eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. bab i-v.docx · web viewperbedaan sifat dan ragam tari...

80
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan, dikenal adanya berbagai macam suku, namun keseniannya itu merupakan kesenian yang utuh yaitu satu bangsa, bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda tetapi tetap satu juga merupakan semboyan bangsa Indonesia yang melambangkan keanekaragaman suku bangsa Indonesia dengan kebudayaan nasional yang dijiwai oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan suatu bangsa sebagai strategi untuk menjamin eksistensi, mendinamisasikan kehidupan bangsa, membentuk dan mengembangkan kepribadian bangsa dan menata kehidupan bangsa (Suhanadji, 1997: 69) Kebudayaan nasional Indonesia merupakan titik pusat dari kebudayaan daerah yang beraneka ragam yang tetap dipelihara atau dilestarikan sebagai usaha menuju kemajuan adat, budaya serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai usaha budi rakyat.

Upload: vankhue

Post on 11-Jul-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia adalah negara kesatuan, dikenal adanya berbagai macam

suku, namun keseniannya itu merupakan kesenian yang utuh yaitu satu bangsa,

bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda tetapi tetap satu

juga merupakan semboyan bangsa Indonesia yang melambangkan

keanekaragaman suku bangsa Indonesia dengan kebudayaan nasional yang dijiwai

oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan suatu bangsa sebagai strategi untuk menjamin eksistensi, mendinamisasikan kehidupan bangsa, membentuk dan mengembangkan kepribadian bangsa dan menata kehidupan bangsa (Suhanadji, 1997: 69)

Kebudayaan nasional Indonesia merupakan titik pusat dari kebudayaan

daerah yang beraneka ragam yang tetap dipelihara atau dilestarikan sebagai usaha

menuju kemajuan adat, budaya serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa

Indonesia. Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai usaha budi

rakyat. Indonesia sebagai puncak kebudayaan daerah diseluruh Indonesia

terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah

kebudayaan adab, budaya dan persatuan dengan tidak menolak budaya-budaya

baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan bangsa sendiri serta

mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Salah satu upaya untuk menuju kemajuan dan mempertinggi derajat

kemanusiaan bangsa dilakukan dengan mengangkat nilai luhur budaya daerah.

Salah satu upaya adalah pengembangan kesenian tradisional dan peningkatan

Page 2: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

2

apresiasi dan kreatifitas masyarakat dengan usaha-usaha pelestarian nilai-nilai

budaya.

Kebudayaan merupakan hasil budi daya manusia yang selalu tumbuh dan

berkembang seiring sejalan dengan pembangunan nasional. Oleh karena kesenian

merupakan cabang kebudayaan yang memiliki corak beraneka ragam di bumi

nusantara ini, dengan sendirinya menjadi salah satu garapan dalam pembangunan

nasional di bidang kebudayaan. Dengan demikian, sudah tiba saatnya pembinaan

apresiasi seni ditingkatkan dan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

Salah satu cabang seni yang telah mengalami perkembangan yang cukup

pesat adalah seni tari. Seni tari adalah salah satu bentuk kesenian yang diciptakan

oleh manusia sebagai ungkapan dan perwujudan kebudayaan. Tari di dunia ini

begitu banyak coraknya, bahkan di Indonesia saja sudah begitu beraneka macam

ragamnya. Perbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa

disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati dalam bukunya, pengetahuan

elementer tari dan beberapa masalah tari dikembangkan bahwa:

Perbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan disebabkan oleh lingkungan alam, perkembangan sejarah, sarana komunikasi dan tempramen manusianya, yang semuanya itu akan membentuk suatu citra kebudayaan yang khas (Edi Sedyawati, 1981: 3).

Kesenian merupakan ekspresi kebudayaan dari suatu masyarakat yang

senantiasa berkembang menurut kemajuan masyarakat dan pendukungnya, dan

senantiasa menunjukkan proses yang tidak akan terhenti sepanjang sejarah umat

manusia menjalani hidup dan kehidupannya di dunia ini.

Sebagai salah satu unsur dari kebudayaan, kesenian tidak semata-mata menyentuh unsur-unsur kesenian saja, melainkan pada beberapa aspek kehidupan manusia. Masalah kesenian tidak terlepas dari masalah seluruh kebiasaan atau kebudayaan manusia di dalam kehidupannya. Oleh karena itu, pada kesenian melekat suatu ciri khas suatu kebudayaan, yakni bahwa kesenian merupakan milik bersama yang memiliki seperangkat nilai,

Page 3: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

3

gagasan dan dasar berpijak pada perilaku. Ciri khas berikutnya adalah bahwa kesenian dipelajari dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Rohidi, 2000: 27).

Kesenian daerah perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai bentuk

budaya demi untuk memperkaya budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu,

kesenian dianggap sangat penting bila ditinjau dari sudut pemilik atau pendukung

kesenian serta budayanya. Upaya itu perlu didukung oleh iklim serta sarana dan

prasarana yang memadai. Kesenian dapat berfungsi sebagai media penunjang atau

sarana hiburan bagi masyarakat, dan dipihak lain dapat berfungsi sebagai lambang

identitas suatu bangsa.

Seni tari tradisional Sulawesi Selatan adalah seni tari yang bertolak dari

elemen-elemen dan pola-pola tertentu, sebagai sifat khas yang mendasari berbagai

gaya ataupun ragam penyajiannya. Demikian halnya dengan tari Pakarena

Jangang Lea-Lea sebagai produk budaya masyarakat, tari Pakarena Jangang Lea-

Lea tidak muncul begitu saja, tetapi senantiasa terkait dengan elemen-elemen dan

pola-pola yang ada sebelumnya.

Bertolak dari hal tersebut di atas, maka penulis tertarik mengangkat salah

satu judul dalam bentuk skripsi yaitu: “Tari Pakarena Jangang Lea-Lea Produksi

Sanggar Siradjuddin Kabupaten Gowa”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini harus dibuat secara operasional sehingga dapat

memberikan arah yang jelas dalam upaya pengumpulan data dan informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

Page 4: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

4

1. Bagaimana latar belakang penciptaan tari Pakarena Jangang Lea-Lea di

Sanggar Siradjuddin Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana bentuk penyajian tari Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar

Siradjuddin Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini diharapkan

bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap tentang Pakarena

Jangang Lea-Lea di Sanggar Siradjuddin Kabupaten Gowa. Adapun Tujuan

dalam pelaksanaan penelitian ini dapat disusun sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui latar belakang penciptaan tari Pakarena Jangang Lea-Lea

Produksi di Siradjuddin Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui bentuk penyajian tari Jangang Lea-Lea di Sanggar

Siradjuddin Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat sebagai berikut :

1. Menambah perbendaharaan tari bagi penulis tentang tari di Sulawesi Selatan

khususnya tari Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar Siradjuddin Kabupaten

Gowa.

2. Dapat menambah dan menumbuhkan kesadaran bagi generasi muda.

3. Dapat dijadikan sebagai khasanah tari di Sulawesi Selatan, khusunya di

Kabupaten Gowa.

Page 5: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

5

4. Sebagai bahan bagi pengamat seni dalam menambah dan mengembangkan apa

yang telah ada sehingga dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru yang

bermanfaat bagi lapisan masyarakat.

5. Sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan

tugas akhir mata kuliah skripsi di Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas

Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar.

