gladysdiahmasita.files.wordpress.com · web viewmodal dalam arti luas, meliputi modal fisik...

22
MATA KULIAH EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA HUMAN CAPITAL DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 INSANI IBADURROCHMAN 140231100056 MOHAMMAD ROMDHANI THOFAN 150231100086 ERIZAL BAGUS PRABOWO 150231100095 BAYU KRISNA TAMA 150231100098 GLADYS DIAH MASITA 150231100122 FIRMANSYAH PUTRA 150231100111 HANUNG WIJAYA 150231100118 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Upload: others

Post on 04-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MATA KULIAH EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA

HUMAN CAPITAL

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

INSANI IBADURROCHMAN140231100056

MOHAMMAD ROMDHANI THOFAN150231100086

ERIZAL BAGUS PRABOWO150231100095

BAYU KRISNA TAMA150231100098

GLADYS DIAH MASITA150231100122

FIRMANSYAH PUTRA150231100111

HANUNG WIJAYA150231100118

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2017

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.I. LATAR BELAKANG ..............................................................................1

I.II. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................4

I.III. TUJUAN ................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

II.I. DEFINISI HUMAN CAPITAL ................................................................5

II.II. UNSUR HUMAN CAPITAL INVESMENT .............................................6

II.III. KONSEP HUMAN CAPITAL ................................................................6

II.IV. MODEL SOLOW TENTANG HUMAN CAPITAL .................................12

II.V. KONDISI KONVERGEN ......................................................................12

BAB III PENUTUP

III.I. SIMPULAN ..........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................15

15

BAB I

PENDAHULUAN

I.I. LATAR BELAKANG

Modal dalam arti luas, meliputi modal fisik (physical capital), modal manusia (human capital) dan modal alam (natural capital) (World Bank ,2001). Melakukan investasi pada modal tersebut sangat penting. Sebab ketiga modal ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan.

Investasi sumber daya manusia (human capital investment) bisa berupa nilai-nilai pembelajaran dan pengalaman yang ada dalam diri tenaga kerja seperti peningkatan produktivitas dan pendapatan. Sedangkan Investasi fisik (physical investment) yakni semua pengeluaran yang dapat menciptakan modal baru (Mankiw, 2000:24) atau meningkatkan stok barang modal. Pendidikan, kesehatan maupun migrasi merupakan beberapa bentuk investasi sumber daya manusia (Schultz, 1961). Investasi modal alam (natural invesment) bisa berupa pelestarian sumber daya alam dan meminimalkan penggunaan secara eksploitasi serta mampu menggunaan sumber daya yang tersedia secara efisien.

Pembangunan akan terpacu dan berkelanjutan, bila modal per kapita dalam arti luas dapat meningkat dalam jangka panjang. Peningkatan modal per kapita dapat terjadi bila modal fisik dan modal manusia dapat meningkat dengan tetap menjaga kelestarian modal alam. Hal ini berarti pembangunan akan berkelanjutan bila eksploitasi modal alam dapat diminimalkan sambil meningkatkan pertumbuhan modal fisik dan modal manusia.

Modal fisik dan modal manusia memiliki peran penting dalam proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Keduanya dapat saling melengkapi, dimana kemajuan dalam modal fisik dapat saja melimpah pada modal manusia dan sebaliknya, kemajuan dalam modal manusia dapat pula melimpah pada modal fisik. Menurut World Bank (2001), kemajuan dalam modal manusia dapat meningkatkan produktivitas dan tingkat pengembalian modal fisik.

Selain modal fisik dan tenaga kerja, modal manusia (human capital) juga merupakan faktor yang sangat penting dan memainkan peranan kunci dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh akumulasi modal fisik dan akumulasi modal manusia. Kedua jenis modal tersebut merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Akumulasi modal fisik dan modal manusia merupakan faktor penentu pertumbuhan (determinant of growth) (Stern, 1991).

Modal manusia sekarang dianggap sebagai mesin pertumbuhan utama yang memiliki peranan menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pentingnya modal manusia dalam pertumbuhan ekonomi telah mendorong sejumlah ahli ekonomi pembangunan memusatkan kajiannya pada peranan modal manusia dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

Dalam new growth model faktor manusia diperlakukan sebagai salah satu faktor penting yang secara langsung mempengaruhi proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi sebagaimana layaknya modal fisik, dan bukan lagi sebagai faktor yang perannya tidak langsung tetapi tercakup di dalam residual kemajuan teknikal seperti yang terdapat dalam model neoklasik.

