repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/bab ii.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #;...

22
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti darah (Wahyu P, 2009). Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya sekitar 6-8% dari berat badan total. Volume darah pada laki-laki dewasa adalah 5 liter sedangkan pada perempuan dewasa sekitar 4,5 liter. Manusia memiliki sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Sirkulasi darah adalah sistem transpor yang menggambarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus gastrointestinal menuju jaringan, serta mengembalikan CO2 ke paru - paru dan hasil metabolisme lainnya menuju ke ginjal (Wahyu P,2009 ,Pearce E P,2006 , Sadikin M,2013). http://repository.unimus.ac.id

Upload: duongtuyen

Post on 01-Jul-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Darah

1. Pengertian Darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup

(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan

oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan

kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus

atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata

hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti darah

(Wahyu P, 2009).

Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya sekitar 6-8% dari

berat badan total. Volume darah pada laki-laki dewasa adalah 5 liter

sedangkan pada perempuan dewasa sekitar 4,5 liter. Manusia memiliki sistem

peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah

dan disirkulasikan oleh jantung. Sirkulasi darah adalah sistem transpor yang

menggambarkan O2 dan berbagai zat yang diabsorbsi dari traktus

gastrointestinal menuju jaringan, serta mengembalikan CO2 ke paru - paru

dan hasil metabolisme lainnya menuju ke ginjal (Wahyu P,2009 ,Pearce E

P,2006 , Sadikin M,2013).

http://repository.unimus.ac.id

Page 2: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

7

2. Fungsi Darah

Fungsi darah di dalam metabolisme tubuh antara lain transportasi (sari

makanan, oksigen, karbondioksida, sampah dan air), termoregulasi (pengatur

suhu tubuh), imunologi (pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri),

homeostasis (mengatur keseimbangan zat,pengatur pH tubuh) (Seri edukasi

Prodia, 2010).

3. Komposisi Darah

Darah terdiri dari sekitar 55% plasma dan 45% komponen sel. Plasma

terdiri dari 90% air dan 10% sisanya dari protein plasma, elektrolit, gas

terlarut, berbagai produk sampah metabolisme, nutrien, vitamin dan

kolesterol. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel

serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi

lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit (Wahyu

P, 2009, Elizabeth C, 2009).

Komponen sel darah tersusun atas sel darah merah (eritrosit) sekitar

99%, sisanya 1% adalah sel darah putih (leukosit) dan keping darah

(trombosit). Sel darah merah mengandung banyak hemoglobin. Sel darah

merah dihasilkan di limpa , hati dan sumsum merah pada tulang pipih. Sel

darah merah yang sudah mati dihancurkan di dalam hati. Sel darah merah

atau eritrosit berbentuk bulat pipih dengan cekungan di kedua permukaannya

(bionkaf). Eritrosit berfungsi mengedarkan oksigen dan karbondioksida.

Eritrosit dibentuk di sumsum tulang yang disebut eritropoesis. Masa hidup

eritrosit rata-rata 120 hari (Wahyu P, 2009, Elizabeth C, 2009).

http://repository.unimus.ac.id

Page 3: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

8

Sel darah putih berperan dalam membentuk sistem pertahanan tubuh

terhadap penyakit. Sel darah putih dibagi menjadi agranulosit dan granulosit.

Agranulosit adalah leukost yang tidak memiliki granula pada sitoplasmanya.

Terdapat dua jenis agranulosit, yaitu limfosit dan monosit. Granulosit adalah

leukosit yang memiliki granula pada sitoplasmanya. Granulosit dibedakan

menjadi tiga, yaitu neutrofil, basofil, dan eosinofil. Masa hidup leukosit

berbeda - beda, granulosit sekitar 12 jam, monosit sulit dinilai karena selalu

mengembara, tetapi diduga selama beberapa minggu atau bulan, limfosit

umumnya bertahan selama 100 – 300 hari (Wahyu P, 2009).

Keping darah atau disebut trombosit adalah sel darah yang berperan

dalam penggumpalan darah. Trombosit berbentuk cakram dan tidak berinti.

Masa hidupnya sekitar 8 - 10 hari. Setelah itu, trombosit akan dibawa ke

limpa untuk dihancurkan (Wahyu P, 2009).

B. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi

Pemeriksaan laboratorium hematologi merupakan pemeriksaan cairan

darah yang berhubungan dengan sel - sel darah dan biokimiawi yang

berhubungan dengan sel darah. Pemeriksaan laboratorium hematologi

bertujuan untuk :

a. Mengkonfirmasi suatu dugaan klinis atau menetapkan diagnosis

penyakit, misalnya hemoglobin untuk anemia.

b. Menentukan terapi atau pengelolaan dan pengendalian penyakit.

c. Mengikuti perjalanan penyakit.

d. Penapisan suatu penyakit.

http://repository.unimus.ac.id

Page 4: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

9

e. Menentukan status kesehatan secara umum.

Pemeriksaan darah (hematologi) meliputi : pemeriksaan darah rutin,

pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan darah khusus, faal hemostasis.

Persiapan, jenis spesimen (bahan pemeriksaan), cara pengambilan dan

pengumpulan spesimen, antikoagulan (zat anti pembekuan darah) dan

pengawasan mutu harus diperhatikan agar pemeriksaan tersebut dapat

bermanfaat untuk kepentingan klinis (Riswanto, 2013).

1. Macam Darah Untuk Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan hematologi (darah) biasanya dipakai darah kapiler atau

darah vena.

a. Darah kapiler

Pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dilakukan pada ujung

jari tangan atau anak daun telinga. Pengambilan darah kapiler pada bayi dan

anak kecil dapat dilakukan pada tumit atau jari kaki. Tempat yang dipilih

tidak boleh memperlihatkan peredaran darah seperti cyanosis atau pucat.

b. Darah vena

Pengambilan darah vena pada orang dewasa dilakukan pada salah satu

vena dalam fossa cubiti , sedangkan pada bayi dilakukan pada vena jugularis

superficialis atau juga darah dari sinus sagitalis superior. Terdapat 2 cara

dalam pengambilan darah vena,yaitu cara manual dan cara vakum. Cara

manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syringe), sedangkan cara

vakum dengan menggunakan tabung vakum (Seri Edukasi Prodia, 2010,

Riswanto, 2013).

http://repository.unimus.ac.id

Page 5: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

10

Antikoagulan Untuk Pemeriksaan Hematologi

Antikoagulan adalah zat yang mencegah pembekuan darah dengan

cara mengikat (khelasi) atau mengendapkan (presipitasi) kalsium, atau

dengan cara menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk

mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin.

Terdapat berbagai jenis antikoagulan untuk pemeriksaan hematologi,

antara lain :

a. EDTA (Ethylene Diamine Tetra-Acetat)

EDTA umumnya tersedia dalam bentuk garam Natrium atau Kalium,

mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium (Ca2+)

dalam darah. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yg

lain, yaitu tidak mempengaruhi sel - sel darah, sehingga ideal untuk

kebanyakan pengujian hematologi seperti penentuan kadar hemoglobin,

penentuan hematokrit, hitung sel darah, penentuan laju endap darah (LED),

pembuatan hapusan darah dan penentuan golongan darah. EDTA yg

digunakan dalam praktek laboratorium ada 3 macam, yaitu dinatrium

(Na2EDTA), dipotassium K2EDTA), dan tripotassium (K3EDTA). Na2EDTA

dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA

dalam bentuk cair. Dari ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yg

paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for

Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standars

Institute). Pemakaian antikoagulan ini adalah 1 mg K2EDTA untuk 1 ml

darah. Pemakaian dalam bentuk cair dapat dilakukan dengan membuat

http://repository.unimus.ac.id

Page 6: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

11

larutan 10%. Tabung EDTA tersedia dalam bentuk tabung hampa udara

(vacutainer tube) dengan tutup lavender (purple) atau merah muda (Riswanto,

2013).

Heparin

Heparin merupakan antikoagulan yang normal terdapat dalam tubuh.

Antikoagulan ini adalah asam mukopolisakarida yg bekerja dengan cara

menghambat pembentukan trombin dari prothrombin sehingga menghentikan

pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada 3 macam heparin, yaitu ammonium

heparin, lithium heparin dan sodium heparin. Heparin (terutama lithium

heparin) banyak digunakan pada pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,

resistensi eritrosit, penghitungan sel - sel darah, golongan darah, dan transfusi

darah. Tabung heparin dapat dijumpai dalam bentuk tabung hampa udara

(vakum) dengan tutup berwarna hijau (Riswanto, 2013).

