research.unived.ac.id · sebagai berikut (1) pembangunan sarana dan prasarana perdesaan, (2)...

26

Upload: hatuong

Post on 22-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PEMBANGUNAN BERBASIS PERDESAANDALAM MEMPERKUAT FONDASI PEREKONOMIAN NASIONAL,

PENGURANGAN KESENJANGAN ANTAR WILAYAH DAN MEMPERCEPATPENGENTASAN KEMISKINAN

Ahmad SolehFakultas Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu

INDONESIA

Email:[email protected]

Merri AnitasariFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu

INDONESIA

Email:[email protected]

ABSTRAK

Pembangunan ekonomi Indonesia selama ini masih menghadapi isu utama yaituadanya kesenjangan pembangunan antar wilayah serta masih tingginya angkakemiskinan terutama di daerah tertinggal. Percepatan pembangunan daerah tertinggaldiarahkan pada paradigma pembangunan berbasis perdesaan (Development Base OnRural/Village). Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisis pembangunan berbasisperdesaan dalam memperkuat fondasi perekonomian nasional, pengurangankesenjangan antar wilayah dan mempercepat pengentasan kemiskinan. Metodependekatan yang digunakan adalah deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data padakajian ini menggunakan metode dokumentasi. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwapertumbuhan ekonomi yang tinggi telah memberi dampak pada penurunan angkakemiskinan namun belum mampu menurunkan disparitas pendapatan dan kesenjanganekonomi antar wilayah. Pembangunan perdesaan Indonesia diarahkan pada upaya (1)Pengembangan sektor pertanian yang lebih modern serta diiringi dengan pengembanganekonomi lokal melalui UMKM dan koperasi; (2) Ketersediaan infrastruktur diperdesaan dan daerah tertinggal dalam mendukung aktifitas ekonomi; (3) Peningkatankualitas Sumber Daya Manusia melalui layanan pendidikan dan kesehatan; dan (4)Peningkatan pemberdayaan masyarakat perdesaan.

Kata Kunci : Pembangunan Perdesaan, Perekonomian Nasional, DisparitasPembangunan, Pengentasan Kemiskinan

2

ABSTRACT

Economic development of Indonesia still face major issues namely thedevelopment gap between regions as well as the high level of poverty especially indisadvantaged areas. Accelerated development of disadvantaged areas directed atrural-based development paradigm (Base Development On Rural / Village). Thepurpose of this study is to analyze the rural-based development in strengthening thefoundations of the national economy, the reduction of disparities between regions andaccelerate poverty reduction. The method used is descriptive analysis. Data collectiontechniques in this study using the method of documentation. The results of this studyindicate that the high economic growth have an impact on poverty reduction but has notbeen able to reduce income disparities and economic inequalities between regions.Indonesian rural development directed towards (1) The development of a more modernagricultural sector and accompanied by local economic development through SMEsand cooperatives; (2) Availability of infrastructure in rural and underdeveloped areasin support of economic activity; (3) Improving the quality of human resources througheducation and health services; and (4) Increasing the empowerment of ruralcommunities.

Keywords : Rural Development, National Economy, Disparities Development,Poverty Alleviation

3

LATAR BELAKANG

Kesenjangan pembangunan antar wilayah dan tingginya angka kemiskinan

terutama di daerah tertinggal masih menjadi isu utama dalam pembangunan ekonomi

nasional selama ini. Kesenjangan antar wilayah di Indonesia tidak terlepas dari adanya

keragaman potensi sumber daya alam, letak geografis, kualitas sumber daya manusia,

ikatan etnis atau politik. Keberagaman ini dapat menjadi sebuah keunggulan dalam

suatu sisi, namun sisi lain dapat berpotensi menjadi sumber instabilitas sosial dan politik

nasional. Kesenjangan antar wilayah di Indonesia tercermin pada kesenjangan

perekonomian antar wilayah (kesenjangan pendapatan regional, pola dan struktur

pertumbuhan ekonomi), kesenjangan kesejahteraan infrastruktur, serta pendapatan dan

belanja daerah.

