library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2012-2... · web viewkonsep hasil...

44
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian o Perancangan : Mengatur atau menata sesuatu dengan keinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia III:815) Proses, cara, perbuatan merancang (Departemen Pendidikan Nasional 927) Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian, 1994:108) o Kawasan Daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan pengelompokan fungsional kegiatan tertentu, seperti kawasan industri, kawasan perdagangan, dan kawasan rekreasi. Wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.(Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 26 Tahun 2007) 11

Upload: others

Post on 28-Mar-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

o Perancangan :

Mengatur atau menata sesuatu dengan keinginan (Kamus Besar Bahasa

Indonesia III:815)

Proses, cara, perbuatan merancang (Departemen Pendidikan Nasional 927)

Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-

hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian, 1994:108)

o Kawasan

Daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau berdasarkan pengelompokan

fungsional kegiatan tertentu, seperti kawasan industri, kawasan

perdagangan, dan kawasan rekreasi.

Wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.(Undang-

Undang Republik Indonesia Nomer 26 Tahun 2007)

o Permukiman

Permukiman memiliki dua arti, antara lain: (De Van Der Zee Tahun 1979)

- Proses dengan cara apa orang bertempat tinggal menetap dalam suatu

wilayah.

- Hasil atau akibat dari proses tersebut.

Permukiman merupakan suatu kawasan perumahan lengkap dengan

prasarana lingkungan, prasarana umum, dan fasilitas sosial yang

11

Page 2: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

12

mengandung keterpaduan kepentingan dan keselarasan pemanfaatan sebagai

lingkungan kehidupan. (Soedarsono dalam Ridho, 2001:19)

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,

baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman, Bab I, pasal 1(5)). Permukiman yang dimaksudkan dalam

undang-undang ini mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang

didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat

tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat

kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan, sehingga

fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.

(Kumurur, 206)

o Sustainable Urban Drainage Systems (SUDS)

Filosofi yang digunakan di seluruh dunia untuk membantu mengurangi

aliran air berlebih berupa penyebaran ke daerah-daerah yang tidak

diinginkan. Tujuan utama dari filosofi SUDS adalah untuk membuat

limpasan air, untuk membersihkan air dari setiap polutan dan untuk

mendorong keterlibatan masyarakat. Ketika anggota masyarakat setempat

berpartisipasi dalam melaksanakan dan mengelola solusi pengairan,

meningkatkan kemungkinan bahwa anggota masyarakat akan mengurus

sistem pengelolaan air tersebut, membuat solusi lebih sukses dalam jangka

panjang (SUDS: Background, 2005)

Page 3: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

13

SUDS, atau Sustainable Urban Drainage Systems adalah urutan praktek

pengelolaan air (mengurangi penyebab polusi, pengurangan kegiatan

pencemaran, pengurangan bahan pencemar, dan sebagainya) dan fasilitas

(filter air, parit infiltrasi, terasering buatan, penyimpanan bawah tanah,

taman basah, dan kolam) yang dirancang untuk mengalirkan air permukaan

dengan cara memberikan pendekatan yang lebih berkelanjutan daripada apa

yang telah menjadi praktik konvensional melalui pipa ke anak sungai.

(Scottish Environmental Protection Agency http://www.sepa.org.uk)

Sistem, biasanya pada drainase perkotaan, untuk menghindari banjir

setempat maupun kawasan, degradasi maupun polusi lingkungan,

meminimalisir penggunaan sumber daya, dan untuk beradaptasi terhadap

permasalahan di masa depan yang belum diketahui. (Butler

and Parkinson, Water Science and Technology 35)

o Srengseng

Kelurahan Srengseng, Kembangan memiliki kode pos 11630 Kelurahan ini

terletak di kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Kelurahan ini memiliki

penduduk sebesar 42.616 jiwa dan luas 492 km2. Kelurahan ini berbatasan

dengan Kelurahan Meruya Utara di sebelah utara, Kelurahan Joglo &

Kelurahan Meruya Selatan di sebelah barat, Kelurahan Kelapa Dua di

sebelah timur dan Kelurahan Ulujami di sebelah selatan.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Srengseng,_Kembangan,_Jakarta_Barat)

o Jakarta Barat

Salah satu dari 5 kota administrasi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Jakarta Barat secara administratif terbagi menjadi 8 kecamatan dan

56 kelurahan.

Page 4: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

14

(http://id.wikipedia.org/wiki/Jakarta_Barat)

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka judul tugas akhir “Perancangan

Kawasan Permukiman Melalui Pendekatan Sustainable Urban Drainage

Systems di Srengseng Jakarta Barat” adalah sebagai berikut:

Perancangan daerah permukiman dengan berbagai sarana dan prasarana untuk

mencapai keberlanjutan dengan pendekatan dari segi sistem drainase di

Srengseng, Jakarta Barat.

