· web viewbahan ajar etika profesi pegawai negeri sipil program diploma i keuangan spesialisasi...

643
BAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011

Upload: phamminh

Post on 02-Mar-2019

274 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK

SATRIA HADI LUBIS

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011

Page 2:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam atas selesainya penyusunan bahan ajar Etika Profesi PNS ini. Sebagai sebuah profesi, PNS (Pegawai Negeri Sipil) memiliki berbagai etika yang perlu diketahui oleh para mahasiswa STAN sebagai calon PNS, khususnya di Kementerian Keuangan. Apalagi saat ini, pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan reformasi birokrasi, sehingga peranan etika profesi PNS menjadi sangat urgen dalam rangka mengawal reformasi birokrasi yang berlandaskan pada kesadaran etika.

Mahasiswa STAN adalah mahasiswa yang bukan saja harus terampil dalam teknis operasional pekerjaan, tapi juga harus terampil dalam membangun karakter yang beretika. Tanpa etika, seorang mahasiswa STAN kelak akan bekerja tanpa nurani, sehingga rentan untuk menghalalkan segala cara dan menelantarkan kewajibannya sebagai abdi masyarakat. Sebaliknya dengan etika diharapkan akan muncul mahasiswa-mahasiswa STAN yang nanti akan bekerja secara jujur, bernurani dan berfokus pada kepuasan stakeholders menuju masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

Penulisan bahan ajar untuk mata kuliah Etika Profesi PNS ini memuat berbagai pengetahuan etika dan kode etik yang dibutuhkan mahasiswa STAN ketika nanti mereka bekerja. Bahan ajar berfungsi sebagai seperangkat materi yang disusun sistematis yang digunakan oleh pengajar, widyaiswara dan mahasiswa STAN dalam kegiatan belajar. Dengan adanya bahan ajar ini diharapkan semua pihak yang berkepentingan dapat menjelaskan secara sistematis dan terstruktur tujuan instruksional yang akan dicapai sesuai standar kompetensi yang ditetapkan.

Dengan selesainya penyusunan bahan ajar ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, terutama kepada Bapak Kusmanadji selaku Direktur STAN, yang bukunya berjudul Etika Profesi Akuntansi, Bisnis dan pelayanan Publik menjadi referensi utama dalam penulisan bahan ajar ini. Juga terimakasih disampaikan kepada Ibu Lies Sunarmintyastuti (Kepala Bidang Akademis Pendidikan Akuntan) yang telah memberikan motivasi dan dukungan terus menerus bagi selesainya penulisan bahan ajar ini.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun bahan ajar ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, disebabkan keterbatasan waktu dan penguasaan materi. Untuk itu kami membutuhkan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan penyusunan bahan ajar ini di masa yang akan datang. Semoga bahan ajar mata kuliah Etika Profesi PNS ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi para mahasiswa STAN.

Tangerang Selatan, November 2011

(Satria Hadi Lubis)

2 | P a g e

Page 3:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

PENDAHULUAN

Sesuai dengan visi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, yaitu menjadi perguruan tinggi terbaik di bidang keuangan dan akuntansi sektor publik, maka perlu dilakukan proses peningkatan kualitas pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara berkesinambungan.

Salah satu kegiatan yang menjadi agenda utama untuk menunjang proses pembelajaran di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara adalah kegiatan penyusunan bahan ajar. Bahan ajar yang dihasilkan dari kegiatan ini akan digunakan sebagai salah satu acuan pembelajaran bagi seluruh dosen matakuliah terkait sebagai bentuk standarisasi proses pendidikan dan pembelajaran dalam rangka menjaga mutu dan meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi perkuliahan yang disusun secara sistematis yang digunakan dosen dan mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis. Bahan ajar harus dapat menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai dan memotivasi mahasiswa untuk belajar mamahami konsep dasar dengan benar, serta mengantisipasi kesukaran belajar mahasiswa dalam bentuk penyediaan bimbingan bagi mahasiswa untuk mempelajari bahan tersebut, dan dalam penerapannya diintegralkan dengan tujuan dan isi pengajaran yang ada dalam GBPP.

Bahan ajar mata kuliah Etika Profesi PNS ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai nilai-nilai yang tepat atas penerapan standar etika dalam profesi sebagai PNS. Dengan demikian diharapkan mahasiswa STAN dapat meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap etika profesi PNS dan konsepkonsep yang menyertainya, meningkatkan kemampuan dalam memecahkan dilema etis di tempat kerja dan di luar tempat kerjaserta mampu meningkatkan kesadaran untuk mempraktekkan kode etik yang berlaku di tempat kerja.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disusunlah bahan ajar ini yang terdiri dari 16 bab sebagai penjabaran dari pencapaian tujuan pembelajaran KSPK. Pada Bab 1, mahasiswa akan mendapatkan pemahaman tentang kedudukan mata kuliah Etika Profesi PNS dan Garis Besar Proses Pembelajarannya. Bab 2 dan 3 tentang teori dan konsep etika. Bab 4 tentang etika profesi, yang meliputi pengertian profesi dan etika profesi, serta urgensi etika profesi dan prinsip-prinsip etika profesi.

Pada Bab 5, mahasiswa akan mendapatkan pemahaman tentang etika bisnis. Etika ini perlu diberikan agar mahasiswa mengetahui etika yang berlaku di kalangan pebisnis, sebagai salah satu konsumen Kementerian Keuangan. Lalu pada Bab 6 akan dibahas sedikit tentang etika kepemimpinan. Untuk etika pelayanan publik dan etika kerja akan dibahas pada Bab 7 dan 8.

3 | P a g e

Page 4:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Agar mencapai pemahaman etika profesi PNS yang baik, mahasiswa juga perlu mempelajari tentang pokok-pokok kepegawaian (Bab 9) dan aturan-aturan tentang disiplin PNS (Bab 10), sehingga terbentuk pegawai negeri yang disiplin dan memahami tugas serta tanggung jawabnya.

Etika anti korupsi juga perlu dipahami oleh mahasiswa STAN agar mereka dapat menjadi agent of change (agen perubahan) dalam reformasi birokrasi yang mensyaratkan pemerintahan yang bersih (clean goverment). Pembahasan tentang pengertian korupsi, prinsip-prinsip anti korupsi dan faktor penyebabnya akan dibahas pada Bab 11. Sedang berbagai aturan yang berlaku tentang anti korupsi dibahas pada Bab 12.

Akhirnya, Indonesia di masa depan adalah milik generasi muda, sehingga kita berkepentingan untuk bersama-sama mencetak generasi muda (mahasiswa) yang beretika dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Keberhasilan sebuah bangsa bukan hanya disebabkan karena kepandaian ilmu pengetahuan dan teknologinya, tapi -terutama- disebabkan karena karakter bangsa tersebut yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral (etika). Semoga bahan ajar ini menjadi sumbangan kecil bagi gerakan perubahan bangsa menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

“Bagian hidupmu yang sesungguhnya di dunia ini adalah yang membuatmu semakin mulia” (Ali bin Abu Tholib).

4 | P a g e

Page 5:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... 1PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3

DAFTAR ISI................................................................................................................. 5PENGANTAR ETIKA PROFESI PNS........................................................................... 8

Kedudukan Mata Kuliah Etika Profesi PNS.......................................................... 8Urgensi etika profesi terhadap reformasi birokrasi.............................................. 15Rencana perkuliahan etika profesi PNS............................................................... 25

TEORI DAN KONSEP ETIKA I................................................................................... 32

Pengertian Etika.................................................................................................. 32Tiga Bagian Utama Etika.................................................................................... 34Sejarah Etika....................................................................................................... 35Teori Etika.......................................................................................................... 42Tiga Konsep Moral Yang Penting....................................................................... 49Manfaat Dan Fungsi Etika................................................................................... 55

TEORI DAN KONSEP ETIKA II.................................................................................. 66

Etika................................................................................................................... 66Etiket.................................................................................................................. 71Perbedaan Etika dan Etiket.................................................................................. 71Nilai.................................................................................................................... 74Norma................................................................................................................. 84

ETIKA PROFESI........................................................................................................ 92

Pengertian Profesi dan Etika Profesi................................................................... 92Urgensi Etika Profesi........................................................................................ 100Prinsip dan Peranan Etika Profesi..................................................................... 102Isu-Isu Seputar Etika Profesi............................................................................. 105

ETIKA BISNIS.......................................................................................................... 122

Pengertian etika bisnis....................................................................................... 122Prinsip Etika Bisnis........................................................................................... 125Isu-isu etika bisnis............................................................................................. 131

ETIKA KEPEMIMPINAN.......................................................................................... 146

Etiket dan Kepemimpinan................................................................................. 146Nilai-Nilai Umum Etiket................................................................................... 148Nilai-Nilai Umum Etiket Kepemimpinan.......................................................... 149Urgensi Etika Kepemimpinan........................................................................... 154

5 | P a g e

Page 6:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Karakter Utama Dalam Kepemimpinan............................................................ 1597 Kebiasaan manusia yang sangat efektif.......................................................... 160Prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam 7 kebiasaan......................................... 163Paradigma 7 Kebiasaan..................................................................................... 165Solusi Kepemimpinan dalam Organisasi........................................................... 166Pentingnya Urutan Peran................................................................................... 167

ETIKA PELAYANAN PUBLIK................................................................................... 171

Pengertian Etika Pelayanan Publik.................................................................... 171Relevansi Etika Dalam Pelayanan Publik.......................................................... 173Prinsip-prinsip Etika Dalam Pelayanan Publik.................................................. 178Prinsip-prinsip Pelayanan Publik....................................................................... 180Prinsip-prinsip dan Manajemen Etika Pelayanan Publik................................... 181Hakikat Profesionalisme Pelayanan Publik....................................................... 183Dilema dalam beretika...................................................................................... 185Implikasi bagi Etika Pelayanan Publik di Indonesia.......................................... 186Netralitas Pegawai Negeri Sipil (PNS).............................................................. 187

ETIKA KERJA.......................................................................................................... 192

Pengertian Etika (Etos) Kerja............................................................................ 192Aspek-Aspek Etika (Etos) Kerja....................................................................... 194Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etika (Etos) Kerja...................................... 196Etika Kerja vs Etika Profesi.............................................................................. 199Disiplin Pegawai Negeri Sipil........................................................................... 201Hukuman disiplin PNS..................................................................................... 206Macam-Macam Etika (Etos) Kerja.................................................................... 215

PENGERTIAN KORUPSI, FAKTOR PENYEBAB KORUPSI, DAN PRINSIP-PRINSIPANTI KORUPSI........................................................................................................ 221

Istilah dan Definisi Korupsi.............................................................................. 221Bentuk atau Macam Korupsi............................................................................. 223Lingkup Korupsi............................................................................................... 223Penyebab Perbuatan Korupsi............................................................................ 225Penyebab Korupsi di Indonesia......................................................................... 228Dampak atau Akibat Korupsi............................................................................ 230Kebijakan di Bidang Pencegahan...................................................................... 231Prinsip Good Governance................................................................................. 232Prinsip Anti Korupsi......................................................................................... 235Pendidikan Anti Korupsi................................................................................... 238Pendidikan Anti Korupsi dalam Keluarga......................................................... 241Implementasi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi dalam Kehidupan Sehari-hari........................................................................................................ 244

6 | P a g e

Page 7:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Faktor-faktor Keberhasilan Pemberantasan Korupsi......................................... 246Hambatan atau Kendala Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.................... 246

ATURAN TENTANG ANTI KORUPSI...................................................................... 250

Peraturan Tentang Anti Korupsi........................................................................ 250Jenis-jenis Korupsi dan Sanksinya.................................................................... 259Membentuk Pribadi Anti Korupsi..................................................................... 271

MEMBANGUN ETOS PRIBADI............................................................................... 275

Definisi Etos..................................................................................................... 275Lingkup Pembahasan Etos Pribadi.................................................................... 276

ATURAN KEPEGAWAIAN DAN KODE ETIK PROFESIPNS DI KEMENTERIANKEUANGAN............................................................................................................. 303

Profesi dan Ciri-Cirinya.................................................................................... 303Sumber-sumber Panduan Etika......................................................................... 306Aturan Kepegawaian bagi PNS......................................................................... 307Kode Etik Eselon I pada Kementerian Keuangan.............................................. 307

Glosarium................................................................................................................ 309Daftar Pustaka......................................................................................................... 316

LAMPIRAN.............................................................................................................. 318

7 | P a g e

Page 8:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

PENGANTAR ETIKA PROFESI PNS

Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat:

1. Menjelaskan kedudukan mata kuliah Etika Profesi PNS 2. Menjelaskan urgensi Etika Profesi PNS dalam reformasi birokrasi 3. Menjelaskan rencana perkuliahan Etika Profesi PNS

Kedudukan Mata Kuliah Etika Profesi PNS Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat

luas. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi

memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari

pelayanan dalam bentuk pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam

rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan,

utilitas, dan lainnya. Berbagai gerakan reformasi publik yang dialami oleh negara-

negara maju pada awal tahun 1990-an banyak diilhami oleh tekanan masyarakat

akan perlunya peningkatan kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh

pemerintah.

Peningkatan kualitas pelayanan publik mutlak diperlukan mengingat kondisi

sosial masyarakat yang semakin baik sehingga mampu merespon setiap

penyimpangan dalam pelayanan publik melalui gerakan maupun tuntutan dalam

media cetak dan elektronik. Apalagi dengan adanya persaingan terutama untuk

pelayanan publik yang disediakan swasta membuat sedikit saja pelanggan

merasakan ketidakpuasan maka akan segera beralih pada penyedia pelayanan

publik yang lain. Hal ini membuat penyedia pelayanan publik swasta harus berlomba-

lomba memberikan pelayanan publik yang terbaik. Ini yang seharusnya ditiru oleh

penyedia pelayanan publik pemerintah sehingga masyarakat merasa puas

menikmati pelayanan publik tersebut.

8 | P a g e

1

Page 9:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah semua

penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti

misalnya rumah sakit swasta, PTS, maupun perusahaan pengangkutan.

2. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi publik yang bersifat

primer adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh

pemerintah dan pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara sehingga

klien/pengguna mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di

kantor imigrasi, pelayanan penjara, dan pelayanan perizinan.

3. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh organisasi publik yang bersifat

sekunder adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik yang

diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak

harus mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan.

Pelayanan publik yang profesional artinya pelayanan publik yang dicirikan

oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur

pemerintah) dengan ciri sebagai berikut:

1. Efektif

Lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran.

2. Sederhana

Prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, dan

tidak berbelit-belit.

3. Transparan

Adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur, persyaratan, dan pejabat

yang bertanggung jawab terhadap pelayanan publik tersebut.

4. Efisiensi

Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan langsung

dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan

antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan.

5. Keterbukaan

Berarti prosedur/tatacara persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggung jawab

pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang

9 | P a g e

Page 10:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

berkaitan dengan proses pelayanan wajib di informasikan secara terbuka agar

mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak.

6. Ketepatan waktu

Kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat

diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

Cara-cara yang diperlukan untuk memberikan pelayanan publik yang

profesional adalah sebagai berikut:

1. Menentukan pelayanan publik yang disediakan, apa saja macamnya,

2. Memperlakukan pengguna pelayanan sebagai customers,

3. Berusaha memuaskan pengguna pelayanan sesuai dengan yang diinginkan

mereka,

4. Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas,

5. Menyediakan alternatif bila pengguna pelayanan tidak memiliki pilihan lain.

Tuntutan masyarakat saat ini terhadap pelayanan publik yang berkualitas

akan semakin menguat. Oleh karena itu, kredibilitas pemerintah sangat ditentukan

oleh kemampuannya mengatasi berbagai permasalahan yang telah disebutkan di

atas sehingga mampu menyediakan pelayanan publik yang memuaskan masyarakat

sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Dari sisi mikro, hal-hal yang dapat

diajukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Penetapan standar pelayanan

Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting dalam pelayanan publik.

Standar pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara pelayanan untuk

menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukan atas dasar

perpaduan harapan-harapan masyarakat dan kemampuan penyelenggara

pelayanan. Penetapan standar pelayanan yang dilakukan melalui proses identifikasi

jenis pelayanan, identifikasi pelanggan, identifikasi harapan pelanggan, perumusan

visi dan misi pelayanan, analisis proses dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu

dan biaya pelayanan. Proses ini tidak hanya akan memberikan informasi mengenai

standar pelayanan yang harus ditetapkan, tetapi juga informasi mengenai

kelembagaan yang mampu mendukung terselenggaranya proses manajemen yang

menghasilkan pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Informasi lain

yang juga dihasilkan adalah informasi mengenai kuantitas dan kompetensi-

10 | P a g e

Page 11:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan serta distribusinya beban tugas

pelayanan yang akan ditanganinya.

2. Pengembangan Standard Operating Procedures (SOP)

Untuk memastikan bahwa proses pelayanan dapat berjalan secara konsisten

diperlukan adanya Standard Operating Procedures. Dengan adanya SOP, maka

proses pengolahan yang dilakukan secara internal dalam unit pelayanan dapat

berjalan sesuai dengan acuan yang jelas, sehingga dapat berjalan secara konsisten.

Disamping itu SOP juga bermanfaat dalam hal:

a. Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan uninterupted. Jika terjadi hal-hal

tertentu, misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu proses tertentu

berhalangan hadir, maka petugas lain dapat menggantikannya.Oleh karena itu

proses pelayanan dapat berjalan terus;

b. Untuk memastikan bahwa pelayanan perijinan dapat berjalan sesuai dengan

peraturan yang berlaku;

c. Memberikan informasi yang akurat ketika dilakukan penelusuran terhadap

kesalahan prosedur jika terjadi penyimpangan dalam pelayanan;

d. Memberikan informasi yang akurat ketika akan dilakukan perubahan-perubahan

tertentu dalam prosedur pelayanan;

e. Memberikan informasi yang akurat dalam rangka pengendalian pelayanan;

f. Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yang akan

diserahkan kepada petugas tertentu yang akan menangani satu proses pelayanan

tertentu. Atau dengan kata lain, bahwa semua petugas yang terlibat dalam proses

pelayanan memiliki uraian tugas dan tangungjawab yang jelas.

3. Pengembangan Survei Kepuasan Pelanggan

Untuk menjaga kepuasan masyarakat, maka perlu dikembangkan suatu

mekanisme penilaian kepuasan masyarakat atas pelayanan yang telah diberikan

oleh penyelenggara pelayanan publik. Dalam konsep manajemen pelayanan,

kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila produk pelayanan yang diberikan oleh

penyedia pelayanan memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Oleh karena

itu, survei kepuasan pelanggan memiliki arti penting dalam upaya peningkatan

pelayanan publik;

11 | P a g e

Page 12:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

4. Pengembangan Sistem Pengelolaan Pengaduan

Pengaduan masyarakat merupakan satu sumber informasi bagi upaya-upaya

pihak penyelenggara pelayanan untuk secara konsisten menjaga pelayanan yang

dihasilkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu

didisain suatu sistem pengelolaan pengaduan yang secara efektif dan efisien mampu

mengolah berbagai pengaduan masyarakat menjadi bahan masukan bagi perbaikan

kualitas pelayanan;

Sedangkan dari sisi makro, peningkatan kualitas pelayanan publik dapat

dilakukan melalui pengembangan model-model pelayanan publik. Dalam hal-hal

tertentu, memang terdapat pelayanan publik yang pengelolaannya dapat dilakukan

secara private untuk menghasilkan kualitas yang baik. Beberapa model yang sudah

banyak diperkenalkan antara lain: contracting out, dalam hal ini pelayanan publik

dilaksanakan oleh swasta melalui suatu proses lelang, pemerintah memegang peran

sebagai pengatur; franchising, dalam hal ini pemerintah menunjuk pihak swasta

untuk dapat menyediakan pelayanan publik tertentu yang diikuti dengan price regularity untuk mengatur harga maksimum. Dalam banyak hal pemerintah juga

dapat melakukan privatisasi.

Disamping itu, peningkatan kualitas pelayanan publik juga perlu didukung

adanya restrukturisasi birokrasi, yang akan memangkas berbagai kompleksitas

pelayanan publik menjadi lebih sederhana. Birokrasi yang kompleks menjadi ladang

bagi tumbuhnya KKN dalam penyelenggaraan pelayanan.

Dalam Undang-undang 43 Tahun 1999 antara lain dinyatakan bahwa sebagai

unsur aparatur negara Pegawai Negeri Sipil harus memberikan pelayanan kepada

masyarakat secara profesional. Ciri- ciri profesional adalah memiliki wawasan yang

luas dan dapat memandang masa depan, memiliki Kompetensi di bidangnya,

memiliki jiwa berkompetisi/bersaing secara jujur dan sportif, serta menjunjung tinggi

etika profesi.

Dua kata kunci yaitu Kompetensi dan etika Profesi adalah Basic prerequisite dari profesionalisme yang harus ditetapkan landasan dasarnya dalam rangka

pembangunan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil. Kompetensi adalah sebagai

tolok ukur seseorang untuk menduduki jabatan tertentu, sedangkan etika profesi

unsur aparatur negara. Oleh karena itu untuk dapat membentuk Pegawai Negeri Sipil

12 | P a g e

Page 13:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

yang profesional perlu ditetapkan standar kompetensi jabatan dan kode etik Pegawai

Negeri Sipil.

Yang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik

yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan,

dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga

Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,

efektif, dan efisien. Sedangkan pengertian kompetensi adalah persyaratan

kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang Pegawai Negeri Sipil dalam

pelaksanaan tugas organisasi.

Adapun pengertian kode etik Pegawai Negeri Sipil adalah kewajiban,

tanggung jawab, tingkah laku, dan perbuatan sesuai dengan nilai-nilai hakiki

profesinya yang dikaitkan dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di

masyarakat serta pandangan hidup Bangsa dan Negara Indonesia.

Sebagai panduan bagi instansi untuk menyusun standar kompetensi melalui

Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun 2003 telah

ditetapkan Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Struktur Pegawai

Negeri Sipil yang pada akhir tahun 2004 seluruh instansi baik Pusat maupun Daerah

telah dapat menyelesaikan standar kompetensi jabatan di setiap wilayahnya.

Disamping itu pada saat ini telah dirancang Peraturan Pemerintah mengenai

kode etik Pegawai Negeri Sipil yang pada hakikatnya mengatur tentang nilai-nilai

perilaku kedinasan Pegawai Negeri Sipil, baik sebagai profesional maupun sebagai

aparatur negara.

Materi Nilai-nilai Perilaku Kedinasan antara lain:

a. Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya wajib berusaha

meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan profesionalisme di bidang tugasnya.

b. Pegawai Negeri Sipil karena kedudukan atau jabatannya wajib menyimpan

informasi resmi negara yang sifatnya rahasia.

c. Pegawai Negeri Sipil wajib mentaati dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya

segala Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kedinasan yang berlaku.

d. Pegawai Negeri Sipil wajib memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat.

13 | P a g e

Page 14:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

e. Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya senantiasa

mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

Dalam rangka penegakan kode etik dibentuk komisi kehormatan Pegawai

Negeri Sipil yang mempunyai fungsi untuk menjabarkan lebih lanjut kode etik

Pegawai Negeri Sipil, didalam implementasi penugasannya melakukan pemantauan

dan pengendalian perilaku Pegawai Negeri Sipil yang melanggar kode etik serta

merekomendasikan pada pejabat pembina kepegawaian dalam rangka pembinaan

Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan selanjutnya.

Untuk itu pada saat ini sedang disusun Rencana Peraturan Pemerintah

tentang Penilaian Pegawai Berbasis Kinerja dengan tujuan untuk :

a. Memperoleh gambaran langsung tentang kinerja seorang Pegawai Negeri Sipil

dalam melaksanakan tugas pokoknya;

b. Mengidentifikasi faktor-faktor penghambat kinerja, baik yang berasal dari individu

Pegawai Negeri Sipil maupun unit kerja lain atau instansinya, yang dapat digunakan

sebagai input bagi perbaikan atau peningkatan kinerja Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan sekaligus bagi penyerpurnaan aspek manajemen dan organisasi dari

unit kerja atau instansi dimana Pegawai Negeri Sipil itu bekerja.

c. Memberikan gambaran tentang kinerja unit kerja dan instansi dimana Pegawai

Negeri Sipil tersebut bekerja, dan mencari jalan keluar untuk memperbaiki atau

meningkatkan kinerja unit kerja dan instansinya.

Penilaian Pegawai Negeri Sipil berbasis kinerja dilaksanakan melalui

Pendekatan hasil dan Pendekatan Kualitan. Kedua pendekatan ini dikombinasikan

dalam salah satu pendekatan yang disebut dengan Pendekatan Pencapaian

Tujuan/Target, artinya penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil, yang didasarkan pada

target dan telah disepakati atau ditentukan terlebih dahulu.

Adapun standar penilaian kinerja yang digunakan meliputi aspek-aspek

sebagai berikut :

a. Aspek Kuantitas, menggambarkan kesepakatan tentang jumlah barang yang

dihasilkan, atau jumlah pelayanan atau jasa yang diberikan dalam pelaksanaan

suatu tugas pokok seorang Pegawai Negeri Sipil pada periode tertentu.

14 | P a g e

Page 15:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

b. Aspek Kualitas, menggambarkan kesempatan tentang mutu barang yang

dihasilkan, atau mutu pelayanan/jasa yang diberikan, dalam pelaksanaan suatu

tugas pokok seorang Pegawai Negeri Sipil pada periode tertentu.

c. Aspek waktu, menggambarkan kesempatan tentang lamanya seoarang Pegawai

Negeri Sipil menghasilkan jumlah barang dan pelayanan dengan kualitas yang telah

disepakati, dalam pelaksanaan tugas pokoknya.

d. Aspek biaya, menggambarkan kesepakatan tentang besarnya anggaran yang

digunakan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk menghasilkan jumlah barang dan

memberikan pelayanan dengan kualitas yang telah ditentukan, dengan pelaksanaan

tugas pokoknya.

Urgensi etika profesi terhadap reformasi birokrasi Reformasi Birokrasi

Apa yang terlintas dalam benak kita apabila mendengar kata birokrasi.

Pastilah yang terlintas adalah prosedur-prosedur yang berbelit, suap terhadap

oknum aparat pemerintah, pelayanan publik yang rumit dan membingungkan,

pejabat pemerintah dengan kekayaan yang tidak masuk akal dan

pemikiranpemikiran negatif lainnya terhadap instansi dan pejabat pemerintah. Hal itu

memang tidak sepenuhnya salah dan memang terjadi di pemerintahan. Pemerintah

pun tidak tinggall diam, untuk mewujudkan pemerintahan yang baik pemerintah

melakukan reformasi birokrasi terhadap instansi-instansi pemerintahan. Kementerian

Keuangan Replubik Indonesia yang pertama kali menjalankan reformasi birokrasi di

Indonesia.

Pengertian Birokrasi Menurut Max Webber

Birokrasi, merupakan pemikiran dari Max Weber (1864-1920) seorang ahli

sosiolog Jerman yang menekankan pada kebutuhan akan hierarki yang ditetapkan

dengan ketat untuk mengatur peraturan dan wewenang dengan jelas. Menurutnya

organisasi ideal pastilah sebuah birokrasi yang aktivitas dan tujuannya dipikirkan

secara rasional dan pembagian tugas dari para karyawannya dinyatakan dengan

jelas.

Weber yakin bahwa kompetensi teknik harus ditekankan dan evaluasi

prestasi kerja didasarkan pada keunggulan, organisasi apapun yang mempunyai

orientasi pada sasaran yang terdiri dari beberapa ribu individu pasti memerlukan

pengendalian seluruh aktivitasnya. Secara pribadi, pegawai ,dan pejabat bebas,

tetapi dibatasi oleh jabatannya yang disusun berdasarkan hierarki, keatas, kebawah,

15 | P a g e

Page 16:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

maupun kesamping. Pejabat dipilih berdasarkan kualifikasi professional, memiliki

jenjang karier yang pasti mendahulukan kepentingan organisasi diatas kepentingan

pribadi dan memperoleh imbalan yang setara.

Pengertian Reformasi Birokrasi Reformasi Birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan

pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek berikut :

a. Kelembagaan (organisasi)

b. Ketatalaksanaan (business process)

c. sumber daya manusia aparatur

Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem

penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak berjalan

dengan baik, harus ditata ulang atau diperbarui. Reformasi Birokrasi dilaksanakan

dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Dengan kata lain, Reformasi Birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun

aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban

tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Selain itu, dengan pesatnya

kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan

lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan

disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, harus segera

diambil langkah langkah yang bersifat mendasar, komprehensif dan sistemik,

sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan

efisien.

Reformasi di sini merupakan proses pembaruan yang dilakukan secara

bertahap dan berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang

bersifat radikal dan revolusioner.

Disadari sepenuhnya, kondisi birokrasi pemerintahan saat ini masih belum

seperti yang dicita-citakan, yang antara lain diindikasikan dengan :

a. praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) masih berlangsung hingga saat ini;

b. tingkat kualitas pelayanan publik yang belum mampu memenuhi harapan publik;

c. tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas dari birokrasi pemerintahan belum

Optimal;

d. tingkat transparansi dan akuntabilitas birokrasi pemerintahan yang masih rendah;

16 | P a g e

Page 17:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR
Page 18:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

yang dipilih rakyat melalui pemilihan umum. Oleh sebab itu, mereka tidak termasuk

sebagai birokrat. Birokrat adalah mereka yang menduduki jabatan eselon I kebawah di

kementerian atau lembaga-lembaga non-kementerian.

Sesuai dengan Undang-Undang tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (UU

Nomor 17 Tahun 1974 yang diubah dengan UU Nomor 43 Tahun 1999), pegawai

negeri yang membentuk pelayanan publik (public service) di Indonesia meliputi

pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI, dan POLRI, dan pegawai BUMN/D.

Pengertian Etika Pelayanan Publik

Uraian mengenai birokrasi dan pelayanan publik di muka secara jelas

menunjukan kepada kita bahwa administrasi pemerintahan atau birokrasi

pemerintahan (disingkat birokrasi) mempunyai fungsi pokok berupa

penyelenggaraan pelayanan publik (public service). Pelayanan publik ini

dilaksanakan oleh aparatur pemerintahan yang di Indonesia disebut dengan pegawai

negeri. Jadi, pelayanan publik adalah identik dengan birokrasi atau administrasi

pemerintahan dan pegawai negeri. Oleh sebab itu, istilah etika pelayanan publik

mempunyai pengertian yang sama dan dapat dipertukarkan dengan istilah etika

birokrasi atau etika pegawai negeri (khususnya PNS), walaupun tentu saja

masingmasing istilah ini dapat memberikan nuansa yang agak berbeda.

Etika pelayanan publik merupakan bidang etika terapan atau etika praktis.

Dengan demikian, seperti halnya etika bisnis, etikan pelayanan publik tidak berkaitan

dengan perumusan standar-standar etika baru, tetapi berkaitan dengan penggunaan

atau penerapan standar-standar etika yang telah ada. Tegasnya, etika pelayanan

publik berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip atau standar-standar moral dalam

menjalankan tanggung jawab peran aparatur birokrasi pemerintahan dalam

menyelenggarakan pelayanan bagi kepentingan publik. Focus utama dalam etika

pelayanan publik adalah apakah aparatur pelayanan publik, pegawai negeri, atau

birokrasu telah mengambil keputusan dan berperilaku yang dapat dibenarkan dari

sudut pandang etika. Karena etika bersangkut paut dengan bagaimana agar

manusia mencapai kehidupan yang baik, maka penerapan etika dalam konteks

pelayanan publik dimaksudkan agar pelayanan kepada masyarakat oleh aparatur

birokrasi benar-benar memenuhi harapan masyarakat tersebut.

Sesuai dengan pengertian tersebut, kita dapat mengatakan bahwa beretika

dalam konteks pelayanan publik berarti mempertimbangkan cara yang tepat untuk

18 | P a g e

Page 19:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

bertindak bagi pegawai negeri sebagai “pelayan publik” (sehingga biasa disebut

dengan “abdi negara” dan “abdi masyarakat”) dalam berbagai situasi pelayanan

publik. Dengan demikian, etika pelayanan publik harus mencakup prinsip-prinsip,

nilai-nilai, standar-standar, atau norma-norma moral (etika) yang harus dijadikan

panduan oleh, dan criteria penilaian terhadap aparatur birokrasi atau pegawai negeri

dalam menjalankan aktivitasnya di dalam organisasi (internal activities) dan dalam

berhubungan dengan pihak-pihak luar, khususnya masyarakat (publik) pengguna

layanan birokrasi (external activities).

Secara khusus, perhatian pada isu-isu etika dalam pelayanan publik

bermuara pada tujuan untuk mewujudkan integeritas dalam pelayanan publik (public service integrity). Integeritas mengacu kepada hubungan yang kuat antara nilai-nilai

ideal dan perilaku nyata, dan merupakan syarat pokok bagi pemerintah untuk

menyediakan kerangka yang terpercaya dan efektif bagi kehidupan ekonomi dan

sosial seluruh warga negara. Pranata dan mekanisme untuk memajukan integritas

dipandang sebagai komponen pokok good governance. Dalam konteks pelayanan

publik, integritas berarti bahwa:

a. Perilaku aparatur pemerintahan (pegawai negeri) sebagai pelayan publik adalah

sejalan dengan misi pelayanan publik dari instansi tempat mereka mengabdikan diri.

b. Pelaksanaan pelayanan publik sehari-hari dapat diandalkan

c. Warga negara memperoleh perlakuan “tanpa pandang bulu” sesuai dengan

ketentuan hukum dan keadilan.

d. Prosedur pengambilan keputusan adalah transparansi bagi publik, dan tersedia

sarana bagi publik untuk melakukan penyelidikan dan pemberian tanggapan.

Relevansi Etika dalam Pelayanan Publik

Di sektor manapun, termasuk sektor publik (pemerintahan), ada dua aspek

penting yang umumnya diyakini sebagai penentu kinerja prima, yaitu profesionalisme

dan etika. Seperti halnya di sektor bisnis, sektor publik juga dituntut untuk mencapai

kinerja prima, dengan ukuran-ukuran seperti efisiensi, produktivitas, dan efektivitas,

dan pada saat yang sama dituntut untuk senantiasa menjunjung tinggi standar etika,

seperti integritas, objektivitas atau imparsialitas, keadilan, dan sebagainya. Dengan

perkataan lain, sektor publik, seperti sektor bisnis, dituntut memiliki dua keunggulan,

yaitu keunggulan teknis (profesionalisme) dan keunggulan moral (etika). Ada

beberapa alasan, baik normatif maupun objektif, yang dapat digunakan untuk

19 | P a g e

Page 20:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

menjelaskan relevansi dan makin pentingnya etika dalam birokrasi atau pelayanan

publik.

a. Etika dan Kehidupan yang Baik

Dalam bentuknya yang paling abstrak, etika adalah salah satu cabang

filsafat. Etika berkaitan dengan perilaku moral, yaitu produk dari standar moral dan

pertimbangan/keputusan moral. Tegasnya, etika berkaitan dengan “bagaimana

seharusnya kita hidup.” Mengambil keputusan tentang “bagaimana seharusnya kita

hidup” adalah fondasi etika. Dengan cara sederhana, kita dapat mengatakan bahwa

etika berkenaan dengan bagaimana orang-orang melaksanakan urusan mereka,

setiap jam atau setiap hari. Perilaku etis berarti jujur dengan diri sendiri dan dengan

orang lain. Etika berkaitan dengan karya, kinerja, atau prestasi, yang di-karya atau

kinerja itulah nama kita melekat.

Konsep etika tidak lain adalah sejumlah asumsi dasar yang melandasi hampir

semua hubungan dan transaksi di dalam masyarakat. Asumsi-asumsi ini meliputi

asumsi-asumsi tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain; apa hak kita dan

apa hak orang lain; kapan hak individual kita berakhir dan kapan hak individual orang

lain bermula; bagaimana harta milik individu dan masyarakat seharusnya

diperlakukan, dan apa yang merupakan perlakuan yang wajar dan adil bagi semua

orang. Dengan demikian, etika dapat diartikan secara luas sebagai “keseluruhan

norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui

bagaimana seharusnya menjalankan kehidupannya”. Pernyataan berikut ini

mencerminkan pengertian etika ini “Bagaimana saya harus membawa diri dan

bersikap?”. “Perbuatan-perbuatan mana yang harus saya kembangkan agar hidup

saya sebagai manusia berhasil?”

Pelayanan publik merupakan bidang kehidupan penting yang ditujukan untuk

kebaikan masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam kenyataanya, pelayanan publik

mempengaruhi seluruh segi kehidupan warga negara. Oleh sebab itu, sudah

selayaknya jika isu-isu atau dimensi etika dimasukkan dalam pertimbangan dan

keputusan yang berkaitan dengan pelayanan publik.

Kekuasaan birokrasi

Dalam menjalankan fungsinya, birokrasi berkewenangan untuk membuat

kebijakan dan melaksanakan kebijakan tersebut. Fungsi ini memberikan kekuasaan

birokrasi untuk menafsirkan atau menjabarkan suatu kebijakan ke dalam kegiatan,

20 | P a g e

Page 21:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

program atau proyek, yang pada gilirannya mempengaruhi kepentingan dan

pelayanan publik. Dalam konteks ini, timbul pertanyaan apakah birokrasi

menjalankan kekuasaan atau kewenangannya tersebut dengan benar, apakah

birokrasi tidak menyelewengkan kewenangannya tersebut demi kepentingan selain

kepentingan masyarakat. Etika diperlukan sebagai panduan dalam pengambilan

keputusan dan sekaligus sebagai kriteria untuk menilai baik atau buruknya suatu

keputusan tersebut.

Kewibawaan Pemerintah

Dimana pun, pemerintahan yang bersih dan berwibawa merupakan dambaan

penyelenggara pemerintahan sendiri dan masyarakat secara umum. Kebersihan dan

kewibawaan ini pada dasarnya hanya dapat diperoleh jika birokrasi dan

pelaksananya bebas dari perilaku negatif atau tercela. Secara kategoris, dimana pun

tidak ada pemerintah yang secara resmi menyutujui tindakan dan keputusan yang

buruk/tercela para anggotanya. Sementara itu, makin disadari bahwa sumber

kewibawaan birokrasi dan aparaturnya bukanlah kekuasaan yang mereka miliki,

melainkan kualitas pengabdian mereka kepada kepentingan masyarakat, bangsa

dan negara. Dengan perkataan lain, kecintaan rakyat, bukan oleh ketakutan rakyat.

Kewibawaan pemerintah tersebut semakin besar jika dalam menjalankan fungsinya,

aparatur pemerintahan berpegang teguh pada profesionalisme dan standar moral

yang tinggi, seperti cermat, cepat, ramah, berkeadilan, objektif, transparan, dan

manusiawi.

Hak dan Kepatuhan Warga Negara

Setiap warga negara berhak untuk memperoleh pelayanan dari pemerintah.

Walaupun pelayanan umum dapat disediakan oleh komponen masyarakat selain

pemerintah, pemerintahlah yang bertanggung jawab terhadap terselenggaranya

pelayanan umum tersebut. Dalam hubungan ini, setiap warga negara memiliki hak

untuk memperoleh pelayanan dari negara. Hak ini makin nyata karena negara

berkewenangan dalam pengaturan dan pengaturan ini menyebabkan setiap warga

negara berkewajiban untuk mematuhinya. Sebagai warga negara, setiap individu

tidak bisa menghindar untuk meminta pelayanan ketika memiliki kepentingan

tertentu. Senagai contoh, pemerintah mengatur bahwa setiap warga negara yang

akan mendirikan bangunan wajib memiliki Ijin Mendirikan Bangungan (IMB). Jadi

ketika, kita akan membangun sebuah rumah, kita berkewajiban untuk memperoleh

21 | P a g e

Page 22:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

IMB dari pemerintah. Contoh lain, setiap warga negara yang telah mencapai umur

tertentu wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), sehingga ketika mencapai

umur yang ditentukan, seorang warga negara harus berurusan dengan birokrasi

untuk memperoleh layanan KTP. Ini berarti pemerintah hatus menyediakan

pelayanan IMB, KTP, SIM, keamanan dan sejenisnya, dan kita berhak mendapatkan

pelayanan itu ketika kita membutuhkannya. Sudah barang tentu, setiap warga

masyarakat mengharapkan akan memperoleh pelayanan dari birokrasi dengan

sebaik-baiknya, sesuai dengan pengorbanan yang mereka lakukan. Etika diperlukan

untuk memandu dan menjadi kriteria apakah birokrasi telah menjalankan fungsi

pelayanannya sesuai dengan standar teknis dan etis sebagaimana diharapkan oleh

warga negara.

Celah Harapan Masyarakat

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kinerja pelayanan publik oleh birokrasi

kita masih buruk, bahkan sering dikatakan sebagai sangat buruk dan ditinjau dari

kriteria pelayanan yang bermutu, tidak satu pun dari kriteria tersebut dapat dipenuhi

oleh birokrasi kita. Anekdot-anekdot seperti “Kasih amplop (uang) urusan beres”,

“Kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah” atau “Kalau bisa lama kenapa dipercepat”

dan sejenisnya sering dilontarkan untuk menyebut kualitas atau kinerja pelayanan

publik oleh birokrasi. Isu korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) adalah sangat khas

yang lazim dikaitkan dengan birokrasi kita. Buruknya kinerja pelayanan publik ini

telah menyebabkan sangat rendahnya kepercayaan masyarakat kepada birokrasi,

bahkan terhadap pemerintah secara umum. Ini tampak dari tanggapan yang

cenderung negatif terhadap sejumlah inisiatif pemerintah (perhatikan, misalnya,

proyek busway dan perpanjangan waktu three in one oleh Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta).

Sementara itu, selain mengetahui betapa buruknya kinerja birokrasi,

masyarakat semakin menyadari dan semakin berani menuntut hak-haknya untuk

memperoleh pelayanan yang sesuai. Pada saat ini, masyarakat semakin berani

untuk menggunakan hak-hak hukumnya menuntut pertanggung jawaban birokrasi

ketika merasa dirugikan atau dilanggar hak-haknya dalam memperoleh pelayanan

yang layak dari birokrasi. Semakin hari, semakin kencang tuntutan agar birokrasi

efisien dan menghasilkan pelayanan prima (excellent services). Perkembangan

kinerja pelayanan yang diperlukan untuk menghindari atau meiadakan risiko tuntutan

22 | P a g e

Page 23:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

ini hanya dapat dicapai melalui peningkatan profesionalisme, yaitu peningkatan

sarana-prasarana pelayanan dan kompetensi teknis dalam pelayanan yang dilandasi

oleh kesadaran dan komitmen terhadap norma-norma moral.

Seperti di negara-negara lain, masyarakat kita juga menuntut birokrasi untuk

berperilaku etis (dengan standar tinggi) dalam memberikan pelayanan. Pelayanan

publik sering dinyatakan sebagai kepercayaan publik (public service is a public trust).

Warga negara mengharapkan para abdi negara melayani kepentingan mereka

secara berkeadilan dan mengelola sumber daya publik sebaik-baiknya. Pelayanan

publik yang adil (fair) dan dapat diandalkan melahirkan kepercayaan publik dan

menciptakan suatu lingkungan yang menguntungkan bagi bisnis dan bidang-bidang

kehidupan lain umumnya, sehingga memberikan sumbangan kepada berfungsinya

pasar dengan baik dan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan.

Reformasi Penyelenggaraan Pemerintahan

Pegawai negeri (khususnya Pegawai Negeri Sipil) melaksanakan tugas

mereka dalam lingkungan yang berubah cepat, dengan sumber daya yang makin

terbatas, tuntutan yang meningkat dari warga negara dan pengawasan yang makin

besar dari masyarakat. Ditambah dengan kenyataan mengenai buruknya kinerja

pelayanan publik, tekanan-tekanan dari arus globalisasi, kemajuan teknologi,

demokratisasi, dan penerapan prinsip-prinsip good governance, PNS dituntut untuk

menjalankan urusan-urusan pemerintah dengan cara-cara baru yang efektif dan

lebih kompleks. Dengan perkataan lain, agar dapat memenuhi tuntutan yang makin

berkembang ini, pemerintah harus melakukan reformasi di berbagai bidang

administrasinya. Di Indonesia sendiri ada sejumlah inisiatif yang telah dikembangkan

dan dilaksanakan, diantaranya, desentralisasi dan otonomi penyelenggaraan

pemerintah daerah, penilaian kinerja instansi sesuai dengan kriteria standar

pelayanan minimum, dan manajemen berbasis kinerja. Akan tetapi, reformasi ini

menimbulkan dampak ikutan terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang selama ini

hidup dan dianut di lingkungan birokrasi (pelayanan publik). Nilai-nilai baru yang

diadopsi, seperti penakanan pada kinerja, produktivitas, efisiensi, dan efektivitas,

secara signifikan berbenturan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang secara

tradisional berlaku. Dalam situasi seperti ini, peluang terjadinya perilaku menyimpang

sangat besar. Sebagaimana telah banyak diungkapkan oleh sejumlah pihak, otonomi

daerah di negara ditengarai telah “berhasil” memperluas wilayah dan memperbesar

23 | P a g e

Page 24:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

jumlah pelaku korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di dalam birokrasi. Panduan

etika, sesuai dengan tuntutan lingkungan yang baru, sangat diperlukan untuk

memperjelas harapan dan tuntutan terhadap aparat birokrasi, termasuk larangan-

larangan yang harus dipatuhi. Dengan perkataan lain, diperlukan penyesuaian-

penyesuaian infrastruktur etika untuk membangun iklim etis yang dapat menjamin

keunggulan dalam pelayanan publik dan menjamin terwujudnya misi pelayanan

publik.

Secara ringkas, relevansi dan makin pentingnya etika dalam pelayanan publik

adalah karena fakta bahwa warga negara telah mempercayakan sumber daya publik

kepada birokrasi. Pejabat pemerintahan, aparatur birokrasi atau pegawai negeri telah

dianggap sebagai pengelola sumber daya dan penjaga kepercayaan khusus yang

diamanatkan oleh warga negara. Selain itu, aparatur birokrasi menetapkan juga

kebijakan dan mengimplementasikannya, kebijakan dan implementasinya ini

mempengaruhi semua bidang kehidupan warga negara. Oleh sebab itu, rakyat,

warga negara mengharapkan aparatur birokrasi benar-benar menjadi “abdi negara”

dan “abdi masyarakat”, menempatakan kepentingan publik di atas kepentingan

pribadi, mengelola sumber daya publik yang tela dipercayakan secara professional

dan menjunjung tinggi standar etika.

Sumber-sumber Nilai-nilai Etika Pelayanan Publik

Dalam konteks pelaksanaan tugas sebagai aparatur pemerintah yang

melaksanakan pelayanan publik, nilai-nilai tertinggi yang seharusnya diacu oleh

aparatur pelayanan publik (birokrasi) di Indonesia adalah nilai-niali yang bersumber

dari konstitusi (UUD 1945), falsafah negara (Pancasila), dan aturan-aturan khusus

yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai acuan perilaku seluruh aparatur

pemerintahan yang diantaranya adalah yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1974 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun

1999 (tentang Pokok-pokok Kepegawaian), dan Peraturan Pemerintah Nomor 30

Tahun 1980 (tentang Peraturan Disiplin PNS). Untuk unit-unit organisasi tertentu,

kode etik atau aturan perilaku yang lebih khusus ditetapkan sesuai dengan sifat dan

lingkup atau kekhususan tugas unit yang bersangkutan. Sudah barang tentu, karena

tergabung dalam wadah KORPRI, maka PNS terikat juga dengan Panca Prasetya

KORPRI, sehingga Panca Prasetya KORPRI dapat dipandang sebagai panduan

nilai-nilai bagi PNS dalam berperilaku.

24 | P a g e

Page 25:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Perlu diingat, bahwa seorang PNS mungkin juga merupakan anggota suatu

profesi. Misalnya, seorang akuntan yang menjadi PNS adalah juga sebagai anggota

Ikatan Akuntan Indonesia. Akuntan PNS ini seharusnya tunduk pula pada kode etik

dan aturan perilaku yang berlaku di lingkungan profesi akuntansi. Jadi, pada saat

yang bersamaan seorang PNS, di samping berperan sebagai pribadi, anggota

masyarakat umum, juga berperan sebagai aparatur birokrasi, dan sebagai anggota

profesi akuntansi. Dengan demikian, PNS tersebut pada dasarna memiliki tiga

sumber acuan etika, yaitu nilai-nilai dan standar etika yang berlaku di masyarakat

umum, di lingkungan birokraasi, dan di lingkungan profesi akuntansi.

Rencana perkuliahan etika profesi PNS Mata kuliah ini menjelaskan tentang pengertian etika, memahami teori-teori

etika, pengertian etika profesi, pengertian dan hakekat profesi, pengertian pelayanan

publik, etika dan disiplin PNS, hukuman disiplin PNS serta kode etik Kementerian

Keuangan.

Tujuan umum mata kuliah Etika Profesi Pns ini adalah memberikan

pemahaman mengenai nilai-nilai yang tepat atas penerapan standar etika dalam

profesi sebagai PNS. Dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat:

1. Meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap etika profesi PNS dan konsep-

konsep yang menyertainya.

Meningkatkan kemampuan dalam memecahkan dilema etis di tempat kerja dan di

luar tempat kerja.

Meningkatkan kesadaran untuk mempraktekkan kode etik yang berlaku di tempat

kerja.

Mata kuliah Etika Profesi PNS terdiri dari enam belas bab, yaitu:

1. Kuliah Umum I (Pengantar Etika Profesi PNS). Bab ini akan memperlajari:

a. Kedudukan mata kuliah Etika Profesi PNS

Urgensi Etika Profesi PNS dalam reformasi birokrasi

Rencana perkuliahan Etika Profesi PNS

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah perkuliahan mahasiswa dapat

memahami pentingnya mata kuliah Etika Profesi PNS dan gambaran umum tentang

pokok-pokok bahasan yang akan disampaikan dalam mata kuliah Etika Profesi PNS.

Teori dan Konsep Etika I. Bab ini akan mempelajari:

25 | P a g e

Page 26:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. Pengertian Etika

Teori-Teori Etika (Teleologi, Deontologi, Etika Keutamaan)

Konsep hak, kewajiban, keadilan dan kepedulian

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah memperlajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami teori dan konsep etika.

Teori dan Konsep Etika II . Bab ini akan mempelajari:

a. Perbedaan etika dan etiket

Pengertian nilai

Pengertian norma

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah memperlajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami perbedaan etika dengan etiket serta pengertian nilai dan

norma.

Etika Profesi. Bab ini akan mempelajari:

a. Pengertian profesi dan etika profesi

Urgensi etika profesi

Prinsip-prinsip etika profesi

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami pengertian, urgensi dan prinsip-prinsip etika profesi.

Etika Bisnis. Bab ini akan mempelajari:

a. Pengertian etika bisnis

Prinsip-prinsip etika bisnis

Isu-isu umum etika bisnis

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami beberapa hal tentang etika bisnis agar dapat menjalankan

tugasnya.

Etika Kepemimpinan. Bab ini akan mempelajari:

a. Pengertian etika kepemimpinan

Urgensi etika kepemimpinan

Karakter-karakter utama dalam etika kepemimpinan

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami beberapa hal tentang etika kepemimpinan agar dapat

menjalankan tugasnya dengan baik sebagai PNS.

Etika Pelayanan Publik. Bab ini akan mempelajari:

26 | P a g e

Page 27:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. Pengertian pelayanan publik

Prinsip-prinsip etika pelayanan publik

Netralitas PNS

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami beberapa hal tentang etika pelayanan publik.

Etika Kerja. Bab ini akan mempelajari:

a. Pengertian etika kerja

Perbedaan etika kerja dan etika profesi

Berbagai etika kerja PNS

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami beberapa hal tentang etika kerja.

Pokok-Pokok Kepegawaian. Bab ini akan mempelajari:

a. Pengertian PNS

Hak dan kewajiban PNS

Pembinaan dan jabatan PNS

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami hak dan kewajiban sebagai PNS serta pembinaan dan

jabatan-jabatan dalam PNS.

Disiplin PNS. Bab ini akan mempelajari:

a. Urgensi disiplin PNS

Larangan-Larangan bagi PNS

Tingkat dan jenis hukuman PNS

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami tentang aturan-aturan disiplin sebagai PNS.

1. Pengertian Korupsi, Prinsip-Prinsip Anti Korupsi dan Faktor Penyebabnya. Bab

ini akan mempelajari:

a. Definisi korupsi dan bahayanya

Prinsip-prinsip anti korupsi

Faktor penyebab korupsi dan solusinya

Tujuan yang ingin dicapai yaitu mahasiswa memahami definisi dan

prinsipprinsip anti korupsi serta memahami penyebab terjadinya korupsi.

Aturan tentang Anti Korupsi. Bab ini akan mempelajari:

27 | P a g e

Page 28:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. Berbagai peraturan tentang anti korupsi

b. Jenis-jenis korupsi dan sangsinya

c. Membentuk karakter anti korupsi

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami aturan-aturan tentang anti korupsi.

Jiwa Korps dan Kode Etik. Bab ini akan mempelajari:

a. Pengertian dan pembinaan jiwa korps

Pengertian dan sumber kode etik

Pengertian dan Aturan Kode Etik PNS

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami urgensi pembentukan jiwa korps PNS dan pembentukan

aturan kode etik PNS.

Kode Etik Kementerian Keuangan. Bab ini akan mempelajari:

a. Pengertian, tugas dan tanggung jawab kementerian Keuangan

Tugas Pokok dan Fungsi Eselon I Kementerian keuangan

Aturan Kode Etik Kementerian Keuangan

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami tentang Kode Etik Kementerian Keuangan.

Kode Etik pada Unit Eselon I Kementerian Keuangan. Bab ini akan mempelajari:

a. Kode Etik Profesi Akuntan

Kode Etik Profesi Anggaran

Kode Etik Profesi Pajak

Kode Etik Profesi Bea Cukai

Kode Etik Profesi PPLN

Kode Etik Profesi Perbendaharaan

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami Kode Etik pada Unit Eselon I Kementerian Keuangan sesuai

dengan spesialisasinya.

Kuliah Umum II (Membangun Etos Pribadi). Bab ini akan mempelajari:

a. Urgensi memiliki etos pribadi

Faktor-faktor pendorong perilaku tidak etis

Cara membentuk etos pribadi

28 | P a g e

Page 29:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Tujuan yang ingin dicapai yaitu setelah mempelajari pokok bahasan ini

mahasiswa memahami cara membangun etos pribadi.

Perlu dikemukakan disini bahwa uraian dalam modul ini mengutamakan

penekanan praktis yang terutama ditujukan untuk memicu kesadaran dan

pemahaman mahasiswa mengenai isu-isu penting yang dapat dijumpai dalam

perjalanan karir seorang professional di bidang akuntansi.

Selanjutnya, pada akhir modul ini diberikan beberapa contoh soal/kasus yang

dapat digunakan untuk diskusi dalam rangka melatih kepekaan dan pemahaman

mahasiswa akan isu-isu etis di lingkungan profesi. Untuk memperkaya wawasan

mahasiswa, peristiwa-peristiwa sehari-hari yang diliput oleh media massa, misalnya

dapat digunakan sebagai tambahan bahan diskusi sesuai dengan pokok

bahasannya. Hal ini membantu mahasiswa dalam menumbuhkan kesadaran dan

kepekaan etis yang diperlukan saat-saat ini, sebagai kelompok intelektual.

29 | P a g e

Page 30:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

RANGKUMAN

Pengantar etika profesi PNS memperkenalkan etika profesi PNS tersebut, dan

sedikit menjelaskan mengenai implikasi dan aplikasi etika profesi PNS pada profesi

birokrat. Bab ini menjelaskan bahwa birokrat perlu menjunjung tinggi etika profesi

dalam menjalankan tupoksi utamanya yaitu pelayanan publik.

Tujuan dituliskannya makalah ini adalah agar kita dapat:

1. Mengetahui tentang peranan dan kebijakan pelayanan publik.

2. Mengetahui etika pelayanan publik.

3. Mengetahui permasalahan pelayanan publik di Indonesia.

4. Mengetahui solusi dari permasalahan pelayanan publik di Indonesia.

5. Mengetahui contoh-contoh pelayanan publik dalam kehidupan sehari-hari.

Di sektor manapun, termasuk sektor publik (pemerintahan), ada dua aspek

penting yang umumnya diyakini sebagai penentu kinerja prima, yaitu profesionalisme

dan etika. Seperti halnya di sektor bisnis, sektor publik juga dituntut untuk mencapai

kinerja prima, dengan ukuran-ukuran seperti efisiensi, produktivitas, dan efektivitas,

dan pada saat yang sama dituntut untuk senantiasa menjunjung tinggi standar etika,

seperti integritas, objektivitas atau imparsialitas, keadilan, dan sebagainya. Dengan

perkataan lain, sektor publik, seperti sektor bisnis, dituntut memiliki dua keunggulan,

yaitu keunggulan teknis (profesionalisme) dan keunggulan moral (etika). Ada

beberapa alasan, baik normatif maupun objektif, yang dapat digunakan untuk

menjelaskan relevansi dan makin pentingnya etika dalam birokrasi atau pelayanan

publik.

Secara ringkas, relevansi dan makin pentingnya etika dalam pelayanan publik

adalah karena fakta bahwa warga negara telah mempercayakan sumber daya publik

kepada birokrasi. Pejabat pemerintahan, aparatur birokrasi atau pegawai negeri telah

dianggap sebagai pengelola sumber daya dan penjaga kepercayaan khusus yang

diamanatkan oleh warga negara. Selain itu, aparatur birokrasi menetapkan juga

kebijakan dan mengimplementasikannya, kebijakan dan implementasinya ini

mempengaruhi semua bidang kehidupan warga negara. Oleh sebab itu, rakyat,

warga negara mengharapkan aparatur birokrasi benar-benar menjadi “abdi negara”

dan “abdi masyarakat”, menempatakan kepentingan publik di atas kepentingan

30 | P a g e

Page 31:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

pribadi, mengelola sumber daya publik yang tela dipercayakan secara profesional

dan menjunjung tinggi standar etika.

Mata kuliah ini menjelaskan tentang pengertian etika, memahami teori-teori

etika, pengertian etika profesi, pengertian dan hakekat profesi, pengertian pelayanan

publik, etika dan disiplin PNS, hukuman disiplin PNS serta kode etik Kementerian

Keuangan.

Tujuan umum mata kuliah Etika Profesi PNS ini adalah memberikan

pemahaman mengenai nilai-nilai yang tepat atas penerapan standar etika dalam

profesi sebagai PNS. Dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat:

1. Meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap etika profesi PNS dan

konsepkonsep yang menyertainya.

2. Meningkatkan kemampuan dalam memecahkan dilema etis di tempat kerja dan di

luar tempat kerja.

3. Meningkatkan kesadaran untuk mempraktekkan kode etik yang berlaku di tempat

kerja.

LATIHAN 1. Apakah pelayanan kepada publik perlu ditingkatkan? jelaskan

2. Sebutkan tiga jenis pelayanan publik berdasarkan organisasi yang

menyelenggarakannya

3. Sebutkan ciri-ciri pelayanan publik yang profesional

4. Mengapa diperlukan adanya standard operating procedures (sop)?

5. Apa yang dimaksud dengan kompetensi pns?

6. Jelaskan definisi dari kode etik pns

7. Sebutkan aspek-aspek dalam standar penilaian kinerja

8. Jelaskan pengertian birokrasi menurut max weber

9. Jelaskan pengertian reformasi birokrasi secara umum

10. Terdapat dua fungsi pokok pemerintahan negara yang pelaksanaannya

diserahkan kepada birokrasi. Sebutkan dan jelaskan kedua fungsi tersebut

11. Jelaskan pengertian integritas dalam konteks pelayanan publik

12. Jelaskan secara ringkas relevansi pentingnya etika dalam pelayanan publik

31 | P a g e

Page 32:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

TEORI DAN KONSEP ETIKA I_____________________________________________________

Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa memahami Pengertian Etika,

Teori-Teori Etika (Teleologi, Deontologi, Etika Keutamaan), Konsep hak,

kewajiban, keadilan dan kepedulian

A. Pengertian Etika Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, ethikos, berarti timbul dari kebiasaan.

Etika memiliki banyak makna antara lain:

1. Semangat khas kelompok tertentu, misalnya ethos kerja, kode etik kelompok

profesi.

2. Norma-norma yang dianut oleh kelompok, golongan masyarakat tertentu

mengenai perbuatan yang baik dan benar.

3. Studi tentang prinsip-prinsip perilaku baik dan benar sebagai falsafat moral. Etika

sebagai refleksi kritis dan rasional tentang norma-norma yang terwujud dalam

perilaku hidup manusia.

4. Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang

dapat dipahami oleh pikiran manusia.

Etika juga memiliki pengertian arti yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut

pandang pengguna yang berbeda dari istilah itu.

1. Bagi ahli falsafah, etika adalah ilmu atau kajian formal tentang moralitas.

2. Bagi sosiolog, etika adalah adat, kebiasaan dan perilaku orang-orang dari

lingkungan budaya tertentu.

3. Bagi praktisi profesional termasuk dokter dan tenaga kesehatan lainnya etika

berarti kewajiban dan tanggung jawab memenuhi harapan (ekspektasi) profesi dan

masyarakat, serta bertindak dengan cara-cara yang profesional, etika adalah salah

satu kaidah yang menjaga terjalinnya interaksi antara pemberi dan penerima jasa

32 | P a g e

2

Page 33:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

profesi secara wajar, jujur, adil, profesional, dan terhormat.

4. Bagi eksekutif puncak rumah sakit, etika seharusnya berarti kewajiban dan

tanggung jawab khusus terhadap pasien dan klien lain, terhadap organisasi dan

staff, terhadap diri sendiri dan profesi, terhadap pemrintah dan pada tingkat akhir

walaupun tidak langsung terhadap masyarakat. Kriteria wajar, jujur, adil, profesional

dan terhormat tentu berlaku juga untuk eksekutif lain di rumah sakit.

5. Bagi asosiasi profesi, etika adalah kesepakatan bersama dan pedoman untuk

diterapkan dan dipatuhi semua anggota asosiasi tentang apa yang dinilai baik dan

buruk dalam pelaksanaan dan pelayanan profesi itu.

Menurut K. Bertens, etika bisnis adalah pemikiran atau refleksi tentang

moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji

atau tercela, dan karenanya diperbolehkan atau tidak, dari perilaku manusia.

Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia, dan kegiatan

ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting.

Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai dalam pengajaran etika

bisnis, yaitu :

1. Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam

bisnis.

Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan bila

kesadaran itu sudah ada, tapi masih lemah dan ragu. Orang yang mendalami etika

bisnis diharapkan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari

kegiatan ekonomis yang perlu diberikan perhatian serius.

2. Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis,

serta membantu pebisnis/calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral yang

tepat.

Dalam etika sebagai ilmu, bukan hanya penting adanya norma-norma moral,

tidak kalah penting adalah alasan bagi berlakunya norma-norma itu. Melalui studi

etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan fundamental rasional

untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.

3. Membantu pebisnis/calon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang tepat

didalam profesinya (kelak).

Hal ketiga ini memunculkan pertanyaan, apakah studi etika ini menjamin

seseorang akan menjadi etis juga? Jawabnya, sekurang-kurangnya meliputi dua sisi

33 | P a g e

Page 34:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

berikut, yaitu disatu pihak, harus dikatakan: etika mengikat tetapi tidak memaksa.

Disisi lain, studi dan pengajaran tentang etika bisnis boleh diharapkan juga

mempunyai dampak atas tingkah laku pebisnis.

Untuk melengkapi tentang etika, perlu juga ditambahkan tentang apa yang

sebenarnya bukan etika (What ethics is not). Salah seorang tokoh etika, Peter Singer

menerangkan sebagai berikut:

1. Etika bukan seperangkat larangan khusus yang hanya berhubungan dengan

perilaku seksual.

2. Etika bukan sistem yang ideal, luhur dan baik dalam teori, namun tidak ada

gunanya dalam praktek. Agaknya, penilaian demikianlah yang apriori diberikan oleh

masyarakat jika ada kasus kejadian klinis.

3. Etika bukan sesuatu yang hanya dapat dimengerti dalam konteks agama. Ini

tentulah pemikiran sekuler. Menurut ajaran agama, sesuatu yang secara moral 'baik'

adalah sesuatu yang sangat disetujui dan disenangi Tuhan. Sedangkan Singer

berpendapat (sama dengan Plato 2000 tahun sebelumnya), suatu perbuatan

manusia adalah baik karena disetujui Tuhan, bukan sebaliknya karena disetujui

Tuhan perbuatan itu menjadi baik. Kontradiksi pendapat tentang ini sudah

berlangsung berabad-abad, dan mungkin akan berlangsung terus.

4. Etika bukan sesuatu yang relatif atau subjektif. Sangkalan Singer terhadap

anggapan keempat ini tidak dijelaskan lebih lanjut disini, karena elaborasinya dari

sudut historis dan falsafah yang panjang dan rumit.

Tiga Bagian Utama Etika Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika

normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai

etika).

1. Meta-Etika (Studi Konsep Etika).

Meta-Etika sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya

suatu tindakan atau peristiwa. Dalam meta-etika, tindakan atau peristiwa yang

dibahas dipelajari berdasarkan hal itu sendiri dan dampak yang dibuatnya.

Sebagai contoh,"Seorang anak menendang bola hingga kaca jendela pecah."

Secara meta-etis, baik-buruknya tindakan tersebut harus dilihat menurut sudut

pandang yang netral. Pertama, dari sudut pandang si anak, bukanlah suatu

kesalahan apabila ia menendang bola ketika sedang bermain, karena memang

34 | P a g e

Page 35:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dunianya (dunia anak-anak) memang salah satunya adalah bermain, apalagi ia tidak

sengaja melakukannya. Akan tetapi kalau dilihat dari pihak pemilik jendela, tentu ia

akan mendefinisikan hal ini sebagai kesalahan yang telah dibuat oleh si anak. Si

pemilik jendela berasumsi demikian karena ia merasa dirinya telah dirugikan.

Bagaimanapun juga hal-hal seperti ini tidak akan pernah menemui

kejelasannya hingga salah satu pihak terpaksa kalah atau mungkin masalah menjadi

berlarut-larut. Mungkin juga kedua pihak dapat saling memberi maklum. Menyikapi

persoalan-persoalan yang semacam inilah, maka meta-etika dijadikan bekal awal

dalam mempertimbangkan suatu masalah, sebelum penetapan hasil pertimbangan

dibuat.

Etika Normatif (Studi Penentuan Nilai Etika).

Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan

seharusnyadimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia

dantindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan

norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan

menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang

disepakatidan berlaku di masyarakat.

Etika Terapan (Studi Penggunaan Nilai-Nilai Etika).

Etika terapan memberi pemahaman tentang spektrum bidang terapan etika

sekaligus menunjukkan bahwa etika merupakan pengetahuan praktis. Berbagai

bidang terapan di antaranya adalah bidang kesehatan, tanggung-jawab sosial

perusahaan atau yang biasa dikenal dengan istilah Inggris Corporate Social Responsibility (CSR), pengolahan tanah, dan masih banyak lainnya.

Sejarah Etika Etika termasuk dalam ruang lingkup sejarah peradaban dan etnologi. Sejarah

etika menekankan pada berbagai sistem filosofis yang dalam perjalanan waktu telah

dielaborasi dengan mengacu pada tatanan moral. Oleh karena itu, pendapat yang

dikemukakan oleh orang-orang bijak zaman dahulu, seperti Pythagoras (582-500

SM), Heraclitus (535-475 SM), Konfusius (558-479 SM), nyaris milik sejarah etika,

karena, meskipun mereka mengusulkan berbagai kebenaran moral dan prinsip-

prinsip, mereka melakukannya dengan cara yang dogmatis, tidak secara filosofis-

sistematis. Istilah etika pertama kali dipakai oleh orang Yunani, yaitu dalam

pengajaran Socrates (470-399 SM).

35 | P a g e

Page 36:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1. Etika filosof Yunani Kuno: Socrates, Plato, Aristoteles.

Menurut Sokrates, objek utama dari aktivitas manusia adalah kebahagiaan,

dan sarana yang diperlukan untuk mencapainya adalah kebajikan. Karena semua

orang selalu mencari kebahagiaan, tidak ada orang yang sengaja korup. Segala

kejahatan muncul dari kebodohan, dan kebajikan adalah kehati-hatian. Oleh karena

itu kebajikan bisa diberikan lewat instruksi. Murid Socrates, Plato (427-347 SM)

menyatakan bahwa summum bonum terdiri atas imitasi sempurna dari Tuhan, baik

yang mutlak, tiruan yang tidak dapat diwujudkan sepenuhnya dalam hidup ini.

Kebajikan memungkinkan manusia untuk memerintah sesuai keinginannya, karena

ia harus benar, sesuai dengan perintah akal budi, dan dengan bertindak demikian ia

menjadi seperti Tuhan. Tetapi Plato berbeda dari Socrates, ia tidak menganggap

kebajikan terdiri dari kebijaksanaan saja, tetapi juga keadilan, kesederhanaan, dan

ketabahan. Kebajikan merupakan harmoni yang tepat dari kegiatan manusia.

Aristoteles (384-322 SM), harus dianggap sebagai pendiri nyata etika

sistematis. Dengan karakteristik ketajaman ia membahas etika dan politik. Sebagian

besar masalah yang menyangkut etika itu sendiri. Tidak seperti Plato, yang mulai

dengan ide-ide sebagai dasar pengamatan, Aristoteles lebih memilih untuk

mengambil fakta-fakta pengalaman sebagai titik awalnya, menganalisis secara

akurat, dan berusaha untuk melacak penyebab tertinggi dan utama. Dia berangkat

dari titik bahwa semua orang cenderung untuk kebahagiaan sebagai objek akhir dari

semua usaha mereka, sebagai kebaikan tertinggi, yang dicari demi dirinya sendiri,

dan semua barang lainnya hanya berfungsi sebagai sarana. Kebahagiaan ini tidak

terdapat dalam barang-barang eksternal, tetapi hanya dalam aktivitas yang tepat

untuk sifat manusia.

Kegiatan ini harus dilaksanakan dalam kehidupan yang sempurna dan abadi.

Kesenangan tertinggi secara alami terikat dengan kegiatan ini, tetapi untuk

membentuk kebahagiaan yang sempurna, barang-barang eksternal juga harus ada.

Kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai melalui usaha sendiri. Dengan penetrasi

yang tajam dari Aristoteles dan hasil penyelidikan kebajikan intelektual dan moral,

teorinya dianggap benar oleh sebagian besar orang. Satu-satunya yang kurang

adalah bahwa visinya tidak menembus melampaui kehidupan duniawi ini, dan bahwa

ia tidak pernah melihat dengan jelas hubungan manusia dengan Tuhan.

36 | P a g e

Page 37:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

2. Etika Filosof Yunani dan Romawi: Hedonisme, Epicurus, Sinis, Stoicisme,

Skeptis.

Sebuah gilirannya etika lebih hedonistik (edone, "kenikmatan") dimulai

dengan Democritus (460-370 SM), yang menganggap disposisi gembira dan ceria

sebagai kebaikan dan kebahagiaan tertinggi manusia. Sensualisme murni atau

Hedonisme pertama kali diajarkan oleh Aristippus dari Kirene (435-354 SM), menurut

kesenangan adalah akhir dari kebaikan tertinggi usaha manusia. Epicurus (341-270

SM) berbeda dari Aristippus dalam prinsip bahwa jumlah total terbesar yang mungkin

dari kenikmatan spiritual dan sensual adalah hal yang tertinggi yang dapat dicapai

manusia. Kebajikan adalah norma direktif yang tepat dalam attainment akhir ini.

Para Sinis, Antisthenes (444-369 SM) dan Diogenes dari Sinope (414-324

SM), mengajarkan kebalikan dari Hedonisme, yaitu bahwa kebajikan saja sudah

cukup untuk kebahagiaan, bahwa kesenangan adalah kejahatan, dan bahwa

manusia benar-benar bijaksana atas hukum manusia. Ajaran ini segera berubah

menjadi kesombongan dan penghinaan terbuka untuk hukum dan untuk sisa

manusia (Sinisme). Kaum Stoa, Zeno (336-264 SM) dan murid-muridnya, Cleanthes,

Chrysippus, dan lain-lain, berusaha untuk memperbaiki dan menyempurnakan

pandangan Antisthenes. Kebajikan, menurut mereka, dalam hidup manusia sesuai

dengan perintah rasional, dan, seperti alam setiap individu seseorang hanyalah

bagian dari tatanan alam keseluruhan. oleh karena itu, kebajikan adalah perjanjian

yang harmonis dengan Tuhan, yang membentuk keseluruhan alam. Seperti apakah

hubungan Tuhan dengan dunia dalam pandangan mereka, panteistik atau rasa

teistik, tidak seluruhnya jelas.

Stoa Romawi, Seneca (4 SM - AD 65), Epictetus (lahir sekitar tahun 50), dan

Kaisar Marcus Aurelius (AD 121-180). Cicero (106-43 SM) menguraikan tidak ada

sistem filsafat baru miliknya sendiri, tetapi memilih pandangan-pandangan tertentu

dari berbagai sistem filsafat Yunani yang tampaknya terbaik menurutnya. Dia

menyatakan bahwa kebaikan moral, yang merupakan objek umum dari semua

kebajikan, ada di dalam manusia sebagai makhluk rasional yang berbeda dari

makhluk buas. Tindakan sering baik atau buruk, adil atau tidak adil, bukan karena

institusi atau kebiasaan manusia, tetapi sifat mereka. Cicero memberikan sebuah

eksposisi lengkap dari kebajikan kardinal dan kewajiban terhubung dengan mereka.

Ia bersikeras terutama pada devosi kepada dewa-dewa, yang tanpanya masyarakat

37 | P a g e

Page 38:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

manusia tidak bisa ada.

Sistem etika Yunani dan Romawi berjalan atas kecenderungan skeptis, yang

menolak hukum moral alam, dasar seluruh tatanan moral pada kebiasaan atau

kesewenang-wenangan manusia, dan membebaskan orang bijak dari ketaatan pada

ajaran biasa dari tatanan moral. Kecenderungan ini dilanjutkan oleh kaum Sofis.

3. Etika: Sejarah Moralitas Kristen.

Paganisme kuno tidak pernah memiliki konsep yang jelas dan pasti tentang

hubungan antara Tuhan dan dunia, kesatuan umat manusia, nasib manusia, serta

sifat dan makna dari hukum moral. Kristen menjelaskan penuh pertanyaan ini dan

pertanyaan lain yang sejenis. Seperti Santo Paulus mengajarkan (Roma, ii, 24

persegi), Tuhan telah menulis hukum moral di hati semua orang, bahkan yang

berada di luar pengaruh Wahyu Kristen; hukum ini memanifestasikan dirinya dalam

hati nurani setiap orang dan adalah norma yang menurut seluruh umat manusia akan

dinilai pada hari perhitungan.

Corse ini segera diadopsi dalam periode awal, seperti Yustinus Martir,

Irenaeus, Tertullian, Clement dari Alexandria, Origenes, Ambrosius, Hieronimus, dan

Agustinus. Mereka yang mengeksposisi dan membela kebenaran Kristen,

memanfaatkan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh para filsuf pagan. Hal ini

terutama berlaku St Agustinus, yang melanjutkan untuk benar-benar

mengembangkan sepanjang garis filosofis dan untuk menetapkan dengan tegas

sebagian besar kebenaran moralitas Kristen. Hukum abadi (lex aterna), jenis asli dan

sumber dari segala hukum temporal, hukum alam, hati nurani, tujuan akhir manusia,

kebajikan kardinal, dosa, pernikahan, dll diperlakukan oleh dia di paling jelas dan

tajam cara.

4. Etika: Sejarah Filsafat Abad Pertengahan Etika.

Sebuah garis tajam pemisahan antara filsafat dan teologi, dan khususnya

antara etika dan teologi moral, pertama kali bertemu dengan dalam karya-karya

terpelajar besar Abad Pertengahan, khususnya Albert (1193-1280) Besar, Thomas

Aquinas (1225 -1274), Bonaventura (1221-1274), dan Duns Scotus (1274-1308).

Pada fondasi diletakkan filsuf dan teolog Katolik yang berhasil terus

membangun. Abad keenam belas ditandai dengan kebangkitan kembali pertanyaan

etis, meskipun sebagian besar dijawab melalui teologi. Contoh teolog besar adalah

Victoria, Dominicus Soto, L. Molina, Suarez, Lessius, dan De Lugo. Sejak abad

38 | P a g e

Page 39:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

keenam belas jurusan etika (filsafat moral) telah didirikan di banyak universitas

Katolik. Yang lebih besar, karya-karya filosofis murni tentang etika, namun tidak

muncul sampai abad ketujuh belas dan kedelapan belas, sebagai contoh yang dapat

kita contoh produksi Ign. Schwarz, "Instituitiones juris et universalis Naturae Gentium" (1743).

5. Etika: Sejarah Filsafat Etika 1500-1700-an.

Para Reformator benar-benar memegang teguh kesucian sebagai sumber

wahyu yang sempurna. Melanchthon, dalam bukunya "Elementa philosophiae moralis", masih melekat pada filosofi Aristotel, maka apakah Hugo Grotius, dalam

karyanya, "De jure belli et Pacis" juga sama.

Thomas Hobbes (1588-1679) mengandaikan bahwa manusia awalnya dalam

kondisi kasar (Naturae status) di mana setiap orang bebas untuk bertindak saat dia

senang, dan memiliki hak untuk semua hal, sehingga muncul perang semua

melawan semua. Para penganut panteisme Spinoza Baruch (1632-1677)

menganggap insting untuk mempertahankan diri sebagai dasar kebajikan. Setiap

makhluk diberkahi dengan dorongan yang diperlukan untuk menyatakan diri sebagai

alasan tuntutan tidak bertentangan dengan alam, membutuhkan masing-masing

untuk mengikuti dorongan ini dan sesak nafas setelah apapun yang berguna

baginya.

Kebebasan akan terdiri hanya dalam kemampuan untuk mengikuti dorongan

alami unrestrainedly ini. Shaftesbury (1671-1713) mendasarkan etika pada kasih

sayang atau kecenderungan manusia. Ada kecenderungan simpatik, idiopatik, dan

tidak wajar. Yang pertama dari hal ini kepentingan umum, kedua kebaikan pribadi

agen, ketiga menentang yang lainnya. Untuk menjalani kehidupan moral yang baik,

perang harus dilancarkan pada impuls yang tidak wajar, sedangkan kecenderungan

idiopathetic dan simpatik harus dilakukan untuk menyelaraskan. Keselarasan ini

merupakan kebajikan. Dalam pencapaian kebajikan prinsip subjektif dari

pengetahuan adalah moralitas. Teori moralitas dikembangkan lebih lanjut oleh

Hutcheson (1694-1747); sedangkan "akal sehat" disarankan oleh Thoms Reid (1710-

1796) sebagai norma tertinggi perilaku moral. Di Perancis para filsuf materialistik

abad kedelapan belas, seperti Helvetius, de la Mettrie, Holbach, Condillac, dan lain-

lain, menyebarluaskan ajaran sensualisme dan Hedonisme sebagaimana yang

dipahami oleh Epicurus.

