· 2018-09-04 · publikasi ini beserta publikasi bank indonesia yang lain dapat diakses secara...
TRANSCRIPT
Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:
www.bi.go.id/web/id/Publikasi/
Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA
Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi
Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans
Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari
No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
-----
Keterangan Cover:
Masjid Terapung Teluk Kendari “Al – Alam”
Fotografer: Azhari Anggriawan
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA i
Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat dan ridha-
Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara Agustus
diterbitkan. Buku ini disusun setiap triwulan dan merupakan asesmen
terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan
pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses
keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang,
ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek
perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini di samping bertujuan untuk memberikan
masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial
maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para
stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholder di wilayah
kerjanya.
Dalam penyusunan laporan ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga
bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan dinas-
dinas terkait, BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi
Tenggara, berbagai perusahaan, perbankan, asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal
tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak
yang membantu penyusunan buku ini.
Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami
perekonomian Sulawesi Tenggara. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan
untuk menghasilkan kajian yang lebih baik ke depan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan ridha-Nya dan menerangi setiap langkah kita.
Kendari, 24 Agustus 2018
Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Sulawesi Tenggara
Minot Purwahono
KATA PENGANTAR
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 ii
VISI BANK INDONESIA Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian
Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets.
MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan
moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan
makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial
Otoritas Jasa Keuangan.
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan
sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta
mitra strategis lain.
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan
fiskal dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.
5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi,
termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga
di tingkat daerah.
7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan
sistem informasi Bank Indonesia.
NILAI-NILAI STRATEGIS
Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai
untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:
Trust and Integity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and
Teamwork yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).
VISI MISI BANK INDONESIA
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Visi Misi Bank Indonesia ii
Daftar Isi iii
Daftar Grafik v
Daftar Tabel viii
Tabel Indikator Terpilih ix
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 5
1.1. KONDISI UMUM 6
1.2. SISI PERMINTAAN 7
1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga 8
1.2.2. Konsumsi Pemerintah 9
1.2.3. Investasi 10
1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri 11
1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA UTAMA 14
1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 14
1.3.2. Pertambangan dan Penggalian 15
1.3.3. Industri Pengolahan 17
1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran 17
1.3.5. Konstruksi 19
1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 19
BOKS 1 Kesiapan Wakatobi Sebagai Destinasi Wisata Dunia 20
BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 25
2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD PERUBAHAN PROVINSI TAHUN 2017 26
2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 27
2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan 27
2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja 28
2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBN 29
2.3.1. Realisasi APBN Provinsi 29
2.3.2. Realisasi APBN Kabupaten/Kota 30
BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 33
3.1. KONDISI UMUM INFLASI 34
3.2. PERKEMBANGAN INFLASI BULANAN (MONTH TO MONTH) 35
3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YEAR ON YEAR) 37
3.4. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA 38
3.5. INFLASI TRIWULAN III 2018 40
3.6. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI 41
BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH 43
4.1. GAMBARAN UMUM STABILITAS KEUANGAN DAERAH 44
4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA 44
4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga 44
DAFTAR ISI
iv
4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga 45
4.2.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan 49
4.2.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga 50
4.3. ASESMEN SEKTOR KORPORASI 53
4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi 53
4.3.2. Kinerja Korporasi 53
4.3.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi 57
4.4. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA 59
4.4.1. Aset Bank Umum 59
4.4.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 60
4.4.3. Penyaluran Kredit 62
4.4.4. Perbankan Syariah 65
4.4.5. Bank Perkreditan Rakyat 66
4.5. AKSES KEUANGAN 67
4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM 67
4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk 69
BOKS 2 Mendunianya Kerajinan Sulawesi Tenggara Melalui Karya Kreatif
Indonesia
70
BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 73
5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 74
5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring 75
5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS 76
5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 77
5.2.1. Aliran Uang Kartal 77
5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar 77
5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli 79
BOKS 3 Gerbang Pembayaran Nasional, Upaya Memudahkan Transaksi
Nontunai
80
BAB VI KONDISI TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN 83
6.1. GAMBARAN UMUM 84
6.2. KETENAGAKERJAAN 84
6.3. KESEJAHTERAAN 87
BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH 95
7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL 96
7.1.1. Prospek Perekonomian Global 96
7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional 97
7.2. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA 98
7.2.1 Triwulan IV 2018 98
7.2.2. Tahun 2018 99
7.3. PROSPEK INFLASI 101
7.3.1. Triwulan IV 2018 101
7.3.2. Tahun 2018 101
Daftar Istilah
Tim Penyusun
v
Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 6
Grafik 1.2 Treemap Sektor Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan I 2018 6
Grafik 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2018 6
Grafik 1.4 Source of Growth Sisi Permintaan 7
Grafik 1.5 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga 9
Grafik 1.6 Indeks Keyakinan Konsumen 9
Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara 10
Grafik 1.8 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Bangunan dan
Nonbangunan
10
Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA Di Sulawesi Tenggara 11
Grafik
1.10
Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara 11
Grafik
1.11
Realisasi Investasi PMDN Di Sulawesi Tenggara 11
Grafik
1.12
Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 11
Grafik
1.13
Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara 12
Grafik
1.14
Pangsa Komoditas Ekspor 12
Grafik
1.15
Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 13
Grafik
1.16
Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 13
Grafik
1.17
Source of Growth Sisi Penawaran 13
Grafik
1.18
Luas Panen Padi Di Sulawesi Tenggara 15
Grafik
1.19
Jumlah Pendaratan Ikan Di Kota Kendari 15
Grafik
1.20
Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara 16
Grafik
1.21
Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara 16
Grafik
1.22
Indeks Produksi Ore Nickel 16
Grafik
1.23
Kredit Industri Sulawesi Tenggara 16
Grafik
1.24
Volume Ekspor Sulawesi Tenggara 18
Grafik
1.25
Transaksi Perdagangan Luar Negeri 18
Grafik
1.26
Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara 18
Grafik
1.27
Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara 18
Grafik
1.28
Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Tenggara 20
Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara 26
Grafik 2.2 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara 26
Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD
Sulawesi Tenggara
29
DAFTAR GRAFIK
vi
Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan APBD Sulawesi Tenggara 29
Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Sulawesi Tenggara (YoY) 34
Grafik 3.2 Peta Inflasi Daerah Pada Triwulan II 2018 34
Grafik 3.3 Pergerakan dan Pola inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 35
Grafik 3.4 Curah Hujan Bulanan di Sulawesi Tenggara 35
Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara 38
Grafik 3.6 Indeks Produksi Ikan di Kendari 38
Grafik 3.7 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Baubau 39
Grafik 3.8 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok di Kota Kendari
dan Kota Baubau
30
Grafik 3.9 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Penurunan 40
Grafik
3.10
Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Peningkatan 40
Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara 44
Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT Se-Sulawesi 44
Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumsi Sulawesi Tenggara 45
Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga 45
Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini Di Bandingkan 6 Bulan Yang Lalu 45
Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 bulan Mendatang 45
Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 46
Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan 46
Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 46
Grafik
4.10
Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan
Membayar Cicilan
46
Grafik
4.11
Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank 47
Grafik
4.12
Saving Ratio Rumah Tangga 47
Grafik
4.13
Kepemilikan Dana Cadangan Berupa Tabungan/Deposito/Cash 48
Grafik
4.14
Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya 48
Grafik
4.15
Kepemilikan Produk Perbankan 48
Grafik
4.16
Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan 48
Grafik
4.17
Komposisi DPK Sulawesi Tenggara 49
Grafik
4.18
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara 49
Grafik
4.19
Komposisi DPK Perseorangan Sulawesi Tenggara 49
Grafik
4.20
Pertumbuhan DPK perseorangan Tiap Jenis Penempatan 49
Grafik
4.21
Komposisi Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 50
Grafik
4.22
Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 50
Grafik
4.23
Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT 50
Grafik
4.24
NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT 50
Grafik
4.25
Pertumbuhan KPR Dan Pangsa KPR Tiap Tipe 51
Grafik
4.26
NPL Dan Suku Bunga KPR 51
Grafik
4.27
Pertumbuhan KKB Dan Pangsa Tiap Jenis 51
Grafik
4.28
NPL dan Suku Bunga KKB 51
vii
Grafik
4.29
Pertumbuhan Multiguna Dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit 52
Grafik
4.30
NPL dan Suku Bunga Multiguna 52
Grafik
4.31
Harga Nikel Internasional 52
Grafik
4.32
Pangsa Komoditas Ekspor 52
Grafik
4.33
Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison 54
Grafik
4.34
Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Di Sulawesi Tenggara 54
Grafik
4.35
Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral 54
Grafik
4.36
Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapat Korporasi 6 Bulan Mendatang 56
Grafik
4.37
Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 57
Grafik
4.38
Pertumbuhan Kredit Korporasi 57
Grafik
4.39
Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan 58
Grafik
4.40
Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi 58
Grafik
4.41
Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan 58
Grafik
4.42
Pergerakan MPL Kredit Investasi Korporasi 58
Grafik
4.43
Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara 59
Grafik
4.44
Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank 59
Grafik
4.45
DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara 60
Grafik
4.46
Pertumbuhan DPK Per Penempatan 60
Grafik
4.47
Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara 62
Grafik
4.48
Perbandingan Pertumbuhan Kredit di Sulawesi 62
Grafik
4.49
Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 64
Grafik
4.50
Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara 64
Grafik
4.51
Pangsa Perbankan Syariah 65
Grafik
4.52
Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset Syariah se-Sulawesi 65
Grafik
4.53
Perkembangan DPK Syariah 65
Grafik
4.54
Perkembangan Pembiayaan Syariah 65
Grafik
4.55
Perkembangan Aset BPR 67
Grafik
4.56
Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara 67
Grafik
4.57
Pertumbuhan Kredit BPR 67
Grafik
4.58
Pangsa Kredit BPR per Sektoral 67
Grafik
4.59
Pangsa Kredit UMKM 68
Grafik
4.60
Pertumbuhan Kredit UMKM 68
viii
Grafik
4.61
Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral 68
Grafik
4.62
NPL Kredit UMKM Sektor Dominan 68
Grafik
4.63
Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara 69
Grafik
4.64
Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara 69
Grafik
4.65
Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja 69
Grafik
4.66
Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 69
Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 74
Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 74
Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 74
Grafik 5.4 Rata-Rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara 74
Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 75
Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 75
Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di
Sulawesi Tenggara
75
Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian 75
Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara 76
Grafik
5.10
Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat 76
Grafik
5.11
Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 76
Grafik
5.12
Perkembangan Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 76
Grafik
5.13
Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 77
Grafik
5.14
Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 77
Grafik
5.15
Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara 78
Grafik
5.16
Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara 78
Grafik
5.17
Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas 78
Grafik
5.18
Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara 78
Grafik
5.19
Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow 79
Grafik
5.20
Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan 79
Grafik 6.1 Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara 84
Grafik 6.2 Penggunaan Tenaga Kerja dan Ketersediaan Lapangan Kerja 84
Grafik 6.3 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha 85
Grafik 6.4 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Dari Sisi Tenaga Kerja 85
Grafik 6.5 Penyerapan Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor 86
Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Agustus 2017 86
Grafik 6.7 Indeks Penghasilan Konsumen 87
Grafik 6.8 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara 87
Grafik 6.9 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara 88
Grafik
6.10
Gini Rasio Sulawesi Tenggara 88
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia 96
Grafik 7.2 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen 98
Grafik 7.3 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi 98
Grafik 7.4 Perkiraan Perekonomian Dunia 100
ix
Grafik 7.5 Perkiraan Harga Nikel dan Kakao 100
Grafik 7.6 Proyeksi Harga Minyak Dunia 101
Grafik 7.7 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk 101
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8
Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 14
Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara Pada Triwulan II 2018 27
Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara Pada Triwulan II 2018 28
Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Pada
Triwulan II 2018 30
Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa Tahun 2018 30
Tabel 2.5 Pencapaian Realisasi APBN Kota/Kabupaten 31
Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm) 35
Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 36
Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm) 37
Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi
Tenggara 39
Tabel 4.1 Aset Bank Umum Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018 59
Tabel 4.2 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018 59
Tabel 4.3 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya 61
Tabel 4.4 Tabungan Berdasarkan Nilainya 61
Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Pemiliknya 62
Tabel 4.6 Deposito Berdasarkan Nilainya 62
Tabel 4.7 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018 63
Tabel 4.8 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan II 2018 65
Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Sulawesi Tenggara 86
Tabel 6.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara Menurut Komponen
2010-2017 89
Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 99
Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 99
DAFTAR TABEL
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ix
PDRB DAN IHK
I II III IV I II III IV I II
Indeks Harga Konsumen
- Kendari 120.18 120.72 121.65 121.68 123.06 128.17 125.89 125.28 125.98 129.54
- Baubau 126.94 128.20 129.58 128.87 129.29 131.62 132.65 132.74 132.42 136.56
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)
- Sulawesi Tenggara 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79
PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,433 4,508 4,580 4,749 4,645 4,797 4,834 5,046 4,911 5,107
2. Pertambangan dan Penggalian 3,415 3,954 3,875 4,193 3,971 4,411 4,489 4,571 4,231 4,650
3. Industri Pengolahan 1,161 1,189 1,241 1,244 1,247 1,294 1,294 1,308 1,331 1,292
4. Pengadaan Listrik, Gas 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11
5. Pengadaan Air 39 38 40 39 39 39 39 39 39 40
6. Konstruksi 2,144 2,480 2,719 2,930 2,367 2,531 2,720 2,979 2,420 2,770
7. Perdagangan Besar & Eceran, 2,192 2,394 2,632 2,564 2,321 2,596 2,757 2,773 2,516 2,768
8. Transportasi dan Pergudangan 825 882 957 940 906 970 992 997 976 1,053
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 106 113 116 119 112 119 124 127 120 127
10. Informasi dan Komunikasi 447 450 468 485 489 494 508 514 535 537
11. Jasa Keuangan 437 456 459 473 462 474 477 495 486 493
12. Real Estate 303 314 300 327 308 329 329 331 318 337
13. Jasa Perusahaan 40 42 42 43 42 45 45 46 44 48
14. Adm Pemerintahan, 964 1,077 1,033 1,035 967 1,089 1,106 1,115 1,004 1,131
15. Jasa Pendidikan 932 935 967 941 949 958 1,002 981 987 1,022
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 190 188 195 193 194 200 200 199 204 212
17. Jasa Lainnya 279 292 290 299 285 294 302 311 307 311
PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8,989 9,167 9,419 9,483 9,516 9,769 9,954 10,020 10,010 10,386
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 189 194 203 211 212 218 222 222 226 238
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,278 2,886 2,802 3,026 2,462 2,946 3,021 3,220 2,525 3,150
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,227 7,851 8,195 8,936 8,213 8,441 8,907 9,507 8,358 9,115
5. Perubahan Inventori (16) 127 161 116 358 449 357 401 364 (257)
6. Eksport Luar Negeri 430 654 691 1,164 881 983 1,302 1,430 3,086 2,732
7. Import Luar Negeri 1,177 1,547 1,410 1,918 2,325 2,024 2,422 2,850 1,648 2,417
8. Net Eksport Antar Daerah (1) (10) (137) (436) (2) (132) (109) (105) (2,480) (1,039)
Total PDRB (Rp Miliar) 17,918 19,322 19,924 20,584 19,315 20,650 21,230 21,844 20,441 21,908
Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 5.5 6.8 6.0 7.7 7.8 6.9 6.6 6.1 5.8 6.1
20182017Indikator
2016
TABEL INDIKATOR
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2018 x
PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN
I II III IV I II III IV I I
Total Asset (Rp miliar) 22,003 22,895 22,906 23,347 23,194 25,207 24,383 25,795 26,151 27,284
- Bank Umum (Konvensional & Syariah) 21,732 22,603 22,632 23,038 22,900 24,881 24,073 25,483 25,843 26,967
- BPR 271 292 274 309 294 327 310 311 307 317
Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 15,367 15,690 15,442 14,872 15,882 17,058 17,072 17,009 17,807 18,994
- Giro 4,211 4,030 3,790 2,545 4,016 4,529 4,017 2,218 4,003 4,576
- Tabungan 7,245 7,665 7,717 8,627 7,635 8,109 8,157 9,631 8,844 9,375
- Deposito 3,912 3,995 3,934 3,700 4,230 4,420 4,898 5,160 4,960 5,043
Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 16,915 17,910 18,119 18,266 18,813 19,450 19,904 20,604 21,329 21,827
- Modal Kerja 4,669 5,002 5,061 5,071 5,155 5,490 5,518 5,570 5,608 5,781
- Investasi 1,823 1,962 1,920 1,920 1,968 1,854 1,909 1,892 1,925 1,957
- Konsumsi 10,423 10,946 11,140 11,275 11,690 12,105 12,478 13,141 13,796 14,089
NPL Bank Umum(%) 2.61 2.48 2.79 2.69 3.23 3.27 3.12 2.72 2.46 2.56
LDR (%) 110 114 117 123 118 114 117 121 120 115
- Inflow 1,279 579 1,140 492 1,243 667 1,339 445 1,322 1,024
- Outflow 282 1,612 1,044 1,550 403 2,089 871 1,923 504 1,995
- Net (Inflow - Outflow) 997 (1,033) 96 (1,058) 840 (1,422) 468 (1,479) 819 (971)
- Volume (ribu transaksi) 58 64 56 62 55 46 51 54 51 51
- Nominal (Rp miliar) 2,084 2,437 2,172 2,404 2,000 1,634 1,850 2,025 1,856 1,790
- Volume (transaksi) 481 529 478 539 525 504 518 716 673 582
- Nominal (Rp miliar) 848 874 689 801 587 631 748 917 888 882
2018
*Lokasi Bank
2016
RTGS dari Perbankan Sultra
Indikator
Kas (Rp miliar)
Perbankan
Kliring
2017
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 2
Pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tenggara
mengalami akselerasi
setelah terus melambat
sejak tahun 2017.
Akselerasi tersebut
didorong oleh
peningkatan konsumsi
rumah tangga, konsumsi
pemerintah dan investasi.
Tekanan inflasi Sultra
mengalami penurunan
yang disebabkan oleh
based effect point dan
upaya pengendalian
inflasi untuk
meningkatkan produksi
dan pasokan pangan
strategis dengan ikan dan
sayuran sebagai fokus
utama.
Realisasi belanja
pemerintah, terutama
yang bersumber dari
APBN mengalami
penurunan sementara
realisasi belanja dan
pendapatan pada ABPD
Provinsi mengalami
peningkatan.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pada triwulan II 2018 ekonomi Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar
6,1% (yoy), mengalami akselerasi pertumbuhan dibandingkan dengan
pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 5,8% (yoy). Dari
sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian didorong oleh akselerasi
yang terjadi pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan
investasi. Sementara itu dari sisi penawaran, akselerasi pada lapangan
usaha utama seperti lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan dan lapangan usaha konstruksi mendorong pertumbuhan
perekonomian yang terjadi. Memasuki triwulan III 2018,
perkembangan beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara
mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren meningkat dan
diperkirakan mampu tumbuh pada kisaran 6,3% - 6,7% (yoy). Sektor
ekonomi yang diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja yaitu
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, Lapangan usaha
pertambangan dan penggalian, lapangan usaha konstruksi dan
lapangan usaha industri pengolahan.
Inflasi Daerah
Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018
mencapai 1,79% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang sebesar 2,39% (yoy). Penurunan tekanan
inflasi yang terjadi secara signifikan didorong oleh penurunan yang
terjadi pada kelompok bahan makan. Hal tersebut disebabkan oleh
tingginya capaian inflasi pada triwulan II 2017 (based effect point).
Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah
bersama Bank Indonesia melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan I 2018 difokuskan pada
upaya meningkatkan produksi dan pasokan pangan strategis dengan
fokus utama pada komoditas ikan dan sayuran.
Keuangan Pemerintah
Pada triwulan II 2018, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tenggara mencapai 53,62%, lebih tinggi jika dibandingkan
dengan realisasi pendapatan pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Selain itu, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara pada triwulan II 2018 juga mengalami peningkatan
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya
dengan capaian sebesar 40,49%. Meskipun demikian, realisasi belanja
APBN di provinsi ini mengalami penurunan dibandingkan dengan
periode sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan oleh rendahnya
realisasi belanja modal karena adanya penundaan proyek infrastruktur
prioritas di Sulawesi Tenggara seperti Bendungan Pelosika serta
beberapa pelaksanaan kegiatan yang sedikit tertunda ditengah-tengah
pelaksanaan Pilkada 2018
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 3
Stabilitas keuangan
daerah masih terjaga dan
mendukung peningkatan
kinerja institusi keuangan
di Sultra.
Transaksi nontunai yang
didominasi oleh transaksi
kliring mengalami
akselerasi sejalan dengan
terakselerasinya konsumsi
pemerintah dan konsumsi
rumah tangga. Sementara
untuk transaksi tunai
terjadi net outflow.
Kondisi ketenagakerjaan
terindikasi mengalami
perbaikan yang didorong
oleh peningkatan
permintaan tenaga kerja.
Kesejahteraan juga
mengalami perbaikan
yang tercermin dari
peningkatan indeks NTP
Stabilitas Keuangan Daerah
Pada triwulan II 2018, di tengah ketidakpastian global, kondisi
stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Tenggara relatif terjaga. Kondisi
tersebut tercermin pada ketahanan keuangan sektor rumah tangga,
sektor korporasi, UMKM dan institusi keuangan yang menunjukkan
perkembangan yang positif dengan risiko yang relatif terkendali.
Ketahanan keuangan sektor rumah tangga semakin kuat dengan
adanya peningkatan penghasilan, optimisme konsumsi, perilaku
berhutang yang aman dan kemampuan keuangan yang masih cukup
untuk berbagai keperluan. Sementara itu, ketahanan pada sektor
korporasi terus terjaga seiring dengan peningkatan omset dan
perbaikan kondisi likuiditas seiring menurunnya biaya dan terjaganya
margin keuntungan. Selanjutnya, dari sisi institusi keuangan masih
terpantau kondisi yang kuat meskipun terdapat moderasi pada
indikator aset bank umum, penghimpunan dana pihak ketiga dan
kredit dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi yang aman
juga terlihat dari sisi risiko kredit yang masih terkendali.
Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang
Selama triwulan II 2018, nilai transaksi sistem pembayaran nontunai di
Sulawesi Tenggara mencapai Rp2,67 triliun, mengalami perbaikan
pertumbuhan sebesar 18,0% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,0% (yoy). Kondisi ini sejalan
dengan akselerasi pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut yang
terutama disebabkan oleh akselerasi pada investasi, konsumsi
pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Dari preferensi
penggunaannya, transaksi nontunai secara nominal di Sulawesi
Tenggara masih didominasi oleh penggunaan SKNBI sebesar 66,9%
dan sisanya sebesar 33,1% menggunakan BI-RTGS. Sementara itu,
transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2018 memiliki pola net-
outflow, sesuai dengan pola musimannya. Bank Indonesia secara
berkala terus menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di
masyarakat. Selama April hingga Juni 2018, kegiatan kas keliling di
Sulawesi Tenggara telah dilakukan sebanyak 28 (dua puluh delapan)
kali.
Kondisi Tenaga Kerja dan Kesejahteraan
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018
terindikasi membaik seiring dengan adanya akselerasi pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018. Indikasi perbaikan
ketenagakerjaan terutama berasal dari permintaan tenaga kerja yang
meningkat serta adanya investasi asing yang menyerap cukup banyak
tenaga kerja. Sementara itu peningkatan kesejahteraan terlihat dari
kenaikan indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani (NTP)
pada periode tersebut jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 4
Pertumbuhan ekonomi
Sultra pada tahun 2018
diperkirakan akan
melambat sementara
tekanan inflasi tetap
terjaga pada level yang
rendah dan stabil.
Prospek Perekonomian
Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison,
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2018
diprakirakan berada pada kisaran 6,6% - 7,0% (yoy) mengalami
akselerasi jika dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya
yang diprakirakan tumbuh sebesar 6,3% - 6,7% (yoy). Terakselerasinya
beberapa lapangan usaha utama seperti lapangan usaha pertanian,
kehutanan dan perikanan, lapangan usaha pertambangan dan
penggalian, lapangan usaha industri pengolahan, dan lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran menjadi faktor utama pertumbuhan
yang terjadi meskipun tertahan dengan perlambatan yang terjadi pada
lapangan usaha konstruksi. Dengan memperhitungkan hal tersebut,
maka pada tahun 2018 perekonomian Sultra diperkirakan akan
mengalami perlambatan pertumbuhan pada kisaran 6,1% - 6,5%
(yoy). Perlambatan yang terjadi pada lapangan usaha pertambangan
dan lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan menjadi
penyebab perlambatan yang terjadi.
Di sisi lain, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018
mendatang diperkirakan berada pada sasaran inflasi nasional yaitu
sebesar 3,5% ± 1%. Pada tahun tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara
diperkirakan sekitar 2,9% - 3,3% (yoy), relatif meningkat
dibandingkan dengan perkiraan inflasi selama tahun 2017 yang
sebesar 2,97% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi tersebut terjadi
disebabkan oleh peningkatan yang terjadi pada kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan terutama komoditas angkutan udara.
Hal tersebut disebabkan oleh berkurangnya beberapa jadwal
penerbangan serta peningkatan biaya avtur yang mendorong
terjadinya peningkatan harga tiket angkutan udara. Namun
peningkatan tersebut relatif tertahan oleh penurunan pada kelompok
bahan makanan seiring dengan peningkatan produksi tabama, sayur-
sayuran dan perikanan.
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 5
1
EKONOMI
MAKRO REGIONAL
Loading Peti Kemas di Pelabuhan Kendari
Foto: Daniel
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 6
1.1. KONDISI UMUM
Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II
2018 mampu menunjukkan pertumbuhan setelah
terus mengalami perlambatan sejak triwulan II
2017. Pada triwulan II 2018, perekonomian
Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 6,1% (yoy),
mengalami akselerasi jika dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar
5,8%-yoy (Grafik 1.1). Dari sisi permintaan,
pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara
didorong oleh akselerasi pada konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah dan investasi.
Sementara itu, dari sisi penawaran pertumbuhan
terjadi didorong oleh akselerasi kinerja lapangan
usaha pertanian, kehutanan dan perikanan dan
lapangan usaha konstruksi. Dengan pertumbuhan
sebesar 6,1% (yoy), perekonomian Sulawesi
Tenggara masih tumbuh di atas perekonomian
nasional yang tercatat sebesar 5,3% (yoy).
Akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara mempengaruhi pangsanya terhadap
perekonomian regional Sulawesi maupun nasional.
Secara spasial Sulawesi, dengan pertumbuhan
periode ini pangsa perekonomian Sulawesi
Tenggara menjadi 12,6%, meningkat
dibandingkan periode sebelumnya sebesar 12,5%.
Dengan peningkatan pangsa tersebut, Sulawesi
Tenggara menjadi penyumbang terbesar ketiga
bagi perekonomian Sulawesi setelah Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Tengah. Selain itu, pangsa
perekonomian Sulawesi Tenggara terhadap
perekonomian nasional juga mengalami
peningkatan dari 0,7% pada triwulan I 2018
menjadi 0,8% pada triwulan II 2018. Dengan
demikian, sesuai dengan potensi sumber daya
alam yang dimiliki dan upaya pengembangannya,
Sulawesi Tenggara mampu memanfaatkan
peluang dengan cukup baik untuk meningkatkan
Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: BPS, ADHB, diolah
Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara
Grafik 1.2 Treemap Sektor Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan II 2018
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II Tahun 2018
5.8%6.1%
5.1%5.3%
3.0%
4.0%
5.0%
6.0%
7.0%
8.0%
9.0%
5.5% 6.8% 6.0% 7.7% 7.8% 6.9% 6.6% 6.1% 5.8% 6.1%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional
%, yoy
Sultra2016=6,5%
Sultra2017=6,8%
5,0% ≤ PDRB < 6,0% 4,0% ≤ PDRB < 5,0% 0,0% ≤ PDRB < 4,0% PDRB < 0%
PDRB ≥ 7,0% 6,0% ≤ PDRB < 7,0%
SUMATERA 4,7% ACEH 5,7% SUMUT 5,3% RIAU 2,4%
SUMBAR 5,1% LAMPUNG 5,4% KEPRI 4,5%
BENGKULU 5,1% KEP. BABEL 4,5% SUMSEL 6,1% JAMBI 4,7%
KALIMANTAN 3,3% KALBAR 5,2% KALSEL 4,6%
SULAWESI 6,7% SULUT 5,8% GORONTALO 7,5% SULTENG 6,0%
KALTIM 1,8% KALTENG 5,7% KALTARA 4,6%
SULBAR 6,6% SULSEL 7,4% SULTRA 6,1%
BANTEN 5,6% JAKARTA 5,9% JABAR 5,6% JATENG 5,5% YOGYAKARTA 5,9% JATIM 5,6%
BALINUSRA 3,8% BALI 6,1% NTB -0,8% NTT 5,2%
MALUKU 5,5% MALUKU UTARA 7,3% PAPUA 24,7% PAPUA BARAT 12,8%
MAPUA 18,2%
(YoY)
JAWA 5,7%
PERTUMBUHAN
NASIONAL
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 7
peranannya terhadap perekonomian regional
Sulawesi maupun perekonomian nasional.
Memasuki triwulan III 2018, perkembangan
beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara
mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren
meningkat dan diperkirakan mampu tumbuh pada
kisaran 6,3% - 6,7% (yoy). Hasil survei yang
dilakukan oleh KPw Bank Indonesia Provinsi
Sulawesi Tenggara dan pendalaman informasi
yang dilakukan melalui liaison juga
mengindikasikan akan terjadi perbaikan kondisi
usaha, penjualan dan investasi. Berdasarkan hasil
proyeksi, lapangan usaha pertanian, kehutanan
dan perikanan serta lapangan usaha konstruksi
masih akan melanjutkan akselerasinya pada
triwulan III 2018 diikuti pula dengan peningkatan
kinerja pada lapangan usaha pertambangan dan
penggalian, serta lapangan usaha industri
pengolahan. Namun perlambatan pada lapangan
usaha perdagangan besar dan eceran diperkirakan
akan menahan laju akselerasi perekonomian pada
periode tersebut. Sementara dari sisi permintaan,
percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara diperkirakan berasal dari pertumbuhan
yang terjadi pada investasi.
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen
pengeluaran pada PDRB), akselerasi pertumbuhan
yang terjadi pada triwulan II 2018 berasal dari
meningkatnya aktivitas konsumsi rumah tangga,
investasi dan konsumsi pemerintah. Sementara itu,
perlambatan yang terjadi pada ekspor luar negeri
dan peningkatan impor luar negeri menjadi faktor
yang menahan akselerasi pertumbuhan tersebut.
Berdasarkan pangsanya, konsumsi rumah tangga
dan investasi masih mendominasi perekonomian
(PDRB) Sulawesi Tenggara, masing-masing
memiliki pangsa sebesar 47,4% dan 41,6% (Tabel
1.1). Sementara itu, perubahan kembali terjadi,
dengan konsumsi pemerintah yang menjadi
penopang terbesar ketiga dengan pangsa sebesar
14,4%, mengungguli ekspor yang mengalami
penurunan pangsa dengan capaian sebesar
12,5%.
Selanjutnya pada triwulan III 2018, diperkirakan
akan terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi
yang didorong oleh peningkatan investasi. Masih
berlangsungnya pembangunan oleh pemerintah
menjadi salah satu faktor yang mendorong
perkembangan investasi pada periode mendatang.
Selain itu, meskipun Wakatobi belum termasuk
sebagai 4 destinasi utama yang akan
dikembangkan tahun ini sebagai Bali Baru namun
perbaikan infrastruktur di Wakatobi masih terus
dilakukan sehingga mampu menjadi destinasi
tujuan utama wisata kelas dunia. Selain itu, minat
investor terhadap komoditas pertanian di Sulawesi
Tenggara juga masih cukup tinggi dan semakin
beragam seperti rencana pembangunan pabrik
gula di Bombana dan kerjasama budidaya
tanaman penghasil energi biomassa.
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.4 Source of Growth Sisi Permintaan
3.39 3.31 2.89 2.40 3.07 3.24 2.78 2.66 2.63 3.09 2.46 2.98 2.93
4.38 4.05 2.84
1.26
5.50 3.05 3.57 2.77
0.75 3.26
1.78 3.09 3.68
(2.52)
(1.55)
2.40
2.52
1.70 3.07 1.29
11.42 8.47
(1.27)
2.13
(2.63)(1.38) (0.25)
(6.40)(2.47)
(5.08) (4.53)(1.91)
0.74
(1.04)(4.59)
(12.83)
(15.00)
(10.00)
(5.00)
0.00
5.00
10.00
15.00
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2015 2016 2017
Konsumsi Kons. Pemerintah Investasi Perubahan Inventori Ekspor Impor Net Ekspor AD
%
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 8
1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga
Realisasi Triwulan II 2018
Pada triwulan II 2018 konsumsi rumah tangga
tercatat tumbuh sebesar 6,3% (yoy), mengalami
peningkatan signifikan dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar
5,2% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh
berlangsungnya momen Ramadhan, Idul Fitri dan
libur sekolah pada akhir periode sehingga terjadi
peningkatan permintaan oleh masyarakat. Hal
tersebut turut tercermin dari peningkatan di
seluruh subkelompok konsumsi kecuali
subkelompok restoran dan hotel.
Subkelompok konsumsi makanan dan minuman
yang merupakan penyumbang terbesar pada
konsumsi rumah tangga dengan pangsa sebesar
46,9% mampu tumbuh sebesar 7,0% (yoy) pada
periode laporan (Grafik 1.5). Pertumbuhan
tersebut lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya yang hanya sebesar 5,7% (yoy). Selain
itu, peningkatan juga terjadi pada konsumsi
transportasi dan komunikasi serta konsumsi
perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang
merupakan penyumbang terbesar kedua dan
ketiga dengan pangsa masing-masing sebesar
20,5% dan 12,3%. Konsumsi transportasi dan
komunikasi mampu tumbuh sebesar 6,6% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang sebesar 6,0% (yoy).
Perkembangan serupa dicatat oleh konsumsi
perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang
mampu tumbuh sebesar 5,2% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I
2018 yang sebesar 4,2% (yoy). Pertumbuhan
paling tinggi terjadi pada konsumsi pakaian dan
alas kaki dengan capaian sebesar 7,0% (yoy),
meningkat dibandingkan periode sebelumnya
yang hanya sebesar 3,2% (yoy). Meskipun
demikian, pangsa konsumsi pakaian dan alas kaki
tersebut masih cukup kecil, yaitu sebesar 3,4%.
Akselerasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga
juga tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen
(IKK) hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang
mengalami peningkatan. Rata-rata IKK pada
triwulan II 2018 sebesar 131,1, mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan rata-rata
IKK periode sebelumnya yang sebesar 125,7
(Grafik 1.6). Peningkatan keyakinan tersebut
didorong oleh beberapa hal seperti penghasilan
dan ketersediaan saat ini yang diyakini lebih baik
dari kondisi 6 bulan lalu. Selain itu, konsumen juga
memiliki keyakinan bahwa perekonomian Sulawesi
Tenggara dalam 6 bulan mendatang akan semakin
baik yang ditandai dengan peningkatan indeks
pada perkiraan kondisi usaha, perkiraan
penghasilan dan perkiraan ketersediaan tenaga
kerja pada 6 bulan yang akan datang.
