wilayah adat -...

23
1 PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR … TAHUN 2016 TENTANG WILAYAH ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA BARAT, Menimbang : a. bahwa wilayah adat masyarakat adat di Papua Barat yang terdiri dari tanah, perairan, hutan, bahan tambang, mineral dan segala sesuatu yang melekat padanya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan bagi identitas masyarakat adat yang harus dikelola secara berkelanjutan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat baik untuk generasi sekarang maupun yang akan datang. b. bahwa selama ini pengaturan mengenai keberadaan wilayah adat belum memadai sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum yang berdampak pada pengabaian hak masyarakat adat di Papua Barat, konflik dan ketimpangan penguasaan tanah, serta menurunnya kualitas lingkungan hidup. c. bahwa pengakuan dan penghormatan terhadap Masyarakat Adat dan hak tradisionalnya termasuk mengenai wilayah adat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan melalui peraturan daerah; d. bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 35/PUU-X/2012 mengenai Pengujian Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dalam rangka DRAFT 14 MARET 2016

Upload: vodang

Post on 11-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

1

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA BARAT

NOMOR … TAHUN 2016

TENTANG

WILAYAH ADAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA BARAT,

Menimbang : a. bahwa wilayah adat masyarakat adat di Papua Barat yang

terdiri dari tanah, perairan, hutan, bahan tambang, mineral dan

segala sesuatu yang melekat padanya merupakan karunia

Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan bagi identitas

masyarakat adat yang harus dikelola secara berkelanjutan bagi

sebesar-besar kemakmuran rakyat baik untuk generasi

sekarang maupun yang akan datang.

b. bahwa selama ini pengaturan mengenai keberadaan wilayah

adat belum memadai sehingga menimbulkan ketidakpastian

hukum yang berdampak pada pengabaian hak masyarakat adat

di Papua Barat, konflik dan ketimpangan penguasaan tanah,

serta menurunnya kualitas lingkungan hidup.

c. bahwa pengakuan dan penghormatan terhadap Masyarakat

Adat dan hak tradisionalnya termasuk mengenai wilayah adat

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

dilakukan melalui peraturan daerah;

d. bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara

Nomor 35/PUU-X/2012 mengenai Pengujian Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dalam rangka

DRAFT 14 MARET 2016

Page 2: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

2

menjamin adanya kepastian hukum yang berkeadilan terhadap

Masyarakat Adat dan hak tradisionalnya dapat diatur dalam

Peraturan Daerah; dan

e. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, huruf b, huruf c,

dan huruf d perlu membentuk Peraturan Daerah Khusus

Provinsi Papua Barat tentang Wilayah Adat.

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara

RI Tahun 1990 Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara 3419);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan

United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi

Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati)

(Lembaran Negara RI Tahun 1990 Nomor 41; Tambahan

Lembaran Negara 3556);

5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 165;

Tambahan Lembaran Negara 3886 );

6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

167, Tambahan Lembaran Negara Repulik Indonesia Nomor

3888) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun

1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 29) yang telah ditetapkan

dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,

Page 3: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

3

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

7. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat,

Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya

dan Kota Sorong (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1999 Nomor 173, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3894) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2000 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan

Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat,

Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya

dan Kota Sorong (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2000 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3960) sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia Nomor 018/PUU-I/2003;

8. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi

Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara RI Tahun 2001

Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4151)

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi

Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang

(Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4940);

9. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara RI

Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4379) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Page 4: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

4

Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 2,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5490);

11. Undang-Undang Nomor 56 Tahun 2008 tentang Pembentukan

Provinsi Papua Barat di Provinsi Papua Barat (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 193,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4940) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 56 tahun 2008

tentang Pembentukan Provinsi Papua Barat di Provinsi Papua

Barat (Lembaran Negara Nomor Republik Indonesia Tahun

2013 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5416);

12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun

2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara 5059);

13. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya

(Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan

Lembaran Negara 5168);

14. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi

Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5214);

15. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara

Nomor 5234);

16. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan

Konflik Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 116; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5315);

17. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 tentang Pengesahan

Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and The Fair

and Equitable Sharing of Benefits Arising from Their Utilization

to The Convention on Biological Diversity (Protokol Nagoya

tentang Akses pada Sumber Daya Genetik dan Pembagian

Page 5: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

5

Keuntungan yang Adil dan Seimbang yang Timbul dari

Pemanfaatannya atas Konvensi Keanekaragaman Hayati)

(Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 73, Tambahan

Lembaran Negara 5412);

18. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Perusakan Hutan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 130; Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5432);

19. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7; Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5495);

20. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);

21. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308;

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5613);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3696);

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 32);

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014

tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat

Hukum Adat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 951);

25. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Penetapan Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat

dan Masyarakat Yang Berada Dalam Kawasan Tertentu (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 742).

Page 6: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

6

26. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

P.32/Menlhk/Setjen/2015 tentang Hutan Hak (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1025).

27. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Barat Nomor 6

Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Tugas, Wewenang, Hak dan

Kewajiban Majelis Rakyat Papua Barat (Lembaran Daerah

Provinsi Papua Barat Tahun 2012 Nomor 61, Tambahan

Lembaran Daerah Provinsi Papua Barat Nomor 61).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT

dan

GUBERNUR PROVINSI PAPUA BARAT

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH KHUSUS TENTANG WILAYAH ADAT

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi Papua Barat.

2. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang terdapat

di Provinsi Papua Barat

3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Papua Barat.

4. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se Provinsi Papua Barat;

5. Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua Barat, yang selanjutnya disingkat DPRPB

adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Papua Barat sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

6. Majelis Rakyat Papua, Provinsi Barat, yang selanjutnya disingkat dengan MRP

adalah representasi kultural orang asli Papua, yang memiliki wewenang tertentu

Page 7: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

7

dalam rangka perlindungan hak-hak orang asli Papua dengan penghormatan

terhadap adat dan budaya, pemberdayaan perempuan dan pemantapan kerukunan

hidup beragama.

7. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah

sekretariat, dinas, kantor, dan badan di lingkungan pemerintah Provinsi Papua

Barat.

8. Pengakuan adalah pernyataan penerimaan dan pemberian status keabsahan oleh

Pemerintah Daerah terhadap keberadaan Masyarakat Adat dan hak tradisionalnya,

termasuk wilayah adat sebagai perwujudan konstitusional dari negara untuk

menghormati, melindungi, menjamin dan memenuhi hak-hak asasi warga negara.

9. Perlindungan adalah tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan atau

lembaga hukum resmi untuk melindungi wilayah dan hak-hak masyarakat adat

dari tindakan gangguan yang mengancam

10. Penetapan wilayah adat adalah pengakuan Pemerintah Daerah terhadap wilayah

adat yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu masyarakat adat.

11. Adat adalah kebiasaan yang diakui, dipatuhi dan dilembagakan, serta

dipertahankan oleh masyarakat adat setempat secara turun-temurun;

12. Masyarakat Adat adalah warga masyarakat asli Papua yang memiliki hubungan

historis dan kosmologis dengan tanah, air dan hutan di wilayah tertentu dan hidup

sebagai pemilik ulayat dalam wilayahnya karena terikat kepada hukum adat yang

berlaku dengan rasa solidaritas yang tinggi di antara para anggotanya.

13. Hukum Adat adalah aturan atau norma tidak tertulis yang dapat diterima

sepanjang hukum – hukum itu hidup dan diakui masyarakat pemilik adat untuk

mengatur, mengikat dan dipertahankan, serta mempunyai sanksi;

14. Hak Ulayat adalah hak persekutuan yang dipunyai oleh masyarakat adat tertentu

atas suatu wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya,

yang meliputi hak untuk memanfaatkan tanah, hutan, dan air serta isinya sesuai

dengan nilai – nilai kemanusiaan, keharmonisan dan keseimbangan alam yang

diatur dalam peraturan perundang-undangan.

