zeinmuhammaddwifakhrudin.files.wordpress.com€¦ · web viewbab 2. tinjauan pustaka. dalam bab ini...
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan tentang beberapa konsep dasar, diantaranya
adalah konsep dasar lansia dan konsep dasar UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
yang berlokasi di Babat Kabupaten Lamongan.
2.1 Konsep Dasar Lansia
2.1.1 Pengertian
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri
dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) serta memperbaiki kerusakan yang
diderita (Wahjudi Nugroho, 2008).
Menurut WHO dan UU No. 13 Tahun 1998 pada Bab 1 Pasal 1 Ayat (2),
(3), dan (4) tentang kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia dikatakan bahwa
lanjut usia merupakan seseorang yang memasuki usia lebih dari 60 tahun, baik
pria maupun wanita (Dikutip oleh Kushariyadi, 2010).
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan
memengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (DEPKES RI,
dikutip oleh Siti Maryam, (2008)).
2.1.2 Batasan-batasan Lanjut Usia
Menurut Kushariyadi (2010), Siti Bandiyah (2009) dan Wahjudi Nugroho
(2008) usia yang dijadikan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar
antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah
sebagai berikut:
5
6
1. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada 4 tahapan yaitu ; Usia
pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun, Lanjut usia (elderly) usia
antara 60-74 tahun, Lanjut usia tua (old) usia antara 75-90 tahun, dan
Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.
2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm.), Guru Besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, membagi periodisasi
biologis perkembangan manusia dibagi menjadi ; Masa bayi (usia 0-1
tahun), Masa prasekolah (usia 1-6 tahun), Masa sekolah (usia 6-10
tahun), Masa pubertas (usia 10-20 tahun), Masa setengah
umur/prasenium (usia 40-65 tahun), dan Masa lanjut usia/senium (usia >
65 tahun).
3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, psikolog dari Universitas Indonesia,
kedewasaan dibagi menjadi 4 bagian, yaitu ; Fase iuventus (usia 25-40
tahun), Fase verilitas (usia 40-50 tahun), Fase prasenium (usia 55-65
tahun), dan Fase senium (usia 65 tahun hingga tutup usia).
4. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia
dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi :
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun,
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun,
3) Lanjut usia (geriatric age) usia ˃ 65/70 tahun, terbagi atas ; Young old
(usia 70-75 tahun), old (usia 75-80 tahun), dan very old (usia ˃ 80
tahun).
2.1.3 Klasifikasi Lansia
Menurut Siti Maryam (2008) lansia diklasifikasikan menjadi 5, yaitu :
1. Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4. Lansia potensial : Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
7
5. Lansia tidak potensial : Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung dengan bantuan orang lain.
2.1.4 Tipe Lansia
Menurut Siti Maryam (2008) dan Wahjudi Nugroho (2008) beberapa tipe
lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, kondisi fisik, mental, sosial,
dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Tipe Arif Bijaksana :
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
2. Tipe Mandiri :
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
3. Tipe Tidak Puas :
Lanjut usia ini yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya cantik jasmani, kehilangan kekuasaan, statua, teman
yang disayangi, pemarah tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani, dan pengkritik.
4. Tipe Pasrah :
Lanjut usia ini yang sallu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan
beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
5. Tipe Binggung :
Lanjut usia ini yang kagetan, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
dependen (ketergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militan dan
8
serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan
sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
2.1.5 Teori Proses Penuaan (Ageing Process Theory)
Berikut macam-macam teori proses penuaan menurut Siti Bandiyah (2009)
dan Siti Maryam (2008):
1. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory) :
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan fungsional sel).
2. Pemakaian dan Rusak : Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel
tubuh lelah (terpakai).
3. Teori Akumulasi dari Produk Sisa :
Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh. Sebagai
contoh; adanya pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel SSP
(Susunan Syaraf Pusat) pada orang lanjut usia yang mengakibatkan
mengganggu fungsi sel itu sendiri.
