karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/makalah-u… · web viewmenurut...

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Akhir Nasional merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan Pemerintah yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) yang sebelumnya dihapus. Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) dalam beberapa tahun ini menjadi satu masalah yang cukup ramai dibicarakan dan menjadi kontraversi dalam banyak seminar atau perdebatan. Beberapa kali sempat terlontar rencana atau keinginan dari beberapa pihak untuk menghapus atau meniadakan Ujian Akhir Nasional tersebut. Tidak kurang dari Mendikbud sendiri pernah melontarkan pernyataan akan menghapus UAN, dan pernyataan beberapa anggota Dewan yang mengusulkan penghapusan UAN tersebut. Pendidikan yang berkualitas memegang peran kunci dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Sementara SDM diperlukan sebagai penggerak proses pembangunan suatu Negara, semakin berkualitas SDM yang dimiliki oleh suatu Negara maka semakin cepat proses pembangunannya menuju masyarakat madani. Undang- undang Dasar tahun 1945 menyebutkan bahwa pendidikan merupakan hak warga Negara yang harus dipenuhi oleh 1

Upload: others

Post on 14-Feb-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang

Ujian Akhir Nasional merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan

Pemerintah yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap

Akhir) yang sebelumnya dihapus. Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN)

dalam beberapa tahun ini menjadi satu masalah yang cukup ramai dibicarakan dan

menjadi kontraversi dalam banyak seminar atau perdebatan. Beberapa kali sempat

terlontar rencana atau keinginan dari beberapa pihak untuk menghapus atau

meniadakan Ujian Akhir Nasional tersebut. Tidak kurang dari Mendikbud sendiri

pernah melontarkan pernyataan akan menghapus UAN, dan pernyataan beberapa

anggota Dewan yang mengusulkan penghapusan UAN tersebut.

Pendidikan yang berkualitas memegang peran kunci dalam menciptakan

sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul. Sementara SDM diperlukan

sebagai penggerak proses pembangunan suatu Negara, semakin berkualitas SDM

yang dimiliki oleh suatu Negara maka semakin cepat proses pembangunannya

menuju masyarakat madani. Undang-undang Dasar tahun 1945 menyebutkan

bahwa pendidikan merupakan hak warga Negara yang harus dipenuhi oleh

pemerintah sebagai intitusi Negara.

Hak warga Negara tersebut dapat berupa mendapatkan akses pendidikan

yang berkualitas dan murah, sehingga masyarakat tidak terbebani dengan biaya

pendidikan yang mahal. Dalam era otonomi daerah, terutama sejak

dikeluarkannya Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan

daerah, pemerintah pusat menyerahkan wewenang kepada pemerintah daerah

untuk menjalankan proses pendidikan di daerahnya masing-masing, tetapi tetap

megikuti pedoman dan prosedur yang sudah dibuat oleh pemerintah pusat selaku

pemegang kebijakan tertinggi.

Menurut Heintz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam buku Charles O. Jones

mendefinisikan kebijakan sebagai “keputusan tetap” yang dicirikan oleh

1

Page 2: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

konsistensi dan pengulangan (repetiveness) tingkah laku dari mereka yang

membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut (1996). Sehingga

sering terdengar di masing-masing daerah di Indonesia memiliki kebijakan yang

berbeda berkaitan dengan biaya pendidikan dan peningkatan kesejahteraan

praktisi pendidikan.

Semakin besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka semakin besar pula

dana yang dianggarkan untuk peningkatan penyelenggaraan pendidikan.

Sementara pemerintah pusat mematok anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari

APBN. Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan

di negeri ini adalah dengan melaksanakan ujian kelulusan atau yang dikenal

dengan Ujian Nasional (UN) yang dilakukan serentak secara nasional dengan

standar nilai dan jumlah mata ujian ditentukan sebelumnya oleh Departemen

Pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas

(SMA). UN sudah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2002/2003 dengan standar

nilai 3,01 hingga tahun ajaran 2009/2010 dengan standar nilai kelulusan menjadi

6,00 dan dengan enam (6) mata pelajaran yang diujikan.

