wrap up mpt sk 1

30
1. Menjelaskan dan Memahami Vaksin 1.1. Definisi Suspensi mikroorganisme ( bakteri, virus, atau riketsia ) yang dilemahkan atau dimatikan, atau suspense protein antigenic yang berasal dari mikroorganisme tersebut, yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit menular. 1.2. Macam- macam, mekanisme kerja, fungsi. Jenis vaksin Penyakit Keuntungan Kerugian Vaksin hidup Campak, parotitis, polio(sabin), virus rota, rubella, yellow fever, tuberkolosis Respon imun kuat, sering seumur hidup dengan bebrapa dosis Memerlukan alat pendingin untuk menyimpan dan dapat berubah menjadi bentuk virulen Vaksin mati Kolera, influenza, hepatitis A, pes, polio, (salk), rabies Stabil, aman dibanding vaksin hidup, tidak memerlukan alat pendingin. Respons imun lebih lemah dibanding vaksin hidup,

Upload: indahapril

Post on 09-Feb-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mpt

TRANSCRIPT

Page 1: wrap up MPT sk 1

1. Menjelaskan dan Memahami Vaksin

1.1. DefinisiSuspensi mikroorganisme ( bakteri, virus, atau riketsia ) yang dilemahkan atau dimatikan, atau suspense protein antigenic yang berasal dari mikroorganisme tersebut, yang diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit menular.

1.2. Macam- macam, mekanisme kerja, fungsi.

Jenis vaksin Penyakit Keuntungan Kerugian

Vaksin

hidup

Campak, parotitis,

polio(sabin), virus

rota, rubella, yellow

fever, tuberkolosis

Respon imun kuat, sering

seumur hidup dengan

bebrapa dosis

Memerlukan

alat pendingin

untuk

menyimpan dan

dapat berubah

menjadi bentuk

virulen

Vaksin mati

Kolera, influenza,

hepatitis A, pes,

polio, (salk), rabies

Stabil, aman dibanding

vaksin hidup, tidak

memerlukan alat

pendingin.

Respons imun

lebih lemah

dibanding

vaksin hidup,

biasanya

diperlukan

suntikan

booster.

Toksoid Difteri, tetanus

Respons imun dipacu

untuk mengenal toksin

bakteri

Subunit

(eksotoksin

yang

diinaktifkan)

Hepatitis B,

pertusis, S.

pneumoni

Antigen spesifik

menurunkan

kemungkinan efek

samping

Sulit untuk

dikembangkan

Page 2: wrap up MPT sk 1

KonjugatH. influenza B, S.

Pneumoni

Memacu sistem imun

bayi untuk mengenak

sistem teetentu

DNA Dalam uji klinis

Respons imun humoral

dan selular kuat, relatif

tidak mahal untuk

manufaktur

Belumdiperoleh

Vektor

rekombinanDalam uji klinis

Menyerupai infeksi

alamiah,menghasilkan

respon imun kuat.

Belumdiperoleh

2. Menjelaskan dan Memahami Antigen

2.1. DefinisiAntigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respons imun yang dirangsang oleh imunogen spesifik seperti antibody atau TCR.

2.2. KlasifikasiPembagian antigen menurut epitop, spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi :

a. Pembagian antigen menurut epitop :- Unideterminan, univalent

Hanya satu jenis determinan/epitop pada satu molekul- Unideterminan, multivalent

Hanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul.

- Multideterminan, univalentBanyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya ( kebanyakan protein ).

- Multideterminan, multivalentBanyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul ( antigen dengan berat molekul yang tinggi dengan kompleks secara kimiawi ).

Page 3: wrap up MPT sk 1

b. Pembagian antigen menurut spesifisitas- Heteroantigen, yang dimiliki oleh banyak spesies.- Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentu.- Alloantigen ( isoantigen ), yang spesifik untuk individu dalam satu

spesies.- Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu.- Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri.

c. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T- T dependent, yang memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu

untuk dapat menimbulkan respons antibody. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam golongan ini.

- T Independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibody. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan- lahan, misalnya lipopolisakarisa, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri.

d. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi- Hidrat arang ( polisakarida )

Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibody. Contoh lain adalah respons imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, sifat antigen dan spesifitas imunya berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah.

