· 2018-09-04 · publikasi ini beserta publikasi bank indonesia yang lain dapat diakses secara...

114
Agustus 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Upload: duongnhan

Post on 13-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Agustus 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA

Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

-----

Keterangan Cover:

Masjid Terapung Teluk Kendari “Al – Alam”

Fotografer: Azhari Anggriawan

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA i

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

karena dengan rahmat dan ridha-

Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara Agustus

diterbitkan. Buku ini disusun setiap triwulan dan merupakan asesmen

terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan

pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses

keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang,

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek

perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah ini di samping bertujuan untuk memberikan

masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial

maupun sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para

stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia

di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi stakeholder di wilayah

kerjanya.

Dalam penyusunan laporan ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga

bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan dinas-

dinas terkait, BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi

Tenggara, berbagai perusahaan, perbankan, asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal

tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak

yang membantu penyusunan buku ini.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami

perekonomian Sulawesi Tenggara. Saran serta masukan dari para pengguna sangat kami harapkan

untuk menghasilkan kajian yang lebih baik ke depan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

melimpahkan ridha-Nya dan menerangi setiap langkah kita.

Kendari, 24 Agustus 2018

Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Tenggara

Minot Purwahono

KATA PENGANTAR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 ii

VISI BANK INDONESIA Menjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian

Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets.

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan

moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.

2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan

makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial

Otoritas Jasa Keuangan.

3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan

sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta

mitra strategis lain.

4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan

fiskal dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.

5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi,

termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.

6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga

di tingkat daerah.

7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan

sistem informasi Bank Indonesia.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai

untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:

Trust and Integity Professionalism Excellence Public Interest Coordination and

Teamwork yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).

VISI MISI BANK INDONESIA

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Visi Misi Bank Indonesia ii

Daftar Isi iii

Daftar Grafik v

Daftar Tabel viii

Tabel Indikator Terpilih ix

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 5

1.1. KONDISI UMUM 6

1.2. SISI PERMINTAAN 7

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga 8

1.2.2. Konsumsi Pemerintah 9

1.2.3. Investasi 10

1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri 11

1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA UTAMA 14

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 14

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian 15

1.3.3. Industri Pengolahan 17

1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran 17

1.3.5. Konstruksi 19

1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN 19

BOKS 1 Kesiapan Wakatobi Sebagai Destinasi Wisata Dunia 20

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 25

2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD PERUBAHAN PROVINSI TAHUN 2017 26

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 27

2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan 27

2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja 28

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBN 29

2.3.1. Realisasi APBN Provinsi 29

2.3.2. Realisasi APBN Kabupaten/Kota 30

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 33

3.1. KONDISI UMUM INFLASI 34

3.2. PERKEMBANGAN INFLASI BULANAN (MONTH TO MONTH) 35

3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YEAR ON YEAR) 37

3.4. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA 38

3.5. INFLASI TRIWULAN III 2018 40

3.6. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI 41

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH 43

4.1. GAMBARAN UMUM STABILITAS KEUANGAN DAERAH 44

4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA 44

4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga 44

DAFTAR ISI

iv

4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga 45

4.2.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan 49

4.2.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga 50

4.3. ASESMEN SEKTOR KORPORASI 53

4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi 53

4.3.2. Kinerja Korporasi 53

4.3.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi 57

4.4. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA 59

4.4.1. Aset Bank Umum 59

4.4.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 60

4.4.3. Penyaluran Kredit 62

4.4.4. Perbankan Syariah 65

4.4.5. Bank Perkreditan Rakyat 66

4.5. AKSES KEUANGAN 67

4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM 67

4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk 69

BOKS 2 Mendunianya Kerajinan Sulawesi Tenggara Melalui Karya Kreatif

Indonesia

70

BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 73

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 74

5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring 75

5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS 76

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 77

5.2.1. Aliran Uang Kartal 77

5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar 77

5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli 79

BOKS 3 Gerbang Pembayaran Nasional, Upaya Memudahkan Transaksi

Nontunai

80

BAB VI KONDISI TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN 83

6.1. GAMBARAN UMUM 84

6.2. KETENAGAKERJAAN 84

6.3. KESEJAHTERAAN 87

BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH 95

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL 96

7.1.1. Prospek Perekonomian Global 96

7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional 97

7.2. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA 98

7.2.1 Triwulan IV 2018 98

7.2.2. Tahun 2018 99

7.3. PROSPEK INFLASI 101

7.3.1. Triwulan IV 2018 101

7.3.2. Tahun 2018 101

Daftar Istilah

Tim Penyusun

v

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 6

Grafik 1.2 Treemap Sektor Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan I 2018 6

Grafik 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2018 6

Grafik 1.4 Source of Growth Sisi Permintaan 7

Grafik 1.5 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga 9

Grafik 1.6 Indeks Keyakinan Konsumen 9

Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara 10

Grafik 1.8 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Bangunan dan

Nonbangunan

10

Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA Di Sulawesi Tenggara 11

Grafik

1.10

Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara 11

Grafik

1.11

Realisasi Investasi PMDN Di Sulawesi Tenggara 11

Grafik

1.12

Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 11

Grafik

1.13

Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara 12

Grafik

1.14

Pangsa Komoditas Ekspor 12

Grafik

1.15

Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 13

Grafik

1.16

Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 13

Grafik

1.17

Source of Growth Sisi Penawaran 13

Grafik

1.18

Luas Panen Padi Di Sulawesi Tenggara 15

Grafik

1.19

Jumlah Pendaratan Ikan Di Kota Kendari 15

Grafik

1.20

Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara 16

Grafik

1.21

Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara 16

Grafik

1.22

Indeks Produksi Ore Nickel 16

Grafik

1.23

Kredit Industri Sulawesi Tenggara 16

Grafik

1.24

Volume Ekspor Sulawesi Tenggara 18

Grafik

1.25

Transaksi Perdagangan Luar Negeri 18

Grafik

1.26

Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara 18

Grafik

1.27

Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara 18

Grafik

1.28

Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Tenggara 20

Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara 26

Grafik 2.2 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara 26

Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD

Sulawesi Tenggara

29

DAFTAR GRAFIK

vi

Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan APBD Sulawesi Tenggara 29

Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Sulawesi Tenggara (YoY) 34

Grafik 3.2 Peta Inflasi Daerah Pada Triwulan II 2018 34

Grafik 3.3 Pergerakan dan Pola inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 35

Grafik 3.4 Curah Hujan Bulanan di Sulawesi Tenggara 35

Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara 38

Grafik 3.6 Indeks Produksi Ikan di Kendari 38

Grafik 3.7 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Baubau 39

Grafik 3.8 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok di Kota Kendari

dan Kota Baubau

30

Grafik 3.9 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Penurunan 40

Grafik

3.10

Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang Mengalami Peningkatan 40

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara 44

Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT Se-Sulawesi 44

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumsi Sulawesi Tenggara 45

Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga 45

Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini Di Bandingkan 6 Bulan Yang Lalu 45

Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 bulan Mendatang 45

Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 46

Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan 46

Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 46

Grafik

4.10

Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan

Membayar Cicilan

46

Grafik

4.11

Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank 47

Grafik

4.12

Saving Ratio Rumah Tangga 47

Grafik

4.13

Kepemilikan Dana Cadangan Berupa Tabungan/Deposito/Cash 48

Grafik

4.14

Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya 48

Grafik

4.15

Kepemilikan Produk Perbankan 48

Grafik

4.16

Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan 48

Grafik

4.17

Komposisi DPK Sulawesi Tenggara 49

Grafik

4.18

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara 49

Grafik

4.19

Komposisi DPK Perseorangan Sulawesi Tenggara 49

Grafik

4.20

Pertumbuhan DPK perseorangan Tiap Jenis Penempatan 49

Grafik

4.21

Komposisi Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 50

Grafik

4.22

Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 50

Grafik

4.23

Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT 50

Grafik

4.24

NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT 50

Grafik

4.25

Pertumbuhan KPR Dan Pangsa KPR Tiap Tipe 51

Grafik

4.26

NPL Dan Suku Bunga KPR 51

Grafik

4.27

Pertumbuhan KKB Dan Pangsa Tiap Jenis 51

Grafik

4.28

NPL dan Suku Bunga KKB 51

vii

Grafik

4.29

Pertumbuhan Multiguna Dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit 52

Grafik

4.30

NPL dan Suku Bunga Multiguna 52

Grafik

4.31

Harga Nikel Internasional 52

Grafik

4.32

Pangsa Komoditas Ekspor 52

Grafik

4.33

Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison 54

Grafik

4.34

Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Di Sulawesi Tenggara 54

Grafik

4.35

Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral 54

Grafik

4.36

Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapat Korporasi 6 Bulan Mendatang 56

Grafik

4.37

Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 57

Grafik

4.38

Pertumbuhan Kredit Korporasi 57

Grafik

4.39

Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan 58

Grafik

4.40

Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi 58

Grafik

4.41

Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan 58

Grafik

4.42

Pergerakan MPL Kredit Investasi Korporasi 58

Grafik

4.43

Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara 59

Grafik

4.44

Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank 59

Grafik

4.45

DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara 60

Grafik

4.46

Pertumbuhan DPK Per Penempatan 60

Grafik

4.47

Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara 62

Grafik

4.48

Perbandingan Pertumbuhan Kredit di Sulawesi 62

Grafik

4.49

Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 64

Grafik

4.50

Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara 64

Grafik

4.51

Pangsa Perbankan Syariah 65

Grafik

4.52

Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset Syariah se-Sulawesi 65

Grafik

4.53

Perkembangan DPK Syariah 65

Grafik

4.54

Perkembangan Pembiayaan Syariah 65

Grafik

4.55

Perkembangan Aset BPR 67

Grafik

4.56

Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara 67

Grafik

4.57

Pertumbuhan Kredit BPR 67

Grafik

4.58

Pangsa Kredit BPR per Sektoral 67

Grafik

4.59

Pangsa Kredit UMKM 68

Grafik

4.60

Pertumbuhan Kredit UMKM 68

viii

Grafik

4.61

Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral 68

Grafik

4.62

NPL Kredit UMKM Sektor Dominan 68

Grafik

4.63

Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara 69

Grafik

4.64

Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara 69

Grafik

4.65

Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja 69

Grafik

4.66

Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 69

Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 74

Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 74

Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara 74

Grafik 5.4 Rata-Rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara 74

Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 75

Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 75

Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di

Sulawesi Tenggara

75

Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian 75

Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara 76

Grafik

5.10

Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat 76

Grafik

5.11

Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 76

Grafik

5.12

Perkembangan Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten 76

Grafik

5.13

Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 77

Grafik

5.14

Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 77

Grafik

5.15

Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara 78

Grafik

5.16

Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara 78

Grafik

5.17

Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas 78

Grafik

5.18

Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara 78

Grafik

5.19

Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow 79

Grafik

5.20

Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan 79

Grafik 6.1 Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara 84

Grafik 6.2 Penggunaan Tenaga Kerja dan Ketersediaan Lapangan Kerja 84

Grafik 6.3 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha 85

Grafik 6.4 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Dari Sisi Tenaga Kerja 85

Grafik 6.5 Penyerapan Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor 86

Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Agustus 2017 86

Grafik 6.7 Indeks Penghasilan Konsumen 87

Grafik 6.8 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara 87

Grafik 6.9 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara 88

Grafik

6.10

Gini Rasio Sulawesi Tenggara 88

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia 96

Grafik 7.2 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen 98

Grafik 7.3 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi 98

Grafik 7.4 Perkiraan Perekonomian Dunia 100

ix

Grafik 7.5 Perkiraan Harga Nikel dan Kakao 100

Grafik 7.6 Proyeksi Harga Minyak Dunia 101

Grafik 7.7 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk 101

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8

Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 14

Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara Pada Triwulan II 2018 27

Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara Pada Triwulan II 2018 28

Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Pada

Triwulan II 2018 30

Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa Tahun 2018 30

Tabel 2.5 Pencapaian Realisasi APBN Kota/Kabupaten 31

Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm) 35

Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 36

Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm) 37

Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi

Tenggara 39

Tabel 4.1 Aset Bank Umum Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018 59

Tabel 4.2 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018 59

Tabel 4.3 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya 61

Tabel 4.4 Tabungan Berdasarkan Nilainya 61

Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Pemiliknya 62

Tabel 4.6 Deposito Berdasarkan Nilainya 62

Tabel 4.7 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018 63

Tabel 4.8 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan II 2018 65

Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Sulawesi Tenggara 86

Tabel 6.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara Menurut Komponen

2010-2017 89

Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 99

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 99

DAFTAR TABEL

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ix

PDRB DAN IHK

I II III IV I II III IV I II

Indeks Harga Konsumen

- Kendari 120.18 120.72 121.65 121.68 123.06 128.17 125.89 125.28 125.98 129.54

- Baubau 126.94 128.20 129.58 128.87 129.29 131.62 132.65 132.74 132.42 136.56

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Sulawesi Tenggara 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,433 4,508 4,580 4,749 4,645 4,797 4,834 5,046 4,911 5,107

2. Pertambangan dan Penggalian 3,415 3,954 3,875 4,193 3,971 4,411 4,489 4,571 4,231 4,650

3. Industri Pengolahan 1,161 1,189 1,241 1,244 1,247 1,294 1,294 1,308 1,331 1,292

4. Pengadaan Listrik, Gas 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11

5. Pengadaan Air 39 38 40 39 39 39 39 39 39 40

6. Konstruksi 2,144 2,480 2,719 2,930 2,367 2,531 2,720 2,979 2,420 2,770

7. Perdagangan Besar & Eceran, 2,192 2,394 2,632 2,564 2,321 2,596 2,757 2,773 2,516 2,768

8. Transportasi dan Pergudangan 825 882 957 940 906 970 992 997 976 1,053

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 106 113 116 119 112 119 124 127 120 127

10. Informasi dan Komunikasi 447 450 468 485 489 494 508 514 535 537

11. Jasa Keuangan 437 456 459 473 462 474 477 495 486 493

12. Real Estate 303 314 300 327 308 329 329 331 318 337

13. Jasa Perusahaan 40 42 42 43 42 45 45 46 44 48

14. Adm Pemerintahan, 964 1,077 1,033 1,035 967 1,089 1,106 1,115 1,004 1,131

15. Jasa Pendidikan 932 935 967 941 949 958 1,002 981 987 1,022

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 190 188 195 193 194 200 200 199 204 212

17. Jasa Lainnya 279 292 290 299 285 294 302 311 307 311

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8,989 9,167 9,419 9,483 9,516 9,769 9,954 10,020 10,010 10,386

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 189 194 203 211 212 218 222 222 226 238

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,278 2,886 2,802 3,026 2,462 2,946 3,021 3,220 2,525 3,150

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,227 7,851 8,195 8,936 8,213 8,441 8,907 9,507 8,358 9,115

5. Perubahan Inventori (16) 127 161 116 358 449 357 401 364 (257)

6. Eksport Luar Negeri 430 654 691 1,164 881 983 1,302 1,430 3,086 2,732

7. Import Luar Negeri 1,177 1,547 1,410 1,918 2,325 2,024 2,422 2,850 1,648 2,417

8. Net Eksport Antar Daerah (1) (10) (137) (436) (2) (132) (109) (105) (2,480) (1,039)

Total PDRB (Rp Miliar) 17,918 19,322 19,924 20,584 19,315 20,650 21,230 21,844 20,441 21,908

Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 5.5 6.8 6.0 7.7 7.8 6.9 6.6 6.1 5.8 6.1

20182017Indikator

2016

TABEL INDIKATOR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2018 x

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

I II III IV I II III IV I I

Total Asset (Rp miliar) 22,003 22,895 22,906 23,347 23,194 25,207 24,383 25,795 26,151 27,284

- Bank Umum (Konvensional & Syariah) 21,732 22,603 22,632 23,038 22,900 24,881 24,073 25,483 25,843 26,967

- BPR 271 292 274 309 294 327 310 311 307 317

Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 15,367 15,690 15,442 14,872 15,882 17,058 17,072 17,009 17,807 18,994

- Giro 4,211 4,030 3,790 2,545 4,016 4,529 4,017 2,218 4,003 4,576

- Tabungan 7,245 7,665 7,717 8,627 7,635 8,109 8,157 9,631 8,844 9,375

- Deposito 3,912 3,995 3,934 3,700 4,230 4,420 4,898 5,160 4,960 5,043

Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 16,915 17,910 18,119 18,266 18,813 19,450 19,904 20,604 21,329 21,827

- Modal Kerja 4,669 5,002 5,061 5,071 5,155 5,490 5,518 5,570 5,608 5,781

- Investasi 1,823 1,962 1,920 1,920 1,968 1,854 1,909 1,892 1,925 1,957

- Konsumsi 10,423 10,946 11,140 11,275 11,690 12,105 12,478 13,141 13,796 14,089

NPL Bank Umum(%) 2.61 2.48 2.79 2.69 3.23 3.27 3.12 2.72 2.46 2.56

LDR (%) 110 114 117 123 118 114 117 121 120 115

- Inflow 1,279 579 1,140 492 1,243 667 1,339 445 1,322 1,024

- Outflow 282 1,612 1,044 1,550 403 2,089 871 1,923 504 1,995

- Net (Inflow - Outflow) 997 (1,033) 96 (1,058) 840 (1,422) 468 (1,479) 819 (971)

- Volume (ribu transaksi) 58 64 56 62 55 46 51 54 51 51

- Nominal (Rp miliar) 2,084 2,437 2,172 2,404 2,000 1,634 1,850 2,025 1,856 1,790

- Volume (transaksi) 481 529 478 539 525 504 518 716 673 582

- Nominal (Rp miliar) 848 874 689 801 587 631 748 917 888 882

2018

*Lokasi Bank

2016

RTGS dari Perbankan Sultra

Indikator

Kas (Rp miliar)

Perbankan

Kliring

2017

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

AGUSTUS

2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 2

Pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara

mengalami akselerasi

setelah terus melambat

sejak tahun 2017.

Akselerasi tersebut

didorong oleh

peningkatan konsumsi

rumah tangga, konsumsi

pemerintah dan investasi.

Tekanan inflasi Sultra

mengalami penurunan

yang disebabkan oleh

based effect point dan

upaya pengendalian

inflasi untuk

meningkatkan produksi

dan pasokan pangan

strategis dengan ikan dan

sayuran sebagai fokus

utama.

Realisasi belanja

pemerintah, terutama

yang bersumber dari

APBN mengalami

penurunan sementara

realisasi belanja dan

pendapatan pada ABPD

Provinsi mengalami

peningkatan.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pada triwulan II 2018 ekonomi Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar

6,1% (yoy), mengalami akselerasi pertumbuhan dibandingkan dengan

pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 5,8% (yoy). Dari

sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian didorong oleh akselerasi

yang terjadi pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan

investasi. Sementara itu dari sisi penawaran, akselerasi pada lapangan

usaha utama seperti lapangan usaha pertanian, kehutanan dan

perikanan dan lapangan usaha konstruksi mendorong pertumbuhan

perekonomian yang terjadi. Memasuki triwulan III 2018,

perkembangan beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara

mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren meningkat dan

diperkirakan mampu tumbuh pada kisaran 6,3% - 6,7% (yoy). Sektor

ekonomi yang diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja yaitu

lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, Lapangan usaha

pertambangan dan penggalian, lapangan usaha konstruksi dan

lapangan usaha industri pengolahan.

Inflasi Daerah

Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018

mencapai 1,79% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang sebesar 2,39% (yoy). Penurunan tekanan

inflasi yang terjadi secara signifikan didorong oleh penurunan yang

terjadi pada kelompok bahan makan. Hal tersebut disebabkan oleh

tingginya capaian inflasi pada triwulan II 2017 (based effect point).

Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah

bersama Bank Indonesia melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)

Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan I 2018 difokuskan pada

upaya meningkatkan produksi dan pasokan pangan strategis dengan

fokus utama pada komoditas ikan dan sayuran.

Keuangan Pemerintah

Pada triwulan II 2018, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara mencapai 53,62%, lebih tinggi jika dibandingkan

dengan realisasi pendapatan pada periode yang sama tahun

sebelumnya. Selain itu, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2018 juga mengalami peningkatan

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya

dengan capaian sebesar 40,49%. Meskipun demikian, realisasi belanja

APBN di provinsi ini mengalami penurunan dibandingkan dengan

periode sebelumnya. Penurunan tersebut disebabkan oleh rendahnya

realisasi belanja modal karena adanya penundaan proyek infrastruktur

prioritas di Sulawesi Tenggara seperti Bendungan Pelosika serta

beberapa pelaksanaan kegiatan yang sedikit tertunda ditengah-tengah

pelaksanaan Pilkada 2018

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 3

Stabilitas keuangan

daerah masih terjaga dan

mendukung peningkatan

kinerja institusi keuangan

di Sultra.

Transaksi nontunai yang

didominasi oleh transaksi

kliring mengalami

akselerasi sejalan dengan

terakselerasinya konsumsi

pemerintah dan konsumsi

rumah tangga. Sementara

untuk transaksi tunai

terjadi net outflow.

Kondisi ketenagakerjaan

terindikasi mengalami

perbaikan yang didorong

oleh peningkatan

permintaan tenaga kerja.

Kesejahteraan juga

mengalami perbaikan

yang tercermin dari

peningkatan indeks NTP

Stabilitas Keuangan Daerah

Pada triwulan II 2018, di tengah ketidakpastian global, kondisi

stabilitas sistem keuangan di Sulawesi Tenggara relatif terjaga. Kondisi

tersebut tercermin pada ketahanan keuangan sektor rumah tangga,

sektor korporasi, UMKM dan institusi keuangan yang menunjukkan

perkembangan yang positif dengan risiko yang relatif terkendali.

Ketahanan keuangan sektor rumah tangga semakin kuat dengan

adanya peningkatan penghasilan, optimisme konsumsi, perilaku

berhutang yang aman dan kemampuan keuangan yang masih cukup

untuk berbagai keperluan. Sementara itu, ketahanan pada sektor

korporasi terus terjaga seiring dengan peningkatan omset dan

perbaikan kondisi likuiditas seiring menurunnya biaya dan terjaganya

margin keuntungan. Selanjutnya, dari sisi institusi keuangan masih

terpantau kondisi yang kuat meskipun terdapat moderasi pada

indikator aset bank umum, penghimpunan dana pihak ketiga dan

kredit dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kondisi yang aman

juga terlihat dari sisi risiko kredit yang masih terkendali.

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Selama triwulan II 2018, nilai transaksi sistem pembayaran nontunai di

Sulawesi Tenggara mencapai Rp2,67 triliun, mengalami perbaikan

pertumbuhan sebesar 18,0% (yoy) dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,0% (yoy). Kondisi ini sejalan

dengan akselerasi pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut yang

terutama disebabkan oleh akselerasi pada investasi, konsumsi

pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Dari preferensi

penggunaannya, transaksi nontunai secara nominal di Sulawesi

Tenggara masih didominasi oleh penggunaan SKNBI sebesar 66,9%

dan sisanya sebesar 33,1% menggunakan BI-RTGS. Sementara itu,

transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2018 memiliki pola net-

outflow, sesuai dengan pola musimannya. Bank Indonesia secara

berkala terus menjaga ketersediaan uang layak edar (ULE) di

masyarakat. Selama April hingga Juni 2018, kegiatan kas keliling di

Sulawesi Tenggara telah dilakukan sebanyak 28 (dua puluh delapan)

kali.

Kondisi Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018

terindikasi membaik seiring dengan adanya akselerasi pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018. Indikasi perbaikan

ketenagakerjaan terutama berasal dari permintaan tenaga kerja yang

meningkat serta adanya investasi asing yang menyerap cukup banyak

tenaga kerja. Sementara itu peningkatan kesejahteraan terlihat dari

kenaikan indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani (NTP)

pada periode tersebut jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 4

Pertumbuhan ekonomi

Sultra pada tahun 2018

diperkirakan akan

melambat sementara

tekanan inflasi tetap

terjaga pada level yang

rendah dan stabil.

Prospek Perekonomian

Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan liaison,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2018

diprakirakan berada pada kisaran 6,6% - 7,0% (yoy) mengalami

akselerasi jika dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya

yang diprakirakan tumbuh sebesar 6,3% - 6,7% (yoy). Terakselerasinya

beberapa lapangan usaha utama seperti lapangan usaha pertanian,

kehutanan dan perikanan, lapangan usaha pertambangan dan

penggalian, lapangan usaha industri pengolahan, dan lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran menjadi faktor utama pertumbuhan

yang terjadi meskipun tertahan dengan perlambatan yang terjadi pada

lapangan usaha konstruksi. Dengan memperhitungkan hal tersebut,

maka pada tahun 2018 perekonomian Sultra diperkirakan akan

mengalami perlambatan pertumbuhan pada kisaran 6,1% - 6,5%

(yoy). Perlambatan yang terjadi pada lapangan usaha pertambangan

dan lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan menjadi

penyebab perlambatan yang terjadi.

Di sisi lain, tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018

mendatang diperkirakan berada pada sasaran inflasi nasional yaitu

sebesar 3,5% ± 1%. Pada tahun tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara

diperkirakan sekitar 2,9% - 3,3% (yoy), relatif meningkat

dibandingkan dengan perkiraan inflasi selama tahun 2017 yang

sebesar 2,97% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi tersebut terjadi

disebabkan oleh peningkatan yang terjadi pada kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan terutama komoditas angkutan udara.

Hal tersebut disebabkan oleh berkurangnya beberapa jadwal

penerbangan serta peningkatan biaya avtur yang mendorong

terjadinya peningkatan harga tiket angkutan udara. Namun

peningkatan tersebut relatif tertahan oleh penurunan pada kelompok

bahan makanan seiring dengan peningkatan produksi tabama, sayur-

sayuran dan perikanan.

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 5

1

EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Loading Peti Kemas di Pelabuhan Kendari

Foto: Daniel

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 6

1.1. KONDISI UMUM

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan II

2018 mampu menunjukkan pertumbuhan setelah

terus mengalami perlambatan sejak triwulan II

2017. Pada triwulan II 2018, perekonomian

Sulawesi Tenggara tumbuh sebesar 6,1% (yoy),

mengalami akselerasi jika dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar

5,8%-yoy (Grafik 1.1). Dari sisi permintaan,

pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara

didorong oleh akselerasi pada konsumsi rumah

tangga, konsumsi pemerintah dan investasi.

Sementara itu, dari sisi penawaran pertumbuhan

terjadi didorong oleh akselerasi kinerja lapangan

usaha pertanian, kehutanan dan perikanan dan

lapangan usaha konstruksi. Dengan pertumbuhan

sebesar 6,1% (yoy), perekonomian Sulawesi

Tenggara masih tumbuh di atas perekonomian

nasional yang tercatat sebesar 5,3% (yoy).

Akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara mempengaruhi pangsanya terhadap

perekonomian regional Sulawesi maupun nasional.

Secara spasial Sulawesi, dengan pertumbuhan

periode ini pangsa perekonomian Sulawesi

Tenggara menjadi 12,6%, meningkat

dibandingkan periode sebelumnya sebesar 12,5%.

Dengan peningkatan pangsa tersebut, Sulawesi

Tenggara menjadi penyumbang terbesar ketiga

bagi perekonomian Sulawesi setelah Sulawesi

Selatan dan Sulawesi Tengah. Selain itu, pangsa

perekonomian Sulawesi Tenggara terhadap

perekonomian nasional juga mengalami

peningkatan dari 0,7% pada triwulan I 2018

menjadi 0,8% pada triwulan II 2018. Dengan

demikian, sesuai dengan potensi sumber daya

alam yang dimiliki dan upaya pengembangannya,

Sulawesi Tenggara mampu memanfaatkan

peluang dengan cukup baik untuk meningkatkan

Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: BPS, ADHB, diolah

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara

Grafik 1.2 Treemap Sektor Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan II 2018

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.3 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II Tahun 2018

5.8%6.1%

5.1%5.3%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

8.0%

9.0%

5.5% 6.8% 6.0% 7.7% 7.8% 6.9% 6.6% 6.1% 5.8% 6.1%

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional

%, yoy

Sultra2016=6,5%

Sultra2017=6,8%

5,0% ≤ PDRB < 6,0% 4,0% ≤ PDRB < 5,0% 0,0% ≤ PDRB < 4,0% PDRB < 0%

PDRB ≥ 7,0% 6,0% ≤ PDRB < 7,0%

SUMATERA 4,7% ACEH 5,7% SUMUT 5,3% RIAU 2,4%

SUMBAR 5,1% LAMPUNG 5,4% KEPRI 4,5%

BENGKULU 5,1% KEP. BABEL 4,5% SUMSEL 6,1% JAMBI 4,7%

KALIMANTAN 3,3% KALBAR 5,2% KALSEL 4,6%

SULAWESI 6,7% SULUT 5,8% GORONTALO 7,5% SULTENG 6,0%

KALTIM 1,8% KALTENG 5,7% KALTARA 4,6%

SULBAR 6,6% SULSEL 7,4% SULTRA 6,1%

BANTEN 5,6% JAKARTA 5,9% JABAR 5,6% JATENG 5,5% YOGYAKARTA 5,9% JATIM 5,6%

BALINUSRA 3,8% BALI 6,1% NTB -0,8% NTT 5,2%

MALUKU 5,5% MALUKU UTARA 7,3% PAPUA 24,7% PAPUA BARAT 12,8%

MAPUA 18,2%

(YoY)

JAWA 5,7%

PERTUMBUHAN

NASIONAL

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 7

peranannya terhadap perekonomian regional

Sulawesi maupun perekonomian nasional.

Memasuki triwulan III 2018, perkembangan

beberapa indikator ekonomi di Sulawesi Tenggara

mengindikasikan arah pertumbuhan dengan tren

meningkat dan diperkirakan mampu tumbuh pada

kisaran 6,3% - 6,7% (yoy). Hasil survei yang

dilakukan oleh KPw Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Tenggara dan pendalaman informasi

yang dilakukan melalui liaison juga

mengindikasikan akan terjadi perbaikan kondisi

usaha, penjualan dan investasi. Berdasarkan hasil

proyeksi, lapangan usaha pertanian, kehutanan

dan perikanan serta lapangan usaha konstruksi

masih akan melanjutkan akselerasinya pada

triwulan III 2018 diikuti pula dengan peningkatan

kinerja pada lapangan usaha pertambangan dan

penggalian, serta lapangan usaha industri

pengolahan. Namun perlambatan pada lapangan

usaha perdagangan besar dan eceran diperkirakan

akan menahan laju akselerasi perekonomian pada

periode tersebut. Sementara dari sisi permintaan,

percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara diperkirakan berasal dari pertumbuhan

yang terjadi pada investasi.

1.2. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen

pengeluaran pada PDRB), akselerasi pertumbuhan

yang terjadi pada triwulan II 2018 berasal dari

meningkatnya aktivitas konsumsi rumah tangga,

investasi dan konsumsi pemerintah. Sementara itu,

perlambatan yang terjadi pada ekspor luar negeri

dan peningkatan impor luar negeri menjadi faktor

yang menahan akselerasi pertumbuhan tersebut.

Berdasarkan pangsanya, konsumsi rumah tangga

dan investasi masih mendominasi perekonomian

(PDRB) Sulawesi Tenggara, masing-masing

memiliki pangsa sebesar 47,4% dan 41,6% (Tabel

1.1). Sementara itu, perubahan kembali terjadi,

dengan konsumsi pemerintah yang menjadi

penopang terbesar ketiga dengan pangsa sebesar

14,4%, mengungguli ekspor yang mengalami

penurunan pangsa dengan capaian sebesar

12,5%.

Selanjutnya pada triwulan III 2018, diperkirakan

akan terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi

yang didorong oleh peningkatan investasi. Masih

berlangsungnya pembangunan oleh pemerintah

menjadi salah satu faktor yang mendorong

perkembangan investasi pada periode mendatang.

Selain itu, meskipun Wakatobi belum termasuk

sebagai 4 destinasi utama yang akan

dikembangkan tahun ini sebagai Bali Baru namun

perbaikan infrastruktur di Wakatobi masih terus

dilakukan sehingga mampu menjadi destinasi

tujuan utama wisata kelas dunia. Selain itu, minat

investor terhadap komoditas pertanian di Sulawesi

Tenggara juga masih cukup tinggi dan semakin

beragam seperti rencana pembangunan pabrik

gula di Bombana dan kerjasama budidaya

tanaman penghasil energi biomassa.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.4 Source of Growth Sisi Permintaan

3.39 3.31 2.89 2.40 3.07 3.24 2.78 2.66 2.63 3.09 2.46 2.98 2.93

4.38 4.05 2.84

1.26

5.50 3.05 3.57 2.77

0.75 3.26

1.78 3.09 3.68

(2.52)

(1.55)

2.40

2.52

1.70 3.07 1.29

11.42 8.47

(1.27)

2.13

(2.63)(1.38) (0.25)

(6.40)(2.47)

(5.08) (4.53)(1.91)

0.74

(1.04)(4.59)

(12.83)

(15.00)

(10.00)

(5.00)

0.00

5.00

10.00

15.00

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2015 2016 2017

Konsumsi Kons. Pemerintah Investasi Perubahan Inventori Ekspor Impor Net Ekspor AD

%

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 8

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga

Realisasi Triwulan II 2018

Pada triwulan II 2018 konsumsi rumah tangga

tercatat tumbuh sebesar 6,3% (yoy), mengalami

peningkatan signifikan dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar

5,2% (yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh

berlangsungnya momen Ramadhan, Idul Fitri dan

libur sekolah pada akhir periode sehingga terjadi

peningkatan permintaan oleh masyarakat. Hal

tersebut turut tercermin dari peningkatan di

seluruh subkelompok konsumsi kecuali

subkelompok restoran dan hotel.

Subkelompok konsumsi makanan dan minuman

yang merupakan penyumbang terbesar pada

konsumsi rumah tangga dengan pangsa sebesar

46,9% mampu tumbuh sebesar 7,0% (yoy) pada

periode laporan (Grafik 1.5). Pertumbuhan

tersebut lebih tinggi dibandingkan periode

sebelumnya yang hanya sebesar 5,7% (yoy). Selain

itu, peningkatan juga terjadi pada konsumsi

transportasi dan komunikasi serta konsumsi

perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang

merupakan penyumbang terbesar kedua dan

ketiga dengan pangsa masing-masing sebesar

20,5% dan 12,3%. Konsumsi transportasi dan

komunikasi mampu tumbuh sebesar 6,6% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang sebesar 6,0% (yoy).

Perkembangan serupa dicatat oleh konsumsi

perumahan dan perlengkapan rumah tangga yang

mampu tumbuh sebesar 5,2% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I

2018 yang sebesar 4,2% (yoy). Pertumbuhan

paling tinggi terjadi pada konsumsi pakaian dan

alas kaki dengan capaian sebesar 7,0% (yoy),

meningkat dibandingkan periode sebelumnya

yang hanya sebesar 3,2% (yoy). Meskipun

demikian, pangsa konsumsi pakaian dan alas kaki

tersebut masih cukup kecil, yaitu sebesar 3,4%.

Akselerasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga

juga tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang

mengalami peningkatan. Rata-rata IKK pada

triwulan II 2018 sebesar 131,1, mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan rata-rata

IKK periode sebelumnya yang sebesar 125,7

(Grafik 1.6). Peningkatan keyakinan tersebut

didorong oleh beberapa hal seperti penghasilan

dan ketersediaan saat ini yang diyakini lebih baik

dari kondisi 6 bulan lalu. Selain itu, konsumen juga

memiliki keyakinan bahwa perekonomian Sulawesi

Tenggara dalam 6 bulan mendatang akan semakin

baik yang ditandai dengan peningkatan indeks

pada perkiraan kondisi usaha, perkiraan

penghasilan dan perkiraan ketersediaan tenaga

kerja pada 6 bulan yang akan datang.

