yusep
DESCRIPTION
herfiransyahTRANSCRIPT
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Oleh :
Yusep Herfriansyah
04101401054
Pembimbing :
Drg. Billy Sujatmiko, SpKG
F A K U L T A S K E D O K T E R A N
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
1. Apa yang dimaksud Lesi D1-D6 ?
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies
gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email
sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang
disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari substrat sehingga timbul
destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Lesi D1-D6 merupakan klasifikasi dari karies gigi. Adapun beberapa klasifikasi
Karies Menurut (International Caries Detection and Assessment System) ICDAS:
a. D1, merupakan suatu lesi dini yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi pada saat
gigi dalam keadaan kering.
b. D2, merupakan suatu lesi yang terlihat adanya lesi putih pada permukaan gigi pada saat gigi
dalam keadaan basah.
c. D3, terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi.
d. D4, lesi email lebih dalam dengan tampaknya bayangan gelap dentin atau lesi sudah
menyerang bagian Dentino Enamel Junction (DEJ).
e. D5, lesi telah menyerang dentin.
f. D6, lesi sudah menyerang pulpa.
2. Bagaimana terjadinya karies dari gigi sehat sampai abses?
Progresifitas Karies
White spot(lesi subsurface/lesi insipien/lesi putih)
↓Karies email
↓Karies dentin
↓Karies mencapai pulpa vital
↓Karies mencapai pulpa non vital
↓Abses
3. Jelaskan inervasi pada gigi!
Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-V atau
nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah orofacial, selain
saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII.
a. N. Opthalmicus
Cabang terkecil dari ganglion gasseri keluar dari cranium melalui fissura orbitalis
superior.Inervasi struktur di dalam; orbita, dahi, kulit kepala, sinus frontalis, palpebra
superior.
b. N. Maksila
N. Maxillaris keluar dari cranium melalui foramen rotundum fossa pterygopalatina terus
berjalan melalui fissura orbitalis inferior ke anterior canalis infra orbitalis.
Cabang N. Maxillaris
Saraf Lokasi Inervasi
1. n. pharyngeus
2. n. palatinus
mayus
3. n. palatinus
minor
4. n.
n. palatinus
mayus
keluar mell
foramen palatinus
mayor
mucoperiosteum palatal molar &
premolar RA & beranastomosis dg n.
nasopalatinal
n. nasopalatinus mucoperiosteum palatal regio gigi
nasopalatinus
5. n. nasalis
keluar dari kanalis
nasopalatinusanterior RA (caninus ka-ki)
2. N. Alveolaris
Superior
Posterior
semua akar gigi molar ke-2, 3 & akar
gigi molar 1 kec. Akar mesiobukal
3. N. Alveolaris Superior
Medius
gigi premolar 1 & 2 & akar mesiobukal
gigi molar 1 RA
4. N. Alveolaris
Superior
Anterior
gigi insisivus sentral & lateral, caninus,
membran mukosa labial, periosteum,
alveolus semua pada satu sisi RA
5. N. Infra orbitalis
Keluar melalui
foramen infra
orbitalis.
palpebra inferior, sisi lateral hidung &
labium oris superior
c. N. Mandibula
Cabang terbesar keluar dari ganglion gasseri. Dari cranium keluar melalui foramen
ovale membentuk 3 cabang; n. buccalis longus, n. Lingualis, n. alveolaris inferior
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus
alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi
molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan
sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang
membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan
mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini
juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di
area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari
caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan
memiliki cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus
mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot
mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline.
Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral
dan ligament periodontal.
Cabang N. Mandibularis
Saraf Lokasi Inervasi
I. N. Buccalis
longus
Berjalan diantara
kedua caput m.
pterygoideus
externus menyilang
ramus dan masuk
ke pipi melalui m.
buccinators
membran mukosa bukal,
mucoperiosteum lateral gigi
molar atas dan bawah
II. N. Lingualis Berjalan ke bawah
superfisial dari m.
pterygoideus
internus berlanjut
kelingual apeks gigi
molar ke-3 RB.
Masuk ke basis
lidah melalui dasar
2/3 anterior lidah,
mucoperiosteum & membran
mukosa lingual
mulut
III. N. Alveolaris
Inferior
Cabang terbesar N. Mandibularis. Turun dibalik m.
pterygoideus externus disebelah posterior-lateral
n.lingualis, berjalan antara ramus mandibula &
ligamentum sphenomandibularis masuk ke canalis
mandibula.
Bersama arteri alveolaris inferior berjalan di dalam
canalis mandibula & mengeluarkan percabangan
untuk inervasi geligi RB dan keluar melalui foramen
mentale
Cabang N. Alveolaris Inferior
1. n.
Mylohyoi
deus
m. Mylohyoideus, venter
anterior m. digastrici di dasar
mulut.
