repository.bsi.ac.id · web viewanalisa efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor dan bea...
TRANSCRIPT
ANALISA EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN
BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN
BERMOTOR PADA UPTD SAMSAT BAUBAU
SULAWESI TENGGARA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III
ARHAM
NIM : 62140098
Program Studi Manajemen Perpajakan
Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika
Jakarta
2017
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dimana tugas akhir ini penulis
sajikan dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul tugas akhir, yang
penulis ambil sebagai berikut, “Analisa Efektivitas Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada
UPTD Samsat Baubau Sulawesi Tenggara”.
Tujuan penulisan tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan
program Diploma Tiga (D.III) AMK BSI. Sebagai bahan penulisan diambil
berdasarkan hasil penelitian (eksperimen), observasi dan beberapa sumber
literatur yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa
bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan tugas akhir ini
tidak akan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Direktur Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika.
2. Ketua Program Studi Manajemen Perpajakan Akademi Manajemen Keuangan
Bina Sarana Informatika Jakarta.
3. Bapak Seno Sudarmono Hadi, SE,MM selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir.
4. Bapak Supardjijo selaku Asisten Pembimbing Tugas Akhir.
5. Bapak Edi Muthalib, SE selaku Kepala UPTD Samsat Kota Baubau, yang
telah memberikan kesempatan serta informasi yang dibutuhkan penulis dalam
pelaksanaan Riset untuk penyusunan Tugas Akhir ini..
vii
6. Bapak Saido Bonsai, S.sos., M.Si selaku KaSubag Tata Usaha UPTD Samsat
Kota Baubau.
7. Ucapan terima kasih ditujukan kepada keluarga penulis, terutama kedua
orangtua, saudara-saudara yang telah sangat membantu dalam memotivasi dan
menyarankan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Ucapan terima kasih ditujukan kepada teman-teman 62.6A.25 segala
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu
persatu sehingga terwujudnya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa
penulisan tugas akhir ini masih jauh sekali dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan
dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna khususnya bagi penulis
dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.
Jakarta, 22 Juni 2017
Penulis
Arham
viii
ABSTRAK
Arham (62140098), Analisa Efektivitas Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada UPTD Samsat Baubau Sulawesi Tenggara
Kantor Samsat Kota Baubau merupakan lembaga pemerintah daerah yang bertugas untuk mengelola penerimaan Pajak Kendaran Bermotor baik Pajak Kendaraan Bermotor roda dua dan roda empat, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor termasuk tunggakan dan denda pajak. Analisa efektivitas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas penerimaan PKB dan BBNKB pada Samsat Baubau dengan menggunakan analisis data kualitatif yakni analisis yang tidak didasarkan pada perhitungan statistik yang berbentuk kuantitatif dan disajikan secara sistematis. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas penerimaan PKB tahun 2011 sebesar 100,8% dan mengalami penurunan 8,3 poin (92,5%) ditahun 2012 dan kembali menurun 9,6 poin (82,9%) ditahun 2013. Ditahun 2014, efektivitas PKB mengalami kenaikan sebesar 34,6 poin (118,2%) dan mengalami penurunan lagi ditahun berikutnya sebesar 0,7 poin (117,5%). Efektivitas tunggakan PKB tahun 2011 sebesar 94,4%, mengalami kenaikan 14,2 poin (108,6%) ditahun 2012 dan kembali turun 34,2 poin (74,4%) ditahun berikutnya. Tahun 2014 efektivitas tunggakan naik sebesar 50,7 poin (125,1%) dan terus meningkat ditahun 2015 sebesar 59,4 poin (184,5%). Sedangkan denda PKB tahun 2011 sebesar 124,4%, mengalami kenaikan ditahun 2012 menjadi 175,2% (50,8 poin). Pada tahun 2013 efektivitasnya turun 74,3 poin (100,9%) dan naik menjadi 310,4% (209,5 poin) ditahun 2014 serta mengalami penurunan 59,6 poin (250,8%). Adapun efektivitas BBNKB tahun 2011 sebesar 153,9% dan mengalami penurunan 8,1 poin (145,8%) ditahun 2012 dan kembali turun 62,5 poin (83,3%). Sedangkan di dua tahun berikutnya mengalami kenaikan masing-masing 6,9 poin (90,2%) dan 18,2 poin (108,4%). Hal ini menunjukan bahwa efektivitas penerimaan PKB dan BBNKB dari tahun ketahun semakin meningkat dengan rata-rata berada diatas 100% atau dalam kategori Sangat Efektif.
Kata Kunci : PKB, BBNKB, Tunggakan PKB, Denda, Efektivitas
ix
ABSTRACT
Arham (62140098), Analysis of Motor Vehicle Tax Acceptance (PKB) andTransfer of Motor Vehicle Title (BBNKB) at UPTD Samsat Baubau Southeast Sulawesi
Samsat City Office Baubau is a local government agency tasked to manage the acceptance of Motor Vehicle Taxes both Motor Vehicle Tax and four wheels, Transfer of Motor Vehicle Title including arrears and tax penalties. his effectiveness analysis aimsto know how the effectiveness rate of PKB and BBNKBon SamsatBaubau by using qualitative data analysis ie analysiswhich is not based on quantitative and statistical calculationssystematically presented.Theresults show the effectiveness of PKB revenue in 2011 amounted to 100.8% anddecreased 8.3 points (92.5%) in 2012 and again decreased by 9.6 points (82.9%)in 2013. In 2014, PKB effectiveness increased by 34.6 points (118.2%) anddecreased again in the following year by 0.7 points (117.5%). The effectiveness ofPKB arrears in 2011 amounted to 94.4%, an increase of 14.2 points (108.6%) in2012 and again fell 34.2 points (74.4%) in the following year. In 2014 theeffectiveness of arrears rose by 50.7 points (125.1%) and continued to increase in2015 by 59.4 points (184.5%). Meanwhile, PKB penalty in 2011 amounted to124.4%, increased in 2012 to 175.2% (50.8 points). In 2013 its effectiveness fell74.3 points (100.9%) and rose to 310.4% (209.5 points) in 2014 and decreased59.6 points (250.8%).The effectiveness of BBNKB in 2011 amounted to 153.9%and decreased 8.1 points (145.8%) in 2012 and again fell 62.5 points (83.3%).While in the next two years increased respectively 6.9 points (90.2%) and 18.2points (108.4%). is shows thatthe effectiveness of PKB and BBNKB revenue from year to year increasewith an average above 100% or in the Highly Effective category.
Keywords: PKB, BBNKB, PKB Arrears, Fines, Effectiveness
x
DAFTAR ISIHalaman
Lembar Judul Tugas Akhir............................................................................... iLembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir....................................................... iiLembar Pernyataan Persetujuan Karya Ilmiah................................................. iiiLembar Persetujuan dan Pengesahan Tugas akhir............................................ ivLembar Konsultasi Tugas Akhir....................................................................... vKata Pengantar.................................................................................................. viiAbstrak.............................................................................................................. ixDaftar Isi .......................................................................................................... xiDaftar Gambar.................................................................................................. xiiiDaftar Tabel...................................................................................................... xivDaftar Lampiran................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 11.1. Latar Belakang........................................................................................... 11.2. Perumusan Masalah................................................................................... 31.3. Tujuan dan Manfaat................................................................................... 31.4. Metode Pengumpulan Data........................................................................ 41.5. Ruang Lingkup.......................................................................................... 51.6. Sistematika Penulisan................................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 72.1. Efektivitas Pajak........................................................................................ 7
2.1.1. Pengertian Efektivitas..................................................................... 72.1.2. Pengertian Pajak............................................................................. 82.1.3. Fungsi Pajak................................................................................... 102.1.4. Syarat Pemungutan Pajak............................................................... 102.1.5. Pengelompokkan Pajak.................................................................. 112.1.6. Asas Pemungutan Pajak................................................................. 132.1.7. Sistem Pemungutan Pajak.............................................................. 132.1.8. Timbulnya Hutang Pajak............................................................... 142.1.9. Hapusnya Hutang Pajak................................................................. 15
2.2. Pajak Kendaraan Bermotor........................................................................ 162.2.1. Pengertian PKB.............................................................................. 162.2.2. Subjek, Objek dan Wajib Pajak..................................................... 172.2.3. DPP, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak...................................... 182.2.4. Masa Pajak, Saat Terutang Pajak dan SPTD................................. 222.2.5. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak................................. 232.2.6. Sanksi............................................................................................. 24
2.3. Bea Balik Nama Kendaran Bermotor........................................................ 262.3.1. Subjek, Objek dan Wajib Pajak BBNKB....................................... 262.3.2. DPP, Tarif dan Cara Penghitungan BBNKB................................. 282.3.3. Pengurangan dan Pembebasan Pajak............................................. 302.3.4. Tata Cara Penghitungan dan Penetapan BBNKB.......................... 31
xi
2.3.5. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak................................. 322.3.6. Keberatan dan Banding.................................................................. 332.3.7. Daluarsa, Penagihan dan Penghapusan Piutang............................. 35
BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 373.1. Gambaran Umum UPTD Samsat Baubau................................................. 37
3.1.1. Sejarah dan Perkembangan UPTD Samsat Baubau....................... 373.1.2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja................................................ 413.1.3. Kegiatan Usaha UPTD Samsat Baubau......................................... 45
3.2. Hasil Penelitian.......................................................................................... 453.2.1. Target PKB dan BBNKB UPTD Samsat Baubau.......................... 463.2.2. Realisasi PKB Dan BBNKB UPTD Samsat Baubau..................... 473.2.3. Analisa Kendala dan Upaya Peningkatan Penerimaan.................. 483.2.4. Analisis Efektivitas PKB dan BBNKB.......................................... 49
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 634.1. Kesimpulan................................................................................................ 634.2. saran........................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... 68
SURAT KETERANGAN PKL...................................................................... 69
LAMPIRAN – LAMPIRAN........................................................................... 70
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.1. Struktur Organisasi UPTD SAMSAT Baubau.............................. 41
Gambar III.2. Trend peningkatan/penurunan Target Penerimaan PKB dan
BBNKB SAMSAT Baubau.......................................................... 46
Gambar III.3. Trend peningkatan/penurunan Realisasi Penerimaan PKB dan
BBNKB SAMSAT Baubau.......................................................... 47
Gambar III.4. Efektivitas Penerimaan PKB dan BBNKB................................... 58
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel II.1. Tarif Kepemilikan Kendaraan Bermotor Prov. Sulawesi Tenggara. . 21
Tabel II.2. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Prov. Sulawesi
Tenggara……………….………………………………………….. 29
Tabel III.1. Target Penerimaan PKB dan BBNKB.............................................. 46
Tabel III.2. Realisasi Penerimaan PKB dan BBNKB.......................................... 47
Tabel III.3. Hasil Pembahasan Efektivitas PKB dan BBNKB............................ 58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A1. Hasil Wawancara.......................................................................................... 69
B1. Realisasi Penerimaan UPTD Samsat Baubau Tahun 2011…..…………… 72
B2. Realisasi Penerimaan UPTD Samsat Baubau Tahun 2012…..……………. 73
B3. Realisasi Penerimaan UPTD Samsat Baubau Tahun 2013…..…………….. 74
B4. Realisasi Penerimaan UPTD Samsat Baubau Tahun 2014…..…………….. 75
B5. Realisasi Penerimaan UPTD Samsat Baubau Tahun 2015…..…………….. 76
C1. Target Penerimaan PKB dan BBNKB Tahun 2011-2015………………….. 77
D1. Mekanisme Pelayanan Kantor Bersama Samsat Baubau (Sistem Online)… 78
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian
besar kegiatan negara akan sulit untuk dapat dilaksanakan. Begitu juga dengan
pemerintah daerah, seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka daerah
juga memiliki tanggung jawab sendiri untuk mengelola perpajakannya.
Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan
pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti
jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, dan lain sebagainya
dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari penerimaan pajak. Uang
pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman
bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pendapatan dalam membiayai
pembangunan perlu dikelola dengan baik. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari
hasil pajak daerah, hasil restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah. Pajak daerah memiliki kontribusi yang sangat
penting dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah karena pajak
daerah bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan penerimaan PAD dan juga
mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah salah
satunya dipengaruhi oleh keterlibatan instansi-instansi yang terkait. Upaya
tersebut salah satunya adalah dengan didirikannya Samsat (Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap) guna menampung penerimaan pajak khususnya pajak
1
kendaraan bermotor. Mengingat Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu
pajak yang sangat potensial bagi setiap daerah termasuk Provinsi Sulawesi
Tenggara khususnya Kota Baubau yang sangat penting dan perlu mendapat
perhatian, khususnya dalam hal pencapaian target penerimaan pada Samsat Kota
Baubau. Namun, jika dilihat dari segi ketepatan waktu dan pemenuhan kewajiban
pajak kendaraan bermotor, maka dari tahun ketahun selalu ada peningkatan denda
serta masih banyaknya tunggakan pajak yang diterima.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian mengenai tingkat efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor sebagai alat untuk menganalisa kinerja
pelayanan Samsat Baubau dalam penerimaan pajak tersebut. Untuk itu penulis
melakukan penelitian ini dengan judul, “ANALISA EFEKTIVITAS
PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK
NAMA KENDARAAN BERMOTOR PADA UPTD SAMSAT BAUBAU
SULAWESI TENGGARA”.
1
3
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang diatas, penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Berapa target dan realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada
UPTD Samsat Baubau dari tahun 2011-2015?
2. Berapa target dan realisasi penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
pada UPTD Samsat Baubau dari tahun 2011-2015?
3. Bagaimana efektivitas penerimaaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor pada Samsat Baubau dari tahun 2011-2015?
4. Apa saja kendala dan upaya yang dilakukan UPTD Samsat Baubau dalam
meningkatkan efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui besarnya target dan realisasi penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor pada UPTD Samsat Baubau dari tahun 2011-2015.
2. Untuk mengetahui besarnya target dan realisasi penerimaan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor pada UPTD Samsat Baubau dari tahun 2011-2015.
3. Untuk mengetahui efektivitas penerimaaan Pajak Kendaraan Bermotor dan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada Samsat Baubau dari tahun 2011-
2015.
4. Untuk mengetahui kendala dan upaya yang dilakukan UPTD Samsat Baubau
dalam meningkatkan efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
4
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir ini, yaitu:
1. Penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor serta dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat sebelumnya dalam
perkuliahan di AMK BSI.
2. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat membantu dan memberikan
masukan bagi UPTD Samsat kota Baubau dalam upaya meningkatkan
efektivitas penerimaan PKB dan BBNKB.
3. Diharapkan dari hasil penelitian ini, pembaca dapat menambah pengetahuan
dan wawasan tentang PKB dan BBNKB serta sebagai bahan referensi bagi
penulis/pembaca lainnya yang berminat untuk mengkaji dalam bidang yang
sama tetapi dalam ruang lingkup yang berbeda.
1.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis telah mengumpulkan
data-data yang diperlukan dengan beberapa metode penelitian, yaitu:
1. Observasi
Tekhnik pengumpulan data, dimana penulis melakukan pengamatan langsung
pada objek penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk lebih memahami
masalah yang terjadi dan berkaitan dengan proses penelitian.
2. Wawancara
Penulis melakukan pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan secara
langsung pada pihak yang berwenang memberikan penjelasan tentang objek
penelitian sekaligus meminta data sekunder guna melengkapi bahan dalam
penyusunan laporan Tugas Akhir ini.
5
3. Studi Kepustakaan
Metode penelitian ini dilakukan cara mencari referensi yang mendukung
dalam proses penulisan khususnya mencari landasan teori yang berhubungan
dengan objek yang diteliti guna mempermudah penyusunan Tugas Akhir ini.
1.5. Ruang Lingkup
Samsat atau Satuan Administrasi Manunggal dibawah Satu Atap
merupakan sarana yang dibentuk pemerintah untuk mempermudah pemenuhan
kewajiban yang berhubungan dengan kendaraan bermotor dan retribusi daerah.
Samsat Baubau yang terletak di Jl. Betoambari Nomor 53 Kota Baubau Sulawesi
Tenggara dalam tugasnya sebagai Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD) bertugas
melakukan penerimaan yang berhubungan dengan PKB, BBN-KB, Tunggakan
PKB, Denda, Pening, TPRJK serta Retribusi Parkir. Karena begitu banyaknya
jenis penerimaan pada Samsat Baubau, maka Penulis melakukan pembatasan
ruang lingkup permasalahan dengan hanya membahas mengenai penerimaan PKB
dan BBNKB dalam hubungannya dengan efektivitas penerimaan keduanya dari
tahun 2011-2015.
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, penulis membagi menjadi
beberapa bab untuk mempermudah penulis dalam penyusunan laporan dan
mempermudah pembaca untuk memahaminya. Adapun sistematika penulisannya,
sebagai berikut:
5
6
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi uraian Latar Belakang Penulisan, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat, Metode Pengumpulan Data, Ruang
Lingkup serta Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori tentang Efektivitas, Pengertian
Pajak, Fungsi Pajak, Syarat Pemungutan Pajak, Asas-Asas
Pemungutan Pajak, Sistem Pengenaan Pajak, Timbul dan
Hapusnya Hutang Pajak, Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, serta hal-hal yang berkaitan dengan
PKB dan BBNKB tersebut.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang, Gambaran Umum, Sejarah dan
Perkembangan Berdirinya Samsat Baubau, Struktur Organisasi,
Uraian Tugas Fungsional dari Kantor UPTD Samsat Baubau dan
Hasil Penelitian.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan
saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Efektivitas Pajak
2.1.1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas menurut Richard M. Sterrs dalam Yulianti (2012:39)
menyatakan bahwa, efektivitas adalah proses pencapaian tujuan yang tepat baik
waktu pencapaiannya maupun sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Indikasi
efektivitas adalah unsur waktu dan tercapainya sasaran yang ditetapkan
sebelumnya.
Menurut Indrajaya dalam Yulianti (2012:39) menyatakan bahwa,
efektivitas pada dasarnya dapat dilakukan dengan memperbandingkan tujuan dan
sasaran yang sudah dirumuskan dengan hasil nyata yang dapat dicapai.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas adalah proses pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
dengan cara pengukuran dan perbandingan sasaran atau target dengan hasil nyata
yang telah dicapai (realisasi). Efektivitas juga dapat diartikan sebagai sejauh mana
unit yang dikeluarkan mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Efektivitas Pajak
adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil
pungutan suatu pajak dengan target yang telah ditetapkan. Besarnya tingkat
efektivitas dapat dihitung dengan rumus:
Efektivitas= RealisasiTarget
x100 %
7
Efektivitas berfokus pada hasil yang telah dicapai. Menurut Mahmudi
dalam Yulianti (2012:7) menyatakan bahwa, “Dalam suatu organisasi, program
atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan
yang diharapkan”. Berdasarkan pengertian efektivitas tersebut, dapat disimpulkan
bahwa efektivitas bertujuan untuk mengukur rasio keberhasilan suatu target.
Semakin besar rasio maka semakin efektif, standar minimal rasio keberhasilan
adalah 100% atau 1 (satu), dimana realisasi sama dengan target yang telah
ditetapkan. Rasio dibawah standar minimal keberhasilan dapat dikatakan tidak
efektif. Selama ini belum ada ukuran baku mengenai efektivitas, ukuran
efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan saja.
Tingkat efektivitas digolongkan kedalam beberapa kategori, yaitu:
1. > 100%, berarti Sangat Efektif
2. = 100%, berarti Efektif
3. < 100%, berarti Tidak Efektif
2.1.2. Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(UU KUP) Pasal 1 angka 1 No. 28 Tahun 2007 dalam Mardiasmo, mendefinisikan
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2016:1):
“Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra
7
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut disempurnakan menjadi “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus” –nya digunakan untuk publik saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment”.
Andriani dalam Mardiasmo (2016:1)
“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menjalankan pemerintahan”.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pajak
adalah iuran wajib dari masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan dengan
tidak mendapat balasan atau kontraprestasi secara langsung yang penggunaaannya
digunakan untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat. Dari definisi di atas juga
dapat diketahui bahwa pajak memiliki unsur-unsur yaitu:
1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah
negara berdasarkan Undang-Undang.
2. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta
aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontra prestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
7
2.1.3. Fungi Pajak
Pembangunan yang ada selama ini tidak terlepas dari peran serta
masyarakat dalam membayar pajak, karena hasil dari penerimaan pajak tersebut
digunakan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan
rakyat. Dengan demikian pajak mempunyai beberapa fungsi, menurut Mardiasmo
(2016:1), fungsi pajak antara lain:
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Dalam fungsinya sebagai penerimaan, pajak dipergunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan pemerintah, terutama
kegiatan-kegiatan rutin.
2. Fungsi Mengatur (Regulered)
Pajak berfungsi sebagai pengatur untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan dibidang sosial dan perekonomian guna menuju pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat serta stabilitas ekonomi.
2.1.4. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,
maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan
pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam perundang-undangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil daam pelaksanaannya
yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan,
7
penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis
Pertimbangan Pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara
maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
2.1.5. Pengelompokkan Pajak
Mardiasmo (2016:6) menjelaskan bahwa pajak dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) kelompok besar menurut golongan, sifat, dan lembaga
pemungutnya, berikut adalah pengelompokkannya:
1. Menurut Golongan
Menurut golongan pajak dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung.
7
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri
oleh wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan atau dibebankan kepada orang
lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban sendiri oleh wajib pajak
yang bersangkutan.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan pada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung
terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang
menyebabkan terutangnya pajak, missal terjadi penyerahan barang atau
jasa.
2. Menurut Sifat
Menurut sifatnya pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu: Pajak
subjektif dan objektif.
a. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada
keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan
keadaan subjeknya.
b. Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan peristiwa.
3. Menurut Lembaga Pemungut
Menurut lembaga pemungutnya, pajak dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu:
a. Pajak Negara atau Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
b. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
7
13
2.1.6. Asas Pemungutan Pajak
Mardiasmo (2016:7) mengemukakan asas pemungutan pajak terdiri dari 3
bagian, yaitu :
1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Negara berhak menggunakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
2. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber
diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
3. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.
2.1.7. Sistem Pemungutan Pajak
Resmi (2014:9) menyatakan bahwa dalam pemungutan pajak dikenal
beberapa sistem yaitu:
1. Official Assessment System
Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri
jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-
undang perpajakan yang berlaku .
2. Self Assessment System
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah
14
pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku.
3. With Holding System
With Holding System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan
undang-undang perpajakan yang berlaku.
2.1.8. Timbulnya Hutang Pajak
Menurut Resmi (2014:13) ada dua ajaran yang mengatur timbulnya hutang
pajak (saat pengakuan hutang pajak), yaitu:
1. Ajaran Materiil
Ajaran materiil menyatakan bahwa hutang pajak timbul karena
diberlakukannya Undang-Undang perpajakan. Dalam ajaran ini, seseorang
akan secara aktif menentukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak,
sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ajaran ini konsisten dengan
penerapan Self Assessment System.
2. Ajaran Formiil
Ajaran formiil menyatakan bahwa hutang pajak timbul karena dikeluarkannya
surat ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah). Untuk menentukan apakah
seseorang dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah yang harus dibayar, dan
kapan jangka waktu pembayarannya dapat diketahui dalam surat ketetapan
pajak tersebut. Ajaran ini konsisten dengan penerapan Official Assessment
System.
15
2.1.9. Hapusnya Hutang Pajak
Menurut Resmi (2014:12), hutang pajak akan berakhir atau
terhapus jika terjadi hal – hal sebagai berikut:
1. Pembayaran atau pelunasan
Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pemotongan atau pemungutan oleh
pihak lain, pengkreditan pajak luar negeri, maupun pembayaran sendiri oleh
Wajib Pajak ke kantor penerimaan pajak (bank – bank persepsi dan kantor
pos).
