· pdf filecreated date: 1/4/2017 4:19:30 pm

20
PRESIDEN REPU BLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk percepatan penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah berdasarkan pasal 13 huruf g, Pasal 14 huruf i, Pasal 15 huruf n, dan pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2O1l tentang perumahan dan Kawasan Permukiman, perlu menetapkan peraturan Pemerintah tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah ; 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2OO2 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20O2 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OLL tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O1l Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OL4 tentang Pemerintahan Daerah (l,embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tarrrbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan baerah fLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); Menimbang : Mengingat MEMUTUSKAN: .,

Upload: vuongkhanh

Post on 31-Jan-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 64 TAHUN 2016

TENTANG

PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa untuk percepatan penyediaan rumah bagi masyarakatberpenghasilan rendah berdasarkan pasal 13 huruf g,Pasal 14 huruf i, Pasal 15 huruf n, dan pasal 54 ayat (1)Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2O1l tentang perumahandan Kawasan Permukiman, perlu menetapkan peraturanPemerintah tentang Pembangunan Perumahan MasyarakatBerpenghasilan Rendah ;

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesiaTahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2OO2 tentangBangunan Gedung (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 20O2 Nomor 134, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4247);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OLL tentangPerumahan dan Kawasan Permukiman (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2O1l Nomor 7,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5188);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OL4 tentangPemerintahan Daerah (l,embaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tarrrbahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir denganUndang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentangPerubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun2Ol4 tentang Pemerintahan baerah fLembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

Menimbang :

Mengingat

MEMUTUSKAN: .,

PRES IDENREPUBLIK INDONESIA

-2-

MEMUTUSKAN:

MenetapKan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBANGUNANPERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan:

1. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagaitempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaankeluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya,serta aset bagi pemiliknya.

2. Perumahan adalah kumpulan Rumah sebagai bagiandari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan,yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitasumum sebagai hasil upaya pemenuhan Rumah yanglayak huni.

3. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkunganhunian yang memenuhi standar tertentu untukkebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman,dan nyaman.

4. Sarana adalah fasilitas dalam lingkungan hunian yangberfungsi untuk mendukung penyelenggaraan danpengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.

5. Utilitas umum adalah kelengkapan penunjang untukpelayanan lingkungan hunian.

6. Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang selanjutnyadisingkat MBR adalah masyarakat yang mempunyaiketerbatasan daya beli sehingga perlu mendapatdukungan pemerintah untuk memperoleh Rumah.

7. Badan Hukum adalah badan hukum yang didirikan olehwarga negara Indonesia yang kegiatannya di bidangpenyelenggaraan Perumahan dan kawasan permukiman.

8. Pemerintah . .

8.

9.

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-3-

Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesiayang memegang kekuasaan pemerintahan NegaraRepublik Indonesia sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsurpenyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpinpelaksanaan urus€rn pemerintahan yang menjadikewenangan daerah otonom.

Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang perumahan dan kawasanpermukiman.

Kantor Pertanahan adalah Badan Pertanahan Nasional dikabupaten/kota.

Pelayanan Terpadu Satu Pintu, yang selanjutnyadisingkat PTSP adalah pelayanan secara terintegrasidalam satu kesatuan proses dimulai dari tahappermohonan sampai dengan tahap penyelesaian produkpelayanan melalui satu pintu.

Hari adalah hari kerja.

Pasal 2

Pembangunan Perumahan MBR dilakukan untuk luaslahan tidak lebih dari 5 (lima) hektare dan paling kurang0,5 (nol koma lima) hektare serta berada dalam 1 (satu)lokasi yang diperuntukkan bagi pembangunanRumah tapak.Lokasi pembangunan Perumahan MBR sebagaimanadimaksud pada ayat (1) telah sesuai dengan rencana tataruang wilayah.

Pasal 3

Pembangunan Perumahan MBR sesuai dengan standar yangditetapkan oleh Menteri.

10.

11.

t2.

13.

(1)

(21

Pasal 4 .

a.

b.

c.

d.

PRESIDENREP LJB LII( INDONESIA

-4-

Pasal 4

Pelaksanaan pembangunan Perumahan MBR dilakukandalam 4 (empat) tahapan, yaitu:

persiapan;

prakonstruksi;

konstruksi; dan

pascakonstruksi.

BAB II

PERSIAPAN

Pasal 5

Badan Hukum yang akan melaksanakan pembangunanPerumahan MBR menyusun proposal pembangunanPerumahan MBR.

Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisiperencanaan pembangunan Perumahan MBR yangmemuat paling sedikit:

a. perencanaan dan perancangan Rumah MBR;

b. perencanaan dan perancangan Prasarana, Sarana,dan Utilitas Umum Perumahan MBR;

c. perolehan tanah; dan

d. pemenuhanperizinan.

Pasal 6

Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)huruf d berupa seluruh perizinan yang diperlukan dalampelaksanaan pembangunan Perumahan MBR sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3, yang meliputi:

(1)

(2t

a. perrzrnan

a.

b.

c.

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

E-J-

perizinarl yang menyangkut pengesahar: site plan;

surat pernyataan kesanggupan pengelolaan danpemantauan lingkungan ;

izin mendirikan bangunan dan pengesahan dokumenrencana teknis.

BAB III

PRAKONSTRUKSI

Pasal 7

Badan Hukum mengajukan proposal pembangunanPerumahan MBR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5kepada bupati/walikota melalui PTSP.

Proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapidengan lampiran, yaitu:

a. sertilikat tanah atau bukti kepemilikan tanahlainnya; dan

b. bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan tahunterakhir;

Dalam hal Badan Hukum melampirkan buktikepemilikan tanah lainnya sebagaimana dimaksud padaayat (21 huruf a, Badan Hukum sekaligus mengajukanpermohonan izin pemanfaatan tanah.

PTSP memberikan persetql'uan atas proposalpembangunan Perumahan MBR sebagaimana dimaksudpada ayat (l) paling lama 7 (tqjuh) Hari kerja sejakpermohonan diterima oleh PTSP secara lengkap danbenar.

Dalam hal PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (l)belum terbentuk, pengajuan proposal disampaikanmelalui satuan kerja perangkat daerah yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangPerumahan.

(1)

(2)

(3)

(41

(s)

Pasal 8. . .

(1)

(21

(3)

(4)

PRES IDENREPUBLIK IN DO N ESIA

-6-

Pasal 8

Dalam rangka pelaksanaan PTSP, bupati/walikota wajibmendelegasikan wewenang pemberian peizinan dannonperizinan terkait dengan pembangunan Perumahan MBRkepada PTSP kabupaten/kota.

Pasal 9

Badan Hukum melakukan pelepasan hak atas tanah daripemegang atau pemilik tanah kepada Badan Hukumdengan membuat akta pelepasan hak atau suratpelepasan hak di hadapan kepala Kantor Pertanahan.

Berdasarkan akta pelepasan hak atau surat pelepasanhak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Hukummengajukan pelepasan hak atas tanah dan mengajukanpermohonan hak atas tanah baru kepada KantorPertanahan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.

Dalam hal pelepasan hak atas tanah tidak mengubahluas dan batas-batas atas tanah, tidak perlu dilakukanpengukuran ulang oleh Kantor Pertanahan.

Pelepasan hak atas tanah dan penerbitan hak atas tanahbaru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)diselesaikan oleh Kantor Pertanahan paling lama 3 (tiga)Hari sejak permohonan diterima secara lengkap danbenar oleh Kantor Pertanahan.

Pasal 10

(1) Badan Hukum mengajukan pengesahan site plan danpendaftaran surat pernyataan kesanggupan pengelolaandan pemantauan lingkungan secara bersamaan dalamrangka pembangunan Perumahan MBR kepada PTSP.

(21 PTSP menerbitkan tanda bukti pendaftaran suratpernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauanlingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) palinglambat 1 (satu) Hari sejak pengajuan diterima secaralengkap dan benar oleh PTSP.

Pasal 11

#",DPRESIDEN

REPUBLIK IN DO N ESIA

-7 -

Pasal 1l

Dalam hal Badan Hukum tidak menyediakan lahanpemakaman di lokasi Perumahan MBR, Badan Hukum dapat:

a. menyediakan lokasi pemakaman yang terpisah darilokasi Perumahan MBR seluas 2%o (dua persen) dari luaslahan Perumahan MBR yang direncanakan; atau

b. menyediakan dana untuk lahan pemakaman pada lokasiyang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebesar 2yo(dua persen) dari nilai perolehan lahan Perumahan MBRyang direncanakan.

Pasal 12

(1) Badan Hukum setelah mendapatkan penerbitan hakbaru atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9serta tanda bukti pendaftaran surat pernyataankesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungansebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, mengajukanpengukuran bidang tanah untuk pembangunanPerumahan MBR kepada Kantor Pertanahan.

