kanalati.files.wordpress.com  · web viewrancangan aktualisasi dan habituasi. nilai-nilai dasar ....

114
RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL OPTIMALISASI PENGUATAN NILAI SPIRITUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 2 BANTARWUNI KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS OLEH: NAMA PESERTA : ISNA IMROATUZ ZAKIYATI, S.Pd NIP : 19941029 201902 2 007 ANGKATAN : X NO. URUT : 11 JABATAN : GURU AGAMA ISLAM AHLI PERTAMA SKPD/INSTANSI : SD NEGERI 2 BANTARWUNI COACH : ERNI IRAWATI, S.E., M.Pd MENTOR : Dra. MINTARSIH AGUSTIYATI

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL

OPTIMALISASI PENGUATAN NILAI SPIRITUAL

PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 2 BANTARWUNI

KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:

NAMA PESERTA : ISNA IMROATUZ ZAKIYATI, S.Pd

NIP : 19941029 201902 2 007

ANGKATAN : X

NO. URUT : 11

JABATAN : GURU AGAMA ISLAM AHLI PERTAMA

SKPD/INSTANSI : SD NEGERI 2 BANTARWUNI

COACH : ERNI IRAWATI, S.E., M.Pd

MENTOR : Dra. MINTARSIH AGUSTIYATI

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN CCXLIII

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH BEKERJA SAMA DENGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS

2019

HALAMAN PERSETUJUAN

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL

Judul: Pengingkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidkan Agama Islam (PAI) Kelas IV di SD Negeri 2 Banjarsari Kulon Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas

Dinyatakan disetujui untuk diseminarkan pada :

Hari: Kamis

Tanggal: 10 Oktober 2019

Tempat: Balai Diklat Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten Banyumas

Banyumas, 10 Oktober 2019

Peserta Pelatihan Dasar CPNS 2019

Anggit Fajar Nugroho, S.Pd

NIP. 19940803 201902 1 003

Menyetujui,

COACH

Erni Irawati, S.E, M.Pd

Widyaiswara Ahli Muda

NIP. 19730829 200901 2 002

MENTOR

Hj. Rokhimah, S.Ag, M.Pd

Pembina

NIP. 19591020198405 2 003

HALAMAN PENGESAHAN

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR APARATUR SIPIL NEGARA

Judul

:

Optimalisasi Penguatan Nilai Spiritual pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri 2 Bantarwuni Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas

Telah diseminarkan pada:

Hari

:

Kamis

Tanggal

:

10 Oktober 2019

Tempat

:

Balai Diklat Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten Banyumas

Banyumas, 10 Oktober 2019

Peserta Pelatihan Dasar CPNS 2019

ISNA IMROATUZ ZAKIYATI, S.Pd

NIP. 19941029 201902 2 007

Mengesahkan,

COACH

ERNI IRAWATI, S.E, M.Pd

Widyaiswara Ahli Muda

NIP. 19730829 200901 2 002

MENTOR

Dra. MINTARSIH AGUSTIYATI Pembina Tk.I

NIP. 19600426 198012 1 001

NARASUMBER

AGUSTINA HERNAWATI, S.E., M.Si

Pembina

NIP. 19680818 199403 2 010

PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Rancangan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar ASN dalam Optimalisasi Penguatan Nilai Spiritual pada Peserta Didik Kelas V di SD Negeri 2 Bantarwuni Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas” dengan baik.

Program yang terdapat dalam rancangan aktualisasi ini adalah kegiatan di lingkungan SD Negeri 2 Bantarwuni Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Penulis merasa perlu adanya upaya penguatan nilai spiritual pada diri peserta didik, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menginternalisasikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA.

Penulis menyadari bahwa dalam membuat rancangan aktualisasi ini penulis menemukan banyak hambatan dan kesulitan, namun berkat motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak maka kesulitan dan hambatan ini dapat teratasi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah

2. Ir. Achmad Husein selaku Bupati Banyumas

3. Drs. Ahmad Supartono, M.Si selaku Kepala BKDD Kabupaten Banyumas

4. Erni Irawati, S.E, M.Pd selaku coach atas bimbingan, saran, dan masukannya dalam penyusunan rancangan aktualisasi ini.

5. Agustina Hernawati, S.E., M.Si selaku narasumber yang telah memberikan saran dan masukan, sehingga rancangan aktualisasi ini menjadi lebih baik.

6. Dra. Mintarsih Agustiyati selaku mentor sekaligus Kepala Sekolah SD Negeri 2 Bantarwuni atas semua arahan, motivasi, dukungan, masukan dan bimbingannya.

7. Keluarga besar SD Negeri 2 Bantarwuni Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas atas dukungan dan kerjasamanya

8. Para Widyaiswara yang telah berbagi pengetahuan, memberikan motivasi dan arahan dalam penyusunan rancangan kegiatan aktualisasi.

9. Keluarga besar peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan IX dan X.

10. Seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan motivasinya.

Semoga apa yang telah dihasilkan dari tulisan ini dapat bermanfaat bagi kebaikan sesama.

Banyumas, Oktober 2019

Penulis

ISNA IMROATUZ ZAKIYATI, S.Pd.

NIP. 19941029 201902 2 007

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULi

HALAMAN PERSETUJUANii

HALAMAN PENGESAHANiii

PRAKATAiii

DAFTAR ISIvi

DAFTAR TABELvii

DAFTAR GAMBARviii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang....................................................................................1

B.Identifiksai Isu, Dampak Jika Tidak Diselesaikan dan Rumusan Masalah4

C. Tujuan9

D. Manfaat9

BAB II LANDASAN TEORI

A.Sikap Perilaku Bela Negara10

B. Nilai Dasar PNS17

C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI24

D.Penguatan Nilai Spiritual29

BAB III DESKRIPSI UNIT ORGANISASI

A.Profil Sekolah34

B.Tugas Jabatan Peserta Diklat42

C.Role Model43

BAB IV RANCANGAN AKTUALISASI DAN NILAI DASARNYA

A.Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi45

B.Jadwal Pelaksanaan Aktualisasi62

C.Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala64

BAB V PENUTUP66

DAFTAR PUSTAKA67

DAFTAR RIWAYAT HIDUP68

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Tabel Identifikasi Isu........................................................................ 5

1.2 Tabel Analisis Isu dengan Model APKL.......................................... 6

1.3 Tabel Penilaian Isu dengan Metode USG....................................... 7

3.1 Tabel Data Sekolah ........................................................................ 34

3.2 Tabel Nama Tenaga Pendidik dan Kependidikan........................... 40

3.3 Tabel Jumlah Siswa Tiap Kelas...................................................... 41

3.4 Tabel Prasarana Gedung Sekolah.................................................. 41

4.1 Tabel Rancangan Aktualisasi.......................................................... 46

4.2 Tabel Jadwal Kegiatan Aktualisasi.................................................. 62

4.3 Tabel Kendala dan Antisipasi Strategi ............................................ 64

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Gambar Kerangka Berpikir............................................................... 32

1.2 Gambar Struktur Organisasi Sekolah............................................... 39

vi

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional adalah mengarahkan berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta memiliki tanggung jawab. Pendidikan Nasional juga tengah berusaha menyiapkan peserta didik dengan karakter yang baik seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan nasional menunjukkan empat kompetensi yang harus dimiliki siswa, yaitu pertama, kompetensi spiritual; setia dan saleh kepada Tuhan. Kedua, kompetensi sosial; moralitas yang baik, demokratis, dan bertanggung jawab. Ketiga, kompetensi pengetahuan; kompetensi keahlian yang luas, terampil, dan keempat kreatif dan mandiri.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya berfungsi dalam meningkatkan intelektual saja, melainkan spiritualitas juga. Salah satu karakter yang harus terbentuk dalam perilaku peserta didik adalah peningkatan keimanan dan ketakwaan pada Tuhan YME. Iman dan takwa kepada Tuhan sebetulnya merupakan landasan yang kuat untuk terbentuknya karakter lain yang meliputi karakter terhadap diri sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan yang terbentuk melalui olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa serta karsa, sehingga terbentuk karakter manusia (insan kamil) yang utuh.

Dengan adanya tujuan pendidikan tersebut serta melihat betapa pentingnya penanaman karakter dan internalisasi nilai spiritual pada seluruh peserta didik, maka diperlukan pendidik profesional yang dapat menerapkan nilai-nilai dasar ASN sehingga tujuan pendidikan nasional Indonesia dapat terwujud untuk melahirkan generasi insan kamil. Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan bagian dari Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Indonesia saat ini. ASN memiliki 3 fungsi utama yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Selain memiliki tiga fungsi utama yang harus melekat pada diri tiap ASN, seorang ASN juga memiliki nilai-nilai dasar yang melekat pada diri tiap ASN. Melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN maka nilai-nilai dasar itu dijabarkan melalui Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA). Nilai-nilai dasar ini diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik yang sesuai dengan harapan masyarakat. Untuk membentuk ASN yang profesional maka diadakan pendidikan dan pelatihan dasar yang didasarkan pada lima nilai-nilai dasar yang diaktualisasikan pada unit kerja masing-masing yang disesuaikan dengan visi dan misi unit kerja.