Kemiskinan juga masih menjadi permasalahan dalam pelaksanaan pembangunan

nasional berkelanjutan. Meskipun trend kemiskinan cenderung mengalami penurunan,

tingkat kemiskinan di Indonesia masih tergolong tinggi. Salah satu permasalahan yang

harus diperhatikan adalah adanya kesenjangan tingkat kemiskinan antara penduduk

yang berada di perkotaan dan penduduk yang ada di perdesaan. Tingkat kemiskinan

masih mendominasi di daerah perdesaan. Pada bulan Maret 2014 jumlah penduduk

miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang (11,25%). 17,77 juta orang tinggal di

perdesaan (14,17%) dan 10,51 juta orang (8,34%) tinggal di perkotaan (BPS, 2014).

Pelaksanaan pembangunan nasional diarahkan pada upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang merata secara materiil dan spiritual berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945. Indonesia merupakan salah satu negara

dengan populasi penduduk terbesar ke empat di tingkat dunia setelah negara Cina, India

dan Amerika Serikat dan peringkat pertama di tingkat ASEAN. Hasil proyeksi

penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk

Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 252.164.800 jiwa. Sebagian besar penduduk

Indonesia tinggal di daerah perdesaan. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan

proporsi penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perdesaan mencapai 50,2% dan

sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini pada

Februari 2014 mencapai 40,83% sementara kontribusi sektor ini terhadap perekonomian

4

nasional atau pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) cenderung mengalami

penurunan.

Dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal diarahkan pada paradigma

pembangunan berbasis perdesaan (Development Based On Rural/Village). Konsepsi

pembangunan berbasis perdesaan merupakan konsep pembangunan yang mampu

merangsang masyarakat desa, sehingga gerak majunya menjadi otonom, berakar dari

dinamik sendiri dan dapat bergerak atas dasar potensi dan kekuatan yang dimilikinya.

Selain itu, suatu pembangunan tak akan berhasil dan bertahan, jika pembangunan

tersebut bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang dianut masyarakat. Dengan

demikian, Pembangunan berbasis perdesaan harus di perkuat dengan nilai-nilai dasar

yang dianut oleh masyarakat perdesaan tersebut.

Dalam konteks itu maka sumber-sumber pertumbuhan ekonomi harus

digerakkan ke perdesaan sehingga desa menjadi tempat yang menarik sebagai tempat

tinggal dan mencari penghidupan. Infrastruktur desa seperti irigasi, sarana dan prasarana

transportasi, listrik, telepon, sarana pendidikan, kesehatan dan sarana-sarana lain yang

dibutuhkan, harus bisa disediakan sehingga memungkinkan desa maju dan berkembang.

Berdasar uraian tersebut, pembangunan yang berbasis perdesaan sangat penting dan

perlu untuk memperkuat fondasi perekonomian nasional, pengurangan kesenjangan

antar wilayah dan mempercepat pengentasan kemiskinan sebagai solusi bagi perubahan

sosial, desa sebagai basis perubahan.

KAJIAN PUSTAKA

Desa dan Kawasan Perdesaan

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007, desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam

sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan Kawasan

Perdesaan adalah wilayah yang memiliki kegiatan utama pertanian, termasuk

pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan

ekonomi.

5

Konsep, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Perdesaan

Menurut Adisasmita (2013) pembangunan perdesaan harus diletakkan dalam

konteks (1) sebagai upaya mempercepat pembangunan perdesaan melalui penyediaan

prasarana dan sarana pembangunan untuk memberdayakan masyarakat, dan (2) sebagai

upaya mempercepat dan memperkokoh pembangunan ekonomi daerah dalam arti luas

secara efektif dan produktif.

