· web viewdewan perwakilan rakyat republik indonesia laporan kunjungan kerja spesifik timkomisi i...
TRANSCRIPT
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK TIM KOMISI-I/DPR-RI
PADA TAHUN SIDANG KE-IV TAHUN 2011-2012DI
AMBON PROVINSI MALUKUSEHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KASUS 15 MEI 2012
PADA TANGGAL 22 s/d 24 MEI 2012
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Jakarta : 25 MEI 2012Ka. TIM : TB. HASANUDDIN. SE, MM/A.350Sekretaris : H. TRITAMTOMO, SH/A.322Delegasi : H. SALIM MENGGA/A.73-DRS. MUZZAMIL YUSUF A.474-
DRS. H.AM. RUSLAN / A.466-SAYED ME. SE, MSI/A.416
1
DEWAN PERWAKILAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA
LaporanKunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI
KeAmbon – Provinsi Maluku
Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait Kasus 15 Mei 2012Pada Tanggal 22 s/d 24 Mei 2012
I. PENDAHULUAN
1. Umum
Provinsi Maluku dengan Kota Ambon sebagai Ibukota berada di wilayah
Indonesia bagian Timur berbatasan langsung dengan Provinsi Papua-Negara Timor Leste
hingga wilayah Provinsi Maluku Utara dan secara geografis wilayah ini dikelilingi oleh
lautan yang 2/3 wilayah lautnya merupakan penghubung dengan wilayah daratan yang
tersebar di wilayah Maluku Tengah-Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat,
sehingga provinsi ini memiliki 9 Kabupaten dan 2 Kotamadya dengan jumlah populasi
penduduk berkisar + 1.500.000 jiwa, dengan komposisi yang heterogen, majemuk dan
beragam, penyebaran penduduk yang meluas dengan keterbatasan sumber kehidupan
yang dapat ditata oleh masyarakat serta fasilitas pendukung lainnya mengakibatkan
masyarakatnya tergolong miskin dan kondisi ini memposisikan Provinsi Maluku menjadi
daerah tertinggal/miskin dengan urutan nomor + 4 sewilayah Provinsi NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia).
Ditinjau dari aspek geografis, demografis hingga kondisi sosial kemasyarakatan, wilayah
ini rentan terhadap berbagai masalah sosial, terlebih pasca kejadian tahun 1999 hingga
2
kini masyarakatnya secara umum belum merasakan adanya kenyamanan dan keamanan
yang sebenarnya, hal ini terjadi dikarenakan belum terpenuhinya kebutuhan hidup
standar yang merata di seluruh strata kemasyarakatan yang ada, sehingga gesekan
kecilpun sebagai bentuk kenakalan remaja dapat memicu terjadinya konflik horizontal
yang berbau SARA, terlebih dengan jumlah aparat keamanan yang tidak memadai
disertai dukungan lainnya yang sangat terbatas telah mampu menciptakan peluang bagi
pihak ketiga untuk memanfaatkan politik “Devide it e mpera ”/ politik pecah belah lebih
berjalan mulus dan keributan cenderung dapat merobek bingkai NKRI di daerah. Hal ini
menjadi sangat berbahaya bila pihak Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah tidak
responsif untuk melakukan tindakan perbaikan di semua sektor kehidupan masyarakat
secara serentak dan cepat.
2. Maksud dan Tujuan
Untuk memberikan masukan dengan gambaran yang utuh dari aspek yang
ditinjau di lapangan kepada Pimpinan, dengan tujuan untuk dapat digunakan sebagai
pegangan untuk mengundang pihak Mitra kerja/Pemerintah guna disampaikan kepada
forum tersebut terhadap hal-hal yang perlu untuk mendapatkan perhatian maupun
perbaikan dari Kementerian terkait, agar Pemerintah Daerah Provinsi Maluku tidak
berjalan sendirian dalam kegelapan, sehingga pembangunan yang diharapkan dapat
terwujud, masyarakat sejahtera dan resistensi benturan komunal dapat dieleminir serta
ditiadakan.
3. Dasar
Perintah lisan Ketua Komisi-I/DPR-RI pada tanggal 21 Mei 2012, terhadap
penunjukan beberapa personil Anggota Fraksi di Komisi I DPR RI, untuk melakukan
investigasi terhadap kasus yang terjadi pada tanggal 15 Mei 2012/Pawai Obor sebagai
hari peringatan Napak Tilas Perjuangan “Pattimura” yang berujung ricuh, hal ini
dilakukan sebagai upaya menilai serta merekomendasi dan solusi penyelesaian kepada
berbagai pihak terkait, komposisi T im sebagai berikut:
a. TB. Hasanuddin, SE, MM sebagai Ka. Tim / F.PDI-P.
b. H. Tritamtomo, SH sebagai Sekretaris Tim / F.PDI-P.