Pengukuran bidang tanah sebagaimana dimaksud padaayat (l) meliputi pengukuran dan pembuatan petabidang, blok, dan kaveling.

Kantor Pertanahan melakukan penyelesaian pengu.kuranbidang tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (l)paling lama 14 (empat belas) Hari sejak permohonanditerima secara benar dan lengkap oleh .

Dalam hal telah tersedia suruegor kadaster berlisensi,permohonan pengukuran sebagaimana dimaksud padaayat (l) dapat langsung diajukan kepada suruegorkadaster berlisensi.

Pasal 13

Badan Hukum mengajukan permohonan kepada KantorPertanahan untuk penerbitan sertifikat induk hak gunabangu.nan atas pembangunan Perumahan MBR sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan di bidangpertanahan.

(21

(3)

(4)

(1)

(2) Kantor...

(21

PRESIDENREPU BLIK INDONESIA

-8-

Kantor Pertanahan melakukan penyelesaian penerbitanHak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) paling lama 3 (tiga) Hari sejak permohonan diterimasecara lengkap dan benar oleh Kantor Pertanahan.

Pasal 14

Badan Hukum mengajukan permohonan bin mendirikanbangunan pembangunan Perumahan MBR kepada PTSPuntuk memulai pelaksanaan konstruksi pembangunan.

Pengajuan izin mendirikan bangunan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan dokumenadministratif dan dokumen rencana teknis Rumah MBR,Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan MBRyang berbentuk bangunan gedung.

PTSP dalam rangka penerbitan izin mendirikanbangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) wajibmeminta pertimbangan teknis dari instansi teknis.

PTSP menerbitkan izin mendirikan bangunan danpengesahan dokumen rencana teknis paling lama 7(tujuh) Hari sejak permohonan diajukan oleh BadanHukum secara lengkap dan benar termasuk untukpenerbitan pengesahan site plan dan permintaanpertimbangan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat(3).

BAB IV

KONSTRUKSI

Pasal 15

Pelaksanaan konstruksi Perumahan MBR berupa RumahMBR, Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum PerumahanMBR yang berbentuk bangunan gedung dilaksanakanberdasarkan dokumen rencana teknis yang telahdisetujui dan disahkan oleh PTSP.

Kegiatan pelaksanaan konstruksi sebagaimanadimaksud pada ayat (l) meliputi:a. pemeriksaandokumen pelaksanaan;

b. persiapan lapangan;

(1)

(2)

(3)

(41

(1)

(21

c. kegiatan . . .

f,,D

(3)

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-9-

c. kegiatankonstruksi;

d. pemeriksaan akhir pekerjaan konstruksi; dan

e. penyerahan hasil akhir pekerjaan.

Pemeriksaan dokumen pelaksanaan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi pemeriksaankelengkapan, kebenaran, dan keterlaksanaan konstruksi(anstructabilitg) dari semua dokumen pelaksanaanpekerjaan.

Persiapan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf b meliputi penJrusunan program pelaksanaan,mobilisasi sumber daya, dan penyiapan fisik lapangan.

Kegiatan konstruksi sebagaimana dimaksud padaayat (21 huruf c meliputi pelaksanaan pekerjaankonstruksi fisik di lapangan, pembuatan laporankemajuan pekerjaan, pen1rusunan gambar kerjapelaksanaan (slap drauingsl dan gambar pelaksanaanpekerjaan sesuai dengan yang dilaksanakan (as builtdrawingsl, serta kegiatan masa pemeliharaan konstruksidengan menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dankesehatan kerja.

Kegiatan pemeriksaan akhir pekerjaan konstruksisebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputipemeriksaan hasil akhir pekerjaan konstruksi RumahMBR, Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum PerumahanMBR yang berbentuk bangunan gedung terhadapkesesuaian dengan dokumen pelaksanaan.

Penyerahan hasil akhir pekerjaan sebagaimanadimaksud pada ayat (2) huruf e merupakan berita acaraserah terima rumah MBR, Prasarana, Sarana, danUtilitas Umum Perumahan MBR yang berbentukbangunan gedung yang laik fungsi.

Pasal 16

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengawasan konstruksiRumah MBR, Prasarana, Sarana, dan Utilitas UmumPerumahan MBR yang berbentuk bangunan gedungsesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang konstruksi bangunan gedung.

(41

(s)

(6)

(7)

(2) Pengawasan .

