vtp

71
kelainan dinding thorax 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang1 Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat (Wilkinson, 2006). Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat. Hal ini bisa disebabkan salah satunya karena adanya deformitas pada dinding dada, sehingga mempengaruhi pertukaran maupun struktur dari paru. I.2 Permasalahan Banyak yang tidak menyadari adanya kelainan pada dinding dada pada mereka yang mempunyai penyakit kronis. Yang merupakan suatu kondisi abnormal. Ada pula yang terjadi secara kongenital. I.3 Tujuan 1. Supaya kita bisa mengetahui macam kelainan rongga thorax 2. supaya kita bisa memahami tanda dan gejala yang bisa ditimbulkan dari kelainan rongga thorax

Upload: cahyo-wisnugroho

Post on 28-Oct-2015

106 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

vtp

TRANSCRIPT

Page 1: vtp

kelainan dinding thorax 1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang1

Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi

ventilasi yang adekuat (Wilkinson, 2006). Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau

pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak adekuat. Hal ini bisa disebabkan salah

satunya karena adanya deformitas pada dinding dada, sehingga mempengaruhi pertukaran

maupun struktur dari paru.

I.2 Permasalahan

Banyak yang tidak menyadari adanya kelainan pada dinding dada pada mereka yang

mempunyai penyakit kronis. Yang merupakan suatu kondisi abnormal. Ada pula yang terjadi

secara kongenital.

I.3 Tujuan

1. Supaya kita bisa mengetahui macam kelainan rongga thorax

2. supaya kita bisa memahami tanda dan gejala yang bisa ditimbulkan dari kelainan

rongga thorax

3. mengetahui tindakan apa saja yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kondisi

kelainan dinding dada.

4. Supaya kita mengetahui penyakit apa saja yang dapat menimbulkan kelainan bentuk

rongga thorax.

Page 2: vtp

kelainan dinding thorax 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI THORAK1,2,5

Thorax merupakan rongga yang berbentuk kerucut, pada bagian bawah lebih besar

dari pada bagian atas dan pada bagian belakang lebih panjang dari pada bagian depan.

Rongga dada berisi paru dan mediastinum. Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada

di antara kedua paru. Di dalam rongga dada terdapat beberapa sistem diantaranya yaitu

sistem pernafasan dan peredaran darah. Organ pernafasan yang terletak dalam rongga dada

yaitu esofagus dan paru, sedangkan pada sistem peredaran darah yaitu jantung, pembuluh

darah dan saluran limfe. Pembuluh darah pada sistem peredaran darah terdiri dari arteri yang

membawa darah dari jantung, vena yang membawa darah ke jantung dan kapiler yang

merupakan jalan lalu lintas makanan dan bahan buangan.

Page 3: vtp

kelainan dinding thorax 3

Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut terdiri

dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior dalam segmen

tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulasio

daristernum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum

menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas klavicula dan di atas

organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.Musculus pectoralis mayor

dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior thorax.Muskulus latisimus dorsi,

trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan muskulus

posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor membentuk

lipatan/plika aksilaris posterior.

1. Dinding dada,1

A. Dinding toraks

 

Dinding toraks terdiri dari thoracic cage dan otot-otot, serta kulit, jaringan subkutan, dan fasia

yang menyelimuti bagian anterolateral.

 Bentuk kubah dari thoracic cage berfungsi untuk:

Melindungi organ-organ internal toraks dan abdomen daritekanan luar.

Memberikan resistansi terhadap tekanan internal yang negatif yang dihasilkan oleh

elastic recoil paru-paru dan pergerakan inspirasi.

Sebagai attachment dan menyokong ekstrimitas atas.

Sebagai origo dari banyak otot yang bergerak dan mempertahankan posisi ekstrimitas-

atas relatif terhadap trunkus,dan juga sebagai origo dari otot-otot abdomen, leher,

punggung,dan respirasi.

Rangka toraks ( thoracic skeleton ) membentuk  osteocartilaginous thoraciccage, yang

melindungi viscera toraks dan beberapa organ abdominal.

Rangka toraks terdiri dari

12 pasang tulang rusuk (ribs) dan kartilago kosta yang terkait .

Page 4: vtp

kelainan dinding thorax 4

o Rusuk merupakan tulang pipih bengkok yang membentuk hampir seluruh

thoracic cage

o True (vertebrocostal) ribs: rusuk 1-7, yang menempel langsung ke sternum

melalui kartilago kosta masing-masing rusuk.

o False (vertebrochondral) ribs: rusuk 8-9 dan biasanya10. Kartilagonya

terhubung dengan kartilago rusuk diatasnya sehingga koneksi ke sternum tidak

langsung.

o Floating (vertebral, free) ribs: rusuk 11, 12 dan kadang-kadang 10. Kartilago

rudimentarius dari rusuk tidak terhubung baik langsung ataupun tidak

langsung kesternum, dan berakhir posterior abdominal musculature.

12 vertebra torakal dan diskus intervertebral, serta sternum

o Karakteristik vertebra torakal

Bilateral costal facet(demifacet) di badannya,biasanya inferior dan

superior, untuk artikulasi dengan head of ribs

Costal facets di prosesus transversum untuk artikulasi dengan

tuberkulum dari rusuk, kecualiinferior 2 atau 3 vertebra torakal.

Prosesus spinosum yang panjang dan miring keinferior. 

Otot dinding toraks

Page 5: vtp

kelainan dinding thorax 5

oSerratus posterior superior:

Berfungsi untuk elevasi rusuk

Origo: prosesus spinosum C7-T3

Insersi: batas superior rusuk ke 2 dan 4

oSerratus posterior inferior

Berfungsi untuk depresi rusuk 

Origo: prosesus spinosum T11- S2

Insersi: batas inferior rusuk 8 dan 12 dekat sudutnya

oLevator costarum

Berfungsi untuk elevasi rusuk 

Origo: prosesus transversum T7-T11

Insersi: rusuk dibawahnya antara tuberkel dan sudut 

oTransverse thoracic

Berfungsi untuk depresi rusuk (lemah)

Origo: permukaan posterior sternum bawah

Insersi: permukaan internal kartilago kosta 2-6

oExternal intercostal

Berfungsi untuk elevasi rusuk saat 

forced inspiration

 Origo: batas inferior rusuk 

Insersi: batas superior rusuk dibawahnya

oInternal intercostal dan innermost intercosta

Berfungsi untuk depresi rusuk (interosseous) danelevasi rusuk (interchondral) saat

respirasi aktif (forced )

Origo dan insersi sama dengan external intercostal

oSubcostal

Page 6: vtp

kelainan dinding thorax 6

Kemungkinan berfungsi sama seperti internal intercostal

Origo: permukaan internal rusuk bawah dekat dengansudutnya

Insersi: permukaan superior rusuk 2 dan 3 dibawahnya.

Diagfragma

oMerupakanshared wall (sebenarnya atap/lantai) yangmemisahkan toraks dan

abdomen.

oFungsi vitalnya adalah otot utama saat inspirasi

Inervasi dinding toraks

oTerdapat 12 pasang saraf spinal torakalis yang menginervasi.

oSetelah keluar dari foramen IV, saraf spinalis torakal terbagimenjadi anterior dan

posterior primary rami

Anterior rami saraf T1-T11 membentuk saraf intercostal yangberjalan sepanjang celah

intercostal. Anterior ramus T12 saraf subcostal

Posterior rami berjalan kearah posterior melewati lateral dariprosesus artikulare dari

vertebra untuk mensuplai sendi, otot,dan kulit pada punggung di bagian torakal.

 Vaskularisasi dinding toraks

oPola vaskularisasi sesuai dengan struktur rangka toraks, yaitu berjalan di celah intercostal

dan parallel terhadap rusuk.

oArteri:

Thoracic aorta, melalui posterior intercostal dansubcostal

Subclavian artery , melalui internal thoracic dansupreme intercostal arteries

Axillary artery , melalui superior dan lateral thoracicarteries

oVena:

Page 7: vtp

kelainan dinding thorax 7

Vena intercostal berjalan bersama arteri dan saraf intercostal dan terletak paling

superior dar costal  grooves

Terdapat 11 vena intercostal posterior dan 1 venasubcostal ditiap sisinya. Vena

intercostal posteriorbernastomosis dengan vena intercostal anterior.

Hampir seluruh vena intercostal posterior berakhir di azygous/hemiazygous venous

system yang akan membawa darah ke SVC.

Vena intercostal anterior berakhir di internal thoracicvein, dan dibawa ke vena

subklavian dan menuju SVC

a. Dasar torak

Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai

lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esofagus

b. Isi rongga torak.

Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan

parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada.

Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan

superior.

Rongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu ;

1. Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )

2. Rongga dada kiri (cavum pleura kiri)

3. Rongga dada tengah (mediastinum).

- Rongga Mediastinum

Rongga ini secara anatomi dibagi menjadi :

1. Mediastinum superior

(gbr. 1), batasnya :Atas : bidang yang dibentuk oleh Vth1, kosta 1 dan jugular notch.Bawah :

Bidang yang dibentuk dari angulus sternal ke Vth4Lateral : Pleura mediastinalisAnterior :

Manubrium sterni.Posterior : Corpus Vth1 ± 4

2. Mediastinum inferior

terdiri dari :

Page 8: vtp

kelainan dinding thorax 8

a. Mediastinum anterior

b. Mediastinum medius

c. Mediastinum Posterior

a. Mediastinum Anterior

batasnya :

Anterior : Sternum ( tulang dada )

Posterior : Pericardium ( selaput jantung )

Lateral : Pleura mediastinalis

Superior : Plane of sternal angle

Inferior : Diafragma.

b. Mediastinum Medium

batasnya :

Anterior : Pericardium

Posterior ; Pericardium

Lateral : Pleura mediastinalis

Superior : Plane of sternal angle

Inferior : Diafragma

c. Mediastinum posterior,

batasnya :

Anterior : Pericardium

Posterior : Corpus VTh 5 ± 12

Lateral : Pleura mediastinalis

Superior : Plane of sternal angle

Inferior : Diafragma.

c. Batas-batas Thorax

Thorax adalah daerah antara sekat rongga badan (diafragma) dan leher.

