seraphineester.files.wordpress.com€¦ · web viewdi dalam disiplin ilmu fisioterapi yang juga...
TRANSCRIPT
MAKALAH
BIOMEKANIK PADA SHOULDER, WRIST, BACK CERVICAL, LUMBAL,
HIP, KNEE DAN ANKLE
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHU NILAI TUGASA MATA KULIAH FISIOTERAPI
ERGONOMI DAN HIPERKES
DIBUAT OLEH :
Winona Boentoro
201266048
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS FISIOTERAPI
JAKARTA
2014
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia tidak pernah terlepas dari gerak. Gerak yang
dilakukan manusia dilakukan saat pertama kali kehidupan dimulai sampai saat kehidupan
berakhir.
Di dalam disiplin ilmu fisioterapi yang juga berfungsi mempelajari mengenai
gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan manusia juga mempelajari cara
mengembalikan gerak dan fungsi tersebut apabila mengalami gangguan. Ilmu yang
mempelajari hal tersebut adalah biomekanika, salah satu ilmu dari biomekanik yang
mempelajari system tubuh bergerak tanpa memperhitungkan penyebabnya, sedangkan
bimekanik sendiri adalah studi tentang struktur dan fungsi biologis melalui metoda
mekanika, yaitu gaya dan pengaruhnya.
Biomekanik dipilah menjadi : biokinetika yang mempelajari system tubuh
bergerak tanpa memperhitungkan penyebab ; biostatika yang mempelajari system
biologis dalam keadaan diamdengan mempelajari gaya yg menimbulkan keseimbangan ;
biodinamika yang mempelajari biologis hubungannya antara pusat masa dan gaya
penyebabnya. Kepentingan biomekanika dalam fisioterapi yaitu untuk menganalisis gaya
ketika orang diam dalam keseimbangan dan gaya orang bergerak.
Pada penulisan makalah ini, penulis akan memaparkan biomekanik pada shoulder,
wrist, back cervical, lumbal, hip, knee dan ankle. Semoga dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :
1. Bgaimana system biomekanik pada shoulder, wrist, back cervical, lumbal, hip,
knee, dan ankle?
2. Jelaskan otot-otot apa saja yang bekerja pada system tersebut, cidera yang
umumnya terjadi, dan cara intervensi fisioterapinya.
1
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah ;
1. Membahas system biomekanik pada shoulder, back cervical, wrist, lumbal,
hip, knee dan ankle.
2. Menjelaskan otot-otot yang bekerja pada system tersebut, cidera yang sering
terjadi, dan penanganan fisioterapi pada system yang bersangkutan.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini dibedakan menjadi :
a. Bagi penulis : mengetahui lebih dalam mengenai biomekanik dan cidera
yang mungkin terjadi.
b. Bagi masyarakat : mengetahui system gerak pada manusia
1.5 Metodologi Penulisan
Dalam penulisan kali ini penulis mengumpulkan data dari buku dan internet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem biomekanik
a. Shoulder complex
Glenohumeral system
Posisi/sikap dan gerak yang terjadi pada sendi glenohumeralis selalu berkaitan
dengan seluruh sub system dalam scapulohumeral system.
Glenohumeral joint
Ball and socked joint yang dibentuk oleh glenoid cavity yang
cekung menghadap ke lateral, serong cranioventral dengan caput
humeri yang berbentuk cembung.
Memiliki 3 derajat kebebasan gerak dalam 3 bidang gerak dan 3
sumbu utama yaitu : sumbu transversal yang mengontrol gerak
fleksi-ekstensi dalam bidang sagital ; sumbu anterior-posterior yang
mengontrol gerak abduksi-adduksi dalam bidang frontal ; sumbu
vertical yang mengontrol gerak fleksi-ekstensi dalam bidang
horizontal pada posisi lengan abduksi 90o
Gerak fisiologis fleksi-ekstensi ROM. Flx : 180o bersamaan rotasi
axial, Ext : 30-45o stretched end feel dan gerak osteokinamatik yang
utama berupa spin.
Suprahumeral joint
Bukan sendi yang sebenarnya, tapi merupakan celah antara
acromion pada bagian atas dan head of humeri bagian bawah.
Terdapat bursa subdeltoidea atau subacromialis dan rotator cuff
muscle yang terdiri dari : m. scapularis, m. supraspinatus, m.
infraspinatus, dan long head biceps (biceps caput longum).
Pada saat abduksi-elevasi terjadi benturan antara head oh humeri
dengan acromion, dan diantisipasi dengan humerus external rotation
atau scapular abduction.
3
Scapulothoracal system - Acromioclavicular joint
Merupakan plane joint dimana acromion konkaf menghadap ke
medial dan clavicular konveks. Gerakan yang dijumpai adalah elevasi
– depresi dan protaksi – elevasi.
Karena yang bergerak acromion yang permukaannya konkaf maka
gerak arthokinematiknya mengikuti gerak osteokinematik, yaitu saat
elevasi terjadi translasi acromion ke cranial dan saat depresi terjadi
translasi acromion ke caudal.
Pada saat protaksi juga terjadi translasi acromion ke ventral dan
saaat retraksi terjadi translasi acromion ke dorsal. Gerak
arthokinematiik : traksi selalu kearah lateral searah acromion ditarik.
Sternoclavicular joint
Jenis sendi saddle joint dimana clavicula konkaf kearah
anteroposterior dan konveks kearah craniocaudal.
Gerak fisiologis seperti ACJ, sesuai gerak osteokinematicnya, saat
elevasi – depresi terdapat unsure arthokinematik caudal translasi –
cranial translasi, dan saat protaksi – retraksi terdapat unsure
arthokinematik ventral – dorsal translasi. Gerak arthokinematik traksi
selalu searah demgam tarikan sepanjang axis clavicula.
Scapulothoracal joint
Merupakan pertemuan antara scapula dengan dinding thorax yang
dibatasi oleh m.subcapular & m. serratus anterior, dan
dipertahankan oleh otot-otot trapezius, rhomboideus major-minor,
serratus anterior, levator scapula, seta SC Joint merupakan tempat
bertumpunya extremitas atas terhadap tubuh. Gerak pada
scapulothoracal yaitu elevasi – depresi sesuai dengan translasinya, dan
abduksi – adduksi sesuai dengan translasinya. Gerak arthokinematic :
traksi gerak scapula menjauh terhadap dinding thorax.
Intervertebral joint
Sendi interverebral yang ikut terlibat dalam cervical bawah (C6-7-
Th1) dan thoracal atas (Th1-2-3-4) dimana saat gerak bahu flexion
4
atau abdudtion penuh terjadi rotation kearah ipsilateral dan lateral
flexion juga kontralateral. Tinjauan osteo- dan arthro kinematic nya
dibahas dalam Cervical- dan thoracal-spine.
Costovertebral
Costa 1 – 2 – 3 – 4 secara bertahap mengikuti gerak lengan seperti
pada intervertebral joint dengan winging dan rotation. Gerak osteo-
dan arthrokinematic nya dibahas dalam thoracal spine.
Scapulohumeral Rhythm
Abduksi – Elevasi shoulder
Selama gerak shoulder abduksi – elevasi dan juga selama fleksi
terjadi gerak osteokinematik yang proposional antara humerus dan
scapula yang disebut scapulohumeral rhythm.
Awal gerak abduksi 0 – 30o ada gerak humerus 30o, posisi scapula
tetap atau bahkan sedikit abduksi.
Range 30o – 60o terjadi gerak proporsional antara abduksi
humerus : scapula sebesar 2 : 1.
Pada abduksi 60o – 120o terjadi humerus external rotation secara
bertahap sebesar 90o karena menghindari benturan acromion dengan
head of humeri, sementara gerak proporsional humerus dan scapula 2
: 1 tetap berlanjut.
Pada abduksi 120o – 180o gerak proporsional tsb tetap. Pada range ini
mulai terjadi gerakan intervertebral dan costae, dan bermakna pada akhir
ROM.
