thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34705.docx · web viewpengaruh blog edukatif tentang...
TRANSCRIPT
PENGARUH BLOG EDUKATIF TENTANG DM TERHADAP PERILAKU DIET DAN KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN DM TIPE 2 DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS WIROBRAJAN
Naskah Publikasi
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh DerajatSarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
MAYA20100320099
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2014
i
ii
PERNYATAAN
iii
iv
Pengaruh Blog Edukatif Tentang DM Terhadap Perilaku Diet dan Kadar Glukosa Darah Pasien DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan
The Effect of Educative Blog About Diabetes Mellitus (DM) to Dietary Behavior and Blood Glucose Among Diabetic In Public Health Center Wirobrajan
Maya *1, Erfin Firmawati.,Ns.,MNS.,HNC *2, Yanuar Primanda, Ns.,MNS.,HNC*3
Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UMY*1, Staf Pengajar PSIK FK UMY*2, Staf Pengajar PSIK FK UMY*3
Korespondensi :
Maya, Jl Ampah-Muara Teweh RT 03 No. 20 Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito
Selatan, Kalimantan Tengah Kode Pos (73753). Telp: 085651251102.
iv
Pengaruh Blog Edukatif Tentang Dm Terhadap Perilaku Diet Dan Kadar Glukosa Darah Pasien Dm Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan
Maya1, Erfin Firmawati 2, Yanuar Primanda3
Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARILatar belakang:Diabetes Melitus (DM) merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan, kematian, dan kecacatan di seluruh dunia yang membutuhkan perawatan jangka panjang. Apabila pasien DM tidak mengontrol dan menangani penyakitnya dengan baik, maka dapat mengakibatkan berbagai komplikasi seperti hiperglikemi, ketoasidosis diabetik, komplikasi kaki diabetik, retinopati diabetik, dan disfungsi ereksi. Salah satu pilar untuk penanganan DM yaitu edukasi yang dapat diberikan dengan pendidikan kesehatan yang diharapkan dapat merubah pola perilaku pasien DM lebih positif untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penkes dapat diberikan melalui media seperti gadget dengan mengakses internet yang saat ini sangat berkembang seperti blog. Tujuan penelitian: untuk mengetahui pengaruh blog edukatif tentang DM terhadap perilaku diet dan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan.Metode penelitian: Desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment, dengan rancangan two group pretest - postest with control group design. Tehnik sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 48 orang. Pengumpulan data dengan memberikan kuesioner perilaku diet DM dan tes glukosa darah responden, sedangkan metode analisa data menggunakan Paired t-test, Independent t-test, Wilcoxon Signed Rank test dan Mann-Whitney U.Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat signifikan berbeda antara kelompok intervensi dan kontrol setelah diberikan blog edukatif tentang DM terhadap perilaku diet dengan p value 0,72 (>0,05) dan gula darah puasa dengan p value 0,63 (p>0,05) Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah blog edukaif tentang DM tidak berpengaruh terhadap perilaku diet DM dan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Wirobrajan. Berdasarkan hasil tersebut maka disarankan bagi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan metode penkes untuk pasien DM agar dapat merubah perilaku lebih positif dan dapan mengontrol glukosa darah.KataKunci: Diabetes Melitus, Blog edukatif .1 Mahasiswa PSIKUMY2Dosen PengajarPSIKUMY3Dosen PengajarPSIKUMY
1
The Effect of Educative Blog About Diabetes Mellitus (DM) to Dietary Behavior and Blood Glucose Among Diabetic In Public Health Center Wirobrajan
Maya1, Erfin Firmawati 2, Yanuar Primanda3
Student Research Project, School of Nursing, Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Yogyakarta
ABSTRACTBackground: Diabetes Mellitus is one of the important causes of morbidity and mortality number in the world that needed long time care. If diabetic did not control and not true to treat her illness, it can cause complications like hyperglycemia, ketoasidosis diabetic, foot diabetic complication, retinopati and erection disfunction. One treatment of DM is education that can given with health education and it can changes behavior of diabetic more positive and can control blood glucose to prevent compication of DM. Health education can given with media as gadget likes internet acces (blog).Objective: The objective of this study is to know effect of educative blog about diabetes melitus (DM) toward dietary behavior and fasting blood glucose among diabetic in public health center WirobrajanMethod: This research used quasi experiment with two group pretest-postest with control group design. Sampling technique used purposive sampling with 48 diabetic respondents. Data collection used quesionare dietary behavior of DM and check blood glucose, while data analys is used Paired t-test, Independent t-test, Wilcoxon Signed Rank test dan Mann-Whitney UResult: The results showed that there are not significant different between intervention and control group after given educative blog about DM toward dietary behavior with p value 0.72 (p>0.05) and fasting blood glucose level with p value of 0.63 (p>0.05) Conclusion: The conclusion of this study, educative blog about diabetes melitus (DM) did not affect to dietary behavior and blood glucose among diabetic in Public Health Center Wirobrajan. Based on these results, it is suggested that health services can increase method of health education to diabetic that can changes behavior of diabetic more positive and can control blood glucose.
