wrap up skenario 3 muskuloskeletal (3)

25
1. Memahami dan menjelaskan Os. Femur dan Coxae 1.1. Makroskopis Tulang dibedakan menjadi 3 berdasarkan struktur makro, yakni: tulang panjang, tulang pendek dan tulang tipis. Tulang panjang seperti pada os. Femoris, tulang pendek seperti pada tulang karpal dan tarsal, sedangkan tulang tipis pada tulang kepala dan scapula. 1.1.1. Os. Coxae

Upload: fldnaziz

Post on 30-Sep-2015

133 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

pbl skenario 3 blok muskuloskeletal universitas yarsi

TRANSCRIPT

1. Memahami dan menjelaskan Os. Femur dan Coxae1.1. MakroskopisTulang dibedakan menjadi 3 berdasarkan struktur makro, yakni: tulang panjang, tulang pendek dan tulang tipis. Tulang panjang seperti pada os. Femoris, tulang pendek seperti pada tulang karpal dan tarsal, sedangkan tulang tipis pada tulang kepala dan scapula.1.1.1. Os. Coxae

1.1.2. Os. Femur

1.2. MikroskopisTulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat. Tulang panjang memiliki 2 struktur, yaitu tulang kompakta dan tulang spongiosa. Tulang kompakta merupakan tulang padat, yang terdiri atas serat kolagen yang tersimpan dalam lapisan lapisan tipis yang disebut lamel. Sedangkan untuk tulang spongiosa terdiri atas daerah yang saling berhubungan dan tidak padat

Gambar. Pembagian daerah tulangTulang terdiri atas dua bagian yakni, diaphysis dan epiphysis. Diaphyisis lebih banyak disusun oleh tulang kompakta, sedangkan bagian epiphysis lebih banyak disusun oleh tulang spongiosa karena dapat melakukan pemanjangan (pertumbuhan).

Gambar. Struktur TulangGambar. Tulang KompaktaTulang kompakta memiliki lamellae yang tersusun dalam tiga gambaran umum yakni :1. Lamelae sirkumfleksia sejajar terjadap permukan bebas periosteum dan endoosteum.2. System Havers (osteon) sejajar terhadap sumbuh sejajar tulang kompakta. Lapisan lamellar 4-20 tersusun secara konsentris disekitar ruang vascular. 3. System intersisial adalah susunan tidak teratur dari lamel lamel, secara garis besar membentuk segitiga dan segiempat.Pada tulang kompakta juga terdapat kanal Havers, kanal Volkman, lacuna dan kanalikuli. Osteoclast

Gambar. Tulang SpongiosaSel-sel pada tulang spongiosa adalah :a. Osteoblast: yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.

b. Osteosit: merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang.

c. Osteoklas: sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag.

d. Sel osteoprogenitor: merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang.

Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :a. Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.b. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang. c. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi . d. Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.1.3. KinesiologyArticulatio Coxaea. Tulang penyusun : tulang antara caput femoris dan acetabulumb. Jenis sendi : Enarthrosis spheroidea (ball and socket)c. Penguat sendi : Tulang rawan pada facies lunatad. Ligamentum:(i) Lig. iliofemorale : mempertahankan art. coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.(ii) Lig. ischiofemorale : mencegah rotasi interna(iii) Lig. pubofemorale : mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi externa(iv) Lig. transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemorise. Gerak sendi :(i) Fleksi : M.iliopsoas, M.pectineus, M.rectus femoris, M.adductor longus, M.adductor brevis, M.adductor magnus pars anterior tensor fasciae latae.(ii) Ekstensi : M.gluteus maximus, M.semitendinosis, M.semimembranosus, M.biceps femoris caput longum, M.adductor magnus pars posterior.(iii) Abduksi : M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M.piriformis, M.sartorius, M.tensor fasciae latae.(iv) Adduksi : M.adductor magnus, M.adductor longus, M.adductor brevis, M.gracilis, M.pectineus, M.obturator externus, M.quadratus femoris.(v) Rotasi medialis : M.gluteus medius, M.gluteus minimus, M.tensor fasciae latae, M.adductor magnus (pars posterior).(vi) Rotasi lateralis : M.piriformis, M.obturator internus, Mm.gamelli, M.obturator Externus, M.quadratus femoris, M.gluteus maximus dan Mm.adductores.Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula articularis berjalan dari pinggir acetabulum os.coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat ke linea intertrochanterica bagian depan dan meliputi pertengahan posterior collum femoris kira-kira sebesar ibu jari diatas crista trochanterica. Bagian dari lateral dan distal belakang colum femoris adalah extracapsular articularis. Sehingga fraktur colum femoris dapat terjadi intracapsular dan extracapsular.

2. Memahami dan menjelaskan fraktur2.1. DefinisiFraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan epifisis, atau tulang rawan sendi. Patahan tadi mungkin taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser2.2. KlasifikasiA. Sudut patah a. Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ketempatnya semula, maka segmen-segmen tersebut akan stabil , dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips. b. Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahannya tidak membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit untuk diperbaiki. c. Fraktur spiral timbul akibat torsi pada ekstremitas. Jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.