2. Kompensasi
Kompensasi dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian maupun
kompensasi karena kelebihan pembayaran pajak.
3. Kadaluwarsa
Kadaluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka waktu
tertentu suatu hutang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya, hutang pajak
tersebut dianggap telah lunas/dihapus/berakhir dan tidak dapat ditagih lagi.
Hutang pajak akan kadaluwarsa setelah melewati waktu sepuluh tahun,
terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan.
4. Pembebasan atau Penghapusan
Kewajiban pajak oleh Wajib Pajak tertentu dinyatakan hapus oleh faktur pajak
karena setelah dilakukan penyidikan, ternyata Wajib Pajak tidak mampu lagi
memenuhi kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena Wajib Pajak
mengalami kebangkrutan maupun mengalami kesulitan likuiditas.
16
2.2. Pajak Kendaraan Bermotor
2.2.1. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor
Berdasarkan Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
disebutkan bahwa, “Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dipungut atas
kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor, tidak termasuk
kepemilikan atau penguasaan alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
digunakan sebagai angkutan orang dan/atau barang di jalan umum”. Selain
pengertian Pajak Kendaraan Bermotor itu sendiri, ada beberapa istilah teknis
penting lainnya yang telah diatur oleh undang-undang. Berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara No. 34 Tahun 2002 dijelaskan bahwa:
1. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta
gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk
mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak.
2. Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan bermotor yang digunakan
untuk mengangkut orang atau barang dengan dipungut bayaran dan
menggunakan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dengan dasar pelat
kuning, huruf hitam.
3. Kendaraan bermotor bukan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang
digunakan untuk mengangkut orang atau barang yang menggunakan Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dengan dasar hitam, huruf putih.
17
4. Kendaraan bermotor berubah bentuk adalah kendaraan bermotor yang
mengalami perubahan teknis dan/atau bentuk serta penggunaannya, termasuk
penggantian mesin kendaraan bermotor.
5. Kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar adalah kendaraan
bermotor menurut bentuk dan sifatnya memiliki kekhususan, antara lain:
floklift, buldizer,whell loader, skider, motor grode, excavator, back hoe,
vibrator, compactor, scrapes dan lain sebagainya.
6. Pajak kendaraan bermotor yang kemudian disingkat PKB adalah pajak yang
dipungut atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
2.2.2. Subjek, Objek dan Wajib Pajak
Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki atau menguasai kendaraan bermotor. Dalam hal wajib pajak badan,
kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa badan tersebut.
Yang menjadi objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor tidak termasuk kepemilikan dan/atau
penguasaan alat-alat berat dan alat-alat besar seperti buldozer,excavator, loader,
dan lain-lain yang tidak digunakan sebagai alat angkutan orang dan/atau barang di
jalan umum. Dikecualikan dari objek pajak yaitu kendaraan yang dimiliki atau
dikuasai oleh:
1. Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan
dan keamanan negara.
18
2. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat,
perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga
internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah.
3. Kereta api.
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki kendaraan bermotor tersebut. kepemilikan kendaraan bermotor ialah
kepemilikan sepenuhnya kendaraan bermotor atas nama orang pribadi atau badan
sesuai dengan nama, alamat yang tercantum dalam KTP atau identitas diri lainnya
yang sah. Sedangkan menguasai mengandung arti penguasaan kendaraan
bermotor yang melebihi 12 (dua belas) bulan dianggap sebagai penyerahan,
kecuali apabila penguasaan itu terjadi karena perjanjian sewa yang termasuk
leasing. Kewajiban pembayaran kendaraan bermotor terletak pada orang pribadi
yang bersangkutan atau kuasa atau ahli warisnya. Dan apabila wajib pajaknya
berupa badan maka yang bertanggung jawab adalah pengurus atau kuasanya.
2.2.3. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif dan Cara penghitungan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang digunakan dalam menghiting Pajak
Kendaraan Bermotor dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok, yaitu:
1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor.
2. Bobot yang mencerminkan secara relative kadar kerusakan jalan dan
pencemaran lingkungan sebagai akibat dari penggunaan kendaraan bermotor.
Bobot adalah daya berat/angkut kendaraan bermotor yang diukur
berdasarkan jumlah tonase atau isi silinder dari kendaraan tersebut. Bobot ini
19
dinyatakan dengan koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih besar dari 1 (satu),
dengan pengertian:
1. Koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan/atau pencemaran
lingkungan oleh penggunaan kendaraan bermotor tersebut dianggap masih
dalam batas toleransi.
2. Koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan kendaraan tersebut
dianggap melewati batas toleransi.
Adapun nilai jual kendaraan bermotor dan bobot tersebut didasarkan pada
Harga Pasaran Umum atas suatu kendaraan bermotor. Harga Pasaran Umum
adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai data yang akurat. Nilai Jual
Kendaraan Bermotor ditetapkan berdasarkan Harga Pasaran Umum pada minggu
pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya. Dalam hal Harga Pasaran
Umum suatu kendaraan tidak diketahui, Nilai Jual Kendaraan Bermotor dapat
ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor:
1. Harga kendaraan bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga yang
sama.
2. Penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi.
3. Harga kendaraan bermotor dengan merek kendaran bermotor yang sama.
4. Harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan kendaraan bermotor yang
sama.
5. Harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor yang sejenis.
6. Harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor
Barang (PIB).
20
Bobot dihitung berdasarkan faktor-faktor:
1. Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda, dan berat
kendaraan bermotor.
2. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan menurut solar, bensin,
gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya.
3. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin kendaraan bermotor
yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.
Selanjutnya penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaran Bermotor dan
dinyatakan dalam suatu tabel yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan. Kemudian
penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaran Bermotor ditinjau kembali setiap
tahunnya. Besarnya Pajak Kendaraan Bermotor yang harus dihitung dengan cara:
1. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1%
(satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen).
2. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor ke dua dan seterusnya harus dapat
ditetapkan secara progresif paling rendah 2% (dua persen) dan paling tinggi
10% (sepuluh persen).
3. Tarif pajak kendaraan bermotor, angkutan umum, ambulans, pemadam
kebakaran, sosial keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah,
dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan peraturan daerah, ditetapkan
paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar
1% (satu persen).
21
4. Tarif pajak kendaraan bermotor alat – alat berat dan alat - alat besar ditetapkan
paling rendah 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi 0,2% (nol koma
dua persen).
Adapun tarif Pajak Kendaraan Bermotor sesuai dengan PERDA Sulawesi
Tenggara Nomor 5 Tahun 2011 pasal 8, yaitu:
Tabel II.1
Tarif Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Provinsi Sulawesi Tenggara
No. Kepemilikan Kendaraan Tarif Pajak Berdasarkan DP-PKB
1 2 3
A Kepemilikan Orang Pribadi
1 Kepemilikan Pertama 1,50% x DP-PKB
2 Kepemilikan Kedua 2,50% x DP-PKB
3 Kepemilikan Ketiga 3,50% x DP-PKB
4 Kepemilikan Keempat 4,50% x DP-PKB
5 Kepemilikan Kelima 5,50% x DP-PKB
B Badan 2,00% x DP-PKB
1 TNI/POLRI, Pemerintah Pusat
Dan Pemerintah Daerah,
Ambulans dan Pemadam
Kebakaran
0,50 % x DP-PKB
2 Kendaraan Umum 1,00% x DP-PKB
3 Lembaga Sosial Keagamaan 0,50% x DP-PKB
22
4 Alat Berat dan Alat-alat Besar 0,20% x DP-PKB
Sumber: Perda Sulawesi Tenggara No. 5 Tahun 2011 Pasal 8
2.2.4. Masa Pajak, Saat Terutang Pajak, dan Surat Pemberitahuan Pajak
Pajak kendaraan bermotor dikenakan untuk masa pajak 12 bulan berturut-
turut terhitung mulai saat pendaftaran kendaraan bermotor dan pajaknya dibayar
sekaligus di muka. Untuk pajak kendaraan bermotor yang karena keadaan kahar
(force Majeure) masa pajaknya tidak sampai 12 bulan, dapat dilakukan resitusi
atas pajak yang sudah dibayar untuk porsi masa pajak yang belum dilalui. Pada
kendaraan bermotor terutang pada saat kendaraan bermotor tersebut dimiliki atau
dokumen lain yang dipersamakan.
Setiap wajib pajak diwajibkan untuk mengisi Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD) dengan jelas , benar, lengkap dan ditandatangani oleh wajib
pajak atau kuasanya. Di dalam SPTPD tersebut minimal memuat keterangan
mengenai :
1. Nama, Nomor Induk Kependudukan dan alamat lengkap serta kode wilayah
pemilik kendaraan bermotor.
2. Tanggal buat kendaraan bermotor dimiliki.
3. Jenis, merek/tipe, isi silinder, tenaga kuda, tahun pembuatan, warna, nomor
rangka, dan nomor mesin
4. Gandengan dan jumlah sumbu.
SPTPD tersebut harus disampaikan pada waktu 14 hari semenjak saat
kepemilikan atau tanggal berakhirnya masa pajak untuk kendaraan baru, dan 30
hari sejak tanggal fiskal antar daerah bagi kendaraan bermotor yang pindah dari
23
luar daerah. Apabila terjadi perubahan terhadap kendaraan bermotor yang dimiliki
maka perubahan tersebut harus dilaporkan dengan menggunakan SPTPD dalam
jangka waktu 14 hari sejak selesainya perubahaan.
2.2.5. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak
Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor yang terutang dilakukan wajib
pajak di Kantor SAMSAT (Sistem Administrasi Satu Atap). Di kantor tersebut
terdapat tiga instansi yang terlibat dalam penenganan Pajak Kendaraan Bermotor.
Instansi tersebut adalah Kepolisian, Dinas Pendapatan Daerah dan Asuransi (Jasa
Raharja). Mengenai tata cara pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor yang
terutang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:
a. Pajak Kendaraan Bermotor harus dilunasi sekaligus di muka untuk masa 12
bulan. Sebagai tanda pelunasan, kepada wajib pajak diberikan Tanda
Pelunasan Pajak Kendaraan Bermotor (TPPKB) dan Pening PKB yang
mencantumkan masa pajak dan nomor polisi kendaraan bermotor. Pening
tersebut harus ditempelkan pada tanda nomorkendaraan bermotor pada bagian
depan dan belakang.
b. Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor dilakukan di Kas Daerah atau Bank
atau tempat lain yang ditetapkan oleh Gubernur kepala daerah.
c. Penundaan atau angsuran pembayaran dapat diberikan oleh gubernur kepala
daerah berdasarkan surat permohonan wajib pajak, atas angsuran atau
penundaan yang diberikan wajib pajak dikenakan bunga sebesar 2% perbulan.
d. SKPDKB, SKBTKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan pajak kendaraan
bermotor yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu
24
satu bulan setelah tanggal penerbitan. Apabila sampai dengan jatuh tempo
belum dilunasi maka penagihannya dapat dilakukan dengan surat paksa.
Apabila ada PKB yang tartunggak, maka proses penagihan
mengikuti proses penagihan pada pajak negara, yaitu Undang-Undang
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Kepada wajib pajak akan diberikan surat peringatan/surat teguran terlebih
dahulu untuk mengingatkan utang pajak yang belum dilunasi, selanjutnya apabila
setelah jangka waktu yang disebutkan dalam surat teguran tersebut wajib pajak
belum juga melunasinya, maka penagihannya diteruskan ke Surat Paksa,
penyitaan dan terakhir adalah pelelangan. Harta milik wajib pajak dilelang, yang
hasilnya digunakan untuk melunasi pajak yang terutang serta biaya-biayanya.
