13untb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/3.dampak-sosialisa...2019/11/03  · ipa 16,7%,siswi kelas...

4
ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|13 http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019 DAMPAK SOSIALISASI TABLET TAMBAH DARAH (TTD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI KABUPATEN KARANGASEM, PROVINSI BALI Oleh: Ida Ayu Eka Padmiari, Pande Putu Sri Sugiani, Ni Nengah Ariati Dosen pada Poltekkes Kemenkes Denpasar Abstrak: Anemia gizi terutama disebabkan oleh kekurangan zat besi adalah kelainan nutrisi yang paling umum terjadi di negara berkembang dan epidemi. Situasi ini membawa dampak keseluruhan terbesar dalam hal masalah kesehatan. Anemia defisiensi besi sangat rentan terhadap remaja putri karena meningkatnya kebutuhan zat besi selama pertumbuhan. Selain itu, kehilangan darah saat menstruasi juga meningkatkan risiko anemia. Pada wanita usia subur, anemia gizi dikaitkan dengan fungsi reproduksi yang buruk, tingginya angka kematian ibu (10-20% dari total kematian), peningkatan kejadian BBLR (berat bayi <2,5 kg saat lahir), dan gizi buruk intrauterine. Tujuan Umum Mengetahui Dampak Tablet Tambah Darah (TTD) Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Terjadinya Anemia Pada Remaja Putri di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan disain cross sectional. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Populasi penelitian adalah siswa SMA dan SMK di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria berjumlah 84 siswi. Data diperoleh sejak persiapan dan pelaksanaan diolah dengan program perangkat lunak komputer dengan analisis statistik univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan Tingkat pengetahuan siswi tentang TTD dan anemia sudah sangat baik dimana 25 siswi (29,8%) mempunyai pengetahuan baik, 52 siswi (61,9%) dengan tingkat pengetahuan cukup dan hanya 7 orang (8,3%) dengan tingkat pengetahuan kurang. Siswi yang mengalami anemia sebesar 22,6% sedangkan 77,4% tidak anemia dari 84 siswi dan dampak sosialiasasi TTD yang diberikan adalah terjadi penurunan prevalensi dibandingkan data nasional yang awalnya 26,7% menjadi 22,6%. Kata kunci: Dampak Sosialisasi, Anemia, Tingkat Pengetahuan, Siswi PENDAHULUAN Anemia gizi terutama yang disebabkan oleh defisiensi zat besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemui di negara berkembang dan bersifat epidemik. Anemia gizi umumnya terjadi pada perempuan dalam usia reproduktif dan anak- anak. Keadaan ini membawa efek keseluruhan terbesar dalam hal gangguan kesehatan. Anemia defisiensi besi rentan terjadi pada remaja puteri karena meningkatnya kebutuhan zat besi selama masa pertumbuhan. Ditambah lagi, kehilangan darah pada masa menstruasi juga meningkatkan risiko anemia. Pada perempuan usia subur, anemia gizi berkaitan dengan fungsi reproduktif yang buruk, proporsi kematian maternal yang tinggi (10- 20% dari total kematian), meningkatnya insiden BBLR (berat bayi <2,5 kg pada saat lahir), dan malnutrisi intrauteri. Faktor utama penyebab anemia adalah asupan zat besi yang kurang. Sekitar dua per tiga zat besi dalam tubuh terdapat dalam sel darah merah hemoglobin. Menurut data dari Pulitbang Gizi Bogor, 2007 asupan zat gizi besi dari makanan baru terpenuhi 40 % dari kecukupan. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anemia antara lain gaya hidup seperti merokok, minum minuman keras, kebiasaan sarapan pagi, sosial ekonomi dan demografi, pendidikan, jenis kelamin, umur dan wilayah. Wilayah perkotaan atau pedesaan berpengaruh melalui mekanisme yang berhubungan dengan ketersediaan sarana fasilitas kesehatan maupun ketersediaan makanan yang pada gilirannya berpengaruh pada pelayanan kesehatan dan asupan zat besi. Dalam rangka penanggulangan anemia pada remaja putri di Indonesia maka mulai tahun 2016 pemerintah memberikan tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri diseluruh Indonesia. Kebijakan tertuang dalam Surat Edaran Kementerian Kesehatan RI No. GK.01.02/V.3/0042/2016 tentang Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri. Pada bulan April dan Mei 2016 telah dilaksanakan sosialisasi TTD ke seluruh Bali pada remaja SMP dan SMA. Mulai bulan Agustus 2016 sudah dilaksanakan pemberian TTD pada remaja usia 12 18 tahun sebanyak 13 tablet setiap bulan. Tujuan penelitian adalah Mengetahui Dampak Sosialisasi Tablet Tambah Darah (TTD) Terhadap Tingkat