Page 6: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

Pada bagian ini akan diuraikan dua hal yakni: tinjauan pustaka dan

kerangka berfikir

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Tari

Seni tari adalah salah satu cabang kesenian dalam bidang seni gerak

dan keteraturan bentuk gerak tubuh yang ritmis di dalam suatu ruang. Gerak

sikap tari bukanlah gerak sikap kehidupan sehari-hari, tetapi adalah gerak

yang telah mengalami distilisasi atau penghalusan gerak.

Tari merupakan karya seni yang cukup dikenal. Dalam kehidupan

sehari-hari tari merupakan suatu karya seni pertunjukan yang harus ditata dan

disusun secara estetis sedemikian rupa, sehingga mampu menyentuh batin

para penontonnya. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan

dengan gerak-gerak ritmis yang indah (Soedarsono, 1984: 5). Sedangkan

menurut M. Jazuli tari adalah sebuah ungkapan, pernyataan dan ekspresi

dalam gerak yang memuat komentar-komentar mengenai realita kehidupan

yang bisa merusak dibenak penikmatnya. (M. Jazuli, 1994: 1)

Charlotte Bara penghayatan sebagai penari bahwa “Tari adalah

sebagian dari arus, seperti air, cepat lambat seakan-akan tidak berubah,

berkembang tak bergerak pada permukaan yang ada aliran di bawahnya, ia

selalu bergerak, bukan bayangan, bukan plastik, bukan karang, juga bukan

lukisan, melainkan ia adalah manusia yang bergerak”. (Wisnu Wardana, 1990:

8).

Page 7: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

7

Pangeran Suryadiningrat seorang dari kraton Yogyakarta

mendefinisikan tentang tari dengan memandang hubungan antara tari dan

irama musik pengiring dalam bahasa Jawa beliau menerangkan bahwa:

“Ingkang kawastanan jogged inggih punika ebahing saranduhing badan, katata pikantuk wiramaning genning, jumbuhing pasemon sarta pikajenging jogged”, (yang dinamakan tari adalah gerak keseluruhan tubuh yang ditata dengan laju irama pengiring, sesuai dengan lambing watak dan tema tari) (Wardhana, 1990: 8).

Corrie Hartong, seorang penari kenamaan di Eropa yang juga sebagai

guru tari pada Akademik seni tari di negeri Belanda, yang mengatakan bahwa

“tari adalah keteraturan bentuk dan ritmis di dalam suatu ruang”. Curt Shach

dalam definisinya mengatakan: “Dance rhythmic motion”, artinya: “tari

adalah gerak yang ritmis”. John Martin dalam bukunya mengatakan: “tari

adalah perwujudan suatu alam tekanan emosi dalam bentuk gerak tubuh

(Munasiah Najamuddin, 1983: 12).

Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pada prinsipnya tari adalah gerak indah dan ritmis atau

dengan perkataan lain, tari adalah tekanan emosi dalam tubuh dan ekspresi

jiwa manusia yang diproyeksikan melalui keteraturan gerak tubuh yang ritmis

serta indah yang disesuaikan dengan irama iringan musik di dalam suatu ruang

dan waktu tertentu.

2. Pengertian Tari Kreasi

Tari kreasi merupakan jenis tari yang diciptakan berdasarkan hasil dari

pengembangan gerak tari tradisi yang sudah ada, bentuk koreografinya masih

tetap berpijak pada nila-nilai tari tradisional. Kata “kreasi” itu sendiri artinya

Page 8: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

8

hasil daya cipta, hasil daya khayal sebagai buah pikiran atau kecerdasan akal

manusia (Sumatyono Endo Suanda, 2006: 127).

Pengertian tari kreasi adalah “jenis tari yang koreografinya masih

bertolak dari tari tradisional atau pengembangan dari pola-pola yang sudah

ada. Terbentuknya tari kreasi karena dipengaruhi oleh gaya tari dari

daerah/Negara lain maupun hasil kreativitas penciptanya” (Sumandiyo Hadi,

2007: 127).

Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengertian kreasi

adalah “hasil daya cipta; hasil daya khayal, hasil buah pikiran atau kecerdasan

akal manusia. (Anton, 1998: 465). Menurut Jazuli tari kreasi adalah tari yang

koreografinya masih bertolak dari tradisional atau pengembangan dari pola-

pola yang sudah ada (Jazuli, 1994: 76)

3. Pengertian Koreografi

Koreografi adalah istilah baru dalam khasanah tari di negeri kita.

Istilah itu berasal dari bahasa Inggris choreography. Asal katanya dari dua

patah kata Yunani, yaitu choreia yang artinya ‘tarian bersama’ atau ‘koor’,

dan graphia yang artinya ‘penulisan’. Jadi secara harfiah, koreografi berarti

penulisan dari sebuah tarian kelompok’. (Sal Murgiyanto, 1983: 3). Karya tari

koreografi dapat dikatakan sebagai suatu wujud representasi dari simbolisasi.

Untuk menghasilkan koreografi yang sesuai dengan isi garapan, proses eksplorasi sangatlah dibutuhkan diawali dengan pencarian motif-motif gerak yang akan diolah dan menjadi bahan dasar pembuatan karya tari sehingga menghasilkan pola-pola gerak yang baru, kemudian gerak yang dikembangkan diolah dengan elemen dasar tari seperti ruang, tenaga dan waktu. Terdapat pengolahan pola lantai gerak-gerak oleh penari ditarikan secara bersama (rampak) terfokus, kontraks nampak berurutan (canon) dimana didalamnya terdapat permainan tempo, tekanan, juga level penari baik itu atas, medium dan bawah. (Widaryanto, 2009: 54).

Page 9: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

9

Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa koreografi adalah

“seni mencipta dan mengubah tari. ((Anton, 1998: 461).

4. Pengertian tari Pakarena Jangang Lea-Lea

Pakarena adalah nama sebuah tarian tradisional peninggalan masa

lampau etnis Makassar yang sampai sekarang masih hidup dan berkembang di

daerah Kabupaten Gowa. Tari tradisional Pakarena adalah wakil hasil

kreativitas dan rasa estetis masyarakat etnis Makassar, yang pada dasarnya

tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan Indonesia pada umumnya.

Pakarena Jangang Lea-Lea adalah salah satu nama ragam tari

Pakarena yang artinya ayam yang sedang mengepak di pagi hari. Pakarena

Jangang Lea-Lea ditampilkan sebagai penutup dari pertunjukan Pakarena

yang dilakukan semalam suntuk dan pertanda bahwa pertunjukan secara

keseluruhan akan segera berakhir. Tari ini merupakan sindiran pada orang

yang malas bekerja, hanya bermalas-malasan dan baru akan bangkit bila

mendapat tekanan yang keras. Pakarena Jangang Lea-lea adalah tarian

penutup yang menggambarkan putri-putri kayangan yang menitis pada penari

segera kembali ke Kayangan karena fajar telah menjelang pagi (Halilintar

Latief, 1995: 244). Demikian pengertian Pakarena Jangang Lea-Lea pada

salah satu nama ragam dalam tari Pakarena, berbeda dengan Sanggar

Siradjuddin tari Pakarena Jangang Lea-Lea adalah tarian yang bersumber

dari tari Pakarena yang dikembangkan dan ditata dengan memperhatikan

kebutuhan koreografi dan seni pentas, tidak meninggalkan makna karakter

yang terkandung dalam kepribadian wanita suku Makassar dan daerah Gowa

pada khususnya. Karakter perempuan Makassar yang dimaksud adalah teguh

dalam pendirian, pandai merawat diri, pandai bergaul, santun dalam bertutur

Page 10: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

10

kata, setia, menjunjung nilai kebersamaan serta tekun dan ulet dalam bekerja,

kesemuanya itu tergambar jelas dalam gerak tari Pakarena Jangang Lea-Lea.

