· web viewdewan perwakilan rakyat republik indonesia laporan kunjungan kerja spesifik timkomisi i...

27
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK TIM KOMISI-I/DPR-RI PADA TAHUN SIDANG KE-IV TAHUN 2011-2012 DI AMBON PROVINSI MALUKU SEHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KASUS 15 MEI 2012 PADA TANGGAL 22 s/d 24 MEI 2012 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Jakarta : 25 MEI 2012 Ka. TIM : TB. HASANUDDIN. SE, MM/A.350 Sekretaris : H. TRITAMTOMO, SH/A.322 Delegasi : H. SALIM MENGGA/A.73-DRS. MUZZAMIL YUSUF 1

Upload: others

Post on 11-Feb-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK TIM KOMISI-I/DPR-RI

PADA TAHUN SIDANG KE-IV TAHUN 2011-2012DI

AMBON PROVINSI MALUKUSEHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KASUS 15 MEI 2012

PADA TANGGAL 22 s/d 24 MEI 2012

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Jakarta : 25 MEI 2012Ka. TIM : TB. HASANUDDIN. SE, MM/A.350Sekretaris : H. TRITAMTOMO, SH/A.322Delegasi : H. SALIM MENGGA/A.73-DRS. MUZZAMIL YUSUF A.474-

DRS. H.AM. RUSLAN / A.466-SAYED ME. SE, MSI/A.416

1

Page 2:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

DEWAN PERWAKILAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA

LaporanKunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI

KeAmbon – Provinsi Maluku

Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait Kasus 15 Mei 2012Pada Tanggal 22 s/d 24 Mei 2012

I. PENDAHULUAN

1. Umum

Provinsi Maluku dengan Kota Ambon sebagai Ibukota berada di wilayah

Indonesia bagian Timur berbatasan langsung dengan Provinsi Papua-Negara Timor Leste

hingga wilayah Provinsi Maluku Utara dan secara geografis wilayah ini dikelilingi oleh

lautan yang 2/3 wilayah lautnya merupakan penghubung dengan wilayah daratan yang

tersebar di wilayah Maluku Tengah-Maluku Tenggara dan Maluku Tenggara Barat,

sehingga provinsi ini memiliki 9 Kabupaten dan 2 Kotamadya dengan jumlah populasi

penduduk berkisar + 1.500.000 jiwa, dengan komposisi yang heterogen, majemuk dan

beragam, penyebaran penduduk yang meluas dengan keterbatasan sumber kehidupan

yang dapat ditata oleh masyarakat serta fasilitas pendukung lainnya mengakibatkan

masyarakatnya tergolong miskin dan kondisi ini memposisikan Provinsi Maluku menjadi

daerah tertinggal/miskin dengan urutan nomor + 4 sewilayah Provinsi NKRI (Negara

Kesatuan Republik Indonesia).

Ditinjau dari aspek geografis, demografis hingga kondisi sosial kemasyarakatan, wilayah

ini rentan terhadap berbagai masalah sosial, terlebih pasca kejadian tahun 1999 hingga

2

Page 3:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

kini masyarakatnya secara umum belum merasakan adanya kenyamanan dan keamanan

yang sebenarnya, hal ini terjadi dikarenakan belum terpenuhinya kebutuhan hidup

standar yang merata di seluruh strata kemasyarakatan yang ada, sehingga gesekan

kecilpun sebagai bentuk kenakalan remaja dapat memicu terjadinya konflik horizontal

yang berbau SARA, terlebih dengan jumlah aparat keamanan yang tidak memadai

disertai dukungan lainnya yang sangat terbatas telah mampu menciptakan peluang bagi

pihak ketiga untuk memanfaatkan politik “Devide it e mpera ”/ politik pecah belah lebih

berjalan mulus dan keributan cenderung dapat merobek bingkai NKRI di daerah. Hal ini

menjadi sangat berbahaya bila pihak Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah tidak

responsif untuk melakukan tindakan perbaikan di semua sektor kehidupan masyarakat

secara serentak dan cepat.

2. Maksud dan Tujuan

Untuk memberikan masukan dengan gambaran yang utuh dari aspek yang

ditinjau di lapangan kepada Pimpinan, dengan tujuan untuk dapat digunakan sebagai

pegangan untuk mengundang pihak Mitra kerja/Pemerintah guna disampaikan kepada

forum tersebut terhadap hal-hal yang perlu untuk mendapatkan perhatian maupun

perbaikan dari Kementerian terkait, agar Pemerintah Daerah Provinsi Maluku tidak

berjalan sendirian dalam kegelapan, sehingga pembangunan yang diharapkan dapat

terwujud, masyarakat sejahtera dan resistensi benturan komunal dapat dieleminir serta

ditiadakan.