(21

(3)

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

_10_

Pengawasan konstruksi sebagaimana dimaksud padaayat (1) berupa kegiatan manajemen konstruksipembangunan bangunan gedung.

Kegiatan manajemen konstruksi pembangunan RumahMBR, Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum perumahanMBR yang berbentuk bangunan gedung sebagaimanadimaksud pada ayat (2) meliputi pengendalian biaya,mutu, dan waktu pembangunan Rumah MBR,Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan MBRyang berbentuk bangunan gedung, dari tahapperencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksibangunan gedung, serta pemeriksaan kelaikan fungsibangunan gedung.

Pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedungsebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputipemeriksaan kesesuaian fungsi, persyaratan tatabangunan, keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dankemudahan, terhadap izin mendirikan bangunan gedungyang telah diberikan.

Pasal 17

Dalam rangka pemanfaatan Rumah MBR, Prasarana,Sarana, dan Utilitas Umum Perumahan MBR yangberbentuk bangunan gedung, Badan Hukummengajukan penerbitan sertilikat laik fungsi untukseluruh atau sebagian Rumah MBR, Prasarana, Sarana,dan Utilitas Umum Perumahan MBR yang berbentukbangunan gedung sesuai dengan hasil pemeriksaankelaikan fungsi bangunan gedung kepada PISP.

PTSP menerbitkan sertifikat laik fungsi terhadap RumahMBR, Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum PerumahanMBR yang berbentuk bangunan gedung yang telahselesai dibangun dan telah memenuhi persyaratankelaikan fungsi berdasarkan hasil pemeriksaan kelaikanfungsi bangunan gedung sebagai syarat untuk dapatdimanfaatkan paling lama 3 (tiga) Hari sejak pengajuandisampaikan secara lengkap dan benar.

Sertifikat laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat(2) berlaku selama 20 (dua puluh) tahun untuk Rumahtinggal tunggal dan Rumah tinggal deret, serta berlaku 5(lima) tahun untuk bangunan gedung lainnya.

(41

(1)

(2)

(3)

BABV...

(1)

(21

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

_ 11_

BAB V

PASCAKONSTRUKSI

Pasal 18

Badan Hukum mengajukan penerbitan pajak bumi danbangunan atas pembangunan Perumahan MBR kepadasatuan kerja perangkat daerah yang menyelenggarakanurllsan pemerintahan di bidang pendapatan daerahdengan melampirkan dokumen izin mendirikanbangunan.

Satuan kerja perangkat daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menerbitkan pajak bumi dan bangunanpaling lama 1 (satu) Hari sejak pengajuan diterimasecara lengkap dan benar oleh satuan kerja perangkatdaerah.

Pasal 19

Kabupaten/kota menetapkan besaran bea perolehan hakatas tanah dan bangunan Rumah MBR berdasarkan nilaiharga jual Rumah.

Dalam rangka penetapan besaran bea perolehan hakatas tanah dan bangunan Rumah MBR sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak diperlukan validasi olehkabupaten/kota.

Pembayaran bea perolehan hak atas tanah danbangunan Rumah MBR sebagaimana dimaksud padaayat (l) dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahannilai.

Pasal 20

(1) Dalam hal Rumah MBR telah dijual kepada masyarakat,Badan Hukum mengajukan kepada Kantor Pertanahanuntuk pemecahan sertilikat hak guna bangunan danperalihan hak dari Badan Hukum kepada masyarakat.

(1)

(21

(3)

(2) Pengajuan...

(2t

(3)

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-12-

Pengajuan pemecahan sertifikat dan peralihan hakss$agaimana dimaksud pada ayat (1) dengan dilampiridengan akta jual beli dari pejabat pembuat akta tanah.Kantor Pertanahan melakukan penyelesaian penerbitansertifikat sslagaimana dimaksud pada ayat (1) palinglama 4 (empat) Hari sejak pengajuan diterima secaralengkap dan benar oleh Kantor Pertanahan.

Pasal 21

Badan Hukum mengajukan kepada satuan kerjaperangkat daerah yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang pendapatan daerah untukpemecahan dokumen pajak bumi dan bangunan atasnama Badan Hukum menjadi atas nama masyarakatyang membeli Rumah MBR.

Pengajuan pemecahan pajak bumi dan bangunansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengandokumen pemecahan sertifikat dan dokumen Pajak Bumidan Bangunan atas nama Badan Hukum.

Satuan kerja perangkat daerah yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang pendapatan daerahmelakukan penyelesaian pemecahan pajak bumi danbangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) palinglama 3 (tiga) Hari sejak pengajuan diterima secaralengkap dan benar oleh satuan kerja perangkat daerah.