(Wawancara: Ibu Rukanti, 7 November 2012).

5. Pengertian Dokumenasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa dokumentasi

adalah pengolahan dan penyimpanan informasi dibidang pengetahuan serta

pemberian bukti keterangan-keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan

Koran, dan bahan referensi lain). (Anton Moeliono, 1988: 211).

Adapun menurut Sanapiah Faisal “dokumentasi adalah semua jenis

rekaman, catatan sekunder lainnya seperti surat-surat memo, nota, pidato-

pidato, buku harian, foto-foto, kliping, berita koran, hasil-hasil penelitian,

agenda kegiatan”,( Sanapiah Faisal, 1982: 81).

6. Pengertian Dokumentasi Tari

Dokumentasi Tari adalah salah satu cara untuk mengabadikan sesutau

hal, contohnya dalam hal ini karya tari di mana dokumentasi ini bertujuan

untuk dijadikan salah satu sumber data yang akurat dari masa ke masa.

A. KERANGKA BERFIKIR

Pelaksanaan dalam penelitian ini melibatkan berbagai unsur yang

berkaitan satu dengan yang lain. Unsur-unsur tersebut yakni:

1. Latar belakang penciptaan tari Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar

Siradjuddin Kabupaten Gowa.

2. Bentuk penyajian tari Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar Siradjuddin

Kabupaten Gowa.

Page 11: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

11

Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dapat dilihat sebagai berikut:

Skema 1 Kerangka Pikir

Latar belakang penciptaan tari Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar Siradjuddin Kabupaten Gowa.

Bentuk penyajian tari Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar Siradjuddin Kabupaten Gowa

Tari Pakarena Jangang Lea-Lea produksi Sanggar Siradjuddin Kabupaten Gowa

Page 12: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

12

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Berdasarkan pada obyek penelitian, maka dalam penelitian tari Pakarena

Jangang Lea-lea menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pada metode

penelitian ini akan diuraikan mengenai: variable penelitian, desain penelitian,

definisi operasional variable, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang akurat dan

terpercaya tentang tari Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar Siradjuddin

Kabupaten Gowa. Dengan demikian variable yang akan diamati dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Latar belakang penciptaan tari Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar

Siradjuddin Kabupaten Gowa.

2. Bentuk penyajian tari Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar Siradjuddin

Kabupaten Gowa.

Page 13: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

13

2. Desain Penelitian

Skema 2 Desain Penelitian

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas mengenai variabel yang akan diteliti maka akan

diuraikan tentang maksud dari variabel pada penelitian ini antara lain:

1. Latar belakang penciptaan tari yaitu latar belakang atau sejarah tari Pakarena

Jangang Lea-Lea di Sanggar Siradjuddin Kabupaten Gowa.

2. Bentuk penyajian gerak tari yaitu susunan komponen-komponen tari yang

meliputi penari,gerak tari, pola lantai, iringan tari, rias dan busana tari

Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar Siradjuddin Kabupaten Gowa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Pengolahan dan analisi data secara deskriptif

Penelitian Kualitatif

Observasi

Proposal

Pengumpulan Data

Page 14: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

14

1. Studi Pustaka

Studi pustaka digunakan untuk memperoleh data atau teori yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga data yang diperoleh akurat

dan mudah dipahami oleh siapa saja yang ingin membacanya yang berhubungan

dengan tari Pakarena Jangang Lea-Lea.

2. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung untuk

mengetahui dan memperoleh informasi yang berhubungan erat dengan penelitian

tentang tari Pakarena Jangang Lea-Lea di Sanggar Siradjuddin kabupaten Gowa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengertian obeservasi

adalah “pengamatan; peninjauan secara cermat” (Lukman Ali, 2003: 794).

3. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan dalam bentuk kegiatan tanya jawab secara

langsung dengan nara sumber untuk memperoleh data yang akurat dan benar.

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang terstruktur atau terjadwal dan

wawancara bebas.

4. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan sebagai pengumpul

data yang bersifat dokumenter. Teknik ini juga dilakukan untuk mendukung data-

data yang diperoleh sehingga hasil penelitian mempunyai landasan serta

pendukung yang kuat, seperti pengadaan foto-foto. Kamera yang digunakan

adalah Canon 5 mega pixal.

Page 15: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

15

D. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan teknik kualitatif,

Menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian, maka digunakan analisis non

statistik, data yang telah diperoleh baik melalui observasi maupun wawancara

dianalisis berdasarkan kriteria dari permasalahan yang ada, kemudian dianalisis

dengan interprestasi yang disajikan secara deskriptif.

Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengertian deskriptif

adalah “manggambarkan apa adanya” (Lukman Ali, 2003: 258). Dengan bertolak

dari pemikirin tersebut, maka dari berbagai data yang diperoleh di lapangan akan

ditulis dengan menggambarkan apa adanya.

Page 16: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

16

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

A. Hasil Penelitian

1. Latar Belakang Berdirinya Sanggar Siradjuddin

Sanggar Siradjuddin adalah sanggar kesenian tradisional yang

didirikan pada tanggal 16 November 1984 di Sungguminasa Kabupaten Gowa

oleh seorang budayawan Sulawesi Selatan bernama H. M. Siradjuddin

Bantang (Alm). Pada awalnya Sanggar Siradjuddin bernama Pusat Latihan

Sanggar Siradjuddin (PLSS) pada tahun 1993 berubah nama menjadi Sanggar

Siradjuddin.

Perjalanan sejarah Sanggar Siradjuddin dikenal dikalangan masyarakat

daerah sekitarnya maupun provinsi lain secara umum, bahkan merambah

hingga kelingkup mancanegara. Kiprahnya dalam mengembangkan dan

melestarikan seni budaya melalui pembinaan, pelatihan dan bermasyarakatkan

seni tradisional diberbagai sekolah, institusi dan beberapa instansi terkait

hingga kepelosok pedalaman telah dilalui dalam kurun waktu kurang lebih 28

tahun.

Sanggar Siradjuddin merupakan salah satu wadah penuangan bakat,

ide dan kreativitas bagi para generasi muda yang ingin mengembangkan

kompetensinya. Berbagai pementasan telah dikelola secara berkelanjutan baik

lokal, nasional, maupun internasional. Hal itulah yang membuat Sanggar

Siradjuddin tetap eksis hingga saat ini. Struktur organisasi yang berbentuk

menempatkan beberapa personil yang berbakat dibidangnya. Begitu pula

dengan para anggota yang ada memiliki daya saing tinggi serta mampu

Page 17: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

17

berkompetitif secara profesional dibidangnya masing-masing. Tari Pakarena

Jangang Lea-lea di Sanggar Siradjuddin merupakan salah satu tari yang

pernah dipentaskan pada event festival Eropa tepatnya pada tahun 1993.