Keywords: Diabetes Mellitus, Educative Blog. 1Nursing Sudent, School of Nursing Faculty of Medicine and health science
Muhammadiyah University of Yogyakarta2Lecturer at Nursing, School of Nursing Muhammadiyah University of Yogyakarta3Lecturer at Nursing, School of Nursing Muhammadiyah University of Yogyakarta
2
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyebab yang penting dari angka
kesakitan, kematian, dan kecacatan di seluruh dunia yang membutuhkan perawatan
jangka panjang dan juga merupakan masalah yang saat ini banyak terjadi di negara
berkembang termasuk di Indonesia Suyono1.
Berdasarkan laporan International Diabetes Federeation (IDF)2 pada tahun
2013, jumlah penderita DM di dunia diperkirakan dari 282 juta jiwa akan meningkat
menjadi 592 juta jiwa pada tahun 2035. Menurut World Health Organization (WHO)3
pada tahun 2007 Indonesia menempati urutan ke 4 tertinggi penderita DM di dunia
dengan jumlah penderita DM sebanyak 8,4 juta pada tahun 2000 dan diprediksi
meningkat menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
Jumlah penderita DM di Indonesia masih berada dalam angka yang tinggi, hal
ini dikarenakan perilaku diet penderita DM yang masih rendah dari 98 responden
sebesar 60,1% responden tidak patuh terhadap program diet (Widyastuti)4. Adapun
faktor yang mempengaruhi perilaku diet penderita DM sehingga menjadi tidak patuh
terhadap program diet salah satunya yaitu pengetahuan responden yang kurang, sikap
responden yang negatif (tidak mendukung program diet), metode konseling dengan
ceramah dan tidak ada dukungan keluarga (Dewi, Darmono & Suhartono)5.
Diabetes merupakan penyakit kronis yang harus dikontrol seumur hidup, oleh
karena itu penderita DM harus menjaga glukosa darah selalu dalam batas normal
(Waspadji)6. Apabila kadar glukosa darah penderita DM tidak terkontrol dan
tertangani dengan baik, maka dapat mengakibatkan berbagai komplikasi seperti
hiperglikemi, ketoasidosis diabetik, komplikasi kaki diabetik, retinopati diabetik, dan
disfungsi ereksi (International Diabetes Federation/IDF)2.
Upaya untuk mencegah keparahan dan komplikasi akibat DM, maka
penatalaksanaan DM di Indonesia dibakukan menjadi 4 pilar yang secara umum
meliputi perencanaan makanan, latihan jasmani, obat, dan keikutsertaan edukasi
(Persatuan Endokrin Indonesia/ PERKENI)7. Pilar edukasi merupakan salah satu
program yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan penderita DM
3
dengan memberikan pendidikan kesehatan sehingga tercapainya keberhasilan
perilaku diet yang baik dan kadar gula darah yang terkontrol (Soegondo)8.
Menurut Departemen Kesehatan RI (DEPKES RI)9 upaya dalam penyampaian
pesan promosi kesehatan dapat diberikan secara tidak langsung melalui media seperti
gadget yang disampaikan dengan mengakses internet yang saat ini sangat
berkembang seperti blog. Pendidikan kesehatan yang dilakukan melalui akses web
dengan menggunakan gadget mempunyai dampak positif seperti peningkatan
pengetahuan, perubahan dari perilaku diet, aktivitas fisik dan gula darah yang
terkontrol, serta penurunan kadar kolesterol dan triglyceride (Hyu, Parsons,
Mamdani, Levobic, Shah et al10; McMahon, Gomes, Hohne Jye Hu, Levine &
Conclin11).
