keinginan dan kebutuhan belajarnya, bukan untuk mengajarkan apa yang diketahui pelatih/fasilitator ataupun keahlian apa yang diberikan penyaji untuk memecahkan suatu masalah.

Page 55: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Untuk dapat memenuhi disain pembelajaran seperti diatas seorang pelatih/fasilitator harus mampu menciptakan kondisi-kondisi tertentu dan situasi belajar yang berpusat pada peserta.

a. Kondisi belajar berpusat pada peserta Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya conditions (syarat-syarat) yang kemudian menimbulkan respon atau reaksi tertentu dari pembelajar (Ngalim Purwanto, 2002). Teori ini mengatakan tingkah laku manusia merupakan hasil dari conditioning tertentu yang direspon oleh individu sebagai manifestasi pembelajaran. Respon yang diberikan terhadap suatu stimulus baru dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan lama yang telah dimilikinya.

Dengan demikian ragam dan kualitas respon yang muncul sebenarnya sangat tergantung pada sekumpulan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya karena pengetahuan dan pengalaman yang lama berfungsi sebagai acuan dalam merespon setiap stimulus yang datang.Berdasarkan pada teori di atas, maka untuk menciptakan terjadinya proses belajar yang efektif di kelas harus didukung oleh sejumlah kondisi tertentu yang memungkingkan pembelajar selalu dapat merespon secara positif terhadap setiap stimulus yang diterimanya. Seluruh sumber daya pembelajaran harus dikondisikan agar dapat berfungsi sebagai perangsang timbulnya motivasi pembelajar untuk senantiasa dapat meresponnya dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan menuju kompetensi seperti yang diharapkan pada tujuan pembelajaran. Salah satu bentuk conditioning yang perlu dilakukan oleh seorang pelatih/ fasilitator adalah penyiapan bahan pembelajaran (learning material) yang disesuaikan dengan karakteristik peserta.

Bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan krakteristik peserta akan dapat memotivasi untuk memberikan respon dalam bentuk keterlibatan aktif pada proses pembelajaran. Menurut teori “asosiasi” perilaku peserta akan berubah mengikutinya jika bahan pembelajaran berhubungan erat dengan tugas dan kondisi mereka. Oleh karena itu bahan pembelajaran dan contoh yang ditampilkan diupayakan sebanyak mungkin identik atau menyerupai tugas kesehariannya. Jika kondisi seperti tersebut di atas dapat diwujudkan, niscaya iklim pembelajaran yang kondusif dengan mudah dapat tercapai.

b. Situasi berlajar yang berpusat pada pesertaUntuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif seorang pelatih/fasilitator harus mampu mengendalikan diri agar tidak terjebak pada situasi belajar searah, dalam arti peserta

Page 56: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

menjadi obyek pelatih/fasilitator yang sedang berorasi. Keadaan ini dapat dihindari jika dalam persiapan strategi dan pemilihan metode pembelajarannya dipilih ragam metode yang memungkinkan peserta terakselerasi berproses (accelerated learning) sedangkan peran pelatih/fasilitator mengambil posisi pasif.

Belajar terakselerasi dapat memberikan kebebasan belajar yang dapat membantu menuju pencarian makna untuk menemukan sendiri (self discovery) apa-apa yang sesuai dengan kebutuhannya. Colin Rose dan Malcom J. Nicholl (1997) merumuskan enam tahapan pembelajaran terakselerasi dalam kata “MASTER” sebagai berikut: Motivation, memberikan dorongan sikap belajar yang

positif dengan membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan tanpa tekanan meskipun terdapat gaya belajarnya berbeda-beda.

Acquiring, memperoleh informasi yang terkait fakta yang relevan dengan kepentingan pembelajar serta jika diperlukan dapat memanipulasinya dengan cara mengkombinasikannya dengan fakta lainnya.

Searching, selalu mencari kebermaknaan agar dapat memahami setiap topik bahasan dan menjadikannya berarti dalam hidupnya (personal meaning).

Trigger, menyulut memori sehingga materi, pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam “long term memory” dapat digali kembali dan berasosiasi dengan yang baru diterima.

Exhibiting, memaparkan apa yang telah diketahui kepada forum kelas untuk berbagi pengalaman dengan sesama sejawat.

Reflecting, mereflkesikan kembali tentang apa-apa yang telah didapat pada proses pembelajaran terdahulu dan bagaiamana mempelajarinya

Dengan menggunakan “MASTER” pelatih/fasilitator dapat mengarahkan pembelajar agar dapat menggabungkan seluruh potensi yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang optimal dalam suasana yang bebas tanpa merasa disuruh, apa lagi dipaksa.