2.2 Landasan Umum

Dalam penyusunan Laporan Penelitian ini akan ada beberapa landasan

tinjauan umum. Di bawah ini adalah pemaparan landasan-landasan teori

tersebut.

2.2.1 Urban atau Perkotaan

Urban (kawasan perkotaan) memiliki artinya sebagai wilayah yang

mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan

jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Menurut Jane Jacobs (1961), kawasan perkotaan hendaknya memiliki

beberapa prinsip arsitektural dalam skala makro. Jika tidak maka akan timbul

masalah yang cenderung buruk dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab jika

ukuran sebuah kota dan wilayahnya tidak disusun dengan menciptakan ruang-

ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih

besar  berdasarkan hirarki-hirarki tertentu, maka kualitas identitas masyarakat

perkotaan terhadap tempat dan lingkungannya akan menurun. ( Jacobs, Jane.

Death and Life of Great American Cities. New York. 1961)

Page 5: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

15

Berdasarkan uraian Gordon Cullen dalam buku The Concise Townscape,

disimpulkan tiga hal, yaitu:

1. Suatu lingkungan perkotaan tersusun melalui dua cara. Yang pertama, kota

disusun sebagai objek dari luar perencana sebagai subjek. Yang kedua, kota

yang sudah disusun kemudian diisi oleh aktivitas-aktivitas penghidup.

Keduanya merupakan suatu kesinambungan yang saling melengkapi. Peran

townscape disini adalah sebagai pembentuk kota yang menjadi struktur dan

mendukung aktivitas manusia tersebut.

2. Penataan perkotaan harus bisa memberikan rasa nyaman pada masyarakat

yang menempatinya. Lingkungan perkotaan banyak mempengaruhi

perkembangan masyarakatnya secara psikologis maupun fisik. Oleh karena

itu, art of environment perlu ditekankan dalam urban design.

3. Dalam penataan suatu perkotaan harus memperhatikan logika dalam

lingkungan atlas. Hal ini berkaitan dengan dimensi fisik geometri dan

dimensi waktu. (Cullen, Gordon. 1961. The Concise Townscape. London:

Architectural Press)

2.2.2 Permukiman

Permukiman memiliki dua arti, antara lain: (De Van Der Zee dalam

Ritohardoyo, 2006:6)

- Proses dengan cara apa orang bertempat tinggal menetap dalam suatu

wilayah.

- Hasil atau akibat dari proses tersebut.

Menurut Soedarsono dalam Ridho (2001:19) permukiman merupakan

suatu kawasan perumahan lengkap dengan prasarana lingkungan, prasarana

Page 6: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

16

umum, dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan kepentingan dan

keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan

tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman, Bab I, pasal 1(5)). Permukiman yang dimaksudkan dalam

undang-undang ini mempunyai lingkup tertentu yaitu kawasan yang

didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat

tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan tempat kerja

terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan, sehingga fungsi

permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna. (Kumurur, 206)

Menurut Constantinos A. Doxiadis (1968:21-35), ada lima elemen dasar

permukiman, yaitu:

1. Nature (alam) yang bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah dan

difungsikan semaksimal mungkin

2. Man (manusia) baik individu maupun kelompok

3. Society (masyarakat) bukan hanya kehidupan individu yang ada, tapi juga

hubungan sosial masyarakat

4. Shells (rumah) atau bangunan dimana didalamnya tinggal manusia dengan

fungsinya masing-masing

5. Networks (jaringan atau sarana prasarana) yaitu jaringan yang mendukung

fungsi permukiman baik alami maupun buatan manusia, seperti jalan

lingkungan, pengadaan air bersih, listrik, drainase, dan lain-lain.

Page 7: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

17

Adapun kriteria untuk mencapai suatu permukiman ideal (Nasrullah A.,

Perencanaan Prasarana Dasar Permukiman, 2012:9), yaitu:

