zakat gaji di kalangan pegawai pada kanwil depag propinsi da

Upload: qusthalani

Post on 18-Jul-2015

274 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ZAKAT GAJI DI KALANGAN PEGAWAI PADA KANWIL DEPAG PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM BIDANG ILMU HUKUM ISLAM OLEH HAMID MUHAKKAM 9935 3544 DIBAWAH BIMBINGAN 1. DRS. H. DAHWAN, M.Si. 2. DRS. KHOLID ZULFA, M.Si.

AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2004

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama universal tidak hanya berisi ajaran mengenai hubungan manusia dengan Tuhannya yang berupa ibadah, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia yang disebut mu>amalah. Mu>amalah merupakan kegiatan manusia yang berperan sebagai khal>ifah dimuka bumi, yang bertugas menghidupkan dan memakmurkan bumi dengan cara interaksi antar umat manusia, misalnya melalui kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi adalah kegiatan dalam upaya memudahkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut, manusia senantiasa bertarung dengan kekuatan alam untuk mengeluarkan dari padanya makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Karena adanya berbagai macam kebutuhan, situasi dan lingkungan hidup yang berbeda-beda, maka terjadilah antara sesama warga masyarakat berbagai macam perhubungan (Muamalah). Untuk menjamin keselamatan, kemakmuran, dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat, Islam mengatur mua>malah tersebut dalam sebuah sistem ekonomi yang berlandaskan kepada al-Qura>n dan al-Hadi>{s, yang menekankan kepada nilai-nilai keadilan dan keseimbangan. Dengan demikian Islam adalah agama yang memandang pentingnya keadilan demi terciptanya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Hal ini tercermin dari perhatiannya yang besar

kepada kaum yang lemah, yaitu menjamin dan melindungi kehidupan mereka. Maka melalui sebuah wadah lembaga zakat orang yang mampu memberikan hartanya kepada yang berhak menerimanya, seperti fakir, miskin, yatim piatu, kaum d{huaf>a dan lain sebagainya. Zak>at adalah ibadah m>aliyah ijtim>aiyyah (ibadah yang berkaitan dengan ekonomi keuangan dan kemasyarakatan) dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang mempunyai status dan fungsi yang penting dalam syar>iat Islam.1 Bagi orang yang mengeluarkan >, hati dan jiwanya akan menjadi bersih, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat at-Taubah ayat 103, yang artinya : Ambilah zak>at dari sebagian harta mereka, dengan zak>at itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Selain harta dan jiwanya bersih, kekayaan akan bersih pula. Dari ayat ini tergambar, bahwa zak>at yang dikeluarkan oleh para muzakki akan dapat membersihkan dan mensucikan hati manusia, tidak lagi mempunyai sifat yang tercela terhadap harta, seperti rakus dan kikir.2 Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan syawal tahun kedua hijrah Nabi SAW. Kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa ram>ad{han dan zakat fitrah. Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena masyarakat Islam sudah mulai terbentuk, dan kewajiban ini dimaksudkan untuk membina masyarakat muslim, yakni sebagai bukti solidaritas sosial, dalam arti bahwa hanya orang kaya1

Masjfuk Zuhdi, Mas>ail Fiqhiyah, Edisi II cet. VII (Malang, 1994, ttp.), hlm. 225 Ensiklopedi Islam, Cet. Ke-5 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hjoeve, 1994), 5: 224

2

yang berzakat yang patut masuk dalam barisan kaum beriman. Adapun ketika umat Islam masih berada di Mekah, Allah SWT sudah menegaskan dalam al-Qur>an tentang pembelanjaan harta yang belum dinamakan zakat, tetapi berupa kewajiban inf>aq, yaitu bagi mereka yang mempunyai kelebihan wajib membantu yang kekuraangan. Besarnya tidak dipastikan, tergantung kepada kerelaan masingmasing. Yang tentunya kerelaan itu berkaitan erat dengan kualitas iman yang bersangkutan. Sunah Nabi yang merupakan penjabaran al-Qur>an menyebutkan secara eksplisit 7 (tujuh) jenis harta benda yang wajib dizakati beserta keterangan tentang batas minimum harta yang wajib dizakati (nis{>ab) dan jatuh tempo zakatnya, yakni : emas, perak, hasil tanaman dan buah-buahan, barang dagangan, ternak, hasil tambang, dan barang temuan (rik>az). Tetapi hal ini tidak berarti, bahwa selain tujuh jenis harta benda tersebut diatas tidak wajib dizakati.3 Didalam al-Qur>an banyak terdapat ayat yang secara tegas

memerintahkan pelaksanaan zakat. Perintah Allah SWT tentang zakat tersebut sering kali beiringan dengan perintah s{al>at. Term zakat dalam al-Qur>an ditemukan sebanyak 32 kali, 26 kali diantaranya di sebut bersamaan dengan kata s{al>at. Hal ini mengisyaratkan bahwa kewajiban mengeluarkan zakat seperti halnya dengan kewajiban mendirikan s{al>at, merupakan perintah yang sangat penting dan mendapat perhatian yang besar dalam ajaran Islam. Pentingnya menunaikan zakat, terutama karena perintah ini mangandung misi sosial, yang memiliki tujuan yang sangat jelas bagi kemaslahatan umat3

Enslikopedi Islam. Hlm. 224

manusia.. Tujuan dimaksud antara lain untuk memecahkan problem kemiskinan, meratakan pendapatan, dan meningkatkan kesejahteraan umat dan negara. Tujuan luhur ini tidak akan terwujud apabila masyarakat muzakki4 tidak memiliki kesadaran untuk menunaikannya.5 Didalam al-Qur>an Allah telah berfirman

6

Syar>iat Islam memang telah sempurna diturunkan bersamaan dengan wafatnya Rosulullah SAW. Sementara tuntutan dan kenyataan sejarah justru berkembang secara spektakuer dalam periode sepeninggal rosul. Perkembangan ini membawa implikasi hukum yang harus dihadapi oleh setiap muslim.7 Begitu pentingnya perintah ini maka para fuqoh>a (ahli hukum Islam) telah menyepakati dilakukannya tindakan tegas pada mereka yang lalai membayar zakat yang diwajibkan. Sejarah Islam mencatat banyak kejadian dimana negara mengambil langkah tegas untuk melaksanakan pembayaran zakat seperti yang kita ketahui di masa Khal>ifah Abu Bakar, Khal>ifah Islam pertama.8Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat (UU no 38 tentang Pengelolaan Zakat: 1999) Ujang Mahadi, Pelaksanaan Zakat Profesi di Kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Jurnal Ilmiyah Madania, Transformasi Islam dan Kebudayaan, Vol 3, No : 5, (Bengkulu: Pusat Pengkajian Islam dan Kebudayaan (PPIK), 2000), hlm. 13. Al-Baq>arah (2) : 267. ; Dalam masalah zakat, lihat juga Surat al-Baq>arah (2): 110, Surat al-Bayyinah (98): 5, Surat al-Mumin>un (23): 1-4, Surat at-Taubah (9) : 34-35, 103, 60, Surat az-Zariyat (51): 19, Surat al-Hasr (59): 7, Al-Anam (3): 141, Fus{ilat (41): 6-7. Ahmad Rofiq. Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia. Pengantar: K.H. Sahal Mahfudh, (Yogyakarta, Gema Media, 2001), hlm. 39 8 M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), hlm. 1677 6 5 4

Dalam rangka untuk memotifasi umat dalam melaksanakan ibadah yang mulia ini, maka di kantor Wilayah Departemen Agama (Kanwil Depag) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah dibentuk badan amil zakat, infak, s{ad>aqah (BAZIS)9. Sebagaimana umumnya BAZIS di tempat-tempat lain, BAZIS unit Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dimaksudkan sebagai wadah pengelola, penerima, pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat, infak dan s{ad>aqah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai wujud partisipasi umat Islam dalam pembangunan nasional. BAZIS unit Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini sifatnya terbatas untuk mengelola zakat, infak dan s{ad>aqah dari segenap pejabat/pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri, satu hal yang sangat memudahkan BAZIS ini adalah diberinya wewenang untuk secara rutin setiap bulan memotong gaji segenap pejabat/pegawai di lingkungan Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai dana yang harus dikelola. Adapun yang selama ini telah berjalan adalah dipotongnya masing-masing dari pegawai pada setiap bulannya. Sedangkan besarnya pemotongan itu disama ratakan sebanyak 2,5 % dari gaji yang diterima. Namun ini sifatnya adalah lebih kepada kesukarelaan dari masing-masing pegawai, karena memang pada KanwilPerbedaan antara zakat, infak dan s{ad>aqah. Zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu, sedangkan infak adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam, sedangkan s{ad>aqah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja s{ad>aqah memiliki pengertian yang lebih luas yaitu menyangkut hal yang bersifat non materi. Perbedaannya, jika zakat ada nis{>0abnya, infak dan s{ad>aqah tidak mengenal ni>s{ab.9

Depag sebelum adanya peraruran mengenai pemotongan gaji yang digunakan sebagai zakat selalu mengadakan yang sifatnya lebih kepada pengajian-pengajian sebagai wahana sosialisasi dari pada kewajiban untuk mengeluarkan zakat dari gaji masing-masing pegawai. Mengapa penyusun katakan sifatnya lebih kepada sukarela? Karena tidak semua pegawai mengeluarkan zakat dari gajinya karena alasan-alasan tertentu. Ada sebagian kecil yang merasa keberatan untuk mengeluarkan zakat dari gajinya karena alasan ekonomi, padahal penghasilannya lebih dari pegawai yang lainnya. Pelaksanaan zakat pada Kanwil Depag pemotongannya disamaratakan yaitu sebesar 2,5 % dari gajinya. Dan itu dikenakan kepada semua pegawai, tidak memandang apakah gaji dari pegawai itu telah mencapai nisab atau tidak. Yang jelas setiap pegawai dipotong gajinya sebesar 2,5 % dan tentunya yang bersedia untuk mengeluarkan itu. Adapun yang berkeberatan tentunya tidak dipotong sebesar itu, hanya saja mereka tetap mengeluarkan sebesar kesanggupan dan keihlasan dari masing-masing pegawai, dan ini dikeluarkan sebagai sadaqah semata. Zakat pada gaji yang selama ini berjalan di Kanwil Depag adalah setiap bulan sekali. Artinya pengeluaran zakat itu setiap bulannya. Hal ini diqiyaskan kepada zakat pertanian, karena pertanian itu dikeluarkan zakatnya pada saat panen. Begitu juga dengan gaji, karena gaji menerimanya setiap bulannya, maka pengeluarannya adalah setiap bulan. Hal ini mengisyaratkan bahwa zakat gaji yang selama ini berjalan di Kanwil Depag disamakan dengan zakat pertanian dalam masalah pengeluarannya dan yang lainnya disamakan dengan zakat uang karena jumlahnya sebesar 2,5 %. Namun

sekali lagi tidak ada keterangan di sana mengenai batasan minimum seorang pegawai diwajibkan untuk mengelurkan zakat karena semuanya terkena kewajiban tanpa memandang jumlah gaji yang diperoleh. Sampai disini ada yang patut untuk dicermati mengenai hal ihwal penarikan zakat terhadap gaji sebanyak 2,5 % itu, padahal gaji para pegawai satu dengan yang lainnya adalah berbeda sesuai dengan golongan dan jabatan masing-masing. Sehingga berakibat adanya perbedaan penarikan zakat terhadap gaji yang mereka peroleh, karena salah satu syarat wajibnya mengeluarkan zakat itu adalah telah mencapai nis{>ab. Dan bagaimanakah dengan gaji pegawai, apakah secara keseluruhan telah mencapai nis>{ab sebagaimana ketentuan yang ada dalam fiqh zakat ? Bagaimana pula dengan haul terhadap zakat tersebut, karena gaji itu dikeluarkan zakatnya setiap kali menerima yaitu sebulan sekali.

