ikma10fkmua.files.wordpress.com · web viewbab 1 pendahuluan latar belakang dewasa ini berbagai...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini berbagai macam penyakit tropis ditularkan oleh nyamuk.
Nyamuk sering dikaitkan dengan masalah kesehatan karena gigitan nyamuk
tidak hanya menimbulkan gatal saja tetapi beberapa spesies nyamuk juga
dapat mentransfer berbagai jenis parasit yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menyalurkan penyakit ini
disebut dengan nyamuk vektor (Widoyono, 2008). Nyamuk vektor di
Indonesia telah menjadi permasalahan bagi penduduknya, khususnya
nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama penyakit demam berdarah
dengue (DBD), penyakit kuning (yellow fever) dan chikungunya
(Mutiarawati, 2010).
Di Indonesia penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968
di Jakarta dan Surabaya dengan kasus 58 orang penderita, 24 diantaranya
meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 41,3%. Sejak
saat itu kasus DBD di Kota Surabaya semakin bertambah dan meluas. Pada
kasus DBD, hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di
beberapa daerah dan umumnya terjadi di musim hujan.
Telur Aedes aegypti akan menetas menjadi jentik dalam waktu 1 - 48
jam. Stadium jentik terdiri atas empat instar yaitu instar I, II, III, dan IV.
Instar I berubah menjadi instar II dalam waktu 1-2 hari. Setelah 2-3 hari,
instar II berubah menjadi instar III, kemudian instar III menjadi instar IV
dalam waktu 2-3 hari. Instar IV berkembang menjadi pupa setelah 2-3 hari,
setelah 1-2 hari pupa berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Jentik nyamuk terdapat di dalam berbagai tempat akuatik, yaitu di
kolam, genangan air, wadah buatan, atau lubang pohon. Jentik Aedes
memakan algae dan kotoran organik, tetapi beberapa bersifat pemangsa dan
makan jentik nyamuk lainnya. Kebanyakan nyamuk dewasa tidak pergi jauh
dari air tempat mereka hidup pada tahapan jentik.
1
Untuk mengurangi jumlah angka kesakitan dan kematian karena DBD
adalah salah satunya dengan pengendalian vektor penyakit tersebut, sebelum
dilakukan pengendalian vektor harus melakukan identifikasi jenis jentik
atau jentik nyamuk dan menghitung kepadatan populasi jentik nyamuk
Aedes aegypti. Dengan demikian dapat dilakukan jenis pengendalian vektor
yang tepat untuk membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat diuraikan
rumusan masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana cara mengidentifikasi dan cara mendapatkan jentik
nyamuk di lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya?
b. Jentik nyamuk apa sajakah yang ditemukan di Jl. Kedung Sroko
Surabaya?
c. Bagaimana cara perhitungan dengan indikator house index di
lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya?
d. Bagaimana interpretasi hasil perhitungan kepadatan jentik nyamuk di
lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan pada praktikum ini adalah untuk mempraktikkan identifikasi
jentik nyamuk yang ditemukan dan mengetahui tingkat kepadatan
(house index) jentik nyamuk Aedes dan Anopheles di lingkungan yang
telah ditentukan.
b. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi jenis nyamuk yang ditemukan beserta
cara memperoleh jentik nyamuk.
b. Menghitung tingkat kepadatan jentik nyamuk Aedes dan
Anopheles yang ditemukan di lingkungan Jl. Kedung Sroko
Surabaya menggunkanan perhitungan house index.
c. Mengetahui jenis jentik nyamuk yang ditemukan di
lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya.
2
d. Menginterprestasikan hasil dari mengidentifikasi jentik
nyamuk yang ditemukan dan tingkat kepadatan populasi jentik
nyamuk Aedes dan Anopheles, dengan menghitung tingkat
kepadatan jentik berdasarkan jumlah rumah yang ditemukan
nyamuk Aedes dan Anopheles guna menganalisis potensial
penyakit yang mungkin dapat ditimbulkan di lingkungan Jl.
Kedung Sroko Surabaya.
1.4 Manfaat
a. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai tata cara
mengidentifikasi dan cara memperoleh jentik nyamuk.
b. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai cara memenghitung
kepadatan jentik nyamuk Aedes dan Anopheles di lingkungan Jl.
Kedung Sroko Surabaya menggunkanan perhitungan house index.
c. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang karakteristik jentik
nyamuk Aedes dan Anopheles dan jenis jentik nyamuk yang
ditemukan di lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya.
d. Mengetahui hasil interpretasi perhitungan kepadatan jentik nyamuk
Aedes dan Anopheles di lingkungan Jl. Kedung Sroko Surabaya.
3
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Nyamuk Sebagai Vektor
Nyamuk merupakan vektor dari berbagai penyakit menular didunia.
Ada beribu-ribu jenis spesies nyamuk yang tersebar diseluruh dunia, family
culicidae sendiri memiliki 3.531 spesies dengan dua subfa-mily dan 113
genera (MTI, 2011). Tiga genus nyamuk yang menularkan penyakit ke
manusia di Indonesia dengan prevalensi yang tinggi adalah genus Anopheles
spp., Aedes spp., dan Culex spp. L. (Wahid, 2006).
