wiki perang dingi1

Upload: kiky-hetharie

Post on 30-Oct-2015

102 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Perang DinginDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cariPerang Dingin adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 19471991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman Nazi, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaimana cara yang tepat untuk membangun Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya, persaingan di antara keduanya menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh dunia ketika AS membangun "pertahanan" terhadap komunisme dengan membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara, terutama dengan negara di Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.Meskipun kedua negara adikuasa itu tak pernah bertempur secara langsung, namun konflik di antara keduanya secara tak langsung telah menyebabkan berbagai perang lokal seperti Perang Korea, invasi Soviet terhadap Hungaria dan Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Hasil dari Perang Dingin termasuk (dari beberapa sudut pandang) kediktatoran di Yunani dan Amerika Selatan. Krisis Rudal Kuba juga adalah akibat dari Perang Dingin dan Krisis Timur Tengah juga telah menjadi lebih kompleks akibat Perang Dingin. Dampak lainnya adalah terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur yang dipisahkan oleh Tembok Berlin. Namun ada pula masa-masa di mana ketegangan dan persaingan di antara keduanya berkurang. Perang Dingin mulai berakhir di tahun 1980-an ketika Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev meluncurkan program reformasi, perestroika dan glasnost. Secara konstan, Uni Soviet kehilangan kekuatan dan kekuasaannya terhadap Eropa Timur dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1991.Daftar isi[sembunyikan] 1 Sejarah 1.1 Latar belakang 1.2 Perang Dingin terbagi kedalam 5 era waktu: 2 Kejadian yang berhubungan dengan perang dingin 3 Peserta Perang Dingin 4 Lihat pula

[sunting] Sejarah[sunting] Latar belakangKehadiran dan kekuatan Nazi Jerman memaksa pasukan Sekutu Barat dan pasukan Soviet bersatu untuk menghadapinya. Bagaimanapun, sejak awal aliansi antara Uni Soviet, negara komunis pertama di dunia, Amerika Serikat, negara kapitalis terkaya di dunia, dan Britania Raya, kerajaan terbesar di dunia, diwarnai oleh saling ketidakpercayaan dan tekanan ideologi.

[sunting] Perang Dingin terbagi kedalam 5 era waktu:19471953 | 19531962 | 19621979 | 19791985 | 19851991

Perang VietnamDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cariHalaman ini belum atau baru diterjemahkan sebagian dari bahasa Melayu.Bantulah Wikipedia untuk melanjutkannya. Lihat panduan penerjemahan Wikipedia.

Perang Vietnam

Bagian dari Perang Dingin

Desa Viet Cong setelah diserang.

Tanggal1957 April 30, 1975

LokasiAsia Tenggara

HasilKekalahan politis dan militer Amerika Serikat

Perubahan wilayahBersatunya Vietnam.

Pihak yang terlibat

Republik VietnamAmerika SerikatKorea SelatanThailandAustraliaSelandia BaruFilipinaRepublik Demokratik VietnamFront Nasional Kemerdekaan Vietnam SelatanRepublik Rakyat CinaKorea Utara

Kekuatan

~1.200.000 (1968)~520.000 (1968)

Jumlah korban

RVtewas: 230.000terluka: 300.000Amerika Serikattewas: 58.209terluka: 153.303Korea Selatantewas: 5.000terluka: 11.000Australiatewas: 520RDV/FNKVtewas: 600.000terluka: 600.000Republik Rakyat Cinatewas: 1.100terluka: 4.200

Sipil (warga Vietnam): 1.000.000

Perang Vietnam, juga disebut Perang Indochina Kedua, adalah sebuah perang yang terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin.Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan USSR dan Tiongkok mendukung Vietnam Utara yang merupakan negara komunis.Jumlah korban yang meninggal diperkirakan adalah 280.000 di pihak Selatan dan 1.000.000 di pihak Utara.Perang ini mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara lain, terutamanya Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya, sehingga di negara-negara tersebut bisa ditemukan komunitas Vietnam yang cukup besar.Setalah berakhirnya perang ini, kedua Vietnam tersebut pun bersatu pada tahun 1976.Salah satu korban paling terkenal dari Perang Vietnam adalah Kim Phuc

[sunting] Pranala luar Perang Vietnam PERANG VIETNAM MASIH MENGHANTUI AMERIKA Oleh Leon Howell Film-film Amerika dari Perang Vietnam Hingga 11 September Vietnam Rayakan 30 Tahun Perang Berakhir[sunting] Beberapa peristiwa 9 Februari 1965 - Pasukan kombat Amerika Serikat pertama dikirim ke Vietnam Selatan. 30 Januari 1968 - Serangan Tet 5 Februari 1968 - Pertempuran Khe Sanh dimulai. 11 Februari 1973 - Tahanan perang Amerika Serikat pertama dibebaskan oleh Viet Cong. 27 Februari 1973 - Persetujuan Damai Paris secara resmi mengakhiri Perang Vietnam. 29 Maret 1973 - Pasukan terakhir Amerika Serikat meninggalkan Vietnam Selatan.Artikel bertopik militer ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Vietnam"Kategori: Artikel yang perlu diterjemahkan dari bahasa Melayu | Perang Vietnam | Perang melibatkan Vietnam | Perang melibatkan Amerika Serikat | Perang melibatkan Cina | Pe

Perang KoreaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cariPerang Korea

Bagian dari Perang Dingin

Marinir AS menyerbu pantai di Incheon.

Tanggal25 Juni 1950 sampai gencatan senjata 27 Juli 1953. Karena belum ada perjanjian perdamaian, secara teknis konflik ini masih berlanjut sampai sekarang.

LokasiSemenanjung Korea

HasilGencatan senjata; dibuatnya Zona Demiliterisasi Korea

CasusbelliInvasi Korea Utara ke Korea Selatan

Pihak yang terlibat

PBB:Korea SelatanAustraliaBelgiaKanadaKolombiaEthiopiaPerancisYunaniBelandaSelandia BaruFilipinaAfrika SelatanThailandTurkiBritania RayaAmerika SerikatNegara komunis:Korea UtaraRepublik Rakyat CinaUni SovietTemplat:Bendera vietnam utara

Komandan

Syngman RheeChung Il KwonDouglas MacArthurMark W. ClarkMatthew RidgwayKim Il-sung Choi Yong-kunVan LenKim ChaekPeng Dehuai

Kekuatan

Korea Selatan 590.911Amerika Serikat 480.000Britania Raya 63.000[1]Kanada 26.791[2]Australia 17.000Filipina 7.000Turki 5.455[3]Kolombia 4.314Belanda 3.972Perancis 3.421[4]Selandia Baru 1.389Thailand 1.294Ethiopia 1.271Yunani 1.263Belgia 900Afrika Selatan 826Luxembourg 44Total: 941.3561.139,518Korea Utara 260.000RRC 780.000Uni Soviet 26.000Total: 1.066.000

Jumlah korban

AS tewas 50.000AS terluka 103.000KorSel tewas 673.000Total 1.271.2441.818.410RRT tewas 145.000RRT terluka 260.000Soviet tewas 315Total 1.858.0003.822.000

Sipil tewas atau terluka (seluruh Korea) = jutaan

Sejarah Korea

PrasejarahZaman JeulmunZaman MumunGojoseonJinProto Tiga Kerajaan:Buyeo, Okjeo, DongyeSamhan: Ma, Byeon, JinTiga Kerajaan:GoguryeoBaekjeSillaGayaZaman Negara Utara-Selatan:Silla BersatuBalhaeTiga Kerajaan Akhir:Taebong, HubaekjeGoryeoJoseonKekaisaran HanPenjajahan JepangPemerintahan SementaraPembagian KoreaKorea Utara, Korea SelatanPerang Korea

Penguasa Garis waktu Sejarah Militer Perang Laut

Portal Korea

Perang Korea (bahasa Korea: ), dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB.Sekutu Korea Utara termasuk Republik Rakyat Tiongkok, yang menyediakan kekuatan militer, dan Uni Soviet yang menyediakan penasehat perang dan pilot pesawat, dan juga persenjataan, untuk pasukan China dan Korea Utara. Di Amerika Serikat konflik ini diistilahkan sebagai aksi polisi (Konflik Korea) di bawah bendera PBB dari pada sebuah perang, dikarenakan untuk menghilangkan keperluan Kongres mengumumkan perang.Daftar isi[sembunyikan] 1 Latar belakang 1.1 Terminologi 1.2 Pendudukan Jepang (19101945) 1.3 Pemisahan Korea (1945) 2 Jalannya perang 2.1 Peran Joseph Stalin dan Mao Zedong 2.2 Korea Utara menyerang (Juni 1950) 2.3 Police Action: US intervention 2.4 Escalation 2.5 Battle of Incheon 2.6 The UN Offensive: North Korea invaded (SeptemberOctober 1950) 2.7 China intervenes 2.8 Across the parallel: Chinese Winter Offensive (early 1951) 2.9 Stalemate (July 1951 July 1953) 2.10 Chosin Battle aftermath: Operation Glory 3 Keterlibatan Republik Rakyat Cina 4 Akhir perang 5 Lihat pula 6 Referensi

