@ukdwsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam...

12
1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Minimnya partisipasi warga jemaat secara khusus para pemuda di HKBP Yogyakarta, tentu menjadi suatu keprihatinan bagi gereja. Partisipasi para pemuda dalam gereja melalui pelayanan-pelayanan atas talenta yang mereka miliki, sangatlah menentukan bagi pembangunan jemaat. Meskipun ada usaha yang telah dilakukan oleh anggota organisasi pemuda /N-HKBP dan bekerjasama dengan pelayan gereja untuk mengarahkan para pemuda lain, agar ikut berpartisipasi dalam setiap pelayanan di gereja, tetapi hasilnya masih belum maksimal, yang artinya bahwa setiap personil dalam tiap unit pelayanan masih terbatas dan kurang. Partisipasi para mahasiswa yang minim bukan saja dalam komisi N-HKBP 1 dan pelayanan, tetapi juga dalam partisipasi kehadiran mengikuti Penelaahan Alkitab (PA) dan Persekutuan Doa (PD). Dalam gereja, para mahasiswa baik anggota N-HKBP maupun yang belum masuk N-HKBP, dilayani para pelayan gereja. Sehingga gereja tidak hanya mengharapkan para pemuda ikut berpartisipasi dalam pelayanan gereja, tetapi para pelayan juga memberi pelayanan terhadap pemuda. Pelayanan yang diberikan gereja secara khusus untuk para mahasiswa adalah melalui Penelaahan Alkitab dan Persekutuan Doa. Dalam PA dan PD ini, diharapkan kehadiran dari semua pemuda, bukan hanya anggota N-HKBP tetapi juga mahasiswa yang setiap tahun disambut dalam gereja. Kegiatan PA dan PD tersebut dilaksanakan di gereja setiap hari Kamis, pukul 19:00 Wib. 2 Kehadiran para pemuda mengikuti PA dan PD dalam gereja, tidaklah sebanding dengan jumlah keseluruhan pemuda yang datang beribadah setiap hari Minggu. Mereka yang mengikuti PA dan PD setiap hari Kamis rata-rata 11-22 orang saja. Jika dibandingkan dengan anggota N-HKBP , kehadiran dalam PA dan PD masih jauh dari yang diharapkan. Menurut data gereja ada sekitar 360-500 orang pemuda yang beribadah setiap Minggunya, tetapi mereka yang mendaftar menjadi warga jemaat pemuda adalah sebanyak 123 orang. 3 Data ini sangat memprihatinkan, karena mereka hanya datang untuk beribadah dan tidak berminat untuk berpartisipasi dalam bidang pelayanan gereja untuk mengembangkan gereja 1 Dalam bahasa Batak Toba dan bagi HKBP, N-HKBP adalah Naposo Bulung, yang artinya orang-orang muda atau pemuda. 2 Setelah PA selesai, di mana pelaksanaannya sekitar setengah jam, maka akan dilanjutkan latihan koor sampai pukul 22:Wib. 3 Buku: Laporan Kepengurusan NHKBP Yogyakarta, (Yogyakarta: Dewan Koinonia, 2013). Warga jemaat pemuda ini diterima saat penerimaan mahasiswa baru di HKBP.Setelah diterima menjadi warga jemaat pemuda, mereka tidak terlibat secara aktif dalam Komisi Pemuda HKBP). @UKDW

Upload: vothuy

Post on 07-Mar-2019

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Minimnya partisipasi warga jemaat secara khusus para pemuda di HKBP Yogyakarta,

tentu menjadi suatu keprihatinan bagi gereja. Partisipasi para pemuda dalam gereja melalui

pelayanan-pelayanan atas talenta yang mereka miliki, sangatlah menentukan bagi pembangunan

jemaat. Meskipun ada usaha yang telah dilakukan oleh anggota organisasi pemuda /N-HKBP dan

bekerjasama dengan pelayan gereja untuk mengarahkan para pemuda lain, agar ikut

berpartisipasi dalam setiap pelayanan di gereja, tetapi hasilnya masih belum maksimal, yang

artinya bahwa setiap personil dalam tiap unit pelayanan masih terbatas dan kurang.

Partisipasi para mahasiswa yang minim bukan saja dalam komisi N-HKBP1 dan

pelayanan, tetapi juga dalam partisipasi kehadiran mengikuti Penelaahan Alkitab (PA) dan

