etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat...

32
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Dalam penelitian Akorsu & Agapyong pada tahun 2012 yang berjudul Alternative Model For Financing SMEs In Ghana” menyatakan bahwa UKM harus bergantung pada lembaga keuangan untuk memenuhi kebutuhan dana mereka. Walaupun Pemerintah Ghana telah menyediakan beberapa skim pembiayaan untuk para UKM, hal tersebut tidak membuahkan hasil yang positif terhadap pemenuhan dana padanya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UKM di Ghana maka, Akorsu & Agapyong menciptakan alternatif model pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network Fund yang diketuai oleh Fund Manager dan beranggotakan para UKM.

Upload: phungnguyet

Post on 16-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian Akorsu & Agapyong pada tahun 2012 yang berjudul

“Alternative Model For Financing SMEs In Ghana” menyatakan bahwa UKM harus

bergantung pada lembaga keuangan untuk memenuhi kebutuhan dana mereka.

Walaupun Pemerintah Ghana telah menyediakan beberapa skim pembiayaan untuk

para UKM, hal tersebut tidak membuahkan hasil yang positif terhadap pemenuhan

dana padanya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pelaku

UKM di Ghana maka, Akorsu & Agapyong menciptakan alternatif model

pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network

Fund yang diketuai oleh Fund Manager dan beranggotakan para UKM.

Page 2: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

13

Gambar 2.1 Model Pembiayaan UMKM di Ghana

Sumber: Akorsu & Agapyong (2012:145)

Ada beberapa asumsi yang mendasari model pembiayaan ini, yaitu:

1. UKM harus bersedia mengungkapkan informasi mengenai kegiatan

operasional dan manajemennya sehingga hal tersebut akan memudahkan Fund

Manager untuk membuat database dan menentukan seberapa besar dana yang

sesuai dan tepat yang dibutuhkan oleh masing-masing UKM. Kegagalan

dalam mengumpulkan data akan membawa kegagalan pada skim pembiayaan

tersebut.

2. UKM harus mengembalikan dana yang telah dipinjamnya beserta bunga yang

telah ditentukan. Pemeriksaan secara berkala terkait bagaimana dana tersebut

digunakan dapat membantu peminjam untuk mengembalikan dana tersebut.

3. Penilaian dokumen untuk UKM yang akan mengakses dana adalah tanpa

memandang status politik, sosial dan agama. Akses akan tersedia bagi mereka

Page 3: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

14

yang usahanya dinilai layak oleh Fund Manager dan komitenya, khusunya

bagi UKM yang mengalami kendala keuangan.

4. Untuk mengakses dana tidak diperlukan jaminan seperti model pembiayaan

lainnya. Namun, anggota yang tergabung dalam komite tersebut setiap

bulannya harus menyerahkan laporan sebagai salah satu upaya pengawasan

dari pemberi dana agar tidak terjadi permasalahan dan kecurangan-

kecurangan yang tidak diinginkan.

5. Model ini juga melibatkan pihak pemerintah, badan internasional dan

investor. Dan pihak-pihak ini meminta laporan setiap bulannya mengenai

project progress.

6. Akan ada kunjungan rutin oleh pihak komite ke anggota untuk membantu,

memantau dan memastikan apakah dana yang diberikan oleh komite

digunakan dengan semestinya.

7. Model pembiayaan ini tersedia untuk UKM segala sektor dan aktivitas.

8. UKM yang bukan anggota dari SMEs Network Fund pun tetap bisa

mengakses dana dari komite ini namun mereka harus membayar bunga yang

lebih tinggi daripada UKM yang telah menjadi anggota.

9. Anggota yang mengembalikan dana sebelum ataupun tepat pada waktunya

akan memperoleh insentif.

Beberapa asumsi diatas harus dipenuhi, jika tidak model pembiayaan ini akan

menemui beberapa masalah.

Page 4: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

15

RamdhanSyam dan Silalahi (2013) melakukan penelitian pengembangan

model pembiayaan UMKM berdasarkan persepsi UMKM. Hasil penelitian

menyatakan bahwa model pembiayaan yang diinginkan oleh pelaku UMKM adalah

seperti bagan di bawah ini.