Upload: others

Post on 02-Aug-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 13untb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/3.DAMPAK-SOSIALISA...2019/11/03  · IPA 16,7%,siswi kelas XII IPS 7,1% dan kelas XII IPB sebesar 19%. Untuk lebih jelas gambar dapat dilihat

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|13

http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019

DAMPAK SOSIALISASI TABLET TAMBAH DARAH (TTD) TERHADAP TINGKATPENGETAHUAN DAN KEJADIAN ANEMIA

PADA SISWI DI KABUPATEN KARANGASEM, PROVINSI BALI

Oleh:

Ida Ayu Eka Padmiari, Pande Putu Sri Sugiani, Ni Nengah AriatiDosen pada Poltekkes Kemenkes Denpasar

Abstrak: Anemia gizi terutama disebabkan oleh kekurangan zat besi adalah kelainan nutrisi yang palingumum terjadi di negara berkembang dan epidemi. Situasi ini membawa dampak keseluruhan terbesardalam hal masalah kesehatan. Anemia defisiensi besi sangat rentan terhadap remaja putri karenameningkatnya kebutuhan zat besi selama pertumbuhan. Selain itu, kehilangan darah saat menstruasi jugameningkatkan risiko anemia. Pada wanita usia subur, anemia gizi dikaitkan dengan fungsi reproduksi yangburuk, tingginya angka kematian ibu (10-20% dari total kematian), peningkatan kejadian BBLR (beratbayi <2,5 kg saat lahir), dan gizi buruk intrauterine. Tujuan Umum Mengetahui Dampak Tablet TambahDarah (TTD) Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Terjadinya Anemia Pada Remaja Putri di KabupatenKarangasem, Provinsi Bali. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan disain crosssectional. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Populasi penelitian adalah siswaSMA dan SMK di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Sampel adalah bagian dari populasi yangmemenuhi kriteria berjumlah 84 siswi. Data diperoleh sejak persiapan dan pelaksanaan diolah denganprogram perangkat lunak komputer dengan analisis statistik univariat dan bivariat. Hasil penelitianmenunjukkan Tingkat pengetahuan siswi tentang TTD dan anemia sudah sangat baik dimana 25 siswi(29,8%) mempunyai pengetahuan baik, 52 siswi (61,9%) dengan tingkat pengetahuan cukup dan hanya 7orang (8,3%) dengan tingkat pengetahuan kurang. Siswi yang mengalami anemia sebesar 22,6%sedangkan 77,4% tidak anemia dari 84 siswi dan dampak sosialiasasi TTD yang diberikan adalah terjadipenurunan prevalensi dibandingkan data nasional yang awalnya 26,7% menjadi 22,6%.

Kata kunci: Dampak Sosialisasi, Anemia, Tingkat Pengetahuan, Siswi

PENDAHULUAN

Anemia gizi terutama yang disebabkan olehdefisiensi zat besi merupakan kelainan gizi yangpaling sering ditemui di negara berkembang danbersifat epidemik. Anemia gizi umumnya terjadipada perempuan dalam usia reproduktif dan anak-anak. Keadaan ini membawa efek keseluruhanterbesar dalam hal gangguan kesehatan. Anemiadefisiensi besi rentan terjadi pada remaja puterikarena meningkatnya kebutuhan zat besi selamamasa pertumbuhan. Ditambah lagi, kehilangandarah pada masa menstruasi juga meningkatkanrisiko anemia. Pada perempuan usia subur, anemiagizi berkaitan dengan fungsi reproduktif yangburuk, proporsi kematian maternal yang tinggi (10-20% dari total kematian), meningkatnya insidenBBLR (berat bayi <2,5 kg pada saat lahir), danmalnutrisi intrauteri.

Faktor utama penyebab anemia adalah asupanzat besi yang kurang. Sekitar dua per tiga zat besidalam tubuh terdapat dalam sel darah merahhemoglobin. Menurut data dari Pulitbang GiziBogor, 2007 asupan zat gizi besi dari makananbaru terpenuhi 40 % dari kecukupan. Faktor lainyang berpengaruh terhadap kejadian anemia antara

lain gaya hidup seperti merokok, minum minumankeras, kebiasaan sarapan pagi, sosial ekonomi dandemografi, pendidikan, jenis kelamin, umur danwilayah. Wilayah perkotaan atau pedesaanberpengaruh melalui mekanisme yang berhubungandengan ketersediaan sarana fasilitas kesehatanmaupun ketersediaan makanan yang padagilirannya berpengaruh pada pelayanan kesehatandan asupan zat besi.

