warta buruh migran nomor xii edisi februari 2012

12
Halaman 1 | Warta Buruh Migran | Februari 2012 Warta Buruh Migran | Edisi XII | Februari 2012 Klik www.buruhmigran.or.id Kebijakan BNP2TKI melalui Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER.04/KA/V/2011 tentang Petunjuk Teknis Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja Secara Perseorangan menjadi polemik bagi BMI di beberapa negara penempatan. Kebijakan tersebut berbunyi ”Calon TKI Perseorangan tidak dibenarkan bekerja pada pengguna perorangan atau rumah tangga tetapi bekerja pada pengguna berbadan hukum.”. Gayung pun bersambut, kebijakan BNP2TKI diikuti oleh KJRI Hong Kong melalui Serat Edaran (SE) No 2524 dan Sistem Online. Apa motivasi dibalik kebijakan tersebut?. Pada dasarnya kebijkan penolakan kontrak mandiri banyak merugikan BMI. Buruh Migran harus mengurus perpanjangan kontrak kerja atau kontrak baru setelah terkena PHK melalui PPTKIS. Secara otomatis mereka (BMI.red) harus berhadapan dengan potongan gaji hingga 7 bulan lamanya. Pada edisi ini redaksi Warta Buruh Migran akan memperbincangkan persoalan kontrak kerja mandiri. Catatan Fera Nuraini dan Rahim Sitorus akan melengkapi pengetahuan kita tentang polemik kontrak kerja mandiri. Selamat membaca. Seluruh tulisan dan foto dalam buletin ini dilisensikan dalam bendera Creative Common (CC). Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil. Salam Redaksi Yogyakarta Penanggung Jawab Yossy Suparyo Muhammad Irsyadul Ibad Pimpinan Redaksi Fika Murdiana Tim Redaksi Muhammad Khayat Fathulloh Sindy Nur Fitri Kontributor Fera Nuraini Tata Letak Wahyu Widayat N Ilustrator Irvan Muhammad Alamat Redaksi Jl.Veteran Gg.Janur Kuning No.11A Pandean Umbulharjo Yogyakarta, Telp/Fax:0274-372378 E-mail:[email protected] Twitter: @infoburuhmigran Facebook: buruh migran Portal: http://buruhmigran.or.id Penerbitan buletin ini atas dukungan: Kamis, 23 Februari 2012 Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSDBM) menggelar diskusi terkait media advokasi buruh migran dalam rangkaian acara Jagongan Media Rakyat 2012 di kampus Akademi Pembangunan Masyarakat Desa (APMD). Dalam diskusi kali ini, PSDBM sengaja mengambil tema media advokasi karena media mempunyai peran penting untuk membantu perjuangan buruh migran. Diskusi ini turut menghadirkan Fathulloh pegiat PSDBM, Akhmad Fadli dari Pusat Teknologi Komunitas Mahnetik Cilacap, Lily Purwani pegiat SERUNI Banyumas, dan Cindy Nur Fitri selaku moderator diskusi. Sesi awal diskusi diawali oleh pemutaran film dokumenter berdurasi 16 menit tentang pendampingan buruh migran di Cilacap yang dilakukan oleh LAKPESDAM NU. Kemudian dilanjutkan diskusi singkat terkait film dan sharing terkait media yang selama ini digunakan oleh PSDBM. Fathulloh memantik diskusi dengan cerita seputar pengalaman PSDBM menggalang komunitas BMI di dunia maya untuk bergerak dan mengambil peran dalam menyuarakan isu-isu buruh migran dan penanganan kasus. Sementara itu, Lili Purwani sebagai praktisi advokasi buruh migran mengungkapkan peran penting media dalam perjuangan buruh migran. [ ] Diskusi “Media Advokasi Buruh Migran” Oleh: Fika Murdiana R Tim Redaksi Dokumentasi PSD-BM

Upload: infest-yogyakarta

Post on 11-Mar-2016

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Kebijakan BNP2TKI melalui Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER.04/KA/V/2011 tentang Petunjuk Teknis Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja Secara Perseorangan menjadi polemik bagi BMI di beberapa negara penempatan. Kebijakan tersebut berbunyi ”Calon TKI Perseorangan tidak dibenarkan bekerja pada pengguna perorangan atau rumah tangga tetapi bekerja pada pengguna berbadan hukum.”. Gayung pun bersambut, kebijakan BNP2TKI diikuti oleh KJRI Hong Kong melalui Serat Edaran (SE) No 2524 dan Sistem Online. Apa motivasi dibalik kebijakan tersebut?. Pada edisi ini redaksi Warta Buruh Migran akan memperbincangkan persoalan kontrak kerja mandiri. Catatan Fera Nuraini dan Rahim Sitorus akan melengkapi pengetahuan kita tentang polemik kontrak kerja mandiri. Selamat membaca.

TRANSCRIPT

Page 1: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 1 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

Warta Buruh Migran| Edisi XII | Februari 2012

Klik www.buruhmigran.or.id

Kebijakan BNP2TKI melalui Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER.04/KA/V/2011 tentang Petunjuk Teknis Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja Secara Perseorangan menjadi polemik bagi BMI di beberapa negara penempatan. Kebijakan tersebut berbunyi ”Calon TKI Perseorangan tidak dibenarkan bekerja pada pengguna perorangan atau rumah tangga tetapi bekerja pada pengguna berbadan hukum.”.

Gayung pun bersambut, kebijakan BNP2TKI diikuti oleh KJRI Hong Kong melalui Serat Edaran (SE) No 2524 dan Sistem Online. Apa motivasi dibalik kebijakan tersebut?. Pada dasarnya kebijkan penolakan kontrak mandiri banyak merugikan BMI. Buruh Migran harus mengurus perpanjangan kontrak kerja atau kontrak baru setelah terkena PHK melalui PPTKIS. Secara otomatis mereka (BMI.red) harus berhadapan dengan potongan gaji hingga 7 bulan lamanya.

