yersinia enterocolitica

40
MAKALAH FOODBORNE AGENT Y. enterocolitica Dosen Pengampu: Fitriyono Ayustaningwarno, STP, M.Si Disusun Oleh: Ayu Puspita 22030111130060 Ruth Elizabeth Violita 22030111130061 Nungki Dwi 22030111130063 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Upload: ayu-puspita-febrindari

Post on 24-Jul-2015

575 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Yersinia Enterocolitica

MAKALAH FOODBORNE AGENT

Y. enterocolitica

Dosen Pengampu: Fitriyono Ayustaningwarno, STP, M.Si

Disusun Oleh:

Ayu Puspita 22030111130060

Ruth Elizabeth Violita 22030111130061

Nungki Dwi 22030111130063

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2011

Page 2: Yersinia Enterocolitica

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan pangan merupakan bahan yang tidak dapat terlepas dari kegiatan

dan proses berlangsungnya kehidupan manusia. Bahan pangan diolah menjadi ke

bentuk yang dapat dikonsumsi guna membantu manusia memperoleh energy dan

memenuhi kebutuhan nutrisi dari bahan pangan tersebut. Penyimpanan bahan

pangan sebelum diolah dalam waktu yang cukup lama seringkali dilakukan oleh

masyarakat. Oleh karena penyimpanan yang cukup lama tersebut, bahan pangan

mengalami kerusakan, baik kerusakan akibat hewan pengerat, jamur, maupun

mikroba.

Bahan makanan tidak hanya menjadi sumber nutrisi bagi manusia, tetapi

juga bagi mikroba-mikroba. Terjadinya pertumbuhan mikroba dalam bahan

pangan akan mengakibatkan kerusakan pada bahan pangan tersebut. Kerusakan

yang terjadi dapat berupa perubahan fisik dan kimia yang membuat bahan pangan

menjadi tidak layak dikonsumsi. Bahan pangan juga merupakan perantara

atau substrat untuk pertumbuhan mikroba patogenik dan organisme lain

penyebab penyakit.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu mengetahui,

mengenali, dan memahami pembusukan makanan yang dilakukan

atau diakibatkan oleh Yersinia enterocolitica.

Page 3: Yersinia Enterocolitica

BAB II

PEMBAHASAN

Karakteristik Organisme

Genus Yersinia terdiri dari 11 spesies, termasuk ke dalam family Enterobacter.

Seperti anggota family yang lain, Yersinia adalah bakteri gram-negatif, berbentuk

batang (bacillus), dan anaerob fakultatif yang memfermentasi glukosa. Dapat

menggunakan sedikit atau bahkan tidak ada gas (udara), dan tidak memiliki

fenilalanin deaminase.1 Genus ini bersifat patogen pada mamalia, salah satu

anggota pisces, dan beberapa spesies lain yang belum pasti perannya dalam

penyakit. Empat spesies yang bersifat patogen adalah Yersinia pestis, penyebab

penyakit pes dan kematian dengan pneumonia; Yersinia pseudotuberculosis,

bersifat patogen pada hewan pengerat (rhodentia) yang sesekali menyebabkan

lymphadentis mesenterika, septikemia, dan penyakit immune-mediated pada

manusia; Yersinia ruckeri, penyebab penyakit enterik redmouth pada golongan

salmon dan ikan air tawar lainnya dan Yersinia enterolitica merupakan patogen di

saluran pencernaan dan merupakan spesies Yersinia paling umum ditemukan

pada manusia.

Y. pestis ditransmisikan ke host melalui gigitan kutu atau melalui saluran

pernapasan, sedangkan Y. pseudotuberculosis dan Y. enterolitica masuk melalui

makanan. Ketiga spesies ini memiliki sejumlah determinan virulensi penting yang

memungkinkan mereka untuk mengatasi pertahanan imun dari host. Sifat dari

determinan virulensi ini juga terdapat pada beberapa enterobacteria lain, seperti

enteropathogenic dan enterohemorrhagic Esherichia coli dan Salmonella, spesies

Shigella, pada hewan (misalnya: Pseudomonas aeruginosa dan spesies

Bordetella) dan tumbuh-tumbuhan (misalnya: Erwinia amylovora, Xanthomonas

Page 4: Yersinia Enterocolitica

campestris dan Pseudomonas syringae). Selain itu, Yersiniae diperkirakan

memiliki suatu gen eukariotik yang memungkinkan untuk merusak bagian-bagian

penting dari respon fisiologis terhadap suatu infeksi.

Klasifikasi

Y. enterocolitica pertama kali ditemukan sebagai bakteri patogen manusia pada

sekitar tahun 1930-an oleh Coleman. Setelah beberapa kali gagal untuk

memasukkan spesies ini dalam urutan taksonomi yang sesuai, Y. enterocolitica

akhirnya masuk dalam family Enterobacteriaceae. Sekitar 10-30% homologi DNA

dari Y. enterocolitica berhomologi DNA dengan anggota famili Enterobacteriaceae

yang lain, dan sekitar 50% terkait dengan Y. pseudotuberculosis dan Y. Pestis.

Lebih dari 90% dua spesies ini memiliki homologi DNA.2 Analisis genetik

menunjukkan bahwa Y. pestis AGLOCO mirip dari Y. pseudotuberculosis yang

berkembang sekitar 1.500 sampai 20.000 tahun yang lalu. Keduanya merupakan

organism bersifat patogenik tak lama sebelum pandemi pertama yang terjadi.

Skema Biotyping Y. enterocolitica

Reaction of biovars

1A 1B 2 3 4 5

Lipase (Tween Hydrolysis) + + - - - -

Esculin hydrolysis D - - - - -

Indole production + + (+), - - - -

d-xylose fermentation + + + + - D

Voges Proskauer reaction + + + + + (+)

Trehalose fermentation + + + + + -

Page 5: Yersinia Enterocolitica

Nitrate reduction + + + + + -

P. yrazinamidase + - - - - -

Β-D-glucosidase + - - - - -

Proline peptidase + - - - - -

+, positif; (+), delayed positive; -, negative; D, different reactions

Y. enterocolitica memiliki spesies yang beragam. Dibagi ke dalam beberapa besar

subkelompok. Secara umum pembagian subkelompok berdasarkan pada aktivitas

biokimia dan lipopolisakarida (LPS) O-antigen. Sedangkan, biotyping didasarkan

pada kemampuan Y. enterocolitica dalam melakukan metabolisme suatu substrat

organik. Serta dalam menyediakan sarana yang sesuai untuk membagi menjadi

jenis yang lebih kecil sesuai berbagai tingkat signifikansi klinis dan epidemiologi.