Pembentukan PNS yang mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai pelayan masyarakat secara profesional yang dilakukan didasarkan pada nilai-nilai dasar profesi PNS dilaksanakan melalui jalur pendidikan dan pelatihan dasar. Pelatihan dasar CPNS telah mengalami inovasi dalam penyelenggaraannya yang memungkinkan peserta mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar PNS melalui kegiatan pembelajaran di kelas dan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dasar tersebut pada unit kerja masing-masing. Aktualisasi kelima nilai dasar profesi PNS disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing serta visi dan misi unit kerja.

Seorang ASN profesional diharapkan mampu melayani serta mengatasi permasalahan yang mungkin dapat muncul di tempat di mana ia mengabdi. Salah satunya adalah di Sekolah Dasar. Sekolah Dasar menjadi pelopor bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia terutama pendidikan yang paling mendasar bagi seorang peserta didik untuk bekal di masa yang akan datang. Bukan tidak mungkin di Sekolah Dasar muncul berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran, kurang optimalnya penanaman karakter, dan sebagainya. Inilah tugas seorang ASN untuk dapat meminimalisir serta memberikan inovasi atas berbagai permasalah tersebut.

Hal ini juga terjadi di SD Negeri 2 Bantarwuni, salah satu sekolah yang terletak di Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan mentor, ada beberapa permasalahan yang ada di SD Negeri 2 Bantarwuni. Masalah pertama yaitu belum optimalnya penanaman karakter disiplin siswa. Sejumlah 3 dari 24 siswa seringkali tidak membawa LKS (Lembar Kerja Siswa) ketika pembelajaran PAI berlangsung. Hal ini tentu saja menyebabkan tidak maksimalnya materi yang mereka terima. Hal tersebut berdampak pada kurang fokusnya siswa bahkan menggangu siswa lain karena harus berbagi buku bersama. Selain itu, mereka juga terkadang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru.

Lebih jauh, masalah di sekolah ini yaitu kurangnya penanaman kesadaran menjaga kebersihan lingkungan. Sekitar 1 dari 4 siswa yang kedapatan jadwal piket pada hari itu terkadang mangkir dari piket. Lingkungan sekolah juga masih terdapat sampah yang belum terbuang di tempatnya. Kondisi toilet seringkali berbau tidak sedap karena tidak disiramnya toilet setelah buang air. Terlebih, tanaman di depan kelas terkadang terlihat dalam kondisi layu karena kurang rutin disirami.

Kemudian, masalah berikutnya di sekolah ini yaitu kurang optimalnya penguatan dan internalisasi nilai spiritual pada peserta didik. Hal ini terindikasi dari banyaknya siswa yang belum mampu menghafal dengan lancar bacaan shalat. Setengah dari jumlah 24 siswa masih belum lancar membaca bacaan shalat. Masalah ini menimbulkan kecurigaan guru bahwa siswa masih jarang melakukan pembiasaan shalat di rumah.

Lebih jauh, karakter siswa, menurut beberapa guru, juga masih kurang. Hampir setiap hari ada saja siswa yang bertengkar, berkata kasar, masih suka membully temannya, bahkan ada 2 siswa dari kelas tinggi yang kabur dari sekolah beberapa waktu silam. Belum optimalnya penguatan nilai spiritual ini, secara tidak langsung akan berdampak pula kepada kesadaran dan kemampuan dalam beribadah yang belum mumpuni serta kualitas moral yang masih kurang.

Masalah lain yang terjadi di sekolah ini yaitu kurang optimalnya pembelajaran dan program peningkatan BTQ (Baca Tulis al-Quran). Rupanya masih banyak siswa yang belum lancar membaca Al-Qur’an. Sejumlah 5 dari 22 siswa kelas atas masih dalam tahap belajar Iqra dan masih terbata-bata membaca Al-Qur’an. Hal ini sedikit menghambat ketika pembelajaran PAI terutama dalam bab Baca Tulis Qur’an.

Masalah berikutnya yang terjadi di sekolah ini yaitu kurangnya pembinaan akhlak sopan santun peserta didik. Sebanyak 25% siswa kelas V masih menggunakan bahasa ngoko banyumasan ketika berbicara dengan guru maupun ke orang yang lebih tua. Rasa takut kepada guru juga kurang dimiliki siswa.

Permasalahan-permasalahan diatas dapat diselesaikan dengan peran sekolah yaitu memaksimalkan pemberian pelayanan dan memenuhi kebutuhan akan pendidikan pada peserta didik. Maka dari itu, pengaktualisasian secara optimal nilai ANEKA sangat diperlukan untuk mengatasi masalah atau isu-isu di atas. Dengan harapan, pembelajaran yang dilakukan dan lingkungan sekolah yang diciptakan dapat mengantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan nasional pendidikan.

B. Identifiksai Isu, Dampak Jika Tidak Diselesaikan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Isu

Berdasarkan latar belakang di atas, maka selanjutnya akan diidentifikasikan isu-isu yang muncul dalam rancangan aktualisasi ini. Identifikasi Isu tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Identifikasi Isu

No

Sumber Isu

Identifikasi Isu

Kondisi Saat Ini

Kondisi yang di harapkan

1.

Pelayanan Publik

Belum optimalnya penanaman karakter disiplin siswa

Beberapa siswa tidak mengerjakan PR, tidak membawa buku pelajaran ketika pembelajaran PAI

Kedisiplinan siswa meningkat baik di rumah maupun di sekolah

2.

Pelayanan Publik

Kurangnya penanaman kesadaran menjaga kebersihan lingkungan pada siswa

Siswa mangkir dari jadwal piket; membuang sampah masih sembarangan, kebersihan toilet yang kurang terjaga, tanaman yang kurang terrawat

Meningkatnya kesadaran siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan; karena menjaga kebersihan merupakan salah satu bentuk keimanan

3.

Pelayanan Publik

Belum optimalnya penguatan nilai spiritual pada peserta didik

Kurangnya pemahaman ibadah siswa; akhlak beberapa siswa yang masih belum baik; serta belum optimalnya pembiasan-pembiasaan di sekolah dalam rangka internalisasi nilai spiritual

Adanya pembiasan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mengandung nilai spiritual

4.

Pelayanan Publik

Kurang optimalnya pembelajaran dan program peningkatan BTQ (Baca Tulis al-Quran)

Beberapa siswa belum mampu membaca Qur’an dengan lancar, bahkan beberapa siswa kelas tinggi masih tahap Iqra.

Siswa dapat membaca Qur’an sehingga menunjang hasil belajar PAI

5.

Pelayanan Publik

Kurangnya pembinaan akhlak sopan santun peserta didik

Beberapa siswa tidak berbicara menggunakan bahasa jawa krama maupun bahasa indonesia yang benar kepada guru

Peserta didik berperilaku sopan dan santun terhadap orang yang lebih tua, salah satunya ditunjukkan dengan menggunakan bahasa jawa krama

Identifikasi pada Rancangan Aktualisasi ini akan ditetapkan dengan menggunakan pendekatan APKL yaitu Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Layak/kelayakan. Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Kelayakan artinya isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan solusinya. Selanjutnya, setelah diperoleh hasil dari APKL maka akan dipilih isu yang akan menjadi prioritas utama yang akan diidentifikasi. Adapun analisis isu dengan Metode APKL sebagaimana tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2 Analisis Isu Dengan Metode APKL

No

Isu

Kriteria

Keterangan

A

P

K

L

1.

Belum optimalnya penanaman karakter disiplin siswa

+

-

-

+

TidakMemenuhi

Syarat

2.

Kurangnya penanaman kesadaran menjaga kebersihan lingkungan pada siswa

+

+

-

-

Memenuhi

Syarat

3.

Belum optimalnya penguatan nilai spiritual pada peserta didik

+

+

+

+

Memenuhi

Syarat

4.

Kurang optimalnya pembelajaran dan program peningkatan BTQ (Baca Tulis al-Quran)

+

+

+

+

Tidak Memenuhi

Syarat

5.