B. Pokok Masalah. Bardasarkan latar belakang yang telah penyusun kemukakan diatas maka pokok masalah yang hendak dikaji dalam studi ini yaitu berkaitan dengan kadar dan nis{>ab zakat gaji serta landasan hukumnya. Agar masalah tersebut dapat dipahami lebih jelas dan mudah, maka perlu dirumuskan kembali dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dasar sebagai berikut : 1. Sejauh mana kepastian hukum pada nisab dan haul zakat gaji di Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Apakah kadar pengeluaran zakat pada gaji di Kanwil Depag sesuai dengan fiqih zakat dan dinisbatkan atas apakah kadar pengeluarannya itu ?

C. Tujuan dan Kegunaan Maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan zakat pada gaji serta mengetahui hal ihwal kadar, nisab dan haul zakat yang selama ini telah berjalan di Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui kekuatan dalil-dalil yang berkaitan dengan zakat gaji.

Adapun kegunaan dari penyusunan skripsi ini adalah: 1. Berguna sebagai bahan masukan bagi pengurus zakat yang ada pada Kanwil Depag Prop. DIY yang pada gilirannya dapat menjadi teladan bagi instasiinstasi lain dalam pelaksanaan zakat. 2. Memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat secara umum tentang adanya kewajiban zakat pada gaji.

D. Telaah PustakaZakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan ibadah kepada Allah dan sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan dalam wujud mengkhususkan sejumlah harta atau nilainya dari milik perorangan atau badan hukum untuk diberikan kepada yang berhak dengan syarat-syarat tertentu, untuk mempersucikan dan mempertumbuhkan harta serta jiwa pribadi para wajib

zakat, mengurangi penderitaan masyarakat, memelihara keamanan serta meningkatkan pembangunan. Tujuan luhur ini tidak akan terwujud apabila masyarakat muzakki tidak memiliki kesadaran untuk melaksanakan dan menjalankannya. Namun yang masih menjadi persoalan adalah yang berkaitan dengan zakat profesi pada umumnya dan zakat gaji pada khususnya, karena permasalahan ini adalah permasalahan yang baru dan menarik untuk dibahas serta akan tetap menjadi tema penting dalam perkembangan fiqh pada saat ini. Ada beberapa konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan zakat profesi pada umumnya dan zakat gaji pada khususnya. Endah Tri Mulyosari dalam skripsinya yang berjudul Analisis Pemikiran TM Hasbi Ash-Shiddiqie tentang Zakat, dengan pembahasannya mengenai pemikiran TM Hasbi Ash-Shiddiqie tentang Zakat secara umum dan relevansinya dalam kontek hukum Islam di Indonesia. Ali Nurdin dengan skripsinya yang berjudul Tinjauan Hukum Islam terhadap pelaksanaan zakat profesi di Rumah Sakit Islam Klaten, yang memfokuskan pembahasannya pada bagaimana sistem penghimpunan dan pendistribusian zakat profesi ditinjau dari hukum Islam. Yang lainnya adalah Sartono dalam skripsinya Studi Terhadap Pemikiran Yusuf al-Qordhowi tentang Hukum Zakat Madu yang memfokuskan pembahasannya pada status hukum zakat madu dalam al-Qur >an dan alH>adis.

Adapun peraturan pemerintah yang membahas masalah zakat penyusun merujuk kepada Undang-undang Republik Indonesia No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam undang-undang tersebut disebutkan mengenai hartaharta yang dikenai zakat, yaitu pada pasal 11 ayat : 2 huruf f, yaitu hasil

pendapatan dan jasa, sedangkan gaji juga termasuk kepada pendapatan.10 Di samping itu juga penyusun banyak menemukan kajian-kajian yang dilakukan oleh para cendekiawan muslim melalui pemikirannya, baik ini yang berhubungan dengan cara pengelolaan serta pendayagunaan harta zakat maupun cara pengembangan hasil pengumpulan zakat, yang selanjutnya juga penyusun gunakan sebagai bahan perbandingan, seperti Didin Hafiduddin tentang Zakat dalam Wacana Pemiikiran Modern, serta karyanya yang lain Panduan Zakat. Selanjutnya kajian lain yang penyusun jadikan bahan pustaka yang tidak kalah pentingnya adalah karya Dr. Yusuf al-Qardawi tentang zakat yang tertuang dalam bukunya Hukum Zakat, karena pemikiran dan ide beliau yang selama ini dianggap masih segar itu, masih menjadi pegangan utama bagi cendekiawan muslim dalam merumuskan pemikiran baru tentang zakat. Selain menggunakan sumber resmi yaitu sumber primer dan skunder dalam penulisan karya ini, juga menggunakan sumber-sumber lain baik bukubuku, kitab-kitab, majalah, jurnal ataupun sumber-sumber lain yang sifatnya lebih berkopenten dan ada relefansinya dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.

DEPAG RI, Undang-undang Republik Indonesia No : 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, (Departemen Agama RI, 1999), hlm. 8

10

Berangkat dari sini maka penyusun bermaksud mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang zakat pada gaji yang telah berjalan di Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terutama yang berkaitan dengan kadar, haul dan nis>ab zakat pada gaji, karena memang tujuan zakat adalah sangat mulia yaitu berusaha memberantas kemiskinan dan kefakiran dengan mengembangkan usaha-usaha yang produktif, sehingga secara berkelanjutan ikut meningkatkan kualitas kehidupan umat yang miskin dan fakir, dan hal inilah yang perlu disadari bagi para muzakki yang yang telah melaksanakan kewajibannya, dan bagi yang belum semoga menjadikan masukan yang baik dan dapat disikapi dengan kesadaran yang penuh. Dari uraian yang penyusun sajikan, maka dalam hal kadar, haul dan nis>ab zakat pada gaji akan penyusun fokuskan pembahasannya dalam masalah tersebut, oleh karena itu penyusun memberanikan diri untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah penelitian.

E. Kerangka Teoritik Masalah zakat gaji di dalam al-Qur>an dan al-Had>is Nabi tidak dapat dijumpai secara tertulis. Walaupun demikian tetap dapat digunakan keumuman ayat 267 surat al-Baq>arah untuk dijadikan landasan hukum zakat gaji ini yaitu sebagai berikut :

Dalam ayat tersebut, kata anfiqu dengan kaedah us{>ul fiqh:11

memberikan makna wajib sesuai

12

Ayat di atas dapat dipahami secara umum, yaitu sebagai panggilan kepada orang yang beriman setiap zaman dan generasi, memuat harta yang sampai ketangan mereka, juga harta yang dihasilkan dengan tangan mereka dari yang halal dan yang baik, serta apa yang dikeluarkan oleh Allah untuk mereka dari bumi, tanaman, tambang dan minyak. Dari sana maka nash mencakup semua harta yang dikenal pada masa Nabi dan yang akan datang, sehingga nas{ itu bersifat universal tidak lepas dari harta yang terjadi di zaman manapun dan nas{ itu mewajibkan zakat atas semua harta yang ada tersebut. Adapun aturannya terdapat dalam sunah yang menerangkan di dalamnya macam-macam harta yang dikenal pada masa itu. Menurut Fachruddin13 kata m>a kasabtum dalam surat al-Baq>arah ayat 267 itu bersifat umum (am) dan memang sudah mendapat takhsisnya yaitu hadis Rosulullah Saw tentang bentuk dan jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Akan tetapi, karena hukum pada am dan khas ini sama, maka

11

Al-Baq>arah (2): 267 Abdul Hamid Hakim, Al-Bayan, (Jakarta: Saadiyah Putra,t.t), 15

12

Muhammad, Zakat Profesi: Wacana Pemikiran dalam Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), hlm.62

13

keumuman itu tetap berlaku secara utuh untuk menetapkan zakat profesi. Hal ini sesuai dengan kaedah us>ul :

41 Oleh karena itu, mengambil keumuman lafad| dari ayat 267 surat alBaq>arah itu lebih tepat dari pada mempertahankan kekhususan asb>abun nuz>ul nya, sebab kaedah us>ul mengatakan :

51 Sehingga, meskipun zakat itu termasuk ibadah, tetapi bukan ibadah mahd{ah melainkan ibadah ijtim>aiyah. Zakat pada dasarnya adalah untuk merealisasikan keadilan yang menjadi tujuan Islam. Zakat berfungsi untuk menyucikan harta dan mempersempit jurang pemisah antara sikaya dan simiskin. Dalam menafsirkan ayat diatas Masjfuk Zuhdi mengatakan : Kata termasuk kata yang mengandung pengertian yang umum, yang

artinya sebagian dari hasil (apa saja) yang kamu usahakan yang baik-baik. Maka jelaslah semua macam penghasilan (gaji, honorarium dan terkena wajib zakat.16 Selain melalui pendekatan di atas, dapat juga melalui pendekatan qiy>as, akan tetapi, menurut jalal17 bahwa yang terjadi dalam penggunaan qiy>as untuk zakat ini adalah ketidak jelasan harus diqiy>askan kemana, sehingga terjadi14

lainnya)

Abdul Hamid Hakim, Al-Bay>an, (Jakarrta: Sadiyah Putra, t.t.), III : 50 Abdul Hamid Hakim, Al-Bay>an. Hlm. 49 Masjfuk Zuhdi, Mas>ail, hlm.215 Muhammad, Zakat Profesi. 63

15

16

17

banyak ke-muskil-an. Oleh karena itu, Munawir18 menegaskan bahwa Allah Swt dalam al-Qur>an sangat menekankan agar manusia mempergunakan akalnya didalam memahami arti dan menjabarkan ayat al-Qur>an dan al-H>adis.

18

Muhammad, Zakat Profesi, hlm. 64

Dapat dikatakan bahwa gaji termasuk al-mal almustafad{ yang dikeluarkan zakatnya begitu diterima, meskipun kepemilikannya belum sampai setahun, berdasarkan kepada pendapat sebagian sahabat (Ibn Abbas, Ibn Masud, dan Muawiyah), serta pendapat Umar bin Abdul Aziz, al-Baqir, al19 .Shadiq, al-Nashir, Daud al-Zahiri Besarnya zakat yang harus dikeluarkan ialah seperempat puluh, berdasarkan nas{-nas{ yang mewajibkan zakat pada uang, baik kepemilikannya telah berlangsung selama setahun penuh maupun .belum mencapai setahun Jika seorang muslim mengeluarkan zakat atas pendapatan atau profesi atau pekerjaannya ketika dia menerimanya, dia tidak diwajibkan untuk mengeluarkan zakat lagi pada akhir tahun. Dengan begitu, akan terjadi kesamaan antara pendapatan yang diperoleh melalui profesi-profesi seperti itu dan penghasilan para petani yang diharuskan mengeluarkan zakat tanaman dan buah-buahan 20 .ketika mereka memetik dan memanen tanamannya Mal mustaf>ad{ sudah disepakati oleh jamaah sahabat dan ulama-ulama berikutnya untuk wajib dikenakan zakat. Perbedaan pendapat hanya .pada wajib zakat, yaitu tentang persyaratan haul1.

Menurut Imam Ab>u Hanifah M>al mustafa{d tidak dizakati sebelum sempurna satu tahun ditangan

pemiliknya, kecuali apabila pemilik mempunyai harta sejenis yang pada permulaan19 Wahbah al-Zuhaili, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, pengantar Jalaluddin Rahmat, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 275 20

Ibid.

tahun sudah mencapai satu nis{>ab, maka m>al mustaf>ad{ itu dipungut zakatnya bersamaan dengan harta yang sudah ada setelah harta yang sudah ada itu mencapai satu tahun. 2. Menurut Imam Malik M>al mustaf>ad{ tidak dizakati sebelum sempurna setahun, baik sipemilik mempunyai harta yang sejenis ataupun tidak, kecuali binatang ternak. Kalau m>al mustaf>ad itu benatang ternak sedangkan sipemilik mempunyai ternak sejenis, maka m>al mustaf>ad binatang ternak itu mengikuti tahunnya binatang ternak yang ada. 3. Menurut Imam Asy-Syafii M>al mustaf>ad tidak dizakati sebelum setahun, meskipun si pemilik mempunyai harta yang sejenis, kecuali anak ternaknya sendiri, maka m>al mustaf>ad yang berupa anak ternaknya sendiri dizakati mengikuti induknya. 4. Menurut Imam Ibnu Hazm Mengkritik penafsiran ulama empat tersebut dan ia menyatakan pendapatpendapat tersebut tanpa dalil sama sekali. Menurut dia, semua harta itu disyaratkan setahun, baik harta mustafad maupun tidak, baik anak binatang ternak maupun tidak. 5. Menurut Daud az-Zahiri M>al mustaf>ad wajib zakat tanpa syarat sampai setahun.