39 | P a g e

Page 40:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

6. Sejarah Filsafat Etika: Kant, John Stuart Mill, Altruisme.

Sebuah revolusi lengkap dalam etika diperkenalkan oleh Immanuel Kant

(1724-1804). Dari bangkai alasan teoretis murni ia berpaling untuk penyelamatan

untuk alasan praktis, dimana dia menemukan hukum, mutlak moral universal, dan

kategoris. Hukum ini tidak harus dipahami sebagai otoritas eksternal, karena ini akan

heteromony yang asing bagi moralitas sejati, melainkan lebih merupakan hukum akal

kita sendiri, yang otonom yaitu, harus diamati untuk kepentingan sendiri, tanpa

memperhatikan setiap kesenangan atau utilitas yang timbul darinya. Para pengikut

Kant telah memilih satu doktrin lain dari etika dan gabungan berbagai sistem bersifat

panteisme dengannya. Fichte tempat tertinggi manusia yang baik dan nasib di

spontaniety mutlak dan kebebasan; Schleiermacher, dalam kooperasi dengan

peradaban umat manusia progresif. Sebuah pandangan yang mirip berulang secara

substansial dalam tulisan-tulisan Wilhelm Wundt dan, sampai batas tertentu, dalam

orang-orang pesimis, Edward von Hartmann, meskipun budaya menganggap yang

terakhir dan kemajuan hanya sebagai sarana untuk tujuan akhir, yang menurutnya,

terdiri dari memberikan Mutlak dari siksaan eksistensi.

Sistem Cumberland, yang mempertahankan kepentingan umum umat

manusia untuk menjadi akhir dan kriteria perilaku moral, diperbaharui secara positif

dalam abad kesembilan belas oleh Auguste Comte dan memiliki banyak pengikut

menghitung, misalnya, di Inggris, John Stuart Mill, Henry Sidgwick, Alexander Bain,

di Jerman, GT Fechner, F. E. Beneke, F. Paulsen, dan lain-lain. Herbert Spencer

(1820-1903) berusaha untuk efek kompromi antara Utilitarianisme sosial (Altruisme)

dan Utilitarianisme swasta (Egoisme) sesuai dengan teori evolusi. Menurutnya,

perilaku yang baik yang berfungsi untuk meningkatkan kehidupan dan kesenangan.

Karena kurangnya adaptasi manusia dengan kondisi kehidupan, kebaikan mutlak

seperti perilaku belum mungkin, dan berbagai kompromi harus dibuat antara

Altruisme dan Egoisme. Dengan kemajuan evolusi kondisi yang ada akan menjadi

lebih sempurna, dan akibatnya manfaat yang diperoleh individu dari perilaku sendiri

akan sangat berguna bagi masyarakat luas. Secara khusus, simpati (dalam sukacita)

akan memungkinkan kita untuk mengambil kesenangan dalam tindakan altrusitic.

7. Etika: Filsafat Evolusioner, Sosialisme, Nietzsche.

Sebagian besar non-Kristen filsuf moral telah mengikuti jalan yang dilalui

Spencer. Dimulai dengan asumsi bahwa manusia, oleh serangkaian transformasi,

40 | P a g e

Page 41:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

secara bertahap berevolusi dari makhluk buas itu, dan karena itu berbeda dari dalam

gelar saja, mereka mencari jejak pertama dan awal dari ide-ide moral dalam kasar itu

sendiri. Charles Darwin telah melakukan beberapa pekerjaan persiapan sepanjang

jalan, dan Spencer tidak ragu untuk belajar brute-etika, pada keadilan pra-manusia,

hati nurani, dan pengendalian diri kasar. Hari Evolusionis mengikuti pandangannya

dan berusaha untuk menunjukkan bagaimana moralitas hewan telah dalam manusia

terus menjadi lebih sempurna. Dengan bantuan analogi diambil dari etnologi, mereka

menceritakan bagaimana awalnya umat manusia berjalan di atas muka bumi secara

semi-biadab, tidak tahu tentang pernikahan, dan hanya dengan derajat mencapai

tingkat yang lebih tinggi moralitas.

Sebagai evolusionis, demikian juga Sosialis mendukung teori evolusi dari

sudut pandang etika mereka, namun yang terakhir tidak mendasarkan pengamatan

mereka pada prinsip-prinsip ilmiah, tetapi pada pertimbangan sosial dan ekonomi.

Menurut K. Marx, F. Engels, dan eksponen lain dari "penafsiran materialistik dari

sejarah" yang disebut, semua, moral religius, konsep-konsep yuridis dan filosofis tapi

refleks kondisi ekonomi masyarakat di benak pria. Sekarang ini hubungan sosial

tunduk kepada perubahan konstan; maka ide-ide moralitas, agama, dll juga terus

berubah. Oleh karena itu, tidak ada kode universal moralitas yang mengikat semua

manusia pada segala waktu. Manusia berbeda satu sama lain dan selalu berubah,

dan mereka melihat dunia dengan cara mereka sendiri. Apalagi keputusan yang

dikeluarkan pada masalah-masalah agama dan moral hakiki tergantung pada

kecenderungan, minat, dan karakter dari penilaian orang, sedangkan yang terakhir

ini terus-menerus bervariasi. Pragmatisme berbeda dari Relativisme, bahwa tidak

hanya dianggap benar yang terbukti oleh pengalaman untuk menjadi berguna. Oleh

karena hal yang sama tidak selalu berguna, kebenaran tidak mungkin berubah.

Menurut Max Nordau, ajaran moral tidak lain hanyalah "kebohongan

konvensional". Nietzsche pencetus sekolah yang doktrin yang didirikan pada prinsip-

prinsip ini. Menurutnya, kebaikan awalnya diidentifikasi dengan kemuliaan dan budi

peringkat. Proletariat bawah diinjak. Dengan demikian muncul pertentangan antara

moralitas dan budak. Mereka yang berkuasa masih terus memandang

kecenderungan egoistik mereka sendiri sebagai mulia dan baik, sementara rakyat

memuji "naluri kawanan umum", yaitu semua qulaities diperlukan dan berguna untuk

keberadaannya - seperti kesabaran, ketaatan kelemahlembutan, dan cinta sesama.

41 | P a g e

Page 42:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Kelemahan menjadi kebaikan, mengernyit merendahkan diri menjadi rendah hati,

tunduk kepada penindas membenci adalah ketaatan, pengecut berarti kesabaran.

"Moralitas adalah satu penipuan panjang dan berani." Oleh karena itu, nilai

melekat pada konsep yang berlaku moralitas harus seluruhnya ulang. Superioritas

intelektual di luar kebaikan dan kejahatan seperti yang dipahami dalam pengertian

tradisional. Tidak ada order moral yang lebih tinggi yang orang-orang kalibrasi

tersebut setuju. Akhir dari masyarakat bukanlah kebaikan bersama anggotanya.

Aristokrasi intelektual adalah akhir sendiri. Seperti bersandar dengan masing-masing

individu untuk memutuskan siapa yang milik ini aristokrasi intelektual, sehingga

setiap orang bebas untuk membebaskan diri dari tatanan moral yang ada.

Teori Etika Sejumlah teori dan konsep etika telah dikembangkan oleh beberapa filsuf

atau pemikir dalam bidang etika. Pembelajaran teori etika tersebut untuk

memperoleh kemudahan dalam mengupas persoalan etika dan sebagai panduan

untuk menentukan benar atau salahnya suatu tindakan, keputusan dan kebijakan.

1. Teori Teleleologi.

Dalam buku karangan Kusmanadji (2004, II-1-II-2) dikemukakan bahwa teori

teleleologi disebut juga teori konsekuensialis, menyatakan bahwa nilai moral suatu

tindakan ditentukan semata-mata oleh konsekuensi tindakan tersebut. Benar atau

salahnya tindakan ditentukan oleh hasil atau akibat dari tindakan tersebut. Maka,

yang menyebabkan tindakan itu benar atau salah adalah bukan tindakan itu sendiri

melainkan akibat dari tindakan tersebut. Akibat dalam hal ini adalah konsekuensi

baik. Oleh karena itu, kebaikan merupakan konsep fundamental dalam teori

teleleologi.

Menurut Aristoteles, Etika teleologis atau Etika Aristoteles, yakni etika yang

mengukur benar/salahnya tindakan manusia dari menunjang tidaknya tindakan

tersebut ke arah pencapaian tujuan (telos) akhir yang ditetapkan sebagai tujuan

hidup manusia. Setiap tindakan menurut Aristoteles diarahkan pada suatu tujuan,

yakni pada yang baik (agathos). Yang baik adalah apa yang secara kodrati menjadi

arah tujuan akhir (causa finalis) adanya sesuatu. Yang baik yang menjadi tujuan

akhir hidup manusia menurut dia adalah kebahagiaan atau kesejahteraan

(eudaimonia). Itulah sebabnya teori etikanya sering disebut sebagai teori etika

Eudaimonisme.

42 | P a g e

Page 43:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Dalam buku karangan Ucok Sarimah (2008, 5-6) membedakan teori

teleleologi menjadi 3, yaitu:

a. Egoisme Etis

Suatu tindakan benar atau salah tergantung semata-mata pada baik

buruknya akibat tindakan tersebut bagi pelakunya.

b. Altruisme Etis

Berlawanan dengan egoisme etis, bahwa baik buruknya suatu tindakan

ditentukan oleh baik buruknya akibat tindakan tersebut terhadap orang lain, kecuali

pelaku.

c. Utilitarianisme

Gabungan antara egoisme etis dan altruisme etis, bahwa benar salahnya

tindakan tergantung pada baik buruknya konsekuensi tindakan tersebut bagi siapa saja

yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut.

Dari ketiga teori tersebut, teori teleleologi yang sangat menonjol adalah

utilitarianisme yang biasanya dihubungkan dengan filsuf Inggris, Jeremy Betham dan

John Stuart Mill. Sesuai dengan namanya utilitarisme berasal dari kata utility dengan

bahasa latinnya utilis yang artinya “bermanfaat” dalam mengukur baik dan buruk.

Kebaikan didefinisikan sebagai kesenangan sedangkan keburukan didefinisikan

sebagai kesedihan. Bentuk klasik utilitarianisme dinyatakan sebagai berikut: “Suatu

tindakan adalah benar jika dan hanya jika tindakan itu menghasilkan selisih terbesar

kesenangan di atas kesedihan bagi setiap orang.”

Dalam buku karangan Kusmanadji (2004, 2), Utilitarianisme mencakup empat

prinsip, yaitu:

1) Konsekuensialisme. Prinsip yang berpendiran bahwa kebenaran

tindakanditentukan semata-mata oleh konsekuensinya.

2) Hedonisme. Manfaat (utility) dalam teori ini didefinisikan sebagai kesenangan

dan tidak adanya kesedihan. Hedonisme adalah prinsip bahwa kesenangan dan

hanya kesenanganlah yang merupakan perbuatan tertinggi.

3) Maksimalisme. Tindakan yang benar adalah tindakan yang tidak hanya memiliki

konsekuensi berupa beberapa kebaikan, tetapi juga jumlah terbesar konsekuensi

baik setelah memperhitungkan konsekuensi buruk.

4) Universalisme. Konsekuensi yang harus dipertimbangkan adalah konsekuensi

bagi setiap orang.

43 | P a g e

Page 44:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Utilitarianisme Klasik dan Utilitarianisme Pluralistik Utilitarianisme Klasik mendefinisikan kebaikan tertinggi adalah kesenangan

(pleasure) dan keburukan tertinggi adalah keburukan (plain) dan semua tindakan

harus dievaluasi dengan ukuran kesenangan dan kesedihan yang dihasilkan bagi

semua orang yang dipengaruhi.

Utilitarianisme Pluralistik disebut juga utilitarianisme dalam arti luas yaitu

dengan mengartikan kebaikan sebagai kesejahteraan umat manusia. Apapun yang

menjadikan umat manusia secara umum lebih baik atau memberikan manfaat adalah

kebaikan , dan apapun yang menyebabkan umat manusia menjadi lebih buruk atau

menimbulkan kerugian adalah keburukan.

Utilitarianisme Tindakan dan Utilitarianisme Aturan Utilitarianisme Tindakan berpendirian bahwa dalam semua situasi seseorang

seharusnya melakukan tindakan yang memaksimalkan manfaat (utility) bagi semua

orang yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut.Dapat pula dinyatakan suatu tindakan

adalah benar jika dan hanya jika tindakan itu menghasilkan selisih terbesar dari

kebaikan atas keburukan bagi setiap orang.

Utilitarianisme Aturan berpendirian bahwa manfaat dapat diperhitungkan

pada kelompok-kelompok tindakan, bukan pada masing-masing tindakan secara

individual.Dapat pula dinyatakan suatu tindakan adalah benar jika dan hanya jika

tindakan itu sesuai dengan seperangkat aturan yang keberterimaannya secara

umum akan menghasilkan selisih terbesar dari kebaikan atas keburukan bagi setiap

orang.

Meski pun sudah dialami manfaat dari utilitarisme bukan berarti utilitarisme

secara teoritis tidak memiliki masalah. Jika semua yang dikategorikan sebagai baik

hanya diperoleh dari manfaat terbanyak bagi orang terbanyak, maka apakah akan

ada orang yang dikorbankan? Anggap saja ada anjing gila, anjing tersebut suka

menggigit orang yang lewat. 7 dari 10 orang menyarankan anjing tersebut dibunuh

sedangkan 3 lainnya menyarankan dibunuh. Penganut utilitarisme akan menjawab

tentu yang baik jika anjing itu dibunuh. Lalu saran 3 orang tadi dikemanakan?

Apakah mereka harus menerima itu begitu saja? Kalau menurut teori ini YA.

Kasus di atas hanyalah sebatas anjing bagaimana jika manusia? Bukan tidak

mungkin hal ini terjadi bahkan sudah terjadi, tentu dalam perkembangan peradaban

ada sejarah diskriminasi ras mau pun etnis. Kasus diskriminasi ras kulit hitam dan

44 | P a g e

Page 45:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

diskriminasi etnis Tionghoa sebelum tahun 1997 tampaknya tidak terdengar asing

lagi di telinga. Salah satu sebab mereka didiskriminasikan karena mereka minoritas,

dan mayoritas berhak atas mereka. Oleh utilitarisme hal ini dibenarkan selama

diskriminasi membawa manfaat.

Kelebihannya adalah ketika berkenaan dengan bisnis dan keuangan.

Perhitungan ala utilitaris ini dapat berlaku sebagai tinjauan atas keputusan yang

akan diambil. Mengingat dalam keuangan yang ada kebanyakan adalah

angkaangka, jadi keputusan dapat diambil secara mudah berdasarkan jumlah

terbanyak bagi manfaat terbanyak.

2. Teori Deontologi.

Menurut Teori Deontologi perbuatan tertentu adalah benar bukan karena

manfaat bagi kita sendiri atau orang lain tetapi karena sifat atau hakikat perbuatan itu

sendiri atau kaidah yang diikuti untuk berbuat. Dalam buku karangan Ucok Sarimah

(2008, 6) dalam kaitannnya dengan teori deontologi dikenal:

a. Deontologi Tindakan

Menurut teori ini, bila seseorang dihadapkan pada situasi dimana harus

mengambil keputusan, seseorang harus segera memahami apa yang harus

dilakukan tanpa mendasarkan pada peraturan atau pedoman.

b. Deontologi Kaidah

Suatu tindakan benar atau salah karena kesesuaian atau tidak sesuainya

dengan suatu prinsip moral yang benar.

c. Deontologi Monistik

Teori ini mendukung suatu kaidah umum seperti “the golden rule” sebagi

prinsip moral tertinggi yang menjadi dasar untuk menurunkan kaidah atau

prinsipprinsip moral lainnya.

d. Dentologi Pluralistik

Teori ini dikemukakan oleh William David Ross yang mengidentifikasi tujuh

kewajiban moral pada pandangan pertama (prime face).Teori deontologi sebenarnya

sudah ada sejak periode filsafat Yunani Kuno, tetapi baru mulai diberi perhatian

setelah diberi penjelasan dan pendasaran logis oleh filsuf Jerman yaitu Immanuel

Kant. Kata deon berasal dari Yunani yang artinya kewajiban. Sudah jelas kelihatan

bahwa teori deontologi menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan

akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan

45 | P a g e

Page 46:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

kewajiban berarti sudah melakukan kebaikan. Deontologi tidak terpasak pada

konsekuensi perbuatan, dengan kata lain deontologi melaksanakan terlebih dahulu

tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda dengan utilitarisme yang mempertimbangkan

hasilnya lalu dilakukan perbuatannya.

Lalu apa itu kewajiban menurut deontologi? Sulit untuk mendefinisikannya

namun pemberian contoh mempermudah dalam memahaminya. Misalnya, tidak

boleh menghina, membantu orang tua, membayar hutang, dan tidak berbohong

adalah perbuatan yang bisa diterima secara universal. Jika ditanya secara langsung

apakah boleh menghina orang? Tidak boleh, apakah boleh membantu orang tua?

Tentu itu harus. Semua orang bisa terima bahwa berbohong adalah buruk dan

membantu orang tua adalah baik. Nah, kira-kira seperti itulah kewajiban yang

dimaksud.

Menurut Kant, terdapat tiga kriteria agar suatu tindakan atau prinsip itu

bermoral:

a. Tindakan atau prinsip itu haruslah secara konsisten universal (dapat

diuniversalkan).

b. Suatu tindakan secara moral benar bagi seseorang pada situasi tertentu jika dan

hanya jika alasan untuk melakukan tindakan tersebut merupakan alasan yang ia

harapkan dimiliki oleh orang lain pada situasi yang sama.

c. Tindakan atau prinsip itu menghargai makhluk relasional sebagai tujuan akhir.

d. Suatu tindakan secara moral benar jika dan hanya jika dalam melaksanakan

tindakan tersebut seseorang tidak memperlakukan orang lain semata-mata sebagai

alat untuk memenuhi kepentingannya sendiri, tetapi menghargai orang lain sebagai

tujuan akhir bagi dirinya sendiri.

e. Tindakan atau prinsip itu berasal dari, dan menghargai, otonomi makhluk

rasional.

f. Suatu tindakan adalah benar secara moral jika dan hanya jika tindakan tersebut

menghargai kapasitas orang untuk memilih secara bebas bagi dirinya sendiri.

Selain Kant, filsuf lain yang dikaitkan dengan Teori Deontologi adalah William

David Ross. Menurut penilaian moral yang umum, seseorang tidak perlu barangkali

bahkan tidak boleh membiarkan konsekuensi buruk dari perbuatan sebenarnya baik,

jika orang itu mempunyai kemampuan untuk mencegahnya. Ross mengajukan jalan

keluar dengan mengidentifikasi tujuh kewajiban moral pada pandangan pertama

46 | P a g e

Page 47:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

(prima face). Artinya bahwa kewajiban-kewajiban tersebut harus dilaksanakan

kecuali ada kewajiban lain yang lebih penting atau pada situasi tertentu ada

kewajiban lain yang sama atau lebih kuat. Ketujuh kewajiban moral tersebut adalah:

a. Fidelity (kewajiban menepati janji/kesetiaan).

b. Kita harus menepati janji yang dibuat dengan bebas, baik eksplisit maupun

implisit, dan mengatakan kebenaran.

c. Reparation (kewajiban ganti rugi).

d. Kita harus memberikan ganti rugi kepada orang yang mengalami kerugian

karena tindakan kita yang salah, kita harus melunasi hutang moril dan materiil.

e. Gratitude (kewajiban berterima kasih).

f. Kita harus berterima kasih kepada orang yang berbuat baik terhadap kita.

g. Justice (kewajiban keadilan).

h. Kita harus memastikan bahwa kebaikan dibagikan sesuai dengan jasa orang

yang bersangkutan.

i. Benefience (kewajiban berbuat baik).

j. Kita harus membantu orang lain yang membutuhkan bantuan kita, berbuat apa

pun yang dapat kita perbuat untuk memperbaiki keadaan oarng lain.

k. Self-improvement (kewajiban mengembangkan diri).

l. Kita harus mengembangkan dan meningkatkan diri kita dibidang keutamaan,

intelegensi, dll.

m. Non-maleficence (kewajiban tidak merugikan).

n. Kita tidak boleh melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

3. Teori Keutamaan (Virtue).

Teori keutamaan (virtue) adalah teori yang memandang sikap atau akhlak

seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau

murah hati, melainkan: apakah orang itu bersikap adil, jujur, murah hati, dan

sebagainya. (Velasquez;2005) . Isu utama teori keutamaan adalah membicarakan

tentang karakter apa saja yang membuat seseorang sebagai orang baik secara

moral. Teori keutamaan sering juga dikatakan sebagai teori yang membicarakan

tentang karakter yang merupakan keutamaan moral. Karakter yang pada umumnya

dianggap sebagai keutamaan moral adalah watak baik yang ada pada setiap

individu. Karakter yang umumnya dianggap sebagai keutamaan moral adalah:

a. Keberanian/keteguhan, meningkatkan peluang untuk memperoleh apa yang

47 | P a g e

Page 48:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

diinginkan.

b. Kejujuran, mensyaratkan niat baik dan tulus untuk menyampaikan kebenaran.

c. Kesetiaan, tanggung jawab untuk menjunjung tinggi dan melindungi kepentingan

pihak-pihak tertentu dan organisasi.

d. Keandalan, berusaha secara maksimal dan masuk akal dalam memenuhi

komitmen.

e. Moderat ( tidak ekstrim, cenderung ke dimensi pada umumnya).

f. Pengendalian diri yang baik.

g. Toleransi terhadap sesama.

h. Keramahan merupakan inti kehidupan bisnis, keramahan itu hakiki untuk setiap

hubungan antar manusia, hubungan bisnis tidak terkecuali.

i. Loyalitas berarti bahwa seseorang tidak bekerja semata-mata untuk mendapat

gaji, tetapi mempunyai juga komitmen yang tulus dengan perusahaan.

j. Kehormatan adalah keutamaan yang membuat seseorang menjadi peka

terhadap suka dan duka serta sukses dan kegagalan perusahaan.

k. Rasa malu membuat solider dengan kesalahan perusahaan.

l. Kesantunan.

m. Belas kasih.

n. Bangga (tetapi tidak arogan).

o. Berkeadilan, memastikan bahwa manfaat atau keuntungan dibagikan sesuai

dengan jasa pihak-pihak yang terkait dan berhak, dll.

Etika keutamaan memerlukan konteks, artinya dalam menerapkan etika

keutamaan kita perlu memiliki pemahaman mengenai hakikat manusia dan tujuan

hidup ini. Hakikat manusia dapat diketahui dengan lebih memahami watak dari

manusia itu sendiri. Sedangkan tujuan hidup dapat ditentukan dengan

mempertanyakan “apa akhir dari kehidupan manusia?”. Bahwa manusia di dunia

hanya bagian dari perjalanan panjangnya menuju kehidupan yang kekal sehingga

dalam pribadi manusia secara otomatis memiliki sifa-sifat keutamaan. Keutamaan

merupakan disposisi watak yang dimiliki seseorang dan memungkinnya untuk

bertingkah laku baik secara moral. Ada tiga hal yang mencerminkan keutamaan, tiga

hal tersebut adalah:

a. Disposisi.

b. Keutamaan merupakan suatu kecenderungan tetap. Keutamaan cenderung

48 | P a g e

Page 49:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

bersifat permanen, walaupun tidak berarti tidak bisa hilang. Walaupun tidak mudah,

Keutamaan dapat saja hilang. Hal ini dapat terjadi karena banyak faktor yang

mempengaruhi seperti faktor lingkungan, orang di sekitarnya, dll.

c. Keutamaan merupakan sifat baik dari segi moral yang telah mengakar dalam diri

seseorang.

d. Kemauan/kehendak.

e. Keutamaan adalah kecenderungan tetap yang menyebabkan kehendak tetap

pada arah tertentu. Perilaku berkeutamaan disertai dengan maksud baik. Dengan

demikian, Motivasi atau maksud pelaku sangat penting karena itulah yang

mengarahkan kehendak.

f. Pembiasaan diri.

Keutamaan tidak dimiliki manusia sejak lahir, melainkan diperoleh dengan

cara membiasakan diri atau berlatih. Keberanian, misalnya, adalah keutamaan yang

diperoleh melalui pembiasaan diri melawan rasa takut.

Agar seseorang pada akhirnya dapat memiliki keutamaan moral, hal-hal yang perlu

dilakukan adalah:

a. Pemahaman dan menentukan karakter-karakter yang baik terhadap tujuan

akhir,yaitu kehidupan yang baik.

b. Memberikan kandungan atau makna terhadap tujuan akhir tersebut.

Dalam melangsungkan kehidupan kesehariannya manusia senantiasa

melakukan suatu tindakan, tindakan yang dilakukannya ada tindakan yang benar dan

ada tindakan yang salah. Suatu tindakan dinyatakan benar apabila tindakan yang

dilakukan sepenuhnya mewujudkan atau mendukung keutamaan yang relevan,

dimengerti sebagai ciri-ciri karakter yang memungkinkan untuk mencapai

kebaikankebaikan sosial (Aristoteles, MacIntyre).

Tiga Konsep Moral Yang Penting 1. Hak.

Hak merupakan konsep moral yang penting, yang memungkinkan individu

memilih secara bebas dalam memenuhi kepentingan atau menjalankan aktivitas

tertentu dan melindungi pilihan-pilihan tersebut. Hak adalah suatu klaim yang dimiliki

seseorang terhadap sesuatu. Seseorang mempunyai suatu hak apabila orang

tersebut memiliki klaim untuk bertindak dengan cara tertentu atau mempunyai klaim

terhadap orang lain agar orang lain tersebut berbuat dengan cara tertentu. Macam

49 | P a g e

Page 50:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

hak antara lain:

a. Hak legal dan hak moral.

Hak legal adalah hak yang diakui dan ditegakkan sebagai bagian dari hukum.

Hak legal ini lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial. Contoh

kasus,mengeluarkan peraturan bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap

bulan, maka setiap veteran yang telah memenuhi syarat yang ditentukan berhak

untuk mendapat tunjangan tersebut.

Hak moral meliputi hak-hak yang secara moral seharusnya kita miliki,

terlepas apakah diakui atau tidak oleh hukum.. Hak moral lebih bersifat individu. Hak ini

memiliki kekuatan karena berasal dari kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip etika yang

lebih umum.Selain itu, hak moral biasanya dianggap universal karena hak ini dimiliki

oleh semua umat manusia, tidak dibatasi oleh juridiksi tertentu.

b. Hak khusus dan hak umum.

Hak khusus berkaitan denggan individu-individu tertentu. Sumber utama

kekuatan hak khusus adalah kontrak atau perjanjian, karena instrumen ini

menciptakan sejumlah hak dan kewajiban bagi individu-individu yang membuat

perjanjian.

Hak umum adalah hak yang melibatkan klaim terhadap setiap orang, atau

kemanusiaan secara umum. Hak ini dimilki oleh semua manusia tanpa kecuali. Di

dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan “ hak asasi manusia”.

c. Hak positif dan hak negatif.

Hak positif adalah hak yang mewajibkan orang lain bertindak untuk kita.

Contoh, hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, mengharuskan pihak lain

untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan.

Hak negatif berkorelasi dengan kewajiban pada pihak lain untuk tidak

bertindak terhadap kita. Contoh adalah hak milik. Hak negatif terbagi lagi menjadi 2

yaitu: hak aktif dan pasif. Hak negatif aktif adalah hak untuk berbuat atau tidak

berbuat seperti yang orang kehendaki. Contoh, saya mempunyai hak untuk pergi

kemana saja yang saya suka atau mengatakan apa yang saya inginkan. Hak-hak

aktif ini bisa disebut hak kebebasan. Hak negatif pasif adalah hak untuk tidak

diperlakukan orang lain dengan cara tertentu.

d. Hak individual dan hak sosial.

50 | P a g e

Page 51:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Hak individual adalah hak yang dimiliki individu-individu terhadap negara.

Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu dalam mewujudkan hakhak

yang ia miliki.

Hak sosial bukan hanya hak kepentingan terhadap negara saja, akan tetapi

sebagai anggota masyarakat bersama dengan anggota-anggota lain. Inilah yang

disebut dengan hak sosial.

e. Hak absolut.

Hak yang bersifat absolut adalah suatu hak yang bersifat mutlak tanpa

pengecualian, berlaku dimana saja dengan tidak dipengaruhi oleh situasi dan

keadaan. Namun ternyata hak tidak ada yang absolut. Mengapa? Menurut ahli etika,

kebanyakan hak adalah hak prima facie yang artinya hak itu berlaku sampai

dikalahkan oleh hak lain yang lebih kuat.

Keadilan.

Konsep keadilan dipergunakan untuk:

a. Menilai tindakan seseorang.

b. Menilai praktik-praktik dan institusi sosial, politik, dan ekonomi.

Seringkali dijadikan sebagai kriteria tunggal untuk menilai benar/salahnya suatu

perbuatan.

Ada 2 tokoh dalam hal ini yaitu Aristoteles dengan konsep keadilan

tradisional dan John Rawls dengan konsep keadilan egalitarian. Menurut konsep

tradisional (Aristoteles), keadilan terdiri dari keadilan universal dan keadilan khusus.

Berikut ini adalah penjelasannya:

a. Keadilan universal.

Keadilan yang berlaku bagi keseluruhan “keutamaan”. Orang yang adil

adalah orang yang selalu berbuat benar secara moral dan mematuhi hukum.

b. Keadilan khusus.

Berkaitan dengan “keutamaan” pada situasi khusus. Adil berarti mengambil

hanya bagian yang patut atau tepat; memberikan kepada siapa saja (tanpa pandang

bulu) apa yang menjadi haknya. Tidak adil berarti mengambil terlalu banyak

kekayaan, kehormatan atau manfaat lain yangg diberikan oleh masyarakat; menolak

untuk menanggung bagian yang wajar dari suatu beban. Keadilan khusus dibagi

menjadi 3 macam yaitu:

51 | P a g e

Page 52:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1) Keadilan distributif (distributive justice).

Keadilan distributif adalah keadilan dalam pendistribusian manfaat dan

beban. Keadilan ini diperlukan dalam kondisi:

a) Manfaat yang akan dibagikan (yang tersedia) lebih sedikit daripada

jumlah dan keinginan orang. (contoh: pembagian kompor gas).

b) Beban atau pekerjaan yang tidak menyenangkan terlalu banyak

dibandingkan dengan jumlah orang yang bersedia memikul (banyak

contoh).

Prinsip yang mendasari keadilan distributif adalah bahwa orang yang sama

dalam keadaan yang sama harus diperlakukan sama. Keadilan distributif bersifat

perbandingan (comparative), maksudnya bahwa pertimbangan dalam keadilan ini

adalah perbandingan antara jumlah bagian masing-masing orang yang menerima

manfaat atau dibagi beban, bukan masalah jumlah absolut dari manfaat / beban

yang diterima. (contoh kasus banyak terjadi di Aceh).

Keadilan distributif dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu keadilan prosedur dan

keadilan hasil (distribusi yang sesungguhnya dicapai). Prosedur yang adil akan

membuahkan hasil yang adil. Isu atau permasalahan keadilan distributif muncul

ketika kita menilai institusi sosial, politik dan ekonomi dalam kaitannya dengan

pembagian manfaat dan beban dari usaha bersama kepada para anggota kelompok.

2) Keadilan kompensasi (compensatory justice).

Keadilan kompensasi berhubungan dengan masalah pemberian imbalan atau

penggantian (kompensasi) kepada seseorang karena kekeliruan atau kesalahan

yang menimpa dan merugikannya. Alasan yang mendasari adanya kompensasi

adalah terjadi suatu kekeliruan atau kecelakaan yang disebabkan kelalaian sehingga

menyebabkan seseorang dalam keadaan lebih buruk, misalnya merusak

keseimbangan moral. Dengan memberikan kompensasi maka keadaan si korban

dapat dikembalikan seperti semula, sehingga keseimbangan moral tercapai kembali.

Tujuan kompensasi adalah mengembalikan apa yang hilang dari seseorang

akibat kesalahan orang lain (bersifat memperbaiki). Keadilan kompensasi tidak

bersifat perbandingan. Jumlah kompensasi yang harus diberikan kepada korban

ditetapkan berdasarkan karakteristik masing-masing kasus. Seseorang mempunyai

kewajiban moral untuk memberikan kompensasi kepada pihak yang menjadi korban

apabila terdapat 3 kondisi sebagai berikut:

52 | P a g e

Page 53:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a) Perbuatan yang menyebabkan kerugian merupakan perbuatan yang

salah atau merupakan kelalaian (negligence).

b) Perbuatan orang yang bersangkutan merupakan penyebab

sesungguhnya kerugian tersebut.

c) Orang tersebut secara sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan

kerugian.

3) Keadilan retributif (retributive justice).

Keadilan retributif berkaitan dengan pemberian hukuman terhadap pelaku

kesalahan. Alasan yang mendasari pemberian hukuman adalah seseorang yang

melakukan suatu kejahatan telah merusak kesimbangan moral karena menjadikan

orang lain dalam keadaan buruk. Pemulihan keseimbangan moral dalam kasus ini

dicapai dengan memberikan hukuman yang sesuai dengan kejahatan tersebut

Tujuan pemberian hukuman adalah untuk memperbaiki (dengan cara

memberikan hukuman). Keadilan retributif tidak bersifat perbandingan. Jumlah

hukuman yang dikenakan kepada pelaku kejahatan ditentukan berdasarkan

karakteristik masing-masing kasus. Seseorang dapat diminta bertanggung jawab

secara moral atau dapat dikenai hukuman sehingga keadilan retributif tercapai,

namun harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Seseorang tidak dapat dikenai hukuman jika ia tidak tahu atau tidak

memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ia perbuat.

b) Orang tersebut sungguh-sungguh melakukan kejahatan.

c) Hukuman harus konsisten dan proporsional dengan kesalahannya.Isu

keadilan kompensasi dan retributif muncul pada saat kita berupaya

memperbaiki kesalahan.

Berdasarkan konsep Egalitarian (John Rawls), perspektif keadilan

berhubungan dengan pertanyaan: Bagaimana keadilan akan dapat dicapai ketika

beberapa orang yang bebas dan setara berusaha mencapai tujuannya namun

berbenturan dengan orang lain yang juga berusaha mencapai tujuannya (yang

mungkin saja tidak setara). Keadilan diartikan sebagai kewajaran (fairness). Konsep

keadilan ini mengakomodasi suatu kondisi dimana terjadi banyak perbedaan yang

menimbulkan kesulitan untuk menetapkan keadilan secara absolut, sehingga

diperlukan adanya personaljudgement untuk menetapkan kewajaran.

Keadilan menurut Egalitarian didasarkan pada 2 prinsip, yaitu:

53 | P a g e

Page 54:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a) Setiap orang memiliki kebebasan yang sama.

b) Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa sehingga:

- menguntungkan pihak yang paling kurang beruntung (prinsip

perbedaan);

- sesuai dengan tugas dan kedudukan yang terbuka bagi semua pihak

berdasarkan persamaan kesempatan (prinsip kesetaraan dalam

kesempatan).

Kedua prinsip di atas disusun menurut urutan prioritas artinya menjalankan prinsip a

dahulu, baru kemudian dapat menerapkan prinsip b.

a) Prinsip a.

Setiap orang memilki hak-hak dasar yang harus dipenuhi sebelum

ketidaksetaraan berdasarkan prinsip b dapat diterapkan. Kebebasan tidak

boleh dipertukarkan dengan kemakmuran, artinya seseorang yang mengikuti

kedua prinsip ini tidak boleh mengorbankan kebebasannya demi

meningkatkan kemakmurannya.

b) Prinsip b

Ada kondisi-kondisi yang menyebabkan orang yang rasional akan

membuat pengecualian terhadap prinsip a dan menerima bagian yang lebih

kurang sama atas beberapa barang primer. Dengan demikian, dalam

beberapa kasus, “setiap orang akan menjadi lebih baik dengan ketidak-

setaraan daripada kesetaraan. (dalam konteks manfaat dan beban). Ketidak-

setaraan dalam kekayaan dan kewenangan adalah adil hanya apabila

ketidak-setaraan itu mengakibatkan kompensasi manfaat/ keuntungan bagi

setiap orang, khususnya bagi anggota masyarakat yang paling tidak

beruntung.

Kepedulian.

Salah satu karakteristik pokok sudut pandang etika adalah objektivitas atau

ketidak berpihakan (impartiality), artinya setiap hubungan khusus yang kita miliki

dengan orang-orang (keluarga, teman, pegawai) harus dikesampingkan pada saat

kita mengambil keputusan atau melakukan tindakan. Hal ini tidak sesuai dengan teori

etika kepedulian Dalam masyarakat luas, tidak hanya di Indonesia, kepedulian dan

keberpihakan telah menjadi prinsip moral penting sebagaimana dikemukakan oleh

pandangan etika kepedulian atau etika komunitarian (historis, dipelopori oleh

54 | P a g e

Page 55:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

gerakan Feminisme).

Menurut pandangan Etika Kepedulian, kewajiban moral tidaklah mengikuti

prinsip-prinsip moral universal dan imparsial, melainkan memberikan perhatian dan

tanggapan terhadap kebaikan orang-orang tertentu yang mempunyai hubungan

dekat dan bernilai. Hubungan konkret tidaklah terbatas antar individu, atau antara

individu dengan kelompok, namun mencakup juga sistem hubungan yang lebih besar

yang membentuk komunitas konkret, karenanya Etika Kepedulian meliputi jenis-jenis

kewajiban yang disebut etika komunitarian.

Etika Komunitarian adalah etika yang melihat komunitas dan hubungan

komunal konkret memiliki nilai fundamental yang harus dilestarikan dan dibina. Yang

penting dalam etika komunitarian bukanlah individu-individu yang terisolasi, tetapi

komunitas yang di dalamnya individu-individu menemuka diri mereka dengan

memandang diri mereka sendiri sebagai bagian integral dari komunitas yang lebih

besar, dengan tradisi, kebudayaan dan sejarahnya.

Manfaat Dan Fungsi Etika Ketut Rinjin, 2004 melalui Sjafri Mangkuprawira, 2006 mengungkapkan peran

dan manfaat etika sebagai berikut.

1. Manusia hidup dalam jaringan norma moral, religius, hukum, kesopanan, adat

istiadat, dan permainan. Oleh karena itu, manusia harus siap mengorbankan sedikit

kebebasannya.

2. Norma moral memberikan kebebasan bagi manusia untuk bertindak sesuai

dengan kesadaran akan tanggung jawabnya - human act, dan bukan an act of man. Menaati norma moral berarti menaati diri sendiri, sehingga manusia menjadi

otonom dan bukan heteronom.

3. Sekalipun sudah ada norma hukum, etika tetap diperlukan karena:

a. Norma hukum tidak menjangkau wilayah abu-abu.

Norma dan hukum cepat ketinggalan zaman, sehingga sering mendapat celah-celah

hukum.

Norma hukum sering tidak mampu mendeteksi dampak secara etis dikemudian hari;

Etika mensyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang kejujuran, keadilan dan

prosedur yang wajar terhadap manusia dan masyarakat.

Asas legalitas harus tunduk pada asas moralitas.

4. Manfaat etika adalah:

55 | P a g e

Page 56:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. mengajak mengajak orang bersikap kritis dan rasional dalam mengambil

keputusan secara otonom;

mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang tertib, teratur,

damai dan sejahtera.

5. Perlu diwaspadai bahwa 'power tends to corrupt", Absolute power corrupts absolutely” serta pemimpin ala Machiavellian, yang galak seperti singa

dan licin seperti belut. Artinya Kekuasaan cenderung disalahgunakan, jika

kekuasaan itu absolut, penyalahgunaannyapun absolute. Jadi kekuasaan harus

disertai dengan pengawasan dan penegakan hukum. "the end justifies the means, even at all out” tujuan menghalalkan segala cara, apapun resikonya,

pokoknya menang atau untung, sehingga siapapun yang merintangi harus disingkirkan

atau dilibas.

Etika, disebut juga filsafat moral, adalah cabang filsafat yang berbicara tentang

praxis (tindakan) manusia dan merefleksikan ajaran moral. Lebih jauh lagi, Etika

tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana

manusia harus bertindak. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Dr. Irmayanti, dkk.

juga Popon Sjarif menyoroti sejauh mana etika mengatur tindakan manusia dan

peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut mereka, dalam kehidupan nyata

etika setidaknya mempunyai 3 fungsi yaitu sebagaimana yang akan dikemukakan

berikut ini.

Fungsi etika dalam tingkah laku dan pergaulan hidup manusia.

Etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik (karena itu ajaran

moral), tapi etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan

dengan berbagai moralitas yang membingungkan. Etika ingin menampilkan

keterampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk berargumentasi secara rasional dan

kritis.

Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap yang wajar dalam suasana

pluralisme. Pluralisme moral diperlukan karena:

a. Pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah

budaya dan agama yang hidup berdampingan.

b. Modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan

masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional.

c. Berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing

dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.

56 | P a g e

Page 57:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Peran etika menjadi nyata agar orang tidak mengalami krisis moral yang

berkepanjangan. Etika dapat membangkitkan kembali semangat hidup agar manusia

dapat menjadi manusia yang baik dan bijaksana melalui eksistensi profesinya.

a. Fungsi etika dalam pergaulan ilmiah.

Etika keilmuan menyoroti bagaimana peran seorang mahasiswa, ilmuwan

terhadap kegiatan yang sedang dilakukan (belajar, melakukan riset dan sebagainya).

Tanggung jawab mahasiswa dan ilmuan dipertaruhkan ketika ia dalam proses

kegiatan ilmiahnya terutama dalam sikap kejujuran ilmiah. Hal lain yang disoroti

sebagai fungsi etika dalam pergaulan ilmiah adalah masalah bebas nilai. Mereka

boleh meneliti apa saja sejauh itu sesuai dengan keinginan atau tujuan

penelitiannya.

b. Fungsi etika profesi.

Bagi seorang professional yang bergerak di bidang tertentu, etika profesi

dituangkan ke dalam suatu bentuk yang disebut dengan ‘kode etik’. Kode etik adalah

sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan

apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.

Adapun peran kode etik adalah sebagai berikut:

a. Pertama, sebagai “kompas” moral, penunjuk jalan bagi si profesional yang

berdasarkan nilai-nilai etisnya: hati nurani, kebebasan-tanggung jawab, kejujuran,

kepercayaan, hak-kewajiban dalam bentuk pelayanan/jasa sebaik-baiknya terhadap

kliennya.

b. Kedua, adanya kode etik akan melindungi klien dari perbuatan yang tidak

profesional sehingga diharapkan dapat menjamin kepercayaan masyarakat

(klienklien) terhadap pelayanan yang diberikan oleh si profesional.

57 | P a g e

Page 58:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

RANGKUMAN

PENGERTIAN ETIKA Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, Ethikos, berarti timbul dari kebiasaan.

Dari sekian banyak pengertian yang diberikan pada etika, definisi etika dapat

disimpulkan sebagai studi untuk memahami apa yang merupakan kehidupan yang baik

dan menaruh perhatian terhadap penciptaan kondisi bagi orang-orang untuk

mencapai kehidupan yang baik tersebut. Menurut K. Bertens, etika bisnis adalah

pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu sebagai berikut:

Meta-etika (studi konsep etika), sebagai suatu jalan menuju konsepsi atas benar

atau tidaknya suatu tindakan atau peristiwa.

Etika normatif (studi penentuan nilai etika), etika yang menetapkan berbagai

sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa

yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam

hidup ini.

Etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika), memberi pemahaman tentang

spektrum bidang terapan etika sekaligus menunjukkan bahwa etika merupakan

pengetahuan praktis.

SEJARAH ETIKA Etika Filsafat Yunani Kuno: Socrates, Plato, Aristoteles.

Menurut Socrates, objek utama dari aktivitas manusia adalah kebahagiaan,

dan sarana yang diperlukan untuk mencapainya adalah kebajikan. Plato

menyatakan bahwa summum bonum terdiri atas imitasi sempurna dari Tuhan, baik

yang mutlak, tiruan yang tidak dapat diwujudkan sepenuhnya dalam hidup ini.

Aristoteles lebih memilih untuk mengambil fakta-fakta pengalaman sebagai titik

awalnya, menganalisis secara akurat, dan berusaha untuk melacak penyebab

tertinggi dan utama.

Etika Filsafat Yunani dan Romawi: Hedonisme, Epicurus, Sinis, Stoicisme, Skeptis

Etika hedonistik menganggap disposisi gembira dan ceria sebagai kebaikan

dan kebahagiaan tertinggi manusia. Epicurus (341-270 SM) menyatakan bahwa

jumlah total terbesar yang mungkin dari kenikmatan spiritual dan sensual, dengan

58 | P a g e

Page 59:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

kemungkinan kebebasan terbesar dari ketidaksenangan. Para Sinis mengajarkan

kebalikan dari Hedonisme, yaitu bahwa kebajikan saja sudah cukup untuk

kebahagiaan, bahwa kesenangan adalah kejahatan, dan bahwa manusia benar-

benar bijaksana atas hukum manusia. Kaum Stoa berusaha memperbaiki dan

menyempurnakan pandangan Antisthenes. Cicero memberikan sebuah eksposisi

lengkap dari kebajikan kardinal dan kewajiban terhubung dengan mereka.

Etika: Sejarah Moralitas Kristen

Santo Paulus mengajarkan (Roma, ii, 24 persegi), Tuhan telah menulis

hukum moral di hati semua orang. Hukum ini memanifestasikan dirinya dalam hati

nurani setiap orang dan adalah norma yang menurut seluruh umat manusia akan

dinilai pada hari perhitungan.

Etika: Sejarah Filsafat Abad Pertengahan Etika

Sebuah garis tajam pemisahan antara filsafat dan teologi, dan khususnya

antara etika dan teologi moral, pertama kali bertemu dengan dalam karya-karya

terpelajar besar Abad Pertengahan, khususnya Albert (1193-1280) Besar, Thomas

Aquinas (1225 -1274), Bonaventura (1221-1274), dan Duns Scotus (1274-1308).

Etika: Sejarah Filsafat Etika 1500-1700-an.

Etika: Sejarah Filsafat Etika: Kant, John Stuart Mill, Altruisme.

Etika: Filsafat Evolusioner, Sosialisme, Nietzsche.

TEORI ETIKA Teori Teleleologi.

Teori teleleologi disebut juga teori konsekuensialis, menyatakan bahwa nilai

moral suatu tindakan ditentukan semata-mata oleh konsekuensi tindakan

tersebut.Benar atau salahnya tindakan ditentukan oleh hasil atau akibat dari tindakan

tersebut.Teori Teleleologi yang sangat menonjol adalah utilitarianisme.Bentuk klasik

utilitarianisme dinyatakan sebagai berikut: “ Suatu tindakan adalah benar jika dan

hanya jika tindakan itu menghasilkan selisih terbesar kesenangan di atas kesedihan

bagi setiap orang.”Utilitarianisme mencakup empat prinsip, yaitu Konsekuensialisme,

Hedonisme, Maksimalisme, dan Universalisme.

Teori Deontologi

Teori deontologi menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan

akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan

kewajiban berarti sudah melakukan kebaikan.Deontologi tidak terpaku pada

59 | P a g e

Page 60:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR
Page 61:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

hukuman terhadap pelaku kesalahan.

Berdasarkan konsep Egalitarian (John Rawls), keadilan diartikan sebagai

kewajaran (fairness). Keadilan menurut Egalitarian didasarkan pada 2 prinsip, yaitu:

a. Setiap orang memiliki kebebasan yang sama.

b. Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa.

Kedua prinsip di atas disusun menurut urutan prioritas artinya menjalankan prinsip a

dahulu, baru kemudian dapat menerapkan prinsip b.

Kepedulian

Etika Kepedulian meliputi jenis-jenis kewajiban yang disebut etika

komunitarian. Etika Komunitarian melihat komunitas dan hubungan komunal konkret

memiliki nilai fundamental yang harus dilestarikan dan dibina.

MANFAAT DAN FUNGSI ETIKA Sekalipun sudah ada norma hukum, etika tetap diperlukan karena:

a. Norma hukum tidak menjangkau wilayah abu-abu.

b. Norma hukum cepat ketinggalan zaman.

c. Norma hukum sering tidak mampu mendeteksi dampak secara etis dikemudian

hari.

d. Etika mensyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang kejujuran, keadilan

dan prosedur yang wajar terhadap manusia dan masyarakat.

e. Asas legalitas harus tunduk pada asas moralitas.

Fungsi etika

a. Fungsi etika dalam tingkah laku dan pergaulan hidup manusia.

Etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan

dengan berbagai moralitas yang membingungkan.

b. Fungsi etika dalam pergaulan ilmiah.

Etika keilmuan menyoroti bagaimana peran seorang mahasiswa,

ilmuwan terhadap kegiatan yang sedang dilakukan (belajar, melakukan riset).

c. Fungsi etika profesi.

Etika profesi dituangkan ke dalam suatu bentuk yang disebut dengan

‘kode etik’. Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis

yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak

benar dan tidak baik bagi profesional.

61 | P a g e

Page 62:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

SOAL-SOAL Pilihan Ganda 1. Jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu tindakan atau peristiwa

termasuk di salam studi … .

a. Etika Normatif b. Etika Terapan

c. Etika Deskriptif d. Etika Analisis

2. Yang bukan pengertian etika adalah … .

a. Studi tentang prinsip-prinsip perilaku baik dan benar sebagai falsafat moral.

b. Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia

c. Sistem yang ideal, luhur dan baik dalam teori, yang tidak ada gunanya dalam

praktek.

d. Norma-norma yang dianut oleh kelompok, golongan masyarakat tertentu

mengenai perbuatan yang baik dan benar.

3. Asal mula kata etika adalah “ethikos”, yang berasal dari bahasa … .

a. Latin b. Romawi Kuno

c. Spanyol d. Yunani Kuno

4. Studi yang menunjukkan bahwa etika merupakan pengetahuan praktis dalam

berbagai aspek kehidupan adalah … .

a. Meta-Etika b. Etika Normatif

c. Etika Terapan d. Etika Deskriptif

5. Siapa tokoh yang dianggap menjadi penggagas etika pertama kali?

a. Plato b. Aristoteles

c. Sokrates d. Phytagoras

6. Apa inti dari filsafat etika periode perkembangan Kristen?

a. Hubungan Tuhan dengan dunia

b. Hukum moral berasal dari Tuhan

c. Moral didasarkan atas wahyu

d. Adanya penilaian atas moral tiap manusia di hari akhir

7. Apa yang menjadi dasar filsafat etika Immanuel Kant?

a. Akal manusia b. Hukum alam

c. Hukum universal d. Moralitas social

62 | P a g e

Page 63:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

8. Apa yang dimaksud etika filsafat evolusioner?

a. Menganggap bahwa etika manusia adalah perkembangan alam

b. Etika manusia hasil dari evolusi hewan buas zaman dahulu

c. Etika berdasarkan nafsu

d. Etika hasil kreasi alam

9. Salah satu teori yang mendasarkan penilaian etis dari sisi konsekuensi/akibat

dari suatu tindakan adalah:

a. Etika Keutamaan b. Etika Deontologi

c. Etika Kantian d. Etika Teleleologi

10. Tindakan yang benar adalah tindakan yang tidak hanya memiliki konsekuensi

berupa beberapa kebaikan, tetapi juga jumlah terbesar konsekuensi baik setelah

memperhitungkan konsekuensi buruk. Hal tersebut merupakan salah satu prinsip

dalam Utilitarianisme, yaitu:

a. Hedonisme b. Konsekuensi

c. Maksimalisasi d. Universalisme

11. Tiga kriteria agar suatu tindakan atau prinsip adalah bermoral, kecuali:

a. Universalitas

b. Otonomi

c. Maksimalisasi

d. Menghargai makhluk rasional

12. Dalam tujuh kewajiban moral menurut Ross, salah satunya adalah Fidelity, yaitu:

a. Kewajiban tidak merugikan

b. Kewajiban berbuat baik

c. Kewajiban ganti rugi

d. Kewajiban menepati janji

13. Hal utama yangdibahas dalam teori keutamaan (virtue) ini adalah …

a. Akhlak manusia b. Perilaku manusia

c. Kewajiban manusia d. Hak manusia

14. Berikut ini merupakan tindakan yang mencerminkan sifat keutamaan, kecuali …

a. Disposisi b. Kemauan/kehendak

c. Pembiasaan diri d. Keadilan

15. Hal berikut ini merupakan contoh yang mencerminkan sifat-sifat keutamaan,

kecuali…

63 | P a g e

Page 64:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. Kebaikan b. Rasa malu

c. Kepercayaan diri d. Kelancangan

16. Tindakan berikut yang dapat dilakukan agar dalam kehidupan sehari-hari

seseorang dapat melakukan tindakan keutamaan adalah …

a. Mengingat kesuksesan masa lalu

b. Mengingat keterpurukan masa lalu

c. Mengingat masa depan yang terbentang

d. Mengingat orang-orang yang ada di sekitar

17. Hak yang melibatkan klaim terhadap setiap orang, atau kemanusiaan secara umum merupakan pengertian dari..... a. Hak moral b. Hak sosial

c. Hak umum d. Hak absolut

18. Berikut ini adalah kondisi dimana seseorang mempunyai kewajiban moral untuk

memberikan kompensasi kepada pihak yang menjadi korban, kecuali.......

a. Perbuatan yang menyebabkan kerugian merupakan perbuatan yang salah

atau merupakan kelalaian (negligence)

b. Perbuatan yang membuat seseorang merasa rendah diri dan tersakiti karena

tingkah laku kita

c. Perbuatan orang yang bersangkutan merupakan penyebab sesungguhnya

kerugian tersebut

d. Orang tersebut secara sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan

kerugian.

19. Salah satu karakteristik pokok sudut pandang etika adalah......

a. kreativitas b. subjektivitas

c. solvabilitas d. objektivitas

20. Sekalipunsudah ada norma hukum, etika tetap diperlukan karena, kecuali......

a. Norma hukum tidak dapat menjangkau wilayah abu-abu.

b. Norma dan hukum cepat ketinggalan zaman, sehingga sering mendapat

celah-celah hukum.

c. Norma hukum sering tidak mampu mendeteksi dampak secara etis

dikemudian hari;

d. Etika tidak mensyaratkan pemahaman dan kepedulian tentang kejujuran,

keadilan dan prosedur yang wajar terhadap manusia dan masyarakat.

64 | P a g e

Page 65:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Essay

1. Jelaskan kaitan etika terapan dengan etika pada umumnya!

2. Mengapa banyak tokoh filsafat di awal terbentuknya berasal dari bangsa Yunani?

3. Berdasarkan Teori Teleleologi dan Deontologi, bagaimana kita dapat menentukan

bahwa suatu tindakan itu baik atau tidak baik?

4. Sebut dan jelaskan tindakan yang mencerminkan sifat keutamaan!

5. Berikan contoh-contoh hak yang termasuk hak umum!

65 | P a g e

Page 66:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

TEORI DAN KONSEP ETIKA II

Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa mampu memahami perbedaan etika dengan etiket serta pengertian nilai dan norma

A. Etika 1. Pengertian Etika.

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup

tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya

manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati

dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing

yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan

kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai

dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi

umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.

Untuk itu perlu kiranya bagi kita mengetahui tentang pengertian etika serta

macammacam etika dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah:

a. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.

Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak.

Nilai mengenai yang benar dan salah yang dianut masyarakat.

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’

yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti

yaitu: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat,

akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat

kebiasaan. Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila (Sanskerta), lebih

66 | P a g e

3

Page 67:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Dan

yang kedua adalah Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.

Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika

yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara

etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa

dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000).

Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata

maka kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua

kamus mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita

lihat dari perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata ‘etika’ yang

terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa

Indonesia yang baru. Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta,

sejak 1953 - mengutip dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu

pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1988 - mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti:

a. ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban

moral (akhlak);

kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa

Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu.

Sedangkan Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita

misalnya sedang membaca sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis

etika merosot terus” maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat

dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari

kata ‘etika’ dalam kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai

mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata

‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap.

K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik

dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti

dan susunannya menjadi seperti berikut :

67 | P a g e

Page 68:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu

kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang

etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang

dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem

nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada

taraf sosial;

b. kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh :

Kode Etik Jurnalistik;

c. ilmu tentang yang baik atau buruk.

Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan

nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam

suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu

penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.

Etika berkaitan dengan nilai, norma, dan moral. Di dalam Dictionary of

Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan

yang dipercayai dan pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi nilai itu

hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu

sendiri.

Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan,

dambaan-dambaan dan keharusan. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat

dikelompokkan dalam empat tingkatan yaitu:

a. Nilai-nilai kenikmatan

Dalam tingkatan ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan tidak

mengenakkan yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak.

b. Nilai-nilai kehidupan

Dalam tingkatan ini terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi kehidupan

misalnya kesehatan, kesegaran jasmani, dan kesejahteraan umum.

c. Nilai-nilai kejiwaan

Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali tidak

tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Misalnya nilai keindahan,

kebenaran maupun lingkungan.

d. Nilai-nilai kerohanian

68 | P a g e

Page 69:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Dalam tingkat ini terdapatlah modalitas nilai dari yang suci dan tidak suci.

Misalnya nilai-nilai pribadi. Ada empat macam nilai-nilai kerohanian, yaitu:

1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.

2) Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada perasaan manusia.

3) Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak

manusia.

4) Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai ini

bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Istilah moral

mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Makna moral yang terkandung

dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Jadi

norma sebagai penuntun sikap dan tingkah laku manusia. Antara norma dan etika

memiliki hubungan yang sangat erat yaitu etika sebagai ilmu pengetahuan yang

membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.

Etika memiliki peranan atau fungsi diantaranya yaitu:

a. Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan penilaian

tentang perilaku manusia

b. Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok

dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa

c. Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita

hadapi sekarang.

d. Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa dalam menjalankan

aktivitas kemahasiswaanya.

e. Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika

kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.

2. Macam-Macam Etika.

Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan

kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia

disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat

hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan

pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk

berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau

69 | P a g e

Page 70:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991:

23), sebagai berikut:

a. Etika Deskriptif.

Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku

manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu

yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa

adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait

dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang

kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang

dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara

etis.

b. Etika Normatif.

Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan

seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia

dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan

normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan

menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang

disepakati dan berlaku di masyarakat.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat

diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:

a. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus

membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.

b. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan

baik buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak

melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan

waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat

sosiologik.

c. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif,

dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku

manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi,

menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif

dan reflektif.

70 | P a g e

Page 71:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Etiket Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata

“etiket”, yaitu:

1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-barang

(dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu.

2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu

diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah

tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya. Istilah etika

sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores),

sedangkan kata etiket adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam

pergaulan formal. Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara normatif

yang etis. Artinya memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana

seharusnya seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu

perbuatan.Istilah etiket berasal dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu

kartu undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis

mengadakan pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan

atau bangsawan.

Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai

peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata

busana), cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan si

kap serta perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau

resmi.Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan

kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab.

Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun

yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam

bertingkah laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan. Perbedaan Etika dan Etiket 1. Hubungan Etika dengan Manusia.

Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam

contoh kasus mahasiswa Universitas Muslim Indonesia yang sudah diceritakan di

atas, dapat kita nilai bahwa etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa

maupun orang lain, dengan memahami peranan etika mahasiswa dapat bertindak

71 | P a g e

Page 72:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

sewajarnya dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya di saat

mahasiswa berdemonstrasi menuntut keadilan etika menjadi sebuah alat kontrol

yang dapat menahan mahasiswa agar tidak bertindak anarkis. Dengan etika

mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu.

Islam telah mengajarkan kepada bahwa kita harus berperilaku sopan terhadap orang

yang lebih tua dari kita dan etika juga sudah di jelaskan di dalam Islam, etika di

dalam Islam sama dengan akhlaq, dan mahasiswa sebagai mahluk Allah SWT. yang

telah diberikan karunia berupa akal, akhlaq yang baik ditujukan bukan hanya kepada

manusia saja melainkan kepada semua mahluk baik mahluk hidup ataupun benda

mati.

Sebagai seorang mahasiswa yang beretika, mahasiswa harus memahami betul

arti dari kebebasan dan tanggung jawab, karena banyak mahasiswa yang apabila

sedang berdemonstrasi memaknai kebebasan dengan kebebasan yang tidak

bertangung jawab.

2. Etika dan Etiket.

Banyak orang sangat familiar dengan kata “etika”. Di berbagai kesempatan,

kata etika seringkali digunakan dalam konteks kesopanan atau norma. Dalam

konteks bisnis dan dunia kerja etika menjadi suatu pokok bahasan yang menarik

untuk diulas. Bahkan di beberapa perguruan tinggi, etika dijadikan satu bahasan

tersendiri yang dibakukan dalam sebuah mata kuliah, sebut saja etika bisnis dan

etika profesi. Namun tahukah anda terkadang banyak dari kita yang salah

menggunakan kata etika dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali maknanya

tercampur dengan kata ”etiket”.

Berbeda dengan kata etika, hanya sedikit orang yang familiar dengan kata

etiket. Wajar saja, karena sedikitnya literatur, publikasi dan informasi yang berbicara

mengenai kata yang satu ini. Dari segi ejaan, kata ini hampir mirip dengan etika,

namun maknanya tidak mirip sama sekali.

Etiket merupakan suatu tata krama atau tata sopan santun yang menyangkut

sikap lahiriah manusia. Pelanggaran terhadap sikap ini tidak menjadikan seseorang

dicap sebagai manusia yang tidak bermoral. Sedangkan Etika dipahami sebagai

suatu usaha manusia untuk menggunakan akal budinya dalam usaha mencapai

hidup dengan lebih baik. Disini ada unsur penilaian terhadap suatu norma, nilai atau

72 | P a g e

Page 73:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

agama tertentu. Pelanggaran terhadap sikap ini bisa dicap sebagai manusia tidak

bermoral. Etiket lebih bersifat lahiriah sedangkan etika batiniah.

Sebagai contoh, seorang direktur di sebuah perusahaan disebut manusia

yang mempunyai etiket. Ini karena ia adalah orang yang disiplin, rapih dalam

berpakaian, selalu mengerjakan tugasnya dengan baik, berbicara sopan, senyum

menghias mukanya dan selalu menjaga hubungan baik dengan klien. Walaupun

begitu ternyata ia adalah manusia yang dinilai tidak ber-etika. Dalam menjalankan

bisnis ia selalu berbuat curang dengan melakukan penyuapan di berbagai tender, ia

juga melakukan tindakan nepotisme di kantornya dan terkadang melakukan

pelecehan terhadap karyawannya.

Begitu pula dengan seorang koruptor, mafia kasus, pejabat/birokrat hukum

yang menjadi sorotan negatif akhir-akhir ini. Lihatlah mereka, berjas rapih, senyam-

senyum di depan wartawan dan beretorika bagus di pengadilan dan konferensi pers.

Tentunya sangat gamblang kita menilai bahwa mereka adalah manusia-manusia

yang tidak punya etika, namun belum tentu mereka tidak mempunyai etiket.

K. Bertens dalam bukunya yang berjudul “Etika” (2000) memberikan 4

(empat) macam perbedaan etiket dengan etika, yaitu :

1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia.

Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus

menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya

dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket.

Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi

norma dari perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain

tanpa izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan

mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan

apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.

2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di

sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka

etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil

meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket.

Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak

melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian.

73 | P a g e

Page 74:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal:

Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau

barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah

lupa.

3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa

saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau

bersendawa waktu makan.

Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan membunuh” merupakan

prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.

4. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada

etiket bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampi sebagai “manusia

berbulu ayam”, dari luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.

Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin

bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-sungguh

baik.

Nilai 1. Pengertian Nilai.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan

berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna

bagi kehidupan manusia. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan

penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam

pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya

sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi.

Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu,

sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara

langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk

adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai

dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran

lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu

kemudian dinamakan Nilai Instrumental.

Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang

dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam

bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-

74 | P a g e

Page 75:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

batasyang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh

bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.

Nilai sama dengan sesuatu yang menyenangkan kita, nilai identik dengan

apa yang diinginkan, nilai merupakan sarana pelatihan kita, nilai pengalaman pribadi

semata, nilai ide platonic esensi.

2. Pengertian Nilai Para Ahli.

a. Kimball Young

Mengemukakan nilai sosial adalah asumsi yang abstrak dan sering tidak

disadari tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.

A.W.Green

Nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi

terhadap objek.

Woods

Mengemukakan bahwa nilai sosial merupakan petunjuk umum yang telah

berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan

sehari-hari

M.Z.Lawang

Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan,yang

pantas,berharga,dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai

tersebut.

Hendropuspito

Menyatakan nilai sosial adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena

mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.

Driyarkara (1966,38)

Nilai adalah hakekat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh

manusia.

Fraenkel (1977:6)

Nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang

dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh sesorang, biasanya mengacu

kepada estetika (keindahan), etika pola prilaku dan logika benar salah atau keadilan

justice. (Value is any idea, a concept , about what some one think is important in life)

Kuntjaraningrat(1992:26)

75 | P a g e

Page 76:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Menyebutkan sisten nilai budaya terdiri dari konsepi-konsepi yang hidup

dalam alam pikiran sebagian besar keluarga masyarakat, mengenai hal-hal yang

harus mereka anggap bernilai dalam hidup.

John Dewey

Value is any object of social interest

Endang Sumantri

Sesuatu yang berharga, yang penting dan berguna serta menyenangkan

dalam kehidupan manusia yang dipengaruhi pengetahuan dan sikap yang ada pada diri

atau hati nuraninya.

Kosasih Jahiri

Tuntunan mengenai apa yang baik, benar dan adil

M.I. Soelaeman

Agama diarahkan pada perintah dan larangan, dorongan dan cegahan, pujian

dan kecaman, harapan dan penyesalan, ukuran baik buruk, benar salah, patuh tidak

patuh, adil tidak adil

Darji

Nilai ialah yang berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan rohani

Encylopedi Brittanca 963

Nilai kualitas dari sesuatu objek yang menyangkut jenis apresiasi atau minat.

(Rokeach, 1973 hal. 5)

“Value is an enduring belief that a specific mode of conduct or end-state of existence is personally or socially preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence.” (Feather, 1994 hal. 184)

“Value is a general beliefs about desirable or undesireable ways of behaving and about desirable or undesireable goals or end-states.” (Schwartz, 1994 hal. 21)

“Value as desireable transsituatioanal goal, varying in importance, that serve as guiding principles in the life of a person or other social entity.” Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah

1. suatu keyakinan,

2. berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu,

3. melampaui situasi spesifik,

76 | P a g e

Page 77:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

4. mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-

kejadian, serta

5. tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman

tentang nilai, yaitu:

a. suatu keyakinan,

b. berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara

bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai

prinsip atau standar dalam hidupnya.

Jadi, dalam membentuk tipologi dari nilai-nilai, Schwartz mengemukakan teori

bahwa nilai berasal dari tuntutan manusia yang universal sifatnya yang direfleksikan

dalam kebutuhan organisme, motif sosial (interaksi), dan tuntutan institusi sosial

(Schwartz & Bilsky, 1987). Ketiga hal tersebut membawa implikasi terhadap nilai

sebagai sesuatu yang diinginkan. Schwartz menambahkan bahwa sesuatu yang

diinginkan itu dapat timbul dari minat kolektif (tipe nilai benevolence, tradition, conformity) atau berdasarkan prioritas pribadi / individual (power, achievement, hedonism, stimulation, self-direction), atau kedua-duanya (universalism, security).

Nilai individu biasanya mengacu pada kelompok sosial tertentu atau disosialisasikan

oleh suatu kelompok dominan yang memiliki nilai tertentu (misalnya pengasuhan

orang tua, agama, kelompok tempat kerja) atau melalui pengalaman pribadi yang

unik (Feather, 1994; Grube, Mayton II & Ball-Rokeach, 1994; Rokeach, 1973;

Schwartz, 1994).

Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang

hanya ‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus

tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan

akhir tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). ‘Lebih diinginkan’ ini memiliki

pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka

nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.

Sebagaimana terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk

berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh

pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis

individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach,

77 | P a g e

Page 78:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin

berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai

budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985).

Dari hasil penelitiannya di 44 negara, Schwartz (1992, 1994) mengemukakan

adanya 10 tipe nilai (value types) yang dianut oleh manusia, yaitu :

1. Power

Tipe nilai ini merupakan dasar pada lebih dari satu tipe kebutuhan yang

universal, yaitu transformasi kebutuhan individual akan dominasi dan kontrol yang

diidentifikasi melalui analisa terhadap motif sosial. Tujuan utama dari tipe nilai ini

adalah pencapaian status sosial dan prestise, serta kontrol atau dominasi terhadap

orang lain atau sumberdaya tertentu. Nilai khusus (spesific values) tipe nilai ini

adalah : social power, authority, wealth, preserving my public image dan social

recognition.

Achievement

Tujuan dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi dengan menunjukkan

kompetensi sesuai standar sosial. Unjuk kerja yang kompeten menjadi kebutuhan

bila seseorang merasa perlu untuk mengembangkan dirinya, serta jika interaksi

sosial dan institusi menuntutnya. Nilai khusus yang terdapat pada tipe nilai ini

adalah: succesful, capable, ambitious, influential.

Hedonism

Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik dan kenikmatan yang

diasosiasikan dengan pemuasan kebutuhan tersebut. Tipe nilai ini mengutamakan

kesenangan dan kepuasan untuk diri sendiri. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini

adalah : pleasure, enjoying life.

Stimulation

Tipe nilai ini bersumber dari kebutuhan organismik akan variasi dan

rangsangan untuk menjaga agar aktivitas seseorang tetap pada tingkat yang optimal.

Unsur biologis mempengaruhi variasi dari kebutuhan ini, dan ditambah pengaruh

pengalaman sosial, akan menghasilkan perbedaan individual tentang pentingnya

nilai ini. Tujuan motivasional dari tipe nilai ini adalah kegairahan, tantangan dalam

hidup. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah : daring, varied life, exciting

life.

Self-direction

78 | P a g e

Page 79:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang tidak terikat

(independent), seperti memilih, mencipta, menyelidiki. Self-direction bersumber dari

kebutuhan organismik akan kontrol dan penguasaan (mastery), serta interaksi dari

tuntutan otonomi dan ketidakterikatan. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini

adalah : creativity, curious, freedom, choosing own goals, independent.

Universalism

Tipe nilai ini termasuk nilai-nilai kematangan dan tindakan prososial. Tipe nilai ini

mengutamakan penghargaan, toleransi, memahami orang lain, dan perlindungan

terhadap kesejahteraan umat manusia. Contoh nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini

adalah : broad-minded, social justice, equality, wisdom, inner harmony.

Benevolence

Tipe nilai ini lebih mendekati definisi sebelumnya tentang konsep prososial.

Bila prososial lebih pada kesejahteraan semua orang pada semua kondisi, tipe nilai

benevolence lebih kepada orang lain yang dekat dari interaksi sehari-hari. Tipe ini

dapat berasal dari dua macam kebutuhan, yaitu kebutuhan interaksi yang positif

untuk mengembangkan kelompok, dan kebutuhan organismik akan afiliasi. Tujuan

motivasional dari tipe nilai ini adalah peningkatan kesejahteraan individu yang terlibat

dalam kontak personal yang intim. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini adalah :

helpful, honest, forgiving, responsible, loyal, true friendship, mature love.

Tradition

Kelompok dimana-mana mengembangkan simbol-simbol dan tingkah laku

yang merepresentasikan pengalaman dan nasib mereka bersama. Tradisi sebagian

besar diambil dari ritus agama, keyakinan, dan norma bertingkah laku. Tujuan

motivasional dari tipe nilai ini adalah penghargaan, komitmen, dan penerimaan

terhadap kebiasaan, tradisi, adat istiadat, atau agama. Nilai khusus yang termasuk

tipe nilai ini adalah : humble, devout, accepting my portion in life, moderate, respect

for tradition.

Conformity

Tujuan dari tipe nilai ini adalah pembatasan terhadap tingkah laku, dorongan-

dorongan individu yang dipandang tidak sejalan dengan harapan atau norma sosial.

Ini diambil dari kebutuhan individu untuk mengurangi perpecahan sosial saat

interaksi dan fungsi kelompok tidak berjalan dengan baik. Nilai khusus yang

79 | P a g e

Page 80:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

termasuk tipe nilai ini adalah : politeness, obedient, honoring parents and elders, self

discipline.

Security

Tujuan motivasional tipe nilai ini adalah mengutamakan keamanan, harmoni,

dan stabilitas masyarakat, hubungan antar manusia, dan diri sendiri. Ini berasal dari

kebutuhan dasar individu dan kelompok. Tipe nilai ini merupakan pencapaian dari

dua minat, yaitu individual dan kolektif. Nilai khusus yang termasuk tipe nilai ini

adalah : national security, social order, clean, healthy, reciprocation of favors, family

security, sense of belonging.

3. Struktur Hubungan Nilai.

Selain adanya 10 tipe nilai ini, Schwartz juga berpendapat bahwa terdapat

suatu struktur yang menggambarkan hubungan di antara nilai-nilai tersebut. Untuk

mengidentifikasi struktur hubungan antar nilai, asumsi yang dipegang adalah bahwa

pencapaian suatu tipe nilai mempunyai konsekuensi psikologis, praktis, dan sosial

yang dapat berkonflik atau sebaliknya berjalan seiring (compatible) dengan

pencapaian tipe nilai lain. Misalnya, pencapaian nilai achievement akan berkonflik

dengan pencapaian nilai benevolence, karena individu yang mengutamakan

kesuksesan pribadi dapat merintangi usahanya meningkatkan kesejahteraan orang

lain. Sebaliknya, pencapaian nilai benevolence dapat berjalan selaras dengan

pencapaian nilai conformity karena keduanya berorientasi pada tingkah laku yang

dapat diterima oleh kelompok sosial.

Pencapaian nilai yang seiring satu dengan yang lain menghasilkan sistem

hubungan antar nilai sebagai berikut :

1. Tipe nilai power dan achievement, keduanya menekankan pada superioritas

sosial dan harga diri

2. Tipe nilai achievement dan hedonism, keduanya menekankan pada pemuasan

yang terpusat pada diri sendiri

3. Tipe nilai hedonism dan stimulation, keduanya menekankan keinginan untuk

memenuhi kegairahan dalam diri

4. Tipe nilai stimulation dan self-direction, keduanya menekankan minat intrinsik

dalam bidang baru atau menguasai suatu bidang

5. Tipe nilai self-direction dan universalism, keduanya mengekspresikan keyakinan

terhadap keputusan atau penilaian diri dan pengakuan terhadap adanya

80 | P a g e

Page 81:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

keragaman dari hakekat kehidupan

6. Tipe nilai universalism dan benevolence, keduanya menekankan orientasi

kesejahteraan orang lain dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi

7. Tipe nilai benevolence dan conformity, keduanya menekankan tingkah laku

normatif yang menunjang interaksi intim antar pribadi

8. Tipe nilai benevolence dan tradition, keduanya mengutamakan pentingnya arti

suatu kelompok tempat individu berada

9. Tipe nilai conformity dan tradition, keduanya menekankan pentingnya memenuhi

harapan sosial di atas kepentingan diri sendiri

10. Tipe nilai tradition dan security, keduanya menekankan pentingnya aturan-aturan

sosial untuk memberi kepastian dalam hidup

11. Tipe nilai conformity dan security, keduanya menekankan perlindungan terhadap

aturan dan harmoni dalam hubungan sosial

12. Tipe nilai security dan power, keduanya menekankan perlunya mengatasi

ancaman ketidakpastian dengan cara mengontrol hubungan antar manusia dan

sumberdaya yang ada.

Berdasarkan adanya tipe nilai yang sejalan dan berkonflik, Schwartz

menyimpulkan bahwa tipe nilai dapat diorganisasikan dalam dimensi bipolar, yaitu :

1. Dimensi opennes to change yang mengutamakan pikiran dan tindakan

independen yang berlawanan dengan dimensi conservation yang mengutamakan

batasan-batasan terhadap tingkah laku, ketaatan terhadap aturan tradisional, dan

perlindungan terhadap stabilitas. Dimensi opennes to change berisi tipe nilai

stimulation dan self direction, sedangkan dimensi conservation berisi tipe nilai

conformity, tradition, dan security.

2. Dimensi yang kedua adalah dimensi self-transcendence yang menekankan

penerimaan bahwa manusia pada hakekatnya sama dan memperjuangkan

kesejahteraan sesama yang berlawanan dengan dimensi self-enhancement yang

mengutamakan pencapaian sukses individual dan dominasi terhadap orang lain.

Tipe nilai yang termasuk dalam dimensi self-transcendence adalah universalism dan

benevolence. Sedangkan tipe nilai yang termasuk dalam dimensi self-enhancement

adalah achievement dan power. Tipe nilai hedonism berkaitan baik dengan dimensi

self-enhancement maupun openness to change.

4. Fungsi Nilai.

81 | P a g e

Page 82:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Fungsi utama dari nilai dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai sebagai standar (Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994), fungsinya ialah:

1) Membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu dalam social issues

tertentu (Feather, 1994).

2) Mempengaruhi individu untuk lebih menyukai ideologi politik tertentu

dibanding ideologi politik yang lain.

3) Mengarahkan cara menampilkan diri pada orang lain.

4) Melakukan evaluasi dan membuat keputusan.

5) Mengarahkan tampilan tingkah laku membujuk dan mempengaruhi orang

lain, memberitahu individu akan keyakinan, sikap, nilai dan tingkah laku

individu lain yang berbeda, yang bisa diprotes dan dibantah, bisa dipengaruhi

dan diubah.

b. Sistim nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan

keputusan (Feather, 1995; Rokeach, 1973; Schwartz, 1992, 1994). Situasi tertentu

secara tipikal akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistim nilai individu. Umumnya

nilai-nilai yang teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang

bersangkutan.

c. Fungsi motivasional

Fungsi langsung dari nilai adalah mengarahkan tingkah laku individu dalam

situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak langsungnya adalah untuk

mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan memiliki fungsi

motivasional. Nilai dapat memotivisir individu untuk melakukan suatu tindakan

tertentu (Rokeach, 1973; Schwartz, 1994), memberi arah dan intensitas emosional

tertentu terhadap tingkah laku (Schwartz, 1994). Hal ini didasari oleh teori yang

menyatakan bahwa nilai juga merepresentasikan kebutuhan (termasuk secara

biologis) dan keinginan, selain tuntutan sosial (Feather, 1994; Grube dkk., 1994).

d. Nilai Sebagai Keyakinan (Belief)

Dari definisinya, nilai adalah keyakinan (Rokeach, 1973; Schwartz, 1994;

Feather, 1994) sehingga pembahasan nilai sebagai keyakinan perlu untuk

memahami keseluruhan teori nilai, terutama keterkaitannya dengan tingkah laku.

Nilai itu sendiri merupakan keyakinan yang tergolong preskriptif atau proskriptif, yaitu

beberapa cara atau akhir tindakan dinilai sebagai diinginkan atau tidak diinginkan.