Gerak aktif Ekstensi (dan adduksi) oleh:
M. Latissimus dorsi (n. thoraco dorsal, radiks C6,C7)
M. Teres mayor (n. subscapularis inferior, C5,C6)
M. Deltoideus posterior (n. axilaris, radiks C5,C6)
Abduction
5
Gerak fisiologis Abduction dalam bidang frontal dengan ROM 900
dan end feel elastic harder. Peregangan posterior capsile) Gerak
arthokinematic nya berupa caudal translation
Gerak aktif abduksi dilakukan oleh otot:
M. Deltoid medius (n. axilaris, radiks C5,C6)
M. Supraspinatus (n. subscapularis C5)
Gerak pasif dengan tangan (fisioterapis) pada bidang frontal orang
dewasa ROM Abduksi: 900 hard end feel.
Gerak isometric Terutama gerak abduksi dilakukan dengan
tahanan manual untuk melihat patologi m. Supraspinatus
Internal rotation
Gerak fisiologis Internal rotation dalam bidang tranversal dengan
ROM 900 dan elastic end feel. Dan gerak arthokinematic nya
berupa dorsal translation.
Gerak aktif Internal rotation
M. subscapularis (n. subscapularis superior & inferior, C5,C6)
M. Pectoralis mayor (n. pectoralis medialis & lateralis,C5-8,T1)
M. Latissimus dorsi (n. thoraco dorsal, radiks C6-8)
M. Teres mayor (n. subscapularis inferior, C5,C6)
Gerak pasif dengan tangan (fisioterapis) pada bidang transversal
pada orang dewasa ROM rotasi internal: 900 elastic end feel.
Gerak isometric Gerak rotasi internal dilakukan dengan tahanan
manual untuk melihat patologi m. subscapularis.
Eksternal rotasi
Gerak fisiologis External rotation dalam bidang tranversal dengan
ROM 800 dan elastic end feel serta dengan gerak arthokinematic
nya berupa ventral translation.
Gerak aktif External rotation
M. Infraspinatus (n. suprascapular, C5,C6)
M. Terses minor (n. axilaris, C5)
6
Gerak pasif dengan tangan (fisioterapis) pada bidang transversal
pada orang dewasa ROM rotasi eksternal: 900 elastic end feel.
Gerak isometrik Gerak rotasi eksternal dilakukan dg tahanan
manual utk melihat patologi m. infraspinatus.
b. Wrist
Tersusun dalam kesatuan fungsi yang kompleks, merupakan terminal fungsi
sebagai organ komunikator, sensor maupun motor dengan ROM luas dan bervariasi
serta mudah cidera.
Distal radioulnar joint
Jenis sendi putar, dibentuk oleh distal capitulum ulnae yang convex
dengan radius yg concave. Sendi ini pada lengan bawah diperkuat lig.
interosseus radioulnaris.
Arthrokinematic dan osteokinematic:
Gerak pronasi dan supinasi dengan ROM 800 harder end feel dan
1000 elastic end feel.
Gerak arthrokinematic translasi radius terhadap ulna dengan arah
sama.
MLPP pada posisi antara pronasi dan supinasi, CPP posisi pronasi
penuh
Capsular pattern : Pronasi sama terbatas dengan supinasi.
Radiocarpal joint
Merupakan ovoid joint dimana os radius konkaf menghadap kedistal
sedikit serong kepalmar 50 bersendi dengan carpus yang berbentuk konveks.
Os ulnae dengan carpus tetapi melalui diskus.
Arthrokinematic dan osteokinematic:
Gerakan: Palmar- dan Dorsal Flexion serta Ulnar - dan Radial
Deviation, dgn end feel elastic ulnar deviasi elastic harder.
Yg gerak carpus dgn. permukaan convex → gerak arthrokinematic
nya adalah :
7
traction ossa carpea selalu arah distal searah axis os radii
(serong 150 ),
translation selalu berlawanan arah, yaitu saat palmar
flexion translation ke dorsal dan saat dorsal flexion
translation ke palmar. Saat ulnar deviation translation ke
radial dan saat radial deviation translation ke ulnar.
MLPP pada posisi sedikit palmar flexion (50) dan ulnar deviation
(50).
CPP pada posisi dorsal flexion penuh.
Capsular pattern : Extension lebih terbatas dari pada flexion
Intercarpal Joint
Scapoideum, lunatum dan triquetrum merupakan sendi datar yang
dihubungkan dengan lig. interosseum kurang kuat dan merupakan deretan
proximal dari Mid carpal.
Deretan distal terdiri atas trapezium, trapezoideum, capitatum dan
hamatum yang dihubungkan oleh lig. interosseum secara kuat. Antara kedua
deretan ini membentuk sendi Mid carpal.
Arthokinematik dan Osteokinematik :
Gerak fisiologis dalam klinis merupakan gerak geser antar
tulang intercarpalia. Pada mid carpal ternyata memiliki ROM
yang besar, dimana pada saat gerak palmar- dan dorsal flexion
penuh terjadi gerak 300
MLPP posisi netral dan CPP posisi dorsal flexion.
Carpometacarpal Joint ( CMC I)
Jenis Saddle joint dibentuk oleh trapeziometacarpal I
Arthokinematik dan Osteokinematik :
Gerakan flexion / extension = 45-50°/0/0°
dan abduction/adduction = 60-70°/0/30°.
Traction selalu kearah distal. Translation untuk
flexion/extension searah dengan gerakannya sedangkan
abduction berlawanan arah dengan gerakannya.
8
MLPP pada posisi tengah dan CPP pada posisi opposition.
Capsular pattern adalah abduction dan extension sama terbatas.
CMC II – III – IV – V
Sendi CMC II, III, dan IV merupakan sendi datar, sedang CMC V merupakan
sendi saddle.
Arthokinematik dan Osteokinematik :
CMC III paling stabil dan CMC V paling mobile yaitu flexion
100, extension 100 dg beberapa derajat abduction pronation,
dimana dalam klinis membentuk arcus.
Metacarpophalangeal ( MCP ) Joint I – II – III – IV – V
Merupakan sendi condylair dg caput metacarpal biconvex.
Arthrokinematic dan osteokinematic :
Gerakan sendi flexion MCP I, II-V 500, 80-850 extension 00,
30-350 dan abduction-adduction pada posisi netral (00) MCP I,
II-V sebesar 70°/0/30°, 20-30°/0/20-30°.
Basis phalanx merupakan permukaan yang concave, dengan
demikian traction selalu kearah distal sesuai axis longitudinal
phalanx, sedang translation mengikuti gerak palanx yaitu saat
flexion terjadi translation kepalmar dan sebaliknya saat
extension terjadi translation kedorsal.
MLPP posisi semi flexion dan CPP posisi extension penuh.
Capsular pattern flexion lebih terbatas dari extension.
Proximal dan distal interphalangeal
Merupakan sendi hinge dengan ujung proximal konveks dan distal konkaf.
Arthokinematik & osteokinematic :
ROM flexion/extension bervariasi (lihat anatomi terapan).
Traction selalu kearah distal searah dg axis longitudinal
phalanx dan translation searah geraknya.
MLPP pada posisi semiflexion dan CPP full extension
9
Gerak Wrist, hand, and finger
GERAK PRONASI PASIF
Os radius digerakkan mengelilingi ulna. ROM 850 dg elastic
harder end feel.
GERAK SUPINASI PASIF
Os radius digerakkan mengelilingi ulna
ROM 900 dg elastic end feel
GERAK PALMAR FLEKSI PASIF
Ossa carpea digerakkan palmar flexion thd radius. Ketika
dorsal fleksi, scapoid dan lunatum bergerak 300, os lunatum
bergeser ke dorsal. ROM total 850 dg elastic end feel.