5. Menurut Yusuf al-Qardawi

M>al mustaf>ad seperti gaji pegawai, upah buruh, penghasilan dokter, pengacara, pemborong dan penghasilan modal diluar perdagangan, persewaan mobil, perahu, penerbangan, hotel, tempat hiburan dan lain sebagainya, wajib dikenakan zakat dan tidak disyaratkan sesampainya setahun, akan tetapi dizakati pada waktu menerima pendapatan tersebut. Adapun cara menunaikannya, maka zakat pada gaji bisa dianalogikan pada dua hal secara sekaligus, yaitu pada zakat pertanian dan pada zakat emas dan perak.. Dari sudut nisab dianalogikan pada zakat pertanian, yaitu sebesar lima aus>aq atau senilai 653 kg padi/gandum dan dikeluarkan pada saat menerimanya. Karena dianalogikan pada zakat pertanian maka bagi zakat profesi tidak ada ketentuan haul. Ketentuan waktu menyalurkannya adalah pada saat menerimanya. Penganalogian zakat profesi dengan zakat pertanian dilakukan karena ada kemiripan diantara keduanya, yaitu pada waktu memanen/menerima gaji itu. Sedangkan dari sudut kadar zakat, maka dianalogikan pada zakat uang, karena memang gaji pada umumnya diterima dalam bentuk uang, karena itu kadar zakatnya sebesar rubul usyri atau 2,5 %/.21 Contoh qiy>as syabah diatas, adalah sebagaimana hamba sahaya yang diqiy>askan pada dua hal sekaligus, yaitu pada manusia dan pada hewan piaraan yang dapat diperjual belikan.

21

Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002),

hlm.97-98

Dari pendapat-pendapat diatas, akan lebih sesuai jika menggunakan pendapat dari Yusuf al-Qardawi yang mengatakan bahwa seluruh penghasilan yang didapatkan dari profesi seseorang wajib dikeluarkan zakatnya dan tidak disyaratkan adanya haul, akan tetapi ditunaikan pada saat .menerimanyaHal ini lebih cocok dikarenakan penghasilan pada saat ini sangat berkembang dengan pesatnya dan banyak yang belum terdapat pada masa Rosulullah, sehingga memerlukan penafsiran-penafsiran baru berkaitan dengan zakat profesi tersebut. Begitu juga dengan gaji, pendapatan dari gaji termasuk ke dalam professi, sehingga ia dapat dikeluarkan pada saat menerimanya.

F. Metode Penelitian

Metode memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan, termasuk juga metode dalam suatu penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun menggunakan metode penelitian sebagai : berikut1. Jenis Penelitian Dalam skripsi ini akan menggunakan sistem penelitian lapangan yaitu suatu penelitian yang objek utamanya adalah mengenai, nisab, kadar dan haul zakat pada gaji di BAZIS unit Kanwil Departemen Agama (DEPAG) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Sifat Penelitian Tipe dari penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu sebuah penelitian yang menggambarkan, menguraikan secara objektif yang diteliti dalam hal ini

mengenai kadar, nis>ab dan haul zakat pada gaji di Kanwil Departemen Agama kemudian melakukan analisis terhadap pelaksanaan zakat tersebut. Bahwa metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan

yang nyata sekarang (sementar berlangsung), tujuan utama kita dalam menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. 3. Metode Pendekatan Dalam penelitian ini pendekatan yang dipergunakan adalah normatif, yaitu pendekatan tentang suatu masalah yang diteliti berdasarkan nas-nas, pendapatpendapat para ulama yang berkaitan dengan pembahasan. 4. Teknik pengumpulan data Data yang akan dicari dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan zakat gaji yang dipraktekkan di Kanwil Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun data-data tersbut akan dicari dengan menggunakan : a. Wawancara Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin yaitu penelitian bebas mengadakan wawancara dengan tetap berpijak pada catatan-catatan mengenai pokok-pokok yang akan ditanyakan. Sumber data informasi akan dibahas secara metodologis arah penelitiannya b. Dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud adalah usaha pengumpulan data yang didapat dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen yang ada yang bersangkutan dengan penelitian yang dilakukan. 5. Teknik Pengolahan Data Penyusun setelah mengumpulkan data-data akan terus menindak lanjuti dengan memeriksa data-data itu terutama dari segi kelengkapan, kejelasan dan kevalidan serta kesesuaian dengan tema pembahasan. Selanjutnya mengklasifikasi dan mensistemasi data-data dalam paparan yang direncanakan lalu diformulasikan. Setelah itu penyusun melakukan analisis lanjutan terhadap data-data yang telah diklasifikasi dan sistemasi dengan menggunakan kaedah-kaedah, teori-teori, konsep-konsep dan pendekatan yang sesuai sehingga diperoleh kesimpulan yang benar. 6. Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dengan

menggunakan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati,22 dengan menggunakan logika ilmiah serta penekanannya adalah pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara-cara berfikir formal dan argumentatif.

22

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Cet. Ke-I., (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998),

hlm 5

G. Sistematika Pembahasan Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam penulisan skripsi ini, maka disini perlu digunakan sistematika yang dibagi menjadi lima bab, masing-masing bab terdiri dalam beberapa sub bab, yang perinciannya sebagai berikut : Bab pertama, Merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah yag dijadikan dasar dalam merumuskan pokok masalah, kemudian dilanjutkan tujuan dan kegunaan penulisan skripsi, telaah pustaka sebagai bahan referensi, kerangka teoritik sebagai alur pemikiran yang ditempuh berdasarkan teori-teori yang mendukung data yang telah ada dan dilanjutkan dengan metodologi penelitian serta diakhiri dengan sistematika pembahasan. Bab kedua, menguraikan tentang pengertian zakat secara umum dimana pada bab dua ini merupakan bahan untuk menganalisa pada bab keempat. Pembahasan pada bab kedua ini meliputi, pengertian dan dasar hukum zakat, sebab, syarat dan rukun zakat serta tujuan dan hikmah pensyariatan Bab ketiga, Menguraikan tentang pelaksanaan zakat gaji di Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga dapat diketahui secara gambkang pelaksanaanya yang nantinya dapat dianalisis pada bab ke empat, yang mencakup pada pembahasan, sekilas tentang Kanwil Depag Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta, Latar belakang pelaksanaan zakat gaji dan perkembangannya di Kanwil Depag Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta, pengumpulan dan mekanisme zakat gaji dan yang terakhir adalah pendistribusian zakat gaji.

Bab keempat, merupakan isi dan pembahasan, yang mana penulis mencoba melakukan analisa secara menyeluruh tentang ketentuan kadar zakat gaji, ketentuan nis>ab dan ketentuan haul dalam zakat gaji yang sudah berjalan di Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bab kelima, adalah penutup, dimana pada bab ini penyusun akan mengambil suatu kesimpulan dari pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan dan kemudian saran-saran.

BAB II

KETENTUAN HUKUM ISLAM TENTANG ZAKAT

A. Pengertian Zakat Zakat menurut bahasa, berarti nama> yaitu kesuburan, t{aha>rah yaitu kesucian,23 bara>kah yaitu keberkatan dan berarti juga tazkiyyah tat{hi>r yaitu menyucikan. Syara memakai kata tersebut untuk kedua arti ini. Pertama, dengan zakat, diharapkan akan mendatangkan kesuburan pahala. Karenanya dinamakan harta yang dikeluarkan itu dengan zakat. Kedua, zakat itu merupakan suatu kenyataan jiwa suci dari kikir dan dosa.24 zakat juga berarti suci dan tumbuh25. Jika diucapkan, , artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah. Jika diucapkan 23

, artinya

Abdurrohman Al-Jaziri, Al-Fiqh ala> Maz|hab Al-Arbaah, (Daar al-Fikr: Beirut, 2000) I: 50124 Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddiqy, Pedoman Zakat, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1987), hlm. 1 25

Abdurrohman al-Jaziri, Kita>b al-fiqh ala> al-mazhab al-arbaah, hlm.501

nafkah tumbuh dan bertambah jika diberkati.26 Kata ini juga sering dikemukakan untuk makna t{aha>rah (suci). Allah swt. berfirman :

72 Maksud kata zakka> dalam ayat ini ialah menyucikan dari kotoran. Arti yang sama (suci) juga terlihat dalam ayat berikut :

82 Kata zakat adakalanya bermakna pujian, misalnya dalam firman Allah swt. berikut ini :

92 Kata ini terkadang juga bermakna baik (s{ala>h). Pernyataan roju>l zakiyy berarti orang yang bertambah kebaikannya. Min qowm azkiya> artinya termasuk diantara orang-orang yang baik. Zakka> al-qa>d{i al-syuhu>d artinya seorang qo>d{i menjelaskan bertambahnya mereka dalam kebaikan.30 Zakat juga bisa diartikan dengan hak, sebagaimana firman Allah :

31

Adapun harta yang dikeluarkan, menurut syara, dinamakan zakat karena harta itu akan bertambah dan memelihara dari kebinasaan. Allah swt. berfirman :

Wahbah al-Zuhaili, Zakat Kajian Berbagai Macam Mazhab, pengantar : Jalaluddin Rahmat (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995) hlm.82 27 Asy-Syams (91) : 9.28

26

Al-Ala(87) : 14. An-Najm (53) : 32. Wahbah al-Zuhaili, Zakat Kajian Berbagai, hlm. 182 Al-Anam (6) : 141

29

30

31

32

Makna-makna zakat secara etimologis diatas bisa terkumpul dalam ayat berikut : 33 Maksudnya, zakat itu akan menyucikan orang yang mengeluarkannya dan akan menumbuhkan pahalanya. Adapun zakat menurut syara, mengeluarkan harta secara khusus kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Artinya, orang yang telah sampai nis{a>b dan syarat zakatnya, maka diwajibkan baginya untuk memberikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang berhak menerimanya.34 Maz|hab Maliki mendefinisikan dengan, mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nis{a>b (batas kwantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq). Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai haul (setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian.35 Maz|hab hanafi mendefinisikan dengan, menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus dengan milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syariat karena Allah SWT.36

32

Al-Baqarah (2) : 43 At-Taubah (9) : 103 Abdurrohman al-Jaziri,Kita>bul Fiqh ala> maz|ahibi al-arbaah, Hlm 44501 Wahbah al-Zuhaili. Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Hlm. 83 Ibid

33

34 35

36

Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 1999 tentang pengolahan zakat, bahwa zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.37 Sedangkan muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat. Menurut maz|hab Syafii, zakat adalah ungkapan untuk keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara yang khusus. Sedangkan menurut maz|hab Hambali, zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula. Yang dimaksud dengan kelompok yang khusus adalah delapan kelompok yang diisyaratkan oleh Allah dalam ayat al-Qura>n berikut :

38

Yang dimaksud dengan waktu yang khusus ialah sesempurnanya kepemilikan selama satu tahun (haul), baik dalam binatang ternak, uang, maupun barang dagangan, yakni sewaktu ditunainya biji-bijian, dipetiknya buah-buahan, dikumpulkannya madu, atau digalinya barang tambang, yang semuanya wajib dizakati.

