file · web viewatas ketidaklengkapan laporan tersebut, tim bpk ri telah meminta pihak...

6
Belanja Pemprov Sumut Bobol Puluhan Miliar 07/10/2011 – 07:48 Dana Reses DPRD Dimainkan dengan Kuitansi Fiktif -Jakarta- Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Purnomo membeberkan hasil pemeriksaan semester I Tahun 2011 di Jakarta, Selasa (4/10). Hasilnya, BPK menemukan 11.340 kasus atau senilai Rp26,69 triliun. Khusus untuk Pemprov Sumut, hasil pemeriksaan terhadap belanja daerah tahun anggaran 2009 dan 2010, ditemukan ketidakjelasan penggunaan dana yang nilainya mencapai miliaran rupiah. “Dari total temuan pemeriksaan BPK tersebut, sebanyak 3.463 kasus senilai Rp7,71 triliun merupakan temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan,” kata Hadi Poernomo. Di dokumen hasil pemeriksaan dipaparkan, beberapa temuan di Pemprov Sumut adalah, pertama, dokumen pertanggungjawaban belanja penunjang kegiatan reses DPRD Provinsi Sumut TA 2010 diragukankebenarannya sebesar Rp4.297.364.500,00 dan berindikasi merugikan keuangan daerah minimal Rp913, 36 juta. Kedua, realisasi anggaran penataan ruang kerja Anggota DPRD Rp1, 04 miliar memboroskan keuangan daerah dan terdapat kekurangan fisik pekerjaan Rp38,7 juta. Ketiga, beberapa pekerjaan di Sekretariat DPRD dilaksanakan melanggar ketentuan dan berindikasi merugikan keuangan daerah Rp101,3 juta. Empat, penyelesaian pekerjaan pada Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Kesehatan dan Dinas

Upload: hatuong

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: file · Web viewAtas ketidaklengkapan laporan tersebut, Tim BPK RI telah meminta pihak Sekretariat DPRD untuk melengkapi datadata kegiatan tersebut, namun sampai dengan

Belanja Pemprov Sumut Bobol Puluhan Miliar07/10/2011 – 07:48

Dana Reses DPRD Dimainkan dengan Kuitansi Fiktif

-Jakarta-

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Hadi Purnomo membeberkan hasil pemeriksaan

semester I Tahun 2011 di Jakarta, Selasa (4/10). Hasilnya, BPK menemukan 11.340 kasus

atau senilai Rp26,69 triliun. Khusus untuk Pemprov Sumut, hasil pemeriksaan terhadap

belanja daerah tahun anggaran 2009 dan 2010, ditemukan ketidakjelasan penggunaan dana

yang nilainya mencapai miliaran rupiah.

“Dari total temuan pemeriksaan BPK tersebut, sebanyak 3.463 kasus senilai Rp7,71 triliun

merupakan temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan

kekurangan penerimaan,” kata Hadi Poernomo.

Di dokumen hasil pemeriksaan dipaparkan, beberapa temuan di Pemprov Sumut adalah,

pertama, dokumen pertanggungjawaban belanja penunjang kegiatan reses DPRD Provinsi

Sumut TA 2010 diragukankebenarannya sebesar Rp4.297.364.500,00 dan berindikasi

merugikan keuangan daerah minimal Rp913, 36 juta.

Kedua, realisasi anggaran penataan ruang kerja Anggota DPRD Rp1, 04 miliar memboroskan

keuangan daerah dan terdapat kekurangan fisik pekerjaan Rp38,7 juta.

Ketiga, beberapa pekerjaan di Sekretariat DPRD dilaksanakan melanggar ketentuan dan

berindikasi merugikan keuangan daerah Rp101,3 juta. Empat, penyelesaian pekerjaan pada

Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Kesehatan dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya

Air melampui jangka waktu kontrak dan belum dikenakan denda keterlambatan minimal

Rp323,37 juta.

Lima, pembayaran tak sesuai fisik pekerjaan Rp181,15 juta pada paket pekerjaan di Biro

Perlengkapan dan Pengelolaan Aset Sekretariat Daerah. Enam, terdapat dua kontrak atas

pekerjaan yang sama pada pekerjaan pembangunan Mess Mahasiswa Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara di Yogyakarta Tahun 2008 dan kelebihan pembayaran yang berindikasi

merugikan daerah Rp918,512 juta.

