xeroftalmia1 split 1
DESCRIPTION
Xeroftalmia1 Split 1TRANSCRIPT
XEROFTALMIA 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Kornea mata adalah bagian mata yang vital. Kornea mata meneruskan dan
membiaskan cahaya yang akan masuk ke mata sehingga kornea yang jernih dan sehat
merupakan sarat untuk terjadinya pembiasan cahaya yang sempurna ke retina. Kelainan pada
kornea erat kaitannya dengan asupan nutrisi. Vitamin A merupakan vitamin yang berperan
untuk menjaga kesehatan kornea. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan Xeroftalmia.
Xeroftalmia adalah keadaan kekeringan pada kornea mata. Sebelum terdeteksi menderita
xeropthalmia, biasanya penderita akan mengalami buta senja. Gejala xeropthalmia terlihat
pada kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.
Kekeringan berlarut-larut menyebabkan konjungtiva menebal, berlipat-lipat, dan berkerut.
Selanjutnya pada konjungtiva akan tampak bercak putih seperti busa sabun (bercak Bitot).
Kemudian, kornea akan melunak dan terjadi luka (tukak kornea). Jika kornea telah putih atau
bola mata mengempis terjadi kebutaan permanen yang tak bisa dipulihkan lagi.
Xeroftalmia disebabkan oleh kekurangan vitamin A yang dipicu oleh kondisi gizi
kurang atau buruk, berat badan lahir rendah, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) serta
anemia gizi ibu hamil. Kelompok rentan xeroftalmia adalah anak dari keluarga miskin, anak
di pengungsian, anak di daerah yang pangan sumber vitamin A kurang, anak kurang gizi atau
lahir dengan berat badan rendah, anak yang sering menderita penyakit infeksi (campak, diare,
tuberkulosis, pneumonia) serta cacingan serta anak yang tidak mendapat imunisasi serta
kapsul vitamin A dosis tinggi.
XEROFTALMIA 2
Penyebab utama kekurangan vitamin A adalah asupan zat gizi vitamin A (preformed
retinol) atau prekursor vitamin A yang tidak mencakupi, peningkatan kebutuhan vitamin A
(pada kondisi fisiologis dan patologis tertentu) dan gangguan penyerapan. Hal lain misalnya
karena konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau pro-vitamin A
untuk jangka waktu yang lama, bayi tidak diberikan ASI Eksklusif, menu tidak seimbang
(kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk
penyerapan vitamin A, gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A (misal pada
penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, KEP dan kerusakan hati) yang
menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre-albumin yang
penting untuk penyerapan vitamin A serta tingginya angka infeksi pada anak
(gastroenteritis/diare).
Defisiensi vitamin A awalnya merupakan ancaman yang tidak kelihatan, yang apabila
tidak ditangani dapat menyebabkan hilangnya penglihatan seseorang terutama pada anak-
anak. Dampak selanjutnya adalah ketika mereka tidak lagi bisa melihat pada cahaya yang
suram dan akan menderita penyakit yang disebut night blindness (buta senja) atau
xerophthalmia. Apabila tidak ditangani, konjungtiva dan kornea mata menjadi kuning
kemudian muncul jaringan parut pada kornea dan selanjutnya berakibat pada kebutaan yang
permanen.
XEROFTALMIA 3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Kornea
Xeroftalmia adalah kekeringan pada selaput bening (kornea) sehingga penting untuk
mengetahui anatomi dari kornea mata. Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,
lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm
dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel
(yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran
Descement, dan lapisan endotel.
Gambar 2.1 Anatomi mata
XEROFTALMIA 4
Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa
cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu
sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga
penderita akan melihat halo.(1)
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel
Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui
desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan
glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
XEROFTALMIA 5
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang
lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat
kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama
yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit
membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudah trauma.
4. Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel
melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.(2)
Gambar 2.2 Kornea Cross
Section
XEROFTALMIA 6
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam
stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus
Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di
daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-
pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat
oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya
seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.