- LipidLipid biasanya tidak immunogenic, tetapi menjadi immunogenic bila diikat protein pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten, contohnya adalah sfingolipid.

- Asam nukleatAsam nukleat tidak imunogenik, tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan LES.

- ProteinKebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umumnya multideterminan dan univalent.

2.3. Fungsi

Page 4: wrap up MPT sk 1

3. Menjelaskan dan Memahami Sistem Imun

3.1. Organ-organ

3.2. Makro dan MikroA. Makro

1. Limfonodus

Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas.Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus.Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung.

a. Bentuk LimfonodusOval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus)

b. Ukuran LimfonodusSebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi.

Daerah tubuh yang terdapat limfonodus

1. Dilihat dari letaknya pada tubuha. Limfonodus superfisial b. Limfonodus servikal (leher)c. Limfonodus axilla (ketiak)d. Limfonodus inguinal (lipat paha)

2. Limfonodus profundusa. Limfonodus iliaka (berkenaan dengan ilium)b. Limfonodus lumbal (sepanjang vertebra lumbalis)c. Limfonodus torasikus (pada pangkal paru)d. Limfonodus mesenterikus (melekat pada mesenterium usus haluse. Limfonodus portal (pada fissura portal hepar/ celah porta hati)

3. Menurut Snell’s letak limfonodus terbagi atas a. Kepala dan leher bagian lateral dan belakang yaitu di sepanjang

m.sternocleidomastoideus, lingual, pharynx, cavum nasi, palatum, muka, mandibular/dasar mulut.

b. Extremitas superior yaitu manus, antebrachii, brachii, dan region axillaris.

Page 5: wrap up MPT sk 1

c. Kelenjar mammae yaitu dibawah musculo pectoralis meliputi kulit dan otot.

d. Thorax yaitu meliputi dinding thorax, jantung, pericardium dan paru, pleura, esophagus menuju aliran limfe thorax dan kelenjar mamae masuk ke dalam node limfaticus abterior dan posterior.

e. Abdomen dan pelvis yaitu meliputi daerah peritoneum dan disekitar aorta, vena cava inferior serta pembuluh darah intestinum. Aliram limfe superficialis bagian depan dan lateral dan belakang diatas pusat masuk menuju nn II axillaris anterior dan posterior dan dibawah pusat ke nn llmfatisi inguinalis superficialis.

f. Extremitas inferior yaitu disepanjang a,v tibialis, region popliteal, region inguinale. Aliran limfe masuk limfonodus inguinale.

2. LienMerupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna

kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval.Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali.Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat.

a. Letak TimusRegio hipochondrium sinistra intra peritoneal.Pada proyeksi costae 9, 10, dan

11.Setinggi vertebrae thoracalis 11-12.Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra.Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.b. Ukuran Timus

Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.c. Fiksasi 1. Fiksasi lien ke renal melalui ligamentum renolienalis.2. Fiksasi lien ke gaster melalui ligamentum gastrolienalis.3. Fiksasi lien ke colon melalui ligamentum colic d. Aliran darah

Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju hati.

Lien dibungkus oleh jaringan perlekatan peritoneum pada permukaan yang disebut kapsula lienalis dan lien memiliki serat otot polos yang membantu pengaturan volume darah didalam lien, juga serat kolagen dan elastis.

3. ThymusTimus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan

mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Thymus mempunyai 2 batasan, yaitu :a. Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IVb. Batasan atas : Regio colli inferior (trachea)

a. Letak Timus

Page 6: wrap up MPT sk 1

Terdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum.Dasar timus bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea.Batas anterior yaitu manubrium sterni, dan rawan costae IV.Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).b. Perdarahan Timus

Berasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan mammaria interna.Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna.

4. TonsilTonsil terletak dalam satu lekukkan yang dikenal sengan Fossa Tonsilaris yamh

dibatasi 2 otot yang melengkung berbentuk arcus Palatoglosus dan arcus Palatopharyngeus.Dasar fossa tonsilaris dinamakan dengan istilah Tonsila bed dan tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “Ring of Waldeyer” hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :

a. Tonsila palatine1. Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan sinistra2. Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris, dasar dari

lekukan itu adal tonsil bed3. Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris4. Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula5. Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus (N V2)6. Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris externa (facialis)

dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica ascendens lingualisb. Tonsila inguialis

1. Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).

2. Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang arteria lingualis), arteria carotis eksterna

c. Tonsila pharyngealis1. Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang2. Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak nafas karena dapat

menyumbat pintu nares posterior (choanae), terletak di daerah nasopharynx, tepatnya diatas torus tobarius dan OPTA

Perdarahan tonsil yaitu aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri maxillaris externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.

Page 7: wrap up MPT sk 1

B. Mikro1. LIMFONODUS

A. Korteks

a. Korteks luar : - susunan limfosit membentuk nodulus limfatikus.

Terlihat terang, ada limfosit besar dan mikrofag : germinal

center. Germinal center adalah terjadi diferensiasi limfosit

B menjadi sel plasma.

b. Korteks dalam : - limfosit difus, dan didominasi oleh limfosit T.

B. Medula

Terdapat korda medularis yang menjadi dinding dari sinus-sinus

medularis.

2. LIENLien berwarna merah tua karena banyak mengandung darah.

Tampak bintik2 putih dlm parenkim nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba)

Pulpa alba tdp dlm jaringan merah tua yg penuh dg darah pulpa merah/pulpa rubra.Pulpa rubra tda bangunan memanjang yaitu Korda limpa (korda billroth) yg tdpt diantara sinusoid

3. THYMUSa. Cortex : zona merah yang gelap dan terdapat banyak limfosit T.b. Medula : zona pusat yang terang, dan terdapat badan hassal.

4. TONSILa. Tonsil lingualis

Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Terdapat di 1/3 bagian posterior lidah.

Limfonodulus umumnya mempunyai germinal center yang umumnya terisi

limfosit dan sel plasma.

Lebih kecil dan banyak dan masing mempunyai kriptus.

b. Tonsil palatina

Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Terletak di dinding lateral faring.

Page 8: wrap up MPT sk 1

Bagian melipat jauh masuk kedalam disebut “kriptus”

Terdapat germinal center

c. Tonsila faringea atau adenoid

Epitel bertingkat torak bersilia dengan sel goblet.

Terletak dipermukaan medial dari dinding dorsal nasofaring

3.3. Respon Imun

Mekanisme Imun Bawaan Mekanisme Imun Didapat- Peradangaan- Makrofag jaringan residen menelan

bakteri yang masuk- Respon vascular yang diaktifkan

oleh histamine meningkatkan aliran darah ke daerah yang bersangkutan, membawa lebihh banyak sel efektor imun dan protein plasma

- Bekuan fibrin membentengi daerah yang terinfeksi

- Neutrofil dan monosit/ makrofag bermigrasi dari darah ke daerah yang bersangkutan serta menelan dan menghancurkan benda asing serta membersihkan sisa sel

- Sel fagositik mengeluarkan bahan perantara kimiawi, yang meningkatkan respon imun bawaan dan didapat serta memicu gejala lokal dan sistemik yang berikatan dengan infeksi

- Pengaktifan Nonspesifik Sistem Komplemen

- Komponen-komponen membentuk membrane attack complex yang melubangi dan melisiskan sel bakteri

- Komponen- Komponen meningkatkan berbagai tahapan inflamasi

- Makrofag memproses dan menyajikan antigen bekteri kepada sel B yang spesifik untuk antigen tersebut

- Klona sel B yang telah diaktifkan berploriferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plama dan sel memori

- Sel plasma mengeluarkan anribodi spesifik,yang berikatan dengan bakteri yang termasuk Aktivitas sel plasma ditingkatkan oleh :a. Interleukin 1 yang disekresikan

oleh makrofagb. Sel T penolong, yang telah

diaktifkan oleh antigen bakteri yang sama yang diproses dan disajikan kepadanya oleh makrofag