Pada edisi ini redaksi Warta Buruh Migran akan memperbincangkan persoalan kontrak kerja mandiri. Catatan Fera Nuraini dan Rahim Sitorus akan melengkapi pengetahuan kita tentang polemik kontrak kerja mandiri. Selamat membaca.

Seluruh tulisan dan foto dalam buletin ini dilisensikan dalam bendera Creative Common

(CC). Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau

keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama,

kecuali untuk kepentingan komersil.

Salam Redaksi Yogyakarta

Penanggung JawabYossy Suparyo Muhammad Irsyadul Ibad Pimpinan Redaksi Fika MurdianaTim Redaksi Muhammad Khayat Fathulloh Sindy Nur FitriKontributorFera NurainiTata LetakWahyu Widayat NIlustratorIrvan Muhammad

Alamat Redaksi Jl.Veteran Gg.Janur Kuning No.11A Pandean Umbulharjo Yogyakarta, Telp/Fax:0274-372378 E-mail:[email protected] Twitter: @infoburuhmigranFacebook: buruh migranPortal: http://buruhmigran.or.id Penerbitan buletin ini atas dukungan:

Kamis, 23 Februari 2012 Pusat Sumber Daya Buruh Migran

(PSDBM) menggelar diskusi terkait media advokasi buruh migran

dalam rangkaian acara Jagongan Media Rakyat 2012 di kampus

Akademi Pembangunan Masyarakat Desa (APMD). Dalam diskusi

kali ini, PSDBM sengaja mengambil tema media advokasi karena

media mempunyai peran penting untuk membantu perjuangan

buruh migran.

Diskusi ini turut menghadirkan Fathulloh pegiat PSDBM, Akhmad

Fadli dari Pusat Teknologi Komunitas Mahnetik Cilacap, Lily

Purwani pegiat SERUNI Banyumas, dan Cindy Nur Fitri selaku

moderator diskusi.

Sesi awal diskusi diawali oleh pemutaran film dokumenter

berdurasi 16 menit tentang pendampingan buruh migran di

Cilacap yang dilakukan oleh LAKPESDAM NU. Kemudian

dilanjutkan diskusi singkat terkait film dan sharing terkait media

yang selama ini digunakan oleh PSDBM.

Fathulloh memantik diskusi dengan cerita seputar pengalaman

PSDBM menggalang komunitas BMI di dunia maya untuk

bergerak dan mengambil peran dalam menyuarakan isu-isu

buruh migran dan penanganan kasus. Sementara itu, Lili Purwani

sebagai praktisi advokasi buruh migran mengungkapkan peran

penting media dalam perjuangan buruh migran. [ ]

Diskusi

“Media Advokasi Buruh Migran”Oleh: Fika Murdiana R

Tim Redaksi

Dokumentasi PSD-BM

Page 2: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 2 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

Hong-Kong

Minggu (29/01/12), beberapa ABK bertemu dengan

Atin Safitri, Ketua ATKI Taiwan di sebuah stasiun di Taipei

dan mereka mendiskusikan permasalahan yang sedang

dihadapi. Tumijan (26), menceritakan soal perusahaan

agen tenaga kerja yang pernah meminta uang jaminan

padanya. Ketika masuk PT. Nuraini Indah Perkasa di

Jakarta, Tumijan harus membayar biaya sebesar 7 juta

rupiah.

02 | Sekilas Peristiwa

Taiwan

BMI Hong Kong Kembali Demo

di Depan KJRIOleh: Fera Nuraini

Minggu, 26 Februari 2012 sekitar 70-an Buruh Migran

Indonesia (BMI) kembali mendatangi Konsulat Jenderal

Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong untuk berunjuk

rasa menuntut diberlakukannya kontrak mandiri,

mencabut sistem online, Surat Edaran (SE 2524), stop

pelarangan menunggu visa di Macau atau China serta

izinkan BMI untuk pindah PPTKIS atau agen dan

menurunkan biaya penempatan.

Meski udara dingin namun tidak menyurutkan semangat

BMI untuk terus menuntut KJRI sebagai perwakilan

pemerintah Indonesia di Hong Kong yang selama ini

dinilai sangat merugikan BMI.

Cerita tentang rumitnya pengurusan Kartu Tenaga Kerja

Luar Negeri (KTKLN) juga masih terus menimpa BMI yang

pulang ke tanah air. Tingginya biaya yang dibebankan

agen kepada BMI saat pindah majikan dan pelayanan KJRI

yang tidak memuaskan terus menjadi sorotan BMI.

KTKLN yang katanya gratis namun nyatanya harus bayar

Rp 700 ribu lebih. Dan seperti biasanya tidak ada satu

pun staf dari KJRI yang turun untuk menemui BMI.

Demo akan terus dilakukan setiap Minggu sampai

tuntutan ini dipenuhi dan berpihak kepada BMI. [ ]

BMI ABK di Taiwan,

Keluhkan Pemerasan AgenOleh: Atin Safitri

Selain itu, ia masih harus membayar potongan setiap

bulannya dengan perhitungan utang bank sebesar

Nt.5500 atau sekitar Rp.1.644.500 selama 12 bulan.