Sitrat

Sitrat bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi kalsium. Dalam

bentuk larutan 3,8% yaitu larutan yang isotonik dengan darah. Dapat dipakai

untuk beberapa macam percobaan hemoragik dan untuk laju endap darah cara

Westergreen. Dapat dilakukan untuk pemeriksaan sistem pembekuan darah

(1 bagian Na-sitrat + 9 bagian darah), pemeriksaan LED (1 bagian Na-sitrat +

4 bagian darah), penentuan golongan darah, dan transfusi darah. Tabung sitrat

dapat dijumpai dalam bentuk hampa udara (vakum) dengan tutup berwarna

biru terang (Riswanto, 2013, Gandasoebrata , 2007).

http://repository.unimus.ac.id

Page 7: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

12

Oksalat

Oksalat mencegah pembekuan darah dengan cara mengendapkan

kalsium dalam darah. Antikoagulan ini dapat dijumpai sebagai ammonium,

lithium, kalium dan natrium. Natrium oksalat 0,1 N digunakan untuk

pengujian faktor pembekuan darah dengan perbandingan 9 bagian darah

ditambah 1 bagian Na oksalat. Tabung oksalat dapat dijumpai dalam bentuk

tabung hampa udara (vakum) dengan tutup berwarna abu - abu (Riswanto,

2013).

C. Pemeriksaan Darah Rutin

Pemeriksaan darah rutin merupakan pemeriksaan penunjang diagnosis.

Pemeriksaan darah rutin terdiri dari (Liswanti Y,2014) : pemeriksaan kadar

hemoglobin (Hb), pemeriksaan hitung jumlah leukosit, pemeriksaan hitung

jenis leukosit (differential counting), pemeriksaan laju endap darah (LED).

D. Laju Endap Darah

1. Definisi Laju Endap Darah

Laju endap darah (LED) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit (dalam

darah yang telah diberi antikoagulan) ke dasar tabung vertikal dalam waktu

tertentu dan dinyatakan dalam satuan mm/jam. Laju endap darah (LED)

disebut juga : kecepatan endap darah (KED), laju sedimentasi eritrosit

(erithrocyte sedimentation rate)/ESR, blood bezenking snelbeia (BBS), blood

sedimentation (BS), blood sedimentation rate (BSR), blood sedimentation

erythrocyte (BSE). Darah normal mempunyai LED relatif kecil karena

pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi diimbangi oleh tekanan ke atas

http://repository.unimus.ac.id

Page 8: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

13

akibat perpindahan. Bila viskositas plasma tinggi atau kadar kolesterol

meningkat tekanan keatas mungkin dapat menetralisasi tarikan ke bawah

terhadap setiap sel atau gumpalan sel. Sebaliknya setiap keadaan yang

meningkatkan penggumpalan atau perletakan satu dengan yang lain akan

meningkatkan LED (Riswanto, 2013; Wayan N, 2014).

Eritrosit mempunyai muatan listrik negatif yang disebut dengan

“potensial zeta”. Daya tolak muatan negatif ini biasanya membantu agar sel

darah merah tetap terpisah dan terdapat sebgai suspensi dalam plasma

(Kumta S et al, 2011).

Laju endap darah adalah tes yang murah dan sederhana untuk

mengevaluasi respon akut maupun inflamasi. LED adalah tes yang paling

banyak digunakan untuk mengukur aktivitas dari suatu penyakit dalam

kedokteran klinis, dan masih dianggap berguna untuk memantau penyakit

inflamantory khususnya rheumatoid arthritis. LED tidak memiliki spesifitas

tetapi bisa efektif dalam menentukan prognosis dan memantau aktivitas pada

penyakit apapun (Haswani et al, 2013).

Laju pengendapan yang cepat (LED meningkat) menunjukkan

meningkatnya kadar imunoglobulin atau protein pase akut, yang

menyebabkan eritrosit melekat satu sama lain. Peningkatan LED oleh

karenanya merupakan penanda non spesifik dari adanya radang atau infeksi.