4. Peningkatan Jumlah Kolagen dalam Jaringan.
5. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
6. Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory) :
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
7. Teori Immunologi Slow Virus (Immunology Slow Virus Theori) :
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
8. Teori Stres :
9
Menua menjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan
tubuh menjadi regenari jaringan yang tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan
sel-sel tubuh telah terpakai.
9. Teori Radikal Bebas :
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.
10. Teori Rantai Silang :
Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastis, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
11. Teori Program :
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2.1.6 Perubahan-perubahan Akibat Proses Penuaan Yang Terjadi Pada
Lansia
Menurut Wahjudi Nugroho (2008) dan Siti Maryam (2008) perubahan-
perubahan yang terjadi pada lansia akibat proses penuaan dalam hal perubahan
fisik dan fungsi diantaranya :
1. Sel
1) Jumlah sel menurun / lebih sedikit.
2) Ukuran sel lebih besar.
3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraselular berkurang.
4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun.
5) Jumlah sel otak menurun.
6) Mekanisme perbaikan sel terganggu. Otak menjadi atrofi.
7) Beratnya berkurang 5-10%.
8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
10
2. Sistem Persyarafan
1) Menurun hubungan persarafan.
2) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap otang berkurang tiap
harinya).
3) Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress.
4) Saraf panca-indra mengecil.
5) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman
dan perasa mengecil, lebih ensitif terhadap perubahan suhu, dan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
6) Kurang sensitive terhadap sentuhan.
7) Defisit memori.
3. Sistem Pendengaran
1) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atu nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur
65 tahun.
2) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3) Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
4) Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan / stress.
5) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinngi atau
rendah, bisa terus menerus atau intermiten).
6) Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau
berputar).
4. Sistem Penglihatan
1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
11
4) Meningkatnya ambang, pengamatan sinptasi, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap.
5) Penurunan / hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi
presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi
berkurangnya elastisitas lensa.
6) Lapang pandang menurun: luas pandang berkurang.
7) Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau
pada skala.
5. Sistem Kardiovaskular
1) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Elastisitas dinding aorta menurun.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan
volume menurun (frekwensi denyut jantung maksimal = 200 – umur).
4) Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
5) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak)
6) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan.
7) Tekanan dara meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer
meningkat. Systole normal ±170 mmHg, diastole ±95 mmHg.
6. Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara
lain :
1) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±35°C ini
akibat metabolisme yang menurun.
12
2) Pada kondisi ini, lanjut usia akan meras kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat, dan gelisah.
Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
7. Sistem Pernafasaan (Respiration System)
1) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku.
2) Aktivitas silia menurun.
3) Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas
lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dengan
kedalaman bernapas menurun.
4) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progesif) dan jumlah
berkurang.
5) Berkurangnya elastisitas bronkus.
6) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
7) Karbon dioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
8) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
9) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
10) Sering terjadi emfisema senilis.
11) Kemampuan pegas dinding dada dan kekakuan otot pernapasan
menurun seiring pertambahan usia.
8. Sistem Pencernaan (Gastrointestinal System)
1) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi
dan gizi yang buruk.
2) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang kronis,
atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di
lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit.
3) Esofagus melebar.
13
4) Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, motilitas, motilitas dan waktu pengosongan lambung
menurun.
5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama
karbohidrat).
7) Hati semakin mengecildan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang.
9. Sistem Reproduksi
1) Wanita
(1)Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
(2)Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
(3)Atrofi payudara.
(4)Atrofi vulva.
(5)Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.
2) Pria
(1)Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur.
(2)Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal
kondisi kesehatannya baik, yaitu diantaranya :
a. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.
b. Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan
kemampuan seksual.
c. Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah.
d. Sebanyak ±75% pria diatas 65 tahun mengalami pembesaran
prostat.
14
10. Sistem Genitorurinaria
1) Ginjal
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urin darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan
(unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya,
kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine
menurun, proteinurea (biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen)
meningkat sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
2) Vesika Urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria lanjut
usia, vesika urinaria sulit dikosongkan seingga mengakibatkan retensi
urine meningkat.
3) Pembesaran Prostat
Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
4) Atrofi Vulva
5) Vagina
Seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan
seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan fungsi
seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung
menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmatinya berjalan terus sampai tua.
11. Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memprouksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting
dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolism organ
tubuh. Yang termasuk hormone kelamin adalah :
15
1) Esterogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat
reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
2) Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting
dalam pengaturan gula darah).
3) Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin. Kelenjar
yang berkaitan dengan ormon pria/wanita. Salah satu kelenjar
endokrin dalam tubuh yang mengatur agar arus darah ke organ
tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan mengatur vasokontriksi
pembuluh darah. Kegiatan kelenjar anak ginjal ini berkurang pada usia
lanjut.
4) Produksi hamper semua hormone menurun.
5) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
6) Hipofisis : pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah dan hanya
didalam pembuluh darah; berkurangnya produksi ACTH, TSH, FSH,
dan LH.
7) Aktivitas tiroid, BMR (basal metabolic rate), dan daya pertukaran zat
menurun.
8) Produksi aldosteron menurun.
9) Sekresihormon kelamin, misalnya progesterone, esterogen, dan
testosterone, menurun.
12. Sistem Kulit/Integumen (Integumentary System)
1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena
kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel
epidermis).
3) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak
merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau
nodaa coklat.
4) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut
halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
5) Respons terhadap trauma menurun.
16
6) Mekanisme proteksi kulit menurun :
(1)Produksi serum menurun,
(2)Produksi vitamin D menurun,
(3)Pigmentasi kulit terganggu.
7) Kulit kepala dan rambut menipis dan warna kelabu.
8) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
9) Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi.
10) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
11) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
12) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
13) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
14) Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.
13. Sistem Muskuloskeletal (Musculosceletal System)
1) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
2) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
3) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat
pada area tulang tersebut.
4) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan
aus.
5) Kifosis.
6) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
7) Gangguan gaya bejalan.
8) Kekakuan jaringan penghubung.
9) Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang).
10) Persendian membesar dan menjadi kaku.
11) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
17
12) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi
lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup
rumit dan sulit dipahami).
13) Komposisi oto berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh
lemak, kolagen, dan jaringan parut).
14) Alitan darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
15) Otot polos tidak begitu berpengaruh.
2.1.7 Permasalahan yang Terjadi pada Lansia
Menurut Siti Bandiyah (2008) terdapat berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain :
1. Permasalahan Umum.
1) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.
3) Lahirnya kelompok masyarakat industri.
4) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan
lanjut usia.
5) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan lansia.
2. Permasalahan Khusus.
1) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik
fisik, mental maupun sosial.
2) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.
3) Rendahnya produktifitas kerja lansia.
4) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.
5) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik.
6) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan fisik lansia.
18
2.1.8 Penyakit Lanjut Usia Di Indonesia
Menurut Siti Bandiyah (2009) penyakit lanjut usia di Indonesia, meliputi:
1. Penyakit-penyakit system pernafasan.
2. Penyakit-penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah.
3. Penyakit pencernaan makanan.
4. Penyakit system urogenital.
5. Penyakit gangguan metabolik/endokrin.
6. Penyakit pada persendian tulang.
7. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh proses keganasan.
2.1.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Lansia
Kesehatan merupakan suatu keadaan tidak adanya penyakit atau
ketidakmampuan. Kesehatan untuk lansia adalah kemampuan untuk hidup dan
berfungsi secara efektif dalam masyarakat dan melatih rasa percaya diri dan
otonomi sampai tingkat maksimum yang dapat dilakukan, tetapi tidak perlu bebas
dari penyakit secara total (Mickey Stanley & Patricia Gauntlett Beare, 2006).
Menurut Mickey Stanley & Patricia Gauntlett Beare (2006) kesehatan untuk
lansia merupakan interaksi yang kompleks sebagai berikut :
1. Fungsional
Keterbatasan fungsional merupakan manifestasi dari penyakit
sehingga pengkajian tentang defisit fungsional akan memperjelas
kebutuhan pelayanan yang spesifik bagi lansia.
2. Mental dan Emosional
Lansia dapat mengalami berbagai perubahan fisik, mental, dan
emosional seiring dengan bertambahnya usia. Masalah mental dan
emosional seperti penurunan rasa berharga dan ketertarikan serta takut
menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat dapat dimanifestasikan
dalam berbagai macam gejala fisik yang menunjukkan adanya adanya
suatu penyakit.