3. Dasar

Perintah lisan Ketua Komisi-I/DPR-RI pada tanggal 21 Mei 2012, terhadap

penunjukan beberapa personil Anggota Fraksi di Komisi I DPR RI, untuk melakukan

investigasi terhadap kasus yang terjadi pada tanggal 15 Mei 2012/Pawai Obor sebagai

hari peringatan Napak Tilas Perjuangan “Pattimura” yang berujung ricuh, hal ini

dilakukan sebagai upaya menilai serta merekomendasi dan solusi penyelesaian kepada

berbagai pihak terkait, komposisi T im sebagai berikut:

a. TB. Hasanuddin, SE, MM sebagai Ka. Tim / F.PDI-P.

b. H. Tritamtomo, SH sebagai Sekretaris Tim / F.PDI-P.

3

Page 4:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

c. Mayjen TNI (Purn) Salim Mengga, S.Sos sebagai Anggota / F.PD.

d. Drs. H. Al Muzzamil Yusuf, M.Si / F.PKS.

e. Drs. H. A. Muchamad Ruslan / F. PG.

f. Sayed Mustafa Usab, SE, M.Mi / F. PAN.

4. Ruang Lingkup & Tata Urut

Laporan ini dibuat dengan susunan serta tata urut yang lazim digunakan, sebagai

berikut :

a. Pendahuluan.

b. Kegiatan Lapangan.

1) Pertemuan dengan Ka. BinDa Propinsi Maluku.

2) Pertemuan dengan 14 elemen masyarakat setempat.

3) Pertemun dengan F.KPD serta perwakilan Pemda setempat.

c. Keganjilan & Kelemahan.

d. Tindakan yang disarankan.

e. Kesimpulan.

f. Penutup

II. KEGIATAN LAPANGAN

5. Umum

Dalam melaksanakan tugas pengawasan yang akan dilakukan di wilayah tersebut,

Tim terlebih dahulu melakukan langkah tindakan ke dalam dalam upaya optimalisasi

terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan agar berhasil guna optimal, dengan lebih awal

mencari informasi pendukung yang akan dipakai dalam melengkapi data di lapangan

kelak. Oleh sebab itulah, Tim sejak di pangkalan berusaha untuk mencari unsur utama

keterangan dan perkiraan lain yang akan dicari di lapangan, agar akurasi informasi dapat

dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan rekomendasi pada pihak Pemerintah

secara benar dan tepat.

4

Page 5:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

6. Pertemuan dengan Ka. Binda Prop. Maluku , hal-hal yang disampaikan, sebagai berikut :

a. Letak geografis serta kondisi demografis disertai kondisi sosial kemasyarakatan yang

masih memprihatinkan dan memerlukan perhatian untuk perbaikan secara

terintegrasi belum tertangani dengan baik.

b. Jumlah personil BinDa dalam melaksanakan tugas fungsi serta perannya untuk

mengsukseskan pencapaian tugas pokok yang diembannya.

c. Permendagri Nomor 16 Tahun 2011 tentang Kominda (Komunitas Intelijen Daerah)

yang harus sinkron dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen

Negara belum sepenuh hati dipahami oleh pihak Mitra terlebih pada tataran

Kabupaten sampai dengan Kotamadya.

d. Pembentukan jejaring di daerah-daerah.

e. Pasca kejadian tahun 1999 yang menghancurkan pranata kehidupan kemasyarakatan

dan Berbangsa di wilayah Maluku.

f. Pengembalian senjata milik Polri yang beredar di masyarakat pada tahun 1999.

g. Kepala Daerah baik di tingkat Propinsi hingga kabupaten/kota disibukkan dengan

masalah rutinitas, sehingga tugas tambahannya selalu Ketua Kominda Daerah tidak

optimal dilakukan dan cenderung pasrah.

h. Dinamika yang terjadi dan berkembang pasca kejadian tahun 1999, sesuai dengan

pengamatan serta penggambaran aparat Komunitas Intelijen Daerah. Terlebih, pintu

masuk untuk melakukan hal tercela telah tersedia,” yaitu : MTQ-Pilkada hingga

PilPres yang akan datang.

i. Pernyataan KaBinda Propinsi Maluku , bahwa walaupun dengan segala keterbatasan

yang dimiliki, baik SDM – alkapsus hingga anggaran jajarannya mampu bekerja

secara maksimal.

7. Pertemuan dengan kelompok dalam masyarakat setempat dan hal-hal yang

disampaikan, sebagai berikut:

a. KNPI – Propinsi Maluku

1) Pemerintah tidak tanggap terhadap isu yang berkembang, bahwa pelaksanaan

MTQ yang antara lain merupakan program Pemerintah sekedar bagi-bagi rizki

semata.

5

Page 6:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

2) Pihak aparat keamanan dalam menangani keributan dari kenakalan remaja dan

berdampak meluas selalu menggunakan stigma agama “ini berbahaya”.

3) Media tidak profesional dalam menyebarkan informasi dan tidak

memprioritaskan dampak negatifnya, sehingga terbesit berita “bahwa Ambon

tidak aman”.