2.2.6. Sanksi
Dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor ini dikenal dua macam
sanksi, yaitu sanksi administrasi berupa kenaikan dan sanksi administrasi berupa
bunga. Sanksi tersebut dikenakan kepada wajib pajak dalam hal sebagai berikut:
a. Kepada wajib pajak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPDKB), dalam hal ini wajib pajak dikenakan sanksi berupa bunga sebesar
2% sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau tidak dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan kepada Gubernur kepala daerah dalam
jangka waktu yang telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis, dalam
hal ini wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
25
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau tidak dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 bulan sejak saat terutangnya pajak.
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, maka pajak yang terutang
dihitung secara jabatan, dalam hal ini wajib pajak dikenakan sanksi
admnistrasi berupa kenaikan sebesar 25% dan pokok pajak dan ditambah
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dihitung dari pajak yang
kurang atau tidak dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan sejak saat
terutangnya pajak.
d. Kepada wajib pajak yang diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar Tambahan (SKPDKBT), dalam hal ini wajib pajak dikenakan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak
kecuali data tersebut dilaporkan sendiri oleh wajib pajak sebelum dilakukan
tindakan pemeriksaan.
e. Apabila pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar (ditagih dengan
STPD), dalam hal ini wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda
dengan bunga sebesar 2% untuk paling lama 15 bulan sejak saat terutangnya
pajak.
f. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda, (ditagih
dengan STPD), dalam hal ini wajib pajak dikenakan sanksi administrasi
berupa berupa bunga sebesar 2% untuk paling lama 15 bulan sejak saat
terutangnya pajak.
g. SKPDKB/SKBTKB yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo
(ditagih dengan STPD), dalam hal ini wajib pajak dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan.
26
2.3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Menurut sejarahnya, dasar hukum yang melandasi diberlakukannya
Undang-Undang tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Undang-
Undang Nomor 27 Prp. Tahun 1959 (Lembaran Negara 1959 No. 144). Dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1968, BBNKB diserahkan kepada Daerah.
Selama ini telah berlaku Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Dalam pelaksanaannya, telah diatur oleh Peraturan Pemerintah RI Nomor
65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Terakhir diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009, maka semua peraturan BBNKB mengacu pada undang-
undang ini. Untuk Provinsi Sulawesi Tenggara diatur dalam PERDA Sulawesi
Tenggara No. 5 Tahun 2011.
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dalam Azhari
(2015:111), menyatakan bahwa,”Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang
selanjutnya disingkat BBNKB adalah pajak atas penguasaan dan/atau penyerahan
hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian atau perbuatan sepihak
atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau
pemasukan ke dalam badan usaha”.
2.3.1. Subjek, Objek dan Wajib Pajak BBNKB
Subjek pajak dapat diartikan orang yang dituju oleh undang-undang untuk
dikenakan pajak. Subjek pajak BBNKB adalah orang pribadi atau badan yang
27
menerima penyerahan kendaraan bermotor. Dalam pelaksanaan administrasi
BBNKB, subjek pajak disebut sebagai wajib pajak yang bertanggung jawab
terhadap pembayaran BBNKB.
Wajib pajak BBNKB dapat terbagi menjadi :
1. Untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli
warisnya.
2. Untuk badan adalah untuk pengurus atau kuasanya.
Dalam hal wajib pajak orang pribadi atau badan yang menerima
penyerahan kendaraan bermotor tidak membayar BBNKB terutang baik sebagian
maupun seluruhnya kuasa atau ahli waris atau pengurus bertanggung jawab atas
pelunasan BBNKB tersebut.
Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan dasar
untuk menghitung pajak yang terutang. Yang menjadi objek BBNKB adalah
penyerahan kendaraan bermotor dalam hak milik. Sesuai dengan pengertian
tersebut, maka BBNKB tidak dikenakan pada setiap penyerahan yang bukan hak
milik seperti perjanjian sewa menyewa. Termaksud dalam penyerahan kendaraan
bermotor adalah:
1. Pemasukan kendaraan bermotor dari luar negeri untuk dipakai secara tetap
kecuali :
a. Untuk dipakai sendiri oleh yang bersangkutan
b. Untuk diperdagangkan
c. Untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia
d. Digunakan untuk pameran, penelitian, contoh dan kegiatan olahraga
bertaraf internasional.
28
2. Penguasaan kendaraan bermotor yang melebihi 12 (dua belas) bulan kecuali
pengusaaan kendaraan bermotor karena perjanjian sewa dan leasing.
Penegasan arti penguasaan tersebut dimaksudkan untuk menghindari
penyelundupan BBNKB yang dilakukan oleh seseorang atau badan.
2.3.2. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan BBNKB
Untuk menghitung besarnya pajak terutang diperlukan adanya Dasar
Pengenaan Pajak (DPP). Dasar pengenaan BBNKB adalah nilai jual kendaraan
bermotor yang ditetapkan Gubernur atau kepala daerah dengan berpedoman pada
Keputusan Menteri Dalam Negeri. Terhadap kendaraan bermotor yang belum
ditetapkan nilai jualnya, gubernur atau kepala daerah menetapkan nilai jual
kendaraan bermotor tersebut dan memberitahukan kepada Menteri Dalam Negeri.
Dasar pengenaan pajak BBNKB dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok:
1. Nilai jual kendaraan bermotor
2. Bobot kendaraan bermotor yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan
jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.
Apabila terjadi perubahan bentuk setiap kendaraan bermotor yang
mengakibatkan kenaikan nilai jual kendaraan bermotor yang bersangkutan, maka
dipungut tambahan BBNKB sebesar 10% dari selisih nilai jual sebelum dan
sesudah perubahan. Demikian pula bila terjadi pergantian mesin kendaraan
bermotor yang mengakibatkan bertambahnya nilai jual kendaraan bermotor
tersebut. Besarnya tarif BBNKB ditetapkan sebagai berikut :
1. Untuk penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen).
2. Penyerahan kedua dan selanjutnya sebesar 1% (satu persen).
29
Khusus untuk kendaraan bermotor alat – alat berat dan alat-alat besar yang
tidak menggunakan jalan umum, tarif pajak ditetapkan paling tinggi sebagai
berikut :
1. Penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh lima persen).
2. Penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh lima
persen).
Besarnya BBNKB terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif
BBNKB dengan dasar pengenaan pajak.
Tabel II.2
Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Provinsi Sulawesi Tenggara
No. Penyerahan Kendaraan Tarif Pajak Berdasarkan DP-PKB
1 2 3
A Penyerahan Orang Pribadi/Badan
1 Penyerahan Pertama 12,5% x DP-BBNKB
2 Penyerahan Kedua, dst 1,00% x DP-BBNKB
B Alat Berat dan Alat Besar
1 Penyerahan Pertama 0,75% x DP-BBNKB
2 Penyerahan Kedua, dst 0.075% x DP-BBNKB
Sumber: Perda Sulawesi Tenggara No. 5 Tahun 2011 Pasal 15
30
2.3.3. Pengurangan dan Pembebasan Pajak
Dalam beberapa peraturan daerah yang berlaku disebutkan bahwa terdapat
pengecualian sebagai objek pajak terhadap penyerahan kendaraan bermotor yang
dilakukan kepada :
1. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
2. Kedutaan, konsulat, perwakilan asing dan lembaga internasional dengan asas
timbal balik sebagaimana yang berlaku untuk pajak negara
3. Tenaga ahli asing yang diperbantukan kepada pemerintah Indonesia yang
sumber dananya berasal dari bantuan hibah
Pembebasan BBNKB terhadap badan pemerintah tersebut dilakukan
dengan alasan bahwa badan pemerintah mengadakan pembelian tidak untuk
kepentingan perseorangan, tetapi untuk kepentingan bersama atau kepentingan
negara dan tidak sewajarnya bila negara membayar pajaknya kepada dirinya
sendiri.
Pengurangan atau pembebasan BBNKB lainnya akan diberikan kepada
pemegang kendaraan bermotor apabilah:
1. Kendaraan bermotor tersebut hancur
2. Kendaraan bermotor tersebut tidak dapat digunakan lagi
3. Kendaraan bermotor tersebut pindah ke luar Indonesia untuk selama-lamanya.
Selain pengurangan tersebut, masih terdapat pengurangan BBNKB
terhutang terhadap penyerahan :
1. Warisan kepada ahli waris
31
2. Hibah kepada badan-badan, lembaga-lembaga yang semata-mata bergerak
dalam bidang keagamaan, perawatan sakit rohania dan jasmania, yang
menggunakan kendaraan bermotor tersebut untuk keperluan di bidang itu.
Pemberian keringanan atau pengurangan BBNKB terutang oleh gubernur
kepala daerah setinggi – tingginya 50% (lima puluh persen) dan diberikan untuk
penyerahan pertama. Kendaraan bermotor yang dipergunakan sebagai ambulans
dan/atau mobil jenazah, pemadam kebakaran dapat diberikan pembebasan
BBNKB sebagian atau seluruhnya yang ditetapkan gubernur kepala daerah.
2.3.4. Tata Cara Penghitungan dan Penetapan BBNKB
BBNKB ditetapkan berdasarkan SPTPD yang diberitahukan oleh wajib
pajak dengan menerbitkan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan. Apabila
kendaraan bermotor mengalami perubahan bentuk atau penggantian mesin, maka
wajib pajak diharuskan untuk melaporkan dan mengisi SPTPD dalam waktu 14
hari setelah selesai perubahan bentuk atau ganti mesin. Dalam jangka waktu 5
tahun sesudah saat terutangnya pajak, gubernur kepala daerah dapat menerbitkan
SKPD yang berupa SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN.
1. SKPDKB terbit dalam hal :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan kepada gubernur kepala daerah dalam
jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan.
32
2. SKPDKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru dan/atau data yang semula
belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak terutang.
3. SKPDN diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan
jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB akan dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan terhitung dari
pajak yang kurang dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung saat
terutangnya pajak. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT
akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus
persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Apabila wajib pajak melaporkan
sendiri jumla kekurangan pajak sebelum dilakukan pemeriksaan, maka sanksi
tersebut tidak dikenakan. Selain menerbitkan SKPD, gubernur kepala daerah
dapat menerbitkan STP dalam hal :
1. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar
2. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat
salah tulis dan/atau salah hitung
3. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda
Jumlah kekurangan pajak terutang dalam STPD ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling
lama 15 bulan sejak saat terutangnya pajak.
2.3.5. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan BBNKB
Pembayaran BBNKB dapat dilakukan di kantor kas daerah atau bank atau
tempat lain yang ditetapkan oleh gubernur kepala daerah setelah nota pajak
33
(notice) atau SKP diterbitkan. Atas permohonan wajib pajak, gubernur kepala
daerah dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur atau
menunda pembayaran BBNKB setelah memenuhi persyaratan tertentu dengan
dikenakan bunga 2% per bulan. Apabila BBNKB tidak dilunasi dalam waktu 30
hari setelah diterbitkan notice dan/atau SKP, maka wajib pajak dikenakan denda
sebesar 100% dari pajak terutang.
Jika SKP telah diterbitkan dan BBNKB tidak juga dilunasi setelah waktu
yang ditetapkan, maka diterbitkan surat tagihan pajak (STP). BBNKB terutang
berdasarkan surat tagihan pajak tersebut yang tidak atau kurang dibayar oleh
wajib pajak pada waktunya dapat ditagih dengan surat paksa.
2.3.6. Keberatan dan Banding
Kemungkinan wajib pajak berpendapat bahwa jumlah BBNKB terutang,
pengurangan dan pembebasan BBNKB tidak sebagaimana mestinya, atau wajib
pajak tidak menyetujui SKPD, maka dalam hal demikian wajib pajak dapat
melakukan keberatan kepada gubernur kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk.
