wrap up sk 1 b11 blok respirasi

39
BLOK RESPIRASI WRAP UP KELOMPOK B 11 Ketua : Zulfikar Caesar N (1102014294) Sekretaris : Rista Triana K (1102014228) Anggota : Arisya Hanifah N (1102011045) Nidaul Hasanah (1102012192) Muhamad Rezha C (1102014163) Sella Pratiwi (1102014240) Rezkina Azizah P (1102014225) Santi Noor A (1102014237) Nurhayati ` (1102014201)

Upload: rista-triana

Post on 13-Apr-2016

249 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

b11

TRANSCRIPT

Page 1: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

BLOK RESPIRASI

WRAP UP KELOMPOK B 11

Ketua : Zulfikar Caesar N (1102014294)

Sekretaris : Rista Triana K (1102014228)

Anggota :

Arisya Hanifah N (1102011045)

Nidaul Hasanah (1102012192)

Muhamad Rezha C (1102014163)

Sella Pratiwi (1102014240)

Rezkina Azizah P (1102014225)

Santi Noor A (1102014237)

Nurhayati ` (1102014201)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

Page 2: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

2016

SKENARIO

NYERI SENDISeorang laki-laki, umur 20 tahun , selalu bersin-bersiin di pagi hari., keluar

ingus encer, gatal di hidung dan mata. Keluhan juga timbul bila udara berdebu. Keluhan seperti ini sudah diderita sejak usia 14 tahun. Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit serupa, kecuali penyakit asma pada ayah pasien. Pasien rajin solat tahajud, sehingga dia bertanya apakah ada hubungan memasukan air ke hidung di malam hari dengan keluhannya ini? Pasien menanyakan ke dokter mengapa bisa terjadi demikian, dan apakah berbahaya apabila menderita keluhan ini dalam jangka waktu yang lama.

IDENTIFIKASI KATA SULIT1. Asma : radang kronis saluran nafas yang menybabkan peningkatan

hiperresponsif saluran nafas2. Ingus : mucus atau secret yang keluar dari hidung 3. Bersin : keluarnya udara semiotonom dari hidung dan mulut

Pertanyaan dan jawaban

1. Mengapa gejala terjadi pada pagi hari ?Jawab: karena pada pagi hari suhu dingin atau rendah, pasien di scenario kemungkinan alergi terhadap suhu dingin.

2. Mengapa bias terjadi bersin-bersin? Jawab : reflek bersin timbul karena cilia terpapar allergen. Pada scenario ini alergennya adalah debu.

3. Apa penyebab gatal pada hidung ?Jawab : karena adanya histamine.

4. Apa hubungan bersin-bersin dengan memasukan air ke dalam hidung ?Jawab : karena pasien kemungkinan alergi suhu dingin.

5. Mengapa ingus yang keluar encer ? Jawab : karena etiologi dari scenario ini adalah non-infeksi.

6. Apakah ada hubungan penyakit asma pada ayah pasien?Jawab : ada, alergi dapat menurun secara genetic.

7. Apa yang terjadi bila dibiarkan dalam jangka waktu yang panjang ?Jawab : jika tidak ditangani dapat menimbulkan polip.

1

Page 3: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

8. Apa diagnosis dari scenario ini?

Jawab : rhinitis Alergi

HIPOTESA

Udara dingin dan debu dapat mengakibatkan terjadinya alergi pada hidung yang disebut rhinitis alergi. Gejala dapat berupa bersin –bersin, ingus encer dan bening, dan gatal di hidung dan mata. Apabila tidak di terapi dapat menimbulkan polip yang pada akhirnya dapat menyebabkan sinusitis.

2

Page 4: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

SASARAN BELAJAR

LO. I Memahami dan menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas

I.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopis Anatomi Saluran Pernafasan Atas

I.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis Anatomi Saluran Pernafasan Atas

LO.II. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi pernafasan

LO.III. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis alergi

III.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Rhinitis alergi

III.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Rhinitis alergi

III.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Rhinitis alergi

III.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Rhinitis alergi

III.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Rhinitis alergi

III.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Rhinitis alergi

III.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Rhinitis alergi

III.8. Memahami dan Menjelaskan komplikasi Rhinitis alergi

III.9. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Rhinitis alergi

III.10. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Rhinitis alergi

III.11. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Rhinitis alergi

LO.IV. Memahami dan Menjelaskan Menjaga saluran nafas dalam islam

3

Page 5: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

LO. I Memahami dan menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas

I.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopis Anatomi Saluran Pernafasan Atas

Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:

Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis.

Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, saccus alveolaris dan alveolus.

A. HIDUNG Mempunyai 2 buah nares anterior = aperture nasalis anterior = lubang hidung

= nostril Vestibulum nasi adalah bagian depan rongga hidung, tempat muara nares

anterior. Pada mucusa hidung, terdapat silia yang kasar untuk penyaring udara

Rangka hidung terdiri dari bagian luar dibentuk oleh tulang-tulang : os nasal, processus frontalis os maxillaris

4

Page 6: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan disebut dengan cavum nasi (mulai dari nares anterior sampai ke nares posterior, yang dikenal dengan choanae)

Cavum nasi (rongga hidung) mempunyai : dasar, atap, dinding lateral dan medialDasar = dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan lamina horizontal os palatinusAtap = dibentuk oleh os frontale dan os nasal, bagian tengah oleh lamina cribrosa os ethmoidalisDinding = bagian lateral oleh tonjolan tulang conchae nasalis (superior, media, inferior). Diantaranya ada saluran yang dinamakan meatus nasalis (superior, media, inferior)

Sekat Antara kedua rongga hidung dibatasi oleh dinding yang berasal dari tulang dan mucusa disebut septum nasi, yang dibentuk oleh tulang-tulang : cartilage septi nasi, os vomer, lamina perpendicularis os ethmoidalis

Persarafan hidunga. Persarafan sensorik dan sekremotorik hidung :