Kurangnya pembinaan akhlak sopan santun peserta didik

+

+

+

+

Tidak Memenuhi

Syarat

Berdasarkan identifikasi isu dengan metode APKL, maka diperoleh 2 isu yang nantinya akan dianalisis lagi dengan menggunakan metode USG dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) dari mulai sangat USG atau tidak sangat USG. Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness: seberapa serius suatu isu harus dibahas yang dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Growth didefisinikan seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera. Adapun analisis penilaian isu dengan menggunakan Metode USG sebagaimana pada tabel berikut ini:

Tabel 1.3 Penilaian Isu dengan Metode USG

No

Isu

Kriteria

Keterangan

Peringkat

U

S

G

1.

Belum optimalnya penguatan nilai spiritual pada peserta didik

5

4

4

13

1

2.

Kurangnya kemampuan siswa dalam BTQ (Baca Tulis al-Quran)

5

5

5

15

2

3

Rendahnya adab dan sopan santun peserta didik kepada orang yang lebih tua

4

4

4

12

3

Range penilaian: 1-5

1 = sangat kurang

2 = kurang dari medium

3 = medium

4 = lebih dari medium

5 = sangat

Dari tabel analisis isu dengan metode USG tersebut, dapat dilihat bahwa isu belum optimalnya internalisasi nilai spiritual pada peserta didik menempati peringkat pertama sebagai isu yang harus segera dicari penyelesaiannya. Nilai-nilai spiritual dapat termanifestasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang sarat akan nilai ini, seperti pembiasaan ibadah yang secara tidak langsung juga menjawab penyelesaian isu yang menduduki peringkat kedua dalam tabel USG. Artinya, dengan isu yang lebih luas, kegiatan-kegiatan yang dilakukan pun akan dapat sekaligus mengatasi isu-isu lainnya. Maka, inovasi kegiatan-kegiatan dalam rangka penguatan nilai spiritual kiranya dapat menciptakan output peserta didik yang sesuai dengan tujuan sekolah.

2. Dampak Jika Tidak Terselesaikan

Dampak dari isu terpilih yang telah dianalisis menggunakan metode USG akan memiliki dampak ketika tidak dilaksanakan. Dampak yang ditimbulkan manakala isu penguatan nilai spiritual tidak segera ditangani di antaranya:

a. Siswa menjadi kurang dalam religiusitasnya, seperti rendahnya penguasaan ibadah.

b. Semakin merosotnya moral siswa ketika pembiasaan-pembiasaan dalam penguatan nilai spiritual tidak dilakukan.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan hasil identifikasi isu yang telah diperoleh, maka rumusan masalah rancangan aktualisasi ini, yaitu:

a. Bagaimana cara mengoptimalkan penguatan nilai spiritual pada peserta didik kelas V SD Negeri 2 Bantarwuni Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas?

b. Bagaimana cara mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi) dalam upaya mengoptimalkan penguatan nilai spiritual pada peserta didik kelas V di SD Negeri 2 Bantarwuni Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas?”

C. Tujuan

Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah ditemukan, tujuan yang akan dicapai dari pelaksanaan aktualisasi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengoptimalkan penguatan nilai spiritual pada peserta didik kelas V SD Negeri 2 Bantarwuni Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas.

2. Mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi) dalam upaya mengoptimalkan penguatan nilai spiritual pada peserta didik kelas V di SD Negeri 2 Bantarwuni Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas

D. Manfaat

1. Bagi diri sendiri

a Kegiatan aktualisasi dan habituasi di sekolah dapat menanamkan nilai-nilai positif bagi diri sendiri

b Dapat melatih sikap untuk selalu menjadi lebih baik pada diri dan kehidupan sehari-hari dalam melaksanakan tugas dan fungsi guru.

2. Bagi siswa

a. Dapat menanamkan pendidikan karakter positif siswa

b. Dapat mengamalkan segala sikap postif siswa yang tercermin dalam setiap perilakunya.

3. Bagi unit kerja

a. Melalui kegiatan aktualisasi dan habituasi diharapkan dapat mengoptimalkan penguatan nilai spiritual siswa di sekolah.

b. Dengan terinternalisasinya nilai-nilai ANEKA pada diri ASN, diharapkan dapat berperan serta dalam mengoptimalkan penguatan nilai spiritual siswa.

4. Bagi masyarakat

Manfaat bagi masyarakat adalah dapat memberikan sumbangsih pengetahuan tentang penguatan nilai spiritual pada siswa.

BAB IILANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara

Istilah bela negara berasal dari kata bela dan negara. Dalam KBBI pengertian bela adalah menjaga baik-baik, memelihara, merawat. Sedangkan negara menurut KBBI adalah organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat. Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal tersebut merupakan wujud kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang sudah memberikan kehidupan padanya. Hal ini terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta dalam upayanya mencari penghidupan.

Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Bela negara merupakan sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.

Dilihat dari segi fisik, bela negara merupakan upaya pertahanan yang dilakukan dalam menghadapi ancaman, serangan dan agresi dari pihak–pihak yang dapat mengancam keberadaan negara. Sedangkan dari segi non fisik, diartikan sebagai sebagai upaya yang dilakukan dalam rangka berperan aktif untuk memajukan bangsa dan negara, yang dapat dilakukan melalui berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, moral, sosial maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan bela negara, diantaranya: mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara, melestarikan budaya menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945, berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara, menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara. Sedangkan fungsi bela negara, diantaranya: mempertahankan negara dari berbagai ancaman, menjaga keutuhan wilayah negara, merupakan kewajiban setiap warga negara, dan merupakan panggilan sejarah.

Contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai lingkungan:

1. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga);

2. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga);

3. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah);

4. Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah (lingkungan sekolah);

5. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan masyarakat);

6. Menjaga keamanan kampung bersama (lingkungan masyarakat);

7. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara); dan

8. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).

Upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk memperingatinya. Hari yang sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19 Desember. Penetapan ini dimulai tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang dituangkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006. Dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara: Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 3, menyebutkan bahwa, “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Begitu pula dengan seorang Aparatur Sipil Negara yang memiliki kewajiban sama. Seorang ASN harus mampu menginternalisasikan nilai–nilai dasar PNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi di unit kerja masing–masing. Peran ASN ini merupakan salah satu wujud dari bela negara.

Dengan melaksanakan kewajiban bela negara tersebut, merupakan bukti dan proses bagi ASN untuk menunjukkan kesediaan mereka dalam berbakti kepada Nusa dan Bangsa, serta kesadaran untuk mengorbankan diri guna membela negara. Sikap bela negara meliputi:

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara

Pemahaman dan pemaknaan wawasan kebangsaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur, pada hakikatnya terkait dengan pembangunan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berarti sikap dan tingkah laku PNS harus sesuai dengan kepribadian bangsa dan selalu mengkaitkan dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia (sesuai amanah yang ada dalam Pembukaan UUD 1945) melalui:

a. Menumbuhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa dan negara Indonesia yang terdiri dari beberapa suku bangsa yang mendiami banyak pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, dengan beragam bahasa dan adat istiadat kebudayaan yang berbeda-beda. Kemajemukan itu diikat dalam konsep wawasan nusantara yang merupakan cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Menumbuhkan rasa memiliki jiwa besar dan patriotisme untuk menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sikap dan perilaku yang patriotik dimulai dari hal-hal yang sederhana yaitu dengan saling tolong menolong, menciptakan kerukunan beragama dan toleransi dalam menjalankan ibadah sesuai agama masing-masing, saling menghormati dengan sesama dan menjaga keamanan lingkungan.

c. Memiliki kesadaran atas tanggungjawab sebagai warga negara Indonesia yang menghormati lambang-lambang negara dan mentaati peraturan perundang-undangan.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan bernegara perlu mendapat perhatian dan tanggung jawab bersama. Sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Hal yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara. Bagi PNS yang perlu dicermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan kepekaan sosial, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat yang membutuhkan peranan PNS dalam setiap pelaksanaan tugas. Dengan terbantunya masyarakat dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan, maka bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat diintervensi oleh negara apapun. Di situ PNS telah melakukan langkah konkrit dalam melakukan bela negara.

Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:

a. Cinta Tanah Air

Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran bela negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan kepada tanah air. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara mengetahui sejarah negara sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara kita.

b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara

Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional.

c. Pancasila

Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar biasa, pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis, dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.

d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara

Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa dan negara. Contoh nyatanya yaitu perhelatan Sea Games. Para atlet bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki pekerjaan lain. Begitupun suporter yang rela berlama-lama menghabiskan waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.

e. Memiliki Kemampuan Bela Negara

Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap menjaga kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-masing.

Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari Siskamling, membantu korban bencana, menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat tinggal sendiri, mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi generasi penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau kelompok, cinta produksi dalam negeri agar Indonesia tidak terus menerus mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional maupun internasional.

