xeroftalmia1 split 1

29
XEROFTALMIA 1 BAB 1 PENDAHULUAN Kornea mata adalah bagian mata yang vital. Kornea mata meneruskan dan membiaskan cahaya yang akan masuk ke mata sehingga kornea yang jernih dan sehat merupakan sarat untuk terjadinya pembiasan cahaya yang sempurna ke retina. Kelainan pada kornea erat kaitannya dengan asupan nutrisi. Vitamin A merupakan vitamin yang berperan untuk menjaga kesehatan kornea. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan Xeroftalmia. Xeroftalmia adalah keadaan kekeringan pada kornea mata. Sebelum terdeteksi menderita xeropthalmia, biasanya penderita akan mengalami buta senja. Gejala xeropthalmia terlihat pada kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata. Kekeringan berlarut-larut menyebabkan konjungtiva menebal, berlipat-lipat, dan berkerut. Selanjutnya pada konjungtiva akan tampak bercak putih seperti busa sabun (bercak Bitot). Kemudian, kornea akan melunak dan terjadi luka (tukak kornea). Jika kornea telah putih atau bola mata mengempis terjadi kebutaan permanen yang tak bisa dipulihkan lagi. Xeroftalmia disebabkan oleh kekurangan vitamin A yang dipicu oleh kondisi gizi kurang atau buruk, berat badan lahir rendah, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) serta anemia gizi ibu hamil. Kelompok rentan xeroftalmia adalah anak dari keluarga miskin, anak di pengungsian, anak di daerah yang pangan sumber vitamin A kurang, anak kurang gizi atau lahir dengan berat badan rendah, anak yang sering menderita penyakit infeksi (campak, diare, tuberkulosis, pneumonia) serta cacingan serta anak yang tidak mendapat imunisasi serta kapsul vitamin A dosis tinggi.

Upload: jeanyanty-yoesteyn-djaranjoera

Post on 10-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Xeroftalmia1 Split 1

TRANSCRIPT

Page 1: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 1

BAB 1

PENDAHULUAN

Kornea mata adalah bagian mata yang vital. Kornea mata meneruskan dan

membiaskan cahaya yang akan masuk ke mata sehingga kornea yang jernih dan sehat

merupakan sarat untuk terjadinya pembiasan cahaya yang sempurna ke retina. Kelainan pada

kornea erat kaitannya dengan asupan nutrisi. Vitamin A merupakan vitamin yang berperan

untuk menjaga kesehatan kornea. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan Xeroftalmia.

Xeroftalmia adalah keadaan kekeringan pada kornea mata. Sebelum terdeteksi menderita

xeropthalmia, biasanya penderita akan mengalami buta senja. Gejala xeropthalmia terlihat

pada kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.

Kekeringan berlarut-larut menyebabkan konjungtiva menebal, berlipat-lipat, dan berkerut.

Selanjutnya pada konjungtiva akan tampak bercak putih seperti busa sabun (bercak Bitot).

Kemudian, kornea akan melunak dan terjadi luka (tukak kornea). Jika kornea telah putih atau

bola mata mengempis terjadi kebutaan permanen yang tak bisa dipulihkan lagi.

Xeroftalmia disebabkan oleh kekurangan vitamin A yang dipicu oleh kondisi gizi

kurang atau buruk, berat badan lahir rendah, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) serta

anemia gizi ibu hamil. Kelompok rentan xeroftalmia adalah anak dari keluarga miskin, anak

di pengungsian, anak di daerah yang pangan sumber vitamin A kurang, anak kurang gizi atau

lahir dengan berat badan rendah, anak yang sering menderita penyakit infeksi (campak, diare,

tuberkulosis, pneumonia) serta cacingan serta anak yang tidak mendapat imunisasi serta

kapsul vitamin A dosis tinggi.

