wawasan sosial budaya maritim
DESCRIPTION
WSBMTRANSCRIPT
RANGKUMAN
WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM
Rangkuman ini diajukan untuk menyelesaikan Tugas Wawasan Sosial
Budaya Maritim Universitas Hasanuddin
Disusun Oleh
Moh Faris Arfandhy F
A31115520
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
Wawasan Sosial Budaya Maritim Page 1
WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM
Wawasan Sosial Budaya Maririm Mata kuliah yang lahir sebagai
konsekwensi dari PIP ( Pola Ilmiah Pokok ) UNHAS mengenai Kelautan. Pada
tahun 1975 yang dituangkan dengan Surat Keputusan Rektor
No.1149/UP-UH/1975 tertanggal 27 Desember 1975. Alasannya karena proyeksi
masa depan mengenai semakin berkurangnya sumber daya alam di darat dan
pergeseran kutub perdagangan dunia dari wilayah Amerika-Eropa ke wilayah
Asia.
Peran Unhas yang berada di Sulawesi Selatan. Unhas yang berada pada
wilayah dengan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya maritime yang
pernah mencapai masa keemasannya. Potensi maritim belum mendapatkan
prioritas penanganan secara proporsional. Berbagai kendala tak pernah dapat
diatasi secara tuntas. Pembangunan maritim memerlukan sistem pengelolaan
terpadu wilayah pesisir dan lautan. Untuk melakukan sebuah pembangunan,
dibutuhkan pemahaman tentang aspek sosial dan budaya masyarakat.
Konsep BMI muncul sebagai salah satu cara untuk mengekplorasi berbagai
sumber daya alam yang ada di Indonesia khususnya sumber daya kemaritiman.
BMI terbentang dari 92° BT sampai 141° BT dan 720° LU sampai dengan 14° LS
yang merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari:
a. 5.707 pulau yang telah bernama dan 11.801 pulau yang belum bernama.
b. Luas perairan 3,1 juta km2, dan luas perairan ZEE 2,7 juta km2.
c. Panjang seluruh garis pantai 80.791 km, panjang garis dasar 14.698 km.
Potensi Kemaritiman Indonesia yaitu :
a. Potensi daya perikanan laut
b. Hutan Mangrove
c. Padang Lamun dan rumput Laut
d. Terumbu Karang
Jasa – jasa lingkungan
a. Media transportasi dan
komunikasi
b. Pengaturan iklim
c. Keindahan alam
Wawasan Sosial Budaya Maritim Page 2
d. Penyebaran limbah e. Wisata bahari
KEBUDAYAAN MASYARAKAT BAHARI
Sulawesi selatan, merupakan salah satu daerah yang sangat potensial dalam
pengembangan kemaritiman, daerah pesisir serta pulau-pulau juga terkenal kaya
akan sumber daya laut yang melimpah. Masyarakat Bahari adalah Kesatuan hidup
manusia yang sebagian besar atau sepenuhnya menggantungkan kehidupan
ekonominya secara langsung atau tidak langsung terhadap Laut melalui
pemanfaatan sumberdaya hayati atau non hayati laut serta jasa-jasa laut, yang
dipedomani oleh dan dicirikan bersama dengan kebudayaan baharinya.
Ciri Umum Kondisi Sosial Masyarakat Bahari
a. Ketergantungan pada dan keterkaitannya secara fisik dan emosional yang
ketat kepada lingkungan alamnya.
b. Bersifat Terbuka dalam menerima umsur-unsur dari luar
c. Kebutuhan pada dan keterkaitan secara mutlak dalam kelembagaan lokal
d. Ketergantungan secara mutlak pada pasar (lokal, regional, global)
e. Keterlibatan pihak-pihak lain secara berkelompok atau individual dalam
aktivitas dan usaha-usaha nelayan,
f. Konflik sosial antar kelompok-kelompok pemangku kepentingan
(stakeholders) ), khususnya antar kelompok-kelompok nelayan dari
berbagai kesatuan etnis, dan yang melibatkan pemerintah
Orang Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis, Makassar dan Mandar,
sejak dahulu kala dikenal sebagai pelaut dengan etos bahari yang tinggi. Berkaitan
dengan itu, masyarakat nelayan suku Bugis dan Makassar digambarkan tinggal di
daerah pantai dan pulau-pulau kecil, mencari ikan merupakan suatu mata
pencaharian hidup yang amat penting (Mattulada, 1997).