Batas bawah thorax: ± arcus costarumo processus xhiphoideuso garis penghubung antara

puncak-puncak ketiga iga terakhir dan processus spinalis thoracal XIIBatas atas thorax: ±

incisura jugularis sternio clavicula

Page 9: vtp

kelainan dinding thorax 9

Fisiologi torak :

· Inspirasi : dilakukan secara aktif

· Ekspirasi : dilakukan secara pasif

· Fungsi respirasi :

Ø Ventilasi : memutar udara.

Ø Distribusi : membagikan

Ø Diffusi : menukar CO2 dan O2

Ø Perfusi : darah arteriel dibawah ke jaringan.

Proses Pernapasan

Masuk dan keluarnya udara pernapasan dari paru-paru merupakan hasil kerja otot-otot dada

dan otot diagfragma. Diagfragma adalah sekat antara rongga dada dan rongga perut.

Berdasarkan otot yang mengatur keluar masuknya udara, proses pernapasan dibedakan

menjadi pernapasan dada dan pernapasan perut.

a.  Pernapasan dada

Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya

dapat dibedakan sebagai berikut.

Fase inspirasi. 

Fase ini berupa berkontraksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga dada membesar,

akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga

udara luar yang kaya oksigen masuk.

Fase ekspirasi. 

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula

yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai

akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga

udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Page 10: vtp

kelainan dinding thorax 10

b.  Pernapasan perut

Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat

dibedakan sebagai berikut.

Fase inspirasi. 

Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya

tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar

yang kaya oksigen masuk.

Fase ekspirasi. 

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang dikuti

oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan

di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam

rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

II.2 KELAINAN DINDING DADA

II.2.1. KONGENITAL

1. PECTUS AXCAVATUM,1,2,3

Defenisi 1,2

          Bentuk dada ini terjadi ketika adanya gangguan ( defek ) perkembangan tulang paru

yang menyebakan depresi pada ujung bawah sternum ( tulang tengah didada ). Pada   bentuk

dada seperti ini rentan terjadi penekanan jaringan terhadap jantung dan pembuluh darah besar

, sehingga terjadi bunyi murmur ( suara bising )

Pectus excavatum (PE) merupakan perkembangan abnormal dari tulang rusuk di mana

tulang dada (sternum) cekung ke dalam, sehingga terjadi deformitas dinding dada. Kadang-

kadang disebut sebagai "dada corong," pectus excavatum adalah deformitas sering hadir saat

lahir (bawaan) yang bisa ringan atau berat.1

Page 11: vtp

kelainan dinding thorax 11

Dalam kasus yang parah, dapat mengganggu fungsi jantung dan paru-paru. Pada

kasus ringan, dapat menyebabkan masalah citra diri. Beberapa pasien dengan kondisi ini

sering menghindari kegiatan seperti berenang yang membuat menyembunyikan kondisi sulit.

Etiologi 2

Penyebab pectus excavatum tidak diketahui dengan pasti. Namun, peneliti percaya

bahwa kelainan tersebut disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan ikat

(tulang rawan) yang menghubungkan costae ke sternum ( costochondral), yang menyebabkan

kelainan congenital strenum.. 2

Kebanyakan tidak memiliki gejala, meskipun sebagian kecil mungkin memiliki gejala

berikut:

Kelelahan

Sesak napas

Nyeri dada

Denyut jantung yang cepat (takikardia)2

diagnosis 1

Sebelum pectus excavatum dapat diobati secara benar, terlebih dahulu harus benar

didiagnosis.

Page 12: vtp

kelainan dinding thorax 12

Beberapa tes lain mungkin dilakukan, termasuk

Fisik (stres) uji

Tes fungsi paru

Studi laboratorium (kerja darah), seperti studi kromosom atau tes enzim

Studi metabolisme

X-ray dada

Computed tomography (CT) scan dada

Elektrokardiogram (EKG)

Echocardiogram (gambar hati)

Therapi1

Karena kebanyakan pasien dengan deformitas tidak memiliki gejala, pengobatan mungkin

tidak diperlukan, atau akan tergantung pada perkembangan gejala.

Bedah: Tujuan utama dari pectus excavatum operasi adalah untuk memperbaiki deformitas

dada untuk meningkatkan pasien bernapas, postur dan fungsi jantung. Hal ini biasanya

dicapai dengan menghapus sebagian dari tulang rawan cacat dan reposisi tulang dada.

Berbagai prosedur bedah yang tersedia untuk memperbaiki pectus excavatum, termasuk:

Teknik Ravitch sangat dimodifikasi: Awalnya diselesaikan oleh sayatan panjang di dada

untuk reseksi kelebihan tulang rawan, tulang rusuk reposisi, dan implan cangkok tulang baji

Page 13: vtp

kelainan dinding thorax 13

untuk memperbaiki pectus excavatum, teknik Ravitch baru-baru ini dimodifikasi sebagai

prosedur kurang invasif.

Teknik Ravitch sangat dimodifikasi selesai dengan sayatan vertikal di daerah pertengahan

dada untuk menghapus tulang rawan anterior. Dua struts stainless steel ditempatkan di dada

anterior untuk mendukung dada dan ditransfer ke rusuk yang tepat di setiap sisi, yang

memungkinkan tulang dada yang akan diangkat. Struts tidak terlihat dari luar dan dihapus

setelah dua tahun selama prosedur operasi.

Prosedur Nuss: Biasanya dibatasi untuk pasien remaja, Cleveland Clinic ahli bedah toraks

menggunakan operasi thoracoscopic (tong) teknik video dibantu untuk memperbaiki pectus

excavatum.

Melalui dua sayatan kecil di kedua sisi dada, bar baja melengkung (dikenal sebagai Lorenz

Pectus Bar) dimasukkan di bawah sternum. Individual melengkung untuk setiap pasien, bar

baja digunakan untuk 'pop out' depresi dan kemudian tetap ke rusuk di kedua sisi. Sebuah

baja, pelat beralur kecil dapat digunakan pada akhir bar untuk membantu menstabilkan dan

melampirkan bar untuk tulang rusuk. Bar tidak terlihat dari luar dan tetap di tempat selama

minimal dua tahun. Ketika saatnya, bar dihapus sebagai prosedur rawat jalan.

Sebuah terpisah, sayatan kecil dibuat untuk memasukkan tabung dengan kamera untuk

memungkinkan ahli bedah untuk memvisualisasikan bagian dalam dada dan masukkan alat

dalam sayatan kecil yang tersisa untuk menyelesaikan bedah procedure.Your akan

menentukan pendekatan bedah terbaik untuk memperbaiki kondisi Anda .

Keuntungan tindakan pembedahan1

Dibandingkan dengan operasi tradisional, pasien yang menjalani operasi laparoskopi atau

minimal invasif untuk memperbaiki pectus excavatum, seperti tong dengan Prosedur Nuss,

mungkin mengalami:

Penurunan nyeri pasca operasi

Tinggal di rumah sakit lebih singkat

Pemulihan yang lebih cepat dan kembali bekerja

Page 14: vtp

kelainan dinding thorax 14

Manfaat lainnya mungkin mengurangi risiko infeksi dan perdarahan kurang.

Teknik Ravitch sangat dimodifikasi menawarkan:

Memperpendek rumah sakit tetap mengikuti prosedur, jarang melebihi lima hari

Penurunan nyeri pasca operasi

Mengurangi risiko komplikasi

Komplikasi tindakan pembedahan1

Tindakan bedah perbaikan pectus excavatum, seperti prosedur bedah yang ekstensif lain,

menyajikan risiko. Sementara kedua prosedur Nuss dan teknik Ravitch sangat dimodifikasi

aman dan prosedur yang efektif, komplikasi dapat terjadi.

Kemungkinan komplikasi dari operasi perbaikan pectus excavatum meliputi:

Pneumotoraks (akumulasi udara atau gas dalam rongga pleura)

Pendarahan

Efusi pleura (cairan di sekitar paru-paru)

Infeksi

Bar perpindahan

Kekambuhan excavatum Pectus (karena memiliki koreksi bedah selesai terlalu dini

sebelum pubertas dan / atau tidak meninggalkan strut bar atau di tempat untuk jangka

waktu cukup lama). Kekambuhan kurang mungkin setelah prosedur Ravitch.

Page 15: vtp

kelainan dinding thorax 15

Pectus excavatum (funnel chest) is a congenital chest wall deformity characterised by

concave depression of the sternum. Compression of the heart causes characteristic findings

on frontal CXR of an indistinct right heart border, decreased heart density and displacement

of the heart to the left. The anterior ribs have an accentuated downward slope so that the ribs

appear heart-shaped. The indistinct right heart border can mimic right middle lobe pathology

but a lateral CXR confirms the sternal deformity. Surgical repair is performed in severe cases.

