mdarussalamt.files.wordpress.com€¦ · web viewlaporan resmi. praktikum klimatologi dasar....
TRANSCRIPT
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KLIMATOLOGI DASAR
ACARA V
APLIKASI SEDERHANA DARI ANALISIS DATA IKLIM
UNTUK PENENTUAN POLA TANAM
Disusun oleh :
1. Dewi Putri Hestiani (12656)
2. Heni Meyranti (12665)
3. Muhammad Darussalam. T (12696)
4. Dea Anindia Mentari (12735)
5. Desi Rahayu (12767)
6. Tika Lorenta (12769)
Golongan : A5
Kelompok : II
Asisten: Winda Andriani
LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGPola tanam merupakan suatu susunan urutan periode tanam dari satubeberapa
jenis tanaman semusim dalam suatu periode waktu tertentu. Pola tanam ini umumnya
dibuat untuk periode 2 tahun berurutan. Penentuan pola tanam yang tepat akan
mempengaruhi keberhasilan panen, terlebih lagi pada usaha pertanian tanpa irigasi
(tadah hujan), atau setidaknya akan meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi.
Pada prinsipnya, penentuan pola tanam didasarkan atas ketersediaan lengas
(moisture) dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman selama
periodetumbuhnya. Sebelumnya untuk menentukan jenis tanam yang akan ditanam,
terlebih dahulu harus dilihat kesesuaian untuk daerah yang bersangkutan, yaitu
meliputi kesuaian iklim dan tanahnya
Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan
memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender
penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu: monokultur, polikultur
(tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus dan
minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman.
Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen
yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan dan sosial
ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1
tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama pada daerah/lahan yang
sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan jenis/varietas yang ditanampun
perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia ataupun curah hujan.
Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada
lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis
tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada
beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat melaksanakan pola
tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang
mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari
dan hama penyakit. Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan dan saat
penanaman sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama
pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari persaingan (penyerapan hara
dan air) pada suatu petak lahan antar tanaman. Pada pola tanam tumpangsari
sebaiknya dipilih dan dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran
yang relatif dalam dan tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal.
B. TUJUAN
Mengetahui manfaat data iklim dalam menentukan pola tanam di suatu daerah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Keberadaan atmosfer sangat penting artinya dalam proses distribusi air ke seluruh
permukaan bumi karena kemampuannya dalam menampung dan mengangkut uap air. Siklus
hidrologi tidak akan dapat berlangsung jika atmosfer tidak mempunyai kemampuan dalam
menampung dan mengangkut uap air tersebut. Siklus hidrologi meliputi beberapa tahap
utama, yaitu: 1) Penguapan air dari permukaan bumi, baik yang berasal dari permukaan air,
tanah, atau dari jaringan tumbuhan; 2) Kondensasi uap air pada lapisan troposfer, sehingga
terbentuk awan; 3) Perpindahan awan mengikuti arah angin; 4) Presipitasi dalam bentuk cair
(hujan) atau padat (salju dan kristal es) yang mengembalikan air dari atmosfer ke permukaan
bumi; 5) Mengalirnya mengikuti gaya gravitasi (dari tempat yang tinggi ketempat yang lebih
rendah) baik dalam bentuk aliran permukaan maupun aliran bawah tanah (Lakitan, 2002).
Hasil suatu jenis tanaman bergantung pada interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan. Seperti jenis tanah, topografi, pengelolaan, pola iklim, teknologi dan faktor
ekonomi. Dari faktor lingkungan, maka faktor tanah lebih banyak dipelajari dan dipahami
dibandingkan dengan faktor cuaca dan iklim. Cuaca dalam produksi pangan yang sukar
dikendalikan. Oleh karena itu dalam usaha pertanian, pada umumnya cara-cara bertani
disesuaikan dengan pemakaian teknologi tinggi termasuk panca usaha tani, juga dilakukan
melalui pemanfaatan iklim, terutama untuk meningkatkan intensitas tanam dan penanaman
ganda. Perencanaan pola tanam sebaiknya disesuaikan dengan kondisi iklim setempat
(Tjarjono, 1995).
Pertumbuhan dan produksi tanaman yang ditumpangsarikan relatif lebih rendah
daripada tanaman tunggalnya. Pengunduran waktu tanam jagung 10 dan 20 hari pada sistem
tumpang sari dapat meningkatkan berat kering polong isi 10% dan 15% lebih tinggi dari
kacang tanah yang ditanam bersamaan dengan tanaman jagung (1,981 kg/ha atau 57% dari
kacang tanah tunggal). Sebaliknya pada jagung dengan pengunduran waktu tanam 10 dan 20
hari pada sistem tumpang sari menghasilkan berat kering biji 8% dan 19% lebih rendah dari
waktu tanam 10 dan 20 hari pada sistem tumpang sari menghasilkan berat kering biji 8% dan
19% yang bersamaan dengan kacang tanah (3,403 kg/ha atau 70% dari hasil tanaman jagung
tunggal). Faktor cahaya dan air merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan untuk dapat
mencapai hasil yang lebih tinggi (Sitompul et al., 1980).
Pengukuran hujan pertama di Indonesia dilakukan pada tahun 1866 dan hanya di
Jakarta. Penelitian tentang meteorologi pertanian terutama diarahkan kepada usaha untuk
mengurangi kerugian akibat cuaca buruk untuk mungkin mengakibatkan menimpa tanaman
perkebunan tersebut. Pada umumnya hujan diukur dengan penakar hujan di lapangan dengan
hitung waktu harian. Laporan curah hujan biasanya dibuat mingguan atau sepuluh harian.