Studi yang dilakukan oleh Solow berhasil menyingkapi besarnya peran faktor residual kemajuan teknikal dalam pertumbuhan ekonomi, di mana faktor residual menyumbang 87,5 persen terhadap pertumbuhan output per kapita Amerika Serikat selama 1909-1949 (Jhingan, 2003:373). Sejak penemuan itu, para ahli mulai tertarik untuk mengulasunsur yang terkandung dalam faktor residual. Upaya untuk mengeksplanasi faktor residual secara mendalam telah mengungkapkan pentingnya faktor sumberdaya manusia dalam pertumbuhan ekonomi, karena unsur terbesar yang menyusun residual ternyata berasal dari peningkatan ilmu pengetahuan (advanced of knowledge).

Keunggulan dalam sumberdaya manusia dicapai melalui investasi yang terus meningkat di bidang pendidikan yang memungkinkan terjadinya akumulasi pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang terus-menerus dan semakin membesar yang terkandung dalam tenaga kerja dan masyarakatnya.

Studi ini berusaha untuk menyelidiki secara mendalam mengenai keterkaitan antara modal manusia dan pertumbuhan ekonomi berdasarkan kajian kepustakaan dari beberapa hasil penelitian empirik baik berdasarkan penelitian menggunakan basis data antar negara (cross country study) maupun penelitian menggunakan data runtun waktu (time series study).

I.II. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Human Capital?

2. Apa unsur dari Human Capital Invesment?

3. Bagaimana model Solow tentang Human Capital

4. Apa itu kondisi konvergen menurut model Solow?

I.III. TUJUAN

1. Menjelaskan maksud dari Human Capital.

2. Menjelaskan unsur dari Human Capital Invesment.

3. Menjelaskan model Solow tentang Human Capital

4. Menjelaskan kondisi konvergen menurut model Solow.

BAB II

PEMBAHASAN

II.I. DEFINISI HUMAN CAPITAL

Pada zaman yang sudah modern sekarang ini, sering kali terdengar kata atau istilah Human Capital.Analogi dari Human Capital yaitu, melakukan investasi pada diri manusia itu sendiri, sehingga diri manusia menjadi lebih mumpuni dalam kegiatan berproduktifitas. Unsur-unsur yang bisa diinvestasikan kepada diri manusia seperti pendidikan, keahlian yang lebih dari itu untuk menghasilkan hal-hal inovasi yang lebih, bakat atau talenta, pengalaman untuk lebih produktif dan terampil.

Hal-hal yang diinvestasikan kepada diri manusia inilah yang membuat mereka bisa lebih produktif, sehingga mampu menghasilkan output yang lebih.Harapan atas adanya unsur tersebut yang diinvestasikan kepada diri manusia bisa terjadinya perubahan kondisi sosial-ekonomi yang lebih baik di dalam sebuah negara dan untuk produktifitas tenaga kerja yang akhirnya bisa lebih tinggi dan perolehan pendapatan yang lebih tinggi serta pasar tenaga kerja yang menjanjikan (menguntungkan).

Berikut di bawah ini beberapa pendapat dari tokoh Horece Mann dan Theodore Shultz mengenai Human Capital.

1. Horece Mann

Sebagai ayah dariteori Human Capital dan mengembangkan teori ini, ia berpendapat bahwa nilai ekonomi masyarakat didasarkan pada pendidikan mereka, keterampilan, prestasi dan pengetahuan yang percaya berinvestasi di satu pendidikan akan meningkatkan kualitas pekerja dan karenanya meningkatkan kekayaan masyarakat. Horece Mann berpendapat bahwa dengan bersekolah yang pada akhirnya bisa mengakhiri kondisi kemiskinan.

2. Theodore Shultz

Ia percaya bahwa orang-orang dan negara harus berinvestasi dalam pendidikan untuk meningkatkan peluang pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi.

II.II. UNSUR HUMAN CAPITAL INVESMENT

1. Pendidikan

Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan dan pelatihan tidak hanya menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja. Pendidikan dan pelatihan dipandang sebagai investasi yang imbalannya dapat diperoleh beberapa tahun kemudian dalam bentuk pertambahan hasil kerja.

2. Skill (Ketrampilan)

Keterampilan memiiki konstribusi terhadap kinerja dan produktifitas dalam bekerja. Selain itu juga merupakan kompenen dasar modal manusia dan memiliki peran utama yang memacu pembangunan industri kreatif yang kompetitif dan bersaing. Keterampilan juga jiwa kreatif tumbuh dan berkembang.

