· created date: 12/4/2012 10:48:40 pm

3
KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Nomor : B-036/Ir/Ft.1/0612009 Sifat : Biasa Lampiran : - Perihal : Korporasi sebagai tersangka/ terdakwa dalam tindak Pidana korupsi Jakarta, 29 Juni 2009 KEPADAYTH. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI Dl- SELURUH INDONESIA Pasal 20 Undang-Undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Indik Pidan-a Korupsi sebagaimana telah diubah denoan Undanq-Undanq Nomor 20 Tahun 2001 pada pokoknya men"entukan baiwa da[am tindak pidana korupsi selain terhadap Denourus maka terhadap korporasinya dapat dilakukan penuntutan lan"Oljatuni pidana separilang tindak pidana korupsitersebut dilakukan oleh 6tau atas nama suatu korporasi dengan pidana poKoK.llanya pidana denda dengan ketentuan inaksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga). Dengan ancaman pidana pokok berupa denda dalam tindak pidana korupsi-yang dilakukan ol'eh atau atas nama suatu korporasi Jebigainianiditentukan dalam Pasal 20 ayal.(7-) untuk memPe,tqleh oema-sukan neqara berupa hasil dinas melalui Kejaksaan R.l. dalam benegakkan huj<um, khubusnya dalam rangka pemberantasan tindak pidana korupsi. Bahwa selain yang ditentukan dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor: 31 Tahun { 995, selama ini belum ditemukan ketentuan hukum acara pidana yang mengatur kedudukan korporasi sebag.ai tersangka atau t6rdakwd OaIf dalam tahap penyidikan menyangkut pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) T6rsangka maupun dalam tahap oenuntutan menvanqkut ideniitas terdakwa, mengingat Pasal 143 ayal [Zi nurut a XUftnf hanya mengakomodir identitas orang sebagai subyek hukum dalam tindak Pidana. Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, maka terh.adap korporasi yang diduiukkan sebagai tersangka atau terdakwa dalam tindak pid|na -korupsi tetap mengacu kepada ketentuan hukum acara pidana' yang beddku dengan Seberapa kekhususan sebagaimana petunjuk dibawah ini : 1. Kriteria korporasi yang dapat dijadikan tersangka dalam tindak pidana korupsi aOataiforiorasi-sebaga.imana ditentukan dalam iiasat 1 angka 1jo Pasal 20 ayal (2) iaitutindak pidana korupsi apabila tind'ak pidana tersebut'dilafukan oleh orang-orang, baik bbrdasarkan hr.ibungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain UertinOaX dalam I i n g-kun gari korpoiasi tersebut baik send i ri-sendi ri maupun bersama-sama. 2. MendudUkan korporasi sebagai tersangka dalam tindak pidana - korupsi, bukan b'erarti meniadakan pertanggungjawaban pidana

Upload: others

Post on 11-Jun-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Created Date: 12/4/2012 10:48:40 PM

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIAJAKARTA

Nomor : B-036/Ir/Ft.1/0612009Sifat : BiasaLampiran : -Perihal : Korporasi sebagai tersangka/

terdakwa dalam tindak Pidanakorupsi

Jakarta, 29 Juni 2009

KEPADAYTH.KEPALA KEJAKSAAN TINGGIDl-

SELURUH INDONESIA

Pasal 20 Undang-Undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentangpemberantasan Indik Pidan-a Korupsi sebagaimana telah diubahdenoan Undanq-Undanq Nomor 20 Tahun 2001 pada pokoknya

men"entukan baiwa da[am tindak pidana korupsi selain terhadapDenourus maka terhadap korporasinya dapat dilakukan penuntutan

lan"Oljatuni pidana separilang tindak pidana korupsitersebut dilakukanoleh 6tau atas nama suatu korporasi dengan pidana poKoK.llanyapidana denda dengan ketentuan inaksimum pidana ditambah 1/3 (satupertiga).

Dengan ancaman pidana pokok berupa denda dalam tindak pidana

korupsi-yang dilakukan ol'eh atau atas nama suatu korporasiJebigainianiditentukan dalam Pasal 20 ayal.(7-) untuk memPe,tqlehoema-sukan neqara berupa hasil dinas melalui Kejaksaan R.l. dalam

benegakkan huj<um, khubusnya dalam rangka pemberantasan tindakpidana korupsi.

Bahwa selain yang ditentukan dalam Pasal 20 Undang-UndangNomor: 31 Tahun { 995, selama ini belum ditemukan ketentuan hukumacara pidana yang mengatur kedudukan korporasi sebag.ai tersangkaatau t6rdakwd OaIf dalam tahap penyidikan menyangkut pembuatan

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) T6rsangka maupun dalam tahapoenuntutan menvanqkut ideniitas terdakwa, mengingat Pasal 143 ayal[Zi nurut a XUftnf hanya mengakomodir identitas orang sebagaisubyek hukum dalam tindak Pidana.

Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, maka terh.adap

korporasi yang diduiukkan sebagai tersangka atau terdakwa dalamtindak pid|na -korupsi tetap mengacu kepada ketentuan hukum acarapidana' yang beddku dengan Seberapa kekhususan sebagaimanapetunjuk dibawah ini :

1. Kriteria korporasi yang dapat dijadikan tersangka dalam tindakpidana korupsi aOataiforiorasi-sebaga.imana ditentukan dalamiiasat 1 angka 1jo Pasal 20 ayal (2) iaitutindak pidana korupsiapabila tind'ak pidana tersebut'dilafukan oleh orang-orang, baikbbrdasarkan hr.ibungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain

UertinOaX dalam I i n g-kun gari korpoiasi tersebut baik send i ri-sendi ri

maupun bersama-sama.2. MendudUkan korporasi sebagai tersangka dalam tindak pidana-

korupsi, bukan b'erarti meniadakan pertanggungjawaban pidana

Page 2:  · Created Date: 12/4/2012 10:48:40 PM

yang dilakukan olehpertanggungjawaban pidana

pengurusnya, akan tetapiterhadap korporasi tersebut harus

dipandang sebagai perluasan pertanggungjawaban pidana dalamtindak pidana korupsi (bandingkan Pasal 20 ayat 1). Olehtindak pidana korupsi (bandingkan Pasal 20 ayat 1). Olehkarenanya dalam pemberkasan dengan tersangka kbrporasi tidak

3.

dapat digabung dengan tersangka orang sebagai subyek hukumterkait dengan ajaran penyertaan, melainkan harus dipisah (split)dan tidak dalam kerangka ajaran penyertaan.Pasal 20 ayat (3) menentukan : "Dalam hal tuntutan pidanadilakukan terhadap korporasi tersebut diwakili oleh pengurus" danayat (4) menentukan : "Pengurus yang mewakili korporasigeb_agaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat diwakili oleh oranglain".Dari ketentuan Pasal 20 ayat (3) dan (4) tersebut sedapat mungkindalam proses penyidikan Berita Acara Pemeriksaan (BAP)Tersangka dapat diterangkan oleh pengurus yang mempdrolehkuasa sesuai ketentuan Anggaran Dasar / Anggaran RumahTangga dari korporasi yang bersangkutan. Namun demikiankeberadaan BAP Tersangka dengan tersangka korporasi tidakmutlak, mengingat:3.1. Pasal 20 ayat (4) memungkinkan pengurus yang

memperoleh kuasa dapat diwakili oleh orang lain sehinggaorang lain yang mewakili pengurus tersebut belum tentumengetahui materi perkara yang disangkakan terhadapkorporasi tersebut.

3.2. Ada kernungkinan baik pengurus maupun orang lain yangmewakili korporasi menolak memberikan keterangan dalamBAP, karena pengurus tersebut atau orang iain yangmewakili pengurus / korporasi tersebut bukan merupakantersangka yang sesungguhnya dalam hal korporasiberkedudukan sebagai tersangka.

3.3. Kemungkinan terjadi pergantian pengurus atau orang lainyang memperoleh kuasa untuk mewakili korporasi selamadalam proses perkara berlangsung.

3.4. Pasal 184 ayat (1) huruf e KUHP hanya mengenal alat buktiketerangan terdakwa (tersangka dalam tahap penyidikan)dan tidak mengenal alat bukti keterangan korporasi atauketerangan pengurus.

Dalam proses penyidikan mutlak dan harus dilakukan penyitaanterhadap Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga korporasiyang menjadi tersangka guna memperoleh identitas korporasi yangbersangkutan untuk dicantumkan secara lengkap baik di dalamresume maupun sampul berkas perkara, dimana identitas tersebutyang akan diadopsi oleh Jaksa Penuntut Umum dalam pembuatanSurat Dakwaan yang sekurang-kurangnya memuat identitas :

4.1. Nama Korporasi4.2. Nomordantanggalaktakorporasi

4.

Page 3:  · Created Date: 12/4/2012 10:48:40 PM

5.

4.2.1 . Nomor dan tanggal akta pendirian perusahaan.4.2.2. Nomor dan tanggal akta perusahaan pada saat

peristiwa pidana.4.2.3. Nomor dan tanggal akta perusahaan perubahan

terakhir.4.3. Kedudukan / Status pendirian.4.4. Bidang Usaha.Sedangkan hal-hal lain yang diang$ap relevan dapat dicantumkansesuai kebutuhan untuk pembuktian perkara.Tuntutan hukuman tambahan berupa kewajiban membayar uangpengganti tidak dapat diterapkan terhadap korporasi sebagaiterdakwa, karena hukuman tambahan berupa kewajibanpembayaran uang pengganti dapat diganti dengan pidana penjaraberdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (3), sedangkan pidanakorupsi hanya pidana denda tanpa dapat diganti (subsidiair)dengan hukuman badan. Dengan demikian hukuman tambahanyang dapat diterapkan terhadap terpidana korporasi selain yangtelah diatur dalam KUHP adalah sebagaimana ditentukan dalamPasal 1 8 ayat (1 ) hurufa, c dan d yaitu :

5.1. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yangtidak benarujud atau barang tidak bergerak yang digunakanuntuk atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi,termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidanakorupsi dilakukan, begitu pula dari barang yangmenggantikan barang-barang tersebut (huruf a);

5.2. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktupaling lama 1 (satu)tahun (huruf c);

5.3. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu ataupenghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu,yang telah atau dapat diberikan oleh Pemerintah kepadaterpidana (huruf d).

Tembusan :

1. Yth. Ketua Mahkamah Agung R.l.;

2. Yth. MenteriKeuangan R.l.;

3. Yth. Menteri Hukum dan H.A.M. R.l.;

4. Yth. MenteriNegara BUMN;

5. Yth. Kepala Kepolisian Negara R.l.;

6. Yth. Ketua KomisiPemberantasan Korupsi;

7. Arsip;