2. Analisis Isu Kontemporer

Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global. Dengan menggunakanan logika sederhana, “pada tahun 2020, diperkirakan jumlah penduduk dunia akan mencapai 10 milyar dan akan terus bertambah, sementara sumber daya alam dan tempat tinggal tetap, maka manusia di dunia akan semakin keras berebut untuk hidup, agar mereka dapat terus melanjutkan hidup”. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban dan bangsa.

Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS sebagai aparatur Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech dan Hoax, dan lain sebagainya.

3. Kesiapsiagaan Bela Negara

Untuk melatih kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS ada beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap dan mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak mudah percaya dengan barita gosip yang belum jelas asal usulnya, tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara. Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 tersebut.

Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara. Cakupan bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :

a. Cinta tanah air

b. Kesadaran berbangsa dan bernegara

c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara

d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan

e. Memiliki kemampuan awal bela negara.

Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer atau kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana menanamkan jiwa kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga kelestarian hayati), menjaga aset bangsa, menggunakan produksi dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang bersifat fisik dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan kebugaran fisik saja.

Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :

a. Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;

b. Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;

c. Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;

d. Keprotokolan;

e. Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;

f. Kegiatan Ketangkasan dan Permainan

B. Nilai-nilai Dasar ASN

Dalam menjalankan tugasnya, seorang ASN dituntut untuk mampu bersikap dan bertindak profesional dalam melayani masyarakat. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang–Undang No. 5 Tahun 2014, yaitu mencetak PNS dengan mengedepankan penguatan nilai–nilai dan pembangunan karakter. Oleh karena itu, seorang PNS harus mampu menginternalisasikan nilai–nilai dasar PNS yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA). Harapannya karakter PNS akan kuat, sehingga berkompeten dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adapun nilai–nilai dasar PNS adalah sebagai berikut :

0. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas seorang ASN dapat dikatakan terwujud apabila dapat memenuhi indikator-indikator:

a. Kepemimpinan

Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.

b. Transparansi

Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.

c. Integritas

Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.

d. Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

e. Keadilan

Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.

f. Kepercayaan

Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.

g. Keseimbangan

Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.

h. Kejelasan

Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.

i. Konsistensi

Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

0. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai–nilai pancasila. Ada lima nilai dasar dari nasionalisme yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa (yang memiliki makna bahwa negara menjamin kemerdekaan masyarakat dalam memeluk agama dan kepercayannya masing-masing).

b. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (perpaduan sila pertama dan kedua menuntut pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang mulia).

c. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia (keberadaan bangsa Indonesia adalah karena adanya persatuan yang tumbuh dalam jiwa masyarakatnya dan kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah geopolitik yang nyata).

d. Sila Keempat: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat keijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan (tradisi musyawarah yang dilandasi semangat kekeluargaan, keragaman masyarakat memunculkan keinginan semangat persaudaraan dan kesederajatan. Kerakyatan berarti adanya penghormatan terhadap suara rakyat, permusyawaratan berarti menjunjung tinggi persatuan diatas kepentingan pribadi dan golongan, sedangkan hikmat kebijaksanaan adalah adanya landasan etis dalam demokrasi yaitu sila-sila pancasila lainnya).

e. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (mewujudkan rasa keadilan sosial dengan perwujudan relasi yang adil, penyediaan struktur yang menyediakan kesetaraan kesempatan, proses fasilitas akses atau informasi, dan dukungan atas partisipasi bermakna atas pengambilan keputusan bagi semua orang).

0. Etika Publik

Etika dapat didefinisikan sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak- hak individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal – hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai- nilai yang dianut (Catalano, 1991).

Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan tertulis. Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang di harapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.

Nilai–nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang–Undang ASN, melalui indikator sebagai berikut :

a. Memegang teguh nilai–nilai dalam ideologi Negara Pancasila;

b. Setia dan mempertahankan Undang–Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945;

c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;

e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;

f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;

g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;

h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;

i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun;

j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;

k. Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama;

l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;

m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan

n. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir.

0. Komitmen Mutu

Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.

Ada empat indikator dari nilai–nilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Efektif

Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari kuantitas dan mutu hasil kerja, melainkan kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.

b. Efisien

Efisiensi adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilakukan sehingga dapat diketahui ada tidaknya penggunaan sumber daya yang berlebihan, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang tidak sesuai dengan alur.

c. Inovasi

Inovasi Pelayanan Publik merupakan hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.

d. Mutu

Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapan. Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan (Berry dan Pasuraman dalam Zulian Zamit, 2010:11) yaitu :

1) Tangibles, yaitu bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi;

2) Reliability, yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;

3) Responsiveness, yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan dengan tanggap;

4) Assurance, yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya; dan

5) Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan perhatian yang tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

0. Anti Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi dikatakan sebagai kejahatan yang luar biasa karena dampaknya yang luar biasa yaitu mampu merusak tatanan kehidupan dalam ranah pribadi, keluarga, masyarakat maupun ranah kehidupan yang lebih luas lagi.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama dengan pakar telah melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi. Ada 9 (sembilan) nilai–nilai anti korupsi yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Jujur

Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan integritas diri. Seseorang yang dapat berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri dari perbuatan curang.

b. Peduli.

Dengan adanya kepedulian terhadap orang lain menjadikan seseorang memiliki rasa kasih sayang antar sesama. Pribadi dengan jiwa sosial yang tinggi tidak akan tergoda untuk mmperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar.

c. Mandiri

Kemandirian membentuk karakter pada diri seseorang untuk tidak mudah bergantung kepada pihak lain. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak–pihak yang tidak bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat.

d. Disiplin

Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.

e. Tanggung Jawab

Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.

f. Kerja Keras

Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar–besarnya.

g. Sederhana

Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih – lebihan.

h. Berani

Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan.

i. Adil

Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Pribadi ini, juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI

Untuk menciptakan Pegawai Negeri Sipil yang baik, maka diundangkan Undang–Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang telah diubah menjadi undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Karena PNS memegang peranan besar dalam kelancaran pemerintahan dan pembangunan, maka PNS memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting dalam berjalannya sistem pemerintahan serta pelayanan lembaga negara kepada masyarakat.

Kedudukan dan peran Pegawai Negeri Sipil sangatlah penting dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah, hal ini disebabkan karena pegawai negeri merupakan unsur utama sumber daya manusia yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan. Berikut ini kedudukan dan peran ASN dalam NKRI:

1. Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi,bebas dari intervensi publik, bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

a. Kedudukan ASN

Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu yang diangkat menjadi pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur sipil negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi dari golongan dan partai politik.

b. Peran ASN

Untuk menciptakan Pegawai Negeri Sipil yang baik, maka diundangkan Undang–Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok–Pokok Kepegawaian yang telah diubah menjadi Undang–Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Karena PNS memegang peranan besar dalam kelaancaran pemerintahan dan pembangunan, maka PNS memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting dalam berjalannya sistem pemerintahan serta pelayanan lembaga negara kepada masyarakat. Dengan terbitnya Undang–Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Pegawai Negeri Sipil diharuskan mempunyai fungsi sebagai :

1) Pelaksana kebijakan publik

Aparatur Sipil Negara harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.

2) Pelayan publik

Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3) Perekat dan pemersatu bangsa

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Repulik Indonesia. Aparatur Sipil Negara senantiasa taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. Aparatur Sipil Negara senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya).

c. Hak dan Kewajiban ASN

Hak ASN dan PPPK diatur dalam UU No 5 Tahun 2014, yaitu:

PNS berhak memperoleh :

1) Gaji,tunjangan,dan fasilitas;

2) Cuti;

3) Jaminan pensiun dan hari tua;

4) Perlindungan dan;

5) Pengembangan kompetensi.

PPPK berhak memperoleh:

1) Gaji dan tunjangan;

2) Cuti;

3) Pengembangan kompetensi;

Kewajiban ASN berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2014 antara lain:

1) Setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan pemerintahan yang sah;

2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

3) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintahan yang berwenang;

4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;

5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,kejujuran ,kesadaran dan tanggung jawab;

6) Menunjukan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada setiap orang;

7) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN

Dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 disebutkan bahwa sebagai ASN yang profesional berlandasakan pada kode etik dan kode perilaku. Berikut kode etik dan kode perilaku pegawai ASN:

1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;

2) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan teliti;

3) Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan;

4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintah;

5) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan;

6) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien;

7) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;

8) Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;

9) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status kekuasaan dan jabatan untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri;

10) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi serta integritas ASN.

2. Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan. Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi teknis dan leadership dan juga kompetensi etika.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan prima yaitu konsep mendahulukan kepentingan pelanggan, pelayanan dengan penuh hati, budaya pelayanan prima dan pelayanan prima sesuai dengan pribadi prima.