GERAK DORSAL FLEKSI PASIF
Ossa carpea digerakkan dorsal flexion thd radius. Ketika dorsal
fleksi, scapoid dan lunatum bergerak 300 , os capitatum
bergeser ke palmar, Total ROM 850 dg elastic harder end feel
DEVIASI ULNAR PASIF
Ossa carpea digerakkan kearah ulnar deviasi terhadap radius.
ROM 450 dg elastic end feel. Gerak intercarpal bagian
proksimal ke medio-proksimal os capitatum terdorong ke
distal.
DEVIASI RADIAL PASIF
Ossa carpea digerakkan kearah radial deviation terhadap
radius. ROM 150 dg hard end feel. Gerak intercarpal bagian
proksimal ke latero-distal os capitatum terdorong proksimal
PALMAR FLEKSI ISOMETRIK
Flexor carpi radialis m. dan flexor carpi ulnaris m.
Nyeri kemungkinan dari patologi pada tendon flekor tangan
dan jari. (golfer’s elbow)
DORSAL FLEKSI ISOMETRIK
Extensor carpi radialis longus dan brevis ms. dan extensor
carpi ulnaris m.
10
Nyeri kemungkinan dari patologi pada Extensor carpi radialis
longus dan brevis ms. dan extensor carpi ulnaris m. (tennis’s
elbow)
ULNAR DEVIASI ISOMETRIK
Oleh extensor carpi ulnaris m dan extensor carpi ulnaris m.
Rasa nyeri kemungkinan dari patologi pada otot tsb.
RADIAL DEVIASI ISOMETRIK
Oleh Extensor carpi radialis longus dan brevis ms. dan flexor
carpi radialis m. Nyeri kemungkinan dari patologi pada otot
tsb.
REPOSISI PASIF CMC I
Gerak ibu jari menjauhi kelingking. Terbatas dan nyeri
kemungkinan karena capsular pattern CMC I.
OPPOSISI PASIF CMC I
Gerak ibujari kearah kelingking.
EKSTENSI PASIF MCP II-V
Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern MCP.
FLEKSI PASIF MCP II-V
Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern MCP
EKSTENSI PASIF MCP II-V
Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern PIP
bila flexion < extension.
FLEKSI PASIF PIP II-V
Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern PIP
EKSTENSI PASIF DIP II-V
Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern DIP
bila flexion < extension.
FLEKSI PASIF DIP II-V
Nyeri dan terbatas kemungkinan karena capsular pattern DIP
ISOMETRIC MCP I EXTENSION.
11
Nyeri kemungkinan dari patologi pada Extensor pollicis longus
dan brevis ms.
ISOMETRIC MCP FLEXION
Nyeri kemungkinan dari patologi pada flexor pollicis m.
ISOMETRIC MCP I ABDUCTION
Nyeri kemungkinan dari patologi pada Abductor pollicis
longus dan brevis
ISOMETRIC MCP I ADDUCTION
Nyeri kemungkinan dari patologi pada adductor pollicis longus
dan brevis
ABDUKSI ISOMETRIK JARI II-III
Nyeri kemungkinan dari patologi pada abductor jari II-III
ABDUKSI ISOMETRIK JARI III-IV
Nyeri kemungkinan dari patologi pada abductor jari III-IV
ABDUKSI ISOMETRIK JARI V
Nyeri kemungkinan dari patologi pada abductor jari III-IV
ADDUKSI ISOMETRIK JARI V
Nyeri kemungkinan dari patologi pada adductor jari V
ADDUKSI ISOMETRIK JARI IV
Nyeri kemungkinan dari patologi pada adductor jari IV
ADDUKSI ISOMETRIK JARI II
Nyeri kemungkinan dari patologi pada adductor jari II
c. Back cervical
Cervical – spine merupakan bagian yang kompleks dari tibuh, maka pemeriksaan
dan pengelolaan yang akurat dilakukan dengan hati-hati secara sistematis. Gangguan
gerak dan fungsi cervical sering berkaitan dengan temporo mandibular joint, shoulder
complex, upper thoracal joint dan upper costae.
Patologi yang dijumpai dalam cervical spine meliputi trauma, proses inflamasi,
degenerasi, neoplasma dll yg menimbulkan manifestasi gangguan gerak dan fungsi
tertentu.
Cervical Spine
12
Arah facets pd bidang tranversal, ® grk luas kesegala arah.
Gerak leher spesifik secara segmental maupun regional.
Cervical spine mobilitas besar ® stabilitas besar & spesifik.
Dipilah sbg Atlanto occypital (upper), Atlanto axial (mid) dan
intervertebral joint C2-3, s/dC6-7 (lower)
Atlanto occipital joint ( C0 – C1)
Sendi sinovial jenis ovoid yg dibentuk inferior articular face occyput
dan articular face atlas.
Gerak utama fleksi-ekstensi dikenal sbg ‘yes joint’
Peran otot suboccypital sbg anti gravity
Atlanto axial joint (C1-C2)
Mrpk three joint complex
Sendi sinovial jenis sendi putar, dibentuk oleh atlas dan dens dmn
gerak utamanya rotasi kanan-kiri, dikenal sbg ‘No joint’
Penjepitan a. vertebralis kontralat.
C0-C1-C2 penting dlm pengaturan posisi kepala
C2-3, C3-4, C4-5, C5-6, dan C6-7
Grk segala arah, fleksi-ekstensi, fleksi lateral kanan-kiri dan rotasi.
Terdpt Uncovertebral (uncinate) joint bukan mrpk sendi sebenarnya ttp
pertemuan tepi lateral corpus vertebra cervicalis, mengarahkan grk
fleksi-ekstensi
Gerak rotasi-fleksi lateral scr homolateral dan ekstensi → iritasi facet
dan isi foramen.
Otot penggerak tidak spesifik
Facets dan Uncovertebral joint
Mulai dari C2 kebawah membentuk intervertebral joint atau facets,
dimana terletak lebih pada bidang tranversal.
Facets dibentuk oleh inferior articular process dengan superior
articular process vertebra bawahnya, dimana arah permukaan sendi
lebih dalam bidang tranversal sehingga memungkinkan luasnya gerak
leher kesegala arah.
13
Sudut kemiringan dan sudut bukaan facets tiap segment bervariasi,
sehingga memiliki dominasi gerakan yg bervariasi tiap segment.
Uncovertebral (uncinate) joint bukan merupakan sendi yang
sebenarnya tetapi merupakan pertemuan tepi lateral corpus vertebra
cervicalis, yang berkembang dan degenerasi sesuai umur.
Uncovertebral terdapat pada cervical spine saja, juga sebagai
stabilisasi dan mengarahkan gerak segmental sehingga lebih dominan
fleksi-ekstensi.
Muscular
Fungsi utama otot leher utk stabilisai dan menahan kepala, sebagian
besar kearah tipe I atau tonik, sering dijumpai patologi tightness,
contracted and tendomyosis.
Pemendekan atau myosis sering dijumpai sbg penyebab utama,
terutama pada cervico occypital (atas belakang), scalenus m., upper
trapezius m., levator scapulae m. dan sternocleido mastoid m.
Active stability yang dilakukan pada posisi yang benar akan
mengurang iritasi pada facets dan uncovertebral maupun discus,
karena kontraksi yang imbang dan minimal. Otot cervical spine
meliputi :
Bagian Anterior : Sternocleido mastoid m., Longus cervicis m.
(descending, ascending dan longitudinal), Rectus capitis anterior m.,
Superficial band (rectus capitis anterior minor m), Rectus capitis
lateralis m, Scalenus anterior m., Scalenus medius m. dan Scalenus
posterior m.
Bagian Posterior: Rectus capitis major dan minor ms., Obliquus capitis
superior & inferior ms., Cervical tranverso spinalis m., Interspinous
m., Semispinalis capitis & cervicis ms., Tranversus thoracis dan
longissimus thoracis ms., Splenius capitis m. dan splenius cervicis m.,
Levator scapulae m. dan Trapezius m.