4. Jurnal Pembelajaran

Pembuatan jurnal pembelajaran merupakan salah satu unsur penunjang dalam pencipataan iklim pembelajaran yang kondusif, karena melalui jurnal pembelajaran peserta secara individual dapat mengekspresikan/ merefleksikan perasaan dan tanggapannya terhadap materi, proses dan pengalaman belajar yang telah didapat hari demi hari. Demikian juga bagi pelatih/fasilitator jurnal pembelajaran berguna sebagai cermin umpan balik tentang respon pembelajar baik secara individual maupun rata-rata kelas terhadap materi,

Page 57: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

proses dan pengalaman belajar yang telah dialami pembelajar dari hari ke hari.

a. Pengertian Jurnal pembelajaran merupakan sebuah refleksi berupa ungkapan yang tulus dari setiap pembelajar terhadap materi, proses pembelajaran, dan pengalaman belajar yang muncul setelah sehari berproses. Isi jurnal dapat berupa hal-hal sebagai berikut: Apa saja materi yang telah dipelajari sepanjang hari. Bagaimana proses pembelajaran yang itu telah terjadi. Bagaimana perasaan yang muncul setelah mendapat

pengalaman pembelajaran pada kurun waktu sehari. Apa manfaat yang telah dirasakan oleh peserta terhadap

pembahasan materi, proses pembelajaran dan pengalaman belajar yang telah dialami.

b. Cara membuat jurnal pembelajaranPada setiap hari menjelang sesi akhir pelatih/fasilitator memberikan tugas malam kepada setiap peserta untuk melakukan refleksi diri dengan cara merenung dan menuliskannya pada selembar kertas tentang segala sesuatu yang telah dialaminya sekaitan dengan pembelajaran sepanjang hari ini. Jurnal ini akan disampaikan dan dibahas pada keesokan harinya sebelum pembelajaran dimulai, tetapi tidak untuk diperdebatkan karena sifatnya sangat individual. Perlu ditekankan bahwa jurnal bukan “resume” dari sebuah materi yang telah dipelajari, tetapi jurnal merupakan ungkapan diri/ refleksi setiap individu secara tulus terhadap pengalaman/ dampak pembelajaran materi (substansi) maupun proses yang terjadi.

c. Manfaat jurnal pembelajaranJurnal bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran, paling tidak bagi peserta dan bagi pelatih/ fasilitator.1) Manfaat bagi peserta:

Peserta tanpa sadar telah melakukan review tentang substansi materi yang ia tangkap pada proses pembelajaran di setiap hari.

Berani mengungkapkan apa yang dilihat, dirasakan dan didapatkan secara tulus demi kemajuan bersama.

Ikut bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran sesi-sesi berikutnya.

Dapat mengukur seberapa jauh dirinya telah mendapatkan manfaat dan keterlibatan diri pada setiap pembahasan materi pembelajaran.

Dengan membandingkan jurnal yang dibuatnya setiap hari dapat diketahui tingkat perkembangan pembelajaran yang dialaminya.

2) Manfaat bagi pelatih/fasilitator:

Page 58: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Mengukur seberapa jauh materi bahasan telah dapat diserap dengan benar oleh pembelajar secara rata-rata kelas.

Mengetahui efektivitas metode, media, alat bantu, dan sumber daya pembelajaran lainnya yang telah dipergunakan.

Mengetahui tingkat atensi pembelajar terhadap setiap materi yang dipelajari.

Mengetahui kualitas interaksi sesama pembelajaran dan pembelajar dengan pelatih/fasilitator.

Pokok bahasan F. EVALUASI PEMBELAJARAN

1. Pengertian, Tujuan, Prinsip Evaluasi Hasil Pembelajaran

a. Pengertian evaluasi hasil pembelajaranSuatu proses pengambilan keputusan untuk memeberikan nilai (scoring) dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar dengan maneggunakan instrumen tes ataupun non tes.

b. Tujuan evaluasi hasil pembelajaran Mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian TPU dan TPK. Umpan balik perbaikan proses pembelajaran. Pedoman penentuan passing grade dan posisi peringkat. Dasar untuk menyusun laporan kemajuan pembelajaran.

c. Prinsip evaluasi hasil pembelajaran Harus jelas kemampuan mana yang dinilai. Penilaian merupakan bagian integral dari seluruh rangkaian

proses pembelajaran dalam sebuah diklat. Mengukur seluruh domain kognitif, afektif, dan psikomotor,

sesuai dengan hasil analisis TPK. Alat yang digunakan harus sesuai: mengukur apa yang

harus diukur. Penilaian harus diikuti dengan tindak lanjut.

2. Jenis, Tujuan, dan Proses Evaluasi Hasil Pembelajaran

a. Pre dan post test Tujuan test:

Mengetahui hasil pembelajaran secara rata – rata kelas dan hasilnya dapat dianggap sebagai hasil penyelenggaraan pelatihan.