1. Bagian depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensoris dari N.nasalis, N.ethmoidalis anterior → semuanya cabang N.opthalmicus (N.V1)

2. Bagian bawah belakang termasuk mucusa conchae nasalis depan dipersarafi oleh rami nasalis posterior (cabang dari N.maxillaris/N.V2)

3. Daerah nasopharynx dan conchae nasalis belakang mendapat persarafan sensorik dari cabang ganglion pterygolapatinum

b. Nervus olfactorius (N.I) Perdarahan hidung

a. Berasal dari a.carotis interna dan a. carotis externab. A. carotis interna mempercabangkan arteria opthalmica, selanjutnya

bercabang lagi menjadi :1. Arteria ethmoidalis anterior dengan cabang-cabang : a.nasalis

externa, lateralis, a.septalis anterior2. Arteria athmoidalis posterior, selanjutnya bercabang lagi menjadi

a.nasalis posterios, a. nasalis posterior, lateral dan septal, a.palatinus majus

c. A.carotis externa mempercabangkan dari a.maxillaris ke A.spenopalatinum

d. Ketika pembuluh darah diatas pada mukosa hidungmembentuk anyaman kapiler pembuluh darah yang dinamakan plexis kisselbach (mudah pecah oleh trauma/infeksi sehingga sering menjadi sumber epitaxis (perdarahan hidung terutama pada anak

B. SINUS PARANASALIS Adalah sinus-sinus atau rongga-rongga yang berhubungan dengan cavum

nasi. Ada 4 macam, yaitu :i. Sinus sphenoidalis (2 buah) : mengeluarkan sekresinya melalu recessus

sphenoethmoidalis keluar pada meatus superiorii. Sinus frontalis : ke meatus mediaiii.Sinus ethmoidalis : ke meatus superior dan media

5

Page 7: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

iv. Sinus Maxillaris : ke meatus media, berbentuk pyramid terapat dalam corpus maxillare di belakang pipi (os zygomaticum), dasar sinus berhubungan dengan akar gigi premolar dan molar

Sinus-sinus di atas dilapisi oleh mucoperiosteum dan terisi udara yang berfungsi sebagai resonator suara dan sekresi sinus dialirkan pada cavum nasi dan bila aliran tersumbat maka sinus berisi cairan dapat merubah kualitas suara

Pada sudut mata medial terdapat hubungan hidung dan mata melalui ductus nasolacrimalis tempat keluarnya air mata ke hidung melalui meatus inferior

Pada nasofaring terdapat hubungan hidung dengan rongga telinga melalui OPTA

C. NASOPHARYNX Adalah daerah yang terletak di belakang choanae / nares posterior dapat

dicari dengan memakai Rhinoscopy posterior :i. Tonsilla pharyngealis terletak di bagian atasii. Bagian ujung belakang conchae nasalisiii.Torus tubarius daerah yang menonjol osteum pharyngeum tubaiv. Osteum pharyngeum tuba auditiva (lubang yang menghubungkan hidung

dengan bagian dalam telinga)

D. LARYNX Adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada system

respirasi dan berperan dalam pembentukan suara. Terletak setinggi vertebrae cervicalis 4,5 dan 6, di bawah lidah dan tulang os hyoid (batas dagu dan leher), dibagian depan terdapat otot-otot dan bagian lateral ditutupi kelenjar tiroid. Daerah ini dimulai dari aditus larynges sampai batas bawah cartilage cricoid

6

Page 8: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Rangka larynx dibentuk oleh : tulang (1 buah os hyoid) dan cartilage (1buah thyroid, 2buah arytenoid, 1buah epiglottis) yang dihubungkan oleh membrane dan ligamentum serta digerakkan oleh otot-otot larynx

Pada arytenoid di bagian ujung terdapat tulang rawan kecil yaitu, cartilage corniculata dan cuneiforme (Sepasang), cricoid (1buah) bentuk cincin bagian terbawah dari larynx

Larynx merupakan ruang yang berbentuk rongga disebut dengan cavitas larynges. Pada bagian atas disebut sebagai pintu larynx yang dikenal dengan aditus larynges dan bagian bawah lebih kecil dan terbentuk oleh cartilage cricoid yang berbentuk lingkaran

Cavitas larynges terbagi dalam 3 bagian :I. Vestibulum larynges : dari aditus sampai plica vestibularisII. Daerah tengah : dari plica vestibularis sampai setinggi vocalisIII. Daerah bawah : dari plica vocalis sampai ke pnggir bawah cartilage

cricoid Fossa piriformis adlaah recessus yang terdapat di Antara kedua sisi lipatan

dan aditus larynges, yang dibatasi oleh plica aryepiglotica di medial dan cartilage tiroid sebelah lateral

Sinus laringis (ventriculus laringis) adalah ruang yang terdapat di Antara plica vestibularis dan plica vocalis

Os hyoid (1buah)a. Terbentuk dari jaringan tulangb. Mempunyai 2 cornu (cornu majus dan minus)c. Dapat diraba pada batas Antara leher atas dengan pertengahan dagud. Berfungsi tempat perlekatan otot mulut dan cartilage thyroid

Cartilage thyroid (1buah)a. Terletak di bagian depan dan dapat diraba tonjolah yang dikenal dengan

prominen’s laryngesb. Melekat ke atas dengan os hyoid dan ke bawah dengan cartilage cricoid,

ke belakang dengan arytenoidc. Jaringan ikatnya adalah membrane thyrohyoidd. Mempunyai cornu superior dan inferiore. Pendarahan dari a.thyroidea superior dan inferior

