digilib.uns.ac.id · i implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada smp dan sma luar...

224
i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan Oleh FATMAWATI ALIM NIM. A121308018 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: lyque

Post on 15-Jul-2019

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

i

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI

ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA

DI KOTA PEKANBARU

(Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Program Studi Ilmu Keolahragaan

Oleh

FATMAWATI ALIM

NIM. A121308018

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

ii

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA

SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU

(Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)

TESIS

Oleh

FATMAWATI ALIM

NIM. A121308018

Telah disetujui oleh pembimbing

Komis Pembimbing

Nama Tanda Tangan Tangggal

Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto.

NIP. 194911 08197609 1 001

………………

..........…..2015

Pembimbing II

Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.

NIP. 19651128 199003 1 001

……………… ........……2015

Telah dinyatakan memenuhi syarat

Pada tanggal …………2015

Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan

Program Pasca Sarjana UNS

Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.

NIP. 19651128 199003 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

iii

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA

SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU

(Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013)

TESIS

Oleh

FATMAWATI ALIM

NIM. A121308018

Telah dipertahankan di depan penguji

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal 2015

Jabatan

Tim Penguji:

Nama

Ketua Prof. Dr. Muchsin Doewes, dr. AIFO.

NIP. 19480531 197603 1 001

………………

Sekretaris

Anggota Penguji

Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd.

NIP. 19680323 199303 1 012

Prof. Dr. Sugiyanto.

NIP. 194911 08197609 1 001

Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.

NIP. 19651128 199003 1 001

Mengetahui

………………

........…………

………………

Direktur

Program Pascasarjana

Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 19600727 198702 1 001

Ketua Program Studi

Ilmu Keolahragaan

Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.

NIP. 19651128 199003 1 001

Tanda Tangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul : IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN

JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA

PEKANBARU (Studi Khasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013).

Ini adalah hasil karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain.

Kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan serta daftar pustaka. Apabila

dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya

bersedia menerima sangsi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

(Permendiknas No.17, Tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau seluruh isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus

seizin dan pernyataan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai

institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam

bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau

keseluruhan tesis ini, maka Prodi Ilmu Keolahragaan berhak mempublikasikan

pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Ilmu Keolahragaan PPs UNS.

Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini. maka saya

bersedia mendapatkan sangsi akademik yang berlaku.

Surakarta, April 2015

Mahasiswa

Fatmawati Alim

A121308018

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

v

Fatmawati Alim. A121308018. 2013. IMPLEMENTASI KURIKULUM

PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI

KOTA PEKANBARU. (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013).

Pembimbing I Prof. Dr. Sugiyanto, Pembimbing II Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd.

Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

ABSTRAK

Latar belakang penelitian adalah penerapan implementasi kurikulum pendidikan

jasmani adaptif masih jauh dari apa yang diharapkan dan di dalam pelaksanaannya

masih banyak yang belum tercapai hal ini dapat dilihat dari pelaksanaannya manajemen

kurikulum yang merupakan pokok kegiatan terencana meliputi bidang perencanaan, dan

pengembangan, pelaksanaan dan perbaikan kurikulum. Proses tersebut bertujuan secara

beruntun meliputi: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengstafan, (4)

Pengawasan. Sedangkan di dalam pelaksanaannya meliputi : (1) Sumber daya

penunjang, (2) Proses pembelajaran, dan (3) Usaha atau kesulitan serta usaha guru

dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang

dikemukakan oleh Sugiyono dan mengunakan teknik pengumpulan data menggunakan

Observasi, Wawancara dengan informan meliputi kepala sekolah, guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan, pegawai tata usaha pada setiap sekolah luar biasa se-

Kota Pekanbaru, dan pengawas sekolah luar biasa Kota Pekanbaru, dan Studi

dokumentasi.

Hasil perencanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif di 6 SLB Kota

Pekanbaru, hanya SLB Cendana yang merencanakan kurikulum pendidikan jasmani

adaptif. Pengorganisasian kurikulum hanya memiliki struktur organisasi dalam

kepemerintahan dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan kepala

sekolah. Sementara untuk di sekolah hanya memiliki tim. Tim dalam perencanaan,

penyusunan, pengembangan dan penyesuaian kurikulum melibatkan kepala sekola, guru

kelas, guru bidang studi, orang tua siswa. Pengstafan tidak berjalan dengan semestinya

karena masih kurangnya tenaga pengajar dan pegawai SLB Kota Pekanbaru.

Pengawasan yang dilakukan kepala sekolah sesuai dengan semestinya mulai dari

perencanaan kurikulum sampai dengan pelaksanaan. Sementara pengawas PLB hanya

memantau keadaan sekolah dan tidak melihat pelaksanaan kurikulum. Sumber daya

penunjang pendidikan jasmani adaptif tidak memadai dan masih harus diperhatikan

pengandaan dan modifikasi untuk sarana dan prasarana. Proses pembelajaran

pendidikan adaptif disesuaikan dengan kondisi fisik siswa. Kendala serta usaha guru

dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa tidak memiliki kesulitan yang berarti.

Kesimpulan bahwa implementasi kurikulum pendidikan jasmani belum berjalan

dengan semestinya karena tidak adanya perencanaan dan guru yang khusus mengajar

penjasorkes. Masih kurangnya sumber daya penunjang yang mendukung kegiatan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

Kata Kunci: Implementasi Kurikulum, Manajemen Kurikulum, Sumber Daya

Penunjang, Proses Pembelajaran, Kendala Serta Usaha.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

vi

Fatmawati Alim. A121308018. THE IMPLEMENTATION OF ADAPTIVE

PHYSICAL EDUCATION CURRICULUM IN JUNIOR AND SENIOR HIGH

SCHOOLS FOR STUDENT WITH DISABILITIES IN PEKANBARU CITY (A

Case Study on the Management of 2013 Curriculum). First Counselor: Prof. Dr.

Sugiyanto, Second Counselor: Prof. Dr. Agus Kristiyanto M.Pd. Postgraduate Thesis of

Sport Science Study Program of Surakarta Sebelas Maret University

ABSTRACT

The implementation of physical education curriculum in practice has

management constituting the specifics of planned activities including curriculum

planning and development, implementation and revision. Those processes included: (1)

planning, (2) organization, (3) staffing, (4) supervision. Meanwhile, the implementation

included: (1) supporting resource, (2) learning process, and (3) the constraints or the

difficulties the teachers encountered and the solution to them in teaching and in

interacting with the students.

This study was taken place in Pekanbaru City of Riau Province by taking 6

schools for students with disabilities (SLBs) as the location of research: SLB Sri

Mujinab, SLB Cendana Rumbai, SLB Pelita Hati, SLB Negeri Pembina, SLB Melati

Rumbai, and SLB Al-Faqih. Techniques of collecting data used were observation,

interview with informants including headmasters, physical education, sport and health

teachers, administrators in individual schools and supervisors of schools for students

with disabilities (SLBs), and documentation study.

The result of adaptive physical education curriculum planning in 6 SLBs of

Pekanbaru City showed that only SLB Cendana made the plan of adaptive physical

education curriculum. Curriculum organization only had organizational structure in

government from Kemendikbud (Cultural and Education Ministry), Provincial Service,

Local Service, main teachers to headmasters. The school only had team. The curriculum

developing, and adjustment team involved headmasters, classroom teachers, study field

teachers, and students’ parents. Staffing did not run duly due to inadequate number of

teaching staffs and employees in SLBs in Pekanbaru City. The supervision had been

conducted duly by the headmasters from curriculum planning to implementation.

Meanwhile PLB supervisors only monitored the condition of school and did not pay

attention to the curriculum implementation. The supporting resource for adaptive

physical education had been inadequate and the infrastructure procurement and

modification still needed consideration. The process of adaptive education learning was

adjusted with the students’ physical condition. The teachers did not encountered

substantial difficulty or constraint in teaching and interacting with the students. In their

approach, the teachers should be patient, sincerely and wholehearted.

The conclusion of research was that the implementation of physical education

curriculum had not run duly yet because of no planning and no teacher specifically

teaching physical education, sport and health. The resource supporting the adaptive

physical education learning activity was still inadequate. The adaptive physical

education learning was adjusted with the children’s ability and condition.

Keywords: Implementation of curriculum, Curriculum Management, Learning

Process, Constraint and Attempt.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

vii

MOTTO:

Kesuksesan Hanya Dibatasi Oleh Impian dan Kerja Keras.

Mau = Bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

viii

PERSEMBAHAN

Jangan kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong

Karena sesungguhnya kamu tidak akan dapat menembus bumi

Dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.

(Q.S Al Israa: 37)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT. Dan rasa Terimakasih yang setulus-

tulusnya ku persembahkan kepada orang tua yang telah mengiringi setiap langkahku

Dengan doa dan tetesan keringat yang telah beliau korbankan untukku.

Hari ini setetes kebahagiaan telah ku nikmati

Sekeping cita-cita telah ku raih

Namun…

Perjalanan Ku masih panjang dan perjuangan Ku belum usai

Didepan Ku masih terbentang ribuan rintangan

Yang harus Ku Lalui

Untuk itu Ku harapkan Ridha Mu yaa Allah

Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan kupersembahkan karya ini kepada:

1. Ayah (Alim Hanafi) dan ibu (Dra. Jalinus, M.Pd.) tercinta.

2. Nenek dan Kakak-kakakku Nova Riolina Alim, Yose Rizal Alim, Dr. Jesi

Alexander Alim, M.Pd., Melvi Lesmana Alim, M.Pd. yang selalu memberi

dukungan dan motivasi.

3. Agus Sulastio, M.Pd. yang selalu setia memotivasi.

4. Sahabat-sahabat Pascasarjana IOR A angkatan 2013.

5. Sahabat-sahabat setanah rantau.

6. Sahabat-sahabat dan keluarga baru ku di tanah Jawa.

7. Almamaterku FKIP Universitas Riau.

8. Almamaterku Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

ix

KATA PENGANTAR

AlhamdulillahiRobbilAlamin. Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat

Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tesis yang berjudul Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani

Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru, walau masih banyak

kekurangan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk

menyelesaikannya. Selawat beriring salam penulis kirimkan kepada harwah Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh dengan ilmu

pengetahuan. Tesis ini digunakan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

Studi pada Program Pascasarjana, Ilmu Keolahragaan di Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari, bahwa penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan

pemikiran, dukungan, keritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada

Program Pascasarjana UNS.

2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana UNS.

3. Prof. Dr. Sugiyanto, sebagai Pembimbing I penulisan tesis ini, yang telah

memberikan bimbingan yang luar biasa, memberikan banyak ilmu, masukan dan

motivasi selama proses perkuliahan maupun dalam proses bimbingan dan

penyelesaian tesis ini.

4. Prof. Dr. Agus Kristiyanto, M.Pd. Sebagai pembimbing II sekaligus Ketua Prodi

Ilmu Keolahragaan yang telah memberikan arahan, saran dan motivasi selama

perkuliahan maupun dalam proses bimbingan dan penyelesaian tesis ini.

5. Semua warga Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, Cendana Rumbai, Pelita Hati, Negeri

Pembina, Melati dan Al-Faqih yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan

informasi yang penulis butuhkan serta kemudahan-kemudahan yang diberikan

selama penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

x

6. Ibu Elvira Yuanintias Selaku KASI SLB Dinas Pendidikan Provinsi Riau yang telah

memberikan kemudahan dalam proses pengurusan surat izin penelitian.

7. Teristimewa yang mulia ibunda dan ayahanda, Nenekku serta Kakak-kakak tercinta

yang selalu memberikan semangat, perhatian dan penuh pengorbanan baik materil

maupun moril di dalam menemani maupun mendoakan selama perkuliahan maupun

pada masa penulisan tesis.

8. Agus Sulastio sekeluarga yang tidak henti-hentinya memberikan motivasi dan

semangat selama perkuliahan maupun saat penulisan tesis.

9. Rekan-rekan kelas A Pascasarjana Ilmu Kelolahragaan angkatan 2013 yang telah

berbagi pengalaman, motivasi selama menempuh studi bersama dan sahabat-sahabat

Melta Sari Rama, Rahmi Fitri, Sinta Riza, Nursaumi Rahmadhani, Ermelinda Y.P

Larung, Kurnia Wahyu Nengsih, Alfi Nurrina Hakim yang telah meluangkan waktu

dalam membantu selama proses penelitian.

Surakarta, April 2015

Penulis

Fatmawati Alim

A121308018

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ....................... iv

ABSTRAK........................................................................................................ v

ABSTRACT ...................................................................................................... vi

MOTTO ............................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... x i

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 7

C. Rumusan Masalah..................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian .................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori .............................................................................. 11

1. Hakekat Kurikulum .............................................................. 11

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

xii

a. Pengertian Kurikulum ...................................................... 11

b. Implementasi Kurikulum .................................................. 13

c. Kurikulum 2013 ................................................................ 20

d. Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani ............................... 33

e. Kurikulum Fleksibel ......................................................... 35

2. Pendidikan Jasmani Adaptif .................................................. 38

a. Sekolah Luar Biasa (SLB) ................................................. 45

b. Anak Berkebutuhan Khusus .............................................. 48

c. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus ............................ 52

d. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus ........................ 53

B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 70

C. Kerangka Berfikir ....................................................................... 71

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian...................................................... 73

B. Jenis Penelitian ............................................................................ 73

C. Sumber Data ................................................................................ 73

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 74

E. Teknik Penjamin Keabsahan Data ............................................... 77

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tentang SMP dan SMA Luar Biasa di Kota

Pekanbaru. ................................................................................. 81

B. Hasil Penelitian ............................................................................ 143

1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ............... 148

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

xiii

2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ........ 156

3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif .................. 162

4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ................ 165

5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif .............. 169

6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ................... 172

7. Kendala Serta Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi deng-

an Siswa SMP dan SMA Luar Biasa ....................................... 179

C. Pembahasan ..................................................................................... 183

1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ............. 183

2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ...... 184

3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif ................ 185

4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif .............. 185

5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif ............ 186

6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif ................... 187

7. Kendala Serta Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi deng-

an Siswa SMP dan SMA Luar Biasa ....................................... 189

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 190

B. Implikasi ................................................................................. 192

C. Saran ....................................................................................... 194

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 197

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum ............................ 27

Tabel 2. Sikap, Pengetahuan, Keterampilan Berdasarkan Permendikbud No.

54 Tahun 2013 .................................................................................... 35

Tabel 3. Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan Drajat Keterbelakangan-

nya ....................................................................................................... 63

Tabel 4. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Sri Mujinab .................................. 98

Tabel 5. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Cendana Rumbai ........................... 98

Tabel 6. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Pelita Hati .................................... 99

Tabel 7. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Negeri Pembina ........................... 100

Tabel 8. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Melati ........................................... 101

Tabel 9. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Al-Faqih ....................................... 102

Tabel 10. Peraturan Seragam SLB Sri Mujinab ............................................... 132

Tabel 11. Peraturan Seragam SLB Cendana Rumbai ...................................... 133

Tabel 12. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Sri Mujinab Menu-

rut Kelainan ..................................................................................... 138

Tabel 13. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Cendana Rumbai

Menurut Kelainan ............................................................................ 139

Tabel 14. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Pelita Hati Menu-

rut Kelainan ..................................................................................... 140

Tabel 15. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Negeri Pembina

Menurut Kelainan ............................................................................ 141

Tabel 16. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Melati Menurut

Kelainan ......................................................................................... 142

Tabel 17. Keadaan Siswa Tahun Ajaran 2014/2015 SLB Al-Faqih Menurut

Kelainan ........................................................................................... 143

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampang Mata dan Proses Melihat Normal ................................ 54

Gambar 2. Contoh Proses Penglihatan Tidak Normal ...................................... 54

Gambar 3. Bagan Kerangka Konseptual Implementasi Kurikulum Pendidikan

Jasmani Adaptif .............................................................................. 72

Gambar 4. Stuktur Organisasi SLB Sri Mujinab Pekanbaru Tahun 2014

/2015 ............................................................................................... 92

Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Cendana Rumbai Pekanbaru Tahun

2014/2015 ....................................................................................... 93

Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Pelita Hati Pekanbaru Tahun 2014/

2015 ................................................................................................ 94

Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Negeri Perbina Pekanbaru Tahun

2014/2015 ....................................................................................... 95

Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Melati Pekanbaru Tahun 2014/2015 ...... 96

Gambar 5. Struktur Organisasi SLB AL-Faqih Pekanbaru Tahun 2014

/2015 ............................................................................................... 97

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Dokumentasi .................................................................................... 201

Lampiran Wawancara ....................................................................................... 209

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

bangsa, selaras dengan UUD 1945 dan ditegaskan lagi didalam Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengamanatkan bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena

itu, setiap warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai

dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis dan

gender. Pendidikan yang bermutu merupakan prasarat terbentuknya Sumber Daya

Manusia (SDM) yang berkualitas. Yaitu warga Negara yang unggul secara intelektual,

dan moral serta pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokrasi serta bertanggung jawab. Secara universal bahwa pendidikan diseluruh dunia

adalah hak setiap manusia, baik mereka yang normal maupun mereka yang memiliki

kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek

tersebut.

Dengan demikian pembangunan pendidikan nasional perlu diarahkan pada

peningkatan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan dimensi

kemanusiaan paling elementer di atas dapat berkembang secara optimal. Oleh karena

itu, lembaga pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya

pengembangan segenap potensi individu, termasuk membangun manusia berkarakter

dan berwawasan kebangsaan bagi peserta didik, yang menjadi landasan penting bagi

upaya memelihara persatuan berbangsa dan bernegara dalam pergaulan masyarakat

dunia. Dalam pelaksanaan kemajuan dan perkembangan pendidikan selalu diusahakan

melalui berbagai hal yang terstandar menuju yang terbaik.

Dalam sistem pendidikan nasional, peserta didik adalah semua warga negara.

Artinya, semua satuan pendidikan harus memberikan kesempatan menjadi peserta

didiknya kepada semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

2

kekhususannya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 31

ayat (1) berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Dengan

demikian bahwa hak setiap warga negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan

sudah dijamin oleh Undang-Undang Dasar 45 yang bersifat mengikat. Artinya, pihak

manapun tidak dapat menghalangi atau merintangi maksud seseorang untuk belajar dan

mendapatkan pengajaran. Jadi pendidikan itu sudah diatur untuk semua warga negara

Indonesia, baik meraka yang normal maupun yang memiliki kelainan sedemikian rupa

baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi antara ketiga kelainan tersebut.

Generasi yang terdidik adalah aset bangsa yang sangat diharapkan untuk masa

depan bangsa, untuk itu diperlukan pendidikan yang berkualitas bagi anak bangsa

Indosesia. Generasi bangsa berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas

tidak hanya meraka yang normal, tetapi mereka yang memiliki kelainan sedemikian

rupa baik fisik, mental, sosial maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut.

Secara lebih rinci lagi tentang hak warga negara untuk memperoleh pengajaran

itu telah disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 5 ayat (1) setiap

warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu;

dan ayat (5) dan setiap warga negarak berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan

pendidikan sepanjang hayat.

Dalam mampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun 2008

tentang standar proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunadaksa,

Tunagrahita dan Tunalaras. Biro hukum dan organisasi Departemen Pendidikan

Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan dan

Bantuan Hukum di dalam Hargio (2012:1) mengungkapkan:

Mengingat kebinekaan budaya, keragaman latar belakang dan

karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan

yang bermutu, proses pembelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan

memenuhi standar. Proses pembelajaran setiap satuan pendidikan pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruangan yang cukup bagi prakarsa,

kreativiras, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Dari beberapa kutipan diatas, maka setiap jenis satuan pendidikan harus menuju

kearah pendidikan nasional guna membudayakan ilmu pengetahuan, keterampilan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

3

pengalaman, sikap dan nilai. Menjamin terujudnya mutu pendidikan yang dapat

mencerdaskan kehidupan bangsa dan yang membentuk watak serta peradaban bangsa

juga seluruh kehidupan manusia. Begitu juga pada pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan yang merupakan integral dari suatu pendidikan.

Dalam setiap satuan pendidikan diatur oleh kurikulum yang nengatur sistematis

berjalannya pembelajaran dan struktur di sekolah. Bentuk penyesuaian kurikulum bagi

anak berkebutuhan khusus dapat dituangkan kedalam program pendidikan individual

atau program pengajaran individual yang disebut juga kurikulum fleksibel yang sesuai

dengan keterbatasan masing-masing peserta didik. Program pengajaran individual

merupakan rencana pendidikan bagi seorang peserta didik yang berkebutuhan khusus

baik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa maupun yang memiliki kelainan

khusus. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak yang normal dan anak

yang mempunyai kelainan untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran, berarti

memperkecil kesenjangan angka partisipasi anak normal dengan anak yang luar biasa.

Untuk investasi jangka panjang dengan lahirnya para penyandang cacat,

berkelainan atau anak berkebutuhan khusus yang terdidik dan terampil, secara tidak

langsung dapat mengurangi biaya perawatan dan biaya pelayanan kebutuhan sehari-hari

(Efendi, 1999). Disamping itu ada efek psikologis, yaitu tumbuhnya motivasi

berprestasi dan tumbuhnya percaya diri anak luar biasa. Keadaan seperti ini dapat

mempertinggi pertumbuhan konsep diri anak berkelainan. Yang dimaksud dengan

berkelainan fisik antara lain; tunanetra, tunarungu, cacat pada salah satu anggota tubuh

dan tunadaksa, dan yang di maksud dengan berkelainan mental; tunalaras, tunagrahita.

Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang disesuai dengan kelainan,

sekolahnya tidak sama dengan kelas-kelas anak yang normal. Menurut Wahyudi (2005)

“Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi

kebutuhan pendidikan anak luar biasa”. Adapun yang dirancang dalam pendidikan luar

biasa adalah kelas, program dan pelayanan, sehingga sekolah luar biasa disebut juga

kelas spesial. Hal ini juga telah di sebutkan dalam kurikulum yang telah berlaku.

Dalam pendidikan anak berkelainan atau pendidikan anak berkebutuhan khusus,

istilah penyimpangan secara eksplisit ditujukan kepada anak yang dianggap memiliki

penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal baik, fisik, mental, maupun

karakteristik perilaku sosialnya, Kirk, 1970; Hewrd dan Orlansky 1988 didalam Efendi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

4

(2006:6) “Anak yang berbeda dari rata-rata umumnya dikarenakan ada permasalahan

dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran, sosial, dan gerak”.

Menurut Hosni (2003:6-8) untuk keperluan pendidikan luar biasa anak

berkelainan dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu; 1) Masalah dalam sensorimotor,

anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat,

mendengar, dan kemampuan geraknya. Kelainan sensorimotor secara umum lebih

mudah diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhan

dalam pendidikan. Ada tiga jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor

yaitu: (a) Hearing disorders (kelainan pendengaran atau tunarungu), (b) Visual

impairment (kelainan penglihatan atau tunanetra), (c) Physical disability (kelainan fisik

atau tanadaksa). 2) Masalah dalam belajar dan tingkah laku, kelompok anak luar biasa

yang mengalami problem dalam belajar yaitu; (a) Mental raterdation (keterbelakangan

mental atau tunagrahita), (b) Learning disability (ketidak mampuan belajar atau

kesulitan belajar khusus), (c) behavior disorders (anak nakal atau tunalaras), (d)

Giftetand telented (anak berbakat), (e) Multy handicap (cacat lebih dari satu atau

tunaganda). Jadi pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus ini harus dilakukan secara

menyeluruh dan sesuai dengan kelainan yang dimiliki peserta didik baik untuk

pendidikan umum maupun pendidikan jasmaninya.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang didesain untuk

meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan kemampuan gerak, pengetahuan

dan perilaku hidup aktif dan sikap positif melalui kegiatan jasmani (Srijono 1995:11).

Pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah mempunyai jangkauan yang

sangat luas, selain siswa diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang

olahraga pendidikan jasmani juga mengarahkan siswa untuk tumbuh dan berkembang

secara harmonis dan seimbang, selain itu mengarahkan siswa pada tingkah laku yang

baik. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan jasmani menurut Abduljabar (2009:8)

yakni pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu beberapa aktivitas

fisikal atau beberapa tipe gerak tubuh, meskipun para siswa mendapat keuntungan dari

proses aktivitas fisikal, tetapi keuntungan tidak selalu berupa fisikal, non fisikal pun bisa

diraih seperti perkembangan intelektual, sosial, estetika, dan pekembangan kognitif dan

afektif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

5

Aktivitas fisikal dalam pengertian ini adalah aktivitas gerak siswa untuk

meningkatkan keterampilan gerak dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek

koognifif, afektif dan sosial. Aktivitas ini harus disesuaikan dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan siswa.

Pendidikan jasmani tidak hanya disajikan pada siswa normal saja, tetapi

pendidikan jasmani juga disajikan pada anak-anak luar biasa. Anak luar biasa (cacat)

dalam dunia pendidikan disebut juga Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang memiliki

ciri-ciri penyimpangan atau kelainan mental, fisik, emosi, sosial, maupun tingkah laku

dan membutuhkan modifikasi dan layanan khusus untuk memenuhi kebutuhan

pendidikannya agar dapat mengembangkan sumua potensi dan bakat yang dimilikinya.

Pendidikan jasmani untuk anak berkebutuhan khusus disebaut dengan

pendidikan jasmani adaptif yang merupakan pembinaan pendidikan jasmani bagi anak

berkebutuhan khusus. Menurut Henderayana (2007:7) menyatakan bahwa pendidikan

jasmani adaptif adalah sebuah program yang bersifat individual yang yang meliputi

jasmani/fisik, kebugaran gerak, pola maupun keterampilan gerak dasar. Keterampilan-

keterampilan air, menari, permainan olahraga baik individu maupun beregu yang

didesain bagi penyandang cacat.

Sama halnya pendidikan yang dilakukan oleh siswa normal, pendidikan jasmani

adaptif disajikan untuk membantu agar siswa memahami mengapa siswa bergerak dan

melakukannya secara aman, efisien dan efektif. Hal ini disebabkan kerana gerak

merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia dan tanpa gerak manusia tidak akan

mampu mempertahankan hidupnya baik dari aspek kesehatan, pertumbuhan fisik,

perkembangan mental sosial dan intelektual. Siswa yang memiliki kebutuhan khusus

memiliki hak yang sama dengan siswa normal pada umumnya untuk memdapatkan

pendidikan yang layak terutama dalam pendidikan jasmani.

Anak berkebutuhan khusus memiliki gerak yang sangat terbatas dalam

mengikuti pendidikan jasmani. Faktor yang paling penting dan harus diperhatikan

dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif adalah semua intruksi harus jelas dan

isyarat yang diberikan harus dapat dipahami oleh siswa berkebutuhan khusus.

Di kota Pekanbaru terdapat enam Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terdiri dari

berbagai jenjang pendidikan yang meliputi TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB dalam satu

sekolah luar biasa. SLB ini juga tidak dispesifikkan untuk satu keterbatasan/kebutuhan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

6

khusus saja. Setiap sekolah luar biasa terdiri dari siswa tunanetra, tunarung, tunagrahita,

tunadaksa, tunalaras dan tunaganda. Sekolah-sekolah luar biasa yang ada di Kota

Pekanbaru memiliki visi dan misi yang hampir sama dengan sekolah TK, SD, SMP,

SMA umum. Walaupun jumlah siswa pada setiap tingkatnya berjumlah tidak banyak,

tetapi pembelajaran tetap terlaksana seperti sekolah biasa pada umumnya.

Menurut Hosni didalam Erianti (2008;4) hakekat pembelajaran adaptif adalah

merupakan pembelajaran yang bisa dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan, dan memenuhi kebutuhan pendidikan

pembelajaran Anak Luar Biasa (ALB). Dengan demikian dapat dikatakan pembalajaran

adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh

(comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan

masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat

dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar.

Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian

dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus

(ABK) sangat diperlukan agar mampu mengembangkan daya pikirnya dan termotivasi

untuk melakukan kegitan olahraga yang sesuai dengan kemampuannya. Dengan kata

lain motivasi eksternal dan pembinaan dibutuhkan untuk menggerakkan motivasi

internal dari siswa.

Untuk memenuhi hak atas pendidikan bagi penyandang cacat atau ketunaan yang

ditetapkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 32 ayat 1 berbunyi “Pendidikan khusus merupakan pendidikan peserta

didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena

kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa”. Jadi pendidikan khusus harus dilakukan secara menyeluruh agar tercapai

tujuan dalam pendidikan adaptif begitu pula pada pendidikan jasmani adaptif yang

sangat harus diperhatikan karena pendidikan jasmani dapat membantu dalam tumbuh

kembang pesetra didik berkebutuhan khusus.

Untuk pendidikan jasmani permainan dan olahraga disekolah meliputi: olahraga

tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, non lokomotor, dan

manipulative, atletik, kasti, ronders, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

7

lapangan, badminton serta aktifitas lainnya. Untuk kurikulum SD, SMP, SMA tidak

berbeda dibandingkan dengan SDLB, SMPLB, SMALB di Sekolah Luar Biasa (SLB)

hal yang harus diperhatikan dalam implementasi kurikulumnya adalah dengan cara

memodifikasi komponen pada kurikulum yang sesuai dengan kelainan peserta didik.

Sementara itu dalam implementasi kurikulum harus berpegang pada acuan menajemen

kurikulum agar tercapainya tujuan pembelajaran. Dakam hal ini menurut Hamalik

didalam Agustinus (2014:31) ada empat fungsi manajemen yang dapat digunakan dalam

penyusunan dan pengembangan kurikulum yakni: 1) planning, 2) organizing, 3)

staffing, dan 4) controlling.

Dengan penyusunan manajemen yang baik diharapkan implementasi kurikulum

2013 juga terlaksana dengan baik. Sehubungan dengan itu apakah implementasi

kurikulum pada Sekolah Luar Biasa kota Pekanbaru telah terlasana? Dari apa yang telah

peneliti jumpai dilapangan dalam pelaksanaannya mata pelajaran pendidikan jasmani di

SLB Kota Pekanbaru dilapangan, SMPLB dan SMALB digabung menjadi satu dengan

kurikulum yang berbeda dan kelainan yang berbeda pula, apakah akan dapat mencapai

tujuan dan hasil yang diinginkan sesuai dengan tuntutan kurikulum? Dengan guru yang

bukan berlatar belakang pendidikan jasmani. Untuk terlaksananya dan berjalannya

tujuan dari kurikulum dengan sebagaimana mestinya harus dirancang kelas, program

dan layanan terhadap anak-anak berkelainan. Dari apa yang pernah penulis amati hal-hal

seperti diatas untuk pelajaran penjas tidak berjalan seperti apa yang seharusnya. Dari 6

(enam) SMP dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru hanya 1(satu) sekolah yang

memiliki guru olahrag yang berlatar belakang pendidikan olahraga. Hal ini membuat

penulis untuk meneliti Implementasi Kurikulum Pendidikan jasmani Adaptif Pada SMP

dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan lartar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat

diidentifikasi ,adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan implementasi kurikulum pendidikan adaptif pada SMP

dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru?

2. Bagaimana sistem organisasi Implementasi kurikulum pendidikan jasmani

adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

8

3. Bagaimana pengembangan staf atau sumber daya manusia dalam mengelola dan

pelaksanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar

Biasa di Kota Pekanbaru?

4. Bagaimana pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi kurikulum

pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

5. Bagaimana sumber daya penunjang kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada

SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

6. Bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani adaptif

pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

7. Bagaimana kendala atau kesulitan serta usaha guru penjas adaptif dalam

mengajar dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar

Biasa Kota Pekanbaru?

8. Bagaimanakah Sistem Pembinaan atlet pelajar luar biasa SMP dan SMA Luar

Biasa Kota Pekanbaru?

C. Rumusan Masalah

Bedasarkan dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif

pada SMP dan SMA Luar Biasa di kota Pekanbaru?

2. Bagaimana sistem organisasi Implementasi kurikulum pendidikan jasmani

adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

3. Bagaimana pengembangan staf atau sumber daya manusia dalam mengelola dan

pelaksanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar

Biasa di Kota Pekanbaru?

4. Bagaimana pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi kurikulum

pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

5. Bagaimana sumber daya penunjang kurikulum pendidikan jasmani adaptif pada

SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru?

6. Bagaimana proses belajar mengajar pendidikan jasmani adaptif pada SMP dan

SMA Luar Biasa kota Kota Pekanbaru?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

9

7. Bagaimana kendala dan usaha guru pendidikan jasmani adaptif dalam mengajar

dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa di

Kota Pekanbaru?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka dilakukan penelitian dengan tujuan

sebagai berikut:

1. Menemukan pelaksanaan perencanaan dalam implementasi kurikulum 2013

pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.

2. Menemukan sistem organisasi dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan

jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.

3. Menemukan kebenaran tentang pengstafan dan sumber daya manusia dalam

implementasi kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa

(SLB) Kota Pekanbaru.

4. Menemukan kebenaran pengawasan atau pengontrolan dalam implementasi

kurikulum 2013 pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota

Pekanbaru.

5. Menemukan kebenaran tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota

Pekanbaru.

6. Menemukan kebenaran tentang ketersediaan fasilitas olahraga di Sekolah Luar

Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.

7. Menemukan kebenaran tentang kendala, kesulitan serta guru penjas adaptif

dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa berkebutuhan khusus di Sekolah

Luar Biasa di Kota Pekanbaru

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:

1. Informasi kepada pengelola pendidikan secara umum dan khususnya Sekolah

Luar Biasa (SLB) yang ada di Kota Pekanbaru.

2. Pedoman bagi guru-guru yang mengajar dibidang studi pendidikan jasmani

adaptif agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan dapat meningkatkan dan

menggali potensi siswa-siswi berkebutuhan khusus dalam olahraga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

10

3. Masukan bagi kepala sekolah Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru untuk

pembinaan dan peningkatan kompetensi guru-guru pendidikan jasmani adaptif

dan miningkatkan pembinaan serta kompetensi atlet-atlet pelajar Luar Biasa

yang ada di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota Pekanbaru.

4. Masukan bagi Pejabat Dinas Pendidikan dan yayasan yang mengelola Sekolah

Luar Biasa (SLB) untuk mengambil kebijaksanaan dalam pelaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kota

pekanbaru.

5. Bagi peneliti sebagai landasan berpijak dalam melaksanakan penelitian yang

lebih luas dan merupakan aksi turut andil dalam pengembangan dan

pembangunan olahraga di Kota Pekanbaru.

6. Meningkatkan motivasi bagi pelajar berkebutuhan khusus dalam pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif dan mengembangkan potensi diberbagai cabang

olahraga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakekat Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Istilah “kurikulum” bukanlah asli bahasa Indonesia. Istilah ini baru masuk dalam

dunia pendidikan Indonesia pada tahun 1968, yaitu sejak lahirnya kurikulum 1968 untuk

menggantikan kurikulum sebelumnya yakni Perencanaan Pembalajaran 1950. Istilah

kurikulum itu sendiri diambil dari bahasa Yunani, curriculum. Pada masa Yunani dulu,

istilah ini pada awalnya digunakan untuk dunia olahraga, yaitu berupa jarak yang harus

ditempuh oleh seseorang pelari, mulai dari garis start sampai dengan finish. Seiring

berjalananya waktu, istilah ini kemudian mengalami perkembangan dan meluas hingga

ke dunia pendidikan.

Imas & Berlin (2014:2) mendefinisikan kurikulum menjadi dua, yaitu: 1) definisi

kurikulum berasal dari dunia olahraga dan kemudian diadaptasi dan digunakan kedalam

dunia pendidikan, 2) definisi kurikulum senantiasa mengalami perkembangan dari waktu

kewaktu mulai dari definisi yang sangat sederhana menjadi definisi yang sangat

kompleks.

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan

dan perbaikan kurikulum. Perubahan kurikulum tersebut didasari kepada kesadaran

bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi menuntut perlunya perbaikan sistem

pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan

masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan. (

Nasution,2009:3).

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSP) pada pasal 1 butir 19 dinyatakan bahwa kurikulim adalah; Seperangkat

rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

12

Menilik dari pengertian kurikulum diatas, maka bisa dikatakan bahwa kurikulum

merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum

ibarat jantung pendidikan, jika jantung itu berfungsi baik maka keseluruhan badan pun

akan berfungsi dengan baik. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat, maka suatu tujuan

dan sasaran dari pendidikan akan sulit dicapai.

Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) menyatakan bahwa kurikulum dapat

dikelompokan menjadi 4 jenis, yaitu: (1) Kurikulum sebagai produk, (2) kurikulum

sebagai program, (3) kurikulum sebagai hasil belajar yang diinginkan, dan (4) kurikulum

sebagai pengalaman belajar siswa. Dalam kurikulum mengandung bahan kajian, muatan

meteri, dan pengalaman belajar akan menimbulkan beragam interaksi atara guru dan

siswa. Interaksi ini tercakup dalam proses pembelajaran.

Sukmadinata dalam Agustinus (2014:32) mengemukakan bahwa terdapat tiga

konsep tentang kurikulum, yaitu: 1) kurikulum sebagai suatu substansi. Suatu kurikulum

dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar, bagi murid-murid disekolah,

atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat

menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar,

kegiatan belajar mengajar, jadwal dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat

digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai persetujuan bersama antar para penyusun

kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu

kurikulum juga dapat mencakup lingkung tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten,

provinsi, atau pun seluruh Negara. 2) kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem

kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem

pendidikan bahkan sistem masyarakat. Sistem kurikulum mencakup struktur personalia,

dan prosedur kerja, bagaimana cara menyusun kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi

dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu

kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum

agar tetap dinamis, 3) kurikulum sebagai bidang studi yaitu kurikulum bidang studi. Ini

merupakan bidang kajian para ahli kurikulum, ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan

kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan

sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

13

konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan

penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan

memperkuat bidang studi kurikulum.

Berdasarkan ketiga konsep tersebut, maka dapat dimaknai bahwa kurikulum

adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi

siswa. Berdasarkan program pendidikan siswa melakukan kegiatan belajar, sehingga

mendorong perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan tujuan pendidikan yang

ditetapkan.

b. Implementasi Kurikulum

Implementasi merupakan proses penerapan ide, konsep, kebijakan sehingga

memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai

dan sikap. Menurut Endang (2009:19) proses penerapan ide, konsep dan kurikulum

potensial dalam pembelajaran sehingga siswa menguasai seperangkat kompetensi

sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah proses mengajar yang dilakukan

guru atau proses belajar yang dilakukan siswa didalam atau diluar kelas. Proses

pengajaran merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen (Wina

Sanjaya, 2008:196). Faktor - faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran

adalah faktor peserta didik, guru, sarana dan prasarana, alat dan media, serta faktor

lingkungan.

Selain itu dalam implementasinya harus benar-benar dilakukan secara baik untuk

mencapai hasil yang diinginkan dalam pendidikan. Impelmentasi kurikulum menurut

Imas & Berlin (2014:5) adalah upaya pelaksanaan atau penerapan kurikulum yang telah

dirancang/didesain, ada beberapa hal yang menjadi komponen dalam merancang

implementasi kurikulum, di antaranya adalah: (1) Rumusan tujuan, komponen ini

membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai atau diharapkan tercapai setelah

pelaksanaan kurikulum yang mengandung hasil-hasil yang hendak dicapai berkenaan

dengan aspek-aspek deduktif, administratif, sosial, dan aspek lainnya. (2) Identifikasi

sumber-sumber, komponen ini membuat secara rinci sumber-sumber yang diperlukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

14

untuk melaksanakan kurikulum. Perlu dilakukan survey untuk mengetahui sumber-

sumber yang digunakan meliputi sumber keterbacaan, sumber audio visual, manusia,

masyarakat, dan sumber di sekolah yang bersangkutan. (3) Peran pihak-pihak terkait,

komponen ini memuat tentang unsur-unsur ketenagaan yang bertindak sebagai

pelaksanaan kurikulum, seperti tenaga kerja, supervisor, administrator serta siswa

sendiri. (4) Pengembangan kemampuan professional, komponen ini memuat perangkat

kemampuan yang dipersyaratkan bagi masing-masing unsur ketenagaan yang terkait

dengan implementasi kurikulum. (5) Penjadwalan kegiatan pelaksanaan, komponen ini

memuat uraian lengkap dan rinci tentang jadwal pelaksanaan kurikulum. Penjadwalan

ini diperlukan sebagai acuan bagi para pelaksana untuk memudahkan pelaksanaan rugas

dan partisipasinya dan bagi pengelola dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pelaksanaan

pengontrolan dan evaluasi. (6) Unsur penunjang, komponen ini membuat uraian lengkap

tentang semua unsur penunjang meliputi metode kerja manusia, perlengkapan, biaya,

dan waktu yang tersedia. Semua harus direncanakan secara seksama. (6) Komunikasi,

komponen ini dirancang sistem dan prosedur komunikasi yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan kurikulum. Jika komunikasi berlangsung efektif, maka penyelenggaraan

pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan berhasil. (7) Monitoring, komponen

ini memuat secara rinci dan kompehensif tentang rencana kegiatan monitoring sejak

awal dimulainya pelaksanaan kurikulum, pada waktu proses pelaksanaan secara cermat

monitoring tersebut, pelaksanaan dan materi diperlukan. (8) Pencataan dan pelaporan,

komponen ini memuat segala sesuatu yang berkenaan dengan pencataan data dan

informasi dan memuat laporan yang berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum.

Pencatatan ini berfungsi ganda yaitu membantu posisi monitoring dan membantu

prosedur evaluasi pelaksanaan kurikulum. (9) Evaluasi proses, komponen ini memuat

rencana evaluasi proses pelaksanaan kurikulum. Dalam rencana ini digambarkan hal-hal

seperti tujuan , fungsi, metode, evaluasi dan bentuk evaluasi. (10) Perbaikan dan

Redesain kurikulum, dalam rencana ini perlu diestimasikan kemungkinan dilakukan

upaya perbaikan atau redisain kurikulum yang hendak dilaksanakan. Perbaikan ini

dilakukan atas dasar umpan balik yang bersumber dari hasil evaluasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

15

Dari beberapa komponen tersebut jelas bahwa implementasi kurikulum harus di

laksanakan dengan baik, sepenuh hati dan keinginan yang kuat dalam laksanaannya,

permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanaakan bertolak belakang atau

menyimpang dari yang telah dirancang.

Dalam implementasi kurikulum memiliki suatu proses budaya untuk meningkatkan

kualitas manusia melalui manajemen kurikulum. Untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan pemberdayaan sumber daya secara optimal. Oleh karena itu peranan prinsip-

prinsip dalam kurikulum merupakan hal yang amat penting. (Sonhadji didalam Agustinus,

2014:28).

Pada umumnya, untuk melakukan suatu pekerjaan diperlukan kerjasama dengan

orang lain serta dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) dan material. Makin kompleks

suatu pekerjaan, makin diperlukan pendayagunaan insani dan non-insani secara efisien.

Dalam kaitannya dengan hal ini Longenecker & Pringle didalam Agustinus (2014:27)

mengemukakan bahwa proses pengadaan, pengkombinasian dan pemanfaatan sumber daya

insani dan non-insani misalnya uang, sarana fisik, teknologi, dan informasi. Jadi, semakin

kompleks organisasi atau masyarakat semakin memerlukan manajemen, dan orang yang

mengkoordinasi sumber daya secara efesien untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Hal yang hamper senada dikemukakan Handoko dalam Purwanto (2009:10)

mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber

daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Dalam perkembangan teori manajemen banyak para ahli mendefinisikan

manajemen sesuai dengan pemahaman terhadap teori yang dibangunnya. Fungsi

manajemen menurut beberapa ahli didalam Agustinus (2014:28) yakni forcasting,

programming, budgeting, planning, system, facilitating, organizing, staffing, actualiting,

assembling resources, leading commanding, directing, motivating, coordinating,

controlling, evaluating, reporting. Dari beberapa teori mengenai fungsi manajemen

Agustinus (2014:27) menyimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah proses, proses dalam

manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai, dan tujuan yang ingin dicapai melalui

dan dengan orang lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

16

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen dapat berfungsi sebagai

sebuah proses untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dengan memanfaatka sumber daya

insani dan non-insani memalui dan dengan orang lain.

Kurikulum merupakan salah satu substansi manajemen sekolah yang sangat vital.

Oleh karenanya, kurikulum perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Dari beberapa teori

mengenai kurikulum yang telah dipaparkan sebelumnya, manajemen kurikulum menunjuk

pada fungsi-fungsi manajemen. Menurut Hamalik dalam Agustinus (2014:31) terdapat

empat fungsi manajemen yang dapat digunakan dalam penyusunan atau pengembangan

kurikulum, yakni: (1) planning (Perencanaan), (2) organizing (pengorganisasian), (3)

staffing (pengstafan), (4) controlling (pengawasan).

Jadi dalam manajemen kurikum berpatokan pada empat fungsi dalam penyusunan

atau perkembangan kurikulum yaitu (1) planning (Perencanaan), (2) organizing

(pengorganisasian), (3) staffing (pengstafan), (4) controlling (pengawasan). Dalam

perencanaan merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam Implementasi Kurikulum 2013

dapat berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memuat identitas

mata pelajaran, Standar Kompetensi Lulusan (SKK), Kompensi Inti (KI), Kompetensi

Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi

waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber

belajar, untuk pelaksanaannya merupakan implementasi dari RPP.

1) Perencanaan (Planning)

Perencanaan berarti memumtuskan apa yang akan dilakukan, bagaimana

melakukannya, siapa yang akan melakukannya, dan bilamana akan dilakukan. Kategori

perilaku ini termasuk membuat keputusan mengenai sasaran, prioritas, strategi, struktur

formal, alokasi sumber daya, penunjukkan tanggungjawab dan pengaturan kegiatan-

kegiatan. Tujuan perencanaan adalah untuk memastikan pengorganisasian unit kerja

yang efisien, koordinasi kegiatan-kegiatan, penggunaan sumber-sumber daya secara

efisien, serta adaptasi terhadap sebuah lingkungan yang berubah.

Menutut Kauffman dalam Agustinus (2014:38) prencanaan adala proses

penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan, sumber tang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

17

diperlukan seefisien dan seefektif mungkin. Selain itu perencanaan merupakan suatu

proses intelektual yang melibatkan pembuatan keputusan.

Selanjutnya Hamalik dalam Agustinus (20014:38) perencanaan harus disusun

sebelum pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya sebab menentukan kerangka

untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Hamalik dalam Agustinus

(2014:38) menambahkan rencana yang baik dalam rencana kurikulum terdiri dari 5

unsur, yaitu; (1) Tujuan dirumuskan secara jelas. (2) Komprehensif, namun jelas bagi

staf dan para anggota organisasi. (3) Hierarki rencana yang terfokus pada daerah yang

paling penting. (4) Bersifat ekonomis, mempertimbangkan sumber-sumber yang

tersedia. (5) Layak, memungkinkan perubahan.

Perencanaan pada dasarnya merupakan satu siklus tertentu dan melalui siklus

sejak awal persiapan sampai pelaksanaan dan penyelesaian perencanaan. Menurut

Purwanto (2009:12) Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi

tujuan-tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuan-tujuan itu.

Di samping itu, rencana memungkinkan: (1) Organisasi bila memperoleh dan mengikat

sumberdaya-sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan. (2) Para

anggota organisasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan

berbagai tujuan dan prosedur terpilih. (3) Kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur

sehingga tindakan korektif dapat diambil jika tingkat kemajuan tidak meningkat. (4)

Perencanaan dapat berupa pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, dan

penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran

dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Handoko dalam Purwanto

2009:14).

Semua fungsi lainnya sangat tergantung pada fungsi ini, dimana fungsi lain

tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat, cermat dan

kontinyu. Tetapi sebaliknya, perencanaan yang baik tergantung pelaksanaan efektif

fungsi-fungsi lain.

Berdasarkan beberapa pernyaan diatas dapat dipahami bahwa perencanaan

kurikulim adalah rangkaian kegiatan untuk kedepan yang bertujuan untuk mencapai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

18

seperangkat operasi yang konsisten dan terkoordinasi guna memperoleh hasil-hasil

yang diinginkan baik dalam suatu sistem pendidikan maupun secara global.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Setelah menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun rencanarencana atau program-

program untuk mencapainya, maka perlu merancang dan mengembangkan suatu

organisasi yang akan dapat melaksanakan berbagai program tersebut secara sukses.

Pengorganisasian adalah suatu proses dimana suatu pekerjaan yang ada dibagi atas

komponen-komponen yang dapat ditangani dan aktivitas untuk mengkoordinasikan

hasil-hasil yang dicapai untuk mencapai tujuan (Winardi didalam Purwanto 2009:15).

Sedangkan menurut Hasibuan (1990) pengorganisasian adalah suatu proses untuk

menentukan, mengelompokkan tugas dan pengaturan secara bersama aktivitas untuk

mencapai tujuan, menentukan orang-orang yang akan melakukan aktivitas,

menyediakan alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang dapat didelegasikan

kepada setiap individu yang akan melaksanakan aktivitas tersebut.

Agustinus (2014:37) mengemukakan pengorganisasian dapat dilihat dari dua

pendekatan, yakni secara structural dalam konteks manajemen, dan secara fungsional

dalam konteks akademik atau kurikulum. Dalam konteks manajemen meliputi: (1)

Organisasi perencanaan kurikulum yang dilaksanakan oleh suatu lembaga

pengembangan kurikulum, atau suatu tim pengembang kurikulum. (2) Organisasi dalam

rangka pelaksanaan kurikulum, baik pada tingkat daerah maupun pada tingkat sekolah

atau lembaga pendidikan yang melaksanakan kurikulum. (3) Organisasi dalam evaluasi

kurikulum, yang melibatkan berbagai pihak dalam proses evaluasi kurikulum.

Selanjutnya secara akademik, organisasi kurikulum dapat dikembangakan dalam

bentuk-bentuk organisasi, sebagai berikut: (1) Kurikulum mata pelajarang, yang terdiri

dari sejumlah mata pelajaran secara terpisah. (2) Kurikulum bidang studi yang

mengfungsikan beberapa mata pelajaran sejenis. (3) Kurikulum integrasi, yang

menyatukan dan memusatkan kurikulum pada topik atau masalah tertentu. (4) Core

curriculum, yakni kurikulum yang disusun berdasarkan masalah dan kebutuhan siswa.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa

pengorganisasian adalah suatu usaha untuk menstrukturkan dan menetapkan kerjasama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

19

diantara orang-orang dalam kelompok yang meliputi menetapkan tugas, wewenang,

tanggungjawab serta tata hubungan kerja masing-masing.

3) Penyusunan Staf (Staffing)

Penyusunan staf (Staffing) menurut Hamalik dalam Agustinus (2014:39) adalah

fungsi yang menyesiakan orang-orang untuk melaksanakan suatu sistem yang

dilaksanakan dan diorganisasikan. Selanjutnya Agustinus (2014:39) menjelaskanan

staffing pada hakikatnya meliputi rekrutmen, seleksi, hiring, penempatan, pelatihan,

penilaian, dan kompensasi.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan penyusunan staf adalah penarikan

(recruitment), latihan dan pengembangan, serta penempatan dan pemberian orientasi

para karyawan dalam lingkungan kerja yang menguntungkan dan produktif.

4) Pengawasan (Controlling)

Pengawasan (contolling) menurut Agustinus (2014:38) merupakan proses

pengecekan performance terhadap standar untuk menentukan sejauh mana tujuan yang

telah dicapai. Pengontrolan bertalian dengan perencanaan sebagai bagian dari sistem

manajemen. Selanjutnya Purwanto (2009:14) Pengawasan adalah penemuan dan

penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai

dengan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat positif maupun negatif. Pengawasan positif

mencoba untuk mengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan efektif dan efisien.

Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan

atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi kembali.

Handoko didalam Purwanto (2009:15) mengatakan bahwa fungsi pengawasan

pada dasarnya mencakup empat unsur yaitu (1) penetapan standar pelaksanaan, (2)

penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, (3) pengukuran pelaksanaan nyata dan

membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, dan (4) pengambilan tindakan

koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.

Berdasarkan definisi di atas, memberikan gambaran bahwa adanya keterkaitan

antara perencanaan dengan pengawasan dan bahkan dengan fungsi-fungsi manajemen

yang lain. Pengawasan membantu dalam memberikan penilaian apakah perencanaan,

pengorganisasian, penyusunan personalia dan pengawasan sudah dilaksanakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

20

Lebih lanjut untuk kurikulum Hamalik (2010:38) mengemukakan bahwa kontrol

kurikulum dapat dipandang sebagai proses pembuatan keputusan-keputusan tentang

kurikulum di sekolah atau proses pengajaran yang dibatasi oleh minat-minat pihak luar,

seperti orang tua, karyawan, masyarakat local atau masyarakat luas.

