west nile virus paper jadi

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus West Nile merupakan salah satu kelompok Flavivirus yang menyerang unggas, terutama unggas liar yang tidak di kandang tertutup. Penyakit ini menyebabkan gejala syaraf yang dapat berakibat fatal. Penularan penyakit harus melalui gigitan vektor serangga. Kontak dengan burung yang terinfeksi tidak menimbulkan penyakit meskipun pada burung yang terinfeksi. Antibody dan isolasi virus dapat diperoleh baik melalui feses maupun organ. Unggas merupakan amplifier virus West Nile. Centers for Disease Control (CDC) mengatakan bahwa Virus yang menularkan penyakit lewat gigitan nyamuk ini, kasusnya telah meningkat hingga 60 persen dari tahun 1999 hingga 2003. Tabel 1.Distribusi frekuensi kasus West Nile Fever di Amerika Serikat tahun 1999-2003 Tahun Kasus Kematian CFR(%) 1999 62 7 11,3 2000 21 2 9,5 2001 64 9 14,1 2002 3389 199 4,5 2003 9862 264 2,7 Sumber: Center of Disease Control (CDC, 2004) Dari tabel di atas dapat dilihat bahwasanya kasus west nile fever cenderung meningkat sejak tahun 1999 sampai dengan 2003. Dimana, kasus terbanyak dijumpai pada tahun 2003 sebesar WEST NILE FEVER 1

Upload: umma-rangkuti

Post on 19-Jan-2016

92 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah seminar telaah west nile fever terkait potensial PHEIC yang dibuat untuk tugas selama k

TRANSCRIPT

Page 1: West Nile Virus Paper Jadi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Virus West Nile merupakan salah satu kelompok Flavivirus yang menyerang unggas,

terutama unggas liar yang tidak di kandang tertutup. Penyakit ini menyebabkan gejala syaraf

yang dapat berakibat fatal. Penularan penyakit harus melalui gigitan vektor serangga. Kontak

dengan burung yang terinfeksi tidak menimbulkan penyakit meskipun pada burung yang

terinfeksi. Antibody dan isolasi virus dapat diperoleh baik melalui feses maupun organ.

Unggas merupakan amplifier virus West Nile.

Centers for Disease Control (CDC) mengatakan bahwa Virus yang menularkan

penyakit lewat gigitan nyamuk ini, kasusnya telah meningkat hingga 60 persen dari tahun

1999 hingga 2003.

Tabel 1.Distribusi frekuensi kasus West Nile Fever di Amerika Serikat tahun 1999-2003

Tahun Kasus Kematian CFR(%)

1999 62 7 11,3

2000 21 2 9,5

2001 64 9 14,1

2002 3389 199 4,5

2003 9862 264 2,7

Sumber: Center of Disease Control (CDC, 2004)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwasanya kasus west nile fever cenderung

meningkat sejak tahun 1999 sampai dengan 2003. Dimana, kasus terbanyak dijumpai pada

tahun 2003 sebesar 9.862 kasus dengan jumlah kematian 264 kasus (CFR=2,7%), sedangkan

kasus terendah dapat dilihat pada tahun 2000 sebesar 21 kasus dengan jumlah kematian

sebanyak 2 kasus (CFR= 9,5%).

Lebih dari setengah kasus yang terjadi pada saat itu kebanyakan tercatat di Negara

bagian Texas, namun sekarang wabah ini meluas hingga ke 47 negara bagian Amerika

Serikat dan 38 negara bagian telah melaporkan kasus infeksi pada manusia, hanya di Alaska,

Hawaii dan Vermont yang melaporkan tidak ada kasus. Pihak medis Amerika Serikat sendiri

hingga kini belum mengetahui penyebab jelas mengapa kasus wabah West Nile meningkat

WEST NILE FEVER 1

Page 2: West Nile Virus Paper Jadi

tajam dalam waktu singkat. Sekitar 75 persen dari kasus di atas selain Texas juga terjadi di

Missisipi, Lousiana dan South Dakota. Pasien yang terinfeksi biasanya menderita demam dan

sakit yang dapat menjadi lebih parah atau menyebabkan kematian, terutama pada orang-orang

tua, anak-anak dan kelompok yang berisiko lainnya. Namun belum ada pengobatan khusus

untuk penyakit jenis ini.