Proses:- Menghitung prosentase rata-rata kenaikan nilai yang

didapat melalui tes sebelum dan sesudah pembelajaran, bila perlu lakukan uji t–test, dengan anggapan selisih

Page 59: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

kenaikan nilai yang didapat adalah sebagai hasil pembelajaran pada diklat yang diselenggarakan.

- Perakitan soal disusun secara komprehensif yang mewakili materi yang telah dipelajari (dangkal tapi luas).

b. Formative test Tujuan test:

Mengetahui tingkat perkembanganan dan daya serap yang dapat dilihat melalui butir-butir soal yang dapat dijawab dengan benar.

Proses: - Dilakukan di tengah-tengah pada pelatihan yang > 3

minggu.- Perakitan soal memenuhi seluruh TPK pada materi inti

yang dengan tingkat kesulitan bervariasi (30% mudah, 50% sedang, 20% sulit).

- Memeriksa nilai rata-rata, tertinggi, terendah, modus dan lakukan “difficulty index” untuk mengetahui tingkat kesulitan soal.

- Jika hasil tes negatif, perlu meninjau ulang beberapa aspek yang dianggap dapat mempengaruhi proses pembelajaran, antara lain: metode, alat bantu, fasilitator, lingkungan pembelajaran dll.

- Lakukan “remedial” khususnya pada materi/TPK terlemah.

c. Sumative Test Tujuan test, untuk pelatihan yang mendapatkan STTPL

Menentukan kelulusan bagi setiap individu peserta pelatihan yang ber-STTPL (Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan).

Proses:- Dilakukan pada akhir sebuah pelatihan.- Perakitan soal memenuhi seluruh TPK/U pada materi

dasar (15%), inti (70%) dan penunjang (15%) yang disusun dengan tingkat kesulitan bervariasi (20% mudah, 50% sedang, dan 30% sulit/ analisis).

- Penentuan Batas Kelulusan menggunakan PAP/CRT (Criterion Referenced Test): menetapkan nilai batas kelulusan.

- Butir-butir soal harus mempunyai daya saring/daya pembeda: jika lulus melewati saringan ujian ini berarti yang bersangkutan memang memenuhi kwalifikasi seperti yang diharapkan oleh tujuan pelatihan dan berhak mendapat STTPL.

d. Test akhir Tujuan test, untuk pelatihan yang mendapatkan Sertifikat

Menentukan posisi peringkat setiap individu pada agregat sebaran nilai hasil ujian (biasanya untuk pelatihan yang bersertifikat).

Proses:

Page 60: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

- Dilakukan pada akhir sebuah pelatihan.- Perakitan soal memenuhi seluruh TPK/U pada materi

dasar (15%), inti (70%) dan penunjang (15%) yang disusun dengan tingkat kesulitan bervariasi (20% mudah, 50% sedang, dan 30% sulit/ analisis).

- Penentuan Batas Posisi Peringkat menggunakan PAN/NRT (Norm Referenced Test) dengan cara mencari nilai Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi.

- Butir-butir soal harus dapat menggambarkan: perbedaan antara pembelajar yang telah menguasai materi dan yang belum menguasai materi yang tergambar dalam sebuah skala gradasi.

3. Bentuk, Kaidah, Instrumen, dan Pengukuran Evaluasi Hasil Pembelajaran

a. Prosedur penyusunan instrumen penilaian pembelajaran

Syarat penilaian: Validitas Menilai apa yang seharusnya dinilai.

FORMULASI

BUTIR SOAL

MENYUSUN

KISI – KISI

ANALISIS

TUJUAN [ TPK ]

MENETAPKAN

TUJUAN TEST

ANILISIS

KURIKULUM

Page 61: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Reliabilitas Kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun penilaian itu digunakan akan mendapatkan hasil yang relatif sama.

b. Pengukuran evaluasi hasil pembelajaran

1) Pengukuran Domain Kognitif

Metode dan alat ukur Domain Kognitif Mengukur “apa yang diketahui”, bukan apa yang

dirasakan/ ikerjakan Jenjang domain kognitif terdiri dari: 1. Pengetahuan, 2.

Pemahaman, 3. Penerapan, 4. Analisa, 5.Sintesis, 6. Penilaian

TPU

PB/ SPB

TPK

BUTIR SOAL

YA

TENTUKAN INDIKATOR

ANALISIS TPK PADA DOMAIN KOGNITIF

TIDAK

TENTUKAN JENJANG

TAKSONOMI DLM DOMAIN

KOGNITIF TERGAMBAR TINGKAH LAKU YG LANGSUNG

DPT DIUKUR ?

Page 62: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Metode pengukuran: tes lisan dan tertulis. Alat ukur: soal, kuesioner, cheklist, angket dan lembar

panduan.

