· web viewpada waktu uu nomor 5 tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di indonesia telah menjadi...

184
PEMBANGUNAN DAERAH DAN TRANSMIGRASI

Upload: others

Post on 08-Jan-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

PEMBANGUNAN DAERAH DAN TRANSMIGRASI

Page 2:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya
Page 3:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

BAB VIII

PEMBANGUNAN DAERAH DAN TRANSMIGRASI

A. PENDAHULUAN

Pasal 18 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 memberikan landasan yang kuat bagi pembangunan daerah, di mana dinyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan memandang dan mengingati dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal-usul dalam daerah yang bersifat istimewa. Hal ini merupakan perwujudan dari dasar dan tujuan penyelenggaraan negara sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945; yang antara lain menyatakan bahwa, "...Pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi segenap dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan bangsa....". Dalam rangka itu, daerah Indonesia dibagi dalam daerah propinsi yang dibagi pula dalam daerah yang lebih kecil . Meskipun daerah-daerah tersebut beranekaragam, tetapi berlandaskan Pancasila dengan Sila Persatuan Indonesia, manusia

VIII/3

Page 4:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa.

Sejak kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tahun 1945, pembangunan daerah sudah ditempatkan sebagai bagian integral dari pembangunan bangsa, dart aparatur pemerintah daerah merupakan bagian dari sistem pemerintahan negara. Namun dalam pelaksanaan-nya telah mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan poli-tik dan sistem pemerintahan yang berlaku selama 50 tahun usia Republik Indonesia (RI).

Pada awal kemerdekaan berdasarkan keputusan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 19 Agustus 1945 wilayah administrasi RI dibagi atas delapan ropinsi -- yaitu Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Sunda Kecil, dan Maluku -- yang masing-masing dipimpin oleh seorang gubernur, dan setiap propinsi terdiri atas beberapa daerah karesidenan yang dipimpin oleh seorang residen. Gubernur dan residen dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Komite Nasional Daerah yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 (UU Nomor 1/1945) berkedudukan sebagai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Komite Nasional Daerah diadakan di setiap karesidenan, kota berotonomi, dan kabupaten. Dalam pelaksanaan pasal 18 UUD 1945 selanjutnya dibentuk UU Nomor 22/1948, yaitu Undang-Undang Pokok tentang Pemerintahan Daerah yang menetapkan bahwa dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi wilayah negara RI tersusun dalam tiga tingkat daerah otonom yaitu propinsi, kabupaten (Kota Besar), dan desa (Kota Kecil). Karesidenan, meskipun mempunyai Dewan Perwakilan Rakyat bukan merupakan daerah otonom.

VIII/4

Page 5:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Meskipun sarana hukum dan administrasi pemerintah daerah sudah terwujud, tetapi pembangunan daerah pada perjuangan kemerdekaan mengalami berbagai rintangan. Bermula dari kehadiran tentara Sekutu pada tanggal 16 September 1945, daerah pendudukan militer di Indonesia dibagi atas dua bagian, yaitu Jawa, Madura dan Sumatera di bawah pendudukan Inggris; sedangkan wilayah Indonesia timur dan Kepulauan Riau di bawah pendudukan Belanda. Di beberapa daerah, Belanda dapat menduduki dan membentuk "negara-negara" kecil yang bersifat kedaerahan beserta pemerintahannya.

Meskipun pihak Belanda terus melancarkan tekanan yang bertu-juan untuk mempersempit wilayah dan kekuasaan RI, perlawanan bangsa Indonesia tetap berlanjut baik melalui pertempuran fisik maupun forum diplomasi. Pada bulan November 1949 melalui Kon-ferensi Meja Bundar dibentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri atas 16 negara bagian yaitu Republik Indonesia, Kalimantan Barat, Indonesia Timur, Madura, Banjar, Bangka, Beli-tung, Dayak Besar, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, Pasundan, Riau, Sumatera Timur dan Sumatera Selatan. Karena dasar pembentukan negara federal ini sangat lemah dan tidak adanya dukungan rakyat, maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS dibubarkan dan kembali terbentuk negara kesatuan RI yang berdasarkan UUD Sementara 1950 (UUDS 1950).

Dalam negara kesatuan RI di bawah UUDS 1950, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1950, wilayah Negara Indonesia dibagi menjadi 10 propinsi yang mempunyai otonomi masing-masing yaitu Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil. Hal ini merupakan langkah pertama ke arah pembentukan daerah-daerah otonom.

VIII/5

Page 6:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Indonesia yang memiliki daerah yang luas dan beraneka ragam telah mengalami proses pembangunan daerah yang unik. Sebagai hasil politik penjajahan, pada awal kemerdekaan, Indonesia terdiri dari daerah dengan perkembangan ekonomi yang relatif maju dengan kota-kota modern di Jawa, dan daerah dengan pusat-pusat industri ekstraktif di luar Pulau Jawa serta masyarakat tradisional yang tidak pernah berkenalan dengan sistem ekonomi dunia luar di daerah-daerah terpencil. Keadaan geografi Indonesia juga membuat ada bagian-bagian dari Indonesia yang lebih berorientasi ke negara tetangga karena faktor jarak.

Keanekaragaman tersebut dan ketidakseimbangan pembangunan antardaerah yang diwarisi dari zaman kolonial telah memicu terjadinya ketidakstabilan dalam hubungan antardaerah dan antara daerah dengan pemerintah pusat yang ditandai dengan terjadinya pemberontakan di beberapa daerah yang antara lain dikenal sebagai PRRI dan Permesta. Selain itu, di beberapa daerah timbul pemberontakan yang menginginkan dibentuknya Negara Islam Indonesia melalui gerakan Darul Islam oleh Tentara Islam Indonesia (DI/TII), yang dimulai sejak masa perjuangan melawan penjajah dan baru berakhir awal tahun 1960-an.

Pada umumnya, kejadian-kejadian tersebut ada kaitannya dengan ketidakpuasan daerah atas kurangnya pemerataan kesempatan dalam pembangunan dan masalah pembagian penghasilan dan keuangan antara daerah dan pusat, di samping ketidak stabilan pemerintahan di pusat. Kejadian-kejadian tersebut juga mempunyai kaitan yang erat dengan keinginan pelaksanaan otonomi yang lebih luas bagi daerah. Perhatian terhadap pembangunan daerah dan pembagian keuangan daerah sebenarnya telah mendapat perhatian pemerintah antara lain dengan diterbitkannya UU Nomor 32 Tahun 1957 yang mengatur

VIII/6

Page 7:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

perimbangan keuangan pusat dan daerah, UU Nomor 11 Tahun 1957 tentang pajak daerah, dan UU Nomor 12 Tahun 1957 tentang retribusi daerah. Namun pelaksanaannya belum cukup memadai, antara lain karena keadaan politik dan pemerintahan yang tidak stabil.

Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yang melaksanakan kembali UUD 1945 merupakan tonggak sejarah dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan. Setelah kembali ke UUD 1945, pemerintahan di daerah segera diatur oleh Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959 (disempurnakan) dan Penetapan Presiden Nomor 5 Tahun 1960 (disempurnakan) yang bertujuan antara lain menghapuskan adanya dualisme dalam pimpinan pemerintahan di daerah. Upaya pembangunan daerah pada masa itu diarahkan pada pengembangan politik menuju kesatuan nasional dengan mengakomodasikan kemauan politik dengan membentuk propinsi-propinsi baru. Dalam hal ini patut dicatat Propinsi Irian Jaya yang pada tahun 1962 secara resmi menjadi salah satu propinsi Republik Indonesia sebagai hasil perjuangan fisik dan diplomasi internasional.

Pada periode tersebut, pembangunan bertitik berat pada bidang politik dengan sistem ekonomi terpimpin dan demokrasi terpimpin yang merupakan wujud etatisme dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Dalam pelaksanaannya terabaikan prinsip-prinsip ekonomi dan administrasi yang realistis dan rasional yang pada akhirnya mengakibatkan disintegrasi nasional di bidang politik dan kehancuran ekonomi. Dalam keadaan tersebut, terjadi pengkhianatan Partai Komunis Indonesia melalui gerakan pemberontakan 30 Septem-ber 1965 (G30S/PKI). G30S/PKI berhasil ditumpas dan pemerintah Orde Baru berdiri serta mulai melaksanakan pembaharuan.

Pengalaman-pengalaman tersebut telah melandasi upaya nasional dalam arah pembangunan daerah selama PJP I, yang diarahkan pada

VIII/7

Page 8:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

peningkatan pembangunan dan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.

Dalam PJP I, pembangunan daerah merupakan bagian integral dan merupakan penjabaran dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi, dan permasalahan pembangunan di daerah. Pembangunan daerah bertujuan untuk mencapai sasaran pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh Indonesia, mengurangi kesenjangan antardaerah, antara perkotaan dan perdesaan, dan antargolongan masyarakat. Pembangunan daerah mencakup semua kegiatan pem-bangunan daerah dan sektoral yang berlangsung di daerah, termasuk kegiatan transmigrasi, dan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, termasuk dunia usaha.

Perkembangan yang penting dan patut dicatat adalah ditetapkan-nya UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, dan UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Pada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya untuk lebih mengefektifkan pembangunan daerah di wilayah Sumatera. Selanjutnya pada tahun 1976, dengan adanya keinginan rakyat Timor Timur untuk merdeka dari penjajahan Portugis dan berintegrasi dengan Indonesia, daerah Timor Timur resmi menjadi propinsi ke 27 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Upaya-upaya pembangunan daerah secara terencana dan sistema-tis dimulai pada masa Orde Baru. Pembangunan daerah melalui kebi-jaksanaan-kebijaksanaan dan rencana-rencana tersebut dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat melalui berbagai sektor pembangun- an yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun

VIII/8

Page 9:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

(Repelita), yang dimulai tahun 1969, dan di daerah dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Daerah (Repelitada) dalam suatu rangkaian Pembangunan Jangka Panjang dua puluh lima tahun tahap pertama (PJP I).

Pembangunan daerah yang dilaksanakan dalam PJP I, telah banyak menghasilkan kemajuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa, terutama peningkatan kesejahteraan masyarakat di seluruh daerah, yang tercermin pula dalam peningkatan kualitas hidup masya-rakat. Hasil pembangunan daerah meliputi bidang ekonomi, kesejahte-raan sosial, ketersediaan prasarana, kemampuan keuangan daerah, dan kelembagaan.

Dalam bidang ekonomi struktur perekonomian daerah telah menunjukkan adanya perubahan ke struktur yang lebih seimbang antara sektor pertanian, industri dan jasa. Ini ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian di satu sisi, dan meningkatnya peranan sektor industri dan jasa di sisi lain (Tabel VIII-1). Perubahan ini telah berlangsung di seluruh propinsi.

Laju pertumbuhan PDRB dan PDRB per kapita telah meningkat dengan pesat dan menunjukkan hasil yang menggembirakan di semua propinsi (Tabel VIII-2). Bersamaan dengan peningkatan dalam pendapatan, pemerataan pendapatan secara nasional juga mengalami perbaikan. Secara umum, kedua hal tersebut di atas menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan masyarakat disertai Pula dengan peningkatan pemerataannya. Hal itu tercermin dengan berkurangnya jumlah penduduk miskin dari 70 juta jiwa atau 60 persen dari jumlah penduduk pada tahun 1970 menjadi 25,9 juta jiwa atau 13,67 persen dari jumlah penduduk pada tahun 1993. Pengurangan ini terjadi hampir di seluruh propinsi.

VIII/9

Page 10:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Tingkat kesejahteraan penduduk di daerah telah mengalami kemajuan yang berarti seperti ditunjukkan oleh beberapa indikator yaitu tingkat melek huruf, angka kematian bayi, dan angka harapan hidup (Tabel VIII-3). Kemajuan ini menunjukkan semakin baiknya kualitas hidup secara fisik di seluruh daerah sejalan dengan semakin baiknya tingkat pendapatan dan pemerataan pendapatan masyarakat.

Kemampuan keuangan pemerintah daerah, sebagai salah satu indikator keberhasilan ekonomi daerah, telah pula meningkat dengan pesat. Dalam periode 1985/86 - 1986/87 pertumbuhan penerimaan daerah dari pajak bumi dan bangunan (PBB) meningkat sebesar 180 persen dan dalam periode 1986/87 - 1993/94 meningkat lagi sebesar 1.862,8 persen (Tabel VIII-4). Hal ini disebabkan oleh perubahan sistem pajak kekayaan dari iuran pembangunan daerah (IPEDA) menjadi PBB dan perbaikan efisiensi administrasi PBB. Sementara itu pendapatan asli daerah (PAD) pemerintah daerah tingkat I dan II telah pula menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pertumbuhan rata-rata per tahun PAD tingkat I adalah 20,1 persen dalam kurun waktu 1986/87 - 1993/94 (Tabel VIII-5) dan PAD tingkat II adalah 18,35 persen dalam kurun waktu 1986/87 - 1992/93 (Tabel VIII-6). Kedua hal ini menunjukkan meningkatnya kemampuan pemerintah daerah dalam pembiayaan pembangunan di daerahnya dan dengan demikian meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam mewujudkan otonomi daerah yang makin nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.

Dalam pelaksanaan pembangunan yang menjadi tugas pemerintah daerah tingkat I, selama PJP I telah terjadi berbagai perkembangan. Sebelum PJP I, keterbatasan kemampuan keuangan pemerintah daerah menyebabkan sangat terbatasnya kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Untuk meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah daerah tingkat I, sepuluh persen

VIII/l0

Page 11:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

pajak ekspor hasil perkebunan diserahkan kepada pemerintah daerah dalam bentuk devisa yang dikenal dengan Alokasi Devisa Otomatis (ADO). Dalam Repelita II dan selanjutnya, sistem ADO diganti dengan sistem Sumbangan Pemerintah Pengganti ADO (SPPADO) yang alokasinya untuk tiap daerah tingkat I berdasarkan ADO, dan kemudian diganti dengan sistem Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I (Inpres Dati I). Alokasi bantuan bagi daerah tingkat I tidak lagi didasarkan atas ekspor tetapi mulai didasarkan atas jumlah bantuan minimum yang terus ditingkatkan.

Pada tahun 1974/75, jumlah bantuan minimum dalam Inpres Dati I kepada daerah tingkat I yang tidak mempunyai hasil ekspor dan masih terbelakang adalah Rp500 juta, pada akhir Repelita II menjadi Rp2 miliar. Besarnya bantuan minimum terus ditingkatkan menjadi Rp9 miliar pada akhir Repelita III, dan mulai akhir Repelita IV semua propinsi memperoleh bantuan sama besar yaitu Rp12 miliar yang disebut sebagai bantuan dasar. Jumlah bantuan dasar ini terus ditingkatkan, hingga pada awal Repelita VI menjadi Rp25 miliar.

Sejak tahun 1990/91 diadakan penyempurnaan dengan menambah faktor luas wilayah daratan sebagai tambahan kriteria alokasi. Perbaikan dalam kriteria pengalokasian bantuan ini dimaksudkan untuk lebih memeratakan pelaksanaan pembangunan daerah, dan mempercepat daerah-daerah yang terbelakang dalam mengejar ketertinggalan mereka dalam pembangunan. Besarnya bantuan yang dibagi atas dasar luas wilayah pada tahun tersebut adalah Rp108,0 miliar. Selain itu, pemerintah daerah tingkat I melaksanakan pemeliharaan prasarana dan sarana yang telah dibangun dan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah tingkat I agar dapat dimanfaatkan secara optimal, khususnya prasarana jalan dan irigasi.

VIII/11

Page 12:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Pembangunan daerah tingkat II terutama diarahkan kepada peningkatan pelayanan dan koordinasi pembangunan melalui penataan ruang. Pembangunan daerah tingkat II meliputi kegiatan pembangunan yang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah tingkat II, terutama dalam penyelenggaraan pelayanan terhadap masyarakat, serta kegiatan koordinasi pelaksanaan pembangunan di daerah beserta pengendaliannya. Selama PJP I banyak kemajuan yang dicapai dalam pembangunan daerah tingkat II yang meliputi kemajuan di bidang keuangan daerah, kelembagaan, ketersediaan prasarana, dan penang-gulangan kemiskinan.

Di bidang keuangan daerah banyak hal yang telah dihasilkan terutama untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dengan titik berat pada daerah tingkat II. Kemajuan keuangan daerah dicapai melalui penggalian PAD, penggalian PBB maupun peningkatan bantuan pusat kepada daerah tingkat II dalam bentuk program Inpres. Baik PAD pemerintah daerah tingkat II maupun pertumbuhan penerimaan PBB selama PJP I telah meningkat dengan pesat. Kedua hal ini menunjukkan tingkat kesiapan dan kemampuan daerah dalam pembiayaan pembangunan, dalam rangka mewujudkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab. Bantuan pusat kepada daerah tingkat II digunakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan dan prioritas di masing-masing daerah.

Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Dati II) yang mulai diberikan pada tahun 1970/71, terutama ditujukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah tingkat II dalam membiayai kegiatan pembangunan yang merupakan lingkup tugas dan tanggung jawabnya. Dalam Repelita V penggunaan Inpres Dati II diarahkan pula kepada kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang telah tersedia, terutama jalan dan jembatan.

VIII/12

Page 13:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Di samping itu juga untuk pembangunan jalan baru dalam mendukung pertumbuhan perekonomian daerah. Besar bantuan ini pada awal pelaksanaannya didasarkan pada jumlah penduduk, dan untuk daerah tingkat II yang jumlah penduduknya berada di bawah jumlah minimum tertentu, besar bantuan yang diberikan ditetapkan sebesar jumlah bantuan minimum. Tahun 1970/71, besarnya bantuan masing-masing daerah berdasarkan atas perhitungan penduduk sebesar Rp50 per kapita, dengan minimum bantuan Rp5 juta. Pada akhir Repelita V, tahun 1993/94 bantuan perkapita menjadi Rp5.000 per kapita, dengan bantuan minimum Rp l miliar. Di samping bantuan tersebut, daerah tingkat II memperoleh pula bantuan tambahan sebagai perangsang dalam pengumpulan hasil PBB, untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat di daerah dan mendorong pemerintah daerah dalam meningkatkan upaya penggalian sumber pendapatannya. Dana perangsang ini pada dua tahun terakhir Repelita V ditiadakan.

Sejak tahun 1994 pemerintah daerah tingkat II menerima 74,8 persen dari seluruh hash pengumpulan PBB di daerah.

Pembangunan desa diarahkan kepada peningkatan kelembagaan masyarakat dan swadaya masyarakat. Pembangunan desa adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong. Pembangunan desa sebagai bagian dari upaya pembangunan daerah yang telah dilaksana-kan sejak Repelita I, terutama diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia termasuk penciptaan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat perdesaan dalam berproduksi, mengolah dan memasarkan hasil produksinya, sehingga tercipta lapangan kerja dan pemerataan pendapatan.

VIII/13

Page 14:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Selama PJP I, pembangunan desa telah berhasil dalam memajukan desa dan kesejahteraan masyarakatnya, mendukung pencapaian swasembada pangan, dan telah pula menghasilkan berbagai prasarana dan sarana dalam memperluas pelayanan dasar kepada masyarakat di seluruh pelosok tanah air. Untuk desa dilaksanakan Bantuan Pembangunan Desa (Inpres Desa) yang diberikan secara merata bagi seluruh desa sejak Repelita I. Bantuan ini diberikan, untuk menggerakkan masyarakat dalam berpartisipasi aktif dalam pembangunan melalui pembangunan prasarana dan sarana dasar, pembangunan prasarana dan sarana sosial, peningkatan kegiatan usaha masyarakat dan peranan wanita dalam pembangunan.

Selain Inpres Dati I, Inpres Dati II dan Inpres Desa, dalam PJP I telah pula dikembangkan berbagai bentuk bantuan lain seperti Inpres Peningkatan Jalan Propinsi (IPJP), Inpres Peningkatan Jalan Kabupaten (IPJK), Inpres Pasar, Inpres Sekolah Dasar (SD), Inpres Reboisasi dan Penghijauan, dan Inpres Sarana Kesehatan. Perkembangan macam dan alokasi bantuan tersebut menunjukkan adanya peningkatan dan keinginan yang kuat dan konsisten dari pemerintah untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia, penciptaan lapangan kerja, pelestarian lingkungan hidup, pelaksanaan pembangunan di daerah, serta pemerataan pembangunan di seluruh daerah.

Ketersediaan bantuan IPJP dan IPJK tersebut di atas telah menambah ketersediaan prasarana jalan di daerah, khususnya jalan kabupaten dan propinsi (Tabel VIII-7). Hasil pembangunan prasarana jalan tersebut menunjukkan semakin baiknya keterhubungan antardaerah dan antarkawasan yang mampu mendorong pertumbuhan serta membuka keterisolasian.

VIII/14

Page 15:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Perhubungan antardaerah juga makin meningkat dengan ditingkatkannya frekuensi pelayanan serta prasarana perhubungan udara dan perhubungan laut, terutama perintis. Dalam PJP I telah dibangun sejumlah bandar udara untuk berbagai ukuran pesawat terbang, serta rehabilitasi dan pembangunan dermaga baru yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kemudahan perhubungan antardaerah dengan cepat dan aman telah memperluas jangkauan pemasaran hasil-hasil produksi daerah serta pergerakan penduduk. Sementara itu di samping meningkatkan keterhubungan antardaerah, perhubungan laut telah pula berfungsi membuka keterisolasian pulau tertentu serta mengaitkan pusat-pusat produksi daerah ke dalam sistem jaringan pemasaran nasional maupun internasional. Hal ini membantu menciptakan keterkaitan dan kerja sama antardaerah yang selanjutnya memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa di dalam upaya perwujudan Wawasan Nusantara.