- Antibody berikatan dengan bakteri yang masuk dan meningkatkan imunitas bawaan sehingga terjadi kehancuran bakteri. Secara spesifik, antibody :a. Bekerja sebagai opsonin untuk

meningkatkan aktivitas fagositikb. Mengaktifkan system komplemen

yang mematikanc. Merangsang sel pemusnah, yang

secara langsung melisiskan bakteri- Sel memori menetap dan mampu

berespon secara lebih cepat dan lebih kuat seandainya bekteri yang sama kembali dijumpai di masa mendatang

Page 9: wrap up MPT sk 1

4. Menjelaskan dan Memahami Antibodi

4.1. Definisi

4.2. Klasifikasi dan fungsi Antibodi dikelompokkan menjadi lima subkelas berdasarkan perbedaan dalam aktivitas biologisnya :a. Imunoglobulin IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk mengikat

antigen dan disekresikan pada tahap- tahap awal respon sel plasma.b. IgG, imunoglobulin terbanyak di dalam darah, diproduksi dalam jumlah besar

ketika tubuh kemudian terpajan ke antigen yang sama.Bersama-sama, antibody IgM dan IgG menghasilkan sebagian besar dari respons imun spesifik terhadap bakteri penginvasi dan beberapa jenis virus.

c. IgE ikut melindungi tubuh dari cacing parasitic dan merupakan mediator antibody untuk respon alergik umum, misalnya hay fever, asma, dan urtikaria.

d. IgA ditemukan dalam sekresi system pencernaan, pernapasan, dan kemih-kelamin, serta dalam air susu dan air mata.

e. IgD terdapat di permukaan banyak sel B tetapi fungsinya belum diketahui.Pembagian ini tidak menunjukkan bahwa hanya terdapat lima antibody yang berbeda. Di dalam masing-masing subkelas fungsional terdapat jutaan antibody yang berlainan, masing-masing mampu berikatan dengan hanya satu antigen tertentu.

4.3. Mekanisme kerjaAntibodi diproduksi melalui proses yang disebut seleksi klonal (clonal selection).

Setiap individu mempunyai jumlah besar limfosit B (sekitar 107).Setiap sel B

mempunyai reseptor permukaan (IgM dan IgD) yang dapat bereaksi terhadap satu

antigen (atau kelompok antigen yang serupa).

Suatu antigen akan bereaksi dengan limfosit B yang mempunyai reseptor permukaan

yang paling sesuai. Setelah berikatan dengan antigen, sel B akan terstimulasi untuk

berpoliferasi dan membentuk klon sel. Sel-sel B yang terpilih ini akan segera berubah

menjadi sel plasma dan mensekresi antibodi yang spesifik terhadap antigen. Sel

plasma mensintesis immunoglobin dengan spesifitas antigenik yang sama dengan

yang dibawa oleh sel B yang di seleksi. Spesifisitas antigenik tidak akan berubah

meskipun terjadi perubahan kelas rantai berat antibodi.

Page 10: wrap up MPT sk 1

5. Menjelaskan dan Memahami Vaksinasi dan Imunisasi

5.1. Definisi

Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi.Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.Vaksin secara umum cukup aman.Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul.Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.

Tujuan vaksin:

a. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorangb. Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi

Vaksin berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi manusia. Sebagian besar vaksin mengandung zat-zat seperti :

a. Antigen imunisasi aktif yang akan berperan aktif merangsang pembentukan antibody

b. Cairan suspense atau pelarut yang dapat mengandung protein atau derivate lain dari media dimana vaksin tersebut dibiakan, misalnya antigen telur adatu dari biakan jaringan

c. Pengawet, stabilizier, dan antibiotic yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau untuk menstabilkan antigen. Zat-zat ini hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit

d. Adjuvant, adalah zat untuk meningkatkan derajat antigen dan untuk memperpanjang efek stimulasi antigen. Adjuvant yang sering digunakan adalah adjuvant alumunium.

Hal-hal yang dapat merusak vaksin yaitu panas (semua jenis vaksin), sinar matahari (vaksin BCG dan vaksin campak), pembekuan (vaksin yang dibuat dari toksid, vaksin DPT), dan desinfekatan atau antiseptic.

Page 11: wrap up MPT sk 1

5.2. cara pemberian

a. Imunisasi BCG

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.

Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.

Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.

Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).

Reaksi yang mungkin terjadi:

1) Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

2) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah: Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat. Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

b. Imunisasi DPT

Page 12: wrap up MPT sk 1

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.

Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.

Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.

Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut :o demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius) o kejang o kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah

mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya) o syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.

1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres

Page 13: wrap up MPT sk 1

hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

c. Imunisasi DT

Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus.

Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.

Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

d. Imunisasi TT

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.

Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.

e. Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.

Terdapat 2 macam vaksin polio :o IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio

yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan o OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang

telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

Page 14: wrap up MPT sk 1

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.

Kontra indikasi pemberian vaksin polio: o Diare berat o Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,

kortikosteroid) o Kehamilan.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan

primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertinggi.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.

IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih.

IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

f. Imunisasi Campak

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.

Kontra indikasi pemberian vaksin campak : o infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38?Celsius o gangguan sistem kekebalan o pemakaian obat imunosupresan o alergi terhadap protein telur o hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin o wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

Page 15: wrap up MPT sk 1

g. Imunisasi MMR

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.

Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.

Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.

Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).

Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.

Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.

Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin: o Komponen campak

1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50 Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.

Page 16: wrap up MPT sk 1

o Komponen gondongan Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.

o Komponen campak Jerman Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul). Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.

Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius.

Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih. Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:

o anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin o anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulino anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia,

limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.

o wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

h. Imunisasi Hib

Page 17: wrap up MPT sk 1

Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.

Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

i. Imunisasi Varisella

Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.

Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.

Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.

Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat.

Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.

Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa : o demam o nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikano ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.

Efek samping yang lebih berat adalah :o kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah

penyuntikan o pneumonia o reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan

pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.

o ensefalitiso penurunan koordinasi otot.

Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada :

Page 18: wrap up MPT sk 1

Wanita hamil atau wanita menyusui Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang

lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan

Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut

Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)

Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen

darah lainnya Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima

suntikan immunoglobulin.

j. Imunisasi HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.

Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.

Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.

Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

k. Imunisasi Pneumokokus Konjugata

Page 19: wrap up MPT sk 1

Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).

Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.

6. Menjelaskan dan Memahami Vaksinasi menurut Islam

Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallambersabda : “Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir”(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).

Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi.Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.

Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : “… Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya….” (QS. Al- An’am [6]:119)

1. Penggunaan Vaksin Polio Khusus (IPV)Setelah sekelumit informasi tantang imunisasi di atas, sekarang kita masuk

kepada permasalahan inti yang menjadi polemik hangat akhir-akhir ini, yaitu imunisasi dengan menggunakan vaksin polio khusus (IPV) yang dalam proses pembuatannya menggunakan enzim yang berasal dari babi. Bagaimanakah gambaran permasalahan yang sebenarnya ? Dan bagaimanakah status hukumnya?

2. Dhorurat dalam Obat

Dhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang keharaman, yaitu ketika seorang memilki keyakinan bahwa apabila dirinya tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan binasa atau mendapatkan bahaya besar pada badanya, hartanya atau kehormatannya. Dalam suatu kaidah fiqhiyyah dikatakan:“Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang”Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti lainya yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan saja.Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : “Seandainya seorang terdesak untuk makan barang najis maka dia harus memakannya, sebab kerusakan jiwa dan anggota badan lebih besar daripada kerusakan makan barang najis.”20

Page 20: wrap up MPT sk 1

3. Kemudahan Saat KesempitanSesungguhnya syari’at islam ini dibangun di atas kemudahan. Banyak sekali dalil-dalil yang mendasari hal ini, bahkan Imam asy-Syathibi mengatakan: “Dalil-dalil tentang kemudahan bagi umat ini telah mencapai derajat yang pasti”.20Semua syari’at itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafi’i tatkala berkata :

“Kaidah syari’at itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila sempit maka menjadiluas.”21

tentang hukum imunisasi IPV ini, yaitu kami memandang bolehnya imunisasi jenis ini dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1.Imunisasi ini sangat dibutuhkan sekali sebagaimana penelitian ilmu kedokteran.2.Bahan haram yang ada telah lebur dengan bahan-bahan lainnya.3.Belum ditemukan pengganti lainnya yang mubah.4.Hal ini termasuk dalam kondisi darurat.5.Sesuai dengan kemudahan syari’at di kala ada kesulitan.