Blog merupakan media yang lebih mudah untuk diakses melalui gadget
seperti telepon genggam, yang pada saat ini banyak digunakan oleh masyarakat.
Hampir semua masyarakat Indonesia menggunakan gadget dan sebanyak 95 % hanya
untuk mengakses media sosial (Merdeka)12. Gadget seperti telepon genggam saat ini
tersedia dengan berbagai fitur yang dapat langsung terhubung ke internet, sehingga
pasien dapat berkonsultasi kapanpun dan tidak dibatasi jam praktek kerja tim medis
(Gloriane & Ayub)13.
Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk meneliti pengaruh blog edukatif
tentang DM terhadap perilaku diet DM dan kadar gula darah pasien DM tipe 2
terhadap perubahan perilaku diet yang benar dan kadar gula darah pada penderita DM
yang berada diwilayah kerja puskesmas Wirobrajan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain Quasi
exsperimen with pretest-posttest control group design. Populasi pada penelitian ini
adalah semua pasien DM tipe 2 yang berada di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan.
Teknik pengambilan sampel ini menggunakan purposive sampling yaitu
4
pengambilan responden penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi peneliti
dan didapatkan sebanyak 48 responden yang dibagi menjadi 24 orang kelompok
intervensi dan 24 orang kelompok kontrol.
Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku diet DM dan kadar glukosa darah
pasien DM tipe 2 diwilayah kerja Puskesmas Wirobrajan. Perilaku diet DM dan
kadar glukosa darah diukur saat pre-test dan post-test. Perilaku diet DM diukur
dengan menggunakan kuesioner perilaku diet DM dan glukosa darah diukur dengan
menggunakan glukotest. Hasil pengukuran dikategorikan dengan skala rasio yang
apabila skor perilaku diet DM meningkat menunjukan bahwa perilaku diet DM
semakin bagus dan apabila skor pada glukosa darah menurun menunjukan bahwa
kadar glukosa darah menuju kearah normal. Instrumen penelitian ini adalah
kuesioner perilaku diet DM dan glukotest untuk mengukur kadar glukosa darah.
Kuesioner perilaku diet DM terdiri 25 pertanyaan yang terkait dengan jumlah jenis
dan jadwal makan pasien DM dengan arternatif jawaban berupa pilihan tidak pernah
(0), kadang-kadang (1), sering (2) dan rutin (3).
Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan perilaku diet DM dan
kadar glukosa darah sebelum dan setelah diberikan blog edukaif tentang DM pada
satu kelompok berpasangan pretest-postest intervensi dan kontrol adalah Wilcoxon
Signed Rank Test dan Paired T-test, sedangkan untuk membandingkan hasil
pengukuran perilaku diet DM dan kadar glukosa darah pada kelompok dua kelompok
pada saat postest digunakan uji Mann-Whiney U dan Independent T-test.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1) Pengaruh blog edukatif tentang DM terhadap perilaku diet dan kadar glukosa darah puasa pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan
a) Uji beda satu kelompok
Uji beda satu kelompok ini merupakan analisis data untuk
mengetahui pengaruh blog edukatif tentang DM terhadap tingkat
perilaku diet DM dan kadar glukosa darah puasa responden dengan
melihat perbedaan nilai rata-rata pre-test dan post-test pada satu
kelompok. Analisis yang digunakan adalah paired t-test dan Wilcoxon
Signed Rank test.
1) Perbedaan hasil pretest-postest perilaku diet DM
Table 1. Perbandingan Beda Nilai Perilaku Diet Pretest-Postest Pada Kelompok Intervensi Pasien DM di Puskesmas
Wirobrajan (n=20)
KelompokPretest Postest
MR SR MR SR Z p Intervensi (n=20)
0,00 0,00 8,50 136,00 3,53 0,00
P<0,05 (note: MR= Mean Rank; SR= Signed Rank)
Table 1 menunjukan adanya peningkatan Mean Rank
perilaku diet DM kelompok intervensi pada saat pretest=0,00 dan
pada saat postest=8,50. Hasil analisa data menggunakan Wilcoxon
Signed Rank test menunjukan adanya perbedaan yang signifikan
setelah diberi intervensi blog edukatif dengan Z=3,53 dan p=0,00
(p<0,05).