1. Lokasi yang sedemikian rupa sehingga tidak terganggu oleh kegiatan lain

seperti pabrik yang umumnya dapat memberikan dampak pada pencemaran

udara atau pencemaran lingkungan lainnya

2. Mempunyai akses terhadap pusat-pusat pelayanan seperti pelayanan

pendidikan, kesehatan, perdagangan, dan lain-lain

3. Mempunyai fasilitas drainase, yang dapat mengalirkan air hujan dengan

cepat dan tidak sampai menimbulkan genangan air walaupun hujan yang

lebat sekalipun

4. Mempunyai fasilitas penyediaan air bersih, berupa jaringan distribusi yang

siap untuk disalurkan ke masing-masing rumah

5. Dilengkapi dengan fasilitas air kotor/tinja yang dapat dibuat dengan sistem

individual yaitu tanki septik dan lapangan rembesan, ataupun tanki septik

komunal

6. Permukiman harus dilayani oleh fasilitas pembuangan sampah secara teratur

agar lingkungan permukiman tetap nyaman

7. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain bagi anak-anak,

lapangan atau taman, tempat beribadah, pendidikan dan kesehatan sesuai

dengan skala besarnya permukiman itu

8. Dilayani oleh jaringan listrik dan telepon.

Pemukiman Kumuh

Definisi permukiman kumuh menurut UU no. 4 pasal 22 tahun 1992

tentang perumahan dan permukiman, dimana permukiman kumuh adalah

permukiman yang tidak laya huni antara lain karena beradaa pada lahan yang

Page 8: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

18

tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan bangunan yang

sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan

penyakit lingkungan, kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani

prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan keberlangsungan

kehidupan dan penghuninya.

Pemukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan hunian atau

komunitas (Masrun, 2009) dimana permukiman kumuh tersebut dapat

dijabarkan sebagai lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan

kualitas atau memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi, maupun sosial

budaya, yang tidak mungkin dicapainya kehidupan yang layak bagi

penghuninya, bahkan dapat pula dikatakan bahwa penghuninya benar-benar

dalam lingkungan yang sangat membahayakan kehidupannya.

Penyebab utama tumbuhnya permukiman kumuh menurut Khomarudin

(1997) ialah sebagai berikut:

1. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah,

2. Sulit mencari pekerjaan

3. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah

4. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan

1. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta

disiplin warga yang rendah

2. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.

Menurut Arawinda Nawagamuwa dan Nils Viking (2003:3-5) penyebab

adanya permukiman kumuh adalah:

Page 9: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

19

1. Karakter bangunan yaitu umur bangunan yang sudah terlalu tua, tidak

terorganisasi, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi yang tidak memenuhi

syarat

2. Karakter lingkungan yaitu tidak ada open space (ruang terbuka hijau) dan

tidak tersedia fasilitas untuk rekreasi keluarga, kepadatan penduduk yang

tinggi, sarana prasarana yang tidak terencana dengan baik.

Ciri-ciri kampung atau permukiman kumuh menurut Sinulingga (2005)

terdiri dari:

1. Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/Ha. Pendapat para ahli

perkotaan menyatakan bahwa apabila kepadatan suatu kawasan telah

mencapai 80 jiwa/Ha maka timbul masalah akibat kepadatan ini, antara

perumahan yang dibangun tidak mungkin lagi memiliki persyaratan

fisiologis, psikologis dan perlindungan terhadap penyakit

2. Jalan-jalan sempit dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, karena

sempitnya, kadang-kadang jalan ini sudah tersembunyi dibalik atap-atap

rumah yang sudah bersinggungan satu sama lain

3. Fasilitas drainase sangat tidak memadai, dan malahan biasa terdapat jalan-

jalan tanpa drainase, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan mudah

akan tergenang oleh air

4. Fasilitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim sekali. Ada diantaranya

yang langsung membuang tinjanya ke saluran yang dekat dengan rumah.

5. Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim, memanfaatkan air sumur

dangkal, air hujan atau membeli secara kalengan.

6. Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umunya

tidak permanen dan malahan banyak sangat darurat.

Page 10: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

20

7. Pemilikan hak atas lahan sering legal, artinya status tanahnya masih

merupakan tanah negara dan para pemilik tidak memiliki status apa-apa.

Menurut Johan Silas, adapun karakteristik permukiman kumuh ialah

sebagai berikut:

1. Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-

rata 6 m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak

terlayani karena tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan

permukiman yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit

mendapatkannya.

2. Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat

mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas

keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat permukiman

disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah

kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi. Hampir setiap orang

tanpa syarat yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan

membayar apapun, selalu dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk

masyarakat “residu” seperti residivis, WTS dan lain-lain.