Page 2: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 2

Penyebab utama kekurangan vitamin A adalah asupan zat gizi vitamin A (preformed

retinol) atau prekursor vitamin A yang tidak mencakupi, peningkatan kebutuhan vitamin A

(pada kondisi fisiologis dan patologis tertentu) dan gangguan penyerapan. Hal lain misalnya

karena konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau pro-vitamin A

untuk jangka waktu yang lama, bayi tidak diberikan ASI Eksklusif, menu tidak seimbang

(kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk

penyerapan vitamin A, gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A (misal pada

penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, KEP dan kerusakan hati) yang

menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre-albumin yang

penting untuk penyerapan vitamin A serta tingginya angka infeksi pada anak

(gastroenteritis/diare).

Defisiensi vitamin A awalnya merupakan ancaman yang tidak kelihatan, yang apabila

tidak ditangani dapat menyebabkan hilangnya penglihatan seseorang terutama pada anak-

anak. Dampak selanjutnya adalah ketika mereka tidak lagi bisa melihat pada cahaya yang

suram dan akan menderita penyakit yang disebut night blindness (buta senja) atau

xerophthalmia. Apabila tidak ditangani, konjungtiva dan kornea mata menjadi kuning

kemudian muncul jaringan parut pada kornea dan selanjutnya berakibat pada kebutaan yang

permanen.

Page 3: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 3

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Kornea

Xeroftalmia adalah kekeringan pada selaput bening (kornea) sehingga penting untuk

mengetahui anatomi dari kornea mata. Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya

sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,

lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata

mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm

dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel

(yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran

Descement, dan lapisan endotel.

Gambar 2.1 Anatomi mata

Page 4: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 4

Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa

cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu

sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga

penderita akan melihat halo.(1)

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

1. Lapisan epitel

Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang

tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan

menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal

berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui

desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan

glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi

gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang

tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

Page 5: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 5

3. Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang

lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat

kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama

yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang

merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit

membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau

sesudah trauma.

4. Membran Descement

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40µm.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel

melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.(2)

Gambar 2.2 Kornea Cross

Section

Page 6: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 6

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar

longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam

stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus

Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di

daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-

pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat

oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya

seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.

2.2 Definisi Xeroftalmia

Kata Xeroftalmia ( bahasa latin ) berarti “mata kering”, karena terjadi kekeringan

pada selaput lendir ( konjungtiva) dan selaput bening ( kornea) mata. Xeroftalmia adalah

istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada mata, termasuk terjadinya

kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang berakibat kebutaan.(3, 4)

2.3 Epidemiologi

Sampai dengan tahun 1950, terdapat banyak laporan endemik xeroftalmia terutama

di negara berkembang seperti India dan Indonesia. Berdasarkan hasil survey WHO tahun

1994 jumlah penderita xeroftalmia di seluruh dunia pada anak-anak usia 0-4 tahun sebesar

2,8 juta dan angka kejadian subklinis mencapai 251 juta. Angka kejadian xeroftalmia akibat

defisiensi vitamin A diperkirakan sekitar 20.000 – 100.000 kasus baru di seluruh dunia per

tahunnya. Menurut survey nasional xeroftalmia tahun 1992, prevalensi xeroftalmia nasional

adalah 0,33%. Di samping itu, juga dijumpai 50% dari anak balita memiliki kadar vitamin A

yang rendah (< 20 µg/dL).

Page 7: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 7

Angka kejadian ini semakin meningkat sejalan dengan ditemukannya berbagai faktor

yang dapat mencetuskan terjadinya xeroftalmia. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

a) Umur

Xeroftalmia paling sering ditemukan pada anak-anak usia pra-sekolah, hal ini

berhubungan dengan kebutuhan vitamin A yang tinggi untuk pertumbuhan. Di samping

itu, anak-anak usia ini sangat rentan oleh infeksi parasit dan bakteri usus yang dapat

mengganggu penyerapan vitamin A di usus.

b) Jenis Kelamin

Beberapa penelitian menyatakan bahwa laki-laki 1,2 – 10 kali lebih rentan untuk

menderita xeroftalmia.

c) Status Fisiologis

Wanita hamil dan wanita menyusui cenderung menderita buta senja atau Bitot’s Spots

karena meningkatnya kebutuhan akan vitamin A. Anak-anak usia sekolah juga memiliki

kecenderungan ini karena tingginya kebutuhan vitamin A untuk pertumbuhan

(adolescent growth spurt).