Jenis Yersiniae patogen yang ditemukan pada manusia dan hewan domestik

sering terdapat dalam 1B biovars, 2, 3, 4, 5. Sebaliknya, jenis Y. enterocolitica

biovar 1A biasanya diperoleh dari ekosistem darat dan air tawar. Biovar 1A

biasanya dirujuk sebagai jenis yang tumbuh di lingkungan, namun ada beberapa

diantaranya dapat hidup di usus dan dapat menyebabakan infeksi. Tidak semua

isolat Y. enterocolitica yang diperoleh dari tanah, air atau makanan yang belum

diolah dapat menjadi sebuah biovar. Jenis yang demikian tidak memiliki

determinan virulensi karakteristik dari biovar 1B maupun 5 dan dapat digolongkan

menjadi jenis nonpathogenic atau bahkan spesies Yersinia yang baru.

Biovar Y. enterocolitica paling sering ditemukan dari bagian tubuh pada manusia

di seluruh dunia adalah biovar 4. Bakteri 1B biovar biasanya diisolasi dari pasien

di Amerika Serikat dan disebut sebagai jenis "Amerika", meskipun biovar ini juga

telah terdeteksi di sejumlah negara di Eropa, Afrika, Asia dan Australasia.

Meskipun tidak tersebar secara umum, biovar 1B Yersiniae secara inheren lebih

ganas pada tikus (dan mungkin bagi manusia) daripada jenis lain dalam kategori

Page 6: Yersinia Enterocolitica

patogen. Biovar 1B ini telah diidentifikasi sebagai penyebab yersiniosis yang

terkontaminasi dalam makanan di Amerika Serikat.

Hubungan antara O serogrup dan patogenisitas dari Y. enterocolitica dan

spesiesnya

Spesies dan biovar Serogrup

Y. enterocolitica

Biovar 1A O:4; O:5; O:6,30; O:6,31; O:7,8; O:7,13; O:10; O:14; O:16;

O:21; O:22; O:25; O:37; O:41,42; O:46; O:47; O:57; NT

Biovar 1B O:4,32; O:8; O:13A,13B; O:16; O:18; O:20; O:21; O:25;

O:41,42; NT

Biovar 2 O:5,27; O:9; O:27

Biovar 3 O:1,2,3; O:3; O:5,27

Biovar 4 O:3

Biovar 5 O:2,3

Coveri O:8; O:10; O:58,16; NT

Leriksenii O:3; O:16; O:35; O:38; O:44; NT

Intermedia O:17; O:21,46; O:35; O:37; O:40; O:48; O:52; O:55; NT

Stensenii O:11; O:12,25; O:12,26; O:16; O:16,29; O:28,50; O:46;

O:52; O:59; O:61; NT

Llaretii O:3; O:6,30; O:7,13; O:59; O:62,22; NT

Page 7: Yersinia Enterocolitica

Serogrup Y. enterocolitica, berdasarkan o-antigen pada permukaan LPS,

bertepatan sampai batas tertentu dengan biovars, dan serotipe memberikan

bahan yang berguna untuk subdive spesies yang bersifat mrugikan (patologis).

Serogrup O: 3 adalah varietas yang paling sering diisolasi dari manusia. Hampir

semua isolat merupakan biovar 4. Serogrup lain biasa diperoleh dari manusia,

terutama di Eropa Utara, termasuk O: 9 (biovar 2) dan O: 5,27 (biovar 2 atau 3).

Pembagian serotyping berguna untuk menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi

manusia adalah karena jenis dari serogrup O: 3 dan dengan adanya bereaksi

dengan O-antigens dalam Y. enterocolitica , dilihat dari berbagai sisi patologis dan

epidemiologi. Di samping itu, beberapa bakteri yang pada awalnya ditempatkan

dalam O-serogrup Y. enterocolitica kemudian dikategorikan sebagai spesies

terpisah.

Sedikitnya 18 flagellar (H) antigen dari Y. enterocolitica, yang dibentuk oleh huruf

kecil (a,b; b,c; b,c,e,f,k; m, dll) telah diidentifikasi. Meskipun ada sedikit tumpang

tindih antara antigen H dari Y. enterocolitica sensustricto dan spesies terkait,

karakteristik antigen isolat oleh O lengkap dan H serotyping jarang dicoba.

Skema lain untuk subtyping spesies Yersinia termasuk skema bakteriofag,

elektroforesis multienzim, dan demonstrasi polimorfisme panjang fragmen restriksi

dan plasmid DNA dari kromosom. Teknik ini dapat digunakan untuk

mempermudah penelitian penyakit epidemik atau untuk mencari sumber infeksi

sporadis.

Kerentanan dan Toleransi

Y. enterocolitica tidak biasa di antara enterobacteria patogen yang menjadi

psychrotrophic, terbukti dengan kemampuannya untuk mereplikasi pada suhu di

bawah 4° C. Waktu yang dua kali lipat (34 menit)pada suhu pertumbuhan optimal

(sekitar 28° hingga 30° C) meningkat menjadi 1 jam pada 22° C, 5 jam pada 7° C,

Page 8: Yersinia Enterocolitica

dan sekitar 40 jam pada 1° C.2 Y enterocolitica tahan beku dan dapat bertahan

dalam makanan beku dalam jangka waktu yang lama, walaupun mendapat

perlakuan pembekuan dan pencairan. Studi tentang kemampuan Y. enterocolitica

dapat bertahan dan tumbuh dalam berbagai kondisi artifisial contaminder

penyimpanan telah menunjukkan bahwa umumnya dapat bertahan lebih baik pada

suhu kamar dan suhu pendinginan dari pada suhu menengah. Y. enterocolitica

bertahan lebih lama dalam makanan dimasak daripada pada makanan mentah,

mungkin karena adanya peningkatan ketersediaan nutrisi dalam makanan yang

dimasak dan fakta bahwa keberadaan bakteri psychrotrophic lain, termasuk jenis

nonpathogenic dari Y. enterocolitica, dalam makanan yang belum diproses dapat

membatasi pertumbuhan. Organisme Y. enterocolitica dapat meningkatkan jumlah

lebih dari millionfold pada daging sapi atau babi yang dimasak dalam waktu 24

jam pada 25° c atau dalam waktu 10 hari pada suhu 7°. Pertumbuhan lebih

rendah pada daging sapi mentah dan daging babi. Y. enterocolitica dapat tumbuh

pada daging, telur rebus, ikan rebus, telur cair pasteurisasi, susu pasteurisasi,

keju cottage, dan tahu (kedelai dadih) pada suhu pendinginan dalam ruang

hampa. Proliferasi juga terjadi pada makanan laut yang didinginkan seperti tiram,

udang, dan daging kepiting yang dimasak, tetapi pada tingkat yang lebih rendah

dari pada daging babi atau daging sapi. Yersinia juga dapat bertahan untuk waktu

yang lama dalam sayuran didinginkan, keju cottage dan daging ayam. Sifat

psychrotrophic Y. enterocolitica menimbulkan masalah bagi industri transfusi

darah, terutama karena kemampuannya untuk berkembang biak dan melepaskan

endotoksin dalam darah yang disimpan pada suhu 4° C tanpa secara jelas

mengubah secara kenampakan.