2.2 Habitat Nyamuk
Habitat nyamuk Menurut Gandahusada (1998), nyamuk lebih
menyukai tempat perindukan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar
matahari, permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih dan tenang.
Tempat perindukan nyamuk (tempat nyamuk meletakkan telur) terletak di
dalam maupun di luar rumah. Tempat perindukan di dalam rumah yaitu
tempat-tempat penampungan air antara lain bak air mandi, bak air WC,
tandon air minum, tempayan, gentong air, ember, dan lain - lain.
Tempat perindukan di luar rumah antara lain dapat ditemukan di
drum, kaleng bekas, botol bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi air
hujan dan lain-lain. Tempat perindukan nyamuk juga dapat ditemukan pada
tempat penampungan air alami misalnya pada lubang pohon dan pelepah-
pelepah daun (Gandahusada, 1998).
2.3 Distribusi Penyebaran Nyamuk
Menurut Gandahusada (1998), nyamuk Tribus culini (Culex, Aedes
dan Mansonia) mempunyai jarak terbang pendek, biasanya hanya dalam
puluhan meter saja, walaupun ada yang jarak terbang jauh sekitar 30
kilometer (Aedes vexans), berbeda dengan Tribus culini, Tribus anophelini
(Anopheles), mempunyai jarak terbang 0,5 sampai dengan 3 kilometer dan
dapat dipengaruhi oleh transportasi seperti kendaran, kereta api, kapal laut
dan kapal terbang dan kencangnya angin.
4
2.4 Penyakit yang Ditularkan oleh Nyamuk
Beberapa penyakit yang ditularkan oleh nyamuk menurut
Gandahusada (1998), antara lain demam berdarah, yellow fever dan
chikungunya yang ditularkan oleh nyamuk A. aegypti atau A. albopictus,
malaria yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles yaitu An. sundaicus, An.
subpictus, An. aconitus dan An. maculatus), filariasis (penyakit kaki gajah)
yang ditularkan oleh nyamuk Culex, Anopheles, Aedes dan Mansonia,
chikungunya yang ditularkan oleh A. Aegypti, A. albopictus, Culex fatigans
dan Mansonia sp.
2.5 Aedes
a. Spesies
1) Aedes aegypti
2) Aedes albopictus
b. Tempat Perindukan
Tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, drum air,
tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga, botol bekas, potongan
bamboo, pangkal daun, dan lubang-lubang batu yang berisi air jernih
(Surtees, 1970) dalam (Hasyimi & Soekirno, 2004). Menurut Harword
& James (1979) dalam (Hasyimi & Soekirno, 2004) kebiasaan hidup
stadium pradewasa Aedes aegypti adalah pada bejana buatan manusia
yang berada di dalam maupun di luar rumah.
Penggunaan tempat penampungan air di daerah pemukiman
dimana keperluan air untuk sehari-hari tergantung pada air olahan
yang dikelola oleh PDAM sering menimbulkan masalah bagi
perindukan vector. Menurut Depkes RI (2005), tempat
perkembangbiakan utama vektor demam berdarah yaitu tempat-tempat
penampungan air berupa genangan air yang tertampung di suatu
tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat-tempat
umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah.
Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembangbiak di genangan
air yang langsung berhubungan dengan tanah. Sedangkan jenis tempat
5
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
1) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-
hari, seperti drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandi dan
ember.
2) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-
hari seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut
dan barang-barang bekas seperti ban, kaleng, botol, plastik.
3) Tempat penampungan air alamiah seperti lobang pohon,
lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa dan potongan
bambu.
c. Karekteristik Jentik
Jentik Aedes aegypti mempunyai ciri yaitu mempunyai corong
udara pada segmen yang terakhir, pada segmen abdomen tidak
ditemukan adanya rambut berbentuk kipas (palmatus hairs), pada
corong udara terdapat pektin, sepasang rambut serta jumbai akan
dijumpai pada corong (siphon), pada setiap sisi abdomen segmen
kedelapan terdapat comb scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai
3. Bentuk individu dari comb scale seperti duri, pada sisi thorax
terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan adanya sepasang
rambut di kepala.
Ada 4 tingkatan perkembangan (instar) jentik sesuai dengan
pertumbuhan jentik yaitu:
1) Jentik instar I, berukuran 1-2 mm, duri (spinae) pada dada
belum jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas.
2) Jentik instar II, berukuran 2,5–3,5 mm, duri belum jelas,
corong kepala mulai menghitam.
3) Jentik instar III, berukuran 4-5 mm, duri dada mulai jelas
dan corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.
4) Jentik instar IV, berukuran 5-6 mm dengan warna kepala
gelap.
d. Penyakit yang Ditimbulkan
6
1) Demam berdarah Denguen (DBD)
DBD adalah infeksi virus dengue yang ditularkan melalui
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang menyebabkan
penyakit seperti flu berat. Vektor utama berupa spesien Aedes
aegypti dan vektor sekunder berupa Aedes albopictus.
2) Filariasis
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah
bening (limfe) serta menyebabkan gejala akut, kronis, dan
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk termasuk nyamuk Aedes.
