© 2020, tim riset ppatk · 2020. 8. 7. · negara republik indonesia dan otoritas jasa keuangan...
TRANSCRIPT
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes i
© 2020, Tim Riset PPATK
PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN
ISBN : 978-602-9285-39-0
Ukuran Buku : 295 x 210 mm
Jumlah Halaman : v + 28 Halaman
Naskah : Tim Riset PPATK dan Bareskrim POLRI
Diterbitkan Oleh : Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Indonesia
Cetakan Pertama : Maret 2020
INFORMASI LEBIH LANJUT:
Tim Penyusun
Jl. Trunojoyo No.3, RT.2/RW.1, Selong, Kec. Kby. Baru,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110
Telepon: (021) 7220802
website: www.polri.go.id dan www.ppatk.go.id
Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.
Dilarang memperbanyak isi buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun tanpa izin
penerbit, kecuali untuk pengutipan dalam penulisan artikel atau karangan ilmiah.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes ii
Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah–Nya sehingga pada akhirnya
Kepolisian Negara Republik Indonesia bersama dengan
PPATK, Otoritas Jasa Keuangan, Kejaksaan Agung RI
dan Mahkamah Agung RI telah melakukan Penilaian
Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil
Tindak Pidana Perbankan tahun 2020.
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa tindak
pidana perbankan merupakan salah satu tindak pidana
asal pencucian uang yang berisiko tinggi. Dalam dokumen
strategi nasional upaya pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme tahun 2019 dimandatkan untuk
dilakukannya penilaian risiko sektoral untuk memahami risiko utama secara komprehensif
serta langkah mitigasi risiko yang efektif terhadap pencucian uang hasil tindak pidana
perbankan.
Kepolisian Negara Republik Indonesia menyambut baik penyusunan Penilaian Risiko
Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan ini. Kami berharap
bahwa dokumen ini dapat bermanfaat dalam perumusan kebijakan internal dalam
penanganan perkara di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia maupun Otoritas
Jasa Keuangan serta memperkuat pengawasan sektor perbankan oleh seluruh pihak
stakeholders terkait.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah memberikan kontribusi terhadap penyusunan Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana
Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan ini. Semoga amal usaha kita diridai Allah
SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, Maret 2020
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DRS. IDHAM AZIS, M.SI
JENDRAL POLISI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat dan hidayah-NYA, maka PPATK bersama
stakeholders rezim Anti Pencucian Uang dan Pencegahan
Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) yang tergabung dalam
Komite TPPU dapat menyelesaikan penyusunan dokumen
“Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang
Hasil Tindak Pidana Perbankan tahun 2020”.
Melalui hasil penilaian tersebut, diharapkan dapat menjadikan
dasar dalam perumusan kebijakan strategis dan prioritas bagi
pihak pemangku kepentingan utama diantaranya Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam memitigasi risiko utama
yang teridentifikasi dalam “Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang Hasil
Tindak Pidana Perbankan tahun 2020”. Dokumen ini menjadi bukti komitmen Pemerintah
Indonesia dalam memitigasi risiko utama pada tindak pidana asal (predicate crime) yang
berisiko tinggi terhadap pencucian uang di Indonesia sesuai pada Indonesia’s Risk
Assessment on ML Updated 2019.
Akhirnya, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah memberikan kontribusi terhadap penyusunan Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana
Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan ini. Semoga amal usaha kita diridai Allah
SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta Maret 2020 KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN
KIAGUS AHMAD BADARUDDIN
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
Hasil Pengkinian Penilaian Risiko Indonesia terhadap Pencucian Uang Tahun 2015
telah memetakan risiko pencucian uang berdasarkan tindak pidana asal yang
menunjukan bahwa adanya 5 (lima) Tindak Pidana Asal yang memiliki risiko tinggi,
diantaranya Tindak Pidana Narkotika, Korupsi Perbankan, Kehutanan dan Pasar
Modal.
Untuk merespon hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah menyusun Strategi
Nasional Dalam Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme Tahun 2019 yang menyatakan bahwa aksi priotitas
untuk memitigasi risiko tersebut diantaranya melalui penyusunan Penilaian Risiko
Sektoral Penanganan Perkara Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana Perbankan
atau Sectoral Risk Assessment on Banking Crime. Pemangku kepentingan dalam
tindak lanjut Aksi Strategi Nasional (Stranas) tersebut diantaranya Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan.
Penilaian Sektoral ini menggunakan data kuantitatif dan kualitatif selama periode
2017 s.d. 2019 dari berbagai sumber yang diperoleh oleh anggota tim. Sumber data
dan informasi ini termasuk Laporan Transaksi Keuangan Mencrigakan, Hasil
Analisis atau Hasil Pemeriksaan PPATK, Penyidikan, Penuntutan dan Putusan
Pengadilan, Studi Kasus. Pelaksanaan Indepth Study dalam Penilaian ini juga
dilakukan bersama Pihak Penegak Hukum, Lembaga Pengawas dan Pengatur serta
PPATK untuk melakukan self-assessment dan identifikasi tipologi dan indikator
transaksi keuangan mencurigakan yang berlaku.
Hasil analisis 3 faktor risiko (ancaman, kerentanan, dan dampak) terhadap 4 jenis
delik pidana perbankan, ditemukan bahwa Tindak Pidana berkaitan dengan
Kegiatan Usaha Bank merupakan Risiko Tinggi, Tindak Pidana berkaitan dengan
Perizininan memiliki risiko menengah dan Tindak Pidana berkaitan dengan Rahasia
Bank serta Tindak Pidana berkaitan Pengawasan Bank memiliki tingkat risiko
rendah. Berdasarkan profil pelaku kejahatan diketahui bahwa Pengusaha atau
Wiraswasta dan Pegawai Bank memiliki Risiko Tinggi. Selanjutnya berdasarkan
sebaran wilayah, diketahui bahwa DKI Jakarta dan Jawa Barat memiliki tingkat
risiko tinggi terjadinya pencucian uang hasil tindak pidana perbankan.
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes
v v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii
RINGKASAN EKSEKUTIF .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... v
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 1
RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI .......................................................................... 2
KLASIFIKASI RISIKO ....................................................................................................... 3
FRAMEWORK PENILAIAN RISIKO ................................................................................. 4
PENILAIAN RISIKO, TIPOLOGI DAN STUDI KASUS ......................................................... 5
REGULASI PENANGANAN PERKARA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA
PERBANKAN ................................................................................................................... 5
TINDAK PIDANA PERBANKAN ....................................................................................... 6
HASIL PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL
TINDAK PIDANA PERBANKAN ........................................................................................ 14
PENILAIAN RISIKO BERDASARKAN JENIS TINDAK PIDANA PERBANKAN ............ 14
PENILAIAN RISIKO BERDASARKAN PROFIL PELAKU KEJAHATAN ....................... 17
PENILAIAN RISIKO BERDASARKAN WILAYAH .......................................................... 18
TANTANGAN DAN STRATEGI MITIGASI RISIKO TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN ............................................................................. 24
A. Bidang Pencegahan ............................................................................................ 24
B. Bidang Pemberantasan ...................................................................................... 25
C. Bidang Kerjasama ............................................................................................... 25
LAMPIRAN 1 ...................................................................................................................... 26
METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................................... 26
LAMPIRAN 2 ...................................................................................................................... 27
MATRIKS PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN ......................................................................... 27
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hasil Pengkinian Penilaian Risiko
Indonesia terhadap Pencucian Uang
Tahun 2015 telah memetakan risiko
pencucian uang berdasarkan tindak
pidana asal yang menunjukan bahwa
adanya 5 (lima) Tindak Pidana Asal yang
memiliki risiko tinggi, diantaranya Tindak
Pidana Narkotika, Korupsi Perbankan,
Kehutanan dan Pasar Modal.
Untuk merespon hal tersebut, Pemerintah
Indonesia telah menyusun Strategi
Nasional Dalam Upaya Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang dan Pendanaan Terorisme Tahun
2019 yang menyatakan bahwa aksi
priotitas untuk memitigasi risiko tersebut
diantaranya melalui penyusunan Penilaian
Risiko Sektoral Penanganan Perkara
Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana
Perbankan atau Sectoral Risk
Assessment on Banking Crime.