2.2 Definisi Xeroftalmia
Kata Xeroftalmia ( bahasa latin ) berarti “mata kering”, karena terjadi kekeringan
pada selaput lendir ( konjungtiva) dan selaput bening ( kornea) mata. Xeroftalmia adalah
istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada mata, termasuk terjadinya
kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang berakibat kebutaan.(3, 4)
2.3 Epidemiologi
Sampai dengan tahun 1950, terdapat banyak laporan endemik xeroftalmia terutama
di negara berkembang seperti India dan Indonesia. Berdasarkan hasil survey WHO tahun
1994 jumlah penderita xeroftalmia di seluruh dunia pada anak-anak usia 0-4 tahun sebesar
2,8 juta dan angka kejadian subklinis mencapai 251 juta. Angka kejadian xeroftalmia akibat
defisiensi vitamin A diperkirakan sekitar 20.000 – 100.000 kasus baru di seluruh dunia per
tahunnya. Menurut survey nasional xeroftalmia tahun 1992, prevalensi xeroftalmia nasional
adalah 0,33%. Di samping itu, juga dijumpai 50% dari anak balita memiliki kadar vitamin A
yang rendah (< 20 µg/dL).
XEROFTALMIA 7
Angka kejadian ini semakin meningkat sejalan dengan ditemukannya berbagai faktor
yang dapat mencetuskan terjadinya xeroftalmia. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
a) Umur
Xeroftalmia paling sering ditemukan pada anak-anak usia pra-sekolah, hal ini
berhubungan dengan kebutuhan vitamin A yang tinggi untuk pertumbuhan. Di samping
itu, anak-anak usia ini sangat rentan oleh infeksi parasit dan bakteri usus yang dapat
mengganggu penyerapan vitamin A di usus.
b) Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menyatakan bahwa laki-laki 1,2 – 10 kali lebih rentan untuk
menderita xeroftalmia.
c) Status Fisiologis
Wanita hamil dan wanita menyusui cenderung menderita buta senja atau Bitot’s Spots
karena meningkatnya kebutuhan akan vitamin A. Anak-anak usia sekolah juga memiliki
kecenderungan ini karena tingginya kebutuhan vitamin A untuk pertumbuhan
(adolescent growth spurt).
d) Status Gizi
Xeroftalmia sering kali berhubungan atau didapatkan bersama-sama dengan kondisi
malnutrisi (Kurang Energi Protein).
e) Penyakit Infeksi
Penyakit-penyakit yang mengganggu pencernaan, pengangkutan, penyimpanan,
pengikatan metabolisme vitamin A, dapat menimbulkan manifestasi defisiensi vitamin
A. Beberapa alasan yang dikemukakan untuk menerangkan penurunan kadar vitamin A
XEROFTALMIA 8
selama demam dan infeksi, yaitu asupan yang rendah karena sakit (anoreksia), gangguan
absorpsi karena infeksi pada usus, supresi síntesis albumin dan RBP (retinol binding
protein) oleh hepatosit, peningkatan katabolisma protein, termasuk RBP.
f) Faktor-faktor yang lain
Keadaan yang kurang menguntungkan adalah jumlah keluarga yang besar, rendahnya
pendidikan kepala keluarga, sanitasi yang buruk, serta sosial ekonomi yang rendah.
2.4 Etiologi
Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari konsumsi
sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh : (5)
Konsumsi makanan yang tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin A
untuk jangka waktu yang lama
Bayi tidak diberkan ASI eksklusif
Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi
lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A
dalam tubuh.
Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada penyakit-
penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang energi protein ( KEP )
dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat.
Adanya kerusakan hati, seperti pda kwashiorkor dan hepatitis kronik, menyebabkan
gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre albumin yang penting
untuk penyerapan vitamin A.
XEROFTALMIA 9
2.5 Patofisiologi
2.5.1 Metabolisme Vitamin A
Vitamin A dalam bentuk aktif berupa asam retinoat. Sedangkan secara alami sumber
vitamin A didapatkan dari hewani dalam bentuk pro-vitamin A dan dari tumbuhan dalam
bentuk beta karoten. Dikenal tiga macam karoten yaitu α, β, dan γ-karoten. β-karoten memilki
aktivitas yang paling tinggi. Proses pembentukan vitamin A dari sumber hewani dan
tumbuhan menjadi bentuk aktif (asam retinoat) dapat diuraikan sebagai berikut :
Absorbsi pro-vitamin A dan karoten di dinding usus halus, kemudian diubah menjadi
retinol
Retinol diangkut ke dalam hepar oleh kilomikron, kemudian di dalam parenkim hati
sebagian dari retinol akan diesterifikasi menjadi retinil-palmitat dan disimpan dalam
sel stelat. Sebagian lagi akan berikatan dengan Retinol Binding Protein (RBP) dan
protein lain yang disebut trasthyretin untuk dibawa ke target sel
Pada target sel, retinol akan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada membran
sel (RBP receptor) kemudian di dalam sel berikatan dengan retinol binding protein
intraseluler, yang akan diubah menjadi asam retinoat oleh enzim spesifik
Asam retinoat selanjutnya akan memasuki inti sel dan berikatan dengan reseptor pada
inti. Asam retinoat ini berperan dalam transkripsi gen.