BAB VI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal22

Pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan pembangunanPerumahan MBR dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang perumahan danpermukiman.

(1)

(2t

(3)

Pasal 23

(1)

(2t

PRES IDENREPUBLII( INDONESIA

_13_

Pasal 23

Dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunanPerumahan MBR, dibentuk tim koordinasi percepatanpembangunan Perumahan MBR yang ditetapkan denganKeputusan Presiden.

BAB VII

SANKSI

PasaL24

Dalam hal persyaratan perizinan yang disampaikan olehBadan Hukum kepada PTSP telah terpenuhi danperizinan tidak diberikan dalam jangka waktu yang telahditetapkan, Badan Hukum menyampaikan kepadabupati/walikota untuk penerbitan izin sesuai ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang pemerintahandaerah.

Dalam hal izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)tidak diterbitkan oleh bupati/walikota, Badan Hukummenyampaikan kepada gubernur untuk pemberiansanksi administratif sesuai ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang pemerintahan daerah.

Dalam hal sanksi administratif telah dikenakan danperizinan tidak diterbitkan oleh bupati/walikotasebagaimana dimaksud pada ayat (1), gubernurmengambil alih pemberian izin dimaksud.

Dalam hal persyaratan perizinan yang disampaikankepada gubernur telah terpenuhi dan perizinan tidakdiberikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan,Badan Hukum menyampaikan kepada menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangpemerintahan dalam negeri untuk pemberian sanksiadministratif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pemerintahan daerah.

Dalam hal sanksi administratif telah dikenakan danperizinan tidak diterbitkan oleh gubernur sebagaimanadimaksud pada ayat (1), menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang pemerintahan dalamnegeri mengambil alih pemberian izin dimaksud.

(3)

(4)

(s)

Pasal 25. . .

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-t4-Pasal 25

Dalam hal persyaratan yang berkaitan dengan pertanahandisampaikan oleh Badan Hukum kepada Kantor pertanahantelah terpenuhi dan pelitzinan dan nonperizinan tidakdiberikan dalam jangka waktu yang tetah diietapkan, BadanHukum menyampaikan kepada menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidangpertanahan untuk penerbitan izin dan sanksi s""uaiketentuan peraturan perundang-undangan.

(r)

(2)

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26

Badln Hukum yang telah mengajukan prosespembangunan Perumahan MBR sebelum peraturanPemerintah ini diundangkan, dapat diteruskan dandiselesaikan berdasarkan ketentuan sebagaimana diaturdalam Peraturan Pemerintah ini.Perizinan dan dokumen yang telah ada dalam rangkapembangunan Perumahan MBR sebagaimana dimakJudpada ayat (l) tetap berlaku dan dapat digunakan untukproses tahapan selanjutnya.

Pasal2T

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar. . .

,*Ji{irl. .:\o

'*.f A -ts9a

€,W,8*r*4y*4{

I]RES!DF:!..IREFLJEL!I( Ii\I D(:'!.! ESIA

-15-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Pemerintah ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 29 Desember 2016PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 29 Desember 2016MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 316

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Asisten Deputi Bidang Perekonomian,dan Perundang-undangan,

vanna Djaman

PRESIDENREPU BLII( INDONESIA

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 64 TAHUN 2016

TENTANG

PEMBANGUNAN PERUMAHAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH

I. UMUM

Perumahan untuk MBR merupakan Program Nasional Pembangunan 1(satu) Juta Rumah sebagai wujud dari butir kedua yang tertuang dalamamanah Nawacita, yakni Pemerintah Pusat tidak absen untukmembangu.n pemerintahan yang efektif, demokratis dan terpercaya, sertabutir kelima, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Saat ini,rata-rata kepemilikan rumah (ownership tame ratel sebesar 78,2o/o (tujuhpuluh delapan koma tujuh persen) dan sisanya non pemilik(sewa/kontrak/numpang). Terdapat 11,8 juta rumah tangga yang tidakmemiliki rumah sama sekali.