4) Peran Pemda berikut “penerangan masyarakat” tidak berupaya untuk

menetralisir situasi.

b. Pendeta G ereja Protestan Maluku

1) Tanggung jawab Negara untuk menuntaskan kemiskinan disegala bidang

kehidupan tidak terlaksana, hal ini menimbulkan kerentanan sosial yang

membahayakan kesatuan persatuan bangsa di daerah.

2) Aparat intelijen dan aparat keamanan tidak mampu membaca gelagat yang akan

terjadi sehingga masyarakat menjadi korban.

3) Kenapa Pemerintah tidak melakukan penanganan terhadap kantong-kantong

konflik secara spesifik, seolah terjadi pembiaran dan pemeliharaan terhadap

kondisi negatif ini.

c. HMI - Propinsi Maluku

1) Rakyat kecewa terhadap janji Pemerintah yang ingin menjadikan Propinsi Maluku

sebagai “l u mb u ng ikan nasional ” yang dicanangkan sejak 2010 dan hingga kini

tidak terealisir (struktur dan intra struktur yang dijanjikan “Nol”).

2) Harapan rakyat agar Propinsi Maluku sebagai propinsi kepulauan beserta 6

propinsi lainnya yang dijanjikan Pemerintah harus terwujud dalam bentuk

undang-undang “belum terwujud sangat mengecewakan rakyat”

3) Mengapa aparat intelejen dan aparat keamanan tidak antisipasi terhadap gejala

kejadian tanggal 15 Mei yang lalu padahal riak-riak sudah tampak dan ini seolah

pembiaran.

4) Harapan kepada aparat keamanan, agar stigma terjadi konflik antara agama

dihilangkan dan ini berbahaya.

5) Rencana penyelenggaraan MTQ bulan Juni 2012 merupakan hajat Nasional dan

untuk mengangkat martabat daerah kenapa isu anti MTQ yang dilansir pihak-

6

Page 7:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

pihak tertentu seolah saat itu akan terjadi clash agama “menyesatkan dan

dimana aparat intelijen kita”.

d. Ikatan Mahasiswa Nasional - Ambon

1) Kejadian yang terjadi di maluku secara menerus mengindikasikan aparat

keamanan baik intelijen – TNI – Polri tidak profesional.

2) Stigma Maluku tidak aman harus dirubah menjadi “Maluku Aman” dan ini bisa

dicapai kalau Pemerintah serius dan bila tidak rakyat akan menderita terus.

e. Pensiunan P egawai Negeri

1) Penanganan konflik yang terjadi pasca 1999 baik secara nasional/lokal, hingga

kini sangat lemah.

2) Penanganan terhadap para pelaku kriminal sangat lemah dan demikian dengan

keormasan yang diorganisir dari masyarakat sangat tidak menguntungkan.

3) Penanganan terhadap dampak konflik tidak menyentuh perbaikan pada sektor

kultur sosial kemasyarakatan, dibiarkan para kriminal bergerak liar sebagai bola

salju yang dapat membahayakan kehidupan ketenteraman masyarakat.

4) Pembinaan sebagai sentuhan perbaikan akhlak moral anak Bangsa selaku pelaku

kriminal dan di daerah bekas konflik “tidak dibina dan diberdayakan” melalui

pola dan metoda yang benar.

5) Intelijen lemah dan aparat keamanan dalam penanganan keributan terkesan

lambat.

f. MUI – Maluku

1) Stigma Ambon rusuh sebaiknya tidak digunakan “sebab umat Kristiani dan umat

Islam di wilayah ini sangat gu y ub ” dan yang terjadi adalah tawuran anak muda

dan bukan konflik agama.

2) Aparat intelijen harus kuat, sebab provokator bermain di wilayah ini.

g. Raja Maluku Tengah / Raja Mau-Kei

1) Kejadian-kejadian di Maluku sengaja dibesar-besarkan oleh oknum-oknum

tertentu dan seolah-olah jadi proyek rutin “olehnya tangkap provo kator agar

jelas segalanya ”

7

Page 8:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

2) SKPD tingkat Kab. Maluku Utara kurang komunikatif dengan pemuka adat

setempat dan cenderung mengintimidasi kepada rakyat dan berpihak pada

kekuasaan semata.

3) Penegakkan hukum yang adil berkeadilan dan berpihak pada masyarakat belum

dilaksanakan.

h. Majelis Ratu Pat i - Maluku

1) Pembangunan di daerah dirasakan jalan di tempat dan tidak bermanfaat bagi

rakyat, sebaiknya pembangunan di awali dari desa baru ke kota.

2) Aparat intelijen – TNI maupun Polri, harus mampu mengamankan program

kedepan (MTQ-Pilkda dsb.) demi menciptakan perlindungan bagi rakyat.