Peningkatan aktivitas konsumsi tersebut juga
terlihat dari adanya peningkatan outstanding
kredit konsumsi. Outstanding kredit konsumsi
mencapai Rp15,0 triliun pada triwulan II 2018,
lebih tinggi daripada periode sebelumnya yang
hanya mencapai Rp14,7 triliun. Meskipun masih
tumbuh pada level yang tinggi sebesar 15,5%-yoy
namun pertumbuhan kredit konsumsi
menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan
Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Dalam % (yoy); angka dalam kurung ( ) menunjukkan negatif Rasio = perbandingan terhadap total PDRB di Tw II 2018 PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi); p= proyeksi KPw BI Sultra LNPRT= Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga
Sumber: BPS, ADHK, diolah
I II III IV I II III IV I II IIIP
Konsumsi Rumah Tangga 6.5 6.7 6.1 5.8 5.9 6.6 5.6 5.7 5.2 6.3 6.1 - 6.5 47.4
Konsumsi LNPRT 6.6 7.2 3.2 8.8 12.1 12.5 9.5 5.1 7.0 9.4 5.5 - 5.9 1.1
Konsumsi Pemerintah 4.8 16.1 8.0 7.6 6.7 1.0 7.6 6.4 2.5 6.9 6.4 - 6.8 14.4
PMTB 10.2 9.3 4.5 5.4 14.8 8.7 10.9 6.4 1.8 8.0 8.2 - 8.6 41.6
Perubahan Inventori (114.2) (83.5) (80.0) (124.7) (2332.4) 252.9 121.7 246.2 1.5 (157.2) (179.0) - (175.0) (1.2)
Eksport Luar Negeri (49.7) (29.4) (2.6) 57.5 106.5 52.6 91.4 22.8 250.4 178.0 144.8 - 148.8 12.5
Import Luar Negeri (22.8) 27.7 3.8 31.9 162.6 46.2 104.8 48.6 (29.1) 19.4 32.9 - 33.3 11.0
Net Eksport Antar Daerah 6.7 (41.1) (27.7) 5.0 (14.8) 21.8 17.3 (75.9) 100759.9 688.1 613.6 - 617.6 (4.7)
PDRB 5.5 6.8 6.0 6.5 8.0 7.0 6.5 6.1 5.8 6.1 6.3 - 6.7
* Keterangan Meningkat Melambat Stabil
RasioKomponen Pengeluaran2016 2017 2018
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 9
lalu yang dapat tumbuh sebesar 16,5% (Grafik
1.7). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh
perlambatan pada kredit multiguna yang memiliki
pangsa paling besar, yaitu sebesar 72,3%.
Tracking Triwulan III 2018
Memasuki triwulan III 2018, perkembangan
berbagai indikator terkini mengindikasikan
pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan
mengalami perlambatan. Hal tersebut dipengaruhi
oleh telah berlalunya hari besar keagamaan dan
libur sekolah sehingga tingkat konsumsi
masyarakat kembali ke level normalnya. Selain itu,
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) setelah periode
lebaran selalu lebih rendah dibandingkan dengan
IKK triwulan sebelumnya.
1.2.2. Konsumsi Pemerintah
Realisasi Triwulan II 2018
Konsumsi pemerintah turut menjadi pendorong
peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara pada triwulan II 2018. Pada periode
tersebut konsumsi pemerintah mampu tumbuh
sebesar 6,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang hanya tumbuh
sebesar 2,5% (yoy). Hal tersebut didorong oleh
beberapa faktor. Pertama, mulai berlangsungnya
1 Konsumsi kolektif pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan (umum) dan
semua anggota masyarakat mendapatkan manfaat dari jasa seperti ini. Jasa kolektif yang diberikan oleh pemerintah antara lain keamanan
dan pertahanan, peraturan-peraturan yang menyangkut kemasyarakatan, pemeliharaan undang-undang dan peraturan, perlindungan
lingkungan, penelitian dan pengembangan, dan pembangunan ekonomi.
2 Konsumsi individu merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan rumah tangga individu antara lain: Pengeluaran pemerintah
untuk pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, olah raga dan rekreasi, dan kebudayaan.
proyek pemerintahan menjadi faktor yang
mendorong pertumbuhan pada periode tersebut.
Kedua, pencairan THR dan gaji ke-13 ASN dengan
nominal yang lebih tinggi dibandingkan dengan
periode sebelumnya turut mendorong konsumsi
pemerintah. Ketiga, pelaksanaan pemilihan
gubernur dan kepala daerah secara serentak di
beberapa daerah di Sulawesi Tenggara juga
memberikan dampak positif pada kinerja konsumsi
pemerintah.
Berdasarkan jenisnya, akselerasi tersebut
disebabkan oleh akselerasi pertumbuhan konsumsi
kolektif pemerintah1 dan konsumsi individual
pemerintah2. Konsumsi kolektif pemerintah pada
triwulan II 2018 tumbuh sebesar 7,6% (yoy),
meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan
pada periode sebelumnya yang tumbuh sebesar
2,8% (yoy). Peningkatan juga terjadi pada
konsumsi individu pemerintah yang tumbuh
sebesar 6,0% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang hanya tumbuh hingga 2,1%
(yoy).
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018, pertumbuhan konsumsi
pemerintah diperkirakan akan sedikit mengalami
Sumber: BPS, ADHK, diolah
Sumber: BPS Prov Sultra, diolah
Grafik 1.5 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga
Grafik 1.6 Indeks Keyakinan Konsumen
0.01.02.03.04.05.06.07.08.09.0
Makanan d
an
Min
um
an
, se
lain
Re
sto
ran
Pakaia
n d
an
Ala
sK
aki
Pe
rum
ah
an
da
nP
erlen
gkap
an
Rum
ah
Ta
ng
ga
Kesehata
n d
an
Pen
did
ika
n
Tra
nsp
ort
asi d
an
Ko
mu
nik
asi
Re
sto
ran d
an
Hote
l
Ko
nsu
msi la
inn
ya
Tw IV 2017 Tw I 2018
%, yoy
131
128
134
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Indeks Ekspektasi Konsumen
optimis
INDEKS
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 10
perlambatan. Tidak terdapatnya event besar
seperti pelaksanaan Pilkada dan Halo Sultra
menyebabkan konsumsi pemerintah kembali
normal. Namun penyaluran gaji ke-14 bagi ASN
serta berlangsungnya pembangunan proyek
pemerintah dapat menjadi faktor penahan
perlambatan yang terjadi pada konsumsi
pemerintah tersebut.
1.2.3. Investasi
Realisasi Triwulan II 2018
Investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan II
2018 turut mengalami akselerasi dan menjadi
salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan
perekonomian. Pada periode tersebut, investasi
mampu tumbuh sebesar 8,0% (yoy), meningkat
signifikan jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 1,8%
(yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh
peningkatan pada investasi bangunan dan
investasi nonbangunan. Investasi bangunan
mampu tumbuh sebesar 7,9% (yoy) dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar
2,6% (yoy). Peningkatan lebih pesat terjadi pada
investasi nonbangunan, yang mampu tumbuh
sebesar 8,1% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 0,5%
(yoy).
Berdasarkan status penanaman modalnya,
akselerasi investasi didorong oleh perbaikan pada
Penanaman Modal Asing (PMA) meskipun masih
mengalami kontraksi. Pada triwulan II 2018, PMA
terkontraksi sebesar 25,3% (yoy), mengalami
perbaikan dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 38,6% (yoy)
(Grafik 1.9). Namun akselerasi tersebut tertahan
oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
yang kembali mengalami penurunan. Pada
triwulan II 2018, PMDN tercatat mengalami
kontraksi sebesar 83,6% (yoy), mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 53,9% (yoy)
(Grafik 1.10).
Sejalan dengan akselerasi kinerja investasi,
pertumbuhan kredit investasi kembali mengalami
perbaikan pada periode laporan. Kredit investasi
pada periode laporan terkontraksi sebesar 3,1%
(yoy), sedikit membaik jika dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar
5,9% (yoy). Namun terjadi penurunan outstanding
kredit investasi pada triwulan II 2018 yang sebesar
Rp4,4 triliun dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang sebesar Rp4,6 triliun (Grafik
1.11).
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan berjalan, kegiatan investasi di
Sulawesi Tenggara diperkirakan akan kembali
terakselerasi. Akselerasi tersebut terutama
didorong oleh pembangunan proyek yang
tertahan sepanjang semester I 2018 yang
disebabkan oleh cuaca yang kurang kondusif.
Selain itu, kegiatan pemilihan kepala daerah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Sumber: BPS, ADHK, diolah
Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara
Grafik 1.8 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Bangunan dan Nonbangunan
15.03
15.5%
10.0%
11.0%
12.0%
13.0%
14.0%
15.0%
16.0%
17.0%
18.0%
-
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)
Rp Triliun yoy
8.0
7.9
8.1
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
PMTB PMTB Bangunan PMTB Non Bangunan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 11
(Pilkada) yang berlangsung dengan aman
memberikan keyakinan kepada investor bahwa
tidak akan terjadi gejolak perekonomian yang
sangat signifikan sehingga mendorong investor
untuk segera merealisasikan investasinya di
Sulawesi Tenggara.
1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri
Realisasi Ekspor Triwulan II 2018
Ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada
triwulan II 2018 tercatat mengalami penurunan
kinerja meskipun masih tumbuh pada level yang
tinggi. Pada periode tersebut ekspor Sulawesi
Tenggara tumbuh hingga 262,8% (yoy), lebih
rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang mampu tumbuh sebesar 500,3% (yoy).
Perlambatan pada kinerja ekspor tersebut
disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan
produksi hasil pertambangan, baik itu bijih nikel
ataupun feronikel, yang salah satunya disebabkan
oleh penambahan hari libur menjelang Idulfitri.
Terbatasnya pertumbuhan produksi feronikel pada
triwulan II 2018 yang hanya sebesar 3,1% (yoy)
dibandingkan dengan triwulan I 2018 yang
sebesar 107,5% (yoy) turut memberikan andil
terhadap penurunan kinerja ekspor pada periode
laporan. Ekspor feronikel tercatat tumbuh sebesar
262,1% (yoy) pada triwulan II 2018 dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar
500,3% (yoy) (Grafik 1.13). Penurunan kinerja
ekspor juga terjadi pada ekspor bijih nikel kadar
rendah. Pada triwulan II 2018, ekspor bijih nikel
kadar rendah tercatat hanya sebesar 57,6 juta
dolar Amerika, mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
mencapai sebesar 71,1 juta dolar Amerika.
Sumber: BKPM, diolah
Sumber: BKPM, diolah
Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA di Sulawesi Tenggara Grafik 1.11 Realisasi Investasi PMDN di Sulawesi Tenggara
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Sumber: BKPM, diolah
Grafik 1.10 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara
Grafik 1.12 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara
125.0
-25%-500%
0%
500%
1000%
1500%
2000%
2500%
3000%
-
50
100
150
200
250
300
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018PMA (US$ Juta) Pertumbuhan(sb. Kanan)
US$ (Juta) yoy
174
-83.61%-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018PMDN (Rp miliar) Pertumbuhan(sb. Kanan)
Rp (Miliar) yoy
4.44
-3.1%-20.0%
-10.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
-
1
2
3
4
5
6
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Kredit Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)
Rp Triliun yoy226
262.8%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
-
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Ekspor Sultra g Ekspor Sultra (sb. Kanan)
Juta US$ yoy
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 12
Meskipun demikian, terdapat beberapa ekspor
komoditas yang menunjukkan peningkatan,
terutama ekspor komoditas perikanan dan aspal.
Ekspor komoditas perikanan tumbuh sebesar
0,9% (yoy), mengalami perbaikan dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 10,3% (yoy). Peningkatan tersebut
didorong oleh peningkatan yang terjadi hampir
pada seluruh komoditas utama. Hanya ikan beku
yang mengalami penurunan meskipun tidak
signifikan (Grafik 1.15). Selain itu, peningkatan
pertumbuhan juga terjadi pada ekspor aspal
dengan capaian sebesar 514,0% (yoy) dengan nilai
mencapai 1,1 juta dolar Amerika.
Dari sisi negara mitra dagang, Tiongkok masih
menjadi negara tujuan ekspor utama dengan
pangsa sebesar 70,3% kemudian diikuti oleh India
dan Korea Selatan dengan pangsa masing-masing
sebesar 13,2% dan 7,8%. Tingginya pangsa
ekspor Sulawesi Tenggara ke Tiongkok perlu
mendapat perhatian khusus mengingat perang
dagang yang tengah terjadi antara Amerika Serikat
dan Tiongkok
Realisasi Impor Luar Negeri Triwulan II 2018
Pada triwulan II 2018, impor Sulawesi Tenggara
tercatat mengalami peningkatan laju
pertumbuhan. Aktivitas impor pada periode
tersebut tumbuh sebesar 95,9% (yoy), meningkat
secara signifikan jika dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar
66,4% (yoy). Berdasarkan jenisnya, aktivitas impor
masih didominasi oleh impor barang dengan
pangsa sebesar 98,1% dan sisanya impor jasa.
Pangsa impor barang tersebut mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang sebesar 97,5%.
Dilihat berdasarkan nilai impor barang secara riil
dari data Bea Cukai, impor Sulawesi Tenggara
pada periode laporan adalah sebesar 100,7 juta
dolar Amerika, meningkat jika dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang sebesar 56,4
juta dolar Amerika. Peningkatan tersebut terjadi
pada seluruh jenis barang dengan barang modal
sebagai penyebab utama. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa Sulawesi Tenggara masih
belum dapat mandiri terutama untuk mendorong
pembangunan infrastruktur. Pada triwulan II 2018,
impor barang modal tumbuh sebesar 311,6%
(yoy), meningkat secara signifikan dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 80,1% (yoy). Peningkatan pertumbuhan
yang signifikan juga terjadi pada impor barang
konsumsi yang tumbuh sebesar 229,8% (yoy)
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
mengalami kontraksi sebesar 61,5% (yoy). Impor
barang antara juga mengalami peningkatan
meskipun tidak sesignifikan pertumbuhan impor
kedua jenis barang lainnya dengan tumbuh
sebesar 9,2% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 16,3%
(yoy).
Sumber: Bea Cukai, diolah
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.13 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara Grafik 1.14 Pangsa Komoditas Ekspor
157
262.1%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)
Juta US$ yoy
Minyak Nilam, 0.60%Perikanan,
2.61%
Feronikel, 69.65%
Bijih Nikel, 25.48%
Lainnya, 1.66%
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 13
Berdasarkan pangsanya, impor Sulawesi Tenggara
kembali didominasi oleh barang modal dengan
pangsa sebesar 60,2% kemudian diikuti oleh
impor barang antara dengan pangsa sebesar
39,8% dan sisanya adalah impor barang konsumsi.
Sementara untuk sumber barangnya, kegiatan
impor Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh
barang-barang dari Tiongkok dengan pangsa
hampir mencapai 100,0% dan hanya sedikit
berasal dari Belanda dalam bentuk tekstil dan
pompa.
Tracking Triwulan III 2018
Memasuki triwulan III 2018, kinerja ekspor luar
negeri diperkirakan akan kembali mengalami
perlambatan. Perlambatan tersebut disebabkan
oleh based effect point serta telah berlangsungnya
ekspor bijih nikel kadar rendah sehingga
peningkatan yang terjadi tidak berdampak
signifikan. Selain itu, proses evaluasi pencabutan
izin ekspor bijih nikel kadar rendah untuk beberapa
perusahaan untuk batas waktu yang belum
ditentukan diperkirakan akan berdampak terhadap
kinerja ekspor Sulawesi Tenggara. Meskipun
demikian, ekspor komoditas lainnya terutama
produk perikanan diperkirakan akan kembali
meningkat sejalan dengan bertambahnya
pasokan. Selain itu, adanya proses ekspor
langsung ke luar negeri (tanpa melalui provinsi
lain) dapat menjadi pendorong ekspor di periode
mendatang.
Di sisi lain, impor Sulawesi Tenggara pada triwulan
berjalan diperkirakan akan kembali terakselerasi.
Kembali gencarnya penanaman modal terutama
pada komoditas-komoditas nontambang seperti
gula dan tanaman penghasil energi biomassa
diperkirakan akan mendorong terjadinya
peningkatan impor pada periode mendatang.
Sumber: Bea Cukai, diolah
Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 1.15 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara Grafik 1.16 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.17 Source of Growth Sisi Penawaran
381
68 -
969
1,379
2,798
391
67 51
1,031
1,473
2,877
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Ikan Hidup Ikan Beku Rajungan Udang Gurita DagingIkan
Tw I 2018 Tw II 2018
ribu USD
100.7
96%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan)
Juta US$ yoy
2.52 1.35 1.27
2.04 1.19 1.49 1.28 1.45 1.38 1.50 1.78 1.35
(1.50)
0.82
(1.27)
2.05 3.11 2.37 3.08 1.84 1.34 1.16
2.02 0.06
2.58
1.03 1.05
1.16
0.72 1.24
0.27 0.01
0.24 0.27 1.16 1.72
0.99
0.42 0.74 0.78 1.96
1.34 0.72
1.04 0.63
1.01 1.01 0.83
1.05 1.22
0.86
(2.00)
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2015 2016 2017
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Lainnya
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 14
1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA
UTAMA
Realisasi Triwulan II 2018
Dari sisi penawaran, akselerasi pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018
didorong oleh pertumbuhan lapangan usaha
utama yaitu lapangan usaha pertanian, kehutanan
dan perikanan dan lapangan usaha konstruksi.
Namun akselerasi tersebut sedikit tertahan oleh
perlambatan kinerja lapangan usaha lainnya
seperti lapangan usaha pertambangan dan
penggalian, lapangan usaha industri pengolahan
dan lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran.
Peningkatan kinerja pada lapangan usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan didorong
oleh terjadinya peningkatan produksi hasil
pertanian seiring dengan masuknya masa panen
raya padi di periode laporan. Namun pertumbuhan
pada lapangan usaha tersebut sedikit tertahan
dengan penurunan yang cukup signifikan pada
produksi hasil perikanan yang disebabkan oleh
gelombang tinggi yang terus terjadi sepanjang
periode laporan. Sementara itu, peningkatan
kinerja pada lapangan usaha konstruksi didorong
oleh pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah dan swasta. Peningkatan tersebut juga
tercermin dari pertumbuhan investasi bangunan
pada triwulan II 2018 yang tumbuh sebesar 7,9%
(yoy), meningkat secara signifikan jika
dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode
sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 2,6%
(yoy).
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III, diperkirakan akan terjadi
percepatan pertumbuhan ekonomi yang
disebabkan oleh akselerasi pada lapangan usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan
usaha pertambangan, lapangan usaha konstruksi
dan lapangan usaha industri pengolahan. Namun
pertumbuhan tersebut diperkirakan akan tertahan
oleh perlambatan pada lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran.
1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Realisasi Triwulan II 2018
Pada triwulan II 2018, lapangan usaha pertanian,
kehutanan dan perikanan (selanjutnya disebut
usaha pertanian) mengalami akselerasi
pertumbuhan. Lapangan usaha tersebut mampu
tumbuh sebesar 6,5% (yoy) dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,7%
(yoy). Akselerasi pertumbuhan tersebut didorong
oleh pertumbuhan yang terjadi pada produksi
tanaman bahan makanan (tabama) yang luas
panen pada periode laporan tercatat sebesar 59,2
ribu hektar. Capaian tersebut meningkat jika
dibandingkan dengan luas panen periode
sebelumnya yang hanya seluas 32,8 ribu hektar.
(Grafik 1.18). Sementara itu, peningkatan kinerja
lapangan usaha ini tertahan oleh adanya
Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Dalam % (yoy); p= proyeksi KPw BI Sultra
Sumber: BPS, ADHK, diolah
I II III IV I II III IV I II IIIP
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10.7 5.7 5.6 5.5 4.8 6.4 5.5 6.3 5.7 6.5 6.4 - 6.8 23.3
Pertambangan dan Penggalian (9.1) 0.5 (9.0) 0.9 17.2 12.3 15.9 9.0 6.5 5.4 6.3 - 6.7 21.2
Industri Pengolahan 8.7 5.5 13.9 11.3 7.4 8.8 4.3 5.2 6.8 (0.2) 1.5 - 1.9 5.9
Pengadaan Listrik, Gas 8.2 6.2 11.6 7.5 3.0 4.6 7.8 8.2 0.1 2.2 0.8 - 1.2 0.1
Pengadaan Air 13.3 7.1 14.3 8.8 0.0 3.6 (3.2) 0.3 0.7 3.3 7 - 7.4 0.2
Konstruksi 11.0 10.9 8.9 9.6 10.4 2.1 0.1 1.7 2.2 9.4 9.5 - 9.9 12.6
Perdagangan Besar dan Eceran 7.2 7.5 19.2 8.0 5.9 8.4 4.8 8.1 8.4 6.6 6.2 - 6.6 12.6
Transportasi dan Pergudangan 12.2 15.2 17.0 16.7 9.8 10.2 3.8 6.0 7.6 8.6 11.9 - 12.3 4.8
Akomodasi dan Makan Minum 7.7 8.3 7.7 8.7 7.1 7.0 9.4 6.1 7.1 6.4 5.3 - 5.7 0.6
Informasi dan Komunikasi 13.7 12.2 13.2 7.7 9.4 9.8 8.6 6.2 9.5 8.6 9.3 - 9.7 2.5
Jasa Keuangan 14.5 21.6 14.0 9.7 5.8 4.0 3.8 4.6 5.1 4.1 4.2 - 4.6 2.3
Real Estate 0.4 1.2 (8.8) 5.2 1.5 4.7 9.8 1.1 3.5 2.6 0.3 - 0.7 1.5
Jasa Perusahaan 10.0 8.1 7.7 6.2 3.9 6.6 6.8 6.6 4.5 6.9 6.8 - 7.2 0.2
Administrasi Pemerintahan 3.3 9.2 5.0 4.6 0.3 1.1 7.0 7.8 3.9 3.9 1.1 - 1.5 5.2
Jasa Pendidikan 11.2 12.7 16.1 6.0 1.8 1.8 2.8 4.2 4.1 6.7 6.1 - 6.5 4.7
Jasa Kesehatan dan Sosial 9.2 4.5 8.3 6.0 1.3 6.3 2.6 3.1 5.4 6.0 8 - 8.4 1.0
Jasa Lainnya 8.5 9.4 6.1 7.8 2.0 0.6 4.2 4.1 7.7 5.9 4.1 - 4.5 1.4
PDRB 5.5 6.8 6.0 6.5 8.0 7.0 6.5 6.1 5.8 6.1 6.3 - 6.7
* Keterangan Meningkat Melambat Stabil
Komponen Pengeluaran2016 2017
Pangsa2018
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 15
penurunan produksi perikanan yang sangat
signifikan. Produksi perikanan pada triwulan II
2018 hanya sebesar 4,82 ribu ton, jauh menurun
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
mampu memproduksi mencapai 10,1 ribu ton.
Produksi tersebut merupakan produksi triwulan
perikanan terendah di Sulawesi Tenggara sejak
tahun 2013 (Grafik 1.19). Gelombang tinggi yang
terus terjadi sepanjang periode laporan serta
berkurangnya aktivitas berlayar nelayan menjelang
Idul Fitri menjadi faktor yang mendorong
rendahnya produksi perikanan tersebut.
Akselerasi yang terjadi pada lapangan usaha
pertanian turut mendorong terjadinya
peningkatan penyaluran kredit ke sektor tersebut.
Outstanding kredit usaha pertanian pada triwulan
II 2018 sebesar Rp964,97 miliar, meningkat
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
sebesar Rp924,24 miliar. Namun, jika dilihat dari
pertumbuhannya kredit pada sektor tersebut
sedikit mengalami perlambatan dengan tumbuh
sebesar 32,1% (yoy) dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 36,1%
(yoy) (Grafik 1.20).
Tracking Triwulan III 2018
Pada periode berjalan, lapangan usaha pertanian
diperkirakan akan mengalami akselerasi. Kondisi
tersebut didorong oleh peningkatan hasil
perikanan yang terjadi pada periode laporan.
Kondisi cuaca yang lebih kondusif serta kembali
normalnya aktivitas melaut nelayan menjadi faktor
yang mendorong peningkatan produksi perikanan.
Namun, produksi tabama diperkirakan akan
mengalami penurunan seiring telah berlalunya
periode panen raya. Hal tersebut juga tercermin
pada luas tanam yang mengalami penurunan pada
triwulan II 2018, yaitu seluas 39,1 ribu hektar
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
seluas 68,0 ribu hektar.
1.3.2. Pertambangan dan Penggalian
Realisasi Triwulan II 2018
Kinerja lapangan usaha pertambangan dan
penggalian pada periode triwulan II 2018 kembali
mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada
periode tersebut kinerja lapangan usaha ini hanya
tumbuh sebesar 5,4% (yoy), melambat
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
dapat tumbuh sebesar 6,5% (yoy). Perlambatan
tersebut tercermin dari menurunnya indeks
produksi bijih nikel pada periode laporan (Grafik
1.22). Indeks produksi nikel (tahun dasar 2016) pada
periode laporan hanya sebesar 599,3, mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang sebesar 839,0. Penurunan
tersebut terjadi disebabkan oleh menurunnya
produksi bijih nikel baik kadar tinggi maupun
kadar rendah. Produksi bijih nikel kadar rendah
hanya tumbuh sebesar 27,2% (yoy) dibandingkan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar
1.340,17% (yoy). Telah berlangsungnya produksi
bijih nikel secara optimal pada triwulan II 2017
menjadi faktor penyebab perlambatan
pertumbuhan yang sangat signifikan. Penurunan
produksi juga terjadi pada bijih nikel kadar tinggi
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, diolah
Sumber: PPS Samudra Kendari, diolah
Grafik 1.18 Luas Panen Padi di Sulawesi Tenggara Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan di Kota Kendari
59
4.0%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
-
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Thousands
Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)
Luas (ribu Ha) yoy
4.82
-20.1%-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
4
5
6
7
8
9
10
11
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Thousands
Pendaratan Ikan Pertumbuhan(sb. Kanan)
Jumlah (ribu ton) yoy
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 16
yang pada periode laporan mengalami kontraksi
sebesar 20,99% (yoy) dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar
8,07% (yoy). Dengan menurunnya produksi
tersebut dan masih ada indikasi terjadinya
peningkatan produksi dari Filipina, harga nikel
kembali menunjukkan tren peningkatan dengan
capaian sebesar USD14.478,7 per metric ton
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
sebesar USD13.272,8 per metric ton. Peningkatan
harga nikel tersebut mampu menahan
perlambatan kinerja lapangan usaha
pertambangan dan penggalian di periode laporan.
Harga nikel yang terus mengalami peningkatan
turut memberikan atensi positif dari perbankan
terutama dalam hal penyaluran kredit ke sektor
pertambangan. Pada triwulan II 2018, kredit
pertambangan mengalami akselerasi setelah
mengalami kontraksi sejak triwulan II 2017. Kredit
pada sektor tersebut mampu tumbuh sebesar
14,6%, meningkat dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 15,7% (yoy)
(Grafik 1.21)). Outstanding kredit juga mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan dengan
capaian sebesar Rp2,46 triliun dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang sebesar Rp1,97
triliun.
Tracking Triwulan III 2018
Memasuki triwulan III 2018, kinerja lapangan
usaha ini diperkirakan akan mengalami akselerasi.
Akselerasi pertumbuhan tersebut didorong oleh
masih tingginya kuota ekspor bijih nikel kadar
rendah. Selain itu, berdasarkan hasil liaison
diperoleh informasi bahwa salah satu pelaku usaha
pertambangan akan melakukan penambangan
baru dengan target produksi mencapai 500 ribu
metric ton hingga akhir tahun 2018.
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
*Data per Februari 2018
Sumber: Produsen Nikel Sultra, diolah
Grafik 1.20 Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara Grafik 1.22 Indeks Produksi Ore Nikel
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.21 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara
964.97
32.1%
-20.0%
-10.0%
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%
60.0%
70.0%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Kredit Pertanian gKredit Pertanian (sb. Kanan)
Rp Miliar yoy
599.3
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Indeks
2,457.03
14.6%
-40.0%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Kredit Pertambangan g Kredit Pertambangan (sb. Kanan)
Rp Miliar yoy552.64
19.2%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
120.0%
140.0%
-
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Kredit Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)
Rp Miliar yoy
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 17
1.3.3. Industri Pengolahan
Realisasi Triwulan II 2018
Pada triwulan II 2018, lapangan usaha industri
pengolahan mengalami perlambatan
pertumbuhan sehingga menahan akselerasi yang
terjadi. Lapangan usaha tersebut terkontraksi
sebesar 0,2% (yoy), mengalami penurunan yang
signifikan dibandingkan periode sebelumnya yang
mampu tumbuh sebesar 6,8% (yoy). Penurunan
tersebut disebabkan oleh penurunan produksi
yang terjadi pada keseluruhan industri di Sulawesi
Tenggara baik industri manufaktur skala mikro dan
kecil maupun industri manufaktur skala sedang
dan besar.
Industri skala mikro dan kecil pada periode laporan
tumbuh sebesar 37,9% (yoy), sedikit mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 40,1% (yoy).
Perlambatan tersebut disebabkan oleh terjadinya
penurunan pada industri non makanan dan
minuman seperti industri kayu, industri barang
galian bukan logam, industri alat angkutan,
industri furnitur, industri pengolahan lainnya dan
jasa reparasi dan pemasangan mesin dan
peralatannya. Namun perlambatan tersebut
tertahan dengan tumbuhnya industri makanan
dan minuman yang didukung oleh memasukinya
periode Ramadhan, Idulfitri dan libur sekolah
sehingga mendorong terjadinya peningkatan
permintaan oleh masyarakat.
Penurunan jauh lebih signifikan didorong oleh
penurunan produksi industri manufaktur skala
sedang dan besar. Pada triwulan II 2018, industri
manufaktur skala sedang dan besar terkontraksi
sebesar 0,3% (yoy), jauh sangat menurun
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
mampu tumbuh sebesar 20,6% (yoy). Perlambatan
tersebut terjadi disebabkan oleh penurunan yang
terjadi pada industri makanan dan industri
percetakan dan reproduksi media rekaman.
Penambahan hari libur saat menjelang Idul Fitri
memberikan dampak penurunan produksi yang
signifikan pada industri sedang dan besar yang
membutuhkan jumlah tenaga kerja cukup besar.
Sejalan dengan perlambatan pada lapangan usaha
tersebut, penyaluran kredit lapangan usaha
industri pengolahan turut mengalami
perlambatan. Pada triwulan II 2018, outstanding
kredit ke lapangan usaha industri pengolahan
mencapai Rp552,6 miliar atau tumbuh sebesar
19,2% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang memiliki
outstanding sebesar Rp553,5 atau tumbuh sebesar
23,7% (Grafik 1.23).
Tracking Triwulan III 2018
Pada periode mendatang, kondisi lapangan usaha
industri pengolahan diperkirakan akan mengalami
akselerasi. Hal tersebut didukung oleh
peningkatan produksi hasil perikanan sehingga
mampu mendorong pertumbuhan produksi
industri makanan dan minuman. Peningkatan juga
diperkirakan masih akan terjadi pada industri
pengolahan nikel yang didukung oleh masuknya
bijih nikel kadar tinggi dari Halmahera untuk
dilakukan pengolahan di Sulawesi Tenggara.
Meskipun demikian, pertumbuhan produksi
tersebut dapat tertahan terutama oleh industri
penggilingan padi seiring dengan produksi padi
yang menurun setelah berlalunya panen raya.
1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran
Realisasi Triwulan II 2018
Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran
pada triwulan II 2018 tercatat mengalami
perlambatan sehingga menahan akselerasi
pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Lapangan
usaha tersebut tumbuh sebesar 6,6% (yoy)
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
mampu tumbuh sebesar 8,4% (yoy). Perlambatan
tersebut didorong oleh penurunan yang terjadi
pada perdagangan luar negeri.
Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh KPw
BI Sultra, penurunan yang cukup signifikan terjadi
pada penjualan luar negeri. Pada triwulan II 2018,
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 18
likert scale untuk penjualan luar negeri hanya 0,47,
menurun signifikan dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang mencapai 1,67. Hal tersebut juga
tercermin dari penurunan volume ekspor yang
terjadi pada triwulan II 2018. Pada periode
tersebut, volume ekspor hanya tumbuh sebesar
728,0% (yoy), turun secara signifikan
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 13.290,3% (yoy). Penurunan
tersebut disebabkan oleh telah berlangsungnya
ekspor bijih nikel kadar rendah pada triwulan II
2017 sehingga pertumbuhan ekspor tidak terjadi
secara signifikan. Namun perlambatan kinerja
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran
tertahan oleh peningkatan kinerja perdagangan
domestik yang didukung oleh meningkatnya
permintaan pada periode Ramadhan, Idul Fitri dan
libur sekolah. Hal tersebut juga tercermin dari
terjadinya peningkatan likert scale penjualan
domestik yang sebesar 0,77 dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang hanya sebesar 0,40.
Berbeda dengan perlambatan pada lapangan
usaha perdagangan, laju pertumbuhan penyaluran
kredit ke lapangan usaha tersebut justru
mengalami akselerasi. Pada periode laporan total
penyaluran kredit pada lapangan usaha
perdagangan tercatat sebesar Rp5,1 triliun atau
hanya tumbuh sebesar 1,7% (yoy), mengalami
akselerasi dibandingkan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 1,0% (yoy) (Grafik 1.26).
Tracking Triwulan III 2018
Memasuki triwulan III 2018, kinerja usaha
perdagangan besar dan eceran diperkirakan akan
kembali mengalami perlambatan dengan tumbuh
pada kisaran 6,2% - 6,6% (yoy). Telah berlalunya
momen hari raya keagamaan dan libur sekolah
mendorong terjadinya perlambatan yang terjadi.
Selain itu, perlambatan juga diperkirakan akan
terjadi pada perdagangan luar negeri yang
merupakan dampak dari perang dagang yang
terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sumber: Bea Cukai, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah
Grafik 1.24 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.26 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara
Sumber: Bea Cukai, diolah
Sum Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah
Grafik 1.25 Transaksi Perdagangan Luar Negeri Grafik 1.27 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara
2,040.21
728.0%-2000%
0%
2000%
4000%
6000%
8000%
10000%
12000%
14000%
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Ekspor Sultra (volume) g Ekspor Sultra (sb.kanan)
Volume (ribu ton) yoy
5,062.64
1.7%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
16.0%
18.0%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Kredit Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)
Rp Miliar yoy
235
56.4
-
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I
2015 2016 2017 2018Nilai Eksport Nilai Import
Juta USD
997.33
3.6%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
-
200
400
600
800
1,000
1,200
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Kredit Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan)
Rp Miliar yoy
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 19
1.3.5. Konstruksi
Realisasi Triwulan II 2018
Pada triwulan II 2018, kinerja lapangan usaha
konstruksi tercatat mengalami akselerasi secara
signifikan sehingga mampu mendorong
pertumbuhan perekonomian yang terjadi di
Sulawesi Tenggara. Pada periode tersebut,
lapangan usaha konstruksi mampu tumbuh
sebesar 9,4% (yoy), meningkat dibandingkan
dengan kinerja periode sebelumnya yang hanya
tumbuh sebesar 2,2% (yoy). Peningkatan tersebut
disebabkan oleh based effect point dari
pertumbuhan tahun sebelumnya. Selain itu,
akselerasi tersebut juga tercermin dari
meningkatnya investasi bangunan yang terjadi
pada triwulan II 2018.
