wisata kota

93
WISATA KOTA JALAN MALIOBORO YOGYAKARTA KELOMPOK : Prima 10512122 Sheila 10512126 Ajeng 10512147 Alvan 10512152 Irfan 10512168 Rizky 10512185 DOSEN : SUPARWOKO Ir.MURP.,Ph.D

Upload: sheila-nurfajrina

Post on 26-Jun-2015

2.563 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Wisata kota

WISATA KOTAJALAN MALIOBORO YOGYAKARTA

KELOMPOK :

Prima 10512122 Sheila 10512126

Ajeng 10512147 Alvan 10512152

Irfan 10512168 Rizky 10512185

DOSEN : SUPARWOKO Ir.MURP.,Ph.D

Page 2: Wisata kota

LATAR BELAKANG

KET Gambar : The iconSumber : www.myicon.com

Akses 12/1/2012

Page 3: Wisata kota

LATAR BELAKANG PROYEK

Sebutan Yogyakarta sebagai kota pariwisata menggambarkan betapa besar potensi kota ini dalam dunia kepariwisataan di tanah air. Kota Yogyakarta memiliki berbagai macam potensi wisata, salah satunya adalah wisata kota yang ada di kawasan Malioboro. Wisata kota adalah suatu kegiatan untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara dengan menyediakan akomodasi dan program kunjungan ke tempat yang menjadi daya tarik kota tersebut (Inskeep, 1991).

Malioboro adalah salah satu trademark kota Yogyakarta yang memainkan peran besar dalam menarik minat para pengunjung. Berdasarkan data oleh Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2007 di Kota Yogyakarta adalah 1.260.658 orang. Angka-angka tersebut meningkat pada akhir tahun 2011 dimana total wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta mencapai 2.670.649 (naik 112% dibanding tahun 2007).

Berkembangnya pariwisata di Yogyakarta tidak lepas dari beragamnya jenis objek wisata yang ada, keterbukaan masyarakat Yogyakarta,  serta peran pemerintah dalam mendukung tumbuhnya industri pariwisata di Kota Yogyakarta turut menyumbang prestasi Yogyakarta sebagai salah satu tempat wisata terfavorit di Indonesia.

Kegiatan kepariwisataan di jalan Malioboro didukung oleh beberapa jenis wisata pendukung. Menurut Jurnal Penelitian Pariwisata (Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia) terdapat 4 jenis wisata yang sangat penting sebagai penunjang wisata kota yaitu: Wisata Budaya, Wisata Sejarah, Wisata Belanja, dan Wisata Kuliner. Dengan potensi yang sedemikian besar, kawasan Maliboro hingga kini menjadi tujuan utama wisata kota di Yogyakarta.

Kawasan Malioboro memiliki reputasi yang cukup baik di mata wisatawan. Terutama dalam hal memenuhi kebutuhan mereka berbelanja oleh-oleh. Namun sayangnya, potensi tersebut tidak didukung oleh kelengkapan fasililtas yang dapat mengakomodasi kebutuhan para wisatawan. Malioboro yang sekarang sudah tak lagi nyaman untuk melakukan aktivitas wisata. Baik dari segi fungsi, sarana , maupun prasarana.

Page 4: Wisata kota

Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua di Indonesia setelah Bali. Berkembangnya pariwisata di Yogyakarta tidak lepas dari beragamnya jenis objek wisata yang ada. Oleh sebab itu hingga kini kota Yogyakarta masih menjadi tempat wisata favorit baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Namun dalam perkembangannya, saat ini Malioboro memiliki permasalahan yang imbasnya tak hanya pada kegiatan kepariwisataan yang ada di sana, namun juga permasalahan dari segi arsitektural dan lingkungan. Dari segi kepariwisataan, kami mengidentifikasi permasalahannya berdasarkan dua fokus utama, yaitu;1. Aktivitas wisata, bahwa keadaan

Malioboro saat ini kurang mendukung aktivitas wisata seperti; kegiatan belanja, kuliner, wisata budaya dan sejarah.

2. Pelaku wisata (wisatawan). Yaitu permasalahan mengenai fasilitas, sarana prasarana, dan pendukungnya untuk mengakomodir segala kebutuhan para wisatawan.

KET Gambar : Gambar suasana malioboroSumber : www.yogyes.comAkses 10/1/2013

Latar Belakang Permasalahan

Page 5: Wisata kota

Sedangkan permasalahan dari sisi arsitektural adalah hilangnya identitas Kawasan Malioboro sebagai kawasan pertokoan dengan gaya arsitektur khas pecinan.

Hal tersebut ditandai oleh orientasi pembangunan yang akhir-akhir ini semakin marak mengusung konsep modern tanpa sedikitpun memasukkan unsur budaya di dalamnya. Masalah ini juga berkaitan dengan konservasi bangunan bersejarah, penataan papan iklan, serta fasad yang tertutupi oleh pernak-pernik yang justru menghilangkan wajah asli bangunan di kawasan Malioboro.

Sehingga kekhasan identitas kawasan Malioboro yang seharusnya muncul menjadi tidak ada. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan besar visi pembangunan Yogyakarta 2012-2016 yang menyebutkan bahwa pembangunan ditujukan agar kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dapat menjadi kota yang berkualitas, berkarakter, dan inklusif (Suyuti dan Priyono, 2012).

Permasalahan selanjutnya dilihat dari sudut pandang lingkungan yakni mengenai ketiadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan kurangnya penghijauan di sekitar Kawasan Malioboro. Kesemua hal tersebut bertentangan dengan tujuan besar visi pembangunan Yogyakarta 2012-2016 yang menyebutkan bahwa kawasan Malioboro harus ditata sedemikian rupa dengan mengedepankan unsur ramah lingkungan, budaya, dan edukasi yang sesuai dengan karakter kota Yogyakarta. ( Suyuti dan Priyono, 2012)

Melalui wajah asli pertokoan pecinan inilah seharusnya dapat ditampilkan akulturasi budaya antara jawa dan cina dalam bangunan. Sehingga diharapkan nantinya dapat menciptakan kekhasan Malioboro melalui arsitektur pertokoan pecinan yang tak hanya sebagai penunjang wisata budaya dan belanja saja, tapi juga pertokoan pecinan tersebut dapat digunakan sebagai media edukasi sejarah kota Yogyakarta itu sendiri.

Latar Belakang Permasalahan

Page 6: Wisata kota

Permasalahan Umum1. Bagaimana mengembalikan identitas asli

Malioboro sebagai kawasan pertokoan pecinan yang dapat menjadi trademark kota Yogyakarta yang berkarakter, berbudaya, dan edukatif dengan menerapkan konsep hijau pada teori green urban tourism?

Permasalahan Khusus1. Bagaimana mengembalikan fasad

pecinan dengan tidak mengesampingkan fungsi wisata, edukasi, dan kegiatan ekonomi yang terjadi di kawasan Malioboro?

2. Bagaimana menerapkan konsep hijau pada fasad bangunan dan lansekap?

3. Bagaimana desain lahan parkir yang mudah diakses dan tidak menciptakan kemacetan?

4. Bagaimana mendesain pedestrian yang aman dan nyaman agar dapat memudahkan kegiatan yang ada di kawasan Malioboro?

KET Gambar : The iconSumber : www.myicon.com

Akses 12/1/2012

RUMUSAN MASALAH

Page 7: Wisata kota

Berikut adalah tujuan dan sasaran studi dalam penelitian mengenai kawasan Malioboro;

Tujuan studi1. Dengan beragam penjelasan tentang wisata kota dan kawasan Malioboro,

perencanaan ini bertujuan untuk :2. Menata aktivitas (zoning) wisata 3. Meningkatkan kualitas sarana untuk mendukung wisata kota di kawasan

Malioboro4. Meningkatkan kualitas prasarana  Sasaran Studi1. Mengacu pada tujuan studi, berikut ini adalah sasaran studi;2. Mengembalikan fasad asli pertokoan pecinan di kawasan Malioboro dengan

tidak mengesampingkan fungsi wisata, edukasi, dan kegiatan ekonomi.3. Memberikan alternatif wisata yang berinteraksi langsung dengan

wisatawan4. Membuat zoning-zoning wisata untuk memudahkan para wisatawan5. Mengoptimalkan kegiatan wisata dengan melengkapi fasilitas dan

infrastruktur6. Menerapkan penghijauan di lansekap dan konsep hijau pada bangunan7. Menata kembali lahan parkir di kawasan Malioboro

TUJUAN DAN SASARAN

Page 8: Wisata kota

Manfaat yang dapat diambil dari studi wisata kota di jalan malioboro ini adalah :

1. Memunculkan identitas asli kawasan Malioboro sebagai media pendukung wisata, edukasi, dan pusat perekonomian.

2. Penghijauan dengan menjadikan Jalan Malioboro akan menjadi kawasan pedestrian dan bebas parkir sehingga menjadi lebih asri

3. Dengan adanya zoning-zoning wisata, para wisatawan menjadi lebih mudah untuk melakukan aktivitas wisata di jalan Malioboro

4. Kegiatan-kegiatan wisata yang sudah ada di maliboro dapat dioptimalkan dengan tujuan untuk memberikan kenyamanan bagi para wisatawan

5. Memberikan wisata jenis baru sehingga membuat wisatawan dapat berinteraksi langsung.

MANFAAT STUDY

KET Gambar : Pecinan Malioboro 1938Sumber : www.Yogyatempoedoloe.com Akses

28/11/2012

Page 9: Wisata kota

Ruang lingkup adalah Batasan. Ruang lingkup juga dapat dikemukakan pada bagian substansi yakni variabel-variabel yang diteliti, spasial, dan alokasi waktu penelitian.

Lingkup SubtansiPenelitian ini difokuskan kepada inovasi dan pengembangan pariwisata di kawasan Malioboro melalui penataan aktivitas (zoning), peningkatan kualitas sarana dan prasarana, juga peningkatan kualitas fasilitas yang berpotensi sebagai daya tarik wisata.