Peningkatan aktivitas konsumsi tersebut juga

terlihat dari adanya peningkatan outstanding

kredit konsumsi. Outstanding kredit konsumsi

mencapai Rp15,0 triliun pada triwulan II 2018,

lebih tinggi daripada periode sebelumnya yang

hanya mencapai Rp14,7 triliun. Meskipun masih

tumbuh pada level yang tinggi sebesar 15,5%-yoy

namun pertumbuhan kredit konsumsi

menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan

Tabel 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Dalam % (yoy); angka dalam kurung ( ) menunjukkan negatif Rasio = perbandingan terhadap total PDRB di Tw II 2018 PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi); p= proyeksi KPw BI Sultra LNPRT= Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga

Sumber: BPS, ADHK, diolah

I II III IV I II III IV I II IIIP

Konsumsi Rumah Tangga 6.5 6.7 6.1 5.8 5.9 6.6 5.6 5.7 5.2 6.3 6.1 - 6.5 47.4

Konsumsi LNPRT 6.6 7.2 3.2 8.8 12.1 12.5 9.5 5.1 7.0 9.4 5.5 - 5.9 1.1

Konsumsi Pemerintah 4.8 16.1 8.0 7.6 6.7 1.0 7.6 6.4 2.5 6.9 6.4 - 6.8 14.4

PMTB 10.2 9.3 4.5 5.4 14.8 8.7 10.9 6.4 1.8 8.0 8.2 - 8.6 41.6

Perubahan Inventori (114.2) (83.5) (80.0) (124.7) (2332.4) 252.9 121.7 246.2 1.5 (157.2) (179.0) - (175.0) (1.2)

Eksport Luar Negeri (49.7) (29.4) (2.6) 57.5 106.5 52.6 91.4 22.8 250.4 178.0 144.8 - 148.8 12.5

Import Luar Negeri (22.8) 27.7 3.8 31.9 162.6 46.2 104.8 48.6 (29.1) 19.4 32.9 - 33.3 11.0

Net Eksport Antar Daerah 6.7 (41.1) (27.7) 5.0 (14.8) 21.8 17.3 (75.9) 100759.9 688.1 613.6 - 617.6 (4.7)

PDRB 5.5 6.8 6.0 6.5 8.0 7.0 6.5 6.1 5.8 6.1 6.3 - 6.7

* Keterangan Meningkat Melambat Stabil

RasioKomponen Pengeluaran2016 2017 2018

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 9

lalu yang dapat tumbuh sebesar 16,5% (Grafik

1.7). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh

perlambatan pada kredit multiguna yang memiliki

pangsa paling besar, yaitu sebesar 72,3%.

Tracking Triwulan III 2018

Memasuki triwulan III 2018, perkembangan

berbagai indikator terkini mengindikasikan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan

mengalami perlambatan. Hal tersebut dipengaruhi

oleh telah berlalunya hari besar keagamaan dan

libur sekolah sehingga tingkat konsumsi

masyarakat kembali ke level normalnya. Selain itu,

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) setelah periode

lebaran selalu lebih rendah dibandingkan dengan

IKK triwulan sebelumnya.

1.2.2. Konsumsi Pemerintah

Realisasi Triwulan II 2018

Konsumsi pemerintah turut menjadi pendorong

peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2018. Pada periode

tersebut konsumsi pemerintah mampu tumbuh

sebesar 6,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang hanya tumbuh

sebesar 2,5% (yoy). Hal tersebut didorong oleh

beberapa faktor. Pertama, mulai berlangsungnya

1 Konsumsi kolektif pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan (umum) dan

semua anggota masyarakat mendapatkan manfaat dari jasa seperti ini. Jasa kolektif yang diberikan oleh pemerintah antara lain keamanan

dan pertahanan, peraturan-peraturan yang menyangkut kemasyarakatan, pemeliharaan undang-undang dan peraturan, perlindungan

lingkungan, penelitian dan pengembangan, dan pembangunan ekonomi.

2 Konsumsi individu merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan rumah tangga individu antara lain: Pengeluaran pemerintah

untuk pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, olah raga dan rekreasi, dan kebudayaan.

proyek pemerintahan menjadi faktor yang

mendorong pertumbuhan pada periode tersebut.

Kedua, pencairan THR dan gaji ke-13 ASN dengan

nominal yang lebih tinggi dibandingkan dengan

periode sebelumnya turut mendorong konsumsi

pemerintah. Ketiga, pelaksanaan pemilihan

gubernur dan kepala daerah secara serentak di

beberapa daerah di Sulawesi Tenggara juga

memberikan dampak positif pada kinerja konsumsi

pemerintah.

Berdasarkan jenisnya, akselerasi tersebut

disebabkan oleh akselerasi pertumbuhan konsumsi

kolektif pemerintah1 dan konsumsi individual

pemerintah2. Konsumsi kolektif pemerintah pada

triwulan II 2018 tumbuh sebesar 7,6% (yoy),

meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan

pada periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

2,8% (yoy). Peningkatan juga terjadi pada

konsumsi individu pemerintah yang tumbuh

sebesar 6,0% (yoy) dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang hanya tumbuh hingga 2,1%

(yoy).

Tracking Triwulan III 2018

Pada triwulan III 2018, pertumbuhan konsumsi

pemerintah diperkirakan akan sedikit mengalami

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 1.5 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga

Grafik 1.6 Indeks Keyakinan Konsumen

0.01.02.03.04.05.06.07.08.09.0

Makanan d

an

Min

um

an

, se

lain

Re

sto

ran

Pakaia

n d

an

Ala

sK

aki

Pe

rum

ah

an

da

nP

erlen

gkap

an

Rum

ah

Ta

ng

ga

Kesehata

n d

an

Pen

did

ika

n

Tra

nsp

ort

asi d

an

Ko

mu

nik

asi

Re

sto

ran d

an

Hote

l

Ko

nsu

msi la

inn

ya

Tw IV 2017 Tw I 2018

%, yoy

131

128

134

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Ekspektasi Konsumen

optimis

INDEKS

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 10

perlambatan. Tidak terdapatnya event besar

seperti pelaksanaan Pilkada dan Halo Sultra

menyebabkan konsumsi pemerintah kembali

normal. Namun penyaluran gaji ke-14 bagi ASN

serta berlangsungnya pembangunan proyek

pemerintah dapat menjadi faktor penahan

perlambatan yang terjadi pada konsumsi

pemerintah tersebut.

1.2.3. Investasi

Realisasi Triwulan II 2018

Investasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan II

2018 turut mengalami akselerasi dan menjadi

salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan

perekonomian. Pada periode tersebut, investasi

mampu tumbuh sebesar 8,0% (yoy), meningkat

signifikan jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 1,8%

(yoy). Akselerasi tersebut didorong oleh

peningkatan pada investasi bangunan dan

investasi nonbangunan. Investasi bangunan

mampu tumbuh sebesar 7,9% (yoy) dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

2,6% (yoy). Peningkatan lebih pesat terjadi pada

investasi nonbangunan, yang mampu tumbuh

sebesar 8,1% (yoy) dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 0,5%

(yoy).

Berdasarkan status penanaman modalnya,

akselerasi investasi didorong oleh perbaikan pada

Penanaman Modal Asing (PMA) meskipun masih

mengalami kontraksi. Pada triwulan II 2018, PMA

terkontraksi sebesar 25,3% (yoy), mengalami

perbaikan dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 38,6% (yoy)

(Grafik 1.9). Namun akselerasi tersebut tertahan

oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

yang kembali mengalami penurunan. Pada

triwulan II 2018, PMDN tercatat mengalami

kontraksi sebesar 83,6% (yoy), mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 53,9% (yoy)

(Grafik 1.10).

Sejalan dengan akselerasi kinerja investasi,

pertumbuhan kredit investasi kembali mengalami

perbaikan pada periode laporan. Kredit investasi

pada periode laporan terkontraksi sebesar 3,1%

(yoy), sedikit membaik jika dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar

5,9% (yoy). Namun terjadi penurunan outstanding

kredit investasi pada triwulan II 2018 yang sebesar

Rp4,4 triliun dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang sebesar Rp4,6 triliun (Grafik

1.11).

Tracking Triwulan III 2018

Pada triwulan berjalan, kegiatan investasi di

Sulawesi Tenggara diperkirakan akan kembali

terakselerasi. Akselerasi tersebut terutama

didorong oleh pembangunan proyek yang

tertahan sepanjang semester I 2018 yang

disebabkan oleh cuaca yang kurang kondusif.

Selain itu, kegiatan pemilihan kepala daerah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi Tenggara

Grafik 1.8 Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) Bangunan dan Nonbangunan

15.03

15.5%

10.0%

11.0%

12.0%

13.0%

14.0%

15.0%

16.0%

17.0%

18.0%

-

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)

Rp Triliun yoy

8.0

7.9

8.1

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

PMTB PMTB Bangunan PMTB Non Bangunan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 11

(Pilkada) yang berlangsung dengan aman

memberikan keyakinan kepada investor bahwa

tidak akan terjadi gejolak perekonomian yang

sangat signifikan sehingga mendorong investor

untuk segera merealisasikan investasinya di

Sulawesi Tenggara.

1.2.4. Ekspor dan Impor Luar Negeri

Realisasi Ekspor Triwulan II 2018

Ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara pada

triwulan II 2018 tercatat mengalami penurunan

kinerja meskipun masih tumbuh pada level yang

tinggi. Pada periode tersebut ekspor Sulawesi

Tenggara tumbuh hingga 262,8% (yoy), lebih

rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang mampu tumbuh sebesar 500,3% (yoy).

Perlambatan pada kinerja ekspor tersebut

disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan

produksi hasil pertambangan, baik itu bijih nikel

ataupun feronikel, yang salah satunya disebabkan

oleh penambahan hari libur menjelang Idulfitri.

Terbatasnya pertumbuhan produksi feronikel pada

triwulan II 2018 yang hanya sebesar 3,1% (yoy)

dibandingkan dengan triwulan I 2018 yang

sebesar 107,5% (yoy) turut memberikan andil

terhadap penurunan kinerja ekspor pada periode

laporan. Ekspor feronikel tercatat tumbuh sebesar

262,1% (yoy) pada triwulan II 2018 dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

500,3% (yoy) (Grafik 1.13). Penurunan kinerja

ekspor juga terjadi pada ekspor bijih nikel kadar

rendah. Pada triwulan II 2018, ekspor bijih nikel

kadar rendah tercatat hanya sebesar 57,6 juta

dolar Amerika, mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mencapai sebesar 71,1 juta dolar Amerika.

Sumber: BKPM, diolah

Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMA di Sulawesi Tenggara Grafik 1.11 Realisasi Investasi PMDN di Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.10 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara

Grafik 1.12 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara

125.0

-25%-500%

0%

500%

1000%

1500%

2000%

2500%

3000%

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018PMA (US$ Juta) Pertumbuhan(sb. Kanan)

US$ (Juta) yoy

174

-83.61%-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

1200%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018PMDN (Rp miliar) Pertumbuhan(sb. Kanan)

Rp (Miliar) yoy

4.44

-3.1%-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

-

1

2

3

4

5

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Kredit Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)

Rp Triliun yoy226

262.8%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Ekspor Sultra g Ekspor Sultra (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 12

Meskipun demikian, terdapat beberapa ekspor

komoditas yang menunjukkan peningkatan,

terutama ekspor komoditas perikanan dan aspal.

Ekspor komoditas perikanan tumbuh sebesar

0,9% (yoy), mengalami perbaikan dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang terkontraksi

sebesar 10,3% (yoy). Peningkatan tersebut

didorong oleh peningkatan yang terjadi hampir

pada seluruh komoditas utama. Hanya ikan beku

yang mengalami penurunan meskipun tidak

signifikan (Grafik 1.15). Selain itu, peningkatan

pertumbuhan juga terjadi pada ekspor aspal

dengan capaian sebesar 514,0% (yoy) dengan nilai

mencapai 1,1 juta dolar Amerika.

Dari sisi negara mitra dagang, Tiongkok masih

menjadi negara tujuan ekspor utama dengan

pangsa sebesar 70,3% kemudian diikuti oleh India

dan Korea Selatan dengan pangsa masing-masing

sebesar 13,2% dan 7,8%. Tingginya pangsa

ekspor Sulawesi Tenggara ke Tiongkok perlu

mendapat perhatian khusus mengingat perang

dagang yang tengah terjadi antara Amerika Serikat

dan Tiongkok

Realisasi Impor Luar Negeri Triwulan II 2018

Pada triwulan II 2018, impor Sulawesi Tenggara

tercatat mengalami peningkatan laju

pertumbuhan. Aktivitas impor pada periode

tersebut tumbuh sebesar 95,9% (yoy), meningkat

secara signifikan jika dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar

66,4% (yoy). Berdasarkan jenisnya, aktivitas impor

masih didominasi oleh impor barang dengan

pangsa sebesar 98,1% dan sisanya impor jasa.

Pangsa impor barang tersebut mengalami

peningkatan jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang sebesar 97,5%.

Dilihat berdasarkan nilai impor barang secara riil

dari data Bea Cukai, impor Sulawesi Tenggara

pada periode laporan adalah sebesar 100,7 juta

dolar Amerika, meningkat jika dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang sebesar 56,4

juta dolar Amerika. Peningkatan tersebut terjadi

pada seluruh jenis barang dengan barang modal

sebagai penyebab utama. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa Sulawesi Tenggara masih

belum dapat mandiri terutama untuk mendorong

pembangunan infrastruktur. Pada triwulan II 2018,

impor barang modal tumbuh sebesar 311,6%

(yoy), meningkat secara signifikan dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang terkontraksi

sebesar 80,1% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

yang signifikan juga terjadi pada impor barang

konsumsi yang tumbuh sebesar 229,8% (yoy)

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mengalami kontraksi sebesar 61,5% (yoy). Impor

barang antara juga mengalami peningkatan

meskipun tidak sesignifikan pertumbuhan impor

kedua jenis barang lainnya dengan tumbuh

sebesar 9,2% (yoy) dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 16,3%

(yoy).

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.13 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara Grafik 1.14 Pangsa Komoditas Ekspor

157

262.1%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

Minyak Nilam, 0.60%Perikanan,

2.61%

Feronikel, 69.65%

Bijih Nikel, 25.48%

Lainnya, 1.66%

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 13

Berdasarkan pangsanya, impor Sulawesi Tenggara

kembali didominasi oleh barang modal dengan

pangsa sebesar 60,2% kemudian diikuti oleh

impor barang antara dengan pangsa sebesar

39,8% dan sisanya adalah impor barang konsumsi.

Sementara untuk sumber barangnya, kegiatan

impor Sulawesi Tenggara masih didominasi oleh

barang-barang dari Tiongkok dengan pangsa

hampir mencapai 100,0% dan hanya sedikit

berasal dari Belanda dalam bentuk tekstil dan

pompa.

Tracking Triwulan III 2018

Memasuki triwulan III 2018, kinerja ekspor luar

negeri diperkirakan akan kembali mengalami

perlambatan. Perlambatan tersebut disebabkan

oleh based effect point serta telah berlangsungnya

ekspor bijih nikel kadar rendah sehingga

peningkatan yang terjadi tidak berdampak

signifikan. Selain itu, proses evaluasi pencabutan

izin ekspor bijih nikel kadar rendah untuk beberapa

perusahaan untuk batas waktu yang belum

ditentukan diperkirakan akan berdampak terhadap

kinerja ekspor Sulawesi Tenggara. Meskipun

demikian, ekspor komoditas lainnya terutama

produk perikanan diperkirakan akan kembali

meningkat sejalan dengan bertambahnya

pasokan. Selain itu, adanya proses ekspor

langsung ke luar negeri (tanpa melalui provinsi

lain) dapat menjadi pendorong ekspor di periode

mendatang.

Di sisi lain, impor Sulawesi Tenggara pada triwulan

berjalan diperkirakan akan kembali terakselerasi.

Kembali gencarnya penanaman modal terutama

pada komoditas-komoditas nontambang seperti

gula dan tanaman penghasil energi biomassa

diperkirakan akan mendorong terjadinya

peningkatan impor pada periode mendatang.

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.15 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara Grafik 1.16 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.17 Source of Growth Sisi Penawaran

381

68 -

969

1,379

2,798

391

67 51

1,031

1,473

2,877

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

Ikan Hidup Ikan Beku Rajungan Udang Gurita DagingIkan

Tw I 2018 Tw II 2018

ribu USD

100.7

96%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

800%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

2.52 1.35 1.27

2.04 1.19 1.49 1.28 1.45 1.38 1.50 1.78 1.35

(1.50)

0.82

(1.27)

2.05 3.11 2.37 3.08 1.84 1.34 1.16

2.02 0.06

2.58

1.03 1.05

1.16

0.72 1.24

0.27 0.01

0.24 0.27 1.16 1.72

0.99

0.42 0.74 0.78 1.96

1.34 0.72

1.04 0.63

1.01 1.01 0.83

1.05 1.22

0.86

(2.00)

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2015 2016 2017

Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Lainnya

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 14

1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA

UTAMA

Realisasi Triwulan II 2018

Dari sisi penawaran, akselerasi pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018

didorong oleh pertumbuhan lapangan usaha

utama yaitu lapangan usaha pertanian, kehutanan

dan perikanan dan lapangan usaha konstruksi.

Namun akselerasi tersebut sedikit tertahan oleh

perlambatan kinerja lapangan usaha lainnya

seperti lapangan usaha pertambangan dan

penggalian, lapangan usaha industri pengolahan

dan lapangan usaha perdagangan besar dan

eceran.

Peningkatan kinerja pada lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan didorong

oleh terjadinya peningkatan produksi hasil

pertanian seiring dengan masuknya masa panen

raya padi di periode laporan. Namun pertumbuhan

pada lapangan usaha tersebut sedikit tertahan

dengan penurunan yang cukup signifikan pada

produksi hasil perikanan yang disebabkan oleh

gelombang tinggi yang terus terjadi sepanjang

periode laporan. Sementara itu, peningkatan

kinerja pada lapangan usaha konstruksi didorong

oleh pembangunan yang dilakukan oleh

pemerintah dan swasta. Peningkatan tersebut juga

tercermin dari pertumbuhan investasi bangunan

pada triwulan II 2018 yang tumbuh sebesar 7,9%

(yoy), meningkat secara signifikan jika

dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 2,6%

(yoy).

Tracking Triwulan III 2018

Pada triwulan III, diperkirakan akan terjadi

percepatan pertumbuhan ekonomi yang

disebabkan oleh akselerasi pada lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan

usaha pertambangan, lapangan usaha konstruksi

dan lapangan usaha industri pengolahan. Namun

pertumbuhan tersebut diperkirakan akan tertahan

oleh perlambatan pada lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran.

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Realisasi Triwulan II 2018

Pada triwulan II 2018, lapangan usaha pertanian,

kehutanan dan perikanan (selanjutnya disebut

usaha pertanian) mengalami akselerasi

pertumbuhan. Lapangan usaha tersebut mampu

tumbuh sebesar 6,5% (yoy) dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,7%

(yoy). Akselerasi pertumbuhan tersebut didorong

oleh pertumbuhan yang terjadi pada produksi

tanaman bahan makanan (tabama) yang luas

panen pada periode laporan tercatat sebesar 59,2

ribu hektar. Capaian tersebut meningkat jika

dibandingkan dengan luas panen periode

sebelumnya yang hanya seluas 32,8 ribu hektar.

(Grafik 1.18). Sementara itu, peningkatan kinerja

lapangan usaha ini tertahan oleh adanya

Tabel 1.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Dalam % (yoy); p= proyeksi KPw BI Sultra

Sumber: BPS, ADHK, diolah

I II III IV I II III IV I II IIIP

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10.7 5.7 5.6 5.5 4.8 6.4 5.5 6.3 5.7 6.5 6.4 - 6.8 23.3

Pertambangan dan Penggalian (9.1) 0.5 (9.0) 0.9 17.2 12.3 15.9 9.0 6.5 5.4 6.3 - 6.7 21.2

Industri Pengolahan 8.7 5.5 13.9 11.3 7.4 8.8 4.3 5.2 6.8 (0.2) 1.5 - 1.9 5.9

Pengadaan Listrik, Gas 8.2 6.2 11.6 7.5 3.0 4.6 7.8 8.2 0.1 2.2 0.8 - 1.2 0.1

Pengadaan Air 13.3 7.1 14.3 8.8 0.0 3.6 (3.2) 0.3 0.7 3.3 7 - 7.4 0.2

Konstruksi 11.0 10.9 8.9 9.6 10.4 2.1 0.1 1.7 2.2 9.4 9.5 - 9.9 12.6

Perdagangan Besar dan Eceran 7.2 7.5 19.2 8.0 5.9 8.4 4.8 8.1 8.4 6.6 6.2 - 6.6 12.6

Transportasi dan Pergudangan 12.2 15.2 17.0 16.7 9.8 10.2 3.8 6.0 7.6 8.6 11.9 - 12.3 4.8

Akomodasi dan Makan Minum 7.7 8.3 7.7 8.7 7.1 7.0 9.4 6.1 7.1 6.4 5.3 - 5.7 0.6

Informasi dan Komunikasi 13.7 12.2 13.2 7.7 9.4 9.8 8.6 6.2 9.5 8.6 9.3 - 9.7 2.5

Jasa Keuangan 14.5 21.6 14.0 9.7 5.8 4.0 3.8 4.6 5.1 4.1 4.2 - 4.6 2.3

Real Estate 0.4 1.2 (8.8) 5.2 1.5 4.7 9.8 1.1 3.5 2.6 0.3 - 0.7 1.5

Jasa Perusahaan 10.0 8.1 7.7 6.2 3.9 6.6 6.8 6.6 4.5 6.9 6.8 - 7.2 0.2

Administrasi Pemerintahan 3.3 9.2 5.0 4.6 0.3 1.1 7.0 7.8 3.9 3.9 1.1 - 1.5 5.2

Jasa Pendidikan 11.2 12.7 16.1 6.0 1.8 1.8 2.8 4.2 4.1 6.7 6.1 - 6.5 4.7

Jasa Kesehatan dan Sosial 9.2 4.5 8.3 6.0 1.3 6.3 2.6 3.1 5.4 6.0 8 - 8.4 1.0

Jasa Lainnya 8.5 9.4 6.1 7.8 2.0 0.6 4.2 4.1 7.7 5.9 4.1 - 4.5 1.4

PDRB 5.5 6.8 6.0 6.5 8.0 7.0 6.5 6.1 5.8 6.1 6.3 - 6.7

* Keterangan Meningkat Melambat Stabil

Komponen Pengeluaran2016 2017

Pangsa2018

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 15

penurunan produksi perikanan yang sangat

signifikan. Produksi perikanan pada triwulan II

2018 hanya sebesar 4,82 ribu ton, jauh menurun

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mampu memproduksi mencapai 10,1 ribu ton.

Produksi tersebut merupakan produksi triwulan

perikanan terendah di Sulawesi Tenggara sejak

tahun 2013 (Grafik 1.19). Gelombang tinggi yang

terus terjadi sepanjang periode laporan serta

berkurangnya aktivitas berlayar nelayan menjelang

Idul Fitri menjadi faktor yang mendorong

rendahnya produksi perikanan tersebut.

Akselerasi yang terjadi pada lapangan usaha

pertanian turut mendorong terjadinya

peningkatan penyaluran kredit ke sektor tersebut.

Outstanding kredit usaha pertanian pada triwulan

II 2018 sebesar Rp964,97 miliar, meningkat

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

sebesar Rp924,24 miliar. Namun, jika dilihat dari

pertumbuhannya kredit pada sektor tersebut

sedikit mengalami perlambatan dengan tumbuh

sebesar 32,1% (yoy) dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 36,1%

(yoy) (Grafik 1.20).

Tracking Triwulan III 2018

Pada periode berjalan, lapangan usaha pertanian

diperkirakan akan mengalami akselerasi. Kondisi

tersebut didorong oleh peningkatan hasil

perikanan yang terjadi pada periode laporan.

Kondisi cuaca yang lebih kondusif serta kembali

normalnya aktivitas melaut nelayan menjadi faktor

yang mendorong peningkatan produksi perikanan.

Namun, produksi tabama diperkirakan akan

mengalami penurunan seiring telah berlalunya

periode panen raya. Hal tersebut juga tercermin

pada luas tanam yang mengalami penurunan pada

triwulan II 2018, yaitu seluas 39,1 ribu hektar

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

seluas 68,0 ribu hektar.

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian

Realisasi Triwulan II 2018

Kinerja lapangan usaha pertambangan dan

penggalian pada periode triwulan II 2018 kembali

mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada

periode tersebut kinerja lapangan usaha ini hanya

tumbuh sebesar 5,4% (yoy), melambat

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

dapat tumbuh sebesar 6,5% (yoy). Perlambatan

tersebut tercermin dari menurunnya indeks

produksi bijih nikel pada periode laporan (Grafik

1.22). Indeks produksi nikel (tahun dasar 2016) pada

periode laporan hanya sebesar 599,3, mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang sebesar 839,0. Penurunan

tersebut terjadi disebabkan oleh menurunnya

produksi bijih nikel baik kadar tinggi maupun

kadar rendah. Produksi bijih nikel kadar rendah

hanya tumbuh sebesar 27,2% (yoy) dibandingkan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

1.340,17% (yoy). Telah berlangsungnya produksi

bijih nikel secara optimal pada triwulan II 2017

menjadi faktor penyebab perlambatan

pertumbuhan yang sangat signifikan. Penurunan

produksi juga terjadi pada bijih nikel kadar tinggi

Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, diolah

Sumber: PPS Samudra Kendari, diolah

Grafik 1.18 Luas Panen Padi di Sulawesi Tenggara Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan di Kota Kendari

59

4.0%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

-

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Thousands

Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)

Luas (ribu Ha) yoy

4.82

-20.1%-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

4

5

6

7

8

9

10

11

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Thousands

Pendaratan Ikan Pertumbuhan(sb. Kanan)

Jumlah (ribu ton) yoy

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 16

yang pada periode laporan mengalami kontraksi

sebesar 20,99% (yoy) dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar

8,07% (yoy). Dengan menurunnya produksi

tersebut dan masih ada indikasi terjadinya

peningkatan produksi dari Filipina, harga nikel

kembali menunjukkan tren peningkatan dengan

capaian sebesar USD14.478,7 per metric ton

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

sebesar USD13.272,8 per metric ton. Peningkatan

harga nikel tersebut mampu menahan

perlambatan kinerja lapangan usaha

pertambangan dan penggalian di periode laporan.

Harga nikel yang terus mengalami peningkatan

turut memberikan atensi positif dari perbankan

terutama dalam hal penyaluran kredit ke sektor

pertambangan. Pada triwulan II 2018, kredit

pertambangan mengalami akselerasi setelah

mengalami kontraksi sejak triwulan II 2017. Kredit

pada sektor tersebut mampu tumbuh sebesar

14,6%, meningkat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 15,7% (yoy)

(Grafik 1.21)). Outstanding kredit juga mengalami

pertumbuhan yang cukup signifikan dengan

capaian sebesar Rp2,46 triliun dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang sebesar Rp1,97

triliun.

Tracking Triwulan III 2018

Memasuki triwulan III 2018, kinerja lapangan

usaha ini diperkirakan akan mengalami akselerasi.

Akselerasi pertumbuhan tersebut didorong oleh

masih tingginya kuota ekspor bijih nikel kadar

rendah. Selain itu, berdasarkan hasil liaison

diperoleh informasi bahwa salah satu pelaku usaha

pertambangan akan melakukan penambangan

baru dengan target produksi mencapai 500 ribu

metric ton hingga akhir tahun 2018.

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

*Data per Februari 2018

Sumber: Produsen Nikel Sultra, diolah

Grafik 1.20 Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara Grafik 1.22 Indeks Produksi Ore Nikel

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.21 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara

964.97

32.1%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Kredit Pertanian gKredit Pertanian (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

599.3

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Indeks

2,457.03

14.6%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Kredit Pertambangan g Kredit Pertambangan (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy552.64

19.2%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

140.0%

-

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Kredit Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 17

1.3.3. Industri Pengolahan

Realisasi Triwulan II 2018

Pada triwulan II 2018, lapangan usaha industri

pengolahan mengalami perlambatan

pertumbuhan sehingga menahan akselerasi yang

terjadi. Lapangan usaha tersebut terkontraksi

sebesar 0,2% (yoy), mengalami penurunan yang

signifikan dibandingkan periode sebelumnya yang

mampu tumbuh sebesar 6,8% (yoy). Penurunan

tersebut disebabkan oleh penurunan produksi

yang terjadi pada keseluruhan industri di Sulawesi

Tenggara baik industri manufaktur skala mikro dan

kecil maupun industri manufaktur skala sedang

dan besar.

Industri skala mikro dan kecil pada periode laporan

tumbuh sebesar 37,9% (yoy), sedikit mengalami

perlambatan jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 40,1% (yoy).

Perlambatan tersebut disebabkan oleh terjadinya

penurunan pada industri non makanan dan

minuman seperti industri kayu, industri barang

galian bukan logam, industri alat angkutan,

industri furnitur, industri pengolahan lainnya dan

jasa reparasi dan pemasangan mesin dan

peralatannya. Namun perlambatan tersebut

tertahan dengan tumbuhnya industri makanan

dan minuman yang didukung oleh memasukinya

periode Ramadhan, Idulfitri dan libur sekolah

sehingga mendorong terjadinya peningkatan

permintaan oleh masyarakat.

Penurunan jauh lebih signifikan didorong oleh

penurunan produksi industri manufaktur skala

sedang dan besar. Pada triwulan II 2018, industri

manufaktur skala sedang dan besar terkontraksi

sebesar 0,3% (yoy), jauh sangat menurun

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mampu tumbuh sebesar 20,6% (yoy). Perlambatan

tersebut terjadi disebabkan oleh penurunan yang

terjadi pada industri makanan dan industri

percetakan dan reproduksi media rekaman.

Penambahan hari libur saat menjelang Idul Fitri

memberikan dampak penurunan produksi yang

signifikan pada industri sedang dan besar yang

membutuhkan jumlah tenaga kerja cukup besar.

Sejalan dengan perlambatan pada lapangan usaha

tersebut, penyaluran kredit lapangan usaha

industri pengolahan turut mengalami

perlambatan. Pada triwulan II 2018, outstanding

kredit ke lapangan usaha industri pengolahan

mencapai Rp552,6 miliar atau tumbuh sebesar

19,2% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang memiliki

outstanding sebesar Rp553,5 atau tumbuh sebesar

23,7% (Grafik 1.23).

Tracking Triwulan III 2018

Pada periode mendatang, kondisi lapangan usaha

industri pengolahan diperkirakan akan mengalami

akselerasi. Hal tersebut didukung oleh

peningkatan produksi hasil perikanan sehingga

mampu mendorong pertumbuhan produksi

industri makanan dan minuman. Peningkatan juga

diperkirakan masih akan terjadi pada industri

pengolahan nikel yang didukung oleh masuknya

bijih nikel kadar tinggi dari Halmahera untuk

dilakukan pengolahan di Sulawesi Tenggara.

Meskipun demikian, pertumbuhan produksi

tersebut dapat tertahan terutama oleh industri

penggilingan padi seiring dengan produksi padi

yang menurun setelah berlalunya panen raya.

1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran

Realisasi Triwulan II 2018

Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran

pada triwulan II 2018 tercatat mengalami

perlambatan sehingga menahan akselerasi

pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Lapangan

usaha tersebut tumbuh sebesar 6,6% (yoy)

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mampu tumbuh sebesar 8,4% (yoy). Perlambatan

tersebut didorong oleh penurunan yang terjadi

pada perdagangan luar negeri.

Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh KPw

BI Sultra, penurunan yang cukup signifikan terjadi

pada penjualan luar negeri. Pada triwulan II 2018,

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 18

likert scale untuk penjualan luar negeri hanya 0,47,

menurun signifikan dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mencapai 1,67. Hal tersebut juga

tercermin dari penurunan volume ekspor yang

terjadi pada triwulan II 2018. Pada periode

tersebut, volume ekspor hanya tumbuh sebesar

728,0% (yoy), turun secara signifikan

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 13.290,3% (yoy). Penurunan

tersebut disebabkan oleh telah berlangsungnya

ekspor bijih nikel kadar rendah pada triwulan II

2017 sehingga pertumbuhan ekspor tidak terjadi

secara signifikan. Namun perlambatan kinerja

lapangan usaha perdagangan besar dan eceran

tertahan oleh peningkatan kinerja perdagangan

domestik yang didukung oleh meningkatnya

permintaan pada periode Ramadhan, Idul Fitri dan

libur sekolah. Hal tersebut juga tercermin dari

terjadinya peningkatan likert scale penjualan

domestik yang sebesar 0,77 dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang hanya sebesar 0,40.

Berbeda dengan perlambatan pada lapangan

usaha perdagangan, laju pertumbuhan penyaluran

kredit ke lapangan usaha tersebut justru

mengalami akselerasi. Pada periode laporan total

penyaluran kredit pada lapangan usaha

perdagangan tercatat sebesar Rp5,1 triliun atau

hanya tumbuh sebesar 1,7% (yoy), mengalami

akselerasi dibandingkan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 1,0% (yoy) (Grafik 1.26).

Tracking Triwulan III 2018

Memasuki triwulan III 2018, kinerja usaha

perdagangan besar dan eceran diperkirakan akan

kembali mengalami perlambatan dengan tumbuh

pada kisaran 6,2% - 6,6% (yoy). Telah berlalunya

momen hari raya keagamaan dan libur sekolah

mendorong terjadinya perlambatan yang terjadi.

Selain itu, perlambatan juga diperkirakan akan

terjadi pada perdagangan luar negeri yang

merupakan dampak dari perang dagang yang

terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah

Grafik 1.24 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.26 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara

Sumber: Bea Cukai, diolah

Sum Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, diolah

Grafik 1.25 Transaksi Perdagangan Luar Negeri Grafik 1.27 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara

2,040.21

728.0%-2000%

0%

2000%

4000%

6000%

8000%

10000%

12000%

14000%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Ekspor Sultra (volume) g Ekspor Sultra (sb.kanan)

Volume (ribu ton) yoy

5,062.64

1.7%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

18.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Kredit Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

235

56.4

-

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018Nilai Eksport Nilai Import

Juta USD

997.33

3.6%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Kredit Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 19

1.3.5. Konstruksi

Realisasi Triwulan II 2018

Pada triwulan II 2018, kinerja lapangan usaha

konstruksi tercatat mengalami akselerasi secara

signifikan sehingga mampu mendorong

pertumbuhan perekonomian yang terjadi di

Sulawesi Tenggara. Pada periode tersebut,

lapangan usaha konstruksi mampu tumbuh

sebesar 9,4% (yoy), meningkat dibandingkan

dengan kinerja periode sebelumnya yang hanya

tumbuh sebesar 2,2% (yoy). Peningkatan tersebut

disebabkan oleh based effect point dari

pertumbuhan tahun sebelumnya. Selain itu,

akselerasi tersebut juga tercermin dari

meningkatnya investasi bangunan yang terjadi

pada triwulan II 2018.

Akselerasi yang terjadi juga berdampak pada

penyaluran kredit ke lapangan usaha konstruksi.

Pada triwulan II 2018, outstanding kredit ke

lapangan usaha tersebut sebesar Rp997,3 miliar

atau tumbuh sebesar 3,6% (yoy). Capaian tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan periode

sebelumnya dengan capaian outstanding kredit

sebesar Rp908,9 miliar atau terkontraksi sebesar

1,0%-yoy (Grafik 1.27).

Tracking Triwulan III 2018

Pada triwulan III 2018, lapangan usaha konstruksi

diperkirakan akan kembali mengalami akselerasi.

Pertumbuhan tersebut masih disebabkan oleh

based effect point dari pertumbuhan tahun lalu

yang hanya sebesar 0,1% (yoy). Selain itu,

pertumbuhan pada lapangan usaha tersebut turut

didorong oleh pembangunan dari proyek yang

dilakukan oleh pemerintah dan swasta yang

tertahan seiring dengan cuaca buruk yang terjadi

sepanjang semester I 2018.