3
c. Mayjen TNI (Purn) Salim Mengga, S.Sos sebagai Anggota / F.PD.
d. Drs. H. Al Muzzamil Yusuf, M.Si / F.PKS.
e. Drs. H. A. Muchamad Ruslan / F. PG.
f. Sayed Mustafa Usab, SE, M.Mi / F. PAN.
4. Ruang Lingkup & Tata Urut
Laporan ini dibuat dengan susunan serta tata urut yang lazim digunakan, sebagai
berikut :
a. Pendahuluan.
b. Kegiatan Lapangan.
1) Pertemuan dengan Ka. BinDa Propinsi Maluku.
2) Pertemuan dengan 14 elemen masyarakat setempat.
3) Pertemun dengan F.KPD serta perwakilan Pemda setempat.
c. Keganjilan & Kelemahan.
d. Tindakan yang disarankan.
e. Kesimpulan.
f. Penutup
II. KEGIATAN LAPANGAN
5. Umum
Dalam melaksanakan tugas pengawasan yang akan dilakukan di wilayah tersebut,
Tim terlebih dahulu melakukan langkah tindakan ke dalam dalam upaya optimalisasi
terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan agar berhasil guna optimal, dengan lebih awal
mencari informasi pendukung yang akan dipakai dalam melengkapi data di lapangan
kelak. Oleh sebab itulah, Tim sejak di pangkalan berusaha untuk mencari unsur utama
keterangan dan perkiraan lain yang akan dicari di lapangan, agar akurasi informasi dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan rekomendasi pada pihak Pemerintah
secara benar dan tepat.
4
6. Pertemuan dengan Ka. Binda Prop. Maluku , hal-hal yang disampaikan, sebagai berikut :
a. Letak geografis serta kondisi demografis disertai kondisi sosial kemasyarakatan yang
masih memprihatinkan dan memerlukan perhatian untuk perbaikan secara
terintegrasi belum tertangani dengan baik.
b. Jumlah personil BinDa dalam melaksanakan tugas fungsi serta perannya untuk
mengsukseskan pencapaian tugas pokok yang diembannya.
c. Permendagri Nomor 16 Tahun 2011 tentang Kominda (Komunitas Intelijen Daerah)
yang harus sinkron dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen
Negara belum sepenuh hati dipahami oleh pihak Mitra terlebih pada tataran
Kabupaten sampai dengan Kotamadya.
d. Pembentukan jejaring di daerah-daerah.
e. Pasca kejadian tahun 1999 yang menghancurkan pranata kehidupan kemasyarakatan
dan Berbangsa di wilayah Maluku.
f. Pengembalian senjata milik Polri yang beredar di masyarakat pada tahun 1999.
g. Kepala Daerah baik di tingkat Propinsi hingga kabupaten/kota disibukkan dengan
masalah rutinitas, sehingga tugas tambahannya selalu Ketua Kominda Daerah tidak
optimal dilakukan dan cenderung pasrah.
h. Dinamika yang terjadi dan berkembang pasca kejadian tahun 1999, sesuai dengan
pengamatan serta penggambaran aparat Komunitas Intelijen Daerah. Terlebih, pintu
masuk untuk melakukan hal tercela telah tersedia,” yaitu : MTQ-Pilkada hingga
PilPres yang akan datang.
i. Pernyataan KaBinda Propinsi Maluku , bahwa walaupun dengan segala keterbatasan
yang dimiliki, baik SDM – alkapsus hingga anggaran jajarannya mampu bekerja
secara maksimal.
7. Pertemuan dengan kelompok dalam masyarakat setempat dan hal-hal yang
disampaikan, sebagai berikut:
a. KNPI – Propinsi Maluku
1) Pemerintah tidak tanggap terhadap isu yang berkembang, bahwa pelaksanaan
MTQ yang antara lain merupakan program Pemerintah sekedar bagi-bagi rizki
semata.
5
2) Pihak aparat keamanan dalam menangani keributan dari kenakalan remaja dan
berdampak meluas selalu menggunakan stigma agama “ini berbahaya”.
3) Media tidak profesional dalam menyebarkan informasi dan tidak
memprioritaskan dampak negatifnya, sehingga terbesit berita “bahwa Ambon
tidak aman”.
4) Peran Pemda berikut “penerangan masyarakat” tidak berupaya untuk
menetralisir situasi.
b. Pendeta G ereja Protestan Maluku
1) Tanggung jawab Negara untuk menuntaskan kemiskinan disegala bidang
kehidupan tidak terlaksana, hal ini menimbulkan kerentanan sosial yang
membahayakan kesatuan persatuan bangsa di daerah.