Cartilage arytenoid (2buah)a. Terletak posterior dari lamina cartilage thyroid dan diatas cartilage

cricoidb. Mempunyai bentuk seperti burung penguin, ada cartilage corniculata dan

cuneiformec. Kedua arythenoid dihubungkan oleh m.arythenoideus transversus

Epiglottisa. Tulang rawan berbentuk sendok, yang terletak di bawah radix lingueb. Tangkainya melekat pada cartilage thyroid di Antara kedua cartilage

arythenoidc. Berfungsi membuka dan menutup aditus laryngesd. Mempunyai lipatan plica epiglotica mediana dan lateralis, lekukkan di

sisi kiri dan kanan disebut sebagai valleculae. Berhubungan dengan cartilage arythenoid melalui m.aryeoigloticaf. Pada waktu biasa epiglottis terbuka, tetapi pada waktu menelan epiglottis

menutup aditis larynges supaya makanan tidak masuk ke larynx Cartilago cricoid

7

Page 9: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

a. Batas bawah cartilage thyroid (daerah larynx)b. Berhubungan dengan thyroid dengan ligamentum cricothyroid dan

m.cricothyroid medial lateralc. Batas bawah adalah cincin pertama trachead. Berhubungan dengan cartilage arythenoid dengan m.cricoarytenoideus

posterior dan lateralis

I.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis Anatomi Saluran Pernafasan Atas

Ket: epitel respirasi

Rongga hidung

Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada

vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu

hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi

sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang

dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka

(superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya.

Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan

konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk

fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel

penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan

dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia,

8

Page 10: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan

neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar

Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret

yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses

neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan

vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara

yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan

sebelum masuk lebih jauh.

Ket: epitel olfaktori

Sinus paranasalis

Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan

sinus sphenoid, semuanya berhubungan langsung dengan rongga

hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih

tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria

yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang

menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke

rongga hidung.

Faring

Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak

dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe

skuamosa/gepeng.

Laring

Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea.

Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin 9

Page 11: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan

sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan

juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan

lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh

epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh

epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat

kelenjar campuran mukosa dan serosa.

Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas

ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara

palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar

serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri

dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan

muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu

terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.

LO.II. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi pernafasan

Proses pernapasan dibagi menjadi 2,yaitu:1. Pernapasan luar (eksternal)

Dimana terjadi penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan.

2. Pernapasan dalam (internal)Akan terjadi penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya.

Fungsi pernapasan Mengeluarkan air dan panas dari tubuh Proses pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 dalam paru Meningkatkan aliran balik vena Mengeluarkan dan memodifikasikan prostaglandin

A. Mekanisme pernapasan berdasarkan anatomiPada waktu inspirasi udara masuk melalui kedua nares anterior → vestibulum

nasi →cavum nasi lalu udara akan keluar dari cavum nasi menuju → nares posterior (choanae) → masuk ke nasopharynx,masuk ke oropharynx (epiglottis membuka aditus laryngis) → daerah larynx → trakea.masuk ke bronchus primer → bronchus sekunder → bronchiolus segmentalis (tersier) → bronchiolus terminalis → melalui bronchiolus respiratorius → masuk ke organ paru → ductus alveolaris → alveoli.pada saat di alveoli terjadi pertukaran CO2 (yang dibawa A.pulmonalis)lalu keluar paru dan O2 masuk kedalam vena pulmonalis.lalu masuk ke atrium sinistra → ventrikel sinistra → dipompakan melalui aorta ascendens → masuk sirkulasi sistemik → oksigen (O2) di distribusikan keseluruh sel dan jaringan seluruh tubuh melalui

10

Page 12: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

respirasi internal,selanjutnya CO2 kembali ke jantung kanan melalui kapiler / vena → dipompakan ke paru dan dengan ekspirasi CO2 keluar bebas.

B. Mekanisme pernapasan berdasarkan fisiologinyaInspirasi merupakan proses aktif ,akan terjadi kontraksi otot – otot ,inspirasi

akan meningkatkan volume intratorakal,tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari normal sekitar -2,5 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi menjadi – 6 mm Hg.jaringan paru semangkin tegang ,tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif dan udara mengalir kedalam paru.pada akhir inspirasi daya rekoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi ,sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan paru dan dinding dada.tekanan didalam saluran udara menjadi sedikit positif dan udara mengalir meninggalkan paru,selama pernapasan tenang,ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume inratorakal,namun pada awal ekspirasi masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi,kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi.

C. Menjelaskan mekanisme / proses batuk dan bersinBatuk diawali dengan inspirasi dalam dan diikuti oleh ekspirasi kuat melawan glotis yang tertutup,hal ini meningkatkan tekanan intrapleura mencapai 100 mm Hg / lebih,glotis terbuka secara tiba-tiba mengakibatkan ledakan aliran udara ke luar dengan kecepatan mencapai 965 km(600 mil) / jam.bersin merupakan hal yang serupa dengan glotis yang terus terbuka ,kedua reflex ini membantu pengeluaran iritan dan menjaga saluran udara tetap bersin.

LO.III. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis alergi

III.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Rhinitis alergi

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang samaserta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986). Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma,2001), rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.

III.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Rhinitis alergi

a. Rinitis Alergi

Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas memiliki peran penting. Pada 20 – 30 % semua populasi dan pada 10 – 15 % anak semuanya atopi. Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau mencapai 50 %. Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki kecenderungan alergi.

11

Page 13: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur, serbuk sari, dan lain-lain.

b. Rinitis Nonalergi

1. Rinitis vasomotor

Keseimbangn vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :

a) Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti: ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.

b) Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang tinggi, dan bau yang merangsang

c) Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme

d) Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)

2. Rinitis Medikamentosa

Rinitis Medikamentosa merupakan akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan, sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini disebabkan oleh pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).

3. Rinitis Atrofi

Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.