Dengan kata lain, pengontrolan menunjuk pada proses dimana hal-hal yang

direncanakan bisa dilaksnakan sesuai dengan yang ditargetkan. Fungsi kontrol berlanjut

secara simultan dengan fungsi-fungsi lainnya dalam sistem.

c. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap

kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis kompetensi lalu di teruskan

dengan kurikulum 2006 (KTSP).

Dalam paparan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh

dalam Muzamiroh (2013:2) bahwa Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah

penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan

materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat

menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.

Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran

lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu

melahirkan tantangan internal dan eksternal yang dibidang pendidikan pendidikan.

Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam

menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.

Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip

utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar

isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata

pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan

sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran

diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat

oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

21

pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi

sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis

kompetensi adalah outcomes-based curriculum dan oleh karena itu pengembangan

kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL.

Demikian pula penilaian hasil belajar dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian

kompetensi. Keberhasilan kurikulum dartikan sebagai pencapaian kompetensi yang

dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik.

Puskur (2013:84) menyatakan Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang

sebagai berikut: (1) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam

bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar

(KD) mata pelajaran. (2)Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial

mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan (kognitif dan

psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan

mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki seorang peserta

didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang diorganisasikan dalam proses

pembelajaran siswa aktif. (3) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang

dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI/SDLB, dan untuk mata pelajaran

di kelas tertentu untuk SMP/MTS/SMPLB, SMA/MA/SMLB, SMK/MAK/SMKLB. (4)

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah diutamakan

pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan

intelektual (kemampuan kognitif tinggi). (5) Kompetensi Inti menjadi unsur

organisatoris (organizing elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses

pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti. (6)

Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling

memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang

pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). (7) Silabus dikembangkan sebagai

rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau satu kelas dan satu mata pelajaran

(SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam silabus tercantum seluruh KD untuk tema

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

22

atau mata pelajaran di kelas tersebut. (8) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

dikembangkan dari setiap KD yang untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

1) Fungsi dan Tujuan Kurikulum 2013

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdasan kehidupan bangsa.

Untuk itu pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang No.20 Tahun 2003) Secara

singkatnya, undang-undang tersebut berharap pendidikan dapat membuat peserta didik

menjadi kompeten dalam bidangnya. Dimana kompeten tersebut, sejalan dengan tujuan

pendidikan nasional yang telah disampaikan di atas, harus mencakup kompetensi dalam

ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan

pasal 35 undang-undang tersebut.

Sejalan dengan arahan undang-undang tersebut, telah pula ditetapkan visi

pendidikan tahun 2025 yaitu menciptakan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif.

Cerdas yang dimaksud disini adalah cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual dan

cerdas sosial/emosional dalam ranah sikap, cerdas intelektual dalam ranah pengetahuan,

serta cerdas kinestetis dalam ranah keterampilan.

Dengan demikian Kurikulum 2013 adalah dirancang dengan tujuan untuk

mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan

warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban

dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia

memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi

pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Dijenjang

pendidikan formal seharusnya memiliki ciri atau profil sebagai berikut: (a) Pendidikan

Dasar Tumbuh keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa: Tumbuh

sikap beretika (sopan santun dan beradap), Tumbuh penalaran yang baik (mau belajar,

ingin tahu, senang membaca, memiliki inovasi, berinisiatif dan bertanggung jawab),

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

23

Tumbuh kemampuan komunikasi sosial (tertip, sadar aturan, dapat bekerja sama dengan

teman, dapat berkompetisi), dan Tumbuh kesadaran untuk menjaga kesehatan badan. (b)

Pendidikan Menengah Umum adalag Memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa mulai mapan, Memiliki etika (sopan santun dan beradap), Memiliki

penalaran yang baik (dalam kajian materi kurikulum, kreatif, inisiatif, serta memiliki

tanggung jawab) dan penalaran sebagai penekanannya, Kemampuan

berkomunikasi/sosial (tertib, sadar atuaran dan undang-undang, dapat bekerja sama,

mampu bersaing, toleransi, menghargai hak orang lain, dapat berkompromi), Dapat

mengurus dirinya sendiri. Ali (2014:21) mengemukakan bahwa dengan fungsi dan

tujuan kurikulum 2013 dapat menjadikan sosok manusia Indonesia lulusan dari berbagai

pendidikan formal.

2) Peran Kurikulum 2013

Muzamiroh (2013:133-135) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 lebih bersifat

tematik integratif yang berarti bahwa ada mata pelajaran yang terkait satu sama lain

yakni dengan kata lain mata pelajaran bukan dihilangkan melainkan digabung. Pada

kurikulum ini, guru tak lagi dibebani dengan kewajiban membuat silabus pengajaran

untuk siswa setiap tahun seperti yang terjadi pada KTSP.

Tujuan kurikulum 2013, sebagaimana yang tercakup dalam Kompetisi Inti ( KI )

dan Kompetensi Dasar ( KD ), bahkan silabus dan buku, telah dipriskripsikan secara

terpusat.

Henny Supolo Sitepu (2013:192-198) kurikulum 2013 ini memusatkan pada

pengembangan karakter siswa. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum 2013

menyebutkan 3 kelompok sikap yang diharapkan dimiliki lulusan, yaitu sifat individu,

sikap sosial, dan sikap alam. Terminologi “akhlak mulia” yang tercantum di pasal 3 UU

No 20 Tahun 2003 tujuan system pendidikan nasional dijabarkan dalam SKL sebagai

sikap individu yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli dan santun. Kemudian sikap

sosial yaitu memiliki toleransi, gotong royong, kerjasama dan musyawarah. Sedangkan

sikap alam mencakup pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik dan cinta

perdamaian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

24

Menurut Kartono (2013:231) kurikulum 2013 memiliki sasaran dalam setiap

jenjang. Untuk tingkat SD, diprioritaskan untuk pembentukan sikap. Sementara tingkat

SMP difokuskan untuk mengasah keterampilan dan untuk tingkat SMA dimulai

membangun pengetahuan.

3) Pengembangan Kurikulum 2013

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi

penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi

tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah

satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses

berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa

kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan

sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas

yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2)

manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.

Menurut Permendiknas di dalam pelatihan implementasi kurikulum 2013

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang

dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.

a) Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan

dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional

Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

25

dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor

perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.

Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah

apabila memiliki kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang

luar biasa besarnya. Namun apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan

tentunya akan menjadi beban pembangunan. Oleh sebab itu tantangan besar yang

dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar SDM usia produktif yang melimpah ini

dapat ditransformasikan menjadi SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan

melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

b) Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan

dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi

masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena

negatif yang mengemuka.

Selanjutnya Penyempurnaan Pola Pikir Pendidikan yang sesuai dengan

kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau

perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran sebagai berikut:

(a) Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. (b) Dari satu arah menuju

interaktif. (c) Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. (d) Dari pasif menuju aktif-

menyelidiki. (e) Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata. (f) Dari

pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim. (g) Dari luas menuju

perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. (h) Dari stimulasi rasa tunggal

menuju stimulasi ke segala penjuru. (i) Dari alat tunggal menuju alat multimedia. (j)

Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif. (k) Dari produksi massa

menuju kebutuhan pelanggan. (l) Dari usaha sadar tunggal menuju jamak. (m) Dari

satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin. (n) Dari kontrol

terpusat menuju otonomi dan kepercayaan. (o) Dari pemikiran faktual menuju kritis.

(p) Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

26

Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya beberapa kelemahan yang

ditemukan dalam KTSP 2006 sebagai berikut (diadaptasikan dari materi sosialisasi

Kurikulum2013 dalam Muzamiroh, 2014:60-61) (1) Isi dan pesan-pesan kurikulum

terlalu padat, yang ditunjukan dengan kebanyak mata pelajaran dan banyak materi yang

keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan anak. (2) Kurikulum

belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan visi, misi, dan tujuan

pendidikan nasional. (3) Kompetensi yang dikembangkan lebih dikombinasi oleh aspek

pengetahuan, belum sepenuhnya menggambarkan pribadi peserta didik (pengetahuan,

keterampilan, dan sikap). (4) Berbagai kompetensi yang diperlukan sesiau dengan

perkembangan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran lingkungan, soft

skulls and hard skills, serta jiwa kewirausahaan, belum terakomodasi di dalam

kurikulum.

Sejalan dengan itu, perlu dilakukan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan

pendekatan baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan. Perumusan SKL di

dalam KBK 2004 dan KTSP 2006 yang diturunkan dari SI harus diubah menjadi

perumusan yang diturunkan dari kebutuhan. Pendekatan dalam penyusunan SKL pada

KBK 2004 dan KTSP 2006 dapat dilihat di Gambar 4 dan penyempurnaan pola pikir

perumusan kurikulum.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

27

Tabel. 1 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum

No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1. Standar Kompetensi Lulusan diturunkan

dari Standar Isi Standar Kompetensi Lulusan diturunkan

dari kebutuhan

2.

Standar Isi dirumuskan berdasarkan

Tujuan Mata Pelajaran (Standar

Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran)

yang dirinci menjadi Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran

Standar Isi diturunkan dari Standar

Kompetensi Lulusan melalui

Kompetensi Inti yang bebas mata

pelajaran

3.

Pemisahan antara mata pelajaran

pembentuk sikap, pembentuk

keterampilan, dan pembentuk

pengetahuan

Semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan

sikap, keterampilan, dan pengetahuan,

4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari

kompetensi yang ingin dicapai

5.

Mata pelajaran lepas satu dengan yang

lain, seperti sekumpulan mata pelajaran

terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh

kompetensi inti (tiap kelas)

(Sumber : Puskur: 2013)

Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan menetapkan standar

kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan peserta didik, tujuan pendidikan nasional, dan

kebutuhan. Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri

dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Satuan pendidikan dan guru tidak

diberikan kewenangan menyusun silabus, tapi disusun pada tingkat nasional. Guru lebih

diberikan kesempatan mengembangkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan

tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan

penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.

4) Kepemimpinan Kepala Sekolah

Menurut Muzamiroh (2013:39) Kunci sukses yang menentukan keberhasilan

implementasi kurikulum 2013 adalah kepemempinan kepala sekolah, terutama dalam

mengkoordinasikan, menggerakan, dan menyelaraskan semua sumberdaya pendidikan

yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor penentu yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

28

dapat menggerakan semua sumber daya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan,

dan sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan

betahap. Oleh karena itu, dalam mentukseskan implementasi kurikulum 2013 diperlukan

kepala sekolah yang mandiri, dan professional dengan kemampuan manajemen serta

kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk

meningkatkan mutu sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah diperlukan, terutama untuk

memobilisasi sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi

program sekolah, pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber belajar,

keuangan, pelayanan siswa, serta hubungan sekolah dengan masyarakat.

Kepala sekolah adalah pemimpin sekolah, Flower (2004:20) mengemukakan

“school administrators act as hierarchical leaders within and as public leaders in the

boarder community. In both roles they play, or can play, a significan part in defining,

developing and implementing education policy”. Pernyataan ini dapat dimaknai bahwa

seorang dalam kepala sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemimpin sekolah memegang

dua peranan penting yakni sebagai pemimpin sekolah dalam organisasi dan dapat pula

sebagai pemimpin umum dalam masyarakat luas. kedua peranan itu sangat penting

sehingga dapat memainkan peran dalam mengidentifikasikan, mengembangkan, dan

menerapkan kebijaksanaan pendidikan.

Selanjutnya Hanson (2003:155) mengilustrasikan bahwa peranan sebagai kepala

sekolah adalah peran sebagai manager, maka “This is the person who keeps his or her nose

to the grinstone, ear or to the ground, foot on the throttle, and finger to the wind. Tiring to

make all subordinates emulate that posture earns such a manager the title of the one you

love to hate”. hal ini dapat dimaknai bahwa peran kepala sekolah adalah peran yang

penting dan selalu memposisikan dirinya sebagai orang tang selalu tanggap dengan situasi

yang ada untuk memajukan dunia pendidikan, dan terkadang sebagai kepala sekolah

dijuluki sebagai orang yang dicinta untuk di benci.

Keberhasilan kurikulum 2013 menuntut kepala sekolah yang demokratis

professional, sehingga mampu menumbuhkan iklim demokratis di sekolah, yang akan

mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi terciptanya kualitas pendidikan dan

pembelajaran yang optimal untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

29

Kepala sekolah yang mandiri, demokratis, dan professional harus berusaha

menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai yakni: (1)

Pembinaan mental; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan sikap batin dan watak. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mampu menciptakan

iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan

baik, secara proporsional dan professional. Untuk itu, kepala sekolah harus berusaha

melengkapi sarana, prasarana dan sumber belajar agar dapat memberi kemudahan kepada

para guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar. Untuk kepentingan tersebut,

kepala sekolah bisa bekerjasama dengan komite sekolah dalam menggandeng masyarakat

untuk ikut memikirkan pendidikan di sekolah, terutama yang menyangkut masalah

pendanaan. (2) Pembinaan moral; yaitu membina para tenaga pendidikan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap dan kewajiban

sesuai dengan tugas masing-masing tenaga kependidikan. Kepala sekolah harus berusaha

memberikan nasehat kepada seluruh warga sekolah, misalnya pada saat upacara bendera

atau pertemuan rutin. (3) Pembinaan fisik; yaitu membina para tenaga kependidikan tentang

hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jamani atau badan, kesehatan dan penampilan

mereka secara lahiriah. Kepala sekolah harus mampu memberikan dorongan agar para

tenaga kependidikan terlibat secata aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan olahraga, baik

yang programkan disekolah maupun yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitas sekolah.

(4) Pembinaan artistik; yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui

kegiatan karia wisata yang dibiasa dilaksanakan setiap akhir tahun ajaran. Dalam hal ini

kepala sekolah dibantu oleh para pembantunya harus mampu merencanakan berbagai

program pembinaan artistic, seperti karia wisata, agar dalam pelaksanaannya tidak

menganggu kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu, pembinaan artistic harus terkait

ataumerupakan pengayaan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

5) Guru

Yang menentukan keberhasilan implementasi kurikulum 2013 adalah kreatifitas

guru, karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat

menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan sulit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

30

dilaksanakan diberbagai daerah karena sebagian guru belum siap. Ketidak siapan guru

tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi berkaitan dengan masalah

kreatifitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat

disosialisasikan oleh pemerinta. Dalam hal ini, guru-guru yang bertugas di daerah dan

di perdalaman akan sulit mengikuti hal-hal baru dalam waktu singkat, apalagi dengan

pendekatan tematik integratif yang memerlukan waktu untuk memahaminya.

Menurut Mulyasa (2014:41) Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan

kompetensi, antara lain ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil

dan meteri kependidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik intgratif dengan

contextual theching and learning (CTL) oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak

mungkin melibatkan peserta didik agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk

kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan kebenaran secara ilmiah. Dalam

kerangka ini lah perlunya kreativitas guru, agar mereka mampu menjadi fasilitator, dan

mitra belajar bagi peserta didik. Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi

kepada peserta didik, tetapi harus kreatif memberikan layanan dan kemudahan belajar

(facilitate learning) kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat belajar dalam

suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani

mengemukakan pendapat secara terbuka. Hal tersebut merupakan modal dasar bagi

peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi,

menghadapi berbagai kemungkinan, dan memasuki era globalisasi yang penuh berbagai

tantangan.

Guru sebagai fasilitator sedikitnya harus memiliki 7 sikap yang di

identifikasikan Rogers (dalam Mulyasa 2014:42) sebagai berikut: (1) Tidak berlebihan

mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka. (2) Dapat lebih

mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya. (3) Mau dan

mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit

sekalipun. (4) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta

didik seperti halnya terhadap bahan pembelajaran. (5) Dapat menerima balikan atau

feedback, baik yang bersifat positif maupun negative, dan menerimanya sebagai

pandangan yang konstruktif terhadap diri dan perilakunya. (6) Toleransi terhadap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

31

kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran. (7) Menghargai

prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka mereka sudah tau prestasi yang

dicapainya.

Beberapa hal yang harus dipahami guru dari peserta didik antara lain; kemampuan,

potensi, minat, hobi, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang

keluarga, dan kegiatan disekolah. Agar implementasi kurikulum 2013 berhasi

memperhatikan perbedaan individual peserta didik, guru perlu memperhatikan hal-hal

berikut; (1) Menggunakan metode yang bervariasi. (2) Memberikan tugas yang berbeda

bagi setiap peserta didik. (3) Mengelompokan peserta didik berdasarkan kemampuannya,

serta disesuaikan dengan mata pelajaran. (4) Memodifikasi dan memperkaya bahan

pembelajaran. (5) Menghubungi spesialis bila ada peserta didik yang mempunyai kelainan.

(6) Menggunakan prosedur yang berfariasi dalam membuat penilaian dan laporan. (7)

Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dengan kecepatan yang sama. (8)

Mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan

kemampuan masing-masing pada setiap pembelajaran. (9) Mengusahakan keterlibatan

peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran.

Guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan tersebut, biasanya memahami

mereka melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut; (1) Mengamati peserta didik dalam

berbagai situasi, baik dikelas maupun diluar kelas. (2) Menyesiakan waktu untuk

mengadakan pertemuan dengan peserta didik, sebelum, selama dan setelah pembeljaran. (3)

Mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan komentar yang

konstruktif. (4) Mempelajari catatan peserta didik yang adekuat. (5) Membuat tugas dan

latihan untuk kelompok. (6) Memberiikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang

memiliki kemampuan yang berbeda. (7) Memberikan penilaian secara adil dan transparan.

Beberapa hal yang harus dimiliki guru, untuk mendukung implementasi kurikulum

2013 antara lai sebagai berikut; (1) Menguasai dan memahami kopetensi inti dalam

hubunganya dengan kompetensi lulusan. (2) Menyukai apa yang diajarkannya dan

menyenangi mengajar sebagai suatu profesi. (3) Memahami peserta didik, pengalaman,

kemampuan dan prestasinya. (4) Menggunakan metode dan media yang berfariasi dalam

mengajar dan membentuk kompetensi peserta didik. (5) Memodifikasi dan mengeliminasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

32

bahan yang kurang penting bagi kehidupan peserta didik. (6) Mengikuti perkembangan

pengetahuan mutahir. (7) Menyiapkan proses pembelajaran. (8) Mendorong peserta didik

untuk memperoleh hasil yang lebih baik. (9) Menghubungkan pengalaman yang lalu

dengan kompetensi dan karakter yang akan dibentuk.

Adapun karakteristik guru yang berhasil mengembangkan pembelajaran secara

efektif dapat di identifikasikan sebagai berikut; (1) Respek dan memahami dirinya, serta

dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil). (2) Antusias dan bergairah terhadap bahan,

kelas, dan seluruh kegiatan pembelajaran. (3) Berbicara dengan jelas dan komunikatif

(dakam mengomunikasikan idenya terhadap peserta didik). (4) Memperhatikan perbedaan

individual peserta didik. (5) Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak

akal. (6) Menghindari sarkasme dan ejekan terhadap peserta didik. (7) Tidak menonjolkan

diri, dan menjadi teladan bagi peserta didik.

Dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013, dan menyiapkan guru

yang siap menjadi fasilitator pembeljaran sebagaimana diuraikan diatas, hendaknya

diadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pengawas

sekolah, dan komite sekolah. Musyawarah tersebut diperlukan terutama untuk

menganalisis, mendiskusikan dan memahami buku pedoman dan berbagai hal yang terkait

dengan implementasi kurikulum 2013, antara lain sebagai berikt; (1) Kerangka dasar dan

struktur kurikulum. (2) Pedoman implementasi kurikulum 2013. (3) Pedoman pengelolaan.

(4) Pedoman evaluasi kurikulum. (5) Standar kompetensi kelulusan. (6) Kompetensi inti

dan kompetensi dasar. (7) Buku guru. (8) Buku siswa. (9) Silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). (10) Standar proses dan model pembelajaran. (11) Dokumen standar

penilaian. (12) Pedoman penilaian dan lapor. (13) Buku pedoman bimbingan dan konseling.

Buku pedoman dan dokumen-dokumen tersebut, bagi guru yang sudah ikut

pelatihan atau diklat, mungkin tidak terlalu bermasalah, karena sudah ada sedikit

pencerahan, tapi bagi guru yang belum ikut diklat merupakan masalah besar dan akan

menjadi batu sandungan dalam implementasi kurikulum 2013. Oleh karena itu, alangkah

bijaknya seandainya guru-guru yang sudah mengikuti diklat berinisiatif secara kreatif untuk

memahamkan guru-guru lain yang ada di sekolahnya, sehingga semuanya siap mendukung

keberhasilan implementasi kurikulum 2013.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

33

6) Peserta didik

Dalam implementasi kurikulum 2013 yang tak kalah pentingnya adalah peserta

didik. Dalam rangka mendorong dan mengembangkan aktifitas peserta didik, guru

harus mampu mendisiplinkan peserta didiknya, terutama disiplin diri (self-disciline).

Imas dan Berlin (2014:63) menjelaskan peserta didik adalah subjek yang memiliki

kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkontruksi, dan menggunakan

pengetahuan. Untuk itu guru harus mampu berperan sebagai fasitator yang

memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun

pengetahuannya. Peserta didik perlu di dorong untuk bekerja memecahkan masalah,

menemukan segara sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras untuk mewujudkan ide-

idenya.

Kurikulum 2013 menuntut peserta didik yang kreatif yang dapat

mengembangkan ide-ide yang di milikinya. Untuk itu sangat diperlukan kedisiplinan

diri untuk meraihnya. Mulyasa (2014:45) menjelaskan guru harus mampu membantu

peserta didik mengembangkan pola prilakunya, meningkatkan standar prilakunya, dan

melaksanakan aturan sebagai alat untuk menegakan disiplin dalam setiap aktivitasnya.

Mendisiplinkan peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional, yakni: sikap demokratis sehingga peraturan disiplin perlu

berpedoman pada hal tersebut, yakni dari, oleh, dan untuk peserta didik.

d. Kurikulum 2013 Pendidikan Jasmani

Mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan termasuk mata

pelajaran kelompok B di dalam struktur kurikulum 2013. Yaitu kelompok mata

pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten

kearifan local yang dikembangkan oleh pemerintah daerah, pola penerapannya dapat

dengan integrasi dengan kompetensi dasar yang sudah termuat dalam kurikulum

SMP/SMA sederajat, atau dapat menambah dasar tersendiri. Dalam struktur kurikulum

mata pelajaran PJOK alokasi waktu 3 jam pelajaran setiap minggu. Struktur kurikulum

2013 ini, mata pelajaran PJOK memiliki konten memberi sumbangan mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

34

kompetensi gerak dan gaya hidup sehat, dan memberi warna pada pendidikan karakter

bangsa.

Mengingat tantangan yang berat bagi seseorang yang akan menjalankan pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan untuk menjalankan profesinya dalam implementasi

kurikulum 2013. Maka kurikulum 2013 dikembangkan dengan menyempurnakan pola pikir

sebagai berikut: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi

yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama. (2) Pola pembelajaran satu ranah

(interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif )interaktif guru- peserta

didik-masyarakat lingkungan alam, sumber/media lainya). (3) Pola pembelajaran terisolasi

menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan

dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet). (5) Pola

pembelajaran sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim). (6) pola pembelajaran alat

tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat mulrimedia. (7) pola pembelajaran berbasis

massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memper kuat pengembangan potensi

khusus yang dimiliki setia peserta didik. (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal

(monidiscipline) menjadi pembalajaran ilmu pengetahuan jamak (multidiscipline), dan (9)

Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional diperlukan profit kualifikasi

kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi kelulusan. Dalam

penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar

komperensi lulusan merupakan merupakan kualifikasi kemampuan kelulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau

dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah.Kompetensi lulusan SMP/MTS/SMPLB dan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB

Paket C memilliki sikap, pengetatahuan, dan keterampilan berdasarkan Permebdikbud No.

54 tahun 3013 sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

35

Tabel 2. Sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan Permendikbud No.

54 tahun 2013:

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,

berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan factual, konseptual, procedural dan

metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan

budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan

kejadian.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif

dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari

yang dipelajari disekolah secara mandiri.

(Sumber: Kemendikbud: 2014:102)

e. Kurikulum Fleksibel

Setiap satuan dalam pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta

didiknya harus berpegang pada kurikulum yang terbaru dan berlaku. Dengan demikian

didalam pendidikan khusus hendaknya kurikulum yang berlaku disesuaikan dengan

karakteristik dari masing-masing jenis kelompok peserta didik yang berkebutuhan

khusus.

Kurikulum yang dikembangkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus berbeda

dengan struktur kurikulum umum. Peserta didik berkelainan dapat dikelompokan

menjadi dua kategori yaitu peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan kemampuan

intelektual dibawah rata-rata dan peserta didik memiliki kemampuan intelektual dibawah

rata-rata.

Martinis Yamin (2008:82) menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan khusus

terdir dari 8 sampai 10 mata pelajaran, muatan lokal, program khusus, dan

pengembangan diri. Muatan local merupaka kegiartan kurikuler untuk mengembangkan

kompetensi yang sesuai dengan ciri khas daerah, yang materinya tidak dapat

dikelompokkan dengan materi pelajaran yang ada. Program khusus memiliki kegiatan

yang bervariasai sesuai dengan ketunaannya, yaitu program orientasi dan mobilitas

untuk anak tunanetra, bina komunikasi dan persepsi bunyi untuk tunarungu, bina diri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

36

untuk peserta didik tunagrahita, bina gerak untuk peserta didik tunadaksa, serta bina pribadi

dan sosial untuk tunalaras. Untuk pengembangan bina diri bukan merupakan mata pelajaran

yang harus diasuh oleh guru. Perkembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada

pesertadidik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,

bakat dan niat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi di sekolah.

Selanjutnya Martinis Yamin (2008:83) menjelaskan pula bahwa peserta didik tanpa

disertai kemampuan intelektual dibawah rata-rata tentu masih memungkinkan untuk

mengikuti kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian-penyesuaian. Peserta

didik berkelainan yang disertai kemampuan intelektual dibawah rata-rata, diperlukan

perancangan komponen kurikulum yang sangat spesifik dan bersifat tematik untuk

mendorong kemandirian dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pendidikan berkebutuhan khusus semua perangkat pembelajaran harus

disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan

karakteristik peserta didik agar lulusan memiliki kompetensi untuk bekal hidup (life skil).

Semua komponen pembelajaran diatur dalam kurikulum fleksibel.

Bentuk penyesuaian kurikulum bagi anak-anak berkebutuhan khusus dapat

dituangkan kedalam program pendidikan individual atau program pengajaran individual.

Eriyanti (2009:2) berpendapat bahwa program pengajaran individual atau program

pendidikan individual merupakan rencana pendidikan bagi seorang peserta didik yang

berkebutuhan khusus, baik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa maupun

yang memiliki kelainan khusus. Dalam merancang dan menyusun program pendidikan atau

pengejaran individual guru dan pihak terkait harus memahami dan memperhatikan

Beberapa hal seperti yang di kemukakam oleh Depdiknas (2003) yaitu: 1)

pengertian peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa, 2) karakteristik kebutuhan khusus peserta didik yang

berkebutuhan khusus, dan 3) tingkat kecerdasan peserta didik yang berkebutuhan khusus.

Dari kutipan diatas kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran anak

berkebutuhan khusus harus fleksibel, yakni pembelajaran dapat dimodifikasi sesuai dengan

keterbatasan masing-masing peserta didik. Selain itu penyesuaian kurikulum dapat

dituangkan kedalam program pendidikan individu atau pembelajaran individu, untuk itu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

37

perlunya memahami pengertian peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa, karakteristik kebutuhan khusus peserta

didik yang berkebutuhan khusus, dan tingkat kecerdasan peserta didik yang berkebutuhan

khusus.

Pada dasarnya kurikulum anak berkebutuhan khusus sama dengan anak yang

normal di sekolah biasa, yang saat ini berlaku kurikulum 2013 hanya saja dalam pendidikan

luar biasa pembelajaran dimodifikasi sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan

khusus. Muhammad Nuh dalam sambutan pelatihan implementasi kurikulum 2013

menyampaikan bahwa “Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan

pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan

proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian

antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi

amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di

masa depan”. Dan beliau menambahkan “Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan

atas dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari

kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui

kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua

mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi

lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi yang taat asas dari prinsip-prinsip

ini menjadi sangat esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi Kurikulum

2013.

Kurikulum yang bersifat fleksibel mengakomodasi peserta didik dengan berbagai

latar belakang dan kemampuan, maka kurikulum 2013 akan lebih peka mempertimbangkan

keragaman peserta didik agar pembelajarannya relevan dengan kemampuan dan

kebutuhannya. Sekolah luar biasa (SLB) yang menyelenggarakan pendidikan khusus

(adaptif) harus mampu mengembangkan kurikulum (kurikulum 13) sesuai dengan tingkat,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

38

perkembangan, dan karakteristik peserta didik agar lulusan memiliki komperensi untuk

bekal hidup (life skill).

Dedy Kustawan (2013:96) mengemukakan ada 5 (lima) model pengembangan

dalam upaya menyusun kurikulum fleksibel, yaitu: 1) model eskalasi (ditingkatkan), 2)

model duplikasi (meniru atau menggandakan), 3) model duplikasi (merubah untuk

disesuaikan), 4) model subtitusi (mengganti), 5) model omisi (menghilangkan), dan prinsip

pengembangan kurikulum fleksibel harus dijadikan acuan oleh para guru untuk peserta

didik berkebutuhan khusus (PDBK) adalah; 1) kurikulum umum yang diberlakukan untuk

peserta didik pada umumnya perlu diubah atau dimodifikasi untuk disesuaikan dengan

kondisi PDBK, 2) menyesuaikan kurikulum dengan kemampuan PDBK terjadi pada

komponen tujuan, materi, proses, dan/atau penilaian, 3) penyusunan kurikulum tidak harus

sama ada masing-masing komponen, 4) proses penyesuaian tidak harus sama untuk semua

materi, 5) proses modifikasi juga tidak harus sama untuk semua mata pelajaran, dan 6)

proses modifikasi juga tidak sama pada masing-masing jenis kelainan PDBK.

Dengan adanya perbedaan karakteristik dari setiap peserta didik berkebutuhan

khusus tentunya hal ini akan memerlukan kemampuan khusus guru terutama oleh guru

pendidikan jasmani yang harus memodifikasi pembelajaran sedemikian rupa sesuai dengan

kemampuan dan karakteristik peserta didik agar terlaksananya target yang sesuai dengan

kurikulum yang berlaku pada saat itu.

2. Pendidikan Jasmani Adaptif

Barangkali sebagian diantara kita mengetahui tentang apa itu pendidikan, tetapi

ketika pendidikan tersebut diartikan dalam batasan tertentu, maka terdapatlah

bermacam-macam pengertian yang diberikan, seperti yang Ki Hajar Dewantara

mengemukakan “Pendidikan yaitu tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak, adapun

maksudnya adalah pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak itu,

agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai

keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

39

Pendidikan sebagai suatu proses pembelajaran manusia yang berlangsung seumur

hidup. Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pendidikan adalah suatu usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kpribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakan, bangsa dan Negara.

Tujuan yang sama pada pendidikan jasmani yakni menurut Erianti (2009:38)

menyatakan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral

dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

jasmani, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

aspek pola hidup sehat, tindakan moral, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas

jasmani.

Depdiknas (2006:131) menyatakan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan

merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan

gerak, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional,

sportifitas, spiritual, sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk

merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Yani

Meimulyani dan Asep (2013:2) mengutarakan hal yang hampir sama bahwa pendidikan

jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik

untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik,

mental, serta emosional bahwa fungsi pendidikan jasmani untuk memfasilitasi agar anak

berkembang menjadi dirinya sendiri secara optimal dengan potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan kutipan tersebut diatas, jelas bahwa pendidikan jasmani merupakan

faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Dalam kata lain melalui pendidikan jasmani dapat meningkatkan keterampilan gerak,

pengetahuan, dan penalaran serta mampu mengaplikasikan dalam bentuk nilai-nilai seperti

sikap, mental, emosional, sportifitas, spiritual, dan sosial.

Pendidikan jasmani tidak hanya menekankan pada penguasaan aspek keterampilan

gerak atau keterampilan olahraganya saja, melainkan lebih dari pada itu pendidikan jasmani

yang dilaksanakan secara teratur dan dalam suasana pendidikan, dapat mengembangkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

40

seluruh kepribadian anak yang meliputi aspek mental, sosial, intelektual, moral, dan

estetika.

Jadi Pendidikan jasmani dapat diartikan suatu proses pembelajaran yang didesain

untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan kemampuan gerak, pengetahuan

dan perilaku hidup aktif dan sikap positif melalui kegiatan jasmani. Pendidikan jasmani

yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman

belajar melalui aktivitas jasmani yang terpilih serta dilakukan secara sistematis. Pendidikan

jasmani selain untuk kesehatan juga harus mengandung aspek yang sesuai dengan tumbuh

kembang peserta didik.

(Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan

Menengah Umum). Untuk pendidikan jasmani pada sekolah luar biasa dikenal dengan

pendidikan penjas adaptif.

Penyelenggaraan Pendidikan sudah dijamin dalam Undang-Undang Republik

Indonesia yang telah disebutkan di atas pendidikan harus dilaksanakan dalam ruang lingkup

seluas-luasnya dan tidak memandang perbedaan baik dalam setatus sosial dan sebagainya,

semua masyarakat memiliki hak yang sama begitu juga untuk meraka yang memiliki

keterbatasan dan kelainan baik fisik, mental, sosial maupun gabungan antara ketiga aspek

tersebut.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar semua peserta didik (termasuk peserta didik berkebutuhan

khusus) disekolah secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Seperti yang

diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional terutama pada pasal 5 ayat (2) bahwa Warga Negara yang memiliki kelainan fisik,

emosional, mental, dan intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus,

dan pasal 32 ayat (1) behwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik

yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan

fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi dan bakat istimewa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

41

Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dikenal juga dengan pendidikan

adaptif. Pembelajaran dalam pendidikan adaptif harus disesuaikan dengan kondisi

keterbatasan masing-masing peserta didik. Menurut Hosni dalam Erianti (2009:5) hakekat

pembelajaran adaptif adalah merupakan pembelajaran biasa yang di modifikasi dan

dirancang sedemikian rupa hingga dapat dipelajari, dilaksnakan, dan memenuhi kebutuhan

pendidikan anak luar biasa. Dengan demikian dapat dikatakan pembelajaran adaptif bagi

anak luar biasa tersebut dirancang diadaptasikan sesuai dengan karakteristik yang di miliki

oleh masing-masing anak. Begitu juga dalam pendidikan jasmani untuk anak berkebutuhan

khusus.

Menurut Nixon dan Jewett didalam Lutan dkk (2002:29) pendidikan jasmani adalah

suatu aspek dari pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan

pengenaan kemampuan gerak individu sukarela dan beguna serta berhubungan langsung

dengan respon mental, emosional, dan sosial. Dari rumusan tentang pendidikan jasmani

dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah salah satu aspek dari proses

pendidikan secara keseluruhan peserta didik melalui kegiatan jasmani yang dirancang

secara cermat, yang dilakukan secara sadar dan terprogram dalam usaha meningkatkan

kemampuan dan keterampilan jasmani, sosial, serta perkembangan kecerdasan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan Undang-Undang Republik Indonesia No.3

Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 30 ayat 4 yang berbunyi

Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat diselenggarakan pada ruang

lingkup olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi berdasarkan olahraga

khusus bagi penyandang cacat yang sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan mental

seseorang. Dari kutipan Undang-undang yang telah dijelaskan diatas, untuk olahraga

penyandang cacat telah diatur oleh negara dan diselenggarakan pada ruang lingkup

pendidikan, rekseasi dan prestasi. Untuk olahraga pendidikan, olahraga bagi anak

berkebutuhan khusus dikenal dengan nama pendidikan jasmani adaptif sebagaimana yang

telah disampaikan oleh Depdiknas, dimana pendidikan jasmani adaptif ini telah

dimodifikasi sesuai dengan kondisi kelainan masing-masing peserta didik dan disesuaikan

dengan kurikulum yang berlaku.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

42

Menurut Sherril dalam Delphie (2006:113) yang dimaksud dengan pendidikan

jasmani khusus adalah sebagai berikut: 1) pendidikan jasmani khusus didefinisikan sebagai

suatu sistem penyampaian. Pelayanan yang kompehensif dan dirancang untuk

mengidentifikasi pemacahan masalah dalam ranah psikomotor, 2) pelayanan tersebut

mencakup penilaian, program pendidikan individu (PPI), 3) pengajaran bersifat

pengembangan yang disarankan, konseling dan koordinasi dari sumber layanan terkait

untuk memberikan pengalaman pendidikan jasmani yang optimal kepada semua anak dan

pemuda.

Kemudian Yudha (2005:1) menegaskan bahwa pengelolaan pendidikan luar biasa

dituntut untuk dapat memotivasi dalam segala sapek kehidupan anak luar biasa termasuk

juga dalam kehidupan berolahraga bagi anak berkebutuhan khusus.

Sedangkan tujuan pendidikan jasmani adaptif bagi anak yang berkelainan yang

dikemukakan oleh Hosni (2003:33) adalah: a) menolong siswa mengoreksi kondisi yang

dapat diperbaiki, b) untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun

yang memperburuk keadaannya melalui pendidikan jasmani tertentu, c) untuk memberikan

kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olahraga

dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi, d) untuk menolong siswa

memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya, e) untuk membantu siswa

melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri, f) untuk

membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan apresiasi terhadap mekanika

tubuh yang baik, g) untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olahraga

yang dapat diminatinya sebagai penonton.

Sementara itu Nurhasan (2005:6) mengemukakan tujuan utama dalam pelajaran

Penjas bagi siswa adaptif, yaitu pembentukan kebugaran dan rehabilitasi kelainan gerak

siswa. Mahendra (2005:3) menjelaskan sebagaimana yang telah dibahas dalam buku

falsafah Pendidikan jasmani adaptif, peranan dan sumbangan pendidikan jasmani yang

paling unik dibanding dengan mata pelajaran lain adalah dalam kemampuannya untuk

mengembangkan tiga aspek, yaitu: 1) meningkatkan kebugaran jasmani siswa, 2)

meningkatkan keterampilan gerak siswa, 3) meningkatkan pemahaman dan pengertian

siswa dalam bidang konsep dan prinsip gerak. (Hahendra, 2003).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

43

Dari kutipan diatas dapat diartikan melalui pendidikan jasmani dapat meningkatkan

kepercayaan diri dan citra dari anak berkebutuhan khusus akan berkembang. Citra diri anak

merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian anak, misalnya saja ketika anak merasa

bahwa ia memiliki kemampuan gerak yang baik dalam aktivitas gerak, prasaan positif dan

percaya dirinya akan berkembang.

Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani faktor yang tidak kalah penting harus

adanya sarana dan prasarana yang dapat menunjang kelancaran suatu pembelajaran dan

pembinaan prestasi olahraga di sekolah. Salah satu kendala kurang lancarnya pembelajaran

pendidikan jasmani dan pembinaan prestasi di sekolah termasuk didalamnya anak-anak

yang berkelainan, adalah kurang memadainya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah.

Jadi untuk menunjang pembelajran dan pembinan prestasi disekolah perlu diperhatikan dan

dipersiapkan sarana dan prasarana.

Dalam Kamus Besar BI (1991:880) sarana ialah segala sesuatu yang dapat dipakai

sebagai alat pencapai maksud atau tujuan tertentu. Menurut UU RI No.3 Tahun 2005

Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam pasal 1 ayat 20 dan 21 sarana olahraga

adalah peralatan/perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Sarana menurut

Erianti (2009:53) mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dapat dimanfaatkan

didalam pembelajaran pendidikan jasmani. Jadi sarana pendidikan jasmani adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan atau sumber daya pendukung dalam

benruk peralatan dan perlengkapn untuk kegiatan olahraga.

Pengembangan sarana pendidikan jasmani guru penjas atau pelatih di sekolah dapat

berbuat banyak dan leluasa dalam menggunakan dan memanfaatkan bahkan

mengembangkan atau memodifikasi sarana yang akan digunakan. Menurut Erianti

(2008:52) “ Pengembangan sarana pendidikan jasmani artinya melengkapi yang sudah ada

dengan jalan mengadakan, memperbanyak dan membuat alat-alat yang sederhana atau

dimodifikasi.’’Jadi dalam pengembangan sarana ini diharapkan untuk memberdayakan

anak didik agar bisa lebih banyak bergerak dalam situasi yang gembira dan menarik tanpa

kehilangan sensasi pendidikan jasmani ataupun sedang berlatih dalam meningkatkan

prestasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

44

Sedangkan dalam Kamus Besar BI (1991:786) Prasarana ialah Segala yang

merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek

,dsb). Menurut UU RI No.3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam

pasal 1 ayat 20 dan 21 Prasarana adalah tempat/ruang, termasuk lingkungan yang

digunakan untuk kegiatan olahraga dan penyelenggaraan olahraga. Dan menurut Erianti

(2009:54) “ prasarana pendidikan jasmani adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah

dan memperlancar kegiatan pendidikan jasmani yang bersifat relatif permanen atau susah

dipindah-pindahkan.” Jadi prasarana adalah sumberdaya pendukung yang terdiri dari

tempat olahraga baik didalam ataupun diluar ruangan sesuai persyaratan yang ditetapkan

untuk pelaksanaan kegiatan olahraga.

Faktor sarana dan prasarana merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses

untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalah kegiatan olahraga. Sarana dan prasarana

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pendidikan jasmani. Sarana dan prasarana

disekolah sangat menentukan perkembangan siswa dan atlet agar dapat belajar dan berlatih

semaksimal mungkin.

Kemudian dalam pendidikan jasmani di SLB di pelukan adanya lapangan, ruangan

senam, lapangan bocee, bak lompat serta alat-alat lain seperti bola, matras, mistar, lembing,

tolak peluru, ring, palang tunggal, palang sejajar, balok keseimbangan, bola bocy, pita

senam dan stopwatch. Selain itu perlengkapan siswa juga harus tersedia seperti pakaian

khusus olahraga seperti baju, celana, sepatu dan atribut lainya yang dibutuhkan. Fasilitas

atau sarana dan prasarana akan dapat memberikan kontribusi dan hasil yang optimal

terhadap peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran penjas dan prestasi atlet yang

lebih meningkatkan gairah latihan.

Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana merupakn

faktor yang sangat penting dalam pendidikan jasmani dan proses pembinaan prestasi

disekolah, karena dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran dan pembinaan

tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

45

a. Sekolah Luar Biasa (SLB)

Penyelenggaraan pendidikan jasmani adaptif dilakukan di Sekolah Luar Biasa

yakni sekolah dengan layanan khusus dengan peserta anak berkebutuhan khusus yang

dikenal juga dengan istilah anak cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam

pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.

Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang dirancang, diadaptasikan sesuai dengan

karakteristik masing-masing kelainan anak sehingga memenuhi kebutuhan anak luar

biasa (Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Luar Sekolah, 2003).

Rancangan Pendidikan Luar Biasa , terdiri dari tiga komponen pokok yakni kelas,

program dan layanan. Ketiga tersebut apa bila dirancang dengan baik dan sempurna akan

memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa. Dengan kata lain pendidikan anak

luar biasa adalah pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau memenuhi

kebutuhan anak dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat di penuhi oleh kurikulum

sekolah biasa, sehingga perlu diadaptasikan sesuai dengan kebutuhan anak.

Maka secara operasional dilapangan pengertian pendidikan luar biasa dapat

diartikan sebagai kelas khusus, program khusus, dan layanan khusus yang dirancang

untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak luar biasa.

Di Indonesia anak-anak berkebutuhan khusus ini mendapat layanan pendidikan

khusus yang di tempatkan di sekolah yang dikenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).

Kelainan khusus terhadap fisik atau mental pada anak dengan berkebutuhan khusus yang

mempunyai hendaya perkembangan menghendaki layanan pendidikan khusus sesuai

dengan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Penidikan Nasional Nomor

2 tahun 1989 (dalam pasal 11 ayat 4 dan pasal 38) dan dipertegas kembali dalam

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20

tahun 2003 dalam pasal 32 ayat (1). Dinyatakan bahwa “Pendidikan khusus merupakan

pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa”. Untuk itulah maka aspek-aspel yang perlu

dikembangkan pada anak berkebutuhan khusus atau anak yang bersekolah di SLB adalah

gerak, bahasa, kognitif, emosi, sosial, moralitas, dan kepribadian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

46

Selanjutnya Sekolah Luar Biasa (SLB) menurut Permendinas Nomor 29 Tahun

2005 adalah taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa

(SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMKLB). Jadi Sekolah Luar Biasa

pada dasarnya memiliki jenjang yang sama dengan sekolah umum pada setiap jenjang

pendidikannya. Untuk wilayah Kota Pekanbaru Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam satu

lingkungan terdapat semua jenjang pendidikan (TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB) dengan

berbagai jenis kelainan.

Menurut Erianti (2008:5-6) “Anak luar biasa (ALB) adalah anak yang memiliki

kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan

yang sedemikian rupa sehingga didalam mengembangkan kemampuannya secara

maksimum membutuhkan pendidikan luar biasa”. Jadi anak luar biasa untuk

mengembangkan kemampuannya dibutuhkan pendidikan khusus sesuai dengan kelainan

yang dimilikinya. Pada saat sekarang ini perkembangan anak luar biasa sudah mulai

dianggap sebagai manusia biasa sama seperti yang lain. Mereka memiliki hak yang sama

dan ini menimbulkan perlakuan yang wajar seperti anak yang lain, yakni mereka yang

dididik dan disekolahkan.

Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang

ditengah lingkungan keluarga, maka pendidikan luar biasa harus dirancang sedemikian rupa

sehingga program dan layanannya dekat dengan anak luar biasa. Anak luar biasa atau anak

berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama dengan anak lainnya. Perbedaan hanya

terletak pada adanya kelainan yang dideritanya, kelainan bisa terletak pada fisik, mental,

sosial atau gabungan ketiga aspek tersebut. Seperti yang dikemukakan Yudha (2005:1)

bahwa anak SLB kedudukannya sebagai tunas bangsa dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa perlu mendapatkan posisi dan fungsi strategis dalam pembangunan terutama

pembangunan pendidikan yang menjadi bagian integral dalam pembangunan suatu bangsa.

Dengan kelainan dan keterbatasan yang sedemikian rupa mereka hingga membutuhkan

pelayanan pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa. Pemerintah memfasilitasi

pendidikan luar biasa sama dengan pendidikan umum, dengan ini diharapkan anak

berkelainan atau anak berkebutuhan khusus dapat membentuk pribadinya, memdapatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

47

pekerjaan di bidangnya dan keterbatasannya, dapat memelihara kesehatan dan hidup

mandiri.

Dalam pendidikan di Indonesia setiap jenjangnya telah ditetapkan oleh pemerintah

mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Semuanya ini adalah proses

pendidikan pada setiap jenjangnya. Tidak terkecuali untuk anak yang berkebutuhan khusus.

Seperti halnya anak normal, anak berkebutuhan khusus proses pendidikannya sama seperti

anak normal yang dimulai dari pendidikan usia dini sampai dengan perguruan tinggi.

Begitu juga Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk mereka yang normal, untuk anak

berkebutuhan khusus dikenal sebagai Sekolah Menengah Pertama Luar biasa (SMPLB)

yang diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak yang berkebutuhan

khusus atau anak yang memiliki kelainan fisik, mental, sosian atau pun gabungan dari

ketiga aspek tersebut.

Dedy dan Yani (2013:56-57) menjelaskan bahwa satuan pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan pada jenjang pendidikan dasar terdiri atas: (1) Sekolah Dasar Luar

Biasa (SDLB) atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat, (2)

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) atau sebutan lain untuk satuan

pendidikan yang sejenis dan sederajat.

Selanjutnya Dedy dan Yani (20013:59) menjelaskan Untuk membedakan kelainan

dapat dibedakan sebagai berikut: a) SMPLB-A untuk peserta didik tunanetra, b) SMPLB-B

peserta didik untuk peserta didik tungrungu, c) SMPLB-C untuk peserta didik tunagrahita,

d) SMPLB-D untuk peserta didik tunadaksa, e) SMPLB-E untuk peserta didik tunalaras,

dan f) SMPLB-G untuk peserta didik tunaganda. Kemudian jumlah dan alokasi waktu jam

pelajaran untuk SMPLB A,B,C,D dan G kelas VII, VIII, IX adalah 34 jam/minggu.

Kelebihan 2 jam dari SMP umum karena penambahan mata pelajaran program khusus.

Selanjutnya Sunardi (2012:38) menjelaskan proporsi muatan isi kurikulum satuan

pendidikan SMPLB A, B, C, D, E terdiri atas 60-70% aspek akademik dan 40-30% aspek

keterampilan. Kurikulum pada tingakat saruan pendidikan apapun sangat sederhana sesuai

dengan batas-batas kemampuan peserta didik dan sifatnya lebih individual.

Sedangkan pada tingkat menenyah atas atau SMALB adalah jenjang sekolah

menengah atas yang diperuntukan untuk pendidikan khusus yang setara dengan Sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

48

Menengah Atas (SMA) untuk umum. Dedy dan Yani (2013:57) mengungkapkan satuan

pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada jenjang menengah adalah Sekolah

Menengah atas Luar Biasa (SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMKLB)

atau sebutan lain untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.

Tidak berbeda dengan SMPLB, pengelompokan SMALB menurut jenis kelainan

yang dikemukakan Dedy dan Yani (2013:59) yakni: a) SMALB-A untuk peserta didik

tunanetra, b) SMALB-B peserta didik untuk peserta didik tungrungu, c) SMALB-C untuk

peserta didik tunagrahita, d) SMALB-D untuk peserta didik tunadaksa, e) SMALB-E untuk

peserta didik tunalaras, dan f) SMALB-G untuk peserta didik tunaganda.

Selain itu jumlah dan alokasi waktu jam belajar pada tingkat SMALB-A, B, C, D,

E, G kelas X, XI, XII. menurut Dedy dan Yani (2013:73) adalah 36 jam/minggu, sama

dengan jem pelajaran di SMA umum. Program khusus pada jenjang SMALB bersifat

fakultatif dan tidak termasuk beban belajar. Muatan isi kurikulum satuan pendidikan

SMALB A, B, C, D, E terdiri dari 40-50% aspek akademik dan 50-60% aspek

keterampilan. Dari jenjang pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB A, B, C, D, E

mengacu pada SKL, KI, KL sekolah umum yang disesuai kan dengan kemampuan dan

kebutuhan khusus yang dimiliki peserta didik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa SMALB merupakan Sekolah menengah

atas yang diperuntukan untuk anak berkebutuhan khusus ata berkelainan. Dalam

penerapannya sama dengan sekolah menengah atas lainnya, baik dari segi pelajaran

maupun alokasi waktu. SMALB dikelompokan sesuai dengan jenis kelainan, SMALB-A

(tunanetra), SMALB-B (tunarungu), SMALB-C (tunagrahita), SMALB-D (tunadaksa),

SMALB-E (tunalaras), dan SMALB-G (tunaganda). Walau pun anak berkebutuhan khusus

memiliki kelainan yang sedemikian rupa mereka juga memiliki hak yang sama dalam

memperoleh pendidikan yang setinggi-tingginya.

b. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Setiap manusia terlahir menjadi spesial, unik dan dikaruniai kemampuan yang

berbeda satu dengan yang lainnya untuk tumbuh dan berkembang. Semua manusia juga

berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas. Begitu juga anak-anak berkelainan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

49

sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial, maupun gabungan ketiga aspek tersebut atau

dikenal juga sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Istilah yang paling tepat

tergantung dari bagaimana cara memandang. Seperti dalam bahasa Inggris dikenal

dengan istilah impairment yang berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada

jaringan, disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya

bagian tubuh tertentu, sedangkan handicap berhubungan dengan kelainan atau ketidak

mampuan yang dimiliki seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut Deddy Kustawan (2013:77) Anak bekebutuhan khusus (ABK) atau

dikenal juga dengan cilldren with special needs adalah mereka yang karena suatu hal

khusus (baik yang berkebutuhan khusus permanen adaupun yang berkebutuhan khusus

temporer) membutuhkan pendidikan khusus, agar potensinya dapat berkembang secara

optimal. Anak berkebutuhan khusus permanen yaitu mereka yang mengalami hambatan

hambatan belajar dan hambatan perkembangan karena penyebabnya berasal dari malam

dirinya (contohnya anak yang memiliki hambatan atau gangguan penglihatan,

pendengaran, gangguan gerak, dsb) sedangkan anak berkebutuhan khusus temporer

adalah anak mereka yang mengalami hambatan hambatan belajar dan hambatan

perkembangan karena penyebabnya berasal dari luar tubuhnya ( contohnya tunadaksa,

anak dari masyarakat yang terasing dan sebagainya).

Zainal Alimin dalam Dedy kustawan dan Yeni (2013:28) mengartikan bahwa

anak berkebutuhan khusus sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang

sesuai dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.

