web view“materi diskusi hukum acara pidana oleh ... kitab undang-undang hukum acara ... pihak...

22
“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH KEMENTRIAN KUNJUNGAN PENGADILAN DAN KEAKRABAN PERKUMPULAN GEMAR BELAJAR” RABU, 27 MEI 2015 PEMBICARA : 1. DORA VIRGOLIN TAMBUNAN (2012) 2. EKO NAINGGOLAN (2011) MODERATOR : KEMENKPK GEMBEL “Letak dan Posisi Para Pihak Dalam Hal Persidangan Pidana" A F B C E D 1

Upload: lamlien

Post on 02-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH KEMENTRIAN KUNJUNGAN

PENGADILAN DAN KEAKRABAN PERKUMPULAN GEMAR BELAJAR”

RABU, 27 MEI 2015

PEMBICARA : 1. DORA VIRGOLIN TAMBUNAN (2012)

2. EKO NAINGGOLAN (2011)

MODERATOR : KEMENKPK GEMBEL

“Letak dan Posisi Para Pihak Dalam Hal Persidangan Pidana"

A F

B

C E

D

G

1

Page 2: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

A. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Persidangan Tindak Pidana (dalam Sekup Acara Pidana).

1. Hakim (Majelis Hakim)

Pada prinsipnya persidangan pidana dilaksanakan dengan tiga hakim terdiri dari satu

orang hakim ketua dan dua orang hakim anggota. Namun dalam hal tertentu dapat terjadi

persidangan dilaksanakan dengan satu hakim saja misalnya dalam hal peradilan dengan perkara

singkat, cepat. Sedangkan pengertian dari hakim itu sendiri diatur dalam pasal 1 butir 8 yaitu “

Pejabat Peradilan Negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili “.

Mengadili yang dimaksud dalam pasal 1 butir 8 itu adalah “ Serangkaian tindakan Hakim untuk

menerima, memeriksa dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak

memihak disidang Pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang

ini “(Pasal 1 Butir 9 KUHAP). Dalam putusan dapat dilaksanakan voting apabila musyawarah

diantara ketiga hakim tersebut tidak tercapai.

Adapun bentuk putusan akhir oleh hakim di pengadilan adalah berikut :

A. Putusan Bebas (vrijspraak).

*. Pasal 191 ayat (1) KUHAP mengatakan, jika pengadilan berpendapat bahwa dari hasil

pemeriksaan di sidang, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak

terbukti secara sah dan meyakinkan, maka terdakwa diputus bebas.

*. Mengenai putusan bebas ini, perbuatan atas kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa

sama sekali tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melalui alat-alat bukti yang dihadirkan

atau bisa juga putusan bebas ini dikarenakan hakim tidak yakin akan kesalahan terdakwa, oleh

karena hakim menjatuhkan putusan bebas (vrijspraak).

B. Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum (ontslag van alle rechtsvervolging).

#. Terhadap putusan ini, pengadilan dalam hal ini hakim berpendapat bahwa perbuatan yang

didakwakan kepada terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana,

maka terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum. Putusan pelepasan ini disebut juga

dengan “ontslag van alle rechtsvervolging”.

#. Dalam putusan ini semua yang didakwakan oleh Penuntut Umum terbukti secara sah, akan

tetapi hal yang didakwakan bukan merupakan tindak pidana atau dengan kata lain perbuatan

tersebut tidak memenuhi unsur tindak pidana. Sehingga hakim menjatuhkan putusan lepas dari

segala tuntutan hukum.

C. Putusan Pemidanaan (veroordeling).

2

Page 3: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

-. Putusan pemidanaan dijatuhkan oleh hakim apabila terdakwa terbukti bersalah melakukan

tindak pidana yang didakwakan kepadanya, sesuai ketentuan Pasal 193 ayat (1) KUHAP.

Terhadap putusan ini sebenarnya tidak ada masalah, karena hal yang didakwakan oleh penuntut

umum memang terbukti dan tindakan tersebut merupakan tindak pidana, hanya

saja yang menjadi permasalahan, apabila terhadap putusan pemidanaan ini kemudian terpidana di

tahan lalu dibebaskan lagi dengan berbagai alasan sehingga akan mencederai penegakan hukum,

dan fenomena ini sering terjadi, khususnya bagi terpidana pelaku korupsi.

