wulan cahyaningtyas - 13409151 perencanaan wilayah dan ... · membuat ruang kota publik dan taman...

6
FINS LABYRINTH KONSEP PETERNAKAN IKAN MASA DEPAN Wulan Cahyaningtyas - 13409151 Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung [email protected] PL4008 Seminar Studi Futuristik Abstrak Populasi penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya membuat ketersediaan lahan untuk pertanian dan peternakan semakin sedikit. Hal itulah yang melatarbelakangi penyelenggaraan “Center For Urban Farming Competition” yang menugaskan pesertanya yang sebagian besar merupakan desainer, pemerhati lingkungan, serta arsitek untuk mengubah sepotong tanah di tengah kota menjadi lahan pertanian atau peternakan yang berkelanjutan. Tugas ini tentu bukanlah perkara mudah, karena ruang kota biasanya kurang cocok untuk pertanian maupun peternakan. Gedung-gedung tinggi memblokir sinar matahari yang penting bagi kehidupan di lahan pertanian maupun peternakan, dan real estate terlalu ‘berharga’ untuk membagi ratusan hektar lahannya untuk pertanian maupun peternakan. Pemenang kompetisi ini adalah desainer Allison Newmeyerm Stewart Hicks dan Joseph Altshuler dengan gagasan untuk membangun sebuah peternakan air besar yang kebetulan dapat berfungsi ganda sebagai taman. Proposal mereka dijuluki Fin’s Labyrinth (permainan kata dari Pan Labyrinth), membayangkan adanya tabung berliku berisi air yang ‘mengulardi ruang publik. I. Pendahuluan Pertumbuhan populasi penduduk tidak bisa kita kendalikan, sumber daya alam tidak bisa dikembalikan, dan lahan tidak dapat diperluas. Hal ini merupakan permasalahan yang saat ini sudah mulai dijumpai oleh masyarakat khususnya yang hidup di perkotaan dan akan terus berkembang dan menjadi masalah utama di masa yang akan datang. Semakin banyaknya penduduk yang memerlukan lahan untuk tempat tinggal akan membuat ruang kota publik dan taman kota akan semakin sulit ditemukan di perkotaan. Terlebih lagi lahan untuk pertanian maupun peternakan di perkotaan akan menjadi hal yang sangat langka. Konsep peternakan perkotaan mungkin membuat kita berpikir tentang infrastruktur inovatif yang dapat menampung peternakan di perkotaan, mungkin akan terdengar unik dan mustahil, namun proyek ini telah dirancang oleh desainer Allison Newmeyer dan Stewart Hicks bekerja sama dengan Joseph Altshuler yang diberi nama Fins Labyrinth. Pengajuan rancangan ini ke Urban Farm Design Competition memenangkan tempat pertama dengan mengusulkan sebuah program yang berkelanjutan untuk budidaya ikan, berlawanan dengan para pesaingnya yang lain yang ngeraha ke sektor agraria.

Upload: hoangdung

Post on 12-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

FIN’S LABYRINTH

KONSEP PETERNAKAN IKAN MASA DEPAN

Wulan Cahyaningtyas - 13409151

Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung

[email protected]

PL4008 Seminar Studi Futuristik

Abstrak

Populasi penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya membuat ketersediaan lahan untuk pertanian dan

peternakan semakin sedikit. Hal itulah yang melatarbelakangi penyelenggaraan “Center For Urban Farming

Competition” yang menugaskan pesertanya yang sebagian besar merupakan desainer, pemerhati lingkungan,

serta arsitek untuk mengubah sepotong tanah di tengah kota menjadi lahan pertanian atau peternakan yang

berkelanjutan. Tugas ini tentu bukanlah perkara mudah, karena ruang kota biasanya kurang cocok untuk

pertanian maupun peternakan. Gedung-gedung tinggi memblokir sinar matahari yang penting bagi kehidupan di

lahan pertanian maupun peternakan, dan real estate terlalu ‘berharga’ untuk membagi ratusan hektar lahannya

untuk pertanian maupun peternakan. Pemenang kompetisi ini adalah desainer Allison Newmeyerm Stewart

Hicks dan Joseph Altshuler dengan gagasan untuk membangun sebuah peternakan air besar yang kebetulan

dapat berfungsi ganda sebagai taman. Proposal mereka dijuluki Fin’s Labyrinth (permainan kata dari Pan

Labyrinth), membayangkan adanya tabung berliku berisi air yang ‘mengular’ di ruang publik.