6
Table 2. Perbandingan Beda Nilai Perilaku Diet Pretest-Postest Pada Kelompok Kontrol Pasien DM di Puskesmas Wirobrajan
(n=20)
KelompokPretest Postest
Mean SD Mean SD t p Kontrol (n=20) 46,60 9,45 48,75 7,96 3,27 0,04
P<0,05 (note: SD= standar Deviasi)
Table 2 menunjukan adanya peningkatan mean perilaku
diet DM kelompok kontrol pada saat pretest=46,60 dan pada saat
postest=48,75. Hasil analisa data menggunakan Paired t-test
terjadi perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol tanpa
diberi blog edukatif dengan t=3,27 dan p=0,04 (p<0,05).
2) Perbedaan hasil pretest-postest kadar Glukosa Darah Puasa (GDP)
Table 3. Perbandingan Beda Nilai Kadar GDP Pretest-Postest Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Pasien DM di
Puskesmas Wirobrajan (N=40).
Pretest Postest Z pMR SR MR SR
Intervensi (n=20)
9,65 96,50 10,39 93,50 -0,60 0,95
Kontrol (n=20)
8,54 102,50 11,42 68,50 -7,41 0,46
p>0,05 (note: MR= Mean Rank; SR= Signed Rank)
Table 3 menunjukan adanya peningkatan nilai Mean Rank
glukosa darah pada kelompok intervensi maupun kelompok
kontrol yaitu MR pretest kelompok intervensi=9,56 dan pada saat
postest=10,39 dan nilai MR pretest kelompok kontrol=8,54 dan
postest=11,42. Berdasarkan hasil analisa data dengan Wilcoxon
Signed Rank test baik kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar
glukosa darah dengan nilai p > 0,05.
7
b) Uji beda dua kelompok
Uji beda dua kelompok merupakan merupakan analisis data untuk
mengetahui pengaruh blog edukatif terhadap perilaku diet DM dan
kadar glukosa darah puasa responden dengan membandingkan nilai
rata-rata dari nilai pre-test dan post-test antara kelompok intervensi
dan kelompok kontrol. Analisis yang digunakan adalah independent t-
test dan Mann-Whitney U test.
1) Perbedaan hasil perilaku diet DM antara kelompok intervensi dan
kontrol
Table 4. Perbandingan Beda Nilai Pretest Perilaku Diet DM antara Kelompok Intervensi dan Kontrol Pasien DM di
Puskesmas Wirobrajan (N=40)
Perilaku dietIntervensi (n=20)
Kontrol (n=20)
t p
Mean SD Mean SDpretest 46,65 10,63 46,60 9,45 0,16 0,99
p>0,05 (note: SD= Standar Deviasi)
Berdasarkan tabel 4, pada didapatkan nilai mean pretest
pada kelompok intervensi=46,65 dan kelompok kontrol=46,60.
Hasil uji statistik pada saat pretest menggunakan Independent t-
test didapat t=0,16 p=0,99 (p>0,05) yang menunjukan hasil tidak
signifikan berbeda pada perilaku diet DM.
Table 5. Perbandingan Beda Nilai Postest Perilaku Diet DM antara Kelompok Intervensi dan KontrolPasien DM di
Puskesmas Wirobrajan (N=40)
Perilaku dietIntervensi (n=20)
Kontrol (n=20)
U p
MR SR MR SRpostest 23,85 477,00 17,15 343,0
0133,00 0,72
p>0,05 (note: MR= Mean Rank; SR= Signed Rank)
8
Berdasarkan tabel 5, pada didapatkan nilai Mean Rank
pretest pada kelompok intervensi=23,85 dan kelompok
kontrol=17,15. Hasil uji statistik pada saat postest menggunakan
Mann-Whitney U test didapat U=133,00 dan p=0,72 (p>0,05) yang
menunjukan hasil tidak signifikan berbeda pada perilaku diet DM.