2. Jaksa Penuntut Umum

Seringkali antara jaksa dan penuntut umum diartikan sama. Namun yang sebenarnya

berbeda menurut tugas dan wewenangnya, walaupun antara jaksa dan penuntut umum dijabat

oleh satu orang. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pengertian serta tugas dan wewenang dari

jaksa dan penuntut umum ini adalah sebagai berikut : Jaksa adalah pejabat yang diberi

wewenang oleh Undang-Undang (KUHAP) untuk bertindak sebagai penuntut umum serta

melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (Pasal 1 butir

(6) poin a). Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh Undang-Undang

(KUHAP) untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan Hakim (Pasal 1 butir (6)

poim b). Jaksa bersama dengan polisi untuk menuntaskan kasus pidana dan dapat melakukan

penahanan terhadap terdakwa apabila memungkinkan siding akan di tangguhkan sementara. JPU

adalah pejabat yang diangkat untuk menuntut terdakwa berdasarkan BAP dan dituangkan dalam

surat dakwaan, Jaksa bersama dengan polisi bekerja sama dalam menguak kasus pidana dan juga

bisa kita lihat bahwa JPU dapat melakukan penahanan terhadap terdakwa apabila memungkinkan

siding akan di tangguhkan sementara.

3. Penasihat Hukum

Penasehat Hukum dalam hal ini dilakukan oleh Sarjana Hukum dengan profesi advokat

dan pengacara praktek yang telah memiliki ijin praktek, namun setelah disahkannya Undang-

Undang Advokat tidak ada lagi istilah pengacara praktek, yang ada hanya Advokat. Istilah

“Penasehat Hukum” merupakan istilah baku sebagai pengganti dari “Pembela” atau “Pengacara”

dalam perkara pidana (Al Wisnubroto, 2002:7). Dalam pasal 1 butir 13 disebutkan bahwa “

Penasehat Hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar

Undang-Undang untuk memberi bantuan Hukum”.

3

Page 4: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

Dalam beracara tugas penasehat hukum mengajukan fakta dan pertimbangan yang ada

sangkut pautnya dengan klien yang sedang dibelanya dalam perkara tersebut, sehingga akan

terjadi keseimbangan dalam persidangan yang akan berpengaruh pada keputusan Hakim yang

adil. Jadi jelaslah tugas dari penasehat hukum dalam peradilan adalah memperjuangkan hak-hak

tersangka / terdakwa dengan memperhatikan kepentingan masyarakat atau negara demi tegaknya

hukum dan keadilan. Dan juga PH dapat mengajukan eksepsi (pembelaan) , mengajukan memori

banding dan kasasi, mengajukan permohonan penangguhan penahanan terdakwa, dan

mengajukan permohonan menghadirkan saksi untuk meringankan terdakwa.

4. Panitera (Panitera Pengganti)

Panitera adalah pejabat pengadilan yang salah satu tugasnya adalah membantu hakim

membuat berita acara pemeriksaan dalam proses persidangan. Oleh karena begitu banyaknya

tugas dari panitera ini sangat memungkinkan panitera tidak dapat ikut serta dalam persidangan

pidana, maka dengan demikian panitera menunjuk panitera pengganti (PP) sebagai Notulen

dalam persidangan pidana, yang tugasnya membuat berita acara persidangan, memeriksa dan

menerima memori banding dan kasasi, mencatat hasil siding dan mencatat setiap kejadian dalam

proses persidangan termasuk dalam pokok-pokok dialog antara pihak-pihak yang terlibat dalam

persidangan, misalkan tanya jawab antara hakim, penuntut umum, penasehat hukum dengan

saksi dan terdakwa.

5. Terdakwa

Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di Sidang

Pengadilan (pasal 1 butir 15). Sedangkan tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya

atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana(pasal 1

Butir 14 dan terdakwa berhak mendapatkan bantuan hukum atau didampingi oleh PH nya.