[sunting] Latar belakang[sunting] TerminologiDi Amerika Serikat, perang ini secara resmi dideskripsikan sebagai tindakan polisi (police action) karena tidak adanya deklarasi perang resmi dari Kongres AS. Dalam bahasa sehari-hari, perang ini juga sering disebut The Forgotten War ("perang yang terlupakan") dan The Unknown War ("perang yang tidak diketahui") karena dianggap sebagai urusan PBB, berakhir buntu (stalemate), sedikitnya korban dari pihak AS, dan kurang jelasnya isu-isu menjadi penyebab perang ini, bila dibandingkan dengan Perang Vietnam dan Perang Dunia ke-2.[5][6]Di Korea Selatan, perang ini biasa disebut sebagai Perang 6-2-5 (yuk-i-o jeonjaeng) yang mencerminkan tanggal dimulainya perang pada 25 Juni.Di Korea Utara, perang ini secara resmi disebut Choguk haebang chnjaeng ("perang pembebasan tanah air"). Perang ini juga disebut Chosn chnjaeng ("Perang Joseo", Joseon adalah sebutan Korea Utara untuk tanah Korea).Di Republik Rakyat Cina, perang ini secara resmi disebut Chao Xian Zhan Zheng (Perang Korea). kata "Chao Xian" merujuk ke Korea pada umumnya, dan secara resmi Korea Utara.Istilah Perang Korea juga dapat menyatakan pertempuran sebelum invasi maupun setelah gencatan senjata dilakukan.[7][sunting] Pendudukan Jepang (19101945)Artikel utama untuk bagian ini adalah: Korea di bawah pendudukan JepangSetelah mengalahkan Dinasti Qing Cina pada Perang Sino-Jepang Pertama (189496), Kekaisaran Jepang menduduki Kekaisaran Korea (18971910) yang dipimpin oleh Kaisar Gojong.[8] Satu dekade kemudian, saat mengalahkan Kekaisaran Russia pada Perang Russo-Jepang (190405), Jepang menjadikan Korea sebagai protektorat-nya melalui Perjanjian Eulsa di tahun 1905, kemudian menganeksasinya melalui Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea di tahun 1910.[9][10] Sejak saat itu banyak Nasionalis Korea dan kaum intelektual yang melarikan diri. Beberapa dari mereka membentuk Pemerintahan Sementara Korea, dipimpin oleh Syngman Rhee, di Shanghai pada tahun 1919, dan menjadi "pemerintahan di pengasingan" (government-in-exile) yang hanya diakui oleh sedikit negara. Pada tahun 1919 hingga 1925, komunis Korea memulai pemberontakannya terhadap Jepang.[8][11]Korea di bawah pendudukan Jepang dianggap sebagai bagian dari Kekaisaran Jepang bersama dengan Taiwan, yang merupakan bagian dari Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya; pada tahun 1937, Gubernur-Jenderal koloni, Jenderal Minami Jiro, memerintahkan dilakukannya asimilasi budaya Jepang terhadap 23,5 juta penduduk koloni dengan melarang bahasa, literatur, dan budaya Korea, dan menggantinya dengan budaya Jepang, serta memerintahkan orang Korea mengganti nama mereka menjadi nama Jepang. Pada tahun 1938, pemerintahan kolonial menjalankan sistem kerja paksa; hingga 1939, 2,6 juta orang Korea bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja paksa; pada 1942, pria-pria di Korea dipaksa menjadi tentara Jepang.Sementara itu di Cina, kelompok nasionalis Tentara Revolusi Nasional dan kelompok komunis Tentara Pembebasan Rakyat mengorganisir (sayap-kanan dan sayap-kiri) patriot Korea yang mengungsi. Kelompok Nasionalis yg dipimpin oleh Yi Pom-Sok bertempur di Pertempuran Burma (Desember 1941 Agustus 1945). Kelompok komunis, yang dipimpin oleh Kim Il-sung, bertempur melawan Jepang di Korea.Selama Perang Dunia II, tentara Jepang memanfaatkan makanan, ternak, dan logam dari Korea untuk tujuan perang. Tentara Jepang di Korea meningkat dari 46.000 (1941) ke 300.000 personel (1945). Tentara Jepang juga merekrut paksa 2,6 juta tenaga kerja yang dikontrol oleh Polisi kolaborasionis Korea; lebih dari 723.000 orang dikirim ke luar negeri dan juga ke kota-kota di Jepang. Pada Januari 1945, 32% tenaga kerja Jepang adalah orang Korea; pada Agustus 1945, ketika Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hirosima, 25% di antara mereka tewas.[11] Namun, pendudukan Jepang di Korea dan Taiwan itu tidak diakui oleh negara kekuatan dunia di akhir perang.Di tahun berikutnya, Amerika Serikat dan Soviet membuat perjanjian untuk membagi Korea menjadi dua, tanpa melibatkan pihak Korea. Korea saat itu diwakili oleh kolonel Tentara Amerika Serikat Dean Rusk dan Charles Bonesteel.[12] Dua bulan sebelumnya, di Konferensi Kairo (November 1943), Nasionalis Cina, Britania Raya, dan Amerika Serikat memutuskan bahwa Korea harus menjadi negara merdeka, "pada waktunya"; Stallin pun setuju. Pada bulan Februari 1945, di Konferensi Yalta, Sekutu gagal mendirikan perwalian Korea sebagaimana diwacanakan pada tahun 1943 oleh presiden Amerika Serikat Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill.Sesuai perjanjian AS-Soviet, Uni Soviet mendeklarasikan perang pembebasan Korea dari Jepang pada tanggal 9 Agustus 1945, dan, pada tanggal 10 Agustus, Tentara Merah berhasil menduduki Korea bagian utara, dengan pendaratan amfibi di bagian utara garis lintang 38 derajat (38th parallel). Rusia juga berhasil mengusir tentara Jepang dan masuk melalui Manchuria, Cina.[11][13] Tiga minggu kemudian, pada 8 September 1945, Letnan Jendral John R. Hodge dari Amerika Serikat tiba di Incheon untuk menerima penyerahan Jepang di bagian Selatan garis lintang 38 derajat.[14][sunting] Pemisahan Korea (1945)Pada Konferensi Postdam (JuliAgustus 1945), Sekutu secara sepihak memutuskan untuk membagi Korea tanpa melakukan konsultasi dengan pihak Korea sendiriHal ini berkontradiksi dengan Konferensi Kairo (November 1943) di mana Churchill, Chiang Kai-shek, dan Franklin D. Roosevelt mendeklarasikan bahwa Korea harus menjadi negara bebas dan merdeka.[8][8][8]Rp. 24[14]Rp. 24-25[15]Rp. 25[16] Selain itu, sebelumnya, Konferensi Yalta (February 1945) mengizinkan Stallin membangun "zona penyangga" Eropanegara satelit yang berada di bawah Moskwa[17]sebagai balasan karena telah membantu Amerika Serikat di Perang Pasifik melawan Jepang.[17]Pada tanggal 10 Agustus, Tentara Merah menguasai bagian utara semenanjung Korea, sebagaimana yang telah disepakati, dan pada tanggal 26 Agustus berhenti di garis lintang 38 derajat selama 3 minggu untuk menunggu kedatangan pasukan Amerika Serikat di Selatan.[8]Rp. 25[8]Rp. 24Pada hari itu juga, dengan semakin dekatnya jadwal menyerahnya Jepang (15 Agustus), Amerika Serikat ragu Uni Soviet akan mengakui peran mereka dalam "komisi bersama", perjanjian pendudukan Korea yang disponsori Amerika Serikat. Sebulan sebelumnya, untuk memenuhi persyaratan politico-militer Amerika Serikat, Kolonel Dean Rusk dan Kolonel Charles Bonesteel III membagi semenanjung Korea menjadi dua di garis lintang 38 derajad setelah dengan terburu-buru (tiga puluh menit) memutuskan bahwa Daerah Pendudukan AS di Korea harus setidaknya memiliki dua pelabuhan.[14][18][19][20]Menjelaskan mengapa zona demarkasi (garis lintang 38 derajat) terlalu selatan, Rusk mengatakan, "bahkan meskipun perbatasan itu lebih ke utara daripada yang dapat secara realistis dicapai oleh pasukan Amerika, dalam hal terjadi perselisihan Soviet ... kami merasa penting untuk menyertakan ibu kota Korea sebagai tanggung jawab pasukan Amerika," terutama ketika "dihadapkan dengan kurangnya jumlah pasukan AS yang tersedia, juga faktor ruang dan waktu, yang mengakibatkan sulitnya pasukan mencapai lebih jauh ke utara sebelum pasukan Soviet sampai terlebih dahulu.[17] Pasukan Soviet setuju dengan demarkasi itu.Dengan berkuasanya pemerintahan militer, Jenderal John R. Hodge secara langsung mengontrol Korea Selatan melalui Pemerintahan Militer Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Korea(USAMGIK 194548).[21]. Ia memperkuat kontrolnya dengan cara, pertama, mengembalikan kekuasaan administrator-administrator kunci kolonial Jepang dan juga polisi kolabolatornya, kedua menolak pengakuan USAMGIK terhadap People's Republic of Korea (PRK) (AugustSeptember 1945)pemerintahan sementara Korea yang mulai berkuasa di semenanjung Koreakarena dianggap sebagai komunis. Kebijakan AS, yang menolak pemerintahan populer di Korea, menimbulkan gejolak dalam masyarakat, dan mengakibatkan munculnya Perang sipil Korea.[9] Pada 3 September 1945, Letnan Jendral Yoshio Kozuki, komandan, Tentara Area ke-17 Jepang, mengontak Hodge, mengatakan bahwa tentara soviet mulai bergerak ke arah selatan lintang 38 derajat di Kaesong. Hodge mempercayai keakuratan informasi itu.[14]Pada bulan Desember 1945, Korea di bawah Komisi Bersama AS-Uni Soviet menyetujui Konferensi Menteri Luar Negeri Moskwa (October 1945), lagi-lagi tanpa melibatkan pihak Korea. Komisi tersebut memutuskan bahwa negara tersebut akan merdeka setelah lima tahun di bawah kepemimpinan dewan perwalian.[8][22] Rakyat Korea marah dan memulai revolusil di Selatan, beberapa hanya melakukan protes, sisanya mengangkat senjata;[9] untuk menahannya, USAMGIK melarang protes (8 December 1945) dan mencabut perlindungan hukum terhadap Pemerintahan Revolusioner PRK dan Komite Rakyat PRK pada 12 Desember 1945.Penindasan kedaulatan ini mengakibatkan 8.000 pekerja-kereta-api berunjuk rasa pada 23 September 1946 di Pusan, yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah Korea yang dikuasai AS; USAMGIK pun kehilangan kontrolnya. Pada 1 Oktober 1946, polisi Korea membunuh tiga mahasiswa di Pemberontakan Daegu; rakyat menyerang balik dan membunuh 38 polisi. Demikian juga pada tanggal 3 Oktober, sekitar 10.000 orang menyerang kantor polisi Yeongcheon, membunuh tiga anggota polisi dan melukai 40 orang lainnya; di tempat lain, massa membunuh 20 tuan tanah dan pejabat Korea Selatan yang pro-Jepang.[15] USAMGIK mendeklarasikan hukum perag untuk mengontrok Korea Selatan.Kelompok sayap-kanan Representative Democratic Council, yang dipimpin oleh nasionalis [Syngman Rhee]], menentang perwalian Soviet-Amerika di Korea, berpendapat bahwa setelah tiga uluh lima tahun (191045) pemerintah kolonial Jepang (pemerintah asing), rakyat korea menolak dipimpin pemerintahan asing lainnya, termasuk AS dan Soviet. Mendapatkan keuntungan dari memanasnya suhu perpolitikan, AS keluar dari Persetujuan Moskwadan membentuk pemerintahan sipil anti-komunis di Korea Selatan. AS juga melakukan pemilu yang kemudian ditentang, dan diboykot oleh Uni Soviet untuk memaksa AS mematuhi Persetujuan Moskwa.[8]Rp. 26[23][24][25]Resultan pemerintah anti-komunis Korea Selatan yang mengumumkan secara resmi konstitusi politik nasional (17 July 1948) memilih Syngman Rhee (20 July 1948) sebagai presiden dan mendirikan Republik Korea Selatan pada 15 Agustus 1948.[26] Demikian juga di Zona Okupasi Rusia, Uni Soviet mendirikan pemerintahan komunis Korea Utara[8] yang dipimpin oleh Kim Il-sung.[7] Presiden Korea Selatan Syngman Rhee mengusir komunis dan anggota kelompok sayap kiri dari dunia perpolitikan nasional. Merasa dicabut haknya, mereka pergi ke daerah perbukitan dan bersiap melakukan perang gerilya melawan pemerintahan Republik Korea yang disokong oleh Amerika Serikat.[7]Para nasionalis, baik Syngman Rhee dan Kim Il-Sung, bermaksud menyatukan Korea, namun di bawah sistem politik yang dianut masing-masing pihak.[8] Dengan persenjataan yang lebih baik, Korea Utara berhasil meningkatkan ketegangan di perbatasan, dan kemudian menyerangsetelah sebelumnya melakukan provokasisebaliknya Korea Selatan, dengan bantuan terbatas dari Amerika Serikat, tidak mampu menandinginya. Di awal era Perang Dingin ketika itu, pemerintah AS menganggap semua komunisdari bangsa apapunadalah anggota blok Komunis yang dikontrol atau setidaknya mendapat pengaruh dari pemerintahan Moskwa; akibatnya AS mengaggap perang sipil di Korea sebagai manuver hegemoni dari Uni Soviet.Tentara AS mundur dari Korea tahun 1949 [27] meninggalkan tentara Korea Selatan dengan sedikit persenjataan. Di lain pihak, Uni Soviet memberikan bantuan persenjataan dalam jumlah banyak ke tentara Korea Utara dan mendukung rencana invasi Kim Il-Sung.[sunting] Jalannya perang[sunting] Peran Joseph Stalin dan Mao ZedongProfessor Shen Zhihua, yang menggunakan dana pribadinya untuk membeli arsip-arsip Uni Soviet, banyak menemukan telegram-telegram antara Moskwa dengan Beijing sebelum perang dimulai. Berikut ini adalah ikhtisar singkat dari sejumlah telegram antara Mao dan Stalin. Pada 1 Oktober 1950 Kim Il-sung mengirim telegram ke Cina, meminta intervensi militer. Pada hari yang sama, Mao Zedong menerima telegram Stalin, yang juga meminta Cina mengirim pasukan ke Korea. Pada 5 Oktober 1950, di bawah tekanan Mao Zedong dan Peng Dehuai, Komite Pusat Komunis Cina memutuskan untuk melakukan intervensi militer di Korea. Pada 11 Oktober 1950 Stalin dan Zhou Enlai mengirim telegram yang ditandatangani bersama kepada Mao, yang menyatakan:1. Tentara Cina yang dikirimkan kurang persiapan dan tidak dilengkapi tank dan artileri; dibutuhkan waktu dua bulan sebelum bantuan perlindungan udara (air cover) sampai di sana.2. Dalam jangka waktu satu bulan, tentara dengan perlengkapan memadai harus sudah siap di posisinya masing-masing; bila tidak, maka pasukan AS akan berjalan lebih jauh ke utara dan mengalahkan Korea Utara.3. Pasukan dengan perlengkapan yang memadai harus dikirim ke Korea dalam jangka waktu enam bulan, bila lebih, maka Korea Utara diperkirakan telah diduduki AS, sehingga bantuan tentara akan sia-sia. Pada 12 Oktober 1950, pukul 15:30 waktu Beijing, Mao mengirim telegram kepada Stalin melalui duta besarnya: Saya setuju dengan keputusan Anda (Stalin dan Zhou). Pada 12 Oktober 1950, pukul 22:12 waktu Beijing, Mao mengirim telegram lain: Saya setuju dengan telegram 10 Oktober, pasukan saya akan tetap di tempatnya, saya telah mengeluarkan perintah untuk menunda rencana ke Korea. Pada 12 Oktober 1950, Stalin mengirim telegram ke [Kim Il-sung]], mengatakan: tentara Rusia dan Cina tidak akan datang. Pada 13 Oktober, duta besar Rusia di Beijing mengirim telegram kepada Staling, mengatakan: Mao Zedong telah memberitahu kepadanya bahwa Komite Pusat Komunis Cina telah menyetujui keputusan pengiriman pasukan ke Korea.[28][sunting] Korea Utara menyerang (Juni 1950)Meskipun PBB menerima banyak pesan yang memberitahu bahwa Korea Utara akan melakukan invasi, PBB menolak semuanya. Sebelum perang, pada awal tahun 1950, perwira CIA stasiun Cina Douglas Mackiernan menerima ramalan intelejen Cina dan Korea Utara yang meramalkan bahwa KPA (Korean People's Army) akan menyerang ke Selatan.Dengan alasan membalas provokasi Korea Selatan, Tentara Korea Utara (KPA) menyebrangi 38 derajat lintang Utara, dibantu tembakan artileri, Minggu pagi tanggal 25 Juni 1950.[8] KPA mengatakan bahwa pasukan Republik Korea (ROK), di bawah pimpinan "bandit pengkhianat Syngman Rhee", telah menyebrangi perbatasan terlebih dahuludan mereka akan menngkap serta mengeksekusi Rhee.[14] Pada tahun-tahun sebelumnya, kedua Korea telah saling menyerang satu sama lain, seperti dalam sebuah perang sipil.Beberapa jam kemudian kemudian, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengecam invasi Korea Utara terhadap Republik Korea (ROK), dengan Resolusi 82 DK PBB, meskipun Uni Soviet dengan hak vetonya memboikot pertemuan sejak Januarimemprotes status Taiwan sebagai anggota tetap DK PBB.[29] Pada 27 Juni 1950, Presiden Truman memerintahkan angkatan udara dan laut AS untuk membantu rezim Korea Selatan. Setelah memperdebatkan masalah ini, DK PBB, pada 27 Juni 1950, menerbitkan Resolusi 83 yang merekomendasikan negara anggota memberikan bantuan militer kepada Republik Korea. Kebetulan, ketika menunggu pengumuman fait accompli dari dewan kepada PBB, Deputi Menteri Luar Negeri Uni Soviet menuduh Amerika memulai intervensi bersenjataatas nama Korea Selatan.[30]Uni Soviet menentang legitimasi perang tersebut, karena (i) data intelejen tentara Korea Selatan yang menjadi sumber Resolusi 83 didapatkan dari intelejen AS; (ii) Korea Utara (Republik Demokratik Rakyat Korea) tidak diundang sebagai anggota sementara PBB, yang berarti melanggar Piagam PBB Pasal 32; dan (iii) perang Korea di luar lingkup Piagam PBB, karena perang perbatasan Utara-Selatan awalnya dianggap sebagai perang sipil. Selain itu, perwakilan Soviet memboikot PBB untuk mencegah tindakan Dewan Keamanan, dan menantang legitimasi tindakan PBB; ahli hukum mengatakan bahwa untuk memutuskan suatu tindakan diperlukan suara bulat dari 5 anggota tetap DK PBB.[31][32]Korea Utara memulai "Perang Pembebasan Tanah Air" dengan melakukan infasi darat-udara secara komprehensif dengan 231.000 tentara, yang berhasil menguasai objek dan wilayah sesuai dengan yang direncanakan seperti Kaesng, Chuncheon, Uijeongbu, dan Ongjin, yang mereka dapatkan setelah mengerahkan 274 tank T-34-85, dan 150 pesawat tempur Yak, 110 pesawat pengebom, 200 artileri, 78 pesawat latihan Yak, dan 35 pesawat mata-mata.[14]Sebagai tambahan pasukan invasi, KPA memiliki 114 pesawat tempur, 78 pesawat pengebom, 105 tank T-34-85, dan 30.000 pasukan yang berpangkalan di Korea Utara.[14] Di laut, meskipun hanya terdiri dari beberapa kapal perang kecil, juga terjadi pertempuran yang cukup sengit antara keduanya.Di pihak lain, tentara Korea Selatan tidak siap. Di South to the Naktong, North to the Yalu (1998), R.E. Applebaum melaporkan bahwa tentara Korea Selatan memiliki tingkat kesiapan tempur yang rendah pada 25 Juni 1950. Tentara Korea Selatan hanya memiliki 98.000 tentara (65.000 tentara tempur, 33.000 tentara penyokong), tidak memiliki tank, dan 22 pesawat yang terdiri dari 12 pesawat tipe penghubung dan 10 pesawat latihan AT6. Selain itu tidak ada pasukan asing yang berpangkalan di Korea saat itumeskipun ada pangkalan AS di Jepang.[14]Dalam jangka waktu beberapa hari saja, banyak tentara Korea Selatanyang kurang loyal terhadap rezim Syngman Rheelari ke selatan atau malah berkhianat dan bergabung dengan tentara Korea Utara.[8][sunting] Police Action: US intervention