3. Whole Of Government (WoG)

WoG merupakan suatu model pendekatan integratif fungsional satu atap. Model ini diterapkan untuk mengatasi wicked problem yang sulit dipecahkan dan diatasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang melekat, diantaranya tidak jelasnya sebab,multi dimensi dan menyangkut perubahan perilaku. Terdapat beberapa cara pendekatan WoG antara lain:

a. Penguatan koordinasi antar lembaga

Hal ini dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable

b. Membentuk lembaga koordinasi khusus

Pembentukan lembaga ini terpisah dan permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau kementrian

c. Membangun gugus tugas

Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan diluar struktur formal yang setidaknya tidak permanen.

d. Koalisi sosial

Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari bentuk penyatuan kordinasi antar sektor atau lembaga tanpa perlu membenuk pelembagaan khusus dalam koordinasi.

D. Penguatan Nilai Spiritual

Nilai spiritual atau rohani yaitu suatu hal yang berguna untuk kebutuhan rohani. Nilai-nilai spiritual ditanamkan kepada semua kaum muslim. Sudah selayaknya kaum muslim mempunyai kepribadian dan watak dengan meniru sifat-sifat Allah. Seperti yang kita ketahui dalam asmaul husna, seperti pengasih, penyayang, perkasa, pemelihara, pengampun, atau adil. Muslim yang cerdas spiritualnya, akan berusaha keras untuk mempunyai akhlak mulia. Akhlak mulia tersebut seperti sifat Nabi Muhammad sebagai sosok teladan umat Islam, sifat itu dapat berupa jujur, cerdas, menyampaikan, dan dapat dipercaya, teguh pendirian, suka mendamaikan perselisihan antar manusia, dermawan, mendahulukan kepentingan orang lain, rendah hati, suka menolong, berserah diri, cinta karena Allah, menjaga rahasia, sabar, lemah lembut, pemaaf, patuh, menjaga kehormatan diri, pemaaf, dan memuliakan orang lain.

Menurut Said Hawwa (2006), nilai-nilai spiritual dapat ditanamkan dengan beberapa latihan dalam kegiatan-kegiatan, seperti: melakukan shalat fardhu berjama’ah; menjalankan shalat-shalat sunah rawatib; menjaga kebiasaan shalat sunnah Dhuha; shalat malam (tahajjud), shalat witir, dan shalat tasbih; sibukkan diri Anda dengan wiridan atau berdzikir seperti beristighfar; bershalawat kepada Nabi SAW; membaca kalimat tauhid dan dzikir-dzikir yang lain; lakukan pula wirid atau dzikir yang terkait dengan sesuatu, seperti dzikir sehabis shalat, dzikir di waktu pagi, sore, dan malam; berpuasa selama beberapa hari semampunya dengan sedikit makan, berbicara dan bergaul dengan orang lain.

Nilai spiritual dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Nilai Religius

Nilai Religius merupakan nilai yang berisi filsafat-filsafat hidup yang dapat diyakini kebenarannya, misalnya nilai-nilai yang terkandung dalam kitab suci. Nilai religius merupakan nilai pembentuk karakter yang sangat penting. Menurut Muhaimin dalam Hamdani Hamid (2013), kata religius lebih tepat diterjemahkan sebagai keberagamaan. Keberagamaan lebih melihat aspek yang didalam lubuk hati nurani pribadi, sikap personal yang menafaskan intimitasi jiwa. Keberagamaan dalam konteks character building sesungguhnya merupakan manifestasi lebih mendalam atas agama. Jadi, religius adalah penghayatan dan implementasi ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kerangka character building, aspek religius perlu ditanamkan secara maksimal. Penanaman nilai religius ini menjadi tanggung jawab orang tua dan sekolah.

Ada banyak strategi yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai religius disekolah. Pertama, pengembangan kebudayaan religius secara rutin dalam hari-hari belajar biasa. Kedua, menciptakan lingkungan lembaga pendidikan yang mendukung dan dapat menjadi laboratorium bagi penyampaian pendidikan agama. Ketiga, pendidikan agama tidak hanya disampaikan secara formal dalam pembelajaran dengan materi pelajaran agama. Keempat, menciptakan situasi atau keadaan religius. Kelima, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan diri, menumbuhkan bakat, minat, dan kreatifitas pendidikan agama dalam keterampilan dan seni.

2. Nilai Estetika

Nilai Estetika merupakan nilai keindahan yang bersumber dari unsur rasa manusia (perasaan atau estetika) misalnya, kesenian daerah atau penghayatan sebuah lagu. Nilai estetika dalam sekolahan contohnya cara berpakaian siswa, seragam siswa, seni lukis kaligrafi, dan lain-lain.

3. Nilai Moral

Nilai moral adalah merupakan nilai mengenal baik buruknya suatu perbuatan. Titik singgung antara spiritualitas dan agama tampaknya memang tak dapat dinafikan sepenuhnya. Keduanya menyatu dalam nilai-nilai moral. Adapun nilai-nilai moral itu tergolong pada kategori nilai utama (summum bonum) dalam setiap agama. Dorongan untuk berpegang pada nilai-nilai moral ini sudah ada dalam diri manusia. Menurut Murtadha Muthahhari, dorongan yang tersembunyi dalam diri manusia. Dalam konsep ajaran islam, nilai-nilai moral itu disebut akhlak yang baik atau husn al-khulq. (Jalaluddin: 289, 2015).

4. Nilai Kebenaran/Empiris

Nilai Kebenaran/empiris merupakan nilai yang bersumber dari proses berpikir menggunakan akal dan sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi (logika/rasio) misalnya, ilmu pengetahuan bahwa bumi berbentuk bulat. Beberapa contoh nilai kebenaran, meliputi: kejujuran, kesabaran, konsistensi. Penanaman nilai-nilai spiritual di Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan berbagai strategi pengintegrasian, seperti keteladanan atau contoh, kegiatan spontan, teguran, pengkondisian lingkungan, dan kegiatan rutin.

33

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

(Akuntabilitas , Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu , Anti Korupsi)

(TA’AT (Tausiyah Jum’at)UBAH (Usahakan Baca Asmaul Husna)Shaahur (Shalat Jamaah Dhuhur)Dhumber (Dhuha Membawa Berkah)PESHAWAT (Pelajar Bershalawat)Golden HabitsTeladan Minggu IniSEGa (Spiritual Educational Games)Remember Allah) (Terinternalisasikannya nilai religius dengan adanya kegiatan kegiatan TA’AT (Tausiyah Jum’at);Terinternalisasikannya nilai religius melalui kegiatan UBAH (Usahakan Baca Asmaul Husna);Terbentuknya karakter religius melalui kegiatan Shaahur (Shalat Jamaah Dhuhur);Terciptanya karakter religius dengan adanya kegiatan Dhumber (Dhuha Membawa Berkah);Terinternalisasikannya nilai estetik dan nilai religius melalui pelantunan nada shalawat dengan adanya kegiatan kegiatan PESHAWAT (Pelajar Bershalawat);Terinternalisasikannya nilai moral dan nilai religius melalui kegiatan Golden HabitsTerciptanya karakter integritas dan terinternalisasikannya nilai moral melalui kegiatan Teladan Minggu Ini;Terciptanya karakter mandiri dan nilai religius dengan kegiatan SEGa (Spiritual Educational Games);Terbentuknya karakter religius melalui kegiatan Remember Allah) (Optimalisasi penguatan nilai spiritual pada siswa kelas V SDN 2 Bantarwuni) (Capaian Kegiatan) (Output) (Belum optimalnya penguatan nilai spiritual pada siswa kelas V SDN 2 Bantarwuni) (Masalah / Isu) (Kegiatan)

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, langkah pertama yang dilakukan adalah menemukan masalah atau isu yang ada di sekolah. Setelah itu, merumuskan kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan untuk membahas masalah atau isu tersebut. Kemudian, merancang kegiatan yang dapat yang dapat memecahkan masalah/isu, diantaranya adalah kegiatan TA’AT (Tausiyah Jum’at), UBAH (Usahakan Baca Asmaul Husna), Shaahur (Shalat Jamaah Dhuhur), Dhumber (Dhuha MembawaBerkah), PESHAWAT (Pelajar Bershalawat), Golden Habits, Teladan Minggu Ini, dan SEGa (Spiritual Educational Games). Kegiatan tersebut akan dilaksanakan pada aktualisasi dan habituasi di SD Negeri 2 Bantarwuni Kecamatan Kembaran.