Tujuan umum pembangunan perdesaan adalah meningkatkan kualitas hidup

masyarakat perdesaan melalui pencapaian kemajuan sosial dan ekonomi secara

berkesinambungan dengan tetap memperhatikan persamaan hak dan menjunjung tinggi

prinsip-prinsip keadilan bagi masyarakat secara keseluruhan. Secara singkat tujuan

pembangunan secara luas adalah peningkatan perbaikan kualitas hidup masyarakat

secara multidimensional (Improving Quality of Life).

Sasaran umum pembangunan perdesaan adalah pertumbuhan ekonomi perdesaan

berbasis sumber daya pertanian (agricultural resource based) yang ditunjang oleh

kegiatan sektor non pertanian dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan

kebutuhan masyarakat kecil.

Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembangunan Perdesaan

Adisasmita (2013) mengelompokkan ruang lingkup pembangunan perdesaan

sebagai berikut (1) Pembangunan sarana dan prasarana perdesaan, (2) Pemberdayaan

masyarakat, (3) Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan peningkatan kemampuan

Sumber Daya Manusia (SDM), (4) Penciptaan lapangan kerja, kesempatan berusaha,

peningkatan pendapatan, (5) Peningkatan keterkaitan antar daerah perdesaan dan antar

daerah perdesaan dengan daerah perkotaan (inter rural–regional–urban–relationship).

Sedangkan pendekatan pembangunan perdesaan sebagai berikut (1) Pendekatan

bina lingkungan, bina usaha dan bina manusia, (2) Pendekatan sektoral dan pendekatan

multi sektoral, (3) Pendekatan terpadu dan serasi, (4) Pendekatan pemerataan

pembangunan ke seluruh tanah air, (5) Pendekatan spasial, (6) Pendekatan partisipasi

masyarakat, (7) Pendekatan berwawasan lingkungan, (8) Pendekatan Bottom-up

planning, (9) Pendekatan popple centered, dan (10) Pendekatan resource based.

6

METODOLOGI

Metode pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah deskriptif analisis

yang menjelaskan dan menganalisis pembangunan berbasis perdesaan dalam

memperkuat fondasi perekonomian nasional, pengurangan kesenjangan antar wilayah

dan mempercepat pengentasan kemiskinan. Teknik pengumpulan data pada kajian ini

menggunakan metode dokumentasi. Data yang digunakan merupakan data sekunder

yang bersumber dari buku, literatur, jurnal, laporan dan informasi resmi lembaga negara

maupun yang diakses melalui internet.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembangunan Perdesaan dalam Memperkokoh Perekonomian Nasional

Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu

indikator keberhasilan pembangunan. Dengan memperhatikan tingkat pertumbuhan

yang dicapai dari tahun ke tahun dapat diketahui prestasi dan kesuksesan suatu negara

dalam mengendalikan kegiatan ekonominya dalam jangka pendek dan usaha

mengembangkan perekonomiannya dalam jangka panjang. Dengan menggunakan

indikator pertumbuhan ekonomi, kinerja pembangunan ekonomi Indonesia selama

periode tahun 2001-2013 menunjukkan hasil yang baik.

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2001-2013Gambar 1: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2001-2013

3.834.5

4.785.03

5.695.5

6.356.01

4.63

6.226.49 6.26

5.78

2.5

3

3.5

4

4.5

5

5.5

6

6.5

7

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013Pertumbuhan PDB (%) Linear (Pertumbuhan PDB (%))

7

Gambar 1 menunjukkan bahwa selama periode tahun 2001-2013 pertumbuhan

ekonomi Indonesia mengalami fluktuasi. Namun trend pertumbuhan ekonomi Indonesia

cenderung mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia

mencapai 5,47% per tahun. Pada tahun 2008 perekonomian dunia diguncang dengan

adanya krisis global, namun hal tersebut tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi tidak mengalami penurunan yang cukup

berarti. Tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 6,01% dengan laju

inflasi meningkat sebesar 11,06%. Dampak adanya krisis global baru dirasakan pada

tahun 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan yang lebih besar

jika dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun

2008. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,63% atau mengalami

penurunan sebesar 1,38% dari tahun sebelumnya. Dengan semakin membaiknya

perekonomian nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai mengalami peningkatan

pada tahun 2010 hingga tahun 2011. Namun dalam dua tahun terakhir, trend

pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung mengalami penurunan.