Selanjutnya Yeni dan Caryoto (2013:7-8) menyatakan untuk memahami anak

berkebutuhan khusus ada 2 hal perbedaan yaitu: (1) perbedaan individual yakni

membandingkan keadaan individu dengan orang lain dalam berbagai hal diantaranya

perbedaan keadaan mental (kapasitas kemampuan intelektual), kemampuan panca indra

(sensory), kemampuan gerak, kemampuan komunikasi perilaku sosial, dan keadaan fisik.

(2) Perbedaan intraindividual adalah suatu perbandingan antara potensi yang ada dalam

diri individu itu sendiri, perbedaan itu dapat muncul dari berbagai aspek meliputi

intelektual, fisik, psikologis, dan sosial.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

50

(Kirk, 1970; Heward & Orlansky, 1988 dalam Mohammad Efendi 2006:2) anak

berkelainan, berkebutuhan khusus atau anak yang berbeda dari rata pada umumnya

dikarenakan ada permasalahan dalam kemampuan berfikir, penglihatan, pendengaran,

sosialisasi dan bergerak. Dari uraian yang diatas dapat disimpulkan bahwa anak

berkebutuhan khusus adalah anak yang dengan keterbatasan baik fisik, mental, sosial

maupun gabungan dari ketiga aspek tersebut sehingga membutuhkan layanan pendidikan

yang spesifik yang berbeda dengan anak pada umumnya, karena anak berkebutuhan khusus

ini memiliki keterbatasan sedemikian rupa meliputi kelainan fisik seperti kelainan indra

penglihatan (tunanetra), kelainan indra pendengaran (tunarungu), kelainan fungsi anggota

tubuh (tunadaksa) dan anak yang memiliki kelainan dalam aspek mental meliputi anak

yang memiliki kemampuan mental lebih yang dikenal sebagai anak berbakat, dan anak

yang memiliki kemampuan sangat rendah dikenal sebagai anak tunagrahita, sedangkan

anak yang berkelainan dalam aspek sosial adalah anak yang memiliki kesulitan dalam

penyesuaian perilaku terhadap lingkungan sekitar anak dalam keterbatasan ini dikenal

dengan sebutan tunalaras.

Erianti (2009:7) menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki

kelainan yang sedemikian rupa sehingga didalam mengembangkan kemampuannya

(capacity) secara maksimum membutuhkan pendidikan luar biasa atau layanan yang

berhubungan dengan pendidikan luar biasa.

Anak atau peserta didik yang memiliki kelainan menurut Permendiknas Nomor 70

Tahun 2009 tentang pendidikan adaptif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan

memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dan peraturan Pemerintah Nomor 17

Tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan terdiri dari peserta didik

yang memiliki kelainan dan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa, dalam hal ini termasuk peserta yang berkebutuhan khusus permanen.

Jika dicermati kelainan yang dialami oleh seseorang maka setiap kelainan yang ada

pada hakikatnya memiliki derajat tertentu. Effendi (2006:3-4) mengemukakan gradasi

kelainan atau berkebutuhan khusus dimulai dari tingkat yang paling berat hingga tingkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

51

yang paling ringan dan pada ambang batas tertentu jarak anak yang berkelainan dan tidak

berkelainan tampak perbedaan yang mencolok.

Kirk, 1970 dalam Efendi (2006:4) menjelaskan tentang anak berkelainan yang

dimasukan dalam kategori perlu layanan khusus, yaitu “…who deviates from the average

or normal child in mental, physical, or social characteristics to such an extent that he

requires a modification of school practices, or special educational services in order to

develop to his maximum capacity”. “ anak-anak yang menyimpang dari anak rata-rata atau

normal secara mental, fisik, atau karakter sosial, salah satunya untuk meringankan

kebutuhan mereka akan modifikasi kegiatan sekolah, atau pelayanan pendidikan khusus

yang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas maksimal mereka.”

Jadi implikasi pada pernyataan tersebut bahwa pelayanan pendidikan khusus

(student with special needs) hanya diberikan kepada anak-anak yang memiliki hambatan

untuk meniti tugas perkembangannya, disebabkan oleh kelainan dalam aspek fisik, mental

dan sosial. Dengan pemberian pelayanan pendidikan khusus yang relevan dan sesuai

dengan kebutuhannya, potensi yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus dapat

dikembangkan secara optimal.

Menurut Efendi (2006:4) Klasifikasi anak berkebutuhan khusus dikelompokan ke

dalam kelainan fisik, kelainan mental dan kelainan karakteristik sosial. Kelainan fisik

adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu. Akibat dari kelainan

tersebut timbul suatu keadaan dimana tidak dapat melakukan pekerjaan atau tugas secara

normal. Contoh dari kelainan fisik ini seperti; (a) alat fisik indra, misalnya kelainan pada

indra pengliharan (tunanetra), kelainan pada pendengaran dan fungsi organ bicara

(tunarungu), (b) alat gerak tubuh, misalnya kelainan otot dan tulang (poliomyelitis),

kelainan pada sistem saraf di otak yang berakibat gangguan pada fungsi gerak (cerebal

palsy), kelainan anggota badan akibat pertumbuhan yang tidak sempurna, misalnya lahir

tanpa tangan/kaki, amputasi (tunadaksa).

Anak berkebutuhan khusus dalam aspek mental adalah anak yang memiliki

penyimpangan kemampuan berfikir secara kritis, logis dalam menghadapi lingkungan

sekitar. Kelainan dalam aspek ini terbagi dua yaitu kelainan mental dalam arti lebih

(supernormal) yang dikelompokan menjadi; (a) anak mampu belajar dengan cepat (rapid

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

52

learner), (b) anak berbakat (gifted), dan anak genius (extremely gifted). Anak dalam

kategori ini anak tidak harus disekolah luar biasa. Anak yang berkelainan mental dalam arti

kekurangan disebut tunagrahita yaitu anak yang memiliki tingkat kecerdasan sedemikian

rendahnya (dibawah normal) sehingga untuk meniti perkembangannya memerlukan

bantuan dan layanan secara khusus, termasuk didalam kebutuhan pendidikannya. Kelainan

perilaku sosial adalah anak yang mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap

lingkungan, tata tertib, norma sosial, dan lain-lain.

Efendi (2006:11) menjelaskan Pengklasifikasikan anak berkelainan atau anak

berkebutuhan khusus sebagai mana yang telah di jelaskan, dalam pendidikan khusus atau

layanan khusus (khususnya di Indonesia) maka bentuk kelainan di sekolah luar biasa (SLB)

dapat disederhanakan sesuai dengan kekhususannya masing-masing yaitu: 1) Bagian A

untuk kelas tunanetra, 2) bagian B untuk kelas tunarungu, 3) bagian C untuk kelas

tunagrahita, 4) bagian D untuk kelas tunadaksa, 5) bagian E untuk tunalaras, dan 6) bagian

G untuk kelas tunaganda (cacat ganda).

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa anak berkebutuhan khusus

adalah anak yang mengalami kelainan yang sedemikian baik fisik, mental, sosial maupun

gabungan dari ketiga aspek tersebut. Untuk pengembangan potensi dirinya, anak

berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan khusus atau layanan khusus di sekolah luar

biasa. Yang mengikuti pendidikan khusus di sekolah luar biasa antara lain adalah anak

berkebutuhan khusus tunanerta, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan

tunaganda. Kerana karakteristik dan hambatan yang dimiliki, ABK memerlukan bentuk

pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

c. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Jenis anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa menurut Kauffman dan

Hallahan dalam Erianti (2009:10) dapat di golongkan berdasarkan jenis kelainannya

yaitu: 1) Tunagrahita (mental retardation) atau disebut sebagai anak dengan hendaya

perkembangan (child with development impairment), 2) Kesulitan belajar (learning

disability) anak yang berprestasi rendah (specific learning disability), 3) Hiperaktif

(attention deficit disorder with hyperactive), 4) tunalaras (emotional or behavioral

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

53

disorder), 5) Tunarungu wicara (communication disorder and deafnes), 6) tunanetra

(partially seing and legally blind), 7) anak autisik (autistic children), 8) tunadaksa

(physical disability), 9) tunaganda (multiple handicapped), 10) anak berbakat (giftedness

and special talents).

Sementara itu pendapat lain juga dikemukakan oleh Rahardja (2003:7-15)

mengelompokkan jenis anak berkebutuhan khusus berdasarkan lenis kelainannya yakni

antara lain: 1) tunanetra, 2) tunarungu, 3) tunagrahita, 4) tunadaksa, 5) tunaganda.

d. Karakreistik Anak Berkebutuhan khusus

1) Peserta Didik Tunanetra

Mata sebagai indra penglihatan dalam tubuh manusia dan menduduki peringkat

utama, sebab sepanjang waktu manusia terjaga mata akan membantu manusia dalam

melakukan aktivitas, disamping sensoris lainnya seperti pendengaran, penciuman,

perabaan dan perasa. Effendi (2006:26) menyatakan Begitu besar peran mata sebagai

salah satu dari panca indra yang sangat penting, maka dengan terganggunya indra

penglihatan seseorang berarti ia akan kehilangan fungsi kemampuan visualnya untuk

merekam objek dan peristiwa fisik yang ada dilingkungannya. Dalam hal ini seseorang

yang memiliki hambatan atau gangguan dalam penglihatan dikenal dengan nama

tunanetra.

Kehadiran anak tunanetra tidak mengenal sekat suku bangsa, agama, golongan,

ras, atau status. Mereka hadir tanpa harus memberi tanda-tanda khusus sebagaimana

layaknya fenomena alam lainnya. Hanya saja yang perlu menjadi perhatian adalah

bagaimana cara membantu mereka dengan tepat dan dapat menerima keadaan

ketunatraannya, yang terpenting juga adalah bagaimana agar mereka dapat

mengembangkan potensi dirinya walaupun dalam keterbatasan.

Organ mata yang normal dalam menjalankan fungsi sebagai indra penglihatan

melalui proses berikut. Pantulan cahaya dari objek dilingkungannya ditangkap oleh mata

melewati kornea, lensa mata, dan membentuk bayangan mata yang lebih kecil dan

terbalik pada retina. Dari retina memalalui saraf penglihatan bayangan dikirim ke otak

dan membentuklah kesadaran organ tentang objek yang dilihatnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

54

Gambar 1. Penampang Mata dan Proses Melihat Normal

(Sumber: Efendi (2006:30)

Sedangkan organ mata yang tidak nomal atau berkelainan dalam proses fisiologis

melihat sebagai berikut. Bayangan benda yang ditangkap oleh mata tidak dapat diteruskan

oleh kornea, lensa, mata, retina, dan ke saraf dikarenakan suatu sebab, misalnya kornea

mata mengalami kerusakan, kering, keriput, lensa mata menjadi keruh, atau saraf yang

menghubungkan mata dengan otak mengalami gangguan. Seseorang yang mengalami

kondisi tersebut dikatakan sebagai penderita kelainan penglihatan atau tunanerta (Efendi,

2006:30).

Gambar 2. Contoh Proses Penglihatan Tidak Normal

(Sumber: Efendi, 2006)

Didalam bidang pendidikan luar biasa, anak dengan gangguan penglihatan juga

disebut dengan tunanetra. Sutjihati (2006:65) memyatakah bahwa tunanetra tidak saja

mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas selalu

dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam

belajar.

Menurut Dedy Kustawan (2013:82) Peserta didik tunanetra adalah peserta didik

yang memiliki hambatan penglihatan yang sedemikian rupa. Menurut Kaufman dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

55

Hallahan didalam Dedy Kustawan (2013:82) tunanerta adalah individu yang memiliki

lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak

lagi memiliki penglihatan. Artinya seseorang dikatakan tunanetra jika ia memiliki visus

sentralis 6/60 lebih kecil dari itu dan bisa jadi setelah di koreksi secara maksimal

penglihatan tidak dapat digunakan.

Sementara Sudjihati (2006:65) juga pendapat bahwa tunanetra adalah individu yang

indra penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi

dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas. Dan tambahan lain menurut Sudjihati

(2006:65) anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi

sebagai berikut: a) ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang

awas, b) terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu, 3) terjadi

kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.

Dari uraian di atas bahwa tunanerta harus diberikan layanan khusus karena

keterbatasannya dalam melihat. Pemberian layanan khusus atau pendidikan khusus sesuai

dengan klasifikasi ketunanetraannya. Karena tunanetra memiliki keterbatasan pada indra

penglihatannya maka proses belajar menekankan pada alat indra yang lain yakni indra

pendengaran dan indra peraba. Prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan

pengajaran kepada tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan

bersuara, contohnya adalah menggunakan tulisan Braille, gambar timbul, benda model, dan

benda nyata, sedangkan media bersuara adalah menggunakan radio, tape recorder, VCD,

DVD, televisi dan sebagainya. Untuk membantu tunanetra beraktifitas disatuan pendidikan

khusus (Sekolah Luar Biasa) mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas (OM).

Orientasi dan mobelitas adalah mata pelajaran pada program pendidikan khusus. Dedy

Kustawan (2013:82-83) menyatakan Orientasi dan mobilitas diantaranya mempelajari

bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat

putih (tongkat khusus tunanerta yang terbuat dari alumenium). Jadi jika hal ini tidak

dipelajari maka peserta didik tunanerta dapat ketinggalan kesempatan untuk memperoleh

pengetahuan dan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupannya.

Selanjutnya Hosni (2003:16) mengatakan latihan khusus atau bantuan lainnya

dalam pendidikan tunanerta dapat dikelompokan menjadi: a) mereka mampu membaca

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

56

catakan standar, b) mampu membaca cetakan standar dengan menggunakan kaca pembesar,

c) mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf No. 18), d) mampu membaca cetakan

kombinasi, cetakan regular dan cetakan besar, e) membaca cetakan besar menggunakan

kaca pembesar, f) menggunakan braille tetapi masih bias melihat cahaya dan, g)

menggunakan braille tetapi tidak punya persepsi cahaya.

Yani Meimulyani dan Cartoyo (2013:10) mengelompokan jenis tunanetra menjadi

dua kelompok tunanetra yakni: 1) tunanerta golongan buta total (Blind) yaitu mereka yang

sama sekali tidak memiliki atau hampir tidak memiliki persepsi visual, mereka yang hanya

memiliki persepsi cahaya, mereka memiliki persepsi sumber cahaya dan mereka yang

mengunakan tanda-tanda braille sebagai media baca atau pengajaran, 2) tunanetra golongan

kurang lihat (low vision) yaitu mereka yang memiliki persepsi benda-benda ukuran besar

(benda-benda berukuran 1dm atau lebih besar), mereka membutuhkan tanda-tanda braille

sebagai media baca dan pengajaran, mereka memiliki persepsi benda-benda sedang (benda-

benda ukuran 1 dm dan 2 cm) dan di antara mereka ada yang membutuhkan tanda-tanda

braille dan ada diantara mereka yang menggunakan huruf dan tanda visual yang diperbesar,

mereka yang memiliki persepsi benda-benda ukuran kecil (benda-benda berukuran 2 cm

atau lebih kecil) mereka pada umumnya dapat menggunakan huruf dan tanda visual sebagai

media baca dan pengajaran.

Berdasarkan Word Health Organition (WHO) didalam Yani dan Asep (2013:11)

seseorang dikatakan low vision apabila: 1) memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun

telah dilakukan pengobatan, misalnya operasi atau koreksi, refraksi srandart (kacamata atau

lensa), 2) mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai dapat menerima

refsefsi cahaya, 3) luas penglihatan kurang dari 10 drajad dari titik fiksasi.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penyandang

tunanetra adalah mereka yang memiliki keterbatasan (cacat) pada indra penglihatan baik

total maupun masih memiliki sisa penglihatan. Maka dari itu diperlukan pendidikan khusus

untuk penyandang tunanetra dan media pembelajarannya juga harus dikelompokan menjadi

kelopok buta total dan kelompok low vision.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

57

Untuk pembelajaran pendidikan jasmani sendiri dapat dikalukan dengan

memodifikasi alat dengan menggunakan suara contohnya bola yang diberi kerincingan,

berlari dengan menggunakan tepukan tangan dan sebagainya.

2) Peserta Didik Tunarungu

Dalam susunan pancaindra manusia, telinga sebagai indra pendengaran yang

merupakan organ untuk melengkapi informasi yang diperoleh melalui penglihatan. Oleh

karena itu, kehilangan kemampuan untuk mendengar berarti kehilangan kemampuan

menyimak secara utuh peristiwa disekitarnya. Banyak istilah yang digunakan untuk

menyebut anak yang mengalami kelainan pendengaran yaitu tuli, bisu, tunawicara, cacat

dengar, kurang dengar ataupun tunarungu.

Didalam dunia pendidikan luar biasa atau di sekolah luar biasa anak yang

mengalami kelainan pendengaran dikenal dengan sebutan tunarungu. Yani dan Asep

(2013:11-12) mengartikan tunarunggu sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran

yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan terutama

melalui indra pendengaran dan karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu

tunarungu juga memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka juga disebut

tunawicara. Selanjutnya Dedy (2013:83) menyatakan bahwa anak tunarungu adalah

mereka yang memiliki hambatan pendengaran sedemikian rupa, dengan hambatan ini

mengakibatkan gangguan pada komunikasi dan bahasa sehingga dalam pendidikan

penyandang tunarunggu memerlukan layanan atau pendidikan khusus sesuai dengan

kebutuhannya.

Selain itu Mufti Salim didalam Sutjihati (2006:93-94) menyimpulkan bahwa

anak tunarungu adalah anak mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan

mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau

seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan

bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan

lahir batin yang layak. Selanjutnya hal yang hampir serupa dinyatakan oleh Dedy dan

Yeni (2013:31) bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kesulitan

kemampuan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, yang digolongkan menjadi

tuli dan kurang dengar, sehingga menghambat proses penerimaan informasi bahasa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

58

melalui pendengarannya baik menggunakan alat bantu dengar maupun tidak, oleh karena

itu diperlukan bimbingan atau pendidikan khusus yang sesuai dengan kebutuhannya

untuk mengoptimalkan bahasa dan potensi yang dimilikinya.

Maka dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami

kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengarnya sehingga sulit untuk memahami

bahasa dikarenakan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat

pendengarannya, sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan agar mereka bias menggali potensi dirinya secara

optimal.

Karena memiliki hambatan pendengaran individu tunarungu juga memiliki

hambatan berbicara atau berkomunikasi. Untuk itu bahasa yang digunakan oleh

penyandang tunarungu adalah bahasa isyarat seperti yang dikemukakan oleh Yeni dan

Caryoto (20013:12) cara berkomunikasi tunarungu dengan individu lain menggunakan

bahasa syarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk

isyarat bahasa berbeda-beda setiap Negara. Saat ini dibeberapa sekolah sedang

dikembangkan komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa

verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cendrung sulit dalam

memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

Untuk kepentingan pendidikan klasifikasi tunarungu dapat di ketahui memalui

tes audiometris. Dwidjosumarto dalam Sutjihati (2006:95) mengemukakan

ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut: tingkat I kehilangan kemampuan

mendengar antara 35-54 dB penderita ini hanya memerlukan latihan berbicara dan

bantuan mendengar secara khusus, tingkat II adalah kehilangan kemampuan mendengar

antara 55-69 dB penderita memerlukan penempatan sekolah secara khusus dan dalam

kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan secara khusus,

tingkat III kehilangan kemampuan mendengar 70-89 dB, dan tingkat IV kehilangan

kemampuan mendengar 90 dB ke atas.

Penderita dari tingkat I dan II mengalami ketulian. Dalam kebiasaan sehari-hari

mereka sesekali latihan berbicara, mendengar berbahasa, dan memerlukan pelayanan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

59

pendidikan secara khusus. Anak yang kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III

dan IV pada hakekatnya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Menurut Yani dan Cartoyo (2013:13) kelompok tunarungu dapat di

klasifikasikan sebagai berikut: a) tunarungu ringan (Mild hearing loss), b) tunarungu

sedang (moderate hearing loss), c) tunarungu agak berat (moderately severe hearing

loss), d) tunarungu berat (severe hearing loss), e) tunarungu berat sekali (profound

hearing loss).

Dengan kata lain tunarungu dapat diklasifikasikan menurut tingkat

pendengarannya sehingga memerlukan pendidikan khusus untuk memenuhi kebutuhan

pendidikannya. Selain itu Sudjihati (2006:65) menyatakan perkembangan bahasa dan

bicara anak tunarungu berkaitan dengan ketajaman pendengarannya. Akibat dari

keterbatasan pendengaran anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik, dengan

demikian tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraba, proses peniruannya

hanya terbatas pada peniruan visual.

Perlunya pendidikan khusus untuk pengembangan diri pada penyandang

tunarungu dalam menggali potensi dirinya, demikian pula dalam pendidikan jasmani.

Dengan pendidikan jasmani adaptif diharapkan anak tunarungu dapat membentuk

kepercayaan dirinya, menjalani pergaulan sosial, dan kebugaran jasmani.

3) Peserta Didik Tunagrahita

Sesuai dengan fungsinya, mental dan kecerdasan bagi manusia merupakan

pelengkap kehidupan yang paling sempurna. Dengan bekal mental dan kecerdasan yang

memadai dinamika kehidupan menjadi lebih baik, sebab melalui kecerdasan mental

manusia dapat merencanakan atau memikirkan hal-hal yang lebih bermanfaat dan

menyenangkan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Sepanjang waktu selama manusia beraktivitas, ia akan melibatkan mental sebagai

pengendali gerak tubuh dalam aktivitas. Oleh sebab itu kelainan atau gangguan alat

sensoris ini pada seseorang disebut mental subnormal berarti ia telah kehilangan

sebagian besar kemempuan untuk mengabstraksikan peristiwa yang ada

dilingkungannya secara akurat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

60

Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa referensi disebut pula

dengan keterbelakangan mental, lemah ingatan, flebleminded, mental subnormal, dan

tunagrahita. Didalam dunia pendidikan khusus atau tepatnya sekolah luar biasa, siswa

yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata dikenal dengan tunagrahita

yang kelasnya disebut juga kelas C. Istilah ini menjelaskan kondisi anak yang

kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan

ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Yani dan Asep (2013:12) mengemukakan tunagrahita adalah individu yang

memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah tara-rata dan disertai dengan

ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan.

Selanjutnya Sutjihati (2006:103) menjelaskan keterbelakangan kecerdasannya

mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah bisa

secara klasikal. Sementara Delphie (2006:2) “ Anak dengan hendaya perkembangan

kemampuan (tunagrahita), memiliki problema belajar yang disebabkan adanya hambatan

perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial dan fisik”. Menurut Dedy (2013;85)

peserta didik tunagrahita mempunyai hambatan akademik yang sedemikian rupa

sehingga dalam layanan pembelajarannya memerlukan modifikasi kurikulum yang

sesuai dengan kebutuhan kemampuannya.

Bratanata 1979 didalam Efendi (2006:88) menyatakan bahwa seseorang

dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memilki tingkat

kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga sehingga untuk

meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,

termasuk dalam program pendidikannya.

Penafsiran yang salah seringkali terjadi di masyarakat awam bahwa keadaan

kelainan mental atau tunagrahita dianggap seperti suatu penyakit sehingga dengan

memasukan kelembaga pendidikan atau perawatan khusus, anak diharapkan dapat

normal kembali. Penafsiran tersebut sama sekali tidak benar sebab tunagrahita dalam

jenjang manapun tidak ada hubungannya dengan penyakit atau sama dengan penyaki.

Menurut Kirk,1970 dalam Mohammad Efendi (2006:88) “Mental retarded is not disease

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

61

but a condition”. Jadi, kondisi tunagrahita tidak bisa disembuhkan atau diobati dengan

obat apapun.

Dengan demikian dari beberara teori yang telah disebutkan dapat disimpulkan

bahwa tunagrahita adalah seseorang yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata dan

mempengaruhi perkembangan mentalnya, maka dari itu anak dengan masalah ini disebut

juga dengan anak yang keterbelakangan mental. Dengan kondisi ini tidak dapat

disembuhkan dengan obat apapun, untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak dengan

keterbatasan tunagrahita memerlukan pendidikan secara khusus atau di sekolah luar

biasa.

Selanjutnya tim proyek pengembangan pendidikan jasmani bagi penyandang

tunagrahita (2004:1) menjelaskan bahwa para penyandang tunagrahita (Intelectual

disability) memiliki prevalensi 7 kali lipat dibandingkan dengan ketulian, 9 kali lipat

lebih prevalen dibandingkan dengan yang memiliki cerebral palsy, 15 kali lipat

dibandingkan kebutaan total dan 35 kali lipat dibandingkan distropi otot.

Untuk memahami anak tunagrahita atau keterbelakangan mental ada baiknya

memahami terlebih dahulu konsep Mental Age (MA). Mental Age adalah kemampuan

mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu. Sutjihati (2006:104)

mencontohkan “Anak yang mempunyai usia enam tahun akan mempunyai kemampuan

yang sepadan dengan kemampuan anak yang berusia enam tahun pada umumnya”.

Artinya anak yang berumur enam tahun akan memiliki MA enam tahun. Jika seorang

anak memiliki MA lebih tinggi dari umurnya (cronologi Age), maka anak tersebut

memiliki kemampuan kecerdasan diatas rata-rata. Sebaliknya jika MA seorang anak

lebih rendah dari pada umurnya, maka anak tersebut memiliki kemampuan dibawah rata-

rata. Anak tunagrahita memiliki MA yang lebih rendah dari pada CA secara jelas. Oleh

karena itu MA yang sedikit saja kurangnya dari CA tidak termasuk tunagrahita. MA

dipandang sebagi indeks dari perkembangan kognitif dari seorang anak.

Jadi untuk mengetahui seorang anak termasuk kedalan kondisi tunagrahita dapat

memahami konsep mental age (MA) yang disesuaikan dengan anak sesusianya, jika MA

lebih rendah dari pada CA dapat dipastikan anak tersebut mengalami keterbelakangan

mental atau kemampuan intelektualnya dibawah rata-rata.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

62

Pada masa awal perkembangan, hampir tidak ada perbedaan antara anak-anak

tunagrahita dengan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Akan tetapi semakin lama

perbedaan pola perkembangan antara anak tunagahita dengan anak normal semakin terlihat

jelas. Pada kasus tertentu memang ada anak normal menyerupai keadaan anak tunagrahita

jika dilihat selintas, tetapi setelah ia mendapatkan perawatan atau terapi tertentu, maka

berlahan tanda-tanda ketunagrahitaan yang tampak sebelumnya berangsur-angsur hilang

dan menjadi normal. Keadaan ini kemudian dikenal dengan istilah tunagrahita semu

(pseudofeebleminded). Mohammad Efendi (2006:89) berpendapat bahwa kasus

pseudofeebleminded ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebabnya yakni: 1)

Gangguan emosi pada kanak-kanak sehingga menghambat perkembangan kognitifnya. 2)

Keadaan lingkungannya yang kurang baik dan tidak memberikan ransangan pada

kecerdasan anak sehingga kecerdasannya terhambat.

Rendahnya kapabilitas mental pada anak tunagrahita akan berpengaruh terhadap

kemampuanya untuk menjalankan fungsi-fungsi sosialnya. Hendeschee dalam Mohammad

Efendi (2006:89) memberikan batasan Dengan kondisi keterbatasan intelegensi,

keterbatasan sosial dan keterbatasan fungsi-fungsi lainnya anak tunagrahita tidak dapat

hidup dengan kekuatan sendiri di tempat sederhana dalam masyarakat. Edgar Doll dalam

Mohammad Efendi (2006:89) berpendapat seorang dikatakan tunagrahita jika : (1) secara

sosial tidak cakap, (2) secara normal dibawah normal, (3) kecerdasan terhambat sejak lahir,

dan (4) kematangannya terhambat. Dari uraian tersebut memberikan implikasi bahwa

ketergantungan anak tunagrahita terhadap orang lain pada dasarnya tetap ada, meskipun

tiap masing-masing jenjang anak tunagrahita kualitasnya berbeda, tergantung pada berat-

ringannya ketunagrahitaan yang diderita.

Untuk memahami anak tunagrahita ada baiknya kita telaah definisi tentang anak ini

yang dikembangkan oleh AAMD (American Association of Mental Deficiency) sebagai

berikut : “Keterbelakangan mental menunjukan fungsi intelektual di bawah rata-rata secara

jelas dengan disertai ketidak mampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa

perkembangan” (Kauffman dan Hallahan, 1986 didalam Sutjihati Soemantri 2006).

Menurut Sutjihati (2006:105) ada beberapa karakteristik umum tunagrahita yang

dapat dipelajari, yaitu: 1) keterbatasan intelegensi yakni kapasitas belajar anak tunagrahita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

63

terutama yang bersifat abstrak seperti berhitung, menulis, dan membaca sangat terbatas.

Kemampuan belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan

membeo (meniru), 2) keterbatasan sosial yakni anak tunagrahita cenderung berteman

dengan anak yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar,

tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dan bijaksana, sehingga mereka harus selalu

dibimbing dan diawasi, mereka juga mudah dipengaruhi dan cendrung melakukan sesuatu

tanpa memikirkan akibatmya, 3) keterbatasan fungsi-fungsi mental lainnya yakni anak

tunagrahita memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru

dikenalnya. Mereka memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin

secara konsisten yang dialaminya dari hari kehari. Anak tunagrahita tidak dapat

menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita atau keterbelakangan

mental merupakan kondisi dimana pengembangan kecerdasannya mengalami hambatan

sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Untuk itu diperlukan

pendidikan khusus untuk menggali potensi dirinya, sehingga walau dalam keadaan

tunagrahita mereka memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan dan

mengembangkan potensi yang diminatinya.

Tunagrahita atau keterbelakangan mental dapat diklasifikasikan menjadi tiga,

pengelompokan ini umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya. Honsi (2003:19-20)

mengemukakan klasifikasi anak tunagrahita yakni; a) Tunagrahiita ringan biasanya

memiliki IQ 70-55, b) tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55-40, c) tunagrahita berat

biasanya memiliki IQ 40-25, dan d) tunagrahita sangat berat memiliki IQ <25.

Selanjutnya Blake didalam Efendi (2006:108) menjelaskan perbedaan anak

tunagrahita pada table berikut.

Tabel 3. klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasar Drajat Keterbelakangannya.

Level

Keterbelakangan

IQ

Standford Binet Skala Weschler

Ringan 68-52 69-55

Sedang 51-36 54-40

Berat 32-90 39-25

Sangat berat >19 >24

(Sumber: Blake didalam Effendi (2006:108))

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

64

a) Tunagrahita Ringan

Menurut Sudjihati (2006:106) Tunagrahita ringan disebut moron atau debil.

Kelompok ini memiliki IQ antara 68-55 menurut Binet, sedangkan skala Weschler

(WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan

berhitung sederhana. Dengan bimbingan yang baik, anak terbelakangan mental ringan

pada saatnya akan memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri.

Sudjihati Soemantri (2006:107) “anak keterbelakangan mental ringan dapat

dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian,

peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik

anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan”.

Selanjutnya menutut Efendi (2006:90) kemampuan yang dapat dikembangkan

pada anak tunagrahita ringan antara lain: (1) membaca, menulis, mengeja, dan

berhitung, (2) menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain, (3)

keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari.

Jadi anak tunagrahita ringan adalah anak dengan IQ 68-55 yang masih mampu

untuk dididik, membaca, berhitung, bekerja dan dilatih. Untuk perkembangan

pengetahuannya mereka dapat dilatih, bekerja, dan masih bisa bersekolah disekolah luar

biasa. Pada dasarnya tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik, jika diliat

sekilas mereka separti anak normal pada umumya. Oleh karena itu agak sukar

membedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dan anak normal.

b) Tunagrahita Sedang

Efendi (2006:90) Tunagrahita sedang disebut juga tunagrahita mampu latih atau

embecil adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya

sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukan bagi anak

tunagrahita ringan.

Kemudian menurut Sutjihati (2006:107) tunagrahita sedang adalah tunagrahita

dengan kelompok yang memiliki IQ 51-36 skala Binet dan 54-40 menutur skala

Weschler (WISC). Mereka dapat didik untuk mengurus dirinya sendiri, melindungi diri

dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan dijalan raya, berlindung dari hujan,

dan sebagainya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

65

Kemampuan anak tunagrahita ringan perlu diberdayakan karena mereka masih

mampu dilatih. Untuk perkembangannya pengetahuannya mereka dapat dilatih untuk

merawat dirinya sendiri melalui aktifitas sehari-hari. Effendi (2006:90) menjelaskan

bahwa anak tunagrahita ringan mampu dilatih dengan memberdayakan kemampuannya

melalui: 1) belajar mengurus diri sendiri misalnya makan, memakai pakaian, tidur, dan

mandi sendiri, 2) belajar menyesuaikan lingkungan rumah dan sekitarnya, 3)

mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di tempat kerja, atau dilembaga khusus.

Jadi dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan adalah anak yang

memiliki kecerdasan yang sedemikian rendahnya, mampu dilatih untuk merawat dirinya

sendiri melalui aktivitas sehari-hari serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatannya

menurut kemempuannya.

c) Tunagrahita berat dan sangat berat

Tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat sering disebut idiot atau anak

mampu rawat. Sudjihati (2006:108) menjelaskan tunagrahita berat (severe) memiliki IQ

antara 32-20 menurut slake Binet dan antara 39-25 menurut skala Weschler (WISC),

dan untuk tunagrahita sangat berat memiliki IQ dibawah 19 menurut skala Binet dan IQ

dibawah 25 menurut skala Weschler (WISC). Kemampuan mental atau MA maksimal

yang dapat dicapai kurang dari tiga tahun.

Selanjutnya Efendi (2006:90) menjelaskan bahwa tunagrahita berat dan

tunagrahita sangat berat ini memiliki kecerdasan yang sangat rendah sehingga ia tidak

mampu mengurus dirinya sandiri dan bersosialisasi, sehingga untuk mengurus dirinya

sendiri memerlukan bantuan orang lain. Selain itu Patton didalam Efendi (2006:91)

menjelaskan bahwa anak tunagrahita mampu rawat atau tunagrahita berat

membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu

hidup tanpa bantuan orang lain.

Ciri fisik tunagrahita berat atau tunagrahita sangat berat menurut Erianti

(2009:19) adalah sebagai berikut; 1) penampilan fisiknya tidak seimbang, misalnya

kepala terlalu besar/kecil, 2) tidak dapat mengurus dirinya sendiri, 3) perkembangan

bicara dan bahasanya terlambat, 4) tidak ada atau kurang sekali perhatian terhadap

lingkungan, pandangannya selalu kosong, 5) koordinasi gerak sering tidak terkendali, 6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

66

kadang kala sebagian anak tunagrahita berat dan sangat berat sering mengeluatkan

cairan dari mulut (ludah atau iler).

Dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita berat dan tunagrahita sangat berat

adalah anak yang kecerdasannya sangat rendah dan tidak bisa merawat atau mengurusi

dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sehingga sepanjang hidupnya membutuhkan

perawatan, karena ia tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Dengan kata lain

tunagrahita berat dan sangat berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam

hal berbakaian, mandi, makan, dan semua kativitas sehati-hari.

4) Peserta Didik Tunadaksa

Barangkali kita sependapat bahwa kaki dan tangan merupakan organ tubuh yang

sangat penting dalam mobilitas. Hal ini disebabkan kedua jenis organ ini manfaatnya

sangat besar bagi manusia dalam melengkapi dan merealisasikan segala keinginan

untuk bergerak, baik yang dilakukan secara parsial maupun integral bersama dengan

organ sensoris pendukung lainnya.

Apabila fungsi kedua organ tubuh tersebut mengalami gangguan, baik sebagian

ataupun keseluruhan, yang disebabkan oleh luka maupun luka bagian syaraf otak

(cerebal palsy), kelainan pertumbuhan, atupun amputasi, akan mempengaruhi mobilitas

hidup orang yang mengalaminya. Hal seperti ini dikenal dengan sebutan tunadaksa.

Tunadaksa menurut Dedy dan Yani (2013:33) adalah individu yang memiliki gangguan

gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan strukur tulang yang bersifat

bawaan, akibat kecelakaan, celebral palsy (CP), amputasi, polio, dan lumpuh. Dedy dan

Yeni (2013;34) juga menjelaskan bahwa tingkatan gangguan pada tunadaksa adalah

tunadaksa ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetapi

masih dapat ditingkatkan melalui terapi, untuk tunadaksa sedang yaitu memiliki

keterbatasan gerak dan gangguan koordinasi sensorik, sedangkan tunadaksa berat yaitu

memiliki keterbatasan total dalam gerak fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan

fisik.

Selanjutnya Suroyo didalam Yani dan Asep (2013:14) menjelaskan bahwa

tunadaksa adalah ketidakmampuan angota tubuh untuk melaksanakan fungsinya

disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

67

secara normal akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna, sehingga

untuk kepentingan pembelajaran perlu layanan secara khusus. Selain itu Erianti

(2009:24) mengartikan tunadaksa sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya

mengalami masalah, sehingga menghasilkan kelainan dalam berinteraksi dengan

lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan

layanan khusus.

Sementara itu Yani dan Caryoto (2013:19) mendefinisikan ketunadaksaan

adalah seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh

sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya

kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan.

Selanjutnya Conference dalam Sudjihati (2006:121) mengartikan tunadaksa adalah

suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan

pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal yang disebabkan oleh

penyakit, kecelakaan, atau juga dapat disebabkan oleh pembawaan sejak lahir.

Delphie (2006:123) menyatakan peserta didik tunadaksa dapat dikelompokan

menjadi dua bagian besar yaitu “kelainan pada sistem serebral (serebral system) dan

kelainan pada sistem otot dan rangka (musculoskeletal system)”. Jadi peserta didik

tunadaksa mayoritas memiliki kecacatan fisik, sehingga mengalami gangguan pada

koordinasi gerak, persepsi, kognisi dan dikarenakan adanya kerusakan syaraf tertentu.

Dengan demikinan dalam memberikan layanan disekolah memerlukan modifikasi dan

adaptasi yang diklasifikasikan dalam tiga kategori umum, yaitu kerusakan pada syaraf,

kerusakan tulang, dan dengan anak gangguan kesehatan lainya.

Sementara itu Mujito dalam Erianti (2009:25) mengatakan anak tunadaksa dapat

digolongkan menjadi tiga yaitu 1) golongan yang kehilangan atau atau kekurangan

anggota tubuh misalnya amputasi (amputee) dan cebol, 2) golongan yang kelayuan

otot/tulang seperti post poliomyelitis, paraplegia, dan stiomyelitis, golongan yang

mengalami kekakuan dan tidak adanya koordinasi yang baik seperti TBC tulang.

Selanjutnya Yani dan Caryoto (2013:20-21) menjelaskan dilihat dari pergerakan

otot-otot penyandang cerebral palsy dikelompokan menjadi empat jenis yaitu: 1)

Spastic yaitu anak yang mengalami ini menunjukan kekejangan pada otot-ototnya, yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

68

disebabkan oleh gerakan-gerakan kaku dan akan hilang dalam diam misalnya waktu

tidur. Pada umumnya kekejangan ini akan menjadi hebat jika anak dalam keadaan

marah atau dalam keadaan tenang. 2) athetoid yaitu anak yang mengalami athetoid

tidak mengalami atau kekakuan. Otot-ototnya dapat begerak dengan mudah, malah

terjadi gerakan-gerakan yang tidak terkendali yang timbul diluar kemampuannya. Hal

ini sangat mengganggu dan merepotkan anak itu sendiri. Gerakan ini terdapat pada

tangan, kaki, lidah, bibir dan mata. 3) tremor yaitu anak yang mengalami tremor sering

melakukan gerakan-gerakan kecil yang berulang-ulang. Sering dijumpai anak yang

salah satu anggota tubuhnya selalu bergerak, 4) rigid yaitu anak cerebral palsy jenis ini

mengalami kekakuan otot-otot. Gerakan-gerakannya sangat lambat dan kasar. Kondisi-

kondisi anak seperti itu jelas memberi dampak pada aktifitas dikehidupannya.

Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tunadaksa adalah suatu

hambatan dimana terjadi kerusakan pada organ seperti tulang, otot, sendi maupun pada

syaraf. Dimana pada kondisi ini disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau juga

pembawaan sejak lahir. Dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki tunadaksa untuk

melakukan gerak tubuh menyebabkan ia membutuhkan layanan latihan, baik terapi

maupun bantuan medis guna memperbaiki atau mengobati kelainan pada tubuhnya

dengan pola tertentu, peralatan-peralatan yang sesuai, dan fasilitas pendukung lainnya.

untuk yang memiliki masalah pendidikan, maka pembelajaran dapat yang bersifat

khusus yang sesuai dengan kelainan anak yang bersangkutan.

5) Peserta Didik Tunalaras

Istilah tunalaras berasal dari kata tuna dan laras. Tuna berarti kurang sedangkan

laras berarti sesuai. Jadi dari perpaduan kata tersebut dapat diartikan anak tunalaras

adalah anak yang tingkah lakunya tidak sesuai dengan lingkungan.

Anak yang memiliki gangguan tingkah laku atau lebih dikenal dengan sebutkan

tunalaras ini, bukan masalah yang sederhana untuk menentukan anak dengan gangguan

tingkah laku ini. Secara garis besar anak tunalaras dapat diklasifikasikan menjadi anak

yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan

mengalami gangguan emosional. Sehubungan dengan itu, William M.C didalam Yani

dan Asep (2013:15) mengemukakan ada dua klasifikasi anak dengan kelainan tunalaras,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

69

yaitu; 1) anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan

sosial, 2) anak yang mengalami gangguan emosi.

Tunalaras menurut Erianti (2009:20) merupakan istilah atau sebutan bagi mereka

yang mengalami penyimpangan tingkah laku sedemikian rupa sehingga merugikan dirinya

sendiri maupun lingkungannya, tingkahlaku mereka dikatakan menyimpang karena tidak

selaras dengan norma-norma yang berlaku dilingkungannya. Anak tunalaras juga disebut

dengan anak nakal, anak anak bandel, keras kepala, dan anak yang mengalami gangguan

emosi.

Hal yang hampir sama di kemukakan oleh Dedy dan Yani (2013:34) bahwa

tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan

kontrol sosial, individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak

sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Effendi (2006:134)

mengatakan apapun sebutan yang diberikan kepada individu yang tidak mampu

menyelaraskan perilakunya dengan norma umum yang berlaku dilingkungannya, secara

substansi tidak mengurangi sebagai sosok individu yang perlu intervensi khusus.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan anak tunalaras adalah individu yang memiliki

atau mengalami hambatan dalam mengontrol emosi, sikap dan tingkah laku yang tidak

sesuai dengan lingkungan, mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan

sehingga hal ini akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain yang disekitarnya dan akan

mengganggu pada situasi belajarnya. Menurut Sudjihati (2006:147) situasi belajar yang

mereka hadapi secara monoton akan mengubah perilaku bermasalahnya menjadi semakin

berat.

Menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pokok Pendidikan

Nomor 12 Tahun 1952 berbunyi bahwa anak tunalaras adalah individu yang mempunyai

tingkah laku menyimpang/bekelainan, tidak memiliki sikap, melakukan pelanggara

terhadap peraturan dan norma-norma sosial dengan frekuensi yang cukup besar,

tidak/kurang memiliki toleransi terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah

terpengaruh oleh suasana, sehingga membuat kesulitan bagi dirinya sendiri dan orang lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

70

6) Peserta Didik Tunaganda

Tunaganda adalah individu yang mengalami kelainan lebih dari dua kelainan.

Menurut Dedy (2013:91) peserta didik tunaganda atau kelainan majemuk adalah peserta

didik dengan dua kelainan atau lebih. Misalnya, peserta didik yang memiliki hambatan

penglihatan dan pendengaran, hambatan kecerdasan, autis dan sebagainya.

Selanjutnya Dedy dan Yani (2013:34) menjelaskan yang disebut anak tunaganda

adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis atau lebih) yang

menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius, sehingga dia tidak hanya dapat

diatasi dengan satu program khusus untuk satu kelainan saja, melainkan harus didekati

dengan variasi program pendidikan sesuai dengan kelainan.

Sementara menurut Johnston & Magrab didalam Yani & Asep (2013:16)

tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup

kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neurologis yang

disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi,

gerak, bahasa, atau hubungan pribadi dimasyarakat.

Dari beberapa kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tunaganda adalah

seseorang yang memiliki hambatan atau kelainan lebih dari satu, misalnya dalam diri

seseorang mengalami hambatan pendengaran (tunarungu) dan hambatan kecerdasan

(tunagrahita). Dengan hambatan-hambatan tersebut mereka memerukan pendidikan

khusus atau layanan khusus untuk dapat meniti kehidupannya yang lebih baik.

B. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah hampir sama dengan

penelitian yang dilakukan Khairul Asbar (2010) yang meneliti tentang Pelaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Siswa Tunagrahita Riangan di Sekolah Kuar

Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati aspek yang

terkait dengan pendidikan jasmani adaptif baik dari kurikulum, dukungan kepala sekolah

terhadap pembelajaran pendidikan jasmani adaptif dan mengamati guru pendidikan jasmani

yang mengajar baik teori maupun praktek dilapangan yang dilakukan secara teoritis.

Pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran tidak maksimal, pengelolaan sarana dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

71

prasarana yang tidak sebagaimana mestinya dan kurangnya perhatian terhadap pelaksanaan

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan argumentasi teoritik terhadap hipotesis yang diajukan,

dalam penelitian ini mengembangkan kerangka berfikir memberikan arahan tentang

langkah-langkah metodologi yang akan diambil, penelitian ini menggunakan metode

“kualitatif” penelitian yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah yang lebih

menekankan terhadap makna dari suatu peristiwa yang berkaitan terhadap orang-orang

dalm situasi tertentu. Kegiatan inti dari penelitian kualitatif adalah pemahaman tentang

makna suatu tindakan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam latar sosial penelitian.

Dua makna yang perlu diperhatikan adalah makna yang dikomunikasikan secara langsung

dan tidak langsung yakni dalam bentuk kata dan tindakan. Berdasarkan kepentingan

menangkap makna secara tepat, cermat, rinci dan kompehensif, maka teknik yang paling

tepat adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Aspek pengembangan

kurikulum ini yang paling disoroti adalah mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari di SMP dan SMA luar biasa di

Kota Pekanbaru. Untuk dapat terlaksana suatu proses pendidikan diperlukan manajemen

kurikulum yang mengelola kurikulum itu sendiri. banyak fungsi yang digunakan dalam

suatu manajemen, sementara untuk manajemen kurikulum fungsi yang harus diperhatikan

dalam implementasi kurikulum adalah planning, organizing, staffing, controlling.

Modifikasi dalam kurikulum fleksibel harus mengacu pada manajemen yang mengatur

kurikulum. Maka semua pihak yang terkait didalam implementasi kurikulum pendidikan

jasmani adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa harus dapat membuat perencanaan

pembelajaran secara tepat, baik program dan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa

yang memiliki kelainan. Oleh karena itu implementasi kurikulum pendidikan jasmani juga

harus mencakup pada sasaran, yaitu: (1) Kognitf sebagai aspek pemahaman dari nilai-nilai

pengetahuan. (2) Psikomotor sebai aspek keterampilan, dan (3) Afektif sebagai aspek sikap

kepribadian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

72

Agar sasaran implementasi kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

tersebut berjalan secara efektif dan efisien diperlukan guru yang berlatar belakang

pendidikan olahraga dan membuat perencanaan pembelajaran layanan, mengevaluasi

sebaik mungkin untuk dapat dilaksanankan. Sumber daya penunjang yang mendukung

untuk terlaksananya pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah

Luar Biasa. Sehubungan dengan hal diatas, diharapkan guru mata pelajaran dapat membuat

perencanaan, dan melaksakan evaluasi yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta

memberikan layana yang sebaik mungkin terhadap anak bekelainan atau berkebutuhan

khusus dengan sewajarnya, dibawah pengawasan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah

Luar Biasa.

Perencanaan

Kendala dan

Usaha

Pelaksanaan

Sumber Daya

Penunjang

Pengontrolan

Pengstafan

Pengorganisasian

Implementasi Kurikulum

Pendidikan Jasmani Adaptif

Gambar 3. Bagan Kerangka Konseptual Implementasi Kurikulum Pendidikan

Jasmani Adaptif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

73

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Rencana lokasi penelitian akan dilaksanakan pada Sekolah Luar Biasa Sri

Mujinab Kota Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Kota Pekanbaru,

Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Kota Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

Kota Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Melati Kota Pekanbaru dan Sekolah Luar Biasa

Al-Faqih Kota Pekanbaru.

2. Waktu

Berdasarkan pertimbangan waktu dan biaya penelitian maka penelitian ini

akan berlangsung selama 3 bulan dari bulan Desember 2014 sampai dengan Februari

2015.

B. Jenis Penelitian

Penelitian Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan

SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini menggunakan metode kualitatif artinya metode

penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana

peneliti adalah sebagai instrument kunci. Metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada general (Sugiyono, 2010).

C. Sumber Data

Sember data dalam penelitian Implementasi Kurikuplum Pendidikan Jasmani

Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini adalah koordinator

pendidikan yayasan pendidikan sekolah luar biasa untuk sekolah luar biasa Sri Mujinab

dan sekolah luar biasa Cendana Rumbai, sementara untuk sekolah luar biasa Negeri

Pembina, Pelita Hati, Melati dan Al-Faqih adalah kepala sekolah yang di anggap lebih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

74

bertanggung jawab dalam perekrutan guru dan memberikan guru-guru untuk

meningkatkan mutu guru Penjasorkes dan perekrutan siswa.

Sumber yang paling penting adalah informan-informan yang memiliki hubungan

kegiatan Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA

Luar Biasa di Kota Pekanbaru diantaranya:

a. Kepala Sekolah Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru.

b. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru.

c. Pegawai Tata Usaha (TU)

d. Pengawas sekolah luar biasa

Dalam penelitian Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada

SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini jumlah informan tidak dapat dijadikan

sebagai unsur utama. Maksudnya, salah satu ukurannya adalah apabila telah terjadi

kejenuhan dalam pengumpulan data, dan bila data yang di kemukakan informan

cenderung mengulang data sebelumnya, maka informan dan pengumpul data dianggap

cukup.

Jumlah informan mengunakan prinsip snow ball teori Spradley dalam Yetti

(2006;26) yaitu jumlah informan ibarat bola salju yang pada mulanya kecil, kemudian

semakin membesar dalam proses pengelindingannya. Maksudnya adalah informasi yang

diperoleh dari informan terus dicari sampai diperoleh jawaban yang dibutuhkan, dan

akan dihentikan bila tidak muncul lagi indikasi informasi yang baru. Dasar pemilihan

informan bermula dari Kepala sekolah, dan juga berdasarkan pengamatan dilapangan.

Secara umum informasi didalam penelitian ini adalah orang-orang yang ada di Sekolah

Luar Biasa Kota Pekanbaru yang dapat memberikan informasi yang dikehendaki.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Setelah peneliti memperoleh surat izin penelitian, peneliti segera

mempersiapkan kerangka kerja yang akan digunakan untuk menggali data

dilapangan dalam bentuk pedoman panduan lapangan secara garis besar. Agar data

lebih representative, baik dari segi validitas dan reabilitasnya, ini didasarkan pada

keterampilan metodologi yang digunakan, kepekaan, dan integritas peneliti. Dengan

demikian perlu dibina keakraban hubungan antar pribadi. Hal ini sesuai dengan apa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

75

yang dikemukakan oleh BogBog dan Biklen dalam Sugiyono (2008:67) ditekankan

harus terbina hubungan rapat dengan subjek sebagai sehabat, selanjutnya melakukan

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sehingga data yang dikumpulkan sesuai

dengan apa yang diharapkan.