2. Latar Belakang Penciptaan Tari Pakarena Jangang Lea-Lea

Siradjuddin Bantang (alm) salah satu seorang maestro yang multi

talenta lahir 16 November 1946 di desa Taeng Kecamatan Palangga

Kabupaten Gowa. Siradjuddin Bantang adalah seorang maestro. Salah satu

kesenian yang hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat suku

Makassar khususnya Kabupaten Gowa adalah tari Pakarena Jangang Lea-lea

ada di Sanggar Siradjuddin. Tari Pakarena Jangang Lea-lea diciptakan pada

tahun 1989 oleh bapak Siradjuddin Bantang (Alm) karena ketertarikan pada

salah satu nama ragam pada tari Pakarena di mana saat itu tari Pakarena

begitu populer dan Bapak Siradjuddin Bantang mencoba mengkreasikan

dengan tidak meninggalkan pola tradisi yang ada. Dalam Sanggar Siradjuddin

tari Pakarena Jangang Lea-Lea dikembangkan dan ditata dengan

memperhatikan kebutuhan koreografi dan seni pentas, dengan tidak

meninggalkan makna karakter yang terkandung dalam kepribadian

perempuan suku Makassar dan daerah Gowa pada khususnya. Karakter

perempuan Makassar yang dimaksud adalah teguh dalam pendirian, pandai

merawat diri, pandai bergaul, santun dalam bertutur kata, setia, menjunjung

nilai kebersamaan eserta tekun dan ulet dalam bekerja, kesemuanya itu

tergambar jelas dalam gerak tari Pakarena Jangang Lea-Lea.

Tari Pakarena Jangang Lea-lea dipertunjukan pada acara event

nasional maupun Internasional, juga pada acara perkawinan, ulang tahun

daerah/hari jadi maupun sebagai pengisi paket-paket hiburan dan acara-acara

Page 18: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

18

resmi lainnya seperti lepas sambut acara penghormatan tamu dari berbagai

daerah atau Negara lain serta masyarakat luas yang membutuhkan. Gerak

tarinya cukup sederhana seperti liukan tubuh yang lembut, gerakan tubuh naik

turun sambil memainkan kipas, seretan kaki, tolehan kepala ke kanan dan kiri,

dan sentuhan-sentuhan jari.

3. Bentuk penyajian tari Pakarena Jangang Lea-lea

Bentuk penyajian yang dimaksud adalah unsur-unsur tari Pakarena

Jangang Lea-lea terdiri dari pelaku (penari), ragam gerak, pola lantai, musik

pengiring, kostum(busana) dan tata rias, properti.

a. Durasi dan Tempat Pelaksanaan

Durasi adalah lamanya sebuah tarian dalam sebuah pertunjukan.

Adapun durasi yang digunakan dalam tari Pakarena Jangang Lea-lea kurang

lebih 8 menit.

Tempat pelaksanaan adalah tempat di mana suatu tarian

ditampilkan/dipertunjukan. Tari Pakarena Jangang Lea-lea dapat

dipentaskan di mana saja baik itu proscenium maupun arena, tempat

pertunjukan disesuaikan dengan pada saat apa dan dimana acara tersebut

diadakan. Adapun tempat pertunjukan tari Pakarena Jangang Lea-lea antara

lain:

1. Pekan Seni Budaya di Benteng Somba Opu pada tahun 1989.

2. Festival European di Eropa pada tahun 1993 .

3. Hari ulang tahun TVRI di Jakarta pada tahun 1995.

4. Makam Sultan Hasanuddin pada tahun 2005.

5. Gedung Kesenian pada tahun 2005.

6. Penjemputan turis-turis di Bantingmurung pada tahun 1990.

Page 19: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

19

Gambar: Pertunjukan Festival Eropa(Dokumentasi Sanggar Siradjuddin, 1993)

Tari Pakarena Jangang lea-lea yang dipentaskan pada acara festival d

Eropa pada tahun 1993, sangat di senangi oleh para penonton yang hadir.

Terbukti dengan tepuk tangan mereka yang tiada hentinya hingga penari

menghilang dari panggung dan mengikutinya. Mereka menanyakan

pementasan selanjutnya di mana karena mereka ingin menyaksikan lagi, para

penonton terkesan dengan gerakan penari yang lambat dan irama musiknya.

b. Pelaku

Dalam menarikan suatu karya tari, seorang koreografer harus

memperhatikan penari yang menarikan tarian tersebut. Dalam tari Pakarena

Jangang Lea-lea hanyalah bagi kaum wanita saja. Pada awalnya, penciptaan

tari Pakarena Jangang Lea-lea terdiri dari 6 orang penari perempuan

kemudian berubah menjadi 5 orang penari perempuan karena menurut bapak

Siradjuddin Bantang (Alm) melambangkan 5 rukun islam. Jumlah pemusik

dalam tari Pakarena Jangang lea-lea terdiri dari 6 orang laki-laki. 2 orang

Page 20: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

20

penabuh ganrang, pemukul gong, peniup puik-puik, parappasa,dan katto-

katto.

c. Ragam Gerak Tari Pakarena Jangang Lea-Lea

Ketika menyaksikan suatu pertunjukan tari, akan terlihat berbagai

macam dan corak gerak. Kadang kala terlihat untaian atau pola-pola gerak

yang sepertinya dikenal dan tidak jarang pula disaksikan gerak terlihat asing

atau aneh untuk menambah kepekaan pengamatan yang biasa

mengidentifikasi dari sisi jenis geraknya apakah itu gerak keseharian atau

gerak yang telah mengalami stilisasi. Gerak adalah dasar ekspresi. Gerak di

dalam tari adalah bahasa yang dibentuk menjadi pola-pola gerak dari seorang

penari (Sumandiyo Hadi, 2007: 25).

1. Ajappa Pasussu

7x8: Gerakan Ajappa Pasussu dilakukan pada saat memasuki panggung

yaitu kaki kanan melangkah ke depan diikuti kaki kiri dengan tidak

mengangkat kaki (diseret), tangan kanan memegang kipas di depan

dada dalam keadaan tertutup dan tangan kiri kingking lipa.

1x8: Posisi tangan kanan serong ke depan dan tangan kiri kingking lipa.

1x8: Posisi badan kondo sambil berputar 360o kembali ke posisi semula

Page 21: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

21

Gambar 1. Ragam Ajappa Pasussu(Dokumentasi Masriana, 2012)

2. Assua

2x8: Tangan kanan memegang kipas di depan dada dengan keadaan

tertutup, tangan kiri di samping kipas dengan posisi ujung jari atas

dengan telapak tangan menghadap ke depan kemudian badan

diayun ke kanan dengan posisi badan kondo lalu di balas ke kiri.

1x8: Tangan kiri akkaleo (sentuhan jari tengah) di samping telinga lalu

perlahan tangan kiri turun kingking lipa dan posisi tangan kanan di

depan dada.

Page 22: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

22

. Gambar 2. Ragam Assua(Dokumentasi Masriana, 2012)

3. Pa’rang Kipasa

1x8: Gerakan ketika membuka kipas, posisi badan miring, tangan kanan

perlahan membuka kipas di samping wajah dengan posisi jari-jari

kipas menghadap ke dalam dan tangan kiri kingking lipa.

Page 23: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

23

Gambar 3. Ragam Pa’rang Kipasa(Dokumentasi Masriana, 2012)

4. Amme’lu

2x8: Tangan kanan memegang kipas di depan dada telapak tangan

menghadap ke depan dengan jari-jari kipas ke atas, tangan kiri di

samping kipas dengan posisi ujung jari atas kemudian badan

diayun ke kanan dengan posisi kondo lalu dibalas ke kiri.

1x8: Tangan kiri akkaleo di samping telinga kembali turun kingking

lipa. Posisi badan kembali berada semula.