2) Perbedaan hasil kadar GDP antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol
Table 6. Perbandingan Beda Nilai kadar GDP antara Kelompok Intervensi dan Kontrol Pasien DM di Puskesmas
Wirobrajan (N=40)
GDPIntervensi
(n=20)Kontrol (n=20)
U P
MR SR MR SRpretest 22,92 458,50 18,08 361,50 151,50 0,19postest 23,92 478,50 17,08 341,50 131,50 0,63
p>0,05(note: MR= Mean Rank; SR= Signed Rank)
Berdasarkan tabel 6, maka dapat dilihat bahwa nilai Mean
Rank pada saat pretest pada kelompok intervensi 22,92 sedangkan
pada kelompok kontrol didpatkan nilai Mean Rank lebih rendah
18,08 dan setelah di uji menggunakan Mann-Whitney U test
didapatkan p 0,19 (p> 0,05). Pada saat postest didapatkan nilai
Mean Rank pada kelompok intervensi 23,92 sedangkan pada
kelompok kontrol 17,08 dan setelah di uji menggunakan Mann-
Whitney U test didapatkan p 0,63 (p > 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari blog edukatif
tentang DM terhadap kadar glukosa darah responden.
B. Pembahasan
1) blog edukatif tentang DM terhadap perilaku diet DM pasien DM tipe
2 di Puskesmas Wirobrajan
9
Berdasarkan hasil uji statistik dari perilaku diet DM hasil pretest-
pretest antara kedua kelompok didapat p value 0,99 (p>0,05) dan pada
saat postest-postest didapat p value 0,72 (p>0,05) yang artinya H0 ditolak
dan Ha diterima yaitu tidak terdapat pengaruh blog edukatif tentang DM
terhadap perilaku diet DM. Meskipun tidak terdapat pengaruh blog
edukatif terhadap perilaku diet dan kadar glukosa darah, namun dilihat
dari nilai mean menunjukan bahwa perilaku diet DM responden
meningkat ke arah yang lebih bagus baik pada kelompok intervensi
maupun kontrol. Meskipun kedua kelompok mengalami peningkatan
mean, namun selisih mean pada kelompok intervensi meningkat lebih
tinggi pada saat postest dibandingkan kontrol. Hal ini mungkin
dikarenakan kelompok intervensi sudah mendapatkan blog edukatif
tentang DM yang berisi informasi tentang penatalaksanaan DM meliputi
jumlah, jenis dan waktu makan, serta menggunakan bahasa yang mudah
dipahami, mudah untuk di akses pasien DM dengan menggunakan
handphone, komputer ataupun dan tablet serta telah dilakukannya follow
up untuk kelompok intervensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Clark et al.,15 menyatakan bahwa
strategi follow up dengan kombinasi kunjungan rumah, telepon, dan
penggunaan internet dapat memperbaiki perilaku diet penderita DM
dinegara barat. Studi ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
Hyu et al 10 dan McMahon11 menyampaikan bahwa pendidikan kesehatan
yang dilakukan melalui akses web dengan menggunakan gadget seperti
komputer mempunyai dampak positif seperti peningkatan pengetahuan,
perubahan dari perilaku diet responden.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan perilaku
antara dua kelompok hal ini dikarenakan antara lain karena peneliti tidak
mengontrol kebebasan kelompok kontrol untuk mengakses informasi dari
luar selain informasi dari petugas Puskesmas Wirobrajan, yang dapat
10
mempengaruhi pola perilaku pasien DM. Berdasarkan studi yang
dilakukan oleh Laili, Dewi dan Widyawati16 menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan perilaku kepatuhan diet DM baik pada kelompok intervensi
maupun kontrol setelah diberikan Diabetes Self Management Education
(DSME), hal ini dikarenakan peneliti tidak membatasai responden untuk
mengakses informasi dari luar.