Masyarakat Bahari menurut para ahli merupakan Kategori sosial yang
sekali menjadi nelayan atau pelayar, akan sulit meninggalkan lingkungan laut dan
pekerjaannya untuk bergeser ke sektor-sektor ekonomi lainnya di darat. Sebab
Wawasan Sosial Budaya Maritim Page 3
adaptasi dan menyatunya dengan lingkungannya sekaligus melibatkan adaptasi
fiosiologis, psikologi, sosial, dan budayanya.
NELAYAN DAN KELEMBAGAAN
Identik dengan kemiskinan, kekayaan sumber daya laut yang telah dibarengi
dengan peningkatan produksi tidak diserta-merta membawa peningkatan terhadap
kesejahtraan masyarakat maritim secara umum. Di dalam kenyataan masih saja
kita dapat melihat kondisi perkampungan nelayan yang tergolong kumuh dan
kotor.
Kemiskinan Indentik Pendapatan ekonomi rendah, hidup miskin, dililit
utang Kekurangan harta produktif berupa modal, peralatan, keterampilan dan
pengalaman kewiraswastaan serta eratnya dengan sistem punggawa-sawi.
Punggawa diterjemahkan oleh Matthes yaitu kepala militer dan kapten kapal atau
pemimpin/ bos. Dalam bahasa sansekerta punggawa adalah kerbau istimewa.
Secara etimologi pung + gawa , pung berati puang (tuan) dan gawa berati gau
(kerja).
Majikan (Punggawa) & Para anak buahnya (sawi).
Dalam kondisi ekonomi punggawa pada keadaan berkecukupan atau
bahkan berlebih,, si sawi hidup melarat
Dalam status sosial punggawa orang yang memiliki level tertinggi,
sawi status sosial yang terendah.
Hubungan tidak seimbang ( tapi secara teoritis terikat) antara seorang atasan
( yaitu patron atau pemimpin ) dan sekelompok bawahan ( yaitu klien , bujang
atau pengikut) berdasarkan pertukaran jasa yang asimetris, yang secara de facto
tergantung pada patron dari klient tersebut, yang pelayanannya mencakup
kewajiban ekonomi, pekerjaan berupah atau sukarela, pelayanan pasukan,
dukungan politik dan layanan-layanan lainnya.
Ini diimbangi dengan peranan yang dimainkan oleh patron sebagai figur
pemimpin bagi semua klien dan bantuan-bantuan termasuk pinjaman uang dan
Wawasan Sosial Budaya Maritim Page 4
perlindungan yang disediakan sang patron ketika diperluakan
SISTEM PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN
KEMARITIMAN ETNIS BUGIS DI SULAWESI SELATAN
Propinsi sulawesi selatan merupakan wilayah laut dan daerah pantai dengan
panjang 197.120 km yang dikenal sebagai masyarakat Bahari. Sejak pelita I
sampai sekarang pemenuhan kebutuhan protein masyarakat dengan jalan
pemanfaatan sumbrdaya laut tiap tahunnya semakin meningkat. Para nelayan
memanfaatkan sumber daya laut dengan jalan menyusuri pantai untuk menagkap
ikan, terutama padah daerah-daerah teluk.
Para ahli berpendapat bahwa 50% ikan seluruh dunia hidup dalam kawanan
sampai beribu – ribu jumlahnya pada jarak antara satu sampai sepuluh kilometer
dari pantai. Pada musim – musim tertentu , kawanan ikan mendakati pantai untuk
makanan dan bertelur. Keadaan seperti itu membuat nelayan harus mengetahui
kondisi alam sekitar.
Sistem Pengetahuan Dan Sistem Kepercayaan
A. Simbol-Simbol Kepercayaan
Seorang nelayan membakali dirinya dengan keberanian menantang badai,&
berpegang pada pesan-pesan (message) orang tuanya. Juga membekali dirinya
dengan setumpuk pengetahuan tentang kelautan hari- hari nakas, astronomi dan
oceanologi tradisional yang membudaya dalam masyarakat.
Tabu atau pemali merupakan pengetahuan budaya, karena masyarakat
menganggap bahwa hal ini adalah warisan dari orang-orang tua mereka yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Masyarakat nelayan percaya berbagai
macam pantangan atau pemali, baik pemali ketika mereka masih berada di rumah
(sebelum melaut), pemali pada saat mereka menjalankan aktifitasnya dilaut,
maupun pemali bagi sanak keluarga di rumah saat nelayan berada di laut
Wawasan Sosial Budaya Maritim Page 5
Sebelum turun ke laut
Wawasan Sosial Budaya Maritim Page 6