Y. enterocolitica dan Y. pseudotuberculosis dapat tumbuh pada rentang pH 4

sampai 10, dengan pH optimum ca. 7.6. mereka tahan dalam kondisi alkali yang

ekstrim, tetapi toleransi asam mereka kurang baik dan tergantung pada asam

digunakan, suhu lingkungan, komposisi medium, dan fase pertumbuhan bakteri.2

Toleransi asam dari Y. enterocolitica ditingkatkan oleh produksi urease, yang

menghidrolisis urea untuk melepaskan amonia yang mengangkat pH sitoplasma.

Page 9: Yersinia Enterocolitica

Y. enterocolitica dan Y. pseudotuberculosis rentan terhadap panas dan dapat

hancur oleh pasteurisasi pada suhu 71,8° C selama 18 detik atau 62,8° C selama

30 menit. Paparan permukaan pada daging yang terkontaminasi, diberikan air

panas (80° C) selama 10 sampai 20 detik untuk menurunkan kelangsungan hidup

bakteri minimal 99,9%.2 Y. enterocolitica juga mudah diinaktivasi oleh radiasi

pengion dan UV dan dengan natrium nitrat dan nitrit dengan cara penambahan ke

makanan. Bakteri patogen relatif tahan terhadap garam-garam ini dalam larutan,

namun juga bisa mentolerir NaCl pada konsentrasi hingga 5%. Y. enterocolitica

umumnya rentan terhadap asam organik, seperti asam laktat dan asetat, dan

klorin. Tetapi, beberapa ketahanan terhadap klorin terjadi antara yersiniae tumbuh

pada kondisi lingkungan alam akuatik atau ketika mereka kokultivasi dengan

predator protozoa air.

Sutherland dkk. merumuskan model untuk memprediksi pengaruh suhu, pH, dan

konsentrasi natrium klorida dan asam laktat pada kelangsungan hidup dan

pertumbuhan Y. enterocolitica dalam makanan dan dijelaskan bahwa model

berkorelasi baik dengan data yang dipublikasikan untuk produk daging dan susu.

Bhaduri et al. mengembangkan model untuk menilai keamanan yang

memungkinan makanan terkontaminasi dengan Y. enterocolitica sebagai akibat

dari penyalahgunaan penyimpanan yang kurang tepat. Namun, model matematika

tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk memprediksi keamanan makanan,

karena model ini memiliki kelemahan dapat melebih-lebihkan jumlah bakteri dalam

keadaan tertentu.

Karakteristik Infeksi

Infeksi Y. enterocolitica biasanya ditunjukkan dengan gejala nonspesifik seperti

diare, membatasi diri tetapi dapat menyebabkan berbagai komplikasi supuratif dan

autoimun. Faktor risiko yang bergantung pada faktor host, usia dan status imun

dari host.

Page 10: Yersinia Enterocolitica

Y. enterocolitica masuk ke saluran pencernaan setelah konsumsi dalam makanan

atau air yang telah terkontaminasi. Dosis infektif rata-rata untuk manusia belum

diketahui, tetapi kemungkinan melebihi 10'4 CFU. Asam lambung adalah

hambatan yang signifikan untuk infeksi Y. enterocolitica, dan pada individu dengan

hypoacidity lambung, dosis infeksi mungkin lebih rendah.

Sebagian besar infeksi dengan gejala Y. enterocolitica terjadi pada anak-anak,

terutama pada mereka kurang dari 5 tahun. Pada penderita, mikroorganisme

Yersiniosis muncul sebagai diare, sering disertai dengan demam ringan dan sakit

perut. Diare bervariasi dari berair sampai berlendir. Sebagian kecil anak-anak

(umumnya kurang dari 10%) mendapati feses yang berdarah. Anak-anak dengan

Y. enterocolitica yang disebabkan diare sering mengeluh sakit perut dan sakit

kepala. Sakit tenggorokan juga sering dan mungkin mendominasi gambaran klinis

pada pasien yang lebih tua. Penyakit ini biasanya berlangsung dari beberapa hari

sampai 3 minggu, meskipun beberapa pasien mengalami enterolitis kronis, yang

dapat bertahan selama beberapa bulan. Kadang-kadang, enteritis akut

berkembang menjadi ulserasi dan perforasi usus atau untuk intussusception

ileokolika, megakolon toksik, atau trombosis vena mesentric. Pada suatu

kemungkinan, pasien mungkin hadir dengan peritonitis tanpa adanya perlubangan

usus.

Gejala Klinis infeksi Y. enterocolitica2

Gejala Umum

Diare (‘gastroenteritis’), terutama pada anak-anak

Enterocolicitis

Gejala pseudoappendicitis karena terminal ileitis; mesenteric lymphadenitis

akut

Page 11: Yersinia Enterocolitica

Radang tenggorokan

Postinfection autoimmune sequelae

Arthritis, terutama dengan HLA-B27

Erythema nodusum

Uveitis, dengan HLA-B27

Glomerulonephritis (jarang)

Myocarditis (jarang)

Thyroiditis (jarang)

Gejala yang jarang terjadi

Septicemia

Gangguan organ dalam (hati, paru-paru, limpa)

Infeksi kulit: pustules, wound infection, pyomyositis, dll

Pneumonia

Endocarditis

Osteomyelitis

Peritonitis

Meningitis

Intussusceptions

Gangguan pada mata: conjunctivitis, panophtalmitis

Page 12: Yersinia Enterocolitica

Pada anak-anak lebih usia 5 tahun/lebih dan remaja, mikroorganisme Yersiniosis

akut sering muncul sebagai sindrom pseudoappendicular karena peradangan akut

dari ileum terminal atau kelenjar getah bening mesentric. Gejala umum dari

sindrom ini adalah sakit perut dan nyeri lokal pada kuadran kanan bawah. Gejala

ini biasanya disertai dengan demam, sedikit diare atau tidak ada. Posisi sakit

hampir sama dengan posisi usus buntu. Penderita yang laparotomi, sekitar 60

sampai 80% memiliki ileitis terminal, dengan atau tanpa adenitis mesentric dan

usus buntu yang normal atau sedikit meradang. Y. enterocolitica dapat

berkembang dari ileum distal dan kelenjar getah bening mesentric. Sindrom

pseudoappendicular tampaknya lebih sering pada pasien terinfeksi dengan jenis

yang relatif lebih ganas dari Y. enterocolitica, terutama strain 1B biovar. Y.

enterocolitica jarang ditemukan pada pasien dengan apendisitis.

Walau Y. enterocolitica jarang ditemukan diluar rongga pencernaan, tampaknya

ada jaringan di mana ia akan tumbuh. Pada orang dewasa, faringitis, kadang-

kadang dengan limfadenitis leher rahim, adalah gejala klinis yang dominan.