Sikap positif dari pasien DM seperti kontrol kesehatan juga dapat
mempengaruhi peningkatan skor perilaku diet DM pada kelompok
kontrol, hal ini mungkin saja dikarenakan responden kelompok kontrol
cukup rajin datang kepuskesmas untuk kontrol kesehatan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan responden penelitian di Puskesmas Wirobrajan
rata-rata mengatakan datang minimal 3 kali dalam sebulan untuk kontrol
kesehatannya dan ketika pasien kontrol, mereka akan mendapatkan
informasi tentang DM dari petugas kesehatan di Wirobrajan. Hal ini
didukung oleh studi yang dilakukan oleh Abu17 menyatakan bahwa sikap
positif terhadap kesehatan dapat mempengaruhi responden dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan, dengan sikap positif tersebut maka
perilaku pasien akan meningkat dalam manajemen kesehatannya.
Dalam penelitian ini, peneliti juga tidak mengontrol waktu atau
lamanya pasien menderita diabetes sehingga pada kelompok intervensi
dan kontrol mempunyai waktu atau lama menderita DM yang berbeda.
Hal ini dapat mempengaruhi perilaku responden pada kelompok kontrol
yang lebih lama menderita DM sehingga perilaku meningkat kearah yang
positif karena semakin lama seseorang menderita diabetes maka semakin
banyak pula pengalaman yang pasien dapatkan mengenai penanganan
penyakitnya, hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Laili et al16
bahwa pengalaman dari pasien DM dapat mempengaruhi perilaku
kesehatannya seperti pengaturan makan untuk pasien diabetes dan
penanganan untuk masalah kesehatannya.
11
Pengetahuan responden tentang DM sebelumnya juga dapat
mempengaruhi perilaku responden baik pada kelompok kontrol maupun
intervensi yang tidak dikendalikan oleh peneliti saat ini, berdasarkan studi
yang dilakukan oleh Triastuti18 bahwa pengetahuan pasien DM tentang
penyakitnya dapat mempengaruhi perilaku pasien DM kearah yang lebih
positif untuk penanganan kesehatannya.
Dalam penelitian ini peneliti tidak mengobservasi perilaku pasien
atau tidak melibatkan keluarga dalam memantau perilaku pasien dalam
diet DM. Menurut teori Friedman19 keterlibatan keluarga mempunyai
pengaruh yang besar terhadap individu dalam menentukan sikap terhadap
informasi mengenai penyakitnya. Selain itu menurut Green cit Iqbal20,
perilaku diet DM juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
pengetahuan, sikap, fasilitas kesehatan dan informasi yang diterima.
2) Pengaruh blog edukatif tentang DM terhadap kadar glukosa darah
puasa pasien DM tipe 2 di Puskesmas Wirobrajan
Hasil dari uji beda antara kedua kelompok saat pretest-pretest
didapatkan p 0,19 (p>0,05) dan pada postest-postest p 0,63 (p>0,05).
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh blog edukatif
terhadap kadar glukosa darah maka H0 ditolak. Pada penelitian ini glukosa
darah yang di ukur adalah glukosa darah puasa yang di ukur setelah 8 jam
responden berpuasa sehingga tidak banyak faktor seperti makanan yang
dapat mengganggu hasil pengukuran glukosa darah dan peneliti juga
mengendalikan penyakit penyerta responden dengan membuat kriteria
ekslusi bagi responden yang mempunyai penyakit penyerta lebih dari satu
yang dapat mengganggu kadar glukosa darah puasa responden. Kedua
kelompok dalam penelitian ini menggunankan obat DM jenis oral dan
12
belum ada responden yang menggunakan insulin sehingga kemungkinan
efek obat tidak jauh bebeda terhadap kadar glukosa darah responden.
Tidak terdapatnya pengaruh yang signifikan terhadap kadar
glukosa darah mungkin dikarenakan keterbatasan waktu yang digunakan
oleh peneliti yaitu selama 2 minggu, sehingga kadar glukosa darah
responden belum terkontrol sepenuhnya dan dapat dilihat berdasarkan data
pretest dan postest pada kedua kelompok rata-rata kadar glukosa darah
puasa responden >126 mg/dl. Hal ini didukung dengan studi yang
dilakukan oleh McMahon et al11 yang menunjukan bahwa terjadinya
penurunan kadar glukosa pada pasien yang rendah kontrol diabetes adalah
selama 1 tahun penelitian.