19
3. Psikososial
Defisit nurologis yang menyebabkan penarikan diri, isolasi dan
rasa asing menyebabkan lansia binggung dan mengalami disorientas seta
hilangnya fungsi tubuh dan gangguan gambaran diri turut berperan
terhadap hilangnya harga diri klien.
4. Promosi Kesehatan.
Pola multidemensional dari tindakan dan pesepsi yang berasal dari
dalam diri sendiri yang dapat memelihara atau meningkatkan
kesejahteraan.Aktivitas promosi kesehatan utama yang tepat untuk lansia
adalah aktivitas fisik, mental, dan sosial secara teratur, nutrisi yang
adekuat, pengendaliaan berat badan dan manajemen stres.
5. Perlindungan Kesehatan
Perilaku Perlindungan kesehatan adalah aktivitas yang diarahkan
untuk mengurangi resiko individu terhadap berkembangnya penyakit
tertentu. Misalnya olah raga secara teratur merupakan perilaku untuk
melindungi kesehatan jika dilakukan untuk mengurangi resiko seseorang
menderita penyakit kardiovaskuler, depresi, daibetes millitus pada saat
dewasa akibat obesitas dan osteoporosis.
6. Proses Penyakit
Penyebab penyakit pda lansia pada umumnya berasal dari dalam
tubuh (endogen), sedangkan pada orang dewasa berasal dari luar tubuh
(eksogen). Halm ini disebabkan karena pada lansia telah terjadi
penurunan fung dari berbagai organ-organ tubuh akibat kerusakan sel-sel
karena proses menua, sehingga produksi hormon, enzim, dan zat-zat
yang diperlukan untuk kekebalan tubuh menjadi berkurang.
20
2.1.10 Diagnosa Keperawatan Pada Lansia
1. Fisik/Biologis :
1) Gangguan persepsi sensori : pendengaran b/d adanya hambatan
penerimaan dan pengiriman rangsangan.
2) Gangguan persepsi sensorik : penglihatan b/d penurunan ketajaman
penglihatan, adanya presbiopia, glaukoma, faktor eksternal.
3) Gangguan nutrisi : kurang/lebih dari kebutuhan tubuh b/d asupan tidak
adekuat, reaksi obat, anoreksia, depresi, gangguan mengunyah, isolasi
sosial, tidak mampu memasak/menyiapkan hidangan.
4) Perubahan eliminasi defekasi : konstipasi b/d xerostomi, efek obat,
gangguan mengunyah, penyakit periodontal, menurunnya selera/daya
pengecapan, gangguan gigi geligi, hygiene mulut.
5) Perubahan eliminasi urine b/d urgensi, frekuensi, dribbing, nokturia,
hesistansi.
6) Perubahan eliminasi urine : inkontinensia b/d fecal lith, defisiensi
hormone esterogen, hipertrofi prostat, infeksi traktus urinaria, reaksi
obat, gangguan kognitif.
7) Kurang perawatan diri b/d penurunan minat dalam merawat diri.
8) Perubahan pemeliharaan status kesehatan tubuh : intoleransi aktivitas,
penurunan curah jantung, gangguan perfusi jaringan.
9) Risiko tinggi trauma akibat hipotensi post prandial dan risiko tinggi
jatuh/fraktur b/d osteoporosis, gangguan neurologis/efek samping
obat.
10) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d merokok, kifosis, inflamasi,
infeksi, penyakit berat/menahun/keterbatasan gerak.
11) Potensial cedera fisik b/d penurunan fungsi tubuh.
12) Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan sendi.
13) Ketidaknyamanan pada kulit (gatal/kulit kering) b/d dehidrasi,
penuaan kulit, kelembaban udara sangat rendah.
21
14) Gangguan integritas kulit b/d inkontinensia, malnutrisi, dehidrasi,
keterbatasan gerak, tirah baring/paparan langsung terhadap sinar
matahari.