Permukiman kumuh dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan proses

terjadinya (Sutanto, 1995), yakni:

1. Kumuh bangunan (created): daerah hunian masyarakat ekonomi rendah

dengan ciri fisik seperti bangunan mudah dipindah, dibangun dengan bahan

seadanya, sebagian besar dibangun sendiri oleh penghuni (kumuh sejak

awal)

2. Kumuh turunan (generated): memiliki ciri fisik seperti rumah-rumah yang

semula dibangun dengan ijin pada bagian kota yang lama kondisinya

Page 11: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

21

semakin memburuk, desa lama yang terkepung oleh pemekaran kota yang

cepat, bangunan dan prasarana merosot oleh kurangnya pemeliharaan

3. Kumuh dalam proyek perumahan (in project housing): memiliki ciri sebagai

berikut: kelompok proyek perumahan yang disediakan oleh badan

pemerintah bagi masyarakat ekonomi rendah, rumah-rumah diperluas

sendiri oleh penghuni dengan pemeliharaan sangat jelek yang

mengakibatkan kemerosotan jasa prasarana.

Perkembangan dan pertumbuhan permukiman kumuh ini disebabkan oleh

beberapa faktor yang menurut Constantinos A. Doxiadis (1968) sebagai

berikut:

1. Growth of density (pertambahan penduduk)

Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan

adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru.

Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri.

Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di

kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan

permukiman.

2. Urbanization (Urbanisasi)

Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi

desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanisasi yang

bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat

kota, tentu saja memiliki untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota.

Hal ini juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di

kawasan pusat kota.

Page 12: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

22

2.3 Landasan Khusus

Pada sub-bab landasan khusus akan membahas tentang variabel-variabel

yang dipergunakan dalam penelitian ini seperti dijabarkan di bawah ini.

2.3.1 Sustainable Urban Neighborhood

Sustainable Urban Neighborhood adalah skala kecil kawasan perkotaan

(kelurahan atau kecamatan) yang terdiri dari sosial, ekonomi dan lingkungan

berkelanjutan. Istilah "SUN" adalah berkelanjutan yang berkaitan dengan umur

yang panjang (untuk generasi yang akan datang) dan mengurangi dampak

lingkungan, perkotaan yang berkaitan dengan lokasi dan karakter fisik, dan

lingkungan merupakan kesejahteraan sosial dan ekonomi daerah.

Sebuah lingkungan yang berkelanjutan adalah daerah digunakan

dicampur dengan perasaan masyarakat. Ini adalah tempat di mana orang ingin

hidup dan bekerja, sekarang dan di masa depan. Lingkungan yang

berkelanjutan memenuhi beragam kebutuhan penduduk yang ada dan masa

depan, peka terhadap lingkungan mereka, dan memberikan kontribusi kepada

kualitas hidup yang tinggi. Mereka aman dan inklusif, terencana, dibangun dan

dikelola, dan kesetaraan kesempatan dan menawarkan pelayanan yang baik

untuk semua. (Bristol Accord, 6-7 Desember 2005).

Perencanaan kawasan berkelanjutan bertujuan untuk mencapai jangka

panjang secara sosial, lingkungan dan ekonomi masyarakat layak dengan

berfokus pada:

Page 13: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

23

Gambar 2.1 Diagram Sustainable Urban NeighborhoodsSumber: http://gulagbound.com/ diakses pada 25 Maret 2013

o Governance: Baik dikelola dengan lingkungan yang efektif dan inklusif,

representasi partisipasi dan kepemimpinan

o Transport and mobility: Terhubung dengan baik masyarakat dengan

layanan transportasi yang baik dan komunikasi yang menghubungkan warga

ke tempat kerja mereka dan pelayanan (kesehatan, pendidikan, rekreasi,

komersial area dll)

o Environment: Memberikan kesempatan bagi orang untuk hidup dengan cara

yang ramah lingkungan (konsumsi energi rendah atau bangunan pasif,

limbah diminimalkan, daur ulang, penggunaan bahan yang ramah alam dan

lingkungan, dll meminimalkan konsumsi air) dan menikmati lingkungan

yang bersih dan aman

o Economy: Sebuah ekonomi lokal berkembang dan hidup.

o Services: Ketersediaan sarana dan prasarana publik, masyarakat swasta, dan

layanan sukarela yang dapat diakses oleh semua warga.

o Equity: Adil bagi penduduk masing-masing dan untuk generasi sekarang

dan mendatang baik (rumah yang layak dengan harga yang orang mampu,

Page 14: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

24

layanan terjangkau untuk semua, ruang terbuka publik yang dapat diakses

oleh semua)

o Diversity: Menciptakan komunitas sosial kohesif dan beragam melalui

gabungan kategori sosial (campuran jenis perumahan dan kesempatan kerja,

kegiatan masyarakat bersama oleh semua) dan campuran generasi.