Selanjutnya laporan ini dikumpulkan di pusat pelayanan meteorologi dan diseragamkan
menjadi jumlah hujan bulanan. Suatu metode yang tidak menggunakan statistik untuk
mengukur curah hujan yang rumit adalah metode penyusunan rangking (Oldeman et al., 1982
cit. Wisnubroto, 1999).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian tempat berpengaruh terhadap
keadaan cuaca kemudian terhadap perkembangan penyakit anasir-anasir cuaca makro
menunjukkan pola keragaman antar topoklimat yang lebih nyata dibandingkan anasir-anasir
cuaca mikro kelembaban nisbi udara tambah curah hujan. Bukti-bukti sebagai anasir-anasir
yang mendominan selain temperatur udara dan tanah (Gunadi,1997).
Laju evapotraspirasi dinyatakan dengan banyaknya air yang hilang oleh proses
evapotranpirasi dari suatu daerah tiap satuan luas dalam satu satuan waktu. Ini dapat pula
dinyatakan sebagai volume air cair yang hilang tiap satu satuan waktu dari daerah yang
ditinjau. Satuan waktu yang dipakai bisa satu jam atau satu hari dan satuan tebal dapat mm
atau cm. Laju evapotrasnpirasi dari suatu daerah ditentukan oleh dua pengendali atau kontrol
utama yaitu yang pertama adalah ketersediaan air pada permukaan daerah tersebut dan
kontrol kedua ialah kemampuan atmosfer mengevapotranspirasikan akan berlangsung dengan
laju maksimal untuk lingkungan tersebut. Akan tetapi, pada umumnya banyaknya air pada
permukaan tidaklah selalu tersedia, apalagi tidak terbatas, sehingga evapotranspirasinya
berlangsung dengan laju yang lebih kecil dari pada laju seandainya banyak air yang tersedia
tidak terbatas (Prawirowardoyo, 1996).
III. METODOLOGI
Percobaan Acara V dilaksanakan pada hari Senin tanggal Jumat, 11 Oktober 2013 di
Laboratorium Agroklimatologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pada percobaan ini, bahan yang digunakan antara lain data curah hujan harian atau dasarian
selama beberapa tahun (minimal 10 tahun), data evaporasi potensial harian atau bulanan.
Nilai koefisien tanaman (Kc) bulanan untuk beberapa tanaman, dan data periode setiap fase
pertumbuhan dan perkembangan masing-masing tanaman. Sedangkan alat yang digunakan
yaitu kertas millimeter, plastik transparasi, spidol transparasi, dan penggaris.
Dengan peralatan dan bahan yang telah tersedia sebelumnya, maka terlebih dahulu
dibuat histogram curah hujan perdasarian selama dua tahun pada kertas grafik yang berupa
rerata 10 tahun dengan diukur sebanyak dua kali. Kemudian kebutuhan tanaman pada setiap
fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman dihitung dengan menggunakan data evaporasi
harian dan nilai Kc dari setiap fase. Setelah itu dibuat histogram pola umum kebutuhan air
tanaman untuk beberapa jenis tanaman (10 jenis) pada transparansi. Pola tanaman untuk
waktu dua tahun bagi suatu daerah tertentu dihitung dengan jalan memilih jenis tanaman
yang kebutuhan airnya dapat dicukupi oleh ketersediaan curah hujan, dengan cara histogram
kebutuhan air tanaman dioverlaykan pada histogram curah hujan. Saat tanam bagi setiap
jenis tanaman yang terpilih ditentukan dalam 4 langkah untuk kemudian dihitung kebutuhan
airnya sesuai dengan data masing-masing daerah sehingga dapat mendekati kenyataan.
Langkah 4 diulangi bagi suatu daerah tertentu, digunakan histogram curah hujan dan
histogram kebutuhan air tanaman masing-masing daerah. Setelah itu dapat dibuat uraian atau
pembahasan mengenai pola tanam yang dihasilkan. Data curah hujan yang digunakan adalah
yang berpeluang 75 % ke atas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
1. Perhitungan curah hujan perdasarian kriteria Mohr dari tahun 1991-2000
Nama stasiun : UGM Bulaksumur Tinggi : 137 m
Kecamatan : Depok Lintang : 7o 46` S
Kabupaten : Sleman Bujur : 110o 23` E
Tabel IV. 1 Data Curah Hujan berdasarkan Mohr (mm)
Tahun Januari Februari MaretI II III I II III I II III
1991 118 167 175 258 206 115 29 107 691992 236 136 286 149 174 172 88 174 971993 187 22 185 101 44 50 84 105 2061994 24 203 198 216 92 147 367 160 1281995 156 207 110 251 231 98 29 113 1051996 102 99 104 99 102 50 34 60 681997 127 86 68 103 88 97 21 3 161998 87 37 149 197 92 102 64 95 671999 188 133 91 79 69 132 112 217 562000 149 141 31 254 52 100 37 29 121
Tahun April Mei JuniI II III I II III I II III
1991 74 171 87 18 0 0 0 3 01992 179 21 28 4 26 49 10 0 11993 244 30 72 170 4 7 77 46 531994 90 86 33 36 2 0 0 0 01995 36 45 63 18 4 3 62 121 61996 7 125 1 0 17 2 0 4 01997 15 107 18 42 13 0 0 0 01998 106 92 109 12 1 24 26 146 331999 21 161 61 67 40 0 3 0 232000 125 45 68 4 23 28 67 2 0
Tahun Juli Agustus September
I II III I II III I II III1991 3 0 0 0 0 0 0 0 01992 47 0 0 16 0 159 139 3 71993 0 1 0 0 1 0 2 1 01994 0 0 0 0 0 0 0 4 51995 54 2 0 0 0 0 0 4 01996 0 0 0 8 2 3 0 0 01997 0 0 0 0 0 0 0 0 01998 19 42 85 23 4 0 0 18 561999 49 0 7 0 0 0 0 0 0
Tahun Oktober November DesemberI II III I II III I II III
0 0 0 8 106 129 43 6 2431991 133 60 120 26 131 95 120 53 181992 0 0 0 3 138 112 52 49 1161993 0 12 6 21 17 43 160 114 21994 1 41 36 73 270 306 132 99 251995 82 65 67 106 234 71 140 116 141996 1 0 1 7 9 24 32 110 691997 52 153 82 136 77 58 32 105 1711998 7 27 59 113 14 53 133 130 841999 8 31 99 29 100 133 20 179 32
2. Nomor Rangking (m) Peluang Curah Hujan 75% (PCH 75%)
F = peluang curah hujan yang dikehendaki = 75%
n = Jumlah tahun = 10 tahun
m = nomor ranking = ?
