warga cemas tragedi situ gintung terulang - ftp.unpad.ac.id filewarga jalan siliwangi rt 08/03,...

1
4 | Megapolitan SENIN, 27 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA W ARGA yang ting- gal di sekitar Situ Sasak Tinggi, Pa- mulang, Tange- rang Selatan (Tangsel) kha- watir tragedi jebolnya Situ Gintung tahun lalu berulang di daerah mereka. Pasalnya apa yang terjadi sebelum jebolnya Situ Gintung dengan kondisi Situ Sasak Tinggi saat ini hampir sama, yakni dimulai dengan adanya retakan dan rembesan air. Akibatnya, sepanjang Sabtu (25/9) malam hingga kemarin siang warga setempat bergan- tian menjaga lokasi tersebut. “Warga di sini tetap siaga de- ngan bergantian melakukan penjagaan,” kata Budianto, warga Jalan Siliwangi RT 08/03, Kelurahan Bambu Apus, Keca- matan Pamulang, Kota Tangsel, Banten, kemarin. Dedi, bapak dua anak yang tinggal di RT 03/04, juga meng- aku waswas karena rumahnya sangat dekat dengan Jalan Sili- wangi yang menjadi pembatas antara permukiman warga dan Situ Sasak Tinggi. “Sejak Jumat (24/9) malam, air Situ Sasak Tinggi itu merembes dan mel- uap ke permukiman warga. Saya dan istri tidur bergantian, khawatir sewaktu-waktu tang- gul tersebut jebol,” kata dia. Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel sendiri, lanjutnya, su- dah meminta kepada warga agar terus waspada. Hanya saja sampai saat ini pemda belum menginstruksikan kepada war- ga untuk meninggalkan tem- pat. Dedi menambahkan, pada 2007 Tanggul Sasak Tinggi itu juga pernah jebol, meskipun kondisinya tidak separah Situ Gintung. Juru Bicara Pemkot Tangsel Gunawan Tangkilisan menga- takan warga harus tetap was- pada terhadap kondisi tersebut. Saat ini pihaknya masih me- lakukan koordinasi dengan Departemen PU untuk menga- tasi masalah tanggul yang hampir jebol itu. “Hari ini (Senin, 27/9) Pem- kot Tangsel akan melakukan pertemuan dengan Pihak De- partemen PU untuk membi- carakan masalah penanganan tanggul Situ Sasak Tinggi yang retak itu,” kata dia. Kelalaian pemerintah Direktur Eksekutif Walhi Ubaidillah menyayangkan ada- nya saling lempar tanggung jawab antara pemerintah pusat dan Pemkot Tangerang. Ma- syarakat menjadi korban ke- tidakbecusan kinerja pemerin- tah ini. “Karena terletak di Tangsel, pihak pertama yang harusnya paling mengetahui kondisi tanggul adalah Pemkot Tangsel. Namun, karena airnya kini juga telah menggenangi jalan, PU juga harus terlibat. Jangan sa- ling lempar tanggung jawab,” ujar Ubaidillah ketika dihu- bungi, kemarin Kerusakan ini pun, tambah- nya, juga dikarenakan kelalaian pemerintah memantau dan memelihara kondisi situs itu sendiri. Berdasarkan data Walhi, saat ini terdapat 48 buah situ dan waduk yang tersebar di lima kota madya. Dari jumlah terse- but, hanya lima yang dalam keadaan baik, yakni Situ Lem- bang, Situ Taman Mini Indone- sia Indah (TMII), Situ Jambore Cibubur, dan Situ di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Selebihnya, situ berada da- lam kondisi rusak kecil mau- pun sedang. Enam di antaranya bahkan berpotensi rawan long- sor dan banjir bila curah hujan tinggi. Keenam situ yang rawan itu adalah Situ Bojongsari (Depok), Situ Pondok Benda, dan Situ Sasak Tinggi (Pamulang), Situ Pluit Muara Baru (Jakarta Utara), Situ Bekang (Bogor), dan Babakan, Lenteng Agung (Jakarta Selatan). “Akibat kelalaian pemerin- tah dengan tidak menjalankan tugas memelihara dan meman- tau ini, banyak tanggul situ yang kini terancam jebol akibat penggerusan. Mereka sebe- narnya tahu ada kerusakan, tapi tidak ada aksi untuk mela- kukan perbaikan,” tandas Ubai- dillah. (*/J-2) sumantri @mediaindonesia.com Warga Cemas Tragedi Situ Gintung Terulang Enam situ di kawasan megapolitan rawan jebol karena kelalaian pemerintah melakukan perawatan Slamet Handoyo Dana untuk membangun sead pile tembok pengaman daratan itu memang besar. Apalagi untuk kebutuhan pengamanan 13 sungai dan pantai.” Sahat Saragih Ketua Ikapas MP-UI BANJIR SITU SASAK: Warga berjalan di tengah banjir akibat luapan Situ Sasak di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (25/9). W AKTU untuk mengajukan banding bagi terpidana