Penyakit fokal, dengan tidak adanya bakteremia, dapat timbul sebagai selulitis,

abses subkutan, sinusitis, abses pneumonia, paru-paru atau emphyema.

Bakteremia merupakan infeksi komplikasi yang jarang terjadi, kecuali pada pasien

yang immunocompromised atau dalam keadaan kekurangan zat besi. Faktor yang

mempengaruhi perkembangan bakteremia Yersinia adalah: immunosuppresion,

diskrasia darah, malnutrisi, gagal ginjal kronis, sirosis, pecandu alkohol, diabetes

mellitus, acyte dan negara-negara malnutrisi zat besi. Penyebaran bacteremic Y .

enterocolitica dapat menyebabkan berbagai gangguan, termasuk limpa, hati, dan

abses paru-paru, kateter terkait infeksi, osteomielitis, panophtalmitis, endokarditis,

aneurisma mycotoc, dan meningitis. Bakteremia Yersinia memiliki kasus kematian

antara 30 hingga 60%.2

Bakteremia dapat timbul dari hasil inokulasi langsung dari Y. enterocolitica di

dalam sirkulasi selama transfusi darah. Y. enterocolitica adalah bakteremia

penyebab utama dari transfusi yang fatal dengan pengemasan dengan kantong

Page 13: Yersinia Enterocolitica

darah atau platelet. Pasien diinfus dengan darah yang terkontaminasi dapat

mengembangkan gejala reaksi transfusi parah pada beberapa jam setelah

pemaparan, tergantung pada jumlah bakteri dan jumlah endotoksin diberikan

dengan darah. Jenis dari Y. enterocolitica yang berkaitan dalam transfusi ini

adalah mikroorganisme yersiniosis dengan serobiovars sama dengan yang

berhubungan dengan infeksi enterik. Kemungkinan sumber infeksi ini adalah

darah donor yang lowgrade, bakteremia subklinis. Bakteri dalam darah dalam

jumlah kecil yang disumbangkan akan meningkat selama penyimpanan pada suhu

pendinginan tanpa jelas mengubah tampilan darah.

Faktor Virulensi

Faktor Kromosom

a. Invasin

Semua jenis Y. enterocolitica yang membawa plasmid untuk virulence juga

memproduksi protein dengan permukaan 91-kDa yang disebut invasin. Membran

terluar dari protein ini mulanya diidentifikasi sebagai hasil protein 102-kDa dari gen

inv kromosom. Ketika dimasukkan ke strain yang tidak berbahaya dari E. coli,

seperti K-12, inv memberi penerimanya dengan kemampuan untuk menembus sel

mamalia, termasuk sel epitel dan makrofag. Walaupun terdapat perbedaan pada

ukuran invasin pada Y. enterocolitica dan Y. pseudotuberculosis, kedua

proteinnya diawetkan secara fungsional. Invasin juga berhubungan dengan

intimin, penentu virulence yang penting dari jenis enteropatogenik dan

enterihemoragik E. coli, yang memerlukan protein ini untuk membuat luka khusus

yang tidak terlalu menonjol yang mencirikan infeksi dari bakteri ini.

Ujung amino dari invasin terdapat di dalam membran terluar bakteri, sedangkan

ujung karboksil terletak di permukaan, yang memediasi pengikatan dengan

integrin sel inang. Integrin adalah semacam protein transmembran yang

menghubungkan sinyal ekstraseluler ke sitoskeleton. Integrin ini terdiri atas

subunit α dan β, yang menjadi dasar pengklasifikasian keluarga dari bakteri ini.

Page 14: Yersinia Enterocolitica

Integrin kelas β1, yang merupakan dasar penerima untuk invasin, terjadi di

beberapa tipe sel, termasuk sel epitel, makrofag, limfosit T, dan sel Peyer M.

Peran fisiologi mereka adalah sebagai penerima fibronektin, laminin, dan protein

inang, yang mungkin dapat menyesuaikan diri dengan invasin. Akan tetapi,

afinitas invasin untuk integrin α3β1, α4β1, α5β1, dan α6β1 sangat lebih besar daripada

fibronektin.

Walaupun rangkaian DNA yang sama pada inv terjadi di semua spesies Yersinia

(kecuali Yersinia ruckeri), gen ini hanya berfungsi baik pada Y. pseudotuberculosis

dan biovar patogenik dari Y. enterocolitica, menyimpulkan bahwa invasin

memainkan peranannya dalam virulence.

b. Enterotoksin tahan panas

Ketika pertama ditemukani dari materi klinis, sebagian besar jenis Y. enterocolitica

mensekresi enterotoksin tahan panas, dikenal sebagai Yst, yang reaktif pada bayi

tikus. Yst terdiri dari 30 asam amino.

Yst dibentuk oleh gen yst kromosomal dan disintesis sebagai polipeptida 71-asam

amino.2

Walaupun persamaannya sebagai unsur virulence dan fakta bahwa produksi Yst

secara besar terbatas pada biovar patogenik klasik Y. enterocolitica, kontribusi Yst

pada patogenesis diare yang berhubungan dengan yersiniosis ternyata tidak

tentu.

Yst biasanya tidak keluar pada suhu 370C karena kondisi yang digunakan untuk

mempelajari ekpresi gen ini in vitro tidak menggambarkan apa yang keluar dari

bakteri ketika keadaan in vivo. Dalam hal ini, penemuan bahwa Y. enterocolitica

dapat memproduksi Yst secara signifikan pada suhu 370C jika bakteri

ditumbuhkan pada medium dengan osmolaritas tinggi dan pH yang serupa di

lumen usus.

Setelah tahapan berulang atau penyimpanan yang diperpanjang, strain Y.

enterocolitica yang menyekresi Yst kadang menjadi negatif toksin. Keadaan ini

Page 15: Yersinia Enterocolitica

tidak diakibatkan mutasi dari gen Yst tapi karena pembekuan gen ini oleh YmoA

(Yersinia modulator).

Toksin yang menyerupai Yst dalam hal kestabilan panas dan kereaktifan pada

bayi tikus, tapi dengan struktur, berat molekul, dan/atau mekanisme aksi yang

berbeda, telah terdeteksi pada spesies Yersinia yang bermacam-macam. Bakteri

jenis ini mungkin bertanggungjawab pada diare di beberapa pasien.

Beberapa jenis dari Y. enterocolitica dapat membuat Yst atau enterotoksin yang

lain pada jangkauan waktu yang lebar yaitu dari 40C sampai 370C. Karena toksin

ini relatif tahan asam, mereka dapat menahan inaktifasi oleh asam lambung

sehingga mereka dapat menyebabkan penyakit foodborne jika ikut tercerna dalam

makanan.

c. Fibril Myf

Beberapa patogen usus mempengaruhi unsur kolonisasi khusus di permukaannya

yang memediasi keterkaitan mereka pada target khusus di epitel usus. Pada

bakteri yang menyekresi enterotoksin noninvasif seperti enterotoksigenik E. coli,

unsur ini biasanya adalah fimbriae permukaan, yang mampu membuat bakteri

untuk mengantarkan toksin mereka ke sel epitel sembari mempertahankan

pemisahan oleh peristalsis.