Di Indonesia belum pernah dilaporkan dan diteliti tentang penyakit ini tetapi dengan

tingginya mobilitas hewan dan manusia dari dan ke Indonesia memungkinkan untuk

terjadinya penularan penyakit ini. Tetapi Pada awal Januari 2014, berdasarkan penelitian oleh

tim peneliti dari Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga Surabaya,

ditemukan 12 orang positif terjangkit virus West Nile dari 35 sampel yang diteliti pada pasien

yang terindikasi di daerah Surabaya. Sebelumnya, pada bulan Oktober 2013 juga pernah

dilaporkan bahwa tim peneliti dari ITD UNAIR telah menemukan 19 sampel positif virus

West Nile dari 59 sampel yang diteliti. Keberadaan virus West Nile mungkin sudah pernah

ada sebelumnya di Indonesia tetapi karena dahulu penyakit ini sulit didiagnosis maka

dimungkinkan tidak terdeteksi pada pasien.

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dalam hal ini adalah Unit Pelaksana Teknis

(UPT) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang bertanggung-jawab langsung kepada

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL) yang

mempunyai tugas dan fungsi antara lain melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya

penyakit, penyakit potensial wabah, surveilans epidemiologi, kekarantinaan, pengendalian

dampak kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan, pengawasan OMKABA serta

pengamanan terhadap penyakit baru dan penyakit yang muncul kembali, bioterorisme,

unsurbiologi, kimia dan pengamanan radiasi di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas

batas darat Negara (Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan

Pelabuhan).

1.2 Tujuan Penulisan

WEST NILE FEVER 2

Page 3: West Nile Virus Paper Jadi

1.2.1 Tujuan Umum

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penyakit west nile fever terkait

potensial PHEIC.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui defenisi, etiologi, epidemiologi west nile fever terkait potensial

PHEIC.

b. Untuk mengetahui gejala klinis, menegakkan diagnosa dan diagnosa banding dari

west nile fever terkait potensial PHEIC.

c. Untuk mengetahui penanggulangan PHEIC di pintu masuk negara.

1.3 Manfaat Penulisan

a. Bagi penulis untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai penatalaksanaan

west nile fever terkait potensial PHEIC

b. Bagi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan sebagai sumber kepustakaan

sekaligus masukan untuk melaksanakan perannya dalam upaya pengendalian penyakit

west nile fever terkait potensial PHEIC.

c. Bagi pembaca sebagai informasi untuk menambah wawasan mengenai penyakit west

nile fever terkait potensial PHEIC.

BAB II

WEST NILE FEVER 3

Page 4: West Nile Virus Paper Jadi

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi

West Nile Fever merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus west nile

yang termasuk dalam famili Flaviviradae yang ditularkan kepada manusia maupun hewan

melalui gigitan nyamuk Culex. Virus west nile menjadikan nyamuk Culex sebagai vektornya

dan burung sebagai agents berkembang biaknya.

2.2 Etiologi

Virus West Nile digolongkan dalam kelompok Flavivirus yang mempunyai kedekatan

antigenik dengan virus Murray Valley Encephalitis (MVE) di Australia, St. Louis

Encephalitis (SLE) di Amerika dan Japanese Encephalitis(JE) di Jepang. Kedekatan antigenik

ini dapat dibuktikan secara eksperimental pada hamster yang telah diimunisasi dengan virus.

Virus ini juga memiliki benang RNA positif tunggal (single positive-stranded RNA) sebagai

genomnya dengan panjang sekitar 9 kilobasa.

2.3 Klasifikasi dari virus West Nile

Grup : Kelompok IV ((+) ssRNA)

Family : Flaviviridae

Genus : Flavivirus

Spesies : West Nile Virus

2.4. Epidemiologi

Virus West Nile sendiri pertama kali diisolasi dari darah seorang perempuan yang

sedang terserang demam di daerah Omogo, Propinsi West Nile (daerah delta Sungai Nil),

Uganda pada tahun 1937. Virus ini juga banyak ditemukan di Timur Tengah, Asia Barat,

Oceania, Amerika Utara dan juga daerah-daerah lainnya di Afrika pada perkembangan

selanjutnya. Epidemi pertama kali dilaporkan terjadi pada orang di Israel (1950 – 1954).

