warfarin

57
2.6.1 Antikoagulan Oral Antikoagulan oral melawan efek vitamin K, dan diperlukan waktu paling tidak 48 - 72 jam untuk mendapat efek antikoagulan yang maksimal. Jika diperlukan efek yang segera, heparin harus diberikan bersamaan. PENGGUNAAN. Indikasi utama terapi antikoagulan oral adalah trombosis vena- dalam. Selain itu juga digunakan pada pasien embolisme paru, fibrilasi atrium dengan risiko embolisasi, dan pasien dengan katup jantung prostetik mekanik (untuk mencegah terjadinya emboli di atas katup tersebut). Obat antiagregasi dapat juga digunakan pada pasien tersebut. Warfarin merupakan obat terpilih, sedangkan asenokumarol dan fenindion jarang digunakan. Warfarin merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan tromboemboli sistemik pada anak-anak (bukan neonatus) setelah heparinisasi awal. Antikoagulan oral tidak boleh digunakan sebagai terapi lini pertama pada trombosis arteri serebral atau oklusi arteri perifer; asetosal lebih sesuai untuk mengurangi risiko serangan iskemik otak yang bersifat sementara. Heparin atau heparin bobot molekul rendah biasanya dipilih untuk profilaksis tromboemboli vena pada pasien yang akan dibedah. DOSIS. Apabila memungkinkan, sebaiknya dilakukan pengukuran waktu protrombin awal, namun dosis awal tidak boleh ditunda pemberiannya walau hasil uji belum didapatkan. Dosis induksi lazim pada dewasa untuk warfarin adalah 10 mg sehari selama 2 hari (tidak dianjurkan dosis yang lebih tinggi). Dosis penunjang lanjutan bergantung pada waktu protrombin, dilaporkan sebagai INR (internasional normalised ratio). Dosis penunjang per hari warfarin biasanya 3 sampai dengan 9 mg (diminum pada jam yang sama setiap hari). Target INR menurut rekomendasi British Society for Haematology: INR 2,5 untuk pengobatan trombosis vena-dalam dan embolisme paru (atau untuk kekambuhan pada pasien yang tidak lagi menerima warfarin), untuk pengobatan trombosis vena-dalam dan embolisme paru yang berhubungan dengan

Upload: erianasari

Post on 15-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

semua tentang warfarin

TRANSCRIPT

2.6.1 Antikoagulan OralAntikoagulan oral melawan efek vitamin K, dan diperlukan waktu paling tidak 48 - 72 jam untuk mendapat efek antikoagulan yang maksimal. Jika diperlukan efek yang segera, heparin harus diberikan bersamaan.

PENGGUNAAN. Indikasi utama terapi antikoagulan oral adalah trombosis vena- dalam. Selain itu juga digunakan pada pasien embolisme paru, fibrilasi atrium dengan risiko embolisasi, dan pasien dengan katup jantung prostetik mekanik (untuk mencegah terjadinya emboli di atas katup tersebut). Obat antiagregasi dapat juga digunakan pada pasien tersebut.

Warfarin merupakan obat terpilih, sedangkan asenokumarol dan fenindion jarang digunakan. Warfarin merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan tromboemboli sistemik pada anak-anak (bukan neonatus) setelah heparinisasi awal.

Antikoagulan oral tidak boleh digunakan sebagai terapi lini pertama pada trombosis arteri serebral atau oklusi arteri perifer; asetosal lebih sesuai untuk mengurangi risiko serangan iskemik otak yang bersifat sementara. Heparin atau heparin bobot molekul rendah biasanya dipilih untuk profilaksis tromboemboli vena pada pasien yang akan dibedah.

DOSIS. Apabila memungkinkan, sebaiknya dilakukan pengukuran waktu protrombin awal, namun dosis awal tidak boleh ditunda pemberiannya walau hasil uji belum didapatkan.

Dosis induksi lazim pada dewasa untuk warfarin adalah 10 mg sehari selama 2 hari (tidak dianjurkan dosis yang lebih tinggi). Dosis penunjang lanjutan bergantung pada waktu protrombin, dilaporkan sebagai INR (internasional normalised ratio). Dosis penunjang per hari warfarin biasanya 3 sampai dengan 9 mg (diminum pada jam yang sama setiap hari). Target INR menurut rekomendasi British Society for Haematology:

INR 2,5 untuk pengobatan trombosis vena-dalam dan embolisme paru (atau untuk kekambuhan pada pasien yang tidak lagi menerima warfarin), untuk pengobatan trombosis vena-dalam dan embolisme paru yang berhubungan dengan sindrom antifosfolipid, untuk fibrilasi atrial, cardioversion (target nilai INR yang lebih tinggi, misalnya 3, sebelum melakukan tindakan), dilated kardiomiopati, mural thrombus pasca infark miokard, dan hemoglobinuria paroksismal di malam hari;

INR 3,5 untuk trombosis vena-dalam kambuhan dan embolisme paru (pada pasien yang sedang mendapat terapi warfarin dengan INR di atas 2);

Untuk pasien dengan katup jantung prostetik mekanik, target INR yang dianjurkan tergantung pada tipe lokasi dari katup. Pada umumnya, target INR 3 dianjurkan untuk katup aorta mekanik, dan 3,5 untuk katup mitral mekanik

PEMANTAUAN. Penting untuk menentukan INR setiap hari atau selang sehari pada awal pengobatan, selanjutnya dengan interval yang lebih panjang (bergantung pada respon yang diperoleh) dan selanjutnya dilakukan setiap 12 minggu.

PERDARAHAN. Efek samping utama semua antikoagulan oral adalah perdarahan. Pemantauan INR dan melewatkan dosis jika perlu dapat dilakukan; apabila antikoagulan

sudah dihentikan namun perdarahan tidak berhenti, INR harus diukur 2-3 hari kemudian untuk memastikan bahwa INR menurun.

Rekomendasi the British Society for Haematology untuk pasien yang menerima warfarin (berdasarkan nilai INR dan kondisi perdarahan mayor atau minor):

Perdarahan mayor – hentikan warfarin; berikan fitomenadion (vitamin K ) 5-10 mg secara injeksi intravena lambat; berikan konsentrat protrombin kompleks (faktor II, VII, IX dan X) 30-50 unit/kg bb atau plasma segar beku (fresh frozen plasma) 15 mL/kg bb (jika konsentrat tidak tersedia)

INR >8,0, tidak ada perdarahan atau perdarahan minor–hentikan warfarin, mulai gunakan kembali bila INR <5,0; jika ada faktor risiko perdarahan yang lain berikan fitomenadion (vitamin K ) 500 mcg secara injeksi intravena lambat atau 5 mg per oral (untuk mengatasi sebagian efek antikoagulan diberikan fitomenadion dengan dosis oral yang lebih kecil misalnya 0,5–2,5 mg dengan menggunakan preparat intravena secara oral); ulangi dosis fitomenadion jika INR masih terlalu tinggi setelah 24 jam

INR 6,0–8,0, tidak ada perdarahan atau perdarahan minor–hentikan warfarin, mulai lagi bila INR <5,0

INR < 6,0 tetapi lebih dari 0,5 unit di atas nilai sasaran–kurangi dosis atau hentikan warfarin, mulai lagi bila INR<5,0

Perdarahan yang tidak terduga pada dosis terapi–periksa kemungkinan penyebabnya misalnya penyakit ginjal atau saluran cerna yang tidak terduga.

Efek samping utama semua antikoagulan oral adalah perdarahan.

KEHAMILAN. Antikoagulan oral bersifat teratogenik. Karena itu, tidak boleh diberikan pada trimester pertama kehamilan. Wanita dengan risiko hamil harus diberi peringatan terhadap bahaya obat ini karena menghentikan pemakaian warfarin sebelum 6 minggu usia kehamilan akan menghindarkan risiko abnormalitas janin. Antikoagulan oral menembusplasenta dengan risiko menimbulkan perdarahan plasenta atau fetus, terutama selama beberapa minggu terakhir kehamilan dan pada masa persalinan. Karena itu, antikoagulan oral seharusnya dihindari pada kehamilan, terutama pada trimester pertama dan ketiga. Hal ini sulit dilakukan, terutama pada wanita dengan katup jantung buatan, fibrilasi atrium atau dengan riwayat trombosis vena kambuhan atau embolisme paru.

Monografi: 

APIKSABAN

Indikasi: 

pencegahan kejadian tromboemboli vena (Venous Thromboembolic Events, VTE) pada pasien dewasa paska operasi penggantian pinggul atau lutut.

Peringatan: 

risiko perdarahan, kerusakan ginjal, kerusakan hati ringan dan sedang, anastesi neuraksial, operasi pinggul yang retak, tukak pada saluran pencernaan, riwayat stroke hemoragik, hipertensi berat, infeksi endokarditis,  paska operasi otak, sumsum tulang belakang, atau mata, sedang menggunakan obat yang meningkatkan risiko perdarahan, tidak direkomendasikan penggunaan pada kehamilan dan menyusui.

Interaksi: 

risiko perdarahan meningkat pada penggunaan bersama dengan antiplatelet, AINS, antikoagulan dan sulfinpirazon, antifungi (ketokonazol, itrakonazol, vorikonazol, dan posakonazol) meningkatkan konsentrasi plasma apiksaban (disarankan untuk dihindari), antibakteri (rifampisin) menurunkan konsentrasi plasma apiksaban, antivirus, hindari penggunaan bersama dengan atazanavir, darunavir, fosamprenavir, indinavir, lopinavir, nelfinavir, ritonavir, saquinavir dan tipranavir.

Kontraindikasi: 

perdarahan aktif, penyakit hati terkait koagulopati dan risiko perdarahan lainnya.

Efek Samping: 

umum:anemia, perdarahan, memar, dan mual; tidak umum: hipotensi, trombositopenia, epistaksis, perdarahan saluran pencernaan, perdarahan melalui anus (hematozesia), peningkatan transaminase, peningkatan aspartat aminotransferase, peningkatan gamma-glutamiltransferase, gangguan pada hasil uji fungsi hati, peningkatan fosfatase alkali darah, peningkatan bilirubin darah, hematuria.

Dosis: 

oral, 2,5 mg dua kali sehari, diberikan 12-24 jam setelah operasi. Pengobatan dilakukan selama 10-14 hari untuk pasca operasi penggantian lutut atau 32-38 hari untuk pasca operasi penggantian pinggul.

DABIGATRAN ETEKSILAT

Indikasi: 

profilaksis primer tromboembolisme vena pasca operasi elektif penggantian pinggul total (total hip replacement) dan operasi penggantian lutut total (total knee replacement).

Peringatan: 

Tidak direkomendasikan pada gangguan fungsi hati sedang dan berat (Klasifikasi Child-Pugh B dan C) atau kenaikan enzym hati > 2 ULN. Observasi ketat diperlukan pada pasien dengan resiko perdarahan seperti: baru dilakukan tindakan biopsi atau trauma besar, pasien dengan terapi yang meningkatkan resiko perdarahan, endokarditis bakterial. Diperlukan pengurangan dosis pada gangguan fungsi ginjal sedang (klirens kreatinin 50-30 mL/min). Penggunaan harus dihentikan jika terjadi gagal ginjal akut. Pada pasien dengan anastesi spinal/anastesi

epidural/pungsi lumbal, dosis awal diberikan satu jam setelah kateter dilepas. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.

Interaksi: 

Tidak boleh diberikan bersamaan dengan unfractionated heparin, heparin derivat, heparin berat molekul (BM) tinggi, heparin BM rendah atau turunan heparin, fondaparinuks, despiramin, zat trombolitik, antagonis reseptor GP Iib/IIIa, klopidogrel, tiklopidin, dekstran, sulfinpirazon, dan antagonis vitamin K karena dapat meningkatkan risiko perdarahan; Pemberian bersama asam asetilsalisilat meningkatkan resiko perdarahan.

Kontraindikasi: 

hipersensitif tehadap dabigatran atau dabigatran eteksilat atau salah satu eksipien; ganguan fungsi ginjal berat (klirens kreatinin < 30 ml/min); Pendarahan akibat pelebaran pembuluh darah, gangguan hemostasis spontan atau farmakologikal; Lesi organ dengan resiko pendarahan bermakna secara klinis, termasuk hemoragik stroke dalam waktu 6 bulan terakhir; satu jam pertama setelah pelepasan indwelling spinal atau kateter epidural.

Efek Samping: 

anemia, hematoma, hematoma traumatis, perdarahan pada luka, perdarahan gastro-intestinal, perdarahan kulit, hematuria, penurunan hemoglobin, sekresi cairan pada luka (wound secretion).