1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA

LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN

Realisasi Triwulan II 2018

Akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara didorong oleh pertumbuhan yang terjadi

pada perekonomian nontambang. Pada triwulan II

2018, perekonomian nontambang mampu

tumbuh sebesar 6,3% (yoy) dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar

5,7% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong oleh

pertumbuhan pada lapangan usaha utama yaitu

lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha

konstruksi.

Peningkatan produksi hasil tabama seiring dengan

masa panen raya yang berlangsung pada periode

tersebut menjadi salah satu faktor yang

mendorong pertumbuhan perekonomian

nontambang. Selain itu, tingginya investasi

bangunan juga menjadi indikator lain yang

mendorong pertumbuhan yang terjadi. Meskipun

demikian, perlambatan yang terjadi pada lapangan

usaha utama lainnya seperti lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran yang disebabkan

oleh penurunan kinerja perdagangan luar negeri

serta lapangan usaha industri pengolahan yang

disebabkan oleh penurunan kinerja industri

manufaktur sedang dan besar menjadi faktor

penahan akselerasi yang terjadi. Dari sisi rasio

komponen lapangan usaha terhadap total PDRB

nonpertambangan, lapangan usaha pertanian

masih mendominasi perekonomian Sulawesi

Tenggara dengan rasio sebesar 29,6% diikuti oleh

lapangan usaha konstruksi dan lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran dengan masing-

masing pangsa sebesar 16,1% dan 16,0%.

Tracking Triwulan III 2018

Pada triwulan III 2018 mendatang lapangan usaha

non pertambangan diperkirakan akan kembali

mengalami akselerasi dengan pertumbuhan

berada di kisaran 6,3% - 6,7%(yoy). Akselerasi

pertumbuhan yang terjadi disebabkan oleh

akselerasi pada beberapa lapangan usaha utama,

yaitu lapangan usaha pertanian, lapangan usaha

konstruksi dan lapangan usaha industri

pengolahan.

Peningkatan hasil produksi perikanan menjadi

faktor yang mendorong terjadinya peningkatan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 20

lapangan usaha pertanian. Peningkatan produksi

tersebut turut berdampak pada terjadinya

peningkatan industri pengolahan yang didominasi

oleh industri makanan dan minuman. Selain itu,

masih berlangsungnya pembangunan oleh

pemerintah dan swasta juga menjadi faktor yang

mendorong pertumbuhan perekonomian

nontambang.

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Grafik 1.28 Perkembangan Ekonomi Nonpertambangan Sulawesi Tenggara

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

2015 2016 2017 I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Pertumbuhan Ekonomi Tambang Pertumbuhan Ekonomi Non Tambang Pertumbuhan Ekonomi Sultra

%, (YoY)

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 21

BOKS 1

KESIAPAN WAKATOBI SEBAGAI DESTINASI WISATA DUNIA

Siapa yang tidak mengetahui Wakatobi? Gugusan pulau dengan yang berada di tenggara pulau

Sulawesi tersebut memiliki keindahan alam yang tidak kalah dibandingkan dengan wisata lainnya yang

telah mendunia seperti Bali dan Raja Ampat. Hal tersebut dibuktikan dengan masuknya Wakatobi sebagai

100 titik menyelam terbaik di dunia oleh website scubatravel (www.scubatravel.com) bersama dengan 7

titik lainnya yang berasal dari Indonesia. Pengakuan dunia atas keindahan Wakatobi tersebut memberikan

sebuah harapan untuk pengembangan Wakatobi menjadi Bali baru atau bahkan destinasi wisata melebihi

Bali yang mampu menarik minat wisatawan dari seluruh belahan dunia. Namun terdapat satu pertanyaan

yang terbesit untuk mencapai hal tersebut, sudah siapkah Wakatobi?

Gambar 1. Keindahan Bawah Laut Tomia, Wakatobi

Sumber: Pinterest

Dalam menilai kesiapan pariwisata suatu daerah, salah satu cara paling mudah untuk menilainya

adalah melalui 3A, yaitu Aksesibilitas, Amenitas dan Atraksi. Aksesibilitas dinilai dari kemudahan bagi para

wisatawan untuk mencapai destinasi tujuan wisata (DTW) di suatu daerah. Selain itu, amenitas sebagai

penunjang kegiatan pariwisata seperti hotel, restoran dan hiburan juga perlu mendapatkan perhatian

khusus. Kesiapan amenitas yang baik akan memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para

wisatawan saat berkunjung ke suatu destinasi wisata. Terakhir yang tidak kalah penting adalah Atraksi.

Atraksi biasanya selalu menjadi poin pertama yang mampu menarik minat wisatawan, terutama untuk

DTW yang mengedepankan pesona alamnya.

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 22

Atraksi sebagai poin utama pendorong pariwisata terjadi di Wakatobi. Berada dalam segitiga

terumbu karang dunia, keindahan bawah laut Wakatobi tidak perlu lagi diragukan. Beragam jenis

terumbu karang dan biota laut dapat ditemukan dengan mudah saat melakukan beragam aktivitas seperti

snorkeling dan diving. Menyadari bahwa memiliki potensi yang mendukung untuk pengembangan

pariwisata, pemerintah pun tidak melepaskan kesempatan itu. Promosi secara gencar dilakukan untuk

ah

laut di Wakatobi. Berbagai destinasi wisata lainnya dan beragam budaya yang dimiliki turut dipromosikan

sebagai alternatif kegiatan bagi para wisatawan untuk menghindari terjadinya kejenuhan.

Gambar 2. Destinasi Wisata di Masing-Masing Pulau Di Wakatobi

Sumber: www.wakatobitourism.com

Menyadari bahwa tiap pulau memiliki keunggulan pariwisata, pemerintah berupaya untuk

mempromosikan keempat pulau secara menyeluruh. Hal tersebut juga dilakukan untuk menghindari

kesenjangan pembangunan di masing-masing pulau. Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah

selain promosi melalui kerjasama dengan travel agent adalah pelaksanaan festival di masing-masing pulau

dengan mengedepankan ciri dari masing-masing pulau.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah serta keindahan alam dan ragam budaya

yang dimiliki, atraksi yang dimiliki Wakatobi sudah siap untuk dinikmati oleh seluruh dunia. Namun

bisakah seluruh dunia menikmati keindahan Wakatobi? Kemudahan akses menjadi kunci bagi seluruh

wisatawan untuk dapat merasakan secara langsung indahnya Wakatobi. Dengan kondisi geografisnya

sebagai gugusan pulau, Wakatobi hanya dapat dikunjungi melalui jalur udara dan laut. Melalui jalur

udara, hanya terdapat dua maskapai yang memiliki penerbangan langsung ke Wakatobi, yaitu Wings Air

dan Garuda Indonesia dan keduanya hanya melayani rute Kendari Wakatobi (Wangi-Wangi). Wings Air

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 23

memiliki jadwal penerbangan 1x sehari sementara Garuda Indonesia hanya melakukan perjalanan Kendari

Wakatobi sebanyak 4x seminggu. Keterbatasan angkutan udara tersebut semakin terjadi dengan fakta

bahwa jenis pesawat yang digunakan oleh kedua maskapai tersebut adalah ATR dengan kapasitas 70

orang. Selain penerbangan umum tersebut, tersedia juga penerbangan khusus dari Denpasar menuju

Wakatobi (Tomia) menggunakan Garuda Indonesia dengan jenis pesawat ATR. Namun penerbangan

tersebut terbatas khusus untuk tamu dari Wakatobi Dive Resort karena seluruh biaya penerbangan sudah

termasuk dalam biaya paket perjalanan yang ditawarkan oleh Wakatobi Dive Resort.

Gambar 3. Calendar of Event Wakatobi 2018

Sumber: www.wakatobitourism.com

Gambar 4. Penerbangan Langsung Ke Wakatobi

Sumber: Berbagai sumber

Sementara itu, dilihat dari kapasitas bandaranya, bandara Matahora di Wakatobi sudah cukup

memadai meskipun masih perlu untuk dikembangkan. Dengan dimensi runway mencapai 2000 meter x

30 meter, bandara Matahora dapat untuk mendaratkan hingga pesawat jenis Boeing 737 series. Namun

kekuatan runway masih perlu untuk dikembangkan karena saat ini baru mencapai 24 FBXT sementara

untuk boeing 737 series minimal ada 33 FBXT. Kapasitas terminal pun masih cukup terbatas seandainya

PROMOSI

CALENDAR OF EVENT

Promosi oleh pemerintah dilakukanmelalui berbagai cara, seperti kerjasamadengan travel agent dari negara-negara

asal wisatawan dan pembuatan situs (www.wakatobitourism.com)

WANGI-WANGI BINONGKOKALEDUPA TOMIA

WAKATOBI

WAVE

FESTIVAL BARATA

KALEDUPA

FESTIVAL PULAU

TOMIA

FESTIVAL

TUKANG BESIOktober ‘18 Juni ‘18September ‘18 Juni ‘18

Wakatobi Wave merupakan puncak

dari kemeriahan kegiatan di Wakatobi

yang menunjukkan etnis dan budaya

dari keempat pulau yang dimiliki

Merupakan perhelatan budaya akbar

yang menampilkan kesenian

tradisional berupa tarian dan

permainan rakyat serta pameran

produk lokal seperti kuliner dan tenun

Menampilkan beragam astraksi

budaya, pesta kuliner, lomba

memancing dengan pesona utama

adalah Sajo Moane, tarian asli daerah

yang diperagakan oleh anak kecil

Festival tersebut merupakan salah

satu upaya menunjukkan keahlian

penduduk lokal yang telah diwariskan

secara turun temurun

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 24

pesawat dengan kapasitas yang lebih besar akan digunakan untuk mendarat di bandara tersebut. Saat

ini, kapasitas maksimal untuk bandara Matahora adalah 135 orang.

Terbatasnya jadwal penerbangan pada angkutan udara juga terjadi pada penyebrangan laut.

Untuk mencapai Wakatobi melalui laut, terdapat 2 pilihan kapal yaitu menggunakan kapal Pelni milik

pemerintah atau menggunakan kapal milik swasta. Namun jadwal yang minim serta waktu tempuh yang

sangat lama menjadikan angkutan laut ini kurang bersahabat bagi para wisatawan. Kapal Pelni hanya

tersedia 4 hari sekali dengan memakan waktu tempuh hingga 23 jam sementara kapal swasta memiliki

jadwal 2 hari sekali dengan waktu tempuh mencapai 8 jam

Gambar 5. Jadwal Penyebrangan Kapal ke Wakatobi

Sumber: Berbagai sumber

Terbatasnya akses menuju Wakatobi memberikan gambaran bahwa aksesibilitas ke Wakatobi

masih perlu dikembangkan sehingga memudahkan para wisatawan untuk menikmati keindahan di

Wakatobi. Selain itu, amenitas di Wakatobi juga masih perlu untuk dikembangkan. Jumlah penginapan

di Wakatobi terbilang masih cukup terbatas dengan hanya tersedia 40 hotel dan 313 homestay. Jumlah

restoran pun masih terbatas dengan hanya sejumlah 22 restoran. Selain itu, angkutan darat untuk

mencapai destinasi wisata juga masih sangat terbatas. Hal tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan

bagi para wisatawan untuk menjelajahi Wakatobi.

Gambar 5. Amenitas Pendukung Pariwisata Wakatobi

Sumber: Berbagai sumber

Dengan analisis ketiga hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pariwisata Wakatobi masih

memerlukan pengembangan untuk dapat menjadi destinasi wisata dunia. Kemudahan dan kenyamanan

bagi wisatawan yang didukung oleh aksesibilitas dan amenitas yang baik masih perlu ditingkatkan

sehingga atraksi yang dimiliki dapat terjual secara lebih baik lagi dan dapat dinikmati oleh lebih banyak

wisatawan dari seluruh dunia.

PEMERINTAH

SWASTA• Rute : Kendari – Raha – Baubau – Wanci

• Jadwal : 4 hari sekali

• Durasi : ± 23 Jam

• Rute : Kendari – Ereke – Wanci

• Jadwal : 2 hari sekali

• Durasi : ± 8 jam

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 25

n

KEUANGAN PEMERINTAH

2

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2018 26

2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD PROVINSI

TAHUN 2018

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2018

untuk pos belanja sebesar Rp3,45 triliun,

menunjukkan penurunan dibandingkan dengan

APBD Perubahan Tahun 2017 sebesar Rp3,87

triliun, atau turun sebesar 11,07% (yoy).

Penurunan tersebut dipengaruhi oleh rasionalisasi

anggaran terhadap realisasi belanja tahun 2017

yang hanya sebesar 91,73% atau sebesar Rp3,55

triliun. Meskipun demikian, anggaran pendapatan

sedikit meningkat menjadi Rp3,52 triliun atau naik

sebesar 0,56% dibanding tahun 2017 (Grafik 2.1).

Peningkatan anggaran pendapatan terjadi karena

pada tahun 2017 Provinsi Sulawesi Tenggara

berhasil membukukan pendapatan sebesar

100,93% dari target.

Dari sisi pendapatan, peningkatan anggaran

pendapatan terjadi pada transfer dari pemerintah

pusat. Pendapatan transfer tersebut ditargetkan

sebesar Rp2,90 triliun atau meningkat 5,03% jika

dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini

terutama terjadi pada komponen Dana Alokasi

Khusus (DAK) seiring dengan meningkatnya

anggaran pariwisata dan anggaran pendidikan

yang kini berada di tingkat provinsi. Di sisi lain,

untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami

penurunan anggaran. PAD Provinsi Sulawesi

Tenggara pada tahun 2018 ditargetkan sebesar

Rp620,40 miliar atau turun 15,89% jika

dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini

terutama terjadi pada komponen pendapatan

pajak daerah. Anggaran pendapatan pada tahun

2018 tersebut masih didominasi oleh pendapatan

transfer dengan pangsa sebesar 82,4%, dengan

alokasi terbesar adalah untuk Dana Alokasi Umum

(DAU) sebesar Rp1,57 triliun dan diikuti oleh Dana

Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp1,21 triliun.

Sementara itu, PAD masih relatif rendah dengan

pangsa sebesar 17,6%, dengan sumber terbesar

berasal dari pajak daerah sebesar Rp446,4 miliar

(Grafik 2.2).

Sementara itu dari sisi belanja, penurunan

anggaran belanja pada tahun 2018 disebabkan

oleh penurunan belanja operasi, belanja modal,

dan belanja transfer ke kabupaten/kota. Pada

tahun ini anggaran belanja operasi hanya sebesar

Rp2,45 triliun atau turun sebesar 1,40%, bahkan

anggaran belanja modal hanya sebesar Rp764,13

miliar atau turun sebesar 23,51% jika

dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya

(yoy). Selain itu, anggaran belanja transfer ke

kabupaten/kota adalah sebesar Rp215,78 miliar

atau turun sebesar 43,29% dibandingkan tahun

lalu. Dengan demikian, anggaran belanja Provinsi

Sulawesi Tenggara pada tahun 2018 masih

didominasi oleh belanja operasi dengan pangsa

sebesar 70,96%. Komponen belanja terbesar

untuk belanja operasi adalah belanja pegawai

sebesar Rp1,33 triliun dan belanja hibah sebesar

Rp694,7 miliar. Turunnya belanja modal

Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah

Ket: APBD 2017 adalah APBD Perubahan 2017

Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 2.2 Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja

Provinsi Sulawesi Tenggara

2,47

3,50 3,52

2,82

3,87 3,56

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

4,50

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pendapatan Belanja

Rp Triliun

21,1%

78,9%

64,0%

25,8%

9,8%17,6%

82,4%71,0%

22,2%

6,3%

0,0%

20,0%

40,0%

60,0%

80,0%

100,0%

PAD TRANSFER OPERASI MODAL TRANSFER

PENDAPATAN BELANJAAPBD 2017 APBD 2018

pangsa

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 27

pemerintah daerah pada tahun ini menyebabkan

pangsa komponen tersebut hanya sebesar

22,17%, lebih rendah daripada tahun sebelumnya

yang dapat mencapai pangsa sebesar 25,78%.

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN

APBD PROVINSI

2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan

Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara hingga periode laporan terealisasi

sebesar 53,62% dari total anggaran APBD 2018,

atau sebesar Rp1,88 triliun (Tabel 2.1). Capaian

tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan

realisasi periode yang sama pada tahun 2017 yang

tercatat sebesar Rp1,75 triliun atau 49,94%

maupun dengan rata-rata realisasi selama lima

tahun terakhir sebesar 53,03%. Peningkatan

realisasi tersebut terjadi di komponen Pendapatan

Asli Daerah (PAD) yang tak lepas dari efek

membaiknya pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2018 sebesar 6,1%

(yoy). Peningkatan yang terjadi mempengaruhi

kinerja sektor swasta dan pendapatan rumah

tangga sehingga berdampak pada penerimaan

pajak yang lebih tinggi.

Sampai dengan triwulan II 2018, sumber

pendapatan APBD Provinsi Sulawesi Tenggara

masih didominasi oleh pendapatan transfer atau

dana perimbangan (Daper). Meskipun demikian,

pangsa Daper ini mengalami penurunan. Pada

triwulan laporan, pangsa Daper tercatat 77,47%,

lebih rendah dibandingkan triwulan II 2017 yang

sebesar 82,28%. Kondisi ini mengindikasikan

kemandirian fiskal pemerintah provinsi yang

semakin kuat pada periode laporan. Meskipun

demikian, jika dibandingkan dengan target APBD

2018, maka realisasi Daper tersebut hanya

mencapai 50,42%, lebih rendah daripada realisasi

periode yang sama tahun 2017 yang dapat

mencapai 52,10%. Hal tersebut dipengaruhi oleh

realisasi DAK dan DBH Pajak yang hanya mencapai

41,13% dan 34,71% dari target APBD 2018.

Sementara itu, realisasi PAD Sulawesi Tenggara

kumulatif triwulan II 2018 tercatat sebesar

Rp425,44 miliar atau mencapai 68,85% dari target

perolehan PAD selama tahun 2018, lebih tinggi

dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya

sebesar Rp309,92 miliar atau 42,02%.

Peningkatan tersebut berasal dari realisasi pajak

daerah yang semakin meningkat sejalan dengan

tingginya pembelian kendaraan bermotor akibat

ekspansi taksi online. Pajak daerah yang dapat

dipungut oleh Pemerintah Provinsi adalah pajak

Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemprov Sulawesi Tenggara Kumulatif Triwulan II

Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%)

PENDAPATAN 2.474,02 1.387,50 56,08 3.502,20 1.749,13 49,94 3.521,77 1.888,24 53,62

PENDAPATAN ASLI DAERAH 638,18 279,35 43,77 737,57 309,92 42,02 620,40 425,44 68,58

Pendapatan Pajak Daerah 500,31 221,69 44,31 591,12 199,78 33,80 446,43 297,96 66,74

Hasil Retribusi Daerah 10,88 5,54 50,96 12,04 5,66 47,00 16,75 9,15 54,59

Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23,45 24,27 103,49 37,91 37,87 99,90 37,91 46,71 123,23

Lain-lain PAD 103,54 27,85 26,90 96,50 66,61 69,02 119,32 71,63 60,03

PENDAPATAN TRANSFER 1.825,36 1.106,65 60,63 2.762,39 1.439,21 52,10 2.901,37 1.462,80 50,42

Transfer Pemerintah Pusat 1.820,36 817,97 44,93 2.709,84 1.412,94 52,14 2.884,87 1.454,55 50,42

Dana Bagi Hasil Pajak 58,87 29,06 49,35 60,87 - - 57,71 20,03 34,71

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 34,53 31,16 90,22 38,20 - - 37,12 15,80 42,56

Dana Alokasi Umum 983,24 700,37 71,23 1.563,33 - - 1.575,96 919,31 58,33

Dana Alokasi Khusus 743,71 57,39 7,72 1.047,43 - - 1.214,08 499,40 41,13

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 5,00 288,68 5.773,56 52,55 26,28 50,00 16,50 8,25 -

Dana Otonomi Khusus - - - - - - 16,50 8,25 -

Dana Penyesuaian 5,00 288,68 5.773,56 52,55 - - - - -

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 10,47 - - 2,25 - - - - -

Pendapatan Hibah 11,00 - - 0,18 - - - - -

Pendapatan Dana Darurat - - - 2,07 - - - - -

Pendapatan Lainnya - - - - - - - - -

U R A I A N

Kumulatif Tw II 2018Kumulatif Tw II 2017Kumulatif Tw II 2016

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2018 28

kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan

bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor,

pajak air permukaan dan pajak rokok. Dengan

demikian, sumber pemasukan PAD Sulawesi

Tenggara yang sudah tercatat kumulatif triwulan II

2018 sebagian besar berasal dari komponen

pendapatan pajak daerah dengan pangsa sebesar

70,04%, diikuti oleh lain-lain PAD (16,84%), dan

hasil pengelolaan yang dipisahkan (10,98%).

2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja

Sejalan dengan peningkatan realisasi pendapatan,

penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi

Sulawesi Tenggara kumulatif triwulan II 2018 juga

mengalami peningkatan. Realisasi belanja

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sampai

dengan periode tersebut tercatat mencapai

40,49% atau sebesar Rp1,40 triliun (Tabel 2.2).

Capaian ini lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 29,70% atau

dalam nominal sebesar Rp1,15 triliun. Peningkatan

tersebut berasal dari penyerapan belanja operasi,

belanja modal, serta belanja transfer yang lebih

besar.

Realisasi belanja operasional kumulatif triwulan II

2018 mencapai Rp1,17 triliun atau terealisasi

sebesar 47,84% dari target APBD. Peningkatan

penyerapan terutama terjadi pada pos belanja

hibah dan pos belanja pegawai. Hal tersebut

dipengaruhi oleh adanya pemberian hibah kepada

pihak penyelenggara Pilkada dan aparat keamanan

dalam persiapan penyelenggaraan Pemilihan

Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara pada

bulan Juni. Belanja hibah mengalami peningkatan

realisasi menjadi 69,42% atau Rp482,32 miliar,

dari sebelumnya 43,78% pada triwulan II 2017.

Selain itu, realisasi belanja modal pada periode

laporan juga menunjukkan kinerja yang meningkat

dengan tingkat realisasi sebesar 15,06% atau

senilai Rp115,08 miliar. Kondisi tersebut lebih

tinggi dibandingkan dengan periode yang sama

pada tahun sebelumnya yang terealisasi sebesar

14,06% dari target. Peningkatan tersebut

didorong oleh realisasi belanja jalan, irigasi, dan

jaringan yang mencapai sebesar 24,43%,

meningkat dari sebelumnya 13,66%. Meskipun

demikian, terdapat penurunan realisasi belanja

bangunan dan gedung yang hanya sebesar

12,50% dari sebelumnya 17,65% di tengah fokus

pemerintah daerah untuk penyelenggaraan

Pilkada 2018. Berdasarkan sumbangannya, pangsa

belanja modal terbesar adalah pembangunan

jalan, irigasi dan jaringan yang mencapai 52,74%,

Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemprov Sulawesi Tenggara Kumulatif Triwulan II

Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%) Anggaran Realisasi Serap (%)

BELANJA 2.823,45 994,76 35,23 3.874,39 1.150,78 29,70 3.445,48 1.395,04 40,49

BELANJA OPERASI 1.686,18 749,24 44,43 2.479,94 943,97 38,06 2.445,24 1.169,78 47,84

Belanja Pegawai 624,16 291,41 46,69 1.321,31 535,71 40,54 1.335,40 567,07 42,46

Belanja Barang 406,27 135,17 33,27 501,35 123,37 24,61 378,20 102,23 27,03

Belanja Bunga 18,81 10,17 54,10 12,23 6,93 56,68 6,60 3,79 57,48

Belanja Hibah 582,64 294,87 50,61 610,41 267,21 43,78 694,77 482,32 69,42

Belanja Bantuan Keuangan 54,30 17,62 32,44 34,64 10,75 - 30,27 14,36 -

BELANJA MODAL 832,42 200,47 24,08 998,96 140,45 14,06 764,13 115,08 15,06

Belanja Tanah 14,30 - - 23,10 - - - - -

Belanja Peralatan dan Mesin 64,34 24,90 38,69 121,19 13,38 11,04 168,83 14,77 8,75

Belanja Bangunan dan Gedung 293,89 94,36 32,11 375,12 66,22 17,65 315,55 39,45 12,50

Belanja Jalan, irigasi & Jaringan 459,26 81,16 17,67 444,75 60,75 13,66 248,47 60,69 24,43

Belanja Aset Tetap Lainnya 0,64 0,05 7,23 34,80 0,10 0,28 31,27 0,16 0,51

BELANJA TIDAK TERDUGA 15,46 - - 14,99 1,08 7,19 20,33 - -

Belanja Tak Terduga 15,46 - - 14,99 1,08 7,19 20,33 - -

TRANSFER 289,39 45,05 15,57 380,49 65,28 17,16 215,78 110,18 51,06

Transfer Bagi hasil ke Kab/Kota 289,39 45,05 15,57 380,49 65,28 17,16 215,78 110,18 51,06

U R A I A N

Kumulatif Tw II 2017 Kumulatif Tw II 2018Kumulatif Tw II 2016

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 29

diikuti oleh belanja bangunan dan gedung sebesar

34,28% dan belanja peralatan dan mesin 12,84%.

Berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan

Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja keuangan per

bulan untuk Provinsi Sulawesi Tenggara hingga

triwulan II 2018 relatif baik. Pada triwulan laporan,

kondisi realisasi keuangan Pemprov Sultra

mencapai 43,91% (Grafik 2.3). Meskipun masih di

bawah target 62,14%, capaian ini lebih tinggi

dibandingkan realisasi pada triwulan II 2017 yang

tercatat sebesar 31,09%. Sementara itu, kondisi

penyelesaian fisik mencapai 39,65%, di bawah

target yaitu sebesar 64,79% (Grafik 2.4) namun

masih lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya yang sebesar 37,81%.

Sementara itu, untuk proses pengadaan barang

dan jasa, hingga triwulan II 2018, tercatat bahwa

dari total aktivitas strategis yang terdiri dari 387

paket atau senilai Rp691,3 miliar, sebanyak 178

paket telah berjalan dengan sebagian besar proyek

telah melakukan aktivitas pelaksanaan kontrak

kerja.

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN

APBN

2.3.1 Realisasi APBN Provinsi

Pada tahun ini, alokasi APBN di Provinsi Sulawesi

Tenggara hanya sebesar Rp1,46 triliun, lebih

rendah daripada tahun sebelumnya yang

mencapai Rp1,66 triliun. Berdasarkan jenisnya,

belanja modal dianggarkan sebesar Rp792,39

miliar dengan pangsa sebesar 54,35% dari total

APBN Provinsi Sulawesi Tenggara 2018, diikuti

oleh belanja barang sebesar Rp645,02 miliar

(pangsa 44,24%), belanja pegawai sebesar

Rp15,59 miliar (pangsa 1,07%) dan belanja

bantuan sosial Rp4,95 miliar (0,34%). Komposisi

tersebut relatif tidak jauh berbeda jika

dibandingkan periode tahun 2017.

Selama triwulan II 2018, realisasi belanja APBN di

Sulawesi Tenggara justru mengalami penurunan.

Pada periode laporan, realisasi belanja hanya

sebesar Rp416,87 miliar atau baru terserap sebesar

28,59% dari anggaran yang tersedia, lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yang

dapat terealisasi sebesar Rp521,92 miliar atau

31,43% dari anggaran. Penurunan tersebut

disebabkan oleh rendahnya realisasi belanja

modal. Realisasi belanja modal kumulatif triwulan

II 2018 tercatat sebesar Rp178,63 miliar atau

22,54% dari total anggaran, lebih rendah

dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp252,15 miliar

atau 31,27% dari total anggaran belanja modal

dalam APBN 2017 (Tabel 2.3). Penurunan tersebut

disebabkan oleh adanya penundaan proyek

infrastruktur prioritas di Sulawesi Tenggara pada

tahun berjalan, yaitu Bendungan Pelosika serta

pelaksanaan beberapa kegiatan yang sedikit

tertunda di tengah Pilkada 2018.

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah

Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara

Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan APBD Sulawesi Tenggara

100,00% 100,00%

31,09%

90,71%

43,91%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2017 2018

Target

Realisasi

100,00% 100,00%

37,81%

95,39%

39,65%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2017 2018

Target

Realisasi

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA AGUSTUS 2018 30

Selain itu, belanja barang kumulatif triwulan II

2018 hanya mencapai Rp229,90 miliar atau

35,64% dari total yang dianggarkan dalam APBN

2018, lebih rendah dibandingkan realisasi tahun

2017 yaitu Rp264,64 miliar. Sementara itu,

realisasi belanja pegawai tercatat sebesar Rp8,34

miliar atau sebesar 53,31%, meningkat

dibandingkan periode sama tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar Rp5,13 miliar atau 39,90%.

Peningkatan ini terjadi akibat kenaikan gaji ke-13

dan THR Lebaran pada triwulan laporan.

Dana Desa

Sesuai data dari Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Provinsi Sulawesi Tenggara, kumulatif triwulan II

2018, besaran Dana Desa yang telah direalisasikan

adalah 59,71% dari total pagu Dana Desa

Sulawesi Tenggara tahun 2018 yang mencapai

Rp1,41 triliun. Sebagian besar kabupaten

mencatatkan realisasi sebesar 60%, sesuai dengan

penyaluran dana desa tahap I dan II. Hanya

terdapat empat kabupaten yang realisasinya

sedikit di bawah 60%, yakni Kab. Konawe, Kab.

Konawe Kepulauan, Kab. Konawe Selatan, dan

Kab. Muna (Tabel 2.4). Secara keseluruhan

serapan dana desa relatif baik. Hal ini didukung

oleh adanya ketentuan batas penyaluran tahap I

dan II pada tahun laporan, dari yang sebelumnya

paling lambat Juli menjadi paling lambat Juni.

2.3.2 Realisasi APBN Kabupaten/Kota

Porsi anggaran APBN Provinsi Sulawesi Tenggara

untuk kabupaten/kota pada tahun 2018 tercatat

sebanyak Rp8,49 triliun. Dana ini dibagikan

kepada 17 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi

Tenggara. Anggaran APBN Kabupaten/kota

terbagi atas anggaran belanja pegawai sebesar

Rp1,88 triliun atau 22,13% dari total anggaran

APBN untuk Kabupaten/Kota di Sulawesi

Tenggara, anggaran belanja barang sebesar

Rp2,26 triliun (26,61%), belanja modal sebesar

Rp1,26 triliun (14,84%), belanja bantuan sosial

Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Pada Triwulan II 2018

Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa Tahun 2018

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Belanja Pegawai 10,57 5,53 52,28% 12,85 5,13 39,90% 15,59 8,34 53,51%

Belanja Barang 0,00 0,00 0,00% 837,20 264,64 31,61% 645,02 229,90 35,64%

Belanja Modal 967,58 196,33 20,29% 806,28 252,15 31,27% 792,39 178,63 22,54%

Belanja Bantuan Sosial 9,04 0,60 6,65% 4,43 0,00 0,00% 4,95 0,00 0,00%

Total 5735,48 2101,83 36,65% 1660,76 521,92 31,43% 1457,95 416,87 28,59%

% Thd

Target

% Thd

Target

% Thd

Target

Jenis

Kumulatif Tw II 2016 Kumulatif Tw II 2017 Kumulatif Tw II 2018

Pagu Realisasi Pagu RealisasiPagu Realisasi

Kabupaten/Kota Pagu (Rp miliar) Realisasi (Rp miliar) Realisasi (%)

Kab. Bombana 90,64 54,38 60,00%

Kab. Buton 63,34 38,00 60,00%

Kab. Buton Selatan 50,85 30,51 60,00%

Kab. Buton Tengah 54,30 32,58 60,00%

Kab. Buton Utara 59,87 35,92 60,00%

Kab. Kolaka 75,17 45,10 60,00%

Kab. Kolaka Timur 84,61 50,77 60,00%

Kab. Kolaka Utara 106,45 63,87 60,00%

Kab. Konawe 201,47 118,34 58,74%

Kab. Konawe Kepulauan 65,31 38,45 58,87%

Kab. Konawe Selatan 225,02 134,81 59,91%

Kab. Konawe Utara 110,38 66,23 60,00%

Kab. Muna 102,57 60,93 59,40%

Kab. Muna Barat 66,82 40,09 60,00%

Kab. Wakatobi 57,44 34,47 60,00%

Total 1414,25 844,46 59,71%

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 31

Rp4,75 miliar (0,06%), Dana Alokasi Khusus Fisik

Rp1,67 triliun (19,71%), dan Dana Desa Rp1,41

triliun (16,65%).

Ditinjau per jenisnya, realisasi anggaran belanja

pegawai 17 kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara

ini tercatat sebesar 57,76%, lebih tinggi

dibandingkan dengan realisasi belanja pegawai

dari APBN Provinsi Sulawesi Tenggara yang sebesar

53,51%. Hal ini berbeda untuk realisasi belanja

barang. Secara total, realisasi belanja barang

kabupaten/kota kumulatif triwulan II 2018

mencapai 32,70%, lebih rendah dibandingkan

realisasi belanja barang APBN Provinsi Sulawesi

Tenggara yang sebesar 35,64% (Tabel 2.5).

Sementara itu, realisasi belanja modal

kabupaten/kota tercatat lebih tinggi dibandingkan

realisasi APBN Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada

triwulan laporan, anggaran belanja modal

kabupaten/kota telah terealisasi sebesar 37,61%,

sementara di tingkat provinsi hanya terealisasi

sebesar 22,54%. Kab. Konawe Utara menjadi

daerah yang mencatatkan realisasi tertinggi, yaitu

79,74%. Lebih jauh, belanja bantuan sosial dari

APBN kabupaten/kota pada triwulan II 2018

terealisasi sebesar 36,51%. Capaian ini lebih tinggi

dibandingkan belanja bantuan sosial Provinsi

Sulawesi Tenggara yang belum mengalami

realisasi. Tercatat, realisasi belanja bantuan sosial

pada triwulan laporan ini hanya terjadi di Kota

Kendari.

Tabel 2.5 Pencapaian Realisasi APBN Kota/Kabupaten

Keterangan: Belanja dalam Miliar Rupiah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja ModalBelanja Bantuan

SosialDAK Fisik

Kab. Bombana 53,55% 35,26% 62,12% 0,00% 23,17%

Kab. Buton 53,60% 38,71% 30,37% 0,00% 8,01%

Kab. Buton Selatan 49,61% 31,92% 34,63% 0,00% 24,55%

Kab. Buton Tengah 45,81% 32,50% 48,10% 0,00% 0,00%

Kab. Buton Utara 43,30% 35,13% 3,95% 0,00% 25,00%

Kab. Kolaka 56,65% 31,05% 36,30% 0,00% 13,82%

Kab. Kolaka Timur 50,47% 36,17% 72,17% 0,00% 20,40%

Kab. Kolaka Utara 53,05% 38,29% 44,99% 0,00% 21,16%

Kab. Konawe 57,70% 42,17% 31,02% 0,00% 25,50%

Kab. Konawe Kepulauan 56,02% 29,35% 10,88% 0,00% 16,57%

Kab. Konawe Selatan 55,26% 37,83% 52,29% 0,00% 34,44%

Kab. Konawe Utara 49,08% 18,70% 79,74% 0,00% 19,15%

Kab. Muna 55,57% 38,45% 46,78% 0,00% 19,32%

Kab. Muna Barat 47,27% 35,96% 32,40% 0,00% 3,69%

Kab. Wakatobi 55,55% 40,64% 23,90% 0,00% 15,83%

Kota Baubau 60,09% 28,45% 17,76% 0,00% 15,38%

Kota Kendari 59,82% 31,43% 40,16% 36,51% 5,22%

% Realisasi

Kabuaten/Kota

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 32

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 33

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

3

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 34

3.1. KONDISI UMUM INFLASI

Pada triwulan II 2018, inflasi tahunan (yoy)

Sulawesi Tenggara kembali mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi Tenggara1

pada triwulan II 2018 sebesar 1,79% (yoy), lebih

rendah jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mencapai 2,39% (yoy) demikian

pula dibandingkan dengan historis pada triwulan II

selama 3 tahun terakhir yaitu sebesar 5,56%.