Pectus excavatum is usually an isolated anomaly but can be associated with Marfan’s

syndrome, Noonan’s syndrome, fetal alcohol syndrome and homocystinuria.

2. PECTUS CARINATUM,4,5

Pectus carinatum(pigeon chest) merupakan pertumbuhan berlebih dari tulang rawan,

menyebabkan sternum menonjol ke depan. Hal ini terjadi dalam 3 cara berbeda. Cara yang

paling umum adalah pasca operasi setelah operasi jantung terbuka. Terkadang sternum tidak

sembuh-sembuh datar dan ada tonjolan sternum. Yang kedua yang paling umum adalah sejak

lahir. Hal ini terbukti pada bayi baru lahir sebagai dada bulat dan ketika mereka mencapai

usia 2 atau 3 tahun sternum mulai tumbuh lahiriah bahkan lebih. Kejadian yang paling umum

untuk pectus carinatum tampaknya pada pria pubertas berusia 11-14 tahun mengalami

percepatan pertumbuhan.

Page 16: vtp

kelainan dinding thorax 16

Gejala,4

Orang dengan pectus carinatum biasanya mengembangkan hati normal dan paru-paru,

tapi deformitas dapat mencegah dari berfungsi optimal. Dalam kasus sedang sampai parah

pectus carinatum, dinding dada kaku diadakan di posisi luar. Dengan demikian, respirasi

tidak efisien dan individu perlu menggunakan diafragma dan otot aksesori untuk respirasi,

daripada otot dada yang normal, selama latihan berat. Ini negatif mempengaruhi pertukaran

gas dan menyebabkan penurunan stamina. Anak-anak dengan cacat pectus sering ban lebih

cepat lelah daripada rekan-rekan mereka, karena sesak napas dan kelelahan. Umumnya

bersamaan ringan sampai sedang.

Prognosis

Pectus biasanya menjadi lebih parah selama bertahun-tahun pertumbuhan remaja dan

bisa memburuk sepanjang hidup orang dewasa. Efek sekunder, seperti scoliosis dan kondisi

jantung dan paru, dapat memperburuk dengan usia lanjut.

Latihan pembentukan tubuh (sering berusaha untuk menutupi cacat dengan otot-otot

dada) tidak akan mengubah tulang rusuk dan tulang rawan dari dinding dada, dan umumnya

dianggap tidak berbahaya.

Page 17: vtp

kelainan dinding thorax 17

Pengobatan ,5

Teknik bracing Eksternal

Pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa muda yang memiliki pectus carinatum dan

termotivasi untuk menghindari operasi, penggunaan brace dada-dinding khusus yang berlaku

tekanan langsung pada daerah yang menonjol dari dada menghasilkan hasil yang sangat baik.

Kesediaan untuk memakai penjepit yang diperlukan sangat penting untuk keberhasilan

pendekatan pengobatan. Penjepit bekerja dalam banyak cara yang sama seperti ortodontik

(kawat gigi yang benar penyelarasan gigi). Penjepit terdiri dari pelat kompresi depan dan

belakang yang berlabuh ke bar aluminium. Bar ini terikat bersama oleh mekanisme

pengetatan yang bervariasi dari penjepit untuk brace. Perangkat ini mudah disembunyikan di

bawah pakaian dan harus dipakai 14-24 jam sehari. Pemakaian waktu bervariasi dengan

masing-masing produsen penjepit dan mengelola dokter protokol, yang dapat didasarkan

pada tingkat keparahan deformitas carinatum (ringan sedang berat) dan jika simetris atau

asimetris.

Tergantung pada produsen dan / atau preferensi pasien, brace dapat dipakai pada kulit

atau mungkin dikenakan di atas tubuh kaus kaki 'atau lengan disebut Bracemate yang, khusus

dirancang untuk dikenakan di bawah kawat gigi. Seorang dokter atau orthotist atau

perwakilan penjepit produsen dapat menunjukkan bagaimana untuk memeriksa untuk melihat

apakah brace berada dalam posisi yang benar pada dada.

Menguatkan menjadi lebih populer selama operasi untuk pectus carinatum, terutama

karena menghilangkan risiko yang menyertai operasi. The resep bracing sebagai pengobatan

untuk pectus carinatum telah 'menetes' dari kedua ahli bedah anak dan thoraks ke dokter

keluarga dan dokter anak lagi karena risiko yang lebih rendah dan terdokumentasi dengan

hasil keberhasilan yang sangat tinggi.

Supervisi rutin selama periode menguatkan diperlukan untuk hasil yang optimal.

Penyesuaian mungkin diperlukan untuk brace sebagai anak tumbuh dan pectus membaik.

Page 18: vtp

kelainan dinding thorax 18

Bedah 5

Untuk pasien dengan carinatum pectus parah, pembedahan mungkin diperlukan.

Namun bracing bisa dan mungkin masih menjadi baris pertama pengobatan. Beberapa kasus

yang parah dirawat dengan bracing dapat mengakibatkan peningkatan cukup bahwa pasien

senang dengan hasilnya dan mungkin tidak ingin operasi sesudahnya.

Jika bracing harus gagal karena alasan apapun maka operasi akan menjadi langkah

berikutnya. Dua prosedur yang paling umum adalah teknik Ravitch dan prosedur Nuss

Lookup.

The Nuss dikembangkan oleh Donald Nuss di Rumah Sakit Anak Putri Raja di Norfolk, Va

Nuss ini terutama digunakan untuk excavatum pectus, namun baru-baru ini direvisi untuk

digunakan dalam beberapa kasus PC, terutama ketika deformitas simetris.

Pilihan lain

Setelah remaja, beberapa pria dan wanita menggunakan binaraga sebagai sarana untuk

menyembunyikan cacat mereka. Beberapa wanita menemukan bahwa payudara mereka, jika

cukup besar, melayani tujuan yang sama. Beberapa ahli bedah plastik melakukan pembesaran

payudara untuk menyamarkan kasus ringan sampai sedang pada wanita. Binaraga disarankan

untuk orang dengan simetris pectus carinatum.

3. HERNIA DIAFRAGMA,6,

Diafragma adalah otot inspirasi utama. Sewaktu diafragma berkontraksi, ia bergerak.

Akibatnya ialah bahwa volume cavitas thoracalis dan terjadi penurunan tekanan intra

thoracal, sehingga udara tersedot ke dalam paru. Selain itu, volume cavitas abdominalis

sedikit berkurang dan tekanan intraabdominalagak meningkat. Diafragma dibentuk dari 3

unsur yaitu membran pleuroperitonei, septumtransversum dan pertumbuhan dari tepi yang

berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan

pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi ketiga 6

1.1 Definisi

Page 19: vtp

kelainan dinding thorax 19

Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui

suatu lubang pada diafragma. Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan

rongga perut.

Lubang hernia dapat terjadi di peritoneal (tipe Bochdalek) yang tersering ditemukan,

anterolateral (tipe Morgagni) atau di esofageal hiatus hernia. Foramen bochdalek merupakan

celah sepanjang 2-3 cm di posterior diafragma setinggi costa 10 dan 11, tepat di atas glandula

adrenal. Kadang-kadang defek ini meluas dari lateral dinding dada sampai ke hiatus

esophagus. Kanalis pleuroparietalis ini secara normal tertutup oleh membran pleuroparietal

pada kehamilan minggu ke-8 sampai ke-10. Kegagalan penutupan kanalis ini dapat

menimbulkan terjadinya hernia Bochdalek. Hernia ini merupakan kelainan yang jarang

terjadi. Mc Culley adalah orang pertama yang mendeskripsikan kelainan ini pada tahun 1754.

Bochdalek pada 1848 menggambarkan secara detil aspek embriologi pada hernia ini yang

merupakan defek tersering (80%).

1.2 Etiologi

Penyebab pasiti hernia masih belum diketahui. Hal ini sering dihubungkan dengan

penggunaan thalidomide, quinine, nitrofenide, antiepileptik, atau defisiensi vitamin A selama

kehamilan. Pada neonatus hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma.

Page 20: vtp

kelainan dinding thorax 20

Seperti diketahui diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum

transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan

pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi

ketiga unsur dan gangguan pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan

terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan

diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi.

1.3 Manifestasi klinik 

Walaupun hernia morgagni merupakan kelainan kongenital, hernia ini jarang

bergejala sebelum usia dewasa. Sebaliknya hernia Bockdalek menyebabkan gangguan nafas

segera setelah lahir sehingga memerlukan pembedahan darurat.

Secara klinis hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan kardiopulmoner karena

terjadi penekanan paru dan terdorongnya mediastinum kearah kontralateral. Pemeriksaan

fisik didapatkan gerakan pernafasan yang tertinggal, perkusi pekak, fremitus menghilang,

suara pernafasan menghilang dan mungkin terdengar bising usus pada hemitoraks yang

mengalami gangguan. Kesulitan untuk menegakkan diagnosis hernia diafragma preoperative

menyebabkan sering terjadinya kesalahan diagnosis dan untuk itu diperlukan pemeriksaan

penunjang untuk memastikan diagnosis hernia diafragmatika.

1.4 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, yaitu:

- Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris.

- tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia.

- bising usus terdengar di dada.

- perut teraba kosong.

- Rontgen dada menunjukkan adanya organ perut di rongga dada.

Page 21: vtp

kelainan dinding thorax 21

   

 Foto Thoraks akan memperlihatkan adanya bayangan usus didaerah thoraks. Kadang-

kadang diperlukan fluoroskopi untuk membedakan antara paralisis diafragmatika

dengan eventerasi. Bila perlu dapat pula dilakukan untuk membuktikan apakah

kelainan itu eventerasi atau hernia biasa.