15. Hak tradisional adalah hak yang melekat dengan keberadaan Masyarakat Adat.

16. Wilayah adat atau yang dipersamakan dengan wilayah hak ulayat adalah ruang

kehidupan yang menjadi tempat keberadaan Masyarakat Adat yang terdiri dari

Page 8: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

8

tanah, air dan sumber daya alam yang terdapat di atasnya, yang penguasaan,

pengelolaan dan pemanfaatannya dilakukan menurut hukum adat.

17. Tanah adat adalah bidang tanah yang terdapat pada wilayah adat yang jenis dan

pengaturannya ditentukan berdasarkan hukum adat.

18. Hutan adat adalah hutan yang berada di dalam wilayah adat.

19. Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan

masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara

lestari.

20. Lembaga adat adalah pranata pemerintahan adat yang terdiri dari tokoh adat yang

memiliki tanggungjawab menyelenggarakan fungsi adat istiadat yang tumbuh dan

berkembang secara tradisional di dalam masyarakat adat.

21. Identifikasi wilayah adat adalah pengumpulan data dan informasi mengenai batas-

batas wilayah adat.

22. Verifikasi wilayah adat adalah penilaian terhadap hasil identifikasi wilayah adat.

23. Pemetaan wilayah adat adalah proses menerjemahkan bentang alam ke dalam

bentuk kartografi berdasarkan pada sejarah asal usul dan tata kelola suatu wilayah

adat sesuai dengan sistem pengetahuan dan praktik-praktik yang berlaku pada

suatu Masyarakat Adat.

24. Peta wilayah adat adalah peta tematik dengan skala 1:50.000 yang berisi informasi

mengenai batas luar wilayah adat.

25. Panitia Masyarakat Adat adalah panitia yang dibentuk dengan keputusan

Bupati/Walikota untuk melakukan inventarisasi dan verifikasi wilayah adat,

melakukan penyelesaian keberatan, dan memberikan rekomendasi kepada

Bupati/Walikota untuk menetapkan wilayah adat.

26. PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan pemerintah Provinsi

Papua Barat yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

BAB II

ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Asas dari pengakuan dan perlindungan wilayah adat di Provinsi Papua Barat adalah:

Page 9: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

9

a. Kemanusiaan

b. Keberagaman;

c. Pengakuan

d. Keadilan sosial;

e. Kepastian hukum;

f. Kesetaraan dan non-diskriminasi;

g. Keberlanjutan lingkungan;

h. Partisipasi; dan

i. Transparansi.

Pasal 3

Tujuan dari pengakuan dan perlindungan wilayah adat di Provinsi Papua Barat

meliputi:

a. memberikan kepastian hukum mengenai keberadaan wilayah adat dan hak

Masyarakat Adat;

b. melindungi hak dan memperkuat akses Masyarakat Adat terhadap tanah, air dan

sumber daya alam;

c. meningkatkan peran serta warga Masyarakat Adat dalam pengambilan keputusan

yang berkaitan dengan penggunaan dan pemanfaatan wilayah adat;

d. mewujudkan pengelolaan wilayah adat secara lestari berdasarkan hukum adat;

e. meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Adat;

f. mewujudkan kebijakan pembangunan di daerah yang mengakui, menghormati,

melindungi hak-hak Masyarakat Adat; dan

g. mewujudkan penyelesaian sengketa yang berbasis kepada pengakuan dan

penghormatan terhadap hak Masyarakat Adat dan hukum adatnya.

Pasal 4

Ruang lingkup peraturan daerah ini meliputi:

a. asas, tujuan dan ruang lingkup;

b. keberadaan dan kedudukan masyarakat adat;

c. wilayah adat;

d. tata cara penetapan wilayah adat;

Page 10: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

10

e. Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat

f. hak dan kewajiban dalam pengelolaan adat;

g. pemanfaatan wilayah adat;

h. pemberdayaan masyarakat adat

i. penyelesaian sengketa.