15) Gangguan pola tidur b/d nyeri, ansietas, depresi, nokturia,
inkontinensia, efek obat, perubahan hormonal selama menopause,
perubahan cuaca lingkungan/demensia.
16) Risiko tinggi hipotermia/hipertermia b/d imobilisasi, usia jompo,
efek obat/penyakit kronis.
17) Gangguan pola seksualitas b/d efek obat (hipertensi), penyakit
endokrin (Diabetes Mellitus), Penyakit Jantung Koroner, gangguan
genitorurinaria (vaginitis, prostatitis, inkontinensia).
18) Ketidakpatuhan minum obat b/d gangguan status fungsional,
regimen obat yang serba rumit, rendahnya dukungan sosial, reaksi
obat, miskin/kesulitan transportasi, tidak memahami petunjuk obat.
2. Psikososial :
1) Isolasi sosial b/d perasaan curiga.
2) Menarik diri dari lingkungan b/d perasaan tidak mampu.
3) Depresi b/d isolasi sosial.
4) Harga diri rendah b/d perasaan ditolak.
5) Koping tidak adekuat b/d ketidakmampuan mengemukakan perasaan
secara tepat.
6) Cemas b/d sumber keuangan yang terbatas.
3. Spiritual :
1) Reaksi berkabung/berduka b/d ditinggal pasangan.
2) Penolakan terhadap proses penuaan b/d ketidaksiapan menghadapi
kematian.
3) Marah terhadap Tuhan b/d kegagalan yang dialami.
4) Perasaan tidak tenang b/d ketidakmampuan melakukan ibadah secara
tepat.
22
2.2 Konsep Dasar UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang Berlokasi Di
Babat Kabupaten Lamongan
2.2.1 Pengertian
Pelayanan sosial adalah proses pemberian bantuan pelayanan dan
bimbingan yang dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan untuk
memenuhi kebutuhan lanjut usia, sehingga yang bersangkutan mampu
melaksanakan fungsi sosialnya.
Pelayanan sosial adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang
memiliki tugas dan fungsi untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
dan memberdayakan penyandang masalah kesejahteraan sosial kearah kehidupan
normatif secara fisik, mental dan sosial.
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan yang berlokasi di Babat
Kabupaten Lamongan adalah pelayanan sosial yang mempunyai tugas
memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup
secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
2.2.2 Prinsip Pelayanan
Pelayanan kesejahteraan sosial dalam UPT berlangsung dengan memegang
teguh beberapa prinsip pelayanan sebagai berikut :
1. Menghormati harkat dan martabat klien (respect for human diginity).
Lanjut usia sebagai manusia mempunyai harkat, martabat sehingga
pelayanan sosial kepada lanjut usia harus menghormati dan menjujung
tinggi harkat martabat lanjut usia yang dilayani.
2. Menjaga kerahasiaan (confidentiality).
Data dan informasi yang terkait dengan kondisi, kebutuhan.
Masalah dan pelayaan yang diberikan kepada lanjut usia perlu dijaga
kerahasiaanya. Data yang untuk kepentingan pelayanan.
3. Tidak memberikan stigma (destigmatisasi).
Kelanjutusiaan merupakan proses alamiah yang dialami
manusia.proses penurunan kemampuan penglihatan, mobilitas dan
produktifitas merupakan peristiwa wajar yang dialami oleh lanjut usia,
23
sehingga pelayanan sosial harus dijauhkan dari kesan stigma atau
pandangan negative terhadap lanjut usia.
4. Tidak mengucilkan (deisolasi).
Lanjut usia sebagai makhluk sosial (social being) harus selalu
diberi kesempatan dan dukungan untuk dapat berinteraksi kepada orang
lain. Lanjut usia ingin mencintai dan dicintai, menerima dan diterima,
serta menemani dan ditemani sehingga pelayanan tidak boleh
mengucilkan lanjut usia dari lingkungan sosialnya.
5. Menghidari sikap positif (desensitiasi).
Lanjut usia mempunyai perasaan sensitive (marah, tersinggung,
kecewa, tidak berharga) atas kondisi dan kesulitan yang menyertai
kelanjutusiaannya, sehingga pelayanan jangan sampai menyinggung
perasaan sensitive lanjut usia.