Persekutuan Doa (PD). Dalam gereja, para mahasiswa baik anggota N-HKBP maupun yang

belum masuk N-HKBP, dilayani para pelayan gereja. Sehingga gereja tidak hanya

mengharapkan para pemuda ikut berpartisipasi dalam pelayanan gereja, tetapi para pelayan juga

memberi pelayanan terhadap pemuda. Pelayanan yang diberikan gereja secara khusus untuk

para mahasiswa adalah melalui Penelaahan Alkitab dan Persekutuan Doa. Dalam PA dan PD ini,

diharapkan kehadiran dari semua pemuda, bukan hanya anggota N-HKBP tetapi juga mahasiswa

yang setiap tahun disambut dalam gereja. Kegiatan PA dan PD tersebut dilaksanakan di gereja

setiap hari Kamis, pukul 19:00 Wib.2

Kehadiran para pemuda mengikuti PA dan PD dalam gereja, tidaklah sebanding dengan

jumlah keseluruhan pemuda yang datang beribadah setiap hari Minggu. Mereka yang mengikuti

PA dan PD setiap hari Kamis rata-rata 11-22 orang saja. Jika dibandingkan dengan anggota

N-HKBP , kehadiran dalam PA dan PD masih jauh dari yang diharapkan.

Menurut data gereja ada sekitar 360-500 orang pemuda yang beribadah setiap

Minggunya, tetapi mereka yang mendaftar menjadi warga jemaat pemuda adalah sebanyak 123

orang.3 Data ini sangat memprihatinkan, karena mereka hanya datang untuk beribadah dan tidak

berminat untuk berpartisipasi dalam bidang pelayanan gereja untuk mengembangkan gereja

1 Dalam bahasa Batak Toba dan bagi HKBP, N-HKBP adalah Naposo Bulung, yang artinya orang-orang muda atau

pemuda. 2 Setelah PA selesai, di mana pelaksanaannya sekitar setengah jam, maka akan dilanjutkan latihan koor sampai

pukul 22:Wib. 3 Buku: Laporan Kepengurusan NHKBP Yogyakarta, (Yogyakarta: Dewan Koinonia, 2013). Warga jemaat pemuda

ini diterima saat penerimaan mahasiswa baru di HKBP.Setelah diterima menjadi warga jemaat pemuda, mereka

tidak terlibat secara aktif dalam Komisi Pemuda HKBP).

@UKDW

Page 2: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

2

melalui talenta yang mereka miliki. Ini merupakan persoalan besar yang perlu penulis teliti dan

kembangkan lalu memberikan solusi pembangunan jemaat melalui teori-teori pembangunan

jemaat.

Hal yang sangat mengganggu pemikiran penulis adalah, partisipasi pemuda dalam

membangun jemaat HKBP Yogyakarta ini jauh dari teori-teori pertumbuhan jemaat. Misalnya

saja, dari 123 orang yang terdaftar resmi menjadi anggota jemaat pemuda HKBP, hanya 50

orang yang mau berpartisipasi dalam membangun jemaat. Kelima puluh orang ini mau

bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP (selanjutnya akan disebut

komisi N-HKBP). Komisi N- HKBP ini adalah pelayanan kategori pemuda yang dilayani seperti

warga jemaat tetap/dewasa.4 Hal ini mengindikasikan, bahwa partisipasi pemuda HKBP dalam

membangun jemaat masih di bawah harapan dari pembangunan jemaat.

Untuk melihat tingkat partisipasi pemuda dalam membangun jemaat HKBP Yogyakarta

ini, penulis akan mengukurnya melalui tingkat partisipasi mereka dalam berbagai kegiatan yang

dilakukan oleh komisi N- HKBP. Setiap tahunnya komisi N- HKBP menetapkan program kerja

mereka dalam rangka keikutsertaan mereka dalam membangun dan melayani Gereja. Adapun

program kerja dan unit pelayanan yang ditetapkan komisi N- HKBP, antara lain:5 Unit badan

pengurus harian N-HKBP, unit dana dan kewirausahaan, unit olah raga, unit pelayanan kasih,

unit pengkaderan dan pengembangan anggota, unit peralatan dan perlengkapan transportasi, unit

paduan suara, unit seni dan kreasi, unit ibadah dan doa, dan unit kesehatan. Partisipasi dan

pelayanan mereka dalam kebaktian minggu, adalah sebagai pemandu nyanyian/song leader,

pemain musik, operator slide, petugas soundsistem, petugas kamera, pembimbing anak remaja

dan guru sekolah minggu.6

Dari unit kegiatan di atas tesebut, penulis mengukur tingkat partisipasi komisi N-HKBP

dalam membangun jemaat HKBP Yogyakarta. Penulis mempunyai tesis sementara bahwa,

N-HKBP kurang berpartisipasi dalam membangun jemaat HKBP. Kurangnya partisipasi pemuda

dalam gereja dapat dilihat dalam tiga hal:

a. Dari jumlah mahasiswa yang begitu besar yang datang beribadah ke gereja HKBP

Yogyakarta, hanya sebagian kecil yang berminat mendaftar menjadi warga jemaat

4 Organisasi pemuda atau komisi N-HKBP adalah seksi yang merupakan wujud pelaksanaan pelayanan di gereja

HKBP Yogyakarta yang berada di bawah dewan Koinonia, yang tidak terpisahkan atau merupakan bagian internal

gereja itu sendiri dalam mewujudkan tri tugas panggilan gereja, yakni :Bersaksi, Bersekutu dan Melayani. Anggota

seksi pemuda HKBP/N-HKBP Yogyakarta adalah jemaat pemuda yang telah berumur 18 tahun, belum menikah

dan terdaftar sebagai warga jemaat pemuda HKBP Yogyakarta (Lih. Pedoman Pelaksanaan dan Mekanisme

Organisasi Pemuda/N-HKBP Yogyakarta, 2013) 5 Laporan pengurus dalam: Program Kerja Pemuda/NHKBP Yogyakarta untuk tahun 2014.