Hal ini sesuai dengan definisi dari Allport bahwa nilai adalah suatu keyakinan yang

82 | P a g e

Page 83:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

melandasi seseorang untuk bertindak berdasarkan pilihannya (dalam Rokeach,

1973). Robinson dkk. (1991) mengemukakan bahwa keyakinan, dalam konsep

Rokeach, bukan hanya pemahaman dalam suatu skema konseptual, tapi juga

predisposisi untuk bertingkah laku yang sesuai dengan perasaan terhadap obyek

dari keyakinan tersebut.

5. Pengukuran Nilai.

Selama ini pengukuran nilai didasarkan kepada hasil evaluasi diri yang

dilaporkan oleh individu ke dalam suatu skala pengukuran (mis. Rokeach value

survey, Schwartz value survey). Evaluasi diri membutuhkan pemahaman kognitif

maupun afektif terhadap diri sendiri, termasuk untuk membedakan antara nilai ideal

normatif dan nilai faktual yang ada saat ini. Sejalan dengan hal ini, Schwartz,

Verkasalo, Antonovsky dan Sagiv (1997) melihat hubungan antara respon terhadap

social desirability dan skala nilai berdasarkan pelaporan diri. Mereka membuktikan

bahwa terjadi bias pada pengukuran nilai yang mengandung aspek social desirability

tinggi, yaitu pada tipe nilai hedonism, stimulation, self-direction, achievement dan

power. Jadi pengukuran nilai yang menggunakan skala pelaporan diri pada

penelitian yang banyak dipengaruhi aspek social desirability seperti dalam penelitian

ini (mis. tingkah laku seksual) kurang baik.

Cara lain yang digunakan untuk mengetahui nilai individu adalah dengan

teknik wawancara. Teknik ini telah digunakan oleh Rokeach (1973) untuk menggali

nilai-nilai apa saja yang dimiliki seseorang. Ia melakukan wawancara dengan para

responden yang dimintanya untuk menjawab pertanyaan tentang nilai apa yang

menjadi tujuan akhir mereka.

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, nilai-nilai seseorang

akan tampak dalam beberapa indikator:

a. Berkaitan dengan definisi nilai sebagai cara bertingkah laku dan tujuan akhir

tertentu, maka indikator pertama adalah pernyataan tentang keinginan-keinginan,

prinsip hidup dan tujuan hidup seseorang.

b. Indikator berikutnya adalah tingkah laku subyek dalam kehidupannya sehari-hari.

Nilai berpengaruh terhadap bagaimana seseorang bertingkah laku, memberi arah

pada tingkah laku dan memberi pedoman untuk memilih tingkah laku yang

diinginkan. Jadi tingkah laku seseorang mencerminkan nilai-nilai yang dianutnya.

Dari tingkah laku dapat dilihat apa yang menjadi prioritasnya, apa yang lebih

83 | P a g e

Page 84:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

diinginkan oleh seseorang.

c. Fungsi nilai adalah memotivasi tingkah laku. Seberapa besar seseorang

berusaha mencapai apa yang diinginkannya dan intensitas emosional yang

diatribusikan terhadap usahanya tersebut, dapat menjadi ukuran tentang kekuatan nilai

yang dianutnya.

d. Salah satu fungsi dari nilai adalah dalam memecahkan konflik dan mengambil

keputusan. Dalam keadaan-keadaan dimana seseorang harus mengambil keputusan

dari situasi yang menimbulkan konflik, nilainya yang dominan akan teraktivasi. Jadi,

apa keputusan seseorang dalam situasi konflik tersebut dapat dijadikan indikator

tentang nilai yang dianutnya.

Fungsi lain dari nilai adalah membimbing individu dalam mengambil posisi

tertentu dalam suatu topik sosial tertentu dan mengevaluasinya. Jadi apa pendapat

seseorang tentang suatu topik tertentu dan bagaimana ia mengevaluasi topik

tersebut, dapat menggambarkan nilai-nilainya.

Norma 1. Pengertian Norma.

Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang

bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa.

Namun masih ada segelintir orang yang masih melanggar norma-norma dalam

masyarakat, itu dikarenakan beberapa faktor, diantaranya adalah faktor pendidikan,

ekonomi dan lain-lain.

Norma terdiri dari beberapa macam, antara lain yaitu :

a. Norma Agama

b. Norma Kesusilaan

c. Norma Kesopanan

d. Norma Kebiasaan (Habit)

e. Norma Hukum

2. Norma Yang Berlaku Dalam Masyarakat.

a. Norma Agama

Adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran aqidah suatu agama. Norma ini

bersifat mutlak yang mengharuskan ketaatan para penganutnya. Apabila seseorang

tidak memiliki iman dan keyakinan yang kuat, orang tersebut cenderung melanggar

norma-norma agama. Norma ini merupakan peraturan hidup yang harus diterima

84 | P a g e

Page 85:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

manusia sebagai perintah-perintah, laranganlarangan dan ajaran-ajaran yang

bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini akan

mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa berupa “siksa” kelak di akhirat.

Contoh norma agama ini diantaranya ialah:

1) “Kamu dilarang membunuh”.

2) “Kamu dilarang mencuri”.

3) “Kamu harus patuh kepada orang tua”.

4) “Kamu harus beribadah”.

5) “Kamu jangan menipu”.

b. Norma Kesusilaan

Norma ini didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Melakukan

pelecehan seksual adalah salah satu dari pelanggaran dari norma kesusilan. Dengan

kata lain norma kesusilaan merupakan peraturan hidup yang berasal dari suara hati

sanubari manusia. Pelanggaran norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang

berakibat penyesalan. Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat

diterima oleh seluruh umat manusia.

Contoh norma ini diantaranya ialah :

1) “Kamu tidak boleh mencuri milik orang lain”.

2) “Kamu harus berlaku jujur”.

3) “Kamu harus berbuat baik terhadap sesama manusia”.

4) “Kamu dilarang membunuh sesama manusia”.

c. Norma Kesopanan

Sebuah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di

masyrakat. Norma Kesopanan ini timbul dan diadakan oleh masyarakat itu sendiri

untuk mengatur pergaulan sehingga masing-masing anggota masyarakat saling

hormat menghormati. Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela

sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang

bersangkutan itu sendiri.

Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan

yang berlaku dalam masyarakat. Norma kesopanan sering disebut sopan santun,

tata krama atau adat istiadat.

85 | P a g e

Page 86:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Norma kesopanan tidak berlaku bagi seluruh masyarakat dunia, melainkan

bersifat khusus dan setempat (regional) dan hanya berlaku bagi segolongan

masyarakat tertentu saja. Apa yang dianggap sopan bagi segolongan masyarakat,

mungkin bagi masyarakat lain tidak demikian.

Contoh norma ini diantaranya ialah :

1) “Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api,

bus dan lain-lain, terutama wanita yang tua, hamil atau membawa

bayi”.

2) “Jangan makan sambil berbicara”.

3) “Janganlah meludah di lantai atau di sembarang tempat” dan.

4) “Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua”.

d. Norma Kebiasaan (Habit)

Norma ini merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara

berulangulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang-orang

yang tidak melakukan norma ini dianggap aneh oleh anggota masyarakat yang

lain. Kegiatan melakukan acara selamatan, kelahiran bayi dan mudik atau

pulang kampung adalah contoh dari norma ini.

e. Norma Hukum

Adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang mengatur

tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sangsi norma hukum bersifat mengikat

dan memaksa. Norma Hukum merupakan peraturan-peraturan yang timbul dan

dibuat oleh lembaga kekuasaan negara. Isinya mengikat setiap orang dan

pelaksanaanya dapat dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara,

sumbernya bisa berupa peraturan perundangundangan, yurisprudensi, kebiasaan,

doktrin, dan agama. Keistimewaan norma hukum terletak pada sifatnya yang

memaksa, sanksinya berupa ancaman hukuman. Penataan dan sanksi terhadap

pelanggaran peraturan-peraturan hukum bersifat heteronom, artinya dapat

dipaksakan oleh kekuasaan dari luar, yaitu kekuasaan negara.

Contoh norma ini diantaranya ialah :

1) “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa/nyawa orang lain,

dihukum karena membunuh dengan hukuman setingi-tingginya 15 tahun”. 2)

“Orang yang ingkar janji suatu perikatan yang telah diadakan, diwajibkan

mengganti kerugian”, misalnya jual beli.

86 | P a g e

Page 87:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

3) “Dilarang mengganggu ketertiban umum”.

3. Norma dari Sudut Pandang Umum.

Norma juga bisa berarti sebagai aturan-aturan atau pedoman sosial yang

khusus mengenai tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak

boleh dilakukan di lingkungan kehidupannya. Dari sudut pandang umum sampai

seberapa jauh tekanan norma diberlakukan oleh masyarakat, norma dapat

dibedakan sebagai berikut.

a. Cara (Usage)

Cara mengacu pada suatu bentuk perbuatan yang lebih menonjolkan pada

hubungan antarindividu. Penyimpangan pada cara tidak akan mendapatkan

hukuman yang berat, tetapi sekadar celaan, cemoohan, atau ejekan. Misalnya, orang

yang mengeluarkan bunyi dari mulut (serdawa) sebagai pertanda rasa kepuasan

setelah makan. Dalam suatu masyarakat, cara makan seperti itu dianggap tidak

sopan. Jika cara itu dilakukan, orang lain akan merasa tersinggung dan mencela

cara makan seperti itu.

b. Kebiasaan (Folkways)

Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi daripada cara

(usage). Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk

yang sama karena orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Misalnya, kebiasaan

menghormati orang yang lebih tua.

c. Tata Kelakuan (Mores)

Jika kebiasaan tidak semata-mata dianggap sebagai cara berperilaku, tetapi

diterima sebagai norma pengatur, kebiasaan tersebut menjadi tata kelakuan. Tata

kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari sekelompok manusia, yang

dilaksanakan atas pengawasan baik secara sadar maupun tidak sadar terhadap

anggotanya. Tata kelakuan, di satu pihak memaksakan suatu perbuatan, sedangkan

di lain pihak merupakan larangan sehingga secara langsung menjadi alat agar

anggota masyarakat menyesuaikan perbuatan-perbuatannya dengan tata kelakuan

individu. Misalnya, larangan perkawinan yang terlalu dekat hubungan darah (incest).

d. Adat Istiadat (Custom)

Tata kelakuan yang terintegrasi secara kuat dengan polapola perilaku

masyarakat dapat meningkat menjadi adapt istiadat. Anggota masyarakat yang

87 | P a g e

Page 88:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi keras. Misalnya, hukum adat di

Lampung melarang terjadinya perceraian pasangan suami istri. Jika terjadi

perceraian, orang yang melakukan pelanggaran, termasuk keturunannya akan

dikeluarkan dari masyarakat hingga suatu saat keadaannya pulih kembali. Norma

pada umumnya berlaku dalam suatu lingkungan. Oleh karena itu, sering kita

temukan perbedaan antara norma di suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Setiap individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan

individu atau kelompok lainnya. Interaksi sosial mereka juga senantiasa didasari oleh

adat dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Misalnya interaksi sosial di dalam

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lain

sebagainya. Masyarakat yang menginginkan hidup aman, tentram dan damai tanpa

gangguan, maka bagi tiap manusia perlu menjadi pedoman bagi segala tingkah laku

manusia dalam pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat

terpelihara dan terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban

masing-masing. Tata itu lazim disebut kaidah (berasal dari bahasa Arab) atau norma

(berasal dari bahasa Latin) atau ukuran-ukuran.

Norma-norma itu mempunyai dua macam isi, dan menurut isinya berwujud:

perintah dan larangan. Apakah yang dimaksud perintah dan larangan menurut isi

norma tersebut? Perintah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk berbuat

sesuatu oleh karena akibat-akibatnya dipandang baik. Sedangkan larangan

merupakan kewajiban bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu oleh karena

akibat-akibatnya dipandang tidak baik.

88 | P a g e

Page 89:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

RANGKUMAN

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian etika ada tiga yaitu: (1) Ilmu

tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral.

(2)Kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan akhlak. (3)Nilai mengenai yang

benar dan salah yang dianut masyarakat.

2. Macam Etika bisa dikelompokkan sebagai Etika Deskriptif dan Etika Normatif

3. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”,

yaitu: (1) Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan

barang-barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang

barang itu. (2) Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu

selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

4. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan

berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau

berguna bagi kehidupan manusia.

5. Schwartz (1992, 1994) mengemukakan adanya 10 tipe nilai (value types) yang

dianut oleh manusia, yaitu : 1. Power 2. Achievement 3. Hedonism 4. Stimulation

5. Self-direction 6. Universalism 7. Benevolence 8. Tradition 9. Conformity 10.

Security.

6. Berdasarkan adanya tipe nilai yang sejalan dan berkonflik, Schwartz

menyimpulkan bahwa tipe nilai dapat diorganisasikan dalam dimensi bipolar,

yaitu : (1) Dimensi opennes to change yang mengutamakan pikiran dan tindakan

independen yang berlawanan dengan dimensi conservation yang mengutamakan

batasan-batasan terhadap tingkah laku, ketaatan terhadap aturan tradisional, dan

perlindungan terhadap stabilitas (2) dimensi self-transcendence yang

menekankan penerimaan bahwa manusia pada hakekatnya sama dan

memperjuangkan kesejahteraan sesama yang berlawanan dengan dimensi self-

enhancement yang mengutamakan pencapaian sukses individual dan dominasi

89 | P a g e

Page 90:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

terhadap orang lain.

7. Fungsi utama dari nilai (1)Nilai sebagai standar (2) Sistim nilai sebagai rencana

umum dalam memecahkan konflik dan pengambilan keputusan (3) Fungsi

motivasional (4) Nilai Sebagai Keyakinan (Belief)

8. Pengukuran nilai biasanya didasarkan kepada hasil evaluasi diri yang dilaporkan

oleh individu ke dalam suatu skala pengukuran atau dengan teknik wawancara

9. Indikator yang digunakan untuk menentukan nilai-nilaiseseorang antara lain (1)

bagaimana cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu (2) tingkah laku subyek

dalam kehidupannya sehari-hari (3) memotivasi tingkah laku

10. Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Aturan yang

bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa.

11. Macam-macam norma yng berlaku di masyarakat; Norma Agama, Norma

Kesusilaan, Norma Kesopanan, Norma Kebiasaan (Habit) dan Norma Hukum.

LATIHAN

1. Jelaskan perbedaan etika dan etiket!

2. Apa arti nilai menurut kuntjaraningrat? berikan penjelasan!

3. Schawartz mengungkapkan bahwa ada 10 tipe nilai yang dianut oleh manusia,

jelaskan masing-masing dari nilai tersebut dan berikan penjelasan mengenai

tipe-tipe nilai tersebut!

4. Apakah yang dimaksud dengan Dimensi opennes to change, sebutkan contoh-

contoh yang termasuk dalam dimensi ini!

5. Orang yang lebih mudah untuk menemukan teman baru tetapi juga mudah untuk

90 | P a g e

Page 91:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

mendapatkan musuh karena sifatnya yang sombong termasuk dalam tipe yang

mana menurut Schwartz? Jelaskan jawaban anda!

6. Jelaskan fungsi nilai yang paling penting menurut anda! Berikan contohnya

dalam kehidupan nyata!

7. Jelaskan beda antara nilai dan norma! Berikan contohnya sehingga mudah untuk

dipahami!

8. Orang yang melanggar norma kesusilaan akan mendapatkan rasa penyesalan

dalam diri karena bertabrakan dengan hati sanubarinya, namun saat ini banyak

orang melakukan perbuatan yang sangat bertentangan dengan kebenaraan hati,

dan mereka tidak merasa menyesal, bagaimana pendapat anda dengan

permasalahan seperti ini?

9. Orang yang melanggar norma hukum akan mendapat hukuman, hukuman itu

sendiri bersifat mengatur dan memaksa. Sebutkan perbedaan dari mengatur dan

memaksa itu sendiri!

10. Ada seorang preman yang dikampung selalu meminta uang dari orang-orang

kaya yang ada di kampungnya, bahkan tidak jarang mencuri dari orang-orang

kaya itu, namun uang yang didapatnya digunakanuntuk membantu orang-orang

yang di sekitarnya terutama untuk fakir miskin dan orang yang kurang mampu

karena preman ini ingin membantu tetapi tidak punya pekerjaan, sedangkan

orang kaya ini sombong dan itdak mau membantu yang lain. Dari masalah nilai,

norma, etika dan etikaet, jelaskan masalah ini dengan teori-toeri yang sudah ada!

91 | P a g e

Page 92:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

ETIKA PROFESI

_____________________________________________________

Tujuan Instruksional Khusus:

1. Memahami pengertian etika profesi 2. Memahami urgensi etika profesi 3. Memahami prinsip-prinsip etika profesi

A. Pengertian Profesi dan Etika Profesi 1. Etika

Kita sering mendengar, membaca, atau bahkan menggunakan, istilah etika di

berbagai kesempatan. Sejumlah pengamat, misalnya, menganggap bahwa banyak

politisi berperilaku tidak etis atau tidak mempertimbangkan etika lagi. Mereka

menuntut perlunya para penyelenggara negara memperhatikan etika, dan

mengusulkan agar disusun suatu kode etik bagi para anggota legislatif, dan

penyelenggara lainnya, bahkan juga untuk pelaksanaan kampanye pemilihan umum.

Demikian pula, ketika menyeruak skandal-skandal keuangan seperti enron di AS,

sejumlah pihak menegaskan kembali perlunya fondasi etika dalam berbisnis,

berarganisasi dan dalam menjalankan profesi. Mereka, misalnya, menyindir para

pebisnis dan profesional dengan mempertanyakan, “masih adakah yang namanya

etika itu?”

Etika dalam kehidupan keseharian adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan

dalam kehidupan keseharian. Apalagi dengan perkembangan kehidupan sosial

ekonomi budaya dan teknologi yang mendorong munculnya gejala-gejala moral yang

fenomenal.

Kenyataan ini menunjukkan perhatian dan minat orang-orang terhadap

etika dan seluk beluknya, terus berkembang. Dampak langsungnya,

eksistensi dan penerapan etika dalam dunia bisnis dan profesi, terus

92 | P a g e

4

Page 93:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

berkembang dan semakin meningkat.Dalam dunia bisnis atau profesinal,

etika merupakan prinsip-prinsip moralitas yang mengatur dan menjadi

pedoman bagi para pelaku bisnis atau profesi. Dimulai dari ketika ia

melakukan pemikiran, menciptakan, dan mengambil berbagai keputusan

dalam menjalankan bisnis atau profesinya.

Mengingat begitu pentingnya etika, hampir semua profesi yang ada

saat ini memiliki kode etika profesi yang dituangkan ke dalam bentuk

peraturan tertulis. Tentu saja memiliki sanksi sebagaimana peraturan lainnya

bagi pelaku yang dianggap melanggarnya.

Pengertian Profesi Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian

yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas

menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang

dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi

berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu sekaligus dituntut

daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan

kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan

keterampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari

manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan keterampilan dan

keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan

dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah

dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan

diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, namun tidak setiap pekerjaan

adalah profesi. Seorang petugas staf administrasi biasa berasal dari berbagai latar

ilmu, namun tidak demikian halnya dengan Akuntan, Pengacara, Dokter yang

membutuhkan pendidikan khusus.

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan

keahlian khusus yang tidak didapatkan pada pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pengemban profesi tersebut

untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuai perkembangan teknologi.

93 | P a g e

Page 94:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Secara populer sedikitnya ada dua pengertian yang diberikan pada istilah

profesi. Pertama, pekerjaan yang ditekuni dan menjadi tumupuan hidup. Kedua, lebih

dari sekedar pekerjaan, profesi adalah bidang pekerjaaan yang dialnadasi oleh

pendidikan keahlian tertentu. Selain itu, profesi sering dibedakan ke dalam dua jenis,

yaitu profesi baisa dan profesi luhur. Istilah profesi dalam bab ini, sebagaimana

dapat kita pahami nanti, selain mengandung arti pekerjaan sebagai panggilan dan

tumpuan hidup dan standar yang tinggi, juga berarti pekerjaan yang bercirikan

keluhuran dan komitmen moral yang tinggi. Tegasnya, profesi memnag suatu

pekerjaan, tetapi berbeda dengan pekerjaan pada umumnya. Suatu profesi dibangun

dengan landasan yang bermoral karena seorang profesional memang dituntut untuk

menghasilkan kinerja berstandar kualitas tinggi dan mengutamakan kepentingan

publik. Karena nilai-nilai moral ini, maka menyatakan “pencopet” adalah profesi

tentulah tidak tepat; seorang pencopet, kerenanya, bukanlah seorang profesional,

tetapi seorang penjahat yang pada dasarnya anti moral atau immoral.

Ciri-Ciri dan Syarat Profesi. Ciri-ciri suatu profesi diantaranya adalah:

a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini

dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.

b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap

pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus

meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

d. Izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan

dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa

keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk

menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

e. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Syarat Suatu Profesi

1) Melibatkan kegiatan intelektual.

2) Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

3) Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.

4) Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.

5) Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.

94 | P a g e

Page 95:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

6) Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7) Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

8) Menentukan standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.

Pengertian Etika Profesi. Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang

berkaitandengan bidang tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat

dipengaruhioleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja

tetapi belumtentu dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Tetapi dengan keahlian

saja yangdiperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup untuk menyatakan

suatupekerjaan dapat disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis

yangmendasari praktek pelaksaan, dan penguasaan teknik intelektual yang

merupakanhubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Adapun hal yang

perludiperhatikan oleh para pelaksana profesi.

Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang

sangatlahperlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap

konsumen(klien atau objek). Dengan kata lain orientasi utama profesi adalah

untukkepentingan masyarakat dengan menggunakan keahlian yang dimiliki. Akan

tetapitanpa disertai suatu kesadaran diri yang tinggi, profesi dapat dengan

mudahnyadisalahgunakan oleh seseorang seperti pada penyalahgunaan profesi

seseorangdibidang komputer misalnya pada kasus kejahatan komputer yang

berhasilmengcopy program komersial untuk diperjualbelikan lagi tanpa ijin dari

hakpencipta atas program yang dikomesikan itu.Sehingga perlu pemahaman

atasetika profesi dengan memahami kode etik profesi.Menurut Keiser dalam

(Suhrawardi Lubis, 1994: 6-7), etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan

untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban

penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa

kewajiban terhadap masyarakat.

Profesional (seorang profesional) adalah orang yang menjalani suatu profesi,

dan karenanya, mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk berkarya dengan

standar kualitas tinggi dilandasi dengan kmitmen moral yang tinggi pula. Mengingat

makna profesi dan profesional itu, maka etika profesi merupakan unsur atau dimensi

yang tak terpisahkan dari setiap profesi. Etika profesi atau etika profesional

merupakan unsur sangat penting dalam kehidupan komunitas profesi. Etika profesi

95 | P a g e

Page 96:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

merupakan pembeda utama antara para profesional dengan orang-orang yang

sekedar ahli di bidang yang mereka pilih untuk ditekuni ( pekerjaan). Dengan

berpedoman pada nilai-nilai etis, yang antara lain digariskan dalam kode etik profesi,

para profesional meraih dan memiliki reputasi yang tinggi, dan karena itu jasa

mereka sangat dibutuhkan dan dihargai oleh masyarakat. Etika profesi merupakan

jantung harapan publik dalam kaitannya dengan tingkat kepercayaan dalam

pekerjaan yang dikategorikan dengan sebutan profesional. Masyarakat menghargai

profesi yang memegang teguh standar etika yang tinggi dan akan memandang

rendah profesi itu jika kepercayaan yang mereka berikan dikhianati.

Etika profesi atau etika profesional merupakan suatu bidang etika (sosial)

terapan. Etika profesi berkaitan dengan kewajiban etis mereka yang menduduki

posisi yang disebut profesional. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para

profesional dalam menjalani mereka memberikan dan mempertahankan jasa kepada

masyarakta yang berstandar tinggi. Sebagai bidang etika terapan, etika profesi pada

dasarnya berkaitan dengan penerapan standar moral atau prinsip-prinsip moral

tertentu yang disepakati untuk dijadikan sebagai nilai-nilai dan panduan bersamaoleh

para anggota profesi. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan profesi, etika

meliputi norma-norma yang mentransformasikan nilai-nilai atau cita-cita (luhur) ke

dalam praktik sehari-hari para profesional dalam menjalankan profesi mereka.

Norma-norma ini biasanya dikodifikasikan secara formal ke dalam bentuk kode etik

(code of ethics) atau kode (aturan) perilaku (code of conducts) profesi yang

bersangkutan.

Etika profesi biasanya dibedakan dari etika kerja (work ethics atau

occupational ethics) yang mengatur praktik, hak dan kewajiban bagi mereka yang

bekerja di bidang yang tidak disebut profesi (non-profesional) non-propfesional

adalah pegawai atau pekerja biasa dan dianggap dan dianggap kurang memiliki

otonomi dan kekuasaan atau kemampuan profesional. Namun demikian, ada

sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada alasan moral untuk

mengeluarkan etika kerja dari kajian etika profesional karena keduanya tidak terlalu

berbeda jenisnya kecuali yang menyangkut besarnya bayaran yang diterima dari

pekerjaan mereka. Pertimbangan utamanya adalah bahwa orang pada umumnya

tidak terlampau mengkhawatirkan terjadinya “perampasan” atau “pengambilalihan”

pekerjaan, melainkan mengkhawatirkan terjadinya penyalahgunaan kewenangan,

96 | P a g e

Page 97:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

kekuasaan atau keahlian. Misalnya, masyarakat tidak atau kurang mengkhawatirkan

bahwa tukang daging akan mengambil alih pekerjaan penjahit, atau sebaliknya,

penjahit akan mengambil alih pekerjaan mereka hanya demi kepentingan mereka

sendiri.

Perbedaan antara etika profesi dan etika kerja lazimnya dilakukan mengingat

aktivitas pra profesional seperti dokter, pengacara, dan akuntan, adalah berbeda

dengan pekerja lain pada umumnya. Para profesional memiliki karakteristik khusus

dari segi pendidikan atau pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan

dengan klien, yang membedakannya dari pekerja non-profesional. Tuntutak akan

standar profesionalisme dan etika untuk para profesionaladalah jauh lebih tinggi

dibandingkan terhadap nonprofesional. Namun demikian tetap perlu diingat,

meskipun etika profesi dibedakan dari etika kerja, kerangka dan prinsip-prinsip yang

dicakup etika profesi tetap dapat diberlakukan sebagai etika kerja. Ini terutama

karena etika profesi mencakup prinsip-prinsip umum etika yang, sebagaimana

prinsip-prinsip itu diberlakukan pada kehidupan profesi, dapat diterapkan pada

bidnag pekerjaan atau kehidupan yang lain.

Kode Etik Profesi Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan

atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk

menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga

dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.

Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu

sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

Menurut UU no. 8 (pokok-pokok kepegawaian), Kode etik profesiadalah pedoman

sikap, tingkah laku dan perbuatan dalammelaksanakan tugas dan dalam kehidupan

sehari-hari.

Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu para pelaksana

seseorang sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika

profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi :

a. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang

prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi,

pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang

tidak boleh dilakukan.

97 | P a g e

Page 98:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

b. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi

yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu

pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu

profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan

keja (kalangan sosial).

c. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi

tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan

bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak

boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama

diusahakan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam

masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang

teguh oleh seluruh kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah ; SUMPAH

HIPOKRATES, yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter.

Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan

berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi.Tetapi

setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti.Kode etik tidak menggantikan

pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis.Supaya kode etik dapat

berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu

dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari

atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai

oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.

Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas

putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini

tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-

nilai dan citacita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging

dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan

juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik

dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus.

Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada

pelanggar kode etik.

Sanksi Pelanggaran KodeEtik :

a. Sanksi moral

98 | P a g e

Page 99:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi

c. Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan

kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah

mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan

ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman

sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari niat profesi

mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk

menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun demikian, dalam praktek sehari-

hari control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat

dalam anggota-anggota profesi, seorang profesional mudah merasa segan

melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan perilaku

semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi dan

dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang

sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan

lain. Lebih lanjut masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan

kode etik profesi baru kemudian dapat melaksanakannya.

Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi.Kode etik profesi

merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan

dirumuskan dalam etika profesi.Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan

merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya

normanorma tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik

profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta

terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang

salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang

professional. Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :

a. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas

yang digariskan.

b. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

c. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan

etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai

bidang.

99 | P a g e

Page 100:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Tujuan Kode Etika Profesi Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda

satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat, kebiasaan,

kebudayaan, dan peranan tenaga ahli profesi yang didefinisikan dalam suatu negar

tidak sama.

Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan

dalam kode etik (Code of conduct) profesi adalah:

a. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap

klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya

b. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa

yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam

pekerjaan

c. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan

fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari

anggota-anggota tertentu

d. Standar-standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan moral-

moral dari komunitas, dengan demikian standar-standar etika menjamin bahwa para

anggota profesi akan menaati kitab UU etika (kode etik) profesi dalam pelayanannya

e. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau

kejujuran dari tenaga ahli profesi

f. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau

undang-undang). Seorang ahli profesi yang melanggar kode etik profesi akan

menerima sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya

g. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

h. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

i. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

j. Menentukan baku standarnya sendiri.

B. Urgensi Etika Profesi Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup

tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya

manusia bergaul.Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati

dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.

100 | P a g e

Page 101:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-

masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa

merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan

sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak

asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat

kita.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.

Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil

sikap dan bertindaksecara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya

membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita

lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam

segala aspek atau sisi kehidupan kita .Begitu juga dengan etika profesi yang

keberadaannya sangat diperlukan bagi kalangan professional.

Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan

berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi.Kode etik profesi dapat

berubah dan diubah seiring perkembangan zaman.Kode etik profesi merupakan

pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang

hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar.

Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilainilai

yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri.Setiap kode etik profesi selalu dibuat

tertulis yang tersusun secara rapi, lengkap, tanpa catatan, dalam bahasa yang baik,

sehingga menarik perhatian dan menyenangkan pembacanya.Semua yang

tergambar adalah perilaku yang baik-baik.Bukan algoritma sederhana yang dapat

menghasilkan keputusan etis atau tidak etis Kadang-kadang bagian-bagian dari kode

etik dapat terasa saling bertentangan ataupun dengan kode etik lain.Kita harus

menggunakan keputusan yang etis untuk bertindak sesuai dengan semangat kode etik

profesi.Kode etik yang baik menggariskan dengan jelas prinsip-prinsip mendasar yang

butuh pemikiran, bukan kepatuhan membuta.

Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang

berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan

pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua

keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari

101 | P a g e

Page 102:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi

dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas

akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain

melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan

keahlian (Wignjosoebroto, 1999).

Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat

memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional

tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka

ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.

Tanpa etika profesi, apa yang semua dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat

akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa

(okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan

ujungujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan

yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.

C. Prinsip dan Peranan Etika Profesi 1. Prinsip-Prinsip Etika Profesi.

Terdapat beberapa prinsip yang melekat dengan etika profesi diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Tanggung jawab.

Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya

dan tangggung jawab terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain

atau masyarakat pada umumnya.

b. Keadilan.

Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang

menjadi haknya.

c. Otonomi.

Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri

kebebasan dalam menjalankan profesinya, tetapi dibatasi tanggungjawab dan

komitmen profesional dan tidak mengganggu kepentingan umum.

d. Prinsip integritas moral yang tinggi.

Komitmen pribadi menjaga keluhuran profesi.

Peranan Etika Dalam Profesi.

102 | P a g e

Page 103:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang

saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil

yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu

kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan

bersama.

b. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi

landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya

maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini

sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang

secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para

anggotanya.

c. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian

para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah

disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi kemerosotan

etik pada masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada profesi

hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan

pendirian klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak

mungkin menjamahnya.

Prinsip etika akuntasi terhadap “Kepentingan Publik.” Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka

pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan

komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah

penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang

penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien,

pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan

keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan

dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini

menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan

publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani

anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah

laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi

masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat

pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi

103 | P a g e

Page 104:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat

prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati

kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota

harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai

profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan

publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan

integritas setinggi mungkin.

Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi. a. Pengaruh sifat kekeluargaan

Misalnya Seorang dosen yang memberikan nilai tinggi kepada seorang mahasiswa

dikarenakan mahasiswa tersebut keponakan dosen tersebut.

b. Pengaruh jabatan

Misalnya seorang yang ingin masuk ke akademi kepolisian , dia harus membayar

puluhan juta rupiah kepada ketua polisi di daeranhya , kapolsek tersebut menyalah

gunakan jabatannya.

c. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga

menyebabkan pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa khawatir

melakukan pelanggaran.

d. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat

e. Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi

masyarakat untuk menyampaikan keluhan

f. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi,

karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri

g. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk

menjaga martabat luhur profesinya

h. Tidak adanya kesadaran etis da moralitas diantara para pengemban profesi

untuk menjaga martabat luhur profesinya

Sistem Penilaian Etika Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik

atau jahat, susila atau tidak susila.Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah

menjadi sifat baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau

budi pekerti.Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk

perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah

104 | P a g e

Page 105:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-cita, niat hati, sampai ia lahir

keluar berupa perbuatan nyata.

Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada

3 (tiga) tingkat :

a. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa

rencana dalam hati, niat.

b. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.

c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.

Berdasarkan sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa Etika Profesi merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika

sosial.

Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal

merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang terjadi : a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.

b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya kelihatannya baik.

c. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.

d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.

D. Isu-Isu Seputar Etika Profesi 1. Mal praktik dalam Birokrasi Pelayanan Publik.

Mal-praktik telah menjadi isu yang sering didengar di Indonesia, seperti

dalam buku Kusmanadji (2004,16-1) mal-praktik dalam birokrasi atau mal-

administrasi pada dasarnya adalah praktik administrasi yang menyimpang dari etika

administrasi dan sekaligus menggagalkan pencapaian tujuan organisasi.Dalam

konteks pelayanan publik atau birokrasi, mal administrasi adalah masalah etika

karena menyimpang atau bahkan melanggar nilai-nilai atau prinsip-prinsip etika yang

seharusnya dijunjung tinggi. Penyimpangan etika ini dapat mengambil banyak bentuk

antra lain, ketidakjujuran, perilaku tercela, pengabaian atau pelanggaran hukum,

favoritisme, perlakuan tidak adil, pemborosan dan penggelapan dana,

menutupnutupi kesalahan, dan kegagalan dalam berinisiatif.

Ketidakjujuran banyak terjadi dalam lilngkungan birokrasi contohnya

pelayanan yang dibuat menjadi lebih cepat dari biasanya karena telahmenerima

“imbalan”. Perbuatan tercela yang dilakukan oleh aparatur negara mungkin tidak

105 | P a g e

Page 106:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

melanggar hukum tapi menurut standar etika perbuatan tersebut tidak patut

contohnya mendahulukan pejabat daripada orang biasa padahal orang tersebut

mengantre lebih dahulu. Pengabaian atau pelanggaran hukum mudah dijumpai di

lingkungan birokrasi. Banyak pegawai yang mengetahui bahwa barang-barang dinas

tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi namun mereka dengan sengaja

menggunakan barang tersebut, misalnya kendaraan dinas untuk keperluan keluarga

tanpa melalui proses perijinan yang ditetapkan.

Favoritisme lazimnya berkaitan dengan ketidakobjektifan aparatur pemerintah

dalam menafsirkan hukum atau peraturan.Dalam hal ini, aparatur pemerintah dalam

menafsirkan hukum atau peraturan.Dalam hal ini, aparatur tersebut tetap mengikuti

ketentuan hukum yang berlaku, tetapi hukum yang berlaku, tetapi hukum tersebut

ditafsirkan sesuai dengan kepentingannya sendiri atu demi keuntungan pribadi.

Perlakuan tidak adil acap terjadi baik terhadap pegawai ,maupun terhadap warga

masyarakat yang menjadi pelanggan. Sebagi contoh, seorang atasan dalam suatu

instansi, karena merasa senang dengan seseorang dibawahnya atasan tersebut

memperlakukan bawahannya secara berbeda dibandingkan dengan bawahan

lainnya termasuk misalnya dalan hal pengusulan untuk promosi.Pemborosan dan

inefisiensi juga sering terjadi di birokrasi.Banyak terjadi bahwa harga barang atau

jasa yang dibeli jauh lebih tinggi daripada harga wajarnya.Dalam banyak hal,

pemborosan atau inefisiensi sejenis ini bersangkut paut dengan penggelembungan

harga (mark-up).Selain itu, tidak sulit menemukan pegawai yang menggunakan

barang-barang atau sarana lebih banyak dari yang diperlukan.Ini umumnya terjadi

karena kurang atau tiadanya rasa memiliki dan tanggung jawab sebagaimana

diharapkan oleh masyarakat yang memberikan kepercayaan kepada mereka untuk

mengelola sumberdaya publik untuk kepentingan publik sebesar-besarnya.

Bentuk lain mal-administrasi adalah kegagalan menunjukkan inisiatif, seperti

ketidakberanian mengambil tindakan yang diperlukan padahal memiliki kewenangan

untuk itu, ketidakmampuan memberikan usulan-usulan yang berguna. Banyak

pejabat yang tidak berani mengambil keputusan dengan alasan menunggu adanya

petunjuk pelaksana atau petujuk kriteria.

Korupsi. Korupsi merupakan isu etika yang banyak disoroti oleh penjuru dunia. Dalam

bukunya Kusmanadji (2004,16-3) walaupun korupsi sering terjadi di hampir semua

106 | P a g e

Page 107:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

negara, namun di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, korupsi sangat

merajalela bahkan ditengarai telah menjadi budaya.Secara ekonomi dan politik,

korupsi ini dinilai memiliki dampak luar biasa karena menghambat pertumbuhan atau

kemajuan ekonomi dan demokrasi megara yang bersangkutan.Oleh sebab itu, pada

saat ini gerakan memberantas korupsi bergaung dimana-mana, dan Indonesia

sendiri sebenarnya telah membangun kerangka atau system hukum dan

kelembagaan untuk memberantas korupsi, walaupun banyak pihak yang masih

skeptic.Terakhir, lembaga independen anti korupsi, yakni Komisi Pemberantas

Korupsi (KPK) telah dibentuk dan telah memulai menjalankan tugasnya.

Korupsi sebenarnya bukan monopoli pegawai negeri atau pejabat publik,

namun tindak korupsi ini lebih menonjol dikaitkan dengan jabatan negeri atau publik

(negara) Mengingat dampak buruknya yang dipandang luar biasa terhadap

kehidupan social dan ekonomi suatu negara, masalah korupsi ini telah dikategorikan

sebagai tindak pidana sehingga menjadi permasalahan hukum. Pada saat ini diakui

bahwa pola korupsi adalah sangat beragam dari satu negara ke negara lain. Namun

dari sudut pandang etika, korupsi dalam konteks birokrasi atau administrasi

publikkorupsi dapat didefinisikan sebagai penggunaan jabatan, posisi, fasilitas atau

sumberdaya publik untuk kepentingan atau kepentingan pribadi.Jadi, korupsi pada

dasarnya merupakan pelanggaran, jika bukan pengkhianatan, terhadap kepercayaan

publik yang diberikan kepada pegawai atau pejabat publik. Dengan perkataan lain,

pejabat publik yang telah diserahi kepercayaan untuk mengelola sumberdaya publik

dan seharusnya memberikan jaminan bahwa mereka bekerja demi kepentingan

publik yang ternyata membelokkannya demi kepentingan diri sendiri. Keuntungan

atau kepentingan pribadi tersebut tidak terbatas pada kepentingan tau keuntungan

keuangan (finansial), tetapi meliputi juga semua jenis manfaat sekalipun tidak secara

langsung berkaitan dengan diri pegawai/pejabat yang bersangkutan.

Dengan definisi yang luas tersebut, maka sebenarnya banyak sekali tindakan

atau keputusan pegawai negeri/pejabat publik yang dapat dikategorikan sebagai

korupsi. Perbuatan-perbuatan seperti pembelian atau pembayaran fiktif dan

penggelembbungan harga, penerimaan suap atau uang pelican, pemungutan liar

(tidak sah), mangkir kerja, dan penerimaab hadiah atau sumbangan dapat

dikategorikan sebagai korupsi, karena perbuatan-perbuatan tersebut berkaitan erat

dengan kewenangan atau kedudukan/jabatan pelaku yang bersangkutan dan

107 | P a g e

Page 108:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

keuntungan atau kepentingan pegawai/pejabat (termasuk keluarga dan kawan).

Perbuatan-perbuatan ini melanggar sumpah dan janji pegawai negeri dan sekaligus

melanggar prinsip-prinsip etika seperti kejujuran, keadilan, objektivitas, dan legalitas.

Dari sudut pandang hukum dalam UU tentang Tindak Pidana Korupsi (UU

No. 3/1971 yang diubah dengan UU NO. 31/1999), korupsi merupakan tindak pidana

yang diartikan sebagai perbuatan melawan hukum, memperkaya diri sendiri, orang

lain atau korporasi, yang dapat merugikan negara atau perekonomian negara (Pasal

2). Jadi, secara hukum suatu tindakan dapat dikategorikan sebagai korupsi jika

memenuhi tiga kondisi :

a. Melawan hukum

b. Menguntungkan diri sendiri

c. Merugikan negara atau perekonomian negara

Selain itu, sesuai dalam pasal 3 termasuk sebagai korupsi adalah

penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada karena jabatan

atau kedudukan yang dimaksudkan untuk menguntungkan diri sendiri, orang lain

atau korporasi, dan perbautan tersebut merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara. Definisi menurut hukum ini lebih spesifik dibandingkan

dengan definisi menurut etika, yaitu dengan memasukkan kriteria memperkaya diri

sendiri dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Kriteria ini

dalam kasus-kasus tertentu banyak digunakan oleh koruptor untuk mengelak dari

kejahatan.

Dengan kriteria tersebut, seorang pegawai bisa mengatakan bahwa ia tidak

melakukan korupsi ketika menggunakan mobil dinas untuk perjalanan dalam rangka

urusan pribadi/keluarga, menggunakan telepon kantor untuk urusan keluarga, karena

perbuatan-perbuatan tersebut tidak memperkaya dirinya atau tidak mengganggu

perekonomian negara. Demikian pula, menggunakan waktu kerja untuk jalan-jalan di

mall, datang terlambat di kantor, dan sejenisnya bukan korupsi melainkan perbuatan

yang wajar-wajar saja. Ditinjau dari prinsip etika utilitarian, boleh jadi konsekuensi

(kerugian) dari perbuatan-perbuatan tersebut tidak signifikan dalam jangka pendek,

tetapi dalam jangka panjang jika terus-menerus terjadi (perbuatan yang

bersangkutan menjadi kebiasaan) konsekuensi buruk tersebut akan sangat

mempengaruhi kinerja instansi yang bersangkutan. Sementara itu dari sudut

pandang etika kewajiban, jelas bahwa perbuatan-perbuatan tersebut tidak sesuai

108 | P a g e

Page 109:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dengan nilai-nilai (etika) yang seharusnya dipatuhi dan dijunjung tinggi, seperti

loyalitas, tanggung jawab, efisiensi, dan kejujuran.Dalam perdebatan mengenai

korupsi dan perumusan strategi pencegahan dan pemberantasannya, diakui bahwa

korupsi ini bukan penyakit musiman atau bersifat sementara, tetapi dampak

buruknya dapat dirasakan di mana-mana.Dengan makin intensif dan berkembangnya

interaksi sector swasta dengan sektor publik, berbagai bentuk korupsi ditengarai

tumbuh subur.

Korupsi sering disandingkan dengan kolusi dan nepotisme sehingga terkenal

dengan istilah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Kolusi seperti halnya

definisi

yang digunakan dalam UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan negara yang

Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi ,dam Mepotsme mengacu kepada

permufakatan atau kerjasama (secara melawan hukum) dengan sesama

pegawai/pejabat publik atau dengan pihak lain yang merugikan orang lain,

masayrakat dan atau negara. Sementara itu nepotisme adalh setipa perbuatan oleh

pegawai/pejabat publik (secara melawan hukum) yang menguntungkan kepentingan

keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan

negara.Dlam konteks birokrasi publik, kolusi dan nepotisme merupakan dua bentuk

pelanggaran etika pelayanan publik, dan sebenarnya keduanya dipandang sebagai

bentuk-bentuk dari tindak korupsi itu sendiri atau sebagai bagain dari tindak korupsi.

Benturan Kepentingan Isu etika penting lainnya yang bersangkut paut dengan birokrasi dan pelaku

pelayanan publik adalah benturan kepentingan (conflict of interest). Sesuai dengan

buku Kusmanadji (2004,16-6) benturan kepentingan ini tidak harus berarti korupsi,

tetapi sangat membahayakan karena merupakan pintu menuju korupsi.

Secara historis, pendefinisian benturan kepentingan dalam konteks birokrasi

publik merupakan subjek beragam pendekatan.Ketika pejabat publik memiliki

kepentingan yang sah yang timbul di luar kapasitas mereka sebagai warga negara

biasa (pribadi), benturan kepentingan tidak dapat dihindarkan atau dihalangi,

sehingga perlu didefinisikan, diidentifikasi dan dikelola.

Secara sederhana dan pragmatis, benturan kepentingan berkaitan dengan

bentuan antara tugas publik dan kepntingan pribadi pegawai/pejabat publik, yang

dalam hal ini kepentingan pribadi tersebut dapat mempengaruhi secara tidak

109 | P a g e

Page 110:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

menguntungkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab publik pegawai/pejabat

yang bersangkutan, benturan ini termasuk dalam benturan kepentingan aktual.

Benturan kepentingan yang tampak dapat dikatakan ada apabila tampak

bahwa kepentingan pribadi seorang pejabat publik dapat secara tidak

menguntungkan mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugasnya tetapi dalam

kenyataannya tidak terjadi.Sementara itu benturan kepentingan potensial timbul

apabila pejabat publik amemiliki kepentingan pribadi yang dapat menimbulkam

benturan jika di kemudian hari terlibat dalam pelaksanaan tanggung jawab publik

tertentu.Apabila suatu kepentingan pribadi dalam kenyataannya telah

mengkompromikan (mempengaruhi secara negatif) pelaksanaan tugas atau kinerja

pejabat publik, maka situasi khusus ini lebih baik dianggap sebagai perilaku

menyimpan, atau penyalahgunaan wewenang atau bahkan suatu tindak korupsi

bukan benturan kepentingan.

Seperti halnya pada definisi korupsi, pada definisi benturan kepentingan ini,

pengertian “kepentingan pribadi” tidak dibatasi hanya pada kepentingan keuangan,

atau kepentingan yang menyebabkan manfaat langsung bagi pejabat publik yang

bersangkutan. Suatu benturan kepentingan dapat melibatkan aktivitas pribadi,

hubungan pribadi,, dan kepentingan keluarga yang sah sekalipun, jika kepentingan-

kepentingan tersebut dapat secara layak dianggap akan mempengaruhi secara

negatif kinerja pejabat publik yang bersangkutan. Jadi kepentingan pribadi apa pun,

yang berpotensi untuk mempengaruhi secara negative kinerja pejabat publik yang

bersangkutan adalah relevan untuk mendefinisikan benturan kepentingan ini.

Benturan kepentingan ini perlu mendapatkan perhatian, perlu dikelola dan

diselesaikan dengan tepat. Tanpa pengelolaan yang tepat benturan kepentingan ini

berpotensi untuk menggerogoti kelangsungan pemerintahan yang demokratis karena

a. Melemahkan kepatuhan para pejabat publik teradap nilai-nilai legitimasi,

imparsialitas, dan keadilann dalam pengambilan keputusan publik.

b. Mendistorsi aturan hukum, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, mekanisme

pasar, dan alokasi sumberdaya publik.

Fakta-Fakta Pelanggaran Etika Profesi. a. BFA

110 | P a g e

Page 111:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Skandal Baptist Foundation of Arizona (BFA) menjadi kebangkrutan terbesar

perusahaan amal nirlaba dalam sejarah AS, dimana Andersen bertindak sebagai

auditornya. Mereka dianggap menipu investor sebesar $570 juta.

BFA didirikan untuk menghimpun dana dan mengelola gereja di Arizona.

Lembaga ini bekerja seperti bank, membayar bunga deposito yang digunakan

sebagian besar untuk berinvestasi di Arizona real estate. Ini merupakan investasi

yang lebih spekulatif daripada apa yang dilakukan lembaga pembaptis lainnya.

Masalah dimulai ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan

manajemen dituntut untuk menghasilkan keuntungan. Karenanya, pengurus yayasan

diduga menyembunyikan kerugian dari investor sejak 1986 dengan menjual

beberapa properti dengan harga tinggi kepada entitas-entitas yang telah meminjam

uang dari ayyasan yang tak mungkin membayar properti kecuali kondisi pasar real

estate berbalik. Dalam dokumen pengadilan apa yang disebut dengan “skema Ponzi”

setelah kasus peniupuan yang terkenal, pejabat yayasan diduga mengambil uang

dari investor baru untuk membayar investor yang sudah ada untuk menjaga arus

kas. Sementara itu, pejabat puncak menerima gaji.Skema ini akhirnya terurai,

mengarah pada investigasi kriminal dan tuntutan terhadap BFA dan

Andersen.Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11 mengenai perlindungan

kebangkrutan pada tahun 1999.

Gugatan investor terhadap Andersen menuduh perusahaan ini melakukan

pemalsuan dan menyesatkan laporan keuangan BFA.Dala sebuah pernyataannya di

tahun 2000, Andersen merespon rasa simpatinya kepada BFA tetapi membela

keakuratan dengan opininya tentang audit.Namun setelah dua tahun penyelidikan,

laporan menunjukkan bahwa Andersen sudah diperingatkan kemungkinan kegiatan

penipuan oleh beberapa karyawan BFA, yang akhirnya perusahaan setuju untuk

membayar $217 juta untuk menyelesaikan gugatan dengan pemegang saham pada

taun 2002.

b. Sunbeam

Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang

membuat kesalahan serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan

class action dari investor Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang

diajukan SEC menuduh Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melaului strategi

penipuan akuntansi, seperti pendapatan “cookie jar”, recording revenue on

111 | P a g e

Page 112:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

contingent sales, dan mempercepat penjualan dari periode selanjutnya ke kuartal

masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang tidak benar melakukan

transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari

pengiriman sebenarnya dan tagihannya.

Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama

enam kuartal.SEC juga menuduh Arthur Andersen.Pada 2001, Sunbeam

mengajukan petisi kepada Pengadilan kepailitan AS Distrik Selatan New York

dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan kebangkrutan. Agustus 2002, pengadilan

memutuskan pembayaran sebesar $141 juta. Andersen setuju membayar $110 juta

untuk menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan dan tanggung jawab.

Sunbeam mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan kehilangan

ribuan karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.

c. Waste Management Andersen juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang

dipertanyakan mengenai pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste

Management. Gugatan diajukan oleh SEC atas penipuan laporan keuangan selama

lebih dari lima tahun.

Menurut SEC, Waste Management membayar jasa audit kepada Andersen,

yang menyarankan bahwa bisa memperoleh biaya tambahan melalui “tugas khusus”.

Awalnya Andersen mengidentifikasi praktek-praktek akuntansi yang tidak tepat dan

disajikan kepada Waste Management.Namun pimpinan Waste Management

menolak mengkoreksi. Hal ini dilihat oleh SEC sebagai upaya menutupi penipuan

masa lalu untuk melakukan penipuan masa depan.

Hasilnya, Andersen harus membayar $220 juta ke pemegang saham Waste

Management dan $7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk melakukan perjanjian

untuk tidak melakukan laporan palsu di masa mendatang atau izin usahanya akan

dicabut - suatu persetujuan yang kemudian memutuskan hubungannya dengan

Enron.

d. Enron

Bulan Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi Enron, salah

satu klien terbesar Andersen. Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80 persen

perusahaan minyak dan gas menjadi kliennya. Namun, pada November 2001 harus

mengalami kerugian sebesar $586 juta.Dalam sebulan, Enron bangkrut.

112 | P a g e

Page 113:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Departemen Kehakiman AS memulai melakukan penyelidikan kriminal pada 2002

yang mendorong Andersen dan kliennya runtuh. Perusahaan audit akhirnya

mengakui telah menghancurkan dokumen yang berkaitan dengan audit Enron yang

menghambat putusan.

Atas kasus itu, Nancy Temple, pengacara Andersen meminta perlindungan

Amandemen Kelima yang dengan demikian tidak memiliki saksi.Banyak pihak yang

menamainya sebagai “bujukan koruptif” yang menyesatkan.Dia menginstruksikan

David Duncan, supervisor Andersen dalam pengawasan rekening Enron, untuk

menghapus namanya dari memo yang bisa memberatkannya.

Pada Juni 2005, pengadilan memutuskan Andersen bersalah menghambat

peradilan, menjadikannya perusahaan akuntan pertama yang dipidana.Perusahaan

setuju untuk menghentikan auditing publik pada 31 Agustus 2002, yang pada

prinsipnya mematikan bisnisnya.

e. Perusahaan Telekomunikasi

Sayangnya, tuduhan penipuan tidak berakhir pada kasus Enron. Berita

segera muncul ketika WorldCom, klien terbesar Andersen, memiliki penyimpangan

sebesar $3,9 miliar. Harga sahamnya kemudian jatuh dan investor melayangkan

serangkaian tuntutan hukum yang mengirim WorldCOm ke Pengadilan Kepailitan.

Andersen menyalahkan WorldCom dan berikeras bahwa penyimpangan tidak pernah

diungkapkan kepada auditor dan bahwa ia telah memenuhi standar SEC dalam

auditnya. WorldCOm balik menuduh Andersen karena gagal menemukan

penyimpangan yang ada.

Selama kasus Enron dan WorldCOm berlanjut, banyak

perusahaanperusahaan lainnya dituduh melakukan penyimpangan akuntansi.

Isu-isu Seputar Hukum dan Etika Dalam Pengauditan Andersen yang Menyimpang.

Kasus tersebut secara kasat mata kasus tersebut terlihat sebuah tindakan

malpraktik jika dilihat dari etika bisnis dan profesi akuntan antara lain:

a. Adanya praktik discrimination of information/unfair discrimination, terlihat

dari

tindakan dan perilaku yang tidak sehat dari manajemen yang berperan besar pada

kebangkrutan perusahaan, terjadinya pelanggaran terhadap norma etika corporate governance dan corporate responsibility oleh manajemen perusahaan, dan

perilaku

113 | P a g e

Page 114:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

manajemen perusahaan merupakan pelanggaran besar-besaran terhadap

kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan.

b. Adanya penyesatan informasi. Dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen

Enron maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktek akuntansi dan bisnis

yang tidak sehat.Tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik

kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan mulai dari tahun 1985 sampai

dengan Enron menjadi hancur berantakan.Bahkan CEO Enron saat menjelang

kebangkrutannya masih tetap melakukan Deception dengan menyebutkan bahwa

Enron secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Andersen

tidak mau mengungkapkan apa sebenarnya terjadi dengan Enron, bahkan awal

tahun 2001 berdasarkan hasil evaluasi Enron tetap dipertahankan.

c. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan

manipulasi laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yang tidak etis,

dalam kasus Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang

berkaitan dengan kasus Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode

sejak kasus Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan

pengadilan.Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal

Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas

Arthur Andersen hancur. Disini Andersen telah ingkar dari sikap

profesionallisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan

menerbitkan laporan audit yang salah dan meyesatkan.

Bukti Bahwa Budaya Perusahaan Andersen Berkontribusi Terhadap Kejatuhan Perusahaan

Ada beberapa poin yang membuktikan bahwa budaya perusahaan

berkontribusi terhadap kejatuhan perusahaan, diantaranya:

a. Pertumbuhan perusahaan dijadikan prioritas utama dan menekankan pada

perekrutran dan mempertahankan klien-klien besar, namun mutu dan independensi

audit dikorbankan.

b. Standar-standar profesi akuntansi dan integritas yang menjadi contoh

perusahaan-perusahaan lainnya luntur seiring motivasi meraup keuntungan yang

lebih besar.

c. Perusahaan terlalu fokus terhadap pertumbuhan, sehingga tanpa sadar

menghasilkan perubahan mendasar dalam budaya perusahaan. Perubahan sikap

114 | P a g e

Page 115:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

lebih memprioritaskan mendapatkan bisnis konsultasi yang memiliki pertumbuhan

keuntungan lebih besar lebih tinggi dibanding menyediakan layanan auditing yang

obyektif yang merupakan dasar dari awal mula berdirinya Kantor Akuntan Publik

Arthur Andersen. Pada akhirnya ini menggiring pada kehancuran perusahaan.

d. Andersen menjadi membatasi pengawasan terhadap tim audit akibat

kurangnya check and balances yang bisa terlihat ketika tim audit telah menyimpang

dari kebijakan semula.

e. Sikap Arthur Andersen yang memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus

Enron mulai mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan

pengadilan. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan internal

Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hokum dan menyebabkan kredibilitas

Arthur Andersen hancur.Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan

hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup.

Bagaimana UU Sarbanes-Oxiety Bisa meminimalkan Kesalahan Auditor dan Penyimpangan Akuntansi

Akibat dari rentetan kasus itu, pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley

Act (SOX) untuk melindungi para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan

reabilitas pengungkapan yang dilakukan perusahaan publik. Kegagalan ini

menimbulkan krisis yang serius terhadap kredibilitas akuntansi, pelaporan, dan

proses tata kelola perusahaan sehingga oleh politisi AS diciptakan kerangka kerja

baru terhadap akuntabilitas dan tata kelola perusahaan melalui Sarbanes-Oxley Act

(SOX) untuk memulihkan kepercayaan yang cukup dan untuk menjadikan pasar

modal kembali berfungsi normal.

Undang-Undang Sarbanes-Oxiety bisa menetapkan pedoman dan arah baru

untuk perusahaan dan bisa untuk pertanggungjawaban kepada divisi akuntansi.

Dengan adanya tindakan ini , bisa untuk memerangi penipuan sekuritas dan

akuntansi. Dan untuk menekankan kepada independensi dan kualitas, membatasi

kemampuan perusahaan untuk menyediakan keduanya yaitu non-audit dan jasa

untuk klien yang sama dan memerlukan tinjauan berkala audit perusahaan, agar

hasilnya bisa memuaskan.

Beberapa perubahan yang ditentukan dalam SOX memiliki beberapa tujuan,

diantaranya:

115 | P a g e

Page 116:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. Untuk menjamin independensi auditor. Kantor Akuntan Publik dilarang

memberikan jasa non-audit kepada perusahaan yang diaudit.

b. Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan sebelum melakukan

audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena definisinya diperluas,

yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris menjadi audit committee.

c. Melarang Kantor Akuntan Publik memberikan jasa audit jika audit partnernya

telah memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien

tersebut.

d. Kantor Akuntan Publik harus segera membuat laporan kepada audit committee

yang menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan, alternatif

perlakukan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah dibicarakan dengan

manajemen perusahaan, pemilihannya oleh manajemen dan preferensi auditor.

e. KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer,

controller klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut

setahun sebelumnya.

Berkaitan dengan pemusnahan dokumen, SOX melarang pemusnahan atau

manipulasi dokumen yang dapat menghalangi investigasi pemerintah kepada

perusahaan yang menyatakan bangkrut.

Selain itu, kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa

laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC dan

semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan material.

Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi mereka yang

melakukan pelanggaran ini.

116 | P a g e

Page 117:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari kasus ini banyak terjadi perilaku tidak etis.Perilaku tidak etis

paling paling mengemuka disini adalah adalah adanya manipulasi laporan keuangan

untuk menunjukkan seolah-olah kinerja perusahaan baik. Andersen telah menciderai

kepercayaan dari pihak stock holder untuk memberikan suatu informasi yang adil

mengenai pertanggungjawaban dari pihak agen dalam mengemban amanah.

Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat

bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dalam agama dan dalam bisnis

membahayakan.Faktor penyebab kecurangan tersebut diantaranya dilatarbelakangi

oleh sikap tidak etis, tidak jujur, karakter moral yang rendah, dominasi kepercayaan,

dan lemahnya pengendalian. Hal tersebut akan dapat dihindari melalui meningkatkan

moral, akhlak, etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena tindakan yang bermoral

akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik.

Dalam kasus Andersen diketahui terjadinya perilaku moralhazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan

padahal perusahaan mengalami kerugian.Manipulasi keuntungan disebabkan

keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor.Ini merupakan salah satu

contoh kasus pelanggaran etika profesi Auditor yang terjadi di Amerika Serikat,

sebuah negara yang memiliki perangkat Undang-undang bisnis dan pasar modal

yang lebih lengkap. Hal ini terjadi akibat keegoisan satu pihak terhadap pihak lain,

dalam hal ini pihak-pihak yang selama ini diuntungkan atas penipuan laporan

keuangan terhadap pihak yang telah tertipu. Hal ini buah dari sebuah ketidakjujuran,

kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis yang berakibat hutang dan

sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping

proses peradilan dan tuntutan hukum.

Saran yang dapat diberikan yakni sangat dibutuhkan kode etik profesi yang

dapat menopang praktik yang sehat bebas dari kecurangan. Kode etik mengatur

anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan tidak baik dan mana yang boleh

dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik dalam berhubungan dengan

117 | P a g e

Page 118:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

kolega, klien, publik dan karyawan sendiri. Hal yang harus menjadi sebuah pelajaran

bahwa sesungguhnya suatu praktik atau perilaku yang dilandasi dengan

ketidakbaikan maka akhirnya akan menuai ketidakbaikan pula.

Contoh-contoh lain seperti kasus etikolegal diantaranya adalah pelanggaran di

mana tidak hanya bertentangan dengan butir-butir LSDI dan/atau KODEKI, tetapi juga

berhadapan dengan undang-undang hukum pidana atau perdata

(KUHP/KUHAP). Misalnya :

1) Pelayanan kedokteran di bawah standar (malpraktek)

2) Menerbitkan surat keterangan palsu.

3) Membocorkan rahasia pekerjaan / jabatan dokter.

4) Pelecehan seksual dan sebagainya.

Contoh nyatanya adalah kasus Drs. Irwanto PhD, peneliti dari Universitas

Atmajaya, Jakarta, yang lumpuh akibat dokter salah mendiagnosis dan kasus Fellina

Azzahra (16 bulan ), bocah yang ususnya bocor setelah dioperasi di Rumah Sakit

Karya Medika, Cibitung, Bekasi. Terhadap tindakan medical errors yang diduga

malapraktik itu tidak ada pertanggungjawaban, baik secara profesi maupun hukum.

Di republik ini, kesalahan pengobatan oleh dokter tidak diatur secara khusus,

malah dalam Rancangan Undang-undang Praktik Kedokteran yang disetujui Komisi

VII DPR, Rabu (25/8) lalu, kasus malapraktik sama sekali tidak disinggung. Dalam

kasus malapraktik dokter, sebenarnya ada dua pelanggaran profesi dan pelanggaran

hukum.Namun, selama ini dalam setiap kasus malpraktik, dokter selalu berada di

pihak yang benar.Keluhan yang secara lansung diajukan pasien selalu ditolak dan

dan dimentahkan dengan berbagai argumentasi medis dan alasan teknis.Akibatnya,

kerugian kesehatan dan material selalu melekat dalam diri pasien, sedangkan dokter

tidak sedikitpun tersentuh tanggung jawab dan nurani kemanusiaannya.Semua ini

disebabkan tidak ada payung hukum yang bisa dijadikan dasar penyelesaian kasus

itu. Undang-undang (UU) Kesehatan nomor 23 Tahun 1992 pun tak dapat digunakan

untuk menangani pelanggaran atau kelalaian dokter. UU ini hanya di desain untuk

diperjelas lebih lanjut dengan 29 peraturan pemerintah (PP) yang hingga kini baru

terbentuk enam PP. Aturan lebih lanjut yang tidak ada itu antara lain menyangkut

standar pelayanan medis dan standar profesi. Ketiadaan aturan membuat bangsa ini

tidak dapat mendefinisikan mana yang disebut malpraktik, kegagalan, kelalaian, atau

kecelakaan.

118 | P a g e

Page 119:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Terhadap pelanggaran yang sifatnya hukum, ada pendapat apakah

pelanggaran profesi itu tidak diarahkan kepada ganti rugi saja.Apakah harus

dipidana.Itu harus ditimbang-timbang manakah yang paling cocok bagi kepentingan

korban.Mestinya, dalam menyikapi persoalan malpraktik harus berorentasi kepada

korban. Bagaimana memulihkan korban dan apa yang dilakukan jika korban

meninggal dunia. Sayang, sistem hukum dinegeri ini pada mumnya belum

memperhatikan persoalan itu.”Walaupun belum ada standar, tetapi praktik standar

profesi sudah ada sejak dahulu.Semisal sekolah profesi hukum atau dokter sudah

mengenalkan hal itu seperti sumpah Socrates. Apakah esprit de corp telah

menimbulkan kesulitan menghadirkan dokter sebagai saksi ahli dalam proses hukum

malpraktik? Ini adalah tanggung jawab profesi sehingga kalau dipanggil pengadilan

seharusnya seorang profesional hadir. Sistem ini di Amerika Serikat disebut sebagai

subpoena, jika dipanggil untuk memberikan kesaksian tetapi mangkir tanpa alasan

sah, seseorang dapat dikenai pidana.

Di Indonesia pun seharusnya bisa dipanggil paksa.Solusi ideal terhadap

persoalan malpraktik ini tentunya memprioritaskan penanganan keluarga atau

korban, penguatan lembaga penegakan etik profesi, dan tindakan subpoena

terhadap para saksi ahli yang enggan hadir di pengadilan.Secara objektif tindakan

malpraktik terpulang kepada disiplin profesi kedokteran.Dominasi kehendak untuk

melakukan tindakan selamat-tidaknya seorang pasien yang di tangani ada ditangan

dokter.

Namun malpraktik dalam profesi kedokteran agak sulit dicabut.Begitu juga

dari sisi kompetensi peradilan, mungkin hanya memperpanjang birokrasi bila

ditangani bukan oleh peradilan umum.Wacana yang terakhir ini tak mustahil

terjadi.”Untuk membuktikan ada tidaknya malpraktik, kasus akan dibawa ke Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI),” ujar Menteri Kesehatan

(Menkes) Achmad Sujudi.Jika terbukti adanya malpraktik, kasus itu bisa dilanjutkan

ke perkara perdata. Menurut Menkes, bisa saja kasus ini di bawa ke pidana jika

dokter yang menjadi saksi ahli di MKDKI menolak menilai rekannya. Namun

sebelumnya cari dulu dokter yang lain lagi. Akan tetapi, kelalaian yang terjadi dalam

kegiatan pemberian terapi yang dilakukan dokter bukan kelalaian atau kesalahan

yang bersifat organisatoris.Artinya, bukan tertuju kepada pribadi yang berkaitan

dengan disiplin.Kelalaian itu bersifat pelayanan publik sehingga implikasinya adalah

119 | P a g e

Page 120:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

implikasi publik alias tindakan pidana umum. ” Jadi, bukan implikasi internal yang

berkonotasi pelanggaran disiplin, ” ujar Kamri A, staf pengajar di Fakultas Hukum

Universitas Muslim Indonesia Makassar. Jika bersifat pidana, kelalaian itu

merupakan kompetensi peradilan umum.Misalnya seorang dokter yang salah

mendiagnosis seoarang pasien, lalu obat yang diberikan adalah berdasarkan hasil

diagnosis yang salah itu, maka dapat dipastikan bahwa yang menjadi korban adalah

pasien.Sesungguhnya kelalaian ini masuk katagori tindak pidana sebagaimana diatur

dalam pasal 359 KUHP.Atau meninggalkan seorang pasien yang memerlukan

pertolongan seperti diatur dalam pasal 304 KUHP.Tindakan itu adalah malapraktik

yang tentu menjadi kompetensi peradilan umum.Kesalahan dalam praktik medis tak

mungkin dihilangkan seperti pada mesin dan komputer.”Manusia bukan mesin dan

setiap kasus pasien tak pernah betul-betul identik,” papar ahli Kesehatan, Prof Iwan

Darmansjah.

Mengutip Atul Gawande, ahli bedah, dalam complications, data statistik kasus

autopsi (bedah mayat) di Amerika Serikat yang menyebut dokter gagal mendiagnosa

25 pasien dari infeksi fatal, 33 persen dari serangan jantung, dan hampir dua per tiga

dari kasus emboli paru. Selain itu, 40 persen penyebab kematian yang di cantumkan

tidak benar. Seorang patolog, Goerge Lundbreg, di Journal of the American Medical

Association melaporkan, keadaan ini tidak berubah sejak tahun 1938 hingga tahun

1960-1970 -1980 an. Sebab daerah kelabu dalam ilmu kedokteran sangat besar.

Profesi medik cenderung membuat kesalahan (fallible), namun hanya sebagian kecil

yang berakhir dengan cedera atau bahkan kematian pada pasien.

Medical errors dapat dibagi dalam beberapa kategori, misalnya sekali-sekali

atau sering, tidak serius dan serius (termasuk kematian), serta dicegah atau

tidak.Jenisnya juga dapat beragam, seperti kesalahan dalam diagnostik,

pengobatan, atau tindakan seperti operasi.Yang paling mengerikan ialah bila

kesalahan itu disengaja demi tambahan imbalan.Medical errors jenis ini tergolong

malapraktik sejati.Karena itu, sistem harus bisa menjaga dan bereaksi terhadap

kesalahan seperti ini.Tentu tidak semua medical errors termasuk malapraktik dan

tidak semua medical errors harus dihukum.Kesalahan yang tidak disengaja dan

manusiawi barangkali tak perlu masuk pengadilan.Praktik kedokteran dalam

pengertian luas hakekatnya merupakan perwujudan idealisme dan spirit pengabdian

seorang dokter sebagaimana yang di ikrarkan dalam sumpah dokter dan kode etik

120 | P a g e

Page 121:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

kedokteran Indonesia.Dalam perkembangannya, seluruh aspek kehidupan di dunia

ini mengalami perubahan paradigma, termasuk dalam profesi kedokteran.Akibatnya,

terjadi pula perubahan orieantasi dan motivasi pengabdian pada diri sebagian

dokter.Sebagai dampak perubahan yang semakin global, individualistik, materialistik,

dan hedonistik, maka perilaku dan sikap tindak profesioanal di sebagian kalangan

dokter juga berubah.Masyarakat kemudian memandang negatif profesi kedokteran

setelah menyaksikan maraknya praktik-praktikyang semakin jauh dari nilai-nilai luhur

sumpah dokter dan kedokteran.

Masyarakat (hedonistik dan unethical para oknum dokter itu. Kalau tidak,

kasus Irwanto, Fellina Azzahrapasien), yang dalam konteks kontrak terapeutik juga

disebut konsumen, perlu dilindungi dari perilaku, dan korban lain yang mati

sekalipun, cukup diselesaikan dengan minta ”maaf” saja.

SOAL-SOAL

1. Mengapa bisa terjadi mal prakik dalam birokrasi?

2. Jelaskan pengertian korupsi dari sudut pandang etika!

3. Jelaskan pengertian korupsi dari sudut pandang hukum!

4. Apa perbedaan benturan kepentingan aktual, tampak dan potensial?

5. Sebutkan contoh benturan kepentingan aktual, tampak dan potensial!

121 | P a g e

Page 122:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

ETIKA BISNIS___________________________________________________________________

Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa memahami beberapa hal tentang etika bisnis agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai PNS.

A. Pengertian etika bisnis Pengertian Etika dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Etika sebagai praktis: nilai-nilai dan norma-norma moral (apa yang dilakukan

sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral).

2. Etika sebagai refleksi: pemikiran moral. Berpikir tentang apa yang dilakukan dan

khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. (dalam hal ini

adalah menyoroti dan menilai baik-buruknya perilaku seseorang)

Sedangkan, pengertian Etika Bisnis dapat dibedakan menjadi:

1. Secara makro: etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi

secara keseluruhan.

2. Secara meso: etika bisnis mempelajari masalah-masalah etis di bidang

organisasi

3. Secara mikro: etika bisnis difokuskan pada hubungan individu dengan ekonomi dan

bisnis. Sehingga etika bisnis adalah studi tentang aspek-aspek moral dari

kegiatan ekonomi dan bisnis. (etika dalam berbisnis). Menurut Zimmerer, etika bisnis

adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma

yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan

persoalanpersoalan yang dihadapi.

Ahli pemberdayaan kepribadian Uno (2004) menjelaskan bahwa

mempraktikkan bisnis dengan etiket berarti mempraktikkan tata cara bisnis yang

sopan dan santun sehingga kehidupan bisnis menyenangkan karena saling

5

Page 123:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

menghormati. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap

menghadapi rekan-rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi.

Itu berupa senyum sebagai apresiasi yang tulus dan terima kasih, tidak

menyalahgunakan kedudukan, kekayaan, tidak lekas tersinggung, kontrol diri,

toleran, dan tidak memotong pembicaraan orang lain. Dengan kata lain, etiket bisnis

itu memelihara suasana yang menyenangkan, menimbulkan rasa saling menghargai,

meningkatkan efisiensi kerja, dan meningkatkan citra pribadi dan perusahaan.

Sedangkan berbisnis dengan etika bisnis adalah menerapkan aturan-aturan

umum mengenai etika pada perilaku bisnis. Etika bisnis menyangkut moral, kontak

sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-aturan. Jika aturan secara

umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak bermoral

dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya,

pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia

dikatakan tidak etis dan tidak bermoral. Intinya adalah bagaimana kita mengontrol

diri kita sendiri untuk dapat menjalani bisnis dengan baik dengan cara peka dan

toleransi.

Menurut K. Bertens, ada 3 tujuan yang ingin dicapai dalam etika bisnis, yaitu :

1. Menanamkan atau meningkakan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam

bisnis. Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan bila

kesadaran itu sudah ada, tapi masih lemah dan ragu. Orang yang mendalami etika

bisnis diharapkan memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari

kegiatan ekonomis yang perlu diberikan perhatian serius.

2. Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis,

serta membantu pebisnis atau calon pebisnis dalam menyusun argumentasi moral

yang tepat. Dalam etika sebagai ilmu, adanya norma-norma moral sangatlah penting

namun yang tidak kalah penting adalah alasan bagi berlakunya norma-norma itu.

Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan fundamental

rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.

3. Membantu pebisnis atau calon pebisnis, untuk menentukan sikap moral yang

tepat didalam profesinya (kelak). Hal ketiga ini memunculkan pertanyaan, apakah

studi etika ini menjamin seseorang akan menjadi etis juga? Jawabnya, sekurang-

kurangnya meliputi dua sisi berikut, yaitu disatu pihak, harus dikatakan bahwa etika

mengikat tetapi tidak memaksa. Disisi lain, studi dan pengajaran tentang etikabisnis

123 | P a g e

Page 124:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

boleh diharapkan juga mempunyai dampak atas tingkah laku pebisnis. Bila studi

etika telah membuka mata, konsekuensi logisnya adalah pebisnis bertingkah laku

menurut yang diakui sebagai hal yang benar.

Selain itu, dalam etika bisnis juga tidak terlepas dari adanya

masalahmasalah. Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke

dalam lima kategori yaitu:

1. Suap (Bribery), adalah tindakan berupa menawarkan, memberi,

menerima atau meminta sesuatu yang berharga dengan tujuan

mempengaruhi tindakan seorang pejabat dalam melaksanakan kewajiban

publik. Suap dimaksudkan untuk memanipulasi seseorang dengan membeli

pengaruh. 'Pembelian' itu dapat dilakukan baik dengan membayarkan

sejumlah uang atau barang, maupun pembayaran kembali' setelah transaksi

terlaksana. Suap kadangkala tidak mudah dikenali. Pemberian cash atau

penggunaan callgirls dapat dengan mudah dimasukkan sebagai cara suap,

tetapi pemberian hadiah (gift) tidak selalu dapat disebut sebagai suap,

tergantung dari maksud dan respons yang diharapkan oleh pemberi hadiah.

2. Paksaan (Coercion), adalah tekanan, batasan, dorongan dengan paksa

atau dengan menggunakan jabatan atau ancaman. Coercion dapat berupa

ancaman untuk mempersulit kenaikan jabatan, pemecatan, atau penolakan

industri terhadap seorang individu.

3. Penipuan (Deception), adalah tindakan memperdaya, menyesatkan yang

disengaja dengan mengucapkan atau melakukan kebohongan.

4. Pencurian (Theft), adalah merupakan tindakan mengambil sesuatu yang

bukan hak kita atau mengambil property milik orang lain tanpa persetujuan

pemiliknya. Properti tersebut dapat berupa property fisik atau konseptual.

5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair discrimination), adalah perlakuan tidak

adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras,

jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. Suatu kegagalan untuk

memperlakukan semua orang dengan setara tanpa adanya perbedaan yang

beralasan antara mereka yang 'disukai' dan tidak.

124 | P a g e

Page 125:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

B. Prinsip Etika Bisnis Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis

agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yang harus ditempuh?

Di dalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara.

Bahkan, tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan.

Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi pengerak motor perekonomian

akan berubah menjadi ‘binatang’ ekonomi. Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia

bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin hari

semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan

masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan

suap merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis.

Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang

ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa

dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik

etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat

dalam hubungan langsung maupun tidak langsung.

Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat

bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat

interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai

negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini

telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera

dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha

terlalu jauh tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan di bidang ekonomi.

Untuk mengatasi ‘keliaran’ dunia bisnis tersebut, diperlukan suatu etika yang

berfungsi sebagai pagar pembatas. Etika bisnis memiliki peran yang sangat penting

untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi

serta memiliki kemampuan untuk menciptakan nilai (value creation) yang tinggi pula.

Von der Embse dan R.A. Wagley dalam publikasi yang berjudul Management Journal pada tahun 1988 mengungkapkan bahwa pada dasarnya terdapat tiga

pendekatan dalam merumuskan prinsip etika bisnis, yaitu:

1. Pendekatan Utilitarian (Utilitarian Approach) Menurut pendekatan ini, setiap tindakan dalam dunia bisnis harus didasarkan

pada konsekuensi yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Oleh karena itu, dalam

125 | P a g e

Page 126:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

bertindak, seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat

sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan

dengan biaya yang serendah-rendahnya.

2. Pendekatan Hak Individu (Individual Rights Approach) Menurut pendekatan ini, setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya

memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun, tindakan ataupun tingkah laku

tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan

dengan hak orang lain.

3. Pendekatan Keadilan (Justice Approach) Menurut pendekatan ini, para pembuat keputusan mempunyai kedudukan

yang sama dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, baik

secara perseorangan maupun secara kelompok.

Standar moral merupakan tolok ukur etika bisnis. Dimensi etik merupakan dasar

kajian dalam pengambilan keputusan. Etika bisnis cenderung berfokus pada etika

terapan daripada etika normatif. Dua prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan

dimensi etik dalam pengambilan keputusan, yaitu:

Prinsip konsekuensi (Principle of Consequentialist) a. Adalah konsep etika yang berfokus pada konsekuensi pengambilan keputusan.