Dosis: 

Profilaksis tromboembolisme vena setelah operasi penggantian lutut secara total (Total Knee Replacement): Dewasa di atas 18 tahun, 110 mg, 1-4 jam setelah operasi, dilanjutkan pada hari berikutnya, 220 mg (2 kapsul 110 mg) sekali sehari selama 9 hari.Profilaksis tromboembolisme vena setelah operasi penggantian pinggul secara total (Total Hip Replacement): Dewasa di atas 18 tahun, 110 mg, 1-4 jam setelah operasi, dilanjutkan pada hari berikutnya, 220 mg (2 kapsul 110 mg) sekali sehari selama 27-34 hari. Jika terapi tidak dimulai pada hari yang sama dengan operasi/pembedahan, dosis awal yang diberikan adalah 220 mg (2 kapsul 110 mg).Jika terjadi gangguan hemostasis, awal terapi dapat ditunda.Dosis diturunkan menjadi 150 mg per hari pada pasien gangguan fungsi ginjal sedang (klirens kreatinin 30-50 ml/menit).Dapat diberikan bersamaan atau tidak bersamaan dengan makanan.

RIVAROKSABAN

Indikasi: 

profilaksis tromboembolisme vena (VTE) pada pasien dewasa yang menjalani operasi penggantian tulang panggul atau lutut.

Peringatan: 

Hati-hati pasien dengan risiko hemoragi, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hepar.

Kontraindikasi: 

hipersensitivitas, pendarahan, penyakit hepar yang terkait koagulopati dan risiko pendarahan yang relevan, kehamilan dan menyusui. 

Efek Samping: 

waspadai hemoragi

Dosis: 

rekomendasi dosis 10 mg sekali sehari, dosis pertama 6-10 jam sebelum operasi. Lama pemberian tergantung risiko individu pasien, untuk operasi tulang panggul dianjurkan 5 minggu, untuk operasi lutut dianjurkan 2 minggu.

NATRIUM WARFARIN

Indikasi: 

profilaksis embolisasi pada penyakit jantung rematik dan fibrilasi atrium; profilaksis setelah pemasangan katup jantung prostetik; profilaksis dan pengobatan trombosis vena dan embolisme paru; serangan iskemik serebral yang transien

Peringatan: 

gangguan hati dan ginjal, baru saja mengalami pembedahan, menyusui, hindari sari buah cranberi

Interaksi: 

lihat lampiran 1 (warfarin)

Kontraindikasi: 

kehamilan, tukak peptik, hipertensi berat, endokarditis bakterial

Efek Samping: 

perdarahan; hipersensitivitas, ruam kulit, alopesia, diare, hematokrit turun, nekrosis kulit, purple toes, sakit kuning, disfungsi hati; mual, muntah, pankreatitis

Dosis: 

Pemberian warfarin harus diukur berdasarkan penetapan "quick one-stage prothrombin time" atau thrombotest. Tingkat lazim untuk terapi antikougulan penunjang adalah 2 kali lebih besar atau lebih kecil dari "normal quick one-stage prothrombin time" atau 15-30% nilai normal pada "converted cougulation activity" atau kurang lebih 10% dari normal pada

thrombotest.Dosis yang lazim pada orang dewasa adalah 10 mg sehari selama 2 sampai 4 hari dengan penyesuaian setiap hari berdasarkan hasil penetapan waktu protombin, terapi lanjutan dengan dosis penunjang 2-10 mg sekali sehari. Karena kepekaan terhadap obat sangat individualistik, maka dapat berubah, penetapan waktu prothombin harus secara berkala dilakukan terutama pada awal terapi agar kegiatan kougulasi pasien pada rentang terapi.

Warfarin adalah obat antikoagulan yang digunakan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah atau trombosis. Trombosis adalah suatu keadaan terjadinya penggumpalan darah yang tidak normal di dalam pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi darah di dalam tubuh manusia.

Penggumpalan darah yang normal adalah suatu mekanisme tubuh bila terjadi kerusakan pembuluh darah.  Mekanisme ini dinamakan hemostasis bertujuan mencegah terjadinya kehilangan darah yang berkelanjutan. Namun pada suatu keadaan patologis, terjadi penggumpalan darah yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya sirkulasi tubuh yang baik.

Trombosis secara garis besar dapat dibagi 2, yaitu trombosis yang terjadi di pembuluh darah arteri dan trombosis yang terjadi di pembuluh darah balik/vena. Trombosis di arteri biasanya terjadi akibat ruptur ateroma sehingga dinamakan juga aterotrombosis. Penyakit yang diakibatkan oleh trombosis di arteri adalah stroke dan serangan jantung (myocardial infarction). Sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh trombosis di vena adalah deep vein thrombosis (DVT), portal vein thrombosis, renal vein thrombosis, jugular vein thrombosis, Budd-Chiari Syndrome, Paget-Schroetter disease, cerebral venous sinus thrombosis.

Warfarin merupakan nama generik; di pasaran terdapat sejumlah pabrik farmasi yang mengeluarkan produk ini dengan berbagai nama, seperti Simarc, Coumadin, dan lain-lain. Terdapat beberapa dosis warfarin yang tersedia yakni warfarin 1mg, 2mg, 3mg, 4 mg.

Bila Anda mendapatkan pengobatan warfarin dari dokter, maka akan dilakukan tes serial untuk mengetahui apakah kadar warfarin di dalam darah telah mencapai suatu dosis terapeutik. Salah satu efek samping warfarin yang perlu diwaspadai adalah perdarahan di dalam tubuh. Untuk itu biasanya dokter akan menyarankan Anda untuk memeriksa urine rutin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan ringan pada sistem saluran kemih. Bila hal ini terjadi, dokter mungkin akan menurunkan dosis warfarin yang Anda terima atau memantau keadaan Anda secara ketat.

Waspadalah bila mengkonsumsi obat warfarin dengan obat lain yang memiliki tujuan yang sama, seperti aspilet. Penggabungan kedua obat ini akan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan yang tidak diharapkan. Warfarin tidak bekerja cepat, obat ini bekerja dalam beberapa hari, oleh karena itu dibutuhkan obat antikoagulan yang bekerja cepat seperti heparin untuk mengatasi serangan akut trombosis.

WARFARIN

NAMA GENERIKWarfarin

NAMA KIMIANa-2-oxo-3[(1 RS)-3-oxo-1-phenylbutyl]2H-1-benzopiran-4-olate

STRUKTUR KIMIAC19H15NaO4

KETERANGANLarutan 1% dalam air mempunyai pH : 7.2 - 8.3

SIFAT FISIKOKIMIASerbuk higroskopik berwarna putih. Sangat mudah larut dalam alkohol dan larut dalam aseton; sangat sedikit larut dalam diklorometan.

SUB KELAS TERAPIObat yang mempengaruhi darah

FARMAKOLOGIOnset kerja : antikoagulan oral : 36-72 jam. Durasi 2-5 hari;Absorpsi : cepat ;Metabolisme : dihati. ;T� eliminasi : 20-60 jam, rata-rata 40 jam, bervariasi antar individu.

STABILITAS PENYIMPANANSimpan pada tempat kedap udara, terhindar dari sinar matahari. Setelah direkonstitusi dengan 2.7 mL air steril, sediaan stabil selama 4 jam pada suhu kamar.

KONTRA INDIKASIHipersensitif terhadap warfarin atau komponen lain dalam sediaan, hemoragi, hemofilia, trombositopenia purpura, leukemia, operasi mata atau saraf, anestesia blok lumbar regional atau operasi besar lainnya, pasien yang mengalami pendarahan ;pada saluran pencernaan, pernapasan, aborsi, anuerism, defisiensi asam askorbat, riwayat pendarahan diastesis, prostatektomi, poliartritis, pendarahan pada kolon, hemoragi serebrovaskular, eklampsia dan pre-eklampsia, hipertensi tidak terkontrol, ;penyakit hepatik parah, perikarditis atau efusi perikardial, endokarditis bakteri sub akut, visceral carcinoma, setelah punktur spinal dan diagnostik lain atau prosedur terapi untuk pendarahan signifikan, riwayat nekrosis yang diinduksi warfarin, ;pasien tidak patuh, kehamilan.

EFEK SAMPINGAntikoagulan, pendarahan, vasculitis,edema, syok hemoragi, demam, lethargi, malaise, asthenia, nyeri, sakit kepala, pusing, stroke, rash, dermatitis, urtikaria, pruritus, alopesia, anoreksia, mual, muntah, kram perut, sakit abdominal, diare, flatulens, ;pendarahan intestinal, gangguan rasa, ulkus mulut, hematuria, hemoragi, leukopenia, tempat pendarahan yang tidak diketahui yang dapat diatasi dengan antikoagulasi, hematoma retroperitonial, agranulositosis, luka pada hati, ;jaundice, peningkatan transaminase, parethesia, osteoporosis, epitaksis, hipersensitifitas dan reaksi alergi.

INTERAKSI MAKANANHindari penggunaan etanol : etanol menurunkan metabolisme warfarin dan meningkatkan PT, efek antikoagulan warfarin akan menurun dengan adanya makanan mengandung vitamin K, vitamin E meningkatkan efek warfarin;Jus cranberry akan meningkatkan efek warfarin.

INTERAKSI OBATEfek sitokrom P450 : Substrat CYP1A2 (minor), 2C8/9 (mayor), 2C19 (minor), 3A4 (minor), ;Inhibit : CYP2C8/9 (sedang), 2C19 (lemah). ;Meningkatkan efek/toksisitas : ;Asetaminofen, allopurinol, amiodaron, androgen, antifungi (imidazol), capecitabin, sefalosporin, simetidin, inhibitor COX-2, inhibitor CYP2C8/9 (sedang/kuat), disulfiram, etoposida, flukonazol, fluorourasil, glukagon, ;inhibitor HMG CoA reduktase, ifosfamida, leflunomida,antibiotik makrolida, metronidazol, obat inflamasi non steroid, orlistat, fenitoin, propafenon, propoksifen, inhibitor pompa proton (omeperazol), kuinidin, antibiotik kuinolon, ropirinol, salisilat, ;sulfinpirazon, derivat sulfonamida, derivat tetrasiklin, produk tiroid, tigesiklin, treprostinil, antidepresan trisiklik, vitamin A, E, voriconazol, zafirlukast dan zilueton. ;Penurunan efek : ;Aminoglutetimida, agen anti thyroid, aprepitant, azatioprin, barbiturat, bosentan, karbamazepin, inducer CYP2C8/9 (kuat), dikloksasilin, glutetimida, griseofulvin, hormon kontrasepsi, merkaptopurin, nafsilin, fitonadion,;derivat rifamisin dan sulfasalazin.

PENGARUH KEHAMILANFaktor resiko : X

PENGARUH MENYUSUIWarfarin tidak didistrubusikan ke dalam air susu, hanya metabolitnya yang didistribusikan ke dalam air susu.

PARAMETER MONITORINGProtrombin time (PT), hematokrit

BENTUK SEDIAANTablet 5 mg

PERINGATANHipersensitif terhadap warfarin atau komponen lain dalam sediaan, hemoragi, hemofilia, trombositopenia purpura, leukemia, operasi mata atau saraf, anestesia blok lumbar regional atau operasi besar lainnya, ;pasien yang mengalami pendarahan pada saluran pencernaan, pernapasan, aborsi, anuerism, defisiensi asam askorbat, riwayat pendarahan diastesis, prostatektomi, poliartritis, pendarahan pada kolon, hemoragi serebrovaskular, ;eklampsia dan pre-eklampsia, hipertensi tidak terkontrol, penyakit hepatik parah, perikarditis atau efusi perikardial, endokarditis bakteri sub akut, visceral carcinoma, setelah punktur spinal dan diagnostik lain atau prosedur ;terapi untuk pendarahan signifikan, riwayat nekrosis yang diinduksi warfarin, pasien tidak patuh, kehamilan.

INFORMASI PASIEN1. Obat ini untuk mencegah pembekuan darah;2. Pergunakan obat ini benar-benar sesuai dengan petunjuk dokter. Jangan dipakai berlebihan tanpa petunjuk dokter karena akan terjadi perdarahan.;3. Lakukan kontrol darah secara teratur karena akan dapat menentukan pemakaian dosis yang tepat.;4. Jangan mempergunakan obat lain selama penggunaan obat ini. Mintalah petunjuk dan persetujuan dokter bila harus menggunakan obat lain.;5. Sebaiknya dipergunakan obat dari merek yang sama jangan mengganti dengan merek yang lain. ;6. Selama mempergunakan obat ini jangan minum minuman yang mengandung alkohol.;7. Segera ke dokter bila terjadi diare, pendarahan baik dari mulut, hidung ataupun anggota tubuh lainya.

MEKANISME AKSIMempengaruhi sintesis faktor koagulasi yang tergantung vitamin K (II, VII, IX, X) di hati.

OSTEOARTRITIS DAN ARTRITIS REURNATOID (PERBEDAAN PATOGENESIS, GAMBARAN KLINIS DAN TERAPI)

diposting oleh erlian-ff07 pada 13 April 2013di a. Bahan Penunjang Kuliah - 0 komentar

Osteoartritis dan Artritis Reurnatoid  (Perbedaan Patogenesis, Gambaran Klinis dan Terapi)

Osteoartritis (OA) dan artritis reumatoid (RA) merupakan jenis penyakit reumatik yang sering dijumpai. Hingga kini dikenal lebih dari 100 jenis penyakit reumatik, tetapi hanya beberapa di antaranya yang sering dijumpai, termasuk kedua penyakit yang tersebut di atas. Dulu dua jenis penyakit yang berbeda ini sering dianggap sebagai satu penyakit, dan sering terjadi salah diagnosis sehingga merugikan si pasien. Di samping itu kedua penyakit ini dapat ditemukan bersama-sama/sekaligus pada seorang pasien, sehingga makin membingungkan dokter pemeriksa.