Gambar 2.2 Model Pembiayaan UMKM di Kota Medan

Sumber: RamdhanSyam & Silalahi (2013:37)

Model pembiayaan diatas melibatkan penyandang dana (investor, pemerintah

ataupun pihak swasta), lembaga keuangan formal (microfinance, Bank, BPR,

koperasi dll) dan koordinator yang berfungsi sebagai penguat kerjasama di antara

UMKM dan memperluas akses perbankan dan lembaga keuangan lainnya terhadapap

Page 5: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

16

UMKM. Tugas dari koordinator adalah (1) mengurus segala macam prosedur

administrasi pengajuan kredit; (2) menilai kelayakan usaha UMKM untuk

mendapatkan kredit. Pelaku UMKM hanya perlu menghubungi koordinator jika ada

sesuatu hal yang diperlukan dalam pengajuan kreditnya. Peran koordinator sangat

penting, oleh karena itu koordinator harus terdiri dari orang-orang yang memiliki

pengaruh dan kedekatan emosional dengan pelaku UMKM. Ada beberapa poin

penting yang mendasari pelaku UMKM memilih model pembiayaan seperti diatas,

yaitu (1) UMKM lebih nyaman dengan pembayaran rutin harian atau mingguan; (2)

UMKM tidak perlu pergi ke suatu tempat untuk membayar cicilan, dan koordinator

akan datang ke tempat pelaku UMKM untuk menagih cicilan tiap hari / minggu; (3)

setiap bulan, koordinator akan menyetorkan dana cicilan dari UMKM ke lembaga

keuangan yang memberikan pinjaman.

Zain, Yunus dkk (2006) melakukan penelitian dengan judul Skema

Pembiayaan Perbankan Daerah Menurut Karakteristik UMKM Pada Sektor Ekonomi

Unggulan Di Sulawesi Selatan, yang menghasilkan suatu skim kredit khusus yang

memungkinkan para pelaku UMKM untuk mengakses dana perbankan daerah secara

optimal. Alternatif model pembiayaan yang ditawarkan adalah bertarget pada

kelompok UMKM pada bidang usaha agribisnis, perikanan dan industri rumah tangga

secara terpadu mulai dari hulu sampai hilir dengan pola bagi hasil keuntungan dan

kerugian. Yang menarik pada skim pembiayaan ini adalah sumber pembiayaan

UMKM diharapkan dibuat dalam bentuk badan usaha yang ada di daerah, baik

pada tingkat provinsi atau di Kabupaten kota. Badan usaha pembiayaan UMKM

Page 6: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

17

ini bertindak sebagai koordinator donor bagi pengembangan UMKM yang dapat

melibatkan donor internasional, nasional maupun daerah. Saham badan usaha

pembiayaan UMKM ini juga akan melibatkan UMKM sebagai pemilik saham,

sehingga dalam pengembangannya UMKM lebih dipandang sebagai subyek

ketimbang sebagai obyek seperti pada umumnya skim pembiayaan yang

diterapkan selama ini. Perbankan daerah dapat melibatkan berbagai instansi terkait

atau business development services (BDS) sebagai pembina teknis dengan

memberikan fee atau perbankan daerah melakukan pembinaan langsung. Masalah

pembinaan UMKM ini dapat pula dilakukan oleh BDS secara profesional dengan

basis komersial atas UMKM dan promosi pembentukan BDS/dinas teknis juga

merupakan salah satu tanggung jawab dari badan usaha pembiayaan yang ada di

daerah bersama-sama dengan PEMDA setempat. Ada dua pola pembiayaan pada

model ini yakni pola sharing dan pola pembiayaan langsung. Pada pola sharing

diterapkan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) sedangkan pada pola

pembiayaan langsung dikenai tingkat bunga sesuai dengan pasar yang berlaku.

Penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya yaitu mendeskripsikan

skim pembiayaan yang tepat bagi UMKM. Namun, pada penelitian ini akan

dijelaskan dan dipaparkan mengenai skim pembiayaan kredit yang berlandaskan

sistem Islamic microfinance yang sesuai dengan persepsi pelaku UMKM. Penelitian

ini mengambil objek pada UMKM yang menggunakan jasa keuangan KANINDO

Syariah Jawa Timur yang terletak di Dau, Kabupaten Malang.

Page 7: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

18

2.2 Kajian Teoritis

2.2.1 Microfinance

Pengertian Lembaga Keuangan Mikro (microfinance) menurut definisi yang

dipakai dalam Microcredit Summit dalam Wijono (2004), kredit mikro adalah

program pemberian kredit berjumlah kecil kepada warga miskin untuk membiayai

kegiatan produktif yang dia kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan, yang

memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan keluarganya. Bank Indonesia

(BI) mendefinisikan kredit mikro sebagai kredit yang diberikan kepada para pelaku

usaha produktif baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai hasil penjualan

paling banyak Rp 100 juta per tahun. Sementara oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI)

kredit mikro didefinisikan sebagai pelayanan kredit dibawah Rp 50 juta.