6Ibid.

@UKDW

Page 3: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

3

pemuda. Sebagian besar mereka lebih memilih menjadi jemaat tamu dalam gereja

tersebut.

b. Dari 123 orang pemuda yang mendaftar menjadi warga jemaat, hanya 50 orang yang

masuk dalam komisi N-HKBP. Dengan demikian, hanya sedikit yang berpartisipasi

dalam pelayanan gereja. Minimnya partisipasi warga jemaat pemuda, terlibat dalam

pelayanan melalui komisi N-HKBP, tentu menjadi suatu keprihatinan bagi

gereja/pelayan gereja, juga bagi para pemuda yang aktif dalam pelayanan. Sehingga yang

menjadi pertanyaan, mengapa para mahasiswa/pemuda secara khusus pemuda yang

terdaftar tidak berminat masuk anggota komisi N-HKBP?

c. Kehadiran dalam Penelahaan Alkitab dan Persekutuan Doa. Seperti telah disebut

sebelumnya, bahwa yang diharapkan hadir dalam PA ini bukan hanya anggota komisi

N-HKBP tetapi semua mahasiswa akan dilayani gereja melalui PA ini. Namun

kenyataannya, partisipasi kehadiran dalam PA setiap hari Kamis sangatlah sedikit.

Kurangnya partisipasi dalam kehadiran mengikuti PA tersebut bukan hanya dari pihak

mahasiswa yang tidak terdaftar menjadi anggota jemaat dan komisi N-HKBP saja/jemaat

tamu, tetapi juga anggota komisi N-HKBP sendiri tidak semua menghadiri pelayanan PA

tersebut. Yang menjadi pertanyaan, mengapa anggota komisi N- HKBP, pemuda yang

mendaftar menjadi warga jemaat dan pemuda tamu tidak berminat menghadiri pelayanan

PA?

Apa yang menyebabkan para pemuda gereja enggan untuk berpartisipasi dalam

pelayanan gereja, enggan menjadi anggota komisi N-HKBP dan enggan mengikuti ibadah PA

dan PD? Tentu ada alasannya, dan belum disentuh para pelayan gereja. Oleh sebab itulah,

penulis ingin membuat penelitian untuk mengetahui dan mendalami kehidupan bergereja para

pemuda dalam gereja, dengan harapan akan mengetahui, apa yang menjadi permasalahan atas

minimnya partisipasi pemuda.

Berdasarkan keprihatinan atas minimnya partisipasi para pemuda di bidang pelayanan

pada kebaktian Minggu, maka penulis akan mempelajari dan mendalami teori-teori

pembangunan jemaat. Ternyata, menjadi jemaat yang partisipatif adalah salah satu tujuan dari

gereja. Jumlah anggota jemaat yang besar dan semakin bertambah, persentase kehadiran jemaat

yang besar dalam setiap ibadah minggu, serta jumlah partisipasi warga jemaat dalam kegiatan

gereja makin banyak, tentu suatu kebanggaan bagi warga jemaat dan pelayan gereja. Namun,

kebanggaan dan keinginan tersebut sering berbanding balik, di mana pada sebagian gereja,

@UKDW

Page 4: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

4

semakin lama semakin sedikit warga jemaat yang terlibat dan berpartisipasi di berbagai bidang

pelayanan dan kegiatan di tengah-tengah gereja.

Hal yang sering tidak disadari para pelayan gereja adalah, faktor-faktor yang

menyebabkan menurunnya partisipasi atau tidak berpartisipasinya warga jemaat tersebut.

Sehingga alasan menurunnya partisipasi dan tidak berpartisipasinya warga jemaat dalam gereja,

tidak terjawab dan terselesaikan. Berbicara mengenai gereja yang partisipatif, bukan hal baru

lagi. Jika saat ini , warga jemaat dilibatkan dalam pelayanan terhadap umat dan sesama juga

bukan hal yang baru. Seperti halnya dalam gereja Katolik, bahwa melalui Konsili Vatikan II

(1962-1965) yang menemukan kembali gambaran gereja sebagai umat Allah, sekaligus menjadi

pemicu lahirnya gereja partisipatif.7 Artinya, gereja Katolik telah memikirkan, bagaimana supaya

gereja menjadi gereja yang partisipatif.