Jenderal MacArthur, UN Command CiC (duduk), mengamati penembakan laut di Incheon dari USS Mt. McKinley, 15 September 1950.

Infantri AS mengambil posisi, 195053.

Seorang anak Korea melintasi tank M-46.

Seorang infantri menghibur tentara lainnya.[[Image:KoreanWarTankFire.jpg|thumb|right|

Tank AS di Song Sil-li, Korea, 10 Januari 1952.Meskipun terjadi demobilisasi besar besaran pasca-Perang Dunia Dua di tubuh sekutu, ada sepasukan tentara AS di Jepang dengan jumlah yang cukup besar; di bawah pimpinan Jenderal MacArthur, mereka mereka bisa melawan Korea Utara. [8] Selain AS, di sana Inggris juga memiliki kekuatan tempur yang hampir sama besarnya.Pada hari sabtu 24 Juni 1950, Menteri Luar Negeri AS Dean Acheson memberi tahun Presiden Harry S. Truman melalui telepon, "Bapak Presiden, saya memiliki berita yang sangat serius. Korea Utara telah menyerang Korea Selatan."[33][34] Truman dan Acheson mendiskusikan sebuah serangan balasan sebagai respon yang akan diambil AS dengan pimpinan departemen pertahanan, yang setuju bahwa Amerika Serikat harus mengusir agresi militer, lalu menghubungkannya dengan agresi Adolf Hitler di tahun 1930 (yang ketika itu didiamkan AS). Kesalahan seperti itu tidak boleh terulang.[35] Presiden Truman mengakui bahwa pertempuran ini berkaitan dengan usaha Amerika mencegah komunisme yang semakin mengglobal:"Komunisme sedang beraksi di Korea, sebagaimana yang dilakuan Hitler, Mussolini, dan Jepang lakukan sepuluh, lima belas, dan dua puluh tahun yang lalu. Saya merasa yakin bila Korea Selatan dibiarkan jatuh, pemimpin Komunis akan semakin melebarkan kekuasaannya hingga ke negara dekat pantai kita sendiri. Jika Komunis dibiarkan memaksakan kehendak mereka di Republik Korea tanpa perlawanan dari dunia yang bebas, negara-negara kecil lainnya akan kehilangan keberanian untuk melawan ancaman dan agresi dari tetangga Komunisnya yang lebih kuat."[36]Presiden Harry S. Truman mengumumkan bahwa AS akan melawan "agresi yang tidak diprovokasi" dan "bersemangat mendukung upaya [PBB] dewan keamanan untuk mengakhiri pelanggaran serius terhadap perdamaian.[37] Pada bulan Agustus 1950, Presiden dan Sekretaris Negara dengan mudah membujuk Kongres mengegolkan $12 milyar untuk menambah anggaran militer di Asia yang penting untuk mencapai tujuan National Security Council Report 68 (NSC-68), penahanan global AS terhadap komunisme.[37]Atas rekomendasi Acheson, Presiden Truman memerintahkan Jenderal MacArthur mentransfer material kepada tentara Republik Korea dan memberikan perlindungan udara pada evakuasi warga negara Amerika Serikat. Namun Presiden menolak mengebom Korea Utara secara langsung. Selain itu, Presiden juga memerintahkan US Seventh Fleet untuk melindungi Taiwan, yang meminta untuk ikut bertempur di Korea. Namun presiden menolak permintaan itu dengan alasan dapat memancing kemarahan Cina.[38]Pertempuran Osan adalah pertempuran besar pertama antara AS dan Korea Utara di Perang Korea.[8] Pada 5 Juli 1950, Task Force Smith menyerang Korea Utara di Osan, namun karena tidak membawa senjata yang mampu menghancurkan tank Korea Utara, mereka gagal, dengan total 180 orang tewas, terluka, atau tertangkap. Korea Utara maju ke Selatan, memaksa Divisi ke-24 AS mundur ke Taejeon, yang di kemudian hari juga berhasil dikuasai Korea Utara pada Pertempuran Taejon;[8] Divisi ke-24 menderita 3.602 tewas atau terluka dan 2.962 ditangkaptermasuk komandan divisi Mayor Jendral William F. Dean.[8] Di udara, Angkatan Udara Korea Utara menembak jatuh 18 pesawat tempur dan 29 pengebom AS; sementara AS hanya menjatuhkan 5 pesawat tempur Korea Utara.Di bulan Agustus, Korea Utara berhasil menekan Korea Selatan dan tentara AS ke kota Pusan, di Tenggara Korea.[8] Dalam seranegan itu, Korea Utara membunuh akademisi Korea Selatan, dengan membunuh pegawai negeri dan kaum intelektual.[8] Pada 20 Agustus, Jenderal MacArthur memperingatkan pemimpin Korea Utara Kim Il-Sung bahwa ia bertanggung jawab terhadap kekejaman tentara Korea Utara.[8][26] Hingga bulan September, tentara PBB hanya bisa mengontrol pinggiran kota Pusan, atau hanya 10% dari wilayah Korea.[sunting] Escalation

Aerial warfare: The USAF attacking railroads south of Wonsan, eastern coast of North Korea.In the desperate Battle of Pusan Perimeter (AugustSeptember 1950), the US Army withstood KPA attacks meant to capture the city. Soon, the USAF interrupted KPA logistics with 40 daily ground-support sorties that destroyed 32 bridges, halting most daytime road and rail traffic, which hid in tunnels and moved only at night.[8]Rp. 47-48[8]Rp. 66 To deny material to the KPA, the USAF destroyed logistics depots, petroleum refineries, and harbors, while the US Navy air forces attacked transport hubs. Consequently, the over-extended KPA could not be supplied throughout the peninsular south.[8]Rp. 58Meanwhile, US garrisons in Japan continually dispatched soldiers and material to reinforce the Pusan Perimeter.[8]Rp. 59-60 Tank battalions deployed to Korea from San Francisco (in the continental US); by late August, the Pusan Perimeter had some 500 medium tanks.[8]Rp. 61 In early September 1950, ROK Army and UN Command forces were preparedthey out-numbered the KPA 180,000 to 100,000 soldiers, and then counterattacked.[8][14]Rp. 61[sunting] Battle of IncheonArtikel utama untuk bagian ini adalah: Battle of IncheonAgainst the rested and re-armed Pusan Perimeter defenders and their reinforcements, the KPA were under-manned and poorly supplied; unlike the UN Command, they lacked naval and air support.[8]Rp. 61[8]Rp. 58 To relieve the Pusan Perimeter, the UN CIC, Gen. MacArthur, recommended an amphibious landing at Incheon, behind the KPA lines.[8]Rp. 67 On 6 July, he ordered Maj. Gen. Hobart Gay, Commander, 1st Cavalry Division, to plan the division's amphibious landing at Incheon; on 1214 July, the 1st Cavalry Division embarked from Yokohama to reinforce the 24th Infantry Division.[39]The Operation Chromite amphibious assault of Incheon deployed in violent tides, and was awaited by a strong, entrenched enemy.[8]Rp. 66-67 Soon after the war began, Gen. MacArthur had begun planning the matter, but the Pentagon opposed him.[8]Rp. 67 When authorized, he activated his attack USA-USMC-ROKA forcethe X Corps, Gen. Edward Almond, Commander, composed of 70,000 1st Marine Division infantry; the 7th Infantry Division; and some 8,600 ROK Army soldiers.[8]Rp. 68 By the 15 September attack date, the assault force faced few, but tenacious, KPA defenders at Incheon; military intelligence, psychological operations, guerrilla reconnaissance, and protracted bombardment facilitated a relatively light battle between the USROK and the KPA; however, the bombardment destroyed most of Incheon city.[8]Rp. 70The Incheon landing allowed the 1st Cavalry Division to begin its northward fighting from the Pusan Perimeter. Task Force Lynch3rd Bn, 7th Cav Rgt, and two 70th Tank Bn units (Charlie Company and the IntelligenceReconnaissance Platoon)effected the Pusan Perimeter Breakout through 106.4 miles of enemy territory to join the 7th Infantry Division, at Osan. [2] The X Corps rapidly defeated the KPA defenders, thus threatening to trap the main KPA force in South Korea;[8]Rp. 71-72 Gen. MacArthur quickly recaptured Seoul;[8]Rp. 77 and the almost-isolated KPA rapidly retreated north; only 25,000 to 30,000 soldiers surviving.[40][41][sunting] The UN Offensive: North Korea invaded (SeptemberOctober 1950)Artikel utama untuk bagian ini adalah: UN Offensive, 1950