Dalam rangka penanggulangan anemia padaremaja putri di Indonesia maka mulai tahun 2016pemerintah memberikan tablet tambah darah(TTD) pada remaja putri diseluruh Indonesia.Kebijakan tertuang dalam Surat EdaranKementerian Kesehatan RI No.GK.01.02/V.3/0042/2016 tentang PemberianTablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri.Pada bulan April dan Mei 2016 telah dilaksanakansosialisasi TTD ke seluruh Bali pada remaja SMPdan SMA. Mulai bulan Agustus 2016 sudahdilaksanakan pemberian TTD pada remaja usia 12– 18 tahun sebanyak 13 tablet setiap bulan. Tujuanpenelitian adalah Mengetahui Dampak SosialisasiTablet Tambah Darah (TTD) Terhadap Tingkat

Page 2: 13untb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/3.DAMPAK-SOSIALISA...2019/11/03  · IPA 16,7%,siswi kelas XII IPS 7,1% dan kelas XII IPB sebesar 19%. Untuk lebih jelas gambar dapat dilihat

14|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 5, No. 3, September 2019 http://www.untb.ac.id/September-2019/

Pengetahuan Dan Kejadian Anemia Pada Siswi DiKabupaten Karangasem, Provinsi Bali

METODE

Penelitian ini merupakan penelitianobservasional analitik dengan disain crosssectional. Penelitian dilaksanakan di KabupatenKarangasem, Provinsi Bali pada bulan Juni sampaidengan Oktober 2017. Populasi penelitian adalahSiswa SMA dan SMK di Kabupaten Karangasem,Provinsi Bali. Sampel berjumlah 84 orang.Pemilihan sampel didasarkan atas simple randomsampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel dalam penelitian terpilih siswi SMAN1 Sidemen sebanyak 42 siswi dan SMKN 1Manggis, Kabupaten Karangasem sebanyak 42siswi sehingga total sampel berjumlah 84 siswi.Berdasarkan umur sebagian besar siswi berumur17 tahun (47,6%), berumur 16 tahun sebesar35,7%, umur 18 tahun (13,1%), umur 19 tahun (2,4%) dan umur 15 tahun (1,2%). Untuk lebih jelasdapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Sebaran Umur Sampel

Siswi yang terpilih menjadi sampel sebagianbesar merupakan kelas X yaitu 57,1% , kelas XIIIPA 16,7%,siswi kelas XII IPS 7,1% dan kelas XIIIPB sebesar 19%. Untuk lebih jelas gambar dapatdilihat pada gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Sebaran Kelas SampelPemeriksaan kadar Hb dilakukan untuk

mengetahui status anemia dari sampel. Rata-rata

kadar Hb sampel adalah 12,8 gr/dl sedangkan nilaiterendah adalah 9,9 gr/dl sedangkan tertinggi 14,9gr/dl. Ditemukan sampel yang mengalami anemiasebesar 22, 6% dengan kadar Hb dibawah 12 gr/dlsedangkan 77,4% tidak anemia dengan kadar Hbdiatas 12 gr/dl. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3dibawah ini.

Gambar 3. Sebaran Kadar Hb sampel

Penilaian pengetahuan sampel dilaksanakandengan memberi pertanyaan sesuai kuesioner yangdibagikan. Rata-rata nilai pengetahuan sampeladalah 74,3 sedangkan nilai terendah adalah 30sedangkan tertinggi 100. Pengetahuan sampel yangtinggi sebanyak 29,8%, nilai cukup sebesar 61,9%dan nilai kurang sebesar 8,3%. Agar lebih jelasdapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Sebaran Tingkat Pengetahuan Sampel

Kejadian anemia berdasarkan umurmengungkapkan bahwa siswi yang anemiaterbanyak pada umur 17 tahun yaitu sebesar 11orang siswi dan umur 16 tahun sebanyak 6 siswidan umur 18 tahun sebanyak 2 orang siswi. Untuklebih jelas dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5. Sebaran kejadian Anemia berdasarkanumur

Bila dilihat kejadian anemia berdasarkantingkat pengetahuan maka ditemukan kejadian

48

146

16

57.1%

16.7%7.1%

19%

0

20

40

60

Jumlah

Percent

77,4%

22,6%

020406080

100

1 2

7

52

25

8.3%

61.9%

29.8%

0 20 40 60 80

224 29

9 10 6 11 2 0010203040

15 16 17 18 19

umur

Normal

Anemia

2, 4%

35,7%

47,6%

13,1%1, 2%

0, 0%Umur

15

16

17

18

19

Page 3: 13untb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/3.DAMPAK-SOSIALISA...2019/11/03  · IPA 16,7%,siswi kelas XII IPS 7,1% dan kelas XII IPB sebesar 19%. Untuk lebih jelas gambar dapat dilihat