Artinya keputusan dinilai etik atau tidak berdasarkan konsekuensi (dampak)

keputusan tersebut.

b. Prinsip tidak konsekuensi (Principle of Nonconsequentialist) Adalah terdiri dari rangkaian peraturan yang digunakan sebagai

petunjuk/panduan pengambilan keputusan etik dan berdasarkan alas an bukan

akibat, antara lain:

1) Prinsip Hak, yaitu menjamin hak asasi manusia yang berhubungan dengan

kewajiban untuk tidak saling melanggar hak orang lain.

2) Prinsip Keadilan, yaitu keadilan yang biasanya terkait dengan isu hak,

kejujuran,dan kesamaan.

Prinsip keadilan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

a). Keadilandistributive, yaitu keadilan yang sifatnya menyeimbangkan

alokasi benefit dan beban antar anggota kelompok sesuai dengan

kontribusi tenaga dan pikirannya terhadap benefit. Benefit terdiri dari

126 | P a g e

Page 127:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

pendapatan, pekerjaan, kesejahteraan, pendidikan dan waktu luang.

Beban terdiri dari tugas kerja, pajak dan kewajiban social.

b). Keadilan retributive, yaitu keadilan yang terkait dengan retribution (ganti

rugi) dan hukuman atas kesalahan tindakan. Seseorang

bertanggungjawab atas konsekuensi negatif atas tindakan yang dilakukan

kecuali tindakan tersebut dilakukan atas paksaan pihak lain.

c). Keadilan kompensatoris, yaitu keadilan yang terkait dengan

kompensasi bagi pihak yang dirugikan. Kompensasi yang diterima dapat

berupa perlakuan medis, pelayanan dan barang penebus kerugian.

Masalah terjadi apabila kompensasi tidak dapat menebus kerugian,

misalnya kehilangan nyawa manusia.

Sementara itu, menurut Muslich (1998 : 31-33) prinsip-prinsip etika bisnis

terdiri dari:

a. Prinsip Otonomi

Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki

wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya sesuai

dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus

diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada

kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.

b. Prinsip Kejujuran

Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung

keberhasilan suatu perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik

internal maupun eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang

teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan dari

lingkungan perusahaan tersebut.

c. Prinsip Tidak Berniat Jahat

Prinsip ini memiliki hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan

prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.

d. Prinsip Keadilan

Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan

sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karyawan sesuai kontribusinya,

pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain.

127 | P a g e

Page 128:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

e. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri

Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran,

tidak berniat jahat dan prinsip keadilan.

Tidak jauh berbeda dengan Muslich, Adiwarman Karim merumuskan

prinsipprinsip etika yang harus dianut dalam dunia bisnis. Prinsip-prinsip itu terdiri dari:

a. Kejujuran

Banyak orang beranggapan bahwa bisnis merupakan kegiatan tipu-menipu

demi mendapatkan keuntungan. Hal ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran

merupakan salah satu kunci keberhasilan berbisnis bahkan termasuk unsur penting

untuk bertahan di tengah persaingan bisnis.

b. Keadilan

Perlakukanlah setiap orang sesuai dengan haknya. Misalnya, berikan upah

kepada karyawan sesuai standar yang ada serta janganlah pelit untuk memberikan

bonus saat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan

saat menentukan harga, misalnya dengan tidak mengambil untung yang merugikan

konsumen.

c. Rendah Hati

Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam

mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan

produk pesaing, entah melalui gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen

memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian atas kredibilitas sebuah produk/

jasa. Apalagi, tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang terlihat

atau terdengar terlalu sempurna pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.

d. Simpatik

Kelolalah emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan hanya di

depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-orang yang

mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain-lain.

e. Kecerdasan

Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan strategi bisnis

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga menghasilkan

keuntungan yang memadai. Dengan kecerdasan pula seorang pebisnis mampu

mewaspadai dan menghindari berbagai macam bentuk kejahatan non-etis yang

mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.

128 | P a g e

Page 129:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

f. Lakukan dengan Cara yang Baik, Lebih Baik, atau Dipandang Baik

Sebagai pebisnis, anda jangan mematok diri pada aturan-aturan yang

berlaku. Perhatikan juga norma, budaya atau agama di tempat anda membuka

bisnis. Suatu cara yang dianggap baik di suatu negara atau daerah, belum tentu

cocok dan sesuai untuk di terapkan di negara atau daerah lain. Hal ini penting kalau

ingin usaha berjalan tanpa ada gangguan.

Selain berbagai prinsip-prinsip etika bisnis tersebut, terdapat beberapa hal pokok

yang harus selalu dipegang teguh dalam rangka menciptakan praktik bisnis yang

beretika, baik oleh kalangan pengusaha sendiri sebagai pelaku utama dunia bisnis

maupun oleh pemerintah itu sendiri. Hal-hal pokok tersebut antara lain:

1. Pengendalian Diri

Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-

masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Di

samping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main

curang atau memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau

keuntungan yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi

penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah

etika bisnis yang ‘etik’.

2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Pelaku bisnis di sini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan

hanya dalam bentuk ‘uang’ dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih

kompleks lagi. Artinya, sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis

untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak

memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi,

dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan

memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung

jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya,

terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll.

3. Mempertahankan Jati Diri

Mempertahankan jati diri dan tidak mudah terombang-ambing oleh pesatnya

perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika

129 | P a g e

Page 130:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

bisnis. Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan

teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan

kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki

akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.

4. Menciptakan Persaingan yang Sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan

kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya

harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah

ke bawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu

memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu, dalam

menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia

bisnis tersebut.

5. Menerapkan Konsep ‘Pembangunan Berkelanjutan’

Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat

sekarang tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan di masa datang.

Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak mengeksploitasi lingkungan dan

keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan

dan keadaan di masa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk

memperoleh keuntungan besar.

6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin

tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala

bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang

mencemarkan nama bangsa dan negara.

7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar

Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit

(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan

‘katabelece’ dari ‘koneksi’ serta melakukan ‘kongkalikong’ dengan data yang salah

juga jangan memaksa diri untuk mengadakan ‘kolusi’ serta memberikan ‘komisi’

kepada pihak yang terkait.

8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya Antar Golongan Pengusaha

Untuk menciptakan kondisi bisnis yang kondusif harus ada sikap saling

percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha

130 | P a g e

Page 131:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan

pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu

hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan

kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia

bisnis.

9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan Main Bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana

apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.

Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada ‘oknum’,

baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan

‘kecurangan’ demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan

‘gugur’ satu semi satu.

10. Memelihara Kesepakakatan

Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa

memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan

etika bisnis. Jika etika ini telah dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan

suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.

11. Menuangkannya ke Dalam Hukum Positif

Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang

menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian

hukum dari etika bisnis tersebut, seperti ‘proteksi’ terhadap pengusaha lemah.

Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah

dirasakan dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya

perkembangan globalisasi dimuka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam

dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu

akan dapat diatasi.

Isu-isu etika bisnis Isu-isu yang dicakup oleh etika bisnis meliputi topik-topik yang luas. Isu-isu ini

dapat dikelompokkan ke dalam 3 dimensi atau jenjang, yaitu:

1. Isu sistemik yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan etika yang timbul

mengenai lingkungan dan sistem yang menjadi tempat beroperasinya suatu bisnis

atau perusahaan: ekonomi, politik, hukum, dan sistem-sistem sosial lainnya.

131 | P a g e

Page 132:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

2. Isuorganisasi yang berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan etika tentang

perusahaan tertentu.

3. Isu individu yang menyangkut tentang pertanyaan-pertanyaan etika yang timbul

dalam kaitannya dengan individu tertentu di dalam suatu perusahaan.

Manajemen beretika, yakni bertindak secara etis sebagai seorang manajer

dengan melakukan tindakan yang benar (doing right thing). Manajemen etika adalah

bertindak secara efektif dalam situasi yang memiliki aspek-aspek etis. Situasi seperti ini

terjadi di dalam dan di luar organisasi bisnis. Agar dapat menjalankan baik

manajemen beretika maupun manajemen etika, para manajer perlu memiliki

beberapa pengetahuan khusus.

Banyak eksekutif bisnis menganggap kultur korporat yang mereka pimpin,

adalah sesuatu yang mereka inginkan. Mereka membuat lokakarya untuk

mendefinisikan nilai-nilai dan proses-proses, menuliskan misi dan tujuan perusahaan

pada poster, menyediakan sesi-sesi orientasi untuk pegawai baru, guna menjelaskan

tujuan perusahaan dan lain-lain. Bahkan, ada yang mencetak statement nilai-nilai

perusahaan di balik kartu identitas sebagai pengingat bagi para pegawai.

1. Isu-isu utama etika bisnis di Indonesia

a. Masalah Etika Klasik

Di zaman klasik bahkan juga di era modern, masalah etika bisnis dalam dunia

ekonomi tidak begitu mendapat tempat. Maka tidak aneh bila masih banyak ekonom

kontemporer yang menggemakan cara pandang Ekonomi Klasik Adam Smith.

Mereka berkeyakinan bahwa sebuah bisnis tidak mempunyai tanggung jawab sosial

dan bisnis terlepas dari “etika”. Dalam ungkapan Theodore Levitt, tanggung jawab

perusahaan hanyalah mencari keuntungan ekonomis belaka.

Di Indonesia Paham klasik tersebut sempat berkembang secara subur di

Indonesia, sehingga mengakibatkan terpuruknya ekonomi Indonesia ke dalam jurang

kehancuran. Kolusi, korupsi, monopoli, penipuan, penimbunan barang, pengrusakan

lingkungan, penindasan tenaga kerja, perampokan bank oleh para konglomerat,

adalah persoalan-persoalan yang begitu telanjang didepan mata kita baik yang

terlihat dalam media massa maupun media elektronik.

Di Indonesia, pengabaian etika bisnis sudah banyak terjadi khususunya oleh

para konglomerat. Para pengusaha dan ekonom yang kental kapitalisnya,

mempertanyakan apakah tepat mempersoalkan etika dalam wacana ilmu ekonomi?.

132 | P a g e

Page 133:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Munculnya penolakan terhadap etika bisnis, dilatari oleh sebuah paradigma klasik,

bahwa ilmu ekonomi harus bebas nilai (value free). Memasukkan gatra nilai etis

sosial dalam diskursus ilmu ekonomi, menurut kalangan ekonom seperti di atas,

akan mengakibatkan ilmu ekonomi menjadi tidak ilmiah, karena hal ini mengganggu

obyektivitasnya. Mereka masih bersikukuh memegang jargon “mitos bisnis a moral”

Di sisi lain, etika bisnis hanyalah mempersempit ruang gerak keuntungan ekonomis.

Padahal, prinsip ekonomi, menurut mereka, adalah mencari keuntungan yang

sebesar-besarnya.

b. Pemalsuan atau Pembajakan Hak Cipta

Keuntungan usaha yang besar yang dapat diperoleh dari tumpangan gratis

atas upaya kreatif dan investasi pihak lain dengan memperguankan tiruan dari

produk-produk yang diinginkan dengan biaya lebih rendah dari yang ditimbulkan oleh

produsen produk yang asli. Hal ini menyebabkan kerugian kompetitif dari tumpangan

gratis terhadap biaya penelitian dan pengembangan serta pemasaran dari badan

usaha yang sah. Sehingga dengan biaya produksi yang minim dengan

menggunakan hak cipta atau kekayaan intelektual milik orang lain seorang pemalsu

dan pembajak berharap dapat memperoleh untung yang besar.

Dari sudut pandang etika bisnis hal ini jelas-jelas melanggar dan parahnya

pemalsuan serta pembajakan hak cipta marak terjadi di Indonesia. Di negara kita ini

hampir 5 juta lagu dibajak tiap harinya, belum lagi pembajakan film dan buku. Bukan

hanya itu produk-produk esensial bagi masyarakat seperti obat dan bahan makanan

pun sering menjadi sasaran pemalsuan dan pembajakan demi mendapatkan

keuntungan yang besar. Bukan hanya melanggar etika bisnis, pemalsuan dan

pembajakan merupakan tuntutan hukum pidana maupun perdata bagi pelakunya.

c. Diskriminasi dan Perbedaan Gender

Gender adalah perbedaan perilaku antara pria dan wanita yang

dikontruksisecara sosial, yaitu perbedaan yang bukan ketentuan dari Tuhan

melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial dan kultural yang panjang

dan gender sebagai seperangkat peran yang dimainkan untuk menunjukkan kepada

orang lain bahwa seseorang tersebut feminim atau maskulin.Penampilan, sikap,

kepribadian, tanggung jawab keluarga adalah perilaku yang akanmembentuk peran

gender. Peran gender ini akan berubah seiring waktu dan berbedaantara satu kultur

133 | P a g e

Page 134:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dengan kultur yang lainnya. Peran ini juga berpengaruh oleh kelas sosial, usia dan

latar belakang etnis

Dalam etika bisnis juga harus memandang tentang kesetaraan serta prioritas.

Tidak dalam semua hal kesetaraan gender diterapkan. Akibat adanya perbedaan

sifat dari gender yang berbeda tidak bisa dipungkiri adanya prioritas terhadap wanita

dan anak-anak tanpa menghalangkan kewajiban dan hak-hak mereka.

d. Konflik Sosial dan Masalah Lingkungan

Perusahaan yang tidak memperhatikan kepentingan umum dan menimbulkan

gangguan lingkungan akan dianggap sebagai bisnis yang tidak etis. Dorongan

pelaksanaan etika bisnis dating dari luar yaitu lingkungan masyarakat. Dorongan

tidak selalu datang dari luar, akan tetapi sering muncul dari bisnis itu sendiri. Hal ini

disebabkan karena bisnisman adalah juga manusia yang lengkap dengan rasa,

karsa dan karya. Dengan demikian maka secara intern pelaksanaanya akan

terbentur pada pertimbangan untung dan rugi yang pada umumnya mendominasi

dan menjadi ciri dari suatu bisnis. Oleh karena itu mereka juga sering terdorong rasa

kemanusiannya untuk menerapkan etika bisnis secara jujur.

Bisnisman dituntut untuk lebih banyak memperhatikan aspek-aspek sosial

dan menerapkan etika bisnis secara jujur. Konflik kepentingan bisnis dengan

masyarakat akan selalu muncul dan kadang sulit untuk menyelesaikannya. Apabila

konflik mencapai jalan buntu maka biasanya masyarakat akan menggunakan tangan

pemerintah sebagai penengah. Hal itu yang melatarbelakangi ketentuan pemerintah

untuk mewajibkan pengusaha yang akan mendirikan pabrik harus mendapatkan Izin

HO (Hinder Orgonasie) agar dapat dicegah adanya konflik dikemudian hari.

Pada umumnya, paling tidak semenjak jaman modern, orang lebih suka

menggunakan pendekatan etika human-centered dalam memperlakukan lingkungan

hidup. Melalui pendekatan etika ini, terjadilah ketidakseimbangan relasi antara

manusia dan lingkungan hidup. Dalam kegiatan praktis, alam kemudian dijadikan

“obyek” yang dapat dieksploitasi sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan

kebutuhan manusia. Sangat disayangkan bahwa pendekatan etika tersebut tidak

diimbangi dengan usaha-usaha yang memadai untuk mengembalikan fungsi

lingkungan hidup dan makhluk-makhluk lain yang ada di dalamnya. Dengan latar

belakang seperti itulah kerusakan lingkungan hidup terus-menerus terjadi hingga

134 | P a g e

Page 135:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

saat ini. Pertanyaanya sekarang adalah apakah pendekatan etika human-centered tersebut tetap masih relevan diterapkan untuk jaman ini?

Menghadapi realitas kerusakan lingkungan hidup yang terus terjadi, rasanya

pendekatan etika human-centered tidak lagi memadai untuk terus dipraktekkan.

Artinya, kita perlu menentukan pendekatan etis lain yang lebih sesuai dan lebih

“ramah” terhadap lingkungan hidup. Jenis pendekatan etika yang kiranya

memungkinkan adalah pendekatan etika life-centered yang tadi sudah kita sebutkan.

Pendekatan etika ini dianggap lebih memadai sebab dalam praksisnya tidak

menjadikan lingkungan hidup dan makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya

sebagai obyek yang begitu saja dapat dieksploitasi. Sebaliknya, pendekatan etika ini

justru sungguh menghargai mereka sebagai “subyek” yang memiliki nilai pada

dirinya. Mereka memiliki nilai tersendiri sebagai anggota komunitas kehidupan di

bumi. Nilai mereka tidak ditentukan dari sejauh mana mereka memiliki kegunaan

bagi manusia. Mereka memiliki nilai kebaikan tersendiri seperti manusia juga

memilikinya, oleh karena itu mereka juga layak diperlakukan dengan respect seperti

kita melakukanya terhadap manusia

2. Etika Bisnis dari sudut pandang kasus dan peristiwa

Mengapa etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini?

Karena untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing

yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang

tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan

strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh

budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara

konsisten dan konsekuen.

a. Kasus Enron

Kasus Enron yang selain menghancurkan dirinya telah pula menghancurkan

Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen yang memiliki reputasi internasional, dan

telah dibangun lebih dari 80 tahun, menunjukan bahwa penyebab utamanya adalah

praktek etika perusahaan tidak dilaksanakan dengan baik dan tentunya karena

lemahnya kepemimpinan para pengelolanya. Dari pengalaman berbagai kegagalan

tersebut, kita harus makin waspada dan tidak terpana oleh cahaya dan kilatan suatu

perusahaan hanya semata-mata dari penampilan saja, karena berkilat belum tentu

emas.

135 | P a g e

Page 136:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan

selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka

panjang karena:

1) Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya

friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.

2) Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.

3) Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga

4) Akan meningkatkan keunggulan bersaing.

Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan

balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya

melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan

dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan

yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki

peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak

mentolerir tindakan yang tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi

atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga

bagi perusahaan oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan.

Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari

maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam

manajemen korporasi yakni dengan cara :

Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)

Memperkuat sistem pengawasan

Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus

menerus.

Ketentuan tersebut seharusnya diwajibkan untuk dilaksanakan, minimal oleh

para pemegang saham, sebagaimana dilakukan oleh perusahaan yang tercatat di

NYSE (antara lain PT. TELKOM dan PT. INDOSAT) dimana diwajibkan untuk

membuat berbagai peraturan perusahaan yang sangat ketat sesuai dengan

ketentuan dari Sarbannes Oxley yang diterbitkan dengan maksud untuk mencegah

terulangnya kasus Enron dan Worldcom.

Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat ini sudah

sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan

globalisasi di muka bumi ini. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis

136 | P a g e

Page 137:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

serta kesadaran semua pihak untuk melaksanakannya, kita yakin dapat menjadikan

perusahaan menjadi kokoh.

b. Etika bisnis dalam periklanan

Berbicara mengenai etika bisnis, kita akan masuk pada pembicaraan yang

sifatnya abstrak. Ada dua hal yang perlu dimengerti mengenai etika bisnis, yaitu

pemahaman tentang kata etika dan bisnis. Etika, merupakan seperangkat

kesepakatan umum yang mengatur hubungan antar individu, individu dengan

masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat. Etika diperlukan untuk

menciptakan hubungan yang tidak saling merugikan.

Semua bentuk masyarakat atau kelompok masyarakat memilliki perangkat

aturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Perangkat aturan tersebut bertujuan

menjamin berlangsungnya hubungan baik antar anggotanya. Hal yang sama juga

terjadi dalam dunia bisnis. Di dunia bisnis terdapat pula seperangkat aturan yang

mengatur relasi antar pelaku bisnis. Perangkat aturan ini dibutuhkan agar hubungan

bisnis yang terjalin berlangsung fair.

Perangkat aturan tersebut bisa berupa undang-undang, peraturan

pemerintah, keputusan presiden, peraturan perusahaan, dan lain sebagainya. Aturan

itu mengatur hubungan internal dalam dunia bisnis, seperti bagaimana melakukan

bisnis, berhubungan dengan sesama pelaku bisnis. Dalam kerangka yang lebih luas

kita juga mengenal istilah code of conduct, ISO (International Organization for

Standarization), dan sebagainya.

Dalam beberapa tahun terakhir juga dikenal istilah Global Compact, Decent

Works, Corporate Social Responsibility, yang bertujuan mengatur pelaku bisnis agar

menjalankan bisnisnya dengan fair dan memiliki kepedulian terhadap lingkungan

sekitar. Lingkungan tersebut adalah masyarakat sekitar, lingkungan alam, dan hak

asasi manusia.

Jadi, secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara

untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan

dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini

mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan

hukum yang berlaku (legal), dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun

perusahaan di masyarakat.

137 | P a g e

Page 138:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Menurut Dawam Rahardjo, etika bisnis beroperasi pada tiga tingkat yaitu

individu, organisasi, dan sistem. Pada tingkat individu, etika bisnis mempengaruhi

pengambilan keputusan seseorang atas tanggungjawab pribadinya dan kesadaran

sendiri, baik sebagai penguasa maupun manajer. Pada tingkat organisasi, seseorang

sudah terikat pada kebijakan perusahaan dan persepsi perusahaan tentang

tanggungjawab sosialnya. Pada tingkat sistem, seseorang menjalankan kewajiban

atau tindakan berdasarkan sistem etika tertentu. Realitasnya, para pelaku bisnis

terkadang sering tidak mengindahkan etika. Nilai moral yang selaras dengan etika

bisnis, misalnya toleransi, kesetiaan, kepercayaan, persamaan, emosi atau

religiusitas, seringkali kalah dalam upaya maksimalisasi laba melalui sikap yang

individualistis melalui konflik dan persaingan yang tidak sehat.

Hal ini tidak hanya terjadi di Dunia Barat, tetapi juga dilakukan oleh para

pebisnis di Dunia Timur. Di dalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan

menghalalkan segala cara. Bahkan tindakan yang berbau kriminal pun ditempuh

demi pencapaian suatu tujuan. Kalau sudah demikian, pengusaha yang menjadi

penggerak motor perekonomian akan berubah menjadi binatang ekonomi. Terjadinya

perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan

tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji,

tidak mengindahkan kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumberdaya

alam maupun tindakan kolusi dan suap merupakan segelintir contoh pengabdian

para pengusaha terhadap etika bisnis.

Perubahan perdagangan dunia menuntut segera dibenahinya etika bisnis

agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Salah satunya adalah melalui iklan.

Promosi dan iklan dinilai efektif menarik calon pembeli, namun belakangan banyak

promosi dan iklan yang tidak lagi sesuai dengan penawaran yang sebenarnya

dilakukan produsen atau penjual, bahkan cenderung membohongi publik. Salah satu

modus yang sering dijadikan alat ‘pembohongan publik’ adalah penawaran khusus

yang disertai dengan sejumlah pembatasan yang dikenal dengan terminologi terms

and condition apply atau “syarat dan ketentuan berlaku”. Entah disengaja atau tidak,

perusahaan ritel, sering kali tidak menjelaskan secara rinci batasan-batasan yang

menyertai penawaran khusus tersebut. Iklan yang mengandung penawaran khusus

dengan syarat-syarat tertentu biasanya hanya diberikan tanda * (asterik) untuk

menandakan “syarat dan ketentuan berlaku”, yang ditulis dengan huruf yang sangat

138 | P a g e

Page 139:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

kecil dan diletakkan di bawah iklan tersebut. Sementara itu, keterangan lengkap

tentang batasan-batasan yang berlaku hanya dapat diperoleh di lokasi-lokasi

tertentu. Hal ini banyak dijumpai pada sejumlah iklan yang beredar di tanah air, baik

yang dipublikasikan melalui media cetak maupun elektronik. Kasus ini banyak terjadi

pada iklan-iklan perusahaan ritel, produk dan layanan telepon seluler, kartu kredit,

dan perusahaan penerbangan.

Menurut etika formal dan informal, praktik-praktik semacam ini jelas

melanggar etika terutama berkaitan dengan kejujuran. Transaksi jual beli seharusnya

menjunjung tinggi norma-norma baik yang berlaku di masyarakat, seperti pelayanan

yang baik dan ramah, kejujuran, menghindari praktik-praktik penipuan maupun

kebohongan public.Dari sisi legal formal, praktek-praktek tersebut jelas melanggar

Undang-undang No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 10 menyatakan

bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk

diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau

membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai: harga atau tarif

suatu barang dan/atau jasa; kegunaan suatu barang dan/atau jasa; kondisi,

tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan/atau jasa; tawaran

potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan; bahaya penggunaan barang

dan/atau jasa.

Selain itu, pasal 12 menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan,

mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan harga atau

tarif khusus dalam waktu atau jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak

bermaksud untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang

ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan. Pelanggaran terhadap isi pasal-pasal

tersebut menimbulkan konsekuensi sanksi berupa hukuman penjara maksimal 2

(dua) tahun dan denda sebesar Rp. 500.000.000,-.

Ketentuan hukum tentang pelanggaran etika bisnis dalam beriklan

sebenarnya sudah disusun, meskipun masih terbuka celah-celah untuk melakukan

penyimpangan. Tapi intinya adalah pada moral pebisnis itu sendiri, karena

pembohongan atau penipuan terhadap publik atau konsumen tidak hanya merugikan

produk atau layanan yang dihasilkan perusahaan itu sendiri, tetapi juga akan

melemahkan daya saing di tingkat internasional. Pengabaian etika bisnis akan

139 | P a g e

Page 140:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

membawa kerugian, tidak saja pada masyarakat, tetapi juga tatanan ekonomi

nasional.

c. Pelanggaran etika bisnis dalam bisnis kartel

Dari prinsip-prinsip yang telah dijabarkan diatas, kasus kartel sms yang

terjadi belakangan ini, jika dicermati, telah melanggar prinsip-prinsip etika bisnis.

Yang pertama, prinsip otonomi. Setiap perusahaan yang terdiri dari individu-individu

dalam perusahaan telekomunikasi yang terlibat dalam kasus kartel ini, tidak memiliki

prinsip otonomi yang baik. Mereka tidak dapat mengambil keputusan dan bertindak

berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

Maksudnya masing- masing perusahaan yang terlibat tidak mempunyai sifat otonomi

karena kesepakatan yang antar mereka buat tidak memungkinkan mereka untuk

menurunkan harga sms sesuai dengan harga riil sms yang seharusnya mereka jual

pada konsumen, sesuatu yang seharusnya mereka lakukan. Kongsi yang antar

perusahaan telekomunikasi buat membuat mereka tidak lagi independent dalam

menjalankan bisnis mereka, termasuk dalam penentuan tarif sms. Seharusnya,

sesuai dengan prinsip etika bisnis, setiap perusahan atau bentuk usaha harus

mempunyai otonominya sendiri dan mempunyai kemampuan untuk memilih hal yang

mereka anggap patut dan baik untuk dilakukan.

Kedua, kasus kartel tersebut menunjukkan adanya pelanggaran terhadap

prinsip kejujuran. Setiap bisnis seharusnya mempunyai itikad bisnis yang baik yang

direpresentasikan dalam sebuah kejujuran. Baik dalam hal mutu produk, harga

produk, pemberian informasi kepada konsumen atau rekan bisnisnya. Dalam kasus

kartel ini, terdapat penipuan tariff sms yang ditawarkan kepada para konsumen,

berarti perusahaan memang mempunyai intensi untuk tidak berlaku jujurpada

konsumennya.

Ketiga, terdapat prinsip keadilan yang tidak ditegakkan. Dalam sebuah bisnis

prinsip keadilan harus dapat dijalankan. Jika beberapa perusahaan telekomunikasi

melakukan penawaran tariff sms tidak sesaui dengan yang seharusnya mereka

tawarkan, maka prinsip keadilan khususnya kepada konsumen tidak terjadi. Masalah

ketidakadilan ini terjadi ketiga terdapat provider-provider lain yang menawarkan tariff

sms dengan harga jauh dibawah tariff yang selama ini ditawarkan. Konsumen

merasa, mereka tidak diperlakukan secara adil dan tidak memperoleh bagian yang

wajar dari beban (tariff penggunaan sms) yang ditanggungnya.

140 | P a g e

Page 141:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Keempat, kasus ini juga telah melanggar prinsip saling menguntungkan. Kongsi

perusahaan telekomunikasi yang dengan semena-mena mematok tariff sms jauh di

atas harga yang seharusnya sama sekali tidak menguntungkan bagi para konsumen.

Dalam sebuah bisnis seharusnya bukan hanya produsen yang diuntungkan, tetapi

konsumen juga harus merasakan keuntungan yang sama akibat pembelian barang

atau penggunaan jasa mereka.

Kelima, prinsip integritas moral. Dilakukannya persekongkolan untuk

menetapkan tariff sms diluar tariff sewajarnya, tentunya berpotensi untk mencoreng

nama baik dan integritas moral sebuah perusahaan. Kartel sms yang dilakukan

beberapa perusahaan telekomunikasi menunjukkan adanya integrasi moral yang

rendahkarenatidak bertujuan melakukan bisnis yang berpedoman pada

prinsipprinsip etika bisnis pada umunya. Yang paling terlihat dalam kasus ini

hanyalah penggunaan prinsip utilitarianisme dalam menjalankan bisnisnya.

Utilitarianisme merupakan suatu bentuk etika teleological yang lebih dikenal

oleh pelaku-pelaku bisnis yang memusatkan pandangannya terhadap masalah “the

bottom line”. Keputusan- keputusan bisnis diambil dengan pandangan yang

dipusatkan kepada akibat yang mungkin timbul atau konsekuensi apabila terjadi

pertentangan di antara keputusan- keputusan itu, pertanyaan yang selalu diajukan

adalah tentang hal atau keputusan yang terbaik bagi perusahaan. Jika pelaku bisnis,

yang merupakan suatu badan hukum yaitu perusahaan, mempertimbangkan hanya

bagaimana agar suatu tindakan akan memberikan keuntungan yang besar, maka hal

ini adalah merupakan pandangan utilitarianisme. Utilitarianisme dalam hal ini dikenal

sebagai salah satu dari pandangan dengan analisis laba-rugi (cost-benefit). Perusahaan telekomunikasi hanya berorientasi pada kegunaan yang ditawarkan dari

adanya fasilitas sms yang ditawarkan pada konsumen dan menitikberatkan fokusnya

pada pencapaian laba yang setinggi-tingginya.

141 | P a g e

Page 142:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

RANGKUMAN

1) pengertian Etika Bisnis dapat dibedakan menjadi:

Secara makro: etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi

secara keseluruhan.

Secara meso: etika bisnis mempelajari masalah-masalah etis di bidang

organisasi

Secara mikro: etika bisnis difokuskan pada hubungan individu dengan ekonomi

dan bisnis. Sehingga etika bisnis adalah studi tentang aspek-aspek moral dari

kegiatan ekonomi dan bisnis.

2) Masalah etika dalam bisnis dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori

yaitu suap (bribery), paksaan (coercion), penipuan (deception), pencurian

(theft), dan diskriminasi tidak jelas (unfair discrimination).

3) Rumusan prinsip etika bisnis menurut beberapa ahli dijabarkan sebagai berikut:

a) Von der Embse dan R.A. Wagley dalam publikasi yang berjudul Management Journal pada tahun 1988 mengungkapkan bahwa pada dasarnya terdapat tiga

pendekatan dalam merumuskan prinsip etika bisnis, yaitu: Pendekatan Utilitarian

(Utilitarian Approach), Pendekatan Hak Individu (Individual Rights Approach),

Pendekatan Keadilan (Justice Approach) b) Muslich (1998 : 31-33) menjabarkan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut:

Prinsip Otonomi, Prinsip Kejujuran, Prinsip Tidak Berniat Jahat, Prinsip Keadilan,

dan Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri

c) Adiwarman Karim merumuskan prinsip-prinsip etika sebagai berikut: Kejujuran,

Keadilan, Rendah Hati, Simpatik, Kecerdasan dan Lakukan dengan Cara yang

Baik, Lebih Baik, atau Dipandang Baik.

Page 143:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

RANGKUMAN

4) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam etika bisnis antara lain: pengendalian diri,

pengembangan tanggung jawab sosial (Social Responsibility), mempertahankan jati

diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep “Pembangunan

Berkelanjutan, menghindari sifat 5K (katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi dan

komisi), mampu menyatakan yang benar itu benar, menumbuhkan sikap saling

percaya antar polongan pengusaha, konsekuen dan konsisten dengan aturan main

bersama, memelihara kesepakatan, dan menuangkan ke dalam hukum positif.

5) Isu-isu yang dicakup oleh etika bisnis meliputi topik-topik yang luas. Isu-isu ini dapat

dikelompokkan ke dalam 3 dimensi atau jenjang, yaitu: (1) sistemik, (2) organisasi,

dan (3) individu.

a) Isu-isu sistemik dalam etika bisnis berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan

etika yang timbul mengenai lingkungan dan sistem yang menjadi tempat

beroperasinya suatu bisnis atau perusahaan: ekonomi, politik, hukum, dan

sistem-sistem sosial lainnya.

b) Isu-isu organisasi dalam etika bisnis berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan

etika tentang perusahaan tertentu.

c) Isu-isu individu dalam etika bisnis menyangkut pertanyaan-pertanyaan etika

yang timbul dalam kaitannya dengan individu tertentu di dalam suatu

perusahaan

6) Isu-isu utama etika bisnis di Indonesia adalah:

a) Masalah Etika Klasik

b) Pemalsuan atau Pembajakan Hak Cipta

c) Diskriminasi dan Perbedaan Gender

d) Konflik Sosial dan Masalah Lingkungan

143 | P a g e

Page 144:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

LATIHAN

1) Pengertian etika bisnis dapat dilihat secara mikro, meso dan makro. Jelaskan

masing-masing pengertian tersebut!

2) Sebutkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam etika bisnis!

3) Suap (Bribery) merupakan salah satu jenis masalah yang dihadapi dalam etika

bisnis. Apa yang dimaksud suap? Dan jelaskan pula masalah-masalah lainnya yang

sering dihadapi dalam etika bisnis!

4) Prinsip etika bisnis terbagi menjadi tiga pendekatan dasar, yaitu utilitarian, hak

individu, dan keadilan. Prinsip etika bisnis menurut siapakah ini? Jelaskan masing-

masing pendekatan tersebut!

5) Salah satu prinsip etika bisnis menurut Muslich adalah kejujuran. Apakah yang

dimaksud dengan prinsip tersebut? Jelaskan secara rinci!

6) Etika bisnis sangat menjunjung tinggi adanya keadilan. Sebutkan contoh

implementasi prinsip keadilan dalam dunia bisnis sehari-hari!

7) Sebutkan beberapa hal pokok yang harus selalu dipegang teguh oleh para pelaku

bisnis maupun pemerintah dalam rangka menciptakan praktik bisnis yang beretika!

8) Jelaskan beberapa pelanggaran prinsip etika bisnis yang terjadi dalam bisnis kartel!

Kasus

Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas

alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung

pada tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian

melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak

ada kaitannya dengan industri energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi

future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus

Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan

144 | P a g e

Page 145:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

LATIHAN

terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar

keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis

berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.

Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan

terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh

bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar. Dalam kasus

Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan

keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan

mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar

saham tetap diminati investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam

gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat.

(Dikutip dari sebuah blog yang Diposkan oleh Dr. Dedi Kusmayadi, SE., M.Si.)

Kasus enron yang menghebohkan dunia finansial khususnya Amerika Serikat

melibatkan KAP Arthur Andersen yang sudah memiliki reputasi internasional yang

dituduh terlibat manipulasi data keuangan perusahaan Enron.

Menurut Anda etika bisnis dalam bentuk apa yang dilanggar dalam kasus ini? Jelaskan!

145 | P a g e

Page 146:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

ETIKA KEPEMIMPINAN___________________________________________________________________

Dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam keluarga, masyarakat atau

bernegara, diperlukan suatu aturan-aturan baik tertulis maupun tidak tertulis untuk

mengatur hubungan antar individu. Pada dasarnya setiap individu memiliki

kepentingan-kepentingan pribadi yang berbeda karena itu diperlukan aturan-aturan

yang menjamin agar tidak terjadi atau meminimalisir gesekan antar kepentingan.

Begitu juga dalam sebuah organisasi, selain aturan tertulis, diperlukan juga

aturan tidak tertulis yang mengatur hubungan antar rekan kerja untuk memastikan

tercapainya tujuan organisasi tersebut. Hubungan antar ekan kerja yang dimaksud di sini

mencakup hubungan antar rekan sejawat, hubungan bawahan ke atasan, dan

hubungan antara atasan ke bawahan.

Selama inisudah menjadi pengetahuan umum seorang bawahan harus

bersikap ke atasan, seorang bawahan harus bersikap hormat dan sopan kepada

atasan, bahkan terkadang cenderung berlebihan untuk membuat atasan senang.

Namun yang menarik disini adalah bagaimana seorang atasan seharusnya bersikap

sebagai pemimpin agar bawahan bisa mengoptimalkan potensi kerjanya dan

tercapainya tujuan organisasi.

A. Etiket dan Kepemimpinan 1. Etika dan Etiket

Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah

tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupun memiliki persamaan. Istilah etika

sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores),

sedangkan kata etiket adalah berkaitandengan cara, sopan santun, tata krama dalam

pergaulan formal. Keduanya memberikan pedooman tentang bagaimana seharusnya

sesuatu perbuatan.

Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan

kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab.

146 | P a g e

6

Page 147:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Istilah etiket berasal dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu

undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan

pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau

bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai

peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana),

cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan sikap serta

perilaku yang penuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi.

Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang

disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah

laku sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.Menurut K. Bertens,

dalam buku berjudul Etika, 1994,selain ada persamaannya, dan juga ada empat

perbedaan antara etika dan etiket, yaitu secara umumnya sebagai berikut:

a. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai

pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah menetapkan cara,

untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan.

b. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang

sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari

sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan.

c. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik

mendapat pujian danyang salah harus mendapat sanksi.Etiket bersifat relatif, yaitu yang

dianggap tidak sopan dalam suatukebudayaan daerah tertentu, tetapi belum tentu di

tempat daerah lainnya.

d. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang

hadir.Etiket hanya berlaku, jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain

maka etiket itu tidak berlaku.

2. Kepemimpinan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dalam sebuah organisasi mutlak

diperlukan seorang sosok pemimpin yang akan menjalankan fungsi kepemimpinan,

seorang pemimipin akan bertanggung jawab atas baik/buruknya organisasi yang dia

pimpin, karena kepemimpinan adalah pusat dan pengambil kebijakan pada suatu

organisasi.

Berbagai ahli mengungkapkan teori-teori mereka tentang definisi

kepemimpinan, seperti

147 | P a g e

Page 148:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja

keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry)

b. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam

mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell)

c. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan

diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (R.

Tannenbaum, Irving R, F. Massarik).

Dari pendapat para ahli di atas bisa diambil kesimpulan bahwa

kepemimpinan adalah sebuah sebuah upaya untuk mempengaruhi orang lain agar

memiliki kemauan untuk mencapai tujuan bersama dan memastikan terjadinya

kesatuan visi dalam sebuah kelompok

3. Etiket kepemimpinan

Etiket kepemimpinan adalah cara-cara yang dianggap benar secara umum

oleh sekelompok atau suatu komunitas masyarakat dalam upaya untuk

mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu tujuan bersama yang dimiliki oleh

suatu organisasi. Etiket kepemimpinan sebagaimana etiket lainnya berbeda dari satu

masyarakat ke masyarakat lain, organisasi ke organisasi lain, bahkan bisa berbeda

dari satu bagian ke bagian lain, karena sifat etiket yang berupa hukum tidak tertulis

dan sangat relatif.

Nilai-nilai umum etiket Walaupun etiket di setiap masyarakat bisa berbeda, prinsip-prinsip umum

dalam etiket selalu tetap, tidak berubah, bersifat universal, dan tak terbatas waktu

dan tempat. Terdapat tiga prinsip dalam etiket, yaitu respek, empati dan kejujuran.

1. Respek Respek berarti menghargai orang lain, peduli pada orang lain dan memahami

orang lain apa adanya. Tidak peduli mereka berbeda, berasal dari kultur berbeda,

atau keyakinan berbeda. Sangat penting untuk menunjukkan penghargaan kepada

setiap orang dengan kelebihan, kekurangan, kesamaan dan perbedaan yang

ada.Karena dengan bersikap respek kepada orang lain maka orang lain juga akan

bersikap respek kepada kita.

2. Empati

Empati berarti meletakkan diri di pihak orang lain. Sebelum bertindak atau

berucap, kamu harus berpikir dulu, apa pengaruhnya bagi orang lain. Bagaimana bila

148 | P a g e

Page 149:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

hal itu diucapkan atau dilakukan orang lain kepadamu. Apakah akan membuatmu

senang atau berang. Pikirkan dulu, jangan sampai tindakan atau ucapankita

menyinggung dan menyakiti orang-orang di sekitar kita, atau membuat diri kita

terlihat buruk di mata orang lain. Kata-kata dan sikap yang penuh pertimbangan dan

empati, akan membuat seseorang terlihat bijaksana, dewasa dan manusiawi.

3. Kejujuran

Kejujuran adalah sebuah bahasa yang universal, setiap orang bahkan mafia

seklipun membutuhkan kejujuran dari bawahannya. Kejujuran akan diterima di

manapun kita berada. Namun kejujuran juga harus menilai situasi dan kondisi,

kejujuran yang akan kita katakan sebaiknya tidak menyinggung atau mengorbankan

orang lain, atau apabila terpaksa, kejujuran yang kita terapkan haruslah lebih

memiliki aspek manfaat dibanding mudharat.

Etiket tidak hanya mengenai cara bergaul yang benar, tetapi juga

menyangkut tentang tentang berkehidupan dengan lingkungan manusia, alam dan

segala isinya termasuk flora dan fauna. Bila berkaitan hubungan dengan sesama

manusia maka komunikasi dan sosialisasi sangat memerlukan etika agar maksud

yang kita sampaikan tidak disalahartikan atau sikap yang kita lakukan tidak

menyinggung atau terlihat ganjil di lingkungan masyarakat tertentu

Contoh etiket dan penerapannya yang berlaku di masyarakat umum

Indonesia.

a. Misalnya dalam makan, etiketnya ialah orang tua didahulukan mengambil nasi,

kalau sudah selesai terus mencuci

b. makan sambil menaruh kaki di atas meja dianggap melanggar etiket bila

dilakukan bersama-sama orang lain,

c. makan dengan tangan kanan,

d. makan tidak boleh berdecap dan bersendawa

e. Di Indonesia menyerahkan sesuatu harus dengan tangan kanan. Bila dilanggar

dianggap melanggar etiket.

f. mengucapkan salam ketika masuk ke rumah.

NILAI-NILAI UMUM ETIKET KEPEMIMPINAN a. Landasan Moral Kepemimipinan

149 | P a g e

Page 150:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Pepatah Arab yang cukup terkenal di Indonesia mengatakan “Innamalumamu

akhlaqu maa baqiat fain humu jahabat akhlaquhum jahabu” Artinya suatuumat akan

kuat karena berpegang teguh pada moralitas yang ada, namun apabilamoral

diabaikan maka tunggulah kehancuran umat tersebut.

Pemimpin yang visioner adalah pemimpin yang memiliki kompetensiuntuk

mewujudkan visi organisasi secara bersamasama dengan sumber dayamanusia

(SDM) yang dipimpinnya.Seorang pimpinan yang memiliki kemampuanrethingking

future. Pimpinan yang mampu menggerakkan seluruh potensi yangdimiliki organisasi

kearah masa depan yang lebih cemerlang. Pimpinan yang penuh kewibawaan

sehingga mampumembangun semangat setiap pribadi untuk ikut ambil bagian dalam

mewujudkantujuan. Pimpinan yang tidak hanya menguasai permasalahan

yangdihadapi., tetapi juga memiliki semangat membara untuk bersama -sama

menyelasaikan masalah secara cepat dan tepat (high commitment and

highabstraction).

Moral pemimpin yang bersumber pada Pancasila terutama dan

terpentingadalah “moral ketaqwaan”.Pemimpin yang bermoral ketaqwaan dalam

memimpinbangsa pasti mampu mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

governance).Ketaqwaan yang dimiliki seorang pemimpin mendorong mereka taat

dan patuhserta konsisten menjadikan agama yang dianutnya sebagai point of

reversencedalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Moral ketaqwaan

melahirkanseorang pemimpin yang mampu menghargai pekerjaan orang lain,

mengakui

Moral ketaqwaan mampu mendorong seorang pemimpin bersikaptransparan,

keterbukaan dalam melaksanakan amanah yang diembannya. Dalamproses

penetapan kebijakan memberikan kesempatan orang yang dipimpinmemberikan

kontribusi dalam agenda setting. Manfaatnya rakyat menjadi individuyang aspiratif

dan responsive.Sementara pimpinan menjadi fasilitator yang penuhdedikatif dan

responsif akomodatif terhadap kepentingan orang yang dipimpinnya.

Untuk lebih memahami bagaimana seharusnya seorang pimpinan beretiket,

maka kiita perlu melihat contoh-contoh pemimpin yang kesuksesan dan

kewibawaanya sudah diakui oleh dunia. Seorang pemimpin yang sukse akan

mmeninggalkan pengaruh yang berlangsung lama dan luas, bahkan ketika beliau

sudah tidak ada atau sudah tidak menjadi pemimpin lagi.

150 | P a g e

Page 151:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1) Landasan Moral Kepemimpinan Rasullullah

Rasulullah Muhammad Saw sudah diakui kehebatannya oleh seluruh dunia,

baik pada masa kepemimpinannya atau ketika dia sudah tidak menjabat lagi,

baik ketika dia hidup bahkan hingga beliau sudah wafat, dan tentunya diakui

kemampuannya dalam meimpin oleh kawan maupun lawan. beberapa

penulis yang tidak ragu menuliskan beliau sebagai orang paling berpengaruh di

dunia diantaranya Michael H. Hart.

Diantara rahasia sukses Rasulullah Saw memimpin umat ini adalahterletak

pada kepribadiannya yang utuh, terarah dan berakhlakul karimah dalamsegala aspek

kehidupan.ada kesesuaian antara kata dengan perbuatan.Berikut iniadalah

sebagaian akhlak dan kepribadiaan Rasulullah Saw :

a). Sidik (Kejujuran)

Selama hidupnya Rasulullah Saw sama sekali tak pernah berdusta. Baik

itusebelum beliau diangkat menjadi nabi atau sesudahnya. Sampai usia 40

tahunbeliau tidak dikenal sebagai negarawan.pengkhutbah atau seorang orator. Ia

tidakpernah tampak berbicara tentang masalah-masalah etika, metafisika,

hukum,politik, ekonomi ataupun masalahmsalah sosial. Namun tidak diragukan

lagibahwa ia memiliki karakter yang luar biasa baiknya, tutur kata dan perilaku

muliadan penampilan yang menawan.

b) Amanah (menyampaikan)

Rasulullah Saw dikenal oleh masyarakat sebagai Al-Amin (manusia

yangdapat dipercaya) Akhlak yang ditampilkan oleh beliau ini amatlah disegani

kawanmaupun lawan.Amanah adalah salah satu titipan yang bermakna

kepercayaan.Orang yang diserahi memegang amanah dapat dipercaya sehingga

peluang untuktumbuh suburnya benalu nepotisme, kolusi dan korupsi dapat

dibendung. Umatmanusia yang siap memikul amanah dan memeliharanya Insya

Allah akanmencapai kemenengan dan keberuntungan dalam kehidupannya. Allah

Swtberfirman :

c) Adil

Dalam sebuah riwayat sahih (terpercaya) diceritakan tentang seorang wanita

dari kalangan bangsawan Arab yang kedapatan mencuri dan akan segera

diberlakukan hukuman potong tangan padanya. Lalu datanglah Usamah bin Zaid

yang merupakan orang terdekat Rasulullah Saw meminta dispensasi atau

151 | P a g e

Page 152:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

keringanan hukuman atas wanita bangsawan tadi. Apa jawab beliau " Seandainya

Fatimah binti Muhammad sendiri yang mencuri niscaya aku akan potong tangannya "

Tak akan diskriminasi dalam masalah hukum, semuanya sama dalam kaca

mata undang-undang. Ada praktek kolusi dan manipulasi dalam masalah

hukum/undang-undang merupakan sumber kehancuran generasi generasiterdahulu,

demikian statement dan kebijakan tegas Rasul kepada yang meminta keringanan

hukuman.

d) Fathonah (Kecerdasan)

Cara berfikir dan cara bertindaknya senantiasa dilakukan dengan cara-cara

yang benar, jujur dan adil tanpa menutup diri dari sikap waspada dalam menghadapi

setiap permasalahan yang muncul. Sehingga beliau mampu bertemu dan bertatap

muka dalam setiap arena dengan penuh kematangan dan persiapan yang prima

e) Tabligh

Meski Rasulullah Saw seorang yang buta huruf dan menjalankan kehidupan

dengan biasa, tenang tanpa halhal yang istimewa, namun ketika ia mulai

menyiarkan risalahnya, seluruh orang Arab tertegun penuh kekaguman, terpikat

oleh kefasiahannya berbicara dan kemampuan berpidato yang amat baik dan

mengagumkan serta tak ada bandingannya, baik oleh penyair dan ahli pidato

sekalipun.

Hal inilah yang perlu diteladani oleh para pemimpin umat dewasa ini bila

menginginkan diri mereka mendapatkan tempat di hati orang banyak sebab

omongan yang tak jelas berbau provokasi, kedustaan dan penuh caci maki sama

sekali tak akan mendatangkan kebaikan. Bukankah amat sering kita mendengar

pernyataan hati ini demikian lalu keesokan harinya diralat, maka kepercayaan

rayat atau masyarakat pun segera hilang dan segera pula timbul gejolak di sana

sini.

f) Ketaqwaan

AlQur'an menyebutkan hal ini sebagai kualitas tertinggi seorang muslim dan

Rasulullah Saw merupakan manusia tertinggi kualitas taqwanya dibandingkan

manusia manapun yang ada di jagad ini. Sebagaimana pernyataan beliau : "

Saya adalah orang yang paling takut dan paling bertaqwa dibandingkan kalian

152 | P a g e

Page 153:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

namun saya melaksanakan qiyamullail dan tidur, saya berpuasa namun juga

berbuka dan sayapun menikahi wanita..... " (HR. Muslim).

Demikianlah ciri-ciri moralitas yang mendasar dan yang senantiasa

melandasi kepemimpinan Rasulluah Saw sehingga dengan moral force itulah

manusia dapat mewujudkan potensi tertingginya dalam segala bidang sehingga

terkendali secara baik. Rasulullah Saw yang terbimbing oleh wahyu berhasil

membangun sistem moral yang baku yang pasti mendatangkan kebaikan bagi

siapa saja yang menjalaninya terlebih lagi para pemimpin umat.

2) Moral Kepemimpinan dalam serat Jatipusaka Makutha Raja

Serat Makutha Raja merupakan tulisan Sultan Hamengku Buwono V yang

merupakan pedoman bagi raja atau pemimpin.Sebagai buku, serat ini

mengandung ajaran-ajaran moral yang seharusnya (das Sollen) dilakukan dan

dijalankan oleh Raja ataupun pemimpin pada umumnya. Sebagai kitab ajaran,

berisi aturan-aturan yang bersifat imperatif atau mengharuskan. Tetapi tentu saja

ini juga merupakan bagian dari membangun kesadaran moral seorang pemimpin.

Dalam Serat Makutha Raja pupuh Sinom, ditunjukkan bagaimana raja harus

mengingat asal usul maupun niat ketika hendak menjadi seorang pemimpin. Oleh

karena itu perilakunya harus benarbenar tidak boleh meninggalkan aturan,

sebagaimana tertulis:

Kepemimpinan yang etik menggabungkan antara pengambilan keputusan etik

dan perilaku etik; dan ini tampak dalam konteks individu dan

organisasi.Tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah membuat

keputusan etik dan berperilaku secara etik pula, serta mengupayakan agar

organisasi memahami dan menerapkannya dalam kode-kode etik.

Saran-saran untuk perilaku secara etik Bila pemimpin etik memiliki nilai-nilai etika pribadi yang jelas dan nilai-nilai etika

organisasi, maka perilaku etik adalah apa yang konsisten sesuai dengan nilainilai

tersebut. Ada beberapa saran yang diadaptasi dari Blanchard dan Peale (1998)

berikut ini:

a. berperilakulah sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuan anda

(Blanchard dan Peale mendefinisikannya sebagai jalan yang ingin anda lalui

dalam hidup ini; jalan yang memberikan makna dan arti hidup anda.) Sebuah

153 | P a g e

Page 154:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

tujuan pribadi yang jelas merupakan dasar bagi perilaku etik. Sebuah tujuan

organisasi yang jelas juga akan memperkuat perilaku organisasi yang etik.

b. berperilakulah sedemikian rupa sehingga anda secara pribadi merasa bangga

akan perilaku anda. Kepercayaan diri merupakan seperangkat peralatan yang

kuat bagi perilaku etik. Bukankah kepercayaan diri merupakan rasa bangga

(pride) yang diramu dengan kerendahan hati secara seimbang yang akan

menumbuhkan keyakinan kuat saat anda harus menghadapi sebuah dilema

dalam menentukan sikap yang etik.

c. berperilakulah dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan anda dan

diri anda sendiri. Kesabaran, kata Blanchard dan Peale, menolong kita untuk

bisa tetap memilih perilaku yang terbaik dalam jangka panjang, serta

menghindarkan kita dari jebakan hal-hal yang terjadi secara tiba-tiba.

d. berperilakulah dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etik sepanjang

waktu, bukan hanya bila kita merasa nyaman untuk melakukannya. Seorang

pemimpin etik, menurut Blanchard dan Peale, memiliki ketangguhan untuk

tetap pada tujuan dan mencapai apa yang dicita-citakannya.

e. berperilakulah secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting. Ini

berarti anda harus menjaga perspektif. Perspektif mengajak kita untuk

melakukan refleksi dan melihat hal-hal lebh jernih sehingga kita bisa melihat

apa yang benar-benar penting untuk menuntun perilaku kita sendiri.

URGENSI ETIKA KEPEMIMPINAN Banyak keluhan saat ini bahwa pemimpin tidak punya etika. Misalnya, tidak

mempunyai pendirian dalam berkoalisi (kasus politik di Indonesia), berbicara yang

tidak pantas di depan publik, saling mencerca dan mencaci maki, bahkan tidak malu

lagi untuk melakukan korupsi. Mereka seolah-olah sudah merasa nyaman saja

melakukan kesalahan.

Banyak orang merasa bahwa pemimpin tidak beretika dan perlu dibuatkan

pedoman. Contoh kasus, adanya penyusunan pedoman tentang etika DPR

Indonesia. Namun, pembuatan/penyusunan pedoman etika tersebut juga

menimbulkan kontroversi. Ada yang mengatakan tidak perlu ada pedoman etika

karena yang penting adalah hatinya. Menurut mereka yang tidak setuju, “Kalau mau

154 | P a g e

Page 155:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dosa bisa di mana saja, manusia itu kan lebih lihai dari aturan dan pedoman!”. Jika

memnag demikian, apakah benar pemimpin perlu dibuatkan pedoman etika?

Pertanyaannya, apa arti “tidak punya etika”? Apakah hanya tentang

kesantunan belaka, atau tentang moralitas dan integritas pemimpin? Hal ini penting

karena etiket berbeda dengan etika. Etiket adalah hal-hal tentang sopan santun baik

dari segi cara berbicara atau bersikap, mungkin ada yang halus dan ada pula yang

kasar. Misalnya, cara berbicara yang kasar dan tingkah laku yang tidak sopan adalah

sebuah etiket. Etiket tetap penting untuk dipelajari dan dimiliki, namun tidak masuk

dalam ranah etika. Lain halnya dengan etiket, etika berbicara tentang baik dan buruk

atau benar dan salah. Itulah sebabnya mengapa setiap pemimpin harus

mengembangkan etika bagi dirinya dan perlunya ada pedoman etika sebagai

pemimpin.

Untuk apa pemimpin harus mempunyai etika? Etika memberikan tuntunan

kepada para pemimpin di tengah-tengah masyarakat yang memiliki nilai yang

beragam atau pluralism moral (Bertens, 31). Etika juga akan membimbing dan

memampukan pemimpin dalam menghadapi persoalan akibat

muncul/berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Secara umum, sudah tentu etika sangat dibutuhkan di dalam kehidupan

manusia yang hidup di zaman globalisasi. Baik dan buruk dalam masyarakat sudah

bukan urusan pribadi atau suatu masyarakat saja, tetapi sudah menjadi kepedulian

bersama suatu konteks yang lebih besar, misalnya lingkungan hidup, kekejaman,

korupsi, kemiskinan, dan ketidakadilan, juga termasuk banyak kasus moralitas di

dalam kehidupan pemimpin.

Dalam suatu organisasi, etika kepemimpinan sangatlah penting. Pemimpin

harus membuat keputusan yang tidak hanya menguntungkan, tetapi pemimpin juga

harus memikirkan tentang pengaruhnya terhadap masyarakat. Pemimpin yang baik

mengetahui nilai-nilai dan etika, serta mengaplikasikannya dalam gaya dan

pelaksanaan kepemimpinannya. Ketika seorang pemimpin menggunakan etika

dalam kepemimpinannya, ia akan dihormati dan dikagumi oleh bawahan dan

karyawannya.

Ada beberapa hal yang perlu dimiliki oleh pemimpin yang beretika. Di sini kita

tidak berbicara tentang tingkah laku (behavior) yang terlihat, atau dengan kata lain

mengubah tingkah laku yang terlihat saja, tetapi juga mempertimbangkan motif-motif

155 | P a g e

Page 156:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

hati si pemimpin. Oleh karena itu, syarat pertama pemimpin yang beretika adalah

memiliki hati nurani yang baik. Kata “hati nurani” berasal dari kata “conscienta” yang

berarti “turut mengetahui” atau “dengan diketahui oleh”. Dalam hal ini, siapa yang

turut mengetahui? Maksud dari kata tersebut tentu ada suatu instansi di dalam diri

manusia yang berfungsi sebagai saksi yang mengamati atau menilai kehidupan batin

manusia dan mempertimbangkan sesuatunya (bdk. Verkuyl, 65; Bertens, 53). Jadi,

hati nurani adalah suatu penghayatan tentang baik dan buruk yang berhubungan

dengan tingkah laku konkret/nyata manusia (Bertens, 51-52). Harga diri dan

integritas manusia sebagai pemimpin terletak pada hati nuraninya.

Bentuk hati nurani ada dua yaitu hati nurani retrospektif dan prospektif

(Bertens, 54-56). Hati nurani retrospektif adalah hati nurani yang mengevaluasi

terhadap perbuatan manusia pada masa lalu, apakah perbuatan tersebut baik

ataukah buruk. Hati nurani retrospektif berfungsi sebagai instansi kehakiman yang

mencela jika melakukan perbuatan yang tidak baik atau jahat, tetapi akan memberi

pujian jika melakukan perbuatan yang baik dan terpuji. Hati nurani yang sehat dari

seorang pemimpin adalah jika pemimpin tersebut memiliki hati nurani yang menuduh

atau mencela yang disebut “a bad conscience” jika melakukan sesuatu yang buruk

dan memiliki ”a good conscience” atau ”a clear conscience” jika melakukan

sesuatu

yang baik.

Hati nurani prospektif adalah hati nurani yang memberikan penilaian atas

perbuatan di masa yang akan dating. Ia memberikan nilai kondisional atas perbuatan

manusia. Artinya, sebelum melakukan sesuatu hal maka hati nuraninya akan

memberitahu mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana

yang salah. Hati nurani bekerja pada saat suatu hal sedang dilakukan seseorang.

Di samping memiliki hati nurani yang baik, setiap pemimpin wajib memiliki

komitmen terhadap etika keutamaan. Maksud dari etika keutamaan adalah berfokus

kepada manusia dan martabatnya, dan bukan kepada apakah suatu perbuatan

sesuai norma atau tidak. Etika ini mempelajari keutamaan (virtue) sifat watak yang

dimiliki manusia. Etika keutamaan bukan menilai perbutan, tetapi lebih kepada

apakah manusia (kita) adalah orang yang baik atau buruk.

Di samping etika keutamaan, ada pula etika kewajiban. Etika kewajiban

menekankan pada “being” manusia, yaitu siapakah saya di hadapan Tuhan dan

sesama. Di sini, manusia bukan memilih mana yang harus dipegang, apakah etika

156 | P a g e

Page 157:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

kewajiban ataukah etika keutamaan (bukan either-or), tetapi kedua-duanya perlu

dipelajari dan dipraktikkan (both-and). Kita wajib tahu mana yang benar dan yang

salah, baik dan buruk, tetapi juga mengembangkan watak serta karakter yang penuh

pengorbanan, pelayanan, dan kebaikan sebagai etika keutamaan.

Hubungan antara etika keutamaan dan etika kewajiban adalah bahwa

moralitas selalu berhubungan dengan aturan dan prinsip sertakualitas manusianya

juga. Manusia tidak hanya baik karena menaati aturan, tetapi juga perlu

pembentukan watak. Karakter atau watak manusia juga memerlukan norma. Jika

ada yang berkata bahwa DPR tidak perlu ada pedoman etika, berarti dia tidak

memahami fungsi etika kewajiban, bahwa manusia hanya bisa taat jika ada

pedoman dan sanksi yang mengaturnya. Tetapi pedoman dan sanksi saja tidak

cukup menjadikan manusia baik. Manusia memerlukan pengembangan watak dan

karakter yang baik yang disebut pengembangan etika keutamaan. Di sini, keduanya

berjalan bersamaan di dalam kehidupan seorang pemimpin.

Kepemimpinan adalah suatu konsep yang mengagumkan. Kepemimpinan

mampu menyiratkan tanggung jawab, pengetahuan dan komunikasi efektif. Etika

kepemimpinan terutama mempunyai arti penting pada waktu-waktu belakangan ini

ketika kepercayaan publik telah terkikis oleh tindakan tidak baik dari banyak entitas

nirlaba maupun entitas komersial.

Berikut ini adalah beberapa komponen dari etika kepemimpinan beserta

pentingnya, yaitu:

Ethical Communication Pemimpin yang beretika akan menetapkan standar kejujuran untuk setiap

bawahan yang dipimpinnya. Ketika seseorang mengambil posisi sebagai

pemimpin, ia mempunyai kesempatan untuk menempatkan kejujuran pada

tempat tertinggi. Dalam hal ini, keteladanan pemimpin saja tidak cukup dalam

melaksanakan standar ini. “Kejujuran adalah tugas nomor satu” harus menjadi

slogan entitas tersebut. Informasi yang jujur adalah informasi yang berkualitas, baik

untuk CEO, dewan direksi, maupun para investor.

Ethical Quality Seorang pemimpin yang beretika paham bahwa aa tiga faktor yang

menentukan tingkat kompetitifnya suatu organisasi, yaitu produk yang

berkualitas, pelayanan pelanggan yang berkualitas, dan pengiriman yang

157 | P a g e

Page 158:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

berkualitas. Pemimpin harus bertanggungjawab dalam memimpin,

mengendalikan, dan mendanai dalam hal peningkatan kualitas. Keuntungan yang

besar hanya dapat terjadi jika pemimpin dapat melaksanakan tanggungjawab

tersebut.

Ethical CollaborationPemimpin yang beretika membutuhkan banyak penasihat. Ia akan

memilih penasihat yang paling unggul di dalam organisasinya dan akan

mempekerjakan beberapa orang penasihat dari luar perusahaan. Pemimpin yang

bijak berkolaborasi untuk menciptakan best practice, memecahkan masalah, dan

menemukan issue-issue yang sedang dihadapi organisasi. Sayangnya, secara

alamiah pemimpin akan cenderung menciptakan “lingkaran penasihat” yang

tertutup. Pemimpin yang menggunakan etika kolaborasi akan menjaga agar

“lingkaran penasihat” ini lebih terbuka dan cair. Tujuan dari pemimpin yang

beretika adalah untuk menurunkan risiko organisasi dengan cara mempeoleh

para ahli (dalam hal ini adalah penasihat) yang terpercaya.

Ethical Succession Planning Jika pemimpin yang berprinsip memiliki/menuntut kebutuhan akan

pengendalian, ia akan memenuhi kebutuhan tersebut dengan menciptakan

standar organisasi dan prosedur operasi untuk kualitas dan komunikasi yang

kuat. Sementara itu, seorang pemimpin yang beretika harus memberikan

kesempatan pada para penerus yang potensial untuk berlatih dan membangun

kemampuan kepemimpinan mereka. Hal tersebut harus dipimpin oleh si

pemimpin sendiri dengan memberikan kesempatan untuk berkomunikasi 3600,

dan melatih mereka tentang peran-peran yang mungkin akan mereka jalankan

suatu saat nanti.

Ethical TenureBerapa lamakah seharusnya seorang pemimpin mepimpin

organisasinya? Di Indonesia, wakil rakyat dipilih setiap lima tahun sekali. Di

Amerika, pemimpin pemerintahan memimpin selama empat sampai delapan

tahun. Sedangkan dalam bidang industri tidak memiliki standar masa

kepemimpinan (tenure). Menurut seorang pakar kepemimpinan, Peter Block,

kepemimpinan seringkali diukur lebih berdasarkan kepercayaan terhadap

individu daripada talenta/kemampuannya. Block juga mengemukakan bahwa misi

158 | P a g e

Page 159:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dari pemimpin yang beretika adalah untuk melayani institusi yang dipimpinnya,

bukan untuk melayani diri mereka sendiri. Pemimpin yang beretika berkolaborasi

dan menyiapkan rencana penerusan kepemimpinan di dalam organisasinya yang

akan menjamin pertumbuhan organisasinya. Pemimpin bekerja atas permintaan

dari entitas, pelanggan, dewan direksi, dan para pemegang saham. Jika

kepercayaan dari masing-masing pemegang kepentingan tersebut tidak

berubah/menurun, si pemimpin harus tetap memimpin hingga ia memilih untuk

mundur dan turun jabatan. Sedangkan pemimpin yang merusak kepercayaan

bawahannya, pelanggan, dan masyarakat luas harus menyingkir dan

membiarkan pemimpin lain yang lebih baik mengambil alih kepemimpinan dan

kekuasaannya.

KARAKTER UTAMA DALAM KEPEMIMPINAN Kita sering mengatakan penampilan seseorang adalah etika dari orang

tersebut, yang dapat menempatkan diri dengan baik di setiap situasi. Dapat

dikatakan orang ini adalah individu yang beretika. Bagaimanapun ketika, orang yang

beretika tidak lagi mementingkan kualitas karakter kehidupan yang baik, maka dia

telah berhasil memanipulasi orang lain dengan etikanya yang baik itu karena apa

yang terlihat oleh orang lain pada seseorang terjadi pada situasi normal.

Karakter individu yang sebenarnya akan terlihat ketika indvidu berhadapan

dengan tekanan, tantangan atau masalah-masalah. Kita mempunyai potensi-potensi

untuk memanipulasi orang lain dengan kepintaran, pengalaman dan kekuatan

penampilan luar kita tetapi ada satu hal yang penting jika kita ingin mengetahui

kualitas hidup sebenarnya dari seseorang yaitu waktu. Waktu adalah cara pengujian

yang ampuh.

Secara normal, kita hanya berinteraksi dengan orang lain dalam jangka waktu

yang pendek, misalnya dalam waktu kerja atau hanya dalam beberapa jam. Maka

orang-orang yang mengetahui sifat baik dan kualitas kehidupan kita adalah orang-

orang yang telah mengenal dan bersama kita dalam jangka waktu yang panjang.

Ekspresi yang tersembunyi akan terlihat dalam situasi tertentu. Tidak ada orang yang

dapat menyembunyikan dirinya yang sebenarnya di dalam untuk selamanya, karena

dari cara dia berbicara, bertindak dan merespon, kita dapat mengidentifikasi karakter

dia.

159 | P a g e

Page 160:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Kita tetap membutuhkan waktu untuk mengingat atau mengetahui karakter

teman-teman kita. Dengan mempelajari dan mengetahui ilmu karakter, kita akan

menjadi sebuah pribadi yang seutuhnya. Bisa menikmati kehidupan yang nyaman,

sehat dan bahagia. Kesuksesan akan dijagai oleh karakter yang baik karena kita bisa

menggapai sukses dengan karisma tetapi hanya karakter yang bisa menjagai

kesuksesan kita tetap pada puncaknya.

7 Kebiasaan manusia yang sangat efektif Di dalam bukunya 7 Habits of Highly Effective People yang dijabarkan

oleh Stephen R. Covey, merupakan esensi perwujudan dari upaya kita untuk

menjadi seseorang yang seimbang, utuh, dan kuat, serta menciptakan sebuah tim

yang saling melngkapi berdasarkan rasa saling menghormati. Hal ini adalah

merupakan prinsip-prinsip dari karakter pribadi.

Gambar 3.1 Prinsip-rinsip Karakter Pribadi

Sumber: 7 habits of Highly Effective People (Stephen R. Covey)

160 | P a g e

Page 161:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Habit 1 - Proactive Menjadi proaktif adalah sesuatu yang lebih dari sekedar mengambil inisiatif.

Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap

pilihanpilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip

dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita.

Orang-orang yang proaktif adalah agen-agen perubahan, dan memilih untuk

tidak menjadi korban, untuk tidak menjadi reaktif; mereka memilih untuk tidak

menyalahkan orang lain.

Habit 2 - Start from the End Individu, keluarga, tim dan organisasi membentuk masa depan mereka

dengan terlebih dahulu menciptakan sebuah visi mental untuk segala proyek,

baik besar maupun kecil, pribadi atau antarpribadi. Mereka tidak sekedar

hidup dari hari ke hari tanpa tujuan yang jelas dalam pikiran mereka. Mereka

mengidentifikasi diri dan memberikan komitmen terhadap prinsip, hubungan,

dan tujuan yang paling berarti bagi mereka.

Habit 3 - Put First thing first Mendahulukan yang utama berarti mengatur aktivitas dan melaksanakannya

berdasarkan prioritas-prioritas yang paling penting. Apa pun situasinya, hal itu

berarti menjalani kehidupan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip yang

dirasakan paling berharga, bukan oleh agenda dan kekuatan sekitar yang

mendesak saja.

Habit 4 - Think Win Win Berpikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang berusaha

mencari manfaat bersama dan saling menghormati di dalam segala jenis

interaksi. Berpikir menang-menang adalah berpikir dengan dasar-dasar

Mentalitas Berkelimpahan yang melihat banyak peluang, dan bukan berpikir

dengan Mentalitas Berkekurangan dan persaingan yang saling mematikan.

Karakter ini bukanlah berpikir secara egois (menang-kalah) atau seperti

martir (kalahmenang). Karakter ini adalah berpikir dengan mengacu kepada

kepentingan “kita”, bukan “aku”.

161 | P a g e

Page 162:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Habit 5 - Effective Communication Effective Communication yang dimaksud adalah berkomunikasi dengan

empathy; berusaha memahami dulu, baru kemudian berusaha dipahami. Jika

kita mendengar dengan maksud untuk memahami orang lain, dan bukan

sekedar untuk mencai celah untuk menjawab, kita bisa memulai komunikasi

dan pembentukan hubungan yang sejati. Peluang-peluang untuk berbicara

secara terbuka dan untuk dipahami kemudian akan datang secara lebih

alamiah dan mudah. Berusaha untuk memahami memerlukan pertimbangan

matang; berusaha untuk dipahami memerlukan keberanian. Efektivitas

terletak pada menyeimbangkan atau menggabungkan keduanya.

Habit 6 - Synergy Sinergi adalah alternatif ketiga - bukan cara saya, cara Anda, tetapi sebuah

cara ketiga yang lebih baik daripada apa yang bisa kita capai sendiri-sendiri.

Sinergi merupakan buah dari sikap menghormati, menghargai, dan bahkan

merayakan adanya perbedaan di antara orang-orang. Sinergi bersangkut

paut dengan upaya untuk memecahkan masalah, meraih peluang dan

menyelesaikan perbedaan. Ini seperti kerja sama kreatif di mana 1 + 1 = 3,

11, 111, … atau lebih banyak lagi. Sinergi juga merupakan kunci

keberhasilan dari tim atau hubungan efektif mana pun. Sebuah tim yang

bersinergi adalah sebuah tim yang saling melengkapi, di mana tim itu diatur

sedemikian rupa sehingga kekuatan dari para anggotanya bisa saling

menutupi kelemahan-kelemahannya. Dengan cara ini kita mengoptimalkan

kekuatan, bekerja dengan kekuatan tersebut, dan membuat kelemahan dari

masing-masing orang menjadi tidak relevan.

Habit 7 - Sharpen the Saw Mengasah gergaji berkenaan dengan upaya kita untuk memperbarui diri

secara terus-menerus pada empat bidang dasar kehidupan: fisik,

sosial/emosional, mental, dan spiritual. Ini adalah karakter yang

meningkatkan kapasitas kita untuk menjalankan semua kebiasaan lain yang

akan meningkatkan efektivitas kita.

162 | P a g e

Page 163:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Tiga Kebiasaan yang pertama bisa diringkas dalam sebuah pernyataan

empat kata yang amat sederhana: Membuat dan memenuhi janji. Kemampuan

untuk

membuat janji adalah proaktivitas (Kebiasaan 1). Apa yang dijanjikan adalah

Kebiasaan 2, dan memenuhi janji adalah Kebiasaan 3.

Tiga kebiasaan selanjutnya bisa diringkas dalam sebuah kalimat pendek:

Libatkan orang dalam permasalahan dan carilah penyelesaiannya bersama-sama. Hal ini memerlukan rasa saling menghormati (Kebiasaan 4), saling memahami

(Kebiasaan 5), dan kerja sama kreatif (Kebiasaan 6). Kebiasaan 7, Mengasah

Gergaji, adalah meningkatkan kompetensi Anda di empat bidang kehidupan: tubuh,

pikiran, hati, dan jiwa. Kebiasaan ini memperbarui integritas dan rasa aman

seseorang yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri (Kebiasaan 1, 2, dan 3) dan

memperbarui semangat maupun karakter untuk membentuk tim yang saling

melengkapi.

Tabel 3.1 adalah bagan yang menggambarkan prinsip dan para-digma dari

masing-masing kebiasaan dalam 7 Kebiasaan.

Sumber: The 8th Habit (Stephen R. Covey)

Prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam 7 kebiasaan Lihatlah dengan saksama masing-masing prinsip tersebut. Kita dapat melihat

tiga hal: Pertama, prinsip-prinsip itu bersifat universal. Artinya, prinsip-prinsip itu

mengatasi batas-batas budaya dan terkandung dalam semua agama utama dunia

maupun falsafah hidup yang tak lekang oleh waktu. Kedua, prinsip-prinsip ini abadi tak pernah berubah. Ketiga, prinsip-prinsip ini terbukti dengan sendirinya. Bagaimana

163 | P a g e

Page 164:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

kita tahu bahwa sesuatu adalah hal yang terbukti dengan sendirinya? Seperti yang

dijelaskan sebelumnya, kita tinggal mencoba berusaha membantahnya. Anda sama

sekali tak akan berhasil. Dalam hal prinsip-prinsip yang mendasari 7 Kebiasaan,

Anda tidak bisa membantah pentingnya tanggung jawab atau inisiatif, memiliki

tujuan, integritas, saling menghormati, saling memahami, kerja sama, kreatif, atau

pentingnya untuk terus-menerus memperbarui diri.

Tujuh Kebiasaan adalah prinsip-prinsip yang menyangkut karakter

yang membentuk siapa dan apa diri Anda. Kebiasaan-kebiasaan

ini

memberikan basis bagi kredibilitas, wewenang moral, dan keterampilan yang

membuat Anda bisa memiliki pengaruh besar dalam sebuah organisasi,

termasuk keluarga, komunitas, dan masyarakat. Kebiasaan itu terletak pada

inti dari peran pertama pada 4 Peran Kepemimpinan—yaitu menjadi Panutan.

4 Peran Kepemimpinan itu adalah apa yang Anda lakukan sebagai pemimpin

untuk mengilhami orang lain agar menemukan suara mereka.

Gambar 3.2 Empat Peran Kepemimpinan

Sumber: The 8th Habit (Stephen R. Covey)

Kepemimpinan akan menciptakan sebuah ruang kehidupan yang

sepenuhnya baru bagi 7 Kebiasaan, dan kebiasaan-kebiasaan ini akan dipandang

164 | P a g e

Page 165:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

sebagai hal yang memiliki nilai vital secara strategis bagi sebuah organisasi, dan

bukan sekadar sebuah program pelatihan dengan gambar-gambar yang indah.

Empat Peran Kepemimpinan membuat 7 Kebiasaan bisa menjadi hal utama yang

dipraktikkan dalam organisasi.

Paradigma 7 Kebiasaan Masing-masing kebiasaan dalam 7 Kebiasaan tidak hanya mewakili sebuah

prinsip, tetapi juga sebuah paradigma, sebuah cara berpikir. Saat kita memikirkan

secara lebih mendalam bahwa Kebiasaan 1, 2, dan 3 diwakili oleh empat kata

"membuat dan memenuhi janji," kita menjadi paham mengenai paradigma yang

menyertai masing-masing kebiasaan. Kebiasaan 1, Menjadi Proaktif, adalah sebuah

paradigma determinasi diri atau penetapan diri, dan bukan sekadar determinasi

genetik, sosial, fisik, atau lingkungan, melainkan "Saya bisa dan akan membuat

janji." Inilah kekuatan dari pilihan. Kebiasaan 2, Memulai dengan Tujuan Akhir, adalah sebuah paradigma yang

menyatakan bahwa semua hal diciptakan dua kali, pertama secara mental, dan baru

kemudian secara fisik. Ini adalah isi dari janji tersebut—"Saya bisa memikirkan baik

isi dari janji yang ingin saya buat maupun apa yang saya harapkan akan saya capai

dari situ." Ini adalah kekuatan fokus. Kebiasaan 3 adalah paradigma prioritas, tindakan, dan pelaksanaan—"Saya memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk

memenuhi janji tersebut."

Kebiasaan 4, 5, dan 6—Berpikir Menang-Menang, Berusaha Memahami Dulu

Lalu Berusaha Dipahami, dan Bersinergi—adalah paradigma-paradigma pemikiran

berkelimpahan saat berhubungan dengan pihak lain—melimpahnya rasa hormat,

rasa saling memahami (menyeimbangkan antara pertimbangan dan keberanian),

dan menghargai perbedaan. Ini adalah inti dari tim yang saling melengkapi.

Kebiasaan 7 adalah paradigma perbaikan terus-menerus dari sebuah pribadi utuh. Ini adalah kebiasaan untuk pendidikan, pembelajaran, dan pembuatan

komitmen ulang—apa yang disebut oleh bangsa Jepang sebagai "Kaizen." Inilah

sebabnya mengapa diagram melingkar yang dipergunakan di sepanjang buku ini

memiliki sebuah mata panah yang tidak menutup lingkaran tersebut tetapi akan

menciptakan sebuah spiral naik yang melambangkan sebuah perbaikan tanpa henti

dalam masing-masing wilayah dari empat wilayah yang dipilih.

165 | P a g e

Page 166:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Solusi Kepemimpinan dalam Organisasi Keputusan untuk mengilhami orang lain untuk menemukan suara mereka

membawa Anda langsung ke inti dari empat masalah kronis organisasi yang

diakibatkan oleh model kontrol Era Industri yang dipakai saat ini. Empat Peran

Kepemimpinan sebenarnya adalah empat karak-teristik kepemimpinan pribadi: visi,

disiplin, gairah, dan hati nurani —yang ditulis ulang untuk konteks organisasi.