BAB III

KEBERADAAN DAN KEDUDUKAN HUKUM MASYARAKAT ADAT

Pasal 5

Masyarakat Adat di Provinsi Papua Barat memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. terdiri dari masyarakat yang warganya memiliki perasaan sebagai satu kelompok

karena adanya kesamaan nilai – nilai kearifan lokal yang dirawat dan diakui secara

bersama-sama;

2. memiliki lembaga adat yang tumbuh dan di terima (dalam praktek hidup) secara

tradisional;

3. memiliki harta kekayaan dan/atau benda-benda adat sebagai warisan leluhur;

4. memiliki norma hukum adat yang masih berlaku; dan

5. memiliki hak ulayat pada wilayah adat tertentu.

Pasal 6

Pemerintah Daerah mengakui, menghormati dan melindungi keberadaan Masyarakat

Adat dan hak tradisionalnya.

Pasal 7

(1) Masyarakat Adat berkedudukan sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan

kewajiban

(2) Lembaga Adat mewakili Masyarakat Adat di dalam maupun di luar pengadilan

dalam melakukan perbuatan hukum.

(3) Pelaksanaan perbuatan hukum oleh Lembaga Adat sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan berdasarkan persetujuan bersama dari anggota Masyarakat Adat.

Pasal 8

Page 11: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

11

(1) Keberadaan Masyarakat Adat di Provinsi Papua Barat terdiri dari suku, marga dan

keret.

(2) Masing-masing suku terdiri dari marga-marga yang menjadi pemilik terhadap

wilayah adat dan memiliki hak-hak tradisional lainnya sebagai masyarakat adat.

Pasal 9

(1) Masyarakat Adat yang mampu menyelenggarakan urusan administrasi

pemerintahan desa dapat ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai Kampung

Adat.

(2) Pengaturan mengenai Kampung Adat dan Penetapan Masyarakat Adat sebagai

Kampung Adat diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

BAB IV

WILAYAH ADAT

Pasal 10

(1) Wilayah adat terdiri dari tanah, hutan, perairan, bahan tambang, mineral dan

sumber daya alam lain yang melekat padanya sebagai suatu kesatuan wilayah

kehidupan masyarakat adat.

(2) Wilayah adat memiliki batas-batas wilayah tertentu baik batas alam dan batas

administratif dengan komunitas lain.

(3) Pemerintah Daerah mengakui wilayah adat Masyarakat Adat yang ditetapkan

dengan Keputusan Bupati/Walikota.

BAB V

TATA CARA PENETAPAN WILAYAH ADAT

Pasal 11

Penetapan wilayah adat Masyarakat Adat dilakukan melalui:

a. Identifikasi;

b. Verifikasi; dan

c. Penetapan.

Pasal 12

Page 12: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

12

(1) Identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a dilakukan oleh

Masyarakat Adat atau oleh Bupati/Walikota melalui Kepala Distrik.

(2) Identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat sekurang-kurangnya (1) meliputi:

a. sejarah penguasaan wilayah adat;

b. pembagian ruang di dalam wilayah adat;

c. batas wilayah adat; dan

d. aturan mengenai pengelolaan dan perlindungan wilayah adat;

(3) hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disusun dalam

bentuk laporan hasil identifikasi yang penyusunannya dapat dibantu oleh lembaga

swadaya masyarakat atau perguruan tinggi.

(4) Tata cara identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3),

tercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 13

(1) Hasil identifikasi terhadap wilayah adat dilengkapi dengan peta wilayah adat yang

memenuhi kaidah kartografis.

(2) Dalam hal pembentukan peta wilayah adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan atas prakarsa masyarakat yang belum memenuhi kaidah kartografis,

Kepala Distrik memfasilitasi agar wilayah adat bisa dipetakan oleh SKPD terkait.

(3) Tata cara pemetaan wilayah adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

tercantum dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 14

(1) Laporan hasil identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilengkapi dengan

persetujuan tertulis dari komunitas yang berbatasan dengan wilayah adat

Masyarakat yang akan ditetapkan.

(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan di dalam

musyawarah adat yang diselenggarakan pada tingkat suku, marga, atau keret.

(3) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dinyatakan dalam

bentuk:

a. surat;

b. pembubuhan tanda tangan pada laporan hasil identifikasi; atau

Page 13: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

13

c. bentuk persetujuan tertulis lain.