III.3. Memahami dan Menjelaskan klasifikasi Rhinitis alergi

a. Rhinitis Seasonal (hay fever) : alergi yang terjadi karena menghirup alergen yang terdapat secara musiman, seperti serbuk sari bunga

b. Rhinitis Perrenial : alergi yang terjadi tanpa tergantung musim, hampir sepanjang hari dalam setahun, misalnya alergi, debu, bulu binatang, jamur, dan lain-

12

Page 14: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

lain. Dan umumnya menyebabkan gejala kronis yang lebih ringan. Alergennya umumnya diperoleh dari dalam rumah

c. Rhinitis Occupational : alergi sebagai akibat paparan alergen tempat kerja, misalnya paparan terhadap agen dengan bobot molekul tinggi, agen berbobot molekul rendah atau zat-zat iritan, melalui mekanisme imunologi yang tidak begitu diketahui

III.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Rhinitis alergi

Rhinitis alergi melibatkan radang selaput lendir hidung, mata, tabung eustachius, telinga tengah, sinus, dan faring. Hidung selalu terlibat, dan organ-organ lain yang terpengaruh pada individu tertentu. Radang selaput lendir ditandai dengan interaksi yang kompleks dari mediator inflamasi tetapi akhirnya dipicu oleh imunoglobulin E respon (IgE)-dimediasi ke protein ekstrinsik.

Kecenderungan untuk mengembangkan alergi, atau IgE-mediated, reaksi terhadap alergen ekstrinsik (protein yang dapat menyebabkan reaksi alergi) memiliki komponen genetik. Pada individu yang rentan, pajanan terhadap protein asing tertentu menyebabkan sensitisasi alergi, yang ditandai oleh produksi IgE spesifik diarahkan terhadap protein ini. Ini khusus mantel IgE permukaan sel mast, yang hadir dalam mukosa hidung. Ketika protein tertentu (misalnya, butiran serbuk sari tertentu) yang dihirup ke dalam hidung, dapat mengikat IgE pada sel mast, menyebabkan pembebasan segera dan tertunda dari sejumlah mediator.

Para mediator yang segera dirilis termasuk histamin, tryptase, chymase, kinins, dan heparin. Sel-sel mast cepat mensintesis mediator lain, termasuk leukotrien dan prostaglandin D2. Mediator ini, melalui berbagai interaksi , akhirnya mengarah pada gejala Rhinorrhea (yaitu, hidung tersumbat, bersin, gatal, kemerahan, merobek, bengkak, tekanan telinga, postnasal drip). Kelenjar mukosa distimulasi, menyebabkan peningkatan sekresi. Permeabilitas pembuluh darah meningkat, menyebabkan eksudasi plasma. Vasodilatasi terjadi, menyebabkan kemacetan dan tekanan. Saraf sensorik distimulasi, menyebabkan bersin dan gatal-gatal. Semua peristiwa ini dapat terjadi dalam hitungan menit, maka, reaksi ini disebut awal, atau langsung, fase reaksi. Lebih dari 4-8 jam, mediator ini, melalui interaksi yang rumit dari peristiwa, mengarah pada perekrutan sel inflamasi lain untuk mukosa, seperti neutrofil, eosinofil, limfosit, dan makrofag. Ini hasil dalam peradangan lanjutan, disebut respon fase akhir. Gejala-gejala respon akhir-fase yang mirip dengan fase awal, tetapi kurang bersin dan gatal-gatal dan kemacetan lebih dan produksi lendir cenderung terjadi. Tahap akhir dapat bertahan selama berjam-jam atau berhari-hari. Efek sistemik, termasuk kelelahan, mengantuk, dan malaise, dapat terjadi dari respon inflamasi. Gejala ini sering menyebabkan gangguan kualitas hidup.

13

Page 15: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

III.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Rhinitis alergi

a. Bersin b. Gatal: Hidung, mata, telinga, mata, langit-langit c. rhinorrhea d. postnasal drip e. Kemacetan f. anosmia g. sakit kepalah. sakit telingai. Tearing j. Mata merahk. pembengkakan l. Kelelahan m. Mengantuk n. Malaise

III.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Rhinitis alergi

Anamnesis

Rhinitis alergi dapat ditegakan apabila 2 atau lebih gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus encer lebih dari satu jam, hidung tersumbat dan mata merah serta berair maka dinyatakan positif.

Pemeriksaan Fisik

Pada muka di dapatkan garis Dennie-Morgan dan allergic shiner serta allergic crease yaitu berupa garis melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga bawah. Dengan

14

Page 16: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

rinoskopi ditemukan permukaan hidung basah, berwarna pucat atau livid dengan chonca edema dengan sekret yang encer dan banyak. Polip hidung dapat memperberat gejala hidung tersumbat. Dapat pula ditemukan konjungtivitis bilateral atau penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis media.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. In vitro

Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaanIgE total ( prist-paper radio imunosorbent test ) sering kali menunjukkan nilai normal, kecualibila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. Lebih bermakna adalah dengan RAST ( Radio Immuno Sorbent Test ) atau ELISA ( Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test ).Pemeriksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap bergunasebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkankemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan,sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri (Irawati, 2002).

b. In vivo

Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atauintradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-point Titration /SET). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkatkepekatannya. Keuntungan SET, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosisinisial untuk desensitisasi dapat diketahui (Sumarman, 2000). Untuk alergi makanan, uji kulitseperti tersebut diatas kurang dapat diandalkan. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan dieteliminasi dan provokasi (“Challenge Test ”). Alergen ingestan secara tuntas lenyap dari tubuhdalam waktu lima hari. Karena itu pada Challenge Test , makanan yang dicurigai diberikanpada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada dieteliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu ketikagejala menghilang denganmeniadakan suatu jenis makanan

c. Uji kulit cukit (Skin Prick Test)

Tes ini mudah dilakukan untuk mengetahui jenis alergen penyebab alergi. Pemeriksaan ini dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak-anak. Tes ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tinggi terhadap hasil pemeriksaan IgE spesifik. Akan lebih ideal jika bisa dilakukan Intradermal Test atau Skin End Point Titration Test bila fasilitas tersedia.

d. IgE serum total.

15

Page 17: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Kadar meningkat hanya didapati pada 60% penderita rinitis alergi dan 75% penderita asma. Kadar IgE normal tidak menyingkirkan rinitis alergi. Kadar dapat meningkat pada infeksi parasit, penyakit kulit dan menurun pada imunodefisiensi. Pemeriksaan ini masih dipakai sebagai pemeriksaan penyaring tetapi tidak untuk diagnostik.

e. IgE serum spesifik.