Antara tahun 1962 – 1964 ditemukan pada orang di daerah Camargue, Prancis dimana

beberapa penderita mengalami encephalitis. Wabah terbesar dilaporkan juga terjadi di Afrika

Selatan pada tahun 1974 dengan morbidity rate mencapai 55% namun bersifat ringan tanpa

encephalitis. Sejak tahun 1990-an jumlah kasus yang menimbulkan kematian semakin

meningkat, dibuktikan dengan kasus di Rumania pada tahun 1996, di Rusia pada tahun

WEST NILE FEVER 4

Page 5: West Nile Virus Paper Jadi

1999dan Israel pada tahun 2000.Tahun 1999, virus West Nile telah menyebar dengan cepat di

Amerika Serikat terutama New York mengikuti pola burung yang bermigrasi dan dengan

cepat menjadi wabah besar didaerah tersebut.

2.5. Mode of Transmission

Gigitan nyamuk yang mengandung virus WN merupakan kunci utama bagi penularan

infeksi westnile. Penelitian TURELL (Tahun 2000) menyatakan bahwa Cx. Pipens, Ae.

Japonicus, Ae. Sollicitans, Ae taeniorchynchus dan Ae. Vexans merupakan vektor west nile.

Bahkan Ae japonicus merupakan vektor yang paling potensial dalam menularkan virus west

nile. Nyamuk menjadi terinfeksi ketika mereka makan pada burung yang telah terinfeksi.

Nyamuk yang terinfeksi kemudian dapat menyebarkan virus ke manusia dan hewan lain

ketika mereka menggigit manusia dan hewan tersebut. West Nile virus tidak menyebar

melalui sentuhan atau melalui kontak langsung dengan orang telah terinfeksi virus tetapi

dalam beberapa kasus, virus dapat menyebar melalui transfusi darah, transplantasi organ,

menyusui dan bahkan selama kehamilan dari ibu ke bayi.

Gambar 1.0. Mode of Transmission from west nile virus

Sumber: kkpmerauke.blogspot.com

2.6. Histopatologi west nile virus

WEST NILE FEVER 5

Page 6: West Nile Virus Paper Jadi

Virus ini menjadikan nyamuk jenis Cullex sebagai vektornya, lalu burung sebagai

agentnya sedangkan manusia, kuda serta mamalia lainnya merupakan induk semang akhir

(dead-end). Virus ini dapat juga menyerang burung/unggas, anjing, kucing, kuda dan

mamalia lain seperti kelelawar, kelinci, lamma, bajing, skunks, domba, babi namun hewan

pada hewan tersebut tidak menimbulkan penyakit yang serius dan berdasarkan penelitian

TURELL (Tahun 2000) virus tidak dapat menular dari hewan-hewan tersebut.

Gambar 2.0.mikrograftransmisi electron dari virus west nile.

Sumber: kkpmerauke.blogspot.com

2.7. Gejala Klinis

Masa inkubasi virus west nile pada manusia umumnya berkisar antara 3 hingga 14

hari. Infeksi virus ini pada manusia muda umumnya tidak terlalu menimbulkan gejala klinis.

Namun, pada manusia dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat timbul gejala

klinisberupa demam tinggi, lemah, sakit kepala, gangguan pencernaan seperti mual, muntah

dan diare, kaku kuduk, myalgia, arthralgia dan bahkan sampai perubahan mental (CDC,

WEST NILE FEVER 6

Page 7: West Nile Virus Paper Jadi

2004). Sedangkan pada kuda, infeksi west nile menyebabkan ataksia, inkoordinasi motorik,

paresis dan tremor.

2.8. Cara mendiagnosa

Diagnosa standard yang dipakai adalah pengukuran antobodi IgM dengan teknik IgM

antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA). Serum atau cairan

Cerebro Spinal (biasanya diambil di tulang punggung) dari pasien yang menunjukan gejala-

gejala diambil selambat-lambatnya dalam jangka 8 hari sejak timbul gejala dan antibodi IgM-

nya diukur. Dari hasil pengukuran IgM dari orang yang terinfeksi virus West Nile pada

outbreak di New York tahun 1999 dan 2000, 95% diantaranya positif. Namun diagnosa ini

memerlukan waktu sekitar 1 minggu.