Gambar 3.3: Empat karakteristik kepemimpinan pribadi

Sumber: The 8th Habit (Stephen R. Covey)

Panutan (hati nurani): Menjadi contoh yang baik.

Perintis (visi): Bersama-sama menentukan arah yang dituju.

Penyelaras (disiplin): Menyusun dan mengelola sistem agar tetap pada arah

yang telah ditetapkan.

Pemberdaya (gairah): Memfokuskan bakat pada hasil, bukan pada metode, lalu

menyingkir agar tidak menghalangi dan memberi bantuan jika diminta.

Mereka yang memegang posisi kepemimpinan formal dalam organisasi

mungkin bisa melihat keempat peran ini sebagai cara yang menantang, namun

alamiah, untuk memenuhi tugas mereka. Kendati demikian, kalau kita membatasi

keempat peran ini hanya untuk eksekutif senior, hal itu hanya akan semakin memperkuat pola pemikiran yang mengatakan, "bos yang melakukan semua

pemikiran penting dan pembuatan keputusan." Keempat peran ini adalah untuk

166 | P a g e

Page 167:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

semua orang, apa pun posisinya. Keempatnya adalah jalur untuk meningkatkan

pengaruh Anda, pengaruh tim dan organisasi Anda.

Stephen R. Covey dan teman-temannya mengajarkan model 4 Peran

Kepemimpinan sejak tahun 1995. Dan ternyata, banyak pula pakar lain di bidang

kepemimpinan yang secara terpisah telah menyusun model yang didasarkan pada

prinsip-prinsip yang sama. Sebagai contoh, Dave Ulrich (Universitas Michigan), Jack

Zenger, dan Norm Smallwood yang menulis buku Results-Based Leadership (1999)

yang amat memperluas cakrawala wawasan kita. Setelah bertahun-tahun melakukan

penelitian, pengamatan, dan memberikan konsultasi, mereka mengembangkan

sebuah model kepemimpinan empat kotak yang hampir sama persis dengan model 4

Peran.Perbedaan utamanya hanya terletak pada peristilahan yang dipakai, tetapi

Kita bisa melihat bahwa makna pada intinya sama.

Gambar 3.4: Apa yang dilakukan oleh Pemimpin Yang Sukses?

Sumber: The 8th Habit (Stephen R. Covey)

Pentingnya Urutan Peran Keempat peran ini juga amat saling tergantung. Dari satu sisi, peran-peran ini

tampaknya berurutan. Tetapi dari sisi lain, peran-peran ini dijalankan secara

bersamaan. Kedua sisi tersebut sama-sama benar. Peran-peran ini berurutan karena

167 | P a g e

Page 168:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

kita harus bisa mendapatkan kepercayaan yang tumbuh dari kelayakan kita untuk

dipercaya, sebelum kita benar-benar bisa berpindah ke peran-peran lain yang akan

membebaskan potensi alamiah manusia. Kendati demikian, peran-peran ini juga

bekerja secara simultan jika dipandang dari sisi saat setelah terbentuknya sebuah

budaya berdasarkan kepemimpinan ini. Keempat proses atau peran ini tetap harus

diper-hatikan secara terus-menerus.

Stephen R. Covey menggambarkan pentingnya urutan dari keempat peran ini

dengan cara membandingkannya dengan olahraga profesio-nal, yang seperti juga

dunia bisnis, merupakan ajang kompetisi yang amat sengit. Saat seorang pemain

masuk ke sebuah sasana latihan profesional dengan kondisi tidak memenuhi syarat

tidak memiliki kekuatan otot dan daya tahan jantungnya tidak beres dia tidak akan

bisa mengembangkan keahliannya secara maksimal. Dan jika dia tidak bisa

mengembangkan kemampuan itu, tidak mungkin dia bisa bermanfaat sebagai

anggota tim dan menjadi bagian dari sebuah sistem pencetak kemenangan.

Dengan kata lain, pengembangan otot mendahului pengem-bangan keahlian,

dan pengembangan keahlian mendahului pengembangan tim dan sistem. Tubuh

adalah sebuah sistem alamiah dan diatur oleh hukum-hukum alam. Perumpamaan

olahraga amat tepat dan memberikan gambaran kuat yang bisa kita hubungkan

dengan bidang yang lebih luas yakni meningkatkan kapasitas dan menemukan suara

kita. Pengembangan pribadi mendahului pengembangan hubungan yang saling

memercayai, dan hubungan yang saling memercayai adalah sebuah prasyarat

mutlak untuk mengembangkan sebuah organisasi yang bercirikan kerja sama tim,

kontribusi, dan kerja sama dengan komunitas yang lebih luas.

Sebagai contoh, misalkan seseorang tidak mampu memenuhi janji, bahkan janji

yang dibuat untuk dirinya sendiri—hidupnya tidak konsisten, tak beraturan, dan

tergantung pada suasana hatinya. Ada-kah cara baginya untuk membangun

hubungan yang sehat dan penuh rasa saling percaya dengan orang lain?

Jawabannya sudah jelas. Dan jika kepercayaan dalam hubungannya dengan orang

lain kurang, apakah dia akan memiliki dasar yang kuat untuk membangun sebuah

keluarga yang efektif atau tim dan organisasi yang bisa membuat kontribusi yang

signifikan? Sekali lagi, jawabannya sudah jelas: tidak mungkin.

Persis seperti seorang anak tidak akan bisa berlari sebelum bisa berjalan

atau tak bisa berjalan sebelum dia bisa merangkak, dan Anda juga tidak akan bisa

168 | P a g e

Page 169:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

mengerjakan soal-soal kalkulus sebelum Anda memahami aljabar, dan Anda tidak

akan bisa mengerjakan aljabar sebelum Anda memahami dasar-dasar matematika,

beberapa hal dasar yang diperlukan memang harus ada lebih dahulu sebelum yang

lainnya bisa dilakukan. Setelah kita memahami pentingnya urutan ini, Anda akan

melihat mengapa, bahkan jika kedua hal ini saling tergantung, amat penting untuk

pertama-tama membayar harga untuk berusaha menemukan suara pribadi Anda sebelum mencoba mengembangkan keahlian dalam membangun hubungan dengan

tingkat kepercayaan yang tinggi dan pemecahan masalah secara kreatif.

Kerja yang bersifat sinergis dalam hubungan-hubungan yang memiliki tingkat

kepercayaan tinggi seperti itu kemudian akan menjadi dasar untuk menciptakan

sebuah tim atau organisasi dari orang-orang yang saling bekerja sama—tim-tim yang

memiliki tujuan dan nilai-nilai yang sama, dan bersedia untuk memainkan peran

mereka di dalam konteks tersebut. Dan yang paling akhir, individu, tim, dan

organisasi seperti itu kemudian bisa memperluas pengaruh mereka dengan melayani

dan memenuhi kebutuhan dari pihak-pihak yang menjadi tanggung jawab mereka.

Penempatan layanan bagi orang lain sebagai hal yang lebih tinggi daripada diri sendiri memberikan makna pada ketiga level tersebut dan

membawa kita ke Era Kebijaksanaan, era kelima dari peradaban.

Mungkin cara terbaik untuk menggambarkan betapa penting dan kuatnya

urutan ini adalah dengan cara yang sering saya berikan kepada para peserta yang

saya ajar. Saya mengundang seorang pria yang tampak amat kuat dan sehat untuk

maju ke depan dan melakukan dua puluh kali push-up dengan punggung lurus. Jika

dia benar-benar kuat dan selalu berlatih, dia akan bisa melakukan hal itu dengan

mudah. Tetapi hanya sedikit yang sanggup melakukannya; bahkan banyak orang

yang tampak kuat dan sehat, tetapi tidak sanggup melakukan lebih dari lima atau

enam kali.

Dengan mempergunakan analogi fisik ini, saya berpendapat bahwa sampai

seseorang bisa melakukan dua puluh kali push-up emosional pada tingkat pribadi,

mereka tidak akan memiliki ke-kuatan atau kebebasan untuk melakukan tiga puluh

push-up emosional yang diperlukan untuk memenuhi tantangan dan tuntutan dari

hubungan yang lebih luas. Dan sebelum mereka bisa melakukan lima puluh push-up pada tingkat pribadi dan hubungan, mereka tidak akan mungkin bisa membangun

169 | P a g e

Page 170:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

sebuah tim dan menghasilkan sebuah budaya organisasi dengan tingkat

kepercayaan dan kinerja yang tinggi.

Dengan mengingat adanya urutan ini, kita sekarang berpindah dari

pengembangan karakter yang diperlukan dalam menemukan suara kita sendiri, menuju pengembangan keahlian dan pengembangan tim dan sistem yang

diperlukan

dalam upaya kita untuk mengilhami orang lain untuk menemukan suara mereka di

dalam organisasi

Latihan Soal-Soal

1. Apa yang dimaksud dengan Etika dan jelaskan fungsinya?

2. Jelaskan pengertian kepempimpinan menurut H.Koontz dan C. O'Donnell

3. Apa yang dimaksud dengan Etika Kepempimpinan?

4. Untuk apa pemimpin harus mempunyai etika?

5. Sebutkan beberapa komponen dari etika kepemimpinan beserta pentingnya!

6. Sebutkan prinsip-prinsip etika berorganisasi?

7. Jelaskan Bagaimana hubungan etika kepempimpinan dengan organisasi?

8. Etika kepemimpinan dapat diterapkan dengan baik apabila mendapat

dukungan penuh dari beberapa faktor yaitu?

9. Seorang pemimpin yang sukses apabila ia mampu menggerakkan sejumlah

orang dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk keperluan itu, seorang

pemimpin hendaknya dapat menciptakan beberapa hal, sebutkan?

10. Apa yang dimaksud dengan pemimpin yang visioner?

170 | P a g e

Page 171:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

ETIKA PELAYANAN PUBLIK_____________________________________________________

Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan mahasiswa memahami

beberapa hal tentang etika pelayanan publik yang meliputi:

1. Pengertian pelayanan publik

2. Prinsip-prinsip etika pelayanan publik

3. Netralitas PNS

A. Pengertian Etika Pelayanan Publik Dalam bentuknya yang paling abstrak, etika adalah salah satu cabang filsafat.Etika

berkaitan dengan perilaku normal, yaitu produk dari standar moral dan

pertimbangan/keputusan moral.Tegasnya etika berkaitan dengan bagaimana

kita0020hidup.Mengambil keputusan tentang bagaimana kita hidup adalah fondasi etika.

Dengan cara sederhana kita dapat, kita dapat mengatakan bahwa etika berkenaan dengan

bagaimana orang-orang melaksanakan urusan mereka, setiap jam, atau setiap hari.

Perilaku etis berarti jujur dengan diri sendiri dan dengan orang lain. Etika berkaitan dengan

karya, kinerja atau prestasi, yang di karya atau kinerja itulah nama kita melekat.

Konsep etika tidak lain adalah sejumlah asumsi dasar yang melandasi hampir

semua hubungan dan transaksi di dalam masyarakat. Asumsi-asumsi ini meliputi asumsi-

asumsi bagaimana kita memperlakukan orang lain, apa hak kita dan apa hak orang lain,

kapan hak individual kita berakhir dan kapan hak individual orang lain bermula, bagaimana

hak milik individu dan masyarakat diperlakukan, dan apa yang merupakan perlakuan wajar

dan adil bagi semua orang. Dengan demikian etika dapat diartikan secara luas sebagai

“keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan masyarakat untuk mengetahui

bagaimana seharusnya menjalankan kehidupannya.” Pertanyaan berikut ini mencerminkan

pengertian etika ini: “Bagaimana saya membawa diri dan bersikap?” “ Perbuatan-perbuatan

mana yang harus saya kembangkan agar hidup saya sebagai manusia berhasil.

Pelayanan publik merupakan bidang kehidupan penting yang ditujukan untuk

kebaikan masyarakat, bangsa dan Negara.Dalam kenyataannya, pelayanan publik

171 | P a g e

7

Page 172:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

mempengaruhi seluruh segi kehidupan warga Negara.Oleh sebab itu, sudah selayaknya

jika isu-isu atau dimensi etika dimasukkan dalam pertimbangan dan keputusan yang

berkaitan dengan pelayanan publik.

Birokrasi dan pelayanan publik menunjukkan kepada kita bahwa administrasi

pemerintahan atau birokrasi pemerintahan mempunyai fungsi pokok berupa

penyelenggaraan pelayanan publik.Pelayanan publik ini dilaksanakan oleh aparatur

pemerintahan di Indonesia disebut dengan pegawai negeri.Jadi, pelayanan publik adalah

identik dengan birokrasi atau administrasi pemerintahan dan pegawai negeri.

Etika pelayanan publik merupakan bidang etika terapan atau etika praktis.Dengan

demikian, seperti halnya etika bisnis, etika pelayanan publik tidak berkaitan dengan

perumusan standar etika baru, tetapi berkaitan dengan penggunaan atau penerapan

standar-standar etika yang telah ada.Jelasnya, etika pelayanan publik berkaitan dengan

prinsip-prinsip atau standar-standar moral dalam menjalankan tanggung jawab peran

aparatur birokrasi pemerintahan dalam menyelenggarakan pelayanan bagi kepentingan

publik.Fokus utama dalam etika pelayanan publik adalah apakah aparatur pelayanan

publik, pegawai negeri atau birokrasi telah mengambil keputusan dan berperilaku yang

dapat dibenarkan dalam sudut pandang etika.Karena etika bersangkut paut dengan

bagaimana agar manusia mencapai kehidupan yang baik, maka penerapan etika dalam

konteks pelayanan publik dimaksudkan agar pelayanan kepada masyarakat oleh aparatur

birokrasibenar-benar memenuhi harapan masyarakat tersebut.

Sesuai dengan pengertian tersebut, kita dapat mengatakan bahwa beretika dalam

konteks pelayanan publik berarti mempertimbangkan cara yang tepat untuk bertindak bagi

pegawai negeri sebagai”palayan publik” dalam berbagai situasi pelayanan publik. Dengan

demikian, etika pelayanan publik harus mencakup prinsip-prinsip, nilai-nilai, standar-

standar atau norma moral (etika) yang harus dijadikan panduan oleh, dan kriteria penilaian

terhadap aparatur birokrasi atau pegawai negeri dalam menjalankan aktivitasnya dalam

organisasi dan dalam hubungannya dengan pihak-pihak luar khususnya masyarakat

pengguna layanan birokrasi.

Secara khusus, perhatian pada isu-isu etika dalam pelayanan publik bermuara pada

tujuan untuk mewujudkan integritas dalampelayanan publik.Integritas mengacu pada

hubungan yang kuat antara nilai-nilai ideal dan perilaku nyata, dan merupakan syarat

pokok bagi pemerintah untuk menyediakan kerangka yang terpercaya dan efektif bagi

kehidupan ekonomi da sosial bagi seluruh warga Negara.Pranata dan mekanisme untuk

memajukan integritas dipandang sebagai komponen pokok good governance. Dalam

pelayanan publik, integritas berarti bahwa :

172 | P a g e

Page 173:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

A. Perilaku aparatur pemerintahan (pegawai negeri) sebagai pelayan publik adalah sejalan

dengan misi pelayanan publik dari instansi tempat mereka mengabdikan diri.

B. Pelaksanaan pelayanan publik sehari-hari dapat diandalkan.

C. Warga Negara memperoleh perlakuan “tanpa pandang bulu” sesuai dengan ketentuan

hukum dan peradilan.

D. Sumber daya publik digunakan secara tepat, efisien dan efektif.

E. Prosedur pedngambilan keputusan adalah transparan bagi publik, dan tersedia sarana

bagi publik untuk melakukan penyelidikan dan pemberian tanggapan.

B. Relevansi Etika Dalam Pelayanan Publik Di sektor manapun, termasuk sektor publik (pemerintahan), ada dua aspek penting

yang umumnya diyakini sebagai penentu kinerja prima, yaitu profesionalisme dan etika.

Seperti halnya di sektor bisnis, sektor publik juga dituntut untuk mencapai kinerja prima,

dengan ukuran-ukuran seperti efisiensi, produktivitas dan efektivitas, dan pada saat yang

sama dituntut untuk senantiasa menjunjung tinggi standar etika, sepertiintegritas,

objektivitas atau imparsialitas, keadilan dan sebagainya. Dengan perkataan lain, sektor

publik, seperti sektor bisnis, dituntut untuk memiliki dua keunggulan, yaitu keunggulan

teknis (profesionalisme) dan keunggulan moral (etika). Ada beberapa alasan, baik normatif

maupun objektif, yang dapat digunakan untuk menjelaskan relevansi dan makin pentingnya

etika dalam birokrasi atau pelayanan publik.

1. Pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah.

Buruknya pelayanan publik memang bukan hal baru, fakta di lapangan masih

banyak menunjukkan hal ini.Tiga masalah penting yang banyak terjadi di lapangan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu pertama, besarnya diskriminasi

pelayanan.Penyelenggaraan pelayanan masih amat dipengaruhi oleh hubungan per-konco-

an, kesamaan afiliasi politik, etnis, dan agama. Fenomena semacam ini tetap marak

walaupun telah diberlakukan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

yang Bersih dari KKN yang secara tegas menyatakan keharusan adanya kesamaan

pelayanan, bukannya diskriminasi. Kedua, tidak adanya kepastian biaya dan waktu

pelayanan.Ketidakpastian ini sering menjadi penyebab munculnya KKN, sebab para

pengguna jasa cenderung memilih menyogok dengan biaya tinggi kepada penyelenggara

pelayanan untuk mendapatkan kepastian dan kualitas pelayanan.Dan ketiga, rendahnya

tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik.Ini merupakan konsekuensi logis

dari adanya diskriminasi pelayanan dan ketidakpastian tadi.

173 | P a g e

Page 174:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Memang melakukan optimalisasi pelayanan publik yang dilakukan oleh birokrasi

pemerintahan bukanlah pekerjaan mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan

mengingat pembaharuan tersebut menyangkut pelbagai aspek yang telah membudaya

dalam lingkaran birokrasi pemerintahan kita. Di antara beberapa aspek tersebut adalah

kultur birokrasi yang tidak kondusif yang telah lama mewarnai pola pikir birokrat sejak era

kolonial dahulu. Prosedur dan etika pelayanan yang berkembang dalam birokrasi kita

sangat jauh dari nilai-nilai dan praktik yang menghargai warga bangsa sebagai warga

negara yang berdaulat.Prosedur pelayanan, misalnya, tidak dibuat untuk mempermudah

pelayanan, tetapi lebih untuk melakukan kontrol terhadap perilaku warga sehingga

prosedurnya berbelit-belit dan rumit.

Tidak hanya itu, mulai masa orde baru hingga kini, eksistensi PNS (ambtennar)

merupakan jabatan terhormat yang begitu dihargai tinggi dan diidolakan publik, khususnya

jawa, sehingga filosofi PNS sebagai pelayan publik (public servant) dalam arti riil

menghadapi kendala untuk direalisasikan. Hal ini terbukti dengan sebutan pangreh raja (pemerintah negara) dan pamong praja (pemelihara pemerintahan) untuk pemerintahan

yang ada pada masa tersebut yang menunjukkan bahwa mereka siap dilayani bukan siap

untuk melayani.

Di samping itu, kendala infrastruktur organisasi yang belum mendukung pola

pelayanan prima yang diidolakan. Hal ini terbukti dengan belum terbangunnya kaidah-

kaidah atau prosedur-prosedur baku pelayanan yang memihak publik serta standar kualitas

minimal yang semestinya diketahui publik selaku konsumennya di samping rincian tugas-

tugas organisasi pelayanan publik secara komplit. Standard Operating Procedure (SOP)

pada masing-masing service provider belum diidentifikasi dan disusun sehingga tujuan

pelayanan masih menjadi pertanyaan besar.Akibatnya, pada satu pihak penyedia

pelayanan dapat bertindak semaunya tanpa merasa bersalah (guilty feeling) kepada

masyarakat.

Gagasan David Osborne dan Ted Gaebler tentang Reinventing Government tertuang dalam karyanya yang berjudul Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit is Transforming the Publik Sector yang dipublikasikan pada tahun 1992 dan

Banishing Bureaucracy: The Five Strategies for Reinventing Government, buku

terakhir ini

ditulis oleh David Osborne dan Peter Plastik yang dipublikasikan pada tahun 1997.

Gagasan ini muncul sebagai respon atas buruknya pelayanan publik yang terjadi di

pemerintahan Amerika sehingga timbul krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Bahkan di

penghujung tahun 1980-an, majalah Time pada sampul mukanya menanyakan: "Sudah

Page 175:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

174 | P a g e

Page 176:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Matikah Pemerintahan?".Di awal tahun 1990-an, jawaban yang muncul bagi kebanyakan

orang Amerika adalah "Ya".

Buruknya pelayanan publik ini dibuktikan dengan menurunya kualitas pendidikan,

sekolah-sekolah di negeri AS adalah yang terburuk di antara negara-negara maju.Sistem

pemeliharaan kesehatan tidak terkendali.Pengadilan dan rumah tahanan begitu sesak,

sehingga banyak narapidana menjadi bebas. Banyak kota dan negara bagian yang

dibanggakan pailit dengan defisit multi-milyaran dolar sehingga ribuan pekerja

diberhentikan dari kerja.8

Gagasan-gagasan Osborne dan Gaebler tentang Reinventing Government

mencakup 10 prinsip untuk mewirausahakan birokrasi.9 Adapun 10 prinsip tersebut adalah

pertama, pemerintahan katalis: mengarahkan ketimbang mengayuh .

Artinya, jika

pemerintahan diibaratkan sebagai perahu, maka peran pemerintah seharusnya sebagai

pengemudi yang mengarahkan jalannya perahu, bukannya sebagai pendayung yang

mengayuh untuk membuat perahu bergerak.Pemerintah entrepreneurial seharusnya lebih

berkonsentrasi pada pembuatan kebijakan-kebijakan strategis (mengarahkan) daripada

disibukkan oleh hal-hal yang bersifat teknis pelayanan (mengayuh).

Cara ini membiarkan pemerintah beroperasi sebagai seorang pembeli yang

terampil, mendongkrak berbagai produsen dengan cara yang dapat mencapai sasaran

kebijakannya. Wakil-wakil pemerintah tetap sebagai produsen jasa dalam banyak hal,

meskipun mereka sering harus bersaing dengan produsen swasta untuk memperoleh hak

istimewa.Tetapi para produsen jasa publik ini terpisah dari organisasi manajemen yang

menentukan kebijakan.Upaya mengarahkan membutuhkan orang yang mampu melihat

seluruh visi dan mampu menyeimbangkan berbagai tuntutan yang saling bersaing untuk

mendapatkan sumber daya. Upaya mengayuh membutuhkan orang yang secara-sungguh-

sungguh memfokuskan pada satu misi dan melakukannya dengan baik.Kedua, pemerintahan milik rakyat: memberi wewenang ketimbang melayani. Artinya,

birokrasi

pemerintahan yang berkonsentrasi pada pelayanan menghasilkan ketergantungan dari

rakyat.Hal ini bertentangan dengan kemerdekaan sosial ekonomi mereka.Oleh karena itu,

pendekatan pelayanan harus diganti dengan menumbuhkan inisiatif dari mereka

sendiri.Pemberdayaan masyarakat, kelompok-kelompok persaudaraan, organisasi sosial,

untuk menjadi sumber dari penyelesaian masalah mereka sendiri. Pemberdayaan

semacam ini nantinya akan menciptakan iklim partisipasi aktif rakyat untuk mengontrol

pemerintah dan menumbuhkan kesadaran bahwa pemerintah sebenarnya adalah milik

rakyat. Ketika pemerintah mendorong kepemilikan dan kontrol ke dalam masyarakat,

tanggung jawabnya belum berakhir.Pemerintah mungkin tidak lagi memproduksi jasa,

Page 177:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

175 | P a g e

Page 178:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

tetapi masih bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan-kebutuhan telah

terpenuhi.Ketiga, pemerintahan yang kompetitif: menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan. Artinya, berusaha memberikan seluruh pelayanan tidak hanya

menyebabkan risorsis pemerintah menjadi habis terkuras, tetapi juga menyebabkan

pelayanan yang harus disediakan semakin berkembang melebihi kemampuan pemerintah

(organisasi publik), hal ini tentunya mengakibatkan buruknya kualitas dan efektifitas

pelayanan publik yang dilakukan mereka. Oleh karena itu, pemerintah harus

mengembangkan kompetisi (persaingan) di antara masyarakat, swasta dan organisasi non

pemerintah yang lain dalam pelayanan publik. Hasilnya diharapkan efisiensi yang lebih

besar, tanggung jawab yang lebih besar dan terbentuknya lingkungan yang lebih inovatif.

Cara ini membiarkan pemerintah beroperasi sebagai seorang pembeli yang

terampil, mendongkrak berbagai produsen dengan cara yang dapat mencapai sasaran

kebijakannya. Wakil-wakil pemerintah tetap sebagai produsen jasa dalam banyak hal,

meskipun mereka sering harus bersaing dengan produsen swasta untuk memperoleh hak

istimewa.Tetapi para produsen jasa publik ini terpisah dari organisasi manajemen yang

menentukan kebijakan.Upaya mengarahkan membutuhkan orang yang mampu melihat

seluruh visi dan mampu menyeimbangkan berbagai tuntutan yang saling bersaing untuk

mendapatkan sumber daya.Upaya mengayuh membutuhkan orang yang secara-sungguh-

sungguh memfokuskan pada satu misi dan melakukannya dengan baik.

Kedua, pemerintahan milik rakyat: memberi wewenang ketimbang melayani. Artinya, birokrasi pemerintahan yang berkonsentrasi pada pelayanan menghasilkan

ketergantungan dari rakyat.Hal ini bertentangan dengan kemerdekaan sosial ekonomi

mereka.Oleh karena itu, pendekatan pelayanan harus diganti dengan menumbuhkan

inisiatif dari mereka sendiri.Pemberdayaan masyarakat, kelompok-kelompok persaudaraan,

organisasi sosial, untuk menjadi sumber dari penyelesaian masalah mereka sendiri.

Pemberdayaan semacam ini nantinya akan menciptakan iklim partisipasi aktif rakyat untuk

mengontrol pemerintah dan menumbuhkan kesadaran bahwa pemerintah sebenarnya

adalah milik rakyat. Ketika pemerintah mendorong kepemilikan dan kontrol ke dalam

masyarakat, tanggung jawabnya belum berakhir.Pemerintah mungkin tidak lagi

memproduksi jasa, tetapi masih bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan-

kebutuhan telah terpenuhi.

Ketiga, pemerintahan yang kompetitif: menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan. Artinya, berusaha memberikan seluruh pelayanan tidak hanya

menyebabkan sumber daya pemerintah menjadi habis terkuras, tetapi juga menyebabkan

pelayanan yang harus disediakan semakin berkembang melebihi kemampuan pemerintah

176 | P a g e

Page 179:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

(organisasi publik), hal ini tentunya mengakibatkan buruknya kualitas dan efektifitas

pelayanan publik yang dilakukan mereka. Oleh karena itu, pemerintah harus

mengembangkan kompetisi (persaingan) di antara masyarakat, swasta dan organisasi non

pemerintah yang lain dalam pelayanan publik. Hasilnya diharapkan efisiensi yang lebih

besar, tanggung jawab yang lebih besar dan terbentuknya lingkungan yang lebih

inovatif.para pelanggannya, melaui survei pelanggan, kelompok fokus dan berbagai

metode yang lain. Tradisi pejabat birokrasi selama ini seringkali berlaku kasar dan angkuh

ketika melayani warga masyarakat yang datang keistansinya.Tradisi ini harus diubah

dengan menghargai mereka sebagai warga negara yang berdaulat dan harus diperlakukan

dengan baik dan wajar. Di antara keunggulan sistem berorientasi pada pelanggan adalah

memaksa pemberi jasa untuk bertanggung jawab kepada pelanggannya, mendepolitisasi

keputusan terhadap pilihan pemberi jasa, merangsang lebih banyak inovasi, memberi

kesempatan kepada warga untuk memilih di antara berbagai macam pelayanan, tidak

boros karena pasokan disesuaikan dengan permintaan, mendorong untuk menjadi

pelanggan yang berkomitmen, dan menciptakan peluang lebih besar bagi keadilan.

keempat, pemerintahan wirausaha: menghasilkan ketimbang membelanjakan.

Artinya, sebenarnya pemerintah mengalami masalah yang sama dengan sektor bisnis,

yaitu keterbatasan akan keuangan, tetapi mereka berbeda dalam respon yang diberikan.

Daripada menaikkan pajak atau memotong program publik, pemerintah wirausaha harus

berinovasi bagaimana menjalankan program publik dengan dengan sumber daya keuangan

yang sedikit tersebut. Dengan melembagakan konsep profit motif dalam dunia publik,

sebagai contoh menetapkan biaya untuk publik service dan dana yang terkumpul

digunakan untuk investasi membiayai inoasi-inovasi di bidang pelayanan publik yang lain.

Dengan cara ini, pemerintah mampu menciptakan nilai tambah dan menjamin hasil, meski

dalam situasi keuangan yang sulit.

kelima, pemerintahan antisipatif: mencegah daripada mengobati . Artinya,

pemerintahan tradisional yang birokratis memusatkan pada penyediaan jasa untuk

memerangi masalah.Misalnya, untuk menghadapi sakit, mereka mendanai perawatan

kesehatan.Untuk menghadapi kejahatan, mereka mendanai lebih banyak polisi.Untuk

memerangi kebakaran, mereka membeli lebih banyak truk pemadam kebakaran.Pola

pemerintahan semacam ini harus diubah dengan lebih memusatkan atau berkonsentrasi

pada pencegahan.Misalnya, membangun sistem air dan pembuangan air kotor, untuk

mencegah penyakit; dan membuat peraturan bangunan, untuk mencegah kebakaran.

Pola pencegahan (preventif) harus dikedepankan dari pada pengobatan mengingat

persoalan-persoalan publik saat ini semakin kompleks, jika tidak diubah (masih berorientasi

177 | P a g e

Page 180:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

pada pengobatan) maka pemerintah akan kehilangan kapasitasnya untuk memberikan

respon atas masalah-masalah publik yang muncul.

keenam, pemerintahan desentralisasi: dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja.

Artinya, pada saat teknologi masih primitif, komunikasi antar berbagai lokasi masih lamban,

dan pekerja publik relatif belum terdidik, maka sistem sentralisasi sangat diperlukan.Akan

tetapi, sekarang abad informasi dan teknologi sudah mengalami perkembangan pesat,

komunikasi antar daerah yang terpencil bisa mengalir seketika, banyak pegawai negeri

yang terdidik dan kondisi berubah dengan kecepatan yang luar biasa, maka pemerintahan

desentralisasilah yang paling diperlukan.Tak ada waktu lagi untuk menunggu informasi naik

ke rantai komando dan keputusan untuk turun. Beban keputusan harus dibagi kepada lebih

banyak orang, yang memungkinkan keputusan dibuat "ke bawah" atau pada "pinggiran"

ketimbang mengonsentrasikannya pada pusat atau level atas. Kerjasama antara sektor

pemerintah, sektor bisnis dan sektor civil socity perlu digalakkan untuk membentuk tim

kerja dalam pelayanan publik.

ketujuh,adalah pemerintahan berorientasi pasar: mendongkrak perubahan melalui pasar. Artinya, daripada beroperasi sebagai pemasok masal barang atau jasa tertentu,

pemerintahan atau organisasi publik lebih baik berfungsi sebagai fasilitator dan pialang dan

menyemai pemodal pada pasar yang telah ada atau yang baru tumbuh.Pemerintahan

entrepreneur merespon perubahan lingkungan bukan dengan pendekatan tradisional lagi,

seperti berusaha mengontrol lingkungan, tetapi lebih kepada strategi yang inovatif untuk

membentuk lingkungan yang memungkinkan kekuatan pasar berlaku. Pasar di luar kontrol

dari hanya institusi politik, sehingga strategi yang digunakan adalah membentuk lingkungan

sehingga pasar dapat beroperasi dengan efisien dan menjamin kualitas hidup dan

kesempatan ekonomi yang sama. Dalam rangka melakukan optimalisasi pelayanan publik,

10 prinsip di atas seharusnya dijalankan oleh pemerintah sekaligus, dikumpulkan semua

menjadi satu dalam sistem pemerintahan, sehingga pelayanan publik yang dilakukan bisa

berjalan lebih optimal dan maksimal. 10 prinsip tersebut bertujuan untuk menciptakan

organisasi pelayanan publik yang smaller (kecil, efisien), faster (kinerjanya cepat, efektif)

cheaper (operasionalnya murah) dan kompetitif.Dengan demikian, pelayanan publik oleh

birokrasi kita bisa menjadi lebih optimal dan akuntabel.

C. Prinsip-prinsip Etika Dalam Pelayanan Publik 1. Prinsip-prinsip umum dalam etika pelayanan publik

Ada sejumlah prinsip etika dalam pelayanan publik yang dapat diidentifikasi dengan

mengacu kepada nilai-nilai dasar yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42

178 | P a g e

Page 181:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Pasal 6).

Beberapa nilai-nilai dasar tersebut yaitu:

a. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945.

c. Semangat nasionalisme

d. Mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.

Prinsip-prinsip etika ini juga dapat dipandang sebagai kombinasi antara nilai-nilai

yang berasal dari tradisi birokrasi/pelayanan publik (nilai-nilai tradisional) dan nilai-nilai

baru. Nilai-nilai tradisional mencerminkan misi pokok pelayanan publik dan tercermin ,

antara lain, pada bunyi sumpah jabatan yang diucapkan setiap pegawai negeri ketika akan

dilantik. Sementara itu, nilai-nilai baru mencerminkan artikulasi dari etos baru akibat adanya

perkembangan dan tuntutan baru, seperti good governance dan profesionalisme. Prinsip-

prinsip tersebut meliputi: objektivitas (netralitas atau imparsialitas) dan keadilan, legalitas

dan kepatuhan, loyalitas, integritas dan kejujuran, pengabdian (kepentingan publik),

akuntabilitas, transparansi, tanggung jawab, kerahasiaan, dan efisiensi.

2. Karakteristik Pelayanan Bermutu

Masyarakat makin menyadari bahwa sebagai warga negara memiliki hak untuk

memperoleh pelayanan terbaik dari pemerintah.Oleh karena itu, masyarakat

mengharapkan pegawai negeri dapat memberikan pelayanan yang bermutu tinggi dan

birokrasi yang efisien. Pada dasarnya, pelayanan bermutu ditentukan oleh

sekurangkurangnya 5 faktor ,yaitu:

a. Adanya atau hadirnya fasilitas fisik, peralatan dan orang (pelayan atau petugas) yang

memenuhi syarat untuk pelayanan yang baik.

b. Keandalan, kemampuan untuk memberikan layanan yang diharapkan secara teliti dan

konsisten.

c. Kesiagaan atau ketanggapan, yakni kemauan untuk memberikan pelayanan dengan

segera atau cepat dan kesediaan untuk membantu pelanggan.

d. Jaminan, pengetahuan, keramahtamahan, dan kemampuan untuk memberikan

kepercayaan dan keyakinan.

e. Empati, kepedulian dan perhatian khusus kepada pelanggan (pihak yang membutuhkan

pelayanan).

Dalam rangka menyediakan panduan dan standardisasi penyelenggaraan

pelayanan publik, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara antara lain mengeluarkan

Keputusan Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan

Pelayanan Publik.

179 | P a g e

Page 182:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

D. Prinsip-prinsip Pelayanan Publik Untuk mencapai standar pelayanan prima ini, ada sejumlah prinsip yang harus

dijadikan panduan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu:

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan

disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan

tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4. Partisipasif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan

memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender,

dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban

masingmasing pihak.

Dasar hukum pelayanan publik yaang berlaku sekarang adalah Undang-undang No

25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.Hal ini berdasarkan pada pasal 59 bahwa semua

peraturan atau ketentuan mengenai penyelenggaraan pelayanan publik wajib disesuaikan

dengan ketentuan dalam undang-undang ini paling lambat dua tahun.Undang-undang

tersebut ditetapkan pada tanggal 18 Juli 2009.Undang-undang pelayanan publik diterbitkan

dengan harapan mewujudkan penyelenggaraan pelayanan publik yang prima, memenuhi

asas-asas umum pemerintahan yang baik, dan terjaminnya kepastian hak dan kewajiban

serta kepastian hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik.Undang-undang

pelayanan publik ini juga memberikan sanksi bagi pelaksana dan penyelenggara pelayanan

publik yang tidak memenuhi ketentuan dalam UU ini.Ketentuan tentang sanksi ini

menunjukkan tingginya tuntutan untuk memenuhi harapan masyarakat dalam mendapatkan

pelayanan yang baik dari para penyelenggara pelayanan publik.

180 | P a g e

Page 183:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

E. Prinsip-prinsip dan Manajemen Etika Pelayanan Publik Pelayanan publik sangat penting dilakukan oleh pemerintah dalam usahanya

mensejahterakan rakyatnya. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan memberikan

pelayanan di bidang kesehatan, pendidikan, perumahan, transfortasi, listrik, air bersih dan

sebagainya.

Namun sangat disayangkan, dalam berurusan dengan birokrasi pemerintahan,

masyarakat sering mengeluh karena pelayanan yang mereka terima dari aparatur

pemerintah kurang memuaskan karena lambat dan mahal. Padahal hak rakyat untuk

memperoleh kesejahteraan hidupnya dari negara telah dijamin dalam Undang-Undang

Dasar 1945 khususnya dalam pasal 27 sampai 34 serta lebih dioperasionalkan di dalam

Undang-Undang.

Agar dapat memberikan pelayanan publik yang prima, PNS harus memahami dan

mengamalkan prinsip-prinsip dan criteria pelayanan publik

sebagai pegawai negeri.

Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik :

1. Transparansi

2. Akuntabilitas

3. Kondisional

4. Partisipatif

5. Kesamaan Hak.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban.

Kriteria Pelayanan Publik:

1. sederhana,

2. jelas,

3. akurat,

4. tepat waktu,

5. aman,

6. tersedia sarana dan prasarana pendukung,

7. bertanggung jawab,

8. mudah dijangkau,

9. berdisiplin,

10. ramah,

11. Sopan,

12. Dan ruang kerja yang nyaman.

serta hak dan kewajibannya

181 | P a g e

Page 184:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Kewajiban Pegawai Negeri:

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah

2. Wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia

3. Mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku

4. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh

pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab

5. Menyimpan rahasia jabatan, dan hanya dapat mengemukakannya kepada dan atas

perintah pejabat yang berwajib atas kuasa Undang-undang

Hak Pegawai Negeri:

1. gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya

2. Memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya.

3. Cuti,

4. Perawatan kesehatan,

5. Tunjangan cacat,

6. Hak ahli waris

7. Dan pensiun.

Sementara itu, menurut Weber, tipe ideal birokrasi mencakup:

1. Secara pribadi pegawai dan pejabat bebas, tetapi tidak bebas menggunakan jabatan

posisi untuk kepentingan pribadi;

2. Jabatan disusun secara hirarki dari atas, bawah,dan samping, sehingga jelas

perbedaan kekuasaannya;

3. Tupoksi masing-masing jabatan dalam hirarki secara spesifik berbeda spesialisasi

4. Para pejabat diangkat dengan suatu kontrak urjab, tugas, kewenangan

5. Pejabat diangkat karena profesional

6. Setiap pejabat memperoleh gaji dan pensiun

7. Struktur pengembangan karir dan promo berdasarkan senioritas dan merit sistem

8. Pejabat tidak boleh menggunakan jabatan dan sumber daya untuk kepentingan pribadi

dan keluarga

9. Tiap pejabt berada di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang

dijalankan secara disiplin

Sumber-sumber nilai dan panduan perilaku pelayanan public:

182 | P a g e

Page 185:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1. Nilai-nilai tertinggi yang harus diacu oleh aparatur pelayanan publik (birokrasi) adalah :

nilai-nilai yang bersumber dari pancasila (dasar negara), UUD 1945 (konstitusi) dan

nilai-nilai yang hidup dan berkembang di masyarakat;

2. Aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah : PP no. 42 th 2004 (pembinaan jiwa

korps dan kode etik pns), uu no. 8 th 1974 jo uu no. 43 th 1999 (pokok-pokok

kepegawaian), dan PP no. 30 th 1980 (peraturan disiplin pns)

3. Panca prasetya korpri

F. Hakikat Profesionalisme Pelayanan Publik Pegawai negeri atau birokrasi pelayanan publik secara umum tidak dikategorikan

sebagai suatu profesi. Namun, pegawai negeri juga dituntut profesionalismenya, bahkan

dalam beberapa segi mengemban kewajiban profesional yang jauh lebih tinggi, utamanya

karena tuntutan pengabdian kepada publik yang sangat tinggi, yang mengharuskan

pegawai negeri mendahulukan kepentingan publik diatas kepentingan pribadi, menjalankan

tugas betapapun kesulitan dan risiko yang dihadapi tanpa pamrih.

Birokrasi pelayanan publik yang ideal harus ditunjang oleh keunggulan teknis dan

keunggulan rtis (moralitas).Profesionalisme digunakan untuk merujuk kepada kompetensi

teknis yang diperlukan agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan hasil berstandar

tinggi.Sementara itu, etika lazimnya digunakan untuk merujuk kualifikasi perilaku moral

(moralitas).

Dalam menjalankan peran sebagai jembatan antara kepentingan Negara dan

kepentingan warga Negara, profesionalisme di lingkungan birokrasi menuntut adanya

loyalitas secara penuh kepada pemerintah dan pengabdian penuh dalam menjalankan

urusan publik, memenuhi kepentingan warga Negara. Mereka yang berkarir di lingkungan

pelayanan publik atau birokrasi pemerintahan diharapkan untuk:

a. mempelajari dan menguasai pekerjaan mereka dibidang administrasi publik;

b. menjadi pakar di bidang spesialisai yang mereka pilih;

c. menjadi teladan dalam perilaku;

d. memelihara pengetahuan dan keterampilan pada tingkat yang tinggi, menghindari

benturan kepentingan dengan menempatkan nilai pengabdian kepada kepentingan

publik diatas kepentingan pribadi;

e. mendisiplinkan pelaku kesalahan dan anggota lainnya yang diyakini merusak reputasi

profesi;

f. mengungkapkan kecurangan dan malpraktik; dan

g. secara unum meningkatkan kemampuan mereka melalui berbagai upaya

pengembangan diri, termasuk penelitian, percobaan, dan inovasi.

183 | P a g e

Page 186:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Profesionalisme pelayanan publik bukan lagi sekedar pekerjaan atau jabatan lain.

Pelayanan publik adalah profesi menantang yang memerlukan komitmen tinggi untuk

melayani publik, memenuhi kepentingan publik dan menghindari godaan untuk

mendahulukan kepentingan pribadi daripada tugas, mengutamakan kewajiban dan

tanggung jawab untuk memenuhi kepentingan publik.

Publik adalah “majikan” yang “keras”, dan secara khusus bukanlah “majikan” yang

senang atau mudah memberikan imbalan. Profesionalisme di lingkungan pelayanan publik

tidak mungkin menikmati kelimpahruahan seperti rekan mereka di sector swasta, karena gaji

yang kompetitif sekalipun dianggap hanya menghamburkan uang Negara.

Dewasa ini para “profesional” dalam pelayanan publik menghadapi begitu banyaj

tuntutan yang saling berbenturan, sehingga mereka harus menyusun prioritas dan memilih

nilai-nilai mana yang harus digunakan. Nilai-nilai profesionalisme yang menjadi acuan

perilaku dalam pelayanan publik meliputi:

a. memberikan manfaat publik.

Profesional pada organisasi publik tidak bekerja sepenuhnya untuk memperoleh

manfaat bagi dirinya sendiri tapi juga untuk tujuan sosial. Lebih dari itu, seorang

profesional pada pelayanan publik harus berusaha menjauhkan diri dari tindakan yang

merugikan dan harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal, seperti

kemanusiaan dan HAM.

a) Menegakkan aturan hukum.

Ketidakpastian dan ketidakandalan merusak kredibilitas pemerintah dan

kesewenangwenangan mengundang berbagai tindak kejahatan seperti penyalahgunaan

kekuasaan, diskriminasi dan korupsi.Aturan hukum memberikan perlindungan

terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan jabatan, dan ini merupakan prinsip

pertama pemerintahan yang demokratis.

b) Menjamin adanya tanggung jawab dan akuntabilitas publik.

Dalam lingkungan pelayanan publik, para pelaku betanggung jawab baik terhadap apa

yang mereka kerjakan maupun terhadap apa yang seharusnya mereka kerjakan tetapi

tidak atau gagal mereka kerjakan. Mereka bertindak bukan untuk kepentingan diri

mereka sendiri tetapi untuk kepentingan publik secara keseluruhan.Nilai-nilai ini

menuntut pegawai negeri untuk menjadi pelindung kepentingan publik, bersikap jujur,

selalu memutakhirkan informasi, dan tanggap.

c) Menjadi teladan.

Profesional dalam pelayanan publik berarti memiliki komitmen terhadap cita-cita

pengabdian kepada publik, pelaksana yang baik, memajukan kepentingan publik, dan

184 | P a g e

Page 187:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

memperbaiki kondisi kehidupan tanpa mengharapkan imbalan.Selain itu, harus siap

untuk dipersalahkan atau tidak dihargai walaupun kemudian terbukti bertindak benar.

d) Meningkatkan kinerja.

Profesional dalam pelayanan publik harus selalu meningkatkan kinerja mereka dalam

berbagai bidang tanggung jawab mereka.

e) Memajukan demokrasi.

Profesional di lingkungan pelayanan publik harus mengadopsi sejumlah nilai baru yang

beberapa di antaranya mungkin berbenturan dan memerlukan prioritisasi.

G. Dilema dalam beretika Sebagai sesuatu yang etis.Karena itu, kaum teleologis ini berpendapat bahwa tidak

ada suatu prinsip moralitas yang bisa dianggap universal, kalau belum diuji atau dikaitkan

dengan konsekuensinya.Implikasi dari adanya dilema diatas maka sulit memberi penilaian

apakah aktor-aktor pelayanan publik telah melanggar nilai moral yang ada atau tidak,

tergantung kepada keyakinannya apakah tergolong absolutis atau relativis.Hal yang

demikian barangkali telah menumbuhkan suasana KKN di negeri kita.Persoalan moral atau

etika akhirnya tergantung kepada persoalan “interpretasi” semata. Hierarki Etika. Di dalam

pelayanan publik terdapat empat tingkatan etika.

Pertama, etika atau moral pribadi yaitu yang memberikan teguran tentang baik atau

buruk, yang sangat tergantung kepada beberapa faktor antara lain pengaruh orang tua,

keyakinan agama, budaya, adat istiadat, dan pengalaman masa lalu. Kedua adalah etika

profesi, yaitu serangkaian norma atau aturan yang menuntun perilaku kalangan profesi

tertentu. Ketiga adalah etika organisasi yaitu serangkaian aturan dan norma yang bersifat

formal dan tidak formal yang menuntun perilaku dan tindakan anggota organisasi yang

bersangkutan. Dan keempat, etika sosial, yaitu norma-norma yang menuntun perilaku dan

tindakan anggota masyarakat agar keutuhan kelompok dan anggota masyarakat selalu

terjaga atau terpelihara.Adanya hirarki etika ini cenderung membingungkan keputusan para

aktor pelayanan publik karena semua nilai etika dari keempat tingkatan ini saling

bersaing.Misalnya, menempatkan orang dalam posisi atau jabatan tertentu sangat

tergantung kepada etika yang dianut pejabat yang berkuasa. Bila ia sangat dipengaruhi

oleh etika sosial, ia akan mendahului orang yang berasal dari daerahnya sehingga sering

menimbulkan kesan adanya KKN. Bila ia didominasi oleh etika organisasi, ia barangkali

akan melihat kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam organisasi seperti menggunakan

sistim “senioritas” yang mengutamakan mereka yang paling senior terlebih dahulu, atau

mungkin didominasi oleh sistim meri t yang berarti ia akan mendahulukan orang yang

paling berprestasi.

185 | P a g e

Page 188:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Dengan demikian, persoalan moral atau etika didalam konteks ini akhirnya

tergantung kepada tingkatan etika yang paling mendominasi keputusan seorang aktor kunci

pelayanan publik. Konflik antara nilai-nilai dari tingkatan etika yang berbeda ini sering

membingungkan para pembuat keputusan sehingga kadang-kadang mereka menyerahkan

keputusan akhirnya kepada pihak lain yang mereka percaya atau segani seperti pejabat

yang lebih tinggi, tokoh-tokoh karismatik, “orang pintar”, dsb.

H. Implikasi bagi Etika Pelayanan Publik di Indonesia Dibutuhkan Kode Etik. Kode etik pelayanan publik di Indonesia masih terbatas pada

beberapa profesi seperti ahli hukum dan kedokteran sementara kode etik untuk profesi

yang lain masih belum nampak. Ada yang mengatakan bahwa kita tidak perlu kode etik

karena secara umum kita telah memiliki nilai-nilai agama, etika moral Pancasila, bahkan

sudah ada sumpah pegawai negeri yang diucapkan setiap apel bendera.Pendapat tersebut

tidak salah, namun harus diakui bahwa ketiadaan kode etik ini telah memberi peluang bagi

para pemberi pelayanan untuk mengenyampingkan kepentingan publik.Kehadiran kode etik

itu sendiri lebih berfungsi sebagai alat kontrol langsung bagi perilaku para pegawai atau

pejabat dalam bekerja.

Dalam konteks ini, yang lebih penting adalah bahwa kode etik itu tidak hanya

sekedar ada, tetapi juga dinilai tingkat implementasinya dalam kenyataan.Bahkan

berdasarkan penilaian implementasi tersebut, kode etik tersebut kemudian dikembangkan

atau direvisi agar selalu sesuai dengan tuntutan perubahan jaman. Kita mungkin perlu

belajar dari negara lain yang sudah memiliki kedewasaan beretika. Di Amerika Serikat,

misalnya, kesadaran beretika dalam pelayanan publik telah begitu meningkat sehingga

banyak profesi pelayanan publik yang telah memiliki kode etik. Salah satu contoh yang

relevan dengan pelayanan publik aalah kode etik yang dimiliki ASPA (American Society for

Public Administration) yang telah direvisi berulang kali dan terus mendapat kritikan serta

penyempurnaan dari para anggotanya. Nilai-nilai yang dijadikan pegangan perilaku para

anggotanya antara lain integritas, kebenaran, kejujuran, ketabahan, respek, menaruh

perhatian, keramahan, cepat tanggap, mengutamakan kepentingan publikdiatas

kepentingan lain, bekerja profesional, pengembangan profesionalisme, komunikasi terbuka

dan transparansi, kreativitas, dedikasi, kasih sayang, penggunaan keleluasaan untuk

kepentingan publik, beri perlindungan terhadap informasi yang sepatutnya dirahasiakan,

dukungan terhadap sistimmerit dan program affirmative action.

Kedewasaan dan Otonomi Beretika.Dalam praktek pelayanan publik saat ini di

Indonesia, seharusnya kita selalu memberi perhatian terhadap dilema diatas. Atau dengan

kata lain, para pemberi pelayanan publik harus mempelajari norma-norma etika yang

186 | P a g e

Page 189:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

bersifat universal, karena dapat digunakan sebagai penuntun tingkah lakunya. Akan tetapi

norma-norma tersebut juga terikat situasi sehingga menerima norma-norma tersebut

sebaiknya tidak secara kaku.Bertindak seperti ini menunjukan suatu kedewasaan dalam

beretika. Dialog menuju konsensus dapat membantu memecahkan dilema tersebut.

Kelemahan kita terletak pada ketiadaan atau terbatasnya kode etik.Demikian pula

kebebasan dalam menguji dan mempertanyakan norma-norma moralitas yang berlaku

belum ada, bahkan seringkali kaku terhadap norma-norma moralitas yang sudah ada tanpa

melihat perubahan jaman.Kita juga masih membiarkan diri kita didikte oleh pihak luar

sehingga belum terjadi otonomi beretika.Kadang-kadang, kita juga masih membiarkan diri

kita untuk mendahulukan kepentingan tertentu tanpa memperhatikan konteks atau dimana

kita bekerja atau berada. Mendahulukan orang atau suku sendiri merupakan tindakan tidak

terpuji bila itu diterapkan dalam konteks organisasi publik yang menghendaki perlakuan

yang sama kepada semua suku. Mungkin tindakan ini tepat dalam organisasi swasta, tapi

tidak tepat dalam organisasi publik.

Oleh karena itu, harus ada kedewasaan untuk melihat dimana kita berada dan

tingkatan hirarki etika manakah yang paling tepat untuk diterapkan.Perlindungan dan

Insentif Bagi Pengadu.Diantara kita semua ada pihak yang sangat peduli dengan nilai-nilai

etika atau moral, melakukan pengaduan tentang pelanggaran moral.Mereka adalah pihak

yang berani membongkar rahasia dan menguji tindakan-tindakan pelanggaran moral dan

etika.Namun upaya untuk melakukan hal ini kadang-kadang dianggap sebagai upaya tidak

terpuji, bahkan sering dikutuk perbuatannya, dan nasibnya bisa menjadi terancam.

Pengalaman ini cenderung membuat mereka takut dan timbul kebiasaan untuk tidak mau

“repot” atau tidak mau “berurusan” dengan hukum atau pengadilan, yang insentifnya tidak

jelas. Akibatnya, peluang dari pihak- pihak yang berpengaruh dalam pelayanan publik terus

terbuka untuk melakukan tindakan-tindakan pelanggaran moral dan etika.Karena itu, dalam

rangka meningkatkan moralitas dalam pelayanan publiki, diperlukan perlindungan terhadap

para pengadu, kalau perlu insentif khusus.

I. Netralitas Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1. Pendahuluan

Reformasi di bidang kepegawaian yang merupakan konsekuensi dari perubahan di

bidang politik, ekonomi dan sosial yang begitu cepat terjadi sejak paruh pertama tahun

1998 ditandai dengan berlakunya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-

pokok Kepegawaian. Peraturan perundang-undangan yang merupakan perubahan dan

penyempurnaan dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 dengan pokok bahasan yang

sama tersebut, kemudian diikuti dengan berbagai peraturan pelaksanaannya, baik yang

187 | P a g e

Page 190:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

berupa Peraturan Pemerintah (PP) maupun Keputusan Presiden (Keppres), untuk

menjamin terlaksananya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 ini secara baik dan

terarah.

Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negara manapun mempunyai tiga

peran yang serupa.Pertama, sebagai pelaksana peraturan dan perundangan yang telah

ditetapkan pemerintah.Untuk mengemban tugas ini, netralitas PNS sangat

diperlukan.Kedua, melakukan fungsi manajemen pelayanan publik.Ukuran yang dipakai

untuk mengevaluasi peran ini adalah seberapa jauh masyarakat puas atas pelayanan yang

diberikan PNS. Apabila tujuan utama otonomi daerah adalah mendekatkan pelayanan

kepada masyarakat, sehingga desentralisasi dan otonomi terpusat pada pemerintah

kabupaten dan pemerintah kota, maka PNS pada daerah-daerah tersebut mengerti benar

keinginan dan harapan masyarakat setempat. Ketiga, PNS harus mampu mengelola

pemerintahan.Artinya pelayanan pada pemerintah merupakan fungsi utama PNS.Setiap

kebijakan yang diambil pemerintah harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap PNS

sehingga dapat dilaksanakan dan disosialisasikan sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut.

Dalam hubungan ini maka manajemen dan administrasi PNS harus dilakukan secara

terpusat, meskipun fungsi-fungsi pemerintahan lain telah diserahkan kepada pemerintah

kota dan pemerintah kabupaten dalam rangka otonomi daerah yang diberlakukan saat ini.

Prasyarat Netralitas

Untuk mewujudkan ketiga peran tersebut diharapakan dalam manajemen sistem

kepegawaian perlu selalu ada:

a. Stabilitas, yang menjamin agar setiap PNS tidak perlu kuatir akan masa depannya serta

ketenangan dalam mengejar karier.

b. Balas jasa yang sesuai untuk menjamin kesejahteraan PNS beserta keluarganya.

Sehingga keinginan untuk melakukan korupsi, baik korupsi jabatan maupun korupsi

harta, menjadi berkurang, kalau tidak mungkin dihapuskan sama sekali dan

c. Promosi dan mutasi yang sistematis dan transparan, sehingga setiap PNS dapat

memperkirakan kariernya dimasa depan serta bisa mengukur kemampuan pribadi.

Ketiga prasyarat ini akan menumbuhkan keyakinan dalam diri setiap PNS, apabila

mereka menerima sesuatu jabatan harus siap pula untuk melepas jabatan yang

didudukinya itu pada suatu waktu tertentu. Bahkan kehilangan jabatan tersebut tidak perlu

dikuatirkan.Apabila sistem penggajian sudah ditata rapih, setiap PNS tidak perlu mengejar

jabatan hanya sekedar untuk mempertahankan kesejahteraan hidup bersama keluarganya.

Selain itu, sistem kepegawaian yang memenuhi ketiga kreteria tersebut akan menjaga

188 | P a g e

Page 191:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

integritas dan kepribadian setiap PNS yang memang sangat diperlukan untuk mewujudkan

peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara seperti diamanatkan

dalam Undang-undang No. 43 Tahun 1999.

1. Pelayanan publik yang beretika : mempertimbangkan cara yg tepat untuk

bertindak bagi pegawai negeri sebagai “pelayan publik”“abdi negara/abdi

masyarakat” dalam berbagai situasi pelayanan publik.

2. Etika pelayanan publik mencakup prinsip-prinsip, nilai-nilai, standar-standar

atau norma-norma moral (etika) yang harus dijadikan panduan, dan kriteria

penilaian terhadap aparatur birokrasi/pegawai negeri dalam menjalankan

aktivitasnya di dlm orang & berhubungan dengan pihak-pihak luar khususnya

masyarakat pengguna layanan birokrasi

3. Etika pelayanan publik memiliki interpretasi kurang lebih mempertimbangkan

cara yang tepat untuk bertindak bagi pegawai negeri sebagai ”palayan publik”

dalam berbagai situasi pelayanan publik.

4. Seperti yang terjadi pada sektor bisnis, tuntutan akan efisiensi dan efektivitas

organisasi, profesionalisme dan standar perilaku yang tinggi juga ditujukan

pada birokrasi atau administrasi publik yang bertanggung jawab terhadap

pelayanan publik. Aparat birokrasi kini makin dituntut untuk secara profesional

menunjukkan kinerjanya yang berkualitas tinggi, dengan cara-cara yang

menjunjung tinggi prinsip-prinsip etrika.

5. Secara khusus, perhatian pada isu-isu etika dalam pelayanan publik bermuara

pada tujuan untuk mewujudkan integritas dalampelayanan publik.

6. Masyarakat kini tidak hanya makin sadar akan hak-haknya, tetapi juga makin

berani untuk menggugat birokrasi (administrasi pemerintahan) yang ternyata

tidak mampu bekerja secara profesional sesuai harapannya. Oleh karena itu,

seperti halnya bisnis, birokrasi juga memikul mandat baru untuk terus-menerus

mereformasi diri guna meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya, dan pada

saat yang sama mendorong aparatur birokrasi (PNS atau ”abdi masyarakat”)

agar memiliki integritas yang tinggi.

7. Pemahaman yang baik mengenai isu-isu etika dalam birokrasi akan

memberikan bekal yang berharga bagi mereka jika mereka menjadi aparat

birokrasi yang mengemban tugas-tugas pelayanan publik ataupun jika menjadi

189 | P a g e

Page 192:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

akuntan profesional yang independen dan melakukan pengkajian dan penilai

terhadap sistem dan kinerja birokrasi. Dalam kaitan ini, selain isu-isu etika

birokrasi pada umumnya, perkembangan di bidang tata kelola pemerintahan

( governance ), secara khusus penting bagi akuntan profesional . Perkembangan

tersebut menuntut para akuntan profesional untuk senantiasa memastikan

bahwa nilai-nilai etika mereka adalah mutakhir, dan mereka siap bertindak

berdasarkan nilai-nilai tersebut untuk mencapai kinerja terbaiknya

8. tiga masalah penting yang banyak terjadi di lapangan dalam penyelenggaraan

pelayanan publik, yaitu besarnya diskriminasi pelayanan, tidak adanya

kepastian biaya dan waktu pelayanan, rendahnya tingkat kepuasan

masyarakat terhadap pelayanan publik.

9. Prinsip-prinsip etika ini juga dapat dipandang sebagai kombinasi antara nilai-

nilai yang berasal dari tradisi birokrasi/pelayanan publik (nilai-nilai tradisional)

dan nilai-nilai baru. Nilai-nilai tradisional mencerminkan misi pokok pelayanan

publik dan tercermin Sementara itu, nilai-nilai baru mencerminkan artikulasi

dari etos baru akibat adanya perkembangan dan tuntutan baru.

10. masyarakat sering mengeluh karenadalam berurusan dengan birokrasi

pemerintahan, pelayanan yang mereka terima dari aparatur pemerintah

kurang memuaskan karena lambat dan mahal.

11. Pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil (PNS) di negara manapun mempunyai

tiga peran yang serupa. yaitu sebagai pelaksana peraturan dan perundangan

yang telah ditetapkan pemerintah, melakukan fungsi manajemen pelayanan

public, PNS harus mampu mengelola pemerintahan.

12. Pegawai negeri atau birokrasi pelayanan publik secara umum tidak

dikategorikan sebagai suatu profesi. Namun, pegawai negeri juga dituntut

profesionalismenya.

13. Birokrasi pelayanan publik yang ideal harus ditunjang oleh keunggulan teknis

dan keunggulan etis (moralitas).

14. Semakin berkembang sistem pemerintaha yang ada di suatu Negara, maka

dituntut juga pelayanan public yang semakin baik. Hal ini berkaitan dengan

semakin beragamnya kebutuhan warga Negara akan pelayanan public yang

baik. Pelayanan publik ini tidak semata-mata hanya mencukupi kebutuhan

warga Negara, tapi dalam pelaksanaannya itu sendiri harus ada sebuah etika

yang menjamin kepuasan pelanggan, kalancaran palaksanaan pelayanan, dan

penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah secara efektif dan

190 | P a g e

Page 193:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

efisien. Sebagai calon pengawal keuangan Negara, maka sudah sewajibnya kita

semua mempelajari bagaimana manjadi pelayan masyarakan dan

pengabdi Negara yang baik.nan public yang semakin baik.

1. Berikan pengertian etika dan hubungkan dengan dengan fungsi pelayanan

public dari birokrasi pemerintahan.

2. Ikhtisarkan secara singkat alasan-alasan pentingnya etika dalam pelayanan

public (birokrasi).

3. Nilai-nilai apa saja yang relevan untuk dijadikan prinsip etika dan perilaku dalam

pelayanan publik? Jelaskan masing-masing.

4. Jika seorang pegawai negeri ceroboh, tidak teliti sehingga pelaksanaan

pekerjaannya selalu memerlukan waktu yang lebih lama dan menggunakan bahan-

bahan yang lebih banyak dari seharusnya, prinsip manakah yang tidak terpenuhi?

5. Prinsip apa saja yang ditetapkan untuk pelayanan publik di Indonesia?

191 | P a g e

Page 194:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

8 ETIKA KERJA

Tujuan Instruksional Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai pengertian etika kerja, aspek-

aspek etika kerja, dan faktor-faktor yang mempengaruhi etika kerja.

2. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan etika kerja dan etika profesi.

3. Mahasiswa dapat memahami etika kerja pegawai negeri sipil.

4. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai macam etika kerja.

A. Pengertian Etika (Etos) Kerja Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tempat

hidup”. Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan

dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks. Dari

kata yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti “teori kehidupan”, yang kemudian

menjadi “etika”. Dalam bahasa Inggris, etos dapat diterjemahkan menjadi beberapa

pengertian antara lain starting point, to appear, disposition hingga disimpulkan

sebagai

character. Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai ’sifat dasar’,

’pemunculan’ atau ’disposisi/watak’. Aristoteles menggambarkan etos sebagai salah satu

dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya sebagai ’kompetensi

moral’, tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini hingga ’keahlian’ dan

’pengetahuan’ tercakup didalamnya. Ia menyatakan bahwa etos hanya dapat dicapai hanya

dengan apa yang dikatakan seorang pembicara, tidak dengan apa yang dipikirkan orang

tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara. Disini terlihat bahwa etos dikenali berdasarkan

sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera. Webster Dictionary mendefinisikan etos

sebagai; guiding beliefs of a person, group or institution; etos adalah keyakinan

yang

menuntun seseorang, kelompok atau suatu institusi. A. S. Hornby (1995) dalam The New

Oxford Advances Learner’s Dictionary mendefinisikan etos sebagai; the characteristic spirit,

moral values, ideas or beliefs of a group, community or culture ;karakteristik rohani,

nilai-

nilai moral, ide atau keyakinan suatu kelompok,komunitas, atau budaya. Sedangkan dalam

Page 195:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

192 | P a g e

Page 196:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

The American Heritage Dictionary of English Language, etos diartikan dalam dua

pemaknaan, yaitu:

1. the disposition, character, or attitude peculiar to a specific people, culture or a group

that distinguishes it from other peoples or group, fundamental values or spirit, mores,

disposisi, karakter, atau sikap khusus orang, budaya atau kelompok yang

membedakannya dari orang atau kelompok lain, nilai atau jiwa yang mendasari; adat-

istiadat

2. the governing or central principles in a movement, work of art, mode of expression, or

the like. Prinsip utama atau pengendali dalam suatu pergerakan, pekerjaan seni, bentuk

ekspresi, atau sejenisnya.

Dari sini dapat kita peroleh pengertian bahwa etos merupakan seperangkat

pemahaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang secara mendasarmempengaruhi

kehidupan, menjadi prinsip-prinsip pergerakan, dan cara berekspresi yang khas pada

sekelompok orang dengan budaya serta keyakinan yang sama. Menurut Anoraga (1992),

etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja.

Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi

eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan

pandangan terhadapkerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka etos

kerja dengan sendirinya akan rendah. Dalam situs resmi kementerian KUKM, etos kerja

diartikan sebagai sikap mental yang mencerminkan kebenaran dan kesungguhan serta

rasa tanggung jawab untuk meningkatkan produktivitas (www.depkop.go.id ) . Pada

Webster'sOnline Dictionary, etos kerja diartikan sebagai earnestness or fervor in working, morale with regard to the tasks at hand; kesungguhan atau semangat dalam bekerja,

suatu pandangan moral pada pekerjaan yang dilakoni. Berdasarkan rumusan ini, kita

dapat melihat bagaimana etos kerja dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang

mengarah pada penghargaan terhadap kerja dan upaya peningkatan produktivitas.

Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005), Etos Kerja adalah seperangkat perilaku

positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada

paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu

komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma

kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas.

Itulah yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya. Sinamo (2005) memandang bahwa Etos

Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik. Pandangan ini dipengaruhi

oleh kajiannya terhadap studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20

dan penulisan-penulisan manajemen dua puluh tahun belakangan ini yang semuanya

Page 197:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

193 | P a g e

Page 198:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

bermuara pada satu kesimpulan utama; bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan

ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Sebagian orang menyebut

perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan (habit) dan budaya kerja. Sinamo (2005)

lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata etos mengandung

pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas tetapi juga

mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran

dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-

keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar.

Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat

disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar

yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi

peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya.

B. Aspek-Aspek Etika (Etos) Kerja Menurut Sinamo (2005) setiap manusia memiliki spirit/roh keberhasilan, yaitu

motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang menjelma

menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional,

bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan, komitmen, dan penghayatan atas

paradigma kerja tertentu. Dengan ini maka orang berproses menjadi manusia kerja yang

positif, kreatif dan produktif. Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang

ini, Sinamo (2005) menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar

inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem

keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua tingkatan.

Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya

sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat Darma

Keberhasilan Utama, yaitu:

1. Mencetak prestasi dengan motivasi superior.

2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner.

3. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.

4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.

Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek etos kerja sebagai berikut:

1. Kerja adalah rahmat. Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor,

sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima

tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.

2. Kerja adalah amanah. Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakanpada kita

sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar danpenuh tanggung jawab.

194 | P a g e

Page 199:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela,

misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.

3. Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan panggilan

jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. Jadi, jika pekerjaan

atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri sendiri, “I’m doing my best!” Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik

mutunya.

4. Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat

manusia yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat. Apa

pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk aktualisasi

diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk

mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk

bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan.

5. Kerja adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang

Khalik, sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada tujuan agung

Sang Pencipta dalam pengabdian.Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita

bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.

6. Kerja adalah seni. Semua adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita bekerja

dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Jansen mencontohkan Edward V

Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia keberhasilannya

meraih penghargaan sains paling begengsi itu adalah karena dia bisa menikmati

pekerjaannya.

7. Kerja adalah kehormatan. Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah

kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang

lebih besar akan datang kepada kita. Jansen mengambil contoh etos kerja Pramoedya

Ananta Toer. Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia

dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas. Baginya, menulis merupakan sebuah

kehormatan. Hasilnya, semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.

8. Kerja adalah Pelayanan. Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh

kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar,

semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.

Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya

mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan sebagai

berikut:

195 | P a g e

Page 200:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1. Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia

2. Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan.

3. Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral

4. Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti

5. Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih.

Dalam penulisannya, Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa

etos kerja menggambarkan suatu sikap, maka ia menggunakan lima indikator untuk

mengukur etos kerja. Menurutnya etos kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki dua

alternatif, positif dan negatif. Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat dikatakan

memiliki Etos Kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

1. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia,

2. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi

eksistensi manusia,

3. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia,

4. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus

sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,

5. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.

Bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah,

maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya (Kusnan, 2004), yaitu;

1. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,

2. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,

3. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan,

4. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,

5. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas, dapat dilihat bahwa

aspek-aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam beberapa

aspek etos kerja yang dikemukakan oleh Sinamo, sehingga penulisan ini mendasari

pemahamannya pada delapan aspek etos kerja yang dikemukakan oleh Sinamo sebagai

indikator terhadap etos kerja.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etika (Etos) Kerja Etika (etos) kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Agama

Dasar pengkajian kembali makna Etos Kerja di Eropa diawali oleh buah pikiran Max

Weber. Salah satu unsur dasar dari kebudayaan modern, yaitu rasionalitas (rationality)

menurut Weber (1958) lahir dari etika Protestan. Pada dasarnya agama merupakan suatu

196 | P a g e

Page 201:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

sistem nilai. Sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para

penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh

ajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama.

Dengan demikian, kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu

pembangunan, jelaslah bahwa agama akan turut menentukan jalannya pembangunan atau

modernisasi.

Weber (1958) memperlihatkan bahwa doktrin predestinasi dalam protestanisme

mampu melahirkan etos berpikir rasional, berdisiplin tinggi, bekerja tekun sistematik,

berorientasi sukses (material), tidak mengumbar kesenangan - namun hemat dan

bersahaja (asketik), serta menabung dan berinvestasi, yang akhirnya menjadi titik tolak

berkembangnya kapitalisme di dunia modern.

Sejak Weber menelurkan karya tulis The Protestant Ethic and the Spirit of

Capitalism (1958), berbagai studi tentang Etos Kerja berbasis agama sudah banyak

dilakukan dengan hasil yang secara umum mengkonfirmasikan adanya korelasi positif

antara sebuah sistem kepercayaan tertentu dan kemajuan ekonomi, kemakmuran, dan

modernitas (Sinamo, 2005).

Menurut Rosmiani (1996), etos kerja terkait dengan sikap mental, tekad, disiplin dan

semangat kerja. Sikap ini dibentuk oleh sistem orientasi nilai-nilai budaya, yangsebagian

bersumber dari agama atau sistem kepercayaan/paham teologi tradisional. Ia menemukan

etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya kualitas

keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut menambah kokohnya tingkat

etos kerja yang rendah itu.

Budaya

Selain temuan Rosmiani (1996) diatas, Usman Pelly (dalam Rahimah, 1995)

mengatakan bahwa sikap mental, tekad, disiplin dan semangat kerja masyarakat juga

disebut sebagai etos budaya dan secara operasional, etos budaya ini juga disebut sebagai

etos kerja. Kualitas etos kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat

yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos

kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang

konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki

etos kerja.

Pernyataaan di atas juga didukung oleh studi yang dilakukan Suryawati, Dharmika,

Namiartha, Putri dan Weda (1997) yang menyimpulkan bahwa semangat kerja/Etos Kerja

sangat ditentukan oleh nilai-nilai budaya yang ada dan tumbuh pada masyarakat yang

bersangkutan. Etos kerja juga sangat berpegang teguh pada moral etik dan bahkan Tuhan.

197 | P a g e

Page 202:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Etos kerja berdasarkan nilai-nilai budaya dan agama ini menurut mereka diperoleh secara

lisan dan merupakan suatu tradisi yang disebarkan secara turun-temurun.

Sosial Politik

Soewarso, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo (1995) menemukan bahwa tinggi

rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik

yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh.

KH. Abdurrahman Wahid (2002) mengatakan bahwa etos kerja harus dimulai

dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa depan bangsa dan

negara. Dorongan untuk mengatasi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakanganhanya

mungkin timbul, jika masyarakat secara keseluruhan memiliki orientasi kehidupan yang

teracu ke masa depan yang lebih baik. Orientasi ke depan itu harus diikuti oleh

penghargaan yang cukup kepada kompetisi dan pencapaian (achievement). Orientasi ini

akan melahirkan orientasi lain, yaitu semangat profesionalisme yang menjadi tulang

punggung masyarakat modern.

Kondisi Lingkungan/Geografis

Suryawati, Dharmika, Namiartha, Putri dan Weda (1997) juga menemukan adanya

indikasi bahwa etos kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan

alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan

usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang

pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut.

Pendidikan

Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia.

Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras.

Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan yang merata dan

bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan, keahlian dan

keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat

sebagai pelaku ekonomi (Rahimah, Fauziah, Suri dan Nasution, 1995).

Struktur Ekonomi

Pada penulisan Soewarso, Rahardjo, Subagyo, dan Utomo (1995) disimpulkan juga

bahwa tinggi rendahnya Etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya

struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk

bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.

Motivasi Intrinsik Individu

198 | P a g e

Page 203:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Anoraga (1992) mengatakan bahwa Individu yang akan memiliki etos kerja yang

tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan

sikap, yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan inilah yang

menjadi suatu motivasi kerja. Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh motivasi seseorang.

Menurut Herzberg (dalam Siagian, 1995), motivasi yang sesungguhnya bukan

bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam/terinternalisasi dalam diri sendiri, yang sering

disebut dengan motivasi intrinsik. Ia membagi faktor pendorong manusia untuk melakukan

kerja ke dalam dua faktor yaitu faktor hygiene dan faktor motivator. Faktor hygiene ini

merupakan faktor dalam kerja yang hanya akan berpengaruh bila ia tidak ada, yang akan

menyebabkan ketidakpuasan. Ketidakhadiran faktor ini dapat mencegah timbulnya

motivasi, tetapi ia tidak menyebabkan munculnya motivasi. faktor ini disebut juga faktor

ekstrinsik, yang termasuk diantaranya yaitu gaji, status, keamanan kerja, kondisi kerja,

kebijaksanaan organisasi, hubungan dengan rekan kerja, dan supervisi. Ketika sebuah

organisasi menargetkan kinerja yang lebih tinggi, tentunya organisasi tersebut perlu

memastikan terlebih dahulu bahwa faktor hygiene tidak menjadi penghalang dalam upaya

menghadirkan motivasi intrinsik.

Faktor yang kedua adalah faktor motivator sesungguhnya, yang mana ketiadaannya

bukan berarti ketidakpuasan, tetapi kehadirannya menimbulkan rasa puas sebagai

manusia. Faktor ini disebut juga faktor intrinsik dalam pekerjaan

yangmeliputipencapaiansukses/achievement, pengakuan/recognition, kemungkinan untuk

meningkat dalam jabatan(karier)/advancement, tanggungjawab/responsibility, kemungkinan

berkembang/growth possibilities, dan pekerjaan itu sendiri/the work itself. (Herzberg, dalam

Anoraga, 1992). Hal-hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan performa kerja dan

menggerakkan pekerja hingga mencapai performa yang tertinggi.

Etika Kerja vs Etika Profesi Etika profesi atau etika profesional (professional ethics) merupakan suatu bidang

etika (social) terapan. Etika profesi berkaitan dengan kewajiban etis mereka yang

menduduki posisi yang disebut profesional. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi

para professional dalam menjalani kewajiban mereka memberikan dan mempertahankan

jasa kepada masyarakat yang berstandar tinggi. Sebagai bidang etika terapan, etika profesi

pada dasarnya berkaitan dengan penerapan standar moral atau prinsip-prinsip etika yang

telah ada ke dalam praktik kehidupan profesi. Standar moral ini biasanya meliputi prinsip-

prinsip moral tertentu yang disepakati untuk dijadikan sebagai nilai-nilai dan panduan

bersama oleh para anggota profesi. Dengan demikian, dalam kaitannya dengan profesi,

etika meliputi norma-norma yang mentransformasikan nilai-nilai atau cita-cita (luhur) ke

199 | P a g e

Page 204:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dalam praktik sehari-hari para profesional dalam menjalankan profesi mereka.

Normanorma ini biasanya dikodifikasikan secara formal ke dalam bentuk kode etik (code of

ethics) atau kode (aturan) perilaku (code of conducts) profesi yang bersangkutan.

Etika profesi biasanya dibedakan dari etika kerja (work ethics atau occupational

etchics) yang mengatur praktik, hak dan kewajiban bagi mereka yang bekerja di bidang

yang tidak disebut profesi (non-profesional). Non-profesional adalah pegawai atau pekerja

biasa dan dianggap kurang memiliki otonom dan kekuasaan atau kemampuan profesional.

Namun demikian, ada sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada alasan moral

untuk mengeluarkan etika kerja dari kajian etika profesional karena keduanya tidak terlalu

berbeda jenisnya kecuali yang menyangkut besarnya bayaran yang diterima dari pekerjaan

mereka. Pertimbangan utamanya adalah bahwa orang pada umunya tidak terlampau

mengkhawatirkan terjadinya “perampasan” atau “pengambilalihan” pekerjaan, melainkan

mengkhawatirkan terjadinya penyalahgunaan kewenangan, kekuasaan atau keahlian.

Misalnya, masyarakat tidak atau kurang mengkhawatirkan bahwa tukang daging akan

mengambil alih pekerjaan penjahit, atau sebaliknya, penjahit akan mengambil alih

pekerjaan tukang daging, tetapi lebih mengkhawatirkan apakah mereka melaksanakan

pekerjaan mereka hanya demi kepentingan mereka sendiri. Masyarakat mengkhawatirkan

bahwa tukang daging, misalnya, tidak memotong dan menimbang daging sesuai dengan

ukuran yang dipesan; pembuat roti akan secara sengaja mencampurkan racun kedalam roti

yang dibuatnya, atau piñata rambut secara sengaja menyetrom pelanggannya yang sedang

dikeringkan rambutnya dengan alat pengering rambut elektrik (hair-dryer). Dengan

perkataan lain, apakah diskresi atau kewenangan mereka dalam mengambil keputusan

tidak mereka salah-gunakan semata-mata hanya untuk mengejar kepentingan mereka

sendiri (self-interest) dengan mengabaikan kepentingan orang lain yang seharusnya

mereka layani.