Analisis gerak cervical (GERAK AKTIF)
Cervical flexion
14
Kompresi pada anterior pilar (Disc & corpus) dan traksi posterior
pilar.
Pada gerak fleksi dg dagu menyentuh sternum, terjadi pengurangan
lordosis cervical hingga sedikit kifosis.
Disini C5 tidak bergerak.
Ketegangan otot erector spine regio cervical membatasi gerak
fleksi
Extension
Kompresi posterior pilar (facets) membatasi gerak ekstensi disamping
otot depan cervical dan lig. longitudinale anterior dan traksi anterior
pilar.
ROM aktif fleksi-ekstensi 1300
Cervical Left & Right lateral flexion
Secara automatik terjadi gerak rotasi kontralateral dikenal sebagai
couple of movement.
Terjadi compression uncovertebral dan facet sisi homolateral dan
traction sisi kontralateral.
Pembatasan oleh otot cervical dan girdle sisi kontralateral, serta
ligamenta sisi kontralateral.
ROM aktif 450
Cervical Left & Right Rotation
Secara automatik terjadi gerak lateral fleksi kontralateral.
ROM aktif 800 (C1-C2 = 560)
Cervical Protraction - Retraction
Pada gerak protraksi C6-7-Th1 terjadi gerak ekstensi atlanto occypital
(C0-C1). Pada retraksi C6-7-Th1 terjadi gerak fleksi atlanto occypital
(C0-C1).
Gerak Isometrik
Harus hati-hati bila dilakukan pada Cervical spine
Tidak terjadi kontraksi otot secara spesifik, tetapi secara group.
15
Gerak fleksi isometrik untuk grup otot flexor, ekstensi isometrik untuk
grup extensor, rotasi untuk rotator dan fleksi lateral untuk grup lateral
flexor.
Gerak isometric lebih ditujukan untuk Myotome test
Gerak Pasif
Cervical Flexion – Extension :
ROM:
End feel: Fleksi Elastic end feel, bila terdapat ketegangan otot
menjadi springy end feel.
Pada gerak ekstensi hard end feel karena kompersi facets.
Rotasi Cervical :
ROM pasif 800
End feel elastic (tissue stretch)
Provokasi 3 dimension ekstensi :
Yaitu gerak rotasi-fleksi lateral secara homolateral dan ekstensi.
Kompresi facets dan uncovertebral serta penyempitan foramen
intervertebral sisi homolateral. Regangan sisi sebaliknya.
Gapping 3 dimensi fleksi :
Yaitu gerak rotasi homolateral -fleksi lateral kontralateral dan fleksi.
Terjadi gapping (pembukaan/traksi) sisi arah rotasi.
Analisis Provokasi
Compression.
In netral position
Compression pada seluruh komponen pillars.
In flexion
Compression pada corpus dan discus intervertebral
In extension
Compression pada bilateral facets dan penyempitan intervertebral
forament.
In side flexion
16
Compression pada facets dan penyempitan intervertebral forament
secara unilateral sisi homolateral.
Traction : Terjadi peristiwa sebaliknya dari bila compression
Joint play movement
Atlanto occypitalis traksi arah longitudinal, translasi berlawanan arah.
Atlanto axial traksi arah longitudinal, sedangkan C2-3 hingga C6-7
traction dikenal sbg gapping.
Dilakukan dalam segmental test
Gerak Segmental
Segmental provocation& gapping.
Atlanto occipital joint :
Posisi seluruh cervical spine fleksi ditahan kedua tengan jari terjalin,
gerak fleksi-eksteksi cranium
Atlanto axial joint :
Posisi seluruh cervical spine fleksi ditahan kedua tengan jari terjalin
dan eksteksi cranium, gerak rotasi cranium kekanan-kiri.
C2-3, C3-4, C4-5, C5-6, C6-7, C7-Th1.
Dilakukan gapping segmental, yaitu gerak rotasi homolateral - fleksi
lateral kontralateral dan fleksi secara segmental.
d. Lumbal
Beban lumbar spine paling besar, spesifik, terkait dgn pelvic hip complex dan
lower thorac spine. Sikap & gerak dipengaruhi pelvic-hip. Contoh lumbopelvic
rhythm. Mobilitas besar dan spesifik, shg menuntut stabilitas yg besar dan
spesifik.Beban terbesar diterima oleh discus, kemudian facets, ligamenta dan otot.
Thoraco lumbar junction
Merupakan daerah perbatasan fungsi antara lumbar dengan thorac
spine dimana th12 arah superior facet pada bidang frontalis dg gerak
terbatas, sedang arah inferior facet pada bidang sagital gerakan
utamanya flexion-extension yg luas. Pada gerak lumbar spine
17
‘memaksa’ th12 hingga Th10 mengikuti. Pada atlit senam pada daerah
ini dapat mencapai ROM fleksi 550 dan ekstensi 250
Lumbar spine
Vertebra lumbalis lebih besar dan tebal membentuk kurva lordosis
dengan puncak L3-4 sebesar 2–4 cm, menerima beban sangat besar
dalam bentuk kompresi maupun momen.
Stabilitas dan gerakannya ditentukan oleh facets, discus, ligamenta dan
otot disamping corpus itu sendiri
Lumbosacral.
L5-S1 merupakan daerah yg menerima beban sangat berat mengingat
lumbale mempunyai gerak yang luas sementara sacrum rigid.
Akibatnya menerima beban gerakan dan berat badan paling besar pada
lumbale.
Jaringan Spesifik :
Discus pd L5-S1 tekanan terbesar, makin keatas makin berkurang.
Besarnya tekanan ditentukan posisi:
Makin besar posisi fleksi dan rotasi.
Makin kecil posisi tidur terlentang.
Besarnya tekanan ditentukan beban yg diangkat:
Makin jauh dr tubuh makin besar
Disc bulging/HNP mudah terjadi bila fleksi/dgn memutar dan angkat
beban.
Facet regio lumbale paling besar memperoleh tekanan.
Makin bawah makin besar ( Terutama L5 – S1 )
Arthrosis terutama pd L5-S1
Listhesis terutama pd L5-S1/L4-L5
Lumbopelvic rhythm :
Aktifitas posisi berdiri terjadi grk proporsional antara Lumbar spine,
Sacroiliac dan Hip joint.
Fleksi - Ekstensi posisi berdiri
18
Grk mulai dr cervical – thoracal–lumbar spine – sacroiliac –
terakhir hip joint scr proporsional, halus dgn keluasan ROM
penuh.
Lateral fleksi posisi berdiri kaki rapat.
Grk mulai tubuh hingga lumbar condong, pelvis bergeser arah
kontra lateral diikuti SIPS homolateral kearah kranial.
Unilateral fleksi hip posisi berdiri
Grk mulai hip fleksi, pelvis geser arah kontra lateral,
lumbosacral dan lumbale fleksi kmd terjadi grk SIPS
homolateral kearah kaudal.
Analisis Gerak – Gerak Aktif
Fleksi
Pada gerak fleksi posisi berdiri terjadi kontraksi eksentrik -
isometrik otot ekstensor tetapi bila posisi tidur terlentang
terjadi kontraksi isotonik - isometrik otot abdomen. Fleksi juga
dapat dengan menekuk kedua lutut/peluk lutut
Ekstensi
Bila dilakukan pada posisi berdiri, terjadi kontraksi eksentrik –
isometrik otot abdomen. Tetapi bila posisi tidur telungkup
terjadi kontraksi isotonik - isometrik oleh otot erector spine.
ROM aktif fleksi ekstensi 600/0/350
Fleksi lateral
Pada fleksi lateral/rotasi terjadi ‘couple of movement’ (gerak
berpasangan) antar keduanya.
ROM aktif 200/0/200
Rotasi
Merupakan gerak lumbale yang memiliki ROM terkecil.