3) Bantuan Pemerintah untuk masyarakat pantai tidak kunjung datang “alat

tangkap ikan dsb.”, masyarakat membutuhkan dan kecewa.

4) Dalam penanganan masalah Pranata adat dan pranata sosial kurang

diberdayakan oleh FKPD/SKPD, sehingga persoalan selalu silih berganti datang.

i. Akademisi / Universitas Patimura

1) Universitas Patimura kurang diberdayakan dalam membuat kajian strategis untuk

membangun “Maluku yang aman dan sejahtera”

2) Pemerintah Pusat jangan berjanji bila tidak mempunyai kemampuan untuk

merealisasikannya (Maluku sumber ikan Nasional dan Undang-Undang

Kepulauan)

3) Maluku rentan terhadap benturan, olehnya provokator harus mampu dideteksi

oleh aparat intelijen, oleh karenanya aparat ini harus kuat dan kenyataannya

aparat intelijen cenderung saat ini lemah.

j. Akademisi / Universitas Patimura

1) Pemerintah daerah tidak mampu menyelesaikan persoalannya secara mandiri

dan perlu bantuan dari pusat, olehnya tepat apabila Komisi I DPR-RI datang

untuk menjembatani hal-hal yang disampaikan Saudara kami di depan.

2) Aparat intelejen-aparat keamanan dan Pemda lemah dalam rangka mewujudkan

dan membangun ketahanan masyarakat di daerah.

8

Page 9:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

3) Kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah menurun, sebab Pemerintah

kurang peduli kepada kesulitan yang dialami di daerah.

4) Biaya pendidikan Universitas Patimura 1 tahun Rp 45 Miliar sedangkan di wilayah

lain cukup tinggi, apakah Pemerintah pusat peduli untuk membangun SDM yang

berkualitas untuk membangun daerah Maluku.

5) Ketimpangan kehidupan ekonomi sosial masyarakat sangat memprihatinkan dan

bila berlarut tidak ada perhatian, maka Maluku akan semakin terpuruk.

k. Akademisi / Universitas Patimura

1) Rehabilisasi daerah pasca keributan tidak tertangani secara terpadu.

2) Tawuran yang terjadi selama ini sebagai akibat lemahnya kondisi perekonomian

serta sosial kemasyarakat dan bukan bernuansa agama.

3) Pemuka adat diposisikan sebagai “Dinas Pemadam Kebakaran” semata dalam

melerai perseteruan.

4) Dampak peristiwa 1999 masih ada dan aman terkendali hanya slogan semata,

olehnya “upaya Pemerintah untuk melakukan pemerataan pembangunan harus

menjadi prioritas dan hal ini terkesan lamban”.

5) Media cenderung sebagai peniup bara api semakin membesar, pihak Pemerintah

cenderung pasif.

6) Masyarakat Ambon sangat heterogen dan majemuk (asli dan pendatang), Pemda

belum memiliki metoda yang baik untuk membangun kedua kultur ini menjadi

kekuatan tangkal ancaman di Daerah.

7) Polri dan Kejaksaan tidak mampu menegakkan hukum dengan berani dan benar.

8) Dalam menangani tindak kejahatan, stigma Pemerintah terhadap yang berbau

agama, sebaiknya tidak digunakan oleh aparat keamanan setempat secara vulgar

“ini dapat menjadi sebagai pemicu kemarahan dan solidaritas sesat terbangun

pada masyarakat”.

l. Pers – Ambon

1) Plesetan isi berita tidak ada dan yang ada serta benar adalah kejadian yang

sebenarnya, karena yang saat ini ada di Ambon banyak perwakilan media dari ibu

kota dan Freelance.

9

Page 10:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

2) Tidak terima kalau pers Ambon dikatakan sebagai pintu konflik baru dan menjadi

kambing hitam.

3) Provokator harus mampu dicari dan ditemukan oleh aparat Intel/aparat

keamanan di wilayah ini dan beri sanksi hukum yang tepat.

m. Pemuda/Lembaga Kajian Maluku Tua

1) Maluku hingga saat ini tidak aman dan belum aman.

2) Intelejen dan aparat keamanan lemah, tidak tegas dan tidak paham maunya

rakyat.

3) Polri Maluku dalam menangani masalah terhadap pelaku-pelaku kriminal lemah

dan terkesan pilih kasih, hal ini ditandai dengan kasus “September 2011 belum

juga terungkap”

n. Raja Batu Merah

1) Peristiwa 15 Mei diawali pawai obor dan akibat ada anak nakal yang melempar

batu pada kerumunan pihak lain dan bukan bernuansa agama.

2) Kemampuan antisipasi aparat keamanan lemah demikian juga dengan aparat

BinDa di Daerah.

3) Gelar pasukan untuk pengamanan rute yang dikomandoi pihak Polri Daerah

terkesan asal-asalan (titik kritis dan daerah kritis tidak diperhitungkan).