Pemangku kepentingan dalam tindak
lanjut Aksi Strategi Nasional (Stranas)
tersebut diantaranya Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Otoritas Jasa
Keuangan, Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan.
Penilaian Risiko Sektoral Penanganan
Perkara Pencucian Uang Hasil Tindak
Pidana Perbankan ini bertujuan untuk
mencapai pemahaman penanganan
perkara pencucian uang hasil tindak
pidana perbankan yang lebih baik,
mengidentifikasi risiko utama dan
mengeksplorasi strategi mitigasi untuk
mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang dari hasil tindak
pidana perbankan.
Capaian atau Outcomes dari penilaian ini
akan menjadi dasar untuk pengembangan
koordinasi domestik antara Penegak
Hukum, Lembaga Pengawas dan
Pengatur, dan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan dalam
mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang dari hasil tindak
pidana perbankan, khususnya bagi
penyidik Polri agar menjadi dasar
penyusunan kebijakan strategis
penanganan perkara pencucian yang
berbasis risiko terkait tindak pidana
perbankan di Bareskrim Polri di Pusat dan
Penyidik Polri di daerah serta memperkuat
kerentanan yang telah terindentifikasi.
Tim Penyusun Penilianan Risiko Sektoral
Tindak Pidana Perbankan ini melibatkan
para penegak hukum, lembaga pengawas
dan pengatur serta lembaga intelijen
keuangan, sebagai berikut:
a. Grup Penanganan APUPPT, Otoritas
Jasa Keuangan.
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 2
b. Departemen Pengawasan Perbankan
2, Otoritas Jasa Keuangan.
c. Depatemen Penyidikan Sektor Jasa
Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan.
d. Departemen Pemeriksaan Khusus
dan Investigasi Perbankan, Otoritas
Jasa Keuangan.
e. Direktorat Tindak Pidana Ekonomi
Khusus (Dittipideksus) Bareskrim
Polri.
f. Direktorat Pemeriksaan, Riset dan
Pengembangan, Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan.
g. Direktorat Analisis Transaksi, Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan.
h. Direktorat Kerjasama dan Humas,
Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan.
i. Direktorat Hukum, Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan.
j. Direktorat Pengawas Kepatuhan,
Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan.
k. Kejaksaan Agung RI.
l. Mahkamah Agung RI.
Anggota tim masing-masing berkontribusi
memberikan input dan pengalaman
bersama berdasarkan keahlian mereka
untuk memberikan penilaian risiko sektoral
ini.
RUANG LINGKUP DAN
METODOLOGI
Lingkup Tindak Pidana Perbankan dalam
penilaian risiko sektoral ini merujuk pada
Undang-Undang Perbankan Nomor 7
Tahun 1992 sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998.
Penilaian ini berfokus pada penanganan
perkara pada tindak pidana perbankan
dan hasil pencucian uang dari tindak
pidana perbankan. Adapun struktur dalam
penilaian ini terdiri dari beberapa bagian,
diantaranya:
a. Identifikasi dan analisis risiko
pencucian uang pada tindak pidana
perbankan berdasarkan karakteristik
jenis tindak pidana Perbankan;
b. Identifikasi dan analisis risiko
pencucian uang pada tindak pidana
perbankan berdasarkan profil pelaku
tindak pidana Perbankan;
c. Identifikasi dan analisis risiko
pencucian uang pada tindak pidana
perbankan berdasarkan wilayah
terjadinya tindak pidana perbankan;
d. Tipologi Pencucian Uang, termasuk
profil pelaku kejahatan, pihak pelapor,
pola transaksi atau instrument
transaksi dan jenis karakteristik tindak
pidana perbankan,
e. Redflag atau Indikator Transaksi
Keuangan Mencurigakan Indikasi
Tindak Pidana Perbankan.
Penilaian Sektoral ini menggunakan data
kuantitatif dan kualitatif selama periode
2017 s.d. 2019 dari berbagai sumber
yang diperoleh oleh anggota tim. Sumber
data dan informasi ini termasuk Laporan
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 3
Transaksi Keuangan Mencrigakan, Hasil
Analisis atau Hasil Pemeriksaan PPATK,
Penyidikan, Penuntutan dan Putusan
Pengadilan, Studi Kasus. Pelaksanaan
Indepth Study dalam Penilaian ini juga
dilakukan bersama Pihak Penegak
Hukum, Lembaga Pengawas dan
Pengatur serta PPATK untuk melakukan
self-assessment dan identifikasi tipologi
dan indikator transaksi keuangan
mencurigakan yang berlaku.
KLASIFIKASI RISIKO1
>7 - 9 TINGGI
Kecenderungan besar terjadi dan/atau
menyebabkan dampak yang signifikan.
Hal ini memerlukan penanganan
sesegera mungkin.
>5 - 7 MENENGAH
Kecenderungan cukup sering terjadi
dan/atau menyebabkan dampak yang
cukup signifikan. Hal ini perlu adanya
upaya perbaikan.
3 - 5 RENDAH
Kecenderungan rendah terjadi dan/atau
menyebabkan dampak yang rendah atau
minimum. Hal ini perlu dilakukan review
secara berkala.
1 Berdasarkan Best Practice International-FATF Guidance. National Money Laundering and Terrorist Financing Risk Assessment. Februari 2013.
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 4
FRAMEWORK PENILAIAN RISIKO
RISIKO (Risk)
DAMPAK
(Consequence)
KECENDERUNGAN
(Likelihood)
ANCAMAN
(Threat)
KERENTANAN
(Vulnerability)
X
+
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 5
PENILAIAN RISIKO, TIPOLOGI DAN
STUDI KASUS
REGULASI PENANGANAN PERKARA PENCUCIAN UANG HASIL
TINDAK PIDANA PERBANKAN
Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang (UU
TPPU), hasil tindak pidana adalah Harta
Kekayaan yang diperoleh dari tindak
pidana:
1. korupsi;
2. penyuapan;
3. narkotika;
4. psikotropika;
5. penyelundupan tenaga
kerja;
6. penyelundupan migran;
7. di bidang perbankan;
8. di bidang pasar modal;
9. di bidang perasuransian;
10. kepabeanan;
11. cukai;
12. perdagangan orang;
13. perdagangan senjata gelap;
14. terorisme;
15. penculikan;
16. pencurian;
17. penggelapan;
18. penipuan;
19. pemalsuan uang;
20. perjudian;
21. prostitusi;
22. di bidang perpajakan;
23. di bidang kehutanan;
24. di bidang lingkungan hidup;
25. di bidang kelautan dan perikanan;
atau
26. tindak pidana lain yang diancam
dengan pidana penjara 4 (empat)
tahun atau lebih,
yang dilakukan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia atau di
luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan tindak pidana
tersebut juga merupakan tindak pidana
menurut hukum Indonesia.
Kewenangan untuk melakukan
penyidikan tindak pidana pencucian
uang dilakukan oleh penyidik tindak
pidana asal sebagaimana tersebut di
atas sesuai dengan ketentuan Pasal
74 UU TPPU. Dalam penjelasan Pasal
74 UU TPPU dinyatakan bahwa
Penyidik POLRI memiliki wewenang
untuk melakukan penyidikan tindak
pidana pencucian uang.
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 6
Wewenang Penyidik POLRI dalam
penyidikan tindak pidana pencucian
uang mencakup:
1. memerintahkan kepada Pihak
Pelapor untuk melakukan
penundaan transaksi terhadap
Harta Kekayaan yang diketahui
atau patut diduga merupakan hasil
tindak pidana;
2. memerintahkan kepada Pihak
Pelapor untuk melakukan
pemblokiran Harta Kekayaan yang
diketahui atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana
dari orang yang telah dilaporkan
oleh PPATK kepada Penyidik
dan/atau Tersangka;
3. meminta Pihak Pelapor untuk
memberikan keterangan secara
tertulis mengenai Harta Kekayaan
dari orang yang telah dilaporkan
oleh PPATK kepada Penyidik
dan/atau Tersangka.