ROM aktif 500/0/500
Gerak Pasif
Fleksi
ROM 600
19
End feel elastic oleh pembatasan capsuloligamentair dan
erector.
Ekstensi
ROM 350
End feel hard pembatasan oleh kompresi facets
Fleksi lateral
ROM 200
End feel elastic pembatasan oleh capsuloligamentair.
Rotasi
ROM 500
End feel elastic pembatasan oleh capsuloligamentair
Gerak Isometrik
Fleksi
Oleh otot rectus abdominis dibantu transvers dan oblique
abdominis. Dapat dengan gerak ‘sit up’ mengangkat badan
pada posisi terlentang, atau ‘stright leg rising’(SLR)
mengangkat tungkai lurus pada posisi terlentang
Ekstensi
Oleh erector spine pada posisi tidur terlungkup dengan
mengangkat badan atas dan/atau kedua tungkai.
Analisis Provocation test
Compression and traction
Posisi netral
Traksi: Pada posisi duduk tangan bersilang didepan dada, dilakukan
traksi melalui kedua lengan.
Kompresi: pada posisi duduk tekanan pada kedua pundak.
Posisi ekstensi
Traksi/kompresi diatas dilakukan pada posisi ekstensi
Posisi fleksi lateral
Traksi/kompresi diatas dilakukan pada posisi fleksi lateral
Joint play movement
20
Dorongan dengan sisi telapak tangan (pisiforme) atau kedua jari diatas proc
spinosus vertebra lumbale yang di test
Segmental Lumbar Gapping :
Pada posisi tidur miring seperti pada gambar, dilakukan rotasi pasif lumbar
spine akan terjadi gapping lumbar spine sisi homolateral
Sacroiliac joint & symphysis
Mrpk landasan trunki
Posisi pengaruhi trunki
Stabilisas pengaruhi stabilitas dan kekuatan grk trunki
Grk nutasi – kontra nutasi
Posisi dan gerak pelvis
Posisi pelvis mempengaruhi posisi/ sikap trunki
Grk trunki dan grk hip menimbulkan grk pelvis
Posisi trunki mempengaruhi fungsi anggota atas
e. Hip
Struktur tulang pembentuk pelvic :
Os.Illium – Os.Pubis – Os.Ischium – Os.Sacrum – Os.Coccygeus
Merupakan satu rantai tertutup
Sacrum berhubungan dg kolumna vertebralis sbg lumbosacral joint dan
berhubungan dengan pelvis sbg sacroiliac joint, coccygeus berhubungan dg sacrum
sebagai sacrococcygea. Antar pelvis kiri-kanan dihubungkan symphisis pubis dan
berhungan dg anggota gerak bawah sbg hip joint.
Hubungan antara lumbale-pelvis-hip merupakan satuan fungsi kompleks, dmn
dalam fungsi gerak tubuh, ambulasi dan gerak anggota bawah selalu terjadi secara
bersama. Pada gerak fleksi lumbale posisi berdiri selalu diikuti gerak sacroiliaca dan
hip secara proporsional. Demikian pula gerak fleksi panggul ataupun berjalan, gerak
panggul diikuti gerak sacro iliac dan lumbale
SACRO ILIAC JOINT
Bentuk sendi huruf “L“ merupakan jenis : Sendi sinovial dan syndesmosis.
Permukaan sacrum konkaf.
21
Ilium: fibrocartilage, sacrum hyaline cartilage, tebal 3 kali, makin tua ® tak
rata.
Gerak rotasi kecil dlm bentuk nutasi–kontra nutasi.
Oleh BB ® nutasi ® lumbar lordosis
Sistem Ligamenta :
Dihubungkan oleh lig sacrointerosseus (terkuat), lig. sacrospinal, dan lig
sacrotuberal « menahan nutasi, Lig sacroiliaca anterior (tertipis) dan lig
sacroiliaca posterior yg menahan kontra nutasi, serta lig iliolumbal.
Muskulotendinogen
Tak ada otot yg langsung melekat pada sacrum dan pelvis
Intervasi : dari seg. L3-S1 dan N. Gluteus superior (L3-S1)
SACROCOCCYGEAL JOINT
Umumnya menyatu oleh discus fibrocartilage
Tak ada gerak
SYMPHYSIS PUBIS
Jenis sendi cartillagenius, terdapat discus interpubica.
Gerakan : gerak geser mengikuti gerak nutasi-kontra nutasi
HIP JOINT
Jenis : ball and socked joint.
Dibentuk: acetabulum pertemuan antara os ilium, os ischium, dan os pubis
sebagai mangkuk sendi.
Dilapisi cartilago hyalin dan tertutup lagi glenoid labrum yg mrpk cartilago
fibrosa, keduanya tebal ditepi dan tipis di tengah.
Caput femoris ½ bola dilapisi cartilago hyaline kedistal sbg collum femoris
(sering fraktur), ke distal terdapat trochantor mayor dan minor, selanjutnya
kedistal sbg femur.
Sistem ligamenta:
22
Diperkuat oleh 5 ligamenta yg kuat: lig teres femoris, lig acetabulare, lig
acetabulare tranversus, lig iliofemorale, dan lig ischiofemorale
Analisa Gerak
FLEKSI PASIF :
Posisi terlentang dg lutut fleksi:
ROM : 140-1600 soft end feel.
Posisi terlentang dg lutut ekstensi:
ROM : 900 springy.
Pembatasan oleh ketegangan otot hamstrings (lutut lurus).
EKSTENSI PASIF
Posisi terlungkup.
ROM 300 springy end feel.
Pembatasan oleh ketegangan m.iliopsoas, bila lutut fleksi penuh ROM 100
springy end feel.
Pembatasan oleh ketegangan m.rectus femoris.
ABDUKSI PASIF:
Posisi terlentang gerak tungkai kesamping.
ROM: 300 dengan springy end feel.
Pembatasan oleh ketegangan m.adductors.
ADDUKSI PASIF :
Posisi terlentang dengan tungkai contra lateral fleksi dan tungkai yang
diukur lurus dibawahnya, gerak tungkai kedalam.
ROM: 150 dg springy end feel. Pembatasan oleh ketegangan mm.
abductors
ROTASI INTERNAL PASIF:
Posisi telungkup dg lutut fleksi 900
ROM 400 elastic end feel. pembatasan oleh kapsulo ligamenter
ROTASI EKSTERNAL PASIF :
23
Posisi telungkup dg lutut fleksi 900
ROM 800 elastic end feel, pembatasan oleh kapsulo ligamenter
FLEKSI ISOMETRIK :
Posisi terlentang dg lutut fleksi 40-600
Gerakan oleh m. ilio psoas.
EKSTENSI ISOMETRIK :
Posisi telungkup dg lutut lurus
Gerakan oleh m. gluteus maksimus
ABDUKSI ISOMETRIK :
Posisi terlentang dg lutut lurus
Gerakan oleh m. gluteus medius dan iliotibialis.
ADDUKSI ISOMETRIK :
Posisi terlentang dg lutut lurus
Gerakan oleh m. adductors
ROTASI INTERNAL ISOMETRIK :
Posisi telungkup dg lutut fleksi 900
ROTASI EKSTERNAL ISOMETRIK :
Posisi telungkup dg lutut fleksi 900
f. Knee
Knee joint merupakan perantara Ankle and Foot dengan Hip, berfungsi sebagai
stabilizator dan penggerak.
Terdiri atas : Tibiofemoral joint, patello femoral joint dan Proximal tibio fibular
joint.
Tibiofemoral Joint
Jenis sinovial hinge joint yang punya dua derajat kebebasan gerak rotasi
ayun dan spin sebagai gerak fisiologis: fleksi-ekstensi dalam sumbu
latero-medial, bidang sagital. Rotasi internal-eksternal dalam sumbu
vertical bidang transversal.
24
Terdapat meniscus medialis (‘C’) dan meniscus lateralis (‘O’) yang terikat
lig coronarius.