2. r. Dentalis
brevis
molar, premolar, proc.
Alveolaris & periosteum,
membran mukosa bukal
3. r.
Mentalis
kulit dagu, membran mukosa
labium oris inferior
4. r.
Incisivus
gigi incisivus sentral-lateral,
caninus
4. Apa yang dimaksud dengan ?
a. White spot/ lesi putih: Proses awal terjadinya lubang gigi yang timbul akibat
pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan
demineralisasi namun pada fase ini permukaan gigi masih utuh. Bercak putih
(White spot) timbul akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang
disebut dengan demineralisasi.
b. Karies email: Karies email merupakan karies yang terjadi pada permukaan email
gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada
pewarnaan hitam atau cokelat pada email. Apabila keseimbangan antara laju
proses demineralisasi dengan remineralisasi berlanjut maka permukaan lesi awal
akan runtuh akibat dari pelarutan apatie yang sudah melemah sehingga
menghasilkan kavitas.
c. Karies dentin: Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi)
atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya
terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.
d. Iritasi pulpa:
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami
kerusakan sampai batas dentino enamel junction
Gejala-gejala :
Kadang-kadang ngilu bila makan/ minum dingin,manis,asam dan bila sikat
gigi
Rasa ngilu akan hilang bila rangsangan dihilangkan
Pemeriksaan objektif :
Terlihat karies yang kecil
Dengan sonde : tidak memberi reaksi, tetapi kadang-kadang terasa sedikit
Tes thermis : dengan chlor etil terasa ngilu, bila rangsang dihilangkan
biasanya rasa ngilu juga hilang
Therapi : diberi tumpatan sesuai indikasinya
e. Hiperemi pulpa:
Hyperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa. Hyperemi pulpa adalah
suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan , terjadi sirkulasi darah
bertambah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam pulpa.Pulpa
terdiri dari saluran pembuluh darah halus, urat-urat syaraf,dan saluran lympe
Gejala :
Terasa lain jika terkena makanan/ minuman manis,asam panas dan dingin.
Makanan / minuman dingin lebih ngilu daripada makanan / minuman panas
Kadang-kadang sakit kalau kemasukan makanan
Pemeriksaan objektif :
Terlihat karies media atau propunda
Bila di tes dengan chlor etil terasa ngilu
Di test dengan sonde kadang terasa ngilu,kadang tidak
Perkusi tidak apa-apa
Therapi :
bila ada karies media ditambal sesuai indikasinya,bila mahkota cukup baik.
Bila karies propunda dilakukan pulpa capping , bila mahkotanya baik
f. Pulpitis reversible:
Pulpitis reversible merupakan proses inflamasi ringan yang apabila
penyebabnya dihilangkan maka inflamasi menghilang dan pulpa akan kembali
normal. Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversible, antara lain stimulus
ringan atau sebentar seperti karies insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal,
sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontium yang dalam dan fraktur
email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.
Gejala
Pulpitis reversible bersifat asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang
baru muncul dan akan kembali normal bila karies dihilangkan dan gigi direstorasi
dengan baik, apabila ada gejala (bersifat simtomatik) biasanya berbentuk pola
khusus. Aplikasi stimulus dingin atau panas, dapat menyebabkan rasa sakit yang
tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera reda. Stimulus panas dan
dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada pulpa normal. Ketika panas
diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respon awal yang
langsung terjadi (tertunda), namun jika stimulus panas ditingkatkan maka intensitas
nyeri akan meningkat. Sebaliknya, jika stimulus dingin diberikan, pulpa normal akan
segera terasa nyeri dan menurun jika stimulus dingin dipertahankan. Berdasarkan
observasi hal ini, respon dari pulpa sehat maupun terinflamasi tampaknya sebagian
besar disebabkan oleh perubahan dalam tekanan intrapulpa.
g. Pulpitis Irreversibel:
Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih
walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi
nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari
pulpa reversible. Dapat pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah akibat
pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan gigi
dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya aliran darah pulpa.
Gejala
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu
paroksisme (serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut:
perubahan temperatur yang tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke
dalam kavitas atau pengisapan yang dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap
berbaring yang menyebabkan bendungan pada pembuluh darah pulpa. Rasa sakit
biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan dapat datang dan pergi
secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali dilukiskan oleh
pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya adalah
parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada
tingkat keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya
suatu stimulus eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang
menyebar ke gigi di dekatnya, ke pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang
terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa lebih sulit dibandingkan nyeri pada
periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika nyerinya semakin intens.Stimulus
eksternal, seperti dingin atau panas dapat menyebabkan nyeri berkepanjangan.
Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang normal atau sehat.