Pemeriksaan ini dilakukan apabila pemeriksaan penunjang diagnosis rinitis alergi seperti tes kulit cukit selalu menghasilkan hasil negatif tapi dengan gejala klinis yang positif. Sejak ditemukan teknik RAST (Radioallergosorbent test) pada tahun 1967, teknik pemeriksaan IgE serum spesifik disempurnakan dan komputerisasi sehingga pemeriksaan menjadi lebih efektif dan sensitif tanpa kehilangan spesifisitasnya, seperti Phadebas RAST, Modified RAST, Pharmacia CAP system dan lain-lain. Waktu pemeriksaan lebih singkat dari 2-3 hari menjadi kurang dari 3 jam saja.

f. Pemeriksaan sitologis atau histologis,

Bila diperlukan untuk menindaklanjuti respon terhadap terapi atau melihat perubahan morfologik dari mukosa hidung.

g. Tes provokasi hidung (Nasal Challenge Test).

Dilakukan bila ada keraguan dan kesulitan dalam mendiagnosis rinitis alergi, dimana riwayat rinitis alergi positif, tetapi hasil tes alergi selalu negatif.

h. Foto polos sinus paranasal/CT Scan/MRi.

Dilakukan bila ada indikasi keterlibatan sinus paranasal, seperti adakah komplikasi rinosinusitis, menilai respon terhadap terapi dan jika direncanakan tindakan operasi.

III.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Rhinitis alergi

Rhinitis Vasomotor : suatu keadaan idiopatik yang didiagnosis tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal dan pajanan obat.

Rhinitis Medikamentosa : suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang diakibatkan oleh pemakaian vasokonstriktor topikal dalam waktu lama dan berlebihan sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap.

Rhinitis Simpleks : penyakit yang diakibatkan oleh virus. Biasanya adalah rhinovirus. Sangat menular dan gejala dapat timbul sebagai akibat tidak adanya kekebalan atau menurunnya daya tahan tubuh.

Rhinitis Hipertrofi :Hipertrofi chonca karena proses inflamasi kronis yang disebabkan oleh bakteri primer atau sekunder.

16

Page 18: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Rhinitis Atrofi : Infeksi hidung kronik yang ditandai adanya atrofi progresif pada mukosa dan tulang chonca.

III.8. Memahami dan Menjelaskan komplikasi Rhinitis alergi

Polip Hidung : Inspisited mucous gland, akumulasi sel-sel inflamasi yang banyak, hiperplasia epitel, hiperplasia sel goblet, dan metaplasia skuamosa.

Otitis media : terutama pada anak-anak

Sinusitis paranasal : Inflamasi mukosa satu atau lebih sinus paranasal akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut menyuburkan pertumbuhan bakteri aerob yang akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel.

III.9. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Rhinitis alergi

NON FARMAKOPengelolaan rhinitis alergi terdiri dari 3 kategori utama dari pengobatan, (1) langkah-langkah pengendalian lingkungan dan menghindari alergen, (2) manajemen farmakologis, dan (3) imunoterapi.

1. Langkah-langkah Pengendalian Lingkungan dan Menghindari Alergen i. Menghindari pencetus (alergen). Amati benda-benda apa yang menjadi

pencetus(debu, serbuk sari, bulu binatang, dll)ii. Jika perlu, pastikan dengan skin test

iii. Jaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindari kegiatan berkebun. Jika harus berkebun, gunakan masker wajah

2. Menggunakan obat untuk mengurangi gejalai. Antihistamin

ii. Dekongestaniii. Kortikosteroid nasaliv. Sodium kromolinv. Ipratropium bromida

vi. Leukotriene antagonis

3. ImunoterapiImunoterapi dengan alergen spesifik digunakan bila upaya penghindaran alergen dan terapi medikamentosa gagal dalam mengatasi gejala klinis rinitis alergi. Terdapat beberapa cara pemberian imunoterapi seperti injeksi subkutan, pernasal, sub lingual, oral dan lokal. Pemberian imunoterapi dengan menggunakan ekstrak alergen standar selama 3 tahun, terbukti memiliki efek preventif pada anak penderita asma yang disertai seasonal rhinoconjunctivitis mencapai 7 tahun setelah imunoterapi dihentikan

FARMAKO

1. ANTIHISTAMIN

17

Page 19: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Suatu zat atau obat untuk menekan reaksi histamin sebagai faktor alergen bagi tubuh. Mekanisme :

i. Menahan aktifitas sel mast untuk tidak mengalami degranulasiii. Terdapat 2 blocker : AH1 dan AH2

Antihistamin 1i. Farmakodinamik :

Antagonis kompetitif pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos. Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pengelepasan histamin endogen berlebihan.

ii. Farmakokinetik :Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik. Kadar

tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 adalah hati.

iii. Penggolongan AH1a. AH generasi 1 Contoh : etanolamin,Etilenedamin,Piperazin ,Alkilamin ,Derivat fenotiazin Keterangan : sedasi ringan-berat, antimietik dan komposisi obat flu,

antimotion sickness Indikasi AH1 berguna untuk penyakit : Alergi, Mabuk perjalanan, Anastesi

lokal, Untuk asma berbagai profilaksis Efek samping

Vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, insomnia, tremor, mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, lemah pada tangan.

b. Antihistamin golongan 1 – lini pertama Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan

secara peroral. Bersifat lipofilik, dapat menembus sawar darah otak, mempunyai efek pada

SSP dan plasenta. Kolinergik Sedatif : Oral (difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin) dan

Topikal (Azelastin)

Antagonis Reseptor H2 (AH2) Contoh : simetidin dan ranitidine Farmakodinamik : Menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel.

Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi asam lambung dihambat.

Farmakokinetik a) Bioavibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian

intravena atau intramuskular. Ikatan absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan, sehingga simetidin diberikan segera setelah makan.

b) Bioavibilitas ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien penyakit hati.