LED biasanya sangat tinggi pada mioloma multiple, lupus erittosus sistemik

(SLE), artoritis temporatis, polimialgia reomatika, kanker atau infeksi kronis,

termasuk tuberkulosis (Wayan N , 2014).

http://repository.unimus.ac.id

Page 9: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

14

Laju endap darah ditemukan pada tahun 1897 oleh Dokter Edmund

Bienarcki sehingga di beberapa tempat di dunia kemudian menyebutnya

sebagai Tes Bienarcki. Tahun 1918 ahli Patologi Swedia Robert Sanno

Fahreus mendeklarasikan hal yang sama bersama dengan Alf Vilhelm

Albertsson Westergreen yang kemudian dinamakan Tes Fahreus - Westergren

yang menggunakan spesimen Natrium sitrat (Kumta S et al, 2011).

2. Fase - Fase Pengendapan LED

Pertama fase pengendapan lambat pertama (Stage of Aggregation)

yaitu fase pembentukan rouleaux, eritrosit baru saling menyatukan diri,

waktu yang diperlukan untuk fase pertama ini kurang dari 15 menit.

Kedua fase pengendapan maksimal (Stage of Sedimentation) yaitu fase

pengendaan eritrosit dengan kecepatan konstan karena partikel - partikel

eritrosit menjadi lebih besar dengan permukaan yang lebih kecil sehingga

lebih cepat mengendap. Lama waktu yang diperlukan fase ini adalah 30 menit.

Ketiga fase pengendapan lambat kedua (Stage of Packing) yaitu fase

pengendapan eritrosit sehingga sel-sel eritrosit mengalami pemampatan pada

dasar tabung, kecepatan mengendapnya mulai berkurang sampai sangat pelan

Fase ini sampai berjalan kurang lebih 15 menit (Kumta S et al, 2011).

http://repository.unimus.ac.id

Page 10: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

15

3. Kegunaan LED

LED memiliki 3 kegunaan utama (Kumta S et al, 2011) :

1. Mendeteksi suatu proses peradangan.

2. Memantau perjalanan atau aktivitas penyakit.

3. Sebagai pemeriksaan penapisan untuk peradangan atau neoplasma yang

tersembunyi.

Faktor Yang Mempengaruhi LED

Laju endap darah dipengaruhi oleh :

a. Kempuan eritrosit membentuk rouleaux.

Rouleaux adalah gumpalan sel - sel darah merah yg disatukan

bukan oleh antibodi atau ikatan kovalen, tetapi semata - mata oleh gaya

tarik permukaan. Pada anisositosis (ukuran eritrosit bervariasi),

pembentukan rouleaux terhambat sehingga LED menurun.

b. Luas permukaan/ukuran eritrosit.

Semakin luas permukaan eritrosit, LED semakin meningkat.

Darah yang didominasi oleh mikrosit lebih lambat mengendap (LED

rendah) dibandingkan normosit. Darah yang didominasi makrosit dan

sferosit lebih cepat mengendap (LED meningkat) dibandingkan normosit.

c. Bentuk eritrosit : Sel sabit (sickle cell) gagal membentuk rouleaux

sehingga LED nya rendah.

d. Rasio eritrosit terhadap plasma : anemia, LED meningkat. Pada

polisitemia (jumlah eritrosit meningkat) LED rendah.

http://repository.unimus.ac.id

Page 11: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

16

e. Konsentrasi makromolekul dalam plasma

Peningkatan kadar globulin atau fibrinogen menyebabkan

peningkatan pembentukan rouleaux sehingga pengendapan eritrosit juga

lebih cepat (LED meningkat). Kadar kolesterol yang tinggi

menyebabkan tarikan ke bawah atau gumpalan sel - sel darah merah

sehingga kecepatan pengendapan meningkat (LED meningkat). Kadar

fibrinogen rendah (misal pada bayi baru lahir), gula darah tinggi,

albumin rendah dapat menyebabkan penurunan LED.

f. Viskositas (kekentalan) plasma

Viskositas plasma yang tinggi menetralkan tarikan ke bawah atau

gumpalan sel - sel darah merah sehingga kecepatan pengendapan

berkurang (LED rendah).

g. Faktor teknis

Letak posisi pipet;pipet yang diletakkan miring meningkatkan

kecepatan pengendapan eritrosit (LED meningkat). Penampang pipet;

semakin besar diameter pipet makin tinggi kecepatan pengendapan

eritrosit (LED meningkat). Temperatur; semakin tinggi suhu, semakin

tinggi kecepatan pengendapan eritrosit (LED meningkat). Kelebihan

antikoagulan dapat menyebabkan penurunan LED (Gandasoebrata.,

2007).