Perkembangan struktur ekonomi Indonesia jika dilihat dari awal era

pemerintahan Orde Baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses perubahan

struktur ekonomi Indonesia cukup pesat. Pada tahun 1970-an nilai tambah bruto (NTB)

dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan menyumbang sekitar 45%

terhadap pembentukan PDB, pada dekade 1990-an menyumbang sekitar 16% hingga

20% dan tahun 2013 hanya menyumbang 14,43%. Sedangkan sumbangan sektor

industri pengolahan dalam pembentukan PDB mencapai 23.69%. Hal ini mencerminkan

bahwa ekonomi nasional mengalami perubahan secara struktural dalam 3 dekade

belakangan ini.

Semakin kecil kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDB relatif

terhadap sektor-sektor ekonomi non primer lainnya, bukan berarti volume di sektor

pertanian cenderung menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan

output (rata-rata per tahun atau pertumbuhan total) di sektor tersebut relatif lebih rendah

dibanding laju pertumbuhan output dari sektor industri pengolahan. Seperti ditunjukkan

pada gambar 2, tingkat pertumbuhan output di sektor pertanian, peternakan, kehutanan

dan perikanan dari tahun 2010-2013 lebih rendah dibanding sektor industri pengolahan.

8

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010-2013Gambar 2: Laju Pertumbuhan Output Pertanian dan Industri Tahun 2010-2013

Meskipun telah terjadi perubahan struktur ekonomi Indonesia dari sektor

pertanian ke sektor industri pengolahan, peningkatan sektor pertanian perlu dilakukan

karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap sektor-sektor

perekonomian lainnya. Beberapa alasan perlu ditingkatkan sektor pertanian antara lain:

a) Potensi Sumber Daya Alam

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam yang

beranekaragam tersebar di seluruh nusantara, kaya akan lahan, kesuburan tanah, dan

iklim yang mendukung dalam menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dan

mampu bersaing di pasar bebas. Pengelolaan sumber daya alam juga harus diiringi

dengan konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan yakni dengan memperhatikan

kelestarian dan kerusakan lingkungan dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia dalam teknik dan pengelolaan pertanian secara modern.

b) Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

Sektor pertanian menjadi salah satu unsur penting terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Meskipun sektor ini bukan merupakan sektor penyumbang terbesar

dalam pembentukan PDB, namun sektor pertanian tetap menjadi penopang

perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu andalan ekspor di negara kita dan

menjadi salah satu penyumbang devisa di setiap tahunnya.

2.21

4.74

3.96

0

1

2

3

4

5

6

7

2009 2010

Industri Pengolahan (%)

8

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010-2013Gambar 2: Laju Pertumbuhan Output Pertanian dan Industri Tahun 2010-2013

Meskipun telah terjadi perubahan struktur ekonomi Indonesia dari sektor

pertanian ke sektor industri pengolahan, peningkatan sektor pertanian perlu dilakukan

karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap sektor-sektor

perekonomian lainnya. Beberapa alasan perlu ditingkatkan sektor pertanian antara lain:

a) Potensi Sumber Daya Alam

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam yang

beranekaragam tersebar di seluruh nusantara, kaya akan lahan, kesuburan tanah, dan

iklim yang mendukung dalam menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dan

mampu bersaing di pasar bebas. Pengelolaan sumber daya alam juga harus diiringi

dengan konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan yakni dengan memperhatikan

kelestarian dan kerusakan lingkungan dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia dalam teknik dan pengelolaan pertanian secara modern.

b) Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

Sektor pertanian menjadi salah satu unsur penting terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Meskipun sektor ini bukan merupakan sektor penyumbang terbesar

dalam pembentukan PDB, namun sektor pertanian tetap menjadi penopang

perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu andalan ekspor di negara kita dan

menjadi salah satu penyumbang devisa di setiap tahunnya.