Selain itu juga terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi
kadar gula darah seperti keteraturan minum obat antihipoglikemi (OHO)
yang tidak dikendalikan oleh peneliti. Meskipun dalam studi ini perilaku
diet DM responden meningkat, namun apabila responden tidak minum
obat dengan teratur, hal ini dapat membuat kadar glukosa darah tidak
stabil. Studi yang dilakukan oleh Mihardja21 melaporkan bahwa dengan
keteraturan minum obat DM maka kadar glukosa darah pasien DM dapat
terkontrol, Mihardja juga menyampaikan salah satu penyebab tidak
terkendalinya kadar glukosa darah yaitu jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh pasien DM yang meliputi kesalahan dalam penakaran jumlah
makanan yang akan dikonsumsi.
Kepatuhan pasien DM dalam pengelolaan makan seperti jumlah
jenis dan jadwal juga dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pasien
DM. Studi yang dilakukan oleh Widyastuti22 mengatakan bahwa hampir
keseluruhan responden dari penelitian setelah di analisis tidak patuh
terhadap program diet dan hal seperti ini berpotensi mempengaruhi
keseimbangan kadar glukosa darah responden.
13
Selain kepatuhan terhadap pola makan, aktifitas fisik seperti olah
raga juga dapat mempengaruhi kadar glukosa darah pasien DM yang tidak
dikendalikan oleh peneliti saat ini. Studi yang dilakukan oleh Dewi23
menunjukan bahwa praktik olahraga yang kurang dapat menyebabkan
kadar glukosa darah puasa responden tidak normal, hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Achmad24 bahwa olahraga secara teratur
berhubungan dengan keberhasilan pasien DM dalam pengelolaan DM tipe
2 seperti terkontrolnya kadar glukosa darah.
Faktor stres juga berpengaruh terhadap kadar glukosa darah pasien,
yang tidak dikendalikan oleh peneliti. Berdasarkan studi yang dilakukan
oleh Putri25 bahwa terdapat hubungan stres dengan tidak terkendalinya
kadar glukosa darah dan terjadinya peningkatan pada kadar glukosa darah
responden. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho
dan Purwanti26 bahwa kadar glukosa darah pada pasien yang mengalami
stres cenderung naik. Selain itu, faktor obesitas juga dapat mempengaruhi
kadar glukosa darah responden yang tidak dikendalikan oleh peneliti saat
ini, menurut Ilyas dalam Soegondo27 obesitas menyebabkan reseptor
insulin pada target sel di seluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya
berkurang sehingga insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan dan
menyebabkan kadar glukosa dalam darah tinggi.
KESIMPULANDAN SARAN
A. Kesimpulan
Tidak terdapat pengaruh blog edukatif tentang DM terhadap perilaku diet dan
kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Wirobrajan.
B. Saran
14
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengendalikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku diet DM dan kadar glukosa darah pada saat
penelitian, agar dapat melihat signifikan pengaruh dari pemberian blog
edukatif terhadap perilaku diet dan kadar glukosa darah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suyono, S. (2007). Patofisiologi diabetes mellitus. Jakarta. Balai penerbit FKU
2. International Diabetes Federation.(2013). Diabetes atlas. Diakses 18 januari 2014 dari http://www.IDF.org/diabetes atlas.
3. WHO. (2007). Dikutip dari www.who.int. diakses 12 februari 2014.4. Widyastuti, W. (2012). Hubungan Antara Depresi Dengan Kepatuhan
Melaksankan Diit Pada Diabetisi di Pekalongan. Diploma III. Stikes Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan. Vol. IV No. 1.
5. Dewi, P., Darmono, S.S., & Suhartono. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi praktek diet sehari-hari pasien DM tipe 2. Diakses 7 januari dari http://eprints.undip.ac.id/4982/
6. Waspadji, S. (2009). Diabetes melitus, penyulit kronik dan pencegahannya. Jakarta. Balai penerbit FKUI.
7. Persatuan Endokrin Indonesia. (2006). Konsensus pengelolaan diabetes mellitus di Indonesia. Jakarta.
8. Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2009). Pentalaksaan diabetes melitus terpadu. Jakarta. Balai penerbit FKUI.