Lingkup SpasialLingkup spasial yaitu batasan wilayah penelitian dilaksanakan. Ruang lingkup spasial dalam penelitian ini adalah kawasan wisata Malioboro yang secara administratif terletak di Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta. Batas-batas wilayah kawasan wisata Malioboro adalah sebagai berikut;1. Sebelah Utara : Jl. Mangkubumi2. Sebelah Selatan : Jl. Ahmad Yani3. Sebelah Barat : Jl. Pasar kembang4. Sebelah Timur : Jl. Abu Bakar AliDalam penelitian ini, untuk pembangunan fasilitas-fasilitas wisata dan pedestrian difokuskan pada jalan Malioboro. Serta pada penambahan rencana parkir, kami fokuskan di lokasi yang berpotensi sebagai parkir alternatif yakni bangunan eks Bioskop Indra dan lahan di eks gedung Kanwil PU yang dimiliki Pemerintah Pusat.

Lingkup Temporal (waktu)Lingkup temporal atau pembatasan waktu pembahasan dalam penelitian ini yaitu mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2022. Dengan memperkirakan jumlah wisatawan yang datang pada tahun 2022 melalui perhitungan data statistik wisatawan yang datang ke Yogyakarta dalam periode tahun 2007-2011.

LINGKUP STUDI

Page 10: Wisata kota

Lokasi studi : Jalan Malioboro, kota Yogyakarta Data Primer :Observasi lapangan, survey secara langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data tentang kondisi fisik jalan malioboro dan lingkungannya, karakter lingkungan yang ada pada kawasan jalan malioboro, aksesbilitas jalan malioboro, dan aspek wisata, yaitu fasilitas yang tersedia pada jalan malioboro sebagai tempat wisata. Kuisioner ,menyebar 20 lembar kuisioner berisi pertanyaan seputar kegiatan wisata, serta kondisi sarana dan prasarana di Jalan malioboroMateri visual , berupa foto - foto saat observasi di jalan malioboro  Data Sekunder :Studi pustaka, mempelajari tentang data sejarah dari tapak, aspek-aspek penting yang ada pada jalan malioboro, serta perkembangan jalan malioboro. Hal ini dilakukan untuk menunjang data dari hasil observasi lapangan juga untuk melengkapi data yang belum didapatkan dari observasi lapangan dan wawancara.

METODOLOGI PENELITIAN

Page 11: Wisata kota

Teknik AnalisisMenurut Patton, 1980

(dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor (1975: 79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.Dalam proses ini, analisis didasarkan kepada data-data yang didapat dan telah melalui proses pengujian, seperti;1. Visual2. Kenyamanan3. Ukuran

METODOLOGI PENELITIAN

KET Gambar : The iconSumber : www.myicon.com

Akses 12/1/2012

Page 12: Wisata kota

Malioboro sebagai trademark kota Yogyakarta memiliki beberapa bangunan bersejarah yang menampilkan kebudayaan yang khas dan berperan sebagai pusat kegiatan ekonomi kota Yogyakarta. Kedua faktor tersebut dapat dijadikan potensi dalam peningkatan taraf perekonomian kota Yogyakarta juga dalam pengembangan kawasan tersebut menjadi kawasan wisata wisata kota yang berkarakter.

Kawasan Wisata Kota Malioboro

Yogyakarta

Potensi• Nilai Sejarah• Nilai Budaya

(akulturasi antara budaya jawa dan cina)

• Museum dan bangunan bersejarah

Pendukung

• Wisata belanja

• Wisata kuliner

Perlunya upaya pelestarian kawasan untuk melindungi aset budaya dan sejarah

Perlu penataan lansekap, aksesibilitas untuk mendukung kegiatan wisata

Perlunya pelestarian dan pengembangan kawasan malioboro sebagai wisata kota

Perencanaan kawasan wisata Malioboro dengan tetap menjaga keaslian aset budaya dan sejarahnya.

KERANGKA BERPIKIR

Page 13: Wisata kota

KAJIAN TEORIS

KET Gambar : The iconSumber : www.myicon.com

Akses 12/1/2012

Page 14: Wisata kota

Perancangan kota adalah suatu perpaduan kegiatan antara profesi perencana kota, arsitektur, lansekap, rekayasa sipil dan transportasi dalam bentuk fisik. Perancangan kota bentuk lain lebih memperhatikan pada bentuk fisiknya.

Perancangan kota dapat mewujudkan dirinya dalam bentuk tampak depan bangunan, desain sebuah jalan atau sebuah rencana kota atau dapat dikatakan bahwa perancangan kota berkaitan dengan bentuk wilayah perkotaan. Ruang terbuka berbentuk jalan, taman, dan akhirnya ruang yang lebih besar, dirancang bersamaan dengan perancangan fisik bangunannya, sehingga kota merupakan proses dan produk dari perancangan kota. Produk perancangan kota dikategorikan menjadi dua bentuk umum yang disebut Ruang Kota (Urban Space)dan ruang terbuka (Open Space).

Tinjauan Teori Perancangan Kota

KET Gambar : The iconSumber : www.myicon.com

Akses 12/1/2012

Page 15: Wisata kota

Teori Elemen Pembentuk Kota Menurut Hamid Shirvani (1986) Adalah elemen pokok dalam urban design yang menentukan dasar perencanaan dalam dua dimensi, bagi terlaksananya ruang tiga dimensi. Tata guna lahan merupakan pengaturan suatu lahan dan keputusan untuk menggunakan lahan bagi maksud tertentu sesuai peruntukannya.

Dalam peruntukan lahan terdapat pembagian penggunaan lahan menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan interaksi antara unsur aktivitas, manusia, dan lokasi pertama menghasilkan Land Use Plan dengan pengelompokan aktivitas, fungsi dan karakter tertentu, kedua menghasilkan Mixed and Use Plan sebagai alternatif dalam pembagian penggunaan lahan terbatas. Untuk masa datang, kebijsanaan Mixed use digunakan untuk meningkatkan kehidupan 24 jam, dengan jalan memperbaiki sirkulasi melalui fasilitas pejalan kaki dan penggunaan yang lebih baik dari sistem infrastuktur dengan rencana-rencana serta operasi pemeliharaan.

Tata Guna Lahan

KET Gambar : Hamid ShirvaniSumber : www.calstate.com

Akses 17/1/2012

Page 16: Wisata kota

Teori elemen kota menurut Roger trancik (1986) ada beberapa tipe integrasi arsitektur :   Figure ground theory: Penganalisaan hubungan

antara massa bangunan dgn open space, didasarkan pada pola penutupan tanah relatif oleh bangunan, terbagi menjadi dua :  

1. Solid figure Pola yg dibentuk oleh gubahan massa bangunan yang menutupi tanah.

2. Void figure Ruang terbuka pada lingkup kawasan perkotaan yg terbentuk diantara blok-blok bangunan. Void tak hanya sekedar taman tapi juga meliputi jalan, square dan koridor  

3. Linkage theory: Linkage artinya garis semu yang menghubungkan antara elemen satu dengan lainnya, nodes satu dengan lainnya, distrik satu dengan lainnya. Menurut fumihiko maki (1964), linkage berfungsi sebagai pengikat/ mata rantai dari bagian wilayah kota dan sebagai penyatu berbagai aktivitas dan bentuk fisik kota, sehingga linkage merupakan sebuah karakterisktik terpenting dalam ruang kota.

4. Linkage dibedakan 3tipe : Compotition form, merupakan ruang linkage yang terjadi karena komposisis massa bangunan yg nampak pada dua dimensi. Mega form, susunannya dihubungkan ke sebuah kerangka berbentuk garis lurus. Group form, berupa akumulasi tambahan struktur pada sepanjang ruang struktur

KET Gambar : Roger tracikSumber : Landscapecornel.edu

Akses 17/1/2012

Tata Guna Lahan

Page 17: Wisata kota

  Menurut Morgan trancik, urban space terbagi

menjadi hard space dan soft space. Hard space adalah sesuatu yang secara prinsip harus dibatasi dinding arsitektural dan dipakai tempat bersama untuk kegiatan social. Soft space adalah sesuatu yg didominasi lingkungan alam. Soft space berbentuk taman dan kebun serta jalur hijau yg dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk rekreasi.

  Menurut Rustam hakim, urban open space

sebagai ruang terbuka kota, adalah bentuk dasar dari ruang terbuka kota diluar bangunan yg digunakan publik dan memberi kesempatan bermacam-macam kegiatan. Contohnya jalan, pedestrian, taman, plaza, makam, lapangan olahraga, lapangan terbang.

Menurut Fedderick gibert dalam bukunya civic space terdapat istilah ruang terbuka untuk pertemuan umum yaitu ruang luar yang digunakan kegiatan penduduk kota sehari-hari misalnya untuk jalan-jalan, melepas lelah, duduk santai, kampanye, upacara resmi, perdagangan.

Menurut Cooper-hewitt, urban open space juga termasuk muka air, puncak atap dan semua ruang komunal.

KET Gambar : Rustam HakimSumber : Rustam2000.wordpress

Akses 17/1/2012

Tinjauan teori urban space

Page 18: Wisata kota

 

Teori Citra Kota Kevin Lynch • Untuk memperjelas image/citra daerah agar menjadi

suatu orientasi baru maka citra dari daerah tersebut harus diperkuat dengan menggunakan terapan teori elemen pembentuk citra kota yang dikemukakan Kevin lynch dalam bukunya Image Of The City  

Elemen-elemen pembentuk citra kota :  • Path (jalan) • Distrik dapat terbagi atas suatu kegiatan fungsional

atau campuran berbagai macam kegiatan fungsional. Komponen-komponen yang menentukan karakteristik fisik distrik: tekstur, space, form, topografi, detail, simbol, tipe gedung, tingkat perawatan, use, aktivitas, pemukiman.

• Edge (batas) • Dapat diartikan batasan, merupakan pengakhiran

suatu distrik/kawasan tertentu. Edge bersifat menerus dan bersifat tidak teras tajam.