Indikasi : efektif untuk mengatasi gejala tukak duodenum. Efek samping : pusing, mual, malaise, libido turun, disfungsi seksual.

2. DEKONGESTAN

18

Page 20: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Dekongestan nasal adalah alfa agonis yang banyak digunakan pada pasien rinitis alergika atau rinitis vasomotor dan pada pasien ISPA dengan rinitis akut. Obat ini menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor alfa 1 sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung.

Obat golongan ini disebut obat adrenergik atau obat simptomimetik, karena obat ini merangsang saraf simpatis. Kerja obat ini digolongkan 7 jenis :

1. Perangsangan organ perifer : otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, misal : vasokontriksi mukosa hidung sehingga menghilangkan pembengkakan mukosa pada konka.

2. Penghambatan organ perifer : otot polos usus dan bronkus, misal : bronkodilatasi.3. Perangsangan jantung : peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi.4. Perangsangan Sistem Saraf Pusat : perangsangan pernapasan dan aktivitas

psikomotor.5. Efek metabolik : peningkatan glikogenolisis dan lipolisis.6. Efe endokrin : modulasi sekresi insulin, renin, dan hormon hipofisis.7. Efek prasipnatik : peningkatan pelepasan neurotransmiter.

A. Obat Dekongestan Orali. Efedrin

Adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan efedra. Efektif pada pemberian oral, masa kerja panjang, efek sentralnya kuat. Bekerja pada reseptor alfa, beta 1 dan beta 2.Efek kardiovaskular : tekanan sistolik dan diastolik meningkat, tekanan nadi membesar. Terjadi peningkatan tekanan darah karena vasokontriksi dan stimulasi jantung. Terjadi bronkorelaksasi yang relatif lama.Efek sentral : insomnia, sering terjadi pada pengobatan kronik yanf dapat diatasi dengan pemberian sedatif.Dosis. Dewasa : 60 mg/4-6 jam

Anak-anak 6-12 tahun : 30 mg/4-6 jamAnak-anak 2-5 tahun : 15 mg/4-6 jam

ii. FenilpropanolaminDekongestan nasal yang efektif pada pemberian oral. Selain

menimbulkan konstriksi pembuluh darah mukosa hidung, juga menimbulkan konstriksi pembuluh darah lain sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan stimulasi jantung.

Efek farmakodinamiknya menyerupai efedrin tapi kurang menimbulkan efek SSP. Harus digunakan sangat hati-hati pada pasien hipertensi dan pada pria dengan hipertrofi prostat. Kombinasi obat ini dengan penghambat MAO adalah kontraindikasi. Obat ini jika digunakan dalam dosis besar (>75 mg/hari) pada orang yang obesitas akan meningkatkan kejadian stroke, sehingga hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal 75 mg/hari sebagai dekongestan.Dosis. Dewasa : 25 mg/4 jam

Anak-anak 6-12 tahun : 12,5 mg/4 jamAnak-anak 2-5 tahun : 6,25 mg/4 jam

iii. FenilefrinAdalah agonis selektif reseptor alfa 1 dan hanya sedikit mempengaruhi

reseptor beta. Hanya sedikit mempengaruhi jantung secara langsung dan tidak merelaksasi bronkus. Menyebabkan konstriksi pembuluh darah kulit dan daerah splanknikus sehingga menaikkan tekanan darah.

B. Obat Dekongestan Topikal19

Page 21: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Derivat imidazolin (nafazolin, tetrahidrozolin, oksimetazolin, dan xilometazolin).Dalam bentuk spray atau inhalan. Terutama untuk rinitis akut, karena tempat kerjanya lebih selektif. Tapi jika digunakan secara berlebihan akan menimbulkan penyumbatan berlebihan disebut rebound congestion. Bila terlalu banyak terabsorpsi dapat menimbulkan depresi Sistem Saraf Pusat dengan akibatkoma dan penurunan suhu tubuh yang hebat, terutama pada bayi. Maka tidak boleh diberikan pada bayi dan anak kecil.

3. KORTIKOSTEROID INHALASI Kortikosteroid terdapat dalam beberapa bentuk sediaan antara lain oral, parenteral,

dan inhalasi. Ditemukannya kortikosteroid yang larut lemak (lipid-soluble) seperti beclomethasone, budesonide, flunisolide, fluticasone, and triamcinolone, memungkinkan untuk mengantarkan kortikosteroid ini ke saluran pernafasan dengan absorbsi sistemik yang minim. Pemberian kortikosteroid secara inhalasi memiliki keuntungan yaitu diberikan dalam dosis kecil secara langsung ke saluran pernafasan (efek lokal), sehingga tidak menimbulkan efek samping sistemik yang serius. Biasanya, jika penggunaan secara inhalasi tidak mencukupi barulah kortikosteroid diberikan secara oral, atau diberikan bersama dengan obat lain (kombinasi, misalnya dengan bronkodilator). Kortikosteroid inhalasi tidak dapat menyembuhkan asma. Pada kebanyakan pasien, asma akan kembali kambuh beberapa minggu setelah berhenti menggunakan kortikosteroid inhalasi, walaupun pasien telah menggunakan kortikosteroid inhalasi dengan dosis tinggi selama 2 tahun atau lebih. Kortikosteroid inhalasi tunggal juga tidak efektif untuk pertolongan pertama pada serangan akut yang parah.