seumur hidup Iwan Djaja Admadja, 50, berakhir besok. Jika tidak mengajukan memori banding pada 28 September, putusan Peng- adilan Negeri Jakarta Barat menjadi inkracht. Majelis hakim yang dipim- pin Johny Palayukan dalam putusannya, Selasa (21/9), menjatuhkan vonis seumur hidup kepada Iwan. Terdakwa dinilai secara sah dan meya- kinkan menjadi kurir narkoba dengan barang bukti 5.000 pil ekstasi. Ketika ditanya apakah akan naik banding, dengan meya- kinkan Iwan menyatakan banding. Ternyata seusai sidang, ia menanyakan apa arti banding kepada panitera Ricar Soroinda N. Iwan sejak awal persidang- an hingga dijatuhi vonis seumur hidup tidak didam- pingi pengacara. Untungnya, sejak 11 September dia dilepas dari penjara karena masa penahanan habis. Kini, meski statusnya sudah terpidana seumur hidup, Iwan masih bebas berkeliaran. Iwan ditangkap polisi pada 4 November 2009 di depan Hotel Travel, Mangga Besar, Jakarta Barat. Saat itu sese- orang menyuruh Iwan menunggu barang kiriman di depan Hotel Travel. Setelah dua pria memberikan 50 kantong plastik yang ternyata berisi 5.000 butir ekstasi kepada Iwan, polisi pun menangkapnya. Iwan tidak mau didampingi penasihat hukum karena memikirkan biaya. Tampaknya, dia tidak tahu ada bantuan hukum gratis baik yang disediakan peng- adilan maupun lembaga bantuan hukum lainnya. Iwan belum menyiapkan memori banding meski waktu pendaftaran tinggal besok. Ketika Media Indonesia mencoba menemui di rumah- nya di Jl Mangga Besar 4H Nomor 1B, Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, ia justru ketakutan dan memilih bersembunyi. Iwan tinggal di sebuah gang kecil. Rumahnya cukup besar dengan ukuran 10 x 15 meter. Lantai dua disewakan sebagai kos. Sementara lantai satu ditempati Iwan, istrinya, anaknya, dan seorang pem- bantu. Rumah itu juga membuka kios pulsa. Menurut tetangga Iwan, terpidana seumur hidup itu punya dua anak berinisial D dan I. Tidak ada tetangga yang mengetahui pekerjaan- nya. Istri Iwan memilih tutup mulut atas kejadian yang menimpa suaminya. “Maaf, saya tidak bisa memberi info apa pun,” ujarnya. Istri Iwan sangat berhati- hati, namun putra bungsunya I, 10, terlihat sangat ceria. Ia memakai kopiah dan baru pulang belajar mengaji. Ia belum tahu ayahnya terancam hukuman penjara seumur hidup. Benarkah Iwan anggota sindikat? Masih menjadi misteri. Di pengadilan dia menyatakan tidak tahu isi barang yang diterima. Ia juga tidak menyangka hukuman yang dijatuhkan padanya bisa seberat itu. Pembelaannya hanya lisan, “Mohon Pak hakim memberi saya hukum- an ringan karena punya anak-anak yang masih kecil.” Iwan tidak tahu bagaimana membela diri di pengadilan dengan mementahkan argumentasi jaksa. Setelah sekian kali ditelepon dan di-SMS, akhirnya Iwan menjawab dari tempat persembunyiannya. “Bukannya saya tidak mau dibantu. Saat ini saya masih bingung dan khawatir jadi ramai, malah nanti jadi tidak karuan.” Tidak jelas apa yang dimaksud Iwan dengan khawatir jadi ramai. Hanya dia yang tahu. (Rommy Karindon/J-1) Terpidana Seumur Hidup itu Bingung Mengajukan Banding Ibadah Perdana HKBP di Lokasi Baru Berjalan Lancar IBADAH perdana ratusan je- maat HKBP Pondok Timur In- dah (PTI) di gedung eks organi- sasi peserta pemilu (OPP) ber- langsung lancar dan aman. Tidak ada gangguan seperti yang dialami sebelumnya di dua lokasi gereja terdahulu. Dari tanah kosong di Peru- mahan Pondok Timur Indah sebagian jemaat diantar dengan bus Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi. Adapun sisanya meng- gunakan kendaraan pribadi menuju lokasi di Jalan Chairil Anwar, Kecamatan Bekasi Timur, kemarin. Ibadah dimulai tepat pukul 10.00 WIB. Pendeta Luspida Simanjun- tak mengatakan pihaknya ber- syukur mendapat tempat ber- ibadah. Meski bersifat semen- tara, proses peribadatan di tempat baru tersebut diharap- kan tidak mendapatkan gang- guan seperti saat melaksanakan ibadah di Jalan Puyuh Raya No 14, Perumahan PTI maupun di lahan kosong di Jalan Ciketing Asem RT 003/06, Kecamatan Mustika Jaya. “Jemaat telah memutuskan menggunakan gedung eks OPP yang ditawarkan pemerintah. Di tempat inilah kami akan