Demikian halnya dengan gereja HKBP, bahwa dalam Tata gereja HKBP (2002) telah

memberi kesempatan seluas-luasnya bagi jemaat untuk turut serta dalam pelayanan jemaat,

sehingga jemaat diharapkan menjadi jemaat yang partisipatif sebagaimana diatur dalam Tata

gereja HKBP:

Kewajiban warga jemaat, pertama : Menjadi saksi Kristus di tengah-tengah persekutuan

umum menggunakan karunia-karunia yang ada pada dirinya masing-masing. Kedua :

Berpartisipasi aktif dalam pelayanan gereja. Ketiga: Mempergunakan dan

mempersembahkan tenaga, pikiran, dan hartanya bagi pekerjaan dan pelayanan jemaat

dengan sukacita.8

Oleh sebab itu, partisipasi warga jemaat dalam pelayanan gereja adalah sebuah

kewajiban sabagai anggota tubuh Kristus yang harus saling membangun, supaya warga jemaat

menjadi batu-batu yang hidup. Seperti yang tertulis dalam surat Pertama Petrus, “Dan biarlah

kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani”(I Petrus

2:5). Meskipun berpartisipasi dalam gereja adalah kewajiban warga jemaat, dan tentu akan

sangat membantu bagi pelayanan dalam gereja, namun seperti yang telah disebut di atas, bahwa

dalam gereja HKBP Yogyakarta, partisipasi warga jemaat secara khusus pemuda masih kurang

dan belum maksimal.

Pembangunan jemaat makin banyak diasosiasiakan dengan berperansertanya jemaat, baik

dalam kehadiran dalam kebaktian, juga dalam pelayanan/aktivitas gereja. Pembangunan jemaat

7 Ignatius L. Madya Utama, Gereja Partisipatif, (Yogyakarta: Pusat Pastoral Bidang Pembangunan Jemaat, 2010), h.

9-10. 8 HKBP, Aturan dan Petaturan HKBP (Pearaja Tarutung:HKBP, 2002), h. 127.

@UKDW

Page 5: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

5

adalah bersifat aktual bagi situasi warga jemaat yang beraneka ragam.9 Bagi sebagian gereja,

keberanekaragaman tersebut tampak melalui kehadiran warga jemaat menghadiri ibadah

gerejawi yang cenderung semakin bertambah yang datang ke gereja, atau sebaliknya semakin

menurun. Demikian juga partisipasi warga jemaat dalam berbagai kegiatan gerejawi, di satu sisi

semakin giat berpartisipasi dalam gereja, dengan berbagai kegiatan dan pelayanan, tetapi di sisi

lain ada juga yang semakin menurun minat warga jemaat berpartisipasi dalam pelayanan gereja.

Namun tantangan yang dihadapi oleh sebagian besar gereja saat ini adalah, menurunnya

partisipasi warga jemaat, bukan saja hanya dalam hal kehadiran, tetapi juga dalam keikutsertaan

dalam pelayanan. Menurunnya jemaat yang berpatisipasi dalam gereja, merupakan persoalan

yang kompleks, yang harus diatasi oleh semua warga gereja. Mengaktifkan warga jemaat untuk

berpartisipasi dalam pelayanan gereja bukanlah hal yang mudah, hal itu merupakan proses yang

harus secara terus-menerus diupayakan, sampai jemaat menyadari akan identitas dan

perutusannya sebagai gereja.

Berbicara mengenai partisipasi warga jemaat dalam gereja, tidak terlepas dari faktor-

faktor yang begitu kompleks yang dapat mempengaruhinya, seperti: perkembangan-

perkembangan dalam masyarakat dan budaya, semisal diferensiasi sosial dan pluralisme kultural,

dan disposisi masing-masing jemaat yang kaitannya dengan faktor profesi, kedudukan, dan

riwayat hidup.10

Selain itu, arus modernisasi juga membawa banyak perubahan dalam kehidupan

masyarakat dunia, sehingga dunia mengalami perubahan besar seperti industrialisasi, urbanisasi,

individualisasi, sekularisasi dan globalisasi. Hal ini membawa dampak dalam pola pikir, dan pola

hidup masyarakat. Seiring dengan hal itu, maka modernisasi yang menghasilkan sekularisasi

juga membawa dampak dalam kehidupan bergereja.

Dampaknya adalah, ada gereja yang mengalami pertumbahan warga jemaat secara pesat,

namun ada pula gereja yang semakin ditinggalkan oleh warga jemaatnya. Ada gereja yang

mengupayakan perbaikan pelayanan secara internal gerejawi untuk menarik banyak warga, tetapi

ada pula gereja yang mengalami stagnasi. Artinya, hanya menjalankan rutinitas aktivitas

pelayanan bahkan ada yang terus mengalami kemerosotan, baik secara kuantitas maupun

kualitas. Ada gereja yang berupaya dan terlibat melayani masyarakat, namun ada pula gereja

yang tidak peduli dengan persoalan-persoalan kemasyarakatan. Juga ada gereja yang bertahan

pada pola-pola pelayanan yang eksklusif dan yang membuat gereja terasing dari seluruh

perkembangan masyarakat.