8. Pertemuan dengan FKPD & Aparat Pemda Lainnya, hal-hal yang disampaikan, sebagai

berikut:

a. Gubernur

1) Kondisi Propinsi Maluku mulai 2003 s/d 2012, setiap tahunnya selalu mengalami

permasalahan yang berkaitan dengan masalah keamanan D aerah .

2) Sesuai temuan intelijen serta BNPT, mengindikasikan bahwa Propinsi Maluku

menjadi Base Camp terorisme.

3) Dicelah Timor Gap (batas antara Timor Leste – Australia – Indonesia) ditemukan

ada SDA/minyak & gas dan akan beroperasi segera, olehnya diperlukan adanya

tingkat pengamanan dan keamanan yang lebih baik.

10

Page 11:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

4) Propinsi Maluku dalam pengelolaan SDA-nya, hendaknya jangan diintervensi oleh

pusat (sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah

Daerah).

5) Tingkat kemiskinan masyarakat Maluku cukup memprihatinkan, olehnya bantuan

Komisi-I untuk memfasilitasi perbaikan kehidupan rakyat kami sangat

diharapkan.

6) Dana Dekonstrasi sesuai Peraturan Pemerintah RI Nomor 23 Tahun 2011, dengan

jumlah Rp 8 Miliar yang dikucurkan Pemerintah dengan bentuk medan wilayah

Provinsi Maluku seperti ini, tidak mampu menopang terobosan pembangunan

maupun untuk mendukung mitra sebagai dana operasional dilapangan.

b. Panglima KoDam XVI / PTM

1) Pasca kejadian tahun 1999 masih menyisakan traumatik bagi masyarakat

Maluku.

2) Kondisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan yang masih memprihatinkan,

mengakibatkan rakyat mudah terprovokasi dan labil “ini peluang pihak ke - III

untuk bermain”.

3) Kejadian benturan serupa sejak 15 bulan yang lalu jumlahnya 17 kali, ini

mengindikasikan bahwa Maluku rentan konflik sosial.

4) Akibat keterbatasan jumlah aparat keamanan dan kemampuan yang didukung

oleh sarana prasarana angkutan yang terbatas, mengakibatkan wilayah ini rawan

penyelundupan/perdagangan miras hingga obat terlarang s/d bom rakitan, illegal

fishing hingga perdagangan orang.

5) Sisa-sisa kelompok P. Buru/Kelompok 99 hingga Kelompok RMS masih ada dan

masih berupaya masuk dalam sendi kehidupan masyarakat melalui perjuangan

politik.

6) BNPT Pusat memberi estimasi “bahwa Maluku / Ambon” merupakan basis

“terorisme untuk kawasan Indonesia Timur untuk aspek “rekrutmen – pelatihan”

dan hal ini memposisikan Ambon sebagai daerah permainan.

7) Peristiwa 15 Mei 2012 yang lalu bukan masalah agama dan TNI telah

memberikan bantuan kepada pihak Polda setempat secara berlapis.

11

Page 12:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

8) Untuk menghadapi segala dinamika, setiap saat pihak Kodam menyiagakan

pasukan Kodam untuk tugas perbantuan.

c. Kapolda Maluku

1) Peristiwa 15 Mei 2012 bukan masalah agama dan kejadian dipicu oleh kelompok

anak nakal yang melempari kelompok iring-iringan obor.

2) Polda telah mengantisipasi dan minta bantuan perkuatan Kodam untuk

melakukan pengamanan rute, namun jumlah personil yang terbatas tidak

mampu menggelar personil di sepanjang rute yang dilalui.

3) Pihak provokator yang selalu mencari lengah, berupaya optimal untuk

memanfaatkan HT dan IT yang dilakukan oleh pers freelance untuk memberikan

ketimpang/kejadian apapun keluar Maluku, sehingga Ambon semakin terpuruk.

4) Pers kurang bersahabat dan tidak memberitakan informasi dengan benar.

d. DanLantamal IX / Maluku – Maluku Utara

1) Pihak Lantamal dengan jumlah personil yang ada dan terbatas mendukung

pengamanan wilayah yang dikoordinir oleh Kodam untuk tugas perbantuan

kepada Polda.

2) Kapal yang dimiliki terbatas jumlahnya dan kurang layak untuk pengamanan

wilayah laut yang demikian luas .

3) Jenis kapal dari Guspurla dan GusKamla yang bergerak “ Mobile – dengan BBM

yang terpotong 50%” lebih banyak lamanya patroli di darat dari pada di laut dan

“ demikian pesawat casa dengan 400 liter/jam” sangat membatasi pergerakan

manuver pengawasan wilayah pantai.

4) Jumlah personil pos TNI – AL yang tergelar jumlahnya terbatas dan demikian

dengan sarana pendukung yang dimiliki, kondisi ini mengakibatkan lemahnya

pengawasan wilayah di daerah. (SDM – Radar – Sarpras sampai dengan alat

komunikasi).

e. Kajati Maluku / Wakil

1) Setiap hari kantor Kajati s/d Pengadilan, didemonstrasi oleh masyarakat.