d) Status Gizi

Xeroftalmia sering kali berhubungan atau didapatkan bersama-sama dengan kondisi

malnutrisi (Kurang Energi Protein).

e) Penyakit Infeksi

Penyakit-penyakit yang mengganggu pencernaan, pengangkutan, penyimpanan,

pengikatan metabolisme vitamin A, dapat menimbulkan manifestasi defisiensi vitamin

A. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk menerangkan penurunan kadar vitamin A

Page 8: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 8

selama demam dan infeksi, yaitu asupan yang rendah karena sakit (anoreksia), gangguan

absorpsi karena infeksi pada usus, supresi síntesis albumin dan RBP (retinol binding

protein) oleh hepatosit, peningkatan katabolisma protein, termasuk RBP.

f) Faktor-faktor yang lain

Keadaan yang kurang menguntungkan adalah jumlah keluarga yang besar, rendahnya

pendidikan kepala keluarga, sanitasi yang buruk, serta sosial ekonomi yang rendah.

2.4 Etiologi

Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari konsumsi

sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh : (5)

Konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin A

untuk jangka waktu yang lama

Bayi tidak diberkan ASI eksklusif

Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi

lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A

dalam tubuh.

Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada penyakit-

penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang energi protein ( KEP )

dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat.

Adanya kerusakan hati, seperti pda kwashiorkor dan hepatitis kronik, menyebabkan

gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre albumin yang penting

untuk penyerapan vitamin A.

Page 9: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 9

2.5 Patofisiologi

2.5.1 Metabolisme Vitamin A

Vitamin A dalam bentuk aktif berupa asam retinoat. Sedangkan secara alami sumber

vitamin A didapatkan dari hewani dalam bentuk pro-vitamin A dan dari tumbuhan dalam

bentuk beta karoten. Dikenal tiga macam karoten yaitu α, β, dan γ-karoten. β-karoten memilki

aktivitas yang paling tinggi. Proses pembentukan vitamin A dari sumber hewani dan

tumbuhan menjadi bentuk aktif (asam retinoat) dapat diuraikan sebagai berikut :

Absorbsi pro-vitamin A dan karoten di dinding usus halus, kemudian diubah menjadi

retinol

Retinol diangkut ke dalam hepar oleh kilomikron, kemudian di dalam parenkim hati

sebagian dari retinol akan diesterifikasi menjadi retinil-palmitat dan disimpan dalam

sel stelat. Sebagian lagi akan berikatan dengan Retinol Binding Protein (RBP) dan

protein lain yang disebut trasthyretin untuk dibawa ke target sel

Pada target sel, retinol akan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada membran

sel (RBP receptor) kemudian di dalam sel berikatan dengan retinol binding protein

intraseluler, yang akan diubah menjadi asam retinoat oleh enzim spesifik

Asam retinoat selanjutnya akan memasuki inti sel dan berikatan dengan reseptor pada

inti. Asam retinoat ini berperan dalam transkripsi gen.

Fungsi vitamin A antara lain :

a. Penglihatan

b. Integritas sel

c. Respon imun

Page 10: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 10

d. Hemopoiesis

e. Fertilitas

f. Embriogenesis

Kadar vitamin A dan retina binding protein (RBP) dalam darah dapat ditentukan

dengan menggunakan metode kromatografi cair tekanan tinggi (high pressure liquid

chromatography/ HLPC). Metode ini cukup akurat dan cepat. Nilai Vitamin A dalam plasma

adalah 0,7 μmol/l (50 μg/l) sering didapatkan pada orang dewasa yang sehat, tidak ada

batasan yang jelas tentang berapa nilai yang mengidentifikasikan seseorang mengalami

hipervitaminosis, tetapi kemungkinan diatas 3,5 μmol/l (100 μg/l). Pembagian tingkat status

vitamin A berdasarkan kadar vitamin A darah adalah : (6)