TINDAK PIDANA PERBANKAN
Tindak pidana merupakan suatu
perbuatan yang pelakunya diancam
hukuman pidana berdasarkan Undang-
Undang. Tindak pidana perbankan
tentunya melibatkan dana masyarakat
yang disimpan di bank, oleh karenanya
tindak pidana perbankan merugikan
kepentingan berbagai pihak, baik bank itu
sendiri selaku badan usaha maupun
nasabah penyimpan dana, sistem
perbankan, otoritas perbankan,
pemerintah serta masyarakat luas.2
Penggunaan istilah tindak pidana di
bidang perbankan belum adanya
kesamaan pendapat. Apabila ditinjau dari
segi yuridis tidak ada satupun peraturan
perundang-undangan yang memberikan
pengertian tentang tindak pidana
perbankan dengan tindak pidana di
bidang perbankan.3
Berdasarkan Badan Pembinaan Hukum
Nasional (BPHN), Departemen
Kehakiman memberikan pengertian yang
berbeda untuk kedua Tindak Pidana
Perbankan dan Tindak Pidana di Bidang
Perbankan, diantaranya:
a. Tindak Pidana Perbankan adalah:
1. Setiap perbuatan yang melanggar
peraturan perundang-undangan
sebagaimana telah diatur dalam
Undang-Undang No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-
Undang No.10 Tahun 1998.
2. Tindak pidana yang dilakukan
dalam menjalankan fungsi dan
usahanya sebagai bank
berdasarkan Undang-Undang
Perbankan.
2 Memahami dan Menghindari Tindak Pidana Perbankan. Otoritas Jasa Keuangan. hlm 5. 3 BPHN, Departemen Kehakiman, Laporan Akhir Penelitian Masalah-Masalah Hukum Kejahatan Perbankan, BPHN, Jakarta 1992, hlm.68.
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 7
b. Tindak Pidana di Bidang Perbankan
adalah:
1. Segala jenis perbuatan melanggar
hukum yang berhubungan dengan
kegiatan dalam menjalankan
usaha bank, baik bank sebagai
sasaran maupun sebagai sarana.
2. Tindak pidana yang tidak hanya
mencakup pelanggaran terhadap
Undang-Undang Perbankan,
melainkan mencakup peraturan-
peraturan yang mengatur kegiatan-
kegiatan perbankan yang memuat
ketentuan pidana maupun
peraturan hukum pidana
umum/khusus, selama belum ada
peraturan-peraturan hukum pidana
yang secara khusus dibuat untuk
mengancam dan menghukum
perbuatan tersebut.
Pengertian Tindak Pidana Perbankan
adalah tindak pidana yang memenuhi
unsur-unsur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 sampai dengan Pasal 50
A Undang-Undang Perbankan atau Pasal
59 sampai dengan Pasal 66 Undang-
Undang Perbankan Syariah.
Dalam Penilaian Risiko Sektoral ini
lingkup yang digunakan berdasarkan
rumusan tindak pidana perbankan yang
telah dikelompokan menjadi empat (4),
diantaranya:
1. Tindak Pidana berkaitan dengan
Perizininan;
2. Tindak Pidana berkaitan dengan
Rahasia Bank;
3. Tindak Pidana berkaitan Pengawasan
Bank
4. Tindak Pidana berkaitan dengan
Kegiatan Usaha Bank.
Delik Pidana Pasal Description
Perizinan Pasal 46 Ayat 1
Barang siapa menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari
Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16, diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 8
Delik Pidana Pasal Description
paling banyak Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar
rupiah)
Pasal 46 Ayat 2
Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk
perseroan terbatas, perserikatan, yayasan atau
koperasi, maka penuntutan terhadap badan-badan
dimaksud dilakukan baik terhadap mereka yang
memberi perintah melakukan perbuatan itu atau yang
bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau
terhadap kedua-duanya
Rahasia
Bank
Pasal 40 Ayat 1
Bank Wajib merahasiakan keterangan mengenai
Nasabah Penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam
hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal
41A, Pasal 42, Pasal 44, dan Pasal 44A
Pasal 40 Ayat 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berlaku pula bagi Pihak Terafiliasi
Pasal 41 Ayat 1
Untuk kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank
Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan
berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada
bank agar memberikan keterangan dan
memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat
mengenai keadaan keuangan Nasabah Penyimpan
tertentu kepada pejabat pajak
Pasal 41A Ayat 1
Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah
diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara/Panitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan
Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia
Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan
dari bank mengenai simpanan Nasabah Debitur
Pasal 42 Ayat 1
Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana,
Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin
kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh
keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 9
Delik Pidana Pasal Description
atau terdakwa pada bank
Pasal 42 Ayat 2
Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan
secara tertulis atas permintaan tertulis dari Kepala
Kepolisisan Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau
Ketua Mahkamah Agung
Pasal 42 Ayat 3
Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
harus menyebutkan nama dan jabatan polisi, jaksa,
atau hakim, nama tersangka atau terdakwa, alasan
diperlukannya keterangan dan hubungan perkara
pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang
diperlukan
Pasal 47 Ayat 1
Barang siapa tanpa membawa perintah tertulis atau
izin dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, dan Pasal 42,
dengan sengaja memaksa bank atau Pihak Terafiliasi
untuk memberikan keterangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40, diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 4
(empat) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 200.000.000.000,00 (dua ratus miliar
rupiah)
Pasal 47 Ayat 2
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank atau
Pihak Terafiliasi lainnya yang sengaja memberikan
keterangan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40,
diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya
2 (dua) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)
Pasal 47 Ayat A
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank
yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan
yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42A dan Pasal 44a, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 10
Delik Pidana Pasal Description
lama 7 (tujuh) tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah) dan paling
banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah)
Pengawasan
dan
Pembinaan
Bank
Pasal 30 Ayat 1
Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia,
segala keterangan, dan penjelasan mengenai
usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia
Pasal 30 Ayat 2
Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib
memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-buku
dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib
memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka
memperoleh kebenaran dari segala keterangan,
dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh bank
yang bersangkutan
Pasal 34 Ayat 1
Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia
neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan serta
penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia
Pasal 34 Ayat 2
Neraca serta perhitungan laba/rugi tahunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib terlebih
dahulu diaudit oleh akuntan publik
Pasal 48 Ayat 1
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank
yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan
yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1)
dan ayat (2), diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling
banyak Rp100.000.000,000,00 (seratus miliar rupiah).
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 11
Delik Pidana Pasal Description
Pasal 48 Ayat 2
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank
yang dengan lalai memberikan keterangan yang wajib
dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
(1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2),
diancam dengan pidana kurungan sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua)
tahun dan atau denda sekurang-kurangnya Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Kegiatan
Usaha Bank Pasal 49 Ayat 1
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai
bank yang dengan sengaja:
a. membuat atau menyebabkan adanya pencatatan
palsu dalam pembukuan atau dalam proses laporan,
maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,
laporan transaksi atau rekening suatu bank;
b. menghilangkan atau tidak memasukkan atau
menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam
pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam
dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan
transaksi atau rekening suatu bank;
c. mengubah, mengaburkan, menyembunyikan,
menghapus, atau menghilangkan adanya suatu
pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan,
maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,
laporan transaksi atau rekening suatu bank, atau
dengan sengaja mengubah, mengaburkan,
menghilangkan, menyembunyikan atau merusak
catatan pembukuan tersebut, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-
kurangnya Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000.000,00 (dua
ratus miliar rupiah).