Berikut ini contoh kortikosteroid inhalasi yang tersedia di Indonesia antara lain:

20

Nama generik Nama dagang di Indonesia

Bentuk Sediaan

Dosis dan Aturan pakai

Beclomethasone dipropionate

Becloment (beclomethasone dipropionate 200μg/ dosis)

Inhalasi aerosol

Inhalasi aerosol: 200μg , 2 kali seharianak: 50-100 μg 2 kali sehari

Budesonide Pulmicort (budesonide

100 μg, 200 μg, 400 μg / dosis)

Inhalasi aerosolSerbuk inhalasi

Inhalasi aerosol: 200 μg, 2 kali sehariSerbuk inhalasi: 200-1600 μg / hari dalam dosis terbagianak: 200-800 μg/ hari dalam dosis terbagi

Fluticasone Flixotide (flutikason propionate50 μg , 125 μg /dosis)

Inhalasi aerosol

Dewasa dan anak > 16 tahun: 100-250 μg, 2 kali sehariAnak 4-16 tahun; 50-100 μg, 2 kali sehari

Page 22: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Dosis untuk masing-masing individu pasien dapat berbeda, sehingga harus dikonsultasikan lebih lanjut dengan dokter, dan jangan menghentikan penggunaan kortikosteroid secara langsung, harus secara bertahap dengan pengurangan dosis.

MEKANISME AKSI Kortikosteroid bekerja dengan memblok enzim fosfolipase-A2, sehingga menghambat pembentukan mediator peradangan seperti prostaglandin dan leukotrien. Selain itu berfungsi mengurangi sekresi mukus dan menghambat proses peradangan. Kortikosteroid tidak dapat merelaksasi otot polos jalan nafas secara langsung tetapi dengan jalan mengurangi reaktifitas otot polos disekitar saluran nafas, meningkatkan sirkulasi jalan nafas, dan mengurangi frekuensi keparahan asma jika digunakan secara teratur.

INDIKASI Kortikosteroid inhalasi secara teratur digunakan untuk mengontrol dan mencegah gejala asma.

KONTRAINDIKASI Kontraindikasi bagi pasien yang hipersensitifitas terhadap kortikosteroid.

EFEK SAMPING Efek samping kortikosteroid berkisar dari rendah, parah, sampai mematikan.

Hal ini tergantung dari rute, dosis, dan frekuensi pemberiannya. Efek samping pada pemberian kortikosteroid oral lebih besar daripada pemberian inhalasi. Pada pemberian secara oral dapat menimbulkan katarak, osteoporosis, menghambat pertumbuhan, berefek pada susunan saraf pusat dan gangguan mental, serta meningkatkan resiko terkena infeksi. Kortikosteroid inhalasi secara umum lebih aman, karena efek samping yang timbul seringkali bersifat lokal seperti candidiasis (infeksi karena jamur candida) di sekitar mulut, dysphonia (kesulitan berbicara), sakit tenggorokan, iritasi tenggorokan, dan batuk. Efek samping ini dapat dihindari dengan berkumur setelah menggunakan sediaan inhalasi. Efek samping sistemik dapat terjadi pada penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi yaitu pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak, osteoporosis, dan karatak.

RESIKO KHUSUS 21

Page 23: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Pada anak-anak, penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi menunjukkan pertumbuhan anak yang sedikit lambat, namun asma sendiri juga dapat menunda pubertas, dan tidak ada bukti bahwa kortikosteriod inhalasi dapat mempengaruhi tinggi badan orang dewasa.

Hindari penggunaan kortikosteroid pada ibu hamil, karena bersifat teratogenik.

III.10. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Rhinitis alergi

Rhinitis dapat dicegah dengan menghindari pemicu yang dapat menyebabkan timbulnya gejala rhinitis, contohnya menghindari lingkungan yang berpolusi atau terpapar asap rokok. Alergen seperti tungau debu sulit untuk dilihat dan bisa berkembang biak bahkan di rumah yang sangat bersih, itu sebabnya sulit untuk menghindarinya. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu menghindari alergen yang paling umum.

Tungau debu rumah

Tungau debu rumah adalah serangga mikroskopis yang berkembang biak di debu rumah tangga dan merupakan salah satu penyebab utama alergi. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membatasi jumlah tungau yang ada di dalam rumah.

• Bersihkan dengan cara mencuci atau menggunakan alat penyedot debu, barang-barang seperti tirai, bantal, kain pelapis furnitur, dan boneka anak secara rutin.

• Jangan mengelap permukaan barang dengan kain lap kering karena bisa menyebarkan alergen, tapi gunakanlah kain lap bersih yang lembap untuk membersihkan debu.

• Gunakan selimut yang terbuat dari bahan akrilik dan bantal yang berbahan sintetis.

• Sebaiknya hindari penggunaan karpet untuk melapisi lantai, pilihlah bahan vinil keras atau kayu.

• Gunakan kerai gulung yang mudah untuk dibersihkan.

Fokuskan mengendalikan tungau debu di kamar tidur dan ruang tamu karena lebih sering menghabiskan waktu di area tersebut.

Spora kapang

22

Page 24: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Spora kapang merupakan alergen yang dilepaskan oleh kapang yang tumbuh di luar maupun di dalam rumah saat suhu meningkat secara tiba-tiba pada lingkungan yang lembap.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah spora kapang, yaitu:

• Jangan memasukkan pakaian terlalu padat atau pakaian yang lembap ke lemari pakaian dan jangan menjemur pakaian di dalam ruangan tertutup.

• Gunakan penyedot yang mengisap udara keluar dan buka jendela tapi pintu harus selalu ditutup saat masak atau mandi agar udara yang lembap tidak menyebar ke seluruh ruangan di dalam rumah.

• Atasi masalah pengembunan dan kelembapan di dalam rumah.

• Pastikan rumah memiliki ventilasi yang baik dan selalu menjaga rumah dalam kondisi kering.

Hewan peliharaan

Reaksi alergi dapat terjadi jika Anda memiliki hewan peliharaan atau mengunjungi rumah yang memiliki hewan peliharaan. Hal ini terjadi karena terpapar kelupasan kulit mati hewan, kotoran dan urine kering, bukan karena bulu hewan peliharaan.

Sebaiknya tidak memelihara hewan peliharaan jika memiliki risiko terkena alergi. Di bawah ini ada beberapa petunjuk yang mungkin bisa membantu mengatasinya.

• Mandikan hewan peliharaan secara rutin, setidaknya dua pekan sekali.