12

Page 13:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

2) Penegakkan hukum yang dilaksanakan bersama dengan pihak Kepolisian serta

pengadilan “terhadap 6 orang yang diduga sebagai provokator peristiwa 15 Mei

2012 yang lalu” perlu pengamanan menerus, karena tiada hari tanpa terror.

3) Enam kapal asing yang melakukan kegiatan illegal fishing setelah ditangkap –

diproses – divonis dan disita menjadi barang milik negara “cenderung jadi besi

tua karena proses lelang berlarut”, sehingga wilayah kesulitan dalam

memberikan pengamanan terhadap aset negara (nilai jual lemah) .

III. KEGANJILAN & KELEMAHAN

9. Umum

Dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Tim Perwakilan Komisi

I/DPR-RI terhadap Mitra kegiatan di lapangan dengan berinteraksi secara langsung

dengan berbagai pihak, baik pihak BINDA-Maluku – 14 elemen masyarakat serta FKPD

Propinsi Maluku “telah mampu menyerap – menghimpun - menilai” kondisi serta situasi

yang terjadi sebelum peristiwa hingga proses penanganan saat kejadian, berikut

penanganan pasca kejadian yang dilakukan berbagai pihak di wilayah ini. Oleh karenanya

penilaian yang ditemukan oleh tim, kiranya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

untuk dijadikan sebagai alat perbaikan kinerja seluruh steik holder yang terlibat maupun

memperkuat untuk turut serta melakukan penyelesaian masalah secara bersama dan

gotong royong, sehingga Stigma Ambon/Maluku tidak aman dan nyaman dapat ditampik

dengan fakta yang berbeda.

10. Pihak BIN-DA / Community Intelejen

a. Permendagri No. 11/2006, tentang Kominda yang digulirkan sejak 2006 dan

diperbaharui dengan No. 16/2011, tidak direspons dengan baik oleh jajaran

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia “alhasil dengan tidak pedulinya

Kepala Provinsi” mengakibatkan jajaran Kabupaten/Kota jalan di tempat dan ini

menyalahi UU RI No. 32/2004, tentang Pemda.

13

Page 14:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

b. Ka. Binda-Prop. Maluku dengan segala keterbatasan dukungan memproklamirkan

dirinya mampu melaksanakan tugas pokok secara optimal.

c. Ka.Binda-Maluku dalam melaksanakan tugas-fungsi serta perannya dalam

pemberdayaan Community Intelejen yang ada di Daerah, kurang mampu

menempatkan dirinya sebagai kepala staf yang bertanggung jawab.

11. Pemda Maluku / Ambon

a. Mampu membaca gelagat dan sinyal keluhan masyarakat secara umum, tentang

kondisi daerah yang berkaitan dengan masalah ekonomi serta sosial,

kemasyarakatan, namun kurang berani melakukan perlawanan terhadap kebijakan

Pemerintah kepada Daerah (Banda-Seal/”lumbung ikan nasional” dan sebagainya)

b. Permendagri Nomor 16 Tahun 2011, tentang Kominda yang telah bergulir sejak 2006

tidak dilaksanakan dalam operasionalnya di daerah secara optimal, karena

terbelenggu dengan masalah rutinitas dan anggaran.

c. Undang-Undang RI tentang penanganan konflik sosial belum dimanfaatkan di

daerah, sebab pihak Kemendagri belum melakukan sosialisasi baik secata

terpusat/tersebar.

d. Peraturan Pemerintah RI Nmor 23 Tahun 2011, tentang tata cara pelaksanaan tugas

dan wewenang serta kedudukan keuangan Gubernur sebagai wakil Pemerintah di

wilayah tentang dana dekonsentrasi sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 “berlaku sama tanpa memperhitungkan aspek geografis – demografi

serta kondisi sosial yang sedang berlaku”

e. KPID di daerah tidak diberdayakan secara optimal dalam rangka pembinaan pers

hingga komunitas penyiaran lainnya di Daerah.

f. Pemuka adat/agama yang dilibatkan saat peredaman konflik lainnya diposisikan

hanya sesaat sebagai “DPK-Dinas Pemadam Kebakaran” semata.

g. Pranata adat dan Pranata sosial yang digunakan untuk meredam konflik, tidak

terbina dibina secara manusiawi.

h. Tidak merespons Protap penanganan konflik terpadu yang diajukan KODam yang

harus disepakati oleh FKPD/Maluku.