o Mixed used: Sebagai perbedaan penting ke daerah-daerah pinggiran kota

yang ada yang sering dikategorikan (menjaga daerah pemukiman terpisah

dari tempat industri dan komersial), lingkungan yang berkelanjutan

menawarkan campuran fungsi (hidup, bekerja, memanfaatkan area rekreasi

dan komersial)

o Identity: Aktif, inklusif dan aman dengan budaya lokal yang kuat dan

kegiatan masyarakat bersama, memberikan rasa masyarakat dan milik warga

banyak yang mencari. Oleh karena itu, setiap kawasan membutuhkan pusat

yang jelas (tempat di mana warga dapat menemukan toko-toko, sosial dan

budaya dll kegiatan)

o Citizens and residents participation, cooperation and involvement:

Partisipasi warga negara dan penduduk, kerjasama dan keterlibatan

Warga perlu berinteraksi dan terlibat dalam penciptaan lingkungan mereka

dan mereka harus memiliki suara dalam perjalanan komunitas mereka

dikelola. Melakukan lebih, mereka membentuk dukungan untuk kegiatan

yang lebih luas, menyediakan banyak layanan sosial yang menghubungkan

orang satu sama lain, sehingga menimbulkan rasa komunitas.

2.3.2 Sustainable Urban Drainage System

Istilah sistem drainase berkelanjutan belum memiliki istilah umum yang

disepakati bersama. Di Inggris sistem ini dikenal dengan nama sustainable

Page 15: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

25

urban drainage system (SUDS), sementara pendekatan pengelolaan air hujan

ini di Amerika dikenal dan dikategorikan dalam low impact development (LID)

atau best management practise (BMP). Di Australia dikenal dengan water

sensitive urban design (WUDS) dan beberapa negara maju lain menamakannya

integrated catchment planning dan ecological stormwater management.

(Andah dan Iwugo, 2002; Stahre 2005; Spillett dan rekan, 2005; DTI Global

Watch Mission, 2006)

Sustainable Urban Drainage Systems merupakan suatu sistem yang

terdiri dari satu atau lebih struktur yang dibangun untuk mengelola limpasan

permukaan air. SUDS sering digunakan dalam perancangan tapak untuk

mencegah banjir dan polusi. SUDS didukung oleh berbagai struktur terbangun

untuk mengontrol limpasan air. Adapun empat metode umum yang biasa

dilaksanakan, yakni: terasering buatan, saluran filtrasi, permukaan berdaya

serap, kolam dan lahan basah. Pengontrol tersebut haruslah ditempatkan

sedekat mungkin dengan sumber air limpasan, untuk memperlambat kecepatan

aliran air sehingga dapat mencegah banjir dan erosi. (CIRIA, 2000)

Pada sistem drainase konvensional, fungsi drainase ialah sebagai media

pembuangan air di permukaan secara langsung dan cepat ke sungai. Metode ini

menimbulkan berbagai permasalahan karena perbedaan siklus dengan metode

alami. Sedangkan pada SUDS, sistem drainase mneyerupai siklus alami.

Sistem drainase konvensional dengan sistem drainase yang berkelanjutan

memiliki perbedaan seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.3

dn 2.4

Page 16: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

26

Tabel 2.1 Drainase Konvensional dan Sustainable Urban Drainage SystemsDrainase Konvensional

Konsep Hasil

Pembuangan air di permukaan tanah secepatnya ke sungai atau drainase

Luapan volume air yang melebihi kemampuan tampung sungai

Berkurangnya kemungkinan air untuk meresap ke dalam tanah

Penurunan ketinggian tanahSustainable Urban Drainage System

Konsep Hasil

Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi lain

Sungai tidak meluap sehingga tidak menimbulkan banjir

Persediaan air tanah terus ada dan kualitas air yang baik

Dapat disesuaikan dengan kebutuhan komunitas lokal dan menghemat biaya

Ekosistem dapat tetap seimbangSumber: Maryono dan Ciria C522

Gambar 2.2 Sistem Drainase KonvensionalSumber : Maximising The Potential For People And Wildlife Sustainable Drainage Systems

Page 17: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

27

Gambar 2.3 Sustainable Urban Drainage SystemsSumber : Maximising The Potential For People And Wildlife Sustainable Drainage Systems

Adapun beberapa tahapan yang harus dilaksanakan dalam upaya

menciptakan suatu drainase yang berkelanjutan yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tahapan Pelaksanaan SUDS

Pencegahan Penataan tapak dengan penghilangkan tanah dan permukaan keras

lainnya untuk mengurangi menurunnya kualitas air. Penggunaan

desain untuk mencegah air terpolusi memasuki sistem. Skala:

bangunan individual.