6. Saksi (Saksi Ahli)

Keberadaan saksi dalam persidangan pidana sangat menentukan dalam mencari

kebenaran hukum. Menurut pasal 1 butir 26 KUHAP saksi adalah orang yang dapat memberikan

keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana

yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Untuk selanjutnya saksi ini

memberikan keterangan disidang pengadilan mengenai suatu tindak pidana yang ia dengar

sendiri, ia alami sendiri dan ia lihat sendiri, dan keterangan itu dapat dijadikan alat bukti dalam

perkara pidana yang diajukan sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 butir 27 KUHAP.

4

Page 5: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

Saksi ahli merupakan ahli yang memberikan keterangan di sidang pengadilan pidana berdasarkan

ilmu pengetahuan yang dimiliki. Dalam ketentuan pasal 1 butir 28 disebutkan keterangan ahli

adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal

yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.

7. Petugas Pendukung Kelancaran Sidang

A. Petugas Pengawalan

Tersangka yang akan dihadapkan ke muka sidang dilakukan pengawalan oleh petugas,

karena penuntut umum berasal dari kejaksaan maka petugas pengawalan juga dilakukan oleh

petugas dari kejaksaan, namun dalam kasus-kasus tertentu yang mengundang perhatian

masyarakat maka pengawalan dibantu oleh petugas keamanan dari kepolisian.

B. Juru Panggil

Juru panggil ini biasanya berasal dari pegawai pengadilan dan atau pegawai kejaksaan,

yang tugasnya adalah melakukan pemanggilan terhadap tersangka / terdakwa dan saksi untuk

dilahirkan di ruang sidang.

C. Juru Sumpah

Juru sumpah biasanya dilakukan oleh pegawai pengadilan, namun bukan berarti juru

sumpah ini secara langsung membimbing sumpah terhadap saksi dan terdakwa tapi biasanya

dibimbing oleh hakim yang diikuti oleh saksi dan terdakwa yang sedang disumpah. Jadi tugas

juu sumpah ini tugasnya hanyalah mempersiapkan perlengkapan misalnya kitab suci ALKITAB

untuk yang kristen dan kitab lain sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Namun ketentuan

dalam KUHAP ada tempat khusus bagi rohaniawan yang tugasnya menyumpah, namun dengan

alasan teknis maka hal itu sampai sekarang belum dapat melaksanakan.

D. Petugas Pengawalan

Petugas pengawalan sangat diperlukan dalam proses persidangan pidana khususnya

dalam perkara-perkara tertentu yang mengundang perhatian masyarakat, biasanya dalam hal

kasus-kasus besar seperti contoh : kasus dengan terdalwa Amrozi tersangka pengeboman di Bali

tahun 2002. Petugas pengamanan ini bertugas menertibkan pengunjung diluar dan didalam

persidangan agar jalannya persidangan dapat tertib.

5

Page 6: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

B. Alat Bukti Beracara dalam Pidana

Dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) disebutkan

bahwa alat bukti yang sah adalah :

1.Keterangan Saksi;

2.Keterangan Ahli;

3.Surat;

4.Petunjuk;

5.dan Keterangan Terdakwa.

C.Asas-Asas dalam BerAcara dalam Kasus Pidana

1. Asas Praduga Tidak bersalah (presumption of Innocence)

2. Asas Peradilan Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan

3. Asas Hak Ingkar

4. Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk Umum

5. Asas pengadilan Memeriksa perkara pidana dengan adannya kehadiran terdakwa

6. Asas Equal Before the law (Perlakuan Yang sama didepan Hukum)

7. Asas Tersangka atau Terdakwa Bantuan Hukum

8. Asas pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan

9. Asas ganti Rugi dan rehabilitasi

10. Asas Pengawasan dan pengamatan pelaksanaan putusan pengadilan

11. Asas kepastian jangka waktu Penahanan

12. Asas Legalitas

13. Asas Penangkapan, Penahanan, Penggeledahan, Dan Penyitaan Dilakukan Berdasarkan

perintah tertulis pejabat yang berwenang.