3. Talenta

Adanya talenta yang yang maksimalkan dalam praktik pengelolaan sumer daya manusia bisa menjadikan produktifitas semakin maksimal. Memaksimalkan talenta memberi peluang besar untuk terus bisa tumbuh dan meningkatkan profitabilitas. Profitabilatas akan meningkat jika terjadinya kenaikan penjualan output, peningkatan produktifitas, dan meningkatkan loyalitas konsumen.

4. Pengalaman

Selain pendididkan, unsur pengalaman kerja juga dikaitkan sebagai dimensi penting dari modal manusia. Pengalaman kerja memiliki hubungan positif dengan kinerja. Manusia yang memiliki pengalaman kerja bisa menjadi pekerja yang produktif. Pengalaman kerja membuat seseorang menjadi produktif karena melalui pengalaman, seseorang bisa mempelajari situasi dan kondisi di mana ia bekerja.

II.III. KONSEP HUMAN CAPITAL

1.Modal intelektual (intellectual capital)

Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukaan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa modal intelektual sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan.Organisasi yang unggul dan meraih banyak keuntungan adalah organisasi yang terus menerus mengembangkan sumberdaya manusianya (Ross dkk., 1997). Manusia memiliki sifat proaktif dan inovatif untuk mengelola perubahan lingkungan kehidupan (ekonomi, sosial, politik, teknologi, hukum dan lain-lain) yang sangat tinggi kecepatannya.Mereka yang tidak beradaptasi pada perubahan yang super cepat ini akan dilanda kesulitan. Don Tappscott (1998) pada bukunya yang berjudul “Digital Economy: Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence”mengemukakan 12 tema ekonomi baru akibat dari meluasnya pengaruh internet. Salah satu tema ekonomi baru itu adalah tema ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economy). Implementasinya adalah hanya pegawai yang memiliki pengetahuan yang luas dan terus menambah pengetahuan yang 3dapat beradaptasi dengan kondisi perubahan lingkungan strategik yang luar biasa cepatnya. Pada awal tahun 1920 para psikolog banyak membicarakan konsep IQ (Intelligence Quotient) sebagai satu-satunya indikator kecerdasan, dengan asumsi bahwa merekayang memiliki IQ yang tinggi akan memiliki kemampuan untuk memecahkanpermasalahan kehidupan. Orang yang memiliki IQ yang tinggi diduga akan cepat menguasai pengetahuan karenakecepatan daya pikir yang dimilikinya.

2.Modal Emosional (emotional capital)

Goleman (1997) menggunakan istilahemotional intelligenceuntuk menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola emosi diri sendiri, sertamemahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil tindakan yang sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain. Menurut Bradberry & Greaves (2005) dalam Ancok(2005), terdapat empat dimensi dari kecerdasan emosional yakni:

1).Self Awarenessadalah kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri secara tepat dan akurat dalam berbagai situasi secara konsisten. Bagaimana reaksi emosi di saat menghadapi suatu peristiwa yang memancing emosi, sehingga seseorang dapatmemahami respon emosi dirinya sendiri dari segi positif maupun segi negatif.

2).Self Managementadalah kemampuan mengelola emosi secara baik, setelah memahami emosi yang sedang dirasakannya, apakah emosi positif atau negatif.4Kemampuan mengelola emosi secara positif dalam berhadapan dengan emosi dirisendiri akan membuat seseorang dapat merasakan kebahagiaan yang maksimal.

3).Social Awarenessadalah kemampuan untuk memahami emosi orang lain dari tindakannya yang tampak. Ini adalah kemampuan berempati, memahami danmerasakan perasaan orang lain secara akurat. Dengan adanya pemahaman iniindividu sudah memiliki kesiapan untuk meenanggapi situasi emosi orang lain secarapositif.

4).Relationship Managementadalah kemampuan orang untuk berinteraksi secara positif pada orang lain, betapapun negatifnya emosi yang dimunculkan oleh oranglain. Kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain secara positif ini adalahhasil dari ketiga dimensi lain dari kecerdasan emosi (self awareness, selfmanagement and sosial awareness).

Orang yang memiliki modal emosional yang tinggi memiliki sikap positif di dalam menjalani kehidupan. Dia memiliki pikiran positif (positive thinking) dalam menilai sebuah fenomena kehidupan betapapun buruknya fenomena tersebut di mata orang lain. Ketikamenghadapi perbedaan pendapat, orang yang memiliki modal emosional yang baik akanmenyikapinya dengan positif, sehingga diperoleh manfaat yang besar bagi pengembangan diri, atau pengembangan sebuah konsep.