1.5 Penatalaksanaan

Anak ditidurkan dalam posisi duduk dan dipasang pipa nasogastrik yang dengan

teratur dihisap. Diberikan antibiotika profilaksis dan selanjutnya anak dipersiapkan untuk

operasi. Hendaknya perlu diingat bahwa biasanya (70%) kasus ini disertai dengan hipospadia

paru. Pembedahan elektif perlu untuk mencegah penyulit. Tindakan darurat juga perlu jika

dijumpai insufisiensi jantung paru pada neonatus. Reposisi hernia dan penutupan defek

memberi hasil baik.

Page 22: vtp

kelainan dinding thorax 22

4. SKOLIOSIS,7,8

Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi

patologik.Vertebra servikal,torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat

vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang

menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional. Bentuk skoliosis yang paling

sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral,anterior posterior dan

rotasional.7

Page 23: vtp

kelainan dinding thorax 23

Keadaan ini ditandai dengan elevasi scapula dan spinayang berbentuk huruf “S”

sesuai namanya yang terdiri dari kifosis ( tulang belakang kea rah depan ) dan skoliosis ( ke

arah samping ). Kifoskoliosis yang berat dapat mengurangi kapasitas paru dan meningkatkan

kerja pernafasan,bentuk dada ini dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari polio atau

manifestasi dari sindrom marfan.

Thoracic Kyphoscoliosis. Lekukan vertebra yang abnormal dan rotasi dari

vertebra.Pergeseran dari paru-paru di bawahnya dapat mengakibatkan interpretasi dari

kelainan paru menjadi sangat susah. Jika scoliosis adalah lebih parah, ia dapat membuatnya

lebih sulit untuk jantung dan paru-paru untuk bekerja dengan baik. Ini dapat menyebabkan

sesak napas dan nyeri dada.

ETIOLOGI

Walaupun penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa perbedaan teori

yang menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik, hormonal, abnormalitas

pertumbuhan, gangguan biomekanik dan neuromuskular tulang, otot dan jaringan fibrosa.

- Faktor genetik.

- Faktor hormonal.

Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab scoliosis.. Hormon pertumbuhan juga diduga

mempunyai peranan pada perkembangan skoliosis. .

Page 24: vtp

kelainan dinding thorax 24

PENANGANAN

Prinsip Penanganan

1. Mencegah Progresifitas dan menjaga keseimbangan

2. Menjaga fungsi respirasi

3. Mengurangi Nyeri

Penanganan Non operatif

a. Observasi

Observasi diindikasikan pada derajat kurva yang kurang dari 250 pada pasien immatur dan

kurang dari 500 pada pasien matur

melakukan pemeriksaan 3 bulan setelah pertamakali knjungan dan setiap6-9 bulan untuk

kurva yang kurang dari 200 dan tiap 4-6 bulan untuk kurva yang lebih dari 200. 5,8,10,11

b.. Orthosis (Brace)

Pasien disarankan untuk menggunakan brace untuk mencegah pertambahan kelengkungan

ketika :

- pasien masih bertumbuh dan derajat kelengkungan berkisar 25-300

- memilih waktu pertumbuhan kurang lebih 2 tahun lagi, derajat kelengkungan 20-290, dan

jika perempuan belum mencapai periode menstruasi pertama, atau

- Masih bertumbuh dan memiliki derajat kelengkungan 20-290 yang semakin memburuk

Brace membantu mengurangi progresivitas kurva akan tetapi tidak mengurangi besarnya

deformitas. Brace harus digunakan 16-23 jam sehari dan harus dipakai sampai ada maturitas

skeletal, yang biasanya terjadi pada usia 14 tahun pada wanita dan 16 tahun pada laki-laki.

Pada saat skeletal matur, pasien secara bertahap dilepaskan dari brace.

Secara periodik, selama terapi brace, radiograf dilakukan untuk mengetahui manfaat terapi.

Meskipun memakai brace, kira-kira 15-20 % pasien yang diterapi akan memperlihatkan

progresifitas lengkung yang nyata. Pemasangan penyangga dapat digunakan seperti

penyangga dari Milwaukee atau penyangga dari Boston.

Page 25: vtp

kelainan dinding thorax 25

2. Pengobatan operatif

I. Indikasi operasi :

a. operasi dilakukan apabila sudut lebih dari 400 atau terjadi progresifitas dari sudut sebelum

usia penderita mencapai dewasa. Patokan untuk melakukan operasi ini adalah dengan

melakukan follow up secara teratur.

b. Apabila terdapat deformitas yang memberikan gangguan dan pengobatan

c. Pengobatan konservatif yang tidak berhasil

d. Progresifitas kurva melebihi 500 pada orang dewasa

Tujuan Pengobatan

a. Mencegah progresivitas kurva

b. Menjaga keseimbangan vertebra dan pelvis

c. Menjaga fungsi respirasi

d. Mencegah nyeri

III. Pemilihan fusi posterior

a. Tergantung klasifikasi skoliosis ( King atau Lenke)

b. Tingkat/luas fusi

- Harus termasuk dalam Harrington Stable Zone , dimana ditentukan dengan dua garis

perpendicular dari pedikel sacral

- Harus termasuk Neutral Vertebra , dimana tidak ada rotasi vertebra

- Jika mungikin, hindari fusi dibawah L4 untuk menjaga gerakan segmen distal. Distal

Vertebra harus Neutral Stable dan horizontal sampai sacrum setelah instrumentasi.

- Untuk King Tipe I dan IV, fusi harus dihentikan satu level diatas Stable vertebra.

- Untuk mencegah dekompensasi koronal post operative, utamanya pada King tipe II,

overkoreksi pada kurva torakal harus dihindari.

Jika lekukan bertahan dibawah 40 derajat sampai orang itu selesai tumbuhnya, ia tidak

mungkin memburuk dalam kehidupannya kemudian. Bagaimanapun, jika lekukan lebih besar

dari 40 derajat, kemungkinan ia berlanjut memburuk dengan 1-2 derajat setiap tahun untuk

sisa hidupnya. Jika ini tidak dicegah, orang itu akan akhirnya berada pada risiko untuk

persoalan-persoalan jantung atau paru-paru.

PROGNOSIS

Prognosis tergantung atas besarnya derajat kurva, deformitas dan maturitas skelertal. Pada

Page 26: vtp

kelainan dinding thorax 26

derajat kurva yang ringan dengan skeletal yang sudah matur umumnya tidak mengalami

progresif.

2. INFEKSI

1. Barrel Chest (dada tong)

Pada dada tong (barrel chest), bentuk elips normal dada digantikan oleh yang

berbentuk bulat dimana diameter anteroposterior membesar sampai sekitar diameter

melintangnya.Diafragma tertekan sementara sternum terdorong ke depan sementara rusuk

melekat secara horizontal, bukan menyudut. akibatnya, dada tampak selalu berada pada posisi

inpiratori.

Biasanya merupakan tanda belakangan dari penyakit pulmoner obstruktif kronik

(COPD), dada tong adalah akibat pembesaran volume paru karena obstruksi aliran udara.

Pasien mungkin tidak menyadari hal ini krena kondisi ini berkembang secara bertahap.

Page 27: vtp

kelainan dinding thorax 27

Barrel Chest: Bentuk dada ini terjadi karena hasil hiperinflasi paru. Hiperinflasi ialah

terjebaknya udara akibat saluran pernapasan yang sempit/menyempit. Pada keadaan ini

terjadi peningkatan diameter anteroposterior. Penyakit yang bermanifestasikan barrel chest

ini misalnya asma berat dan PPOK (jenis emfisema)

    Bentuk dada yang menyerupai barel,hal ini terjadi karena hasil hiperinflasi

paru.Hiperinflasi paru ialah terjebaknya udara akibat saluran pernafasan yang

sempit/menyempit,pada keadaaan ini terjadi peningkatan diameter anteroposterior,penyakit

yang bermanifestasikan barrel chest ini misalnya asma berat dan PPOK (jenis empisema ) ini

terjadi karena paru paru yang kronis overinflated pada udara,sehingga tulang rusuk tetap

sebagian diperluas sepanjang waktu,hal ini membuat pernafasan kurang efisien dan

memburuk setiap sesak nafas.umumnya ditemukan pada pria

Dada barel dapat disebabkan oleh beberapa factor:

1. Osteoarthritis

2. Penuaan

3. Empisema

Dada barel juga berhubungan dengan osteoartihritis yang mempengaruhi sendi dimana tulang

rusuk melekat pada tulang belakang

2. SPONDILITIS TUBERKULOSIS ,9,10,11

Defenisi,10

Infeksi pada korpus vertebra disebut spondilitis. Infeksi ini dapat menyebar melalui

ligamen yang berdekatan sehingga sering mengenai 2 korpus vertebra yang berdekatan.

Diskus intervertebra tidak memiliki vaskularisasi, tetapi dapat terinfeksi secara langsung dari

abses vertebral. Infeksi dapat menyebar ke sentral ke dalam kanalis spinalis. Selain itu dapat

juga menyebar ke jaringan lunak paraspinal.

Etiologi,10

Page 28: vtp

kelainan dinding thorax 28

Kuman penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Ada dua macam

mikobakteria yang menyebabkan penyakit tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil

tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosa, dan bila diminum

dapat menyebabkan tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet)

di udara yang berasal dari penderita tbc terbuka. Orang yang rentan dapat terinfeksi tbc bila

menghirup bercak ini. Ini merupakan cara penularan terbanyak.