4.74

6.145.74

3.013.37

4.2

2010 2011 2012

Industri Pengolahan (%) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (%)

8

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010-2013Gambar 2: Laju Pertumbuhan Output Pertanian dan Industri Tahun 2010-2013

Meskipun telah terjadi perubahan struktur ekonomi Indonesia dari sektor

pertanian ke sektor industri pengolahan, peningkatan sektor pertanian perlu dilakukan

karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap sektor-sektor

perekonomian lainnya. Beberapa alasan perlu ditingkatkan sektor pertanian antara lain:

a) Potensi Sumber Daya Alam

Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam yang

beranekaragam tersebar di seluruh nusantara, kaya akan lahan, kesuburan tanah, dan

iklim yang mendukung dalam menghasilkan produk pertanian yang berkualitas dan

mampu bersaing di pasar bebas. Pengelolaan sumber daya alam juga harus diiringi

dengan konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan yakni dengan memperhatikan

kelestarian dan kerusakan lingkungan dan peningkatan kualitas sumber daya

manusia dalam teknik dan pengelolaan pertanian secara modern.

b) Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

Sektor pertanian menjadi salah satu unsur penting terhadap pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Meskipun sektor ini bukan merupakan sektor penyumbang terbesar

dalam pembentukan PDB, namun sektor pertanian tetap menjadi penopang

perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu andalan ekspor di negara kita dan

menjadi salah satu penyumbang devisa di setiap tahunnya.

5.56

3.54

2013

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (%)

9

c) Jumlah Penduduk yang Besar dan Terserap di Sektor Pertanian

Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

Indonesia cenderung mengalami penurunan sedangkan sebagian besar penduduk

Indonesia masih berada di perdesaan dan menggantungkan pendapatannya dari

sektor pertanian. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini pada Februari 2014 sangat

tinggi yakni mencapai 40,83%. Berdasar pendataan potensi desa (Podes) yang

dilakukan oleh BPS pada tahun 2011, jumlah desa di Indonesia mencapai 78.609

dan dari jumlah tersebut, sebesar 69.434 (88,33%) merupakan desa dengan

penghasilan utama sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian dan

sebanyak 47.962 merupakan desa dengan penghasilan utama penduduk pada

subsektor tanaman pangan yang menghasilkan komoditas pertanian seperti padi,

jagung, ketela, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Pengembangan

sektor pertanian dapat dilakukan melalui pengembangan agribisnis. Dalam

pengembangan agribisnis dan mewujudkan kemandirian pembangunan perdesaan

perlu dikembangkan konsep agropolitan. Bersamaan dengan usaha di sektor

pertanian yang semakin modern, perlu dikembangkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah) dan koperasi yang berkembang pesat di perdesaan. Dengan konsep

ini wilayah akan tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha

agribisnis serta mampu melayani, mendorong dan menarik pembangunan pertanian

di wilayah sekitarnya.

Mengurangi Kesenjangan Pembangunan Antar Wilayah

Pembangunan berorientasi pertumbuhan (growth) yang selama ini diterapkan

negara-negara berkembang termasuk negara Indonesia telah membawa sejumlah

perubahan yang cukup signifikan. Disamping berbagai prestasi yang berhasil diraih,

terdapat persoalan yang sebetulnya memerlukan penanganan serius dan sangat penting,

yakni adanya kesenjangan antar desa-kota (khususnya antara sektor pertanian dan

industri) serta kesenjangan antar daerah.