Selanjutnya Lofland didalam Asbar (2010:33) menjelaskan sumber data

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan yang lainnya berkaitan dengan hal itu pada bagian

jenis datanya dibagi kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, dokumentasi (foto),

dan statistik.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan data

dalam satu penelitian, guna memahami objektif dilapangan sesuai dengan apa yang

diteliti. Peneliti akan melakukan observasi dilokasi tempat sosial berlangsung

(Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai

Pekanbaru, Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina, Sekolah Luar Biasa Pelita Hati,

Sekolah Luar Biasa Melati dan Sekolah Luar Biasa Al-Faqih), dan aktor yang

mempunyai peranan memungkinan untuk mendapatkan data untuk penelitian ini

seperti Kepala sekolah, guru Penjas, guru, dan siswa-siswi SMPLB dan SMALB di

Kota Pekanbaru. Teknik pengambilan data melalui observasi agar lebih

menyempurnakan apa yang telah terekam melalui teknik wawancara. Observasi

dilakukan dalam situasi sosial menurut Faisal dalam Sugiyono (2088;7) situasi sosial

mempunyai tiga elemen yaitu; (a) lokasi / tempat fisik sosial itu berlangsung, (b)

pelaku / aktor yang menduduki status / posisi yang memungkinkan peranan tertentu,

(c) aktivitas / kegiatan para pelaku dalam lokasi atau tempat berlangsung suatu

situasi sosial. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang hingga nantinya

diperoleh data yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya penulis akan bertindak adil

atau netral dengan cara merekam hasil sesungguhnya yang terjadi dilapangan.

b. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2010;72) menyatakan bahwa “wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Jadi

wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

76

keterangan-keterangan lisan melalui percakapan dan berhadapan muka dengan orang

yang dapat memberikan keterangan pada peneliti, seperti kepala sekolah Sekolah

Luar Biasa Kota Pekanbaru, guru Penjasorkes di Sekolah Luar Biasa Kota

Pekanbaru, guru-guru di Sekolah Luar Biasa Kota Pkanbaru dan Siswa-Siswi SMP

dan SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru. Wawancara dilakukan dengan informan

dengan cara peneliti membuat pertanyaan untuk diajukan kepada imforman, dengan

menggunakan tape recorder, catatan untuk mengumpulkan data-data yang peneliti

inginkan, dan camera untuk memotret kala peneliti sedang melakukan pembicaraan /

wawancara dengan informan.

Wawancara dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.

Faisal didalam Khairul (2010;37) mengemukakan ada dua cara pengumpulan data

melalui wawancara yaitu, (a) dengan wawancara peneliti dapat menggali baik yang

diketahui atau yang dialami oleh seorang subjek maupun yang tersembunyi dari diri

subjek atau orang yang diwawancarai, (b) apa yang ditanyakan kepada informan bisa

mencangkup hal-hal yang bersifat aktifitas waktu yang berkaitan dengan masalah

masa sekarang atau masa yang akan datang. Ada 7 langkah yang ditempuh yang

dilakukan dalam pengumpulan data melalui wawancara yang dikemukakan oleh

Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2010:76) yaitu;

a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu dilakukan.

b. Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.

c. Mengawali atau membuka alur wawancara.

d. Melangsungkan alur wawancara.

e. Menginformasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengahirinya.

f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.

g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

c. Studi Dokumentasi

Untuk memperkuat data yang diperoleh dengan wawancara, pengamatan

lapangan (observasi) peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi didalam

pengumpulan data. Sugiyono (2010:82) mengemukakan dokumentasi merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat berupa karya seni, dapat berupa

gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Hasil penelitian ini yang

menjadi studi dokumentasi adalah data tertulis yang dibutuhkan untuk mendukung

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

77

hasil penelitian ini seperti rencana pembelajaran seperi RPP, Silabus, PROTA,

Promes, buku ajar, daftar hadir siswa pada saat pembelajaran dimulai, profil guru

penjasorkes dan profil siswa.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data instrument menurut Faisal dalam Khairul (2010:33)

merupakan komponen yang diperlukan dalam penelitian Implementasi Kurikulum

Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini

berupa kamera, Tape recorder, blangko-blangko catatan yang digunakan. Jadi

instrument kunci dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendir.

E. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Keabsahan suatu data hanya tergantung pada teknik yang dipakai dalam

pengumpulan data, cara yang digunakan serta kejujuran informan sebagai data yang

utama. Teknik penjamin keabsahan data pada penelitian Implementasi Kurikulum

Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru ini

adalah dengan cara perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi,

pemeriksaan teman sejawat melaui diskusi dan pengecekan anggota (Molleong, dalam

Sugiyono 2008:77).

1. Perpanjang Keikutsartaan

Perpanjang keikutsertaan yang dimaksud adalah keikutsertaan peneliti dan

memahami situasi sosial, sehingga data yang diperoleh dengan sempurna dan

dapat dipercaya.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menentukan ciri-ciri dan

unusur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang dicari.

Ketekunan pengamatan dapat dilakukan dengan cara memperbanyak kontak dengan

informan, meningkatkan frekwensi pengamatan dan selanjutnya menelaah sampai

pada suatu keyakinan bahwa permasalahan yang diteliti sudah benar.

3. Triangulasi

Triangulasi yang dimaksud adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

berperan memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data tersebut, untuk

membandingkan dua data tersebut adalah peneliti itu sendiri. Selanjutnya Mathison

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

78

dalam Sugiyono (2010:85) mengemukakan bahwa “nilai dari teknik pengumpulan

data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent

(meluas), tidak konsisten atau kontradiksi”. Oleh karena itu dengan menggunakan

teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih

konsisten, tuntas dan pasti. Patton dalam Sugiyono(2010:85) mengatakan bahwa

“Melalui triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan

dengan satu pendekatan. Jadi triangulasi dilakukan terus menerus selama

membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, sehingga data dapat

dipercaya.

4. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi

Pemeriksaan teman sejawat melaui diskusi yang dimaksud adalah melakukan

diskusi dengan teman-teman. Maksudnya adalah melakukan diskusi dengan teman-

teman yang memberikan saran dan keritikan terhadap hasil sementara. Selanjutnya

peneliti memperbaiki hal-hal yang dirasa perlu, setelah itu data dirapikan kembali

menjadi catatan lapangan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan

terhadap hasil pengamatan tersebut.

5. Pengecekan Anggota

Pengecekan anggota yang dimaksud adalah pengecekan anggota yang terlibat

dalam penelitian ini. Pengecekan anggota ini sangat perlu untuk memberikan reaksi,

pandangan, dan situasi mereka sendiri terhadap data yang diperoleh peneliti. Para

anggota yang dimaksud adalah Kepala Sekolah, Guru Penjas Orkes, Guru-Guru di

Sekolah, Siswa-siswi SMPLB –SMALB di Kota Pekanbaru.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak data tersebut diperoleh selanjutnya dipelajari dengan

teliti. Tahap pertama, peneliti mengumpulkan dan mencatat semua data yang diperoleh.

Selanjutnya dilakukan dengan memilih dan memilah data, menghilangkan dan

mengurangi data yang telah diperoleh tersebut, terutama data yang tidak sesuai dengan

penelitian. Teknik analisis data yang dipergunakan pada penelitian ini berdasarkan teori

(Spradley dalam Sugiyono 2008:92) dengan langkah-langkah sebagai berikut; 1.

Menentukan situasi sosial, 2. Melakukan observasi lapangan, 3. Melakukan analisis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

79

lapangan, 4. Melakukan observasi terfokus dengan pertanyaan terstruktur, 5. Melakukan

analisis teksonomi, 6. Melakukan boservasi terseleksi dengan pertanyaan kontras,

1. Menentukan Situasi Sosial

Situasi sosial yang dimaksud adalah situasi di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru

(SLB). Ini didasarkan pada kriteria; (a) sederhana, (b) mudah menjangkaunya, (c)

tidak kentara melakukan penelitian,mudah menjumpai informan, (d) kegiatan dapat

dilakukan berulang-ulang situasi sosial di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru

seluruh situasi sosial informan yang terlibat dalam penelitian ini.

2. Melakukan Observasi Lapangan

Dalam observasi lapangan ada dua hal yang dilakukan, yaitu melakukan

observasi secara umum dan luas / grand tour, serta observasi yang dilakukan secara

terfokus atau mini tour. Grand tour dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi

Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru secara umum. Mini tour lebih terfokus pada

implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar

Biasa di Kota Pekanbaru.

3. Melakukan Analisis Kawasan

Analisi kawasan merupakan suatu proses untuk menentukan unsur atau

makna budaya yang mencangkup kategori yang lebih kecil, yang terdiri dari tiga

kategori, yaitu: (a) nama dari suatu kawasan budaya, (b) kategori yang lebih kecil

didalam suatu kawasan, (c) hubungan sistematik dari kedua kategori diatas. Analisis

kawasan dilakukan menggunakan hubungan sistematik yang universal, sifatnya

berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

4. Melakukan Observasi terfokus dengan Pertanyaan Terstruktur

Observasi terfokus dilakukan untuk menelusuri makna khusus dalam

hubungan dengan makna yang lebih luas. Setelah diperoleh gambaran mengenai

kawasan-kawasan budaya melaui analisis kawasan, kemudian dipilih kawasan-

kawasan yang berhubungan dekat yang berkaitan dengan topik masalah penelitian

yakni implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA

Luar Biasa di Kota Pekanbaru. Untuk mempermudah dalam memperoleh informasi

maka disiapkan pertanyaan terstruktur, sehingga diharapkan data sesuatu yang

dibutuhkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

80

5. Melakukan Analisis Taksonomi

Analisis taksonomi dilakukan untuk mencari hubungan antar komponen di

dalam kawasan, yang berpedoman kepada jenis-jenis aktor yang terlibat di dalam

Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif pada SMP dan SMA Luar

Biasa di Kota Pekanbaru.

6. Melakukan Observasi Tersleksi dengan Pertanyaan Kontras

Observasi tersleksi dilakukan untuk mengkaji secara lebih rinci kawasan-

kawasan yang terpilih. Dalam hal ini dianjurkan suatu bentuk pertanyaan pada

masing-masing kawasan budaya yang muncul dari perbedaan sebagaimana halnya

dengan kesamaan diantara kategori-ketegori. Maksud dari observasi ini adalah

menentukan makna dari situasi sosial yang diteliti dengan mengajukan pertanyaan

kontras terhadap kawasan yang ditentukan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN

A. Deskripsi Latar SMP dan SMA Luar Biasa di Kota Pekanbaru

Wilayah yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah SMP dan SMA Luar Biasa

di Kota Pekanbaru Provinsi Riau Sumatra. Di Kota Pekanbaru terdapat 10 Sekolah Luar

Biasa dan hanya 6 Sekolah Luar Biasa yang memiliki jenjang SMP dan SMA Luar Biasa

yaitu Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai, Sekolah Luar

Biasa Negeri Pembina, Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai dan Sekolah Luar Biasa Al-

Faqih.

1. Sejarah Berdirinya Sekolah Luar Biasa Pekanbaru

a. Sejarah Singkat Berdiri SLB Sri Mujinab

Memperhatikan banyaknya anak berkelainan khususnya di Ibu kota Propinsi

Riau yakni Pekanbaru yang disampaikan oleh salah seorang guru tamatan Sekolah Guru

Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) Bandung yang bernama Nanun HS, pada kesempatan

perjumpaan dengan Ny. R. Ismail Suko atas hasil penelitian dan pengamatannya yang

dilakukan sebelumnya. Didorong kesadaran ini serta mengingat bahwa tugas organisasi

Dharma Wanita menunjang proram Pemerintah antara lain bergerak dalam bidang

pendidikan, sosial kemasyarakatan maka pada rapat pengurus Dharma Wanita Propinsi

Riau tanggal 15 November 1980, Ny. R. Ismail Suko (salah seorang Wakil Ketua pada

waktu itu) mengemukakan usul untuk mendirikan SLB dan pembukaannya diharapkan

awal tahun 1981 adalah tahun Internasional Paracacat.

Dalam rangka usaha sebagai tindak lanjut untuk mendirikan SLB ini diadakan

konsultasi dengan berbagai instansi Pemerintah antara lain dengan Kakanwil

Departemen Sosial Propinsi Riau Dr. Rustandi, Kakanwil Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Propinsi Riau Drs. Soeyatta, Kepala Dinas P dan K TK. I Riau H.

Nazarudin, Kepala Bank Pembangunan Daerah Riau Drs. Sjafei Yusuf, pada pokoknya

menyambut baik atas rencana akan berdirinya SLB di Pekanbaru. Dengan Keputusan

Rapat yang dipimpin Ny. Bas Tobing adalah: (1) SLB mulai buka bulan Februari 1981

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

82

dengan jumlah murid 8 orang, guru 1 orang, guru bantu 1 orang. (2) Pembukaan secara

resmi pada bulan Juni 1981 tahun ajaran baru. (3) Tempat belajar sementara meminjam

1 ruangan di gedung Dharma Wanita.

b. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Cendana Rumbai

Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai (SLB-CR) adalah sekolah yang dibangun

dibawah naungan Yayasan Pendidikan Cendana Chevron Pasifik Indonesia. Pada awal

berdirinya Dr. Jenni Oepangat menemukan beberapa anak berkebutuhan khusus di

lingkungan keluarga karyawan PT. CPI. Untuk menindaklanjuti ditemukannya anak

berkebutuhan khusus di PT.CPI, maka dilanjutkan pembicaraan dengan: (1)

Pembicaraan antara Dr. Jenni Oepangat dan Dr. Smith pada tahun 1974. (2)

Pembicaraan Dr. P.T. Smith dengan Dra. S. Sadli di Rumbai pada tanggal 3 April 1974.

(3) Pembicaraan antara Dr. Oepangat, Dr. Jenni Oepangat dan Dra. S. Sadli pada

tanggal 8 Juli 1974.

Dari hasil pembicaraan, maka ditunjuklah Dra. S. Sadli selaku koordinator Team

Ahli Psikologi UI yang berhubungan dengan rencana pemerikasaan anak terbelakang di

lingkungan PT. CPI Rumbai oleh Dr. Fuad Hassan. Pada tanggal 1 Mei 1975, SLB-CR

resmi dibuka dengan acara yang sangat sederhana dan sangat sakral setelah Drs.

Anggen datang untuk mempersiapkan pendirian Sekolah Luar Biasa. Selanjutnya pada

tanggal 29 Juni 1975 Sekolah Luar Biasa Cendana dimasukkan di bawah naungan

pengawasan Yayasan Pendidikan Cendana berdasarkan memorandum Managing

Director PT CPI oleh L.G. Austin.

c. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Pelita Hati

Berawal dari tahun 2004 jumlah SLB yang ada di Kota Pekanbaru sangat sedikit.

Hanya ada 3 SLB di Pekanbaru dengan jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah

kecamatan yang ada pada saat itu. Melihat kondisi yang demikian, maka pada bulan

April 2004 berdirilah satu Yayasan Pendidikan Tuah Bersama yang menaungi cikal

bakal berdirinya SLB Pelita Hati Pekanbaru. Apalagi setelah melalui survey oleh pihak

yang berkompeten diperoleh bahwa di Kecamatan Tampan belum ada berdiri sekolah

Luar Biasa, yang notabene adalah merupakan kecamatan yang terbesar dilihat dari segi

kepadatan penduduknya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

83

SLB Pelita Hati Pekanbaru berdiri dengan akte notaris nomor 57 tanggal 16 juni

2004 dan mendapatkan persetujuan izin operasional pendirian sekolah swasta dari

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau dengan nomor 420/DPK.2.3/1303. Tertanggal

07 Juni 2006.

d. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Negeri Pembina

SLB Negeri Pembina pekanbaru berdiri pada tanggal 29 januari 1998, oleh

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Dinas pendidikan Provinsi Riau,

yang beralamatkan di Jl. Segar No. 46 Kel. Rejosari. Kec. Tenayan raya, Kulim –

Pekanbaru. Pada tahun 1999 – 2001 di kepalai oleh Drs. Ansori, Pada tahun 2001 –

sekarang oleh H. Samijo, S.Sos. M.Pd.

Perkembangan Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina ini tahun-ketahun

bertambah pesat, semula siswanya hanya berjumlah 12 orang, dan saat ini siswanya

sudah berjumlah 267 orang, siswa tersebut berasal dari lingkungan setempat dan dari

daerah ( kabupaten / kota ) mereka ada yang berketunaan ( Tunanetra, Tunarungu,

Tunagrahita, Tunadaksa,Tunalaras, dan autis.

e. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Melati

Berdasarkan pemantauan dalam kehidupan di lingkungan kecamatan Rumbai

Pekanbaru, banyak anak-anak penyandang yang seharusnya sekolah mereka tidak

sekolah dengan berbagai alasan akhirnya Ketua Federasi untuk Kesejahteraan Cacat

Mental Provinsi Riau ( FNKCM Drs.M.Jakfar ) pada tanggal 1 Juni 2003 menyewa

sebuah rumah di jalan Paus ( patimura lama) Rumbai membuka Sekolah Luar Biasa

untuk tahun pelajaran 2003/2004 yang dirintis oleh alumni lulusan UNP jurusan PLB

yaitu Yosi Rita,S.Pd dan Misrawati,S.Pd dibantu oleh Zamitul Azma selaku tenaga

administrasi pasa saat itu. Sampai saat ini SLB Melati Rumbai berkembang sangat pesat

dan sudah memiliki gedung sendiri dengan bantuan yayasan dan pemerintah.

f. Sejarah Singkat Berdirinya SLB Al-Faqih

Pada tahun 2004 ibu Hj. Nur Liani berkeinginan membangun Sekolah Luar Biasa

di Kota Pekanbaru, setelah berdiskusi bersama pihak keluarga dan yayasan pada bulan

Maret 2004 berdirilah Sekolah Luar Biasa AL-Faqih di bawah naungan yayasan

pendidikan AL-Faqih. Awal mulanya berdirinya Sekolah Luar Biasa AL-Faqih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

84

menyewa gedung yang berada di jalan Adi Sucipto Pekanbaru. Setelah itu tahun 2005

Sekolah Luar Biasa Al-Faqih sudah memiliki gedung sendiri yakni di jalan Cipta Karya

Panam-Pekanbaru. Pada awalnya SLB Al-Faqih hanya memiliki 2 ruangan untuk kelas

yang dibangun menggunakan dana yayasan. Mulai dari tahun 2005 SLB Al-Fakiq mulai

berkembang dengan bantuan yayasan dan pemerintah. Sekarang SLB AL-Faqih

berkembang cukup pesat dan memiliki gedung yang layak untuk anak-anak

berkebutuhan khusus menimba ilmu.

2. Profil Sekolah Luar Biasa

a. Profil Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab

Nama Yayasan : Yayasan Permata Bunda Propinsi Riau

Status Sekolah : Swasta

Alamat : Jl. Dr. Sutomo, Pekanbaru

Kelurahan : Suka Mulia

Kecamatan : Sail

Kabupaten/ Kota : Pekanbaru

Provinsi : Riau

Kode Pos : 28133

No.Telepon : (0761) 22963

Status Akreritasi : A/Tahun 2006

Nomor SK Izin Operasional

1) Tahun Pendirian : 1981

2) Tahun Beroperasi : 14 Februari 1981

3) Status tanah : Milik Sendiri

a. Surat tanah : Sertifikat, Akte

b. Luas tanah : 17.800 m2

4) Status Bangunan : (Milik sendiri, hak guna bangunan)

a. Surat Izin Bangunan : No. 105 tanggal 17 Mei 1983

b. Luas Bangunan : 5000m

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

85

b. Profil Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai

Nama Yayayasan : Yayasan Pendidikan Cendana

Status Sekolah : Swasta

Alamat : Komplek Enau, PT. CPI Rumbai – Pekanbaru

Kelurahan : Rumbai Bukit

Kecamatan : Rumbai Pesisir

Kabupaten/ Kota : Pekanbaru

Provinsi : Riau

Kode Pos : 28271

No.Telepon : (0761) 946654

Nomor SK Izin Operasional : 1857/109.FS/A8-1996

1) Tahun Pendirian : 5 Mai 1975

2) Tahun Beroperasi : 5 Mai 1975

3) Status tanah : Hak Pakai

Status Bangunan : (Milik sendiri, hak guna bangunan)

Surat Izin Bangunan : No. 105 tanggal 17 Mei 1983

Luas Bangunan : 1000m2

c. Profil Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

Nama Yayasan : Yayasan Permata Bunda Propinsi Riau

Nama Sekolah : Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

Nomor Statistik : I.874096006015 II. 80209060801

Status Sekolah : Swasta

Alamat : Jl. Merpati Sakti GG.Air Tabik No.03

Kelurahan : Simpang Baru

Kecamatan : Tampan

Kabupaten/ Kota : Pekanbaru

Provinsi : R i a u

Kode Pos : 28293

Nomor SK Izin Operasional : 420/DPK.2.3/1303

1) Tahun Pendirian : 2004

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

86

2) ahun Beroperasi : 2004

3) Status tanah : Milik Sendiri

d. Profil Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina

Nama Sekolah : Sentra PK-LK SLB Negeri

Pembina Pekanbaru

Nomor Pokok Standar Nasional : 10495037

Nomor Statistik Sekolah : 901096070003

Alamat : Jl. Segar No.46

Kelurahan : Rejo Sari

Kecamatan : Tenayan Raya

Kota : Pekanbaru

Provinsi : Riau

Kode Pos : 28282

Telepon : (0761) 7870063

Status Sekolah : Negeri

Akreditasi : B/Tahun 2007

Tahun Didirikan/beroperasi : 29 Januari 1998

Kepemilikan Tanah/Bangunan : Pemerintah Dinas Pendidikan Prov. Riau

a) Luas Tanah : 14.354 m2

b) Surat Tanah : Akte, Jula Beli

c) Luas Bangunan : 6.500 m2

Nomor SK Izin Operasional : 13A/O/1998

e. Profil Sekolah Luar Biasa Melati

Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Melati

Nama Sekolah : SLB Melati Rumbai

Nomor Statistik Sekolah : 874096012014/2004

Status Sekolah : Swasta

Alamat : Jalan. Pramuka Gang Pandu No. 9

Kelurahan : Limbungan

Kecamatan : Rumbai Pesisir

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

87

Kota : Pekanbaru

Provinsi : Riau

Akta Pendirian : Nomor 11, Tanggal 5 Agustus 2003

Izin Operasional : 420/DPK.21/830

Luas Tanah Bangunan I : 192m

Luas Tanah bangunan II : 90m

Luas Tanah bangunan III : 150 m

f. Profil Sekolah Luar Biasa Al-Faqih

Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Al-Faqih

Nama Sekolah : SLB Al-Faqih

Nomor Statistik Sekolah : 802090608003

Status Sekolah : Swasta

Alamat : jalan Cipta Karya

Kelurahan : Tuah Karya

Kecamatan : Tampan

Kota : Pekanbaru

Provinsi : Riau

Kode Pos : 28294

No.Telp : 0813 7152 5966

No. SK Izin Operasional : 420/DPK.2.1/799

1) Tahun Pendirian : 2004

2) Tahun Beroperasi : Februari 2004

3) Status Tanah : Milik Sendiri

a) Serat Tanah : Akte/Sertifikat

b) Luas Tanah : 1000m2

c) Luas Bangunan : 598m2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

88

3. Kepala Sekolah

Orang-orang yang pernah menjadi Kepala Sekolah di Sekolah Luar Biasa Kota

Pekanbaru:

a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab

1) Nanun, SH

2) Drs. Abdul Manaf

3) Drs. M. Mulyono

4) M. Palguno, S.Sos

5) Hj. Juminten, S. Sos. M.Pd

b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai

2) Drs. Anggen

3) Vakum

4) Dra. Yusron Sipala

5) Dra. Marfuatun

6) Drs. Eman Sulaiman

7) Dra. Marfuatun

8) Drs. M. Jakfar

9) Taufikurohman, SE

10) Muntalip, S.Pd

c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

1) Delfarisda, S.Pd

2) Teguh Proyono, S.Pd

3) Kris Setiadji, S.Pd

d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina

1) Drs. Ansori

2) H. Samijo, S.Sos. M.Pd.

e. Sekolah Luar Biasa Melati

1) Drs. H. Jaffar

2) Zamiarul Azma,S.Sos

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 105: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

89

f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih

1) Eko Yulianto, SH

2) Drs. Al-Muhdil Karim

3) Elivitria, A.Md

4) Nurfatimah, S.Ag

4. Guru Penjas Orkes

Guru-guru yang mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah

Luar Biasa Pekanbaru adalah:

a. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab

Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru adalah bapak

WA, beliau adalah satu-satunya guru olahraga yang berlatar Pendidikan Olahraga D3

dari Universitas Negeri Padang. Bapak WA melamar jadi guru olahraga di Sekolah

Luar Biasa Sri Mujinab, setelah diterima sebagai guru penjas karena kekurangan

guru bapak WA juga menjadi guru kelas. Untuk mengajar penjas bapak WA

mengajar diseluruh kelas, sementara untuk guru kelas bapak WA mengajar SMALB

kelas XI B yakni kelas tunarungu. Peneliti bertanya kepada bapak WA apakah bapak

sangat menikmati mengajar di sekolah ini, karena bapak juga bukan sebagai jurusan

PLB?

“ia, saya sangat menikmati mengajar disini karena sudah menjadi

keputusan saya untuk melamar menjadi guru disini. Selain itu ada

kebahagian tersendiri bisa mengajar mereka dan sekarang tidak hanya

olahraga sekarang saya juga bertindak sebagai guru kelas karena

keterbatasan guru. Pada awalnya saya tidak mengerti seperti apa saya

akan mengajar karena basic saya hanya diolahraga, apalagi anak-anak

kita dengan berbagai keterbatasan ya ini menjadi tantangan bagi saya

dan rasa syukur yang tidak terhingga kepada Allah SWA.”

Dengan ketulusan hati bapak WA mengabdikan dirinya untuk mengajar

olahraga dan menjadi guru kelas walaupun sebelumnya bapak WA belum pernah

mengajar anak berkebutuhan khusus.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 106: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

90

b. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai

Guru penjasorkes Sekolah Laur Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru adalah

guru yang tidak berlatar belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

Namun bapak AR adalah tamatan S1 PLB IKIP Padang. Bapak AR melamar menjadi

guru ke Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru, setelah diterima menjadi

pegawai atau guru di Yayasan Pendidikan Cendana pada tahun 2001 beliau mengajar

untuk guru kelas C (Tunagrahita) dan pada saat itu karena di sekolah tersebut tidak

memiliki guru penjas, bapak AR diberi tugas oleh kepala sekolah untuk mengajar

olahraga dengan hanya berbekal hobi olahraga. Peneliti bertanya kepada bapak AR

kenapa bapak mau menerima tugai itu pak?

“saya mau mengajar penjaskes, mau menerima karena guru penjas

saat itu memang tidak ada. Saya juga hobi olahraga dan saya juga

tidak tahu latar belakang pendidikan olahraga makanya saya banyak

belajar. Saya juga pernah mendapat kesempatan untuk penataran

guru penjas khusus pendidikan luar biasa. Oleh sebab itu saya harus

menghayati pekerjaan yang diberikan kepada saya, kalau sekarang

saya sudah merasa cocok untuk menjadi guru olahraga dan akan

tetap menjadi guru olehraga di sekolah ini.”

Dengan bermodal hobi itulah bapak AR menerima tugas sebagai guru Penjas di

SLB Cendana Rumbai Pekanbaru. Selama menjadi guru Penjas hanya sekali mengikuti

penataran guru Penjas untuk Sekolah Luar Biasa di Jakarta. Penataran lainnya hanya

untuk olahraga prestasi siswa SLB sebagaimana diungkapkan bapak AR di atas.

Prestasi olahraga oleh siswa Cendana Rumbai tidak diragukan lagi mulai dari tingkat

kota, Provinsi, Nasional dan Internasional dibawah asuhan bapak AR tidak diragukan

lagi dengan banyaknya prestasi yang diukir dan banyaknya medali yang didapatkannya.

c. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

Guru olahraga di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru adalah bapak TP.

Selain guru olahraga bapak TP adalah perintis berdirinya Sekolah Luar Biasa Pelita

Hati Pekanbaru dan pernah menjabat Kepala Sekolah di SLB ini, sekarang selain

menjadi guru penjaskes bapak TP juga sebagai guru kelas SMALB kelas C

(tunagrahita) di sekolah ini. Latar belakang pendidikan bapak TP adalah tamatan D2

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 107: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

91

PLB Surakarta dan transfer S1 PLB IKIP Padang. Beliau mengajar olahraga di SLB ini

sejak awak berdirinya SLB Pelita Hati Pekanbaru. Tidak jauh berbeda dengan bapak

AR, bapak TP juga berbekal hobi berolahraga. Peneliti bertanya kepada bapak TP apa

yang membuat bapak tertarik untuk mengajar penjas di sekolah ini pak?

“Selain pada saat itu kita kekurangan guru jadi kita semua merangkap

menjadi semua tugas, dan kebetulan saya hobi olahraga ya kenapa

tidak untuk mengajar penjas, dan sampai sekarang pun saya tetap

menjadi guru penjas untuk sekolah ini.”

Mulai dari berdirinya sekolah ini bapak TP sudah menjadi guru olahraga, dengan

berbekal pengalaman beliau juga berhasil membawa anak dari Sekolah Luar Biasa Pelita

Hati mengikuti kejuaraan nasional yakni POPCANAS tahun 2011 dan menjadi juara

dicabang olahraga renang.

d. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina

Di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru ada 2 guru yang bertugas

sebagai guru olahraga, karena SLB Negeri Pembina memiliki murid yang lebih banyak

dibandingkan dengan SLB lainnya di Pekanbaru. Yang mengajar penjas di SLB ini

adalah bapak RM dan ibu YE. Bapak RM memiliki latar belakang sebagai guru agama

yang menggemari olahraga bulutangkis dan juga pernah menjadi atlet, sedangkan ibu

YE berlatar belakang lulusan PLB IKIP Padang yang dulu pernah bersekolah di SGO

dan penah menjadi atlet atletik. Berbekal itulah bapak RM dan ibu YE menjadi guru

penjas.

e. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai

Guru penjasorkes di SLB Melati Rumbai Pekanbaru adalah bapak DC. Bapak

DC merupakan guru kelas yang mengemban tugas sebagai guru penjas, bapak DC

berlatar belakang tamatan PGSD tidak berbeda dengan guru penjas di SLB lainnya

bapak DC diberi tugas untuk mengajar penjas di SLB ini karena memiliki hobi olahraga.

Peneliti bertanya kepada bapak DC sebelum bapak mererima tugas ini bagaimana

perasaan atau apa yang bapak pikirkan saat itu?

“Yang saya pikirkan saat itu ya buk, awalnya saya rugu karena jujur

saya pada saat itu baru diterima di sekolah ini dan pengalaman saya

tidak ada di anak-anak berkebutuhan khusus apa lagi untuk olahraga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 108: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

92

Tapi saat itu saya mendapat dorongan dari guru-guru yang lain saya

pasti bisa. Ya saya dengan optimis menerima tugas ini. Alhamdulillah

saya menikmati dan belajar terus cara mengajar olahraga untuk anak-

anak kita ini”

Dengar optimis bapak DC menerima tawaran mengajar penjaskes di sekolah ini

dan sampai sekarang bapak DC mengajar dengan baik.

f. Guru Penjasorkes Sekolah Luar Biasa AL-Faqih

Duru penjasorkes di SLB AL-Faqih adalah bapak BF, dengan keterbatasan

jumlah guru selain mengajar penjasorkes bapak BF jagu guru kelas dan keterampilan

bertukang. Tidak berbeda dengan guru penjas di SLB lain bapak DC menerima tugas ini

karena sangat hobi berolahraga, sementara latar belakang pendidikan bapak DC adalah

S1 PGSD.

5. Struktur Organisasi

Gambar 4. Stuktur Organisasi SLB Sri Mujinab Pekanbaru Tahun 2014/2015

KOMITE

Drs. Syamsudin

KEPALA SEKOLAH

Hj. Juminten, S.Sos, M.Pd

UNIT PERPUSTAKAAN

KELOMPOK JABATAN FINGSIONAL /GURU

TATA USAHA Windarti, S.Pd

TKLB/SDLB/SMPLB/SMALB

PENJAGA SEKOLAH

MASYARAKAT SEKITAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 109: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

93

Gambar 5. Struktur Organisasi SLB Cendana Rumbai Pekanbaru Tahun 2014/2015

TATA USAHA

KOMITE TIM AHLI KEPALA SEKOLAH

MUNTALIP, S.Pd

WAKIL KEPALA SEKOLAH

NORAMAIHANI, S.Pd

KOOR.

KURIKULUM &

KESISWAAN

KOOR. HUMAS &

SARANA

PRASARANA

KOORDINATOR

SOSIAL

KOORDINATOR

KEUANGAN

MAJELIS GURU

SISWA

TKLB SDLB SMPLB SMALB

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 110: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

94

KEPALA SEKOLAH

KRIS SETIADJI, S.Pd

KOMITE SEKOLAH

SEKSI KURIKULUM

YULFIDA DESTINI, S.Pd

SEKSI KESISWAAN

TEGUH PRIYONO, S.Pd

PRASARANA

DELFARISDA, S.Pd

SEKSI HUMAS

PURYATI

KOORDINATOR

TKLB

KURNIATI SITOHANG, S.Pd

SDLB

JAWATI, S.Ag

SMPLB

SURIYADI, S.Pd

SMLAB

TEGUH PRIYONO, S.Pd

SISWA

Gambar 6. Struktur Organisasi SLB Pelita Hati Pekanbaru Tahun 2014/2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 111: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

95

Gambar 7. Struktur Organisasi SLB Negeri Pembina Pekanbaru Tahun 2014/2015

KEPALA SEKOLAH

H. SAMIJO, S.Sos, M.Pd

WAKIL KEPALA SEKOLAH

M. HARIS, S.Pd

KOOR. KURIKULUM

M. HARIS, S.Pd

KOOR. KESISWAAN

YATMIATI, S.Pd

SARANA & PRASARANA

EKO YULIANTO, S.Pd

MAJELIS GURU

TKLB SDLB SMPLB SMALB

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 112: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

96

Gambar 8. Struktur Organisasi SLB Melati Pekanbaru Tahun 2014/2015

KEPALA SEKOLAH

ZAMAITUL AZMA, S.Sos

BENDAHARA

NURHAMIDAH, S.Psi

MAJELIS GURU

TATA USAHA

KEBERSIHAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 113: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

97

Gambar 9. Struktur Organisasi SLB AL-Faqih Pekanbaru Tahun 2014/2015

6. Keadaan Pegawai

Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru:

a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab

Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru

berjumlah 20 orang seperti pada Tabel di bawah ini:

KEPALA SEKOLAH

NURFATIMAH, S.Ag

TATA USAHA

ILHAM

WAKIL KURIKULUM

ELIVITRIA KESISWAAN

WULAN, S.pd

WAKIL SARANA/HUMAS

BENNI FATRA, S.pd

MAJELIS GURU

SISWA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 114: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

98

Tabel 4. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Sri Mujinab Pekanbaru

No Nama Tempat tanggal Lahir Jabatan Golongan Ijazah Mata Pelajaran

1. Hj.Juminten,S.Sos, M.Pd Sleman, 07-05-1953 Kepsek IV c S2 Bahasa Indonesia

2. Nelita Basni S.Pd Limapuluh Kota.05-08-1967 Guru IV a S1 Guru Kelas

3. Maimunah Z.S.Pd Padang, 15-04-195 Guru IV a S1 Guru Kelas

4. Yasni, S.Pd Tanah Datar,07-06-1968 Guru IV a S2 Guru Kelas

5. Adriningsih, S.Pd P.Ganting, 06-0-1963 Guru IV a S1 Guru Kelas

6. Lendrawati, S.Pd Pekanbaru,17-08-1968 Guru IV a S1 Guru Kelas

7. Asril,S.Ag Lb.Mandian Gajah06-09-1973 Guru Guru bantu S1 Agama Islam

8. Nurlela, S.Pd T.Montong 04-06-193 Guru Guru Bantu S1 Guru Kelas

9. Erni Air Tabik 26-06-1971 Guru Guru Bantu SGPLB Guru Kelas

10. Irwan Sitomul, S.Fil l Huta Tongah 12-04-1975 Guru Guru Bantu S1 Agama Islam

11. Juliarnita Ismet, S.Pd Pekanbaru 10 juli 1982 Guru Guru Honor S1 Guru Kelas

12. Dalmadi,S.Pd Bantul 26-09-1956 Guru IV a S1 Guru Kelas

13. Slamet Hanafi, S.Pd Jogjakarta 29-11-1961 Guru IV a S1 Guru Kelas

14. Suparni, S.Ag Bantul 15-04-1959 Guru IV a S1 Guru Kelas

15. Windarti Sleman 03-07-1987 Guru Guru Bantu D1 Komputer

16. Linda Dedek Pekanbaru 08-05-197 Guru Guru Bantu SMA Salon

17. Wahyu Adi Kinali 25-11-1986 Guru Guru Bantu D2 Penjas

18. Juwadi, S.Pd Bantul 15-04-1959 Guru IV a S1 Guru Kelas

19. Kendaryanti Bogor 09-08-1985 Guru III d D2/PLB Guru Kelas

20. Sumiati Pekanbaru 20-08-1985 Guru Guru Honor SMKK Menjahit

b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai

Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru

berjumlah 6 orang seperti pada Tabel di bawah ini:

Tabel 5. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Cendana Rumbai Pekanbaru

No Nama Tempat tanggal Lahir Jabatan Golongan Ijazah Mata Pelajaran

1. Muntalip, S.Pd Pacitan, 13 Januari 1967 Kepsek III b S1 Bahasa Matematika

2. Fatma Yulis, S.Pd Kota Bumi, 24-12-1964 Guru III c S1 Guru Kelas

3. Adi Romadona, S.Pd Jambi, 22-08-1977 Guru II c S1 Guru Kelas

4. Fatimah Selfi, S.Pd Janjung Jati, 30-07-1963 Guru III c S1 Guru Kelas

5. Noramaihani, S.Pd Solok, 09-5-1966 Guru III a S1 Guru Kelas

6. Meri Delva S, S.Pd Pekanbaru,14-07-1988 Guru II a S1 Guru Kelas

c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

Keadaan guru dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru berjumlah

12 orang seperti pada Tabel di bawah ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 115: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

99

Tabel. 6. Keadaan Pegawai dan guru SLB Pelita Hati Pekanbaru NO. NAMA TTL AGAMA JABATAN IJAZAH STATUS

KEPEGAWAIAN

1. Kris Stiadji, S.Pd Karanganyar

29-11-1969

Islam Kepsek S1 GTT/PTT PROVINSI

2. Delfarisda, S.Pd Pekanbaru

07-09-1962 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI

3. YULFIDA

DESTINI, S.Pd

Kab.50 Kota

25-08-1965 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI

4. Teguh Priono, S.Pd Purbalingga

07-11-1965 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI

5. Ernita Sriulan,

S.Pd

Toboh Apar

21-04-1974 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI

6. PURYATI, S.Pd Pekanbaru

10-05-1969 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI

7. Jawiati, S.Ag Koto Rajo 13-

12-1974 Islam Guru S1 GTT/PTT PROVINSI

8. Murniati Sitohang,

S.Ag

L. Sitohang

13-09-1978

Protestan Guru S1 GTY/PTY

9. Desni Darwis, S.Pd Pekanbaru

12-02-1977 Islam Guru S1 GTY/PTY

10. Zhedwal Mardizal,

S.Pd

Kapau 17-01-

1984 Islam Guru S1 Guru Honor Sekolah

11. Nuryadi Jumarel Pulau Sipan

19-05-1989 Islam Guru SMA Guru Honor Sekolah

12. Yerika Tauzia,

S.Pd

Batui 03-03-

1989 Islam Guru S1 Guru Honor Sekolah

d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina

Keadaan guru di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina berjumlah 27 orang, 21

diantaranya adalah PNS, 4 guru bantu dan 2 honor komite. Sedangkan pegawai hanya 1

pegawai tata usaha di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru seperti pada Tabel

di bawah ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 116: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

100

Table. 7. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Negeri Pembina Pekanbaru

No Nama Pendidikan Terakhir Status

Jabatan Status

1 MUHAMMAD HARIS, S.Pd S1. PLS WK DIKDAS PNS

2 JUSNITA NUR, S.Pd S1. PLB Guru B PNS

3 RIANTO, S.Pd S1. PLB Guru C PNS

4 KAMALUL AINI. K S1. PLB Guru C PNS

5 NURMAILIS, S.Pd S1. PLB Guru D PNS

6 SUWARNO, S.Pd S1. PLB Guru C PNS

7 SULMA , S.Pd S1. PLB Guru C PNS

8 YATMIATI, S.Pd S1. PLB Guru A PNS

9 APRIL NARNI, S.Pd S1. PLB Guru C PNS

10 CHENTRIE NALTY, S.Pd S1. PLB Guru B PNS

11 YUSNI, S.Pd S1. PLB Guru B PNS

12 SULASTRI WILDA, S.Pd S1. PLB Guru C PNS

13 ELFAYANTI,S.Pd S1. PLB Guru B PNS

14 FITRIANI, S.Pd S1. PLB Guru B PNS

15 HERLIDA, S.Pd S1. PLB Guru B PNS

16 DESWITA, S.Pd S1. PLB Guru B PNS

17 EVA SUSANTI, S.Pd S1. PLB Guru AUTIS PNS

18 SRI RAMAYANI, S.Pd S1. PLB Guru AUTIS PNS

19 MISDAYANI, SPd S1. PLB Guru AUTIS PNS

20 EKO YULIANTO, S.Pd S1. Hukum Guru B PNS

21 SRI RAHAYU, S.Pd S1. PLB Guru C PNS

22 YERI EKA YULIUS, S.Pd S1. PLB Guru B Guru Bantu

23 ASNAWATI SGPLB Guru A Guru Bantu

24 DESI ARISANDI, S.Pd S1. PLB Guru AUTIS Guru Bantu

25 DARMAWATI, S.Pd S1. Agama Guru Agama Guru Bantu

26 RITA ANGRAINI, S.Ag S1. Agama Guru Agama Guru Honor

27

VONDRA RIZKI, S.Kom

S1. Komputer Guru TIK Guru Honor

28 SARI ISTIKHOMAH, S,Sos S1.Ilmu Sosial Tata Usaha PTT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 117: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

101

e. Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai

Keadaan guru di Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru berjumlah 13

orang dan 3 orang pegawai diantaranya 1 pegawai tata usaha dan 2 kebersihan, 2

pegawai kebersihan ini adalah alumni dari Sekolah Luar Biasa Melati dengan

keterbatasan tunarungu dan tunagrahita sedang. Keadaan guru dan pegawai di Sekolah

Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru seperti pada Tabel di bawah ini:

Tabel. 8. Keadaan Guru dan Pegawai SLB Melati Rumbai Pekanbaru NO. NAMA TEMPAT TANGGAL

LAHIR

AGAM

A

JABATAN IJAZAH L/P

1. Zamiatul Azma, S.Sos S.Panjang 25-09-1966 Islam Kkepsek S1 P

2. Nurhamidah, S.Psi Palembang 03-09-1977 Islam Guru S1 P

3. Khadijah, S.Pdi Padang Kamal 17-07-

1975

Islam Guru S1 P

4. Roza Umami, S.Pd G.Panjang 23-08-1979 Islam Guru S1 P

5. Asmawati, S.Pd P. Baru 10-06-1977 Islam Guru S1 P

6. Salma P. Baru 24-08-1982 Islam Guru SMA P

7. Restina Sari, A.Md Padang 22-12-1982 Islam Guru D3 P

8. Dewi Yuliani, S.Psi Padang 20-01-1980 Islam Guru S1 P

9. Ribowo, S.Pd L.Pakem 10-10-1985 Islam Guru S1 L

10. Rafiah Cotgirek 22-05-1972 Islam Guru SMK P

11. Doni Candra, S.Pd Bengkalis 22-10-1985 Islam Guru S1 L

12 Bismil Hayati, S.Ag P.Baru 17-071-976 Islam Guru S1 P

13. RATNA JUITA Surantih 26-06-1968 Islam Guru SGPLB P

14. ARI AHMAD, S.Kom P.Baru 27-03-1988 Islam Tata Usaha S1 L

15 SAID ABDUL

KAMIL

P.Batu 19-04-1990 Islam Kebersihan SMALB L

16 MUTIA ZUILDA P.Baru 20-02-1989 Islam Kebersihan SMALB P

f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih

Keadaan guru di Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Pekanbaru bejumlah 5 termasuk

kepala sekolah dan pegawai. SLB AL-Faqih Pekanbaru seperti pada Tabel di bawah ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 118: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

102

Tabel. 9. Keadaan Guru dan Pegawai SLB AL-Faqih Pekanbaru

NO. NAMA TTL AGAMA P/L JABATAN IJAZAH

1. Nurfatimah,S.Ag P.Baru 30-09-1968 Islam P Kepsek S1 Pend.Agama

2. Elfitria P.Baru 02-01-1968 Islam P Guru DIPLOMA II

3. Benny Fatra, S.Pd P.Baru 23-11-1986 Islam L Guru S1 PGSD

4. Sukmaria Kampar 18-11-1989 Islam P Guru SMA

5. DRS. AL Mudil K R.Ringan 23-11-1960 Islam L Guru S1

6. Teti Mulyati P.Baru 13-03-1969 Islam P Guru DIPLOMA II

7. Ilham P.Baru 09-02-1985 Islam L Tata Usaha SMK

7. Keadaan Seiswa

Keadaan siswa pada Sekolah Luar Biasa Pekanbaru adalah sebagai berikut:

a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab

Siswa terdiri dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB dari usia 8 tahun sampai

27 tahun. Kehadiran siswa ke sekolah ada yang diantar oleh orang tua dengan

menggunakan mobil, sepeda motor, ada yang datang sendiri ke sekolah

mempergunakan kenderaan roda dua yang dikenderai sendiri oleh siswa, ada yang

jalan kaki dan naik kendaraan umum.

Setiap hari Senin siswa Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru

melakukan Upacara bendera dengan pelaksana dari siswa dan pembina upacara

kepala sekolah dan guru guru secara bergantian. Dari apa yang peneliti amati di

lapangan siswa SLB Sri Mujinab melakukan upacara secara hikmat, setiap hari

Senin. Sebelum masuk belajar, di aula seluruh siswa dan guru berdoa bersama

kemudian mereka masuk ke kelas dan berdoa lagi di kelas dipimpin oleh siswa itu

sendiri atau yang di tunjuk sebagai ketua kelas. Setiap pagi Rabu dan Kamis

melakukan senam bersama dan sabtu pramuka.

b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai

Siswa-siswa SLB Cendana Rumbai Pekanbaru terdiri dari TKLB, SDLB,

SMPLB, dan SMALB mulai dari usia 8 tahun sampai dengan 28 tahun. Kehadiran

siswa-siswi ke sekolah ada yang menggunakan mobil antar jemput dari sekolah, ada

juga diantar oleh orang tua dan mengunakan kendaraan yang dikendari sendiri oleh

siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 119: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

103

Setiap hari senin seperti sekolah pada umumnya SLB Cendana Rumbai

Pekanbaru juga melakukan kegiatan upacara bendera yang dipimpin oleh siswa dan

sebagai pembina upacara adalah kepala sekolah ataupun guru secara bergantian. Dari

apa yang peneliti amati upacara berjalan hikmat. Setiap hari Senin-Kamis semua warga

SLB Cendana melakukan Sholat Zuhur berjemaan di musholla. Sebelum masuk belajar

di kelas siswa-siswa beserta guru melakukan berdoa bersama. Setiap hari Rabu siswa-

siswi, guru dan pegawai makan siang bersama pada pukul 11.00 WIB yang sudah

dimasakan oleh pegawai yang bertugas untuk itu.

c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

SLB Pelita Hati Pekanbaru terdiri dari usia 7 tahun sampai dengan 25 tahun

mulai dari tingkatan TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB dengan berbagai kebutuhan

khusus. Siswa berangkat kesekolah ada yang diantar oleh orang tua menggunakan mobil

atau sepeda motor, ada yang datang sendiri menggunakan angkutan umum dan berjalan

kaki untuk sampai kesekolah.

Setiap hari Senin SLB Pelita Hati melaksanakan upacara bendera, bertindak

sebagai pelaksana upacara adalah siswa dan pembina adalah kepala sekolah atau guru

secara bergantian. Untuk hari Pabu mulai pagi siswa-siswi dan guru melakukan kegiatan

jalan santai di sekitaran komplek sekolah, setelah itu siswa menuju keruang

keterampilan masing-masing diantaranya menjahit, membuat prakarya, dan

menggambar.

d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina

Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru memiliki 268 siswa, merupakan

jumlah siswa terbanyak diantara SLB lainnya. mulai dari usia 8 tahun sampai dengan 30

tahun. Untuk sampai ke sekolah siswa ada yang diantar oleh orang tua menggunakan

mobil, sepeda motor, jalan kaki, ada juga yang datang sendiri dan menggunakan

angkutan umum dan melanjutkan jalan kaki dari depan jalan sekolah.

Setiap hari Senin SLB Negeri Pembina Pekanbaru mengadakan upacara bendera.

Sebagai pelaksana adalah siswa dan berindak sebagai pembina adalah kepala sekolah

atau pun guru secara bergantian. Setiap Selasa siswa diwajibkan membeli kue atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 120: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

104

makanan yang dibuat oleh tim tata boga. Tim tata boga ini adalah siswa-siswi yang

memilih program khusus tata boga yang dibimbing oleh guru yang bertuga ditata boga.

e. Sekolah Luar Biasa Melati

Siswa SLB Melati terdiri dari TKLB,SDLB, SMPLB, SMALB mulai dari usia 8

tahun sampai dengan 32 tahun. Kehadiran siswa sekolah ada yang diantar oleh orang tua,

datang sendiri mengunakan sepeda motor, dan ada jaga yang berjalan kaki.

Setiap hari Senin SLB ini melaksanakan upacara bendera dengan hikmat.

Dengan pelaksana adalah siswa dan pembina adalah kepala sekolah atau guru secara

bergantian. Setiap Jumat sore beberapa siswa SMALB melaksanakan ekstrakulikuler

diantaranya olahraga atletik, renang, dan pelatihan komputer.

f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih

Siswa SLB AL-Faqih Pekanbaru terdiri dari 16 siswa, mulai dari usia 8 tahun

sampai dengan usia 26 tahun. Kehadiran siswa ke sekolah ada yang di antar oleh orang

tua menggunakan kendaraan roda dua, ada juga yang menggunakan becak, dan

berangkat sendiri dari rumah.

Setiap hari Senin SLB ini melaksanakan upacara bendera. Dan pada hari Sabtu

melaksanakan olahraga bersama seperti senam ataupun peramuka. Setelah itu

dilanjutkan dengan ekstrakulikuler.

8. Keberadaan Sekolah

Penelitian ini dilakukan di 6 Sekolah Luar Biasa (SLB) Pekanbaru. Yang

letaknya berjauhan antara satu dengan lainnya. Berikut keterangan keberadaan sekolah-

sekolah luar biasa yang peneliti teliti:

a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab

Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru tidak jauh dari pusat kota

Pekanbaru. Posisi Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab Pekanbaru berada di Jalan

Sutomo yang bersebelahan dengan Panti Sosial Sri Mujinab, kantor Pemerintahan

seperti Dispora Provinsi Riau, gedung dokumen dan arsip Provinsi Riau, Sekolah

Kejuruan. Untuk akses menuju ke sekolah ini sangat memudahkan orang tua yang

tidak membawa kendaraan karena jalur perjalanan dilewati oleh angkutan umum.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 121: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

105

Sekolah Luar Biasa Sri Munjinab Pekanbaru ini tergolong sekolah yang maju pada

saat sekarang ini.

Adapun fasilitas yang di miliki SLB ini :

1) Ruangan Kantor

Ruang kepala sekolah digabungkan dengan ruangan TU dan ruang tamu.

Ruangan ini cukup besar berukuran 4x6 meter yang dilengkapi 2 meja kerja yang 1

meja kepala sekolah dan yang lainnya meja untuk TU yang dilengkapi komputer,

laptop selain itu diruangan ini dilengkapi dengan withe board, lemari dokumen, satu

set kursi tamu dan kipas angin, telefon, jam dinding, kalkulator, wireless internet.

Ruangan ini diterangi dengan lumpu neon sebanyak 4 bola. Ruangan ini tertata rapi

dan bersih. Ruangan kepala sekolah terletak paling depan tepat di sebelah pintu

masuk. Sehingga memudahkan tamu untuk mememui kepala sekolah ataupun staf

sekolah.

Sedangkan untuk majelis guru terdapat di tengah-tengah bangunan atau di

antara kelas-kelas, gunanya untuk mengontrol kelas. Ruang mejelis guru sendiri

berukuran 4x7 meter dengan beberapa fasilitas seperti 15 meja dan kursi untuk

guru, memiliki almari yang digunakan untuk arsip atau menyimpan tugas anak, di

lengkapi 2 kipas angin plafon dan 4 kipas angin dinding, White bord, TV, alat

pengeras suara, jam dinding. Tetapi ruangan ini jarang ditempati oleh guru karena

guru lebih sering menghabiskan waktu dikelasnya masing-masing. Ruangan ini

sangat berfungsi ketika rapat ataupun ada pertemuan guru dan kepala sekolah

2) Ruang Kelas

Ruang kelas di SLB Sri Mujinab berjumlah 24 kelas untuk TKLB, SDLB,

SMPLB dan SMALB. Ukuran masing-masing kelas adalah 3x4 yang dilengkapi

oleh 1 pasang meja guru dan 3-6 pasang meja siswa karena siswa dalam 1 kelas

hanya sedikit, kipas angin, papan absen, bingkai-bingkai prakarya ataupun

pahlawan, papan tulis (White board), almari untuk menyimpan perangkat

pembelajaran atau tugas-tugas siswa lainnya, mading hasil karya siswa. Kelas-kelas

ini terlihat rapi dan bersih.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 122: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

106

Untuk kelas tunagrahita terletak digedung yang berbeda tepatnya gedung

belakang sekolah, dalam satu gedung terdiri dari 5 kelas, disetiap kelas terdapat 1

set meja guru, dan 3-5 set meja siswa, almari untuk menyimpan perangkat

pembelajaran atau tugas-tugas siswa lainnya, jam dinding, kipás angin. Kelas-kelas

ini terlihat bersih tapi agak berantakan karena siswa suka memindah-mindahkan

kursi yang paginya sudah tersusun rapi.