- < 10 μg/l indikasi kekurangan vitamin A

- 10-19 μg/l disebut rendah

- 20-50 μg/l disebut cukup

- > 50 μg/l disebut tinggi

2.5.2 Fisiologi penglihatan yang berhubungan dengan vitamin A

Salah satu fungsi dari vitamin A adalah berperan dalam proses penglihatan, dimana

retina merupakan salah satu target sel dari retinol. Retinol yang telah berikatan dengan RBP

akan ditangkap oleh reseptor pada sel pigmen epitel retina, yang akan dibawa ke sel-sel

fotoreseptor untuk pembentukan rodopsin. Rodopsin ini sangat berperan terutama untuk

penglihatan pada cahaya redup. Karena itu tanda dini dari defisiensi vitamin A adalah rabun

senja.

2.5.3 Fungsi vitamin A yang berhubungan dengan integritas sel dan respon imun

Page 11: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 11

Sejak tahun 1920an, telah diketahui adanya hubungan antara defisiensi vitamin A

dengan perubahan fungsi sistem imun. Perubahan-perubahan ini termasuk gangguan fungsi

barrier seperti metaplasia sel gepeng dan keratinisasi jaringan epitel yang biasanya

mensekresi mukus yang terdapat di konjungtiva dan di sistem respirasi dan genitourinari.

Selain itu, defisiensi vitamin A juga berkaitan dengan gangguan pembentukan respons

antibodi terhadap sebagian antigen. Secara khusus, defisiensi vitamin A berkaitan dengan

penurunan dalam respons antibodi yang sel T dependen dan sel T independen tipe 2.

Defisiensi vitamin A juga mengganggu berbagai subkelas respons imun seluler yang lain,

seperti sitotoksisitas yang dimediasi sel NK (natural killer) dan trasnformasi blastogenik

limfosit.

2.5.4 Beberapa kelainan yang menyebabkan defisiensi vitamin A

Gangguan absorbsi karoten karena defisiensi Zn, α dan β lipoproteinemia

Beberapa penyakit salurtan cerna yang mempengaruhi absorbsi lemak juga akan

mempengaruhi absorbsi vitamin A, karena vitamin A adalah vitamin yang larut dalam

lemak, contoh insufisiensi pankreas, cholestasis, operasi bypass usus kecil,

Inflamatory Bowel Disease.

Pecandu alkohol akan terjadi gangguan dalam metabolisme vitamin A. Pada

pencandu alkohol ini afinitas alcohol dehidrogenase pada etanol akan menghalangi

konversi retinol menjadi asam retinoat

Penyakit hati yang kronis, terutama sirosis akan menyebabkan defisiensi vitamin A

karena adanya gangguan pada proses transportasi dan penyimpanan

Page 12: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 12

2.6 Tanda dan Gejala Klinis

Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan

epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain, akan

tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada mata. Kelainan kulit pada

umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kulit

tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena KVA

dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B

atau kurang energi protein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk. Gejala klinis pada mata akan

timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih

cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.

Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut WHO/USAID

UNICEF/HKI/IVACG, 1996 sebagai berikut : (7,8)

XN : buta senja ( hemeralopia, nyctalopia )

XIA : xerosis konjungtiva

XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot

X2 : xerosis kornea

X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea

X3B : keratomalasia atau ulserasi kornea sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea

XS : jaringan parut kornea ( sikatriks/scar)

XF : fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti cendol.

Page 13: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 13

XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan yang

baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati karena

dalam beberapa hari bisa berubah menjadi X3.

X3A dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan

dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan ) pada kornea cukup luas sehingga

menutupi seluruh kornea ( optic zone cornea ).

2.6.1 Buta Senja

Gambar 2.3 Buta Senja

Buta senja merupakan gejala awal dan tersering pada defisiensi vitamin A,

merupakan akibat dari disfungsi fotoreseptor sel batang pada retina, dengan gejala kesulitan

melihat pada sinar redup. Penilaian dilakukan dengan adanya riwayat kesulitan melihat pada

sore hari. Untuk mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan cara :

Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/menabrak benda

didepannya, karena tidak dapat melihat.

Page 14: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 14

Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut buta senja.

Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila didudukkan ditempat kurang

cahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan di depannya.