Secara empiris, kesenjangan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai

berikut: (i) Sosial ekonomi rumah tangga atau masyarakat, khususnya kesenjangan

pendapatan antara rumah tangga di perkotaan dan di perdesaan; (ii) Struktur kegiatan

10

ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi rumahtangga atau masyarakat,

khususnya pada sektor-sektor ekonomi yang menjadi basis ekspor dengan orientasi

pasar dalam negeri (domestik); (iii) Potensi regional (SDA, SDM, Dana, lingkungan

dan infrastruktur) yang mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi. Pada

daerah-daerah yang beruntung memiliki sumberdaya berbasis ekspor, maka daerah-

daerah ini secara relatif lebih makmur dibandingkan dengan daerah-daerah yang tidak

memiliki sumberdaya yang dapat dipasarkan keluar; dan (iv) Kondisi kelembagaan yang

membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala lokal, regional dan global

(Tarigan dalam http://www.bappenas.go.id).

Sejarah perekonomian Indonesia menunjukkan bahwa pemerintahan Orde Baru

selain berhasil menekan angka kemiskinan juga berhasil dalam menjaga tingkat

kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Selama tahun 1965-1970 koefisien Gini rata-

rata per tahun sebesar 0,35. Selama tahun 1971-1980 koefisien Gini rata-rata per tahun

meningkat yaitu di atas 0,4 sedangkan selama tahun 1981-1990 rata-rata koefisien gini

kembali turun yakni di atas 0,3. Selanjutnya, sejak awal tahun1990-an koefisien Gini di

Indonesia berangsur meningkat kembali. Penurunan terjadi pada tahun 1998 yaitu

sebesar 0,32 kemudian sedikit meningkat menjadi 0,33 pada tahun 1999 dan relatif

stabil hingga awal tahun 2000. Selama tahun 2001-2013 rata-rata koefisien Gini

kembali meningkat yaitu sebesar 0,36.

Menurut daerah (kota-desa) pada tahun 1960-an tingkat kesenjangan

pengeluaran konsumsi di perdesaan lebih besar daripada di perkotaan. Baru sejak tahun

1970-an koefisien Gini di perdesaan relatif lebih rendah daripada di perkotaan. Seperti

rata-rata koefisien Gini tahun 2002-2013 di perkotaan sebesar 0,36 dan di perdesaan

sebesar 0,28. Jika perubahan koefisien Gini tersebut memberi gambaran yang

sebenarnya, hal tersebut menunjukkan adanya perbaikan dalam distribusi pendapatan di

perdesaan. Menurut Tambunan (2014) perubahan pola distribusi pendapatan di

perdesaan di Indonesai selama ini disebabkan oleh faktor (i) Akibat meningkatnya arus

penduduk/tenaga kerja dari perdesaan ke perkotaan; (ii) Struktur pasar dan besarnya

distorsi yang berbeda di perdesan dan perkotaan; dan (iii) Dampak positif dari proses

pembangunan ekonomi nasional.

Selain kesenjangan pendapatan, ketimpangan ekonomi antar wilayah di

Indonesia juga terjadi. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan II-

11

2014 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan

kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 58,70%, kemudian diikuti

oleh Pulau Sumatera sebesar 23,74%, Pulau Kalimantan 8,31%, Pulau Sulawesi 4,84%

dan sisanya 4,41% di pulau-pulau lainnya. Hasil analisis kesenjangan wilayah berdasar

Indeks Williamson yang dilakukan Bappenas tahun 2013 menunjukkan bahwa

ketimpangan pembangunan nasional sangat tinggi atau pembangunan antar provinsi

tidak merata dengan indeks Williamson dari tahun 2000-2012 rata-rata > 1. Sementara

ketimpangan pembangunan antar provinsi menurut masing-masing pulau menunjukkan

bahwa ketimpangan pembangunan sangat tinggi di pulau Sumatera, Jawa+Bali,

Kalimantan dan Nustra-Maluku-Papua. Sebaliknya untuk wilayah Sulawesi

ketimpangan pembangunan sangat rendah tau pembangunan antar provinsi di Sulawesi

relatif merata. Jika dilihat berdasarkan perkembangan ketimpangan antar pulau, wilayah

Sumatera dan Kalimantan menunjukkan trend menurun dari tahun 2000-2012.

