anisapusparani.files.wordpress.com  · web viewberdasarkan penjelasan uu no. 42 tahun 2009 tentang...

16
PAPER Analisis Realisasi APBN Tahun 2005 ke 2006 (Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Sistem Administrasi Negara) Disusun Oleh: 1. Indah Mei (13040674006) 2. Anisa Pusparani (13040674085) 3. Alif Farhan Arifin (13040674088) S-1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA PMP-KN

Upload: others

Post on 16-Sep-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

PAPERAnalisis Realisasi APBN Tahun 2005 ke

2006 (Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbandingan Sistem Administrasi

Negara)

Disusun Oleh:

1. Indah Mei (13040674006)2. Anisa Pusparani (13040674085)3. Alif Farhan Arifin (13040674088)

S-1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA

PMP-KN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

Page 2: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2015BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian APBN Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dari pengertian tersebut dapat dilihat bahwa apbn begitu vital bagi negara indonesia yang merupakan rencana tahunan sehingga semua keperluan penyelenggaraan negara dalam semua sektor negara terkandung dalam APBN, kepentingan pemerintah dan masyarakat serta kebijakan dan program-program tergantung pada APBN. Dikarenakan APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN, sehingga kita perlu mengetahui apakah APBN tersebut sudah dirumuskan dan diimplementasikan sesuai dengan fungsi yang telah disebutkan karena mengingat fungsi APBN yang sangat vital bagi negara indonesia.

Oleh karena itu kami mencoba menganalisis salah satu APBN negara indonesia yaitu pada APBN di tahun 2005 dan 2006 untuk mengetahui apakah APBN tersebut mengalami surplus/deficit dan mengetahui adanya peningkatan atau penurunan realisasi APBN dari tahun 2005ke 2006, serta setelah mengetahui hal tersebut kami juga menganalisis apa yang menyebabkan APBN 2006 ini mengalami surplus/defisit sehingga kita dapat mengetahui dibagian-bagian yang mana saja dari APBN tersebut mengalami pengurangan atau penambahan yang mengakibatkan surpuls/defisit dari APBN 2006.

Page 3: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

BAB IIKAJIAN TEORI

2.1 Pendapatan NegaraPendapatan Negara adalah hak Pemerintah Pusat yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih yang terdiri atas Penerimaan Perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan Penerimaan Hibah. Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi kebijakan pendapatan negara kebijakan pembangunan ekonomi perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum; kondisi dan kebijakan lainnya.

2.1.1 Penerimaan PajakPenerimaan Perpajakan adalah semua penerimaan negara yang terdiri atas Pendapatan Pajak Dalam Negeri dan Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional. a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri

1) Pendapatan pajak penghasilan (PPh)Menurut Rimsky K. Judisseno (1997:76), adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya.

2) pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewahBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, pada bagian umum, Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi.

Menurut Waluyo (2011: 9) menyatakan bahwa pajak pertambahan nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi di dalam negeri (didalam Daerah Pabean), baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa.

Page 4: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

Mardiasmo (2009: 269) menyatakan bahwa apabila dilihat dari sejarahnya, pajak pertambahan nilai merupakan pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan pengertian ini karena Pajak Penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan Negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak.

3) pendapatan pajak bumi dan bangunan4) pendapatan cukai5) pendapatan pajak lainnya

b. Pendapatan Pajak Internasional 1) pendapatan bea masuk2) pendapatan bea keluar

2.1.2 Penerimaan Bukan PajakPenerimaan Negara Bukan Pajak, yang selanjutnya disingkat PNBP, adalah semua penerimaan Pemerintah Pusat yang diterima dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam, pendapatan bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PNBP lainnya, serta pendapatan Badan Layanan Umum (BLU). a. Penerimaan sumber daya alam

1) penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas)

2) penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA nonmigas)

b. Pendapatan bagian laba BUMN 1) pendapatan laba BUMN perbankan2) pendapatan laba BUMN non perbankan

c. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) lainnya 1) pendapatan dari pengelolaan BMN2) pendapatan jasa3) pendapatan bunga4) pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi5) pendapatan pendidikan6) pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi7) pendapatan iuran dan denda

d. Pendapatan BLU 1) pendapatan jasa layanan umum2) pendapatan hibah Badan Layanan Umum3) pendapatan hasil kerja sama BLU4) pendapatan BLU lainnya

Page 5: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

2.1.3 HibahPenerimaan Hibah adalah semua penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang dirupiahkan, rupiah, jasa, dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali dan yang tidak mengikat, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

2.2 Belanja NegaraBelanja Negara adalah kewajiban Pemerintah Pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih yang terdiri atas belanja Pemerintah Pusat dan Transfer ke Daerah.

Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: asumsi dasar makro ekonomi; kebutuhan penyelenggaraan negara; kebijakan pembangunan; resiko (bencana alam, dampak kirisi global) kondisi dan kebijakan lainnya.

2.2.1 Belanja Pemerintah PusatBelanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi adalah belanja Pemerintah Pusat yang dialokasikan kepada Kementerian Negara/Lembaga dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara. Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis adalah

a. belanja pegawaib. belanja barangc. belanja modald. pembayaran bunga utange. subsidif. belanja hibahg. bantuan sosialh. belanja lain-lain

2.2.2 Transfer Untuk DaerahTransfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian. Rincian anggaran transfer ke daerah adalah :a. Dana Perimbangan

1) Dana Bagi Hasil2) Dana Alokasi Umum3) Dana Alokasi Khusus

Page 6: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

b. Dana Otonomi KhususDana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

c. Dana PenyesuaianDana Penyesuaian adalah dana yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

2.2.3 SuspenSuspen merupakan perkiraan (account) yang menampung perbedaan pencatatan realisasi APBN menurut kementerian negara/lembaga dengan pencatatan pengeluaran anggaran yang dilakukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). Angka Suspen yang dilaporkan timbul karena perbedaan pencatatan realisasi Belanja Negara.

2.3 Fungsi APBN1) Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

2) Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.

3) Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.

4) Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.

5) Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan

Page 7: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

6) Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

2.4 Dasar Hukum APBN1. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi dalam

struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-undang ini, khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV pasal 23 mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bunyi pasal 23:

ayat (1): “Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

ayat (2): “Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah”. Berdasarkan hal tersebut maka Pemerintah bersama-sama DPR menyusun Rancangan Undang-Undang APBN untuk nantinya ditetapkan, sehingga akan menjadi dasar bagi Pemerintah dalam mengelola APBN dan bagi DPR sebagai alat pengawasan.

ayat (3): “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu”.

Hal ini dipertegas lagi dalam undang-undang nomor 17 tahun 2003 pasal 15 ayat (6) yang berbunyi “Apabila DPR tidak menyetujui RUU sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran sebelumnya”. Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mendorong terwujudnya pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan. Untuk mewujudkan tujuan dan fungsi anggaran tersebut dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR dan Pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran Undang-Undang Dasar 1945. Pengaturan peran DPR dalam proses dan penetapan APBN diatur dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3). Sementara itu peran pemerintah dalam proses penyusunan APBN diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Page 8: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

Sesuai amanah Undang-undang nomor 17 tahun 2003, dalam rangka penyusunan APBN telah diterbitkan Peraturan Pemerintah nomor 90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga sebagai pengganti PP nomor 21 tahun 2004 tentang hal yang sama. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur hal-hal sebagai berikut: Pertama: pendekatan dan dasar penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L), penyusunan RKA-K/L tersebut disusun untuk setiap Bagian Anggaran, Penyusunan RKA-K/L menggunakan pendekatan a) kerangka pengeluaran jangka menengahb) Penganggaran terpaduc) penganggaran berbasis kinerjaSelain itu RKA-K/L juga disusun menurut klasifikasi organisasi, fungsi dan jenis belanja, serta menggunakan instrumen indikator kinerja, standar biaya, evaluasi kinerja. Kedua: mengatur tentang proses penyusunan RKA-K/L dan penggunaannya dalam penyusunan rancangan APBN. Proses penyusunan RKA-K/L pada dasarnya mengatur tentang proses yang dimulai dari penetapan arah kebijakan oleh Presiden dan prioritas pembangunan nasional sampai dengan tersusunnya RKA-K/L, serta peranan dari Kementerian Perencanaan, Kementerian Keuangan dan Kementerian Negara/Lembaga lainnya. RKA-K/L yang telah disusun tersebut digunakan sebagai bahan penyusunan nota keuangan, Rancangan APBN, Rancangan Undang-Undang tentang APBN dan dokumen pendukung pembahasan Rancangan APBN.

BAB III

Page 9: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

ANALISIS

Page 10: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

APBN tahun 2005 dan tahun 2006 sama sama mengalami defisit anggaran, namun terjadi peningkatan defisit anggaran dari tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar Rp 14.733.465.622.683,- hal ini menjadi salah satu tugas untuk pemerintah agar dari tahun ke tahun APBN tidak mengalami deficit apalagi kenaikan defisit anggaran. Berikut adalah rincian mengenai penaikan dan penurunan dari struktur APBN tahun 2005 sampai 2006.