Dalam membantu penyediaan fasilitas pasar, sejak 1976/77 diberikan bantuan berupa pinjaman berbentuk kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar Kecamatan melalui Bank Indonesia, sedangkan bunganya ditanggung oleh pemerintah melalui Inpres Pasar. Sejak tahun 1983, ditetapkan bahwa penyediaan dana kredit tersebut sepenuhnya ditanggung oleh bank pelaksana. Pada tahun 1984/85 pemberian dana kredit tersebut terhenti oleh karena tidak tersedia dana pada bank pelaksana. Mengingat masih banyaknya kebutuhan pembangunan pasar di tingkat kecamatan, maka pada tahun 1993/94 pemerintah memberikan Bantuan Pembangunan dan Pemugaran Pasar yang berupa hibah.

Pelaksanaan wajib belajar 6 tahun yang telah berhasil, didukung oleh penyediaan sarana pendidikan sekolah dasar melalui Inpres Sekolah Dasar. Dewasa ini, setiap desa dilayani oleh 2 sampai 3 sekolah dasar, dan angka partisipasi SD kasar secara nasional -- yaitu

VIII/15

Page 16:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

rasio anak yang duduk di bangku SD terhadap jumlah anak berusia 7-12 tahun -- adalah sebesar 110,4. Ini berarti semua anak berusia 7-12 tahun dan 10,4 persen dari anak berusia di luar 7-12 tahun telah dapat menikmati pendidikan dasar.

Penyediaan sarana dalam bidang kesehatan telah meningkat melalui Inpres Sarana Kesehatan. Hingga akhir PJP I, di setiap kabupaten telah terdapat sebuah rumah sakit, dan di setiap kecamatan terdapat paling tidak satu pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), sedangkan pada kecamatan yang wilayahnya luas dan penduduknya padat, telah tersedia lebih dari satu Puskesmas, dan setiap Puskesmas didukung oleh 2 sampai 4 Puskesmas Pembantu. Selanjutnya pada tingkat desa masyarakat membentuk pos pelayanan terpadu (Posyan-du) yang diprakarsai oleh gerakan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) dan dibimbing oleh pemerintah. Kegiatan Posyandu diarahkan untuk mengembangkan kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan program keluarga berencana. Dalam rangka mengembangkan kesehatan rujukan dibina jaringan upaya rujukan pelayanan kesehatan mulai dari Puskemas Pembantu di tingkat desa sampai dengan rumah sakit di ibukota kabupaten. Untuk meningkatkan pela-yanan, pada beberapa rumah sakit kabupaten ditempatkan dokter- dokter spesialis. Sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat mem-peroleh pelayanan kesehatan yang semakin baik.

Kegiatan reboisasi dilaksanakan oleh pemerintah daerah tingkat I dan diarahkan pada rehabilitasi kawasan hutan terutama di kawasan lindung. Kegiatan penghijauan dilaksanakan oleh pemerintah daerah tingkat II dan diarahkan pada lahan kritis di luar kawasan hutan. Kegiatan penghijauan meliputi pembuatan petak percontohan, peng-awetan tanah dan usaha pertanian menetap sebagai sarana penyuluhan, pembuatan dam pengendali, dan pembuatan hutan rakyat. Melalui pelaksanaan program penghijauan dan reboisasi pada Repelita I

VIII/ 16

Page 17:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

hingga Repelita V, telah berhasil direhabilitasi lahan kritis seluas 6,51 juta hektare dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan, serta perlindungan daerah aliran sungai (DAS) dalam rangka peningkatan fungsi lingkungan hidup.

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, selama kurun waktu Repelita V telah dilaksanakan program khusus, yaitu program Pengembangan Kawasan Terpadu (PKT). Program ini bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat dan merangsang perkembangan sosial ekonomi masyarakat di kawasan yang relatif tertinggal yang masih belum tersentuh oleh program-program pembangunan yang ada karena keterpencilan lokasi dan keterbatasan sumber daya. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan wilayah secara terpadu mencakup satuan administrasi kecamatan, termasuk desa dan kelompok sasaran, sehingga hasilnya dapat memberikan manfaat terhadap perbaikan lingkungan tempat tinggal dan berkesinambungan terhadap usaha masyarakat dan perbaikan lingkungan tempat tinggal. Dalam Repelita VI program ini dilanjutkan dengan Inpres Desa Tertinggal (IDT).

Dalam menunjang pelaksanaan pembangunan daerah, telah diperkuat pula struktur kelembagaan dan mekanisme perencanaan pembangunan yang dimulai dari tingkat desa dengan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dan musyawarah pembangunan desa, tingkat kecamatan dengan Temu Karya Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP), di daerah tingkat II dengan Bappeda tingkat II sebagai unsur perencana serta Rapat Koordinasi Pembangunan Ting-kat II (Rakorbang II), dan di daerah tingkat I dengan Bappeda tingkat I sebagai unsur perencana serta Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat I (Rakorbang I). Koordinasi perencanaan pembangunan antara daerah tingkat I dalam suatu wilayah pembangunan daerah tertentu dilaksanakan dalam forum Konsultasi Pembangunan Regional

VIII/17

Page 18:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

(Konregbang). Dalam Rapat Konsultasi Pembangunan Nasional (Konas) hasil persiapan dan usulan pembangunan tersebut dirumuskan dan diajukan kepada pemerintah sebagai rencana pembangunan masing-masing daerah. Melalui proses ini diupayakan keterpaduan antara program sektoral dengan aspirasi daerah dan kenyataan yang ada di lapangan.

Kemampuan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan semakin baik dengan berkembangnya lembaga swadaya masyarakat, kelembagaan adat, lembaga dan bank perkreditan rakyat, koperasi, serta organisasi kemasyarakatan dalam bidang kebudayaan, pendidik-an, dan keagamaan. Melalui pelaksanaan program pembangunan daerah yang berkesinambungan selama lima Repelita, telah meningkat pula kualitas dan kemampuan pengelolaan pembangunan daerah ting-kat I, daerah tingkat II, dan desa dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di daerah masing-masing. Peningkatan kemampuan aparatur dan perangkat pemerintahan daerah telah membuka peluang untuk meningkatkan desentralisasi urusan-urusan pemerintahan beserta pelaksanaannya dalam mengisi otonomi daerah yang lebih mantap.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan daerah dan administrasi pemerintahan daerah, selama PJP I telah dilaksanakan penataan batas wilayah, pemindahan ibu kota kabupaten, dan penyesuaian status daerah. Penyesuaian status daerah juga dilaksanakan antara lain dengan mengukuhkan 5 kota administra-tif menjadi kotamadya Dati II, membentuk 397 kecamatan baru, 41 kota administratif, 18 kabupaten baru, dan 1 propinsi baru, yaitu Propinsi Timor Timur pada tahun 1976. Penataan desa dilakukan di beberapa propinsi, antara lain penggabungan desa di Propinsi Kali -mantan Barat dari 4.685 desa menjadi 1.355 desa. Di Irian Jaya dilak-sanakan pemekaran desa sekaligus pengukuhan desa-desa transmi-grasi, dari 892 desa menjadi 2.195 desa. Secara keseluruhan pada

VIII/18

Page 19:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

tahun kelima Repelita V terdapat 27 propinsi, 243 kabupaten, 55 kotamadya, 6 kotamadya administratif, 35 kota administratif, 3.841 kecamatan, dan 64.367 desa/kelurahan.

Dalam pelaksanaan alas desentralisasi, telah diserahkan kepada daerah sebagian dari urusan pemerintahan yang meliputi bidang pertanian; kehewanan/peternakan; perikanan darat; perikanan laut, kehutanan dan karet rakyat; perkebunan; transmigrasi dan perambah hutan; pemerintahan umum; sosial ; koperasi dan pembinaan pengusaha kecil; pariwisata; pekerjaan umum; lalulintas angkutan jalan; pertambangan; perdagangan; kesehatan; perburuhan; perindustrian; dan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. Urusan-urusan tersebut diselenggarakan oleh dinas-dinas daerah, baik di tingkat I maupun tingkat II.

Untuk menunjang keserasian perencanaan pembangunan, pada tahun 1974 di daerah tingkat I dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) tingkat I, dan mulai tahun 1980 dibentuk Bappeda tingkat II. Pada akhir PJP I seluruh daerah tingkat I dan II telah memiliki Bappeda. Di samping semakin lengkapnya perangkat penyelenggaraan pemerintah daerah, fungsi pemerintah daerah juga semakin meningkat dengan berfungsinya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tingkat I dan II sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1974. Sejalan dengan ditetapkannya UU Nomor 5 Tahun 1974 tersebut lembaga Sekretaris Daerah disempurnakan menjadi Sekretaris Wilayah Daerah (Setwilda). Untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan pemerintahan

VIII/19

Page 20:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

dan pembangunan, serta pengawasannya, dibentuk Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya. Untuk menunjang kegiatan masyarakat dalam penanaman modal, dibentuk Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Tingkat I. Sedangkan masyarakat dunia usaha di daerah membentuk lembaga Kamar Dagang dan Indus tr i

Page 21:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Daerah (Kadinda) tingkat I dan II. Dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila telah pula dibentuk Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) di daerah tingkat I dan II. Dengan demikian di bidang otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki hak dan kewajiban yang makin besar dan luas dalam melaksanakan pemerintahan umum dan melaksanakan pembangunan di daerah secara makin efektif dan efisien. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah Dengan Titik Berat Pada Daerah Tingkat II, perkembangan otonomi di tingkat pemerintahan daerah tingkat I diharapkan dapat mengembangkan dan memperkaya urusan-urusan yang kemudian menjadi bagian dari perkembangan otonomi pemerintahan di daerah tingkat II. Dengan ditetapkannya UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, dibentuklah pemerintahan desa serta Lembaga Musyawarah Desa (LMD). Selain itu, Lembaga Sosial Desa (LSD) yang telah ada disempurnakan menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Untuk mengembangkan dan mendorong perekonomian desa, dibentuk Koperasi Unit Desa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah adalah melalui pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia antara lain melalui transmigrasi. Transmigrasi dalam pengertian pemindahan penduduk telah ada sejak tahun 1905 pada masa Pemerintahan Hindia Belanda. Namun mengingat dasar penyelenggaraannya yang hanya menguntungkan pihak pemilik modal bangsa Belanda dan bangsa asing lainnya maka kegiatan yang dinamakan kolonisasi ini sangatlah berbeda dengan transmigrasi dewasa ini. Transmigrasi yang diseleng-garakan Pemerintah Republik Indonesia dimulai sejak tahun 1950-an setelah lahirnya Dinas Transmigrasi pada Kementerian Perburuhan dan Sosial. Pengiriman transmigran pertama dilaksanakan pada 12 Desember 1950 sebanyak 23 kepala keluarga yang meliputi 77 jiwa

VIII/20

Page 22:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

transmigran ke Lampung. Transmigrasi dalam alam kemerdekaan sangat berbeda dengan yang dilakukan sebelumnya. Jika pada masa kolonial penduduk dipindahkan sebagai kuli pada perkebunan-perkebunan Belanda, pada masa kemerdekaan mereka pindah untuk menjadi petani yang mengusahakan tanahnya sendiri.

Kemudian, sejalan dengan perubahan pandangan tentang peran transmigrasi pada saat yang bersangkutan, penyelenggaraan transmi-grasi dimasukkan ke dalam kementerian yang berbeda-beda yaitu pada Kementerian Pembangunan dan Pemuda, Kementerian Dalam Negeri, Menteri Negara Urusan Pembangunan Antar Daerah Transmigrasi, kemudian dikembalikan di bawah Departemen Dalam Negeri. Pada awal penataan administrasi pemerintahan di bawah Orde Baru penye-lenggaraan transmigrasi dimasukkan ke dalam Departemen Transmi-grasi, Veteran dan Mobilisasi. Selanjutnya, pada masa Repelita I transmigrasi ditempatkan di bawah Departemen Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa. Pada tahun 1972 lahir Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1972 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Transmigrasi dan selanjutnya pada tahun 1973 lahir PP Nomor 42 Tahun 1973 tentang penyelenggaraan transmigrasi sebagai tindak lanjut dari UU Nomor 3 Tahun 1972 tersebut. Pada masa Repelita III transmigrasi ada di bawah Departemen Tenaga Kerja dan Transmi-grasi, dengan seorang Menteri Muda Urusan Transmigrasi. Sejak Repelita IV urusan transmigrasi berada sendiri di bawah Departemen Transmigrasi.

Sejak tahap awal, selain menangani pemindahan transmigran umum transmigrasi juga menangani pemindahan penduduk yang disebut transmigran khusus, yaitu transmigran yang dikaitkan dengan penyelesaian masalah bekas pejuang yang tergabung dalam Corps Tjadangan Nasional (CTN), yang dikoordinasikan oleh Biro Rekons-truksi Nasional (BRN), pemindahan bekas tahanan SOB (Staat van

VIII/21

Page 23:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Oorlog en Beleg) ke daerah luar Jawa dan penempatan repatrian asal Suriname. Lokasi transmigrasi bagi penempatan bekas pejuang pada masa itu antara lain adalah Bandar Jaya di Lampung, Marabahan dan Martapura di Kalimantan Selatan, dan Kairatu di Maluku. Para bekas tahanan SOB ditempatkan di Pangkalan Susu, Sumatera Utara, di Pematang Tujuh, Kalimantan Barat dan di Samboja, Kalimantan Timur, sedangkan repatrian asal Suriname ditempatkan di Tonggar, Kabupaten Pasaman Sumatera Barat. Pada tahun-tahun berikutnya transmigrasi dikaitkan pula dengan penyelesaian akibat bencana alam terutama letusan gunung berapi seperti letusan Gunung Agung.

Jumlah transmigran yang telah dipindahkan sampai sebelum Repelita I berjumlah sekitar 318.100 orang yang terdiri dari sekitar 290.400 orang dalam periode 1950 - 1965 dan sekitar 27.700 orang dalam periode 1966 - 1969. Dengan demikian rata-rata penempatan transmigran dalam periode tersebut mencapai sekitar 20.000 orang per tahun atau sekitar 4.000 sampai 5.000 kepala keluarga per tahun. Daerah tujuan terbesar pada waktu itu adalah Lampung (31,1 persen) dan Sumatera Selatan (25,5 persen).

Sejak PJP I, mulai Repelita I penyelenggaraan transmigrasi mulai ditata dengan baik, dengan menyiapkan daerah tujuan dengan sebaik-baiknya. Karena kemampuan yang sangat terbatas, pada awalnya pelaksanaannya masih berskala kecil. Upaya transmigrasi pada Repeli-ta II dikaitkan dengan pembukaan lahan pasang surut dalam rangka membantu pencapaian swasembada pangan. Pada Repelita III transmi-grasi mulai dilaksanakan secara besar-besaran, dengan penelitian daerah tujuan secara lebih intensif. Pada Repelita III, di samping transmigrasi yang berasal dari daerah padat diusahakan pula permu-kiman bagi penduduk setempat dalam bentuk APPDT (alokasi permukiman penduduk daerah transmigrasi) sebesar 20 persen dari jumlah yang ditempatkan. Setelah tercapainya swasembada pangan,

VIII/22

Page 24:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

pelaksanaan transmigrasi dikaitkan dengan pengembangan ekspor dengan mengembangkan pola perkebunan inti rakyat (PIR-Trans) diberbagai daerah. Pada akhir Repelita V pelaksanaan transmigrasi dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan lainnya seperti pengem-bangan perikanan, kehutanan, dan industri melalui pola tambak inti rakyat (TIR), pola transmigrasi nelayan, pola pengembangan hutan tanaman industri (HTI-Trans), dan pola jasa industri.

Selama PJP I program transmigrasi telah berhasil menyediakan lapangan kerja baru bagi sekitar 1,5 juta kepala keluarga (KK) trans-migran serta dapat menghidupi lebih kurang 8 juta jiwa. Sebagian besar lapangan kerja tersebut tersedia di bidang pertanian melalui pembukaan 0,9 juta hektare lahan pertanian pangan dan 0,8 juta hektare lahan pertanian komoditas lainnya, sedangkan lapangan kerja lainnya berada di bidang nonpertanian.

Secara nasional, pembangunan transmigrasi telah turut mendukung upaya peningkatan swasembada pangan. Produksi beras dari permukiman transmigrasi di Sulawesi Tengah mencapai sekitar 96 persen dari total produksi beras di propinsi tersebut. Di propinsi Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Selatan, peranan permukiman transmigrasi dalam produksi beras mendekati 50 persen dari seluruh produksi beras di tiap-tiap propinsi. Di daerah transmigrasi di 18 propinsi lain, walaupun peranannya dalam mendukung swasembada pangan tidak sebesar ketiga propinsi tersebut, produksinya cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu. Selain itu, kegiatan transmigrasi telah meningkatkan pula produksi berbagai komoditas ekspor, ter -utama kelapa sawit dan karet.

Pembangunan transmigrasi telah memberi sumbangan yang berarti dalam menunjang perwujudan Wawasan Nusantara serta meningkatkan Ketahanan Nasional. Selama PJP I telah terbentuk

VIII/23

Page 25:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

1.931 desa baru yang berasal dari permukiman transmigrasi yang tersebar di 21 propinsi di luar Jawa, dan masih dibina sebanyak 553 unit permukiman transmigrasi (UPT) yang meliputi sekitar 200.000 KK transmigran.

Pelaksanaan pembangunan transmigrasi selama PJP I juga mencakup pembangunan prasarana jalan di daerah transmigrasi sepan-jang lebih kurang 55.000 kilometer dan jembatan sekitar 69.000 meter, menghubungkan permukiman transmigrasi yang pada umum-nya terpencil dengan jalan kabupaten atau jalan propinsi.

Selain hasil yang telah dicapai tersebut di atas, transmigrasi telah membantu mengurangi masalah kependudukan di daerah asal sebagai akibat tekanan penduduk yang berlebihan. Di samping itu, pem-bangunan transmigrasi memberikan pilihan tempat tinggal dan lapangan usaha bagi penduduk yang tidak memiliki lahan atau lahannya sangat sempit serta penduduk yang terkena proyek pem-bangunan, seperti pembangunan waduk Gajah Mungkur, waduk Karangkates, dan waduk Kedung Ombo, serta penduduk yang terkena bencana alam. Di luar pulau Jawa, pembangunan transmigrasi juga telah dapat membantu menyelesaikan permasalahan penduduk di daerah yang menjadi lokasi proyek pembangunan, antara lain Koto Panjang di Riau dan Rimbo Datar di Sumatera Barat yang merupakan daerah genangan akibat pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA Koto Panjang).

Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama PIP I telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan dampak terhadap persebaran penduduk di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk yang berdiam di Pulau Jawa dan Bali meliputi sekitar 65,6 persen, sedangkan berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1990 persentase

VIII/24

Page 26:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

tersebut menurun menjadi sekitar 61,5 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Perubahan persentase persebaran jumlah penduduk terutama terjadi di Pulau Sumatera dari 17,6 persen pada tahun 1971 menjadi 20,3 persen pada tahun 1990, dan di Pulau Kalimantan dari 4,3 persen pada tahun 1971 menjadi 5,1 persen pada tahun 1990. Sementara itu, di daerah lain persentase jumlah penduduk terhadap penduduk Indonesia secara keseluruhan relatif tidak berubah.

Upaya pembangunan daerah dan transmigrasi yang dilaksanakan selama PJP I telah dapat meningkatkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat secara umum, memantapkan kemampuan aparatur dan kelembagaan pemerintah daerah, serta memperbaiki kondisi prasarana ekonomi maupun prasarana sosial. Dalam PJP II, diawali dengan Repelita VI, upaya tersebut akan dilanjutkan dan ditingkatkan.

B. PEMBANGUNAN DAERAH

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan daerah dalam Repelita VI adalah berkembangnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab dengan titik berat pada daerah tingkat II; meningkatnya kemandirian dan kemampuan daerah dalam menyeleng-garakan pembangunan di daerah; tercapainya sasaran pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah untuk lebih menyeimbangkan per-tumbuhan ekonomi antardaerah, antarkawasan, serta antarkota dan desa; makin terkoordinasinya pembangunan antarsektor dan antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah; meningkatnya dan makin selarasnya peranan daerah perkotaan dan perdesaan dalam pembangunan nas ional dan daerah dalam menyeimbangkan

VIII/25

Page 27:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

pertumbuhan antarwilayah; meningkatnya taraf hidup dan kesejah-teraan masyarakat, termasuk makin berkurangnya jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal di perkotaan dan perdesaan; meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan; makin mantapnya lembaga perekonomian di daerah, mulai dari perdesaan; telah tersedianya rencana tata ruang yang efektif, operasional dan diketahui masyarakat luas; meningkatnya mutu lingkungan hidup yang men-dukung pembangunan daerah yang berkelanjutan; berkembangnya budaya daerah seiring dengan berkembangnya nilai budaya baru akibat kemajuan dalam masyarakat; dan berkembangnya pemanfaatan teknologi dalam pembangunan daerah.

Dalam mewujudkan sasaran pembangunan daerah, dalam Repe-lita VI dikembangkan berbagai kebijaksanaan, yang antar lain adalah meningkatkan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, meman-tapkan penyelenggaraan urusan yang telah menjadi urusan otonomi daerah, baik tingkat I maupun tingkat II; meningkatkan kemampuan aparatur, kelembagaan dan keuangan pemerintah daerah; meningkat-kan keserasian pertumbuhan antardaerah, antara lain dengan memacu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan antardaerah dengan mengembangkan, potensi sesuai dengan kondisi daerah; meningkatkan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah dalam rangka memacu pertumbuhan melalui pemerataan, dan dengan men-ciptakan keterkaitan fungsional antardaerah, antarwilayah, antarkota, antardesa, dan antara kota dan desa.