2/3 dalam meniscus avascular (nutrisi dari synovium), tidak memiliki
syaraf afferent, sepertiganya (perifer) memiliki vascular (nutrisi dari
darah) dan ujung polymodal.
Seolah membentuk sendi : tibia – meniscus – femur
Fungsi: Sebagai peredam gaya axial, melicinkan gerak lutut dan cegah
friksi sendi
Pada abduksi-rotasi internal meniscus lateral terjepit, dan pada adduksi-
rotasi eksternal meniscus medial terjepit
Stabilitas pasif lutut (disamping tulang dan meniscus) >> Stabilisasi
oleh ligament :
Lig. Collaterale medial : Stabilisasi thd gaya valgus
Lig. Collaterale laterale : Stabilisasi thd gaya varus
Lig. Cruciatum anterior : Stabilisasi tibia thd gaya anterior
Lig. Cruciatum posterior : Stabilisasi tibia thd gaya posterior
Arthrokinematic dan osteokinematic :
Osteokinematic :
Hinge joint dengan gerak rotasi ayun dalam bidang sagital sebagai
fleksi-ekstensi, rotasi spin pada posisi menekuk dalam bidang
transversal sebagai rotasi internal dan eksternal.
Pada ekstensi terakhir terjadi rotasi eksternal tibia yang dikenal
closed rotation phenomen.
Disamping itu juga terjadi gerak valgus
Arthokinematik :
Traksi dan kompresi dg arah caudal-cranial searah sumbu
longitudinal tibiae.
Translasi ke dorsal saat fleksi dan ke ventral saat ekstensi.
Translasi medial dan lateral terjadi saat fleksi-ekstensi
25
Patello Femoral Joint
Modified plane joint
Permukaan patella tertutup cartilage tebal.
Fungsi membantu mekanisme kerja dan mengurangi friction Quadriceps.
Kerja Quadriceps lebih efisien pada extension 30° terakhir.
Malalignment menimbulkan patellofemoral athralgia (chondromalacia ).
Arthokinematic & Osteokinematic :
Gerak geser patella terhadap femur mengikuti pola ulur gerak
lurus - melengkung kemedial - lurus.
Gerak geser patella keproximal dan kedistal saat extension dan
flexion. Saat extension disertai gerak geser patela kemedial hingga
kembali lurus.
Proximal Tibio Fibular Joint
Plane sinovial joint antara caput fibulae dengan tibia.
Gerakan karena pengaruh gerak Ankle joint kecranial dorsal.
10 % populasi kapsul sendinya menyatu dengan tibiofemoral
Arthokinematic & Osteokinematic :
Arthrokinematic : Gerak geser cranial dan dorsal saat ankle dorsi
fleksi dan plantar fleksi
ANALISIS GERAK LUTUT
Gerak pasif fleksi :
Posisi terlentang hip fleksi 900:
ROM : 0 – 1600 soft end feel, oleh penekanan jaringan lunak.
Dapat ditambah valgus dan rotasi pada Fleksi penuh sehingga
tumit dilateral trochantor major.
Traksi tibia kedistal searah as longitudinal
Translasi tibia ke posterior
Gerak pasif hyper extension
Posisi terlentang :
ROM : 0 – 100 hard end feel, oleh pembatasan tulang.
Penguncian dengan rotasi eksternal.
26
Terjadi gerak valgus
Translasi tibia ke anterior
Gerak pasif rotasi medial tibia dlm flexion
ROM : 30-350 dg elastic end feel oleh ketegangan ligament
Posisi telungkup 900 knee flexion
Posisi duduk pinggir bed 900 knee flexion
Gerak pasif rotasi lateral tibia dlm flexion
ROM : 45-500 dg elastic end feel oleh
Posisi telungkup 900 knee flexion:
Posisi duduk pinggir bed 900 knee flexion:
Pada gerak ini harus di isolasi gerak inversi dan inversi
pergelangan kaki
Isometric knee flexion
Posisi terlentang 600 knee flexion
Gerak lutut menekuk, Oleh mm. hamstring,
(m. bicepsfemoris, m. semimembranosus dan m. semitendinosus),
m. gracilis, m. sartorius, m. popliteus dan m. gastrocnemius.
Isometric knee extension
Posisi terlentang Knee semi flexion.
Gerak lutut lurus, oleh m. quadriceps.
(m. Rectus femoris, m. vastus medialis, m. vastus intermedius dan
m. vastus lateralis.)
Isometric rotasi internal
Posisi terlentang 900 knee flexion:
Posisi duduk pinggir bed 900 knee flexion:
Gerak rotasi tibia kelateral, oleh m. sartorius, m. semitendinosus,
m. semimembranosus, m. gracilis dan m. popliteus.
Isometric rotasi eksternal
Posisi terlentang 900 knee flexion:
Posisi duduk pinggir bed 900 knee flexion:
27
Gerak rotasi tibia kemedial oleh m. biceps femoris dan m. tensor
fascia latae
g. Ankle
Merupakan distal ektremitas bawah yg berfungsi sebagai stabilizator dan
penggerak. Terdiri atas Distal TibioFibular joint, Ankle joint / TaloCrural joint,
SubTalar / Talo calcaneal joint, Inter Tarsal joint, Tarso Metatarsal joint, Metatarso
Phalangeal joint, Proximal- dan Distal- Interphalangeal joints.
Pengelompokan
Fore foot; ta : ossa metatarsalia dan ossa phalangea.
Mid foot; ta: os navicularis, os cuboid dan ossa cuneiforme
Rear foot; ta: os talus dan calcaneus.(Subtalar joint/Talo calcaneal joint)
Tulang-tulang pada ankle and foot :
o Os talus paling atas
o Os calcaneus, paling belakang
o Os navicularis, medial
o Os cuboideus, lateral
o Ossa cuneiforme lateral – middle – medial,
o Ossa metatarsalia 5 buah dan
o Ossa palangea 14 buah
Ada dua arcus, longitudinal arc dan transverse arc:
o Logitudinal arc: merupakan kontinum dari calcaneus dan caput metatarsal. o Transverse arc bagian proximal dibatasi os cuboideum, lateral cuneiforme,
mid cuneiforme dan medial cuneiforme lebih cekung dan pada bagian distal oleh caput metatarsalis yang lebih datar.
Fungsi Utama ankle and foot :
o Membentuk dasar penyangga
o Berfungsi sebagai peredam kejut
o Berfungsi sebagai penyesuai mobilitas
o Membentuk pengungkit kaku
28
o Kelainan / sakit pada kaki dapat menimbulkan gangguan mekanik dan gangguan
fungsi pada sendi lutut, pelvis & hip, lumbar spine dan lebih jauh gangguan
cervical spine
DISTAL TIBIOFIBULAR JOINTo jenis sindesmosis joint dengan satu kebebasan gerak kecil, membuka dan
menutup garpu.
o Diperkuat anterior dan posterior tibiofibular ligament dan interosseus
membrane/ligament.
o Arthrokinematik dan osteokinematik : Gerak geser (translation=slide) dalam
bidang sagital sangat kecil dan gerak angulasi dalam bidang frontal sebagai
membuka dan menutup garpu
ANKLE JOINT (TALO CRURAL JOINT)
o Merupakan hinge joint yg dibentuk oleh cruris (tibia & fibula) dan os talus.
o Diperkuat oleh ligamenta tibio fibular lig sisi superior; juga posterior, inferior dan
anterior, Tibiotalar lig; serta posterior, inferior dan anterior Talofibular lig.
o Arthrokinematik dan osteokinematik: gerakan hanya plantar flexion dengan
ROM: 40-500 hard end feel. Dorsal flexion, ROM: 20-300 elastic end feel.