Terjadi perdebatan di masyarakat berkenaan dengan kebijakan pemerintah

ini, ada yang mendukung UN dengan alasan untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di Indonesia yang memang terperosok jauh dari Negara tetangga dan

ada yang menolak dengan beragam argumentasi kerugian yang timbul akibat

pelaksanaan UN. Puncaknya ketika pada 14 September 2009 Mahkamah Agung

(MA) memutuskan menolak kasasi perkara yang diajukan pemerintah dengan No

2596 K/PDT/2008 (www.kompas.com).

Dalam isi putusan ini, tergugat yakni presiden, wapres, mendiknas, dan

Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dinilai lalai memenuhi

kebutuhan hak asasi manusia (HAM) di bidang pendidikan. Pemerintah juga lalai

meningkatkan kualitas guru. Dengan demikian MA melarang UN yang

diselenggarakan oleh Depdiknas. Sehingga terjadi permasalahan yang belum ada

kejelasan hingga saat ini, apakah UN tetap dijalankan dengan mekanisme dan

prosedur yang diperbaiki atau UN dihapus berganti dengan kebijakan lain.

Meskipun perkembangannya pada akhirnya UN tetap dilaksanakan dengan

2

Page 3: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

memberikan keringan bagi yang tidak lulus UN untuk mengulang kembali mata

pelajaran yang tidak lulus.

B. Rumusan Masalah

UN sejak awal sudah menuai kontroversi di Indonesia, sebahagian

masyarakat menganggap UN tidak tepat untuk dilaksanakan secara merata di

Indonesia. Disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana masing-masing

sekolah yang ada di seluruh Indonesia belum merata, serta tidak semua sekolah

dan siswa mendapatkan akses pendidikan yang layak dan berkualitas. Sehingga

dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalahnya, apakan kebijakan

UN masih tetap layak untuk dilaksanakan di Indonesia dan jika tidak solusi apa

yang bisa diberikan untuk mengganti kebijakan UN tersebut.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah UN itu sebenarnya?

2. Analisis Kebijakan UN.

3. Bagaimanakah plaksanaan UN di lapangan?

4. Apa yang terjadi jika UN dilaksanakan?

5. Apakah UN itu perlu dilaksanakan?

6. Jika UN dilaksanakan

3

Page 4: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

BAB II

PEMBAHASAN

A. UAN

1. Pengertian Ujian Nasional (UN)

Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran

dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan

menengah. Ujian Nasional (UN) merupakan istilah bagi penilaian kompetensi

peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Berbagai polemik yang berkepanjangan mengenai Ujian Nasional di Indonesia

tampak baik bagi demokrasi di negeri ini. Tapi satu hal yang jangan terlupa bahwa

siswa peserta UN jangan sampai dibuat ragu atau takut tentang kepastian Ujian

Nasional sebagai sarana untuk mengukur kemampuan mereka di bangku

sekolahnya. Walaupun UN mengundang pro dan kontra tapi hendaknya tetap di

jalur yang semestinya, karena bagaimana pun para siswa terutama siswa SMA /

MA adalah para calon Agent of Change yang akan berperan untuk membawa

perubahan-perubahan konstruktif bagi negeri ini. Oleh karena itu agar keraguan

berkurang di kalangan dunia kependidikan, kami dari Tim Ujian Nasional

mencoba menyampaikan beberapa hal yang dipandang penting terutama dalam hal

dalam kebijakan UN 2011 yang tentunya diharapkan dapat menjadi bekal bagi

para siswa agar mereka cukup persiapan dalam menghadapi Ujian Nasional 2011.

B. Empiris

1. Analisa Kebijakan UAN

Analisa kebijakan UAN yang bertentangan dengan UU Sisdiknas dan

bentuk evaluasi di dalam pendidikan. Pertama, ada anggapan dari sebagian orang,

terutama para pejabat Legislatif yang menganggap bahwa UAN bertentangan

dengan UU Sisdiknas. Dimana Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk

menerapkan UAN sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan. Menurut

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir

4

Page 5: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 disebutkan bahwa tujuan UAN adalah untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes pada siswa

sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas.