Kelompok risiko tinggi buta senja adalah usia prasekolah (>1 tahun) dan wanita

hamil. Riwayat buta senja pada ibu hamil didapatkan pada akhir masa kehamilan sampai 3

tahun setelah melahirkan. Prevalensi xeroftalmi ditemukan sebesar 1% pada anak <1 tahun

dan 5% pada ibu hamil. Buta senja pada anak biasanya berespon baik pada 48 jam dengan

pemberian terapi standar 200.000 IU vitamin A peroral. Rekomendasi pemberian vitamin A

pada wanita hamil sebesar 10.000 IU perhari atau 25.000 IU perminggu peroral selama 4

minggu atau lebih, dengan maksud meminimalisasi toksisitas yang dapat terjadi pada fetus.

2.6.2 Xerosis Konjungtiva

Xerosis konjungtiva, menunjukkan suatu awal metaplasia keratinisasi pada epitel

dengan hilangnya sel-sel goblet penghasil mukus. Lesi tidak mempengaruhi tajam

penglihatan.

Tanda – tanda :

Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit berkeriput,

dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.

Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna kecoklatan.

Page 15: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 15

Gambar 2.4 Xerosis konjungtiva

2.6.3 Xerosis konjungtiva dan bercak bitot

Xerosis yang lebih lanjut dapat menyebabkan bercak bitot (X1B), yang tersusun dari

kumpulan deskuamasi keratin epitel. Bercak bitot dapat berupa gelembung, atau seperti busa

sabun, hampir selalu bilateral dan daerah temporal. Lesi di daerah nasal menunjukkan

defisiensi yang lebih lanjut.

Dalam keadaan lebih berat :

Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva

Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut

Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik

Standar terapi dengan vitamin A 200.000 IU pada 2 hari berturut-turut memberikan

respon klinis dalam beberapa hari, walaupun pengobatan masih diperlukan beberapa minggu

sampai beberapa bulan.

Page 16: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 16

Gambar 2.5 Bercak bitot

2.6.4 Xerosis Kornea

Xerosis kornea (X2) merupakan keadaan gawat darurat medis, tampak bilateral,

granular, berkabut dan tidak bercahaya, pada pemeriksaan dengan senter gambarannya

seperti kulit jeruk. Edema stroma merupakan keadaan yang sering ditemukan pada xerosis

kornea. Penebalan plak keratinisasi dapat ditemukan pada permukaan kornea, biasanya

didaerah interpalpebra. Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita

penyakit infksi dan sistemik lain). Xerosis kornea dapat berkembang cepat menjadi ulkus dan

keratomalasia bila tidak diterapi dengan vitamin A dan terapi suportif lainnya.

Gambar 2.6 Xerosis Kornea

Page 17: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 17

2.6.5 Ulkus Kornea atau Keratomalasia

Ulkus kornea (X3A), gambarannya kecil, oval, defek bergaung, sering pada daerah

inferior, perifer permukaan kornea, disertai injeksi konjungtiva, kadang ada hipopion. Ulkus

dapat dangkal atau dalam, menyebabkan perforasi. Terapi vitamin A berespon baik,

perbaikan kornea disertai jaringan parut atau lekoma adheren.

Keratomalasia (perlunakan kornea) mencakup seluruh permukaan kornea, lesi

berwarna kuning keabuan. Biasanya satu mata lebih berat dari yang lainnya. Xeroftalmia

kornea aktif pada kedua mata jarang terjadi. Terapi keratomalasia dan ulkus kornea yang

kurang dari ⅓ permukaan kornea biasanya menyebabkan perforasi. Kadangkala mata

menonjol tetapi tidak preforasi, menyebabkan stafiloma. Vitamin A dan terapi suportif dapat

menghindari kerusakan lebih berat.

Gambar 2.7 X3A Gambar 2.8 X3B

Page 18: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 18

2.6.6 Sikatriks Kornea

Sikatriks kornea (XS) adalah konsekuensi kebutaan yang disebabkan oleh perbaikan

ulkus dan keratomalasia. Parut kornea akibat defisiensi vitamin A harus dibedakan dengan

parut kornea akibat penyebab lain seperti trauma atau infeksi dengan menganalisa secara

cermat pada riwayat pasien atau orangtuanya.