Gambar 3. Klasifikasi fraktur A. transversal. B.oblik C. spiral

B. Fraktur multiple pada satu tulang a. Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.b. Fraktur kontinuita adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan labih dari dua fragmen tulang.

C. Fraktur impaksiFraktur kompresi terjadi ketika dua tulang menumbuk (akibat tubrukan) tulang ke tiga yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.

D. Fraktur patologik Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang sering kali menunjukan penurunan densitas.

Gambar 4. Jenis fraktur. A. segmental. B. kompresi C. patologik

E. Fraktur beban (kelalahan) lainnya Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru diterima untuk berlatih dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru memulai latihan lari.

F. Fraktur greenstick Fraktur greenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi normal.

G. Fraktur avulsi Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga aka n terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut.

Gambar 5. A. fraktur beban (kelelahan) B. greensctick C. avulsi

H. Fraktur sendi Catatan khusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan sendi, terutama apabila geometri sendi terganggu secara bermakna. Jika tidak ditangani secara tepat cedera semacam ini akan menyebabkan osteoarthritis pasca trauma yang progresif pada sendi yang cedera tersebut.

Gambar 6. Fraktur radius distal dengan perluasan ke sendi pergelangan tangan

I. Terbuka terhadap lingkungana. Fraktur tertutup atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.b. Fraktur tebuka atau gabungan adalah fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telah ditembus.

2.3. Etiologia. Trauma LangsungBenturan pada tulang yang mengakibatkan fraktur di tempat tersebut. Contoh : benturan pada lengan bawah menyebabkan patah tulang radius dan ulna.b. Trauma Tidak LangsungTulang mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan. Contoh : jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula/ radius distal patah.c. Fraktur PatologisFraktur yang disebabkan oleh trauma yang sedikit atau tanpa trauma. Contoh : pada orang dengan osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang, dan tumor tulang.2.4. PatofisiologiKetika terjadi patah tulang yang diakibatkan oleh truma, peristiwa tekanan ataupun patah tulang patologik karena kelemahan tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma compartement2.5. Manifestasi klinisa. Rasa nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.b. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.c. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cmd. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.2.6. Pemeriksaan fisik1. Anamnesa (Ada tidaknya trauma)Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur yang terjadi adalah fraktur patologis. Jika terjadi trauma, harus diperinci jenis, berat-ringannya trauma, arah trauma, dan posisi penderita atau ekstrimitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).1. Pemeriksaan UmumDicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya : shock pada fraktur multiple, fraktur pelvis, serta tanda-tanda fraktur terbuka terinfeksi.1. Pemeriksaan status lokalis1. Looka. Deformitas(ii) Penonjolan yang abnormalitas(iii) Angulasi(iv) Rotasi(v) Shortningb. Fungsio laesa (hilangnya fungsi) seperti pada fraktur cruris menyebabkan tidak bisa berjalan.c. Warna kulit yang kemerahan atau kehitaman atau hiperpigmentasi 1. Feel (palpasi)a. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.b. Apabila ada pembengkakan, apakah terjadi fruktuasi atau oedema terutama disekitar persendian.c. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, dan letak kelainan1. Movea. KrepitasiTerasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tp ini bukan cara yang baik dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.b. Nyeri bila ditekan, baik pada gerak aktif maupun pasif.c. Memeriksa seberapa jauh gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu dilakukan (ROM).Gerakan yang tidak normal : gerakan yang terjadi tidak pada sendi, misalnya pertengahan femur bisa digerakkan2.7. Pemeriksan penunjang1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari : Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral. Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan distal. Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang cidera maupun yang tidak terkena cedera (untuk membandingkan dengan yang normal) Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan.

Foto RontgenPada proyeksi AP kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur pada kasus yang impacted, untuk ini diperlukan pemerikasaan tambahan proyeksi axial. Pergeseran dinilai melalui bentuk bayangan tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput femoris dan ujung leher femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang terimpaksi atau tidak bergeser (stadium I dan II Garden ) dapat membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering mengalami non union dan nekrosis avaskular.Radiografi foto polos secara tradisional telah digunakan sebagai langkah pertama dalam pemeriksaan pada fraktur tulang pinggul. Tujuan utama dari film x-ray untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur. Adanya pembentukan tulang periosteal, sclerosis, kalus, atau garis fraktur dapat menunjukkan tegangan fraktur.Radiografi mungkin menunjukkan garis fraktur pada bagian leher femur, yang merupakan lokasi untuk jenis fraktur.Fraktur harus dibedakan dari patah tulang kompresi, yang menurut Devas dan Fullerton dan Snowdy, biasanya terletak pada bagian inferior leher femoralis. Jika tidak terlihat di film x-ray standar, bone scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus dilakukan.