PATOGENESIS

OA yang dikenal sebagai penyakit sendi degenerative mempunyai kelainan primer pada rawan sendi (cartilage), sedangkan RA mempunyai kelainan primer pada sinovial. Secara mudah dapat dijelaskan bahwa pada OA, proses degeneratif pada awalnya menyebabkan perubahan biokimiawi pada rawan sendi yang akhirnya menyebabkan integritas rawan sendi terganggu, sehingga akan terjadi penipisan rawan sendi sampai akhirnya rawan sendi habis. Perubahan dan awal sampai akhir berlangsung sangat lambat, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tercapainya stadium akhir yang ditandai dengan deformitas sendi.

Gejala inflamasi sendi tidak mendominasi perjalanan penyakit, inflamasi baru tampak bila

terjadi pelepasan serpihan rawan sendi ke dalam rongga sendi. Pada RA perubahan patologik

yang menonjol adalah inflamasi sinovia (sinovitis). Penyebab sinovitis ini belum diketahui

dengan pasti, tetapi faktor imunologik sangat berperan.

 

Akibat sinovitis akan terjadi keadaan:

1) Dilepaskannya berbagai macam komponen destruktif akibat proses inflamasi ke dalam

rongga sendi yang dapat mengakibatkan kerusakan rawan sendi.

2) Terjadi hiperplasi jaringan granulasi akibat sinovitis, Sehingga menebal dan membentuk

pannus. Pannus ini sangat destruktif, akan menyebabkan pula kerusakan rawan sendi. Akibat

kedua keadaan tadi maka gejala inflamasi sendi akan mendominasi perjalanan penyakit,

penyakit sangat progresif dan dalam waktu singkat sudah terjadi deformitas sendi.

Dengan mengenal patogenesis kedua penyakit tersebut sebenarnya secara kasar dengan

segera dapat dibedakan, tetapi pada beberapa keadaan, terutama pada stadium awal, terdapat

kendala untuk membedakannya; dengan demikian diperlukan pengamatan klinik, laboratorik

dan radiologik yang lebih cermat.

- PERBEDAAN GAMBARAN KLINIK

1) Umur, jenis kelamin, onset penyakit OA biasanya dimulai pada usia sekitar 50 tahun,

walaupun kadang-kadang dapat ditemukan pada usia yang lebih muda, sedangkan onset

penyakit RA umumnya lebih muda yaitu sekitar 30-50 tahun, walaupun tidak jarang baru dijumpai pada usia lebih tua. Kedua penyakit lebih sering ditemukan pada wanita, tetapi pada RA wanita lebih dominan dengan perbandingan wanita : pria = 3: 1. Onset kedua penyakit

terjadi secara bertahap, makin lama makin berat, RA biasanya berjalan lebih progresif sedangkan OA berlangsung lebih lambat. 2) Keluhan penderita Sebagaimana halnya dengan penyakit reumatik pada umumnya, maka keluhan penderita pada kedua penyakit tersebut me- liputi nyeri sendi, kaku sendi, bengkak sendi dan gangguan fungsi. Pada OA nyeri biasanya dangkal (dull-pain), penderita mengeluh linu dan pegal; sedangkan pada RA nyeri terasa lebih tajam dan berat (sharp-pain). Penderita RA biasanya lebih cepat pergi ke dokter karena nyerinya yang lebih hebat, sedangkan penderita OA biasanya terlebih dahulu berusaha mengobati sendiri misalnya dengan jamu, diurut atau makan obat bebas. Pada OA nyeri paling berat pada malam hari, pada pagi hari masih nyeri tetapi lebih ringan dan membaik pada siang hari. Pada RA nyeri paling dirasakan pada pagi hari disertai kaku sendi, membaik pada siang hari dan sedikit lebih berat pada malam hari. Kaku sendi merupakan rasa seperti diikat, lebih terasa pada pagi hari dan berkurang setelah digerak-gerakkan, kaku pagi hari (morning stiffness) pada RA terasa lebih berat dan umumnya berlangsung dalam waktu yang lama (lebih dari 1 jam), sedangkan pada OA berlangsung ringan dan singkat, umumnya kurang dari 30 menit.

Bengkak sendi dapat terjadi pada kedua penyakit, tetapi pada RA biasanya lebih menonjol

akibat pembengkakan jaringan lunak (soft tissue swelling) dan sinovitis, sedangkan pada OA

terjadi bila ada inflamasi (akibat pelepasan serpihan rawan sendi ke rongga sendi) atau akibat

efusi sendi. Gangguan fungsi terjadi akibat inflamasi atau akibat deformitas sendi yang dapat

terjadi pada kedua penyakit.

Keluhan sistemik seperti demam, malas, kelelahan, kelemahan otot dan penurunan berat

badan hanya dijumpai pada penderita RA.

3) Pemeriksaan jasmani dan sendi yang terserang Pemeriksaan jasmani pada OA

mendapatkan tanda radang yang tidak nyata (kecuali bila ada inflamasi), tulang sekitar sendi

tampak membesar (bony enlargement), nyeri gerak, krepitus (bunyi gemeretak bila sendi

digerakkan) dan pada stadium lanjut dapat ditemukan deformitas atau subluksasi. Pada RA

umumnya didapatkan tanda inflamasi yang nyata, nyeri tekan, pembengkakan jaringan lunak

(soft-tissue swelling), sendi terabapanas, terbatasnyagerak sendi, sendi yang terserang bilateral

simetris, atrofi otot sekitar sendi dan pada stadium lanjut tenjadi deformitas yang khas dari

subluksasi. Pembengkakan sendi PIP membenikan gambaran fusiform atau spindle shape.

Dengan melihat sendi yang terserang maka dapat dibedakan pada OA ialah sendi Distal

Interfalang (DIP), Proksimal Inter-falang (PIP), Metakarpofalangeal I (MCP I); pada kaki yaitu

Metatarsofalangeal I (MTP I) dan lutut, pinggul, vertebra lumbal dan servikal. Sedan pada RA,

maka sendi DIP tidak pernah terserang, yang terserang ialah sendi PIP, MCP, pergelangan

tangan, siku, bahu, kaki (MTP dan sendi subtalar), pergelangan kaki, lutut, pinggul dan vertebra

servikal (hanya Cl dan C2).

Karena beberapa sendi merupakan predileksi yang sama, makapada stadium awal agak sukar

membedakannya, secara gampang dapat dikatakan RA menyerang lebih banyak sendi,

simetris dan tanda inflamasi sendi lebih menonjol. Deformitas sendi pada RA lebih cepat terjadi,

sedangkan pada OA lebih lambat. Beberapa deformitas khas untuk RA, misalnya pada jari

tangan didapatkan swan-neck-finger, jari boutonniere dan deviasi ke arah ulnar (ulnar deviation)

dan atrofi otot interossei. Sedangkan pada OA dapat ditemukan pembentukan osteofit pada

medial sendi DIP yang disebut nodus Heberden dan pada sendi PIP disebut nodus Bouchard,

dan kadang- kadang membenkan gambaran deformitas snake-like.

4. Manifestasi ekstraartikuler Keadaan ini merupakan gangguan perubahan yang tenjadi di luar

sendi yang sering dijumpai pada penyakit sendi. Pada OA tidak pernah ditemukan adanya

manifestasi ekstraantikuler, se- baliknya pada RA maka keadaan ini sering dijumpai.

Manifestasi esktraantikuler pada RA tersebut antara lain nodul reumatoid di kulit (nodus

subkutan), nodul di jantung dan paru, vaskulitis, episkienitis, miositis, limfadenopati, sindrom

Felty dan sindrom Sjogren.

- PERBEDAAN GAMBARAN LABORATORIK

OA umumnya bukan merupakan penyakit inflamasi sistemik , sehingga gambaran

laboratoniknya dalam batas normal. Laju endap darah tidak pernah meningkat, cairan sendinya

menunjukkan gambaran yang normal. RA menupakan penyakit inflamasi sistemik, sehingga

didapatkan peninggian LED, anemia ringan. Fakton reumatoid positif dan cairan sendi

menunjukkan gambaran inflamasi.

- PERBEDAAN GAMBARAN RADIOLOGI

Pemeriksaan radiologik dapat membantu membedakan kedua penyakit ini, tetapi sulit karena

pada stadium awal belum ditemukan perubahan. Perubahan radiologik pada OA lebih

menunjukkan adanya perubahan degenenatif yang meliputi pembentukan osteofit pada tepi

sendi, sklerosis tulang subkondral, pembentukan kista dan penyempitan celah sendi. Pada RA

stadium awal ditemukan adanya pembengkakan jaringan lunak dan osteoporosis subkondnal

(juxta-artikuler). Pada stadium lebih lanjut ditemukan gambaran permukaan sendi yang tidak

nata akibat enosi sendi, penyempitan celah sendi, subluksasi dan akhirnya ankilosis sendi.

- PERBEDAAN TERAPI

Sebenannya pninsip penatalaksanaan semua penyakit sendi hampir sama yaitu meliputi: 1)

Pnoteksi sendi

2) Diet

3) Medikamentosa

4) Rehabilitasi

5) Pembedahan

6) Psikoterapi Dengan demikian penatalaksanaan RA prinsipnya samapula, hanya. ada

kekhususan tertentu.

Penggunaan medikamentosa pada penyakit reumatik dapat dibagi dalam:

1. Obat analgetik

2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

3. Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD)

4. Kortikosteroid sistemik dan suntikan intra-artikuler.

Prinsip penggunaan analgetik dan OAINS pada OA dan RA adalah sama. Obat ini berguna

untuk menekan nyeri dan inflamasi, tetapi tidak dapat menghentikan perjalanan penyakit OA

dan RA, jadi lebih bersifat simptomatik. Walaupun demikian obat ini masih diperlukan karena

dapat mengurangi keluhan penderita sehinggfa tetap dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

Penderita RA umumnya lebih sering dan lebih banyak menggunakan obat ini karena keluhan

inflamasi sendinya lebih menonjol, dengan demikian efek samping juga lebih sering dijumpai.

Hingga saat ini DMARD baru ditemukan untuk penderita RA. Untuk OA belum ditemukan obat

yang dapat menekan perjalanan penyakitnya. DMARD dapat menekan perjalanan penyakit RA

sampai tahap remisi, penderita selama beberapa waktu dapat bebas dari keluhan inflamasi sendi tanpa menggunaKan obat analgetik atau OAINS, DMARD membu- tuhkan waktu yang

cukup lama, sekitar 6 bulan, agar dapat mencapai efek yang diharapkan, oleh karena itu pada

tahap awal kombinasi DMARD dengan OAINS sangat dianjurkan. DMARD yang sering

digunakan untuk RA ialah Hidroksiklorokuin, Ga- ram emas, D-pennicilamin, salazopirin dan

obat imunosupresif. Kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan untuk penderita OA, karena lebih

banyak efek samping dan efek terapi yang diharapkan. Pada RA,, kortikosteroid sistemik

ternyata tidak dapat menghentikan progresifitas penyakit, sehingga pengguna

annya sebaiknya dibatasi, hanya bersifat simptomatik saja. Penggunaan kortikosteroid hanya

pada kasus berat, yang tidak responsif dengan OAINS dan yang mempunyai kontraindikasi

mutlak dengan OAINS. Pada kasus berat yang ditandai dengan demam tinggi, anemia, berat

badan menurun dengan cepat, neuropati, vaskulitis, perikarditis, pleuritis, skieritis dan sindrom

Felty biasanya diberikan dosis tinggi, yang segera diturunkan bertahap bila gejala berkurang.

Pada penderita yang tidak responsif dengan OAINS, maka dosis yang diberikan biasanya dosis

rendah : metilprednisolon 5-7,5 mg/hari.

Suntikan kortikosteroid intraartikuler dapat dipertimbangkan pada penderita RA dan OA yang

pada 1-2 sendinya masih tetap meradang, pemberian tidak boleh terlalu sering dan hati-hati

pada sendi penopang berat badan.

- KESIMPULAN

Osteoartritis dan Artsitis Reumatoid merupakan dua penyakit yang berbeda, walaupun

keduanya memberikan gejala yang hampir sama. Kedua penyakit ini mempunyai perjalanan

penyakit, penatalaksanaan dan prognosis yang sangat berbeda, Sehingga pengenalan penyakit

ini dengan baik akan menghindari pengobatan yang kurang tepat, baik berlebihan

(overtreatment) atau kurang (undertreatment).

- KEPUSTAKAAN

1. Schumacher HR. Primer on the Rheumatic Disease. Ninth Ed. Arthritis Foundation. Atlanta

GA. 1988. 2. Harry lsbagio. Penyakit Reutnatik 1, Yayasan Penerbit lDl, Jakarta, 1992. 3.

MoskowitzRD. Clinical and Laboratory Findings in Osteoarthritis. In McCarty Diet al

(eds).Arthritis andAllied Condition. A Textbook of Rheumatology. Twelfth ed Philadelphia.,

London: Lea & Fcbiger.