3) Ruang P3K / UKS

Ruang P3K atau UKS menjadi satu ruang dengan ruang fisiotrapi. Ruangan ini

berukuran 4x6 meter. Ruangan ini dilengkapi dengan 3 tempat tidur yang dibatasi tirai,

timbangan berat badan, 2 kursi roda, 2 pasang kruk, kotak P3K, 1 meja ½ biro beserta

kurisi, 2 bangku tanpa lengan dan obat-obat ringan.

4) Perpustakaan

Ruangan perpustakaan berukuran 4-6 meter yang di lengkapi dengan 2 lemari

buku, 4 rak buku, 2 meja berukuran 2 meter, 12 kursi tanpa lengan, kipas angin, 1 unit

komputer dan diterangi lampu neon berjumlah 4 bola.

5) Labor Komputer

Labor komputer berukuran 4x4 dilengkapi dengan 5 unit komputer, 1 meja guru,

pendingin ruangan AC, wireless internet, karpet, jam dinding, di terangi dengan lampu

neon berjumlah 4 bola.

6) Ruangan Berkebutuhan Khusus

a) Ruang bina bicara yang digabungkan dengan ruang persepsi bunyi.

Ruang bina bicara digabungkan dengan ruang persepsi bunyi, ruangan ini

digunakan oleh anak-anak dengan keterbatasan tunarungu. Ruangan ini dilengkapi

dengan TV, DVD, tape rekorder, kaca pembesar, cermin, 5 meja dan kursi siswa, 1

meja dan kursi guru, lemari jam, dinding.

b) Ruang Audio Visual

Ruangan audio visual di SLB Sri Mujinab dilengkapi dengan televisi,

DVD, LCD, 8 kursi dan meja siswa, 1 kursi dan meja guru.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 123: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

107

7) Ruangan Praktek Keterampilan Seperti;

a) Ruang menjahit

Ruang menjahit di SLB Sri Mujinab berukuran 4x6 meter, terdapat 2 mesin

jahit elektrik dan 6 mesin jahit manual semua mesin jahit ini masih berfungsi dengan

baik. Selain mesin jahit ruangan ini memiliki almari yang khusus untuk

menggantung pakaian, almari yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan

menjahit, terdapat juga White board yang digunakan untuk membuat gambar atau

desain pakaian yang akan dijahit, beberapa gulungan dasar kain untuk diolah, 1

mesin obras, 1 set gunting kain, strika, 3 kipas angin, 10 kursi, 1 karpet permadani.

Dengan tersedianya alat-alat menjahit yang lengkap, siswa bersemangat

mengasah keterlampilan menjahit. Siswa juga membuat pakaian seragam guru,

pakaian batik yang diperjualkan kepada orang tua siswa dan pakaian fashionshow

untuk anak-anak tunarungu. Dengan adanya perektek menjahit ini diharapkan skill

yang sudah mereka miliki akan berguna setelah menamatkan sekolah.

b) Ruang salon

Ruang salon di SLB Sri Mujinab Pekanbaru berukuran 3x4 yang dilengkapi

dengan 2 kaca besar, 4 kursi yang digunakan berukuran rendah yang digunakan

untuk yang di salon dan 2 kursi tinggi yang digunakan untuk yang akan menghias, 1

kursi cuci rambut, 2 hair drayer, 2 alat catok, 2 keranjang alat, mesin walk, tas make

up, gunting rambut, 2 kipas angin dan poster-poster model rambut. Di ruangan ini

siswa-siswi belajar bagaimana cara menghias, memotong dan mencuci rambut. Pada

umumnya yang mengambil jurusan salon adalah anak perempuan tetapi ada juga

anak-laki-laki yang mengambil jurusan ini. Selain itu di luar jam pelajaran salon

siswa dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di ruangan salon.

c) Ruang Pertukangan

Ruang pertukangan di SLB Sri Mujinab berukuan 4x5 meter, ruangan

dipenuhi dengan alat-alat pertukangan seperti alat pemotong kayu, pahat, gergaji,

paku-paku dengan berbagai ukuran, white board, serpihan-sepihan kayu yang siap

untuk diolah, lemari untuk menyimpan perkakas, amplas, alat penghalus kayu, palu,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 124: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

108

grinda, 2 meja praktek, rak alat, meja las, las listrik, kompresor, cetakan paving blok,

bor listrik, 3 kipas angin.

Ruang pertukangan ini biasa digunakan untuk prek membuat keterampilan

dari kayu, lempengan ataupun daur ulang dari sampah-sampah plastik yang dapat

dimanfaatkan menjadi pajangan, hiasan dinding, vas bunga, hiasan lemari. Hasil

prakarya ini biasanya setiap tahun mengikuti pameran dan dijual.

8) Ruangan Pendukung Lainnya

a) Musholla

Musholla di SLB Sri Mujinab difasilitasi dengan mimbar, 4 sajadah panjang

untuk shalat berjamaah, kipas angin, 4 sajadah untuk 1 orang, 4 sarung, 4 pasang

mukenah, 1 lemari untuk menyimpan Al-Qur’an, 1 lemari menyimpan buku cerita

agama sakaligus mukenah dan sarung. Guru dan siswa biasanya melakukan shalad

jemaah setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu di mushalla ini.

b) Kamar mandi/ WC

Terdapat 2 wc siswa purta dan 2 wc untuk siswa putri dan 2 wc untuk guru

dan pegawai. Wc ini dilengkapi bak, gayung dan kloset duduk, didepan wc terdapat

wastafel, cermin dan sabun cuci tangan

c) Gudang

Gudang di SLB Sri Mujinab digunakan untuk menyimpan alat-alat

kebersihan dan perkebunan seperti gerobak sorong, cangkul, gunting rumput, mesin

potong rumput, ember dan gayung penyiram bunga, mesin foging dan sabit. Selain

itu di dalamnya terdapat kursi dan meja yang tidak digunakan lagi.

d) Taman

Taman merupakan arena bermain untuk siswa-siswi, dengan fasilitas seperti

ayunan, seluncuran, palang tunggal, jembatan penyebrangan, lorong, palang sejajar,

tumput yang tertata rapi, tanaman dan bunga-bunga yang menghihasi taman di SLB

Sri Mujinab.

Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab adalah

sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 125: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

109

a) Lapangan outdor masih menggunakan tanah kosong yang berada di sebelah sekolah

ataupun lapangan pelajar yang berada disebelah kantor Dispora yang tidak jauh dari

SLB Sri Muujinab. Lapangan ini digunakan untuk olahraga atletik dan sepak bola.

Sedangan untuk lapangan basket sekolah memiliki lapangan basket dengan ukuran

standar dan digunakan juga untuk lapangan voli dan bulutangkis. Untuk kolam

berenang menggunakan kolam berenang umum yang letaknya tidak jauh dari sekolah,

biasanya pelajaran renang untuk pembinaan prestasi bagi siswa tunagrahita sedang dan

tunarungu. Lapangan Bocce menggunakan taman sekolah yang dibatasi oleh papan

dengan ukuran yang seadanya.

b) Lapangan indoor sekolah menggunakan aula sekolah yang diperuntukan untuk bermain

tenis meja.

c) Jumlah bola yang di miliki SLB Sri Mujinab

1) Bola kaki berjumlah 3 unit

2) Bola voli berjumlah 2 unit

3) Bola basket berjumlah 2 unit

4) Bola bocce berjumlah 1 set

d) Jumlah net

1) Net voli berjumlah 2 unit

2) Net bulutangkis berjumlah 2 unit

3) Net dan tenis maja berjumlah 4 unit

e) Atletik cabang lempar

1) Cakram berjumlah 2 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2kg

2) Peluru berjumlah 3 utuk 3kg dan 3 unit 5 kg

f) Gawang berjumlah 12 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon

g) Matras berjumlah 1 unit

h) Kun berjumlah 1 set

i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.

j) Stopwatch 1 unit

k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 126: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

110

b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai

Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru yang berjarak 10 km dari pusat

kota di Kecamatan Rumbai Pesisir kelurahan Lembah Damai. Posisi Sekolah Luar Biasa

Cendana Rumbai Pekanbaru berada di dalam areal PT Chevron Rumbai. Sekolah Luar

Biasa Cendana Rumabai ini tergolong sekolah yang maju di antara sekolah luar biasa

lain yang ada di Pekanbaru, karena sekolah ini mempunyai fasilitas yang cukup

dibandingkan Sekolah Luar Biasa lainnya di kota Pekanbaru karena sekolah ini

mendapatkan bantuan dari PT CPI sekarang PT Chevron yang merupakan perusahaan

minyak terbesar di Indonesia dan sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan

Pendidikan Cendana Rumbai yang berada di kawasan PT Chevron.

Adapun fasilitas yang ada di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru adalah:

1) Ruangan Kantor

Ada dua ruangan kantor di sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru

yang berukuran 4x4 meter, satu diantaranya adalah ruangan Kepala Sekolah yang

dilengkapi satu set meja kerja, computer, laptop, white board, lemari dokumen dan

satu set kursi tamu. Ruangan ini diterangi oleh lampu neon 40 watt sebanyak 6 bola

dan alat pendingin (AC) sehingga ruangan ini sangat nyaman rasanya kalau kita berada

di dalamnya, karena ruangan ini tertata dengan rapi. Ruangan kepala sekolah terletak

paling depan dari bangunan sekolah ini sehingga orang yang datang atau tamu dapat

terlihat jelas ketika memasuki areal sekolah, begitu juga anak yang datang ke sekolah

karena kedatangan siswa tidak dapat diatur seperti sekolah-sekolah biasa.

Ruangan majelis guru berhadapan dengan ruangan kepala sekolah ukurannya

4x8 meter dapat digunakan untuk 10 orang guru. Fasilitas yang ada di ruangan guru

adalah meja ½ biro, lemari file, white board, tv, telepon, kursi tempat duduk guru,

almari tempat menyimpan tugas murid dan menyimpan media pengajaran oleh guru,

ruangan ini juga dilengkapi dengan alat pendingin (AC) yang dapat digunakan oleh

guru-guru untuk pendukung proses belajar mengajar. Di ruangan ini meja guru

tersusun dengan rapi sehingga duduk di dalam ruangan guru kita merasa enak dan

nyaman. Letak ruangan majelis guru dengan ruangan kepala sekolah berhadapan yang

dibatasi oleh gang berukuran 1,5 meter menuju ruang belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 127: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

111

Di sebelah ruangan kepala sekolah terletak ruangan tata usaha yang berukuran

3x4 meter, di dalam ruangan tata usaha dilengkapi meja dan kursi untuk pegawai tata

usaha. Ruangan tata usaha dilengkapi AC, komputer, printer, mesin fotocopy, lemari

tempat penyimpanan arsip guru, murid dan arsip sekolah, papan untuk menyusun

kegiatan harian, rak kayu, filling cabinet, alat pengeras suara, tv, dan kebutuhan lain

untuk administrasi sekolah seperti membuat laporan, keadaaan siswa, surat-menyurat

dan lain-lainnya.

2) Ruangan Belajar

Ruangan belajar seluruhnya terdiri dari 8 ruangan yang 6 ruangan berukuran

5x7 meter dan dua ruangan berukuran 4x6 m, ruangan tampak bersih dan rapi hanya

diisi satu meja dan kursi untuk guru serta setiap kelas hanya ada lima pasang kursi dan

meja saja dan ada karpet tempat duduk berwarna hijau. Setiap kelas tampak rapi tidak

ada sampah yang berserakan karena ada petugas yang membersihkan sehingga kelas

selalu nyaman untuk belajar dan ruangan dilengkapi dengan papan tulis serta

dilengkapi AC seperti kelas;

a) Kelas A adalah kelas yang diisi oleh siswa SD dan SMA yang berpotensi untuk

menulis dan membaca dan jumlahnya ada 5 orang, kelas ini dilengkapi dengan

tape combo polytron, kursi murid, lemari, kursi guru, meja kerja ½ biro, meja

computer, meja murid, rak-rak kayu, AC, celling fan, computer, white board,

karpet dan papan absen.

b) Kelas B adalah kelas anak besar tunarungu tidak bisa baca tulis jumlahnya 5

siswa, kelas ini dilengkapi dengan kursi guru, kursi murid, kursi putar tanpa

tangan, meja ½ biro, lemari besi, celling fan, AC, papan absen, cermin, lampu

neon, white board dan karpet.

c) Kelas D adalah kelas siswa SD yang tidak berpotensi pandai tulis baca, siswanya

5 orang, kelas ini dilengkapi dengan kursi guru dan meja guru yang berukuran ½

biro, kursi dan meja untuk murid 5 pasang, komputer, printer, AC, white board,

celling fan, papan absen, karpet

d) Kelas E adalah kelas yang siswanya hanya 1 orang, anaknya suka usil suka

mengganggu temannya yang lain siswanya setingkat SMP, kelas ini dilengkapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 128: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

112

dengan meja guru ½ biro, meja dan kursi murid 5 pasang, lemari peratan, speech

traine, tape recorder, white board, papan absen dan karpet.

e) Kelas F adalah kelas siswa tunarungu setingkat SMP siswanya 2 orang

perempuan, kelas ini dilengkapi dengan kursi guru, meja guru ½ biro dan kursi

putar, 5 pasang meja dan kursi untuk siswa, lemari besi, meja komputer,

komputer, celling fan, white board, papan absen dan AC.

f) Kelas G adalah kelas tunagrahita, siswnya besar-besar jumlahnya 3 orang (SMP dan

SMA) dilengkapi meja guru ½ biro dan kursi putar, 5 pasang meja dan kursi untuk

murid, AC, papan absen, white board, celling fan dan karpet. Setiap ruang kelas

dilengkapi juga dengan cermin, lampu neon 40 watt dan jam dinding.

3) Ruangan Pustaka / Lab Komputer

Dilengkapi dengan satu buah tv, satu buah DVD vitron, 5 buah computer, kursi,

meja baca pustaka, meja computer, rak buku, racun api, scanner dan vacuum cleaner,

dilengkapi dengan karpet, AC, lampu neon 40 watt 4 buah.

4) Ruangan Pembinaan Bicara

Ruangan pembinaan bicara adalah ruangan untuk melatih anak-anak yang kurang

jelas bicaranya maka di ruangan ini anak-anak dilatih berbicara sehingga lama-kelamaan

anak bisa berbicara dan bicaranya bisa dimengerti. Alat yang terdapat di ruangan ini

adalah kaca besar, tape recorder, kursi, meja ½ biro dan aipond.

5) Ruangan Fisioterapi/ UKS

Ruangan fisioterapi/ UKS adalah ruangan untuk tempat anak yang kurang sehat

sesampainya di sekolah, di ruangan ini terdapat dua buah tempat tidur dan lemari obat-

obatan ringan.

6) Ruangan Praktik

a) Ruang Menjahit

Ruangan praktik menjahit bergabung dengan musholah dengan adanya

pembatas triplex. Ruangan keterampilan dilengkapi dengan tv, VCD, computer, 5

mesin jahit, 2 mesin jahit portable, 1 mesin jahit singer, mesin obras, mesin necy,

lemari pakaian, meja tempat memotong kain, gunting, meja seterika, seterika, white

board, lemari peralatan, kursi, bahan kain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 129: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

113

b) Ruangan Pertukangan

Ruangan pertukangan dilengkapi dengan lemari alat, meja ketam, meja las, meja

praktek, rak alat, ban pres, mesin bubut, bot duduk listrik, bor engkol, cetakan batako,

cetakan paving blok, gergaji listrik, kipas angina, kompresor, mesin amplas listrik,

genset, ketam lisrtik, masin bor kayu, masin rotter, las listrik. Ruangan sangat lengkap

sehingga siswa dapat mengasah keterampilan dalam membuat prakarya baik untuk

dipakai sendiri maupun dijual.

c) Ruangan Salon

Ruangan ini dilengkapi dengan alat-alat salon seperti kursi putar, cermin,

meja+cermin, kursi cuci rambut, AC, hair drayer, keranjang alat, tas make up, gunting

rambut, gunting zigzag, bed lulur. Ruangan ini digunakan untuk pelatihan salon bagi

siswa. Beberapa alumni dari SLB ini sudah membuka salon sendiri dengan keterampilan

yang ia dapat ketika bersekolah di SLB Cendana.

7) Ruangan Pendukung Lainnya

a) Musholah bergabung dengan ruangan keterampilan menjahit, siswa dan

guru sholat berjamaah setiap hari Senin, Rabu dan Kamis.

b) Dapur merupakan sarana pendukung lainnya di Sekolah Luar Biasa Cendan

Rumbai yang berfungsi sebagai tempat memasak air untuk guru dan murid, pada hari

Rabu mereka makan siang di sekolah bersama-sama. Makanan dimasak di dapur

berukuran 4x5 meter. Dapur ini dilengkapi dengan peralatan seperti kursi, lemari

peralatan dapur, meja, ampia, blender, cetakan kue, dandang, igloo, kompor hook,

kompor listrik, kulkas dan peralatan makan lainnya seperti piring, gelas, tempat cuci

tangan, sendok, garpu dan lai-lain.

c) WC, dua WC siswa putra, dua WC siswa putrid an dua WC untuk guru dan

pegawai. WC dilengkapi dengan bak dan shower untuk dipakai mandi, ada yang WC

jongkok dan kloset duduk.

d) Gudang TU, di gudang ini disimpan alat-alat seperti kamera, cas batray,

handycam, camera digital, LCD, proyektor, wieless, lemari peralatan, trypot,

laminating, impuls sealer, mesin ketik manual, laptop Toshiba, scanner dan juga ada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 130: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

114

gudang penyimpanan alat-alatyang rusak seperti meja, kursi yang tidak layak pakai

dan perabotan lainnya.

8) Taman

Taman dilengkapi dengan alat-alat bermain seperti ayunan, jembatan

penyeberangan, jungkat-jangkit, palang bertingkat, putaran, seluncuran, tangga

majemuk, tiang gawang, tiang katrol.

Sedangkan untuk fasilitas sarana prasarana pendidikan jasmani adalah sebagai

berikut:

a) Lapangan outdor sekolah ini adalah apangan bola kaki berukuran 40x60 meter,

lapangan bulutangkis semenisasi, lapangan voli semenisasi, bak lompat jauh,

lapangan bocce, lapangan basket. Semua lapangan ini terdapat di dalam lingkungan

sekolah.

b) Lapangan outdor untuk sekolah ini adalah aula terdapat di antara ruangan belajar dan

dapur. Di aula terdapat pentas mini dan bangku panjang serta 5 buah meja murid

serta kursi tempat duduk. Aula digunakan sebagai tempat berdoa bersam sebelum

masuk ke kelas masing-masing dan tempat anak bermain dikala jam istirahat juga

tempat senam pada jam olahraga karena senam irama merupakan alternatif kalau

cuaca kurang baik atau hujan dan terkadang siswa olahrangnya hanya mau senam

saja karena di dinding diletakkan TV 29 inci dan satu buah VCD sehingga anak-anak

mengikuti tayangan yang ada di TV. Berikutnya ada ruangan dimana ruangan ini

diperuntukan untuk kegiatan olahraga tenis meja.

c) Jumlah bola

1) Bola kaki berjumlah 10 unit

2) Bola voli berjumlah 5 unit

3) Bola basket berjumlah 8 unit

4) Bola bocce berjumlah 3 set

d) Jumlah net

1) Net voli berjumlah 3 unit

2) Net bulutangkis berjumlah 2 unit

3) Net dan meja pimpong berjumlah 2 unit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 131: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

115

e) Atletik cabang lempar

1) Cakram berjumlah 3 unit untuk 1kg dan 2 unit untuk 2kg

2) Peluru berjumlah 3 utuk 3kg dan 3 unit 5 kg

f) Gawang berjumlah 6 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon

g) Matras berjumlah 4 unit

h) Kun berjumlah 20 buah

i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.

j) Stopwatch 4 unit

k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.

c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

SLB Pelita Hati Pekanbaru berjarak 14 km dari pusat kota, terletak di

kecamatan Tampan Kota Pekanbaru. Posisi SLB Pelita Hati Pekanbaru terletak

berdekatan dengan kampus utama Univesitas Riau, dengan jarak 500 meter dari jalan

besar. SLB Pelita Hati berdiri di bawah naungan Yayasan Permata Bunda Provinsi

Riau.

Adapun fasilitas sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Luar Biasa Pelita

Hati Pekanbaru sebagai berikut:

1) Ruangan Kantor

Ruangan kepala sekolah berada di lantai dua dengan ukuran 4x6 digabung

dengan ruangan TU dan ruang tamu. Ruangan ini cukup besar dilengkapi 2 meja

kerja yang 1 meja kepala sekolah dan yang lainnya meja untuk TU yang dilengkapi

komputer, laptop selain itu di ruangan ini dilengkapi dengan withe board, lemari

dokumen, satu set kursi tamu dan kipas angin, telefon, jam dindin, wireless internet,

papan slogan yang ditempel di dinding. Ruangan ini diterangi dengan lumpu neon

sebanyak 4 bola. Ruangan ini tertata rapi dan bersih.

Sedangkan untuk majelis guru tedapat di tengah-tengah bangunan atau di

antara kelas-kelas, gunanya untuk mengontrol kelas. Ruang mejelis guru sendiri

berukuran 4x5 meter dengan beberapa fasilitas seperti 9 meja dan kursi untuk guru,

memiliki almari yang digunakan untuk arisip atau menyimpan tugas anak, di

lengkapi 2 kipas angin plafon dan 1 kipas angin dinding, White bord, alat pengeras

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 132: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

116

suara, jam dinding. Ruangan ini juga digunakan untuk rapat ataupun ada pertemuan guru

dan kepala sekolah

SLB Pelita Hati hanya memiliki 8 kelas yang berukuran 6x8 meter, dengan

keterbatasan ruangan maka setiap ruang dapat dibagi lagi menjadi 2 ruang kelas ,dengan

sekat ruang memakai triplek non permanen.

2) Perpustakaan

Perpustakan dilengkapi dengan buku-buku pelajaran, buku-buku cerita, lemari

buku, rak buku, karpet, dan meja bundar ceper.

3) Lab. Komputer

Ruangan lab. komputer digabungkan dengan ruangan audio visual dengan

fasilitas 5 komputer, TV, DVD, alat pengeras suara, kursi, meja, karpet, kipas angin, jam

dinding.

4) Ruang praktek keterampilan seperti;

a) Ruang menjahit

Ruang menjahit digabungkan dengan kelas VII C, dengan fasilitas 1 mesin

jahit portable, 5 mesin jahit manual semua mesin jahit ini masih berfungsi dengan

baik. Selain mesin jahit ruangan ini memiliki almari yang khusus untuk

menggantung pakaian, almari yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan

menjahit, white board yang digunakan untuk membuat gambar atau desain pakaian

yang akan dijahit, beberapa gulungan dasar kain untuk diolah, 1 mesin obras, 1 set

gunting kain, meja strika, strika, 2 kipas angin, 1 karpet permadani.

Dengan tersedianya alat-alat menjahit yang lengkap, siswa bersemangat

mengasah keterlampilan menjahit. Perektek menjahit ini diharapkan skil yang sudah

mereka miliki akan berguna setelah menamatkan sekolah.

b) Ruang pertukangan

Ruang pertukangan berukuan 4x5 meter, ruangan ini hanya berbataskan

triplek dengan kelas XI C. Ruangan dipenuhi dengan alat-alat pertukangan seperti

alat pemotong kayu, pahat, gergaji, paku-paku dengan berbagai ukuran, white

board, serpihan-sepihan kayu, papan yang siap untuk diolah, lemari untuk

menyimpan perkakas, amplas, alat penghalus kayu, palu, grinda, meja praktek, rak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 133: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

117

alat, las listrik, cetakan paving blok, bor listrik, 3 kipas angin, koran yang digulung-

gulung, papan besar untuk merangkai karangan bunga, alat sablon.

Hasil karya dari siswa SLB Pelita Hati pernah menjadi juara umum saat

pameran hasil karya Se-Provinsi Riau.

5) Ruangan pendukung lainnya

a) Kamar mandi/ WC.

Terdapat 1 wc siswa putra dan 1 wc untuk siswa putri dan 1 wc untuk guru

dan pegawai. Wc ini dilengkapi bak, gayung dan kloset jongkok, di depan wc

terdapat wastafel, cermin dan sabun cuci tangan.

b) Gudang

Gudang digunakan untuk menyimpan alat-alat kebersihan, selain itu di

dalamnya terdapat kursi dan meja yang tidak digunakan lagi.

6) Taman

SLB Pelita Hati Pekanbaru tidak memiliki taman, hanya halaman yang

digunakan untuk lahan bermain, upacara bendera dan berolahraga.

Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana olahraga SLB Pelita Hati Pekanbaru

adalah sebagai berikut:

a) Lapangan outdor masih menggunakan tanah kosong yang berada di sebelah sekolah

ataupun lapangan di kawasan Universitas Riau yang tidak jauh dari SLB Pelita Hati

Pekanbaru. Lapangan ini digunakan untuk olahraga atletik dan sepak bola. Untuk

lapangan basket sekolah juga menggunakan lapangan basket yang ada di

lingkungan Universitas Riau, sedangkan voli lapangan yang digunakan adalah

lapangan yang komplek sekolah milik dari perumahan. Untuk kolam renang

menggunakan kolam renang umum yang letaknya tidak jauh dari sekolah, biasanya

pelajaran renang untuk pembinaan prestasi bagi siswa tunagrahita sedang dan

tunarungu. Lapangan Bocce menggunakan taman sekolah yang dibatasi

mengunakan garis mengunakan kapur atau baru bata dengan ukuran yang seadanya.

b) Lapangan indoor sekolah menggunakan aula sekolah yang diperuntukan untuk bermain

tenis meja.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 134: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

118

c) Jumlah bola yang di miliki SLB Pelita Hati Pekanbaru

1) Bola kaki berjumlah 2 unit

2) Bola voli berjumlah 1 unit

3) Bola basket berjumlah 1 unit

4) Bola bocce berjumlah 1 set

d) Jumlah net

1) Net voli berjumlah 1 unit

2) Net bulutangkis berjumlah 1 unit

3) Net dan tenis meja berjumlah 1 unit

e) Atletik cabang lempar

1) Cakram berjumlah 2 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2kg

2) Peluru berjumlah 1 utuk 3kg dan 1 unit 5 kg

f) Gawang berjumlah 2 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon

g) Matras berjumlah 1 unit

h) Kun merupakan kun modifikasi dari paving blok.

i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.

j) Stopwatch 1 unit

k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.

d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina

Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru berjarak 12 km dari pusat kota

dan merupakan SLB negeri satu-satunya di Kota Pekanbaru. Tanah Sekolah sepenuhnya

hak milik Dinas Pendidikan Provinsi Riau , luas areal seluruhnya 14.345m2. Posisi

Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru berada di Jalan Segar No. 46 Kelurahan

Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi.

Adapun fasilitas yang dimiliki SLB ini :

1) Ruangan Kantor

Ruang kepala sekolah digabungkan dengan ruangan ruang tamu. Ruangan ini

cukup besar berukuran 4x6 meter yang dilengkapi 1 meja kerja kepala sekolah yang

dilengkapi komputer, laptop selain itu di ruangan ini dilengkapi dengan withe board,

lemari dokumen, satu set kursi tamu dan kipas angin, telefon, jam dindin, kalkulator,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 135: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

119

wireless internet. Ruangan ini diterangi dengan lumpu neon sebanyak 4 bola.

Ruangan ini tertata rapi dan bersih. Ruangan kepala sekolah terletak paling depan

tepat di sebelah kanan setelah pintu masuk. Sehingga memudahkan tamu untuk

mememui kepala sekolah ataupun kepala sekolah memantau siapa saja yang keluar

masuk sekolah.

Sedangkan ruang majelis guru berukuran 5x7 meter yang difasilitasi meja dan

kursi untuk guru, almari yang digunakan untuk arisip atau menyimpan tugas anak, di

lengkapi 2 kipas angin plafon dan 4 kipas angin dinding, White bord, TV, alat

pengeras suara, jam dinding dan Wc. Tetapi ruangan ini jarang ditempati oleh guru

karena guru lebih sering menghabiskan waktu di kelas ataupun diruangan yang ada di

daerah itu mengingat jarak dari kelas ke majelis guru cukup jauh. Ruangan ini sangat

berfungsi ketika rapat ataupun ada pertemuan guru dan kepala sekolah.

Di sebelah ruang majelis guru terdapat ruang tata usaha yang berukuran 3x3

meter. Di dalam ruangan tata usaha terdapat meja dan kursi untuk pegawai tata usaha.

Selain itu ruang tata usaha juga dilengkapi dengan komputer, printer, lemari tempat

menyimpan arsip sekolah, guru dan murid, papan kegiatan tahunan, rak buku kayu,

alat-tulis, buku-buku tulis besar, alat pengeras suara dan alat-alat administrasi

lainnya.

2) Ruang Kelas

Ruang kelas di SLB Negeri Pembina berjumlah 34 kelas dengan ukuran 4x6

meter dilengkapi oleh 1 pasang meja guru dan 3-12 pasang meja siswa karena siswa

dalam 1 kelas hanya sedikit, kipas angin, papan absen, bingkai-bingkai prakarya

ataupun pahlawan, papan tulis (White board), almari untuk menyimpan perangkat

pembelajaran atau tugas-tugas siswa lainnya, mading hasil karya siswa. Kelas-kelas ini

terlihat rapi dan bersih.

3) Ruang P3K / UKS

Ruang P3K atau UKS menjadi satu ruang dengan ruang fisiotrapi. Ruangan ini

berukuran 6x8 meter. Ruangan ini dilengkapi dengan 2 tempat tidur yang dibatasi tirai,

timbangan berat badan, 2 kursi roda, 2 pasang kruk, kotak P3K, 2 meja ½ biro beserta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 136: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

120

kurisi, 2 bangku tanpa lengan dan obat-obat ringan, gambar dan patung anatomi, gambar

petunjuk titik pijat.

4) Perpustakaan

Ruangan perpustakaan berukuran 4x6 meter yang di lengkapi dengan 2 lemari

buku, 4 rak buku, 2 meja berukuran 2 meter, 12 kursi tanpa lengan, kipas angin, 1 unit

komputer dan diterangi lampu neon berjumlah 4 bola. Ruangan ini juga tersedia

berbagai buku tentang pembelajaran anak berkebutuhan khusus, buku pelajaran, dan

kamus.

5) Labor komputer dan labor multimedia

Labor komputer digabungkan dengan labor multimedia berukuran 4x5

dilengkapi dengan 12 unit komputer, 1 meja guru, pendingin ruangan AC, wireless

internet, karpet, jam dinding, di terangi dengan lampu neon berjumlah 4 bola.

6) Ruangan berkebutuhan khusus seperti:

a) Ruang bina bicara yang digabungkan dengan ruang persepsi bunyi dan labor

audiometer.

Ruang bina bicara digabungkan dengan ruang persepsi bunyi dan labor

audiometer, ruangan ini digunakan oleh anak-anak dengan keterbatasan tunarungu.

Ruangan ini dilengkapi dengan TV, DVD, tape rekorder, kaca pembesar, cermin, 5

meja dan kursi siswa, 1 meja dan kursi guru, lemari jam dinding dan alat pengukur

suara atau bunyi yang dapat digunakan oleh siswa tunarungu.

b) Ruang audio visual

Ruangan audio visual di SLB Negeri Pembina Pekanbaru dilengkapi dengan

televisi, DVD, LCD, 8 kursi dan meja siswa, 1 kursi dan meja guru.

7) Ruang praktek keterampilan seperti;

a) Ruang menjahit (tata busana)

Ruang menjahit di SLB Negeri Pembina berukuran 6x8 meter, terdapat 2

mesin jahit listrik dan 8 mesin jahit manual semua mesin jahit ini masih berfungsi

dengan baik. Selain mesin jahit ruangan ini memiliki almari yang khusus untuk

menggantung pakaian, almari yang digunakan untuk menyimpan perlengkapan

menjahit, terdapat juga White board yang digunakan untuk membuat gambar atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 137: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

121

desain pakaian yang akan dijahit, beberapa gulungan dasar kain untuk diolah, 1

mesin obras, 1 set gunting kain, seterika, meja seterika, meja untuk tempat

menggunting kain, 3 kipas angin, kursi, 1 karpet permadani.

b) Ruang salon (tata kecantikan)

Ruang salon di SLB Negeri Pembina Pekanbaru berukuran 6x8 meter yang

dilengkapi dengan 3 kaca+meja, 3 kursi putar yang digunakan berukuran rendah yang

digunakan untuk yang akan di salon dan 2 kursi tinggi yang digunakan untuk yang akan

menghias, 1 kursi cuci rambut, 2 hair drayer, 2 alat catok, 2 keranjang alat, mesin walk,

tas make up, gunting rambut, 2 kipas angin, steamer, 1 meja guru, 3 meja dan kursi

siswa dan poster-poster model rambut. Di ruangan ini siswa-siswi belajar bagaimana

cara menghias, memotong dan mencuci rambut. Selain itu di luar jam pelajaran salon

siswa dapat memanfaatkan fasilitas yang ada diruangan salon.

c) Ruang Kesenian

Ruang kesenian di SLB Negeri Pembina berukuran 6x8 ruangan ini digunakan

untuk latihan untuk siswa memilih ekstrakurikuler seni rupa, musik, seni tari, seni

lukis dilengkapi dengan alat-alat kesenian seperti rebana, angklung, TV, DVD,

pengeras suara, lemari yang pakaian untuk baju-baju tari, organ, microfon, kanvas, cat

minyak, karpet. Ruangan ini digunakan untuk latihan untuk siswa memilih

ekstrakurikuler kesenian.

d) Tuang Tata Boga

Ruangan tata boga berukuran 6x8 meter yang dilengkapi dengan 2 oven ukuran

besar, 2 westafel pencuci piring, 2 kompor gas, 3 kompor minyak, panci, kuali,

baskom, mangkuk, baki, rak piring, meja untuk membuat adonan, bahan-bahan seperti

tepung, gula, telur, beras, kulkas, meja, kursi, TV, DVD, lemari, celemek, blender,

termos nasi, termos air, mixer, rice cooker, timbangan, dispenser dan kipas angin.

Siswa yang mengambil keterampilan tata boga ini setiap hari membuat kue-kue basah

yang di jual ke guru-guru dan siswa, semua jenis kue basah terutama kue basah khas

melayu dan bisa mereka buat oleh siswa berkebutuhan khusus ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 138: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

122

e) Ruang Otomotif

Ruang otomotif berukuran 6x8 meter dengan berbagai perlengkapan

perbengkelan seperti berbagai jenis kunci, obeng, dongkrak, tang, gerjagaji,

gerinda,kikir, bor, snel dan tap, pahat, kompresor, meja, kursi, baju bengkel. Siswa

yang tergabung dalam otomotif ini adalah siswa tunarungu memperbaiki motor

miliknya sendiri atau pun motor guru yang mengalami kerusakan.

f) Ruang Layang-Layang

Ruang layang-layang berukuran 3x3 meter dan dilengkapi oleh bahan-bahan

pembuat layang-layang seperti kertas, benang, bambu, lem kertas, gunting, amplas

kertas, pisau dan dilengkapi dengan kursi, meja karpet, lemari, rak alat, meja praktek.

Biasanya siswa membuat layang-layang dan kemudian layang-layang yang layak

diterbangkan dijual ke warung-warung yang ada di lingkungan sekolah ataupun siswa

sendiri yang membeli.

g) Ruang hantaran

Ruangan hantaran berukuran 6x8 meter dilengkapi dengan peralatan membuat

hantaran pernikahan ataupun aksesoris. Ruangan ini dilengkapi dengan keranjang-

keranjang, kertas kado, plastik bening, bunga-bunga plastik, lem, gunting, kapas,

benang, kain yang belum diolah, pita, manik-manik, kertas karton, meja, kursi, meja

praktek. Tidak hanya membuat hantaran tetapi di ruangan ini juga dilaksanakan

pelatihan pembuatan aksesoris dan boneka.

h) Ruang Merangkai Bunga

Ruang merangkai bungan berukuran 6x8 meter. Ruangan ini dilengkapi dengan

bunga-bunga pelastik, botol-botol minuman plastik yang nantinya akan dipergunakan

untuk membuat vas bunga, pipet, plastik asoi warna warni, benang, lem kertas, gunting,

busa, gabus, besi pipih yang akan digunakan untuk tangkai bunga, papan-papan untuk

membuat karangan bunga.

i) Ruang Pertukangan

Ruang pertukangan di SLB Negeri Pembina berukuan 6x8 meter, ruangan

dipenuhi dengan alat-alat pertukangan seperti alat pemotong katu, pahat, gergaji, paku-

paku dengan berbagai ukuran, White board, serpihan-sepihan kayu yang siap untuk di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 139: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

123

olah, lemari untuk menyimpan perkakas, amplas, alat penghalus kayu, palu, gerinda, 2

meja praktek, rak alat, meja las, las listrik, kompresor, cetakan paving blok, bor listrik,

kipas angin.

Ruang pertukangan ini biasa digunakan untuk praktek membuat keterampilan

dari kayu, lempengan ataupun daur ulang dari sampah-sampah pelastik yang dapat

dimanfaatkan menjadi pajangan, hiasan dinding, vas bunga, hiasan lemari. Hasil

prakarya ini biasanya setiap tahun mengikuti pameran dan di jual.

8) Ruangan Pendukung Lainnya

a) Musholla

Mushola di SLB Negeri Pembina Pekanbaru difasilitasi dengan mimbar, 5

sajadah panjang untuk sholad berjamaah, tirai dari stenlis sebagai ijab pembatas

sholad antara laki-laki dan perempuan, kipas angin, 4 sajadah perorangan, 4 sarung,

8 pasang mukenah, 1 lemari untuk menyimpan Al-Qur’an, 1 lemari menyimpan

buku cerita agama sakaligus mukenah dan sarung. Guru dan siswa biasanya

melakukan shalat jemaah setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu di

mushalla ini.

b) Kamar mandi/ WC.

Terdapat 2 wc didalam majelis guru, 2 wc untuk siswa putri dan 2 wc siswa

putra. Wc ini dilengkapi bak, gayung dan kloset duduk, di depan wc yang berada di

dalam ruang majelis guru terdapat wastafel, cermin dan sabun cuci tangan.

c) Gudang

Gudang di SLB Negeri Pembina Pekanbaru digunakan untuk menyimpan locker

yang tidak digunakan lagi, kursi dan meja yang tidak digunakan lagi, cangkul, mesin

pemoting rumput, gerobak sorong.

9) Taman atau Halaman

Tidak ada taman di SLB Negeri Pembina ini yang ada hanya halaman yang

sudah disemen atau diberi paving blok yang merupakan arena bermain untuk siswa-

siswi, dengan fasilitas seperti ayunan, seluncuran, tiang bendera dan sepanjang teras

berjejer bunga-bunga yang ditanam di dalam pot.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 140: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

124

Sedangkan fasilitas sarana dan presarana Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina

Pekanbaru adalah sebagai berikut:

a) Lapangan outdoor menggunakan lapangan upacara yang cukup luas dan juga

menggunakan lapangan yang tidak jauh dari sekolah. Di lapangan sekolah terdapat

tiang net yang biasa digunakan untuk net badminton dan voli, memiliki 1 tiang ring

basket. Sementara untuk olahraga sepak bola, dan atletik menggunakan lapangan yang

berada tidak jauh dari sekolah. Untuk olahraga renang sekolah bekerja sama dengan

Aras yakni kolam renang umum yang jaraknya 2 kilometer dari sekolah. Sementara itu

untuk olahraga bocce memakai lapangan tanah yang ada di samping ruang tata boga

dengan ukuran seadanya.

b) Lapangan indoor menggunakan aula yang biasanya digunaka untuk olahraga tenis

meja, olahraga tenis meja di SLB ini merupaka ekstrakulikuler dan pembinaan prestasi.

c) Jumlah bola

1) Bola kaki berjumlah 3 unit

2) Bola voli berjumlah 4 unit

3) Bola basket berjumlah 2 unit

4) Bola bocce berjumlah 2 set

d) Jumlah net

1) Net voli berjumlah 2 unit

2) Net bulutangkis berjumlah 2 unit

3) Net dan tenis meja berjumlah 2 unit

e) Atletik cabang lempar

1) Cakram berjumlah 1 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2kg

2) Peluru berjumlah 2 utuk 3kg dan 2 unit 5 kg

f) Gawang berjumlah 4 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon

g) Matras berjumlah 4 unit

h) Kun berjumlah 1 set

i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.

j) Stopwatch 5 unit

k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 141: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

125

e. Sekolah Luar Biasa Melati

Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru berjarak 12 km dari pusat kota di

Kecamatan Rumbai Pesisir. Posisi Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai ini di lingkungan

rumah penduduk. SLB Melati Rumbai memiliki dua posisi bangunan yang pertama

bangunan inti yang terdapat di halaman rumah kepala sekolah, sedangkan posisi ke dua

hanya berjarak dua rumah dari posisi pertama yang digunakan untuk gedung SMPLB

dan SMALB. SLB Melati Rumbai berdiri di bawah naungan Yayasan Pendidikan

Melati. Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru dibangun di halaman rumah

penasehat Yayasan Pendidikan Melati yakni suami dari kepala sekolah. SLB Melati

Rumbai Pekanbaru adalah sekolah yang sedang berkembang tetapi masih memiliki

hambatan dan kebutuhan.

Adapun fasilitas yang dimiliki Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru

adalah:

1) Ruang Kantor

Ruang kepala sekolah berukuran 3x4 meter digabung dengan ruang tata usaha

dan ruang tamu. Di dalam ruang kepala sekolah dilengkapi dengan 1 meja kerja untuk

kepala sekolah, 1 meja kamputer yang digunakan pegawai tata usaha, printer, 1 kursi

tamu panjang, lemari arsip, kipas angin, karpet dan diterangi oleh 2 lampu neon.

Walaupun dalam satu ruangan ini merupakan akses dari kegiatan sekolah, ruangan ini

tetap tertata rapi dan bersih. Posisi ruangan ini pas di samping rumah ibu kepala

sekolah yang dahulu merupakan garasi rumah sebelum didirikannya SLB Melati

Rumbai ini.

Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai Pekanbaru belum memiliki ruangan majelis

guru. Guru hanya ditempatkan pada kelas tempat ia mengajar. Untuk rapat biasanya

memakai aula sekolah yang merupakan ruangan serba guna di sekolah ini.

2) Ruang Kelas

Ruangan kelas di Sekolah Luar Biasa Melati rumbai berukuran 4x6 meter. Ruang

kelas untuk proses belajar mengajar masih kurang. Untuk mengatasinya selama ini

pihak sekolah melakukan:

a) Penggabungan dua tingkatan kelas menjadi satu kelas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 142: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

126

b) Penggunaan dua jenis kelainan dalam satu kelas

c) Penyekatan satu ruangan kelas yang cukup besar menjadi dua atau tiga kelas

d) Memanfaatkan ruangan lain, seperti aula dan ruang keterampilan menjadi kelas

tempat proses belajar mengajar.

Walaupun dengan keterbatasan ruangan semua warga sekolah tetap bersemangat

dalam semua kegiatan sekolah.

3) Ruang Perpustakaan

Ruang perpustakaan digabung dengan ruang komputer didalam ruangan ini

dilengkapi dengan 5 unit komputer, 1 meja dan kursi guru, rak buku, lemari buku,

pendingin ruangan (AC), diterangi 4 lampu neon, 5 meja baca dan kursi.

4) Ruang Audio visual

Ruang audio visual digabungkan dengan ruang musik dan seni. Ruangan ini

berukuran 4x6 meter yang dilengkapi dengan Tv, DVD, alat pengeras suara, gitar

akustik, orgen, drum, rebana, seruling, kursi dan meja guru, kursi siswa, lemari,

pendingin ruangan (AC). Ruangan ini tempat siswa belajar dan berlatih musik dan juga

merupakan ruang audio visual bagi asiswa tunanetra.

5) Ruang Keterampilan

Ruang keterampilan terletak di samping ruang kepala sekolah dengan ukuran 3x5

meter. Ruangan ini merupakan ruangan berbagai keterampilan seperti menjahit,

membuat aksesoris dan merangkai bunga. Ruangan ini dilengkapi dengan 5 mesin jahit

manual, 1 mesin jahit portable, 1 mesin orbras, gunting kain, meja memotong kain, meja

strika, seterika, lemari, bunga plastik, benang, dasar kain.

6) Ruangan pendukung lainnya

a) Wc, di bangunan pertama terdapat 1 wc untuk guru dan 1 wc untuk siswa,

sedangkan untuk bangunan kedua terdapat 2 wc untuk siswa dan 1 wc untuk guru.

b) Gudang sekolah ini digunakan untuk menyimpan alat-alat yang sudah rusak atau

tidak digunakan seperti meja, kursi, lemari, dan ada juga alat-alat seperti cangkul,

grobak dorong.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 143: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

127

7) Taman

Tidak ada taman di SLB Melati Rmbai ini yang ada hanya halaman yang sudah

disemen yang merupakan arena bermain untuk siswa-siswi. Gedung utama memiliki

fasilitas seperti ayunan, seluncuran, palang bertingkat, tiang bendera dan sepanjang teras

ruangan kepala sekolah berjejer bunga-bunga yang di tanam didalam pot. Untuk gedung

kedua selurah halaman disemen dan hanya ada 1 tiang bendera

Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan jasmani Sekolah Luar Biasa

Melati Rumbai Pekanbaru adalah sebagai berikut:

a) Lapangan outdor menggunakan halaman yang berada digedung kedua. Dihalaman

terdapat 1 tiang ring basket dan 1 tiang net yang dapat digunakan untuk net voli dan

batminton, sementara itu untuk bermain sepak bola ataupun atletik dapat mengunakan

lapangan yang tidak jauh dari sekolah. Lapangan ini jaga digunakan oleh sekolah dasar

yang tidak jauh dari SLB. Sementara itu untuk tenis meja, mengunakan halaman

sekolah dengan memindahkan tenis meja ke halaman.

b) Lapangan indor menggunakan aula yang biasanya digunakan ketika cuaca sedang

tidak mendukung melakukan kegiatan penjas dilapangan.

c) Jumlah bola

1) Bola kaki berjumlah 2 unit

2) Bola voli berjumlah 2 unit

3) Bola basket berjumlah 1 unit

4) Bola bocce berjumlah 1 set

d) Jumlah net

1) Net voli berjumlah 1 unit

2) Net bulutangkis berjumlah 1 unit

3) Net dan tenis meja berjumlah 2 unit

e) Atletik cabang lempar

1) Cakram berjumlah 1 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2 kg.

2) Peluru berjumlah 2 untuk 3kg dan 1 unit 5 kg.

f) Gawang berjumlah 4 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon dan diganti dengan ban

motor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 144: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

128

g) Matras berjumlah 1 unit.

h) Kun berjumlah 1 set.

i) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.

j) Stopwatch 1 unit.

k) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.

f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih

Sekolah Luar Biasa AL-Faqih berjarak 13 km dari pusat kota di kecamatan

Tampan. Posisi SLB AL-Faqih berada di lingkungan perumahan, bagi orang tua yang

tidak mengunakan kendaraan pribadi dapat mengunakan becak atau ojek untuk

mengantarkan anak ke sekolah. SLB AL-Faqih berdiri dalam naungan Yayasan

Pendidikan Al-Faqih. SLB ini masih dalam tahap pengembangan masih banyak

hambatan dan dan kebutuhan.

Adapun fasilitan yang ada di Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Pekanbaru adalah

sebagai berikut:

1) Ruangan Kantor

Ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, majelis guru dan ruang tamu dijadikan

satu ruangan karena hanya ada 5 tenaga pengajar di sekolah ini. Ruangan ini berukuran

6x8 meter dilengkapi dengan 1 meja dan kursi kepala sekolah, 1 meja dan kursi tata

usaha, komputer, print, wireless, 6 meja dan kursi guru, lemari arsip, 1 set kursi tamu,

kipas angin, dispenser, papan tulis, jam dinding, pengeras suara.

2) Ruang Kelas

Ruang kelas di SLB Al-Faqih ada 6 ruangan yang ukurannya 6x8 meter, dengan

keterbatasan ruang maka satu ruangan disekat menggunakan triplek untuk dua kelas.

Ada 6 ruangan masih dalam tahap pembangunan. Ada pun fasilitas yang ada didalam

kelas 1 set kursi dan meja guru, lemari, 8 sampai dengan 12 pasang meja dan kursi

siswa, kipas angin.

3) Ruang Perpustakaan

Ruang perpustakaan digabung dengan ruang komputer. Ruangan ini difasilitasi

dengan 5 komputer, 2 lemari buku, 2 rak buku, karpet dan meja berukuran rendah untuk

membaca buku. Terdapat juga buku-buku pelajaran dan buku cerita.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 145: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

129

4) Ruangan Berkebutuhan Khusus

a) Ruangan Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama

Di ruangan ini digunakan untuk siswa tunarungu, ruangan ini dilengkapi

dengan LCD TV, DVD, kursi dan meja siswa, kursi dan meja guru, poster-poster

abjad menggunakan tangan, poster bahasa isyarat, pengeras suara, kipas angin.

b) Ruangan Fisiotrapi

Ruang fisiotrapi digabungkan dengan ruang UKS, di ruangan ini terdapat 2

tempat bed, bola terapi, kotak P3K, obat-obatan ringan, meja dan kursi, timbangan

berat badan dan kipas angin.

5) Ruangan Praktik

a) Ruang Salon

Ruang salon ini masih sangat sederhana, karena praktek salon merupakan

kegiatan baru disekolah ini. Ruangan salon dilengkapi dengan 2 cermin+kaca, tes

make up, gunting rambut, beberapa jenis sisir, penjepit rambut, bangku tanpa

lengan, lemari kaca, kipas angin dan poster-postem model rambut.

b) Ruangan Aksesoris

Ruangan aksesoris merupakan ruangan yang digunakan untuk siswa yang

belajar membuat aksesoris seperti, bros jilbab, penjepit rambut, boneka, mainan

kunci dari manik-manik. Ruangan ini dilengkapi dengan lemari untuk menyimpan

peralatan, kipas angin, karpet, mesin jahit, bahan-bahan membuat aksesoris seperti

kain perca, kawat, benang nilon, manik-manik, kapas.

6) Ruangan Pendukung Lainnya

a) Dapur merupakan ruangan pendukung di SLB Al-Faqih Pekanbaru yang berfungsi

untuk memasak air atau masak bersama untuk acara makan besama di sekolah.

Dapur ini dilengkapi dengan peralatan seperti kursi, meja, rak piring, westafel

pencuci piring, meja, kompor, panci, kuali, cetakan kue, oven, sendok, garpu,

piring.

b) Wc di SLB Al-Faqih terdapat di sebelah ruangan kantor, terdapat 1 wc untuk guru

dan 1 wc untuk siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 146: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

130

c) Gudang di SLB ini digunakan untuk menyimpan barang atau peralatan yang tidak

terpakai seperti meja, bangku, alat bangunan seperti cat, ember, kuas, karena

sekolah ini sedang proses pembangunan.

7) Halaman

Halaman di SLB ini cukup luas tetapi tidak ada taman, semua lantai

halaman sudah menggunakan paving blok. Hanya ada beberapa bunga didalam pot

yang terdapat di teras kantor dan kelas. Halaman ini juga digunakan unruk kegiatan

penjasorkes. Selain ini halaman ini dilengkapi dengan ayunan, seluncuran, putaran

untuk fasilitas bermain.

Sedangkan fasilitas sarana dan prasarana di Sekolah Luar Biasa Al-Faqih adalah

sebagai berikut:

a) Lapangan outdoor menggunakan halaman sekolah ini. Di halaman terdapat 1 tiang

ring basket dan 1 tiang net yang dapat digunakan untuk net voli dan badminton,

sementara itu untuk bermain sepak bola ataupun atletik dapat mengunakan lapangan

yang tidak jauh dari sekolah. Lapangan ini merupakan tanah lapang milik

perumahan di sekitar lingkungan sekolah. Sementara itu untuk tenis meja,

mengunakan halaman sekolah dengan memindahkan tenis meja ke halaman.

b) Jumlah bola

1) Bola kaki berjumlah 2 unit

2) Bola voli berjumlah 2 unit

3) Bola basket berjumlah 1 unit

4) Bola bocce berjumlah 1 set

c) Jumlah net

1) Net voli berjumlah 1 unit

2) Net bulutangkis berjumlah 1 unit

3) Net dan tenis meja berjumlah 2 unit

d) Atletik cabang lempar

1) Cakram berjumlah 1 unit untuk 1kg dan 1 unit untuk 2 kg.