Batasan dapat berupa : • Fungsional • Alam (sungai, gunung, hutan) • Landmark • Tanda fisik pemberi info pengamat suatu jarak 3 unsur penting landmark : • Tanda fisik, berupa elemen visual • Informasi yg memberi gambaran tapat dan pasti • Jarak, harus dikenali pada suatu jarak  Kriteria landmark: • Unique memorable • Bentuk jelas/nyata • Identifiable • Memiliki hirarki fisik secara visual • Nilai lebih dibanding histories dan estettis • Elemen visual diperkuat dengan suara dan bau 

KET Gambar : Kevin LynchSumber : cvilletomorrow.typepad.com

Akses 17/1/2012

Tinjauan teori urban space

Page 19: Wisata kota

Ruang pertunjukan merupakan ruang yang digunakan untuk mempertunjukan karya seni dan berbagai karya seni pertunjukan. Kegiatan yang berlangsung didalamnya adalah pertunjukan kesenian oleh seniman dan kegiatan apresiasi dari masyarakat.

Berdasar kegiatan ini maka akan terdapat 2 ruang utama untuk mewadahinya, yakni ruang utama sebagai tempat pertunjukan dan ruang bagi penonton untuk menyaksikan pertunjukan.

Dengan demikian bedasarkan pelaku ruang-ruang penunjang tersebut dibagi menjadi 2 lagi yaitu ruang penunjang pelaku seni dan ruang penunjang penonton.

Ruang penunjang pelaku seni diantaranya adalah ruang ganti (rias),ruang persiapan,ruang kontrol,gudang,lavatory. Sedangkan ruang penunjang tiket box,lobby,dan lavatory. Menurut Doelle, teater dengan bentuk dasar kipas lebih cocok digunakan sebagai ruang pertunjukan dengan kapasitas penonton lebih banyak (Doelle, Leslie L dalam akustik lingkungan 1990).

TEORI RUANG PERTUNJUKAN

KET Gambar : ruang pertunjukanSumber :

fariable.blogspot.com Akses 17/1/2012

Page 20: Wisata kota

TEORI TATA LETAK MEDIA IKLAN Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia

(1989) media adalah (i) alat (ii) sarana komunikasi. Sedangkan menurut KBBI, pengertian iklan adalah (i) berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang atau jasa yang dirawarkan.  Menurut peraturan daerah Kota nomor 7 tahun 2003 pasal 5, penataan media iklan diatur menurut : Tempat Disini dibedakan menjadi 2 yaitu :Pada sarana dan prasarana Diluar sarana dan prasarana kota   Jenis Terdapat beberapa jenis, seperti media iklan papan ,kain, slide/flim, dll.  Ukuran Media iklan yang berupa reklame, memiliki ukuran tertentu yang sudah ditetapkan :Reklame kecil dengan ukuran 4m² Reklame sedang dengan ukuran 4-12m² Reklame besar dengan ukuran lebih dari 12m² Kawasan  Pada terotoar jalan (bahu jalan), jenis media iklan yang dapat dipasang adalah papan reklame kain dengan ruang bebas minimal 2.50 m. Untuk jenis reklame papan media iklan ini tidak boleh menjorok ke jalan Pada media jalan, media iklan harus dipasang minimal 25m dari alat pemberi sinyal lalu lintas. Media iklan yang ditempelkan pada bangunan tidak boleh menghilangkan estetika bangunan secara keseluruhan dan memotong garis bangunan.Media iklan yang dipasang diatas bangunan, tidak boleh melebihi ketinggian batas bangunan yang telah ditentukan. KET Gambar : Papan iklan

Sumber : fariable.blogspot.com Akses 17/1/2012

Page 21: Wisata kota

Beberapa hal yang perlu diperhatikan soal tempat sampah yang baik : Tempat sampah harus kuat, tidak mudah bocor atau retak. Tempat sampah harus mempunyai penutup yang mudah dibuka dan ditutup kembali, agar bau sampah tidak tercium atau terlihat dari luar. Ukuran tempat sampah jangan terlalu besar, sehingga mudah dipindah-pindahkan. Sebaiknya lapisi bagian dalam tempat sampah dengan kantung plastik agar praktis, sehingga ketika mengosongkan tempat sampah, hanya kantung plastiknya yang diangkat. Pisahkan sampah basah dengan sampah kering. Bila tempat sampah sudah penuh, segera buang ke bak sampah di luar rumah.

Tempat Sampah

KET Gambar : Kotak sampahSumber : http

://arrastore.wordpress.com/2008/09/10/tempat-sampah-yang-baik/ Akses 17/1/2012

Page 22: Wisata kota

Persyaratan parkir sepeda Ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam pembangunan fasilitas parkir untuk sepeda yaitu : Visibility, Rak harus terlihat dengan jelas sehingga pengendara sepeda dapat segera melihat ketika mereka tiba. Sebuah lokasi yang terlihat dengan jelas akan menghambat pencurian dan vandalisme. Keamanan, pencahayaan yang memadai dan pengawasan sangat penting untuk keamanan pengguna sepeda. Parkir sepeda dan loker harus baik ditambatkan ke rak untuk menghindari vandalisme dan pencurian. Perlindungan terhadap cuaca berupa atap Ruang bebas yang memadai diperlukan sekitar rak untuk memberikan ruang gerak bagi pengendara sepeda, dan untuk mencegah konflik dengan pejalan kaki atau mobil yang diparkir.

(Ernsi Neufert)

PARKIR SEPEDA

KET Gambar : standar parkir sepedaSumber : Data arsitek jilid 3

Akses 17/1/2012

Page 23: Wisata kota

Penataan PKL adalah jumlah mereka yang sangat banyak sehingga memerlukan ruangan cukup besar untuk kegiatannya (Febe R. Siahaan, "Penataan ruang publik untuk menampung pedagang kaki lima“). PKL memiliki kwajiban menjaga kebersihan , kerapihan, ketertiban dan menghormati pihak lain untuk mewujudkan program penataan ruang yang memenuhi aspek lingkungan, ekonomi, hubungan sosial.

(Irene Sarwindaningrum, Kompas 9 januari ;10) 1. perorangan 2. menggunakan daerah milik jalan atau fasilitas umum 3. bersifat sementara/ tidak menetap 4.menggunakan peralatan bergerak/ tidak bergerak (Sumber: Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima) Bab I Ketentuan Umum Pasal 1)

TEORI PKL

KET Gambar : Pedagang kaki limaSumber : solo pos

Akses 17/1/2012

Page 24: Wisata kota

1. Menyediakan toko dalam ruangan untuk konsumen 2.Komponen eksterior bangunan : gaya bangunan (desain, warna, bahan), cahaya, signage, aksesibilitas fisik 3. Windows / jendela bagian penting dari penampilan fisik toko 4. Bukan hanya tempat belanja, tapi tempat rekreasi dengan fasilitas kenyamanan (restoran, area bowling, pusat pameran, klub kebugaran, bioskop, foodcourt, tempat bermain anak 5. Desain dan dekorasi mall sebagai strategi dalam menarik pengunjung (tema indoor dan outdoor) 6. Pintu dan entryways dapat memberi suasana yg berorientasi rekreasi 7. Memiliki lahan parkir memadai dengan tata letak dan pencahayaan tepat, Strategi display layout yang menarik : I. Pengelola memperhatikan perlengkapan ruangan (kaca, rak, meja,

dinding) II. Pengelola mengatur lingkungan dengan tata letak produk agar mudah

dan nyaman berbelanja III. Pengelola menciptakan tema ruanganIV. Pengelola kreatif mengatur tata letak ruangan sehingga merangsang

panca indra pengunjung (Dallen)

TEORI MALL

Page 25: Wisata kota

TEORI JALAN

UU No 13 tahun 1980 tentang jalan dan peraturan pemerintah no 26 tahun 1985 tentang jalan yang berkaitan dengan pengembangan system transportasi dikota Klaten, jenis-jenis jalan : 1. Jalan arteri primer, antara 37-41m 2. Jalan arteri sekunder, antara 28-36m 3. Jalan kolektor primer, antara 17-21m 4. Jalan kolektor sekunder, antara 18-22m 5. Jalan local primer, antara 11-17m 6. Jalan sekunder, antara 8,5-13m7. Jalan local sekunder pribadi (lingkungan)

antara 5-7m  Berdasarkan UU no 13 tahun 1980, jalan adalah prasaranan perhubungan dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap yang diperuntukkan bagi lalulintas. Jalan dibagi menjadi enam : 8. Jaringan jalan berdasarkan system

(penghubung) 9. Jaringan jalan berdasar fungsi 10.Jaringan jalan berdasar peruntukkan 11.Jaringan jalan berdasar klasifikasi

teknis 12.Jaringan jalan berdasar status

pembinaan

KET Gambar : Standar JalanSumber : Data arsitek jilid 3

Akses 17/1/2012

Page 26: Wisata kota

TEORI TOILET UMUM

Standar Toilet Umum Indonesia Toilet Umum adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus lengkap dengan kloset, persediaan air dan perlengkapan lain yang bersih, aman dan higienis dimana masyarakat di tempat-tempat domestik, komersial maupun publik dapat membuang hajat serta memenuh kebutuhan fisik, sosial dan psikologis lainnya: Pengertian : Toilet adalah fasilitas sanitasi untuk tempat buang air besar dan kecil, tempat cuci tangan dan muka. Umum adalah tidak menyangkut yang khusus (semuanya) secara menyeluruh. Toilet Umum adalah fasilitas sanitasi yang mengakomodasi kebutuhan membuang hajat yang digunakan oleh masyarakat umum, tanpa membedakan usia maupun jenis kelamin dari pengguna tersebut. Persyaratan Ruang : 1. Ruang untuk buang air besar (WC) P = 80-90 cm, L = 150-160 cm, T = 220-240 cm 2. Ruang untuk buang air kecil (Urinoir) L = 70-80 cm, T = 40-45 cm Sirkulasi Udara : Mempunyai kelembaban 40 - 50 %, dengan taraf pergantian udara yang baik yaitu mencapai angka 15 air-change per jam (dengan suhu normal toilet 20-27 derajat celcius) Pencahayaan : Sistem pencahayaan toilet umum dapat menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Iluminasi standar 100 - 200 lux. Konstruksi Bangunan : 1. Lantai, kemiringan minimum lantai 1 % dari panjang atau lebar lantai. 2. Dinding, ubin keramik yang dipasang sebagai pelapis dinding, gysum tahan air atau bata dengan lapisan tahan air. 3. Langit-langit, terbuat dari lembaran yang cukup kaku dan rangka yang kuat sehingga memudahkan perawatan dan tidak kotor. Sumber : DINAS PEKERJAAN UMUM

KET Gambar : Toilet umu dikawasan Malioboro

Sumber : Data langsung Akses 10/12/2012

Page 27: Wisata kota

TEORI PARKIR

Sirkulasi dan parkir Sirkulasi dalam kota merupakan salah satu alat sangat kuat untuk mensturkturkan lingkungan perkotaan, karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas kota. Selain itu juga dapat membentuk suatu karakter daerah, tempat aktivitas, dan sebagainya.