Sementara menurut Paket Kebijaksanaan (1993) dalam buku Susilo (2005:

121) bahwa “Kredit untuk usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah

usaha kecil dengan plafon kredit maksimum Rp 250 juta untuk membiayai usaha

produktif”. Sedangkan pengertian kredit untuk usaha mikro adalah “Kredit yang

diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit sampai dengan Rp 25

juta”.

Kredit mikro ini disalurkan melalui lembaga keuanganyang umumnya disebut

dengan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Manurung dan Rahardja (2004:

124) menyatakan bahwa “LKM adalah lembaga keuangan yang memberikan

pelayanan jasa kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin serta para

pengusaha kecil”.

Page 8: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

19

Microfinance menurut Umar & Rafique (2009:221), merupakan lembaga

pelayanan keuangan yang diperuntukkan untuk masyarakat yang non bank-able

dikarenakan mereka tidak memiliki jaminan yang dapat melindungi lembaga

keuangan terhadap risiko keuangan. Lembaga ini memberikan kesempatan kepada

masyarakat yang mengalami kesulitan akses ke pasar keuangan seperti bank dan

membuka perspektif baru serta memberdayakan masyarakat untuk merealisasikan

ide-ide bisnisnya dengan sumber daya mereka sendiri

Sedangkan, menurut Asian Development Bank (ADB), lembaga keuangan

mikro (microfinance) adalah lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan

(deposits), kredit (loans), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta

money transfers yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil

(insurance to poor and low-income households and their microenterprises).

Sedangkan bentuk LKM dapat berupa: (1) lembaga formal misalnya bank desa dan

koperasi, (2) lembaga semi formal misalnya organisasi non pemerintah, dan (3)

sumber-sumber informal misalnya pelepas uang (www.adb.co.id).

Menurut kajian Direktorat Pembiayaan (2004) dalam Setiani, et al (2012),

sebuah microfinance sebaiknya memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Tidak menggunakan pola pelayanan keuangan perbankan konvensional,

terutama tidak mensyaratkan kolateral atau janinan dan tidak terdapat

proses administratif formal yang menyulitkan.

Page 9: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

20

2. Sasarannya adalah masyarakat miskin dan pengusaha mikro, dimana jasa

keuangan yang diberikan dapat disesuaikan dengan karakteristik

kelompok sasaran tersebut.

3. Menggunakan pendekatan kelompok, baik dengan ataupun tidak

menggunakan sistem tanggung renteng yang mengedepankan pola

hubungan kenal dekat sebagai landasan utama mengelola risiko.

4. Lingkup kegiatan microfinance dapat mencakup pembiayaan kegiatan

ekonomi produktif maupun konsumtif, pendampingan dan pendidikan,

serta kegiatan lain yang dibutuhkan pengusaha mikro dan masyarakat

miskin.

2.2.2 Pengertian Pembiayaan

Dalam Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang berdasarkan pola syari’ah

untuk menyalurkan dana kepada nasabahnya sering disebut dengan pembiayaan.

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, pengertian

pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

2.2.3 Tanggung Renteng

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1991) Tanggung Renteng berasal

dari kata Tanggung dan Renteng. Tanggung berarti memikul, menjamin,

Page 10: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

21

menyatakan kesediaan untuk membayar utang orang lain bila orang lain tidak

menepati janjinya, sedangkan kata Renteng berarti rangkaian, untaian. Dalam

dunia perkreditan Tanggung Renteng dapat diartikan sebagai tanggung jawab

bersama antara perminjam dan penjaminnya atas hutang yang dibuatnya.

Menurut Koperasi Setia Bhakti Wanita Malang (Andriani, 2003:47)

mengartikan Tanggung Renteng sebagai berikut: Tanggung Renteng dimaksudkan

sebagai memikul, menjamin, menyatakankesediaan untuk menunaikan kewajiban

anggotanya, baik sementara ataupun permanen, bila anggota dalam satu wilayah

tertentu bertindak atau berperilaku tidak sesuai dengan aturan yang disepakati

karena berbagai alasan.

Sedangkan menurut Suharni dalam Syam (2012:12) didalam penelitiannya

menyatakan bahwa sistem tanggung renteng adalah tanggung jawab bersama

dalam satu kelompok guna memenuhi kewajiban pembayaran kredit kepada

bank dan apabila ada salah satu atau beberapa anggota kelompok yang tidak dapat

memenuhi kewajiban kredit maka satu kelompok tersebut maka satu kelompok

tersebut menutup kewajiban tersebut.