Fungsi vitamin A antara lain :
a. Penglihatan
b. Integritas sel
c. Respon imun
XEROFTALMIA 10
d. Hemopoiesis
e. Fertilitas
f. Embriogenesis
Kadar vitamin A dan retina binding protein (RBP) dalam darah dapat ditentukan
dengan menggunakan metode kromatografi cair tekanan tinggi (high pressure liquid
chromatography/ HLPC). Metode ini cukup akurat dan cepat. Nilai Vitamin A dalam plasma
adalah 0,7 μmol/l (50 μg/l) sering didapatkan pada orang dewasa yang sehat, tidak ada
batasan yang jelas tentang berapa nilai yang mengidentifikasikan seseorang mengalami
hipervitaminosis, tetapi kemungkinan diatas 3,5 μmol/l (100 μg/l). Pembagian tingkat status
vitamin A berdasarkan kadar vitamin A darah adalah : (6)
- < 10 μg/l indikasi kekurangan vitamin A
- 10-19 μg/l disebut rendah
- 20-50 μg/l disebut cukup
- > 50 μg/l disebut tinggi
2.5.2 Fisiologi penglihatan yang berhubungan dengan vitamin A
Salah satu fungsi dari vitamin A adalah berperan dalam proses penglihatan, dimana
retina merupakan salah satu target sel dari retinol. Retinol yang telah berikatan dengan RBP
akan ditangkap oleh reseptor pada sel pigmen epitel retina, yang akan dibawa ke sel-sel
fotoreseptor untuk pembentukan rodopsin. Rodopsin ini sangat berperan terutama untuk
penglihatan pada cahaya redup. Karena itu tanda dini dari defisiensi vitamin A adalah rabun
senja.
2.5.3 Fungsi vitamin A yang berhubungan dengan integritas sel dan respon imun
XEROFTALMIA 11
Sejak tahun 1920an, telah diketahui adanya hubungan antara defisiensi vitamin A
dengan perubahan fungsi sistem imun. Perubahan-perubahan ini termasuk gangguan fungsi
barrier seperti metaplasia sel gepeng dan keratinisasi jaringan epitel yang biasanya
mensekresi mukus yang terdapat di konjungtiva dan di sistem respirasi dan genitourinari.
Selain itu, defisiensi vitamin A juga berkaitan dengan gangguan pembentukan respons
antibodi terhadap sebagian antigen. Secara khusus, defisiensi vitamin A berkaitan dengan
penurunan dalam respons antibodi yang sel T dependen dan sel T independen tipe 2.
Defisiensi vitamin A juga mengganggu berbagai subkelas respons imun seluler yang lain,
seperti sitotoksisitas yang dimediasi sel NK (natural killer) dan trasnformasi blastogenik
limfosit.
2.5.4 Beberapa kelainan yang menyebabkan defisiensi vitamin A
Gangguan absorbsi karoten karena defisiensi Zn, α dan β lipoproteinemia
Beberapa penyakit salurtan cerna yang mempengaruhi absorbsi lemak juga akan
mempengaruhi absorbsi vitamin A, karena vitamin A adalah vitamin yang larut dalam
lemak, contoh insufisiensi pankreas, cholestasis, operasi bypass usus kecil,
Inflamatory Bowel Disease.
Pecandu alkohol akan terjadi gangguan dalam metabolisme vitamin A. Pada
pencandu alkohol ini afinitas alcohol dehidrogenase pada etanol akan menghalangi
konversi retinol menjadi asam retinoat
Penyakit hati yang kronis, terutama sirosis akan menyebabkan defisiensi vitamin A
karena adanya gangguan pada proses transportasi dan penyimpanan
XEROFTALMIA 12
2.6 Tanda dan Gejala Klinis
Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan
epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain, akan
tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada mata. Kelainan kulit pada
umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kulit
tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena KVA
dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B
atau kurang energi protein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk. Gejala klinis pada mata akan
timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih
cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut WHO/USAID
UNICEF/HKI/IVACG, 1996 sebagai berikut : (7,8)
XN : buta senja ( hemeralopia, nyctalopia )
XIA : xerosis konjungtiva
XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot
X2 : xerosis kornea
X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea
X3B : keratomalasia atau ulserasi kornea sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea
XS : jaringan parut kornea ( sikatriks/scar)
XF : fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti cendol.