2) Peluru berjumlah 2 utuk 3kg dan 1 unit 5 kg.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 147: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

131

e) Gawang berjumlah 4 unit yang dimodifikasi dari pipa paralon dan diganti dengan

ban motor.

f) Matras berjumlah 1 unit.

g) Kun berjumlah 1 set.

h) Peluit yang dimiliki oleh guru penjas.

i) Stopwatch 1 unit.

j) Kostum siswa yang sudah ditetapkan oleh sekolah.

9. Tata Tertib Siawa

Tata tertib siswa yang berlaku di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru adalah

sebagai berikut:

a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab

1) Ketentuan Waktu Masuk dan Pulang: Waktu masuk sekolah semua murid adalah

pagi pukul 07.30 WIB

2) Waktu istirahat: Kelas TKLB s/d SDLB pukul 09.00-09.30 WIB, Kelas SMPLB s/d

SMALB istirahat pertama pukul 09.30-09.45 WIB. Istrahat kedua pukul 11.05-

11.20 WIB

3) Waktu pulang sekolah: Kelas persiapan; TKLB pulang pukul 10.00 WIB, kelas

SDLB kelas I-III pulang pukul 10.30 WIB, Kelas dasar SDLB IV s/d VI pulang

pukul 11.00 WIB, Kelas dasar; SMPLB s/d SMALB dan kelas lanjutan pulang

pukul 13.40 WIB

4) Kebersihan Disiplin dan Sopan Santun: Setiap hari Rabu diadakan pemeriksaan

kuku, murid dilarang memelihara kuku, Murid harus menyisir rambutnya dengan

rapi, untuk murid putra tidak diperbolehkan berambut panjang atau gondrong.

Setiap bulan dilakukan pemeriksaan rambut, Semua murid wajib mengikuti upacara

senin dan senam pagi, Semua murid dilarang merokok, Semua murid wajib

menghormati orang tua, guru dan sesama teman di sekolah, Semua murid dilarang

berkelahi, Semua murid wajib mengikuti semua peraturan dan tata tertib sekolah,

Siswa yang berkasus di lingkungan sekolah wali kelas melapor ke piket, orang tua

dilarang menangani sendiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 148: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

132

5) Sangsi Pelanggaran/Penyimpangan: Terlambat satu kali, ditegur/ diberi nasehati secara

lisan, Terlambat dua kali, ditegur/diberi nasehat secara lisan dan hukuman fisik secara

spontan (semua hukuman yang diberikan bersifat mendidik).

a) Terlambat tiga kali berturut selama tiga hari, tidak diizinkan mengikuti pelajaran di

kelas dan disuruh pulang.

b) Pelanggaran/penyimpangan yang menyangkut disiplin, etika dan sopan santun, akan

diambil kebijaksanaan sesuai jenis berat/ringannya.

c) Tidak masuk sekolah selama 2 bulan berturut-turut tanpa ada keterangan dianggap

mengundurkan diri.

6) Pakaian Seragam SLB

Tabel. 10. Peraturan Seragam SLB Sri Mujinab

No. Hari Baju Seragam yang dipakai ke Sekolah

1. Senin-Selasa Baju Osis SD, SMP, SMA

2. Rabu-Kamis Baju biru batik Riau, celana/rok biru dongker

3. Jum’at Baju melayu

4. Sabtu Baju Pramuka atau pakaian Olahraga sesuai jadwal pelajaran.

5. Sepatu warna hitam pakai tali dan kaos kaki putih.

Semua baju seragam dipakai dengan rapi dan baju dimasukan.

b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai

Tata tertib siswa Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru

1) Setiap siswa berhak:

a) Mendapatkan pelayanan pendidikan dan pengajaran dari sekolah

b) Mengikuti kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah.

c) Menggunakan alat-alat dan fasilitas sekolah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

d) Mendapatkan penghargaan atas prestasi yang dicapai.

2) Setiap Siswa Berkewajiban Untuk:

a) Melaksankan tugas-tugas pendidikan dan pengajaran di sekolah atau di luar

sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 149: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

133

b) Melaksanakan peraturan tata tertib sekolah dengan sebai-baiknya

c) Menghormati sesama siswa, guru dan karyawan, orang tua dan pengurus Yayasan

Pendidikan Rumbai (YPC)

d) Berbahasa Indonesia yang baik dan benar

e) Hadir di sekolah 10 menit sebelum bel berbunyi

f) Melaksanakan 6K (keamanan, kebersihan, ketertiban, kekeluargaan, keindahan,

kerindangan)

g) Menjaga dan merawat sarana dan prasaran sekoalh

h) Membayar SPP tepat pada waktunya

3) Pakaian Seragam Sekolah Luar Biasa Cendana Rumabi

Tabel 11. Seragam Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai

No Hari Baju seragam yang dipakai ke Sekolah Luar Biasa (SLB)

1 Senin Celana/ rok/ topi/ dasi warna biru, kemeja/ blus putih, sepatu hitam

dengan kaos kaki putih, ikat pinggang hitam

2 Selasa Celana/ rok warna biru/ kemeja/ blus warna putih, sepatu hitam dengan

kaos kaki putih, ikat pinggang hitam

3 Rabu Celana/ rok warna biru/ kemeja/ blus warna putih, sepatu hitam dengan

kaos kaki putih, ikat pinggang hitam

4 Kamis Celana/ rok warna biru, kemeja/ blus batik, sepatu berwarna hitam

5 Jumat Baju melayu

Sepatu bebas

c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

Adapun tata tertib yang berlaku di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru

adalah sebagai berikut:

1) Tata Tertib Siswa Sekolah Luar Biasa Pelita Hati Pekanbaru

a) Sekolah masuk pukul 07.000 WIB. Siswa sudah harus hadir minimall 5 menit

sebelum bel berbunyi.

b) Sebelum pelajaran dimulai dan sebelum pulang sekolah berdoa menurut agama

dan kepercayaan masing-masing.

c) Siswa harus selalu mengenakan seragam yang ditentukan oleh sekolah dan

berpakaian bersih, rapi dan sopan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 150: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

134

d) Siswa harus mengikuti upacara di sekolah dengan tertib.

e) Siswa tidak boleh berkuku panjang dan berambut panjang. Bagi siswa perempuan

tidak boleh mengenakan perhiasan yang berlebihan di sekolah.

f) Siswa harus patuh kepada bapak dan ibu guru.

g) Siswa harus hormat kepada tamu yang datang ke sekolah.

h) Apabila tidak masuk sekolah, siswa membertahukan secara lisan atau tertulis

kepada guru kelas/ sekolah.

i) Peliharalah buku pelajaran/ buku perpustakaan dan alat pelengkap lainnya dengan

baik, rapi dan bersih.

j) Pada waktu istirahat, tidak dibenarkan membeli jajan di luar sekolah.

k) Siswa harus ikut membantu menjaga kebersihan sekolah.

l) Siswa dilarang mencoret-coret meja, jedela, pintu dan dinding sekolah.

m) Buang air harus di tempat yang ditentukan (WC) dan siram kloset sampai bersih

setelah digunakan.

n) Jagalah dan peliharalah tanaman yang ada di pekarangan sekolah.

o) Dilarang keras merokok di lingkungan sekolah.

p) Siswa dilarang membawa barang berharga ke sekolah.

q) Siswa harus menjaga nama baik sekolah dimanapun berada.

r) Dilarang berkelahi di sekolah.

s) Dilarang meninggalkan kelas sebelum jam pulang sekolah.

t) Siswa dilarang membawa handphone, radio atau maupun mainan dari rumah selama

KBM berjalan maupun di lingkungan sekolah.

u) Siswa harus taat pada tata terttib yang diterapkan di sekolah.

2) Sanksi-Sanksi

a) Bagi siswa yang melanggar tata tertib di atas akan ditindaklanjuti.

b) Terlambat mengikuti upacara bendera, tidak diperkenankan masuk lingkungan

upacara.

c) Tidak memakai seragam sekolah, membuat surat pernyataan.

d) Tidak mengikuti senam pagi wajib lapor kepada guru kelas atau wali kelas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 151: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

135

e) Bagi siswa yang terbukti membawa HP, radio atau mainan dari rumah dalam tiga

kali peringatan tidak diindahkan maka barang tersebut menjadi barang milik

sekolah.

d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina

Tata tertib siswa di Sekolah Negeri Pembina Pekanbaru adalah sebagai berikut

1) Siswa wajib hadir 15 menit sebelum pelajaran di mulai

2) Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran

3) Berakaian seragam sesuai ketentuan sekolah

4) Siswa wajib mengikuti upacara

5) Siswa wajib mengikuti senam pagi

6) Siswa wajib mengikuti kegiatan Jumat ceria sesuai yang dipilihnya

7) Siswa wajib melaksanakan tugas-tugas yang diberikan guru

8) Siswa wajib membawa peralatan sekolah

9) Apabila berhalangan hadir siswa wajib mohon izin pada guru kelas

10) Selama pembelajaran pintu gerbang ditutup, apabila siswa ada keperluan wajib

mohon izin pada guru kelas / guru piket

11) Siswa wajib membiasakan adab sopan santun

12) Siswa wajib menjaga kebersihan diri dan lingkungan

13) Siswa dihimbau untuk jajan di kantin sekolah

14) Siswa dilarang membawa hand phone ke sekolah

15) Siswa dilarang mencuri

16) Siswa dilarang melakukan kekerasan

17) Siswa dilarang mengecat rambut warna-warni

18) Siswa putra dilarang berambut panjang / rambut harus dipotong pendek

19) Siswa putra dilarang memakai perhiasan

20) Siswa putri dilarang memakai perhiasan berlebihan

Apabila siswa melanggar peraturan yang telah ditentukan sekolah, maka siswa

diberi sanksi sebagai berikut :

1) Teguran lisan

2) Teguran tertulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 152: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

136

3) Hukuman

Apabila tiga kali (3 x) melakukan pelanggaran tata tertib yang telah

ditentukan sekolah, siswa sanggup mengundurkan diri dari sekolah SLB Negeri

Pembina Pekanbaru.

e. Sekolah Luar Biasa Melati

Adapun tata tertib siswa Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai PekanBaru adalah

sebagai berikut:

1) Pada jam belajar, siswa harus berada di ruangan dan mengikuti pelajaran yang telah

ditentukan / disediakan.

2) Berperan serta menjaga kebersihan lingkungan, (ruang belajar, asrama, mushola,

ruang makan dsb).

3) Menjalankan pergaulan yang harmonis, saling menghormati, dan tidak merugikan

orang lain.

4) Menjalankan ibadah menurut agama masing-masing dan saling menghormati antar

umat beragama.

5) Senantiasa berpakaian dan berpenampilan yang bersih, rapi dan sopan.

6) Tidak membawa / menyimpan senjata tajam atau semacamnya yang dapat

membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

7) Dilarang merokok / memakai Narkoba di dalam maupun di luar panti selama

menjadi siswa SLB Melati Rumbai Pekanbaru.

8) Tidak diperkenankan melakukan pergaulan bebas antara siswa pria dan wanita yang

melampaui batas norma-norma agama dan kesusilaan.

9) Menjaga kebersihan dan kerapian kelas masing-masing.

10) Menjaga barang milik sendiri dan ikut serta memelihara barang inventaris sekolah,

serta dilarang memindah tempatkan tanpa seizin petugas.

11) Menghemat pemakaian dan memelihara fasilitas air dan listrik.

12) Tidak diperkenankan membawa / memakai barang-barang perhiasan yang berlebih-

lebihan.

13) Tidak diperkenankan pindah kamar tanpa perintah / izin petugas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 153: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

137

14) Siswa putra dilarang masuk ke kamar siswa wanita atau sebaliknya tanpa perintah /

seizin pengasuh atau petugas.

15) Siswa makan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan dan tdak diperkenankan

membawa makan ke ruang asrama, kecuali sakit atau seizin petugas.

16) Tidak membuat gaduh, membunyikan tv,tape atau radio pada jam pelajaran dan

istirahat malam.

17) Tidak diperkenankan menerima pasien pijat di dalam kamar asrama.

18) Tidak menerima tamu di dalam kamar, kecuali keluarga , dan harus melaporkan

kepada petugas / satpam.

19) Siswa yang akan berpergian meninggalkan panti karena suatu sebab, wajib meminta

izin kepada pengasuh atau petugas. Pihak sekolah tidak bertanggung jawab atas

kejadian yang menimpa apabila siswa meninggalkan panti tanpa ijin / sepengetahuan

pengasuh / petugas.

20) Tidak diperkenankan memperjualbelikan barang pembagian sekolah/ panti atau

inventaris (alat-alat kebersihan, reglet/pen, alat-alat kebersihan sendiri, dsb).

21) Dilarang mengikuti / memasuki suatu organisasi politik yang dilarang pemerintah

atau mengadakan kegiatan di luar panti tanpa seizin kepala panti.

22) Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini, akan diatur lebih sesuai dengan

keperluan.

f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih

Tata tertib siswa Sekolah Luar Biasa AL-Faqih Pekanbaru

1) Kedisiplinan Siswa

a) Siswa berpakaian lengkap dan rapi.

b) Dilarang makan di dalam kelas.

c) Dilarang membeli makanan pada jam pelajaran.

d) Membuang sampah pada tempatnya.

e) Dilarang memakai gelang, kalung, dan anting bagi pria.

f) Dilarang memakai perhiasan yang berlebihan.

g) Wajib mengikuti upacara bendera.

h) Tidak mengganggu/mengacau kelas lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 154: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

138

i) Bersikap sopan / tidak menentang guru dan pegawai.

j) Tidak memalsukan tanda tangan wali, guru ataupun kepala sekolah.

k) Dilarang membawa minuman keras.

l) Dilarang merusak sarana dan prasarana sekolah

m) Tidak mengambil barang milik orang lain

n) Dilarang membawa senjata tajam tanpa sepengetahuan sekolah.

10. Jumlah Siswa T.A 2014 / 2015

Jumlah siswa pada tahun 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru adalah

sebagai berikut:

a. Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab

Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab

Pekanbaru sebanyak 129 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Sri Mujinab Pekanbaru

Menurut Kelainannya.

KELAS JURUSAN JUMLAH

TOTAL A B C C1 D AUTIS

TKLB A - - - - - - -

B - - - - - - -

C - - - - - - -

SUB Jumlah

SDLB 1 1 - 3 2 - - 6

2 1 4 3 4 1 - 13

3 1 6 2 2 1 - 13

4 - 7 3 2 2 - 15

5 1 5 3 3 1 - 10

6 - - - 9 1 - 17

SUB Jumlah 4 22 18 22 6 0 72

SMPLB 1 - 8 5 6 - - 19

2 - 7 2 5 1 - 15

3 - - 4 5 - - 9

SUB JUMLAH 0 15 11 16 1 0 43

SMALB 1 - - 2 2 - - 4

2 - - 7 - 1 - 8

3 - - 2 - - - 2

SUB Jumlah 0 0 11 1 1 0 14

Jumlah Total 4 37 40 40 8 0 129

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 155: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

139

b. Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai

Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Cindena

Rumbai Pekanbaru sebanyak 24 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13: Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Cendana

RumbaiPekanbaru Menurut Kelainannya.

KELAS JURUSAN JUMLAH

TOTAL A B C C1 D AUTIS

TKLB A - - - - - 1 1

B - - - 1 - - -

C - - - - - - -

SUB JUMLAH - - - 1 - 1 2

SDLB 1 - - 1 - - - 1

2 - - - - - - -

3 1 - - - - - 1

4 1 2 - - - - 3

5 - 2 1 - - 1 4

6 - - - - - - -

SUB JUMLAH 2 4 2 - - 1 9

SMPLB 1 - - - - - - -

2 - - 2 1 - - 3

3 - 1 - - - - 1

SUB JUMLAH - 1 2 1 - - 4

SMALB 1 - - 1 - - 1 2

2 - - 1 2 - - 3

3 - - 2 2 - - 4

SUB JUMLAH - - 4 4 - 1 9

Jumlah Total 2 5 8 6 - 3 24

c. Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Pelita Hati

Pekanbaru sebanyak 64 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 156: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

140

Tabel 14. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Pelita Hati Pekanbaru

Menurut Kelainannya.

KELAS JURUSAN JUMLAH

TOTAL A B C C1 D AUTIS

TKLB A - 4 - 1 - 1 6

B - - - - - - -

C - - - - - - -

SUB JUMLAH 4 - 1 - 1 6

SDLB 1 1 1 - 1 - - 3

2 - 7 1 3 - - 11

3 - 3 2 - - - 5

4 - 1 1 5 1 - 8

5 - 1 2 5 - - 8

6 - 6 4 - - - 10

SUB JUMLAH 1 19 10 14 1 - 45

SMPLB 1 - - 2 2 - - 4

2 - - - 2 - - 2

3 - - - - - - -

SUB JUMLAH - - 2 4 - - 6

SMALB 1 - 1 3 2 - - 6

2 - - - - - - -

3 - - 1 - - - 1

SUB JUMLAH - 1 4 2 - - 7

Jumlah Total 1 24 16 21 1 1 64

d. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina

Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Negeri

Pembina Pekanbaru sebanyak 267 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 157: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

141

Tabel 15. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Negeri Pembina Pekanbaru

Menurut Kelainannya.

KELAS JURUSAN JUMLAH

TOTAL A B C C1 D AUTIS

TKLB A - - - - - - -

B - - - - - - -

C - - - - - - -

SUB JUMLAH - - - - - - -

SDLB 1 3 10 22 1 1 3 40

2 2 15 20 2 1 1 41

3 2 12 8 5 2 3 32

4 2 10 10 4 4 4 34

5 1 8 11 1 1 1 23

6 3 8 8 8 2 6 35

SUB JUMLAH 13 63 79 21 11 18 205

SMPLB 1 2 8 7 3 - - 20

2 - 5 3 2 1 4 15

3 - 2 1 1 - - 4

SUB JUMLAH 2 15 11 6 1 4 39

SMALB 1 - 10 2 - - - 12

2 - 6 3 - 1 - 10

3 1 1 1 - - - 3

SUB JUMLAH 1 17 6 - 1 - 23

Jumlah Total 16 95 96 25 13 22 267

e. Sekolah Luar Biasa Melati

Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa Melati

Rumbai Pekanbaru sebanyak 81 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 158: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

142

Tabel 16. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB Melati Rumbai Pekanbaru

Menurut Kelainannya.

KELAS JURUSAN

JUMLAH

TOTAL

A B C C1 D E AUTIS

TKLB A - 1 - - - - - 1

B - 1 - - - - - 1

C - - - - - - - -

SUB JUMLAH - 2 - - - - - 2

SDLB 1 - 1 6 - - - - 7

2 1 2 8 - - - - 11

3 - 3 5 - - - 3 11

4 - 2 4 1 - - 7 14

5 - 3 10 - 1 1 15

6 - - 1 - 1 - 2

SUB JUMLAH 1 11 34 1 1 1 11 60

SMPLB 1 1 2 - 3

2 - 1 1 1 1 - 4

3 - 3 2 1 1 1 - 8

SUB JUMLAH 1 6 3 1 2 2 - 15

SMALB 1 - 1 1 - - - - 2

2 - 1 1 - - - - 2

3 - - - - - - - -

SUB JUMLAH - 2 2 - - - - 4

Jumlah Total 2 21 39 2 3 3 11 81

f. Sekolah Luar Biasa AL-Faqih

Jumlah siswa pada tahun ajaran 2014/2015 di Sekolah Luar Biasa AL-Faqih

Pekanbaru sebanyak 30 siswa mulai dari TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 159: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

143

Tabel 17. Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2014 / 2015 SLB AL-Faqih Pekanbaru

Menurut Kelainannya.

KELAS JURUSAN JUMLAH

TOTAL A B C C1 D AUTIS

TKLB A - - - - - - -

B - - - - - - -

C - - - - - - -

SUB JUMLAH - - - - - - -

SDLB 1 - 2 2 - - 1 5

2 - 2 2 - - - 4

3 - 1 3 - - - 4

4 - 2 2 - - - 4

5 - 1 - - - - 1

6 - - - 1 - - 1

SUB JUMLAH - 8 9 1 - 1 19

SMPLB 1 - 2 1 1 - - 4

2 - - 1 - - - 1

3 - 2 - - - 1 3

SUB JUMLAH - 4 2 1 - 1 8

SMALB 1 - 1 - - - - 1

2 - - - - 1 - 1

3 - - 1 - - - 1

SUB JUMLAH - 1 1 - 1 - 3

Jumlah Total - 13 12 2 1 2 30

B. Hasil Penelitian

Dalam mengungkap imlementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif di Sekolah

Luar Biasa (SLB) di Kota Pekanbaru maka teknik yang dilakukan dengan wawancara. Hal

ini untuk mengungkap sejauh mana manajemen dalam implementasi kurikulum,

keberadaan, pemanfaatan dan pemeriharaan sarana dan prasarana, pelaksanaan proses

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, serta kendala, kesulitan dan usaha dalam

implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa Kota Pekanbaru.

Dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Riau menetapkan Sekolah Luar Biasa di

Kota Pekanbaru tetap melanjutkan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar. Hal ini

seperti di ungkapkan oleh wakil kepala sekolah SLB Negeri Pembina Pekanbaru pada

tanggal 01 Desember 2014, pukul 09.00 WIB:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 160: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

144

”Kalau untuk SLB kita tetap menggunakan kurikulum 2013. Pada

awalnya tetap timbul pro dan kontra dengan melanjukan

kurikulum ini. Tetapi saya yakin bahwa pemerintah memiliki

dasar pertimbangan dalam memutuskan ini. Jadi dalam rapat

KKG yang lalu dan dihadiri oleh pihak dinas bahwa semua

sekolah luar biasa di Provinsi Riau khususnya Kota Pekanbaru itu

tetap menggunakan kurikulum 2013, berbeda yang di sekolah

umum bisa menghentikan kurikulum ini untuk yang baru jalan

satu semester”

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh bapak MY selaku pengawas SLB

Kota Pekanbaru yang ditemui pada saat kunjungan di SLB Sri Mujinab pada tanggal 02

Desember 2014:

”Dinas sudah memutuskan kalau sekolah luar biasa tetap

melanjutkan kurikulum 2013, walaupun saat ini masih banyak

kekurangan. Kita berharap tahun 2015 nanti semua SLB sudah

secara merata menggunakan kurikulum ini untuk semua mata

pelajaran. Untuk sekarang yang SD hanya kelas I dan kelas VI,

untuk SMP itu baru kelas VII saja dan SMA untuk semua kelas.

Selain itu nanti akan ada sosialisasi yang mendalam terkait

dengan implementasi kurikulum 2013 yang akan disesuaikan

dengan kurikulum fleksibel yang akan dilakukan beberapa tahap.

Untuk yang sekarang kita masih mengharapkan bantuan dari

rekan guru untuk bisa mempresentasikan kepada rekan-rekannya

terkait dengan hasil pelatihan yang sudah diikutinya selama ini.”

Dari kutipan ini menunjukan bahwa pemerintah provinsi khususnya Dinas

Pendidikan Provinsi Riau bidang Pendidikan Luar Biasa akan tetap melanjutkan kurikulum

2013 untuk acuan pembelajaran. Kurikulum 2013 dilaksanakan serentak pada awal tahun

ajaran 2014-2015. Banyaknya langkah yang harus disusun ketika menyesuaikan kurikulum

ini menjadi kurikulum fleksibel. Perlunya pemahaman yang mendalam terhadap isi dari

standar kurikulum 2013 agar dapat diimplementasikan secara baik.

Terkait dengan pemahaman terhadap setandar isi dari kurikulum 2013 ini. Hal ini

pertama kali peneliti tanyakan kepada bpk MH pada tanggal 01 Desember 2013. Apakah

bapak sudah memahami standar isi dari kurikulum 2013?

”Sebenarnya SLB itu sudah paling telat menggunakan kurikulum

2013 ini karena di sekolah umum sudah satu tahun lebih dahulu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 161: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

145

dari kita. Sedangkan di SLB serentak se-Indonesia menggunakan

pada tahun 2014. Untuk kurikulum 2013 ini sebenarnya bagus

mengunakan tematik jadi pelajaran itu digabungkan dan saling

terhubung satu dan lainnya. Jadi kita sekarang ini menggunakan

tema itu untuk yang tingkat sekolah dasar, tetapi yang SMP dan

SMA menggunakannya permata pelajaran dan ini masih belum

semuanya terimplementasikan karena terlalu banyak kendala

mulai dari administrasi kelas, bahan ajar dan sarana prasarananya.

Karena harus tetap dilanjutkan pemerintah dan sekolah masih

dalam tahap penyesuaian jadi sebagian kelas memakai kurikulum

KTSP dan sebagiannya lagi beralih ke kurikulum 2013.”

Hal senada disampaikan oleh kepala sekolah SLB Si Mujinab Pekanbaru ibu JM pada

tanggal 02 Desember 2014 yang ditemui diruangannya:

“Kalau untuk SD memang dari dulu kita menggunakan tematik yah

karena memang cocok digunakan dengan keterbatasan anak kita

untuk usia SD. Sedangkan yang SMP dan SMA saya rasa kurang

cocok ya, karena K.13 menuntut peranan anak lebih banyak dan

guru hanya fasilitator saja. Sedangkan keadaan anak kita di sini

tidak bisa seperti itu guru selain mendidik kita juga mengasuh

kalau di SLB. Apalagi untuk tunarungu kalau kita minta kerja

kelompok yang ada mereka bukan mengerjakan tugas melainkan

hanya ngobrol saja sepanjang hari nah disini kendalanya. Jadi

kalau yang ini harus dimodifikasi total penerapannya. Kalau

untuk tunagrahita jelas kita belum menggunakan K.13 karena

memang itelegensinya yang terbatas tapi nanti kita akan sesuaikan

untuk tunagrahita ini. Apalagi tunagrahita sedang dan berat baru

saja kita ajarkan misalnya dalam olahraga itu berpindah dari satu

kotak ke kotak lain kalau kita instruksikan lagi dalam beberapa

menit kemudian sudah tidak ingat dia. Kebijakan yang sudah

disepakati juga oleh dinas SLB tetap melanjutkan kurikulum ini.

Untuk kurikulum 2013 ini harus dirombak abis-abisan. Beda

dengan KTSP karena memang sudah ada penjelasannya untuk

implementasinya di SLB. Kalaupun ada penyesuaian itu tidak

terlalu banyak seperti yang dilakukan pada kurikulum 2013”

Selanjutnya di tempat terpisah pada tanggal 03 desember 2014 kepala sekolah Sekolah

Luar Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru bapak MT mengungkapkan:

”Menurut pemahaman saya konsep untuk kurikulum 2013 secara

teori dapat kami laksanakan tapi hambatan di sekolah adalah kelas

kami menggunakan sistem rombel. Rombel pertama untuk anak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 162: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

146

tunanetra kelas 2, rombel kedua untuk anak tunarungu kelasnya

mulai TK sampai SPM satu rombel, rombel tiga anak SMP dan

SMA anak tunagrahita sedang, rombel keempat anak SMP dan

SMA tunagrahita ringan. Permasalahannya anak kami yang tahun

2013 kelas VII hanya satu orang, kemudian kelas X itu dua,

kondisi sekarang anak yang kelas VII bergabung dengan anak

tunarungu, tidak mungkin lima anak menggunakan kurikulum

2006, satu anak menggunakan kurikulum 2013. Permasalahan di

lapangan kesulitan untuk melaksanakan kurikulum 2013 karena

metode yang berbeda, 2006 masih konvensional dengan EEK,

sedangkan 2013 menggunakan 5M. Insha allah pada semester dua

akan kami bentuk tim untuk mengkaji mungkin tidak dengan

kondisi anak saat ini menggunakan kurikulum 2013. Sehingga

sampai saat ini kami belum melaksankan kurikulum 2013.

Selanjutnya pada tanggal 06 desember 2014 kepala sekolah luar biasa Pelita Hati yakni

bapak KA mengutarakan standar ini dari kurikulum 2013 dari sudut pandang beliau:

“Untuk kurikulum 2013 di SLB baru berjalan 1 semester, jadi

untuk pelaksanaannya kita masih terbatas karena masih banyak

yang belum lengkap seperti buku-buku dan sarana prasarana

lainnya. Sementara dari dinas itu menetapkan untuk tetap

melanjutkan kurikulum 2013 ya boleh dibilang dengan keadaan

yang masih terbatas. Kalau untuk kerikulum 2013 dalam PLB (

Pendidikan Luar Biasa) sepertinya kalau kita liat dari evaluasi

seperti penerimaan raport itu dikurikulum 2013 menggunakan

narasi, nah kita sudah dari awal juga menggunakan kolom narasi

dan kolom nilai, untuk hal ini kurikulum 2013 sesuai dengan

PLB yang menjadi kendala dalam implementasinya di SLB

untuk kurikulum 2013 ini dituntut anak harus bisa memberikan

pendapat, berfikir kritis dengan keadaan anak kita yang seperti

ini ya tidak bisa, ada juga anak harus mencari jawaban atas tugas

dengan cara berkelompok ini juga tidak bisa diterapkan misalnya

dalam pelajaran IPA kita kelompokan anak-anak ini untuk

mendiskusikan tentang tumbuhan, untuk tunarungu bisa tidak

selesai karena mereka akan ngobrol saja sama teman-temannya.

Jadi kita harus merombak kurikulum ini menjadi kurikulum yang

sesuai untuk anak kita. Berbeda dengan KTSP yang memang ada

panduan khusus untuk Sekolah Luar Biasa. Kalau untuk

kurikulum 2013 ini yang umum dan yang PLB itu kurikulumnya

sama, jadi kita kewalahan di sini. Dalam rapat penyesuaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 163: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

147

kurikulum misalnya bulan ini, untuk bulan depan sewaktu

evaluasi kita rubah lagi karena memang tidak sesuai jadi habis

kita disesuaikan saja. Jadi untuk SMP dan SMA yang memang

kurikulum ini disusun permata pelajaran saya rasa kurang cocok

ini akan memakan waktu untuk menyesuaikannya, sementara

kalau untuk di SD dengan tematik ini baru sesuai karena

memang kita menggunakan tematik sejak kurikulum KTSP 2006

untuk SD”

Ditempat terpisah juga diungkapkan oleh kepala sekolah luar biasa Al-Faqih Pekanbaru ibu

Nf:

”Bahwa standar kurikulum 2013, pembelajaran pembelajarannya

menggunakan pendekatan sentifik dan juga tematik integratif.

Nah sistem tematik integratif ini bagus untuk dilaksanakan di

SLB tetapi dalam kurikulum 2013 ini hanya untuk SD, karena

karena apa yang kita jelaskan tentang pembelajaran itu terkait

antara satu dengan lainnya. berbeda dengan SMP dan SMA yang

pembelajarannya permata pelajaran jadi harus benar-benar

menyesuaikan kurikulum ini menyeluruh. Anak ini tidak bisa kita

samakan dengan anak umumnya mereka harus kita bimbing,

sementara kurikulum 2013 menuntut anak belajar sendiri dan guru

sebagai fasilitator nah disini kita merombak isi kurikulum agar

bisa kita laksanakan di sekolah luar biasa ini. sementara pedoman

untuk PLB itu tidak ada, semua isi dan kompinen disamakan

dengan sekolah umum, berbeda dengan kurikulum 2006 yang ada

untuk PLB nya jadi kita tinggal sesuaikan dengan keadaan,

kondisi dan kelainan anak kita. Untuk saat ini dinas tetap

menepatkan untuk di SLB yang ada di Pekanbaru ini tetap

melanjutkan kurikulum 2013.”

Dari apa yang telah diungkapkan oleh kepala sekolah ini menunjukan masih banyaknya

kekurangan sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya kurikulum 2013. Dari

segi persiapan dan kesiapan kurikulum 2013 masih jauh dari kata sempurna untuk

pelaksanaan kurikulum ini. Selain harus disesuaikan menyeluruh kurikulum 2013 tidak

memiliki acuan pelaksanaan untuk sekolah luar biasa, hal ini membuat guru dan kepala

sekolah harus bekerja keras dalam menyesuaikan kurikulum 2013 ke kurikulum fleksibel

yang akan digunakan di sekolah luar biasa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 164: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

148

1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif

Kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri dari atas mata

pelajaran tetapi juga meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung

jawab sekolah. Pelaksanaan kurikulum tidak hanya di dalam kelas tetapi di luar kelas

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam pencapaian hasil belajar dalam

Pendidikan Luar Biasa (PLB) kurikulum yang berlaku mengalami penyesuaian untuk

setiap kebutuhan anak. Dalam menyesuaian ini harus memiliki manajemen yang

berfungsi sebagai pelaksanaan, pengorganisasian, penyusunan staf dan pengawasan yang

dalam hal ini adalah prosedur agar tercipta kurikulum yang dapat menjadikan hasil

belajar secara maksimal.

Penetiti menjumpai bapak MH wakil kepala sekolah Pembina dan meminta

waktu untuk melaksanakan wawancara untuk mengungkap perencanaan dari

implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif unruk SMP dan SMA di sekolah ini

dan menanyakan bagaimana perencanaan dalam penyesuaian kurikulum 2013 ke

kurikulum anak berkebutuhan khusus atau kurikulum fleksibel? Dan bagaimana dengan

pendidikan jasmani adaptif, seperti apa perencanaan penyesuaian kurikulum tersebut?

”Kalau untuk perencanaan kurikulum ini kita sudah ada patokan

terkait hal itu, yang pertama kita memang memiliki pedoman dari

Puskur (Pusat Kurikulum) pedoman untuk penyesuaian kurikulum

di SLB, selanjutnya kita persiapkan administrasi kelas dan setelah

itu kita sesuaikan dengan kemampuan anak didik kita. Jadi kita

menyusun kurikulum ini intinya sesuai dengan kondisi anak,

keadaan anak, karakter anak. Karena anak kita disini memiliki

keanekaragaman karakter jadi disesuaikan saja dan yang terpenting

tujuan pendidikan. Berhubung sekarang kita menggunakan

kurikulum 2013 untuk sebagian mata pelajaran jadi disini memang

harus kerja keras untuk merombaknya karena memang tidak ada

acuan untuk PLB tidak seperti yang 2006 memang sudah ada

khusus KTSP yang untuk PLB. Kalau untuk penjas sendiri kita

tidak memiliki kurikulum, karena memang kita tidak memiliki guru

yang membidangi mata pelajaran tersebut. Jadi guru yang mengajar

penjas disini adalah guru yang merangkap menjadi guru kelas. Jadi

kita tidak melakukan perencanaan penyesuaian kurikulum untuk

mata pelajaran penjas. Karena kita memberikan kepercayaan

kepada guru yang mengajar olahraga untuk mengatur semua

kegiatan pembelajaran olahraga ini.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 165: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

149

Dari kutipan ini menjelaskan tidak adanya perencanaan penyesuaian kurikulum pendidikan

jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Pekanbaru. Hal ini juga diperjelas

oleh guru yang mengajar penjas di sekolah ini yakni bapak RM pada tanggal 06 Januari

2015 pukul 08.12 WIB:

”Kalau untuk olahraga kita tidak memakai kurikulum, karena

memang guru untuk olahraganya tidak ada, hanya saya dan satu

rekan lagi yang membimbing anak-anak karena memang saya

senang diolahraga. Dengan hobi tadilah kami bersedia untuk

membimbing anak-anak. Untuk ini kami tidak menggunakan

kurikulum seperti pelajaran lain.”

Tidak adanya guru yang berlatar belakang pendidikan olahraga menjadi alasan tidak

adanya kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani adaptif disekolah ini.

Pembelajaran penjas hanya berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh

guru yang mengemban tugas sebagai guru penjas.

Di tempat lain pada tanggal 02 Desember 2014 hal yang serupa diungkapkan oleh kepala

sekolah Sri Mujinab Pekanbaru ibu JM yang ditemui diruangannya:

“Kalau untuk perencanaan penyesuaiannya, pemerintah atau pusat

kurikulum menerbitkan pedoman penyesuaian kurikulum SLB nah

setelah itu dengan kurikulum yang berlaku kita sesuaikan dengan

keadaan anak kita. Jadi perencanaan ini harus kita kembangkan

untuk mendapat hasil yang maksimal. Untuk pendidikan jasmani

sendiri di sekolah ini karena guru pendidikan jasmaninya sekarang

merangkap sebagai guru kelas karena kita kekurangan guru jadi

untuk perencanaan kita serahkan ke beliau saja, sementara itu

memang ada sebenarnya kurikulum yang mengatur pendidikan

jasmasi atau olahraga ini tetapi karena keterbatasan kita jadi kita

serahkan dengan bapak Wahyu Adi saja karena memang tugas

beliau. Jadi kita ikut apa kata beliau saja yang penting kita

melaksanakan pembelajaran itu.”

Selanjutnya bapak WA pengungkapkan pada tanggal 07 Januari 2015 yang dijumpai di

ruangannya:

“Untuk Kurikulum saat ini yang berlaku adalah kurikulum 2013,

tetapi tidak semua pelajaran dan sebenarnya pendidikan jasmani ini

ya seharusnya menggunakan kurikulum 2013 juga tetapi dengan

keterbatasan saya sebagai guru olahraga yang merangkap juga guru

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 166: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

150

kelas jadi pihak sekolah memberi kelonggaran karena saya

mengajar dari SD sampai SMA dengan kelainan anak yang

berbeda-beda. Untuk itu saya merancang sendiri pembelajran itu.

Saya tidak menggunakan kurikulum untuk merencanakan ini, saya

beracuan kepada buku-buku dimana sewaktu kuliah kita memang

memiliki mata kuliah penjas adaptif, nah dari situlah saya berangkat

untuk mengajar disini, selain itu saya juga share dengan dosen saya

untuk mengajar penjas adaptif ini. Sebenarnya dalam tujuan

pendidikan bukan begini prosesnya, tetapi selama masih saya saja

yang menjadi guru olahraga dan merangkap menjadi guru kelas

maka akan seperti ini yang kita hadapi, selain itu kita

mengharapkan dari yayasan atau dinas dapat memperhatikan hal ini

agar tercapainya tujuan dari pendidikan.”

Dari kutipan ini menunjukan bahwa perencanaan kurikulum pendidikan penjas adaptif

tidak terlaksana di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, walaupun memiliki guru olahraga yang

memiliki latar belakang pendidikan olahraga, ini dikarenakan merangkap sebagai guru

kelas dan mengajar pendidikan jasmani adaptif untuk semua kelas di sekolah tersebut. Hal

yang berbeda disampaikan oleh kepala sekolah SLB Cendana rumbai yakni bapak MT yang

ditemui di ruangannya pada awal kedatangan peneliti mengantarkan surat penelitiian pada

tanggal 03 Desember 2013:

“Kalau untuk perencanaan kurikulum itu sendiri di sekolah kami

yang jelas kami menyiapkan buku satunya, kemudian nanti

mempersiapkan perangkat pembelajaran, mulai dari perencanaan

RPP, program semester, program tahunan dan rencana minggu

efektif, kemudian pelaksanaannya. Pelaksanaan kami monitoring,

kami evaluasi, kami mempunyai evaluasi bulanan, tiga bulan atau

mid semester begitu ju untuk penjaskes semua sama harus ada

administrasi kelasnya dan nanti dikumpul ke yayasan dan ini wajib.

Hanya untuk sekarang kita belum menggunakan kurikulum 2013

kita masih menggunakan KTSP karena Kurikulum 2013 modelnya

mengamati, mencari sendiri. Inisiatif untuk anak tunagrahita agak

kurang, itu terus terang yang membuat saya agak gamang. Untuk

anak tunarungu dan tunanetra tidak ada masalah. Hanya kebetulan

kami tunarungu dan tunanetra tidak ada yang di kelas I, IV dan VII,

di kelas VII dan X anak tunagrahita. Insyaallah kita akan serentak

penggunaannya pada tahun ajaran baru 2015.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 167: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

151

Hal senada juga diungkapkan oleg guru penjasorkes SLB Cendana Rumbai yang peneliti

temui pada tanggal 09 Januari 2015:

“Kalau untuk perencanaan kurikulum penjaskes itu sendiri di

sekolah kita mempersiapkan buku satunya yakni pedoman

penyesuaian kurikulum PLB, kemudian nanti mempersiapkan

perangkat pembelajaran, mulai dari perencanaan RPP, program

semester, program tahunan dan rencana minggu efektif, kemudian

pelaksanaannya. Pelaksanaan kami monitoring, kami evaluasi, kami

mempunyai evaluasi bulanan, tiga bulan atau mid semester setelah

itu kita sesuaikan dengan kebutuhan anak. Kalau di Cendana sendiri

belum menggunakan kurikulum 2013 karena kelas yang mendapat

acuan kurikulum 2013 itu isinya anak tunagrahita, jadi untuk saat

ini dalam KKG penyesuaian kurikulum memang tunagrahita itu

belum bisa kita terapkan kurikulum 2013 mungkin setelah terjadi

perombakan atau penyusunan total kita bisamengaplikasikannya

untuk tunagrahita.”

Dari kutipan yang disampaikan oleh kepala sekolah dan guru penjasorkes di Sekolah Luar

Biasa Cendana Pekanbaru bahwa SLB ini masih menggunaka kurikulum 2006 yakni KTSP

dikarenakan pada kelas yang ditentukan untuk pelaksanaan kurikulum 2013 diisi oleh anak

yang berkelainan tunagrahita. Sementara kebijakan yang disepakati oleh dinas dan

kelompok kerja guru kurikulum 2013 belum bisa menggunakan kurikulum 2013.

Selanjutnya pada tanggal 06 Desember 2014 kepala Sekolah Luar Biasa Pelita Hati bapak

KA menyampaikan bahwa:

“Kalau untuk kurikulum sekarang kita memang lagi beradaptasi dari

KTSP ke kurikulum 2013, tepi memang belum merata karena masih

banyak kendala sana-sini dan kemudian ini juga belum semua mata

pelajaran. Dalam penyesuaiannya kita berpatokan kepada karakter,

kelainan dan kemampuan anak. Setelah itu baru kita bisa bikin

perencanaannya. Sebenarnya kurikulum 2013 ini agak rumit yah

kalu diterapkan di sekolah luar biasa apalagi SMP dan SMA yang

memang permata pelajaran sementara untuk SD baru cocok

memang dari dahulu kita menggunakan tematik. Sedangkan untuk

penjas sendiri bapak teguh sudah mengadopsi kurikulum 2013

kebetulan beliau selain guru SMA C beliau juga mengajar

penjasorkes untuk semua kelas dan baru-baru ini mengikuti

sosialisasi untuk penjas, tetapi kita belum menerima RPP dan

administrasi kelas lainnya yang beliau buat karena memang saya

tidak mewajibkan itu untuk penjas dengan alasan beliau sangat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 168: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

152

sibuk memegang guru kelas dan penjas. Sebenarnya saya ingin

sekali kita mempunyai guru penjas ini memang dari orang olahraga

karena banyak prestasi anak untuk olahraga dan bisa ditangani

secara benar oleh orang yang lebih ngerti, tetapi dengan

keterbatasan kita ya apa boleh buat, ini saja sangat bersyukur bapak

teguh bisa mengajar kalau tidak yah kita benar-benar mengajar

penjas dengan apa adanya.”

Selanjutnya di rumah kediaman bapak TP menyatakan hal yang senada pada tanggal 08

Januari 2015:

“Kalau untuk perencanaan kurikulum KTSP berpindah ke kurikulum

2013 untuk penjaskes itu tidak terlalu rumit dalam pelaksanaannya

karena hampir sama jasa perlakukannya yang rumit malah untuk

administrasi kelas karena saya selain mengajar penjas untuk semua

kelas dan mengajar untuk SMA kelas C selain itu pencapaian yang

ditargetkan oleh kurikulum itu sendiri karena kurikulum 2013 ini

tidak ada yang khusus untuk PLB semua disamakan dengan yang

umum. Jadi untuk merancang atau merencanakan kita harus

sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak kita. Kalau saya

sudah mulai mengajar dengan acuan kurikulum 2013 tapi belum

secara maksimal karena memang ini masih baru dan harus terjadi

menyesuaian secara total, tetapi saja tidak membuat perangkat kelas

seperti RPP, silabut dan program lainnya secara tertulis karena

kepala sekolah memberi pengetian selain saya mengajar olahraga

ini untuk semua kelas saya juga mengajar dikelas SMAC. Ini

karena kita tidak memiliki guru penjas khusus, mungkin setelah

permintaan kita dipenuhui oleh dinas atau yayasan kita bisa

memenuhi kubutuhan siswa dalam mata pelajaran penjas yang

benar-benar terstruktur dari kurikulum sampai ke evaluasi akhir.”

Dalam pelaksanaan mata pelajaran penjasorkes di SLB Pelita Hati sudah menggunakan

kurikulum 2013, tetapi dalam hal ini perencanaan penyesuaian kurikulum dilakukan sendiri

oleh guru penjasorkes dengan beracuan pada kurikulum 2013 dan disesuaikan dengan

kemampuan anak. Perencanaan penyesuaian kurikulum 2013 untuk olahraga tidak bisa

dilakukan maksimal selama belum adanya guru yang berlatar belakang Pendidikan Jasmni

Olahraga Kesehatan dan Reksreasi di Sekolah Luar Biasa yang memang dikhususkan untuk

mengajar pendidikan jasmani adaptif, seperti yang dipaparkan oleh kepala sekolah luar

biasa Melati tumbai pada tanggal 09 Januari 2014:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 169: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

153

“Untuk perencanaan penyesuaian kurikulum ini memang sekarang

kita sedang sibuk melakukan KKG membahas tentang penyesuaian

kurikulum 2013 ke kurikulum fleksibel yang akan kita gunakan di

SLB. Biasanya kita merencanakan program apa yang harus kita

buat, menyususun perangkat pembelajaran seperti RPP dan lain-lain

pada setiap mata pelajaran dan kita sesuaikan dengan beberapa

karakter secara umum dan nanti di sekolah baru kita sesuaikan

dengan dengan karakter anak-anak kita yang ada disekolah. Kalau

untuk penjas ini biasanya guru menyusun dan menyesuaikan

sendiri, kebetulankita memang tidak ada guru khusus untuk penjas

karena guru penjas kita merangkap dengan guru kelas. Jadi beliau

menyusun sendiri di sesuaikan dengan kemampuan anak dan ini

saya tidak tahu beliau mengambil acuan dari mana, yang penting

kalau saya liat beliau telaten mengajar anak dilapangan.

Perencanaan penyesuaian kurikulum 2013 atau kurikulum apa saja

yang nentinya akan berlaku untuk olahraga tidak bisa dilakukan

maksimal selama belum adanya guru yang berlatar belakang

Pendidikan Jasmni Olahraga Kesehatan dan Reksreasi di Sekolah

Luar Biasa yang memang dikhususkan untuk mengajar pendidikan

jasmani adaptif. Saya berharap semua SLB baik itu di Pekanbaru

atau pempat lain pemerintah memperhatikan juga kesediaan guru

olahraganya terutama untuk yang status sebagai sekolah swasta. Ini

karena banyaknya siswa yang dapat mengembangkan prestasi

diolahraga apalagi kalau memanga adanya guru olahraga.”

Dengan tidak adanya guru khusus yang mengajar penjas adaptif di sekolah membuat

pelaksanaan mata pelajaran di SLB menjadi seperti formalitas. Hal yang hampir serupa

diungkapkan oleh bapak DC selaku guru penjaorkes di SLB Melati Rumbai pada tanggal

10 Januari 2015 yang ditemui di ruangan tata usaha:

“Sebagai seorang guru saya berusaha memahami kurikulum yang

ada termasuk kurikulum KTSP maupun Kurikulum 2013 walau pun

memang belum kami pakai, ya semaksimal mungkin sesuai dengan

patokan dan perencanaan yang ada di dalam tahapan pembelajaran

kurikulum yang sudah kita susun. Sementara untuk penjas saya

merancang sendiri dan saya sesuaikan dengan kemampuan siswa.

Selain itu memang kita tidak memiliki guru khusus ya, jadi saya

susun sesuai dengan kemampuan saya saja dan untungnya kepala

sekolah tidak ada memberi paksaan terkalit dengan pembelajaran

yang saya berikan, jadi saya lega dengan keadaan ini karena saya

mengajar untuk semua kelas. Selain itu saya merasa di SLB ini

pendidikan olahraga itu pelaksanaannya seperti formalitas saja.

Mengapa saya berkata ini karena kita memang kurang diperhatikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 170: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

154

tetapi pertasi siswa dalam olahraga itu banyak sekali, tetapi dalam

pendidikannya kurang diperhatikan, kalau ada yang mengajar ya

syukur kalau tidak bagaimana. Saya berharap walaupun anak kita

disini memiliki kekurangan sedemikian rupa setidaknya walaupun

mereka lemah diakademik seperti tunagrahita setidaknya mereka

biasa mengembangkan prestasi olahraganya dan memang harus ada

guru khusus untuk ini. kalau saya ya begini aja adanya, pelatihan

pun tidak ada untuk penjas adaptif ini walaupun ada itu sebelum

saya mengajar disini.”

Adapun implementasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan perlu dilakukan secara terencana, bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan

acuan kurikulum yang berlaku di nasional dan diharapkan dapat meningkatkan sikap positif

bagi diri sendiri dan menghargai manfaat bagi diri aktivitas jasmani. Selanjutnya

perencanaan kurikulum pendidikan jasmani adaptif di SLB AL-Faqih disampaikan oleh

kepala sekolah ibu NF pada tanggal 10 Desember 2014 bahwa:

“Untuk perencanaan kurikulum SLB biasanya dilakukan bersama-

sama yakni dalam bentuk KKG yang dihadiri oleh guru-guru SLM

se-Kota Pekanbaru dan kepala sekolah juga membicarakan

penyusunan, perencanaan dan penyesuaian kurikulum. Untuk

kurikulum 2013 kita setiap bulannya dalam KKG melakuan

pernencanaan dan penyesuaian karena memang kurikulum ini baru

semester ini dilaksanakan di SLB dan akan tetap dilanjutkan,

setelah itu barulah kita sesuaikan lagi di sekolah masing-masing

yang akan disesuaikan dengan kebutuhan siswa kita. Dan untuk

penjas sendiri kita serahkan langsung keguru penjas, karena sekolah

ini tidak ada guru penjasnya jadi ya kita rencanakan per semester,

contohnya pada rapat semester kita langsung menyusun rencana

untuk pelajaran penjas apa saja olahraga yang kita lakukan, karena

kita disini hanya 5 orang guru termasuk kepala sekolah jadi kita

lakukan seperti itu. Nanti coordinator tetap pak Benni. Tidak

adanya guru khusus untuk penjas ini memang kita merasa kesulitan

untuk mengajar penjas di sekolah, walaupun demikian bagaimana

pun mata pelajaran ini harus terlaksana, dengankata lain ya seperti

yang saya jelaskan tadilah pelaksanaannya.”

Hal yang senada diungkapkan oleh guru pendidikan jasmani SLB AL-Faqih pada tanggal

08 Januari 2015 oleh bapak BF:

“Untuk perencanaan kurikulum di sini intinya disesuaikan dengan

keadaan sekolah, keadaan anak. Seperti yang diketahui tenaga

pengajar di sekolah ini sangat terbatas hanya 5 orang dan ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 171: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

155

termasuk kepala sekolah, Tu dan guru penjas. Jadi kita sesuaikan

dengan kemampuan kita dan anak pastinya. Untuk perencanaan

kurikulum dalam mata pelajaran penjas kita menyusunnya

persemester karena keterbatasan kita dalam tenaga pengajar. Jadi

setiap minggu kita sudah tahu apa yang harus di ajarkan kepada

anak-anak dan ini semua guru terlibat.

Dari segi perencanaan kurikulum jelas bahwa menentukan apa yang akan dilakukan

dalam mencapai tujuan pendidikan. Dari hasil wawancara terkait dengan perencanaan

kurikulum pada sekolah-sekolah luar biasa Kota Pekanbaru sudah cukup baik karena

perencanaan penyesuaian kurikulum dilakukan dalam Kelompok Kerja Guru (KKG)

sekolah luar biasa se-Kota Pekanbaru. Perencanaan kurikulum berpatokan dengan melihat

kondisi siswa. Tetapi tidak demikian dengan perencanaan kurikulum untuk mata pelajaran

pendidikan jasmani. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perencanaan kurikulum

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan jauh dari kata baik bahkan beberapa sekolah

tidak memiliki acuan kurikulum untuk pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan. Hal ini dikarenakan tidak ada guru khusus yang mengajar

pendidikan jasmani ini, selain itu kepala sekolah tidak mewajibkan kepada guru pendidikan

jasmani dalam menyusun kurikulum untuk pelaksanaan pembelajaran. Guru hanya

beracuan kepada apa yang mereka pikirkan dan mencari reverensi dibuku atau diinternet.