Dengan kondisi tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara

mencatatkan capaian yang lebih rendah

dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar

3,12% (yoy) maupun inflasi Sulawesi sebesar

3,54% (yoy). Secara spasial Pulau Sulawesi, inflasi

1Angka inflasi Sulawesi Tenggara adalah angka inflasi hasil perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara dengan menggunakan

data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Bau-Bau yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik.

di Sulawesi Tenggara merupakan provinsi dengan

capaian inflasi tahunan terendah.

Berdasarkan kelompoknya, penurunan tekanan

inflasi pada periode tersebut disebabkan oleh

penurunan yang terjadi secara signifikan

disumbangkan oleh penurunan tekanan inflasi

pada kelompok bahan makanan. Hal tersebut

terjadi disebabkan oleh relatif rendahnya curah

hujan pada Mei hingga Juni 2018 dibandingkan

dengan kondisi pada tahun sebelumnya. Selan itu,

penurunan juga terjadi pada beberapa kelompok

lain seperti kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar, kelompok kesehatan dan

kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.

Namun penurunan tekanan inflasi tersebut

Sumber: BPS, Perhitungan Bank Indonesia

Grafik 3.1 Ringkasan Perkembangan Inflasi Sulawesi Tenggara (yoy) dan Kelompok Utama

Sumber: BPS

Grafik 3.2 Peta Inflasi Daerah Pada Triwulan II 2018

Bahan Makanan Perumahan Transportasi

Penurunan disebabkan oleh

based effect point terutama

komoditas sayur-sayuran

Bobot : 26%

Penurunan disebabkan oleh

stabilnya tarif listrik

dibandingkan tahun 2017

Bobot : 26%

Peningkatan disebabkan oleh

peningkatan permintaan

angkutan udara

Bobot : 19%

-

0.11

8.96

7.40

6.205.73

2.03

I II III IV I II

2017 2018

1.57

3.20

2.52

2.86

1.88

0.81

I II III IV I II

2017 2018

1.32

3.26

-

0.53

-

0.58

-

0.64

1.90

I II III IV I II

2017 2018

%, yoy %, yoy %, yoy %, yoy

Inf ≥ 5,0%

4,0% ≤ Inf < 5,0%

SUMATERA 3,4%

ACEH 3,9%

SUMUT 3,4%

RIAU 3,3%

SUMBAR 3,2%

LAMPUNG 2,8%

KEPRI 4,1%

BENGKULU 3,8%

KEP. BABEL 2,5%

SUMSEL 2,9%

JAMBI 4,2%

KALIMANTAN 2,9% KALBAR 3,5%

KALSEL 2,7%

SULAWESI 3,5% SULUT 3,5%

GORONTALO 1,9%

SULTENG 3,6%

KALTIM 2,6%

KALTENG 3,1%

KALTARA 3,0%

SULBAR 2,7%

SULSEL 4,1%

SULTRA 1,8%

JAWA 3,0% BANTEN 3,0%

JAKARTA 3,3%

JABAR 3,1%

JATENG 2,7%

YOGYAKARTA 2,7%

JATIM 2,7%

BALINUSRA 3,3% BALI 3,5%

NTB 3,0%

NTT 2,9%

MALUKU -0,1%

MALUKU UTARA 3,9%

PAPUA 4,1%

PAPUA BARAT 3,4%

MAPUA 2,5%

INFLASI NASIONAL

(YoY)

3,0% ≤ Inf < 4,0%

Inf < 3,0%

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 35

tertahan oleh peningkatan yang terjadi pada 3

kelompok lainnya, yaitu kelompok makanan jadi,

kelompok sandang dan kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan seiring dengan

terjadinya peningkatan permintaan pada periode

Ramadhan, Idulfitri dan libur sekolah.

3.2 PERKEMBANGAN INFLASI BULANAN

(MONTH TO MONTH)

Secara bulanan, pergerakan inflasi IHK Sulawesi

Tenggara selama triwulan II 2018 mengalami trend

yang meningkat setelah mengalami penurunan

pada periode sebelumnya. Pada April 2018,

Sulawesi Tenggara tercatat mengalami deflasi

sebesar 0,16% (mtm), namun mengalami

peningkatan signifikan pada bulan-bulan

selanjutnya dengan capaian inflasi sebesar 1,06%

(mtm) pada Mei 2018 dan inflasi sebesar 1,99%

(mtm) pada Juni 2018 (Grafik 3.3). Dengan capaian

tersebut, rata-rata inflasi bulanan Sulawesi

Tenggara pada periode laporan yang sebesar

0,96% (mtm) lebih tinggi dari rata-rata inflasi

bulanan di triwulan II dalam 3 tahun terakhir yang

sebesar 0,59% (mtm). Dengan trend inflasi

bulanan mengalami peningkatan, rata-rata inflasi

bulanan pada triwulan II jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulanan

triwulan sebelumnya yang sebesar 0,11% (mtm).

Trend curah hujan yang cenderung naik di ketiga

lokasi stasiun cuaca terutama di Kendari dan

sekitarnya yang merupakan sentra produksi sayur

hortikultura memberikan dampak terhadap

terjadinya peningkatan tekanan inflasi di Sulawesi

Tenggara. (Grafik 3.4). Berdasarkan kelompok

barang, peningkatan tekanan inflasi rata-rata

bulanan disumbangkan oleh kelompok bahan

makanan dan kelompok transpor, komunikasi dan

jasa keuangan.

Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2018

mengalami peningkatan tekanan inflasi yang

Sumber: BPS, Perhitungan BI

Ket: Berdasarkan lokasi stasiun cuaca yang ada di Sultra

Sumber: BMKG, diolah

Grafik 3.3 Pergerakan dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara

Grafik 3.4 Curah Hujan Bulanan di Sulawesi Tenggara

Tabel 3.1 Perbandingan Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, mtm)

Sumber: BPS, Perhitungan BI

0.62

0.09-0.37

-0.16

1.06

1.99

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2015 2016 2017 2018

%, mtm%, mtm%, mtm%, mtm

0

100

200

300

400

500

600

700

800

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 01 02 03 04 05 06

2017 2018

Baubau Kendari Kolaka

Jan Feb MarRata-

rataApr Mei Jun

Rata-

rataJan Feb Mar

Rata-

rataApr Mei Jun

Rata-

rata

Bahan Makanan 2.69 -0.21 -1.66 0.27 -1.22 3.62 5.82 2.74 0.67 -0.05 -0.42 0.07 -0.31 0.89 1.47 0.69

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau -0.01 0.49 0.25 0.24 0.58 0.61 0.09 0.42 0.00 0.05 0.03 0.03 0.06 0.07 0.01 0.05

Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar -0.02 0.06 0.10 0.05 0.03 0.08 0.09 0.07 -0.01 0.02 0.03 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02

Sandang -0.05 0.27 0.38 0.20 0.45 0.17 0.41 0.34 0.00 0.02 0.03 0.01 0.03 0.01 0.03 0.02

Kesehatan 0.02 0.28 0.42 0.24 0.29 0.29 -0.26 0.11 0.00 0.01 0.02 0.01 0.01 0.01 -0.01 0.00

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0.01 0.03 0.08 0.04 0.00 0.03 0.06 0.03 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -0.26 0.11 -0.35 -0.17 0.18 0.38 2.43 1.00 -0.05 0.02 -0.07 -0.03 0.04 0.07 0.47 0.19

Inflasi (mtm) 0.62 0.09 -0.37 0.11 -0.16 1.06 1.99 0.96 0.62 0.09 -0.37 0.11 -0.16 1.06 1.99 0.96

Kelompok

Inflasi (%, mtm) Andil (%, mtm)

Tw I 2018 Tw II 2018 Tw I 2018 Tw II 2018

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 36

cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Pada triwulan II 2018, kelompok

tersebut memiliki rata-rata inflasi sebesar 2,74%

(mtm) atau rata-rata andil sebesar 0,69%, jauh

meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang memiliki rata-rata inflasi sebesar

0,27% (mtm) atau rata-rata andil sebesar 0,07%.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan

harga yang terjadi pada ikan segar dan sayur-

sayuran. Gelombang tinggi dan penurunan

aktivitas pelayaran oleh nelayan pada periode

Idulfitri menyebabkan terjadinya penurunan

produksi ikan segar secara signifikan. Kondisi

cuaca yang kurang kondusif turut menyebabkan

terjadinya penurunan produksi pada sayur-

sayuran. Sementara itu, permintaan terus

mengalami peningkatan sehingga harga ikan segar

dan sayur-sayuran mengalami peningkatan yang

sangat signifikan. Namun peningkatan tekanan

inflasi tersebut dapat tertahan oleh penurunan

tekanan inflasi yang terjadi pada beras seiring

dengan memasukinya musim panen raya di

Sulawesi Tenggara

Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar

Tekanan inflasi pada kelompok perumahan, air,

listrik dan bahan bakar pada triwulan II 2018 cukup

stabil dengan kecenderungan meningkat jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Rata-

rata inflasi kelompok tersebut pada triwulan II

2018 sebesar 0,07% (mtm), sedikit mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang sebesar 0,05% (mtm). Tingginya

kebutuhan rumah tangga atas elpiji pada periode

laporan menjadi faktor yang menyebabkan

terjadinya peningkatan pada kelompok tersebut.

Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Tingginya permintaan masyarakat juga terjadi

pada komoditas tiket angkutan udara.

Berlangsungnya periode Idulfitri dan libur sekolah

menjadi faktor utama yang mendorong

peningkatan masyarakat pada kelompok tersebut.

Selain itu, sarana penunjang transpor seperti biaya

servis kendaraan dan komponen kendaraan

lainnya turut mengalami peningkatan untuk

menunjang keamanan dalam berkendara dalam

Tabel 3.2 Top 10 Sumbangan Inflasi & Deflasi Bulanan Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, Perhitungan BI

Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%)

1 Bawang Merah 0.09 Ikan Kembung 0.27 Angkutan Udara 0.43

2 Bawang Putih 0.04 Ikan Cakalang 0.25 Ikan Cakalang 0.32

3 Rokok Putih 0.03 Ikan Layang 0.16 Ikan Kembung 0.25

4 Cabai Rawit 0.03 Angkutan Udara 0.08 Ikan Layang 0.15

5 Bensin 0.03 Cumi-cumi 0.06 Cumi-cumi 0.11

6 Rokok Kretek Filter 0.02 Ikan Rambe 0.05 Bayam 0.11

7 Emas Perhiasan 0.02 Ikan Bakar 0.04 Kangkung 0.08

8 Angkutan Udara 0.02 Ikan Ekor Kuning 0.04 Terong Panjang 0.06

9 Celana Panjang Jeans 0.01 Ikan Bandeng 0.04 Ikan Rambe 0.06

10 Garam 0.01 Kacang Panjang 0.03 Ikan Ekor Kuning 0.05

1 Ikan Kembung -0.09 Beras -0.21 Beras -0.06

2 Kacang Panjang -0.05 Tarip Taksi -0.01 Bawang Merah -0.02

3 Ikan Cakalang -0.05 Celana Panjang Jeans -0.01 Biskuit -0.02

4 Ikan Rambe -0.04 Air Kemasan -0.01 Cabai Merah -0.01

5 Ikan Layang -0.04 Anggur -0.01 Shampo -0.01

6 Ikan Ekor Kuning -0.03 Jeruk -0.01 Pepaya Muda -0.01

7 Beras -0.03 Pepaya Muda -0.01 Cabai Rawit -0.01

8 Kangkung -0.03 Susu Kental Manis -0.01 Sabun Detergen Bubuk/Cair -0.01

9 Tomat Sayur -0.02 Daging Sapi 0.00 Apel -0.01

10 Ikan Baronang -0.02 Ketimun 0.00 Gula Pasir -0.01

No.APRIL 2018 MEI 2018 JUNI 2018

Penyumbang Inflasi

Penyumbang Inflasi

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 37

melakukan aktivitas mudik masyarakat selama

Idulfitri.

3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YEAR

ON YEAR)

Secara tahunan, inflasi Sulawesi Tenggara pada

triwulan II mencapai 1,79% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

sebesar 2,39% (yoy) (Grafik 3.5). Kondisi tersebut

sejalan dengan kondisi inflasi nasional yang juga

mengalami penurunan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Berdasarkan kelompoknya,

penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya

tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan,

kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar,

kelompok kesehatan, serta kelompok pendidikan,

rekreasi dan olahraga.

Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan II

2018 sebesar 2,03% (yoy), lebih rendah jika

dibandingkan dengan capaian periode sebelumnya

yang sebesar 5,73% (yoy). Penurunan harga yang

terjadi pada komoditas sayur-sayuran dan bumbu-

bumbuan menjadi faktor utama yang

menyebabkan terjadinya penurunan tekanan

inflasi pada periode laporan. Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan beberapa

komoditas sayur mayur dan bumbu-bumbuan,

seperti bawang putih, tomat sayur, sawi hijau,

cabai rawit, kacang panjang, kangkung dan

bayam. Meskipun relatif rendah, kelompok bahan

makanan masih menjadi pemberi andil inflasi

tertinggi di Sulawesi Tenggara, yaitu sebesar

0,53%-yoy (Tabel 3.3).

Namun demikian, kecenderungan menurunnya

inflasi pada kelompok bahan makanan yang

didorong oleh pasokan sayur dan bumbu-

bumbuan ini tertahan akibat tekanan inflasi pada

subkelompok ikan segar. Pada triwulan laporan,

subkelompok ikan segar mencatatkan kenaikan

inflasi menjadi 23,24% (yoy) dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 16,26% (yoy).

Peningkatan inflasi ini dipengaruhi oleh tingginya

gelombang laut yang dipengaruhi oleh angin

musim timur sehingga banyak nelayan tidak berani

melaut. Beberapa jenis komoditas yang

mencatatkan inflasi tinggi adalah ikan kembung,

cakalang, layang, dan bandeng. Tingginya inflasi

ini sejalan dengan jumlah tangkapan ikan di Kota

Kendari yang mengalami penurunan (Grafik 3.6).

Kelompok Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar

Seperti halnya bahan makanan, penurunan

tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

dipengaruhi oleh tarif listrik yang cenderung stabil

dibandingkan dengan kondisi awal tahun 2017.

Kondisi ini tercermin dari APBN 2018 yang

mengalami peningkatan pada anggaran subsidi

energi. Anggaran subsidi energi pada APBN 2018

mencapai Rp103,37 triliun atau meningkat sebesar

15,03% dibandingkan dengan tahun 2017.

Anggaran subsidi tersebut terdiri dari subsidi

bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji 3 kilogram

sebesar Rp51,13 triliun serta subsidi listrik sebesar

Rp52,23 triliun untuk pelanggan 450 VA dan 900

VA.

Tabel 3.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang/Jasa (%, yoy)

Sumber: BPS, Perhitungan BI

I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II

Bahan Makanan 11.83 12.07 4.30 3.13 -0.11 8.96 7.40 6.20 5.73 2.03 2.74 2.83 1.04 0.75 -0.03 2.26 1.81 1.49 1.38 0.53

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 9.67 8.00 8.53 8.08 6.39 5.17 3.09 3.33 2.51 3.60 0.97 0.81 0.87 0.83 0.67 0.54 0.33 0.36 0.27 0.38

Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar 1.53 0.97 0.94 0.52 1.57 3.20 2.52 2.86 1.88 0.81 0.43 0.27 0.26 0.14 0.43 0.86 0.67 0.77 0.51 0.21

Sandang 2.26 2.90 4.70 4.18 2.51 2.42 0.61 1.61 1.38 2.30 0.16 0.20 0.32 0.28 0.17 0.17 0.04 0.11 0.10 0.15

Keseharan 5.40 4.98 5.59 6.92 4.83 4.88 4.35 2.89 2.01 1.65 0.23 0.21 0.24 0.29 0.21 0.21 0.19 0.13 0.09 0.07

Pendidikan, Rekreasi Dan Olahraga 2.84 3.46 7.31 7.45 6.82 6.16 0.78 0.71 0.75 0.59 0.19 0.24 0.50 0.51 0.46 0.42 0.06 0.05 0.05 0.04

Transpor, Komunikasi Dan Jasa Keuangan 0.07 -2.30 0.33 -0.90 1.32 3.26 -0.53 -0.58 -0.64 1.90 0.02 -0.48 0.07 -0.18 0.26 0.64 -0.10 -0.12 -0.13 0.36

Inflasi (yoy) 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79

Kelompok 2016 2017 2016 2017 2018

Andil (%,yoy)

2018

Inflasi (%,yoy)

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 38

Penurunan tekanan inflasi pada kelompok

perumahan juga dipengaruhi oleh menurunnya

inflasi pada komoditas perlengkapan rumah

tangga, meliputi kipas angin, mixer, dan setrika.

Kondisi ini ditengarai dipicu oleh program diskon

yang dilakukan oleh pelaku usaha di tengah

momen Ramadan dan Idulfitri. Hal tersebut

terkonfirmasi dari hasil liaison yang dilakukan oleh

KPw BI Sultra ke perusahaan retail modern pada

sektor perdagangan. Dengan kondisi tersebut,

andil inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar mengalami penurunan yang

cukup signifikan, yaitu dari 1,88% (yoy) pada

triwulan I 2018 menjadi 0,81% (yoy) pada triwulan

II 2018.

Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Di sisi lain, kelompok transpor, komunikasi dan

jasa keuangan tercatat mengalami inflasi sebesar

1,90% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan

dengan inflasi pada periode sebelumnya yang

mencatatkan deflasi 0,64% (yoy). Peningkatan ini

didorong oleh meningkatnya permintaan

masyarakat untuk angkutan udara seiring dengan

momen Ramadan dan Idulfitri. Tercatat, tarif

angkutan udara mengalami inflasi sebesar 15,41%

(yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

yang mencatatkan deflasi 8,61% (yoy). Momen

Lebaran juga mendorong tingginya intensitas

penggunaan pulsa ponsel, sehingga mendorong

adanya peningkatan tarif pulsa ponsel sebesar

0,11% (yoy), lebih tinggi dari sebelumnya yang

mengalami deflasi 3,80% (yoy). Meskipun inflasi

pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa

keuangan tertahan dengan adanya penurunan

tarif taksi pada triwulan laporan. Sesuai dengan

hasil liaison, menjamurnya taksi online mendorong

taksi konvensional untuk bersaing dengan

menjaga tarif taksi pada level yang rendah.

3.4. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KOTA

Secara spasial Sulawesi Tenggara, penurunan

tekanan inflasi tahunan didorong oleh terjadinya

penurunan tekanan inflasi pada Kota Kendari.

Kota Kendari mengalami inflasi sebesar 1,07%

(yoy) pada triwulan II 2018, lebih rendah jika

dibandingkan dengan inflasi pada periode

sebelumnya yang sebesar 2,37% (yoy). Di sisi lain,

Kota Bau-Bau justru mengalami peningkatan

tekanan inflasi dari 2,42% (yoy) pada triwulan I

2018 menjadi 3,75% (yoy) pada periode laporan

(Grafik 3.7).

Penurunan inflasi tahunan di Kota Kendari

disebabkan oleh penurunan harga pada beberapa

kelompok komoditas, yaitu kelompok bahan

makanan, kelompok perumahan, air, listrik dan

bahan bakar, kelompok sandang, dan kelompok

kesehatan. Penurunan tekanan inflasi yang terjadi

pada kelompok bahan makanan merupakan faktor

yang dominan menyebabkan terjadinya

penurunan tekanan inflasi di Kota Kendari.

Capaian tersebut didorong oleh penurunan inflasi

Ket: 2016 =100;

Produksi ikan: Pendaratan ikan di PPS Kendari dan PPI Sodoha Kendari

Sumber: BPS, perhitungan BI

Sumber: BPS, perhitungan BI

Grafik 3.5 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara Grafik 3.6 Indeks Produksi Ikan di Kendari

1.79%

3.18%

3.54%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 2018

%, YoY

Sultra Nasional Sulawesi

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

180

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

indeks

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 39

beras, dari sebelumnya 7,41% (yoy) menjadi

1,17% (yoy) pada triwulan laporan. Penurunan

pada harga beras terjadi seiring dengan masih

berlangsungnya panen raya pada triwulan II 2018.

Selain itu, dari kelompok perumahan, air, listrik

dan bahan bakar, tidak adanya kebijakan

pemerintah terkait peningkatan tarif listrik seperti

yang terjadi pada periode tahun sebelumnya

menjadi salah satu sumber penurunan tekanan

inflasi di Kota Kendari pada periode laporan (Grafik

3.8).

Di lain pihak, peningkatan inflasi di Kota Bau-Bau

disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi

kelompok transpor, komunikasi, dan jasa

keuangan; kelompok bahan makanan; serta

kelompok makanan jadi, minuman, rokok &

tembakau. Meningkatnya aktivitas transportasi

pada hari raya Idulfitri dan masa liburan sekolah

mendorong terjadinya peningkatan harga

terutama komoditas angkutan udara sebesar

10,62% (yoy) pada triwulan laporan, dari

sebelumnya deflasi 23,77% (yoy). Selain momen

Ramadan, tidak kondusifnya cuaca mengakibatkan

produksi ikan tangkap berkurang sehingga

mendorong kuatnya tekanan inflasi. Gelombang

tinggi pada akhir triwulan laporan mendorong

para nelayan tidak melaut sehingga produksi ikan

segar mengalami penurunan yang sangat

signifikan. Komoditas ikan cakalang mencatatkan

peningkatan tekanan inflasi menjadi 19,60% (yoy)

pada triwulan laporan, setelah sebelumnya

mencatatkan deflasi 4,58% (yoy) pada triwulan I

2018. Menurunnya produksi ikan segar turut

berdampak pada meningkatnya tekanan harga

ikan bakar di Kota Bau-Bau. Pada periode laporan,

inflasi ikan bakar tercatat sebesar 34,30% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar

24,85% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.7 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Kota Kendari dan Kota Bau-Bau

Grafik 3.8 Pergerakan Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok di Kota Kendari dan Kota Bau-Bau

Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Menurut Kota Perhitungan Inflasi di Sulawesi Tenggara

Sumber: BPS, Perhitungan BI

2.37 2.42 2.39

3.40

2.85

1.07

3.75

1.79

3.18 3.14

Kendari Baubau Sultra Nasional KawasanTimur

Tw I 2018 Tw II 2018

% (yoy)

0.00

5.00

10.00

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

Bah

an

Ma

kana

n

Ma

kanan

Ja

di

Peru

ma

ha

n

San

da

ng

Keseh

ata

n

Pen

did

ika

n

Tra

nspo

r

Tw I 2018 Tw II 2018

Kendari

%yoy

Baubau

%yoy

I II III IV I II III IV I II I II III IV I II III IV I II

INFLASI UMUM

Sulawesi Tenggara 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79 4.75 4.12 3.28 2.69 2.25 5.21 3.18 2.97 2.39 1.79

Kota Kendari 4.82 4.37 3.09 3.07 2.40 6.17 3.49 2.96 2.37 1.07 4.82 4.37 3.09 3.07 2.40 6.17 3.49 2.96 2.37 1.07

Kota Baubau 4.57 3.49 3.77 1.71 1.85 2.67 2.37 3.00 2.42 3.75 4.57 3.49 3.77 1.71 1.85 2.67 2.37 3.00 2.42 3.75

INFLASI BAHAN MAKANAN

Sulawesi Tenggara 11.83 12.07 4.30 3.13 -0.11 8.96 7.40 6.20 5.73 2.03 2.74 2.83 1.04 0.75 -0.03 2.26 1.81 1.49 1.38 0.53

Kota Kendari 12.94 14.41 3.76 3.54 0.02 11.96 7.73 6.28 5.94 0.26 2.93 3.27 0.90 0.84 0.00 2.98 1.86 1.49 1.42 0.07

Kota Baubau 9.18 6.76 5.63 2.14 -0.43 1.63 6.62 5.98 5.20 6.81 2.25 1.73 1.42 0.54 -0.11 0.43 1.70 1.50 1.30 1.78

Kelompok 2016 2017 2016 2017

Inflasi (%,yoy)

2018 2018

Andil (%,yoy)

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 40

3.5. INFLASI TRIWULAN III 2018

Mengawali triwulan III 2018, Sulawesi Tenggara

tercatat mengalami inflasi sebesar 0,81% (mtm)

pada Juli 2018, mengalami penurunan inflasi

dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang

sebesar 1,99% (mtm). Menurunnya inflasi terjadi

di dua kota perhitungan inflasi, yakni di Kota

Kendari dan Kota Bau-Bau. Penurunan tekanan

inflasi tersebut terutama terjadi pada kelompok

bahan makanan dan kelompok transpor,

komunikasi, dan jasa keuangan.

Penurunan tekanan inflasi pada kelompok bahan

makanan didorong oleh menurunnya harga ikan

segar. Kondusi cuaca dan gelombang yang

semakin kondusif menyebabkan nelayan lebih

banyak melaut sehingga berdampak pada

peningkatan produksi ikan segar, seperti cumi-

cumi, ikan kembung, ikan layang dan ikan

cakalang. Inflasi ikan segar ini mencatatkan adanya

penurunan, dari bulan sebelumnya yang sebesar

12,30% (mtm) menjadi hanya sebesar 2,04%

(mtm) pada Juli 2018. Meskipun demikian,

penurunan tekanan inflasi bahan makanan

tertahan oleh peningkatan harga sayur-mayur

seperti tomat sayur, kacang panjang dan cabai

rawit. Curah hujan yang masih cukup tinggi di

beberapa daerah penghasil sayur menyebabkan

gagal panen, sehingga terjadi keterbatasan stok

dan mendorong terjadinya peningkatan harga.

Dengan kondisi tersebut, inflasi komoditas sayur-

sayuran mencapai 13,43% (mtm).

Selanjutnya pada kelompok transportasi, kembali

normalnya permintaan angkutan udara di Kota

Kendari pasca Idulfitri menjadi penyebab utama

penurunan tekanan inflasi. Tarif angkutan udara

mengalami deflasi 1,47% (mtm) pada Juli 2018,

setelah bulan sebelumnya mencatatkan inflasi

30,45% (mtm).

Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan Sulawesi

Tenggara pada Juli 2018 mencapai 1,61% (yoy)

tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi

pada Juni 2018 yang sebesar 1,79% (yoy).

Penurunan tekanan inflasi tahunan didorong oleh

penurunan pada kelompok bahan makanan

dengan capaian 0,61% (yoy) dibandingkan

dengan bulan sebelumnya yang sebesar 2,03%

(yoy). Capaian yang rendah tersebut didorong oleh

penurunan yang cukup signifikan pada ikan segar

dengan capaian 9,97% (yoy) dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang sebesar 23,24%

(yoy) dan masih tingginya deflasi sayur-sayuran

dengan capaian sebesar 16,37% (yoy).

Meskipun mengalami penurunan tekanan inflasi

pada Juli 2018, laju inflasi tahunan Sulawesi

Tenggara pada triwulan III 2018 diperkirakan akan

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Pada

triwulan III 2018 mendatang, inflasi tahunan

diperkirakan akan berkisar pada 2,55-2,95% (yoy).

Peningkatan tersebut disebabkan karena harga

masih cenderung untuk berada pada level yang

tinggi ditambah dengan kondisi tata niaga bahan

Sumber: SPH, KPw BI Prov. Sultra

Sumber: SPH, KPw BI Prov. Sultra

Grafik 3.11 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang

Mengalami Penurunan Grafik 3.12 Pergerakan Harga SPH untuk Komoditas yang

Mengalami Peningkatan

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

Tomat Sayur Bayam Beras (sb.kanan)

inflasi (%,yoy)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

Bandeng Tongkol Kembung

inflasi (%,yoy)

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 41

pangan yang masih sangat terpengaruh dengan

kondisi di luar daerah. Selain itu, risiko

peningkatan inflasi juga diperkirakan berasal dari

biaya pendidikan yang meningkat seiring dengan

musim ajaran baru dan harga bahan bakar

nonsubsidi seiring dengan peningkatan harga

minyak dunia. Kondisi ini juga terindikasi dari hasil

Survei Konsumen. Indeks perubahan harga untuk

6 bulan mendatang meningkat dari sebelumnya

157,0 pada triwulan II 2018 menjadi 173,0 pada

triwulan III 2018.

3.6. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI

Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh

pemerintah daerah bersama Bank Indonesia

melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)

Provinsi Sulawesi Tenggara selama triwulan II 2018

difokuskan pada upaya meningkatkan intensitas

koordinasi pengendalian inflasi menjelang bulan

Ramadan dan Idulfitri.

Tingginya harga komoditas ikan segar dan sayur-

sayuran sepanjang triwulan II 2018 menjadi fokus

utama kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh TPID

Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mencegah

terjadinya efek berkelanjutan, bertepatan dengan

momen Ramadan. Secara ringkas langkah-langkah

pengendalian inflasi yang ditempuh adalah

sebagai berikut:

1. Penguatan Kelembagaan dan Koordinasi

antar TPID.

Dalam rangka penguatan koordinasi, telah

dilaksanakan rapat High Level Meeting (HLM)

TPID Sulawesi Tenggara. Beberapa hasil rapat

tersebut adalah:

1) Mengoptimalkan kerjasama antar

daerah dan antar instansi (TIPD dan

satgas pangan) untuk mendukung

keseimbangan ketersediaan stok di

seluruh kabupaten/kota di Sulawesi

Tenggara.

2) Menjaga pasokan beberapa

komoditas utama penyebab terjadinya

inflasi selama Ramadan, seperti ikan

segar dan sayur-sayuran.

3) Melaksanakan kegiatan pasar murah

di seluruh kabupaten kota sepanjang

bulan Ramadan. Selain itu, dilakukan

juga dialog interaktif untuk

mengedukasi masyarakat sehingga

tidak belanja secara berlebihan.

4) Melakukan koordinasi dengan

Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia terkait dengan

perkembangan harga sembilan bahan

pokok di Sulawesi Tenggara.

Koordinasi tersebut juga dilakukan

bersama dengan dinas terkait serta

para pelaku usaha sehingga dapat

diperoleh informasi secara lebih

terperinci.

5) Melakukan aktivitas sidak pasar untuk

mengetahui perkembangan harga

terkini dan ketersediaan stok serta

permasalahan yang terjadi sehingga

harga yang dirasakan oleh masyarakat

berada dalam tingkat yang wajar.

2. Operasi Pasar Murah dan Sidak untuk

Menjaga Harga Komoditas

Kegiatan pasar murah terus dilakukan untuk

sebagai salah satu bentuk pengendalian harga

di pasar sehingga dapat mengurangi

peningkatan harga terjadi secara signifikan.

TPID Prov. Sultra bersama dengan satgas

pangan juga telah melakukan sidak ke

beberapa pasar di Kota Kendari secara intensif

untuk beberapa komoditas, termasuk beras.

Sidak secara rutin dilakukan untuk memantau

perkembangan harga dan ketersediaan

pasokan di Sulawesi Tenggara. Pelaksanaan

sidak tidak hanya pada tingkat pengecer,

namun juga tingkat pengusaha penggilingan

beras untuk mengetahui ketersediaan gabah,

perkembangan harga gabah serta informasi

lainnya seperti tingkat permintaan gabah dari

luar Sulawesi Tenggara. Pada triwulan II 2018

yang juga bertepatan dengan periode

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 42

Ramadan, sidak ke pasar secara langsung

dihadiri oleh Menteri Perdagangan RI pada H-

2 Idulfitri. Adanya keterlibatan media dalam

kegiatan sidak pasar ini diharapkan dapat

mendorong keterbukaan informasi kepada

masyarakat melalui pemberitaan yang positif.

Hal ini dilakukan untuk mengelola ekspektasi

masyarakat dengan menyampaikan informasi

kecukupan stok barang. Masyarakat yang

teredukasi selanjutnya tidak akan melakukan

panic buying yang menyebabkan terjadinya

pembelian berlebihan dan mengurangi

ketersediaan barang di pasar.

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 43

STABILITAS KEUANGAN

DAERAH

4

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 44

4.1. GAMBARAN UMUM STABILITAS

KEUANGAN DAERAH

Pada triwulan II 2018, di tengah ketidakpastian

global, kondisi stabilitas sistem keuangan di

Sulawesi Tenggara relatif terjaga. Kondisi tersebut

tercermin pada ketahanan keuangan sektor rumah

tangga, sektor korporasi, UMKM dan institusi

keuangan yang menunjukkan perkembangan yang

positif dengan risiko yang relatif terkendali.

Ketahanan keuangan sektor rumah tangga

semakin kuat dengan adanya peningkatan

penghasilan, optimisme konsumsi, perilaku

berhutang yang aman dan kemampuan keuangan

yang masih cukup untuk berbagai keperluan.

Sementara itu, ketahanan pada sektor korporasi

terus terjaga seiring dengan peningkatan omset

dan perbaikan kondisi likuiditas seiring

menurunnya biaya dan terjaganya margin

keuntungan. Selanjutnya, dari sisi institusi

keuangan masih terpantau kondisi yang kuat

meskipun terdapat moderasi pada indikator aset

bank umum, penghimpunan dana pihak ketiga

dan kredit dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Kondisi yang aman juga terlihat dari

sisi risiko kredit yang masih terkendali.

4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA

4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor

Rumah Tangga

Rumah tangga merupakan salah satu komponen

penting dalam perekonomian dan sistem

keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal tersebut

ditunjukkan dengan kontribusi maupun

keterkaitannya dengan perbankan, pemerintah,

lembaga keuangan lainnya dan korporasi.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kondisi keuangan rumah tangga adalah tingkat

pendapatan, tingkat konsumsi, tingkat

pengangguran dan kondisi pembiayaan/kredit oleh

rumah tangga. Secara umum, tingkat pendapatan,

tingkat pengangguran dan tingkat konsumsi

rumah tangga dipengaruhi oleh kinerja

perekonomian.

Peranan rumah tangga dalam perekonomian yang

tinggi juga terlihat dari pangsanya di dalam PDRB

Sulawesi Tenggara yang secara historis pada

triwulan II merupakan pangsa tertinggi

dibandingkan pada triwulan lainnya (Grafik 4.1).

Secara rata-rata terjadi penurunan peranan rumah

tangga dalam PDRB tersebut terjadi pada provinsi-

provinsi di Sulawesi, begitu pula dengan Sultra

walau konsumsi Sultra mengalami akselerasi

pertumbuhan (Grafik 4.2). Meskipun demikian,

penurunan pangsa tersebut masih berada pada

kondisi yang aman

Sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara, tingkat konsumsi

rumah tangga juga mengalami percepatan. Pada

triwulan II 2018, konsumsi rumah tangga tumbuh

sebesar 6,3% (yoy) jauh lebih tinggi dari

sebelumnya yang sebesar 5,2% (yoy) pada

triwulan I 2018. Selain data historis, hasil Survei

Konsumen juga menunjukkan peningkatan

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Sumber: BPS, diolah

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara

Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT se-Sulawesi

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 45

optimisme rumah tangga untuk melakukan

kegiatan konsumsi. Optimisme tersebut terlihat

dari rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

yang tumbuh menjadi 131,1 pada periode

pelaporan dari 125,3 pada triwulan I 2018 (Grafik

4.3). Kenaikan optimisme tersebut terlihat pada

ekspektasi konsumen terhadap penghasilan,

lapangan kerja serta kondisi usaha (Grafik 4.4).

Dengan kenaikan ekspektasi tersebut, diharapkan

ketahanan rumah tangga akan semakin kuat.