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 12
Delik Pidana Pasal Description
Pasal 49 Ayat 2
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank
yang dengan sengaja:
a. meminta atau menerima, mengizinkan atau
menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi,
uang tambahan, pelayanan, uang atau barang
berharga, untuk keuntungan pribadinya atau untuk
keuntungan keluarganya, dalam rangka mendapatkan
atau berusaha mendapatkan bagi orang lain dalam
memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas
kredit dari bank, atau dalam rangka pembelian atau
pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat
promes, cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban
lainnya, ataupun dalam rangka memberikan
persetujuan bagi orang lain untuk melaksanakan
penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada
bank;
b. tidak melaksanakan langkah-langkah yang
diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap
ketentuan dalam Undang-undang ini dan ketentuan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku
bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun dan paling lama 8 (delapan)
tahun serta denda sekurang-kurangnya
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling
banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah)
Pasal 50
Pihak Terafiliasi yang dengan sengaja tidak
melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk
memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam
Undang-undang ini dan peraturan perundang-
undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam
dengan pidana penjara sekurang-kurang 3 (tiga) tahun
dan paling lama 8 (delapan) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000.000,00
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 13
Delik Pidana Pasal Description
(seratus miliar rupiah)
Pasal 50A
Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh
Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakan yang
mengakibatkan bank tidak melaksanakan langkah-
langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan
bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini
dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 7 (tujuh) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-
kurangnya Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah) dan paling banyak Rp200.000.000.000,00 (dua
ratus miliar rupiah)
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 14
HASIL PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK
PIDANA PERBANKAN
PENILAIAN RISIKO
BERDASARKAN JENIS
TINDAK PIDANA PERBANKAN
Berdasarkan hasil penilaian risiko
berdasarkan jenis tindak pidana
perbankan diketahui bahwa kegiatan
usaha bank merupakan jenis tindak
pidana perbankan yang berisiko tinggi.
Kategori Tingkat
Risiko
Perizinan
Rahasia Bank
Pengawasan Bank
Kegiatan Usaha Bank
Selama periode penilaian tahun 2017-
2019 secara tingkat ancaman tindak
pidana perbankan mengalami peningkatan
mulai dari Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan, Laporan Intelijen
Keuangan dan Hasil Putusan Perkara
Pencucian Uang Hasil Tindak Pidana
Perbankan maupun Tindak Pidana
Perbankan.
Kategori 2017 2018 2019
LTKM* 369 902 571
Laporan
Intelijen
29 4 9
Kategori 2017 2018 2019
keuangan*
Penyidikan
TPA Polri**
323 481 138
Penyidikan
TPPU
Perbankan
Polri
12 15 25
Penuntutan
TPA
271 191 ****
Penuntan
TPPU
9 5 ****
Putusan TP
Perbankan***
26 26 14
Putusan TPPU
hasil TP
Perbankan
3 3 ****
Keterangan:
*Buletin Statistik PPATK Tahun 2017-2019
**Data Penanganan Perkara Polri dan
Kejaksaan Agung RI Tahun 2019
***Data Putusan melalui akses Website
Mahkamah Agung RI.
****Masih dalam proses konsolidasi.
STUDI KASUS 1
GAN4 merupakan seorang Pegawai Bank X
selaku Funding Officer yang berperan
untuk penghimpunan dana atau mencari
nasabah atau pihak ketiga untuk
menginvestasikan dana di Bank X dalam
bentuk Deposito, Tabungan dan Giro atau
memberi produk yang ditawarkan oleh
Bank X. Pada tahun 2017, GAN
4 827/Pid.Sus/2018/PN.Ptk
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 15
menawarkan pada Koperasi A untuk
menempatkan dana dengan fasilitas yang
menjanjikan, dari tawaran tersebut,
Koperasi A memindahkan dana dari
beberapa Bank dengan total sebesar
Rp70 Miliar, ditempatkan dalam 8
Rekening Bank X, diantaranya 4 Rekening
Tabungan dan 4 Rekening Giro di Bank X.
GAN menawarkan diri untuk melakukan
print out terhadap 8 buku tabungan
tersebut dengan cara terdakwa setiap
bulannya mengambil buku tabungan ke
Bank X untuk diprint out selanjutnya di
kembalikan ke Koperasi A.
Kemudian, GAN melakukan perubahan
data pada 2 rekening milik Koperasi A di
Bank X, kemudian membuka rekening
yang serupa milik Koperasi A di Bank Y
dengan melibatkan kakak kandung Sdr.
GAN pada saat pembukaan rekening di
Bank Y. Selanjutnya, GAN melakukan
transfer RTGS sebesar Rp15 Miliar dan
Transfer via ATM sebanyak 6 kali dengan
total sebesar Rp100,2 juta ke Rekening
Koperasi A yang telah dikuasai oleh GAN
dan PSE selaku Kakak Kandungnya.
Selanjutnya, PSE melakukan penarikan
tunai pada Rekening Koperasi yang
dikuasai oleh GAN dan PSE sebanyak 10
kali transaksi di kantor cabang bukan
pembuka rekening, total sejumlah Rp15
Miliar. Pencucian uang yang dilakukan
dalam bentuk pembelian asset property,
kendaraan bermotor, dan barang mewah
lainnya dengan menggunakan pihak lain.
Atas perbuatan tersebut, GAN telah
dipidana pencucian uang selama 8 tahun
penjara dan denda sebesar Rp10 Miliar.
TIPOLOGI
Category
Jenis Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana berkaitan dengan
Kegiatan Usaha Bank
Profil
Karyawan BUMN (Funding Officer)
Pihak Pelapor
Bank Milik Negara
Perusahaan Kendaraan Bermotor
Perusahaan Properti
Instrumen Transaksi
Transaksi Tunai
Transfer
Aset
Cash
Kendaraan Bermotor
Properti
INDIKATOR TRANSAKSI KEUANGAN
MENCURIGAKAN
1. Transaksi pada rekening yang baru
dibuka dengan saldo awal minimum
kemudian menerima transfer dana
masuk dalam jumlah signifikan untuk
penampungan hasil kejahatan.
2. Transaksi bersifat pass by dan
penarikan tunai dalam jumlah
signifikan secara bertahap.
3. Transaksi penarikan tunai dalam
jumlah signifikan di kantor cabang
saat jam operasional kantor
menjelang tutup.
4. Permintaan penarikan tunai dalam
jumlah signifikan sebesar Rp15 Miliar
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 16
di kawasan pusat bisnis dan diluar
wilayah domisili atau lokasi
pembukaan awal rekening nasabah.
STUDI KASUS 2
Kredit yang diajukan oleh 4 debitur
berbeda dengan nilai total sebesar Rp13
Miliar yang disetujui oleh BS5 selaku
Direktur Utama di Bank X tanpa adanya
pemenuhan agunan kredit dari para
debitur dan kelengkapan berkas
persyaratan dokumen kredit. Pengajuan
kredit itu dikendalikan oleh BS dan GTM
dengan menggunakan Korporasi berupa
PT dan CV. Selain itu, dana kredit yang
sudah cair tidak digunakan sesuai dengan
permohonan kredit yang telah diajukan
namun telah ditampung pada salah satu
rekening milik GTM sebagai salah satu
debitur untuk digunakan sebagai
investasi trading saham, pembayaran
pembelian tanah, pembayaran Dana
Alokasi Khusus (DAK), pembelian mobil,
bus dan keperluan pribadi debitur.
Terlebih lagi, BS juga mengambil Rp400
juta dari uang pelunasan debitur sebesar
Rp2 Miliar yang ditransfer ke rekening
pribadi BS yang seharusnya diserahkan ke
Bank X.
Atas perbuatan tersebut, BS telah
dipidana pencucian uang selama 6 bulan
penjara dan denda sebesar Rp10 juta.
TIPOLOGI
Category
Jenis Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana berkaitan dengan
Kegiatan Usaha Bank
5 253/Pid.Sus/2017/Pn.Kbm
Category
Profil
Pegawai Swasta (Mantan Direktur
Utama Bank Perkreditan Rakyat)
Pihak Pelapor
Bank Perkreditan Rakyat
Pasar Modal
Perusahaan Kendaraan Bermotor
Instrumen Transaksi
Cash
Transfer
Aset
Cash
Tanah
Saham
Kendaraan Bermotor
INDIKATOR TRANSAKSI KEUANGAN
MENCURIGAKAN
1. Nilai jaminan atas nasabah kredit
tidak mencukupi nilai platfom kredit
yang telah dicairkan.