Hanya terdapat satu sekolah yang menyusun perencanaan kurikulum dan masih

menggunakan kurikulum KTSP sebagaimana yang berlaku pada yayasan.

2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif

Untuk mengungkap pengorganisasian kurikulum peneliti melakukan wawancara

dengan kepala sekolah, guru pendidikan jasmani dan staf sekolah (Pegawai Tata Usaha).

Untuk pertama peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah. Pelaksanaan

wawancara tentang pengorganisasian kurukulum dimulai dari SLB Negeri Pembina pada

tanggal 08 Desember 2014 peneliti menjumpai bapak MH. Peneliti menanyakan apakah

sekolah membentuk tim dalam perencanaan atau implementasi kurikulum, jika ada

bagaimana struktur organisasi tim penyusun kurikulum? apakah ada tujuan dari

organisasi penyusun kurikulum dan bagaimana fungsinya?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 172: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

156

“Kalau struktur organisasinya tidak ada. Itu dikerjakan bersama.

Jadi tujuan diadakan penyusunan kurikulum bersama ini agar

menyatukan semua SLB di Pekanbaru ini dan menyatukan visi

dan misi kita di dalam penerapan implementasi kurikulum dan

sekarang yang sedang berlangsung itu untuk kurikulum 2013,

bertujuan agar semua guru pendidikan khusus, khususnya di SLB

Pembina memahami dan melaksanakan apa yang di cermati oleh

kurikulum 2013 untuk anak-anak berkebutuhan khusus karena

kita baru mulai untuk berkebutuhan kusus ini. Kalau anak di

sekolah umum ada yang sudah berjalan dua semester untuk

kurikulum ini. Tapi kita akan meratakan di tahun 2015 ini. Kalau

untuk yang di sekolah sama saja tidak ada struktur organiasi

khusus untuk penyesuaian kurikulum ini, tetapi semua warga

sekolah terlibat didalamnya”

Di tempat terpisah kepala sekolah SLB Sri Mujinab ibu JM mengungkapkan:

“Sekolah membentuk tim penyusun dan penyesuaian kurikulum,

jadi semua majelis guru tim dalam penyusunan kurikulum tetapi

tidak ada struktur organisasinya. Tujuan dari tim ini adalam

menyatukan persepsi, tujuan, dan apa yang hendak kita capai.

Kalau ada tim penyusun kurikulum ini nanti bisa mendiskusikan

kesulitan yang dihadapi terutama anak-anak kita inikan

berkelainan jadi lebih mudah kita untuk merancang pembelajaran

seperti apa yang akan kita berikan pada anak. Kalau untuk tujuan

dari tim ini agar biasa melaksanakan pembelajaran dengan baik

yang dituntut oleh kurikulum.”

Selanjutnya pada tanggal pada tanggal 09 Desember 2014 bapak MT dari kutipan

wawancara nyampaikan bahwa:

“Untuk struktur penyusunan penyesuaian kurikulum itu adanya

hanya yang dari dinas, itu progresnya melalui KKG. Untuk

sekolah sendiri tidak ada strukturnya, jadi kita semua adalah tim

di sekolah dan semua majelis guru, kepala sekolah bahkan orang

tua pun termasuk tim dalam penyesuaian kurikulum ini baik untuk

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan hasil akhir kenaikan

kelas kitalah timnya. Ini bertujuan agar semua yang kita

rancanakan dapat terlaksana dengan baik dan ini berfungsi juga

untuk menyatukan antara pihak sekolah dengn orang tua. Jadi

tujuan dari pendidikan PLB ini dapat tercapai.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 173: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

157

Strruktur organisasi dalam implementasi kurikulum hanya dimiliki oleh dinas yang

dilaksanakan dalam KKG yang meliputi perencanaan, pengembangan dan penyesuaian

kurikulum. Hal ini juga diungkapkan oleh bapak KA pada tanggal 10 Desember yang

ditemui diruangannya:

“Struktur organisasi itu hanya ada pada dinas yang seperti sekolah

umum jadi strukturnya dimulai dari Kemendikbud, Dinas

Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan kepala sekolah. Nah dari

dinas pelaksanaan tugasnya dilaksanakan dalam KKG yakni guru-

guru SLB se-Kota Pekanbaru. Sementara kalau untuk di sekolah

tidak ada, kita bekerja ya sesuai dengan jabatan kita disekolah.

Sedangkan untuk penyusunan, pengembangan dan penyeseuaian

kurikulum itu kita lakukan bersama. Jadi semua warga yang

terlibat dalam implementasi kurikulum termasuk dalam tim

kurikulum dan tambahan adalah orang tua atau wali murid.

Dibentuknya tim ini bertujuan untuk menyatukan pendapat untuk

mewujudkan visi dan misi sekolah, agar nantinya proses

pembelajaran itu terlaksana dengan baik. Jadi tujuan dari

pendidikan itu dapat tercapai.”

Hal senada disampaikan oleh ibu ZA pada tanggal 20 Desember 2014 bahwa:

“Untuk struktur itu kita ada yang dari dinas nah distruktur ini kita

susun kurikulum bersama-sama dengan sekolah lain biasa disebut

KKG. Kalau disekolah tidak ada strukturnya yang ada hanya

struktur sekolah saja tetapi yah jabatannya tetap yang itu saja.

Kalau disekolah semua majelis guru, kepala sekolah dan TU

kebetulan TU kita juga merangkap guru, karena TU yang

sebelumnya itu sudah berhenti kalau yang dulu beliau tidak

masuk kedalam tim. Selanjutnya untuk orang tua yang memang

anaknya memiliki kelainan yang berat. Tim ini bertujuan untuk

menyatukan pendapat kita agar dapat melaksanakan tujuan dari

pendidikan khususnya di PLB ini dengan baik. Selain itu juga

dapat menyatukan orang tua dan guru. maka dengan adanya tim

penyusun kurikulum diharapkan agar dapat pencapai tujuan dari

pendidikan itu sendiri.”

Selanjutnya pada tanggal 13 Desember 2014 hal hampir serupa disampaikan oleh ibu NF

yakni:

“Kalau untuk kurikulum memang harus ada organisasinya karena

agar tujuan pendidikan itu dapat percapai. Selain itu di sekolah ini

memang tenaganya terbatas jadi tidak ada struktur organisasinya.

Semua kita putuskan bersama baik itu untuk kurikulum maupun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 174: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

158

kegiatan lainnya termasuk pelaksanaan pembelajaran. Disini kan

hanya lima orang jadi ya dimusyawarahkan saja secara bersama-

sama, gimana bagusnya, yang sesuai kita laksanakan disekolah.”

Dari apa yang telah disampaikan oleh kepala sekolah luar biasa tampak bahwa

pengorganisasian dalam kurikulum sama dengan yang dilakukan oleh sekolah umum, untuk

struktur kepemerintahan dimulai dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru

inti dan kepala sekolah dalam hal ini dibentuk lah Kelompok Kerja Guru (KKG) yakni

guru Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru untuk perencanaan, penyusunan, pengembangan

dan penyusunan Kurikulum yang saat ini sedang berlangsung penyesuaian kurikulum 2013

ke kurikulum fleksibel. Sementara untuk sekolah tidak ada struktur organisasi yang tertulis

melainkan dalam bentuk tim. Tim dalam penyusunan, pengembangan dan penyesuaian

kurikulum melibatkan kepala sekolah, majelis guru dan orang tua. Hal ini senada dengan

yang disampaikan oleh bapak RM guru olahraga SLB Negeri Pembina pada tanggal 06

Januari 2015:

“Untuk penyusunan atau pengembangan kurikulum ini kita ada tim

yang dari dinas yakni semua kepala sekolah luar biasa di

Pekanbaru dan semua guru SLB di Pekanbaru. Sementara untuk

di sekolah timnya adalah kepala sekolah, majelis guru, dan otang

tua. Dengan adanya tim ini membantu sekali dalam

pengembangan kurikulum dan untuk mencapai tujuan kurikulum

itu sendiri.”

Dengan adanya KKG dapat menyatukan persepsi dan memecahkan kendala yang ada di

sekolah. Tetapi ini hanya untuk mata pelajaran umum tidak halnya dengan pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan. Pada KKG tidak ada membahas kurikulum untuk mata

pelajaran penjasorkes, untuk mata pelajaran penjasorkes sesuai dengan inisiatif dari guru

yang mengajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pernyataan ini disampaikan

oleh guru olahraga bapak WA pada tanggal 07 Januari 2015:

“Dalam penyusunan kurikulum dilakukan didinas dengan bentik

KKG, jadi semua guru dan kepala sekolah SLB se-Pekanbaru

berkumpul membicarakan soal kurikulum dan dihadiri juga oleh

dinas. Kalau disekolah ini juga ada timnya yaitu dari kepala

sekolah, guru dan orang tua . Tetapi sangat disayangkan karena

hanya mata pelajaran penjas yang tidak dibahas dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 175: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

159

penyusunan kurikulum ini. hal ini kerena memang guru olahraga

yang latar belakangnya pendidikan olahraga saya sendiri, selain

itu dengan keterbatasan guru saya juga mengajar di kalas. Jadi

kesepakatan memang kita menggunakan inisiatif sendiri untuk

merencanakan dan merancang kurikulum untuk pendidikan

olahraga anak berkebutuhan khusus ini.”

hal senada juga disampaikan oleh bapak TP dalam kutipan wawancara pada tanggal 08

Januari 2015:

“Untuk penyusunan kurikulum ini kita lakukan dua kali yang

pertama kita lakukan dalam kelompok kerja guru dan kemudian

kita sesuaikan lagi di sekolah. Untuk di sekolah kita memang

sudah ada timnya. Jadi semua warga sekolah termasuklah

kedalam tim penyesuaian kurikulum. Tetapi kalau untuk

pendidikan jasmani itu diserahkan saya sepenuhnya dan tidak

dibahas di KKG ataupun di sekolah. Seharusnyakan tidak begitu,

tetapi memang kita kekurangan guru dalam pendidikan jasmani.

Kalau untuk pendidikan jasmani baru Sri Mujinab yang punya

guru penjas tetapi sekarang kedengarannya juga merangkap

menjadi guru kelas. Nah disini kita menjadi sulit. Didalam rapat

bersama dinas juga sudah dibahas tentang ini tetapi masih belum

ada respon”

Tidak adanya guru khusus yang membidangi pendidikan jasmani menyebabkan tidak

adanya pengorganisasian dalam penyusunan kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan. Hal ini makin dipertegas oleh pernyataan bapak BF guru penjasokes SLB AL-

Faqih ditempat terpisah:

“Kalau untuk pengorganisasian dalam kurikulum ini kita biasanya

dari dinas itu ada program KKG yang nantinya akan menyusun,

merencanakan, mengembangkan kurikulum secara garis

besarnyanya setelah itu baru kita susun lagi disekolah dengan tim

yang ada disekolah. Kalau untuk sekolah kita semuanya terlibat

didalam tim karena memang jumlah kita hanya sedikit. Untuk

olahraga itu sendiri karena kita tidak memiliki guru khusus ya kita

hanya menyusun kegiatan pendidikan jasmani pada saat evaluasi

semester, kita bicarakan untuk semester depan apa saja olahraga

yang akan kita laksanakan. Jadi seperti itu saja pelaksanaannya.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 176: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

160

Dari segi pelaksanaan kurikulum hal yang penting untuk diperhatikan dalam

pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan

dikerjakan, dan apa targetnya. Sementara itu bapak AR dalam kutipan wawancaranya

menyatakan:

“Strukur organisani di Cendana tidak dibuat secara tertulis atau

bagan, yang paling penting adalah kita saling membantu dalam

penyusunan kurikulum ini. Karena yayasan menuntut kami dalam

pelaksanaan kurikulum ini harus benar-benar efektif dan harus

jelas apa saja yang harus dikerjakan, kapan kita mengerjakannya,

dan apa saja target yang harus kita capai misalnya untuk satu

semester. Ini berlaku juga untuk pendidikan jasmani didalam

rapat tim kurikulum kita juga membicarakannya walaupun

sebenarnya saya bukan dari pendidikan olahraga tetapi saya dan

teman-teman majelis juga membantu saya untuk itu. Kalau di

KKG kita memang tidak membicarakan tentang penyusunan

kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani, karena sudah

diserahkan keguru masing-masing , jadi kami hanya

membicarakan pelajaran masing-masing kelas yang kami pegang

karena memang semua guru olahraga di SLB merangkap tugas

sebagai guru kelas. Inilah yang terkadang saya pribadi merasa

ingin memberikan yang terbaik di olahraga anak-anak

berkebutuhan khusus karena mereka bisa kita arahkan melalui

pendidikan jasmani, tetapi kita belum dikasih kesempatan untuk

memiliki guru yang benar-benar khusus untuk mengajar olahraga

saja. Sementara saya memang lebih tertarik mengajar olahraga

walaupun saya dari PLB.”

Dari apa yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

pengorganisasian dalam kurikulum pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak sesuai

dengan semestinya. Hal ini terungkap dalam kutipan wawancara dengan guru pendidikan

jasmani enam Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru bahwa di dalam pengorganisasian baik

itu dalam kelompok kerja guru sekolah luar biasa Kota Pekanbaru atau pengembangan

kurikulum di sekolah tidak menindaklanjuti kurikulum apa yang akan digunakan dalam

pendidikan jasmani, melainkan menyerahkan semua yang berkaitan dengan pendidikan

jasmani kepada guru yang bertugas. Sementara itu untuk Sekolah Luar Biasa Cendana

Rumbai memiliki koorganisasi yang terkoordinir untuk semua kegiatan sekolah baik dalam

punyesuaian kurikulum ataupun dalam pelaksanaannya memiliki sistem yang dikontrol

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 177: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

161

langsung dari pihak yayasan, termasuk dalam pengorganisasian kurikulum pendidikan

jasmani.

3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif

Pengstafan dalam kurikulum merupakan fungsi yang menyediakan orang-orang

untuk melaksanakan suatu sistem yang dilaksanakan dan diorganisasikan. Di dalam

kurikulum sangatlah penting memilih sumber daya manusia dalam pelaksanaannya

untuk dapat mencapai tujuan dari pendidikan. Untuk mengungkap itu semua maka

dilakukan wawancara dengan bapak MH wakil kepala sekolah luar biasa Negeri

Pembina pada tanggal 11 Desember 2014 diruangannya dan peneliti menyanyakan guru

dan admin atau pegawai lulusan apa saja yang ada di sekolah ini?

”Yang pertama tentu kita terima PLB (Pendidikan Luar Biasa)

namun karena tenaga dari lulusan PLB itu kurang kita menerima

guru-guru dari umum, misalnya kita menerima guru agama, untuk

yang akan datang saya mengharapkan guru olahraga nah itu

sangat penting agar olahraga di sekolah ini terarah. Sementara

untuk pegawai kita sekarang itu dari ilmu sosial.”

Dari kutipan ini menunjukan bahwa kurangnya tenaga pendidik yang ada pada sekolah,

termasuk didalamnya guru pendidikan jasmani dan olahraga. Hai ini terbukti bahwa dari 6

SLB di Kota Pekanbaru hanya satu guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan

sekarang merangkap juga menjadi guru kelas untuk SMALB B di Sekolah Laur Biasa Sri

Mujinab. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu JM kepala sekolah luar biasa Sri

Mujinab:

“Saat ini kita masih kurang sekali tenaga pengajar, untuk PLB dan

guru umum seperti agama, bahasa inggris dan olahraga.

Sebenarnya kita sudah ada guru yang tepat untuk olahraga karena

memang basik nya sebagai guru olahraga, tetapi karena dengan

jumlah siswa yang banyak dan tenaga pengajar yang tidak

memadai jadi kita memperdayakan guru olahraga merangkap

menjadi guru kelas untuk SMALB kelas B. sementara dengan

kekurangan itu kita juga masih terima untuk tamatan SMA

sebagai TU tetapi sekarang sudah dua tahun ini kita tidak terima

tamatan SMA, minimal itu S1.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 178: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

162

Melihat dari kurangnya tenaga pendidik dari lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) dan

guru mata pelajaran membuat sekolah menerima guru dari lulusan di luar dari lulusan

pendidikan bahkan menerima lulusan SMA untuk tenaga kepegawaian seperti yang di

ungkapkan oleh ibu ZA kepala sekolah luar biasa Melati Rumbai pada tanggal 18

Desember 2014:

“Dengan kurangnya guru kita yang dari PLB dan pendidikan

seperti guru mata pelajaran jadi kita menerima guru juga dari

psikologi, hukum, sosial dan ekonomi dan alumni sebagai

pegawai kebersihan. Selanjutnya kita berharap bahwa permintaan

kita untuk ditempatkan guru yang sesuai di sekolah kita ini,

apalagi kita tidak ada guru yang bersatatus PNS semua guru PLB

yang PNS ditempatkan di SLB Negeri, jadi semua di sini adalah

honor yayasan, jadi untuk menambah guru kita juga harus

menghitung-hitung dana sekolah, BOS dan yayasan. Di sini yang

membuat kami sulit menerima guru karena keterbatasan dana

tadi.”

Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah luar biasa AL-Faqih ibu NF:

”Untuk saat ini kita ada lulusan S1, ada juga yang SMA. Untuk PLB

ada 2 orang, sementara ibu sendiri S.Ag, bapak Beni itu S.Pd dari

PGSD. Banyak sekali kendala dalam pengstafan di sekolah kami,

sekarang saja hanya ada 4 guru yang harapan kita tidak muluk-

muluk 6 aja guru di sekolah ini sudah sangat membantu. Kendala

juga terletak pada dana, jadi dana dari yayasan tidak membekap

untuk menambah guru honor yayasan. Dari dinas juga belum ada

respon, ya kami berlima harus lebih keras lagi dalam membagi

tuga-tugas ini.”

Tidak adanya penempatan guru berstatus pegawai negeri sipil pada sekolah luar biasa

swasta di Kota Pekanbaru membuat sekolah luar biasa kekurangan tenaga pendidik dan

pegawai. Kejadian ini membuat guru yang mengajar di sekolah merangkap dan bekerja

keras dalam pembagian tugas di sekolah.

Dari segi pengrekrutan tenaga pengajar dan kepegawaian jalur kepemerintahan

tidak dilakukan bersamaan dengan penerimaan guru dan pegawai secara umum, untuk

penerimaannya memiliki jadwal sendiri dan ini menbuat informasi terhambat kepada calon

guru yang ingin membuat permohonan atau pendaftaran sebagai Calon Pegawai Negeri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 179: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

163

Sipil (CPNS), hai ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah luar biasa Pelita Hati bapak

KA pada tanggal 17 Desember 2014:

“Untuk sekarang kita memang sangat kekurangan guru dan

pegawai, untuk sekarang saja pegawai TU merangkap guru, guru

penjasnya juga merangkap, dan ada kelas digabungkan dengan 1

guru yang mengajar. Memang kalau kita disini semua honor

yayasan dan komite, sementara yang honor pemprov itu baru

saya, bapak teguh dan ibu In. Selanjutnya kita memang belum

kebagian guru yang statusnya PNS, sementara yang PNS itu

ditempatkan di SLN Negeri Pembina dan Sri Mujinab. Untuk

penerimaan guru dan pegawai yang PNS ini tidak dilakukan

serentak dengan guru dan pegawai pada umumnya, tidak tahu

dengan alasan apa kita dibedakan. Untuk itu banyaknya calon

guru dan pegawai ini tidak tahun informasi.”

Kebijakan yang dibuat Pemerintah Pekanbaru dalam penerimaan guru dan pegawai

untuk sekolah luar biasa membuat tidak meratanya penempatan guru dan pegawai di

Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru. Berbeda dengan Sekolah Luar Biasa Cendana

Rumbai dalam pengrekrutan tenaga pengajar dilakukan oleh yayasan Cendana melalui

berbagai macam test seperti yang disampaikan oleh bapak MT selaku kepala sekolah pada

tanggal 18 Desember 2014:

“Sekarang di sekolah ini delapan yakni satu menejer, 5 guru, 1

kepala sekolah, 1 TU , 1 junitor yakni adalah alumni dan yang

satu lagi sudah kami ajukan tapi belum diangkat oleh Cendana.

Selanjutnya untuk penerimaan guru dan pegawai bukan kapasitas

saya tapi langsung dari SDM di bagian Personalia Cendana dan

melalui berbagai test seperti test kemampuan akademik, test

bahasa inggris, dan test kekhususan kalau untuk (PLB), setelah

melalui test tersebut yang lolos test kita training 3 bulan dan

setelah itu baru kita jadikan guru. Untuk dua tahun terakhir ini

kita memang tidak ada kontrak jadi kalau seandainya guru ini mau

test PNS ya kita izinkan, kalau lulus boleh memilih tetapi kalau

tidak kita masih biasa kembali lagi. Untuk sekarang kita merasa

tidak kekurangan guru karena memang anak kita juga tidak

banyak. Tetapi kalau yayasan bilang ada penambahan guru lagi

kita bersyukur kalau biasa guru olahraga dan untuk tunanetra.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 180: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

164

Kebijakan pembatasan atau tidak bolehnya penempatan atau pengangkatan guru PNS

disatuan pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh yayasan menjadi permasalahan

yang perlu segara diselesaikan atau dicari solusinya.

Dari hasil wawancara terkait dengan pengstafan di Sekolah Luar Biasa Kota

Pekanbaru masih kurangnya tenaga pengajar dan pegawai di Sekolah Luar Biasa

Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat banyaknya guru yang merangkap tugas sebagai pegawai

TU dan guru bidang studi seperti pendidikan jasmani dan guru agama. Tidak adanya

penempatan guru dan pegawai yang status PNS di sekolah luar biasa swasta membuat

sekolah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan guru dan pegawai, sementara guru dan

pegawai PNS hanya mendapat penempatan di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina dan

sebagian di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab. Dengan keterbatasan dana yang dimiliki

yayasan, komite dan BOS membuat sekolah tidak berana mengambil resiko untuk

menambah tenaga pengajar. Sementara penerimaan tenaga pengajar dan pegawai untuk

jalur kepemerintahan yakni Pegawai Negeri Sipil untuk Pendidikan Luar Biasa tidak

dibuka serentak dengan penerimaan tenaga pengajar dan pegawai umum, hal ini membuat

informasi tidak merata bahkan tidak sampai kepada calon guru dan pegawai yang akan

mengabri di sekolah luar biasa.

4. Pengawasan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif

Pengawasan atau pengontrolan kurikulum dapat dipandang sebagai pembuatan

keputusan-keputusan tentang kurikulum di sekolah atau pengecekan sejauh mana tujuan

telah dicapai. Untuk mengungkap sejauh mana pengawasan atau pengontrolan yang

dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah luar biasa Kota Pekanbaru

khususnya pada pendidikan jasmani adaptif peneliti mengajukan pertanyaan kepada

pengawas sekolah luar biasa bapak MY pada tanggal 03 januari yang peneliti temui pada

saat kunjungan di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab apakah bapak mengontrol

penyususnan kurikulum di sekolah?

”Untuk di sekolah tidak, sementara saya hanya mengontrol pada

saat penyusunan pada saat kelompok kerja guru sekolah luar biasa

Kota Pekanbaru. Untuk selanjutnya yang di sekolah seperti

penyusunan, penyesuaian, pengembangan sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 181: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

165

pelaksanaan kurikulum itu saya serahkan kepada masing-masing

sekolah dan setelah itu saya menerima laporan dari kepala sekolah

langsun terkait dengan penyusunan, sampai dengan pelaksanaan

kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus ini, jadi intinya

semua kegiatan sekolah saya hanya menerima laporan langsung

dari kepala sekolah. Sementara itu untuk keadaan sekolah dan

keadaan siswa barulah saya langsung turun untuk mengontrol atau

melakukan pengawasan.”

Dari segi penyusunan, perencanaan dan penyesuaian dan pelaksanaan kurikulum dan

semua kegiatan di sekolah untuk anak bekebutuhan khusus, pengawas tidak mengontrol

langsung melainkan menerima laporan dari kepala sekolah. Selain itu pengawasan

berlangsung terkait dengan keadaan sekolah dan keadaan anak. Hal ini sesuai dengan

kuripan wawancara yang diutarakan oleh kepala sekolah luar biasa Negeri Pembina yang

diwakili oleh bapak MH pada tanggal 13 Desember 2014:

”Kalau pengawasan semua kegiatan sekolah harus ada

pengontrolan. Baik dari perencanaan sampai terlaksananya

kurikulum itu harus dikontrol, ekstrakurikuler dan pembinaan

prestasi, penerimaan siswa, dan kegiatan lain di luar sekolah harus

dikontrol agar tidak terjadi kesalahan. Kalau untuk pelaksanaan

kurikulum sendiri saya langsung memantau semua kegiatan

pembelajaran seperti berkeliling dari ke kelas-kelas, kalau untuk

olahraga saya langsung kelapangan. Misalnya ada kendala kita

langsung bicarakan dengan guru. Sementara untuk pihak dinas

sendiri itu hanya melihat keadaan sekolah atau keadaan siswa,

kalau untuk pelaksanaannya beliau hanya menerima laporan saja.

Kunjunganpun hanya dilakukan tiga bukan sekali.”

Hal ini dibenarkan oleh bapak RM guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada

tanggal 12 Januari 2015 bahwa:

”Tentunya ada pengawasan dari kepala sekolah terhadap kegiatan

sekolah. Walaupun tidak rutin tetapi pengawasannya itu ada.

Kepala sekolah langsung mengawasi di lapangan ataupun di kelas

terkait dengan pelaksanaan pembelajaran bagai mana prosesnya

itu kepala sekolah mengawasi. Pengawasannya seperti ketika kita

berolahraga bersama Kamis pagi, kepala sekolah juga ada di

lapangan melihat bagaimana berjalannya kegiatan di lapangan.

Untuk pengawas sekolah yang dari dinas sepertinya saya belum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 182: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

166

pernah melihat ya, kalau datang ke sekolah ada itupun hanya

menemui kepala sekolah saja, kalau ke guru sepertinya tidak ada”

Hal yang senada juga diungkapkan oleh ibu JM kepala sekolah luar biasa Sri Mujinab pada

tanggal 15 Desember 2015:

”Tentunya iya, pengawasan itu harus dilakukan untuk semua

kegiatan di sekolah. Tidak hanya kurikulum tetapi semua yang

terkait dengan kegiatan di sekolah ataupun di luar sekolah. Kalau

untuk pelaksanaan biasanya saya langung ke kelas-kelas atau

kelapangan juga untuk memantau kondisi pembelajaran yang

sedang berlangsung. Kalau tidak ada saya, biasanya saya

mempercayakan kepada wakil saya untuk melakukan pengawasan

terkait semua kegiatan selama saya tidak ada. Saya juga membuka

layanan telepon 24 jam untuk guru dan orang tua yang memang

ada keperluan mendesak tentang kegiatan sekolah. Sementara itu

untuk pengawas tidak ada pengawasan terkait dengan kegiatan

sekolah, beliau hanya melihat keadaan sekolah atau keadaan

siswa, untuk kegiatan dan sebagainya itu kita yang memberi

laporan”

Dari apa yang disampaikan oleh kepala sekolah ditegaskan juga oleh bapak WA guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal 13 Januari 2015:

”Jelas ada pengawasan oleh kepala sekolah terkait proses

pembelajaran, biasanya beliau langsung ke lapangan dan ke kelas-

kelas mengawasi berjalanan PBM dan untuk semua kegiatan

kalau sempat sepertinya beliau ada untuk mengawasi. Tetapi

kalau untuk pengawas dinas saya tidak pernah melihat beliau

dalam memantau proses belajar mengajar, belaiu datang hanya

sekali-sekali sepertinya.”

Dari segi pengawasan semua kegiatan sekolah, kepala sekolah melakukan pengawasan

langsung baik itu saat perencanaan kurikulum sampai dengan pelaksanaan kurikulum itu

sendiri. Hal ini juga sesuai yang diungkapkan oleh kepala sekolah luar bias Cendana

Rumbai bapak MT pada tanggal 16 Desember 2014 yang peneliti temui diruangannya:

”Saya mengawasi terus-menerus, setiap bulan sebelum mengajar

persiapan sudah disahkan oleh saya. Sebelum saya tanda tangani

belum bisa dipakai untuk mengajar. Begitu juga dengan kegiatan

sekolah saya juga melakukan pengawasan terkait dengan semua

kegiatan sekolah. Karena apapun kegiatannya saya juga sebagai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 183: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

167

panitia atau tim di dalamnya karena memang jumlah kita yang

sedikit tadi.”

Selanjutnya hal senada juga disampaikan oleh bapak KA selaku Kepala Sekolah Laur Biasa

Pelita Hati pada tanggal 17 Desember 2014:

”Jelas semua harus dilakukan pengawsan terkait dengan kegiatan

sekolah, mulai dari penerimaan siswa, perencanaan kurikulum

sampai dengan pelaksanaannya harus dikontrol karena akan

menjadi bahan evaluasi saya ke depannya. Selain itu untuk

pelaksanaan dari kurikulum ini untuk pembelajaran di kelas

biasanya saya mengawasi dari luar kelas bahkan kadang saya

masuk, kalau untuk di lapangan saya memantau langsung ke

lapangan, biasanya kalau terjadi kendala kita membicarakan

langsung ataupun pada saat jam pelajaran berakhir”

Di tempat terpisah ibu NF Kepala Sekolah Luar Biasa AL-Faqih mengungkapkan hal yang

senada:

”Iya, tentunya saya sebagai kepala sekolah memonitoring semua

kegiatan sekolah, baik itu kegiatan yang berhubungan dengan

kurikulum, kegiatan ekstra, kegiatan di sekolah ataupun di luar

sekolah saya selalu mengawasi. Selain itu saya juga termasuk di

dalam tim apaun kegiatan disekolah ini, seperti yang pernah saya

sampaikan bahwa memang kita disini hanya lima orang jadi

semua kegiatan kita lakukan bersama sekalugus saya melakukan

pengawsan terhadap kegiatan tersebut. Sedangkan untuk

pelaksanaan pembelajaran saya langsung ke kelas atau ke

lapangan untuk memantau pelaksanaan pembelajaran. Untuk

pengawasan sendiri saya tidak terjadwal dan dadakan saja baik

untuk hari maupun jamnya”

Pengawasan terkait dengan pelaksanaan pembelajaran dilakukan dadakan dan tidak

dijadwalkan, agar porses belajar mengajar di kelas maupun di lapangan terjadi dengan apa

adanya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu ZA kepala sekolah luar biasa

Melati Rumbai pada tanggal 18 Desember 2014:

”Pengawasan yang saya lakukan tidak terjadwal, melainkan saya

langsung melakukan pengawasan ketika saya sempat baik itu

pagi maupun pada siang harinya. Kalau untuk olahraga pastinya

pagi ya karena saya biasanya ikut olahraga bersama juga sama

anak-anak kalau saya lagi tidak sibuk. Selain itu saya juga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 184: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

168

mengawasi semua kegiatan sekolah baik untuk di dalam sekolah

ataupun yang berada diluar sekolah.”

Dari kutipan wawancara menunjukan bahwa pengawasan dilakukan dalam setiap kegiatan

yang ada di sekolah. Selain itu untuk beberapa kegiatan kepala sekolah termasuk di

dalamnya karena jumlah guru yang tidak mencukupi. Dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar pengawasan dilakukan secara langsung ke kalas-kelas maupun ke lapangan.

Dalam pengawasan tidak ada jadwal khusus melainkan dilakukan dadakan agar proses

pembelajaran terjadi apa adanya. Sementara itu untuk pengawas dinas tidak melakukan

pengawasan terkait dengan penyusunan sampai dengan pelaksanaan kurikulum di sekolah

melainkah hanya mendapat laporan dari kepala sekolah terkait dengan hal itu. Dalam

kunjungannya pengawas hanya datang menemui kepala sekolah dan melihat keadaan

sekolah dan siswa.

5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif

Sumber daya penunjang merupakan komponen yang sangat penting dalam

pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Untuk mengungkap kesediaan

sumber daya penunjang pendidkan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah Luar

Biasa Kota Pakanbaru, dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada kepala

sekolah luar biasa yang diwakili oleh bapak MH pada tanggal 15 Desember 2014:

”Seperti yang sudah diketahui untuk guru yang khusus dalam

penjas kita tidak ada, kita hanya memiliki guru yang merangkap

sebagai guru penjas. Sementara sumber daya penunjang yang lain

Tentunya kita membutuhkan lapangan, membutuhkan alat-alat,

dan tempat untuk penerapan pendidikan jasmani adaptif ini. Kalau

untuk lapangan kita mencoba memodifikasi sepak bola menjadi

bila mana kalau diumum namanya futsal kalau bola ukurannya

sama sementara untuk bola tunanetra itu ada seperti kerincing di

dalamnya jadi ada bunyi-bunyiannya. Jadi kalau untuk olahraga

sumber daya kita ya belum mendukung kita masih banya perlu

tambahan. Jadi ada gedung yang kita buka pembatasnya untuk

membuat beberapa arena, karena sekarang ini untuk indoor kita

masih menggunakan aula, jadi besok kalau sudah jadi maka

indoor kita sudah ada tempat sendiri. jadi indoor kita masih dalam

tahap pembangunan disana nanti kita akan membuat seperti GOR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 185: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

169

mini yang bisa digunakan untuk basket, bulutangkis, tenis meja.

Jadi untuk sekarang kita memang memanfaatkan sarana yang

ada.”

Dari segi pambangunan sarana dan prasana pendidikan olahraga di sekolah luar biasa

Negeri Pembina masih dalam tahap pembangunan lapangan indoor, dan sementara

mengunakan aula pertemuan untuk olahraga tenis meja. Mengalihfungsikan lapangan

merupakan pemanfaatan terhadap kelancaran proses pembelajaran pendidikan jasmani

kesehatan dan olahraga. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara yang disampaikan oleh

ibu JM selaku kepala sekolah luar biasa Sri Mujinab pada tanggal 16 Desember 2014:

“Kalau sumberdaya penunjang untuk penjas itu ada tapi kalau

dibilang mendukung pastinya belum, masih banyak kekurangan di

sana-sini terkait dengan olahraga, tapi diusahakan ada, misalnya

bola, raket, net, meja pimpong itu ada, nah kalau lapangan untuk

bola kaki atau lompat jauh itu kita biasa pakai lapangan atau tanah

lapang yang berada disamping sekolah itupun rebutan sama SD

sebelah, tempat alternatif kita bawa kelapangan pelajar yang

disebelah Dispora nah itu juga rebutan sama SMA1, SMP1,

SMP4 dan SMP 10 tapi masih bisa berbagi karena lapangan besar,

nah kalau untuk voli, basket, badminton itu 1 lapangan yang

fungsinya bisa di ganti-ganti multifungsilah maksudnya. Yang

membedakan kan garisnya, yang penting pembelajaran pendjas ini

tetap berjalan. Selanjutnya untuk indoor kita menggunakan aula

dah kalau senam lantai atau tenis meja bisa di aula.”

Hal senada juga disampaikan oleh kepala sekolah luar biasa Melati Rumbai ibu ZA pada

tanggal 19 Desember bahwa:

“Kalau untuk suber daya penunjang gurunya seperti yang saya

pernah sampaikan kita hanya memiliki guru penjas yang

merangkap dikelas. Selain itu untuk sarana dan prasarana kita ada

berupa lapangan ya memang ini buka standar dari ketentuan yang

semestinya tetapi ada atau untuk olahraga seperti lari, sepak bola

kita ajak siswa ini kelapangan milik warga yang tidak jauh dari

sekolah, selanjutnya kita manfaatkan halaman sekolah yang di

gedung dua itu sudah ada tiang untuk net voli, bulutangkis dan

kalau tenis meja juga menggunakan halaman itu. Sementara untuk

peralatan ada walaupun tidak banyak tetapi kita mengusahakan

ada, kalau gurunya bilang kita harus punya bola atau perelatan

baru saya pasti mengusahakannya. Selain itu kita baru-baru ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 186: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

170

mendapat bantuan bola bocee untuk tunagrahita dari dinas, itu

semua SLB di Pekanbaru dapat. Jadi disini kita memanfaatkan

apa saja yang bisa dimanfaatkan untuk proses pembelajaran

pendidikan jasmani.”

Selanjutnya ditempat terpisah pada tanggal 20 Desember 2014 bapak KA selaku kepala

sekolah Pelita Hati menyampaikan hal senada:

”Sumber daya penunjang untuk pendidikan jasmani itu ada tetapi

masih bisa dibilang belum sesuai dengan semestinya karena

keterbatasan ruang terbuka di sekolah ini. Kalau untuk lapangan

kita numpang di kampus UNRI atau lapangan milik warga yang

tidak jauh dari sekolah, untuk tenis meja kita didalam aula atau

halam sekolah. Selanjutnya alat-alat olahraga kita ada walaupun

tidak banyak. Biasanya kita memperbanyak dengan cara

memodifikasi atau membeli yang sudah jadi. Yang kita

modifikasi alat-alat itu sesuai dengan kebutuhan kita.”

Lebih lanjut ibu NF kepala sekolah AL-Faqih juga mengatakan:

“Untuk olahraga ya, selain guru, kalau lapangan kita pake halaman

yang di depan, untuk bola-bola ada, basket, voli, bocce yang

olahraga untu tunagrahita juga ada baru-baru ini kita mendapat

bantuan dari Dinas Pendidikan Provinsi. Kalau dibilang

mendukung ya belum, tetapi kita ada. Walaupun dengan fasilitas

olahraga yang seadanya kita tetap melaksanakan pendidikan

jasmani ini dengan sungguh-sungguh.”

Dari apa yang peneliti amati lapangan yang digunakan untuk proses belajar mengajar

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar biasa tidak berbeda satu dan

lainnya yang terletak di luar sekolah yakni menggunakan lapangan milik warga yang

kondisini kurang baik. Apalagi kondisi lapangan setelah hujan dengan tanah tidak rata dan

berlubang. Walaupun demikian pembelajaran tetap berlangsung dilapangan tersebut karena

memang sudah tidak ada pilihan lain, seburuk-buruknya kondisi lapangan pembelajaran

dialihkan di sekolah menggunakan halaman sekolah atau alula sekolah. Sementara untuk

peralatan seperti bolah, net, cakram, peliru, bocee dan yang lainnya sudah ada walaupun

dalam jumlah yang minim. Selanjutnya hal yang berbeda peneliti temui pada Sekolah Luar

Biasa Cendana Rumbai Pekanbaru, selain memiliki sarana olahraga yang lengkap sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 187: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

171

ini memiliki lapangan yang berada di dalam sekolah dengan tanah yang rata dan rumput

tertata dengan rapi, bak lopat dan lapangan bocee permanen yang sangat menunjang proses

pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh bapak MT kepala sekolah luar biasa Cendana Rumabi pada tanggal 16

Desember 2014:

“Kalau untuk sumber daya penunjang kita ada, guru yang pastinya

pak Adi, lapangan bola, lapangan bocee, dan lompat jauh yang

sudah kita buat permanen, lapangan basket juga yang disamping

ruang pertukangan, badminton juga sudah ada indoornya, itu

sekaligus untuk tenis meja, kalau perlengkapan lain bola-bola saya

rasa juga sudah lengkap, matras dan yang lainnya. Kalau untuk

saat ini semua sudah ada karena bapak Adi belum menyampaikan

kepada saya tentang kekurangan peralatan untuk penjas. Biasanya

kalau ada yang kurang kita langsung bikin laporan ke yayasan dan

beberapa hari kita sudah menerima apa yang kita sampaikan

termasuk untuk fasilitas olahraga di sekolah.”

Hal senada juga di utarakan oleh bapak AR guru pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan SLB Cendana Rumbai pada tanggal 15 Januari 2015:

“Sarana dan prasarana olahraga di sekolah ini sudah sangat memadai

ya, karena kita mendapat bantuan dari yayasan apapun yang kita

laporkan terkait fasilitas pembelajaran sangat cepat diresponnya,

kalau untuk lapangan sendiri kita sudah ada biasanya kita main bola

dan atletik menggunakan lapangan yang dibawah itu, selanjutnya

lapangan bocee, basket dan lompat jauh sudah permanen dan sangat

nyaman untuk anak-anak, jadi kalau untuk sumber daya penunjang

Alhamdulillah kita sudah cukup.”

Dengan adanya dukungan fasilitas olahraga yang dimiliki Sekolah Luar Biasa

Cendana Rumbai akan dapat membantu kebutuhan pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan untuk anak berkebutuhan khusus. Hal ini tidak tersedia di sekolah luar biasa

lainnya yang memang memiliki keterbatasan dalam penyediaan sarana dan prasarana

pendidikan jasmani adaptif sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.

6. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Adaptif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 188: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

172

Pelaksanaan proses belajar mengajar adalah wujud dari manajemen kurikulum.

pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan

menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap

guru dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan

tanggung jawabnya. Dalam hal ini peneliti menanyakan kepada kepala sekolah luar biasa

Negeri Pembina yang diwakili oleh bapak MH pada tanggal 15 Desember 2015 dengan

pertanyaan apakah setiap guru bidang studi dan guru kelas mempunyai perencanaan

untuk melaksanakan proses belajar mengajar? Bagaimana dengan guru mata pelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan?

“Nah kalau untuk guru mata pelajaran lain sudah lengkap semuanya,

tetapi untuk olahraga ini belum karena kita tidak punya guru

olahraga yang benar-benar tamatan dari olahraga jadi disini kita

timbul masalah. Jadi untuk olahraga kita memang tidak ada RPP

atau pun perencanaan seperti mata pelajaran yang lain.”

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan pada tanggal 12 Januari 2015 oleh bapak RM

sebagai guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan:

“Karena kita memang bukan dari pendidikan olahraga dan semua

merangkap. Jadi kami yang mengajar penjas ini tidak membuat

rencana pengajaran sebelumnya seperti yang dibuat oleh mata

pelajaran yang yang memang administrasi kelasnya harus lengkap.”

Hal senada disampaikan oleh kepala sekolah Sri Mujinab ibu JM pada tanggal 16

Desember 2014 bahwa:

”Kalau guru kelas dan bidang studi ya pastinya ada, kebetulan selain

guru penjas, pak adi juga mengajar guru kelas karena memang kita

kurang dalam tenaga guru jadi kalau untuk kelas yang dipegang pak

Adi memang ada RPP dan perlengkapan administrasi kelas yang

lain, tapi kalu untuk penjasnya tidak karena selain bapak adi

mengajar penjas untuk semua kelas jadi saya tidak mewajibkan,

kalau ada ya saya terima kalau tidak juga tidak apa-apa. Sebenarnya

seperti yang kita ketahui bersama sebenarnya ini tidak baik, tetapi

karena kita kekurangan guru jadi kita harus menjalankan seperti ini

dulu, tetapi kita sudah membicarakan hal ini jauh-jauh hari untuk

penambahan guru tertama guru penjas tetapi belum ada respon”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 189: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

173

Dengan keterbatasan tenaga kerja dan tidak adanya guru khusus yang mengajar pendidikan

jasmani membuat guru sekolah luar biasa bebas tugas dalam membuat perencanaan

pembelajaran. Hal ini juga disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan sekolah luar biasa Sri Mujinab bapak WA yang ditemui pad asaat jam istirahat

sekolah:

”Dulu awal saya mengajar disini saya membuat semua perangkat

pembelajaran seperti RPP dan program-pragram lain termasuk

program latihan untuk prestasi. Makin kesini apa lagi semenjak

saya juga merangkap guru kelas jadi itu mulai sudah tidak kerjakan

karena saya fokus ke kelas yang saya pegang. Dan atasan saya

memberi toleransi terkait hal itu melihat banyaknya program yang

harus saya kerjakan. Jadi untuk tiga tahun tarakhir ini perencanaan

seperti RPP dan yang lainnya untuk penjas kalau ada saya serahkan

ke kepala sekolah dan kalau tidak juga bukan jadi masalah. Yang

penting ialah saya tetap mengajar penjas di sekolah ini kerena

memang tidak ada guru lagi. Sebenarnya ini bertolak belakang

dengan apa yang seharusnya dan kita semua tahu itu.”

Berbeda dengan sekolah luar biasa Cendana Rumbai, semua guru bidang studi, guru kelas

dan guru pendidikan jasmani diwajibkan membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan

pernyataan bapak MT selaku kepala sekolah luar biasa Cendana Rumbai:

”Di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai ini semua guru wajib

membuat perencanaan atau program pengajaran dan tidak ada

pengecualian, termasuklah guru pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan. Karena kita mesih menggunakan KTSP jadi sesuai

dengan yang diperintahkan kurikulum kita membuat program

tahunan, program semester, dan rincian minggu efektif.”

Senada dengan yang disampaikan oleh bapak AR selaku guru pendidikan jasmani olahraga

dan kesehatan Sekolah Laur Baisa Cendana Rumbai:

”Kami guru di sini harus membuat program atau perencanaan

pengajaran seperti program tahunan, program semester, rincian

minggu efektif, silabus, RPP karena semua program yang kami buat

ini pada awal tahun sudah ditagih oleh kepala sekolah sebagai

administrasi guru disini.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 190: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

174

Dari apa yang ungkapkan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

tersebut, bapak AR memberikan program tahunan, program semester, rincian minggu

efektif, silabus, RPP. Dari pengamatan peneliti guru yang mengajar di Sekolah Luar Biasa

Cendana Rumbai Pekanbaru membuat program pengajaran dengan baik yang akan menjadi

tuntunan untuk pelaksanaan pembelajaran di sekolah sesuai dengan mata pelajaran yang

diajarkan. Sementara itu hal berbeda diungkapkan oleh kepala sekolah luar biasa Pelita

Hati bapak KA pada tanggal 20 Desember 2014:

”Mata pelajaran lain itu tetap membuat administrasi kelas sesuai

dengan peraturan yang berlaku di kurikulum, sementara untuk

penjas sendiri saya tidak mewajibkan karena seperti yang saya

katakan sebelumnya kita disini tidak memiliki guru penjas. Selain

itu guru yang mendapat tugas mengajar olahraga disini mengajar

untuk semua kelas, jadi beliau hanya membuat perencanaan untuk

kelas saja sementara untuk olahraga tidak”

Hal ini juga disampaikan oleh bapak TP selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan di sekolah luar biasa Pelita Hati pada tanggal 14 Januari 2015:

”Untuk mata pelajaran penjas saya tidak membuat perencanaan

pembelajaran seperti RPP dan program lainnya, tetapi kalau untuk

di kelas yang saya pegang saya membuat semuanya.”

Pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif dilakukan tanpa memiliki perencanaan yang

matang sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Dengan tidak adanya program

pembelajaran dan administrasi kelas lainnya mata pelajaran ini tetap dilaksanakan dengan

apa adanya. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan ibu NF selaku kepala

Sekolah Luar Biasa AL-Faqih :

”Dengan keterbatasan tenaga pendidik di sekolah kita jadi semua

guru merangkap tugas, seperti pak Benni guru kelas menjadi guru

penjas juga untuk semua kelas. Dengan kesibukan ini jadi kita tidak

mewajibkan untuk membuat RPP dan program lainnya untuk meta

pelajaran pendidikan jasmani. Jadi kita melakukan pendidikan

jasmani ini dengan apa adanya yang penting mata pelajaran ini

tetap terlaksana.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 191: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

175

Hal yang senada juga disampakan bapak BF selaku guru pendidikan jasmani olahrag dan

kesehatan di SLB AL-Faqih pada tanggal 17 Januari 2015:

”Untuk penjas kadang-kadang saya buat, tetapi lebih banya tidak

karena saya juga merengkap guru kelas. Jadi yang saya lebih fokus

ke kelas yang saya pegang. Sementara kita tidak memiliki guru

khusus olahraga pembelajaran olahraga akan tetap begini.”

Dari apa yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan

kepala sekolah menunjukan dari 6 sekolah luar biasa di Kota Pekanbaru hanya sekolah luar

biasa Cendana Rumbai yang membuat program dan perencanaan pembelajaran. Sementara

itu 5 di antaranya tidak membuat perencanaan pembelajaran di mana merupakan komponen

terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang

dijelaskan oleh Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2008 Tentang Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita,

Tunadaksa dan Tunalaras Pasal 1 nenyatakan bahwa: Standar proses pendidikan khusus

tunanetra, tunarungu,tunagrahita, tunadaksa dan tunalaras mencakup perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan

pengawasan proses pembelajaran.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang memuat tuntunan pelaksanaan pembelajaran. Selain itu dari apa

yang peneliti amati pelaksanaan pembelajaran pada penndidikan jasmani olahraga dan

kesehatan yang diajarkan hanya peraktek saja dan tidak diberikan secara teori ataupun

kesehatan di dalam kelas. Tersedianya pendidikan yang berkualitas merupakan kebijakan

pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Namun tidak bisa

dipungkiri hal ini masih belum terlaksana di Pendidikan Luar Biasa (PLB).

Dari pengamatan peneliti, guru yang mengajar pendidikan jasmani di sekolah luar

biasa tidak seperti di sekolah umum namun guru menghadapi siswanya satu-persatu dan

mempraktikkan terlebih dahulu setelah itu siswa mengikuti. Hal ini dilakukan secara

sistematis seperti halnya memiliki acuan seperti RPP yang guru adopsi pada internet

maupun buku-buku dari sekolah umum sesuai dengan pernyataan bapak RM selaku guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SLB Negeri Pembina yang peneliti jumpai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 192: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

176

pada jam istirahat setelah kegiatan pendidikan jasmani di sekolah pada tanggal 12 Januari

2015:

”Walaupun kita tidak membuat RPP dan perangkat pembelajaran

lainnya, tetapi dalam pelaksanaannya kita sistematis seperti apa

yang tertera pada RPP pada umumnya. Untuk saya pribadi saya

mengabil acuan dari internet atau buku-buku penjas untuk sekolah

umum karena memang kita tidak memiliki buku pegangan khusus

untuk pendidikan jasmani adaptif ini, apalagi untuk kurikulum

2013 yang memang kita mengarahnya menggunakan buku yang

digunakan oleh sekolah umum jadi untuk saat ini ya seperti ini

dulu keadaan pendidikan jasmani kita”

Dari segi pelaksanaan pendidikan penjasorkes di lapangan sudah mengacu pada apa yang

semestinya, walaupun sekolah tidak membuat perencanaan mulai dari perencana kurikulum

sampai dengan pelaksanaan pembelajaran untuk mata pelajaran pendidikan jasmani. Dari

apa yang peneliti amati di SLB Sri Mujinab 14 Januari 2015 bapak WA mengajar di dalam

aula menyusun kun dan mempraktikan lari zig zag dengan melewati kun kemudian pak

WA memberi kesempatan kepada anak untuk melakukannya dengan memanggil nama anak

melalui absensi siswa. Siswa ada yang menjawab dan langsung melakukannya dan ada juga

yang diam saja. Kepada siswa yang hanya berdiri diam bapak WA langsung mendekati

siswanya dan merengkulnya sambil berbisik agar siswa mau melakukan gerakan yang

sudah dipraktekan oleh bapak WA. Proses belajar mengajar pendidikan jasmani di sekolah

ini berjalan sesuai dengan semestinya sesuai dengan apa yang peneliti amati dan kebetulan

bapak WA merupakan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang memiliki

latar belakang pendidikan olahraga. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara:

”Kalau untuk pelaksanaan dulu sebelum saya ditugaskan menjadi

guru kelas, saya selalu membuat perangkat pembelajaran yang

sesuai dengan kurikulum saat itu dan sekarang karena saya megang

kelas jadi untuk perangkatnya saya fokus ke kelas saja. Sementara

penjas saya masih menggunakan gambaran sewatu saya kuliah dulu

dan yang sebelum saya memegang guru kelas. Untuk

pelaksanaannya sama seperti apa yang tertera di RPP tetapi tidak

tertulis.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 193: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

177

Terkait proses pembelajaran penjas adaptif, dengan tidak adanya perencanaan pembelajaran

membuat guru pendidikan jasmani di sekolah luar biasa hanya bermodalkan pada

pengalaman saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan bapak TP guru pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Pelita Hati pada tanggal 13 Januari 2015:

”Jadi karena kita tidak ada guru penjasnya tidak ada membuat

rencana pembelajaran maka kita laksanakan saja sesuai dengan

pengalaman kita dan pastinya melihat buku-buku penjas yang dari

umum setelah itu kta sesuaikan dengan kondisi anak kita.

Kebetulan untuk sekarang ini saya beracuan pada kurikulum 2013

maka saya menggunakan bukuk umum yang dikeluarkan kurikulum

2013. Tetapi memang untuk perencanaan pembelajarannya saya

tidak membuatnya.”