Dari sisi pendapatan rumah tangga, hasil Survei

Konsumen menunjukkan adanya peningkatan

penghasilan rumah tangga pada triwulan II 2018

yang dialami oleh 57% responden, bahkan 1%

dari responden tersebut merasakan peningkatan

yang berarti. Namun untuk menjadi perhatian,

sebanyak 5% responden mengalami penurunan

penghasilan. Sementara itu, sisanya masih

mendapatkan penghasilan yang sama

dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya.

Berdasarkan sektornya, rata-rata sektor usaha

yang disurvei mengalami peningkatan

penghasilan, bahkan seluruh responden yang

menjadi pekerja pada sektor Listrik, Konstruksi dan

Hotel Restoran mengalami kenaikan penghasilan

(Grafik 4.5). Kedepan, ketahanan keuangan sektor

rumah tangga juga diperkirakan akan semakin

kuat seiring dengan bertambahnya optimisme

rumah tangga yang memperkirakan terjadinya

peningkatan penghasilan 6 bulan yang akan

datang. Rumah tangga secara umum yang

memperkirakan kenaikan penghasilan sebagian

besar berasal dari pendapatan tambahan lainnya

sebesar 20% dari total responden dan kenaikan

gaji (pangsa 15%) sedangkan 6% responden

memperkirakan kenaikan omset (Grafik 4.6).

4.2.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Pada triwulan II 2018, secara umum, rumah

tangga lebih banyak melakukan pengeluaran

untuk keperluan konsumsi. Rumah tangga

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 Bulan yang lalu

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 Bulan Mendatang

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 46

menggunakan pendapatannya sebesar 59,6%

untuk keperluan konsumsi (Grafik 4.7). Jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya,

pengeluaran untuk konsumsi tersebut mengalami

kenaikan. Selain itu, pengeluaran rumah tangga

untuk tabungan juga mengalami kenaikan dengan

pangsa sebesar 30,4%. Kenaikan porsi

pengeluaran untuk konsumsi dan tabungan

tersebut berimbas pada menurunnya porsi

pengeluaran konsumen untuk membayar cicilan

menjadi 10,1% setelah pada triwulan sebelumnya

dapat mencapai 15,1%.

Berdasarkan klasifikasi kelompok pengeluaran

rumah tangga, secara proporsi, setiap kelompok

rumah tangga memiliki proporsi terbesar

pengeluaran untuk konsumsi, diikuti tabungan

dan pembayaran cicilan. Kelompok dengan

pengeluaran Rp1,0 juta s.d Rp2 juta mencatatkan

konsumsi yang paling tinggi, sebesar 60,4%.

Sementara kelompok rumah tangga dengan

pengeluaran Rp6,1 juta s.d. 7 juta mencatatkan

porsi pengeluaran untuk cicilan terbesar yaitu

22,5%. Porsi pengeluaran untuk tabungan

terbesar terdapat pada kelompok konsumen

dengan pengeluaran Rp5,1 juta s.d. Rp6 juta yaitu

sebesar 32,9% (Grafik 4.8).

Debt Service Ratio

Dalam melihat perilaku meminjam, salah satu

indikator yang digunakan adalah debt service ratio

(DSR). Institusi keuangan menilai bahwa threshold

aman untuk DSR adalah 30%. Rumah tangga

dengan DSR>30% memiliki risiko kredit yang

tinggi karena porsi pendapatan yang digunakan

untuk membayar hutang relatif besar. Hal ini dapat

menyulitkan pembayaran angsuran dan potensial

meningkatkan Non Performing Loan (NPL).

Berdasarkan nilai DSR hasil Survei Konsumen (SK),

risiko kredit rumah tangga di Sulawesi Tenggara

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi

Tenggara Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga

Berdasarkan Pengeluaran/Bulan Grafik 4.10 Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank Untuk

Memenuhi Kebutuhan dan Membayar Cicilan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 47

pada triwulan II 2018 menunjukkan kondisi yang

relatif terkendali. Jumlah rumah tangga dengan

DSR<30% masih mendominasi dengan pangsa

sebesar 81,9%, angka tersebut secara signifikan

lebih baik dibanding periode sebelumnya yang

mencatatkan DSR<30% sebesar 52,3%

responden. Meskipun demikian, beberapa kategori

rumah tangga dengan DSR>30% tetap perlu

diperhatikan secara khusus (Grafik 4.9).

Kecukupan Keuangan RT Debitur Bank

Indikator lainnya dalam menilai kinerja keuangan

rumah tangga adalah kecukupan pendapatan

rumah tangga yang menjadi debitur institusi

keuangan untuk membayar kewajibannya.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen, rumah tangga

secara dominan (74,3%) memiliki kondisi

keuangan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan dan membayar cicilan dan masih

terdapat sisa untuk ditabung guna pemenuhan

kebutuhan kesehatan dan pendidikan. Bahkan

4,3% responden rumah tangga menyatakan

bahwa pendapatan yang diterima sangat cukup

sehingga terdapat dana lebih untuk investasi dan

rekreasi. Kelompok masyarakat yang berada dalam

kondisi pas-pasan juga memperlihatkan perbaikan

dari 31,5% pada Triwulan I 2018 menjadi 21,4%

pada triwulan II 2018. Selain itu, tidak ada rumah

tangga yang kondisi keuangannya tidak

mencukupi (Grafik 4.10).

Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang

Selain ekspektasi pendapatan dan kecukupan

keuangan debitur, kondisi keuangan rumah

tangga juga dapat dikategorikan berada dalam

kondisi yang aman karena rumah tangga

memperkirakan beban cicilan/pinjaman akan

semakin ringan. Sesuai hasil Survei Konsumen,

sebanyak 38,6% responden rumah tangga

memperkirakan bahwa posisi pinjaman mereka

pada 6 bulan mendatang akan berkurang (Grafik

4.11). Sebagian besar pengurangan tersebut

terjadi karena pelunasan sesuai dengan jadwal

pembayaran cicilan dan hanya sebagian kecil

terjadi karena adanya percepatan pelunasan.

Sementara itu, rumah tangga yang

memperkirakan posisi pinjaman akan sama

dengan periode sebelumnya adalah sebanyak

54,3%. Di sisi lain, terdapat 4,3% responden

rumah tangga yang memperkirakan akan

bertambah beban cicilannya, namun karena hal

tersebut disertai dengan peningkatan pendapatan

diperkirakan risiko kredit akan tetap terjaga.

Saving Ratio

Dari sisi rasio tabungan terhadap pengeluaran

rumah tangga, responden Survei Konsumen

Sulawesi Tenggara memiliki rasio yang cukup baik,

Hal tersebut mencerminkan penetrasi perbankan

di Sulawesi Tenggara yang relatif baik, bahkan

pada triwulan II 2018 jumlah rumah tangga yang

memiliki saving ratio > 30% mencapai 70% dari

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank

Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 48

total responden (Grafik 4.12). Kondisi tersebut

mengindikasikan rumah tangga di Sulawesi

Tenggara memiliki ketahanan keuangan yang baik

dan mendukung kinerja institusi keuangan.

Dana Cadangan

Dalam menjaga likuiditasnya, rumah tangga dapat

melakukan antisipasi pengeluaran tidak terduga

dengan menyediakan dana cadangan sebagai

buffer. Hasil Survei Konsumen mengindikasikan

rumah tangga di Sulawesi Tenggara memiliki

cadangan dana yang relatif baik, terlihat dari

kepemilikan dana cadangan dalam bentuk

tabungan, deposito maupun uang tunai oleh 83%

responden. Angka tersebut sedikit menurun

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar 88,3% (Grafik 4.13). Sebagian

besar dana cadangan yang dimiliki oleh rumah

tangga disimpan dalam bentuk simpanan

berjangka waktu singkat dan sedang, yang

merupakan indikasi perilaku wait and see dengan

kecenderungan siap mencairkan dana untuk

keperluan konsumsi tidak terduga. Secara detail,

sebesar 40,6% responden memiliki dana

cadangan sampai dengan 1 bulan pendapatannya.

Sedangkan 31,7% dan 14,1% rumah tangga

masing-masing memiliki dana cadangan sebesar 1-

3 bulan dan 3-6 bulan pendapatannya. Sebesar

2,8% dan 0,4% rumah tangga sudah memiliki

dana cadangan dengan jangka waktu yang lebih

panjang yaitu 6-12 bulan dan di atas 1 tahun

(Grafik 4.14).

Kepemilikan Produk Perbankan

Secara umum, rumah tangga di Sulawesi Tenggara

yang menjadi responden Survei Konsumen relatif

telah memiliki produk-produk perbankan.

Sebanyak 98,7% responden telah memiliki

tabungan di bank dan sebanyak 90,0% telah

memiliki kartu debit yang merupakan fasilitas

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.13 Kepemilikan Dana Cadangan Berupa

Tabungan/Deposito/Cash

Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya

Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan

40.6

31.7

14.12.8 0.410.4

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

<1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan

6-12 bulan >1tahun Tdk Jawabpangsa

pengeluaran/bulan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 49

standar tabungan perbankan pendamping

tabungan (Grafik 4.15). Sementara dari sisi kredit,

instrumen yang paling banyak dimanfaatkan oleh

rumah tangga adalah kredit kendaraan yang

pangsanya mencapai 18,0% dan kartu kredit yang

dimiliki oleh 2,3% responden. Dalam menentukan

pilihan simpanan bank, beberapa faktor

mempengaruhi preferensi rumah tangga. Secara

agregat, rumah tangga memilih simpanan bank

berdasarkan faktor keamanan (28%) seperti

adanya jaminan pemerintah atau Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS), selanjutnya faktor

pelayanan (25%) dan faktor ketiga utama adalah

lokasi bank (18%) (Grafik 4.16).

4.2.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di

Perbankan

Sektor rumah tangga masih mendominasi dana

pihak ketiga (DPK) yang berada di perbankan

Sulawesi Tenggara. Hal ini tercermin dari pangsa

DPK perseorangan yang mencapai 68,3% dari

keseluruhan DPK di Sulawesi Tenggara dengan

nominal mencapai Rp12,98 triliun (Grafik 4.17).

Pada triwulan II 2018, DPK perseorangan tumbuh

sebesar 13,1% (yoy), relatif stabil dibandingkan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,2%

(yoy) (Grafik 4.18).

Produk simpanan perbankan yang dimanfaatkan

rumah tangga didominasi produk tabungan yang

pangsanya mencapai 69%, sedikit lebih tinggi dari

periode sebelumnya yang mencatatkan proporsi

68,8%. Produk deposito memiliki proporsi sebesar

27,8% sedikit turun dari 28,3% pada triwulan I

2018. Sementara produk giro hanya memiliki

proporsi sebesar 3,2% (Grafik 4.19).

Berdasarkan perkembangannya, pada triwulan II

2018 tabungan perseorangan tercatat tumbuh

sebesar 15,7% (yoy), sedikit menurun dari periode

sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 15,9%

(yoy). Sementara itu deposito dapat tumbuh tinggi

sebesar 17,1% (yoy) setelah pada periode

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara Grafik 4.19 Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara

Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis Penempatan

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 50

sebelumnya tumbuh sebesar 15,7% (yoy) (Grafik

4.20).

4.2.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah

Tangga

Selain DPK, keterkaitan rumah tangga dengan

perbankan juga dapat terlihat dari penyaluran

kredit perbankan. Di Sulawesi Tenggara kredit ke

rumah tangga mendominasi realisasi penyaluran

kredit pada triwulan II 2018. Hal tersebut terlihat

dari pangsa kredit untuk perseorangan yang

mencapai 81,0% dari total kredit yang

direalisasikan (Grafik 4.21). Sebagian besar kredit

tersebut masih digunakan untuk konsumsi dengan

pangsa sebesar 70,1%. Sementara itu, pangsa

kredit produktif modal kerja dan investasi masing-

masing mencapai 22,5% dan 7,5% dari total

kredit pada triwulan II 2018 (Grafik 4.22).

Dari sisi kinerjanya, pada triwulan II 2018 kredit

konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 15,3%

(yoy), sedikit lebih rendah dari periode sebelumnya

yaitu 16,6% (yoy). Perlambatan pertumbuhan

tersebut disebabkan oleh perlambatan

pertumbuhan kredit multiguna dari 20,3% (yoy)

pada triwulan I 2018 menjadi 17,5% (yoy) pada

triwulan II 2018. Meskipun demikian, perbaikan

pada kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit

kepemilikan rumah/apartemen (KPR/KPA) dapat

menahan perlambatan yang terjadi (Grafik 4.23).

Dilihat dari sisi suku bunganya, seperti halnya

perkembangan suku bunga acuan, suku bunga

kredit konsumsi rumah tangga di Sulawesi

Tenggara juga masih stabil. Pada triwulan II 2018,

suku bunga tertimbang kredit perseorangan di

Sulawesi Tenggara mencapai 12,2% per tahun

sedikit lebih rendah dibanding periode sebelumnya

yang tercatat sebesar 12,4% per tahun (Grafik

4.24). Penurunan pada suku bunga tersebut belum

memberikan dampak terhadap risiko kredit yang

ditunjukkan dengan persistensi NPL kredit

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.21 Komposisi Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara

Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan di Sulawesi Tenggara

Grafik 4.24 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 51

konsumsi rumah tangga, pada periode pelaporan

tercatat sebesar 1,3%, sama dengan risiko kredit

konsumsi periode triwulan I 2018.

Kredit Kepemilikan Rumah

KPR dan KPA di Sulawesi Tenggara pada triwulan

II 2018 tumbuh sebesar 10,43% (yoy), mengalami

percepatan dibandingkan periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 8,08% (yoy) (Grafik 4.25).

Percepatan tersebut terutama disebabkan oleh

melonjaknya kredit untuk pembelian rumah tipe

besar (KPR >70). Kredit untuk pembelian rumah

tipe besar tersebut tumbuh sebesar 19,29% (yoy)

pada triwulan II 2018, dibandingkan dengan

periode sebelumnya mengalami kontraksi sebesar

11,81% (yoy). Selain percepatan pertumbuhan,

risiko kredit KPR terus terjaga. Indikator NPL KPR

pada periode pelaporan tercatat sebesar 4,10%,

turun dari sebelumnya yang tercatat sebesar

4,21% (Grafik 4.26). Namun, penyaluran KP Ruko

tetap perlu mendapatkan perhatian khusus dari

perbankan karena melewati threshold 5% yaitu

9,38%.

Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2018 tumbuh sebesar

11,4% (yoy), meningkat dari periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 6,4% (yoy). Perbaikan ini

didorong oleh pertumbuhan positif KKB untuk

kategori kendaraan roda 4 (mobil) sebesar 16%

(yoy) yang pada periode sebelumnya terkontraksi

sebesar 1,3% (yoy). Maraknya pembelian armada

untuk Grab dan taksi konvensional mendorong

tingkat pembelian mobil baru lebih tinggi dari

sebelumnya. Sementara itu, penyaluran kredit

kendaraan roda 2 (sepeda motor) kembali tumbuh

melambat menjadi sebesar 4,0% (yoy) lebih

rendah dari pertumbuhan triwulan I 2018 yang

tercatat sebesar 8,5% (yoy) (Grafik 4.27).

Pada periode laporan, risiko KKB yang tercermin

dari NPL gross masih terjaga pada level yang

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR dan Pangsa KPR Tiap Tipe Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB dan Pangsa Tiap Jenis

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 4.26 NPL dan Suku Bunga KPR Grafik 4.28 NPL dan Suku Bunga KKB

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 52

rendah yaitu 3,8%, lebih jika dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar

2,5% (Grafik 4.28). Pada triwulan II 2018, NPL KKB

Kendaraan roda 4 adalah 4,1%, mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan I 2018

yang NPL KKB hanya sebesar 1,1%. Sementara itu

risiko kredit kendaraan bermotor roda 2

mengalami penurunan dengan NPL tercatat

sebesar 2,0%, lebih rendah daripada periode

sebelumnya sebesar 11,6%.

Kredit Multiguna

Pangsa kredit multiguna terhadap total kredit

konsumsi di triwulan I 2018 sebesar 75,2%.

Besarnya penggunaan kredit konsumsi

perseorangan untuk multiguna menunjukkan

bahwa kebutuhan pembiayaan rumah tangga

untuk kebutuhan lain di luar kebutuhan untuk

memiliki rumah, kendaraan bermotor maupun

peralatan rumah tangga masih sangat besar. Hal

ini terjadi karena pengajuan kredit multiguna yang

relatif lebih mudah dengan jaminan/agunan yang

relatif ringan dan dana yang diterima dapat secara

leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam

melakukan aktivitas yang tidak mengikat jenisnya.

Pada triwulan II 2018, kredit multiguna tumbuh

sebesar 17,5% (yoy) sedikit lebih rendah

dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 19,2 (yoy) (Grafik 4.29). Perlambatan

tersebut disebabkan oleh kinerja kredit multiguna

dengan nilai kredit >100 juta s.d 500 juta (pangsa

83,2%) yang tumbuh melambat sebesar 25,8%

(yoy) dibandingkan periode sebesar 27% (yoy).

Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga untuk

fasilitas multiguna masih terkendali. Pada periode

laporan, NPL kredit multiguna tercatat sebesar

0,4% lebih rendah dibandingkan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 0,5% (Grafik

4.30).

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 4.29 Pertumbuhan Multiguna dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit

Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor

14,479

57.23

-60.00

-40.00

-20.00

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Harga Nikel Perubahan yoy (sb. Kanan)

USD/metric ton %, yoy

11

12

13

14

0.0

2.5

5.0

7.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Multiguna <Rp50jt

>Rp50jt - Rp100 jt >Rp100jt - Rp500jt

>Rp500jt Sk.Bunga

NPL % sk. bunga %

Minyak Nilam, 0.60%Perikanan,

2.61%

Feronikel, 69.65%

Bijih Nikel, 25.48%

Lainnya, 1.66%

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 53

4.3. ASESMEN SEKTOR KORPORASI

4.3.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Kondisi kerentanan pada sektor korporasi

tercermin dari kinerja perekonomian dari sisi

penawaran. Pada triwulan II 2018 terdapat

lapangan usaha utama yang mengalami

perlambatan kinerja, yaitu lapangan usaha

pertambangan dan penggalian, lapangan usaha

industri pengolahan dan perdagangan besar dan

eceran. Perlambatan pertumbuhan produksi hasil

pengolahan berdampak terhadap perlambatan

lapangan usaha pertambangan dan penggalian.

Selain itu, hal tersebut juga berdampak pada

terjadinya perlambatan pertumbuhan produksi

feronikel dan terjadi penurunan kinerja pada

lapangan usaha industri pengolahan. Penurunan

tersebut juga salah satunya disebabkan oleh hari

libur yang lebih panjang saat menjelang Idul Fitri

sehingga berdampak pada produktivitas industri.

Sebagai second round effect, perdagangan pun

terkena dampak terutama perdagangan

internasional. Hal tersebut dikarenakan komoditas

utama ekspor Sulawesi Tenggara adalah hasil

pertambangan (bijih nikel dan nikel olahan)

dengan pangsa mencapai 95,1% (Grafik 4.32)

Ketergantungan terhadap nikel semakin

memberikan risiko yang cukup besar karena harga

nikel dunia sangat dipengaruhi oleh permintaan

dunia. Pada triwulan II 2018, harga nikel mampu

tumbuh sebesar 57,2% (yoy) dan terus berada

dalam tren meningkat sejak tahun 2016 (Grafik

4.31). Namun dengan maraknya isu perang dagang

antara Amerika Serikat dan Tiongkok dapat

berdampak terhadap perkembangan ekspor hasil

pertambangan Sulawesi Tenggara karena negara

tujuan ekspor utama Sulawesi Tenggara untuk hasil

pertambangan adalah Tiongkok.

4.3.2. Kinerja Korporasi

Omset Penjualan

Penjualan domestik pada triwulan II 2018

menunjukkan kinerja yang meningkat.

Peningkatan penjualan domestik didorong oleh

beberapa faktor, antara lain (i) membaiknya kinerja

sektor pertambangan, (ii) meningkatnya proyek

konstruksi dan (iii) realisasi THR yang mendukung

peningkatan daya beli dan mendorong

perdagangan. Penjualan domestik yang meningkat

ini terindikasi dari daya beli konsumen yang

semakin membaik. Lebih lanjut, pelaku usaha

memperkirakan perbaikan kondisi usaha masih

terjadi pada triwulan laporan.

Perusahaan di sektor pertanian mengalami

peningkatan, terutama untuk komoditas tabama.

Perusahaan penggilingan padi menyatakan

peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya

kebutuhan masyarakat memasuki Ramadan dan

Idulfitri. Selain itu, perusahaan juga

menginformasikan bahwa peningkatan ini terjadi

seiring dengan merek produksi sendiri yang

semakin dikenal oleh konsumen sehingga

mendukung kapasitas produksi dari perusahaan.

Selain itu perusahaan di subsektor perikanan

mengungkapkan bahwa terjadi penurunan

produksi dibandingkan tahun lalu. Korporasi

menyatakan bahwa faktor utama dari adanya

penurunan ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang

tidak terlalu baik, sehingga menyebabkan banyak

nelayan yang tidak melaut. Korporasi

menginformasikan bahwa pengiriman tahun ini

lebih rendah dibandingkan tahun lalu karena

terdapat korporasi yang mengalami kerusakan

pada mesin pembekuan, sehingga tidak dapat

menampung maksimal hasil tangkapan yang akan

dikirim ke Surabaya dan Jakarta.

Korporasi sektor pertambangan yang

memproduksi nikel mengalami peningkatan

permintaan. Di sisi lain, korporasi yang

memproduksi aspal menyatakan permintaan relatif

stagnan dan bahkan cenderung menurun.

Penurunan ini terjadi seiring dengan efek Pilkada

serentak yang mengakibatkan sejumlah proyek

APBN maupun APBD pada periode laporan belum

berjalan dengan baik. Korporasi di sektor

konstruksi secara umum mengalami peningkatan.

Hal ini disebabkan anggaran infrastruktur APBN &

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 54

APBD mengalami peningkatan, sehingga proyek

konstruksi yang dilakukan oleh Korporasi juga

mengalami akselerasi positif. Korporasi di sektor

perdagangan secara umum mengalami

peningkatan. Sementara korporasi di sektor

industri pengolahan beton mengungkapkan

adanya penurunan penjualan pada tahun 2018.

Berdasarkan pola historisnya, Korporasi

menambahkan penjualan tertinggi biasanya akan

terjadi pada akhir tahun, terutama di November-

Desember. Hal ini sejalan dengan upaya

penyelesaian proyek-proyek pemerintah sebelum

tahun anggaran berakhir.

Kegiatan ekspor menunjukkan penurunan. Sejalan

dengan menurunnya tangkapan ikan , korporasi di

subsektor perikanan menjelaskan bahwa terjadi

penurunan jumlah ekspor dibandingkan tahun

lalu. Korporasi menyampaikan bahwa pada dua

tahun terakhir ini, kondisi tangkapan tidak sebaik

tahun-tahun sebelumnya di tengah anomali cuaca

di Kawasan Sulawesi Tenggara. Korporasi yang

memproduksi feronikel mengungkapkan

peningkatan ekspor. Sementara itu, Korporasi

komoditas aspal mengungkapkan adanya

penurunan ekspor ke Tiongkok.

Biaya

Pada triwulan II 2018, berdasarkan hasil liaison,

Tekanan biaya secara umum menurun

dibandingkan triwulan lalu, meskipun masih

tumbuh meningkat secara tahunan. Sektor

pertanian mengalami peningkatan biaya akibat

kenaikan biaya bahan baku. Korporasi

menjelaskan bahwa naiknya biaya pembelian

gabah sejalan pasokan gabah yang berkurang di

Keterangan Skala Likert:

+/- 4,00 = Kenaikan/Penurunan Signifikan Di Luar Rata-rata/Pola Normal Korporasi

+/- 3,00 = Kenaikan/Penurunan Di Atas Rata-rata Pola Normal

+/- 2,00 = Kenaikan/Penurunan Sesuai dengan Pola Normalnya

+/- 1,00 = Kenaikan/Penurunan Di Bawah Pola Normalnya

Sumber: Liaison KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.33 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.34 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi di Sulawesi Tenggara

Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 55

tengah persaingan dengan perusahaan Sulawesi

Selatan yang mampu membeli gabah Sultra

dengan harga yang lebih tinggi. Begitu pula

dengan Korporasi di subsektor perikanan yang

menginformasikan bahwa peningkatan biaya

terjadi disebabkan harga beli ikan yang tinggi dari

nelayan seiring dengan intensitas cuaca hujan yang

tinggi.

Korporasi di sektor pertambangan mengalami

perubahan biaya yang bervariasi. Korporasi

menyatakan bahwa cash cost feronikel di periode

laporan mengalami penurunan dibandingkan

biaya di tahun 2017 akibat efisiensi penggunaan

energi yang dilakukan oleh perusahaan. Namun

terdapat juga peningkatan biaya yang didorong

untuk penyediaan bahan baku meliputi sewa alat

angkut dan shipment. Adapun Korporasi produsen

aspal mengungkapkan bahwa komponen biaya

masih relatif sama dengan tahun sebelumnya.

Korporasi menambahkan bahwa besaran

komponen biaya per satuan (HPP) relatif stabil

seperti kondisi di tahun sebelumnya.

Sektor konstruksi mengalami peningkatan biaya.

Biaya bahan baku mengalami peningkatan sejalan

dengan kenaikan harga komoditas semen dan baja

pada periode berjalan. Sektor perdagangan

mengalami peningkatan biaya. Korporasi

perdagangan retail mengungkapkan peningkatan

sebesar 5-10% untuk biaya bahan baku sejalan

dengan meningkatnya pasokan barang persediaan

di tengah momen Ramadhan, meskipun demikian

biaya tenaga kerja mengalami sedikit penurunan

sejalan dengan upaya efisiensi yang dilakukan

perusahaan dengan mengurangi pegawai. Adapun

Korporasi perdagangan otomotif menyatakan

terdapat kenaikan HPP kendaraan dan suku

cadang yang berkisar antara 2%-3% sebagaimana

pola rutin tahunannya. Sektor pengolahan

mengalami peningkatan biaya. Biaya bahan baku

cenderung meningkat dibandingkan tahun lalu,

seiring dengan kenaikan harga semen maupun

pasir dan batu dari supplier.

Margin Keuntungan

Pada triwulan II 2018, harga jual cenderung

meningkat dan turut meningkatkan tingkat margin

usaha. Sektor pertanian memiliki harga jual yang

meningkat sehingga margin usaha sedikit

meningkat. Untuk subsektor pertanian, kenaikan

harga jual dibandingkan periode tahun

sebelumnya terjadi seiring dengan kenaikan harga

beli gabah.

Dari sisi margin, korporasi menjelaskan bahwa

tingkat margin relatif sama dengan tahun

sebelumnya, berada pada kisaran 2-2,5% untuk

menahan kenaikan tingkat margin dalam rangka

menjaga persaingan dan daya beli, terutama

dengan perusahaan penggilingan di luar Sultra.

Sementara di subsektor perikanan, Korporasi

menjelaskan bahwa kenaikan harga ikan didorong

oleh tingginya kebutuhan konsumsi ikan di

masyarakat, serta tingginya permintaan ikan dari

pembeli di Jakarta dan Surabaya. Adapun untuk

margin yang diterima perusahaan meningkat

dibandingkan tahun sebelumnya, yakni pada

kisaran 5%. Sektor pertambangan mengalami

peningkatan harga jual dan margin. Korporasi

menyatakan bahwa harga jual nikel terus

menunjukkan tren peningkatan mengikuti

pergerakan harga nikel dunia. Sementara untuk

aspal, Korporasi menjelaskan bahwa harga jual

stabil sejalan dengan stabilnya tingkat permintaan

global untuk komoditas aspal yang memberikan

dampak stabilnya tingkat margin di periode

laporan. Sektor konstruksi mengungkapkan

bahwa pengerjaan proyek konstruksi berdasarkan

pada kesepakatan di awal pengerjaan. Korporasi

menyatakan pada tahun 2018 ini, tingkat margin

relatif stabil dan berkisar pada angka 7-10%.

Korporasi di sektor perdagangan retail

mengungkapkan bahwa secara umum terdapat

penurunan harga jual sebesar 2-3% jika

dibandingkan kondisi di tahun sebelumnya.

Korporasi di sektor pengolahan beton

menginformasikan harga jual pada periode ini

sedikit meningkat dibandingkan tahun

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 56

sebelumnya. Semakin kompetitifnya persaingan,

mendorong perusahaan untuk meningkatkan

harga jual beton tidak terlalu tinggi. Sementara itu,

Korporasi menambahkan margin yang didapat

relatif stabil pada kisaran 10%.

Kondisi likuiditas keuangan korporasi

Berdasarkan hasil SKDU, pada triwulan II 2018

secara umum kondisi likuiditas keuangan korporasi

terpantau dalam kondisi yang relatif aman walau

terlihat terdapat sedikit peningkatan tekanan. Hal

ini tercermin dari persentase responden yang

menyatakan kondisi likuiditas perusahaan dalam

kondisi baik mengalami penurunan dari 50,58%

pada triwulan lalu menjadi 33,53% pada triwulan

laporan. Jumlah responden yang menyatakan

kondisi likuiditas perusahaan cukup baik sebesar

64,12% lebih besar dari pangsa triwulan lalu yang

tercatat sebesar 48,26%. Sementara itu, tekanan

terlihat dari kenaikan responden yang menyatakan

kondisi likuiditas perusahaan berada pada kondisi

yang buruk untuk memenuhi kebutuhan

operasionalnya menjadi 2,35% pada triwulan II

2018, naik dari 1,16% pada triwulan lalu (Grafik

4.34).

Jika dilihat secara sektoral, hampir seluruh

korporasi memiliki tingkat liku

industri yang memiliki korporasi yang memiliki

sektor transportasi, 60% korporasi yang di survei

memiliki kondisi likuiditas perusahaan yang buruk.

Sedangkan di sektor industri, terdapat 5,6%

korporasi yang memiliki kondisi likuiditas

keuangan yang buruk. Dengan kondisi likuiditas

yang buruk, korporasi melakukan adjusment dan

terus berhati-hati agar tidak berlanjut sampai

dengan solvabilitas yang buruk. Di lain sisi, sektor

konstruksi memiliki likuiditas yang sangat baik

dengan 80% korporasi yang bergerak di bidang

tersebut memiliki likuiditas yang baik dan 20%

memiliki likuiditas yang cukup. Hal tersebut

merupakan suatu pertanda berjalannya proses

pembangunan di suatu daerah, karena konstruksi

memiliki excess liquidity (Grafik 4.35).

Beban Angsuran Hutang Korporasi

Dari sisi kemampuan membayar hutang, korporasi

di Sulawesi Tenggara secara umum masih memiliki

risiko gagal bayar yang relatif terjaga dan semakin

membaik. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan II

2018 yang menunjukkan bahwa terdapat 30,0%

responden korporasi yang merasakan bahwa

beban angsuran perbankan menjadi lebih ringan.

Kondisi ini membaik dibandingkan triwulan lalu

yang tercatat sebesar 23,6%. Lebih jauh, sebanyak

64,0% responden yang menyatakan beban

angsuran tetap seperti periode sebelumnya.

Namun demikian, perlu menjadi perhatian bahwa

terdapat korporasi yang menyatakan beban

angsuran akan semakin berat. Responden yang

merasakan angsuran semakin berat mencatatkan

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.36 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 57

persentase sebanyak 6,0%, relatif sama dengan

periode sebelumnya.

Secara sektoral, terdapat pelaku usaha di sektor

angkutan dan sektor hotel restoran yang

menyatakan beban angsuran hutang ke depannya

akan semakin berat. Sektor angkutan mencatatkan

adanya peningkatan persentase responden yang

merasa angsuran semakin berat, dari sebelumnya

16,7% pada triwulan lalu menjadi 50% responden

pada triwulan laporan. Sementara itu, pada sektor

hotel restoran mengalami kenaikan persentase

responden yang menyatakan angsuran semakin

berat, yakni dari sebelumnya 0% menjadi 12,5%

pada triwulan laporan (Grafik 4.36).

4.3.3. Eksposur Perbankan Pada Sektor Korporasi

Selain pemetaan faktor-faktor risk factor dan

kerentanan sektor korporasi, untuk memitigasi

risiko sistemik diperlukan juga analisis interkoneksi

antarsektor. Dalam usahanya, sektor korporasi

sangat terkait erat dengan sektor perbankan

dengan adanya penempatan DPK korporasi pada

perbankan dan penyaluran kredit perbankan

kepada korporasi untuk modal kerja dan investasi.

Eksposur kredit perbankan pada sektor korporasi

pada triwulan II 2018 tercatat sebesar 19% dari

total kredit di Sulawesi Tenggara (berdasarkan

lokasi proyek). Saat ini memang eksposur kredit

perbankan pada sektor korporasi yang masih

berada di bawah kredit perbankan terhadap

rumah tangga, namun korporasi menjadi sumber

pendapatan tenaga kerja sehingga gangguan pada

korporasi juga dapat berdampak pada sistem

keuangan melalui jalur rumah tangga.

Secara nominal, kredit perbankan pada sektor

korporasi di Sulawesi Tenggara pada triwulan II

2018 mencapai Rp4,98 triliun mengalami

pertumbuhan sebesar 6,0 % (yoy) (Grafik 4.38)

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 9,5% (yoy). Perbaikan

pertumbuhan tersebut terjadi pada penyaluran

kredit korporasi terutama modal kerja dan

konsumsi. Kredit investasi yang memiliki pangsa

sebesar 56,9% masih mengalami kontraksi sebesar

11,2% (yoy). Sementara itu kredit modal kerja

yang memiliki pangsa sebesar 42,4% tumbuh

sebesar 41,9% (yoy) dan kredit konsumsi yang

memiliki pangsa 0,7% tumbuh sebesar 92,2%

(yoy).

Kredit Modal Kerja Korporasi

Posisi kredit modal kerja korporasi di Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2018 mengalami

loncatan dengan tumbuh sebesar 41,9% (yoy)

setelah sebelumnya mengalami kontraksi sebesar

10,7% (yoy). Dari sisi nominalnya, penyaluran

kredit modal kerja korporasi pada periode laporan

mencapai Rp2,11 triliun. Kenaikan tersebut

disebabkan oleh perbaikan penyaluran kredit

modal kerja pada sektor konstruksi dan jasa usaha.

Sektor Konstruksi yang pada periode pelaporan

memiliki pangsa sampai dengan 28,4% dari total

kredit modal kerja korporasi mengalami kontraksi

sebesar 7,6% (yoy) dari sebelumnya terkontraksi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.37 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Korporasi

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 58

16,0% (yoy) pada triwulan I 2018. Sedangkan

kredit perdagangan yang memiliki pangsa 23,7%

juga terkontraksi sebesar 8,7% (yoy), terkontraksi

lebih dalam dari periode sebelumnya yang

mengalami kontraksi 6,3% (yoy). Sementara itu,

kredit modal kerja pertambangan yang pada

triwulan II 2018 memiliki pangsa sebesar 41,1%

terkontraksi sebesar 17,3% lebih dalam dibanding

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar

8,1% (yoy) (Grafik 4.39). Dari sisi risiko kredit,

secara umum terjadi kenaikan risiko. Hal ini

terlihat dari indikator NPL kredit modal kerja

korporasi yang meningkat namun tetap berada di

bawah threshold 5%. NPL kredit tersebut pada

triwulan II 2018 tercatat sebesar 3,55% lebih

tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang

tercatat 2,73% (Grafik 4.40). Kenaikan tekanan

risiko kredit tersebut berasal dari peningkatan

risiko pada sektor pertambangan.