Selain itu, isolasi virus dari serum pasien juga merupakan salah satu cara untuk

memastikan diagnosa, namun cara ini memerlukan waktu yang cukup lama. Diagnosa lain

seperti Reverse Transcription PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Real Time PCR juga

merupakan diagnosa yang praktis untuk mendeteksi RNA genom dari virus yang

bersangkutan, karena diagnose ini hanya memerlukan beberapa jam saja.

2.9. Differential Diagnosis

Penyakit ini sering disamakan dengan infeksi virus lainnya seperti Yellow Fever,

Japanese encephalitis, meningitis dan poliomyelitis. Hal ini dikarenakan orang yang terserang

penyakit tersebut di atas atau yang terinfeksi Flavivirus lainnya juga menunjukan hasil

pemeriksaan MAC-ELISA yang positif pada tes IgM dan menunjukkan gejala klinis yang

hampir sama.

2.10. Penanganan dan Pencegahan

Tidak ada pengobatan khusus untuk infeksi virus west nile dan pada kebanyakan

orang dengan gejala ringan seperti demam dan nyeri hanya dengan obat-obatan ringan yang

bahkan dibeli tanpa resep dokter. Dalam kasus dengan gejala klinis yang lebih serius

biasanya orang dirawat di Rumah Sakit dengan pengobatan supportif seperti cairan infus,

bantuan pernafasan, dan dirawat sesuai dengan gejala yang tampak.

Sedangkan pencegahan infeksi virus ini dengan cara mengurangi kontak dengan

nyamuk yang terinfeksi dan melakukan vaksinasi. Namun, vaksin pada manusia hingga saat

ini masih belum tersedia. Pencegahan pada manusia sebaiknya dengan meminimalkan gigitan

serangga vektor, seperti penggunaan repellent, memakai kelambu atau menyemprot ruangan

WEST NILE FEVER 7

Page 8: West Nile Virus Paper Jadi

dengan anti nyamuk. Karantina yang ketat dalam pemasukan hewan terutama dari daerah

dimana infeksi west nile telah terjadi diperlukan. Unggas yang terinfeksi virus west nile dapat

dikonsumsi setelah dimasak hingga matang terlebih dulu.

Untuk mengurangi risiko terinfeksi west nile virus dapat juga dilakukan melalui

pendidikan, surveilans, prevention yang bekerja sama dengan departemen kesehatan,

departemen-departemen federal dan provinsi, serta kerjasama dengan Wildlife Health Centre.

Melalui pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan informasi tentang west nile virus

melalui brosur, media pertemuan, berita dan websites. Sedangkan surveilans difokuskan

terutama untuk identifikasi keberadaan virus west nile pada burung, nyamuk dan kuda.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Overview International Health Regulations (IHR)

IHR adalah suatu instrumen internasional yang secara resmi mengikat untuk

diberlakukan oleh seluruh negara anggota WHO, maupun bukan negara anggota WHO tetapi

setuju untuk dipersamakan dengan negara anggota WHO. Mengingat terbatasnya ruang

lingkup aplikasi IHR(1969) yang hanya melakukan control terhadap 3 penyakit karantina,

yaitu kolera, pes dan yellow fever, maka pada Mei 2005 para anggota WHO yang tergabung

dalam World Health Assembly (WHA) melakukan revisi terhadap IHR (1969). IHR (1969)

ini digantikan dengan IHR (2005) yang diberlakukan pada 15 Juni 2007. Tujuan dan ruang

lingkup adalah untuk mencegah, melindungi, dan mengendalikan terjadinya penyebaran

penyakit secara internasional serta melaksanakan public health response sesuai dengan

risiko kesehatan masyarakat, dan menghindarkan hambatan yang tidak perlu terhadap

perjalanan dan perdagangan internasional, Pemberlakuan IHR (2005) ini akan diikuti dengan

pedoman, petunjuk dan prosedur untuk melaksanakan pemeriksaan rutin pada pelabuhan,

bandara dan lintas batas darat.