XEROFTALMIA 13
XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan yang
baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati karena
dalam beberapa hari bisa berubah menjadi X3.
X3A dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan
dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan ) pada kornea cukup luas sehingga
menutupi seluruh kornea ( optic zone cornea ).
2.6.1 Buta Senja
Gambar 2.3 Buta Senja
Buta senja merupakan gejala awal dan tersering pada defisiensi vitamin A,
merupakan akibat dari disfungsi fotoreseptor sel batang pada retina, dengan gejala kesulitan
melihat pada sinar redup. Penilaian dilakukan dengan adanya riwayat kesulitan melihat pada
sore hari. Untuk mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan cara :
Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/menabrak benda
didepannya, karena tidak dapat melihat.
XEROFTALMIA 14
Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut buta senja.
Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila didudukkan ditempat kurang
cahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan di depannya.
Kelompok risiko tinggi buta senja adalah usia prasekolah (>1 tahun) dan wanita
hamil. Riwayat buta senja pada ibu hamil didapatkan pada akhir masa kehamilan sampai 3
tahun setelah melahirkan. Prevalensi xeroftalmi ditemukan sebesar 1% pada anak <1 tahun
dan 5% pada ibu hamil. Buta senja pada anak biasanya berespon baik pada 48 jam dengan
pemberian terapi standar 200.000 IU vitamin A peroral. Rekomendasi pemberian vitamin A
pada wanita hamil sebesar 10.000 IU perhari atau 25.000 IU perminggu peroral selama 4
minggu atau lebih, dengan maksud meminimalisasi toksisitas yang dapat terjadi pada fetus.
2.6.2 Xerosis Konjungtiva
Xerosis konjungtiva, menunjukkan suatu awal metaplasia keratinisasi pada epitel
dengan hilangnya sel-sel goblet penghasil mukus. Lesi tidak mempengaruhi tajam
penglihatan.
Tanda – tanda :
Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit berkeriput,
dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.
Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna kecoklatan.
XEROFTALMIA 15
Gambar 2.4 Xerosis konjungtiva
2.6.3 Xerosis konjungtiva dan bercak bitot
Xerosis yang lebih lanjut dapat menyebabkan bercak bitot (X1B), yang tersusun dari
kumpulan deskuamasi keratin epitel. Bercak bitot dapat berupa gelembung, atau seperti busa
sabun, hampir selalu bilateral dan daerah temporal. Lesi di daerah nasal menunjukkan
defisiensi yang lebih lanjut.
Dalam keadaan lebih berat :
Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva
Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut
Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik
Standar terapi dengan vitamin A 200.000 IU pada 2 hari berturut-turut memberikan
respon klinis dalam beberapa hari, walaupun pengobatan masih diperlukan beberapa minggu
sampai beberapa bulan.
XEROFTALMIA 16
Gambar 2.5 Bercak bitot
2.6.4 Xerosis Kornea
Xerosis kornea (X2) merupakan keadaan gawat darurat medis, tampak bilateral,
granular, berkabut dan tidak bercahaya, pada pemeriksaan dengan senter gambarannya
seperti kulit jeruk. Edema stroma merupakan keadaan yang sering ditemukan pada xerosis
kornea. Penebalan plak keratinisasi dapat ditemukan pada permukaan kornea, biasanya
didaerah interpalpebra. Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita
penyakit infksi dan sistemik lain). Xerosis kornea dapat berkembang cepat menjadi ulkus dan
keratomalasia bila tidak diterapi dengan vitamin A dan terapi suportif lainnya.
Gambar 2.6 Xerosis Kornea
XEROFTALMIA 17
2.6.5 Ulkus Kornea atau Keratomalasia
Ulkus kornea (X3A), gambarannya kecil, oval, defek bergaung, sering pada daerah
inferior, perifer permukaan kornea, disertai injeksi konjungtiva, kadang ada hipopion. Ulkus
dapat dangkal atau dalam, menyebabkan perforasi. Terapi vitamin A berespon baik,
perbaikan kornea disertai jaringan parut atau lekoma adheren.