Bone ScanningBone scanning dapat membantu menentukan adanya fraktur, tumor, atau infeksi.Bone scan adalah indikator yang paling sensitif dari trauma tulang, tetapi mereka memiliki kekhususan yang sedikit. Shin dkk. melaporkan bahwa bone scanning memiliki prediksi nilai positif 68%. Bone scanning dibatasi oleh resolusi spasial relatif dari anatomi pinggul. Di masa lalu, bone scanning dianggap dapat diandalkan sebelum 48-72 jam setelah patah tulang, tetapi sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hold dkk menemukan sensitivitas 93%, terlepas dari saat cedera.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)MRI telah terbukti akurat dalam penilaian fraktur dan andal dilakukan dalam waktu 24 jam dari cedera, namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, fraktur biasanya muncul sebagai garis fraktur di korteks dikelilingi oleh zona edema intens dalam rongga meduler. Dalam sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy, temuan pada MRI 100% sensitif pada pasien dengan hasil foto rontgen yang kurang terlihat.MRI dapat menunjukkan hasil yang 100% sensitif, spesifik dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur collum femur.2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).

3. Pemeriksaan arteriografi Dilakukan jika dicurigai telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut2.8. Diagnosis Mendiagnosis fraktur tidaklah cukup, ahli bedah harus menggambarkannya (dan menguraikannya) bersama dengan semua kompleksitasnya. a) Anamnesis ada trauma atau tidak, kapan terjadinya ?b) Fraktur itu terbuka atau tertutup ?c) Nama tulang, Tulang mana yang patah, dan patah dimana ?d) Apakah melibatkan permukaan sendi ?e) Bagaimana bentuk patahnya ?f) Displaced/undisplaced ?g) Grade (I,II,III A, B,C) ?2.9. Tata laksanaPada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur1. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. 2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. 3. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. b. Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal. 1. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal. 2. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;(1) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi(2) Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan(3) Memantau status neurologi.(4) Mengontrol kecemasan dan nyeri(5) Latihan isometrik dan setting otot(6) Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari(7) Kembali keaktivitas secara bertahap.

Pencegahan 1) Mencegah jatuh2) Mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D setiap hari. 3) Berjalan, naik tangga, angkat beban, atau menari setiap hari. 4) konsultasi dengan dokter Anda tentang memiliki kepadatan mineral tulang (BMD) tes (menditeksi osteoporosis secara dini) Memakai pelindung ketika berpartisipasi dalam olahraga kontak atau saat blading ski, bersepeda atau roller, merekomendasikan National Institutes of Health

2.10. KomplikasiKomplikasi awala. Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.b. Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.c. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk). Sindrom ini dapat ditangani dengan fascioctomi untuk tindakan operatif dan hindari elevasi.d. Trombo-emboli: obtruksi pembuluh darah karena tirah baring yang terlalu lama. Misalnya dengan di traksi di tempat tidur yang lama.e. Infeksi: pada fraktur terbuka akibat kontaminasi luka, dan dapat terjadi setelah tindakan operasi.f. Osteonekrosis (avakular): tulang kehilangan suplai darah untuk waktu yang lama (jaringan tulang mati dan nekrotik)g. Osteoatritis: terjadi karena faktor umur dan bisa juga karena terlalu gemukh. Koksavara: berkurangnya sudut leher femur.i. Anggota gerak memendek (ektrimitas).Komplikasi lambata. Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan). b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.c. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.d. Kekakuan pada sendi.e. Refraktur: terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang solid.2.11. PrognosisWaktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung pada lokasi fraktur juga umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan fraktur:Lokasi FrakturMasa PenyembuhanLokasi FrakturMasa Penyembuhan

1. Pergelangan tangan3-4 minggu7. Kaki3-4 minggu

2. Fibula4-6 minggu8. Metatarsal5-6 minggu

3. Tibia4-6 minggu9. Metakarpal3-4 minggu

4. Pergelangan kaki5-8 minggu10. Hairline2-4 minggu

5. Tulang rusuk4-5 minggu11. Jari tangan2-3 minggu

6. Jones fracture3-5 minggu12. Jari kaki2-4 minggu

Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu), lansia (> 8 minggu)Jumlah Kematian dari fraktur: 4,3 per 100.000 dari 1.302 kasus di Kanada pada tahun 1997Tingkat kematian dari fraktur:a. Kematian : 11.696b. Insiden : 1.499.999c. 0,78% rasio dari kematian per insidenProses penyembuhan tulang sebagai berikut: Tahap Inflamasi.Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap Proliferasi Sel. Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif. Tahap PembentukanKalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan. Tahap Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif. Tahap Menjadi Tulang Dewasa(Remodeling)

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan danremodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung. Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling(pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodelingtulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative.Remodelingjuga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad. C, 1998)

DAFTAR PUSTAKAApley, A.G., dan Solomon, L. 1995. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Alih bahasa; fr. Edi Nugroho. Jakarta: Widya medika Eroschenko,Victor P. 2002. Atlas histologi diFiore edisi 11. Jakarta: EGC.Sjamsuhidjat R,Wim de J. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000001.htmhttp://www.localhealth.com/article/fractures-1/treatmentshttp://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00392