workshop manajemen kearsipan fp-ub filememilah arsip mana yang disimpan dan dimusnahkan karena sudah...

2
Workshop Manajemen Kearsipan FP-UB Dikirim oleh prasetyaFP pada 06 Desember 2013 | Komentar : 0 | Dilihat : 2853 FP-UB adakan workshop manajemen kearsipan Didasari Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, pengelolaan arsip juga merupakan bagian penting dalam berbagai instansi. Termasuk didalamnya adalah pedoman atau standar kearsipan yang terdiri atas naskah dinas, klasifikasi arsip, jadwal retensi arsip, pengelolaan arsip dinamis dan pengelolaan arsip statis. Koordinator Unit Arsip Wilayah Jawa Timur, Drs. Winarto menyampaikan hal ini dalam Workshop Manajemen Kearsipan Berbasis Teknologi Informasi (TI). Kegiatan ini diselenggarakan oleh tim Perencanaan, Sistem Informasi, Kerjasama dan Kehumasan (PSIK) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP-UB) pada Kamis (5/12). Kebijakan dan program kearsipan pendidikan tinggi adalah untuk memantapkan sistem serta mekanisme pengelolaan arsip secara manual maupun elektronik. Peningkatan kualitas pelayanan dan pengelolaan kearsipan berupa bimbingan teknis, konsultasi juga pengawasan dan peningkatan standar kompetensi dapat membentuk unit kerja kearsipan yang memiliki nilai jual. Inilah yang dibutuhkan guna merubah persepsi bahwa bekerja di unit kerja kearsipan juga merupakan tugas yang tidak kalah pentingnya dengan tugas lain. "Pemanfaatan TI juga perlu diimplementasikan sehingga dapat memberi informasi dengan lebih cepat, efisien dan akurat serta memiliki arsip yang dapat dijaga keaslian dan kelestariannya," ungkap pria yang mengabdi di Universitas Negeri Malang sejak 1990. Pengendalian secara sistematis terhadap pengelolaan arsip sejak penciptaan, penggunaan dan pemeliharaan serta penyusunan arsip merupakan tantangan saat ini. Pasalnya banyak arsip dalam bentuk manual (kertas) yang hanya tersimpan di gudang tanpa ada tindak lanjut. Sebagian dari petugas yang berwenang menghadapi tantangan dalam memilah arsip mana yang disimpan dan dimusnahkan karena sudah melewati masa retensinya. "Mengingat lembaga pendidikan tinggi umumnya masih rendah apresiasi terhadap pengelolaan kearsipan, maka untuk memperbaiki kekurangan dan kelalaian dalam penyelamatan dokumen atau arsip perlu segera mengambil langkah-langkah," kaat Winarto. Diantaranya membentuk unit kerja pengelola arsip, merekrut tenaga pengelola atau arsiparis yang memiliki kompetensi, segera menginventarisir arsip yang bernilai guna tinggi, sekaligus adanya kebijakan pimpinan perguruan tinggi untuk mengembangkan kegiatan pengarsipan. Materi kedua yang disampaikan adalah Sosialisasi Sistem Pengolahan Arsip SIKD (Sistem Informasi Kearsipan Dinamis) yang disampaikan oleh Slamet Riyanto beserta tim PSIK. Sistem ini akan dimulai untuk lingkup FP-UB beserta jurusan agar pengarsipan dapat berjalan dengan cepat dan lancar demi terbentuknya database arsip yang jelas. "Tentunya diperlukan waktu untuk dapat menyesuaikan dengan proses input data," jelas Slamet dalam paparannya. [waw/denok]

Upload: doankhanh

Post on 16-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Workshop Manajemen Kearsipan FP-UB filememilah arsip mana yang disimpan dan dimusnahkan karena sudah melewati masa retensinya. "Mengingat lembaga pendidikan tinggi umumnya masih rendah

Workshop Manajemen Kearsipan FP-UB

Dikirim oleh prasetyaFP pada 06 Desember 2013 | Komentar : 0 | Dilihat : 2853

FP-UB adakan workshop manajemen kearsipan

Didasari Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, pengelolaan arsip juga merupakan bagian penting dalam berbagai instansi. Termasuk didalamnya adalah pedoman atau standar kearsipan yang terdiri atas naskah dinas, klasifikasi arsip, jadwal retensi arsip, pengelolaan arsip dinamis dan pengelolaan arsip statis. Koordinator Unit Arsip Wilayah Jawa Timur, Drs. Winarto menyampaikan hal ini dalam Workshop Manajemen Kearsipan Berbasis Teknologi Informasi (TI). Kegiatan ini diselenggarakan oleh tim Perencanaan, Sistem Informasi, Kerjasama dan Kehumasan (PSIK) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP-UB) pada Kamis (5/12).

Kebijakan dan program kearsipan pendidikan tinggi adalah untuk memantapkan sistem serta mekanisme pengelolaan arsip secara manual maupun elektronik. Peningkatan kualitas pelayanan dan pengelolaan kearsipan berupa bimbingan teknis, konsultasi juga pengawasan dan peningkatan standar kompetensi dapat membentuk unit kerja kearsipan yang memiliki nilai jual. Inilah yang dibutuhkan guna merubah persepsi bahwa bekerja di unit kerja kearsipan juga merupakan tugas yang tidak kalah pentingnya dengan tugas lain. "Pemanfaatan TI juga perlu diimplementasikan sehingga dapat memberi informasi dengan lebih cepat, efisien dan akurat serta memiliki arsip yang dapat dijaga keaslian dan kelestariannya," ungkap pria yang mengabdi di Universitas Negeri Malang sejak 1990.

Pengendalian secara sistematis terhadap pengelolaan arsip sejak penciptaan, penggunaan dan pemeliharaan serta penyusunan arsip merupakan tantangan saat ini. Pasalnya banyak arsip dalam bentuk manual (kertas) yang hanya tersimpan di gudang tanpa ada tindak lanjut. Sebagian dari petugas yang berwenang menghadapi tantangan dalam memilah arsip mana yang disimpan dan dimusnahkan karena sudah melewati masa retensinya.

"Mengingat lembaga pendidikan tinggi umumnya masih rendah apresiasi terhadap pengelolaan kearsipan, maka untuk memperbaiki kekurangan dan kelalaian dalam penyelamatan dokumen atau arsip perlu segera mengambil langkah-langkah," kaat Winarto. Diantaranya membentuk unit kerja pengelola arsip, merekrut tenaga pengelola atau arsiparis yang memiliki kompetensi, segera menginventarisir arsip yang bernilai guna tinggi, sekaligus adanya kebijakan pimpinan perguruan tinggi untuk mengembangkan kegiatan pengarsipan.

Materi kedua yang disampaikan adalah Sosialisasi Sistem Pengolahan Arsip SIKD (Sistem Informasi Kearsipan Dinamis) yang disampaikan oleh Slamet Riyanto beserta tim PSIK. Sistem ini akan dimulai untuk lingkup FP-UB beserta jurusan agar pengarsipan dapat berjalan dengan cepat dan lancar demi terbentuknya database arsip yang jelas. "Tentunya diperlukan waktu untuk dapat menyesuaikan dengan proses input data," jelas Slamet dalam paparannya. [waw/denok]