Bentuk instrumen pengukuran Domain Kognitif

Teknik penulisan soal pengukuran domain kognitif

Non Obyektif

Obyektif Biasa Dengan Alasan Dengan Pembetulan Dengan Alasan & Pembetulan

Ya - TidakJawaban satu paling benar

Jawaban lebih dari satu benar

Jawaban pengecualian

Jawaban berhubungan dengan sebab - akibatMenjodohkan

Sempurna

Betul - Salah

Pilihan

Alternat.

Pilihan Jamak

MenjodohkanMenjodohkan Tak

Sempurna

Tes

Uraian

Pilihan

Page 63: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Perakitan soal harus mengacu pada kisi-kisi soal yang telah disusun sebelumnya.

Soal harus valid, mengukur TPK yang telah dibelajarkan. Soal ditulis dengan bahasa yang lugas, tegas dan

sederhana (tidak menimbulkan pengertian ganda/salah tafsir).

Soal jenis uraian/esai harus dilengkapi dengan “key word”.

Jika mungkin hindari pernyataan soal yang antagonis, jika terpaksa tulis dalam huruf besar.

Berikan petunjuk cara mengerjakan. Hindari kesalahan ketik, kalau memang ada cepat

adakan ralat.

2) Pengukuran Domain Afektif

Page 64: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Kisi – kisi penyusunan butir soal domain affektif

Nama Diklat :Mata Diklat :Beban Pelatihan :Jumlah Soal :Waktu penyelasaian :

TPU PB/SPB

TPK TL Affektif

Indikator Butir Kegiatan

Metode dan alat ukur domain affektif

PB/ SPB

TPK

BUTIR SOAL

TENTUKAN TINGKAH LAKU MENUNJUKKAN

DOMAIN AFFEKTIF

TER-UKUR

TENTUKAN INDIKATOR

Analisis TPK pada Domain

Affektif

TIDAK TERUKUR

TPU

TENTUKAN JENJANG

TAKSONOMI DLM DOMAIN

AFFEKTIF

Page 65: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

Mengukur “apa yang dirasakan “, bukan apa yang diketahui.

Jenjang Domain Afektif (Taksonomi Bloom) adalah mulai dari Receiving, Responding, Valuing, Organization s/d Character.

Metoda pengukuran: observasi langsung/partisipatif, wawancara, angket.

Alat ukur: Chek List, Lembar isian, Lembar panduan, Studi kasus.

Contoh bentuk instrumen pengukuran domain affektif

No. Pernyataan SS S TS STS TT1.

2.

Pekerjaan anda sangat berhubungan erat dengan pembentukan Kualitas SDM Indonesia

Sebenarnya Anda lebih betah bekerja di dalam gedung Puskesmas untuk pekerjaan Anda tidak

memerlukan prinsip kehati-hatian secara ketat

Pekerjaan Anda tidak mempunyai resiko gagal

Dst.

SS : Sangat SetujuS : SetujuSTS : Sangat Tidak SetujuTS : Tidak SetujuTT : Tidak Tahu

Page 66: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

3) Pengukuran Domain Psikomotor

Jenjang domain psikomotor:1. Gerakan-Gerakan Refleks2. Gerakan Fundamental Dasar3. Kemampuan Perseptual/ Mengamati4. Kemampuan Fisik/ Jasmani5. Gerakan - Gerakan Terampil6. Komunikasi Non Diskursif/ Atau Tingkat Meniru Sampai

Dengan Tingkat Naturalisasi

Kisi – kisi penyusunan butir soal domain psikomotor

Nama Diklat :Mata Diklat :Beban Pelatihan :Jumlah Soal :Waktu penyelasaian :

TPU

BUTIR SOAL

TERGAMBAR TINGKAH

LAKU YANG SPESIFIK

TENTUKAN JENJANG

TAKSONOMI DLM DOMAIN PSIKOMOTOR

TER-UKUR

TENTUKAN INDIKATOR

Analisis TPK pada Domain

Psikomotor

TIDAK TERUKUR

KRITE

RIA

PB/ SPB

TPK

Page 67: komdatdinkes.banyumaskab.go.idkomdatdinkes.banyumaskab.go.id/data... · Web viewdeskripsi singkat

Modul Materi Inti. 9- Teknik Melatih

TPU

PB/SPB

TPK

TL spesifik/ indikator

Kriteria

Butir Kegiatan

Contoh bentuk instrumen pengukuran domain psikomotor

No. Urutan Kegiatan Kriteria Hasil

1. Menyiapkan Alat

• Alat : Spuit Immunisasi BCG, vaksin BCG dalam cold chain, kapas alkohol

B S

2. Mencuci Tangan

• TL : Bekerja dengan prinsip bersih & hati - hati

• Alat : Air bersih mengalir, sabun, lap bersih

• Waktu maks : 1 menit TL : Mencuci tangan sampai pangkal perge langan, memamakai sabun dan di lap dengan lap bersih dan kering

B S

3. Dst