Adapun nilai yang terkandung dalam sistem Tanggung Renteng tersebut

adalah (Syam, 2012:12)

a) Strategi Kebudayaan

Adanya transformasi dari masyarakat komunal menjadi masyrakat yang

individu yang bersikap sosial. Diharapkan Tanggung Renteng dapat

membawa transformasi ini ketika seseorang, karena kesadarannya sendiri serta

Page 11: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

22

kemanfaatan dari kerja samanya dengan orang lain-menanggung bersama

resiko serta mengembangkan kemampuannya atau keunikannya.

b) Hidup Rasional dengan Mengendalikan Diri

Melalui Tanggung Renteng anggota dapat menghitung sendiri batas

kemampuannya meminjam, hidup menjadi terencana dan realitis.

c) Musyawarah Menentukan Prioritas dan Berempati

Melalui Tanggung Renteng, anggota belajar bermusyawarah dan belajar

menentukan prioritas.

d) Disiplin

Tanggung Renteng dapat diterapkan karena disiplin, tapi dengan Tanggung

Renteng pula seseorang belajar berdisiplin. Awalnya anggota berdisiplin

menunaikan kewajibannya, kemudian disiplin dalam hal kehadiran. Awalnya

hadir tepat waktu, kemudian disiplin melaksanakan tugas. Nilai dibalik

disiplin, memungkinkan anggota, Penanggung Jawab, Pengurus dan Pengawas

belajar mengendalikan kehidupan secara teratur, terencana, sistematis, dan

saling berbagi dalam kebersamaan atau lebih dikenal dengan istilah gotong

royong, tolong menolong.

e) Mengenali Hak dan Kewajiban.

Tanggung Renteng mengajar anggota untuk mengenali hak dan kewajiban.

Jika ada anggota yang tidak memenuhi kewajibannya, maka seluruh

kelompok akan menanggung kewajiban anggota tersebut.

Page 12: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

23

f) Bekerja Sistematis

Administrasi Tanggung Renteng mengajar PJ dan PPL berkerja sistematis,

membuat kategorisasi dan menganalisis terutama yang berkaitan dengan

aspek finansial.

Menurut Syaiful Arifin dalam Syam (2012:12), Tanggung renteng

merupakan jaminan sosial yang didalamnya terdapat nilai kebersamaan, tolong

menolong dan kepercayaan antar anggota serta saling bekerjasama dalam

meringankan beban.

Sedangkan menurut Riana Panggabean (2007:61) “ Inti dari sistem

tanggung renteng adalah kebersamaan, kesepakatan, saling percaya, dan saling

mengenal anggota dalam kelompok”. Menurut Syam (2012: 13) tanggung renteng

akan menjadi efektif diterapkan apabila kelompok memenuhi beberapa atau

seluruh persyaratan sebagai berikut :

1. Kelompok memiliki ikatan pemersatu yang sangat kuat, memiliki

solidaritas, kebanggaan kelompok dan telah teruji untuk jangka waktu yang

cukup lama.

2. Kelompok memiliki pemimpin dengan karakter yang baik, berpengaruh dan

tegas untuk menegakkan aturan kelompok yang telah disepakati.

3. Anggota-anggota kelompok memperoleh pinjaman dengan jumlah yang

relatif sama besarnya, kalaupun berbeda tidak terlalu jauh satu terhadap

lainnya.

Page 13: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

24

4. Anggota kelompok telah memiliki atau bersedia menyetor sejumlah

tabungan dangan rasio sesuai dengan jumlah pinjaman yang diminta sebagai

mana syarat di KANINDO.

5. Semua anggota kelompok memiliki usaha dengan tingkat laba yang

memadahi (sebagai contoh ada bank yang mensyaratkan per periode

paling sedikit tiga kali lipat dari jumlah kewajiban angsuran dan bunga yang

harus dibayar).

6. Kelompok memiliki ketua, pengurus, atau anggota yang bersedia dan

memenuhi syarat untuk menjadi avails bagi anggota lain yang

membutuhkan kredit namun tidak memiliki agunan.

7. Para anggota kelompok bersedia menjamin harta pribadinya sebagai

agunan kredit dengan menanda tangani dokumen pengikatan jaminan.

