wordpress.com · web viewpada sisi lain al-qaththan mengatakan bahwa al-qur’an seluruhnya muhkam...

24
BAB I PEMBAHASAN 1.1 Definisi Al-Muhkam dan Mutasyabih Ayat-ayat yang terkandung dalam al-Qur’an adakalanya berbentuk lafaz, ungkapan, dan uslup yang berbeda tetapi artinya tetap satu, sudah jelas maksudnya sehingga tidak menimbulkan kekeliruan bagi orang yang membacanya. Di samping ayat yang sudah jelas tersebut, ada lagi ayat- ayat yang bersifat umum dan samar-samar yang menimbulkan keraguan bagi yang membacanya sehingga ayat yang seperti ini menimbulkan ijtihad bagi para mujtahid untuk dapat mengembalikan kepada makna yang jelas dan tegas. 1 Kelompok ayat pertama, yang telah jelas maksudnya itu disebut al-Muhkam, sedangkan kelompok ayat yang kedua yang masih samar-samar disebut dengan Mutasyabih, kedua macam ayat inilah yang akan menjadi pembahasan pada bagian ini. Pada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al- Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara umum. Seluruh al-Qur’an adalah Muhkam, jika kata muhkam itu 1 Abu Anwar., Ulumul Qur’an, (Pekanbaru : Amzah, 2002), h.77. 1

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Definisi Al-Muhkam dan Mutasyabih

Ayat-ayat yang terkandung dalam al-Qur’an adakalanya berbentuk lafaz,

ungkapan, dan uslup yang berbeda tetapi artinya tetap satu, sudah jelas maksudnya

sehingga tidak menimbulkan kekeliruan bagi orang yang membacanya. Di samping

ayat yang sudah jelas tersebut, ada lagi ayat-ayat yang bersifat umum dan samar-

samar yang menimbulkan keraguan bagi yang membacanya sehingga ayat yang

seperti ini menimbulkan ijtihad bagi para mujtahid untuk dapat mengembalikan

kepada makna yang jelas dan tegas.1

Kelompok ayat pertama, yang telah jelas maksudnya itu disebut al-Muhkam,

sedangkan kelompok ayat yang kedua yang masih samar-samar disebut dengan

Mutasyabih, kedua macam ayat inilah yang akan menjadi pembahasan pada bagian

ini.

Pada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam

dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih

secara umum. Seluruh al-Qur’an adalah Muhkam, jika kata muhkam itu berarti

kokoh, kuat, membedakan antara yang hak dan yang bathil, yang benar dan yang

salah. Dan al-Qur’an itu seluruhnya adalah mutasyabih, jika mutasyabih itu berarti

kesempurnaan dan kebaikan. Al-Qur’an suatu ayat dengan ayat yang lainnya saling

menyempurnakan dan memperbaiki ajaran-ajaran yang salah yang selalu dilakukan

oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

1 Abu Anwar., Ulumul Qur’an, (Pekanbaru : Amzah, 2002), h.77.

1

Page 2: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

a. Muhkam

Menurut bahasa terambil dari hakamutud daabah wa ahkamat, artinya

melarang.2 Sedangkan menurut istilah terdapat khilafiyah sesama ahli ushul

mengenai artinya yaitu:

1. Yang dinamakan Muhkam adalah yang diketahui apa yang dimaksud

dengannya. Adakalanya secara zahir atau nyata dan adakalanya dengan

takwil atau pengalihan artinya.

2. Yang dinamakan Muhkam adalah apa yang tidak mungkin ditakwilkan, tapi ia

hanya satu arah saja.

3. Yang dinamakan Muhkam adalah yang jelas atau terang yang dimaksud

dengannya, sehingga ia tidak mungkin dihapuskan.

4. Yang dinamakan Muhkam adalah apa yang berdiri sendiri dan tidak

membutuhkan penjelasan.

5. Yang dinamakan Muhkam ialah sesuatu yang kokoh dan bundar sehingga

tidak ada seginya.

b. Mutasyabih

Menurut bahasa adalah berasal dari:3

الشئين أحد بشبه: التشابهTerjemahannya:

Salah satu dari dua menyerupai yang lainnya.