Tujuh, beberapa kegiatan pada Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah berindikasi

merugikan Keuangan Daerah Rp322,38 juta. Delapan, biaya pengadaan alat-alat kesehatan

pada Dinas Kesehatan melebihi harga pasar Rp385,737 juta.

Sembilan, terdapat kekurangan fisik Rp570 juta, pemborosan Rp61,689 juta, serta jaminan

pelaksanaan senilai Rp132,18 juta yang belum dicairkan. Ke10, terjadi rekayasa pembuatan

Berita Acara penyelesaian pekerjaan pada kontrak peningkatan jalan penghubung/poros di

Page 2: file · Web viewAtas ketidaklengkapan laporan tersebut, Tim BPK RI telah meminta pihak Sekretariat DPRD untuk melengkapi datadata kegiatan tersebut, namun sampai dengan

PTA Rawa Kolang SP3 kabupaten Tapanuli Tengah dan indikasi kelebihan pembayaran 

Rp46,974 juta.

Sebelas,  pekerjaan pembukaan dan pembangunan jalan poros Permukiman Transmigrasi

Baru di Muara Opu Kabupaten Tapanuli Selatan pada Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja

berindikasi merugikan daerah Rp384,714 juta.

Dalam rincian laporan BPK dijelaskan, terkait dana reses DPRD, berdasarkan dokumen DPA

Sekretariat DPRD diketahui antara lain terdapat kegiatan reses Pimpinan/Anggota DPRD

sebesar Rp9.504.000.000,00, dengan realisasi sampai dengan 29 November 2010 sebesar

Rp8.323.013.250,00 atau 87,57%.

Kegiatan reses Pimpinan/Anggota DPRD tersebut dilaksanakan sebanyak tiga kali yaitu pada

bulan Mei, Agustus, dan November 2010, dengan wilayah yang terdiri dari sepuluh Daerah

Pemilihan (Dapem) dan masing-masing Dapem terdiri dari 4 hingga 21 anggota Anggota

Dewan. Setiap pelaksanaan kegiatan reses pimpinan/anggota DPRD masing-masing

mendapatkan dana untuk pelaksanaan kegiatan reses antara Rp20 juta hingga Rp35 juta.

Wilayah Sumut terdiri dari 10 dapem. Dari hasil pemeriksaan atas bukti-bukti

pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan reses pada Bendahara Pengeluaran Sekretariat

DPRD diketahui bahwa dana kegiatan reses tersebut direalisasikan untuk belanja perjalanan

dinas dalam daerah, belanja sewa tenda, belanja sewa meja kursi, belanja sewa sound system

dan belanja makan minum dengan rincian sebagai berikut.

Di laporan BPK dijelaskan, berdasarkan konfirmasi lisan dan tertulis kepada beberapa staf

tim reses diketahui bahwa staf tim reses bertugas menyusun administrasi

pertanggungjawaban penggunaan dana reses, dan kemudian menyerahkannya kepada Bagian

Keuangan Sekretariat DPRD. Sedangkan dana reses langsung diserahkan secara tunai kepada

anggota DPRD. Pencairan dana reses dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama berupa

panjar, sedang pada tahap kedua, sisa dana akan diserahkan kepada tiap anggota DPRD

setelah SPJ dinyatakan lengkap dan diserahkan ke Bagian Keuangan Sekretariat DPRD.

Dalam setiap pelaksanaan kegiatan reses, tiap anggota DPRD diharuskan membuat laporan

kegiatan pelaksanaan reses. Laporan tersebut dapat dibuat oleh perorangan maupun

kelompok sesuai dengan daerah pemilihan. Berdasarkan hasil pemeriksaan atas laporan

kegiatan reses tersebut diketahui bahwa laporan tersebut tidak memuat tempat pelaksanaan

kegiatan secara jelas, jumlah konstituen dan daftar hadir peserta kegiatan, serta foto-foto

kegiatan.

Page 3: file · Web viewAtas ketidaklengkapan laporan tersebut, Tim BPK RI telah meminta pihak Sekretariat DPRD untuk melengkapi datadata kegiatan tersebut, namun sampai dengan

Atas ketidaklengkapan laporan tersebut, Tim BPK RI telah meminta pihak Sekretariat DPRD

untuk melengkapi datadata kegiatan tersebut, namun sampai dengan tanggal 10 Januari 2011

pihak Sekretariat Dewan tidak dapat menyerahkan kelengkapan laporan tersebut.