F = 100 m
n + 1
75 = 100 m
10 + 1
100 m = 825
m = 8,25
3. Data Curah Hujan Berdasarkan Ranking
Tabel IV.2 Data Curah Hujan berdasarkan ranking (mm)
Rangking Januari Februari MaretI II III I II III I II III
1 236 207 286 258 231 172 367 217 2062 188 203 198 254 206 147 112 174 1283 187 167 185 251 174 132 88 160 1214 156 141 175 216 102 115 84 113 1055 149 136 149 197 92 102 64 107 976 127 133 110 149 92 100 37 105 697 118 99 104 103 88 98 34 95 688 102 86 91 101 69 97 29 60 679 87 37 68 99 52 50 29 29 56
10 24 22 31 79 44 50 21 3 16
Rangking April Mei JuniI II III I II III I II III
1 244 171 109 170 40 49 77 146 532 179 161 87 67 26 28 67 121 333 125 125 72 42 23 24 62 46 234 106 107 68 36 17 7 26 4 65 90 92 63 18 13 3 10 3 16 74 86 61 18 4 2 3 2 07 36 45 33 12 4 0 0 0 08 21 45 28 4 2 0 0 0 09 15 30 18 4 1 0 0 0 0
10 7 21 1 0 0 0 0 0 0
Rangking Juli Agustus SeptemberI II III I II III I II III
1 54 42 85 23 4 159 139 18 562 49 2 7 16 2 47 2 4 73 47 1 2 8 1 3 0 4 54 19 0 0 0 0 0 0 3 15 3 0 0 0 0 0 0 1 06 0 0 0 0 0 0 0 0 07 0 0 0 0 0 0 0 0 08 0 0 0 0 0 0 0 0 09 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rangking Oktober November DesemberI II III I II III I II III
1 133 153 120 136 270 306 160 179 243
2 82 65 99 113 234 133 140 130 1713 52 60 82 106 138 129 133 116 1164 8 41 67 73 131 112 132 114 845 7 31 59 29 106 95 120 110 696 1 27 36 26 100 71 52 105 327 1 12 6 21 77 58 43 99 258 0 0 1 8 17 53 32 53 189 0 0 0 7 14 43 32 49 14
10 0 0 0 3 9 24 20 6 2
4. Nilai X CH 75%
Setelah mendapat nilai m, X dihitung dengan menggunakan Interpolasi.
Rumus: X1 – X2 = Y1 – Y2
X2 – X Y2 – Y
dengan m = 8,25 sebagai Y
Tabel IV.3 Tabel X CH 75%
X CH Januari Februari Maret April
75% I II III I II III I II III I II III
mm 98.373.
8 85.3100.
5 64.885.
3 2952.
3 64.319.
5 41.3 25.5
X CH Mei Juni Juli Agustus
75% I II III I II III I II III I II III
mm 41.7
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
X CH September Oktober November Desember
75% I II III I II III I II III I II III
mm 0 0 0 0 00.7
5 7.7516.
3 50.532.
8 52 17
5. Nilai P
Dicari dengan interpolasi dari tabel “Mean Daily Percentage (p) of Annual Day
Time Hours Latitude for Different Latitudes”
Contoh : Pada bulan januari untuk Yogyakarta pada posisi 7o LS
P Januari = 10 – 5 = 0,29 – 0,28
7-5 P – 0,28
5P – 1,4 = 0,02
P = 0,284
Tabel IV.4 Tabel P
Bln Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
P 0.28 0.28 0.28 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.28 0.28 0.28
6. Nilai F
Sebelum menghitung nilai, dihitung terlebih dahulu nilai T Braak
Bulan T max T min T rerata
Januari 30.79 23.29 27.04
Februari 30.69 23.29 26.99
Maret 31.09 23.29 27.19
April 31.39 22.89 27.14
Mei 31.39 22.26 27.83
Juni 31.19 22.69 26.94
Juli 31.09 21.59 26.34
Agustus 31.49 21.99 26.74
September 31.99 22.29 27.14
Oktober 32.19 22.79 27.49
November 32.19 22.79 27.49
Desember 30.99 22.29 27.14
Setelah Mendapatkan nilai T Braak (T Rerata), nilai F dapat dihitung dengan
Rumus : F = P (0,46 T + 8)
dengan P = mean dialy precentage
T = T Braak (T Rerata)
Hasil Perhitungannya dimasukkan dalam Tabel
Tabel IV. 5 Nilai F
BlnJanjJan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
F 5.80 5.72 5.74 5.53 5.45 5.79 5.35 5.48 5.53 5.78 5.78 5.81
7. Eto BC Harian
Tabel IV.6 Nilai Eto BC Harian
BlnJanJan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
Eto 3,9 3,75 3,7 4,5 3,8 4,15 4,8 5 3,8 4,75 4,75 3,9
8. Eto BC Bulanan dan Eto BC Dasarian
Eto BC bulanan = Eto BC harian x jumlah hari pada bulan tersebut
Contoh: Eto BC bulan Januari = 3,9 x 31 = 120,9
Eto BC Dasarian = Eto BC bulanan
3
Contoh: Eto BC dasarian bulan Januari = 120,9 = 40,3
3
9. Eto Pennman
Rumus yang digunakan:
Eto P = -1.133 + 1.525 BC
dengan BC = Eto harian Blanney Criddle
Contoh: Eto P bulan Januari = -1,133 + 1,525 (3,8)
= -1,133 + 5,947
= 4,81
10. Eto P bulanan dan Eto P dasarian
a. Eto P bulanan = Eto P harian x jumlah hari dalam bulan tersebut