Kornea tampak menjadi putih atau bola mata mengecil. Penderita menjadi buta yang

sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.

Gambar 2.9 Sikatriks kornea

2.6.7 Fundus Xeroftalmia

Fundus xeroftalmia adalah defisiensi vitamin A yang berkepanjangan dimana terjadi

gangguan fungsi sel batang karena rusaknya struktur retina. Bila ditemukan fundus

xeroftalmia, maka akan terjadi kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Dengan

opthalmoscope pada fundus tampak gambar seperti cendol.

Page 19: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 19

Gambar 2.10 Fundus Xeroftalmia

2.7 Diagnosis

Penegakan diagnosis Xeroftalmia ditentukan dengan melakukan pemeriksaan yang

menyeluruh mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang jika

diperlukan.

2.7.1 Anamnesis

Tujuan dalam melakukan anamnesis adalah untuk mengetahui faktor risiko tinggi

yang menyebabkan anak rentan menderita xeroftalmia, terdiri dari:

Identitas penderita

Nama anak

Umur anak

Jenis kelamin

Jumlah anak dalam keluarga

Jumlah anak balita dalam keluarga

Anak ke berapa

Berat lahir : Normal/BBLR

Page 20: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 20

Identitas Orangtua

Nama ayah/ibu

Alamat/tempat tinggal

Pendidikan

Pekerjaan

Status perkawinan

Keluhan penderita

a. Keluhan utama

Ibu mengeluhkan anaknya tidak bisa melihat pada sore hari (buta senja ) atau

ada kelainan dengan matanya.

b. Keluhan tambahan

Tanyakan keluhan lain pada mata tersebut dan kapan terjadinya ?

Upaya apa yang telah dilakukan untuk pengobatannya ?

Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya

- Apakah pernah menderita campak dalam waktu < 3 bulan ?

- Apakah anak sering mendrita diare da atau ISPA ?

- Apakah anak pernah menderita pneumonia ?

- Apakah anak pernah menderita infeksi cacingan ?

- Apakah anak pernah menderita Tuberculosis ?

Page 21: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 21

Kontak dengan pelayanan kesehatan

Tanyakan apakah anak ditimbang secara teratur mendapatkan imunisasi, mendapat

suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dan memeriksakan kesehatan baik di posyandu

atau puskesmas.

Riwayat pola makan anak

- Apakah anak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan ?

- Apakah anak mendapatkan MP-ASI setelah umur 6 bulan ?

- Sebutkan jenis dan frekuensi pemberiannya

- Bagaimana cara memberikan makan kepada anak : Sendiri/Disuapi

2.7.2 Pemeriksaan fisik

Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala klinis dan menentukan

diagnosis serta pengobatannya, terdiri dari :

2.7.2.1 Pemeriksaan umum

Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait langsung

maupun tidak langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti gizi buruk, penyakit infeksi,

dan kelainan fungsi hati.

Yang terdiri dari :

Antropometri (pengukuran berat badan dan tinggi badan)

Penilaian Status gizi

Periksa matanya apakah ada tanda-tanda xeroftalmia.

Kelainan pada kulit (kering, bersisik)

2.7.2.2 Pemeriksaan Khusus

Page 22: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 22

Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan senter

yang terang. (Bila ada, menggunakan loop.)

Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)

Apakah ada bercak bitot (X1B), Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea (X2)

Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3A/X3B)

Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)

Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi dengan opthalmoscope (XF).

2.7.3 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa kekurangan

vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas KVA, namun hasil

pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut risiko tinggi untuk menderita KVA.

Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila ditemukan serum

retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA sub klinis.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam membantu penegakan diagnosa

Xeroftalmia adalah :

Dark adaptometri (tes adaptasi gelap)

Rod scotometri

Elektroretinografi

Conjunctival impression citology (CIC)

Pemerikasaan kadar serum retinol atau Serum Retinol Binding Protein

2.8 Penatalaksanaan

2.8.1 Jadwal dan dosis pemberian kapsul vitamin A pada anak penderita Xeroftalmia(9)

Page 23: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 23

Tabel 1 Jadwal dan dosis pemberian kapsul vitamin A

2.8.2 Pemberian Obat Mata

Pada bercak Bitot tidak memerlukan obat tetes mata, kecuali ada infeksi yang

menyertainya. Obat tetes / salep mata antibiotik tanpa kortikosteroid ( tetrasiklin 1%,

Kloramfenikol 0.25-1% dan gentamisin 0.3%) diberikan pada penderita X2,X3A,X3B

dengan dosis 4 x 1 tetes/hari dan berikan juga tetes mata atropin 1% 3 x 1 tetes/hari.

Pengobatan dilakukan sekurang-kurangnya 7 hari sampai semua gejala pada mata

menghilang. Mata yang terganggu harus ditutup dengan kasa selama 3-5 hari hingga

peradangan dan iritasi mereda. Gunakan kasa yang telah dicelupkan kedalam larutan NaCl

0,26 dan gantilah kasa setiap kali dilakukan pengobatan. Lakukan tindakan pemeriksaan dan

Page 24: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 24

pengobatan dengan sangat berhati-hati. Selalu mencuci tangan pada saat mengobati mata

untuk menghindari infeksi sekunder, Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk mendapat

pengobatan lebih lanjut.

2.8.3 Terapi Gizi Medis

Terapi Gizi Medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan kondisi atau

penyakit kronis dan luka-luka serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai

intervensi yang diberikan agar klien serta keluarganya dapat meneruskan penanganan diet

yang telah disusun. Tujuannya yaitu memberikan makanan yang adekuat sesuai kebutuhan

untuk mencapai status gizi normal dan memberikan makanan tinggi sumber vit. A. untuk

mengoreksi kurang vitamin A.

Syarat :

Energi

Energi diberikan cukup untuk mencegah pemecahan protein menjadi sumber energi

dan untuk penyembuhan. Pada kasus gizi buruk, diberikan bertahap mengikuti fase

stabilisasi, transisi dan rehabilitasi, yaitu 80-100 kalori/kg BB, 150 kalori/ kg BB dan 200

kalori/ kg BB.

Protein

Protein diberikan tinggi, mengingat peranannya dalam pembentukan Retinol Binding

Protein dan Rodopsin. Pada gizi buruk diberikan bertahap yaitu : 1 - 1,5 gram/ kg BB / hari

; 2 - 3 gram/ kg BB / hari dan 3 - 4 gram/ kg BB / hari.

Page 25: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 25

Lemak

Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal. Pemberian minyak

kelapa yang kaya akan asam lemak rantai sedang (MCT=Medium Chain Tryglycerides).

Penggunaan minyak kelapa sawit yang berwarna merah dianjurkan, tetapi rasanya kurang

enak.

Vitamin A

Diberikan tinggi untuk mengoreksi defisiensi. Sumber vitamin A yaitu ikan, hati,

susu, telur terutama kuning telur, sayuran hijau (bayam, daun singkong, daun katuk,

kangkung), buah berwarna merah, kuning, jingga (pepaya, mangga dan pisang raja ), waluh

kuning, ubi jalar kuning, Jagung kuning.

Bentuk makanan

Mengingat kemungkinan kondisi sel epitel saluran cerna juga telah mengalami

gangguan, maka bentuk makanan diupayakan mudah cerna.

2.8.4 Pengobatan penyakit infeksi atau sistemik yang menyertai

Anak-anak yang menderita xeroftalmia biasanya disertai penyakit berat antara lain:

infeksi saluran nafas, pnemonia, campak, cacingan, tuberkulosis (TBC),diare dan mungkin

dehidrasi. Untuk semua kasus ini diberikan terapi disesuaikan dengan penyakit yang diderita.