Urban combat: US Marines fight the KPA for the Korean capital.On 1 October 1950, the UN Command repelled the KPA northwards, past the 38th parallel; the ROK Army crossed after them, into North Korea.[8]Rp. 79-94 Six days later, on 7 October, with UN authorization, the UN Command forces followed the ROK forces northwards.[8]Rp. 81 The X Corps landed at Wonsan (SE North Korea) and Iwon (NE North Korea), already captured by ROK forces.[8]Rp. 87-88 The Eighth US Army and the ROK Army drove up western Korea, and captured Pyongyang city, the North Korean capital, on 19 October 1950.[8]Rp. 90 At months end, UN forces held 135,000 KPA prisoners of war; the North Korean Peoples Army appeared to disintegrate.Taking advantage of the UN Commands strategic momentum against the KPA, Gen. MacArthur (and some US politicians),Templat:Who believed it necessary to extend the Korean War into Communist China to destroy the PRC depots supplying the North Korean war effort. President Truman disagreed, and ordered Gen. MacArthurs caution at the Sino-Korean border.[8]Rp. 83[sunting] China intervenes

Chinese propaganda poster showing Chinese and North Korean soldiers crushing US allied soldiersOn 27 June 1950, two days after the KPA invaded and three months before the October Chinese intervention to the Korean War, President Truman dispatched the 7th US Fleet to the Taiwan Straits, to protect Nationalist Republic of China from the Peoples Republic of China (PRC).[42] On 4 August 1950, Mao Zedong reported to the Politburo that he would intervene when the People's Volunteer Army (PVA) was ready to deploy. On 20 August 1950, Premier Zhou Enlai informed the United Nations that Korea is Chinas neighbor ... The Chinese people cannot but be concerned about a solution of the Korean questionthus, via neutral-country diplomats, China warned the US, that in safeguarding Chinese national security, they would intervene against the UN Command in Korea.[8]Rp. 83 President Truman interpreted the communication as a bald attempt to blackmail the UN, and dismissed it.[43] The Politburo authorized Chinese intervention in Korea on 2 October 1950the day after the ROK Army crossed the 38th-parallel border.[44] Later, the Chinese claimed that US bombers had violated PRC national airspace when on en route to bomb North Koreabefore China intervened.[45][[Image:105-mm-howitzer-Korea-19500824.jpg|thumb|left|US firepower:US Army artillerymen manning a 105mm howitzer, Uirson, Korea, August 1950.]]

Mop-up operations: 1st Marine Div. infantry capture PVA soldiers in the central front, Hoengsong, Korea, 2 March 1951.In September, in Moscow, PRC Premier Zhou Enlai added diplomatic and personal force to Maos cables to Stalin, requesting military assistance and material. Stalin delayed; Mao re-scheduled launching the War to Resist America and Aid Korea from the 13th to the 19th of October 1950. Moreover, the USSR limited their assistance to air support no closer than 60 miles (100km) from the battlefrontbecause Soviet pilots were to fight in the air war to gain experience against the Western air forces; they would be flying MiG-15s (camouflaged as PRC Air Force), and seriously challenged the UN air forces for battlefield air superiority.[rujukan?]On 8 October 1950, the day after the USs northward crossing of the 38th-parallel border into North Korea, Mao Zedong ordered the People's Liberation Army's North East Frontier Force to be reorganized into the Chinese People's Volunteer Army,[46] who were to fight the War to Resist America and Aid Korea. The Soviet materiel would make the Chinese intervention to Korea a strategic maneuver furthering Asian communist revolutionary power,[rujukan?] Mao explained to Stalin: If we allow the United States to occupy all of Korea, Korean revolutionary power will suffer a fundamental defeat, and the American invaders will run more rampant, and have negative effects for the entire Far East.US aerial reconnaissance had difficulty sighting PVA units in daytime, because their march and bivouac discipline minimized aerial detection.[8]Rp. 102 The PVA marched dark-to-dark (19:0003:00hrs), and aerial camouflage (concealing soldiers, pack animals, and equipment) was deployed by 05:30hrs. Meanwhile, daylight advance parties scouted for the next bivouac site. During daylight activity or marching, soldiers were to remain motionless if an aircraft appeared, until it flew away;[8]Rp. 102 PVA officers might shoot security violators.[14] Such battlefield discipline allowed a three-division army to march 286 miles (460km), from An-tung, Manchuria, to its Korean combat zone, in some 19 days; another division, night-marched a circuitous mountain route, averaging 18 miles (29km) daily for 18 days.Meanwhile, on 10 October 1950, the 89th Tank Battalion was attached to the 1st Cavalry Division, increasing the armor available for the Northern Offensive. On 15 October, after moderate KPA resistance, the 7th Cavalry Regiment and Charlie Company, 70th Tank Battalion captured Namchonjam city. On 17 October, they flanked rightwards, away from the principal road (to Pyongyang), to capture Hwangju. Two days later, the 1st Cavalry Division captured Pyongyang, the capital city, on 19 October 1950; the US had conquered North Korea.Elsewhere, also on 15 October 1950, President Truman and Gen. MacArthur met at Wake Island in the mid-Pacific Ocean, for a meeting much publicized by the Generals discourteous refusal to meet the President in the US.[8]Rp. 88 To President Truman, Gen. MacArthur speculated there was little risk of Chinese intervention to Korea;[8]Rp. 89 that the PRCs opportunity for aiding the KPA had elapsed; that the PRC had some 300,000 soldiers in Manchuria, and some 100,000125,000 soldiers at the Yalu River; concluding that, although half of those forces might cross south, if the Chinese tried to get down to Pyongyang, there would be the greatest slaughter without air force protection.[40][47]

Map of the Battle of Chosin ReservoirAfter two minor skirmishes on October 25th, the first major ChineseAmerican battles occurred on 1 November 1950; deep in North Korea, thousands of PVA soldiers encircled and attacked scattered UN Command units with three-prong assaultsfrom the north, northwest, and westand overran the defensive-position flanks in the Battle of Unsan.[48] In the west, in late November, along the Chongchon River, the PVA attacked and over-ran several ROK Army divisions, and the flank of the remaining UN forces.[8]Rp. 98-99 The UN Command retreated; the US Eighth Armys retreat (longest in US Army history),[49] occurred because of the Turkish Brigades successful, but very costly, rear-guard delaying action at Kunuri (near China), slowed the PVA attack for 4 days, (2630 November). In the east, at the Battle of Chosin Reservoir, a US 7th Infantry Division Regimental Combat Team (3000 soldiers) and a USMC division (12,00015,000 marines), also unprepared for PVAs three-pronged encirclement tactics, escaped under X Corps support firealbeit with some 15,000 collective casualties.[50]Initially, frontline PVA infantry had neither heavy fire support nor crew-served light infantry weapons, but quickly took advantage of their disadvantage; in How Wars Are Won: The 13 Rules of War from Ancient Greece to the War on Terror (2003), Bevin Alexander reports:The usual method was to infiltrate small units, from a platoon of fifty men to a company of 200, split into separate detachments. While one team cut off the escape route of the Americans, the others struck both the front and the flanks in concerted assaults. The attacks continued on all sides until the defenders were destroyed or forced to withdraw. The Chinese then crept forward to the open flank of the next platoon position, and repeated the tactics.In South to the Naktong, North to the Yalu, R.E. Appleman delineates the PVAs encirclement attack:In the First Phase Offensive, highly-skilled enemy light infantry troops had carried out the Chinese attacks, generally unaided by any weapons larger than mortars. Their attacks had demonstrated that the Chinese were well-trained, disciplined fire fighters, and particularly adept at night fighting. They were masters of the art of camouflage. Their patrols were remarkably successful in locating the positions of the UN forces. They planned their attacks to get in the rear of these forces, cut them off from their escape and supply roads, and then send in frontal and flanking attacks to precipitate the battle. They also employed a tactic, which they termed Hachi Shiki, which was a V-formation into which they allowed enemy forces to move [in]; the sides of the V then closed around their enemy, while another force moved below the mouth of the V to engage any forces attempting to relieve the trapped unit. Such were the tactics the Chinese used with great success at Onjong, Unsan, and Chosan, but with only partial success at Pakchon and the Chongchon bridgehead.[14]In late November, the PVA repelled the UN Command forces from northeast North Korea, past the 38th-parallel border. Retreating from the peninsular north faster than they had counter-invaded, they raced to the North Korean east coat to establish a defensive perimeter of the port city Hungnamand awaited rescue, in December 1950,[8]Rp. 104-111 of 193 shiploads of UN Command forces and materiel (ca. 105,000 soldiers, 98,000 civilians, 17,500 vehicles, 350,000 tons of supplies), embarked to Pusan, at the south end of peninsular Korea.[8]Rp. 110 Before escaping, the UN Command forces effected an enemy-denial-operation razing most of Hungam city;[40][51] and, on 16 December 1950, President Truman declared a national emergency with Presidential Proclamation No. 2914, 3 C.F.R. 99 (1953),[52] effective until 14 September 1978.[53][sunting] Across the parallel: Chinese Winter Offensive (early 1951)