Tugas National IHR Focal Points

1. Bekerjasama dengan WHO dalam mengkaji risiko KLB dan PHEIC.

2. Melakukan diseminasi informasi kepada lintas sektoral terkait.

3. Memberi kewenangan sepenuhnya kepada petugas yang ditunjuk pada jalur kedatangan.

4. Bertindak sebagai koordinator dalam menganalisis kejadian dan risiko KLB.

5. Berkoordinasi secara intens dengan Bakornas Penanggulangan Bencana.

WEST NILE FEVER 8

Page 9: West Nile Virus Paper Jadi

6. Memberikan saran kepada Menteri Kesehatan dan Departemen terkait dalam

melaksanakan notifikasi kepada WHO.

7. Memberikan saran kepada Menteri Kesehatan dan Departemen terkait dalam

melaksanakan rekomendasi dari WHO (sesuai Pasal 15) dan memberlakukan

rekomendasi sebagai aplikasi rutin atau periodik (sesuai Pasal 6).

8. Mengkaji sistem surveilans dan kapasitas dalam merespons serta mengidentifikasi

kebutuhan pengembangan, termasuk kebutuhan pelatihan di tingkat nasional.

9. Bekerjasama dengan WHO untuk menyiapkan dukungan program intervensi dalam

pencegahan atau penanggulangan KLB dan PHEIC lainnya.

10. Melaporkan perkembangan melalui kajian, perencanaan dan pelaksanaan IHR(2005).

11. Bekerjasama dengan WHO dalam menyiapkan pesan umum.

12. Bekerjasama dan melakukan pertukaran informasi antar negara atau regional.

3.2 Public Health Emergency Of International Concern (PHEIC)

Kedaruratan Kesehatan (KLB) yang Meresahkan Dunia Adalah KLB yang :

• Dapat menjadi ancaman kesehatan bagi negara lain

• Kemungkinan membutuhkan koordinasi internasional dalam penanggulangannya secara

definisi, PHEIC dalam IHR (2005) diperluas jangkauannya dibandingkan IHR (1969) yang

hanya mencakup penyakit kolera, pes dan yellow fever. Perluasan ini dimaksudkan untuk

menjangkau penyakit new-emerging dan re-emerging termasuk gangguan atau risiko

kesehatan yang disebabkan bukan oleh infeksi (penyakit menular). KLB suatu penyakit tidak

secara otomatis memberikan informasi yang cukup untuk mengetahui apakah penyakit

tersebut menyebar secara internasional. Beberapa faktor, seperti letak geografi serta, jumlah

kasus, waktu, jarak batas internasional, kecepatan cara penyebarannya dan faktor-faktor

lainnya sangat relevan untuk dianalisis sehingga dapat ditentukan apakah suatu KLB

merupakan penyakit yang berpotensi dalam penyebaran internasional. Untuk membantu suatu

negara mengidentifikasi apakah suatu keadaan merupakan PHEIC, IHR(2005)

mempersiapkan instrumen (lampiran 2) yang mengarahkan negara untuk mengkaji suatu

kejadian di wilayahnya dan menginformasikan kepada WHO setiap kejadian yang merupakan

PHEIC sesuai dengan criteria sebagai berikut.

1. Berdampak/berisiko tinggi bagi kesehatan masyarakat.

2. KLB atau sifat kejadian tidak diketahui.

3. Berpotensi menyebar secara internasional.

4. Berisiko terhadap perjalanan ataupun perdagangan.

WEST NILE FEVER 9

Page 10: West Nile Virus Paper Jadi

Pemberitahuan suatu kejadian kepada WHO secara tepat waktu dan transparan, yang

dikombinasikan dengan penelitian atas risiko bersama negara yang mempunyai kepedulian,

akan sangat mempertinggi keyakinan bahwa selama KLB akan mengurangi kecenderungan

kerugian unilateral terhadap larangan perjalanan dan perdagangan internasional. Apabila

suatu kejadian dianggap sebagai PHEIC, WHO akan membentuk Emergency Committee yang

independen untuk mengkaji dan menginformasikan perkembangannya dengan memberi saran

kepada Direktur Jenderal WHO.

Gambar 3.0. Kriteria Penentuan PHEIC

Sumber: Buku Saku Kementerian Kesehatan, Tahun 2012.