Pasal 15

(1) Kepala Distrik melakukan pencatatan hasil identifikasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 dan Pasal 14 ke dalam Daftar Inventarisasi Wilayah Adat.

(2) Pencatatan laporan hasil identifikasi disertai dengan permohonan penetapan

wilayah adat oleh Komunitas Masyarakat Adat.

(3) Hasil identifikasi yang telah dilakukan pencatatan yang disertai dengan surat

permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan oleh

Kepala Distrik kepada Panitia Masyarakat Adat.

Pasal 16

(1) Panitia Masyarakat Adat melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasi wilayah

adat.

(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk verifikasi

dokumen dan verifikasi lapangan.

(3) Panitia Masyarakat Adat menyampaikan hasil verifikasi kepada Pemohon.

(4) Panitia Masyarakat Adat mengumumkan hasil verifikasi selama 60 hari dengan cara:

a. menyampaikan kepada komunitas yang berbatasan; dan

b. menempelkan di kantor pemerintahan distrik, kantor pemerintahan kampung,

rumah ibadah atau dalam bentuk lainnya yang mudah diakses oleh masyarakat.

(5) Tata cara verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat

(4), tercantum dalam Lampiran III yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah

ini.

Pasal 17

(1) Komunitas yang berbatasan atau pihak lain yang kepentingannya dirugikan dengan

penetapan wilayah adat dapat mengajukan keberatan kepada Panitia Masyarakat

Adat.

(2) Panitia Masyarakat Adat memfasilitasi penyelesaian keberatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dalam waktu 40 hari.

(3) Tata cara penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

Page 14: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

14

tercantum dalam Lampiran IV yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 18

(1) Dalam hal penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 tidak

berhasil, Panitia Masyarakat Adat menyatakan penyelesaian keberatan gagal.

(2) Dalam hal penyelesaian keberatan gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

proses penetapan dihentikan.

(3) Panitia menyampaikan surat pemberitahuan penghentian proses penetapan wilayah

adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Pemohon.

Pasal 19

(1) Dalam hal penyelesaian keberatan gagal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18

ayat (1), Pemohon dan pihak yang mengajukan keberatan dapat melanjutkan

penyelesaian keberatan dengan bantuan pihak ketiga.

(2) Panitia Masyarakat Adat melanjutkan proses penetapan wilayah adat setelah

penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhasil.

Pasal 20

(1) Panitia Masyarakat Adat menyampaikan rekomendasi kepada Bupati/Walikota

berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.

(2) Bupati/Walikota melakukan penetapan wilayah adat berdasarkan rekomendasi

Panitia Masyarakat Adat dengan Keputusan Bupati/Walikota.

(3) Bupati/Walikota menyerahkan peta wilayah adat kepada Kepala Kantor Pertanahan

untuk dituangkan dalam peta dasar pendaftaran tanah dengan mencantumkan

suatu tanda kartografi yang sesuai.

(4) Bupati/Walikota menyerahkan peta wilayah adat kepada Majelis Rakyat Papua dan

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi untuk menjadi acuan dalam

melakukan perubahan rencana tata ruang wilayah

Pasal 21

(1) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus menempatkan wilayah adat sebagai

kawasan perdesaan atau kawasan strategis sosial budaya dalam Peraturan Daerah

Page 15: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

15

mengenai Perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

(2) Penetapan wilayah adat sebagai kawasan perdesaan atau kawasan strategis sosial

budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan persetujuan dari

Masyarakat Adat.

BAB VI

PANITIA MASYARAKAT ADAT

Pasal 22

Bupati/Walikota membentuk Panitia Masyarakat Adat yang bertugas:

1. melakukan inventarisasi dan verifikasi hasil pemetaan wilayah adat;

2. memfasilitasi pemetaan wilayah adat untuk dilakukan oleh SKPD terkait;

3. memfasilitasi penyelesaian sengketa yang muncul dalam rangka penetapan wilayah

adat; dan

4. memberikan rekomendasi penetapan wilayah adat kepada Bupati/Walikota.