Ia mengandung pengertian:

Al-musyaarakatu atau kebersamaan, karena ada keserupaan dan bentuknya

yang mengakibatkan keraguan. Umpamanya firman Allah Swt mengenai Bani

Israil, yaitu:

.… ….

2 Ibid. h.1193 Kahar Mansur, Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.120

2

Page 3: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

Terjemahannya:

Sesungguhnya sapi serupa-serupa menurut penglihatan (surat Al-baqarah:70)

Sedangkan menurut istilah ialah:4

1. Apa yang bertalian dengan pengaruh ilmu Allah, seperti: assaa’ah atau

kehancuran total, keluar binatang-binatang besar dan dajal.

2. Apa yang tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan keterangan yang

lainnya.

3. Apa yang memungkinkan pengertian yang tidak satu saja.

4. Apa yang tidak terang, apa yang dimaksud dengan membutuhkan nasakh

atau penghapusan.

c. Beberapa pendapat mengenai definisi Al-Muhkam dan Mutasyabih yaitu: 5

Pertama, Al-Muhkam, apa yang telah diketahui maksudnya. Mutasyabih,

terserah kepada Allah ilmunya.

Kedua, Al-Muhkam, apa yang tidak mengandung selain dari satu bentuk.

Mutasyabih yaitu yang mengandung beberapa bentuk.

Ketiga, Al-Muhkam, apa yang berdiri dengan sendirinya tidak

memerlukan keterangan. Mutasyabih, yaitu apa yang tidak berdiri dengan

sendirinya, memerlukan penjelasan dengan dikembalikan pada yang lainnya.

Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ulama tafsir mengenai

Muhkam dan Mutasyabih: 6

1. Menurut As-Suyuthi, Muhkam adalah sesuatu yang jelas artinya, sedangkan

Mutasyabih adalah sebaliknya.

2. Menurut Imam Ar-Razi, Muhkam adalah ayat-ayat dalalah-nya kuat baik

maksud maupun lafaznya, sedangkan Mutasyabih adalah ayat-ayat yang di

4 Abu Anwar. Op.Cit. h.121.5 Manna’ul Quththan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an II, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), h.4.6 Abu Anwar. Op.Cit. h.78

3

Page 4: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

dalamnya lemah, masih bersifat mujmal, memerlukan takwil, dan sulit

dipahami.

3. Menurut Manna’ Al-Qaththan, Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat

diketahui secara langsung tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan

Mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengan menunjuk

kepada ayat lain.

Dari pendapat-pendapat tentang ayat-ayat al-Qur’an yang Muhkamat

dan Mutasyabihat di atas, dapat disimpulkan bahwa ayat Muhkamat adalah ayat

yang sudah jelas, baik lafaz maupun maksudnya, sehingga tidak menimbulkan

keraguan dan kekeliruan bagi orang yang memahaminya. Ayat yang Muhkamat

ini tidak memerlukan takwil karena telah jelas, lain halnya dengan ayat-ayat

Mutasyabihat. Ayat Mutasyabihat ini merupakan kumpulan ayat-ayat yang

terdapat dalam al-Quran yang masih belum jelas maksudnya, hal itu dikarenakan

ayat Mutasyabihat bersifat mujmal (global), dia membutuhkan rincian lebih

dalam.

Para ulama dalam menanggapi sifat-sifat Mutasyabihat mempunyai dua

mazhab, yang pertama; mazhab salaf, yaitu: mengimani sifat-sifat yang

mutasyabihat itu dan menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Yang kedua;

mazhab khalaf, yaitu: mempertanggungkan (mentakwilkan) lafal yang mustahil

zhahirnya kepada makna yang layak dengan zat Allah. Mazhab ini dinisbahkan

kepada Imamul Haramain (wafat tahun 478 H) dan segolong ulama

mutaakhkhirin.