D. Sumber Hukum Acara Pidana

1. UUD 1945 dalam Pasal 24 ayat (1) dan Ayat (2), pasal 25 dan Dalam Pasal II Aturan

Peralihan UUD 1945.

2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Atau Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana. Peraturan yang menjadi dasar sebelum berlakunya

6

Page 7: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

Undang-Undang ini adalah Herzien Inlandsch Reglement (HIR) atau Reglemen Indonesia yang

diperbaharui (RIB) (Staadsblad Tahun 1941 Nomor 44) yang berdasarkan Pasal 6 ayat (1)

Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951.Dengan berlakunya KUHAP maka untuk

pertama kalinya di Indonesia di adakan kodifikasi dan unifikasi yang lengkap dalam arti meliputi

seluruh proses pidana dari awal (mencari kebenarasn) sampai pada kasasi di Mahkamah Agung,

bahkan sampai (herziening).

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum jo. Undang-Undang Nomor

8 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 2 /1986 Tentang Peradilan Umum jo. Undang-

Undang Nomor 49 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 2/1986 Tentang

Peradilan Umum.

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung jo. Undang-undang

Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah

Agung jo. perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2009.

5. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, pada saat Undang-

Undang ini berlaku, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4358) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang mulai berlaku sejak

diundangkan tanggal 5 April 2003.

7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

8. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia.

9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok Perbangkan, khususnya Pasal 37 jo.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

10. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang – Undang ini mengatur acara pidana khusus untuk delik korupsi. Kaitannya dengan

KUHAP ialah dalam Pasal 284 KUHAP. Undang - Undang tersebut dirubah dengan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

11. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1970 Tentang Tata Cara Tindakan Kepolisian terhadap

anggota MPRS dan DPR Gotong Royong. Undang-Undang ini masih berlaku dan kata MPRS

seharusnya dibaca MPR, sedangkan DPR seharusnya tanpa Gotong Royong.

7

Page 8: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

12. Undang-Undang Nomor 5 (PNPS) Tahun 1959 Tentang Wewenang Jaksa Agung/Jaksa

Tentara Agung dan memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana tertentu.

13. Undang –Undang Nomor 7 (drt) Tahun 1955 Tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan

Tindak Pidana Ekonomi.

14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP.

15. Beberapa Keputusan Presiden yang mengatur tentang acara pidana yaitu :

  Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1967 Tentang Pemberian Wewenang

Kepada Jaksa Agung Melakukan Pengusutan, Pemeriksaan Pendahuluan  Terhadap Mereka

Yang Melakukan Tindakan Penyeludupan;

  Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228 Tahun 1967 Tentang Pembentukan Tim

Pemberantasan Korupsi;

  Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1974 Tentang Tata Cara Tindakan

Kepolisian  terhadap Pimpinan/Anggota DPRD Tingkat II dan II;

  Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Organisasi Polri;

 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1991 Tentang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Kejaksaan Republik Indonesia;

  Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1983 Tentang Tunjangan Hakim

  Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1983 Tentang Tunjangan Jaksa

E. Proses BerAcara Perkara Pidana

1. Perkara Pidana Biasa (Pid.B)

Praktek Pengadilan Negeri menunjukkan bahwa si penerima berkas-berkas perkara dari

pihak Jaksa, yang umumnya dikirim langsung ke: Panitera, kemudian dicatat dalam suatu daftar

(Register) perkara-perkara pidana dean seterusnya diserahkan kepada Ketua Pengadilan dan baru

oleh Ketua berkas-berkas perkara itu dibagikan kepada Hakim Ketua Majelis yang bersangkutan.

2. Perkara Pidana Singkat (Pid.s)

Berdasarkan pasal 203 ayat (1) KUHAP, maka yang diartikan dengan perkara-perkara

dengan acara singkat adalah perkara-perkara pidana yang menurut Penuntut Umum pembuktian

serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana. Pengajuan perkara pidana dengan

acara singkat oleh Penuntut Umum ke persidangan dapat dilakukan pada hari-hari persidangan

tertentu yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

8

Page 9: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

Dalam acara singkat ini, maka setelah sidang dibuka oleh Ketua Majelis Hakim dan setelah

pertanyaan formil terhadap terdakwa diajukan maka Penuntut_Umum dipersilahkan

menguraikan tentang tindak pidana yang didakwakan secara lisan dan dicatat dalam Berita Acara

Sidang sebagai pengganti surat dakwaan (pasal 203 ayat (3) KUHAP). Tentang hal registrasi

atau pendaftaran perkara-perkara pidana dengan acara singkat ini, baru didaftarkan oleh

Panitera/Panitera Muda Pidana setelah Hakim memulai dengan pemeriksaan perkara.