Setelah mendapat penawaran kerja di Taiwan, Tumijan

dimintai uang jaminan oleh PT. Nuraini Indah Perkasa

sebesar 15 juta rupiah, dengan alasan setelah 3 bulan di

Taiwan ia tidak bermasalah, uang jaminan tersebut akan

dikembalikan. mintai uang jaminan 15 juta, bagaimana

saya bisa membayar?,

Tetapi karena saya sangat membutuhkan pekerjaan itu,

terpaksa saya jual sepeda motor sehargal 5 juta dan

kekurangan 10 jutanya, saya pinjamkan dari uang

koperasi dengan bunga Rp.300.000 perbulan. Saat saya

hanya diberi kwitasi dengan nominal 13 juta, PT tampak

bertele-tele menjawabnya.” tutur Tumijan, saat

berbincang dengan Atin Safitri. [ ]

Do

kum

enta

si A

tin

Saf

itri

Dokumentasi Fera Nuraini

Page 3: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 3 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

BM Cilacap Dikabarkan Meninggal di SingapuraOleh: Muhammad Ridlo Susanto

03 | Sekilas Peristiwa

CILACAP - Buruh Migran Indonesia (BMI) asal Dusun

Klepusari, Desa Pahonejan Kecamatan Majenang,

Cilacap, Jawa Tengah, bernama Siti Marsinah binti

Sanwarjo dikabarkan meninggal karena gantung diri di

Singapura.

Keluarga mengaku mendapat kabar meninggalnya Siti

dua hari yang lalu. Informasi awal tersebut

menyebutkanb Siti dikabarkan meninggal Ahad lalu

(05/02/12). Diinformasikan pula, Jumat pekan ini

jenazah almarhumah akan tiba di rumah duka.

“Jenazah Siti kabarnya masih berada di Jakarta,” kata

ayah Siti, Sanwarjo, Kamis (09/2).

Keluarga mengaku tidak mendapat firasat apapun

terkait kematian Siti. Pasalnya, selama di Singapura, Siti

mengabarkan baik-baik saja.

“Kami jadi kaget, kok tiba-tiba ada berita buruk seperti

ini,” tutur Sanwarja.

Keluarga meminta agar jenazah Siti diotopsi untuk

mengetahui penyebab kematian sebenarnya. Dengan

demikian, apapun yang terjadi keluarga akan lega. Kalau

pun benar Siti meninggal gantung diri, keluarga bisa

menerima dengan ikhlas. [ ]

Cilacap

Banyumas

Seruni Sosialisasikan Isu

TKI Kepada Aparat DesaOleh: Muhammad Irsyadul Ibad

Isu buruh migran atau yang dikenal dengan sebutan tenaga

kerja Indonesia (TKI) menjadi isu penting pedesaan. Desa

menjadi unit pemerintahan terkecil yang terhubung

langsung dengan kelompok pekerja yang rentan ini. Desa

secara tidak langsung dilibatkan dalam soal migrasi, seperti

amanat Undang-undang No 39 tahun 2004 tentang Tata

Laksana penempatan TKI. Situasi tersebut menyebabkan

perangkat desa harus terlibat secara aktif dalam usaha

mengawal migrasi warga untuk bekerja di luar negeri.

Itulah sepenggal cuplikan diskusi dan sosialisasi penanganan

buruh migran yang disampaikan oleh Paguyuban Peduli

Buruh Migran dan Perempuan Seruni Banyumas pada

lokakarya Gerakan Desa Membangun (GDM) di Desa Beji,

Kedungbanteng, Banyumas (19/02/2012).

Narsidah Sanwi (34), pegiat Seruni, turut mengungkap

perlunya keterlibatan aparat desa dalam penanganan kasus

TKI. Keterlibatan aparat desa untuk penyelesaian kasus akan

memberikan efek berbeda kepada pihak yang

bertanggungjawab, seperti calo dan pelaksana penempatan

tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS).

“Kalau ada kasus seperti pemalsuan, langsung saja

laporkan ke polisi. Ini agar ada efek jera dan agar institusi

desa dihormati,” ungkap Narsidah tegas menggapi uraian

kasus dari salah satu desa yang tidak ditindaklanjuti ke

kepolisian.

Keterlibatan Seruni dalam sosialisasi Gerakan Desa

Membangung yang digalang desa-desa di Wilayah

Banyumas ini merupakan bagian dari upaya

melibatkan desa dalam pengawasan migrasi. GDM

yang diinisiasi secara partisipatif oleh pemerintah

desa diharapkan dapat lebih memperkuat kapasitas

pengelola desa, termasuk dalam penanganan

buruh migran. [ ]

Dok

um

enta

si P

SD- B

M

Page 4: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 4 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

04 | Kajian

Kritik Atas SE No 2524 dan Sistem Online

di Hong KongOleh: Fera Nuraini

Sitem online diterapkan sejak Maret 2011, sistem online

merupakan sistem komputerisasi yang ditetapkan

Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Hong Kong

untuk mengikat Perusahaan Pelaksana Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dan agen di Hong

Kong. Melalui sistem tersebut, PPTKIS wajib mengirimkan

data-data para TKI yang akan dikirim ke agen di Hong

Kong melalui komputer dalam jaringan (daring/online),

begitu juga sebaliknya.

Menurut Bambang Susanto, Konsul pelayanan warga di

KJRI Hong Kong, sistem ini bertujuan untuk memudahkan

KJRI memantau PPTKIS dan agen yang melanggar

ketentuan dan agar lebih mudah melacak keberadaan TKI

ketika keluarga mencari. Berbeda dengan versi

pemerintah, TKI di Hong Kong lebih melihat sistem ini

akan banyak merugikan mereka. Keberadaan sistem

online akan membuat TKI tidak diperbolehkan pindah

dari PPTKIS dan agen di mana ia ditempatkan selama 2

tahun pertama bahkan mungkin selamanya.

Sebagai penguat upaya penerapan sistem online

tersebut, pada 14 Oktober 2011 lalu, KJRI mengeluarkan

sebuah Surat Edaran (SE) nomor 2524 yang ditujukan

kepada Asosiasi PPTKI Hong Kong (APPIH) sebagai mitra

kerja pemerintah dalam urusan pelaksana penempatan

TKI.