Beberapa penyelesaian parkir yang mengurangi ruang parkir di kota: 1. Menyatukan tempat parkir dalam satu fungsi bangunan, misal bagian dasar parkir digunakan tempat

pedagang eceran. 2. Membagi tempat parkir dalam dua kegiatan dalam waktu berbeda, dalam waktu berbeda pula. 3. Membuat perencanaan paket parkir, misal dalam suatu kantor dengan karyawan banyak disediakan sebuah

distrik parkir. 4. Membuat daerah parkir yang diusahakan developer melalui program urban edge parking  Dalam proses perancangan sebuah pola sirkulasi perlu diperhatikan beberapa anggapan mengenai sirkulasi: 5. Sirkulasi sebagai sebuah pergerakan 6. Hal ini merupakan pandangan umum semua orang mengenai suatu sirkulasi yaitu sebuah perpindahan

atau pergerakan dari suatu tempat ke tempat lain. 7. Sirkulasi sebagai sebuah penekanan material 8. Pembuatan material senada atau sejenis merupakan penanda atau penekanan suatu pola sirkulasi. 9. Jalur yang jelas akibat penekanan pada bahan material mempermudah sistem sirkulasi suatu kawasan 10.Sirkulasi sebagai pertimbangan desain 11.Jika kita menganggap sirkulasi merupakan pertimbangan dalam desain maka kita harus

mempertimbangkan masalah kegunaan bentuk, keamanan, skala suatu jalan atau jalur bagi pembentukan pola sirkulasi

12.Sirkulasi sebagai mata rantai dan sistem visual 13.Pola sirkulasi merupakan sirkulasi berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga membentuk sistem yang

tertata. Sistem yang berpola dan tertata rapi menjadi satu kesatuan dengan hasil rancangan sehingga menimbulkan kesan desain menarik.

14.Sirkulasi sebagai perbedaan keruangan 15.Perbedaan kondisi disini dan disana yang dibedakan suatu ruang yang berbeda menimbulkan suatu sistem

sirkulasi tersendiri dengan pola keruangan sebagai aspek utama pembentuknya. 16.Sirkulasi sebagai perbedaan waktu 17.Dalam proses sirkulasi terdapat perbedaan waktu dalam mencapai tempat yang merupakan tujuan akhir

dari alur sirkulasi. Hal ini diakibatkan proses pencapaian sebuah kegiatan sirkulasi.

Page 28: Wisata kota

Menurut John Fruin (1979) berjalan kaki adalah salah satu alat penggerak kota, satu- satunya alat memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada dalam kehidupan aktivitas kehidupan kota.

Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dilakukan dengan memperhatikan aspek : Pendukung aktivitas sepanjang jalan, adanya sarana komersial (toko,restoran, café) Street furniture berupa pohon, rambu, lampu, tempat duduk  Aktivitas pendukung (activity support) Hal yang diperhatikan dalam penerapan desain activity support : 1. Adanya koordinasi antara kegiatan dengan

lingkungan binaan yang dirancang 2. Adanya keragaman intensitas kegiatan

yang dihadirkan dalam suatu ruang tertentu

3. Bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual

4. Pengadaan fasilitas lingkungan 5. Sesuatu yang terukur, menyangkut ukuran,

bentuk dan lokasi dan fasilitas yang menampung activity support yg bertitik tolak dari skala manusia.

TEORI PEDESTRIAN

KET Gambar : standar penderstrianSumber : Data arsitek jilid 3

Akses 17/1/2012

Page 29: Wisata kota

KONDISI PERMASALAHANDAN PERENCANAAN

KET Gambar : The iconSumber : www.myicon.com

Akses 12/1/2012

Page 30: Wisata kota

Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas wilayah Propinsi DIY

Dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2.531 RT, serta dihuni oleh 489.000 jiwa (data per Desember 1999) dengan kepadatan rata-rata 15.000 jiwa/Km²

LUAS WILAYAH

KET Gambar : peta YogyakartaSumber : berb4gi.comBagikan

Akses 17/1/2012

Page 31: Wisata kota

Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh letaknya yang berada didataran lereng gunung Merapi (fluvia vulcanic foot plain) yang garis besarnya mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis muda Sejalan dengan perkembangan Perkotaan dan Pemukiman yang pesat, lahan pertanian Kota setiap tahun mengalami penyusutan.  Data tahun 1999 menunjukkan penyusutan 7,8% dari luas area Kota Yogyakarta (3.249,75) karena beralih fungsi, (lahan pekarangan)

TIPE TANAH

KET Gambar : Kondisi Tanah diYogyakartaSumber : gasht2000.wordpress.com

Akses 17/1/2012

Page 32: Wisata kota

Tipe iklim "AM dan AW", curah hujan rata-rata 2.012 mm/thn dengan 119 hari hujan, suhu rata-rata 27,2°C dan kelembaban rata-rata 24,7%.  Angin pada umumnya bertiup angin muson dan pada musim hujan bertiup angin barat daya dengan arah 220°  bersifat basah dan mendatangkan hujan, pada musim kemarau bertiup angin muson tenggara yang agak kering dengan arah ± 90° - 140° dengan rata-rata kecepatan 5-16 knot/jam

IKLIM

KET Gambar : Peta hujan Yogyakarta tahun 2012/2013

Sumber : sediapayung.wordpress.com Akses 17/1/2012

Page 33: Wisata kota

Pertambahan penduduk Kota dari tahun ke tahun cukup tinggi, pada akhir tahun 1999 jumlah penduduk Kota 490.433 jiwa dan sampai pada akhir Juni 2000 tercatat penduduk Kota Yogyakarta sebanyak 493.903 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata 15.197/km². 

Angka harapan hidup penduduk Kota Yogyakarta menurut jenis kelamin, laki-laki usia 72,25 tahun dan perempuan usia 76,31 tahun.

Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan jumlah penduduk kota Yogyakarta yang terdiri dari jumlah laki-laki dan permpuan:

DEMOGRAFI

KET Gambar : DATA JUMLAH PENDUDUK DI KOTA YOGYAKARTA

Sumber : BPS Kota Yogyakarta 2012

Page 34: Wisata kota

Menurut Kementerian Lingkungan Hidup Yogyakarta masih sangat kental dengan

budaya Jawanya. Seni dan budaya merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Sejak masih kanak-kanak sampai dewasa, masyarakat Yogyakarta akan sangat sering menyaksikan dan bahkan, mengikuti berbagai acara kesenian dan budaya di kota ini.

Bagi masyarakat Yogyakarta, di mana setiap tahapan kehidupan mempunyai arti tersendiri, tradisi adalah sebuah hal yang penting dan masih dilaksanakan sampai saat ini. Tradisi juga pasti tidak lepas dari kesenian yang disajikan dalam upacara-upacara tradisi tersebut.

Kesenian yang dimiliki masyarakat Yogyakarta sangatlah beragam. Dan kesenian-kesenian yang beraneka ragam tersebut terangkai indah dalam sebuah upacara adat. Sehingga bagi masyarakat Yogyakarta, seni dan budaya benar-benar menjadi suatu bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Kesenian khas di Yogyakarta antara lain adalah kethoprak, jathilan, dan wayang kulit.

KONDISI SOSIAL BUDAYA

KET Gambar : karnaval di kawasan MalioboroSumber : bisnis-jateng.com

Akses 17/1/2012

Page 35: Wisata kota

A. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Provinsi D. I YogyakartaPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2011 SEBESAR 3,16 PERSEN

KONDISI EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan I tahun 2011 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 3,16 persen terhadap triwulan IV tahun 2010 (q-to-q). Pertumbuhan ini terutama karena sektor pertanian menguat akibat siklus panen raya. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 47,72 persen karena produksi tanaman bahan makanan meningkat sangat signifikan (69,18 persen) akibat faktor musim; sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor konstruksi yang berkontraksi sebesar 28,70 persen.Sektor pertanian memberikan andil terbesar (6,97 persen) terhadap pertumbuhan PDRB triwulan I tahun 2011(q-to-q), sedangkan sektor konstruksi memberikan andil terendah (-3,36 persen).PDRB Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2011 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 4,31 persen. Sumber pertumbuhan tersebut terutama oleh sektor keuangan yang melaju hingga 18,06 persen (y-on-y).Nilai nominal PDRB Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2011 mencapai Rp 12,34 triliun atas dasar harga berlaku dan nilai riilnya sebesar Rp 5,46 triliun atas dasar harga konstan 2000.Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi DIY pada triwulan I tahun 2011 adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 19,17 persen; kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (18,90 persen); sektor pertanian (18,44 persen); dan sektor industri (13,40 persen); sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,71 persen.Pada sisi penggunaan, komponen pembentukan modal tetap bruto secara riil mengalami kontraksi sebesar 19,73 persen pada triwulan I tahun 2011 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2010 (q-to-q). Kemudian diikuti oleh konsumsi pemerintah yang menurun sebesar 13,05 persen. Sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 1,54 persen.

Page 36: Wisata kota

Indeks Tendensi Konsumen Provinsi D.I.Yogyakarta pada Triwulan I-2011 sebesar 102,79, artinya kondisi ekonomi konsumen meningkat dari triwulan sebelumnya. Membaiknya kondisi ekonomi konsumen terutama didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga (nilai indeks 104,23).

Dilihat menurut kelompok rata-rata pendapatan rumah tangga sebulan, peningkatan ITK DIY hanya terjadi pada konsumen berpendapatan Rp 2 juta ke atas. ITK untuk konsumen berpendapatan kurang dari Rp 2 juta sebulan mengalami penurunan. Pendapatan yang mereka peroleh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dan tingkat inflasi yang relatif rendah juga berdampak pada penurunan tingkat konsumsi, baik makanan maupun non-makanan. 

B. INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2011 SEBESAR 102,79

KONDISI EKONOMI

KET Gambar : koinMalioboroSumber : kabarkampus.com

Akses 17/1/2012

Page 37: Wisata kota

Hasil Sakernas menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Provinsi DIY pada Februari 2011 sekitar 72,11 persen. Mengalami peningkatan bila dibandingkan keadaan Agustus 2010 (69,76%) atau Februari 2010 (71,41%). 

Pada Februari 2011, Sektor Perdagangan, rumah makan, jasa akomodasi, Sektor Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan, dan Sektor Jasa kemasyarakatan, sosial, perorangan menyerap pekerja paling banyak di Provinsi DIY yaitu masing-masing sekitar 26,0 persen, 24,3 persen, dan 21,8 persen. Selama satu tahun terakhir persentase penduduk yang bekerja di Sektor Perdagangan, rumah makan, jasa akomodasi, Sektor Jasa kemasyarakatan, sosial, perorangan, dan Sektor Konstruksi pada Februari 2011 meningkat tajam dibandingkan keadaan Februari 2010.

Sekitar 56,4 persen tenaga kerja pada Februari 2011 bekerja pada kegiatan informal. Persentase pekerja informal mengalami penurunan bila dibandingkan pada Februari 2010 yang sebesar 65,3 persen.

Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi DIY dari tahun ke tahun berada dalam kisaran 5-6 persen, meskipun ada kecenderungan mengalami penurunan. Pada Februari 2011 TPT sekitar 5,47 persen, Mengalami penurunan bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2010 (6,02%), atau Agustus 2010 (5,69%). Angka ini relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan TPT nasional yang berkisar 7-10 persen.

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2010 (y-on-y) terjadi peningkatan pada komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto, masing-masing naik sebesar 8,05 persen; 2,12 persen dan 3,55 persen.

C. TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN

KONDISI EKONOMI

Page 38: Wisata kota

Yogyakarta adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua di Indonesia setelah Bali. Perkembangan yang mendukung aktivitas pariwisata di kota Yogyakarta tak lepas dari peran wisatawan yang berkunjung tiap tahunnya. Berikut ini adalah data jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta pada tahun 2007 hingga tahun 2011.

KONDISI KEPARIWISATAAN

GRAFIK KUNJUNGAN WISATAWAN DOMESTIK DAN MANCANEGARA KE YOGYAKARTA

KET Gambar : Grafik kunjungn wisata ke YogyakartaSumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, 2012Akses 17/1/2012

Page 39: Wisata kota

Berdasarkan data pada tabel 3.2, diketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2007 di Kota Yogyakarta adalah 1.260.658 orang. Jumlah kunjungan tersebut terbagi atas dua variable, yaitu 1.159.805 (92%) untuk wisatawan domestik dan 100.853 (8%) wisatawan mancanegara. Angka-angka tersebut meningkat pada akhir tahun 2011 dimana total wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta adalah 2.670.649 (naik 112% dibanding tahun 2007) dengan perincian seperti ditunjukkan dalam grafik di bawah. Berkembangnya pariwisata di Yogyakarta tidak lepas dari beragamnya jenis objek wisata yang ada, keterbukaan masyarakat Yogyakarta,  serta peran pemerintah dalam mendukung tumbuhnya industri pariwisata di Kota Yogyakarta.Sugiyanyo (2005:17) mengemukakan bahwa obyek wisata adalah sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat, atau sesuatu yang dapat menjadi daya tarik seseorang atau wisatawan untuk mau berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.Dari data LKIP Dinas Pariwisata Yogyakarta jumlah objek wisata DIY mengalami peningkatan terutama diwilayah kota Yogyakarta, dapat dilihat dari tabel objek wisata :

DATA JUMLAH OBYEK WISATA DI YOGYAKARTA

KET Gambar : Data obyek wisata diYogyakarta

Sumber : LAKIP Dinas Pariwisata 2011-2013/ Akses 17/1/2012

Page 40: Wisata kota

Berdasarkan table 3.3, dijelaskan bahwa obyek wisata yang tersebar di Yogyakarta terbagi menjadi lima kabupaten yaitu kabupaten Sleman sebanyak 43 tempat, kabupaten Bantul sebanyak 40 tempat, kabupaten Gunungkidul sebanyak 23 tempat, kabupaten kulonprogo sebanyak 17 tempat, dan di kota Yogyakarta sendiri sebanyak 43 tempat sehingga total jumlah obbyek wisata keseluruhan di propinsi Yogyakarta sebanyak 166 tempat.

Berikut ini adalah table yang memperlihatkan tentang data sarana sebagai pendukung wisata di Yogyakarta:

DATA SARANA PENDUKUNG WISATA DI YOGYAKARTA

Menurut table 3.4, Jenis usaha dapat dibedakan menjadi dua variable, yaitu Biro Perjalanan Wisata dan Rumah makan atau restoran atau café, yang tersebar di empat kabupaten dan di satu kota Yogyakarta itu sendiri. Jumlah sarana terbesar yang terbagi dalam dua variable tersebut didominasi oleh kabupaten sleman dan kota Yogyakarta, dimana untuk jenis Biro perjalanan Wisata terdapat 145 buah di kabupaten Sleman, dan sebanyak 161 buah di kota Yogyakarta. Sedangkan untuk jenis rumah makan atau café terdapat 246 buah di kabupaten sleman dan sebanyak 424 buah di kota Yogyakarta.Menurut Statistik Pariwisata Provinsi DIY Tahun 2010 secara garis besar menjelaskan data sebagai berikut;

Page 41: Wisata kota

Jumlah Hotel Bintang di Provinsi DIY Tahun 2010 sebanyak 37 Hotel dengan jumlah kamar 3.595 yang terdiri dari :1. Bintang 5 sebanyak 4 Hotel dengan jumlah 939 kamar2. Bintang 4 sebanyak 8 Hotel dengan jumlah 1.475 kamar3. Bintang 3 sebanyak 8 Hotel dengan jumlah 581 kamar4. Bintang 2 sebanyak 7 Hotel dengan jumlah 256 kamar5. Bintang 1 sebanyak 10 Hotel dengan jumlah 344 kamar

Jumlah Wisatawan Mancanegara di Hotel Bintang Tahun 2010 sebanyak 124.060 orang yang berarti mengalami kenaikan sebesar 8,76% dibandingkan tahun 2009 sebanyak 114.066 orang.

Sedangkan jumlah wisatawan Nusantara di Hotel Bintang tahun 2010 sebanyak 663.189 orang, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 2,73% dibandingkan tahun 2009 sebanyak 645.552 orang.

Tingkat Hunian Kamar (RO) Hotel Bintang rata-rata pada tahun 2010 sebesar 56,76% yang berarti mengalami kenaikan 0,05% dibanding tahun 2009 yaitu 56,71%. Rata-rata lama tinggal (LOS) tamu wisatawan Mancanegara di Hotel Bintang pada tahun 2010 sebesar 1,96 hari, yang berarti mengalami penurunan 2,97% di banding tahun 2009 sebesar 2,02 hari. Rata-rata lama tinggal (LOS) tamu wisatawan Nusantara di Hotel Bintang pada tahun 2010 sebesar 1,63 hari, yang berarti mengalami penurunan 3,55% di banding tahun 2009 sebesar 1,69 hari.

AKOMODASI

A. Hotel Bintang

Page 42: Wisata kota

Jumlah Hotel Melati di Provinsi DIY Tahun 2010 sebanyak 415 Hotel dengan jumlah kamar sebanyak 7.270 (belum termasuk pondok wisata) Jumlah wisatawan Mancanegara di Hotel Melati di Provinsi DIY tahun 2010 sebanyak 28.783 orang, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 13,20% di banding tahun 2009 sebanyak 25.426 orang. Jumlah wisatawan Nusantara di Hotel Melati di Provinsi DIY tahun 2010 sebanyak 640.948 orang, yang berarti mengalami penurunan sebesar 0,01% di banding tahun 2009 sebanyak 641.013 orang. Tingkat Hunian Hotel Melati di Provinsi DIY tahun 2010 rata-rata mencapai 30,60%, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 6,29% dibanding tahun 2009 rata-rata mencapai 28,79%.

Rata-rata lama tinggal (LOS) wisatawan Mancanegara di Hotel Melati di Provinsi DIY tahun 2010 sebesar 1,86 hari, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 3,33% di banding tahun 2009 yaitu 1,80 hari. Rata-rata lama tinggal (LOS) wisatawan Nusantara di Hotel Melati di Provinsi DIY tahun 2010 sebesar 1,76 hari, yang berarti mengalami penurunan sebesar 2,22% di banding tahun 2009 yaitu sebesar 1,80 hari.

B. Hotel Melati

AKOMODASI

Page 43: Wisata kota

Berdasarkan tabel 3.3, dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah Wisatawan Mancanegara di Hotel Bintang dan Melati tahun 2010 sebanyak 152.843 orang, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 9,57% di banding tahun 2009 sebanyak 139.492 orang.

Jumlah Wisatawan Nusantara di Hotel Bintang dan Melati tahun 2010 sebanyak 1.304.137 orang, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 1,37% di banding tahun 2009 sebanyak 1.286.565 orang.

Jumlah Wisatawan keseluruhan yang datang ke Provinsi DIY tahun 2010 sebanyak 1.456.980 yang berarti mengalami kenaikan sebesar 2,17% dibanding tahun 2009 sebanyak 1.426.057.

Berikut ini adalah table yang menjelaskan mengenai data wisatawan yang menginap di Hotel Melati dan Hotel bintang:

DATA WISATAWAN YANG MENGINAP DI HOTEL MELATI DAN HOTEL BINTANG

AKOMODASI

Page 44: Wisata kota

Sumber : http://www.visitingjogja.com/download/bukuSTATISTIK.pdf

Untuk data yang menjelaskan peringkat sepuluh besar wisatawan mancanegara ke DIY yang menggunakan jasa akomodasi pada tahun 2006-2010 dijelaskan pada table 3.6:

DATA WISATAWAN MANCANEGARA YANG MENGGUNAKAN AKOMODASI TAHUN 2006-2010

AKOMODASI

Page 45: Wisata kota

Jumlah Biro Perjalanan Wisata, Cabang Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata di Provinsi DIY sebanyak 305 Agen/Biro.