Contoh: Eto P bulan Januari = 4,81 x 31 = 149,24
b. Eto P dasarian ¿ Eto P Bulanan3
Contoh: Eto P dasarian bulan Januari= ¿149,24
3=49,74
11. Eto Umum
Eto Umum = Jumlah Eto P bulanan
36
= (149,24 + 128,40 + 139,81 + 171,88 + 144,52 + 155,87 + 191,79
+ 201,25 + 139,43 + 189,43 + 183,32 + 149,24)
36
= 1994,18
36
= 54,005
12. Tabel Keseluruhan
Bula
nTmax Tmin P F
Eto BC Eto P
Harian Dasarian Bulanan Harian Dasarian Bulanan
Jan 23,3 30,8 0,28 5,80 3,9 40,3 120,9 4,81 49,74 149,24
Feb 23,3 30,7 0,28 5,71 3,75 35 105 4,58 42,80 128,40
Mar 23,3 31,1 0,28 5,74 3,8 39,26 117,8 4,66 48,17 144,52
Apr 22,9 31,4 0,27 5,53 4,5 45 135 5,72 57,29 171,88
Mei 22,9 31,4 0,27 5,45 3,8 39,26 117,8 4,66 48,17 144,52
Jun 22,7 31,2 0,27 5,79 4,15 41,5 124,5 5,19 51,95 155,87
Jul 21,6 31,1 0,27 5,35 4,8 49,6 148,8 6,18 63,93 191,79
Agt 22 31,5 0,27 5,48 5 51,66 155 6,49 67,08 201,25
Sep 22,3 32 0,27 5,53 3,8 38 114 4,66 46,62 139,86
Okt 22,8 32,2 0,28 5,78 4,75 49,08 147,25 6,11 63,14 189,43
Nov 22,8 32,2 0,28 5,78 4,75 47,5 142,5 6,11 61,10 183,32
Des 23,3 31 0,28 5,81 3,9 40,3 120,9 4,81 49,74 149,24
13. Tabel KC Tanaman
No
.
Jenis
Tanaman
Dasarian
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVIXVI
IXVIII XIX XX
1 Sweet Corn0,3
50,35
0,5
20,89 1,1 1,1 1,1 1,0
2 Peas0,3
50,35
0,5
80,51
0,7
41,0 1,1 1,1 1,1 1,0
3 Melon0,3
50,35
0,3
90,51
0,6
90,87
0,9
50,95
0,9
50,95
0,6
50,65
4 Barley0,3
50,58 0,6 0,87 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 0,25
0,2
50,25
5 Peanut0,3
50,35
0,3
90,52 0,7 0,9 1,0 1,0 1,0 1,0
0,5
20,55
0,5
5
6 Cucumber0,3
50,35
0,3
70,5
0,6
60,82 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
7 Grain 0,3 0,35 0,4 0,73 0,9 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 0,3 0,3 0,3 0,3
5 8 8
8 Cotton0,3
50,35
0,3
50,43
0,5
70,75
0,9
11,07
1,1
51,15
1,1
51,15
1,1
51,15 0,91 0,65 0,65 0,65 0,65 0,65
9 Jarak0,3
50,35
0,3
80,54
0,7
30,92
1,0
91,1 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
10 Terong0,3
50,35
0,3
50,42
0,5
70,71
0,8
50,98 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
14. Etc UmumNilai Etc Umum
Etc umum = kc x Eto umum
= kc x 54,005
15. Tabel Etc Umum
No.Jenis
Tanaman
Dasarian
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Sweet Corn 18,90 18,90 28,08 48,06 59,40 59,40 59,40 54,00
2 Peas 18,90 18,90 31,32 39,96 54,005 59,40 59,40 59,40 59,40
3 Melon 18,90 18,90 21,06 27,54 37,26 46,98 51,30 51,30 51,30
4 Barley 18,90 31,32 32,40 46,98 59,40 59,40 59,40 59,40 59,40
5 Peanut 18,90 18,90 21,06 28,08 37,80 48,60 54,005 54,005 54,005
6 Cucumber 18,90 18,90 19,98 27,00 35,64 44,28 48,60 48,60 48,60
7 Grain 18,90 18,90 25,92 39,42 52,92 59,40 59,40 59,40 59,40
8 Cotton 18,90 18,90 18,90 23,22 30,78 40,50 49,14 57,78 62,10
9 Jarak 18,90 18,90 20,52 29,16 39,42 49,68 58,86 59,40 59,40
10 Terong 18,90 18,90 18,90 22,68 30,78 38,34 45,90 52,92 54,005
X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX
1
2 54,005
3 51,30 35,10 35,10
4 13,50 13,50 13,50
5 54,005 28,08 28,08 28,08
6 48,60 48,60
7 59,40 59,40 16,20 16,20 16,20 16,20
8 62,10 62,10 62,10 62,10 62,10 49,14 35,10 35,10 35,10 35,10 35,10
9 59,40 59,40 59,40 59,40 27,00 27,00 27,00 27,00 27,00
10 54,005 54,005 54,005 54,005 54,005
B. PEMBAHASAN
Pola tanam merupakan suatu susunan urutan periode tanam dari satu atau
beberapa jenis tanaman semusim dalam suatu periode waktu. Penentuan pola tanam
menentukan keberhasilan panen. Umumnya penentuan pola tanam didasarkan pada
ketersediaan lengas dan kesesuaian daerah. Faktor yang mempengaruhi kesesuaian
daerah adalah kesesuaian tanah dan kesesuaian iklim. Ketersediaan lengas dan
kesesuaian lahan saling mempengaruhi satu sama lain, misalnya menanam padi. Padi
membutuhkan jumlah yang relatif banyak. Sehingga kemampuan tanah dalam
menyimpan air (lengas) harus tinggi. Padi dapat tumbuh dengan baik pada daerah
rendah dengan tanah yang subur dan iklim yang relatif panas.