Dalam mengurangi kesenjangan pembangunan ekonomi antar wilayah baik antar

kota-desa maupun antar provinsi, pulau maupun kawasan di Indonesia, pembangunan

perdesaan diarahkan pada upaya peningkatan kehidupan sosial ekonomi khususnya

kelompok masyarakat keluarga miskin dan mengoptimalkan sumber daya perdesaan

untuk tumbuh dan memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional. Diantara

prioritas strategi pembangunan perdesaan adalah dengan penyediaan infrastruktur.

Infrastruktur merupakan suatu input dalam proses produksi yang dapat memberikan

peningkatan produktivitas marjinal pada output. Infrastruktur yang layak dan tepat dapat

membantu mendorong berbagai kegiatan ekonomi melalui fungsinya yang dapat

melancarkan proses produksi dan mobilitas manusia, barang, dan jasa. Dengan

infrastruktur yang memadai, diharapkan desa atau wilayah menjadi pusat pertumbuhan

dan menekan laju perpindahan penduduk ke wilayah yang relatif lebih maju.

Mempercepat Pengentasan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi yang pesat telah memberi dampak pada angka

kemiskinan di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dengan trend kemiskinan di

Indonesia yang cenderung menurun. Namun, tingkat kemiskinan di Indonesia masih

tergolong tinggi dan tetap menjadi permasalahan dalam pembangunan yang harus

diatasi oleh pemerintah guna pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Salah satu

12

permasalahan yang harus diperhatikan adalah adanya kesenjangan tingkat kemiskinan

antara penduduk yang berada di perkotaan dan penduduk yang ada di perdesaan.

Gambar 3 menunjukkan persentase penduduk miskin di perdesaan relatif lebih tinggi

jika dibanding dengan persentase penduduk miskin yang tinggal di perkotaan.

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2000-2013Gambar 3: Persentase Penduduk Miskin Perdesaan-Perkotaan Tahun 2010-2013

Beberapa permasalahan internal dan eksternal yang dihadapi terkait kemiskinan

di perdesaan diantaranya adalah (1) Terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas;

(2) Rendahnya kualitas SDM dan sebagian besar berketerampilan rendah; (3) Lemahnya

keterkaitan kegiatan ekonomi antara sektor pertanian ke sektor industri dan sektor

penunjang; (4) Rendahnya asset yang dikuasai masyarakat perdesaan; dan (5)

Lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat.

Dalam upaya mengatasi kemiskinan di perdesaan, diperlukan program

pembangunan seperti: (1) Pengembangan ekonomi lokal. Program ini bertujuan untuk

menciptakan lapangan kerja berkualitas di perdesaan dengan merangsang pertumbuhan

aktivitas ekonomi non pertanian seperti industri perdesaan dan jasa penunjang,

diversifikasi usaha pertanian ke arah komoditas pertanian bernilai ekonomis tinggi, dan

memperkuat keterkaitan kawasan perdesaan dan perkotaan; (2) Peningkatan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah perdesaan melalui layanan pendidikan dan

kesehatan; (3) Peningkatan pemberdayaan masyarakat perdesaan. Program ini bertujuan

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014Perdesaan 22.3 24.8 21.1 20.2 20.1 19.9 21.8 20.3 18.9 17.3 16.5 15.7 15.1 14.3 14.1Perkotaan 14.6 9.76 14.4 13.5 12.1 11.6 13.4 12.5 11.6 10.7 9.87 9.23 8.78 8.55 8.340

5

10

15

20

25

30

Per

sent

ase

Pen

dudu

k M

iski

n

13

meningkatkan pemberdayaan masyarakat perdesaan dan meningkatkan kapasitas

pemerintah di tingkat lokal dalam pembangunan perdesaan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasar pembahasan yang telah diuraikan, simpulan dalam kajian ini adalah

sebagai berikut:

1. Trend pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung mengalami peningkatan dan telah

terjadi pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri

pengolahan. Kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian cenderung mengalami

penurunan sedangkan tenaga kerja Indonesia sebagian besar terserap di sektor

tersebut dan tinggal di wilayah perdesaan.