Kebijaksanaan lain yang seiring adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk mendorong kegiatan ekonomi daerah dengan memberikan kemudahan dan deregulasi di daerah tingkat I dan II untuk menciptakan iklim usaha yang makin baik, meningkatkan investasi, ekspor nonmigas, peranan dan pertumbuhan usaha menengah dan kecil, termasuk koperasi dan penciptaan lapangan

VIII/26

Page 28:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

kerja; mengembangkan partisipasi aktif masyarakat, termasuk pengembangan peranan wanita dan pemuda dalam pembangunan yang dilaksanakan dengan mendorong dan membina organisasi kemasya-rakatan, organisasi wanita dan pemuda, lembaga perekonomian rakyat termasuk koperasi, lembaga tradisional, dan lembaga kemasyarakat lainnya; memantapkan penggunaan perangkat penataan ruang dalam pembangunan daerah sedemikian rupa sehingga pemanfaatan ruang dalam mengisi pembangunan di daerah dilakukan secara optimal dan berkelanjutan; mengembangkan budaya daerah dalam rangka memperkuat jati diri bangsa serta menunjang pembangunan nasional, antara lain di bidang pendidikan dan kepariwisataan; dan mengem-bangkan pemanfaatan teknologi dengan mengembangkan kemampuan sumber daya manusia.

Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan pembangunan daerah tingkat I dilaksanakan program pembangunan daerah tingkat I yang mencakup antara lain peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat I, program peningkatan kemampuan keuangan pemerintah daerah tingkat I, dan program peningkatan prasarana dan sarana, program pengembangan dunia usaha, program pengembangan kawasan khusus, program peningkatan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan pembangunan daerah tingkat II dilaksanakan program peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat II, program peningkatan kemampuan keuangan daerah tingkat II, program peningkatan prasarana dan sarana, program pengembangan kegiatan usaha masyarakat, program penanggulangan kemiskinan di daerah tingkat II, program peningkatan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta program penataan ruang daerah.

VIII/27

Page 29:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Kebijaksanaan dan langkah-langkah pembangunan desa dalam Repelita VI dilaksanakan melalui berbagai program pembangunan desa yang meliputi pemantapan kelembagaan pemerintah desa; pendi-dikan, pelatihan, dan penyuluhan; pengembangan keswadayaan masyarakat; pengembangan perekonomian desa; pengembangan prasarana dan sarana di desa; dan penanggulangan kemiskinan.

Khusus untuk meningkatkan pemerataan antargolongan masya-rakat, telah diluncurkan kebijaksanaan dan program khusus penanggu-langan kemiskinan melalui program Inpres Desa Tertinggal (IDT).

2. Pelaksanaan dan Hasil-hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Berdasarkan kebijaksanaan dan langkah-langkah serta program-program yang disusun untuk mencapai sasaran-sasaran dalam Repelita VI, dalam tahun pertama Repelita VI dilaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan yang meliputi Pembangunan Daerah Tingkat I, Pembangunan Daerah Tingkat II, Pembangunan Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Pembangunan Transmigrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut serta hasil-hasilnya diuraikan di bawah ini.

a. Pembangunan Daerah Tingkat I

Pembangunan daerah tingkat I adalah semua kegiatan pem-bangunan yang dilaksanakan di wilayah daerah tingkat I, baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Pada tahun 1994/95, pembangunan daerah tingkat I dilaksanakan untuk menjawab tantangan pembangun- an daerah tingkat I pada Repelita VI antara lain meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah, menserasikan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memacu pertumbuhan daerah, meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan,

VIII/28

Page 30:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

serta melaksanakan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan. Dalam upaya menjawab tantangan tersebut, dilaksanakan pembangunan daerah tingkat I yang meliputi program peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat I, peningkatan kemampuan keuangan daerah tingkat I, peningkatan prasarana dan sarana, pengembangan dunia usaha di daerah, pengembangan kawasan khusus, serta peningkatan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup.

1) Program Peningkatan Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Tingkat I

Pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat I pada tahun pertama Repelita VI pada intinya adalah melanjutkan kebijaksanaan yang telah berjalan pada Repelita V, serta melaksanakan beberapa perbaikan dan penyempurnaan.

Saat ini ketersediaan tenaga ahli perencana di Bappeda Tingkat I telah makin mantap dan merupakan tenaga tetap yang tangguh. Upaya yang dilakukan antara lain melalui penyebaran sarjana baru yang ditempatkan di beberapa daerah, dan peningkatan kemampuan perencanaan melalui kursus Program Perencanaan Nasional (PPN) yang telah dilaksanakan sejak tahun 1972 bekerja sama dengan Universitas Indonesia. Pada tahun 1994/95, melalui kursus PPN telah dilatih sebanyak 33 orang.

Untuk menserasikan beban tanggung jawab dan wewenang masing-masing pejabat tertentu di daerah yang semakin meningkat, telah dilakukan penyesuaian struktur jabatan di daerah. Sebagai contoh, jabatan sekretaris wilayah daerah tingkat I ditingkatkan menjadi eselon I, dan pejabat kepala dinas tertentu di tingkat I diting-katkan menjadi eselon II.

VIII/29

Page 31:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Peserta berbagai program pendidikan dan latihan (diklat) dalam rangka meningkatkan kemampuan aparatur senantiasa meningkat. Diklat akademis ini meliputi pendidikan di Institut Ilmu Pemerintahan (IIP), Akademi Pemerintahan Dalam Negeri/Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN/ STPDN), dan program-program SI, S2 dan S3 di beberapa universitas negeri. Jumlah peserta diklat akademis sampai dengan akhir Repelita V adalah 8.636 orang, sedangkan jumlah peserta pada tahun 1994/95 meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 1.792 orang (Tabel VIII-8).

Melalui diklat penjenjangan diselenggarakan SEPADA (Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Dasar), SEPALA (Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Lanjutan), dan SEPADYA (Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Madya). Keseluruhan peserta diklat pen-jenjangan tersebut selama tahun 1994/95 berjumlah 7.591 orang.

Di samping itu, untuk meningkatkan kemampuan teknis aparatur pemerintah, juga telah dilaksanakan berbagai diklat teknis fungsional. Pada tahun 1994/95 secara keseluruhan telah diselenggarakan 126 jenis kursus, di antaranya Kursus Manajemen Pengawasan, Kursus Administrasi Kewidyaiswaraan, Kursus Manajemen Proyek, Pelatihan Pengajar (TOT) STPDN, serta Pembekalan Akhir Nindyapraja (Tabel VIII-8). Melalui program diklat persiapan pegawai pada tahun 1994/95 telah dilaksanakan pelatihan prajabatan bagi 114 calon pegawai di lingkungan kantor pusat Departemen Dalam Negeri.

Dalam rangka pembangunan prasarana kelembagaan, pada tahun 1994/95 melalui program ini telah dibangun Kantor Inspektorat Wilayah Propinsi (Itwilprop) di Propinsi Bengkulu, Sulawesi Utara dan Bali, rehabilitasi Kantor Gubernur Nusa Tenggara Timur, dan pembangunan Kantor Dinas Pariwisata Sulawesi Utara.

VIII/30

Page 32:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Untuk menunjang peningkatan kelembagaan pemerintahan daerah, sejak tahun 1991/92 telah dikembangkan Sistem Informasi Manajemen Departemen Dalam Negeri (SIMDAGRI), yang kemudian dikembangkan ke daerah-daerah dengan membentuk kantor pengolahan data elektronik (KPDE) di masing-masing daerah tingkat I sebagai bagian dari pengembangan sistem informasi manajemen daerah (SIMDA). Pada awal Repelita VI, pengembangan SIMDAGRI diupayakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penye-lenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan melalui pembangunan Sistem Komunikasi Departemen Dalam Negeri (SISKOMDAGRI), pendayagunaan program aplikasi Sistem Informasi Kependudukan (SIMDUK) serta Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian RI (SIMKRI) dan Sistem Informasi Penataan Administrasi (SIPA).

2) Program Peningkatan Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat I

Pembangunan yang diarahkan untuk memacu pemerataan pem-bangunan ke seluruh daerah senantiasa memerlukan dana yang cukup besar. Kebutuhan dana tersebut dipenuhi melalui investasi dana masyarakat serta APBN dan APBD. Karena keterbatasan kemampuan keuangan daerah dan dalam rangka mengupayakan keselarasan pembangunan sektoral dan pembangunan daerah serta peningkatan pemerataan pembangunan daerah, diberikan bantuan pembangunan kepada daerah, yang diantaranya adalah bantuan pembangunan kepada daerah tingkat I. Dalam perkembangannya, bantuan pembangunan daerah ini memegang peranan yang besar pada keuangan pemerintah daerah (Tabel VIII-9).

Secara nasional, pada awal Repelita VI (1994/95) peranan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I dalam anggaran pem -

VIII/31

Page 33:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

bangunan daerah tingkat I (APBD I) menurun dari rata-rata 31 persen pada tahun 1993/94 menjadi 28,7 persen. Walaupun secara absolut besarnya bantuan ini bertambah, tetapi dengan semakin kecilnya peranan bantuan ini dalam APBD I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan pemerintah daerah tingkat I dalam meningkatkan pendapatan lainnya, terutama pendapatan asli daerah (Tabel VIII-10).

Secara umum, Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I selama pelaksanaannya telah membantu daerah dalam membiayai kebutuhan dan prioritas pembangunan sektoral dan lintas sektoral di daerah. Sektor-sektor prioritas yang pembangunannya dilaksanakan melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, sampai dengan awal Repelita VI adalah sektor perhubungan dan pariwisata; aparatur pemerintah dan pengawasan; perumahan dan permukiman; pertanian dan pengairan; pendidikan, generasi muda, kebudayaan dan kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa; serta pembangunan daerah bawahan (label VIII-11).

Untuk lebih meningkatkan kemampuan keuangan daerah tingkat I, mulai awal Repelita VI (1994/95), dilaksanakan beberapa penyem-purnaan terhadap kriteria alokasi Bantuan Pembangunan Daerah. Khususnya untuk kriteria Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I, disempurnakan dengan memberikan tambahan dana untuk kegiatan pemantauan pelaksanaan pembangunan di daerah tingkat I, selain kriteria yang sudah ada yaitu bantuan dasar dan luas wilayah. Di samping itu, Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi (BPJP) dan Bantuan Reboisasi yang semula merupakan bantuan khusus di-masukkan ke dalam Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I. Dalam tahun 1994/95 seluruh Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I ter-sebut berjumlah Rpl.218,7 miliar.

VIII/32

Page 34:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Selain Bantuan Pembangunan Daerah, unsur penerimaan lainnya dalam keuangan pemerintah daerah tingkat I adalah penerimaan bagi hasil pajak dan bukan pajak yang sebagian besar berasal dari PBB. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1985, bagian penerimaan PBB untuk daerah tingkat I adalah 16,2 persen. Peneri -maan PBB untuk daerah tingkat I meningkat dari sebesar Rp103,6 miliar pada akhir Repelita IV menjadi Rp412,3 miliar pada akhir Repelita V. Sedangkan penerimaan PBB secara keseluruhan pada tahun 1993/94 adalah RpI.485,9 miliar dan pada tahun 1994/95 meningkat menjadi Rp1.686,9 miliar, yang berarti mengalami pening-katan sebesar 13,5 persen.

Meningkatnya penyaluran dana pembangunan kepada daerah tingkat I, baik melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I maupun bagi hasil PBB, turut meningkatkan kemampuan keuangan daerah tingkat I yang ditunjukkan oleh meningkatnya porsi PAD tingkat I dalam APBD tingkat I.

3) Program Peningkatan Prasarana dan Sarana

Pelaksanaan program peningkatan prasarana dan sarana pada tahun pertama Repelita VI diarahkan untuk menunjang pengembangan kawasan khusus dan membuka keterisolasian daerah-daerah yang terpencil dan terbelakang.

Kegiatan peningkatan prasarana dan sarana yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah tingkat I pada khususnya mencakup peningkatan jaringan jalan propinsi dan jaringan irigasi. Peranan Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi (BPJP) terhadap pembangunan daerah khususnya pengembangan perekonomian masyarakat terutama dalam memperlancar lalu lintas terbukti sangat besar. Dengan bantuan ini, kondisi jalan propinsi semakin baik, sehingga pelayanan jasa

VIII/33

Page 35:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

angkutan barang dan penumpang dari pusat-pusat produksi ke pusat -pusat pemasaran domestik dapat dipercepat dan telah mendorong pertumbuhan perekonomian daerah. Selain itu, BPJP telah mampu menumbuhkembangkan kemampuan jasa konstruksi, baik di bidang sumber daya manusia, maupun penyediaan peralatannya di daerah.

Pada awal Repelita VI (1994/95) dengan dialokasikannya dana sebesar Rp405,6 miliar, hasil fisik yang dicapai adalah peningkatan jalan sepanjang 3.081 kilometer, dan penggantian serta rehabilitasi jembatan sepanjang 13.285,5 meter (Tabel VIII-12).

Sedangkan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan rawa yang dilaksanakan di daerah irigasi mencapai seluas 4.832.437 hektare dan daerah rawa seluas 1.110.563 hektare.

4) Program Pengembangan Dunia Usaha di Daerah

Dalam menunjang pertumbuhan perekonomian daerah, berdasar-kan Keppres Nomor 26 Tahun 1980 dibentuk Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) yang bertujuan mengkoordinasikan kegiatan pengembangan dunia usaha di daerah. Mulai awal Repelita VI, peranan BKPMD dalam mengembangkan dunia usaha semakin besar. Hal ini berkaitan dengan dikeluarkannya Paket Kebijaksanaan 23 Oktober 1993, yang memberikan kewenangan yang lebih besar dalam prosedur perizinan kegiatan dunia usaha kepada daerah.

Selain itu peraturan yang bertujuan untuk lebih mengembangkan dunia usaha di daerah dilengkapi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 3 Tahun 1995 tentang Pedoman Perencanaan Penanaman Modal di Daerah. Peraturan tersebut antara lain menyebutkan bahwa perencanaan penanaman modal di daerah

VIII/34

Page 36:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

harus mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah. Untuk itu, sebagai penunjang perencanaan pengembangan investasi di daerah, upaya melengkapi dan memasyarakatkan perangkat tata ruang ditingkatkan.

Upaya pembinaan usaha menengah, kecil dan tradisional seperti pemberian kredit usaha melalui Kredit Usaha Kecil (KUK) terus ditingkatkan. Sampai dengan Maret 1995 jumlah kredit yang telah disalurkan adalah Rp35,3 triliun dengan 6.232.299 nasabah. Dilihat dari penyebaran KUK menurut sektor, maka sektor perdagangan, restoran dan hotel merupakan penyerap terbesar yaitu Rp12,6 triliun (35,9 persen). Selanjutnya sektor jasa-jasa menyerap Rp6,2 triliun (17,6 persen), sektor industri Rp3,1 triliun (9 persen), dan sektor pertanian Rp2,3 triliun (6,7 persen).

Pengembangan dunia usaha daerah telah berhasil meningkatkan jumlah usaha industri kecil dari 2.025.150 unit usaha pada tahun 1993 menjadi 2.086.243 unit usaha pada tahun 1994. Dari 2.025.150 unit usaha industri kecil tersebut, telah mampu menyerap tenaga kerja sejumlah 7.442.910 orang dan menghasilkan produksi senilai Rp13,4 triliun.

Pengembangan dunia usaha di daerah yang dilaksanakan melalui berbagai kebijaksanaan telah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah secara tidak langsung di-tunjukkan oleh meningkatnya penerimaan pajak daerah dalam APBD tingkat I. Realisasi penerimaan pajak daerah setiap tahun cenderung meningkat, dan peranannya dalam pendapatan asli daerah adalah sebagai penyumbang terbesar. Pada akhir Repelita IV (1988/89) jumlah penerimaan pajak daerah seluruh Indonesia sebesar Rp655 miliar. Penerimaan tersebut meningkat pada akhir Repelita V (1993/94) menjadi Rp1.663,8 mil iar yang berart i mengalami

VIII/35

Page 37:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

peningkatan sebesar 154 persen atau pertumbuhan rata-rata 20,5 persen pertahun. Pada tahun 1994/95, penerimaan pajak daerah diperkirakan sebesar Rp1.720,4 miliar atau meningkat sebesar 3,4 persen dibandingkan dengan realisasi penerimaan pajak daerah tahun 1993/94.

5) Program Pengembangan Kawasan Khusus

Pelaksanaan program pengembangan kawasan khusus pada tahun pertama Repelita VI yang merupakan lanjutan dari pelaksanaan tahun sebelumnya telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan di daerah-daerah yang relatif tertinggal. Di Propinsi Daerah Istimewa Aceh program ini telah berhasil mengem-bangkan pengolahan dan pemasaran kopi, pengembangan irigasi dan pembangunan jalan desa. Selain itu juga dilaksanakan pengembangan berbagai usaha pertanian dan perikanan di Propinsi Kalimantan Selatan. Di Propinsi Jawa Timur telah dilaksanakan kegiatan konservasi tanah dan air dan usaha di bidang peternakan. Di Propinsi Jawa Barat telah dilaksanakan penyempurnaan dan peningkatan kemampuan administrasi pemerintah daerah tingkat I. Di Propinsi Bengkulu dilaksanakan berbagai kegiatan antara lain pengembangan perkebunan kelapa unggul lokal, kapulogo, dan coklat.

Selain itu, pada awal Repelita VI telah mulai dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan dalam rangka kerja sama ekonomi subregional, meliputi: (1) Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand (IMT-GT), yang secara khusus melibatkan Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Utara; (2) Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Singapura (IMS-GT) atau lebih dikenal dengan Sijori (Singapura-Johor-Riau); dan (3) Wilayah Pertumbuhan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philipina (BIMP-EAGA), yang meli-

VIII/36

Page 38:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

batkan propinsi-propinsi di Sulawesi, khususnya Sulawesi Utara, dan Kalimantan.

Dalam kerja sama IMT-GT, telah disepakati 5 sektor unggulan yang akan dikembangkan yaitu pertanian dan perikanan, transportasi, industri dan energi, telekomunikasi dan pariwisata serta perdagangan. Dari beberapa sektor unggulan tersebut, sebagian telah mulai melaksanakan kegiatannya seperti jalur penerbangan Banda Aceh-Penang, pembangunan pabrik es di Sabang dan pabrik moulding di Banda Aceh, pembangunan hotel di Medan, pengembangan perkebunan kelapa sawit, kawasan industri serta industri pengolahan kayu di Sumatera Barat. Sementara itu IMS-GT telah menghasilkan kesepakatan tentang penyelenggaraan pertemuan pejabat tingkat tinggi (SOM) di Pekan Baru, serta pertemuan para pengusaha dari ketiga subwilayah IMS-GT di Johor Baru Malaysia.

6) Program Peningkatan Kualitas Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Untuk mempertahankan din meningkatkan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup dilakukan upaya reboisasi dengan jenis pohon yang sesuai. Reboisasi telah dilaksanakan sejak Repelita I dengan mengadakan kegiatan rehabilitasi kawasan lindung melalui penyediaan bibit dan penanaman serta peningkatan jumlah dan kemampuan petugas teknis lapangan. Pada tahun 1994/95 upaya reboisasi telah dilaksanakan di 26 propinsi yang meliputi areal seluas 33.673 hektare. Pada tahun tersebut juga telah dilaksanakan pelatihan bagi petugas lapangan penghijauan sebanyak 6.157 orang, dan petugas lapangan reboisasi sebanyak 1.034 orang. Selain hasil-hasil tersebut di atas, reboisasi telah menciptakan lapangan kerja dan sumber pendapatan baru bagi masyarakat daerah kritis, dan mengurangi tingkat kemerosotan produktivitas tanah. Melalui

VIII/37

Page 39:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

program ini telah diselesaikan pula Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi di seluruh propinsi. Rincian hasil pelaksanaan reboisasi dan penataan ruang dijelaskan lebih lanjut dalam Bab X (Lingkungan Hidup, Penataan Ruang dan Pertanahan).

b. Pembangunan Daerah Tingkat II

Pembangunan daerah tingkat II pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan, potensi, serta aspirasi masyarakat, sehingga dapat menanggulangi masalah di masing-masing daerah. Dengan melaksana-kan program-program pembangunan tersebut telah diciptakan dan diperluas lapangan kerja, serta peningkatan partisipasi aktif masya- rakat dalam pembangunan. Sejalan dengan meningkatnya peran aktif masyarakat yang tercermin dengan adanya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada daerah tingkat II, maka dalam tahun pertama Repelita VI telah ditingkatkan kemampuan aparatur dan keuangan pemerintah daerah tingkat II, serta berbagai program pendukungnya, seperti prasarana dan sarana, kegiatan usaha masyarakat, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta penataan ruang daerah tingkat II. Di samping itu telah pula dilaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan, sebagai salah satu program terpenting dalam Repelita VI.

1) Program Peningkatan Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Tingkat II

Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah tingkat II dilaksanakan melalui peningkatan kelembagaan, antara lain dengan diterbitkannya Kepmendagri Nomor 39 Tahun 1992 yang mengatur kedudukan, tugas dan fungsi dinas daerah tingkat II dengan pola maksimal 5 (lima) seksi. Untuk menserasikan beban tugas, wewenang dan tanggung jawab pejabat di daerah yang semakin meningkat, dilakukan penyesuaian eselon yaitu sekretaris wilayah daerah tingkat

VIII/38

Page 40:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

II ditingkatkan menjadi eselon II dan pejabat kepala dinas menjadi eselon III.