Pembedaan antara etika profesi dan etika kerja lazimnya dilakukan mengingat

aktivitas para profesional seperti dokter, pengacara, dan akuntan, adalah berbeda dengan

pekerja lain pada umumnya. Para profesional memiliki karakteristik khusus dari segi

pendidikan atau pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan dengan klien, yang

membedakannya dari pekerja non-profesional. Tuntutan akan standar profesionalisme dan

etika terhadap profesional adalah jauh lebih tinggi dibandingkan terhadap non-profesional.

Namun demikian tetap perlu diingat, meskipun etika profesi dibedakan dari etika kerja,

kerangka dan prinsip-prinsip yang dicakup etika profesi tetap dapat diberlakukan sebagai

etika kerja. Ini terutama karena etika profesi mencakup prinsip-prinsip umum etika yang,

200 | P a g e

Page 205:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

sebagaimana prinsip-prinsip itu diberlakukan pada kehidupan profesi, dapat diterapkan

pada bidang pekerjaan atau kehidupan yang lain.

Disiplin Pegawai Negeri Sipil 1. Kewajiban PNS

Disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010

tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 3, bahwa setiap PNS wajib:

a. Mengucapkan sumpah/janji PNS.

Pelanggaran sumpah/ janji PNS ini akan diberikan hukuman disiplin sedang apabila

dikakukan tanpa alasan yang yang sah.

Mengucapkan sumpah/janji jabatan

Pelanggaran sumpah/ janji jabatan ini akan diberikan hukuman disiplin sedang

apabila dikakukan tanpa alasan yang yang sah.

b. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia tahun 1945, Negara Kesaruan Republik Indonesia, dan Pemerintah.

Yang dimaksud dengan “setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik

Indonesia dan Pemerintah” adalah setiap PNS di samping taat juga berkewajiban

melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

kebijakan negara dan Pemerintah serta tidak mempermasalahkan dan/atau menentang

Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai pns ini akan

diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya. Apabila

pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan akan diberi teguran

disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah dan/atau

Negara akan diberikan hukuman disiplin berat.

Menaati segala peraturan perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan “peraturan perundang-undangan” adalah peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai jenis dan hierarki peraturan

perundangundangan. Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai

pns ini akan diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya.

Apabila pelanggaran berdampak negative pada instansiyang bersangkutan akan diberi

teguran disiplin sedang.Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah

dan/atau Negara akan diberikan hukuman disiplin berat.

Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh

pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

201 | P a g e

Page 206:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Yang dimaksud dengan “tugas kedinasan” adalah tugas yang diberikan oleh atasan

yang berwenang dan berhubungan dengan:

1) perintah kedinasan,

2) peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian atau peraturan yang

berkaitan dengan kepegawaian,

3) peraturan kedinasan,

4) tata tertib di lingkungan kantor, atau

5) standar prosedur kerja (Standar Operating Procedure atau SOP).

Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai PNS ini akan

diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya. Apabila

pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan akan diberi teguran

disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah dan/atau

Negara akan diberikan hukuman disiplin berat.

Menjunjung tinggi kehormatan Negara, pemerintah, dan martabat PNS

Pelanggaran yang didapat dari tidak melaksanakan kewajiban sebagai pns ini akan

diberikan sanksi ringan bila telah berdampak negative pada unit kerjanya.Apabila

pelanggaran berdampak negative pada instansiyang bersangkutan akan diberi teguran

disiplin sedang. Dan apabila pelanggaran berdampak negative pada pemerintah dan/atau

Negara akan diberikan hukuman disiplin berat.

Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang,dan/atau

golongan.

Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjalankan kewajibannya dengan

memprioritaskan kepentingan-kepentingan umum dari kepentingan personalnya.

Maksudnya, dalam menjalankan tugasnya, setiap PNS wajib mendahulukan kepentingan-

kepentingan Negara daripada kepentingan dirinya sendiri ataupun kepentingan kelompok.

Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus

dirahasiakan.

Yang dimaksud dengan “menurut sifatnya” dan “menurut perintah” adalah

didasarkan pada peraturan perundangundangan, perintah kedinasan, dan/atau kepatutan.

Jadi Setiap Pegawai Negeri Sipil, harus senantiasa memegang teguh rahasia jabatan

berdasarkan perundangan.

Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara.

Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjalankan tugas-tugasnya dengan jujur, tertib,

cermat, dan bersemangat demi kepentingan Negara.

202 | P a g e

Page 207:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan,

keuangan, dan materiil.

Pegawai Negeri Sipil memiliki kewajiban dalam memberikan informasi dengan cepat

kepada atasan, jika mengetahui berbagai hal yang dapat memberikan kerugian atau

berbahaya terhadap Pemerintah.

Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja.

Yang dimaksud dengan kewajiban untuk “masuk kerja dan menaati ketentuan jam

kerja” adalah setiap PNS wajib datang, melaksanakan tugas, dan pulang sesuai ketentuan

jam kerja serta tidak berada di tempat umum bukan karena dinas. Apabila berhalangan

hadir wajib memberitahukan kepada pejabat yang berwenang.

Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.

Yang dimaksud dengan “sasaran kerja pegawai” adalah rencana kerja dan target

yang akan dicapai oleh seorang pegawai yang disusun dan disepakati bersama antara

pegawai dengan atasan pegawai.

Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya.

Yang dimaksud dengan “menggunakan dan memelihara barang-barang milik

negara dengan sebaik-baiknya” adalah setiap PNS wajib menggunakan dan memelihara

barang milik Negara dengan efektif dan efisien serta sesuai dengan peraturan perundang-

undangan

Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

Yang dimaksud dengan “memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat” adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat yang berkualitas, cepat,

mudah, terjangkau, dan terukur, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.

Yang dimaksud dengan “membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas” adalah

membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan

peraturan perundang-undangan.

Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier.

Yang dimaksud dengan “memberikan kesempatan kepada bawahan untuk

mengembangkan karier” adalah member kesempatan kepada bawahan untuk

meningkatkan kemampuan dalam rangka pengembangan karier, antara lain memberi

kesempatan mengikuti rapat, seminar, diklat, dan pendidikan formal lanjutan.

Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

203 | P a g e

Page 208:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Yang dimaksud dengan ”menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat

yang berwenang” adalah menaati peratuan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Larangan PNS

Disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010

tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pasal 4, bahwa setiap PNS dilarang:

a. Menyalahgunakan wewenang.

Yang dimaksud dengan “menyalahgunakan wewenang” adalah menggunakan

kewenangannya untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu untuk

kepentingan pribadi atau kepentingan pihak lain yang tidak sesuai dengan tujuan

pemberian kewenangan tersebut.

b. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan

menggunakan kewenangan orang lain.

Sebagai contoh : Seorang PNS yang tidak memilikiwewenang di bidang

perizinanmembantu mengurus perizinan bagi orang laindengan memperolehimbalan.

c. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau

lembaga atau organisasi internasional.

d. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat

asing.

e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-

barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara

secara tidak sah.

Yang dimaksuddengan“memiliki,menjual,membeli, menggadaikan, menyewakan,

atau meminjamkan barang-

barangbaikbergerakatautidakbergerak,dokumenatausuratberhargamilik negara secara

tidak sah” adalahperbuatanyangdilakukan tidak atas dasar

ketentuantermasuktatacaramaupunkualifikasi barang,

dokumen,ataubendalainyangdapatdipindahtangankan.

f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain

di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,

golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan

negara.

g. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara

langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan.

Yangdimaksuddengan“jabatan”adalahjabatanstrukturaldanjabatan fungsionaltertentu.

204 | P a g e

Page 209:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

h. Menerimahadiahatausuatupemberianapasajadari siapapun juga yang berhubungan

dengan jabatandan/ataupekerjaannya.

PNSdilarangmenerimahadiah,padahaldiketahuidanpatutdidugabahwahadiahtersebu

tdiberikansebagaiakibatataudisebabkankarena telahmelakukanatautidakmelakukansesuatu

dalamjabatannyayangbertentangan dengankewajibannya.

i. Bertindaksewenang-wenangterhadapbawahannya.

Yangdimaksuddengan“bertindaksewenang-wenang”adalahsetiap

tindakanatasankepadabawahanyangtidaksesuaidenganperaturankedinasansepertitidakme

mberikantugasatau pekerjaan kepada bawahan, atau memberikan

nilaihasilpekerjaan(DaftarPenilaian

PekerjaanPegawai)tidakberdasarkannorma,standar,danprosedur yang ditetapkan.

j. Melakukansuatutindakanatautidakmelakukansuatu tindakan yang dapat menghalangi

ataumempersulit salah satu pihak yang dilayanisehingga mengakibatkan kerugian bagi

yangdilayani.

k. Menghalangiberjalannyatugaskedinasan.

Yang dimaksud dengan “menghalangi berjalannya tugas kedinasan”

adalahperbuatan yang mengakibatkan tugaskedinasan

menjaditidaklancaratautidakmencapaihasilyangharusdipenuhi.

Contoh:

PNSyang tidakmemberikandukungandalam haldiperlukankoordinasi, sinkronisasi

dan integrasi dalam tugas kedinasan.

l. Memberikan dukungan kepada calon

Presiden/WakilPresiden,DewanPerwakilanRakyat,DewanPerwakilanDaerah,atauDewa

nPerwakilanRakyat Daerah dengancara:

1) ikutsertasebagaipelaksanakampanye

2) menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atributpartaiatauatributPNS

PNSsebagaipesertakampanyehadiruntukmendengar,menyimak visi, misi, dan

program yang

ditawarkanpesertapemilu,tanpamenggunakanatributPartaiatauPNS.

Yangdimaksuddengan“menggunakanatributpartai”adalah

denganmenggunakandan/ataumemanfaatkanpakaian,

kendaraan,ataumedialainyangbergambarpartaipolitikdan/ataucalonanggotaDewa

nPerwakilanRakyat,Dewan

PerwakilanDaerah,DewanPerwakilanRakyatDaerah,dan/ataucalonPresiden/Wakil

Presidendalammasakampanye. Yangdimaksud dengan “menggunakan atribut

205 | P a g e

Page 210:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

PNS”adalah sepertimenggunakanseragamKorpri,seragamdinas,kendaraan

dinas,danlain-lain.

3) sebagai peserta kampanye dengan mengerahkanPNSlain;dan/atau

4) sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitasnegara;

m. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/WakilPresidendengancara:

1) membuatkeputusandan/atautindakanyang menguntungkan atau merugikan salah

satu pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

2) mengadakankegiatanyangmengarahkepada keberpihakan terhadap pasangan

calon yangmenjadi pesertapemilusebelum,selama,dansesudahmasa

kampanyemeliputipertemuan,ajakan, himbauan, seruan, atau pemberianbarang

kepadaPNSdalam lingkungan unitkerjanya,anggotakeluarga, danmasyarakat

n. Memberikandukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai

fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai

peraturan perundang- undangan,dan

o. memberikan dukungan kepada calon Kepala

Daerah/WakilKepalaDaerah,dengancara:

1) terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukungcalonKepalaDaerah/Wakil

KepalaDaerah

Yang dimaksud dengan “terlibat dalam kegiatan kampanye” adalah seperti PNS

bertindaksebagai pelaksanakampanye,petugaskampanye/tim sukses,tenagaahli,

penyandangdana,pencaridana,danlain-lain.

2) menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatandalamkegiatankampanye

3) membuatkeputusandan/atautindakanyang menguntungkan atau merugikan salah

satu pasangan calon selama masa kampanye, dan/atau

4) mengadakankegiatanyangmengarahkepada keberpihakan terhadap pasangan calon

yangmenjadi pesertapemilusebelum,selama,dansesudahmasa

kampanyemeliputipertemuan,ajakan, himbauan, seruan, atau pemberianbarang

kepadaPNSdalam lingkungan unitkerjanya,anggotakeluarga, danmasyarakat.

Hukuman disiplin PNS PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan/atau

Pasal 4 PP No 53 Tahun 2010 seperti yang disebutkan sebelumnya akan dijatuhi hukuman

disiplin. Adapun Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin yang dapat dijatuhi berdasarkan Pasal

7 PP No 53 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

1. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

206 | P a g e

Page 211:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. hukuman disiplin ringan;

b. hukuman disiplin sedang; dan

c. hukuman disiplin berat.

2. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan

c. pernyataan tidak puas secara tertulis.

3. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:

a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;

b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

4. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari:

a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;

b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;

c. pembebasan dari jabatan;

d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS; dan

e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dijatuhkan

bagi pelanggaran terhadap kewajiban:

1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja;

2. menaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;

3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh

pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;

4. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit

kerja;

5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau

golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada unit kerja;

207 | P a g e

Page 212:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus

dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada unit kerja;

7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja;

8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah terutama di bidang keamanan,

keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila

pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;

9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 11 berupa:

a. teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 5

(lima) hari kerja;

b. teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 6

(enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja; dan

c. pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan

yang sah selama 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima belas) hari kerja;

10. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja;

11. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

12. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja;

13. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak

sengaja; dan

14. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja.

Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dijatuhkan

bagi pelanggaran terhadap kewajiban:

1. mengucapkan sumpah/janji PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 1,

apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah;

208 | P a g e

Page 213:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

2. mengucapkan sumpah/janji jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 2,

apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan yang sah;

3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak

negative bagi instansi yang bersangkutan;

4. menaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan;

5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh

pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan;

6. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi

yang bersangkutan;

7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau

golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;

8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus

dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;

9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak

negatif bagi instansi yang bersangkutan;

10. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang

keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;

11. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 11 berupa:

a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk

kerja tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas) sampai dengan 20 (dua puluh)

hari kerja;

b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk

kerja tanpa alasan yang sah selama 21 (dua puluh satu) sampai dengan 25 (dua

puluh lima) hari kerja; dan

209 | P a g e

Page 214:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang

tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 (dua puluh enam) sampai

dengan 30 (tiga puluh) hari kerja;

12. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun hanya mencapai 25%

(dua puluh lima persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen);

13. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada instansi yang bersangkutan;

14. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

15. membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja;

16. memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja;

dan

17. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada instansi yang bersangkutan.

Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dijatuhkan

bagi pelanggaran terhadap kewajiban:

1. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara;

2. menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah

dan/atau negara;

3. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh

pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 5, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara;

4. menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada

pemerintah dan/atau negara;

210 | P a g e

Page 215:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

5. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau

golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 7, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara;

6. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus

dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 8, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara;

7. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan Negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara;

8. melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang

keamanan, keuangan, dan materiil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10,

apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/ataunegara;

9. masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

angka 11 berupa:

a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun bagi PNS yang

tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 (tiga puluh satu) sampai

dengan 35 (tiga puluh lima) hari kerja;

b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS

yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja

tanpa alasan yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat

puluh) hari kerja;

c. pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau

fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 (empat

puluh satu) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja; dan

d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian

tidak dengan hormat sebagai PNS bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan

yang sah selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau lebih;

10. mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 angka 12, apabila pencapaian sasaran kerja pegawai pada akhir tahun kurang dari

25% (dua puluh lima persen);

11. menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara;

211 | P a g e

Page 216:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

12. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

dan

13. menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara.

Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dijatuhkan

bagi pelanggaran terhadap larangan:

1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-

barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara,

secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada unit kerja;

2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain

di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,

golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada unit kerja;

3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya, sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja;

4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat

menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan

kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan

5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.

Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dijatuhkan

bagi pelanggaran terhadap larangan:

1. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-

barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara

secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;

2. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain

di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,

golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara

212 | P a g e

Page 217:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada instansi yang bersangkutan;

3. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan dengan sengaja;

4. melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat

menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan

kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

5. menghalangi berjalannya tugas kedinasan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi;

6. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan

cara ikut serta sebagai pelaksana kampanye, menjadi peserta kampanye dengan

menggunakan atribut partai atau atribut PNS, sebagai peserta kampanye dengan

mengerahkan PNS lain, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 12 huruf a, huruf

b, dan huruf c;

7. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara

mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon

yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi

pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam

lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 angka 13 huruf b;

8. memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai

foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai

peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 14; dan 9.

memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara

terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah serta mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa

kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang

kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf a dan huruf d.

Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dijatuhkan

bagi pelanggaran terhadap larangan:

213 | P a g e

Page 218:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1. menyalahgunakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 1;

2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan

menggunakan kewenangan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 2; 3.

tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau

lembaga atau organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 3; 4.

bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat

asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 4;

5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-

barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara

secara tidak sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran

berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara;

6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain

di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,

golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila pelanggaran berdampak

negatif pada pemerintah dan/atau negara;

7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara

langsung atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 7;

8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan

dengan jabatan dan/atau pekerjaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 8; 9.

melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat

menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan

kerugian bagi yang dilayani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

10. menghalangi berjalannya tugas kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau negara;

11. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan

cara sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 angka 12 huruf d;

12. memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara membuat

keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu

pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka

13 huruf a; dan

214 | P a g e

Page 219:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

13. memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan

cara menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye

dan/atau membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan

salah satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 angka 15 huruf b dan huruf c.

Pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 angka 9, Pasal 9 angka 11, dan Pasal 10 angka 9

dihitung secara kumulatif sampai dengan akhir tahun berjalan.

Macam-Macam Etika (Etos) Kerja 1. Etos Kerja Pancasila

Etos kerja Pancasila merupakan pemikiran, nilai-nilainya dikaitkan dengan nilai-nilai

Pancasila yang tidak tertulis secara eksplisit, tetapi harus digali lebih dalam, khususnya

pada sila Ketuhanan yang Maha Esa. Dengan demikian, etos kerja ini dihubungkan dengan

sistem keyakinan untuk membedakannya dari etos kerja yang bersifat sekular seperti yang

ditawarkan oleh falsafah Pragmatisme. Keunikan etos kerja ini dengan etos kerja lainnya

bisa dilihat dari 10 ciri utamanya, yaitu: Spesialisasi, Rasionalitas, Sistematis, Efisiensi,

Konsistensi, Kerajinan, Kerja keras, Ketekunan, Pengharapan, dan Cinta Kasih.

Tentu bukan hanya ini saja nilai-nilai dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan

yang Maha Esa. Masih ada kejujuran, keadilan, kesabaran, kesopanan, tolong menolong,

dan bersikap ramah, dan nilai-nilai etis lainnya. Namun, hanya sepuluh (10) nilai ini yang ingin

ditonjolkan sebagai bentuk sederhana dari etika kerja Pancasila.

Tentu, etos kerja ini belum secara jelas terlihat dalam kehidupan masyarakat seperti

etos kerja Barat atau Jepang, yang sudah melekat pada masyarakatnya. Seperti visi

Indonesia Raya, etika kerja Pancasila masih dalam bentuk cita-cita. Namun, dengan etos

kerja inilah bangsa Indonesia mampu mencapai negara yang adil dan makmur, cita-cita

yang diikrarkan oleh para pendiri bangsa ini.

2. Etos Kerja Muslim

Etos kerja muslim dapat difenisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang

muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan

kemanusiannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh

karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur.

Apabila setiap pribadi muslim memahami, menghayati, dan kemudian mau

mengaktualisasikannya dalam kehidupannya maka akan tampak pengaruh serta

dampaknya kepada lingkungan, yang kemudian mendorong dirinya untuk terjun dalam

samudra dunia dengan kehangatan iman.

215 | P a g e

Page 220:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a. Ciri - Ciri Etos Kerja Muslim

Ciri - ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam

sikap dan tigkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam

bahwa bekerja itu merupakan bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Allah yang akan

memuliakan dirinya, memanusiakan dirinya sebagai bagian dari manusia pilihan.

1) Memiliki jiwa kepemimpinan ( leadership )

Memimpin berarti mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain,

agarorang lain tersebut dapat berbuat sesuai dengan keinginannya. Sebagai

seorang muslim, kita dituntut untuk memiliki kepemimpinan Islam sudah barang

tentu seluruh peranan dirinya merupakan bayang - bayang dari kehendak Allah

sehingga keputusan dirinya mampu mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan

ruang serta waktu dengan nilai tauhid.

2) Selalu berhitung

Rasulullah pernah bersabda, bekerjalah untuk duniamu, seakan - akan engkau

akan hidup selama - lamanya dan beribadahlah untuk akhirat seakan - akan

engkau akan mati besok.

Setiap langkah dalam kehidupan seorang muslim harus selalu memperhitungkan

segala aspek dan resikonya dan menggunakan perhitungan yang rasional, yaitu

tidak percaya dengan takhayul. Komitmen pada janji dan disiplin pada waktu

merupakan citra seorang muslim sejati.

3) Menghargai waktu

Hal ini tercantum di dalam firman Allah, Q. S. Al Ashr : 1 - 3. Waktu bagi seorang

muslim adalah rahmat yang tiada terhitung nilainya. Baginya pengertian terhadap

makna waktu merupakan tanggung jawab yang sangat besar. Sebagai konsekuensi

logisnya dia menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas.

4) Hidup hemat dan efisien

Seorang muslim mempunyai cara hidup yang sangat efisien di dalam mengelola

sumber daya yang dimilikinya. Dia menjauhkan sikap yang tidak produktif dan

mubadzir, karena kedua sikap tersebut dijauhi dalam Islam. Dia berhemat bukan

dikarenakan karena ingin menumpuk kekayaan, sehingga melahirkan sikap kikir.

Tetapi berhemat dikarenakan bahwa tidak selamanya hidup itu berjalan mulus,

sehingga berhemat berarti mengestimasikan apa yang akan terjadi di masa depan. 5)

Keinginan untuk mandiri

216 | P a g e

Page 221:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanya terdapat pada jiwa yang

merdeka, sedangkan jiwa yang terjajah akan terpuruk, sehingga dia tidak pernah

mampu mengolah kemampuan serta potensi dirinya secara optimal.

RANGKUMAN

1. Etika (Etos) kerja merupakan sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah

keyakinan fundamental dan komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang

integral.

2. Delapan etos kerja menurut Jansen H. Sinamo:

a. Kerja adalah rahmat, bekerja tulus penuh syukur.

b. Kerja adalah amanah, bekerja tulus penuh tanggung jawab.

c. Kerja adalah panggilan, bekerja tulus penuh integritas.

d. Kerja adalah aktualisasi, bekerja tulus penuh semangat.

e. Kerja adalah ibadah, bekerja tulus penuh kecintaan.

f. Kerja adalah seni, bekerja tulus penuh kreativitas

g. Kerja adalah kehormatan, bekerja tulus penuh keunggulan.

h. Kerja adalah pelayanan, bekerja tulus penuh kerendahan hati.

3. Faktor yang mempengaruhi etos kerja antara lain agama, budaya, sosial politik, kondisi

lingkungan/geografis, pendidikan, struktur ekonomi, dan motivasi intrinsik individu.

4. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para professional dalam menjalani

kewajiban mereka memberikan dan mempertahankan jasa kepada masyarakat yang

berstandar tinggi. Sedangkan etika kerja mengatur praktik, hak dan kewajiban bagi

mereka yang bekerja di bidang yang tidak disebut profesi (non-profesional).

Nonprofesional adalah pegawai atau pekerja biasa dan dianggap kurang memiliki otonom

dan kekuasaan atau kemampuan profesional.

5. Etos kerja dapat dibedak ke dalam beberapa jenis, antara lain:

a. Etos kerja pancasila

Etos kerja Pancasila merupakan pemikiran; nilai-nilainya dikaitkan dengan nilai-nilai

Pancasila, yang tidak tertulis secara eksplisit, tetapi harus digali lebih dalam, khususnya

pada sila Ketuhanan yang Maha Esa.

b. Etos Kerja Muslim

217 | P a g e

Page 222:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Etos kerja muslim dapat difenisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang

muslim bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan

kemanusiannya, tetapi juga sebagai suatu manifestasi dari amal sholeh dan oleh

karenanya mempunyai nilai ibadah yang sangat luhur. Beberapa ciri etos kerja muslin

adalah memiliki jiwa kepemimpinan, selalu berhitung, menghargai waktu, hidup hemat

dan efisien, dan keinginan untuk mandiri.

LATIHAN

I. Soal Latihan

1. Apa yang anda ketahui dengan etos kerja? Sebutkan faktor2 yang mempengaruhi etos

kerja?

2. Jelaskan perbedaan antara etika kerja dan etika profesi!

3. Sebutkan dan jelaskan lima indikator untuk mengukur etos kerja menurut teori Akhmad

Kusnan!

4. Sebutkan dan jelaskan kewajiban dan larangan PNS menurut PP NO 53 Tahun 2010!

5. Sebutkan tingkat dan jenis hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan PNS menurut PP

NO 53 Tahun 2010!

6. Menurut anda, bagaimanakah etos kerja PNS yang berkembang selama ini ?

Hubungkan dengan teori etos kerja yang anda ketahui! II. Soal Kasus

Kasus I: Cuti Bersama Tak Mendidik Kerja Keras

Pemerintah kembali memutuskan Jumat, 3 Juni 2011, sebagai cuti bersama.

Kesepakatan untuk libur ini dinilai sebagai pembolosan yang disahkan. ”Terlalu banyak

libur akan melemahkan etos kerja dan ujungnya menurunkan produktivitas nasional.

Padahal, semestinya warga Indonesia bekerja keras bila ingin maju,” kata Rektor

Universitas Muhammadiyah Surabaya Prof Zainuddin Maliki, Senin (23/5) di Surabaya.

Cuti bersama pada Jumat 3 Juni diputuskan dalam Surat Keputusan Bersama

Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Perubahan Hari Libur dan Cuti Bersama.

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dalam siaran persnya

menjelaskan, cuti bersama untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan hari kerja di antara

dua hari libur. Selain itu, selama ini sebagian pegawai negeri sipil tidak sepenuhnya

memanfaatkan hak cuti tahunan yang menjadi momen rekreasi dan penyegaran bagi

karyawan dan keluarga.

218 | P a g e

Page 223:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Menurut Zainuddin, Indonesia sudah bermasalah dengan produktivitas dan etos

kerja bangsa. ”Hari kerja pun seperti libur karena jam kerja tidak dimanfaatkan secara

produktif,” ujarnya. Praktisi pendidikan Arief Rachman menilai, kebiasaan cuti bersama di

Indonesia tidak mendidik karakter bangsa yang suka bekerja keras. Padahal, bangsa ini

harus mengembangkan semangat dan kebiasaan bekerja keras, bukan lebih senang

liburan.

”Benar-benar tidak mendidik bangsa agar suka kerja keras jika setiap kali ada

hari kejepit, dilanjutkan dengan cuti bersama. Yang namanya cuti, terserah pribadi,”

ujarnya.

Arief khawatir, kebiasaan cuti bersama ini bisa jadi contoh tidak baik bagi anak-anak

sekolah. ”Anak-anak jadi lebih suka menantikan liburan, bukan belajar,”

ujarnya. (INA/INE/ELN)

(Sumber: Kompas, Selasa, 24 Mei 2011)

Pertanyaan:

1. Bagaimana pendapat anda mengenai etos kerja PNS yang sering melakukan cuti

bersama tersebut ? Berikan jawaban anda dengan jelas dan berlandaskan pada teori

etos kerja.

Kasus II: Dirjen Pajak Pecat Gayus Tambunan

Direktur Jenderal Pajak Mochamad Tjiptardjo akhirnya memecat secara tidak

hormat pegawainya, Gayus Tambunan, sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Direktorat

Jenderal Pajak. Gayus dipecat berdasarkan hasil rekomendasi Direktorat Kepatuhan

Internal Transformasi Sumber Daya Aparatur atau KITSDA yang menemukan adanya

pelanggaran disiplin dan kode etik yang dilakukan oleh Gayus.

"Kalau sekarang status (Gayus) masih pegawai negeri. Tetapi pelanggaran sebagai

pegawai negeri sudah ada sehingga terancam hukuman diberhentikan tidak hormat. Senin

segera diusulkan ke Menkeu untuk diberhentikan," kata Tjiptardjo, saat ditemui di Kantor

Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (26/3/2010).

Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh KITSDA, Gayus menurutnya mengaku

telah menerima uang dari wajib pajak. Hal ini kemudian dijadikan bukti untuk memecat

Gayus secara tidak hormat dari Ditjen Pajak. "Dia diberhentikan itu karena pelanggaran dia

sebagai pelanggaran kode etik. Dia ngaku mengerjakan ini, terima uang segini, itu sudah

cukup," ungkap Tjiptardjo.

(Sumber : Kompas, Jumat, 26 Maret 2010)

Pertanyaan:

219 | P a g e

Page 224:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1. Jelaskan pelanggaran etika kerja yang dilakukan oleh Gayus dalam kaitannya dengan

pelanggaran disiplin PNS dalam PP NO 53 Tahun 2010 tentang disiplin PNS!

220 | P a g e

Page 225:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

PENGERTIAN KORUPSI, FAKTOR PENYEBAB KORUPSI, DAN PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI

Tujuan Instruksional Khusus :Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian korupsi, faktor

penyebab korupsi, serta prinsip-prinsip anti korupsi, sehingga termotivasi untuk

menumbuhkanprinsip anti korupsi dalam dirinya.

A. Istilah dan Definisi Korupsi Istilah korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio, corruptus atau kata

kerjanya Corrumpere; dalam bahasa Inggris dan Perancis disebut corruption, dalam

bahasa Belanda disebut korruptie, yang berubah menjadi korupsi dalam bahasa

Indonesia.

Istilah coruruption atau korupsi menurut Webster New World Dictionary of

The American Langguage adalah:

- A making, becoming or being corrupt- Evil or wicked ways- Bribery or dishonest dealings- Decay, rottenness.

Dalam Al Qur’an juga tidak didapati istilah korupsi, namun dikenal istilah

fassad yang berarti segala perbuatan yang menimbulkan kerusakan, termasuk

berbagai perbuatan tidak jujur, merusak, menyogok, memalsu, menipu.

Istilah korupsi, atau tindak pidana korupsi juga tidak dikenal dalam KUHP.

Korupsi di sektor publik yang banyak terjadi merupakan perbuatan pidana yang pada

umumnya hanya mungkin dilakukan oleh orang yang mempunyai kualifikasi jabatan

pada sektor publik, oleh karenanya perbuatan semacam itu dikelompokkan dalam

Bab XXVIII dalam Pasal 415 sampai dengan Pasal 425 KUHP tentang Kejahatan Jabatan. Pasal-pasal kejahatan jabatan meliputi berbagai tindak pidana seperti

penggelapan, pemerasan, penyuapan, penyuapan terhadap Hakim, perusakan atau

memalsukan dokumen, benturan kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa

221 | P a g e

9

Page 226:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dan sebagainya, yang kesemuanya merupakan perbuatan pidana berkenaan dengan

penyalahgunaan wewenang dan atau jabatan.

Istilah korupsi pertama kali digunakan dalam Peraturan Penguasa Perang

Pusat No Prt/Peperpu/013/1958 terkait upaya pemberantasan korupsi, yang

kemudian di tuangkan dalam undang-undang No 24 Tahun 1960 tentang

pemberantasan korupsi, yang akhirnya digunakan dalam UU No 3 Tahun 1971

tentang Pemberantasan Korupsi.

Perbuatan korupsi bukanlah tindak kejahatan yang hanya terjadi di Indonesia;

perbuatan semacam ini terjadi dimana mana di seluruh dunia. Kalau melihat peta

korupsi dunia, maka korupsi marak di Negara-negara berkembang atau baru

berkembang seperti, Negara-negara di wilayah Amerika Lain, Negara-negara di

Afrika, Asia Tengah, Eropah Timur (eks Uni Sovyet), Negara-negara di Asia kecuali

Jepang, Hongkong, Korea, Singapura. Diantara Negara-negara Asean, Indonesia

menempati posisi kedua tertinggi dalam korupsi (lebih baik dari pada Myanmar).

Korupsi telah menjadi perhatian seluruh dunia, oleh karenanya semua

Negara berkepentingan untuk memberantasnya; dengan konvensi PBB anti korupsi

yang ditanda tangani di Meirida Meksiko pada tahun 2003 (termasuk Indonesia)

seluruh dunia telah mencanangkan upaya pemberantasan secara bersama di

seluruh dunia.

Sejalan dengan telah diratifikasinya Konvensi PBB Anti Korupsi atau dikenal

dengan United Nation Against Corruption (UNCAC) dengan UU Nomor 7

Tahun 2006, pengertian korupsi akan diperluas lagi dan meliputi lingkup:

a. Korupsi adalah kejahatan luar biasa (extraordinary crimes), karena perbuatan

korupsi bukan delik berdiri sendiri, tetapi selalu terkait dengan berbagai

perbuatan pidana lain seperti pidana perdagangan anak atau manusia (human trafficking), pidana narkotika, perdagangan senjata, perjudian, pemalsuan uang,

money launder, sulit pembuktiannya dan lain sebagainya;

b. Korupsi adalah kejahatan internasional, international crimes karena lingkup

perbuatan korupsi tidak terbatas pada wilayah negara tertentu, tetapi meluas dan

ada hubungan antara perbuatan korupsi pada satu Negara dengan Negara

lainnya;

c. Korupsi disebut juga organized crimes, karena pembuat dan pelaku korupsi

sering kali terjalin antara organisasi formal dengan organisasi kejahatan. Master

222 | P a g e

Page 227:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

mindnya sering kali adalah pejabat resmi yang terlibat dalam kegiatan illegal

lainnya, misalnya dalam kasus perjudian, illegal logging, illegal fishing, human trafficking dan sebagainya;

d. Korupsi terjadi di segala sektor kehidupan, baik sektor publik maupun sektor

swasta;

e. Terdapat beberapa perbuatan yang dikriminalisasi seperti, insider trading, trade

in influence, kejahatan perpajakan seperti transfer pricing dan manipulasi

faktur

pajak dsb.

B. Bentuk atau Macam Korupsi Bentuk korupsi berbacam-macam, yang umum dikenal adalah material

corruption atau korupsi material terkait menggunakan uang secara tidak berhak

untuk kepentingan sendiri. Ada bentuk lain yaitu political corruption; yaitu korupsi

terkait berbagai kebijakan, yang kemudian dituangkan dalam bentuk peraturan

sehingga menimbulkan legislation corruption. Money politic termasuk bagian

dari

political corruption yang berujung pada korupsi material (memperoleh jabatan

dengan membayar dll). Bentuk lain adalah intelectual corruption berupa manipulasi

informasi untuk mencapai tujuan tertentu yang semuanya berdampak merugikan

masyarakat, misalnya manipulasi oleh pemerintah tentang data statistik.

Lingkup Korupsi Perbuatan korupsi tidak terbatas pada perbuatan mencuri uang rakyat saja

(sektor publik), karena dalam kenyataannya korupsi itu terjadi di baik di sektor publik

maupun di sektor swasta. Memang untuk saat ini dalam KUHP dan undang-undang

anti korupsi yang berlaku, pidana korupsi masih terbatas pada perbuatan korupsi

yang terjadi di sektor publik. Berbagai kasus korupsi di Indonesia yang ditangani oleh

Kejaksaan Agung dan Komisi Pemberantasan Korupsi 77 % adalah korupsi terkait

dengan penggunaan APBN dan APBD.

Namun tidak demikian halnya di negara lain, misalnya di Hongkong,

Singapura, di negara negara Amerika dan Eropah. Bahwa perbuatan korupsi terjadi

juga di sektor swasta. Sebagai contoh di Amerika Serikat, data Report to The Nation (ACFE:2006) menggambarkan organisasi yang terlibat dalam perbuatan curang atau

korupsi di Amerika Serikat adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan swasta: 36,8% , jumlah kerugian: US $ 210,000

223 | P a g e

Page 228:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

2. Perusahaan publik: 31,7 %, jumlah kerugian: US $ 200,000

3. Organisasi publik: 17,6%, jumlah kerugian: US $ 100,000

4. Organisasi nir laba:13,9 %, jumlah kerugian: US $ 100,000

Fakta bahwa korupsi terjadi disektor swasta, dunia internasional pernah

dihebohkan dengan kasus yang melibatkan Enron Corporation, perusahaan raksasa

di Amerika Serikat seperti WorldCom, Merck dan sebagainya (investigasi SEC). Terakhir adalah kasus di sektor lembaga keuangan (Lehman Brother, Goldman

Sachs dll) yang memicu terjadinya krisi ekonomi dunia.

Di Indonesia pun terdapat berbagai kasus di sektor swasta, misalnya kasus

Bank Summa, kasus BLBI, audit BI, audit beberapa perusahaan yang akan Go Public. Kasus yang menonjol antara lain adalah kasus yang melibatkan BNI 46,

Kasus Bank Mandiri. Kini mencuat pula kasus Bank Century yang diduga telah

terjadi political corruption dalam proses pengambil putusan bailout atas

bank tersebut sebesar Rp 6,7 triliun.

Mengapa perbuatan curang di sektor swasta disebut korupsi, intinya karena

perbuatan itu nyata-nyata merugikan para stake holder yaitu: pemerintah, karyawan,

pemegang saham, nasabah atau masyarakat. Oleh karenanya di lingkungan

Internasional korupsi dirumuskan sebagai perbuatan yang merugikan masyarakat.

Sayangnya undang-undang anti korupsi di Indonesia belum mencakup perbuatan

korupsi di sektor swasta.

Dilihat dari sifat perbuatannya, secara sosiologis korupsi tidak terbatas pada

perbuatan menggunakan uang negara secara (material corruption) tidak sah seperti

persepsi masyarakat pada umumnya, tetapi perbuatan korupsi adalah perilaku yang menyimpang, seperti:

1. Tidak memperhatikan kepentingan umum atau kepentingan orang lain;

contohnya dalam pemberian pelayanan umum kepada masyarakat. Siapa yang

membayar mendapat prioritas, sedangkan mereka yang miskin lebih sering

terabaikan.

2. Manipulasi informasi publik; banyak informasi yang disampaikan publik tidak

sesuai dengan keadaan sebenarnya. Informasi kepada publik lebih diarahkan

untuk menentramkan masyarakat; contoh kekacauan dalam pemilu, pilkada,

berbagai informasi yang simpang siur (Indonesia telah swa sembada beras,

tetapi perlu impor beras).

224 | P a g e

Page 229:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

3. Melakukan mark up dalam pengadaan barang dan jasa; bukan rahasia umum,

hampir semua pengadaan barang dan jasa di Indonesai di monopoli kelompok

tertentu dan nilai transaksinya telah di mark up hingga lebih dari 40 %).

4. Mengulur waktu dalam pemberian pelayanan; lihat contoh buitr a.

5. Berperilaku boros, tidak efisien, tidak memperhatikan waktu sehingga

pelaksanaan tugas berlarut-larut tanpa kepastian; bisa dilihat sikap perilaku

aparatur pemerintahan di seluruh Indonesia. Di Kalangan perguruan tinggi juga

terjadi, misalnya dosen mengurangi jam kulian, dosen tidak siap dan hanya

memberikan diktat , penggangkatan dosen berdasarkan nepotisme, dosen tidak

obyektif dalam memberi nilai ujian dll (hasil survai pada Perguruan Tinggi

Agama)

6. Menganggap penerimaan uang tanda terima kasih atas pelaksanaan kewajiban

sebagai sesuatu yang wajar, sekalipun pada hakekatnya hal itu adalah

pemerasan pasif, dan sebagainya.

Bila dikaitkan dengan kondisi masyarakat di Indonesia, korupsi pada

hakekatnya adalah erosi nilai-nilai sosial yang berakibat sikap (attitude) dan perilaku (behavior) masyarakat mengganggap tindakan korupsi adalah wajar.

Penyebab Perbuatan Korupsi Beberapa pendapat atau teori tentang penyebab korupsi, adalah sebagai

berikut:

1. Lord Acton mengatakan Power tend to Corrupt. Kekuasaan adalah sumber

perbuatan korupsi, terutama sekali apabila Power (Kekuasaan) tidak diikuti oleh

Accountability atau (C=P-A); artinyadalam suatu pemerintahan yang tidak diikuti

system pengawasan, pembagian kekuasaan yang memadai, serta tiada

akuntabilitas, yang berdampak mismanagement. Sebagai contoh, Dosen cukup

berkuasa dalam kelas, sehingga dapat berbuat apa saja yang memaksa

mahasiswa mengikuti perintahnya. Polisi Lalu Lintas dapat menentukan berapa

denda harus dibayar karena punya kekuasaan. Demikian pula pemegang

kekuasaan dapat memerintahkan apa saja kepada bawahannya walaupun

melanggar hukum.

2. Jack Bologne menyebutkan bahwa penyebab korupsi dirumuskan dengan teori

G(reed) O(pportunity), N(eed), E(xposure) atau disingkat GONE.Greed

225 | P a g e

Page 230:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

merupakan keserakahan dari pelaku.Opportunity atau kesempatan adalah

kondisi kurangnya pengawasan, karena system yang jelek atau mismanagement,

atau disebut juga bad government. Need; Adalah kondisi dari pelaku, misalkan

sangat membutuhkan, sehingga dia berusaha memperoleh sesuatu secara

illegal. Exposure; adalah kondisi eksternal yang berpengaruh kepada pelaku,

misalnya lingkungan yang hedonistic, tekanan di lingkungan kerja dan lain.lain.

3. Prof Klittgard (Prof. DR Muladi, 2007) menyatakan bahwa Corruption timbul

karena adanya Monopoly kekuasaanditambah Discretion, tidak diimbangi dengan

Accountability atau (C=M+D-A). Perinsipnya seperti uraian pada butir 1, perlu

digaris bawahi bahwa discretion adalah suatu kewenangan yang melekat pada

setiap orang atau manajer untuk mengambil pilihan dari beberapa alternatif

Namun discretion yang dilakukan tanpa ada kendali akuntabilitasakan

merupakan sumber korupsi.

Negara Negara yang mengalami mismanagement disebut juga bad government atau Negara yang pemerintahannya belum melaksanakan tatakelola

pemerintahan yang baik (Good Governance). Daniel Kaufman et al (World Bank Institution; 2005) mencermati praktek

Governance di berbagai Negara di dunia (termasuk Indonesia) yang diukur dari 6

variabel, dan setiap variable diberi nilai dengan skala 0-100. Keenam varaibel

tersebut:

1. Voice and Accountability, mengukur kehidupan politik dan pelaksanaan

Hak

Asasi Manusia;

2. Political Instability, mengukur kehidupan politik, keamanan termasuk masalah

terorisme;

3. Goverment Effectiveness, mengukur kemampuan birokrasi memberikan dengan

layanan publik;

4. Regulatory Burden, mengukur berbagai kebijaksanaan yang market- unfriendly; 5. Rule of Law, mengukur tingkat penegakkan hukum;

6. Control of Corruption, mengukur tindakan dalam pemberantasan korupsi.

Hasil evaluasinya dengan enam tolok ukur tersebut, terutama unsur

Government Effectiveness, Rule of Law dan Control of Corruption diperoleh

nilai

berkisar 25 sampai dengan 50. Artinya Indonesia termasuk diantara Negara yang

226 | P a g e

Page 231:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

pemerintahannya masih tergolong Bad Governance, yang tercermin dari monopoli

kekuasaan., yang berdampak timbulnya masyarakat korup (state capture corruption. Indikator lainnya yang membuktikan bahwa Negara Indonesia tergolong korup

adalah :

1. Tingkat atau kemampuan bersaing di dunia internasional (Competitveness

Growth Index); Indonesia berada dalam urutan ke 70 sampai dengan 50.

2. Tingkat atau kualitas pelayanan publik yang rendah. Skor rata-rata adalah 5,6

dibandingkan dengan kualitas pelayanan publik Korea yang mencapai skor 8

(data survai tingkat pelayanan publik oleh KPK).

Penyebab korupsi diutarakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) antara lain:

1. Aspek individu pelaku.

a. Sifat tamak manusia.

b. Moral yang kurang kuat.

c. Penghasilan yang kurang mencukupi.

d. Kebutuhan hidup yang mendesak.

e. Gaya hidup yang konsumtif.

f. Malas atau tidak mau kerja.

g. Ajaran Agama yang kurang diterapkan.

2. Aspek organisasi.

a. Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan.

b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar.

c. Sistim akuntabilitas yang benar di instansi yang kurang memadai.

d. Kelemahan sistim pengendalian manajemen.

e. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam organisasi. 3.

Aspek tempat individu dan organisasi berada.

a. Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi Korupsi bisa

ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat menghargai

seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap ini seringkali membuat

masyarakat tidak kritis pada kondisi, misalnya dari mana kekayaan itu

didapatkan.

b. Masyarakat kurang menyadari sebagai korban utama korupsi Masyarakat

masih kurang menyadari bila yang paling dirugikan dalam korupsi itu

227 | P a g e

Page 232:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

masyarakat. Anggapan masyarakat umum yang rugi oleh korupsi itu adalah

negara. Padahal bila negara rugi, yang rugi adalah masyarakat juga karena

proses anggaran pembangunan bisa berkurang karena dikorupsi.

c. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi Setiap korupsi pasti

melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kurang disadari oleh masyarakat

sendiri. Bahkan seringkali masyarakat sudah terbiasa terlibat pada kegiatan

korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.

d. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan

diberantas bila masyarakat ikut aktif Pada umumnya masyarakat

berpandangan masalah korupsi itu tanggung jawab pemerintah. Masyarakat

kurang menyadari bahwa korupsi itu bisa diberantas hanya bila masyarakat ikut

melakukannya.

e. Aspek peraturan perundang-undangan Korupsi mudah timbul karena adanya

kelemahan di dalam peraturan perundang-undangan yang dapat mencakup

adanya peraturan yang monopolistik yang hanya menguntungkan kroni

penguasa, kualitas peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang

disosialisasikan, sangsi yang terlalu ringan, penerapan sangsi yang tidak

konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi

peraturan perundang-undangan.

Penyebab Korupsi di Indonesia Penelitian Daniel Kaufman, data lTransparansi Internasional yang

menempatkan skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) selama hampir 9 tahun antara 2,3-

2,8 (ditahun 2009) telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu Negara

terkorup di dunia. Malaysia (skor IPK sekitar 3,5), dan Singapura tergolong terbersih

dengan skor 9.

Dalam uraian diatas telah dijelaskan bahwa korupsi bukan perbuatan yang

berdiri sendiri, dan tidak disebabkan oleh penyebab tunggal. Korupsi disebabkan

oleh berbagai sebab yang saling berkaitan satu sama lain, dan intinya disebabkan

adalah berbagai sistem yang jelek, seperti:

1. Sistem hukum; pembangunan hukum yang cenderung sektoral sehingga

membuka peluang terjadinya jual beli kasus. Korupsi sudah terjadi sejak saat

pembuatan di lembaga legislatif. Pembangunan hukum lebih condong lebih fokus

228 | P a g e

Page 233:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

membela kepentingan kelompok, sehingga mendorong terjadinya berbagai

korupsi di lingkungan peradilan. Tiadanya sikap patuh pada hukum.

2. Sistem politik yang jelek yang lebih mengetengahkan kepentingan golongan,

menjadi kendaraan untuk memperoleh kedudukan serta melupakan pendidikan

politik bagi masyarakat. Kondisi tersebut memunculkan fenomena money politic dalam proses pemilihan wakil rakyat dan pejabat eksekutif.

3. Sistem rekruitmen pegawai yang jelek, yang tidak memberikan penghargaan

pada prestasi sumberdaya manusia, tetapi lebih mengedepankan sikap

nepotisme dalam pemilihan, pengangkatan, penempatan para pegawai atau

aparatur pemerintahan. Termasuk dalam hal ini jeleknya sistem penggajian,

pengawasan pendidikan aparatur, disamping tiadanya sistem evaluasi kinerja

yang memadai.

4. Sistem sosial yang sangat permisif (tidak berani memberikan hukuman terhadap

mereka yang melanggar hukum), tidak adanya sanksi sosial yang didukung oleh

sikap masyarakat yang lebih mementingkan hak daripada kewajiban.

5. Sistem budaya yang berorientasi vertikal, tunduk dan patuh pada kemauan

atasan tanpa memperhatikan apakah perintahnya menyalahi hukum atau tidak.

Hal ini terutama berdampak terhadap perilaku aparatur yang lebih patuh pada

kemauan atasan daripada menjalankan tugas pekerjaannya (termasuk

menunggu perintah daripada menjalankan SOP yang ada). Sistem budaya yang

jelek termasuk pula tidak bisa memahami pengertian rizki (reward). Setiap

pemberian dianggap rizki. Masyarakat negara lain, hanya menerima sesuatu

karena telah berbuat sesuatu (prestasi); jadi reward diperoleh karena hasil

perbuatannya. Di Indonesia setiap pemberian diangap rizki, walaupun pemberian

tersebut bersumber dari perbuatan tidak halal.

Sebab sebab tersebut diperkuat oleh:

1. Sistem pemerintahan sentralistik dan sangat represif serta tidak memberikan

peluang pada masyarakat untuk mengembangkan sanksi sosial;

2. Sistem pemerintahan yang otoriter, dimana lembaga lembaga kenegaraan yang

ada lebih berperan sebagai lembaga legitimasi dari pada menjalankan tugas dan

fungsinya;

3. Kesejahteraan aparatur yang rendah yang menimbulkan dorongan kuat untuk

korupsi;

229 | P a g e

Page 234:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

4. Law enforcement rendah (terkait sikap permisif terhadap masyarakat terhadap

segala sesuatu yang negatif);

5. Kondisi masyarakat yang hedonistik, materialistik dan menurunnya nilai nilai

sosial yang pernah hidup;

6. Income per kapita yang sangat rendah (penyebab korupsi by need).

7. Untuk lebih memahami keterkaitan antar sistem yang jelek sebagai unsur

penyebab dapat dilihat dari triangle theory Donald Cresey (Examiner

Manual:2006); kejahatan, kecurangan atau korupsi ditempat kerja disebabkan

oleh tiga hal :

8. Exposure atau problem yang dihadapai seseorang atau pegawai (ada tekanan)

yang tidak dapat didiskusikan dengan orang lain, seperti mempunyai utang

dalam jumlah besar, berjudi, punya simpanan, pengaruh masyarakat yang

bersifat konsumerisme, atau mau balas dendam kepada pemilik perusahaan;

9. Opportunity atau peluang (kesempatan), seperti memiliki ketrampilan yang

mendukung perbuatan curang, lemahnya pengawasan, prosedur yang tidak

jelas, tiadanya sanksi yang memadai atas pelanggaran yang terjadi dan

sebagainya;

10. Rasionalisasi; persepsi yang memandangperbuatan curang atau korupsi sebagai

suatu perbuatan wajar, sikap permisif masyarakat, nampak dari ungkapan:”ya wajar saja pegawai tersebut punya rumah kan sudah sekian tahun

bekerja” (tanpa dilihat dari mana sumber dana untuk membeli rumah).

Dampak atau Akibat Korupsi Telah diuraikan diatas bahwa Indonesia tergolong negara yang tinggi tingkat

korupsinya. Korupsi tidak semata-mata mengurangi dana yang masuk ke kas

negara, tetapi akibat yang ditimbulkan sangatlah mengerikan, yaitu:

1. Korupsi di Indonesia telah terjadi secara sistemik dan meluas sehingga tidak saja

merugikan keuangan negara, tetapi mengancam dan melanggar hak-hak sosial

dan ekonomi secara luas, yang berdampak meningkatnya angka kemiskinan,

menyengsarakan rakyat, serta meningkatnya masalah sosial dan kriminalitas.

2. Bad system terkait dengan pengawasan di lingkungan birokrasi telah

memunculkan molekulisasi kekuasaan; yaitu unit unit kecil dalam organisasi yang

memiliki kekuasaan tanpa dapat dikontrol oleh atasannya. Unit kecil ini dapat

230 | P a g e

Page 235:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

melakukan apa saja yang merugikan masyarakat. Contohnya pemeriksa pajak, dia

dapat memutuskan apa saja yang ditemui pada waktu pemeriksaan

berlangsung, demikian pula Polisi Lalu Lintas, dapat menentukan apa saja pada

waktu melakukan tilang (DR. Daniel Sparingga: 2007).

3. Bad system dan molekulisasi kekuasaan telah memunculkan berbagai peluang

bagi aparatur untuk melakukan pungli, yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi

(high cost economic); Ekonomi biaya tinggi pada gilirannya akan melemahkan

kemampuan bersaing Indonesia (competitiveness grrowth) di lingkungan

Internasional (DR Hermawan: 2007). 4. Belum diterapkannya prinsip Good Governance dapat meningkatkan terjadinya

tindak pidana korupsi, yang disisi lain akan dijadikan alasan oleh negara lain

untuk menolak ekspor produk Indonesia.

5. Lingkungan korup berdampak berkurangnya kemampuan negara untuk

mengumpulkan dana (penerimaan negara) bagi pembangunan yang

mengancam pembangunan infrasruktur, mengancam pembangunan dan

supremasi hukum.

6. Rendahnya kualitas infrastruktur dan kualitas layanan publik, yang berdampak

terhadap perlakuan yang tidak adil tehadap masyarakat yang termarjinalkan.

7. Korupsi mengancam sendi-sendi kehidupan demokrasi, karena pembangunan

yang tidak merata.

8. Korupsi memungkinkan menjadi mata rantai berbagai kejahatan lain, misalnya

penyelundupan, perdagangan obat narkotik, perdagangan manusia dll, seperti

dalam pengiriman TKI Wanita.

Kebijakan di Bidang Pencegahan Titik berat upaya pencegahan korupsi adalah melalui:

1. Review dan rekomendasi perbaikan sistem atau yang lebih dikenal dengan

Reformasi Birokrasi.

2. Promosi penerapan prinsip-prinsip Good Governance.

3. Pendidikan anti korupsi.

4. Pemberdayaan masyarakat.

Beberapa kebijakan di bidang pencegahan adalah antara lain:

231 | P a g e

Page 236:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1. Mendorong segenap instansi dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran

anti korupsi dan peran sertanya dalam pencegahan korupsi di lingkungan

masing-masing.

2. Melakukan deteksi untuk mengenali dan memprediksi kerawanan korupsi dan

potensi masalah penyebab korupsi secara periodik untuk disampaikan kepada

instansi dan masyarakat yang bersangkutan.

3. Mendorong lembaga dan masyarakat untuk mengantisipasi kerawanan korupsi

(kegiatan pencegahan) dan potensi masalah penyebab korupsi (dengan

menangani hulu permasalahan) di lingkungan masing-masing.

Prinsip Good Governance Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) atau

UNDP, memberikan definisi governance terkait dengan langkah otoritas politik

sekaligus pengawasan dalam masyarakat terkait pengelolaan sumberdaya sosial

dan pertumbuhan ekonomi. World Bank (WB) justru mendefinisikan governance sebagai sikap di mana kekuasaan digunakan untuk mengelola sumber daya ekonomi

dan sosial sebuah negara. Tahun 1994, WB menguraikan beberapa aspek penting

dalam terminologi governance. Pertama, terkait struktur rezim politik sebuah negara.

Bagi WB, struktur ini sangat penting karena terkait pada sikap dan perilaku elite

politik pada sumber daya ekonomi dan sosial dikelola. Artinya, kesadaran dan

mentalitas elite politik dalam struktur tersebut berperan besar dalam perubahan

kebijakan. Kedua, WB menekankan pada proses bagaimana sumber daya ekonomi

dan sosial tersebut dikelola bagi kesejahteraan rakyat.

Pakar politik pembangunan Goran Hyden (1999) mengaitkan governance dengan aturan politik baik secara formal maupun informal. Di dalam governance terdapat pula tolok ukur untuk melihat bagaimana kekuasaan dijalankan sekaligus

upaya untuk meredam kebocoran anggaran.

Agar kebocoran itu tidak terjadi, ada yang berteori agar kalau perlu, demi

terwujudnya GG, pemerintah mencontoh cara kerja perusahaan swasta yang bekerja

berdasar prinsip-prinsip efektivitas serta efisien. Berikut ini sepuluh prinsip Good Governance, antara lain:

1. Partisipasi.

2. Penegakan hukum.

232 | P a g e

Page 237:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

3. Transparansi.

4. Kesetaraan.

5. Daya tanggap.

6. Wawasan ke depan.

7. Akuntabilitas.

8. Pengawasan.

9. Efesiensi & Efektifitas.

10. Profesionalisme.

Tata pemerintahan yang baik, good governance, merupakan sesuatu yang

penting dalam mewujudkan suatu keadaan yang ideal bagi negara. Good governance adalah cara yang dapat digunakan oleh suatu negara untuk

melaksanakan wewenangnya dalam menyediakan barang dan jasa publik. Tata

pemerintahan yang buruk akan membawa dampak yang sangat merugikan bagi

suatu negara itu, misalnya pelayanan publik yang buruk, iklim investasi yang lemah,

dan korupsi. Oleh karena itu, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia,

good governance sangat perlu diwujudkan oleh pemerintah demi menyejahterakan

seluruh rakyat Indonesia.

Menurut dalam konteks perwujudan good governance pada pemerintahan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, agenda yang

seharusnya menjadi prioritas utama adalah mereformasi birokrasi yang ada di

Indonesia secara keseluruhan. Reformasi birokrasi sangat perlu untuk direalisasikan

mengingat berbagai permasalahan yang telah melanda negeri ini, seperti korupsi

dan pelayanan publik yang buruk, disebabkan oleh birokrasi yang tidak berjalan

dengan semestinya. Di dalam kehidupan birokrasi yang ada saat ini, terdapat hal-hal

yang membuat situasi menjadi kondusif untuk melakukan penyimpangan. Hal-hal

tersebut antara lain adalah kurangnya transparansi dan pertanggungjawaban,

monopoli kekuasaan, dan inefisiensi dalam birokrasi yang bersifat mubazir.

Pelaksanaan reformasi birokrasi secara menyeluruh itu, secara ringkas,

dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, antara lain adalah

meningkatkan kinerja dari birokrasi sendiri dan memperbaiki tata pelayanan terhadap

publik. Birkorasi reformasi yang baik sesungguhnya meliputi tiga hal utama yang

patut untuk dibenahi, yaitu aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek

sumber daya manusia (SDM). Reformasi birokrasi yang telah dilakukan oleh

233 | P a g e

Page 238:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Departemen Keuangan merupakan contoh yang layak dari reformasi birokrasi dalam

mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Namun dalam konteks pemerintahan

SBY-Boediono, yang direformasi adalah seluruh lembaga atau organisasi yag aktif

dalam pemerintahan.

Pertama, dalam aspek kelembagaan atau organisasi, langkah-langkah yang

dapat dilakukan dalam mewujudkan perbaikan adalah dengan menjadikan semua

organisasi atau lembaga yang aktif dalam kegiatan pemerintahan menjadi sebuah

lembaga atau organisasi yang mementingkan dan menekankan pada fungsi dan

berorientasi kepada pemangku kepentingan. Setiap lembaga dan organisasi harus

membentuk unit kepatuhan internal dan membangun pusat pengaduan layanan

(complaint center) sehingga kerja dari suatu lembaga atau organisasi tetap dapat

dikontrol dan diawasi. Selain itu, lembaga atau organisasi juga perlu memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi dengan tujuan mempercepat, mempermudah,

dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja dari lembaga atau organisasi

tersebut.

Kedua, aspek ketatalaksanaan. Terkait dengan aspek yang pertama, patokan

tata cara pelaksanaan dari lembaga-lembaga tersebut adalah harus sederhana dan

transparan, efisien dan efektif, akuntabel, serta memuat janji layanan, seperti

persyaratan, biaya, dan waktu. Dalam hal pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi, yang harus dilakukan adalah membangun sistem kontrol (built in control system), menerapkan sistem pemebritaan atau laporan yang otomatis dan

terintegrasi (automatic and integrated reporting system). selain itu juga

dibutuhkan fasilitas dan pemberlakuan UU keterbukaan informasi untuk

memastikan adiministrasi lebih transparan, serta menerapkan manajemen

resiko dan pemantauan kerja melalui indikator kinerja utama.

Ketiga, aspek manajemen SDM. Beberapa poin yang harus diperhatikan

demi mendapatkan sumber daya manusia yang baik lagi bersih antara lain adalah

basis kompetensi, penerapan kode etik dan majelis kode etik, dan penerapan

indikator kinerja utama pada masing-masing SDM. Perbaikan sistem birokrasi dalam

suatu lembaga, dalam aspek SDM ini, perlu juga diperhatikan persoalan gaji.

Meningkatkan jumlah gaji harus dibarengi dengan perbaikan rekrutmen, promosi,

penempatan jabatan, serta pelatihan dan pendidikan yang baik demi mendapatkan

SDM yang berkualitas dan dapat memberikan hasil yang baik.

234 | P a g e

Page 239:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Setelah melakukan reformasi birokrasi secara menyeluruh, pemerintah juga

memiliki kewajiban untuk mentata kehidupan di segala area utama dalam

pemerintahan demi memaksimalkan tata pemerintahan yang baik tersebut.

Pemberantasan korupsi lebih baik diprioritaskan di area-area yang rawan, seperti

bidang pendidikan dan kesehatan yang sangat penting bagi kesejahteraan

masyarakat. Selain itu, memperbaiki serta memberantas segala penyimpangan di

sistem peradilan (hakim, jaksa, dan polisi) juga penting untuk langkah dan prakarsa

anti korupsi berikutnya. Pengawasan dan pencegahan eksploitasi alam yang

berlebihan dan pengrusakan lingkungan juga menjadi perhatian utama bagi

pemerintah agar tidak menjadi lahan yang subur bagi tindakan penyimpangan seperti

korupsi.

Dengan diwujudkannya tata pemerintahan yang baik atau good governance diharapkan dapat menyelesaikan segala akar permasalahan di bangsa ini serta

mencegahnya kembali menjadi masalah yang meresahkan seluruh rakyat Indonesia.

Prinsip Anti Korupsi Prinsip-prinsip anti korupsi terdiri dari transparansi, akuntabilitas, kewajaran,

aturan main, dan kontrol aturan main. Berikut merupakan penjelasan terkait dengan

prinsip-prinsip tersebut.

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah prinsip politik (demokrasi) yang mengharuskan pejabat

instansi pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka kepada

masyarakat (external control). Akuntabilitas juga berarti penggunaan kriteria untuk

mengukur kinerja pejabat publik dan mekanisme pengawasan untuk menjaga agar

standar tercapai. Akuntabilitas mengacu pada kesesuaian antara aturan dan

pelaksanaan kerja.

Akuntabilitas terdiri dari akuntabilitas legal, keuangan, birokrat/manajerial,

dan politik. Kenapa Perlu Akuntabilitas?

a. Untuk mencegah konsepsi yang salah tentang kepentingan publik karena pejabat

pemerintah dan PNS tidak mewakili secara merata semua kolempok sosial,

ekonomi, dan budaya.

b. Untuk mencegah praktek KKN berdasarkan kepentingan pribadi, kelompok atau

asing yang merugikan kepentingan masyarakat/nasional.

235 | P a g e

Page 240:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Bagaimana mengukur akuntabilitas?

a. Akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui

Mekanismepelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan semua

kegiatan.

b. Evaluasi atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat

yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka

panjang dari sebuah kegiatan.

2. Tranparansi

Transparansi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses

kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat

diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi

seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling

sederhana, transparansi mengacu padaketerbukaan dan kejujuran untuk saling

menjunjung tinggi kepercayaan (trust). Perlunya Keterlibatan masyarakat dalam proses transparansi:

a. Proses penganggaran yang bersifat bottom up, mulai dari perencanaan,

implementasi, laporan pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap

kinerja anggaran.

b. Proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan. Hal ini terkait pula

dengan proses pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran

pendapatan), dan alokasi anggaran (anggaran belanja).

c. Proses pembahasan tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan

dengan strategi penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme pengelolaan

proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial,

dan pertanggungjawaban secara teknis.

d. Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek pembangunan

yang berkaitan dengan kepentingan publik dan yang lebih khusus lagi adalah

proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.

e. Proses evaluasi terhadap penyelenggaraan proyek yang dilakukan secara

terbuka dan bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga

secara teknis dan fisik dari setiap out put kerja-kerja pembangunan.

236 | P a g e

Page 241:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

3. Kewajaran

Prinsip kewajaran ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi

(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun

ketidakwajaran lainnya.

Lima langkah penegakan prinsip kewajaran, yaitu:

a) Komprehensif dan disiplin yang berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,

berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak

melampaui batas (off budget).

b) Fleksibilitas yaitu adanya kebijakan tertentu untuk efisiensi dan efektifitas.

c) Terprediksi yaitu ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas value for money

dan menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang

terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses

perencanaan pembangunan.

d) Kejujuran yaitu adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran yang

disengaja, yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran

merupakan bagian pokok dari prinsip fairness.

e) Informatif, yaitu adanya sistem informasi pelaporan yang teratur dan informatif

sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan.

Sifat informatif merupakan ciri khas dari kejujuran.

4. Aturan main

Aturan mainanti korupsi dibuatagar tidak terjadi penyimpangan yang dapat

merugikan negara dan masyarakat. Aturan main anti korupsi tidak selalu identik

dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan

mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli,

maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus

mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat

negara.

Empat aspek aturan main anti korupsi, yaitu:

a. Isi aturan main.

Aturan main antikorupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-unsur

yang terkait dengan persoalan korupsi.

b. Pembuat aturan main.

237 | P a g e

Page 242:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Kualitas isi aturan main tergantung pada kualitas dan integritas pembuatnya.

c. Pelaksanaaturan main.

Aturan main yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor

penegak aturan main, yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan

lembaga pemasyarakatan.

d. Kultur aturan main.

Eksistensi sebuah aturan main terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap,

persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang anti

korupsi. Lebih jauh kultur aturan main ini akan menentukan tingkat partisipasi

masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Aturan main

Kontrol aturan main merupakan upaya agar aturan main yang dibuat betul-betul

efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi.

Kontrol aturan main tersebut terdiri dari tiga model, yaitu:

a. Partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap aturan main dengan ikut serta dalam

penyusunan dan pelaksanaannya.

b. Oposisi yaitu mengontrol dengan menawarkan alternatif aturan main baru yang

dianggap lebih layak.

c. Revolusi yaitu mengontrol dengan mengganti aturan main yang dianggap tidak

sesuai.

Tiga model kontrol aturan main tersebut digunakan sesuai dengan sistem

yang dibangun dalam suatu pemerintahan. Misalnya, dalam sistem demokrasi yang

sudah mapan (established), model kontrol aturan main yang digunakan adalah

partisipasi dan oposisi.

Pendidikan Anti Korupsi Untuk menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang bersih, diperlukan

sebuah sistem pendidikan anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk

korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana

korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara terpadu mulai dari

pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan anti korupsi ini akan

berpengaruh pada perkembangan psikologis siswa.

238 | P a g e

Page 243:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Setidaknya, ada dua tujuan yang ingin dicacai dari pendidikan anti korupsi ini.

Pertama untuk menanamkan semangat anti korupsi pada setiap anak bangsa.

Melalui pendidikan ini, diharapkan semangat anti korupsi akan mengalir di dalam

darah setiap generasi dan tercermin dalam perbuatan sehari-hari. Sehingga,

pekerjaan membangun bangsa yang terseok-seok karena adanya korupsi dimasa

depan tidak ada terjadi lagi. Jika korupsi sudah diminimalisir, maka setiap pekerjaan

membangun bangsa akan maksimal. Tujuan kedua adalah, menyadari bahwa

pemberantasan korupsi bukan hanya tanggung jawab lembaga penegak hukum

seperti KPK, Kepolisian dan Kejaksaan agung, melainkan menjadi tanggung jawab

setiap anak bangsa.

Pola pendidikan yang sistematik akan mampu membuat siswa mengenal

lebih dini hal-hal yang berkenaan dengan korupsi termasuk sanksi yang akan

diterima kalau melakukan korupsi. Dengan begitu, akan tercipta generasi yang sadar

dan memahami bahaya korupsi, bentuk-bentuk korupsi dan tahu akan sanksi yang

akan diterima jika melakukan korupsi. Sehingga, masyarakat akan mengawasi setiap

tindak korupsi yang terjadi dan secara bersama memberikan sanksi moral bagi

koruptor. Gerakan bersama anti korupsi ini akan memberikan tekanan bagi penegak

hukum dan dukungan moral bagi KPK sehingga lebih bersemangat dalam

menjalankan tugasnya.

Tidak hanya itu, pendidikan anti korupsi yang dilaksanakan secara sistemik di

semua tingkat institusi pendidikan, diharapkan akan memperbaiki pola pikir bangsa

tentang korupsi. Selama ini, sangat banyak kebiasaan-kebiasaan yang telah lama

diakui sebagai sebuah hal yang lumrah dan bukan korupsi. Termasuk hal-hal kecil.

Misalnya, sering terlambat dalam mengikuti sebuah kegiatan, terlambat masuk

sekolah, kantor dan lain sebagainya. Menurut KPK, ini termasuk salah satu bentuk

korupsi, korupsi waktu. Kebiasaan tidak disiplin terhadap waktu ini sudah menjadi

lumrah, sehingga perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat. Materi ini dapat

diikutkan dalam pendidikan anti korupsi ini. Begitu juga dengan hal-hal sepele

lainnya.

Contoh lain, kebiasaan tidak mau repot ketika melakukan pelanggaran aturan

lalu lintas. Ketika ditilang oleh polisi lalu lintas, banyak orang yang tanpa pikir

panjang dan tidak mau repot untuk sidang di pengadilan. Sehingga secara tidak

langsung memberikan kesempatan kepada polisi untuk korupsi. Perbuatan ini

239 | P a g e

Page 244:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

banyak sekali ditemukan di jalan raya, dan cenderung menjadi lumrah. Sehingga

memang diperlukan edukasi bahwa perbuatan suap tersebut, termasuk korupsi yang

merugikan negara. Oleh karena itu, perlu pendidikan terpadu yang diselenggarakan di

semua tingkatan institusi pendidikan.

TahapPelaksanaan Kurikulum pendidikan anti korupsi ini disusun seperti kurikulum mata

pelajaran yang lain dan diagendakan dalam kurikulum pendidikan nasional.

Penyusunan kurikulum dimulai dari tujuan pembelajaran umum, khusus serta

indikator dan hasil belajar apa saja yang ingin dicapai setelah memperoleh

pendidikan anti korupsi ini. Ada dua pilihan untuk menerapkan pendidikan anti

korupsi pada sekolah dan perguruan tinggi. Pertama, menambah satu mata

pelajaran baru, pendidikan anti korupsi di sekolah-sekolah. Kedua, melakukan

integrasi pendidikan anti korupsi kedalam salah satu mata pelajaran yang ada. Mata

pelajaran yang dipilih adalah mata pelajaran sosial seperti Pendidikan

Kewarganegaraan.

Pilihan pertama, menambahkan mata pelajaran baru tentang pendidikan anti

korupsi dirasa kurang memungkinkan. Pada saat ini, siswa-siswa di sekolah telah

dibebankan begitu banyak mata pelajaran. Ditambah lagi dengan pekerjaan rumah

(PR) setiap mata pelajaran. Maka, tidak memungkinkan jika menambah mata

pelajaran baru. Dikhawatirkan, hasilnya tidak akan maksimal dan hanya sebatas

pengetahuan teori saja yang didapatkan oleh siswa. Sementara esensi dari

pendidikan anti korupsi ini tidak didapatkan.

Untuk tahap awal, pendidikan anti korupsi ini bisa disisipkan dalam bentuk

satu pokok bahasan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Waktu yang

dibutuhkan untuk satu pokok bahasan ini antara 8 sampai 9 jam. Atau sekitar 4

sampai 5 kali pertemuan.

Metoda pembelajaran yang digunakan dapat berupa ceramah, diskusi,

simulasi, studi kasus dan metoda lain yang dianggap akan membantu tercapainya

tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Media yang dapat digunakan seperti tabel angka

korupsi dan bahkan bisa digunakan media audiovisual seperti menonton video-video

yang berhubungan dengan korupsi. Melakukan studi pustaka tentang negara-negara

maju yang hidup tanpa korupsi. Teori yang dipelajari pada pendidikan anti korupsi

240 | P a g e

Page 245:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

tersebut dapat langsung dipraktekan dalam sebuah kegiatan nyata. Misalnya, nilai-

nilai kejujuran yang menjadi aspek capaian utama dalam pendidikan anti korupsi

dapat dipraktekan dengan membangun sebuah warung kejujuran di sekolah yang

bersangkutan.

Warung kejujuran adalah sebuah warung yang dikelola oleh siswa, dimana

tidak ada penunggu warungnya. Semua transaksi berjalan dengan swalayan dan

kesadaran membayar berapa harga barang yang di beli. Tanpa ada yang

mengawasi. Semua barang ditempeli label harga dan pembeli membayar dengan

sadar ke dalam sebuah kotak terbuka berisi uang. Jika uang yang dimasukan ke

kotak perlu kembalian, maka si pembeli mengambil kembaliannya sendiri. Semua

transaksi berjalan tanpa pengawasan, hanya berbekal kejujuran. Warung ini akan

melatih kejujuran, sebuah nilai kehidupan yang menjadi cikal bakal hidup terbebas

dari korupsi.

Dengan adanya pendidikan anti korupsi ini, diharapkan akan lahir generasi

tanpa korupsi sehingga dimasa yang akan datang akan tercipta Indonesia yang

bebas dari korupsi. Harapan awal tentunya ini akan berdampak langsung pada

lingkungan sekolah yaitu pada semua elemen pendidikan, seperti kepala sekolah,

guru, karyawan dan siswa. Lingkungan sekolah akan menjadi pioneer bagi

pemberantasan korupsi dan akan merembes ke semua aspek kehidupan bangsa

demi mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi.

Pendidikan Anti Korupsi dalam Keluarga Walau telah dibentuk Undang-Undang Anti Korupsi kemudian berdirinya

Komisi Pemberantasan Korupsi atau yang dikenal dengan nama KPK hingga

lahirnya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi atau Pengadilan Tipikor bahkan baru-

baru ini dibentuk Satgas Mafia Hukum, namun sepertinya kasus Korupsi makin

marak di negeri ini. Korupsi seakan menjadi budaya yang telah mengakar dari

generasi ke generasi hingga sulit untuk diberantas sampai ke akarnya namun bukan

berarti tidak bisa karena seperti cerita lama bahwa batu yang keras bisa berlubang

karena tetesan air, itu artinya bahwa walaupun korupsi sulit dihilangkan namun kalau

terus menerus diberantas maka ia akan lenyap. Kosakata terus-menerus menjadi

kunci dari sebuah keberhasilan pemberantasan korupsi karena kalau hanya sekedar

241 | P a g e

Page 246:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

cari muka dalam memberantas korupsi maka sampai kapanpun korupsi tidak akan

hilang.

Pemberantasan korupsi bisa dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu

rumah kita sendiri. Kenapa harus rumah sendiri bukan dari diri sendiri ataupun juga

lingkungan yang lebih luas lagi. Karena biasanya korupsi terlahir karena didikan dari

keluarga walaupun kita tidak menyadarinya. Banyak hal yang sebenarnya adalah

korupsi di keluarga kita namun terkadang dia lewat begitu saja karena menganggap

itu adalah hal wajar. Kenapa wajar karena kebiasaan itu seperti sebuah tradisi yang

sulit dihilangkan. Misalnya, “Kamu dititipi ibumu uang untuk belanja di toko dan ternyata ada uang kembaliannya namun kamu malah membelanjakan uang kembalian tersebut tanpa sepengetahuan ibumu.” Itu namanya sudah korupsi.

Lalu

dimana letak pembelajaran korupsinya, biasanya setelah sampai di rumah, kamu

akan bilang “Bu, tadi uang kembaliannya saya belikan” dan ibunya pun

berkata

“Tidak apa-apa, asal belanjaan sudah dibeli”. Kata-kata “Tidak apa-apa”

menjadikan

kamu merasa hal itu biasa hingga akhirnya berlanjut ketika kamu sudah punya

jabatan, misalnya “Kamu disuruh beli semen yang terbaik namun malah membeli semen kualitas tidak baik karena kamu berpikir yang penting semennya sudah dibeli.”

Atau ketika sebelum atau sesudah ulangan terkadang orangtuamu mengajak

kamu ke tempat gurumu sambil membawakan bingkisan hadiah dengan harapan

agar gurumu tadi memberikan nilai yang baik. Padahal itu juga merupakan bagian

dari korupsi. Karena bisa saja ditiru oleh anaknya suatu hari, semisal, “Ketika ingin memenangkan sebuah tender proyek tertentu ia mengirimkan hadiah pada pihak yang punya wewenang penentuan tender tersebut.”

Hal-hal yang mungkin sepele seperti contoh diatas mungkin adalah hal biasa

namun disitulah letak kesalahan kita. Seharusnya ketika anak kita, membelanjakan

uang tanpa sepengetahuan kita, ada baiknya kita beri nasehat dan jangan langsung

membiarkannya begitu saja dan kalau itu diulangi nya kembali tak ada salahnya kita

memberinya hukuman sebagai bentuk pembelajaran padanya bahwa mengambil

uang tanpa sepengetahuan yang punya itu dilarang. Kemudian juga, jangan

membiasakan datang ke tempat guru sebelum ataupun sehabis ulangan dengan

membawa bingkisan hadiah karena hal itu akan memberikan contoh yang buruk

Page 247:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

pada anak kita.Jadi untuk memotong akar dari korupsi ini bisa diawali dengan

242 | P a g e

Page 248:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

menghilangkan kebiasaan-kebiasaan di rumah kita yang bisa menjadi contoh buruk

bagi anak kita suatu saat nanti.

Selain menghilangkan kebiasaan salah tersebut, ada baiknya kita juga

memberikan pendidikan anti korupsi sejak dini namun tentu juga diimbangi dengan

pemberian contoh karena kalau hanya berkutat pada teori maka pendidikan anti

korupsi hanya akan menjadi sebuah buku tanpa amal. Harus ada keseimbangan

antara teori dengan praktik nyata yang kita berikan. Pemberian contoh anti korupsi

dalam kehidupan nyata biasanya akan lebih membekas dalam ingatan.

Pemberian contoh bisa dimulai dari dalam keluarga, misalnya berangkat kerja

tepat waktu, tidak memakai kendaraan dinas untuk keperluan pribadi.Namun juga

dalam pendidikan anti korupsi hal yang perlu diperhatikan adalah hati karena

bagaimanapun kalau hati sudah salah maka sulit memberikan jalan lurus karena itu

hindarilah makanan yang bersifat haram semisal makanan dari hasil korupsi karena

kalau sudah pernah memakan hasil uang korupsi maka ia akan mendarah daging

dalam tubuh kita dan hanya tinggal masalah waktu saja kitapun bisa terjerumus juga

dalam lingkaran hitam. Dan ketika kita sudah terjerumus, terus memberikan nafkah

serta makanan dari hasil korupsi maka istri dan anak kitapun bisa juga terjerumus

dalam lingkaran itu. Sesuatu yang haram masuk ke dalam tubuh bisa mempengaruhi

kejiwaan walaupun ini tidak pernah ada penelitian namun itulah yang sering terjadi

dimasyarakat. Ayahnya koruptor, anaknya juga.