Akselerasi yang terjadi juga berdampak pada
penyaluran kredit ke lapangan usaha konstruksi.
Pada triwulan II 2018, outstanding kredit ke
lapangan usaha tersebut sebesar Rp997,3 miliar
atau tumbuh sebesar 3,6% (yoy). Capaian tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan periode
sebelumnya dengan capaian outstanding kredit
sebesar Rp908,9 miliar atau terkontraksi sebesar
1,0%-yoy (Grafik 1.27).
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018, lapangan usaha konstruksi
diperkirakan akan kembali mengalami akselerasi.
Pertumbuhan tersebut masih disebabkan oleh
based effect point dari pertumbuhan tahun lalu
yang hanya sebesar 0,1% (yoy). Selain itu,
pertumbuhan pada lapangan usaha tersebut turut
didorong oleh pembangunan dari proyek yang
dilakukan oleh pemerintah dan swasta yang
tertahan seiring dengan cuaca buruk yang terjadi
sepanjang semester I 2018.
1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA
LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN
Realisasi Triwulan II 2018
Akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara didorong oleh pertumbuhan yang terjadi
pada perekonomian nontambang. Pada triwulan II
2018, perekonomian nontambang mampu
tumbuh sebesar 6,3% (yoy) dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar
5,7% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong oleh
pertumbuhan pada lapangan usaha utama yaitu
lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha
konstruksi.
Peningkatan produksi hasil tabama seiring dengan
masa panen raya yang berlangsung pada periode
tersebut menjadi salah satu faktor yang
mendorong pertumbuhan perekonomian
nontambang. Selain itu, tingginya investasi
bangunan juga menjadi indikator lain yang
mendorong pertumbuhan yang terjadi. Meskipun
demikian, perlambatan yang terjadi pada lapangan
usaha utama lainnya seperti lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran yang disebabkan
oleh penurunan kinerja perdagangan luar negeri
serta lapangan usaha industri pengolahan yang
disebabkan oleh penurunan kinerja industri
manufaktur sedang dan besar menjadi faktor
penahan akselerasi yang terjadi. Dari sisi rasio
komponen lapangan usaha terhadap total PDRB
nonpertambangan, lapangan usaha pertanian
masih mendominasi perekonomian Sulawesi
Tenggara dengan rasio sebesar 29,6% diikuti oleh
lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran dengan masing-
masing pangsa sebesar 16,1% dan 16,0%.
Tracking Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018 mendatang lapangan usaha
non pertambangan diperkirakan akan kembali
mengalami akselerasi dengan pertumbuhan
berada di kisaran 6,3% - 6,7%(yoy). Akselerasi
pertumbuhan yang terjadi disebabkan oleh
akselerasi pada beberapa lapangan usaha utama,
yaitu lapangan usaha pertanian, lapangan usaha
konstruksi dan lapangan usaha industri
pengolahan.
Peningkatan hasil produksi perikanan menjadi
faktor yang mendorong terjadinya peningkatan
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 20
lapangan usaha pertanian. Peningkatan produksi
tersebut turut berdampak pada terjadinya
peningkatan industri pengolahan yang didominasi
oleh industri makanan dan minuman. Selain itu,
masih berlangsungnya pembangunan oleh
pemerintah dan swasta juga menjadi faktor yang
mendorong pertumbuhan perekonomian
nontambang.
Sumber: BPS, ADHK, diolah
Grafik 1.28 Perkembangan Ekonomi Nonpertambangan Sulawesi Tenggara
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
2015 2016 2017 I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Pertumbuhan Ekonomi Tambang Pertumbuhan Ekonomi Non Tambang Pertumbuhan Ekonomi Sultra
%, (YoY)
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 21
BOKS 1
KESIAPAN WAKATOBI SEBAGAI DESTINASI WISATA DUNIA
Siapa yang tidak mengetahui Wakatobi? Gugusan pulau dengan yang berada di tenggara pulau
Sulawesi tersebut memiliki keindahan alam yang tidak kalah dibandingkan dengan wisata lainnya yang
telah mendunia seperti Bali dan Raja Ampat. Hal tersebut dibuktikan dengan masuknya Wakatobi sebagai
100 titik menyelam terbaik di dunia oleh website scubatravel (www.scubatravel.com) bersama dengan 7
titik lainnya yang berasal dari Indonesia. Pengakuan dunia atas keindahan Wakatobi tersebut memberikan
sebuah harapan untuk pengembangan Wakatobi menjadi Bali baru atau bahkan destinasi wisata melebihi
Bali yang mampu menarik minat wisatawan dari seluruh belahan dunia. Namun terdapat satu pertanyaan
yang terbesit untuk mencapai hal tersebut, sudah siapkah Wakatobi?
Gambar 1. Keindahan Bawah Laut Tomia, Wakatobi
Sumber: Pinterest
Dalam menilai kesiapan pariwisata suatu daerah, salah satu cara paling mudah untuk menilainya
adalah melalui 3A, yaitu Aksesibilitas, Amenitas dan Atraksi. Aksesibilitas dinilai dari kemudahan bagi para
wisatawan untuk mencapai destinasi tujuan wisata (DTW) di suatu daerah. Selain itu, amenitas sebagai
penunjang kegiatan pariwisata seperti hotel, restoran dan hiburan juga perlu mendapatkan perhatian
khusus. Kesiapan amenitas yang baik akan memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para
wisatawan saat berkunjung ke suatu destinasi wisata. Terakhir yang tidak kalah penting adalah Atraksi.
Atraksi biasanya selalu menjadi poin pertama yang mampu menarik minat wisatawan, terutama untuk
DTW yang mengedepankan pesona alamnya.
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 22
Atraksi sebagai poin utama pendorong pariwisata terjadi di Wakatobi. Berada dalam segitiga
terumbu karang dunia, keindahan bawah laut Wakatobi tidak perlu lagi diragukan. Beragam jenis
terumbu karang dan biota laut dapat ditemukan dengan mudah saat melakukan beragam aktivitas seperti
snorkeling dan diving. Menyadari bahwa memiliki potensi yang mendukung untuk pengembangan
pariwisata, pemerintah pun tidak melepaskan kesempatan itu. Promosi secara gencar dilakukan untuk
ah
laut di Wakatobi. Berbagai destinasi wisata lainnya dan beragam budaya yang dimiliki turut dipromosikan
sebagai alternatif kegiatan bagi para wisatawan untuk menghindari terjadinya kejenuhan.
Gambar 2. Destinasi Wisata di Masing-Masing Pulau Di Wakatobi
Sumber: www.wakatobitourism.com
Menyadari bahwa tiap pulau memiliki keunggulan pariwisata, pemerintah berupaya untuk
mempromosikan keempat pulau secara menyeluruh. Hal tersebut juga dilakukan untuk menghindari
kesenjangan pembangunan di masing-masing pulau. Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah
selain promosi melalui kerjasama dengan travel agent adalah pelaksanaan festival di masing-masing pulau
dengan mengedepankan ciri dari masing-masing pulau.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah serta keindahan alam dan ragam budaya
yang dimiliki, atraksi yang dimiliki Wakatobi sudah siap untuk dinikmati oleh seluruh dunia. Namun
bisakah seluruh dunia menikmati keindahan Wakatobi? Kemudahan akses menjadi kunci bagi seluruh
wisatawan untuk dapat merasakan secara langsung indahnya Wakatobi. Dengan kondisi geografisnya
sebagai gugusan pulau, Wakatobi hanya dapat dikunjungi melalui jalur udara dan laut. Melalui jalur
udara, hanya terdapat dua maskapai yang memiliki penerbangan langsung ke Wakatobi, yaitu Wings Air
dan Garuda Indonesia dan keduanya hanya melayani rute Kendari Wakatobi (Wangi-Wangi). Wings Air
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 23
memiliki jadwal penerbangan 1x sehari sementara Garuda Indonesia hanya melakukan perjalanan Kendari
Wakatobi sebanyak 4x seminggu. Keterbatasan angkutan udara tersebut semakin terjadi dengan fakta
bahwa jenis pesawat yang digunakan oleh kedua maskapai tersebut adalah ATR dengan kapasitas 70
orang. Selain penerbangan umum tersebut, tersedia juga penerbangan khusus dari Denpasar menuju
Wakatobi (Tomia) menggunakan Garuda Indonesia dengan jenis pesawat ATR. Namun penerbangan
tersebut terbatas khusus untuk tamu dari Wakatobi Dive Resort karena seluruh biaya penerbangan sudah
termasuk dalam biaya paket perjalanan yang ditawarkan oleh Wakatobi Dive Resort.
Gambar 3. Calendar of Event Wakatobi 2018
Sumber: www.wakatobitourism.com
Gambar 4. Penerbangan Langsung Ke Wakatobi
Sumber: Berbagai sumber
Sementara itu, dilihat dari kapasitas bandaranya, bandara Matahora di Wakatobi sudah cukup
memadai meskipun masih perlu untuk dikembangkan. Dengan dimensi runway mencapai 2000 meter x
30 meter, bandara Matahora dapat untuk mendaratkan hingga pesawat jenis Boeing 737 series. Namun
kekuatan runway masih perlu untuk dikembangkan karena saat ini baru mencapai 24 FBXT sementara
untuk boeing 737 series minimal ada 33 FBXT. Kapasitas terminal pun masih cukup terbatas seandainya
PROMOSI
CALENDAR OF EVENT
Promosi oleh pemerintah dilakukanmelalui berbagai cara, seperti kerjasamadengan travel agent dari negara-negara
asal wisatawan dan pembuatan situs (www.wakatobitourism.com)
WANGI-WANGI BINONGKOKALEDUPA TOMIA
WAKATOBI
WAVE
FESTIVAL BARATA
KALEDUPA
FESTIVAL PULAU
TOMIA
FESTIVAL
TUKANG BESIOktober ‘18 Juni ‘18September ‘18 Juni ‘18
Wakatobi Wave merupakan puncak
dari kemeriahan kegiatan di Wakatobi
yang menunjukkan etnis dan budaya
dari keempat pulau yang dimiliki
Merupakan perhelatan budaya akbar
yang menampilkan kesenian
tradisional berupa tarian dan
permainan rakyat serta pameran
produk lokal seperti kuliner dan tenun
Menampilkan beragam astraksi
budaya, pesta kuliner, lomba
memancing dengan pesona utama
adalah Sajo Moane, tarian asli daerah
yang diperagakan oleh anak kecil
Festival tersebut merupakan salah
satu upaya menunjukkan keahlian
penduduk lokal yang telah diwariskan
secara turun temurun
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 24
pesawat dengan kapasitas yang lebih besar akan digunakan untuk mendarat di bandara tersebut. Saat
ini, kapasitas maksimal untuk bandara Matahora adalah 135 orang.
Terbatasnya jadwal penerbangan pada angkutan udara juga terjadi pada penyebrangan laut.
Untuk mencapai Wakatobi melalui laut, terdapat 2 pilihan kapal yaitu menggunakan kapal Pelni milik
pemerintah atau menggunakan kapal milik swasta. Namun jadwal yang minim serta waktu tempuh yang
sangat lama menjadikan angkutan laut ini kurang bersahabat bagi para wisatawan. Kapal Pelni hanya
tersedia 4 hari sekali dengan memakan waktu tempuh hingga 23 jam sementara kapal swasta memiliki
jadwal 2 hari sekali dengan waktu tempuh mencapai 8 jam
Gambar 5. Jadwal Penyebrangan Kapal ke Wakatobi
Sumber: Berbagai sumber
Terbatasnya akses menuju Wakatobi memberikan gambaran bahwa aksesibilitas ke Wakatobi
masih perlu dikembangkan sehingga memudahkan para wisatawan untuk menikmati keindahan di
Wakatobi. Selain itu, amenitas di Wakatobi juga masih perlu untuk dikembangkan. Jumlah penginapan
di Wakatobi terbilang masih cukup terbatas dengan hanya tersedia 40 hotel dan 313 homestay. Jumlah
restoran pun masih terbatas dengan hanya sejumlah 22 restoran. Selain itu, angkutan darat untuk
mencapai destinasi wisata juga masih sangat terbatas. Hal tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan
bagi para wisatawan untuk menjelajahi Wakatobi.
Gambar 5. Amenitas Pendukung Pariwisata Wakatobi
Sumber: Berbagai sumber
Dengan analisis ketiga hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pariwisata Wakatobi masih
memerlukan pengembangan untuk dapat menjadi destinasi wisata dunia. Kemudahan dan kenyamanan
bagi wisatawan yang didukung oleh aksesibilitas dan amenitas yang baik masih perlu ditingkatkan
sehingga atraksi yang dimiliki dapat terjual secara lebih baik lagi dan dapat dinikmati oleh lebih banyak
wisatawan dari seluruh dunia.
PEMERINTAH
SWASTA• Rute : Kendari – Raha – Baubau – Wanci
• Jadwal : 4 hari sekali
• Durasi : ± 23 Jam
• Rute : Kendari – Ereke – Wanci
• Jadwal : 2 hari sekali
• Durasi : ± 8 jam
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 25
n
KEUANGAN PEMERINTAH
2
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2018 26
2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD PROVINSI
TAHUN 2018
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018
untuk pos belanja sebesar Rp3,45 triliun,
menunjukkan penurunan dibandingkan dengan
APBD Perubahan Tahun 2017 sebesar Rp3,87
triliun, atau turun sebesar 11,07% (yoy).
Penurunan tersebut dipengaruhi oleh rasionalisasi
anggaran terhadap realisasi belanja tahun 2017
yang hanya sebesar 91,73% atau sebesar Rp3,55
triliun. Meskipun demikian, anggaran pendapatan
sedikit meningkat menjadi Rp3,52 triliun atau naik
sebesar 0,56% dibanding tahun 2017 (Grafik 2.1).
Peningkatan anggaran pendapatan terjadi karena
pada tahun 2017 Provinsi Sulawesi Tenggara
berhasil membukukan pendapatan sebesar
100,93% dari target.
Dari sisi pendapatan, peningkatan anggaran
pendapatan terjadi pada transfer dari pemerintah
pusat. Pendapatan transfer tersebut ditargetkan
sebesar Rp2,90 triliun atau meningkat 5,03% jika
dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini
terutama terjadi pada komponen Dana Alokasi
Khusus (DAK) seiring dengan meningkatnya
anggaran pariwisata dan anggaran pendidikan
yang kini berada di tingkat provinsi. Di sisi lain,
untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami
penurunan anggaran. PAD Provinsi Sulawesi
Tenggara pada tahun 2018 ditargetkan sebesar
Rp620,40 miliar atau turun 15,89% jika
dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini
terutama terjadi pada komponen pendapatan
pajak daerah. Anggaran pendapatan pada tahun
2018 tersebut masih didominasi oleh pendapatan
transfer dengan pangsa sebesar 82,4%, dengan
alokasi terbesar adalah untuk Dana Alokasi Umum
(DAU) sebesar Rp1,57 triliun dan diikuti oleh Dana
Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp1,21 triliun.
Sementara itu, PAD masih relatif rendah dengan
pangsa sebesar 17,6%, dengan sumber terbesar
berasal dari pajak daerah sebesar Rp446,4 miliar
(Grafik 2.2).
Sementara itu dari sisi belanja, penurunan
anggaran belanja pada tahun 2018 disebabkan
oleh penurunan belanja operasi, belanja modal,
dan belanja transfer ke kabupaten/kota. Pada
tahun ini anggaran belanja operasi hanya sebesar
Rp2,45 triliun atau turun sebesar 1,40%, bahkan
anggaran belanja modal hanya sebesar Rp764,13
miliar atau turun sebesar 23,51% jika
dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya
(yoy). Selain itu, anggaran belanja transfer ke
kabupaten/kota adalah sebesar Rp215,78 miliar
atau turun sebesar 43,29% dibandingkan tahun
lalu. Dengan demikian, anggaran belanja Provinsi
Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 masih
didominasi oleh belanja operasi dengan pangsa
sebesar 70,96%. Komponen belanja terbesar
untuk belanja operasi adalah belanja pegawai
sebesar Rp1,33 triliun dan belanja hibah sebesar
Rp694,7 miliar. Turunnya belanja modal
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah
Ket: APBD 2017 adalah APBD Perubahan 2017
Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah
Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 2.2 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Provinsi Sulawesi Tenggara
2,47
3,50 3,52
2,82
3,87 3,56
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Pendapatan Belanja
Rp Triliun
21,1%
78,9%
64,0%
25,8%
9,8%17,6%
82,4%71,0%
22,2%
6,3%
0,0%
20,0%
40,0%
60,0%
80,0%
100,0%
PAD TRANSFER OPERASI MODAL TRANSFER
PENDAPATAN BELANJAAPBD 2017 APBD 2018
pangsa
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 27
pemerintah daerah pada tahun ini menyebabkan
pangsa komponen tersebut hanya sebesar
22,17%, lebih rendah daripada tahun sebelumnya
yang dapat mencapai pangsa sebesar 25,78%.
2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN
APBD PROVINSI
2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan
Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tenggara hingga periode laporan terealisasi
sebesar 53,62% dari total anggaran APBD 2018,
atau sebesar Rp1,88 triliun (Tabel 2.1). Capaian
tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan
realisasi periode yang sama pada tahun 2017 yang
tercatat sebesar Rp1,75 triliun atau 49,94%
maupun dengan rata-rata realisasi selama lima
tahun terakhir sebesar 53,03%. Peningkatan
realisasi tersebut terjadi di komponen Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yang tak lepas dari efek
membaiknya pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara pada triwulan II 2018 sebesar 6,1%
(yoy). Peningkatan yang terjadi mempengaruhi
kinerja sektor swasta dan pendapatan rumah
tangga sehingga berdampak pada penerimaan
pajak yang lebih tinggi.
Sampai dengan triwulan II 2018, sumber
pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tenggara
masih didominasi oleh pendapatan transfer atau
dana perimbangan (Daper). Meskipun demikian,
pangsa Daper ini mengalami penurunan. Pada
triwulan laporan, pangsa Daper tercatat 77,47%,
lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 yang
sebesar 82,28%. Kondisi ini mengindikasikan
kemandirian fiskal pemerintah provinsi yang
semakin kuat pada periode laporan. Meskipun
demikian, jika dibandingkan dengan target APBD
2018, maka realisasi Daper tersebut hanya
mencapai 50,42%, lebih rendah daripada realisasi
periode yang sama tahun 2017 yang dapat
mencapai 52,10%. Hal tersebut dipengaruhi oleh
realisasi DAK dan DBH Pajak yang hanya mencapai
41,13% dan 34,71% dari target APBD 2018.
Sementara itu, realisasi PAD Sulawesi Tenggara
kumulatif triwulan II 2018 tercatat sebesar
Rp425,44 miliar atau mencapai 68,85% dari target
perolehan PAD selama tahun 2018, lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya
sebesar Rp309,92 miliar atau 42,02%.
Peningkatan tersebut berasal dari realisasi pajak
daerah yang semakin meningkat sejalan dengan
tingginya pembelian kendaraan bermotor akibat
ekspansi taksi online. Pajak daerah yang dapat
dipungut oleh Pemerintah Provinsi adalah pajak
Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemprov Sulawesi Tenggara Kumulatif Triwulan II
Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%)
PENDAPATAN 2.474,02 1.387,50 56,08 3.502,20 1.749,13 49,94 3.521,77 1.888,24 53,62
PENDAPATAN ASLI DAERAH 638,18 279,35 43,77 737,57 309,92 42,02 620,40 425,44 68,58
Pendapatan Pajak Daerah 500,31 221,69 44,31 591,12 199,78 33,80 446,43 297,96 66,74
Hasil Retribusi Daerah 10,88 5,54 50,96 12,04 5,66 47,00 16,75 9,15 54,59
Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23,45 24,27 103,49 37,91 37,87 99,90 37,91 46,71 123,23
Lain-lain PAD 103,54 27,85 26,90 96,50 66,61 69,02 119,32 71,63 60,03
PENDAPATAN TRANSFER 1.825,36 1.106,65 60,63 2.762,39 1.439,21 52,10 2.901,37 1.462,80 50,42
Transfer Pemerintah Pusat 1.820,36 817,97 44,93 2.709,84 1.412,94 52,14 2.884,87 1.454,55 50,42
Dana Bagi Hasil Pajak 58,87 29,06 49,35 60,87 - - 57,71 20,03 34,71
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 34,53 31,16 90,22 38,20 - - 37,12 15,80 42,56
Dana Alokasi Umum 983,24 700,37 71,23 1.563,33 - - 1.575,96 919,31 58,33
Dana Alokasi Khusus 743,71 57,39 7,72 1.047,43 - - 1.214,08 499,40 41,13
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 5,00 288,68 5.773,56 52,55 26,28 50,00 16,50 8,25 -
Dana Otonomi Khusus - - - - - - 16,50 8,25 -
Dana Penyesuaian 5,00 288,68 5.773,56 52,55 - - - - -
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 10,47 - - 2,25 - - - - -
Pendapatan Hibah 11,00 - - 0,18 - - - - -
Pendapatan Dana Darurat - - - 2,07 - - - - -
Pendapatan Lainnya - - - - - - - - -
U R A I A N
Kumulatif Tw II 2018Kumulatif Tw II 2017Kumulatif Tw II 2016
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2018 28
kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor,
pajak air permukaan dan pajak rokok. Dengan
demikian, sumber pemasukan PAD Sulawesi
Tenggara yang sudah tercatat kumulatif triwulan II
2018 sebagian besar berasal dari komponen
pendapatan pajak daerah dengan pangsa sebesar
70,04%, diikuti oleh lain-lain PAD (16,84%), dan
hasil pengelolaan yang dipisahkan (10,98%).
2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja
Sejalan dengan peningkatan realisasi pendapatan,
penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi
Sulawesi Tenggara kumulatif triwulan II 2018 juga
mengalami peningkatan. Realisasi belanja
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sampai
dengan periode tersebut tercatat mencapai
40,49% atau sebesar Rp1,40 triliun (Tabel 2.2).
Capaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya sebesar 29,70% atau
dalam nominal sebesar Rp1,15 triliun. Peningkatan
tersebut berasal dari penyerapan belanja operasi,
belanja modal, serta belanja transfer yang lebih
besar.
Realisasi belanja operasional kumulatif triwulan II
2018 mencapai Rp1,17 triliun atau terealisasi
sebesar 47,84% dari target APBD. Peningkatan
penyerapan terutama terjadi pada pos belanja
hibah dan pos belanja pegawai. Hal tersebut
dipengaruhi oleh adanya pemberian hibah kepada
pihak penyelenggara Pilkada dan aparat keamanan
dalam persiapan penyelenggaraan Pemilihan
Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara pada
bulan Juni. Belanja hibah mengalami peningkatan
realisasi menjadi 69,42% atau Rp482,32 miliar,
dari sebelumnya 43,78% pada triwulan II 2017.
Selain itu, realisasi belanja modal pada periode
laporan juga menunjukkan kinerja yang meningkat
dengan tingkat realisasi sebesar 15,06% atau
senilai Rp115,08 miliar. Kondisi tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan periode yang sama
pada tahun sebelumnya yang terealisasi sebesar
14,06% dari target. Peningkatan tersebut
didorong oleh realisasi belanja jalan, irigasi, dan
jaringan yang mencapai sebesar 24,43%,
meningkat dari sebelumnya 13,66%. Meskipun
demikian, terdapat penurunan realisasi belanja
bangunan dan gedung yang hanya sebesar
12,50% dari sebelumnya 17,65% di tengah fokus
pemerintah daerah untuk penyelenggaraan
Pilkada 2018. Berdasarkan sumbangannya, pangsa
belanja modal terbesar adalah pembangunan
jalan, irigasi dan jaringan yang mencapai 52,74%,
Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemprov Sulawesi Tenggara Kumulatif Triwulan II
Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah
Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%)
BELANJA 2.823,45 994,76 35,23 3.874,39 1.150,78 29,70 3.445,48 1.395,04 40,49
BELANJA OPERASI 1.686,18 749,24 44,43 2.479,94 943,97 38,06 2.445,24 1.169,78 47,84
Belanja Pegawai 624,16 291,41 46,69 1.321,31 535,71 40,54 1.335,40 567,07 42,46
Belanja Barang 406,27 135,17 33,27 501,35 123,37 24,61 378,20 102,23 27,03
Belanja Bunga 18,81 10,17 54,10 12,23 6,93 56,68 6,60 3,79 57,48
Belanja Hibah 582,64 294,87 50,61 610,41 267,21 43,78 694,77 482,32 69,42
Belanja Bantuan Keuangan 54,30 17,62 32,44 34,64 10,75 - 30,27 14,36 -
BELANJA MODAL 832,42 200,47 24,08 998,96 140,45 14,06 764,13 115,08 15,06
Belanja Tanah 14,30 - - 23,10 - - - - -
Belanja Peralatan dan Mesin 64,34 24,90 38,69 121,19 13,38 11,04 168,83 14,77 8,75
Belanja Bangunan dan Gedung 293,89 94,36 32,11 375,12 66,22 17,65 315,55 39,45 12,50
Belanja Jalan, irigasi & Jaringan 459,26 81,16 17,67 444,75 60,75 13,66 248,47 60,69 24,43
Belanja Aset Tetap Lainnya 0,64 0,05 7,23 34,80 0,10 0,28 31,27 0,16 0,51
BELANJA TIDAK TERDUGA 15,46 - - 14,99 1,08 7,19 20,33 - -
Belanja Tak Terduga 15,46 - - 14,99 1,08 7,19 20,33 - -
TRANSFER 289,39 45,05 15,57 380,49 65,28 17,16 215,78 110,18 51,06
Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota 289,39 45,05 15,57 380,49 65,28 17,16 215,78 110,18 51,06
U R A I A N
Kumulatif Tw II 2017 Kumulatif Tw II 2018Kumulatif Tw II 2016
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 29
diikuti oleh belanja bangunan dan gedung sebesar
34,28% dan belanja peralatan dan mesin 12,84%.
Berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per
bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara hingga
triwulan II 2018 relatif baik. Pada triwulan laporan,
kondisi realisasi keuangan Pemprov Sultra
mencapai 43,91% (Grafik 2.3). Meskipun masih di
bawah target 62,14%, capaian ini lebih tinggi
dibandingkan realisasi pada triwulan II 2017 yang
tercatat sebesar 31,09%. Sementara itu, kondisi
penyelesaian fisik mencapai 39,65%, di bawah
target yaitu sebesar 64,79% (Grafik 2.4) namun
masih lebih tinggi dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang sebesar 37,81%.
Sementara itu, untuk proses pengadaan barang
dan jasa, hingga triwulan II 2018, tercatat bahwa
dari total aktivitas strategis yang terdiri dari 387
paket atau senilai Rp691,3 miliar, sebanyak 178
paket telah berjalan dengan sebagian besar proyek
telah melakukan aktivitas pelaksanaan kontrak
kerja.
2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN
APBN
2.3.1 Realisasi APBN Provinsi
Pada tahun ini, alokasi APBN di Provinsi Sulawesi
Tenggara hanya sebesar Rp1,46 triliun, lebih
rendah daripada tahun sebelumnya yang
mencapai Rp1,66 triliun. Berdasarkan jenisnya,
belanja modal dianggarkan sebesar Rp792,39
miliar dengan pangsa sebesar 54,35% dari total
APBN Provinsi Sulawesi Tenggara 2018, diikuti
oleh belanja barang sebesar Rp645,02 miliar
(pangsa 44,24%), belanja pegawai sebesar
Rp15,59 miliar (pangsa 1,07%) dan belanja
bantuan sosial Rp4,95 miliar (0,34%). Komposisi
tersebut relatif tidak jauh berbeda jika
dibandingkan periode tahun 2017.
Selama triwulan II 2018, realisasi belanja APBN di
Sulawesi Tenggara justru mengalami penurunan.
Pada periode laporan, realisasi belanja hanya
sebesar Rp416,87 miliar atau baru terserap sebesar
28,59% dari anggaran yang tersedia, lebih rendah
dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang
dapat terealisasi sebesar Rp521,92 miliar atau
31,43% dari anggaran. Penurunan tersebut
disebabkan oleh rendahnya realisasi belanja
modal. Realisasi belanja modal kumulatif triwulan
II 2018 tercatat sebesar Rp178,63 miliar atau
22,54% dari total anggaran, lebih rendah
dibandingkan periode yang sama pada tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar Rp252,15 miliar
atau 31,27% dari total anggaran belanja modal
dalam APBN 2017 (Tabel 2.3). Penurunan tersebut
disebabkan oleh adanya penundaan proyek
infrastruktur prioritas di Sulawesi Tenggara pada
tahun berjalan, yaitu Bendungan Pelosika serta
pelaksanaan beberapa kegiatan yang sedikit
tertunda di tengah Pilkada 2018.
Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah
Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah
Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara
Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan APBD Sulawesi Tenggara
100,00% 100,00%
31,09%
90,71%
43,91%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2017 2018
Target
Realisasi
100,00% 100,00%
37,81%
95,39%
39,65%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2017 2018
Target
Realisasi
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2018 30
Selain itu, belanja barang kumulatif triwulan II
2018 hanya mencapai Rp229,90 miliar atau
35,64% dari total yang dianggarkan dalam APBN
2018, lebih rendah dibandingkan realisasi tahun
2017 yaitu Rp264,64 miliar. Sementara itu,
realisasi belanja pegawai tercatat sebesar Rp8,34
miliar atau sebesar 53,31%, meningkat
dibandingkan periode sama tahun sebelumnya
yang tercatat sebesar Rp5,13 miliar atau 39,90%.
Peningkatan ini terjadi akibat kenaikan gaji ke-13
dan THR Lebaran pada triwulan laporan.
Dana Desa
Sesuai data dari Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Sulawesi Tenggara, kumulatif triwulan II
2018, besaran Dana Desa yang telah direalisasikan
adalah 59,71% dari total pagu Dana Desa
Sulawesi Tenggara tahun 2018 yang mencapai
Rp1,41 triliun. Sebagian besar kabupaten
mencatatkan realisasi sebesar 60%, sesuai dengan
penyaluran dana desa tahap I dan II. Hanya
terdapat empat kabupaten yang realisasinya
sedikit di bawah 60%, yakni Kab. Konawe, Kab.
Konawe Kepulauan, Kab. Konawe Selatan, dan
Kab. Muna (Tabel 2.4). Secara keseluruhan
serapan dana desa relatif baik. Hal ini didukung
oleh adanya ketentuan batas penyaluran tahap I
dan II pada tahun laporan, dari yang sebelumnya
paling lambat Juli menjadi paling lambat Juni.
2.3.2 Realisasi APBN Kabupaten/Kota
Porsi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara
untuk kabupaten/kota pada tahun 2018 tercatat
sebanyak Rp8,49 triliun. Dana ini dibagikan
kepada 17 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Anggaran APBN Kabupaten/kota
terbagi atas anggaran belanja pegawai sebesar
Rp1,88 triliun atau 22,13% dari total anggaran
APBN untuk Kabupaten/Kota di Sulawesi
Tenggara, anggaran belanja barang sebesar
Rp2,26 triliun (26,61%), belanja modal sebesar
Rp1,26 triliun (14,84%), belanja bantuan sosial
Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Pada Triwulan II 2018
Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa Tahun 2018
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Belanja Pegawai 10,57 5,53 52,28% 12,85 5,13 39,90% 15,59 8,34 53,51%
Belanja Barang 0,00 0,00 0,00% 837,20 264,64 31,61% 645,02 229,90 35,64%
Belanja Modal 967,58 196,33 20,29% 806,28 252,15 31,27% 792,39 178,63 22,54%
Belanja Bantuan Sosial 9,04 0,60 6,65% 4,43 0,00 0,00% 4,95 0,00 0,00%
Total 5735,48 2101,83 36,65% 1660,76 521,92 31,43% 1457,95 416,87 28,59%
% Thd
Target
% Thd
Target
% Thd
Target
Jenis
Kumulatif Tw II 2016 Kumulatif Tw II 2017 Kumulatif Tw II 2018
Pagu Realisasi Pagu RealisasiPagu Realisasi
Kabupaten/Kota Pagu (Rp miliar) Realisasi (Rp miliar) Realisasi (%)
Kab. Bombana 90,64 54,38 60,00%
Kab. Buton 63,34 38,00 60,00%
Kab. Buton Selatan 50,85 30,51 60,00%
Kab. Buton Tengah 54,30 32,58 60,00%
Kab. Buton Utara 59,87 35,92 60,00%
Kab. Kolaka 75,17 45,10 60,00%
Kab. Kolaka Timur 84,61 50,77 60,00%
Kab. Kolaka Utara 106,45 63,87 60,00%
Kab. Konawe 201,47 118,34 58,74%
Kab. Konawe Kepulauan 65,31 38,45 58,87%
Kab. Konawe Selatan 225,02 134,81 59,91%
Kab. Konawe Utara 110,38 66,23 60,00%
Kab. Muna 102,57 60,93 59,40%
Kab. Muna Barat 66,82 40,09 60,00%
Kab. Wakatobi 57,44 34,47 60,00%
Total 1414,25 844,46 59,71%
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 31
Rp4,75 miliar (0,06%), Dana Alokasi Khusus Fisik
Rp1,67 triliun (19,71%), dan Dana Desa Rp1,41
triliun (16,65%).
Ditinjau per jenisnya, realisasi anggaran belanja
pegawai 17 kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara
ini tercatat sebesar 57,76%, lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi belanja pegawai
dari APBN Provinsi Sulawesi Tenggara yang sebesar
53,51%. Hal ini berbeda untuk realisasi belanja
barang. Secara total, realisasi belanja barang
kabupaten/kota kumulatif triwulan II 2018
mencapai 32,70%, lebih rendah dibandingkan
realisasi belanja barang APBN Provinsi Sulawesi
Tenggara yang sebesar 35,64% (Tabel 2.5).
Sementara itu, realisasi belanja modal
kabupaten/kota tercatat lebih tinggi dibandingkan
realisasi APBN Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada
triwulan laporan, anggaran belanja modal
kabupaten/kota telah terealisasi sebesar 37,61%,
sementara di tingkat provinsi hanya terealisasi
sebesar 22,54%. Kab. Konawe Utara menjadi
daerah yang mencatatkan realisasi tertinggi, yaitu
79,74%. Lebih jauh, belanja bantuan sosial dari
APBN kabupaten/kota pada triwulan II 2018
terealisasi sebesar 36,51%. Capaian ini lebih tinggi
dibandingkan belanja bantuan sosial Provinsi
Sulawesi Tenggara yang belum mengalami
realisasi. Tercatat, realisasi belanja bantuan sosial
pada triwulan laporan ini hanya terjadi di Kota
Kendari.