Pengelolaan

Sumber

Pengelolaan air limpasan di atau mendekati sumber dengan

menggunakan permukaan berpori, green roof¸ rain garden, dan

filtrasi. Menggabungkan fitur rain-harvesting dengan bak

penanampungan. Skala: bangunan individual

Pengelolaan

Tapak

Pengelolaan jalur limpasan dari sumber menggunakan kolam

penampungan, terasering maupun permukaan berpori. Skala: area

permukiman kecil atau pengembangan komersil

Pengelolaan

Regional

Mengelola dan menyimpan air terbersih yang didapat dari limpasa.

Skala: permukiman besar, beberapa tapak yang dapat digabungkan

sebagai “skala masyarakat”. Merupakan tahap akhir dari pengelolaan

dan setiap air yang dikeluarkan tidak terkena polusi dan dialirkan

melalui sungai maupun drainase lainnya. Idealnya, air yang

dikeluarkan harus meningkatkan kualitas air sungai.

Fitur Mobilitas Merupakan media pengaliran air kesetiap tahapan pengelolaan.

Media tersebut terletak diatas permukaan tanah, seperti selokan dan

saluran untuk memaksimalkan keuntungan ekosistem.

Sumber : Andy Graham, John Day, Bob Bray and Sally Mackenzie

Page 18: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

28

Adapun manfaat dari penerapan SUDS ke dalam kawasan perkotaan

sebagai berikut:

1. Kualitas air: Memberikan kontribusi terhadap resapan air tanah melalui

infiltrasi, meningkatkan kualitas air permukaan, melindungi kualitas

limpasan sungai dan danau dari pencemaran

2. Memenuhi persyaratan air bersih: Sumber kontrol mengurangi limpasan

tercampur polutan memasuki badan air

3. Pengendalian banjir: Mengurangi frekuensi & keparahan banjir, mengurangi

volume aliran puncak & kecepatan

4. Perlindungan habitat: Melindungi habitat sungai, melindungi pohon daerah

& vegetasi, mengurangi beban sedimen terkikis mengalir ke sungai & danau

5. Nilai masyarakat: Meningkatkan estetika dan kesempatan rekreasi,

meningkatkan nilai tanah dengan memiliki lingkungan yang bersih

6. Nilai ekonomi: Mengurangi biaya pembuatan infrastruktur drainase,

meningkatkan nilai jual tanah, mengurangi waktu dan biaya penerapan

program konservasi lingkungan.

Gambar 2.4 Hubungan Ruang Terbuka dengan Resapan TanahSumber : In Stream Corridor Restoration: Principles, Processes, and Practices (1998:10)

Page 19: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

29

Penerapan sustainable urban drainage systems memerlukan beberapa

media yang harus diterapkan ke dalam perancangan, sebagai berikut:

1. Terasering buatan

Merupakan permukaan yang ditutupi oleh vegetasi sehingga air dapat

meresap ke dalam tanah selama proses pengaliran. Saluran ini biasanya

terintegrasi dengan ruang terbuka maupun tepi jalan.

Gambar 2.5 Model Terasering BuatanSumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual

2. Saluran filtrasi

Merupakan media di atas permukaan tanah dimana di bawahnya terdapat

material yang mampu menyimpan air. Air yang melewati permukaan

berdaya serap ini mengisi ruang-ruang kosong di bawah permukaannya.

Gambar 2.6 Model Saluran Filtrasi Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual

3. Permukaan berdaya serap

Media ini mengalirkan air langsung ke dalam bawah tanah dan tidak

memperbolehkan adanya air di permukaan tanah kecuali dalam keadaan

hujan deras.

Page 20: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

30

Gambar 2.7 Potongan Permukaan Berdaya Serap Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual

4. Kolam dan lahan basah

Merupakan kolam buatan sebagai tempat penampungan air sementara untuk

mengontrol kuantitas dan kualitas air buangan dan air untuk resapan tanah,

serta bermanfaat sebagai habitat akuatik.

Gambar 2.8 Kontruksi Kolam dan Lahan Basah untuk SUDS Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual

2.3.3 Water Conservation – Water Efficiency

Page 21: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

31

Menurut Sitanala Arsyad (2006), konservasi air adalah penggunaan air

hujan seefisien mungkin untuk pertanian, menjaga aliran agar tidak terjadi

banjir yang dapat merusak dan terdapat cukup air pada waktu kemarau.

Sedangkan efisiensi air merupakan suatu upaya menggunakan air berlebihan

dengan cara melakukan pengukuran kebutuhan air yang diperlukan untuk suatu

kegiatan secara spesifik. Konservasi dan efisiensi air saling terkait dalam

penciptaan kawasan yang berkelanjutan.