2) Aparat intelijen dan aparat keamanan tidak mampu membaca gelagat yang akan
terjadi sehingga masyarakat menjadi korban.
3) Kenapa Pemerintah tidak melakukan penanganan terhadap kantong-kantong
konflik secara spesifik, seolah terjadi pembiaran dan pemeliharaan terhadap
kondisi negatif ini.
c. HMI - Propinsi Maluku
1) Rakyat kecewa terhadap janji Pemerintah yang ingin menjadikan Propinsi Maluku
sebagai “l u mb u ng ikan nasional ” yang dicanangkan sejak 2010 dan hingga kini
tidak terealisir (struktur dan intra struktur yang dijanjikan “Nol”).
2) Harapan rakyat agar Propinsi Maluku sebagai propinsi kepulauan beserta 6
propinsi lainnya yang dijanjikan Pemerintah harus terwujud dalam bentuk
undang-undang “belum terwujud sangat mengecewakan rakyat”
3) Mengapa aparat intelejen dan aparat keamanan tidak antisipasi terhadap gejala
kejadian tanggal 15 Mei yang lalu padahal riak-riak sudah tampak dan ini seolah
pembiaran.
4) Harapan kepada aparat keamanan, agar stigma terjadi konflik antara agama
dihilangkan dan ini berbahaya.
5) Rencana penyelenggaraan MTQ bulan Juni 2012 merupakan hajat Nasional dan
untuk mengangkat martabat daerah kenapa isu anti MTQ yang dilansir pihak-
6
pihak tertentu seolah saat itu akan terjadi clash agama “menyesatkan dan
dimana aparat intelijen kita”.
d. Ikatan Mahasiswa Nasional - Ambon
1) Kejadian yang terjadi di maluku secara menerus mengindikasikan aparat
keamanan baik intelijen – TNI – Polri tidak profesional.
2) Stigma Maluku tidak aman harus dirubah menjadi “Maluku Aman” dan ini bisa
dicapai kalau Pemerintah serius dan bila tidak rakyat akan menderita terus.
e. Pensiunan P egawai Negeri
1) Penanganan konflik yang terjadi pasca 1999 baik secara nasional/lokal, hingga
kini sangat lemah.
2) Penanganan terhadap para pelaku kriminal sangat lemah dan demikian dengan
keormasan yang diorganisir dari masyarakat sangat tidak menguntungkan.
3) Penanganan terhadap dampak konflik tidak menyentuh perbaikan pada sektor
kultur sosial kemasyarakatan, dibiarkan para kriminal bergerak liar sebagai bola
salju yang dapat membahayakan kehidupan ketenteraman masyarakat.
4) Pembinaan sebagai sentuhan perbaikan akhlak moral anak Bangsa selaku pelaku
kriminal dan di daerah bekas konflik “tidak dibina dan diberdayakan” melalui
pola dan metoda yang benar.
5) Intelijen lemah dan aparat keamanan dalam penanganan keributan terkesan
lambat.
f. MUI – Maluku
1) Stigma Ambon rusuh sebaiknya tidak digunakan “sebab umat Kristiani dan umat
Islam di wilayah ini sangat gu y ub ” dan yang terjadi adalah tawuran anak muda
dan bukan konflik agama.
2) Aparat intelijen harus kuat, sebab provokator bermain di wilayah ini.
g. Raja Maluku Tengah / Raja Mau-Kei
1) Kejadian-kejadian di Maluku sengaja dibesar-besarkan oleh oknum-oknum
tertentu dan seolah-olah jadi proyek rutin “olehnya tangkap provo kator agar
jelas segalanya ”
7
2) SKPD tingkat Kab. Maluku Utara kurang komunikatif dengan pemuka adat
setempat dan cenderung mengintimidasi kepada rakyat dan berpihak pada
kekuasaan semata.
3) Penegakkan hukum yang adil berkeadilan dan berpihak pada masyarakat belum
dilaksanakan.
h. Majelis Ratu Pat i - Maluku
1) Pembangunan di daerah dirasakan jalan di tempat dan tidak bermanfaat bagi
rakyat, sebaiknya pembangunan di awali dari desa baru ke kota.
2) Aparat intelijen – TNI maupun Polri, harus mampu mengamankan program
kedepan (MTQ-Pilkda dsb.) demi menciptakan perlindungan bagi rakyat.
3) Bantuan Pemerintah untuk masyarakat pantai tidak kunjung datang “alat
tangkap ikan dsb.”, masyarakat membutuhkan dan kecewa.