Jumlah Restaurant Talam Gangsa dan Talam Selaka di Kabupaten Bantul, Kab. Sleman, Kab. Gunung Kidul, dan Kab. Kulon Progo sebanyak 49 lokasi. Jumlah Rumah Makan di Kabupaten Bantul, Kab. Sleman, Kab. GunungKidul, dan Kab.

Kulon Progo sebanyak 279 lokasi. Jumlah Rumah Makan dan Restaurant di Kota Yogyakarta sebanyak 504 lokasi.

SARANA PENUNJANG WISATA

KET Gambar : agen travel & makananSumber : study in Yogya.comAkses 17/1/2012

Page 46: Wisata kota

Jumlah Daya Tarik Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 82 buah. Keseluruhan Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Daya Tarik Wisata sebanyak 368.906 orang, sedangkan Wisatawan Nusantara

mencapai 7.752.965 orang.

PENGUNJUNG DAYA TARIK WISATA (DTW)

KET Gambar : keramian dikawasab MalioboroSumber : www.antaranews.comAkses 17/1/2012

Page 47: Wisata kota

Pembangunan infrastruktur adalah bagian integral dari pembangunan kota merupakan salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Kondisi infrastruktur seperti jaringan jalan, jaringan transportasi, jaringan drainase, persampahan, sumber daya air dan pelayanan air bersih, jaringan air limbah serta sarana dan prasarana lainnya masih belum mengimbangi perkembangan dinamika masyarakat terutama diwilayah apengembangan. Berkurangnya kualitas infrastruktur dan tertundanya pembangunan infrastruktur akan memperlambat perekonomian daerah.

Dilain pihak, pembangunan sarana dan prasarana dasar perumahan dapat digunakan untuk mendukung kelengkapan standar pelayanan minimal lingkungan yang berkelanjutan seperti ketersediaan air bersih, jalan lingkungan, saluran drainase, pengelolaan limbah, ruang terbuka hijau, fasilitas umum dan sosial serta fasilitas ekonomi lokal.

KONDISI SARANA DAN PRASARANA WILAYAH

KONDISI SARANA DAN PRASARANA SAAT INI

KET Gambar : sarana dan prasarana saat iniSumber :dokumentasi langsung 25/12/2012

Page 48: Wisata kota

Kapasitas jalan dan kemampuan jalan di beberapa ruas jalan sudah melebihi kapasitas, hal ini nampak dari terjadinya antian panjang dan diperberat dengan adanya parkir pada badan jalan serta sulit memperlebar jalan karena adanyaketerbatasan lahan.

Jalan

KET Gambar : jalan malioboroSumber :dokumentasi langsung

25/12/2012

Page 49: Wisata kota

Jaringan drainase di Kota Yogyakarta merupakan satu kesatuan sistem jaringan drainase perkotaan yogyakarta, karena dinamika perubahan penggunaan lahan yang terjadi kiranya dimensi dan sistem drainase yang ada saat ini perlu penyesuaian melalui penyempurnaan sistem jaringan drainase perkotaan yogyakarta yang mencakup batas administrasi Kota Yogyakarta, sebagian wilayah Sleman dan Bantul. Sarana Drainase untuk seluruh wilayah Kota Yogyakarta meliputi drainase utama berupa Sungai Gadjahwong, Sungai Winongo dan Sungai Code, saluran drainase sekunder (pembawa) tertutup, saluran drainase sekunder (pembawa) terbuka, saluran tersier (pengumpul) tertutup, saluran tertier (pengumpul) terbuka. Seluruh sirkulasi drainase disalurkan menuju ke saluran drainase utama berujud ketiga sungai diatas.

Permasalahan timbulnya genangan bahkan banjir di musim hujan tidak hanya disebabkan belum sempurnanya sistem sirkulasi drainase yang ada namun juga dapat diakibatkan oleh tersumbatnya aliran akibat pembuangan sampah atau kurang sempurnanya tangkapan air bahkan dimungkinkan akibat curah hujan yang sangat tinggi. Saluran drainase selain memerlukan pemeliharaan fisik juga perlu adanya kegiatan pelumpuran atau membersihkan saluran drainase dari endapan lumpur.

Drainase

KET Gambar : drainase jalanSumber :dokumentasi langsung

25/12/2012

Page 50: Wisata kota

Kota Yogyakarta dengan luas wilayah 32,5 km2, terbagi dalam 14 Kecamatan dan45 Kelurahan, sebagai Ibukota Propinsi DIY, mempunyai 467 ruas jalan denganpanjang 441.231 km yang dilayani LPJU non kampung. Berikut ini table kondisi PJU sampai saat ini yang terdiri dari:

Penerangan Jalan Umum

Sumber : Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta

DATA PENERANGAN JALAN UMUM DI PROPINSI DIY

No Uraian Satuan Volume

2005

Volume

2006

Keterangan

Penerangan

Jalan Umum

         

1 Penerangan

jalan utama

titik 7.500 7.625  

  Penerangan

jalan

       

2 Lampu

lingkungan

titik 4.500 5.325  

3 Lampu antik titik 3.000 3000  

Page 51: Wisata kota

Pemerintah Kota melalui Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakartasejak tahun 2001 sudah melaksanakan program efesiensi penggunaan energy lampu penerangan jalan umum dengan tujuan :1. Penghematan pemakaian energi listrik.2. Menjaga Kontinuitas Nyala Lampu/Sistem.3. Meratakan titik Penerangan Jalan Umum.4. Menambah volume Lampu Penerangan Jalan Umum

Penerangan Jalan Umum

KET Gambar : Lampu jalan MalioboroSumber :dokumentasi langsung 25/12/2012

Page 52: Wisata kota

Didalam merevitalisasi sebuah kawasan wisata, tentunya didasarkan dari permasalahan-permasalahan yang terdapat pada lokasi, sehingga nantinya tercipta solusi-solusi desain yang akan memperbaiki dan mengembangkan daerah tersebut serta menjadi kawasan wisata yang baik untuk wisatawan maupun lingkungan sekitarnya.

Pada studi kasus ini, lokasi yang menjadi sasaran adalah kawasan wisata kota Jalan Malioboro. Pada kawasan Malioboro sebagai kawasan wisata sekaligus komersial, tentunya banyak terdapat masalah-masalah baik fisik maupun non fisik.

PERMASALAHAN KAWASAN PERENCANAAN

Permasalahan Kawasan Perencanaan

KET Gambar : bangunan penuh rekalameSumber :dokumentasi langsung

25/12/2012

Page 53: Wisata kota

A. Terjadi perubahan bentuk fasad bangunan pertokoan disepanjang kawasan Jalan Malioboro. Pada mulanya fasad asli bangunan identik dengan gaya khas pecinan dan colonial Belanda, namun pada saat ini fasade tersebut telah berubah bentuk menjadi gaya modern yang menghilangkan nilai keasliannya.

 B. Terdapat papan-papan reklame dan papan nama yang berlebihan disepanjang jalan Malioboro dan di fasad-fasad bangunan dimana akan mengakibatkan tertutupnya fasad bangunan dan membuat fasad menjadi kumuh serta berantakan.

Permasalahan Umum

Page 54: Wisata kota

C. Pedestrian yang tidak berfugsi sebagaimana mestinya.Di Jalan Malioboro, terdapat pedestrian / pejalan kaki tertutup dan Pedestrian / pejalan kaki terbuka.Pedestrian terbuka yang terletak dibagian timur yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki, justru digunakan untuk parkir sepeda motor dan lapak warung lesehan.Sedangkan pedestrian tertutup yang terletak dibagian barat justru digunakan sebagai lapak kakilima disisi kanan kirinya sehingga mempersulit akses dua arah pejalan kaki karena sempitnya ruang.

 D. Kurangnya sarana toilet umum di kawasan jalan Malioboro.Toilet umum di jalan malioboro kurang banyak disediakan, kalaupun ada, toilet tidak terlihat dari jalan karena akses menuju toilet yang berada didalam gang.

Permasalahan Umum

Page 55: Wisata kota

Didalam wisata kota terdapat kegiatan-kegiatan wisata yang dapat dilakukan sebagai penunjang wisata kota, diantaranya :A. Wisata SejarahB. Wisata budayaC. Wisata kulinerD. Wisata belanja

Permasalahan Khusus

KET Gambar : ragam wisataSumber :www.yogyes.com

14/12/2012

Page 56: Wisata kota

Permasalahan :A. Entrance tidak terlihat B. Toilet tidak ada C. Tempat informasi

terlalu jauh D. Jadwal pertunjukan

belum jelas E. Kotak sampah masih

kurang F. Keamanan belum

terjaga

Wisata Sejarah (Monumen SU 1 Maret)

Sumber gambar :www.tagtung.com/jogjakarta/obyek-wisata/98-monumen-serangan-umum-1-maret.html

Page 57: Wisata kota

Permasalahan :1. Belum ada tempat pakir sepeda

2. Belum jelas peletakan Papan informasi

3. Parkir motor kurang mencukupi

4. Kurangnya koleksi objek sejarah yang

terdapat di vredeburg

5. Toilet kurang terlihat

Wisata Budaya

Gedung AgungPermasalahan :1. Tidak adanya tempat informasi 2. Gedung pengelola 3. Belum terbuka untuk umum 4. Entrance masih belum jelas

Gedung Agung

KET Gambar : gedung agungSumber :dokumentasi langsung

17/12/2012

Page 58: Wisata kota

Permasalahan: 1. Kurangnya fasilitas sanitasi Tidak adanya tempat untuk membuang sampah dan air bekas cuci piring sehingga para pedagang kerap kali membuangnya di sembarang tempat. Imbasnya adalah pada menurunnya tingkat kebersihan kota, dan ketidanyamanan pengunjung. 2. Pemilihan lokasi angkringan Tidak adanya peraturan yang tetap dan mengikat dalam hal pemilihan lokasi angkringan berimbas pada tempat yang dipilih tidak higienis, tidak teratur, dan bahkan menggunakan lahan yang diperuntukkan untuk kegiatan lain tanpa izin (misalnya di trotoar, di parkiran, dll)Perletakan angkringan yang terkadang kurang tepat dalam memilih lokasi untuk berjualanKurangnya tingkat higienitas baik dari segi tempat, peralatan makan dan memasak, maupun dari kualitas makanannya.