Indonesia memiliki bulan kering 3 - 6 bulan dan dua musim, yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Waktu yang baik untuk memulai bercocok tanam adalah pada
musim hujan karena tersedianya kebutuhan air untuk tanaman. Berdasarkan data curah
hujan 75%, musim hujan dimulai pada bulan Oktober dasarian III dan berakhir pada
bulan Mei dasarian II. Ketersediaan air pada bulan mei dasarian ke II dan oktober
dasarian III paling sedikit karena peraliahan musim hujan ke musim kemarau (musim
pancaroba). Sedangkan ketersediaan air yang paling banyak terjadi pada bulan Februari
dasarian I yaitu sebesar 98 mm. Bulan januari mempunyai rata- rata ketersediaan air
yang cukup. Hal ini dibuktikan dengan ketersediaan air lebih dari 75 mm. Kelebihan air
pada musim hujan ini ditampung baik secara alami (disimpan dalam tanah oleh
pepohonan) maupun secara buatan (pembuatan waduk) untuk memenuhi kebutuhan
irigasi yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada musim kemarau
(irigasi sebagai substitusi). Hasil dari data curah hujan, bulan mei dasarian III hingga
oktober dasarian II termasuk dalam bulan kering.
Sepuluh jenis tanaman yang dipilih antara lain adalah Jarak (Cartorbeans), sweet
corn, cotton, egg plant, cucumber, grain, melons, peanuts, peas, barley. Kesepuluh jenis
tanaman ini dipilih karena dilihat dari beberapa faktor, yaitu adanya kesamaan pada
Jarak dan tanaman Kapas yang mana keduanya tergolong tanaman tahunan. Golongan
tanaman ini tidak memerlukan banyak air dan penambahan pupuk dikarenakan
memiliki perakaran yang panjang sehingga mudah menyerap dan mencari air. Selain itu
struktur batang yang berkayu dan menjulang tinggi kedua tanaman ini dapat menangui
tanaman dibawahnya sehingga evapotranspirasi yang terjadi pada lebih sedikit.
Pada jagung manis, terong, mentimun, grain, melon, kacang tanah, kacang
polong, dan barley merupakan tanaman semusim sehingga kebutuhan airnya yang
berbeda-beda. Adapun tanaman tersebut ditumpang sarikan dengan tanaman tahunan
dikarenakan dapat memanfaatkan lahan karena pada tanaman tahunan memiliki jarak
tanam yang cukup jauh. Tanaman tahunan dapat pula dijadikan naungan seperti
dikatakan pada paragraf sebelumnya. Jagung manis dan grain termasuk pada tanaman
yang mana memiliki periode tanam yang hampir sama, yaitu sekitar 3-4 bulan.
Sehingga keduanya dapat ditumpang sarikan dengan tanaman terong, melon, dll.
Terong, mentimun, dan melon merupakan tanaman hortikultura yang mana
penanganan yang hampir sama, dari awal tanam hingga pasca panen. Pemilihan
tanaman ini diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih dalam memecahakan
masalah perubahan iklim yang tidak menentu. Kacang tanah (peanuts) dan kacang
polong (peas) dipilih karena keduanya berasal dari satu famili yaitu kacang-kacangan
(leguminoceae) sehingga persamaan kebutuhan air, dan unsur hara dapat memudahkan
dalam menentukan periode tanam.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tumpang sari adalah bercocok tanam
dengan menanam dua jenis tanaman atau lebih secara serentak dng membentuk barisan-
barisan lurus untuk tanaman yg ditanam secara berseling pd satu bidang tanah.
Tumpang sari merupakan sistem penanaman tanaman secara barisan di antara tanaman
semusim dengan tanaman tahuanan. Tumpang sari ditunjukan untuk memanfaatkan
lingkungan sebaik-baiknya agar diperoleh produksi yang maksimum. Sistem tumpang
sari dapat dapat di atur berdasarkan sifat-sifat perakaran dan waktu penanaman.
Pengaturan sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghidarkan persaingan
unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang dalam dapat di
tumpang sarikan dengan tanaman yang berakar dangkal. Tanaman monocotyl yang
bisanya memiliki perakaran yang dangkal karena berasal dari akar seminal dan akar
buku.sedangkan tanaman dikotil pada umumnya memiliki perakaran yang dalam karena
memiliki akar tunggang. Dalam pengaturan penanaman sistem pertania tumpang sari
dilihat dari sifat-sifat perakarannya dapat di pandang dari perakarannya. Contoh pada
tanaman jagung di tumpang sarikan dengan jeruk manis, karena jagung termasuk jenis
tanaman yang memiliki perakaran dangkal sedangkan jeruk manis termasuk tanaman
jenis perakaran dalam maka keduanya tidak akan mengalami gangguan dalam
penyerapan unsur-unsur hara yang terdapat didalam tanah.
Perlu diingat bahwa sistem pertanian tumpang sari selalu terdapat persaingan di
atas (oksigen, CO2, suhu, kelembaban dan cahaya matahari) dan persaingan di bawah
(unsur hara dan air). Sehingga perlu di atur sedemikian rupa agar tidak terlalu
menggangu perkembangan tanaman yang di kukan tumpang sari. Tumpang sari juga
dapat di lakukan antara tanaman semusim dengan tanaman semusim lainya, misalnya
antara kacang-kacangan dengan jagung. Jagung menghendaki nitrogen yang tinggi
sedangkan kacang-kacangan tidak terlalu terganggu pertumbuhanya karena sediki
terlindung oleh jagung. Kekurangan nintogen oleh jagung juga dapat terpenuhi oleh
kacang-kacangan, karena kacang-kacangan dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas.