ISSNNo.2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram|15

http://www.untb.ac.id/September-2019/ Volume 5, No. 3, September 2019

anemia pada siswi berdasarkan tingkatpengetahuan mengungkapkan bahwa kejadiananemia terbanyak pada siswi yang tingkatpengetahuannya cukup yaitu sebanyak 14 orangsiswi setelah itu kejadian anemia terbanyak padasiswi yang pengetahuannya baik sebanyak 5 orangdan pada siswi yang pengetahuannya kurang, tidakterjadi anemia. Untuk lebih jelas dapat dilihat padagambar 6 dibawah ini

Gambar 6 . Sebaran Kejadian Anemia berdasarkanTingkat Pengetahuan

Bila dilihat kejadian anemia berdasarkanLokasi maka ditemukan kejadian anemia padasiswi berdasarkan lokasi mengungkapkan bahwasiswi yang anemia lebih banyak di Sidemensebanyak 10 siswi sedangkan di Manggisditemukan siswi yang Anemia sebanyak 9 orang.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 7dibawah ini

Gambar 7. Sebaran Kejadian Anemia berdasarkanLokasi

PEMBAHASAN

Pemeriksaan kadar Hb dilakukan untukmengetahui status anemia dari sampel. Rata-ratakadar Hb sampel adalah 12,8 gr/dl sedangkan nilaiterendah adalah 9,9 gr/dl sedangkan tertinggi 14,9gr/dl. Ditemukan sampel yang mengalami anemiasebesar 22,6% dengan kadar Hb dibawah 12 gr/dlsedangkan 77,4% tidak anemia dengan kadar Hbdiatas 12 gr/dl.Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa kejadian anemia di Karangasem masih lebihrendah dibandingkan hasil penelitian dari DeaIndartanti dan Apoina Kartini dari Program StudiIlmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro pada tahun 2013. Hasil penelitiandiperoleh sebanyak 26,7% remaja putri diSemarang mengalami anemia.

Penilaian pengetahuan sampel dilaksanakandengan memberi pertanyaan sesuai kuesioner yangdibagikan. Rata-rata nilai pengetahuan sampeladalah 74,3 sedangkan nilai terendah adalah 30sedangkan tertinggi 100. Sosialisasi yang diberikanoleh Peneliti dibantu petugas puskesmasberdampak sangat besar pada tingkat pengethuansisiwi tentang TTD dan anemia. Hanya 5 siswiyang mempunyai nilai kurang dan 25 siswimempunyai nilai baik. Berdasarkan hasil ujianalisis statistic chi square ditemukan p < 0,05diperoleh ada hubungan yang signifikan kelassiswi terhadap tingkat pengetahuan. Pengetahuanmerupakan salah satu factor yang berhubungandengan kejadian anemia. Hasil penelitian inimengungkapkan hasil yang sama denganpenelitian dari Martini (2013) yang menemukanhasil uji statistik menggunakan chi-squaremenunjukkan factor-faktor yang berhubungandengan anemia adalah status gizi p=0,009),pengetahuan (p=0,048), pendidikan ibu (p=0,036).Bila dilihat kejadian anemia berdasarkan tingkatpengetahuan maka ditemukan kejadian anemiapada siswi berdasarkan tingkat pengetahuanmengungkapkan bahwa kejadian anemia terbanyakpada siswi yang tingkat pengetahuannya cukupyaitu sebanyak 14 orang siswi setelah itu kejadiananemia terbanyak pada siswi yang pengetahuannyabaik sebanyak 5 orang dan pada siswi yangpengetahuannya kurang, tidak terjadi anemia.Berdasarkan hasil uji analisis statistic chi squareditemukan p > 0,05 diperoleh tidak ada hubunganyang signifikan tingkat pengetahuan siswi tentangTTD dan anemia terhadap kejadian anemia. Hal inidisebabkan kejadian anemia tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tetapi lebihbanyak di pengaruhi oleh perilaku mengkonsumsiTablet Tambah Darah (TTD) yang sudah dibagikanoleh Puskesmas. Dari data yang diperoleh 20%siswi yang diberikan TTD tidak mematuhimeminumnya. Hasil penelitian ini lebih baiktingkat pengetahuan siswa dibandingkan denganpenelitian dari Lindung Purbadewi(2013) yangmenilai tingkat pengetahuan ibu hamil tentanganemia. Hasil penelitian menunjukkan bahwatingkat pengetahuan tentang anemia padaresponden, 21 orang (50%) termasuk kategori baikdan 21 orang (50%) lainnya termasuk kategorikurang.