4

Page 5: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

1.2 Pembagian Ayat-ayat Mutasyabih

Mengenai masalah ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih ini terdapat

tiga pendapat:

Pertama, bahwa al-quran seluruhnya adalah muhkam, mengingat firman Allah:

..… …….

Artinya:

“Suatu kitab yang dijelaskan (ukhimat) ayat-ayatnya”. ( Q.S Hud : 1 )

Kedua, bahwa al-Quran seluruhnya adalah Mutasyabih, mengingat firman Allah:

متشافى كتاباArtinya:

“(yaitu) al-Quran yang Mutasyabih dan berulang-ulang”.

Ketiga dan yang paling kuat: ada yang Muhkam dan ada pula yang

Mutasyabih, dengan beralasan kedua ayat tersebut di atas. Sebab, maksud

ukhimat ayatuhu dalam ayat tersebut di atas menjelaskan tentang

kesempurnaan al-Qur’an dan tidak adanya pertentangan antar ayat-ayatnya.

sedangkan maksud Mutasyabih dalam ayat di atas menerangkan segi

kesamaannya dalam kebenaran, kebaikan dan kemu’jijatan.7

Ayat-ayat yang jelas dan terang maknanya yaitu al-Muhkam, tidak

dibahas terlalu jauh, karena bila kita membacanya kita langsung dapat

memahami kandungan isinya. Akan tetapi, yang perlu kita bahas lebih jauh lagi

adalah ayat-ayat Mutasyabihat agar kita dapat mengetahui persoalannya.8

Ayat-ayat Mutasyabih dapat dikategorikan kepada tiga bagian yaitu:

pertama Mutasyabih dari segi lafaznya; kedua, Mutasyabih dari segi maknanya;

7 Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), h.1858 Abu Anwar. Op.Cit. h.78.

5

Page 6: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

dan yang ketiga, merupakan kombinasi dari keduanya, yaitu Mutasyabih dari

segi lafaz dan maknanya sekaligus.

1. Mutasyabih dari segi lafaz

Mutasyabih dari segi lafaz ini dapat pula dibagi dua macam: 9

a. Yang dikembalikan kepada yang tunggal yang sulit pemaknaannya,

seperti الا�ب dan فو�ن dan yang dilihat dari segi gandanya lafaz ير�

itu dalam pemakaiannya, seperti lafaz ل�يد ا dan ل�عي�ن اb. Lafaz yang dikembalikan kepada bilangan susunan kalimatnya, yang

seperti ini ada tiga macam:

1) Mutasyabih Karena ringkasan kalimat, seperti firman Allah:

ان� تم� و ا ألا خف� سطو� ال�يتامى في� تف�yang dimaksud dengan ل�يتامى di ا sini ada juga mencakup

ات ل�تي�م ا2) Mutasyabih karena luasnya kalimat seperti firman Allah:

له لي�س ئ%� كمس� ش niscaya akan lebih mudah dipahami jika

diungkapkan dengan له لي�س ئ%� مس� ش

3) Mutasyabih karena susunan kalimatnya seperti firman Allah

عل� لم� و ال�كتاب عب�ده على أن�زل جا له يج� يما عجو� قakan mudah dipahami bila diungkapkan dengan

يما ال�كتاب عب�ده على أن�رل عل� لم� و ق جا له يج� عجو�

2. Mutasyabih dari segi maknanya

Mutasyabih ini adalah menyangkut sifat-sifat Allah, sifat hari kiamat,

bagaimana dan kapan terjadinya. Semua sifat yang demikian tidak dapat

digambarkan secara kongkrit karena kejadiannya belum pernah dialami oleh

siapapun. 10

9 Abu Anwar. Op.Cit. h.79.10 Abu Anwar. Op.Cit. h.80

6

Page 7: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

3. Mutasyabih dari segi lafaz dan maknanya

Mutasyabih dari segi ini, menurut As-Suyuthi, ada 5 (lima) macam, yaitu:

a. Mutasyabih dari segi kadarnya, seperti lafaz yang umum dan khusus

تلو� ر اق� كي�ن االم�ش�b. Mutasyabih dari segi caranya, seperti perintah wajib dan sunah

ا ا ف ا ن�كحو� اء من لكم� طاب م النسc. Mutasyabih dari segi waktu, seperti nasakh dan mansukh

ق االله إتقو� اته ح تقd. Mutasyabih dari segi tempat dan suasana di mana ayat itu diturunkan,

misalnya:

اسخو� الر ال�عل�م فى ن وe. Mutasyabih dari segi syarat-syarat sehingga suatu amalan itu tergantung

dengan ada atau tidaknya syarat yang dibutuhkan. Misalnya: ibadah

sholat, dan nikah tidak dapat dilaksanakan jika tidak cukup syaratnya.