Begitu pula evaluasi dalam pendidikan seharusnya dapat memberikan

gambaran tentang pencapaian tujuan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-

Undang No. 20 tahun 2003. Evaluasi seharusnya mampu memberikan informasi

tentang sejauh mana kesehatan peserta didik. Evaluasi harus mampu memberikan

tiga informasi penting seperti yang dipaparkan oleh McNeil. Selain itupula dalam

evaluasi pendidikan diharapkan dapat memberikan informasi tentang keimanan

dan ketakwaan peserta didik terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan juga dapat

meningkatkan kreativitas, kemandirian dan sikap demokratis peserta didik

Dari paparan di atas, yang menjadi pertanyaan apakah mutu pendidikan

dapat diukur dengan memberikan ujian akhir secara nasional di akhir tahun

ajaran? Apalagi bila dihadapkan mutu pendidikan dari aspek sikap dan perilaku

siswa, apakah bisa dilihat hanya pada saat sekejap di penghujung tahun? Mutu

pendidikan pada tingkat nasional dapat dilihat dengan berbagai cara, tetapi

pelaksanaan UAN sebagaimana yang dipraktekkan belum menjawab pertanyaan

sejauh mana mutu pendidikan di Indonesia, apakah menurun atau meningkat dari

tahun sebelumnya. Bahkan terdapat indikasi bahwa soal-soal UAN (yang dulu

disebut Ebtanas) berbeda dari tahun ke tahun, dan seandainya hal ini benar maka

akibatnya tidak bisa dibandingkannya hasil ujian antara tahun lalu dengan

sekarang. Selain itu mutu pendidikan tidak mungkin diukur dengan hanya

memberikan tes pada beberapa mata pelajaran ‘penting’ saja, apalagi dilaksanakan

sekali di akhir tahun pelajaran. Mutu pendidikan terkait dengan semua mata

pelajaran dan pembiasaan yang dipelajari dan ditanamkan di sekolah, bukan hanya

pengetahuan kognitif saja. UAN tidak akan dapat menjawab pertanyaan seberapa

jauh perkembangan anak didik dalam mengenal seni, olah raga, dan menyanyi.

UAN tidak akan mampu melihat mutu pendidikan dari sisi percaya diri dan

keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat dan bersikap demokratis.

5

Page 6: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

Dengan kata lain, UAN tidak akan mampu menyediakan informasi yang cukup

mengenai mutu pendidikan. Artinya tujuan yang diinginkan masih terlalu jauh

untuk dicapai hanya dengan penyelenggaraan UAN.

Selain itu pula UAN yang dilakukan hanya dengan tes akhir pada beberapa

mata pelajaran tidak mungkin memberikan informasi menyeluruh tentang

perkembangan peserta didik sebelum dan setelah mengikuti pendidikan. Karena

tes yang dilaksanakan di bagian akhir tahun pelajaran tidak dapat memberikan

gambaran tentang perkembangan pendidikan peserta didik, tes tersebut tidak dapat

memperhatikan proses belajar mengajar dalam keseharian karena tes tertulis tidak

dapat melihat aspek sikap, semangat dan motivasi belajar anak selain itu pula tes

di ujung tahun ajaran tidak dapat menyajikan keterampilan siswa yang

sesungguhnya dan juga hasil tes tidak dapat menggambarkan kemampuan dan

keterampilan anak selama mengikuti pelajaran. Oleh karena itu terjadi

pertentangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan bentuk ujian yang

diterapkan, karena pengukuran hasil belajar tidak bisa diukur hanya dengan

memberikan tes di akhir tahun ajaran saja.

Kedua, tujuan UAN yang lain dalam Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran

2003/2004 adalah untuk mengukur mutu pendidikan dan

mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional,

provinsi, kabupaten, sampai tingkat sekolah. Adalah ironis kalau UAN dipakai

sebagai bentuk pertanggungjawaban penyenggaraan pendidikan, karena

pendidikan merupakan satu kesatuan terpadu antara kognitif, afektif, dan

psikomotor. Selain itu pendidikan juga bertujuan untuk membentuk manusia yang

berakhlak mulia, berbudi luhur, mandiri, cerdas, dan kreative yang semuanya itu

tidak dapat dilihat hanya dengan penyelenggaraan UAN. Dengan kata lain, UAN

belum memenuhi syarat untuk dipakai sebagai bentuk pertanggungjawaban

penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat.