• Cuci semua perabotan yang lembut dan seprai yang telah dinaiki hewan peliharaan.

• Batasi hewan peliharaan di ruangan yang tidak memiliki karpet di dalamnya atau sebisa mungkin jagalah agar tetap berada di luar ruangan.

• Rawat dan sikat hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing, secara rutin di luar ruangan.

• Jangan biarkan kamar tidur dimasuki oleh hewan peliharaan.

Minta teman atau kerabat untuk tidak menyedot debu atau menyapu rumah pada hari itu jika mengunjungi rumah mereka yang memiliki hewan peliharaan karena hal itu akan membuat alergen terbang ke udara. Untuk meredakan gejala, minumlah antihistamin satu jam sebelum memasuki rumah yang memiliki hewan peliharaan.

III.11. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Rhinitis alergi

23

Page 25: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Prognosis baik jika penderita tidak terpajan dengan alergen dan belum

terjadi komplikasi serta tidak memiliki predisposisi seperti asma dan riwayat

keluarga.

LO.IV. Memahami dan Menjelaskan Menjaga saluran nafas dalam islam

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau

bersabda,

�ن أ مع�ه س� مسلم كل ع�ل�ى ف�ح�ق ه� الل مد� ف�ح� ع�ط�س� ف�إذ�ا �اؤب� ث الت ه �كر� و�ي العط�اس� يحب ه� الل إنيط�ان الش منه ض�حك� ه�ا ق�ال� ف�إذ�ا �ط�اع� است م�ا �رده ف�لي يط�ان الش من هو� م�ا ف�إن �اؤب ث الت �ما و�أ �ه مت يش�

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Karenanya apabila

salah seorang dari kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap

muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah).

Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya hendaklah

menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan ‘haaah’, maka setan

akan menertawainya.” (HR. Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam bersabda,

�دخل ي يط�ان� الش ف�إن فيه ع�ل�ى �ده بي ف�ليمسك �ح�دكم أ �او�ب� �ث ت �ا إذ

“Bila salah seorang dari kalian menguap maka hendaklah dia menahan mulutnya

dengan tangannya karena sesungguhnya setan akan masuk.” (HR. Muslim no. 2995)

Imam Ibnu Hajar berkata, “Imam Al-Khathabi mengatakan bahwa makna cinta dan

benci pada hadits di atas dikembalikan kepada sebab yang termaktub dalam hadits itu.

Yaitu bahwa bersin terjadi karena badan yang kering dan pori-pori kulit terbuka, dan

tidak tercapainya rasa kenyang. Ini berbeda dengan orang yang menguap. Menguap

terjadi karena badan yang kekenyangan, dan badan terasa berat untuk beraktivitas, hal

ini karena banyaknya makan. Bersin bisa menggerakkan orang untuk bisa beribadah,

sedangkan menguap menjadikan orang itu malas (Fathul Baari, 10/607)

Hadits yang Membahas Mengenai Bersin

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau

bersabda,

24

Page 26: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

ه الل �رح�مك� ي �ه ل ق�ال� ف�إذ�ا ه الل �رح�مك� ي ص�احبه �و أ �خوه أ �ه ل �قل و�لي ه لل مد الح� �قل ف�لي �ح�دكم أ ع�ط�س� إذ�ا�ال�كم ب و�يصلح ه الل �هديكم ي �قل ف�لي

“Ababila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya dia mengucapkan,

“alhamdulillah” sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan,

“yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu). Jika saudaranya berkata

‘yarhamukallah’ maka hendaknya dia berkata, “yahdikumullah wa yushlih baalakum

(Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).” (HR. Bukhari no.

6224 dan Muslim no. 5033)

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu, beliau berkata bahwa beliau mendengar

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

متوه تش� ف�ال� ه� الل �حم�د ي �م ل ف�إن متوه ف�ش� ه� الل مد� ف�ح� �ح�دكم أ ع�ط�س� إذ�ا

“Bila salah seorang dari kalian bersin lalu memuji Allah maka tasymitlah dia. Tapi

bila dia tidak memuji Allah, maka jangan kamu tasymit dia.” (HR. Muslim no. 2992).

Tasymit adalah mengucapkan ‘yarhamukallah’.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata:

�ه ص�وت به�ا و�غ�ض �وبه بث �و أ �ده بي و�جه�ه غ�طى ع�ط�س� إذ�ا �ان� ك م� ل و�س� �يه ع�ل ه الل ص�لى بي الن �ن أ

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau menutup wajahnya dengan

tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” (HR. Abu Daud no. 5029, At-

Tirmizi no. 2745, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no.

4755)

Masya Allah, Sungguh luar biasa ajaran yang disampaikan oleh Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam mengenai adab ketika bersin dan menguap. Amalkanlah adab bersin

dan menguap sesuai hadits di atas agar memperoleh barokah.

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, Kamen G, Iris Rengganis (2010). Imunologi Dasar. Edisi 9. Jakarta :

Balai Penerbit FKUI

El-Bantanie, Muhammad Syafi’ie (2010). Dahsyatnya Terapi Wudhu. Jakarta :

Gramedia Pustaka Utama

Hardjodisastro, Daldiyono (2006). Menuju Seni Ilmu Kedokteran : Bagaimana Dokter

25

Page 27: Wrap Up Sk 1 B11 Blok Respirasi

Berpikir, Bekerja, dan Menampilkan Diri. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Herawati, Sri, Rukmini, Sri (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung

Tenggorok : Untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC

Kumala, Poppy [et.al] (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta : EGC

Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA (1996). Buku Ajar Histologi. Edisi 5. Jakarta : EGC

Raden, Inmar (2011). Anatomi Kedokteran Sistem Kardiovaskular dan Sistem Respiratorius.

Jakarta : Balai Penerbit FKUY

Sherwood, Lauralee (2001). Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC

Seopardi, Efiaty Arsyad, Iskandar, Nurbaiti, Bashiruddin, [et.al] (2007). Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

26