1x8: kaki kanan melangkah serong ke kanan bersamaan tangan kanan

diayun serong ke kanan dengan posisi jari-jari kipas menghadap ke

bawah, tangan kiri kingking lipa lalu berputar 360o kembali ke

posisi semula (gerakan transisi)

Page 24: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

24

Gambar 4. Ragam Amme’lu(Dokumentasi Masriana, 2012)

5. Andallekang

1x8: Kaki kanan melangkah ke depan perlahan merendah (jongkok).

2x8: Tangan kanan memegang kipas di depan dada, tangan kiri di

samping kipas posisi ujung jari atas. Kedua tangan diayun ke

samping kiri badan, tangan kiri sentuhan jari tengah kemudian

balas ke kanan, tangan kanan posisi ujung jari atas di depan badan.

1x8: Tangan kanan serong ke belakang tangan kiri tangan kiri di atas

pusat posisi ujung jari bawah.

1x8: Tangan kanan diputar menjadi posisi ujung jari atas (jari-jari kipas

menghadap ke atas) kembali ke depan dada.

Page 25: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

25

Gambar 5. Ragam Andallekang (Dokumentasi Masriana, 2012)

6. A’jappa Parinnring

1x8: Perlahan berdiri dengan posisi tangan kanan memegang kipas dan

tangan kiri kingking lipa.

2x8: tangan kanan memegang kipas di samping telinga dengan jari-jari

kipas menghadap ke belakang, tangan kiri kingking lipa dan kaki

kanan melangkah diikuti kaki kiri (gerakan transisi)

2x8: Tangan kanan memegang kipas, tangan kiri memegang selendang.

Kedua tangan diayun ke depan dan ke samping.

1x8: berputar 360o, posisi tangan kanan memegang kipas dengan posisi

tidur dan tangan kiri memegang selendang di samping kipas

dengan posisi ujung jari atas kemudian kaki kanan melangkah

Page 26: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

26

serong ke kanan bersamaan tangan kanan diayun serong ke kanan

dengan posisi jari-jari kipas menghadap ke bawah, tangan kiri

kingking lipa.

2x8: Tangan kanan memegang kipas di depan dada telapak tangan

menghadap ke depan dengan jari-jari kipas ke atas, tangan kiri di

samping kipas dengan posisi ujung jari atas dengan telapak tangan

ke depan sambil memegang selendang kemudian badan diayun ke

kanan dengan posisi kondo lalu dibalas ke kiri dan tangan kiri

akkaleo di samping telinga.

1x8: selendang dilepas tangan kiri akkaleo (sentuhan jari tengah) di

samping telinga kembali turun kingking lipa dan posisi badan

kembali semula.

Gambar 6. Ragam A’jappa Parinring(Dokumentasi Masriana, 2012)

Page 27: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

27

7. Jangang Lea-lea

4x8: Tangan kanan diayun ke samping kanan badan, kipas menghadap

ke atas, tangan kiri akkaleo (sentuhan jari tengah) di depan dada

kembali ke samping kiri badan kingking lipa dikuti tangan kanan

ke depan dada dengan posisi semula. (Gerakan ini dilakukan 4 arah

mata angin)

Gambar 7. Ragam Jangang Lea-lea(Dokumentasi Masriana, 2012)

8. A’rambangang

2x8: melakukan gerakan transisi, dua kaki melakukan gerakan tippa’na

(jinjit) tangan kiri di samping kiri badan posisi ujung jari atas,

telapak tangan menghadap ke kiri. tangan kanan memegang kipas

di samping badan jari-jari kipas menghadap ke atas.

Page 28: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

28

1x8: Tangan kanan memegang kipas di depan dada telapak tangan

menghadap ke depan dengan jari-jari kipas ke atas, tangan kiri di

samping kipas dengan posisi ujung jari atas dengan telapak tangan

ke depan kemudian badan diayun ke kanan dengan posisi kondo

lalu dibalas ke kiri.

1x8: Tangan kiri akkaleo (sentuhan jari tengah) di samping telinga lalu

kembali turun kingking lipa.

1x8: Melakukan gerakan transisi dengan kaki kanan melangkah serong

ke kanan bersamaan tangan kanan diayun serong ke kanan dengan

posisi jari-jari kipas menghadap ke bawah, tangan kiri kingking lipa

lalu berputar 360o kembali ke posisi semula.

1x8: Tangan kanan diayun ke samping kanan dengan posisi jari-jari

kipas menghadap ke atas lalu perlahan di tutup di paha kemudian

di bawah menyentuh bahu , tangan kiri kingking lipa lalu keluar

meninggalkan panggung.

Page 29: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

29

Gambar 8. Ragam A’rambangang(Dokumentasi Masriana, 2012)

d. Pola Lantai Tari Pakarena Jangang Lea-lea

Setiap pertunjukan tari, pasti mempunyai pola lantai begitu pula

dengan tari Pakarena Jangang Lea-lea. Pola lantai yang digunakan penari dari

awal hingga akhir berubah-ubah sedangkan posisi pengiring disesuaikan, biasa

berada di samping atau di belakang disesuaikan dengan tempat pertunjukan.

Page 30: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

30

Adapun pola lantainya adalah sebagai berikut :

No Pola Lantai Nama Ragam

1. Ajappa Pasussu

2. Assua

3. Pa’rang Kipasa

4. Amme’lu

Page 31: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

31

5. Andallekang

6. A’jappa Parinnring

7.

Jangang Lea-lea

8. A’rambangang

Keterangan Gambar:

Page 32: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

32

: posisi penari berdiri

: posisi penari duduk

: arah kanan

: arah kiri

e. Musik Pengiring Tari Pakarena Jangang Lea-Lea

Musik adalah cabang seni yang membahas dan menetapkan berbagai

suara dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami oleh manusia

(Pono, 2003: 288). Pada pertunjukan, musik adalah salah satu pendukung

yang hampir tidak dapat dipisahkan dengan tari, sekalipun banyak orang

memandang musik sebagai pengiring tarian namun sesungguhnya musik

mempunyai fungsi yang lebih penting daripada sekedar pelengkap

pertunjukan tari,

Menurut jenisnya musik iringan tari terdiri dari 2 bagian yaitu:

a. Jenis musik internal

Musik yang berasal dari dalam atau tubuh penari sendiri, misalnya tepukan

dada, petikan jari tangan, hentakan kaki dilantai dan sebagainya

(Halilintar, 1993: 7).

b. Jenis musik eksternal

Musik yang berasal dari luar tubuh penari, misalnya gendang, kecapi,,

suling, gong, dan sebagainya (Halilintar, 1993: 10).

Musik iringan tari Pakarena Jangang Lea-lea adalah: tunrung

pakanjara, tumbu appa, tunrung pappadang, tunrung tallu, tumbu

pangallakkang, tunrung pakarena, dan patunrung se’re. Musik pengiring

Page 33: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

33

tari Pakarena Jangang Lea-lea adalah musik eksternal yang instrmennya

terdiri atas.

1. Ganrang

Ganrang artinya Gendang. Ganrang alat musik yang sudah umum. Semua

suku bangsa mempunyai alat musik. Ganrang merupakan klasifikasi

membrafon, karena musik tersebut menggunakan kulit sebagai sumber bunyi

atau selaput tipis yang direntangkan. Ganrang terbuat dari kayu nangka dan

kayu cempaka. Permainannya dilakukan secara berpasangan, artinya, kedua

alat instrument gendang dimainkan bersama. Fungsi gendang sebagai pengatur

cepat lambatnya suatu tempo dalam sebuah iringan tari. (Pono Banoe, 1984:

13).