Patofisiologi,10

Spondilitis tuberkulosis biasanya sekunder dari infeksi di luar tulang belakang. Lesi

dasar merupakan kombinasi dari osteomielitis dan arthritis. Secara tipikal, lebih dari satu

vertebra yang terinfeksi. Kerusakan tulang yang progresif  sudah pasti menyebabkan

hancurnya vertebra dan kifosis. Kanalis tulang belakang dapat menyempit oleh abses,

jaringan granulasi, atau invasi dural secara langsung. Hal ini menyebabkan kompresi saraf

spinal dan defisit neurologi.

Nekrosis dengan pengkijuan membentuk nanah yang menjadi abses dingin. Destruksi

tulang mengakibatkan patah tulang kompresi.

Gambaran klinik

Gambaran klinik hanya berupa nyeri pinggang atau punggung. Nyeri ini terjadi

akibat reaksi inflamasi di vertebra dan sukar dibedakan dengan nyeri oleh penyebab lain

seperti kelainan degeneratif karena biasanya keadaan umum penderita masih baik. Gejala

konstitusional meliputi demam dan kehilangan berat badan.

Pada foto Roentgen belum didapat kelainan. Bila proses berlanjut, terjadi destruksi

vertebra yang akan terlihat pada foto Roentgen.

CT-Scan memberikan gambaran tulang yang lebih detail dari lesi litik, sclerosis,

kolap korpus dan gangguan pada sekeliling tulang. Resolusi dengan kontras memberikan

gambaran jaringan lunak yang lebih baik, terutama sekali pada area epidural dan paraspinal.

Dapat mendeteksi lesi secara lebih awal dan lebih efektif untuk menegaskan bagian yang

tajam dan kalsifikasi abses jaringan lunak

Pada bentuk sentral akan terjadi osteoporosis dan destruksi hingga dapat terjadi

kompresi vertebra. Kompresi vertebra bisa spontan, atau akibat jatuh yang ringan sehingga

Page 29: vtp

kelainan dinding thorax 29

mungkin salah didiagnosis sebagai patah tulang kompresi traumatik. Bila terjadi kompresi,

pada pemeriksaan klinis didapati gibus (punggung bungkuk = kifosis anguler). Bentuk

paradiskal yang disertai destruksi korpus vertebra yang bersebelahan dengan diskus akan

mengakibatkan iskemia sehingga terjadi nekrosis diskus. Pada gambaran Roentgen terdapat

penyempitan diskus intervertebra. Bila proses terus berlanjut terjadi osteoporosis dan

penyebaran ke seluruh korpus vertebra sehingga timbul kompresi vertebra dan terjadi gibus.

Beda gibus tuberkulosis dan gibus traumatik adalah didapatinya penyempitan sela

diskus pada gibus traumatik. Keadaan seperti ini, tanpa penyempitan sela diskus, juga

terdapat pada gibus akibat metastasis tumor korpus vertebra.

Selanjutnya akan terbentuk nekrosis yang lebih banyak berupa abses dan debris.

Abses dengan debris makin banyak dan akan ke luar dari vertebra mencari lokasi dengan

tahanan paling lemah. Di vertebra lumbal abses akan turun ke bawah melalui sela

aponeurosis otot psoas dan berhenti di retroperitoneal yang teraba pada palpasi abdomen.

Abses psoas ini terlihat pada foto Roentgen sebagai bayangan batas otot psoas yang kabur

atau bayangan sklerotik di paravertebra berbentuk lonjong lancip. Abses dapat turun ke regio

inguinal dan teraba sebagai benjolan yang perlu dibedakan dengan hernia femoralis.

Abses bisa berkumpul dan mendesak ke arah belakang sehingga menekan medula

spinalis dan mengakibatkan paraplegia Pott yang disebut paraplegia awal. Paraplegia awal

selain karena tekanan abses dapat juga disebabkan oleh kerusakan medula spinalis akibat

gangguan vaskuler. Keadaan sangat jarang ditemukan pada tuberkulosis karena proses kronik

ini menyebabkan terbentuknya pembuluh darah kolateral. Paraplegia dapat juga disebabkan

oleh tuberkulosis pada medula spinalis. Mielitis tuberkulosis ini biasanya akibat penyebaran

per kontinuitatum dari pakimeningitis (radang duramater) tuberkulosa. Penyebaran secara

hematogen jarang sekali. Paraplegia juga dapat terjadi akibat regangan yang terus menerus

pada gibus yang disebut paraplegia lanjut.

Abses dingin di daerah torakal dapat menembus rongga pleura hingga terjadi abses

pleura, atau bahkan ke paru bila parunya melengket pada paru. Di daerah servikal, abses

dapat menembus dan berkumpul di antara vertebra dan faring.

Gejala awal paraplegia pada tuberkulosis tulang belakang dimulai dengan keluhan

kaki terasa kaku atau lemah, atau penurunan koordinasi tungkai. Proses ini dimulai dengan

Page 30: vtp

kelainan dinding thorax 30

penurunan daya kontraksi otot tungkai dan peningkatan tonusnya. Kemudian terjadi spasme

otot fleksor dan akhirnya kontraktur. Pada permulaan, paraplegi terjadi karena udem sekitar

abses paraspinal tetapi akhirnya karena kompresi. Karena tekanan timbul terutama dari

depan, maka gangguan pada paraplegia ini kebanyakan terbatas pada traktus motorik.

Paraplegia kebanyakan ditemukan di daerah torakal dan bukan lumbal, karena kanalis

lumbalis agak longgar dan kauda ekuina tidak mudah tertekan.

Diagnosis banding,10

Diagnosis banding adalah fraktur kompresi traumatik atau akibat tumor. Tumor

yang sering di vertebra adalah tumor metastatik dan granuloma eosinofilik. Diagnosis

banding lain adalah infeksi jamur seperti blastomikosis dan setiap proses yang

mengakibatkan kifosis dengan atau tanpa skoliosis.

Penatalaksanaan , 9

Terapi konservatif berupa istirahat di tempat tidur untuk mencegah paraplegia dan

pemberian tuberkulostatik. Dilakukan pencegahan untuk menghindari dekubitus dan

kesulitan miksi dan defekasi. Umumnya penderita akan sembuh dalam waktu terbatas. Bila

gangguan neurologik berubah menjadi lebih baik, penderita dapat dimobilisasi dengan alat

penguat tulang belakang. Pada awal paraplegia kadang dianjurkan pembedahan.

Indikasi pembedahan bila dijumpai defisit neurologis (kemunduran neurologis akut,

paraparesis, paraplegia); deformitas tulang belakang; tidak ada respon dengan terapi medis.

Page 31: vtp

kelainan dinding thorax 31

Bedah kostotransversektomi yang dilakukan berupa debrideman dan penggantian

korpus vertebra yang rusak dengan tulang spongiosa atau kortiko-spongiosa. Tulang ini

sekaligus berfungsi menjembatani vertebra yang sehat, di atas dan di bawah yang terkena

tuberkulosis. Pada paraplegia terapi ini dilakukan untuk dekompresi medula spinalis.

Keuntungan tindakan bedah yaitu dapat menentukan diagnosis dengan pemeriksaan

mikrobiologik dan patologi serta mengintensifkan terapi medik.

Untuk menghindari komplikasi timbulnya tuberkulosis milier sesudah atau selama

pembedahan, masa prabedah perlu diberi antituberkulosis selama satu sampai dua minggu.

Prognosis,11

Prognosis spondilitis tuberkulosis bergantung pada cepatnya dilakukan terapi dan

ada tidaknya komplikasi neurologik. Untuk spondilitis dengan paraplegia awal, prognosis

untuk kesembuhan sarafnya lebih baik, sedangkan spondilitis dengan paraplegia akhir,

prognosis biasanya kurang baik. Bila paraplegia disebabkan oleh mielitis tuberkulosis,

prognosis ad functionam juga buruk.         

3. ANKYLOSING SPONDYLITIS

Berasal dari bahasa Yunani, dari kata; melengkung(ankylos) vertebra(spondylos) .

Ankylosing spondylitis adalah penyakit inflamasi kronis yang terutama menyerang pada persendian

kerangka aksial (spine, sacroiliac joints, dll) dan juga sendi perifer.

Kelengkungan Ankylosing Spondylitis bisa sampa 110º

Page 32: vtp

kelainan dinding thorax 32

Nyeri dada

Dengan terserangnya vertebra thorakalis termasuk sendi kostovertebra dan adanya

enthesopati pada daerah persendian kostosternal dan manubrium sternum, penderita akan

merasakan nyeri dada yang bertambah pada waktu batuk atau bersin. Keadaan ini sangat

menyerupai pleuritic pain. Nyeri dada karena terserangnya persendian costovertebra dan

costotranver-sum sering kali disertai dengan nyeri tekan daerah costosternal junction.

Pengurangan ekspansi dada dari yang ringan sampai sedang sering kali dijumpai pada

stadium awal. Keluhan nyeri dada sering ditemukan pada penderita dengan HLA-B27 positif

walaupun secara radiologis tidak tampak adanya kelainan sendi sacroiliaca (sacroiliitis).

3. OVERWEIGH

1. OBESITAS HIPOVENTILASI SINDROM,12,13

Sindrom hipoventilasi obesitas menggambarkan hubungan antara obesitas dan

pengembangan hipoventilasi alveolar siang hari yang kronis. Sindrom ini muncul dari

interaksi yang kompleks antara tidur-gangguan pernapasan, ritme pernafasan berkurang, dan

obesitas yang berhubungan gangguan pernafasan, dan berhubungan dengan morbiditas dan

mortalitas yang signifikan.