Dalam upaya meningkatkan kualitas aparatur pemerintah daerah tingkat II, telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan Teknik Ma-najemen Perencanaan Pembangunan (TMPP) yang diselenggarakan di empat perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Syah Kuala Banda Aceh, Universitas Indonesia Jakarta, Universitas Gajah Mada Yogya-karta dan Universitas Hasanuddin Ujung Pandang. Selain itu dise-lenggarakan pula Kursus Keuangan Daerah (KKD) dan Latihan Keuangan Daerah (LKD) melalui kerja sama antara Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, dan Universitas Indonesia, dengan bantuan Pemerintah Inggris. Sampai dengan tahun 1993, melalui program pelatihan TMPP ini telah dilatih sebanyak 835 orang pegawai Bappeda tingkat II dari seluruh Indonesia. Pada tahun 1994/95, jumlah peserta program TMPP ini adalah sebanyak 60 orang. Latihan KKD dan LKD terutama diarahkan untuk meningkat-kan kemampuan aparatur di bidang keuangan daerah, khususnya bagi aparat dinas pendapatan dan aparat bagian keuangan sekretariat wila-yah daerah tingkat II.

Dalam rangka pembangunan prasarana kelembagaan, sampai dengan tahun terakhir Repelita V, telah dibangun dan direhabilitasi sebanyak 2.060 kantor camat, 1.528 rumah jabatan camat, 26 kantor walikotamadya, 9 rumah jabatan walikotamadya, 257 kantor bupati, 125 rumah jabatan bupati, dan 10 gedung kantor catatan sipil, serta penyempurnaan 4 kantor camat, 1 kantor walikotamadya, 7 kantor bupati, 1 rumah jabatan bupati, dan 3 kantor catatan sipil. Upaya tersebut dilanjutkan, dan pada tahun 1994/95 telah dibangun dan direhabilitasi 23 kantor bupati, 3 kantor walikotamadya, 29 kantor camat, 7 kantor catatan sipil dan 1 kantor walikota administratif.

VIII/39

Page 41:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

2) Program Peningkatan Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah Tingkat II

Berbagai kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah daerah tingkat II melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, yang terdiri atas bantuan umum dan.

bantuan khusus.

Bantuan umum ini telah digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan fisik, yaitu berbagai jenis prasarana dan sarana yang dapat dikelompokkan dalam prasarana jalan dan jembatan, pengairan, terminal bus, pelabuhan sungai, pasar desa, serta berbagai macam prasarana lingkungan permukiman, seperti saluran air limbah, bangunan pengendali banjir, persampahan, dan lain-lain. Pada tahun pertama Repelita VI, kriteria alokasi bantuan ini disempurnakan dengan menambahkan kriteria luas wilayah dan jumlah pulau, dan bantuan yang semula merupakan bantuan khusus (Bantuan Rehabilitasi SD, Bantuan Pasar, IPJK, dan Bantuan Penghijauan) dimasukkan ke dalam Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II. Jumlah bantuan keseluruhan sebesar Rp2.417,8 miliar. Di samping itu, bantuan ini juga memberi sumbangan dalam penyediaan kesempatan kerja pada tahun 1994/95 yaitu sebanyak 720.450 orang. Penambahan kesempat- an kerja ini memberikan dampak yang luas terhadap kegiatan ekonomi dan perkembangan sosial penduduk.

Selain itu, pemerintah daerah tingkat II juga menerima bagian dari PBB yang mulai tahun 1994/95 besarnya 74,8 persen dari jumlah PBB yang diterima di daerah tingkat II yang bersangkutan.

3) Program Peningkatan Prasarana dan Sarana

Peningkatan prasarana dan sarana dalam pembangunan daerah

VIII/40

Page 42:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

tingkat II telah dilakukan melalui, antara lain peningkatan prasarana pendidikan, dan peningkatan prasarana perhubungan.

Dalam rangka peningkatan prasarana pendidikan, di samping pembangunan baru SD, dilaksanakan juga rehabilitasi SD dan Madra-sah Ibtidaiyah Swasta (MIS). Pada tahun pertama Repelita VI (1994/95) dialokasikan dana sebesar Rp250,0 miliar untuk merehabi-litasi 8.519 unit SD. Dengan demikian sampai dengan tahun 1994/95 telah direhabilitasi sebanyak 223.902 unit SD (Tabel VIII-15 dan Tabel VIII-16).

Dalam rangka memperluas jaringan jalan kabupaten terutama di luar Jawa, sejak tahun 1979/80 diberikan bantuan penunjangan jalan yang terus meningkat besarnya. Pada tahun 1993/94 dialokasikan dana sebesar Rp. 967,62 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 14.400 kilometer dan jembatan sepanjang 27.069 meter. Sedangkan pada awal Repelita VI (tahun 1994/95) dialokasikan dana sebesar Rp967,62 miliar untuk peningkatan jalan sepanjang 38.462 kilometer dan jembatan sepanjang 28.234 meter (Tabel VIII-17 dan Tabel VIII-18).

4) Program Pengembangan Kegiatan Usaha Masyarakat

Pengembangan kegiatan usaha masyarakat dilaksanakan antara lain melalui pemberian Bantuan Kredit Inpres Pasar berupa subsidi bunga yang dimulai pada tahun 1976/77 untuk membangun dan memugar 343 pasar yang tersebar di seluruh propinsi kecuali Propinsi Timor Timur. Bantuan kredit tersebut dilanjutkan sampai dengan tahun 1983/84. Melalui bantuan kredit ini telah dibangun sebanyak 2.559 pasar. Pada tahun 1993/94 diberikan Bantuan Pembangunan dan Pemugaran Pasar berupa hibah dana pembangunan sebesar Rp5,0 miliar untuk membangun sebanyak 47 pasar kecamatan yang tersebar di propinsi-propinsi luar pulau Jawa dan Bali. Sedangkan pada tahun

VIII/41

Page 43:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

pertama Repelita VI (1994/95) juga telah dialokasikan dana sebesar Rp5,0 miliar, untuk membangun 47 pasar. Dengan demikian sampai dengan tahun 1994/95 telah dibangun 2.653 pasar yang tersebar di 27 propinsi.

5) Program Penanggulangan Kemiskinan

Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melalui Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dilakukan melalui kegiatan yang dapat meningkatkan penyediaan lapangan kerja di berbagai sektor, dan diarahkan pada proyek-proyek yang dapat menyerap tenaga kerja dan menyediakan kebutuhan prasarana dan sarana dasar, terutama di desa-desa tertinggal.

6) Program Peningkatan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Pelaksanaan peningkatan sumber daya alam dan lingkungan hidup melalui penghijauan dan konservasi tanah. Sampai dengan awal Repelita VI ini sudah dilakukan penghijauan dan konservasi tanah seluas 5.057.312 hektare yang tersebar di 26 propinsi.

Pelaksanaan penghijauan dan konservasi tanah ini dilaksanakan melalui penanaman hutan rakyat, pembuatan petak percontoh-an/demplot pengawetan tanah, pembuatan dam pengendali/bangunan konservasi, dan penyuluhan kepada masyarakat. Pelaksanaan penanam-an hutan rakyat pada tahun 1994/95 seluas 83.220 hektare, sehingga sampai dengan awal Repelita VI pelaksanaan pembangunan hutan rakyat telah mencakup areal seluas 519.615 hektare. Sampai dengan awal Repelita VI sudah dilakukan pembuatan petak percontoh-an/demplot pengawetan tanah sebanyak 9.775 unit. Pembuatan dam pengendali/penahan pada tahun 1994/95 adalah sebanyak 416 unit,

VIII/42

Page 44:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

sehingga sampai dengan awal Repelita VI sudah dilakukan pembuatan dam pengendali/penahan sebanyak 6.718 unit. Hasil yang dicapai secara rinci terdapat pada Bab X (Lingkungan Hidup, Penataan Ruang dan Pertanahan).

Berbagai kegiatan penghijauan dan konservasi tanah telah menghasilkan manfaat dalam menciptakan lapangan kerja dan sumber pendapatan baru bagi masyarakat di daerah kritis, mengurangi tingkat kemerosotan produktivitas tanah, menambah sumber pendapatan baru dari hutan rakyat, dan menjamin ketersediaan sumber air.

7) Program Penataan Ruang Daerah Tingkat II

Dalam rangka penataan ruang daerah. tingkat II, pada awal Repe-lita VI (1994/95) dialokasikan dana sebesar Rp. 4,0 miliar untuk menyusun dan menyempurnakan 28 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan 5 Rencana Tata Ruang Kotamadya. Penyusunan rencana tata ruang kabupaten/kotamadya secara rinci terdapat pada Bab X (Lingkungan Hidup, Penataan Ruang, dan Pertanahan).

c. Pembangunan Desa

Dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan desa dalam NP II, kebijaksanaan dan langkah pembangunan desa dalam Repelita VI ini dilaksanakan antara lain melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia, penguatan kelembagaan beserta unsur-unsur pengembangan masing-masing desa, serta meningkatkan keterpaduan berbagai kegiatan pembangunan desa, yang dilaksanakan secara terpadu dengan program pembangunan daerah dan program pembangunan sektoral lainnya. Keterpaduan tersebut diupayakan untuk meningkatkan keterkaitan pelaksanaan keseluruhan program yang mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional.

VIII/43

Page 45:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Dalam Repelita VI dilaksanakan berbagai program yang meliputi pemantapan kelembagaan pemerintah desa; pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; pengembangan keswadayaan masyarakat; pengembangan perekonomian desa; pengembangan prasarana dan sarana di desa; dan penanggulangan kemiskinan.

1) Program Pemantapan Kelembagaan Pemerintah Desa

Pada awal Repelita VI telah dilakukan pemantapan kelembagaan pemerintah desa antara lain dengan meningkatkan jumlah bantuan ke setiap desa/kelurahan dari Rp 5,5 juta per desa pada akhir Repelita V menjadi Rp6,0 juta pada tahun pertama Repelita VI (Tabel VIII-19). Peningkatan jumlah bantuan tersebut seiring dengan diberikannya perhatian yang lebih besar untuk meningkatkan pembinaan anak dan remaja di desa/kelurahan.

Peningkatan jumlah bantuan pembangunan desa pada tahun pertama Repelita VI tersebut terutama berkaitan dengan pemekaran desa dan penambahan jumlah desa transmigrasi, serta meningkatnya bantuan bagi setiap desa. Jumiah bantuan desa secara keseluruhan terus meningkat dari sebesar Rp4,6 miliar pada tahun 1969/70 menjadi sebesar Rp112,0 miliar pada tahun 1989/90 dan sebesar Rp390,2 miliar pada tahun 1993/94, dan selanjutnya dengan peningkatan jumlah bantuan langsung, pada tahun 1994/95 bantuan desa yang dialokasikan berjumlah Rp423,2 miliar (Tabel VIII-20).

Di samping itu, diberikan pula bantuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat melalui upaya peningkatan daya guna kelembagaan desa, pembinaan lembaga ketahanan desa dan penye-lenggaraan Bulan Bhakti LKMD. Sistem pendataan desa dilaksanakan dengan menggunakan Profil Desa/Kelurahan yang divisualisasikan

VIII/44

Page 46:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

dalam bentuk peta desa yang memuat potensi desa/kelurahan, tingkat perkembangan dan batas-batas desa. Pembinaan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) juga lebih dimantapkan dengan meng-gunakan beberapa indikator keberhasilan LKMD, yaitu jumlah pengurus, struktur organisasi, program kerja, dan fungsi LKMD. Berdasarkan keempat indikator keberhasilan tersebut ditetapkan 3 (tiga) kategori LKMD, yaitu kategori I dengan bobot penilaian kurang dari 700, kategori II dengan bobot penilaian 700-900, dan kategori III dengan bobot penilaian lebih besar dari 900. Upaya pembinaan LKMD diarahkan pada pencapaian sasaran berkurangnya jumlah LKMD kategori I dan kategori II. Penyelenggaraan Bulan Bhakti LKMD yang merupakan krida pembangunan bagi masyarakat, dilaksanakan setiap bulan Maret bersamaan dengan penyusunan rencana musyawarah pembangunan desa (Musbangdes).

Selanjutnya dalam rangka memantapkan perencanaan, pelak-sanaan, pengendalian pembangunan di tingkat kecamatan melalui unit daerah kerja pembangunan (UDKP), pada tahun 1994/95 dipilih satu lokasi kecamatan di masing-masing daerah tingkat II, untuk dikembangkan dan dimanfaatkan forum diskusi UDKP-nya.

Program Pendidikan Pelatihan dan Penyuluhan

Dalam tahun 1994/95 telah diselenggarakan pelatihan kader pembangunan desa (KPD) pada desa-desa tertinggal untuk 103.165 orang dan pelatihan kepada Ketua LKMD kategori II untuk 103.565 orang. Pelaksanaan pelatihan tersebut dilakukan dan diarahkan pada 20.633 desa tertinggal dalam rangka meningkatkan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan dan pembinaan kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin.

VIII/45

Page 47:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Sementara itu, pelaksanaan latihan Pembangunan Desa Terpadu (PDT) sampai dengan akhir Repelita V telah diikuti oleh 769 orang pelatih PDT tingkat propinsi, 6.342 orang pelatih PDT tingkat kabupaten/kotamadya, dan 33.750 orang pembina teknis KPD/LKMD tingkat kecamatan. Sedangkan pada tahun 1994/95, sejalan dengan pelaksanaan Program Inpres Desa Tertinggal yang membutuhkan kesiapan dan kemampuan aparat pemerintah di daerah tingkat I dan daerah tingkat II, serta kader teknis fungsional di tingkat desa dan kelurahan, telah dilaksanakan pelatihan PDT untuk. 103.165 orang (Tabel VIII-21).

Selanjutnya, pada tahun pertama Repelita VI telah dilakukan pelatihan pelatih pembangunan desa terpadu pada tingkat propinsi untuk 136 orang dan pada tingkat kabupaten untuk 60 orang.

3) Program Peningkatan Swadaya Masyarakat

Peningkatan keswadayaan masyarakat dilakukan melalui penumbuhan kelompok-kelompok kegiatan masyarakat untuk dapat memecahkan masalah secara bersama-sama. Kegiatan tahun 1994/95 dilakukan dengan merancang instrumen identifikasi untuk menemu-kenali kelompok-kelompok masyarakat pedesaan di 400 desa/ kelurahan; terbinanya KPD dalam menggerakan kelompok masyarakat pada desa-desa swadaya, swakarya dan swasembada; terbentuknya Kelompok Kerja Kegiatan (Pokjatan) LKMD yang dibina oleh Tim Pembina LKMD di wilayah desa kritis, minus dan terbelakang, serta terbinanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa/ kelurahan.

Berkenaan dengan tingkat perkembangan LKMD, pada tahun pertama Repelita VI, tingkat perkembangan LKMD kategori III telah

VIII/46

Page 48:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

mencapai 43.576 LKMD, atau mencapai sekitar 68,2 persen dari seluruh jumlah desa dan kelurahan yang ada.

4) Program Pengembangan Perekonomian Desa

Pengembangan perekonomian desa diarahkan untuk pengembang-an lembaga perekonomian di desa seperti koperasi unit desa (KUD), lembaga keuangan/perkreditan, dan lembaga pemasaran perdesaan. Kegiatan pada tahun 1994/95 telah menghasilkan identifikasi jumlah KUD dan Badan Pembina dan Pelindung (BPP) KUD yang belum diremajakan, serta pembinaan terhadap 4.000 lembaga kredit perdesaan.

5) Program Pengembangan Prasarana dan Sarana di Desa

Pengembangan prasarana dan sarana di desa dilakukan dengan mengidentifikasi pembangunan prasarana dan sarana perhubungan desa, identifikasi peran masyarakat dan terbentuknya unit pengelola sarana (UPS) dan kelompok pengelola sarana (KPS) dalam penentuan kebutuhan prasarana dan sarana perhubungan, serta tersusunnya rencana pembangunan desa bidang prasarana dan sarana perhubungan desa. Di samping itu diberikan juga bantuan untuk perbaikan perumahan dan permukiman, serta sanitasi lingkungan dan air bersih.

Dalam tahun 1994/95 telah dilakukan perbaikan perumahan dan pemukiman di 2.300 desa pada 247 kabupaten/kotamadya, serta penyehatan lingkungan dan air bersih di 170 desa pada 31 kabupaten di 5 propinsi (Tabel VIII-22).

6) Program Penanggulangan Kemiskinan

Penanggulangan kemiskinan dilaksanakan dengan berbagai

VIII/47

Page 49:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat miskin. Pada tahun 1994/95 kegiatan dilakukan melalui kegiatan PKK yang besarnya Rp 1 juta untuk masing-masing desa. Dana ini digunakan untuk menunjang 10 program pokok PKK dan untuk usaha peningkatan pendapatan keluarga PKK. Di samping itu untuk meningkatkan perekonomian desa, juga diberikan bantuan untuk kegiatan usaha ekonomi desa (UED) yang merupakan bagian dari bantuan peningkatan peran serta masyarakat yang terdapat dalam Bantuan Pembangunan Desa.

d. Pembangunan Desa Tertinggal

Program Inpres Desa Tertinggal (IDT) merupakan upaya untuk menumbuhkan dan memperkuat kemampuan masyarakat miskin serta meningkatkan taraf hidupnya dengan membuka keterisolasian dan mengembangkan kesempatan berusaha. Program IDT diarahkan pada pengembangan kegiatan sosial ekonomi untuk mewujudkan kemandirian masyarakat miskin di desa tertinggal, dengan menerap-kan prinsip-prinsip gotong royong, keswadayaan, dan partisipasi, serta menerapkan semangat dan kegiatan kooperatif. Kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan produksi dan pemasaran dengan pemasyarakatan dan pemanfaatan teknologi yang tepat terutama yang sumber dayanya tersedia di lingkungan masyarakat setempat.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan program IDT adalah pemberian bantuan dana bergulir sebesar Rp20 juta untuk setiap desa tertinggal, penyiapan masyarakat dan aparat melalui berbagai pelatihan, pengerahan tenaga pendamping, dan pembangunan prasarana dan sarana perdesaan.

VIII/48

Page 50:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Bantuan dana yang dialokasikan untuk 20.633 desa tertinggal pada tahun 1994/95 adalah sebesar Rp366,4 miliar. Dalam rangka mendukung pemantauan, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan program IDT juga disediakan dana bantuan operasional bagi aparat di tingkat desa/kelurahan, kecamatan, pemerintah daerah tingkat II dan pemerintah daerah tingkat I. Pada tahun 1994/95, pemerintah menyediakan dana Biaya Operasional Pemantauan (BOP) sebesar Rp22,8 miliar. Jumlah bantuan dana BOP untuk pemerintah daerah tingkat I ditentukan sebesar Rp20.000 per desa/kelurahan, pemerintah daerah tingkat II sebesar Rp 100.000 per desa/kelurahan, kecamatan sebesar Rp 500.000 per desa/kelurahan, dan Rp600.000 untuk tiap desa/kelurahan (Tabel VIII-23).

Sampai dengan awal Mei 1995 jumlah desa/kelurahan yang telah mencairkan bantuan dana program IDT adalah sebanyak 20.189 desa/kelurahan atau 97,9 persen. Sementara kelompok masyarakat (pokmas) yang telah terbentuk sebanyak 98.027 pokmas yang mencakup 2,8 juta KK atau kurang lebih sekitar 14 juta jiwa. Se-dangkan jumlah pokmas yang telah menggunakan dana program IDT untuk kegiatan sosial ekonomi sebanyak 89.273 pokmas yang meliputi 2,5 juta KK atau kurang lebih sebesar 12 juta jiwa (Tabel VIII-24).

Kegiatan sosial ekonomi yang dilakukan oleh pokmas dapat dibedakan atas usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, industri kecil dan kerajinan, jasa dan perdagangan. Di samping itu dana program IDT digunakan sebagai modal usaha baru dan menambah modal usaha yang sudah ada. Sebagai hasil perkembangan kegiatan sosial ekonomi pokmas, maka sampai dengan awal April 1995 dana bantuan program IDT yang telah dikembalikan kepada kelompok mencapai Rp 11,8 miliar yang mencakup 10 propinsi, yaitu Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan

VIII/49

Page 51:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. Sementara dana yang telah digulirkan mencapai sekitar Rp 345,7 juta mencakup perguliran dana di 5 propinsi, yaitu DI Aceh, DKI Jakarta, Bali, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.

Dalam rangka menunjang pelaksanaan program IDT di 3.968 desa tertinggal dengan kategori parah telah dipersiapkan Sarjana Pendamping Purna Waktu (SP2W) yang terdiri dari Petugas Sosial Kecamatan (PSK) dari Departemen Sosial, Tenaga Kerja Mandiri Profesional (TKMP) dari Departemen Tenaga Kerja, Sarjana Penggerak Pembangunan Perdesaan (SP3) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan Sarjana Alumni Penerima Beasiswa Supersemar dari Keluarga Mahasiswa dan Alumni Penerima Beasiswa Supersemar (KMA-PBS). Setelah dilakukan pelatihan dan pembekalan, tenaga SP2W telah ditempatkan di setiap propinsi.