8. Anggota kelompok memiliki kegiatan usaha terkait kepentingan satu

sama lain, baik dalam penyediaan bahan baku, penjualan produk, sumber

modal kerja, investasi ber sama atu keterkaitan lainnya.

Dari Konsep dan nilai diatas dapat kita ketahui manfaat pembiayaan

dengan sistem Tanggung Renteng ini dalam pengembangan usaha yaitu:

1. Memberikan kemudahan bagi pelaku usaha kecil dalam peminjaman.

2. Anggota mampu mengenali batas kemampuan dalam peminjaman.

3. Adanya kerjasama dan kebersamaan dalam menanggung atau mengangsur

pinjaman.

Page 14: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

25

4. Keputusan dalam memberi pinjaman kepada anggota dilakukan secara

musyawarah dalam kelompok karena anggota kelompoklah yang

mengetahui kebutuhan dan kesanggupan dari masing-masing anggota

kelompok tersebut.

5. Adanya perkumpulan kelompok secara rutin sehingga anggota mendapatkan

akses perkembangan usaha dan hasil dari usaha setiap anggota.

6. Saling membantu dan bekerja sama dalam mengatasi resiko usaha.

2.2.4 BMT (Baitul Mal Wat Tamwil)

Perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Ada 4 macam perbankan syariah yang ada di Indonesia yaitu BUS, UUS, BPRS dan

lembaga keuangan mikro syariah yang disebut dengan BMT (Kholis, 2008:1). Rodoni

& Hamid (2008:4) mengatakan bahwa BMT didirikan sebagai perwujudan kegiatan

ekonomi umat yang menjunjung tinggi nilai-nilai ta’awun (tolong-menolong) dan

kekeluargaan sebagaimana asas koperasi. Dan dalam melaksanakan operasionalnya,

BMT berlandaskan syariat Islam karena BMT lahir dari masyarakat dalam wadah

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang sepakat dan bersama-sama mendirikan

BMT. Selanjutnya BMT dapat dikembangkan menjadi lembaga yang berbadan

hukum koperasi (Koperasi Serba Usaha atau Koperasi Simpan Pinjam) bila ia telah

memenuhi syarat dan ketentuan tertentu sesuai aturan yang berlaku (Muhammad,

2000:114).

Page 15: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

26

2.2.4.1 Pengertian BMT

Menurut Huda & Heykal (2010:363), Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)

merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul

tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran

dana yang non profit, seperti: zakat, infaq, dan sedekah. Adapun baitul tamwil

sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung

kegiatan ekonomi masyarakat ekonomi kecil dengan berlandaskan Islam. Lembaga

ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak

terjangkau oleh pelayanan bank islam atau BPR Islam.

Prinsip operasinya didasasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah), dan

titipan (wadiah). Karena itu, meskipun mirip dengan bank Islam, bahkan boleh dikata

menjadi cikal bakal dari bank Islam, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu

masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan.

2.2.4.2 Ciri-ciri BMT

Rodhoni & Hamid (2008:64) menyatakan bahwa sebagai lembaga

perekonomian ummat, BMT memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

a) Bukan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengelola dana

sosial seperti zakat, infaq, shadaqah, hibah dan wakaf.

b) Lembaga ekonomi ummat yang dibangun dari bawah secara swadaya yang

melibatkan peran serta masyarakat.

Page 16: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

27

c) Lembaga ekonomi milik bersama.

d) Berorientasi bisnis.

2.2.4.3 Fungsi BMT

BMT memiliki beberapa fungsi yaitu:

a) Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang

tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak

yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan

dana).

b) Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang

sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban

suatu lembaga/perorangan.

c) Sebagai suatu lembaga mikro Islam (microfinance syariah) yang dapat

memberikan pembiayaan bagi usaha kecil, mikro, menengah dan juga

koperasi dengan kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan

UMKM tersebut (Huda & Heykal, 2010:364).

d) Meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dalam program

pengentasan kemiskinan, khususnya pengusaha kecil/lemah.

e) Menjadi lembaga keuangan alternatif yang dapat menopang percepatan

pertumbuhan ekonomi nasional (Rodoni & Hamid, 2008:63).

Page 17: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

28

2.2.4.4 Peranan BMT

a) Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi uang bersifat non Islam.

Aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting

sistem ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan

mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami, misalnya supaya ada bukti

dalam transaksi, dilarang curang dalam menimbang barang, jujur terhadap

konsumen, dan sebagainya.

b) Melakukan pembinaan dan pembiayaan usaha kecil. BMT harus bersikap

aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro Islam,

misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan

pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah.

c) Melepaskan ketergantungan pada rentenir. Masyarakat yang masih

tergantung dengan rentenir disebabkan remtenir mampu memenuhi

keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka BMT

harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia

dana setiap saat, birokrasi yang sederhana, dan lain sebagainya.

d) Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.

Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks

dituntut harus diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT

harus memerhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan

juga jenis pembiayaan yang dilakukan.

Page 18: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

29

2.2.4.5 Prinsip Dasar BMT

a) Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ‘amala

(memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salaam:

keselamatan, kedamaina dan kesejahteraan.

b) Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan jaringan,

transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada

masyarakat.

c) Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah)

d) Demokratis, aprtisipatif, dan inklusif.

e) Keadilan sosial dan kesetaraan gender, non diskriminatif.

f) Ramah lingkungan

g) Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta

keanekaragaman budaya.

h) Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan diri dan

lembaga masyarakat lokal (Huda & Heykal, 2010:364).

2.2.5 Jenis Pembiayaan pada BMT

Rodoni & Hamid (2008: 66) dalam bukunya yang berjudul Lembaga

Keuangan Syariah menjelaskan bahwa pembiayaan adalah kegiatan BMT dalam hal

menyalurkan dana kepada ummat melalui pinjaman untuk keperluan menjalankan

usaha yang ditekuni oleh nasabah atau anggota sesuai dengan prosedur dan ketentuan

yang berlaku serta kesepakatan bersama.

Page 19: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

30

Ada beberapa tipe kontrak yang ada pada microfinance syariah sebagai

pengganti kontrak hutang pada konvensional, yaitu sebagai berikut:

2.2.5.1 Mudharabah

Suatu perjanjian antara pemilik dana BMT dengan pengelola dana anggota

yang keuntungannya dibagi menurut nisbah yang telah disepakati bersama di muka.

Bila terjadi kerugian maka BMT menanggung kerugian dana, sedangkan pengelola

dana menanggung kerugian pelayanan material dan kehilangan imbalan kerja.

Dasar hukum kontrak mudharabah terdapat pada QS Al Muzammil: 20

20. Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua

pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-

orang yang bersama kamu. dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa

kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, Maka Dia memberi keringanan

Page 20: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

31

kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan

ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari

sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, Maka bacalah apa

yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah

pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu

niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai Balasan yang paling baik dan yang paling

besar pahalanya. dan mohonlah ampunan kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.

Dasar hukum hadisnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Dari Abdullah dan

‘Ubaidullah, keduanya anak Umar, bahwa keduanya bertemu dengan Abu Musa Al

Asy’ary di Basrah, setelah pulang dari perang Nahawand. Keduanya menerima harta

dari Abu Musa untuk dibawa ke Madinah. Di perjalanan keduanya membeli harta

beda perhiasan lalu menjualnya di madinah, sehingga keduanya mendapat

keuntungan. Umar memutuskan untuk mengambil modal dan keuntungan semuanya.

Tetapi kedua anaknya berkata, “Jika harta itu binasa, bukanlah kami yang

bertanggung jawab menggantinya. Bagaimana mungkin tak ada keuntungan untuk

kami?” Maka berkata seseorang kepada Umar, Wahai Amirul Mukminin, alangkah

baiknya jika engkau jadikan harta itu sebagai qiradh. Umar pun menerima usulan itu.

Umar berkata, “Aku menjadikannya qiradh”. Umar mengambil separuh dari

keuntungan (50% untuk baitul mal dan 50% untuk kedua anaknya).

Page 21: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

32

2.2.5.2 Murabahah

Pada akad ini, microfinance membeli barang dan menjualnya kembali ke

pengusaha kecil atau mikro dengan harga yang telah disesuaikan yaitu harga beli

ditambah dengan margin keuntungan untuk menutupi biaya administrasi (Hurlburt,

2012:4). Landasan Islam daripada pembiayaan ini adalah Q.S Al Baqarah: 275.

275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti

berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang

demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama

dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang

telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka

baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada

Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;

mereka kekal di dalamnya.

Page 22: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

33

2.2.5.3 Salam

Secara etimologi, salam adalah sesuatu yang didahulukan. Dalam konteks ini,

jual beli salam adalah dimana jual beli yang harga atau uangnya didahulukan,

sedangkan barangnya diserahkan kemudian atau dapat dinyatakan pula pembiayaan di

mana pembeli diharuskan untuk membayar sejumlah uang tertentu untuk kemudian

dilakukan pengiriman barang. Atau dengan kata lain pembayaran dalam transaksi

salam dilakukan di muka. Firman Allah dalam Q.S Al Baqarah ayat 282:

….

282. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu

yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…

2.2.5.4 Bai’ al-Istishna’

Secara etimologi, istishna’ berarti minta dibuatkan. Secata terminologi, berarti

suatu kontrak jual beli antara pembeli dan penjual dimana pembeli memesan barang

dengan kriteria yang jelas dan harganya dapat diserahkan secara bertahap atau dapat

dinyatakan. Skim pembiayaan ini adalah berdasarkan pesanan, untuk kasus di mana

objek atau barang yang diperjual belikan belum ada.

Adapun dasar hukum skim pembiayaan ini adalah Al Baqarah ayat 22:

Page 23: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

34

22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia

menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan

sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], Padahal

kamu mengetahui.

2.2.5.5 Qardh

Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau

diminta kembali. Dalam literatur fikih Salaf ash Shalih, qardh dikategorikan dalam

akad saling membantu dan bukan transaksi komersial atau dapat juga dikatakan suatu

akad pembiayaan kepada nasabah tertentu dengan ketentuan bahwa nasabah wajib

mengembalikan dana yang diterimanya kepada microfinance syariah pada waktu

yang telah disepakati kedua belah pihak.

Landasan hukum yang terkait dengan skim pembiayaan ini sesuai dengan

fatwa DSN no 19/DSN-MUI/IX/2000 yaitu Al Baqarah ayat 282.

2.2.5.6 Musyarakah

Skim pembiayaan ini merupakan skim pembiayaan di mana microfinance

syariah dan nasabah sama-sama memiliki kontribusi dana dalam usaha. Pengembalian

hasil usaha tergantung kepada nisbah bagi ahsil yang disepakati nasabah dan

Page 24: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

35

microfinance syariah. Semakin tinggi kinerja usaha nasabah maka semakin tinggi

pula bagi hasil untuk masing-masing pihak.

Adapun landasan Islam dari akad pembiayaan ini adalah Q.S An Nisa ayat 12:

12. dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka

tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat

dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar

hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak

mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta

yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-

hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan

tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang

Page 25: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

36

saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam

harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang

sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan

tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai)

syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.

2.2.5.7 Ijarah

Secara etimologi ijarah berarti sewa, upah, jasa atau imbalan. Secara istilah

Islam, Ulama Hanafi mendefinisikani ijarah sebagai transaksi terhadap suatu

manfaat dengan suatu imbalan.

Adapun menurut fatwah DSN No.09/DSN-MUI/IX/2000, akad pemindahan

hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui

pembayaran sewa atau upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu

sendiri. Landasan Islam dari ijarah adalah Q.S Al Baqarah ayat 233 yang berbunyi:

…. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu

memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa

Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

2.2.6 UMKM

Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil sebagaimana yang

dirumuskan oleh UU No. 9/1995 mendefinisikan usaha kecil sebagai : (1) Usaha

Page 26: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

37

yang memiliki kekayaan bersih maksimum Rp 200 juta (tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha), (2) Hasil penjualan tahunan maksimum Rp 1

milyar, (3) Milik warga negara Indonesia, (4) Berdiri sendiri tidak merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi

baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar,

(5) Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum

atau usaha berbadan hukum termasuk koperasi.

Berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2008 Pasal 1, UMKM dapat

dijelaskan secara terperinci berikut ini.

1. Usaha mikro

Adalah usaha produktif milik perorangan dan atau badan usaha

perorangan dengan criteria sebagaiberikut: (1) memiliki kekayaan bersih

maksimal Rp 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau (2) memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00.

2. Usaha kecil

Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar

dengan dua kriteria sebagai berikut: (1) memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (2)

Page 27: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

38

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai

dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00.

3. Usaha menengah

Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak lamgsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan dua

criteria sebagai berikut: (1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp

500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (2) memiliki hasil penjualan

tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp

50.000.000.000,00.

Sedangkan, menurut Hubeis (2010:20) UMKM, termasuk usaha kecil,

didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-

aspek lainnya (misalnya spesifikasi teknologi). Oleh karena itu, perlu dilakukan

tinjuan khusus terhadap definisi-definisi tersebut agar diperoleh pengertian yang

sesuai dengan kemajuan ekonomi. Berbagai definisi mengenai UMKM adalah

sebagai berikut.

1. Di Indonesia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UMKM

berdasarkan kepentingan lembaga yang memberikan definisi.