4. Harris ED. The Clinical features of Rheumatoid Arthritis. In Kelley WN (ed): Textbook

Rheumatology. Third ed. Philadelphia: W.B. Saunders 1989. p. 943-74

seorang pria mengeluh kaku sendi jari tangan yang dirasakan setiap pagi atau siang, dan sudah berlangsung 3 minggu setiap hari. Keluhan disertai nyeri saat dipaksa untuk ditekuk dan gerakannya tidak mulus (patah-patah). Kira-kira apa diagnosisnya ya?

Artritis adalah proses peradangan (inflamasi) yang terjadi pada persendian. Ada banyak jenis artritis, namun yang paling umum terjadi ada 3, yaitu osteoartritis (OA), rematoid artritis (RA), dan gouty artritis (GA).

1. Osteoartritis (OA), merupakan jenis artritis yang bersifat degeneratif artinya berjalan sesuai dengan bertambahnya umur, yang mengakibatkan kerusakan pada tulang rawan sendi, yang berkembangnya secara lambat.

2. Rematoid Artritis (RA), merupakan jenis artritis yang terjadi karena suatu proses autoimun, yang biasanya bersifat simetris pada persendian yang terkena.

3. Gouty Artritis (GA), merupakan jenis artritis yang bersifat menahun (kronis) dan ditandai dengan serangan nyeri yang tiba-tiba dan berulang.

Dari ketiga jenis artritis tersebut terdapat persamaan dan perbedaan yang harus kita ketahui untuk mengetahui mana yang merupakan jenis artritis yang kita derita, karena nyeri sendi sering sekali dikeluhkan oleh orang-orang.

Persamaan : Sesuai dengan namanya yaitu artritis yang merupakan suatu proses peradangan, maka semua jenis artritis ini DAPAT menunjukan gejala bengkak, kemerahan, panas pada sendi. Namun yang paling sering ditemukan adalah gejala nyeri pada sendi.

Perbedaan :

Lokasi

1. OA : sendi-sendi besar (yang menanggung beban/berat badan kita), contohnya lutut, tulang belakang, panggul.

2. RA : biasanya sendi-sendi kecil (dan biasanya ≥ 1 sendi), contohnya sendi jari tangan/kaki, pergelangan tangan/kaki, siku, lutut.

3. GA : sendi yang terserang pada GA biasanya tidak spesifik, namun biasanya pada sendi kaki, dan apabila keluhan terletak pada sendi pangkal ibu jari kaki biasanya meningkatkan kemungkinan terjadinya GA.

Epidemiologi :

1. OA : biasanya terjadi pada pasien gemuk, atau orang dengan aktivitas atau olah raga berat seperti pendaki gunung. Wanita dan umur yang lebih dari 50 tahun juga biasanya terkena OA.

2. RA : bisa terjadi pada semua umur, namun paling sering umur 20-50 tahun.

3. GA : faktor keturunan memegang peranan penting, biasanya ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama. Pasien juga biasanya memiliki kebiasaan makan makanan dengan kandungan purin yang tinggi, contohnya jeroan.

Gejala (paling penting mengetahui kapan biasanya nyeri terjadi) :

1. OA : waktu nyeri biasanya saat dipakai berjalan/aktivitas lain, bisa pagi, siang, atau malam hari. Biasanya nyeri akan membaik bila diistirahatkan.

2. RA : biasanya nyeri sendi terjadi pada pagi hari. Nyeri berlangsung lebih dari 1 jam dan berangsur-angsur sembuh. Ada gejala tambahan yang biasanya meningkatkan kecurigaan RA, yaitu bila adanya kaku sendi, disamping nyeri sendi itu sendiri, serta adanya tonjolan-tonjolan. Pasien juga dapat mengalami gejala sistemik seperti demam, lemah, atau nafsu makan yang menurun. Bila didiamkan atau berlangsung secara kronis maka dapat terjadi suatu deformitas atau perubahan bentuk pada tangan atau jari.

3. GA : biasanya nyeri sendi terjadi malam hari atau menjelang pagi hari. Nyeri pada GA bersifat sangat nyeri dan semakin nyeri dengan sedikit saja pergerakan. Nyeri mencapai puncaknya dalam 24 jam, dan hilang spontan dalam waktu 14 hari.

Dari penjelasan mengenai ketiga jenis artritis di atas bila dihubungkan dengan contoh kasus, maka kasus tersebut lebih condong ke RA, karena nyeri dirasakan pagi hari atau sampai siang hari, kemudian ada gejala kaku sendi yang meningkatkan kemungkinan RA.

Masyarakat perlu mengetahui perbedaan dan persamaan dari keempat penyakit sendi diatas. Sama sama nyeri pada sendi namun ternyata memiliki beberapa perbedaan. Pada kesempatan kali ini artikel ini akan menunjukkan letak perbedaan dan persamaan beberapa penyakit yang populer di tengah masyarakat.

OsteoporosisOsteoporosis adalah keadaan ketika tulang menjadi kurang padat atau lebih menyerupai fraktur. Jutaan orang sudah mengalami osteoporosis yang disebabkan oleh massa tulang yang rendah. Pada osteoporosis, terjadi kehilangan jaringan tulang yang menyebabkan kepadatan tulang menurun dan lebih sering disebut tulang mengalami fraktur. Fenomena ini akan berpengaruh pada tinggi badan seseorang, rasa sakit punggung yang hebat, dan perubahan postur tubuh seseorang. Osteoporosis dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berjalan dan dapat menyebabkan cacat yang berkepanjangan atau permanen.

Osteoporosis dikenal sebagai penyakit yang muncul tanpa kejala klinis, karena dapat berkembang dan tidak terdeteksi selama bertahun-tahun. Tidak sedikit penderita mengalami

patah tulang secara tiba-tiba tanpa didahului oleh gejala. Penyakit Osteoporosis dapat dikenali dengan tes kepadatan mineral tulang yang merupakan cara yang aman dan tidak menyakitkan untuk mendeteksi kepadatan tulang yang rendah. Meskipun tidak ada obat untuk penyakit ini, badan pengawas obat dan makanan di Amerika telah menyetujui beberapa obat untuk mencegah dan mengobati osteoporosis. Selain itu, makanan yang kaya kalsium dan vitamin D, latihan beban secara teratur, dan gaya hidup sehat dapat diterapkan mencegah atau mengurangi efek dari penyakit.

ArthritisArthritis adalah istilah umum bagi peradangan (inflamasi) dan pembengkakan mempengaruhi sendi dan jaringan sekitarnya. Sendi adalah bagian tubuh yang menghubungkan tulang-tulang, seperti lutut, pergelangan tangan , jari, jari kaki , dan pinggul. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi penyokong berat badan, seperti lutut dan pinggul. Dua jenis arthritis yang paling umum adalah osteoarthritis dan rheumatoid arthritis.Ada banyak jenis artritis, namun yang paling umum terjadi ada 3, yaitu osteoartritis (OA), rematoid artritis (RA), dan gouty artritis (GA).Osteoartritis (OA), merupakan jenis artritis yang bersifat degeneratif artinya berjalan sesuai dengan bertambahnya umur, yang mengakibatkan kerusakan pada tulang rawan sendi, yang berkembangnya secara lambat.Rematoid Artritis (RA), merupakan jenis artritis yang terjadi karena suatu proses autoimun, yang biasanya bersifat simetris pada persendian yang terkena.Gouty Artritis (GA), merupakan jenis artritis yang bersifat menahun (kronis) dan ditandai dengan serangan nyeri yang tiba-tiba dan berulang.Ketiganya memiliki persamaan sesuai dengan namanya yaitu artritis yang merupakan suatu proses peradangan, maka semua jenis artritis ini dapat menunjukan gejala bengkak, kemerahan, panas pada sendi. Namun yang paling sering ditemukan adalah gejala nyeri pada sendi.Sedangkan ketiganya memiliki perbedaan antara lain:Osteoartritis: terdapat pada sendi-sendi besar (yang menanggung beban/berat badan kita), contohnya lutut, tulang belakang, panggul. Biasanya terjadi pada pasien gemuk, atau orang dengan aktivitas atau olah raga berat seperti pendaki gunung. Wanita dan umur yang lebih dari 50 tahun juga biasanya terkena OA. Waktu nyeri biasanya saat dipakai berjalan/aktivitas lain, bisa pagi, siang, atau malam hari. Biasanya nyeri akan membaik bila diistirahatkanRematoid Artritis: pada umumnya terdapat pada sendi-sendi kecil (dan biasanya ≥ 1 sendi), contohnya sendi jari tangan/kaki, pergelangan tangan/kaki, siku, lutut. Bisa terjadi pada semua umur, namun paling sering umur 20-50 tahun. Biasanya nyeri sendi terjadi pada pagi hari. Nyeri berlangsung lebih dari 1 jam dan berangsur-angsur sembuh. Ada gejala tambahan yang biasanya meningkatkan kecurigaan RA, yaitu bila adanya kaku sendi, disamping nyeri sendi itu sendiri, serta adanya tonjolan-tonjolan. Pasien juga dapat mengalami gejala sistemik seperti demam, lemah, atau nafsu makan yang menurun. Bila didiamkan atau berlangsung secara kronis maka dapat terjadi suatu deformitas atau perubahan bentuk pada tangan atau jari.Gouty Artritis: sendi yang terserang pada GA biasanya tidak spesifik, namun biasanya pada sendi kaki, dan apabila keluhan terletak pada sendi pangkal ibu jari kaki biasanya meningkatkan kemungkinan terjadinya GA. Faktor keturunan memegang peranan penting, biasanya ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama. Pasien juga biasanya memiliki kebiasaan makan makanan dengan kandungan purin yang tinggi, contohnya jeroan. Biasanya nyeri sendi terjadi malam hari atau menjelang pagi hari. Nyeri pada GA bersifat sangat nyeri dan semakin nyeri dengan sedikit saja pergerakan. Nyeri mencapai puncaknya dalam 24 jam, dan hilang spontan dalam waktu 14 hari.

MEMBEDAKAN PENYAKIT REMATOID ARTRITIS, GOUT DAN OSTEOARTRITIS

June 12, 2013 · by antonia ·

Penyakit Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis merupakan penyakit yang menimbulkan peradangan dan rasa sakit pada persendian, namun tahukah Anda apa yang membedakan Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis? Meskipun sama-sama menyerang daerah pensendian, namun ketiganya memiliki definisi, penyebab, faktor risiko, dan penanganan yang berbeda. Ingin tahu lebih jelasnya, yuk simak penjelasan dibawah ini :

Dari definisinya, kita bisa membedakan Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis. Jika penyakit Rematoid Artritis merupakan peradangan sendi yang terjadi akibat serangan dari sistem kekebalan tubuh kita sendiri. Nah, gout sendiri terjadi akibat tubuh terlalu banyak memproduksi asam urat sehingga menumpuk di persendian atau jaringan tubuh lainnya yang mengakibatkan rasa nyeri, pembengkakan dan peradangan. Sedangkan, osteoarthritis sendiri adalah adanya peradangan/inflamasi pada persendian yang terjadi akibat adanya penipisan atau kerusakan pada tulang rawan yang memiliki fungsi sebagai bantalan tulang.

Dilihat dari penyebabnya, maka akan diketahui apa saja yang bisa membedakan Penyakit Rematoid Artritis, Gout dan Osteoartritis. Ingin tahu lebih jelas, yuk simak beberapa penyebab ketiga penyakit berikut ini.

Penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui secara jelas, ada yang mengatakan karena faktor keturunan (genetic), namun dicurigai akibat adanya virus, bakteri, dan jamur yang membuat imunitas tubuh menyerang bagian yang salah pada jaringan tubuh dan mengakibatkan peradangan. Penyebab penyakit gout adalah meningkatnya kadar asam urat dalam darah akibat mengonsumsi makanan yang mengandung purin secara berlebihan. Selain itu, masih ada beberapa faktor penyebab lainnya, diantaranya : obesitas, konsumsi alkhohol secara berlebihan, diet tinggi purin, konsumsi minuman tinggi fruktosa, penderita ginjal kronis, hipertensi, dan pengguna obat diuretik rutin, dan lain-lain. Nah, yang menjadi penyebab dari penyakit osteoatritis sendiri, diantaranya adalah kelainan bawaan sejak lahir, gangguan hormonal, obesitas, diabetes, asam urat, dan adanya pembedahan pada persendian yang mengakibatkan trauma.

Faktor risiko terbesar penyakit Artritis Reumatoid adalah wanita dari berbagai ras dari kusia 20 tahun hingga 50 tahun. Untuk memperkuat diagnosis Artritis Reumatoid, maka perlu dilakukan pemeriksaan darah, pemeriksaan cairan sendi, biopsi nodul dan rontgen yang bisa memberikan petunjuk tentang adanya perubahan pada persendian. Langkah yang bisa dilakukan adalah mengistirahatkan sendi, untuk pengobatan, biasanya akan diberikan obat anti peradangan non steroid, dan beberapa obat lainnya tergantung tingkat keparahan.