Tujuan konservasi air menurut Hemle (2005), ialah:

1. Keseimbangan: menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan,

pengurangan air segar dari sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai

penggantian alamiahnya

2. Penghematan energy: pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan

air limbah mengkonsumsi energi besar.

3. Konservasi habitat: penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk

membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar

lokal dan penerimaan migrasi aliran air, termasuk usaha-usaha baru

pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air lain (pemeliharaan yang

lama).

Metode konservasi air yakni sebagai berikut: (Arsyad, 2006)

1. Metode vegetatif: pengelolaan lahan miring menggunakan tanaman untuk

menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah

2. Metode mekanik: pengelolaan lahan dengan menggunakan sarana fisik

seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi

3. Metode kimia: pemanfaatan soil conditioner dalam hal memperbaiki

struktur tanah sehingga tetap resistensi terhadap erosi.

Page 22: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

32

Adapun beberapa teknologi untuk konservasi air sesuai dengan jurnal

Teknologi Konservasi Lahan Kering yang ditulis oleh Subagyono, et al yaitu:

1. Water harvesting: tindakan untuk menampung air hujan dan aliran

permukaan untuk disalurkan ke tempat penampungan sementara dan atau

permanen yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk mengairi tanaman

yang diusahakan pada saat diperlukan

2. Saluran peresapan: berfungsi untuk menampung air aliran permukaan dan

meningkatkan daya resap air ke dalam tanah. Kelebihan dari teknologi ini

adalah dapat memberikan peluang air untuk meresap lebih dalam ke dalam

tanah.

3. Rorak: lubang atau penampungan yang dibuat memotong lereng, berukuran

kecil sampai sedang, dibuat di bidang olah atau di saluran peresapan untuk:

a. menampung dan meresapkan air aliran permukaan ke dalam tanah

b. memperlambat laju aliran permukaan

c. pengumpul sedimen yang memudahkan untuk mengembalikannya ke

tanah

d. jika dibangun pada saluran peresapan akan meningkatkan efektivitas

saluran peresapan tersebut.

Umumnya rorak dibuat berukuran 1-2m x 0.25-0.50m x 0.2-0.3m dengan

jarak antar rorak dalam satu garis kontur sekitar 2-3m.

4. Mulsa vertikal (slot mulch): bangunan yang merupai rorak yang dibuat

memotong lereng dengan ukuran yang lebih panjang dari rorak. Ukuran

mulsa vertikal sekitar 0.4-0.6m x 0.3-0.5m dengan jarak sekitar 3-5m.

Page 23: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

33

5. Embung: bangunan yang sengaja dibangun dan berfungsi sebagai tempat

resapan yang akan mempertinggi kandungan air tanah. Tujuannya ialah

untuk menyediakan air di musim kemarau.

Water Efficiency

Efisiensi air merupakan suatu upaya menggunakan air berlebihan dengan

cara melakukan pengukuran kebutuhan air yang diperlukan untuk suatu

kegiatan secara spesifik.

2.4 Studi Banding

Pada sub-bab ini akan membahas mengenai proyek-proyek sustainable

urban drainage systems yang telah berhasil diterapkan di berbagai negara.

Di Belanda, kota Leidsche Rijn, SUDS diterapkan pada suatu kawasan

permukiman yang dahulunya merupakan area agrikultural yang telah

mengalami penurunan kualitas dan kuantitas air tanah. Konsep dari Stormwater

management system tersebut berupa pengaliran air limpasan ke kanal yang

kemudian dialirkan ke danau sebagai resapan air tanah, sarana rekreasi dan

habitat akuatik menggunakan sistem drainase tertutup agar tidak

terkontaminasi polutan. Tingkat keberhasilannya yaitu siklus air dilakukan

terus menerus dari area rendah ke atas sehingga dapat mencegah timbulnya

sumber penyakit, bau, dan tercampur polusi, serta menjadi sumber air yang

dapat dimanfaatkan kembali.

Di Singapura, SUDS ini memanfaatkan 2/3 dari keseluruhan permukaan

sebagai media penangkapan air hujan yang bertujuan untuk melindungi sumber

daya air, pengolahan air minum yang aman dengan cara hemat biaya,

Page 24: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

34

meminimalkan pemborosan dalam penyediaan air bersih, konservasi air, dan

menutup lingkaran air untuk mencegah terkontaminasi bakteri dan polusi.

Di kota Stuttgart, Jerman, pada kawasan campuran Prismanürnberg

penggunaan stormwater management untuk meningkatkan kualitas dalam

ruang , kehidupan dan area bekerja di kawasan padat penduduk. Hasilnya ialah

Ppda musim panas, tanaman dan penghawaan alami menurunkan suhu udara

lebih rendah 3oc. Ventilasi-ventilasi yang dibuka pada malam hari

mendinginkan kawasan baik luar maupun dalam ruangan.