9. Departemen Kesehatan RI. (2008). Pusat promosi keshatan, pedoman pengelolaan promosi kesehatan dalam pencapaian PHBS. Jakarta.
10. Hyu, C., Parson, J., Mamdani, M., Lebovic, G., Shah, B.J., Bhattacharyya, O., Laupacis, A., Straus, S.E. (2012). Designing and evaluating a web based self management site for patient with type 2 diabetes-systematic website development. Journal of BMC Medical Information & Decision Making. 1472-6947/12/57.
11. McMahon, G.T., Gomes, H.E., Hohne, S.H., Jye Hu, T.M., Levine, B.A., Conlin, P.R. (2005). Web-based care management in patients with poorly controlled diabetes. Original article Emerging Treatments and Techonologies. 15983311.
12. Merdeka. (2013). Di 5 media sosial ini, orang Indonesia pengguna terbesar sedunia. Diakses 18 januari 2014 dari http://www.merdeka.com/uang/di-5-media-sosial-ini-orang-indonesia-pengguna-terbesar-dunia.html.
13. Gloriane., & Mewati Ayub. (2009). Pengembangan Aplikasi Konsultasi Penyakit Hipertensi dengan Pendekatan Sistem Pakar. Diakses 15 desember 2013, dari http://respiratory.library.uksw.edu/handle/123456789/559.
15
14. Clark, M., Hampson, S.E., Avery,L., & Simpson, R. (2004). Effects of a tailored lifestyle self-management intervention in patients with type 2 diabetes. British Journal of Health Psychology, 9, 365-379.
15. Wallace, A.S., Seligman, H.K., Davis, t.c., Schilinger, D., Arnold, C.L., Bryant-Shiliday, B., et al. (2009). Literacy-appropriate educational materials and brief counseling improve diabetes self-management. Patient Education and Counseling, 75, 328-333.
16. Laili, N.R., Dewi, Y.S., Wid yawati, I.Y. (2012). Edukasi dengan pendekatan prinsip Diabetes Self Management Education (DSME) meningkatkan perilaku kepatauhan diet pada penderita Diabetes melitus tipe 2. Fakultas keperawatan Universitas Airlangga
17. Abu, A. (2010). Faktor perilaku konsumen pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pemanfaatan Antenatal Care di Puskesmas Bontosunggu Kota Kabupaten Jeneponto tahun 2010. Skripsi FKM Universitas Hasanudin Makassar
18. Trisnawati, S. k & Seyorogo, S. (2013). Faktor resiko kejadian Diabets Melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012. Jurnal ilmiah kesehatan. 5(1)
19. Friedman, Marilyn M. (2003). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Edisi 3. Jakara:EGC
20. Iqbal., & Mubarak. (2007). Promosi kesehatan: sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha ilmu
21. Miharja, L. (2009). Factor associated with blood glucose control in patient with DM in Urban Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia. Volum: 59. No. 9
22. Widyastuti, W. (2012). Hubungan Antara Depresi Dengan Kepatuhan Melaksankan Diit Pada Diabetisi di Pekalongan. Diploma III. Stikes Muhamadiyah Pekajangan Pekalongan. Vol. IV No. 1.
23. Dewi, R.P. (2013). Faktor resiko perilaku yang berhubungan dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di RSUD Kabupaten Karanganyar. Jurnal kesehatan masyarakat. Volume 2, No.1
24. Achmad, Y. (2011). Hubungan antara 4 pilar pengelolaan DM dengan keberhasilan pengelolaan DM tipe 2. Artikel Ilmiah. Semarang: Universitas Diponegoro.
25. Putri, R.N. (2009). Hubungan tingkat stres klien DM tipe 2 dengan kadar glukosa darah di Poliklinik khusus penyakit dalam RSUP DR. M. Djamil. Penelitian Keperawatan Medikal Bedah. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
26. Nugroho, S.A., Purwanti, O.S. (2010). Hubungan antara tingkat stres dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo I. Strata I. Keperawatan FIK UMS.
27. Ilyas, E.I. (2007). Olahraga bagi diabetesi. Jakarata: FKUI.
16
17