6

Page 7: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

Ketiga, jika dihubungkan dengan kurikulum, maka UAN juga tidak sejalan

dengan salah satu prinsip yang dianut dalam pengembangan kurikulum yaitu

diversifikasi kurikulum. Artinya bahwa pelaksanaan kurikulum disesuaikan

dengan situasi dan kondisi daerah masing-masing. Kondisi sekolah di Jakarta dan

kota-kota besar tidak bisa disamakan dengan kondisi sekolah-sekolah di daerah

perkampungan, apalagi di daerah terpencil. Kondisi yang jauh berbeda

mengakibatkan proses belajar mengajar juga berbeda. Sekolah di lingkungan kota

relatif lebih baik karena sarana dan prasana lebih lengkap. Tetapi di daerah-daerah

pelosok keberadaan sarana dan prasarana serba terbatas, bahkan kadang jumlah

guru pun kurang dan yang ada pun tidak kualified akibat ketiadaan. Kebijakan

penerapan UAN dengan standar yang sama untuk semua sekolah di Indonesia

telah melanggar prinsip tersebut dan mengakibatkan ketidakadilan bagi peserta

didik yang tentu saja hasilnya akan jauh berbeda, sedangkan kebijakan yang

diambil adalah menyamakan mereka.

Keempat, pelaksanaan UAN hanya pada beberapa mata pelajaran yang

dianggap “penting” juga memiliki permasalahan tersendiri. Sekarang yang terjadi

orang akan beranggapan hanya matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan

IPA yang merupakan mata pelajaran penting. Sedangkan ada diantara kita anak-

anak yang memiliki bakat untuk melukis atau olahraga, mereka akan meragukan

bahwa pelajaran tersebut merupakan pelajaran penting bagi dia. Sehingga bakat

tersebut akan terkubur dengan sendirinya karena yang ada di benak mereka adalah

bagaimana mereka bisa lulus dalam UAN tersebut. Dengan demikian pelaksanaan

UAN hanya pada beberapa mata pelajaran akan mendorong guru untuk cenderung

mengajarkan hanya mata pelajaran tersebut, karena yang lain tidak akan dilakukan

ujian nasional. Hal ini dapat berakibat terkesampingnya mata pelajaran lain,

padahal tidak semua anak senang pada mata pelajaran yang diujikan. Akibat dari

kondisi ini adalah terjadi peremehan terhadap mata pelajaran yang tidak dilakukan

pengujian.

7

Page 8: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

Kelima, tingkat kreativitas guru empat mata pelajaran tersebut akan

terkekang karena dikejar target untuk menyelesaikan materi. Selain itu pula

metode pembelajaran yang seharusnya bisa disajikan secara menarik dan

dikembangkan sesuai dengan implementasi peserta didik dalam kehidupan sehari-

hari tergantikan dengan metode drill latihan soal dan peserta didik hanya

“dicekoki” dengan bagaimana dapat menjawab soal-soal pada empat mata

pelajaran tersebut.

Keenam, beberapa orang berpendapat bahwa UAN bertentangan dengan

kebijakan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 22

Tahun 1999. Hal ini dapat dipahami sebagai berikut. Kebijakan UAN

dilaksanakan bersamaan dengan dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah. Selain

itu pada saat yang sama juga dikenalkan kebijakan otonomi sekolah melalui

manajemen berbasis sekolah. Evaluasi sudah seharusnya menjadi hak dan

tanggung jawab daerah termasuk sekolah, tetapi pelaksanaan UAN telah membuat

otonomi sekolah menjadi terkurangi karena sekolah harus tetap mengikuti

kebijakan UAN yang diatur dari pusat. Selain itu UAN berfungsi untuk

menentukan kelulusan siswa. Padahal pendidikan merupakan salah satu bidang

yang diotonomikan, kecuali sistem dan perencanaan pendidikan yang diatur

secara nasional termasuk kurikulum. Di sisi lain, dengan adanya kebijakan

otonomi sekolah yang berhak meluluskan siswa adalah sekolah melalui kebijakan

manajemen berbasis sekolah. UAN telah dijadikan alat untuk “menghakim” siswa,

tetapi dengan cara yang tanggung karena dengan memberikan batasan nilai

minimal 4.25. Dengan menetapkan nilai serendah itu, maka berarti bahwa standar

mutu pendidikan di Indonesia memang ditetapkan sangat rendah. Kalau

direnungkan, apa arti nilai 4 pada suatu ujian. Nilai 4 dapat diartikan hanya 40%