Keberatan tersebut dapat diajukan atas suatu :
1. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
2. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB)
3. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT)
4. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB)
5. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN)
Masalah pokok yang harus diperhatikan dalam pengajuan keberatan adalah
34
1. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai
alasan-alasan yang jelas dan menyebutkan jumlah pajak terutang menurut
perhitungan wajib pajak
2. Dalam hal wajib pajak mengajukan keberatan atas ketetapan pajak secara
jabatan, wajib pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak
tersebut
3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 bulan sejak
tanggal Surat Ketetapan Pajak Daerah, kecuali apabila wajib pajak
menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di
luar kekuasaannya
4. Keberatan yang tidak memenuhi ketetapan di atas tidak dapat
dipertimbangkan
5. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Atas keberatan yang diajukan wajib pajak tersebut, gubernur kepala daerah
dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal diterima Surat Keberatan harus
member keputusan atas keberatan yang diajukan. Keputusan gubernur kepala
daerah dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau
menambah besarnya pajak yang terutang. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan
tersebut gubernur kepala daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang
diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Apabila wajib pajak tidak menyetujui atas keputusan keberatan yang
ditetapkan gubernur kepala daerah, wajib pajak dapat mengajukan banding kepada
35
Badan Penyelesaian Sengketa Pajak sebagai upaya hukum terakhir. Masalah
utama yang harus diperhatikan dalam pengajuan permohonan banding adalah :
1. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.
2. Mengemukakan alasan-alasan yang jelas dalam waktu 3 bulan sejak keputusan
diterima.
3. Melampirkan salinan surat keputusan keberatan.
4. Permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak.
5. Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian
atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah
imbalan bunga sebesar 2% sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.
2.3.7. Daluarsa, Penagihan dan Penghapusan Piutang
Hak untuk melakukan penagihan BBNKB daluarsa setelah melampaui
jangka waktu 5 tahun terhitung sejak saat terutang pajak, kecuali apabila wajib
pajak melakukan tindak pidana berdasarkan peraturan daerah. Daluarsa penagihan
pajak tersebut tertangguh, apabila :
1. Diterbitkan surat teguran dan surat paksa.
2. Ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak
langsung.
Piutang BBNKB yang telah daluarsa dapat dilakukan penghapusan
berdasarkan surat permohonan penghapusan piutang dari Dinas Pendapatan
Daerah. Masalah pokok dalam permohonan penghapusan piutang BBNKB :
1. Permohonan penghapusan BBNKB sekurang-kurangnya memuat :
36
a. Nama dan alamat wajib pajak
b. Jumlah piutang pajak
c. Tahun pajak
2. Permohonan penghapusan piutang BBNKB harus melampirkan :
a. Bukti salinan SKPD
b. Surat keterangan dari kepala Dinas Pendapatan Daerah bahwa piutang
pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi
c. Daftar piutang pajak yang tidak tertanggih lagi
Berdasarkan permohonan tersebut, gubernur kepala daerah menetapkan
penghapusan piutang pajak dengan terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari
tim yang dibentuk oleh gubernur kepala daerah.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum UPTD Samsat Baubau
3.1.1. Sejarah dan Perkembangan UPTD Samsat Baubau
Kantor UPTD Samsat Provinsi Sulawesi Tenggara didirikan pada tahun
1979 dengan wilayah kerjanya di 4 Kabupaten se-provinsi Sulawesi Tenggara.
Pada tahun 1985 terbentuk Kantor Perwakilan Dipenda Tk. I dan sekaligus
berfungsi melayani pengurusan surat-surat kendaraan bermotor ditiap Kabupaten.
Pada tahun 1986 Kantor Pelayanan Dipenda ditingkatkan statusnya
menjadi Kantor Cabang Dipenda yang masing-masing Kantor Cabang terdapat
Kantor Samsat. Menyikapi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 maka tahun
2004 dibentuklah Kantor UPTD Samsat dimasing-masing Kabupaten/Kota yang
baru dimekarkan yaitu :
1. Kota Baubau berkedudukan di Baubau
2. Kabupaten Konawe Selatan berkedudukan di Andoolo
3. Kabupaten Bombana berkedudukan di Kasipute
4. Kabupaten Kolaka Utara berkedudukan di Lasusua
5. Kabupaten Wakatobi berkedudukan di Wangi-wangi (Wanci)
6. Kabupaten Buton berkedudukan di Pasarwajo
Kantor Samsat Kota Baubau merupakan lembaga pemerintah daerah yang
bertugas untuk mengelola penerimaan Pajak Kendaran Bermotor baik Pajak
Kendaraan Bermotor roda dua dan roda empat, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor termasuk tunggakan dan denda pajak. Seluruh penerimaan tersebut
37
38
dilakukan melalui sistem pengelolaan yang baik sehingga berbagai permasalahan,
penyimpangan dan penyelewengan dapat terhindarkan.
Sistem pelayanan terhadap wajib pajak (masyarakat) merupakan faktor
yang memegang peranan penting terhadap terciptanya optimalisasi penerimaan
Pajak Kendaraan Bermotor maupun Retribusi Daerah setiap tahunnya.
Adapun Visi dan Misi UPTD Samsat Baubau adalah sebagai berikut:
1. VISI
Mengoptimalkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan Bermotor dan Jenis-jenis
penerimaan lainnya sesuai aturan yang berlaku melalui intensifikasi,
ekstensifikasi dan Razia Pajak Kendaraan Bermotor.
2. MISI
a. Peningkatan pelayanan prima kepada masyarakat secara cepat, tepat,
kenyamanan, keramahan, dan keamanan.
b. Peningkatan profesionalisme pegawai.
c. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
d. Peningkatan kerjasama dengan instansi/lembaga terkait.
e. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung lainnya.
Sesuai Visi dan Misi, UPTD Samsat Wilayah Kota Baubau bertujuan
untuk :
1. Mengoptimalkan penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaran Bermotor maupun jenis-jenis penerimaan lainnya sesuai dengan
target yang direncanakan.
39
2. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara prima dengan
menerapkan prinsip 5K meliputi kecepatan, ketepatan, kenyamanan,
keramahan dan keamanan.
3. Meningkatkan profesionalisme petugas.
4. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga instansi terkait.
Selain daripada itu sebagai organisasi pelayanan publik UPTD
Samsat Baubau mempunyai sasaran-sasaran sebagai berikut :
1. Senantiasa memberikan kemudahan dan kesederhanaan prosedur pelayanan
melalui ketersediaan dan kesiapan bahan yang diperlukan (informasi, formulir
dan lain-lain).
2. Meningkatkan profesionalisme petugas melalui sosialisasi dan penyuluhan
tentang aturan pendukung yang berlaku agar masyarakat mengetahui hak dan
kewajibannya dalam mengurus surat-surat kendaran bermotor.
3. Membuat kenyamanan bagi masyarakat dalam berurusan dengan menyediakan
fasilitas pendukung seperti ruang tunggu, tempat duduk, televisi, yang
didukung dengan pelayanan petugas yang ramah dan keamanan yang kondusif
serta rentang waktu yang sesingkat mungkin tanpa harus membedakan status
dan golongan.
Selain berpihak pada Visi dan Misi diatas, untuk mencapai
optimalisasi penerimaan guna terciptanya efektivitas pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor dan jenis penerimaan yang lain, maka pemerintah
daerah juga melakukan berbagai langkah atau cara yang ditempuh berupa
penitngkatan mekanisme pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan
penerimaan pemerintah dari Pajak
Kendaran Bermotor dan jenis penerimaan lainnya yang dicapai selama ini sangat
berhubungan erat dengan mekanisme pelayanan atau model pelayanan yang
baikoleh UPTD Samsat Wilayah Kota Baubau. Oleh karena itu, apabia ditinjau
dari aspek administrasi atau prosesnya maka prosedur pelayanan menjadi titik
fokus kajian. Artinya bahwa untuk meningkatkan penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor dan jenis penerimaan lainnya guna mencapai efektivitas pemungutan
Pajak Kendaraan Bermotor dan Retribusi Daerah diperlukan peningkatan kualitas
pelayanan kepada masyarakat, yakni pelayanan yang cepat dan tepat sesuai
dengan harapan masyarakat.
Pemerintah Daerah melalui kantor UPTD Samsat Wilayah Kota
Baubau berupaya melakukan pelayanan kepada masyarat secara optimal
guna mewujudkan pelayanan yang memuaskan bagi masyarakat (Wajib
Pajak) pemilik kendaraan bermotor. Setiap kendaran bermotor baik
kendaraan baru maupun kendaraan lama oleh pemiliknya wajib memiliki
Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Jasa Raharja.
Mengingat kompleksnya urusan setiap kendaraan tersebut, baik
untuk pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor, kemudian untuk
pembayaran Nomor Polisi atau Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)
dan Bukti Tanda Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), serta
pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
(SWDKLLJ) maka pemerintah mengeluarkan Surat Keputusa Bersama
Menhankam Pangab, Menteri Keuangan dan Mendagri Nomor Pol. Kep.
13/XII/1976, Kep. 1693/MK/IV/12/1872 dan Nomor 311 tahun 1976 ,
tentang peningkatan kerja sama antara Pemerintah Daerah Tingkat I,
Komando Daerah Kepolisian dan aparat Departemen Keuangan dalam
rangka peningkatan
pendapatan daerah khususnya mengenai penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
dan jenis penerimaan lainnya. Sasaran utama yang diharapkan melalui Surat
Keputusan bersama itu adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan, pengurusan,
penerimaan dan pengawasan dalam pemberian STNK dan plat nomor kendaraan
bermotor serta mningkatkan pengamanan dan sekaligus meningkatkan pemasukan
keuangan ke dalam kas daerah.
3.1.2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja UPTD Samsat Baubau
Adapun struktur organisasi dan tata kerja UPTD Samsat Baubau
adalah sebagai berikut:
A. Struktur Organisasi UPTD Samsat Baubau
Struktur Organisasi UPTD Samsat Baubau dapat dilihat pada gambar
berikut:
STRUKTUR ORGANISASI UPTD SAMSAT BAUBAU
1.
KEPALA UPTD SAMSAT WILAYAH KOTA BAUBAU
KEPALA SUBAG. TATA USAHA
SEKSI PEMBUKUAN DAN PELAPORAN
SEKSI PELAYANAN, PENETAPAN PAJAK DAN
RETRIBUSI
Sumber : Kantor UPTD Samsat Kota Baubau
Gambar III.1
Struktur Organisasi UPTD Samsat Baubau
42
B. Tata Kerja UPTD Samsat Baubau
Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 17 tahun 2009 tentang penjabaran
Tugas Pokok dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas di Lingkup Dinas
Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara sebagai berikut :
1. Kepala UPTD
2. Kepala Subag Tata Usaha
3. Kepala Seksi Pelayanan,Penetapan dan Retribusi
4. Kepala Seksi Pembukuan dan Pelaporan
Adapun tugas-tugas dari masing-masing jabatan di atas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Kepala UPTD Samsat
Kepala UPTD Samsat mempunyai tugas, antara lain:
a. Memimpin dan mengarahkan seluruh kegiatan UPTD.
b. Memimpin penyelenggaraan operasional pungutan dan segala urusan
administrasi UPTD.
c. Memberikan motivasi dan pembinaan serta mengadakan kontrol dan
pengawasan terhadap pengawasan tugas-tugas bawahan.
d. Mengadakan koordinasi dengan instansi-instansi terkait.
e. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan UPTD serta
mengambil kebijaksanaan yang mengarah kepada penyempurnaan.
f. Melaporkan hasil kegiatan pada setiap bulannya kepada Kepala Dinas
Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh Kepala Dinas
Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
41
2. Unit Pelaksana Teknis Dinas terdiri dari :
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas, antara lain:
1) Melaksanakan urusan tata usaha, kepegawaian, perlengkapan serta
megadakan evaluasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor.
2) Menghimpun segala ketentuan yang berkaitan dengan Pajak Kendaraan
Bermotor baik berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Kepmendagri, Perda, Peraturan Gubernur Sultra, dan Surat Keputusan
Kepala Dinas Pendapatan dan Asset Daerah Provinsi Sulawesi
Tenggara serta ketentuan dan petunjuk pengelolaan administrasi,
keuangan dan barang.