Ar-Raqhib membagi ayat-ayat mutasyabih menjadi tiga bagian:

1. Ayat yang sama sekali tidak diketahui hakikatnya oleh manusia,

seperti waktu tibanya hari kiamat.

2. Ayat Mutasyabih yang dapat diketahui oleh manusia dengan

menggunakan berbagai sarana terutama kemampuan akal pikiran.

3. Ayat-ayat Mutasyabih yang khusus hanya dapat diketahui maknanya

oleh orang-orang yang ilmunya dalam dan tidak dapat diketahui oleh

orang-orang selain mereka.

1.3 Makna Muhkam Dan Mutasyabih 11

a. Makna Muhkam

11 Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), h.165

7

Page 8: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

Al-Qur’an seluruhnya Muhkamah, jika yang dimaksudkan dengan

kemuhkamahannya adalah susunan lafaz al-Qur’an dan keindahan

nazhamnya, sungguh sangat sempurna, tidak ada sedikit pun terdapat

kelemahan padanya, baik dalam segi lafalnya, maupun dalam segi maknanya.

Dengan pengertian inilah, Allah menurunkan al-Qur’an sebagaimana yang

ditegaskan dalam firman-Nya: “sebuah kitab yang telah dikokohkan ayat-

ayatnya.”(Q.S. Hud: 1)

b. Makna Mutasyabih

Kita dapat menyatakan, bahwa seluruh al-Qur’an adalah Mutasyabih,

jika kita kehendaki dengan kemutasyabihannya, ialah kemutamatsilan

(serupa atau sebanding) ayat-ayatnya, baik dalam bidang balagh maupun

dalam bidang ijaz dan kesulitan kita memperlihatkan kelebihan sebagian

sukunya atau yang lain. Dengan pengertian inilah, Allah menurunkan al-

Qur’an seperti yang dilandaskan dengan firman-Nya: “Allah telah

menurunkan perkataan yang paling baik yaitu sebuah kitab yang ayat-

ayatnya atau serupa, lagi berulang-ulang.”(Q.S. Al Zumar:23)

Yang menyebabkan kita membicarakan Muhkam dan Mutasyabih

ialah firman Allah; “Dialah yang telah menurunkan Alkitab (Al-qur’an)

kepadamu”. Di antara ayat-ayatnya ada yang Muhkamat. Itulah pokok isi

alQur’an. Dan ayat-ayat yang lain yang Mutasyabihat. Adapun orang-orang

yang dalam bathinnya ada kecenderungan kepada kesesatan, maka mereka

mengikuti ayat-ayat yang Mutasyabihat dari al-Qur’an itu, untuk

menimbulkan fitnah dan untuk mencari jalan mentakwilkannya, padahal

tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Orang yang dalam

ilmunya berkata : “Kami beriman dengan Dia, semuanya itu dari sisi Tuhan

kami dan tidak dapat mengambil pelajaran dari padanya melainkan orang-

orang yang berakal kuat.”(Ali Imran : 7).

8

Page 9: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

Di dalam ayat itu telah dinyatakan bahwasanya Muhkam adalah

imbangan Mutasyabih, sebagai orang-orang yang fasikh (mendalam) ilmunya

adalah imbangan orang-orang yang ada kesesatan dalam jiwanya. Para

ulama telah menjadikan imbangan-imbangan ini sebagai dasar untuk

mendefinisikan Muhkam dan Mutasyabih. Maka banyaklah pendapat-

pendapat dalam maudu’i ini yang berbagai macam pula.