Tabel 2.5 Pencapaian Realisasi APBN Kota/Kabupaten
Keterangan: Belanja dalam Miliar Rupiah
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja ModalBelanja Bantuan
SosialDAK Fisik
Kab. Bombana 53,55% 35,26% 62,12% 0,00% 23,17%
Kab. Buton 53,60% 38,71% 30,37% 0,00% 8,01%
Kab. Buton Selatan 49,61% 31,92% 34,63% 0,00% 24,55%
Kab. Buton Tengah 45,81% 32,50% 48,10% 0,00% 0,00%
Kab. Buton Utara 43,30% 35,13% 3,95% 0,00% 25,00%
Kab. Kolaka 56,65% 31,05% 36,30% 0,00% 13,82%
Kab. Kolaka Timur 50,47% 36,17% 72,17% 0,00% 20,40%
Kab. Kolaka Utara 53,05% 38,29% 44,99% 0,00% 21,16%
Kab. Konawe 57,70% 42,17% 31,02% 0,00% 25,50%
Kab. Konawe Kepulauan 56,02% 29,35% 10,88% 0,00% 16,57%
Kab. Konawe Selatan 55,26% 37,83% 52,29% 0,00% 34,44%
Kab. Konawe Utara 49,08% 18,70% 79,74% 0,00% 19,15%
Kab. Muna 55,57% 38,45% 46,78% 0,00% 19,32%
Kab. Muna Barat 47,27% 35,96% 32,40% 0,00% 3,69%
Kab. Wakatobi 55,55% 40,64% 23,90% 0,00% 15,83%
Kota Baubau 60,09% 28,45% 17,76% 0,00% 15,38%
Kota Kendari 59,82% 31,43% 40,16% 36,51% 5,22%
% Realisasi
Kabuaten/Kota
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 32
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 33
PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH
3
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 34
3.1. KONDISI UMUM INFLASI
Pada triwulan II 2018, inflasi tahunan (yoy)
Sulawesi Tenggara kembali mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara1
pada triwulan II 2018 sebesar 1,79% (yoy), lebih
rendah jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang mencapai 2,39% (yoy) demikian
pula dibandingkan dengan historis pada triwulan II
selama 3 tahun terakhir yaitu sebesar 5,56%.
Dengan kondisi tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara
mencatatkan capaian yang lebih rendah
dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar
3,12% (yoy) maupun inflasi Sulawesi sebesar
3,54% (yoy). Secara spasial Pulau Sulawesi, inflasi
1Angka inflasi Sulawesi Tenggara adalah angka inflasi hasil perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara dengan menggunakan
data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Bau-Bau yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik.
di Sulawesi Tenggara merupakan provinsi dengan
capaian inflasi tahunan terendah.
Berdasarkan kelompoknya, penurunan tekanan
inflasi pada periode tersebut disebabkan oleh
penurunan yang terjadi secara signifikan
disumbangkan oleh penurunan tekanan inflasi
pada kelompok bahan makanan. Hal tersebut
terjadi disebabkan oleh relatif rendahnya curah
hujan pada Mei hingga Juni 2018 dibandingkan
dengan kondisi pada tahun sebelumnya. Selan itu,
penurunan juga terjadi pada beberapa kelompok
lain seperti kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar, kelompok kesehatan dan
kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.
Namun penurunan tekanan inflasi tersebut
Sumber: BPS, Perhitungan Bank Indonesia
Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Sulawesi Tenggara (yoy) dan Kelompok Utama
Sumber: BPS
Grafik 3.2 Peta Inflasi Daerah Pada Triwulan II 2018
Bahan Makanan Perumahan Transportasi
Penurunan disebabkan oleh
based effect point terutama
komoditas sayur-sayuran
Bobot : 26%
Penurunan disebabkan oleh
stabilnya tarif listrik
dibandingkan tahun 2017
Bobot : 26%
Peningkatan disebabkan oleh
peningkatan permintaan
angkutan udara
Bobot : 19%
-
0.11
8.96
7.40
6.205.73
2.03
I II III IV I II
2017 2018
1.57
3.20
2.52
2.86
1.88
0.81
I II III IV I II
2017 2018
1.32
3.26
-
0.53
-
0.58
-
0.64
1.90
I II III IV I II
2017 2018
%, yoy %, yoy %, yoy %, yoy
Inf ≥ 5,0%
4,0% ≤ Inf < 5,0%
SUMATERA 3,4%
ACEH 3,9%
SUMUT 3,4%
RIAU 3,3%
SUMBAR 3,2%
LAMPUNG 2,8%
KEPRI 4,1%
BENGKULU 3,8%
KEP. BABEL 2,5%
SUMSEL 2,9%
JAMBI 4,2%
KALIMANTAN 2,9% KALBAR 3,5%
KALSEL 2,7%
SULAWESI 3,5% SULUT 3,5%
GORONTALO 1,9%
SULTENG 3,6%
KALTIM 2,6%
KALTENG 3,1%
KALTARA 3,0%
SULBAR 2,7%
SULSEL 4,1%
SULTRA 1,8%
JAWA 3,0% BANTEN 3,0%
JAKARTA 3,3%
JABAR 3,1%
JATENG 2,7%
YOGYAKARTA 2,7%
JATIM 2,7%
BALINUSRA 3,3% BALI 3,5%
NTB 3,0%
NTT 2,9%
MALUKU -0,1%
MALUKU UTARA 3,9%
PAPUA 4,1%
PAPUA BARAT 3,4%
MAPUA 2,5%
INFLASI NASIONAL
(YoY)
3,0% ≤ Inf < 4,0%
Inf < 3,0%
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 35
tertahan oleh peningkatan yang terjadi pada 3
kelompok lainnya, yaitu kelompok makanan jadi,
kelompok sandang dan kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan seiring dengan
terjadinya peningkatan permintaan pada periode
Ramadhan, Idulfitri dan libur sekolah.
3.2 PERKEMBANGAN INFLASI BULANAN
(MONTH TO MONTH)
Secara bulanan, pergerakan inflasi IHK Sulawesi
Tenggara selama triwulan II 2018 mengalami trend
yang meningkat setelah mengalami penurunan
pada periode sebelumnya. Pada April 2018,
Sulawesi Tenggara tercatat mengalami deflasi
sebesar 0,16% (mtm), namun mengalami
peningkatan signifikan pada bulan-bulan
selanjutnya dengan capaian inflasi sebesar 1,06%
(mtm) pada Mei 2018 dan inflasi sebesar 1,99%
(mtm) pada Juni 2018 (Grafik 3.3). Dengan capaian
tersebut, rata-rata inflasi bulanan Sulawesi
Tenggara pada periode laporan yang sebesar
0,96% (mtm) lebih tinggi dari rata-rata inflasi
bulanan di triwulan II dalam 3 tahun terakhir yang
sebesar 0,59% (mtm). Dengan trend inflasi
bulanan mengalami peningkatan, rata-rata inflasi
bulanan pada triwulan II jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulanan
triwulan sebelumnya yang sebesar 0,11% (mtm).
Trend curah hujan yang cenderung naik di ketiga
lokasi stasiun cuaca terutama di Kendari dan
sekitarnya yang merupakan sentra produksi sayur
hortikultura memberikan dampak terhadap
terjadinya peningkatan tekanan inflasi di Sulawesi
Tenggara. (Grafik 3.4). Berdasarkan kelompok
barang, peningkatan tekanan inflasi rata-rata
bulanan disumbangkan oleh kelompok bahan
makanan dan kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan.
Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2018
mengalami peningkatan tekanan inflasi yang
Sumber: BPS, Perhitungan BI
Ket: Berdasarkan lokasi stasiun cuaca yang ada di Sultra
Sumber: BMKG, diolah
Grafik 3.3 Pergerakan dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara
Grafik 3.4 Curah Hujan Bulanan di Sulawesi Tenggara
Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm)
Sumber: BPS, Perhitungan BI
0.62
0.09-0.37
-0.16
1.06
1.99
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2015 2016 2017 2018
%, mtm%, mtm%, mtm%, mtm
0
100
200
300
400
500
600
700
800
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02 03 04 05 06
2017 2018
Baubau Kendari Kolaka
Jan Feb MarRata-
rataApr Mei Jun
Rata-
rataJan Feb Mar
Rata-
rataApr Mei Jun
Rata-
rata
Bahan Makanan 2.69 -0.21 -1.66 0.27 -1.22 3.62 5.82 2.74 0.67 -0.05 -0.42 0.07 -0.31 0.89 1.47 0.69
Makanan Jadi, Rokok & Tembakau -0.01 0.49 0.25 0.24 0.58 0.61 0.09 0.42 0.00 0.05 0.03 0.03 0.06 0.07 0.01 0.05
Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar -0.02 0.06 0.10 0.05 0.03 0.08 0.09 0.07 -0.01 0.02 0.03 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02
Sandang -0.05 0.27 0.38 0.20 0.45 0.17 0.41 0.34 0.00 0.02 0.03 0.01 0.03 0.01 0.03 0.02
Kesehatan 0.02 0.28 0.42 0.24 0.29 0.29 -0.26 0.11 0.00 0.01 0.02 0.01 0.01 0.01 -0.01 0.00
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0.01 0.03 0.08 0.04 0.00 0.03 0.06 0.03 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.26 0.11 -0.35 -0.17 0.18 0.38 2.43 1.00 -0.05 0.02 -0.07 -0.03 0.04 0.07 0.47 0.19
Inflasi (mtm) 0.62 0.09 -0.37 0.11 -0.16 1.06 1.99 0.96 0.62 0.09 -0.37 0.11 -0.16 1.06 1.99 0.96
Kelompok
Inflasi (%, mtm) Andil (%, mtm)
Tw I 2018 Tw II 2018 Tw I 2018 Tw II 2018
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 36
cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Pada triwulan II 2018, kelompok
tersebut memiliki rata-rata inflasi sebesar 2,74%
(mtm) atau rata-rata andil sebesar 0,69%, jauh
meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang memiliki rata-rata inflasi sebesar
0,27% (mtm) atau rata-rata andil sebesar 0,07%.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan
harga yang terjadi pada ikan segar dan sayur-
sayuran. Gelombang tinggi dan penurunan
aktivitas pelayaran oleh nelayan pada periode
Idulfitri menyebabkan terjadinya penurunan
produksi ikan segar secara signifikan. Kondisi
cuaca yang kurang kondusif turut menyebabkan
terjadinya penurunan produksi pada sayur-
sayuran. Sementara itu, permintaan terus
mengalami peningkatan sehingga harga ikan segar
dan sayur-sayuran mengalami peningkatan yang
sangat signifikan. Namun peningkatan tekanan
inflasi tersebut dapat tertahan oleh penurunan
tekanan inflasi yang terjadi pada beras seiring
dengan memasukinya musim panen raya di
Sulawesi Tenggara
Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
Tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air,
listrik dan bahan bakar pada triwulan II 2018 cukup
stabil dengan kecenderungan meningkat jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Rata-
rata inflasi kelompok tersebut pada triwulan II
2018 sebesar 0,07% (mtm), sedikit mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang sebesar 0,05% (mtm). Tingginya
kebutuhan rumah tangga atas elpiji pada periode
laporan menjadi faktor yang menyebabkan
terjadinya peningkatan pada kelompok tersebut.
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Tingginya permintaan masyarakat juga terjadi
pada komoditas tiket angkutan udara.
Berlangsungnya periode Idulfitri dan libur sekolah
menjadi faktor utama yang mendorong
peningkatan masyarakat pada kelompok tersebut.
Selain itu, sarana penunjang transpor seperti biaya
servis kendaraan dan komponen kendaraan
lainnya turut mengalami peningkatan untuk
menunjang keamanan dalam berkendara dalam
Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS, Perhitungan BI
Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%)
1 Bawang Merah 0.09 Ikan Kembung 0.27 Angkutan Udara 0.43
2 Bawang Putih 0.04 Ikan Cakalang 0.25 Ikan Cakalang 0.32
3 Rokok Putih 0.03 Ikan Layang 0.16 Ikan Kembung 0.25
4 Cabai Rawit 0.03 Angkutan Udara 0.08 Ikan Layang 0.15
5 Bensin 0.03 Cumi-cumi 0.06 Cumi-cumi 0.11
6 Rokok Kretek Filter 0.02 Ikan Rambe 0.05 Bayam 0.11
7 Emas Perhiasan 0.02 Ikan Bakar 0.04 Kangkung 0.08
8 Angkutan Udara 0.02 Ikan Ekor Kuning 0.04 Terong Panjang 0.06
9 Celana Panjang Jeans 0.01 Ikan Bandeng 0.04 Ikan Rambe 0.06
10 Garam 0.01 Kacang Panjang 0.03 Ikan Ekor Kuning 0.05
1 Ikan Kembung -0.09 Beras -0.21 Beras -0.06
2 Kacang Panjang -0.05 Tarip Taksi -0.01 Bawang Merah -0.02
3 Ikan Cakalang -0.05 Celana Panjang Jeans -0.01 Biskuit -0.02
4 Ikan Rambe -0.04 Air Kemasan -0.01 Cabai Merah -0.01
5 Ikan Layang -0.04 Anggur -0.01 Shampo -0.01
6 Ikan Ekor Kuning -0.03 Jeruk -0.01 Pepaya Muda -0.01
7 Beras -0.03 Pepaya Muda -0.01 Cabai Rawit -0.01
8 Kangkung -0.03 Susu Kental Manis -0.01 Sabun Detergen Bubuk/Cair -0.01
9 Tomat Sayur -0.02 Daging Sapi 0.00 Apel -0.01
10 Ikan Baronang -0.02 Ketimun 0.00 Gula Pasir -0.01
No.APRIL 2018 MEI 2018 JUNI 2018
Penyumbang Inflasi
Penyumbang Inflasi
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 37
melakukan aktivitas mudik masyarakat selama
Idulfitri.
3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YEAR
ON YEAR)
Secara tahunan, inflasi Sulawesi Tenggara pada
triwulan II mencapai 1,79% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
sebesar 2,39% (yoy) (Grafik 3.5). Kondisi tersebut
sejalan dengan kondisi inflasi nasional yang juga
mengalami penurunan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompoknya,
penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya
tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan,
kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar,
kelompok kesehatan, serta kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga.
Kelompok Bahan Makanan
Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II
2018 sebesar 2,03% (yoy), lebih rendah jika
dibandingkan dengan capaian periode sebelumnya
yang sebesar 5,73% (yoy). Penurunan harga yang
terjadi pada komoditas sayur-sayuran dan bumbu-
bumbuan menjadi faktor utama yang
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
inflasi pada periode laporan. Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan beberapa
komoditas sayur mayur dan bumbu-bumbuan,
seperti bawang putih, tomat sayur, sawi hijau,
cabai rawit, kacang panjang, kangkung dan
bayam. Meskipun relatif rendah, kelompok bahan
makanan masih menjadi pemberi andil inflasi
tertinggi di Sulawesi Tenggara, yaitu sebesar
0,53%-yoy (Tabel 3.3).
Namun demikian, kecenderungan menurunnya
inflasi pada kelompok bahan makanan yang
didorong oleh pasokan sayur dan bumbu-
bumbuan ini tertahan akibat tekanan inflasi pada
subkelompok ikan segar. Pada triwulan laporan,
subkelompok ikan segar mencatatkan kenaikan
inflasi menjadi 23,24% (yoy) dari triwulan
sebelumnya yang sebesar 16,26% (yoy).
Peningkatan inflasi ini dipengaruhi oleh tingginya
gelombang laut yang dipengaruhi oleh angin
musim timur sehingga banyak nelayan tidak berani
melaut. Beberapa jenis komoditas yang
mencatatkan inflasi tinggi adalah ikan kembung,
cakalang, layang, dan bandeng. Tingginya inflasi
ini sejalan dengan jumlah tangkapan ikan di Kota
Kendari yang mengalami penurunan (Grafik 3.6).
Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar
Seperti halnya bahan makanan, penurunan
tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok
perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
dipengaruhi oleh tarif listrik yang cenderung stabil
dibandingkan dengan kondisi awal tahun 2017.
Kondisi ini tercermin dari APBN 2018 yang
mengalami peningkatan pada anggaran subsidi
energi. Anggaran subsidi energi pada APBN 2018
mencapai Rp103,37 triliun atau meningkat sebesar
15,03% dibandingkan dengan tahun 2017.
Anggaran subsidi tersebut terdiri dari subsidi
bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji 3 kilogram
sebesar Rp51,13 triliun serta subsidi listrik sebesar
Rp52,23 triliun untuk pelanggan 450 VA dan 900
VA.
Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, yoy)
Sumber: BPS, Perhitungan BI
I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II
Bahan Makanan 11.83 12.07 4.30 3.13 -0.11 8.96 7.40 6.20 5.73 2.03 2.74 2.83 1.04 0.75 -0.03 2.26 1.81 1.49 1.38 0.53
Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 9.67 8.00 8.53 8.08 6.39 5.17 3.09 3.33 2.51 3.60 0.97 0.81 0.87 0.83 0.67 0.54 0.33 0.36 0.27 0.38
Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar 1.53 0.97 0.94 0.52 1.57 3.20 2.52 2.86 1.88 0.81 0.43 0.27 0.26 0.14 0.43 0.86 0.67 0.77 0.51 0.21
Sandang 2.26 2.90 4.70 4.18 2.51 2.42 0.61 1.61 1.38 2.30 0.16 0.20 0.32 0.28 0.17 0.17 0.04 0.11 0.10 0.15
Keseharan 5.40 4.98 5.59 6.92 4.83 4.88 4.35 2.89 2.01 1.65 0.23 0.21 0.24 0.29 0.21 0.21 0.19 0.13 0.09 0.07
Pendidikan, Rekreasi Dan Olahraga 2.84 3.46 7.31 7.45 6.82 6.16 0.78 0.71 0.75 0.59 0.19 0.24 0.50 0.51 0.46 0.42 0.06 0.05 0.05 0.04
Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0.07 -2.30 0.33 -0.90 1.32 3.26 -0.53 -0.58 -0.64 1.90 0.02 -0.48 0.07 -0.18 0.26 0.64 -0.10 -0.12 -0.13 0.36
Inflasi (yoy) 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79
Kelompok 2016 2017 2016 2017 2018
Andil (%,yoy)
2018
Inflasi (%,yoy)
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 38
Penurunan tekanan inflasi pada kelompok
perumahan juga dipengaruhi oleh menurunnya
inflasi pada komoditas perlengkapan rumah
tangga, meliputi kipas angin, mixer, dan setrika.
Kondisi ini ditengarai dipicu oleh program diskon
yang dilakukan oleh pelaku usaha di tengah
momen Ramadan dan Idulfitri. Hal tersebut
terkonfirmasi dari hasil liaison yang dilakukan oleh
KPw BI Sultra ke perusahaan retail modern pada
sektor perdagangan. Dengan kondisi tersebut,
andil inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar mengalami penurunan yang
cukup signifikan, yaitu dari 1,88% (yoy) pada
triwulan I 2018 menjadi 0,81% (yoy) pada triwulan
II 2018.
Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Di sisi lain, kelompok transpor, komunikasi dan
jasa keuangan tercatat mengalami inflasi sebesar
1,90% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan
dengan inflasi pada periode sebelumnya yang
mencatatkan deflasi 0,64% (yoy). Peningkatan ini
didorong oleh meningkatnya permintaan
masyarakat untuk angkutan udara seiring dengan
momen Ramadan dan Idulfitri. Tercatat, tarif
angkutan udara mengalami inflasi sebesar 15,41%
(yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
yang mencatatkan deflasi 8,61% (yoy). Momen
Lebaran juga mendorong tingginya intensitas
penggunaan pulsa ponsel, sehingga mendorong
adanya peningkatan tarif pulsa ponsel sebesar
0,11% (yoy), lebih tinggi dari sebelumnya yang
mengalami deflasi 3,80% (yoy). Meskipun inflasi
pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa
keuangan tertahan dengan adanya penurunan
tarif taksi pada triwulan laporan. Sesuai dengan
hasil liaison, menjamurnya taksi online mendorong
taksi konvensional untuk bersaing dengan
menjaga tarif taksi pada level yang rendah.
3.4. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA
Secara spasial Sulawesi Tenggara, penurunan
tekanan inflasi tahunan didorong oleh terjadinya
penurunan tekanan inflasi pada Kota Kendari.
Kota Kendari mengalami inflasi sebesar 1,07%
(yoy) pada triwulan II 2018, lebih rendah jika
dibandingkan dengan inflasi pada periode
sebelumnya yang sebesar 2,37% (yoy). Di sisi lain,
Kota Bau-Bau justru mengalami peningkatan
tekanan inflasi dari 2,42% (yoy) pada triwulan I
2018 menjadi 3,75% (yoy) pada periode laporan
(Grafik 3.7).
Penurunan inflasi tahunan di Kota Kendari
disebabkan oleh penurunan harga pada beberapa
kelompok komoditas, yaitu kelompok bahan
makanan, kelompok perumahan, air, listrik dan
bahan bakar, kelompok sandang, dan kelompok
kesehatan. Penurunan tekanan inflasi yang terjadi
pada kelompok bahan makanan merupakan faktor
yang dominan menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan inflasi di Kota Kendari.
Capaian tersebut didorong oleh penurunan inflasi
Ket: 2016 =100;
Produksi ikan: Pendaratan ikan di PPS Kendari dan PPI Sodoha Kendari
Sumber: BPS, perhitungan BI
Sumber: BPS, perhitungan BI
Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara Grafik 3.6 Indeks Produksi Ikan di Kendari
1.79%
3.18%
3.54%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 2018
%, YoY
Sultra Nasional Sulawesi
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
indeks
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 39
beras, dari sebelumnya 7,41% (yoy) menjadi
1,17% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan
pada harga beras terjadi seiring dengan masih
berlangsungnya panen raya pada triwulan II 2018.
Selain itu, dari kelompok perumahan, air, listrik
dan bahan bakar, tidak adanya kebijakan
pemerintah terkait peningkatan tarif listrik seperti
yang terjadi pada periode tahun sebelumnya
menjadi salah satu sumber penurunan tekanan
inflasi di Kota Kendari pada periode laporan (Grafik
3.8).
Di lain pihak, peningkatan inflasi di Kota Bau-Bau
disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi
kelompok transpor, komunikasi, dan jasa
keuangan; kelompok bahan makanan; serta
kelompok makanan jadi, minuman, rokok &
tembakau. Meningkatnya aktivitas transportasi
pada hari raya Idulfitri dan masa liburan sekolah
mendorong terjadinya peningkatan harga
terutama komoditas angkutan udara sebesar
10,62% (yoy) pada triwulan laporan, dari
sebelumnya deflasi 23,77% (yoy). Selain momen
Ramadan, tidak kondusifnya cuaca mengakibatkan
produksi ikan tangkap berkurang sehingga
mendorong kuatnya tekanan inflasi. Gelombang
tinggi pada akhir triwulan laporan mendorong
para nelayan tidak melaut sehingga produksi ikan
segar mengalami penurunan yang sangat
signifikan. Komoditas ikan cakalang mencatatkan
peningkatan tekanan inflasi menjadi 19,60% (yoy)
pada triwulan laporan, setelah sebelumnya
mencatatkan deflasi 4,58% (yoy) pada triwulan I
2018. Menurunnya produksi ikan segar turut
berdampak pada meningkatnya tekanan harga
ikan bakar di Kota Bau-Bau. Pada periode laporan,
inflasi ikan bakar tercatat sebesar 34,30% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar
24,85% (yoy).
Sumber: BPS, diolah
Sumber: BPS, diolah
Grafik 3.7 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Bau-Bau
Grafik 3.8 Pergerakan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok di Kota Kendari dan Kota Bau-Bau
Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi Tenggara
Sumber: BPS, Perhitungan BI
2.37 2.42 2.39
3.40
2.85
1.07
3.75
1.79
3.18 3.14
Kendari Baubau Sultra Nasional KawasanTimur
Tw I 2018 Tw II 2018
% (yoy)
0.00
5.00
10.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
Bah
an
Ma
kana
n
Ma
kanan
Ja
di
Peru
ma
ha
n
San
da
ng
Keseh
ata
n
Pen
did
ika
n
Tra
nspo
r
Tw I 2018 Tw II 2018
Kendari
%yoy
Baubau
%yoy
I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II
INFLASI UMUM
Sulawesi Tenggara 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79
Kota Kendari 4.82 4.37 3.09 3.07 2.40 6.17 3.49 2.96 2.37 1.07 4.82 4.37 3.09 3.07 2.40 6.17 3.49 2.96 2.37 1.07
Kota Baubau 4.57 3.49 3.77 1.71 1.85 2.67 2.37 3.00 2.42 3.75 4.57 3.49 3.77 1.71 1.85 2.67 2.37 3.00 2.42 3.75
INFLASI BAHAN MAKANAN
Sulawesi Tenggara 11.83 12.07 4.30 3.13 -0.11 8.96 7.40 6.20 5.73 2.03 2.74 2.83 1.04 0.75 -0.03 2.26 1.81 1.49 1.38 0.53
Kota Kendari 12.94 14.41 3.76 3.54 0.02 11.96 7.73 6.28 5.94 0.26 2.93 3.27 0.90 0.84 0.00 2.98 1.86 1.49 1.42 0.07
Kota Baubau 9.18 6.76 5.63 2.14 -0.43 1.63 6.62 5.98 5.20 6.81 2.25 1.73 1.42 0.54 -0.11 0.43 1.70 1.50 1.30 1.78
Kelompok 2016 2017 2016 2017
Inflasi (%,yoy)
2018 2018
Andil (%,yoy)
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 40
3.5. INFLASI TRIWULAN III 2018
Mengawali triwulan III 2018, Sulawesi Tenggara
tercatat mengalami inflasi sebesar 0,81% (mtm)
pada Juli 2018, mengalami penurunan inflasi
dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang
sebesar 1,99% (mtm). Menurunnya inflasi terjadi
di dua kota perhitungan inflasi, yakni di Kota
Kendari dan Kota Bau-Bau. Penurunan tekanan
inflasi tersebut terutama terjadi pada kelompok
bahan makanan dan kelompok transpor,
komunikasi, dan jasa keuangan.
Penurunan tekanan inflasi pada kelompok bahan
makanan didorong oleh menurunnya harga ikan
segar. Kondusi cuaca dan gelombang yang
semakin kondusif menyebabkan nelayan lebih
banyak melaut sehingga berdampak pada
peningkatan produksi ikan segar, seperti cumi-
cumi, ikan kembung, ikan layang dan ikan
cakalang. Inflasi ikan segar ini mencatatkan adanya
penurunan, dari bulan sebelumnya yang sebesar
12,30% (mtm) menjadi hanya sebesar 2,04%
(mtm) pada Juli 2018. Meskipun demikian,
penurunan tekanan inflasi bahan makanan
tertahan oleh peningkatan harga sayur-mayur
seperti tomat sayur, kacang panjang dan cabai
rawit. Curah hujan yang masih cukup tinggi di
beberapa daerah penghasil sayur menyebabkan
gagal panen, sehingga terjadi keterbatasan stok
dan mendorong terjadinya peningkatan harga.
Dengan kondisi tersebut, inflasi komoditas sayur-
sayuran mencapai 13,43% (mtm).
Selanjutnya pada kelompok transportasi, kembali
normalnya permintaan angkutan udara di Kota
Kendari pasca Idulfitri menjadi penyebab utama
penurunan tekanan inflasi. Tarif angkutan udara
mengalami deflasi 1,47% (mtm) pada Juli 2018,
setelah bulan sebelumnya mencatatkan inflasi
30,45% (mtm).
Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan Sulawesi
Tenggara pada Juli 2018 mencapai 1,61% (yoy)
tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi
pada Juni 2018 yang sebesar 1,79% (yoy).
Penurunan tekanan inflasi tahunan didorong oleh
penurunan pada kelompok bahan makanan
dengan capaian 0,61% (yoy) dibandingkan
dengan bulan sebelumnya yang sebesar 2,03%
(yoy). Capaian yang rendah tersebut didorong oleh
penurunan yang cukup signifikan pada ikan segar
dengan capaian 9,97% (yoy) dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang sebesar 23,24%
(yoy) dan masih tingginya deflasi sayur-sayuran
dengan capaian sebesar 16,37% (yoy).
Meskipun mengalami penurunan tekanan inflasi
pada Juli 2018, laju inflasi tahunan Sulawesi
Tenggara pada triwulan III 2018 diperkirakan akan
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Pada
triwulan III 2018 mendatang, inflasi tahunan
diperkirakan akan berkisar pada 2,55-2,95% (yoy).
Peningkatan tersebut disebabkan karena harga
masih cenderung untuk berada pada level yang
tinggi ditambah dengan kondisi tata niaga bahan
Sumber: SPH, KPw BI Prov. Sultra
Sumber: SPH, KPw BI Prov. Sultra
Grafik 3.11 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang
Mengalami Penurunan Grafik 3.12 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang
Mengalami Peningkatan
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Tomat Sayur Bayam Beras (sb.kanan)
inflasi (%,yoy)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Bandeng Tongkol Kembung
inflasi (%,yoy)
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 41
pangan yang masih sangat terpengaruh dengan
kondisi di luar daerah. Selain itu, risiko
peningkatan inflasi juga diperkirakan berasal dari
biaya pendidikan yang meningkat seiring dengan
musim ajaran baru dan harga bahan bakar
nonsubsidi seiring dengan peningkatan harga
minyak dunia. Kondisi ini juga terindikasi dari hasil
Survei Konsumen. Indeks perubahan harga untuk
6 bulan mendatang meningkat dari sebelumnya
157,0 pada triwulan II 2018 menjadi 173,0 pada
triwulan III 2018.
3.6. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI
Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh
pemerintah daerah bersama Bank Indonesia
melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan II 2018
difokuskan pada upaya meningkatkan intensitas
koordinasi pengendalian inflasi menjelang bulan
Ramadan dan Idulfitri.
Tingginya harga komoditas ikan segar dan sayur-
sayuran sepanjang triwulan II 2018 menjadi fokus
utama kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh TPID
Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mencegah
terjadinya efek berkelanjutan, bertepatan dengan
momen Ramadan. Secara ringkas langkah-langkah
pengendalian inflasi yang ditempuh adalah
sebagai berikut:
1. Penguatan Kelembagaan dan Koordinasi
antar TPID.
Dalam rangka penguatan koordinasi, telah
dilaksanakan rapat High Level Meeting (HLM)
TPID Sulawesi Tenggara. Beberapa hasil rapat
tersebut adalah:
1) Mengoptimalkan kerjasama antar
daerah dan antar instansi (TIPD dan
satgas pangan) untuk mendukung
keseimbangan ketersediaan stok di
seluruh kabupaten/kota di Sulawesi
Tenggara.
2) Menjaga pasokan beberapa
komoditas utama penyebab terjadinya
inflasi selama Ramadan, seperti ikan
segar dan sayur-sayuran.
3) Melaksanakan kegiatan pasar murah
di seluruh kabupaten kota sepanjang
bulan Ramadan. Selain itu, dilakukan
juga dialog interaktif untuk
mengedukasi masyarakat sehingga
tidak belanja secara berlebihan.
4) Melakukan koordinasi dengan
Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia terkait dengan
perkembangan harga sembilan bahan
pokok di Sulawesi Tenggara.
Koordinasi tersebut juga dilakukan
bersama dengan dinas terkait serta
para pelaku usaha sehingga dapat
diperoleh informasi secara lebih
terperinci.
5) Melakukan aktivitas sidak pasar untuk
mengetahui perkembangan harga
terkini dan ketersediaan stok serta
permasalahan yang terjadi sehingga
harga yang dirasakan oleh masyarakat
berada dalam tingkat yang wajar.
2. Operasi Pasar Murah dan Sidak untuk
Menjaga Harga Komoditas
Kegiatan pasar murah terus dilakukan untuk
sebagai salah satu bentuk pengendalian harga
di pasar sehingga dapat mengurangi
peningkatan harga terjadi secara signifikan.
TPID Prov. Sultra bersama dengan satgas
pangan juga telah melakukan sidak ke
beberapa pasar di Kota Kendari secara intensif
untuk beberapa komoditas, termasuk beras.
Sidak secara rutin dilakukan untuk memantau
perkembangan harga dan ketersediaan
pasokan di Sulawesi Tenggara. Pelaksanaan
sidak tidak hanya pada tingkat pengecer,
namun juga tingkat pengusaha penggilingan
beras untuk mengetahui ketersediaan gabah,
perkembangan harga gabah serta informasi
lainnya seperti tingkat permintaan gabah dari
luar Sulawesi Tenggara. Pada triwulan II 2018
yang juga bertepatan dengan periode
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 42
Ramadan, sidak ke pasar secara langsung
dihadiri oleh Menteri Perdagangan RI pada H-
2 Idulfitri. Adanya keterlibatan media dalam
kegiatan sidak pasar ini diharapkan dapat
mendorong keterbukaan informasi kepada
masyarakat melalui pemberitaan yang positif.
Hal ini dilakukan untuk mengelola ekspektasi
masyarakat dengan menyampaikan informasi
kecukupan stok barang. Masyarakat yang
teredukasi selanjutnya tidak akan melakukan
panic buying yang menyebabkan terjadinya
pembelian berlebihan dan mengurangi
ketersediaan barang di pasar.
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 43
STABILITAS KEUANGAN
DAERAH
4
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 44
4.1. GAMBARAN UMUM STABILITAS
KEUANGAN DAERAH
Pada triwulan II 2018, di tengah ketidakpastian
global, kondisi stabilitas sistem keuangan di
Sulawesi Tenggara relatif terjaga. Kondisi tersebut
tercermin pada ketahanan keuangan sektor rumah
tangga, sektor korporasi, UMKM dan institusi
keuangan yang menunjukkan perkembangan yang
positif dengan risiko yang relatif terkendali.
Ketahanan keuangan sektor rumah tangga
semakin kuat dengan adanya peningkatan
penghasilan, optimisme konsumsi, perilaku
berhutang yang aman dan kemampuan keuangan
yang masih cukup untuk berbagai keperluan.
Sementara itu, ketahanan pada sektor korporasi
terus terjaga seiring dengan peningkatan omset
dan perbaikan kondisi likuiditas seiring
menurunnya biaya dan terjaganya margin
keuntungan. Selanjutnya, dari sisi institusi
keuangan masih terpantau kondisi yang kuat
meskipun terdapat moderasi pada indikator aset
bank umum, penghimpunan dana pihak ketiga
dan kredit dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Kondisi yang aman juga terlihat dari
sisi risiko kredit yang masih terkendali.
4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA
4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor
Rumah Tangga
Rumah tangga merupakan salah satu komponen
penting dalam perekonomian dan sistem
keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal tersebut
ditunjukkan dengan kontribusi maupun
keterkaitannya dengan perbankan, pemerintah,
lembaga keuangan lainnya dan korporasi.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kondisi keuangan rumah tangga adalah tingkat
pendapatan, tingkat konsumsi, tingkat
pengangguran dan kondisi pembiayaan/kredit oleh
rumah tangga. Secara umum, tingkat pendapatan,
tingkat pengangguran dan tingkat konsumsi
rumah tangga dipengaruhi oleh kinerja
perekonomian.
Peranan rumah tangga dalam perekonomian yang
tinggi juga terlihat dari pangsanya di dalam PDRB
Sulawesi Tenggara yang secara historis pada
triwulan II merupakan pangsa tertinggi
dibandingkan pada triwulan lainnya (Grafik 4.1).
Secara rata-rata terjadi penurunan peranan rumah
tangga dalam PDRB tersebut terjadi pada provinsi-
provinsi di Sulawesi, begitu pula dengan Sultra
walau konsumsi Sultra mengalami akselerasi
pertumbuhan (Grafik 4.2). Meskipun demikian,
penurunan pangsa tersebut masih berada pada
kondisi yang aman
Sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara, tingkat konsumsi
rumah tangga juga mengalami percepatan. Pada
triwulan II 2018, konsumsi rumah tangga tumbuh
sebesar 6,3% (yoy) jauh lebih tinggi dari
sebelumnya yang sebesar 5,2% (yoy) pada
triwulan I 2018. Selain data historis, hasil Survei
Konsumen juga menunjukkan peningkatan
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah
Sumber: BPS, diolah
Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara
Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT se-Sulawesi
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 45
optimisme rumah tangga untuk melakukan
kegiatan konsumsi. Optimisme tersebut terlihat
dari rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
yang tumbuh menjadi 131,1 pada periode
pelaporan dari 125,3 pada triwulan I 2018 (Grafik
4.3). Kenaikan optimisme tersebut terlihat pada
ekspektasi konsumen terhadap penghasilan,
lapangan kerja serta kondisi usaha (Grafik 4.4).