WEST NILE FEVER 10

Page 11: West Nile Virus Paper Jadi

3.3 TelaahWest Nile VirusTerkaitPotensial PHEIC

Virus West Nile adalah penyakit yang berpotensi serius yang hingga saat ini masih

belum ditemukan vaksin untuk manusia. Kemungkinan masuknya virus ini ke Negara lain

sangat besar karena dalam masa modern ini orang mudah pindah dari satu tempat ke tempat

lain, virus pun mudah untuk bermigrasi. Kalau orang pindah naik pesawat virus pun bias

naik pesawat, artinya kemungkinan virus west nile untuk mewabah ke Negara lain juga tidak

kecil sehingga memungkinkan terjadinya Kejadian Luar Biasa di seluruh dunia.

Dalam hal tersebut ada suatu kepentingan terhadap waspada West Nile Virus yang

berpotensi PHEIC di ASIA, akibat virus ini yang menggunakan burung gagak dan nyamuk

culex sebagai agent tempat berkembangbiaknya. Dimana agent dari virus tersebut banyak

terdistribusi di Negara-Negara lain terutama wilayah Asia yang memiliki daerah bersifat

tropis.

Cara transmisi yang mudah menyebabkan virus tersebut sulit untuk diatasi dan

dicegah dan berpotensi besar sebagai PHEIC. Virus west nile fever ini yang dahulu

merupakan endemic di Israel tahun 1964, bahkan dapat menyebar dan mewabah hingga ke

America Serikat yaitu New York pada tahun 1999.

Penanganan dan pencegahan terhadap virus west nile ini yang sangat minim membuat

para ahli medis masih kesulitan untuk membrantas wabah tersebut. Gejala dari virus west nile

fever ini yang juga hamper mirip dengan beberapa penyakit PHEIC lainnya (seperti Yellow

fever, Japanese Ensephalitis, dll) menyebabkan tidak ada pemeriksaan dan penanganan

khusus untuk penyakit ini sebagai contoh pemeriksaan serum pengukuran antibody IgM

dengan teknik IgM antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay bahkan

menunjukan hasil pemeriksaan yang sama dengan penyakit PHEIC lainnya. Saat ini,

pemeriksaan spesifik yang bias dilakukan adalah dengan cara isolasi virus dari serum pasien

atau juga dengan Reverse Transcription PCR dan Real Time PCR.

3.4 Peran KKP dalam penanggulangan West Nile Fever terkait dengan Pheic

1. Fungsi KKP

• Pelaksanaan Kekarantinaan

• Pelaksanaan Upaya Kesehatan

• Pelaksanaan Pengendalian Risiko Lingkungan

• Pelaksanaan Investigasi KLB dan Kasus kasus tertentu

WEST NILE FEVER 11

Page 12: West Nile Virus Paper Jadi

2. TUGAS KKP

Terdapat beberapa tugas KKP, yaitu (Permenkes RI, 2008) :

1. a. Melaksanakan pemantauan alat angkut, kontainer dan isinya yang datang dan pergi

dari daerah terjangkit, serta menjamin bahwa barang-barang yang diperlakukan dengan

baik dan tidak terkontaminasi dari sumber infeksi, vektor dan reservoar.

b. Melaksanakan dekontaminasi serta pengendalian vektor dan reservoar terhadap alat

angkut yang digunakan oleh orang yang berpergian.

c. Melakukan pengawasan deratisasi, disinfeksi, disinsekdi dan dekontaminasi.

d. Menyampaikan saran/rekomendasi kepada operator alat angkut guna melakukan

pemeriksaan lengkap terhadap alat angkut atau kenderaannya.

e. Melakukan pengawasan pembuangan sisa-sisa bahan yang terkontaminasi (seperti air,

makanan dan sisa pembuangan manusia).

f. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan terhadap pembuangan sisa-sisa bahan alat

angkut yang dapat menimbulkan pencemaran dan penyakit.

g. Melakukan pengawasan terhadap agen pelaksana perjalanan dan angkutan di wilayah

kedatangan.

h. Melakukan pemeriksaan yang dibutuhkan apabila terjadi hal-hal yang tidak

diharapkan, sesuai dengan kebutuhan (emergency case).

i. Melakukan komunikasi dengan National IHR Focal Point.

2. Melaksanakan pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO untuk setiap kedatangan

dari daerah tertular apabila terindikasi bahwa pemeriksaan keberangkatan dari daerah

terinfeksi dianggap tidak benar/tidak sah.