Bila dilihat kejadian anemia berdasarkan kelasmaka ditemukan kejadian anemia pada siswiberdasarkan kelas mengungkapkan bahwa siswiyang anemia terbanyak pada kelas X yaitusebanyak 10 orang siswi dan kelas XI IPAsebanyak 5 siswi, kelas XI IPS sebanyak 2 orang

7

38

20

0

14

5

0 20 40

Kurang

Cukup

Baik

Anemia

Tidak Anemia

33

9

32

10

0

10

20

30

40

Normal Anemia

Lokasi manggis

Lokasi sidemen

Page 4: 13untb.ac.id/wp-content/uploads/2019/11/3.DAMPAK-SOSIALISA...2019/11/03  · IPA 16,7%,siswi kelas XII IPS 7,1% dan kelas XII IPB sebesar 19%. Untuk lebih jelas gambar dapat dilihat

16|Jurnal Sangkareang Mataram ISSNNo.2355-929

Volume 5, No. 3, September 2019 http://www.untb.ac.id/September-2019/

siswi dan kelas XI IPB sebanyak 2 orang siswi.Berdasarkan hasil uji analisis statistic chi squareditemukan p > 0,05 diperoleh tidak ada hubunganyang signifikan kelas siswi terhadap kejadiananemia

Kejadian anemia berdasarkan umurmengungkapkan bahwa siswi yang anemiaterbanyak pada umur 17 tahun yaitu sebesar 11orang siswi dan umur 16 tahun sebanyak 6 siswidan umur 18 tahun sebanyak 2 orang siswi.Berdasarkan hasil uji analisis statistic chi squareditemukan p > 0,05 diperoleh tidak ada hubunganyang signifikan umur siswi terhadap kejadiananemia.

Bila dilihat kejadian anemia berdasarkanlokasi maka ditemukan kejadian anemia pada siswiberdasarkan lokasi mengungkapkan bahwa siswiyang anemia lebih banyak di Sidemen sebanyak 10siswi sedangkan di Manggis ditemukan siswi yangAnemia sebanyak 9 orang. Setelah dianalisis secarastatistic ditemukan hasil p> 0,05 yang berarti tidakada perbedaan kejadian anemia berdasarkan lokasi.

PENUTUP

1. Tingkat pengetahuan siswi tentang TTD dananemia sudah sangat baik dimana 25 siswi(29,8%) mempunyai pengetahuan baik, 52siswi (61,9%) dengan tingkat pengetahuancukup dan hanya 7 orang (8,3%) dengantingkat pengetahuan kurang

2. Siswi yang mengalami anemia sebesar 22,6%sedangkan 77,4% tidak anemia dari 84 siswi

3. Dampak sosialiasasi TTD yang diberikanadalah terjadi penurunan prevalensidibandingkan data nasional yang awalnya26,7% menjadi 22,6%.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier ,S, 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

Baliwati, Y. F. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi,Cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Dea Indartanti, Apoina Kartini., Journal ofNutrition College, Volume 3, Nomor 2,Tahun 2014, Halaman 33-39 Online di :http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc. Hubungan

Status Gizi Dengan Kejadian AnemiaPada Remaja Putri Hubungan TingkatPengetahuan Tentang Anemia DenganKejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Supariasa, IDewa Nyoman. Penilaian Status Gizi.Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2002.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).Jakarta: Kementrian Kesehatan RepublikIndonesia.

Lindung Purbadewi1, Yuliana Noor SetiawatiUlvie2 ., Jurnal Gizi UniversitasMuhammadiyah Semarang April 2013,Volume 2, Nomor 1 Hubungan TingkatPengetahuan Tentang Anemia DenganKejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Martini.,Jurnal Kesehatan Metro Sai WawaiVolume VIII No. 1 Edisi Juni 2015 ISSN:19779-469X , Faktor–faktor yangBerhubungan dengan Kejadian Anemiapada Remaja Putri di MAN 1 Metro.

Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi.Bandung : Alfabeta

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi PenelitianKesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya.Jakarta: Direktorat Jenderal PendidikanTinggi, Departemen PendidikanNasional.

Surat Edaran Kemenkes RI .No.HK.03.03/V/0595/2016 tentangPemberian Tablet Tambah darah padaSiswi

WHO, 2011. World Health Statistics . WorldHealth Organization

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG).2012. Jakarta : Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia (LIPI)