Di samping itu dilakukan pelatihan bagi aparat dan tokoh masyarakat tingkat kecamatan dan tingkat desa melalui latihan Pembangunan Desa Terpadu (PDT) yang terdiri dari unsur-unsur Departemen Dalam Negeri, Departemen Pertanian (Penyuluh Pertanian Lapangan atau PPL dan Penyuluh Pertanian Spesialis atau PPS), Departemen Sosial (PSK dan Karang Taruna), dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Petugas Lapangan KB atau PLKB). Penyelenggaraan pelatihan tingkat desa meliputi pelatihan bagi Kader Pembangunan Desa (KPD) dan pelatihan bagi pengurus LKMD Kategori I dan Kategori II. Tujuan pelatihan KPD adalah memberikan pemahaman tentang pembangunan desa dengan keswadayaan masyarakat, pelaksanaan kegiatan program IDT, pencatatan dan pelaporan kegiatan program IDT, tehnik pengembangan usaha ekonomi desa, dan pendayagunaan teknologi tepat guna. Pelatihan KPD ini diikuti oleh 5 orang untuk setiap desa

VIII/50

Page 52:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 1PERSENTASE DISTRIBUSI PDRB (NONMIGAS)ATAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN JASA-JASA

1975, 1989 – 1993(dalam harga berlaku)

1) Sektor Industri termasuk pertambangan (nonmigas) dan penggalian.. = Data tidak termasuk

VIII/51

Page 53:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII - 2PERKEMBANGAN PDRB DAN PDRB PERKAPITA (NON MIGAS)

TAHUN 1975 DAN 1993(dalam harga berlaku)

PDRB PDRB PerkapitaDaerah Tingkat I 1975 1993 Peningkatan 1975 1993 Peningkatan

(Rp Juta) (Rp Juta) (xl00%) (Rupiah) (Rupiah) (x100%)

Daerah Istimewa Aceh 160.391 4.746.081 30 71.062 1.286.480 18Sumatra Utara 618.856 15.660.382 25 84256 1.448.238 17Sumatra Barat 221.647 4.982.726 22 72.649 1.185.517 16Riau 107.619 4271.364 40 57.929 1.164.589 20Jambi 87.180 2.074.621 24 73.751 927288 13Sumatra Selatan 310.520 8.713.844 28 79.096 1.267.450 16Bengkulu 34.932 1.293.656 37 56.526 979.746 17Lampung 228.831 5.111.888 22 65.688 795.414 12DKI Jakarta 1.036.917 35.930.004 35 193.747 4.084.440 21Jawa Barat 1.547.096 43262.931 28 64.345 1.144.788 18Jawa Tengah 1.178.660 30.064235 26 50.441 1.027.047 20D I Yogyakarta 146.205 2.905.796 20 56.182 995.715 18Jawa Timur 1.881.520 44.589.674 24 69.459 1.335.804 19Kalimantan Barat 170.241 4.312.872 25 76.851 1.235.497 16Kalimantan Tengah 65.721 2.309.451 35 81.679 1.497.407 18Kalimantan Selatan 123.857 3.797.187 31 66.848 1.365.158 20Kalimantan Timur 197.285 6.896.859 35 214.638 3216.519 15Sulawesi Utara 148.914 2.240.461 15 79.008 866.951 11Sulawesi Tengah 53.559 1.429.845 27 50295 772.555 15Sulawesi Selatan 358295 6.811.542 19 64.495 927207 14Sulawesi Tenggara 31.146 1.172.026 38 38.558 782.603 20Bali 152.916 4.629.854 30 67.389 1.621.097 24Nusa Tenggara Barat 99.821 2.278.344 23 41223 642221 16Musa Tenggara Timur 93.718 1.920.227 20 37.757 554.338 15Maluku 100.219 2.178.582 22 81.997 1.08&.638 13Irian Jaya 83.000 3214.879 39 80.789 1.758.013 22Timor Timur ... 447256 - .. 553.329 -

Indonesia 9239.066 247.246.587 27 70.689 1.307.245 18

..= Data t i dak tersedia

VIII/52

Page 54:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL V I I I - 3BEBERAPA INDIKATOR KESEJAHTERAAN1971, 1976, 1992 DAN 1994

Daerah tingkat I/Propinsi

Melek Huruf Kematian Bayi

Harapan Hidup(tahun)(%) (per 1.000 kelahiran hidup)

1976 1992 1971 1994 1971 1994

1 Daerah Istimewa Aceh 76,73 98,74 126,00 47,00 49,10 65,32

2 Sumatra Utara 85,88 92,40 103,00 51,00 53,40 64,30

3 Sumatra Barat 83,77 92,32 138,00 55,00 47,00 63,40

4 R i a u 79,55 90,12 125,00 49,00 49,40 64,81

5 J a m b i 78,84 89,49 142,00 55,00 46,40 63,50

6 Sumatra Selatan 83,07 90,88 133,00 59,00 48,00 62,53

7 Bengkulu 76,73 89,05 152,00 53,00 44,80 63,81

8 Lampung 79,55 89,55 139,00 58,00 47,00 62,84

9 DKI Jakarta 83,77 95,91 108,00 31,00 52,50 69,37

10 Jawa Barat 73,21 87,30 153,00 69,00 44,60 60,30

11 Jawa Tengah 64,76 81,27 128,00 53,00 48,80 63,93

12 D I Yogyakarta .. 79,90 83,00 37,00 57,40 67,89

13 Jawa Timur 64,06 77,31 108,00 52,00 52,50 64,24

14 Kalimantan Barat 59,13 77,33 119,00 64,00 50,40 61,31

15 Kalimantan Tengah 79,55 90,91 109,00 44,00 52,20 66,01

16 Kalimantan Selatan 78,14 89,81 146,00 74,00 45,70 59,14

17 Kalimantan Timur 76,03 89,88 88,00 45,00 56,40 65,83

18 Sulawesi Utara 90,81 95,37 92,00 52,00 55,40 64,09

19 Sulawesi Tengah 81,66 89,04 123,00 73,00 49,70 59,43

20 Sulawesi Selatan 61,24 81,38 142,00 55,00 47,20 63,50

21 Sulawesi Tenggara 68,28 82,39 145,00 61,00 45,90 62,13

22 B a l i 59,84 76,44 102,00 39,00 53,60 67,17

23 Nusa Tenggara Barat 52,09 69,66 192,00 105,00 38,70 52,77

24 Nusa Tenggara Timur 62,65 82,39 128,00 56,00 48,80 63,23

25 M a l u k u 78,14 92,60 126,00 57,00 49,20 62,97

26 Irian Jaya 48,57 68,74 94,00 69,00 55,20 60,26

27 Timor Timur 30,00 45,14 .. 62,00 .. 62,21

Indonesia 71,00 84,00 130,00 57,00 48,50 63,10

..= Data tidak tersedia

VIII/53

Page 55:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 4REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DAERAH TINGKAT I

1985/86, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(juta rupiah)

Catatan:Tahun 1985/86 dan sebelumnya, PBB disebut dengan Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA)

VIII/54

Page 56:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

GRAFIK VIII - 1REALISASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DAERAH TINGKAT I1985/86, 1989/90 - 1993/94, 1994/95

VIII/55

-

Page 57:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII - 5PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT I

1986/87,1989/90 - 1993/94(juta rupiah)

Repelita V Tingkat PertumbuhanDaerah Tingkat II Bata -rata/Th

Propinsi 1986/87-1993/941986/8

71989/90 1990/

911991/92 1992/

931993/9

4(%)

1 DI Aceh 7.791,40 12327,96 13.867,24 17.715,57 20.506,33 27.112,14

19,502 Sumatera Utara 33.825,0 57.781,98 64.659,59 65384,26 70.204,55 84.768,1 14,023 Sumatera Barat 11357,4 14.207,26 20.402,15 22.816,16 25.623,74 29241,05 14,474 R i a u 10.895,3

014360,96 21.227,74 42.896,46 45.829,15 55379,28 26,15

5 J a m b i 4.400,50 6.778,56 7.454,75 8.647,26 10.782,03 13.765,87 17,696 Sumatera Selatan 14258,80 21.295,66 30.376,74 34.182,96 34.679,62 38511,51 15,257 Bengkulu 2.907,00 4216,70 4.786,04 5277,79 5.911,65 7.247,16 13,948 Lampung 14.513,6 17.494,32 19.282,20 18.847,03 19.162,06 24.076,93 7,509 DKI Jakarta 231.736, 429.660,93 619.479,3 700.599,10 774.979,9 993.655,8 23,12

10 Jawa Barat 54.679,3 104.941,45 151.283,6 165.333,75 181.275,2 240.877, 23,5911 Jawa Tengah 51391,4 78.929,39 99.299,28 108.965,27 120.583,0 148351,63 16,3512 Dl Yogyakarta 10.639,1 12.899,36 19.100,80 19.142,42 22369,31 27.985,57 14,8213 Jawa Timur 80337,80 133.860,37 183.171,9 196.758,69 191.096,6 235381,72 16,6014 Kalimantan Barat 4.672,80 8.631,59 12.044,97 12.189,94 13.091,99 17395,38 20,8515 Kalimantan Tengah 2.562,20 2390,35 3.124,48 4.767,89 5.965,55 7.996,01 17,6516 Kalimantan Selatan 5.812,50 9334,47 12.140,28 14.093,38 19.092,62 21.807,3 20,7917 Kalimantan Timur 10.641,1 16.661,10 29.438,41 35.207,02 42.762,00 54.502,5 26,2818 Sulawesi Utara. 7.995,30 11.289,99 14264,53 17.734,39 13.811,21 21.177,7 14,9319 Sulawesi Tengah 2.930,70 4.398,37 5.678,22 7.510,29 9.245,81 10.840,2 20,5520 Sulawesi Selatan 14.515,8 23.094,09 28.524,69 27.098,45 37.939,18 41.565,5 16,2221 Sulawesi Tenggara 2369,80 2.768,96 3.514,18 3.838,39 3.987,80 7383,48 17,6322 B a I i 12.352,8 27.503,12 45.367,22 35.374,31. 35.744,95 41.619,4 18,9523 Nusa Tenggara Barat 4.450,30 5.714,25 7.855,80. 11.006,91 8.697,70 10.798,9 13,5024 Nusa Tenggara Timur 5.105,00 8.028,01 8305,10 10359,77 11.927,06 14.831,3 16,4625 Maluku 1.991,80 7392,02 6.240,73 6.643,91 5.787,06 8.444,37 22,9226 Irian Jaya 2.811,20 4.148,94 5.703,67 8.238,44 8.333,99 10358,54 20,4827 Timor Timur 1.871,20 1377,76 1.714,77 3.407,94 4370,71 4511,7 13,40

Jumlah 608.815,90

1.041.487,92 1.438308,50

1.604.037,75 1.743.760,98

2.199.786,79

20,14

VIII/56

Page 58:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

GRAFIK VIII - 2PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT I

1986/87, 1989/90 1993/94

VIII/57

Page 59:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII - 6PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT II

1986/87, 1989/90-1992/93 (Juta rupiah)

Repelita V Tingkat PertumbuhanDaerah Tingkat 1/

PropinsiRata-rata(th

1986/87-1992/931986/87 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 (%)

1 DI Aceh 4.472,10 6.123,03 7.879,11 8.729,68 10.999,71 16,182 Sumatera Utara 22.898,68 32.789,96 40.439,60 46.071,43 54.300,35 15,483 Sumatera Barat 9.243,94 14.244,31 15.549,25 17.870,96 21.290,00 14,924 R i a u 5.534,59 6.617,72 7.349,05 7.905,42 9.255,34 8,955 J a m b i 2.782,42 3.671,62 4.577,52 6.109,00 6.299,17 14,596 Sumatera Selatan 7.719,73 11.254,45 14.372,71 19.343,90 21.944,79 19,027 Bengkulu 2.581,07 2.882,49 3.537,81 3.746,04 3.617,22 5,798 Lampung 5.792,54 9.327,12 11.352,45 11.124,77 12.314,10 13,399 DKI Jakarta - - - - - -

10 Jawa Barat 59.217,75 99.678,41 131.052,4$ 159.976,20 188.495,32 21,2911 Jawa Tengah 53.344,99 89.385,77 108.177,13 119.65763 136.092,44 16,8912 Dl Yogyakarta 5.630,59 9.336,34 10.737,58 14.016,82 16.128,59 19,1713 Jawa Timur 50.254,45 86.012,93 110.963,45 128.999,83 145.834,67 19,4314 Kalimantan Barat 4.168,42 8.090,26 9.907,83 10.334,52 11.240,95 17;9815 Kalimantan Tengah 1.437,98 2.431,06 2.663,83 6.192,89 4.277,68 19,9216 Kalimantan Selatan 4.558,74 6.822,09 7.607,71 8.659,77 11.918,20 17,3717 Kalimantan Timur 8.358,39 12.220,14 16.277,98 22.641,82 26.539,34 21,2318 Sulawesi Utara 4.815,73 8.733,38 10.024,10 11.205,20 11.938,57 16,3419 Sulawesi Tengah 2360,74 3.290,82 4,237,77 5.429,40 5.085,93 13,6520 Sulawesi Selatan 15.075,72 21.570,29 23.905,74 28.773,19 31.545,54 13,0921 Sulawesi Tenggara 1.425,43 2.010,16 3.002,34 3.598,44 3.702,61 17,2422 B a l i 7.867,24 19.302,52 24.646,87 31.028,55 35.193,17 28,3623 Nusa Tenggara Barat 3.504,42 6,342,79 7.777,63 10.223,92 12.730,83 23,9924 Nusa Tenggara Timur 4.807,39 7.884,29 8.206,18 10.111,84 10.616,70 14,1225 Maluku 2.836,10 3.862,10 5.109,84 5.461,26 5.845,18 12,8126 Irian Jaya 2.517,28 3.243,47 5.259,41 6.811,04 8.019,87 21,3027 Timor Timur 413,68 792,86 979,57 1.256,73 1.519,93 24,22

Jumlah 293.620,11 477.920,40 595.594,93 705.280,25 806.746,25 18,35

VIII/58

Page 60:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

GRAFIK VIII - 3PENDAPATAN ASLI DAERAH TINGKAT II

1986/87, 1989/90 - 1992/93

VIII/59

Page 61:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII - 7PERKEMBANGAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA DAN JALAN PROPINSI

1971 DAN 1994

Luas Jalan Kabupaten/Kota madya Jalan PropinsiPropinsi Wilay 1971 1994 1971 1994

Daerah Tingkat I Daratan

(Km2)

PanjangJalan(km)

Kepadatan

(km

Panjang

Jalan

Kepadatan

(km

PanjangJalan(km)

Kepadatan(km

/1000 km2)

Panjang

Jalan

Kepadatan(km

1 Daerah Istimewa Aceh 55391 2.082 37,6 7.612 137,4 1.048 18,9 2.024 36,52 Sumatra Utara 71.680 3.683 51,4 14.054 2.016 28,1 2.754 38,43 Sumatra Barat 42.899 2.435 56,8 9.800 228,4 849 19,8 1.473 34,34 R i a u 94.562 1.639 17,3 6.286 66,5 1.022 10,8 1.607 17,05 J a m b i 53.436 1333 28,7 5.426 101,5 735 13,8 992 18,66 Sumatra Selatan 109.254 2.469 22,6 3284 30,1 2.070 18,9 2.716 24,97 Bengkulu 19.789 795 40,2 8.878 448,7 618 31,2 922 46,68 Lampung 35.385 1.434 40,5 5.036 142,3 1.094 30,9 2.249 63,69 DKI Jakarta 664 363 546,7 4.841 7.290, 213 320,8 1.098 1.653,4

10 Jawa Barat 43.177 4.670 108,2 17.678 409,4 1.527 35,4 1.942 45,011 Jawa Tengah 32.548 4.734 145,4 18.025 553,8 1.508 46,3 2.580 79,312 Daerah Istimewa 3.186 995 312,3 3.656 1.147, 272 85,4 639 200,413 Jawa Timur 47.922 5329 111,2 19.674 410,6 2.109 44,0 2.001 41,814 Kalimantan Barat 146.807 1.913 13,0 6.897 47,0 965 6,6 1.885 12,815 Kalimantan Tengah 153.564 909 5,9 3.222 21,0 318 2,1 907 5,916 Kalimantan Selatan 36.535 1.200 32,8 2.937 80,4 563 15,4 746 20,417 Kalimantan Timur 211.440 791 3,7 4.552 21,5 837 4,0 980 4,618 Sulawesi Utara 27.488 1.447 52,6 3.848 140,0 308 11,2 917 33,319 Sulawesi Tengah 63.689 1.166 18,3 3.193 50,1 1.406 22,1 1567 24,620 Sulawesi Selatan 62.483 3.765 60,3 9.786 156,6 1.416 22,7 1.560 25,021 Sulawesi Tenggara 38.140 1.558 40,8 2.859 74,9 850 22,3 1.179 30,922 B a l i 5.633 1.105 196,2 5304 941,7 203 36,0 675 119,823 Nusa Tenggara Barat 20.153 895 44,4 4.057 201,3 394 19,6 1532 76,024 Nusa Tenggara Timur 47350 2.789 58,9 14.516 306,6 1.298 27,4 3.254 68,725 M a l u k u 77.871 772 9,9 5.718 73,4 473 6,1 1.891 24,326 Irian Jaya 394.800 976 2,5 3.134 7,9 930 2,4 962 2,427 Timor Timur 14.609 - - 4.219 288,8 - - 861 58,9

Indonesia 1.910.456

51.447 26,9 198.495 103,9 25.042 13,1 41.912 21,9

VIII/60

Page 62:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII — 8HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI(BADAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI)

1973/74, 1989/90 — 1993/94,1994/95

Page 63:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

1) Angka kumulatif sampai dengan tahun 1973/74

VIII/61

Page 64:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII -9PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DATI I

1973/74, 1989/90 — 1993/94, 1994/95(juta rupiah)

Daerah Tingkat I / Repelita V 2) Repelita VIPropinsi 1973/74 1) 1989/90 1990/9

11991/92 1992/93 1993/94 4) 1994/95 4)

1. Daerah Istimewa Aceh 406,5 12.000,0 17.062,8 2L061,3 25.555,5 28.055,5 28.323,52. Sumatera Utara 4.734,2 12.000,0 17.963,6 21.961,6 26.454,2 28.954,2 29247,23. Sumatera Barat 470,9 12.000,0 16.338,9 20.337,7 24.833,3 27.333,3 27.986,74. Riau 1.071,7 12.000,0 19.228,8 23.226,2 27.716,4 30216,4' 30.673,7S. Jambi 834,1 12.000,0 16.954,8 20.953,3 25.447,7 27.947,7 27.688,06. Sumatera Selatan 4.159,3 12.000,0 20.041,3 24.038,3 28.526,9 31.026,9 31.221,37. Bengkulu 72,4 12.000,0 15.094,1 19.955,2 23.591,5 26.091,5 26270,18. Lampung 1.487,5 12.000,0 15.956,2 19.093,5 24.451,5 26.951,5 26.998,49. DKI Jakarta 311,9 12.000,0 14.036,3 18.036,3 22.536,2 25.036,2 25.039,4

10. Jawa Barat 967,8 12.000,0 16.442,8 20.441,5 24.936,9 27.436,9 27.778,011. Jawa Tengah 499,1 12.000,0 15.907,9 19.906,9 24.403,3 26.903,3 27.049,712. Daerah Ist. Yogyakarta 12,6 12.000,0 14.173,7 18.173,7 22.673,3 25.173,3 25.190,113. Jawa Timur 1.388,2 12.000,0 16.649,8 20.648,5 25.143,5 27.643,5 27.875,314. Kalimantan Barat 1.186,7 12.000,0 22.117,8 26.113,8 30.598,5 33.098,5 33.805,615. Kalimantan Tengah 321,0 12.000,0 22.504,5 26.500,3 30.984,2 33.484,2 34.156,016. Kalimantan Selatan 605,1 12.000,0 16.045,1 20.044,1 24.540,2 27.040,2 27259,617. Kalimantan Timur 824,7 12.000,0 25.691,8 29.685,9 34.163,9 36.663,9 37.146,418. Sulawesi Utara 397,0 12.000,0 15.425,9 19.425,2 23.922, 5 26.422, 5 26.141,419. Sulawesi Tengah 213,9 12.000,0 17.762,0 21.760,1 26.253,0 28.753,0 29.183,620. Sulawesi Selatan 143,5 12.000,0 17.455,0 21.453,3 25.946,8 28.446,8 28.749,021. Sulawesi Tenggara 112,6 12.000,0 16.109,0 20.107,9 24.604,0 27104,0 26.661,222. B a l i 83,0 12.000,0 14.305,9 18.305,7 22.805,2 25.305,2 25.333,723. Nusa Tenggara Barat 24,2 12.000,0 15.114,4 19.113,8 23.611,7 26.111,7 26210,624. Nusa Tenggara Timur 60,5 12.000, 0 16.620, 4 20.619,1 25.114,2 27.614,2 27.872, 625. Maluku 92,7 12.000,0 18.740,4 22.738,0 27.229,1 29.729,1 29.470,326. Irian Jaya 71,4 12.000,0 37.205,5 41.193,9 45.650,2 48.150,2 50.176,6.