3. Melaksanakan prosedur disinfeksi, deratisasi, desinfeksi, dekontaminasi, serta

pemeriksaan sanitasi lainnya dengan tiadk menyebabkan atau seminimalnya kecelakaan,

ketidaknyamanan dan kerusakan.

WEST NILE FEVER 12

Page 13: West Nile Virus Paper Jadi

Gambar 4.0. Tugas KKP dalam IHR

WEST NILE FEVER 13

Page 14: West Nile Virus Paper Jadi

Sumber: Buku Saku Kementerian Kesehatan Tahun 2012

Terdapat beberapa tugas KKP pada saat kapal dan pesawat berada di pintu masuk, yaitu

(PERMENKES RI NO. 238/MENKES/PER/IV/2008) :

a. Berdasarkan kesepakatan internasional dan pertimbangan kesehatan, kapal atau

pesawat tidak akan dihalangi pada pemberitaan di jalur kedatangan. Jika jalur

kedatangan (pelabuhan/bandara) tersebut tidak dilengkapi sarana/prasarana yang

memadai untuk melakukan pemeriksaan, kapal atau pesawat tersebut diperintahkan

untuk menuju pelabuhan/bandara terdekat yang mampu melakukan pemeriksaan.

Namun, hal tersebut tidak dianjurkan jika kapal atau pesawat memiliki masalah

operasional yang dapat menyebabkan pengalihan pemeriksaan ini tidak aman.

b. Sesuai dengan kesepakatan internasional, kapal atau pesawat tidak akan ditolak

kedatangannya di suatu negara anggota dengan alasan kesehatan masyarakat. Kapal

atau pesawat tidak akan dicegah untuk datang atau pergi, melakukan bongkar muat,

atau menambah bahan bakar, air dan makanan. Negara anggota dapat memberikan

Free Pratique untuk pemeriksaan jika di dalam kapal ditemukan sumber infeksi atau

kontaminasi, melakukan disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi atau deratisasi atau

pemeriksaan-pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mencegah penyebaran sumber

infeksi dan kontaminasi.

c. Apabila pihak pelabuhan menjamin bahwa kapal atau pesawat tidak berpotensi

menyebarkan penyakit, Free Pratique dapat diberikan melalui audio atau alat

komunikasi lain.

d. Setiap ditemukan kasus atau infeksi dengan risiko kesehatan masyarakat, maka pilot

atau nahkoda kapal wajib melaporkan kepada petugas pelabuhan/bandara dan

informasi ini harus diteruskan kepada petugas kesehatan pelabuhan di

pelabuhan/bandara. Dalam keadaan tertentu, pilot atau nahkoda kapal wajib

WEST NILE FEVER 14

Page 15: West Nile Virus Paper Jadi

menyampaikan langsung kepada petugas kesehatan pelabuhan di pelabuhan/bandara

bersangkutan. (WHO, 2005)

e. Jika ditemukan kasus suspek dalam kapal atau pesawat dan tidak dapat ditangani oleh

pilot atau nahkoda kapal, kapal atau pesawat tersebut dapat mendarat di

pelabuhan/bandara lain dengan ketentuan :

1. Pilot atau nahkoda atau pihak berwenang lainnya berusaha secepat mungkin

memberitahukan kepada pelabuhan/bandara terdekat

2. Setelah berita diterima oleh petugas kesehatan pelabuhan, harus langsung

dilaksanakan pemeriksaan sesuai dengan rekomendasi WHO atau IHR

3. Tidak boleh ada penumpang yang keluar dari kapal atau pesawat dan tidak ada

kargo yang boleh dipindahkan, kecuali untuk kepentingan darurat atau komunikasi

dengan petugas kesehatan pelabuhan atau atas seizin petugas kesehatan pelabuhan

4. Apabila seluruh pemeriksaan telah dilaksanakan oleh petugas kesehatan, kapal

atau pesawat dapat melanjutkan pendaratan atau sandar di pelabuhan/bandara

yang dituju. Jika tidak dapat dilakukan pemeriksaan, kapal atau pesawat tersebut

akan ditempatkan secara khusus di pelabuhan atau bandara lainnya.

f. Pilot atau nahkoda kapal dapat melakukan pemeriksaan kesehatan yang diperlukan

bagi penumpang. Kemudian, pilot atau nahkoda kapal tersebut harus memberitahukan

sesegera mungkin kepada petugas kesehatan pelabuhan tentang pemeriksaan yang

dilakukan.