USAF firepower: B-26 Invaders bomb logistics depots in Wonsan, North Korea, 1951.In January 1951, the PVA and the KPA launched their Third Phase Offensive (aka the Chinese Winter Offensive), utilizing night attacks in which UN Command fighting positions were stealthily encircled and then assaulted by numerically superior enemy troops who had the element of surprise. The attacks were accompanied by loud trumpets and gongs, which fulfilled the double purpose of facilitating tactical communication and mentally disorienting the enemy. UN forces initially had no familiarity with this tactic, and as a result some soldiers "bugged out," abandoning their weapons and retreating to the south.[8]Rp. 117 The Chinese Winter Offensive overwhelmed the UN Command forces and the PVA and KPA conquered Seoul on 4 January 1951.Adding further to the US Eighth Army's injuries, Commanding General Walker was killed in an automobile accident, demoralizing the troops.[8]Rp. 111 These setbacks prompted General MacArthur to consider using the atomic bomb against the Chinese or North Korean interiors, intending to use the resulting radioactive fallout zones to interrupt the Chinese supply chains.[54] However, upon the arrival of Walker's replacement, the charismatic Lieutenant-General Matthew Ridgway, the esprit de corps of the bloodied Eighth Army immediately began to revive.[8]Rp. 113UN forces retreated to Suwon in the west, Wonju in the center, and the territory north of Samchok in the east, where the battlefront stabilized and held.[8]Rp. 117 The PVA had outrun its logistics and thus was forced to recoil from pressing the attack beyond Seoul;[8]Rp. 118 food, ammunition, and materiel were carried nightly, on foot and bicycle, from the Yalu River border to the three battle lines. In late January, upon finding that the enemy had abandoned the battle lines, Gen. Ridgway ordered a reconnaissance-in-force, which became Operation Roundup, (5 February 1951)[8]Rp. 121 a full-scale X Corps advance that gradually proceeded while fully exploiting the UN Commands air superiority,[8]Rp. 120 concluding with the UN reaching the Han River and re-capturing Wonju.[8]Rp. 121 In mid-February, the PVA counterattacked with the Fourth Phase Offensive, launched from Hoengsong against IX Corps positions at Chipyong-ni, in the center.[8]Rp. 121 Units of the US 2nd Infantry Division and the French Battalion fought a short but desperate battle that broke the attacks momentum;[8]Rp. 121In the last two weeks of February 1951, Operation Roundup was followed with Operation Killer (mid-February 1951), carried out by the revitalized Eighth Army, restored for a full-scale, battlefront-length attack staged for maximal firepower exploitation to kill as many KPA and PVA troops as possible.[8]Rp. 121[8]Rp. 121 Operation Killer, concluded with I Corps re-occupying the territory south of the Han River, and IX Corps capturing Hoengsong.[8]Rp. 122 On 7 March 1951, the Eighth Army attacked with Operation Ripper, expelling the PVA and the KPA from the South Korean capital city on 14 March 1951. This was the city's fourth conquest in a years time, leaving it a ruin; the 1.5 million pre-war population was down to 200,000, and the people were suffering from severe food shortages.[8]Rp. 122[41]On 11 April 1951, Commander-in-Chief Truman relieved Gen. MacArthur, the Supreme Commander in Korea, from duty due to insubordination[8]Rp. 123-127 and appointed Gen. Ridgway as Supreme Commander, Korea, who regrouped the UN forces for successful counterattacks,[8]Rp. 127 while Gen. James Van Fleet assumed command of the US Eighth Army.[8]Rp. 130 Further attacks slowly repelled the PVA and KPA forces; operations Courageous (2328 March 1951) and Tomahawk (23 March 1951), were a joint ground and air assault meant to trap Chinese forces between Kaesong and Seoul. UN forces advanced to Line Kansas, north of the 38th parallel.[8]Rp. 131

Hill 105: A PVA soldier killed fighting the 1st Marine Division, Korea, 1951.The Chinese counterattacked in April 1951, with the Fifth Phase Offensive (aka the Chinese Spring Offensive) with three field armies (ca. 700,000 men).[8]Rp. 131[8]Rp. 132 The principal strike fell upon I Corps, which fiercely resisted in the Battle of the Imjin River (2225 April 1951) and the Battle of Kapyong (2225 April 1951), blunting the impetus of the Chinese Fifth Phase Offensive, which was halted at the No-name Line north of Seoul.[8]Rp. 133-134 On 15 May 1951, the Chinese in the east attacked the ROK Army and the US X Corps, and initially were successful, yet were halted by 20 May.[8]Rp. 136-137 At months end, the US Eighth Army counterattacked and regained Line Kansas, just north of the 38th parallel.[8]Rp. 137-138 The UN's Line Kansas halt and subsequent offensive action stand-down began the stalemate that lasted until the armistice of 1953.[sunting] Stalemate (July 1951 July 1953)For the remainder of the Korean War the UN Command and the PVA fought, but exchanged little territory; the stalemate held. Large-scale bombing of North Korea continued, and protracted armistice negotiations began 10 July 1951 at Kaesong.[8]Rp. 175-177[8]Rp. 145 However, combat continued while the belligerents negotiated an armistice; the ROKUN Command forces goal was to recapture all of South Korea, to avoid losing territory.[8]Rp. 159 The PVA and the KPA attempted similar operations, and later, they effected military and psychological operations in order to test the UN Commands resolve to continue the war. The principal battles of the stalemate include the Battle of Bloody Ridge (18 August 15 September 1951)[8]Rp. 160 and Battle of Heartbreak Ridge (13 September 15 October 1951),[8]Rp. 161-162 the Battle of Old Baldy (26 June 4 August 1952), the Battle of White Horse (615 October 1952), the Battle of Triangle Hill (14 October 25 November 1952) and the Battle of Hill Eerie (21 March 21 June 1952), the sieges of Outpost Harry (1018 June 1953), the Battle of the Hook (2829 May 1953) and the Battle of Pork Chop Hill (23 March 16 July 1953).

A mobile war: Korea often changed hands early in the war, until the front stabilized.The armistice negotiations continued for two years;[8]Rp. 144-153 first at Kaesong (southern North Korea), then at Panmunjon (bordering the Koreas).[8]Rp. 147 A major, problematic negotiation was prisoner of war (POW) repatriation.[8]Rp. 187-199 The PVA, KPA and UN Command could not agree to a system of repatriation because many PVA and KPA soldiers refused to be repatriated back to the north,[55], which was unacceptable to the Chinese and North Koreans.[8]Rp. 189-190 In the final armistice agreement, a Neutral Nations Repatriation Commission was set up to handle the matter.[8]Rp. 242-245[56]In 1952 the U.S. elected a new president, and on 29 November 1952, the president-elect, Dwight D. Eisenhower, went to Korea to learn what might end the Korean War.[8]Rp. 240 With the United Nations acceptance of Indias proposed Korean War armistice, the KPA, the PVA, and the UN Command ceased fire on 27 July 1953, with the battle line approximately at the 38th parallel. Upon agreeing to the armistice, the belligerents established the Korean Demilitarized Zone (DMZ), which has since been defended by the KPA and ROKA, USA and UN Command. The Demilitarized Zone runs north-east of the 38th parallel; to the south, it travels west. The Korean old-capital city of Kaesong, site of the armistice negotiations, originally lay in the pre-war ROK, but now is in the DPRK. The United Nations Command, supported by the United States, the North Korean Korean People's Army, and the Chinese People's Volunteers, signed the Armistice Agreement; ROK President Syngman Rhee refused to sign it, thus the Republic of Korea never participated in the armistice.[57][sunting] Chosin Battle aftermath: Operation GloryAfter the war, the UN Command forces buried their dead in a temporary graveyard at Hngnam. With Operation Glory (JulyNovember 1954), each combatant exchanged their dead. The remains of 4,167 US Army and US Marine Corps dead were exchanged for 13,528 KPA and PVA dead, and 546 civilians dead in UN prisoner-of-war camps were delivered to the ROK government.[58] After Operation Glory, 416 Korean War unknown soldiers were buried in the Punchbowl Cemetery, Hawaii. DPMO records indicate that the PRC and the DPRK transmitted 1,394 names, of which 858 were correct. From 4,167 containers of returned remains, forensic examination identified 4,219 individuals. Of these, 2,944 were identified as American, all, but 416, identified by name; of 239 unaccounted casualties: 186 not associated with Punchbowl Cemetery unknowns (176 identified, 10 remaining cases 4 were non-American Asians; one British; 3 identified, and 2 unconfirmed. In 199094, North Korea excavated and returned some 200 sets of remains, few have been identified, because of co-mingled remains.[59][60] Moreover, from 1996 to 2006, the DPRK recovered 220 remains near the Sino-Korean border.[61]

Korean War memorials are found in every UN Command Korean War-participant country; this one is in Pretoria, South Africa.Korean War casualties The Western (USUN Command) numbers of Chinese and North Korean casualties are primarily based upon calculated battlefield-casualty reports, POW interrogations, and military intelligence (documents, spies, etc.); a good sources compilation is the democide web site (see Table 10.1).[62] The Korean War dead: US: 36,940 killed; PVA: 100,0001,500,000 killed; most estimate some 400,000 killed; KPA: 214,000520,000; most estimate some 500,000. ROK: Civilian: some 245,000415,000 killed; Total civilians killed some 1,500,0003,000,000; most estimate some 2,000,000 killed.[63]The PVA and KPA published a joint declaration after the war, reporting that the armies had "eliminated 1.09 million enemy forces, including 390,000 from the United States, 660,000 from South Korean Templat:Sic, and 29,000 from other countries."[64] No breakdown was given for the number of dead, wounded, and captured, which Chinese researcher Xu Yan suggests may have aided negotiations for POW repatriation.[65] Xu writes that the PVA "suffered 148,000 deaths altogether, among which 114,000 died in combats Templat:Sic, incidents, and winterkill, 21,000 died after being hospitalized, 13,000 died from diseases; and 380,000 were wounded. There were also 29,000 missing, including 21,400 POWs, of whom 14,000 were sent to Taiwan, 7,110 were repatriated." For the KPA, Xu cites 290,000 casualties, 90,000 POWs, and a "large" number of civilian deaths in the north.[65]The information box lists the UN Command forces Korean War casualties, and their estimates of PVA and KPA casualties.

[sunting] Keterlibatan Republik Rakyat CinaRepublik Rakyat Cina baru terlibat secara langsung dalam perang ini pada bulan Oktober 1950. Ini terutama dikarenakan pemerintah Beijing kuatir bahwa pasukan Amerika Serikat akan mempergunakan kesempatan menduduki Korea Utara untuk kemudian menyerang provinsi-provinsi di timur laut Cina. Di samping itu, faktor lainnya adalah dukungan Stalin kepada RRC untuk terlibat dalam perang Korea ini.[sunting] Akhir perangPerang ini berakhir pada 27 Juli 1953 saat Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Namun secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini.

Perang Soviet-AfganistanDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cariArtikel atau bagian dari artikel ini diterjemahkan dari Soviet war in Afghanistan di en.wikipedia.org. Isinya mungkin memiliki ketidakakuratan. Selain itu beberapa bagian yang diterjemahkan kemungkinan masih memerlukan penyempurnaan. Pengguna yang mahir dengan bahasa yang bersangkutan dipersilakan untuk menelusuri referensinya dan menyempurnakan terjemahan ini.(Pesan ini dapat dihapus jika terjemahan dirasa sudah cukup tepat)

Perang Soviet-Afganistan

Bagian dari Perang Dingin, Perang Saudara Afganistan

Seorang prajurit Soviet berjaga-jaga di Afganistan, 1988.Fotografer: Mikhail Evstafiev

TanggalDesember 1979 - Februari 1989

LokasiAfganistan

HasilSoviet mundur,Perang Saudara Afganistan berlanjut.

CasusbelliPerjanjian antara Soviet dengan pemerintahan Afganistan.

Pihak yang terlibat

Uni SovietRepublik Demokratis AfganistanMujahidin Afganistan yang didukung oleh beberapa negara seperti:PakistanAmerika SerikatArab SaudiIranMesir

Britania Raya

Komandan

Uni Soviet:Sergei SokolovBoris GromovPavel GrachevValentin VarennikovRepublik Demokratik Afganistan:Babrak KarmalMohammad NajibullahJalaluddin HaqqaniAbdul HaqGulbuddin HekmatyarMohammad Yunus KhalisIsmail KhanAhmed Shah MassoudSibghatullah MojadeddiAbdul Ali Mazari

Kekuatan

620.000Tidak diketahui

Jumlah korban

14.751 tewas atau hilang53.753 terluka415.932 sakitTidak diketahui

Perang Soviet-Afganistan merupakan masa sembilan tahun di mana Uni Soviet berusaha mempertahankan pemerintahan Marxis Afganistan, yaitu Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menghadapi mujahidin Afganistan yang ingin menggulingkan pemerintahan. Uni Soviet mendukung pemerintahan Afganistan, sementara para mujahidin mendapat dukungan dari banyak negara, antara lain Amerika Serikat dan Pakistan.Pasukan Soviet pertama kali sampai di Afganistan pada tanggal 25 Desember 1979, dan penarikan pasukan terakhir terjadi pada tanggal 2 Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka sudah ditarik dari Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989. Karena banyaknya biaya dan akhirnya kesia-siaan konflik ini, Perang Soviet-Afganistan sering disamakan sebagai padanan Uni Soviet daripada Perang Vietnam Amerika Serikat.[1]Perang ini memiliki dampak yang sangat besar, dan merupakan salah satu faktor leburnya Uni Soviet pada tahun 1991.[2]Daftar isi[sembunyikan] 1 Latar belakang 2 Republik Demokratis Afganistan 2.1 Revolusi Saur 2.2 Faksi di dalam Partai Demokrasi Rakyat Afganistan 2.3 Hubungan Afganistan-Soviet 2.4 Permulaan dari kekacauan 3 Distribusi Pasukan Soviet 3.1 Pilihan untuk campur tangan 3.2 Invasi Afganistan oleh Uni Soviet 3.3 Operasi-operasi Soviet 3.4 Reaksi dunia 3.5 Pemberontakan Afganistan 3.6 Keterlibatan dunia internasional dan bantuan terhadap pemberontakan Afganistan 4 Mundurnya Uni Soviet dari Afganistan 5 Kekuatan Uni Soviet 6 Dampak 6.1 Korban jiwa 6.2 Kerusakan terhadap Afganistan 6.3 Dampak ideologi 7 Perang saudara Afganistan (1989-1992) 8 Referensi 9 Pranala luar