Apabila pada hari sidang yang ditentukan, terdakwa dan atau saksi-saksi utamanya tidak datang,

maka Majelis cukup menyerahkan kembali berkas perkara kepada Jaksa secara langsung tanpa

Ada penetapan, sebaiknya dengan buku pengantar (ekspedisi). Tetapi apabila dari pemeriksaan

dimuka sidang terdapat hal-hal yang menunjukkan bahwa perkara pidana itu tidak bersifat

sederhana, Majelis mengembalikan berkas perkara kepada Jaksa Penuntut Umum dengan suatu

surat penetapan dengan nomor pendaftaran pengadilan negeri. Tentang penerimaan perkara-

perkara pidana dengan acara singkat oleh Pengadilan Negeri berlaku acara sebagaimana

disebutkan dalam bab mengenai perkara-perkara pidana biasa yakni diajukan kepada Ketua

Pengadilan Negeri dengan melalui Panitera tetapi dengan perbedaan bahwa berkas-berkas

perkara pidana dengan acara singkat tidak perlu didaftarkan dulu pada waktu penerimaan.

Putusan tidak dibuat secara khusus tetapi dicatat dalam Berita Acara Sidang atau putusan

menjadi satu dengan Berita Acara Sidang.

3. Perkara Pidana Cepat

Yang diartikan dan termasuk perkara-perkara dengan acara cepat adalah perkara-perkara

pidana yang diancam dengan hukuman tidak lebih dari 3 (tiga) bulan penjara atau denda Rp.

7.500,- (pasal 205 ayat (1) KUHAP), yang mencakup tindak pidana ringan, pelanggaran lalu

lintas (pasal 211 KUHAP beserta penjelasannya) juga kejahatan "penghinaan ringan" yang

dimaksudkan dalam pasal 315 KUHP dan diadili oleh Hakim Pengadilan Negeri dengan tanpa

ada kewajiban dari Penuntut Umum untuk menghadirinya kecuali bilamana sebelumnya

Penuntut Umum menyatakan keinginannya untuk hadir pada sidang itu. Jadi pada pokoknya

yang dimaksud perkara-perkara semacam tersebut diatas ialah antara lain perkara-perkara

pelanggaran Lalu Lintas, Pencurian Ringan (pasal 364 KUHP), Penggelapan Ringan (pasal 373

KUHP), Penadahan ringan (pasal 482 KUHP), dan sebagainya. Semasa Pemerintah Hindia

Belanda perkara-perkara dengan acara cepat ini diperiksa dan diadili oleh "Landgerecht" yang

acara pemeriksaannya diatur oleh "Reglement untuk Landgerecht" (Stbl. 1914-317). Terdakwa

9

Page 10: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

tidak hadir dipersidangan Putusan verstek yakni putusan yang dijatuhkan tanpa hadirnya

terdakwa (pasal 214 ayat (2) KUHAP), apabila putusan berupa pidana perampasan kemerdekaan,

terpidana dapat mengajukan perlawanan yang diajukan kepada pengadilan yang memutuskan,

dan Panitera memberitahukan Penyidik tentang adanya perlawanan dan Hakim menetapkan hari

persidangan untuk memutus perkara perlawanan tersebut. Perlawanan diajukan dalam waktu 7

(tujuh) hari setelah putusan diberitahukan secara sah kepada terdakwa. Terhadap putusan yang

Berupa pidana perampasan kemerdekaan, dapat diajukan banding.