3.Modal Sosial (social capital)

Istilah modal sosial pertama kali muncul di tahun 1916 di saat ada diskusi tentang upaya membangun pusat pembelajaran masyarakat (Cohen & Prusak,2001). Pembahasantentang konsep modal sosial semakin hangat setelah munculnya tulisan Robert Putnam (1993) dalam Ancok (1998) yang menggambarkan kualitas kehidupan masyarakat Amerika yang makin menurun dalam hal kelekatan antar sesama warga. Munculnya tulisan-tulisan lain tentang modal sosial adalah suatu respon terhadap semakin merenggangnya hubungan antar manusia, dan semakin melemahnya ketidakpedulian terhadap sesama manusia. Fukuyama (1995) dalam Ancok (1998) sangat khawatir tentang masa depan komunitas manusia yang diutarakannya seperti berikut: “We no longer have realistic hopes that we can create a “great society” through large government program”. Kehadiran masyarakat yang menekankan kehidupan hanyapada pertumbuhan ekonomi seperti yang diutarakan oleh Wachtel (1989) dalam Ancok (1997) telah menghantarkan manusia pada kehancuran.

4.Modal Ketabahan (adversity capital)

Konsep modal ketabahan berasal dari pandangan Paul G. Stoltz (1997) dalam Ancok (2002) yang ditulis dalam buku Adversity Quotient: Turning Obstacles into OpportunitiesKetabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, apakah itu kehidupan pribadi ataukah kehidupan organisasi. Ketika menghadapi kesulitan atau problem yang belum terpecahkan, hanya mereka yang tabah yang akan berhasil menyelesaikannya. Berdasarkan perumpamaan pada para pendaki gunung, Stoltz membedakan tiga tipe manusia: quitter,camperdanclimber. Tipe pendaki gunung yang mudah menyerah dinamainya dengan quitter, yakni orang yang bila berhadapan dengan masalah memilih untuk melarikan diri dari masalah dan tidak mau menghadapi tantangan guna menaklukkan masalah. Orang seperti ini akan sangat tidak efektif dalam menghadapi tugas kehidupan yang berisi tantangan. Demikian pula dia tidak efektif sebagai pekerja sebuah organisasi bila dia tidak kuat. Tipe camperadalah tipe yang berusaha tapi tidak sepenuh hati. Bila dia menghadapi sesuatu tantangan dia berusaha untuk mengatasinya, tapi dia tidak berusaha mengatasi persoalan dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Dia bukan tipe orang yang akan mengerahkan segala potensi yang dimilikinya untuk menjawab tantangan yang dihadapinya. Bila tantangan persoalan cukup berat dan dia sudah berusaha mengatasinya tapi tidak berhasil, maka dia akan melupakan keinginannya dan beralih ke tempat lain yang tidak memiliki tantangan seberat itu. Tipe ketiga adalah climberyang memiliki stamina yang luar biasa di dalam menyelesaikan masalah. Dia tipe orang yang pantang menyerah sesulit apapun situasi yang dihadapinya. Dia adalah pekerja yang produktif bagi organisasi tempat dia bekerja. Orang tipe ini memiliki visi dan cita-cita yang jelas dalam kehidupannya. Kehidupan dijalaninya dengan sebuah tata nilai yang mulia, bahwa berjalan harus sampai ke tujuan. Orang tipe ini ingin selalu menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas (sense of closure) dengan berpegang teguh pada sebuah prinsip etika. Dia bukan tipe manusia yang ingin berhasil tanpa usaha. Bagi dia hal yang utama bukanlah tercapainya puncak gunung, tetapi adalah keberhasilan menjalani proses pendakian yang sulit dan menegangkan hingga mencapai puncak.