ber- ibadah tiap Minggu,” katanya. Berdasarkan pantauan, ruangan berukuran 10x14 me- ter itu tidak mampu menam- pung seluruh jemaat yang berjumlah sekitar 300 orang. Daya tampung gedung itu me- mang hanya 250 orang. Karena itu, sisanya yang tidak tertam- pung harus mengikuti jalannya ibadah dari luar ruangan. Ingin segera membangun Jemaat HKBP juga telah sepa- kat untuk menerima tawaran mendirikan bangunan gereja di lahan eks PT Timah atau lahan fasilitas sosial atau fasilitas umum milik pemerintah dae- rah setempat. Mereka malahan kini meminta pemerintah se- gera menentukan lokasi pasti untuk bisa dibangun gereja. Sebab saat ini luas lahan PT Timah mencapai 5 hektare se- dangkan tanah yang dijanjikan itu hanya 2.500 meter persegi. Kuasa Hukum HKBP PTI Saor Siagian menambahkan seluruh persyaratan dan proses perizinan pendirian gedung permanen akan diikuti. “Tem- pat ibadah yang baru ini luma- yan jauh. Kalau lahan di PT Timah telah jelas posisinya, je- maat tidak perlu lagi jauh un- tuk ibadah,” ujarnya. Asisten Daerah (Asda) II Pemkot Bekasi Zaki Oetomo mengatakan gedung eks OPP bisa dimanfaatkan secara gratis selama dua tahun dan bisa diperpanjang sesuai keinginan jemaat. Tidak hanya itu, fasili- tas bus antar-jemput milik pe- merintah juga boleh digunakan mengangkut jemaat. “Persoalan yang terjadi se- lama ini diharapkan mencair dan selesai. Dengan diikutinya saran pemerintah oleh jemaat HKBP PTI, itu jadi bukti bahwa pemerintah tidak lepas tangan dan mencarikan solusi,” tan- dasnya. (GG/J-2) SEUSAI IBADAH: Jemaat HKBP berbincang seusai beribadah di gedung yang pernah dipakai Partai Keadilan Sejahtera sebagai organisasi peserta pemilu (OPP) di Jl Chairil Anwar No 5, Bekasi Timur, Jawa Barat, kemarin. PEMBANGUNAN jalan dan bangunan di daerah rawan ambles di Jakarta harus mem- pertimbangkan penggunaan konstruksi cakar ayam dan pembangunan tembok pemba- tas antara sungai atau laut de- ngan daratan (sead pile). Menurut Ketua Ikatan Alum- ni Pascasarjana Management Project Universitas Indonesia (Ikapas MP-UI) Sahat Saragih, derasnya pengambilan air ta- nah menyebabkan abrasi dan terbentuk rongga di bawah tanah. Permukaan tanah pun menjadi turun. Cakar ayam akan menyang- ga penurunan jalan dan ba- ngunan. Adapun sead pile akan mencegah terjadinya pergeser- an tanah dan abrasi air laut. Sahat mengatakan pemerin- tah pusat dan Pemprov DKI harus membuat tembok pena- han pada 13 sungai dan pantai sepanjang wilayah DKI. “Dana untuk membangun sead pile tembok pengaman daratan itu memang besar. Apalagi untuk kebutuhan pengamanan 13 sungai dan pantai sepanjang wilayah DKI. Tapi, itu harus diusahakan,” kata Sahat. Usul Sahat mendapat res- pons positif dari Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum (Kasu- din PU) Tata Air Jakarta Barat R Herianto. Ia memberi contoh sead pile yang sudah dibangun Pemprov DKI di Kali Cideng guna mengamankan Jl Inspeksi Cideng dari gerusan air agar jangan sampai turun dan am- bles. Idealnya pada setiap sungai di DKI dibuat sead pile guna menahan tanah di pinggir su- ngai dan sebaliknya, air kali tidak meresap ke darat, agar ja lan utuh tidak turun dan ambles. Menurut dia, di Jakarta Barat ada 20-an ruas jalan yang ber- silangan dengan kali. Di an- taranya Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Sekretaris, Kali Mookervart, Kali Angke, Cengkareng Drain, dan Kanal Banjir Barat (KBB). “Kalau mau aman, memang harus begitu. Di jalan yang ada sungai harus ada sead pile,” ka- tanya. Apalagi, lanjutnya, beban jalan di Jakarta berat karena umumnya angkutan barang jenis truk dan kontainer me- lebihi kapasitas daya angkut. Misalnya daya angkut 20 ton, tapi kendaraan diisi dengan beban 100 ton. Hal semacam itu akan membuat jalan yang dila- lui mendapat tekanan berlebih sehingga rawan ambles. Menurut Herianto, tembok pengamanan itu harus masuk 15-20 meter dari tanah keras di dasar sungai. “Itulah caranya kalau Jakarta mau aman dari ambles dan penurunan permukaan tanah, baik jalan maupun bangunan,” tandasnya. (Ssr/J-2) Cakar Ayam dan Sead Pile Cegah Ambles MI/SUMARYANTO MI/PANCA SYURKANI