Surat ini bertujuan mengatur para agen antara lain:

1. Dilarang menggunakan dan atau bekerja sama

dengan sub agen

2. Tidak mengambil TKI dari satu agen ke agen lain

atau dari PPTKIS satu ke PPTKIS lainnya yang

tidak sesuai ketentuan

3. Tidak memindahkan TKI dari satu agen ke agen

lain atau dari PPTKIS satu ke PPTKIS lain

4. Tidak melakukan overcharging dalam proses

pembaharuan kontrak atau pada proses

penempatan atau pemindahan TKI pada

majikan baru

5. Tidak menitipkan atau mengirimkan TKI untuk

menunggu visa di Macau atau China

Page 5: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 5 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

Melalui SE 2524, KJRI Hong Kong meminta kerja sama para

agen yang terdaftar di KJRI dan anggota Asosiasi PPTKI

Hong Kong (APPIH) untuk tidak melanggar hak-hak TKI,

antara lain :

1. Tidak melakukan penahanan paspor TKI dan upah

di bawah standar (underpay)

2. Memperkerjakan TKI tidak sesuai dengan kontrak

kerjanya

3. Memberikan informasi tidak benar kepada majikan

tentang TKI, sehingga menyebabkan TKI mendapat

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK/interminit) dan

majikan melakukan kebiasaan PHK TKI lebih dari

satu kali.

tetap HK$21.000 atau sekitar 24 juta rupiah dan bukan

HK$15,000 seperti yang tetepkan pada 2008. Fakta yang

terjadi, pada tahun 2008 pemerintah terpaksa

menurunkan biaya penempatan menjadi HK$15,000

karena perlawanan sengit BMI dan semakin banyak BMI

yang menolak melunasi potongan.

Sayang seiring berjalan waktu hingga tahun 2011, KJRI

masih menggunakan angka HK$21.000 sebagai besaran

biaya penempatan. Artinya kebijakan menurunkan biaya

penempatan di tahun 2008 seolah menjadi kebijakan

“lipstik” untuk meredam penolakan dari TKI Hong

Kong.

Melalui Kebijakan SE No 2524 dan sistem online TKI

Hong Kong tetap terjebak jerat potongan gaji hingga 7

bulan tanpa ada jaminan selesai 2 tahun kontrak.

Bahkan jika TKI terkena PHK, mereka masih terancam

terkena potongan 7 bulan lagi.

05 |Kajian

Sekilas mengamati kebijakan KJRI Hong Kong di atas

memang tampak manis, tetapi jika kita benturkan dengan

fakta atau kenyataan, maka kita akan menjumpai betapa

semakin terang keberpihakan KJRI hanya kenapa PPTKIS

dan agen di Hong Kong.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? mari kita amati

kebijakan tersebut secara kritis. Pertama, melalui

kebijakan tersebut TKI Hong Kong dilarang pindah PPTKIS

atau agen. Apa kepentingannya? tidak lain agar TKI terus

menerus bisa dijadikan “budak” melalui sistem potong

gaji. TKI yang selesai kontrak ketika akan bekerja kembali

harus masuk PPTKIS atau agen yang sama lagi dan harus

menerima kebijakan potongan gaji 6 sampai 7 bulan,

artinya TKI sengaja diikat dalam jerat pemerasan yang

dilakukan PPTKIS atau agen melalui sistem potongan gaji.

Kedua, melalui kebijakan tersebut pemerintah tidak

menjamin TKI bisa memejahijaukan PPTKIS atau agen

serta menuntut ganti rugi ketika hak-haknya dilanggar.

Melihat kenyataan semacam ini, jelaslah sudah jika KJRI

sebagai wakil Pemerintahan Indonesia di Hong Kong tidak

benar-benar berpihak pada TKI, justru sebaliknya bersama

PPTKIS dan agen menjadikan TKI objek pemerasan.

Dampak SE No 2524 dan Sistem Online bagi BMI

Hong Kong

Kebijakan SE No 2524 dan sistem online meneguhkan

besaran biaya penempatan bagi calon TKI Hong Kong -

Dampak lain dari kebijakan ini, TKI Hong Kong terampas

haknya untuk mencari sendiri majikan secara bebas dan

cepat dengan mendaftarkan diri pada pelbagai agen di

Hong Kong padahal pemerintah Hong Kong membatasi

visa tinggal hanya 14 hari setelah kontrak seselai atau

terkena PHK.

Pelarangan kontrak mandiri, kebijakan sistem online dan

SE 2524 adalah bukti konkrit kolusi antara KJRI dengan

APJATI dan APPIH untuk memeras buruh migran. KJRI

seolah tampil tegas tetapi pada kenyataannya tidak ada

sanksi tertulis yang membuat PPTKIS dan agen jera

ketika melakukan pelanggaran pada TKI.

Dok

um

enta

si B

MI

Hon

g Ko

ng

Page 6: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 6 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

06 |Kajian

Hal kontradiktif juga ditunjukkan KJRI Hong Kong. KJRI

dengan bangga mengatakan sejak kontrak mandiri bagi

TKI yang memperbarui kontrak ditiadakan, jumlah

pengaduan ke kantor KJRI telah berkurang. Pernyataan

tersebut jelas 360 derajat berbeda dengan fakta yang ada

di mana masih ada ratusan TKI Hong Kong yang terlantar

dan terpaksa mengandalkan bantuan beberapa organisasi

buruh migran. Mereka yang terlantar ditampung di

penampungan (shelter-shelter) grup lokal. Jelas sudah,

KJRI salah jika menganggap TKI Hong Kong sudah

sejahtera dan angka pengaduan TKI bermasalah turun.

Banyak TKI tidak mengadu ke KJRI, karena mereka sudah

dapat memastikan aduan mereka akan ditolak KJRI dan

pegawai KJRI akan menyuruh mereka kembali ke agen.