Penyakit gout bisa menyerang siapa saja, baik tua maupun muda. Untuk memperkuat diagnosis, Anda bisa melakukan tes darah dan uji fluida. Sedangkan pengobatan bisa dilakukan dengan mengistirahatkan bagian tubuh yang sakit dan mengurangi makanan yang mengandung purin. Sedangkan faktor risiko penyakit osteoarthritis adalah semua orang yang berumur diatas 40 tahun, dimana susunan protein dalam tulang rawan mulai berkurang. Untuk memperkuat diagnosis osteoarthritis adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik, rontgen, pemeriksaan cairan sendi, dan tes darah. Sedangkan pengobatan sendiri bisa dilakukan adalah untuk mengurangi rasa sakit, namun jika kondisi kerusakan sangat parah, maka tindakan pembedahan bisa dilakukan.

OSTEOARTRITIS DAN ARTRITIS REURNATOID (PERBEDAAN PATOGENESIS, GAMBARAN KLINIS DAN TERAPI)

diposting oleh erlian-ff07 pada 13 April 2013di a. Bahan Penunjang Kuliah - 0 komentar

Osteoartritis dan Artritis Reurnatoid  (Perbedaan Patogenesis, Gambaran Klinis dan Terapi)

Osteoartritis (OA) dan artritis reumatoid (RA) merupakan jenis penyakit reumatik yang sering dijumpai. Hingga kini dikenal lebih dari 100 jenis penyakit reumatik, tetapi hanya beberapa di antaranya yang sering dijumpai, termasuk kedua penyakit yang tersebut di atas. Dulu dua jenis penyakit yang berbeda ini sering dianggap sebagai satu penyakit, dan sering terjadi salah diagnosis sehingga merugikan si pasien. Di samping itu kedua penyakit ini dapat ditemukan bersama-sama/sekaligus pada seorang pasien, sehingga makin membingungkan dokter pemeriksa.

PATOGENESIS

OA yang dikenal sebagai penyakit sendi degenerative mempunyai kelainan primer pada rawan sendi (cartilage), sedangkan RA mempunyai kelainan primer pada sinovial. Secara mudah dapat dijelaskan bahwa pada OA, proses degeneratif pada awalnya menyebabkan perubahan biokimiawi pada rawan sendi yang akhirnya menyebabkan integritas rawan sendi terganggu, sehingga akan terjadi penipisan rawan sendi sampai akhirnya rawan sendi habis. Perubahan dan awal sampai akhir berlangsung sangat lambat, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tercapainya stadium akhir yang ditandai dengan deformitas sendi.

Gejala inflamasi sendi tidak mendominasi perjalanan penyakit, inflamasi baru tampak bila

terjadi pelepasan serpihan rawan sendi ke dalam rongga sendi. Pada RA perubahan patologik

yang menonjol adalah inflamasi sinovia (sinovitis). Penyebab sinovitis ini belum diketahui

dengan pasti, tetapi faktor imunologik sangat berperan.

 

Akibat sinovitis akan terjadi keadaan:

1) Dilepaskannya berbagai macam komponen destruktif akibat proses inflamasi ke dalam

rongga sendi yang dapat mengakibatkan kerusakan rawan sendi.

2) Terjadi hiperplasi jaringan granulasi akibat sinovitis, Sehingga menebal dan membentuk

pannus. Pannus ini sangat destruktif, akan menyebabkan pula kerusakan rawan sendi. Akibat

kedua keadaan tadi maka gejala inflamasi sendi akan mendominasi perjalanan penyakit,

penyakit sangat progresif dan dalam waktu singkat sudah terjadi deformitas sendi.

Dengan mengenal patogenesis kedua penyakit tersebut sebenarnya secara kasar dengan

segera dapat dibedakan, tetapi pada beberapa keadaan, terutama pada stadium awal, terdapat

kendala untuk membedakannya; dengan demikian diperlukan pengamatan klinik, laboratorik

dan radiologik yang lebih cermat.

- PERBEDAAN GAMBARAN KLINIK

1) Umur, jenis kelamin, onset penyakit OA biasanya dimulai pada usia sekitar 50 tahun,

walaupun kadang-kadang dapat ditemukan pada usia yang lebih muda, sedangkan onset

penyakit RA umumnya lebih muda yaitu sekitar 30-50 tahun, walaupun tidak jarang baru dijumpai pada usia lebih tua. Kedua penyakit lebih sering ditemukan pada wanita, tetapi pada RA wanita lebih dominan dengan perbandingan wanita : pria = 3: 1. Onset kedua penyakit

terjadi secara bertahap, makin lama makin berat, RA biasanya berjalan lebih progresif sedangkan OA berlangsung lebih lambat. 2) Keluhan penderita Sebagaimana halnya dengan penyakit reumatik pada umumnya, maka keluhan penderita pada kedua penyakit tersebut me- liputi nyeri sendi, kaku sendi, bengkak sendi dan gangguan fungsi. Pada OA nyeri biasanya dangkal (dull-pain), penderita mengeluh linu dan pegal; sedangkan pada RA nyeri terasa lebih tajam dan berat (sharp-pain). Penderita RA biasanya lebih cepat pergi ke dokter karena nyerinya yang lebih hebat, sedangkan penderita OA biasanya terlebih dahulu berusaha mengobati sendiri misalnya dengan jamu, diurut atau makan obat bebas. Pada OA nyeri paling berat pada malam hari, pada pagi hari masih nyeri tetapi lebih ringan dan membaik pada siang hari. Pada RA nyeri paling dirasakan pada pagi hari disertai kaku sendi, membaik pada siang hari dan sedikit lebih berat pada malam hari. Kaku sendi merupakan rasa seperti diikat, lebih terasa pada pagi hari dan berkurang setelah digerak-gerakkan, kaku pagi hari (morning stiffness) pada RA terasa lebih berat dan umumnya berlangsung dalam waktu yang

lama (lebih dari 1 jam), sedangkan pada OA berlangsung ringan dan singkat, umumnya kurang dari 30 menit.

Bengkak sendi dapat terjadi pada kedua penyakit, tetapi pada RA biasanya lebih menonjol

akibat pembengkakan jaringan lunak (soft tissue swelling) dan sinovitis, sedangkan pada OA

terjadi bila ada inflamasi (akibat pelepasan serpihan rawan sendi ke rongga sendi) atau akibat

efusi sendi. Gangguan fungsi terjadi akibat inflamasi atau akibat deformitas sendi yang dapat

terjadi pada kedua penyakit.

Keluhan sistemik seperti demam, malas, kelelahan, kelemahan otot dan penurunan berat

badan hanya dijumpai pada penderita RA.

3) Pemeriksaan jasmani dan sendi yang terserang Pemeriksaan jasmani pada OA

mendapatkan tanda radang yang tidak nyata (kecuali bila ada inflamasi), tulang sekitar sendi

tampak membesar (bony enlargement), nyeri gerak, krepitus (bunyi gemeretak bila sendi

digerakkan) dan pada stadium lanjut dapat ditemukan deformitas atau subluksasi. Pada RA

umumnya didapatkan tanda inflamasi yang nyata, nyeri tekan, pembengkakan jaringan lunak

(soft-tissue swelling), sendi terabapanas, terbatasnyagerak sendi, sendi yang terserang bilateral

simetris, atrofi otot sekitar sendi dan pada stadium lanjut tenjadi deformitas yang khas dari

subluksasi. Pembengkakan sendi PIP membenikan gambaran fusiform atau spindle shape.

Dengan melihat sendi yang terserang maka dapat dibedakan pada OA ialah sendi Distal

Interfalang (DIP), Proksimal Inter-falang (PIP), Metakarpofalangeal I (MCP I); pada kaki yaitu

Metatarsofalangeal I (MTP I) dan lutut, pinggul, vertebra lumbal dan servikal. Sedan pada RA,

maka sendi DIP tidak pernah terserang, yang terserang ialah sendi PIP, MCP, pergelangan

tangan, siku, bahu, kaki (MTP dan sendi subtalar), pergelangan kaki, lutut, pinggul dan vertebra

servikal (hanya Cl dan C2).

Karena beberapa sendi merupakan predileksi yang sama, makapada stadium awal agak sukar

membedakannya, secara gampang dapat dikatakan RA menyerang lebih banyak sendi,

simetris dan tanda inflamasi sendi lebih menonjol. Deformitas sendi pada RA lebih cepat terjadi,

sedangkan pada OA lebih lambat. Beberapa deformitas khas untuk RA, misalnya pada jari

tangan didapatkan swan-neck-finger, jari boutonniere dan deviasi ke arah ulnar (ulnar deviation)

dan atrofi otot interossei. Sedangkan pada OA dapat ditemukan pembentukan osteofit pada

medial sendi DIP yang disebut nodus Heberden dan pada sendi PIP disebut nodus Bouchard,

dan kadang- kadang membenkan gambaran deformitas snake-like.

4. Manifestasi ekstraartikuler Keadaan ini merupakan gangguan perubahan yang tenjadi di luar

sendi yang sering dijumpai pada penyakit sendi. Pada OA tidak pernah ditemukan adanya

manifestasi ekstraantikuler, se- baliknya pada RA maka keadaan ini sering dijumpai.

Manifestasi esktraantikuler pada RA tersebut antara lain nodul reumatoid di kulit (nodus

subkutan), nodul di jantung dan paru, vaskulitis, episkienitis, miositis, limfadenopati, sindrom

Felty dan sindrom Sjogren.

- PERBEDAAN GAMBARAN LABORATORIK

OA umumnya bukan merupakan penyakit inflamasi sistemik , sehingga gambaran

laboratoniknya dalam batas normal. Laju endap darah tidak pernah meningkat, cairan sendinya

menunjukkan gambaran yang normal. RA menupakan penyakit inflamasi sistemik, sehingga

didapatkan peninggian LED, anemia ringan. Fakton reumatoid positif dan cairan sendi

menunjukkan gambaran inflamasi.

- PERBEDAAN GAMBARAN RADIOLOGI

Pemeriksaan radiologik dapat membantu membedakan kedua penyakit ini, tetapi sulit karena

pada stadium awal belum ditemukan perubahan. Perubahan radiologik pada OA lebih

menunjukkan adanya perubahan degenenatif yang meliputi pembentukan osteofit pada tepi

sendi, sklerosis tulang subkondral, pembentukan kista dan penyempitan celah sendi. Pada RA

stadium awal ditemukan adanya pembengkakan jaringan lunak dan osteoporosis subkondnal

(juxta-artikuler). Pada stadium lebih lanjut ditemukan gambaran permukaan sendi yang tidak

nata akibat enosi sendi, penyempitan celah sendi, subluksasi dan akhirnya ankilosis sendi.

- PERBEDAAN TERAPI

Sebenannya pninsip penatalaksanaan semua penyakit sendi hampir sama yaitu meliputi: 1)

Pnoteksi sendi

2) Diet

3) Medikamentosa

4) Rehabilitasi

5) Pembedahan

6) Psikoterapi Dengan demikian penatalaksanaan RA prinsipnya samapula, hanya. ada

kekhususan tertentu.

Penggunaan medikamentosa pada penyakit reumatik dapat dibagi dalam:

1. Obat analgetik

2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

3. Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs (DMARD)

4. Kortikosteroid sistemik dan suntikan intra-artikuler.

Prinsip penggunaan analgetik dan OAINS pada OA dan RA adalah sama. Obat ini berguna

untuk menekan nyeri dan inflamasi, tetapi tidak dapat menghentikan perjalanan penyakit OA

dan RA, jadi lebih bersifat simptomatik. Walaupun demikian obat ini masih diperlukan karena

dapat mengurangi keluhan penderita sehinggfa tetap dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

Penderita RA umumnya lebih sering dan lebih banyak menggunakan obat ini karena keluhan

inflamasi sendinya lebih menonjol, dengan demikian efek samping juga lebih sering dijumpai.

Hingga saat ini DMARD baru ditemukan untuk penderita RA. Untuk OA belum ditemukan obat

yang dapat menekan perjalanan penyakitnya. DMARD dapat menekan perjalanan penyakit RA

sampai tahap remisi, penderita selama beberapa waktu dapat bebas dari keluhan inflamasi sendi tanpa menggunaKan obat analgetik atau OAINS, DMARD membu- tuhkan waktu yang

cukup lama, sekitar 6 bulan, agar dapat mencapai efek yang diharapkan, oleh karena itu pada

tahap awal kombinasi DMARD dengan OAINS sangat dianjurkan. DMARD yang sering

digunakan untuk RA ialah Hidroksiklorokuin, Ga- ram emas, D-pennicilamin, salazopirin dan

obat imunosupresif. Kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan untuk penderita OA, karena lebih

banyak efek samping dan efek terapi yang diharapkan. Pada RA,, kortikosteroid sistemik

ternyata tidak dapat menghentikan progresifitas penyakit, sehingga pengguna

annya sebaiknya dibatasi, hanya bersifat simptomatik saja. Penggunaan kortikosteroid hanya

pada kasus berat, yang tidak responsif dengan OAINS dan yang mempunyai kontraindikasi

mutlak dengan OAINS. Pada kasus berat yang ditandai dengan demam tinggi, anemia, berat

badan menurun dengan cepat, neuropati, vaskulitis, perikarditis, pleuritis, skieritis dan sindrom

Felty biasanya diberikan dosis tinggi, yang segera diturunkan bertahap bila gejala berkurang.