37 Departeman Agama RI. Undang-undang Republik Indonesia no 38 tentang Pengolahan Zakat, (Depag : 1999. Tnp), hlm. 4. 38 At-Taubah (9): 60

Dari sini jelaslah bahwa kata zakat39, menurut terminologi para fuqoha>, dimaksudkan sebagai penunaian, yakni penunaian hak yang wajib yang terdapat dalam harta. Zakat juga dimaksudkan sebagai bagian harta tertentu dan yang diwajibkan oleh Allah untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Zakat dinamakan sedekah karena tindakan itu akan menunjukkan kebenaran (s{idq) seoarang hamba dalam beribadah dan melakukan ketaatan kepada Allah SWT.40

B. Dasar Hukum Zakat Zakat adalah kewajiban yang dikenakan terhadap harta benda. Dari satu segi, ia adalah ibadah, dan dari segi yang lain merupakan kewajiban sosial. Maka bila kita lihat pandangan Islam mengenai ibadat dan masalah sosial, kita katakan bahwa zakat adalah kewajiban sosial yang bersifat ibadah. Karena itu ia dinamakan zakat.41 Dan karena dalam zakat terkandung makna ibadah, maka kepekaan rasa Islam mencegahnya untuk tidak zakat kepada kaum ahl al-z|immah (warga non muslim yang berdiam di negeri muslim), dan menggantikannya dengan jizyah saja, agar mereka dapat ikut serta dalam pembiayaan pemerintahan umum, tanpa

Mengingat banyaknya harta kekayaan manusia di zaman modern ini, karena meningkatnya kemajuan ekonomi, teknik dan industrialisasi, Yusuf al-Qordawi merinci dan menambah beberapa kekayaan yang wajib dizakati selain empat kriteria yang ada pada masa Rosulullah antara lain pertama, Zakat madu dan produksi hewani, Kedua. Zakat barang tambang dan hasil laut, Ketiga. Zakat investasi pabrik, gedung dan lain-lain, Keempat. Zakat pencarian dan profesi, dan kelima. Zakat saham dan obligasi. (Yusuf al-Qardawi, Hukum Zakat : 395-505)40 41

39

Wahbah al-Zuhaili. Zakat Kajian Berbagai Mazhab, hlm. 85 Sayyid Qutb. Keadilan Sosial Dalam Islam (Bandung: Pustaka, 1994), hlm. 185

mewajibkan mereka untuk melaksanakan zakat ibadah khas Islam, kecuali bila mereka memilih beribadah secara Islam.42 Memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu tujuan nasional negara republik Indonesia yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, bangsa Indonesia senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan spiritual, antara lain melalui pembangunan di bidang agama yang mencakup terciptanya suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT, meningkatnya akhlak mulia, terwujudnya kerukunan hidup umat beragama yang dinamis sebagai landasan persatuan dan kesatuan bangsa, dan meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan nasional. Guna mancapai tujuan tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya, antara lain melalui dana zakat. Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim untuk membayarnya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya.43 Zakat merupakan fard{u ain bagi orang-orang yang telah cukup syarat-syaratnya.44 Zakat diwajibkan di Madinah pada bulan syawal tahun kedua hijri. Pewajibannya terjadi setelah pewajiban puasa Ramad{an dan zakat fitrah. Tetapi zakat tidak diwajibkan atas para nabi. Pendapat ini disepakati para ulama karena zakat

42 43

Ibid Departeman Agama RI. Undang-undang. hlm. 18

H. Sulaiman Rosyid. Fiqh Islam, cet. Ke-30, (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo, 1997), hlm. 192

44

dimaksudkan sebagai penyucian untuk orang-orang yang berdosa, sedangkan para Nabi terbebas dari hal demikian. Lagi pula, mereka mengemban titipan-titipan Allah, disamping itu mereka tidak memiliki harta, dan tidak diwarisi.45 Di dalam al-Qura>n banyak terdapat ayat yang secara tegas memerintahkan pelaksanaan zakat. Perintah Allah SWT. tentang zakat tersebut seringkali beriringan dengan perintah shalat. Term zakat dalam al-Qura>n ditemukan sebanyak 32 kali, 26 kali diantaranya disebut bersamaan dengan kata s{ala>t. Hal ini mengisyaratkan bahwa kewajiban mengeluarkan zakat seperti halnya kewajiban mendirikan s{ala>t, merupakan salah `satu perintah yang sangat penting dan mendapat perhatian besar dalam ajaran Islam.46 Apabila kita perhatikan kedudukan zakat dan s{ala>t di dalam rangkarangka pemahaman Islam, kita dapatkan bahwa kedua pokok ibadah ini sangat benar berdampingan. Dimana Allah menyebutkannya kebanyakan bersamaan dengan kata s{ala>t. Hal ini memberi pengertian dan menunjukkan kepada kesempurnaan perhubungan antara dua ibadah ini dalam hal keutamaannya dan kepentingannya, yang pertama zakat adalah seutama-utamanya ibadah ma>liyah dan yang ke dua shalat adalah seutama-utamanya ibadah badaniyah. Maka oleh karena itulah kita tidak heran kalau seluruh para umat (para ulama dari salaf dan kholaf)47 menetapkan bahwa, mengingkari hukum zakat, yakniWahbah al-Zuhaili. Zakat Kajian Berbagai Mazhab, hlm. 89 Ujang Mahadi, Pelaksanaan Zakat Profesi di Kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Jurnal Ilmiah Madania, Transformasi Islam dan Kebudayaan, (Bengkulu: Pusat Pengkajian Islam dan Kebudayaan (PPIK), 1998), hlm. 1346 45

Khali>fah Islam pertama Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata: Demi Allah aku akan memerangi orang yang membedakan antara salat dan zakat, karena zakat itu haknya harta. Kalau mereka tidak mau menyetorkan zakatnya kepadaku, meskipun senilai pengikat onta yang biasa47

mengingkari wajibnya yang dapat menyebabkan dihukum kufur, ke luar dari agama Islam. Zakat dan shalat dalam Al-Qura>n dan al-Hadi>s dijadikan sebagai perlambang keseluruhan ajaran Islam. Pelaksanaan shalat melambangkan baiknya hubungan seseorang dengan Tuhannya, sedangkan zakat adalah lambang harmonisnya hubungan antar sesama manusia. Oleh karena itu, zakat dan shalat merupakan pilar-pilar berdirinya bangunan Islam. Jika keduanya hancur, Islam sulit untuk bisa tetap bertahan. Zakat diwajibkan berdasarkan al-Qura>n, Sunah, dan Ijma Ulama. Dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qura>n banyak menggunakan bentuk amar (perintah) atau intruksi sebagaimana yang terdapat dalam surat at- Taubah ayat:103

48

Ayat ini diturunkan ketika Abi Lababah beserta teman-temannya yang telah mengakui dosa-dosanya dan telah bertaubat maka mereka berkata kepada Rosulullah: wahai Rosulullah ambilah sadaqah dari harta kami untuk membersihkan dan mensucikan kita. Maka Rosul bersabda: saya tidak akan melakukannya sampai aku diperintahkan, maka turunlah ayat ini.49

mereka setorkan kepada Rosulullah saw. Maka aku akan memerangi mereka.(Muhammad Sanad At-Tukhi, Iba>dah Mua>malah dalam Tinjauan Fiqh, Cet. Ke-1 (Jakarta: Gema Insani Pres, 1993), hlm. 64) 48 At-Taubah (9) : 103 Abi Al-Hasan Ali bin Muhammad Habib Al-Mawardi Al-Bashari, Tafsir AlMa>wardi, (Beirut: Da>r Ilmiyah, t.t.), II: 39849

Fuqoha> berpendapat bahwa maksud dari ayat ini adalah zakat yanghukumnya wajib danjuga mencakup seluruh harta benda, itulah sebabnya mengapa Abu Bakar memerangi kaumnya yang tidak mau untuk mengeluarkan zakat.50 Pentingnya zakat secara mendasar juga telah digambarkan dan diperlihatkan dengan jelas dalam beberapa ayat yang lain. ....15 25 35

45 Dan masih banyak lagi ayat-ayat Alquran yang lainnya yang berkaitan dengan zakat. Dalam al-Qura>n redaksi ayat tentang kewajiban zakat mempunyai beberapa nama : Pertama zakat, sebagaimana firman Allah.

kedua s{adaqah56 dalam firmannya :Wahbah Zuhaili, At-Tafsir Al-Muni>r fi Al-Aqi>dah wa Asy-Syari>ah wa AlMinhaj, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1991), Cet.1., II: 2751 50

55

Al-Baqarah (2) : 43 At-Taubah (9) : 103 Al-Baqarah (2) : 267 Az-Z|ariyat (51) : 1

52

53

54

55

Al-Baqarah (2) : 43

Lihat T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat, cet. Ke-3, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 22-24

56

57

Hal ini juga diperkuat oleh ayat sebelumnya

ketiga zakat bermakna hak, sebagaimana firman Allah

58

keempat zakat mengandung makna nafaqah

59

kelima zakat bermakna afwu

60

61

Dari sekian banyak ayat al-Qura>n yang menjelaskan tentang wajibnya zakat tersebut di atas, masih ada ayat lain yang lebih spesifik dengan perintah zakat, bahkan redaksi ayatnya menunjukkan arti qas{r (pembatasan hanya untuk pihakpihak yang disebit mustahiq62 zakat, tanpa dibolehkan untuk yang lain. Dalam hal ini Allah berfirman:

63 57

At-Taubah (9) : 104 At-Taubah (9) : 103 Al-Anam (6) : 141 At-Taubah (9) : 34 Al-Araf (7) : 199 Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat At-Taubah (9) : 60

58

59

60

61

62

.63

Memahami dari beberapa aya al-Qura>n yang menjelaskan tentang perintah zakat tersebut di atas, as-Sunnah sebagai sumber utama kedua hukum Islam setelah al-Qura>n, secara koheren ikut andil dalam menguatkan alQura>n dengan cara mengupas semua sisi kewajiban Islam yang pokok ini, yaitu zakat serta aturan dan ruhnya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sunnah memandang zakat bukan hanya sebagai bagian dari lima rukun Islam saja, melainkan zakat juga merupakan bukti keimanan dan ungkapan rasa syukur, menghilangkan kemiskinan dan penguji derajat kecintaan Allah SWT. Bahkan iman, s{ala>t dan zakat merupakan dasar bagi terciptanya suatu masyarakat yang beriman, mereka yang melalaikan ketiga prinsip ini pada dasarnya tidaklah termasuk golongan kaum beriman, walaupun mereka beragama Islam. Adapun dalil-dalil dari sunah adalah sebagai berikut.

: 64

Selanjutnya hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud menyebutkan :

: : : , : , : 64 Ahmad bin Ali bin Harj al-Asqolani, Fathu al-Barr Syarhu S{hi>h al-Bukhori, (Bairut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, t.t.) I: 76, hadis nomor 4515, Kitab al-I>ma>n, bab Duaukum I>ma>nukum. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dari jalan Abi Sufyan dari Ikrimah dari Kholid dari Ibnu Umar. Lihat juga, Imam Muslim, S{ahi>h Muslim, I: 177.

, : .65

Hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmiz|i yang menerangkan tentang kewajiban zakat, selama seseorang yang sudah waktunya untuk mengeluarkan zakat tetapi ia enggan untuk mengeluarkannya maka ia tetap memiliki kewajiban untuk menunaikannya, dan sebaliknya jika sudah ditunaikan maka terpenuhilah kewajiban itu.

. Dan diperkuat oleh hadis sebagai berikut :

66

.