Dengan kenaikan ekspektasi tersebut, diharapkan
ketahanan rumah tangga akan semakin kuat.
Dari sisi pendapatan rumah tangga, hasil Survei
Konsumen menunjukkan adanya peningkatan
penghasilan rumah tangga pada triwulan II 2018
yang dialami oleh 57% responden, bahkan 1%
dari responden tersebut merasakan peningkatan
yang berarti. Namun untuk menjadi perhatian,
sebanyak 5% responden mengalami penurunan
penghasilan. Sementara itu, sisanya masih
mendapatkan penghasilan yang sama
dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya.
Berdasarkan sektornya, rata-rata sektor usaha
yang disurvei mengalami peningkatan
penghasilan, bahkan seluruh responden yang
menjadi pekerja pada sektor Listrik, Konstruksi dan
Hotel Restoran mengalami kenaikan penghasilan
(Grafik 4.5). Kedepan, ketahanan keuangan sektor
rumah tangga juga diperkirakan akan semakin
kuat seiring dengan bertambahnya optimisme
rumah tangga yang memperkirakan terjadinya
peningkatan penghasilan 6 bulan yang akan
datang. Rumah tangga secara umum yang
memperkirakan kenaikan penghasilan sebagian
besar berasal dari pendapatan tambahan lainnya
sebesar 20% dari total responden dan kenaikan
gaji (pangsa 15%) sedangkan 6% responden
memperkirakan kenaikan omset (Grafik 4.6).
4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga
Pada triwulan II 2018, secara umum, rumah
tangga lebih banyak melakukan pengeluaran
untuk keperluan konsumsi. Rumah tangga
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 Bulan yang lalu
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 Bulan Mendatang
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 46
menggunakan pendapatannya sebesar 59,6%
untuk keperluan konsumsi (Grafik 4.7). Jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya,
pengeluaran untuk konsumsi tersebut mengalami
kenaikan. Selain itu, pengeluaran rumah tangga
untuk tabungan juga mengalami kenaikan dengan
pangsa sebesar 30,4%. Kenaikan porsi
pengeluaran untuk konsumsi dan tabungan
tersebut berimbas pada menurunnya porsi
pengeluaran konsumen untuk membayar cicilan
menjadi 10,1% setelah pada triwulan sebelumnya
dapat mencapai 15,1%.
Berdasarkan klasifikasi kelompok pengeluaran
rumah tangga, secara proporsi, setiap kelompok
rumah tangga memiliki proporsi terbesar
pengeluaran untuk konsumsi, diikuti tabungan
dan pembayaran cicilan. Kelompok dengan
pengeluaran Rp1,0 juta s.d Rp2 juta mencatatkan
konsumsi yang paling tinggi, sebesar 60,4%.
Sementara kelompok rumah tangga dengan
pengeluaran Rp6,1 juta s.d. 7 juta mencatatkan
porsi pengeluaran untuk cicilan terbesar yaitu
22,5%. Porsi pengeluaran untuk tabungan
terbesar terdapat pada kelompok konsumen
dengan pengeluaran Rp5,1 juta s.d. Rp6 juta yaitu
sebesar 32,9% (Grafik 4.8).
Debt Service Ratio
Dalam melihat perilaku meminjam, salah satu
indikator yang digunakan adalah debt service ratio
(DSR). Institusi keuangan menilai bahwa threshold
aman untuk DSR adalah 30%. Rumah tangga
dengan DSR>30% memiliki risiko kredit yang
tinggi karena porsi pendapatan yang digunakan
untuk membayar hutang relatif besar. Hal ini dapat
menyulitkan pembayaran angsuran dan potensial
meningkatkan Non Performing Loan (NPL).
Berdasarkan nilai DSR hasil Survei Konsumen (SK),
risiko kredit rumah tangga di Sulawesi Tenggara
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi
Tenggara Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga
Berdasarkan Pengeluaran/Bulan Grafik 4.10 Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk
Memenuhi Kebutuhan dan Membayar Cicilan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 47
pada triwulan II 2018 menunjukkan kondisi yang
relatif terkendali. Jumlah rumah tangga dengan
DSR<30% masih mendominasi dengan pangsa
sebesar 81,9%, angka tersebut secara signifikan
lebih baik dibanding periode sebelumnya yang
mencatatkan DSR<30% sebesar 52,3%
responden. Meskipun demikian, beberapa kategori
rumah tangga dengan DSR>30% tetap perlu
diperhatikan secara khusus (Grafik 4.9).
Kecukupan Keuangan RT Debitur Bank
Indikator lainnya dalam menilai kinerja keuangan
rumah tangga adalah kecukupan pendapatan
rumah tangga yang menjadi debitur institusi
keuangan untuk membayar kewajibannya.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen, rumah tangga
secara dominan (74,3%) memiliki kondisi
keuangan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan dan membayar cicilan dan masih
terdapat sisa untuk ditabung guna pemenuhan
kebutuhan kesehatan dan pendidikan. Bahkan
4,3% responden rumah tangga menyatakan
bahwa pendapatan yang diterima sangat cukup
sehingga terdapat dana lebih untuk investasi dan
rekreasi. Kelompok masyarakat yang berada dalam
kondisi pas-pasan juga memperlihatkan perbaikan
dari 31,5% pada Triwulan I 2018 menjadi 21,4%
pada triwulan II 2018. Selain itu, tidak ada rumah
tangga yang kondisi keuangannya tidak
mencukupi (Grafik 4.10).
Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang
Selain ekspektasi pendapatan dan kecukupan
keuangan debitur, kondisi keuangan rumah
tangga juga dapat dikategorikan berada dalam
kondisi yang aman karena rumah tangga
memperkirakan beban cicilan/pinjaman akan
semakin ringan. Sesuai hasil Survei Konsumen,
sebanyak 38,6% responden rumah tangga
memperkirakan bahwa posisi pinjaman mereka
pada 6 bulan mendatang akan berkurang (Grafik
4.11). Sebagian besar pengurangan tersebut
terjadi karena pelunasan sesuai dengan jadwal
pembayaran cicilan dan hanya sebagian kecil
terjadi karena adanya percepatan pelunasan.
Sementara itu, rumah tangga yang
memperkirakan posisi pinjaman akan sama
dengan periode sebelumnya adalah sebanyak
54,3%. Di sisi lain, terdapat 4,3% responden
rumah tangga yang memperkirakan akan
bertambah beban cicilannya, namun karena hal
tersebut disertai dengan peningkatan pendapatan
diperkirakan risiko kredit akan tetap terjaga.
Saving Ratio
Dari sisi rasio tabungan terhadap pengeluaran
rumah tangga, responden Survei Konsumen
Sulawesi Tenggara memiliki rasio yang cukup baik,
Hal tersebut mencerminkan penetrasi perbankan
di Sulawesi Tenggara yang relatif baik, bahkan
pada triwulan II 2018 jumlah rumah tangga yang
memiliki saving ratio > 30% mencapai 70% dari
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank
Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 48
total responden (Grafik 4.12). Kondisi tersebut
mengindikasikan rumah tangga di Sulawesi
Tenggara memiliki ketahanan keuangan yang baik
dan mendukung kinerja institusi keuangan.
Dana Cadangan
Dalam menjaga likuiditasnya, rumah tangga dapat
melakukan antisipasi pengeluaran tidak terduga
dengan menyediakan dana cadangan sebagai
buffer. Hasil Survei Konsumen mengindikasikan
rumah tangga di Sulawesi Tenggara memiliki
cadangan dana yang relatif baik, terlihat dari
kepemilikan dana cadangan dalam bentuk
tabungan, deposito maupun uang tunai oleh 83%
responden. Angka tersebut sedikit menurun
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tercatat sebesar 88,3% (Grafik 4.13). Sebagian
besar dana cadangan yang dimiliki oleh rumah
tangga disimpan dalam bentuk simpanan
berjangka waktu singkat dan sedang, yang
merupakan indikasi perilaku wait and see dengan
kecenderungan siap mencairkan dana untuk
keperluan konsumsi tidak terduga. Secara detail,
sebesar 40,6% responden memiliki dana
cadangan sampai dengan 1 bulan pendapatannya.
Sedangkan 31,7% dan 14,1% rumah tangga
masing-masing memiliki dana cadangan sebesar 1-
3 bulan dan 3-6 bulan pendapatannya. Sebesar
2,8% dan 0,4% rumah tangga sudah memiliki
dana cadangan dengan jangka waktu yang lebih
panjang yaitu 6-12 bulan dan di atas 1 tahun
(Grafik 4.14).
Kepemilikan Produk Perbankan
Secara umum, rumah tangga di Sulawesi Tenggara
yang menjadi responden Survei Konsumen relatif
telah memiliki produk-produk perbankan.
Sebanyak 98,7% responden telah memiliki
tabungan di bank dan sebanyak 90,0% telah
memiliki kartu debit yang merupakan fasilitas
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.13 Kepemilikan Dana Cadangan Berupa
Tabungan/Deposito/Cash
Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah
Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya
Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan
40.6
31.7
14.12.8 0.410.4
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
<1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan
6-12 bulan >1tahun Tdk Jawabpangsa
pengeluaran/bulan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 49
standar tabungan perbankan pendamping
tabungan (Grafik 4.15). Sementara dari sisi kredit,
instrumen yang paling banyak dimanfaatkan oleh
rumah tangga adalah kredit kendaraan yang
pangsanya mencapai 18,0% dan kartu kredit yang
dimiliki oleh 2,3% responden. Dalam menentukan
pilihan simpanan bank, beberapa faktor
mempengaruhi preferensi rumah tangga. Secara
agregat, rumah tangga memilih simpanan bank
berdasarkan faktor keamanan (28%) seperti
adanya jaminan pemerintah atau Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS), selanjutnya faktor
pelayanan (25%) dan faktor ketiga utama adalah
lokasi bank (18%) (Grafik 4.16).
4.2.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di
Perbankan
Sektor rumah tangga masih mendominasi dana
pihak ketiga (DPK) yang berada di perbankan
Sulawesi Tenggara. Hal ini tercermin dari pangsa
DPK perseorangan yang mencapai 68,3% dari
keseluruhan DPK di Sulawesi Tenggara dengan
nominal mencapai Rp12,98 triliun (Grafik 4.17).
Pada triwulan II 2018, DPK perseorangan tumbuh
sebesar 13,1% (yoy), relatif stabil dibandingkan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,2%
(yoy) (Grafik 4.18).
Produk simpanan perbankan yang dimanfaatkan
rumah tangga didominasi produk tabungan yang
pangsanya mencapai 69%, sedikit lebih tinggi dari
periode sebelumnya yang mencatatkan proporsi
68,8%. Produk deposito memiliki proporsi sebesar
27,8% sedikit turun dari 28,3% pada triwulan I
2018. Sementara produk giro hanya memiliki
proporsi sebesar 3,2% (Grafik 4.19).
Berdasarkan perkembangannya, pada triwulan II
2018 tabungan perseorangan tercatat tumbuh
sebesar 15,7% (yoy), sedikit menurun dari periode
sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 15,9%
(yoy). Sementara itu deposito dapat tumbuh tinggi
sebesar 17,1% (yoy) setelah pada periode
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara Grafik 4.19 Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Tenggara
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara
Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 50
sebelumnya tumbuh sebesar 15,7% (yoy) (Grafik
4.20).
4.2.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah
Tangga
Selain DPK, keterkaitan rumah tangga dengan
perbankan juga dapat terlihat dari penyaluran
kredit perbankan. Di Sulawesi Tenggara kredit ke
rumah tangga mendominasi realisasi penyaluran
kredit pada triwulan II 2018. Hal tersebut terlihat
dari pangsa kredit untuk perseorangan yang
mencapai 81,0% dari total kredit yang
direalisasikan (Grafik 4.21). Sebagian besar kredit
tersebut masih digunakan untuk konsumsi dengan
pangsa sebesar 70,1%. Sementara itu, pangsa
kredit produktif modal kerja dan investasi masing-
masing mencapai 22,5% dan 7,5% dari total
kredit pada triwulan II 2018 (Grafik 4.22).
Dari sisi kinerjanya, pada triwulan II 2018 kredit
konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 15,3%
(yoy), sedikit lebih rendah dari periode sebelumnya
yaitu 16,6% (yoy). Perlambatan pertumbuhan
tersebut disebabkan oleh perlambatan
pertumbuhan kredit multiguna dari 20,3% (yoy)
pada triwulan I 2018 menjadi 17,5% (yoy) pada
triwulan II 2018. Meskipun demikian, perbaikan
pada kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit
kepemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA) dapat
menahan perlambatan yang terjadi (Grafik 4.23).
Dilihat dari sisi suku bunganya, seperti halnya
perkembangan suku bunga acuan, suku bunga
kredit konsumsi rumah tangga di Sulawesi
Tenggara juga masih stabil. Pada triwulan II 2018,
suku bunga tertimbang kredit perseorangan di
Sulawesi Tenggara mencapai 12,2% per tahun
sedikit lebih rendah dibanding periode sebelumnya
yang tercatat sebesar 12,4% per tahun (Grafik
4.24). Penurunan pada suku bunga tersebut belum
memberikan dampak terhadap risiko kredit yang
ditunjukkan dengan persistensi NPL kredit
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.21 Komposisi Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara
Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara
Grafik 4.24 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 51
konsumsi rumah tangga, pada periode pelaporan
tercatat sebesar 1,3%, sama dengan risiko kredit
konsumsi periode triwulan I 2018.
Kredit Kepemilikan Rumah
KPR dan KPA di Sulawesi Tenggara pada triwulan
II 2018 tumbuh sebesar 10,43% (yoy), mengalami
percepatan dibandingkan periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 8,08% (yoy) (Grafik 4.25).
Percepatan tersebut terutama disebabkan oleh
melonjaknya kredit untuk pembelian rumah tipe
besar (KPR >70). Kredit untuk pembelian rumah
tipe besar tersebut tumbuh sebesar 19,29% (yoy)
pada triwulan II 2018, dibandingkan dengan
periode sebelumnya mengalami kontraksi sebesar
11,81% (yoy). Selain percepatan pertumbuhan,
risiko kredit KPR terus terjaga. Indikator NPL KPR
pada periode pelaporan tercatat sebesar 4,10%,
turun dari sebelumnya yang tercatat sebesar
4,21% (Grafik 4.26). Namun, penyaluran KP Ruko
tetap perlu mendapatkan perhatian khusus dari
perbankan karena melewati threshold 5% yaitu
9,38%.
Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi
Tenggara pada triwulan II 2018 tumbuh sebesar
11,4% (yoy), meningkat dari periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 6,4% (yoy). Perbaikan ini
didorong oleh pertumbuhan positif KKB untuk
kategori kendaraan roda 4 (mobil) sebesar 16%
(yoy) yang pada periode sebelumnya terkontraksi
sebesar 1,3% (yoy). Maraknya pembelian armada
untuk Grab dan taksi konvensional mendorong
tingkat pembelian mobil baru lebih tinggi dari
sebelumnya. Sementara itu, penyaluran kredit
kendaraan roda 2 (sepeda motor) kembali tumbuh
melambat menjadi sebesar 4,0% (yoy) lebih
rendah dari pertumbuhan triwulan I 2018 yang
tercatat sebesar 8,5% (yoy) (Grafik 4.27).
Pada periode laporan, risiko KKB yang tercermin
dari NPL gross masih terjaga pada level yang
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR dan Pangsa KPR Tiap Tipe Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB dan Pangsa Tiap Jenis
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.26 NPL dan Suku Bunga KPR Grafik 4.28 NPL dan Suku Bunga KKB
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 52
rendah yaitu 3,8%, lebih jika dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar
2,5% (Grafik 4.28). Pada triwulan II 2018, NPL KKB
Kendaraan roda 4 adalah 4,1%, mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan I 2018
yang NPL KKB hanya sebesar 1,1%. Sementara itu
risiko kredit kendaraan bermotor roda 2
mengalami penurunan dengan NPL tercatat
sebesar 2,0%, lebih rendah daripada periode
sebelumnya sebesar 11,6%.
Kredit Multiguna
Pangsa kredit multiguna terhadap total kredit
konsumsi di triwulan I 2018 sebesar 75,2%.
Besarnya penggunaan kredit konsumsi
perseorangan untuk multiguna menunjukkan
bahwa kebutuhan pembiayaan rumah tangga
untuk kebutuhan lain di luar kebutuhan untuk
memiliki rumah, kendaraan bermotor maupun
peralatan rumah tangga masih sangat besar. Hal
ini terjadi karena pengajuan kredit multiguna yang
relatif lebih mudah dengan jaminan/agunan yang
relatif ringan dan dana yang diterima dapat secara
leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam
melakukan aktivitas yang tidak mengikat jenisnya.
Pada triwulan II 2018, kredit multiguna tumbuh
sebesar 17,5% (yoy) sedikit lebih rendah
dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh
sebesar 19,2 (yoy) (Grafik 4.29). Perlambatan
tersebut disebabkan oleh kinerja kredit multiguna
dengan nilai kredit >100 juta s.d 500 juta (pangsa
83,2%) yang tumbuh melambat sebesar 25,8%
(yoy) dibandingkan periode sebesar 27% (yoy).
Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga untuk
fasilitas multiguna masih terkendali. Pada periode
laporan, NPL kredit multiguna tercatat sebesar
0,4% lebih rendah dibandingkan periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,5% (Grafik
4.30).
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: Bloomberg, diolah
Grafik 4.29 Pertumbuhan Multiguna dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit
Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor
14,479
57.23
-60.00
-40.00
-20.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Harga Nikel Perubahan yoy (sb. Kanan)
USD/metric ton %, yoy
11
12
13
14
0.0
2.5
5.0
7.5
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Multiguna <Rp50jt
>Rp50jt - Rp100 jt >Rp100jt - Rp500jt
>Rp500jt Sk.Bunga
NPL % sk. bunga %
Minyak Nilam, 0.60%Perikanan,
2.61%
Feronikel, 69.65%
Bijih Nikel, 25.48%
Lainnya, 1.66%
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 53
4.3. ASESMEN SEKTOR KORPORASI
4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi
Kondisi kerentanan pada sektor korporasi
tercermin dari kinerja perekonomian dari sisi
penawaran. Pada triwulan II 2018 terdapat
lapangan usaha utama yang mengalami
perlambatan kinerja, yaitu lapangan usaha
pertambangan dan penggalian, lapangan usaha
industri pengolahan dan perdagangan besar dan
eceran. Perlambatan pertumbuhan produksi hasil
pengolahan berdampak terhadap perlambatan
lapangan usaha pertambangan dan penggalian.
Selain itu, hal tersebut juga berdampak pada
terjadinya perlambatan pertumbuhan produksi
feronikel dan terjadi penurunan kinerja pada
lapangan usaha industri pengolahan. Penurunan
tersebut juga salah satunya disebabkan oleh hari
libur yang lebih panjang saat menjelang Idul Fitri
sehingga berdampak pada produktivitas industri.
Sebagai second round effect, perdagangan pun
terkena dampak terutama perdagangan
internasional. Hal tersebut dikarenakan komoditas
utama ekspor Sulawesi Tenggara adalah hasil
pertambangan (bijih nikel dan nikel olahan)
dengan pangsa mencapai 95,1% (Grafik 4.32)
Ketergantungan terhadap nikel semakin
memberikan risiko yang cukup besar karena harga
nikel dunia sangat dipengaruhi oleh permintaan
dunia. Pada triwulan II 2018, harga nikel mampu
tumbuh sebesar 57,2% (yoy) dan terus berada
dalam tren meningkat sejak tahun 2016 (Grafik
4.31). Namun dengan maraknya isu perang dagang
antara Amerika Serikat dan Tiongkok dapat
berdampak terhadap perkembangan ekspor hasil
pertambangan Sulawesi Tenggara karena negara
tujuan ekspor utama Sulawesi Tenggara untuk hasil
pertambangan adalah Tiongkok.
4.3.2. Kinerja Korporasi
Omset Penjualan
Penjualan domestik pada triwulan II 2018
menunjukkan kinerja yang meningkat.
Peningkatan penjualan domestik didorong oleh
beberapa faktor, antara lain (i) membaiknya kinerja
sektor pertambangan, (ii) meningkatnya proyek
konstruksi dan (iii) realisasi THR yang mendukung
peningkatan daya beli dan mendorong
perdagangan. Penjualan domestik yang meningkat
ini terindikasi dari daya beli konsumen yang
semakin membaik. Lebih lanjut, pelaku usaha
memperkirakan perbaikan kondisi usaha masih
terjadi pada triwulan laporan.
Perusahaan di sektor pertanian mengalami
peningkatan, terutama untuk komoditas tabama.
Perusahaan penggilingan padi menyatakan
peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya
kebutuhan masyarakat memasuki Ramadan dan
Idulfitri. Selain itu, perusahaan juga
menginformasikan bahwa peningkatan ini terjadi
seiring dengan merek produksi sendiri yang
semakin dikenal oleh konsumen sehingga
mendukung kapasitas produksi dari perusahaan.
Selain itu perusahaan di subsektor perikanan
mengungkapkan bahwa terjadi penurunan
produksi dibandingkan tahun lalu. Korporasi
menyatakan bahwa faktor utama dari adanya
penurunan ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang
tidak terlalu baik, sehingga menyebabkan banyak
nelayan yang tidak melaut. Korporasi
menginformasikan bahwa pengiriman tahun ini
lebih rendah dibandingkan tahun lalu karena
terdapat korporasi yang mengalami kerusakan
pada mesin pembekuan, sehingga tidak dapat
menampung maksimal hasil tangkapan yang akan
dikirim ke Surabaya dan Jakarta.
Korporasi sektor pertambangan yang
memproduksi nikel mengalami peningkatan
permintaan. Di sisi lain, korporasi yang
memproduksi aspal menyatakan permintaan relatif
stagnan dan bahkan cenderung menurun.
Penurunan ini terjadi seiring dengan efek Pilkada
serentak yang mengakibatkan sejumlah proyek
APBN maupun APBD pada periode laporan belum
berjalan dengan baik. Korporasi di sektor
konstruksi secara umum mengalami peningkatan.
Hal ini disebabkan anggaran infrastruktur APBN &
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 54
APBD mengalami peningkatan, sehingga proyek
konstruksi yang dilakukan oleh Korporasi juga
mengalami akselerasi positif. Korporasi di sektor
perdagangan secara umum mengalami
peningkatan. Sementara korporasi di sektor
industri pengolahan beton mengungkapkan
adanya penurunan penjualan pada tahun 2018.
Berdasarkan pola historisnya, Korporasi
menambahkan penjualan tertinggi biasanya akan
terjadi pada akhir tahun, terutama di November-
Desember. Hal ini sejalan dengan upaya
penyelesaian proyek-proyek pemerintah sebelum
tahun anggaran berakhir.
Kegiatan ekspor menunjukkan penurunan. Sejalan
dengan menurunnya tangkapan ikan , korporasi di
subsektor perikanan menjelaskan bahwa terjadi
penurunan jumlah ekspor dibandingkan tahun
lalu. Korporasi menyampaikan bahwa pada dua
tahun terakhir ini, kondisi tangkapan tidak sebaik
tahun-tahun sebelumnya di tengah anomali cuaca
di Kawasan Sulawesi Tenggara. Korporasi yang
memproduksi feronikel mengungkapkan
peningkatan ekspor. Sementara itu, Korporasi
komoditas aspal mengungkapkan adanya
penurunan ekspor ke Tiongkok.
Biaya
Pada triwulan II 2018, berdasarkan hasil liaison,
Tekanan biaya secara umum menurun
dibandingkan triwulan lalu, meskipun masih
tumbuh meningkat secara tahunan. Sektor
pertanian mengalami peningkatan biaya akibat
kenaikan biaya bahan baku. Korporasi
menjelaskan bahwa naiknya biaya pembelian
gabah sejalan pasokan gabah yang berkurang di
Keterangan Skala Likert:
+/- 4,00 = Kenaikan/Penurunan Signifikan Di Luar Rata-rata/Pola Normal Korporasi
+/- 3,00 = Kenaikan/Penurunan Di Atas Rata-rata Pola Normal
+/- 2,00 = Kenaikan/Penurunan Sesuai dengan Pola Normalnya
+/- 1,00 = Kenaikan/Penurunan Di Bawah Pola Normalnya
Sumber: Liaison KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Grafik 4.33 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison
Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Grafik 4.34 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara
Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 55
tengah persaingan dengan perusahaan Sulawesi
Selatan yang mampu membeli gabah Sultra
dengan harga yang lebih tinggi. Begitu pula
dengan Korporasi di subsektor perikanan yang
menginformasikan bahwa peningkatan biaya
terjadi disebabkan harga beli ikan yang tinggi dari
nelayan seiring dengan intensitas cuaca hujan yang
tinggi.
Korporasi di sektor pertambangan mengalami
perubahan biaya yang bervariasi. Korporasi
menyatakan bahwa cash cost feronikel di periode
laporan mengalami penurunan dibandingkan
biaya di tahun 2017 akibat efisiensi penggunaan
energi yang dilakukan oleh perusahaan. Namun
terdapat juga peningkatan biaya yang didorong
untuk penyediaan bahan baku meliputi sewa alat
angkut dan shipment. Adapun Korporasi produsen
aspal mengungkapkan bahwa komponen biaya
masih relatif sama dengan tahun sebelumnya.
Korporasi menambahkan bahwa besaran
komponen biaya per satuan (HPP) relatif stabil
seperti kondisi di tahun sebelumnya.
Sektor konstruksi mengalami peningkatan biaya.
Biaya bahan baku mengalami peningkatan sejalan
dengan kenaikan harga komoditas semen dan baja
pada periode berjalan. Sektor perdagangan
mengalami peningkatan biaya. Korporasi
perdagangan retail mengungkapkan peningkatan
sebesar 5-10% untuk biaya bahan baku sejalan
dengan meningkatnya pasokan barang persediaan
di tengah momen Ramadhan, meskipun demikian
biaya tenaga kerja mengalami sedikit penurunan
sejalan dengan upaya efisiensi yang dilakukan
perusahaan dengan mengurangi pegawai. Adapun
Korporasi perdagangan otomotif menyatakan
terdapat kenaikan HPP kendaraan dan suku
cadang yang berkisar antara 2%-3% sebagaimana
pola rutin tahunannya. Sektor pengolahan
mengalami peningkatan biaya. Biaya bahan baku
cenderung meningkat dibandingkan tahun lalu,
seiring dengan kenaikan harga semen maupun
pasir dan batu dari supplier.
Margin Keuntungan
Pada triwulan II 2018, harga jual cenderung
meningkat dan turut meningkatkan tingkat margin
usaha. Sektor pertanian memiliki harga jual yang
meningkat sehingga margin usaha sedikit
meningkat. Untuk subsektor pertanian, kenaikan
harga jual dibandingkan periode tahun
sebelumnya terjadi seiring dengan kenaikan harga
beli gabah.
Dari sisi margin, korporasi menjelaskan bahwa
tingkat margin relatif sama dengan tahun
sebelumnya, berada pada kisaran 2-2,5% untuk
menahan kenaikan tingkat margin dalam rangka
menjaga persaingan dan daya beli, terutama
dengan perusahaan penggilingan di luar Sultra.
Sementara di subsektor perikanan, Korporasi
menjelaskan bahwa kenaikan harga ikan didorong
oleh tingginya kebutuhan konsumsi ikan di
masyarakat, serta tingginya permintaan ikan dari
pembeli di Jakarta dan Surabaya. Adapun untuk
margin yang diterima perusahaan meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya, yakni pada
kisaran 5%. Sektor pertambangan mengalami
peningkatan harga jual dan margin. Korporasi
menyatakan bahwa harga jual nikel terus
menunjukkan tren peningkatan mengikuti
pergerakan harga nikel dunia. Sementara untuk
aspal, Korporasi menjelaskan bahwa harga jual
stabil sejalan dengan stabilnya tingkat permintaan
global untuk komoditas aspal yang memberikan
dampak stabilnya tingkat margin di periode
laporan. Sektor konstruksi mengungkapkan
bahwa pengerjaan proyek konstruksi berdasarkan
pada kesepakatan di awal pengerjaan. Korporasi
menyatakan pada tahun 2018 ini, tingkat margin
relatif stabil dan berkisar pada angka 7-10%.
Korporasi di sektor perdagangan retail
mengungkapkan bahwa secara umum terdapat
penurunan harga jual sebesar 2-3% jika
dibandingkan kondisi di tahun sebelumnya.
Korporasi di sektor pengolahan beton
menginformasikan harga jual pada periode ini
sedikit meningkat dibandingkan tahun
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 56
sebelumnya. Semakin kompetitifnya persaingan,
mendorong perusahaan untuk meningkatkan
harga jual beton tidak terlalu tinggi. Sementara itu,
Korporasi menambahkan margin yang didapat
relatif stabil pada kisaran 10%.
Kondisi likuiditas keuangan korporasi
Berdasarkan hasil SKDU, pada triwulan II 2018
secara umum kondisi likuiditas keuangan korporasi
terpantau dalam kondisi yang relatif aman walau
terlihat terdapat sedikit peningkatan tekanan. Hal
ini tercermin dari persentase responden yang
menyatakan kondisi likuiditas perusahaan dalam
kondisi baik mengalami penurunan dari 50,58%
pada triwulan lalu menjadi 33,53% pada triwulan
laporan. Jumlah responden yang menyatakan
kondisi likuiditas perusahaan cukup baik sebesar
64,12% lebih besar dari pangsa triwulan lalu yang
tercatat sebesar 48,26%. Sementara itu, tekanan
terlihat dari kenaikan responden yang menyatakan
kondisi likuiditas perusahaan berada pada kondisi
yang buruk untuk memenuhi kebutuhan
operasionalnya menjadi 2,35% pada triwulan II
2018, naik dari 1,16% pada triwulan lalu (Grafik
4.34).
Jika dilihat secara sektoral, hampir seluruh
korporasi memiliki tingkat liku
industri yang memiliki korporasi yang memiliki
sektor transportasi, 60% korporasi yang di survei
memiliki kondisi likuiditas perusahaan yang buruk.
Sedangkan di sektor industri, terdapat 5,6%
korporasi yang memiliki kondisi likuiditas
keuangan yang buruk. Dengan kondisi likuiditas
yang buruk, korporasi melakukan adjusment dan
terus berhati-hati agar tidak berlanjut sampai
dengan solvabilitas yang buruk. Di lain sisi, sektor
konstruksi memiliki likuiditas yang sangat baik
dengan 80% korporasi yang bergerak di bidang
tersebut memiliki likuiditas yang baik dan 20%
memiliki likuiditas yang cukup. Hal tersebut
merupakan suatu pertanda berjalannya proses
pembangunan di suatu daerah, karena konstruksi
memiliki excess liquidity (Grafik 4.35).
Beban Angsuran Hutang Korporasi
Dari sisi kemampuan membayar hutang, korporasi
di Sulawesi Tenggara secara umum masih memiliki
risiko gagal bayar yang relatif terjaga dan semakin
membaik. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan II
2018 yang menunjukkan bahwa terdapat 30,0%
responden korporasi yang merasakan bahwa
beban angsuran perbankan menjadi lebih ringan.
Kondisi ini membaik dibandingkan triwulan lalu
yang tercatat sebesar 23,6%. Lebih jauh, sebanyak
64,0% responden yang menyatakan beban
angsuran tetap seperti periode sebelumnya.
Namun demikian, perlu menjadi perhatian bahwa
terdapat korporasi yang menyatakan beban
angsuran akan semakin berat. Responden yang
merasakan angsuran semakin berat mencatatkan
Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah
Grafik 4.36 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 57
persentase sebanyak 6,0%, relatif sama dengan
periode sebelumnya.
Secara sektoral, terdapat pelaku usaha di sektor
angkutan dan sektor hotel restoran yang
menyatakan beban angsuran hutang ke depannya
akan semakin berat. Sektor angkutan mencatatkan
adanya peningkatan persentase responden yang
merasa angsuran semakin berat, dari sebelumnya
16,7% pada triwulan lalu menjadi 50% responden
pada triwulan laporan. Sementara itu, pada sektor
hotel restoran mengalami kenaikan persentase
responden yang menyatakan angsuran semakin
berat, yakni dari sebelumnya 0% menjadi 12,5%
pada triwulan laporan (Grafik 4.36).
4.3.3. Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi
Selain pemetaan faktor-faktor risk factor dan
kerentanan sektor korporasi, untuk memitigasi
risiko sistemik diperlukan juga analisis interkoneksi
antarsektor. Dalam usahanya, sektor korporasi
sangat terkait erat dengan sektor perbankan
dengan adanya penempatan DPK korporasi pada
perbankan dan penyaluran kredit perbankan
kepada korporasi untuk modal kerja dan investasi.
Eksposur kredit perbankan pada sektor korporasi
pada triwulan II 2018 tercatat sebesar 19% dari
total kredit di Sulawesi Tenggara (berdasarkan
lokasi proyek). Saat ini memang eksposur kredit
perbankan pada sektor korporasi yang masih
berada di bawah kredit perbankan terhadap
rumah tangga, namun korporasi menjadi sumber
pendapatan tenaga kerja sehingga gangguan pada
korporasi juga dapat berdampak pada sistem
keuangan melalui jalur rumah tangga.
Secara nominal, kredit perbankan pada sektor
korporasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan II
2018 mencapai Rp4,98 triliun mengalami
pertumbuhan sebesar 6,0 % (yoy) (Grafik 4.38)
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 9,5% (yoy). Perbaikan
pertumbuhan tersebut terjadi pada penyaluran
kredit korporasi terutama modal kerja dan
konsumsi. Kredit investasi yang memiliki pangsa
sebesar 56,9% masih mengalami kontraksi sebesar
11,2% (yoy). Sementara itu kredit modal kerja
yang memiliki pangsa sebesar 42,4% tumbuh
sebesar 41,9% (yoy) dan kredit konsumsi yang
memiliki pangsa 0,7% tumbuh sebesar 92,2%
(yoy).
Kredit Modal Kerja Korporasi
Posisi kredit modal kerja korporasi di Sulawesi
Tenggara pada triwulan II 2018 mengalami
loncatan dengan tumbuh sebesar 41,9% (yoy)
setelah sebelumnya mengalami kontraksi sebesar
10,7% (yoy). Dari sisi nominalnya, penyaluran
kredit modal kerja korporasi pada periode laporan
mencapai Rp2,11 triliun. Kenaikan tersebut
disebabkan oleh perbaikan penyaluran kredit
modal kerja pada sektor konstruksi dan jasa usaha.