3.5. Upaya KKP Kelas I Medan Dalam Persiapan Penanggulangan Dan Pencegahan

PHEIC Di Pintu Masuk Negara (Point Of Entry)

Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan telah melakukan beberapa tindakan

dalam melaksanakan Standard Operating Procedure (SOP) untuk persiapan upaya

penanganan penyakit PHEIC, antara lain; simulasi penanggulangan PHEIC, melatih SDM

untuk penanggulangan kasus kegawatdaruratan yang disebabkan penyakit PHEIC. Selain itu,

telah dilakukan sosialisasi dengan lintas sektor terkait dalam penanggulangan PHEIC dan

membuat ‘Letter of Supporting’ kepada rumah sakit rujukan dan instalasi terkait yang berada

di sekitar pelabuhan laut Medan dan Bandara Kualanamu.

WEST NILE FEVER 15

Page 16: West Nile Virus Paper Jadi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. West nile disebabkan oleh virus west nile, family flaviviridae, genus flavivirus dan

nyamuk sebagai vektornya, dengan gejala demam, lemah, sakit kepala, gangguan

pencernaan, kaku kuduk, mialgia, atralgia, dan sampai menyebabkan perubahan mental.

2. Penularan west nile harus melalui vektor nyamuk. Burung yang terinfeksi berinteraksi

dengan vektor nyamuk dapat menularkan ke manusia dan hewan lain. Penularan west

nile juga dapat terjadi dari manusi ke manusi lain.

3. Kantor Kesehatan Pelabuhan Medan sudah melakukan beberapa tindakan dalam

melaksanakan Standard Operating Procedure (SOP) untuk penanganan penyakit

PHEIC antara lain, simulasi penanggulangan PHEIC, melatih SDM untuk

penanggulangan kasus kegawatdaruratan yang disebabkan penyakit PHEIC. Selain itu,

telah dilakukan sosialitas dengan sektor terkait dalam penanggulangan PHEIC dan

membuat ‘Letter of Supporting’ kepada rumah sakit rujukan dan instalasi terkait yang

berada di sekitar pelabuhan laut medan dan bandara Kualanamu.

4.2 Saran

1. Bagi KKP Kelas I Medan

Meningkatkan sosialisasi kepada instansi terkait baik yang berada di pelabuhan laut

maupun udara, maskapai penerbangan, agen pelayaran tentang penyakit terkait

potensi PHEIC.

2. Bagi Instansi terkait

Dalam hal ini bagi dinas kesehatan, rumah sakit, puskesmas dan pelayanan kesehatan

lainnya untuk terus berkoordinasi dengan pihak KKP dalam menindak lanjuti

WEST NILE FEVER 16

Page 17: West Nile Virus Paper Jadi

pencegahan dan penanggulangan terkait potensi PHEIC agar tidak masuk ke

Indonesia serta meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit PHEIC.

3. Bagi Masyarakat

Perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat yang akan bepergian di lintas masuk

negara tentang terkait potensi penyakit-penyakit PHEIC.

DAFTAR PUSTAKA

1. www.westnile.state.pa.us/action/wnv_komar_adv_vir_res_61.pdf

2. CDC. (2004). West Nile virus: Background information for clinicians. 21 Desember 2004.

Pp.1- 12 . Http:/www.cdc.gov/ncidod/dvbid/ westnile/clinicians/background.htm.

3. Buletin Info KesPel. Vol. VIII. Edisi 3 Tahun 2013.

4. Buku Saku Kementerian Kesehatan. Tahun 2012.

5.  http://idhki.org/karya-tulis-ilmiah/2/343/virus-west-nile-sebagai-salah-satu-penyakit-

emerging-zoonosis.html, diunduh pada tanggal 21 Juni 2014

6. http://itd.unair.ac.id/index.php/itd-news-archive/558-kini-saatnya-indonesia-mewaspadai-

penyakit-virus-west-nile.html

7. http://rismanismail2.wordpress.com/2010/12/09/west-nile-virus/

8. http://www.kamusilmiah.com/kesehatan/mengenal-virus-west-nile-virus-yang-ditakuti-

amerika-saat-ini/

9. kkpmerauke.blogspot.com

WEST NILE FEVER 17