Namun demikan pada akhirnya mereka menetapkan, bahwasanya

yang dikatakan Muhkam adalah yang menunjukkan kepada maknanya

dengan terang, sedikit pun tidak ada yang tersembunyi kepadanya. Sedang

Mutasyabih ialah yang kosong dari petunjuk yang kuat, yang menunjuk

kepada maknanya. Maka masuklah kedalam Muhkam nash dan zhahir. Ke

dalam Mutasyabih masuklah: Mujmal, Muawwal, dan Musykil. Karena lafal

mujmal memerlukan penjelasan, lafal muawwal tidak menunjukkan kepada

sesuatu makna, terkecuali sesudah takwil, sedang musykil, tersembunyi

petunjuknya.

Jelasnya adalah pada ayat yang Muhkam, menyebabkan kita tidak

perlu membahasnya, karena dengan membacanya, kita telah mengetahui

apa maksud yang tersembunyi dari ayat-ayat Mutasyabih itu, menyebabkan

kita membahasnya, supaya kita mengetahui dan menjauhinya agar tidak

tergolong dalam golongan yang sesat.

Kebanyakan ulama berpendapat, bahwa yang Mutasyabih tidak ada

yang mengetahui takwilnya selain Allah sendiri dan mereka mengharuskan

kita ber-waqaf (berhenti) dalam membaca ayat 7 Q.S., Ali Imran, pada lafaz

jalalah.

Adapun orang-orang yang rasikh ilmunya maka mereka hanya

mengatakan: “Amanna bihi kulum min indi rabbina: kami beriman kepadanya

semuanya itu dari Tuhan kami.”

9

Page 10: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

Abu Hasan Al Asy’ary berpendapat bahwa waqaf dilakukan pada

warrasikhuna fi’ilmi. Mereka yang rasikh itu mengetahui takwil Mutasyabih.

Pendapat ini telah dijelaskan oleh Abu Ishak Asy Syirazy (wafat tahun 476 H)

dan dibelanya.

Asy Syirazy berkata: “tidak ada sesuatu pun dari ayat-ayat al-Qur’an

yang Allah sendiri mengetahui maknanya.”

Para ulama mengetahui maksudnya, karena sesungguhnya Allah

menyebut firman-Nya ini dalam rangka menguji para ulama. Andai kata

mereka tidak mengetahui makna Mutasyabih, bergabunglah mereka dengan

orang awam.

Ar-Raghib Al-Ashfahani mengambil jalan tengah dalam menghadapi

masalah ini. Beliau membagi Mutasyabih dari segi kemungkinan mengetahui

maknanya kepada tiga bagian:12

a. Bagian yang tidak ada jalan mengetahuinya, seperti waktu terjadi kiamat,

binatang keluar dari dalam tanah, dan sepertinya.

b. Bagian manusia mengetahui sebab-sebab mengetahuinya, seperti lafal-

lafal ganjil dari hukum-hukum yang sulit/rumit.

c. Bagian yang terletak antara dua urusan itu yang hanya diketahui oleh

sebagian orang yang rasikh ilmunya, tidak diketahuinya oleh sebagian

yang lain.

Inilah yang diisyaratkan oleh Nabi dengan sabdanya kepada Ibnu

Abbas:

اويل علمه و الذين فى فقهه اللهم الت“Wahai Tuhanku, jadikanlah dia, seorang yang fakih dalam agama dan

ajarkanlah takwil kepadanya”.

12 Abu Anwar. Op.Cit. h.83.

10

Page 11: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

Pendapat Ar-Raghib ini adalah pendapat yang imbang, tidak ifrath

dan tidak tafrith. Zat Allah dan hakikat-hakikat sifat-Nya tidak ada yang

mengetahuinya selain dari Allah sendiri.

Dalam pengertian inilah Nabi mengatakan dalam do’anya:

عليك ثناء أحصى لا نفسك على أثنيت كما أنتArtinya:

“Sebagaimana engkau telah menyanjung diri engkau, aku tidak dapat

menghinggakan puji dan sanjung atas diri engkau”.