6. Pemenuhan kebutuhan secara tepat.
Program-program yang dirancang untuk memberikan pelayanan
yang diberikan kepada lanjut usia dalam mengatasi masalah dan
peningatan peranan sosialnyaharus dapat secara nyata memenuhi
kebutuhan lanjut usia.
7. Pelayanan secara komprehensif.
Program-program yang dirancang untuk member pelayanan kepada
lanjut usia dalam mengatasi masalah dan peningkatan peranan sosialnya
harus beraneka ragam dalam arti tidak hanya sekedar memberi alat bantu
mobilitas (misal kursi roda, tongjkat), tetapi juga member keterampilan
mobilitas mandiri dan member askes kesumber-sumber yang lebih luas.
8. Menghindari sikap belas kasihan (desimpatisasi).
Sikap simpati yang bernada belas kasihan dapat mendorong
timbulnya perasaan tidak berdaya bagi diri lanjut usia. Pelayanan social
harus menghindari sikap belas kasihan, tetapi harus mampu mendorong
semangat dan meningkatkan motivasi lanjut usia agar tetap tegar dan
mampu mandiri.
24
9. Pelayanan yang cepat dan tepat.
Pelayanan sosial pada lanjut usia harus dilakukan secara tepat dan
cepat. Cepat berarti tidak berbelit-belit dan dalam waktu relative singkat.
Tepat berarti sesuai dengan kebutuhan, masalah dan kemampuan lanjut
usia.
10. Pelayanan yang bermutu.
Pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang menjamin
kepuasan klien (lansia). Untuk menjamin kepuasan tersebut, maka
pelayanan harus dilakukan dengan prosedur yang standar, tenaga yang
berkualitas, dan peralatan yang memadai.
11. Pelayanan yang efisien dan efektif.
Pelayanan kepada lansia harus diarah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan , dengan menggunakan sumber daya yang hemat.
12. Pelayanan yang akuntabel.
Pelayanan yang diberikan harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada lansia, keluarga, masyarakat, dan penyandang dana.
2.2.3 Metode Pelayanan
Metode yang digunakan dalam pemberian pelayanan kepada lanjut usia
dalam UPT sebagai berikut :
1. Pekerjaan sosial dengan individu (social case work).
1) Pengertian
Pekerjaan sosial dengan individu adalah suatu proses pelayanan
professional yang diberikan oleh pekerja social kepada lanjut usia
yang mengalami permasalahan psikososial yang menggangu peran
sosialnya. Metode ini bertujuan untuk membantu lanjut usia dalam
pemenuhan kebutuhan, menghadapi dan memecahkan masalahnya
serta dalam peningkatan kemampuan penyesuain diri terhadap
lingkungan sehingga terjalin social secara efektif dan efisien.
25
2) Jenis-jenis pelayanan yang diberikan :
(1)Intervensi krisis
Pelayanan intervensi krisis diberikan kepada lanjut usia dan
keluarga yang mengalami masalah psikososial yang diakibatkan
oleh terjadinya perubahan yang tiba-tiba sehubungan dengan
kondisi kesehatan atau tingkah lakun lanjut usia itu sendiri atau
orang yang merawatnya.
(2)Pelayanan pekerjaan sosial berorientasi tugas
Pelayanan pekerjaan sosial berorientasi tugas merupakan
pelayanan pekerjaan sosial yang dianggap paling berguna dalam
pemberian pelayanan bagi lanjut usia terutama untuk mengatasi
permasalahan relasi.
(3)Konseling
Semakin tua seseorang semakin mengalami banyak
kehilangan orang-orang yang dicintanya, baik itu keluarga
dekatnya atau sahabat-sahabatnya. Kehilangan yang bersifat
beruntun akan diikuti dengan periode berkabung yang ditandai
dengan perasaan-perasaan tertekan, kesedihan dan depresi.
Pelayanan konseling merupakan pelayanan untuk membantu lanjut
usia mengatasi kesulitan atau memecahkan masalahnya.