Berdasarkan hasil konfirmasi Tim BPK RI dengan Lurah, Camat, dan Sekretaris Camat pada

beberapa kecamatan/kelurahan yang berada di wilayah kota Medan diketahui bahwa selama

tahun 2010, kelurahan/kecamatan tersebut tidak pernah melakukan koordinasi terkait

kegiatan reses untuk anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara.

Pemeriksaan secara uji petik atas buku surat masuk pada enam kecamatan dan satu kelurahan

tersebut juga menunjukkan tidak pernah ada surat pemberitahuan mengenai akan

diadakannya kegiatan reses dimaksud. Kegiatan yang ada hanya berupa undangan kepada

Camat untuk menghadiri acara pertemuan dengan Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara

yang dilaksanakan di kantor Walikota Medan.

Sedangkan di beberapa kecamatan yang dilakukan pemeriksaan secara uji petik juga

diketahui, bahwa belum pernah ada kegiatan maupun laporan mengenai kegiatan reses yang

menghadirkan masyarakat pada kecamatan-kecamatan tersebut.

Dari hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti pertanggungjawaban diketahui bahwa penyedia

jasa yang digunakan tidak dapat diyakini keberadaannya karena tidak terdapat alamat lengkap

seperti nomor dan alamat/identitas lain selayaknya perusahaan penyedia jasa. Terdapat

kuitansi-kuitansi pembayaran terhadap penyedia jasa yang tidak mencantumkan nama dan

cap penyedia atau tidak ditandatangani sebesar Rp25, 987 juta. Terdapat kuitansi yang dicap

dua kali dengan nama penyedia jasa yang berbeda pada satu kuitansi sebesar Rp13,63 juta.

Hasil penelusuran BPK dan konfirmasi kepada dua penyedia jasa yang tertera pada kuitansi

pembayaran diketahui bahwa terdapat dua penyedia jasa yang digunakan untuk melengkapi

bukti pertanggungjawaban namun menyatakan tidak pernah menyediakan jasa untuk

keperluan reses anggota DPRD Dapem I Kota Medan, yaitu, pertama, persewaan teratak dan

alat pesta Embun Sari di Jalan Sei Serayu Medan.

Perusahaan tersebut telah tutup sejak awal tahun 2010 dan menyatakan tidak pernah

menyewakan tenda/teratak kepada DPRD SU dan diketahui bahwa cap yang digunakan

persewaan Embun Sari berbeda dengan cap yang dibubuhkan pada kuitansi pembayaran.

Kedua, penyedia jasa konsumsi Rizka Catering di Jalan STM Ujung Medan. Perusahaan

tersebut menyatakan tidak pernah menyediakan catering untuk kegiatan reses DPRD provinsi

dan diketahui bahwa cap milik Rizka Catering berbeda dengan cap pada kuitansi

pembayaran. Hal tersebut menunjukkan bahwa SPJ kegiatan sebesar Rp913.369.250,00

diduga direkayasa dengan mengatasnamakan penyedia jasa tersebut.

Page 4: file · Web viewAtas ketidaklengkapan laporan tersebut, Tim BPK RI telah meminta pihak Sekretariat DPRD untuk melengkapi datadata kegiatan tersebut, namun sampai dengan

Ketiga, terdapat penyedia jasa yang berada di wilayah kota Medan tidak dapat ditelusuri dan

diyakini keberadaannya, yaitu Penyedia jasa Harahap, Riko, Lenny, Utami Catering, Fablo

Keyboard dan Fans. Selain itu, untuk penyedia jasa yang digunakan oleh Anggota DPRD

Dapem selain Dapem I Kota Medan juga tidak dapat ditelusuri karena tidak mencantumkan

alamat yang lengkap. Atas hal ini, terdapat belanja pada kegiatan reses I, II, dan III yang

tidak dapat diyakini kebenarannya sebesar Rp4.297.364.500,00.

Sumber : JPNN.com,  Rabu 5 Oktober 2011

Tags: BPK RI, BPK RI Medan, DPRD, dprd sumut, Sumut