Beberapa strain dari Y. enterocolitica memproduksi adhesin fimbri bernama Myf

(untuk mucoid Yersinia fibrillae) karena memberi penampilan mukoid pada koloni

bakteri yang memproduksinya. Myf terdiri dari fimbriae fleksibel dan tipis yang

menyerupai CS3, unsur kolonisasi penting pada beberapa strain manusia dari

enterotoksigenik E. coli.

Seperti ail dan yst, myf terjadi sebagian besar di strain Y. enterocolitica varietas

patogenik klasik yang biasanya berhubungan dengan penyakit. Peran utamanya

di virulence mungkin dihubungkan dengan kemampuannya untuk memediasi

pengikatan bakteri pada mukus usus sebelum berhubungan dengan sel epitel.

Page 16: Yersinia Enterocolitica

d. LPS

Seperti enterobakteri lainnya, Y. enterocolitica dapat digolongkan halus atau kasar

tergantung pada jumlah polisakarida rantai samping O yang menempel pada

daerah tengah dalam di LPS dinding sel. Sintesis rantai samping O oleh Y.

enterocolitica ditetapkan oleh lokus rfb kromosomal dan diatur oleh suhu, seperti

koloni halus tumbuhnya pada suhu di bawah 300C tetapi yang kasar tumbuh pada

suhu 370C.2

Daerah tengah luar dari LPS memainkan peran pada mempertahankan integritas

membran terluar dan kadang berkontribusi melalui ketahanan Y. enterocolitica

pada bakterisidial peptida pada jaringan inang.

Rantai samping O yang diperpanjang dapat menyembunyikan protein yang

berhubungan dengan virulence yang berada di permukaan, seperti Ail dan YadA,

yang dapat meningkatkan ketahan bakteri yang sudah masuk ke lingkungan

ekstraseluler. Oleh karena itu, penekanan sintesis rantai samping O pada suhu

370C dapat meningkatkan kemungkinan akan ketahan bakteri di jaringan dengan

memungkinkan mereka untuk mengeluarkan penentu virulence yang penting di

permukaan pada tahap infeksi yang cocok.

e. Flagel

Pada keadaan in vitro, Y. enterocolitica dapat bergerak ketika tumbuh pada suhu

250C bukan pada suhu 370C. walaupun protein flagella terbukti disintesis pada

keadaan in vivo, pergerakan tidak muncul untuk pemberi kontribusi pada virulence

Y. enterocolitica pada tikus.2

f. Perolehan besi

Besi merupakan mikornutrien penting untuk hampir semua bakteri. Walaupun

lingkungan kaya nutrisi tersedia untuk bacteria oleh jaringan mamalia,

ketersediaan besi pada beberapa lokasi ekstraseluler terbatas. Hal ini dikarenakan

kebanyakan besi pada jaringan terikat pada glikoprotein transport dengan afinitas

Page 17: Yersinia Enterocolitica

yang tinggi, seperti transferin dan laktoferin, atau bergabung dengan molekul

organik seperti hemoglobin. Beberapa spesies bakteri patogenik memproduksi

siderophores, chelator besi dengan berat molekul rendah dan afinitas tinggi.

Senyawa ini disekresi oleh bakteri ke medium sekelilingnya, dimana mereka

membentuk kompleks dengan besi. Sehingga hal ini dapat menyimpulkan bahwa

ketersediaan besi pada suatu jaringan dapat menentukan adanya yersiniosis.

Pemeriksaan pada hubungan yersiniae dan besi telah mengungkapkan bahwa

bakteri ini bekerja pada susunan luas dari proses untuk mendapatkan besi dari

sumber anorganik dan organik.

g. Fosfolipase

Beberapa spesies Y. enterocolitica yang diisolasi bersifat hemolitik karena adanya

produksi fosfolipase A (YplA). YplA disekresi oleh Y. enterocolitica melalui alat

pengeluaran tipe III yang digunakan sama untuk protein flagella.

h. Urease

Pada Y. enterocolitica, toleransi asam bergantung pada produksi urease yang

mengkatalisasi pelepasan ammonia dari urea dan memungkinkan bakteri untuk

bertahan pada pH paling rendah 2,5. Urease juga berkontribusi pada ketahanan

Y. enterocolitica di jaringan tubuh inang.

Plasmid Virulensi

Yersiniae yang membawa pYV memamerkan fenotip khusus disebut

“ketergantungan kalsium” atau “respon rendah kalsium”, karena hal ini

menunjukkan hanya ketika bakteri yang menghasilkan pYV tumbuh di media

dengan konsentrasi ion Ca2+ rendah. Ciri-ciri dasar dari respon ini adalah

penghentian pertumbuhan bakteri setelah generasi pertama atau kedua dan

kemunculan minimal 12 protein baru (Yops) pada permukaan bakteri.

Page 18: Yersinia Enterocolitica

Y. enterocolitica memproduksi enterotoxin (ST) yang dapat bertahan pada suhu

1000C selama 20 menit. Enterotoxin tersebut tidak terpengaruh oleh enzim-enzim

protease dan lipase,dan ia memiliki berat molekul 9,0 – 9,7 dalton, dan aktivitas

biologi akan berhenti atau hilang dengan adanya perlakuan menggunakan 2-

merkaptoetanol.

Dalam sebuah penelitian yang melakukan perlakuan isolasi Y.enterocolitica

terhadap 232 orang, 94% memproduksi enterotoxin, sedagkan 32% dari 44

didapatkan dari susu segar, dan 18% dari 55 diuji dari bahan pangan

menunjukkan enterotoxigenic.1

Tidak seluruhnya jenis dari Y. enterocolitica memproduksi ST, seperti yang telah

diujikan kepada serotype 0:3. Yop merupakan faktor virulen yang paling signifikan

bagi yersiniae.

Sekresi Yop dan Sekresi Apparatus Ysc

Membran dalam dan membran luar yang dimiliki bakteri gram negative merupakan

pembatas utama dalam ekspor protein. Masa sekresi digunakan untuk

menunjukkan transport aktif protein dari sitoplasma ke membran-membran ini.