(4)Kunjungan rumah (home visite)
Pelayanan kunjungan rumah diberikan kepada keluarga lanjut
usia untuk mengetahui kondisi sosial lanjut usia dan keluarganya,
dalam keluarga mengikutsertakan keluarga dalam pelayanan lanjut
usia.
(5)Rujukan
Pelayanan rujukan diberikan kepada lanjut usia yang
memerlukan layanan lanjutan.
26
3) Aplikasi pelayanan.
(1)Diterapakan pada lanjut usia yang mempunyai masalah yang
bersifat pribadi.
(2)Dilakukan dengan pembicara dari hati kehati, dapat mendengarkan
cerita clien dengan sepenuh hati.
(3)Dapat dilakukan secara berulang-ulang tetapi tidak terkesan
mengorak-orak masalah lanjut usia.
(4)Diterapkan untuk mengungkapan masalah yang sulitdipaparkan
lanjut usia dan menggali berbagai hal yang dianggap penting untuk
penanganan masalah.
(5)Dilaksanakan secara terlaksana dan sistematis.
(6)Dibuatkan kesimpulan hasil dari setiap pertemuan yang diadakan
dan tidal perlu disampaikan kepada lanjut usia (dokumen secara
tertulis menjadi file klien yang bersangkutan). Sehingga dapat
mengetahui perkembangan penanganan permasalah klien.
2. Pekerjaan sosial dengan kelompok (social group work).
1) Pengertian
Pekerjaan sosial dengan kelompok adalah proses pelayanan
profesional yang dilakukan pekerjaan social untuk membantu lanjut
usia mengatasi permasalahan psikososialnya dengan memanfaatkan
proses dan interaksi hubungan kelompok.
2) Model-model kelompok
Model-model kelompok dalam pekerjaan social sering disebut
kelompok terapi yang diantaranya adalah terapi kelompok, konseling
kelompok, kelompok swadaya.
27
3. Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat (community
organization/community development).
1) Pengertian
Pengembangan dan pengorganisasi masyarakat adalah suatu
proses pelayanan profesional yang dilakukan pekerja social bersama
profesi lain kepada kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki
lanjut usia agar mereka mempunyai kepedulian dan tanggung jawab
untuk membantu memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah
lanjut usia.
2) Jenis-jenis pelayanan yang diberikan :
(1)Promosi social (social promotion).
(2)Mediasi.
(3)Kemitraan (partnership).
(4)Penggalaan dana (fundrising).
3) Aplikasi pelayanan
Perlu dilakukan pemetaan terhadap kelompok-kelompok
masyarakat yang diharapkan mempunyai kepedulian dan dapat
berpartisipasi dalam pelayanan social lanjut usia. Perlu diindentifikasi
lembaga-lembaga penyandang dana untuk pelayanan social lanjut
usia. Panti social lanjut usia perlu menyiapkan materi yang menarik
untuk mempromosikan program dan pelayanan lanjut usia.
2.2.4 Teknik Pelayanan
Teknik yang biasa digunakan dalam pelayanan social lansia melibatkan
berbagai teknik penyembuhan atau terapi psiko-sosial: terapi berpusat pada klien (
client centered threrappy), dan terapi perilaku (behavior therapy), terapi keluarga
(family therapy), dan terapi kelompok (group therapy).
28
Untuk penerapanya, para lansia diajak untuk mengetahui dan menyadari
masalahnya (problem awarenes), membangun relasi hingga implementasi strategi
yang dimaksud. Untuk itu secara sederhana dapat dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Memulai pembicaraan yang menyenangkan.
2. Mberbicara dengan lansia.
3. Mendengarkan pembicaraan lansia.
4. Membawa kepermukaan perasaan dan sikap-sikap lansia yang dapat
menggangu keberfungsian social lansia.
5. Memberi dukungan dan motivasi lansia.
6. Menciptakan situasi dan lingkungan yang menyenangkan.
7. Menggunakan pengalaman-pengalaman hidup yang berbagai dan
menyenangkan bagi penanganan pelayanan.
8. Melakukan konseling.
9. Menciptakan kegiatan yang rekreatif.
10. Memanfaatkan sumber-sumber yang ada.