27. Timor Timur - 12.000,0 14.808,4 18.808,0 23.306,4 25.806,4 25.892,4Pus at 3) - - 243,0 297,0 500,0 500,0 758,7J u m l a h 20.552, 5 324.000,0 486.000,

0594.000,0 715.500,0 783.000,0 790.159,0

1) Sumbangan Pemerintah Pengganti Alokasi Devisa Otomatis (SPPADO) yang pada tahun 1974/75 menjadi Bantuan Pembangunan Dati I2) Bantuan Dasar tahun 1990/91 Rp. 14,0 milyar, 1991/92 Rp. 18,0 milyar, 1992/93 Rp. 22,5 milyar, 1993/94 Rp.25,0 milyar dan 1994/95 Rp25,0 miliar 3) Kegiatan Penunjang4) Angka Sementara

VIII/62

Page 65:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 10GAMBARAN SUMBER ANGGARAN PEMBANGUNAN DALAM APBD TINGKAT I

SELURUH INDONEISA1988/89, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

(juta rupiah)

1) Termasuk Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi (lihat Tabel VIII – 4)Kolom Persentase adalah Persentase Inpres Dati I terhadap Anggaran Pembangunan

VIII/63

Page 66:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 11PERKEMBANGAN BELANJA PEMBANGUNAN MASING-MASING SEKTOR

DALAM APBD TINGKAT I1988/89, 1989/90 – 1993/94

1) Mulai tahun 1989/90 termasuk Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi

VIII/64

Page 67:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII — l laPERKEMBANGAN BELANJA PEMBANGUNAN 1)

MASING—MASING SEKTOR DALAM APBD TINGKAT I1994/95

Sektor Repelita VI1994/95

(Juta Rp.) %

1. Industri 14.051,9 0,512. Pertanian dan Kehutanan 111.775,8 4,0.53. Sumberdaya Air dan Irigasi 2) 148.531,7 5,384. Tenaga Kerja 12.931,8 0,475. Perdagangan, Pengembangan 112.840,0 4,09

Dunia Usaha dan Koperasi6. Transportasi 3) 776.130,5 28,1

27. Pertambangan dan Energi 20.481,5 0,748. Pariwisata dan Telekomunikasi Daerah

42.999,3 1,569. Pembangunan Daerah dan Transmigrasi

264.167,5 9,5710. Lingkungan Hidup dan Tata 45.775,4 1,6611. Dikbudnas, Kepercayaan Thd 156.439,5 5,67

Pemuda dan Olah Raga3.521,2 0,1312. Kependudukan dan Keluarga

13. Kesehatan, Kesejahteraan 104.091,1 3,77Peranan Wanita, Anak dan Remaja 139.261,0 5,05

15. A g a m a 47.528,1 1,7216. Ilmu Pengetahuan dan 73.974,6 2,6817. H u k u m 7.325,9 0,2718. Aparatur Pemerintah dan Pengawasan 4)

360.542,6 13,0619. Politik, Penerangan, Komunikasi 35.695,5 1,29

dan Media Massa20. Keamanan dan Ketertiban 24.808,4 0,9021. Subsidi Pembangunan kepada 255.535,7 9,26

Daerah Bawahan22. Proyek Lanjutan 1.376,0 0,05

Jumlah 2.759.785,0

100,00

1) Mulai tahun 1994/95 terdapat perubahan nama dan urutan Sektor Pembangunan2) Termasuk Bantuan Operasi dan Pemeliharaan Pengairan.3) Termasuk Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi.4) Termasuk Bantuan Pemantauan dan Pengawasan.

VIII/65

Page 68:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 12PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN PROPINSI 1)

1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) program Bantuan Peningkatan Jalan Propinsi dimulai tahun 1989/902) Angka sementara3) Kegiatan Penunjang

VIII/66

Page 69:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII—13PERKEMBANGAN BANTUAN UMUM PEMBANGUNAN DATI II

1970/71,1989/90—1993/94,1994/95(juta rupiah)

Daerah Tingkat I/ Repelita V Repelita VIPropinsi

1970171 1) 1989/90 1990/91 1991/92 2) 1992/93 3) 1993/94 3) 1994/95 4)

1. DI Aceh 102,0 4.994,4 7.613,6 11.005,7 15.404,5 22.828,4 23.393,52. Sumatera Utara 299,2 15.753,8 22.829,2 32.091,9 43.919,5 61.807,5 61.145,73.Sumatera Barat 144,0 6.769,3 9.938,4 14.667,8 22.676,5 25.636,0 28.740,74.R i a u 72,4 4.470,4 6.763,6 10.232,3 15.500,4 19.460,7 24.243,65.J a m b i 43,0 2.878,9 4.153,9 6.082,0 8.704,7 11.220,8 14.264,16.Sumatera Selatan 162,0 8.989,2 12.766,2 19.561,8 28.832,2 35.376,3 41.353,47.Bengkulu 27,1 1.622,7 2.591,1 3.656,3 4.962,0 33.894,9 35.433,78.Lampung 96,4 10.384,6 15.140,6 18.827,7 25.564,9 7.582,7 8.248,19.DKI Jakarta 232,9 13.464,9 18.506,2 25.410,3 35.781,7 43.087,1 44.883,710. Jawa Barat 958,8 49.841,1 70.727,0 112.383,6 154.442,8 196.800,9 201.169,311. Jawa Tengah 1.066,5 42.536,4 59.760,4 89.898,2 127.504,0 150.717,5 159.445,612. DI Yogyakarta 129,7 4.668,1 6.473,2 8.779,9 12.491,0 16.042,9 16.098,013. Jawa Timur 1.268,0 49.366,1 69.441,9 104.863,4 149.649,6 182.984,1 180.510,414. Kalimantan Barat 91,5 4.620,3 6.594,9 9.919,6 13.420,8 18.768,1 22.934,015. Kalimantan Tengah 37,0 1.898,2 3.482,8 4.980,2 6.534,0 9.091,8 13.348,616. Kalimantan Selatan 85,5 3.598,9 5.944,0 8.447,1 11.239,3 15.689,8 17.622,317. Kalimantan Timur 38,6 2.826,6 4.442,5 6.155,9 8.655,7 13.693,2 17.530,918. Sulawesi Utara 76,6 3.857,6 5322,2 8.535,5 12.400,5 14.390,0 16.830,919. Sulawesi Tengah 40,3 2.529,7 3329,6 5.168,9 7.660,9 9.094,4 12.414,820. Sulawesi Selatan 267,2 10.595,8 16334,3 22.773,4 33.948,9 38566,0 45.521,721. Sulawesi Tenggara 35,3 1.877,1 2.742,0 4.058,8 5.989,4 7.692,0 9.887,922. B a I i 103,4 4.120,1 6.152,8 8.781,7 14.920,4 15.613,8 16.654,023. Nusa Tenggara Barat 106,3 4.724,1 6.925,0 10.435,0 14.452,1 17.885,2 20.575,124. Nusa Tenggara Timur 113,8 4.900,2 7362,6 10.381,9 14.532,3 17.738,3 21.141,225. M a I u k u 47,4 2.707,2 3.715,7 5.801,6 7.996,7 11.477,4 14.830,426. Irian Jaya 55,1 2.523,2 4.861,0 6.463,0 10.120,6 10.834,2 23.760,327. Timor Timur — 2.634,8 6308,8 8.196,6 10.171,5 13.090,0 14.170,5

PUSAT5)

846,3 976,6 13.217,0 7.643,4 8336,3 6.527,5

Jumlah 5.700,0 270.000,0 391.800,0 590.777,0 825.120,3 1.029.600,0 1.112.680,0

1 Inpres Bantuan Pembangunan Dati II dimula1 tahun 1970/712) Termasuk Bantuan untuk Penyusunan RUTR Dati II3) Termasuk Bantuan untuk Penyusunan RUTR Dati II dan Pengembangan Perkotaan4) Termasuk Bantuan untuk Kepulauan, Penyusunan RUTR , Pengembangan Perkotaan, Pemugaran Perumahan Permukiman Perdesaan5) Peralatan dan Kegiatan Penunjang

VIII/67

Page 70:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII — 14HASIL FISIK. PELAKSANAAN PROYEK—PROYEKBANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II1970/71, 1989/90—1993/94, 1994/95

Repelita V Repelita VIUraian Satuan

1970/71 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95 1)

A. Hasil Fisik proyek 1.778,0 3.078,0 4.036,0 8.803,0 9.025,0 2.951,0 14.409,01. Jalan :

Volume Fisk km 2.711,0 23.463,0 49,008,0 31.494,0 47.000,0 42.418,0 45.814,7Jumlah Proyek proyek 595,0 2.200,0 2.277,0 5.072,0 4.250,0 868,0 4.861,0

2. Jembatan :Volume Fisk m 5.919,0 10.251,0 18.840,0 21.110,0 21.150,0 6.642,0 5.449,8Jumlah Proyek proyek 655,0 282,0 858,0 1.809,0 1.925,0 127,0 487,0

3. Pengairan :Jumlah Proyek proyek 160,0 128,0 294,0 311,0 275,0 134,0 421,0

4. Lain—LainJumlah Proyek proyek 368,0 468,0 607,0 1.611,0 2.575,0 1.822,0 8.640,0

B. Kesempatan Kerja orang 210.568,0 534.339,0 450.000,0 500.000,0 460.000,0 686.400,0 720.450,0

1) Angka sementara

VIII/68

Page 71:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII—15PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN REHABILITASI SD DAN MI 1)

1976/77,1989/90 — 1993/94,1994/95(juta rupiah)

Daerah Tingkat I/ Repelita V Repelita VIPropinsi

(1976/77) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1.DI Aceh 174,8 324,0 3.762,9 4335,1 4.493,0 6.657,9 4.983,02.Sumatera Utara 954,0 1.161,0 10.389,7 19.254,1 30.333,1 34.003,2 15.083,0

3.Sumatera Barat 538,0 498,0 5.215,2 5.608,1 8.825,3 9.071,4 6.745,0

4.Riau 195,8 312,0 4.025,9 4.467,7 5.437,5 8.068,1 4.844,0

5.J a m b i 138,0 276,0 3.484,3 4.652,6 7.002,4 8.934,2 3.761,0

6.Sumatera Selatan 343,6 570,0 5.829,5 6.898,3 7.248,3 8.863,3 8.765,0

7.Bengkulu 89,3 171,0 2.892,6 2.863,3 2.000,6 2.092,2 7.220,0

8.Lampung 232,5 489,0 2.987,3 5.153,7 7.237,1 7.627,5 2.208,0

9.DKI Jakarta 230,3 489,0 5.190,5 5.560,5 6.040,2 3.316,6 5.927,0

10. Jawa Barat 1.935,8 2.892,0 20.848,1 35.062,8 54.091,8 48.585,3 43.569,0

11. Jawa Tengah 2.364,0 2.658,0 31.074,8 43.073,5 49.947,3 50.523,3 37.903,0

12. DI Yogyakarta 173,3 246,0 3.696,5 4.443,7 5.396,6 3.663,7 3.648,0

13. Jawa Timur 1.903,8 3.036,0 35.499,2 48.190,8 59.273,4 47.600,6 42.000,0

14. Kalimantan Barat 99,0 381,0 3.216,8 4.157,0 5.907,6 5.968,0 5.530,0

15. Kalimantan Tengah 81,0 300,0 5.929,4 5.939,4 12.620,0 17.928,6 3.853,0

16. Kalimantan Selatan 291,8 357,0 5.788,9 6.351,7 9.906,6 12.158,9 5.349,0

17. Kalimantan Timur 45,8 264,0 3.564,9 2.908,3 5.027,2 8.784,4 3.084,0

18. Sulawesi Utara 189,0 390,0 4.762,3 3.795,8 4.934,4 6.077,8 4.406,0

19. Sulawesi Tengah 215,3 312,0 4349,5 5.253,0 5.884,1 6.814,8 3.955,0

20. Sulawesi Selatan 753,8 771,0 10.641,8 10.002,2 14.263,8 17.4552 11.622,0

21. Sulawesi Tenggara 175,5 186,0 1.754,9 2.675,0 3.751,8 4.521,3 2.561,0

22. B a I i 291,8 309,0 5.691,3 3.939,6 4.569,4 3.377,2 4.042,0

23. Nusa Tenggara Barat 285,0 315,0 2.723,5 3.971,4 5.889,5 4.519,8 4.660,0

24. Nusa Tenggara Timur 162,0 564,0 7.770,9 7.665,3 9.754,1 11.487,1 5.853,0

25. M a l u k u 162,0 330,0 3.635,6 6.316,8 6.164,7 5.643,3 3.938,0

26.Irian Jaya 55,5 297,0 6.506,6 9.178,6 11.048,9 13.438,0 3.096,0

27.Timor Timur — 72,0 2.763,2 2.303,1 2.780,7 5.918,5 1.395,0

Jumlah 12.080,1 17.970,0 203.996,0 264.021,5 349.829,3 363.100,1 250.000,0

Khusus untuk Kegiatan Rehabilitasi

VIII/69

Page 72:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII - 1 6HASIL FISIK BANTUAN REHABILITASI SD 8e MI

1976/77,1988/89 - 1993/94,1994/95(Sekolah)Repelita V

Repelita VI

Propinsi 1976/77 1) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95 2)

1. D I Aceh 233 108 315 699 636 933.-

2. Sumatera Utara 1.272 387 868 12.469 12.558 8.629 9413. Sumatera Barat 744 166 459 810 2.816 2.544 -

4. R i a u 261 114 286 461 881 599 2115. Jambi 184 92 331 508 1.522 1.799 486

6. Sumatera Selatan 458 190 597 776 1.394 2.640 430

7. Bengkulu 110 57 374 346 318 271 2078. Lampung 310 163 321 638 1.062 1.639 1249. DKI Jakarta 307 163 709 805 1.054 878 23810. Jawa Barat 2.581 964 2.455 1.111 9.628 7.351 -

11. Jawa Tengah 3.152 886 3.223 5.298 8.644 9.541 2.10812. D I Yogyakarta 231 82 460 535 866 794 813. Jawa Timur 2.405 1.006 4.387 6.544 17.101 18.732 2.254

14. Kalimantan Barat

132 127 276 498 952 869 -

15. Kalimantan Tengah

108 100 520 603 2.493 4.497 -

16. Kalimantan Selatan 389 119 507 8.323 2.342 1.845 348

17. Kalimantan Timur 61 88 282 423 761 990 -

18. Sulawesi Utara 252 130 544 516 913 524 343

19. Sulawesi Tengah 291 104 496 588 1.364 1.358 -

20. Sulawesi Selatan 1.008 257 858 1.481 2.816 2.869 -21. Sulawesi Tenggara 234 62 126 328 823 998 14722. Bali 389 103 626 434 779 697 28223. Nusa Tenggara Barat

380 105 225 469 1.176 1.133 -

24. Nusa Tenggara Timur

216 188 983 1.167 2.169 1.419 -

25. Maluku 216 110 325 505 1.004 928 358

26. Irian Jaya 74 97 585 1.073 1:793 861 427. Timor Timur 24 190 95 385 304 , 30

Jumlah 15.998 5.992 21.328 47.503 78.250 75.642 8.519

1) Tahun ke dua pelaksanaan, sedangkan tahun pertama pelaksanaan adalah : tahun 1975/76 dengan jumlah 10.000 unit SD yang di rehabilitasi

2) Angka sementara

VIII/70

Page 73:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII — 17PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PENINGKATAN JALAN

KABUPATEN/KOTAMADYA1979/80,1989/90 — 1993/94, 1994/95

(juta rupiah)

Daerah Tingkat 1/ Repelita V Repelita VIPropinsi

(1979/80) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1) 1994/95

1.DI Aceh 1.483,8 11.401,6 24.658,3 37.740,2 43.951,4 55.154,2 50.152,22. Sumatera Utara 1.618,3 16.014,4 23.750,6 39.165,1 44.388,7 52.605,3 51.197,5

3. Sumatera Barat 252,5 9.258,7 14.070;2 23.822,1 29.703,7 34.591,5 33.086,4

4.Riau 404,5 6.706,9 20.156,8 28.894,3 31.977,0 38.183,4 38A98,2

5.J a m b i 346.8 8.147,0 13.678,8 19.301,8 23379,0 29.264,0 29.775,2

6.Sumatera Selatan 206,5 13.586,7 25.192,8 35.769,8 45.714,2 54.073,9 53.143,5

7.Bengkulu 273,9 4.515,1 6.709,0 10.625,0 15319,9 23394,4 22.750,3

8. Lampung — 5.285,3 10.661,2 16.522,9 20.097,6 17.941,9 16547,9

9.DKI Jakarta — — 4.975,0 5.000,0 5.000,0 5.000,0 3.000,0

10. Jawa Barat 904,6 19.225,6 35.815,8 45.401,8 51A64,0 59.660,2 55.437,3

11. Jawa Tengah — 17.256,0 26.907,9 38.498,3 43.522,3 51.154,2 44.949,1

12. DI Yogyakarta — 2.674,6 5.624,9 7.649,8 9.042,1 9,852,6 7.837,4

13. Jawa Timur — 17.848,3 32319,6 48.045,3 54.083,1 63318,3 58.462,8

14. Kalimantan Barat — 8.986,1 21.808,2 33.720,5 39.962,4 47264,4 49.603,8

15. Kalimantan Tengah 400,0 3.716,8 12.690,9 19.185,9 25.578,7 30325,4 31.281,9

16. Kalimantan Selatan — 4.709,0 11.900,3 17.881,6 24.575,2 28.529,2 28.692,3

17. Kalimantan Timur — 3.134,7 18.866,7 26.751,1 28.133,6 31.954,7 30.862,9

18. Sulawesi Utara — 6.023,0 12.820,5 18.222,6 20.710,9 27.080,1 27350,8

19. Sulawesi Tengah 1.148,2 5317,1 9.029,7 15.869,9 18.665,5 22322,4 22.970,1

20. Sulawesi Selatan 1300,0 10.283,1 22.806,6 36.859,4 45.768,0 54.742,0 53277,8

21. Sulawesi Tenggara 830,0 6.633,9 11.134,2 16.939,0 18.988,4 23.093,2 19332,0

22. B a l i 506,4 5342,6 7.194,4 10.596,2 11.428,8 13279,5 8329,4

23. Nusa Tenggara Barat 655,1 4.672,7 6.950,9 12.427,9 18.997,9 22210,6 19.628,5

24. Nusa Tenggara Timur 633,0 9.031,7 19.978,3 32334,3 37.607,4 42.087,9 54514,9

25. M a l u k u 725,7 3.496,6 12.197,4 17.699,2 19.420,5 22.660,1 22.640,1

26. Irian Jaya 1.037,8 6200,2 33.928,4 46.733,2 60.110,3 70937,8 73.790,5

27. Timor Timur — 4.985,9 9.999,2 15.470,8 20216,8 25.539,0 26.887,1

PUSAT 272,9 10346,3 16.673,5 7.971,7 17.812,5 11.000,0 33.420,2

Jumlah 13.000,0 225.000,0 472300,0 685.100,0 825.620,0 967.620,0 967.620,0

1) Angka diperbaiki2) Peralatan dan Kegiatan Penunjang, didalamnya termasuk untuk penyelenggaraan penerimaan tenaga sarjana

teknik untuk Dati II dan pelatihan tenaga lainnya.

VIII/71

Page 74:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 18HASIL FISIK BANTUAN PENINGKATAN JALAN KABUPATEN/KOTAMADYA

1979/80, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VIII/72

Page 75:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 19PERKEMBANGAN JUMLAH DESA DAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA

1969/70, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) Inpres Bantuan Pembangunan Desa dimulai tahun 1969/702) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK : Rp. 500.000 per desa3) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK : Rp. 700.000 per desa4) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK : Rp. 900.000 per desa5) Bantuan untuk menunjang kegiatan PKK : Rp. 1.000.000 per desa

VIII/73

Page 76:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII — 20PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA

1969/70, 1989,90 - 1993/94,1994/95(juta rupiah)

No. Daerah Tingkat 11 Repelita V Repelita VIPropinsi

1969/10 1) 1989/90 1990191 1991/92 1992/93 1993/94 1994/95

1. DI Aceh 256,0 8.565,7 14.129,1 19.606,5 25.238,8 30.704,3 35.864,32. Sumatera Utara 360,0 9.058,6 14.810,6 20.510,0 26.401,6 31.671,6 34.714,33. Sumatera Barat 87,3 5.622,1 9.227,6 12.784,5 16.394,8 18.933,8 16.418,64. Riau 70,0 1.923,9 3.067,9 4.242,7 5.460,7 6.609,7 7.918,05. Jambi 54,0 2.180,9 3.573,7 4.947,6 6381,6 7.424,6 7.133,66. Sumatera Selatan 168,0 4.046,7 6.599,4 9.135,2 11.708,4 14.247,9 16.905,77. Bengkulu 37,5 1.713,4 2.816,6 3.902,0 5.029,7 6.112,7 6.988,08. Lampung 108,9 2.6324 4.2720 5.906,0 8312,6 10.091,6 11.809,79. DKI Jakarta 22,1 548,0 813,6 1.086,3 1.446,4 1.776,4 1.768,110. Jawa Barat 381,9 11.737,8 18.860,1 26.060,5 33.709,0 40.675,0 45.753,711. Jawa Tengah 846,6 13.989,6 22.527,4 31.132,5 40.024,5 48.440,0 55.080,612. DI Yogyakarta 55,5. 1.011,4 1.446,5 1.904,2 2327,7 2.965,7 2.951,613. Jawa timur 829,4 14.053,9 22.491,0 31.000,8 '39.759,0 48.082,0 54356,414. Kalimantan Barat 175,5 7322,6 12.101,8 16.804,2 19.972,0 21327,0 9.130,015. Kalimantan Tengah 110,7, 1.953,9 3.1143, 4.286,2 5302,6 6.659,6 7.895,316. Kalimantan Selatan 67,4 3.926,0 6372,9 8.808;5 11310,2 13.726,2 14.223,917. Kalimantan Timur 103,5 1.860,1 2.976,2 4.128,2 5324,3 6.4543 7384,418. Sulawesi Utara 113,0 2.289,1 3.676,9 5.079,0 6.509,9 7.885,9 9.082,219. Sulawesi Tengah 87,0 2.123,1. 3.441,6 4.755,6 6.102,6 7.404,6 8.824,220. Sulawesi Selatan 115,8 2.623,9 4.017,1 5.468,2 7.870,2 9.462,7 12.635,721. Sulawesi Tenggara 39,1 1.310,1 2.069,4 2.841,8 3.866,9 4.675,9 5.420,222. Bali 55,8 1.153,2 1.770,3 2.401,6 3.193,4 3.824,4 4.103,123.' Nusa Tenggara Barat 55,3 1.018,5 1.581,1 2.160,0 2.749,9 3313,9 3.775,424. Nusa Tenggara Timur 145,5 2.872,4 4.612,6 6356,4 8.182,0 9.865,0 11.634,225. Maluku 102,0 2335,1 4.092,3 5.617,0 7312,0 8.923,0 10.241,826. Irian Jaya - 1.709,0 2.629,7 3.686,7 10321,3 12.516,3 14.968,927. Timor Timur - 2.053,4 3.208,6 3.666,6 4.134,4 4.573,9 3.272,2