14

Page 15:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

12. Polda Maluku

a. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998, tentang kemerdekaan menyampaikan

pendapat dimuka umum kurang tersosialisasikan dengan baik, sehingga hal-hal yang

berkaitan dengan “hak-kewajiban serta sanksi” bagi kedua belah pihak tidak

dipahami.

b. Dalam menjalankan Protap Kapolri Nomor 1/X/2010, tentang Penanggulangan

Anarkhis cenderung dalam penanganan masalah di Ambon menempelkan Stigma

Agama, hal ini menambah rasa kebencian masyarakat kepada Polisi.

c. Penegakkan hukum terhadap para kriminal yang berada di kantong-kantong konflik

tidak tegas ditindak.

d. Tidak merespons Protap penanganan konflik yang diajukan.

13. KoDam Maluku

a. Susunan organisasi dan tugas dalam struktur penanganan konflik yang terjadi, hal

pembagian dan jabatan masing-masing pejabat pada situasi yang sedang berlaku

tidak jelas.

b. Peraturan Panglima TNI, No. Perpang Nomor 71/VIII/2011, tanggal 19 Agustus 2011,

tentang “Buku Petunjuk Pelaksanaan Perbantuan TNI kepada Polri Dalam Rangka

Kamtibmas” sudah terbaca dan justru menimbulkan kebimbangan, antara lain :

1) KUHP No. 48, 49, 50, 51 yang jadi pegangan perlu dijadikan rujukan oleh aparat

TNI di lapangan “berbahaya”.

2) Catatan alih kodal bila eskalasi berkembang dari situasi rawan ke situasi gawat

tidak dicantumkan.

c. Protap bersama yang diketahui dan disepakati oleh FKPD tentang penanganan

konflik sosial yang terjadi di lapangan tidak ada.

14. Kajati Maluku

a. Mengeluh terhadap penanganan para kriminal yang berada di kantong-kantong

konflik, karena Kantor Kejaksaan mendapatkan guliran demonstrasi setiap hari

sebagai langkah intimidasi publik.

b. Meminta pengamanan kantor kepada pihak TNI.

15

Page 16:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

15. Kemkominfo

Perangkat KPID dibwah jajaran kemkominfo tidak memberikan pemberitaan yang

berimbang terhadap kasus pada 15 Mei 2012, sehingga timbul di masyarakay Ambon

rasa tidak aman dan nyaman.

IV. TINDAKAN YANG DISARANKAN

16. Umum

Dengan melihat dan menilai kepada hasil interaksi langsung dengan para pihak

terkait di lapangan secara akrab dan keganjilan dan kelemahan yang ditemui

berdasarkan dialog maupun melalui tahapan analysis yang dilakukan oleh tim terhadap

tataran pengambil kebijakan-pelaksanaan lapangan s/d obyek serta kewajiban Negara

yang dituangkan dalam UUD Negara RI 1945 untuk mencapai TUNAS yang diharapkan,

tentunya tim berupaya untuk mencarikan solusi sebagai rekomendasi untuk pemecahan

masalah di lapangan tercapai, agar rasa aman dan nyaman masyarakat Maluku terwujud

sehingga program pembangunan di daerah dapat berjalan, sehingga kesejahteraan

rakyat di bidang ekonomi dan sosial menjadi kenyataan.

17. Saran & Rekomendasi

Agar keganjilan dan kelemahan yang ditemui di lapangan tidak terjadi lagi,

diperlukan langkah tindakan yang komprehensif serta integralistik dari tataran tingkat

pusat untuk serta terlibat langsung dalam pemulihan situasi yang sedang terjadi di

wilayah Propinsi Maluku, agar resistensi yang terjadi tidak melemahkan kesatuan

persatuan Bangsa di wilayah tersebut, dengan cara mengundang dengan mitra kerja,

sebagai berikut :

a. Kepala Badan Intelejen Nasional, agar :

1) Memprioritaskan penataan TOP/DSPP bagi jajaran BIN di seluruh wilayah tanah

air serta klasifikasi Daerah.

2) Penempatan Ka.BINDA di wilayah harus melalui seleksi ketat dan bukan semata

karena pendekatan pertemanan dan kesejahteraan semata.

16

Page 17:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

3) Melakukan K31 dengan KemenDagri, tentang penyelenggaraan Kominda yang

harus dilakukan oleh jajarannya serta dana dekonsentrasi yang dibutuhkan

Daerah.

b. Kementerian Dalam Negeri, agar :

1) Konsekwen untuk melaksanakan Permendagri Nomor 16 Tahun 2011, tentang

Kominda oleh jajarannya di lapangan.

2) Dana dekonsentrasi sesuai dengan amanah Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun

2004, tentang Pemerintah Daerah yang dituangkan penguatannya dalam

Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2011 harus mempertimbangkan faktor

geografis-demografis serta kondisi sosial yang sedang berlaku dan tidak di sama

ratakan sebab tingkat kesulitan yang dihadapi per daerah berbeda.

3) Segera mensosialisasikan Undang-Undang tentang Penanganan Konflik Sosial ke

33 wilayah Provinsi, agar tidak ada pemahaman yang tidak jelas.