Upload: buinhan

Post on 25-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4 | Megapolitan SENIN, 27 SEPTEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

WARGA yang ting-gal di sekitar Situ Sasak Tinggi, Pa-mulang, Tange-

rang Selatan (Tangsel) kha-watir tragedi jebolnya Situ Gin tung tahun lalu berulang di daerah mereka.

Pasalnya apa yang terjadi sebelum jebolnya Situ Gintung dengan kondisi Situ Sasak Tinggi saat ini hampir sama, yakni dimulai dengan adanya retakan dan rembesan air.

Akibatnya, sepanjang Sabtu (25/9) malam hingga kemarin siang warga setempat bergan-tian menjaga lokasi tersebut. “Warga di sini tetap siaga de-ngan bergantian melakukan penjagaan,” kata Budianto, warga Jalan Siliwangi RT 08/03, Kelurahan Bambu Apus, Keca-matan Pamulang, Kota Tangsel, Banten, kemarin.

Dedi, bapak dua anak yang tinggal di RT 03/04, juga meng-a ku waswas karena rumahnya sangat dekat dengan Jalan Sili-wangi yang menjadi pembatas

antara permukiman warga dan Situ Sasak Tinggi. “Sejak Jumat (24/9) malam, air Situ Sasak Tinggi itu merembes dan mel-uap ke permukiman warga. Saya dan istri tidur bergantian, khawatir sewaktu-waktu tang-gul tersebut jebol,” kata dia.

Pemerintah Kota (Pemkot) Tangsel sendiri, lanjutnya, su-dah meminta kepada warga agar terus waspada. Hanya saja sampai saat ini pemda belum menginstruksikan kepada war-ga untuk meninggalkan tem-pat.

Dedi menambahkan, pada 2007 Tanggul Sasak Tinggi itu juga pernah jebol, meskipun kondisinya tidak separah Situ Gintung.

Juru Bicara Pemkot Tangsel Gunawan Tangkilisan menga-takan warga harus tetap was-pada terhadap kondisi tersebut. Saat ini pihaknya masih me-lakukan koordinasi dengan De partemen PU untuk menga-tasi masalah tanggul yang hampir jebol itu.