Page 33: vtp

kelainan dinding thorax 33

Definisi Obesitas Hypoventilation Syndrome,13

Pertama, orang dengan sindrom hipoventilasi obesitas, menurut definisi, obesitas. Ini

berarti bahwa orang yang terkena memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih besar dari 30.

BMI dihitung dengan menggunakan tinggi dan berat badan, dan menyediakan sarana untuk

mengkategorikan orang berdasarkan ukuran tubuh. Seseorang dianggap jatuh dalam kisaran

yang normal jika mereka memiliki BMI di bawah 25. Banyak orang dengan sindrom

hipoventilasi obesitas memiliki BMI yang sangat tinggi, seringkali lebih besar dari 50.

Komponen utama kedua adalah sindrom hipoventilasi. Ventilasi mengacu pada

pernapasan, terutama kemampuan untuk mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon

dioksida . Karbon dioksida merupakan produk limbah tubuh kita membuat dan paru

membantu kita untuk membebaskan diri dari itu. Ketika napas terjadi kurang dari yang

seharusnya, hal itu disebut hipoventilasi. Hal ini dapat terjadi karena dua alasan: volume

udara terlalu sedikit dipindahkan atau frekuensi napas tidak mencukupi.

Ketika hipoventilasi terjadi, tingkat karbon dioksida dalam darah meningkat. Hal ini

akan mengubah keasaman darah, dan ini dapat menyebabkan konsekuensi penting. Pada

tingkat tinggi, karbon dioksida dapat menyebabkan mengantuk dan, pada tingkat yang paling

ekstrim, ketidaksadaran dan koma. Ada berbagai penyebab hipoventilasi . Bila dilihat dalam

pengaturan obesitas saja, seperti yang sering mungkin, hal itu disebut sindrom hipoventilasi

obesitas.

Page 35: vtp

kelainan dinding thorax 35

Masalah dasar berkaitan dengan cara drive ventilasi bereaksi terhadap hipoksia dan

hiperkapnia. lain menganggap bahwa distribusi lemak, hormon dan ukuran saluran napas

bagian atas yang terlibat.

Obstruksi jalan napas bagian atas tentu dikenal memainkan peran penting. Ini

mungkin terkait dengan gerakan mata cepat (REM) atonia, peningkatan distribusi lemak di

sekitar leher dan perpindahan ke atas diafragma oleh lemak perut. Percobaan dengan model

tikus menunjukkan bahwa kekurangan atau resistensi terhadap leptin (zat yang mengurangi

tegangan permukaan jaringan paru-paru) mungkin terlibat, yang menyebabkan perubahan

dalam dorongan pernapasan pusat dan mengurangi respon ventilasi, memungkinkan

pengembangan retensi karbon dioksida. Perubahan neuromodulators dihasilkan dari efek

hipoksia lanjut dapat memperburuk masalah dengan gairah menyedihkan dari tidur dalam

menghadapi pernapasan abnormal.

Diagnosa 12

Sindrom hipoventilasi obesitas (OHS) tidak dapat didiagnosis pada sejarah dan pemeriksaan

saja tetapi membutuhkan demonstrasi hiperkapnia siang hari

Kriteria diagnostik untuk OHS

Body Mass Index ≥ 30 kg / m 2.

Daytime PaCO 2> 45 mm Hg.

Terkait gangguan pernapasan terkait tidur (sleep apnea syndrome-hypopnoea atau

hipoventilasi tidur, atau keduanya).

Tidak adanya penyebab lain yang dikenal dari hipoventilasi.

Diagnosis banding

Sleep apnea dan gangguan pernapasan terkait tidur lainnya (tapi ini mungkin hidup

berdampingan).

Sindrom Prader-Willi (suatu kondisi genetik yang menyebabkan obesitas, hypotonia,

keterbelakangan mental , perawakan pendek, hipogonadisme hipogonadisme ,

strabismus dan tangan kecil dan kaki).

Page 36: vtp

kelainan dinding thorax 36

Pemeriksaan penunjang

Gas darah arteri - ini diperlukan untuk mengkonfirmasi hiperkapnia siang hari dan

hipoksemia .

Oksimetri Nocturnal harus dilakukan untuk menentukan apakah sleep apnea juga

hadir (sekitar seperlima dari pasien tidur apneu akan memiliki sindrom hipoventilasi

obesitas (OHS). Polisomnografi formal mungkin diperlukan dalam kasus-kasus

perbatasan.

Foto toraks - mungkin menunjukkan kelainan dinding dada, atau tanda-tanda

kardiomegali atau kongestif.

Echocardiogram - mungkin menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan .

EKG - aritmia dan blok cabang berkas kanan telah direkam.

Tes fungsi paru :

o Aliran volume lingkaran - volume ekspirasi yang diukur dengan spirometri

diplot dalam kurva kontinyu terhadap laju alir - mungkin menunjukkan 'gigi

gergaji' pola yang berhubungan dengan obstruksi jalan nafas atas [. 7 ]

o Kapasitas vital paksa dan volume cadangan ekspirasi dapat dikurangi dan

resistensi saluran udara meningkat.

Bermalam polisomnografi dapat mengkonfirmasi hipoventilasi, hipoksia dan

hiperkapnia saat tidur, terutama pada anak-anak dan remaja.

FBC dan TFTs harus dilakukan untuk menyingkirkan anemia dan myxoedema.

Penatalaksanaan

A kembali ke berat badan normal adalah andalan pengobatan Mereka selanjutnya

dibatasi dari meningkatkan aktivitas fisik mereka karena gejala paru. Operasi bariatrik

mungkin diperlukan pada kasus yang berat.

Positif kontinu saluran udara tekanan (CPAP) lebih membantu dalam apnea tidur

obstruktif (OSA), dimana pasien dengan sindrom hipoventilasi obesitas (OHS)

biasanya perlu dibantu ventilasi yang mungkin perlu dilengkapi dengan oksigen.

Page 37: vtp

kelainan dinding thorax 37

Komplikasi ,13

Hipoventilasi kronis dapat dikaitkan dengan gagal jantung kongestif, cor pulmonale

dan angina. Penelitian di masa depan mungkin akan berfokus pada hubungan antara

sindrom dan morbiditas kardiovaskular. data epidemiologi awal menunjukkan adanya

hubungan dengan penyakit arteri koroner dan stroke.

Kondisi yang berhubungan dengan obesitas mungkin termasuk arteri hipertensi ,

diabetes mellitus, hipotiroidisme, osteoarthritis, disfungsi hati, hiperlipidemia, asma

dan hipertensi pulmonal.

Prognosis

Prognosis meningkat dengan pengenalan awal, penurunan berat badan dan tekanan saluran

udara positif kontinu (CPAP).

Daya Kembang Dada pada Individu-individu dengan Kelebihan Berat Badan17

Latar belakang: Obesitas merupakan rimbunan lemak pada dinding dada, perut dan jaringan

tubuh lainnya. Timbunan lemak pada dinding dada dapat mengganggu gerak pernafasan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek kelebihan berat badan terhadap daya kembang

dada.

 

Subyek dan Melode: Suatu penelitian dengan metode belah lintang dilakukan terhadap 505

orang sukarela, sehat, laki-laki dan wanita, umur 18 – 60 tahun dengan berbagai berat badan

dan tanpa menderita kelainan paru dan dinding dada . Sebanyak 161 orang dengan berat

badan normal sebagai kelompok pembanding dan 444 orang dengan berbagai variasi

kelebihan berat badan sebagai kelompok teruji. Untuk memperoleh data penelitian, semua

subyek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan rontgen foto dada. Data indek massa

tubuh dan daya kembang dada dikumpulkan dan dianalisis dengan ditabulasi, dicari rentang

nilai, nilai rerata daya kembang dada, dikelompokkan untuk masing-masing kelompok indek

massa tubuh, kemudian disimpulkan.

 

Hasil: Di antara 505 orang subyek penelitian, subyek laki-laki mempunyai rerata daya

Page 38: vtp

kelainan dinding thorax 38

kembang dada sebagai berikut: 5,2 cm pada kelompok normal, 3,6 cm pada obesitas derajat

1, 2,3 cm pada obesitas derajat 11 dan 1,2 cm pada obesitas berat, dan perbedaan nya secara

statistik bermakna (p=0,0001) Sedangkan pada subyek wanita, sebagai berikut: 4,1 cm pada

kelompok normal, 2,3 cm pada obesitas derajat 1, 1,8 cm pada obesitas derajat ii dan 1,3 cm

pada obesitas berat dan perbedaannya secara statistik bermakna (p =0, 0001).

 

Kesimpulan: Disimpulkan bahwa kelebihan berat badan dapat mengurangi daya kembang

dada. Makin berat kelebihan berat badan, semakin membatasi gerak dada.

4. NEUROMUSKULAR

1. MIASTENIA GRAVIS,

Miastenia gravis adalah salah satu penyakit gangguan autoimun yang mengganggu

sistem sambungan saraf (synaps). Pada penderita miastenia gravis, sel antibodi tubuh atau

kekebalan akan menyerang sambungan saraf yang mengandung acetylcholine (ACh), yaitu

neurotransmiter yang mengantarkan rangsangan dari saraf satu ke saraf lainnya. Jika reseptor

mengalami gangguan maka akan menyebabkan defisiensi, sehingga komunikasi antara sel

saraf dan otot terganggu dan menyebabkan kelemahan otot.