67

Hadis| lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menerangkan tentang keutamaan mengeluarkan sebagian dari harta yang kita miliki walaupun hanya dengan sepotong korma ataupun yang semisalnya yaitu :

sebagian dari harta yang kita miliki adalah

68

Hadis lain yang serupa yang menerangkan keutamaan mengeluarkan

Shadaqi Muhammad Jamil, Sunan Abu Daud, (Bairut: Dar al-Fikr, t.t.) I: 360, Kitab AzZakat, bab Wuju>b Az-Zakat. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Abdullah bin Utbah dari Ubaidullah bin Abdillah dari Zuhri dari Uqail, hlm.360. Muhammad Jawad Abdul Baqi, Al-Ja>mi Al-S{ahi>h Sunan At-Tirmizi, juz III, Kita>b Az-Zakah. Da>r al-Kutub alIlmiyah, Beirut-Libanon.1987. hlm.14 Muhammad Jawad Abdul Baqi, Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 1987), III: 14, Abu Hurairah dari Abi Hujairoh dari Darroj Umar bin Hafsin Asy-Syaibani Al-Bashari. ghorib.67 66

65

Al-Jami Al-S{ahi>h Sunan At-Tirmiz|i, (Bairut: Kita>b Az-Zakah, hadis yang diriwayatkan oleh dari Umar bin Hurroh dari Abdullah bin Wahab dari Dan menurut Abu Isa bahwasannya hadis ini hasan

Imam Muslim, S{ahi>h Al-Muslim, ( Da>r Ajzai al-Kutub al-Ilmiyah, t.t.) I: 418.Hadis yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah dari Aroj dari Abi Zanad dari Sufyan bin Uyainah dari Zuhair bin Harb dan ibn Tamir dan dari Muslim. Ibid, hlm. 406, Hadis yang diriwayatkan oleh Adi bin Hatim dari maqil dari Abdillah dari Abi Ishak dari Rahir Muawiyah al-Jafi dari Aun bin Salam al-Kufi.68

69

Dan masih banyak lagi hadis-hadis lain yang berkenan dengan zakat. Adapun dalil berupa ijma ialah adanya kesepaatan semua (ulama) umat Islam di semua negara, kesepakatan bahwa zakat adalah wajib. Bahkan para sahabat nabi saw. sepakat untuk membunuh orang-orang yang enggan untuk mengeluarkan zakat. Dengan demikian, barang siapa mengingkari kefarduannya, berarti dia kafir atau jika sebelumnya dia merupakan seorang muslim yang dibesarkan didaerah muslim, menurut kalangan para ulama adalah murtad. Kepadanya diterapkan hukum-hukum orang murtad. Seseorang hendaknya menganjurkannya untuk bertaubat. Anjuran itu dilakukan sebanya tiga kali. Jika dia tidak mau bertaubat , maka mereka harus dibunuh.70 Dari dalil-dalil yang dikemukakan diatas, barang siapa mengingkari kefard{uan zakat karena tidak tahu, baik karena baru memeluk Islam maupun karena dia hidup didaerah yang jauh daria tempat ulama, hendaknya dia diberitahu tentang hukumnya. Dia tidak dihukumi sebagai orang kafir sebab dia memiliki uz| ur.71

C. Sebab, Syarat dan Rukun Zakat

69

Imam Muslim, S{ahi>h Muslim, hlm. 406. Wahbah Al-Zuhaili. Zakat Kajian. hlm. 90-91 Ibid

70

71

Sesungguhnya para ulama telah bersepakat dalam hal kewajiban bagi orang yang sudah sikenakan kewajiban untuk mengeluarkan zakat, diantaranya adalah orang muslim yang merdeka, balig, berakal, telah memiliki nis{a>b secara sempurna. Dan mereka berselisih kewajibannya bagi anak yatim dan orang gila, hamba sahaya dan tidak sempurna kepemilikannya, misalnya orang yang punya hutang dan semisalnya.72 Maz|hab Hanafi berpendapat bahwa penyebab zakat ialah adanya harta milik yang mencapai nishab dan produktif kendatipun kemampuan produktifitas itu baru berupa perkiraan. Dengan syarat, pemilikan harta tersebut telah berlangsung satu tahun, yakni tahun qoma>riyah bukan tahun syamsiyah, dan pemiliknya tidak memiliki hutang yang berkaitan dengan hak manusia. Syarat yang lainnya, harta tersebut melebihi kebutuhan pokoknya.73 Kata An-Nawawi : Zakat itu wajib dikeluarkan dengan segera, apabila telah cukup tahunnya, kemudian apabila telah wajib ia keluarkan, niscaya sekali-kali tidak boleh menelatkan mengeluarkannya. Jika ia tidak dikeluarkan sesudah mungkin itu, ia durhaka dan wajib mengganti jika harta itu rusak atau hilang. Sebaliknya, jika rusak sebelum mungkin mengeluarkannya, maka tiada diwajibkan mengganti kecuali ia sendiri yang merusakkan.74

Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid alQurtubi, Bida>yatul Mujtahid wa Niha>yatul Muqtasid, (Da>r al-Fikr, Tnp.: ttp., t.t.), I: 17873

72

Wahbah al-Zuhaili , Zakat Kajian berbagai Mazhab. hlm. 95 Hasbi Ash-Shiddiqie. Pedoman Zakat. (Jakarta: Bulan Bintang, t.t.), Cet. ke-5, hlm.84

74

Imam Syafii dalam hal pengeluaran zakat membolehkan untuk mendahulukan pengeluarannya sebelum waktunya dengan syarat tidak ada paksaan.75 Sedangkan Imam Malik telah melarang mendahulukan pengeluaran zakat sebelum waktunya dan disepakati oleh Ibn Al-Munzir dan Ibn Khuzaimah. Bolehnya mendahulukan pengeluaran zakat sebelum waktunya setelah kepemilikan itu mencapai nis{a>b dan ada sebab.76 Perlu dicatat bahwa sebab dan syarat merupakan tempat bergantungnya wujud sesuatu. Hanya saja, kepada sebablah kewajiban disandarkan, lain halnya dengan syarat. Dengan demikian, barang siapa yang hartanya tidak mencapai nis{a>b, dia tidak berkewajiban mengeluarkan zakat. Tidak ada zakat dalam harta wakaf karena wakaf tidak ada yang memiliki. Begitu juga, zakat tidak diwajibkan dalam harta yang ditahan oleh musuh di daerah mereka sebab meskipun harta tersebut dimiliki, ia berada di tangan musuh.

1.

Rukun Zakat

Rukun zakat ialah mengeluarkan sebagian dari nisa>b77 (harta), dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadikannya sebagai milik orang fakir,

Imam Syafi,i, Mukhtas{ar Al- Muzani, Al-Um Lil Ima>m Asy-Sya>fii, cet.2., (Beirut: Da>r Al-Fikr, 1983), I: 2275 76

Shihabuddin Al-Qolyubi, Qolyub wa Amiroh, (Toha Putra: Semarang, t.t.), II:44

77 Yang dimaksud dengan nisa>b adalah kadar yang ditentukan oleh syariat sebagai ukuran mengenai kewajiban mengeluarkan zakat/jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya.

dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan kepada wakilnya, yakni imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat. 2. Syarat Zakat

Zakat mempunyai beberapa syarat wajib dan syarat sah. Menurut kesepakatan ulama, syarat wajib zakat adalah merdeka, muslim, baligh, berakal, kepemilikan harta yang penuh, mencapai nishab, dan mencapai haul.78 Pada saat berkumpulnya syarat-syarat di atas maka tidak ada alasan untuk tidak melaksanakan dan menjalankan kewajiban zakat.79 Adapun syarat sahnya, juga menurut kesepakatan mereka adalah niat yang menyertai pelaksanaan zakat. Syarat Wajib Zakat. a. Merdeka Menurut kesepakatan ulama, zakat tidak wajibatas hamba sahaya karena hamba sahaya tidak mempunyai hak milik. Tuannyalah yang memiliki apa yang ada ditangan hambanya, begitu juga muka>tib80 atau yang semisal dengannya tidak wajib mengeluarkan zakat, karena kendatipun dia memiliki harta, hartanya tidak dimilikki secara penuh.

b. Islam

78

Wahbah Al-Zuhaili. Zakat Kajian. hlm. 98

Imam Tafiyuddin Abi Bakr ibnu Muhammad Al-Husaini. Kifa>yatul Akhyar fi> Halli G{o>yatil Ikhtis{a>r. (Semarang, ttp: tnp.,t.t.), hlm. 17379

Muka>tib adalah hamba sahaya yang dijanjikan akan dibebaskan oleh tuannya dengan cara menebus dirinya.80

Menurut ijma, zakat tidak wajib atas orang kafir karena zakat merupakan ibadah mahd{ah yang suci sedangkan orang kafir bukan orang yang suci.. Maz| hab Sya>fii, berbeda dengan maz|hab-maz|hab yang lainnya, mewajibkan orang murtad81 untuk mengeluarkan zakat hartanya sebelum riddahnya terjadi, yakni harta yang dimiliknya ketika dia masih menjadi seorang muslim. Riddah menurut maz|hab ini, tidak menggugurkan kewajiban zakat. Berbeda dengan Abu Hanifah. Dia berpendapat bahwa riddah menggugurkan kewajiban zakat sebab orang murtad sama dengan orang kafir. Adapun harta yang dimiliki sewaktu riddah berlangsung, menurut pendapat maz|hab Sya>fii yang paling s{ahi>h, hukumnya adalah bergantung pada harta itu sendiri. Jika orang yang murtad tadi kembali ke dalam agama Islam sedangkan hartanya (yang didapatkan sewaktu ridahnya) masih ada, zakat wajib atasnya. Tetapi, jika harta tersebut tidak ada, dia tidak berkewajiban mengeluarkan zakat. c. Baligh dan Berakal Keduanya dipandang sebagai syarat oleh maz|hab Hanafi. Dengan demikian, zakat tidak wajib diambil dari harta anak kecil dan orang gila sebab keduanya tidak termasuk dalam ketentuan orang yang wajibmengerjakan ibadah, seperti s{ala>t dan puasa, sedangkan menurut jumhur, keduanya bukan merupakan syarat. Oleh karena itu, zakat wajib dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila. Zakat tersebut dikeluarkan oleh walinya.

d.81

Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati

Murtad adalah orang yang keluar dari agama Islam

Harta yang mempunyai kriteria ini ada lima jenis : i. Uang, emas, perak, baik berbentuk uang logam maupun uang kertas

ii. Barang tambang dan barang temuan iii. Barang dagangan iv. Hasil tanaman dan buah-buahanv.

Menurut

jumhur,

binatang

ternak

yang

merumput

sendiri

(sa>imah), atau menurut maz|hab maliki, binatang yang diberi makan oleh pemiliknya (malu>fah) Harta yang dizakati disyaratkan produktif, yakni berkembang sebab salah satu makna zakat adalah berkembang dan produktifitas tidak dihasilkan kecuali dari barang-barang yang produktif. Yang di maksud dengan berkembang di sini bukan berarti berkembang yang sebenarnya. Akan tetapi, maksud berkembang di sini adalah bahwa harta tersebut disiapkan untuk dikembangkan, baik melalui perdagangan maupun kalau berupa binatang diternakkan. Pendapat ini adalah menurut jumhu>r.82 Alasannya karena peternakan menghasilkan keturunan dan lemak dari binatang tersebut dan perdagangan menyebabkan didapatkannya laba. Dengan demikian, sebab ditempatkan pada musabab (sebab). vi. Harta yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya Syarat wajibnya zakat adalah hendaknya harta yang dimiliki telah mencapai nis{a>b, maka tidak ada kewajiban untuk mengeluarkan zakat kecuali bagi orang yang hartanya telah mencapai nishab.83 Sedangkan nis{a>b menurut syara82

Wahbah Al-Zuhaili. Zakat Kajian. hlm. 101

Abdurrohman Al-Jaziri. Kita>b Al-Fiqh ala> Al-Maz|a>hibi Al-Arbaah, (Bairut: Da>r Al-Fikr, t.t.), hlm. 50483

adalah apa-apa yang ditetapkan oleh syara sebagai tanda bagi seseorang untuk wajib mengeluarkan zakat.84

vii. Harta yang dizakati adalah milik penuh. Para fuqoha> berbeda pendapat tentang apa yang di maksud dengan harta milik. Apakah yang di maksud dengannya ialah harta milik yang sudah berada di tangan sendiri, ataukah harta milik yang hak pengeluarannya berada di tangan seseorang, dan ataukah harta yang dimiliki secara asli. Maz|hab Hanafi berpendapat bahwa yang dimaksud dengannya ialah harta yang dimiliki secara utuh dan berada di tangan sendiri yang benar-benar dimiliki. Dengan demikian, binatang-binatang wakaf yang digembalakan dan kuda-kuda yang diwakafkan tidak wajib dizakati sebab harta-harta tersebut tidak menjadi hak milik.