I. Pendahuluan

Pertumbuhan populasi penduduk tidak bisa kita kendalikan, sumber daya alam tidak bisa dikembalikan, dan

lahan tidak dapat diperluas. Hal ini merupakan permasalahan yang saat ini sudah mulai dijumpai oleh

masyarakat khususnya yang hidup di perkotaan dan akan terus berkembang dan menjadi masalah utama di

masa yang akan datang. Semakin banyaknya penduduk yang memerlukan lahan untuk tempat tinggal akan

membuat ruang kota publik dan taman kota akan semakin sulit ditemukan di perkotaan. Terlebih lagi lahan

untuk pertanian maupun peternakan di perkotaan akan menjadi hal yang sangat langka.

Konsep peternakan perkotaan mungkin membuat kita berpikir tentang infrastruktur inovatif yang dapat

menampung peternakan di perkotaan, mungkin akan terdengar unik dan mustahil, namun proyek ini telah

dirancang oleh desainer Allison Newmeyer dan Stewart Hicks bekerja sama dengan Joseph Altshuler yang diberi

nama Fin’s Labyrinth. Pengajuan rancangan ini ke Urban Farm Design Competition memenangkan tempat

pertama dengan mengusulkan sebuah program yang berkelanjutan untuk budidaya ikan, berlawanan dengan

para pesaingnya yang lain yang ngeraha ke sektor agraria.

Fin’s Labyrinth ini dianggap menjadi solusi bagi permasalahan terkain minimnya lahan untuk ruang publik di

perkotaan. Hal ini dikarenakan Fin’s Labyrinth selain dapat menjadi lahan untuk peternakan ikan dalam

aquarium besar juga dapat berfungsi sebagai taman kota yang menawarkan berbagai program menarik.

Gambar 1 Fungsi Ganda Fin's Labyrinth Sebagai Peternakan Air Besar dan Taman

II. Pembahasan

Allison Newmeyer dan Stewart Hicks bekerja sama dengan Joseph Altshuler merancang suatu desain yang

bereksperimen dengan sebuah bahasa baru arsitektur yang sulit untuk didefinisikan. Sebuah pemandangan

danau yang berbentuk seperti kanal yang berkelok-kelok merupakan rumah bagi sejumlah spesies air yang dapat

melakukan perjalanan melalui tabung akuarium.

Gambar 2 Fin’s Labyrinth Aerial

Pada pandangan pertama, mungkin akan banyak yang berpikir bahwa keberadaan Fin’s Labyrinth hanya untuk

mempercantik ruang publik, menarik wisatawan, dan membuat pengunjung terkagum-kagum melihatnya.

Namun, mungkin akan lebih akurat untuk menyebut struktur besar ini sebagai sebuah supermarket interaktif.

Proyek ini menggunakan infrastruktur untuk budidaya ikan sebagai latar belakang perancangan berbagai

kegiatan untuk menghibur masyarakat yang berkunjung serta ‘mengakrabkan’ mereka dengan makanannya

(ikan yang akan disantapnya). Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali produksi pangan ke dalam

kehidupan sehari-hari penduduk kota, membangun hubungan yang lebih konkrit antara apa yang kita masukkan

ke dalam mulut kita dan kita makan dengan lingkungan yang diperlukan untuk menghasilkan makanan tersebut.

Fin’s Labyrinth ini dirancang agar masyarakat yang datang dapat berinteraksi langsung dan bermain dengan

makanannya.

Tabung-tabung ini dijadikan peternakan air untuk membesarkan ikan nila, ikan trout, dan penghuni air lezat

lainnya. Para tamu akan dapat memilih makanan mereka, melacak ikan yang telah mereka pilih kemudian

membuat jalan melalui terowongan berliku, selanjutnya para tamu dapat menikmati makanan segar setelah ikan

yang mereka pilih sudah disiapkan oleh staf peternakan.

Gambar 3 Interior Peternakan Air Fin’s Labyrinth

Setibanya di Labyrinth, pengunjung akan dihadapkan dengan pilihan jenis ikan, diantaranya: kerapu, nila,

salmon, dan masih banyak lagi. Setelah memilih, ikan itu akan menjadi milik pengunjung tersebut pada hari itu.