9 P.G. van Hooijdonk, Batu-batu Yang HidupPengantar ke dalam Pembangunan Jemaat, (Yogyakarta: Kanisius,

Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 1996),h. 72. 10

Ibid., h. 21

@UKDW

Page 6: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

6

Oleh karena perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan masyarakat dan gereja

dapat mempengaruhi partisipasi warga jemaat, maka diperlukan upaya pembangunan jemaat

yang kontekstual bagi warga jemaat sesuai dengan kebutuhannya. Partisipasi warga jemaat yang

dimaksud bukan hanya dalam keterlibatan dalam beberapa kepanitiaan acara tertentu, misalnya

dalam acara Natal, Paskah, dan kepanitiaan pesta-pesta gereja. Bukan pula hanya partisipasi

dalam kehadiran mengikuti kebaktian di hari Minggu saja. Kandungan makna partisipasi jemaat

dalam gereja sangatlah kompleks, yaitu keterlibatan warga jemaat dalam keseluruhan kehidupan

bergereja. Jika partisipasi dipahami hanya sebatas kehadiran dalam kebaktian saja, maka hal itu

telah mempersempit pengertian partisipasi tersebut. Sebab, ada gereja, di mana jumlah kehadiran

jemaat dalam mengikuti kebaktian Minggu sangat besar, namun yang turut ambil peran dalam

pelayanan sangat kecil, dan tidak sebanding dengan jumlah keseluruhan warga jemaat yang

harus dilayani. Artinya, partisipasi jemaat hanya berupa kehadiran dalam kebaktian di hari

Minggu saja, dan tidak ikut berpartisipasi dalam pelayanan gereja. Contohnya saja, gereja

HKBP, dan salah satunya adalah gereja HKBP Yogyakarta, sekaligus menjadi tempat penelitian

dalam tulisan ini.11

Partisipasi komisi N-HKBP melalui pelayanan yang beragam dalam gereja patut

diapresiasi, meskipun belum semua pemuda atau masih sedikit yang memberi tenaga, waktu dan

pikiran untuk membantu pengembangan pelayanan dalam gereja. Sehingga menjadi pertanyaan,

mengapa para pemuda yang lain enggan untuk bergabung dengan komisi N-HKBP dan melayani

dalam gereja? Dengan sedikitnya para pemuda yang berpartisipasi dalam pelayanan gereja, tentu

mempunyai dampak yang bukan hanya untuk kalangan pemuda saja tetapi juga bagi keseluruhan

warga jemaat gereja. Yang menjadi dampaknya adalah :

(a) Satu orang berperan ganda

Untuk mengatasi kurangnya tenaga dalam pelayanan, maka beberapa pemuda harus

berperan ganda dalam pelayanan. Misalnya: pemuda tersebut adalah sebagai anggota paduan

suara, tetapi sekaligus juga menjadi pemandu nyanyian/song leader, atau sebagai penyambut

tamu dalam kebaktian minggu dan juga sebagai guru sekolah minggu. Walaupun semua

pelayanan tersebut bisa dilakukan oleh beberapa orang saja, tetapi hasilnya tidak maksimal dan

bahkan akan menghalangi pelayanan yang lain.

11

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Yogyakarta adalah Huria Sabungan (Jemaat Induk) yang beralamat

di Jl.I Dewa Nyoman Oka 22 Kotabaru-Yogyakarta.HKBP Yogyakarta ini berdiri pada 7 April 1946 dan diresmikan

menjadi Resort pada 24 Oktober 1984 (Lih.Buku: Laporan Pertanggungjawaban Pendeta Resort Yogyakarta, dalam

rangka Rapat Resort tahunan,(Solo 2013), h. 13).

@UKDW

Page 7: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

7

(b) Pelayanan dalam gereja kurang maksimal

Dampak selanjutnya karena minimnya atau kurangnya pemuda yang berpartisipasi dalam

pelayanan gereja adalah, bahwa beberapa pelayanan dalam gereja akan berhenti dan tidak ada.

Hal itu terjadi apabila orang-orang/pemuda yang menangani pelayanan tersebut sedang pulang

kampung/libur atau ada kegiatan kampus. Mengapa sampai berhenti?Sebab tidak ada yang

menggantikan pelayanan tersebut. Misalnya : pelayanan untuk menyambut tamu, pemain musik,

song leader. Bahkan paduan suara akan berhenti jika beberapa dari anggota sedang mempunyai

urusan dari kampus ataupun sedang liburan. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, agar

pelayanan tetap berjalan, misalnya sebagai pemandu nyanyian dan pemain musik, maka

beberapa pemuda mengikuti setiap kebaktian dalam satu hari.