Keratomalasia (perlunakan kornea) mencakup seluruh permukaan kornea, lesi
berwarna kuning keabuan. Biasanya satu mata lebih berat dari yang lainnya. Xeroftalmia
kornea aktif pada kedua mata jarang terjadi. Terapi keratomalasia dan ulkus kornea yang
kurang dari ⅓ permukaan kornea biasanya menyebabkan perforasi. Kadangkala mata
menonjol tetapi tidak preforasi, menyebabkan stafiloma. Vitamin A dan terapi suportif dapat
menghindari kerusakan lebih berat.
Gambar 2.7 X3A Gambar 2.8 X3B
XEROFTALMIA 18
2.6.6 Sikatriks Kornea
Sikatriks kornea (XS) adalah konsekuensi kebutaan yang disebabkan oleh perbaikan
ulkus dan keratomalasia. Parut kornea akibat defisiensi vitamin A harus dibedakan dengan
parut kornea akibat penyebab lain seperti trauma atau infeksi dengan menganalisa secara
cermat pada riwayat pasien atau orangtuanya.
Kornea tampak menjadi putih atau bola mata mengecil. Penderita menjadi buta yang
sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.
Gambar 2.9 Sikatriks kornea
2.6.7 Fundus Xeroftalmia
Fundus xeroftalmia adalah defisiensi vitamin A yang berkepanjangan dimana terjadi
gangguan fungsi sel batang karena rusaknya struktur retina. Bila ditemukan fundus
xeroftalmia, maka akan terjadi kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Dengan
opthalmoscope pada fundus tampak gambar seperti cendol.
XEROFTALMIA 19
Gambar 2.10 Fundus Xeroftalmia
2.7 Diagnosis
Penegakan diagnosis Xeroftalmia ditentukan dengan melakukan pemeriksaan yang
menyeluruh mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang jika
diperlukan.
2.7.1 Anamnesis
Tujuan dalam melakukan anamnesis adalah untuk mengetahui faktor risiko tinggi
yang menyebabkan anak rentan menderita xeroftalmia, terdiri dari:
Identitas penderita
Nama anak
Umur anak
Jenis kelamin
Jumlah anak dalam keluarga
Jumlah anak balita dalam keluarga
Anak ke berapa
Berat lahir : Normal/BBLR
XEROFTALMIA 20
Identitas Orangtua
Nama ayah/ibu
Alamat/tempat tinggal
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan
Keluhan penderita
a. Keluhan utama
Ibu mengeluhkan anaknya tidak bisa melihat pada sore hari (buta senja ) atau
ada kelainan dengan matanya.
b. Keluhan tambahan
Tanyakan keluhan lain pada mata tersebut dan kapan terjadinya ?
Upaya apa yang telah dilakukan untuk pengobatannya ?
Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya
- Apakah pernah menderita campak dalam waktu < 3 bulan ?
- Apakah anak sering mendrita diare da atau ISPA ?
- Apakah anak pernah menderita pneumonia ?
- Apakah anak pernah menderita infeksi cacingan ?
- Apakah anak pernah menderita Tuberculosis ?
XEROFTALMIA 21
Kontak dengan pelayanan kesehatan
Tanyakan apakah anak ditimbang secara teratur mendapatkan imunisasi, mendapat
suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dan memeriksakan kesehatan baik di posyandu
atau puskesmas.
Riwayat pola makan anak
- Apakah anak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan ?
- Apakah anak mendapatkan MP-ASI setelah umur 6 bulan ?
- Sebutkan jenis dan frekuensi pemberiannya
- Bagaimana cara memberikan makan kepada anak : Sendiri/Disuapi
2.7.2 Pemeriksaan fisik
Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala klinis dan menentukan
diagnosis serta pengobatannya, terdiri dari :
2.7.2.1 Pemeriksaan umum
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti gizi buruk, penyakit infeksi,
dan kelainan fungsi hati.
Yang terdiri dari :
Antropometri (pengukuran berat badan dan tinggi badan)
Penilaian Status gizi
Periksa matanya apakah ada tanda-tanda xeroftalmia.
Kelainan pada kulit (kering, bersisik)
2.7.2.2 Pemeriksaan Khusus
XEROFTALMIA 22
Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan menggunakan senter
yang terang. (Bila ada, menggunakan loop.)
Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)
Apakah ada bercak bitot (X1B), Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea (X2)
Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3A/X3B)
Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)
Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi dengan opthalmoscope (XF).
2.7.3 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa kekurangan
vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas KVA, namun hasil
pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebut risiko tinggi untuk menderita KVA.
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila ditemukan serum
retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA sub klinis.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan dalam membantu penegakan diagnosa
Xeroftalmia adalah :
Dark adaptometri (tes adaptasi gelap)
Rod scotometri
Elektroretinografi
Conjunctival impression citology (CIC)
Pemerikasaan kadar serum retinol atau Serum Retinol Binding Protein
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Jadwal dan dosis pemberian kapsul vitamin A pada anak penderita Xeroftalmia(9)
XEROFTALMIA 23
Tabel 1 Jadwal dan dosis pemberian kapsul vitamin A
2.8.2 Pemberian Obat Mata
Pada bercak Bitot tidak memerlukan obat tetes mata, kecuali ada infeksi yang
menyertainya. Obat tetes / salep mata antibiotik tanpa kortikosteroid ( tetrasiklin 1%,
Kloramfenikol 0.25-1% dan gentamisin 0.3%) diberikan pada penderita X2,X3A,X3B
dengan dosis 4 x 1 tetes/hari dan berikan juga tetes mata atropin 1% 3 x 1 tetes/hari.
Pengobatan dilakukan sekurang-kurangnya 7 hari sampai semua gejala pada mata
menghilang. Mata yang terganggu harus ditutup dengan kasa selama 3-5 hari hingga
peradangan dan iritasi mereda. Gunakan kasa yang telah dicelupkan kedalam larutan NaCl
0,26 dan gantilah kasa setiap kali dilakukan pengobatan. Lakukan tindakan pemeriksaan dan
XEROFTALMIA 24
pengobatan dengan sangat berhati-hati. Selalu mencuci tangan pada saat mengobati mata
untuk menghindari infeksi sekunder, Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk mendapat
pengobatan lebih lanjut.
2.8.3 Terapi Gizi Medis
Terapi Gizi Medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan kondisi atau
penyakit kronis dan luka-luka serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai
intervensi yang diberikan agar klien serta keluarganya dapat meneruskan penanganan diet
yang telah disusun. Tujuannya yaitu memberikan makanan yang adekuat sesuai kebutuhan
untuk mencapai status gizi normal dan memberikan makanan tinggi sumber vit. A. untuk
mengoreksi kurang vitamin A.
Syarat :
Energi
Energi diberikan cukup untuk mencegah pemecahan protein menjadi sumber energi
dan untuk penyembuhan. Pada kasus gizi buruk, diberikan bertahap mengikuti fase
stabilisasi, transisi dan rehabilitasi, yaitu 80-100 kalori/kg BB, 150 kalori/ kg BB dan 200
kalori/ kg BB.
Protein
Protein diberikan tinggi, mengingat peranannya dalam pembentukan Retinol Binding
Protein dan Rodopsin. Pada gizi buruk diberikan bertahap yaitu : 1 - 1,5 gram/ kg BB / hari
; 2 - 3 gram/ kg BB / hari dan 3 - 4 gram/ kg BB / hari.
XEROFTALMIA 25
Lemak
Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal. Pemberian minyak
kelapa yang kaya akan asam lemak rantai sedang (MCT=Medium Chain Tryglycerides).
Penggunaan minyak kelapa sawit yang berwarna merah dianjurkan, tetapi rasanya kurang
enak.
Vitamin A
Diberikan tinggi untuk mengoreksi defisiensi. Sumber vitamin A yaitu ikan, hati,
susu, telur terutama kuning telur, sayuran hijau (bayam, daun singkong, daun katuk,
kangkung), buah berwarna merah, kuning, jingga (pepaya, mangga dan pisang raja ), waluh
kuning, ubi jalar kuning, Jagung kuning.
Bentuk makanan
Mengingat kemungkinan kondisi sel epitel saluran cerna juga telah mengalami
gangguan, maka bentuk makanan diupayakan mudah cerna.
2.8.4 Pengobatan penyakit infeksi atau sistemik yang menyertai
Anak-anak yang menderita xeroftalmia biasanya disertai penyakit berat antara lain:
infeksi saluran nafas, pnemonia, campak, cacingan, tuberkulosis (TBC),diare dan mungkin
dehidrasi. Untuk semua kasus ini diberikan terapi disesuaikan dengan penyakit yang diderita.