Pada sisi lain, pengembang hunian mewah masih enggan untukmelaksanakan kewajiban guna menyediakan hunian menengah danhunian murah atau Rumah MBR. Hal ini dikarenakan untuk membangunhunian murah seluas sampai dengan 5 (lima) hektare memerlukan prosesperizinan yang lama dan panjang. Terdapat 33 (tiga puluh tiga) izirr atausyarat yang memerlukan waktu penyelesaian sebanyak antara 769 (tqjuhratus enam puluh sembilan) sampai 981 (sembilan ratus delapan puluhsatu) hari. Hal ini mengakibatkan biaya yang diperlukan untukpembangunan Perumahan MBR menjadi mahal sehingga harga jualRumah MBR tidak terjangkau oleh MBR.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan pasalPasal 13, Pasal 14, Pasal 15 Undang-Undang Nomor l Tahun 2Ol1tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman melakukan fasilitasipenyediaan Perumahan dan permukiman bagi masyarakat, terutama bagiMBR. Adapun ketentuan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2Ol1tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, mengamanatkan bahwaPemerintah Pusat wajib memenuhi kebutuhan Rumah bagi MBR.

Untuk. . .

PRES IDENREFUBLIK INDONESIA

-2-Untuk itu, dipandang perlu adanya penyederhanaan dan penurunan biayaperizinan lagi pembangunan Perumahan MBR oleh pemerintah pusat danPemerintah Daerah. Dengan penyederhanaan dan penurunan biayaperizinan tersebut akan dapat mendorong:

a. tercapainya target Program Pembangunan I (satu) Juta Rumah,meningkatkan aksesibilitas masyarakat untuk mendapatkan Rumah;

b. percepatan perizinan pembangunan Rumah tapak bagi MBR denganluasan lahan sampai dengan 5 (lima) hektare; dan

c. mendorong iklim berusaha bagi Badan Hukum di bidang perumahandan permukiman sekaligus dalam upaya mewujudkan pemenuhankebutuhan Perumahan bagi MBR.

Pengaturan penyederhanaan perizinan pembangunan perumahan MBRyang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini memuat kebijakan pokok,yaitu:

a. menyederhanakan prosedur dan percepatan waktu penyelesaianperizinan dengan menghapus atau mengurangi berbagai peizinandan rekomendasi yang diperlukan oleh pengembang untukmembangun rumah MBR; dan

b. menggabungkan beberapa perizinan atau menghilangkan berbagaiperizinan yang tidak relevan dan tidak diperlukan dalam rangkapembangunan Perumahan MBR.

il. PASALDEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (21

Dengan telah sesuainya lokasi pembangunan perumahan MBRdegan rencana. tata ruang wilayah, maka tidak diperlukan lagiadanya izin lokasi dalam penyiapan pembangunan perumahanMBR.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

#i#

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-3-

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (l)Cukup jelas.

Ayat (2)

HurufaBukti kepemilikan tanah lainnya seperti girik dan suratketerangan tanah.

Huruf b

Cukup jelas.

Ayat (3)

Permohonan izin pemanfaa tan tanatr/ izin pemanfaatan ruangmencakup pula penyelesaian perizinan kesesuaian lahanpembangunan Perumahan MBR dengan renc€rna umum tata ruangatau rencana detil tata ruang kabupaten/kota.

Ayat (a)

Cukup jelas.

Ayat (s)

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11 ..

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

-4-Pasal 1l

Penyediaan dana untuk lahan pemakaman dimaksudkan untukpembebasan lahan baik yang dilakukan sendiri pada lokasi yang telahditetapkan oleh kabupaten/kota atau pelaksanaannya dilakukandengan bekerjasama dengan kabupaten/kota.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (l)Cukup jelas.

Ayat (21

Cukup jelas.Ayat (3)

Badan Hukum menerbitkan duplikasi izin mendirikan bangunanuntuk masing-masing Rumah MBR dengan memberikanketerangan untuk masing-masing Rumah MBR, antara lain berupalokasi/ alamat, luas bangunan.

Ayat (a)

Cukup jelas.Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.Pasal 17

Cukup jelas.Pasal 18

Cukup jelas.Pasal 19

Ayat (1)

Harga jual Rumah MBR mengikuti ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang keuangan dan kekayaan negaramengenai batasan rumah sederhana, rumah sangai sederhina,rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa danpelajar serta perumahan lainnya yang atas penyerahannyadibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai.

Ayat (2)

F'RESIDEI{REPULIt,ll( ll.l Do N ESIA

-5-

Ayat (21

Validasi tidak perlu dilakukan oleh kabupatenlkota karena hargajual Rumah MBR sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan kekayaan negara, sehingabesaran bea perolehan hak atas tanah dan bangunan Rumah MBRdapat ditetapkan langsung berdasarkan hargajual Rumah MBR.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6004