[sunting] Latar belakangDaerah yang kini bernama Afganistan telah secara luas merupakan wilayah Muslim sejak tahun 882 M. Negara dengan keadaan geografisnya yang nyaris tidak bisa dimasuki, tercerminkan pada komposisi etnis, budaya dan bahasanya. Populasinya pun terbagi menjadi beberapa kelompok etnis, Pashtun adalah etnis terbesar, bersama dengan Tajik, Hazara, Aimak, Uzbek, Turkmen dan kelompok kecil lainnya.Keikutsertaan militer Rusia di Afganistan memiliki sejarah yang panjang, berawal pada ekspansi Tsar pada "Permainan Besar" antara Rusia dengan Britania Raya, dimulai pada abad ke-19 dengan kejadian seperti insiden Panjdeh. Ketertarikan akan daerah ini berlanjut saat era Soviet di Rusia, dengan adanya miliaran uang bantuan ekonomi dan militer untuk Afganistan pda tahun 1955 sampai 1978.[3]Pada Februari 1979, revolusi Islam Iran telah mengusir shah yang didukung oleh Amerika Serikat di Iran. Di Uni Soviet, tetangga Afganistan yang terletak di sebelah utara Afganistan, lebih dari 20% populasinya adalah Muslim. Banyak Muslim Soviet di Asia Tengah mempunyai hubungan yang baik terhadap Iran maupun Afganistan. Uni Soviet juga telah terpojok oleh fakta bahwa sejak Februari, Amerika Serikat telah menurunkan 20 kapal, termasuk 2 pesawat pengangkut dan ancaman konstan peperangan dari Amerika Serikat dan Iran.[4] Maret 1979 juga ditandai Amerika Serikat yang mencanangkan perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir. Pemimpin Uni Soviet melihat perjanjian damai antara Israel dan Mesir sebagai langkah peningkatan kekuatan Amerika Serikat di daerah tersebut. Faktanya, sebuah koran Soviet menyatakan bahwa Mesir dan Israel sekarang adalah sekutu dari Pentagon. Uni Soviet melihat perjanjian tidak hanya perjanjian tertulis di antara dua negara tapi juga persetujuan militer.[5] Selain itu, Uni Soviet menemukan bahwa Amerika Serikat menjual lebih dari 5.000 peluru kendali ke Arab Saudi dan juga membantu atas kesuksesan pertahanan Yemen melawan Faksi Komunis. Republik Rakyat Cina juga menjual RPG Tipe 69 kepada Mujahidin dalam kooperasi dengan CIA. Kemudian, hubungan erat Uni Soviet dengan Irak mengasam, karena Irak, pada Juni 1978, mulai membeli senjata yang dibuat Perancis dan Italia, dan bukan senjata buatan Uni Soviet. Namun, bantuan barat membantu pemberontakan melawan Soviet dilakukan. Beberapa partai memberikan bantuan mereka untuk membantu Mujahidin dalam alasan untuk menghancurkan pengaruh Uni Soviet.[6][sunting] Republik Demokratis AfganistanArtikel utama untuk bagian ini adalah: Republik Demokratis Afghanistan[sunting] Revolusi SaurMohammad Zahir Shah naik tahta dan berkuasa dari tahun 1933 sampai 1973. Keponakan Zahir, Mohammad Daoud Khan, menjadi Perdana Menteri Afganistan dari tahun 1953 sampai 1963. Partai Demokrasi Rakyat Afganistan yang merupakan partai Marxis terus berkembang di tahun itu. Tahun 1967, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan terbagi menjadi dua faksi yang saling bersaing, faksi Khalq dikepalai oleh Nur Muhammad Taraki dan Hafizullah Amin dan faksi Parcham dipimpin oleh Babrak Karmal.Perdana Menteri Daoud merebut kekuasaan pada kudeta hampir tak berdarah pada tanggal 17 Juli 1973, karena korupsi dan kondisi ekonomi yang miskin. Daoud mengakhiri monarki, namun ambisinya dalam reformasi ekonomi dan sosial tidak berhasil. Hal ini membuat Partai Demokrasi Rakyat Afganistan memanas karena represi yang dilakukan terhadap mereka oleh rezim Daoud, selain itu, kematian atas anggota Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, Mir Akbar Khyber juga membuat partai itu memanas.[7] Kematian misterius Khyber membuat munculnya banyak demonstrasi anti Daoud di Kabul dan mengakibatkan penangkapan atas beberapa pemimpin penting Partai Demokrasi Rakyat Afganistan.[8]Akibat dari hal tersebut, pada tanggal 27 April 1978, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan menggulingkan dan mengeksekusi Daoud dan anggota keluarganya.[9] Nur Muhammad Taraki, Sekjen Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menjadi Presiden Dewan Revolusi, dan Perdana Menteri negara yang baru, Republik Demokratis Afganistan.[sunting] Faksi di dalam Partai Demokrasi Rakyat AfganistanSetelah revolusi, Taraki menjadi presiden, Perdana Menteri, dan Sekretaris Jendral Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Namun sejatinya, pemerintah terbagi berdasarkan faksi, dengan Presiden Taraki dan Wakil Perdana Menteri Hafizullah Amin dari faksi Khalq melawan pemimpin Parcham seperti Babrak Karmal dan Mohammad Najibullah, sehingga hal ini menghasilkan konflik yang menyebabkan pengasingan, eksekusi, dan pembersihan anggota-anggota Parcham.Selama awal 18 bulan memimpin, Partai Demokrasi Rakyat Afganistan menerapkan program reformasi bergaya Soviet. Perubahan hukum tentang perkawinan dan tanah tidak diterima secara baik oleh masyarakat setempat yang mengikuti tradisi Islam. Akibat dari itu, ribuan anggota dari elit tradisional, pemuka-pemuka agama, dan paranormal diadili.Pertengahan tahun 1978, pemberontakan rakyat yang didukung oleh anggota garnisun setempat dimulai di Nuristan, daerah timur Afganistan dan perang saudara menyebar di seluruh negara. September 1979, Wakil Perdana Menteri Afghanistan Hafizullah Amin merebut kekuasaan dan menyebabkan kematian Presiden Taraki. Lebih dari dua bulan ketidakstabilan menyebabkan pemerintahan Amin kewalahan, sementara ia harus menghadapi lawannya di Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, serta pemberontakan yang semakin menyebar.[sunting] Hubungan Afganistan-SovietSetelah Revolusi Rusia pada awal tahun 1919, pemerintah Uni Soviet memberi bantuan terhadap Afganistan dalam bentuk jutaan Rubel emas, senjata ringan, amunisi, dan sedikit pesawat untuk membantu orang Afganistan melawan Inggris.Pada tahun 1924, Uni Soviet kembali memberikan bantuan militer kepada Afganistan. Mereka memberi orang Afganistan bantuan persenjataan, pesawat tempur dan juga pelatihan di Tashkent untuk pelatihan petugas. Kerjasama militer antara Soviet-Afganistan dimulai pada tahun 1956, di mana kedua negara menandatangani perjanjian. Menteri Pertahanan Soviet kini bertanggung jawab untuk melatih semua opsir militer Afganistan.Pada tahun 1972, lebih 100 konsultan dan spesialis tekhnik Soviet dikirim ke Afganistan untuk melatih pasukan Afganistan. Pada Mei 1978, pemerintah Soviet menandatangani perjanjian internasional lainnya, mengirim 400 penasehat militer Soviet ke Afganistan.Pada bulan Desember tahun 1978, Moskwa dan Kabul mendistribusikan pasukan untuk membantu Afganistan atas permintaan Afganistan. Bantuan Militer Soviet meningkat dan rezim Partai Demokrasi Rakyat Afganistan tergantung pada peralatan militer dan penasehat militer Soviet.Dengan Afganistan dalam kondisi yang mengerikan selama negara diserang oleh berbagai pemberontakan, Uni Soviet mendistribusikan pasukan dengan mengirim pasukan ke-40 atas permintaan pasukan Afganistan. Pasukan ke-40, di mana di bawah komando Marshal Sergei Sokolov, terdiri dari 3 divisi angkatan bersenjata, satu divisi pasukan payung, satu brigade penyerang. Jika dijumlahkan, pasukan Soviet meliputi sekitar 1.800 T-62, 80.000 pasukan dan 2.000 kendaraan tempur lapis baja.[10]Pemerintah Afganistan meminta agar pemerintah Soviet memasukan pasukan Soviet di Afganistan saat musim semi dan musim panas tahun 1979. Mereka meminta pasukan Soviet untuk menyediakan keamanan dan meningkatkan efektivitas pertarungan melawan Mujahidin. 14 April, Pemerintah Afganistan meminta Uni Soviet mengirim 15 sampai 20 helikopter dengan awaknya ke Afganistan, dan pada 16 Juni, pemerintah Soviet merespon dan mengirim tank, BMP, dan awak untuk menjaga pemerintah Afganistan di Kabul dan untuk mengamankan lapangan udara Bagram dan Shindand.Dalam merespon permintaan ini, 1 batalion pasukan payung, dikomando oleh Kolonel A. Lomakin, tiba di lapangan udara Bagram pada tanggal 7 Juli 1979. Mereka tiba tanpa alat pertempuran mereka, menyamar sebagai spesialis tekhnik. Mereka adalah penjaga pribadi Taraki. Prajurit payung telah diarahkan menuju penasehat militer senior Soviet dan tidak ikut campur dalam politik Afganistan.Setelah 1 bulan, permintaan DRA tidak lagi untuk kru individual dan subunit, tapi adalah regimen dan pasukan yang lebih besar. Pada tanggal 19 Juli 1979, pemerintah Afganistan meminta agar 2 divisi pasukan penembak dikirim ke Afganistan. Sehari setelah itu, mereka meminta 1 divisi pasukan payung untuk penjumlahan permintaan awal. Mereka mengulangi permintaan dan berbeda dengan permintaan itu atas bulan selanjutnya Desember 1979. Walapun begitu, pemerintah Soviet tidak terburu-buru untuk menyelesaikan permintaan ini.[sunting] Permulaan dari kekacauanPada bulan Juni tahun 1975, kelompok militan dari Partai Jamiat Islami berusaha menjatuhkan Pemerintahan Daoud. Mereka memulai pergerakan mereka di Lembah Panjshir, 100 kilometer di utara Kabul, dan di beberapa provinsi lainnya. Meskipun begitu, pemerintah dapat meredakan kekacauan dan perubahan porsi besar dari kekacauan meminta pengungsi di Pakistan saat mereka menikmati bantuan Pemerintah Zulfikar Ali Bhutto, yang diketahui oleh kebangkitan Daoud atas isu Pashtun.[11]Pemberontakan yang sesungguhnya dimulai tahun 1978, setelah Pemerintahan Taraki memulai serangkaian reformasi ditujukan pada "penumbangan feodalisme" di komunitas Afganistan.[12] Reformasi ini memperkenalkan beberapa perubahan, tapi mereka dipaksakan dengan cara kebrutalan. Komunitas pedesaan Afganistan masih sangat tradisional, dan perubahan lokal telah merusak komunitas; selain itu reformasi pendidikan dan kebebasan wanita pun dianggap sebagai serangan melawan Islam. Maka dari itu, reaksi melawan reformasi tersebut adalah kekacauan, sebagian besar mengadakan pemberontakan. Revolusi dimulai bulan Oktober bersama dengan orang Nuristan dari Lembah Kunar, dan dengan cepat menyebar di antara etnis lainnya, termasuk suku Pashtun. Pasukan Afghanistan terserang wabah dengan pembelotan dan moral yang kecil dan terbukti sepenuhnya tidak mampu mengatasi kekacauan. Saat musim semi tahun 1979, 24 dari 28 provinsi telah menderita akibat kekacauan dan pemberontakan. Pemberontakan mulai mengambil bagian di kota, bulan Maret tahun 1979 di Herat. Pasukan Afganistan yang dipimpin oleh Ismail Khan memberontak dan dibunuh besar-besaran kira-kira 100 penasehat Soviet. Partai Demokrasi Rakyat Afganistan membalas dengan melancarkan kampanye bombardmen yang membunuh 24.000 penduduk dalam satu kota.Pada bulan Mei tahun 1978, pemberontak membangun benteng pertama mereka di Pakistan untuk melatih pasukan untuk pertempuran di Afganistan.Seperti pergerakan anti-komunis lainnya pada waktu itu, pemberontakan dengan cepat mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Seperti yang dinyatakan oleh pemimpin CIA yang sebelumnya dan Sekretaris Pertahanan sebelumnya, Robert Gates, di riwayat hidupnya "From the Shadows", Badan Intelegen Amerika Serikat mulai membantu faksi yang melawan pemerintah 6 bulan sebelum pasukan Soviet datang. Pada tanggal 3 Juli 1979, Presiden Amerika Jimmy Carter menandatangani bahwa CIA diberi kekuasaan untuk menyebar operasi propaganda melawan rezim revolusi.Penasehat Zbigniew Brzezinski menyatakan "Menurut sejarah, bantuan CIA kepada Mujahidin dimulai pada tahun 1980, dijaga sampai sekarang, setelah pasukan Soviet menyerbu Afganistan, 24 Desember 1979. Tapi kenyataan dirahasiakan sampai sekarang." Brzezinski sendiri memainkan peran fundamental dalam merakit kebijakan Amerika Serkat, di mana tidak diketahui oleh Mujahidin, adalah bagian dari strategi yang lebih besar "untuk membujuk inteversi militer Uni Soviet." Tahun 1998 saat wawancara dengan Le Nouvel Observateur, Brzezinski menyatakan lagi[13]Operasi rahasia itu adalah ide yang sangat bagus. Ide itu memiliki pengaruh atas penarikan pasukan Uni Soviet menuju perangkap Afganistan... Hari di mana Soviet menyebrang perbatasan, saya menulis kepada Presiden Carter. Kita sekarang punya kesempatan memberikan Uni Soviet Perang Vietnamnya.