Sekresi Yops berlangsung melalui jalur sekresi tipe III, di mana transpor protein

diatur oleh sebuah terminal amino yang berurutan. Meskipun berlawanan dari

ekspor protein melalui jalur umum atau jalur sekresi tipe II, jalur sekresi amino tipe

III tidak memiliki kemiripan satu sama lain dan tidak membelah selama proses

ekspor. Sifat lain dari sekresi tipe III yaitu adanya pendamping protein yang

terstruktur, yang mengikat protein secara spesifik dan memandu protein-protein

tersebut ke apparatus sambil melakukan pencegahan terjadinya interaksi yang

bersifat prematur terhadap protein lain. Pendamping protein untuk Yops

ditunjukkan oleh gen dengan kode yang berawalan Syc, seperti SycE ( untuk

YopE ), SycH (untuk YopH), SycD (untuk YopB dan YopD), SycN (untuk YopN),

dan SycT (untuk YopT).1 Pemberian kode pada gen-gen pendamping ini

dilokasikan pada pYV yang mendekati pada kecocokan gen yop tersebut.

Walaupun para pendamping tersebut berbagi homologi yang tidak signifikan satu

Page 19: Yersinia Enterocolitica

sama lain, seluruh pendamping Yop diidentifikasi sebagai protein berrmassa

molekul rendah, dengan C-terminalamphipathic α-helix.

Translokasi Yop

Jalur sekresi tipe III digunakan oleh bakteri untuk melakukan injeksi atau

translokasi protein ke dalam sitosol pada sel eukariotik dan melakukan

pathogenesis.

Transportasi Yops menuju sitosol sel host berlangsung dalam satu proses dari

bakteri yang terikat erat dengan sel host tersebut. Protein yang wajib dalam

translokasi yaitu YopB dan YopD, di mana keduanya memiliki ketahanan terhadap

sifat hidrofobik, sehingga membuat keduanya dapat berinteraksi secara langsung

dengan membrane sel host. YopB menyerupai anggota dari jenis racun RTX dan

dapat membentuk pori di dalam membrane plasma dari sel eukariotik. YopD

bekerja sama dengan YopB dan berperan dalam pembentukan pori. Protein lain

yang berkontribusi dalam proses translokasi yaitu YopQ.

Mekanisme Kerja dari Yops Efektor

YopE merupakan protein 25-kDa yang ditranslokasikan ke dalam sel host dan

berperan dalam kemampuan Y. enterocolitica melawan fagositosis. Injeksi mikro

secara langsung yang dilakukan terhadap YopE ke dalam sel mamalia

mengganggu atau menghancurkan mikrofilamen aktin dan menyebabkan

perubahan sitotoksik. YopE tidak bereaksi secara langsung dengan aktin.

YopT merupakan protein 35-kDa yang menggunakan suatu efek dari aktin-

mikrofilamen yang memiliki kesamaan dengan YopE. YopH , protein 51-kDa,

merupakan pemecah protein fosfat tyrosine yang kuat.1 Fosforilasi protein tyrosin

Page 20: Yersinia Enterocolitica

merupakan elemen dari sinyal transduksi di dalam sel host yang mempengaruhi

banyak proses fundamental, termasuk fagositosis, dan pembagian sel.

YopM yaitu protein 41-kDa yang mengandung satu urutan yang terdiri atas 12

struktur yang berulang, yang menyerupai motif leusin.1 Oleh karena itu, YopM

menunjukkan homologi yang lemah terhadap jumlah protein yang besar, termasuk

α-chain dari membrane glikoprotein (GP1b α). Walaupun YopM dapat mengikat

thrombin-in vitro, prinsip utama dalam mekanisme kerja tidak berhubungan

dengan kegiatan anti-trombin itu sendiri.

Komplikasi Sistim Imun

Meskipun sebagian besar mikroorganisme Yersiniosis menunjukkan gejala secara

spontan tanpa gejala jangka panjang, infeksi dengan Y. enterocolitica adalah

dapat menyebankan komplikasi pada imunologi, seperti arthritis reaktif, eritema

nodusum, uveitis, glomerulonefritis, karditis, dan tiroiditis, yang dapat menjadi

infeksi akut . Dalam hal ini, arthritis sering banyak diakui. Gejala infeksi jarang

terjadi pada anak sebelum usia 10 tahun dan terjadi paling sering pada negara-

negara Skandinavia, dimana serotipe O: 3 strain dan antigen leukosit manusia

HLA-B27 dapat berinteraksi baik. Pria dan wanita yang memiliki risiko yang sama.

Arthritis biasanya diikuti dengan timbulnya diare atau sindrom pseudoapendicular

sekitar 1 sampai 2 minggu, dengan kisaran dari 1 sampai 38 hari. Sendi yang

paling sering terlibat adalah lutut, pergelangan kaki, jari kaki, sendi tarsal, jari,

pergelangan tangan, dan siku. Cairan sinovial dalam sendi yang terkena berisi

sejumlah besar sel inflamasi, leukosit polimorfonuklear pada khususnya, dan

biasanya steril, meskipun umumnya mengandung antigen bakteri. Jangka waktu

arthritis biasanya kurang dari 3 bulan, dan prognosis jangka panjang dapat terjadi

kerusakan sendi. Meskipun beberapa penderita mungkin memiliki penyakit yang

menetap selama beberapa tahun. Banyak penderita artritis juga memiliki gejala-

gejala lain seperti uretritis, uveitis dan nodusum eritema.

Page 21: Yersinia Enterocolitica

Y. enterocolitica diinduksi oleh eritema nodosum terjadi terutama pada wanita dan

yang tidak terkait dengan HLA-B27.2 Komplikasi autoimun lain dari

mikroorganisme yersiniosis, adalah sindrom Reiter, uveitis, glomerulonefritis

proliferatif akut, radang usus besar kolagen, dan rematik yang mirip karditis, dan

sebagian besar penderita berasal dari negara-negara Skandinavia.

Mikroorganisme yersiniosis juga dikaitkan dengan berbagai gangguan tiroid,

termasuk Graves hipertiroid, gondok, dan tiroiditis Hashimoto. Walau peran

penyebab yersiniae tidak pasti, di Jepang Y. pseudotuberculosis telah terlibat

dalam penyebab penyakit Kawasaki.

Perantara

Infeksi dengan spesies Yersinia bersifat zoonosis. Subgroup Y. enterocolitica yang

umumnya terjadi pada manusia juga terjadi pada hewan lokal, sedangkan yang

jarang terjadi pada manusia umumnya berada hewan pengerat (rhodentia). Y.

enterocolitica dapat hidup di berbagai lingkungan dan ditemukan di saluran usus

dari banyak spesies mamalia yang berbeda, dan juga dari burung, katak, ikan,

lalat, kutu, kepiting, dan tiram.

Yang dapat menjadi tempat tumbuh berkembang biak Y. enterocolitica adalah

babi, sapi, domba, unggas dan produk susu, terutama susu, krim, dan es krim. Y.

enterocolitica juga dapat tumbuh dalam berbagai ekosistem darat dan air tawar,

termasuk tanah, vegetasi, danau, sungai, sumur dan mata air, terutama pada

suhu lingkungan yang rendah. Isolat lingkungan yang mempengaruhi banyaknya

Y. enterocolitica penanda virulensi bakteri dan memiliki signifikansi yang tidak

pasti untuk kesehatan manusia atau hewan.