Traction terhadap talus selalu kearah distal. Translation untuk gerak dorsal flexion
kearah posterior dan untuk plantar flexion kearah anterior
SUB TALAR JOINT (TALO CALCANEAL JOINT)
o Merupakan sendi jenis plan joint dibentuk oleh Talus dan Calcaneus bones.
o Diperkuat oleh ligamenta Talocalcaneal lig
o Arthrokinematik dan osteokinematik: gerakan yang terjadi abduction (valgus) ROM, dan adduction (varus) ROM keduanya hard end feel.
INTER TARSAL JOINT
o Talocalcaneo navicular joint memiliki cekungan permukaan sendi yang kompleks,
termasuk jenis sendi plan joint.
o Diperkuat oleh ligament: plantar calcaneonavicular ligament.
Calcaneocuboid joint
29
o Merupakan plan joint; Bersama alonavicularis membentuk tranverse tarsal (mid
tarsal) joint
o Diperkuat ligament : Spring lig, Dorsal Talo Navicular lig, Bifucartum lig,
Calcaneo Cuboid lig, Plantar Calcaneocuboid lig
Cuneo Navicular joint
o Navicular bersendi dengan cuneiforme I, II, III berbentuk konkaf.o Cuneiforms bagian plantar berbentuk lebih kecil, bersama cuboid membentuk
transverse arc. Gerak utama plantar-dorsal flexion. Saat plantar flexion terjadi gerak luncur cuneiform ke plantar.
Cuboideocuneonavicular joints
o Cuneiform III-cuboid sebagai utama, berupa plan joint. Gerak terpenting: inversion dan eversion. Saat inversion cuboid translation keplantar medial terhadap cuneiforme III.
Intercuneiform joint
o Bersama navicular membentuk transverse arc, saat pronation-supination atau eversion-inversion terjadi pengurangan-penambahan arc. Arthrokinematiknya berupa gerak translasion antar os tarsal satu terhadap yang lainnya.
TARSO METATARSAL JOINT (TMT)
Cuneiforms I–II–III bersendi dg metatarsal I–II–III, Cuboid bersendi dg
metatarsal IV–V.
Metatarsal II ke proximal sehingga bersendi juga dengan cuneiforme I dan III,
sehingga sendi ini paling stabil dan gerakannya sangat kecil.
Gerakan TMT joint plantar dan dorsal flexion.
Pada plantar flexion terjadi peningkatan arcus
MT I gerak roll slide keplantarlateral
MT III-IV-V roll slide ke ventromedial
Arthrokinematiknya berupa Traksi gerak MT ke distal.
METATARSO PHALANGEAL JOINT (MTP)
30
Distal metatarsal berbentuk convex dan basis phalangeal berbentuk concave
membentuk sendi ovoid-hinge dg gerak: flexion – extension dan abduction –
adduction.
MLPP = Extension 110
CPP = Full Extension
Gerak translation searah gerak angular, traction selalu kearah distal searah sumbu
longitudinal phalang
PROXIMAL AND DISTAL INTERPHALANGEAL JOINT (PIP & DIP)
Head of (Caput) proximal phalang berbentuk convex dan basis distal phalangeal
berbentuk concave membentuk sendi hinge.
Gerak flexion – extension.
MLPP = Flexion 100
CPP = Full Extension
Gerak translation searah gerak angular, traction selalu kearah distal searah axis
longitudinal phalang
ANALISIS GERAK ANKLE AND FOOT
PASSIVE PLANTAR FLEXION
o Posisi terlentang:
o Pegangan pada os talus dan os calcaneus, gerak dorongan os calcaneus kearah
plantar flexion.
o ROM : 700
o Elastic harder end feel
PASSIVE DORSAL FLEXION
o Posisi terlentang :
o Pegangan pada os talus dan os calcaneus, gerak dorongan os calcaneus
kearah dorsal flexion. Atau fiksasi pada cruris, talus ditarik ke distal
bersamaan mendorong telapak kaki kearah dorsal flexion.
o ROM : 450
o Hard end feel
PASSIVE ABDUCTION (VALGUS) TALO CALCANEAL JOINT
o Posisi terlentang, fiksasi pada os talus.
31
o Calcaneus didorong kearah lateral
o ROM : 50
o Elastic To harder end feel
PASSIVE ADDUCTION (VARUS) TALO CALCANEAL JOINT
o Posisi terlentang, fiksasi pada os talus:
o Calcaneus didorong kearah medial.
o ROM : 50
o Elastic harder end feel
2.2 Cedera dan Intervensi
A. Shoulder
1. Frozen shoulder
Patologi
Nyeri bahu dan keterbatasan gerak sendi capsular pattern,tidak jelas
penyebabnya
Dapat di derita oleh wanita / pria usia 45 th-60 th
Dapat didahukui oleh cidera m.supraspinatus,bursitis
20 % diabetes mellitus bilateral
Anamnesis
Kaku dan nyeri bahu tidak jelas penyebabnya
Nyeri jenis pegal pada bahu dan lengan atas disertai kaku gerak ke
segala arah
Keluhan tangan tidak bisa ke belakang punggung atau menyisir atau
kegiatan tangan lainnya karena nyeri dan kaku.
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Tes Cepat
32
- Abduksi elevasi bahu terjadi gerak ‘reserve humeroscapular
rhythm’
- Gerak terbatas dengan firm end feel
Tes Gerak Pasif
- Gerak glenohumeralis rotasi eksternal,abduksi,maupun rotasi
internal terbatas firm end feel,dalam pola keterbatasan capsular
pattern
- Pada ROM penuh nyeri sampai lateral lengan atas
Tes Gerak Isometric
- Tidak bermakna kecuali bila ada strain
Tes Khusus
JPM : traksi pada akhir ROM nyeri,terbatas firm end feel
JPM : translasi pada akhir ROM nyeri, terbatas firm end feel
Palpasi : spasme otot-otot bahu
Contract relax stretched test terbatas dan nyeri sedikit berkurang pasca
kontraksi
Pemeriksaan lain
‘x’ ray diperlukan apabila diagnosis belum tegak
Diagnosis : capsular pattern joint hypomobility sec.frozen shoulder
Intervensi
Joint mobilization:
- Traksi osilasi pada posisi MLPP
- Traksi pada pembatasan ROM
- Translasi pada pembatasan ROM
Codmann pendular exercise
Contract relax stretching bila terdapat kontraktur otot
Latihan mobilisasi bahu dengan dan tanpa alat( shoulder
wheel,overhead pulley,dll)
B. Wrist
1. Colle’s Facture
Patologi
33
Terjadi pada usia > 50 th,dan pada usia muda terjadi pada trauma
langsung
Jatuh menahan dengan telapak tangan
Assesment
Anamnesis
- Riwayat trauma
- Pada geratri kadang pathological fracture akibat osteoporosis berat
- Gerak nyeri dan kaku tangan – pergelangan tangan
Inspeksi
- Khas : dinner fotk deformity
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Tes Cepat
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar – dorsal flexion pergelangan
tangan dan jari tangan
Tes Gerak Aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar – dorsal flexion pergelangan
tangan dan jari tangan
Tes Gerak Pasif
- Nyeri dan terbatas dengan firm end feel gerak palmar dorsal
flexion pergelangan tangan dimana dorsal flexion leboh terbatas
dari palmar flexion
- Nyeri dan terbatas dengan firm end feel gerak fleksi – ekstensi jari
tangan dimana ekstendi lebih terbatas dari pada fleksi
Tes Gerak Isometric
- Tidak ditemukan gangguan khas
Tes Khusus
Palpasi pergelangan tangan teraba dislokasi fracture
JPM test palmar dan dorsal flexion timbul nyeri ,terbatas dengan firm
end feel
JPM test fleksi dan ekstensi jari tangan nyeri,terbatas dengan firm end
feel
34
Contract relax stretch test flexor jari tangan dijumpai contracture
Pemeriksaan lain : X ray : colle’s fracture
Intervensi
Joint mobilization
- Pada awal intervensi traksi oscilasi dalam MLPP pergelangan
tangan dan jari
- Traksi dan Translasi pada pembatasan ROM pergelangan tangan
dan jari