2. Petugas memutuskan dan menyetujui
pemberian kredit tanpa adanya
berkas persyaratan dokumen.
3. Pencairan kredit ditempatkan pada
satu pihak nasabah kredit dari multi
applicant nasabah kredit.
4. Aset hasil kejahatan digunakan
sebagai agunan dalam pengajuan
kredit.
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 17
PENILAIAN RISIKO
BERDASARKAN PROFIL
PELAKU KEJAHATAN
Kategori Tingkat
Risiko
Perseorangan
Pegawai Swasta
Pengusaha
PNS
Pedagang
Ibu Rumah Tangga
Pelajar
PEP (Politically
Exposed Person)
Pegawai
BI/BUMN/BUMD
Profesional
TNI/Polri
Pengajar
Petani/Nelayan
Pegawai Bank
Buruh
Pengurus Parpol
Pengurus Yayasan
Pemuka Agama
Pengurus Lembaga
Swadaya Msyarakat
atau Ormas/NPO
Kategori Tingkat
Risiko
Pengrajin
Pegawai Pedagang
Valuta Asing
Badan Usaha atau Korporasi
Perseroan Terbatas
(PT)
Koperasi
Commanditaire
Vennootschap (CV)
Perusahaan Dagang
(PD) atau Usaha
Dagang (UD)
Firma
Yayasan
Perkumpulan
STUDI KASUS 3
Diketahui terdapat 52 debitur terkait
dengan indikasi tindakan
penyimpangan/fraud yang dilakukan oleh
CRR6 selaku Branch Manager (BM)
bersama Petugas Cabang (Credit Officer)
di Bank X. CRR melakukan kecurangan
dengan cara meminjam data identitas
debitur untuk mengajukan permohonan
pinjaman, mengikutsertakan usaha fiktif
sebagai salah satu persyaratan yang
dimiliki dari debitur, pemalsuan dokumen
identitas debitur, rekayasa jual beli aset
jaminan untuk permohonan pinjaman ke
bank serta melakukan mark – up atas
6 499 K/Pid.Sus/2017
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 18
hasil pendapatan usaha dan nilai jaminan
debitur, sehingga pinjaman dapat
disetujui. Kemudian, CRR memberikan
sejumlah uang kepada pihak yang
dipinjam identitasnya sebesar Rp2,5 juta
hingga Rp5 juta sebagai fee atas
penggunaan identitas pihak tersebut
untuk melakukan pengajuan pinjaman
kredit ke Bank X. CRR memperoleh uang
hasil tindak pidana perbankan sebesar
Rp931.300.000. Pencucian uang yang
dilakukan melalui pembelian aset berupa
tanah dengan menggunakan identitas
orang lain.
Atas perbuatan tersebut, CRR dipidana
pencucian uang selama 8 tahun penjara
dan denda sebesar Rp200 Juta.
TIPOLOGI
Category
Jenis Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana berkaitan dengan
Kegiatan Usaha Bank
Profil
Wiraswasta (Mantan Branch
Manager Bank)
Pihak Pelapor
Bank Swasta
Instrumen Transaksi
Cash
Aset
Tanah
INDIKATOR TRANSAKSI KEUANGAN
MENCURIGAKAN
1. Adanya pemalsuan tandatangan pada
Aplikasi Pinjaman dan Pembukaan
Rekening.
2. Pembelian asset berupa tanah
menggunakan nama pihak lain.
3. Pemberian Pinjaman pada debitur
yang tidak memiliki usaha (usaha
fiktif).
4. Petugas kantor cabang (Credit Officer
dan Branch Manager) bekerjasama
dengan debitur untuk melakukan
pemalsuan dokumen identitas dan
jaminan dengan imbalan sejumlah fee
yang bersumber dari dana pencairan
pinjaman.
5. Petugas cabang (Credit Officer)
melakukan rekayasa jual beli jaminan,
dimana jaminan sebenarnya adalah
milik petugas cabang, namun seakan-
akan telah dijual kepada debitur untuk
digunakan jaminan atas permohonan
pinjaman ke Bank.
6. Petugas cabang (Credit Officer)
melakukan mark up atas hasil
pendapatan usaha dan nilai jaminan
debitur.
7. Adanya transaksi pencairan kredit di
luar jam operasional kantor cabang
bank.
PENILAIAN RISIKO
BERDASARKAN WILAYAH
Kategori Tingkat
Risiko
Bali
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 19
Kategori Tingkat
Risiko
Bangka Belitung
Banten
Bengkulu
DI. Yogyakarta
DKI Jakarta
Gorontalo
Jambi
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Kep. Riau
Lampung
Maluku
Maluku Utara
Nanggroe Aceh Darussalam
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Papua
Papua Barat
Kategori Tingkat
Risiko
Riau
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Sumatera Utara
STUDI KASUS 4
IUN7 selaku sebagai Head of Corporate
Banking di Bank Z memanfaatkan
posisinya untuk melancarkan proses
pengajuan kredit dari PT. RCA sebesar
Rp150 Miliar. Diketahui bahwa BO dari PT
RCA yaitu HS yang tengah membobol 7
bank lainnya. Terdakwa IUN
menggunakan wewenangnya untuk
mengubah proposal pengajuan
permohonan kredit PT. RCA yang
sebelum sebelumnya ditolak oleh Divisi
Corporate Credit Risk. Salah satu agunan
atau jaminan kredit yang digunakan oleh
PT. RCA sebagai underlying berupa
piutang PT. RCA ke PT. PTR ternyata
bersifat fiktif dimana PT KLM tidak
pernah mempunyai hutang ke PT. RCA.
Dari tindakannya ini, terdakwa menerima
imbalan sebesar Rp1,5 Miliar yang
ditransfer oleh PT. RCA ke rekening
7 51/Pid.Sus/2018/PT.DKI
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 20
pribadi milik IUN dengan tujuan transaksi
untuk “operasional kantor”. Dana
tersebut selanjutnya terdakwa transfer ke
1 rekening lain milik IUN dan 4 rekening
atas nama pihak lain. Selain itu juga
digunakaan untuk membayar biaya
pengobatan rumah sakit, pembelian
mobil, tagihan kartu kredit untuk biaya
jalan – jalan keluar negeri, pembelian
mata uang asing dalam bentuk USD dan
SGD dan penyewaan rumah.
Atas perbuatan tersebut, Bank Z telah
mengalami kerugian sebesar IUN telah
dipidana pencucian uang selama 5 tahun
penjara dan denda sebesar Rp5 Miliar.
TIPOLOGI
Category
Jenis Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana berkaitan dengan
Kegiatan Usaha Bank
Profil
Wiraswasta (Mantan Branch
Manager Bank)
Pihak Pelapor
Bank Swasta
Instrumen Transaksi
Cash
Transfer
Aset
Kendaraan Bermotor
Cash
Foreign Currency (USD and SGD)
Credit Card
INDIKATOR TRANSAKSI KEUANGAN
MENCURIGAKAN
1. Debitur (Korporasi) tidak memiliki
usaha yang sesuai dalam dokumen
pengajuan kredit.
2. Debitur telah menerima fasilitas kredit
yang serupa yang telah diberikan oleh
Pihak Bank lain.
3. Jaminan “Piutang Dagang” yang
diajukan oleh debitur kepada Bank,
jangka waktu pembayarannya
melebihi dari batas waktu
pembayaran yang sudah diterima
oleh debitur dari pihak pembeli.
4. Rekening pengguna jasa menerima
setoran/transfer masuk dengan
frekuensi tinggi dari pihak yang tidak
memiliki hubungan dengan pengguna
jasa.
5. Adanya transaksi dengan pihak yang
tidak memiliki hubungan usaha
dengan memberikan underlying
transaction “operasional kantor”.
STUDI KASUS 5
NL8 adalah Direktur Utama dari Lembaga
Kredit Finansial (LKF) XYZ yang bertujuan
untuk menghimpun dana masyarakat
tanpa izin usaha dari regulator kemudian
meminjamkan dana kepada masyarakat
dengan ketentuan bunga sebesar 10%.