3) Melaksanakan tugas-tugas pembukuan dan pelaporan.
4) Melaksanakan pemeliharaan barang-barang kantor dan urusan barang-
barang yang rusak atau tidak terpakai.
5) Mengelola urusan surat menyurat dan menertibkan kearsipan.
6) Menyelenggarakan rapat dan pertemuan dinas.
7) Membuat rencana anggaran belanja serta rencana penerimaan UPTD
setiap tahunnya.
8) Mengontrol dan melakukan pengawasan, membimbing, mengarahkan
dan mengkoordinir persenil Sub. Bagian Tata Usaha serta Mengevalasi
penyelesaian tugas-tugas yang berhubungan dengan ketatausahaan.
9) Melakukan koordinasi serta melaporkan hasil setiap bulannya kepada
kepala UPTD Samsat.
42
10) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan atau diperintahkan oleh
kepala UPTD Samsat.
b. Seksi Pembukuan dan Pelaporan
Seksi Pembukuan dan Pelaporan bertugas:
1) Menyusun dan mengarsipkan laporan penerimaan Harian, Bulanan
Realiasi Penerimaan BBN-KB, PKB, Tunggakan dan Denda
Kendaraan Bermotor yang terproses di UPTD Samsat.
3. Menyusun dan mengarsipkan laporan Objek Kendaraan bermotor yang
terproses di UPTD Samsat.
c. Seksi Pelayanan, Penetapan Pajak dan Retribusi
Tugas dan fungsi Seksi Pelayanan, Penetapan Pajak dan Retribusi:
1) Tugas pokok kepala seksi pelayanan, penetapan pajak dan retribusi
adalah melaksanakan teknis pelayanan secara terintegrasi dengan
instansi terkait dan penetapan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
dan Pajak Kendaraan Bermotor, Alat Berat/besar sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2) Untuk Melaksanakan tugas pokok tersebut di atas kepala seksi
pelayanan, penetapan dan retribusi mempunyai uraian tugas jabatan :
a) Melaksanakan sosialisasi Peraturan-peraturan daerah di bidang
pajak kendaraan bermotor dan retribusi daerah.
b) Memberikan pelayanan informasi kepada wajib pajak kendaraan
bermotor.
c) Melayani dan menyelesaikan sengketa pajak kendaraan bermotor
dan bea balik nama kendaraan bermotor.
43
d) Mengoreksi, meneliti persyaratan dan pajak kendaraan bermotor
dan bea balik nama kendaraan bermotor.
e) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.
3.1.3. Kegiatan Usaha UPTD Samsat Baubau
Adapun kegiatan usaha UPTD Samsat Baubau terkait dengan Pajak
Kendaraan Bermotor adalah:
1. Melaksanakan pemungutan dan pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB),
Bea Balik Naman Kendaraan Bermotor (BBNKB), Sumbangan Wajib Dana
Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ), Surat Tanda Nomor Kendaraan
(STNK) dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dalam suatu
koordinasi pelayanan yang terkait.
2. Penyuluhan dan layanan informasi PKB.
3. Melaksanakan kerja sama dengan pihak Kepolisian dalam pelaksanaan
penyuluhan ke sekolah-sekolah.
4. Evaluasi pelayanan pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor.
3.2. Hasil Penelitian
3.2.1. Target Penerimaan PKB dan BBNKB Samsat Baubau
Dari hasil wawancara dan permintaan data sekunder pada UPTD Samsat
Baubau, diperoleh data target penerimaan PKB dan BBNKB tahun 2011-2015
sebagai berikut:
Target penerimaan PKB dan BBNKB UPTD Samsat Baubau tahun 2011-2015
44
Sumber : UPTD Samsat Baubau
*ket: % = Analisa Trend kenaikan/penurunan target penerimaan dengan tahun dasar 2011
Trend (Kecenderungan)= Penerimaan TahunZPenerimaan Tahun Dasar x 100%
Untuk mempermudah pembaca, maka penulis menyajikan data Trend
(kecendrungan) kenikan/penurunan target tersebut dalam grafik sebagai berikut:
2011 2012 2013 2014 2015 -
100
200
300
400
500
600
700
800
100 126 147 155 162
100 110
204 256
199 100
102
161
179 169
100 85
94
88 137
Grafik Trend Target Penerimaan
Denda PKB Tunggakan PKBBBNKB PKB
Tabel III.1UPTD Samsat Baubau
Target Penerimaan PKB dan BBNKBTahun 2011-2015
Tahun
Target Penerimaan
PKB (%) BBNKB % Tunggakan PKB % Denda PKB %
2011 Rp. 4.488.017.257 100 Rp. 9.005.691.812 100 Rp. 346.036.825 100 Rp. 109.180.126 100
2012 Rp. 5.637.843.811 126 Rp. 9.873.292.768 110 Rp. 353.259.391 102 Rp. 92.676.537 85
2013 Rp. 6.615.438.416 147 Rp. 18.327.093.838 204 Rp. 556.113.065 161 Rp. 102.782.481 94
2014 Rp. 6.946.509.619 155 Rp. 23.093.812.118 256 Rp. 618.471.871 179 Rp. 96.234.920 88
2015 Rp. 7.277.606.352 162 Rp. 17.966.066.459 199 Rp. 586.005.559 169 Rp. 149.216.957 137
45
Gambar III.2Trend Kenaikan/Penurunan Target PKB dan BBNKB UPTD Samsat
Baubau
3.2.2. Realisasi Penerimaan PKB dan BBNKB UPTD Samsat Baubau
Dari hasil wawancara dengan pejabat yang berwenang pada UPTD Samsat
Baubau dan permintaan data sekunder, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel III.2UPTD Samsat Baubau
Realisasi Penerimaan PKB dan BBNKBTahun 2011-2015
TahunJumlah Penerimaan
PKB % BBNKB % Tunggakan PKB % Denda PKB %
2011 Rp. 4.523.788.650 100 Rp.13.857.659.385 100 Rp. 326.751.546 100 Rp.135.785.346 100
2012 Rp. 5.217.339.506 115 Rp.14.397.153.615 104 Rp. 383.598.458 117 Rp.162.407.404 120
2013 Rp. 5.486.095.428 121 Rp.15.261.044.718 110 Rp. 413.753.044 127 Rp.103.730.000 76
2014 Rp. 8.209.179.155 181 Rp.20.819.903.926 150 Rp. 773.994.294 237 Rp.298.668.814 220
2015 Rp. 8.549.248.955 189 Rp.19.481.613.160 141 Rp.1.080.932.872 331 Rp.374.173.469 276
Sumber : UPTD Samsat Baubau
*ket: % = Analisa Trend kenaikan/penurunan realisasi penerimaan dengan tahun dasar 2011
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik sebagai berikut:
46
2011 2012 2013 2014 20150
50
100
150
200
250
300
350
100115 121
181 189
100 104 110
150 141
100117 127
237
331
100120
76
220
276
Grafik Trend Realisasi Penerimaan
PKB
BBNKB
Tunggakan PKB
Denda PKB
Gambar III.3Trend Kenaikan/Penurunan Realisasi Penerimaan PKB dan BBNKB UPTD
Samsat Baubau
3.2.3. Kendala dan Upaya Peningkatan Penerimaan PKB dan BBNKB pada
UPTD Samsat Baubau
Kendala atau Hambatan dan Upaya yang dihadapi UPTD Samsat Baubau
dalam pencapaian target penerimaan PKB dan BBNKB kota Baubau yaitu:
1. Kurangnya kesadaran wajib pajak ataupun penghindaran dalam pemenuhan
kewajiban Pajak Kendaraan Bermotornya. Adapun upaya yang dilakukan
Samsat Baubau yakni:
a. Sosialisasi ke lingkungan masyarakat untuk memberikan informasi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan Pajak Kendaraan Bermotor.
b. Upaya ektensifikasi yakni upaya perluasan basis pajak dengan menaikan
tarif PKB, misalnya dengan adanya tarif progresif pajak kendaraan
bermotor. Tarif pajak progresif ini ditetapkan untuk setiap Wajib Pajak
47
pribadi yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu dengan nama
dan alamat yang sama.
2. Kurangnya pengetahuan dan minat masyarakat dalam hal penyampaian
kondisi kendaraannya yakni masih beroperasi atau sudah rusak sehingga
berdampak pada tunggakan pajak yang terus meningkat. Adapun upaya yang
dilakukan Samsat Baubau sebagai berikut:
a. Upaya intenfikasi yaitu upaya penagihan terhadap kendaraan bermotor
yang menunggak pada tahun sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan
terlebih dahulu mengirimkan Surat Tagihan PKB dan apabila wajib pajak
belum juga melakukan pembayaran maka dilakukan penagihan langsung
ke tempat wajib pajak berada.
b. Kerja sama dengan kepolisian dalam hal razia kendaraan bermotor untuk
pengecekkan kondisi kendaraan.
3. Kurangnya sarana yang mendukung serta lamanya waktu tunggu dalam
pembayaran PKB dan BBNKB. Upaya yang dilakukan diantaranya:
a. Peningkatan pelayanan dengan mengubah mekanisme 5 loket menjadi 2
loket serta penggunaan komputer (2 unit untuk pendaftaran dan 1 unit
untuk penetapan dengan jumlah petugas 5 PNS) dalam proses pelayanan
sehingga mempercepat proses pembayaran PKB dan BBNKB. Hal ini
dilakukan untuk menciptakan kenyamanan wajib pajak yang
b. Penyediaan genset untuk mengatasi seringnya pemadaman listrik agar
tidak menghambat proses pelayanan.
3.2.4. Analisis Efektivitas Penerimaan PKB dan BBNKB
48
Untuk melakukan analisis efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, penulis menggunakan rumus
sebagai berikut:
Efektivitas Penerimaan=Realisasi PenerimaanTarget Penerimaan
x100 %
1. Efektivitas Penerimaan PKB
a. Efektivitas PKB Murni:
1) Analisis tahun 2011
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target PKB = Rp. 4.488.017.257
b) Realisasi PKB = Rp. 4.523.788.650
c) Efektivitas = Realisasi PKBTahun2011
Target PKBTahun2011 x 100%
=Rp.4.523 .788 .650Rp .4.488 .017 .257 x 100%
= 100,8%
Dengan demikian efektivitas PKB Murni tahun 2011 sebesar 100,8%.
2) Analisis tahun 2012
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target PKB = Rp. 5.637.843.811
b) Realisasi PKB = Rp. 5.217.339.506
c) Efektivitas = Realisasi PKBTahun2012
Target PKBTahun2012 x 100%
=Rp .5.217 .339.506Rp .5.637 .843 .811 x 100%
49
= 92,5%.
Dengan demikian efektivitas PKB Murni tahun 2012 sebesar 92,5%.
3) Analisis tahun 2013
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target PKB = Rp. 6.615.438.416
b) Realisasi PKB = Rp. 5.486.095.428
c) Efektivitas = Realisasi PKBTahun2013
Target PKBTahun2013 x 100%
=Rp .5.486 .095.428Rp .6.615 .438.416 x 100%
= 82,9%
Dengan demikian efektivitas PKB Murni tahun 2013 sebesar 82,9%.
4) Analisis tahun 2014
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target PKB = Rp. 6.946.509.619
b) Realisasi PKB = Rp. 8.209.179.155
c) Efektivitas = Realisasi PKBTahun2014
Target PKBTahun2014 x 100%
=Rp . 8.209 .179.155Rp . 6.946 .509.619 x 100%
= 118,2%.
Dengan demikian efektivitas PKB Murni tahun 2014 sebesar 118,2%.
5) Analisis tahun 2015
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target PKB = Rp. 7.277.606.352
50
b) Realisasi PKB = Rp. 8.549.248.955
c) Efektivitas = Realisasi PKBTahun2014
Target PKBTahun2014 x 100%
=Rp .8.549 .248.955Rp .7.277 .606 .352 x 100%
= 117,5%.