Wisata Kuliner

Angkringan

KET Gambar : angkringanSumber :dokumentasi langsung

17/12/2012

Page 59: Wisata kota

Lesehan Permasalahan :1. Kurangnya fasilitas sanitasi 2. Tidak adanya tempat untuk

membuang sampah dan air bekas cuci piring sehingga para pedagang kerap kali membuangnya di sembarang tempat (bahkan di buang di jalan, trotoar). Sehingga berimbas pada menurunnya tingkat kebersihan kota, menciptakan bau yang tidak sedap, dan ketidanyamanan pengunjung.

3. Kurang tersedianya fasilitas air bersih

4. Untuk mencuci peralatan makan dan minum juga peralatan memasak.

5. Penggunakan minyak goreng yang sampai hitam

6. Variasi dan kualitas makanan 7. Aspek kenyamanan

KET Gambar : lesehanSumber :dokumentasi langsung

17/12/2012

Page 60: Wisata kota

Restoran

Permasalahan:1. Kurang merepresentasikan budaya khas Yogyakarta pada fasad eksterior dan interiornya2. Pengelolaan tempat yang kurang pas sehingga tidak ada keterkaitan antara ruang dalam dan luar. (keterkaitan dengan lingkungan)

KET Gambar : Restouran legian MalioboroSumber :dokumentasi langsung

17/12/2012

Page 61: Wisata kota

Wisata Belanja

Pedagang kaki limaPermasalahan:1. PKL menggunakan 60% lebar pedestrian sebagai lapak berjualan. 2. PKL berdesakan dan tidak teratur antara satu dengan lainnya. 3. Lokasi berdagang di trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki, namun digunakan untuk berdagang di sisi kanan-kirinya. 4. PKL kurang bersih, rapih dan tertib serta keberadaannya mengganggu fasad pertokoan dibelakangnya.5. Arcade dan di depan pertokoan yang sudah tidak efektif karena menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan

KET Gambar : PKL penjual baju batikSumber :dokumentasi langsung

17/12/2012

Page 62: Wisata kota

PERMASALAHAN SARANA DAN PRASARANA

A. JalanKondisi Jalan Malioboro termasuk dalam kategori baik, tidak ada yang berlubang atau mengalami rusak parah.Permasalahan:a. Belum adanya jalur khusus sepeda b. Lebar jalan belum bisa menampung pengguna transportasi pribadi dalam waktu-waktu tertentu (hari libur).B.Toilet UmumPermasalahan:a. Jumlah toilet umum terlalu sedikitb. Letak toilet umum tidak jelasc. Tingkat kebersihan kurang

C. ParkirPermasalahan:Karena jumlah lahan parkir yang kurang memimbulkan masalah-masalah seperti : a. Tempat parkir sudah tidak jelas sehingga mengganggu pedestrian b. Tingkat keamanan kurangc. Tingkat kecelakaan tinggi akibat arus sirkulasi yang berantakan menuju tempat parkir

Page 63: Wisata kota

C. SanitasiPermasalahan:a. Belum adanya sumber air bersih yang layak sehingga masyarakat membeli air bersih dari penjualan air dan memakainya berulang-ulang sehingga mempengaruhi kondisi kebersihanb. Tempat untuk membuang limbah air kotor belum jelas

D. Open spacePermasalahan:a. Jumlah ruang terbuka masih kurang b. Elemen air belum ada di taman dimalioboro c. Open space masih belum memiliki tempat untuk aksi pertunjukan terutama musisi jalanan.

PERMASALAHAN SARANA DAN PRASARANA

Page 64: Wisata kota

KET Gambar : Kotak sampahSumber : . Sumber :

http://arrastore.wordpress.com/2008/09/10/tempat-sampah-yang-baik/ Akses 17/1/2012

ANALISIS PERMASALAHAN DAN SOLUSI

Bab analisis merupakan uraian permasalahan yang ingin ditemukan solusinya melalui formulasi data yang diperoleh melalui survey lapangan, studi literature dan diskusi kelompok. Hal yang akan dibahas adalah analisis penerapan solusi terhadap potensi wisata dan ekonomi Malioboro melalui desain bangunan dan lansekap. Untuk menganalisis komponen ruang, perlu ada pembagian dalam kegiatan ekonomi, wisata, dan fungsi-fungsi lain seperti; sejarah, edukasi, dan budaya.

Page 65: Wisata kota

ANALISISPERMASALAHAN DAN SOLUSI

KET Gambar : The iconSumber : www.myicon.com

Akses 12/1/2012

Page 66: Wisata kota

Analisis PKL

Analisis PKL ditentukan oleh perilaku jual beli dan aktivitas wisatawan di kawasan Malioboro. Masalah yang terjadi berkaitan dengan PKL adalah lokasi PKL yang berada di jalur pedestrian, arcade dan di depan pertokoan yang sudah tidak efektif karena menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan sedangkan berdasarkan teori PKL memiliki kewajiban menjaga kebersihan, kerapihan, ketertiban dan menghormati pihak lain untuk mewujudkan program penataan ruang yang memenuhi aspek lingkungan, ekonomi, hubungan sosial. (Irene Sarwindaningrum, Kompas 9 januari 2010). Dengan mengkaji masalah-masalah yang ada dengan teori yang seharusnya, berikut adalah solusi yang kami dapatkan :1. PKL ditata sedemikian rupa agar tidak berdesakan dan

menyebabkan ketidakteraturan2. Lokasi berdagang ditempatkan di salah satu sisi trotoar saja,

jangan dikedua sisi agar sirkulasi pejalan kaki lebih luas 3. Mencari lahan khusus yang cukup luas untuk penempatan PKL

(dikonsentrasikan di satu tempat khusus)

Page 67: Wisata kota

Analisis Restoran/Café

Analisis Restoran/Cafe ditentukan oleh desain interior dan eksterior yang menampilkan karakter Yogyakarta. Restoran dan café yang ada belum merepresentasikan budaya Yogyakarta. Padahal bangunan yang ada harus memiliki Langgam atau gaya dapat diartikan sebagai suatu kumpulan karakteristik bangunan, sehingga dapat menyatukan fragmen-fragmen sebuah kota (Hamid Shirvani) Sehingga diperlukan desain yang mampu menciptakan suasana yang khas, dengan mempetimbangkan hal tersebut, maka solusi yang kami dapatkan:1. Menambahkan unsur budaya khas Yogyakarta pada elemen

interior dan eksterior, sehingga tidak monoton seperti restoran pada umumnya.

2. Membuat desain yang sesuai dan memiliki keterkaitan antara ruang dalam dan ruang luar.

Page 68: Wisata kota

Analisis Lesehan

Analisis Lesehan ditentukan oleh perilaku wisatawan dalam berwisata kuliner. Untuk memudahkan aktivitas wisatawan tersebut, maka perlu meningkatkan aspek kenyamanan dan kebersihan lesehan. Permasalahan yang ada di lesehan adalah kurangnya tingkat higienitas baik dari segi tempat, peralatan makan dan memasak maupun dari kualitas makanannya padahal tingkat hegienitas menjadi tolok ukur kualitas makanan (Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia,2010). Sehingga diperlukan desain yang mampu mendukung dan mendorong naiknya tingkat higienitas di Lesehan.

Page 69: Wisata kota

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka alternatif solusinya antara lain;1. Menyediakan tempat khusus untuk mencuci dan membuang air

bekas cuci piring. Dengan jarak yang tidak jauh dari lokasi lesehan.

2. Membangun mutu produk dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas baik

3. Membangun mutu pelayanan dan menampilkan harga yang jelas di daftar menu makanan

4. Variasi dan kualitas menyesuaikan dengan yang ada di lapangan. Perlu adanya inovasi untuk membuat makanan jadi sedikit lebih unik dan berbeda.

5. Kenyamanan bisa diusahakan melalui kebersihan fasilitas yang ada seperti meja, tikar, dan peralatan makan. Selain itu juga dengan menciptakan suasana yang khas dan membuat pengunjung nyaman.

Page 70: Wisata kota

Analisis Angkringan

Analisis Angkringan ditentukan oleh perilaku wisatawan dan juga penduduk sekitar yang kerap kali makan atau sekedar berkumpul di angkringan. Fenomena ini menunjukkan adanya keterkaitan antara budaya dan kebiasaan masyarakat terkait dengan masalah angkringan ini.

Permasalahan yang ada di Angkringan adalah perletakan angkringan yang terkadang kurang tepat dalam memilih lokasi untuk berjualan, selain itu masalah juga terletak pada kurangnya tingkat higienitas baik dari segi tempat, peralatan makan dan memasak, maupun dari kualitas makanannya padahal angkringan telah atur pada Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Penataan Pedagang Kaki Lima Bab I Ketentuan Umum Pasal 1.

Page 71: Wisata kota

Tempat Sampah

Berdasarkan permasalahan yang ada dan peraturan yang seharusnya, maka solusi dari kami :1. Menyediakan tempat khusus untuk mencuci dan membuang air

bekas cuci piring. 2. Menyediakan tempat sampah.3. Zoning untuk pemilihan lokasi angkringan agar tidak mengganggu

kegiatan yang berjalan dan juga tetap menguntungkan dari segi ekonomi.