Gambar 9. GanrangDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

Page 34: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

34

2. Puik-Puik

Puik-puik merupakan alat bunyi yang terbuat dari logam, kayu, dan daun

lontar, berbentuk bulat panjang termasuk alat musik tiup jenis klarine

tradisional Makassar. Badannya terbuat dari kayu yang dilubangi, pada bagian

ujung diberi cerobong untuk menyatukan suara, dan pada ujung lainnya

terdapat pipet yang terbuat dari daun lontara, batang bulu bebek, logam, dan

benang (Halilintar Latief, 1995: 323)

Gambar 10. Puik-PuikDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

3. Gong Gentung

Gong Gentung artinya Gong yang digantung. Istilah Gentung atau

gantung digunakan untuk membedakannya dengan Gong Patti artinya Gong

Page 35: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

35

yang ditempatkan dalam kotak atau peti. Gong Gentung ini mulanya dianggap

sebagai alat musik yang mengandung nilai sakral (Halilintar Latief, 1995:

321).

Bahan bakunya adalah kuningan yang ditempah. Ukuran besar Gong

Gentung bervariasi, berbentuk bundar dan ditengahnya terdapat tonjolan untuk

tempat memukulnya. Tempat menggantungnya terbuat dari kayu atau bambu.

Gambar 11. Gong GentungDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

4. Katto-Katto

Katto-katto terbuat dari bambu panjangnya sekitar 50 cm, dan bagian

atasnya diberi tempat untuk menggantungkan atau memegangnya. Katto-katto

atau kantongan bambu digunakan untuk mengiringi tari Pakarena Jangang

Lea-lea dan berfungsi pula sebagai alat komunikasi pada saat tertentu. Cara

membunyikannya dengan memukulnya dengan sebuah alat pemukul dari

potongan kayu. Tangan kiri memegang katto-katto dan tangan kanan

memukulnya (Halilintar Latief, 1995: 320).

Page 36: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

36

Gambar 12. Katto-kattoDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

5. Paraappasa

Parappasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk melengkapi

alat-alat karawitan lainnya. Parappasa terbuat dari bambu yang dibelah-belah

menyerupai sapu lidi. Ukuran bambu yang digunakan kira-kira 57 cm, dengan

perincian dari ruas ke pangkal sebagai alat pemegang berjarak 12 cm, dan

bagian yang diraut sekitar 45 cm. Parappasa dibuat berpasangan dengan

ukuran yang sama. Cara memainkannya saling dipukul satu dengan yang

lainnya atau dengan memukul-mukul pada bagian kayu dari gendang

(Halilintar Latief, 1995: 317)

Page 37: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

37

Gambar 13. ParappasaDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

f. Kostum (busana) dan Tata Rias Tari Pakarena Jangang Lea-Lea

Pengertian Kostum atau busana adalah semua benda yang melekat

pada badan, adapun tujuan berbusana untuk melindungi badan, menjaga

kesehatan, memperindah diri serta dapat menunjukan kepribadian seseorang.

Morris Desmond menjelaskan Clothes have three functions:comfort, modesty,

and display (Pada dasarnya pakaian mempunyai fungsi kenyamanan,

kesopanan, dan pertunjukan) (Morris Desmond, 213: 1997). Fungsi busana

tari disamping dapat menampilkan ciri khas suatu bangsa atau daerah tertentu,

juga dapat membantu penampilan seorang penari. Berbusana yang baik dan

rapi harus mempunyai tujuan. Pada umumnya dalam pelaksanaan tari

Pakarena Jangang Lea-lea kostum yang digunakan berguna sebagai penutup

tubuh penari.

Pengertian rias secara harfiah adalah bersolek atau berhias. Tugas rias

adalah menciptakan dunia panggung yang bersuasana dan wajar sesuai

kehendak cerita, dengan jalan memberi dandanan atau perubahan-perubahan

Page 38: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

38

kepada para pemain atau penari dengan bantuan kosmetik serta tata cahaya

(Sumiani, 1988: 5). Tata rias juga diartikan sebagai seni menggunakan bahan

komestika atau dapat pula diartikan bahwa tata rias adalah merawat, mengatur,

menghias dan mempercantik diri. Tata rias memiliki fungsi menampilkan

keindahan dan kecantikan secara wajar dan tidak berlebihan. Elemen-elemen

dasar tata rias: muka, bentuk muka, pewarnaan dan cara berhias.

1. Baju Bodo

Disebut baju bodo karena berlengan pendek. Bentuknya segiemapat.

Sisi samping dijahit kecuali bagian atas digunakan untuk memasukkan lengan

tangan, bagian atas tangan dilubangi untuk memasukkan kepala (Halilintar

Latief, 1995: 371). Baju bodo terbuat dari benang sutra yang ditenun secara

khusus dan spesifik bentuknya yang memiliki panjang 72 cm dan lebar 67 cm.

Gambar 14. Baju BodoDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

2. Tope

Tope adalah sejenis sarung yang modelnya sama dengan rok wanita.

Warnanya hanya satu, polos tidak bercorak yaitu warna putih. Bagian pinggir

Page 39: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

39

dari Tope dihiasi rantai yang terbuat dari emas atau perak (Halilintar Latief,

1995: 376). Tope terbuat dari kain renda yang mempunyai panjang 1,4 m dan

lebar 75 cm.

Gambar 15. TopeDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

g. Assesoris Tari Pakarena Jangang Lea-Lea

1. Bando

Bando adalah hiasan penjepit rambut yang ragam hiasnya berbentuk

daun kembang. Adapun bahannya terbuat dari kuningan/logam yang

diletakkan pada pertengahan kepala penari.

Page 40: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

40

Gambar 16. BandoDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

2. Bangkara

Bangkara artinya anting. Jenis anting yang terbuat dari kuningan yang

berbentuk panjang memakai permata dan diletakkan pada daun telinga yang

sudah dilubangi.

Gambar 17. BangkaraDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

Page 41: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

41

3. Ponto Karro-karro

Ponto artinya gelang, sedangkan Karro-karro artinya panjang. Jadi

Ponto Karro-karro adalah gelang panjang yang terbuat dari kuningan atau

logam yang melilit pada pergelangan tangan penari.

Gambar 18 . Ponto Karro-karroDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

4. Pinang Goyang

Pinang Goyang berupa tusuk konde jumlahnya beberapa buah.

Dinamakan Pinang Goyang karena hiasan ini menyerupai kembang yang

bergoyang-goyang sebab tangkainya dapat mengeper.

Page 42: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

42

Gambar 23. Pinang GoyangDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

5. Rante Susung

Rante Susung artinya kalung yang tersusun yang digunakan penari

terbuat dari logam atau kuningan dengan bentuk menyerupai bunga yang

dikenakan tepat pada leher hingga dada penari.

Page 43: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

43

Gambar 19. Rante SusungDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

6. Simak

Bahan yang digunakan terdiri dari kain polos beludru/satting yang

dihiasi dengan beberapa payet dan manik-manik yang memilki fungsi sebagai

pengikat lengan baju agar lebih rapi dalam penampilan.

Page 44: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

44

Gambar 21. SimakDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

7. Sulepe

Sulepe artinya ikat pinggang, karena perhiasan ini terkadang tidak

terlihat. sulepe berfungsi sebagai pengikat tope pada pinggang penari. Sulepe

terbuat dari kain merah yang berfungsi sebagai pengikat sarung penari.