Faktor pra analitik, analitik dan post analitik juga harus

diperhatikan karena dapat mempengaruhi pemeriksaan LED. Faktor pra

analitik antara lain : bendungan terlalu lama, antikoagulan tidak tepat,

http://repository.unimus.ac.id

Page 12: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

17

spesimen tidak homogen, perbandingan darah dan antikoagulan tidak

tepat (Sulasmi , 2012).

Faktor analitik antara lain : metode, kedudukan pipet, waktu

pembacaan hasil tidak tepat 1 jam, getaran, sinar matahari, suhu tidak

18 sampai 25°C (Sulasmi , 2012).

Faktor pasca analitik antara lain : salah membaca hasil pemeriksaan,

salah menulis hasil pemeriksaan, salah melaporkan hasil pemeriksaan

(Sulasmi , 2012).

E. Arti Klinis LED

1. Peningkatan LED

Peningkatan LED dapat dijumpai pada :

a. Peradangan (inflamasi) akut maupun kronis, seperti pada artritis

reumatoid, demam rematik, endokarditis bakterial, gout, hepatitis, sirosis

hati, inflamasi panggul akut, sifilis, glomerulonefritis, serta neoplasma.

b. Menstruasi dan kehamilan.

c. Diskrasia sel plasma, seperti mieloma multipel (multiple myeloma/MM).

d. Penyakit kolagen - vaskuler, keganasan, kanker, dan tuberkulosis.

e. Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.

f. Penyakit Sistemic Lupus Erythematosus (SLE).

Pengaruh obat : Dextran, metildopa, metilsergid, penisilamin, prokainamid,

teofilin, kontrasepsi oral, vitamin A (Riswanto, 2013).

http://repository.unimus.ac.id

Page 13: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

18

Penurunan LED

Penurunan LED dapat dijumpai pada (Riswanto, 2013) : polisitemia

vera, Chronic heart failure (CHF), anemia sel sabit, mononukleus infeksiosa,

defisiensi faktor V, artritis degeneratif, angina pektoris, pengaruh obat :

Etambutol, kinin, salisilat, kortison, prednison.

F. Metode Pemeriksaan LED

1. Metode Westergren

Pemeriksaan LED Metode Wetergren sampel yang digunakan adalah

darah vena yang dicampur dengan antikoagulan larutan Natrium Sitrat 0,0109

M dengan perbandingan 4 : 1, atau dapat juga dipakai darah EDTA yang

diencerkan dengan larutan Sodium sitrat 0,0109 M atau NaCl 0,9% dengan

perbandingan 4 : 1.

Prinsip : Darah dengan antikoagulan dengan perbandingan tertentu dan

dimasukkan dalam tabung khusus (Westergreen) yang diletakkan tegak lurus

dan dibiarkan selama 1 jam, maka eritrosit akan mengendap. Tinggi endapan

eritrosit mencerminkan kecepatan endap darah dan dinyatakan dalam

mm/jam. Nilai Normal : Wanita 0 - 15 mm/jam dan Pria 0 - 10 mm/jam.

(Riswanto , 2013. Gandasoebrata, 2007).

http://repository.unimus.ac.id

Page 14: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

19

2. Metode Wintrobe

Metode Wintrobe sampel yang digunakan adalah darah dengan

antikoagulan EDTA dengan perbandingan darah vena 1ml ditambah 10 µl

EDTA 10%.

Nilai Normal : Wanita 0 - 20 mm/jam dan Pria 0 - 10 mm/jam. Oleh

karena LED dipengaruhi oleh jumlah eritrosit, maka ada yg menghendaki

supaya nilai laju endap darah cara Wintrobe dikoreksi terhadap nilai

hematokrit (Seri Edukasi Prodia, 2010).

Hasil pemeriksaan LED memakai cara Westergren dan cara Wintrobe

tidak seberapa selisihnya jika LED itu dalam batas normal, tetapi nilai itu

berselisih jauh pada keadaan mencepatnya LED. Cara Westergreen didapat

nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan pipet Westergren yg hampir dua

kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan tadi menyebabkan para klinisi lebih

menyukai cara Westergren daripada cara Wintrobe (Gandasoebrata, 2007).

3. Metode Automatic

Pemeriksaan LED Metode Automatic sampel yang digunakan adalah

darah vena yang dicampur dengan EDTA.