Y. enterocolitica sudah tidak menginfeksi berbagai hewan liar dan ternak namun

babi adalah satu-satunya spesies hewan yang dapat terinfeksi Y. enterocolitica

dari biovar 4 serogrup O: 3 (varietas yang paling sering dikaitkan dengan penyakit

manusia). Babi juga dapat membawa Y. enterocolitica terutama dari serogrup O: 9

dan O: 5,27, di mana infeksi manusia sering terjadi. Di negara yang tinggi kejadian

yersiniosis pada manusia, Y. enterocolitica umumnya didapat dari babi di rumah

Page 22: Yersinia Enterocolitica

pemotongan hewan. Jaringan yang paling sering menjadi tempat infeksi Y.

enterocolitica adalah amandel. Jaringan lain yang sering menjadi tempat yersiniae

adalah lidah, sekum, rektum, tinja, usus dan jaringan limfoid. Y. enterocolitica

jarang ditemukan pada daging yang dijual dalam bentuk penjualan eceran, selain

dari lidah babi. Penelitian di Finlandia, 92% dari 51 buah bagian lidah dan 25%

dari 255 sampel daging sapi terkontaminasi Y.enterocolitica1

Beberapa hewan ternak peliharaan, terutama domba, sapi, dan rusa dapat

menderita gejala sebagai akibat dari infeksi Y. enterocolitica atau Y.

Pseudotuberculosis namun, kebanyakan kasus biovars dan serotipe bakteri ini

berbeda gejala untuk infeksi manusia. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya

transmisi bakteri tertentu antara hewan dan manusia. Sebaliknya, isolat individu Y.

enterocolitica dari babi dan manusia bisa dibedakan satu sama lain dalam hal

serotipe, biovar, fragmen restriksi panjang polimorfisme DNA kromosom dan

plasmid, dan determinan virulensi. Beberapa bukti bahwa babi adalah perantara

utama infeksi pada manusia ditunjukkan oleh studi epidemiologi yang

mengidentifikasi konsumsi daging babi mentah atau kurang matang sebagai faktor

risiko utama untuk akuisisi mikroorganisme yersiniosis. Infeksi juga terjadi setelah

memegang usus babi yang terkontaminasi saat mempersiapkan hidangan

makanan.

Hewan yang jarang terinfeksi dengan jenis 1B biovar Y. Enterocolitica masih

belum diketahui. Kejadian yang relatif rendah pada manusia yang disebabkan oleh

mikroorganisme yersiniosis, mengindikasikan kurangnya kontak yang efektif

antara perantara dan manusia walaupun virulensi mereka relatif tinggi. Sejak

yersiniae dari biovar ini adalah tikus, dapat disimpulkan bahwa tikus merupakan

perantara alami dari jenis tersebut.

Tabel Makanan yang terinfeksi dengan Y. enterocolitica2

Lokasi Waktu Jml. Kasus Serogrup Sumber

Kanada 1976, Apr 138 O:5,27 Susu belum dimasak

Page 23: Yersinia Enterocolitica

New York 1976, Sept 38 O:8 Coklat- susu dengan rasa

Jepang 1980, Apr 1,051 O:3 Susu

New York 1981, Jul 159 O:8 Susu bubuk, chow mein

Washington 1981, Dec 50 O:8 Tofu, sumber air

Pennsylvania 1982, Feb 16 O:8 Bean sprouts, well water

USA selatan 1982, Jun 172 O:13a,13b Susu (?)

Hungaria 1983, Dec 8 O:3 Pork cheese (saus)

Georgia, USA 1989, Nov 15 O:3 Pork chitterlings

USA utara 1995, Oct 10 O:8 Susu pasteurisasi

# (?) bakteri tidak terdapat dalam sumber

Wabah Melalui Makanan

Mengingat luasnya perkembangan Y. enterocolitica di alam bebas, dan

kemampuannya untuk membuat koloni pada makanan hewan, untuk bertahan

dalam hewan dan lingkungan, dan berkembang biak pada suhu pendinginan,

wabah mikroorganisme yersiniosis luar biasa mengejutkan. Wabah bawaan pada

makanan di mana sumber diidentifikasi telah ditelusuri pada susu. Y. enterocolitica

dengan cepat dihancurkan oleh pasteurisasi, dan karenanya, hasil infeksi

terutama dari konsumsi susu mentah atau susu yang terinfeksi setelah

pasteurisasi. Selama pertengahan 1970-an, dua wabah yang disebabkan oleh

mikroorganisme yersiniosis Y. enterocolitica O: 5,27 terjadi di antara 138 anak

sekolah Kanada yang telah mengkonsumsi susu mentah, tetapi organisme tidak

Page 24: Yersinia Enterocolitica

ditemukan dari sumber yang diperkirakan. Pada tahun 1976, serogrup O: 8 Y.

enterocolitica berperan dalam wabah di New York yang mengakibatkan 217 orang

menjadi korban, 38 di antaranya adalah culture positive. Sumber infeksi adalah

rasa coklat susu, yang terbukti menjadi tercemar setelah susu pasteurisasi.

Pada tahun 1981 wabah infeksi dengan Y. enterocolitica O: 8 mempengaruhi 35%

dari 455 orang di sebuah kamp diet di New York. Tujuh pasien dirawat di rumah

sakit akibat infeksi, lima di antaranya mengalami usus buntu. Sumber infeksi

tersebut larut pada susu bubuk dan / atau chow mein, yang mungkin menjadi

terkontaminasi selama persiapan oleh penyaji makanan yang telah terinfeksi.

Selama tahun 1982, 172 kasus infeksi Y. enterocolitica O: 13a, 13b terjadi di

daerah Mississippi. Sumber yang diduga adalah susu pasteurisasi, yang mungkin

telah terkontaminasi dengan kotoran babi selama transportasi.

Baru-baru ini, wabah infeksi Y. enterocolitica O: 3 mempengaruhi 15 bayi dan

anak di kota metropolitan di Atlanta. Dalam hal ini, bakteri masuk dari cemilan

untuk anak-anak yang terkena tangan penyaji makanan yang telah terinfeksi.

Makanan lain yang telah menyebabkan wabah mikroorganisme ini adalah

yersiniosis termasuk "pork cheese" tauge, dan tahu. Dalam wabah yang terkait

dengan tauge dan tahu, terkontaminasi pada mata air yang diduga merupakan

sumber kemungkinan yersiniae dapat masuk. Air juga merupakan sumber infeksi

diduga dalam kasus sporadis Y. bakteremia pada seorang pria 75 tahun di New

York dan wabah keluarga kecil di Ontario, Kanada. Beberapa wabah infeksi

bawaan makanan yang diduga karena Y. enterocolitica O: 3 juga telah dilaporkan

dari Amerika Serikat dan Jepang, tetapi lebih banyak kasus sumber wabah tidak

teridentifikasi.