Mengetahui barang yang gaib adalah di antara hal yang hanya

diketahui Allah sendiri.

1.4 Contoh Ayat Mutasyabih yang kembali kepada al-Muhkam

1. Firman Allah Swt:

… ….

Terjemahannya:

“Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya (Q.S. Az-Zumar : 53)

Ayat ini termasuk Mutasyabih, karena mengandung dua pengertian

yaitu:

a. Allah mengampuni dosa semuanya, bagi yang bertobat.

b. Pengampun dosa, secara keseluruhan

Bagi siapa yang tidak bertobat, maka dikembalikan pada Muhkamah.

Adapun yang dikembalikan dari Mutasyabihah kepada al-Muhkamah ialah

firman Allah Swt:

….

Terjemahannya:

11

Page 12: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

“Sesungguhnya Aku (Allah) benar-benar suka mengampuni bagi siapa yang

bertobat, beriman dan beramal shaleh”. (Surah Thaahaa: 82)

Dari ayat Muhkamah ini terlihat, bahwa Allah telah mengampuni

dosa-dosa semua, bagi siapa yang telah bertobat kepada-Nya, dia beriman

dan mengikuti jalan hidayahnya.

2. Ayat Mutasyabih

a. Firman Allah Swt:

Terjemahannya:

“Sesungguhnya KAMI-lah yang telah menurunkan al-Qur’an dan

sesungguhnya KAMI ialah penjaganya yang benar-benar”. (Surah Al-

Hijr:9)

Ayat ini mengandung dua pengertian, yaitu:

a) Kalimat Inna (KAMI) mengandung pengertian satu yang diagungkan,

dan adalah kebenaran.

b) Inna itu untuk jama’ah atau sekumpulan atau banyak.

Pengertian seperti ini adalah bathil. Oleh sebab itu, maka kita

harus kembalikan ia kepada ayat Muhkamah.

Ia memungkinkan pula menunjukkan, bahwa Dia (Allah) yang

diagungkan satu dan di samping-Nya ada yang lain. Ayat ini dijadikan dalil

oleh Nasara sekarang yang berarti tunggal atau ber-trinitas, yaitu

bertuhan kepada: (1) Allah, (2) Yesus, dan (3) Roh Kudus.

b. Adapun ayat Mutasyabih yang kita kembalikan kepada Muhkamah,

antara lain adalah:

Firman Allah Swt:

….

Terjemahannya:

12

Page 13: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

“Tuhanmu (kamu banyak) ialah Tuhan yang esa/satu”. (Surah An-Nahl: 22)

Terjemahannya:

“Tidak ada Allah mengangkat anak”. (Surah al-Mu’minuun: 9)

Terjemahannya:

Katakanlah, “Allah ialah Esa. Allah ash-Shamad”.

Ayat-ayat ini termasuk Muhkamat, yang dimaksud dengan Inna

itu hanyalah Allah YANG ESA/SATU yang mengagungkan dirinya

1.5 Hikmah diturunkannya Ayat-ayat Mutasyabih

Para ulama menyebutkan beberapa hikmah dari adanya ayat-ayat

Mutasyabih di antaranya:

a. Mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkap maksudnya

sehingga dengan demikian menambah pahala.

b. Seandainya al-Qur’an seluruhnya Muhkam, niscaya hanya ada satu mazhab,

sebab kejelasannya itu akan membatalkan semuat mazhab selainnya,

selanjutnya hal ini akan mengakibatkan para penganut mazhab tidak mau

menerima dan memanfaatkannya. Tetapi jika mengandung Muhkam dan

Mutasyabih. Maka masing-masing dari penganut mazhab itu akan

mendapatkan dalil yang menguatkan pendapatnya. Dengan demikian maka

semua penganut mazhab memperhatikan dan memikirkannya. Jika mereka

terus menggalinya, maka akhirnya ayat-ayat yang Muhkam menjadi penafsir

ayat-ayat Mutasyabih.

c. Apabila al-Qur’an mengandung ayat-ayat Mutasyabih, maka untuk

memahaminya diperlukan cara penafsiran dan tarjih antara satu dan yang

13

Page 14: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

lainnya, selanjutnya hal ini memerlukan kepada berbagai-bagai ilmu seperti

ilmu bahasa, gramatikal, ma’any, bayan, ushul fiqh, dan lain sebagainya.