D.

Nis{a>b dan Haul Zakat

Al-Quran tidak secara tegas menjelaskan tentang jenis-jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi serta tidak menjelaskan secara gamblang berapa besar yang harus dizakatkan. Persoalan tersebut dijelaskan di dalam sunah Nabi melalui hadis beliau yang berfungsi menjelaskan isi dari pada al-Quran serta menafsirkannya, menafsirkan yang bersifat umum, menerangkan yang masih samar, memperkhusus yang masih terlalu umum, memberi contoh kongkrit pelaksanaannya dan membuat prinsip-prinsip aktual yang bisa diterapkan dalam 85 .kehidupan umat Di dalam kitab-kitab hukum fiqh, harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya antara lain meliputi : emas, perak, 86 .uang, barang yang diperdagangkan, hasil peternakan, hasil bumi, hasil tambang dan barang temuan

Masing-masing kelompok harta kekayaan yang wajib dizakati di atas, para ulama berbeda pendapat mengenai nisab dan haulnya disebabkan karena adanya ketidak samaan dalam mengkonversi alat ukur yang dipergunakan pada masa lalu84 85

Ibid Muhammad, Zakat Profesi, hlm. 23 Ibid. hlm. 23-24

86

dan sekarang. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keterangan mengenai nisab dan haul dari zakat berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Pengelolaan Zakat No 38 Tahun 1998. a. Zakat Emas, Perak dan Uang Ketiga jenis harta, yaitu emas, perak dan uang zakatnya dikeluarkan setelah dimiliki secara pasti selama satu tahun qomariyah (haul). Besar nisab dan jumlah yang harus dikeluarkan berbeda-beda. Nisab emas 91,92 gram emas murni, nisab uang sama dengan nisab emas tersebut. Dan menurut Qardawi nisabnya senilai 85 gram. Sedangkan nisab perak senilai 642 gram perak, dan menurut mazhab Hanafi nisabnya senilai 700 gram.

b. Barang yang diperdagangkan Nisab barang yang diperdagangkan sama dengan nisab emas yaitu 91,92 gram, dan menurt qardawi seanilai 85 gram emas dan dikeluarkan tiap akhit tahun. c. Hasil peternakan Yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah binatang ternak yang telah dilpelihara selama satu tahun di tempat pengembalaan dan tidak dipekerjakan sebagai tenaga pengangkutan dan sebagainya dan sampai nisabnya.87 Untuk kambing 40-120 ekor, zakatnya 1 ekor kambing, setiap 121-200 ekor zakatnya 2 ekor, dan 201-300 zakatnya 3 ekor, selanjutnya setiap pertambahan 100 ekor zakatnya tambah 1 ekor. Nisab sapi adalah 30 ekor, 30-39 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur satu tahun lebih, 40-59 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur dua tahun lebih, 70-79 ekor zakatnya 2 ekor sapi berumur satu tahun dan dua tahun lebih,87

Muhammad, Zakat Profesi, hlm. 25

selanjutnya setiap penambahan 30 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur satu tahun lebih dan seterusnya. d. Hasil Bumi Pengeluaran zakatnya tidak harus menunggu satu tahun dimiliki, tetapi harus dilakukan setiap kali panen atau menunai. Nisabnya kurang lebih 1.350 kg gabah atau 750 kg beras. Kadar zakatnya 5 % untuk hasil bumi yang diairi atas usaha penanam sendiri dan 10 % kalau pengeirannya tadah hujan tanpa usaha yang menanam. e. Hasil tambang dan barang temuan Dalam kitab-kitab fiqh, barang tambang dan barang temuan yang wajib dizakati hanyalah emas dan perak saja.88 Nisab barang tambang sama dengan nisab emas dan perak dan dikeluarkan setiap kali barang tambang itu selesai diolah. Sedangkan barang temuan zakatnya dikeluarkan setiap orang menemukan barang tersebut. Menurut kesepakatan ulama empat mazhab, harta temuan wajib dizakati seperlimanya (20%) dan tidak ada nisabnya.

E. Tujuan dan Hikmah Pensyariatan Zakat Kesenjangan penghasilan rejeki dan mata pencaharian di kalangan manusia merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Hal ini dalam penyelesaiannya memerlukan campur tangan Allah SWT. lalu diwajibkan bagi orang yang kaya untuk memberikan sebagian hartanya kepada kaum fakir miskin. Kefard{uan zakat itu merupakan jalan yang paling utama untuk menyelesaikan kesanjangan88

Ibid. hlm. 26

sosial tersebut, juga bisa merealisasikan sifat gotong royong dan tanggung jawab sosial dikalangan masyarakat yang telah merasakan adanya manfaat adanya zakat tersebut. Zakat akan mencairkan sekaligus menghapus berbagai prasangka negatif yang terjadi akibat perbedaan sudut pandang dan persepsi dari kedua belah pihak, dan berubah menjadi suatu hubungan saling percaya dan membentuk infestasi komitmen dua arah secara mendalam.89 Apabila kita berbicara tentang tujuan dan hikmah zakat, maka sesungguhnya sangatlah luas sekali bak samudra yang tak diketahui kedalamannya. Islam adalah agama yang diturunkan bagi umat manusia memiliki ajaran yang sangat penting dan membawa manfaat yang sangat mendalam, diantaranya adalah zakat. Memang tak dapat diragukan lagi, bahwa zakat merupakan suatu rukun dari rukun-rukun agama, suatu fard{u dari fard{u-fard{u agama yang

diperintahkan kepada kita untuk melaksanakannya.90 Apabila kita melihat macam-macam zakat dan waktu penunaiannya, maka kita akan mengetahui bahwa Islam sesungguhnya hendak menjadikan orang-orang fakir dan miskin terbebas dari kesulitan hidup yang mereka hadapi.91 Dalam negara Islam, zakat dapat ditetapkan sebagai hal yang diwajibkan, bukan sebagai amal perorangan. Dengan zakat, negara dapat menjamin setiap orangAgustian, Ari Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,ESQ, (Jakarta: Arga, 2001), hlm. 24190 89

. Hasbi Ash-Shidqy. Pedoman zakat. (Jakarta: Bulan Bintang,1984), hlm. 36

Abbas Karoroh, Kita>b ad-Di>n wa az-Zaka>h ala> Maz|hab al-Arbaah, (Mekah: Riyal Suudi, 1956), III: 5691

dari kaum muslimin yang kekurangan, sehingga setiap orang akan meresa kehidupan diri dan keluarganya terjamin dalam segala keadaan. Dengan zakat, dapatlah dibayar hutang orang yang menanggung hutang, baik hutang yang dialaminya dalam dunia perdagangan maupun dalam bidang lain. Yang penting bukanlah bentuk aturan ini, melainkan ruhnya yang menumbuhkan rasa kesetia kawanan dan solidaritas di dalam hati.92 Lebih dari itu, bukanlah tujuan Islam, dengan aturan zakatnya untuk mengumpulkan harta dan memenuhi kas saja, dan bukan pula sekedar untuk menolong orang yang lemah dan yang mempunyai kebutuhan serta menolong mereka dari kejatuhannya saja, akan tetapi tujuannya yang utama adalah agar manusia lebih tinggi nilainya dari pada harta, sehingga ia menjadi tuannya harta bukan menjadi budaknya. Karenanya, maka kepentingan tujuan zakat terhadap si pemberi sama dengan kepentingannya terhadap si penerima. Disinilah letak perbedaan kewajiban zakat dengan pajak-pajak yang diciptakan oleh manusia, dimana hampir tidak memperhatikan si pemberi, kecuali memandangnya sebagai sumber pemasukan bagi kas negara.93 Di dalam Al-Quran terdapat banyak ayat yang memerintahkan dan menganjurkan umatnya untuk menunaikan zakat Demikian pula halnya hadis nabi juga banyak yang memerintahkan dan menganjurkan umatnya untuk melaksanakan zakat, karena memang zakat memiliki tujuan dan hikmah yang sangat mendalam

Sayyid Quthb, Tarjamah Tafsir Fi> Z{ila>lil Qura>n, (Jakarta: Gema Insani, 2000), II: 28692 93

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Pt. Pustaka Litera Antar Nusa, 1993), III: 848

Diantara tujuan dan hikmah zakat antara lain.94 a. Kekayaan adalah nikmat dari Allah swt. kepada hambanya yang harus disyukuri. Mensyukuri nikmat itu dapat dengan ucapan Al-hamdulillah dan dapat pula dengan menggunakan nikmat itu sesuai dengan perintah Allah Membayar zakat adalah diperintahkan oleh Allah, maka membayar zakat itu berarti mensyukuri nikmat. Nikmat yang disyukuri, dijanjikan oleh Allah akan ditambah. b. Kekayaan yang dikumpulkan oleh seseorang, belum tentu dari hasil jerih payah dan keringat sendiri, tapi bisa juga dari hasil tenag para buruh yang bekerja padanya. Misalnya seorang yang memiliki sepuluh hektar tanah, dalam penggarapannya tentu memerlukan tenaga orang lain, maka pada waktu ia memetik hasil tanah itu, misalnya padi, ia harus memberikan sebahagian dari hasil tanah itu kepada mereka yang ikut menggarapnya sebagai zakat, meskipun mereka itu pada waktu bekerja telah mendapat upah, karena mereka bagaimanapun tergolong fakir miskin. c. Manusia di dunia ini ditakdirkan oleh Allah SWT tidak sama keadaannya ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang kuat dan ada yang lemah. Ada yang pandai dan ada yang bodoh, ada yang berpangkat tinggi dan ada yang berpangkat rendah, begitulah selanjutnya. Oleh karena manusia itu tidak dapat hidup didunia ini sendiri, tapi harus bekerja sama, maka yang kuat harus menolong yang lemah, yang besar harus menolong yang kecil, dan begitulah seterusnya. d. Zakat adalah mendidik dan membiasakan orang menjadi pemurah. Tabiat manusia biasanya bersifat kikir. Agar tidak demikian ia diwajibkan membayar zakat

Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf. Pedoman Zakat. (Jakarta: PT Cemara Indah, 1985), hlm. 110

94

sehingga akhirnya ia bisa memberikan sesuatu kepada orang lain yang artinya ia tidak kikir lagi. e. Diantara pencuri atau perampok ada yang disebabkan karena kemiskinan. Keadaan yang serupa itu, jika mereka telah tertolong dengan adanya pembagian zakat, kiranya mereka tidak akan mencuri atau merampom lagi. Dengan demikian pembagian zakat itu merupakan pengamanan negara. f. .Zakat adalah modal umat Islam untuk pembangunan dan memerangi kemelaratan dengan cara-cara yang lebih prinsipil. Zakat juga memiliki tujuan lain yaitu untuk meratakan pendapatan, sebagai alternatif pemecahan masalah kemiskinan dan keadilan sosial. g. Zakat mengandung arti suci, tambah dan berkah. Orang yang mengeluarkan zakat, jiwanya bersih dari sifat kikir, tamak, hartanya tidak kotor lagi karena hak orang lain telah disisihkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya. Harta yang dizakati itu juga membawa berkah dan tambah berkembang. Berkurang dalam pandangan manusia tetapi bertambah dalam pandangan Agama.95 Adapun hikmah zakat yang lain dapat kita lihat dalam al-Qura>n yaitu :

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa, hikmah zakat dari segi sosial kemasyarakatan adalah : Untuk menjaga agar jangan mudah timbul kejahatan-kejahatan dari kaum miskinM. Ali Hasan, Masa>il Fiqhiyah: Zakat, Pajak, Asuransi san Lembaga Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), Ed. Ke-1., Cet.ke-2., hlm.3195

Membantu si miskin dan d{uafa supaya dapat melaksanakan kewajibankewajibannyya kepada Allah Menghilangkan sifat-sifat kikir serta akhlak jelek hanya karana mementingkan diri sendiri Menanamkan rasa kasih sayang antar sesama manusia Dengan demikian, jelaslah bahwa zakat pada dasarnya membentuk jiwa manusia untuk menyadari bahwa harta yang dimiliki bukan sepenuhnya milik manusia, tetapi merupakan titipan Allah yang harus digunakan sesuai dengan tuntutan ajarannya. Di samping itu adanya kepedulian terhadap kaum fakir dan miskin serta menghapuskan kefakiran, kemiskinan dan kemelaratan,96 juga zakat menuntun hidup dan kehidupan manusia untuk menumbuhkan rasa belas kasihan kepada sesamanya, sehingga rasa iri, dengki, dan hasut terutama dari kaum fakif miskin terhadap orang kaya dapat terobati.