Selain menjaga hati kita, keluarga kita juga perlu mendukung dalam hal anti

korupsi karena kalau keluarga tidak mendukung maka biasanya akan sulit dilakukan.

Dukungan pertama itu harus ada dari istri karena bagaimanapun dibalik kesuksesan

suami selalu ada istri. Ketika istri kita termasuk orang yang materialistis maka

biasanya tuntutan terhadap gaya hidup begitu tinggi yang akibatnya bila sang suami tak

mampu memberikan, maka bisa saja ia mendorong suaminya untuk melakukan korupsi

hanya untuk memenuhi gaya hidup istrinya.

Jadi, untuk membasmi korupsi tidak bisa ditebang dari atas namun dari

bawah yaitu keluarga. Penebangan itu bisa dilakukan dengan cara tidak

membiasakan korupsi sejak dini atau memberikan contoh korupsi serta tentu adanya

pendidikan anti korupsi. Namun dari semua itu bisa dilakukan kalau hati kita kuat dan

tegar dalam menghadapi godaan lingkungan yang mungkin banyak koruptornya dan

juga jangan memberikan makanan yang tidak halal kepada keluarga kita karena itu

243 | P a g e

Page 249:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

bisa mempengaruhi kejiwaan serta adanya dukungan keluarga karena

bagaimanapun keluargalah yang bisa mempengaruhi seseorang dalam berpikir dan

bertindak.

Implementasi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi dalam Kehidupan

Sehari-hari Ada beberapa tindak nyata yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak

korupsi di Indonesia, antara lain sebagai berikut :

a. Upaya pencegahan (preventif).

b. Upaya penindakan (kuratif).

c. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.

d. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Upaya Pencegahan (Preventif) 1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan

pengabdian pada bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan

agama.

2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.

3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-

gung jawab yang tinggi.

4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan

masa tua.

5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.

6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis

tinggi dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.

7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.

8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan

mela-lui penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.

Upaya Penindakan (Kuratif) Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar

dengan dibe-rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum

pidana. Beberapa contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :

1. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia

milik Pemda NAD (2004).

244 | P a g e

Page 250:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

2. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan

pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.

3. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI

Jakarta (2004).

4. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan

keuang-an negara Rp 10 milyar lebih (2004).

5. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement

deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004). 6. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).

7. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).

8. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.

9. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam kasus

korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara sebesar Rp 15,9

miliar (2004).

10. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).

Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat memberikan kontribusi nyata dalam

upaya pemberantasan korupsi. Dalam hal ini, masyarakat harus dididik agar:

1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial

terkait dengan kepentingan publik.

2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.

3. Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa

hingga ke tingkat pusat/nasional.

4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan

peme-rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif

dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.

Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang

meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan

terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi

me-lalui usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-

245 | P a g e

Page 251:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

hir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang

menghendaki pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.

Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang

bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi

nirlaba se-karang menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju

organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan

Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK)

In-donesia 2004 menyatakan bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia,

disu-sul Surabaya, Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005,

In-donesia berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah

2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan Usbekistan, ser-ta

hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan, Paraguay, Somalia, Sudan, Angola,

Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.

Faktor-faktor Keberhasilan Pemberantasan Korupsi Pemberantasan korupsi dapat lebih baik dan berhasil jika didukung oleh

faktor-faktor di bawah ini yaitu antara lain:

1. Political will; 2. Clean government; 3. Komitmen yang kuat dari Pemimpin dan Elit;

4. Profesional;

5. Dukungan media massa;

6. Dukungan masyarakat secara aktif.

Hambatan atau Kendala Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Hambatan-Hambatan yang dihadapi dalam pemberantasan korupsi antara

lain:

1. Kurangnya dana yang diinvestasikan pemerintah untuk program pemberantasan

korupsi. Hal ini mengindikasikan rendahnya komitmen pemerintah terhadap

upaya pemberantasan korupsi dan bahwa selama ini pemberantasan korupsi

belum menjadi prioritas utama kebijakan pemerintah, yang mencerminkan masih

lemahnya political will pemerintah bagi upaya pemberantasan korupsi.

2. Kurangnya bantuan yang diberikan oleh negara-negara donor bagi program

pemberantasan korupsi. Minimnya bantuan luar negeri ini merupakan cerminan

246 | P a g e

Page 252:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

rendahnya tingkat kepercayaan negara-negara donor terhadap komitmen dan

keseriusan pemerintah di dalam melakukan pemberantasan korupsi.

3. Kurangnya pengetahuan dan pengalaman aparat-aparat penegak hukum dalam

memberantas korupsi. Dan, berita buruk yang keempat adalah rendahnya

insentif dan gaji para pejabat publik. Insentif dan gaji yang rendah ini berpotensi

mengancam profesionalisme, kapabilitas dan independensi hakim maupun

aparat-aparat penegak hukum lainnya, termasuk dalam konteks pemberantasan

tindak pidana korupsi.

4. Terjadinya perdebatan tiada henti tentang posisi dan kedudukan hukum dari

kebijakan-kebijakan publik yang dilaksanakan oleh pejabat negara. Beberapa

pihak berpendapat bahwa kebijakan-kebijakan publik yang dilaksanakan oleh

pejabat negara adalah dapat disentuh oleh hukum pidana, sehingga pejabat

negara yang korup adalah dapat digugat secara hukum, baik hukum pidana

maupun perdata. Sedangkan, beberapa pihak yang lain berpendirian bahwa

kebijakan-kebijakan publik yang dilaksanakan oleh pejabat negara adalah tidak

tersentuh oleh hukum, sehingga pejabat-pejabat negara yang korup tersebut

adalah tidak dapat digugat secara hukum, baik pidana maupun perdata.

Sedangkan, beberapa pihak yang lain lagi berpendapat bahwa hukum

administrasi negara merupakan satu-satunya perangkat hukum yang dapat

menyentuh kebijakan-kebijakan publik yang dilaksanakan oleh para pejabat

negara. Sayangnya, perdebatan tentang permasalahan tersebut cenderung

berlarut-larut tanpa dapat memberikan solusi yang efektif bagi upaya

pemberantasan korupsi di Indonesia.

5. Peraturan perundang-undangan yang menyangkut upaya pemberantasan

korupsi mempunyai beberapa kelemahan yang terletak pada substansi peraturan

perundang-undangan, baik dari aspek isi maupun aspek teknik pelaksanaannya,

sehingga memungkinkan terjadinya ketimpangan dalam pemberantasan korupsi.

Diantara kelemahan-kelemahan tersebut adalah:

a. Tidak jelasnya pembagian kewenangan antara jaksa, polisi dan KPK dan tidak

adanya prinsip pembuktian terbalik dalam kasus korupsi.

b. Lemahnya dan tidak jelasnya mekanisme perlindungan saksi, sehingga

seseorang yang dianggap mengetahui bahwa ada penyelewengan di bidang

keuangan tidak bersedia untuk dijadikan saksi/memberikan kesaksian.

247 | P a g e

Page 253:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Hambatan yang kedua berkaitan dengan kurangnya transparansi lembaga

eksekutif dan legislatif terhadap berbagai penyimpangan dalam pengelolaan

keuangan negara. Mekanisme pemeriksaan terhadap pejabat-pejabat eksekutif

dan legislatif juga terkesan sangat birokratis, terutama apabila menyangkut izin

pemeriksaan terhadap pejabat-pejabat yang terindikasi korupsi.

c. Iintegritas moral aparat penegak hukum serta ketersediaan sarana dan

prasarana penunjang keberhasilan mereka dalam melakukan upaya

pemberantasan korupsi.

d. Masalah kultur/budaya, dimana sebagian masyarakat telah memandang korupsi

sebagai sesuatu yang lazim dilakukan secara turun-temurun, disamping masih

kuatnya budaya enggan untuk menerapkan budaya malu.

6. Kurangnya kewibawaan pemerintah.

Kurangnya kewibawaan pemerintah dimana anggota masyarakat bisa bersifat

apatis terhadap segala anjuran-anjuran dan tindakan pemerintah.Sifat sifat yang

demikian ini jelas bahwa ketahanan Nasional akan rapuh karena anggota

masyarakat merasa dirinya tidak ikut bertanggung jawab dalam keutuhan

nasional atau negara. Dalam situasi masyarakat yang demikian ini akan dapat

dimanfaatkan oleh lawan-lawan politik atau pihak ketiga lain yang tidak

bertanggung jawab untuk merongrong kewibawaan pemerintah. 7.

Kurangnya mental pejabat pemerintah.

Sesuatu yang tidak bisa dipungkiri lagi ialah bahwa korupsi dapat merusak

mental para pejabat pemerintah. Segala sesuatu akan dilihat dari kacamata

materi saja sehingga lupa akan tugasnya sebagai pejabat pemerintah. Sebagai

contoh mengenai seorang perwira menengah ABRI menjual rahasia pertahanan

nasional bangsa ini kepada bangsa lain dalam hal ini kepada bangsa Rusia,

dengan kata lain kedudukannya, pengetahuannya dan jabatannya dia nilai

dengan materi sehingga rahasia negara yang seharusnya dia pegang teguh

malah diuangkannya. Pejabat-pejabat yang bermental korupsi berpikir dalam

hatinya mengenai apa yang bisa diambil negara dan bangsa ini. Berbeda dengan

apa yang dikatakan oleh J.F.Kennedy pada waktu penyumpahan beliau sebagai

presiden USA “Don’t ask what your do for your country can do for you, but ask

your self what can you do for your country” yang terjemahannya sebagai berikut:

“janganlah kau bertanya apa yang dapat diberikan oleh Negara kepadamu tetapi

248 | P a g e

Page 254:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

tanyalah kepada dirimu apa yang dapat kau sumbangkan kepada negaramu”.

Pada negara ini, sebagaimana juga di negara-negara lain yang sedang

berkembang ucapan J.F.Kennedy ini diputar balikan tanpa memikirkan kelanjutan

hidup dari pada bangsa dan negaranya. Sesuatu hal yang sangat berbahaya lagi

adalah jika sampai generasi muda ini mencontoh sifat korupsi yang berjangkit

dalam masyarakat Indonesia sekarang. Jika hal ini bisa terjadi maka cita-cita

untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang di cita-citakan bangsa ini

semakin jauh dan tipis harapan-harapan untuk tercapai.

8. Kurang tegasnya hukum.

Negara Indonesia adalah negara hukum dimana segala sesuatunya harus

didasarkan kepada hukum jadi bukan berdasarkan pada kekuasaan oleh karenanya

terwujudnya tertib hukum merupakan suatu keharusan bagi kitasemua. Tanggung

jawab akan hal ini bukan hanya terletak pada penegak hukum saja tetapi merupakan

tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Bahwa cita-cita terwujudnya tertib

hukum tidak akan dapat dicapai jika korupsi meraja lela di kalangan penegak hukum,

sehingga hokum tidak dapat ditegakan terhadap penyelewengan atau pelaku-pelaku

yang merong-rong ketertiban hukum itu. Dari kejadian-kejadian selama ini jelaslah

bahwa sebagian besar penegak hukum sudah bermental korupsi sehingga

menurunkan wibawanya sebagai penegak hukum.seorang yang melakukan

perbuatan yang melanggar hukum akan tetap bahagia dan tertawa sepanjang para

penegak hukum masih dapat disuap dan hukum dapat dilumpuhkan dengan

kekuatan uangnya. Artinya ia masih dapat membeli keadilan dan pengadilan bahkan

penjara sekalipun dapat dibeli dengan kekuatan uang yang dimilikinya. Tidak

mengherankan bahwa timbul suara-suara sumbang dalam masyarakat yang

mengatakan bahwa orang kaya atau pejabat kebal terhadap hukum. Keadilan dapat

debelokkan sesuai dengan seleranya sepanjang para penegak hukum tersebut

masih dapat disuap. Hukum dan keadilan telah dapat diombang-ambingkan oleh

uang, sehingga berubah menurut selera si penyuap dan timbullah kepincangan-

kepincangan dan keanehan-keanehan penegak hukum dalam masyarakat. Fakta-

fakta korupsi di atas menyebabkan pembangunan dan pembinaan hukum nasional

akan terhambat. Mental dan karakter para pejabat penegak hukum merupakan faktor

utama bagi pembinaan hukum nasional dan masyarakat adil dan makmur.

249 | P a g e

Page 255:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

ATURAN TENTANG ANTI KORUPSI 10 Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai peraturan

tentang anti korupsi serta jenis-jenis korupsi dan sanksinya, sehingga termotivasi

untuk membentuk karakter anti korupsi dalam dirinya

A. Peraturan Tentang Anti Korupsi Banyak peraturan yang membahas mengenai anti korupsi, berikut beberapa

diantaranya:

1. Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999Unsur-Unsurnya :

a. Setiap orang, meliputi:

1) Pegawai Negeri

- Pasal 92 KUHP

- UU No.30 Tahun 1999, jo UU No.20 Tahun 2001

- UU No.28 Tahun 1999

- Pasal 1 (2) UU No.31 Tahun 1999

2) TNI / POLRI

3) Swasta

- Pasal 1 (3) UU No.31 Tahun 1999

4) Korporasi

Adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik

merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.Permasalahan yang

sering timbul adalah delik penyertaan (deelneming), bentuk deelneming yang

terjadi :

a) Medeplegen

250 | P a g e

Page 256:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

- Antara sesama peserta ada kesadaran bekerja sama, dan ada kerjasama

secara fisik.

- Peran dan kualitas antar peserta bisa sama dan bisa tidak sama.

- Dalam hal “turut serta melakukan” disyaratkan bahwa setiap

pelakumempunyai opzet dan pengetahuan yang ditentukan, untuk dapat

menyatakan telah bersalah turut serta melakukan haruslah diselidiki dan

terbukti bahwa tiap-tiap peserta itu mempunyai pengetahuan dan keinginan

untuk melakukan kejahatan itu.

- Dalam perkara korupsi harus diperhatikan jabatan/kedudukan para

peserta guna menentukan kapan berkas perkara harus displit

dankapan tidak.

b) Doenplegen

- Tidak ada kesadaran bekerja sama, dan bisa tidak ada kerja sama

secara fisik.

- Yang menyuruh melakukan dipertanggung jawabkan, yang

melakukantidak dipertanggung jawabkan.

- Berkas perkara dan surat dakwaan satu.

a) Uitlokking

- Ada kesadaran bekerja sama, tapi tidak ada kerja sama secara fisik.

- Harus menggunakan sarana tersebut secara limitatif pada pasal 55

(1)ke 2 KUHP.

- Berkas perkara harus displit, sehingga antar sesama peserta

dapatsaling menyaksikan.

d) Medeplichtig

- Tidak ada kesadaran bekerja sama, tapi bisa ada kerja sama secara

fisik.

- Kesempatan, sarana atau keterangan itu diberikan pada si pelaku

telah terdapat maksud untuk melakukan kejahatan (H.R.6 Maret

1939 no. 897).

- Berkas perkara antara pelaku dan pembantu displit

b. Secara melawan hukum

Melawan hukum, dapat berarti :

1) Bertentangan dengan hukum

251 | P a g e

Page 257:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

2) Bertentangan dengan hak orang lain atau hukum subyektif seseorang

3) Tanpa hak atau tidak berwenang

Jadi sifat melawan hukum meliputi :

1) Melawan hukum dalam arti formil, kalau perbuatan telah mencocoki semua

unsur delik.

2) Melawan hukum dalam arti materiil, kalau perbuatan oleh masyarakat

dirasakan tidak patut, tercela yang menurut rasa keadilan masyarakat harus

dituntut.

c. Melakukan perbuatan

Selama ini unsur “melakukan perbuatan” memperkaya diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi dianggap hanya satu unsur saja, sehingga yang dibuktikan

hanya unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, tanpa

membuktikan apakah memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

merupakan tujuan atau dikehendaki.

Unsur “melakukan perbuatan” sama maknanya dengan unsur “dengan

maksud” pada Pasal 362 KUHP, yang artinya dikehendaki atau sengaja, yang

merupakan unsur subyektif pada pasal 2 UU No. 31 tahun 1999 ini.

Membuktikan unsur “melakukan perbuatan” dengan menggunakan teori

kesengajaan, yaitu Wilstheorie dan Voorstellingtheorie.

Bagian inti suatu delik meliputi unsur subyektif dan unsur obyektif. Unsur

subyektif meliputi unsur “Kesalahan“ yang terdiri dari Sengaja/Opzet dan

Lalai/Culpa.

d. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi

Pengertian memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

harus dikaitkan dengan Pasal 37 ayat (3) dan (4) UU No. 31 Tahun 1999 dan Pasal

37A ayat (1) dan (2) UU No. 20 tahun 2001 :

1) Terdakwa wajib memberikan keterangan tentang seluruh harta bendanya

dan harta benda istri atau suami, anak dan harta benda setiap orang atau

korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan perkara yang

bersangkutan.

2) Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaan, yang tidak

seimbang dengan penghasilannya atau sumber penambahan kekayaannya,

252 | P a g e

Page 258:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

maka keterangan tersebut dapat digunakan untuk memperkuat alat bukti

yang sudah ada bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.

3) Setiap orang yang didakwa melakukan tindak pidana korupsi wajib

membuktikan sebaliknya terhadap harta benda miliknya yang belum

didakwakan, tapi juga diduga berasal dari tindak pidana korupsi : (Pasal 38B

ayat (1) UU No. 20 tahun 2001).

4) Dalam hal terdakwa tidak bisa membuktikan bahwa harta benda tersebut

diperoleh bukan karena tindak pidana korupsi, maka harta benda tersebut

dianggap diperoleh dari tindak pidana korupsi. Merupakan beban

pembuktian terbalik. (Pasal 38B ayat (2) UU no. 20 tahun 2001).

e. Yang dapat merugikan keuangannegara atau perekonomian negara

Berbeda dengan unsur Pasal 1 ayat (1)a UU No. 3 tahun 1971 yang

merupakan delik materiil, maka Pasal 2 UU No. 31 tahun 1999 ini merupakan delik

formil. Dengan diubah menjadi delik formil maka pengembalian hasil korupsi kepada

negara tidak menghapuskan pertanggungjawaban pidana terdakwa karena tindak

pidana telah selesai. (Pasal 4 UU ini).

Pasal 2 UU ini pada dasarnya sama dengan Pasal 1 ayat (1)a UU No. 3

tahun 1971; Perbedaan terletak pada subyek delik Pasal 2 diperluas dan Unsur

“dapat” merugikan keuangan negara pada Pasal 2 merupakan delik formil sementara

pada Pasal 1 ayat (1)a merupakan delik materiil.

2. Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 Unsur-Unsurnya :

a. Setiap orang

Pada dasarnya sama dengan unsur “setiap orang” pada Pasal 2 di atas.

Yang perlu diperhatikan kalau terjadi delik penyertaan, antara pejabat dan bukan

pejabat, antara yang punya kewenangan dan yang tidak punya

kewenangan.Pastikan kapan perkara displit dan kapan tidak dalam hal terjadi delik

penyertaan.

b. Dengan tujuan

Unsur ini juga sama dengan unsur “melakukan perbuatan” pada Pasal 2 di

atas, sehingga penyidik maupun penuntut umum harus bisa membuktikan adanya

253 | P a g e

Page 259:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

unsur sengaja untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan

menyalahgunakan kewenangan.

c. Menguntungkan diri sendiri, atau orang lain atau suatu korporasi

Unsur itupun pada dasarnya sama dengan unsur “memperkaya diri sendiri

atau orang lain atau suatu korporasi” pada Pasal 2 di atas.Jadi untuk membuktikan

unsur ini hendaknya dihubungkan dengan Pasal 37 ayat (3) dan (4) UU No. 31 tahun

1999 dan Pasal 37A ayat (1) dan (2) UU No. 20 tahun 2001.

Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi tidak

selalu dalam bentuk uang akan tetapi dapat meliputi pemberian, hadiah, fasilitas, dan

kenikmatan lainnya.

d. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya

karenajabatan atau kedudukan

Unsur ini merupakan unsur melawan hukum dalam arti sempit atau

khusus.Unsur ini merupakan unsur alternatif dari 6 kemungkinan yang bisa terjadi,

yaitu :

1. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan

2. Menyalahgunakan kewenangan karena kedudukan

3. Menyalahgunakan kesempatan karena jabatan

4. Menyalahgunakan kesempatan karena kedudukan

5. Menyalahgunakan sarana karena jabatan, atau

6. Menyalahgunakan sarana karena kedudukan

Dalam praktik hampir tidak pernah kita jumpai pilihan salah satu dari enam

pilihan unsur yang tepat berdasarkan fakta yang ada, baik dalam berkas perkara

hasil penyidikan, surat dakwaan, surat tuntutan bahkan dalam pertimbangan putusan

pengadilan sekalipun.Hal ini disebabkan karena sulitnya membedakan antara

kewenangan dan kesempatan, demikian juga antara jabatan dan kedudukan.

Putusan MARI Tanggal 17-02-1992 No. 1340K/Pid/1992, memperluas

pengertian Unsur Pasal 1 ayat (1).b UU No.3 Tahun 1971, dengan cara mengambil alih

pengertian “ menyalahgunakan kewenangan “ yang ada Pasal 53 ayat (2) b UU

No. 5 Tahun 1986 sehingga unsur “ menyalahgunakan kewenangan “ mempunyai arti yang sama dengan pengertian perbuatan melawan hukum Tata Usaha

Negara yaitu, bahwa pejabat telah menggunakan kewenangannya untuk tujuan lain

dari maksud diberikannya wewenang itu.

254 | P a g e

Page 260:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

e. Yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Unsur ini juga merupakan unsur alternatif dari 2 (dua) pilihan kemungkinan

yang bisa terjadi.Penjelasan mengenai unsur ini sama dengan penjelasan unsur

yang sama pada Pasal 2 di atas.

3. Pasal 5 UU No. 31 Tahun 1999Unsur-unsurnya :

a. Setiap Orang

b. Melakukan tindak pidana Pasal 209 KUHP

4. Pasal 209 ayat (1) ke 1 KUHPUnsur-Unsurnya :

a. Barang Siapa

b. Memberikan hadiah atau janji

c. Kepada Pegawai Negeri

d. Dengan Maksud

e. Untuk menggerakkannya melakukan sesuatu atau mengalpakan sesuatu

f. Dalam Tugasnya

g. Bertentangan Dengan Kewajibannya

5. Pasal 209 ayat (2) ke 2 KUHPUnsur-Unsurnya :

a. Barang Siapa

b. Memberikan hadiah atau janji

c. Kepada Pegawai Negeri

d. Karena Telah Berbuat Sesuatu atau Mengalpakan sesuatu

e. Dalam Jabatannya

f. Bertentangan Dengan Kewajibannya

6. Pasal 5 UU No. 20 tahun 2001 ayat (1) a Unsur-Unsurnya:

a. Setiap Orang

b. Memberikan atau menjanjikan sesuatu

c. Kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

255 | P a g e

Page 261:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

d. Dengan Maksud

e. Berbuat atau Tidak Berbuat Sesuatu dalam Jabatannya

f. Yang Bertentangan Dengan Kewajibannya

7. Pasal 5 UU No. 20 tahun 2001 ayat (1) bUnsur-Unsurnya :

a. Setiap Orang

b. Memberikan sesuatu

c. Kepada Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

d. Karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban

e. Dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya

8. Pasal 5 UU No. 20 tahun 2001 ayat (2)Unsur-Unsurnya :

a. Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara

b. Yang Menerima Pemberian atau Janji

c. Dimaksud Dalam Ayat (1) huruf a atau b

9. Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999Unsur-unsurnya :

a. Setiap Orang

b. Melakukan tindak pidana Pasal 418 KUHP

10. Pasal 418 KUHP Unsur-unsurnya :

a. Pegawai negeri

b. Menerima pemberian atau janji

c. Yang diketahui atau Patut harus diduganya

d. Pemberian atau janji ada hubungan dengan kekuasaan atau kewenangan yang

dimiliki karena jabatannya atau menurut anggapan orang yang memberikan

pemberian atau janji ada hubungan dengan kekuasaan atau kewenangan yang

dimiliki karena jabatannya

11. Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001

Unsur-unsurnya :

a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara

b. Menerima hadiah atau janji

256 | P a g e

Page 262:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Yang dimaksud dengan “pemberian” tidak harus dalam bentuk uang akan

tetapi yang penting mempunyai nilai.

Pemberian atau janji harus diterima, kalau ditolak atau tidak diterima maka yang

memberikan yang dapat dipidana menurut Pasal 5 ayat (1) apabila maksudnya

supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau

mengabaikan sesuatu dalam jabatannya bertentangan dengankewajibannya.

Orang yang memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara menurut KUHP, tidak dipidana.

Lain halnya menurut Pasal 1 (1) d UU No. 3 Tahun 1971 : Orang yang memberi

hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat sesuatu kekuasaan

atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat

pada jabatan atau kedudukannya itu.

c. Diketahui atau patut diduga

Unsur ini merupakan unsur sengaja yang harus dibuktikan.

Tersangka atau terdakwa harus tahu bahwa pemberian atau janji diberikan

kepadanya karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan

jabatannya.

Terdakwa dipersalahkan melakukan korupsi cq menerima hadiah walaupun

menurut anggapannya uang yang diterima itu dalam hubungannya dengan

kematian keluarganya, lagi pula penerima barang-barang itu bukan terdakwa

melainkan isteri dan anak-anak terdakwa. (M.A. 19 Nop 1974, No. 77 K/Kr/1973)

d. Hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang

berhubungan dengan jabatannya atau yang menurut pikiran orang yang

memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.

12. Pasal 12 a UU No. 20 Tahun 2001 Unsur-unsurnya :

a. Pegawai Negeri/Penyelenggara Negara

b. Menerima hadiah/janji

c. Padahal diketahui, atau patut diduga

d. Hadiah/janji tersebut diberikan untuk menggerakan

e. Agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu

f. Dalam jabatannya

g. Bertentangan dengan kewajibannya

257 | P a g e

Page 263:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

13. Pasal 12 b UU No. 20 Tahun 2001 Unsur-unsurnya :

a. Pegawai Negeri/Penyelenggara Negara

b. Menerima hadiah

c. Padahal diketahui, atau patut diduga

d. Hadiah/janji tersebut diberikan sebagai akibat/disebabkan

e. Telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu

f. Dalam jabatannya

g. Bertentangan dengan kewajibannya

Pasal 12 a dan b UU No. 20 Tahun 2001Perumusan deliknya sama dengan Pasal

419 ke 1 dan 2 KUHP.

14. Pasal 419 ke 1 KUHP Unsur-unsurnya :

a. Pegawai negeri

b. Menerima suatu pemberian atau janji

c. Yang diketahuinya

d. Pemberian atau janji itu telah diberikan kepadanya untuk menggerakan dirinya

e. Agar ia melakukan sesuatu atau mengalpakan sesuatu

f. Bertentangan dengan kewajiban

g. Dalam jabatannya

15. Pasal 419 ke 2 KUHP Unsur-unsurnya :

a. Pegawai negeri

b. Menerima suatu pemberian

c. Yang diketahuinya

d. Pemberian itu telah diberikan kepadanya

e. Karena telah melakukan sesuatu atau mengalpakan sesuatu

f. Bertentangan dengan kewajiban

g. Dalam jabatannya

16. Pasal 13 UU No.31 Tahun 1999 Unsur - unsurnya :

a. Setiap Orang

258 | P a g e

Page 264:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

b. Memberi hadiah atau Janji

c. Kepada Pegawai Negeri

d. Dengan mengingat Kekuasaan atau Wewenang yang melekat pada jabatannya

/ kedudukannya ATAUpemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada

jabatan atau kedudukan tersebut.

B. Jenis-jenis Korupsi dan Sanksinya 1. Korupsi yang merugikan keuangan negara.

Terdapat dua bentuk tindakan Pegawai Negeri Sipil yang berupa korupsi

yang merugikan keuangan negara, yaitu:

a. Mencari untung dengan cara melawan hukum dan merugikan keuangan negara.

Sebuah tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika

memenuhi unsur sebagai berikut:

1) setiap orang;

2) memperkaya diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi;

3) dengan cara melawan hukum;

4) dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara.

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No.

20 Tahun 2001.

Sanksi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

b. Menyalahgunakan jabatan utuk mencari keuntungandan merugikan negara.

Sebuah tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika

memenuhi unsur sebagai berikut:

1) setiap orang;

2) memperkaya diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi;

3) menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana;

4) yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan;

5) dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara.

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No.

20 Tahun 2001.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

259 | P a g e

Page 265:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

2. Korupsi yang berhubungan dengan suap menyuap a. Menyuap pegawai negeri yang kewajiban kerjanya berhubungan langsung

dengan kepentingan penyuap tersebut.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) setiap orang;

2) memberikan sesuatu atau menjanjikan sesuatu;

3) kepada pegawai negeri ataupun penyelenggara negara;

4) dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuai dalam jabatannya

sehingga bertentangan dengan kewajiban.

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 5 ayat (I) huruf a UU No. 31 Tahun

1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 5

tahun atau denda maksimal Rp. 250 juta.

b. Menyuap pegawai negeri yang kewajiban kerjanya tidak berhubungan secara

langsung dengan kepentingan penyuap tersebut.

Perbedaan jenis korupsi ini dengan poin sebelumnya adalah pada jenis

korupsi ini kewajiban kerja pegawai negeri yang disuap tidak berhubungan langsung

dengan kepentingan yang diminta oleh penyuap kepada pegawai negeri tersebut.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) setiap orang;

2) memberikan sesuatu atau menjanjikan sesuatu;

3) kepada pegawai negeri ataupun penyelenggara negara;

4) karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan

kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 5 ayat (I) huruf b UU No. 31 Tahun

1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 5

tahun atau denda maksimal Rp. 250 juta.

c. Memberi hadiah ke pegawai negeri karena jabatannya.

260 | P a g e

Page 266:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Jenis ini adalah variasi dari jenis korupsi pada poin sebelumnya.

Perbedaannya adalah penyuapan dilakukan kepada seorang pejabat karena

mengetahui akan kewenangan dan kekuasaan yang dapat menguntungkan penyuap.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) setiap orang;

2) memberikan hadiah atau janji;

3) kepada pegawai negeri;

4) dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan

atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap telah

melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut.

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 13 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No.

20 Tahun 2001. Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara

maksimal 3 tahun atau denda maksimal Rp. 150 juta.

d. Pegawai negeri menerima suap.

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 5 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1999 jo.

UU No. 20 Tahun 2001.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) pegawai negeri atau penyelenggara negara;

2) menerima pemberian atau janji;

3) sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1 huruf a atau huruf b.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

5 tahun atau denda maksimal Rp. 250 juta.

e. Pegawai negeri menerima suapagar melakukan/tidak melakukan sesuatu.

Korupsi jenis ini adalah penajaman dari jenis korupsi pada poin 2d.

Perbedaannya adalah si pegawai negeri dianggap bersalah karena menerima

sogokan atau janji yang dia terima diberikan supaya dia mau melakukan atau tidak

melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya.Korupsi jenis ini

dirumuskan dalam Pasal 12 huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun

2001.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

261 | P a g e

Page 267:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1) pegawai negeri ataup penyelenggara negara;

2) menerima hadiah atau janji;

3) diketahuinya bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk

menggerakannya agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam

jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya

4) patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk

menggerakannya agar melakukan sesuatu dalam jabatannya yang

bertentangan dengan kewajibannya.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

f. Pegawai negeri menerima suapkarena tindakan yang telah dilakukannya.

Serupa dengan jenis korupsi pada poin 2e, namun perbedaannya ada pada

tindakan si penerima suap. Pegawai negeri (penerima suap) dianggap korupsi

karena hadiah atau janji yang dia terima diberikan, karena ia telah melakukan atau

tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya.

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 12 huruf b UU No. 31 Tahun 1999 jo.

UU No. 20 Tahun 2001.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) pegawai negeri ataup penyelenggara negara;

2) menerima hadiah;

3) diketahuinya bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau karena

telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang

bertentangan dengan kewajibannya

4) patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau karena

telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang

bertentangan dengan kewajibannya.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

262 | P a g e

Page 268:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

g. Pegawai negeri menerima suap karena jabatan

Dalam hal ini, suap atau sogokan diberikan karena adanya kekuasaan dari

pegawai negeri yang disuap yang dapat menguntungkan penyuap.Korupsi jenis ini

dirumuskan dalam Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) pegawai negeri ataup penyelenggara negara;

2) menerima hadiah;

3) diketahuinya;

4) patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan

atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya atau menurut

pikiran.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 5

tahun atau denda maksimal Rp. 250 juta.

h. Menyuap hakim.

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 6 ayat (I) huruf a UU No. 31 Tahun

1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) setiap orang;

2) memberi atau menjanjikan sesuatu;

3) kepada hakim;

4) dengan maksud mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya

untuk diadili.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

15 tahun atau denda maksimal Rp. 750 juta.

i. Menyuap advokat.

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 6 ayat (I) huruf b UU No. 31 Tahun

1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) setiap orang;

2) memberi atau menjanjikan sesuatu;

263 | P a g e

Page 269:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

3) kepada advokat yang menghadiri sidang pengadilan;

4) dengan maksud mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan

berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

15 tahun atau denda maksimal Rp. 750 juta.

j. Advokat menerima suap.

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 12 huruf d UU No. 31 Tahun 1999 jo.

UU No. 20 Tahun 2001.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) advokat yang menghadiri sidang pengadilan;

2) menerima hadiah atau janji;

3) diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk

mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan berhubung

dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

k. Hakim menerima suap

Korupsi jenis ini dirumuskan dalam Pasal 12 huruf c UU No. 31 Tahun 1999 jo.

UU No. 20 Tahun 2001.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) Hakim;

2) menerima hadiah atau janji;

3) diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk

mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

l. Hakim dan advokat menerima suap.

Sesuai pasal 6 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001,

suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi unsur

sebagai berikut:

1) Hakim atau advokat;

264 | P a g e

Page 270:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

2) Yang menerima pembayaran atau janji;

3) Sebagaimana pasal 6 ayat 1 huruf a atau huruf b.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

15 tahun atau denda maksimal Rp. 750 juta.

3. Korupsi yang berhubungan dengan penyalahgunaan jabatan.

a. Pegawai negeri menyalahgunakan penggunaan uang atau membiarkan

penyalahgunaan uang.

Hal ini diatur dalam pasal 8 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001

yang menjelaskan unsur-unsur korupsi jenis ini sebagai berikut:

1) Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan untuk

menjalankan suatu jabatan umum secara terus-menerus atau untuk

sementara waktu;

2) dengan sengaja;

3) Menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau membiarkan

orang lain menggelapkan atau membantu dalam melakukan perbuatan itu;

4) Yang disimpan karena jabatannya.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

15 tahun atau denda maksimal Rp. 750 juta.

b. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi.

Pemeriksaan administrasi dalam hal ini memiliki arti yang luas, mulai dari

pemeriksaan keuangan hingga pemeriksaan jumlah peralatan kantor. Demikian

halnya dengan buku, buku dalam hal ini memiliki arti luas, mulai dari laporan

keuangan, buku besar, hingga daftar peralatan kantor.

Suatu tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika memenuhi

unsur sebagai berikut:

1) Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan

menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk

sementara waktu;

2) dengan sengaja;

3) memalsu;

4) buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan akuntansi.

265 | P a g e

Page 271:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Hal tersebut diatur dalam pasal 9 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun

2001

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 5

tahun atau denda maksimal Rp. 250 juta.

c. Pegawai negeri menghancurkan bukti.

Bukti, dapat berupa akta, surat, atau daftar yang dipakai sebagai bukti atas

suatu benda atau kegiatan. Menurut pasal 10 huruf a UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU

No. 20 tahun 2001, unsur-unsur dalam korupsi jenis ini adalah:

1) Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan

menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk

sementara waktu;

2) dengan sengaja;

3) menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat

dipakai;

4) barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk menyakinkan atau

membuktikan di muka pejabat yang berwenang;

5) yang dikuasainya karena jabatannya.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 7

tahun atau denda maksimal Rp. 350 juta.

d. Pegawai negeri membiarkan orang lain merusak bukti.

Menurut pasal 10 huruf b UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001,

unsur-unsur dalam korupsi jenis ini adalah:

1) Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan

menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk

sementara waktu;

2) dengan sengaja;

3) membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau

membuat tidak dapat dipakai;

4) barang, akta, surat, atau daftar sebagaimana disebut pada Pasal 10 huruf a.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 7

tahun atau denda maksimal Rp. 350 juta.

e. Pegawai negeri membantu orang lain merusak bukti.

266 | P a g e

Page 272:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Menurut pasal 10 huruf c UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001,

unsur-unsur dalam korupsi jenis ini adalah:

1) Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan

menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk

sementara waktu;

2) dengan sengaja;

3) membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau

membuat tidak dapat dipakai;

4) barang, akta, surat, atau daftar sebagaimana disebut pada Pasal 10 huruf a.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 7

tahun atau denda maksimal Rp. 350 juta.

4. Korupsi yang berhubungan dengan pemerasan. a. Pegawai negeri memeras karena kekuasaannya.

Pemerasan dalam jenis korupsi ini adalah pemerasan yang paling mendasar,

dalam hal ini seorang pegawai negeri mempunyai kekuasaan sehingga dia memaksa

orang lain untuk memberi atau melakukan sesuatu yang menguntungkan dirinya.

Unsur-unsur korupsi jenis ini menurut pasal 12 huruf e UU No. 31 tahun 1999 jo.

UU No. 20 tahun 2001 adalah:

1) pegawai negeri atau penyelenggara negara;

2) dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain;

3) secara melawan hukum;

4) memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima

pembayaran dengan potongan, atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya;

5) menyalahgunakan kekuasaan.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

b. Pegawai negeri memeras dengan alasan imbalan atas jasanya.

Korupsi jenis ini hampir sama dengan yang sebelumnya, hanya saja kali ini

pegawai negeri memeras dengan alasan uang atau pemberian illegal itu adalah

bagian dariperantaraan atau hak dia, padahal kenyataannya tidak demikian.

Unsur-unsur korupsi jenis ini menurut pasal 12 huruf e UU No. 31 tahun 1999 jo.

UU No. 20 tahun 2001 adalah:

1) pegawai negeri atau penyelenggara negara;

267 | P a g e

Page 273:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

2) pada waktu menjalankan tugas;

3) meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang;

4) seolah-olah merupakan utang kepada dirinya;

5) diketahuinya bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

c. Pegawai negeri memeras pegawai negeri lain.

Unsur-unsur korupsi jenis ini menurut pasal 12 huruf f UU No. 31 tahun 1999 jo.

UU No. 20 tahun 2001 adalah:

1) pegawai negeri atau penyelenggara negara;

2) pada waktu menjalankan tugas;

3) meminta atau menerima pekerjaan, atau memotong pembayaran;

4) seolah-olah pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas

umum memiliki utang kepada dirinya;

5) diketahuinya bahwa hal tersebut bukanlah merupakan utang.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

5. Korupsi yang berhubungan dengan kecurangan. a. Pemborong atau kontraktor curang(dalam proyek pembangunan).

Korupsi jenis ini melibtkan kecurangan dalam proyek bangunan, khususnya

yang melibatkan si pemborong, tukang, atau pemilik took bahan bangunan.

Unsur-unsur korupsi jenis ini menurut pasal 7 ayat (I) huruf a UU No. 31

tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001 adalah:

1) Pemborong, ahli bangunan, atau penjual barang bangunan;

2) Melakukan perbuatan curang;

3) Pada waktu membuat bangunan atau waktumenyerahkan bangunan;

4) Yang dapat membahayakan keamanan orang atau keamanan barang atau

keselamatan negara dalam keadaan perang.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 7

tahun atau denda maksimal Rp. 350 Juta.

b. Pengawas proyek membiarkan anak buah melakukan kecurangan.

268 | P a g e

Page 274:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Unsur-unsur korupsi jenis ini menurut pasal 7 ayat (I) huruf b UU No. 31

tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001 adalah:

1) Pengawas bangunan atau pengawas penyerahan bangunan;

2) Membiarkan dilakukannya perbuatan curang pada waktu membuat bangunan

atau menyerahkan bangunan;

3) Dilakukan dengan sengaja;

4) Sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (I) huruf a..

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 7

tahun atau denda maksimal Rp. 350 Juta.

c. Kecurangan pada rekanan TNI atau Polri.

Unsur-unsur korupsi jenis ini menurut pasal 7 ayat (I) huruf c UU No. 31

tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001 adalah:

1) Setiap orang;

2) Melakukan perbuatan curang;

3) Pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan atau kepolisian negara

RI;

4) Dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 7

tahun atau denda maksimal Rp. 350 Juta.

d. Pengawas rekanan TNI atau Polri membiarkan kecurangan.

Unsur-unsur korupsi jenis ini menurut pasal 7 ayat (I) huruf d UU No. 31

tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001 adalah:

1) Orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI dan atau

kepolisian RI;

2) Membiarkan perbuatan curang sebagaimana yang dimaksud pasal 7 ayat (I)

huruf c;

3) Dilakukan dengan sengaja.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 7

tahun atau denda maksimal Rp. 350 Juta.

e. Penerima barang TNI atau Polri membiarkan kecurangan.

Unsur-unsur korupsi jenis ini menurut pasal 7 ayat (2) huruf c UU No. 31

tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001 adalah:

269 | P a g e

Page 275:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

1) Orang yang bertugas menerima penyerahan bahan bangunan atau

penyerahan barang keperluan TNI dan atau kepolisian RI;

2) Membiarkan perbuatan curang sebagaimana yang dimaksud pasal 7 ayat (I)

huruf a atau c.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal 7

tahun atau denda maksimal Rp. 350 Juta.

f. Pegawai negeri menyalahgunakan tanah milik negara hingga merugikan orang

lain.

Unsur-unsur korupsi jenis ini menurut pasal 12 huruf h UU No. 31 tahun 1999 jo.

UU No. 20 tahun 2001 adalah:

1) Pegawai negeri atau penyelenggara negara;

2) Pada waktu menjalankan tugas menggunakan tanah negara yang diatasnya

adalah hak pakai;

3) Seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

4) Telah merugikan yang berhak;

5) Diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

6. Korupsi yang berhubungan dengan pengadaan.

Tindakan yang tergolong ke dalam jenis korupsi ini adalah ikut sertanya

pegawai negeri menjadi peserta tender pengadaan barang atau jasa untuk negara.

Seharusnya, orang atau badan yang ditunjuk untuk melakukan pengadaan barang atau

jasa ditunjuk melalui seleksi yang berjalan dengan bersih dan jujur.

Unsur-unsur korupsi jenis ini dijelaskan dalam Pasal 12 huruf i UU No. 31

Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, yaitu:

a. pegawai negeri atau penyelenggara negara;

b. dengan sengaja;

c. langsung atau tidak langsung turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau,

persewaan;

d. pada saat dilakukan perbuatan untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk

mengurus atau mengawasinya.

270 | P a g e

Page 276:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

7. Korupsi yang berhubungan dengan gratifikasi(hadiah). Salah satu bentuk korupsi ini adalah pegawai negeri menerima gratifikasi dan

tidak melapor ke KPK.

Berdasarkan penjelasan Pasal 12B, ayat 1, UU No.20/2001 tentang Perubahan atas UU No. 31/ 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, gratifikasi

adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat

(discount), komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,

perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, baik yang diterima

didalam negeri maupun diluar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan

sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

Sebuah tindakan dapat dikategorikan ke dalam jenis korupsi ini jika

memenuhi unsur sebagai berikut.

1) Pegawai negeri atau penyelenggara negara;

2) Menerima gratifikasi;

3) Yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban atau

tugasnya;

4) Penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan pada KPK dalam jangka

waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi.

Tindak korupsi jenis ini dijelaskan dalam Pasal 12B UU No. 31 Tahun 1999 jo.

UU No. 20 Tahun 2001 dan Pasal 12C UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20

Tahun 2001.

Sangsi terhadap pelaku korupsi jenis ini adalah hukuman penjara maksimal

20 tahun atau denda maksimal Rp. 1 Milyar.

Membentuk Pribadi Anti Korupsi Pendidikan antikorupsi adalah perpaduan pendidikan nilai dan karakter.

Sebuah karakter yang dibangun di atas landasan kejujuran, integritas, dan

keluhuran. Nilai-nilai dasar yang dapat membentuk suatu individu menjadi pribadi

anti korupsi antara lain:

1. Jujur

271 | P a g e

Page 277:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Jujur jika diartikan secara baku adalah mengakui, berkata atau memberikan

suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran.

2. Disiplin

Merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya

termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab.

3. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima

sesuatu yang di namakan hak.

4. Hidup sederhana

Sederhana adalah sebuah kata dengan banyak makna, tergantung

bagaimana bunyi kalimat yang menyertainya. Sederhana bisa berarti apa adanya

atau seadanya saja. Maka dengan menerapkan hidup sederhana orang tidak akan

mencari materi secara berlebihan yang kerap kali dikesampingkan halal atau

haramnya.

5. Kerja keras

Arti kerja keras adalah berusaha dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga

untuk berupaya mendapatkan keingingan pencapaian hasil yang maksimal pada

umumnya.

6. Mandiri

Mandiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berdiri dikaki sendiri

(berdikari) dan tidak mengandalkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan.

7. Adil

Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang

lain dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan

keseimbangan dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang dilebihkan

atau dikurangi.

8. Peduli dengan sesama

Peduli dengan sesama dapat diartikan dengan perbuatan yang

mengindahkan lingkungan dan tidak egois. Dengan begitu orang tidak akan

melakukan suatu perbuatan semata-mata atas kepentingannya sendiri.

9. Berani menegakkan kebenaran

272 | P a g e

Page 278:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Berani menegakkan kebenaran adalah suatu sikap tidak takut maupun gentar

saat kebenaran itu harus ditegakkan.

Kita mengetahui, korupsi bisa timbul karena dua sebab. Sebab pertama,

korupsi karena kebutuhan (corruption by need). Korupsi yang timbul ketika

penghasilan tidak lagi bisa menanggung kebutuhan dasar sehari-hari. Jalan

keluarnya biasanya dengan mengambil sikap menyimpang. Melakukan korupsi.

Sebab kedua, korupsi karena keserakahan (corruption by greed). Tidak puas dengan

satu gunung emas, cari gunung emas kedua dan ketiga. Sudah punya rumah, ingin

motor. Sudah ada motor, mau mobil. Mobil terbeli, ingin mobil mewah.

Kedua jenis korupsi tersebut, korupsi karena kebutuhan maupun karena

kerakusan, memang tak bisa ditolerir. Namun, penanganan keduanya mengharuskan

cara berbeda. Korupsi karena kebutuhan timbul karena kondisi obyektif yang tidak

mendukung. Karena sistem yang tidak memberikan harapan kesejahteraan. Oleh

sebab itu, perbaikilah sistem.

Sementara, korupsi karena kerakusan disebabkan kondisi subyektif. Kondisi

internal seseorang. Adanya sifat tamak, tidak puas, dan keinginan memperkaya diri

sendiri. Korupsi yang dikerjakan oleh mereka yang nuraninya sudah buta. Ingin

sejahtera tanpa mau kerja keras. Karenanya, untuk memberantas korupsi jenis ini,

perbaikilah orangnya.

Korupsi karena tamak lebih bahaya ketimbang korupsi karena kebutuhan.

Kerakusan, dusta, ketidakjujuran merupakan perilaku yang bisa terbentuk sejak kecil.

Sejak masa kanak-kanak.

Perilaku ini adalah kumpulan dari apa yang dialami dalam proses hidup,

mulai usia dini hingga dewasa. Teori psikologi kognitif menguatkan argumen ini.

Menurut psikologi kognitif, apa yang kita dengar, lihat, pikirkan, rasakan, dan alami

akan mempengaruhi cara pandang dan perilaku kita. Dengan begitu pengalaman

masa lalu dan juga pendidikan masa kini sangat berperan dalam membentuk

karakter anti korupsi.

Indonesia sebaiknya mencontoh Jepang dalam penerapan pendidikan

karakter. Di Jepang, pendidikan karakter diajarkan dalam pelajaran “seikatsuka”

atau pendidikan tentang kehidupan sehari-hari. Siswa SD diajari tatacara

menyeberang jalan, adab di dalam kereta, yang tidak saja berupa teori, tetapi guru

juga mengajak mereka untuk bersama naik kereta dan mempraktikkannya. Norma

273 | P a g e

Page 279:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dalam masyarakat Jepang sangat terkait dengan ajaran Shinto dan Budha, tetapi

menariknya agama ini tidak diajarkan di sekolah dalam bentuk pelajaran wajib,

seperti halnya di Indonesia. Nilai-nilai agama diwujudkan dalam kehidupan seharihari

di sekolah. Karenanya, pendidikan moral di sekolah Jepang tidak diajarkan sebagai

mata pelajaran khusus, tetapi diintegrasikan dalam semua mata pelajaran.

(Murni Ramli : 2008)

Budaya malu pada masyarakat pun dicontohkan oleh para pemimpin Jepang

sebagai upaya mendidik warganya mewujudkan kultur antikorupsi. Para pemimpin

Jepang berani mundur dari jabatannya ketika tersandung kasus korupsi. Perilaku

birokrat Jepang merupakan pembelajaran yang sungguh mulia dan elegan guna

mendukung terwujudnya kultur antikorupsi secara jitu.

274 | P a g e

Page 280:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

MEMBANGUN ETOS PRIBADI 11 Tujuan Instruksional Khusus :

1. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai etos pribadi dan ruang lingkupnya.

2. Memberikan gambaran mengenai perntingnya memiliki etos pribadi. 3. Memberikan penetahuan untuk membangun etos pribadi.

Menjadi pribadi beretika tentu merupakan keinginan sebahgian besar orang

dan bahkan mungkin telah menganggap dirinya sebagai seseorang yang berperilaku

etis. Kemudian pertanyaan terpenting adalah bagaimana mencerminkan etika

tersebut dalam keseharian baik sebagai pribadi, organisasi, maupun seorang

professional. Bab ini mencoba menguraikan jawaban atas pertanyaan tersebut

dengan melakukan pembahasan terkait etos pribadi yang diharapkan dapat dijadikan

pembelajaran untuk mewujudkan pribadi beretika.

A. Definisi Etos Etos berasal dari bahasa yunani ethos yakni karakter, cara hidup, kebiasaan

seseorang, motivasi atau tujuan moral seseorang serta pandangan dunia mereka,

yakni gambaran, cara bertindak ataupun gagasan yang paling komprehensif

mengenai tatanan. Dengan kata lain etos adalah aspek evaluatif sebagai sikap

mendasar terhadap diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam kehidupannya

(Khasanah, 2004:8). Berdasarkan sumber www.artikata.com etos diartikan sebagai

“pandangan hidup yg khas kebudayaan sifat, nilai, dan adat-istiadat khas yg

memberi watak kpd kebudayaan suatu golongan sosial dl masyarakat,

kerja semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu

kelompok”. Bertens memiliki pengertian agak berbeda terhadap etos. Menurutnya

etika adalah terjemahan dari ethos dalam bahasa yunani.

275 | P a g e

Page 281:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Seperti halnya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah

‘etika’ pun berasal dari bahasa yunani kuno. Kata yunani ‘ethos’ dalam bentuk

tunggal mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa; padang rumput,

kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam

bentuk jamak (ta etha) artinya adalah: adat kebiasaan.” Jadi dapat disimpulkan

bahwa etos adalah suatu nilai yang mendasari sikap perilaku dan menjadi ciri khas

bagi seseorang atau kelompok di mana saja mereka berada.

B. Lingkup Pembahasan Etos Pribadi 1. Nilai dan norma.

a. Nilai.

Nilai dapat kita artikan sebagai sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang

kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan,

singkatnya, sesuatu yang baik.

Nilai moral Ciri-ciri nilai moral yaitu:

1) Berkaitan dengan tanggung jawab kita.

Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab. Nilai

moral mengakibatkan seseorang bersalah atau tidak bersalah, karena ia

bertanggung jawab.

2) Berkaitan dengan hati nurani.

Semua nilai minta untuk diakui dan diwujudkan. Nilai selalu mengandung

semacam undangan atau himbauan. Mewujudkan nilai moral merupakan

“himbauan” dari hati nurani. Salah satu ciri khas nilai moral adalah bahwa

nilai ini menimbulkan ”suara” dari hati nurani yang menuduh kita bila

meremehkan atau menentang nilai-nilai moral dan memuji kita bila

mewujudkan nilai-nilai moral.

3) Mewajibkan.

Berhubungan dengan ciri sebelumnya, nilai-nilai moral mewajibkan kita

secara absolut dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kewajiban absolut yang

melekat pada nilai-nilai moral berasal dari kenyataan bahwa nilai-nilai ini

menyangkut pribadi manusia secara keseluruhan, sebagai totalitas.

4) Bersifat formal

276 | P a g e

Page 282:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Nilai moral tidak membentuk suatu kawasan khusus yang terpisah dari nilai

lain. Biarpun nilai moral merupakan nilai-nilai tertinggi yang harus dihayati di

atas semua nilai lain tetapi itu tidak berarti bahwa nilai ini menduduki jenjang

teratas dalam suatu hierarki nilai-nilai. Norma moral

Kata indonesia “norma” kebetulan persis sama bentuknya seperti dalam

bahasa asalnya, bahasa latin. Konon, dalam bahasa latin arti yang pertama adalah

carpenter’s square: siku-siku yang dipakai tukang kayu untuk mencek apakah

benda yang dikerjakannya (meja, bangku, kursi, dan sebagainya) sungguh-sungguh

lurus. Asal-usul ini membantu kita untuk mengerti maksudnya yaitu sebagai tolok

ukur untuk menilai sesuatu.

Seperti norma-norma lain juga, norma moral pun bisa dirumuskan dalam

bentuk positif atau negatif. Dalam bentuk positif normal moral tampak sebagai

perintah yang menyatakan apa yang harus dilakukan, misalnya kita harus

menghormati sesama manusia, kita harus mengatakan yang benar. Dalam bentuk

negatif norma moral tampak sebagai larangan yang menyatakan apa yang tidak

boleh dilakukan, misalnya jangan membunuh, jangan berbohong.

Beberapa pertanyaan yang sering dikemukakan berhubungan dengan norma

moral adalah: apakah norma moral itu absolut atau relatif, universal atau partikular,

obyektif atau subyektif? Untuk mengetahui jawabannya marilah kita mulai dengan

menyelidiki masalah yang biasanya disebut “relativisme moral”.

Relativisme moral tidak tahan uji Norma-norma moral tidak pernah mengawang-awang di udara tapi tercantum

dalam suatu sistem etis yang menjadi bagian suatu kebudayaan. Namun,

terdapatnya banyak kebudayaan yang berbeda-beda menyebabkan berbeda pula

norma moral yang dianutnya. Sepanjang sejarah, perjumpaan dengan kebudayaan

lain sudah sering mengakibatkan shock karena orang mengalami bahwa di situ

berlaku nilai dan norma moral yang berbeda. Sebagai contoh, ketika orang-orang

inggris pertama mendarat di daerah Hudson Bay di amerika utara mereka terkejut

ketika menemukan bahwa indian-indian di sana mempunyai kebiasaan membunuh

orang tua mereka yang sudah tua. Begitu juga kebiasaan suku eskimo di kutub

utara yang suka membunuh orang tua atau bayi yang baru lahir.

277 | P a g e

Page 283:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Pendapat bahwa suatu perbuatan adalah baik hanya karena menjadi

kebiasaan di suatu lingkungan budaya, sulit untuk dipertahankan. Tidak bisa

diterima bahwa setiap kebudayaan mempunyai kebenaran etis sendiri-sendiri,

sehingga apa yang dianggap baik serta terpuji di tempat A bisa dianggap jahat serta

tercela di tempat B. Relativisme moral tidak tahan uji, kalau diperiksa secara kritis.

Kritik ini bisa dijalankan dengan memperlihatkan konsekuensi-konsekuensi yang

mustahil, seandainya relativisme moral itu benar.

1) Seandainya relativisme moral itu benar, maka tidak bisa terjadi bahwa dalam

satu kebudayaan mutu etis lebih tinggi atau rendah daripada dalam

kebudayaan lain.

2) Seandainya relativisme moral itu benar, maka kita hanya perlu

memperhatikan kaidah-kaidah moral suatu masyarakat untuk mengukur baik

tidaknya perilaku manusia dalam masyarakat itu. Kalau begitu, norma moral

dalam setiap masyarakat harus dianggap sempurna. Tidak akan mungkin

memperbaiki norma-norma moral dalam suatu masyarakat. Padahal kita

yakin bahwa kadang-kadang norma-norma moral dalam suatu kebudayaan

harus direvisi. Misalnya mengubur janda hidup-hidup bersama dengan suami

yang telah meninggal.

3) Seandainya relativisme moral itu benar, maka tidak mungkin terjadi kemajuan

di bidang moral. Dilihat dalam perspektif sejarah, memang ada kemajuan di

bidang moral (walaupun dalam beberapa hal barangkali ada juga

kemunduran). Tanpa ragu-ragu kita menilai sebagai kemajuan bahwa

sekarang tidak lagi dapat ditemukan perbudakan atau pembunuhan ritual,

atau contoh lain penghapusan sistem penjajahan.

Semua konsekuensi dari relativisme moral tadi tidak bisa diterima. Kalau

diselidiki secara kritis, relativisme moral tidak tahan uji. Oleh karena itu, hanya

tinggal kemungkinan lain bahwa norma moral adalah absolut.

Obyektivitas norma moral Baik buruknya sesuatu dalam arti moral tidak tergantung selera pribadi. Tidak

mungkin bahwa bagi satu orang sesuatu adalah baik untuk dilakukan, sedang bagi

orang lain hal yang sama adalah buruk.

278 | P a g e

Page 284:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

2. Konsep diri.

Konsep diri (Self Concept) tidak lain dan tidak bukan adalah gagasan tentang

diri kita sendiri, yakni suatu gagasan tentang bagaimana kita melihat diri sendiri

sebagai pribadi dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia

sebagaimana yang kita harapkan. Sementara itu, menurut Atwater, 1983, konsep diri

didefinisikan sebagai “cara pandang kita yang merupakan pusat dari kesadaran dan

tingkah laku kita. Konsep diri melibatkan perasaan, nilai-nilai yang kita anut, serta

keyakinan-keyakinan kita.”

Asal usul konsep diri adalah bahwa setiap kita tidak dilahirkan dengan

konsep diri. Konsep diri berasal dan berkembang dari masa kanak-kanak, terutama

sebagai akibat dari hubungan kita dengan orang lain. Adapun tingkatan lingkungan

yang turut andil membangun konsep diri seseorang adalah orang tua, saudara

sekandung, pendidikan, rekan/teman sebaya, masyarakat, dan pengalaman.

Konsep diri banyak mempengaruhi proses pengembangan diri(Self Development) dan menentukan siapa kita di kemudian hari. Hal ini terjadi karena

konsep diri pada masing-masing individu terbagi menjadi 2, yaitu konsep diri positif dan

konsep diri negatif.

Contoh konsep diri positif

a. Percaya diri.

Suatu keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri jika Tuhan bersama kita.

b. Optimis.

Selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi sesuatu.

c. Profesional.

Memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankan pekerjaannya; tidak

terpengaruh oleh apapun dalam mengemban tugas.

d. Rendah hati.

Merasa masih ada langit di atas langit; tidak sombong atas kemampuannya.

e. Peduli.

Mengindahkan, memperhatikan, menghiraukan yang terjadi di sekitarnya.

f. Kreatif.

Memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan

279 | P a g e

Page 285:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Contoh konsep diri negatif.

a. Mudah marah, peka terhadap kritik, cenderung mempertahankan pendapatnya

meskipun pendapatnya itu salah.

b. Suka dipuji, suka dielu-elukan, jika disebut gelar, makin merasa besar dan rajin

bila dipuji.

c. Senantiasa mengeluh, mencela, atau meremehkan orang lain dan tidak

mengakui kelebihan orang lain.

d. Pesimis serta takut bersaing dengan orang lain untuk mencapai prestasi yang

lebih tinggi.

e. Pemarah, merasa sangat tidak senang; berang; gusar.

f. Egois, mementingkan diri sendiri.

g. Apriori, cepat berkesimpulan (negatif) sebelum mengetahui keadaan yang

sebenarnya.

h. Pesimis, bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir

kalah, rugi, celaka) mudah putus harapan.

Untuk membangun konsep diri positif maka diperlukan pikiran yang positif

dan potential power.Potential power adalah suatu sikap bagaimana

seseorang mengeathui potensi yang dimilikinya. Caranya adalah dengan mengetahui

kesukaan, karakter pribadi, dan prestasi yang dimiliki. Potensi diri dapat dikembangkan

melalui pendidikan, pengalaman, membaca, dan menulis.

2. Percaya diri.

Percaya diri adalah keyakinan terhadap kemampuan diri sendirijika Tuhan

bersama kita. Keyakinan bahwa Tuhan bersama kita sangat penting sebab jika kita

tidak mengikutkan Tuhan ketika kita yakin mampu melakukan sesuatu, maka

ujungnya kita termasuk orang yang takabur/ujub/sombong karena menyepelekan

kekuasaan Tuhan.

Ciri orang yang percaya diri.

1) Citra diri positif.

2) Berpusat pada potensi.

3) Positive Thinking. 4) Egaliter; sikap percaya bahwa semua orang sederajat.

5) Yakin aktivitasnya urgent. 6) Berani berbuat spektakuler.

280 | P a g e

Page 286:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

7) Tidak takut gagal.

8) Yakin akan sukses.

Kita jangan pernah merasa takut gagal karena jika kita merasa takut akan

kegagalan niscaya kegagalan itu akan benar-benar mendekati kita. Kita bisa melihat

contoh orang-orang berikut ini yang tidak takut akan kegagalan dan terus berusaha.

1) Thomas A. Edison gagal 10.000 kali untuk menemukan lampu dan 50.000

kali untuk menemukan aki (accumulator) 2) Kolonel Sanders ditolak 1.000 toko namun perusahaan KFC miliknya

sekarang menjadi salah satu restoran fast food terkenal di dunia.

3) Henry Ford bangkrut 5 kali sebelum menjadi salah satu perusahaan otomotif

terbesar

Tips agar percaya diri.

Agar dapat percaya diri maka berpikirlah positif, kenali potensi diri, dan

segera dalam mengambil tindakan. Dalam bahasa berbeda percaya diri dirumuskan

sebagai berikut.

SC = PT + PP x A

Langkah praktis untuk meningkatkan percaya diri.

1) Prakarsai pembicaraan

2) Biasakan bicara terus terang

3) Memelihara kontak mata

4) Berjalan lebih cepat

5) Berpenampilan rapi

6) Cari kemenangan-kemenangan kecil

7) Beri diri sendiri hadiah

8) Biasakan duduk dikursi terdepan

9) Simpan prestasi masa lalu

10) Bergaullah dengan orang yang percaya diri

11) Biasakan berbahasa positif

3. Kejujuran.

Jujur adalah lawan kata dari bohong atau dusta. Jujur adalah kesesuaian

antara berita yang disampaikan dan fakta, antara fenomena dan yang diberitakan,

serta antara bentuk dan substansi. Jujur merupakan sikap pribadi. Jujur

281 | P a g e

Page 287:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

diekspresikan dengan kata-kata atau sikap yang mencerminkan keadaan yang

sesungguhnya. Tidak ditutupi atau bahkan tidak menipu. Jujur adalah energy positif.

Menyatakan sesuatu dengan langsung, spontan, lugas, apa adanya akan

menghemat waktu dan energy sehingga terjadilah efisiensi.

Berlaku jujur dalam kehidupan adalah tuntunan kebutuhan yang selalu

dijunjung di masyarakat apapun, karena itu tidak ada kehidupan yang bahagia,

aman, tentram, dan selamat, tanpa kejujuran. Dengan demikian, setiap generasi

harus menjadikan jujur sebagai bagian dari kepribadian yang abadi.

a. Manfaat berperilaku jujur.

Secara logika jujur itu bermanfaat bagi kehidupan manusia, bukan hanya

dalam hubungannya dengan sang pencipta tetapi juga dalam hubungan dengan

sesame manusia dan alam semesta.

Apapun manfaat utama berlaku jujur dalam kehidupan adalah sebagai berikut :

1) Melaksanakan ajaran yang mulia dari agama dan budaya luhur yang dianut

oleh bangsa manapun.

2) Akan dihormati oleh sesame manusia, karena semua orang menghargai

kejujuran yang sejati.

3) Akan tampil percaya diri dalam semua kegiatan hidup, karena merasa aman,

optimis, dan percaya diri. Apapun yang dikerjakan dalam hidup ini, pada

hakekatnya selalu menuntuk rasa percaya diri, yang tangguh dan kokoh.

Inilah modal dasar yang mesti dimiliki dalam meneliti sebuah karir. Orang-

orang bijak mengatakan bahwa keraguan adalah seperdua (setengah)

langkah menuju kegagalan. Bukankah banyak kegagalan di atas dunia ini

hanya karena tidak percaya diri. Jangankan berhasil, melangkah pun tidak

berani, kalau kita kehilangan rasa percaya diri disinilah ketika dampak positif

dari kejujuran.

4) Suatu generasi akan lebih berani melawan sesuatu yang tidak benar, karena

merasa tidak bersalah atau benar, dengan hatinya yang bersih.

b. Faktor pendorong seseorang berbohong.

1) Adanya kekurangan.

Kekurangan dalam diri seseorang baik secara fisik maupun materi bisa

membawa seseorang itu melakukan kebohongan, karena dengan berbohong

dia merasa semua yang kurang pada dirinya bisa tertutupi dan dirinya bisa

282 | P a g e

Page 288:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

diterima dilingkungan sekitarnya. Padahal ini dapat menjadi malapetaka jika

kebohongannya itu ketahuan, lebih baik menjadi diri kita apa adanya.

2) Ikut-ikutan.

Terkadang seseorang bohong dengan terpaksa untuk menutupi suatu

masalah yang bersumber dari orang lain.

3) Demi kebaikan.

Seseorang ada pula yang berbohong demi kebaikan, misalnya seseorang

berbohong agar tidak menyakiti perasaan orang lain, atau seseorang

berbohong untuk menjaga suatu rahasia yang dapat mengakibatkan masalah

yang sangat fatal jika diketahui oleh orang lain.

4) Menutupi rahasia.

Seringkali seseorang memiliki rahasia yang tidak boleh diketahui oleh orang

lain, Hal inimembawa orang tersebut untuk berbohong agar rahasianya tidak

diketahui.

4. Pribadi Berintergritas.

Integritas memiliki pengertian mempertahankan tingkat kejujuran dan etika

yang tinggi dalam perkataan dan tindakan sehari‐hari. Orang‐orang yang kompeten,

secara teliti dan handal berperilaku dengan cara yang etis dan dapat dipercaya

dalam hubungan mereka dengan manajemen rekan kerja, bawahan langsung, dan

pihak luar. Mereka memberlakukan orang lain secara adil.

a. Peran integritas.

1) Integritas sebagai Keterampilan.

• Integritas harus dilatih terus menerus, bukan sesuatu yang ada dalam

kepribadian seseorang.

• Integritas diajarkan dan dipelajari sepanjang hidup.

2) Integritas sebagai Pedoman.

Integrity merupakan ‘bench mark’, rujukan atau tujuan yang digunakan dalam

membuat keputusan yang berdasarkan pada kebenaran dan kejujuran.

3) Integritas sebagai Bangunan yang Kokoh.

• Integritas harus dibangun dan dilestarikan sepanjang hidup.

• Integrity merupakan suatu bangunan di dalam hati seseorang, dimulai ketika

orang itu masih muda.

• Integritas harus dipelihara terus menerus , jika tidak maka bangunan yang

283 | P a g e

Page 289:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

sudah dibuat selama hidup dapat runtuh dalam waktu singkat.

4) Integritas sebagai Benih.

1) Ditanam sejak kecil, disirami dan akan berbunga di saat dewasa.

2) Semakin rajin dirawat, akan lebih cepat tumbuh dan berbunga.

3) Jika tanaman kita mati, harus segera menanam yang baru dan disirami tiap

hari. Perlu diingat bahwa tanaman tidak bisa langsung berbunga, perlu waktu

untuk kembali seperti semula.

b. Ciri-ciri integritas.

1) Integritas berasal dari sikap yang tidak mementingkan diri sendiri.

2) Integritas dibangun di atas dasar disiplin.

3) Integritas adalah kekuatan moral yang terbukti tetap benar di tengah api

godaan.

4) Integritas adalah kemampuan untuk bersabar ketika hidup ini tidak berjalan

mulus.

5) Integritas adalah ketahanan uji yang memerlukan perilaku yang dapat diduga.

6) Integritas adalah kekuatan yang tetap teguh sekalipun tidak ada yang

melihat.

7) Integritas adalah menepati janji-janji, bahkan ketika merugikan Anda.

8) Integritas, tetap setia pada komitmen, bahkan ketika itu tidak nyaman.

9) Integritas, tetap teguh pada nilai-nilai tertentu meskipun dirasakan lebih

popular untuk mencampakkannya.

10) Integritas, hidup dengan keyakinan, ketimbang dengan apa yang disukai.

11) Integritas adalah pondasi dari kehidupan. Jika baik, maka kehidupan baik,

begitupun sebalikna.

12) Integritas dibentuk melalui kebiasaan.

5. Komunikasi.

Menurut www.wikipedia.com komunikasi adalah“suatu proses dalam mana

seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi,

dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung

dengan lingkungan dan orang lain". Pada umumnya, komunikasi dilakukan

secara lisanatau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.Apabila tidak

ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat

dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu,

284 | P a g e

Page 290:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini

disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Fungsi komunikasi adalah sebagai alat kendali, pengawasan, motivasi,

pengungkapan emosional, dan informasi. Untuk melaksanakan komunikasi dengan

efektif dalam organisasi maka:

a. Manajer harus menyadari pentingnya komunikasi.

b. Manajer harus memadankan antara tindakan dan ucapan.

c. Harus ada komitmen pada komunikasi dua arah.

d. Penekanan pada komunikasi tatap muka.

e. Tanggung jawab bersama untuk komunikasi karyawan.

f. Menangani komunikasi buruk.

g. Pesan dibentuk sesuai audiens.

h. Perlakuan komunikasi sebagai proses berkelanjutan.

6. Kepemimpinan.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan

memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.

Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,

memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk

memperbaiki kelompok dan budayanya. Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi

tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi

keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.

a. Teori kepemimpinan.

1) Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory ).

Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang

beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian

teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini

mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan

bahwa sifat - sifat kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga

dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat - sifat itu antara lain :

sifat fisik, mental, dan kepribadian.

2) Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi.

Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini

memiliki kecendrungan kearah 2 hal.

285 | P a g e

Page 291:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

a). Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang

pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh:

membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia

berkonsultasi dengan bawahan.

b). Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang

memberikan batasan kepada bawahan. Contoh: bawahan mendapat instruksi

dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil

yang akan dicapai.

Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana

seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan

terhadap hasil yang tinggi pula.

3) Teori Kewibawaan Pemimpin.

Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab

dengan faktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang

lain baik secara perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia

untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.

4) Teori Kepemimpinan Situasi.

Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus

bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan

bawahan.

5) Teori Kelompok.

Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang

positif antara pemimpin dengan pengikutnya.

Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa

teori kepemimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan

(Leadership Style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya

dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya.

b. Gaya kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin bersikap,

berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang

untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda - beda atas dasar motivasi ,

kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.

286 | P a g e

Page 292:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Berdasarkan sumber emperorderva.wordpress.com menyebutkan

gaya kepemimpinan yang disebutkan Blanchard sebagai berikut:

1) Directing.

Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita

belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut.

Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Dalam

proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan -aturan dan

proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus

menyesuaikan dengan detil yang sudah dikerjakan.

2) Coaching.

Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan

tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung

proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan dari

bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan

berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan

kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan

meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan

mereka.

3) Supporting.

Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya

bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak

memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses

pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan

berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik - teknik yang dituntut dan

telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan pemimpin.

4) Delegating.

Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang

dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan

baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan,

sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas

kemampuan dan inisiatifnya sendiri.

c. Kepemimpinan sejati.

Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari

287 | P a g e

Page 293:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

proses perubahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang.

Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses

panjang perubahan dalam diri seseorang.

Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan

seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan

buah dari keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya

sendiri, bagi keluarga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan

bahkan bagi negerinya.

Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh

mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka

seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya

sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator,

inspirator, dam maximizer.

Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita

peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan,

yang membawa bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang

demokratis dan merdeka.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah

Apartheid, justru melahirkan perubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi

manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya

menderita selam bertahun - tahun.

Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard,

bahwa ”kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka

yang dipimpinnya”. Perubahan karakter adalah segala - galanya bagi seorang

pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa

kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi

kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah

menjadi pemimpin sejati.

7. Manajemenwaktu.

Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu

sumber daya untuk bekerja. Sumber daya tersebut harus dikelola secara efektif dan

efisien. Efektifitas terlihat dari tercapainya tujuan menggunakan waktu yang telah

ditetapkan sebelumnya. Efisien tidak lain mengandung dua makna, yaitu: makna

288 | P a g e

Page 294:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

pengurangan waktu yang ditentukan, dan makna investasi pada saat menggunakan

waktu yang ada.

Manajemen waktu bertujuan kepada produktifitas yang berarti

perbandingan antara rasio output dengan input. Merencanakan terlebih dahulu

penggunaan waktu bukanlah suatu pemborosan melainkan memberikan pedoman

dan arah bahkan pengawasan terhadap waktu.Setelah pengorganisasian

terjadi,maka penggerakan pun dilakukan, yang mencakup pelaksanaan sendiri dan

pemberian motivasi kepada pemegang delegasi. Satu hal yang penting ialah

komitmen kuat untuk konsisten pada rencana dan mengeliminasi gangguan-

gangguan. Akhirnya setelah selesai tuntas pekerjaan, dilakukanlah pengawasan

berdasarkan rencana, yang tidak lupa memberikan reward terhadap keberhasilan.

Dalam situasi dimana waktu yang telah direncanakan belum habis,

sedangkan pekerjaan telah tuntas sebaiknya dipergunakan untuk menambah

kuantitas, merencanakan pekerjaan selanjutnya, dan atau investasi waktu. Pendek kata, kualitas manajemen waktu berpedoman kepada empat indikator, yaitu: tetap

merencanakan, tetap mengorganisasikan, tetap menggerakkan, dan tetap

melakukan pengawasan. Empat prinsip tersebut applikabel dalam semua pekerjaan.

Variasi terjadi di dalam kerumitan dan kecepatan setiap tahap dilakukan.

Perencanaan jangka panjang jelas lebih rumit dan relatif lama dari pada

perencanaan jangka pendek, bahkan karena begitu pendeknya dimungkinkan

perencanaan begitu singkat yang berlangsung dalam hitungan detik. Rintangan

terbesar untuk sukses bagi kebanyakan orang kelihatannya adalah penundaan. Oleh

karenanya, komponen terpenting dari manajemen waktu (time management) pun

adalah menghindari penundaan. .

Untuk dapat melakukan mannajemen waktu dengan baik maka pertama kita

harus mengetahui terlebih dahulu misi hidup. Kemudian menentukan peran dan visi

peran. Membuat rencana pekanan dan akhirnya membuat rencana harian. Waktu

memiliki sifat yang sangat singkat dan tidak dapat digantikan karena itu penting

untuk melakukan manajemen waktu. Melaksanankan manajemen waktu akan

membuat hidup menjadi manatap dan bersemangat. Kehidupan menjadi seimbang

dan selaras serta dapat mencapai cita-cita atau tujuan yang diharapkan. Dalam

menjalani kehidupan kita harus berhati-hati terhadap jebakan waktu yang dikenal

dengan 3F, 3M, dan 3S. Mereka adalah fun, food, film, mouth, music, money, sand,

289 | P a g e

Page 295:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

sport and sex. 8. Manajemen konflik.

Konflik adalah suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa

suatu pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera

mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan pihak pertama. Menurut

Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan

antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu

maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan

tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang

mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4). Sementara itu

manajemen konflik adalah penggunaan teknik pemecahan masalah dan

perangsangan untuk mencapai konflik yang diinginkan.

a. Pandangan tentang konflik.

1) Pandangan tradisional; keyakinan bahwa semua konflik merugikan dan harus

dihindari,

2) Pandangan hubungan manusia; keyakinan bahwa konflik merupakan hasil

wajar dan tidak terelakkan dalam setiap kelompok,

3) Pandangan interaksionalis; keyakinan bahwa konflik bukan hanya suatu

kekuatan positif dalam suatu kelompok, melainkan juga mutlak perlu untuk suatu

kelompok agar dapat berkinerja efektif.

b. Bentuk konflik.

1) Konflik fungsional; konflik yang mendukung tujuan kelompok dan memperbaiki

kinerja kelompok,

2) Konflik disfungsional; konflik yang merintangi kinerja kelompok.

c. Tahapan perkembangan konflik.

1) Konflik masih tersembunyi (laten)

Berbagai macam kondisi emosional yang dirasakan sebagai hal yang biasa dan

tidak dipersoalkan sebagai hal yang tidak mengganggu dirinya.

2) Konflik yang mendahului (antecedent condition)

Tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara tersembunyi yang belum

mengganggu dirinya, kelompok atau organisasi secara keseluruhan, seperti

timbulnya tujuan dan nilai yang berbeda, perbedaan peran dsb.

290 | P a g e

Page 296:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

3) Konflik yang dapat diamati (perceived conflict) dan konflik yang dapat dirasakan

(felt conflict)

Muncul sebagai akibat antecedent condition yang tidak terselesaikan.

4) Konflik terlihat secara terwujud dalam perilaku (manifest behavior)

Upaya untuk mengantisipasi timbulnya konflik dan sebab serta akibat yang

ditimbulkannya; individu, kelompok atau organisasi cenderung melakukan

berbagai mekanisme pertahanan diri melelui perilaku.

5) Penyelesaian atau tekanan konflik

Pada tahap ini, ada dua tindakan yang perlu diambil terhadap suatu konflik,

yaitu penyelesaian konflik dengan berbagai strategi atau sebaliknya malah

ditekan.

6) Akibat penyelesaian konflik

7) Jika konflik diselesaikan dengan efektif dengan strategi yang tepat maka dapat

memberikan kepuasan dan dampak positif bagi semua pihak. (wijono, 1993, 38-

41).

d. Pengelolaan konflik.

Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:

1) Disiplin

2) Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan

3) Komunikasi

4) Mendengarkan secara aktif

5) Toleransi

e. Aspek positif dalam konflik.

1) Membantu setiap orang untuk saling memahami tentang perbedaan pekerjaan

dan tanggung jawab mereka.

2) Memberikan saluran baru untuk komunikasi.

3) Menumbuhkan semangat baru pada staf.

4) Memberikan kesempatan untuk menyalurkan emosi.

5) Menghasilkan distribusi sumber tenaga yang lebih merata dalam organisasi

C. Urgensi Memiliki Etos Pribadi Membicarakan etos tentu tidak lepas dari membicarakan etika karena etos

bisa kita artikan juga sebagai etika yang sudah mendarah daging, artinya sudah

menancap kuat dalam hati dan pikiran kita. Etika adalah refleksi ilmiah tentang

291 | P a g e

Page 297:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

tingkah laku manusia dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk. Segi

normatif itu merupakan sudut pandang yang khas bagi etika, dibandingkan dengan

ilmu-ilmu lain yang juga membahas tingkah laku manusia.