Pada penderita yang tidak responsif dengan OAINS, maka dosis yang diberikan biasanya dosis

rendah : metilprednisolon 5-7,5 mg/hari.

Suntikan kortikosteroid intraartikuler dapat dipertimbangkan pada penderita RA dan OA yang

pada 1-2 sendinya masih tetap meradang, pemberian tidak boleh terlalu sering dan hati-hati

pada sendi penopang berat badan.

- KESIMPULAN

Osteoartritis dan Artsitis Reumatoid merupakan dua penyakit yang berbeda, walaupun

keduanya memberikan gejala yang hampir sama. Kedua penyakit ini mempunyai perjalanan

penyakit, penatalaksanaan dan prognosis yang sangat berbeda, Sehingga pengenalan penyakit

ini dengan baik akan menghindari pengobatan yang kurang tepat, baik berlebihan

(overtreatment) atau kurang (undertreatment).

- KEPUSTAKAAN

1. Schumacher HR. Primer on the Rheumatic Disease. Ninth Ed. Arthritis Foundation. Atlanta

GA. 1988. 2. Harry lsbagio. Penyakit Reutnatik 1, Yayasan Penerbit lDl, Jakarta, 1992. 3.

MoskowitzRD. Clinical and Laboratory Findings in Osteoarthritis. In McCarty Diet al

(eds).Arthritis andAllied Condition. A Textbook of Rheumatology. Twelfth ed Philadelphia.,

London: Lea & Fcbiger.

4. Harris ED. The Clinical features of Rheumatoid Arthritis. In Kelley WN (ed): Textbook

Rheumatology. Third ed. Philadelphia: W.B. Saunders 1989. p. 943-74.

SUMBER : CERMIN DUNIA KESEHATAN

SIMVASTATIN

Simvastatin 10 mg (1 box berisi 3 strip @ 10 tablet), No. Reg : GKL0108504917A1.

 

.: Farmakologi :.

Simvastatin merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol (hipolidemik) dan merupakan hasil sintesa dari hasil fermentasi Aspergillus terreus. Secara invivo simvastatin akan dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut adalah dengan cara menghambat kerja 3-Hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase), dimana enzim ini mengkatalisa perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesa kolesterol.

 

.: Indikasi :.

Terapi dengan “lipid-altering agents” dapat dipertimbangkan penggunaannya pada individu yang mengalami peningkatan resiko “artherosclerosis” vaskuler yang

disebabkan oleh hiperkolesterolemia.

Terapi dengan “lipid-altering agents” merupakan penunjang pada diet ketat, bila respon terhadap diet dan pengobatan non-farmakologi tunggal lainnya tidak memadai.

Penyakit jantung koroner.Pada penderita dengan penyakit jantung koroner dan hiperkolesterolemia, simvastatin diindikasikan untuk :

o Mengurangi resiko mortalitas total dengan mengurangi kematian akibat penyakit jantung koroner.

o Mengurangi resiko infark miokardial non fatal.

o Mengurangi resiko pada pasien yang menjalani prosedur revaskularisasi miokardial.

Hiperkolesterolemia.Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer (Tipe IIa dan IIb).

Rekomendasi umum :Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, agar disingkirkan terlebih dahulu penyebab sekunder dari hiperkolesterolemia (seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol, hipotiroid, sindrom nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, terapi dengan obat lain, alkoholism), dan lakukan pengukuran profil kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida (TG).

 

.: Kontra Indikasi :.

Hipersensitif terhadap simvastatin atau komponen obat.

Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum yang menetap yang tidak jelas penyebabnya.

Wanita hamil dan menyusui.

 

.: Dosis :.

Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama pengobatan dengan simvastatin.

Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal pada malam hari. Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum 40 mg sehari sebagai dosis tunggal malam hari. Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita.

Pasien yang diobati dengan immunosupresan bersama HMG Co-A reduktase

inhibitor, agar diberikan dosis simvastatin terendah yang dianjurkan.

Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma turun dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.

Penderita gangguan fungsi ginjal : tidak diperlukan penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak diekskresikan melalui ginjal secara bermakna. Walaupun demikian, hati-hati pemberian pada insufisiensi ginjal parah, dosis awal 5 mg sehari dan harus dipantau ketat.

Terapi bersama obat lain : simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal atau bersamaan dengan “bile-acid sequestrants”.

 

.: Efek Samping :.

Abdominal pain, konstipasi, flatulens, astenia, sakit kepala, miopati, rabdomiolisis. Pada kasus tertentu terjadi angioneurotik edema.

Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada golongan obat ini :

o Neurologi : disfungsi saraf cranial tertentu, tremor, pusing, vertigo, hilang ingatan, parestesia, neuropati perifer, kelumpuhan saraf periferal.

o Reaksi hipersensitif : anafilaksis, angioedema, trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik.

o Gastrointestinal : anoreksia, muntah.

o Kulit : alopecia, pruritus.

o Reproduksi : ginekomastia, kehilangan libido, disfungsi ereksi.

o Mata : mempercepat katarak, optalmoplegia.

 

.: Peringatan dan Perhatian :.

Selama terapi dengan simvastatin harus dilakukan pemeriksaan kolesterol secara periodik. Pada pasien yang mengalami peningkatan kadar serum transaminase, perhatian khusus berupa pengukuran kadar serum transaminase harus dilakukan jika terjadi peningkatan yang menetap (hingga 3 kali batas normal atas) pengobatan segera dihentikan.

Dianjurkan melakukan tes fungsi hati sebelum pengobatan dimulai, 6 dan 12 minggu setelah pengobatan pertama, dan berikutnya secara periodik (misalnya secara semianual).

Hati-hati penggunaan pada pasien alkoholism dan / atau yang mempunyai riwayat penyakit hati.

Pada penggunaan jangka panjang dianjurkan melakukan tes laboratorium secara

periodik tiap 3 bulan untuk menentukan pengobatan selanjutnya.

Terapi dengan simvastatin harus dihentikan sementara atau tidak dilanjutkan pada penderita dengan miopati akut dan parah atau pada penderita dengan resiko kegagalan ginjal sekunder karena rabdomiolisis atau terjadi kenaikan “creatinin phosphokinase” (CPK).

Penderita agar segera memberitahukan kepada dokter apabila terjadi nyeri otot yang tidak jelas, otot terasa lemas dan lemah.

Simvastatin tidak diindikasikan dimana hipertrigliseridemia merupakan kelainan utama (misalnya hiperlipidemia tipe I, IV dan V).

Keamanan dan efektivitas pada anak-anak dan remaja belum pasti.

 

.: Interaksi Obat :.

Pemakaian bersama-sama dengan immunosupresan, itrakonazol, gemfibrozil, niasin dan eritromisin dapat menyebabkan peningkatan pada gangguan otot skelet (rabdomiolisis dan miopati).

Dengan antikoagulan kumarin dapat memperpanjang waktu protrombin.

Antipirin, propanolol, digoksin

Simvastatin merupakan salah satu obat yang bersifat HMG CoA reductase inhibitors. Reductase inhibitors merupakan salah satu fungsi pengendalian enzym tubuh melalui serangkaian reaksi biokimia dan pemecahan enzym. Fungsi dari reductase inhibitors dalam pengendalian kolesterol adalah menghambat kinerja enzym pro-mevalonat. Di dalam tubuh, terutama hati enzym pro-mevalonat merupakan suatu enzym yang berguna untuk mengubah nutrisi makanan yang mengandung lemak ataupun bahan dasar kolesterol menjadi kolesterol. Karena fungsi simvastatin yang efektif ini maka tidak mengherankan apabila MENGATASI KOLESTEROL DENGAN SIMVASTATIN banyak dipilih oleh sebagian besar penderita kolesterol.

KEUNTUNGAN PENGGUNAAN SIMVASTATIN

Terdapat banyak sekali keuntungan yang akan didapatkan ketika memutuskan untuk MENGATASI KOLESTEROL DENGAN SIMVASTATIN. Beberapa keuntungannya yaitu:

Artherosclerosis Penggunaan simvastatin dapat digunakan untuk mengurangi resiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah arteri karena penumpukan kolesterol dalam dinding arteri darah. Penumpukan kolesterol LDL dalam arteri darah disebabkan karena rendahnya kadar HDL yang berfungsi mengangkut kembali LDL tak terpakai ke organ hati.

Penunjang dietMetode diet untuk mengurangi kadar kolesterol akan mendapatkan hasil yang lebih efektif ketika dikombinasikan dengan mengkonsumsi simvastatin. Diet yang dilakukan memang bertujuan untuk mengurangi asupan makanan yang mengandung kolesterol tinggi. Namun demikian, beberapa jenis

makanan yang dikonsumsi memang mengandung kolesterol, sehingga penggunaan simvastatin bermanfaat untuk mencegah terjadinya pembentukan kolesterol dalam hati.

Trigliserol dan LDLPenggunaan obat simvastatin juga dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol total, termasuk diantaranya adalah trigleserol yang merupakan lemak alami dan LDL yang merupakan kolesterol jahat. Tingginya kadar kolesterol LDL dalam darah akan berpotensi menyebabkan resiko terjadi penyumbatan pada arteri darah menjadi lebih tinggi.

Berbagai umurPenggunaan simvastatin memang cocok dikonsumsi semua umur tanpa memperhitungkan jenis kelamin.

Walaupun terdapat banyak keuntungan MENGATASI KOLESTEROL DENGAN SIMVASTATIN, namun penggunaannya juga tidak dapat sembarangan, karena berpotensi menimbulan efek samping yang dapat membahayakan penggunanya. Beberapa efek samping berbahaya penggunaan simvastatin diantaranya adalah gangguan fungsi syaraf dan seksual. Pada beberapa kasus efek samping yang ditimbulkan adalah kehilangan ingatan hingga kelumpuhan syaraf. Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk mengkonsumsi obat, biasakan selalu konsultasi dengan dokter Anda terlebih dahulu. Semoga artikel ini bermanfaat.

Komposisi

Tiap tablet salut selaput mengandung :

Simvastatin...........................................10mg

Cara Kerja Obat

Simvastatin merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol (hipolipidemik) dan merupakan hasil sintesa dari hasil fermentasi Aspergillus Tarreus. Secara invivo simvastatin akan dihidrolisa menjadi metabolik aktif. Makanisme karja dari metabolik aktif tersebut adalah dengan cara menghambat kerja 3-Hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase), dimana enzim ini mengakatalisa perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah awal sintesa kolestrol.

Indikasi

         Terapi dengan “lipid-aftering egents” dapat dipertimbangkan penggunaannya pada indivdu yang mengalami peningkatan resiko atherosklerosis vaskular yang disebabkan oleh hiperkolesterolemia.

         Terapi dengan “lipid-aftering agents” merupakan penunjang pada diet ketat, bila respon terhadap diet dan pengobatan non farmkologi tunggal lainnya tidak memadai.

         Penyakit jantung koronerPada penderita dengan penyakit jantung koroner dan hiperkolesterolemia, simvastatin diindikasikan untuk :

a.       Penggunaan resiko mortalitas total dengan mengurangi kematian akibat penyakit koroner

b.      Mengurangi resiko miokardial infarktion non fatalc.       Mengurangi resiko pada pasien yang manjalani prosedur revaskularisasi

miokardial.         Hiperkolesterolemia

Menrurunkan kadar kelesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer (tipe IIa dan Iib).

Rekomendasi umum :

Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, agar disengkirkan terlebih dahulu penyebab sekunder dari hiperkolesterolemia (seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol, hipotiroid, sindrom nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, terapi dengan obat lain, alkoholisme), dan lakukan pengukuran profil kolesterol total, kolesterol LDL dan trigiserida (TG).

Kontra Indikasi

         Hipersensitifitas terhadap simvastatin atau komponen obat         Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum yang menetap yang tidak

jels penyebabnya.         Wanita hamil dan menyusui

Dosis

Pasien harus melakukan diet pengurangan kelosterol sebelum dan selama pengobatan simvastatin.

         Dosis awal yang dianjurkan 5-10mg sehari sebagai dosis tunggal pada malam hari. Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5mg sehari.pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimal 40mg sehari sebagai dosis tunggal pada pada malam hari. Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita.

         Pasien yang diobati dengan immunosepresan bersama HMG Co-A reduktase inhibitor, agar diberikan dosis simvastatin terendah yang dianjurkan.

         Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75mg/dl (1,94mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma turun dibawah 140mg/dl (3,6mmol/l) maka perlu dipertimbangkan pengurangn dosis simvastatin.

         Penderita gangguan fungsi ginjal : tidak diperlukan penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak diekresikan melalui ginjal secara bermakna. Walaupun demikian, hati-hati pemberian pada insufisiensi ginjal parah, dosis awal 5mg sehari dan harus dipantau ketat.

         Terapi bersama obat lain : simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal atau bersamaan dengan “bile-acid sequestrants”.