2.8.5 Pemantauan dan Respon Pengobatan dengan kapsul vitamin A
XN : Reaksi pengobatan terlihat dalam 1-2 hari setelah diberikan kapsul
vitamin A
XIA & XIB : Tampak perbaikan dalam 2-3 hari, dan gejala-gejala menghilang
dalam waktu 2 minggu
XEROFTALMIA 26
X2 : Tampak perbaikan dalam 2-5 hari, dan gejala-gejala menghilang
dalam waktu 2-3 minggu
X3A & X3B: Penyembuhan lama dan meninggalkan cacat mata. Pada tahap ini
penderita harus berkonsultasi ke dokter spesialis mata Rumah
Sakit/BKMM agar tidak terjadi kebutaan
2.8.6 Rujukan
Segera dirujuk ke puskesmas bila ditemukan tanda-tanda kelainan XN, X1A, X1B,
X2
Segera dirujuk ke dokter Rumah Sakit/ Spesialis Mata/BKMM bila ditemukan tanda-
tanda kelainan mata X3A, X3B, XS
Gambar 11. Alur rujukan
XEROFTALMIA 27
2.9 Pencegahan
Xeroftalmia dapat dicegah dengan:
Mengenal wilayah yang berisiko mengalami xeroftalmia (faktor sosial budaya dan
lingkungan dan pelayanan kesehatan, faktor keluarga dan faktor individu)
Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini
Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara periodik, yaitu untuk
bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus (100.000 SI), untuk
anak balita diberikan enam bulan sekali secara serentak pada bulan Februari dan
Agustus dengan dosis 200.000 SI.
Mengobati penyakit penyebab atau penyerta
Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk
Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A / provitamin A secara
terus menerus.
Memberikan ASI eksklusif
Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari) 200.000 SI
Melakukan imunisasi dasar pada setiap bayi.
Agar xeroftalmia tidak terjadi ulang diperlukan penyuluhan untuk masyarakat dan
keluarga, karena kejadian xeroftalmia tidak lepas dari lingkungan, keadaan sosial ekonomi,
pendidikan dan pengetahuan orang tua (terutama ibu). Beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan sehubungan dengan hal tersebut diatas adalah :
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) atau Promosi
Suplementasi vitamin A
XEROFTALMIA 28
Tabel 2. Suplementasi vitamin A
Fortifikasi
- Penambahan vitamin A pada beberapa jenis makanan yang secara alami kandungan
vitamin A-nya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh per harinya contohnya
gandum, beras, teh, margarin
- Ditambahkan juga mikronutrien seperti preparat besi dan seng yang membantu
absorbsi vitamin A
2.10 Prognosis
Prognosis pada stadium XN, X1A, X1B, dan X2 adalah baik, dengan syarat :
Pengobatan harus dilakukan secara dini
Pengobatan harus dilakukan dengan tepat
Sedangkan pada stadium yang lebih lanjut dimana telah terjadi kerusakan kornea dan
dapat menyebabkan kebutaan yang tidak dapat disembuhkan lagi, maka prognosisnya buruk.
Bayi berumur 6-11 bulan Tiap 3-6 bulan diberikan vitamin A
secara oral dengan dosis 100.000 IU
Anak 1-6 tahun Tiap 3-6 bulan diberikan vitamin A
secara oral dengan dosis 200.000 IU
Wanita menyusui Diberikan secara oral dosis tunggal
sebanyak 200.000 IU dengan waktu
pemberian :
Saat bersalin
8 minggu pertama setelah persalinan
pada wanita yang menyusui
6 minggu pertama setelah persalinan
pada wanita yang tidak menyusui
XEROFTALMIA 29
BAB 3
KESIMPULAN
Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin A pada
mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan fungsi sel retina yang
berakibat kebutaan.
Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari konsumsi
sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh : Konsumsi makanan yang tidak
mengandung cukup vitamin A, Bayi yang tidak diberkan ASI eksklusif, menu tidak
seimbang , adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin , dan adanya kerusakan
hati.
Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata dibagi menurut klasifikasi
WHO/USAID UNICEF/HKI/ IVACG, 1996.(10) XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh
kembali normal dengan pengobatan yang baik. Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat
darurat yang harus segera diobati karena dalam beberapa hari bisa berubah menjadi X3. X3A
dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang bahkan dapat
menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup luas sehingga menutupi
seluruh kornea (optic zone cornea).