Contract relax stretching flexor jari tangan
2. Carpal Tunnel Syndrome
Patologi
Proses degenerasi pada system jaringan lunak tangan
Penebalan tendon fleksor jari-jari tangan
Kontraktur ligamentum carpi transversum
Kontraktur sendi carpalia
Subluksasio lunetum ke arah palmar
Assessment
Anamnesis
- Parathesia kadang dengan nyeri pada jari tangan 1-2-3 permukaan
palmar
- Keluhan meningkat ketika menggenggam barang,palmar fleksi
atau bangun tidur dan bekurang setelah digerakkan aktif
- Tidak jelas penyebabnya
Inspeksi
- Tangan Nampak sedikit cekung
- Kadang Nampak oedeme di punggung tangan
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Tes Cepat
Nyeri dan terbatas pada gerak palmar flexion pergelangan tangan
Tes Gerak Aktif
- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar flexion pergelangan tangan
35
- Gerak palmar fleksi penuh dan ditahan timbul parathesia jari 1-2
Tes gerak pasif
- Nyeri dan terbatas dengan hard end feel pada gerak palmar flexion
pergelangan tangan
- Gerak dorsal fleksi disertai ekstensi jari tangan terbatas dengan
springy end feel
Tes gerak isometric
Tidak ditemukan gangguan khas
Tes Khusus
Phalen test posistif dengan parathesia jari 1-2-3 palmar
Stretched test ligament carpi tranversum terbatas dengan firm end feel
Stretched test flexor digitorum communis dan n.medianus nyeri dan
timbul parathesia
JPM test intercarpal joint nyeri,terbatas dengan firm end feel
Tes mobilisasi tulang lunatum kadang ada subluxatio
Pemeriksaan lain
EMG : entrapment n.medianus setinggi carpa tunnel
Intervensi
Stretching lig.carpi transversum
Stretching tendon flexor digitorum communis dan n.medianus
Joint mobilization
- Translasi pada intercarpal joint
- Manipulasi reposisi os lunatum bila terdapat subluxatio
Stenthening exercise dan latihan fungsi tangan
Home program : stretching
C. Cervical
1. Cervical disc migration
Patologi
Nucleus terdorong ke satu sisi dan terjebak tanpa kerusakan
annulus fibrosus
Akibat posisi menetap / deviasi
36
Dengan / tanpa inflamasi
Acut / chronic
Muscle spasme,tightness atau contracted
Ligament contracture pada stadium lanjut
Postural deformity
Pseudo radikuler atau radicular
Assessment
Nyeri leher pseudo radicular
Nyeri saat bangun tidur ( jenis akut )
Posisi :forward head position / deviasi
Orientasi fleksi-ekstensi nyeri
Gerak 3 dimensi ekstensi nyeri hebat
Teraba spasm parta cervical
Compression test nyeri traksi nyaman
Intervensi
Traction pada posisi lordosis : teknik osilasi
Latihan mobilisasi ekstensi teknik Mc.kenzie
Contract relax stretching
Proper neck mechanic
D. Hip
1. Collum Femoris Fracture
Patologi
Usia lanjut perempuan
Jatuh
Sering tidak disadari
Assessment
Anamnesis
- Riwayat jatuh dikamar mandi/suatu tempat lain
- Nyeri jenis ngilu / pegal pada hip joint
- Tidak bisa berjalan
- Gerak terabatas dan crepitasi
37
Inspeksi
Leg discrepancy
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Tes Cepat
- Nyeri terbatas pada semua arah gerakan hip joint
- Posisi crook lying:beda tinggi lutut
- Gait analysis
Tes Gerak Aktif
Nyeri dan terbatas dengan crepitasi gerak hip joint
Tes Gerak Pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak hip joint
- Internal rotasi paling terbatas
Tes Gerak Isometric
Tidak ditemukan gangguan khas
Tes Khusus
Pengukuran panjang tungkai : beda panjang
Pemeriksaan lain
X ray : fracture collum femoris
Intervensi
Non operative
- Hot pack
- Ambulation dengan walkertte atau axial crutch
Operative
- Pre & post operative treatment
E. Knee
1. Knee osteoarthrosis
Patologi
Degenerative joint disease
Over used
Over weight
38
Kerusakan rawan sendi mengeras dan rapuh,terjadi erosi dan
fragmentasi,sebagian lepas corpus libera
Nyeri immobilisasi capsule contracture
Assessment
Anamnesis
- Nyeri jenis ngilu / pegal pada tibio femoral joint
- Morning sickness dan start pain
- Gerak terbatas dan crepitasi
Inspeksi
- Antalgic position dan antalgic gait
- Flexion contracture
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Tes Cepat
Nyeri dan terbatas paada fleksi,ekstensi tibio femoral joint.
Tes Gerak Aktif
Nyeri dan terbatas dengan crpeitasi pada tibio femoral joint
Tes Gerak Pasif
- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak tibio femoral joint
- Fleksi,ekstensi,tibio femoral joint,firm end feel
Tes Gerak Isometric
Tidak ditemukan gangguan khas
Tes Khusus
JPM test fleksi,ekstensi tibio femoral joint,firm end feel
Patella femoral test
Ballottement test
Fluctuation test
Pemeriksaan Lain
X ray: penyempitan sela sendi,penebalan tulang subchondrale,osteophyte
Diagnosis
Nyeri gerak tibio femoral joint dan capsular pattern tibio femoral joint
secondary to osteoarthrosis tibio femoral joint.
39
Intervensi
US : continous,dosis 1-1,15 watt/cm untuk aktualitas tinggi,dan 2-
2,5 watt/cm untuk aktualitas rendah dengan waktu 5-7 menit/
Join mobilization
- Pada awal intervensi tranlasi osilasi dalam MLPP
- Tranlasi pada pembatasan fleksi,ektensi tibio femoral joint
Active mobilization
F. Ankle
1. Pes Equino Varus
Patologi
Dibawa sejak lahir atau akibat kelumpuhan
Kadang disertai spine bifida
Assessment
Anamnesis
- Diketahui anak terlambat usia jalan
- Berdiri dan jalan dengan punggung kaki
Inspeksi
Telapak kaki melengkung,menapak dengan sisi luar kaki atau
dengan punggung kaki
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Tes Cepat
Gait analisi tampak kaki menyudut kemedial atau berdiri dengan
sisi luar kaki atau bahkan punggung kaki
Tes Gerak Aktif
Gerak dorsal fleksi dan eversi kekuatan menurun
Tes Gerak Aktif
Gerak dorsal fleksi dan eversi dengan firm end feel
Tes Gerak Isometric
Gerak Dorsal fleksi dan eversi kekuatan menurun
Tes Khusus
JPM
40
Stretch test pada arcus longitudinal
Pemeriksaan lain
Podografi : dijumpai flat foot
Diagnosis
Gangguan jalan dengan punggung kaki akibat pes equino varus
Intervensi
US
- Pada apponeurosis plantaris dan medial kaki
- Dosis 2-2,5 watt/ cm 2 waktu 5 menit
Peregangan medial kaki
Strengthening exercise pada dorsal fleksi dan eversi
Balance exercise
Penggunaan sebatu koreksi
41
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah mengenai biomekanik pada berbagai macam persendian ini dibuat.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, serta bagi perkembangan
ilmu fisioterapi. Penulis juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
proses penulisan makalah ini. Penulis dengan rendah hati juga memohon kritik dan saran yang
berguna untuk perkembangan dalam penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis mengucapkan
terima kasih.
42
DAFTAR PUSTAKA
Sugijanto, Dipl. Pt, M. Fis. Biomekanik dan Kinesiologi. 2012. Fakultas Fisioterapi, Universitas
Esa Unggul.
Sugijanto, Dipl. Pt, M. Fis.Manual Terapi I-II-III. 2012. Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa
Unggul.
43