Efek Samping

         Abdomial pain, konstipasi flatulens, astenia, sakit kepala, miopati, rabdomiolisis, pada kasus tertentu terjadi angioneurotic edema.

         Efek sampaing lain yang pernah dilaporkan pada golongan obat ini adalah :a.       Neuroogi : disfungsi saraf kranial tertentu, tremor, pusing vertigo, hilang

ingatan, parastesia, neuropati perifer, kelumpuhan saraf periferal.b.      Reaksi hipersensitif : anafilaksis, angioedema, trombositopenia, leucopennia,

anemia hemolitikc.       Gastointestinal : anoreksia, muntah d.      Kulit : alopecia, prurituse.      Reproduksi : ginekomastia, kehilangan libido, disfungsi ereksi

f.        Mata : mempercepat katarak, ophtalmoplegia.Peringatan Dan Perhatian

         Selama terapi dengan simvastatin harus dilakukan pemeriksaan kolesterol secara periodik . pada pasien yang mengalami peningkatan kadar serum transeminase, perhatian khusus berupa pengukuran khusus kadar transeminase harus dilakukan jika terjadi peningkatan yang menetap (hingga 3 kali batas normal atas) pengobatan segera dihentikan.

         Dianjurkan melakukan tes fungsi hati sebelum pengobatan dimulai, 6 dan 12 minggu setelah pengobatan pertama, dan berikutnya secara periodik (misalnya secara semianual)

         Hati-hati penggunaan pada pasien alkoholism dan atau mempunyai riwayat penyakit hati

         Pada penggunaan jangka panjang dianjurkan menggunakan tes laboratorium secara periodik tiap 3 bulan untuk mengetahui pengobatan selanjutnya.

         Terapi dengan simvastatin harus dihentikan sementara atau tidak dilanjutkan dengan penderita dengan miopati akut dan parah atau pada penderita dengan resiko kegagalan ginjal skunder karena rabdomiolisis atau terjadinya kenaikan kreatinin phosphokinasse (CPK).

         Penderita agar segera memberitahukan kepada dokter apabila terdapat nyeri otot yang tidak jelas dan otot terasa lemah

         Simvastatin tidak efektif pada pasien dengan “homozygous familial hiperkolesterolemia”

         Simvastatin tidak diindikasikan dimana hipertrigliseridemia merupakan kelainan utama (misalnya hiperlipidemia tipe I,IV, dan V)

         Keamanan dan efektifitas pada anak-anak dan remaja belum pasti.

Interaksi Obat

         Pemakaian bersama-sama dengan immunosupresan, itrakonazole, gemfibrozil, niasin dan eritromisin dapat menyebabkan peningkatan gangguan otot skelet(rabdomiolisis dan miopati)

         Dengan antikoagulan kumarin dapat memperpanjang waktu protrombin.         Antipirin, propanolol, digoksin.

simvastatin

Simvastatin adalah kelompok obat yang disebut HMG CoA (hydroxymethylglutaryl-CoA) reductase inhibitors, atau merupakan senyawa antilipemik. Simvastatin menurunkan kadar kolesterol “jahat” dalam darah (low-density lipoprotein atau LDL) dan triglyceride di dalam darah dan meningkatkan kadar kolesterol “baik” (high-density lipoprotein atau HDL). Simvastatin digunakan untuk menurunkan kolesterol dan triglyceride (sejenis lemak) di dalam darah. Simvastatin digunakan untuk menurunkan risiko stroke, serangan jantung, dan komplikasi jantung lain pada mereka dengan diabetes, sakit jantung koroner, atau faktor risiko lainnya.

Pada kasus yang langka, simvastatin dapat menyebabkan kondisi yang menghasilkan kerusakan otot jaringan tulang, menyebabkan gagal ginjal. Jika sedang mengkonsumsi obat ini hindari makan makanan yang tinggi lemak atau kolesterol. Simvastatin tidak akan efektif

untuk menurunkan kolesterol jika pola makan tidak dijaga. Hindari minuman alkohol. Obat ini dapat meningkatkan kadar triglyceride dan dapat meningkatkan risiko kerusakan hati.

Ada banyak obat yang dapat meningkatkan risiko masalah medis serius jika penggunaanya bersamaan dengan simvastatin. Simvastatin merupakan sebagian dari program pengobatan lengkap yang juga termasuk pola makan, olahraga, dan kontrol berat badan.

2. Rumus kimia dan struktur

Nama IUPAC                : (1S,3R,7S,8S,8aR)-8-{2-[(2R,4R)-4-hydroxy-6-oxotetrahydro-2H-pyran-2-yl]ethyl}-3,7-dimethyl-1,2,3,7,8,8a-hexahydronaphthalen-1-yl 2,2-dimethylbutanoate.

Rumus kimia                  : C25H38O5

Rumus struktur :

rumus struktur rumus struktur 3D

Golongan / kelas terapi : Obat Kardiovaskuler

3. Kegunaan

1. Terapi dengan “lipid-altering agents” dapat dipertimbangkan penggunaannya pada individu yang mengalami peningkatan resiko “artherosclerosis” vaskuler yang disebabkan oleh hiperkolesterolemia.

2. Terapi dengan “lipid-altering agents” merupakan penunjang pada diet ketat, bila respon terhadap diet dan pengobatan non-farmakologi tunggal lainnya tidak memadai.

3. Penyakit jantung koroner.

4. Pada penderita dengan penyakit jantung koroner dan hiperkolesterolemia, simvastatin diindikasikan untuk :

ü  Mengurangi resiko mortalitas total dengan mengurangi kematian akibat penyakit jantung koroner.

ü  Mengurangi resiko infark miokardial non fatal.

ü  Mengurangi resiko pada pasien yang menjalani prosedur revaskularisasi miokardial.

1. Hiperkolesterolemia.Menurunkan kadar kolesterol total dan LDL pada penderita hiperkolesterolemia primer (Tipe IIa dan IIb).

Rekomendasi umum :

Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, agar disingkirkan terlebih dahulu penyebab sekunder dari hiperkolesterolemia (seperti diabetes melitus yang tidak terkontrol, hipotiroid, sindrom nefrotik, disproteinemia, penyakit hati obstruktif, terapi dengan obat lain, alkoholism), dan lakukan pengukuran profil kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida (TG).

1. Hipersensitif terhadap simvastatin atau komponen obat.2. Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum yang menetap yang tidak

jelas penyebabnya.

3. Wanita hamil dan menyusui.

4. Dosis

Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama pengobatan dengan simvastatin.

Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal pada malam hari. Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan sampai sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum 40 mg sehari sebagai dosis tunggal malam hari. Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita.

Pasien yang diobati dengan immunosupresan bersama HMG Co-A reduktase inhibitor, agar diberikan dosis simvastatin terendah yang dianjurkan.

Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau kadar total kolesterol plasma turun dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka perlu dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.

Penderita gangguan fungsi ginjal : tidak diperlukan penyesuaian dosis, karena simvastatin tidak diekskresikan melalui ginjal secara bermakna. Walaupun demikian, hati-hati pemberian pada insufisiensi ginjal parah, dosis awal 5 mg sehari dan harus dipantau ketat.

Terapi bersama obat lain : simvastatin efektif diberikan dalam bentuk tunggal atau bersamaan dengan “bile-acid sequestrants”.

5. mekanisme aksi

Simvastatin adalah turunan metilasi dari lovastatin yang bekerja secara kompetitif menghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A (HMG-CoA) reduktase, enzim yang sangay berperan dalam katalisasi biosíntesis colesterol.

Farmakodinamik :

Simvastatin analog 3-Hidroksi-3-metilglutarat, suatu precursor kolesterol  dan merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol (hipolipidemik). Simvastatin merupakan hasil sintesa dari hasil fermentasi Aspergillus terreus. Secara invivo simvastatin akan dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut adalah dengan cara menghambat kerja 3-Hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase),

dimana enzim ini mengkatalisa perubahan HMG Co-A menjadi asam mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesa kolesterol.

Penghambat HMG Co-A reduktase menghambat sintesis kolesterol di hati dan hal ini akan menurunkan kadar LDL plasma. Menurunnya kadar kolesterol akan menimbulkan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan potensial obat ini.

Kolesterol menekan transkripsi tiga jenis gen yang mengatur sintesis HMG Co-A sintase, HMG Co-A reduktase dan reseptor LDL. Menurunnya sintesis kolesterol oleh penghambat HMG Co-A reduktase akan menghilangkan hambatan ekspresi tiga jenis gen tersebut di atas, sehingga aktivitas sintesis kolesterol meningkat secara kompensatoir. Hal ini menyebabkan penurunan sintesis kolesterol oleh penghambat HMG Co-A reduktase tidak besar. Rupa-rupanya obat ini melangsungkan efeknya dalam menurunkan kolesterol dengan cara meningkatkan jumlah reseptor LDL, sehingga katabolisme kolesterol terjadi semakin banyak. Dengan demikian maka obat ini dapat menurunkan kadar kolesterol (LDL). Oleh karena itu pula obat ini tidak efektif untuk penderita hiperkolesterolemia familial homozigot, karena jumlah reseptor LDL pada penderita ini sedikit sekali.

farmakodinamik

Farmakokinetik:

Karena ekstraksi first-pass, kerja utama obat-obat ini pada hati yang dihidrolisis menjadi asam. Ekskresi terjadi terutama melalui empedu dan feses tetapi pengeluaran melalui urin juga terjadi. Waktu paruh berkisar antara 1,5-2 jam.

6. Efek samping

1. Abdominal pain, konstipasi, flatulens, astenia, sakit kepala, miopati, rabdomiolisis. Pada kasus tertentu terjadi angioneurotik edema.

2. Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada golongan obat ini :

Neurologi : disfungsi saraf cranial tertentu, tremor, pusing, vertigo, hilang ingatan, parestesia, neuropati perifer, kelumpuhan saraf periferal.

Reaksi hipersensitif : anafilaksis, angioedema, trombositopenia, leukopenia, anemia hemolitik.

Gastrointestinal : anoreksia, muntah.

Kulit : alopecia, pruritus.

Reproduksi : ginekomastia, kehilangan libido, disfungsi ereksi.

Mata : mempercepat katarak, optalmoplegia.

7.Interaksi

Dengan Obat Lain :

Efek Cytochrome P450: substrat  CYP3A4 (mayor); menghambat CYP2C8/9 (lemah), 2D6 (lemah)

Meningkatkan efek/toksisitas : resiko myopathy/rhabdomyolyis dapat meningkat dengan pemberian bersama senyawa penurun lipid yang dapat menyebabkan rhabdomyolysis (gemfibrozil, turunan asam fibrat atau niasin pada dosis = 1 g/ hari),atau selama penggunaan bersama inhibitor CYP3A4  kuat .

Inhibitor CYP3A4  dapat meningkatkan efek/kadar simvastatin;contoh inhibitor meliputi:antifungi golongan azol,klaritromisin,diklofenak,doksisiklin, eritromisin,imatinib,isoniazid,nefazodon,nicardipin,propofol,inhibitor protease,kuinidin, telitromisin dan verapamil.Dalam jumlah besar ( > 1 quart/hari, 1 quart = 0,9463 L), jus grapefruit  dapat meningkatkan serum konsentrasi simvastatin, meningkatkan risiko rhabdomyolysis. Pada umumnya penggunaan bersama dengan inhibitor CYP3A4  tidak direkomendasikan; produsen merekomendasikan pembatasan dosis simvastatin hingga 20 mg/hari jika digunakan dengan amiodaron atau verapamil, dan 10 mg/hari jika digunakan dengan siklosporin,gemfibrozil atau turunan asam fibrat.

Efek antikoagulan warfarin dapat ditingkatkan oleh simvastatin. Efek penurun kolesterol aditif bila digunakan bersama dengan golongan sekuestran asam empedu (kolestipol atau kolestiramin). Menurunkan efek: Jika digunakan dalam 1 jam sebelum atau hingga 2 jam sesudah kolestiramin, penurunan absorpsi simvastatin dapat terjadi.

– Dengan Makanan :

Hindari penggunaan etanol yang berlebihan (potensial mengakibatkan efek hepatik) Konsentrasi serum simvastatin dapat ditingkatkan jika digunakan dengan jus grapefruit ; hindari penggunaan bersama dengan jus  dalam jumlah besar ( > 1 quart/hari, 1 quart = 0,9463 L) St. John’s wort dapat menurunkan efek simvastatin.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dinas Kesehatan Tasikmalaya. 2011. Simvastatin. http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat/371-simvastatin.html .  Diakses pada hari Kamis, 20 September 2012 pukul 7.40 WIB

 

Kompas . 2010. Simvastatin. http://health.kompas.com/direktori/detail_obat/211/Simvastatin. Diakses pada hari Kamis, 20 September 2012 pukul 7.46 WIB

 

PT Hexpharm Jaya Laboratories. 2010. Simvastatin. http://www.hexpharmjaya.com/page/simvastatin.aspx . Diakses pada hari Kamis, 20 September 2012 pukul 3.54 WIB

 

Syuhada Evita. 2012. Simvastatin. http://syuhadaevita.blogspot.com/2012/04/simvastatin.html . Diakses pada hari Kamis, 20 September 2012 pukul 7.45 WIB

 

Wikipedia. 2012. Simvastatin . http://en.wikipedia.org/wiki/Simvastatin . Diakses pada hari Kamis, 20 September 2012 pukul 3.56 WIB

Teringat tentang ayah saya yang bingung dalam memilih obat penurun kolesterol, saya mencoba membagi pengalaman dan pengetahuan aye aja..hehe.Pada tulisan ini, saya akan memberikan informasi yang perlu diketahui konsumen tentang obat penurun kolesterol yang termasuk dalam kelompok Statin. Perlu diingat, ada juga obat kolesterol dari golongan fibrate (fenofibrate,nyacin), tapi farmakokinetiknya berbeda dengan golongan statin. (sok teu lo prazz...hahahaha).