Kredit Investasi Korporasi

Kredit investasi korporasi yang disalurkan sampai

dengan triwulan II 2018 mencapai Rp2,84 triliun,

mengalami kontraksi sebesar 11,2% (yoy),

memburuk dibanding dengan periode sebelumnya

yang terkontraksi sebesar 9,2%. Kredit investasi

sektor pertambangan memiliki pangsa terbesar

mencapai 53,09%. Pada triwulan II 2018 kredit

investasi korporasi pada sektor pertambangan

tumbuh positif sebesar 13,7% (yoy) lebih baik dari

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar

17,3% (yoy). Kredit investasi sektor pertanian yang

memiliki pangsa sebesar 12,7% kembali

mencatatkan pertumbuhan yang positif. Pada

periode laporan, kredit pada sektor tersebut

tumbuh sebesar 18,0% (yoy) relatif stabil

dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 17,9% (yoy) Sementara kredit investasi

sektor perhotelan yang memiliki pangsa sebesar

8,0% terkontraksi sebesar 12,1 % (yoy).

Walaupun terkontraksi, hal tersebut lebih baik dari

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar

12,7% (yoy) (Grafik 4.41).

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.39 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan

Grafik 4.41 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 4.40 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi Grafik 4.42 Pergerakan NPL Kredit Investasi Korporasi

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 59

Selain mengalami kontraksi lebih dalam, risiko

kredit investasi korporasi juga mengalami

peningkatan walau tetap terjaga pada level yang

rendah di bawah threshold 5%. Pada triwulan II

2018, NPL kredit investasi korporasi terpantau di

level 0,76% lebih tinggi dibandingkan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 0,01% (Grafik

4.42).

4.4. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN

(PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA

4.4.1. Aset Bank Umum

Secara keseluruhan, aset bank umum yang berada

di Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018

mencapai Rp26,97 triliun, tumbuh sebesar 8,4%

(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,9% (yoy)

(Grafik 4.43). Penurunan tersebut terjadi karena

bank Pemerintah maupun bank swasta nasional

menunjukkan perlambatan pertumbuhan aset.

Berdasarkan pangsanya, bank pemerintah masih

mendominasi industri perbankan di Sulawesi

Tenggara dengan porsi aset mencapai 84,3% dari

total aset bank umum, sedangkan pangsa total

aset bank swasta nasional hanya sebesar 15,7%

dari total aset bank umum di Sulawesi Tenggara

(Grafik 4.44).

Secara spasial, aset perbankan masih

terkonsentrasi di Kota Kendari dengan pangsa

mencapai 58,9% dari keseluruhan aset bank

umum yang ada di Sulawesi Tenggara. Kondisi

tersebut masih menunjukkan bahwa perbankan

masih terkonsentrasi di daerah ibu kota provinsi

sebagai motor penggerak perekonomian. Daerah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.43 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.44 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank

Tabel 4.1 Aset Bank Umum Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, Pertumbuhan Aset secara yoy Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Tw I 2018 Tw II 2018

Kab. Bombana 322,7 1,2 19,20 30,81

Kab. Buton Utara 195,0 0,7 4,75 (12,53)

Kab. Konawe Utara 403,0 1,5 49,17 64,77

Kab. Wakatobi 414,2 1,5 5,83 25,32

Kab. Kolaka Utara 311,8 1,2 28,78 26,98

Kab. Konawe Selatan 551,9 2,0 23,57 25,15

Kab. Buton 195,4 0,7 12,79 12,42

Kota Baubau 2.988,4 11,1 6,56 7,52

Kota Kendari 15.894,6 58,9 12,98 6,66

Kab. Kolaka 3.199,0 11,9 14,20 8,45

Kab. Konawe 634,1 2,4 21,09 19,57

Kab. Muna 1.856,9 6,9 7,99 2,40

Sulawesi Tenggara 26.967,0 100,0 12,85 8,39

Kota/Kabupaten Aset (Rp miliar)Pangsa thd Sultra

(%)

Pertumbuhan Aset (%, yoy)

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 60

lainnya yang memiliki aset bank cukup besar

adalah Kabupaten Kolaka dan Kota Bau-Bau

dengan pangsa masing-masing sebesar 11,9%

dan 11,1%. Dari sisi perkembangannya,

pertumbuhan aset pada 3 daerah dominan

tersebut berada di sekitar rata-rata pertumbuhan

aset Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan aset bank

yang tinggi justru terjadi pada daerah-daerah

dengan pangsa aset yang relatif kecil seperti di

Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Bombana

dan Kabupaten Kolaka Utara. Hal tersebut

menunjukkan bahwa perbankan juga melakukan

ekspansi bisnis ke berbagai kabupaten di Sulawesi

Tenggara (Tabel 4.1).

4.4.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun

oleh bank umum yang berkantor di Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2018 mencapai Rp18,99

triliun, tumbuh melambat sebesar 11,3% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 12,1% (yoy) (Grafik 4.45). Sebagian besar

DPK yang dihimpun oleh bank umum di Sulawesi

Tenggara ditempatkan dalam bentuk tabungan

dengan pangsa 49,4%. Sedangkan untuk giro dan

deposito pada triwulan II 2018 masing-masing

tercatat memiliki pangsa pasar sebesar 24,1% dan

26,5%.

Bila dilihat dari sisi pertumbuhan per komponen,

pada triwulan II 2018, penurunan pertumbuhan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.45 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK Per Penempatan

Tabel 4.2 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, gDPK = pertumbuhan DPK (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

DPK Pangsa thd Sultra

Nominal Rekening %Nominal %Rekening Giro Tabungan Deposito

Kab. Buton 1.361,2 212.878 7,6% 9,3% 13,9% 35,7% 51,2% 13,1%

Kab. Muna 1.584,5 246.942 8,9% 10,8% 8,9% 31,8% 62,8% 21,8%

Kab. Kolaka 2.403,3 353.831 13,5% 15,5% 8,0% 41,6% 97,7% 37,2%

Kab. Wakatobi 331,8 62.980 1,9% 2,8% 5,0% 3,4% 15,4% 5,6%

Kab. Konawe 561,7 134.432 3,2% 5,9% 13,7% 12,7% 24,1% 4,5%

Kab. Konawe Selatan 159,0 68.026 0,9% 3,0% 4,2% 0,3% 9,5% 1,9%

Kab. Bombana 259,3 74.935 1,5% 3,3% 5,3% 0,4% 15,2% 3,4%

Kab. Kolaka Utara 166,9 57.828 0,9% 2,5% 3,5% 0,7% 10,1% 1,4%

Kab. Buton Utara 9,5 1.187 0,1% 0,1% - 0,0% 0,6% 0,1%

Kab. Konawe Utara 24,7 3.457 0,1% 0,2% 1,8% 0,2% 0,8% 0,8%

Kab. Kolaka Timur 6,2 973 0,0% 0,0% - 0,0% 0,5% 0,0%

Kab. Buton Tengah - 0 0,0% 0,0% - 0,0% 0,0% 0,0%

Kota Baubau 2.729,1 292.535 15,3% 12,8% 5,2% 59,9% 105,9% 34,7%

Kota Kendari 9.406,3 830.227 52,8% 36,3% 5,2% 149,4% 295,6% 246,0%

Sulawesi Tenggara 19.003,6 2.340.231 107% 102% 12,2% 25,7% 52,7% 28,3%

Kota/Kabupaten gDPKPangsa

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 61

DPK disebabkan oleh penurunan pertumbuhan

tabungan yang tumbuh sebesar 15,6% (yoy), lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan I 2018 yang

tercatat sebesar 15,8%. Selain itu, lebih rendahnya

pertumbuhan DPK pada triwulan II 2018 juga

disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan DPK

deposito menjadi 14,1% setelah tumbuh sebesar

17,3% pada triwulan I 2018 (Grafik 4.46). Namun

di sisi lain DPK giro mengalami perbaikan

dibandingkan periode sebelumnya yang

terkontraksi 0,3% (yoy) menjadi tumbuh sebesar

1,0% (yoy) ada triwulan II 2018.

Secara spasial, DPK Sulawesi Tenggara masih

terpusat di Kota Kendari baik secara nominal

maupun jumlah rekeningnya. Pangsa secara

nominal untuk Kota Kendari mencapai 52,8%

sementara dari jumlah rekening mencapai 36,3%.

Selanjutnya diikuti oleh Kota Bau-Bau dan Kab.

Kolaka dengan pangsa masing-masing sebesar

15,3% dan 13,5%. Ketiga daerah tersebut

menjadi pusat konsentrasi DPK karena merupakan

pusat aktivitas bisnis dan keuangan di Sulawesi

Tenggara. Dari sisi pertumbuhan spasial, Kab.

Buton mencatatkan tingkat pertumbuhan tertinggi

dengan tumbuh 13,9% (yoy), disusul oleh Kab.

Konawe yang tumbuh 13,7% (yoy). Secara umum,

hal ini mengindikasikan perbankan juga sudah

aktif menjangkau daerah kabupaten dan

kesadaran masyarakat untuk menabung juga

semakin meningkat (Tabel 4.2).

Tabungan

Pada triwulan II 2018, penghimpunan dana

tabungan masyarakat di Sulawesi Tenggara

tumbuh sebesar 15,6%, lebih rendah

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,8% (yoy).

Secara nominal, total tabungan masyarakat di

Sulawesi Tenggara sampai dengan periode laporan

mencapai Rp9,37 triliun. Pangsa terbesar

pemegang rekening tabungan adalah nasabah

perseorangan sebesar 95,52%, diikuti oleh

korporasi sebesar 4,28% dan sisanya adalah

nasabah pemerintah. Preferensi penempatan oleh

pemilik dana dari pemerintah pusat dan daerah

lebih besar menempatkan dananya di bank pemda

(Tabel 4.3). Berdasarkan nilai tabungannya,

sebagian besar penabung di Sulawesi Tenggara

memiliki tabungan sampai dengan Rp100 juta

yaitu mencapai 99,26% dari total jumlah rekening

tabungan. Sementara itu penabung dengan nilai di

atas Rp1 miliar masih sedikit dengan pangsa

rekening hanya sebesar 0,02%. Meskipun sangat

kecil, namun penabung dengan nilai di atas Rp1

miliar tersebut menguasai 8,88% dari total

tabungan (Tabel 4.4).

Deposito

Penghimpunan dana dalam bentuk deposito di

Sulawesi Tenggara pada triwulan II 2018 tumbuh

sebesar 14,1%, lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 17,3%

(yoy). Jumlah penghimpunan deposito sampai

periode laporan mencapai Rp5,04 triliun. Deposito

di Sultra didominasi oleh deposan besar (nilai

deposito di atas Rp1 miliar) yang sampai dengan

triwulan II 2018 memiliki pangsa 57,3% total

deposito Sulawesi Tenggara walau secara rekening

hanya mencatatkan 2,96% total rekening

deposito. Dominasi pangsa deposito pada

Tabel 4.3 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.4 Tabungan Berdasarkan Nilainya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda

Pemerintah 0,05% 0,02% 0,19%

Pemda 0,02% 0,02% 0,84%

Korporasi 2,88% 1,19% 14,73%

Perseorangan 97,05% 98,76% 84,23%

Total 100,00% 100,00% 100,00%

Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda

Pemerintah 0,05% 0,02% 0,19%

Pemda 0,02% 0,02% 0,84%

Korporasi 2,88% 1,19% 14,73%

Perseorangan 97,05% 98,76% 84,23%

Total 100,00% 100,00% 100,00%

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 62

sejumlah rekening tersebut membutuhkan

perhatian khusus agar ketahanan dari sisi DPK

berupa deposito tetap terjaga (Tabel 4.6).

Dari sisi pemilik rekening, seperti halnya tabungan,

nasabah perseorangan masih mendominasi

pangsa deposito Sulawesi Tenggara untuk dana

yang ditempatkan di bank Persero, bank swasta

maupun bank pemda. Korporasi memiliki pangsa

terbesar kedua diikuti oleh deposito milik pemda.

Jangka penempatan deposito yang tidak

terkonsentrasi pada salah satu tenor tertentu

merupakan indikasi yang baik untuk menjaga

ketahanan perbankan, namun diperlukan

perhatian khusus agar perbankan terhindar dari

mismatch karena lebih dari 50% dana biaya tinggi

perbankan (deposito) memiliki tenor yang relatif

pendek (<1 tahun).

Giro

Pada triwulan II 2018, penempatan dana di giro

tumbuh positif 1% (yoy) lebih baik jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi 0,3% (yoy). Perbaikan pertumbuhan

giro ini disebabkan oleh perbaikan laju

pertumbuhan pada giro yang dimiliki oleh

pemerintah, pemerintah daerah, korporasi. Dari

sisi kepemilikan, pangsa terbesar pemilik giro

adalah nasabah pemerintah, disusul oleh

korporasi, perseorangan dan pemerintah daerah.

4.4.3. Penyaluran Kredit

Seiring dengan moderasi pertumbuhan

penghimpunan dana pihak ketiga, pada triwulan II

2018 penyaluran kredit perbankan oleh bank

umum yang berkantor di Sulawesi Tenggara secara

keseluruhan juga mengalami moderasi. Kredit

perbankan tumbuh sebesar 12,2% (yoy) lebih

rendah dibandingkan dengan kinerja periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,4% ( (yoy).

Secara nominal, kredit perbankan yang disalurkan

sampai dengan triwulan II 2018 mencapai Rp21,83

triliun (Grafik 4.47)

Kredit Berdasarkan Lokasi Bank

Secara spasial, penyaluran kredit masih

terkonsentrasi di Kota Kendari, dengan pangsa

sebesar 57,1% dari seluruh nominal penyaluran

kredit yang dilakukan oleh perbankan di Sulawesi

Tenggara. Selain itu, Kota Kendari juga masih

mendominasi untuk kepemilikan rekening kredit

dengan pangsa sebesar 51,1%. Meskipun

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.47 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.48 Perbandingan Pertumbuhan Kredit di Sulawesi Tenggara

Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.6 Deposito Berdasarkan Nilainya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda

Pemerintah 7,61% 0,00% 0,96%

Pemda 2,98% 0,00% 0,16%

Korporasi 4,78% 5,82% 48,45%

Perseorangan 84,62% 94,18% 50,43%

Total 100,00% 100,00% 100,00%

DepositoNominal

(Rp miliar)Rekening % Nominal % Rekening

0-100 Jt 454 9.211 9,3% 61,97%

100Jt-500Jt 1.007 4.208 22,7% 30,64%

500Jt -1 M 510 616 11,6% 4,70%

> 1 M 2.927 414 56,4% 2,70%

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 63

demikian, pertumbuhan kredit di Kota Kendari

hanya sebesar 8,1% (yoy) berada di bawah rata-

rata pertumbuhan kredit Sulawesi Tenggara.

Pertumbuhan kredit tertinggi berada di Kabupaten

Konawe Utara sebesar 64,8% (yoy), diikuti oleh

penyaluran di Kab. Bombana dan Kab. Buton Utara

yang masing-masing tumbuh sebesar 30,0% (yoy).

Kabupaten lain selain Kota Kendari dan Kota Bau-

Bau mencatatkan pertumbuhan total kredit yang

cukup tinggi (Tabel 4.7).

Berdasarkan sebaran jenis penggunaannya,

perbankan di sebagian besar kabupaten masih

menyalurkan kredit untuk kebutuhan konsumsi

yang tercermin dari terjadinya peningkatan pangsa

kredit konsumsi dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Terdapat 8 kabupaten dari 12

kabupaten/kota yang memiliki pangsa kredit

konsumsi di atas 90% dari total kredit yang

disalurkan di daerah tersebut. Sedangkan untuk

kegiatan produktif, hanya terdapat 4 daerah yang

memiliki pangsa kredit modal kerja di atas 20%,

yaitu Kota Kendari, Kota Bau-Bau, Kab. Kolaka dan

Kab. Muna.

Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja

dan konsumsi menunjukkan penurunan laju

penyaluran pada triwulan II 2018. Kredit modal

kerja yang memiliki pangsa pasar sebesar 26,5 %

dari total kredit perbankan mengalami penurunan

menjadi tumbuh sebesar 5,3% (yoy) pada triwulan

II 2018 dari sebelumnya tumbuh sebesar 8,8%

(yoy). Kredit investasi mengalami akselerasi

penyaluran dari terkontraksi 2,2% (yoy) pada

triwulan I 2018 menjadi tumbuh positif sebesar

5,6% (yoy) pada triwulan II 2018. Namun secara

proporsi, pangsa kredit investasi masih memiliki

pangsa terkecil yaitu sebesar 9,0%, stabil seperti

periode sebelumnya. Sementara itu, kredit

konsumsi yang pada triwulan II 2018 tetap

memiliki pangsa terbesar yaitu 65,5% dari total

kredit perbankan. Peningkatan pangsa ini tidak

diikuti peningkatan laju penyaluran kredit

konsumsi yang tumbuh sebesar 16,4% (yoy) pada

periode pelaporan, lebih rendah dari sebelumnya

yang tumbuh sebesar 18,0% (yoy) (Grafik 4.48).

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Berdasarkan penyaluran kredit menurut sektor

ekonomi, mayoritas mengalami kenaikan

pertumbuhan kredit. Pertumbuhan terbesar

dicatatkan oleh sektor adm. pemerintahan yang

mencatatkan pertumbuhan sebesar 1071,1% (yoy)

dan sektor listrik gas yang mencatatkan

Tabel 4.7 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan II 2018

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, K.MK = Kredit Modal Kerja, K.INV = Kredit Investasi, K.KONS = Kredit Konsumsi gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota berdasarkan ketersediaan data

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Nominal Rekening %Nominal %Rekening K.MK K.INV K.KONS

Kab. Buton 129 1.229 0,6% 0,5% -1,3% 4,7% 0,6% 94,7%

Kab. Muna 1.657 27.512 7,6% 11,2% 18,1% 28,3% 3,4% 68,4%

Kab. Kolaka 3.033 43.583 13,9% 17,8% 13,7% 36,3% 6,4% 57,3%

Kab. Wakatobi 178 1.933 0,8% 0,8% 9,6% 3,3% 1,0% 95,8%

Kab. Konawe 624 4.268 2,9% 1,7% 21,0% 0,8% 0,1% 99,1%

Kab. Konawe Selatan 549 3.659 2,5% 1,5% 25,8% 1,6% 0,2% 98,1%

Kab. Bombana 309 2.272 1,4% 0,9% 28,7% 0,7% 0,3% 98,9%

Kab. Kolaka Utara 300 2.237 1,4% 0,9% 27,8% 4,3% 1,7% 94,0%

Kab. Buton Utara 168 1.432 0,8% 0,6% 28,7% 4,3% 0,9% 94,8%

Kab. Konawe Utara 398 2.335 1,8% 1,0% 64,8% 1,7% 0,2% 98,1%

Kota Baubau 2.021 29.420 9,3% 12,0% 14,8% 29,9% 7,5% 62,5%

Kota Kendari 12.461 125.240 57,1% 51,1% 8,1% 28,5% 12,4% 59,1%

Sulawesi Tenggara 21.827 245.120 100,0% 100,0% 12,2% 26,5% 9,0% 64,5%

Kota/KabupatenKredit Pangsa thd Sultra

gKreditPangsa

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 64

pertumbuhan sebesar 118,7% (yoy). Sektor

perdagangan yang memiliki pangsa terbesar untuk

kategori kredit produktif (63,7% dari total kredit

produktif) masih melanjutkan trend penurunan.

Pada triwulan II 2018, kredit di sektor ini

terkontraksi sebesar 0,3% (yoy) lebih rendah

daripada pertumbuhan pada triwulan I 2018 yang

masih tumbuh 0,1% (yoy). Sektor pertanian dan

konstruksi yang memiliki pangsa masing-masing

8,3% (yoy) mencatatkan pertumbuhan double

digit masing-masing sebesar 38,9% (yoy) dan

27,6% (yoy) (Tabel 4.8).

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Salah satu indikator yang dapat merepresentasikan

intermediasi perbankan adalah indikator Loan to

Deposit Ratio (LDR) yang menghitung rasio

penyaluran kredit per DPK yang dikelola oleh

perbankan. Pada triwulan II 2018 LDR bank umum

di Sulawesi Tenggara mencapai 114,92%, lebih

rendah daripada triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 119,78% (Grafik 4.49).

Penurunan LDR tersebut terjadi karena secara

peningkatan penyaluran kredit tidak disertai

kenaikan nominal DPK pada perbankan di Sulawesi

Tenggara. Nilai LDR sebesar 100% berarti seluruh

DPK yang dikelola oleh perbankan Sulawesi

Tenggara disalurkan dalam bentuk kredit.

Sedangkan pencapaian pada triwulan II 2018

menunjukkan bahwa dalam rangka menyalurkan

kredit, perbankan di Sulawesi Tenggara

memerlukan dana dari daerah lain. Kondisi ini

terlihat dari adanya peningkatan kewajiban

antarkantor (penerimaan dari kantor bank yang

sama di daerah lain) sebesar 4,92% (yoy) pada

triwulan II 2018. Tingkat LDR yang terlalu tinggi

maupun terlalu rendah dapat menjadi sumber

kerentanan apabila tidak disertai dengan tingkat

risiko kredit yang terjaga di tingkat yang aman.

Non Performing Loan (NPL)

Pada triwulan II 2018, moderasi pertumbuhan

penyaluran kredit dibandingkan dengan periode

sebelumnya disertai dengan meningkatnya sisi

risiko kredit. Kenaikan risiko kredit tersebut terlihat

dari meningkatnya indikator Non Performing Loan

(NPL) Gross dari 2,46% pada triwulan I 2018

menjadi 2,56% pada triwulan II 2018 namun

angka tersebut masih berada di bawah threshold

5% (Grafik 4.50).

Pada periode laporan, penyaluran kredit investasi

memiliki risiko kredit terbesar dan melewati

threshold 5% dengan NPL tercatat sebesar 5,54%,

relatif stabil dibandingkan periode sebelumnya

sebesar 5,58%. Selain itu, kredit modal kerja juga

memiliki NPL di atas threshold yang pada triwulan

II 2018 tercatat sebesar 5,06%, naik dari 4,46%

pada triwulan I 2018. Penyaluran kredit konsumsi

memiliki NPL di bawah 5% dengan mencatatkan

NPL sebesar 1,12% pada periode laporan, sedikit

menurun dari periode sebelumnya yang

mencatatkan NPL sebesar 1,21%.

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.49 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara

Grafik 4.50 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 65

Secara sektoral, NPL dari sektor dengan pangsa

penyaluran kredit terbesar yaitu sektor

perdagangan tercatat di atas threshold 5% yaitu

sebesar 5,5%, lebih tinggi dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,8%.

Sementara itu, sektor pertanian dan konstruksi

yang adalah sektor degan pangsa terbesar kedua

memiliki NPL yang sangat berbeda. Sektor

pertanian memiliki NPL yang terjaga pada level

yang sangat rendah sehingga dapat menjadi

peluang ekspansi kredit perbankan di Sulawesi

Tenggara. Di lain sisi sektor konstruksi

mencatatkan NPL di atas 5% yaitu sebesar 7,7%

Selain itu perlu menjadi perhatian bahwa nilai

sektor jasa pendidikan memiliki NPL yang sangat

tinggi yaitu 42,2%.

4.4.4. Perbankan Syariah

Pangsa perbankan syariah di Sulawesi Tenggara

masih relatif kecil. Dari sisi aset, perbankan syariah

hanya memiliki aset sebesar Rp1,31 triliun, atau

sebesar 4,8% dari keseluruhan aset bank umum di

Sulawesi Tenggara. Pangsa ini sama dengan

periode sebelumnya yang mencatatkan 4,8% dari

pangsa bank umum (Grafik 4.51). Kondisi yang

sama juga terjadi pada penghimpunan dana dan

penyaluran pembiayaan. Pada triwulan II 2018,

pangsa pembiayaan hanya mencapai 3,7% dari

total realisasi pembiayaan oleh bank umum,

menurun dibandingkan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar 4,0%. Sedangkan penghimpunan

DPK bank syariah mencapai 4,3% sedikit menurun

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

yaitu 4,4% dari seluruh DPK perbankan di Sulawesi

Tenggara.

Apabila dibandingkan dengan kinerja perbankan

syariah di Pulau Sulawesi, secara umum

perkembangan aset bank syariah di Sulawesi

Tenggara tergolong relatif baik. Pertumbuhan aset

bank syariah di Sulawesi Tenggara mencapai

26,49% (yoy), lebih tinggi daripada rata-rata

pertumbuhan aset bank syariah se-Sulawesi yang

hanya tumbuh sebesar 12,47% (yoy) pada

triwulan II 2018. Sementara itu, pangsa aset bank

syariah di Sulawesi Tenggara yang mencapai

4,85% sudah berada di atas rata-rata pangsa aset

bank syariah di Sulawesi yang hanya sebesar

4,29%. Secara komposisi, Sulawesi Tenggara

merupakan provinsi dengan aset perbankan

syariah terbesar kedua di Sulawesi setelah Provinsi

Sulawesi Selatan yang aset perbankan syariahnya

Tabel 4.8 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Posisi Triwulan I 2018

Ket: gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy), Kredit Produktif = Kredit Modal Kerja + Kredit Investasi NPL = Non Performing Loan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Tw III 2017 Tw IV 2017 Tw I 2018 Tw II 2018

Pertanian 641 8,3% 65,5 67,8 45,7 38,9 1,5

Pertambangan 46 0,6% 39,7 45,9 25,7 -18,6 8,5

Industri Pengolahan 379 4,9% 27,5 18,8 17,3 5,7 3,3

Listrik Gas 11 0,1% -39,3 -24,0 44,8 118,7 9,1

Air 5 0,1% -2,9 5,0 27,3 64,6 2,1

Konstruksi 639 8,3% 12,5 22,9 20,1 27,6 7,7

Perdagangan 4.894 63,7% 2,2 2,0 0,1 -0,3 5,5

Transportasi-Pergudangan 123 1,6% 11,5 7,4 2,2 7,7 3,0

Akomodasi Makan Minum 416 5,4% -7,3 -7,4 -7,8 -9,1 5,5

Informasi Komunikasi 2 0,0% -13,8 -33,7 -40,8 -24,6 0,1

Jasa Keuangan 10 0,1% -62,6 -33,7 -26,0 75,5 0,0

Real Estate 93 1,2% -6,2 -7,2 -0,6 3,4 3,6

Jasa Perusahaan 38 0,5% 3,1 -64,7 -61,9 -59,5 4,0

Adm Pemerintahan 3 0,0% 56,4 27,5 9,0 1.071,1 0,0

Jasa Pendidikan 17 0,2% -9,8 -9,4 -29,4 -20,6 42,2

Jasa Kesehatan Sosial 24 0,3% 9,1 10,8 8,1 -8,2 0,2

Jasa Lainnya 339 4,4% 6,5 5,0 41,8 41,3 3,7

Kredit Produktif 7.679 100% 9,8 12,8 13,4 12,2 5,2%

% Nominal NPL (%)Sektor EkonomiNominal

(Rp miliar)

gKredit (%, yoy)

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 66

mencapai 5,27% terhadap keseluruhan aset

perbankan di provinsi tersebut (Grafik 4.52).

Sampai dengan triwulan II 2018, penyaluran

pembiayaan syariah terus mengalami laju

pertumbuhan double digit. Pada periode laporan

pembiayaan syariah tumbuh sebesar 11,4% (yoy)

dengan baki debet sebesar Rp1,02 triliun, lebih

rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 12,4% (yoy) dengan baki

debet sebesar Rp1,01 triliun (Grafik 4.54). Sama

dengan penyaluran perbankan umum, penyaluran

pembiayaan syariah juga paling banyak dilakukan

untuk penggunaan konsumsi sebanyak 71,2%

yang mampu tumbuh sebesar 16,4% (yoy).

Sementara itu, penyaluran pembiayaan untuk

modal kerja dengan pangsa sebanyak 16,8%

menunjukkan pertumbuhan yang sehat di angka

16,4% (yoy). Dari sisi risiko pembiayaan, tekanan

pada risiko pembiayaan masih terkendali. Hal ini

terlihat dari NPF (Non Performing Financing) yang

masih di bawah threshold 5% yaitu 4,23%.

Berbanding terbalik dengan kinerja penyaluran

pembiayaannya, penghimpunan DPK perbankan

syariah menunjukkan peningkatan. Pada triwulan

II 2018, jumlah DPK bank syariah mencapai

Rp822,35 miliar atau tumbuh sebesar 19,0% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,6% (yoy).

Peningkatan tersebut didorong oleh akselerasi laju

pertumbuhan penempatan DPK di fasilitas

deposito yang tumbuh sebesar 24,3% (yoy),

tabungan yang tumbuh sebesar 18,3% (yoy).

sedangkan pertumbuhan giro melambat dan

terkontraksi 1,9% (yoy) (Grafik 4.53).

4.4.5. Bank Perkreditan Rakyat

Pada triwulan II 2018, karena base effect triwulan

II 2017, kinerja BPR menunjukkan penurunan.

Dalam hal akumulasi aset, BPR tergerus sebesar

2,9% (yoy), lebih rendah dari periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 4,6% (yoy) sehingga secara

nominal asetnya mencapai Rp317,2 miliar (Grafik

4.55). Sementara itu, penghimpunan dana dari

masyarakat juga mengalami penurunan.

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.51 Pangsa Perbankan Syariah Grafik 4.53 Perkembangan DPK Syariah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Grafik 4.52 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset

Syariah se-Sulawesi Grafik 4.54 Perkembangan Pembiayaan Syariah

-

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0

Tw II 18 Tw I 18

pangsa aset bank syariah thd total aset bank, %

gAset (%, yoy)

Sulut Gorontalo

Sulbar

Sulteng

SULAWESI Sulsel

SULTRA

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 67

Penghimpunan DPK terkontraksi sebesar 17,5%

(yoy) atau tercatat sebesar Rp113,6 miliar, lebih

rendah dibandingkan pertumbuhan periode

sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,2% (yoy)

(Grafik 4.56). Sementara itu, dari sisi penyaluran

kredit, BPR masih melanjutkan perlambatan dan

terkontraksi sebesar 7,6% (yoy) dengan nominal

total penyaluran kredit sebesar Rp218,0 miliar

(Grafik 4.57). Perlambatan tersebut terjadi pada

kredit modal kerja yang terkontraksi 7,6% (yoy)

menurun dibandingkan periode lalu yang

terkontraksi sebesar 3,3% (yoy). Sedangkan kredit

investasi tumbuh positif sebesar 5,0% (yoy) lebih

rendah dari periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 25,5% (yoy). Dengan kondisi tersebut, LDR

BPR pada triwulan II 2018 mencapai 192,1% yang

berarti kredit yang disalurkan oleh BPR

menggunakan dana dari institusi keuangan

lainnya. Dengan demikian risiko yang terjadi pada

BPR dapat menyebabkan risiko pada institusi

keuangan lainnya. Sementara itu, risiko kredit

pada BPR sangat tinggi tercermin dari NPL sebesar

22,48%, di atas threshold .

4.5. AKSES KEUANGAN

4.5.1. Akses Keuangan Kepada UMKM

Pada triwulan II 2018, kredit yang diterima oleh

UMKM di Sulawesi Tenggara (berdasarkan lokasi

proyek) mencapai Rp6,90 triliun. Secara pangsa

mencapai 26,1% dari total kredit di Sulawesi

Tenggara. Kredit kepada UMKM tersebut,

sebagian besar diberikan kepada usaha kecil

sebesar 43,5 % dan usaha mikro dengan pangsa

sebesar 34,2%. Sedangkan untuk usaha

menengah memiliki pangsa sebesar 22,3% dari

total kredit UMKM (Grafik 4.59). Seiring dengan

moderasi pertumbuhan kredit perbankan secara

umum, pada triwulan II 2018 laju pertumbuhan

kredit UMKM juga mengalami perlambatan

menjadi sebesar 7,1% (yoy) dibandingkan dengan

pertumbuhan sebesar 8,1% (yoy) pada triwulan I

2018. Hal ini terjadi karena kredit usaha mikro dan

kecil yang mengalami pertumbuhan masing-

masing sebesar 18,5% (yoy) dan 6,7% (yoy)

sedangkan kredit usaha menengah mengalami

kontraksi sebesar 6,1% (yoy) (Grafik 4.60).

Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.55 Perkembangan Aset BPR Grafik 4.57 Pertumbuhan Kredit BPR

Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.56 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara Grafik 4.58 Pangsa Kredit BPR per Sektoral

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 68

Secara sektoral, kenaikan laju pertumbuhan kredit

UMKM tersebut dipengaruhi oleh kenaikan laju

pertumbuhan kredit UMKM pada hampir semua

sektor. Perdagangan yang merupakan kontributor

terbesar dengan pangsa 65,0% pada triwulan II

2018 tumbuh sebesar 2,1% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 3,3% (yoy). Selain itu sektor

pertanian juga mengalami pertumbuhan sebesar

44,5% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode

lalu yang tumbuh sebesar 53,8% (yoy) (Grafik

4.61) Dari sisi risiko kreditnya, NPL kredit UMKM

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan I

2018 namun masih di bawah threshold 5%. Pada

triwulan II 2018 NPL kredit UMKM tercatat sebesar

4,86%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 4,77%. Kondisi

tersebut dipengaruhi oleh kenaikan tingkat risiko

di sektor perdagangan dan industri pengolahan

(Grafik 4.62).

Seiring dengan adanya perubahan kebijakan KUR

(Kredit Usaha Rakyat) pada tahun 2017, terdapat

peningkatan penyaluran kredit kepada usaha

rakyat. Sampai dengan triwulan II 2018, baki debet

KUR di Sulawesi Tenggara mencapai Rp1,60 triliun

dengan jumlah debitur aktif mencapai 77.430

nasabah (Grafik 4.63). Penyaluran KUR di Sulawesi

Tenggara masih terkonsentrasi pada usaha di

sektor perdagangan yang mencapai 60,6%.

Sementara itu penyaluran pada sektor primer

seperti ke pertanian dan perikanan sudah

menunjukkan adanya peningkatan. Selain itu

industri pengolahan dan sektor penyediaan

akomodasi dan penyediaan makan minum juga

terus mengalami peningkatan.

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.59 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.61 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.60 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.62 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan

65.0%6.4%

8.5%4.5%

3.7%

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0 Tw III 17 Tw IV 17 Tw I 18 Tw II 18%, yoy

pangsa

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 69

4.5.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk

Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara

terutama dari sisi penghimpunan dana mengalami

peningkatan, begitu juga dari sisi kredit. Rasio

jumlah rekening DPK terhadap penduduk

angkatan kerja di Sulawesi Tenggara tetap

menunjukkan rasio yang tinggi yang pada triwulan

II 2018 rasio tersebut tercatat sebesar 185,7%

(Grafik 4.65). Rasio yang lebih besar dari 100%

menunjukkan bahwa terdapat penduduk

angkatan kerja di Sulawesi Tenggara yang memiliki

rekening simpanan lebih dari satu. Selain itu rasio

lebih dari 100% juga mengindikasikan adanya

penduduk bukan angkatan kerja yang juga

memiliki rekening seperti siswa sekolah maupun

mahasiswa.

Sementara itu, pada triwulan II 2018 rasio jumlah

rekening kredit terhadap penduduk angkatan kerja

di Sulawesi Tenggara masih stabil pada kisaran

19,5% (Grafik 4.66). Meskipun demikian, rasio

tersebut cenderung menurun karena pada awal

tahun 2016 rasio dapat mencapai 21,0. Masih

rendahnya rasio rekening kredit menunjukkan

bahwa fasilitas pembiayaan masih sedikit

digunakan oleh masyarakat di provinsi ini dan

masih terdapat ruang untuk meningkatkan

penyaluran kredit di masa yang akan datang.

Upaya pengembangan akses keuangan memiliki

peran penting dalam menjaga stabilitas sistem

keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara. Oleh karena itu, KPw BI

Provinsi Sulawesi Tenggara berupaya memberikan

dan memfasilitasi berbagai kegiatan edukasi

keuangan yang bertujuan untuk memberikan

informasi mengenai produk dan jasa keuangan

serta menumbuhkan kesadaran masyarakat pada

umumnya untuk menabung dan melakukan

pengelolaan keuangan.