Di 10th @ Hoyt Apartments, Protland, USA, Penggunaan stormwater

management sebagai fitur desain tapak dan kemudahan aksesibilitas tapak

berhasil meningkatkan citra kawasan dengan menghadirkan sesuatu yang

berbeda. Selain itu, dengan SUDS tersebut berhasil mengurangi air limpasan

hujan, area solid dan polusi udara yang memberikan dampak positif pada

permasalahan kota Portland yaitu drainase yang telah berlebih dan

menyebabkan genangan air pada saat hujan.

Kesimpulan yang didapatkan ialah seiring dengan perkembangan jaman,

teknologi untuk meningkatkan sistem perairan dan kualitas air telah

berkembang. Teknologi-teknologi tersebut sangat penting karena perubahan

siklus air adalah dampak dari pertumbuhan perkotaan dimana penerapan

teknologi tersebut harus dipertimbangkan secara skala lokal, perkotaan, dan

regional.

Tabel 2.3 menunjukkan rangkuman dari hasil studi banding yang telah

dilakukan seperti dibawah ini.

Page 25: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

35

Page 26: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

36

Page 27: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

37

Page 28: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

38

2.5 Hipotesa

Berdasarkan dari uraian pada latar belakang, tinjauan pustaka, dan teori-

teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kerangka pikir pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Page 29: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

39

Gambar 2.9 Kerangka Pikir PenelitianSumber: Data Olahan Pribadi., 2013

TUJUANMengetahui dan merancang fungsi bangunan beserta

lingkungannya yang dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan ruang dan aktivitas agar dapat memberikan rasa nyaman serta me menuhi

persyaratan suatu sustainable urban neighborhood.

PERMASALAHAN

Bagaimana caranya memperbaiki kondisi pemukiman kumuh dan bantaran

kali Pesanggrahan di Srengseng sehingga perancangan kawasan dapat

berperan dengan baik, bersih, dan sehat terhadap lingkungan dan

masyarakat sekitar?

Bagaimana penerapan konsep sustainable urban neighborhood dan

sustainable urban drainage systems sehingga dapat menyelesaikan

permasalahan tersebut?

Apa wujud pengaplikasian konsep dan metode tersebut ke dalam

perancangan lingkungan dengan keterkaitannya terhadap bangunan?

PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

Studi literaturLandasan teori

KONSEP PERANCANGAN

Pembahasan dan hasil dari pendekatan pemecahan permasalahan

PERANCANGAN

TINJAUAN UMUMUrbanPermukiman

Permukiman Kumuh

TINJAUAN KHUSUS

SUNSUDSWater Conservation –

EfficiencySTUDI BANDING

Studi LapanganStudi Pustaka

SKEMATIK DESAIN

JUDUL TUGAS AKHIRPERANCANGAN KAWASAN PERMUKIMAN MELALUI

PENDEKATAN SUSTAINABLE URBAN DRAINAGE SYSTEMS`DI SRENGSENG JAKARTA BARAT

LATAR BELAKANG MASALAHMenurunnya kualitas kehidupan dapat ditandai dengan menurunnya kualitas air

karena air merupakan salah satu fungsi utama kehidupan manusia. Berbagai sektor kehidupan lain seperti pemenuhan kebutuhan hidup, kesehatan, dan

ekonomi bergantung kepada kualitas air yang dipergunakan.

FEEDBACK

Page 30: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2... · Web viewKonsep Hasil Pengelolaan dan pemanfaatan air sebagai resapan ke dalam tanah dan pemanfaatan fungsi

40

Terhadap gambar kerangka pikir penelitian di atas, maka alur pikir yang

akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah sebagai

berikut: Pertama, terlebih dahulu meneliti permasalahan yang terjadi di lokasi

penelitian yang kemudian dibuat menjadi formulasi masalah. Langkah

selanjutnya yang akan diteliti yaitu menetapkan tujuan dari penelitian. Setelah

itu, mengumpulkan data-data yang kemudian akan digunakan sebagai

pendekatan pemecahan permasalahan.

Selanjutnya, dari uraian latar belakang, tinjauan pustaka, dan gambar

kerangka pikir penelitian di atas, maka dalam penelitian ini akan didapatkan

suatu hipotesa sebagai berikut:

Pendekatan melalui sustainable urban drainage systems dapat dilakukan

sebagai upaya untuk memperbaiki permukiman kumuh di Srengseng, Jakarta

Barat.