Adapun capaian kegiatan yang dihasilkan selama aktualisasi dan habituasi antara lain, (1) Terinternalisasikannya nilai religius dengan adanya kegiatan kegiatan TA’AT (Tausiyah Jum’at); (2) Terinternalisasikannya nilai religius melalui kegiatan UBAH (Usahakan Baca Asmaul Husna); (3) Terbentuknya karakter religius melalui kegiatan Shaahur (Shalat Jamaah Dhuhur); (4) Terciptanya karakter religius dengan adanya kegiatan Dhumber (Dhuha Membawa Berkah); (5) Terinternalisasikannya nilai estetik dan nilai religius melalui pelantunan nada shalawat dengan adanya kegiatan kegiatan PESHAWAT (Pelajar Bershalawat); (6) Terinternalisasikannya nilai moral dan nilai religius melalui kegiatan Golden Habits; (7) Terciptanya karakter integritas dan terinternalisasikannya nilai moral melalui kegiatan Teladan Minggu Ini; (8) Terciptanya karakter mandiri dan nilai religius dengan kegiatan SEGa (Spiritual Educational Games); (9) Terbentuknya karakter religius melalui kegiatan Remember Allah.

BAB III

DESKRIPSI UNIT ORGANISASI

A. Profil Sekolah

1. Data Sekolah

Tabel 3.1 Data sekolah

1. Identitas Sekolah

1

Nama Sekolah

:

SDN 2 Bantarwuni

2

NSS

:

101030221036

3

NPSN

:

20302594

4

Jenjang Pendidikan

:

SD

5

Status Sekolah

:

Negeri

6

Alamat Sekolah

:

Jl. Raya Bantarwuni

7

RT / RW

:

4

/

3

8

Kode Pos

:

53182

9

Kelurahan/Desa

:

Bantarwuni

10

Kecamatan

:

Kec. Kembaran

11

Kabupaten/Kota

:

Kab. Banyumas

12

Provinsi

:

Prov. Jawa Tengah

13

Negara

:

Indonesia

14

Nama Kepala Sekolah

:

Dra. Mintarsih Agustiyati

2. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi

 

 

15

SK Pendirian Sekolah

:

421.2/026/VI/39/85

16

Tanggal SK Pendirian

:

1985-04-01

17

Status Kepemilikan

:

Pemerintah Daerah

18

SK Izin Operasional

:

421.2/026/X/28/1985

19

Tgl SK Izin Operasional

:

1985-04-01

20

Nomor Rekening

:

3-003-01358-7

21

Nama Bank

:

Bank Jateng

22

Cabang KCP/Unit

:

Purwokerto

23

Rekening Atas Nama

:

SD Negeri 2 Bantarwuni

Kontak Sekolah

24

Nomor Telepon

:

081325671117

25

Email

:

[email protected]

2. Visi dan Misi Sekolah dan Nilai-nilai Organisasi

a. Visi SD Negeri 2 Bantarwuni

“Mewujudkan Peserta Didik SD Negeri 2 Bantarwuni yang Unggul dalam Prestasi, Berbudaya Tinggi, Berakhlak Mulia dan Berwawasan Lingkungan.”

b. Misi SD Negeri 2 Bantarwuni

1) Melaksanakan pembelajaran secara Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM);

2) Membimbing siswa untuk melaksanakan ajaran agama;

3) Mengembangkan potensi siswa bidang iptek dan seni budaya;

4) Meningkatkan disiplin warga sekolah;

5) Memotivasi siswa untuk berprestasi;

6) Menumbuhkembangkan semangat rasa cinta bangsa dan negara;

7) Mengembangkan jiwa seni dan budaya serta kesetiakawanan;

8) Menumbuhkembangkan rasa cinta kebersihan, keindahan, keamanan, kesehatan, dan kekeluargaan;

9) Mewujudkan peserta didik, dan tenaga kependidikan berakhlak mulia, peka terhadap berbagai upaya pelestarian fungsi lingkungan, mendukung upaya pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan, dan berorientasi pada upaya penanggulangan kerusakan lingkungan hidup.

c. Nilai-nilai Organisasi

Terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK : yaitu religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotong royongan. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.

Pertama, religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Implementasi nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.

Kedua, nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

Ketiga, integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Seseorang yang berintegritas juga menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas), serta mampu menunjukkan keteladanan.

Keempat, mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Siswa yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Kelima, gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

3. Deskripsi Jabatan, Struktur Organisasi dan Sarana Prasarana Lain

a. Deskripsi jabatan

1) Kepala Sekolah.

Tugas pokok dan fungsi kepala sekolah yaitu edukator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator.

2) Komite Sekolah

Komite sekolah berperan dalam memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta melakukan pengawasan pada sekolah.

3) Guru Kelas

Guru kelas bertugas sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran pada kelas yang diampu dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah. Tugas wali kelas adalah bertanggungjawab kepada kepala sekolah dalam mengelola kelas masing-masing, meliputi:

a)Melaksanaakan pengelolaan kelas;

b)Mengetahui keadaan anak didik;

c)Melakukan penilaian;

d)Mengambil tindakan bila dianggap perlu;

e)Penyelenggaraan adsministrasi kelas;

f)Penyusunan dan pembuatan statistik bulanan anak didik;

g)Pencatatan mutasi anak didik; dan

h)Pengisian dan pembagian buku laporan hasil belajar siswa.

4) Guru Mapel

Tugas guru Mapel adalah bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam melaksanakan KBM, meliputi:

a) Membuat kelengkapan mengajar dengan baik dan lengkap;

b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran;

c) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir;

d) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian;

e) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan;

f) Melaksanakan kegiatan pembimbingan, kepada guru lain dalam proses pembelajaran;

g) Membuat alat pelajaran/alat peraga;

h) Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni;

i) Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum;

j) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah;

k) Mengadakan pengembangan program pembelajaran;

l) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar anak didik;

m) Mengisi dan meneliti daftar hadir sebelum pembelajaran;

n) Mengatur kebersihan ruang kelas dan sekitarnya.

5) Penjaga Sekolah

Penjaga Sekolah bertugas untuk menjaga lingkungan sekolah agar nyaman dan aman untuk melaksanakan proses pembelajaran.

6) Peserta Didik

Megikuti kegiatan pembelajaran dan menaati peraturan sekolah.

Gambar 1.2 Struktur Organisasi SD Negeri 2 Bantarwuni

(Dewan / KomiteYUSUP BURHANI, S.Pd.SD) (Kepala SekolahDra. MINTARSIH AGUSTIYATI)

(Guru Kelas IVARIFAH PUJI PRATIWI, S.Pd) (Guru Kelas IDIAN ERLINA, S.Pd, SD) (Guru Kelas IIYULI MISRIYAH, S.Pd, SD) (Guru Kelas IIISYISCHA OFIANA., S.Pd, SD) (Guru Kelas VI ARUMIYATI., S.Pd.SD) (Guru Kelas VSOFANI, S.Pd.SD)

(Guru Kelas VI BINDRAWATI M., S.Pd.SD)

(Penjaga SekolahHIDAYAT) (Guru OlahragaTONO, S.Pd, Jas) (Guru AgamaISNA IMROATUZ ZAKIYATI, S.Pd.)

(SISWA)

b. Deskripsi SDM

Jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SD Negeri 2 Bantarwuni adalah 11 orang yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 7 guru kelas, 1 guru PJOK, 1 guru agama, dan 1 penjaga sekolah. Berikut daftar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SD Negeri 2 Bantarwuni selengkapnya.

Tabel 3.2 Nama tenaga pendidik dan tenaga kependidikan SDN 2 Bantarwuni

No

Nama / NIP

Gol/

Ruang

Jenis Guru

Tugas Mengajar

Ket

1

Dra. MINTARSIH AGUSTIYATI

NIP 19640828 198608 2 002

IV/a

-

-

Kepala

Sekolah

2

DIAN ERLINA, S.Pd.SD

NIP. 19691206 199303 2 005

IV/a

Guru Kelas

Kelas I

-

3

RUMIYATI, S.Pd.SD

NIP. 19690504 200701 2 022

III/b

Guru Kelas

Kelas VI A

-

4

INDRAWATI M., S.Pd.SD

NIP. 19830119 200604 2 018

III/b

Guru Kelas

Kelas VI B

-

5

SOFANI. S.Pd. SD

NIP. 19811225 201406 1 004

III/a

Guru Kelas

Kelas V

-

6

TONO, S.Pd.