Pengunjung akan diminta memberi nama, mengikutinya, bermain dengannya, melakukan apa pun dibebaskan.

Bermain Marco Polo saat berjalan melalui labirin dengan mengikuti ikan yang sudah dipilih melalui petunjuk

audio dan GPS yang dipasang pada ikan tersebut. Ketika pengunjung berhasil menangkapnya, ikan akan

dibersihkan dan disiapkan di Electric Stunning Fish Harvest Tank. Pengunjung dapat melihat proses pengolahan

ikan pilihannya dengan menontonnya melalui aptly bernama Finema yang juga menunjukkan film-film seperti

Finding Nemo, A Fish Called Wanda, Splash, Jaws, 20.000 Leagues Under the Sea, dll. Kemudian, pengunjung

naik ke lantai atas ke seaweed bar dan menerima kotak makan untuk mendapatkan fishtastic dining experience.

Gambar 4 Fin’s Labyrinth Section

Gambar 5a Rencana Pembangunan Menara 1, 5b Rencana Pembangunan Menara 2, 5c Rencana Pembangunan Menara 3, 5d Rencana

Pembangunan Menara 4

Proyek Fin’s Labyrinth ini terdiri dari tambak ikan dan 4 menara yang masing-masingnya menawarkan beberapa program

yang menarik dan produktif yang menjadi modal dan dasar dibangunnya proyek ini, diantaranya: Dapur dan Restoran,

Kelas dan Galeri, Water Testing dan Activity Rental, serta Processing/Fishing dan Lab/Offices. Menara ini seperti tanaman

yang tumbuh dari dasar tanah dan berusaha meraih sinar matahari. Tinggi dan infrastruktur bangunan ini memberi energi

potensial yang diperlukan untuk menampung air hujan, menyaringnya dan menyebarkannya di seluruh tambak. Pada

setiap kesempatan, input dan output dari budidaya ikan, aktivitas manusia serta kehidupan tanaman air dirantai ke

ekologi produktif dimana limbah dari satu sistem berfungsi sebagai makanan bagi makhluk hidup yang lainnya. Dengan

kata lain, Fin’s Labyrinth ini sangat ramah lingkungan karena selain menjadi tempat budidaya ikan, Fin’s Labyrinth ini juga

dapat mengurangi volume sampah karena dapat mengolah limbahnya menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah.

III. Penutup

Fin’s Labyrinth merupakan “The aqueous urban space” yang dilengkapi dengan budidaya ikan menghasilkan sebuah

proyek yang sangat kaya dan menyenangkan. Kualitas dari proyek ini yang bersifat mendidik dengan adanya peternakan

ikan ditambah dengan ruang rekreasi menciptakan sebuah perjalanan dengan pengalaman yang menggugah pikiran.

Selain itu, proyek ini juga ramah lingkungan karena limbah dari satu sistem berfungsi sebagai makanan bagi makhluk

hidup pada sistem yang lainnya. Proyek ini juga merupakan ‘supermarket interaktif’ dimana pengunjung dapat memilih

sendiri ikan yang ingin disantapnya dan bermain bersama ikan tersebut sebelum kemudian menyantapnya.

Fin’s Labyrinth merupakan peternakan air besar yang dapat berfungsi ganda sebagai taman yang dapat mengubah

sepotong tanah di tengah kota menjadi lahan pertanian atau peternakan yang berkelanjutan. Menjadi solusi bagi

permalasahan di kota-kota besar dimana lahannya cenderung lebih sulit untuk dijadikan lahan pertanian maupun

peternakan.

a

.

b c d

IV. Daftar Pustaka

http://www.designwith.co/testersite/category/fins-labyrinth#1713/fins-labyrinth-narrative (diakses pada 11

Desember 2013, pukul 20.05 WIB)

http://www.okeanosgroup.com/blog/aquariums/dont-be-a-square-tube-shaped-aquariums/ (diakses pada 13

Desember 2013, pukul 10.13 WIB)

http://www.suckerpunchdaily.com/2011/09/23/fins-labyrinth/#more-15894 (dikases pada 11 Desember 2013, pukul

21.45 WIB)

http://www.trendhunter.com/trends/fin-s-labyrinth (diakses pada 5 Desember 2013, pukul 22.24 WIB)