Dengan demikian efektivitas PKB Murni tahu 2015 sebesar 117,5%.
b. Efektivitas Tunggakan PKB:
1) Analisis Tahun 2011
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target Tunggakan = Rp. 346.036.825
b) Realisasi Tunggakan = Rp. 326.751.546
c) Efektivitas = Realisasi Tunggakan Tahun2011
Target Tunggakan Tahun2011 x 100%
= Rp.326.751.546Rp .346.036 .825 x 100%
= 94,4%.
Dengan demikian efektivitas Tunggakan tahun 2011 sebesar 94,4%.
2) Analisis Tahun 2012
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target Tunggakan = Rp. 353.259.391
b) Realisasi Tunggakan = Rp. 383.598.458
c) Efektivitas = Realisasi Tunggakan Tahun2012
Target Tunggakan Tahun2012 x 100%
= Rp .383.598 .458Rp.353.259 .391 x 100%
= 108,6%.
51
Dengan demikian efektivitas Tunggakan PKB tahun 2012 sebesar
108,6%.
3) Analisis Tahun 2013
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target Tunggakan = Rp. 556.113.065
b) Realisasi Tunggakan = Rp. 413.753.044
c) Efektivitas = Realisasi Tunggakan Tahun2013
Target Tunggakan Tahun2013 x 100%
= Rp .413.753 .044Rp . 556.113 .065 x 100%
= 74,4%.
Dengan demikian efektivitas Tunggakan PKB tahun 2013 sebesar
74,4%.
4) Analisis Tahun 2014
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target Tunggakan = Rp. 618.471.871
b) Realisasi Tunggakan = Rp. 773.994.294
c) Efektivitas = Realisasi Tunggakan Tahun2014
Target Tunggakan Tahun2014 x 100%
= Rp . 773.994 .294Rp .618.471 .871 x 100%
= 125,1%
Dengan demikian efektivitas Tunggakan PKB tahun 2014 sebesar
125,1%.
5) Analisis Tahun 2015
52
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target Tunggakan = Rp. 586.005.559
b) Realisasi Tunggakan = Rp. 1.080.932.872
c) Efektivitas = Realisasi Tunggakan Tahun2015
Target Tunggakan Tahun2015 x 100%
= Rp .1.080 .932.872Rp . 586.005.559 x 100%
= 184,5%
Dengan demikian efektivitas Tunggakan PKB tahun 2015 sebesar
184,5%.
c. Efektivitas Denda PKB:
1) Analisis Tahun 2011
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target Denda = Rp. 109.180.126
b) Realisasi Realisasi = Rp. 135.785.346
c) Efektivitas = Realisasi DendaTahun2011
Target DendaTahun2011 x 100%
= Rp .135.785 .346Rp .109.180 .126 x 100%
= 124,4%
Dengan demikian efektivitas Denda PKB tahun 2011 sebesar 124,4%.
2) Analisis Tahun 2012
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target Denda = Rp. 92.676.537
b) Realisasi Realisasi = Rp. 162.407.404
53
c) Efektivitas = Realisasi DendaTahun2012
Target DendaTahun2012 x 100%
= Rp .162.407 .404Rp . 92.676 .537 x 100%
= 175,2%
Dengan demikian efektivitas Denda PKB tahun 2012 sebesar 175,2%.
3) Analisis Tahun 2013
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target Denda = Rp. 102.782.481
b) Realisasi Realisasi = Rp. 103.730.000
c) Efektivitas = Realisasi DendaTahun2013
Target DendaTahun2013 x 100%
= Rp .103.730 .000Rp.102.782 .481 x 100%
= 100,9%
Dengan demikian efektivitas Denda PKB tahun 2013 sebesar 100,9%.
4) Analisis Tahun 2014
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target Denda = Rp. 96.234.920
b) Realisasi Realisasi = Rp. 298.668.814
c) Efektivitas = Realisasi DendaTahun2014
Target DendaTahun2014 x 100%
= Rp .298.668 .814Rp . 96.234 .920 x 100%
= 310,4%
Dengan demikian efektivitas Denda PKB tahun 2014 sebesar 310,4%.
5) Analisis Tahun 2015
54
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target Denda = Rp. 149.216.957
b) Realisasi Realisasi = Rp. 374.173.469
c) Efektivitas = Realisasi DendaTahun2015
Target DendaTahun2015 x 100%
= Rp.374.173 .469Rp .149.216 .957 x 100%
= 250,8%
Dengan demikian efektivitas Denda PKB tahun 2015 sebesar 250,8%.
2. Efektivitas Penerimaan BBNKB
1) Analisis tahun 2011
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target BBNKB = Rp. 9.005.691.812
b) Realisasi BBNKB = Rp. 13.857.659.385
c) Efektivitas = Realisasi BBNKBTahun2011
Target BBNKBTahun2011x100 %
=Rp .13.857 .659.385Rp.9.005 .691.812 x 100%
= 153,9%
Dengan demikian efektivitas BBNKB tahun 2011 sebesar 153,9%.
2) Analisis tahun 2012
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target BBNKB = Rp. 9.873.292.76
b) Realisasi BBNKB = Rp. 14.397.153.615
c) Efektivitas = Realisasi BBNKBTahun2012
Target BBNKBTahun2012 x 100%
55
=Rp .14.397 .153.615Rp . 9.873 .292.76 x 100%
= 145,8%.
Dengan demikian efektivitas BBNKB tahun 2012 sebesar 145,8%.
3) Analisis tahun 2013
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target BBNKB = Rp. 18.327.093.838
b) Realisasi BBNKB = Rp. 15.261.044.718
c) Efektivitas = Realisasi BBNKBTahun2013
Target BBNKBTahun2013 x 100%
=Rp . 15.261.044 .718Rp . 18.327 .093.838 x 100%
= 83,3%
Dengan demikian efektivitas BBNKB tahun 2013 sebesar 83,3%.
4) Analisis tahun 2014
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
a) Target BBNKB = Rp. 23.093.812.118
b) Realisasi BBNKB = Rp. 20.819.903.926
c) Efektivitas = Realisasi BBNKBTahun2014
Target BBNKBTahun2014 x 100%
=Rp . 20.819 .903.926Rp .23.093 .812 .118 x 100%
= 90,2%
Dengan demikian efektivitas BBNKB tahun 2014 sebesar 90,2%.
5) Analisis tahun 2015
Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 diperoleh data:
56
a) Target BBNKB = Rp. 17.966.066.459
b) Realisasi BBNKB = Rp. 19.481.613.160
c) Efektivitas = Realisasi BBNKBTahun2015
Target BBNKBTahun2015 x 100%
=Rp.19.481 .613.160Rp .17.966 .066 .459 x 100%
= 108,4%
Dengan demikian efektivitas BBNKB tahun 2015 sebesar 108,4.
Berdasarkan perhitungan di atas, maka efektivitas penerimaan PKB dan
BBNKB dapat disusun tabel hasil pembahasan sebagai berikut:
Tabel III.3Hasil Penghitungan Efektivitas PKB dan BBNKB
UPTD Samsat Baubau Tahun 2011-2015
Tahun
Efektivitas Penerimaan
PKB Murni Ket Tunggakan PKB Ket Denda
PKB Ket BBNKB Ket
2011 100,8% SE 94,4% TE 124,4% SE 153,9% SE
2012 92,5% TE 108,6% SE 175,2% SE 145,8% SE
2013 82,9% TE 74,4% TE 100,9% SE 83,3% TE
2014 118,2% SE 125,1% SE 310,4% SE 90,2% TE
57
2015 117,5% SE 184,5% SE 250,8% SE 108,4% SE
Rata-rata 102,4% SE 117,4% SE 192,4% SE 116,3% SE
Keterangan: a. SE (Sangat Efektif) >100%b. E (Efektif) =100%c. TE (Tidak Efektif) <100%
Dari Tabel di atas, disajikan grafik sebagai berikut:
Sumber: Hasil Pembahasan data Lapangan
Gambar III.4Efektivitas Penerimaan PKB dan BBNKB
Berdasarkan Gambar III.4 di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Efektivitas tahun 2011-2012
Efektivitas PKB pada tahun anggaran 2011 sebesar 100,8% sedangkan tahun
anggaran 2012 sebesar 92,5%. Hal ini berarti pada tahun 2011 efektivitas
penerimaan PKB berada pada kategori “Sangat efektif” dan pada tahun 2012
berada pada kategori “Tidak Efektif”. Selain itu, efektivitas pada tahun 2011
ke 2012 mengalami penurunan sebesar 8,3 poin. Adapun Tunggakan PKB
2011 2012 2013 2014 20150.0%
50.0%
100.0%
150.0%
200.0%
250.0%
300.0%
350.0%
Efektivitas PKB dan BBNKB
58
tahun anggaran 2011 ke tahun 2012 mengalami kenaikan dari 94,4% ke
108,6% atau naik 14,2 poin. Denda PKB juga mengalami kenaikan sebesar
50,8 poin yakni dari 124,4% menjadi 175,2%. Sedangkan untuk efektivitas
BBNKB tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 8,1 poin
yakni dari 153,9% menjadi 145,8%. Kenaikan dan penurunan efektivitas dari
masing-masing di atas terjadi karena:
a. Penurunan tingkat efektivitas PKB disebabkan kurangnya kesadaran
masyarakat untuk membayar kewajiban pajak kendaraannya. Selain itu,
ketidaktahuan wajib pajak akan masa pembayaran pajak kendaraan
menyebabkan meningkatnya Tunggakan dan Denda PKB.
b. Penurunan efektivitas PKB juga dapat disebabkan karena jarak yang jauh
antara tempat tinggal wajib pajak dan tempat pembayaran PKB (Samsat),
menyebabkan kurangnya minat wajib pajak untuk melakukan pelunasan
kewajiban pajaknya.
c. Mekanisme pelayanan yang rumit juga menjadi faktor yang mendukung
menurunnya tingkat efektivitas karena dalam prosesnya memakan waktu
yang cukup lama.
d. Dalam hal BBNKB, kondisi ekonomi menjadi faktor yang menetukan
terhadap efektivitas penerimaan dalam hal daya beli masyarakat terhadap
kendaraaan bermotor.
2. Efektivitas tahun 2012-2013
Efektivitas penerimaan PKB pada tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 9,6 poin yakni dari 92,5% menjadi 82,9% atau berada pada
kategori “Tidak Efektif”. Adapun Tunggakan PKB tahun 2011 sebesar
59
100,8% sedangkan tahun 2013 sebesar 74,4%. Dalam hal ini mengalami
penurunan sebesar 34,2%. Efektivitas penerimaan Tunggakan PKB juga
mengalami penurunan yakni dari 175,2% menjadi 100,9% atau selisih 74,3
poin. Adapun BBNKB mengalami penurunan sebesar 62,5 poin dari 145,8%
turun menjadi 83,3%. Kenaikan dan penurunan efektivitas dari masing-masing
di atas terjadi karena:
a. Sama seperti tahun sebelumnya, faktor kesadaran wajib pajak dalam
melaksanakan kewajibannya yang masih kurang serta kurangnya
ketegasan ataupun upaya dari pihak Samsat dalam sosialisasi dan
penindakan terhadap wajib pajak yang masih terdapat tunggakan pajak
sehingga efektivitas tunggakan dan denda mengalami penurunan.
b. Sistem pelayanan yang masih manual dan mekanisme 5 loket juga
menghambat proses pembayaran yang memakan waktu lama juga
membuat wajib pajak malas dalam pelunasan kendaraannya.
c. Kurangnya kesadaran wajib pajak dalam melaporkan kondisi
kendaraannya (masih layak jalan atau sudah rusak), juga berpengaruh
terhadap efektivitas penerimaan karena data kendaraan yang terdaftar
(masih beroperasi/tidak rusak) menjadi salah satu faktor penetuan target
penerimaan.
d. Daya beli yang menurun juga menyebabkan penurunan efektivitas
BBNKB.
3. Efektivitas tahun 2013-2014
Efektivitas PKB pada tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar
34,6 poin yakni dari 82,9% menjadi 118,2%. Adapun Tunggakan PKB juga
60
mengalami kenaikan dari 74,4% menjadi 125,1% atau naik sebesar 50,7 poin.