Dalam hubungan perkara-perkara pidana dengan acara cepat, Panitera memelihara 2

(dua) register (pasal 61 Undang-undang No.2 Tahun 1986, tentang Peradilan Umum), yakni:

A. Register tindak pidana ringan.

B. Register pelanggaran lalu lintas.

4. Rehabilitasi

Alasan-alasan untuk meminta rehabilitasi ditentukan secara limitatif dalam pasal 97

KUHAP. Rehabilitasi karena terdakwa dibebaskan dari segala dakwaan atau dilepas dari segala

tuntutan hukum, selalu harus dicantumkan dalam putusan. Rumusannya berbunyi:“Memulihkan

hak terdakwa dalam kemampuan kedudukan dan harkat serta martabatnya”.

Putusan Pengadilan yang batal demi hukum karena ada ketentuan hukum acara yang tidak

dilaksanakan oleh Hakim, tidak ada sangkut pautnya dengan "martabat" terdakwa, dan oleh

karenanya tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk meminta rehabilitasi.Untuk memuat tentang

rehabilitasi dalam suatu media massa tidak diatur dalam KUHAP. Apabila dikehendaki, pihak

yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata agar diperintahkan

oleh Hakim. Khusus mengenai biaya dan siapa yang harus membayarnya yang berhubungan

dengan itu juga termasuk wewenang Hakim untuk memutuskannya.

5. Upaya Hukum Pidana

*. Upaya Banding

Perihal acara peradilan banding dalam hukum pidana diatur dalam pasal 233 sampai

dengan pasal 243 KUHAP. Sehubungan dengan soal banding itu, apabila putusan Hakim tingkat

pertama memuat perintah"terdakwa ditahan atau membebaskan terdakwa dari tahanan". Perintah

tersebut harus ditetapkan di dalam putusan terakhir. Majelis agar memperhatikan ketentuan-

ketentuan yang termaktub dalam pasal 193 ayat 2a jo pasal 21 KUHAP dan pasal 193 ayat 2 (b)

KUHAP. Oleh sebab perintah terdakwa ditahan berarti segera masuk tahanan, maka perintah ini

10

Page 11: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

hanya dapat dikeluarkan apabila terdakwa diajukan ke muka persidangan pengadilan karena

perbuatan-perbuatan yang dimaksud dalam pasal 21 ayat 4 KUHAP.Putusan Majelis tadi harus

segera dilaksanakan oleh Jaksa setelah putusan Hakim diucapkan, tanpa menunggu turunnya

putusan banding. Demikian pula apabila terdakwa meminta berpikir dalam tempo 7 (tujuh) hari,

jangka waktu mana merupakan jangka waktu untuk mengajukan banding. Apabila Penuntut

Umum atau terdakwa/Penasehat Hukum mengajukan bandingnya melampaui tenggang waktu 7

(tujuh) hari, maka Panitera membuat keterangan yang menyatakan keterlambatan permintaan

banding yang ditandatangani Panitera dan diketahui Ketua, sehingga berkas perkara permintaan

banding tidak dikirimkan ke Pengadilan Tinggi.

*. Pidana Kasasi

Sebagaimana diketahui berdasarkan pasal 244 sampai dengan pasal 262 KUHAP, maka

dikenal kasasi oleh pihak-pihak termasuk Jaksa/ Penuntut Umum dan kasasi demi kepentingan

hukum oleh Jaksa Agung. Kasasi demi kepentingan hukum tidak membawa akibat hukum apa-

apa bagi pihak yang bersangkutan. Hendaknya diperhatikan tentang jangka waktu pengajuan

permohonan kasasi dan memori kasasi : Permohonan kasasi diajukan di Kepaniteraan Pengadilan

yang memutus perkara yang bersangkutan dalam tingkat pertama, selambat-lambatnya 14 (empat

belas) hari setelah putusan Pengadilan Tinggi diberitahukan. Memori kasasi dan.kontra memori

kasasi diajukan di Kepaniteraan Pengadilan yang memutus perkara yang bersangkutan dalam

tingkat pertama. Pada waktu menerima permohonan kasasi dari orang yang bersangkutan baik

permohonan kasasi itu diajukan secara tertulis maupun lisan, oleh Panitera harus ditanyakan

kepada yang bersangkutan apakah alasan-alasannya sehingga ia mengajukan permohonan

tersebut. Untuk yang tidak pandai menulis alasan-alasan itu harus dicatat dan dibuat sebagai

suatu memori kasasi sama halnya dengan cara membuat dan menyusun suatu gugatan lisan

dalam perkara perdata Yang dapat mengajukan permohonan kasasi selain terpidana dan