dari seluruh soal yang diujikan dikuasai, padahal secara umum pada bagian lain

diakui bahwa nilai yang dapat diterima untuk dinyatakan cukup atau baik adalah

di atas 6. Dengan kata lain, UAN selain menetapkan standar mutu pendidikan

yang sangat rendah telah “menghakimi” semua siswa tanpa melihat latar

8

Page 9: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

belakang, situasi, kondisi, sarana dan prasarana serta proses belajar mengajar yang

dialami terutama siswa di daerah pedesaan.

C. Normatif

1. Pelaksanaan UN di lapangan

1) Dilematis Pelaksanaan UN

Ujian Nasional sejak digulirkan pada tahun ajaran 2002/2003 tidak jarang

menjadi momok menakutkan bagi pelajar yang kawatir tidak lulus karena tidak

mendapatkan nilai yang mencukupi, sementara bagi para guru dan institusi

pendidikan tempat siswa menimba ilmu kekawatiran serupa terjadi, kualitas dan

profesionalitas mereka dipertaruhkan, tergantung dari banyak dan sedikitnya

siswa yang lulus dalam UN. Sehingga tidak jarang terjadi kecurangan-kecurangan

dari pelaksanaan UN di daerah-daerah baik yang dilakukan oleh siswa itu sendiri

maupun oleh para pendidik, dengan tujuan satu, mendongkrak nilai UN siswa

agar mendapatkan nilai sesuai dengan batas minimal kelulusan.

UN di beberapa daerah masih cenderung mengabaikan nilai-nilai kejujuran

dan tanggung jawab. Media elektronik dan cetak merekam kecurangan ini, banyak

sekolah dan orang tua siswa yang paranoid dan sangat khawatir siswanya tidak

lulus ujian dengan persentase tinggi. UN layaknya ‘palu sidang’ yang akan

dijatuhkan untuk memvonis apakah seorang siswa dianggap pandai sehingga

layak memperoleh predikat lulus, atau sebaliknya.

Mengingat hasil ujian ini berimplikasi pula pada eksistensi dan kredibilitas

sekolah, setelah ditelisik lebih jauh ternyata paranoid ini tidak saja mengidap

sekolah dan orang tua siswa, namun pemerintah daerah juga merasa perlu dan

berkepentingan menjaga muka terkait pengelolaan pendidikan di wilayahnya.

Selanjutnya sudah bisa ditebak, beragam kebijakan diambil oleh pemerintah

daerah terkait sukses UN ini.

9

Page 10: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

Realitas ini tentu sangat memprihatinkan apalagi di dunia pendidikan yang

semestinya menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Faktanya pelaksanaan UN

tahun 2008-2009 yang lalu masih ditemukan sejumlah 33 sekolah yang

melakukan kecurangan dalam pelaksanaannya (www.swaramerdeka.com). Masih

segar dalam ingatan kita terhadap sekelompok guru yang menamakan dirinya

Komunitas Air Mata Guru. Sebuah kelompok guru yang meskipun pahit telah

berani mengikuti nuraninya sebagai seorang pendidik, untuk melaporkan berbagai

macam tindakan kecurangan dalam pelaksanaan ujian pada sekolah mereka di

Medan dan daerah sekitarnya.

Sayangnya, keberanian mereka mengungkap kecurangan ini menuai

intimidasi. Mereka dianggap mencemarkan nama baik sekolah, diturunkan atau

ditunda kenaikan pangkatnya hingga diberhentikan. Sikap Depdiknas pun setali

tiga uang. Alih-alih melindungi para guru tersebut malah ikut menyudutkan

mereka. Padahal dalam UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya berhak

memperoleh perlindungan atau memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan

dalam melaksanakan tugas.