Tumpang sari (intercropping) menjamin keberhasilan pertanaman yang terganggu
akibat iklim yang tidak menentu dan faktor-faktor lainnya (serangga, hama serta
fluktuasi harga). Selain itu dengan pola ini, distribusi tenaga kerja bisa berlangsung
dengan baik sehingga sangat berguna untuk daerah yang pada tenaga, luas lahannya
terbatas, kepemilikan modal untuk membeli sarana produksi yang terbatas.
Tumpang gilir (relay cropping) adalah cara bercocok tanam dimana satu bidang
lahan ditanami dengan dua atau lebih jenis tanaman dengan pengaturan waktu panen
dan tanam. Pada system ini, tanaman kedua ditanam menjelang panen tanaman musim
pertama. Contohnya adalah tumpang gilir antara tanaman jagung yang ditanam pada
awal musim hujan dan kacang tanah yang ditanam beberapa minggu sebelum panen
jagung.
Pola tanam yang dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk memperoleh keuntungan maksimum.
Faktor –faktor tersebut dapat berupa :
1. Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya
pengolahan tanah dapat ditekan dan kerusakan tanah sebgai akibat terlalu sering
diolah dapat dihindari.
2. Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan
meningkatkan produktivitas lahan.
3. Pola tanam dengan cara tumpang gilir dapat mencegah serangan hama dan
penyakit yang meluas.
4. Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya
erosi.
5. Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau.
Pola tanam direncanakan pada bulan yang memiliki curah hujan tinggi, hal ini
dapat dilihat pada grafik. Ketersediaan air sangat memadai pada bulan November
dasarian III hingga bulan Maret dasarian III. Pada bulan Januari dasarian I hingga bulan
Februari dasarian III memiliki ketersediaan air paling besar. Pada bulan Mei dasarian
III hingga bulan Oktober dasarian II persediaan air sangat minimum karena tidak ada
curah hujan. Jika ingin menanam pada bulan – bulan mei hingga oktober, harus
dirancang pembangunan irigasi yang memadai.
Setiap tanaman memiliki jumlah dasarian yang berbeda-beda sehingga waktu
tanam dan waktu pemanenan juga sangat berbeda. Tanaman kapas memiliki jumlah
dasarian terbanyak yaitu berjumlah 20. Kebutuhan air tanaman kapas tergolong tinggi.
Tanaman ini cocok ditanam pada bulan Oktober dasarian II dan panen pada bulan April
dasarian III. Walaupun diawal bulan oktober selama dua dasarian tanaman ini
kekurangan air. Sehingga diperlukan irigasi atau pengairan. Melon dapat ditanam pada
bulan November dasarian I dan panen pada maret dasarian I. Tanaman melon dan
barley memiliki jumlah dasarian sebanyak 12. Kebutuhan air tanaman melon tergolong
sedang. Melon dapat ditanam pada bulan November dasarian I dan panen pada februari
dasarian II. Kebutuhan air tanaman barley tergolong sedang. Barley dapat ditanam pada
bulan November dasarian III dan panen pada maret dasarian II. Tanaman terong (egg
plant) memiliki jumlah dasarian sebanyak 14. Terong dapat ditanam pada bulan
November dasarian I dan panen pada Maret dasarian II. Cucumber atau mentimun
memiliki 11 dasarian. Tanaman ini dapat ditanam pada bulan November dasarian II dan
panen pada maret dasarian III. Tanaman sweet corn dan peas memiliki dasarian
sebanyak 10. Sweet corn dapat ditanam pada bulan November dasarian II dan panen
pada februari dasarian II. Kebutuhan air tanaman peas tergolong sedang. Peas dapat
ditanam pada bulan November dasarian II dan panen pada februari dasarian II.
Tanaman kacang tanah (Peanuts) memiliki dasarian sebanyak 13. Kebutuhan air
tanaman kacang tanah tergolong sedang. Tanaman ini dapat ditanam pada bulan Januari
dasarian I dan panen pada Mei dasarian I. Disisi lain, tanaman ini dapat ditanam pada
bulan November dasarian II dan panen pada bulan Maret dasarian II. Grain memiliki
dasarian sebanyak 15. Tanaman ini cocok ditanam pada bulan November dasarian I dan
panen pada bulan April dasarian I, selain itu karena tanaman ini dapat juga ditanam
pada Januari dasarian I hingga panen pada bulan Mei dasarian II. Tanaman Jarak
memiliki 18 dasarian. Kebutuhan airnya sedang. Tanaman ini dapat ditanam pada
November dasarian I dan panen pada bulan April dasarian III.
Kebutuhan air untuk tanaman sangat tergantung dari besarnya curah hujan rata-
rata dengan evapotranspirasi. Jika semakin kecil curah hujan rata-rata bulanan, maka
semakin besar pula penguapan. Maka kebutuhan air untuk tanaman akan semakin besar.
Dengan demikian meskipun pada bulan tertentu menunjukkan kebutuhan air tanaman
terpenuhi oleh curah hujan sangat tinggi tetapi jika diiringi evapotranspirasi yang tinggi
tanaman akan mengalami kematian. Dari hasil menginterpretasikan sepuluh jenis
tanaman diperoleh pola tanam yang hampir sama karena tanaman yang dipilih
merupakan jenis tanaman mesofit, dimana memiliki tingkat kebutuhan air yang sedang.
Histogram dasarian tanaman dicocokkan dengan histogram PCH 75%.
Kemudian dicari tanaman apa saja yang dapat di tumpang sarikan dan di tumpang
gilirkan. Curah hujan yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk menanam dengan metode
tumpang sari. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman
pada lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman. Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya
ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit. Beberapa tanaman
yang dapat ditumpang sarikan adalah :
Melon, Peanuts dan Sweet corn.
Ketiga tanaman ini memiliki dasarian yang berbeda. Peanut mempunyai
dasarian yang lebih banyak dibandingkan yang lain yaitu 13. Peanut ditanam pada
bulan November dasarian II dan panen pada bulan Maret dasarian II. Kelebihan air
yang ada dapat digunakan untuk menanam sweet corn pada bulan Desember
dasarian III sampai dapat dipanen pada bulan Januari dasarian II. Pada tanaman
Melon kebutuhan air hampir sama dengan peanuts, sehingga memudahkan dalam
pemberian air.