Selama 5 tahun beroperasi LKF tersebut
berhasil menghimpun dana sebesar
Rp413 Miliar dari 16.155 nasabah. Namun
di lain hal, LKF XYZ ternyata tidak
memperoleh izin usaha dari pimpinan
8 67/Pid/2018/PT.KPG
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 21
Bank Indonesia.
Untuk setiap dana yang berhasil
terkumpul sejumlah sekitar Rp7 Miliar
hingga Rp10 Miliar di rekening LKF XYZ,
akan dipindahkan oleh NL ke rekening
pribadi yang selanjutnya ditransfer
kembali ke banyak rekening, diantaranya
rekening milik NL, istri NL, anak NL
maupun karyawan. Selain itu, NL juga
menggunakan uang tersebut untuk
membeli aset berupa tanah, bangunan,
pembayaran proyek, mobil dan 3 polis
asuransi senilai masing – masing Rp500
Juta. Atas perbuatan tersebut, NL telah
dipidana pencucian uang selama 4 tahun
penjara dan denda sebesar Rp1 Miliar.
TIPOLOGI
Category
Jenis Tindak Pidana Perbankan
Tindak Pidana berkaitan dengan
Perizininan
Profil
Wiraswasta
Pihak Pelapor
Perusahaan Pembiayaan
Polis Asuransi
Instrumen Transaksi
Cash
Transfer
Pemindahbukuan
Aset
Cash
Tanah
Kendaraan Bermotor
INDIKATOR TRANSAKSI KEUANGAN
MENCURIGAKAN
1. Pengguna jasa melakukan beberapa
kali pembukaan rekening baru
dengan saldo awal hasil
pemindahbukuan dari beberapa
rekening lainnya dengan nilai
signifikan.
2. Pengguna jasa melakukan
pembukaan dan menguasai rekening
atas nama pihak lain seperti istri,
anak dan karyawan.
3. Penyetoran transaksi keuangan tunai
dalam jumlah Rp500 Juta tanpa
Underlying Transaction.
COUNTRY EXPERIENCE
Pada tahun 2018, Pihak Otoritas Jasa
Keuangan melakukan pengungkapan kasus
tindak pidana perbankan yang telah
dilakukan oleh Komisaris Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) MAMS dengan nilai sebesar
Rp6,8 Miliar yang digunakan untuk
kepentingan pribadi.
Modus Operandi yang digunakan oleh
Komisaris Bank BPR MAMS tersebut adalah
dengan sengaja tidak melakukan
pencatatan dalam pembukuan atau dalam
laporan maupun dalam dokumen atau
laporan kegiatan usaha, laporan transaksi
atau rekening bank BPR MAMS tersebut.
Pada tahun 2019, Otoritas Jasa Keuangan
telah melakukan Penyidikan Perkara
Perbankan sejumlah 17 Perkara.
Pada tahun 2019, Otoritas Jasa Keuangan
mempertegas kebijakan konsolidasi
perbankan melalui skema penggabungan,
peleburan atau integrasi antarbank serta
pengambilalihan yang diikutidengan
pembentukan kelompok usaha bank.
Selama periode 2018-2019, Pihak Otoritas
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 22
Jasa Keuangan telah melakukan
pencabutan ijin usaha Bank kepada 11
entitas dikarenakan kelemahan
pengelolaan oleh manajemen BPR (Bank
Perkreditan Rakyat atau Bank Pembiayaan
Rakyat) yang tidak memperhatikan prinsip
kehati-hatian dan pemenuhan asas
perbankan yang sehat maupun tidak
memenuhi standar yang ditetapkan sesuai
ketentuan yang berlaku.
Pada tahun 2019, Pihak Kepolisian RI telah
menangani kasus perkara perbankan dan
pencucian uang yang melibatkan
pembobolan 7 bank milik negara, bank
asing dan bank swasta senilai Rp836 Miliar
melalui modus Kredit Modal Kerja (KMK).9
Pada tahun 2019, telah melakukan
penyitaan asset atas kasus kredit fiktif yang
melibatkan Direktur Utama Bank
Pembangunan Daerah sebesar Rp548
Miliar.10
INDIKATOR ATAU REDFLAG
TRANSAKSI KEUANGAN
MENCURIGAKAN INDIKASI
TINDAK PIDANA PERBANKAN
Indikator Transaksi Keuangan
Mencurigakan ini merupakan tambahan
dari kasus-kasus pencucian uang yang
telah divonis oleh pengadilan terkait tindak
pidana perbankan. Berikut ini uraian
indikator transaksi keuangan
mencurigakan lainnya yang berindikasi
tindak pidana pencucian uang hasil tindak
9https://www.beritasatu.com/nasional/418413/bareskrim-bekuk-pembobol-bank-rp-836-m diakses pada 22 Februari 2020. 10https://kabar24.bisnis.com/read/20190425/16/915383/kasus-kredit-fiktif-dua-pejabat-bank-bjb-syariah-jadi-tersangka- diakses pada 22 Februari 2020.
pidana perbankan berdasarkan laporan
transaksi keuangan mencurigakan dan
hasil laporan intelijen keuangan.
A. Transaksi yang menyimpang dari
profil, karakteristik atau kebiasaan
pola transaksi pengguna jasa yang
berangkutan.
1. Adanya instruksi transaksi keuangan
tidak wajar dalam berita transaksi
“Koreksi Hapus Buku”.
2. Adanya transaksi penggunaan hasil
fasilitas kredit modal kerja yang tidak
sesuai dengan tujuan atau
peruntukan seperti untuk kebutuhan
konsumtif serta penempatan
investasi.
3. Adanya transaksi hasil pemberian
fasilitas kredit kepada petugas bank
diduga berpotensi terjadinya conflic of
interest.
4. Para Pihak yang menerima hasil
pencairan fasilitas kredit modal kerja
termasuk dalam Daftar Hitam/Blacklist
terkait Pengadaan Barang atau Jasa.
5. Adanya penggunaan rekening
pengurus dan/atau karyawan bank
sebagai penampungan
penghimpunan dana masyarakat atau
operasional perusahaan agar tidak
tercatat dalam pembukuan.
6. Adanya permintaan petugas bank
kepada pengguna jasa untuk
menandatangani slip kosong yang
digunakan pemindahan dana
pengguna jasa.
7. Adanya transaksi pemindahbukuan
oleh pihak ketiga yang terafiliasi
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 23
dengan debitur kepada pengurus
dan/atau karyawan bank.
8. Pola transaksi bersifat pass-by pada
waktu transaksi yang berdekatan.
9. Adanya transaksi yang siginifikan
pada beberapa rekening yang baru
dibuka dan memiliki tujuan
penggunaan rekening yang beda-
beda.
10. Penggunaan rekening pihak lain yang
tidak sesuai profil untuk melakukan
penampungan dana dengan
keterangan berita atau instruksi
transaksi “sewa ATM”, “sewa lahan
ATM”, “PKS-ATM”.
11. Adanya pengalihan dana perusahaan
ke rekening pribadi pengurus
dan/atau karyawan melalui transaksi
koreksi rekening titipan angsuran
kredit dan rekening pinjaman kredit
pegawai eksternal.
12. Adanya transaksi penarikan tunai
sebagian besar dengan underlying
“dana operasional BPR” yang
dilakukan oleh pengurus dan/atau
karyawan bank.
13. Adanya penerimaan dana dari
nasabah bank (debitur) kepada
pengurus dan/atau karyawan bank
(kick-back) setelah mendapatkan
fasilitas pinjaman.
14. Adanya pencairan deposito
dipercepat.
15. Adanya setoran tunai dari pihak
karyawan atau pramubakti kepada
pengurus perusahaan bank.
16. Adanya transaksi yang melibatkan
banyak pihak (many to one) dan tidak
memiliki keterkaitan hubungan
dengan profesi pengguna jasa.
17. Adanya penggunaan pihak ketiga
(nominee) untuk menampung dana
dalam jumlah signifikan sekaligus
melakukan penarikan tunai.