2. Pesatnya pertumbuhan ekonomi belum berdampak pada penurunan disparitas

pendapatan dan kesenjangan ekonomi wilayah. Hal tersebut ditunjukkan dengan

trend koefisien Gini yang cenderung meningkat, namun disparitas pendapatan di

perdesaan relatif lebih merata jika dibanding daerah perkotaan. Selanjutnya dengan

menggunakan indeks Williamson, ketimpangan pembangunan antar wilayah di

Indonesia masih sangat tinggi.

3. Angka kemiskinan di Indonesia cenderung menurun. Namun, tingkat kemiskinan di

Indonesia masih tergolong tinggi dan persentase penduduk miskin di perdesaan

relatif lebih tinggi jika dibanding dengan persentase penduduk miskin yang tinggal

di perkotaan.

Saran dan Implikasi Kebijakan

Dalam pembangunan perdesaan guna memperkuat fondasi perekonomian

nasional, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan pengentasan kemiskinan di

Indonesia diarahkan pada upaya (1) Pengembangan sektor pertanian yang lebih modern

serta diiringi dengan pengembangan ekonomi lokal melalui UMKM dan koperasi; (2)

Ketersediaan infrastruktur di perdesaan dan daerah tertinggal dalam mendukung

aktifitas ekonomi; (3) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

layanan pendidikan dan kesehatan; dan (4) Peningkatan pemberdayaan masyarakat

perdesaan.

14

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. (2013). Pembangunan Perdesaan: Pendekatan Partisipatif,Tipologi, Strategi, Konsep Desa Pusat Pertumbuhan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Badan Pusat Statistik. (2011). Statistik Potensi Desa. Katalog BPS: 11050005. Jakarta:BPS Jakarta Indonesia.

Badan Pusat Statistik. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Katalog BPS:2101018. Jakarta: BPS Jakarta Indonesia.

Badan Pusat Statistik. (2014). Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Katalog BPS:9199017. Edisi 51 Bulan Agustus 2014. Jakarta: BPS Jakarta Indonesia.

Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Indonesia. Jakarta: BPS Jakarta Indonesia.

BAPPENAS. (2013). Analisis Kesenjangan Antar Wilayah 2013. Diakses tanggal 19Agustus 2014. http://simreg.bappenas.go.id / document / Publikasi / DokPub /Analisis%20Kesenjangan%20sosial2013.pdf

Jhingan, M.L. (2013). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Maipita, Indra. (2014). Mengukur Kemiskinan & Distribusi Pendapatan. Yogyakarta:UPP STIM YKPN

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 Tentang PembangunanKawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Menteri Dalam NegeriRepublik Indonesia

Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia Nomor6/PER/M-PDT/I/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian PembangunanDaerah Tertinggal Tahun 2010-2014. Jakarta: Menteri Pembangunan DaerahTertinggal Republik Indonesia

Pembangunan Daerah. Diakses Tanggal 15 Agustus 2014. http:// www . kemenegpdt .go . id / uploads / artikel / Pembangunan_Perdesaan.pdf

Soleh, Ahmad. (2012). Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Kesenjangan PembangunanEkonomi Antar Region Di Indonesia Tahun 2001-2010. Jurnal Ekonomi danPerencanaan Pembangunan (JEPP) Volume 4 No 03 ISSN 1979-7338.Bengkulu: MPP FE-UNIB

Tambunan, Tulus. T. H. (2014). Perekonomian Indonesia: Kajian Teoretis dan AnalisisEmpiris. Bogor: Ghalia Indonesia

15

Tarigan, Antonius. “Rural - Urban Economic Lingkages” Konsep & Urgensinya DalamMemperkuat Pembangunan Desa. Diakses Tanggal 10 Agustus 2014. http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/10656/2372

Zaini, A. Helmy. Faisal. Pembangunan Perdesaan. Diakses Tanggal 12 Agustus 2014.http://www.kemenegpdt.go.id/uploads/artikel/Pembangunan_Pedesaan.pdf