Banyak di antara TKI juga merasa tidak nyaman dan risih

diperlakukan buruk, bahkan disalahkan ketika mengadu.

Sebagian yang lain tidak mengetahui di mana letak kantor

konsulat.

06 |Kajian

Hingga memasuki tahun 2012, serikat buruh dari

Aliansi Cabut UUPPTKILN No.39/2004 terus menggelar

serangkaian kegiatan demonstrasi, petisi, dialog, dan

forum akbar untuk memperjuangkan pencabutan SE

No 2524 dan Sistem Online, serta memperjuangkan

pemberlakukan kontrak kerja mandiri bagi TKI Hong

Kong. [ ]

Kontrak Kerja

Mandiri VS BNP2TKIOleh : Abdul Rahim Sitorus

Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat telah menerbitkan

Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor PER.04/KA/V/2011

tentang Petunjuk Teknis Tenaga Kerja Indonesia yang

Bekerja Secara Perseorangan tertanggal 26 Mei 2011.

Lampiran I Bab II angka 2 Peraturan Kepala BNP2TKI Nomor

PER.04/KA/V/2011tentang Petunjuk Teknis Tenaga Kerja

Indonesia yang Bekerja SecaraPerseorangan berbunyi:

“Calon TKI Perseorangan tidak dibenarkan bekerja pada

pengguna perorangan atau rumah tangga tetapi bekerja

pada pengguna berbadan hukum.”

Materi muatan peraturan Kepala BNP2TKI (Peraturan a quo)

ersebut di atas memicu persoalan khusus bagi Calon Tenaga

Kerja Indonesia (TKI). Pertanyaan yang muncul kemudian

apakah TKI dapat bekerja di luar negeri secara perseorangan

atau mandiri langsung dengan pihak majikan tanpa

menggunakan jasa komersial PPTKIS dan atau Agensi Asing?.

Berdasarkan peraturan Kepala BNP2TKI

a quo di atas jelas bahwa setiap BMI

PRT yang akan ditempatkan pada

majikan perseorangan atau pengguna

rumah tangga adalah tidak dibenarkan

bekerja secara perseorangan tanpa

memakai jasa komersial PJTKI dan atau

gensi asing.

Karena itu penempatan BMI PRT

wajib menggunakan jasa

komersial PJTKI / Agensi Asing.

Dengan kata lain, BMI PRT tidak

boleh atau dilarang melakukan

kontrak mandiri.

Fera Nuraini,

BMI dan Kontributor

PSD-BM di Hong Kong.(Disarikan dari siaran pers

Sring Atin, BMI Pegiat

Aliansi Cabut UUPPTKILN

No.39/2004)

Page 7: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 7 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

07 | Kajian

BMI PRT Melawan BNP2TKI

Pengajuan keberatan hak uji materiil (judicial review) terhadap

ketentuan Lampiran I Bab II angka 2 Peraturan Kepala

BNP2TKI Nomor PER.04/KA/V/2011 tentangPetunjuk Teknis

Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja Secara Perseorangan.

BMI atau Organisasi BMI pada dasarnya dapat melakukan

upaya hukum pengajuan keberatan hak uji materiil (judicial

review) terhadap kebijakan BNP2TKI tersebut yang

dimohonkan kepada Mahkamah Agung (MA) agar dinyatakan

batal demi hukum, tidak sah dan tidak berlaku.

Upaya judicial review dapat dilakukan dengan menyebutkan

bahwa ketentuan lampiran I Bab II angka 2 Peraturan Kepala

BNP2TKI No. 4 Tahun 2011 yang berbunyi ”Calon TKI

Perseorangan tidak dibenarkan bekerja pada pengguna

perorangan atau rumah tangga tetapi bekerja pada pengguna

berbadan hukum.” merupakan tindakan penyalahgunaan

wewenang (detournement de pouvoir) yang dilakukan oleh

Kepala BNP2TKI.

Dalil atau alasan hukum pengajuan judicial review dapat diuji

dari 3 (tiga) aspek. Pertama, aspek pembentukan Peraturan

Kepala BNP2TKI No.04 Tahun 2011. Kedua, aspek

pertentangan materi Bab II angka 2 Peraturan Kepala BNP2TKI

No.04 Tahun 2011 dengan materi aturan Pasal 105, Pasal 106,

Pasal 7 huruf a UU PPTKI junto Pasal 52 Permenakertrans No.

14 Tahun 2010. Ketiga, pemberlakuan ketentuan Bab II angka

2 Peraturan Kepala BNP2TKI No.04 Tahun 2011 yang

merupakan larangan kontrak mandiri bagi TKI atau BMI

PRT adalah mengakibatkan kerugian bagi BMI PRT.

Jadi, buruh migran baik secara perseorangan maupun

secara bersama-sama dengan organisasi BMI dapat

melawan Kepala BNP2TKI dengan mengajukan

permohonan keberatan hak uji materil kepada

Mahkamah Agung (MA) terhadap ketentuan Bab II

angka 2 Peraturan Kepala BNP2TKI No. 4 Tahun 2011.

Tujuannya agar, pertama, ketentuan Bab II angka 2

Peraturan Kepala BNP2TKI No. 4 Tahun 2011(Peraturan

a quo) dinyatakan batal demi hukum karena Kepala

BNP2TKI tidak berwenang mengeluarkan Peraturan a

quo tersebut. Kedua, Peraturan Kepala BNP2TKI a quo

bertentangan dengan peraturan perundangan yang

lebih tinggi tingkatannya sehingga tidak mempunyai

kekuatan hukum. Ketiga, peraturan Kepala BNP2TKI a

quo menimbulkan kerugian nyata bagi BMI PRT di Hong

Kong dan Taiwan.