“Hari ini (Senin, 27/9) Pem-kot Tangsel akan melakukan pertemuan dengan Pihak De-

partemen PU untuk membi-carakan masalah penanganan tanggul Situ Sasak Tinggi yang retak itu,” kata dia.

Kelalaian pemerintahDirektur Eksekutif Walhi

Ubaidillah menyayangkan ada-nya saling lempar tanggung jawab antara pemerintah pusat dan Pemkot Tangerang. Ma -sya rakat menjadi korban ke-tidakbe cusan kinerja pemerin-tah ini.

“Karena terletak di Tangsel, pihak pertama yang harusnya paling mengetahui kondisi tanggul adalah Pemkot Tangsel. Namun, karena airnya kini juga telah menggenangi jalan, PU juga harus terlibat. Jangan sa-ling lempar tanggung jawab,” ujar Ubaidillah ketika dihu-bungi, kemarin

Kerusakan ini pun, tambah-nya, juga dikarenakan kelalaian pemerintah memantau dan memelihara kondisi situs itu sendiri.

Berdasarkan data Walhi, saat ini terdapat 48 buah situ dan waduk yang tersebar di lima kota madya. Dari jumlah terse-

but, hanya lima yang dalam keadaan baik, yakni Situ Lem-bang, Situ Taman Mini Indone-sia Indah (TMII), Situ Jambore Cibubur, dan Situ di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Selebihnya, situ berada da-lam kondisi rusak kecil mau-pun sedang. Enam di antaranya bahkan berpotensi rawan long-sor dan banjir bila curah hujan tinggi.

Keenam situ yang rawan itu adalah Situ Bojongsari (Depok), Situ Pondok Benda, dan Situ Sasak Tinggi (Pamulang), Situ Pluit Muara Baru (Jakarta Utara), Situ Bekang (Bogor), dan Babakan, Lenteng Agung (Jakarta Selatan).

“Akibat kelalaian pemerin-tah dengan tidak menjalankan tugas memelihara dan meman-tau ini, banyak tanggul situ yang kini terancam jebol akibat penggerusan. Mereka sebe-narnya tahu ada kerusakan, tapi tidak ada aksi untuk mela-kukan perbaikan,” tandas Ubai-dillah. (*/J-2)

[email protected]

Warga Cemas TragediSitu Gintung Terulang

Enam situ di kawasan megapolitan rawan jebol karena kelalaian pemerintah melakukan perawatan

Slamet Handoyo

Dana untuk membangun sead pile tembok pengaman daratan itu memang besar. Apalagi untuk kebutuhan pengamanan 13 sungai dan pantai.”

Sahat SaragihKetua Ikapas MP-UI

BANJIR SITU SASAK: Warga berjalan di tengah banjir akibat luapan Situ Sasak di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (25/9).

WAKTU untuk mengajukan banding bagi

terpidana seumur hidup Iwan Djaja Admadja, 50, berakhir besok. Jika tidak mengajukan memori banding pada 28 September, putusan Peng-adilan Negeri Jakarta Barat menjadi inkracht.

Majelis hakim yang dipim-pin Johny Palayukan dalam putusannya, Selasa (21/9), menjatuhkan vonis seumur hidup kepada Iwan. Terdakwa dinilai secara sah dan meya-kinkan menjadi kurir narkoba dengan barang bukti 5.000 pil ekstasi.

Ketika ditanya apakah akan naik banding, dengan meya-kinkan Iwan menyatakan banding. Ternyata seusai sidang, ia menanyakan apa arti banding kepada panitera Ricar Soroinda N.

Iwan sejak awal persidang-an hingga dijatuhi vonis seumur hidup tidak didam-pingi pengacara. Untungnya, sejak 11 September dia dilepas dari penjara karena masa penahanan habis. Kini, meski statusnya sudah terpidana seumur hidup, Iwan masih bebas berkeliaran.

Iwan ditangkap polisi pada 4 November 2009 di depan Hotel Travel, Mangga Besar, Jakarta Barat. Saat itu sese-orang menyuruh Iwan

menunggu barang kiriman di depan Hotel Travel. Setelah dua pria memberikan 50 kantong plastik yang ternyata berisi 5.000 butir ekstasi kepada Iwan, polisi pun menangkapnya.

Iwan tidak mau didampingi penasihat hukum karena memikirkan biaya.

Tampaknya, dia tidak tahu ada bantuan hukum gratis baik yang disediakan peng-adilan maupun lembaga bantuan hukum lainnya.