Nyamuk Aedes sebagai fektor Whucheria bancrofti tipe
pedesaan dan Brugia malayi.
3) Demam Chikungunya
Demam chikungunya adalah infeksi virus (albovirus) yang
ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti dengan gejala nyeri
pada lutut, pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki, ruan
(kumpulan bintik-bintik kemerahan, serta demam mendadak
mencapai 39oC.
4) Demam Kuning (Yellow fever)
Demam kuning adalah penyakit perdarahan akibat virus yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes yang terinfeksi oleh virus
(arbovirus dari genus Flavivirus).
2.6 Anopheles
Di seluruh dunia, terdapat 460 spesies nyamuk Anopheles yang sudah
dikenali. 100 diantaranya yang dapat menularkan penyakit malaria. Di
Indonesia terdapat 25 spesies nyamuk Anopheles yang mempunyai
kemampuan menularkan penyakit malaria. Dengan jumlah spesies nyamuk
Anopheles yang begitu besar ,bukan tidak mungkin Indonesia rawan
terhadap penularan penyakit malaria.
1.4.d.1 Klasifikasi Nyamuk Anopheles
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
7
Class : Insecta
Order : Diptera
Superfamily : Culicoidea
Family : Culicidae
Subfamily : Anophelinae
Genus : Anopheles (Meigen, 1818)
Berikut ini adalah beberapa ciri nyamuk Anopheles betina yang
dapat menularkan penyakit malaria, diantaranya adalah:
1) Nyamuk Anopheles betina memiliki tubuh pendek dan kecil
2) Memiliki tubuh berwarna hitam
3) Memiliki panjang yang sama antara proboscis dan polpi
4) Memeliki bentuk sayap yang simetris
5) Merupakan salah satu penyebab penyakit malaria
6) Posisi tubuh saat hinggap 90 deerajat
7) Menyenangi hidup di genangan air yang kotor, tumpukan
sampah kemudian berkembang biak di tempat tersebut.
1.4.d.2 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Siklus hidup nyamuk Anopheles tergolong metamorfosa atau
terdapat stage atau fase pupa. Adanya suhu, zat kimia dan tempat
berlangsungnya hidup sangat mempengaruhi lama siklus tersebut.
Telur Anopheles yang menetas dalam 2-3 hari kemudian menjadi
larva. Larva mempunyai lama hidup kurang lebih 7 hari, dan hidup
dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnya yang
terdapat dipermukaan.
Pada fase selanjutnya adalah Pupa atau kepompong. Bentuk fase
pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada bagian
dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa. Pada nyamuk
Anopheles dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk
menghisap darah atau makanan lainnya.
Kelangsungan hidup nyamuk jantan lebih pendek daripada
nyamuk betina. Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu,
sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Tempat perindukan
8
nyamuk Anopheles adalah di sekitar rawa – rawa, sawah, kolam.
Dalam pematangan telur, nyamuk menghisap darah, dan beristirahat
sebelum bertelur. Salah satu ciri-ciri nyamuk Anopheles adalah pada
saat posisi istirahat menungging.
1.4.d.3 Ciri-ciri Jentik Nyamuk Anopheles
1) Tidak memiliki siphon
2) Jentik nyamuk Anopheles akan sejajar dipermukaan air
kotor
3) Pada bagian thoraks terdapat stoot spine
2.7 Culex
a. Jenis Nyamuk Culex
Klasifikasi Culex adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropod
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Culex
1) C.annulirostris
2) C.antennatus
3) C.jenseni
4) C.pipiens
5) C.pusillus
6) C.quinquefasciatus
7) C.rajah
8) C.restuans
9) C.salinarius
10) C.tarsalis
11) C.territans
12) C.theileri
13) C. tritaeniorhynchus
9
Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci).
Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum:
kepala, dada, dan perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di
Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus.
b. Tempat Perindukan Culex
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat
misalnya di air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got
terbuka dan empang ikan.
c. Karakteristik Nyamuk Dewasa Culex
Nyamuk C. quinquefasciatus memiliki tubuh berwarna
kecokelatan, proboscis berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi
dengan sisik berwarna lebih pucat pada bagian bawah, scutum
berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan di
sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang memiliki femur
yang berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada
bagian persendian. (Lestari, 2009).
d. Karakteristik Jentik Nyamuk Culex
Pada umumnya jentik nyamuk Culex sp. tidak memiliki rambut palma,
rambut sipon lebih dari satu kelompok, panjang langsing untuk alat
pernafasan, Comb scale beberapa baris.
e. Penyakit yang Ditimbulkan oleh Nyamuk Culex
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor
penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese
enchepalitis, St Louis encephalitis.
f. Morfologi Nyamuk Culex sp.
1) Telur
Telur Culex sp. berwarna hitam dengan ukuran ± 0,08 mm
(Ditjen PPM&PLP, 1992:4), berbentuk seperti sarang tawon
(Sumarmo, 1988:22).
2) Larva
Larva Culex sp. mempunya ciri-ciri sebagai berikut.
1. Adanya corong udara pada segmen yang terakhir.
10
2. Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya
rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs).
3. Pada corong udara terdapat pectin.
4. Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada
corong (siphon).
5. Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb
scale sebanyak 8-21 atau berjajar 1 sampai 3.
6. Bentuk individu dari comb scale seperti duri.
7. Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan
bentuk kurva dan adanya sepasang rambut di kepala.
Ada 4 tingkatan perkembangan (instar) larva sesuai
dengan pertumbuhan larva yaitu:
1. Larva instar I; berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae)
pada dada belum jelas dan corong pernapasan pada siphon
belum jelas.
2. Larva instar II; berukuran 2,5–3,5 mm, duri–duri
belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
3. Larva instar III; berukuran 4-5 mm, duri-duri dada
mulai jelas dan corong pernapasan berwarna coklat
kehitaman.
4. Larva instar IV; berukuran 5-6 mm dengan warna
kepala gelap.
3) Pupa
Pupa Culex sp. berbentuk seperti koma, berukuran besar namun
lebih ramping dibandingkan dengan pupa spesies nyamuk lain.
4) Dewasa
Nyamuk Culex sp. berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan spesies nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya
berwarna dasar hitam dengan bintik - bintik putih. Jenis kelamin
nyamuk Culex sp. dibedakan dengan memperhatikan jumlah
probosis. Nyamuk betina mempunyai proboscis tunggal,
11
sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda (Srisasi
Gandahusada, dkk, 2000:218).
5) Daur Hidup
Daur hidup nyamuk Culex sp. melalui metamorfosis
sempurna yaitu telur-larva-pupa-dewasa (Ditjen PPM&PL,
2001:21). Nyamuk Culex sp. betina dapat meletakkan telur
sampai 100 butir setiap datang waktu bertelur. Telur-telur
tersebut diletakkan di atas permukaan air dalam keadaan
menempel pada dinding vertikal bagian dalam tempat-tempat
penampungan air.
Nyamuk Culex sp. betina lebih menyukai tempat
penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan
telurnya dibandingkan dengan tempat penampungan air yang
terbuka, karena tempat penampungan air yang tertutup longgar
tutupnya jarang dipasang dengan baik sehingga mengakibatkan
ruang di dalamnya lebih gelap (Sumarmo, 1988:21).
Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada
suhu 30 °C, sementara pada suhu 16 °C telur akan menetas
dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan lama tanpa media air
dengan syarat tempat tersebut lembab. Telur dapat bertahan
sampai berbulan-bulan pada suhu -2 °C sampai 42 °C (Upik
Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).
Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva
terbagi menjadi empat tingkatan perkembangan atau instar.
Instar I terjadi setelah 1-2 hari telur menetas, instar II terjadi
setelah 2-3 hari telur menetas, instar III terjadi setelah 3-4 hari
telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari telur menetas
(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).
Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas.
Stadium pupa berlangsung selama 2-3 hari. Lama waktu stadium
pupa dapat diperpanjang dengan menurunkan suhu pada tempat
perkembangbiakan, tetapi pada suhu yang sangat rendah
12
dibawah 10 °C pupa tidak mengalami perkembangan (Upik
Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:25).
Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas.
Meskipun umur nyamuk Culex sp. betina di alam pendek yaitu
kira-kira 2 minggu, tetapi waktu tersebut cukup bagi nyamuk
Culex sp. betina untuk menyebarkan virus dengue dari manusia
yang terinfeksi ke manusia yang lain (Soedarto, 1992:60).
2.8 Mansonia
a. Jenis Nyamuk
Spesies nyamuk yang tergolong Mansonia adalah Mansonia uniformis
dan Mansonia anulifera.
b. Tempat Perindukan Mansonia
Mansonia senang berkembang biak di kolam-kolam, rawa-rawa,
danau yang banyak ditumbuhi tanaman air, sungai besar di tepi hutan
atau dalam hutan. Larvae dan pupa melekat dengan sifonnya pada
akar-akar atau ranting tanaman air, seperti enceng gondok, teratai,
kangkung.
c. Ciri-ciri Jentik Nyamuk Mansonia
1) Bentuk siphon seperti tanduk
2) Jentik nyamuk Mansonia menempel pada akar tumbuhan air
3) Pada bagian toraks terdapat stoot spine
4.) Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90o
5) Bentuk tubuh besar dan panjang
6) Bentuk sayap asimetris
7) Menyebabkan penyakit filariasis
8) Penularan penyakit dengan cara membesarkan tubuhnya
9) Warna tubuhnya coklat kehitaman
10) Sayapnya bintik-bintik
11) Pada sayap terdapat bentuk-bentuk yang asimetris dan kasar
12) Sikap hinggap sejajar dengan tempat hinggap
13) Sebagai vektor filariasis
14) Spesiesnya Mansonia Yuniformis dan Mansonia Anulifera
13
d. Dewasa
1) Palpi seperti pada Culex
2) Scutellum trilobed
3) Sisik sayap lebar, berselang seling terang dan gelap
e. Penyakit yang Ditimbulkan.
1) Chikungunya
Virus chikungunya termasuk arbovirus (arthropod borne virus)
dari genus Alphavirus. Nyamuk pembawa penyakit ini dari jenis
Aedes aegypti, Aedes africanus, dan nyamuk Mansonia.
2) Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai
jenis nyamuk seperti Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan
Armigeres.
2.9 Perbandingan Aedes, Anopheles, Culex, dan Mansonia
Aedes Anopheles Culex Mansonia
Telur Bentuk
lonjong
Bentuk
seperti perahu
Bentuk
menyerupai
peluru
Bentuk oval,
salah satu
ujung runcing
Diletakkan
satu per satu
Letak satu per
satu di atas
permukaan
air
Letak
melekat satu
sama lain
Letak
berkelompok
seperti rakit
Larva Istirahat :
Bergantung
dengan
membentuk
posisi
horizontal
dengan
permukaan air
Istirahat :
Mengapung
sejajar
dengan
permukaan
air
Istirahat :
Bergantung
membentuk
sudut
Istirahat :
Bergantung
membentuk
sudut dengan
permukaan
air
Ciri : spirakel Ciri : tidak Ciri : Tidak Ciri : Siphon
14
pada posterior
abdomen,
tergal plate
pada tengah
dorsal
abdomen, bulu
plasma pada
lateral
abdomen
memiliki
siphon,
thoraks
terdapat stoot
spine
memiliki
rambut
palma,
Rambut
sipon lebih
dari satu
kelompok,
panjang
langsing
untuk alat
pernafasan,
Comb scale
beberapa
baris
seperti
tanduk,
terdapat stoot
spine
2.10 Menghitung Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes aegypti
Beberapa penghitungan yang digunakan untuk menghitung kepadatan
jentik nyamuk Aedes aegypti adalah menggunakan.
a. House Index (HI)
House indeks adalah presentasi antara rumah dimana jentik ditemukan
terhadap seluruh rumah yang diperiksa.
House indeks
b. Container Index (CI)
Container indeks adalah presentase antara kontainer yang ditemukan
jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa.
Container indeks =
c. Breteau index (BI)
15
Breteau indeks adalah jumlah kontainer yang positif per seratus
rumah.
Breteau indeks =
House index yang paling banyak dipakai untuk memantau tingkat
infestasi jentik tetapi tidak dapat menunjukkan jumlah container yang positif
jentik. Demikian juga container indeks hanya memberi informasi tentang
promosi container berisi air yang positif. Breteu index menunjukkan
hubungan antara container yang positif denagn jumlah rumah dan indeks ini
dianggap yang paling baik, tetapi tidak mencerminkan jumlah jentik dalam
container.
Berdasarkan penelitian dan computer survey oleh ahli WHO
ditemukan korelasi antara kepadatan Aedes egypti disuatu daerah dengan
kemungkinan terhadinya demam kuning. Kepadatan populasi Aedes aegypti
dinyatakan dalam skala 1-9.
Density Figure House Index Container Index Breteau Index
1 1-3 1-2 1-4
2 4-7 3-5 5-9
3 8-17 6-9 10-19
4 18-28 10-14 20-34
5 29-37 15-20 35-49
6 38-49 21-27 50-74
7 50-59 28-31 75-99
8 60-76 32-40 100-199
9 77+ 41+ 200+
Sumber: Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan
Berbagai daerah dengan density figure di atas 5 (house index di atas
28) besar sekali kemungkinan transmisi penyakit demam kuning (urban
yellow fever), DBD (demam berdarah) dan chikungunya, sedangkan di
16
beberapa daerah dengan density figure 1 (house index di bawah 4)
kemungkinan transmisi demam kuning dianggap kecil sekali.
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Metode Praktikum
a. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam metode praktikum jentik
nyamuk adalah sebagai berikut.
1) Botol bekas air minum kemasan (10 botol)
2) Alat tulis (bolpoin, kertas)
3) Senter
4) Saringan ikan
5) Lup
6) Air bersih
b. Langkah Kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Mengambil jentik nyamuk di tempat yang terdapat
genangan air menggunakan saringan ikan di lingkungan Jl.
Kedung Sroko Surabaya.
3) Jentik nyamuk yang ditangkap dimasukkan ke dalam botol
air mineral yang sudah diisi dengan air bersih.
4) Mengidentifikasi jentik nyamuk di dalam botol
menggunakan lup kemudian mencatat hasilnya.
17
5) Menghitung jentik nyamuk Aedes dan Anopheles
menggunakan perhitungan house index dan container index.
6) Melakukan interpretasi hasil.
3.2 Pelaksanaan Praktikum
Praktikum identifikasi jentik nyamuk yang ditemukan dan penghitungan
jentik nyamuk Aedes dan Anopheles menggunakan penghitungan house
index, tanggal 22 Maret sampai 5 April 2013 dan container index pada
tanggal 3 Mei 2013. Dalam melakukan pemeriksaan kelompok 7A
mengambil sampel di lingkungan Jl. Kedung Sroko nomor 25 Surabaya.
3.3 Anggaran Dana
Pada praktikum jentik nyamuk ini, kelompok 7A hanya mengeluarkan
uang Rp 3.000,- untuk membeli saringan ikan yang digunakan untuk
mengambil jentik nyamuk di dalam bak air, sedangkan peralatan lainnya
kelompok 7A meminjam dari laboratorium Kesehatan Lingkungan FKM-
UA dan dari anggota kelompok 7A sendiri.