[sunting] Distribusi Pasukan Soviet[sunting] Pilihan untuk campur tangan

Benteng pasukan ke-40 Uni Soviet di Kabul, 1987. Sebelum distribusi pasukan, bangunan ini adalah Istana Tajbeg di mana Amin dibunuh.Uni Soviet memutuskan untuk memberi bantuan kepada Afganistan untuk menjalankan revolusi. Pemimpin Soviet, berdasarkan informasi dari KGB, merasa bahwa Amin menstabilisasikan situasi di Afghanistan. KGB di Kabul telah memperingatkan orang yang hendak mengkudeta Amin dan pembunuh Taraki bahwa kepemimpinan Amin akan menuju ke "represi kasar", dan hasilnya aktivasi dan konsolidasi oposisi.Soviet mendirikan komisi khusus di Afganistan, atas pemimpin KGB Yuri Andropov, Ponomaryev dari Komite Pusat dan Dmitry Ustinov, Menteri Pertahanan Uni Soviet. Pada akhir Oktober mereka melaporkan bahwa Amin membersihkan musuhnya, termasuk simpatisan Soviet; kesetiannya terhadap Moskwa hanyalah bohongan; dan dia sedang mecari jalur diplomatik dengan Pakistan dan jika mungkin, Republik Rakyat Cina.Argumentasi terakhir untuk mengeliminasi Amin adalah informasi yang didapat oleh KGB dari agennya di Kabul, menurut dugaan, dua dari penjaga Amin membunuh presiden sebelumnya, Nur Muhammad Taraki dengan menggunakan bantal, dan Amin diduga adalah agen CIA. Nantinya, hal ini masih dibantah karena Amin selalu menunjukan keramahan kepada Uni Soviet. Jendral Soviet Vasily Zaplatin, yang merupakan penasehat politik saat itu, menyatakan bahwa empat menteri muda Taraki bertanggung jawab atas destabilisasi namun Zaplatin gagal untuk menekankan ini.[sunting] Invasi Afganistan oleh Uni Soviet

Rute Invasi Soviet pada akhir Desember 1979.Pada tanggal 22 Desember, penasehat Soviet menasehati kepada Pasukan Bersenjata Afganistan, agar mereka untuk menjalani pemeliharaan untuk tank dan untuk peralatan perang lainnya yang penting sekali. Sementara itu, hubungan telekomunikasi keluar area Kabul diputus, mengisolasi ibukota. Dengan memburuknya situasi keamanan, sebagian besar anggota Pasukan Pasung Soviet bergabung dengan pasukan darat di Kabul dan mereka mulai mendarat di Kabul. Serempak, Amin memindahkan kantor presiden ke Istana Tajbeg, dipercaya bahwa tempat ini lebih aman dari risiko-risiko lainnya yang mungkin terjadi.[14][15] Kakaknya dan Jendral Babadzhan bertemu dengan panglima besar pasukan ke-40 sebelum Soviet memasuki Afganistan, untuk bekerja atas rute dan lokasi pasukan Soviet.[16]Pada tanggal 27 Desember 1979, 700 pasukan Soviet memakai seragam Afganistan, termasuk OSNAZ dan pasukan khusus GRU Spetsnaz dari Grup Alpha dan Grup Zenith, mengambil alih pemerintah, militer dan bangunan-bangunan di Kabul, termasuk target utama mereka - Istana Tajbeg.Operasi dimulai pada pukul 7 malam, ketika Grup Zenith meledakan pusat komunikasi Kabul, melumpukan komandi militer Afganistan. Pada pukul 7:15, Operasi Badai-333 dimulai. dengan tujuan yang jelas, untuk memberhentikan dan membunuh Presiden Hafizullah Amin. Operasi selesai seluruhnya pada pagi hari tanggal 28 Desember 1979.Komando militer Soviet di Termez, di Uzbekistan, mengumumkan di Radio Kabul bahwa Afganistan telah dibebaskan dari kepemimpinan Amin. Menurut Politbiro Soviet, mereka menurut dengan Perjanjian persahabatan, Kooperasi, dan ketetanggaan yang baik dan itu adalah kejahatan yang Amin lakukan sehingga dieksekusi oleh hakim karena kejahatannya.Siaran Radio yang menurut orang dari Stasiun Radio Kabul, tapi diidentifikasikan bahwa sebenarnya berasal dari sebuah fasilitas di Uzbekistan, mengumumkan bahwa eksekusi Hafizullah Amin terselenggara oleh Komite Pusat Revolusi Afganistan (Afghan Revolutionary Central Committee). Komite itu kemudian memilih mantan Perdana Menteri Babrak Karmal sebagai kepala pemerintahan, yang telah diturunkan dari kedudukan Duta Besar ke Ceko karena pengambilalihan Khalq, dan telah diminta oleh Militer Soviet.[17]Pasukan darat Soviet, di bawah komando marsekal Sergei Sokolov, memasuki Afganistan dari utara pada tanggal 27 Desember. Pada pagi hari, divisi pasukan payung Vitebsk mendarat di lapangan udara Bagram dan distribusi pasukan Soviet di Afganistan sedang berlangsung. Dalam waktu 2 minggu, 5 divisi Soviet telah tiba di Afganistan, yaitu Divisi Pasukan Payung ke-105 di Kabul, Brigadir ke-66 di Herat, Divisi Pasukan Tembak ke-357 di Kandahar, Divisi Pasukan Tembak ke-16 yang bermarkas di Badakshan utara dan Divisi ke-306 di Ibukota Afganistan, Kabul. Dalam minggu kedua, pesawat tempur Soviet telah melakukan 4.000 penerbangan menuju Kabul.[18][sunting] Operasi-operasi Soviet

Grup Spetsnaz bersiap untuk sebuah misi di Afganistan, tahun 1988.Pasukan Soviet telah memasuki Afganistan dengan membawa 3 divisi pasukan tembak (termasuk Divisi Pasukan Tembak ke-201), 1 Regimen Pasukan Penembak tersendiri, 1 Divisi Pasukan Payung, Brigadir Angkatan Udara ke-56, dan 1 Regimen Pasukan Payung tersendiri.[19]Selama distribusi pasukan, Pasukan Uni Soviet tidak dapat membuat kekuasaan diluar Kabul, karena sebanyak 80% pedesaan masih lolos dari kontrol pemerintah. Karena itu terdapat misi yang bertujuan untuk mempertahankan Kota dan instalasi-instalasinya, dan melakukan ekspansi untuk menghancurkan mujahidin yang anti-komunis, terutama menggunakan pasukan cadangan Uni Soviet.Militer melaporkan kesulitan pasukan Uni Soviet untuk bertempur di daerah pegunungan. Pasukan Soviet tidak terbiasa dengan pertempuran yang tidak ada pelatihan melawan pemberontakan, dan senjata, juga peralatan militer mereka, terutama tank dan mobil-mobil perang. Artileri berat banyak dipakai dalam melawan pasukan pemberontak.Uni Soviet menggunakan helikopter (termasuk Mil Mi-24) sebagai serangan udara utama mereka, di mana dihargai sebagai helikopter terhebat di dunia, didukung oleh pesawat serang darat, pesawat pengebom, pasukan angkatan darat dan pasukan khusus.Ketidaksanggupan Uni Soviet untuk memecahkan jalan buntu dalam militer, memperoleh beberapa pendukung Afganistan, dengan membangun kembali Pasukan Afganistan, membutuhkan ditingkatkannya penggunaan langsung dari pasukan itu sendiri untuk melawan pemberontak. Pasukan Soviet lebih sering menemukan diri mereka bertarung melawan rakyat sipil karena taktik dari para pemberontak. Mereka melakukan kesalahan yang sama dengan Amerika Serikat pada saat terjadinya Perang Vietnam dengan memenangi hampir semua pertempuran, namun gagal untuk menguasai pedesaan.[sunting] Reaksi duniaPresiden Amerika Serikat Jimmy Carter menyatakan bahwa serbuan Uni Soviet adalah "ancaman paling serius sejak Perang Dunia II." Carter nantinya mengembargo pengiriman bahan keperluan seperti butir padi dan teknologi tinggi untuk Uni Soviet dari Amerika Serikat. Meningkatnya ketegangan, seperti kegelisahan di barat tentang pasukan Uni Soviet yang banyak sekali jumlahnya yang dekat dengan daerah yang kaya minyak di teluk, dan berhasil mengakhiri dtente.Respon diplomatik internasional sangat hebat, dengan adanya Boikot Olimpiade Musim Panas tahun 1980 di Moskwa. Invasi, dengan kejadian yang lain, seperti revolusi di Iran dan sandera Amerika Serikat yang mengikutinya, Perang Iran-Irak, Israel menyerang Lebanon, meningkatnya ketegangan antara Pakistan dan India, dan berkembangnya teroris anti Barat di Timur Tengah, turut menyebabkan Timur Tengah menjadi daerah yang paling kacau dan bergolak selama tahun 1980.Pemerintahan Babrak Karmal kurang mendapat dukungan internasional pada awalnya. Aksi oleh PBB sangat tidak mungkin karena Soviet memiliki hak veto, namun Majelis Umum PBB tetap melewati resolusi melawan pendudukan Uni Soviet. Menteri Luar Negeri Organisasi Konferensi Islam menyesalkan masuknya Uni Soviet ke Afganistan dan menuntut mundurnya pasukan Soviet dari Afganistan pada pertemuan darurat di Islamabad yang digelar pada tanggal 10 Januari14 Januari 1980. 18 dari 18 orang di Majelis Umum PBB pun memilih untuk sebuah resolusi (A/ES-6/2, GA/6172) di mana meminta agar Uni Soviet menarik semua pasukannya dari Afganistan untuk membiarkan orang-orangnya memilih takdir mereka sendiri dan tanpa ikut campur negara lain."[20] Namun, resolusi ini ditolak oleh Leonid Brezhnev dan pemimpin Soviet lainnya karena mereka melakukan pertemuan internal yang sah di Afganistan di mana pertemuan seperti itu dipersilahkan dalam Pasal 51 Piagam PBB. Mereka mengklaim hanya pemerintah Afganistan yang mempunyai hak untuk mengatur status Pasukan Soviet. Posisi ini dilihat sebagai posisi bermuka dua oleh orang yang tidak suka dengan invasi ini bahwa tidak mungkin Amin mengatur agar dirinya dieksekusi, dan beberapa juga mengklaim kalau Afganistan merupakan Negara Boneka dari Uni Soviet.[21] Gerakan Non-Blok dengan tajam terpecah di antara negara yang percaya bahwa pengiriman pasukan Soviet legal dan lainnya menyatakan bahwa pengiriman itu adalah invasi yang ilegal.[sunting] Pemberontakan Afganistan