4) Dalam penanganan masalah Pranata adat dan pranata sosial kurang
diberdayakan oleh FKPD/SKPD, sehingga persoalan selalu silih berganti datang.
i. Akademisi / Universitas Patimura
1) Universitas Patimura kurang diberdayakan dalam membuat kajian strategis untuk
membangun “Maluku yang aman dan sejahtera”
2) Pemerintah Pusat jangan berjanji bila tidak mempunyai kemampuan untuk
merealisasikannya (Maluku sumber ikan Nasional dan Undang-Undang
Kepulauan)
3) Maluku rentan terhadap benturan, olehnya provokator harus mampu dideteksi
oleh aparat intelijen, oleh karenanya aparat ini harus kuat dan kenyataannya
aparat intelijen cenderung saat ini lemah.
j. Akademisi / Universitas Patimura
1) Pemerintah daerah tidak mampu menyelesaikan persoalannya secara mandiri
dan perlu bantuan dari pusat, olehnya tepat apabila Komisi I DPR-RI datang
untuk menjembatani hal-hal yang disampaikan Saudara kami di depan.
2) Aparat intelejen-aparat keamanan dan Pemda lemah dalam rangka mewujudkan
dan membangun ketahanan masyarakat di daerah.
8
3) Kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah menurun, sebab Pemerintah
kurang peduli kepada kesulitan yang dialami di daerah.
4) Biaya pendidikan Universitas Patimura 1 tahun Rp 45 Miliar sedangkan di wilayah
lain cukup tinggi, apakah Pemerintah pusat peduli untuk membangun SDM yang
berkualitas untuk membangun daerah Maluku.
5) Ketimpangan kehidupan ekonomi sosial masyarakat sangat memprihatinkan dan
bila berlarut tidak ada perhatian, maka Maluku akan semakin terpuruk.
k. Akademisi / Universitas Patimura
1) Rehabilisasi daerah pasca keributan tidak tertangani secara terpadu.
2) Tawuran yang terjadi selama ini sebagai akibat lemahnya kondisi perekonomian
serta sosial kemasyarakat dan bukan bernuansa agama.
3) Pemuka adat diposisikan sebagai “Dinas Pemadam Kebakaran” semata dalam
melerai perseteruan.
4) Dampak peristiwa 1999 masih ada dan aman terkendali hanya slogan semata,
olehnya “upaya Pemerintah untuk melakukan pemerataan pembangunan harus
menjadi prioritas dan hal ini terkesan lamban”.
5) Media cenderung sebagai peniup bara api semakin membesar, pihak Pemerintah
cenderung pasif.
6) Masyarakat Ambon sangat heterogen dan majemuk (asli dan pendatang), Pemda
belum memiliki metoda yang baik untuk membangun kedua kultur ini menjadi
kekuatan tangkal ancaman di Daerah.
7) Polri dan Kejaksaan tidak mampu menegakkan hukum dengan berani dan benar.
8) Dalam menangani tindak kejahatan, stigma Pemerintah terhadap yang berbau
agama, sebaiknya tidak digunakan oleh aparat keamanan setempat secara vulgar
“ini dapat menjadi sebagai pemicu kemarahan dan solidaritas sesat terbangun
pada masyarakat”.
l. Pers – Ambon
1) Plesetan isi berita tidak ada dan yang ada serta benar adalah kejadian yang
sebenarnya, karena yang saat ini ada di Ambon banyak perwakilan media dari ibu
kota dan Freelance.
9
2) Tidak terima kalau pers Ambon dikatakan sebagai pintu konflik baru dan menjadi
kambing hitam.
3) Provokator harus mampu dicari dan ditemukan oleh aparat Intel/aparat
keamanan di wilayah ini dan beri sanksi hukum yang tepat.
m. Pemuda/Lembaga Kajian Maluku Tua
1) Maluku hingga saat ini tidak aman dan belum aman.
2) Intelejen dan aparat keamanan lemah, tidak tegas dan tidak paham maunya
rakyat.
3) Polri Maluku dalam menangani masalah terhadap pelaku-pelaku kriminal lemah
dan terkesan pilih kasih, hal ini ditandai dengan kasus “September 2011 belum
juga terungkap”
n. Raja Batu Merah
1) Peristiwa 15 Mei diawali pawai obor dan akibat ada anak nakal yang melempar
batu pada kerumunan pihak lain dan bukan bernuansa agama.
2) Kemampuan antisipasi aparat keamanan lemah demikian juga dengan aparat
BinDa di Daerah.
3) Gelar pasukan untuk pengamanan rute yang dikomandoi pihak Polri Daerah
terkesan asal-asalan (titik kritis dan daerah kritis tidak diperhitungkan).
8. Pertemuan dengan FKPD & Aparat Pemda Lainnya, hal-hal yang disampaikan, sebagai
berikut:
a. Gubernur
1) Kondisi Propinsi Maluku mulai 2003 s/d 2012, setiap tahunnya selalu mengalami
permasalahan yang berkaitan dengan masalah keamanan D aerah .