18
BAB 4
HASIL PRAKTIKUM & PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum House Index
NO. NAMA
PEMILIK
ALAMAT JUMLAH
JENTIK
JENIS JENTIK
YANG
DITEMUKAN
KET. WAKTU
PENGAMBIL
AN
1 RoniHidayat Jl.
KedungSro
ko 25
10 9 Aedes
1 Anhopheles
HariJumat,
22 Maret 2013
Pukul 14.00 –
15.302 Bu Lilik Jl.
KedungSro
ko 22
11 Aedes
3 Bu Jumiati Jl.
KedungSro
ko 6
0 Dikuras
4 Bu Yati Jl.KedungS
roko 23
0 Dikuras
5 Bu Lani Jl.
KedungSro
ko 27
17 Aedes
19
6 Bu Yanti Jl.
KedungSro
ko 24B
25 Aedes
7 Bu Lina JlKedungSr
oko 21
0 Dikuras
HariKamis
4 April 2013
Pukul 14.00 –
16.00
8 Bu Ita Jl.
KedungSro
ko 14A
6 Aedes
9 Bu Supriadi Jl.
KedungSro
ko 15A
0 Dikuras
10 Bu Laili Jl.
KedungSro
ko 15B
0 Dikuras
4.2 Pembahasan
Jumlah responden pengambilan jentik nyamuk ini ada 10 responden.
Pengambilan jentik nyamuk dilakukan di setiap penampungan air di kamar
mandi di tiap responden dengan cara menggunakan saringan ikan untuk
menangkap jentik nyamuk dibantu dengan lampu senter untuk menerangi
dan botol air mineral untuk menampung hasil menangkap jentik nyamuk.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Jl. Kedung Sroko
dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 rumah yang tempat penampungan
airnya ditemui jentik-jentik nyamuk diantaranya rumah milik Roni Hidayat,
Bu Lilik, Bu Lani, Bu Yanti, dan Bu Ita. Dengan Jumlah jentik nyamuk
terbanyak ditemukan di rumah Bu Yanti di Jl. Kedung Sroko no. 24B, yaitu
ditemukan jentik nyamuk sebanyak 25 ekor. Untuk rumah yang lain seperti
rumah Bu Jumiati, Bu Yati, Bu Lina, Bu Supriadi, Bu Laili tidak ditemukan
jentik nyamuk di bak mandi rumahnya. Hal ini dikarenakan bak mandi
rumah mereka telah dikuras 1 hari sebelumnya.
Berdasarkan hasil observasi dengan pengambilan jentik nyamuk di
tempat penampungan air di dalam kamar mandi responden dapat
20
disimpulkan bahwasanya jentik nyamuk yang terdapat di wilayah Jl.
Kedung Sroko Surabaya ini terbanyak adalah jentik nyamuk Aedes dan
beberapa terdapat jentik nyamuk Anopheles.
Jentik merupakan salah satu fase yang dilalui sebelum organisme
nyamuk berubah mnejadi dewasa seperti halnya jentik nyamuk Aedes dan
Anopheles dengan berjalannya waktu akan berubah menjadi dewasa dan
dapat menularkan penyakit pada manusia. Berbagai referensi menyebutkan
bahwasanya nyamuk jenis Aedes berpotensi untuk menyebarkan penyakit
demam kuning (urban yellow fever), DBD (demam berdarah) dan
chikungunya sedangkan nyamuk Anopheles berpotensi untuk menyebarkan
penyakit malaria, untuk dapat mengetahui potensi tersebut dapat diketahui
salah satunya caranya dengan menghitung kepadatan jentik nyamuk.
Perhitungan house index seharusnya menggunakan sampel sebanyak
100 rumah, namun dalam obervasi ini kelompok 7A hanya mengambil
sampel sebanyak 10 rumah, sehingga dalam perhitungan ini diasumsikan
sebanyak 100 rumah. Perhitungan house index jentik nyamuk Aedes dan
Anopeheles yang telah dilakukan merupakan asumsi untuk mewakili 100
rumah, dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. 10 rumah (sebagai sampel) → (ditemukan) 5 rumah (terdapat jentik
nyamuk Aedes)
100 rumah → x = ?
10 = 100
5 x
x = 100 x 5
10
= 50 rumah
Jadi,
50 x 100% = 50%
100
b. 10 rumah (sebagai sampel) → (ditemukan) 1 rumah (terdapat jentik
nyamuk Aedes)
100 rumah → x = ?