Seorang Mujahidin Afganistan sedang mencoba menggunakan penembak roket.Petengahan tahun 1980, Pergerakan Perlawanan Afganistan mau menerima bantuan dari Amerika Serikat, Inggris, Republik Rakyat Cina, Arab Saudi, Pakistan, dan lain-lain. Jadi, gerilyawan Afganistan telah dilengkapi dengan senjata dan dana, kebanyakan gerilyawan itu telah dilatih oleh Amerika Serikat dan Pakistan. Amerika Serikat melihat konflik di Afganistan adalah bagian dari perjuangan Perang Dingin, dan CIA menyediakan bantuan untuk pasukan Anti-Soviet melalui ISI Pakistan, dalam program yang disebut Operasi Taufan.Pergerakan yang sama terjadi di dunia Muslim, membawa kesatuan yang dipanggil Arab Afganistan (dikatakan oleh Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan sebagai "pejuang kebebasan"), pejuang luar negeri direkruit dari Dunia Muslim untuk melaksanakan jihad melawan komunis. Dicatat kalau di antara mereka, ada seorang anak muda Arab Saudi bernama Osama bin Laden, di mana grup Arab ang ikut dalam Al-Qaeda. Pemerintah Amerika Serikat mempertahankan bantuannya kepada Mujahidin, dan parsitipasi Osama Bin Laden dalam konflik ini tidak ikut dalam program CIA. Program Amerika Serikat membuat sistem keuangan yang mirip muncul di Dunia Muslim Arab.[22] Donasi Amerika Serikat adalah FIM-92 Stinger, misil anti serangan udara systems, yang meningkatkan jumlah kehilangan pesawat Uni Soviet. Namun, banyak komandan lapangan, termasuk Ahmad Shah Massoud, menyatakan kalau dampaknya lebih besar. Juga, saat para pemberontak dapat menembak pendaratan pesawat dan lepas landasnya pesawat dari lapangan udara, anti misil Flare, keefesiennya terbatas.Pemimpin Mujahidin memperhatikan operasi sabotase. Banyak sekali aksi-aksi sabotase seperti merusak jalur pipa, merusak stasiun radio, mengebom kantor pemerintah, hotel, bioskop, dan lain-lain. Dari tahun 1985 sampai 1987, lebih dari 1800 aksi terorisme terjadi. Di daerah perbatasan dengan Pakistan, Mujahidin menembakan 800 roket setiap hari. Di antara April 1985 dan Januari 1987, mereka membawa lebih dari 23.500 serangan amunisi dan dengan target pemerintah. Mujahidin menyelidiki posisi penembakan di mana mereka normalnya berlokasi di dekat desa sampai jarak dari pos artileri Soviet. Mereka menaruh orang-orang pedesaan dalam bahaya kematian karena pembalasan dendam Soviet. Mujahidin menggunakan ranjau darat secara besar-besaran, mereka akan memperoleh layanan dari penduduk lokal dan termasuk anak-anak.

Tentara mujahidin di sebuah desa yang hancur.Mereka juga berkonsentrasi dalam menghancurkan jembatan, menutup jalan, menghancurkan konvoy, mengganggu jaringan listrik dan industri, dan menyerang pos polisi dan instalasi militer Soviet dan lapangan udara. Mereka membunuh pejabat negeri dan anggota Partai Demokrasi Rakyat Afganistan. Mereka menyerang pos kecil. Pada Maret 1982, sebuah bom meledak di departemen pendidikan, menghancurkan beberapa bangunan. Di bulan yang sama, sebuah kekuatan besar gagal menggelapkan Kabul saat menara tinggi di pusat listrik Naghlu meledak. Pada Juni 1982, sekitar 1.000 anggota partai muda dikirim untuk bekerja di lembah Panjshir di mana mereka disergap sekitar 20 mil dari Kabul, dengan besarnya jiwa yang hilang. Pada tanggal 4 September 1985, pemberontak menembak sebuah pesawat domestik Bakhtar Airlanes saat pesawat itu lepas landas dari Bandara Kandahar, membunuh 52 orang yang naik di pesawat tersebut.Grup Mujahidin mempunyai sekitar 3 sampai 5 anggota per grup. Setelah mereka menerima misi untuk membunuh seorang anggota pemerintah, mereka mempersibuk diri mereka dengan mempelajari latar belakang kehidupannya dan memilih hal untuk menyelesaikan misi mereka. Mereka mencoba menembak mobilm menaruh ranjau di rumah-rumah atau beberapa tempat, menggunakan racun, atau menggunakan bahan peledak di sarana transportasi.ISI Pakistan dan SSG ikut aktif dalam keikutsertaannya dalam konflik ini dalam kooperasi dengan CIA yang mendukung perlawanan mujahidin terhadap Uni Soviet.

Daerah tempat tiap kelompok mujahidin yang berbeda beroperasi tahun 1985.Pada bulan Mei tahun 1985, 7 pemimpin organisasi pemberontakan membentuk Persekutuan 7 Mujahidin untuk mengkoordinasi operasi militer mereka terhadap pasukan Uni Soviet. Pada tahun 1985, grup ini aktif di dan di sekitar Kabul, menembakan serangan roket dan membuat operasi melawan pemerintahan komunis.Pada pertengahan tahun 1987, Uni Soviet mengumumkan bahwa mereka akan menarik mundur pasukannya.Sibghatullah Mojaddedi dipilih sebagai kepala pemerintahan sementara Afganistan, dengan tujuan untuk menegaskan kembali legistimasinya melawan rezim Kabul yang disponsori Moskwa. Mojaddedi, sebagai kepala pemerintah sementara Afganistan, bertemu dengan Presiden Amerika Serikat George H.W. Bush, memperoleh kemenangan diplomatik untuk perlawanan Afganistan.Ditaklukannya pemerintah Kabul adalah solusi mereka untuk perdamaian. Kepercayaan ini, ditajamkan oleh rasa tidak percaya PBB, pada hakekatnya dijamin penolakan mereka untuk menerima kompromi politik.[sunting] Keterlibatan dunia internasional dan bantuan terhadap pemberontakan AfganistanDistribusi pasukan Soviet di Afganistan menghalangi keinginan Pakistan untuk mendominasi Afganistan. Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter telah menerima bahwa agresi Soviet tidak bisa dilihat sebagai kejadian yang terisolasi, tapi harus ditangani seperti peringatan di daerah Teluk Persia.Setelah distribusi pasukan Soviet, Jendral diktator militer Pakistan, Muhammad Zia-ul-Haq memulai menerima bantuan finansial dari kekuatan barat untuk membantu Mujahidin. Amerika Serikat, Inggris, dan Arab Saudi menjadi kontributor finansial kepada Jendral Zia, di mana sebagai pemimpin dari Negara yang bertetangga dengan Afganistan, membantu dengan membuat pemberontak Afganistan dilatih dengan baik dan memiliki dana yang cukup.ISI Pakistan dan SSG menjadi lebih aktif ikut serta dalam konflik dengan Uni Soviet. Setelah Ronald Reagan menjadi Presiden Amerika Serikat tahun 1981, bantuan terhadap Mujahidin melalu Jendral Zia meningkat. Untuk pembalasan dendam, KHAD, di bawah pemimpin Afganistan Mohammad Najibullah, mengirim (menurut Mitrokhin dan sumber lainnya) operasi yang besar melawan Pakistan, di mana juga menderita karena pemasukan senjata dan obat dari Afganistan. Pada tahun 1980, sebagai negara garis depan dalam perlawanan anti-Soviet, Pakistan menerima bantuan dari Amerika Serikat dan mengambil jutaan pengungsi Afganistan (paling banyak orang Pashtun) melarikan dari dari pendudukan Soviet. Meskipun pengungsi itu mengontrol provinsi terbesar Pakistan, Balochistan, pengungsian dari banyak sekali pengungsi - dipercaya sebagai populasi pengungsi terbesar di Dunia.[23][sunting] Mundurnya Uni Soviet dari Afganistan

Pasukan Soviet mundur dari AfganistanKorban jiwa, sumber ekonomi, and kehilangan rumah dirasakan di Uni Soviet dan langsung menimbulkan kritik dari kebijakan pendudukan. Leonid Brezhnev meninggal pada tahun 1982, dan setelah 2 pengganti yang hidup sebentar, Mikhail Gorbachev mengambil alih pemerintahan pada Maret 1985. Saat Gorbachev membuka sisten negara, ini menjadi jelas bahwa Uni Soviet berharap untuk menemukan jalan yang aman untuk mundur dari Afganistan.Pemerintahan Presiden Karmal, yang didirikan tahun 1980 dan diidentifikasikan sebagai rezim boneka sama sekali tidak mempunyai pengaruh. Hal ini melemahkan dengan divisi di dalam Partai Demokrasi Rakyat Afganistan dan faksi Parcham dalam usaha rezim untuk memperluas dukungan untuk mereka terbukti sia-sia.Moskwa datang untuk memberitahu kepada Karmal atas kegagalan dan menyalahkan dia untuk masalahnya. 1 tahun kemudian, saat Karmal tidak memiliki kemampuan untuk mengkonsolidasi pemerintahannya telah menjadi nyata, Mikhail Gorbachev, lalu Sekjen Partai Komunis Soviet menyatakan:Alasan utama bahwa tidak ada konsolidasi nasional karena Karmal berharap untuk melanjutkan kekuasaannya di Kabul dengan bantuan kami.

Pada bulan November tahun 1986, Mohammad Najibullah, kepala polisi rahasia Afganistan (KHAD), dipilih sebagai presiden dan konstitutional baru digunakan. Dia juga memperkenalkan kebijakan 1987 tentang "rekonsiliasi nasional," dirancang oleh ahli Partai Komunis Uni Soviet, dan nantinya digunakan di daerah lain di dunia. Walaupun pengharapan tinggi, kebijakan baru membuat rezim Kabul lebih populer, maupun meyakinkan pemberontak untuk bernegosiasi dengan pemerintah yang berkuasa.Negosiasi informal untuk mundurnya Soviet dari Afganistan telah berlangsung sejak tahun 1982. Tahun 1988, pemerintah Pakistan dan Afganistan, dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet melayani sebagai penjamin, ditandatangani kesetujuan penyelesaian perbedaan yang mereka ketahui sebagai persetujuan Jenewa. PBB mempersiapkan misi spesial untuk mengawasi proses. Dalam jalan ini, Najibullah telah mestabilkan posisi politiknya cukup untuk tandingan pergerakan Moskwa menuju penarikan diri. Pada tanggal 20 Juli 1987, penarikan diri pasukan Soviet dari Afganistan diumumkan. Pengunduran diri pasukan Soviet direncanakan oleh Boris Gromov, yang, pada waktu itu, adalah komandan pasukan ke-40 Uni Soviet.Di antara hal lain, Persetujuan Jenewa mengidentifikasikan ketidakikutcampuran Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam peristiwa di Pakistan dan Afganistan dan daftar pengunduran pasukan Soviet. Persetujuan tentang penarikan diri disetujui, dan pada tanggal 15 Februari, 1989, pasukan Soviet yang terakhir meninggalkan Afganistan.[sunting] Kekuatan Uni SovietDi antara 25 Desember 1979 dan 15 Februari 1989, terdapat 620.000 tentara yang merupakan tentara Afganistan (walaupun hanya ada 80.000-104.000 pasukan pada suatu waktu di Afganistan). 525.000 orang adalah pasukan angkatan darat, 90.000 orang adalah pasukan penjaga perbatasan dan pasukan KGB lainnya, 5.000 dalam formasi bebas atas Pasukan Internal, MVD dan polisi. 21.000 personel adalah dengan persatuan pasukan Soviet dalam periode yang sama melakukan pekerjaan manual.[sunting] Dampak[sunting] Korban jiwa

Monumen untuk pasukan Uni Soviet di Afganistan. Kiev, Ukraina.Jumlah personel yang tidak dapat disembuhkan dari Pasukan Soviet, pasukan perbatasan,