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.63 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara Grafik 4.65 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.64 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara

Grafik 4.66 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 70

BOKS 1

MENDUNIANYA KERAJINAN SULAWESI TENGGARA MELALUI KARYA KREATIF

INDONESIA

Bank Indonesia kembali melakukan salah satu agenda rutinnya untuk mendorong UMKM binaan

melalui kegiatan Karya Kreatif Indonesia (KKI) di Jakarta Convention Center, Jakarta. Kegiatan yang

berlangsung pada tanggal 20 22 Juli 2018 tersebut diikuti oleh 46 kantor perwakilan Bank Indonesia

dari seluruh Indonesia dengan mengedepankan beberapa komoditas unggulan seperti kain dan kuliner

khas daerah sehingga menjadi suatu peluang yang sangat baik untuk mempromosikan kerajinan khas

daerah. Menyadari peluang yang sangat baik tersebut, KPw BI Sultra turut serta berpartisipasi dalam

kegiatan tersebut dengan membawa kain tenun dari hasil UMKM binaan, yaitu tenun Masalili dan tenun

Sulaa. Selain tenun, KPw BI Sultra juga bekerjasama dengan mitra oleh-oleh di Kendari untuk memasarkan

produk olahan mete sebagai bentuk penegasan bahwa KPw BI Sultra merupakan salah satu penghasil

mete dengan kualitas yang sangat baik di Indonesia.

Gambar 1. Beragam Kain Tenun UMKM Binaan KPw BI Sultra Pada Kegiatan KKI 2018

Sumber: Bank Indonesia

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 71

Dalam 3 hari pelaksanaan kegiatan tersebut, KPw BI Sultra mendapatkan hasil yang cukup baik.

Secara keseluruhan, penjualan KPw BI Sultra meningkat hingga lebih dari 90% dibandingkan dengan

capaian pada kegiatan KKI tahun 2017. Capaian tersebut jauh lebih baik dari rata-rata pertumbuhan

penjualan secara keseluruhan pada kegiatan KKI 2018 yang tumbuh sebesar 55% dibandingkan dengan

penjualan pada KKI 2017. Untuk produk Sulawesi Tenggara, tenun masih menjadi komoditas yang paling

diminati oleh para pengunjung stand KPw BI Sultra, terutama tenun yang menggunakan pewarna alam.

Keindahan motif dan kualitas menjadi keunggulan dari tenun Sulawesi Tenggara sehingga mampu

menarik minat istri dari para pejabat Bank Indonesia untuk membeli tenun tersebut. Selain itu, Ibu

Presiden Iriana Jokowi juga menyempatkan hadir dan berkunjung ke stand KPw BI Sultra untuk melihat

keindahan tenun yang ditawarkan oleh para penenun dari desa Masalili dan Sulaa.

Selain keuntungan berupa peningkatan nominal penjualan bagi para penenun, promosi atas

tenun Sulawesi Tenggara juga berjalan sukses. Tidak hanya di tingkat nasional, Tenun Masalili yang

merupakan salah satu komoditas yang paling diminati pun akan dipromosikan pada tingkat internasional.

Hal tersebut terjadi karena tenun Masalili terpilih sebagai salah satu tenun yang akan dipromosikan pada

festival tenun internasional yang akan berlangsung di Jepang.

Gambar 2. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara Mempromosikan

Produksi Tenun Binaan Kepada Ibu Presiden Republik Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 72

Gambar 3. Tingginya Minat Para Pembeli Kain Tenun Masalili dan Tenun Sulaa

Sumber: Bank Indonesia

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 73

SISTEM PEMBAYARAN

& PENGELOLAAN

UANG RUPIAH

5

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 74

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

NONTUNAI

Terdapat 2 (dua) sistem pembayaran nontunai

yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia di

provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank

Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS).

Kedua sistem tersebut berjalan dengan baik dan

lancar selama triwulan II 2018. Penguatan

infrastruktur dan kebijakan sistem pembayaran

yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara

konsisten dan berkesinambungan mampu

memitigasi risiko kredit, likuiditas, dan operasional

dalam sistem pembayaran.

Selama triwulan II 2018, nilai transaksi sistem

pembayaran nontunai di Sulawesi Tenggara

mencapai Rp2,67 triliun mengalami akselerasi

pertumbuhan sebesar 18,0% (yoy) dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang mengalami

pertumbuhan sebesar 6,0%-yoy (Grafik 5.1).

Selain itu, perbaikan pertumbuhan juga terjadi

pada jumlah transaksi pembayaran nontunai.

Selama triwulan laporan, jumlah transaksi

nontunai tumbuh sebesar 9,62% (yoy), mengalami

peningkatan yang signifikan, mengingat pada

periode sebelumnya mengalami kontraksi sebesar

10,74%-yoy (Grafik 5.2).

Berdasarkan preferensi penggunaannya, sebagian

besar nilai transaksi nontunai masih menggunakan

SKNBI sebesar 66,9% dan sisanya sebesar 33,1%

menggunakan BI-RTGS. Sementara dari sisi volume

transaksi, penggunaan SKNBI mencapai 98,9%

sedangkan penggunaan BI-RTGS hanya sebesar

1,1% (Grafik 5.3). Kondisi tersebut menunjukkan

bahwa sebagian besar transaksi perekonomian di

Sulawesi Tenggara masih merupakan transaksi ritel

dengan rata-rata sebesar Rp35,23 juta per

transaksi. Sementara untuk transaksi sistem

pembayaran nilai besar yang menggunakan BI-

RTGS rata-rata sebesar Rp1,51 miliar per transaksi

(Grafik 5.4).

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.1 Nilai Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.3 Preferensi Penggunaan Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.2 Jumlah Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.4 Rata-rata Nilai Per Transaksi Sistem Pembayaran Nontunai Sulawesi Tenggara

2,952

3,362

2,8613,160

2,5872,264

2,598

2,9422,743 2672

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018SKNBI BI-RTGS

Rp miliar

SKNBI BI-RTGS

Transaksi1,13%

Nominal33%

TW II 2018

61,483

64,110

56,588

63,054

55,254

46,87450,426

54,973

49,317 51387

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018SKNBI BI-RTGS

transaksi

35,23

51,99

30

35

40

45

50

55

60

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

Rp J

uta

SKNBI BI-RTGS SP Nontunai

1,51

1,0

1,5

2,0

Rp m

iliar

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 75

5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring

Selama triwulan II 2018, nilai transaksi sistem

pembayaran nontunai melalui SKNBI di Sulawesi

Tenggara mencapai Rp1,79 triliun, mengalami

peningkatan sebesar 9,57% (yoy). Capaian

tersebut meningkat signifikan dibandingkan

periode sebelumnya yang terkontraksi sebesar

7,24% (yoy). Sementara itu, total transaksi SKNBI

selama periode tersebut sebesar 50.805 kali,

mengalami kenaikan sebesar 9,56% (yoy)

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 7,52% (yoy). Dilihat dari sisi

penggunaannya, nominal transaksi kliring masih

mendominasi, dengan pangsa kliring kredit

sebesar 71,9%, sementara penggunaan kliring

debet sebesar 28,1%. Pada periode tersebut rata-

rata kliring kredit adalah sebesar Rp40,56 juta per

transaksi, sementara kliring debet hanya sebesar

Rp26,32 juta per transaksi. Kliring kredit secara

umum dikenal sebagai transfer antar bank dan

dilakukan secara paperless, sementara kliring

debet dilakukan dengan menggunakan warkat

seperti cek dan bilyet giro. Proses transfer antar

bank yang semakin mudah, baik melalui teller

bank, ATM, e-banking maupun sms banking

semakin memperbesar penggunaan kliring kredit.

Dilihat dari volume, transaksi SKNBI di Sulawesi

Tenggara masih berada pada trend yang stabil

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada

triwulan II 2018, perputaran kliring mencapai

Rp33,15 miliar/hari dengan jumlah transaksi

mencapai 940,83 transaksi/hari. Perputaran kliring

kredit dapat mencapai Rp23,85 miliar/hari

sementara kliring debet mencapai Rp9,3 miliar/hari

(Grafik 5.8).

Dalam melakukan transaksi usahanya, pemilik

rekening giro lebih banyak memanfaatkan Bilyet

Giro (BG) daripada cek. Pada triwulan II 2018,

sebanyak 46,26% transaksi kliring debet

menggunakan BG dengan nominal mencapai

Rp238,25 miliar. Sementara itu, pemanfaatan cek

sebanyak 36,35% dengan nilai sebesar Rp187,23

miliar, sedangkan penggunaan warkat lain sebesar

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.5 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.7 Preferensi Penggunaan Cek dan BG dalam Kliring Debet Penyerahan di Sultra

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.6 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.8 Perputaran Kliring Harian

2.3192.488

2.172

2.359

2.000

1.634

1.850

2.025

1.856

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring

Rp miliar

71,9%

28,1%

share1790

222,01 Miliar

Cek Bilyet Giro Lain

187,23 Miliar cek

25,05%

0,37%

Transaksi4882 Cek

10701 BG

73 Lain

Nominal

46,26%0,11%

238,25 Miliar BG

0,61 Miliar Lain

TW II2018

36,35%

54,91%

61,15363,581

56,110

62,515

54,729

46,37049,908

54,25750,611 50,805

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

Kliring Kredit Kliring Debet

transaksi

62,5%

37,5%

share 23.9

9.3

33.2

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

Kliring Kredit Kliring Debet Total Kliring

Rp miliar/ hari

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 76

0,11% dari total transaksi kliring debet. Dari sisi

kepatuhan dan risiko kredit, penarikan cek dan BG

kosong mengalami penurunan setelah sebelumnya

tercatat sebanyak 537 lembar menjadi 431 lembar

dengan nominal mencapai Rp12,69 miliar (Grafik

5.9). Dengan demikian, tingkat penarikan Cek/BG

kosong pada triwulan II 2018 hanya sebesar 2,7%

dari total penarikan kliring debet, sedikit lebih

tinggi daripada triwulan sebelumnya yang

mencapai 2,5%. (Grafik 5.10).

Secara spasial, transaksi SKNBI masih dominan

dilakukan di Kota Kendari dengan pangsa nominal

mencapai 67,2% dari total transaksi kliring di

Sulawesi Tenggara. Total transaksi kliring di Kota

Kendari mencapai Rp1,20 triliun, masih relatif

rendah namun penurunannya melandai, karena

sejak triwulan IV 2016 berada pada trend yang

menurun. Kondisi perbaikan juga diikuti oleh Kota

Bau-Bau dengan transaksi kliring mencapai

Rp314,82 miliar dengan pangsa mencapai 17,6%

(Grafik 5.12).

5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS

Pada triwulan II 2018 transaksi BI-RTGS di Sulawesi

Tenggara menunjukkan adanya peningkatan. Pada

periode tersebut transaksi BI-RTGS mencapai

Rp881,85 miliar, atau tumbuh sebesar 39,82%

(yoy). Meskipun mengalami pertumbuhan yang

pesat, namun masih lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 51,24%-yoy (Grafik

5.13). Pemanfaatan pembayaran nontunai melalui

BI-RTGS mengalami peningkatan disebabkan oleh

meningkatnya kinerja lapangan usaha

perdagangan. BI-RTGS merupakan sistem

pembayaran nontunai dengan minimal nilai

transaksi sebesar Rp100 juta sehingga lebih

banyak digunakan untuk aktivitas ekonomi skala

besar khususnya dalam jual beli komoditas.

Sementara itu untuk volume transaksi, pada

triwulan II 2018 tercatat mencapai 582 transaksi.

Dengan demikian pada periode tersebut rata-rata

transaksi BI-RTGS mencapai Rp1,51 miliar, lebih

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.9 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.11 Transaksi Kliring Per Kota/Kabupaten

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.10 Persentase Tolakan Berdasarkan Warkat Grafik 5.12 Perkembangan Transaksi Kliring Per

Kota/Kabupaten

12,69

431

0

200

400

600

800

1000

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

Nominal Transaksi (sb.kanan)

Rp miliar transaksi

Kendari67,2%

Baubau17,6%

Muna7,9%

Kolaka3,5%

Konut 3% Konawe0,26%

Kolut0,08%

Bombana0,25%

TW II2018

3.20%

1.65%

2.46%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

Cek BG Total

% tolakan

314,826

141,97

54,9060

100

200

300

400

500

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018Kendari Baubau Muna Kolaka Konut

Rp miliar

1203,35

8001.0001.2001.4001.6001.800

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 77

tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar

Rp1,32 miliar.

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI

5.2.1. Aliran Uang Kartal

Transaksi pembayaran tunai pada triwulan II 2018

memiliki pola net-outflow, yaitu aliran uang yang

keluar dari KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara lebih

besar dibandingkan dengan uang yang masuk.

Kondisi tersebut sama dengan pola di tahun

sebelumnya. Aliran outflow pada periode tersebut

mencapai Rp1.995,14 miliar, turun 4,51%

dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu

sebesar Rp2.089,47 miliar. Sementara itu untuk

aliran inflow atau aliran uang masuk ke KPwBI

Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode yang

sama tercatat sebesar Rp1,02 triliun, naik 53,48%

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mencapai Rp667,02 miliar. Secara keseluruhan,

karena jumlah outflow yang lebih besar daripada

inflow, maka pada triwulan II 2018 terjadi net-

outflow sebesar Rp971,41 miliar (Grafik 5.16).

Kondisi net-outflow tersebut disebabkan karena

realisasi penarikan perbankan untuk memenuhi

kebutuhan uang di masyarakat selama periode

Ramadhan relatif lebih besar dibandingkan dengan

periode lainnya. Selanjutnya uang kartal yang

beredar akan terserap masuk kembali ke

perbankan dan pada akhirnya masuk kembali ke

1Kas Titipan adalah kegiatan penyediaan uang rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan kepada salah satu bank untuk mencukupi

persediaan kas bank-bank dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah/daerah tertentu.

Bank Indonesia saat bank mengalami kelebihan

likuiditas uang kartal dan Uang Tidak Layak Edar

(UTLE).

Untuk memperluas cakupan layanan kas ke

seluruh wilayah Sulawesi Tenggara, Bank

Indonesia melaksanakan kegiatan Kas Titipan1.

Saat ini di Sulawesi Tenggara, KPw BI Sulawesi

Tenggara sudah memiliki 3 (tiga) Kas Titipan yang

sudah berjalan yaitu Kas Titipan Bau-Bau, Kas

Titipan Kolaka, dan Kas Titipan Raha yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Uang

Layak Edar (ULE) dan meningkatkan kualitas uang

yang beredar di daerah tersebut. Pada triwulan II

2018, penarikan perbankan dari Kas Titipan Bau-

Bau, Kolaka dan Raha berlangsung efektif sekitar

31,98% dari total akumulatif penarikan bank se-

Sultra. Hal tersebut tercermin dari realisasi

penarikan ketiga Kas Titipan tersebut yang masing-

masing mencapai 9,98%, 12,81% dan 8,96% dari

total outflow pada periode tersebut (Grafik 5.17).

Dengan semakin tersebarnya layanan kas titipan,

maka masyarakat dapat lebih mudah dan cepat

mendapatkan uang kartal dalam jumlah nominal

yang cukup serta kondisi Uang Layak Edar (ULE)

dengan kualitas yang lebih baik.

5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia secara berkala terus menjaga

ketersediaan uang layak edar (ULE) di masyarakat.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.13 Perkembangan Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara

Grafik 5.14 Perputaran Harian Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara

881,85

582

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018Nominal Transaksi

Rp miliar transaksi

16,33

10,78

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018Rata rata harian nilai Rata rata harian volume

Rp miliar/hari transaksi/hari

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 78

Uang layak edar adalah uang rupiah asli yang

memenuhi persyaratan untuk diedarkan

berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia. Penyediaan uang rupiah yang

berkualitas sangat penting untuk menjaga

integritas rupiah sebagai salah satu simbol

kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selain itu, ULE akan memberikan kenyamanan

dalam bertransaksi bagi masyarakat. Uang rupiah

dinyatakan tidak layak edar berdasarkan standar

Bank Indonesia apabila kondisinya telah berubah,

antara lain karena jamur, minyak, bahan kimia dan

coretan atau uang yang fisiknya berubah karena

terbakar, berlubang atau robek.

Tidak hanya melalui penukaran di kantor Bank

Indonesia, KPw BI Provinsi Sulawesi Tenggara juga

2Kas Keliling adalah kegiatan penukaran uang rupiah oleh Bank Indonesia kepada masyarakat atau pihak lain yang melakukan kerja sama

dengan Bank Indonesia dengan menggunakan moda transportasi; dilakukan dengan mekanisme retail (kepada masyarakat umum) dan

wholesale (kepada perbankan).

memperluas jaringan pelayanan penukaran uang

pecahan kecil dan uang lusuh/rusak dari

masyarakat melalui penandatanganan MoU

dengan Perbarindo Sultra. KPw BI Provinsi Sulawesi

Tenggara juga tetap berupaya secara langsung

menyediakan uang layak edar melalui pelayanan

penukaran uang cacat, rusak, dicabut dan ditarik

dari peredaran pada hari kerja tertentu. Pada

triwulan II 2018, kegiatan penukaran uang di loket

BI mencapai Rp1,75 miliar, turun sebesar 95,27%

dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

Rp37,01 miliar. Hal ini disebabkan efektif dan

optimalnya mekanisme layanan penukaran uang

pecahan kecil yang juga dilaksanakan di loket

perbankan. Selain itu, KPw BI Provinsi Sulawesi

Tenggara juga melakukan kegiatan Kas Keliling2 di

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Ket: Lain = Penukaran, Kas Keliling dan Penarikan Non bank

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.15 Aliran Uang Kartal BI-Perbankan di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.17 Aliran Uang Kartal Keluar Berdasarkan Lokasi Kas

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.16 Posisi Net Outflow Uang Kartal di Sulawesi Tenggara

Grafik 5.18 Outflow Melalui Kegiatan Penukaran dan Kas Keliling di Sulawesi Tenggara

53.5

-4.5

-100.0

-80.0

-60.0

-40.0

-20.0

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

(2,500.00)

(2,000.00)

(1,500.00)

(1,000.00)

(500.00)

-

500.00

1,000.00

1,500.00

2,000.00

2,500.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Inflow Outflow g Inflow (sb. Kanan) g Outflow (sb. Kanan)

%, yoyRp Miliar

64.6%

50.8% 38.6%

67.5%

34.7%

14.2%

19.7%

10.0%22.0%

29.5%

12.8%

12.0% 9.6% 9.0%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

KENDARI KASTIP BAUBAU KASTIP KOLAKA LAIN KASTIP MUNA

1,422.4

-818.7

971.4

-1,500.0

-1,000.0

-500.0

0.0

500.0

1,000.0

1,500.0

2,000.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Rp Miliar

net inflow

net outflow

1.75

10.82

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018

PENUKARAN KAS KELILING

Rp miliar

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 79

dalam kota maupun di luar Kota Kendari hingga

wilayah terpencil yang sulit dijangkau oleh layanan

perbankan. Selama bulan April hingga Juni 2018,

kegiatan kas keliling telah dilakukan sebanyak 28

(dua puluh dua) kali kegiatan, dengan rincian 12

(dua belas) kali kegiatan di luar Kota Kendari dan

16 (enam belas) kali kegiatan di dalam Kota

Kendari. Kas keliling di luar Kota Kendari tersebut

dilakukan di Kabupaten Konawe Selatan,

Bombana Kabupaten Bombana, Kabupaten

Konawe Utara, Kabupaten Konawe Kepulauan,

Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten Konawe,

Kabupaten Muna Barat, dan Kabupaten Kolaka

Timur.

Di sisi lain, demi menjaga agar kualitas uang yang

beredar di masyarakat dalam kondisi yang baik,

Bank Indonesia juga secara berkala melakukan

kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar

(UTLE). Pada triwulan II 2018, uang yang telah

dimusnahkan mencapai Rp115,49 miliar, dengan

rasio 11,28% terhadap inflow di periode yang

sama (Grafik 5.19). Hal tersebut sejalan dengan

kebijakan clean money policy melalui peningkatan

standar kualitas uang (soil level3) yang diedarkan.

Tingkat soil level untuk Uang Pecahan Besar (UPB)

di Sulawesi Tenggara dituntut pada minimal level

9 dan Uang Pecahan Kecil (UPK) minimal di level 7.

5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli

Pecahan besar masih mendominasi peredaran

uang tidak asli yang ditemukan pada triwulan II

3Soil Level yang digunakan Bank Indonesia memiliki kisaran soil level 1 sampai dengan 16. Soil level 1 adalah uang yang sangat tidak layak

edar dan soil level 16 adalah uang hasil cetak sempurna (HCS) dari Perum Peruri.

2018. Selama triwulan II 2018, telah ditemukan

uang tidak asli sebanyak 23 lembar, mengalami

penurunan dibandingkan dengan penemuan pada

triwulan II tahun sebelumnya yang tidak terdapat

temuan uang tidak asli. Temuan uang tidak asli

selama triwulan II 2018 didominasi oleh pecahan

uang Rp50.000,- sebanyak 14 lembar dan 9

lembar pecahan uang Rp100.000,- (Grafik 5.20).

Temuan uang tidak asli tersebut berasal dari

beberapa sumber, antara lain laporan bank,

laporan masyarakat, pengolahan uang di BI, serta

hasil temuan kasus pemalsuan uang rupiah oleh

pihak kepolisian. Sebagai upaya untuk

mengantisipasi peredaran uang palsu sekaligus

memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai

ciri-ciri keaslian uang rupiah, KPw BI Provinsi

Sulawesi Tenggara juga senantiasa melakukan

kegiatan sosialisi ciri-ciri keaslian uang rupiah dan

cara memperlakukan uang dengan baik secara

kontinu kepada seluruh komponen di Sulawesi

tenggara di setiap kegiatan yang dilakukan Bank

Indonesia maupun bersama stakeholder dalam

berbagai kegiatan lainnya melalui slogan 3D

(Dilihat, Diraba, Diterawang).

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.19 Rasio Pemusnahan Uang Rupiah Terhadap Inflow Grafik 5.20 Komposisi Pecahan Uang Tidak Asli Yang Ditemukan

115.50

11.28 0

20

40

60

80

100

120

140

-

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

800.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

Pemusnahan Rasio Pemusnahan/Inflow (sb.kanan)

Rp, Miliar Rasio (%)

39.13%

60.87%

Pecahan 100.000 Pecahan 50.000 Pecahan 20.000 Pecahan 10.000

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 80

BOKS 2

GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL, UPAYA MEMUDAHKAN TRANSAKSI

NONTUNAI

Sebagai otoritas sistem pembayaran, Bank Indonesia senantiasa mengeluarkan kebijakan untuk

mendorong kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan transaksi nontunai. Dimulai dengan Gerakan

Nasional Non Tunai (GNNT), Bank Indonesia kini meluncurkan kebijakan dalam bentuk Gerbang

Pembayaran Nasional (GPN). GPN merupakan sistem yang dibangun oleh Bank Indonesia untuk

memberikan layanan yang optimal kepada masyarakat dan merchant sehingga proses lebih simpel,

transaksi pembayaran lebih mudah, aman dan nyaman serta menghemat biaya bagi kedua pihak.

Dalam upaya mensosialisasikan GPN, Bank Indonesia melakukan launching secara bertahap di

seluruh Indonesia dan Sulawesi Tenggara menjadi salah satu provinsi yang mendapatkan kesempatan

untuk melakukan launching GPN pertama se-Indonesia. Kegiatan launching tersebut dilakukan pada 29

Juli 2018 di pelataran MTQ dengan rangkaian acara berupa fun walk dan pelayanan penukaran kartu

GPN kepada seluruh masyarakat dan dihadiri langsung oleh Pj. Sekda Sulawesi Tenggara, Kepala

Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara, Kepala Perwakilan OJK Sulawesi Tenggara,

FORKOMPINDA, akademisi dan stakeholders Bank Indonesia lainnya. Animo masyarakat pada kegiatan

tersebut juga cukup tinggi dengan ribuan orang turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

.

Gambar 1. Launching GPN Oleh KPw BI Sultra

Untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat, Bank Indonesia bersama perbankan berupaya

terjun langsung ke masyarakat untuk melayani penukaran kartu GPN pada tanggal 30 Juli hingga 3

Agustus 2018 melalui pembukaan loket penukaran di beberapa lokasi yang dianggap strategis seperti

Swalayan Rabam, Pasar Sentral, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tenggara dan Kantor BPD

Sultra. Kegiatan penukaran tersebut diikuti oleh 10 perbankan yaitu BPD Sultra, Bank Mandiri, BNI, BCA,

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 81

BRI, Bank Muamalat, BTN, Bank CIMB Niaga, BRI Syariah dan Bank Mandiri Syariah. Masing-masing bank

menyediakan kartu GPN dengan jumlah yang tidak sedikit sebagai bentuk pelayanan prima kepada

masyarakat.

Dengan kegiatan tersebut, dalam 1 minggu telah dilakukan penukaran kartu GPN sebanyak 2.721

dari 10 bank tersebut. Hal tersebut cukup baik dibandingkan dengan target yang dicanangkan untuk

penukaran dalam periode tersebut yang sebanyak 2.500 kartu. Hal tersebut juga didorong oleh edukasi

dan sosialisasi terkait dengan GNNT dan GPN yang terus dilakukan oleh KPw BI Sultra. Meskipun periode

penukaran dalam agenda launching telah berakhir, KPw BI Sulawesi Tenggara masih terus berupaya

mendorong penukaran kartu GPN melalui sosialisasi keuntungan memiliki kartu GPN dan juga memenuhi

target nasional satu orang memiliki minimal satu kartu GPN pada tahun 2022.

Gambar 2. Penukaran Kartu GPN di Beberapa Lokasi

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 82

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 87

KONDISI TENAGA KERJA

& KESEJAHTERAAN

6

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 88

6.1. GAMBARAN UMUM

Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan

masyarakat Sulawesi Tenggara pada triwulan II

2018 lebih baik dibandingkan periode

sebelumnya. Peningkatan kondisi ketenagakerjaan

dan kesejahteraan terutama dipengaruhi oleh

adanya akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2018. Indikasi perbaikan

ketenagakerjaan terutama berasal dari permintaan

tenaga kerja yang meningkat serta adanya

investasi asing yang menyerap cukup banyak

tenaga kerja. Sementara itu peningkatan

kesejahteraan terlihat dari kenaikan indeks

penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar Petani

(NTP) pada periode tersebut jika dibandingkan

dengan periode sebelumnya.

6.2. KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara

pada triwulan II 2018 diindikasikan mengalami

perbaikan. Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh

adanya akselerasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara pada triwulan II 2018. Indikasi perbaikan

terutama berasal dari permintaan tenaga kerja

(demand of labor) yang membaik serta adanya

investasi asing yang menyerap cukup banyak

tenaga kerja. Sementara itu, dari sisi penawaran

tenaga kerja (supply of labor) diindikasikan

mengalami penurunan ditandai dengan

penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja dan

meningkatnya penduduk yang bukan angkatan

kerja.

Permintaan Tenaga Kerja

Perbaikan kondisi ketenagakerjaan pada triwulan II

2018 tercermin dari ketersediaan lapangan kerja

yang lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya.

Hal tersebut diindikasikan pada Indeks Realisasi

Penggunaan Tenaga Kerja oleh pelaku usaha

sesuai hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

pada triwulan II 2018 sebesar 10,7%, meningkat

signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 0,5% (Grafik 6.1). Peningkatan indeks

realisasi penggunaan tersebut terlihat dari adanya

pelaku usaha yang mengalami peningkatan tenaga

kerja sebesar 8%, sementara pelaku usaha yang

mengalami penurunan hanya sebesar 2% dan

sisanya sebesar 89% pelaku usaha tidak

mengalami perubahan jumlah tenaga kerja.

Berdasarkan jenis usahanya, peningkatan

penggunaan tenaga kerja terutama terjadi pada

lapangan usaha konstruksi, usaha jasa keuangan,

dan usaha pertambangan. Pada lapangan usaha

konstruksi dan usaha jasa keuangan, terdapat

40% pelaku usaha mengalami peningkatan

tenaga kerja, sementara pada usaha

pertambangan terdapat 21% pelaku usaha

mengalami penambahan tenaga kerja.

Penambahan penggunaan tenaga kerja tersebut

didorong oleh meningkatnya aktivitas produksi

termasuk untuk kebutuhan operator

mesin/peralatan baru. Meskipun demikian,

Sumber: SK & SKDU KPw BI Sultra, diolah

Sumber: SKDU KPw BI Sultra, diolah

Grafik 6.1 Penggunaan Tenaga Kerja dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Grafik 6.2 Kondisi Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Usaha

10,7%

115,7

60

70

80

90

100

110

120

130

140

-10,0%

-7,5%

-5,0%

-2,5%

0,0%

2,5%

5,0%

7,5%

10,0%

12,5%

15,0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018Indeks Penggunaan Tenaker - Sisi Pelaku Usaha

Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan-Sisi RT (sb.kanan)

Indeks SBT, Indeks

6%

67%

3%

2%

83%

100%

79%

95%

33%

60%

89%

100%

60%

89%

11%

0%

21%

5%

0%

40%

8%

0%

40%

8%

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Industri

Perdagang..

Tambang

Pertanian

Listrik, Gas..

Bangunan

Hotel &..

Real Estate

Bank &..

SULTRA

Menurun Tetap Meningkat

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 89

terdapat pula usaha yang mengalami penurunan

terutama pada usaha listrik, gas dan air bersih

disebabkan oleh adanya pegawai yang memasuki

masa pensiun (Grafik 6.2).

Kondisi peningkatan penyerapan tenaga kerja

tersebut juga dirasakan dari sisi rumah tangga

sebagai sumber penawaran tenaga kerja. Hal ini

diindikasikan dari Indeks Ketersediaan Lapangan

Kerja sesuai hasil Survei Konsumen (SK) sebesar

115,7 pada triwulan II 2018 (Grafik 6.1). Indeks

tersebut tercatat mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya

mencapai 103,0. Rumah tangga yang merasakan

adanya peningkatan ketersediaan lapangan

pekerjaan adalah yang memiliki pekerjaan di usaha

hotel restoran dan usaha transportasi seiring

dengan peningkatan kinerja lapangan usaha

tersebut pada masa liburan sekolah dan lebaran

pada akhir triwulan II 2018.

Selain itu, peningkatan penyerapan tenaga kerja

juga berasal dari meningkatnya investasi swasta

dalam bentuk PMA (Penanaman Modal Asing).

Pada triwulan II 2018, realisasi investasi swasta

yang dilakukan di Sulawesi Tenggara menyerap

tenaga kerja sebesar 550 jiwa dengan 96,2%

berasal dari investasi PMA dan sebesar 3,8%

berasal dari investasi PMDN (Grafik 6.3).

1 Indikator penawaran tenaga kerja pada triwulan II 2018 masih menggunakan data Sakernas Februari 2018 (BPS) karena

data berikutnya yang tersedia yaitu Sakernas Agustus 2018 baru dirilis pada November 2018.

Penyerapan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 117

tenaga kerja baru.

Penawaran Tenaga Kerja

Pada triwulan II 2018, kondisi penawaran tenaga

kerja di Sulawesi Tenggara menunjukkan adanya

penurunan.1 Hal ini dicerminkan dengan adanya

penurunan tingkat partisipasi angkatan kerja

(TPAK) pada Februari 2018 yang hanya sebesar

72,73%, lebih rendah daripada kondisi Februari

2017 yang dapat mencapai 73,05%. Meskipun

demikian, TPAK pada periode tersebut merupakan

kondisi natural di Sulawesi Tenggara karena antara

tahun 2014 s.d 2017, rata-rata TPAK di provinsi ini

adalah sebesar 71,77%. Dengan TPAK yang lebih

rendah, maka jumlah penawaran tenaga kerja

menjadi lebih rendah karena penduduk dengan

usia yang produktif memilih untuk tidak masuk ke

dalam angkatan kerja.

Preferensi penduduk yang memilih untuk tidak

masuk ke dalam angkatan kerja tersebut terlihat

dari adanya peningkatan jumlah penduduk usia

kerja dengan kegiatan Bukan Angkatan Kerja

sebesar 3,62% (yoy) sehingga pada bulan Februari

2018 jumlahnya mencapai 482.326 jiwa (Grafik

6.4). Peningkatan tersebut terjadi pada jumlah

penduduk yang melakukan aktivitas mengurus

rumah tangga sebesar 5,9% (yoy) dan penduduk

Sumber: National Single Window for Investment, diolah

Sumber: BPS (Sakernas), diolah

Grafik 6.3 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Dari Sisi Tenaga Kerja

Grafik 6.4 Pertumbuhan Penduduk Usia Kerja dan Angkatan Kerja Sulawesi Tenggara

88 529

29

21

0

1000

2000

3000

4000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018

PMA PMDN

orang

2,47

2,43

4,08

2,00

-1,66

3,62

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

Feb 2014 Feb 2015 Feb 2016 Feb 2017 Feb 2018

Penduduk >15 th Angkatan Kerja

Bukan Angkatan Kerja

%, yoy

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 90

yang bersekolah sebesar 6,5% (yoy). Dari total

jumlah penduduk usia kerja yang bukan angkatan

kerja tersebut terdapat 58% yang mengurus

rumah tangga dan sebanyak 33% yang sekolah.

Penurunan TPAK tersebut dipengaruhi juga oleh

pertumbuhan angkatan kerja yang lebih rendah

daripada pertumbuhan penduduk usia kerja (di

atas 15 tahun). Pada periode tersebut angkatan

kerja hanya tumbuh sebesar 2,0% (yoy),

sedangkan penduduk usia kerja tumbuh sebesar

2,43%-yoy (Grafik 6.4). Sesuai dengan data BPS

Sulawesi Tenggara terkait ketenagakerjaan

periode Februari 2018, jumlah angkatan kerja di

Sulawesi Tenggara mencapai 1.286.623 jiwa.

Sementara itu, penduduk usia kerja (di atas 15

tahun) mencapai 1.768.949 jiwa pada bulan

Februari 2018.

Kondisi Penduduk Bekerja & Pengangguran

Sesuai dengan data dari Sakernas Februari 2018,

jumlah penduduk yang bekerja mencapai

1.250.729 jiwa, mengalami peningkatan sebesar

2,36% (yoy), sementara jika dibandingkan dengan

kondisi bulan Agustus 2017, terjadi penurunan

sebesar 4,80%. Jika dilihat dari sektor

ekonominya, sektor pertanian masih mendominasi

penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 39,25%

disusul oleh sektor jasa perdagangan sebesar

16,00% dan sektor administrasi pemerintahan

9,17% (Grafik 6.5). Sementara untuk jenis

pekerjaan yang dominan pada bulan Februari 2018

adalah kelompok orang yang bekerja sebagai

buruh/karyawan yaitu sebesar 33,17%.