NIP. 19610603 198201 1 005

IV/a

Guru OR

Kelas I-VI

-

7

HIDAYAT

NIP. 19690924 201406 1 001

II/a

Penjaga Sekolah

-

8

ISNA IMROATUZ ZAKIYATI, S.Pd

NIP. 19941029 201902 2 007

III/a

Guru Agama Islam

Kelas I-VI

-

9

YULI MISRIYAH, S.Pd, SD

-

Guru Kelas

Kelas II

-

10

SYISCHA OFIANA, S.Pd, SD

-

Guru Kelas

Kelas III

-

11

ARIFAH PUJI A., S.Pd, SD

-

Guru Kelas

Kelas IV

-

Jumlah siswa di SD Negeri 2 Bantarwuni berjumlah 142 yang terdiri dari 76 murid laki-laki dan 66 murid perempuan. Berikut daftar jumlah siswa dari kelas 1 sampai kelas 6.

Tabel 3.3 Jumlah siswa tiap kelas

Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

L

P

Total

Kelas 1

9

8

17

Kelas 2

6

10

16

Kelas 3

16

7

23

Kelas 4

10

11

21

Kelas 5

13

9

22

Kelas 6

22

22

44

Total

76

66

143

Sedangkan pada prasarana gedung sekolah selengkapnya ditampilkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4 Prasarana gedung sekolah

No

Nama Prasarana

Panjang

Lebar

1

Gudang

4

6

2

Ruang guru

7

7

3

Ruang Kelas 1

7

7

4

Ruang Kelas 2

7

7

5

Ruang Kelas 3

7

7

6

Ruang Kelas 4

7

5

7

Ruang Kelas 5

7

7

8

Ruang Kelas 6 A

7

7

9

Ruang Kelas 6 B

7

7

10

Ruang Mushola

4

6

11

Ruang Perpustakaan

6

3

12

Rumah Penjaga

6

5

13

Ruang UKS

3

3

14

Ruang WC

2

2

15

Ruang WC

2

2

16

Ruang WC

3

2

B. Tugas Jabatan Peserta diklat

Tugas dan Fungsi guru (peserta latsar) dalam Sasaran Kinerja Pegawai adalah Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi, dan menilai hasil pembelajaran, menganalisis hasil pembelajaran, melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian. Dalam SK Pembagian Tugas Mengajar, peserta latsar mempunyai tugas mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dari kelas I sampai VI.

Tugas dan fungsi guru ini dijelaskan dalam Bab XI Pasal 39 Ayat (2) Undang–undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 20 Undang–Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Pasal 52 Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, yakni :

0. Merencanakan pembelajaran;

0. Melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu;

0. Menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

0. Membimbing dan melatih peserta didik/siswa;

0. Melakukan penelitian dan pengabdia kepada masyarakat

0. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada kegiatan pokok yang sesuai; dan

0. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan.

Lebih lanjut, tugas guru secara terperinci dijelaskan dalam Permendiknas No. 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, diantaranya :

0. Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan;

0. Menyusun silabus pembelajaran;

0. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

0. Melaksanakan kegiatan pembelajaran;

0. Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran;

0. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran di kelasnya;

0. Menganalisis hasil penilaian pembelajaran;

0. Melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi;

0. Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas di kelas yang menjadi tanggungjawabnya (khusus guru kelas);

0. Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah/madrasah dan nasional;

0. Membimbing guru pemula dalam program induksi;

0. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler proses pembelajaran.

0. Melaksanakan pengembangan diri;

0. Melaksanakan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif; dan

0. Melakukan presentasi ilmiah.

C. Role Model

Dalam kegiatan aktualisasi ini, peserta latsar menjadikan Ibu Dra. Mintarsih Agustiyati selaku Kepala Sekolah di SD Negeri 2 Bantarwuni sebagai role model. Kepala Sekolah selalu berpenampilan rapi, hangat terhadap guru dan tenaga kependidikan di sekolah serta peserta didik.

Sikap dan perilaku role model ini mencerminkan nilai-nilai profesi ASN. Nilai akuntabilitas tercermin dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan Sasaran Kinerja Pegawai dan dapat dipertanggungjawabkan. Nilai nasionalisme terlihat dengan sikap yang religus, menghargai perbedaan, menjunjung tinggi gotong royong, dan sikap adil kepada seluruh peserta didik atau pun sesama guru. Nilai etika publik, terlihat dengan sikap perilaku yang disiplin, ramah, bertanggung jawab, dan jujur dalam memberikan pelayanan. Nilai komitmen mutu, terlihat dengan sikap yang selalu berusaha efektif dan efisien dalam melaksanakan tugas, dan mengupayakan inovasi untuk meningkatkan mutu dalam pembelajaran. Nilai anti korupsi, terlihat dengan perilaku yang selalu jujur, bertanggung jawab, mandiri, sederhana, dan adil.

Sikap-sikap tersebut patut untuk dijadikan acuan oleh peserta latsar dalam bersikap. Peserta latsar memperoleh pengetahuan tentang role model ini dengan cara pengamatan dan wawancara terhadap sesama rekan guru dan peserta didik. Dengan mengikuti sikap dari role model, peserta latsar dapat menentukan sikap dan perilaku yang tepat sesuai dengan tugas dan kewajibannya, serta dapat memenuhi harapan dari stakeholder.

BAB IV

RANCANGAN AKTUALISASI DAN NILAI DASARNYA

A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi

Nilai-nilai dasar profesi ASN sering ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Setiap peserta pelatihan dasar wajib menyusun daftar rencana kegiatan yang akan dilaksanakan ketika kembali ke sekolah, dimana kegiatan yang terlaksana terkandung nilai dasar profesi ASN. Pelaksanaan kegiatan tersebut merupakan bentuk rancangan aktualisasi yang akan dijabarkan dalam bentuk isu-isu yang akan diidentifikasi. Isu itulah yang diharapkan nantinya dapat dipecahkan dengan solusi dalam bentuk kegiatan aktualisasi nantinya.

Kegiatan aktualisasi menjadi salah satu kegiatan yang wajib dijalani oleh setiap peserta Diklat Latsar CPNS. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, peserta Diklat Latsar dituntut mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS sebagai tindak lanjut dari proses internalisasi nilai-nilai dasar selama masa pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

1. TA’AT (Tausiyah Jum’at)

2. UBAH (Usahakan Baca Asmaul Husna)

3. Shaahur (Shalat Jamaah Dhuhur)

4. Dhumber (Dhuha Membawa Berkah)

5. PESHAWAT (Pelajar Bershalawat)

6. Golden Habits

7. Teladan Minggu Ini

8. SEGa (Spiritual Educational Games)

9. Remember Allah

Kegiatan-kegiatan tersebut lalu dilaksanakan dalam tahapan-tahapan. Dalam setiap tahapannya mengandung nilai-nilai dalam ANEKA yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Adapun rincian kegiatan tersebut dijelaskan dalam tabel berikut:

Unit Kerja

:

SD Negeri 2 Bantarwuni

Isu

:

Belum Optimalnya Penguatan Nilai Spiritual pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri 2

Bantarwuni Kecamatan Kembaran

Gagasan Pemecahan Isu

:

Optimalisasi Penguatan Nilai Spiritual pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri 2 Bantarwuni Kecamatan Kembaran

Tabel 4.1 Rancangan Aktualisasi

No

Kegiatan

Tahapan Kegiatan

Output/Hasil Kegiatan

Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan

Kontribusi Terhadap Visi Misi Sekolah

Penguatan Nilai Organisasi

1

2

3

4

5

6

7

1

Melaksanakan kegiatan TA’AT (Tausiyah Jum’at)

1. Guru mengkonsultasikan kepada Kepala Sekolah mengenai kegiatan TA’AT.

2. Guru mempersiapkan materi yang akan disampaikan

3. Guru mengkoordinasikan kegiatan dengan teman sejawat

4. Guru menyampaikan materi tausiyah setiap jum’at pagi sebelum pembelajaran berlangsung

5. Menyusun form pengamatan sebagai bahan evaluasi untuk kegiatan TA’AT

6. Melakukan pengamatan dan tanya jawab singkat untuk mengevaluasi siswa dalam kegiatan TA’AT

1. Persetujuan dan arahan dari Kepala Sekolah

2. Print out materi Tausiyah

3. Notulen persetujuan dan dukungan dari teman sejawat

4. Pemahaman siswa terhadap materi tausiyah yang disampaikan guru

5. Form pengamatan evaluasi kegiatan TA’AT

6. Hasil evaluasi melalui pengamatan dan tanya jawab singkat.

ii.

Etika Publik: Sopan, santun.

Guru melaksanakan konsultasi dengan sikap yang sopan dan santun

Nasionalisme: Musyawarah.

Guru melakukan musyawah dengan Kepala Sekolah

Akuntabilitas: Tanggungjawab.

Guru menyiapkan materi dengan penuh tanggung jawab

Akuntabilitas: Kejelasan.

Guru menyiapkan materi tausiyah supaya kegiatan dapat berlangsung dengan jelas dan terarah

Nasionalisme: Musyawarah.