2) Sesuai temuan intelijen serta BNPT, mengindikasikan bahwa Propinsi Maluku
menjadi Base Camp terorisme.
3) Dicelah Timor Gap (batas antara Timor Leste – Australia – Indonesia) ditemukan
ada SDA/minyak & gas dan akan beroperasi segera, olehnya diperlukan adanya
tingkat pengamanan dan keamanan yang lebih baik.
10
4) Propinsi Maluku dalam pengelolaan SDA-nya, hendaknya jangan diintervensi oleh
pusat (sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah
Daerah).
5) Tingkat kemiskinan masyarakat Maluku cukup memprihatinkan, olehnya bantuan
Komisi-I untuk memfasilitasi perbaikan kehidupan rakyat kami sangat
diharapkan.
6) Dana Dekonstrasi sesuai Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2011, dengan
jumlah Rp 8 Miliar yang dikucurkan Pemerintah dengan bentuk medan wilayah
Provinsi Maluku seperti ini, tidak mampu menopang terobosan pembangunan
maupun untuk mendukung mitra sebagai dana operasional dilapangan.
b. Panglima KoDam XVI / PTM
1) Pasca kejadian tahun 1999 masih menyisakan traumatik bagi masyarakat
Maluku.
2) Kondisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan yang masih memprihatinkan,
mengakibatkan rakyat mudah terprovokasi dan labil “ini peluang pihak ke - III
untuk bermain”.
3) Kejadian benturan serupa sejak 15 bulan yang lalu jumlahnya 17 kali, ini
mengindikasikan bahwa Maluku rentan konflik sosial.
4) Akibat keterbatasan jumlah aparat keamanan dan kemampuan yang didukung
oleh sarana prasarana angkutan yang terbatas, mengakibatkan wilayah ini rawan
penyelundupan/perdagangan miras hingga obat terlarang s/d bom rakitan, illegal
fishing hingga perdagangan orang.
5) Sisa-sisa kelompok P. Buru/Kelompok 99 hingga Kelompok RMS masih ada dan
masih berupaya masuk dalam sendi kehidupan masyarakat melalui perjuangan
politik.
6) BNPT Pusat memberi estimasi “bahwa Maluku / Ambon” merupakan basis
“terorisme untuk kawasan Indonesia Timur untuk aspek “rekrutmen – pelatihan”
dan hal ini memposisikan Ambon sebagai daerah permainan.
7) Peristiwa 15 Mei 2012 yang lalu bukan masalah agama dan TNI telah
memberikan bantuan kepada pihak Polda setempat secara berlapis.
11
8) Untuk menghadapi segala dinamika, setiap saat pihak Kodam menyiagakan
pasukan Kodam untuk tugas perbantuan.
c. Kapolda Maluku
1) Peristiwa 15 Mei 2012 bukan masalah agama dan kejadian dipicu oleh kelompok
anak nakal yang melempari kelompok iring-iringan obor.
2) Polda telah mengantisipasi dan minta bantuan perkuatan Kodam untuk
melakukan pengamanan rute, namun jumlah personil yang terbatas tidak
mampu menggelar personil di sepanjang rute yang dilalui.
3) Pihak provokator yang selalu mencari lengah, berupaya optimal untuk
memanfaatkan HT dan IT yang dilakukan oleh pers freelance untuk memberikan
ketimpang/kejadian apapun keluar Maluku, sehingga Ambon semakin terpuruk.
4) Pers kurang bersahabat dan tidak memberitakan informasi dengan benar.
d. DanLantamal IX / Maluku – Maluku Utara
1) Pihak Lantamal dengan jumlah personil yang ada dan terbatas mendukung
pengamanan wilayah yang dikoordinir oleh Kodam untuk tugas perbantuan
kepada Polda.
2) Kapal yang dimiliki terbatas jumlahnya dan kurang layak untuk pengamanan
wilayah laut yang demikian luas .
3) Jenis kapal dari Guspurla dan GusKamla yang bergerak “ Mobile – dengan BBM
yang terpotong 50%” lebih banyak lamanya patroli di darat dari pada di laut dan
“ demikian pesawat casa dengan 400 liter/jam” sangat membatasi pergerakan
manuver pengawasan wilayah pantai.
4) Jumlah personil pos TNI – AL yang tergelar jumlahnya terbatas dan demikian
dengan sarana pendukung yang dimiliki, kondisi ini mengakibatkan lemahnya
pengawasan wilayah di daerah. (SDM – Radar – Sarpras sampai dengan alat
komunikasi).
e. Kajati Maluku / Wakil
1) Setiap hari kantor Kajati s/d Pengadilan, didemonstrasi oleh masyarakat.