Gambar 22. SulepeDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

Page 45: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

45

8. Simboleng Patinra

Simboleng artinya sanggul, sedangkan Patinra artinya berdiri. Jadi

Simboleng Patinra artinya sanggul berdiri yang bentuknya terbuat dari

potongan rambut yang telah dikemas dan berciri khas daerah Sulawesi

Selatan.

Gambar 24. Simboleng PatinraDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

Page 46: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

46

9. Bunga Simboleng

Bunga Simboleng artinya bunga sanggul. Bunga ini merupakan

perhiasan yang digunakan oleh penari dan diletakkan tepat pada sisi kiri dan

kanan sanggul.

Gambar 25. Bunga SimbolengDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

h. Properti

Properti merupakan semua peralatan yang dipergunakan untuk kebutuhan

penampilam tatanan suatu garapan atau karya tari yang tentu saja disesuaikan

dengan kebutuhan.

1. Selendang

Selendang digunakan atau dikalungkan pada leher penari sebagai

bagian dari busana dan properti.

Page 47: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

47

Gambar 26. SelendangDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

2. Kipas

Kipas merupakan properti yang terbuat dari bambu dan daun lontara

kini digantikan dengan kipas yang terbuat dari kayu, kertas dan kain.

Bentuknya melengkung memilki jari-jari 13.

Gambar 27. KipasDokumentasi Masriana Saparuddin 2012

Page 48: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

48

B. Pembahasan

Tari Pakarena Jangang Lea-lea yang ada di Sanggar Siradjuddin

diciptakan oleh bapak Siradjuddin Bantang (Alm) ) karena ketertarikan pada

salah satu nama ragam pada tari Pakarena di mana saat itu tari Pakarena

begitu populer dan Bapak Siradjuddin Bantang mencoba mengkreasikan

dengan tidak meninggalkan pola tradisi yang ada. Dalam Sanggar Siradjuddin

tari Pakarena Jangang Lea-Lea adalah tarian yang bersumber dari tari

Pakarena yang dikembangkan dan ditata dengan memperhatikan kebutuhan

koreografi dan seni pentas, dengan tidak meninggalkan makna karakter yang

terkandung dalam kepribadian wanita suku Makassar dan daerah Gowa pada

khususnya dalam kehidupan kesehariannya. Biasanya tari ini dipertunjukan

pada acara event nasional maupun Internasional, juga pada acara perkawinan,

ulang tahun daerah/hari jadi maupun sebagai pengisi paket-paket hiburan dan

acara-acara resmi lainnya seperti lepas sambut acara penghormatan tamu dari

berbagai daerah atau Negara lain serta masyarakat luas yang membutuhkan.

Adapun bentuk penyajian tari Pakarena Jangang Lea-lea jumlah penari,

ragam gerak, pola lantai, musik iringan, alat musik, kostum (busana) dan tata

rias, properti terdiri dari 5 penari wanita.

Tari Pakarena Jangang Lea-lea terdiri dari 8 ragam:

1. Ajappa Pasussu

7x8: Gerakan Ajappa Pasussu dilakukan pada saat memasuki panggung

yaitu kaki kanan melangkah ke depan diikuti kaki kiri dengan tidak

mengangkat kaki (diseret), tangan kanan memegang kipas di depan

dada dalam keadaan tertutup dan tangan kiri kingking lipa.

1x8: Posisi tangan kanan serong ke depan dan tangan kiri kingking lipa.

Page 49: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

49

1x8: Posisi badan kondo sambil berputar 360o kembali ke posisi semula

2. Assua

2x8: Tangan kanan memegang kipas di depan dada dengan keadaan

tertutup, tangan kiri di samping kipas dengan posisi ujung jari atas

dengan telapak tangan menghadap ke depan kemudian badan

diayun ke kanan dengan posisi badan kondo lalu di balas ke kiri.

1x8: Tangan kiri akkaleo (sentuhan jari tengah) di samping telinga lalu

perlahan tangan kiri turun kingking lipa dan posisi tangan kanan di

depan dada.

3. Pa’rang Kipasa

1x8: Gerakan ketika membuka kipas, posisi badan miring ke kiri,

tangan kanan perlahan membuka kipas di samping wajah dengan

posisi jari-jari kipas menghadap ke dalam dan tangan kiri kingking

lipa.

4. Amme’lu

2x8: Tangan kanan memegang kipas di depan dada telapak tangan

menghadap ke depan dengan jari-jari kipas ke atas, tangan kiri di

samping kipas dengan posisi ujung jari atas kemudian badan

diayun ke kanan dengan posisi kondo lalu dibalas ke kiri.

1x8: Tangan kiri akkaleo di samping telinga kembali turun kingking

lipa. Posisi badan kembali berada semula.

1x8: kaki kanan melangkah serong ke kanan bersamaan tangan kanan

diayun serong ke kanan dengan posisi jari-jari kipas menghadap ke

bawah, tangan kiri kingking lipa lalu berputar 360o kembali ke

posisi semula (gerakan transisi)

Page 50: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

50

5. Andallekang

1x8: Kaki kanan melangkah ke depan perlahan merendah (jongkok).

2x8: Tangan kanan memegang kipas di depan dada, tangan kiri di

samping kipas posisi ujung jari atas. Kedua tangan diayun ke

samping kiri badan, tangan kiri sentuhan jari tengah kemudian

balas ke kanan, tangan kanan posisi ujung jari atas di depan badan.

1x8: Tangan kanan serong ke belakang tangan kiri tangan kiri di atas

pusat posisi ujung jari bawah.

1x8: Tangan kanan diputar menjadi posisi ujung jari atas (jari-jari kipas

menghadap ke atas) kembali ke depan dada.

6. A’jappa Parinnring

1x8: Perlahan berdiri dengan posisi tangan kanan memegang kipas dan

tangan kiri kingking lipa.

2x8: tangan kanan memegang kipas di samping telinga dengan jari-jari

kipas menghadap ke belakang, tangan kiri kingking lipa dan kaki

kanan melangkah diikuti kaki kiri (gerakan transisi)

2x8: Tangan kanan memegang kipas, tangan kiri memegang selendang.

Kedua tangan diayun ke depan dan ke samping.

1x8: berputar 360o, posisi tangan kanan memegang kipas dengan posisi

tidur dan tangan kiri memegang selendang di samping kipas

dengan posisi ujung jari atas kemudian kaki kanan melangkah

serong ke kanan bersamaan tangan kanan diayun serong ke kanan

dengan posisi jari-jari kipas menghadap ke bawah, tangan kiri

kingking lipa.

Page 51: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

51

2x8: Tangan kanan memegang kipas di depan dada telapak tangan

menghadap ke depan dengan jari-jari kipas ke atas, tangan kiri di

samping kipas dengan posisi ujung jari atas dengan telapak tangan

ke depan sambil memegang selendang kemudian badan diayun ke

kanan dengan posisi kondo lalu dibalas ke kiri dan tangan kiri

akkaleo di samping telinga.

1x8: selendang dilepas tangan kiri akkaleo (sentuhan jari tengah) di

samping telinga kembali turun kingking lipa dan posisi badan

kembali semula.