Cucumber dan Grain
Grain memiliki dasarian lebih banyak dibanding dengan cucumber yaitu
sebanyak 15 dasarian. Ketersedian air yang lebih pada periode tanam cucumber
jatuh pada bulan Januari dasarian II sampai Februari dasarian III. Sehingga dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air pada grain.
Barley dan Cucumber
Barley memiliki dasarian yang lebih banyak dibandingkan dengan Cucumber
yaitu sebanyak 12 dasarian. Ketersedian air yang lebih terjadi pada bulan Januari
dasarian I sampai februari dasarian II, sehingga dapat digunakan oleh tanamann
Barley.
Sistem tanam tumpangsari mempunyai banyak keuntungan yang tidak dimiliki
pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara lain:
1. Terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan
sinar matahari).
2. Populasi tanaman dapat diatur sesuai yang dikehendaki
3. Dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas
4. Tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang
diusahakan gagal,
5. Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga
dengan menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian
sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
Selain pola tanam tumpangsari, juga ada pola tanam yang lain yaitu pola
tanam gilir, maksudnya setelah selesai menanam satu jenis tanaman langsung
dilanjutkan dengan menanam jenis tanaman yang lain. Pola tanam bergilir
dimaksudkan agar tanah tidak kehabisan nutrient- nutrien tertentu, hama tidak
berkembang biak menjadi koloni yang besar dan curah hujan yang ada dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Beberapa tanaman yang dapat
ditumpang gilirkan adalah :
Grain dengan Jarak/Cotton
Grain ditanam pada bulan Januari dasarian I hingga panen pada bulan Mei
dasarian II. Kemudian dilanjutkan menanam Jarak atau Cotton pada bulan Mei
dasarian II hingga panen pada bulan November dasarian II pada jarak dan
Desember dasarian I.
V. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan:
1. Data curah hujan bermanfaat dalam menetukan pola tanam tumbuhan, dengan begitu
dapat diketahui kapan saatnya kebutuhan air tanaman dipenuhi oleh curah hujan yang
tersedia.
2. Dari data curah hujan diketahui curah hujan meningkat pada bulan November dan
menurun pada bulan April, sehingga penanaman tanaman sebaiknya dilakukan pada
bulan tersebut.
3. Dari sepuluh tanaman tersebut, pasangan yang paling cocok ditumpang sarikan adalah
Melon, Peanuts dan Sweet corn. Cucumber dan Grain. Barley dan Cucumber
4. Pasangan tanaman yang cocok untuk ditumpang gilirkan aalah tanaman Grain dengan
Jarak/Cotton.
5. Pada dasarnya seluruh tanaman baik ditanam dengan sistem tumpang sarikan karena
kebutuhan akan air tercukupi semaksimal mungkin. Karena sebagian besar tanaman
memiliki periode tanam yang hampir sama, yaitu pada bulan November hingga April.
DAFTAR PUSTAKA
Gunadi, R. 1997. Ketinggian Tempat Berpengaruh Terhadap Perkembangan Anasir Cuaca.
Jurnal Perlindungan Tanaman 3 (2): 93-99.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Prawirowardoyo, Susilo. 1996. Metodologi. ITB Bandung: Bandung.
Sitompul, S. M., W. C. H. Van Hoof., Bambang G., Jody M., dan Soetono. 1980. Pengaruh
waktu tanam jagung terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah dan jagung
dalam sistem tumpang sari. Agrivita III (1): 1-13.
Tjarjono, B. 1995. Klimatologi Umum. ITB Bandung: Bandung.
Wisnubroto, S. 1999. Meteorologi Pertanian Indonesia. Mitra Gama Widya. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan nomor rangking yang dicari
F = 100 m
n + 1
F = 75%
n = 10 tahun
maka :
75 = 100 m
10 + 1
100 m = 825
m = 8,25
Perhitungan CH 75% tiap dasarian tiap bulan
= dengan x = 8,25
1) Januari
Dasarian I : =
y = 98,25 mm
Dasarian II : =
y = 73,75 mm
Dasarian III : =
y = 85,25 mm
2) Februari
Dasarian I : =
y = 100,5 mm
Dasarian II : =
y = 64,75 mm
Dasarian III : =
y = 85,25 mm
3) Maret
Dasarian I : =
y = 29 mm
Dasarian II : =
y = 52,25 mm
Dasarian III : =
y = 64,25 mm
4) April
Dasarian I : =
y = 19,5 mm
Dasarian II : =
y = 41,25 mm
Dasarian III : =
y = 25,5 mm
5) Mei
Dasarian I : =
y = 4 mm