Masyarakat sebenarnya bisa mengerti ketika pemerintah menilai bahwa

ujian tersebut bisa meningkatkan motivasi belajar. Namun kamingnya, motivasi

itu muncul hanya di akhir tahun ajaran menjelang ujian, bukan sebagai bagian dari

proses pembelajaran. Mereka berlomba-lomba memasuki institusi pendidikan non

formal hanya untuk dapat lulus UN dan tentunya akan membuat pengeluaran

masyarakat di bidang pendidikan semakin membengkak, belum lagi mental

pelajar yang menjadi terganggu dengan tekanan belajar yang meningkat tajam.

2) Pelaksanaan UN di Tahun 2010

Tahun 2010 ini sejarah  pendidikan kita kembali tercoreng oleh ulah para

oknum pendidik beberapa waktu lalu yang harus berurusan dengan kepolisian

karena kasus kecurangan dalam pelaksanaan UN. Bahkan ada beberapa sekolah

10

Page 11: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

yang secara diam-diam telah memberikan bocoran jawaban UN kepada para

siswanya. Bisnis bocoran soal dan jawaban pun menjadi ladang uang bagi oknum-

oknum yang tidak bertanggung jawab. Sejak awal digulirkan kebijakan UN,

tampak jelas begitu banyak permasalahan dan kontroversi yang ditimbulkannya.

2. Apa yang terjadi jika UN dilaksanakan

Akhir – akhir ini kita diingatkan kembali dengan masalah Ujian Nasional,

karena beberapa Media baik cetak maupun Elektronik, ramai – ramai

memberitakan kemenangan dari gugatan warga Negara atau Citizen Lawsuit

terhadap Pemerintah, dimana kemenangan ini mulai dari tingkat Pengadilan Negri

sampai dengan Mahkamah Agung. Ujian Nasional sesungguhnya mempunyai 2

sisi baik dan buruk,

SISI BAIK

1. Kita jadi mempunyai standard yang sama untuk kelulusan siswa,

sehingga pada akhirnya tidak ada perbedaan antara siswa di Jakarta dan

kota kota besar lainnya dengan siswa didaerah.

2. Kelulusan akan menjadi suatu hal yang membanggakan dan suatu hal

yang patut disyukuri, karena ditempuh dengan perjuangan dan

pengorbanan yang besar.

3. Pada akhirnya untuk masuk ke Perguruan tinggi cukup menggunakan

nilai hasil kelulusan.

4. Dan lain lain.

SISI BURUK

1. Siswa menjadi Depresi dan sangat tertekan karena Ujian Nasional seolah

olah tidak bisa diprediksi materi yang akan diujikan

11

Page 12: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

2. Karena Standard pengajaran diseluruh Indonesia berbeda – beda, sesuai

dengan kualitas pengajar, tingkat ekonomi didaerah, dan lain lain, maka

sulit untuk dilakukan penyeragaman soal ujian. Bayangkan saja sekolah

yang berbeda standard pengajarannya dipaksakan harus mengerjakan soal

yang sama.

3. Pembuat soal kurang turun ke lapangan, meninjau sekolah sekolah

terpencil untuk mengetahui sebaiknya materi Ujian itu sampai tingkat

yang bagaimana.

4. Di beberapa kasus terjadi kesalahan dari sistim koreksi yang dilakukan

untuk menilai hasil ujian Nasional ini, contohnya ada kasus dimana satu

sekolah tidak lulus ujian dan selanjutnya dilakukan ujian ulang.

Bagaimana Pemerintah bisa yankin bahwa sistim penilaiannya sudah

benar, seandainya saja pada contoh kasus diatas yang mengalami

kesalahan penilaian hanya 11 orang, mungkin ujiannya tidak bisa diulang.

Dan jadilah siswa yang apes tadi harus menerima nasib ia tidak lulus ujian.

3. Sebuah Gambaran tentang Ujian Nasional (UN)

UN Amburadul, Gambaran Pendidikan yang Bobrok 09:48, 29/04/2010

Pengumuman hasil ujian nasional (UN) di beberapa daerah sangat

mengejutkan kita. Ironisnya, ada sekolah yang 99 persen bahkan 100 persen

siswanya dinyatakan tidak lulus. Meski tingkat kelulusan cenderung meningkat,

12

Page 13: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

tapi kecurangan-kecurang pada pelaksanaan UN menegasikan validitas data

kelulusan.