Pentingnya memiliki etos pribadi dapat digambarkan melalui bagaimana

masalah etika dalam kehidupan sehari-hari. Dimana ternyata cukupnya keilmuan

seseorang tenatang etika ternyata terkadang tidak membuat seseorang menjadi

beretika. Etika disebut juga sebagai filsafat praktis karena ia membahas tentang “apa

itu moral?” dan “apa yang harus dilakukan manusia berkaitan dengan moral

tersebut?”. Tapi perlu diakui, etika sebagai filsafat praktis mempunyai batasnya juga.

Mahasiswa yang memperoleh nilai gemilang untuk mata kuliah etika, belum tentu

dalam perilakunya akan menempuh tindakan-tindakan yang paling etis. Malah bisa

saja terjadi, nilai yang bagus itu hanya sekedar menyontek, jadi hasil perbuatan yang

tidak etis! Atau pengusaha yang mempunyai pengetahuan luas dan mendalam

tentang etika bisnis dan telah membaca seluruh literatur tentang topik itu, belu tentu

dalam usahanya selalu akan mengambil keputusan etis yang paling tepat.

Sudah sejak awal sejarah etika terdapat pandangan bahwa pengetahuan

benar tentang bidang etis secara otomatis akan disusul oleh perilaku yang benar

juga. Itulah ajaran terkenal dari socrates yang disebut “intelektualisme etis”. Menurut

socrates, orang yang mempunyai pengetahuan tentang yang baik pasti akan

melakukannya juga, sedangkan orang yang berbuat jahat melakukannya karena

ketidaktahuan tentang apa yang baik. Kalau dikemukakan secara radikal ajaran ini

sulit dipertahankan. Bila orang mempunyai pengetahuan mendalam mengenai ilmu

etika, dengan itu belum terjamin perilaku etis yang baik. Di sisi lain, dari pengalaman

kita sendiri kita semua mengenal orang-orang yang hampir tidak mendapatkan

pendidikan di sekolah, tetapi selalu hidup etis dengan cara yang mengagumkan.

Di sisi lain pendapat Socrates tersebut mengandung unsur kebenaran.

Pengetahuan tentang etika merupakan suatu unsur penting supaya orang dapat

mencapai kematangan etis. Perasaan spontan saja tidak cukup, haruslah ada

pengertian juga. Hal ini lebih mendesak lagi, karena masalah-masalah etis jauh lebih

banyak dan lebih kompleks dari pada zaman sebelumnya. Untuk memperoleh suatu

sikap etis yang tepat, studi tentang etika dapat memberikan suatu kontribusi yang

berarti sekalipun studi itu sendiri belum cukup untuk menjamin perilaku etis yang

tepat.

292 | P a g e

Page 298:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Mengapa penting bagi seseorang untuk memiliki etos pribadi, tentunya

pernyataan ini dapat juga dibahasakan menjadi mengapa seseorang perlu

mempelajari etika. Bagian ini akan menguraikan argumen pendukung tentang

perlunya etos pribadi bagi setiap individu sebagai berikut:

1. Menjadikan individu mahir mengenali dan memahami problem maupun isu

moral dalam profesi.

Etos pribadi akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang terampil dalam

memahami menjelaskan, dan kritis dalam mengkaji argumen-argumen yang

berlawanan dengan isu moral. Mampu membentuk sudut pandang yang

konsisten dan komprehensif berdasarkan pertimbangan atas fakta-fakta yang

relevan. Berimajinasi tentang berbagai respons alternatif terhadap isu-isu yang

bersangkutan dan pemecahan kreatif atas kesulitan-kesulitan praktis.

2. Peka terhadap kesulitan dan kepelikan sesungguhnya kesediaan mengalami

dan mentoleransi ketidakpastian dalam membuat penilaian atas keputusan

moral seseorang terhadap orang lain.

3. Meningkatkan ketepatan dalam menggunakan bahasa etika yang lazim, yang

diperlukan untuk mengungkapkan dan membela dengan cukup baik pandangan

moral seseorang terhadap orang lain.

4. Meningkatkan penghargaan baik terhadap kemungkinan penggunaan dialog

rasional dalam memecahkan konflik-konflik moral maupun perlunya toleransi

terhadap perbedaan-perbedaan perspektif di kalangan orang - orang yang

secara moral cukup baik.

5. Meningkatkan kemampuan untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan moral

yang timbul karena aktifitas profesional

6. Memperkuat otonomi moral.

Otonomi moral meliputi independen dan kepedulian moral. Independen dalam hal

mengatur diri sendiri dan adanya kemempuan berpikir dan kebiasaan berpikir

secara rasional tentang isu-isu moral atas landasan kepedulian moral.

D. Faktor Pendorong Perilaku Tidak Etis 1. Perilaku tidak etis.

Perilaku tidak etis adalah perkataan dan tindakan seseorang yang tidak

sesuai dengan prinsip moral yang baik. Perilaku tidak etis seringkali berwujud

tindakan yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari orang lain tanpa

293 | P a g e

Page 299:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

sepengetahuan orang tersebut.

Kusmanadji menyatakan dalam bukunya bahwa “banyak faktor yang

mendorong seseorang untuk berbuat tidak etis. Untuk menjaga integritas pribadi,

faktor-faktor ini perlu senantiasa disadari dan diwaspadai”. Berikut ini adalah lima

faktor yang sering dianggap sebagai pendorong perilaku tidak etis menurut

Kusmanadji:

a. Ketakutan, misalnya karena takut dimarahi oleh atasan karena terlambat

masuk kantor, seorang pegawai berbohong dalam memberikan alasan

keterlambatannya; seorang bawahan harus melakukan hal-hal yang tidak etis

karena takut dikenai sanksi.

b. Tekanan, misalnya karena ditekan oleh atasannya oleh atasannya untuk

mencapai hasil atau kinerja tertentu, seorang pegawai atau manajer

memalsukan data kinerjanya.

c. Ambisi, mendorong seseorang untuk melanggar hukum dan etika. Misalnya,

karena ambisi kekuasaan maka seseorang tidak segan-segan melakukan

skandal politik seperti politik uang; karena ambisi jabatan, seorang pegawai

menjelek-jelekkan rekan pegawai lainnya di hadapan atasannya agar

atasannya lebih memilih dirinya daripada rekannya.

d. Balas dendam, misalnya karena dinilai melakukan kesalahan oleh atasannya,

seorang pegawai berusaha mempermalukan atasannya tersebut di hadapan

orang lain.

e. Masa bodoh, yaitu kecendurungan untuk mengabaikan akibat-akibat dari

tindakan Contoh perilaku tidak etis:

a. Penjualan produk keluar negeri yang sudah terbukti merusak kesehatan dan

tidak diperbolehkan di dalam negeri.

b. Perusahan makanan bayi yang memaksakan suatu formula bagi bayi di

banyak negara miskin sementara air susu ibu akan lebih sehat bagi bayi.

c. Mengambil barang-barang kantor untuk dibawa pulang,

d. Berbohong dengan alasan sakit untuk menutupi pekerjaan yang tidak beres,

e. Perusahaan membayar upah pekerja yang rendah di beberapa Negara

294 | P a g e

Page 300:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

berkembang untuk membuat barang yang bernilai tinggi.

f. Penipuan produk yang tidak sesuai dengan yang ditawarkan.

g. Penjualan produk yang sudah kadaluwarsa.

Di antara faktor-faktor yang mengakibatkan munculnya masalah-masalah etis

yang tidak pernah terduga sebelumnya di zaman sekarang adalah perkembanan

pesat dan menakjubkan di bidang ilmu dan teknologi yang mempunyai kedudukan

penting.

a. Ambivalensi kemajuan ilmiah

Kemajuan yang dicapai berkat ilmu dan teknologi bersifat ambivalen, artinya di

samping banyak akibat positif terdapat juga akibat-akibat negatif. Yang dibawa oleh

ilmu dan teknologi modern bukan saja kemajuan melainkan juga kemunduran

bahkan kehancuran, jika manusia tidak segera membatasi diri.

b. Masalah bebas nilai

Ilmu dan moral tidak merupakan dua kawasan yang sama sekali asing satu

dengan yang lain tapi ada titik temu di antaranya. Pada saat-saat tertentu dalam

perkembangannya ilmu dan teknologi bertemu dengan moral.

c. Teknologi yang tidak terkendali

Ilmu dan teknologi digalakkan dengan cara mengagumkan, tapi sedikit sekali

perhatian diberikan kepada studi mengenai masalah-masalah etisnya.

d. Tanda-tanda yang menimbulkan harapan

Bukan saja sedikit perhatian utnuk etika dalam masyarakat, melainkan juga

perhatian itu hampir selalu terlambat datang. Pemikiran etis hanya menyusul

perkembangan ilmiah-teknologis. Baru sesudah problem-problem etis timbul, etika

sebagai ilmu mulai diikutsertakan. Refleksi etis tentang persenjataan nuklir baru

dimulai setelah bom atom pertama di hirosima dan nagasaki diledakkan. Namun

demikian, di banyak negara modern sekarang, sudah menjadi kebiasaan luas bahwa

rumah sakit-rumah sakit dan proyek-proyek penelitian biomedis mempunyai komisi

etika yang mendampingi dan mengawasi rumah sakit atau proyek penelitian itu dari

sudut etis. Komisi etika seperti itu bisa menjadi semacam “hati nurani” agar rumah

sakit memberi pelayanan yang sungguh-sungguh manusiawi.

2. Rasionalisasi Perilaku Tidak Etis

Banyak cara yang ditempuh oleh seseorang untuk membenarkan

perbuatannya yang dianggap salah oleh masyarakat. Orang yang memiliki etos

295 | P a g e

Page 301:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

pribadi seharusnya tidak menggunakan cara-cara ini untuk menutupi atau

membenarkan perilakunya yang tidak etis. Berikut adalah cara-cara pembenaran

atau rasionalisasi yang dimaksud yang biasanya kita jumpai.

Setiap orang melakukannya (everybody does it)

Seseorang berperilaku tidak etis karena perilaku yang sama dilakukan oleh

orang lain. Argumen bahwa menyontek, melanggar rambu lalu lintas,

memalsukan informasi laba agar pajak rendah, atau menjual produk cacat

tersembunyi, menjual barang dinas untuk kepentingan pribadi adalah perilaku

yang dapat diterima lazimnya didasarkan pada rasionalisasi bahwa orang lain

melakukannya dan karena itu dapat diterima.

Jika suatu tindakan sah atau dibenarkan menurut hukum (legal), maka

tindakan itu etis (if it’s legal, it’s ethical)

Menggunakan argumen bahwa semua perilaku yang legal adalah etis sangat

mendasarkan pada kesempurnaan hukum. Berdasarkan falsafah ini,

seseorang tidak berkewajiban untuk, misalnya, mengembalikan barang yang

ditemukan kecuali orang lain atau pemiliknya dapat membuktikan bahwa itu

miliknya. Seperti telah dikemukakan pada bab 8, slogan tersebut harus

diubah menjadi, “Jika suatu tindakan tidak etis, kemungkinan tindakan

tersebut juga tidak legal.”

Kemungkinan pengungkapan dan konsekuensi (likelihood of discovery and

consequences)

Argumen ini mendasarkan pada evaluasi kemungkinan orang lain akan

menemukan atau mengungkap perilaku. Lazimnya, seseorang juga menilai besarnya

hukuman atau penalti (konsekuensi) jika terdapat pengungkapan tersebut. Sebagai

contoh, perlukah mengembalikan uang pembayaran gaji yang ternyata berlebih

karena secara tak sengaja petugas salah menghitung? Jika si penerima gaji yakin

bahwa petugas pembayar akan mengetahui dan akan menuntut pengembalian dan

dapat mempermalukan dirinya, maka si penerima akan mengembalikan kelebihan

seketika, tetapi jika tidak, si penerima akan menunggu untuk melihat apakah petugas

gaji akan dapat menemukan kesalahannya.

E. Cara Membangun Etos Pribadi Membangun etos pribadi merupakan sebuah upaya untuk menjadikan diri kita

296 | P a g e

Page 302:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

bertindak secara etis. Untuk dapat bertindak secara etis maka individu harus

mempertimbangkan konsekuensi tindakan yang dilakukan. Menjadi seseorang yang

memiliki etos pribadi atau menjadi pribadi yang beretika merupakan suatu kondisi

yang dangat dipengaruhi oleh individu sendiri. Bagaimana cara membangun etos

pribadi maka jawabannya adalah dengan menciptakan citra diri sebagai seseorang

yang beretika dan memiliki rencana agar selalu dicitrakan seperti itu.

1. Lima prinsip berperilaku etis.

Norman Vincent Pale dan Kenneth H. Blanchard mengemukakan lima prinsip

untuk berperilaku etis yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan agar

menjadi pribadi beretika. Kelima prinsip tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Tujuan (purpose). misi kita sebagai individu yang dinyatakan secara jelas, sederhana, dan

didasarkan pada nilai-nilai, harapan, dan visi kita. Tujuan ini sangat penting

karena membantu kita dalam menentukan perilaku mana yang dapat diterima

dan mana yang tidak dapat diterima. Tujuan ini dapat kita tetapkan dengan

menyatakan bahwa kita ingin menjadi seseorang yang sehat secara etis.

b. Perspektif (perspective). Meluangkan waktu untuk merenung dan berpikir bagaimana dan kemana akan

melangkah dan mencapai tujuan.

c. Kesabaran (patience). Merupakan hal yang dibutuhkan untuk memperoleh keyakinan bahwa

berpegang teguh pada nilai-nilai etika akan membawa kita dalam kesuksesan

jangka panjang. Untuk ini kita perlu mempertahankan keseimbangan antara

mencapai hasil dan cara kita mencapai hasil tersebut (tidak menghalalkan

segala cara dalam mencapai sesuatu).

d. Keteguhan (persistence). Keteguhanmemerlukan adanya komitmen untuk hidup berdasarkan

prinsipprinsip etika yang tidak luntur karena berjalannya waktu. Kita harus tetap

teguh mempertahankan prinsip-prinsip etika yang kita yakini, meskipun untuk itu

kita merasakan adanya ketidaknyamanan.

e. Kebanggaan (pride). Kebanggaan akan kita peroleh ketika kesabaran dan keteguhan berhasil untuk

dipertahankan. Perolehan kebanggan dengan cara ini akan membuat kita

297 | P a g e

Page 303:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

menjadi pribadi yang lebih kokoh sehingga tidak mudah tergoda untuk

berperilaku tidka etis.

2. Unsur etos pribadi.

Untuk membangun etos pribadi maka tidak cukup hanya dnegan mengetahui lima

prinsip diatas. Menjadi pribadi yang beretika maka kita perlu mengetahui apa saja

unsur etos pribadi tersebut. Terdapat tiga poin yang menjadi unsur etos pribadi yang

akan diuraikan pada bagian ini.

a. Komitmen etis.

Memiliki pendirian dan kemauan yang kuat untuk bertindak secara etis.

Menurut Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, seseorang disebut

berkomitmen “when you are willing to give your time and energy to something that you

believe in, or a promise or firm decision to do something”, ketika bersedia

memberikan waktu dan energi untuk sesuatu yang kita yakini, atau sebuah janji,

atau sebuah keputusan bulat untuk melakukan sesuatu. Semua orang mempunyai

keterbatasan waktu dan energi, tetapi dengan komitmen yang baik, waktu dapat

“dibuat” dan energi dapat “dikumpulkan”.

Komitmen ada janji yang harus ditepati. Komitmen juga akan terkait dengan

makna kehadiran kita dalam sebuah komunitas. Orang yang berkomitmen seringkali

menjadi sumber energi bagi yang lain. ketiadaan orang seperti ini merupakan sebuah

kehilangan besar. Jadi kalau kita tidak hadir dalam sebuah pertemuan, dan

kawankawan kita merasa tidak terkena dampaknya, bisa jadi kehadiran kita

tidak menggenapkan atau mengganjilkan. Alias tidak bermakna.

Apakah yang selama ini kita anggap komitmen itu, ternyata niat baik saja,

atau keinginan saja yang jika memungkinkan dilaksanakan, atau betul-betul janji

yang jika diingkari adalah sebuah hutang yang belum terbayar? Hidup berkualitas

tidak bisa hanya mengandalkan niat baik atau keinginan. Komitmen yang

dilaksanakan adalah salah satu penentunya.

b. Kesadaran etis.

Suatu kemampuan untuk mempersepsikan (memahami) isu-isu etis dan

implikasi-implikasi etis dari suatu situasi.

c. Kompetensi etis.

Untuk memilih yang benar kita harus memiliki kemampuan untuk melakukan

penalaran moral yang sehat dan mengembangkan strategi-strategi praktis

298 | P a g e

Page 304:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

penyelesaian masalah. Ini berarti bahwa kita harus menanggalkan konsepsi kita

yang keliru mengenai etika, misalnya konsepsi bahwa “jika memenuhi aturan hukum

berarti etis.”

Selama ini kompetensi dimaknai sebgai kemampuan untuk menguasai jenis

kemampuan, yaitu pengetahuan, keterampilan teknis, dan sikap perilaku.

Kompetensi haruslah dimaknai kembali sebagai pengembangan integritas pribadi

yang dilandasi iman yang kuat sebagai fondasinya(SQ), baru kemudian dapat

membangun hubungan yang tulus/ikhlas dengan sesama (EQ), dan akhirnya

barulah penguasaan IPTEK melalui IQ bisa bermanfaat untuk membangun bisnis

yang etis dalam rangka mencapai tujuan kemakmuran bersama bagi para

stakeholders, tidak hanya untuk kepentingan ego pribadi.

Dengan mengutip R.Pahlan (Competency Management: A Practicioner’s

Guide, terjemahan, 2007), dapat menggali lima istilah dalam definisi kompetensi

sebagai berikut.

1) Karakter Dasar diartikan sebagai kepribadian seseorang yang cukup dalam dan

berlangsung lama. Dalam definisi ini, karakter dasar mengarah pada motif,

karakteristik pribadi, konsep diri dan nilai-nilai seseorang.

2) Kriteria Referensi berarti bahwa komptensi dapat diukur berdasarkan standar

atau kriteria tertentu. Dapat diukur faktor-faktor pembentuk terjadinya kinerja

karyawan yang beragam (unggul, biasa, dan rendah). Dari faktor-faktor tersebut

kemudian dapat diprediksi kinerja seseorang. Misalnya angka penjualan yang

dilakukan seorang wiraniaga per satuan waktu.

3) Hubungan Kausal mengindikasikan bahwa keberadaan suatu kompetensi dan

pendemonstrasiannya memprediksi atau menyebabkan suatu kinerja unggul.

Kompetensi-kompetensi seperti motif, sifat dan konsep diri dapat

memprediksikan ketrampilan dan tindakan. Kemudian ketrampilan dan tindakan

memprediksi hasil kinerja pekerjaan. Jadi disitu ada maksud atau motif yang

mengakibatkan sebuah tindakan atau perilaku yang membuahkan hasil.

Contohnya, kompetensi pengetahuan selalu digerakkan oleh kompetensi motif,

karakteristik pribadi, atau konsep diri. Model kausal ini dapat diperjelas lagi

melalui contoh berikut; kalau organisasi tidak mengakuisisi atau

mengembangkan kompetensi inisiatif bagi para karyawannya, maka dapat

diduga pekerjaan yang harus disupervisinya akan dikerjakan ulang dan biaya

299 | P a g e

Page 305:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

untuk memastikan kualitas pelayanan akan meningkat

4) Kinerja Unggul mengindikasikan tingkat pencapaian,misalnya dari sepuluh

persen tertinggi dalam suatu situasi kerja.

5) Kinerja Efektif adalah batas minimum tingkat hasil kerja yang dapat diterima. Ini

biasanya merupakan garis batas dimana karyawan yang hasil kerjanya di bawah

garis ini dianggap tidak kompeten untuk melakukan pekerjaan tersebut.

3. Pemeriksaan 3K.

Ketika kita sedang membangun diri menjadi individu yang memiliki etos

pribadi maka perlu untuk memperhatikan apakah kita telah bertindak secara etis atau

tidak. Memeriksa apakah suatu tindakan kita etis atau tidak dapat dilakukan dengan

sebuah pemeriksaan etika yang lebih dikenal dengan sebutan pengecekan tga K.

sebagai seorang pribadi, siapapun kita maka kita harus menyadari dengan apa yang

kita lakukan, konsekuensi, dan komplikasinya. Maka dari itu dikenallah istilah

pengecekan tiga K yang meliputi kepatuha, kontribusi, dan konsekuensi.

a. Kepatuhan.

Berarti hidup dan berperilaku sesuai dengan aturan hukum, kode etik, aturan

organisasi, prinsip-prinsip moral, harapan masyarakat, dan konsep umum lain

seperti kejujuran dan keadilan. Kita harus menyadari bahwa untuk posisi dan peran

tertentu yang kita jalani, kita bertanggung jawab tidak hanya untuk perbuatan kita

sendiri, tetapi juga perbuatan orang lain. Jika kita adalah seorang atasan, misalnya,

kita harus memperlakukan bawahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan

tetap berpegang pada kejujuran dan memperhatikan rasa keadilan.

b. Kontribusi.

Kontribusiberkaitan dengan apa yang kita berikan atau sumbangkan kepada

orang lain atau masyarakat. Bagi organisasi bisnis, misalnya, kontribusi meliputi

memberikan penghargaan untuk kemitraan pelanggan, menyediakan lapangan

kerja, membantu individu dan masyarakat memenuhi kebutuhaanya, dan

memperbaiki kualitas kehidupan para pegawai serta masyarakat secara

keseluruhan. Sebagai individu atau anggota suatu organisasi, kita harus senantiasa

menyadari peran kita dan berusaha agar selalu mencapai kinerja terbaik dalam

rangka memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan organisasi dan kebaikan

orang lain.

300 | P a g e

Page 306:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

c. Konsekuensi.

Konsekuensiberkaitan dengan pengaruh atau akibat dari keputusan dan

perbuatan kita. Akibat ini bisa positif atau negatif, baik diniatkan maupun tidak

diniatkan. Ini berarti bahwa kita harus selalu memperhitungkan akibat-akibat

perbuatan kita bagi diri sendiri dan orang lain dan berusaha untuk memilih alternatif

yang paling baik akibatnya bagi pihak-pihak terkait. Kita harus senantiasa berusaha

agar setiap keputusan dan tindakan kita tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri

tetapi bermanfaat juga bagi sebanyak mungkin orang lain, apalagi orang-orang yang

mempunyai hubungan khusus dengan kita.

Mengacu pada tiga K maka kita dapat melakukan hal-hal berikut ini sebelum

mengambil tindakan.

Kepatuhan: Patuhi, tetapi jangan bergantung semata-mata pada ketentuan hukum.

Patuhi kaidah-kaidah moral.

Hormati kebiasaan orang lain, tetapi tidak dengan mengorbankan prinsip

etika Anda sendiri.

Kontribusi dan konsekuensi: Pertimbangkan kesejahteraan orang lain, termasuk pihak-pihak yang tidak

berpartisipasi.

Berpikirlah sebagai seorang anggota organisasi atau komunitas, bukan

sebagai individu yang terisolasi.

Pikirkan diri sendiri (dan organisasi atau komunitas Anda) sebagai bagian

dari masyarakat.

Berpikirlah secara objektif.

Ajukan pertanyaan, “Jenis orang seperti apakah yang melakukan perbuatan

semacam ini?”

301 | P a g e

Page 307:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

RANGKUMAN

1) Etos adalah suatu nilai yang mendasari sikap perilaku dan menjadi ciri khas

bagi seseorang atau kelompok di mana saja mereka berada. Secara lebih

sederhana etos dimaknai sebagai etika yang telah mendarah daging.

2) Pembahasan etos pribadi meliputi nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu pembahsan juga meliputi masalah konsep diri, percaya diri, jujur,

pribadi berintegrita, komunikasi, kepemimpinan, manajemen waktu, dan

manajemen konflik.

3) Etos pribadi akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi beretika. Penting

untuk memiliki etos pribadi karena dengan etos pribadi akan menjadi individu

memiliki pemahaman yang lebi luas dalam menjalani kehidupan. Individu

tersebut akan menjadi pribadi yang lebih memahami isu moral yang terjadi,

mampu menangani masalah dengan bahasa yang etis dan memandangnya

dengan sudut pandang yang tepat. Etos pribadi akan membuat seseorang

mampu mempertahankan otonomi moralnya (bertindak secara independen dan

teratur).

4) Untuk membangun pribadi beretika maka perlu adanya bekal pengetahuan

mengenai prinsip berperilaku etis dan unsur etos pribadi. Pemeriksaan tiga K

bermanfaat untuk mengeatahui apakh suatu tindakan dilakukan dengan etis.

LATIHAN

1) Jelaskan apakah yang dimaksud dengan kepemimpinan sejati?

2) Jelaskan unsur-unsur etos pribadi?

3) Jelaskan tentang pemeriksaan 3K?

4) Apa yang dimaksud dengan “amoral”?

5) Jika kita membandingkan “etika” dan “etiket”, apakah persamaan dan

perbedaannya?

6) Jika kita membandingkan nilai moral dengan nilai-nilai lain, apa yang menjadi ciri

khasnya?

7) Apa maksudnya, jika dikatakan bahwa kemajuan yang dicapai berkat ilmu dan

teknologi bersifat ambivalen? Bagaimana ambivalensi ini tampak?

302 | P a g e

Page 308:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB

ATURAN KEPEGAWAIAN DAN KODE ETIK PROFESIPNS DI KEMENTERIAN KEUANGAN

12 _____________________________________________________

Tujuan Instruksional Khusus:

1. Memahami pengertian profesi dan kode etik 2. Memahami Pokok-Pokok Kepegawaian dan Disiplin PNS 3. Memahami Nilai-Nilai Kementerian Keuangan 4. Memahami Kode Etik Unit Eselon I Kementerian Keuangan

Dalam bab ini akan dipelajari tentang berbagai aturan kepegawaian dan kode etik

yang berlaku di Kementerian Keuangan. Aturan kepegawaian dan kode etik di sebuah

instansi bersifat dinamis karena disesuaikan dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu

dalam bab ini pembahasan tentang berbagai aturan tersebut diletakkan pada lampiran

mengingat perubahannya yang cepat disesuaikan dengan perubahan zaman. Namun pada

bab ini akan dibahas sedikit tentang profesionalisme mengingat pegawai negeri juga

adalah profesi yang terikat pada nilai-nilai profesional.

A. Profesi dan Ciri-Cirinya Tidak ada definisi tunggal yang mencakup berbagai penggunaan kata profesi.

Namun demikian, dari berbagai pandangan dan kenyataan yang dapat kita jumpai, kita

dapat mengatakan bahwa suatu profesi merupakan suatu kombinasi dari sejumlah

karakteristik yang membentuk struktur profesi, tanggung jawab, dan hak-hak yang

disatupadukan oleh seperangkatnilai, yakni yang menentukan bagaimana keputusan

diambildan bagaimana tindakan ditempuh.

Ada lima karakteristik yang umumnya dapat dijumpai pada setiap profesi, yaitu;

1. Bidang pengetahuan khusus yang diajarkan secara formal dan bersetifikat / berijasah

(pendidikan formal dan profesional).

2. Komitmen terhadap tujuan sosial (kebaikan) yang menjadi alasan bagi keberadaan

profesi (pengabdian kepada masyarakat).

3. Kapasitas untuk mengatur diri sendiri, sering kali dengan sanksi hukum bagi mereka

yang melanggar norma-norma perilaku yang disepakati.

303 | P a g e

Page 309:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

4. Ijin dari pihak berwenang (pemerintah dan asosiasi) untuk berparaktik sebagai

profesional.

5. Kedudukan dan prestise yang relatif lebih tinggi di masyarakat.

1. Bidang Pengetahuan khusus dan pendidikan formal / profesional

Fondasi suatu profesi adalah bidang pengetahuan khusus yang sangat penting bagi

masyarakat. Ini pula yang mendasari keberadaan suatu profesi: suatu profesi ada untuk

melayani masyarakat. Ini berarti jasayang disediakan kepada masyarakat adalah sangat

penting, sehingga diperlukan tingkat keahlian yang tinggi, dan karenanya memerlukan

pendidikan dan pelatihan yang ekstensif. Untuk menjadi profesional, atau anggota suatu

profesi, seoarang harus belajar lama (dan keras), menyelesaikan pelajaran (mata kuliah)

keahlian di bidang yang besangkutan dalam suatu jumlah jam minimum tertentu, lulus

ujianyang panjang dan sulit, memiliki acuan karakter, dan memperoleh pengalaman

profesional dalam jangka waktu yang cukup. Lebih dari itu, para profesional umumnya

diharuskan oleh profesinya untuk memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan dalam

rangka mempertahankan status profesionalnya.

Komitmen terhadap tujuan sosial (pengabdian kepada masyarakat

Seorang profesional tidak menuntut keistimewaan profesional agar dapat

memaksimalkan keberuntungannya, dan lebih dari itu, tanggung jawab profesionalnya yang

utama bukan kepada diri sendiri, majikan atau klein, melainkan kepada masyarakat.

Seorang profesional memiliki komitmen terhadap pandangan hidup yang secara intelektual

kompleks dan menuntut pemuktahiran terus menerus atas pengetahuan dan keahlian.

Pelayanan publik, baik langsung maupun tak langsung adalah tanggung jawabanya.

Tanggung jawab ini adalah sedemikian tingginya sehingga seoarang profesional harus

bersedia mengorbankan kepentingan dirinya untuk memenuhi tanggung jawabnya kepada

masyarakat.

Sistem pengaturan diri

Untuk memberikan jasa dengan kualitas tinggi, suatu profesi mengorganisasikan diri

dalam suatu wadah asosiasi yang selanjutnya menentukan tidak hanya standar teknis

tetapi juga standar etika (kode etik atau kode perilaku) sebagai sarana untuk mengatur

perilaku anggotanya (para profesional) baik didalam maupun diluar tugas-tugas profesional.

Para anggota profesi yang melakukan kebohongan. Kecurangan atau berperilaku yang

melanggar praktik-praktik standar yang ditetapkan akan didisiplinkan oleh profesi itu

sendiri.

Pengawasan dan/atau perijinan oleh pemerintaj dan asosiasi profesi

304 | P a g e

Page 310:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Karena jasanya sangat penting bagi masyarakat, biasanya pemerintah

berkepentingan untuk melakuakan pengaturan tertentu, khususnya dalam hal pengawasan,

antara lain melalui mekanisme perjanjian dan pemantauan. Pihak profesi sendiri juga

memberlakukan aturan masuk yang ketat, antara lain melalui mekanisme pendidikan dan

ujian profesi atau sertifikat.

Status dan prestise yang relatif lebih tinggi di masyarakat

Selain keempat karakateristik pokok di atas, ada satu lagi karakteristik yang

biasanya menandai suatu profesi. Karakteristik ini saebenarnya merupakan akibat dari

empat karakteristik sebelumnya, yaitu sebutan profesional dan status prestise di atas rata-

rata di dalam masyarakat. Mereka yang menekuni pekerjaan yang memenuhi kriteria

sebagai profesi memperoleh atau menyandang sebuatan profesional. Sebagai imbalan dari

pencapaian dan pemeliharaan atas jasa yang tinggi, dan karenta masyarakat rela

memberikan bayaran yang tinggi, kepada para profesional. Oleh sebab itu, mereka yang

tetap menjadi anggota profesi berada dalam posisi menguntungkan untuk memperoleh

banyak manfaat, pengakuan dan penghasilan tinggi, sehingga memungkinkan mereka

untuk hidup sepenuhnya dari pekerjaan atau profesinya itu. Harga diri yang tinggi karena

menjadi anggota suatu kelompok elite (profesi) ini menyebabkan status profesional sangat

diharapkan.

Mengacu kepada karakteristik umum di atas, dengan demikian profesi adalah

pekerja, tetapi tidak seperti pekerjaan pada umumnya. Mereka yang menjalani profesi (para

profesional), tidak seperti orang-orang lain yang menjalani pekerjaan pada umumnya.

Profesional menghadapai tuntutan yang sangat tinggi baik dari luar maupun dari dalam diri

sendiri. Tuntutan ini menyangkut tidak saja keahlian, tetapi juga komitmen moral. Seorang

profesional memiliki komitmen terhadap pandangan hidup yang secara intelektual

kompleks dan menuntut pemuktahiran terus menerus atas pengetahuan dan keahlian.

Lebih dari itu, perilakunya selalu diawasi atas dasar tolak ukur etika. Para prefosional

membuat pertimbangan-pertimbangan sulit yang membutuhkan kesatupaduan antara

kompetensi teknis dan kompetensi etis. Mereka menghadapi dilema moral secara rutin, dan

mereka memegang teguh standar yang tinggi terhadap kode etik profesi.

Berdasarkan unsur-unsur pokok di atas, suatu profesi dapat diibaratkan sebagai

sebuah bangunan dengan tiga komponen utama : fondasi,kerangka(pilar dan dinding), dan

atap seperti gambar 1.

Fondasi mendasari setiap profesi haruslah fondasi yang kokoh, berupa bidang

pengetahuan yang diakui dan sangat penting atau esensial bagi kemakmuran masyarakat.

Inilah yang menyebabkan jasa para profesional sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan

diperlukannya proses pendidikan yang ekstensif. Kerangka yang berdiri di atas fondasi

305 | P a g e

Page 311:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

suatu bangunan juga memilki kesamaan dengan sebuah profesi. Kerangka ini meliputi tiga

unsur yaitu :

a. Proses pendidikan untuk memperoleh dan memelihara pengetahuan dan keahlian

profesional;

b. Proses ujian dan sertifikasi untuk memastikan apakah para praktisi memiliki

pemahaman yang mantap terhadap pokok masalah, dan

c. Rasa tanggung jawab (pengabdian) terhadap masyarakat dalam kaitanya dengan

pemanfaatan pengetahuan ini

Agar menjadi sebuah bangunan yang utuh sehingga dapat digunakan sebagai

tempatbernaung dan mengorganisasikan diri, fondasi dan kerangka memerlukan atap.

Bagi profesi, atap ini meliputi unsur- unsur :

a. asosiasi profesional (organisasi profesi)

b. kode etik (standar atau aturan etika/perilaku), dan

c. standarteknis

Asosiasi dipelukan sebagai wadah untuk mengorganisasikan dan mengatur diri.

Standar etika dan standar teknis diperlukan sebagai panduan bagi para profesional dalam

perilaku dan menjalankan tugas-tugas profesional agar mereka dapat secara konsisten

memberikan jasa bersatandar kualitas tinggi.

Masyakat kita menaruh harapan yang berbeda terhadap para profesional

dibandingkan dengan terhadap merekayang tidak dikatagorikan sebagai profesional. Ciriciri

suatu profesi sebagaimana diuraikan di muka secara tegas memberikan penjelasan

mengenai hal ini. Dengan perkataan lain, harapan masyarakat terhadap suatu profesi

adalah sangat tinggi dan menentukan wujud profesi tersebut.

Dalam kenyataannya, para profesional bekerja dengan sesuatu yang sangat

bernilai. Bagi suatu profesi, kepercayaan menyangkut kompensi dan tanggung jawab

dalam melaksanakan pekerjaan adalah sangat penting. Pada akhirnya, pengakuan

masyarakat terhadap suatu profesi akan mementukan hak-hak yang dapat dimiliki dan

dinikmati oleh profesi tersebut : (1) berpraktek, seringkali dengan suatu monopoli atau jasa

yang ditawarkan; (2) mengatur keanggotaanpada profesi; (3) menerima penghasilan yang

relatif tinggi; dan (4) mengatur diri sendiri atau melakukan penilaian sendiri (antarsejawat,

bukan oleh pejabat pemerintah). Jika suatu profesi kehilangan kredibilitas di mata publik,

akibatnya sangat serius, bukan hanya bagi para profesional yang terkait langsung, tetapi

bagi profesi secara keseluruhan.

B. Sumber-sumber Panduan Etika

306 | P a g e

Page 312:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Salah satu ciri yang membedakan profesi dari pekerjaan lainnya adalah komitmen

moral yang tinggi. Dalam kaitan ini, para profesional memerlukan nilai-nilai atau

prinsipprinsip etika yang dapat digunakan sebagai pemandu perilakunya ketika

menjalankan tugas profesional dan di luar penugasan profesional (dalam kehidupan

pribadi). Prinsipprinsip ini dapat diperoleh dari banyak sumber, dan dua di antaranya

adalah sumber penting : (1) Kode etik, dan (2) hukum dan jurisprudensi.

Sumber panduan etika yang dapat dikatakan pasti tersedia adalah kode etik atau

aturan perilaku yang ditetapkan oleh asosiasi profesi dan kode etik ini menduduki peringkat

yang penting. Kode etik lainnya bisa juga ada yang relevan seperti kode etik asosiasi

perdagangan, badan - badan pemerintah atau kelompok - kelompok kepentingan tertentu

seperti para ahli lingkungan.

Para profesional dapat juga mengacu pada kasus-kasus hukum dan

pertimbangan/pendapat pengacara dalam menginterprestasikan kewajiban hukum dan

pertahanan diri. Akan tetapi kehati-hatian perlu dilakukan dalam menerpakan standar-

standar hukum pada masalsah-masalah etika karena tiga hal. Pertama, hukum umumnya

ketinggalan dari apa yang oleh masyakat dianggap etis. Kedua, apa yang sesuai dengan

hukum (legal)tidak selalu etis. Ketiga ,kemungkinan tidak banyak keputusan yang relevan

dan sesuai dengan kasus yang sedang dihadapi, sehingga dapat digunakan sebagai

acuan.

C. Aturan Kepegawaian bagi PNS Sebagai sebuah profesi, maka PNS terikat oleh aturan-aturan di dalam profesinya

yang disebut sebagai aturan kepegawaian. Aturan kepegawaian dalam profesi PNS selalu

berkembang sesuai dengan perubahan zaman dan kebutuhan. Namun hal pertama yang

perlu dipelajari dalam aturan kepegawaan PNS adalah mempelajari Pokok-Pokok

Kepegawaian dan aturan tentang disiplin PNS.

Aturan tentang pokok-pokok kepegawaian PNS terdapat pada Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian (ada pada lampiran). Sedang aturan tentang disiplin PNS

terakhir diubah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 (terlampir).

D. Kode Etik Eselon I pada Kementerian Keuangan Sebagai sebuah kementerian yang mempelopori reformasi birokrasi di Indonesia,

maka Kementerian Keuangan telah menyusun Nilai-Nilai Kementerian Keuangan

(terlampir) yang menjadi acuan perilaku bagi seluruh unit eselon 1 dalam menjalankan

tugas pokok dan fungsinya. Pada setiap unit eselon 1 juga sudah disusun Kode Etik yang

khas untuk setiap unit eselon I (terlampir). Kode Etik ini berfungsi untuk mengatur perilaku

307 | P a g e

Page 313:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

PNS agar sesuai dengan norma-norma etis yang telah ditetapkan dengan sanksi yang

jelas, sehingga tercipta PNS yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat.

SOAL-SOAL

1. Apa sesungguhnya profesi itu?

2. Apa ciri-ciri yang membedakan seorang profesional dengan orang yang menekuni

pekerjaan biasa?

3. Apa saja yang merupakan sumber nilai-nilai etis bagi profesional?

4. Jelaskan tentang hal-hal yang utama yang terdapat dalam Undang-Undang Pokok

Kepegawaian!

5. Apa saja Nilai-Nilai Kementerian Keuangan? Jelaskan!

6. Pelajaran apa yang dapat Anda ambil dari Kode Etik pada setiap Eselon 1 Kementerian

Keuangan?

308 | P a g e

Page 314:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Glosarium

Agathos : baik

Altruisme : suatu paham (sifat) lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan

orang lain

Attainment:pencapaian, hasil yg diperoleh, hasil yg dicapai, tindakan mencapai sesuatu

Ahli: Orang yang mahir, paham sekali dalam suatu ilmu (kepandaian).

Amanah: Terpercay

Artikulasi: perubahan ruang dan ruang dalam saluran suara untuk menghasilkan bunyi

bahasa. Daerah artikulasi terbentang dari bibir luar sampai pita suara, dimana fenom-

fenom terbentuk berdasarkan getaran pita suara disertai perubahan posisi lidah dana

semacamnya

Advokat adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasihat atau pembela

perkara dalam pengadilan.

Akuntabilitas: keadaan untuk dipertanggungjawabkan, keadaan dapat dimintai

pertanggungjawaban

Bailout : istilah ekonomi dan keuangan digunakan untuk menjelaskan situasi dimana

sebuah entitas yang bangkrut atau hampir bangkrut, seperti perusahaan atau sebuah

bank diberikan suatu injeksi dana segar yang likuid, dalam rangka untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya.

Birokrasi: sistem pemerintahan yg dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah

berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan

Birokrasi:suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida,

dimana lebih banyak orang berada ditingkat bawah dari pada tingkat atas, biasanya

ditemui pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer.

Basic prerequisite :keperluan/kepentingan dasar.

Celah harapan masyarakat: celah antara harapan pengguna jasa profesional akuntan

dan kinerja akuntan yang bersangkutan , sedangkan celah kredibilitas adalah celah

antara kredibilitas pengguna jasa profesional akuntan dan kinerja akuntan yang

bersangkutan.

Contracting out: praktik yang dilakukan pemerintah atau perusahaan swasta untuk

mempekerjakan dan membiayai agen dari luar untuk menyediakan pelayanan tertentu

daripada mengelolanya sendiri.

Causa finalis : tujuan akhir

309 | P a g e

Page 315:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Deon : kewajiban

Disposisi: pendapat seorang pejabat mengenai urusan yg termuat dl suatu surat dinas,

yg langsung dituliskan pd surat yg bersangkutan atau pd lembar khusus

Dogmatis: bersifat mengikuti atau menjabarkan suatu ajaran tanpa kritik sama sekali

Direksi: (Dewan) pengurus atau (dewan) pimpinan perusahaan, bank,yayasan, dsb.

Egoisme : tingkah laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri

daripada untuk kesejahteraan orang lain.

Eksistensi: keberadaan

Elaborasi: penggarapan secara tekun dan cermat

Etika:studi untuk memahami apa yang merupakan kehidupan yang baik dan menaruh

perhatian terhadap penciptaan kondisi bagi orang-orang untuk mencapai kehidupan

yang baik tersebut.

Etika normatif: studi penentuan nilai etika; etika yang menetapkan berbagai sikap dan

perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya

dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini.

Etika terapan: studi penggunaan nilai-nilai etika.

Eudaimonia: kesejahteraan

Etis: sesuai dengan asas perilaku yang disepakati secara umum.

Entitas: Satuan yang berwujud; ujud.

Etika: Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral

(akhlak).

Etiket: Tatacara (adatsopansantun, dsb) dalam masyarakatberadab dalam

memeliharahubunganbaikantarasesama manusianya.

Etika:cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi

mengenai standar dan penilaian moral

Etika kerja:sistem nilai atau norma yang digunakan oleh seluruh karyawan perusahaan,

termasuk pimpinannya dalam pelaksanaan kerja sehari-hari

Etika profesi: sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional

terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam

rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.

Etimologi: cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu kata

Etos: adalah memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas

sesuatu

Franchise: perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau

menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha

310 | P a g e

Page 316:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan

oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.

Fundamental: bersifat dasar (pokok)

fathonah : cerdas, kecerdasan

Globalisasi: Proses masuknya ke ruang lingkup dunia: ~ siaran televisi kita tidak dapat

dihindarkan lagi.

Good governance : cara yang dapat digunakan oleh suatu negara untuk melaksanakan

wewenangnya dalam menyediakan barang dan jasa publik.

Gratifikasi merupakan tindak pidana korupsi berupa pemberian. Gratifikasi dapat

berbentuk uang, barang, diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket pesawat, dan

fasilitas lain.

Heteronomi: hal ketergantungan pada undang-undang atau kuasa orang lain, (dalam

filsafat Kantianmoral)bertindak sesuai dengankeinginanseseorang, bukan alasan

ataukewajiban moral

Idiopatik: berhubungan denganatauyang menunjukkansegala penyakitatau

kondisiyang timbulsecara spontan atauyangpenyebabnya tidak diketahui

Institusi: Sesuatu yang dilembagakan oleh undang-undang, adat atau kebiasaan

(seperti perkumpulan, paguyuban, organisasi sosial, dan kebiasaan berhala-bihalal

pada hari lebaran); Gedung tempat diselenggarakannya kegiatan perkumpulan atau

organisasi.

Investor: Penanam uang atau modal; Orang yang menanamkan uangnya di usaha

dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

Intelectual corruption : manipulasi informasi untuk mencapai tujuan tertentu yang

semuanya berdampak merugikan masyarakat, misalnya manipulasi oleh pemerintah

tentang data statistik.

Izin Mendirikan Bangungan (IMB): izin yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada

orang Pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimasuk agar desain,

pelaksanaan pembangunan, sesuai rencana tata ruang yang berlaku, sesuai dengan

koefisien dasar bangunan, koefisien luas bangunan, koefisien ketinggian bangunan

yang ditetapkan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati

bangunan tersebut.

Integritas: mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga

memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran.

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil : kewajiban, tanggung jawab, tingkah laku, dan

perbuatan sesuai dengan nilai-nilai hakiki profesinya yang dikaitkan dengan nilai-nilai

311 | P a g e

Page 317:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

yang hidup dan berkembang di masyarakat serta pandangan hidup Bangsa dan Negara

Indonesia.

Kolusi: permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar-Penyelengara

Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang merugikan orang lain,

masyarakat, dan/atau Negara.

Kompetensi: kemampuan untuk melaksanakan satu tugas, peran atau tugas,

kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan

nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan

yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

Korupsi: suatu perbuatan tidak jujur atau penyelewengan yang dilakukan karena

adanya suatu pemberian. Dalam prakteknya, korupsi lebih dikenal sebagai menerima

uang yang ada hubungannya dengan jabatan tanpa ada catatan atau administrasinya.

Kredibilitas: perihal dapat dipercaya.

Klasik : mempunyai nilai atau mutu yang diakui dan menjadi tolok ukur kesempurnaan

yang abadi

Koalisi: Kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh kelebihan suara di

parlemen.

Kolaborasi : (Perbuatan) kerja sama dengan musuh.

Komunikasi: Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih

sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; Hubungan; Kontak.

Konsumtif : perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai

produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.

Manajemen proses: program yang sedang eksekusi/ dijalankan program berisi intruksi

yang harus dilakukan keterangan variabel yang digunakan dan letak data yang

diperlukan.

Meta-etika: studi konsep etika; jalan menuju konsepsi atas benar atau tidaknya suatu

tindakan atau peristiwa.

Modernisasi :proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk

dapat hidup sesuai dengan tuntutan masa kini

Moral : ajaran tentang baik buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan,

sikap, kewajiban,, dll.

Material corruption: korupsi material terkait menggunakan uang secara tidak berhak

untuk kepentingan sendiri.

312 | P a g e

Page 318:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Molekulisasi kekuasaan : Unit kecil dalam organisasi yang memiliki kekuasaan tanpa

dapat dikontrol oleh atasannya. Unit kecil ini dapat melakukan apa saja yang merugikan

masyarakat.

Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik

merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

Kondisional:sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

public

Nepotisme: suatu sikap atau tindakan seorang pemimpin yang lebih mendahulukan

keluarga dan sanak famili dalam mem-berikan jabatan dan yang lain, baik dalam

birokrasi pemerintahan maupun dalam manajemen perusahaan swasta.

Objektivitas: sikap jujur, tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau

golongan dl mengambil putusan atau tindakan.

Organisasi privat (bisnis) : organisasi yang ditujukan untuk menyediakan barang dan

jasa kepada konsumen, yang dibedakan dari kemampuanya membayar barang dan

jasa tersebut sesuai dengan hukum pasar.

Organisasi public: tipe organisasi yang bertujuan menghasilkan pelayanan kepada

masyarakat, tanpa membedakan status dan kedudukannya.

Pelayanan public: segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh

instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan lingkungan Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bentuk barang dan jasa

baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan perundang-undangan.

Privatisasi: penjualan saham Persero (Perusahaan Perseroan), baik sebagian maupun

seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai

perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas

saham oleh masyarakat.

Prosedur operasi standar (standard operating procedure, SOP): suatu set instruksi yang

memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk atau direktif. Hal ini mencakup hal-hal dari

operasi yang memiliki suatu prosedur pasti atau terstandardisasi, tanpa kehilangan

keefektifannya.

Panteistik: bersifat atau berhubungan dng panteisme :ajaran yg menyamakan Tuhan

dengan kekuatan-kekuatan dan hukum-hukum alam semesta

Pluralisme: keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial

dan politiknya)

Profesional: berhubungan dengan profess

313 | P a g e

Page 319:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Penasihat: Orang yang memberi nasihat dan saran; Orang yang menasihati.

Pluralisme: Keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial

dan politiknya).

Prosedur: Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas; Metode langkah demi

langkah secara pasti dalam memecahkan suatu problem.

Reformasi: perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau

agama) dl suatu masyarakat atau negara.

Reformasi Birokrasi: upaya untuk melakukan pembaruan dan perubahan mendasar

terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan.

Relevansi: hubungan/kaitan.

Restrukturisasi: penataan kembali struktur badan/lembaga sehingga kinerja

badan/lembaga tersebut dapat lebih efektif dan efisien. Kata efisiensi sering

dianalogikan dengan penghematan, yakni usaha-usaha untuk meningkatkan hasil kerja

lembaga badan/lembaga sehingga dengan penggunaan sumber daya sekecil mungkin

mendapatkan hasil kerja yang sebesar mungkin.

Standar pelayanan: suatu komitmen penyelenggara pelayanan untuk menyediakan

pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukan atas dasar perpaduan

harapan-harapan masyarakat dan kemampuan penyelenggara pelayanan.

Otonom: kelompok sosial yang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah

tindakannya sendiri

Teistik: ilmu yg mengajarkan adanya Tuhan

Telos: tujuan

Organisasi : Kesatuan (susunan dsb) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dsb) dalam

perkumpulan dsb untuk tujuan tertentu; Kelompok kerja sama antara orang-orang yang

diadakan untuk mencapai tujuan bersama.

Sidiq: Benar

Slogan: Perkataan atau kalimat pendek yang menarik, mencolok, dan mudah diingat

untuk menjelaskan tujuan suatu idiologi golongan, organisasi, partai politik, dsb.

Standar: Ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan.

Tabligh: Menyampaikan

Transparansi: kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi

Partisipatif:setiap orang memiliki hak untuk terlibat dalam pengambilan keputusan di

setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan

Tupoksi:Tugas pokok dan fungsi

Otonomi:wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah

314 | P a g e

Page 320:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Integrasi: suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap

komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap

mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing

KORPRI: organisasi di Indonesia yang anggotanya terdiri dari Pegawai Negeri Sipil,

pegawai BUMN, BUMD serta anak perusahaan, dan perangkat Pemerintah Desa.

Profesi: pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu

pengetahuan khusus

Pegawai Negeri: warga negara RI yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,

diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri,

atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 1 UU 43/1999).

Political corruption : korupsi terkait berbagai kebijakan

Pragmatisme: aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala

sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-akibat

atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.[

Stakeholder : pemangku kepentingan atau segenap pihak yang terkait dengan isu dan

permasalahan yang sedang diangkat.

Seikatsuka adalah pendidikan karakter melalui pendidikan tentang kehidupan sehari-

hari yang diterapkan oleh Jepang.

PNS: salah satu jenis Kepegawaian Negeri di samping anggota TNI dan Anggota

POLRI (UU No 43 Th 1999).

SOP: Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan

menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

Teologi: ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan

beragama.

Urgensi: keharusan yg mendesak atau hal sangat penting.

Utilis: bermanfaat.

315 | P a g e

Page 321:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR
Page 322:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

Kusmanadji. 2004.Etika, Profesi Akuntansi, Bisnis, dan Pelayanan Publik. Jakarta:

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

Rumahbelajarpsikologi.com/index.php/nilai.html

Sarimah, Ucok. 2008. Etika Profesi Pegawai Negeri Sipil Departemen Keuangan R.I.

Jakarta: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

sdmart.wordpress.com/2007/11/01/integritas-dalam-kepemimpinan/

Undang-Undang-Undang Nomor 08 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen www.wikipedia.com www.pembelajar.com/membangun-integritas www.crayonpedia.com Yukidama.blogspot.com/2010/10/pengertian-nilai-menurut-para-ahli.html

317 | P a g e

Page 323:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

LAMPIRAN KODE ETIK DITJEN PAJAK

Kode Etik Pegawai Kode Etik adalah standar integritas yang diharapkan dari seorang pegawai DJP dan juga merupakan standar perilaku yang diharapkan dalam rangka pelaksanaan tugas sehari-hari. Kode Etik Pegawai DJP yang tertuang di dalam Keputusan Menkeu Nomor 222/KMK.03/2002 dan Nomor 382/KMK.03/2002 mengatur tentang kewajiban dan larangan pegawai DJP dalam menjalankan tugas melayani masyarakat Wajib Pajak

Kewajiban Pegawai Menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat orang lain dalam

menjalankan tugas; Bersikap jujur dan lugas, bekerja secara efisien dan profesional, serta dapat dipercaya

dalam melaksanakan tugas; Memberikan pelayanan perpajakan kepada Wajib Pajak dengan sebaik-baiknya sesuai

bidang tugas masing-masing; Memberikan informasi yang jelas, lengkap, dan benar kepada Wajib Pajak mengenai

hak dan kewajibannya; Berpenampilan dan berbusana sesuai dengan tuntutan tugas pada Direktorat Jenderal

Pajak; Bersikap sopan dan terbuka dalam berhubungan dengan Wajib Pajak serta

menghormati hak-hak Wajib Pajak; Bersikap netral dari pengaruh semua golongan dan atau partai politik serta tidak

diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak; Menjaga keselamatan dirinya dan rekan kerjanya; Menaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor Menaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar, lengkap, jelas,

dan menandatanganinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya dan tidak mempunyai tunggakan

pajak; Melaporkan kepada atasannya jika ada situasi konflik kepentingan dalam

melaksanakan tugas; Melaporkan secara tertulis kepada atasannya, apabila mengetahui adanya

pelanggaran/penyimpangan di bidang perpajakan yang dapat merugikan keuangannegara;

Bertanggung jawab atas hasil pelaksanaan tugasnya; Bertanggung jawab dalam mengamankan semua dokumen dan peralatan yang

dipinjam dari Wajib Pajak; Mengamankan informasi dan data yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak dengan

cara:a. Mengamankan file atau berkas; b. Mengamankan password komputer dan tidak membocorkan kepada pegawai dan pihak lain yang tidak berhak; c. Memusnahkan

318 | P a g e

Page 324:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dokumen yang tidak terpakai sesuai dengan prosedur yang berlaku; d. Tidak mengijinkan orang yang tidak berhak berada dalam ruangan kerja.

Menjaga tempat kerja dalam keadaan bersih, aman, dan nyaman; Memelihara, melindungi, dan mengamankan barang inventaris milik Direktorat Jenderal

Pajak.

Larangan Pegawai : Bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas; Menggunakan kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung dan fasilitas

kantor untuk kepentingan diri sendiri maupun pihak ketiga lainnya; Menerima segala pemberian ataupun penghargaan dalam bentuk apapun termasuk

uang, saham atau surat berharga lainnya, komisi, hadiah, cindera mata, hiburan, jamuan, perjalanan wisata, sponsorship, dan jasa lainnya dari Wajib Pajak secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan pegawai memiliki kewajiban yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya;

Menerima kunjungan Wajib Pajak dalam rangka urusan dinas di luar kantor; Memanfaatkan data dan atau informasi perpajakan untuk memperoleh keuntungan

pribadi pegawai; Memanfaatkan kewenangan jabatan dan pengaruhnya untuk memperoleh keuntungan

pribadi; Menggandakan sistem dan atau program aplikasi komputer milik Direktorat Jenderal

Pajak di luar kepentingan dinas; Menyampaikan informasi perpajakan kepada Pihak Ketiga kecuali bagi pegawai yang

berwenang; Membantu, melindungi, bekerja sama, menyuruh, atau memberi kesempatan pihak lain

untuk melakukan tindak pidana di bidang perpajakan; Melakukan kesempatan dengan Wajib Pajak yang merugikan Negara dengan sengaja

dalam pelaksanaan tugas; Mengkonsumsi minuman keras yang dapat merusak citra dan martabat pegawai; Mengkonsumsi, mengedarkan, dan atau memproduksi narkotika dan atau obat

terlarang.

319 | P a g e

Page 325:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

KODE ETIK DAN PERILAKU PEGAWAI DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

(lampiran kep 04/BC/2002)

I. Prinsip Dasar Setiap pegawai negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

II. Tanggung Jawab Pribadi Semua pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukal (DJBC), yang selanjutnya disebut pegawai, wajib : Mengangkat dan mentaati sumpah/ janji pegawai negeri sipil dan sumpah/ janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undengan yang berlaku; a. Saling menghormati antara sesama warga negara yang berbeda agama / kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa;b. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh pengabdian,

kesadaran dan tanggung jawab;c. Menghindari diri untuk melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau

martabat negara, pemerintah atau pegawai negeri sipil; d. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan negara; e. Menqhindari memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau

martabat pegawai negeri sipil, kecuali untuk kepentingan jabatan; f. Menghindari diri untuk menghalangi berjalannya tugas kedinasan;g. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang;h. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugasnya;i. Mendorong bawahan untuk meningkatkan prestasi kerjanya;j. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap bawahannya;k. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kariernya;l. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap laporan yang

diterima mengenai pelanggaran disiplin;m. Menjadi teladan sebagai warga negara yang baik dalam masyarakat;n. Menjalankan pola hidup sederhana di dalam kehidupan bermasyarakat;o. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan profesionalisme dalam

melaksanakan tugas;p. Mentaati ketentuan jam kerja;q. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap

sesama pegawai negeri sipil dan atasan;r. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan korps

pegawai negeri sipil.

III. Ketaatan Pada Undang-Undang Semua pegawai harus tunduk dan patuh pada undang-undang dan ketentuan formal yang berlaku. Hal ini berarti bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai, yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang ditegakan oleh Bea dan Cukai, atau peraturan perundang-undangan dimana Bea dan Cukai mempunyal kepentingan di

320 | P a g e

Page 326:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

dalamnya dapat dianggap sebagai pelanggaran yang serius / parah yang dapat mencemarkan nama baik institusi DJBC. Oleh sebab itu pegawai wajib : a. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang

berlaku; b. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung

menyangkut tugas kedinasannya maupun yang berlaku secara umum; c. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan.

IV. Hubungan Dengan Masyarakat 4.1 Tanggung Jawab Pada Masyarakat

Dalam melaksanakan tugasnya setiap pegawai wajib memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat sebagai wujud kesadaran akan kedudukannya sebagai pelayan masyarakat, oleh sebab itu setiap pegawai wajib : a. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang

tugasnya masing-masing; b. Menghindari untuk melakukan suatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani dan / atau pihak lainnya;

c. Berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat namun tegas, responsif, transparan dan profesional sesuai ketentuan yang berlaku.

4.2. Keberatan Dan Kritik Masyarakat Setiap pegawai harus sadar sepenuhnya tentang perlunya membangun citra yang positif tentang kinerja, perilaku dan integritas pegawai. Dalam melayani masyarakat seringkali tidak terhindarkan adanya masukan dalam bentuk kritik, protes, keluhan dan keberatan yang berasal dari masyarakat, rekan sekerja maupun pihak terkait lainnya terhadap kinerja dan perilaku pegawai. Menghadapi hal demikian, pegawal wajib untuk bersikap : a. Membuka diri, menunjukan sikap simpatik dan bersedia menampung berbagai bentuk

kritik, protes, keluhan dan keberatan tersebut; b. Menyelidiki duduk masalah dan kemudian menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan

masalah tersebut; c. Menyelesaikan masalah secara cepat dan obyektif serta mengacu kepada ketentuan

yang berlaku; d. Menyelenggarakan upaya pencegahan agar masalah yang serupa tidak terulang

dikemudian hari.

4.3. Kegiatan Politik Pegawai negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana tersebut di atas, maka pegawai wajib : a. Bersikap netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; b. Menghindari diri menjadi anggota dan / atau pengurus partai politik.

321 | P a g e

Page 327:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

4.4. Pemberian Berupa Hadiah Atau Imbalan bagi Pegawai Dalam melaksanakan tugasnya seringkali pegawai berhubungan dengan organisasi, pengguna jasa atau anggota masyarakat yang mengharapkan adanya penyimpangan prosedur dari ketentuan yang berlaku, dengan menjanjikan hadiah atau imbalan untuk pegawai tersebut. Dalam hal ini pegawai wajib untuk: a. Menolak melakukan penyimpangan prosedur don menolak pemberian hadiah atau

imbalan dalam bentuk apapun dari pihak manapun yang diketahui atau patut diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan pegawai negeri sipil yang bersangkutan;

b. Menghindari untuk bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor / instansi pernerintah.

4.5. Konflik Kepentingan Konflik kepentingan dapat timbul dari pegawai yang berurusan dengan, atau dari pegawai yang keputusannya dibuat untuk, orang-orang yang memiliki kepentingan pribadi. Oleh sebab itu pegawai wajib : a. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau diri sendiri,

serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan negara oleh kepentingan golongan, diri sendiri atau pihak lain;

b. Menghindari melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

c. Menghindari melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;

d. Menghindari kepemilikan saham / modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya;

e. Menghindari kepemilikan saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan;

f. Menghindari melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi, maupun sambilan menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I.

V. Kerahasiaan Dan Penggunaan Informasi Resmi Seringkali karena kedudukan dan / atau jabatannya seorang pagawai memperolah, mengolah dan menyimpan informasi resmi negara yang sifatnya rahasia. Oleh sebab itu maka pegawai wajib: a. Menyimpan rahasia negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya dan

menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan dan / atau jabatan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain;

b. Menghindari diri menjadi pegawai atau bekerja untuk negara asing tanpa ijin pemerintah;

322 | P a g e

Page 328:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

c. Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui adanya tindakan permbocoran rahasia dan informasi resmi yang dapat membahayakan atau merugikan negara / pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan dan materil.

VI. Penggunaan Barang dan Jasa Dinas Barang dan jasa dinas adalah aset institusi untuk mendukung pelaksanaan tugas penegakan hukum. Kecuali jika diberi wewenang secara khusus, penggunaan sumber daya atau jasa dinas untuk kepentingan atau keuntungan pribadi sangat dilarang, Oleh sebab itu setiap pegawai wajib: a. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya; b. Menghindari penyalahgunaan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik

negara; c. Menghindari untuk memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan atau

meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga milik negara secara tidak sah.

VII. Lingkungan Kerja Suasana tempat kerja yang sehat, aman dan bebas dari diskriminasi dan gangguan akan dapat meningkatkan gairah bekerja sehingga tujuan individu dan organisasi akan lebih cepat tercapai. Oleh sebab itu pegawai wajib : a. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik; b. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap bawahannya; c. Menghindari diri untuk tidak melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud

membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya;

d. Mengetahui, memahami dan melaksanakan ketentuan tentang standar berpakaian seragam dinas yang berlaku;

e. Menghindari diri dari penyalahgunaan alkohol dan narkoba; f. Menghindari diri dari pernyalahgunaan senjata api dan barang-barang berbahaya

lainnya.

VIII. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Setiap pegawai harus menyadari dan mentaati dengan sungquh-sunqguh mengenai semua ketentuan mengenai tindak pidana korupsi sebagaimana disebutkan dalam Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Segala bentuk tindakan korupsi sebagaimana disebutkan dalam undang-undang tersebut akan dikenakan sanksi pidana dengan maksimal hukuman yang dapat berupa pidana mati. Bagi pegawai yang menjadi penyelenggara negara yang meliputi jabatan-jabatan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme harus menyadari dan mentaati dengan sungguh-sungguh mengenai kewajibannya sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 undang-undang tersebut, yaitu; a. Mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum memangku

jabatannya; b. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama dan setelah menjabat; c. Melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah menjabat; d. Tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme;

323 | P a g e

Page 329:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

e. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan; f. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukan

perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan katentuan perundang-undangan yang berlaku; dan

g. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi dan nepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang beriaku.

Adapun setiap bentuk pelanggaran terhadap ketentuan pasal tersebut diatas akan dikenakan sanksi sebagaimana tercantum di dalam Pasal 20, 21 dan 22 Undang-undang Nomor 26 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

324 | P a g e

Page 330:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 01/PM.9/2010 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : 1. bahwa dalam rangka mewujudkan pegawai Inspektorat Jenderal Kementerian

Keuangan yang bersih, berwibawa, dan bertanggung jawab serta memiliki integritas dalam menjalankan tugas, diperlukan peningkatan disiplin dan penegakan etika pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan;

2. bahwa sebagai upaya peningkatan disiplin dan penegakan etika pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan tersebut, diperlukan kode etik pegawai Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan;

3. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Kode Etik Pegawai Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3.

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1975 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3059);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3176);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450);

6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 15/KMK.01/UP.6/1985 tentang Ketentuan Penegakan Disiplin Kerja Dalam Hubungan Pemberian Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara Kepada Pegawai Dalam Lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia;

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007 tentang Pedoman Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.01/2007;

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.01/2007 tentang Majelis Kode Etik di Lingkungan Departemen Keuangan;

325 | P a g e

Page 331:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

9. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 293/KMK.01/2007 tentang Pendelegasian Wewenang Kepada Para Pejabat Di Lingkungan Departemen Keuangan Untuk Memberikan Sanksi Moral Atas Pelanggaran Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Departemen Keuangan;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KODE ETIK PEGAWAI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan : (1) Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, termasuk pegawai/pejabat/pihak lain yang diperbantukan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. (2) Kode Etik Pegawai Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, untuk selanjutnya disebut Kode Etik, adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan Pegawai Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang terdiri dari kewajiban dan larangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan serta pergaulan hidup sehari-hari. (3) Majelis Kehormatan Kode Etik Pegawai Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang selanjutnya disebut Majelis Kode Etik adalah pejabat di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang ditunjuk oleh Inspektur Jenderal yang bertugas memeriksa dugaan pelanggaran Kode Etik. (4) Pejabat yang berwenang adalah Inspektur Jenderal atau pejabat lain yang ditunjuk. (5) Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan. (6) Larangan adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukan. (7) Sanksi moral adalah kewajiban menyampaikan permohonan maaf dan pernyataan penyesalan secara lisan dan/atau tertulis.

BAB II TUJUAN KODE ETIK

Pasal 2 Kode Etik bertujuan untuk : a. menjaga martabat, kehormatan, citra dan integritas pegawai; b. meningkatkan disiplin pegawai; c. menjamin terpeliharanya tata tertib; d. menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif; dan e. menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta perilaku yang profesional.

326 | P a g e

Page 332:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

BAB III NILAI-NILAI DASAR PRIBADIPasal 3Setiap pegawai harus menjunjung tinggi nilai-nilai dasar pribadi sebagai berikut : 1. Integrity (Integritas); mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan, kesamaan, pemikiran, ucapan, dan perilaku serta disiplin dan taat pada peraturan dalam bekerja/bertindak. 2. Leadership (Kepemimpinan); kemampuan dalam mempengaruhi orang-orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemampuan dalam memimpim tim secara efektif sehingga tujuan manajemen secara keseluruhan tercapai. 3. Innovation (Inovasi); kemampuan untuk menghasilkan atau melakukan sesuatu yang baru yang menambah atau menciptakan nilai-nilai manfaat bagi Inspektorat Jenderal. 4. Ethics (Etika); memiliki etika, moral dan sopan santun dalam menjalankan segala aktivitas. Kemampuan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai yang dinyatakan benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut.

BAB IV KEWAJIBAN DAN LARANGANPasal 4(1) Pegawai wajib : a. Menghormati agama dan kepercayaan orang lain. b. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan dan santun. c. Mematuhi dan menegakkan aturan kedinasan dan peraturan perundang-undangan lainnya. d. Bersikap independen, obyektif, tanggung jawab, jujur, dan profesional dalam pelaksanaan tugas. e. Meningkatkan kemampuan profesional dan kualitas kerja secara terus menerus. f. Menjaga kerahasiaan data dan informasi, baik yang diperoleh dalam pelaksanaan tugas maupun milik organisasi. g. Mendahulukan tugas kedinasan daripada kepentingan pribadi atau golongan. h. Menggalang kerjasama yang sehat dengan sesama pegawai Inspektorat Jenderal. i. Mengidentifikasi setiap potensi benturan kepentingan yang timbul atau potensi adanya benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan segera memberitahukan kepada atasan langsung. j. Mematuhi tata tertib mengenai jam masuk, istirahat, pulang kantor, dan memanfaatkan jam kerja sesuai ketentuan yang berlaku. (2) Pegawai dilarang : a. Menggunakan wewenang yang dimiliki, langsung atau tidak langsung, untuk kepentingan pribadi dan/atau golongan. b. Meminta atau menerima pemberian dari siapapun dan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kebijakan organisasi, dan sumpah pegawai negeri sipil/jabatan. c. Memanfaatkan data dan informasi dinas untuk kepentingan pribadi atau golongan. d. Melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan.

327 | P a g e

Page 333:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

e. Melakukan tindakan yang dapat mencemarkan nama baik/merusak citra dan martabat Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. f. Menghilangkan bukti audit atau barang/dokumen milik negara. g. Membuat, mengkonsumsi, memperdagangkan dan atau mendistribusikan segala bentuk narkotika dan atau minuman keras dan atau obat-obatan psikotropika dan atau barang terlarang lainnya. h. Melakukan pekerjaan/kegiatan yang patut diduga menimbulkan benturan kepentingan dengan tugas, kewenangan, dan posisi sebagai pegawai Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. i. Menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan di luar kedinasan tanpa ijin dari atasan. j. Bersikap dan bertindak diskriminatif dalam pelaksanaan tugas. k. Menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik.

BAB V PELANGGARAN KODE ETIK DAN SANKSIPasal 5

Setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan pelanggaran kode etik. Pasal 6 (1) Pegawai yang melakukan pelanggaran Kode Etik dikenakan sanksi, yaitu: a. sanksi moral; dan b. hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, dalam hal terjadi pelanggaran disiplin pegawai. (2) Pengenaan sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disampaikan secara tertutup atau terbuka. Pasal 7 (1) Sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a ditetapkan dengan surat keputusan oleh Pejabat yang berwenang berdasarkan keputusan Majelis Kode Etik dengan memuat pelanggaran Kode Etik yang dilakukan. (2) Pengenaan sanksi moral secara tertutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) disampaikan oleh Pejabat yang berwenang dalam ruang tertutup yang hanya diketahui oleh pegawai yang bersangkutan dan Pejabat lain yang terkait. (3) Pengenaan sanksi moral secara tertutup berlaku sejak tanggal penyampaian pengenaan sanksi moral oleh Pejabat yang berwenang kepada pegawai yang bersangkutan. (4) Pengenaan sanksi moral secara terbuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), disampaikan oleh Pejabat yang berwenang atau Pejabat lain yang ditunjuk melalui : a. forum pertemuan resmi pegawai; b. upacara bendera; c. papan pengumuman; d. media massa; atau e. forum lain yang dipandang sesuai untuk itu. (5) Pengenaan sanksi moral yang disampaikan secara terbuka melalui forum pertemuan resmi pegawai, upacara bendera atau forum lain disampaikan sebanyak 1 (satu) kali, dan berlaku sejak tanggal disampaikan oleh Pejabat yang berwenang kepada pegawai yang bersangkutan.

328 | P a g e

Page 334:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

(6) Pengenaan sanksi moral yang disampaikan secara terbuka melalui papan pengumuman atau media massa harus sudah diumumkan/dimuat paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal ditetapkannya surat keputusan pengenaan sanksi moral. (7) Dalam hal pegawai yang dikenakan sanksi moral tidak hadir tanpa alasan yang sah pada waktu penyampaian keputusan sanksi moral, maka dianggap telah menerima keputusan sanksi moral tersebut. (8) Sanksi moral dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak keputusan sanksi moral disampaikan. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA (9) Dalam hal pegawai yang dikenakan sanksi moral tidak melaksanakan sanksi moral dapat dijatuhi hukuman disiplin ringan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980.

BAB VI MAJELIS KODE ETIKPasal 8(1) Inspektur Jenderal menetapkan pembentukan Majelis Kode Etik untuk memeriksa pegawai yang memangku jabatan struktural Eselon III, Eselon IV, pejabat fungsional tertentu, dan pejabat fungsional umum di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang diduga melakukan pelanggaran kode etik. (2) Inspektur Jenderal dapat mendelegasikan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada serendah-rendahnya Pejabat Eselon II. Pasal 9 (1) Majelis Kode Etik dibentuk paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya pengaduan dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik. (2) Keanggotaan Majelis Kode Etik terdiri dari: a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota; b. 1 (satu ) orang sekretaris merangkap anggota; dan c. Paling kurang 3 (tiga) orang anggota. (3) Anggota Majelis Kode Etik berjumlah ganjil. (4) Jabatan Anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih rendah dari jabatan Pegawai yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik. Pasal 10 (1) Majelis Kode Etik melakukan pemanggilan secara tertulis kepada pegawai yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik. (2) Apabila Pegawai dimaksud tidak memenuhi panggilan, dilakukan pemanggilan kedua dengan jangka waktu 5 (lima) hari kerja. (3) Dalam hal Pegawai tidak bersedia memenuhi panggilan kedua dari Majelis Kode Etik tanpa alasan yang sah, dianggap melanggar Kode Etik, sehingga Majelis Kode Etik merekomendasikan agar Pegawai yang bersangkutan dikenakan sanksi moral dan hukuman disiplin ringan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 karena tidak memenuhi kewajiban kedinasan. (4) Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memeriksa dan memberi kesempatan membela diri kepada Pegawai yang diduga melanggar Kode Etik. (5) Pemeriksaan oleh Majelis Kode Etik dilakukan secara tertutup. (6) Keputusan Majelis Kode Etik diambil secara musyawarah mufakat.

329 | P a g e

Page 335:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

(7) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak tercapai, keputusan diambil secara suara terbanyak. (8) Dalam hal suara terbanyak sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak tercapai, Ketua Majelis Kode Etik wajib mengambil keputusan. (9) Majelis Kode Etik harus sudah membuat keputusan paling lambat 30 hari kerja sejak pembentukan Majelis Kode Etik. (10) Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final. Pasal 11 (1) Majelis Kode Etik wajib menyampaikan keputusan Majelis Kode Etik kepada Pejabat yang berwenang memberikan sanksi moral dengan menggunakan formulir Laporan Hasil Pemeriksaan Majelis Kode Etik sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan ini. (2) Dalam hal keputusan Majelis Kode Etik menyangkut sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) huruf a dan huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, Majelis Kode Etik menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Atasan langsung Pegawai untuk diteruskan secara hirarki kepada Pejabat yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin guna pemeriksaan lebih lanjut, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini. (3) Dalam hal keputusan Majelis Kode Etik menyangkut sanksi pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) huruf c dan huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, Majelis Kode Etik menyampaikan Laporan Hasil Pemeriksaan kepada Atasan langsung Pegawai untuk diteruskan secara hirarki kepada Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan guna pemeriksaan lebih lanjut, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini. (4) Keputusan Majelis Kode Etik sudah harus disampaikan kepada Pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal keputusan Majelis Kode Etik. (5) Apabila berdasarkan pemeriksaan Majelis Kode Etik, Pegawai yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik terbukti tidak bersalah, Majelis Kode Etik menyampaikan surat pemberitahuan kepada Atasan langsung Pegawai yang bersangkutan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal keputusan Majelis Kode Etik.

BAB VII PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN KODE ETIKPasal 12(1) Dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik diperoleh dari: a. Pengaduan tertulis. b. Temuan Atasan. (2) Setiap orang yang mengetahui adanya dugaan terjadinya pelanggaran Kode Etik dapat menyampaikan pengaduan kepada Inspektur/Kepala Bagian/Kepala Subbagian (pimpinan unit kerja) pegawai yang diduga melakukan pelanggaran. (3) Pengaduan secara tertulis disampaikan dengan menyebutkan dugaan pelanggaran yang dilakukan, bukti-bukti dan identitas pelapor. (4) Pengaduan tertulis yang disampaikan tanpa disertai identitas pelapor, tidak dipertimbangkan untuk diteliti. (5) Inspektur/Kepala Bagian yang menerima pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib meneliti pengaduan tersebut dan menjaga kerahasiaan identitas pelapor.

330 | P a g e

Page 336:  · Web viewBAHAN AJAR ETIKA PROFESI PEGAWAI NEGERI SIPIL PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI PAJAK SATRIA HADI LUBIS SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR

(6) Pimpinan unit kerja yang mengetahui adanya dugaan pelanggaran Kode Etik wajib meneliti dugaan pelanggaran tersebut. (7) Dalam melakukan penelitian atas dugaan pelanggaran Kode Etik, Atasan langsung Pegawai secara hirarki wajib meneruskan kepada Pejabat yang berwenang membentuk Majelis Kode Etik. Pasal 13 Pimpinan unit kerja yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) dianggap melakukan pelanggaran Kode Etik dan dikenakan sanksi moral.

BAB VIII PEJABAT YANG BERWENANG MEMBERIKAN SANKSI MORAL

Pasal 14(1) Inspektur Jenderal, terhadap pegawai yang memangku jabatan struktural Eselon II, Eselon III, Eselon IV, Pejabat Fungsional Tertentu dan Pejabat Fungsional Umum di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan. (2) Sekretaris Inspektorat Jenderal/Inspektur, terhadap pegawai yang memangku jabatan struktural Eselon III, Eselon IV, Pejabat Fungsional Tertentu dan Pejabat Fungsional Umum dalam lingkungan masing-masing. (3) Kepala Bagian, terhadap Pejabat Eselon IV dan Pejabat Fungsional Umum dalam lingkungan masing-masing. Pasal 15 Pejabat yang berwenang memberikan sanksi moral wajib memberikan sanksi moral dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan ini, selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya keputusan Majelis Kode Etik. BAB IX LAIN-LAIN Pasal 16 (1) Dalam hal terjadi dugaan pelanggaran Kode Etik oleh Pejabat Eselon I atau Pejabat Eselon II, pemeriksaan dilakukan oleh Majelis Kehormatan Kode Etik tingkat Kementerian Keuangan. (2) Pembentukan Majelis Kehormatan Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

BAB X PENUTUP Pasal 17 Inspektur Jenderal membuat panduan pelaksanaan Kode Etik sebagai penjabaran, penjelasan, atau penegasan atas butir-butir kewajiban dan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 Pasal 18 Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku: 1. Keputusan Inspektur Jenderal Departemen Keuangan Nomor Kep-23/IJ/2004 tentang Kode Etik Pegawai Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan; 2. Keputusan Inspektur Jenderal Departemen Keuangan Nomor Kep-35/IJ/2004 tentang Komite Kode Etik Pegawai Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 19 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

331 | P a g e