Sebagai contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini dapat menghasilkan respon yang
cepat dan aplikasi dingin, responnya tidak hilang dan berkepanjangan. Walaupun
telah diklaim bahwa gigi dengan pulpitis irreversible mempunyai ambang rangsang
yang rendah terhadap stimulasi elektrik, menurut Mumford ambang rangsang
persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan tidak terinflamasi adalah sama.
h. Nekrosis Pulpa:
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya,
tergantung pada seluruh atau sebagian yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu
inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatic yang pulpanya rusak sebelum
terjadi reaksi inflamasi. Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuifaksi
(pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut
mengendap atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu bentuk
nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti keju, yang terdiri
atas protein yang mengental, lemak dan air. Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim
proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau
debris amorfus. Pulpa terkurung oleh dinding yang kaku, tidak mempunyai sirkulasi
daerah kolateral, dan venul serta limfatiknya kolaps akibat meningkatnya tekanan
jaringan sehingga pulpitis irreversible akan menjadi nekrosis likuifaksi. Jika eksudat
yang dihasilkan selama pulpitis irreversible diserap atau didrainase melalui kavitas
karies atau daerah pulpa yang tebuka ke dalam rongga mulut, proses nekrosis akan
tertunda; pulpa di daerah akar akan tetap vital dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sebaliknya, tertutup atau ditutupnya pulpa yang terinflamasi mengakibatkan proses
nekrosis pulpa yang cepat dan total serta timbulnya patosis periapikal.
Gejala
Gejala umum nekrosis pulpa :
1. Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible
2. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.
3. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik
4. Mungkin memiliki perubahan-perubahan radiografik defenitif seperti
pelebaran jaringan periodontal yang sangat nyata adalah kehilangan lamina dura
5. Perubahan-perubahan radiografik mungkin jelas terlihat
6. Lesi radiolusen yang berukuran kecil hingga besar disekitar apeks dari salah
satu atau beberapa gigi, tergantung pada kelompok gigi.
Keluhan subjektif :
1. Gigi berlubang, kadang-kadang sakit bila kena rangsangan panas
2. Bau mulut (halitosis)
3. Gigi berubah warna.
Pemeriksaan objektif :
1. Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman
2. Terdapat lubang gigi yang dalam
3. Sondenasi,perkusi dan palpasi tidak sakit
4. Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal. Kecuali pada nekrosis
tipe liquifaktif.
5. Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi dan
sondenasi sakit.
i. Periodontitis:
Periodontitis adalah seperangkat peradangan penyakit yang
mempengaruhi periodontium yaitu jaringan yang mengelilingi dan mendukung
gigi. Periodontitis melibatkan hilangnya progresif dari tulang alveolar di sekitar
gigi dan jika tidak diobati dapat menyebabkan melonggarnya jaringan
periodontium serta kehilangan gigi. Merupakan suatu penyakit jaringan
penyangga gigi yaitu yang melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum,
dan tulang alveolar karena suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva
(gingivitis) yang tidak dirawat, dan bila proses berlanjut maka akan menginvasi
struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk poket yang menyebabkan
peradangan berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga gigi,
akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut. Karekteristik
periodontitis dapat dilihat dengan adanya inflamasi gingiva, pembentukan poket
periodontal, kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar sampai hilangnya
sebagian atau seluruh gigi.
Gejala
Periodontitis kronis bisa terdiagnosis secara klinis dengan mendeteksi
perubahan inflamasi kronis pada marginal gingival, kemunculan poket
periodontal dan kehilangan perlekatan secara klinis. Penyebab periodontal ini
besifat kronis, kumulatif, progresif dan bila telah mengenai jaringan yang lebih
dalam akan menjadi irreversible. Secara klinis pada mulanya terlihat peradangan
jaringan gingiva disekitar leher gigi dan warnanya lebih merah daripada jaringan
gingiva sehat. Pada keadaan ini sudah terdapat keluhan pada gusi berupa
perdarahan spontan atau perdarahan yang sering terjadi pada waktu menyikat
gigi.
Bila gingivitis ini dibiarkan melanjut tanpa perawatan, keadaan ini akan
merusak jaringan periodonsium yang lebih dalam, sehingga cement enamel
junction menjadi rusak, jaringan gingiva lepas dan terbentuk periodontal poket.
Pada beberapa keadaan sudah terlihat ada peradangan dan pembengkakan
dengan keluhan sakit bila tersentuh.