Peraturan Kepala BNP2TKI No.04 Tahun 2011 tentang

Petunjuk Teknis Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja

Secara Perseorangan merupakan regulasi yang hanya

bersifat penjabaran saja, bukan membuat atau

menambahi aturan hukum yang sudah ditetapkan oleh

Pasal 105 dan Pasal 106 jo Pasal 7 huruf a UU PPTKI

junto Pasal 52 Permenakertrans No. 14 Tahun 2010.

Page 8: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 8 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

Tetapi pada kenyataannya ada ketentuan baru atau aturan

baru yang justru menyalahi, meyimpang atau

bertentangan dengan UU PPTKI junto Permenakertrans

tentang aturan penempatan TKI perseorangan. Tegasnya,

Kepala BNP2TKI membuat aturan (beleids regel) baru

bahwa penempatan TKI perseorangan hanya dibolehkan

pada pengguna berbadan hukum, dengan kata lain,

menurut Kepala BNP2TKI penempatan TKI perseorangan

tidak dibenarkan pada pengguna atau majikan

perseorangan.

Kebijakan yang tumpang tindih tersebut secara hukum

membuat Kepala BNP2TKI berada dalam posisi yang

melampaui kewenangannya atau sudah menyalahgunakan

kekuasaannya. Sebab, BNP2TKI hanyalah berfungsi

sebagai pelaksana kebijakan bidang penempatan dan

perlindungan TKI sebagaimana ditegaskan oleh Pasal 95

ayat (1) UU PPTKILN.

Tegasnya, Kepala BNP2TKI adalah pejabat

pelaksana kebijakan dan bukan pembuat

kebijakan atau bukan pejabat yang

berwenang mengeluarkan peraturan.

Karena itu dapat dipastikan bahwa Kepala BNP2TKI

bukanlah pejabat yang berwenang menerbitkan kebijakan

regulasi atau aturan kebijakan (beleids regel) pelaksana

tentang penempatan dan perlindungan TKI.

Peraturan Kepala BNP2TKI No. 4 Tahun 2011 harus batal

demi hukum sebab bertentangan dengan UU No. 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan Pasal 5 huruf (b) dan penjelasannya dan juga

bertentangan dengan Pasal 95 ayat (1) UU PPTKI. Kepala

BNP2TKI justru seolah tidak mematuhi aturan hukum

yang berlaku dan membuat kebijakan yang tetap

memaksa BMI PRT yang perpanjang kontrak

menggunakan jasa agensi asing.

UU PPTKILN sendiri pada dasarnya tidak mewajibkan dan

tidak ada memaksa BMI PRT untuk memakai jasa

komersial PPTKIS atau agen asing yang berwatak tamak -

08 | Kajian

untuk bekerja di luar negeri. Hal ini diperkuat dengan

penerbitan Pasal 52 Peraturan Menakertrans No. 14

Tahun 2010, bahwa setiap Calon BMI dapat bekerja di

luar negeri secara perseorangan tanpa harus melalui

PPTKIS atau agensi asing.

Pengertian kata “setiap Calon TKI” dalam Pasal 52

Peraturan Menakertrans No. 14 Tahun 2010 adalah

bersifat umum, tanpa membatasi atau membeda-

bedakan antara TKI sektor informal seperti PRT dengan

TKI sektor formal.

Setelah memperbandingkan antar regulasi yang ada,

jelas sudah bahwa sesungguhnya Peraturan Kepala

BNP2TKI a quo baik dari aspek pembentukannya

maupun aspek materinya harus batal demi hukum dan

tidak mempunyai kekuatan hukum, sehingga merupakan

peraturan yang tidak sah dan tidak berlaku umum.

Pada akhirnya kita berharap agar Kepala BNP2TKI

Jumhur Hidayat mencabut sendiri Peraturana quo

(spontane vernietiging) untuk menghindari ketidak-

pastian hukum yang berdampak menyengsarakan BMI

PRT di Hong Kong, Taiwan atau di negara penempatan

lainnya. [ ]

Abdul Rahim Sitorus

Advokat-Kongres Advokat Indonesia (KAI)

Pekerja Bantuan Hukum YLBHI-LBH Yogyakarta

Page 9: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 9 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

09 | Jejak Kasus

Mendesak Pemulangan

Johra

Saat itu mereka diberangkatkan oleh PT. Dasa Utama yang

beralamat di Jalan Persatuan Guru No.28, Petejo Selatan,

Kecamatan Gambir, Jakarta Utara. Selama dua tahun dua

bulan, Johra dan istri bekerja di kota Riyadh, Arab Saudi.

Pada tahun 2007, dikarenakan konflik dengan majikan, Johra

dan Munjinah akhirnya meninggalkan majikan dan pergi ke

Jeddah untuk mengadu nasib. Sejak saat itu, status Johra dan

Munjinah berubah, dari legal menjadi Ilegal karena mereka

meninggalkan majikan pertamanya.

Status TKI ilegal membuat Johra bekerja tidak menetap, ia

pindah dari satu majikan ke majikan yang lain. Awal tahun

2011 kondisi kesehatan Johra mulai menurun, Johra mulai

terkena darah tinggi dan gejala penyakit gula, pada 12

Januari 2012 Johra dinyatakan terkena stroke. Kondisi Johra

sangat memprihatinkan, posisi kaki tertekuk tak bisa

diluruskan, sementara seluruh anggota badannya tak bisa

digerakkan lagi. Pada 14 Januari 2012, Johra dibawa ke

Rumah Sakit Al Jedani. Pihak rumah sakit memberi rujukan

untuk menjalani rawat inap dengan biaya sekitar 5000 real

saudi atau sekitar Rp.11.500.000.