12
2) Penegakkan hukum yang dilaksanakan bersama dengan pihak Kepolisian serta
pengadilan “terhadap 6 orang yang diduga sebagai provokator peristiwa 15 Mei
2012 yang lalu” perlu pengamanan menerus, karena tiada hari tanpa terror.
3) Enam kapal asing yang melakukan kegiatan illegal fishing setelah ditangkap –
diproses – divonis dan disita menjadi barang milik negara “cenderung jadi besi
tua karena proses lelang berlarut”, sehingga wilayah kesulitan dalam
memberikan pengamanan terhadap aset negara (nilai jual lemah) .
III. KEGANJILAN & KELEMAHAN
9. Umum
Dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Tim Perwakilan Komisi
I/DPR-RI terhadap Mitra kegiatan di lapangan dengan berinteraksi secara langsung
dengan berbagai pihak, baik pihak BINDA-Maluku – 14 elemen masyarakat serta FKPD
Propinsi Maluku “telah mampu menyerap – menghimpun - menilai” kondisi serta situasi
yang terjadi sebelum peristiwa hingga proses penanganan saat kejadian, berikut
penanganan pasca kejadian yang dilakukan berbagai pihak di wilayah ini. Oleh karenanya
penilaian yang ditemukan oleh tim, kiranya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk dijadikan sebagai alat perbaikan kinerja seluruh steik holder yang terlibat maupun
memperkuat untuk turut serta melakukan penyelesaian masalah secara bersama dan
gotong royong, sehingga Stigma Ambon/Maluku tidak aman dan nyaman dapat ditampik
dengan fakta yang berbeda.
10. Pihak BIN-DA / Community Intelejen
a. Permendagri No. 11/2006, tentang Kominda yang digulirkan sejak 2006 dan
diperbaharui dengan No. 16/2011, tidak direspons dengan baik oleh jajaran
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia “alhasil dengan tidak pedulinya
Kepala Provinsi” mengakibatkan jajaran Kabupaten/Kota jalan di tempat dan ini
menyalahi UU RI No. 32/2004, tentang Pemda.
13
b. Ka. Binda-Prop. Maluku dengan segala keterbatasan dukungan memproklamirkan
dirinya mampu melaksanakan tugas pokok secara optimal.
c. Ka.Binda-Maluku dalam melaksanakan tugas-fungsi serta perannya dalam
pemberdayaan Community Intelejen yang ada di Daerah, kurang mampu
menempatkan dirinya sebagai kepala staf yang bertanggung jawab.
11. Pemda Maluku / Ambon
a. Mampu membaca gelagat dan sinyal keluhan masyarakat secara umum, tentang
kondisi daerah yang berkaitan dengan masalah ekonomi serta sosial,
kemasyarakatan, namun kurang berani melakukan perlawanan terhadap kebijakan
Pemerintah kepada Daerah (Banda-Seal/”lumbung ikan nasional” dan sebagainya)
b. Permendagri Nomor 16 Tahun 2011, tentang Kominda yang telah bergulir sejak 2006
tidak dilaksanakan dalam operasionalnya di daerah secara optimal, karena
terbelenggu dengan masalah rutinitas dan anggaran.
c. Undang-Undang RI tentang penanganan konflik sosial belum dimanfaatkan di
daerah, sebab pihak Kemendagri belum melakukan sosialisasi baik secata
terpusat/tersebar.
d. Peraturan Pemerintah RI Nmor 23 Tahun 2011, tentang tata cara pelaksanaan tugas
dan wewenang serta kedudukan keuangan Gubernur sebagai wakil Pemerintah di
wilayah tentang dana dekonsentrasi sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 “berlaku sama tanpa memperhitungkan aspek geografis – demografi
serta kondisi sosial yang sedang berlaku”
e. KPID di daerah tidak diberdayakan secara optimal dalam rangka pembinaan pers
hingga komunitas penyiaran lainnya di Daerah.
f. Pemuka adat/agama yang dilibatkan saat peredaman konflik lainnya diposisikan
hanya sesaat sebagai “DPK-Dinas Pemadam Kebakaran” semata.
g. Pranata adat dan Pranata sosial yang digunakan untuk meredam konflik, tidak
terbina dibina secara manusiawi.
h. Tidak merespons Protap penanganan konflik terpadu yang diajukan KODam yang
harus disepakati oleh FKPD/Maluku.