Sektor Konstruksi yang pada periode pelaporan
memiliki pangsa sampai dengan 28,4% dari total
kredit modal kerja korporasi mengalami kontraksi
sebesar 7,6% (yoy) dari sebelumnya terkontraksi
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.37 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Korporasi
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 58
16,0% (yoy) pada triwulan I 2018. Sedangkan
kredit perdagangan yang memiliki pangsa 23,7%
juga terkontraksi sebesar 8,7% (yoy), terkontraksi
lebih dalam dari periode sebelumnya yang
mengalami kontraksi 6,3% (yoy). Sementara itu,
kredit modal kerja pertambangan yang pada
triwulan II 2018 memiliki pangsa sebesar 41,1%
terkontraksi sebesar 17,3% lebih dalam dibanding
periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar
8,1% (yoy) (Grafik 4.39). Dari sisi risiko kredit,
secara umum terjadi kenaikan risiko. Hal ini
terlihat dari indikator NPL kredit modal kerja
korporasi yang meningkat namun tetap berada di
bawah threshold 5%. NPL kredit tersebut pada
triwulan II 2018 tercatat sebesar 3,55% lebih
tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang
tercatat 2,73% (Grafik 4.40). Kenaikan tekanan
risiko kredit tersebut berasal dari peningkatan
risiko pada sektor pertambangan.
Kredit Investasi Korporasi
Kredit investasi korporasi yang disalurkan sampai
dengan triwulan II 2018 mencapai Rp2,84 triliun,
mengalami kontraksi sebesar 11,2% (yoy),
memburuk dibanding dengan periode sebelumnya
yang terkontraksi sebesar 9,2%. Kredit investasi
sektor pertambangan memiliki pangsa terbesar
mencapai 53,09%. Pada triwulan II 2018 kredit
investasi korporasi pada sektor pertambangan
tumbuh positif sebesar 13,7% (yoy) lebih baik dari
periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar
17,3% (yoy). Kredit investasi sektor pertanian yang
memiliki pangsa sebesar 12,7% kembali
mencatatkan pertumbuhan yang positif. Pada
periode laporan, kredit pada sektor tersebut
tumbuh sebesar 18,0% (yoy) relatif stabil
dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh
sebesar 17,9% (yoy) Sementara kredit investasi
sektor perhotelan yang memiliki pangsa sebesar
8,0% terkontraksi sebesar 12,1 % (yoy).
Walaupun terkontraksi, hal tersebut lebih baik dari
periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar
12,7% (yoy) (Grafik 4.41).
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.39 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan
Grafik 4.41 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.40 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi Grafik 4.42 Pergerakan NPL Kredit Investasi Korporasi
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 59
Selain mengalami kontraksi lebih dalam, risiko
kredit investasi korporasi juga mengalami
peningkatan walau tetap terjaga pada level yang
rendah di bawah threshold 5%. Pada triwulan II
2018, NPL kredit investasi korporasi terpantau di
level 0,76% lebih tinggi dibandingkan periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,01% (Grafik
4.42).
4.4. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN
(PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA
4.4.1. Aset Bank Umum
Secara keseluruhan, aset bank umum yang berada
di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018
mencapai Rp26,97 triliun, tumbuh sebesar 8,4%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,9% (yoy)
(Grafik 4.43). Penurunan tersebut terjadi karena
bank Pemerintah maupun bank swasta nasional
menunjukkan perlambatan pertumbuhan aset.
Berdasarkan pangsanya, bank pemerintah masih
mendominasi industri perbankan di Sulawesi
Tenggara dengan porsi aset mencapai 84,3% dari
total aset bank umum, sedangkan pangsa total
aset bank swasta nasional hanya sebesar 15,7%
dari total aset bank umum di Sulawesi Tenggara
(Grafik 4.44).
Secara spasial, aset perbankan masih
terkonsentrasi di Kota Kendari dengan pangsa
mencapai 58,9% dari keseluruhan aset bank
umum yang ada di Sulawesi Tenggara. Kondisi
tersebut masih menunjukkan bahwa perbankan
masih terkonsentrasi di daerah ibu kota provinsi
sebagai motor penggerak perekonomian. Daerah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.43 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.44 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank
Tabel 4.1 Aset Bank Umum Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018
Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, Pertumbuhan Aset secara yoy Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
Tw I 2018 Tw II 2018
Kab. Bombana 322,7 1,2 19,20 30,81
Kab. Buton Utara 195,0 0,7 4,75 (12,53)
Kab. Konawe Utara 403,0 1,5 49,17 64,77
Kab. Wakatobi 414,2 1,5 5,83 25,32
Kab. Kolaka Utara 311,8 1,2 28,78 26,98
Kab. Konawe Selatan 551,9 2,0 23,57 25,15
Kab. Buton 195,4 0,7 12,79 12,42
Kota Baubau 2.988,4 11,1 6,56 7,52
Kota Kendari 15.894,6 58,9 12,98 6,66
Kab. Kolaka 3.199,0 11,9 14,20 8,45
Kab. Konawe 634,1 2,4 21,09 19,57
Kab. Muna 1.856,9 6,9 7,99 2,40
Sulawesi Tenggara 26.967,0 100,0 12,85 8,39
Kota/Kabupaten Aset (Rp miliar)Pangsa thd Sultra
(%)
Pertumbuhan Aset (%, yoy)
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 60
lainnya yang memiliki aset bank cukup besar
adalah Kabupaten Kolaka dan Kota Bau-Bau
dengan pangsa masing-masing sebesar 11,9%
dan 11,1%. Dari sisi perkembangannya,
pertumbuhan aset pada 3 daerah dominan
tersebut berada di sekitar rata-rata pertumbuhan
aset Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan aset bank
yang tinggi justru terjadi pada daerah-daerah
dengan pangsa aset yang relatif kecil seperti di
Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Bombana
dan Kabupaten Kolaka Utara. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perbankan juga melakukan
ekspansi bisnis ke berbagai kabupaten di Sulawesi
Tenggara (Tabel 4.1).
4.4.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun
oleh bank umum yang berkantor di Sulawesi
Tenggara pada triwulan II 2018 mencapai Rp18,99
triliun, tumbuh melambat sebesar 11,3% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 12,1% (yoy) (Grafik 4.45). Sebagian besar
DPK yang dihimpun oleh bank umum di Sulawesi
Tenggara ditempatkan dalam bentuk tabungan
dengan pangsa 49,4%. Sedangkan untuk giro dan
deposito pada triwulan II 2018 masing-masing
tercatat memiliki pangsa pasar sebesar 24,1% dan
26,5%.
Bila dilihat dari sisi pertumbuhan per komponen,
pada triwulan II 2018, penurunan pertumbuhan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.45 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK Per Penempatan
Tabel 4.2 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018
Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, gDPK = pertumbuhan DPK (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data
Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah
DPK Pangsa thd Sultra
Nominal Rekening %Nominal %Rekening Giro Tabungan Deposito
Kab. Buton 1.361,2 212.878 7,6% 9,3% 13,9% 35,7% 51,2% 13,1%
Kab. Muna 1.584,5 246.942 8,9% 10,8% 8,9% 31,8% 62,8% 21,8%
Kab. Kolaka 2.403,3 353.831 13,5% 15,5% 8,0% 41,6% 97,7% 37,2%
Kab. Wakatobi 331,8 62.980 1,9% 2,8% 5,0% 3,4% 15,4% 5,6%
Kab. Konawe 561,7 134.432 3,2% 5,9% 13,7% 12,7% 24,1% 4,5%
Kab. Konawe Selatan 159,0 68.026 0,9% 3,0% 4,2% 0,3% 9,5% 1,9%
Kab. Bombana 259,3 74.935 1,5% 3,3% 5,3% 0,4% 15,2% 3,4%
Kab. Kolaka Utara 166,9 57.828 0,9% 2,5% 3,5% 0,7% 10,1% 1,4%
Kab. Buton Utara 9,5 1.187 0,1% 0,1% - 0,0% 0,6% 0,1%
Kab. Konawe Utara 24,7 3.457 0,1% 0,2% 1,8% 0,2% 0,8% 0,8%
Kab. Kolaka Timur 6,2 973 0,0% 0,0% - 0,0% 0,5% 0,0%
Kab. Buton Tengah - 0 0,0% 0,0% - 0,0% 0,0% 0,0%
Kota Baubau 2.729,1 292.535 15,3% 12,8% 5,2% 59,9% 105,9% 34,7%
Kota Kendari 9.406,3 830.227 52,8% 36,3% 5,2% 149,4% 295,6% 246,0%
Sulawesi Tenggara 19.003,6 2.340.231 107% 102% 12,2% 25,7% 52,7% 28,3%
Kota/Kabupaten gDPKPangsa
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 61
DPK disebabkan oleh penurunan pertumbuhan
tabungan yang tumbuh sebesar 15,6% (yoy), lebih
rendah dibandingkan dengan triwulan I 2018 yang
tercatat sebesar 15,8%. Selain itu, lebih rendahnya
pertumbuhan DPK pada triwulan II 2018 juga
disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan DPK
deposito menjadi 14,1% setelah tumbuh sebesar
17,3% pada triwulan I 2018 (Grafik 4.46). Namun
di sisi lain DPK giro mengalami perbaikan
dibandingkan periode sebelumnya yang
terkontraksi 0,3% (yoy) menjadi tumbuh sebesar
1,0% (yoy) ada triwulan II 2018.
Secara spasial, DPK Sulawesi Tenggara masih
terpusat di Kota Kendari baik secara nominal
maupun jumlah rekeningnya. Pangsa secara
nominal untuk Kota Kendari mencapai 52,8%
sementara dari jumlah rekening mencapai 36,3%.
Selanjutnya diikuti oleh Kota Bau-Bau dan Kab.
Kolaka dengan pangsa masing-masing sebesar
15,3% dan 13,5%. Ketiga daerah tersebut
menjadi pusat konsentrasi DPK karena merupakan
pusat aktivitas bisnis dan keuangan di Sulawesi
Tenggara. Dari sisi pertumbuhan spasial, Kab.
Buton mencatatkan tingkat pertumbuhan tertinggi
dengan tumbuh 13,9% (yoy), disusul oleh Kab.
Konawe yang tumbuh 13,7% (yoy). Secara umum,
hal ini mengindikasikan perbankan juga sudah
aktif menjangkau daerah kabupaten dan
kesadaran masyarakat untuk menabung juga
semakin meningkat (Tabel 4.2).
Tabungan
Pada triwulan II 2018, penghimpunan dana
tabungan masyarakat di Sulawesi Tenggara
tumbuh sebesar 15,6%, lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,8% (yoy).
Secara nominal, total tabungan masyarakat di
Sulawesi Tenggara sampai dengan periode laporan
mencapai Rp9,37 triliun. Pangsa terbesar
pemegang rekening tabungan adalah nasabah
perseorangan sebesar 95,52%, diikuti oleh
korporasi sebesar 4,28% dan sisanya adalah
nasabah pemerintah. Preferensi penempatan oleh
pemilik dana dari pemerintah pusat dan daerah
lebih besar menempatkan dananya di bank pemda
(Tabel 4.3). Berdasarkan nilai tabungannya,
sebagian besar penabung di Sulawesi Tenggara
memiliki tabungan sampai dengan Rp100 juta
yaitu mencapai 99,26% dari total jumlah rekening
tabungan. Sementara itu penabung dengan nilai di
atas Rp1 miliar masih sedikit dengan pangsa
rekening hanya sebesar 0,02%. Meskipun sangat
kecil, namun penabung dengan nilai di atas Rp1
miliar tersebut menguasai 8,88% dari total
tabungan (Tabel 4.4).
Deposito
Penghimpunan dana dalam bentuk deposito di
Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018 tumbuh
sebesar 14,1%, lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 17,3%
(yoy). Jumlah penghimpunan deposito sampai
periode laporan mencapai Rp5,04 triliun. Deposito
di Sultra didominasi oleh deposan besar (nilai
deposito di atas Rp1 miliar) yang sampai dengan
triwulan II 2018 memiliki pangsa 57,3% total
deposito Sulawesi Tenggara walau secara rekening
hanya mencatatkan 2,96% total rekening
deposito. Dominasi pangsa deposito pada
Tabel 4.3 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.4 Tabungan Berdasarkan Nilainya
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda
Pemerintah 0,05% 0,02% 0,19%
Pemda 0,02% 0,02% 0,84%
Korporasi 2,88% 1,19% 14,73%
Perseorangan 97,05% 98,76% 84,23%
Total 100,00% 100,00% 100,00%
Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda
Pemerintah 0,05% 0,02% 0,19%
Pemda 0,02% 0,02% 0,84%
Korporasi 2,88% 1,19% 14,73%
Perseorangan 97,05% 98,76% 84,23%
Total 100,00% 100,00% 100,00%
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 62
sejumlah rekening tersebut membutuhkan
perhatian khusus agar ketahanan dari sisi DPK
berupa deposito tetap terjaga (Tabel 4.6).
Dari sisi pemilik rekening, seperti halnya tabungan,
nasabah perseorangan masih mendominasi
pangsa deposito Sulawesi Tenggara untuk dana
yang ditempatkan di bank Persero, bank swasta
maupun bank pemda. Korporasi memiliki pangsa
terbesar kedua diikuti oleh deposito milik pemda.
Jangka penempatan deposito yang tidak
terkonsentrasi pada salah satu tenor tertentu
merupakan indikasi yang baik untuk menjaga
ketahanan perbankan, namun diperlukan
perhatian khusus agar perbankan terhindar dari
mismatch karena lebih dari 50% dana biaya tinggi
perbankan (deposito) memiliki tenor yang relatif
pendek (<1 tahun).
Giro
Pada triwulan II 2018, penempatan dana di giro
tumbuh positif 1% (yoy) lebih baik jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi 0,3% (yoy). Perbaikan pertumbuhan
giro ini disebabkan oleh perbaikan laju
pertumbuhan pada giro yang dimiliki oleh
pemerintah, pemerintah daerah, korporasi. Dari
sisi kepemilikan, pangsa terbesar pemilik giro
adalah nasabah pemerintah, disusul oleh
korporasi, perseorangan dan pemerintah daerah.
4.4.3. Penyaluran Kredit
Seiring dengan moderasi pertumbuhan
penghimpunan dana pihak ketiga, pada triwulan II
2018 penyaluran kredit perbankan oleh bank
umum yang berkantor di Sulawesi Tenggara secara
keseluruhan juga mengalami moderasi. Kredit
perbankan tumbuh sebesar 12,2% (yoy) lebih
rendah dibandingkan dengan kinerja periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,4% ( (yoy).
Secara nominal, kredit perbankan yang disalurkan
sampai dengan triwulan II 2018 mencapai Rp21,83
triliun (Grafik 4.47)
Kredit Berdasarkan Lokasi Bank
Secara spasial, penyaluran kredit masih
terkonsentrasi di Kota Kendari, dengan pangsa
sebesar 57,1% dari seluruh nominal penyaluran
kredit yang dilakukan oleh perbankan di Sulawesi
Tenggara. Selain itu, Kota Kendari juga masih
mendominasi untuk kepemilikan rekening kredit
dengan pangsa sebesar 51,1%. Meskipun
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.47 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.48 Perbandingan Pertumbuhan Kredit di Sulawesi Tenggara
Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.6 Deposito Berdasarkan Nilainya
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda
Pemerintah 7,61% 0,00% 0,96%
Pemda 2,98% 0,00% 0,16%
Korporasi 4,78% 5,82% 48,45%
Perseorangan 84,62% 94,18% 50,43%
Total 100,00% 100,00% 100,00%
DepositoNominal
(Rp miliar)Rekening % Nominal % Rekening
0-100 Jt 454 9.211 9,3% 61,97%
100Jt-500Jt 1.007 4.208 22,7% 30,64%
500Jt -1 M 510 616 11,6% 4,70%
> 1 M 2.927 414 56,4% 2,70%
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 63
demikian, pertumbuhan kredit di Kota Kendari
hanya sebesar 8,1% (yoy) berada di bawah rata-
rata pertumbuhan kredit Sulawesi Tenggara.
Pertumbuhan kredit tertinggi berada di Kabupaten
Konawe Utara sebesar 64,8% (yoy), diikuti oleh
penyaluran di Kab. Bombana dan Kab. Buton Utara
yang masing-masing tumbuh sebesar 30,0% (yoy).
Kabupaten lain selain Kota Kendari dan Kota Bau-
Bau mencatatkan pertumbuhan total kredit yang
cukup tinggi (Tabel 4.7).
Berdasarkan sebaran jenis penggunaannya,
perbankan di sebagian besar kabupaten masih
menyalurkan kredit untuk kebutuhan konsumsi
yang tercermin dari terjadinya peningkatan pangsa
kredit konsumsi dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Terdapat 8 kabupaten dari 12
kabupaten/kota yang memiliki pangsa kredit
konsumsi di atas 90% dari total kredit yang
disalurkan di daerah tersebut. Sedangkan untuk
kegiatan produktif, hanya terdapat 4 daerah yang
memiliki pangsa kredit modal kerja di atas 20%,
yaitu Kota Kendari, Kota Bau-Bau, Kab. Kolaka dan
Kab. Muna.
Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja
dan konsumsi menunjukkan penurunan laju
penyaluran pada triwulan II 2018. Kredit modal
kerja yang memiliki pangsa pasar sebesar 26,5 %
dari total kredit perbankan mengalami penurunan
menjadi tumbuh sebesar 5,3% (yoy) pada triwulan
II 2018 dari sebelumnya tumbuh sebesar 8,8%
(yoy). Kredit investasi mengalami akselerasi
penyaluran dari terkontraksi 2,2% (yoy) pada
triwulan I 2018 menjadi tumbuh positif sebesar
5,6% (yoy) pada triwulan II 2018. Namun secara
proporsi, pangsa kredit investasi masih memiliki
pangsa terkecil yaitu sebesar 9,0%, stabil seperti
periode sebelumnya. Sementara itu, kredit
konsumsi yang pada triwulan II 2018 tetap
memiliki pangsa terbesar yaitu 65,5% dari total
kredit perbankan. Peningkatan pangsa ini tidak
diikuti peningkatan laju penyaluran kredit
konsumsi yang tumbuh sebesar 16,4% (yoy) pada
periode pelaporan, lebih rendah dari sebelumnya
yang tumbuh sebesar 18,0% (yoy) (Grafik 4.48).
Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Berdasarkan penyaluran kredit menurut sektor
ekonomi, mayoritas mengalami kenaikan
pertumbuhan kredit. Pertumbuhan terbesar
dicatatkan oleh sektor adm. pemerintahan yang
mencatatkan pertumbuhan sebesar 1071,1% (yoy)
dan sektor listrik gas yang mencatatkan
Tabel 4.7 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018
Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, K.MK = Kredit Modal Kerja, K.INV = Kredit Investasi, K.KONS = Kredit Konsumsi gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Nominal Rekening %Nominal %Rekening K.MK K.INV K.KONS
Kab. Buton 129 1.229 0,6% 0,5% -1,3% 4,7% 0,6% 94,7%
Kab. Muna 1.657 27.512 7,6% 11,2% 18,1% 28,3% 3,4% 68,4%
Kab. Kolaka 3.033 43.583 13,9% 17,8% 13,7% 36,3% 6,4% 57,3%
Kab. Wakatobi 178 1.933 0,8% 0,8% 9,6% 3,3% 1,0% 95,8%
Kab. Konawe 624 4.268 2,9% 1,7% 21,0% 0,8% 0,1% 99,1%
Kab. Konawe Selatan 549 3.659 2,5% 1,5% 25,8% 1,6% 0,2% 98,1%
Kab. Bombana 309 2.272 1,4% 0,9% 28,7% 0,7% 0,3% 98,9%
Kab. Kolaka Utara 300 2.237 1,4% 0,9% 27,8% 4,3% 1,7% 94,0%
Kab. Buton Utara 168 1.432 0,8% 0,6% 28,7% 4,3% 0,9% 94,8%
Kab. Konawe Utara 398 2.335 1,8% 1,0% 64,8% 1,7% 0,2% 98,1%
Kota Baubau 2.021 29.420 9,3% 12,0% 14,8% 29,9% 7,5% 62,5%
Kota Kendari 12.461 125.240 57,1% 51,1% 8,1% 28,5% 12,4% 59,1%
Sulawesi Tenggara 21.827 245.120 100,0% 100,0% 12,2% 26,5% 9,0% 64,5%
Kota/KabupatenKredit Pangsa thd Sultra
gKreditPangsa
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 64
pertumbuhan sebesar 118,7% (yoy). Sektor
perdagangan yang memiliki pangsa terbesar untuk
kategori kredit produktif (63,7% dari total kredit
produktif) masih melanjutkan trend penurunan.
Pada triwulan II 2018, kredit di sektor ini
terkontraksi sebesar 0,3% (yoy) lebih rendah
daripada pertumbuhan pada triwulan I 2018 yang
masih tumbuh 0,1% (yoy). Sektor pertanian dan
konstruksi yang memiliki pangsa masing-masing
8,3% (yoy) mencatatkan pertumbuhan double
digit masing-masing sebesar 38,9% (yoy) dan
27,6% (yoy) (Tabel 4.8).
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Salah satu indikator yang dapat merepresentasikan
intermediasi perbankan adalah indikator Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang menghitung rasio
penyaluran kredit per DPK yang dikelola oleh
perbankan. Pada triwulan II 2018 LDR bank umum
di Sulawesi Tenggara mencapai 114,92%, lebih
rendah daripada triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 119,78% (Grafik 4.49).
Penurunan LDR tersebut terjadi karena secara
peningkatan penyaluran kredit tidak disertai
kenaikan nominal DPK pada perbankan di Sulawesi
Tenggara. Nilai LDR sebesar 100% berarti seluruh
DPK yang dikelola oleh perbankan Sulawesi
Tenggara disalurkan dalam bentuk kredit.
Sedangkan pencapaian pada triwulan II 2018
menunjukkan bahwa dalam rangka menyalurkan
kredit, perbankan di Sulawesi Tenggara
memerlukan dana dari daerah lain. Kondisi ini
terlihat dari adanya peningkatan kewajiban
antarkantor (penerimaan dari kantor bank yang
sama di daerah lain) sebesar 4,92% (yoy) pada
triwulan II 2018. Tingkat LDR yang terlalu tinggi
maupun terlalu rendah dapat menjadi sumber
kerentanan apabila tidak disertai dengan tingkat
risiko kredit yang terjaga di tingkat yang aman.
Non Performing Loan (NPL)
Pada triwulan II 2018, moderasi pertumbuhan
penyaluran kredit dibandingkan dengan periode
sebelumnya disertai dengan meningkatnya sisi
risiko kredit. Kenaikan risiko kredit tersebut terlihat
dari meningkatnya indikator Non Performing Loan
(NPL) Gross dari 2,46% pada triwulan I 2018
menjadi 2,56% pada triwulan II 2018 namun
angka tersebut masih berada di bawah threshold
5% (Grafik 4.50).
Pada periode laporan, penyaluran kredit investasi
memiliki risiko kredit terbesar dan melewati
threshold 5% dengan NPL tercatat sebesar 5,54%,
relatif stabil dibandingkan periode sebelumnya
sebesar 5,58%. Selain itu, kredit modal kerja juga
memiliki NPL di atas threshold yang pada triwulan
II 2018 tercatat sebesar 5,06%, naik dari 4,46%
pada triwulan I 2018. Penyaluran kredit konsumsi
memiliki NPL di bawah 5% dengan mencatatkan
NPL sebesar 1,12% pada periode laporan, sedikit
menurun dari periode sebelumnya yang
mencatatkan NPL sebesar 1,21%.
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.49 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara
Grafik 4.50 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 65
Secara sektoral, NPL dari sektor dengan pangsa
penyaluran kredit terbesar yaitu sektor
perdagangan tercatat di atas threshold 5% yaitu
sebesar 5,5%, lebih tinggi dibandingkan dengan
periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,8%.
Sementara itu, sektor pertanian dan konstruksi
yang adalah sektor degan pangsa terbesar kedua
memiliki NPL yang sangat berbeda. Sektor
pertanian memiliki NPL yang terjaga pada level
yang sangat rendah sehingga dapat menjadi
peluang ekspansi kredit perbankan di Sulawesi
Tenggara. Di lain sisi sektor konstruksi
mencatatkan NPL di atas 5% yaitu sebesar 7,7%
Selain itu perlu menjadi perhatian bahwa nilai
sektor jasa pendidikan memiliki NPL yang sangat
tinggi yaitu 42,2%.
4.4.4. Perbankan Syariah
Pangsa perbankan syariah di Sulawesi Tenggara
masih relatif kecil. Dari sisi aset, perbankan syariah
hanya memiliki aset sebesar Rp1,31 triliun, atau
sebesar 4,8% dari keseluruhan aset bank umum di
Sulawesi Tenggara. Pangsa ini sama dengan
periode sebelumnya yang mencatatkan 4,8% dari
pangsa bank umum (Grafik 4.51). Kondisi yang
sama juga terjadi pada penghimpunan dana dan
penyaluran pembiayaan. Pada triwulan II 2018,
pangsa pembiayaan hanya mencapai 3,7% dari
total realisasi pembiayaan oleh bank umum,
menurun dibandingkan periode sebelumnya yang
tercatat sebesar 4,0%. Sedangkan penghimpunan
DPK bank syariah mencapai 4,3% sedikit menurun
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
yaitu 4,4% dari seluruh DPK perbankan di Sulawesi
Tenggara.
Apabila dibandingkan dengan kinerja perbankan
syariah di Pulau Sulawesi, secara umum
perkembangan aset bank syariah di Sulawesi
Tenggara tergolong relatif baik. Pertumbuhan aset
bank syariah di Sulawesi Tenggara mencapai
26,49% (yoy), lebih tinggi daripada rata-rata
pertumbuhan aset bank syariah se-Sulawesi yang
hanya tumbuh sebesar 12,47% (yoy) pada
triwulan II 2018. Sementara itu, pangsa aset bank
syariah di Sulawesi Tenggara yang mencapai
4,85% sudah berada di atas rata-rata pangsa aset
bank syariah di Sulawesi yang hanya sebesar
4,29%. Secara komposisi, Sulawesi Tenggara
merupakan provinsi dengan aset perbankan
syariah terbesar kedua di Sulawesi setelah Provinsi
Sulawesi Selatan yang aset perbankan syariahnya
Tabel 4.8 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Posisi Triwulan I 2018
Ket: gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy), Kredit Produktif = Kredit Modal Kerja + Kredit Investasi NPL = Non Performing Loan
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Tw III 2017 Tw IV 2017 Tw I 2018 Tw II 2018
Pertanian 641 8,3% 65,5 67,8 45,7 38,9 1,5
Pertambangan 46 0,6% 39,7 45,9 25,7 -18,6 8,5
Industri Pengolahan 379 4,9% 27,5 18,8 17,3 5,7 3,3
Listrik Gas 11 0,1% -39,3 -24,0 44,8 118,7 9,1
Air 5 0,1% -2,9 5,0 27,3 64,6 2,1
Konstruksi 639 8,3% 12,5 22,9 20,1 27,6 7,7
Perdagangan 4.894 63,7% 2,2 2,0 0,1 -0,3 5,5
Transportasi-Pergudangan 123 1,6% 11,5 7,4 2,2 7,7 3,0
Akomodasi Makan Minum 416 5,4% -7,3 -7,4 -7,8 -9,1 5,5
Informasi Komunikasi 2 0,0% -13,8 -33,7 -40,8 -24,6 0,1
Jasa Keuangan 10 0,1% -62,6 -33,7 -26,0 75,5 0,0
Real Estate 93 1,2% -6,2 -7,2 -0,6 3,4 3,6
Jasa Perusahaan 38 0,5% 3,1 -64,7 -61,9 -59,5 4,0
Adm Pemerintahan 3 0,0% 56,4 27,5 9,0 1.071,1 0,0
Jasa Pendidikan 17 0,2% -9,8 -9,4 -29,4 -20,6 42,2
Jasa Kesehatan Sosial 24 0,3% 9,1 10,8 8,1 -8,2 0,2
Jasa Lainnya 339 4,4% 6,5 5,0 41,8 41,3 3,7
Kredit Produktif 7.679 100% 9,8 12,8 13,4 12,2 5,2%
% Nominal NPL (%)Sektor EkonomiNominal
(Rp miliar)
gKredit (%, yoy)
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 66
mencapai 5,27% terhadap keseluruhan aset
perbankan di provinsi tersebut (Grafik 4.52).
Sampai dengan triwulan II 2018, penyaluran
pembiayaan syariah terus mengalami laju
pertumbuhan double digit. Pada periode laporan
pembiayaan syariah tumbuh sebesar 11,4% (yoy)
dengan baki debet sebesar Rp1,02 triliun, lebih
rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 12,4% (yoy) dengan baki
debet sebesar Rp1,01 triliun (Grafik 4.54). Sama
dengan penyaluran perbankan umum, penyaluran
pembiayaan syariah juga paling banyak dilakukan
untuk penggunaan konsumsi sebanyak 71,2%
yang mampu tumbuh sebesar 16,4% (yoy).
Sementara itu, penyaluran pembiayaan untuk
modal kerja dengan pangsa sebanyak 16,8%
menunjukkan pertumbuhan yang sehat di angka
16,4% (yoy). Dari sisi risiko pembiayaan, tekanan
pada risiko pembiayaan masih terkendali. Hal ini
terlihat dari NPF (Non Performing Financing) yang
masih di bawah threshold 5% yaitu 4,23%.
Berbanding terbalik dengan kinerja penyaluran
pembiayaannya, penghimpunan DPK perbankan
syariah menunjukkan peningkatan. Pada triwulan
II 2018, jumlah DPK bank syariah mencapai
Rp822,35 miliar atau tumbuh sebesar 19,0% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,6% (yoy).
Peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi laju
pertumbuhan penempatan DPK di fasilitas
deposito yang tumbuh sebesar 24,3% (yoy),
tabungan yang tumbuh sebesar 18,3% (yoy).
sedangkan pertumbuhan giro melambat dan
terkontraksi 1,9% (yoy) (Grafik 4.53).
4.4.5. Bank Perkreditan Rakyat
Pada triwulan II 2018, karena base effect triwulan
II 2017, kinerja BPR menunjukkan penurunan.
Dalam hal akumulasi aset, BPR tergerus sebesar
2,9% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya
yang tumbuh sebesar 4,6% (yoy) sehingga secara
nominal asetnya mencapai Rp317,2 miliar (Grafik
4.55). Sementara itu, penghimpunan dana dari
masyarakat juga mengalami penurunan.
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.51 Pangsa Perbankan Syariah Grafik 4.53 Perkembangan DPK Syariah
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.52 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset
Syariah se-Sulawesi Grafik 4.54 Perkembangan Pembiayaan Syariah
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0
Tw II 18 Tw I 18
pangsa aset bank syariah thd total aset bank, %
gAset (%, yoy)
Sulut Gorontalo
Sulbar
Sulteng
SULAWESI Sulsel
SULTRA
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 67
Penghimpunan DPK terkontraksi sebesar 17,5%
(yoy) atau tercatat sebesar Rp113,6 miliar, lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan periode
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,2% (yoy)
(Grafik 4.56). Sementara itu, dari sisi penyaluran
kredit, BPR masih melanjutkan perlambatan dan
terkontraksi sebesar 7,6% (yoy) dengan nominal
total penyaluran kredit sebesar Rp218,0 miliar
(Grafik 4.57). Perlambatan tersebut terjadi pada
kredit modal kerja yang terkontraksi 7,6% (yoy)
menurun dibandingkan periode lalu yang
terkontraksi sebesar 3,3% (yoy). Sedangkan kredit
investasi tumbuh positif sebesar 5,0% (yoy) lebih
rendah dari periode sebelumnya yang tumbuh
sebesar 25,5% (yoy). Dengan kondisi tersebut, LDR
BPR pada triwulan II 2018 mencapai 192,1% yang
berarti kredit yang disalurkan oleh BPR
menggunakan dana dari institusi keuangan
lainnya. Dengan demikian risiko yang terjadi pada
BPR dapat menyebabkan risiko pada institusi
keuangan lainnya. Sementara itu, risiko kredit
pada BPR sangat tinggi tercermin dari NPL sebesar
22,48%, di atas threshold .
4.5. AKSES KEUANGAN
4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM
Pada triwulan II 2018, kredit yang diterima oleh
UMKM di Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi
proyek) mencapai Rp6,90 triliun. Secara pangsa
mencapai 26,1% dari total kredit di Sulawesi
Tenggara. Kredit kepada UMKM tersebut,
sebagian besar diberikan kepada usaha kecil
sebesar 43,5 % dan usaha mikro dengan pangsa
sebesar 34,2%. Sedangkan untuk usaha
menengah memiliki pangsa sebesar 22,3% dari
total kredit UMKM (Grafik 4.59). Seiring dengan
moderasi pertumbuhan kredit perbankan secara
umum, pada triwulan II 2018 laju pertumbuhan
kredit UMKM juga mengalami perlambatan
menjadi sebesar 7,1% (yoy) dibandingkan dengan
pertumbuhan sebesar 8,1% (yoy) pada triwulan I
2018. Hal ini terjadi karena kredit usaha mikro dan
kecil yang mengalami pertumbuhan masing-
masing sebesar 18,5% (yoy) dan 6,7% (yoy)
sedangkan kredit usaha menengah mengalami
kontraksi sebesar 6,1% (yoy) (Grafik 4.60).
Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.55 Perkembangan Aset BPR Grafik 4.57 Pertumbuhan Kredit BPR
Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah
Grafik 4.56 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara Grafik 4.58 Pangsa Kredit BPR per Sektoral
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 68
Secara sektoral, kenaikan laju pertumbuhan kredit
UMKM tersebut dipengaruhi oleh kenaikan laju
pertumbuhan kredit UMKM pada hampir semua
sektor. Perdagangan yang merupakan kontributor
terbesar dengan pangsa 65,0% pada triwulan II
2018 tumbuh sebesar 2,1% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
tumbuh sebesar 3,3% (yoy). Selain itu sektor
pertanian juga mengalami pertumbuhan sebesar
44,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode
lalu yang tumbuh sebesar 53,8% (yoy) (Grafik
4.61) Dari sisi risiko kreditnya, NPL kredit UMKM
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I
2018 namun masih di bawah threshold 5%. Pada
triwulan II 2018 NPL kredit UMKM tercatat sebesar
4,86%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,77%. Kondisi
tersebut dipengaruhi oleh kenaikan tingkat risiko
di sektor perdagangan dan industri pengolahan
(Grafik 4.62).
Seiring dengan adanya perubahan kebijakan KUR
(Kredit Usaha Rakyat) pada tahun 2017, terdapat
peningkatan penyaluran kredit kepada usaha
rakyat. Sampai dengan triwulan II 2018, baki debet
KUR di Sulawesi Tenggara mencapai Rp1,60 triliun
dengan jumlah debitur aktif mencapai 77.430
nasabah (Grafik 4.63). Penyaluran KUR di Sulawesi
Tenggara masih terkonsentrasi pada usaha di
sektor perdagangan yang mencapai 60,6%.
Sementara itu penyaluran pada sektor primer
seperti ke pertanian dan perikanan sudah
menunjukkan adanya peningkatan. Selain itu
industri pengolahan dan sektor penyediaan
akomodasi dan penyediaan makan minum juga
terus mengalami peningkatan.
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.59 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.61 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.60 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.62 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan
65.0%6.4%
8.5%4.5%
3.7%
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0 Tw III 17 Tw IV 17 Tw I 18 Tw II 18%, yoy
pangsa
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 69
4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk
Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara
terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami
peningkatan, begitu juga dari sisi kredit. Rasio
jumlah rekening DPK terhadap penduduk
angkatan kerja di Sulawesi Tenggara tetap
menunjukkan rasio yang tinggi yang pada triwulan
II 2018 rasio tersebut tercatat sebesar 185,7%
(Grafik 4.65). Rasio yang lebih besar dari 100%
menunjukkan bahwa terdapat penduduk
angkatan kerja di Sulawesi Tenggara yang memiliki
rekening simpanan lebih dari satu. Selain itu rasio
lebih dari 100% juga mengindikasikan adanya
penduduk bukan angkatan kerja yang juga
memiliki rekening seperti siswa sekolah maupun
mahasiswa.