5.Modal Moral (morality capital)

Banyak penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi sangat tergantung pada sejauh mana organisasi tersebut berpegang pada prinsip etika bisnis di dalam kegiatan bisnis yang dilakukannya. Untuk berperilaku sesuai dengan kaidah etik, organisasi memiliki berbagai perangkat pendukung etik, yang salah satunya adalah manusia yang memiliki moral yang mengharamkan perilaku yang melanggar etik.Kehancuran dan kemunduran berbagai perusahaan besar di USA seperti Enron (perusahaan listrik terbesar), dan Arthur Anderson (perusahaan konsultan keuangan yang beroperasi di seluruh dunia) disebabkan oleh perilaku bisnis yang melanggar etika bisnis. Modal moral telah banyak dibicarakan oleh para ahli. Salah satu buku yang membicarakan aspek modal ini adalah Moral Intelligence: Enhancing Business Performance and Leadership Success yang ditulis oleh Doug Lennick & Fred Kiel (2005). Keduanya dalam Ancok (2002) telah menyusun alat pengukur Moral Competency Inventory(Inventori untuk mengukur kompetensi moral). Terdapat empat komponen modal moral yang membuat seseorang memiliki kecerdasan moral yang tinggi yaitu:

1. Integritas (integrity), yakni kemauan untuk mengintegrasikan nilai-nilai universal di dalam perilaku. Individu memilih berperilaku yang tidak bertentangan dengan kaidah perilaku etikal yang universal. Orang berperilaku atas keyakinan bahwa perilaku dalam bekerja yang etikal adalah sesuatu yang harus dilakukan dan akan membuat dirinya bersalah jika hal itu dilakukan.

2. Bertanggung jawab (responsibility) atas perbuatan yang dilakukannya. Hanya orang-orang yang mau bertanggung jawab atas tindakannya dan memahami konsekuensi dari tindakannya yang bisa berbuat sejalan dengan prinsip etik yang universal.

3. Penyayang (compassionate) adalah tipe orang yang tidak akan merugikan orang lain, karena dia menyadari memberi kasih sayang pada orang lain adalah juga sama dengan memberi kasih sayang pada diri sendiri. Orang yang melanggar etika adalah orang yang tidak memiliki kasih sayang pada orang lain yang dirugikan akibat perbuatannya yang melanggar hak orang lain.

4. Pemaaf (forgiveness) adalah sifat yang diberikan pada sesama manusia. Orang yang memiliki kecerdasan moral yang tinggi bukanlah tipe orang pendendam yang membalas perilaku yang tidak menyenangkan dengan cara yang tidak menyenangkan pula. Sebagaimana modal intelektual yang berbasis pada kecerdasan intelektual, modal moral dasarnya adalah kecerdasan moral yang berbasis pada empat kompetensi moral di atas. Modal moral menjadi semakin penting peranannya karena upaya membangun manusia yang cerdas dengan IQ tinggi dan manusia yang pandai mengelola emosinya dalam berhubungan dengan orang lain tidaklah mengantarkan manusia pada kebermaknaan hidup. Kebermaknaan hidup adalah sebuah motivasi yang kuat yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna. Hidup yang berguna adalah hidup yang memberi makna pada diri sendiri dan orang lain. Selain itu modal moral ini juga memberikan perasaan hidup yang komplet (wholeness). Inilah yang disebut oleh Abraham Maslow dengan “Peak Experience”, perasaan yang muncul karena kedekatan dengan sang Pencipta.

6.Modal Kesehatan

Badan atau raga adalah wadah untuk mendukung manifestasi semua modal di atas. Badan yang tidak sehat akan membuat semua modal di atas tidak muncul dengan maksimal. Oleh karena itu kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan berfikir secara produktif. Stephen Covey (1990) dalam bukunya yang berjudul Seven Habits of Highly Effective People, mengatakan bahwa kesehatan adalah bagian dari kehidupan yang harus selalu dijaga dan ditingkatkan kualitasnya sebagai pendukung manusia yang efektif. Bila badan sedang sakit semua sistem tubuh kita menjadi terganggu fungsinya, akibatnya kita jadi malas berfikir dan berbuat (modal intelektual), dan seringkali emosi (modal emosional) kita mudah terganggu kestabilannya, dan seringkali kita mudah menyerah menghadapi tantangan hidup (modal ketabahan). Selain itu semangat untuk berinteraksi dengan orang lain (modal sosial) dengan orang lainpun menjadi berkurang. Jadi ada benarnya kata pepatah “dalam badan yang sehat terdapat jiwa/pikiran yang sehat”. Walaupun banyak kritikan terhadap pernyataan itu, karena ternyata banyak orang gila yang badannya sangat sehat tapi pikirannya sakit, tapi seluruh komponen modal manusia saling berinteraksi satu dengan lain seperti es teh jeruk nipis yang manis, sulit dipisahkan mana yang teh, mana yang jeruk nipis, mana yang gula, dan mana yang air es

II.IV. MODEL SOLOW TENTANG HUMAN CAPITAL

Teori Pertumbuhan Neoklasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini dikembangkan oleh ekonom yang bernama Robert Solow (Massachussets Institute of Technology) dan Trevor Swan (Australia National University). Model pertumbuhanSolow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk,akumulasi modal, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam prosespertumbuhan ekonomi. Teori ini juga menjelaskan bagaimana tingkat tabungan,investasi, populasi, dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat output perekonomian dan pertumbuhan sepanjang waktu (mankiw, 2000).