“Fenomena kecurangan dan hasil UN yang amburadul dan mengecewakan

tersebut merupakan gambaran kebobrokan sistem pendidikan kita,” kata Syamsir

Pohan, Ketua Umum Badko HMI Sumut.

Terkait Komisi E DPRD Sumut meminta panitia UN Provinsi Sumatera Utara

memeriksa ulang lembar jawaban untuk Kabupaten Labuhan Batu, menyusul

penolakan hasil UN dari Dinas Pendidikan Kabupaten Labuhanbatu, itu

merupakan affirmative action, tindakan penyelamatan positif.

Tapi, akar permasalahan kita bukan itu. Sejatinya, Komisi E DPRD Sumut

harus mengevaluasi total manajemen mutu pendidikan kita, khususnya di

Sumatera Utara. Lebih jauh lagi, persoalan ini harus dibahas secara serius dan

dibawa ke Musrembangnas oleh Dinas Pendidikan Sumut,” tambah Syamsir.

Belakangan, lanjut Syamsir, peristiwa kasus bunuh diri Juliana di Plaza

Medan Fair juga diuga akibat stres karena takut tidak naik kelas.

Ini juga menjadi persoalan. Ada kecenderungan bahwa kenaikan kelas,

kelulusan UN dan prestasi dengan tolok ukur angka-angka di rapor menjadi

“momok” bagi siswa.

“Menurut saya, selain berorientasi pada peningkatan intelejensia dan

pengetahuan, pendidikan kita harus diarahkan pada pembangunan mental dan

kerohanian. Agar siswa dapat menghayati dan menikmati pendidikan, khususnya

pendidikan formal, sebagai sebuah kawah candra di muka, tempat menempa diri,”

pungkasnya. (mag-13/rel)

13

Page 14: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

Gambar: Menangis Seorang siswi SMK Negeri 7 Medan menangis ketika

mengetahui dirinya harus kembali melaksanakan ujian ulangan karena

gagal lulus pada Ujian Nasional, Senin (26/4)

D. Evaluatif

1. Bagaimana seharusnya UN itu.

1) Menurut kami Ujian Nasional dengan penyeragaman soal, baik untuk

dilakukan diseluruh Indonesia, namun untuk kelulusan siswa tetap

diserahkan pada sekolah masing – masing dengan

mempertimbangkan hasil ujian Harian, Tengah Semester dan Semester

yang telah dilakukan selama ini. Karena yang benar benar mengetahui

kemampuan siswa yang bersangkutan adalah guru guru mereka

sendiri.

2) Data hasil dari Ujian Nasional itu menjadi masukan yang baik bagi

Pemerintah untuk mengetahui peta keberhasilan pendidikan yang

dilaksanakan diseluruh Indonesia, jadi bisa tahu, mana daerah yang

perlu mendapatkan perhatian lebih, atau mana Sekolah yang perlu

dievaluasi mutu pendidikkannya.

2. Kenapa harus demikian

Mutu Standard Pendidikan belum merata baik antar sekolah, maupun antar

Daerah, untuk itu merupakan tugas Pemerintah melalui Departemen

Pendidikan untuk membenahi hal tersebut. Alasan lainnya adalah

Pemerintah seharusnya tidak terburu buru menerapkan standard yang

MUTLAK untuk Ujian Nasional, sebaiknya diberlakukan standard

NORMA, yang mempertimbangkan berbagai aspek, belajar itu tidak harus

dibangku sekolah, banyak orang yang disekolahnya biasa-biasa saja

namun setelah lulus ia menambah pengetahuannya dengan berbagai hal

yang menunjang pekerjaannya dan berhasil.

14

Page 15: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

Disini kami berikan sebagai contoh, ada seorang anak yang ingin

jadi Ahli kimia, tapi ia tidak bisa segera mewujudkan keinginannya itu

karena tidak lulus ujian Nasional pada mata pelajaran Matematika, di Bab

Calculus Diferential. Atau tidak lulus Bahasa Indonesia pada bagian

Sinonim. Kan konyol jadinya ? Lebih parah lagi bila ternyata ada oknum

pembuat soal ujian yang merasa seperti pembuat Teka – teki, jadi makin

susah dijawab, dia makin bangga karenanya. Kasihan anak – anak jadi

korban. Kan bisa saja itu terjadi, banyak yang bilang orang Indonesia

(baca “Oknum”) itu, seringkali terlihatnya seperti rendah hati, padahal

Arogan. contohnya banyak (kalau dibilang banyak berarti tidak semua)

yang sebelum terpilih jadi anggota DPR, wah baik banget seolah olah akan

berjuang demi rakyat, namun setelah terpilih ternyata mengecewakan.