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh bapak DC selaku guru olahraga:

”Kalau saya membuat perencanaan pembelajaran tetapi tidak secara

tertulis biasanya ia, tapi program ini kan tidak wajib. Karena perlu

diketahui penjas disini hanya seperti formalitas saja karena memang

belum ada guru khusus untuk mata pelajaran ini. jadi kita buat

sesuai dengan pengalaman kita diolahraga terkadang saya juga

melihat reverensi diinternet atau buku-baku olahraga anak

berkebutuhan khusus dan video-vidio. Melalui media itu saya

belajar agar kebutuhan pendidikan jasmani anak-anak ini terpenuhi.

Bukan hanya tidak membuat perencanaan pembelajaran tetapi pada sekolah luar biasa AL-

Faqih untuk mata pelajaran penjas adaptif sudah direncanakan pada awal semester. Hal ini

dipertegas oleh bapak BF selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada

tanggal 17 Januari 2015:

”Kalau program pembelajaran saya buat tapi untuk kelas, kalau

untuk orahraganya itu sudah kita sepakati bersama di awal tahun

ajaran. Jadi kita tinggal melaksanakannya saja. Untuk

pelaksanaannya kita beracuan pada buku-buku olahraga umum

yang sudah disediakan dari sekolah dan pelaksanaannya ini saya

belajar dari pengalaman ketika dulu masih sekolah dan kuliah di

PGSD kan ada mata kuliah penjas. Jadi saya belajar dari

pengalaman saya, kebetulan saja juga hobi berolahraga dan kalau

olahraga itukan pada hakikatnya untuk pelaksanaannya itu sama

saja yang normal sama yang berkelainan tetapi bedanya hanya kita

perlu menyesuaikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus ini.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 194: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

178

Dari yang disampaikan oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

pelaksanaan mata pelajaran pendidikan adaptif tidak memiliki program perencanaan

pembelajaran hal ini tidak sesuai dengan apa yang menjadi kewajiban guru dalam

melengkapi administrasi kelas. Dalam pelaksanaannya guru beracuan pada pengalaman dan

membaca reverensi dari internet atau buku pendidikan jasmani untuk di sekolah umum

setelah itu disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Sistematis pelaksanaan pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan sudah mengacu pada apa yang semestinya yakni dengan

membariskan siswa, berdoa bersama, persepsi, motivasi, menjelaskan tujuan pembelajaran

dan melakukan pemanasan.

Dari apa yang peneliti amati di lapangan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

di sekolah luar biasa dilakukan dengan menggabungkan beberapa kelas menjadi satu

dengan alasan jumlah siswa pada satu kelas sedikit. Dalam pembelajaran tetap

menggunakan materi yang berbeda untuk setiap kelasnya.

7. Kendala atau Kesulitan Serta Usaha Guru Pendidikan Jasmani Adaptif dalam

Mengajar dan Berinteraksi dengan Siswa

Beragamnya kemampuan dan karakter pada anak berkebutuhan khusus. Siswa

berkebutuhan khusus memiliki masalah dalam sensoris, gerak, belajar dan tingkah laku.

Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena

sebagian besar anak berkebutuhan khusus mengalami hambatan dalam merespon

rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan

bahkan yang memang fisiknya terganggu sehingga tidak dapat melakukan gerakan fisik

yang terarah. Hal ini perlukanya pendekatan dan usaha guru pendidikan jasmani dalam

mengajar pendidikan jasmani atau pun berinteraksi dengan siswa. Untuk mengungkap

kendala atau kesulitan serta usaha dalam pembelajaran pendidikan jasamani dan

berinteraksi dengan siswa peneliti melakukan wawancara pertama terkait dengan hal ini

kepada bapak RM selaku guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada tanggal

26 Januari 2015 dalam kutipan wawancara bapak RM mengungkapkan:

”Kendala disini memang sesuai dengan kekurangan mereka, seperti

anak tunarungu. Siswa kurang memahami apa yang kita bicarakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 195: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

179

Sedangkan anak tunagrahita ketika mereka lagi mood, enjoy dan

dengan mudah mengajar mereka tetapi kalau lagi mereka lagi tidak

enak hati nah ini yang menjadi hambata yang kami rasakan di sini.

Yang jelas kalau anak berkebutuhan khusus ini sebenarnya sama

dengan anak-anak kecil pada umumnya. Kita harus melakukan

pendekatan dengan kasih sayang, dengan kasih sayang ini mereka

bisa melaksanakan instruksi dari kita. Karena kalu kita tidak

melakukan mereka seperi itu siswa ini tidak akan mengikuti apa

yang kita instruksikan. Sebenarnya kendalanya tidak begitu menjadi

masalah berat kalau kita melakukan pendekatan secara individu.

Kadang ada juga yang menggelitik hati ketika ada perlombaan,

kalau anak tunagrahita ini kadang rasa setia kawannya besar. Nah

pernah kejadian dikejuaranaan nasional anak kita itu mengikuti

lomba lari dan ketika sudah start dan lari karena lawannya

katinggalan malah dia tungguin dan maunya lari sama-sama gitu.

Jadi dengan kejadian ini kita yah tidak bisa berbuat apa-apa karena

memang begitu adanya anak kita ini”

Dengan kekurangan yang dimiliki siswa maka kendala yang dialami oleh guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan sesuai dengan kondisi siswa. Dalam pendekatan dengan

anak berkebutuhan khusus ini dilakukan secara individu selain itu dengan kasih sayang,

karena guru di sekolah luar biasa tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga sebagai teman,

orang tua, dan pengasuh. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak WA guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Sri Mujinab:

”Tentunya didalam pelaksanaannya pasti ada kendala, tetapi kendala

ini tidak berat karena sesuai dengan karakter anak disini yang

memang tidak sama dengan anak pada umumnya. Kalau lagi

baiknya anak-anak terutama yang tunagrahita itu bisa kita arahkan,

tetapi kalau lagi tidak baik ini masalah. Jadi di sini kita harus

pandai-pandai membujuk mereka untuk bisa menuruti instruki kita.

Yang penting kita sabar karena dengan keterbatasan dan tingkah

pola siswa disini tidak sama dengan anak ada umumnya. Tetapi

kalau untuk pelajaran penjas mereka selalu bersemangat apalagi

kalau udah dibawa berenang jarang yang tidak hadir. Jadi di sini

guru olahraga sangat digemari karena memang selain guru yang

mendidik siswa kita juga harus menjadi teman, orang tua, pengasuh

bahkan siap melayani mereka. Walaupun begitu ada rasa puas

tersendiri dekat dan berinteraksi dengan anak-anak ini.”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 196: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

180

Hal senada juga diungkapkan oleh bapak AR guru pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan sekolah luar biasa Cendana Rumbai pada tanggal 28 Januari 2015:

“Mengajar siswa dengan berbagai macam karakter ini tidak begitu

sulit, intinya kita sabar dan tulus dengan mereka. Karena anak

berkubutuhan khusus ini sangat peka terhadap karakter seseorang

mungkin ini kelebihan mereka apa lagi dengan anak downsyndrome

mereka tahu orang-orang yang tulus kepada mereka atau hanya

memanfaatkan keadaan. Selain kita melakukan pendekatan secara

individu kita juga harus menyesuaikan diri karena tidak hanya

sebagai guru, kita disini juga sebagai orang tua dan pengasuh kalau

di SLB. Dalam pembelajaran penjas sendiri mereka bersemangat

ya, apalagi fikri kata ibunya kalau bisa setiap hari dia maunya pake

baju olahraga terus. Jadi kalau untuk mengajar itu tidak ada

kesulitan yang berarti melainkan intinya kita harus sabar, tulus dan

melakukan pendekatan individu dan tanpa batas sama mereka

terkadang anak-anak ini maunya dimanja seperti diusap-usap

kepalanya atau pun tiba-tiba memeluk, ini sebagai wujud kalau

mereka nyaman dan sayang dengan kita.”

Pendekatan yang dilakukan untuk berinteraksi dengan siswa dilakukan dengan cara

individu selain itu dalam proses pembelajaran guru harus memiliki kesabaran karena

karakter anak yang berbeda satu dan yang lainya. Pada sasarnya pendekatan yang dilakukan

dalam berinteraksi dengan siswa bekebutuhan khusus memiliki trik yang sama yakni

pendekatan secara individu, sabar, tulus dan ikhlas karena kondisi anak dengan berbagai

karakter. Hal ini sesuai dengan kuripan wawacara dengan bapak TP guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa Pelita Hati yang peneliti temui

dikediamannya pada tanggal 02 Februari 2015:

“Tentunya dalam pelaksanaan pendidikan jasamani ini ada kendala,

tetapi kendala yang kita hadapi ini tidak begitu menjadi masalah.

Karena anak-anak memiliki kelainan jadi itu wajar saja. Kalau

untuk olahraga mereka semua bersemangat, yang selalu bermasalah

itu anak tunarungu karena mereka selalu banyak alasan untuk tidak

melakukan kegiatan olahrag yang pura-pura sakit perut atau

kakinya sakit begitu jadi mereka ada aja alasan. Nah seperti

kejadian tadi kita lagi belajar atletik jadi ada anak tunarungu yang

melumuri kakinya dengan canterpain supaya tidak disuruh hari

dengan alasan kakinya sakit, jadi tadi itu saya dekati dan saya lihat

kakinya dan saya pegang eh ternyata bau canterpaint itu kan jelas

yah kakinya jadi kepanasan gara-gara crem otot. Jadi selalu bikin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 197: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

181

alasan kalau anak tunarungu. Berbeda dengan tunanetra dan

tunagrahita mereka bersemangat dalam pelajaran penjas. Ya begitu

kendala yang saya hadapi sebenarnya ini bukan kendala melainkan

keunikan dari siswa. Untuk solusinya kita melakukan pendekatan

secara individu, membicarakan dengan mereka kalau tidak baik

bermalas-malasan dalam berolahraga. Yang intinya dalam

menghadapi siswa di SLB kita harus sabar, tulus dan ikhlas agar

apa yang kita berikan kepada anak menjadi bermanfaat untuk

mereka karena mereka memang harus di bimbing dengan baik.”

Hai ini sesuai dengan peneliti amati pada saat jam olahraga di sekolah luar biasa Pelitah

Hati yang salah satu anak dengan kelainan tunarungu melumuri kakinya dengan krem otot

dan mengeluh bahwa kakinya sakit. Kemudian bapak TP mendekati siswa tersebut dan

menegur siswa bahwa kelakuannya itu tidak baik tetapi bapak TP melakukan dengan hati-

hati sehingga siswa tidak merasa dimarahi.

Kendala dan kesulitan yang dialami oleh guru dalam pendidikan jasmani adaptif di

sekolah luar biasa tidak terlepas dari kondisi siswa biasanya ini terjadi pada anak tunarungu

yang secara pikirin tidak ada masalah. Hal ini juga dinyatakan oleh bapak BF guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekolah luar biasa AL-Faqih pada tanggal 03

Februari 2014:

“Kendala dan kesulitan pada awalnya karena saya bukan dari PLB

dan mengajar penjas ya sedikit banyaknya saya mengalami

kesulitan. Pada awalnya itu saya mengalami kesulitan memahami

kondisi anak setelah itu metode seperti apa yang harus saya

gunakan untuk olahraga ini. Tetapi makin kesini saya mengerti dan

menikmati mengajar anak-anak di olahraga. Sebenarnya kendala

justru pada kelainan anak sendiri ya, misalnya begini anak

tunagrahita kalau lagi tidak mau ya dia tidak mau kalau kita tidak

bisa mengajak dan membujuknya dengan baik itu akan menjadi

sulit mengajak mereka tapi pas lagi maunya anak-anak ini belum

mulai jam pelajaran sudah ngumpul malah saya yang ditarik-tarik

kelapangan, selanjutnya untuk tunarungu ini mereka secara akal

pikiran kan tidak ada masalah jadi selalu cari-cari alasan untuk

tidak olahraga kadang alasan sesak nafas, sakit perut, kaki sakit,

tapi setelah di iyakan yang dia mau malah main sama teman-

temannya dan tidak terlihat sakit, sedangkan kalau untuk tunanetra

dan tunadaksa mereka tidak ada masalah dan malah bersemangat.

Begitulah kondisi anak-anak disini, intinya kita harus sabar, ikhlas

dan bisa memperlakukan mereka seperti anak sendiri dengan begitu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 198: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

182

antara kita dengan anak itu tidak ada batasan dan lebih mudah

memahami mereka.”

Hal senada disampaikan oleh bapak DC guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

pada tanggal 04 Februari 2015 dalam kutipan wawancaranya:

“Yang paling besar itu ssaat pertama kali saya mengajar anak, nah

mulai saya bukan seorang yang tamatan PLB dan harus mengajar

olahraga juga di awal saya banyak menemui kendala-kendala ya

seperti kurang memahami kondisi anak, jadi saya memang berjuang

keras untuk memahami pembelajaran ini. Selain itu bukan materi

yang harus kita pahami dulu tapi kondisi anak nah disini saya

merasa berat pada awalnya apalagi tunagrahita berat ditambah agak

sedikit autis jadi saya bingung cara mendekatinya. Tetapi seiring

berjalanannya waktu dan bimbingan dari guru-guru yang lain saya

sudah bisa meminimalisir kendala-kendala tersebut. Dengn kendala

dan kesulitan-kesulitan yang saya dialami saya terus belajar

memahami kondisi mereka, dan saya masuk ke dunia mereka dan

saya mencoba mengarti apa keinginan mereka setelah itu saya

sesuaikan dengan materi pembelajaran olahraga yang bersifat

olahraga gembira dan Alhamdulillah sekarang mereka itu bisa

tercapai ya walaupun masih 70%.”

Dari hasil wawancara terkait dengan kendala atau kesulitan serta usaha guru

pendidikan jasmani adaptif dalam mengajar dan berinteraksi dengan siswa tidak mengalami

kesulitan yang berarti. Kendala yang dihadapi guru terkait dengan kelainan pada siswa

misalnya anak tunagrahita yang memiliki pemikiran sesuai yang dia pikiran pada saat itu

berbeda dengan siswa dengan kelainan tunarungu yang kebanyakan dari mereka suka

membuat alasan untuk tidak melakukan olahraga. Dengan keterbatasan siswa guru

menganggap tingkah pola mereka merupakan keunikan dan tidak membuat ini menjadi

kendala atau masalah.

Pendekatan yang dilakukan pada siswa di sekolah luar biasa dilakukan dengan cara

pendekatan individu walaupun pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang dilakukan

bersifat kelompok. Kelainan yang dimiliki siswa membuat tidak bisa diperlakukan sama

antara anak satu dan lainnya. Selain itu guru di sekolah luar biasa tidak hanya menjadi

pendidik tetapi juga menjadi orang tua, teman, pengasuh yang dapat membimbing siswa

dengan kasih sayang, sabar, tulus dan ikhlas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 199: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

183

C. Pembahasan

1. Perencanaan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif

Hasil penelitian ini menunjukah bahwa Perencanaan penyesuaian kurikulum di

Sekolah Luar Biasa Pekanbaru berjalan dengan cukup baik. Hal ini tercermin dengan

adanya; (a) dukungan dari guru, staf dan dinas, (b) pelatihan atau sosialisasi yang

diikuti oleh kepala sekolah dan guru tekait dengan implementasi kurikulum, (c)

dukungan dari wali murid, (d) mengidentifikasi tantangan nyata di sekolah, (e)

merumuskan perencanaan kurikulum sesuai dengan visi, misi, tujuan dan sasaran

sekolah, (f) mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran

pembelajaran, (g) menyusun rencana dan program peningkatan mutu, (h) melakukan

evaluasi pelaksanaan, (i) memutuskan sasaran penyesuaian baru. Didalam perencanaan

kurikulum ada yang bersifat kelompok yakni dilakukan bersama dalam Kelompok

Kerja Guru (KKG) Sekolah Luar Biasa se-Kota Pekanbaru dan kelompok kerja kepala

sekolah, dan penyesuaian yang dilakukan persekolah. Perencanaan penyesuaian

kurikulum untuk sekolah luar biasa memiliki panduan penyesuaian yang disusun oleh

pusat kurikulum, selanjutnya dalam perencanaan penyeseuaian kurikulum dilakukan

dengan mempertimbangkan kemampuan dan kelainan siswa.

Dalam perencanaan penyesuaian kurikulum untuk pendidikan penjas adaptif

tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Berdasarkan hasil analisis data dari

wawancara yang telah dilakukan dengan kepala sekolah dan guru pendidikan jasmani

dienam sekolah luar biasa Kota Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa dari enam Sekolah

Luar Biasa di Kota Pekanbaru hanya Sekolah Luar Biasa Pelita Hati yang menggunakan

sistematis kurikulum 2013, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai masih mengguanan

KTSP untuk acuan mata pelajaran pendidikan jasmani dan 4 diantaranya mengaku

bahwa tidak ada perencanaan penyesuaian kurikulum untuk pendidikan jasmani adaptif

dengan alasan tidak adanya guru yang khusus untuk mengajar pendidikan jasmani

adaptif di sekolah tersebut dan tidak adanya kewajiban dalam memenuhi administrasi

kelas.

Tidak ada guru yang membidangi mata pelajaran pendidikan jasmani adaptif

membuat sekolah tidak menyusun kurikulum untuk mata pelajaran pendidikan jasmani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 200: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

184

adaptif. Sementara sekolah dituntut untuk membekali berbagai macam ilmu

pengetahuan yang cepat berkembang dan juga dituntut untuk dapat mengembangkan

minat dan bakat, membentuk moral dan kepribadian bahkan dituntut agar pesetra didik

dapat menguasai berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk dunia pekerjaan. Dalam

hal ini pihak sekolah sudah membicarakan kepada dinas terkait untuk memfasilitasi

adanya guru penjas yang memang berlatar belakang dari pendidikan olahraga, tetapi hal

ini masih belum ditanggapi oleh dinas terkait.

Oleh karena itu kepala sekolah diharapkan menyetarakan pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif dengan mata pelajaran lain yang merupakan mata pelajaran

yang dapat membantu tumbuh kembang anak dan peluang yang sangat besar dalam

meningkatkan prestasi diluar bidang akademik, ini tergambar dari hasil prestasi

olahraga yang sudah diukir oleh siswa berkebutuhan khusu di Kota Pekanbaru.

2. Pengorganisasian Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif

Pengorganisasian Implementasi Kurikulm sengat penting fungsinya karena

dalam penyusunan dan implementasi kurikulum harus memiliki tim yang terarah.

Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang saling

berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut

terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini

kurikulum akan berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja

sama diantara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak

berfungsi dengan baik maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan kurang

maksimal.

Melihat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum

sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses

pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan pengontrolan. Tidak berbeda dengan sekolah umum dalam hal

pengoraganisasian pengembangan kurikulum di Sekolah Luar Biasa (SLB), jelas ada

struktur dalam pengembang kurikulum dimulai dari Kemendikbud, Dispend Provinsi,

Dispend Daerah, kepala sekolah dan guru inti. Sementara untuk organisasi

pengembangan kurikulum di sekolah organisasi berbentuk tim penyusun kurikulum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 201: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

185

yang terdiri dari kepala sekolah, guru dan orang tua yang memiliki anak dengan

karegori kelainan sedang dan berat. Dalam organisasi penysunan kurikulum Sekolah

Luar Biasa di Kota Pekanbaru tidak memiliki strukrur organisasi, strukur organisasi

yang digunakan hanya struktur organisasi sekolah. Walau pun tidak memiliki struktur

organisasi dan SK dalam penyusunan penyesuaikan kurikulum ini tetap terlaksana

dengan solid sesuai dengan pencapaian tujuan dan visi misi sekolah.

3. Pengstafan Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif

Pengstafan kurikulum ditemukan bahwa pengstafan di sekolah luar biasa Kota

Pekanbaru masih sangat jauh dari kata baik, karena masih kurangnya tenaga pengajar

dan pegawai di Sekolah Luar Biasa Pekanbaru. Hal ini dapat dilihat banyaknya guru

yang merangkap tugas sebagai pegawai TU dan guru bidang studi seperti pendidikan

jasmani dan guru agama. Tidak adanya penempatan guru dan pegawai yang status PNS

di sekolah luar biasa swasta membuat sekolah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan

guru dan pegawai, sementara guru dan pegawai PNS hanya mendapat penempatan di

Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina dan sebagian di Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab.

Dengan keterbatasan dana yang dimiliki yayasan, komite dan BOS membuat sekolah

tidak berani mengambil resiko untuk menambah tenaga pengajar. Sementara

penerimaan tenaga pengajar dan pegawai untuk jalur kepemerintahan yakni Pegawai

Negeri Sipil untuk Pendidikan Luar Biasa tidak dibuka serentak dengan penerimaan

tenaga pengajar dan pegawai umum, hal ini membuat informasi tidak merata bahkan

tidak sampai kepada calon guru dan pegawai yang akan mengabdi di sekolah luar biasa.

4. Pengawasan kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif

Pengontrolan kurikulum adalah proses pengawasan performance terhadap

standard untuk menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai, dengan kata lain

pengontrolan merujuk kepada proses dimana hal-hal yang direncanakan bisa terlaksana

sesuai dengan yang telah ditargetkan. Dalam hal ini kontrol dilakukan oleh yang

memiliki kebijakan tertinggi terhadap anggotanya. Pengontrolan kurikulum dilakukan

dari semua aspek yang menyangkut kegiatan sekolah. Pada Sekolah Luar Biasa di Kota

Pekanbaru pemilik kebijakan tertinggi di sekolah adalah kepala sekolah selanjutnya

pengontrolan sekolah dilakukan oleh pihak dinas dengan perpanjang tangan yakni

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 202: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

186

pengawas sekolah pendidikan luar biasa. Perngontrolan kurikulum di sekolah luar biasa

Kota pekanbaru sudah berjalan dengan semestinya. Dari apa yang peneliti amati dapat

diungkap bahwa pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah ada sebegai berikut:

(a) kepala sekolah mengawasi penyusunan sampai dengan terlaksananya dan

mengevaluasai kurikulum, (b) kepala sekolah mengontrol semua kegiatan yang dibuat

disekolah maupun diluar sekolah, (c) kepala sekolah melakukan pengawasan dikelas

maupun dilapangan dengan cara memantau langsung proses belajar mengajar dan tidak

memiliki jadwal khusus untuk pengawasan ini, pengawasan dilakukan secara dadakan

tanpa diketahui oleh guru, (d) pengawasan ini akan dievaluasi satu bulan sekali atau

pun secara langsung jika ada hal yang dianggap mendesak. Selanjutnya pengawasan

sekolah yang dilakukan oleh pihak dinas yakni dengan kunjungan satu kali dalam tiga

bulan. Pengawasan yang dilakukan oleh pihak Dinas hanya melihat terkait dengan

keadaan sekolah dan keadaan anak tanpa mensupervisi proses pembelajaran terutama

untuk mata pelajaran pendidikan jasmani.

Oleh karena Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Pendidikan Provinsi Riau

diharapkan dapat memperhatikan pendidikan luar biasa yang ada di Provinsi Riau

Terutama terutama pada bidang pendidikan jasmani adaptif.

5. Sumber Daya Penunjang Pendidikan Jasmani Adaptif

Sumber daya penunjang pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa

Pekanbaru hanya sekolah luar biasa Sri Mujinab yang memiliki guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan yang berlatar belakang pendidikan olahraga dan

dengan kurangnya tenaga pendidik di sekolah bapak WA merangkap menjadi guru

kelas. Sementara itu 5 di antaranya tidak memiliki guru yang kusus mengajar

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Guru yang mengajar pendidikan jasmani

adaptif di sekolah luar biasa ini hanya bermodal kesenangan pada olahraga hal ini

dikarenakan tidak adanya guru khusus yang memang dari pendidikan olahraga yang

mengajar di sekolah

Sementara itu untuk sumber daya penunjang lainnya seperti lapangan outdoor untuk

materi sepak bola dan atletik sekolah luar biasa menggunakan lapangan yang tidak jauh

dari sekolah atau lapangan milik warga dengan kondisi yang kurang baik seperti tanah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 203: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

187

yang tidak rata, berlubang dan jika hujan lapangan akan tergenang air dengan kondisi

ini akan membahayakan siswa jika melakukan aktifitas fisik dalam jangka waktu lama.

Selanjutnya untuk indoor sekolah menggunakan aula atau ruang serba guna

yang ada pada lingkungan sekolah untuk olahraga tenis meja, sementara untuk olahraga

basket, voli dan badminton menggunakan lapangan yang ada pada sekolah dengan

membuat 1 lapangan untuk beberapa cabang olahraga, hal ini dilakukan karena tidak

tersedianya ruang yang cukup untuk membuat lapangan. Sementara peralatan olahraga

sekolah hanya memiliki seadanya dan tidak mendukung kegiatan pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar biasa. Untuk meminimalisir kekurangan

pihak sekolah melakukan modifikasi alat dan memodifikasi peraturan serta permainan

olahraga.

Berbeda dengan sekolah luar biasa Cendana Rumbai di mana lapangan berada

di dalam lingkungan sekolah dengan tanah yang rata dan rerumputan yang tapi.

Keadaan ini membuat pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di

sekolah ini dapat terlaksana dengan nyaman. Memiliki lapangan basket yang biasa

beralih fungsi lapangan voli dan ring basket portable yang dapat dipindah-pindahakan.

Serta bak lompat jauh dan lapangan bocce yang dibuat permanen dengan ukuran

standar. Dengan tersediana sarana dan prasarana yang cukup hal ini sangat menunjang

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar biasa Cendana Rumbai.

Dari pengamatan yang dilakukan dalam memodifikasi lapangan dan peraturan

dilakukan misalnya pada materi voli netnya direndahkan mungkin setinggi net untuk

bulu tangkis, untuk tunagrahita berat boleh mendrible bola basket dengan dua tangan,

lari dengan jarak 20-30 meter, dan sebagainya yang penting siswa itu bergerak dan mau

berolahraga.

6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif

Peoses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah luar

biasa Kota Pekanbaru tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Dalam

pelaksanaannya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dilaksanakan dengan cara

mengadaptifkan artinya setiap materi pelajaran tidak diberikan seperti memberikan

pelajaran pada siswa umum karena siswa yang dihadapi adalah siswa berkelainan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 204: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

188

seperti: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras dan tunaganda (memiliki

2 lelainan seperti tunarungu+tunagrahita) oleh karena itu pemblajaran harus

dimodifikasi mulai dari peraturan, ukuran lapangan serta peralatan.

Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat lebih banyak memodifikasi alat-alat

yang dipergunakan dalam pembelajaran agar menarik siswa dalam pembelajaran

pendidikan jasmani dan proses pembalajaran dapar berjalan dengan baik. Memodifikasi

lapangan yang sesuai dengan kemampuan gerak siswa terutama untuk tunadaksa yang

memiliki keterbatasan gerak serta anak tunagrahita yang dari pengamatan adalah siswa

yang paling capat bosan dan lambat dalam menerima instruksi. Gerakan yang

dilakukan tentunya tidak menyulitkan siswa dan membuat siswa bersemangat dalam

pembelajaran pendidikan jasmani.

Sementara itu hasil penelitian ini menunjukan bahwa guru pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan dalam program pembelajaran hanya sekolah luar biasa Cendana

Rumbai yang membuat perencanaan pembelajaran seperti program tahunan, program

semester, rincian minggu efektif, silabus mata pelajaran penjasorkes, Rencana

Pembelajaran (RPP) blanko laporan perkembangan kinerja siswa. Perencanan

pembelajaran di sekolah luar biasa Cendana Rumbai oleh bapak AR dibuat sebelum

tahun ajaran dimulai atau sesudah perencanaan, penyususna dan penyesuaian

kurikulum, karena pada awal masuk sekolah akan diserahkan ke kepala sekolah.

Program pembelajaran ini akan dievaluasi setiap semesternya oleh kepala sekolah, dan

semua guru mata pelajaran dan guru kelas apakah di semester yang akan datang layak

dilanjutkan ataukah harus membuat perencanaan ulang.

Berbeda dengan sekolah luar biasa lainnya yang tidak memiliki perencanaan

pembelajaran karena dari pihak sekolah tidak mewajibkan adanya perencanaan

pembelajaran untuk mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Hal ini

disebabkan karena guru yang mengajar penjasorkes merangkap dengan mata pelajaran

lain dan tidak ada guru khusus yang mengajar pendidikan jasmani adaptif. Guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ini hanya bermodalkan pengalaman,

membaca reverensi dari buku pendidikan jasmani untuk sekolah umum yang

dimosifikasi dengan kebutuhan siswa, selanjutnya melihat video yang tersedia di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 205: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

189

internet. Dari apa yang perneliti amati guru penjasorkes ini bersungguh-sungguh dalam

memberikan pendidikan jasmani kepada siswa dan membimbing siswa dengan penuh

kasih sayang dan kesabaran dengan pengetahuan pendidikan jasmani yang seadanya.

Dalam pelaksanaanya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dilakukan

dengan menggabungkan beberapa kelas dengan kelainan yang berbeda, ini dilakukan

karena jumlah siswa pada setiap kelasnya hanya sedikit dan guru pendidikan jasmani

yang merangkap dengan mata pelajaran lain membuat pembelajaran pendidikan

jasmani harus mengabungkan beberapa kelas menjadi satu. Selain itu walapun siswa

melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani dalam satu waktu guru tetap

memberikan materi sesuai dengan kelasnya dan metode sesuai dengan kerebatasan

siswa.

7. Kendala atau Kesulitan dan Usaha dalam Mengajar dan Berinteraksi dengan

Siswa

Dengan kekurangan yang dimiliki siswa maka kendala yang dialami oleh guru

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sesuai dengan kondisi siswa. Misalnya

anak tunarungu yang lambat dalam menerima penjelasan. Dari pengamatan guru

menginstruksikan atau menjelaskan menggunakan bahasa isyarat. Sementara

tunagrahita lambat dalam menerima penjelasan guru atau mengerti dalam waktu yang

lama setelah dijelaskan berkali-kali. Selanjutnya begitu banyak alasan pada anak

tunarungu yang suka membuat alasan untuk tidak ikut pembelajaran pendidikan

jasmani. Contohnya dari apa yang peneliti pernah amati salah satu siswa dengan

kelainan tunarungu melumuri kakinya dengan krem otot dan mengeluh bahwa kakinya

sakit. Tetapi dengan keterbatasan siswa guru menganggap tingkah pola mereka

merupakan keunikan dan tidak membuat ini menjadi kendala atau masalah.

Pendekatan yang dilakukan pada siswa di sekolah luar biasa dengan cara

pendekatan individu walaupun pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang

dilakukan bersifat kelompok. Kelainan yang dimiliki siswa membuat tidak bisa

diperlakukan sama antara anak satu dan lainnya. Selain itu guru di sekolah luar biasa

tidak hanya menjadi pendidik tetapi juga menjadi orang tua, teman, pengasuh yang

dapat membimbing siswa dengan kasih sayang, sabar, tulus dan ikhlas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 206: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

190

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang dapat dijadikan pijakan untuk analisis masalah yang

berkaitan dengan Implementasi Kurikulum Pendidikan Jasmani Adaptif Pada SMP dan

SMA Luar Biasa Kota Pekanbaru maka dapat disimpulkan:

1. Perencanaan implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif tidak sesuai

dengan apa yang seharusnya. Berdasarkan hasil analisis data dari wawancara yang

telah dilakukan dengan kepala sekolah dan guru pendidikan jasmani dienam sekolah

luar biasa Kota Pekanbaru dapat disimpulkan bahwa dari enam Sekolah Luar Biasa

di Kota Pekanbaru hanya Sekolah Luar Biasa Pelita Hati yang menggunakan

sistematis kurikulum 2013, Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai masih

mengguanan KTSP untuk acuan mata pelajaran pendidikan jasmani dan 4

diantaranya mengaku bahwa tidak ada perencanaan penyesuaian kurikulum untuk

pendidikan jasmani adaptif dengan alasan tidak adanya guru yang khusus untuk

mengajar pendidikan jasmani adaptif di sekolah tersebut dan tidak adanya kewajiban

dalam memenuhi administrasi kelas.

Dalam hal ini pihak sekolah sudah membicarakan kepada dinas terkait untuk

memfasilitasi adanya guru penjas yang memang berlatar belakang dari pendidikan

olahraga, tetapi hal ini masih belum ditanggapi oleh dinas terkait.

2. Pengorganisasi dalam kurikulum pendidikan luar biasa tidak berbeda dengan

sekolah umum, di dalam pengorganisasian dari dinas struktur dalam pengembang

kurikulum dimulai dari Kemendikbud, Dinas Provinsi, Dinas Daerah, guru inti dan

kepala sekolah. Sementara itu untuk penyusunan kurikulum di sekolah tidak

memiliki struktur organisasi karena lebih berbentuk tim yang beranggotakan semua

majelis guru, kepala sekolah dan orang tua khususnya orang tua yang memiliki anak

dengan kelainan berat. Di dalam tim dari penyususnan kurikulum ini tidak memiliki

SK (surat keputusan) walaupun ini merupakan kegiatan rutin sekolah.

3. Pengembangan staf dan sumber daya manusia dalam implementasi kurikulum

ditemukan bahwa Pengstafan di sekolah luar biasa Kota Pekanbaru masih kurangnya

tenaga pengajar dan pegawai . Tidak adanya penempatan guru dan pegawai yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 207: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

191

status PNS di sekolah luar biasa swasta membuat sekolah kesulitan dalam

memenuhi kebutuhan guru dan pegawai. Dengan keterbatasan dana yang dimiliki

yayasan, komite dan BOS membuat sekolah tidak berani mengambil resiko untuk

menambah tenaga pengajar. Penerimaan tenaga pengajar dan pegawai untuk jalur

kepemerintahan yakni Pegawai Negeri Sipil untuk Pendidikan Luar Biasa tidak

dibuka serentak dengan penerimaan tenaga pengajar dan pegawai umum.

4. Pengontrolan kurikulum dilakukan dari semua aspek yang menyangkut kegiatan

sekolah. Selain itu untuk beberapa kegiatan kepala sekolah termasuk di dalamnya

karena jumlah guru yang tidak mencukupi. Dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar pengawasan dilakukan secara langsung ke kelas-kelas maupun ke

lapangan. Dalam pengawasan tidak ada jadwal khusus melainkan dilakukan dadakan

agar proses pembelajaran terjadi apa adanya. Untuk pengawas dinas tidak

melakukan pengawasan terkait dengan penyusunan sampai dengan pelaksanaan

kurikulum di sekolah melainkah hanya mendapat laporan dari kepala sekolah terkait

dengan hal itu.

5. Belum tersedianya sumber daya penunjang yang memadai seperti guru dan fasilitas

olahraga di sekolah-sekolah luar biasa membuat pembelajaran dilakukan belum

mekasimal. Hanya SLB Cendana yang memiliki fasilitas yang memadai seperti

lapangan dan fasilitas olahraga lainnya yang berada di lingkungan sekolah.

6. Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif dari di Sekolah Luar Biasa Kota

Pekanbaru dilakukan dengan cara adaptif. Untuk dapat dilakukan oleh siswa materi

pelajaran harus adaptif sesuai dengan kemampuan anak, guru harus bisa merancang

pembelajaran dengan baik dan mempersiapkan alat-alat yang menarik minat siswa

untuk belajar. 6 sekolah luar biasa di Kota Pekanbaru hanya sekolah luar biasa

Cendana Rumbai yang membuat program dan perencanaan pembelajaran.

Sementara itu 5 di antaranya tidak membuat perencanaan pembelajaran dimana

merupakan komponen terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terjadi

karena tidak adanya guru yang membidangi mata pelajaran tersebut .

7. Kendala, kesulitan serta pendekatan guru pendidikan jasmani adaptif berinteraksi

dengan siswa berkebutuhan khusus adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari

implementasi pendidikan penjas adaptif itu sendiri. Tidak ada kendala yang begitu

berarti yang dihadapi oleh guru-guru pendidikan jasmani adaptif di sekolah luar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 208: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

192

biasa Kota Pekanbaru, karena dengan keantusiasan siswa dalam mata pelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ini. Dalam pelaksanaan pembelajaran

pendidikan jasmani guru harus melihat kondisi jiwa dan fisik siswa karena siswa

dengan kelainan fisik, mental, dan sosial ini tidak dapat dipaksa sesuai yang

diinginkan. Pelayanan pada siswa bersifat individu, walaupun disini anak yang

ditangani memiliki kelainan yang sama guru tetap membimbing siswa satu persatu

dan sering mengulangi gerakan dan ikut serta dalam kegiatan olahraga, karena anak

yang berkelainan ini akan melakukan apa yang dilakukan oleh gurunya.

B. Implikasi

Implikasi dalam temuan ini adalah dari hasil penelitian yang dilakukan

menunjukan bahwa manajemen kurikulum baik itu perencanaan kurikulum,

pengorganisasian kurikulum, penyusunan staf dan pengontrolah kurikulum pendidikan

jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru akan telaksana apabila Sekolah

Luar Biasa memiliki guru yang memang membidangi mata pelajaran tersebut dan

semua pihak baik itu kepala sekolah, dinas, guru mata pelajaran lain dan orang tua

saling membahu dan bekerja sama dalam terlaksananya pembelajaran yang baik.

Pemerintah melalui Dinas Pendidikan Provinsi Riau dan kepala sekolah menjadi tiang

pertama yang dapat merealisasikan pengadaan sumber daya manusia dalam hal ini guru

pendidikan jasmani sebagai sumber daya penunjang dan sarana prasarana dalam

implementasi kurikulum pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa Kota

Pekanbaru. Dengan adanya guru pendidikan jasmani dan sarana prasarana yang

memadai di Sekolah Luar Biasa di Kota Pekanbaru maka dapat diterapkan manajemen

kurikulum yang sesuai dengan semestinya.

Dengan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adaptif tentunya siswa dapat

menginali dan mengembangkan bakat dibidang olahraga. Sepertihalnya banyak siswa

yang mengikuti iven-iven olahraga yang bergensi mulai dari tingkat daerah, nasional

dan internasional yang dinaungi oleh organisasi NationalParalympikCommite (NPC),

Persatuan Olahraga Tunarungu Indosesia (PORTURIN), Pesatuan Olahraga Tunanetra

Indonesia (PORTUNI) dan Special Olympic Indosesia (SOINA). Dengan mencapai

prestasi ini setidaknya berawal dari pendidikan jasmani adaptif yang diselenggarakan di

sekolah-sekolah luar biasa menjasi fasilitator dalam mengenali siswa-siswa yang

memiliki potensi dalam bidang olahraga. Selain itu perlunya dukungan oleh orang tua

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 209: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

193

siswa untuk dapat bekerjasama denganpihak sekolah terhadap pembelajaran di sekolah

khususnya dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa sangat dibutuhkan perhatian, kepedulian

dan keterlibatan kepala sekolah terutama Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas

Pendidikan tehadap manajemen pelaksanan kurikulum terutama pada mata pelajaran

pendidikan jasmani dan minimnya perangkat pembelajaran yang meliputi buku dan

sarana prasarana serta minimnya sosialisasi kurikulum dan pelatihan terkait dengan

pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif. Seharusnya ini menjadi catatan penting bagi

sekolah dan pemerintah agar tidak memandang sebelah mata terhadap pendidikan

jasmani adaptif untuk anak berkebutuhan khusus dan dapat membuat kebijakan untuk

memperhatikan pendidikan secara merata baik untuk yang normal ataupun untuk anak

berkebutuhan khusus.

Terkait dengan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif pada SMP

dan SMA di Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru menghasilkan beberapa temuan dan

belum semua komponen ikut berperan dengan sebagaimana mestinya.

Contohnya:

1. Pengawas Pendidikan Luar Biasa (PLB) hanya menerima laporan terhadap

pelaksanaan pembelajaran hanya dari kepala sekolah saja dan tidak mlakukan

observasi langsung kelapangan atau pun kelas pada saat pembelajaran berlangsung.

Sebaiknya selaku pengawas sekolah harus memperhatikan semua aspek yang

berhubungan dengan keadaan sekolah, keadaan siswa dan pelaksanaan kurikulum

yang diimplementasikan pada proses pembelajaran di sekolah, termasuk kelayakan

guru dan sumber daya penunjang lainnya.

2. Kepala Sekolah Luar Biasa Sri Mujinab, Sekolah Luar Biasa Pelita Hati, Sekolah

Luar Biasa Negeri Pembina, Sekolah Luar Biasa Melati Rumbai dan Sekolah Luar

Biasa Al-Faqih tidak mewajibkan kepada guru pendidikan jasmani untuk membuat

prangkat pembelajaran dalam pelaksanaanya karena beranggapan tidak adanya guru

yang memang membidangi pendidikan jasmani tersebut. Selain itu pengawasan

pelaksanaan hanya sebatas meninjau langsung kelapangan tanpa mengsupervisi

pembelajaran tersebut. Sementara itu untuk Sekolah Luar Biasa Cendana rumbai

kepala sekolah hanya memperhatikan program pengajaran secara administrasi saja

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 210: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

194

namun tidak memberi masukan pada waktu mengajar karena apa yang diajarkan oleh

guru dianggap benar.

Untuk menaggulangi masalah yang terjadi dilapangan hendaknya kepala sekolah

mencarikan jalan keluar dari permasalahan yang ditemui dilapangan dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yaitu dengan mengusulkan kepada pemerintah

dan yayasan penembahan guru penjasorkes dengan latar belakang pendidikan olahraga.

Guru penjasorkes pada Sekolah Luar Biasa Kota Pekanbaru mengajar lebih

banyak menggunakan pengalaman saja. Dari pengakuan guru penjasorkes di Sekolah

Luar Biasa Kota Pekanbaru mengungkapkan untuk penataran pelatihan pendidikan

jasmani adaptif hanya dilakukan sekali dalam 10 tahun terakhir dan itu tidak merata

kesemua guru pendidikan jasmani di Kota Pekanbaru. Penataran dan pelatihan lebih

kebidang prestasi atau kearah perlombaan yang diselenggarakan oleh Dispora Provinsi

Riau. Sementara itu untuk menambah pengetahuan dibidang pendidikan jasmani adaptif

guru mengaku lebih banyak membaca buku olahraga umum yang dimodifikasi

komponennya sesuai dengan kebutuhan dan kelainan siswa, selain itu melihat diinternet.

Namun demikian guru-guru pendidikan jasmani adaptif mengajar serius,

memahami dan sepenuh hati walaupun bukan dari pendidikan olahraga. Dalam satu kali

mengajar guru pendidikan jasmani adaptif menggabungkan beberapa kelas dan kelainan

yang berbeda. Walaupun mengajar sendiri untuk semua kelas dari SD, SMP dan SMA

guru penjasorkes melayani siswa dengan kasih sayang dan memberikan layanan yang

maksimal kepada siswanya.

C. Saran

Terlaksananya suatu implementasi dari pendidikan tidak hanya dilihat dari

kurikulum yang berlaku pada saat itu, tetapi juga bagaimana manajemen dalam

pengembangan kurikulum itu sendiri, sumber daya penunjang, pelaksanaannya, dan

meminimalisir kendala dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu dari hasil penelitian

disarankan kepada:

1. Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan hendaknya meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan melalui pelatihan atau KKG bersama guru pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Luar Biasa yang ada di Kota Pekanbaru

sekaligus bisa menyamakan persepsi untuk proses belajangar mengajar pendidikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 211: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

195

jasmani adaptif. Serta membuat program dan administrasi kelas sesuai apa yang

diberlakukan oleh kurikulum agar tercapainya maksud dari pembelajaran. Selain itu

dapat memodifikasi alat olahraga lebih banyak agar dapat meminimalisir kekurangan

sarana dan prasarana di sekolah.

2. Kepala sekolah agar pendidikan jasmani adaptif di sekolah juga diperhatihan, tidak

menganggap pendidikan jasmani sebagai fomalitas dalam pembelajaran di sekolah

olehkarena tidak ada guru yang membidangi mata pelajaran tersebut. Hendaknya

kepala sekolah melakukan supervisi juga pada saat guru mengajar tidak hanya

menerima laporan sekilas tentang pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif dan

mewajibkan guru Penjasorkes dalam pembuatan administrasi kelas seperti silabus,

RPP, program mingguan, program semester, dan program tahunan.

3. Dinas Pendidikan Provinsi Riau agar memperhatikan pendidikan jasmani adaptif dan

tidak dipandang sebelah mata, jangan hanya melihat dari medali yang disumbangkan

oleh siswa bekebutuhan khusus dalam bidang olahraga seperti pertandingan dari

tingkat daerah, Nasional maupun internasional saja, karena itu bukan menjadi

indikator baiknya pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah. Maka

sudah seharusnya Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Riau

memperhatikan dan meningkatkan baik itu SDM dan sumber daya penunjang dalam

meningkatkan kualitas dari pendidikan adaptif khususnya pendidikan jasmani adaptif

yang ada di Sekolah Luar Biasa Provinsi Riau khususnya di Kota Pekanbaru. Seperti

merekrut guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan latar belakang

pendidikan olahraga, memberikan pelatihan pelaksanaan pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan adaptif.

4. Pemerintah Provinsi Riau dalam hal ini Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau

dapat membuka lowongan bagi guru pendidikan olahraga untuk ditempatkan di

Sekolah Luar Biasa di Provinsi Riau khususnya di Kota Pekanbaru secara merata

seperti apa yang sudah diajukan oleh pihak sekolah tentang pengadaan guru olahraga

untuk Sekolah Luar Biasa. Membuka penerimaan pegawai dan guru untuk Sekolah

Luar Biasa dilakukan serentak dengan penerimaan guru dan pegawai diinstansi

lainnya.

5. Perlu adanya kerjasama yang baik sesama guru, pegawai TU, kepala sekolah dan

orang tua untuk mengetahui perkembangan siswa di sekolah maupun di rumah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 212: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

196

6. Bagi para pembaca penelitian ini sebagai informasi dan menambah pengetahuan

terkait dengan implementasi kurikulum pendidikan jasmasi adaptif dan diharapkan

setelah membaca ini timbulnya apresiasi untuk memperhatikan anak berkebutuhan

khusus terutama dalam bidang olahraga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 213: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

197

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar. 2009. Cara Mudah Belajar Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Ali, H. M. 2004. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.

Agustinus, Hermino. 2014. Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter. Bandung: Alfabeta

Asbar, Khairul. 2010. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif Siswa Tunagrahita

Ringan di Sekolah Luar Biasa Cendana Rumbai. Tesis. Padang. Program

Pascasarjana UNP.

Bandhie Delphie. 2006. Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT Reftika Aditama

Catheline Clark, Alan Dyson, and Alan Millwark. 1998. Theory Special Education.

London: ISBN.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai

Pustaka.

Depdikbud. 1989. Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.

Depdinas. 2004. Model Pelaksanaan BBE Pendidikan Jasmani Bagi Penyandang

Tunagrahita. Jakarta: Bagian Proyek Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup

Olahraga Direktorat Jendral Olahraga Depdiknas.

Efendi, M. 1999. Aspek Psikologik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara.

Efendi, M. 2006. Pengantar Psiko Pedagogik Anak Berkelainan. Jakarta : Bumi Aksara.

Ega, Trisna. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta.

Ellen, B. 2005. Qualitative Studiesin Special Education. Indiana University: Bwgriffin.

Com. Accepted 23 July 2005.

Endang, T. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Mata

Pelajaran Sejarah di SMA Negeri Surakarta. Surakarta. Tesis: UNS.

Erianti, 2008. Buku Ajar Pendidikan Jasmani Adaptif. Padang: UNP.

Erianti. 2009. Pendidikan Penjas Adaptif. Malang: Wineka Media.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 214: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

198

Flower, Frances C. 2004. Policy Studies for Educational Leaders. An Introduction. 2nd

Edition. Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall.

Fuchs, D. 1993. Inclusive Schools Movement and The Radicalizationof Special Education

Reform. Washington, DC: Vanderbilt University.

Griner, Derek. 2006. Culturally Adapted Mental Health Intervention. Cambridge:

Cambridge University Press.

Hallan, D. P. and Kauffman, J. M. 1991. Exceptional Children : Introduction to Special

Education. Mexico: Prentice Hall.

Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Hanson, E. Mark. 2003. Educational Administration and Organizational Behavior.

5th

Edition. United States of America: pearson Education, Inc.

Hardy, L. 2009. Fundamental Movement Skills Among Australian Preschool Children.

Jurnal Science and Medicine in Sport: Elselver. com. accepted 29 May 2009.

Hargio, Santoso. 2012. Cara Memahami dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hasibuan. 1990. Manajemen di dalam Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hendrayana, Yudi. 2003. Pembelajaran Permainan Dasar. Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Henny, S. M. 2013. Memahami dan Pendalaman Kurikulum 2013. Bandung: Sinar Baru.

Hosni, Irham, 2003. Pembelajaran Adaptif Untuk Sekolah Luar Biasa. Jakarta: Depdiknas.

Imas, K dan Berlin. 2013. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Kata Pena.

Joseph, P. Winnick. 2010. Adapted Physical Education and Sport. Canada: ISBN.

Kirk, A. 1990. Educating Exceptional Children. New Delhi: Oxford & IBH Publishing Co.

Kartono. 2013. Strategi dalam Memahami Implementasi Kurikulum. Jakarta: Salemba

Empat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 215: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

199

Kemendikbud. 2014. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan: Buku Guru. Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Budaya.

Kustawan, Dedy. 2013. Manajemen Pendidikan Inklusif. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro

Media.

Kustawan Dedy dan Yani Maimulyani. 2013. Mengenal Pendidikan Khusus & Pendidikan

Layanan Khusus Serta Implementasinya. Jakarta Timur: PT. Luxima Metro

Media.

Mahendra, Agus. 2005. Mekanika Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Martinis, Yamin. 2008. Mengenal Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Sinar

Baru.

Marthin, H. Manser. 1995. Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford University Press.

Meimulyani, Yani dan Cartoyo. 2013. Media Pembelajaran Adaptif. Jakarta Timur: PT.

Luxima Metro Media.

Meimulyani, Yani dan Asep T. 2013. Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta Timur: PT.

Luxima Metro Media.

Miller, J. P., and Seller, W. 1985. Curriculum Prespectives and Pratice. New York:

Longman Inc.

Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muzamiroh. 2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Jakarta: Gramedia.

Nasution. 2009. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurhasan. 2005. Aktivitas Kebugaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat

Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan

Sekolah Luar Biasa.

Purwanto. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Puskur. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: sektretariat Negara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 216: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

200

Regina Salma. 2010. Motivasi Anak Terhebat. Yogyakarta: Jogja Greati Publisher.

Rusli, Lutan. 2002. Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: direktorat Jendral Olahraga

Depdiknas.

Saylor, J. Galen et. al. 1981. Curriculum Planning For Better Teaching and Learning.

Fourth Edition. New York. Rinehait and Wiaton.

Srijono, Sunardi. 1995. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Umum Depdikbud.

Sunardi. 2012. Kecendrungan dalam Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Ditjen Dikti.

Sutjihati, Somantri. 2006. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika

Aditama.

Suyanto, dan Hisyam. 2000. Implementasi dan Perencanaan Kurikulum. Jakarta: Rineka

Cipta.

Undang-Undang RI No. 3 tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional Didalam Pembinaan

dan Pengembangan Olahraga.Jakarta : Biro Humas dan Hukum.

Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional Didalam ketentuan

umum. Jakarta : Humas dan Hukum.

Undang-Undang RI No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional Didalam

Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Penyandang Cacat. Jakarta : Humas

dan Hukum.

Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun. 1945. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:

Depdinas.

Undang-Undang No. 20. Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN).

Wahyudi. 2005. Pendidikan Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Wina, Sanjaya. 2008. Manajemen Pendidikan Berkarakter. Yogyakarta: Pedajogja.

Yudha, M. 2005. Perkembangan Gerak. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 217: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

201

Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Sri Mujinab Gambar: Proses wawancara Kepala SLB

Cendana

Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Pelita Hati Gambar: Proses wawancara Kepala SLB

Negeri Pembina

Gambar: Proses wawancara Kepala SLB Melati Gambar: Proses wawancara Kepala SLB

AL-Faqih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 218: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

202

Proses wawacara Guru Penjas SLB Sri Mujinab Proses wawacara Guru Penjas SLB Cendana

Proses wawacara Guru Penjas SLB Pelita Hati Proses wawacara Guru Penjas SLB N

Pembina

Proses wawacara Guru Penjas SLB Melati Proses wawacara Guru Penjas SLB Al-

Faqih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 219: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

203

Wawancara TU SLB Sri Mujinab Wawancara TU SLB Cendana

Wawancara TU SLB Pelita Hati Wawancara TU SLB Negeri Pembina

Wawancara TU SLB Melati Wawancara TU SLB Al-Faqih

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 220: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

204

Dokumentasi Kegiatan Olahraga di Sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 221: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

205

Prestasi di Bidang Olahraga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 222: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

206

Sarana dan Prasarana Olahraga di Sekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 223: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

207

Kegiatan di SLB Kota Pekanbaru

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 224: digilib.uns.ac.id · i IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF PADA SMP DAN SMA LUAR BIASA DI KOTA PEKANBARU (Studi Kasus Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013) TESIS Disusun

208

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user