Seandainya tidak demikian niscaya tidak akan muncul ilmu-ilmu tersebut.

d. Al-Qur’an berisi da’wah, kepada orang-orang tertentu dan umum. Orang-

orang awam biasanya tidak menyukai hal-hal yang bersifat abstrak. Karena

itu, jika mereka mendengar tentang sesuatu yang “ada” tetapi tidak

berwujud fisik dan berbentuk, maka ia akan menyangka bahwa hal itu tidak

benar, kemudian ia terjerumus ke dalam ta’thil (peniadaan sifat-sifat Allah).

Oleh sebab itu, sebaiknya mereka diajak bicara dengan bahasa yang

menunjukkan kepada apa yang sesuai dengan imajinasi dan khayalnya dan

dipadukan dengan kebenaran yang bersifat empirik.13

13 Zainal Abidin. Op.Cit. h.189

14

Page 15: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

BAB II

SKEMA AL-MUHKAM DAN MUTASYABIH

15

Definisi

AL-MUHKAM

Bahasa : hakamutud daabah wa ahkamat, artinya melarang.

Istilah : Ayat yang sudah jelas baik, lafaz maupun maksudnya sehingga tidak menimbulkan keraguan dan kekeliruan baik orang yang memahaminya.

Makna Muhkam

Susunan lafaz al-Qur’an dan keindahan nazhamnya sungguh sangat sempurna tidak ada sedikit pun kelemahana padanya, baik dari segi lafalnya maupun dari segi maknanya.

AL-MUTASYABIH

Bahasa : salah satu dari dua menyerupai yang lainnya (Samar-samar)

Istilah : Kumpulan ayat-ayat dalam al-Qur’an yang masih belum jelas maksudnya.

Pembagian ayat-ayat Mutasyabihat

1. Mutasyabihat dari segi lafaz2. Mutasyabihat dari segi makna3. Mutasyabihat dari segi lafaz dan

maknanya

Makna Mutasyabih

Kemutamatsilan (serupa atau sebanding) ayat-ayatnya, baik dalam bidang balagh maupun dalam bidang ijaz, dan kesulitan kita memperlihatkan kelebihan sebagian sukunya atau yang lain.

Page 16: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

BAB III

KESIMPULAN

Adapun yang dapat penulis simpulkan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya ketika kita membacanya,

sehingga tidak menimbulkan keraguan dan memerlukan pentakwilan.

2. Sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang perlu ditakwilkan, dan setelah

ditakwilkan baru kita dapat memahami tentang maksud ayat-ayat itu.

3. Ayat-ayat mutasyabih adalah merupakan salah satu kajian dalam al-qur’an yang

para ulama menilainya dengan alasannya masing-masing menjadi dua macam,

yaitu pendapat ulama Salaf dan Khalaf.

4. Kita dapat mengatakan bahwa semua ayat al-Qur’an itu Muhkam. Jika maksud

Muhkam adalah kuat dan kokoh. Tetapi kita dapat pula mengatakan bahwa

semua ayat itu adalah Mutasyabih, jika maksud Mutasyabih itu adalah kesamaan

ayat-ayatnya dalam hal Balaghah dan I’jaznya.

16

Page 17: WordPress.com · Web viewPada sisi lain al-Qaththan mengatakan bahwa al-Qur’an seluruhnya muhkam dan juga mutasyabih. Pendapat ini karena memandamg muhkam dan mutasyabih secara

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Abu., Ulumul Qur’an, (Pekanbaru : Amzah, 2002).

Abidin, Zainal., Seluk Beluk Al-Qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992).

Mansur, Kahar., Pokok-Pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992).

Nata, Abuddin., Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000).

Quthan, Mana’ul., Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 2, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995).

17