Pasal 23

(1) Panitia Masyarakat Adat terdiri dari:

a. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota sebagai ketua;

b. Kepala kantor pertanahan sebagai wakil ketua;

c. Unsur SKPD yang tugasnya berkaitan dengan masyarakat adat dan wilayah adat

sebagai anggota;

d. Kepala distrik sebagai anggota;

e. Perwakilan lembaga adat sebagai anggota;

f. Akademisi dengan latar belakang ilmu hukum, sejarah, dan antropologi sebagai

anggota; dan

g. Lembaga Swadaya Masyarakat yang berpengalaman melakukan pemetaan

wilayah adat sebagai anggota;

(2) Susunan dan keanggotaan Panitia Masyarakat Adat ditetapkan dengan Keputusan

Bupati/Walikota.

(3) Panitia Masyarakat Adat dibentuk untuk masa tugas 3 (tiga) tahun dan dapat

dibentuk kembali oleh Bupati/Walikota.

(4) Dalam hal tim inventarisasi dan verifikasi telah dijalankan oleh beberapa

Page 16: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

16

kelembagaan yang telah ada, Bupati dapat menetapkan kelanjutan fungsi dari

lembaga-lembaga dimaksud dengan memperhatikan representasi organisasi lain

yang relevan sebagaimana disebut dalam ayat (1).

Pasal 24

Bupati/Walikota, Panitia Masyarakat Adat, dan lembaga adat berkoordinasi dengan

Majelis Rakyat Papua dalam melakukan pendaftaran wilayah adat.

BAB VII

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT ADAT

DALAM PENGELOLAAN WILAYAH ADAT

Pasal 25

Masyarakat Adat berhak:

a. memperoleh informasi mengenai perencanaan dan penyelenggaraan pembangunan

yang berdampak terhadap wilayah adat

b. terlibat dalam perencanaan pembangunan yang akan berdampak terhadap wilayah

adat;

c. mendapatkan manfaat dari penggunaan dan pemanfaatan wilayah adat dan sumber

daya alam yang terdapat di dalamnya oleh pihak lain;

d. memperoleh kompensasi karena hilangnya hak dan akses yang ditimbulkan oleh

penggunaan dan pemanfaatan wilayah adat oleh pihak lain;

e. mengajukan keberatan, laporan, dan pengaduan kepada pihak yang berwenang

atas pelanggaran hak masyarakat adat yang berkaitan dengan pemilikan dan

penguasaan wilayah adat; dan

f. melakukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah yang

menimbulkan kerugian bagi masyarakat adat berkaitan dengan penguasaan dan

pemilikan wilayah adat.

Pasal 26

Masyarakat Adat berkewajiban:

a. menjaga kesuburan tanah dan kelestarian lingkungan pada wilayah adat;

b. terlibat secara aktif dalam melakukan penataan dan penentuan batas wilayah adat

Page 17: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

17

dengan komunitas Masyarakat Adat bersebelahan;

c. menjaga dan memelihara tatanan hukum adat untuk dipatuhi oleh warga

masyarakat hukum adat;

d. menghargai dan menghormati keputusan peradilan adat agar memberikan rasa

aman dan kepastian yang berkaitan dengan pemilikan dan penguasaan wilayah

adat;

e. terlibat aktif dalam menyukseskan program pembanguan di Provinsi Papua Barat;

dan

f. tidak menjadikan pengakuan, penghormatan, dan perlindungan masyarakat adat

dari pemerintah daerah untuk keperluan yang bertentangan dengan maksud dari

peraturan daerah ini.

BAB VIII

PEMANFAATAN WILAYAH ADAT

Pasal 27

(1) Masyarakat adat memanfaatkan wilayah adat untuk meningkatkan kesejahteraan

bersama dan keberlanjutan lingkungan hidup.

(2) Pemanfaatan wilayah adat serta sumber daya alam yang terdapat di dalamnya oleh

pihak lain baru dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan yang didahului

dengan pemberian informasi secara berimbang dengan bahasa yang dipahami oleh

masyarakat adat mengenai keuntungan dan resiko yang dapat ditimbulkan terhadap

masyarakat adat dan lingkungan hidup.