7. Jangang Lea-lea

4x8: Tangan kanan diayun ke samping kanan badan, kipas menghadap

ke atas, tangan kiri akkaleo (sentuhan jari tengah) di depan dada

kembali ke samping kiri badan kingking lipa dikuti tangan kanan

ke depan dada dengan posisi semula. (Gerakan ini dilakukan 4 arah

mata angin)

8. A’rambangang

2x8: melakukan gerakan transisi, dua kaki melakukan gerakan tippa’na

(jinjit) tangan kiri di samping kiri badan posisi ujung jari atas,

telapak tangan menghadap ke kiri. tangan kanan memegang kipas

di samping badan jari-jari kipas menghadap ke atas.

1x8: Tangan kanan memegang kipas di depan dada telapak tangan

menghadap ke depan dengan jari-jari kipas ke atas, tangan kiri di

samping kipas dengan posisi ujung jari atas dengan telapak tangan

ke depan kemudian badan diayun ke kanan dengan posisi kondo

lalu dibalas ke kiri.

Page 52: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

52

1x8: Tangan kiri akkaleo (sentuhan jari tengah) di samping telinga lalu

kembali turun kingking lipa.

1x8: Melakukan gerakan transisi dengan kaki kanan melangkah serong

ke kanan bersamaan tangan kanan diayun serong ke kanan dengan

posisi jari-jari kipas menghadap ke bawah, tangan kiri kingking lipa

lalu berputar 360o kembali ke posisi semula.

1x8: Tangan kanan diayun ke samping kanan dengan posisi jari-jari

kipas menghadap ke atas lalu perlahan di tutup di paha kemudian

di bawah menyentuh bahu , tangan kiri kingking lipa lalu keluar

meninggalkan panggung.

Pola lantai yang digunakan yaitu 8 pola lantai dengan arah yang berbeda

dan bentuk-bentuk gerakan dalam tari Pakarena Jangang Lea-lea masih sangat

sederhana. Pada pola musik iringan tari Pakarena Jangang Lea-lea sanggar

Siradjuddin yaitu: tunrung pakanjara, tumbu appa, tunrung pappadang, tunrung

tallu, tumbu pangallakkang, tunrung pakarena, dan patunrung se’re.

Menggunakan beberapa alat instrument musik yang bervariasi yaitu ganrang

(gendang), puik-puik, gong gentung, katto-katto, dan parappasa yang dibawakan

oleh beberapa penabuh.. Busana yang digunakan yaitu, baju bodo digunakan

sesuai dengan selera dan tope. Assesoris yang digunakan yaitu: bando, bangkara ,

ponto karro-karro, rante susung, sima-sima, sulepe, pinang goyang, simboleng

patinra bunga simboleng. Rias yang digunakan adalah rias cantik dan sanggul

patinra yang dihiasi kembang disebelah kanan dan kiri. Properti yang digunakan

adalah kipas dan selendang yang di letaknya di atas bahu sebelah kanan.

Page 53: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Latar belakang keberadaan tari Pakarena Jangang lea-lea

Tari Pakarena Jangang Lea-lea diciptakan pada tahun 1989 oleh bapak

Siradjuddin Bantang (Alm) karena ketertarikan pada salah satu nama

ragam pada tari Pakarena di mana saat itu tari Pakarena begitu populer

dan Bapak Siradjuddin Bantang mencoba mengkreasikan dengan tidak

meninggalkan pola tradisi yang ada. Bentuk penyajian tari Pakarena

Jangang Lea-lea di Sanggar Siradjuddin

a. Penari terdiri dari penari wanita yang jumlahnya lima.

b. Tari Pakarena Jangang Lea-lea teriri dari 8 ragam yaitu: Ajjappa

Pasussu, Assua, Pa’rang Kipasa, Amme’lu, Andallekang, A’jappa

Parinring, Jangang Lea-Lea, A’rambangang.

c. Pola lantai yang digunakan 8 pola lantai.

d. Musik pengiring tari tunrung pakanjara, tumbu appa, tunrung

pappadang, tunrung tallu, tumbu pangallakkang, tunrung pakarena,

dan patunrung se’re

e. Musik yang digunakan adalah musik eksternal. Alat musik yang

digunakan yaitu: ganrang, puik-puik, gong gentung, katto-katto, dan

parappasa.

f. Busana yang digunakan: baju bodo dan tope.

g. Assesoris yang digunakan yaitu: bando, Bangkara (anting), ponto

karro-karro (gelang panjang), rante susung (kalung susun), sima-sima,

Page 54: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

54

sulepe (ikat pinggang), pinang goyang, simboleng patinra (sanggul

berdiri), bunga simboleng (bunga sanggul),

h. Rias yang digunakan adalah rias cantik dan sanggul patinra yang

dihiasi kembang disebelah kanan dan kiri.

i. Properti yang digunakan adalah kipas dan selendang.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian maka ada hal yang

perlu disarankan antara lain:

1. Perlunya dukungan masyarakat dan pemerintah setempat untuk

kesadaran akan pentingnya seni budaya tradisional guna pelestarian

kebudayaan nasional.

2. Dengan semakin meningkatnya acara kesenian dikalangan generasi

muda pada saat sekarang ini, maka diperlukan adanya penjaringan

terhadap kebudayaan asing yang masuk sehingga tari tradisional yang

ada di Sulawesi Selatan khususnya tari Pakarena Jangang Lea-lea

tetap berpegang teguh pada tradisi masyarakat pendukungnya.

3. Pengembangan tari Pakarena Jangang Lea-lea membutuhkan

pengarahan dan bimbingan dari pihak pemerintah. Bimbingan dan

arahan ini diharapkan berasal dari Direktorat Kesenian Departemen

Pendidikan dan keudayaan.

4. Diharapkan kepada Pembina tari Pakarena Jangang Lea-lea dapat

diajarkan kepada peminat seni tari lainnya.

Page 55: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

55

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Tercetak.

Ali, Lukman. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka.

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius

1984. Pengetahuan Alat Musik. Jakarta: C. V. Baru

Desmond, Morris. 1977. Manwatching A field Guide to Human Behavior. Newyork: N. Abrams, INC.

Endo, Sumaryono. 2006. Tari Tontonan. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara

Faisal, Sanapiah. 1982. Penelitian Kualitatif dasar dan Aplikasi. Malang

Hadi, Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

2007. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka.

Latief, Halilintar dkk. 1988. Tata Rias Panggung. Ujung Pandang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

1993. Pengantar Iringan Tari. Ujung Pandang: Depdikbud.

1995. Pakarena Sebuah Bentuk Tari Tradisi Makassar. Makassar: Depdikbud.

Jazuli, M. 1994. Telah Teoretis Seni Tari. Semarang: Ikip Semarang Press.

Murgianto, Sal. 1983. Koreografi Pengetahuan dasar Komposisi Tari. Jakarta: Depdikbud

Moeliono, Anton. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nadjamuddin, Munasiah. 1983. Tari Tradisional Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Bhakti Baru Berita Utama.

Rohidi, tjetjep Rohendi. 2000. Revitalisasi Seni Budaya Tradisional. Makassar: Fort Roterdam.

Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

Page 56: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/5504/1/3. Bab I-V.docx · Web viewPerbedaan sifat dan ragam tari dalam berbagai kebudayaan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal. Oleh Edi Sedyawati

56

Suhanadji, 1997. Antropologi. Jakarta: Gramedia.

Soedarsono. 1984. Tari-tarian Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Wardana, Wisnu. 1990. Pendidikan Seni Tari. Jakarta: Depdikbud.

Narasumber

Rukanti Kresnaningsih, A. Md. Wawancara tanggal 7 November 2012. Di Sanggar Siradjuddin Kabupaten Gowa.