“Dikarenakan tidak adanya biaya, ahirnya Johra dibawa

pulang dan dirawat istrinya. Istri dan beberapa kerabat Johra

sesama TKI di Arab Saudi saat ini sedang mengupayakan

agar kondisi Johra segera diketahui dan mendapat perhatian

perwakilan pemerintah Indonesia di Arab Saudi.” tutur

Jamil Lee, salah satu rekan Johra saat diwawancarai.

Johra bin Sueb dan Munjinah binti Martasari merupakan

suami istri asal Kampung Begor Pasar, Kecamatan Pontang,

Provinsi Banten yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

ke Arab Saudi pada tahun 2005.

Johra dan Munjinah hingga saat ini (24/01/2012)

masih ditampung di kamar rekan TKI yang bekerja

sebagai sopir di Arab Saudi, Johra hanya terbaring

kaku hingga buang air kecil dan air besar

dilakukannya dari tempat tidur. Kondisi semacam

ini membuat Munjinah semakin bingung terkait

upaya apa yang harus dilakukan. Munjinah dan

keluarga di Indonesia berharap Pemerintah

Indonesia mau peduli dan membantu kepulangan

mereka untuk menjalani pengobatan di tanah air.

Susahnya Memulangkan BMI dari

Arab Saudi

Informasi keberadaan Johra di Arab Saudi diketahui redaksi Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSD-BM) dari BMI bernama Purwanto melalui sosial media Facebook (20/01/11). Informasi awal tersebut membuat redaksi PSD-BM terhubung dengan komunitas BMI Arab Saudi yang mendampingi Johra dan Istri. Kolaborasi penanganan dilakukan antara redaksi dan BMI di Arab Saudi.

Pada 27 Januari 2012, redaksi PSD-BM menghubungi Tiara Marselina, anak Johra berdasarkan nomor yang telah diberikan komunitas BMI di Arab Saudi. Redaksi PSD-BM melalui sambungan telepon, Fathulloh mewakili redaksi menghubungkan keluarga dengan Suparman, staff penanganan kasus di PSD-BM

Foto Johra oleh Komunitas BMI Arab Saudi

Page 10: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 10 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

Upaya yang dilakukan beberapa BMI di Arab Saudi untuk mengadukan kondisi Johra yang lumpuh ke KJRI Jeddah tak kunjung mendapat balasan dan tindakan cepat. Johra yang ditampung di kamar milik seorang BMI di daerah Rabuwah, Arab Saudi tergolek lemas dengan penanganan seadanya. Johra dan istrinya harus tinggal di sebuah kamar yang disekat menjadi beberapa ruangan dengan ukuran 1,2×2 meter. Kondisi ini membuat komunitas BMI Arab Saudi mencoba menggalang dana pada sesama BMI di Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Memanfaatkan jejaring sosial Facebook komunitas BMI Arab Saudi menggalang dana di group Facebook “Sharing TKI”. Cara penggalangan dana cukup unik, bantuan yang dikumpulkan tidak harus berupa uang melainkan berupa pulsa telepon. Relawan yang mendampingi Johra membagi pos penggalangan bantuan berdasarkan wilayah. Pulsa yang terkumpul akan dijual untukditukar menjadi uang.

Pada 26 Januari 2012 bantuanyang digalang telah mencapai1290 SAR atau sekitar Rp.3.144.400.

Bantuan yang telah terkumpulkemudian diserahkan padaMunjinah, istri Johra. Secara berkala setiapbantuan yang masuk serta rekapitulasi hingga penggalangan dana selesai dilaporkan oleh pada anggota di group Facebook “Sharing TKI”.

Kolaborasi juga dilakukan redaksi PSD-BM dengan menghubungi Migrant Institute Dompet Dhuafa untuk mempersiapkan jangka panjang perawatan Johra ketika berhasil dipulangkan. Proses pemulangan sendiri membutuhkan waktu yang lama di KJRI Jeddah. Hingga Minggu (19/02/2012), Suryadi, Wakil Kepala Teknis Ketenagakerjaan KJRI Jeddah datang ke sebuah rumah di kawasan Al-Rabuah 1 Dist Jeddah Saudi Arabia, di mana Johra yang lumpuh akibat stroke dititipkan.

KJRI pun berjanji mengupayakan pemulangan Johra dan istri. Pihak KJRI akan segera membawa Johra ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan sementara sambil menunggu proses pemulangannya diurus.

“Kami akan segera membuatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) dulu buat pak Johra, selanjutnya segera bersama-sama kita bawa ke rumah sakit. Nanti pengambilan sidik jari untuk kepantingan pemberkasan-

10 | Kajian

“Kami akan segera membuatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor

(SPLP) dulu buat pak Johra, selanjutnya segera bersama-sama

kita bawa ke rumah sakit.”

di Imigrasi akan kami ambil langsung dari pak Johra di rumah sakit, tidak perlu pak Johra dibawa ke imigrasi(tar’il)” tutur Suryadi pada beberapa TKI yang mendampingi Johra.

Pada TKI yang mendampingi Johra, Suryadi juga menanyakan informasi mengenai tahun berapa Johra masuk saudi?, berapa lama bekerja di majikan asal?, apa alasan Johra lari dari majikan?, serta sejak kapan menderita sakit?. Kunjungan yang dilakukan staf KJRI Jeddah seolah memberikan angin segar dan harapan akan segera ditanganinya persoalan tersebut. Sayang, hingga dua hari setelah kunjungan (21/02/2012) pihak KJRI belum ada yang datang ataupun menghubungi istri dan beberapa TKI yang mendampingi Johra untuk membawanya ke Rumah sakit.