Iwan belum menyiapkan memori banding meski waktu pendaftaran tinggal besok. Ketika Media In do nesia mencoba menemui di rumah-nya di Jl Mangga Besar 4H Nomor 1B, Kelurahan Taman Sari, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, ia justru ketakut an dan memilih ber sembunyi.

Iwan tinggal di sebuah gang kecil. Rumahnya cukup besar dengan ukuran 10 x 15 meter. Lantai dua disewakan sebagai kos. Sementara lantai satu ditempati Iwan, istrinya, anaknya, dan seorang pem-bantu. Rumah itu juga membuka kios pulsa.

Menurut tetangga Iwan, terpidana seumur hidup itu punya dua anak berinisial D dan I. Tidak ada tetangga yang mengetahui pekerjaan-nya. Istri Iwan memilih tutup

mulut atas kejadian yang menimpa suaminya. “Maaf, saya tidak bisa memberi info apa pun,” ujarnya.

Istri Iwan sangat berhati-hati, namun putra bungsunya I, 10, terlihat sangat ceria. Ia memakai kopiah dan baru pulang belajar mengaji. Ia belum tahu ayahnya terancam hukuman penjara seumur hidup.

Benarkah Iwan anggota sindikat? Masih menjadi misteri. Di pengadilan dia menyatakan tidak tahu isi barang yang diterima. Ia juga tidak menyangka hukuman yang dijatuhkan padanya bisa seberat itu. Pembelaannya hanya lisan, “Mohon Pak hakim memberi saya hukum-an ringan karena punya anak-anak yang masih kecil.” Iwan tidak tahu bagaimana membela diri di pengadilan dengan mementahkan argumentasi jaksa.

Setelah sekian kali ditelepon dan di-SMS, akhirnya Iwan menjawab dari tempat persembunyiannya.

“Bukannya saya tidak mau dibantu. Saat ini saya masih bingung dan khawatir jadi ramai, malah nanti jadi tidak karuan.” Tidak jelas apa yang dimaksud Iwan dengan khawatir jadi ramai. Hanya dia yang tahu.(Rommy Karindon/J-1)

Terpidana Seumur Hidup ituBingung Mengajukan Banding

Ibadah Perdana HKBP di Lokasi Baru Berjalan Lancar

IBADAH perdana ratusan je-maat HKBP Pondok Timur In-dah (PTI) di gedung eks organi-sasi peserta pemilu (OPP) ber-langsung lancar dan aman. Tidak ada gangguan seperti yang dialami sebelumnya di dua lokasi gereja terdahulu.

Dari tanah kosong di Peru-mahan Pondok Timur Indah sebagian jemaat diantar dengan bus Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi. Adapun sisanya meng-gunakan kendaraan pribadi menuju lokasi di Jalan Chairil Anwar, Kecamatan Bekasi Timur, kemarin. Ibadah dimulai tepat pukul 10.00 WIB.

Pendeta Luspida Simanjun-tak mengatakan pihaknya ber-syukur mendapat tempat ber-ibadah. Meski bersifat semen-tara, proses peribadatan di tem pat baru tersebut diharap-kan tidak mendapatkan gang-guan seperti saat melaksanakan ibadah di Jalan Puyuh Raya No 14, Perumahan PTI maupun di lahan kosong di Jalan Ciketing Asem RT 003/06, Kecamatan

Mustika Jaya.“Jemaat telah memutuskan

menggunakan gedung eks OPP yang ditawarkan pemerintah. Di tempat inilah kami akan ber-ibadah tiap Minggu,” katanya.

Berdasarkan pantauan, ruang an berukuran 10x14 me-ter itu tidak mampu menam-pung seluruh jemaat yang berjumlah sekitar 300 orang. Daya tampung gedung itu me-mang hanya 250 orang. Karena itu, sisanya yang tidak tertam-pung harus mengikuti jalannya ibadah dari luar ruangan.

Ingin segera membangunJemaat HKBP juga telah sepa-

kat untuk menerima tawaran mendirikan bangunan gereja di lahan eks PT Timah atau lahan fasilitas sosial atau fasilitas umum milik pemerintah dae-rah setempat. Mereka malahan kini meminta pemerintah se-gera menentukan lokasi pasti untuk bisa dibangun gereja. Sebab saat ini luas lahan PT Timah mencapai 5 hektare se-

dangkan tanah yang dijanjikan itu hanya 2.500 meter persegi.