Prinsip : Darah yang dikumpulkan di dalam cuvette khusus secara hati

- hati diaduk oleh operator dan kemudian dibiarkan untuk mengendap di

dalam sepuluh posisi di dalam alat. Dengan batnaun sensor digital (opto -

electronic unit) alat secara otomatis menentukan tingkat endapan eritrosit,

mengikuti data mana yang diproses dan kemudian secara otomatis dicetak

atau ditunjukkan pada layar dalam waktu 20 menit dalam mm/jam. Nilai

http://repository.unimus.ac.id

Page 15: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

20

Normal : Wanita 0 - 15 mm/jam dan Pria 0 - 10 mm/jam (Diesse Diagnostic

Senese S.p.a Vesmatic-Easy Automatic Instrument).

Metode pemeriksaan yang mendapat rekomendasi dari International

Council for Standardization in Hematology (ICSH) maupun National

Comittee for Clinical Laboratory Standars (NCCLS) adalah metode

Westergreen. Metode ini yang akan digunakan oleh penulis untuk melakukan

penelitian.

http://repository.unimus.ac.id

Page 16: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

21

G. Diagram balok alat VESMATIC EASY

Gambar 1 “Diagram balok – VESMATIC EASY”

Alat Vesmatic Easy terdiri dari : 1.Papan CPU,2.Layar,3.Keyboard ,4.Unit

sensor pembaca,5.Unit motor pembaca optik ,6.Interface printer, 7.Printer,

8.Tombol ON/OFF, 9.Interface sambungan eksternal , 10.Sambungan eksternal

[Opsional]

Pada metode automatic ini darah dimasukan ke dalam tabung khusus dan

dicampur secara hati-hati, sampel kemudian dimasukan ke dalam alat dan

didiamkan dalam waktu tertentu. Tabung dimiringkan 18° sehingga

menyebabkan proses pengendapan dipercepat. LED jam pertama dibaca dalam

waktu 20 menit . Sistemnya memakai Infrared dengan menembakkan sinar,

kemudian diterima oleh detektor dan disampaikan ke motherboard alat dan

dibaca sebagai hasil led, setiap lubang terdapat penembak sinar dan detektor

yang otomatis akan membaca di awal dan akhir pembacaan alat.

http://repository.unimus.ac.id

Page 17: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

22

1. Penjelasan alat

CENTRAL UNIT

Unit ini mengendalikan dan memproses data yang masuk dari sensor dan

mengatur periferal yang terhubung, termasuk FLASIH EPROM yang

berisi program. Unit ini juga berisi EEPROM dimana semua parameter

alat disimpan.

UNIT PEMBACAAN OPTIK

Unit yang terdiri dari 10 pasangan photodiode + phototransistor.

UNIT MOTOR PEMBACA OPTIK

Unit ini memerlukan kehati-hatian mengangkat unit pembaca optik untuk

memerika cuvette yang ada atau dimasukkan secara salah, dengan darah

yang tidak memadai atau berlebihan, dan juga mendeteksi tingkat

endapan.

KEYBOARD

Terdiri dari 4 tombol melalui mana fungsi VESMATIC

EASYdilaksanakan.

PEMEGANG - CUVETTE

Pemegang-cuvette terdiri dari sepuluh posisi yang dinomori dengan

poros kemiringan 18oC untuk memasukkan cuvette.

SINYAL AKUSTIK

Sinyal ini membantu tujuan menarik perhatian operator selama tahap

spesifik melakukan siklus kerja.

Mengeluarkan suara “bip” setelah tombol ditekan pada keyboard.

http://repository.unimus.ac.id

Page 18: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

23

PRINTER

Mencetak hasil dari analisis pada akhir dari setiap siklus pemprosesan.