PUSAT 2) 152,2 165,2 300,0 1.659,2 1.750,6 1.870,1 2.619,3

Jumlah 4.600,0 112.000,0 180.600,0 249.937,9 326.497,0 390.218,0 423.273,0

1) Inpres Bantuan Pembangunan Desa dimulai tahun 1969/702) Kegiatan Penunjang

VIII/74

Page 77:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL, VIII-21PERKEMBANGAN HASIL PELATIHAN PEMBANGUNAN DESA TERPADU (LPDT)1969/70,1%9/90 - 1993/94,1994/95(satuan dalam orang)

Daerah Tingkat I / Repelita V

Repelita VIPropinsi

1969/70 l) 1989/90 1990/91 1991 /92 1992/93 1993/94 1994/95

1. DI Aceh - 1.390 695 1.403 889 710 11.375

2.Sumatera Utara - 2.090 1.045 1.045 1215 1215 6.820

3.Sumatera Karat - 1.020 510 510 379 515 3.500

4.Riau - 780 390 500 561 390 2300

5.Jambi - 390 195 214 520 270 1375

6.Sumatera Selatan - 960 480 490 505 505 3.575

7. Bengkulu - 260 130 1.532 174 155 1.640

8. Lampung - 770 385 2.651 385 385 3.225

9. DKI Jakarta - 300 150 - - - 55

10. Jawa Barat - 4.530 2265 2.345 23.852 2.630 7.800

11. Jawa Tengah - 5.020 2.510 2520 11.883 2.660 12.195

12. DI Yogyakarta - 730 365 66 125 365 555

13. Jawa Timur - 5.790 2.895 6.096 3.935 3.035 9.845

14. Kalimantan Barat - 1.080 540 540 540 540 2.625

15. Kalimantan Tengah - 820 410 556 410 410 3.480

16. Kalimantan Selatan - 1.090 545 715 545 545 2.840

17. Kalimantan Timur - 710 355 365 365 365 2.525

18. Sulawesi Utara - 830 415 425 425 425 1.805

19. Sulawesi Tengah - 620 310 924 310 310 3.005

20. Sulawesi Selatan - 1.770 885 1.926 925 925 3275

21. Sulawesi Tenggara - 640 320 320 320 320 1.635

22. Bali - 510 255 255 255 255 490

23. Nusa Tenggara Barat - 590 295 1327 295 295 625

24. Nusa Tenggara Timur - 980 490 490 590 570 2.340

25. Maluku - 560 280 233 280 280 4.060

26. Irian Jaya - 1.170 585 585 585 585 8.640

27. Timor Timur - 610 305 305 305 310 1.560

Jumlah 0 36.010 18.005 28.338 50.573 18.970 103.165

LPDT dimulai sejak tahun 1980/81 (tahun kedua Repelita III)

VIII/75

Page 78:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya
Page 79:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 22PERKEMBANGAN JUMLAH LOKASI PEMUGARAN PERUMAHAN DAN

LINGKUNGAN DESA TERPADU (P2LDT)1969/70, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) P2LDT baru mulai dilaksanakan pada tahun 1988/89, dimana sampai dengan akhir tahun Repelita VDipugar 15 rumah per lokasi P2LDT

2) Mulai tahun 1994/95 tidak ada ketentuan jumlah rumah per lokasi P2LDT

VIII/76

Page 80:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 23ALOKASI BANTUAN PEMBANGUNAN DESA TERTINGGAL

PROGRAM INPRES DESA TERTINGGAL (IDT)1994/95

Keterangan :1) Rp. 20 juta/desa2) Bangunan Operasional Pemantauan

: - Tingkat I : Rp. 20.000/desa: - Tingkat II : Rp. 100.000/desa: - Tingkat Kecamatan : Rp. 500.000/desa: - Tingkat Desa : Rp. 600.000/desa

VIII/77

Page 81:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 24REKAPITULASI DATA-DATA DESA TERTINGGAL 1)

1994/95

1) Data sementara2) Pendamping Telah dilatih dengan menggunakan dana APBD3) Kader Pembangunan Desa (KPD) akan dilaksanakan dalam waktu dekat4) Data dari daerah belum lengkap.. = Data belum tersedia

VIII/78

Page 82:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

tertinggal. Jumlah peserta dalam setiap angkatan sebanyak 30 orang berasal dari 6 desa/kelurahan tertinggal yang relatif berdekatan.

Pelatihan LKMD kategori I dan II dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pengurus LKMD dalam menyusun perencanaan yang lebih sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat, mengembangkan berbagai potensi pembangunan, serta melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan dalam wilayah desanya. Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh sebanyak 5 orang pengurus LKMD dui setiap desa yang bersangkutan.

Pelatihan di tingkat kecamatan diikuti oleh 4 orang aparat di lingkungan pemerintah kecamatan yaitu, Kepala Seksi Pembangunan Masyarakat Desa (Kasi PMD), Kepala Sub-seksi (Kasubsi) Perekonomian dan Produksi, Kasubsi Pembangunan dan Lingkungan Hidup, dan Kepala Urusan (Kaur) Perencanaan. Tujuan pelatihan ini adalah memantapkan pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi kecamatan, pembangunan desa dengan keswadayaan masyarakat, dan mekanisme penyusunan rencana pembangunan desa melalui forum musyawarah pembangunan desa.

C. TRANSMIGRASI

1. Sasaran, Kebijaksanaan dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan transmigrasi dalam Repelita VI adalah bertambahnya minat untuk bertransmigrasi swakarsa mandiri; makin mudahnya akses daerah transmigrasi terhadap pasar; meningkatnya pendapatan transmigran secara bertahap sehingga diperoleh tabungan yang dapat digunakan bagi perluasan usaha; serta meningkatnya

VIII/79

Page 83:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

kesejahteraan masyarakat di daerah transmigrasi, terutama taraf pendidikan dan derajat kesehatan.

Sasaran kuantitatif yang akan dicapai adalah penempatan transmigran baru sekitar 600.000 kepala keluarga yang terdiri atas 350.000 kepala keluarga (KK) transmigran umum (TU) dan transmigran swakarsa berbantuan (TSB), serta 250.000 KK trans-migran swakarsa mandiri (TSM); dibukanya permukiman transmigran baru sekitar 1.200 unit dengan luas lahan pertanian sekitar 500.000 hektare; dan dibangunnya 350.000 unit rumah lengkap dengan sarana air bersih dan fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan para transmigran.

Untuk mencapai sasaran tersebut, pokok kebijaksanaannya adalah mengarahkan transmigrasi ke kawasan timur Indonesia, mendukung pengembangan wilayah, membantu mengentaskan penduduk dari kemiskinan, mendorong tumbuhnya transmigrasi swakarsa mandiri, mengembangkan agrobisnis, agroindustri, dan usaha lain di daerah transmigrasi, meningkatkan efisiensi dan efektivitas kelembagaan transmigrasi, dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia serta memanfaatkan iptek.

Program-program yang dikembangkan dalam Repelita VI meliputi dua program pokok yaitu program pengembangan permukiman dan lingkungan transmigrasi dan program pengerahan dan pembinaan transmigran, serta program-program penunjang yang meliputi program penelitian dan pengembangan transmigrasi, program pembinaan anak dan remaja, program pembinaan pemuda, program peranan wanita, program pengembangan informasi transmigrasi, dan program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan transmigrasi.

VIII/80

Page 84:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

2. Pelaksanaan dan Hasil-hasil Pembangunan Tahun Pertama Repelita VI

Pembangunan transmigrasi dalam Repelita VI dilakukan menurut program-program sebagai berikut :

a. Program Pengembangan Permukiman dan Lingkungan Transmigrasi

Program pengembangan permukiman dan lingkungan transmigrasi berfungsi menyiapkan rencana permukiman transmigrasi baru dengan berbagai pola usaha, menyediakan prasarana dan sarana fisik yang memadai, membuka lahan, membangun perumahan dan fasilitas umum serta mengembangkan pemukiman yang sudah ada dengan melakukan pemeliharaan prasarana dan sarana pada unit permukiman transmigrasi sebelum diserahkan kepada pemerintah daerah.

Perencanaan unit permukiman transmigrasi (UPT) dikaitkan dengan kebutuhan pembangunan daerah bersangkutan sesuai dengan rencana tata ruang daerah. Lokasi UPT harus memenuhi syarat aksesibilitas, kelayakan usaha, kelayakan permukiman, dan keterkaitannya dengan pusat-pusat pertumbuhan serta analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Untuk lokasi yang terpilih dibuat Rencana Teknis Satuan Pemukiman (RTSP) sebagai acuan dalam pelaksanaan penyiapan dan pengelolaan permukiman, serta penyelesaian masalah tanah seperti pengukuran batas keliling, dan pemindahan hak pengelolaan dengan instansi terkait. Penyiapan RTSP ini dilaksanakan satu tahun atau lebih sebelum permukiman yang bersangkutan dibuka dan siap ditempati oleh transmigran.

VIII/81

Page 85:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Pada tahun 1994/95 sebagai tahun pertama pelaksanaan Repelita VI telah dibuka sebanyak 142 unit permukiman transmigrasi dan dikembangkan sejumlah 33 desa yang kurang penduduknya untuk dapat menampung sekitar 50.000 KK TU dan TSB. Selain itu terdapat beberapa unit permukiman transmigrasi yang sudah dibuka pada tahun-tahun sebelumnya, yang dikembangkan lagi untuk menampung sekitar 15.000 KK TSM. Sesuai dengan kebijaksanaan Repelita VI penyebaran permukiman transmigrasi baru pada tahun 1994/95 diarahkan ke kawasan timur Indonesia. Dari. seluruh permukiman transmigrasi yang dibuka sekitar 91 unit permukiman (64 persen) berada di kawasan tersebut.

Untuk membuka aksesibilitas UPT dengan daerah lainnya dibangun prasarana jalan penghubung/poros dan jalan desa. Jalan penghubung menghubungkan permukiman yang dibuka dengan jalan kabupaten atau propinsi atau menghubungkan permukiman transmi-grasi dengan desa atau pusat pertumbuhan yang terdekat. Pada tahun 1994/95 pembangunan jalan di permukiman transmigrasi mencapai sekitar 2.225 kilometer yang tersebar di seluruh permukiman. Jembatan yang dibangun mencapai panjang sekitar 6.570 meter (Tabel VIII-25). Dengan demikian pada tahun pertama Repelita VI di setiap permukiman baru telah dibangun sekitar 15,7 kilometer jalan dan 46 meter jembatan. Dibandingkan dengan pembangunan jalan penghubung/poros dalam Repelita V, jalan yang dibangun pada tahun 1994/95 meningkat cukup besar.

Pada awal pembukaan permukiman, jembatan yang dibangun berupa jembatan kayu, dengan memanfaatkan kayu yang tersedia di lapangan. Selanjutnya sesuai dengan perkembangan ekonomi, prasarana di unit permukiman transmigrasi mulai ditingkatkan, misalnya jembatan-jembatan kayu diganti dengan jembatan semi permanen/permanen dari beton atau baja yang pelaksanaannya

VIII/82

Page 86:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

dikaitkan dengan upaya pemeliharaan jalan. Pada tahun 1994/95 jumlah jalan dan jembatan yang dipelihara masing-masing adalah 381 kilometer dan 2.286 meter (Tabel VIII-26).

Untuk setiap KK transmigran disediakan lahan pekarangan (LP) dan lahan usaha I (LU I) yang telah dibuka yang luasnya masing-masing 0,5 hektare. Selain itu disediakan pula lahan usaha II (LU II) seluas 1,0 hektare, yang harus dibuka sendiri oleh transmigran. Pada permukiman transmigrasi dengan pola PIR-Trans, LU I dan LU II diganti menjadi kebun plasma seluas 2,0 hektare per kepala keluarga. Pada pola ini pembukaan, penanaman dan pemeliharaan kebun plasma dibiayai dari kredit yang harus dibayar oleh transmigran dengan hasil panen kebunnya. Pada tahun 1994/95 lahan yang dibuka di permukiman transmigrasi meliputi sekitar 45.840 hektare terdiri LP seluas 23.934 hektare dan LU I seluas 21.907 hektare. Pada tahun tersebut luas lahan yang dibuka di kawasan timur sekitar 28.377 hektare atau sekitar 62 persen dari seluruh luas lahan yang dibuka di permukiman transmigrasi pada tahun itu (Tabel VIII-27). Dalam Repelita V sekitar 52,3 persen lahan dibuka di kawasan timur. Dengan demikian proporsi lahan yang dibuka di kawasan timur pada awal Repelita VI telah semakin meningkat. Pembukaan LP dan LU I telah menambah areal produksi dan luas panen pada propinsi yang bersangkutan. Mengingat pada umumnya LP dan LU I ini ditanami tanaman pangan, maka pembukaan lahan transmigrasi telah ikut menyumbang produksi pangan di daerah bersangkutan, serta produksi pangan nasional.

Pada UPT dibangun pula rumah transmigran beserta fasilitas umum yang diperlukan seperti balai desa, balai pengobatan/puskesmas pembantu, rumah ibadah, dan gudang penyimpanan pangan serta sarana produksi (saprodi). Pada tahun 1994/95 dibangun rumah transmigran sejumlah 52.121 unit, puskesmas pembantu 119 buah,

VIII/8 3

Page 87:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

rumah ibadah 276 buah, gudang 278 buah dan rumah petugas 274 unit. (Tabel VIII-28, Tabel VIII-29, Tabel VIII-30, Tabel VIII-31, Tabel VIII-32).

Untuk memberikan kepastian hukum, kepada transmigran diberikan sertifikat hak milik atas tanah yang diberikan sesuai dengan luas kapling dari masing-masing transmigran. Selama tahun 1994/95 telah dapat diselesaikan pengkaplingan terhadap sekitar 50.000 hektare lahan yang terdiri atas 9.560 hektare lahan pekarangan dan 40.935 hektare lahan usaha (Tabel VIII-33). Jumlah lahan yang dikapling pada tahun 1994/95 meningkat dibandingkan dengan realisasi rata-rata per tahun dalam Repelita V yang mencapai sekitar 48.300 hektare. Setelah selesai dikapling dan dibagikan kepada transmigrasi, kapling-kapling lahan tersebut dibuatkan sertifikat hak milik. Dalam Repelita V jumlah sertifikat hak milik tanah transmigran yang berhasil diselesaikan mencapai 654.619 buah atau rata-rata sekitar 131.000 buah per tahun, sedangkan pada tahun pertama Repelita VI sertifikat yang diterbitkan berjumlah 78.438 buah. Setiap kepala keluarga transmigran rata-rata menerima 3 buah sertifikat hak milik tanah yaitu masing-masing untuk sertifikat lahan pekarangan, lahan usaha I dan lahan usaha II.

b. Program Pengerahan dan Pembinaan Transmigran

Program pengerahan dan pembinaan transmigran berfungsi melaksanakan pengerahan VIII/84

Page 88:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

transmigran, memindahkan dari daerah asal untuk ditempatkan di permukiman transmigrasi, dan selanjutnya melaksanakan pembinaan transmigran.

Kegiatan pengerahan di daerah asal meliputi pemilihan wilayah asal calon transmigran; memberikan penerangan, penyuluhan dan motivasi untuk bertransmigrasi; melaksanakan pendaftaran, seleksi

Page 89:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

dan dokumentasi; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan; melaksanakan pengadaan perlengkapan, peralatan dan logistik; serta menyediakan sarana angkutan dan fasilitas transito. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memperoleh calon transmigran yang siap diberangkatkan ke daerah tujuan. Selain di daerah asal yaitu Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, di daerah penerima juga dilakukan kegiatan penerangan, penyuluhan dan motivasi untuk mendapatkan calon transmigran dalam rangka Alokasi Permukiman Penduduk Daerah Transmigrasi (APPDT), yang biasanya jumlahnya adalah sekitar 20 persen dari daya tampung permukiman transmigrasi yang dibangun.

Dalam Repelita VI, sumber daya manusia transmigrasi sebagai subyek pembangunan terus ditingkatkan kualitas dan kemampuannya, karena keberhasilan pembangunan transmigrasi tidak hanya tergantung pada kualitas permukiman yang dibuka tetapi yang lebih penting adalah kemampuan transmigran dalam mengelola permukimannya. Untuk mendapatkan transmigran yang berkualitas dilakukan seleksi terhadap calon yang berminat. Selanjutnya diberikan pelatihan dasar umum dan pelatihan dasar teknis untuk mengelola lahan di daerah baru, yang kondisi lingkungannya relatif lebih sukar dibandingkan dengan di daerah asal. Materi yang diberikan kepada seluruh calon transmigran dan keluarganya antara lain berupa informasi umum mengenai keadaan permukiman yang akan ditempati dan cara mengolah lahan dipermukiman transmigrasi.

Bagi calon transmigran yang dianggap mampu menjadi kader pengembangan masyarakat transmigran diberikan pelatihan yang lebih intensif mengenai berbagai keterampilan yang sesuai dengan kondisi permukiman yang akan ditempati. Mengingat pentingnya masalah ini sejak tahun pertama Repelita VI jumlah calon transmigran yang diberi pelatihan intensif di daerah asal ditingkatkan dengan cukup berarti yaitu mencapai sekitar 9.500 orang atau sekitar 31 persen dari jumlah

VIII/85

Page 90:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

transmigran umum dan transmigran swakarsa berbantuan yang diberangkatkan dari daerah asal, sedangkan dalam Repelita V jumlahnya baru mencapai 18.388 orang atau sekitar 10 persen (Tabel VIII-34). Pelaksanaan pelatihan semakin disebarkan ke daerah sesuai dengan daerah asal pemberangkatan transmigran. Dalam Repelita V jumlah transmigran yang dilatih di Jakarta (pusat) masih berjumlah sekitar 30 persen, sedangkan pada tahun pertama Repelita VI jumlahnya berkurang menjadi sekitar 5 persen saja, selebihnya tersebar pada 7 propinsi daerah asal lainnya. Setelah calon transmigran selesai dilatih, mereka diberangkatkan ke daerah tujuan dengan menggunakan angkutan darat, kapal laut atau pesawat udara ke tempat tujuannya masing-masing.

Pada tahun pertama Repelita VI jumlah transmigran yang berhasil ditempatkan di sekitar 142 permukiman transmigrasi baru dan 33 desa yang dikembangkan meliputi sekitar 64.400 KK yang terdiri dari 23.676 KK transmigran umum, 25.724 KK transmigran swakarsa berbantuan dan sekitar 15.000 KK transmigran swakarsa mandiri (Tabel VIII-35). Dibandingkan dengan rata-rata penempatan transmigran dalam Repelita V, realisasi tahun 1994/95 ini meningkat cukup tajam. Hal ini disebabkan adanya transmigran swakarsa mandiri yang realisasinya mencapai sekitar 23 persen dari seluruh penempatan transmigran pada tahun 1994/95. Realisasi penempatan tahun 1994/95 mencapai sekitar 99 persen dari sasaran yang ditetapkan sebesar 65.000 KK.

Dengan dikenalkannya TSM maka sumber daya yang berasal dari pemerintah dapat lebih dikonsentrasikan pada pencapaian pelaksanaan transmigrasi umum (TU) dan transmigrasi swakarsa berbantuan (TSB) baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Dengan dibangunnya permukiman TU dan TSB yang makin berkualitas diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi berkembangnya TSM. Selanjutnya sasaran

VIII/86

Page 91:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

penyebaran penduduk melalui transmigrasi dapat lebih mudah untuk diwujudkan.

Dalam tahun 1994/95 keikutsertaan penduduk setempat dalam bentuk APPDT dan pelaksanaan permukiman kembali di luar penataan transmigran swakarsa hampir mencapai 30 persen dari sasaran penempatan. Dalam Repelita V jumlah APPDT, pemukiman kembali penduduk dan penataan transmigran swakarsa mencapai sekitar 39 persen dari seluruh transmigran yang ditempatkan pada periode tersebut. Menurunnya proporsi APPDT, pemukiman kembali penduduk dan penataan transmigran swakarsa antara lain karena mulai Repelita VI penataan transmigran swakarsa dimasukkan ke dalam TSM. Jika TSM dan APPDT digabungkan, pada Repelita VI jumlahnya mencapai sekitar 53 persen. Kenyataan ini menunjukkan bahwa transmigrasi bukan hanya memecahkan masalah kependudukan di Jawa saja tetapi juga merupakan usaha menata permukiman penduduk setempat yang kondisi sosial ekonominya tidak lebih baik dari transmigran yang berasal dari Jawa.

Kegiatan lain yang diprogramkan pertama kali dalam Repelita VI adalah pemukiman perambah hutan yang penanganannya dilaksanakan oleh Departemen Transmigrasi dan PPH dengan dukungan Departemen Kehutanan. Di permukiman transmigrasi para perambah hutan mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti para transmigran lainnya. Selain itu dilaksanakan pula kerja sama antara kedua departemen untuk meningkatkan penanganan perambah hutan melalui Proyek Peningkatan Program Perambah Hutan melalui Dana Reboisasi (P4HDR). Jumlah perambah hutan yang dimukimkan di permukiman transmigrasi pada tahun 1994/95 mencapai sekitar 18.433 KK yang meliputi perambah hutan berasal dari Jawa sejumlah 1.870 KK dan yang berasal dari daerah transmigrasi sejumlah 16.563 KK, termasuk yang ditangani melalui P4HDR.