Y.enterocolitica dalam Makanan

Mikroba ini diisolasi atau diperoleh dari hasil isolasi kue-kue, daging kemasan,

seafood, sayuran, susu, dan juga dari daging sapi, domba, dan babi. Dari

keseluruan, daging babi merupakan sumber utama dari jenis patogenik bagi

manusia.

Page 25: Yersinia Enterocolitica

Sindrom Gastroenteritis

Selain menyebabkan gastroenteritis, mikroba ini juga menyebabkan

pseudoappendicitis, arthritis, peritonitis, pembengkakan pada usus dan leher, dan

cholecystis. Gejala yang ditunjukkan dari sindrom gastroenteritis yaitu terlihat

setelah beberapa hari mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi Y.enterocolitica,

dan ditandai dengan sakit perut dan diare. Pada kontaminasi mikroba ini, anak-anak

lebih rentan dibandingkan dengan orang dewasa.

Gejala dari sindrom gastroenteritis mengembangkan beberapa hari

setelah menelan makanan yang terkontaminasi dan ditandai dengansakit perut

dan diare. Anak-anak tampaknya lebih rentan daripada orang dewasa,

dan organisme mungkin ada dalam tinja untuk 40 hari

setelah sakit. Berbagai keterlibatan sistemik dapat terjadisebagai akibat dari radang

lambung.

Mekanisme Patogenik

Y. enterocolitica merupakan bakteri patogen enterik invasif yang faktor

virulensinya telah menjadi subjek penyelidikan intensif. Tetapi tidak semua jenis Y.

enterocolitica mematikan. Jenis Y. enterocolitica biovars 1B, 2, 3, 4 dan 5 memiliki

banyak faktor virulensi interaktif, termasuk invasin kromosom dikodekan dan ca.

70-kb virulensi plasmid, disebut pYV (plasmid untuk virulensi Yersinia).2 Di

samping itu, jenis biovar 1B Y. enterocolitica membawa sifat patogen, yang

berhubungan dengan virulensi ditingkatkan untuk tikus dan mungkin manusia.

Semua pYVpembawa klon dari Y. enterocolitica memiliki kapasitas untuk

menyerang sel-sel epitel dalam jumlah besar secara in vitro, gejala yang

membedakan mereka dari klon yang tidak membawa pYV. Bagaimanapun hal ini

Page 26: Yersinia Enterocolitica

adalah sesuatu yang mengejutkan, at fenotipe invasif tidak ditentukan oleh gen

dalam pYV dan maksimal ditunjukkan oleh bakteri yang pYV.

Sampai saat ini, jenis pYV-negatif Y. enterocolitica yang sebagian besar masuk

kedalam biovar 1A, dianggap sebagai virulen karena mereka tidak pernah

membawa pYV atau yang lain baik ditandai virulensi gen yang terkait dengan

spesies. Saat ini terdapat bukti epidemiologi persuasif yang menunjukkan bahwa

setidaknya beberapa jenis dapat menyebabkan gejala gastrointestinal secara

klinis tidak dapat dibedakan dari orang-orang karena pembawa jenis pYV. Hal ini

didukung oleh hasil laboratorium yang jenis biovar 1A terbagi dalam dua kategori,

termasuk satu yang terdiri dari strain diperoleh dari gejala pasien yang memiliki

kemampuan untuk menembus sel ephitelial dalam jumlah cukup dan untuk

menolak pembunuhan oleh makrofag sampai batas secara signifikan lebih besar

dari 1A biovar strain diperoleh dari sumber nonclinical. Karena mekanisme jenis

biovar 1A menyebabkan penyakit yang tidak diketahui kejelasannya, sisa bagian

ini akan fokus terutama pada faktor virulensi dari patogen klasik, yaitu

pYVpembawa, strain yang sangat invasif dari Y. enterocolitica.

Perubahan Patologis

Pemeriksaan spesimen bedah dari pasien dengan mikroorganisme yersiniosis

menunjukkan bahwa Y. enterocolitica merupakan patogen invasif yang

menampilkan tropisme untuk jaringan limfoid. Ileum distal contohnya merupakan

organ usus yang banyak terdapat jaringan limfoid, dapat berisiko terkena infeksi,

meskipun daerah yang berdekatan dari usus dan kelenjar getah bening mesentric

juga sering terlibat.

Sebagai penyelidikan, sebagian besar informasi mengenai patogenesis

mikroorganisme ini adalah Yersiniosis in vivo telah diperoleh dari model hewan,

khususnya pada tikus dan kelinci. Meskipun hewan-hewan ini tidak host alami dari

Page 27: Yersinia Enterocolitica

serotipe Y. enterocolitica yang biasanya menginfeksi manusia, mereka telah

memberikan informasi penting ke dalam patogenesis kemungkinan penyakit

manusia. Beberapa data yang berasal dari studi hewan harus diinterpretasikan

dengan hati-hati, terutama di mana kematian digunakan sebagai akhir dari titik

infeksi, pemelihara ini bukan hasil yang umum infeksi manusia.

Setelah inokulasi oral tikus dengan strain virulen serogrup O:, 8 biovar 1B,

sebagian besar bakteri tetap dalam lumen usus, sementara sejumlah kecil

melekat pada epitel mukosa, tidak memiliki preferensi khusus untuk semua jenis

sel. Namun, invasi epitel terjadi hampir secara eksklusif melalui sel-sel M. Ini

adalah sel ephitelial khusus yang menimpa folikel limfoid usus (patch Peyer), di

mana mereka berperan utama dalam pengambilan sampel antigen. Studi

eksperimental kelinci dan babi telah terinfeksi mengungkapkan bahwa setelah

menembus epitel, Y. enterocolitica melintasi membran basement untuk mencapai

jaringan limfoid terkait usus dan lamina propia, dimana hal itu menyebabkan

kerusakan jaringan lokal.

Page 28: Yersinia Enterocolitica

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Y. enterocolitica adalah pathogen perusak makanan yang memiliki kemampuan

untuk beradaptasi dengan berbagai lingkungan, baik di dalam dan di luar host

mamalia. Y. enterocolitica biasanya mengakses hostnya melalui makanan atau

cairan yang telah berkembang menjadi fase dia pada suhu kamar.

Page 29: Yersinia Enterocolitica

DAFTAR PUSTAKA

1. James M. Jay, Martin J. Loessner, David A Golden. Modern Food

Microbiology. 7th edition. Science+Buiness Media, inc; 2005: 664-669

2. Michael P Doyle, Larry R. Beuchat, Thomas J. Montville. Food microbiology-

fundamentals and frontiers. 2nd ed. ASM Press; 2001: 215-236