Page 28: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

39

a. Badan Pusat Statistik (BPS)

UKM adalah perusahaan atau industri dengan pekerja antara 5-19

orang.

b. Bank Indonesia (BI)

UKM adalah perusahaan atau industri dengan arakteristik berupa: (a)

modalnya kurang dari Rp 20.000.000,00; (b) untuk satu putaran dari

usahanya hanya membuthkan dana Rp 5.000.000,00; (c) memiliki asset

maksimum Rp 600.000.000,00 di luar tanah dan bangunan; dan (d) omzet

tahunan ≤ Rp 1 milyar.

c. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

UKM (UU no 9 tahun 1995) adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala

kecil da bersifat tradisional, dengan kekayaan bersih Rp 50 juta-Rp 200

juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) da omzet tahunan

≤ Rp 1 milyar, dalam UU UMKM/2008 dengan kekayaan bersih Rp 50

juta- Rp 500 juta dan penjualan bersih tahunan Rp 300 juta- Rp 2,5 milyar

d. Departemen Keuangan

UKM adalah perusahaan yang memiliki omzet maksimum Rp 600 jua

per tahun dan atau asset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan

bangunan.

Page 29: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

40

e. Departemen Kesehatan

UKM adalah perusahaan yang memiliki pendaaan standar mutu beupa

Sertifikat Penyuluhan (SP), Merek Dalam Negeri (MD), dan Merek Luar

Negeri (ML).

2. Di Negara lain atau tingkat dunia, terdapat berbagai definisi yang berbeda

mengenai UKM yang sesuai berdasarkan karakteristik masing-masing Negara,

yaitu sebagai berikut:

a. World Bank

UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ± 30 orang, pendapatan

per tahun US$ 3 juta dan jumlah asset tidak melebihi US$ 3 juta.

b. Di Amerika

UKM adalah industri yang tidak dominan di sektornya dan mempunyai

pekerja < 500 orang.

c. Di Eropa

UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-40 orang dan

pendapatan per tahun 1-2 juta Euro, atau jika kurang dari 10 orang, maka

dikategorikan ke dalam usaha rumah tangga.

d. Di Jepang

UKM adalah industri yang bergerak di bidang manufacturing dan

retail/service dengan jumlah tenaga kerja 54-300 orang dan modal ¥ 50 juta

sampai dengan ¥ 300 juta.

Page 30: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

41

e. Di Korea Selatan

UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja ≤ 300 orang dan asset <

US$ 60 juta.

f. Di beberapa Negara di Asia Tenggara

UKM adalah usaha dengan jumlah tenaga kerja 10-15 orang (Thailand),

atau 5-50 orang (Malaysia), atau 10-99 orang (Singapura), dengan modal ±

US$ 6 juta.

Page 31: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

42

2.3 Kerangka Penelitian

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian

Interview

KANINDO SYARIAH

Model pembiayaan yang

bagaimanakah yang mereka

inginkan?

Interview

Model Alternatif Pembiayaan Microfinance Syariah Berdasarkan

Persepsi UMKM (Studi Kasus pada Nasabah KANINDO Syariah Jawa

Timur Cabang Dau)

UMKM UMKM UMKM UMKM UMKM

UMKM UMKM UMKM UMKM UMKM

KESIMPULAN

Triangulasi

ALTERNATIF MODEL

Page 32: etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/1966/6/10510064_Bab_2.pdf · pembiayaan yang tepat bagi UKM dengan cara membentuk suatu SMEs Network ... usaha kecil dengan plafon

43

Penelitian ini berjudul Model Alternatif Pembiayaan Microfinance Syariah

Berdasarkan Persepsi UMKM (Studi Kasus Pada Nasabah KANINDO Syariah Jawa

Timur Cabang Dau). Penelitian dimulai dengan wawancara pada KANINDO untuk

mengetahui model pembiayaan yang selama ini telah mereka jalankan. Setelah itu,

peneliti melakukan wawancara dengan para pelaku UMKM yang merupakan nasabah

dari KANINDO untuk memperoleh data-data mengenai model pembiayaan yang

seperti apakah yang diinginkan dan sesuai dengan karakteristik mereka sebagai

pelaku UMKM. Pengumpulan data dilakukan dan perlu dilakukan juga triangulasi

untuk mendapatkan data yang valid dari berbagai sumber tersebut. langkah terakhir

yang dilakukan peneliti adalah menyimpulkan dan mendeskripsikan model

pembiayaan yang telah ditemukan.