Statin tergolong obat penurun kolesterol yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA, yang mensintesis kolesterol dalam tubuh. Adapun obat yang tergolong dalam kelompok ini dan sering digunakan yaitu: (Nama Generik - Nama Merek)

Atorvastatin - Lipitor

Simvastatin - Zocor

Rosuvastatin - Crestor

Pravastatin - Pravachol

Fluvastatin - Lescol

Sebagian orang  mungkin pernah mengkonsumsi atau mengenal orang yang mengkonsumsi obat jenis ini. Kadar Total Kolesterol yang terlalu tinggi didalam tubuh (>5 mmol/L atau

sekitar >200 mg/dL) meningkatkan resiko penyumbatan pembuluh darah yang sering berujung pada penyakit jantung (kardiovaskular) dan stroke. Pasien yang juga mempunyai masalah tekanan darah tinggi dan diabetes, selain nilai kolesterol tinggi memiliki resiko yang lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dan stroke. Oleh sebab itu maka obat penurun kolesterol sering digunakan untuk mengurangi insiden penyakit di atas.

Namun apa yang perlu diketahui konsumen sewaktu mengkonsumsi obat kelas Statin?

Waktu yang paling baik untuk meminum obat jenis Statin adalah malam hari.Ini dikarenakan tubuh mulai mensintesis kolesterol saat asupan dari luar berkurang, yaitu malam hari sebelum tidur. Semua obat dalam kelas statin harus dikonsumsi malam hari kecuali Atorvastatin(Lipitor) dan Rosuvastatin(Crestor). Kedua obat ini mempunyai efek kerja yang lebih lama sehingga bisa dikonsumsi kapan saja. Obat lainnya (Simvastatin (Zocor), Pravastain (Pravachol), dan Fluvastatin (Lescol)) memiliki efek kerja yang lebih singkat. Alhasil bila dikonsumsi pada pagi atau siang hari maka obat tersebut telah berhenti bekerja saat tubuh mulai memproduksi kolesterol.

Efek Samping dari Statin.Efek samping yang harus diwaspadai dalam mengkonsumsi statin yaitu sakit pada otot, kram, kebas-kebas, atau otot terasa lemah. Gejala ini terjadi setelah mengkonsumsi statin (bisa langsung bisa juga bertahun-tahun setelah meminum obat ini) dan bukan dikarenakan hal lain misalnya olahraga, meriang, flu dan sebagainya. Bila hal ini terjadi maka konsultasikan dengan dokter atau apoteker anda. Dokter yang menangani juga harus waspada terhadap efek samping Statin. Bila gejala ini juga disertai dengan demam dan tidak enak badan, maka penggunaan obat ini harus segera dihentikan dan memeriksakan diri ke rumah sakit.

Terkadang sakit maag juga sering dikeluhkan terutama dengan Atorvastatin(Lipitor). Namun hal ini hanya bersifat sementara dan meminum obat setelah makan akan mengurangi insiden.

Obat dari golongan ini memiliki beberapa interaksi baik dengan obat lain maupun suplemen atau bahkan buah-buahan.

Atorvastatin(Lipitor), Simvastatin(Zocor) dan Fluvastatin (Lescol) dimetabolisme dalam tubuh oleh enzim CYP3A4 yang ditemukan di liver. Bila kerja enzim ini terhambat maka akan meningkatkan efek samping ketiga Statin ini seperti dijelaskan di atas. Misalnya:Buah “Grapefruit” dikenal sebagai penghambat enzyme CYP3A4 sehingga harus dihindari bila mengkonsumsi ketiga statin ini.Antibiotika Clarithromycin dan Erythromycin dari kelas Macrolide juga menghambat enzim CYP3A4 sehingga penggunaan antibiotika ini pada pasien yang mengkonsumsi ketiga Statin diatas harus diperhatikan dengan seksama.

Penyerapan Rosuvastatin (Crestor) berkurang bila diberikan bersama Antasida berbasis Aluminium dan Magnesium seperti Promag, Mylanta. Untuk itu kedua obat ini jangan diminum pada saat bersamaan dan dipisahkan sedikitnya 2 jam.

Pravastatin (Pravachol) belum memiliki interaksi yang signifikan, namun harus diminum pada malam hari karena efek kerja yang singkat.

Olahraga dan Diet yang sehat.Penggunaan Statin harus diseimbangi dengan olahraga yang teratur (misalnya jalan kaki 30

menit setiap hari) dan mengurangi makanan berlemak, berenergi tinggi dan mengandung banyak garam. Sebaliknya makanan berserat seperti buah-buahan dan sayuran segar harus diperbanyak. untuk meningkatkan kesehatan tubuh.

Kembali pada cerita , maka dokter yang menangani harus mengobservasi kemungkinan efek samping dari Atorvastatin(Lipitor) daripada meresepkan Celecoxib (Celebrex). Bila benar gejala yang dialami ayah saya ini adalah karena statin, maka penggunaan obat ini harus dihentikan. Untuk mengurangi kadar kolesterol masih ada obat dari kelas lain yang bisa digunakan.

CLOPIDROGEL

Terapi clopidogrel saat ini telah menunjukkan dapat menurunkan kejadian kardiovaskuler pada pasien dengan penyakit vaskuler stabil. Manfaatnya tersebut mungkin disebabkan karena efeknya tidak secara eksklusif terkait agregasi platelet.

Suatu studi telah dilakukan untuk menilai efek terapi clopidogrel pada fungsi endotel mikrovaskuler pada subjek dengan penyakit arteri koroner. Dalam studi tersebut, 40 subjek dengan penyakit arteri koroner secara acak mendapat terapi clopidogrel 75 mg/hari atau kontrol. Fungsi darah dan endotel dinilai saat basal, setelah 1 minggu dan 3 bulan terapi. Fungsi endotel mikrovaskuler dinilai melalui indeks hiperemik reaktif (RHI). Fungsi platelet dinilai dengan agregasi darah lengkap yang diinduksi dengan adenosine diphosphate (ADP) dan sistem VerifyNOWTM. Petanda plasma dari fungsi endotel (dimethylarginine asimetrik, ADMA) dan stres oksidatif (myeloperoxidase, MPO) juga dinilai. Endpoint primer adalah penilaian fungsi endotel (RHI) setelah 3 bulan.

Hasilnya menunjukkan bahwa setelah 1 minggu, RHI meningkat sebesar 20±10% pada kelompok clopidogrel; efek ini bertahan hingga setelah 3 bulan terapi (21±9% meningkat dari basal; p<0,01). Penurunan yang bermakna dari agregasi platelet yang diinduksi ADP dan unit reaksi P2Y12 ditemukan pada kelompok terapi clopidogrel (p<0,01). Tidak ada korelasi antara fungsi ednotel dan fungsi platelet pada kelompok terapi clopidogrel. Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa terapi clopidogrel dikaitkan dengan perbaikan fungsi endotel pada pasien dengan penyakit arteri koroner, dan efek tersebut tidak tergantung pada efeknya terhadap reaktivitas platelet yang diinduksi ADP.

Efek clopidogrel dalam memperbaiki fungsi endotel tersebut juga telah dinilai apakah dikaitkan dengan polimorfisme CYP2C19. Studi ini melibatkan 12 subjek sehat di mana 6 subjek adalah CYP2C19*1/*1 (extensive metaboliser, EM) dan 6 subjek lainnya adalah CYP2C19*2/*2atau3* (poor metaboliser, PM). Semua subjek mendapat clopidogrel 300 mg oral. Fungsi endotel dinilai dengan pengukuran flow-mediated dilation (FMD) dari arteri brakialis dan agregasi platelet yang diinduksi ADP dinilai menggunakan agregometri optikal pada 0 jam, 4 jam, dan 24 jam setelah pemberian clopidogrel 300 mg. Hasilnya menunjukkan bahwa FMD secara bermakna lebih besar setelah 4 jam dan 24 jam pemberian clopidogrel loading-dose pada kelompok CYP2C19 EM dan PM, tetapi tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok. Juga tidak ada perbedaan korelasi yang bermakna secara statistik pada perubahan agregasi platelet yang diinduksi ADP pada kedua kelompok CYP2C19. Jadi dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa clopidogrel memperbaiki fungsi endotel yang tidak terkait dengan genotip CYP2C19 dan tidak tergantung pada kerjanya sebagai antiplatelet.(EKM)

SIMVASTATIN VS LIPITOR

November 22, 2012 by Teuku nanda

Kedua obat tersebut diatas termasuk kedalam golongan statin. Sebenarnya obat-obat golongan statin bukan hanya simvastatin dan atorvastatin, ada beberapa jenis lainnya yang sebentar lagi akan kita bahas ya…

Statin adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dengan cara menghambat enzim  HMG-CoA reductase yang memainkan peran penting dalam produksi kolesterol di hati. Naiknya kadar kolesterol berhubungan dengan kejadian penyakit kardiovaskular, dan statin disini digunakan sebagai obat untuk mencegah penyakit-penyakit mematikan tersebut.

Golongan statin yang paling laris dipasaran adalan atorvastatin, yang dipasarkan dengan merek Lipitor (diproduksi oleh Pfizer) dan Torvast. Tahun 2003 atrovastatin jadi obat yang paling laku di pasaran dalam sejarah, Pfizer melaporkan penjualannya mencapai 12,4 Miliar Dolar US tahun 2008. Pada tahun 2010 ada beberapa jenis statin yang beredar di pasaran, diantaranya adalah:

1. Atorvastatin (Lipitor dan Torvast)2. Fluvastatin (Lescol)

3. Lovastatin (Mevacor, Altocor, Altropev)

4. Pitavastatin (Livalo, Pitava)

5. Pravastatin (Pravachol, Selektine, Lipostat)

6. Rosuvastatin (Crestor)

7. Simvastatin (Zocor, Lipex)

STATIN MANA YANG TERBAIK ???

Ada 3 aspek dari statin ini yang dapat dibandingkan yaitu efisiensi (seberapa banyak kadar LDL kolesterol yang dapat turun), keamanan (apa saja efek sampingnya dan seberapa sering hal itu muncul?) dan Harga.

Efisiensi

KeamananLaw MR, Wald NY, Rudnicka AR: Quantifying effect of statins on low density lipoprotein cholesterol, ischaemic heart disease, and stroke: systematic review and meta-analysis. BMJ. 2003 Jun 28;326 (7404):1423

Semua jenis statin yang beredar di pasaran masing-masing memiliki profil tingkat keamanan. Efek samping terberat tapi jarang ditemukan adalah RHABDOMYOLYSIS yaitu keadaan dimana hancurnya jaringan otot yang dapat menyebabkan gagal ginjal pada kasus yang berat. Kurang dari 1 per 10,000 orang yang mengkonsumsi statin yang terkena Rhabdomyolysis.

Hanya ada sedikit perbedaan yang muncul seperti insomnia, dimana pravastatin, fluvastatin dan rosuvastatin punya efek insomnia yang lebih hebat dibandingkan atorvastatin, lovastatin dan simvastatin.

Atorvastatin dan simvastatin adalah yang terbaik bagi mereka yang mengalami gangguan fungsi ginjal karena proses eliminasi kedua jenis statin tersebut tidak melalui ginjal. Hal ini membuat pengaturan dosis tidak diperlukan, dimana pravastatin perlu penyesuaian dosis pada pasien gangguan fungsi ginjal.

Ada kriteria dalam memilih statin secara optimal yaitu:

Jika memerlukan penuruan LDL kolesterol lebih dari 35% maka pertimbangkan untuk memakai atorvastatin, rosuvastatin atau simvastatin.

Jika memerlukan penuruan LDL kol esterol kurang dari 35% dan

– fungsi ginjal terganggu pilihannya adalah atorvastatin atau fluvastatin– resiko interaksi obatnya tinggi pilihannya fluvastatin atau pravastatin

Harga

Lovastatin dan simvastatin tersedia dalam bentuk generic dan oleh karena itu lebih murah dari yang lainnya. Jika anda tidak memerlukan penurunan LDL kolesterol secara signifikan (atorvastatin dan rosuvastatin bisa dicoba jika kasusnya seperti ini), generic statin adalah pilihan terbaik. Pada kenyatannya pihak asuransi kesehatan telah menyarankan pasien untuk memakai simvastatin sejak hak patennya habis pada Juni 2006 di AS. Sedangkan di Inggris simvastatin bisa dibeli tanpa resep dokter sudah sejak tahun 2003