14
12. Polda Maluku
a. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998, tentang kemerdekaan menyampaikan
pendapat dimuka umum kurang tersosialisasikan dengan baik, sehingga hal-hal yang
berkaitan dengan “hak-kewajiban serta sanksi” bagi kedua belah pihak tidak
dipahami.
b. Dalam menjalankan Protap Kapolri Nomor 1/X/2010, tentang Penanggulangan
Anarkhis cenderung dalam penanganan masalah di Ambon menempelkan Stigma
Agama, hal ini menambah rasa kebencian masyarakat kepada Polisi.
c. Penegakkan hukum terhadap para kriminal yang berada di kantong-kantong konflik
tidak tegas ditindak.
d. Tidak merespons Protap penanganan konflik yang diajukan.
13. KoDam Maluku
a. Susunan organisasi dan tugas dalam struktur penanganan konflik yang terjadi, hal
pembagian dan jabatan masing-masing pejabat pada situasi yang sedang berlaku
tidak jelas.
b. Peraturan Panglima TNI, No. Perpang Nomor 71/VIII/2011, tanggal 19 Agustus 2011,
tentang “Buku Petunjuk Pelaksanaan Perbantuan TNI kepada Polri Dalam Rangka
Kamtibmas” sudah terbaca dan justru menimbulkan kebimbangan, antara lain :
1) KUHP No. 48, 49, 50, 51 yang jadi pegangan perlu dijadikan rujukan oleh aparat
TNI di lapangan “berbahaya”.
2) Catatan alih kodal bila eskalasi berkembang dari situasi rawan ke situasi gawat
tidak dicantumkan.
c. Protap bersama yang diketahui dan disepakati oleh FKPD tentang penanganan
konflik sosial yang terjadi di lapangan tidak ada.
14. Kajati Maluku
a. Mengeluh terhadap penanganan para kriminal yang berada di kantong-kantong
konflik, karena Kantor Kejaksaan mendapatkan guliran demonstrasi setiap hari
sebagai langkah intimidasi publik.
b. Meminta pengamanan kantor kepada pihak TNI.
15
15. Kemkominfo
Perangkat KPID dibwah jajaran kemkominfo tidak memberikan pemberitaan yang
berimbang terhadap kasus pada 15 Mei 2012, sehingga timbul di masyarakay Ambon
rasa tidak aman dan nyaman.
IV. TINDAKAN YANG DISARANKAN
16. Umum
Dengan melihat dan menilai kepada hasil interaksi langsung dengan para pihak
terkait di lapangan secara akrab dan keganjilan dan kelemahan yang ditemui
berdasarkan dialog maupun melalui tahapan analysis yang dilakukan oleh tim terhadap
tataran pengambil kebijakan-pelaksanaan lapangan s/d obyek serta kewajiban Negara
yang dituangkan dalam UUD Negara RI 1945 untuk mencapai TUNAS yang diharapkan,
tentunya tim berupaya untuk mencarikan solusi sebagai rekomendasi untuk pemecahan
masalah di lapangan tercapai, agar rasa aman dan nyaman masyarakat Maluku terwujud
sehingga program pembangunan di daerah dapat berjalan, sehingga kesejahteraan
rakyat di bidang ekonomi dan sosial menjadi kenyataan.
17. Saran & Rekomendasi
Agar keganjilan dan kelemahan yang ditemui di lapangan tidak terjadi lagi,
diperlukan langkah tindakan yang komprehensif serta integralistik dari tataran tingkat
pusat untuk serta terlibat langsung dalam pemulihan situasi yang sedang terjadi di
wilayah Propinsi Maluku, agar resistensi yang terjadi tidak melemahkan kesatuan
persatuan Bangsa di wilayah tersebut, dengan cara mengundang dengan mitra kerja,
sebagai berikut :
a. Kepala Badan Intelejen Nasional, agar :
1) Memprioritaskan penataan TOP/DSPP bagi jajaran BIN di seluruh wilayah tanah
air serta klasifikasi Daerah.
2) Penempatan Ka.BINDA di wilayah harus melalui seleksi ketat dan bukan semata
karena pendekatan pertemanan dan kesejahteraan semata.
16
3) Melakukan K31 dengan KemenDagri, tentang penyelenggaraan Kominda yang
harus dilakukan oleh jajarannya serta dana dekonsentrasi yang dibutuhkan
Daerah.
b. Kementerian Dalam Negeri, agar :
1) Konsekwen untuk melaksanakan Permendagri Nomor 16 Tahun 2011, tentang
Kominda oleh jajarannya di lapangan.
2) Dana dekonsentrasi sesuai dengan amanah Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun
2004, tentang Pemerintah Daerah yang dituangkan penguatannya dalam
Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2011 harus mempertimbangkan faktor
geografis-demografis serta kondisi sosial yang sedang berlaku dan tidak di sama
ratakan sebab tingkat kesulitan yang dihadapi per daerah berbeda.
3) Segera mensosialisasikan Undang-Undang tentang Penanganan Konflik Sosial ke
33 wilayah Provinsi, agar tidak ada pemahaman yang tidak jelas.