2.8.5 Pemantauan dan Respon Pengobatan dengan kapsul vitamin A

XN : Reaksi pengobatan terlihat dalam 1-2 hari setelah diberikan kapsul

vitamin A

XIA & XIB : Tampak perbaikan dalam 2-3 hari, dan gejala-gejala menghilang

dalam waktu 2 minggu

Page 26: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 26

X2 : Tampak perbaikan dalam 2-5 hari, dan gejala-gejala menghilang

dalam waktu 2-3 minggu

X3A & X3B: Penyembuhan lama dan meninggalkan cacat mata. Pada tahap ini

penderita harus berkonsultasi ke dokter spesialis mata Rumah

Sakit/BKMM agar tidak terjadi kebutaan

2.8.6 Rujukan

Segera dirujuk ke puskesmas bila ditemukan tanda-tanda kelainan XN, X1A, X1B,

X2

Segera dirujuk ke dokter Rumah Sakit/ Spesialis Mata/BKMM bila ditemukan tanda-

tanda kelainan mata X3A, X3B, XS

Gambar 11. Alur rujukan

Page 27: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 27

2.9 Pencegahan

Xeroftalmia dapat dicegah dengan:

Mengenal wilayah yang berisiko mengalami xeroftalmia (faktor sosial budaya dan

lingkungan dan pelayanan kesehatan, faktor keluarga dan faktor individu)

Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini

Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara periodik, yaitu untuk

bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus (100.000 SI), untuk

anak balita diberikan enam bulan sekali secara serentak pada bulan Februari dan

Agustus dengan dosis 200.000 SI.

Mengobati penyakit penyebab atau penyerta

Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk

Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A / provitamin A secara

terus menerus.

Memberikan ASI eksklusif

Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari) 200.000 SI

Melakukan imunisasi dasar pada setiap bayi.

Agar xeroftalmia tidak terjadi ulang diperlukan penyuluhan untuk masyarakat dan

keluarga, karena kejadian xeroftalmia tidak lepas dari lingkungan, keadaan sosial ekonomi,

pendidikan dan pengetahuan orang tua (terutama ibu). Beberapa kegiatan yang dapat

dilakukan sehubungan dengan hal tersebut diatas adalah :

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) atau Promosi

Suplementasi vitamin A

Page 28: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 28

Tabel 2. Suplementasi vitamin A

Fortifikasi

- Penambahan vitamin A pada beberapa jenis makanan yang secara alami kandungan

vitamin A-nya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh per harinya contohnya

gandum, beras, teh, margarin

- Ditambahkan juga mikronutrien seperti preparat besi dan seng yang membantu

absorbsi vitamin A

2.10 Prognosis

Prognosis pada stadium XN, X1A, X1B, dan X2 adalah baik, dengan syarat :

Pengobatan harus dilakukan secara dini

Pengobatan harus dilakukan dengan tepat

Sedangkan pada stadium yang lebih lanjut dimana telah terjadi kerusakan kornea dan

dapat menyebabkan kebutaan yang tidak dapat disembuhkan lagi, maka prognosisnya buruk.

Bayi berumur 6-11 bulan Tiap 3-6 bulan diberikan vitamin A

secara oral dengan dosis 100.000 IU

Anak 1-6 tahun Tiap 3-6 bulan diberikan vitamin A

secara oral dengan dosis 200.000 IU

Wanita menyusui Diberikan secara oral dosis tunggal

sebanyak 200.000 IU dengan waktu

pemberian :

Saat bersalin

8 minggu pertama setelah persalinan

pada wanita yang menyusui

6 minggu pertama setelah persalinan

pada wanita yang tidak menyusui

Page 29: Xeroftalmia1 Split 1

XEROFTALMIA 29

BAB 3

KESIMPULAN

Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada

mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang

berakibat kebutaan.

Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari konsumsi

sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh : Konsumsi makanan yang tidak

mengandung cukup vitamin A, Bayi yang tidak diberkan ASI eksklusif, menu tidak

seimbang , adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin , dan adanya kerusakan

hati.

Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata dibagi menurut klasifikasi

WHO/USAID UNICEF/HKI/ IVACG, 1996.(10) XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh

kembali normal dengan pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat

darurat yang harus segera diobati karena dalam beberapa hari bisa berubah menjadi X3. X3A

dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat

menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup luas sehingga menutupi

seluruh kornea (optic zone cornea).