21
10 = 100
1 x
x = 100 x 1
10
= 10 rumah
Jadi,
10 x 100% = 10%
100
Perhitungan yang digunakan untuk menghitung kepadatan jentik
nyamuk Aedesaegypti adalah menggunakan houseindex(HI).
a. House Indeks Jentik Nyamuk Aedes
House indeks
= 5 x 100 %
10
= 50%
Kedung Sroko tergolong ke dalam daerah dengan density figure 7
dengan hasil presentasi 50%. Berdasarkan sumber Pedoman Teknis
Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di Kantor Kesehatan
Pelabuhan bahwasanya house index di daerah dengan density figure di
atas 5 (house index di atas 28%) besar sekali kemungkinan transmisi
penyakit demam kuning (urban yellow fever), DBD (demam berdarah)
dan chikungunya. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya daerah Kedung
Sroko berisiko tinggi kemungkinan terjadi penyakit demam kuning
(urban yellow fever), DBD (demam berdarah) dan chikungunya.
b. House Indeks Jentik Nyamuk Anopheles
House indeks
= 1 x 100 %
10
22
= 10%
Kedung Sroko tergolong ke dalam daerah dengan density figure 3
dengan hasil presentasi 10%. Berdasarkan sumber Pedoman Teknis
Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di Kantor Kesehatan
Pelabuhan bahwasanya daerah dengan density figure di kurang dari 5
(house index kurang dari 29%) dan density figure di lebih dari 1
(house index lebih dari 3%) kemungkinan transmisi penyakit malaria
tergolong sedang. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya daerah Kedung
Sroko berisiko kemungkinan terjadi penyakit malaria.
4.3 Hasil Praktikum Container Index
NO. NAMA ALAMAT
KONTAINER KETERANGAN
JENIS JUMLAHADA
JENTIKTIDAK
ADA JENTIK
1 Roni Hidayat
Jl. Kedung Sroko 25
a. Bak kamar mandi 1 √
b. Ember 2 √c. Wadah penampung
air kulkas1 √
2 Bu Lilik Jl. Kedung Sroko 22
a. Bak kamar mandi 2 √
b. Ember 3 √c. Akuarium 3 √d. Botol isi cairan pel 2 √e. Vas bunga 3 √f. Wadah penampung
air kulkas1 √
3 Bu Jumiati
Jl. Kedung Sroko 26
a. Bak kamar mandi 1 √
b. Gentong air untuk masak
2 √
c. Vas bunga 2 √4 Bu Yati Jl.Kedung
Sroko 23a. Bak kamar mandi 1 √
b. Gentong air untuk masak
2 √
c. Gentong di 2 √
23
halaman d. Tempat minum
ayam3 √
e. Wadah penampung air kulkas
1 √
5 Bu Lani Jl. Kedung Sroko 27
a. Bak kamar mandi 1 √
b. Gentong air 1 √c. Gentong untuk
masak1 √
d. Wadah penampung air kulkas
√
6 Bu Yanti Jl. Kedung Sroko 24B
a. Bak kamar mandi 2 √
b. Kolam ikan 1 √c. Gentong masak 1 √d. Akuarium 1 √e. Wadah penampung
air kulkas1 √
7 Bu Lina Jl. Kedung Sroko 21
a. Bak kamar mandi 1 √
b. Ember 2 √8 Bu Ita Jl. Kedung
Sroko 14Aa. Bak kamar mandi 1 √
b. Ember 2 √c. Wadah
penampungan kulkas
1 √
d. Gentong air untuk memasak
1 √
9 Bu Supriadi
Jl. Kedung Sroko 15A
a. Bak Kamar mandi 1 √
b. Gentong air untuk memasak
1 √
c. Tempat minum burung
3 √
10 Bu Laili Jl. Kedung Sroko 15B
a. Bak kamar mandi 1 √
b. Bak untuk mencuci Baju
1 √
c. Bak untuk mencuci piring
1 √
TOTAL KONTAINER YANG TERDAPAT JENTIK 55 15 40
4.4 Pembahasan
CI = Jumlah kontainer yang positif jentik x 100%
24
Jumlah kontainer yang diperiksa
CI = 15 x 100%
55
= 27,3 %
Dilihat dari hasil CI, Kedung Sroko tergolong ke dalam daerah dengan
density figure 6 dengan hasil presentasi 27,3%. Berdasarkan sumber
Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Kesehatan Lingkungan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan, Kapal laut dan pesawat, bangunan dan gedung,
bahwa daerah dengan density figure lebih dari 5 (container index lebih
dari 29%) kemungkinan transmisi penyakit demam berdarah, malaria, dan
yellow fever tergolong tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa daerah
Kedung Sroko berisiko tinggi kemungkinan terjadi penyakit malaria,
demam berdarah, dan yellow fever.
25
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Pengambilan jentik nyamuk dilakukan di setiap penampungan air di
rumah di tiap responden dengan cara menggunakan saringan ikan
untuk menangkap jentik nyamuk dibantu dengan lampu senter untuk
menerangi dan botol air mineral untuk menampung hasil menangkap
jentik nyamuk.
b. 10 responden yang diamati tempat penampungan air di dalam kamar
mandinya diperoleh hasil bahwsanya 5 tempat penampungan air
responden terdapat jentik nyamuk. 5 responden lainnya tidak
diperoleh jentik nyamuk karena telah menguras penampungan air
sehari sebelum observasi. Jentik nyamuk terbanyak adalah jentik
nyamuk Aedes dan terdapat satu jentik nyamuk Anopheles.
c. Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan jentik nyamuk Aedes dan
Anopheles dapat disimpulkan bahwasanya wilayah Jl. Kedung Sroko
Surabaya berisiko tinggi kemungkinan terjadi penyakit demam kuning
26
(urban yellow fever), DBD (demam berdarah), chikungunya dan
malaria.