Sementara itu, pada triwulan II 2018 rasio jumlah
rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja
di Sulawesi Tenggara masih stabil pada kisaran
19,5% (Grafik 4.66). Meskipun demikian, rasio
tersebut cenderung menurun karena pada awal
tahun 2016 rasio dapat mencapai 21,0. Masih
rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan
bahwa fasilitas pembiayaan masih sedikit
digunakan oleh masyarakat di provinsi ini dan
masih terdapat ruang untuk meningkatkan
penyaluran kredit di masa yang akan datang.
Upaya pengembangan akses keuangan memiliki
peran penting dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu, KPw BI
Provinsi Sulawesi Tenggara berupaya memberikan
dan memfasilitasi berbagai kegiatan edukasi
keuangan yang bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai produk dan jasa keuangan
serta menumbuhkan kesadaran masyarakat pada
umumnya untuk menabung dan melakukan
pengelolaan keuangan.
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.63 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara Grafik 4.65 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja
Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah
Grafik 4.64 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara
Grafik 4.66 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 70
BOKS 1
MENDUNIANYA KERAJINAN SULAWESI TENGGARA MELALUI KARYA KREATIF
INDONESIA
Bank Indonesia kembali melakukan salah satu agenda rutinnya untuk mendorong UMKM binaan
melalui kegiatan Karya Kreatif Indonesia (KKI) di Jakarta Convention Center, Jakarta. Kegiatan yang
berlangsung pada tanggal 20 22 Juli 2018 tersebut diikuti oleh 46 kantor perwakilan Bank Indonesia
dari seluruh Indonesia dengan mengedepankan beberapa komoditas unggulan seperti kain dan kuliner
khas daerah sehingga menjadi suatu peluang yang sangat baik untuk mempromosikan kerajinan khas
daerah. Menyadari peluang yang sangat baik tersebut, KPw BI Sultra turut serta berpartisipasi dalam
kegiatan tersebut dengan membawa kain tenun dari hasil UMKM binaan, yaitu tenun Masalili dan tenun
Sulaa. Selain tenun, KPw BI Sultra juga bekerjasama dengan mitra oleh-oleh di Kendari untuk memasarkan
produk olahan mete sebagai bentuk penegasan bahwa KPw BI Sultra merupakan salah satu penghasil
mete dengan kualitas yang sangat baik di Indonesia.
Gambar 1. Beragam Kain Tenun UMKM Binaan KPw BI Sultra Pada Kegiatan KKI 2018
Sumber: Bank Indonesia
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 71
Dalam 3 hari pelaksanaan kegiatan tersebut, KPw BI Sultra mendapatkan hasil yang cukup baik.
Secara keseluruhan, penjualan KPw BI Sultra meningkat hingga lebih dari 90% dibandingkan dengan
capaian pada kegiatan KKI tahun 2017. Capaian tersebut jauh lebih baik dari rata-rata pertumbuhan
penjualan secara keseluruhan pada kegiatan KKI 2018 yang tumbuh sebesar 55% dibandingkan dengan
penjualan pada KKI 2017. Untuk produk Sulawesi Tenggara, tenun masih menjadi komoditas yang paling
diminati oleh para pengunjung stand KPw BI Sultra, terutama tenun yang menggunakan pewarna alam.
Keindahan motif dan kualitas menjadi keunggulan dari tenun Sulawesi Tenggara sehingga mampu
menarik minat istri dari para pejabat Bank Indonesia untuk membeli tenun tersebut. Selain itu, Ibu
Presiden Iriana Jokowi juga menyempatkan hadir dan berkunjung ke stand KPw BI Sultra untuk melihat
keindahan tenun yang ditawarkan oleh para penenun dari desa Masalili dan Sulaa.
Selain keuntungan berupa peningkatan nominal penjualan bagi para penenun, promosi atas
tenun Sulawesi Tenggara juga berjalan sukses. Tidak hanya di tingkat nasional, Tenun Masalili yang
merupakan salah satu komoditas yang paling diminati pun akan dipromosikan pada tingkat internasional.
Hal tersebut terjadi karena tenun Masalili terpilih sebagai salah satu tenun yang akan dipromosikan pada
festival tenun internasional yang akan berlangsung di Jepang.
Gambar 2. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara Mempromosikan
Produksi Tenun Binaan Kepada Ibu Presiden Republik Indonesia
Sumber: Bank Indonesia
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 72
Gambar 3. Tingginya Minat Para Pembeli Kain Tenun Masalili dan Tenun Sulaa
Sumber: Bank Indonesia
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 73
SISTEM PEMBAYARAN
& PENGELOLAAN
UANG RUPIAH
5
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 74
5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
NONTUNAI
Terdapat 2 (dua) sistem pembayaran nontunai
yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia di
provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank
Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS).
Kedua sistem tersebut berjalan dengan baik dan
lancar selama triwulan II 2018. Penguatan
infrastruktur dan kebijakan sistem pembayaran
yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara
konsisten dan berkesinambungan mampu
memitigasi risiko kredit, likuiditas, dan operasional
dalam sistem pembayaran.
Selama triwulan II 2018, nilai transaksi sistem
pembayaran nontunai di Sulawesi Tenggara
mencapai Rp2,67 triliun mengalami akselerasi
pertumbuhan sebesar 18,0% (yoy) dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang mengalami
pertumbuhan sebesar 6,0%-yoy (Grafik 5.1).
Selain itu, perbaikan pertumbuhan juga terjadi
pada jumlah transaksi pembayaran nontunai.
Selama triwulan laporan, jumlah transaksi
nontunai tumbuh sebesar 9,62% (yoy), mengalami
peningkatan yang signifikan, mengingat pada
periode sebelumnya mengalami kontraksi sebesar
10,74%-yoy (Grafik 5.2).
Berdasarkan preferensi penggunaannya, sebagian
besar nilai transaksi nontunai masih menggunakan
SKNBI sebesar 66,9% dan sisanya sebesar 33,1%
menggunakan BI-RTGS. Sementara dari sisi volume
transaksi, penggunaan SKNBI mencapai 98,9%
sedangkan penggunaan BI-RTGS hanya sebesar
1,1% (Grafik 5.3). Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar transaksi perekonomian di
Sulawesi Tenggara masih merupakan transaksi ritel
dengan rata-rata sebesar Rp35,23 juta per
transaksi. Sementara untuk transaksi sistem
pembayaran nilai besar yang menggunakan BI-
RTGS rata-rata sebesar Rp1,51 miliar per transaksi
(Grafik 5.4).
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara
Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara
Grafik 5.4 Rata-rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara
2,952
3,362
2,8613,160
2,5872,264
2,598
2,9422,743 2672
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018SKNBI BI-RTGS
Rp miliar
SKNBI BI-RTGS
Transaksi1,13%
Nominal33%
TW II 2018
61,483
64,110
56,588
63,054
55,254
46,87450,426
54,973
49,317 51387
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018SKNBI BI-RTGS
transaksi
35,23
51,99
30
35
40
45
50
55
60
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Rp J
uta
SKNBI BI-RTGS SP Nontunai
1,51
1,0
1,5
2,0
Rp m
iliar
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 75
5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring
Selama triwulan II 2018, nilai transaksi sistem
pembayaran nontunai melalui SKNBI di Sulawesi
Tenggara mencapai Rp1,79 triliun, mengalami
peningkatan sebesar 9,57% (yoy). Capaian
tersebut meningkat signifikan dibandingkan
periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar
7,24% (yoy). Sementara itu, total transaksi SKNBI
selama periode tersebut sebesar 50.805 kali,
mengalami kenaikan sebesar 9,56% (yoy)
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
terkontraksi sebesar 7,52% (yoy). Dilihat dari sisi
penggunaannya, nominal transaksi kliring masih
mendominasi, dengan pangsa kliring kredit
sebesar 71,9%, sementara penggunaan kliring
debet sebesar 28,1%. Pada periode tersebut rata-
rata kliring kredit adalah sebesar Rp40,56 juta per
transaksi, sementara kliring debet hanya sebesar
Rp26,32 juta per transaksi. Kliring kredit secara
umum dikenal sebagai transfer antar bank dan
dilakukan secara paperless, sementara kliring
debet dilakukan dengan menggunakan warkat
seperti cek dan bilyet giro. Proses transfer antar
bank yang semakin mudah, baik melalui teller
bank, ATM, e-banking maupun sms banking
semakin memperbesar penggunaan kliring kredit.
Dilihat dari volume, transaksi SKNBI di Sulawesi
Tenggara masih berada pada trend yang stabil
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada
triwulan II 2018, perputaran kliring mencapai
Rp33,15 miliar/hari dengan jumlah transaksi
mencapai 940,83 transaksi/hari. Perputaran kliring
kredit dapat mencapai Rp23,85 miliar/hari
sementara kliring debet mencapai Rp9,3 miliar/hari
(Grafik 5.8).
Dalam melakukan transaksi usahanya, pemilik
rekening giro lebih banyak memanfaatkan Bilyet
Giro (BG) daripada cek. Pada triwulan II 2018,
sebanyak 46,26% transaksi kliring debet
menggunakan BG dengan nominal mencapai
Rp238,25 miliar. Sementara itu, pemanfaatan cek
sebanyak 36,35% dengan nilai sebesar Rp187,23
miliar, sedangkan penggunaan warkat lain sebesar
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara
Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di Sultra
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara
Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian
2.3192.488
2.172
2.359
2.000
1.634
1.850
2.025
1.856
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring
Rp miliar
71,9%
28,1%
share1790
222,01 Miliar
Cek Bilyet Giro Lain
187,23 Miliar cek
25,05%
0,37%
Transaksi4882 Cek
10701 BG
73 Lain
Nominal
46,26%0,11%
238,25 Miliar BG
0,61 Miliar Lain
TW II2018
36,35%
54,91%
61,15363,581
56,110
62,515
54,729
46,37049,908
54,25750,611 50,805
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Kliring Kredit Kliring Debet
transaksi
62,5%
37,5%
share 23.9
9.3
33.2
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring
Rp miliar/ hari
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 76
0,11% dari total transaksi kliring debet. Dari sisi
kepatuhan dan risiko kredit, penarikan cek dan BG
kosong mengalami penurunan setelah sebelumnya
tercatat sebanyak 537 lembar menjadi 431 lembar
dengan nominal mencapai Rp12,69 miliar (Grafik
5.9). Dengan demikian, tingkat penarikan Cek/BG
kosong pada triwulan II 2018 hanya sebesar 2,7%
dari total penarikan kliring debet, sedikit lebih
tinggi daripada triwulan sebelumnya yang
mencapai 2,5%. (Grafik 5.10).
Secara spasial, transaksi SKNBI masih dominan
dilakukan di Kota Kendari dengan pangsa nominal
mencapai 67,2% dari total transaksi kliring di
Sulawesi Tenggara. Total transaksi kliring di Kota
Kendari mencapai Rp1,20 triliun, masih relatif
rendah namun penurunannya melandai, karena
sejak triwulan IV 2016 berada pada trend yang
menurun. Kondisi perbaikan juga diikuti oleh Kota
Bau-Bau dengan transaksi kliring mencapai
Rp314,82 miliar dengan pangsa mencapai 17,6%
(Grafik 5.12).
5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS
Pada triwulan II 2018 transaksi BI-RTGS di Sulawesi
Tenggara menunjukkan adanya peningkatan. Pada
periode tersebut transaksi BI-RTGS mencapai
Rp881,85 miliar, atau tumbuh sebesar 39,82%
(yoy). Meskipun mengalami pertumbuhan yang
pesat, namun masih lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 51,24%-yoy (Grafik
5.13). Pemanfaatan pembayaran nontunai melalui
BI-RTGS mengalami peningkatan disebabkan oleh
meningkatnya kinerja lapangan usaha
perdagangan. BI-RTGS merupakan sistem
pembayaran nontunai dengan minimal nilai
transaksi sebesar Rp100 juta sehingga lebih
banyak digunakan untuk aktivitas ekonomi skala
besar khususnya dalam jual beli komoditas.
Sementara itu untuk volume transaksi, pada
triwulan II 2018 tercatat mencapai 582 transaksi.
Dengan demikian pada periode tersebut rata-rata
transaksi BI-RTGS mencapai Rp1,51 miliar, lebih
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara
Grafik 5.11 Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.10 Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi Kliring Per
Kota/Kabupaten
12,69
431
0
200
400
600
800
1000
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Nominal Transaksi (sb.kanan)
Rp miliar transaksi
Kendari67,2%
Baubau17,6%
Muna7,9%
Kolaka3,5%
Konut 3% Konawe0,26%
Kolut0,08%
Bombana0,25%
TW II2018
3.20%
1.65%
2.46%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Cek BG Total
% tolakan
314,826
141,97
54,9060
100
200
300
400
500
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018Kendari Baubau Muna Kolaka Konut
Rp miliar
1203,35
8001.0001.2001.4001.6001.800
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 77
tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar
Rp1,32 miliar.
5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI
5.2.1. Aliran Uang Kartal
Transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2018
memiliki pola net-outflow, yaitu aliran uang yang
keluar dari KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara lebih
besar dibandingkan dengan uang yang masuk.
Kondisi tersebut sama dengan pola di tahun
sebelumnya. Aliran outflow pada periode tersebut
mencapai Rp1.995,14 miliar, turun 4,51%
dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu
sebesar Rp2.089,47 miliar. Sementara itu untuk
aliran inflow atau aliran uang masuk ke KPwBI
Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode yang
sama tercatat sebesar Rp1,02 triliun, naik 53,48%
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang
mencapai Rp667,02 miliar. Secara keseluruhan,
karena jumlah outflow yang lebih besar daripada
inflow, maka pada triwulan II 2018 terjadi net-
outflow sebesar Rp971,41 miliar (Grafik 5.16).
Kondisi net-outflow tersebut disebabkan karena
realisasi penarikan perbankan untuk memenuhi
kebutuhan uang di masyarakat selama periode
Ramadhan relatif lebih besar dibandingkan dengan
periode lainnya. Selanjutnya uang kartal yang
beredar akan terserap masuk kembali ke
perbankan dan pada akhirnya masuk kembali ke
1Kas Titipan adalah kegiatan penyediaan uang rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan kepada salah satu bank untuk mencukupi
persediaan kas bank-bank dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah/daerah tertentu.
Bank Indonesia saat bank mengalami kelebihan
likuiditas uang kartal dan Uang Tidak Layak Edar
(UTLE).
Untuk memperluas cakupan layanan kas ke
seluruh wilayah Sulawesi Tenggara, Bank
Indonesia melaksanakan kegiatan Kas Titipan1.
Saat ini di Sulawesi Tenggara, KPw BI Sulawesi
Tenggara sudah memiliki 3 (tiga) Kas Titipan yang
sudah berjalan yaitu Kas Titipan Bau-Bau, Kas
Titipan Kolaka, dan Kas Titipan Raha yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Uang
Layak Edar (ULE) dan meningkatkan kualitas uang
yang beredar di daerah tersebut. Pada triwulan II
2018, penarikan perbankan dari Kas Titipan Bau-
Bau, Kolaka dan Raha berlangsung efektif sekitar
31,98% dari total akumulatif penarikan bank se-
Sultra. Hal tersebut tercermin dari realisasi
penarikan ketiga Kas Titipan tersebut yang masing-
masing mencapai 9,98%, 12,81% dan 8,96% dari
total outflow pada periode tersebut (Grafik 5.17).
Dengan semakin tersebarnya layanan kas titipan,
maka masyarakat dapat lebih mudah dan cepat
mendapatkan uang kartal dalam jumlah nominal
yang cukup serta kondisi Uang Layak Edar (ULE)
dengan kualitas yang lebih baik.
5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Bank Indonesia secara berkala terus menjaga
ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat.
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara
Grafik 5.14 Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara
881,85
582
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018Nominal Transaksi
Rp miliar transaksi
16,33
10,78
0
2
4
6
8
10
12
14
16
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018Rata rata harian nilai Rata rata harian volume
Rp miliar/hari transaksi/hari
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 78
Uang layak edar adalah uang rupiah asli yang
memenuhi persyaratan untuk diedarkan
berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Penyediaan uang rupiah yang
berkualitas sangat penting untuk menjaga
integritas rupiah sebagai salah satu simbol
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain itu, ULE akan memberikan kenyamanan
dalam bertransaksi bagi masyarakat. Uang rupiah
dinyatakan tidak layak edar berdasarkan standar
Bank Indonesia apabila kondisinya telah berubah,
antara lain karena jamur, minyak, bahan kimia dan
coretan atau uang yang fisiknya berubah karena
terbakar, berlubang atau robek.
Tidak hanya melalui penukaran di kantor Bank
Indonesia, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga
2Kas Keliling adalah kegiatan penukaran uang rupiah oleh Bank Indonesia kepada masyarakat atau pihak lain yang melakukan kerja sama
dengan Bank Indonesia dengan menggunakan moda transportasi; dilakukan dengan mekanisme retail (kepada masyarakat umum) dan
wholesale (kepada perbankan).
memperluas jaringan pelayanan penukaran uang
pecahan kecil dan uang lusuh/rusak dari
masyarakat melalui penandatanganan MoU
dengan Perbarindo Sultra. KPw BI Provinsi Sulawesi
Tenggara juga tetap berupaya secara langsung
menyediakan uang layak edar melalui pelayanan
penukaran uang cacat, rusak, dicabut dan ditarik
dari peredaran pada hari kerja tertentu. Pada
triwulan II 2018, kegiatan penukaran uang di loket
BI mencapai Rp1,75 miliar, turun sebesar 95,27%
dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
Rp37,01 miliar. Hal ini disebabkan efektif dan
optimalnya mekanisme layanan penukaran uang
pecahan kecil yang juga dilaksanakan di loket
perbankan. Selain itu, KPw BI Provinsi Sulawesi
Tenggara juga melakukan kegiatan Kas Keliling2 di
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Ket: Lain = Penukaran, Kas Keliling dan Penarikan Non bank
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.15 Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara
Grafik 5.17 Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.16 Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara
Grafik 5.18 Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara
53.5
-4.5
-100.0
-80.0
-60.0
-40.0
-20.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
(2,500.00)
(2,000.00)
(1,500.00)
(1,000.00)
(500.00)
-
500.00
1,000.00
1,500.00
2,000.00
2,500.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Inflow Outflow g Inflow (sb. Kanan) g Outflow (sb. Kanan)
%, yoyRp Miliar
64.6%
50.8% 38.6%
67.5%
34.7%
14.2%
19.7%
10.0%22.0%
29.5%
12.8%
12.0% 9.6% 9.0%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
KENDARI KASTIP BAUBAU KASTIP KOLAKA LAIN KASTIP MUNA
1,422.4
-818.7
971.4
-1,500.0
-1,000.0
-500.0
0.0
500.0
1,000.0
1,500.0
2,000.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Rp Miliar
net inflow
net outflow
1.75
10.82
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
PENUKARAN KAS KELILING
Rp miliar
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 79
dalam kota maupun di luar Kota Kendari hingga
wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh layanan
perbankan. Selama bulan April hingga Juni 2018,
kegiatan kas keliling telah dilakukan sebanyak 28
(dua puluh dua) kali kegiatan, dengan rincian 12
(dua belas) kali kegiatan di luar Kota Kendari dan
16 (enam belas) kali kegiatan di dalam Kota
Kendari. Kas keliling di luar Kota Kendari tersebut
dilakukan di Kabupaten Konawe Selatan,
Bombana Kabupaten Bombana, Kabupaten
Konawe Utara, Kabupaten Konawe Kepulauan,
Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Konawe,
Kabupaten Muna Barat, dan Kabupaten Kolaka
Timur.
Di sisi lain, demi menjaga agar kualitas uang yang
beredar di masyarakat dalam kondisi yang baik,
Bank Indonesia juga secara berkala melakukan
kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
(UTLE). Pada triwulan II 2018, uang yang telah
dimusnahkan mencapai Rp115,49 miliar, dengan
rasio 11,28% terhadap inflow di periode yang
sama (Grafik 5.19). Hal tersebut sejalan dengan
kebijakan clean money policy melalui peningkatan
standar kualitas uang (soil level3) yang diedarkan.
Tingkat soil level untuk Uang Pecahan Besar (UPB)
di Sulawesi Tenggara dituntut pada minimal level
9 dan Uang Pecahan Kecil (UPK) minimal di level 7.
5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli
Pecahan besar masih mendominasi peredaran
uang tidak asli yang ditemukan pada triwulan II
3Soil Level yang digunakan Bank Indonesia memiliki kisaran soil level 1 sampai dengan 16. Soil level 1 adalah uang yang sangat tidak layak
edar dan soil level 16 adalah uang hasil cetak sempurna (HCS) dari Perum Peruri.
2018. Selama triwulan II 2018, telah ditemukan
uang tidak asli sebanyak 23 lembar, mengalami
penurunan dibandingkan dengan penemuan pada
triwulan II tahun sebelumnya yang tidak terdapat
temuan uang tidak asli. Temuan uang tidak asli
selama triwulan II 2018 didominasi oleh pecahan
uang Rp50.000,- sebanyak 14 lembar dan 9
lembar pecahan uang Rp100.000,- (Grafik 5.20).
Temuan uang tidak asli tersebut berasal dari
beberapa sumber, antara lain laporan bank,
laporan masyarakat, pengolahan uang di BI, serta
hasil temuan kasus pemalsuan uang rupiah oleh
pihak kepolisian. Sebagai upaya untuk
mengantisipasi peredaran uang palsu sekaligus
memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai
ciri-ciri keaslian uang rupiah, KPw BI Provinsi
Sulawesi Tenggara juga senantiasa melakukan
kegiatan sosialisi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan
cara memperlakukan uang dengan baik secara
kontinu kepada seluruh komponen di Sulawesi
tenggara di setiap kegiatan yang dilakukan Bank
Indonesia maupun bersama stakeholder dalam
berbagai kegiatan lainnya melalui slogan 3D
(Dilihat, Diraba, Diterawang).
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.19 Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow Grafik 5.20 Komposisi Pecahan Uang Tidak Asli Yang Ditemukan
115.50
11.28 0
20
40
60
80
100
120
140
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
600.00
700.00
800.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Pemusnahan Rasio Pemusnahan/Inflow (sb.kanan)
Rp, Miliar Rasio (%)
39.13%
60.87%
Pecahan 100.000 Pecahan 50.000 Pecahan 20.000 Pecahan 10.000
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 80
BOKS 2
GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL, UPAYA MEMUDAHKAN TRANSAKSI
NONTUNAI
Sebagai otoritas sistem pembayaran, Bank Indonesia senantiasa mengeluarkan kebijakan untuk
mendorong kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan transaksi nontunai. Dimulai dengan Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT), Bank Indonesia kini meluncurkan kebijakan dalam bentuk Gerbang
Pembayaran Nasional (GPN). GPN merupakan sistem yang dibangun oleh Bank Indonesia untuk
memberikan layanan yang optimal kepada masyarakat dan merchant sehingga proses lebih simpel,
transaksi pembayaran lebih mudah, aman dan nyaman serta menghemat biaya bagi kedua pihak.
Dalam upaya mensosialisasikan GPN, Bank Indonesia melakukan launching secara bertahap di
seluruh Indonesia dan Sulawesi Tenggara menjadi salah satu provinsi yang mendapatkan kesempatan
untuk melakukan launching GPN pertama se-Indonesia. Kegiatan launching tersebut dilakukan pada 29
Juli 2018 di pelataran MTQ dengan rangkaian acara berupa fun walk dan pelayanan penukaran kartu
GPN kepada seluruh masyarakat dan dihadiri langsung oleh Pj. Sekda Sulawesi Tenggara, Kepala
Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara, Kepala Perwakilan OJK Sulawesi Tenggara,
FORKOMPINDA, akademisi dan stakeholders Bank Indonesia lainnya. Animo masyarakat pada kegiatan
tersebut juga cukup tinggi dengan ribuan orang turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
.
Gambar 1. Launching GPN Oleh KPw BI Sultra
Untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat, Bank Indonesia bersama perbankan berupaya
terjun langsung ke masyarakat untuk melayani penukaran kartu GPN pada tanggal 30 Juli hingga 3
Agustus 2018 melalui pembukaan loket penukaran di beberapa lokasi yang dianggap strategis seperti
Swalayan Rabam, Pasar Sentral, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara dan Kantor BPD
Sultra. Kegiatan penukaran tersebut diikuti oleh 10 perbankan yaitu BPD Sultra, Bank Mandiri, BNI, BCA,
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 81
BRI, Bank Muamalat, BTN, Bank CIMB Niaga, BRI Syariah dan Bank Mandiri Syariah. Masing-masing bank
menyediakan kartu GPN dengan jumlah yang tidak sedikit sebagai bentuk pelayanan prima kepada
masyarakat.
Dengan kegiatan tersebut, dalam 1 minggu telah dilakukan penukaran kartu GPN sebanyak 2.721
dari 10 bank tersebut. Hal tersebut cukup baik dibandingkan dengan target yang dicanangkan untuk
penukaran dalam periode tersebut yang sebanyak 2.500 kartu. Hal tersebut juga didorong oleh edukasi
dan sosialisasi terkait dengan GNNT dan GPN yang terus dilakukan oleh KPw BI Sultra. Meskipun periode
penukaran dalam agenda launching telah berakhir, KPw BI Sulawesi Tenggara masih terus berupaya
mendorong penukaran kartu GPN melalui sosialisasi keuntungan memiliki kartu GPN dan juga memenuhi
target nasional satu orang memiliki minimal satu kartu GPN pada tahun 2022.
Gambar 2. Penukaran Kartu GPN di Beberapa Lokasi
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 82
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 87
KONDISI TENAGA KERJA
& KESEJAHTERAAN
6
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 88
6.1. GAMBARAN UMUM
Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan
masyarakat Sulawesi Tenggara pada triwulan II
2018 lebih baik dibandingkan periode
sebelumnya. Peningkatan kondisi ketenagakerjaan
dan kesejahteraan terutama dipengaruhi oleh
adanya akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara pada triwulan II 2018. Indikasi perbaikan
ketenagakerjaan terutama berasal dari permintaan
tenaga kerja yang meningkat serta adanya
investasi asing yang menyerap cukup banyak
tenaga kerja. Sementara itu peningkatan
kesejahteraan terlihat dari kenaikan indeks
penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani
(NTP) pada periode tersebut jika dibandingkan
dengan periode sebelumnya.
6.2. KETENAGAKERJAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara
pada triwulan II 2018 diindikasikan mengalami
perbaikan. Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh
adanya akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara pada triwulan II 2018. Indikasi perbaikan
terutama berasal dari permintaan tenaga kerja
(demand of labor) yang membaik serta adanya
investasi asing yang menyerap cukup banyak
tenaga kerja. Sementara itu, dari sisi penawaran
tenaga kerja (supply of labor) diindikasikan
mengalami penurunan ditandai dengan
penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja dan
meningkatnya penduduk yang bukan angkatan
kerja.
Permintaan Tenaga Kerja
Perbaikan kondisi ketenagakerjaan pada triwulan II
2018 tercermin dari ketersediaan lapangan kerja
yang lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya.
Hal tersebut diindikasikan pada Indeks Realisasi
Penggunaan Tenaga Kerja oleh pelaku usaha
sesuai hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
pada triwulan II 2018 sebesar 10,7%, meningkat
signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar 0,5% (Grafik 6.1). Peningkatan indeks
realisasi penggunaan tersebut terlihat dari adanya
pelaku usaha yang mengalami peningkatan tenaga
kerja sebesar 8%, sementara pelaku usaha yang
mengalami penurunan hanya sebesar 2% dan
sisanya sebesar 89% pelaku usaha tidak
mengalami perubahan jumlah tenaga kerja.
Berdasarkan jenis usahanya, peningkatan
penggunaan tenaga kerja terutama terjadi pada
lapangan usaha konstruksi, usaha jasa keuangan,
dan usaha pertambangan. Pada lapangan usaha
konstruksi dan usaha jasa keuangan, terdapat
40% pelaku usaha mengalami peningkatan
tenaga kerja, sementara pada usaha
pertambangan terdapat 21% pelaku usaha
mengalami penambahan tenaga kerja.
Penambahan penggunaan tenaga kerja tersebut
didorong oleh meningkatnya aktivitas produksi
termasuk untuk kebutuhan operator
mesin/peralatan baru. Meskipun demikian,
Sumber: SK & SKDU KPw BI Sultra, diolah
Sumber: SKDU KPw BI Sultra, diolah
Grafik 6.1 Penggunaan Tenaga Kerja dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Grafik 6.2 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha
10,7%
115,7
60
70
80
90
100
110
120
130
140
-10,0%
-7,5%
-5,0%
-2,5%
0,0%
2,5%
5,0%
7,5%
10,0%
12,5%
15,0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018Indeks Penggunaan Tenaker - Sisi Pelaku Usaha
Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan-Sisi RT (sb.kanan)
Indeks SBT, Indeks
6%
67%
3%
2%
83%
100%
79%
95%
33%
60%
89%
100%
60%
89%
11%
0%
21%
5%
0%
40%
8%
0%
40%
8%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Industri
Perdagang..
Tambang
Pertanian
Listrik, Gas..
Bangunan
Hotel &..
Real Estate
Bank &..
SULTRA
Menurun Tetap Meningkat
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 89
terdapat pula usaha yang mengalami penurunan
terutama pada usaha listrik, gas dan air bersih
disebabkan oleh adanya pegawai yang memasuki
masa pensiun (Grafik 6.2).
Kondisi peningkatan penyerapan tenaga kerja
tersebut juga dirasakan dari sisi rumah tangga
sebagai sumber penawaran tenaga kerja. Hal ini
diindikasikan dari Indeks Ketersediaan Lapangan
Kerja sesuai hasil Survei Konsumen (SK) sebesar
115,7 pada triwulan II 2018 (Grafik 6.1). Indeks
tersebut tercatat mengalami peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya
mencapai 103,0. Rumah tangga yang merasakan
adanya peningkatan ketersediaan lapangan
pekerjaan adalah yang memiliki pekerjaan di usaha
hotel restoran dan usaha transportasi seiring
dengan peningkatan kinerja lapangan usaha
tersebut pada masa liburan sekolah dan lebaran
pada akhir triwulan II 2018.
Selain itu, peningkatan penyerapan tenaga kerja
juga berasal dari meningkatnya investasi swasta
dalam bentuk PMA (Penanaman Modal Asing).
Pada triwulan II 2018, realisasi investasi swasta
yang dilakukan di Sulawesi Tenggara menyerap
tenaga kerja sebesar 550 jiwa dengan 96,2%
berasal dari investasi PMA dan sebesar 3,8%
berasal dari investasi PMDN (Grafik 6.3).
1 Indikator penawaran tenaga kerja pada triwulan II 2018 masih menggunakan data Sakernas Februari 2018 (BPS) karena
data berikutnya yang tersedia yaitu Sakernas Agustus 2018 baru dirilis pada November 2018.
Penyerapan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 117
tenaga kerja baru.
Penawaran Tenaga Kerja
Pada triwulan II 2018, kondisi penawaran tenaga
kerja di Sulawesi Tenggara menunjukkan adanya
penurunan.1 Hal ini dicerminkan dengan adanya
penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) pada Februari 2018 yang hanya sebesar
72,73%, lebih rendah daripada kondisi Februari
2017 yang dapat mencapai 73,05%. Meskipun
demikian, TPAK pada periode tersebut merupakan
kondisi natural di Sulawesi Tenggara karena antara
tahun 2014 s.d 2017, rata-rata TPAK di provinsi ini
adalah sebesar 71,77%. Dengan TPAK yang lebih
rendah, maka jumlah penawaran tenaga kerja
menjadi lebih rendah karena penduduk dengan
usia yang produktif memilih untuk tidak masuk ke
dalam angkatan kerja.
Preferensi penduduk yang memilih untuk tidak
masuk ke dalam angkatan kerja tersebut terlihat
dari adanya peningkatan jumlah penduduk usia
kerja dengan kegiatan Bukan Angkatan Kerja
sebesar 3,62% (yoy) sehingga pada bulan Februari
2018 jumlahnya mencapai 482.326 jiwa (Grafik
6.4). Peningkatan tersebut terjadi pada jumlah
penduduk yang melakukan aktivitas mengurus
rumah tangga sebesar 5,9% (yoy) dan penduduk
Sumber: National Single Window for Investment, diolah
Sumber: BPS (Sakernas), diolah
Grafik 6.3 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Dari Sisi Tenaga Kerja
Grafik 6.4 Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara
88 529
29
21
0
1000
2000
3000
4000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
PMA PMDN
orang
2,47
2,43
4,08
2,00
-1,66
3,62
-3,00
-2,00
-1,00
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
Feb 2014 Feb 2015 Feb 2016 Feb 2017 Feb 2018
Penduduk >15 th Angkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
%, yoy
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 90
yang bersekolah sebesar 6,5% (yoy). Dari total
jumlah penduduk usia kerja yang bukan angkatan
kerja tersebut terdapat 58% yang mengurus
rumah tangga dan sebanyak 33% yang sekolah.
Penurunan TPAK tersebut dipengaruhi juga oleh
pertumbuhan angkatan kerja yang lebih rendah
daripada pertumbuhan penduduk usia kerja (di
atas 15 tahun). Pada periode tersebut angkatan
kerja hanya tumbuh sebesar 2,0% (yoy),
sedangkan penduduk usia kerja tumbuh sebesar
2,43%-yoy (Grafik 6.4). Sesuai dengan data BPS
Sulawesi Tenggara terkait ketenagakerjaan
periode Februari 2018, jumlah angkatan kerja di
Sulawesi Tenggara mencapai 1.286.623 jiwa.
Sementara itu, penduduk usia kerja (di atas 15
tahun) mencapai 1.768.949 jiwa pada bulan
Februari 2018.
Kondisi Penduduk Bekerja & Pengangguran
Sesuai dengan data dari Sakernas Februari 2018,
jumlah penduduk yang bekerja mencapai
1.250.729 jiwa, mengalami peningkatan sebesar
2,36% (yoy), sementara jika dibandingkan dengan
kondisi bulan Agustus 2017, terjadi penurunan
sebesar 4,80%. Jika dilihat dari sektor
ekonominya, sektor pertanian masih mendominasi
penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 39,25%
disusul oleh sektor jasa perdagangan sebesar
16,00% dan sektor administrasi pemerintahan
9,17% (Grafik 6.5). Sementara untuk jenis
pekerjaan yang dominan pada bulan Februari 2018
adalah kelompok orang yang bekerja sebagai
buruh/karyawan yaitu sebesar 33,17%.