18. Pola structuring melalui aktivitas
penarikan tunai berkali-kali pada hari
yang sama.
19. Adanya pencampuran dana (mingling)
yang bersumber dari rekening
perusahaan dengan rekening milik
pribadi pengurus.
20. Penyedia jasa mendapatkan informasi
dari sumber yang dapat dipercaya
(PPATK, Lembaga Pengawas dan
Pengatur, Aparat Penegak Hukum,
Media Massa atau Sumber Lainnya)
bahwa Pengguna Jasa diduga terlibat
dalam aktivitas kejahatan dan/atau
memiliki latar belakang tindak
kriminal.
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 24
TANTANGAN DAN STRATEGI MITIGASI RISIKO
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL
TINDAK PIDANA PERBANKAN
TANTANGAN PENANGANAN
PERKARA PENCUCIAN UANG HASIL
TINDAK PIDANA PERBANKAN
Dalam penanganan perkara pencucian
uang hasil tindak pidana perbankan
memiliki beberapa tantangan yang
dihadapi oleh Regulator maupun Aparat
Penegak Hukum, diantaranya:
a. Perolehan informasi data lebih sulit
jika terduga merupakan pegawai atau
pengurus aktif.
b. Penelusuran asset pelaku kejahatan
yang berada di lur negeri.
c. Kemauan Bank untuk mengungkap
kasus.
d. Perkembangan pelaku kejahatan
dalam memanfaatkan produk-produk
baru dan kompeks dari penyedia jasa
keuangan bank.
e. Pada tahap penyelidikan, penyelidik
tidak dapat meminta data harta
kekayaan pengguna jasa kepada
pihak bank.
f. Adanya penggunaan nominee yang
mempersulit penyidik untuk
menemukan Pemilik Manfaat
Sebenarnya (Beneficial Ownership).
g. Penyitaan asset terhadap asset yang
telah dipindahtangankan kepada
pihak ketiga.
h. Adanya beberapa kasus tindak
pidana kasus perbankan yang tidak
terbukti tindak pidana pencucian
uangnya.
STRATEGI MITIGASI RISIKO TINDAK
PIDANA PENCUCIAN UANG HASIL
TINDAK PIDANA PERBANKAN
A. Bidang Pencegahan
1. Melakukan sosialisasi mengenai buku
saku pahami dan hindari tindak
pidana perbankan serta upaya
pencegahan bagi sektor industri
perbankan terkait tindak pidana
perbankan.
2. Melakukan sosialisasi penanganan
dugaan tindak pidana perbankan
antara Otoritas Jasa Keuangan dan
Forum Anti Fraud.
3. Melakukan sosialisasi atas Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor
39/POJK.03/2019 tentang Penerapan
Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum.
4. Melakukan koordinasi dengan
stakeholders terkait mengenai
pencegahan terjadinya dugaan tindak
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 25
pidana perbankan maupun proses
penanganan perkara dugaan tindak
pidana perbankan.
5. Meningkatkan alokasi sumber daya
berbasis risiko pada satuan kerja
pengawas di lingkungan Otoritas Jasa
Keuangan.
6. Bagi pihak perbankan perlu adanya
pemantauan terhadap perubahan
kekayaan pada pihak management
Bank.
7. Bagi Pihak Perbankan perlu adanya
penguatan Sistem Anti Fraud dan
Sistem Pengendalian Internal.
8. Bagi Pihak Perbankan perlu
melaporkan transaksi keuangan
mencurigakan terkait tindak pidana
perbankan, baik yang terjadi di
internal atau di bank lain.
B. Bidang Pemberantasan
1. Optimalisasi Satuan Tugas
Penanganan Dugaan Tindakan
Melawan Hukum di Bidang
Penghimpunan Dana Masyarakat dan
Pengelolaan Investasi berdasarkan
Keputusan Dewan Komisioner
Otoritas Jasa Keuangan Nomor:
04/KDK.01/2019 yang melibatkan
multi stakeholders diantaranya
Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia,
Badan Koordinasi Penanaman Modal,
Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik
Indonesia, Kementerian Komunikasi
dan Informasi Republik Indonesia,
Kejaksaan RI, Kepolisian Negara
Republik Indonesia dan PPATK.
2. Optimalisasi Departemen Penyidikan
Sektor Jasa Keuangan (DPJK) dan
Departemen Pemeriksaan Khusus
dan Investigasi Perbankan (DKIP)
Otoritas Jasa Keuangan.
3. Meningkatkan alokasi sumber daya
berbasis risiko tindak perbankan pada
Penyidik Polri.
4. Peningkatan peran serta PPATK
dalam asset tracing dan asset
recovery dalam kasus pencucian
uang hasil tindak pidana perbankan.
C. Bidang Kerjasama
1. Meningkatkan koordinasi dengan
pihak Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk melakukan
penindakan dan penanganan perkara
pencucian uang hasil tindak pidana
perbankan.
2. Melakukan joint training bersama
pihak penyidik dari Otoritas Jasa
Keuangan, Kepolisian dan Analis
PPATK serta Pihak Industri
Perbankan terkait penanganan kasus
perkara pencucian uang hasil tindak
pidana perbankan dan indikator
transaksi keuangan mencurigakan
terkait tindak pidana perbankan.
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 26
LAMPIRAN 1
METODOLOGI PENELITIAN
Risk Factors dalam Penilaian Risiko Sektoral Tindak Pidana Pencucian Uang
Hasil Tindak Pidana Perbankan
ANCAMAN
Ancaman Riil
•Jumlah LTKM dengan Indikasi TP Perbankan
•Jumlah Hasil Intelijen Keuangan PPATK pada Jenis Pidana TP Perbankan
•Jumlah Penyidikan TPA TP Perbankan (Polri & OJK)
•Jumlah Penyidikan TPPU TP Perbankan
•Jumlah Putusan TPA dan TPPU Terkait TP perbankan
Ancaman Potensial
•Self Assessment PPATK, POLRI & OJK, Penuntut, Hakim
KERENTANAN
•Tingkat Kesulitan dalam Analisis Transaksi Keuangan Terkait TP Perbankan
•Tingkat Kesulitan dalam Penyidikan TPA TP Perbankan
•Tingkat Kesulitan dalam Penyidikan TPPU Terkait TP Perbankan
•Tingkat Kesulitan dalam Penuntutan TPPU Terkait TP Perbankan
•Tingkat Kesulitan dalam Pemeriksaan Perkara TPPU Terkait TP Perbankan di Persidangan
DAMPAK
Dampak Riil
•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan LTKM Terindikasi TP Perbankan
•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan HA
•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan HP
•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan Penyidikan TPA (POLRI & OJK)
•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan Penyidikan TPPU (POLRI)
•Nilai Rata-Rata Indikasi TPPU berdasarkan Putusan TPPU TP Perbankan
Dampak Potensial
•Self Assessment PPATK, POLRI & OJK, Penuntut, Hakim
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 27
LAMPIRAN 2
MATRIKS PENILAIAN RISIKO SEKTORAL TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN
POC Category Threat Vulnerability Likelihood Consequence Risk
Score
Level
Risk
Risk
Category
DELIK PIDANA 01_TP_BANK-PERIZINAN 4,53 5,00 9,53 7,00 66,73157
128
5,49 Menengah
DELIK PIDANA 02_TP_BANK-RAHASIA BANK 4,65 4,00 8,65 3,06 26,44500
211
3,00 Rendah
DELIK PIDANA 03_TP_BANK-PENGAWASAN
DAN PEMBINAAN BANK
5,32 3,00 8,32 6,65 55,29076
753
4,78 Rendah
DELIK PIDANA 04_TP_BANK-USAHA BANK 6,73 7,00 13,73 9,00 123,6028
419
9,00 Tinggi
PELAKU 01_PERORANGAN-Peg. Swasta 5,54 5,57 11,12 6,67 74,11271
375
5,75 Menengah
PELAKU 02_PERORANGAN-Pengusaha 6,09 5,57 11,66 8,85 103,2387
757
7,23 Tinggi
PELAKU 03_PERORANGAN-PNS 4,48 5,99 10,47 4,28 44,82879
11
4,25 Rendah
PELAKU 04_PERORANGAN-Pedagang 4,53 4,57 9,09 4,41 40,13138
468
4,01 Rendah
PELAKU 05_PERORANGAN-IRT 3,96 3,55 7,51 3,57 26,83781
29
3,33 Rendah
PELAKU 06_PERORANGAN-Pelajar 3,94 3,55 7,49 3,42 25,62363
986
3,27 Rendah
PELAKU 07_PERORANGAN-PEPs 4,86 5,45 10,31 4,22 43,54022
778
4,18 Rendah
PELAKU 08_PERORANGAN-Peg.