Guru melakukan musyawah dengan teman sejawat guru

Etika Publik: santun.

Guru melaksanakan kooordinasi dengan sikap santun

Etika publik: Komunikatif.

Guru menyampakan materi tausiyah dengan komunikatif supaya mudah dipahami dan diresapi

Akuntabilitas: Konsistensi.

Guru melaksanakan kegiatan TA’AT secara konsisten setiap Jum’at pagi

Anti Korupsi: Tanggung jawab.

Guru bertanggungjawab terhadap kegiatan yang telah dilakukan

Akuntabilitas: Transparansi

Guru melakukan transparansi tentang kegiatan yang telah dilakukan

Kegiatan ini merupakan perwujudan visi sekolah yaitu “Unggul dalam Prestasi, Berbudaya Tinggi, Berakhlak Mulia dan Berwawasan Lingkungan”

dan misi sekolah yang kedua, yaitu Membimbing siswa untuk melaksanakan ajaran agama

Kegiatan ini sesuai dengan Penguatan Nilai “religius” dengan internalisasi nilai religius secara verbal.

2

Melaksanakan kegiatan UBAH (Usahakan Baca Asmaul Husna)

1. Guru mengkonsultasikan kepada Kepala Sekolah mengenai kegiatan

2. Guru menyiapkan teks Asmaul Husna

3. Guru mengkoordinasikan kegiatan dengan teman sejawat

4. Guru membagikan teks asmaul husna pada peserta didik

5. Guru mengajak peserta didik sebelum memulai kegiatan TA’AT untuk melafalkankan asmaul husna bersama-sama dengan adab yang benar

1. Persetujuan dan arahan dari Kepala Sekolah

2. Tersedia print out teks asmaul husna

3. Notulen persetujuan dan dukungan dari teman sejawat

4. Teks asmaul husna terdistribusi kepada peserta didik

5. Siswa melafalkan asmaul husna secara bersama-sama sambil melihat teks asmaul husna

Etika Publik: Sopan, santun

Guru melaksanakan konsultasi dengan sikap yang sopan dan santun

Nasionalisme: Musyawarah

Guru melakukan musyawah dengan Kepala Sekolah

Akuntabilitas: Tanggungjawab

Guru menyiapkan materi dengan penuh tanggung jawab

Nasionalisme: Musyawarah.

Guru melakukan musyawah dengan teman sejawat

Etika Publik: Santun.

Guru melaksanakan koordinasi dengan sikap yang santun

Komitmen Mutu: orientasi mutu

Guru membagikan teks Asmaul husna

Nasionalisme: religius.

Pembiasaan pelafalan asmaul husna pada peserta didik merupakan perwujudan nilai Ketuhanan

Akuntabilitas: Konsistensi.

Guru melaksanakan kegiatan UBAH secara konsisten setiap Jum’at pagi sebelum kegiatan TA’AT.

Kegiatan ini merupakan perwujudan visi sekolah yaitu “Unggul dalam Prestasi, Berbudaya Tinggi, Berakhlak Mulia dan Berwawasan Lingkungan”

dan misi sekolah yang kedua, yaitu Membimbing siswa untuk melaksanakan ajaran agama

Kegiatan ini sesuai dengan Penguatan Nilai “religius” dengan internalisasi nilai religius melalui pembiasaan pembacaan asmaul husna

3

Melaksanakan kegiatan Shaahur (Shalat Jamaah Dhuhur)

1. Guru mengkonsultasikan kepada kepala sekolah mengenai kegiatan

2. Guru mengkoordinasikan kegiatan dengan teman sejawat

3. Guru melakukan sosialisasi kepada peserta didik terkait prosedur pelaksanaan kegiatan Shaahur

4. Guru menyiapkan poster berupa tulisan bacaan shalat dan dzikir sesudah shalat

5. Guru menempelkan poster tersebut di dinding mushola

6. Siswa melaksanakan shalat Dzuhur dengan bacaan shalat yang dikeraskan sambil melihat poster bacaan shalat

7. Siswa membaca dzikir sesudah shalat sambil membaca poster dzikir bagi yang belum hafal

8. Menyusun absensi dan form pengamatan sebagai bahan evaluasi untuk kegiatan Shaahur

9. Melakukan pengamatan untuk mengevaluasi kegiatan Shaahur

1. Notulen persetujuan dan arahan dari Kepala Sekolah

2. Notulen persetujuan dan dukungan dari teman sejawat

3. Pemahaman siswa mengenai prosedur pelaksanaan kegiatan Shaahur

4. Poster bacaan shalat serta doa sesudah shalat

5. Poster bacaan shalat tertempel di dinding mushola

6. Terlaksananya pembiasaan shalat dhuhur berjamaah

7. Siswa berdzikir sesudah shalat

8. Form pengamatan kegiatan Shaahur

9. Hasil evaluasi melalui pengamatan terhadap kegiatan Shaahur

Etika Publik: Sopan, santun.

Guru melaksanakan konsultasi dengan sikap sopan dan santun

Nasionalisme: Musyawarah.

Guru melakukan musyawah dengan Kepala Sekolah

Nasionalisme: Musyawarah.

Guru melakukan musyawah dengan teman sejawat

Etika Publik: Santun.

Guru melaksanakan konsultasi dengan sikap santun

Akuntabilitas: Kejelasan

Guru menjelaskan prosedur pelaksanaan Shaahur kepada peserta didik;

Etika publik: Komunikatif.

Guru melakukan sosialisasi dengan komunikatif supaya mudah dipahami

Akuntabilitas: Tanggungjawab.

Guru menyiapkan poster bacaan shalat dengan penuh tanggung jawab.

Komitmen Mutu: Kreatif

Guru menyiapkan poster sebagai media untuk anak yang belum hafal bacaan shalat

Akuntabilitas: Tanggungjawab.

Guru menyiapkan poster bacaan shalat dengan penuh tanggung jawab.

Nasionalisme: religius.

Pembiasaan shalat dhuhur dan dzikir pada peserta didik merupakan perwujudan nilai Ketuhanan.

Akuntabilitas: Konsistensi.

Guru melaksanakan kegiatan Shaahur secara konsisten satu minggu sekali..

Nasionalisme: religius.

Pembiasaan pelafalan dzikir sesudah shalat pada peserta didik merupakan perwujudan nilai Ketuhanan.

Akuntabilitas: Konsistensi.

Guru melaksanakan kegiatan secara konsisten satu minggu sekali.

Anti Korupsi: Tanggung jawab.

Guru bertanggungjawab terhadap kegiatan yang telah dilakukan

Akuntabilitas: Transparansi

Guru melakukan transparansi tentang kegiatan yang telah dilakukan.

Kegiatan ini merupakan perwujudan visi sekolah yaitu “Unggul dalam Prestasi, Berbudaya Tinggi, Berakhlak Mulia dan Berwawasan Lingkungan”

dan misi sekolah yang kedua, yaitu Membimbing siswa untuk melaksanakan ajaran agama;

Kegiatan ini sesuai dengan Penguatan Nilai Organisasi “religius dan integritas” dengan internalisasi nilai religius melalui pembiasaan ibadah dan dzikir

4

Melaksanakan kegiatan Dhumber (Dhuha Membawa Berkah)

1. Guru mengkonsultasikan kepada kepala sekolah mengenai kegiatan

2. Guru mengkoordinasikan kegiatan dengan teman sejawat

3. Guru melakukan sosialisasi kepada peserta didik terkait prosedur pelaksanaan kegiatan Dhumber

4. Guru menyiapkan tulisan do’a setelah shalat dhuha yang terintegrasi dalam Golden Habits handbook

5. Siswa melaksanakan pembiasaan Shalat Dhuha satu minggu sekali

6. Menyusun absensi dan form pengamatan sebagai bahan evaluasi untuk kegiatan Dhumber

7. Melakukan pengamatan untuk mengevaluasi kegiatan Dhumber

1. Notulen persetujuan dan arahan dari Kepala Sekolah

2. Notulen persetujuan dan dukungan dari teman sejawat

3. Pemahaman siswa mengenai prosedur pelaksanaan kegiatan Dhumber

4. Print out do’a setelah shalat dhuha

5. Terlaksananya pembiasaan Shalat Dhuha satu minggu sekali

6. Absensi dan form pengamatan untuk kegiatan Dhumber

7. Hasil evaluasi melalui pengamatan terhadap kegiatan Dhumber

Etika Publik: Sopan, santun.

Guru melaksanakan konsultasi dengan sikap sopan dan santun

Nasionalisme: Musyawarah.

Guru melakukan musyawah dengan Kepala Sekolah

Nasionalisme: Musyawarah.

Guru melakukan musyawah dengan teman