BAB IIIPELAKSANAAN ZAKAT GAJIDI KANWIL DEPAG PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

96

M. Ali Hasan, Masa>il Fiqhiyah, hlm. 19

Sekilas Tentang Kanwil Depag Prop. Daerah Istimewa YogyakartaKantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berlokasi di wilayah Kota Madya Yogyakarta, yaitu di jalan Sukonandi no. 8 Yogyakarta. Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai visi; terwujudnya kehidupan yang aganis, penuh kerukunan yang dinamis dan umat yang partisipatif membangun Bangsa dan Negara Indonesia di Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan misinya antara lain : Memantapkan kualitas spiritual, moral dan etika yang berlandaskan keimanan dan ketakwaan, meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup beragama, mkualitas pendidikan agama dan keagamaan, mengembangkan kemitraan dan pemberdayaan lembaga-lembaga keagamaan.97 Untuk melaksanakan visi dan misi tersebut maka di Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan dan pembangunan bidang agama sesuai dengan instruksi Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Proinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : W.1/1.a/HK.05/1.B/2003 tentang pelaksanaan keputusan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : W.1/1.a/HK.05/1.A/2003 tentang Kebijakan danKanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Program Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, (Yogyakarta: Kanwil Depag Propinsi DIY. 1993), hlm. 597

sosial

keagamaan

dan

lembaga

pendidikan

tradisional

Program Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2003 secara umum adalah untuk membangun iklim keagamaan yang kondusif bagi pembangunan tata sosial yang aman dan tertib, kehidupan masyarakat yang rukun dan damai, serta mewujudkan cita-cita keagamaan dalam membangun masyarakat yang relegius dan berketuhanan di atas khasanah keagamaan dan kekayaan budaya yang dimiliki.98 Dalam rangka melaksanakan pembangunan bidang agama di Daerah Istimewa Yogyakarta, tetap diarahkan pada kebijakan pembangunan agama berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004 VI point B, sebagai berikut :99 1. Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama seabagai landasan moral, spiritual dan etika dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar segala perundang-undangan tidak bertentangan dengan moral agama-agama. 2. Meningkatkan kwalitaas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem

pendidikan agama sehingga terpadu dan integral dengan sistem pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. 3. Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama

sehingga tercipta suasana kehidupan yang harmonis dan saling menghormati dalam semangat kemajemukan melalui dialog antar umat neragama dan

Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Program Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, (Yogyakarta: Kanwil Depag Propinsi DIY. 1993), hlm. 299

98

Kanwil Depag Propinsi DIY, Program Kerja Kantor Wilayah Depag, hlm. 2-3

pelaksanaan pendidikan agama secara deskriptif yang tidak dogmatis untuk tingkat perguruan tinggi. 4. Meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya,

termasuk penyempurnaan kwalitas pelaksaan ibadah haji dan pengolaam zakat, dengan memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraannya. 5. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga-lembaga keagamaan dalam ikut

mengatasi dampak perubahan yang terjadi dalam semua aspek kehidupan untuk memperkukuh jati diri dan kepribadian bangsa serta memperkuat kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu dengan mengacu pada arah kebijakan pembangunan agama sebagaimana tertuang dalam GBHN 1999-2004, dan memperhatikan konteks sejumlah persoalan riil yang perlu segera ditangani serta menindaklanjuti program pokok Kabinet Gotong Royong, maka program yang harus diperhatikan dan ditingkatkan adalah Tri Program Inti, yaitu : 1. Terwujudnya masyarakat yang agamis, berpendidikan luhur, berbasiskan

hati nurani yang disinari oleh ajaran agama. 2. Terhindarnya perilaku radikal, ekstrim, tidak toleran, dan ekslusif dalam kehidupan beragama sehingga terwujud masyarakat yang rukun, damai dalam kebersamaan dan ketentraman. 3.Terbinanya masyarakat agar dapat menghayati, mengamalkan ajaran agama dengan sebenarnya, mengutamakan persamaan, menghormati perbedaan melalui internalisasi.

Untuk mewujudkan pelaksanaan Tri Program Inti tersebut, telah dicanangkan 5 Agenda Pokok Departemen Agama yang meliputi : 1.Reposisi dan refungsionalisasi dari fungsi penguasaan ke arah pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. 2.Peningkatan kinerja melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya. 3.Peningkatan citra Departemen Agama dengan menumbuhkan kebersamaan dan sinergi antar satuan dan unit kerja. 4.Peningkatan akuntabilitas melalui pemberantasan KKN, sistem yang transparan, dan SDM yang berkualitas dan memiliki integritas moral dalam penegakan hukum. 5.Pemantapan kerukunan umat beragama untuk mengembangkan kesadaran hidup bersama, saling menghormati, dan menanggulangi konflik guna

mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Namun demikian, ada rumusan Prioritas Program Pembangunan Agama Tahun 2003 di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan mengacu hasil Evaluasi Pelaksanaan Program Kerja Tahun 2002 dan hasil Rapat Kerja Program Tahun 2003, adalah sebagai berikut : 1. Program peningkatan pelayanan kehidupan beragama. 2. Prgram peningkatan pemahaman dan pengamalan agama, serta kerukunan umat beragama. 3. Program peningkatan kualitas pendidikan agama. 4. Program pembinaan lembaga-lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan tradisional keagamaan. 5. Program peningkatan Pendidikan dasar dan pra sekolah (RA, MI)

6.

Program peningkatan pendidikan menengah (MTs, MA).100

Potensi ketenagaan di Lingkungan Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah karyawan/karyawati adalah sebanyak 163 orang. Bila ditinjau dari perincian menurut golongan, maka perinciannya adalah sebagai berikut :

Tabel 1Keadaan Pegawai Berdasar Golongan No 1. 2. 3. 4. 5. 6.100

Golongan Golongan IV d Golongan IV b Golongan IV a

Jumlah 1 orang 4 orang 10 orang 23 orang 12 orang 38 orang

% 0,61% 2,45% 6,13% 14,11% 7,36% 23,31%

Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Program Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm.5

6. 7. 8. 9. 9. 10.

Golongan III d Golongan III c Golongan III b Golongan III a Golongan II d Golongan II c Golongan II b Golongan II a Golongan Id Jumlah

41 orang 12 orang 10 orang 1 orang 10 orang 1 orang

25,15% 7,36% 6,13% 0,61% 6,13% 0,61%

163 orang

Sumber data : Daftar urut kepangkatan Pegawai Negeri Sipil Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2003

Jika diperhatikan pada data yang telah dipaparkan, maka pegawai pada Kanwil Depag rata-rata golongannya adalah di atas golongan satu, dan hanya satu orang saja yang golongannya golongan satu. Artinya bahwa potensi sebagai muzakki pada Kanwil Depag adalah besar jumlahnya karena hanya satu orang yang memiliki golongan satu dan kemungkinannya golongan satu belum mencapai nisab ketentuan zakat. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah yang golongannya di atas satu diperkirakan sudah mencapai nisab semuanya. Tidak diragukan lagi untuk golongan tiga keatas, karena pendapatan setiap bulannya lebih dari Rp.1.500.000,-. Akan tetapi bagaimanakah dengan golongan dua, apakah pendapatan mereka sudah mencapai nisab semuanya. Jika demikian maka potensi sebagai muzakki yang ada di Kanwil Depag benar-benar besar. Namun jika golongan dua belum memenuhi syarat-syarat untuk melaksanakan zakat pada gajinya, maka prosentasinya tidak terlalu besar hanya sekitar 50 % dari pegawai saja. Artinya sebagian dari pegawai Kanwil Depag terkena kewajiban untuk mengeluarkan zakat dari gajinya dan sebagian lagi tidak terkena kewajiban mengeluarkan zakat dari gajinya. Selanjutnya bila dirinci menurut jenjang pendidikan, maka pegawai di Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut :

Tabel 2Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenjang Pendidikan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jenjang Pendidikan Jumlah 5 orang 2 orang 63 orang 11 orang 78 orang 4 orang 163 orang % 3,06%% 1,22% 38,65% 6,74% 47,85% 2,45%

SDSLTP SLTA SM/DIII S1 S2 Jumlah

Sumber data : Daftar urut kepangkatan Pegawai Negeri Sipil Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2003

Jika dilihat dari segi pendidikan, maka pegawai Kanwil Depag Prop. Daerah Istimewa Yogyakarta sudah menyelesaikan pendidikannya sampai dengan SMA/SLTA atau sederajat walaupun ada seabagian kecil dari pegawai yang hanya menyelesaikan sampai dengan SMP bahkan SD. Namun jumlah pegawai yang menyelesaikan pendidikannya sampai dengan SD hanya 5 orang, dan yang menyelesaikan pendidikannya sampai dengan SMP atau sederajat hanya 2 orang saja, artinya sebagian besar dari pegawai adalah lulusan dari SMA/SLTA ke atas, dan hanya beberapa persen saja yang pendidikannya SLTP kebawah. Hal ini menunjukkan bahwa keilmuan dari para pegawai adalah mencukupi. Ini akan

berpengaruh kepada profesionalisme dari para pegawai dalam menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Kemudian bila dirinci berdasarkan agama yang dianut karyawan/karyawati, maka perinciannya adalah :

Tabel 3Keadaan Pegawai Berdasarkan Agama yang di Anut No 1. 2. 3. 4. 5. Agama Islam Katolik Kristen Budha Hindu Jumlah Jumlah 131 orang 9 orang 11 orang 6 orang 6 orang 163 orang % 80,36% 5,52% 6,74% 3,68% 3,68%

Sumber data : Daftar urut kepangkatan Pegawai Negeri Sipil Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2003

Para pegawai yang menganut agama Islam adalah cukup banyak

dan

prosentasenya cukup besar, sehingga para muzakki yang diharapkan adalah besar juga yaitu sebanyak 131 orang dari 163 orang. Ini menunjukkan hal yang positif di kalangan pegawai, sehingga diharapkan pemasukan dari dana zakat adalah besar pula sehingga dapat disalurkan kepada yang berhak menerimanya.