(3) Penjelasan mengenai manfaat dan resiko sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

termasuk mengenai besar, bentuk, dan tata cara pembagian keuntungan finansial,

maupun non-finansial yang adil dan seimbang.

(4) Pernyataan persetujuan atau penolakan terhadap pemanfaatan wilayah adat oleh

masyarakat adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara

musyawarah dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat adat.

Pasal 28

(1) Persetujuan dari masyarakat adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 menjadi

dasar bagi masyarakat adat dengan pihak lain untuk melakukan perjanjian

mengenai pemanfaatan dan penggunaan wilayah adat.

Page 18: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

18

(2) Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain mencakup: besar,

bentuk, dan tata cara pembagian keuntungan finansial, maupun non-finansial yang

adil dan seimbang.

BAB IX

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADAT

Pasal 29

(1) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melaksanakan pemberdayaan

kepada masyarakat secara terencana dan berkesinambungan dalam melakukan

pengelolaan wilayah adat

(2) Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dalam bentuk

fasilitas yang meliputi:

a. pengembangan kelembagaan masyarakat

b. bantuan modal

c. bimbingan teknologi

d. penyuluhan

e. pendidikan dan pelatihan

f. pendokumentasian praktik konservasi masyarakat

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bertanggung

jawab menyediakan dukungan fasilitas, sarana dan prasarana serta pendanaan

melalui SKPD terkait untuk melakukan pendaftaran wilayah adat.

(2) Pemerintah Daerah wajib melibatkan Masyarakat Adat, termasuk perempuan, dalam

pembentukan kebijakan dan perencanaan program pembangunan yang

dilaksanakan di wilayah adat.

(3) Pelibatan Masyarakat Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan

memberikan informasi, melakukan konsultasi dan memperoleh persetujuan suka-

rela dari Masyarakat Adat.

(4) Pemerintah Daerah wajib melakukan pencegahan terhadap setiap tindakan yang

langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilangnya keutuhan Masyarakat Adat

dan kerusakan wilayah adat.

Page 19: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

19

(5) Pemerintah Daerah harus mencegah setiap bentuk pemindahan Masyarakat Adat

dari wilayah adatnya yang berakibat pelanggaran hak-hak Masyarakat Adat.

Pasal 31

(1) Pemerintah Daerah harus memberikan pemberdayaan dan pendampingan hukum

kepada Masyarakat Adat dalam rangka melakukan perlindungan terhadap wilayah

adat.

(2) Dalam menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi, organisasi

bantuan hukum dan/atau organisasi masyarakat lain yang memiliki kapasitas

melakukan pemberdayaan hukum.

(3) Pemerintah Daerah memberikan pendampingan pada Masyarakat Adat yang

memperoleh kembali wilayah adatnya dari penguasaan pihak luar.

(4) Pemerintah Daerah harus memfasilitasi dilakukannya inventarisasi dan

dokumentasi kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup yang dilakukan oleh masyarakat adat.

BAB X

PENDANAAN

Pasal 32

(1) Pendanaan penyelenggaraan pendaftaran wilayah adat berasal dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

dan/atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

(2) Sumber lain yang sah dan tidak mengikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berasal dari dana hibah, lembaga donor, sumbangan masyarakat, badan

hukum swasta, perseorangan, serta imbal jasa lingkungan hidup.

(3) Pengelolaan sumber pendanaan untuk pendaftaran wilayah adat diselenggarakan

oleh Pemerintah Daerah secara transparan dan akuntabel dengan mengacu kepada

ketentuan pengelolaan keuangan daerah.