Patofisiologi Myasthenia Gravis

Dalam kasus Myasthenia Gravis terjadi penurunan jumlah Acetyl Choline Receptor(AChR).

Kondisi ini mengakibakan Acetyl Choline(ACh) yang tetap dilepaskan dalam jumlah normal

tidak dapat mengantarkan potensial aksi menuju membran post-synaptic. Kekurangan

reseptor dan kehadiran ACh yang tetap pada jumlah normal akan mengakibatkan penurunan

jumlah serabut saraf yang diaktifkan oleh impuls tertentu. inilah yang kemudian

menyebabkan rasa sakit pada pasien.

Page 39: vtp

kelainan dinding thorax 39

Pengurangan jumlah AChR ini dipercaya disebabkan karena proses auto-immun di

dalam tubuh yang memproduksi anti-AChR bodies, yang dapat memblok AChR dan merusak

membran post-synaptic. Menurut Shah pada tahun 2006, anti-AChR bodies ditemukan pada

80%-90% pasien Myasthenia Gravis. Percobaan lainnya, yaitu penyuntikan mencit dengan

Immunoglobulin G (IgG) dari pasien penderita Myasthenia Gravis dapat mengakibatkan

gejala-gejala Myasthenic pada mencit tersebut, ini menujukkan bahwa faktor immunologis

memainkan peranan penting dalam etiology penyakit ini. Alasan mengapa pada penderita

Myasthenia Gravis, tubuh menjadi kehilangan toleransi terhadap AChR sampai saat ini masih

belum diketahui.

Page 40: vtp

kelainan dinding thorax 40

Gejala-gejala miastenia gravis pada pasein usia produktif antara lain

Kelopak mata turun sebelah atau layu (asimetrik ptosis)

Penglihatan ganda

Kelemahan otot pada jari-jari, tangan dan kaki (seperti gejala stroke tapi tidak disertai

gejala stroke lainnya)

Gangguan menelan

Gangguan bicara

Dan gejala berat berupa melemahnya otot pernapasan (respiratory paralysis), yang

biasanya menyerang bayi yang baru lahir

Terserangnya otot-otot pernapasan terlihat dari adanya batuk yang lemah, dan

akhirnya dapat berupa serangan dispnea dan pasien tidak mampu lagi membersihkan

lendir.

Gejala-gejala ringan biasanya akan membaik setelah beristirahat, tetapi bisa muncul kembali

bila otot kembali beraktifitas. Penyakit miastenia gravis ini bisa disembuhkan tergantung

kerusakan sistem saraf yang dialami.

Bisa terjadi kesulitan dalam berbicara dan menelan serta kelemahan pada lengan dan

tungkai.

Kesulitan dalam menelan seringkali menyebabkan penderita tersedak.

Yang khas adalah otot menjadi semakin lemah. Penderita mengalami kesulitan dalam

menaiki tangga, mengangkat benda dan bisa terjadi kelumpuhan.

Sekitar 10% penderita mengalami kelemahan otot yang diperlukan untuk pernafasan

(krisis miastenik).

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya, yaitu jika seseorang mengalami kelemahan

umum, terutama jika melibatkan otot mata atau wajah, atau kelemahan yang meningkat jika

otot yang terkena digunakan atau berkurang jika otot yang terkena diistirahatkan

Yang paling sering digunakan untuk pengujian adalah edrofonium. Jika obat ini

disuntikkan intravena, maka untuk sementara waktu akan memperbaiki kekuatan otot pada

Page 41: vtp

kelainan dinding thorax 41

penderita miastenia gravis. yang mungkin merupakan penyebab dari kelainan fungsi sistem

kekebalannya.CT scan dada dilakukan untuk menemukan adanya timoma.

Pengobatan

Memberi obat-obatan yang bisa menekan reaksi autoimun atau antibodi yang

menyerang acetylcholine

Cuci darah atau hemodialisis, dengan menyaring antibodi dan membuatnya tidak aktif

lagi

Pada penderita thymoma, maka tumor pada kelenjar thymus harus dioperasi

Obat yang dapat meningkatkan jumlah asetilkolin dipakai untuk melakukan pengujian

guna memperkuat diagnosis. Yang paling sering digunakan untuk pengujian adalah

edrofonium. Jika obat ini disuntikkan intravena, maka untuk sementara waktu akan

memperbaiki kekuatan otot pada penderita miastenia gravis.

2. SINDROMA GUILLAIN-BARRE,18,19

Sindroma Guillain-Barre (SGB) merupakan penyebab kelumpuhan yang cukup sering

dijumpai pada usia dewasa muda. SGB ini seringkali mencemaskan penderita dan

keluarganya karena terjadi pada usia produktif, apalagi pada beberapa keadaan dapat

menimbulkan kematian, meskipun pada umumnya mempunyai prognosa yang baik.

Page 42: vtp

kelainan dinding thorax 42

Definisi,18

Parry  mengatakan  bahwa,  SGB  adalah  suatu  polineuropati  yang  bersifat

ascending  dan  akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut.

Menurut  Bosch, SGB merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis  flasid

yang  terjadi  secara  akut  berhubungan  dengan  proses  autoimun dimana targetnya adalah

saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis.

Etiologi,18

Etiologi  SGB  sampai  saat  ini  masih  belum  dapat  diketahui  dengan  pasti

penyebabnya  dan  masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit yang

mendahului  dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya SGB, antara lain:

‹    Infeksi

‹    Vaksinasi

‹    Pembedahan

‹    Penyakit sistematik:

o  keganasan

o  systemic lupus erythematosus

o  tiroiditis

o  penyakit Addison

‹    Kehamilan atau dalam masa nifas

Patogenesa,18

Mekanisme  bagaimana  infeksi,  vaksinasi,  trauma,  atau  faktor  lain  yang

mempresipitasi  terjadinya  demielinisasi  akut  pada  SGB  masih  belum  diketahui dengan

pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang terjadi pada sindroma

ini adalah melalui mekanisme imunlogi.

Page 43: vtp

kelainan dinding thorax 43

Gejala klinis dan kriteria diagnosa,18,19

Gambaran Klinis,19

Penyakit infeksi dan keadaan prodromal :

Pada 60-70 % penderita gejala klinis SGB didahului oleh infeksi ringan saluran nafas

atau saluran pencernaan, 1-3 minggu sebelumnya. Sisanya oleh keadaan seperti berikut :

setelah suatu pembedahan, infeksi virus lain atau eksantema pada kulit, infeksi bakteria,

infeksi jamur, penyakit limfoma dan setelah vaksinasi influensa.Masa laten Waktu antara

terjadi infeksi atau keadaan prodromal yang mendahuluinya dan saat timbulnya gejala

neurologis. Lamanya masa laten ini berkisar antara satu sampai 28 hari, rata-rata 9 hari. Pada

Page 44: vtp

kelainan dinding thorax 44

masa laten ini belum ada gejala klinis yang timbul.Keluhan utamaKeluhan utama penderita

adalah prestasi pada ujung-ujung ekstremitas, kelumpuhan ekstremitas atau keduanya.

Kelumpuhan bisa pada kedua ekstremitas bawah saja atau terjadi serentak pada keempat

anggota gerak.

1.Kelumpuhan

Manifestasi klinis utama adalah kelumpuhan otot-otot ekstremitas tipe lower motor

neuron. Pada sebagian besar penderita kelumpuhan dimulai dari kedua ekstremitas bawah

kemudian menyebar secara asenderen ke badan, anggota gerak atas dan saraf kranialis.

Kadang-kadang juga bisa keempat anggota gerak dikenai secara serentak, kemudian

menyebar ke badan dan saraf kranialis. Kelumpuhan otot-otot ini simetris dan diikuti oleh

hiporefleksia atau arefleksia. Biasanya derajat kelumpuhan otot-otot bagian proksimal lebih

berat dari bagian distal, tapi dapat juga sama beratnya, atau bagian distal lebih berat dari

bagian proksimal.

2.Gangguan sensibilitas

Parestesi biasanya lebih jelas pada bagian distal ekstremitas, muka juga bisa dikenai

dengan distribusi sirkumoral. Defisit sensoris objektif biasanya minimal dan sering dengan

distribusi seperti pola kaus kaki dan sarung tangan. Sensibilitas ekstroseptif lebih sering

dikenal dari pada sensibilitas proprioseptif. Rasa nyeri otot sering ditemui seperti rasa nyeri

setelah suatu aktifitas fisik.

3.Saraf Kranialis

Saraf kranialis yang paling sering dikenal adalah N.VII. Kelumpuhan otot-otot muka

sering dimulai pada satu sisi tapi kemudian segera menjadi bilateral, sehingga bisa ditemukan

berat antara kedua sisi. Semua saraf kranialis bisa dikenai kecuali N.I dan N.VIII. Diplopia

bisa terjadi akibat terkenanya N.IV atau N.III. Bila N.IX dan N.X terkena akan menyebabkan

gangguan berupa sukar menelan, disfonia dan pada kasus yang berat menyebabkan kegagalan

pernafasan karena paralisis n. laringeus.

4.Gangguan fungsi otonom

Page 45: vtp

kelainan dinding thorax 45

Gangguan fungsi otonom dijumpai pada 25 % penderita SGB. Gangguan tersebut

berupa sinus takikardi atau lebih jarang sinus bradikardi, muka jadi merah (facial flushing),

hipertensi atau hipotensi yang berfluktuasi, hilangnya keringat atau episodic profuse

diaphoresis. Retensi urin atau inkontinensia urin jarang dijumpai. Gangguan otonom ini

jarang yang menetap lebih dari satu atau dua minggu.