BI/BUMN/D
6,06 7,35 13,41 6,83 91,54235
514
6,64 Menengah
PELAKU 09_PERORANGAN-Profesional 5,85 8,06 13,91 6,20 86,22261
606
6,37 Menengah
PELAKU 10_PERORANGAN-TNI/Polri 4,22 6,45 10,68 3,42 36,50057
97
3,82 Rendah
PELAKU 11_PERORANGAN-Pengajar 3,89 3,55 7,45 3,33 24,82359
967
3,23 Rendah
PELAKU 12_PERORANGAN-Petani/Nelayan 3,97 3,00 6,97 3,00 20,90107
618
3,03 Rendah
PELAKU 13_PERORANGAN-Peg. Bank 6,31 9,00 15,31 9,00 137,7916
018
9,00 Tinggi
PELAKU 14_PERORANGAN-Buruh 3,79 3,00 6,79 3,00 20,36552
368
3,00 Rendah
PELAKU 15_PERORANGAN-Pengurus
Parpol
4,48 7,41 11,88 5,36 63,68754
707
5,21 Menengah
PELAKU 16_PERORANGAN-Pengurus
Yayasan
4,52 6,08 10,59 4,66 49,41543
741
4,48 Rendah
PELAKU 17_PERORANGAN-Pemuka Agama 3,56 3,35 6,91 3,39 23,43255
609
3,16 Rendah
PELAKU 18_PERORANGAN-Pengurus LSM 4,13 4,45 8,58 4,62 39,61247
956
3,98 Rendah
PELAKU 19_PERORANGAN-Pengrajin 3,58 3,86 7,44 3,11 23,15569
696
3,14 Rendah
PELAKU 20_PERORANGAN-Peg. PVA 4,02 6,57 10,59 4,97 52,59335
983
4,65 Rendah
PELAKU 21_PERORANGAN-Lain-Lain 4,34 5,22 9,56 3,85 36,83085
158
3,84 Rendah
PELAKU 22_NONPERORANGAN-PT 6,27 7,43 13,71 7,13 97,66050
161
6,95 Menengah
PELAKU 23_NONPERORANGAN-Koperasi 5,32 7,29 12,61 6,93 87,43594
962
6,43 Menengah
PELAKU 24_NONPERORANGAN-CV 5,31 6,24 11,55 5,30 61,16063
643
5,08 Menengah
PELAKU 25_NONPERORANGAN-PD/UD 4,30 6,08 10,37 4,22 43,82041
711
4,20 Rendah
PELAKU 26_NONPERORANGAN-Firma 4,20 6,57 10,77 4,59 49,47013
704
4,49 Rendah
PELAKU 27_NONPERORANGAN-Yayasan 4,55 6,84 11,38 4,43 50,45072
397
4,54 Rendah
PELAKU 28_NONPERORANGAN-
Perkumpulan
4,28 5,90 10,18 4,22 42,97846
742
4,16 Rendah
PELAKU 29_NONPERORANGAN-Ormas
Tidak Berbadan Hukum
4,26 6,84 11,10 3,74 41,47208
695
4,08 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
01_BALI 6,43 5,05 11,48 6,04 69,29679
443
5,30 Menengah
Sectoral Risk Assessment on Banking Crimes 28
POC Category Threat Vulnerability Likelihood Consequence Risk
Score
Level
Risk
Risk
Category
WILAYAH
KEJADIAN
02_BANGKA BELITUNG 4,08 3,00 7,08 3,00 21,22714
286
3,00 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
03_BANTEN 5,56 3,68 9,24 5,16 47,66569
48
4,27 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
04_BENGKULU 4,18 5,48 9,66 3,31 31,93899
968
3,51 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
05_D.I. YOGYAKARTA 4,17 4,02 8,19 3,44 28,18107
314
3,33 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
06_DKI JAKARTA 7,28 9,00 16,28 9,00 146,5535
617
9,00 Tinggi
WILAYAH
KEJADIAN
07_GORONTALO 3,95 4,15 8,10 3,00 24,30744
079
3,15 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
08_JAMBI 4,41 5,05 9,47 4,19 39,70111
448
3,88 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
09_JAWA BARAT 6,18 8,00 14,18 7,74 109,8103
5
7,24 Tinggi
WILAYAH
KEJADIAN
10_JAWA TENGAH 6,55 6,86 13,40 7,25 97,20650
57
6,64 Menengah
WILAYAH
KEJADIAN
11_JAWA TIMUR 6,57 6,27 12,84 7,03 90,23339
729
6,30 Menengah
WILAYAH
KEJADIAN
12_KALIMANTAN BARAT 4,95 4,15 9,10 3,60 32,73590
157
3,55 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
13_KALIMANTAN SELATAN 4,66 4,15 8,81 4,19 36,94092
105
3,75 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
14_KALIMANTAN TENGAH 4,86 4,15 9,02 5,39 48,57219
989
4,31 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
15_KALIMANTAN TIMUR 4,98 4,48 9,46 6,04 57,09444
273
4,72 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
16_KALIMANTAN UTARA 4,34 5,05 9,39 3,60 33,78100
42
3,60 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
17_KEPULAUAN RIAU 5,20 4,48 9,68 4,48 43,36176
387
4,06 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
18_LAMPUNG 5,33 4,48 9,81 4,19 41,13736
406
3,95 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
19_MALUKU 4,70 5,05 9,75 3,60 35,06466
571
3,66 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
20_MALUKU UTARA 4,34 5,05 9,39 3,60 33,78100
42
3,60 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
21_NANGGROE ACEH
DARUSSALAM
3,74 5,05 8,80 3,00 26,39334
762
3,25 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
22_NUSA TENGGARA BARAT 4,58 4,15 8,73 3,49 30,45794
743
3,44 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
23_NUSA TENGGARA TIMUR 4,51 5,95 10,46 4,79 50,12700
599
4,38 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
24_PAPUA 5,31 6,06 11,38 5,52 62,76800
546
4,99 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
25_PAPUA BARAT 4,99 5,95 10,95 4,79 52,44210
387
4,49 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
26_RIAU 4,82 5,05 9,87 4,19 41,38999
736
3,97 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
27_SULAWESI BARAT 4,34 5,05 9,39 3,60 33,78100
42
3,60 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
28_SULAWESI SELATAN 5,83 7,56 13,39 5,43 72,69367
125
5,46 Menengah
WILAYAH
KEJADIAN
29_SULAWESI TENGAH 4,03 5,05 9,08 3,60 32,66675
995
3,55 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
30_SULAWESI TENGGARA 4,07 5,05 9,13 3,00 27,37988
608
3,29 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
31_SULAWESI UTARA 3,95 3,68 7,64 3,44 26,27820
084
3,24 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
32_SUMATERA BARAT 4,08 4,15 8,24 3,60 29,62147
338
3,40 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
33_SUMATERA SELATAN 4,89 4,15 9,04 4,48 40,51052
494
3,92 Rendah
WILAYAH
KEJADIAN
34_SUMATERA UTARA 5,05 4,90 9,95 4,79 47,66226
381
4,27 Rendah
Badan Reserse dan Kriminal - POLRI Jl. Trunojoyo No.3, RT.2/RW.1, Selong, Kec. Kby. Baru,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12110
Telepon: (021) 7220802
website : https://www.polri.go.id/