VIII/87

Page 92:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Dari 8 propinsi asal transmigran peranan propinsi-propinsi di Jawa masih tetap paling besar yaitu hampir mencapai sekitar 40 persen dari seluruh transmigran yang dipindahkan pada tahun pertama Repelita VI. Sementara itu pemindahan dari 3 propinsi lainnya yaitu Bali, NTB dan NTT hanya sekitar 7,3 persen. Sisanya (52,7 persen) merupakan APPDT (label VIII-36). Penurunan jumlah transmigran yang berasal dari Jawa pada awal Repelita VI adalah karena peningkatan peran APPDT dari daerah transmigrasi sendiri. Sementara itu jika dilihat dari penyelesaian masalah kependudukan di daerah asal, maka pemindahan transmigran dari Bali, NTB dan NTT menjadi sangat berarti, walaupun jumlahnya relatif kecil.

Penyebaran penempatan transmigran di 21 propinsi tujuan transmigrasi pada tahun pertama Repelita VI sudah semakin merata. Dari ke 21 propinsi tersebut hanya 3 propinsi yang menerima transmigran kurang dari seribu KK yaitu Sulawesi Utara, NTB dan NTT. Dalam Repelita V terdapat empat sampai tujuh propinsi yang tiap tahunnya menerima transmigran kurang dari seribu KK. Sementara itu beberapa propinsi seperti Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kaliman- tan Timur dan Irian Jaya merupakan propinsi yang menerima transmigran paling besar yang jumlahnya mencapai 127.439 KK transmigran atau sekitar 51,6 persen dari seluruh penempatan transmigran (Tabel VIII-37). Dalam tahun pertama Repelita VI jumlah yang ditempatkan pada kelima propinsi itu adalah sebanyak 29.059 KK atau sekitar 45 persen dari seluruh penempatan transmigran. Penurunan yang

VIII/88

Page 93:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

terjadi di kelima propinsi tersebut disebabkan peranan propinsi-propinsi lainnya yang semakin meningkat. Di Riau dan Kalimantan Barat, jumlah transmigran swakarsa berbantuan lebih besar dari transmigran umum. Hal itu disebabkan di kedua propinsi tersebut terdapat banyak permukiman transmigrasi pola perkebunan (PIR-Trans) yang banyak diminati oleh para calon transmigran.

Page 94:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Penempatan transmigran dalam satu permukiman biasanya dilak-sanakan secara bertahap sampai seluruh daya tampung permukiman terpenuhi seluruhnya. Jika penempatan transmigran dalam satu permukiman dapat berlangsung dalam satu tahun anggaran, maka pembinaan terhadap transmigran dapat dilaksanakan secara hampir bersamaan dengan perlakuan yang relatif hampir sama. Namun jika penempatan transmigran pada satu permukiman memakan waktu lebih dari satu tahun anggaran maka perlakuan pembinaan akan berbeda tergantung dari lama waktu mereka berada di permukiman. Secara umum setiap tahunnya terdapat transmigran yang dibina untuk tahun pertama, kedua dan seterusnya sampai tahun kelima. Jumlah transmi-gran yang dibina pada tahun pertama Repelita VI mencapai sekitar 250.575 KK yang terdiri dari transmigran baru sejumlah 64.400 KK dan transmigran lama sejumlah 186.175 KK (label VIII-38).

Pembinaan di bidang ekonomi disesuaikan dengan pola usaha yang dikembangkan di permukiman bersangkutan seperti pola tanaman pangan, perkebunan, tambak, nelayan, jasa industri, dan hutan tanaman industri transmigrasi. Pada tahun-tahun awal penempatan pembinaan diarahkan untuk mengembangkan lahan pekarangan dan lahan usaha I, dan input-input yang diberikan kepada transmigran dikaitkan dengan usaha peningkatan produksi lahan pekarangan dan lahan usaha I tersebut. Untuk mengefektifkan penggunaan input-input tersebut diberikan bimbingan intensif yang dilakukan oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL). Sejak beberapa tahun terakhir, pembinaan bidang pertanian dibantu juga oleh tenaga kerja pemuda mandiri profesional (TKPMP) yang berpendidikan sarjana.

Setelah upaya pemanfaatan lahan dapat diselesaikan, masalah selanjutnya yang perlu mendapat perhatian adalah pengelolaan pasca

VIII/89

Page 95:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

panen dan upaya pemasaran. Untuk itu dibentuk kelompok usaha bersama (KUB) yang selanjutnya ditingkatkan menjadi koperasi unit desa transmigrasi (KUD). Pada tahun-tahun pertama sebelum KUD terbentuk kegiatan-kegiatan perekonomian di permukiman transmigrasi masih dikoordinasikan oleh kepala unit permukiman transmigrasi. Selanjutnya KUD diberi peranan yang lebih dominan. Agar KUD dapat lebih cepat berperan dalam pengelolaan perekonomian transmigrasi maka pengembangannya dibantu dengan TKPMP bidang koperasi yang bertugas selama sekitar 2 tahun.

Selain diberikan bantuan berupa input pertanian dan input-input lainnya, diberikan pula pelatihan lanjutan yang meliputi pelatihan keterampilan pertanian dan nonpertanian. Mengingat pentingnya peningkatan kemampuan transmigran, maka seperti juga di daerah asal jumlah transmigran yang dilatih di daerah penerima ditingkatkan secara berarti. Pada tahun pertama Repelita VI jumlah transmigran yang dilatih mencapai sekitar 23.740 orang yang terdiri dari pelatihan bidang pertanian sejumlah 6.520 orang, nonpertanian sejumlah 4.720 orang dan temu karya sejumlah 12.500 orang, meningkat 70 persen dari rata-rata tahun pertama Repelita V (Tabel VIII-39). Jika dilihat persentase transmigran yang dilatih terhadap jumlah KK transmigran yang ditempatkan pada Repelita V mencapai sekitar 28 persen, sementara pada awal Repelita VI mencapai sekitar 37 persen. Peningkatan yang cukup besar ini diharapkan dapat lebih meningkat -kan kualitas sumber daya manusia transmigran. Selain jumlah yang dilatih bertambah cukup besar, jenis pelatihan diprioritaskan pada keterampilan-keterampilan untuk mendukung usaha tani. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya memperkukuh basis usaha tani. transmigran untuk mengembangkan agribisnis dan agroindustri. Selain itu mulai tahun pertama Repelita VI dilaksanakan pelatihan melalui temu karya yang dimaksudkan untuk memecahkan berbagai

VIII/90

Page 96:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

permasalahan yang dihadapi transmigran dalam mengelola per-mukimannya.

Selain pembinaan ekonomi, dilakukan juga pembinaan di bidang sosial yang meliputi aspek kesehatan, pendidikan, dan pembentukan institusi sosial. Kegiatan pembinaan kesehatan sudah dilakukan sejak transmigran berangkat dari daerah asalnya dan dilanjutkan setelah mereka tiba di daerah tujuan. Pada waktu seleksi di daerah asal, kesehatan calon transmigran dan keluarganya sudah diperiksa secara bertahap mulai dari desa sampai di transito pemberangkatan. Hal ini dimaksudkan agar pengobatan terhadap calon transmigran yang memerlukan dapat dilakukan sedini mungkin. Pelayanan kesehatan ini dilanjutkan di permukiman transmigrasi. Pelayanan dilaksanakan petugas transmigrasi bersama-sama dengan instansi kesehatan di daerah dengan menyediakan berbagai jenis obat-obatan yang diperlukan di lokasi pemukiman transmigrasi dan mengerahkan tenaga kesehatan yang ada di daerah. Untuk mengatasi kekurangan tenaga paramedis dan dokter pada tahap awal penempatan, dilaksanakan kerja sama dengan dinas kesehatan ABRI. Realisasinya berupa penempatan tenaga paramedis ABRI di permukiman transmigrasi selama tahun pertama penempatan sampai tenaga paramedis yang definitif dapat disediakan. Selain pelayanan kesehatan secara umum dilakukan juga pelayanan keluarga berencana (KB) bagi pasangan transmigrasi usia subur dengan cara melanjutkan pelayanan terhadap akseptor KB yang sudah menjalani program KB di daerah asal.

Untuk mendukung program wajib belajar sembilan tahun kegiatan pembinaan pendidikan diprioritaskan pada penyediaan prasarana dan sarana pendidikan. Jika pada tahun-tahun sebelumnya gedung SD yang dibangun melalui dana Inpres disediakan satu tahun setelah penempatan transmigran, maka mulai awal Repelita VI penye-diaannya dilaksanakan bersamaan dengan penempatan transmigran,

VIII/91

Page 97:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

dengan koordinasi perencanaan yang semakin ditingkatkan. Sementa- ra belum tersedia gedung SD pada satu permukiman transmigrasi maka balai desa yang sejak awal telah tersedia di lokasi digunakan sebagai sekolah darurat. Dengan demikian kelanjutan pendidikan anak-anak transmigran di permukiman baru dapat terjamin. Untuk pendidikan lanjutan dibangun satu sekolah lanjutan pertama pada setiap satu kawasan permukiman yang terdiri dari 4 sampai 5 unit permukiman transmigrasi, sedangkan untuk sekolah lanjutan atas disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.

Masalah pembinaan pendidikan yang sedang diselesaikan antara lain adalah pengangkatan guru baru yang berasal dari transmigran dan masalah perpindahan guru dari daerah asal ke daerah transmigrasi. Untuk kedua masalah ini sudah diambil langkah-langkah penyelesaian baik yang menyangkut persyaratan administrasi maupun persyaratan teknis. Dengan penyelesaian tersebut guru-guru yang berasal dari transmigran dapat segera diangkat menjadi guru tetap, demikian juga dengan guru yang berpindah dari daerah asal ke daerah transmigrasi dapat tetap menerima haknya secara berkesinambungan.

Untuk memperlancar perpindahan administrasi setelah per-mukiman transmigrasi diserahkan pengelolaannya kepada pemerintah daerah, maka sejak dini diupayakan pembentukan institusi sosial desa secara lengkap. Prioritas pertama adalah terbentuknya aparat desa definitif. Dengan demikian maka penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi desa dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya dibentuk lembaga sosial seperti LKMD, koperasi dan sebagainya. Dengan lengkapnya perangkat desa maka pada waktu unit permukiman transmigrasi diserahkan kepada pemerintah daerah penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa sudah berjalan berkesinambungan .

VIII/92

Page 98:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

Di bidang sosial budaya pembinaan dilakukan untuk menumbuh-kan semangat saling menghargai antara budaya transmigran pendatang dan budaya penduduk sekitar permukiman baru, meningkatkan kehidupan dan toleransi beragama, menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial, mengembangkan peranan wanita, anak dan pemuda, serta menumbuhkan peran serta masyarakat baik transmigran maupun masyarakat sekitar dalam kegiatan pembangunan. Untuk itu maka pembinaan diarahkan pada upaya penyediaan sarana bagi tumbuhnya interaksi positif antara para pendatang dengan penduduk setempat seperti penyelenggaraan acara kesenian, pemutaran film, kegiatan olahraga dan lain-lain. Fasilitas yang tersedia di UPT dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat.

c. Program Penunjang

Selain kedua program pembangunan seperti diuraikan di atas, terdapat beberapa program penunjang yang memberikan dukungan bagi keberhasilan pelaksanaan transmigrasi secara keseluruhan. Program-program tersebut adalah program penelitian dan pengembangan transmigrasi, program pembinaan anak dan remaja, program pembinaan pemuda, program peranan wanita, program pengembangan informasi transmigrasi, dan program pendidikan, pelatihan dan penyuluhan transmigrasi.

1) Program Penelitian dan Pengembangan Transmigrasi

Kegiatan penunjang yang sangat penting bagi pelaksanaan transmigrasi adalah pengkajian dan penelitian berbagai kebijaksanaan. Secara garis besar kegiatan ini dapat dibagi menjadi dua yaitu pertama melakukan pengkajian kebijaksanaan yang telah dilaksanakan sebagai umpan balik bagi perbaikan-perbaikan selanjutnya, dan kedua

VIII/93

Page 99:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

membuat penelitian terapan yang langsung dapat dilaksanakan di lapangan bagi kepentingan pengembangan transmigrasi.

Dalam tahun pertama Repelita VI dilaksanakan penelitian terhadap 25 aspek permasalahan. Penelitian-penelitian tersebut dilaksanakan oleh 52 orang peneliti dan litkayasa yang sebagian besar berpendidikan sarjana S-1 dan beberapa di antaranya sarjana S-2 dan S-3. Selain itu terdapat satu balai penelitian yang berada di Bengkulu yang mendukung penelitian dan pengembangan pertanian daerah transmigrasi. Sebagai dukungan tambahan dilakukan kerja sama dengan berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi dan lembaga swasta yang berhubungan dengan pelaksanaan transmigrasi.

2) Program Pembinaan Anak dan Remaja

Program ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan jiwa kemandirian. Program ini dilaksanakan sebagai kegiatan pendidikan luar sekolah oleh masyarakat sendiri dengan bimbingan dari petugas-petugas UPT.

3) Program Pembinaan Pemuda

Untuk program pembinaan dan pengembangan pemuda dalam Repelita V telah dilaksanakan kegiatan pembinaan karang taruna dan bimbingan keterampilan pemuda yang selanjutnya dibentuk 140 kelompok usaha bersama (KUB) dengan berbagai kegiatan usaha produktif. Pada tahun pertama Repelita VI kegiatan-kegiatan tersebut dilanjutkan lagi dengan pembentukan sekitar 60 KUB dan pembinaan karang taruna secara teratur. Pelaksanaan usaha-usaha pembinaan ini selalu bekerja sama dengan instansi lain yang terkait.

VIII/94

Page 100:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

4) Program Peranan Wanita

Dalam pelaksanaan program peranan wanita, pada tahun pertama Repelita VI telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan peningkatan ASI di 9 UPT, peningkatan keterampilan wanita di bidang pengolahan hasil pertanian bagi sekitar 675 orang, dan pelatihan peningkatan kepemimpinan, penyuluhan hukum dan UU perkawinan bagi sekitar 30 orang wanita transmigran.

5) Program Pengembangan Informasi Transmigrasi

Program ini bertujuan untuk menyediakan informasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan transmigrasi, melalui pengembangan dan penyempurnaan sistem informasi transmigrasi yang meliputi informasi sosial ekonomi daerah asal transmigran, daerah tujuan, kondisi sumber daya alam, produksi, pemasaran, permodalan, dan transportasi. Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun pertama Repelita VI antara lain adalah pembuatan sistem pelaporan yang terintegrasi dari unit permukiman transmigrasi sampai di tingkat pusat.

6) Program Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Transmigrasi

Di bidang pendidikan dan pelatihan aparatur, pada tahun pertama Repelita VI telah dilatih sejumlah 5.197 orang pegawai yang meliputi pelatihan penjenjangan untuk 277 orang, pelatihan teknis operasional untuk 4.198 orang, pelatihan fungsional untuk 541 orang dan pelatihan prajabatan untuk 191 orang. Peningkatan jumlah pegawai yang dilatih dalam tahun pertama Repelita VI merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia trans-migrasi.

VIII/95

Page 101:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya
Page 102:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 25PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN DI PEMUKIMAN TRANSMIGRASI

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) Angka Diperbaiki2) Angka sementara

VIII/96

Page 103:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 26PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VIII/97

Page 104:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 27PEMBUKAAN LAHAN UNTUK TRANSMIGRASI

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(ha)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) LP: Lahan Pekarangan4) LUI : Lahan Usaha I

VIII/98

Page 105:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII - 28PEMBANGUNAN RUMAH TRANSMIGRAN DAN JAMBAN KELUARGA1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95(buah)

Awal Repelita V Repelita VIPropinsi P JP - I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94 1) 1994/95 2)

1. Daerah Istimewa Aceh 750 1.666 3.200 2.050 1.524 1.9032. Sumatera Utara 400 750 2.450 943 810 6003. Sumatera Barat 983 1.383 1:549 1.200 2.317 2.1724. Riau 5.963 10.440 11.374 8.723 7.753 5.3575. Jambi 2.850 4.150 4.250 3.039 2.331 3.1756. Sumatera Selatan 4.221 6.847 7.575 4.983 5.749 42227. Bengkulu 1.350 1.535 1.750 2.416 598 1.5378. Lampung 804 2.650 3.650 1.600 2.383 8649. Kalimantan Barat 946 4.345 9.936 3.882 8.045 4.63510. Kalimantan Tengah 900 2.849 4.250 2.713 5.347 3.61611. Kalimantan Selatan 796 1.812 2.044 1.747 3.028 2.45012. Kalimantan Timur 2.698 2.402 4.546 3.018 6.232 4.95013. Sulawesi Utara 75 350 250 487 155 20014. Sulawesi Tengah 974 4.214 2.591 2.372 3.232 2.70015. Sulawesi Selatan 2.178 2.147 2.762 1.156 1.658 1.35016. Sulawesi Tenggara 390 697 1.733 1.683 1.118 2.16017. Maluku - 1.035 1.954 1.971 2.477 2.31018. Irian Jaya 300 4.313 4.990 3.379 6.023 6.00019. Nusa Tenggara Barat 150 400 600 800 798 20020. Nusa Tenggara Timur 127 273 200 530 32021. Timor Timur - 198 190 500 1.250 1.400

Jumlah 26.728 54.310 71.917 48.862 63.358 52.121

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VIII/99

Page 106:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 29PEMBANGUNAN PUSKESMAS PEMBANTU DI PEMUKIMAN TRANSMIGRASI

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(buah)

1). Angka diperbaiki2). Angka sementara

VIII/100

Page 107:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII — 30PEMBANGUNAN RUMAH IBADAH DI PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95(buah)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VIII/101

Page 108:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 31PEMBANGUNAN GUDANG DI PEMUKIMAN TRANSMIGRASI

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(buah)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VIII/102

VIII/102

Page 109:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 32PEMBANGUNAN RUMAH PETUGAS DI-PERMUKIMAN TRANSMIGRASI1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(buah)

Awal Repelita V Repelita VIPropinsi PJP–I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/941) 1994/95 2)

1. Daerah Istimewa Aceh – 6 4 17 18 9 162. Sumatera Utara – 3 16 10 11 4 63. Sumatera Barat – 4 8 7 5 6 84. Riau – 17 50 33 15 24 305. Jambi – 14 26 18 15 10 166. Sumatera Selatan – 9 16 41 30 26 287. Bengkulu – 5 8 7 15 5 138. Lampung – 3 14 25 5 5 59. Kalimantan Barat – 14 22 41 31 30 6

10. Kalimantan Tengah – 9 12 16 11 2 2611. Kalimantan Selatan – 3 9 14 10 12 412. Kalimantan Timur – 5 2 24 – 30 3213. Sulawesi Utara – 2 1 2 – 1 –14. Sulawesi Tengah – 4 12 7 3 14 1215. Sulawesi Selatan – 13 13 6 3 10 916. Sulawesi Tenggara – 2 5 7 8 10 1317. Maluku – – 14 10 11 12 1618. Irian Jaya – 6 22 12 20 27 2619. Nusa Tenggara Barat – – 4 4 5 2 –20. Nusa Tenggara Timur – – 2 1 1 4 –21. Timor Timur – – 2 3 1 8 8

Jumlah – 119 262 305 218 251 274

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VIII/103

Page 110:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 33PELAKSANAAN PERKAPLINGAN UNTUK TRANSMIGRAN

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(ha)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) LP = Lahan Pekarangan4) LU = Lahan Usaha

VIII/104

Page 111:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII — 35JUMLAH TRANSMIGRAN UMUM DAN TRANSMIGRAN SWAKARSA

1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95(KK)

Awal Repelita V Repelita VIJ e n i s PJP — I

(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93. 1993/94 1994/95 1)

1. Transmigran Umum (TU) 1.991 7.340 21.498 25.896 21.123 19.007 23.676

2. Transmigran Swakarsa 1.382 19.193 28.554 35.877 38.079 30.433 25.724Berbantuan (TSB)

Transmigrasi Swakarsa - - - - - - 15.000Mandiri (TSM)

Jumlah 3.373 26.533 50.052 61.773 59.202 49.440 64.400

1) Angka sementara

VIII/105

Page 112:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 35JUMLAH TRANSMIGRAN UMUM DAN TRANSMIGRAN SWAKARSA

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(KK)

1) Angka sementara

VIII/106

Page 113:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 36JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIPINDAHKAN

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(KK)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) APPDT = Alokasi Pemukiman Penduduk Daerah Transmigrasi4) Termasuk transmigrasi lokal di Lampung5) TSM = Transmigrasi swakarsa mandiri, dilaksanakan mulai Repelita VI

VIII/107

Page 114:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 37JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DITEMPATKAN

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(KK)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) TU = Transmigrasi Umum4) TSB = Transmigrasi Swakarsa Berbantuan5) TSM = Transmigrasi Swakarsa Mandiri

VIII/108

Page 115:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 38JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DIBINA

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(KK)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) TL : Transmigran Lama4) TB : Transmigran Baru

VIII/109

Page 116:  · Web viewPada waktu UU Nomor 5 Tahun 1974 ditetapkan jumlah propinsi di Indonesia telah menjadi 26 propinsi, termasuk pembentukan Propinsi Bengkulu pada tahun 1967 sebagai upaya

TABEL VIII – 39JUMLAH TRANSMIGRAN YANG DILATIH DAN DIDIDIK DI DAERAH PENERIMA

1968, 1989/90 – 1993/94, 1994/95(orang)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) P : Pelatihan Bidang Pertanian4) NP : Pelatihan Bidang Non-Pertanian5) TK : Temu Karya

VIII/110