5.2 Saran
Berbagai saran yang menungkinkan diberikan kepada warga di
Kedung Sroko untuk mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh
jentik nyamuk Aedes dan Anopheles adalah sebagai berikut.
a. Menguras tempat penampungan air maksimal 3 minggu sekali.
b. Meminimalisir menumpuknya barang yang tidak berguna di
lingkungan rumah.
c. Memelihara ikan untuk kolam di lingkungan rumah.
d. Memberikan bubuk larvasida tempat penampungan air mandi pada
musim penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, biasanya pada musim
hujan untuk mencegah perkembangbiakan jentik nyamuk.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Bionomik Nyamuk (Pengendalian Vektor Nyamuk). Fakultas
Kedokteran Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Brotowidjoyo, M. D. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Suirta, I. W., Puspawati, N. M., dan Gumiati, N. K. 2007. Jurnal Kimia : Isolasi
dan Identifikasi Senyawa Aktif Jentiksida dari Biji Nimba Terhadap Jentik
Nyamuk Demam Berdarah (Aedes aegypti). Bukit Jimbaran : Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Udayana.
Suprapto. 2006. Pemanfaatan Limbah Rokok dalam Pengendalian Nyamuk
Aedes Aegypty.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19653/1/pan-jul2006-
%20%285%29.pdf. diakses pada 10 Maret 2013 pukul 11.00 WIB
27
LAMPIRAN
Gambar 1. Nyamuk Aedes aegypti
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Aedes_aegypti_biting_human.jpg diakses
Maret 2013.
28
Gambar 2.Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Sumber:
http://1.bp.blogspot.com/_KJzMAynORLU/S79Uyz9sHuI/AAAAAAAAABo/
_qajW7TNnlw/s1600/Metamorfosis.jpg diakses Maret 2013.
Gambar 3. Jentik Nyamuk Aedes aegypti
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti diakses Maret 2013.
29
Gambar 4. Jentik Nyamuk Anopheles
Sumber:
http://rapotan-hsb.blogspot.com/2012/04/membedakan-species-dan-jenis-
kelamin.html diakses April 2013.
30
:
Gambar 5. Jentik Nyamuk Culex
Sumber:
http://ms.wikipedia.org/wiki/Nyamuk_culex diakses April 2013
31
Gambar 6. Morfologi Tubuh Jentik Nyamuk Culex
Sumber: http://www.google.com/imgres?
q=larva+Culex&hl=id&biw=1241&bih=606&tbm=isch&tbnid=TIJ93Gi--
hWi9M:&imgrefurl=http://culicidae-pidia.blogspot.com/2011/05/sekilas-dua-
kilas-tentang-nyamuk.html&docid=uRHU0ZnzoeBU0M&imgurl=http://
2.bp.blogspot.com/-9_DdtsFIFlQ/Tco4h99YcfI/AAAAAAAAAAw/
WdC3ED7XRHE/s1600/
Culex_restuans_larva_diagram_en.svg&w=470&h=399&ei=ucp7UbrMFYfU
rQei44HgBA&zoom=1&ved=1t:3588,r:10,s:0,i:111&iact=rc&dur=700&page
=2&tbnh=182&tbnw=215&start=10&ndsp=21&tx=181&ty=49 diakses April
2013.
Gambar 7. Pupa Nyamuk Culex
Sumber:
http://ritacuitcuit.blogspot.com/2011/05/perkembangan-lanjut-embrio-
nyamuk-culex.html diakses Maret 2013.
32
Gambar 8. Larva Mansonia
Sumber: http://www.google.com/imgres?
q=larva+Mansonia&hl=id&biw=1241&bih=606&tbm=isch&tbnid=rqq9qVOMW
uMbbM:&imgrefurl=http://totallyfreeimages.com/118552/Drawing-of-Mansonia-
or-Coquillettidia-mosquito-larvae-with-sipho&docid=R3LbOjwVBN-
lgM&imgurl=http://totallyfreeimages.com/previews/standard/4/c/
df3986cc41bb5692f02960447e60783a3ed9494c.jpg&w=450&h=313&ei=3NJ7U
aukNImqrAeH6YFA&zoom=1&ved=1t:3588,r:10,s:0,i:109&iact=rc&dur=802&p
age=1&tbnh=178&tbnw=222&start=0&ndsp=17&tx=95&ty=135
Gambar 9. Jentik Nyamuk
33
Sumber: http://www.google.com/imgres?
q=larva+aedes&sa=X&hl=id&biw=1241&bih=606&tbm=isch&tbnid=g_ZEGHC
q0QFnRM:&imgrefurl=http://medent.usyd.edu.au/photos/
larvae_photographs.htm&docid=m0mJzaKefHTNbM&imgurl=http://
medent.usyd.edu.au/photos/
various_larvae.jpg&w=416&h=409&ei=Bsd7Ufa5KcXZrQe8noDoCg&zoom=1
&ved=1t:3588,r:1,s:0,i:85&iact=rc&dur=621&page=1&tbnh=186&tbnw=178&st
art=0&ndsp=17&tx=85&ty=119 diakses April 2013.
Gambar 10. Senter dan Saringan Ikan
Diambil pada tanggal 22 Maret 2013
Gambar 11. Melabeli Botol Penampung Jentik
34