(c) Kepengurusan tidak maksimal

Seperti telah diuraikan di atas tentang kepengurusan komisi N-HKBP, bahwa para

pemuda mempunyai banyak unit pelayanan. Tujuan dari semua unit pelayanan tersebut adalah

sebagai cara, agar semakin banyak para pemuda yang bergabung dan berpartisipasi dalam setiap

pelayanan di gereja. Namun, setiap unit hanya ditangani oleh dua orang saja, sehingga ketika

orang yang bertanggungjawab dalam unit pelayanan tersebut berhalangan, maka pelaksanaan

tugas dalam unit tersebut tidak maksimal lagi bahkan tidak berjalan. Seandainya lebih dari dua

orang yang bertanggungjawab dalam setiap unit pelayanan, ketika beberapa orang berhalangan

maka yang lain boleh menggantikan dan melanjutkan pelayanan tersebut.

Selain dampak tersebut, atas minimnya para pemuda yang berpartisipasi dalam pelayanan

di gereja, akan sulit juga menemukan pengganti atau penerus apabila anggota komisi N-HKBP

yang aktif selama ini telah menyelesaikan perkuliahannya dan meninggalkan gereja dan

Yogyakarta. Karena sebagian besar anggota komisi N-HKBP yang ikut berpartisipasi dalam

pelayanan gereja adalah para mahasiswa.

2. RUMUSAN MASALAH

Untuk menjawab pokok persoalasan atas minimnya partisipasi pemuda dalam gereja,

maka penting merumuskan pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

a. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi berpartisipasi atau tidaknya para pemuda

dalam komisi N-HKBP, dalam pelayanan dan ibadah Penelaahan Alkitab?

b. Bagaimana pembangunan jemaat yang kontekstual dan relevan di Gereja HKBP

Yogyakarta?

@UKDW

Page 8: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

8

c. Bagaimana partisipasi para pemuda dalam mengikuti komisi N-HKBP, pelayanan ibadah

dan menghadiri ibadah Penelahaan Alkitab dan Persekutuan Doa dapat diperbaiki?

3. PEMBATASAN MASALAH

Karena keterbatasan penulis, maka tulisan ini dibatasi agar tidak meluas. Penulis hanya

meneliti partisipasi pemuda dalam membangun dan mengembangkan pertumbuhan Gereja.

Penelitian ini dilaksanakan di HKBP Yogyakarta, Resort DI Yogyakarta, Distrik XVII

Jabartengdiy.

4. PEMBATASAN PENELITIAN

Mengingat jumlah pemuda yang begitu besar, maka, penulis melakukan penelitian

kualitatif terhadap beberapa responden yang dianggap dapat mewakili semua suara pemuda

dalam gereja. Oleh sebab itu, responden dalam penelitian ini adalah pemuda gereja, yaitu :

pemuda HKBP Yogyakarta, yang terdiri dari Pengurus N-HKBP (Ketua, sekretaris dan

bendahara), anggota N-HKBP dan pemuda yang tidak aktif dalam aktivitas dan pelayanan

gereja.

5. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi partisipasi pemuda dalam

gereja.

b. Untuk mengetahui hal-hal apa yang perlu diupayakan gereja supaya partisipasi pemuda

dalam gereja dapat dimaksimalkan dan diperbaiki.

c. Pembangunan jemaat yang bagimanakah yang relevan dan kontekstual di gereja HKBP

Yogyakarta?

6. KEGUNAAN PENULISAN

Hasil penulisan ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk :

@UKDW

Page 9: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

9

a. Secara teoritis/akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah

kepustakaan pembangunan jemaat, khususnya partisipasi pemuda dalam membangun dan

mengembangkan jemaat.

b. Sekaligus menjadi masukan kepada gereja HKBP Yogyakarta agar menyadari faktor-

faktor apa yang menyebabkan para pemuda berpartisipasi atau tidaknya dalam gereja,

dengan cara itu, gereja dapat mengupayakan pembangunan jemaat yang kontekstual bagi

warga jemaat khususnya pemuda.

7. TEORI YANG DIGUNAKAN

Ada beberapa teori pembangunan jemaat yang dipakai dalam tulisan ini. Pertama,

pemikiran Jan Hendriks. Menururut Hendriks, pembangunan jemaat yang dimaksud adalah di

mana warga jemaat berpartisipasi dengan senang hati untuk mewujudkan pembangunan jemaat

yang vital dan menarik. Yaitu, tindak-tanduk seluruh warga jemaat dalam kehidupan bergereja.

Menjadi jemaat yang vital dan menarik adalah harapan dari semua gereja. Menjadi pertanyaan

adalah, bagaimana upaya supaya warga jemaat menjadi jemaat yang vital dan menarik?