Page 72: Wisata kota

Analisis Pasar Beringharjo

Sebagai pasar tradisional terbesar, Beringharjo tumbuh berkembang seiring dengan sejarah berdirinya Kota Budaya Yogyakarta. Bangunan pasar berkonstruksi beton ini mempunyai nilai historis dan filosofis yang tidak dapat dipisahkan dengan Keraton Yogyakarta. Dilihat dari sejarahnya, Beringharjo mengalami 3 fase, yaitu:

masa kerajaan, penjajahan, dan kemerdekaan. Tetapi banyak permasalahan yang terjadi di Bringharjo bekaitan dengan kegiatan pasar, oleh karena dengan melihat standar pasar (Time sarver standar,Regional Shopping Center 713) maka solusi yang didapatkan :1. Kegiatan pembersihan lingkungan pasar lebih digiatkan.2. PKL didepan pasar ditata sedemikian rupa agar tidak

mengganggu jalur sirkulasi keluar dan masuk para pengunjung.

Page 73: Wisata kota

Analisis Mall

Mall menjadi unsur baru sebagai alternatif pusat perbelanjaan dimalioboro, tetapi dari segi penataan dan dekorasi masih jauh dari yang diharapkan sebagai Mall di wilayah wisata yang populer (Dallen j Timothy, 2005:16) untuk itu solusi yang tepat bagi masalah yang ada,sebagai berikut :1. Gaya bangunan terutama eksteriornya diperbaharui dengan

konsep yang lebih sesuai dengan budaya, menampilkan akulturasi antara jawa dan cina

2. Dekorasi fasad bangunan dibuat lebih menarik dan eyecathing

Page 74: Wisata kota

Analisis Jalur Sepeda

Analisisi kepada kebutuhan pengguna sepeda akan kenyamanan dan keamanan bersepeda, dan kondisi eksisting yang belum memiliki jalur khusus sepeda maka kami memutuskan perlu adanya penambahan fasilitas untuk memudahkan para pengguna sepeda dengan didasarkan teori jalur sepeda yang baik di Nuefert 3rd Edition. Berikut adalah :1. Membuat jalur khusus sepeda dengan signing yang jelas2. Menyediakan parkir sepeda dalam jarak tertentu yang cukup

Page 75: Wisata kota

Analisis Toilet Umum

Toilet Umum adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus lengkap dengan kloset, persediaan air dan perlengkapan lain yang bersih, aman dan higienis dimana masyarakat di tempat-tempat domestik, komersial maupun publik dapat membuang hajat serta memenuh kebutuhan fisik, sosial dan psikologis lainnya, permasalahan sangat jelas ketika melihat toilet umum dimalioboro, toilet kurang higienis , jarak antar tolet terlalu jauh padahal perturan toilet umum diatur jelas di Dinas Pekerjaan Umum Indonesia, Berdasarkan persyaratan dari Dinas Pekerjaan Umum,kami memberi beberapa solusi :1. Menambah jumlah toilet umum 2. Signing dan peta untuk memudahkan wisatawan menemukan

toilet umum 3. Meningkatkan kebersihan dengan menambahkan tempat sampah

di tiap unit4. Merenovasi toilet umum sesuai standar yang telah di atur Dinas

Pekerjaan Umum

Page 76: Wisata kota

Analisis Parkir

Parkir menjadi penyebab awal masalah di malioboro yang berhubungan dengan kenyamanan pejalan kaki, tempat yang tidak lagi mencukupi membuat malioboro menjadi penuh sesak. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi efek visual yg merupakan usaha sukses dalam perancangan kota (Hamid Shirvani,1986).Berdasarkan teori yang ada tentang parkir, kami memberi solusi seperti :1. Mendesain kantung-kantung parkir dijalan malioboro2. Meningkatkan keamanan dengan menyediakan pos satpam dan

tempat karcis untuk parkir

Page 77: Wisata kota

Analisis Air Bersih

Air bersih menjadi masalah yang serius bagi kawasan wisata, karena dari kesediaan air bersihlah dapat dilihat tolok ukur kesehatan suatu wilayah (Notoadmojo,2003). Dengan didasarkan teori yang ada maka solusi yang diperlukan adalah :

1. Merencanakan rencana air bersih dan penyaluran yang merata2. Menyediakan watersink dan kran air di sepanjang jalan Malioboro

Page 78: Wisata kota

KET Gambar : Kotak sampahSumber : . Sumber :

http://arrastore.wordpress.com/2008/09/10/tempat-sampah-yang-baik/ Akses 17/1/2012

Analisis Jalur Pedestrian

Jalur pejalan kaki menjadi salah elemen utama dalam suatu kawasan wisata, karena dengan penyediaan jalur pedestrian yang nyaman, wisatawan akan dapat menikmati keindahan kawasan wisata dengan sangat leluasa sehingga dapat memberi kesan yang memoriable. Jalur pejalan kaki dimalioboro sebenarnya sudah baik tetapi fungsi pedestrian belum maksimal akibat digunakan juga sebagai tempat parkir. berjalan kaki adalah salah satu alat penggerak kota, satu- satunya alat memenuhi kebutuhan interaksi tatap muka yang ada dalam kehidupan aktivitas kehidupan kota. (John fruin,1979) unutk kami memberi solusi berdasarkan standar pendestrian di Neufert 3rd Edision :1. Parkir dipendestrian dihilangkan2. Menambah street furniture sebagai sarana pendukung3. Memberi tanaman sebagai pembatas jalan dengan pendestrian

Page 79: Wisata kota

Analisis Open Space

KET Gambar : Kotak sampahSumber : . Sumber :

http://arrastore.wordpress.com/2008/09/10/tempat-sampah-yang-baik/ Akses 17/1/2012

Ruang terbuka di sepanjang malioboro sangatlah sedikit untuk itu diperlukan open space sebagai ruang terbuka yang dapat digunakan semua orang untuk melakukan kegiatannya (Rustam Hakim,1987) maka solusi yang kami berikan adalah :1. Membuat titik-titik open space dijalan malioboro2. Mengalihkan street art disenjang jalan malioboro ke dalam open

space sebagai sarana pendukung open space.

Page 80: Wisata kota

Analisis tata letak media iklan

Media iklan digunakan sebagai media promosi dan sarana komunikasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia) karena itu media iklan sangat penting tetapi yang terjadi dimalioboro media malah merusak ciri khas kawasan asli dimalioboro, untuk diperlukan solusi dengan didasarkan pada peraturan kota no 7 tahun 2003 :1. Jarak papan iklan disesuaikan dengan peraturan yang ada2. Membongkar papan iklan yang merusak fasad asli kawasan.

Page 81: Wisata kota

SOLUSIDESAIN

Page 82: Wisata kota

WISATA BELANJA

Page 83: Wisata kota

PKL

KET : Gambar penempatan PKL di Arcade MalioboroSUMBER : Data penulis 10/1/2013

PKL ditata dan lokasi berdagang ditempatkan di salah satu sisi arcade saja (di sisi yang menghadap jalan), areal di depan pertokoan dibersihkan dari PKL agar sirkulasi pejalan kaki lebih luas.

Lokasi berdagang

Page 84: Wisata kota

SARANA DAN PRASARANA

Page 85: Wisata kota

MEDIA IKLAN

KET : Gambar peletakan media iklan dibangunanSUMBER : Data penulis 10/1/2013

Media iklan terletak di 4m diatas tanah dengan panjang 2,5m dan lebar 1m sesuai dengan peraturan daerah iklan kawasan khusus wisata

Papan media iklan

Page 86: Wisata kota

PEDESTRIAN

Pada desain yang baru pedestrian sudah bebas parkir, pedestrian juga ditambah dengan street furniture seperti kursi taman dan juga penambahan pohon-pohon peneduh sebagai penghijauan, sehingga menambah kenyaman para pejalan kaki di kawasan Malioboro .

KET : Gambar rancangan baru pedestrian malioboroSUMBER : Data penulis 10/1/2013

Page 87: Wisata kota

KOTAK SAMPAH

Kotak sampah ditaruh 6m disepanjang kawasan Malioboro dengan 3 jenis kotak sampah,untuk sampah basah,organik,dan anorganik.

KET : Gambar rancangan baru kotak sampah malioboroSUMBER : Data penulis 10/1/2013

Merah: Sampah AnorganikKuning: Sampah OrganikHijau : Sampah basah

Page 88: Wisata kota

JALUR SEPEDA

KET :

1. Jalur kendaraan umum

2. Jalur becak dan delman

3. Jalur sepeda

1

23

Kawasan Malioboro akan dibagi menjadi 3 jalur yaitu jalur kendaraan umum, jalur becak dan delman, serta jalur sepeda.

KET : Gambar rancangan baru jalur sirkulasi malioboroSUMBER : Data penulis 10/1/2013

Page 89: Wisata kota

SUMBER AIR BERSIH

Sumber air bersih diletakan dekat dengan penjual-penjual lesehan sehingga tidak dapat meningkatkan tingkat kehegeinisan dari penjual makanan lesehan.

KET

1. Sumber air

2. Kotak disediakan didekat samping

3. tempat makan lesehan

1

2

3

KET : Gambar rancangan baru sistem air bersih malioboroSUMBER : Data penulis 10/1/2013

Page 90: Wisata kota

JALUR PKL

Pergola dibuat panjang sebagai naungan Ruang jualan hanya berada di bangian kanan atau depan toko.

Kawasan Malioboro akan dibagi menjadi 3 jalur yaitu jalur kendaraan umum, jalur becak dan delman, serta jalur sepeda.

Page 91: Wisata kota

KANTUNG PARKIR

Kantung-kantung parkir terletak di daerah yang dulunya digunakan sebagai kantor pemerintahan. Parkir kendaraan diletakan di samping hotel Inna Garuda.Sehingga memudakan akses wisatawan.

KET : Gambar rancangan baru sistem parkir malioboroSUMBER : Data penulis 10/1/2013

Page 92: Wisata kota

OPEN SPACE

Open space berfungsi sebagai daerah hijau di kawasan Malioboro yang dapat digunakan untuk segala aktivitas seperti tempat untuk seni jalanan,fotografi,maupun tempat bersantai.

KET : Gambar rancangan baru open space MalioboroSUMBER : Data penulis 10/1/2013

Page 93: Wisata kota

Keterangan :

Open space

Wisata heritage

Wisata kuliner & belanja

Parkir

Hotel

SUMBER :

www.gooleearth.com malioboro,Yogyakarta Indonesia

akses : 29/12/2012

ZONING OBJEK WISATAKAWASAN MALIOBORO