1. Penerimaan NegaraYang pertama adalah jumlah pendapatan Negara dan hibah mengalami kenaikan

dari tahun 2005 sampai 2006 yaitu sebesar Rp 142.762.929.281.199,- Pendapatan Negara terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak. Penerimaan perpajakan tahun 2005 ke 2006 mengalami kenaikan sebesar Rp 62.171.905.410.408,- dan kenaikan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp 80.061.755.983.490,-

Meningkatnya pendapatan Negara dan hibah salah satunya ditunjukkan oleh komposisi sector perpajakan yang mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan semakin membaiknya perkembangan perekonomian nasional sehingga menyebabkan berkembang pula penerimaan pajak secara perlahan-lahan. Penerimaan perpajakan terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional. Keduanya mengalami kenaikan yaitu pajak dalam negeri sebesar Rp 64.179.582.620.183,- dan pajak perdagangan Internasional sebesar Rp 2.007.768.209.785,-. Penerimaan negara bukan pajak terdiri dari penerimaan sumberdaya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN, dan penerimaan negara bukan pajak lainnya. Kenaikan tertinggi pada penerimaan bukan pajak dari tahun 2005 ke 2006 adalah penerimaan sumberdaya alam yaitu Rp 57.006.544.271.218,-. Hal ini berarti ada peningkatan terhadap kemampuan mengolah sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia sehingga dapat meningkatkan penerimaan sumberdaya alam. Sesuai dengan banyaknya sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia,

Page 11: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

diharapkan pada tahun tahun berikutnya, pendapatan sumberdaya alam juga dapat terus ditingkatnya.

Penerimaan dalam bentuk hibah pada dasarnya merupakan sumbangan atau donasi dari Negara atau lembaga internasional yang tidak perlu dibayar kembali. Pada tahun 2005, realisasi penerimaan hibah mencapai Rp 1.304.782.898.434,- Sedangkan pada tahun 2006 penerimaan hibah mengalami kenaikan yaitu menjadi Rp 1.834.050.785.735,-.

2. Belanja Negara

Belanja Negara Anggaran belanja ditahun 2005 ke 2006 mengalami kenaikan dengan pesat, khususnya pada anggaran belanja pemerintah pusat yang mengalami kenaikan tertinggi dibanding anggaran belanja yang lain. Pada tahun 2005 anggaran belanja pemerintah pusat sebesar Rp 361.155.202.059.513,- dan ditahun 2006 meningkat menjadi Rp 440.032.084.569.643,-. Hal ini terjadi akibat tingginya alokasi untuk menampung berbagai kebutuhan mendesak selama satu semester, termasuk kenaikan anggaran pendidikan, bencana alam, tambahan untuk rekonstruksi di Aceh dan Jawa Tengah serta Pangandaran dan sekitarnya. Dalam anggaran belanja pemerintah pusat, belanja modal adalah anggaran yang peningkatannya paling banyak dari tahun 2005 ke 2006 yaitu sebesar Rp 22.063.035.967.281,-. Tidak semua anggaran belanja Negara di tahun 2005 ke 2006 mengalami peningkatan. Subsidi yang dikeluarkan pemerintah untuk tahun 2005 ke 2006 justru mengalami penurunan, tahun 2005 subsidi yang dikeluarkan sebesar Rp 120.765.318.308.031,- namun tahun 2006 berkurang menjadi Rp 107.431.785.858.675,

Tranfer untuk Daerah di tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami kenaikan, pada tahun 2005 tranfer untuk daerah sebesar Rp 150.463.868.566.482- sedangkan di tahun 2006 sebesar Rp 226.179.954.328.611 – Peningkatan tersebut terjadi karena besarnya kebutuhan untuk pembangunan daerah yang sampai sekarang menjadi masalah untuk pemerintah karena kurangnya pemerataan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: anisapusparani.files.wordpress.com  · Web viewBerdasarkan penjelasan UU No. 42 Tahun 2009 Tentang perubahan Ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Jasa

2011. APBN 2006. (http://perbendaharaan.go.id/new/index.php?pilih=helpdesk&aksi=see&topik=2&pg=224&stg=45&offset=4460 , diakses pada 20 April 2015)

2007. Laporan Realisasi APBN 2006. (www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/LKPP_2006_Audited_25052007.pdf , diakses pada 19 April 2015)

2012. APBN. (http://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara , diakses pada 19 April 2015)