4) Tiap wilayah harus menjabarkan bersama FKPD setempat untuk membuat Protap
penanganan konflik sosial sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 16
Tahun 1960, tentang permintaan dan pelaksanaan bantuan militer sebagai
turunan dari peraturan Pemerintah pengganti UU Nomor 23 Tahun 1959,
tentang Keadaan Bahaya.
c. Kementerian Pertahanan & TNI
1) Renstra pengadaan alutsista TNI untuk 2010-2014 untuk mencapai MEF/28,7%
agar memperhatikan pengajuan UO “TNI-AL” KAL & LST/Patroli/Pos AL.
2) Menjelaskan pemotongan 50% BBM untuk operasional KAL & pesawat Cessna
TNI AL dengan BBM 400 liter/jam (pengamatan wilayah pantai)
3) Menjelaskan Peraturan Panglima TNI No. Perpang 71/VIII/2011, tanggal 19
Agustus 2011, tentang Perbantuan TNI kepada Polri tentang Kamtibmas.
17
d. Kepolisian Republik Indonesia
1) Pelaksanaan Protap Kapolri No 1/X/2010, tentang penanggulangan anarkhis
berkaitan dengan KUHP.
2) Penjabaran dari Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah
Daerah berikut kaitannya dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun
1960, tentang Permintaan dan Pelaksanaan Bantuan Militer sebagai turunan dari
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya sampai dengan
penjabarannya hingga ke tingkat Daerah dalam bentuk Protap bersama FKPD s/d
SKPD.
3) Pemahaman masyarakat tentang Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1998,
tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka Umum.
e. Kemkominfo
Kemkominfo harus bekerja sama dengan KPI dan KPID dalam rangka penertiban
penyiaran yang merugikan stabilitas Nasional dan harus mengambil langkah
tindakan hukum.
V. KESIMPULAN
18. Tim Komisi I DPR-RI sesuai perintah Undang-Undang untuk melakukan tiga
fungsinya antara lain fungsi pengawasan terhadap kinerja Pemerintah serta hak untuk
bertanya kepada berbagai pihak terhadap sesuatu yang terjadi guna mendapatkan
kejelasan yang bertanggung jawab secara utuh sepanjang tahun 2010 s/d 2014 di
seluruh wilayah tanah air berhubungan dengan tugas, fungsi serta peran mitra kerja
sesuai Pembidangan, terlebih dengan kasus yang terjadi pada tanggal 15 Mei 2011 di
Kota Ambon-Provinsi Maluku, seolah-olah aparat Intelijen tidak bekerja optimal,
demikian juga dengan pihak aparat keamanan setempat yang dituduh terlambat dan
tidak mampu menangani masalah secara cepat-tepat-tuntas pada akar masalah yang
terjadi, demikian juga terhadap aparat penegak hukum yang melaksanakan fungsinya
secara tebang pilih sehingga masyarakat kecewa dan terlebih penanganan terhadap para
kriminal yang terkesan takut, hal ini menimbulkan rasa tidak aman dan nyaman pada
kehidupan masyarakat secara umum, terlebih propinsi dibawah pimpinan Gubernur
18
dalam mewujudkan kesejahteraan sesuai amanat UUD Negara RI 1945 Pasal 33
dintervensi tentang Pengelolaan SDA oleh Pemerintah Pusat, sehingga terbuai dengan
rutinitas tugasnya dan alhasil tugas tambahan yang terkait dengan Permendagri Nomor
16 Tahun 2011, tentang Kominda terabaikan. Dengan temuan serta rekomendasi tim
dari rangkaian kejadian tanggal 15 Mei 2012 ini, kepada mitra serta kementerian terkait
lainnya, diyakini pembangunan daerah akan berjalan dengan baik sehingga keutuhan
wilayah NKRI di wilayah ini tercapai dan kesejahteraan rakyat yang berkaitan dengan
rasa aman dan nyaman tergapai.
VI. PENUTUP
19. Demikian laporan kerja Tim Komisi I DPR RI ke Ambon-Provinsi Maluku dilaporkan
sehubungan dengan terjadinya kasus tanggal 15 Mei 2012 dan semoga apa yang
disampaikan sebagai hasil kerja ini, dapat dipedomani oleh Pimpinan sebagai bahan
masukan untuk memberikan pertimbangan perbaikan kepada pihak Pemerintah dan hal
yang disampaikan ini semata untuk tetap terjaganya keamanan dan kenyamanan
masyarakat demi menjaga tetap tegaknya bingkai NKRI di Daerah.
Jakarta, 25 Mei 2012
Sekretaris Pimpinan
H. Tritamto m o, SH TB. Hasanuddin, SE, MM A.322 A.350
19