Sementara itu, jumlah angkatan kerja yang

menganggur pada bulan Februari 2018 adalah

sebanyak 35.894 jiwa. Jumlah pengangguran

tersebut menurun sebanyak 3.670 jiwa atau

sebesar -9,27% (yoy) dibandingkan dengan

kondisi pada bulan yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu jika dibandingkan dengan kondisi

pada bulan Agustus 2017, terjadi peningkatan

jumlah pengangguran sebesar 16,30%. Hal ini

Tabel 6.1 Jenis Kegiatan Utama Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas di Sulawesi Tenggara

Angka tahunan menggunakan angka bulan Februari

Sumber: BPS (Sakernas)

Sumber: BPS diolah

Sumber: BPS Prov Sultra

Grafik 6.5 Penyerapan Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor

Grafik 6.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota Februari 2018

JENIS KEGIATAN 2014 2015 2016 2017 2018

Penduduk Usia Kerja 1,599,031 1,644,107 1,685,354 1,726,913 1,768,949

Angkatan Kerja 1,136,185 1,168,026 1,212,040 1,261,448 1,286,623

Bekerja 1,112,015 1,125,748 1,166,221 1,221,884 1,250,729

Pengangguran 24,170 42,278 45,819 39,564 35,894

Bukan Angkatan Kerja 462,846 476,081 473,314 465,465 482,326

Sekolah 148,879 158,693

Mengurus Rumah Tangga 265,906 281,595

Lainnya 50,680 42,038

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 71.05 71.04 71.92 73.05 72.73

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2.13 3.62 3.78 3.14 2.79

39,25

2,6

8,87

0,68

5,99

16

3,45 3,491,33

9,17 9,16

0

10

20

30

40

Pe

rtan

ian

Ta

mb

an

g

Indu

str

i

LG

A

Ko

nstr

uksi

Pe

rda

ga

ng

an

Tra

np

ort

asi

Akom

od

asi &

Mka

n M

inu

m

Jasa

Ke

ma

sya

raka

tan

Ad

min

istr

asi

Pe

me

rinta

han

Jasa L

ain

nya

Feb-17 Feb-18

%, pangsa

7,2

2

7,0

7

5,6

5

5,4

1

4,2

3

3,3

02

,97

2,6

2

2,6

1

2,4

7

2,4

3

2,0

8

1,9

4

1,6

9

1,6

5

1,4

8

0,5

6

0,4

7

0

2

4

6

8

Ke

nda

ri

Ba

uba

u

Mu

na

Ko

nke

p

Ko

nut

SU

LT

RA

Ko

laka

Ko

lut

Bu

sel

Bu

ton

Waka

tobi

Ko

ltim

Ko

naw

e

Bu

ten

g

Ko

nse

l

Bu

tur

Mu

ba

r

Bo

mb

an

a

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 91

menunjukkan bahwa pengurangan pengangguran

masih bersifat musiman dan belum terjadi

perbaikan secara struktural.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, tingkat

pengangguran terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara

pada bulan Februari 2018 tercatat sebesar 2,97%

Capaian tersebut lebih rendah jika dibandingkan

dengan kondisi pada bulan Februari 2017 yang

tercatat sebesar 3,14% dan Agustus 2017 yang

sebesar 3,30%. Secara spasial, tingkat

pengangguran terbesar justru terdapat di daerah

perkotaan yaitu di Kota Kendari (TPT 7,22%) dan

Kota Bau-Bau (TPT 7,07%). Sementara itu di

daerah kabupaten tingkat penganggurannya

relatif rendah dan hanya terdapat 3 daerah dengan

TPT di atas TPT Sulawesi Tenggara yaitu di Kab.

Muna, Kab. Konawe Kepulauan dan Kab. Konawe

Utara (Grafik 6.6).

6.3. KESEJAHTERAAN

Sejalan dengan akselerasi ekonomi yang terjadi,

kondisi kesejahteraan masyarakat Sulawesi

Tenggara cenderung mengalami peningkatan

pada triwulan II 2018. Hal ini terlihat dari kenaikan

indeks penghasilan masyarakat dan Nilai Tukar

Petani (NTP) pada periode tersebut jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Indikasi peningkatan tingkat penghasilan

masyarakat terlihat dari hasil Survei Konsumen

yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Sulawesi

Tenggara yang menunjukkan kenaikan Indeks

Penghasilan Konsumen (IPK) dari 149 pada

triwulan I 2018 menjadi 153 pada triwulan II 2018

(Grafik 6.7).

Penghasilan Petani (NTP)

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, sektor

pertanian merupakan sektor penyerap tenaga

kerja terbesar di Sulawesi Tenggara. NTP

merupakan suatu indikator kemampuan tukar

produk pertanian untuk keperluan memproduksi

produk pertanian. Penghasilan petani merupakan

salah satu tolok ukur dalam menentukan

kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor

pertanian. Pada triwulan II 2018, NTP Sulawesi

Tenggara tercatat sebesar 95,8 atau sedikit

meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2018

yang tercatat sebesar 94,1 (Grafik 6.8).Kenaikan

NTP terjadi pada subsektor peternakan,

perkebunan rakyat, perikanan dan hortikultura.

Sementara itu subsektor tanaman pangan

mengalami penurunan. NTP yang berada di bawah

100 menunjukkan bahwa rumah tangga yang

bergerak di lapangan usaha pertanian secara

umum masih harus mengeluarkan uang lebih

besar daripada total pendapatannya. Kondisi

tersebut terutama terjadi pada hampir seluruh

subsektor kecuali pada subsektor perikanan

dengan NTP sebesar 116,2, dan peternakan

dengan NTP sebesar 105,8.

Kemiskinan

Masih rendahnya NTP di Sulawesi Tenggara

menjadi indikasi masih relatif tingginya tingkat

kemiskinan di daerah pedesaan. Sesuai data BPS

Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui bahwa

Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah

Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 6.7 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.8 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara

153,3

134,0

110

120

130

140

150

160

170

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 2018

Indeks Penghasilan Saat ini Indeks Ekspektasi Penghasilan

SBT

95,8

88,9

91,8

92,3

105,8

116,2

94,1

92,1

89,7

87,4

104,1

116,1

70,0 80,0 90,0 100,0 110,0 120,0

Total

Tanaman Pangan

Hortikultura

Perkebunan Rakyat

Peternakan

Perikanan

2018 I 2018 II

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 92

penduduk miskin pada bulan Maret 2018 (rilis

bulan Mei 2018) tercatat sebanyak 307,1 ribu

orang atau sebesar 11,63 % dari total penduduk

Sulawesi Tenggara (Grafik 6.9). Jumlah tersebut

menurun jika dibandingkan dengan data pada

bulan September 2017 yang tercatat sebanyak

11,97%. Dari jumlah penduduk miskin tersebut,

78,4% atau 240,69 ribu jiwa berada di daerah

pedesaan sedangkan sisanya sebesar 21,6 % atau

66,41 ribu jiwa berada di perkotaan. Penurunan

kondisi kemiskinan pada daerah perkotaan dan

daerah pedesaan terjadi di tengah peningkatan

garis kemiskinan karena tekanan inflasi. Garis

kemiskinan meningkat dari Rp300.258,- per kapita

per bulan pada September 2017 menjadi

Rp303.618,- per kapita per bulan pada Maret

2018. Kondisi tersebut menunjukkan adanya

peningkatan kesejahteraan secara umum karena

peningkatan garis kemiskinan tidak berdampak

terhadap peningkatan tingkat kemiskinan.

Ketimpangan Pengeluaran

Konsentrasi jumlah penduduk miskin di pedesaan

menjadi tantangan pembangunan ekonomi oleh

pemangku kepentingan khususnya pemerintah

daerah, mengingat potensi sumber daya alam

Sulawesi Tenggara yang dominan berada di daerah

pedesaan khususnya di sektor primer yaitu sektor

pertanian namun hasilnya belum secara optimal

mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat

di pedesaan secara lebih luas. Sementara itu,

jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan yang

terus cenderung stagnan juga harus mendapatkan

perhatian khusus mengingat jumlahnya pada

bulan September 2017 merupakan yang tertinggi

dalam periode 3 tahun terakhir sementara pada

bulan Maret 2018 hanya menurun 0,01%.

Ketimpangan pengeluaran penduduk Sulawesi

Tenggara juga belum mengalami perbaikan

bahkan cenderung semakin besar. Hal tersebut

tercermin dari adanya peningkatan gini ratio dari

0,404 pada September 2017 menjadi 0,409 pada

Maret 2018 (data terakhir). Semakin tinggi nilai

gini ratio menunjukkan ketimpangan suatu daerah

yang semakin tinggi. Berdasarkan daerah tempat

tinggalnya, peningkatan gini ratio terjadi di daerah

perkotaan. Untuk daerah perkotaan gini ratio pada

September 2017 tercatat sebesar 0,409,

meningkat menjadi sebesar 0,420 pada periode

Maret 2018. Sementara untuk daerah pedesaan

gini ratio sedikit menurun 0,373 pada bulan

September 2017 menjadi 0,370 pada bulan Maret

2018.

Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur

keberhasilan dalam upaya membangun kualitas

hidup manusia. IPM Sulawesi Tenggara meningkat

dari 65,99 pada tahun 2010 menjadi 69,86 pada

tahun 2017. Sejak tahun 2016, status

pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara telah

hingga 2017, komponen pembentuk IPM juga

mengalami peningkatan. Pertama, bayi yang baru

Sumber: BPS Prov Sultra, diolah Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 6.9 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi

Tenggara

Grafik 6.10 Gini Rasio Sulawesi Tenggara

66,41

240,69

11,63

10

11

12

13

14

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18

Penduduk Miskin Desa

Penduduk Miskin Kota

Persentase Penduduk Miskin (sb.Kanan)

ribu jiwa %

0,420

0,370

0,409

0,3

0,32

0,34

0,36

0,38

0,4

0,42

0,44

Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret

2015 2016 2017 2018

Perkotaan Pedesaan SULTRA

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI SULAWESI TENGGARA 93

lahir memiliki peluang untuk hidup hingga 70,47

tahun, meningkat 0,01 tahun dibandingkan tahun

sebelumnya. Kedua, anak-anak usia 7 tahun

memiliki peluang untuk bersekolah selama 13,36

tahun, meningkat 0,12 tahun dibandingkan

dengan tahun 2016. Ketiga, penduduk usia 25

tahun ke atas secara rata-rata telah menempuh

pendidikan selama 8,46 tahun, meningkat 0,14

tahun dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu,

pengeluaran per kapita (harga konstan 2012)

masyarakat telah mencapai Rp9,094 juta pada

tahun 2017, meningkat Rp223 ribu dibandingkan

tahun sebelumnya.

Tabel 6.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sulawesi Tenggara Menurut Komponen 2010 - 2017

Sumber: BPS (Sakernas)

KOMPONEN SATUAN 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Umur Harapan Hidup Saat Lahir (UHH) Tahun 69,65 69,85 70,06 70,28 70,39 70,44 70,46 70,47

Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 12,15 12,30 12,45 12,45 12,78 13,07 13,07 13,36

Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 7,67 7,67 7,76 7,93 8,02 8,18 8,32 8,46

Pengeluaran Per Kapita Rp ribu 8.126 8.249 8.396 8.537 8.555 8.697 8.697 9.094

IPM 65,99 66,52 67,07 67,55 68,07 68,75 69,31 69,86

Pertumbuhan IPM % ─ 0,80 0,82 0,72 0,78 0,99 0,81 0,79

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 94

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 95

PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

7

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 96

7.1. PROSPEK PEREKONOMIAN GLOBAL DAN

NASIONAL

7.1.1. Prospek Perekonomian Global

Pada tahun 2018, perekonomian global

diperkirakan akan mengalami peningkatan.

Berdasarkan proyeksi yang dirilis oleh IMF melalui

World Economic Outlook (WEO) Juli 2018,

perekonomian global diperkirakan dapat tumbuh

sebesar 3,9% (yoy) pada tahun 2018

dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2017

yang tumbuh sebesar 3,7% (yoy). Namun

peningkatan tersebut tidak terjadi secara merata

dan hanya didorong oleh perbaikan perekonomian

Amerika Serikat. Sementara itu, perekonomian di

negara maju lainnya seperti di kawasan Eropa dan

Jepang justru menunjukkan perlambatan.

Perekonomian Amerika Serikat diperkirakan masih

mengalami peningkatan dari 2,3% pada tahun

2017 menjadi 2,9% pada tahun 2018 sesuai

dengan proyeksi sebelumnya. Kondisi tersebut

dipengaruhi oleh adanya pemulihan pada

akumulasi inventori, pertumbuhan konsumsi yang

solid, dan asumsi kebijakan fiskal yang ekspansif di

negara tersebut. Di tengah antisipasi arah

kebijakan pemerintah yang terkadang diliputi

ketidakpastian, perbaikan di negara tersebut masih

ditopang oleh menguatnya keyakinan pada kondisi

bisnis dan pasar keuangan.

Sementara itu, optimisme terhadap pertumbuhan

perekonomian negara berkembang cenderung

mengalami penurunan. Perlambatan

perekonomian di Tiongkok diperkirakan masih

terjadi dan menahan pertumbuhan ekonomi

global. Tiongkok diperkirakan hanya tumbuh

sebesar 6,6% (yoy) pada tahun 2018, mengalami

perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan

pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar

6,9% (yoy). Berlangsungnya perang dagang antara

Amerika Serikat dengan Tiongkok juga

diperkirakan akan memberikan dampak yang

cukup signifikan terhadap perkembangan

perekonomian di Tiongkok. Sementara itu,

perekonomian India diperkirakan masih akan

mengalami pertumbuhan meskipun tidak setinggi

perkiraan sebelumnya. Pada Juli 2018,

perekonomian India diperkirakan akan tumbuh

sebesar 7,3% (yoy), sedikit lebih rendah dari

perkiraan pertumbuhan pada periode sebelumnya

yang sebesar 7,4% (yoy). Kondisi tersebut

berdampak pula pada perkiraan pertumbuhan

ekonomi negara berkembang karena kedua

negara tersebut memiliki sumbangan mencapai

40% terhadap PDB negara berkembang.

Meskipun terindikasikan mengalami perbaikan

pertumbuhan ekonomi, terdapat beberapa risiko

yang perlu diwaspadai. Pertama adalah normalisasi

kebijakan moneter di negara maju terutama

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Sumber: BI, World Economic Outlook-IMF Juli 2018, Consesus Forecast

AS

2017: 2,3

2018: 2,9

2019: 2,7

Eropa

2017: 2,4

2018: 2,2

2019: 1,9

Tiongkok

2017: 6,9

2018: 6,6

2019: 6,4

Jepang

2017: 1,7

2018: 1,0

2019: 0,9

India

2017: 6,7

2018: 7,3

2019: 7,5

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 97

adanya kenaikan suku bunga kebijakan Amerika

Serikat atau (FFR). Kedua adalah

adanya perang dagang yang dilakukan dan

direncanakan oleh Amerika Serikat terhadap

beberapa mitra dagangnya. Ketiga adalah

terjadinya perlambatan harga komoditas terutama

komoditas non energi sedangkan harga minyak

diproyeksikan akan tetap tinggi. Ketidakpastian

perekonomian global tersebut sudah mulai

memberikan dampak dengan terjadinya

pembalikan arus modal dari negara berkembang.

7.1.2. Prospek Perekonomian Nasional

Pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2018

diperkirakan meningkat dibandingkan tahun

2017. Bank Indonesia memperkirakan

perekonomian nasional dapat tumbuh pada

kisaran 5,1%-5,5%, mengalami peningkatan

dibandingkan realisasi tahun 2017 yang tumbuh

sebesar 5,1%. Peningkatan tersebut dipengaruhi

oleh adanya stimulus fiskal, penyelenggaraan

Pilkada serentak dan pelaksanaan ASIAN GAMES

2018. Selain itu, konsumsi swasta diperkirakan

masih tumbuh kuat, adanya perbaikan investasi

dan peningkatan konsumsi pemerintah, ditambah

dengan peningkatan ekspor.

Belanja Pemerintah dalam APBN 2018 adalah

sebesar Rp2.220,7 triliun atau meningkat 0,74%

dibandingkan dengan belanja APBN 2017 sebesar

Rp2.204,4 triliun. Beberapa poin penting dari

kebijakan fiskal Pemerintah Pusat yang tercermin

dari APBN 2018 antara lain:

a. Kenaikan anggaran sebesar 3,65% untuk

penanggulangan kemiskinan dan dukungan

masyarakat berpendapatan rendah. Kenaikan

anggaran pada fungsi tersebut lebih tinggi

daripada kenaikan anggaran untuk

infrastruktur yaitu sebesar 2,39%.

Peningkatan belanja bantuan sosial seperti

pada PKH, Program Indonesia Pintar, Jaminan

Kesehatan Nasional, Bantuan Pangan, Bidik

Misi dan Dana Desa, diharapkan dapat

mendorong peningkatan daya beli masyarakat

serta pertumbuhan ekonomi pada tahun

2018.

b. Anggaran subsidi energi tahun 2018 mencapai

Rp103,37 triliun atau meningkat sebesar

15,03% dibandingkan tahun 2017. Anggaran

subsidi tersebut terdiri dari subsidi bahan bakar

minyak (BBM) dan elpiji 3 kilogram sebesar

Rp51,13 triliun serta subsidi listrik sebesar

Rp52,23 triliun untuk pelanggan 450 VA dan

900 VA. Melihat kondisi tersebut, diperkirakan

Pemerintah belum akan melakukan

peningkatan harga BBM, tarif listrik maupun

harga elpiji pada tahun 2018.

Dari sisi kebijakan moneter, Bank Indonesia pada

Agustus 2018 memutuskan untuk meningkatkan

suku bunga kebijakan (BI 7-day Reverse Repo Rate)

menjadi sebesar 5,50%. Hal tersebut dilakukan

sebagai respons atas perekonomian global dan

kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh bank

sentral di negara-negara lain. Mempertimbangkan

dampak kebijakan moneter yang membutuhkan

waktu dalam proses transmisinya ke dalam

perekonomian, maka diharapkan pada tahun 2018

kebijakan moneter tersebut dapat memberikan

dampak pada stabilnya kondisi perekonomian dan

keuangan dari tekanan sisi eksternal.

Adapun inflasi nasional pada tahun 2018

diperkirakan berada pada kisaran sasaran sebesar

3,5%+1%, lebih rendah dibandingkan sasaran

tahun sebelumnya yang sebesar 4%+1%. Hal ini

didukung oleh semakin kuatnya koordinasi

kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam

mengatasi risiko. Selain itu rencana Pemerintah

untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi, tarif

listrik dan elpiji seiring dengan meningkatnya

belanja subsidi dalam APBN 2018 juga menjadi

faktor yang menjaga tekanan inflasi lebih rendah

dibanding tahun 2017.

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 98

7.2. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

SULAWESI TENGGARA

7.2.1. Triwulan IV 2018

Berdasarkan pada beberapa indikator pendukung,

hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2018

diprakirakan berada pada kisaran 6,6% - 7,0%

(yoy), mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan periode triwulan III 2018 yang diperkirakan

akan mengalami pertumbuhan sebesar 6,3% -

6,7% (yoy). Perkiraan peningkatan yang terjadi

pada triwulan IV 2018 tersebut sesuai dengan arah

perkiraan kegiatan usaha yang diungkapkan oleh

para pelaku perekonomian terutama dari sisi

konsumen dan dari sisi pelaku usaha. Dari sisi

konsumen berdasarkan hasil Survei Konsumen,

Indeks Perkiraan Kegiatan Usaha tercatat

mengalami peningkatan dari 146,0 untuk triwulan

III 2018 menjadi 162,0 pada triwulan IV 2018. Hal

yang sama diutarakan oleh pelaku usaha,

tercermin dari hasil liaison yang menunjukkan

bahwa pelaku usaha memperkirakan peningkatan

omset penjualan pada triwulan tersebut.

Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja pada

periode tersebut diperkirakan berasal dari

lapangan usaha pertanian, kehutanan dan

perikanan, lapangan usaha pertambangan dan

penggalian, lapangan usaha industri pengolahan,

dan lapangan usaha perdagangan besar dan

eceran. Peningkatan kinerja pada lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan

didorong oleh masa panen yang cukup besar

untuk hasil padi. Selain itu, tangkapan ikan juga

diperkirakan masih akan terus tumbuh yang

didukung oleh kondisi cuaca yang mulai stabil.

Peningkatan produksi pada hasil pertanian dan

perikanan tersebut mendorong terjadinya

peningkatan kinerja pada lapangan industri

pengolahan yang didominasi oleh industri

makanan dan minuman. Peningkatan pada

lapangan usaha tersebut juga didorong oleh mulai

beroperasinya smelter secara optimal sehingga

terjadi peningkatan produksi feronikel. Selain itu,

peningkatan terjadi pada lapangan usaha

pertambangan dan penggalian adanya aksi

korporasi untuk memanfaatkan kuota ekspor nikel

mentah kadar rendah yang masih tersisa. Namun

pertumbuhan pada lapangan usaha tersebut

terbatas seiring dengan terjadinya penghentian

sementara izin ekspor pada beberapa perusahaan

tambang. Lapangan usaha perdagangan besar dan

eceran juga diperkirakan akan mengalami

peningkatan yang didorong oleh terjadinya

peningkatan konsumsi rumah tangga seiring

dengan memasukinya periode Natal dan libur akhir

tahun.

Sedangkan dari sisi permintaan, peningkatan

perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV

2018 disumbangkan oleh peningkatan pada

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah

dan investasi. Memasuki periode Natal dan libur

akhir tahun diperkirakan akan mendorong

Sumber: SK KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: Liaison KPw BI Sultra, diolah

Grafik 7.2 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen Grafik 7.3 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi

4.00

4.50

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

8.00

8.50

120.0

130.0

140.0

150.0

160.0

170.0

180.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017 2018

Indeks Perkiraan Usaha (mov.2Q) PDRB (sb.kanan)

SBT %,yoy

-3.00

-2.00

-1.00

0.00

1.00

2.00

3.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2015 2016 2017 2018LS Penj. Domestik LS Penj. Ekspor

LS Ekspektasi Penjualan

skala likert

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 99

terjadinya peningkatan permintaan oleh

masyarakat. Selain itu, peningkatan konsumsi

pemerintah juga terjadi seiring dengan

penyelesaian proyek-proyek pemerintah. Hal

tersebut juga memberikan dampak terjadinya

peningkatan kinerja investasi pada triwulan IV

2018. Peningkatan kinerja investasi juga didukung

oleh rencana pembangunan pabrik pengolahan

oleh pihak asing untuk beberapa komoditas di

Sulawesi Tenggara seperti gula, tanaman kayu

energi biomassa dan lain-lain.

7.2.2. Tahun 2018

Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil

survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara pada tahun 2018 diprakirakan berada

pada kisaran 6,1% - 6,5% (yoy) mengalami

perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan

dengan pertumbuhan tahun 2017 yang sebesar

6,8% (yoy). Perlambatan perekonomian tersebut

terjadi disebabkan masih belum optimalnya

sumber-sumber pertumbuhan perekonomian

Sulawesi Tenggara setelah mengalami tren

melambat sejak triwulan II 2017 sehingga

dilakukan penyesuaian terhadap pertumbuhan

ekonomi sebelumnya yang berada pada kisaran

6,7% 7,1% (yoy). Perlambatan pertumbuhan

tersebut tidak searah dengan proyeksi

pertumbuhan Indonesia dan dunia yang

diperkirakan akan mengalami pertumbuhan

moderat.

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya

perlambatan pada perekonomian Sulawesi

Tenggara adalah perang dagang yang terjadi

antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Dalam

perang dagang tersebut, Amerika Serikat

memberlakukan tarif impor produk baja dari

Tiongkok. Hal tersebut berdampak terhadap

penurunan daya saing dan kinerja ekspor Tiongkok

ke Amerika Serikat, sehingga mempengaruhi

kinerja industri Tiongkok. Dampak kinerja industri

Tiongkok tersebut yang berimbas pada kinerja

ekspor Sulawesi Tenggara, karena Tiongkok

Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Sumber: BPS, Perhitungan Staf BI

I II III IV I II IIIP

IVP

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,8 6,4 5,55 6,27 5,72 6,46 6,42 - 6,82 6,82 - 7,22 5,76 6,27 - 6,67

Pertambangan dan Penggalian 16,3 11,56 15,84 9,02 6,53 5,42 6,33 - 6,73 6,59 - 6,99 13.00 6,12 - 6,52

Industri Pengolahan 7,38 8,83 4,31 5,18 6,76 -0,16 1,51 - 1,91 3,11 - 3,51 6,38 2,67 - 3,07

Pengadaan Listrik, Gas 3,03 4,59 7,83 8,23 0,12 2,25 0,76 - 1,16 1,81 - 2,21 5,92 1,15 - 1,55

Pengadaan Air 0,04 3,58 -3,25 0,35 0,69 3,34 7,04 - 7,44 5,26 - 5,66 0,12 3,99 - 4,39

Konstruksi 10,4 2,07 0,05 1,67 2,23 9,42 9,47 - 9,87 8,74 - 9,14 3,16 7,54 - 7,94

Perdagangan Besar dan Eceran 5,9 8,43 4,76 8,15 8,4 6,59 6,22 - 6,62 6,8 - 7,2 6,8 6,86 - 7,26

Transportasi dan Pergudangan 9,85 9,96 3,69 6,03 7,63 8,57 11,91 - 12,31 10,81 - 11,21 7,24 9,69 - 10,09

Penyediaan Akomodasi & Konsumsi 5,69 5,22 7,54 6,12 7,14 6,41 5,31 - 5,71 7,92 - 8,32 6,16 6,59 - 6,99

Informasi dan Komunikasi 9,4 9,79 8,56 6,16 9,51 8,64 9,32 - 9,72 10,69 - 11,09 8,43 9,45 - 9,85

Jasa Keuangan 5,77 3,96 3,83 4,61 5,14 4,07 4,19 - 4,59 4,4 - 4,8 4,53 4,35 - 4,75

Real Estate 1,46 4,66 9,8 1,06 3,46 2,62 0,27 - 0,67 4,79 - 5,19 4,17 2,68 - 3,08

Jasa Perusahaan 3,87 6,57 6,79 6,59 4,47 6,86 6,81 - 7,21 7,63 - 8,03 5,98 6,38 - 6,78

Administrasi Pemerintahan 0,34 1,12 7,03 7,76 3,87 3,89 1,07 - 1,47 0,79 - 1,19 4,1 2,25 - 2,65

Jasa Pendidikan 1,78 2,47 3,6 4,24 4,1 6,67 6,13 - 6,53 5,88 - 6,28 3,03 5,61 - 6,01

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,67 6,35 2,58 3,12 5,37 6,01 8,01 - 8,41 7,75 - 8,15 3,41 6,7 - 7,1

Jasa Lainnya 1,97 0,56 4,23 4,12 7,74 5,86 4,05 - 4,45 4,28 - 4,68 2,74 5,34 - 5,74

PDRB 7,8 6,87 6,56 6,12 5,83 6,09 6,33 - 6,73 6,62 - 7,02 6,81 6,14 - 6,54

Lapangan Usaha2017 2018

2017 2018P

I II III IV I II IIIP

IVP

Konsumsi Rumah Tangga 5,87 6,56 5,67 5,66 5,19 6,32 6,06 - 6,46 6,54 - 6,94 5,94 5,94 - 6,34

Konsumsi Pemerintah 8,11 2,07 7,82 6,4 2,55 6,93 6,41 - 6,81 7,12 - 7,52 5,98 5,82 - 6,22

PMTB 13,64 7,52 8,68 6,38 1,77 7,98 8,18 - 8,58 9,12 - 9,52 8,87 6,79 - 7,19

Eksport Luar Negeri 104,8 50,26 88,4 22,8 250,39 177,97 146,63 - 147,03 118,73 - 119,13 56,33 164,46 - 164,86

Import Luar Negeri 97,46 30,82 71,76 48,64 -29,1 19,45 32,93 - 33,33 7,41 - 7,81 58,97 7,46 - 7,86

PDRB 7,8 6,87 6,56 6,12 5,83 6,09 6,33 - 6,73 6,62 - 7,02 6,81 6,14 - 6,54

2017 2018PKomponen

2017 2018

Ekonomi Makro Regional

Keuangan Pemerintah

Perkembangan Inflasi Daerah

Stabilitas Keuangan Daerah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA Agustus 2018 100

merupakan negara importir utama dari Sulawesi

Tenggara dengan nikel sebagai komoditas

utamanya. Hal tersebut dapat menyebabkan

terjadinya penurunan permintaan terhadap nikel

dari Sulawesi Tenggara dan berdampak pada

perlambatan perekonomian Sulawesi Tenggara

karena tingginya korelasi antara pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara dengan kinerja

lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian.

Meskipun diperkirakan akan mengalami

perlambatan pertumbuhan, namun terdapat

beberapa faktor yang dapat menahan

perlambatan tersebut seperti (1) peningkatan

kinerja lapangan usaha utama nontambang, (2)

peningkatan konsumsi rumah tangga, dan (3)

meningkatnya ekspor komoditas utama.

Peningkatan kinerja lapangan usaha non tambang

Pada tahun 2018, kinerja lapangan usaha non

tambang diperkirakan akan mengalami akselerasi

yang didukung oleh pertumbuhan pada lapangan

usaha pertanian, lapangan usaha konstruksi dan

lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.

Peningkatan produksi terutama dari hasil pertanian

menjadi faktor yang mendorong pertumbuhan

pada lapangan usaha pertanian. Selain itu,

beberapa kegiatan seperti revitalisasi tanaman

perkebunan terutama kakao yang terus dilakukan

juga berdampak pada kinerja lapangan usaha

tersebut. Pembangunan yang masih terus

dilakukan oleh pemerintah dan swasta turut

mendorong terjadinya peningkatan pada lapangan

usaha konstruksi. Dipercepatnya target

penyelesaian pembangunan beberapa proyek

seperti bendungan Ladongi menjadi salah satu

faktor pendorong pertumbuhan lapangan usaha

tersebut. Selain itu, minat investor asing untuk

melakukan pembangunan pabrik juga masih

berlanjut seperti rencana pembangunan pabrik

gula di Bombana.

Peningkatan yang terjadi pada lapangan usaha

pertanian yang memiliki serapan tenaga kerja

paling banyak di Sulawesi Tenggara memberikan

dampak terhadap peningkatan kapasitas dan daya

beli masyarakat. Peningkatan tersebut mampu

mendorong tumbuhnya lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran dari tingkat

domestik. Selain itu, pertumbuhan juga masih

didorong oleh perdagangan luar negeri melalui

ekspor bijih nikel kadar rendah. Beroperasinya

smelter juga mendorong peningkatan produksi

feronikel yang turut mendorong kinerja

perdagangan luar negeri.

Peningkatan Konsumsi Rumah Tangga

Peningkatan yang terjadi pada lapangan usaha

non tambang terutama lapangan usaha pertanian

memberikan indikasi yang positif bagi

perekonomian di Sulawesi Tenggara. Hal tersebut

disebabkan oleh serapan tenaga kerja di Sulawesi

Tenggara didominasi oleh lapangan usaha

pertanian sehingga peningkatan pada lapangan

usaha tersebut dapat mendorong terjadinya

peningkatan kapasitas dan daya beli masyarakat

Sumber: IMF World Economic Outlook (WEO) Juli 2018 Sumber: World Bank Commodity Forecast Price April 2018

Grafik 7.4 Perkiraan Perekonomian Dunia Grafik 7.5 Perkiraan Harga Nikel dan Kakao

5,00

6,00

7,00

8,00

2

2,5

3

3,5

4

4,5

5

5,5

2014 2015 2016 2017 2018

Indonesia Dunia Sultra (sb. Kanan)

%, yoy %, yoy

1

1,5

2

2,5

3

3,5

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Nickel Cocoa (sb.kanan)

$/kg $/kg

Sistem Pembayaran & Pengelolaan

Uang Rupiah

Kondisi Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan

Prospek Perekonomian Daerah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 101

serta menurunkan tingkat kemiskinan dan

kesenjangan di Sulawesi Tenggara. Peningkatan

daya beli tersebut mendorong terjadinya

peningkatan konsumsi masyarakat, terutama pada

momen hari raya keagamaan dan libur.

Peningkatan Ekspor Luar Negeri

Berlangsungnya relaksasi ekspor bijih nikel kadar

rendah dan peningkatan produksi feronikel yang

didukung oleh operasional smelter yang mulai

optimal menjadi faktor yang memicu

pertumbuhan kinerja ekspor luar negeri. Selain itu,

mulai dilakukannya ekspor secara langsung untuk

hasil perikanan dan perkebunan dari Sulawesi

Tenggara juga mengindikasikan akan terjadinya

peningkatan ekspor untuk jangka panjang. Namun

terjadinya perang dagang dan perlambatan

pertumbuhan ekonomi di Tiongkok sebagai

negara mitra dagang utama memunculkan

kerentanan terhadap kinerja ekspor luar negeri

Sulawesi Tenggara.

7.3. PROSPEK INFLASI SULAWESI TENGGARA

7.3.1. Triwulan IV 2018

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV

2018 mendatang diperkirakan mengalami

peningkatan dibandingkan dengan proyeksi pada

triwulan III 2018. Inflasi pada akhir triwulan IV

2018 diperkirakan berada pada kisaran 2,9% -

3,3% (yoy), sementara inflasi pada triwulan III

2018 diperkirakan hanya sebesar 2,6% - 3,0%

(yoy). Berlangsungnya hari raya Natal dan libur

diperkirakan akan mendorong peningkatan

permintaan oleh masyarakat sehingga mendorong

terjadinya peningkatan harga. Selain itu,

berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh Bank

Indonesia diperoleh informasi bahwa terdapat

rencana pengurangan jadwal penerbangan oleh

salah satu maskapai yang beroperasi di Sulawesi

Tenggara sehingga memunculkan tekanan dari

kelompok transportasi.

7.3.2. Tahun 2018

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun

2018 mendatang diperkirakan berada pada

sasaran inflasi nasional yaitu sebesar 3,5% + 1%.

Pada tahun tersebut, inflasi Sulawesi Tenggara

diperkirakan berada pada kisaran 2,9% - 3,3%

(yoy), relatif meningkat dibandingkan inflasi tahun

2017 yang hanya sebesar 2,97% (yoy).

Peningkatan tekanan inflasi tersebut terjadi

disebabkan oleh peningkatan yang terjadi pada

kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan

terutama komoditas angkutan udara. Hal tersebut

disebabkan oleh berkurangnya beberapa jadwal

penerbangan serta peningkatan biaya avtur yang

mendorong terjadinya peningkatan harga tiket

angkutan udara. Namun peningkatan tersebut

relatif tertahan oleh penurunan pada kelompok

bahan makanan seiring dengan peningkatan

produksi tabama,sayur-sayuran dan perikanan

Sumber: World Bank Commodity Forecast Price April 2018 Sumber: BPS, diolah

Grafik 7.6 Proyeksi Harga Minyak Dunia Grafik 7.7 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

0

20

40

60

80

100

120

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

$/bbl

60,5

61,0

61,5

62,0

62,5

63,0

63,5

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pangsa Usia Produktif (sb.kanan)

Total

Produktif

%, yoy % share

Administered

price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota

terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah

dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi

secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi

masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian

otonomi daerah.

Dana Pihak

Ketiga (DPK)

Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu

bank.

Faktor

Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh

kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap,

eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non

Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar

kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan

(volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah

(administered price)

Feronikel Hasil olahan nikel mentah (ore nickel) dengan kadar antara 20-30% Ni dan

digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja dan stainless steel

Imported

inflation

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh

perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1---100.

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan

jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1---100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi

saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1---

100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan

modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

DAFTAR ISTILAH

Liaison

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan

Loan to Deposit

Ratio (LDR)

Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan

dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri

minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

NPI Nikcel Pig Iron. Hasil olahan ore nickel dengan kandungan 5-10% Ni.

Non Performing

Loan (NPL)

Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total

keseluruhan kreditnya

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah

negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban

meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban

menurun danmengabaikan jawaban sama .

Skala Likert Skala kualitatif untuk mengkonversi skala kualitatif yang digunakan dalam

kegiatan liaison.

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih

sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang

bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi

dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

Minot Purwahono

([email protected])

KOORDINATOR PENYUSUN

Surya Alamsyah

([email protected])

EDITOR

Daniel Agus Prasetyo

([email protected])

TIM PENULIS

Anto Yulianto

([email protected])

Bhaskara Adiwena

([email protected])

Randy Cavendish

([email protected])

Nazla

([email protected])

Dadan Priyoko

([email protected])

KONTRIBUTOR

Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan

Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM

Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan

Unit Pengawasan SP, PUR dan Keuangan Inklusif

Unit Pengelolaan Uang Rupiah

Unit Operasional Sistem Pembayaran

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

TIM PENYUSUN