Sedangkan Denda PKB juga mengalami kenaikan sebesar 209,5 poin yakni
dari 100,9% menjadi 310,4%. Adapun BBNKB mengalami kenaikan
meskipun berada dalam kategori “Tidak efektif” (kurang dari 100%) yakni
dari 83,3% ke 90,2% atau naik 6,9 poin. Kenaikan efektivitas dari masing-
masing di atas terjadi karena:
a. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pemenuhan kewajibannya
dikarenakan seringnya sosialisasi dari pihak Samsat kelingkungan-
lingkungan tempat tinggal masyarakat.
b. Mekanisme pelayanan yang bersifat online atau komputerisasi serta
mekanisme 2 loket yang membuat waktu tunggu menjadi lebih singkat
juga menjadi salah satu faktor meningkatnya kepatuhan dan kesadaran
wajib pajak.
c. Daya beli masyarakat akan kendaraan bermotor juga naik sehingga
membuat efektivitas penerimaan BBNKB meningkat meskipun masih
dalam kategori “Tidak Efektif”.
4. Efektivitas tahun 2014-2015
Efektivitas penerimaan PKB tahun 2014 ketahun 2015 mengalami penurunan
meskipun masih dalam kategori “Sangat Efektif” (lebih dari 100%), yakni dari
118,2% menjadi 117,2% atau menurun 0,7 poin. Adapun Tunggakan PKB
mengalami kenaikan sebesar 59,4 poin yakni dari 125,1% menjadi 184,5%.
Denda PKB mengalami penurunan meskipun masih dalam kategori “Sangat
Efektif”, yakni dari 310,4% menjadi 250,8% atau turun 59,6 poin. Adapun
61
penerimaan BBNKB mengalami kenaikan sebesar 18,2 poin dari 90,2%
(Tidak Efektif) menjadi 108,4% (Sangat Efektif). Kenaikan dan penurunan
efektivitas dari masing-masing di atas terjadi karena:
a. Kesadaran masyarakat yang mulai stabil tentang kewajibannya dalam
pembayaran PKB yang membuat efektivitas penerimaan PKB meskipun
menurun dari tahun sebelumnya tetapi masih dalam kategori “Sangat
Efektif”.
b. Pelayanan yang semakin membaik juga menjadi faktor pendukung
tercapainya target penerimaan.
c. Daya beli dan kondisi perekonomian yang semakin membaik menjadi
faktor pendukung meningkatnya efektivitas BBNKB.
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas
penerimaan PKB baik PKB Murni, Tunggakan dan Denda serta BBNKB secara
keseluruhan selama 2011 hingga 2015 mengalami peningkatan kearah yang lebih
baik atau dapat dikatakan Sangat Efektif jika dilihat dari rata-rata tingkat
efektivitas dalam kurun waktu tersebut yang semuanya mencapai lebih dari 100%.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Penelitian Analisa Efektivitas Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada UPTD Samsat Baubau merupakan
penelitian kualitatif yang dilakukan penulis dengan menggunakan metode
pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil analisa lapangan diperoleh informasi dan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Target penerimaan PKB dari tahun 2011 hingga tahun 2015 selalu
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Adapun target penerimaan
BBNKB juga selalu meningkat tiap tahun kecuali tahun 2015 mengalami
penurunan dari Rp. 23.093.812.118 menjadi Rp. 17.966.066.459. Sama
halnya dengan BBNKB, Tunggakan PKB juga selalu meningkat setiap
tahun kecuali 2015 yang mengalami penurunan sebesar Rp. 32.412.312.
Sedangkan Denda PKB target yang ditetapkan selama kurun waktu 2011-
2015 mengalami fluktuasi.
2. Realisasi Penerimaan PKB dari tahun 2011 hingga tahun 2014 selalu
mengalami kenaikan dan ditahun 2015 mengalami penurunan sebesar
Rp.1.338.290.766 dari tahun sebelumnya. Adapun penerimaan Tunggakan
PKB selalu mengalami peningkatan dan puncaknya pada tahun 2015 yang
mencapai penerimaan tertinggi sebesar Rp.1.080.932.872. Sedangkan
penerimaan Denda PKB dari tahun 2011 hingga 2015 selalu mengalami
63
64
kenaikan, kecuali tahun 2013 yang mengalami penurunan sebesar
Rp.58.677.404 dari tahun sebelumnya.
3. Efektivitas PKB pada tahun anggaran 2011 sebesar 100,8% dan
mengalami penurunan pada tahun anggaran 2012 sebesar 8,3 poin menjadi
92,5%. Adapun ditahun 2013 efektivitas penerimaan PKB kembali
menurun 9,6 poin yakni menjadi 82,9%. Sedangkan di tahun 2014
efektivitas penerimaan PKB meningkat cukup tinggi yakni dari 82,9%
menjadi 118,2% atau meningkat 34,6 poin. Meskipun ditahun 2015
mengalami penurunan tetapi efektivitas penerimaannya masih dalam
ketegori “Sangat Efektif” yakni hanya turun 0,7 poin dari tahun
sebelumnya menjadi 117,5%.
4. Efektivitas Tunggakan PKB pada tahun 2011 berada dalam kategori
“Tidak Efektif” (<100%) yakni hanya sebesar 94,4%. Sedangkan ditahun
berikutnya mengalami kenaikan sebesar 14,2 poin menjadi 108,6%.
Adapun pada tahun 2013, efektivitasnya kembali menurun menjadi 74,4%
atau selisih 34,2 poin. Adapun ditahun 2014 efektivitasnya mengalami
kenaikan yang signifikan sebesar 50,7 poin menjadi 125,1%. Dan ditahun
2015 kenaikan efektivitas kembali meningkat sebesar 59,4 poin yakni
menjadi 184,5%.
5. Efektivitas penerimaan Denda PKB pada tahun 2011 berada pada kategori
“Sangat Efektif”, yakni sebesar 124,4% dan mengalami peningkatan
sebesar 50,8 poin (175,2%). Sedangkan ditahun 2013, efektivitas
penerimaan denda PKB mengalami penurunan sebesar 74,3 poin
(100,9%). Adapun ditahun 2014 kenaikan efektivitas denda PKB
64
mencapai 3 kali lipat menjadi 310,4% atau meningkat 209,5 poin. Dan
ditahun 2015, efektivitas penerimaannya kembali menurun meskipun
masih dalam kategori “Sangat Efektif” yakni turun 59,6 poin (250,8%).
6. Efektivitas BBNKB pada tahun 2011 berada dalam kategori “Sangat
Efektif” yakni sebesar 153,9% dan mengalami penurunan ditahun 2012
sebesar 8,1 poin (145,8%). Adapun ditahun 2013 efektivitasnya menurun
menjadi 83,3% (62,5 poin). Sedangkan ditahun 2014 efektivitasnya naik
menjadi 90,2% atau naik 6,9 poin dan terus naik ditahun 2015 sebesar 18,2
poin (108,4%).
7. Masalah yang dihadapi dalam peningkatan efektivitas penerimaan
diantaranya kurangnya kesadaran wajib pajak dalam pemenuhan
kewajiban pajaknya, kurangnya pengetahuan masyarakat dalam
penyampaian kondisi kendaraannya, lamanya waktu tunggu dalam proses
pembayaran, dan tidak adanya ketentuan tentang pengenaan tilang bagi
wajib pajak yang masih terdapat tunggakan pajak ataupun STNK-nya telah
daluarsa.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa efektivitas
penerimaan PKB dan BBNKB mengalami fluktuasi (naik turun). Untuk
menangani fluktuasi tersebut, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Mempertahankan upaya-upaya yang telah dilakukan sebelumnya misalnya
penagihan langsung bagi wajib pajak yang masih terdapat tunggakan
64
pajak, sosialisasi ke masyarakat dan lain sebagainya serta bila perlu
meningkatkan upaya tersebut guna peningkatan efektivitas penerimaan.
2. Evaluasi jumlah kendaraan bermotor yang masih beroperasi dan yang
tidak beroperasi lagi (rusak) sehingga target yang ditetapkan dapat
tercapai.
3. Pembuatan payung hukum dalam bentuk Keputusan Bersama ataupun
Perda dan sebagainya yang mengatur tentang kerja sama pihak kepolisian
dengan Samsat agar dapat melakukan Tilang kepada Wajib pajak yang
STNKnya telah daluarsa atau masih terdapat tunggakan pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi Revisi 2016. Yogyakarta: Andi.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
______,Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah.
______,Peraturan Daerah Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.
______,Peraturan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas.
______,Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara Nomor 34 Tahun 2002 Tentang Pajak Kendaraan Bermotor.
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus.Jakarta: Salemba 4.
Samudra, Azhari Aziz. 2016. Perpajakan di Indonesia, Keuangan Pajak dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Yulianti. 2012. Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dan Retribusi Daerah sebagai PAD. Kendari: UMB.
67
A1
69
A1
69
A1
Hasil Wawancara
Narasumber : LD. Muh. Karyanto, SE.
Jabatan : Kepala Seksi Penetapan, Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah
NIP : 19771114 200502 1 007
Waktu : 17 Mei 2017
1. Berapa target penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor tahun 2011 sampai dengan tahun 2015?
Jawaban : Terlampir pada Lampiran Data Target Penerimaan
2. Berapa realisasi penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor tahun 2011 sampai dengan tahun 2015?
Jawaban : Terlampir pada Lampiran Data Realisasi Penerimaan
3. Bagaimana perkembangan mekanisme pelayanan PKB dan BBNKB pada
Samsat Baubau sampai sekarang?
Jawaban : Mekanisme pelayanan pembayaran PKB dan BBNKB pada Samsat
Baubau sejak tahun 2014 telah menggunakan sistem online yang dikenal
dengan Samsat online. Namun, sistem ini hanya dapat diakses oleh Samsat
karena hanya menggunakan jaringan intranet yang langsung terhubung pada
Samsat Pusat di kota Kendari. Karena sudah menggunakan sistem online,
maka sistem pendaftaran kendaraan, penetapan pajak, percetakan notice pajak
yang dahulu dilakukan secara manual beralih kesistem komputerisasi. Selain
itu, mekanisme pelayanan yang dahulu terdapat 5 loket dengan fungsi masing-
masing, kini telah diganti dengan sistem 2 loket yang tujuannya untuk
69
70
mempersingkat waktu pembayaran. Untuk alur pembayaran dapat dilihat pada
Lampiran Mekanisme Pelayanan.
4. Apa saja kendala atau masalah yang pernah dialami Samsat Baubau dalam
upaya pencapaian target yang telah ditetapkan?
Jawaban :
a. Kendala atau masalah yang kami hadapi terutama karena kurangnya
kesadaran wajib pajak dalam pemenuhan kewajibannya. Hal ini dapat
dilihat dari data realisasi yang kadang tidak mencapai target.
b. Kondisi alam, khususnya bagi wajib pajak yang berada diseberang pulau
Baubau yang untuk melunasi kewajibannya harus mengeluarkan biaya
transportasi lebih untuk dapat kesini. Hal ini cukup menjadi faktor yang
mendukung kurangnya minat wajib pajak dalam membayar pajak
kendaraannya.
c. Untuk BBNKB, faktor utama yang mendukung pencapaian target adalah
kondisi perekonomian. Dilihat dari tahun ketahun, kondisi perekonomian
Kota Baubau semakin membaik yang juga berdampak pada penerimaan
BBNKB akibat pembelian kendaraan bermotor
d. Masalah selanjutnya yakni tidak adanya payung hukum yang dapat
digunakan untuk melakukan penilangan yang dilakukan pihak kepolisisan
saat razia bagi wajb pajak yang masih terdapat tunggakan pajak ataupun
STNK-nya telah daluarsa.
e. Untuk masalah teknis, kadang terjadi gangguan server yang
mengakibatkan proses penetapan tidak dapat dilakukan. Selain itu,
70