LAYAR

Layar menunjukkan semua pesan dari alat

H. Kelebihan dan Kekurangan Metode Manual dan Automatic

1. Kelebihan Metode Manual : biaya lebih murah.

Kekurangan metoda Manual

a. Hasil memerlukan waktu lama yaitu 1 jam

b. Prosedur kerja lebih rumit (adanya gelembung udara,gumpalan

darah,kondisi tempat (kemiringan tabung)

c. Pembacaan hasil masih secara manual

d. Kemungkinan resiko terpajan pada petugas terhadap cemaran bahan

infeksius lebih besar

Kelebihan Metode Automatic

a. Mengetahui hasil perlu waktu yang lebih cepat yaitu 20 menit

b. Prosedur kerja lebih praktis

c. Kemungkinan resiko terpajan pada petugas terhadap cemaran bahan

infeksius lebih kecil

Kekurangan Metode Automatic : biaya lebih mahal.

http://repository.unimus.ac.id

Page 19: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

24

I. Spesimen untuk Pemeriksaan LED Metode Wetergren

1. Darah dengan antikogulan Na Sitrat 3,8%

Antikoagulan Natrium sitrat sering digunakan dalam bentuk larutan

isotonis dengan konsentrasi 3,8% dan 3,2%. Pemeriksaan LED metode

Westergren digunakan perbandingan 1 bagian Natrium sitrat 3,8% dan 4

bagian darah. Antikoagulan Natrium sitrat 3,8% dan 3,2% tidak bisa

digunakan bila mengalami kekeruhan (Liswanti Y, 2014).

Keuntungan antikoagulan Natrium sitrat 3,8% yaitu bersifat tidak

toksis maka sering digunakan dalam unit transfuse darah ACD (Acid Citric

Dextrose) dan LED. Kerugiannya yaitu pemakaian terbatas dalam

pemeriksaan hematologi. Natrium sitrat 3,8% dalam pemeriksaan LED

Westergren berperan sebagai antikoagulan & pengencer (Liswanti Y, 2014).

2. Darah dengan antikoagulan EDTA ditambah NaCl 0,85%

EDTA yg dipakai dalam bentuk garam kalium (K2EDTA) dan garam

natrium (Na2EDTA). EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuk

eritrosit juga terhadap bentuk leukosit, selain itu EDTA juga mencegah

trombosit menggumpal. Pemakaian darah dengan antikoagulan harus tepat

karena bila antikoagulan berlebih akan mempengaruhi bentuk eritrosit

sehingga eritrosit akan mengkerut maka nilai hematokrit menjadi rendah

yang akan menyebabkan LED menjadi rendah. Keuntungan EDTA yaitu

tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan leukosit,

mencegah trombosit menggumpal, dan dapat digunakan berbagai macam

http://repository.unimus.ac.id

Page 20: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

25

pemeriksaan hematologi. Kerugiannya yaitu lambat larut karena sering

digunakan dalam bentuk kering sehingga harus menggoncangkan dulu yg

berisi EDTA selama 1 - 2 menit (Liswanti Y, 2014).

NaCl 0,85% merupakan larutan fisiologis yg terdapat dalam tubuh,

oleh karena itu maka larutan ini tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas

terhadap tubuh. Larutan fisiologis ini merupakan larutan isotonis aman untuk

tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering. NaCl

fisiologis dipakai untuk mengencerkan EDTA pada pemeriksaan LED.

Semakin berkembangnya teknologi maka banyak pipet LED Westergren

disposable yang digunakan di laboratorium-laboratorium (Liswanti Y, 2014).

http://repository.unimus.ac.id

Page 21: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

26

J. Kerangka Teori

Pra Analitik :

a) Bendungan terlalu lama

b) Spesimen tidak homogen

c) Perbandingan antikoagulan

dan darah tidak tepat

Analitik :a) Metodeb) Kedudukantabung

c) Waktupembacaan

d) Getarane) Suhuf) Sinarmatahari

Pasca Analitik :

a) Pembacaan

hasil

b) Penulisan

hasil

c) Pelaporan

hasil

Darah VenaPemeriksaan

LED manual,

automatic

Nilai LED

a) Luas permukaaneritrosit

b) Bentuk eritrosit

c) Rasio eritrositterhadap plasma

d) Viskositas plasma

e) Kemampuan eritrositmembentuk rouleaux

f) Konsentrasimakromolekul dalamplasma

Antikoagulan:

-EDTA

-Na sitrat

http://repository.unimus.ac.id

Page 22: repository.unimus.ac.idrepository.unimus.ac.id/425/3/BAB II.pdf · 01 h< 7 h 3>6. 4 1#;/- #; 6!6; > & & & 5

27

K. Kerangka Konsep

L. Hipotesis

Terdapat perbedaan laju endap darah metode manual dan automatic.

.

Metode manual

dan automatic

LED

http://repository.unimus.ac.id