BAB XI

Page 20: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

20

INFORMASI MASYARAKAT ADAT

(1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mengkonsolidasikan informasi terkait

masyarakat adat dari Panitia Masyarakat Adat dan menggunakan informasi

dimaksud dalam perencanaan pembagunan dan tata ruang di tingkat Provinsi

(2) Informasi sebagaimana dimaksud ayat (1) antara lain mencakup peta wilayah

adat, marga, suku, tata ruang wilayah adat

(3) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mengkoordinasikan informasi

masyarakat adat dengan MRP-PB dalam rangka penyediaan informasi di tingkat

Provinsi

(4) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menyebarkan dan memantau

pendayagunaan informasi masyarakat adat di masing-masing SKPD dalam

rangka perlindungan dan penghormatan hak-hak masyarakat adat atas wilayah

dan sumber daya alam di dalamnya

BAB XII

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 33

(1) Pemerintah Daerah menghormati dan mengakui peradilan adat dan keputusan

peradilan adat untuk menyelesaikan sengketa antar-warga Masyarakat Adat atas

pelanggaran yang dilakukan oleh orang luar di dalam wilayah adat.

(2) Pemerintah Daerah membantu penyelesaian sengketa antar-Masyarakat Adat

maupun antara masyarakat adat dengan pihak lain mengenai batas wilayah adat

melalui mediasi.

(3) Dalam hal penyelesaian sengketa dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berhasil

sengketa dapat diselesaikan melalui peradilan umum.

BAB XIII

KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN

Pasal 34

(1) Setiap orang luar yang melakukan kegiatan mengganggu, merusak dan

menggunakan wilayah adat tanpa persetujuan dari Masyarakat Adat diancam

Page 21: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

21

pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

Pasal 35

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak

pidana sebagaimana dimaksud Pasal 34.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya

kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 36

Hak milik atas tanah yang terdapat di dalam wilayah adat sebelum Peraturan Daerah

ini berlaku, tetap dilindungi berdasarkan hukum adat dan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 37

(1) Izin pemanfaatan sumber daya alam atau hak atas tanah yang berjangka waktu

yang terdapat di dalam wilayah adat yang telah ada sebelum Peraturan Daerah ini

berlaku, dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya masa izin atau hak tersebut.

(2) Dalam hal jangka waktu berlakunya izin pemanfaatan sumber daya alam atau hak

atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir, maka Masyarakat Adat

memperoleh kembali penguasaannya atas wilayah adat tersebut.

(3) Izin pemanfaatan sumber daya alam atau hak atas tanah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat ditinjau ulang berdasarkan tuntutan yang mendesak dari

Masyarakat Adat apabila telah terjadi pelanggaran terhadap hak-hak Masyarakat

Adat.

(4) Pemerintah Daerah memberikan pendampingan hukum kepada Masyarakat Adat

Page 22: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

22

dalam melakukan peninjauan ulang terhadap izin pemanfaatan sumber daya alam

atau hak atas tanah yang melanggar hak-hak Masyarakat Adat sebagai dimaksud

pada ayat (3).

(5) Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi kepada Masyarakat Adat untuk

menghormati izin pemanfaatan sumber daya alam atau hak atas tanah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

Pasal 38

(1) Dalam hal sebagian atau seluruh wilayah adat telah ditunjuk atau ditetapkan oleh

pemerintah sebagai kawasan hutan, maka wilayah adat tersebut dapat ditetapkan

sebagai hutan adat.

(2) Dalam hal wilayah adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah difungsikan oleh

Masyarakat Adat sebagai pemukiman, fasilitas umum atau fasilitas sosial, maka

wilayah adat tersebut dikeluarkan dari kawasan hutan.

Pasal 39

Bupati/Walikota membentuk Panitia Masyarakat Adat paling lambat enam bulan

setelah Peraturan Daerah Khusus ini diundangkan.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 40

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Papua Barat.

Ditetapkan di Manokwari

pada tanggal

GUBERNUR PAPUA BARAT,

Page 23: WILAYAH ADAT - gcftaskforce-database.orggcftaskforce-database.org/assets/downloads/managed/indonesia/west... · Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan ... bentuk

23

ttd.

ABRAHAM O. ATURURI

Diundangkan di Manokwari

pada tanggal … bulan … tahun 2016

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT,

ttd.

[NAMA SEKRETARIS DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT]

LEMBARAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 NOMOR [.....]