Bila keparahan telah mengenai tulang rahang, maka gigi akan menjadi goyang
dan mudah lepas dari soketnya.
j. Trepanasi:
Tujuan trepanasi adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau
melalui tulang untuk mengalirkan sekret luka serta mengurangi rasa sakit. Jika
timbul abses alveolar akut, berarti infeksi telah meluas dari saluran akar melalui
periodontal apikalis sampai ke dalam tulang periaapeks. Nanah dikelilingi oleh
tulang pada apeks gigi dan tidak dapat mengalir keluar. Pada stadium ini belum
tampak pembengkakan. Perasaan sangat nyeri terutama bila ditekan sehingga
untuk menghilangkannya perlu segera dilakukan drainase. Untuk itu dapat
dipakai dua cara:
1. Trepanasi melalui saluran akar
Usaha awal untuk memperoleh drainase adalah membuka saluran akar lebar-
lebar sampai melewati foramen apikalis dan saluran akar dibiarkan terbuka
beberap hari supaya sekret dapat mengalir keluar. Kedalam kavum pulpa
dimasukkan kapas yang longgar agar sisa makanan tidak menutup jalan
drainase. Setiap hari kapas diganti dan saluran dibersihkan dengan larutan
garam fisiologis atau NaCl 0,5% bila sekret pus tidak ada lagi. Dalam hal ini,
Schroeder (1981) menganjurkan terapi alternatif, yaitu pemberian preparat
antibiotik kortikosteroid dan menutup saluran dengan oksida seng eugenol.
Setelah rasa sakit berkurang, dan drainase telah berhenti, saluran akar
dipersarafi dengan sempurna dan diisi dengan bahan pengisi saluran akar.
2. Trepanasi di daerah apeks akar
Trepanasi melalui tulang dikenal dengan nama fistulasi apikal.
6. Bagaimana penggunaan Antibiotik dan Analgesik pada ibu hamil ?
Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin dan
sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan, karena pemberian
sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan risiko malformasi pada
janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin, risiko tersebut rendah dan kadang-
kadang setiap risiko pada janin harus dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi pada ibu.
Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini terjadi
karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat mempengaruhi janin yang
dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang demikian itu disebut teratogen. Definisi
teratogen adalah suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin yang
abnormal.
Daftar Obat Antibiotik yang Aman dan Berbahaya untuk Ibu Hamil/Kehamilan & Menyusui
:
Lactation Risk Categories Pregnancy Risk Categories
L1 (safest)
L2 (safer)
L3 (moderately safe)
L4 (possibly hazardous)
L5 (contraindicated)
A (controlled studies show no risk)
B (no evidence of risk in humans)
C (risk cannot be ruled out)
D (positive evidence of risk)
X (contraindicated in pregnancy)
Antibiotika [contents]
Amoxicillin Larotid, Amoxil Approved B L1
Aztreonam Azactam Approved B L2
Cefadroxil Ultracef, Duricef Approved B L1
Cefazolin Ancef, Kefzol Approved B L1
Cefotaxime Claforan Approved B L2
Cefoxitin Mefoxin Approved B L1
Cefprozil Cefzil Approved C L1
Ceftazidime Ceftazidime, Fortaz, Taxidime Approved B L1
Ceftriaxone Rocephin Approved B L2
Ciprofloxacin [more] Cipro Approved C L3
Clindamycin Cleocin Approved B L3
ErythromycinE-Mycin, Ery-tab, ERYC,
Ilosone Approved B
L1
L3 early
postnatal
Fleroxacin - Approved - NR
Gentamicin Garamycin Approved C L2
Kanamycin Kebecil, Kantrex Approved D L2
Moxalactam Moxam Approved - NR
Nitrofurantoin Macrobid Approved B L2
Ofloxacin Floxin Approved C L2
Penicillin - Approved B L1
Streptomycin Streptomycin Approved D L3
Sulbactam - Approved - NR
Sulfisoxazole Gantrisin, Azo-Gantrisin Approved C L2
TetracyclineAchromycin, Sumycin,
Terramycin Approved D L2
Ticarcillin Ticarcillin, Ticar, Timentin Approved B L1
Trimethoprim/
sulfamethoxazoleProloprim, Trimpex Approved C L3
Tabel data obat-obat analgesic beserta keamanannya pada kehamilan:
Obat KategoriParacetamol BAmitriptiline DMexiletine BAspirin/ NSAIDs DClonidine BCodein C/ jangka panjang DClonazepam CCarbamazepin CFlecainide CValproate DGabapentin CErgotamine XSumatriptan CBaclofen C
Daftar Pustaka
Endah Kusumawardani (2011) ; Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Heasman, P., 2003, Master Dentistry: Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry, and
Louis I. Grosssman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Moestopo (1982); Pemeliharaan Gigi dimulai dari Kandungan sang Ibu
Orthodontics, vol. 2, Churchill Livingstone, Edinburgh
Stanley J. Nelson and Major M. Ash. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion.
9th Ed. Missouri : Saunders Elsevier. 2010:256-8
Sutomo Nawawi (1992); Kedokteran Gigi Pencegahan bidang Studi Periodontologi. FKG
UGM Yogyakarta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25049/4/Chapter%20II.pd diakses pada
hari kamis tanggal 19 april 2012 jam 15.10.