Jaksa/Penuntut Umum yang bersangkutan sebagai pihak, demi kepentingan hukum Jaksa Agung

juga pihak ketiga yang dirugikan. Alasan permohonan kasasi harus diajukan pada waktu

menyampaikan permohonan atau selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah mengajukan

permohonan kasasi kepada panitera tersebut. Panitera berkewajiban :

1) mencatat permohonan kasasi dan dilarang untuk menangguhkan pencatatannya.

2) membuat akte permohonan kasasi, membuat akte penerimaan memori kasasi, membuat akte

tidak mengajukan memori kasasi, membuat akte     penerimaan kontra memori kasasi, membuat

11

Page 12: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

akte terlambat mengajukan permohonan kasasi, membuat akte pencabutan permohonan kasasi,

membuat akte pemberitahuan putusan pengadilan tinggi.

3) membuat alasan-alasan kasasi bagi mereka termasuk mereka yang kurang memahami hukum.

4) mendahulukan penyelesaian perkara kasasi dari pada perkara grasi.

*. Pidana Peninjauan Kembali

Terhadap putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan putusan berupa

pemidanaan, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan peninjauan kembali. Pengajuan

dapat dikuasakan kepada penasehat hukum. Permohonan peninjauan kembali diajukan kepada

Panitera Pengadilan yang telah memutus perkaranya dalam tingkat pertama, tanpa dibatasi

tenggang waktu. Ketua menunjuk Hakim yang tidak memeriksa perkara semula yang dimintakan

peninjauan kembali itu untuk memeriksa dan memutusnya, berita acara pemeriksaan

ditandatangani oleh Hakim, Penuntut Umum, Pemohon dan Panitera. Bila permohonan ditujukan

terhadap putusan pengadilan banding, maka tembusan berita acara serta berita acara pendapat

dikirimkan ke pengadilan banding yang bersangkutan. Permintaan peninjauan kembali tidak

menangguhkan maupun menghentikan pelaksanaan dari putusan. Permohonan peninjauan

kembali yang terpidananya berada di luar wilayah Pengadilan yang telah memutuskan dalam

tingkat pertama : Permohonan peninjauan kembali harus diajukan kepada Pengadilan yang

memutus dalam tingkat pertama (pasal 264 ayat (1) KUHAP). Hakim dari Pengadilan yang

memutus dalam tingkat pertama membuat penetapan untuk meminta bantuan pemeriksaan

kepada Pengadilan Negeri tempat pemohon peninjauan kembali berada. Berita Acara

Persidangan dikirim ke Pengadilan yang telah meminta bantuan pemeriksaan. Berita Acara

Pendapat dibuat oleh Pengadilan tingkat pertama yang telah memutus pada tingkat pertama.

6. Grasi

Berdasarkan Undang-Undang Grasi, kecuali apabila terdakwa dibebaskan, maka dalam

hal diputus pidana penjara lebih dari 2 tahun hakim wajib memberitahukan terdakwa akan

haknya untuk mengajukan permohonan grasi yang ditujukan kepada Presiden Republik

Indonesia dengan melalui Pengadilan Negeri.

Sumber: Mahkamah Agung, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan

(Buku II), Cet. II, 1997.

12

Page 13: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

F. BAGAN (ALUR) PERSIDANGAN PIDANA

*. BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PIDANA - TINGKAT PERTAMA

13

Page 14: Web view“MATERI DISKUSI HUKUM ACARA PIDANA OLEH ... Kitab Undang-Undang Hukum Acara ... pihak yang bersangkutan dapat mengajukan hal itu melalui suatu gugatan Perdata

 *. BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PIDANA - TINGKAT BANDING

*. BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PIDANA - TINGKAT KASASI

14