Hendriks, yang menngumuli bagaimana membangun jemaat secara sistematis menuju

jemaat yang vital dan menarik, menyebut bahwa, menarik dan vital merupakan dua pengertian

yang tidak boleh dipisahkan. Jemaat yang hanya menarik saja cenderung menjadi komunitas

nostaligis. Jemaat yang hanya vital saja cenderung menjadi komunitas yang fanatik.12

Jemaat

yang vital dan menarik adalah jemaat yang dengan senang hati berpartisipasi, di mana

partisipasi itu membawa hasil bagi mereka sendiri maupun bagi realisasi tujuan-tujuan

jemaat13

. Mengupayakan jemaat yang vital dan menarik, adalah sesuatu hal yang penting dalam

perubahan zaman yang akan dihadapi jemaat. Hendriks menyoroti hidup jemaat di dunia

Eropa, akibat perubahan zaman maka partisipasi hidup jemaat, kehadiran dalam ibadat

berkurang. Tentu banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab mengapa partisipasi jemaat

berkurang/menurun, bukan hanya di dunia Eropa, tetapi juga termasuk di Indonesia. Namun,

Hendriks tidak membahas apa-apa saja faktor-faktor hambatan jemaat berkurang dalam

partisipasi, melainkan membahas faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi vitalitas jemaat.

Kedua, Rob Van Kessel. Kessel menyebutkan bahwa dalam perkembangan zaman yang

terus berubah, umat kristiani ditantang untuk berpartisipasi secara kreatif.14

Menurut Van

12

Jan Hendriks, Jemaat Vital &Menarik , h. 20. 13

Ibid. 14

Rob Van Kessel, Enam Tempayan Air Pokok-Pokok Pembangunan Jemaat, (Yogyakarta:Kanisius, 1997),h. 1.

@UKDW

Page 10: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

10

Kessel vitalisasi merupakan tujuan segala bentuk dan proses pembangunan jemaat, sedangkan

vitalitas merupakan hasil vitalisasi. Kemudian dia menyebut bahwa vitalitas jemaat dan jemaat

yang vital mempunyai beberapa kriteria yang dibagi dalam tiga kelompok,15

:

1. Vitalitas tergantung pada apakah dan sejauh manakah jemaat beriman menemukan

dirinya dalam penghayatan iman. Hal ini menanyakan soal identitas jemaat.

2. Mempertanyakan sejauh mana Injil relevan, bermakna dan mencolok dalam

penampilan serta penghayatan anggota jemaat sendiri secara de fakto, dan sejauhmana

termotivasi untuk berpartisipasi dalam perwujudan gereja ke dalam dan keluar.

3. Mempertanyakan struktur intern dan pemenuhan fungsi dalam jemaat, sehingga perlu

ada relasi-relasi intern, tugas-tugas dan kompetensi-kompetensi diorganisasikan secara

efisien. Menurut Van Kessel, bahwa sering pembangunan jemaat hanya

memperhatikan pengorganisasian saja.

Atas tiga kriteria tersebut, Van Kessel lebih menekankan pada kriteria pertama, yaitu

yang mempertanyakan tentang identitas jemaat. Sebab, identitas jemaat menentukan dan

mempengaruhi partisipasi warga jemaat dalam setiap aspek kehidupan gereja. Kemudian,

identitas gereja adalah merupakan identitas bersama oleh warga jemaat untuk dicapai bersama.

Selanjutnya Ia menyebut bahwa berbicara mengenai vitalitas gereja, tidak terlepas dari

berbicara juga mengenai spiritualitas. Spiritualitas adalah keseluruhan hidup yang terdiri atas

kata, gambaran dan perbuatan.16

Van Kessel juga menyadari, bahwa perbedaan identifikasi

dalam jemaat sangatlah beragam, karena manusia berbeda menurut bakat, situasi, dan sejarah

hidup. Oleh karena itu, dalam gereja boleh saja terjadi ketegangan dan perpecahan yang bukan

hanya karena pengaruh dari luar, tetapi juga karena sikap dan aksi di dalam gereja itu sendiri.

Dengan alasan itulah pembangunan jemaat penting untuk mengidentifikasikan ketegangan,

mengerti sebabnya perpecahan, dan dengan kebijakan dan skill. Keberagaman bentuk atau

pluriformitas seperti yang disebut Van Kessel, bukan hanya menjadi sumber ketegangan dan

permasalahan, melainkan juga sumber kekayaan rohani. Namun, dalam pembangunan jemaat

selalu dihadapkan pada pilihan, karena tidak semuanya dalam keberagaman itu baik dan

bermakna, maka untuk membedakan hal-hal yang berguna dan labih tepat, merupakan tema

yang perlu bagi pembangunan jemaat.17

15

Ibid., h. 7. 16

Ibid., h. 8. 17

Ibid., h.10.