3. Aspek yang perlu diterapkan dalam UN

Dari hasil kajian Koalisi Pendidikan, setidaknya ada empat

penyimpangan dengan digulirkannya UN. Pertama, aspek pedagogis.

Dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek,

yakni pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap

(afektif). Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan, yaitu

kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu

kelulusan.

Kedua, aspek yuridis. Beberapa pasal dalam UU Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah dilanggar, misalnya

pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan

terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,

sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan,

yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. UN yang selama ini

dilakukan hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan

standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah.

Ketiga, aspek sosial dan psikologis.

15

Page 16: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah

mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 dan

meningkat seterusnya dari tahun ketahun. Ini menimbulkan kecemasan

psikologis bagi peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa

menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di UN kan di sekolah dan di

rumah. Keempat, aspek ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan UN

memboroskan biaya.

Tidak hanya pemerintah yang harus mengeluarkan dana ekstra

dalam memberikan materi tambahan kepada peserta didik, tetapi juga

orang tua siswa yang terpaksa mengalokasikan dana untuk memberikan

kursus tambahan agar anaknya mendapatkan nilai memuaskan dalam

pelaksanaan UN nantinya. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk

menangkal penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan selama

ini masih sangat tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya. Kondisi

ini memungkinkan terjadinya penyimpangan (korupsi) dana UN.

 

16

Page 17: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ujian Nasional

yang diberlakukan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan tidak lain

mempunyai tujuan mulia untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang

terpuruk dari Negara lain terutama di wilayah Asia Tenggara. Meskipun akhirnya

terjadi kontroversi di tengah masyarakat dan berakibat keluarnya putusan MA,

yang melarang dilaksanakannya UN pada tahun ajaran 2009/2010.

B. Saran

Adapun beberapa hal yang dapat kami sarankan terhadap pemerintah perlu

dilakukan dalam pelaksanaan UN selanjutnya yaitu:

1. UN tetap dilaksanakan tetapi soal UN diselaraskan dengan tingkatan

Akreditasi masing-masing sekolah.

2. Membentuk kepanitiaan independen dalam pelaksanaan UN dari tingkat

pusat,sampai ke sekolah-sekolah. Bukan hanya itu, Panitia Independen

juga bertugas menjadi pengawas ruang saat berlangsungnya ujian,

mengawasi dan atau mengumpulkan lembar-lembar jawaban, sampai

dengan pengawasan dalam proses penilaian dan pengumuman hasil ujian

nasional.

3. Pemerintah pusat dan daerah perlu terus menerus meningkatkan

pengalokasian anggaran di bidang pendidikan agar kualitas pendidikan

dinegeri ini semakin meningkat dan merata.

4. Para pendidik dan pemerintah daerah negeri ini perlu belajar kembali

tentang norma-norma kejujuran, sehingga tidak dengan mudah

menerapkan segala cara dalam mendongkrak nilai UN siswa.

17

Page 18: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/MAKALAH-U… · Web viewMenurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional

DAFTAR PUSTAKA

Conny R. Semiawan. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. 2005. PT RAJAGRAFINDO PERSADA : JAKARTA

Jones, Charles O.. (1996). Pengantar Kebijakan Publik. Ed. 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suharto, Edi. (2005). Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

www.swaramerdeka.com.

www.kompas.com.

http://www.hariansumutpos.com/2010/04/42801/un-amburadul-gambaran-pendidikan-yang-bobrok.html

http://jurnal-politik.blogspot.com/2009/07/kontroversi-ujian-nasional.html

http://antikorupsi.org/indo/content/view/3764/2/

http://scalamedia.net/berita/editorial/389-ujian-nasional.html

http://kampungtki.com/baca/10710

18