“Ketika coba kami hubungi melalui sambungan telepon, kepala staf Teknis Ketenagakerjaan

KJRI Jeddah, Budi Hidayat Laksana mengatakan, beliau

baru mengirimkan laporan catatan dinas ke pusat (Kemenlu di Jakarta). Budi Hidayat Laksana juga mengatakan pihak KJRI merasa bingung mengenai masalah tiket kepulangan Johra. Kondisi Johra diprediksikan akan membutuhkan sampai empat kursi pesawat”, tutur Braja Musti, salah satu relawan yang mendampingi penanganan Johra dan istrinya. [ ]

Catatan Penanganan Kasus Disusun Bersama

Oleh Redaksi Pusat Sumberdaya Buruh Migran

(PSDBM) Dan Komunitas BMI Di Arab Saudi

Page 11: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 11 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

Asuransi Buruh Migran Indonesia (BMI) merupakan perangkat

perlindungan utama yang harus dimiliki BMI.

Sementara pada sisi lain, banyak BMI tidak mengetahui apa itu

asuransi BMI, bagaimana mengurusnya? dan dokumen apa saja yang

dibutuhkan?. Minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh para BMI

tentang asuransi membuat dana asuransi yang cukup besar

berpotensi diambil oleh pihak yang tidak berhak.

Asuransi BMI melekat pada kebijakan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri

(KTKLN). jika BMI tidak membayar premi asuransi, maka BMI tidak

akan mendapatkan KTKLN. Begitu pun sebaliknya, KTKLN menjadi

syarat wajib mengurus asuransi. Kartu Peserta Asuransi (KPA) untuk

Tenaga Kerja Indonesia dan kebijakan asuransi TKI diatur pada Pasal

15 ayat (3) Keputusan Menakertrans No. 157 Tahun 2003 tentang

Asuransi TKI.

Panduan Oleh:

Seruni

Banyumas

Minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh para

BMI tentang asuransi banyak disebabkan

karena PPTKIS tidak membayarkan polis

asuransi BMi yang diberangkatkan. PPTKIS

juga banyak yang tidak terbuka soal Asuransi

TKI. Sebagai upaya memperkaya pengetahuan

seputar asuransi TKI, pada edisi Warta Buruh

Migran kali ini redaksi memuat panduan yang

telah disusun Paguyuban Seruni Banyumas.

Semoga bermanfaat. Berikut langkah yang

dibutuhkan BMI dan pendampingnya untuk

mengurus klaim asuransi TKI.

Langkah mengurus asuransi TKI:

1. Calon TKI, TKI, dan mantan atau ahlli waris atau kuasanya mengajukan klaim asuransi kepada konsorsium melalui BP3TKI setempat. 2. Klaim diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah terjadinya masalah atau terjadinya resiko yang dipertanggungkan (sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TKI) 3. Apabila dalam hal pengajuan klaim melewati waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat maka hak menuntut klaim dinyatakan gugur.

Pengurusan klaim disesuaikan dengan

kategori perkara yang akan

dipertanggungkan, dokumen yang harus

dipenuhi antara lain:

Dokumen Umum atau Pokok yang

Wajib Disertakan

1. Surat pengajuan klaim yang

ditandatangani oleh calon TKI/BMI

atau ahli waris dan bermaterai;

2. KPA asli;

3. Kwitansi/Bukti asli Pembayaran

premi asuransi (dapat diminta di

PPTKIS yang memberangkatkan TKI)

4. KTKLN

5. Foto copy identitas diri calon

TKI/TKI atau ahli waris;

6. Dalam hal pengjauan klaim asuransi

oleh ahli waris maka harus

dilengkapi dengan surat keterangan

ahli waris (asli) diketahui kepala

desa/kelurahan domisili ahli waris;

11 | Panduan

Tata Cara Mengurus Klaim Asuransi

Page 12: WARTA BURUH MIGRAN NOMOR XII EDISI FEBRUARI 2012

Halaman 12 | Warta Buruh Migran | Februari 2012

Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI

Meninggal Dunia.

1. Surat keterangan kematian dari rumah sakit;

2. Surat keterangan dari kepolisian setempat apabila

meninggal karena kecelakaan;

3. Laporan kesehatan (medical report) atau visum

dari rumah sakit atau puskesmas; atau

4. Surat keterangan dari perwakilan RI di Negara

penempatan;

5. Surat keterangan dari kepala desa atau lurah

setempat;

Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI Sakit

(di dalam negeri)

1. Surat keterangan dari rumah sakit atau

puskesmas; dan

2. Rincian biaya pengobatan dan perawatan dari

rumah sakit atau puskesmas

Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI Sakit(di luar negeri)

1. Surat keterangan sakit dari rumah sakit dan/atau surat keterangan dokter yang menyatakan perlu perawatan lanjutan di Indonesia; 2. Rincian biaya pengobatan dan perawatan dari rumah sakit; atau 3. Surat keterangan dari Perwakilan RI di Negara penempatan; 4. Kecelakaan yang mengakibatkan cacat 5. Surat keterangan dari rumah sakit atau dan/atau surat keterangan dokter yang menyatakan perlu perawatan lanjutan di Indonesia; 6. Surat keterangan dari kepolisian setempat; dan Rincian biaya pengobatan dan perawatan dari rumah sakit; 7. Surat keterangan dari Perwakilan RI di Negara penempatan; 8. Dokumen Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Petugas Gedung Pendataan Kepulangan (GPK) di Bandara jika TKI yang bersangkutan sakit dan dipulangkan ke Indonesia

12 | Panduan

-Obituari- Seluruh Redaksi PSD-BM turut berduka cita atas meninggalnya Lia Binti Sanali.

Lia merupakan mantan BMI Arab Saudi asal Dusun Wanagopa, Rt.02, Rw.04, Kelurahan Kerman, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah yang meninggal karena gagal ginjal.

Lia binti Sanali, menghembuskan nafas terakhir Selasa malam (28/02/12) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah Kabupaten Tegal.

Semoga segala amal kebaikannya diterima Tuhan yang Maha Esa. Selamat jalan Lia!.