Sementara itu, jumlah angkatan kerja yang
menganggur pada bulan Februari 2018 adalah
sebanyak 35.894 jiwa. Jumlah pengangguran
tersebut menurun sebanyak 3.670 jiwa atau
sebesar -9,27% (yoy) dibandingkan dengan
kondisi pada bulan yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu jika dibandingkan dengan kondisi
pada bulan Agustus 2017, terjadi peningkatan
jumlah pengangguran sebesar 16,30%. Hal ini
Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Sulawesi Tenggara
Angka tahunan menggunakan angka bulan Februari
Sumber: BPS (Sakernas)
Sumber: BPS diolah
Sumber: BPS Prov Sultra
Grafik 6.5 Penyerapan Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor
Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Februari 2018
JENIS KEGIATAN 2014 2015 2016 2017 2018
Penduduk Usia Kerja 1,599,031 1,644,107 1,685,354 1,726,913 1,768,949
Angkatan Kerja 1,136,185 1,168,026 1,212,040 1,261,448 1,286,623
Bekerja 1,112,015 1,125,748 1,166,221 1,221,884 1,250,729
Pengangguran 24,170 42,278 45,819 39,564 35,894
Bukan Angkatan Kerja 462,846 476,081 473,314 465,465 482,326
Sekolah 148,879 158,693
Mengurus Rumah Tangga 265,906 281,595
Lainnya 50,680 42,038
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 71.05 71.04 71.92 73.05 72.73
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2.13 3.62 3.78 3.14 2.79
39,25
2,6
8,87
0,68
5,99
16
3,45 3,491,33
9,17 9,16
0
10
20
30
40
Pe
rtan
ian
Ta
mb
an
g
Indu
str
i
LG
A
Ko
nstr
uksi
Pe
rda
ga
ng
an
Tra
np
ort
asi
Akom
od
asi &
Mka
n M
inu
m
Jasa
Ke
ma
sya
raka
tan
Ad
min
istr
asi
Pe
me
rinta
han
Jasa L
ain
nya
Feb-17 Feb-18
%, pangsa
7,2
2
7,0
7
5,6
5
5,4
1
4,2
3
3,3
02
,97
2,6
2
2,6
1
2,4
7
2,4
3
2,0
8
1,9
4
1,6
9
1,6
5
1,4
8
0,5
6
0,4
7
0
2
4
6
8
Ke
nda
ri
Ba
uba
u
Mu
na
Ko
nke
p
Ko
nut
SU
LT
RA
Ko
laka
Ko
lut
Bu
sel
Bu
ton
Waka
tobi
Ko
ltim
Ko
naw
e
Bu
ten
g
Ko
nse
l
Bu
tur
Mu
ba
r
Bo
mb
an
a
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 91
menunjukkan bahwa pengurangan pengangguran
masih bersifat musiman dan belum terjadi
perbaikan secara struktural.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, tingkat
pengangguran terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara
pada bulan Februari 2018 tercatat sebesar 2,97%
Capaian tersebut lebih rendah jika dibandingkan
dengan kondisi pada bulan Februari 2017 yang
tercatat sebesar 3,14% dan Agustus 2017 yang
sebesar 3,30%. Secara spasial, tingkat
pengangguran terbesar justru terdapat di daerah
perkotaan yaitu di Kota Kendari (TPT 7,22%) dan
Kota Bau-Bau (TPT 7,07%). Sementara itu di
daerah kabupaten tingkat penganggurannya
relatif rendah dan hanya terdapat 3 daerah dengan
TPT di atas TPT Sulawesi Tenggara yaitu di Kab.
Muna, Kab. Konawe Kepulauan dan Kab. Konawe
Utara (Grafik 6.6).
6.3. KESEJAHTERAAN
Sejalan dengan akselerasi ekonomi yang terjadi,
kondisi kesejahteraan masyarakat Sulawesi
Tenggara cenderung mengalami peningkatan
pada triwulan II 2018. Hal ini terlihat dari kenaikan
indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar
Petani (NTP) pada periode tersebut jika
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Indikasi peningkatan tingkat penghasilan
masyarakat terlihat dari hasil Survei Konsumen
yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi
Tenggara yang menunjukkan kenaikan Indeks
Penghasilan Konsumen (IPK) dari 149 pada
triwulan I 2018 menjadi 153 pada triwulan II 2018
(Grafik 6.7).
Penghasilan Petani (NTP)
Seperti telah diungkapkan sebelumnya, sektor
pertanian merupakan sektor penyerap tenaga
kerja terbesar di Sulawesi Tenggara. NTP
merupakan suatu indikator kemampuan tukar
produk pertanian untuk keperluan memproduksi
produk pertanian. Penghasilan petani merupakan
salah satu tolok ukur dalam menentukan
kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor
pertanian. Pada triwulan II 2018, NTP Sulawesi
Tenggara tercatat sebesar 95,8 atau sedikit
meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2018
yang tercatat sebesar 94,1 (Grafik 6.8).Kenaikan
NTP terjadi pada subsektor peternakan,
perkebunan rakyat, perikanan dan hortikultura.
Sementara itu subsektor tanaman pangan
mengalami penurunan. NTP yang berada di bawah
100 menunjukkan bahwa rumah tangga yang
bergerak di lapangan usaha pertanian secara
umum masih harus mengeluarkan uang lebih
besar daripada total pendapatannya. Kondisi
tersebut terutama terjadi pada hampir seluruh
subsektor kecuali pada subsektor perikanan
dengan NTP sebesar 116,2, dan peternakan
dengan NTP sebesar 105,8.
Kemiskinan
Masih rendahnya NTP di Sulawesi Tenggara
menjadi indikasi masih relatif tingginya tingkat
kemiskinan di daerah pedesaan. Sesuai data BPS
Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui bahwa
Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah
Sumber: BPS Prov Sultra, diolah
Grafik 6.7 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.8 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara
153,3
134,0
110
120
130
140
150
160
170
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 2018
Indeks Penghasilan Saat ini Indeks Ekspektasi Penghasilan
SBT
95,8
88,9
91,8
92,3
105,8
116,2
94,1
92,1
89,7
87,4
104,1
116,1
70,0 80,0 90,0 100,0 110,0 120,0
Total
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan Rakyat
Peternakan
Perikanan
2018 I 2018 II
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 92
penduduk miskin pada bulan Maret 2018 (rilis
bulan Mei 2018) tercatat sebanyak 307,1 ribu
orang atau sebesar 11,63 % dari total penduduk
Sulawesi Tenggara (Grafik 6.9). Jumlah tersebut
menurun jika dibandingkan dengan data pada
bulan September 2017 yang tercatat sebanyak
11,97%. Dari jumlah penduduk miskin tersebut,
78,4% atau 240,69 ribu jiwa berada di daerah
pedesaan sedangkan sisanya sebesar 21,6 % atau
66,41 ribu jiwa berada di perkotaan. Penurunan
kondisi kemiskinan pada daerah perkotaan dan
daerah pedesaan terjadi di tengah peningkatan
garis kemiskinan karena tekanan inflasi. Garis
kemiskinan meningkat dari Rp300.258,- per kapita
per bulan pada September 2017 menjadi
Rp303.618,- per kapita per bulan pada Maret
2018. Kondisi tersebut menunjukkan adanya
peningkatan kesejahteraan secara umum karena
peningkatan garis kemiskinan tidak berdampak
terhadap peningkatan tingkat kemiskinan.
Ketimpangan Pengeluaran
Konsentrasi jumlah penduduk miskin di pedesaan
menjadi tantangan pembangunan ekonomi oleh
pemangku kepentingan khususnya pemerintah
daerah, mengingat potensi sumber daya alam
Sulawesi Tenggara yang dominan berada di daerah
pedesaan khususnya di sektor primer yaitu sektor
pertanian namun hasilnya belum secara optimal
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di pedesaan secara lebih luas. Sementara itu,
jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan yang
terus cenderung stagnan juga harus mendapatkan
perhatian khusus mengingat jumlahnya pada
bulan September 2017 merupakan yang tertinggi
dalam periode 3 tahun terakhir sementara pada
bulan Maret 2018 hanya menurun 0,01%.
Ketimpangan pengeluaran penduduk Sulawesi
Tenggara juga belum mengalami perbaikan
bahkan cenderung semakin besar. Hal tersebut
tercermin dari adanya peningkatan gini ratio dari
0,404 pada September 2017 menjadi 0,409 pada
Maret 2018 (data terakhir). Semakin tinggi nilai
gini ratio menunjukkan ketimpangan suatu daerah
yang semakin tinggi. Berdasarkan daerah tempat
tinggalnya, peningkatan gini ratio terjadi di daerah
perkotaan. Untuk daerah perkotaan gini ratio pada
September 2017 tercatat sebesar 0,409,
meningkat menjadi sebesar 0,420 pada periode
Maret 2018. Sementara untuk daerah pedesaan
gini ratio sedikit menurun 0,373 pada bulan
September 2017 menjadi 0,370 pada bulan Maret
2018.
Indeks Pembangunan Manusia
IPM merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas
hidup manusia. IPM Sulawesi Tenggara meningkat
dari 65,99 pada tahun 2010 menjadi 69,86 pada
tahun 2017. Sejak tahun 2016, status
pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara telah
hingga 2017, komponen pembentuk IPM juga
mengalami peningkatan. Pertama, bayi yang baru
Sumber: BPS Prov Sultra, diolah Sumber: BPS Prov Sultra, diolah
Grafik 6.9 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi
Tenggara
Grafik 6.10 Gini Rasio Sulawesi Tenggara
66,41
240,69
11,63
10
11
12
13
14
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18
Penduduk Miskin Desa
Penduduk Miskin Kota
Persentase Penduduk Miskin (sb.Kanan)
ribu jiwa %
0,420
0,370
0,409
0,3
0,32
0,34
0,36
0,38
0,4
0,42
0,44
Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret
2015 2016 2017 2018
Perkotaan Pedesaan SULTRA
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 93
lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 70,47
tahun, meningkat 0,01 tahun dibandingkan tahun
sebelumnya. Kedua, anak-anak usia 7 tahun
memiliki peluang untuk bersekolah selama 13,36
tahun, meningkat 0,12 tahun dibandingkan
dengan tahun 2016. Ketiga, penduduk usia 25
tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh
pendidikan selama 8,46 tahun, meningkat 0,14
tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu,
pengeluaran per kapita (harga konstan 2012)
masyarakat telah mencapai Rp9,094 juta pada
tahun 2017, meningkat Rp223 ribu dibandingkan
tahun sebelumnya.
Tabel 6.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara Menurut Komponen 2010 - 2017
Sumber: BPS (Sakernas)
KOMPONEN SATUAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Umur Harapan Hidup Saat Lahir (UHH) Tahun 69,65 69,85 70,06 70,28 70,39 70,44 70,46 70,47
Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 12,15 12,30 12,45 12,45 12,78 13,07 13,07 13,36
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 7,67 7,67 7,76 7,93 8,02 8,18 8,32 8,46
Pengeluaran Per Kapita Rp ribu 8.126 8.249 8.396 8.537 8.555 8.697 8.697 9.094
IPM 65,99 66,52 67,07 67,55 68,07 68,75 69,31 69,86
Pertumbuhan IPM % ─ 0,80 0,82 0,72 0,78 0,99 0,81 0,79
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 94
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 95
PROSPEK PEREKONOMIAN
DAERAH
7
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 96
7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN
NASIONAL
7.1.1. Prospek Perekonomian Global
Pada tahun 2018, perekonomian global
diperkirakan akan mengalami peningkatan.
Berdasarkan proyeksi yang dirilis oleh IMF melalui
World Economic Outlook (WEO) Juli 2018,
perekonomian global diperkirakan dapat tumbuh
sebesar 3,9% (yoy) pada tahun 2018
dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2017
yang tumbuh sebesar 3,7% (yoy). Namun
peningkatan tersebut tidak terjadi secara merata
dan hanya didorong oleh perbaikan perekonomian
Amerika Serikat. Sementara itu, perekonomian di
negara maju lainnya seperti di kawasan Eropa dan
Jepang justru menunjukkan perlambatan.
Perekonomian Amerika Serikat diperkirakan masih
mengalami peningkatan dari 2,3% pada tahun
2017 menjadi 2,9% pada tahun 2018 sesuai
dengan proyeksi sebelumnya. Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh adanya pemulihan pada
akumulasi inventori, pertumbuhan konsumsi yang
solid, dan asumsi kebijakan fiskal yang ekspansif di
negara tersebut. Di tengah antisipasi arah
kebijakan pemerintah yang terkadang diliputi
ketidakpastian, perbaikan di negara tersebut masih
ditopang oleh menguatnya keyakinan pada kondisi
bisnis dan pasar keuangan.
Sementara itu, optimisme terhadap pertumbuhan
perekonomian negara berkembang cenderung
mengalami penurunan. Perlambatan
perekonomian di Tiongkok diperkirakan masih
terjadi dan menahan pertumbuhan ekonomi
global. Tiongkok diperkirakan hanya tumbuh
sebesar 6,6% (yoy) pada tahun 2018, mengalami
perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar
6,9% (yoy). Berlangsungnya perang dagang antara
Amerika Serikat dengan Tiongkok juga
diperkirakan akan memberikan dampak yang
cukup signifikan terhadap perkembangan
perekonomian di Tiongkok. Sementara itu,
perekonomian India diperkirakan masih akan
mengalami pertumbuhan meskipun tidak setinggi
perkiraan sebelumnya. Pada Juli 2018,
perekonomian India diperkirakan akan tumbuh
sebesar 7,3% (yoy), sedikit lebih rendah dari
perkiraan pertumbuhan pada periode sebelumnya
yang sebesar 7,4% (yoy). Kondisi tersebut
berdampak pula pada perkiraan pertumbuhan
ekonomi negara berkembang karena kedua
negara tersebut memiliki sumbangan mencapai
40% terhadap PDB negara berkembang.
Meskipun terindikasikan mengalami perbaikan
pertumbuhan ekonomi, terdapat beberapa risiko
yang perlu diwaspadai. Pertama adalah normalisasi
kebijakan moneter di negara maju terutama
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Sumber: BI, World Economic Outlook-IMF Juli 2018, Consesus Forecast
AS
2017: 2,3
2018: 2,9
2019: 2,7
Eropa
2017: 2,4
2018: 2,2
2019: 1,9
Tiongkok
2017: 6,9
2018: 6,6
2019: 6,4
Jepang
2017: 1,7
2018: 1,0
2019: 0,9
India
2017: 6,7
2018: 7,3
2019: 7,5
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 97
adanya kenaikan suku bunga kebijakan Amerika
Serikat atau (FFR). Kedua adalah
adanya perang dagang yang dilakukan dan
direncanakan oleh Amerika Serikat terhadap
beberapa mitra dagangnya. Ketiga adalah
terjadinya perlambatan harga komoditas terutama
komoditas non energi sedangkan harga minyak
diproyeksikan akan tetap tinggi. Ketidakpastian
perekonomian global tersebut sudah mulai
memberikan dampak dengan terjadinya
pembalikan arus modal dari negara berkembang.
7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional
Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2018
diperkirakan meningkat dibandingkan tahun
2017. Bank Indonesia memperkirakan
perekonomian nasional dapat tumbuh pada
kisaran 5,1%-5,5%, mengalami peningkatan
dibandingkan realisasi tahun 2017 yang tumbuh
sebesar 5,1%. Peningkatan tersebut dipengaruhi
oleh adanya stimulus fiskal, penyelenggaraan
Pilkada serentak dan pelaksanaan ASIAN GAMES
2018. Selain itu, konsumsi swasta diperkirakan
masih tumbuh kuat, adanya perbaikan investasi
dan peningkatan konsumsi pemerintah, ditambah
dengan peningkatan ekspor.
Belanja Pemerintah dalam APBN 2018 adalah
sebesar Rp2.220,7 triliun atau meningkat 0,74%
dibandingkan dengan belanja APBN 2017 sebesar
Rp2.204,4 triliun. Beberapa poin penting dari
kebijakan fiskal Pemerintah Pusat yang tercermin
dari APBN 2018 antara lain:
a. Kenaikan anggaran sebesar 3,65% untuk
penanggulangan kemiskinan dan dukungan
masyarakat berpendapatan rendah. Kenaikan
anggaran pada fungsi tersebut lebih tinggi
daripada kenaikan anggaran untuk
infrastruktur yaitu sebesar 2,39%.
Peningkatan belanja bantuan sosial seperti
pada PKH, Program Indonesia Pintar, Jaminan
Kesehatan Nasional, Bantuan Pangan, Bidik
Misi dan Dana Desa, diharapkan dapat
mendorong peningkatan daya beli masyarakat
serta pertumbuhan ekonomi pada tahun
2018.
b. Anggaran subsidi energi tahun 2018 mencapai
Rp103,37 triliun atau meningkat sebesar
15,03% dibandingkan tahun 2017. Anggaran
subsidi tersebut terdiri dari subsidi bahan bakar
minyak (BBM) dan elpiji 3 kilogram sebesar
Rp51,13 triliun serta subsidi listrik sebesar
Rp52,23 triliun untuk pelanggan 450 VA dan
900 VA. Melihat kondisi tersebut, diperkirakan
Pemerintah belum akan melakukan
peningkatan harga BBM, tarif listrik maupun
harga elpiji pada tahun 2018.
Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia pada
Agustus 2018 memutuskan untuk meningkatkan
suku bunga kebijakan (BI 7-day Reverse Repo Rate)
menjadi sebesar 5,50%. Hal tersebut dilakukan
sebagai respons atas perekonomian global dan
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh bank
sentral di negara-negara lain. Mempertimbangkan
dampak kebijakan moneter yang membutuhkan
waktu dalam proses transmisinya ke dalam
perekonomian, maka diharapkan pada tahun 2018
kebijakan moneter tersebut dapat memberikan
dampak pada stabilnya kondisi perekonomian dan
keuangan dari tekanan sisi eksternal.
Adapun inflasi nasional pada tahun 2018
diperkirakan berada pada kisaran sasaran sebesar
3,5%+1%, lebih rendah dibandingkan sasaran
tahun sebelumnya yang sebesar 4%+1%. Hal ini
didukung oleh semakin kuatnya koordinasi
kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam
mengatasi risiko. Selain itu rencana Pemerintah
untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi, tarif
listrik dan elpiji seiring dengan meningkatnya
belanja subsidi dalam APBN 2018 juga menjadi
faktor yang menjaga tekanan inflasi lebih rendah
dibanding tahun 2017.
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 98
7.2. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI
SULAWESI TENGGARA
7.2.1. Triwulan IV 2018
Berdasarkan pada beberapa indikator pendukung,
hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2018
diprakirakan berada pada kisaran 6,6% - 7,0%
(yoy), mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan periode triwulan III 2018 yang diperkirakan
akan mengalami pertumbuhan sebesar 6,3% -
6,7% (yoy). Perkiraan peningkatan yang terjadi
pada triwulan IV 2018 tersebut sesuai dengan arah
perkiraan kegiatan usaha yang diungkapkan oleh
para pelaku perekonomian terutama dari sisi
konsumen dan dari sisi pelaku usaha. Dari sisi
konsumen berdasarkan hasil Survei Konsumen,
Indeks Perkiraan Kegiatan Usaha tercatat
mengalami peningkatan dari 146,0 untuk triwulan
III 2018 menjadi 162,0 pada triwulan IV 2018. Hal
yang sama diutarakan oleh pelaku usaha,
tercermin dari hasil liaison yang menunjukkan
bahwa pelaku usaha memperkirakan peningkatan
omset penjualan pada triwulan tersebut.
Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja pada
periode tersebut diperkirakan berasal dari
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan, lapangan usaha pertambangan dan
penggalian, lapangan usaha industri pengolahan,
dan lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran. Peningkatan kinerja pada lapangan usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan
didorong oleh masa panen yang cukup besar
untuk hasil padi. Selain itu, tangkapan ikan juga
diperkirakan masih akan terus tumbuh yang
didukung oleh kondisi cuaca yang mulai stabil.
Peningkatan produksi pada hasil pertanian dan
perikanan tersebut mendorong terjadinya
peningkatan kinerja pada lapangan industri
pengolahan yang didominasi oleh industri
makanan dan minuman. Peningkatan pada
lapangan usaha tersebut juga didorong oleh mulai
beroperasinya smelter secara optimal sehingga
terjadi peningkatan produksi feronikel. Selain itu,
peningkatan terjadi pada lapangan usaha
pertambangan dan penggalian adanya aksi
korporasi untuk memanfaatkan kuota ekspor nikel
mentah kadar rendah yang masih tersisa. Namun
pertumbuhan pada lapangan usaha tersebut
terbatas seiring dengan terjadinya penghentian
sementara izin ekspor pada beberapa perusahaan
tambang. Lapangan usaha perdagangan besar dan
eceran juga diperkirakan akan mengalami
peningkatan yang didorong oleh terjadinya
peningkatan konsumsi rumah tangga seiring
dengan memasukinya periode Natal dan libur akhir
tahun.
Sedangkan dari sisi permintaan, peningkatan
perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV
2018 disumbangkan oleh peningkatan pada
konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah
dan investasi. Memasuki periode Natal dan libur
akhir tahun diperkirakan akan mendorong
Sumber: SK KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: Liaison KPw BI Sultra, diolah
Grafik 7.2 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen Grafik 7.3 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
8.00
8.50
120.0
130.0
140.0
150.0
160.0
170.0
180.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2018
Indeks Perkiraan Usaha (mov.2Q) PDRB (sb.kanan)
SBT %,yoy
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2018LS Penj. Domestik LS Penj. Ekspor
LS Ekspektasi Penjualan
skala likert
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 99
terjadinya peningkatan permintaan oleh
masyarakat. Selain itu, peningkatan konsumsi
pemerintah juga terjadi seiring dengan
penyelesaian proyek-proyek pemerintah. Hal
tersebut juga memberikan dampak terjadinya
peningkatan kinerja investasi pada triwulan IV
2018. Peningkatan kinerja investasi juga didukung
oleh rencana pembangunan pabrik pengolahan
oleh pihak asing untuk beberapa komoditas di
Sulawesi Tenggara seperti gula, tanaman kayu
energi biomassa dan lain-lain.
7.2.2. Tahun 2018
Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil
survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi
Tenggara pada tahun 2018 diprakirakan berada
pada kisaran 6,1% - 6,5% (yoy) mengalami
perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan
dengan pertumbuhan tahun 2017 yang sebesar
6,8% (yoy). Perlambatan perekonomian tersebut
terjadi disebabkan masih belum optimalnya
sumber-sumber pertumbuhan perekonomian
Sulawesi Tenggara setelah mengalami tren
melambat sejak triwulan II 2017 sehingga
dilakukan penyesuaian terhadap pertumbuhan
ekonomi sebelumnya yang berada pada kisaran
6,7% 7,1% (yoy). Perlambatan pertumbuhan
tersebut tidak searah dengan proyeksi
pertumbuhan Indonesia dan dunia yang
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan
moderat.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya
perlambatan pada perekonomian Sulawesi
Tenggara adalah perang dagang yang terjadi
antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Dalam
perang dagang tersebut, Amerika Serikat
memberlakukan tarif impor produk baja dari
Tiongkok. Hal tersebut berdampak terhadap
penurunan daya saing dan kinerja ekspor Tiongkok
ke Amerika Serikat, sehingga mempengaruhi
kinerja industri Tiongkok. Dampak kinerja industri
Tiongkok tersebut yang berimbas pada kinerja
ekspor Sulawesi Tenggara, karena Tiongkok
Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI
Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI
I II III IV I II IIIP
IVP
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,8 6,4 5,55 6,27 5,72 6,46 6,42 - 6,82 6,82 - 7,22 5,76 6,27 - 6,67
Pertambangan dan Penggalian 16,3 11,56 15,84 9,02 6,53 5,42 6,33 - 6,73 6,59 - 6,99 13.00 6,12 - 6,52
Industri Pengolahan 7,38 8,83 4,31 5,18 6,76 -0,16 1,51 - 1,91 3,11 - 3,51 6,38 2,67 - 3,07
Pengadaan Listrik, Gas 3,03 4,59 7,83 8,23 0,12 2,25 0,76 - 1,16 1,81 - 2,21 5,92 1,15 - 1,55
Pengadaan Air 0,04 3,58 -3,25 0,35 0,69 3,34 7,04 - 7,44 5,26 - 5,66 0,12 3,99 - 4,39
Konstruksi 10,4 2,07 0,05 1,67 2,23 9,42 9,47 - 9,87 8,74 - 9,14 3,16 7,54 - 7,94
Perdagangan Besar dan Eceran 5,9 8,43 4,76 8,15 8,4 6,59 6,22 - 6,62 6,8 - 7,2 6,8 6,86 - 7,26
Transportasi dan Pergudangan 9,85 9,96 3,69 6,03 7,63 8,57 11,91 - 12,31 10,81 - 11,21 7,24 9,69 - 10,09
Penyediaan Akomodasi & Konsumsi 5,69 5,22 7,54 6,12 7,14 6,41 5,31 - 5,71 7,92 - 8,32 6,16 6,59 - 6,99
Informasi dan Komunikasi 9,4 9,79 8,56 6,16 9,51 8,64 9,32 - 9,72 10,69 - 11,09 8,43 9,45 - 9,85
Jasa Keuangan 5,77 3,96 3,83 4,61 5,14 4,07 4,19 - 4,59 4,4 - 4,8 4,53 4,35 - 4,75
Real Estate 1,46 4,66 9,8 1,06 3,46 2,62 0,27 - 0,67 4,79 - 5,19 4,17 2,68 - 3,08
Jasa Perusahaan 3,87 6,57 6,79 6,59 4,47 6,86 6,81 - 7,21 7,63 - 8,03 5,98 6,38 - 6,78
Administrasi Pemerintahan 0,34 1,12 7,03 7,76 3,87 3,89 1,07 - 1,47 0,79 - 1,19 4,1 2,25 - 2,65
Jasa Pendidikan 1,78 2,47 3,6 4,24 4,1 6,67 6,13 - 6,53 5,88 - 6,28 3,03 5,61 - 6,01
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,67 6,35 2,58 3,12 5,37 6,01 8,01 - 8,41 7,75 - 8,15 3,41 6,7 - 7,1
Jasa Lainnya 1,97 0,56 4,23 4,12 7,74 5,86 4,05 - 4,45 4,28 - 4,68 2,74 5,34 - 5,74
PDRB 7,8 6,87 6,56 6,12 5,83 6,09 6,33 - 6,73 6,62 - 7,02 6,81 6,14 - 6,54
Lapangan Usaha2017 2018
2017 2018P
I II III IV I II IIIP
IVP
Konsumsi Rumah Tangga 5,87 6,56 5,67 5,66 5,19 6,32 6,06 - 6,46 6,54 - 6,94 5,94 5,94 - 6,34
Konsumsi Pemerintah 8,11 2,07 7,82 6,4 2,55 6,93 6,41 - 6,81 7,12 - 7,52 5,98 5,82 - 6,22
PMTB 13,64 7,52 8,68 6,38 1,77 7,98 8,18 - 8,58 9,12 - 9,52 8,87 6,79 - 7,19
Eksport Luar Negeri 104,8 50,26 88,4 22,8 250,39 177,97 146,63 - 147,03 118,73 - 119,13 56,33 164,46 - 164,86
Import Luar Negeri 97,46 30,82 71,76 48,64 -29,1 19,45 32,93 - 33,33 7,41 - 7,81 58,97 7,46 - 7,86
PDRB 7,8 6,87 6,56 6,12 5,83 6,09 6,33 - 6,73 6,62 - 7,02 6,81 6,14 - 6,54
2017 2018PKomponen
2017 2018
Ekonomi Makro Regional
Keuangan Pemerintah
Perkembangan Inflasi Daerah
Stabilitas Keuangan Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 100
merupakan negara importir utama dari Sulawesi
Tenggara dengan nikel sebagai komoditas
utamanya. Hal tersebut dapat menyebabkan
terjadinya penurunan permintaan terhadap nikel
dari Sulawesi Tenggara dan berdampak pada
perlambatan perekonomian Sulawesi Tenggara
karena tingginya korelasi antara pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Tenggara dengan kinerja
lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian.
Meskipun diperkirakan akan mengalami
perlambatan pertumbuhan, namun terdapat
beberapa faktor yang dapat menahan
perlambatan tersebut seperti (1) peningkatan
kinerja lapangan usaha utama nontambang, (2)
peningkatan konsumsi rumah tangga, dan (3)
meningkatnya ekspor komoditas utama.
Peningkatan kinerja lapangan usaha non tambang
Pada tahun 2018, kinerja lapangan usaha non
tambang diperkirakan akan mengalami akselerasi
yang didukung oleh pertumbuhan pada lapangan
usaha pertanian, lapangan usaha konstruksi dan
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.
Peningkatan produksi terutama dari hasil pertanian
menjadi faktor yang mendorong pertumbuhan
pada lapangan usaha pertanian. Selain itu,
beberapa kegiatan seperti revitalisasi tanaman
perkebunan terutama kakao yang terus dilakukan
juga berdampak pada kinerja lapangan usaha
tersebut. Pembangunan yang masih terus
dilakukan oleh pemerintah dan swasta turut
mendorong terjadinya peningkatan pada lapangan
usaha konstruksi. Dipercepatnya target
penyelesaian pembangunan beberapa proyek
seperti bendungan Ladongi menjadi salah satu
faktor pendorong pertumbuhan lapangan usaha
tersebut. Selain itu, minat investor asing untuk
melakukan pembangunan pabrik juga masih
berlanjut seperti rencana pembangunan pabrik
gula di Bombana.
Peningkatan yang terjadi pada lapangan usaha
pertanian yang memiliki serapan tenaga kerja
paling banyak di Sulawesi Tenggara memberikan
dampak terhadap peningkatan kapasitas dan daya
beli masyarakat. Peningkatan tersebut mampu
mendorong tumbuhnya lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran dari tingkat
domestik. Selain itu, pertumbuhan juga masih
didorong oleh perdagangan luar negeri melalui
ekspor bijih nikel kadar rendah. Beroperasinya
smelter juga mendorong peningkatan produksi
feronikel yang turut mendorong kinerja
perdagangan luar negeri.
Peningkatan Konsumsi Rumah Tangga
Peningkatan yang terjadi pada lapangan usaha
non tambang terutama lapangan usaha pertanian
memberikan indikasi yang positif bagi
perekonomian di Sulawesi Tenggara. Hal tersebut
disebabkan oleh serapan tenaga kerja di Sulawesi
Tenggara didominasi oleh lapangan usaha
pertanian sehingga peningkatan pada lapangan
usaha tersebut dapat mendorong terjadinya
peningkatan kapasitas dan daya beli masyarakat
Sumber: IMF World Economic Outlook (WEO) Juli 2018 Sumber: World Bank Commodity Forecast Price April 2018
Grafik 7.4 Perkiraan Perekonomian Dunia Grafik 7.5 Perkiraan Harga Nikel dan Kakao
5,00
6,00
7,00
8,00
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
5,5
2014 2015 2016 2017 2018
Indonesia Dunia Sultra (sb. Kanan)
%, yoy %, yoy
1
1,5
2
2,5
3
3,5
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Nickel Cocoa (sb.kanan)
$/kg $/kg
Sistem Pembayaran & Pengelolaan
Uang Rupiah
Kondisi Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan
Prospek Perekonomian Daerah
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 101
serta menurunkan tingkat kemiskinan dan
kesenjangan di Sulawesi Tenggara. Peningkatan
daya beli tersebut mendorong terjadinya
peningkatan konsumsi masyarakat, terutama pada
momen hari raya keagamaan dan libur.
Peningkatan Ekspor Luar Negeri
Berlangsungnya relaksasi ekspor bijih nikel kadar
rendah dan peningkatan produksi feronikel yang
didukung oleh operasional smelter yang mulai
optimal menjadi faktor yang memicu
pertumbuhan kinerja ekspor luar negeri. Selain itu,
mulai dilakukannya ekspor secara langsung untuk
hasil perikanan dan perkebunan dari Sulawesi
Tenggara juga mengindikasikan akan terjadinya
peningkatan ekspor untuk jangka panjang. Namun
terjadinya perang dagang dan perlambatan
pertumbuhan ekonomi di Tiongkok sebagai
negara mitra dagang utama memunculkan
kerentanan terhadap kinerja ekspor luar negeri
Sulawesi Tenggara.
7.3. PROSPEK INFLASI SULAWESI TENGGARA
7.3.1. Triwulan IV 2018
Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV
2018 mendatang diperkirakan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan proyeksi pada
triwulan III 2018. Inflasi pada akhir triwulan IV
2018 diperkirakan berada pada kisaran 2,9% -
3,3% (yoy), sementara inflasi pada triwulan III
2018 diperkirakan hanya sebesar 2,6% - 3,0%
(yoy). Berlangsungnya hari raya Natal dan libur
diperkirakan akan mendorong peningkatan
permintaan oleh masyarakat sehingga mendorong
terjadinya peningkatan harga. Selain itu,
berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh Bank
Indonesia diperoleh informasi bahwa terdapat
rencana pengurangan jadwal penerbangan oleh
salah satu maskapai yang beroperasi di Sulawesi
Tenggara sehingga memunculkan tekanan dari
kelompok transportasi.
7.3.2. Tahun 2018
Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun
2018 mendatang diperkirakan berada pada
sasaran inflasi nasional yaitu sebesar 3,5% + 1%.
Pada tahun tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara
diperkirakan berada pada kisaran 2,9% - 3,3%
(yoy), relatif meningkat dibandingkan inflasi tahun
2017 yang hanya sebesar 2,97% (yoy).
Peningkatan tekanan inflasi tersebut terjadi
disebabkan oleh peningkatan yang terjadi pada
kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
terutama komoditas angkutan udara. Hal tersebut
disebabkan oleh berkurangnya beberapa jadwal
penerbangan serta peningkatan biaya avtur yang
mendorong terjadinya peningkatan harga tiket
angkutan udara. Namun peningkatan tersebut
relatif tertahan oleh penurunan pada kelompok
bahan makanan seiring dengan peningkatan
produksi tabama,sayur-sayuran dan perikanan
Sumber: World Bank Commodity Forecast Price April 2018 Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.6 Proyeksi Harga Minyak Dunia Grafik 7.7 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
0
20
40
60
80
100
120
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
$/bbl
60,5
61,0
61,5
62,0
62,5
63,0
63,5
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pangsa Usia Produktif (sb.kanan)
Total
Produktif
%, yoy % share
Administered
price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota
terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah
dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi
secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi
masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana
Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi daerah.
Dana Pihak
Ketiga (DPK)
Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu
bank.
Faktor
Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh
kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,
eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non
Fundamental
Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar
kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan
(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah
(administered price)
Feronikel Hasil olahan nikel mentah (ore nickel) dengan kadar antara 20-30% Ni dan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja dan stainless steel
Imported
inflation
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh
perkembangan harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1---100.
Indeks Harga
Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi
Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1---100.
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi
saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1---
100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan
modal.
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
DAFTAR ISTILAH
Liaison
Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada
pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan
cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit
Ratio (LDR)
Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan
dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri
minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
NPI Nikcel Pig Iron. Hasil olahan ore nickel dengan kandungan 5-10% Ni.
Non Performing
Loan (NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total
keseluruhan kreditnya
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah
negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban
meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban
menurun danmengabaikan jawaban sama .
Skala Likert Skala kualitatif untuk mengkonversi skala kualitatif yang digunakan dalam
kegiatan liaison.
SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih
sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang
bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi
dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai
pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
Minot Purwahono
KOORDINATOR PENYUSUN
Surya Alamsyah
EDITOR
Daniel Agus Prasetyo
TIM PENULIS
Anto Yulianto
Bhaskara Adiwena
Randy Cavendish
Nazla
Dadan Priyoko
KONTRIBUTOR
Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan
Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM
Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan
Unit Pengawasan SP, PUR dan Keuangan Inklusif
Unit Pengelolaan Uang Rupiah
Unit Operasional Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi
Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans
Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari
No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718
TIM PENYUSUN