@UKDW

Page 11: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

11

Ketiga, P.G. Hooijdonk. Hooijdonk mengatakan, bahwa pembangunan jemaat harus

disesuaikan dengan konteks jemaat. Konteks jemaat memainkan peranan penting dalam

pengamatan situasi masa sekarang dan masa depan, peranan konteks tersebut adalah proses

pembangunan jemaat. Menurut Hooijdonk, yang dimaksud dengan konteks adalah situasi

sekarang yang ditentukan oleh banyak faktor, masa lalu, sekarang dan masa depan, termasuk

faktor perubahan nilai dan segala kekaburan yang menjadi akibatnya.18

8. HIPOTESA

Hipotesis ini bertujuan untuk mempertajam pencarian jawaban atas rumusan masalah

yang telah disebutkan di atas.

1. Minimnya para pemuda yang berpatisipasi dalam mendaftar menjadi anggota N-

HKBP dan mengikuti aktivitas serta pelayanan dalam gereja, mengindikasikan bahwa

gereja belum memberdayakan pemuda dengan baik.

2. Partisipasi para pemuda dapat diperbaiki dan dikembangkan dalam Gereja, apabila

para pelayan Gereja melakukan pembinaan atas potensi yang dimiliki para pemuda,

serta melakukan perubahan-perubahan dalam pelayanan, sesuai dengan kebutuhan

warga jemaat.

9. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.

Menurut Lexy J. Moleong, “metode penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.”19

Sehingga melalui metode penelitian kualitiatif ini, penulis

melakukan penelitian melalui partisipasi obserpatif dengan terlibat dalam berbagai kegiatan

para pemuda gereja, yang bertujuan untuk melihat perilaku dan kegaiatan pelayanan yang

dilakukan gereja terhadap pemuda. Selanjutnya, selain melakukan obserpasi langsung melalui

keterlibatan penulis dalam kegiatan pelayanan pemuda, penulis melakukan wawancara baik

secara tertulis maupun lisan, serta menggunakan data statistik jemaat HKBP Yogyakarta,

dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang maksimal atas pertanyaan penelitian. Responden

18

P.G. Van Hooijdonk, Batu-batu yang Hidup, Pengantar ke dalam Pembangunan Jemaat,

(Yogyakarta:Kanisius;Jakarta:BPK-Gunung Mulia, 1996), h. 166. 19

Lexy J. Moleong, Dasar Penelitian Kualitasif, (Yogyakarta: Pusat Patoral Yogyakarta, 2007), h. 6.

@UKDW

Page 12: @UKDWsinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/51120017/c3da... · bergabung dalam organisasi pemuda yang disebut dengan N-HKBP ... unit dana dan kewirausahaan, ... juga

12

dalam penelitian ini adalah para para pemuda gereja, antara lain : Pengurus dari komisi N-

HKBP (ketua, sekretaris dan bendahara), anggota komisi N-HKBP, dan pemuda yang tidak

menjadi anggota komisi tersebut.

10. JUDUL TESIS

MENUJU PEMUDA YANG PARTISIPATIF DI GEREJA HKBP YOGYAKARTA

11. SISTEMATIKA PENULISAN

Bab I : Pendahuluan, latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, batasan

penelitian, kegunaan penulisan, teori yang digunakan, hipotesis, metodologi penelitian

dan sistematikan penulisan.

Bab II : Hasil Penelitian dan analisis terhadap kehidupan bergereja pemuda di gereja HKBP

Yogyakarta.

Dalam bab ini dipaparkan tabulasi kehidupan warga jemaat, baik jemaat dewasa

maupun jemaat pemuda. Melalui tabulasi tersebut, diketahui partispasi warga jemaat

dalam hal kehadiran mengikuti kebaktian Minggu dan partisipasi para pemuda dalam

gereja. Dalam bab ini juga akan dipaparkan kehidupan bergereja dan hasil penelitian

terhadap pemuda gereja, lalu kemudian hasil penelitian dianalisis. Dari hasil analisis

muncul beberapa persoalan yang harus diatasi dan diselesaikan, sehingga

memunculkan pembangunan jemaat yang konstekstual dan relevan bagi pemuda

dalam gereja.

Bab III : Model pembangunan Jemaat yang relevan dan kontekstual di gereja HKBP Yogyakarta.

Bab ini menguraikan dan menjelaskan pengertian pembangunan jemaat yang

kontekstual. Berdasarkan hasil pengertian pembangunan jemaat secara konseptual,

yang kemudian didialogkan dengan hasil analisa dari penelitian lapangan, sehingga

menemukan pembangunan jemaat yang kontekstual dan relevan sesuai dengan

kebutuhan pemuda dalam gereja HKBP Yogyakarta. Pembangunan jemaat yang

kontektual dan relevan yang harus dibina dan dikembangkan adalah pembangunan

jemaat “gereja sebagai keluarga”.

Bab IV : Penutup

Bab ini, berisi kesimpulan dari penelitian dan saran demi pembangunan jemaat yang

kontekstual di gereja HKBP Yogyakarta.

@UKDW