Teori Pertumbuhan Neoklasik berawal dari suatu asumsi yang sederhana, yaitu perekonomian akan mencapai kondisi pertumbuhan yang konstan (steady state). Asumsi yang digunakan untuk menjelaskan model pertumbuhan Solow-Swan yaitu, Produksi menggunakan 3 input utama yaitu, modal (K), tenaga kerja (L), dan teknologi (A), sehingga fungsi produksi dirumuskan :

𝑌(𝑡) = 𝐹[𝐾(𝑡), 𝐿(𝑡), 𝐴(𝑡)]

Model Solow menunjukkan bahwa perekonomian senantiasa akan bertemu pada steady state-nya masing-masing. Model Solow memprediksi konvergensi kondisional dengan paradigma bahwa pendapatan per kapita yang lebih rendah di awal cenderung menghasilkan tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita yang lebih tinggi (Barro dan Sala-i Martin, 1995).

II.IV. KONDISI KONVERGEN

Konvergensi merupakan implikasi dari teori pertumbuhan Solow. Teori ini berdasarkan pada hipotesis yang dikemukakan oleh Barro dan Sala’i Martin (1992) dengan menggunakan Model Pertumbuhan Neoklasik. Konvergensi adalah suatu keadaan ketika perekonomian negara miskin tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan perekonomian negara kaya. Hal tersebut terjadi karena perekonomian negara kaya secara implisit telah mengeksploitasi modal yang dimilikinya sehingga tingkatpertumbuhannya cenderung lambat. Sebaliknya, perekonomian negara miskin secara implisit mengoptimalkan penggunaan modal sehingga negara tersebut masih bisa menikmati pengembalian modal. Dengan demikian, perekonomian negara miskin cenderung tumbuh lebih cepat dari negara kaya (Barro dan Sala’i Martin,1995).

Suatu daerahatau negara dengan rasio modal per tenaga kerja yang rendah akan memiliki tingkat pertumbuhan per kapita yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa suatu perekonomian dengan modal per tenaga kerja yang lebih rendah akan tumbuh lebih cepat. Kondisi demikian disebut sebagai konvergensi mutlak, yaitu hipotesis yang menyatakan bahwa, ekonomi yang miskin cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan yang kaya tanpa melihat karakterisitik perekonomian lainnya.

Konvergensi bersyarat (conditional convergence) mengakomodasikan heterogenitas perekonomian, seperti perbedaan stok modal per jumlah penduduk dan tingkat tabungan. Model yang digunakan untuk memprediksi konvergensi bersyarat menunjukkan bahwa daerah dengan pendapatan per kapita awal yang lebih rendah akan menghasilkan tingkat pertumbuhan per kapita yang lebih tinggi, tetapi dengan mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi steady state (Quah, 1995)

BAB III

PENUTUP

III.I. SIMPULAN

Pendidikan, keterampilan, bakat atau talenta, pengalaman bekerja faktor yang penting dalam investasi modal manusia (SDM). Pendidikan dan pelatihan tidak hanya menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja. Pendidikan dan pelatihan dipandang sebagai investasi yang imbalannya dapat diperoteh beberapa tahun kemudian.

Harapan terhadap hasil investasi modal dalam diri manusia sebagai level yang lebih tinggi dalam pendapatan, kemampuan bekerja selama hidup dan apresiasi yang lebih tinggi dalam aktivitas non pasar dan keterkaitannya. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi bisa di suatu daerah atau nega bisa berkembang pesat.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Tarmizi. Modal Manusia Dan Pertumbuhan EkonomI. Jurnal E-Mabis FE-Unimal.11(3): 2010

Sari, Erlinda Puspita. 2014. Modal Manusia Dan Produktivitas. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang

Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Ekonomi Makro, Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Schultz, Theodore W. 1961. Investment in Human Capital. American Economic Review. 36(3): 12

BPPK Departemen Keuangan. Memahami Konsep Modal Manusia. http://www.bppk.depkeu.go.id/webpegawai/attachments/444_Konsep_Modal_Manusia%20REV.pdf(Diakses tanggal 7 April 2017)