Dasarian II : =
y = 1,75 mm
Dasarian III : =
y = 0 mm
6) Juni
Dasarian I : =
y = 0 mm
Dasarian II : =
y = 0 mm
Dasarian III : =
y = 0 mm
7) Juli
Dasarian I : =
y = 0 mm
Dasarian II : =
y = 0 mm
Dasarian III : =
y = 0 mm
8) Agustus
Dasarian I : =
y = 0 mm
Dasarian II : =
y = 0 mm
Dasarian III : =
y = 0 mm
9) September
Dasarian I : =
y = 0 mm
Dasarian II : =
y = 0 mm
Dasarian III : =
y = 0 mm
10) Oktober
Dasarian I : =
y = 0 mm
Dasarian II : =
y = 0 mm
Dasarian III : =
y = 0,75 mm
11) November
Dasarian I : =
y = 7,75 mm
Dasarian II : =
y = 16,25 mm
Dasarian III : =
y = 50,5 mm
12) Desember
Dasarian I : =
y = 32,75 mm
Dasarian II : =
y = 52 mm
Dasarian III : =
y = 17 mm
Perhitungan P
1) P Januari : =
P = 0,284
2) P Februari : =
P = 0,28
3) P Maret : =
P = 0,28
4) P April : =
P = 0,27
5) P Mei : =
P = 0,266
6) P Juni : =
P = 0,266
7) P Juli : =
P = 0,266
8) P Agustus : =
P = 0,27
9) P September : =
P = 0,27
10) P Oktober : =
P = 0,28
11) P November : =
P = 0,28
12) P Desember : =
P = 0,284
Perhitungan F
F= P(0,46 T + 8)
1) Januari
F
2) Februari
F
= 5,71
3) Maret
F
4) April
F
5) Mei
F
6) Juni
F
7) Juli
F
8) Agustus
F
9) September
F
10) Oktober
F
11) November
F
12) Desember
F
Eto BC Bulanan dan Eto Dasarian
Bulan Eto BC Bulanan Eto BC Dasarian
Januari 3,9 x31=120 , 9 120 ,93
=40 , 3
Februari 3 ,75x 28=105 1053
=35
Maret 3,8 x31=117 , 8 117 ,83
=39 , 27
April 4,5 x 30=135 1353
=45
Mei 3,7 x31=114 ,7 114 ,73
=38 , 23
Juni 4 ,15 x 30=124 ,5 124 , 53
=41 , 8
Juli 4,8 x 31=148 , 8 148 , 83
=49 , 6
Agustus 5 x31=155155
3=51 ,67
September 3,8 x30=114 1143
=38
Oktober 4 , 75 x 31=147 , 25 147 ,253
=49 , 08
November 4 ,75 x 30=142 ,5 142 ,53
=47 ,5
Desember 3,9 x 31=120 ,9 120 ,93
=40 , 3
Hasil Perhitungan Eto Penmann
Bulan Eto P Harian
Januari Eto P = - 1,133 + (1,525 x 3,9) = 4,81
Februari Eto P = - 1,133 + (1,525 x 3,75) = 4,58
Maret Eto P = - 1,133 + (1,525 x 3,7) = 4,51
April Eto P = - 1,133 + (1,525 x 4,5) = 5,72
Mei Eto P = - 1,133 + (1,525 x 3,8) = 4,66
Juni Eto P = - 1,133 + (1,525 x 4,15) = 5,19
Juli Eto P = - 1,133 + (1,525 x 4,8) = 6,18
Agustus Eto P = - 1,133 + (1,525 x 5) = 6,49
September Eto P = - 1,133 + (1,525 x 3,8) = 4,66
Oktober Eto P = - 1,133 + (1,525 x 4,75) = 6,11
November Eto P = - 1,133 + (1,525 x 4,75) = 6,11
Desember Eto P = - 1,133 + (1,525 x 3,9) = 4,81
Eto P Bulanan dan Eto Dasarian
Bulan Eto P Bulanan Eto P Dasarian
Januari 4 ,81 x 31=149 ,24 149 ,243
=49 ,74
Februari 4 ,58 x 28=128 ,40 128 , 403
=42 , 80
Maret 4 ,51 x31=139 ,81 139 , 813
=46 , 60
April 5 ,72 x 30=171 ,88 171 , 883
=57 , 29
Mei 4 ,66 x31=144 ,52 144 ,523
=48 , 17
Juni 5 , 19 x 30=155 ,87 155 ,873
=51 ,95
Juli 6 ,18 x 31=191 , 79 191 ,793
=63 , 93
Agustus 6 , 49 x31=201 ,25 201 ,253
=67 ,08
September 4 , 66 x30=139 , 43 139 , 433
=46 , 62
Oktober 6 , 11 x31=189, 43 189 ,433
=63 ,14
November 6 ,11 x30=183 ,32 183 ,323
=61 ,1
Desember 4 ,81 x 31=149 ,24 149 ,243
=49 ,74
Eto umum = Jumlah Eto P bulanan
36=1944,18
36=54,005
T BRAAK
Ketinggian(h) : 137 m 1.37 hm
BULAN TMAX TMIN T RERATA
JANUARI30.8-0.0062(1.37)
=30.7915
23.3-0.0054(1.37)
=23.2926
30.7915+23.2926/2
= 27.0420
FEBRUARI30.7-0.0061(1.37)
=30.6915
23.3-0.0054(1.37)
=23.2927
30.6915+23.2927/2
=29.9921
MARET31.1-0.0062(1.37)
=31.0915
23.3-0.0054(1.37)
=23.2926
31.0915+23.2926/2
=27.1920
APRIL31.4-0.0061(1.37)
=31.3916
22.9-0.0052(1.37)
=22.8928
31.3916+22.8926/2
=27.1422
MEI31.4-0.0061(1.37)
=31.3916
22.9-0.0051(1.37)
=22.8930
31.3916+22.8930/2
=27.1423
JUNI31.2-0.0061(1.37)
=31.1916
22.7-0.0051(1.37)
=22.6930
31.1916+22.6930/2
=26.9423
JULI 31.1-0.0061(1.37) 21.6-0.0051(1.37) 31.0916+21.5930/2
=31.0916 =21.5930 =26.3423
AGUSTUS31.5-0.0061(1.37)
=31.4916
22.0-0.0052(1.37)
=21.9928
31.4916+21.9928/2
=26.7422
SEPTEMBER32.0-0.0062(1.37)
=31.9915
22.3-0.0054(1.37)
=22.2926
31.9915+22.2926/2
=27.1420
OKTOBER32.2-0.0064(1.37)
=32.1912
22.8-0.0055(1.37)
=22.7924
32.1912+22.7924/2
=27.4918
NOVEMBER32.2-0.0064(1.37)
=32.1912
22.8-0.0055(1.37)
=22.7924
32.1912+22.7924/2
=27.4918
DESEMBER31.0-0.0062(1.37)
=30.9915
23.3-0.0054(1.37)
=23.2926
30.9915+23.2926/2
=27.1420