Latar

Belakang

Pelaksanaan

Zakat

Gaji

dan

Perkembangannya di Kanwil Depag Propinsi DIYSalah satu program Kantor Wilayah Departemen Agama adalah meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan zakat dan pengolahannya. Sebenarnya banyak yang telah dilakukan Kantor Wilayah Departemen Agama untuk menunjang kegiatan kemasyarakatan, misalnya adanya keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor 19 tahun 1984 tentang Pengaturan Biaya Administrasi Gerakan Infak Seribu Rupiah dalam Bulan Ramadhan. Ini merupakan salah satu contoh peran Kanwil Depag dalam menunjang kegiatan kemasyarakatan dan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu. Hal ini dapat dilihat dari peran Kanwil Depag Prop. DIY dengan ditandai terbentuknya BAZIS tingkat propinsi DIY pada awal tahun 1996, dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta, Nomor 9 /KPTS 1996 Tanggal 12 januari 1996 tentang pengukuhan pengurus badan amil zakat, infak dan s{ada>qah (ZIS) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dasar pokok dari pembentukn BAZIS tingkat Propinsi DIY karena melihat bahwa salah satu potensi umat Islam yang dapat digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam rangka ikut berpartisipasi dalam pembangunan nasional guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat adalah dalam penyediaan dana pembangunan di bidang sosial keagamaan yang berupa zakat, infak, s{ada>qah (ZIS) dan merupakan alternatif pemecahan dalam memberantas kemiskinan yang masih menjadi masalah bangsa dan negara kita. Dalam pelaksanaannya, maka dihimbau kepada segenap pegawai/karyawan/ABRI di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terutama yang beragama Islam sudah sepantasnya menjadikan contoh/tauladan bagi masyarakat dalam hal penunaian dan pengumpulan zakat, infak dan s{ada>qah. Akan tetapi perlu diingat bahwa, pada awalnya tidak ditetapkan secara langsung untuk menunaikan zakat dari gajinya sebabnya 2,5 %. Namun diberikan kebijaksanaan untuk mengeluarkan sebagian dari gajinya pada setiap bulannya sebagai infak yang harus dikeluarkan, artinya pada awalnya ia berbentuk infak wajib yang dikeluarkan setiap bulan dan belum merupakan zakat. Dalam pelaksanaan BAZIS ini adalah dengan cara memotong gaji setiap bulan seluruh pegawai/karyawan di propinsi DIY terutama yang beragama Islam. Potongan itu ditetapkan besarnya menurut : 1. Jenis pangkat dan golongan sebagai berikut : a. Golongan I sebesar : b. Golongan II sebesar : c. Golongan III sebesar : d. Golongan IV sebessar : 2. Khusus pejabat struktural : Rp. 250,Rp. 400,Rp. 600,Rp. 1.000,-

a. Eselon V sebesar : Rp. 1.000,b. Eselon IV sebesar : Rp. 2.000,c. Eselon III sebesar : Rp. 3.000,d. Eselon II sebesar : Rp. 4.000,e. Eselon I sebesar : Rp. 5.000,3. Khusus pejabat/pegawai yang memperoleh tunjangan fungsional sebesar : a. 60.000,- kebawah setaraf dengan Eselon V : Rp. 1000,b. 61000,- s/d 100.000,- setaraf dengan Eselon IV : 2.000,c. 101.000,- s/d 200.000,- setaraf dengan Eselon III : 3.000,d. 201.000,- s/d 500.000,- setaraf dengan Eselon II : 4.000,e. 500.000,- keatas setaraf dengan Eselon I : 5.000,Untuk pengumpulan infak ini dimulai bulan juni 1996, malalui bendahara gaji masing-masing. Dan untuk mensosialisasikan kepada segenap pejabat / pegawai awalnya melalui pengajian-pengajian yang diadakan oleh Kanwil Depag, ataupun acaraacara lain yang serupa dengan itu, seprti seminar-seminar, dialog keagamaan dan lain sebagainya Akan tetapi dalam pelaksanaannya agak berbeda dengan apa yang tercantum dalam surat edaran diatas, karena sebagian besar dari para pegawai memberikan dana infak tersebut lebih dari apa yang tertera pada surat edaran dimaksud. Hal ini dimaksudkan agar segenap pejabat dan pegawai Kanwil Departemen Agama sudah sepantasnya menjadi contoh / teladan bagi pegawai-pegawai lain dalam penunaian dan pengumpulan zakat, infak dan sadaqah, Untuk itu diharapkan agar segenap pejabat dan pegawai yang beragama Islam menunaikan ibadah zakat , infak atau s{ada>qah dari gaji yang diterima setiap bulannya.101 Sehingga keluarlah Undang-Undang Republik Indonesia nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, dan keputusan Mentri Agama RI nomor 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengolahan zakat. Menetapkan bahwa dalam lampiran 1 bahwa, pendapatan, gaji, honorarium, jasa dan semisalnya kadar zakatnya adalah 2,5 %. Akan tetapi sampai dengan tanggal 20 Maret 2004, ada sebagian pegawai yang belum melaksanakan zakat dimaksud sebesar 2,5 % disebabkan karena keberatan dan kebutuhan keluarga yang masih dalam taraf susah, sehingga belum mampu untuk melaksanakan ketentuan tersebut. Akan tetapi mereka yang belum mampu untuk mengeluarkan zakat sebesar 2,5 % tetap mengeluarkan sebagian hasil dari gaji mereka sebagaimana kemampuan dan keikhlasan masing-masing pejabat/pegawai. Karena walaupun ada ketetapan tentang zakat gaji tersebut, pihakHasil wawancara dengan Wijdan al-Arifin, Ketua BAZIS Kanwil Depag Prop. DIY. Pada tanggal 20 maret 2004101

Kanwil Depag atau yang bertanggung jawab dalam hal ini tidak mewajibkan secara utuh, namun melalui kesadaran yang penuh dari pejabat/pegawai setempat. Hal ini berdasarkan prinsip prinsip pengelolaan zakat, infak dan shadaqah yaitu sukarela. Dalam pemungutan dan pengumpulan ZIS, BAZIS harus senantiasa berdasarkan prinsip kesukarelaan dari mereka yang menyerahkan ZIS dan sekalikali tidak boleh dipaksakan atau cara-cara yang dapat dianggap sebagai suatu pemaksaan. Oleh karena itu dalam hal pemungutan dan pengumpulan lebih diarahkan kepada motifasi yang bertujuan memberikan kesadaran kepada umat agar membayar kewajibannya berupa zakat, infak dan s{ada>qah.102 Dalam perjalanannya, diantara pejabat/pegawai Kanwil Depag terkadang ada yang tidak mengeluarkan zakat dari gaji mereka sebulan ataupun dua bulan. Hal ini dikarenakan terkadang ada sebagian pegawai/pejabat yang sangat membutuhkan dana secara mendadak untuk kebutuhan hidup mereka sehingga mereka berkeberatan untuk mengeluarkan zakat tersebut. Namun harus ada pemberitahuan sebelumnya kepada Ketua BAZIS Kantor Wilayah Departemen Agama untuk tidak dipotong karena alasan-alasan tertentu yang selanjutnya disampaikan kepada bendahara BAZIS Kantor Wilayah Departemen Agama.103 Dan untuk memperlancar perjalannya, maka Jajaran Departemen Agama melakukan pembinaan teknis kepada BAZIS yang ada diwilayah masing-masing berdasarkan Instruksi Mentri Agama Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1991 tentang Pedoman Pembinaan Teknis Badan Amil Zakat, Infak dan S{ada>qah, dengan berpedoman kepada kebijaksanaan sebagai berikut : 1. Peningkatan kesadaran umat Bahawa sebagian besar rakyat yang beragama Islam mempunyai potensi untuk memberikan peran yang positif bagi terwujudnya cita-cita nasional sejalan dengan semakin meningkat dan meluasnya pembangunan. Potensi itu antara lain dapat berwujud pelaksanaan zakat, infak dan s{ada>qah sebagai salah satu kelembagaan agama Islam yang ada di tengah masyarakat; potensi itu perlu digali dihimpun dan dikelola dengan meningkatkan kesadaran umat untuk mengamalkan ajaran agamanya. 2. Peningkatan iman dan taqwa Pengamalan ajaran agama Islam dibidang zakat, infak dan s{ada>qah merupakan upaya peningkatan iman dan taqwa serta penyucian diri dan harta dari hal-hal yang mengurangi keberkatannya karena di dalamnya terkandungMentri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia, Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1991 tentang Pembinaan Badan Amil Zakat, Infak dan S{ada>qah dan Instruksi Menteri Agama Republik Indosesia Nomor 5 tahun 1991 tentang Pedoman Pembinaan Teknis Badan Amil Zakat, Infak dan Shadaqah, (Bidang Urusan Agama Islam : 1997), hlm. 34 Hasil wawancara dengan Wijdan al-Arifin, Ketua BAZIS Kanwil Depag Prop. DIY. Pada tanggal 20 maret 2004103 102

hak-hak orang lain. Dengan demikian diharapkan iman umat semakin kuat dan harta umat semakin bersih 3. Pengembangan potensi umat Potensi umat Islam Indonesia untuk berpartisipasi dalam pembangunan cukup besar. Karenanya perlu diarahkan agar potensi itu semakin berkembang dengan selalu berpedoman kepada ajaran agama Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Kepentingan umat dan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan zakat, infak dan s{ada>qah (ZIS) diarahkan bagi sebesarbesarnya kepentingan umat dan kesejahteraan masyarakat dengan tidak meninggalkan ajaran agama Islam serta sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Semua unsur umat diharakpan terkoordinasi dalam BAZIS yang merupakan wadah pengelola pelaksanaan ZIS di semua tingkat pemerintahan. Dengan demikian akan memudahkan penentua prioritas dalam program pembinaan.104 Pemberi Zakat dan Jumlah Penerimaan 1. Pemberi Zakat Pemberi zakat (muzakki) yang dimaksud disini adalah pejabat /pegawai Kanwil Depag Propinsi DIY yang memberikan zakat gajinya kepada dan untuk disalurkan oleh BAZIS unit Kanwil Depag Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Para pemberi zakat menurut daftar terakhir terdaftar 110 muzakki dari 137 pejabat/pegawai yang beragama Islam.105 Dengan perincian sebagai berikut :

No 1. 2. 3.

Tabel 4 Yang Menyatakan Sebagai Muzakki Berdasarkan Golongan106 : Golongan Jumlah Muzakki Prosentase Golongan I 1 orang 1 orang 0,72 % Golongan II 13 orang 5 orang 3,81 % Golongan III 102 orang 89 orang 64,96 %104

Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia dan Menteri Agama Republik Indonesia, Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, hlm. 32-33 Selain yang terdaftar sebagai muzakki, maka para pegawai lainnya tetap mengeluarkan sebagian dari hartanya sebagai infak atau sedekah yang rutin dikeluarkan tiap bulannya sebagaimana zakatnya para pegawai lain. 106 Data ini diambil dari Kanwil Depag RI, Daftar Urut Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil Unit Organisasi Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Darah Istimewa Yogyakarta.105

4.

Golongan IV Jumlah

15 orang 131 orang

15 orang 110 orang

10,94 % 83,96%

Sumber data : Daftar urut kepangkatan Pegawai Negeri Sipil Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2003

Jika kita diperhatikan tabel diatas, yaitu pegawai yang menyatakan sebagai muzakki, maka kita akan mendapatkan ketidaksesuaian terahadap ketentuan zakat. Ketentuan zakat yang dimaksud disini adalah telah mencapai nisab sehingga ada kewajiban seseorang untuk mengeluarkan zakat. Penyusun katakan demikian dikarenakan ada golongan yang diperkirakan belum diwajibkan mengeluarkan zakat karena belum mencapai nisab, justru dia mengeluarkan zakat dari gajinya sebanyak 2,5%. Seperti contohnya adalah golongan satu yang diperkirakan penghasilannya belum mencapai nisab, tetapi dia mengeluarkan zakat dari gajinya sebanyak 2,5%. Ini dikarenakan adanya keinginan untuk memberi keteladanan kepada masyarakat karena Departemen Agama merupakan lembaga Islam, sehingga adanya motifasi yang tinggi dari sebagian pegawainya. Akan tetapi jika dilihat pada golongan dua, maka hanya sebagian kecil saja yang mengeluarkan zakat dari penghasilannya yaitu sebanyak 5 orang dari 13 orang, hanya beberapa persen saja. Namun memang demikian, pegawai pada golongan dua diperkirakan hanya sebagian saja yang pendapatannya telah mencapai nisab, sehingga hanya sebagian kecil saja yang melaksanakan zakat dari penghasilannya. Golongan tiga, adalah golongan yang diperkirakan telah mencapai nisab semuanya dari penghasilannya, akan tetapi terdapat beberapa orang yang belum mengeluarkan zakat dari penghasilannya. Artinya, tidak semua pegawai pada Kanwil Depag yang telah memenuhi syarat untuk mengeluarkan zakat, mengeluarkan zakat dari gajinya. Dan tidak semua pegawai yang belum memenuhi syarat untuk mengeluarkan zakat, justru mengeluarkan zakat dari gajinya. Ini semua di