4) Tiap wilayah harus menjabarkan bersama FKPD setempat untuk membuat Protap

penanganan konflik sosial sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 16

Tahun 1960, tentang permintaan dan pelaksanaan bantuan militer sebagai

turunan dari peraturan Pemerintah pengganti UU Nomor 23 Tahun 1959,

tentang Keadaan Bahaya.

c. Kementerian Pertahanan & TNI

1) Renstra pengadaan alutsista TNI untuk 2010-2014 untuk mencapai MEF/28,7%

agar memperhatikan pengajuan UO “TNI-AL” KAL & LST/Patroli/Pos AL.

2) Menjelaskan pemotongan 50% BBM untuk operasional KAL & pesawat Cessna

TNI AL dengan BBM 400 liter/jam (pengamatan wilayah pantai)

3) Menjelaskan Peraturan Panglima TNI No. Perpang 71/VIII/2011, tanggal 19

Agustus 2011, tentang Perbantuan TNI kepada Polri tentang Kamtibmas.

17

Page 18:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

d. Kepolisian Republik Indonesia

1) Pelaksanaan Protap Kapolri No 1/X/2010, tentang penanggulangan anarkhis

berkaitan dengan KUHP.

2) Penjabaran dari Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah

Daerah berikut kaitannya dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 Tahun

1960, tentang Permintaan dan Pelaksanaan Bantuan Militer sebagai turunan dari

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya sampai dengan

penjabarannya hingga ke tingkat Daerah dalam bentuk Protap bersama FKPD s/d

SKPD.

3) Pemahaman masyarakat tentang Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1998,

tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka Umum.

e. Kemkominfo

Kemkominfo harus bekerja sama dengan KPI dan KPID dalam rangka penertiban

penyiaran yang merugikan stabilitas Nasional dan harus mengambil langkah

tindakan hukum.

V. KESIMPULAN

18. Tim Komisi I DPR-RI sesuai perintah Undang-Undang untuk melakukan tiga

fungsinya antara lain fungsi pengawasan terhadap kinerja Pemerintah serta hak untuk

bertanya kepada berbagai pihak terhadap sesuatu yang terjadi guna mendapatkan

kejelasan yang bertanggung jawab secara utuh sepanjang tahun 2010 s/d 2014 di

seluruh wilayah tanah air berhubungan dengan tugas, fungsi serta peran mitra kerja

sesuai Pembidangan, terlebih dengan kasus yang terjadi pada tanggal 15 Mei 2011 di

Kota Ambon-Provinsi Maluku, seolah-olah aparat Intelijen tidak bekerja optimal,

demikian juga dengan pihak aparat keamanan setempat yang dituduh terlambat dan

tidak mampu menangani masalah secara cepat-tepat-tuntas pada akar masalah yang

terjadi, demikian juga terhadap aparat penegak hukum yang melaksanakan fungsinya

secara tebang pilih sehingga masyarakat kecewa dan terlebih penanganan terhadap para

kriminal yang terkesan takut, hal ini menimbulkan rasa tidak aman dan nyaman pada

kehidupan masyarakat secara umum, terlebih propinsi dibawah pimpinan Gubernur

18

Page 19:  · Web viewDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik TIMKomisi I DPR-RI Ke Ambon – Provinsi Maluku Dalam Rangka Mencari Kebenaran Informasi Terkait

dalam mewujudkan kesejahteraan sesuai amanat UUD Negara RI 1945 Pasal 33

dintervensi tentang Pengelolaan SDA oleh Pemerintah Pusat, sehingga terbuai dengan

rutinitas tugasnya dan alhasil tugas tambahan yang terkait dengan Permendagri Nomor

16 Tahun 2011, tentang Kominda terabaikan. Dengan temuan serta rekomendasi tim

dari rangkaian kejadian tanggal 15 Mei 2012 ini, kepada mitra serta kementerian terkait

lainnya, diyakini pembangunan daerah akan berjalan dengan baik sehingga keutuhan

wilayah NKRI di wilayah ini tercapai dan kesejahteraan rakyat yang berkaitan dengan

rasa aman dan nyaman tergapai.

VI. PENUTUP

19. Demikian laporan kerja Tim Komisi I DPR RI ke Ambon-Provinsi Maluku dilaporkan

sehubungan dengan terjadinya kasus tanggal 15 Mei 2012 dan semoga apa yang

disampaikan sebagai hasil kerja ini, dapat dipedomani oleh Pimpinan sebagai bahan

masukan untuk memberikan pertimbangan perbaikan kepada pihak Pemerintah dan hal

yang disampaikan ini semata untuk tetap terjaganya keamanan dan kenyamanan

masyarakat demi menjaga tetap tegaknya bingkai NKRI di Daerah.

Jakarta, 25 Mei 2012

Sekretaris Pimpinan

H. Tritamto m o, SH TB. Hasanuddin, SE, MM A.322 A.350

19