Kuasa Hukum HKBP PTI Saor Siagian menambahkan seluruh persyaratan dan proses perizinan pendirian gedung permanen akan diikuti. “Tem-pat ibadah yang baru ini luma-yan jauh. Kalau lahan di PT Timah telah jelas posisinya, je-maat tidak perlu lagi jauh un-tuk ibadah,” ujarnya.

Asisten Daerah (Asda) II Pemkot Bekasi Zaki Oetomo mengatakan gedung eks OPP bisa dimanfaatkan secara gratis selama dua tahun dan bisa diperpanjang sesuai keinginan jemaat. Tidak hanya itu, fasili-tas bus antar-jemput milik pe-merintah juga boleh digunakan mengangkut jemaat.

“Persoalan yang terjadi se-lama ini diharapkan mencair dan selesai. Dengan diikutinya saran pemerintah oleh jemaat HKBP PTI, itu jadi bukti bahwa pemerintah tidak lepas tangan dan mencarikan solusi,” tan-dasnya. (GG/J-2)

SEUSAI IBADAH: Jemaat HKBP berbincang seusai beribadah di gedung yang pernah dipakai Partai Keadilan Sejahtera sebagai organisasi peserta pemilu (OPP) di Jl Chairil Anwar No 5, Bekasi Timur, Jawa Barat, kemarin.

PEMBANGUNAN jalan dan bangunan di daerah rawan ambles di Jakarta harus mem-pertimbangkan penggunaan konstruksi cakar ayam dan pembangunan tembok pemba-tas antara sungai atau laut de-ngan daratan (sead pile).

Menurut Ketua Ikatan Alum-ni Pascasarjana Management Project Universitas Indonesia (Ikapas MP-UI) Sahat Saragih, derasnya pengambilan air ta-nah menyebabkan abrasi dan terbentuk rongga di bawah tanah. Permukaan tanah pun menjadi turun.

Cakar ayam akan menyang-ga penurunan jalan dan ba-ngun an. Adapun sead pile akan mencegah terjadinya pergeser-an tanah dan abrasi air laut.

Sahat mengatakan pemerin-tah pusat dan Pemprov DKI ha rus membuat tembok pena-han pada 13 sungai dan pan tai sepanjang wilayah DKI.

“Dana untuk membangun sead pile tembok pengaman daratan itu memang besar. Apalagi untuk kebutuhan pengamanan 13 sungai dan pantai sepanjang wilayah DKI. Tapi, itu harus diusahakan,” kata Sahat.

Usul Sahat mendapat res-pons positif dari Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum (Kasu-din PU) Tata Air Jakarta Barat R Herianto. Ia memberi contoh sead pile yang sudah dibangun Pemprov DKI di Kali Cideng guna mengamankan Jl Inspeksi Cideng dari gerusan air agar jangan sampai turun dan am-bles.

Idealnya pada setiap sungai di DKI dibuat sead pile guna menahan tanah di pinggir su-ngai dan sebaliknya, air kali ti dak meresap ke darat, agar ja lan utuh tidak turun dan ambles.

Menurut dia, di Jakarta Barat

ada 20-an ruas jalan yang ber-silangan dengan kali. Di an-taranya Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Sekretaris,

Kali Mookervart, Kali Angke, Cengkareng Drain, dan Kanal Banjir Barat (KBB).

“Kalau mau aman, memang harus begitu. Di jalan yang ada sungai harus ada sead pile,” ka-tanya.

Apalagi, lanjutnya, beban jalan di Jakarta berat karena umumnya angkutan barang jenis truk dan kontainer me-lebihi kapasitas daya angkut. Misalnya daya angkut 20 ton, tapi kendaraan diisi dengan beban 100 ton. Hal semacam itu akan membuat jalan yang dila-lui mendapat tekanan berlebih sehingga rawan ambles.

Menurut Herianto, tembok pengamanan itu harus masuk 15-20 meter dari tanah keras di dasar sungai.

“Itulah caranya kalau Jakarta mau aman dari ambles dan penurunan permukaan tanah, baik jalan maupun bangunan,” tandasnya. (Ssr/J-2)

Cakar Ayam dan Sead Pile Cegah Ambles

MI/SUMARYANTO

MI/PANCA SYURKANI