5.Kegagalan pernafasan

Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi utama yang dapat berakibat fatal bila

tidak ditangani dengan baik. Kegagalan pernafasan ini disebabkan oleh paralisis diafragma

dan kelumpuhan otot-otot pernafasan, yang dijumpai pada 10-33 persen penderita.

6.Papiledema

Kadang-kadang dijumpai papiledema, penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Diduga

karena peninggian kadar protein dalam cairan otot yang menyebabkan penyumbatan villi

arachoidales sehingga absorbsi cairan otak berkurang.

Perjalanan penyakit

Perjalan penyakit ini terdiri dari 3 fase, seperti pada gambar 1. Fase progresif dimulai

dari onset penyakit, dimana selama fase ini kelumpuhan bertambah berat sampai mencapai

maksimal. Fase ini berlangsung beberapa dari sampai 4 minggu, jarang yang melebihi 8

minggu.Segera setelah fase progresif diikuti oleh fase plateau, dimana kelumpuhan telah

mencapai maksimal dan menetap. Fase ini bisa pendek selama 2 hari, paling sering selama 3

minggu, tapi jarang yang melebihi 7 minggu.Fase rekonvalesen ditandai oleh timbulnya

perbaikan kelumpuhan ektremitas yang berlangsung selama beberapa bulan.Seluruh

perjalanan penyakit SGB ini berlangsung dalam waktu yang kurang dari 6 bulan.

Terapi,18,19

Pada  sebagian  besar  penderita  dapat  sembuh  sendir.  Pengobatan  secara umum

bersifat simtomik. Meskipun dikatakan bahwa penyakit  ini  dapat  sembuh sendiri, perlu

dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama  dan  angka  kecacatan

Page 46: vtp

kelainan dinding thorax 46

(gejala sisa) cukup tinggi sehingga pengobatan tetap harus diberikan. Tujuan terapi khusus

adalah  mengurangi  beratnya  penyakit  dan  mempercepat  penyembuhan melalui sistem

imunitas (imunoterapi).

Kortikosteroid

Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat steroid tidak mempunyai

nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB.

Plasmaparesis

Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan  untuk  mengeluarkan  faktor autoantibodi

yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil yang baik, berupa

perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama

perawatan yang lebih  pendek.  Pengobatan  dilakukan dengan mengganti 200-250 ml

plasma/kg BB dalam 7-14 hari. Plasmaparesis lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset

gejala (minggu pertama).

Pengobatan imunosupresan:

1.  Imunoglobulin IV

Pengobatan   dengan   gamma   globulin   intervena   lebih             menguntungkan

dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosis

maintenance  0.4  gr/kg  BB/hari  selama  3  hari

dilanjutkan                                                                                         dengan      dosis

maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.

2.  Obat sitotoksik

Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:

‹    6 merkaptopurin (6-MP)

‹    azathioprine

‹    cyclophosphamid

Page 47: vtp

kelainan dinding thorax 47

Efek samping dari obat-obat ini adalah:  alopecia,  muntah,  mual  dan  sakit kepala.

Prognosa

Pada  umumnya  penderita  mempunyai  prognosa  yang  baik  tetapi   pada sebagian kecil

penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa

gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengankeadaan  antara lian:

‹    pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal

‹    mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset

‹    progresifitas penyakit lambat dan pendek

‹    pada penderita berusia 30-60 tahun

Page 48: vtp

kelainan dinding thorax 48

BAB III

KESIMPULAN

III.1 KESIMPULAN

Secara normal, perbandingan antara diameter anteroposterior (jarak dari dada ke punggung)

dan diameter lateral (lebar dada) adalah 1:2

Ada empat macam bentuk dada di mana keempat bentuk tersebut tidak menunjukkan

perbandingan 1:2. Bentuk-bentuk dada ini berhubungan dengan gangguan pernapasan.

Adapun keempat bentuk dada ini yaitu:

1. Barrel Chest: Bentuk dada ini terjadi karena hasil hiperinflasi paru.

Hiperinflasi ialah terjebaknya udara akibat saluran pernapasan yang

sempit/menyempit. Pada keadaan ini terjadi peningkatan diameter

anteroposterior. Penyakit yang bermanifestasikan barrel chest ini misalnya

asma berat dan PPOK (jenis emfisema).

2. Funnel Chest (Pectus Excavatum): Bentuk dada ini terjadi ketika adanya

gangguan (defek) perkembangan tulang paru yang menyebabkan depresi ujung

bawah sternum (tulang tengah di dada). Pada bentuk dada seperti ini rentan

terjadi penekanan jaringan terhadap jantung dan pembuluh darah besar,

sehingga murmur (suara bising) pada jantung sering terjadi. Funnel chest

dapat terjadi pada pasien dengan penyakit rikets atau sindrom marfan.

3. Pigeon Chest (Pectus Carinatum): Bentuk dada ini terjadi ketika ada

pergeseran yang menyebabkan "lengkungan keluar" pada sternum dan tulang

iga. Pada keadaan ini juga terjadi peningkatan diameter anteroposterior.

Pigeon chest dapat terjadi pada pasien dengan penyakit rikets, sindrom

marfan, atau kifoskoliosis berat. 

4. Khyposcoliosis: Keadaan ini ditandai dengan elevasi skapula dan spina

berbentuk huruf 'S' sesuai namanya yang terdiri dari kifosis (tulang belakang

ke arah depan) dan skoliosis (ke arah samping). Kifoskoliosis yang berat dapat

Page 49: vtp

kelainan dinding thorax 49

mengurangi kapasitas paru dan meningkatkan kerja pernapasan. Bentuk dada

ini dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari polio(- mielitis) atau sebagai

manifestasi dari sindrom marfan

Selain keempat deformitas didapat pula kelainan kongenital berupa Hernia

Diafragma. Diafragma adalah otot inspirasi utama. Sewaktu diafragma berkontraksi,

ia bergerak. Akibatnya ialah bahwa volume cavitas thoracalis dan terjadi penurunan tekanan

intra thoracal, sehingga udara tersedot ke dalam paru. Selain itu, volume cavitas abdominalis

sedikit berkurang dan tekanan intraabdominalagak meningkat.

Sindrom hipoventilasi obesitas menggambarkan hubungan antara obesitas dan

pengembangan hipoventilasi alveolar siang hari yang kronis. Sindrom ini muncul dari

interaksi yang kompleks antara tidur-gangguan pernapasan, ritme pernafasan berkurang, dan

obesitas yang berhubungan gangguan pernafasan, dan berhubungan dengan morbiditas dan

mortalitas yang signifikan.

Pada tuberkulosis TB terbentuk Abses dingin di daerah torakal dapat menembus

rongga pleura hingga terjadi abses pleura, atau bahkan ke paru bila parunya melengket pada

paru. Di daerah servikal, abses dapat menembus dan berkumpul di antara vertebra dan faring.

Page 50: vtp

kelainan dinding thorax 50

DAFTAR PUSTAKA

1. Fonkalsrud EW, Dunn xy, Atkinson JB. Perbaikan pectus excavatum cacat: 30 tahun

pengalaman dengan 375 pasien. Annals of Surgery, Maret 2000. 231 (3) :443-8.

2. Holler JA Jr, Loughlin GM. Cardiorespiratory fungsi meningkat secara signifikan

setelah operasi korektif untuk excavatum pectus parah. Usulan pedoman pengobatan.

Journal of Bedah Kardiovaskular, Februari 2000. 41 (1) :125-30.

3. Malek MH, dkk. Fungsi kardiovaskular setelah bedah perbaikan pectus excavatum:

meta-analisis. Dada Agustus 2006 130 (2) :506-16.

4. "Pediatric Surgery | Rumah Sakit Anak-anak Mattel UCLA - Los Angeles, CA" .

Surgery.ucla.edu. Diakses 2011-08-31.

5. Carinatum pectus, Rumah Sakit Anak Cincinnati Medical Center" .

Cincinnatichildrens.org. 2007-09-26. Diakses 2011-08-31.

6. Hernia diafragma, Posted 24th September 2012 by Polingai the Jane Austen

7. CLINIC FOR CHILDREN, Htpp:/clinicforchildren.wordpress.com 2010

8. Dr Widodo Judarwanto SpA Htpp://korananakindonesia.wordpress.com,2010

9. Mardjono M, Sidharta P, Neurologi Klinis Dasar, Edisi IX, Dian Rakyat, Jakarta,

2003

10. Asnawi C. Margono, Neuropati, Kapita Selekta, Edisi TI, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta, 1999

11. Howard, L. Werner, Lowrence P. Levitt, Buku Saku Neurologi,  Edisi ke V, EGC,

Jakarta, 2001

12. Piper AJ, Grunstein RR , perspektif saat ini pada sindrom hipoventilasi obesitas. Curr

Opin Pulm Med. 2007 November, 13 (6) :490-6.

13. Rapoport DM , Obesitas hipoventilasi sindrom: lebih dari sekedar parah sleep apnea.

Sleep Med Rev 2011 April, 15 (2) :77-8. Epub 2011 3 Februari.

14. Mokhlesi B, Kryger MH, Grunstein RR , Pengkajian dan manajemen pasien dengan

sindrom hipoventilasi obesitas. Proc Am Thorac Soc. 2008 15 Feb, 5 (2) :218-25.

15. Paket AI ; Kemajuan dalam tidur-gangguan pernapasan. Am J Pernafasan Crit

Perawatan Med. 1 Januari 2006, 173 (1) :7-15. Epub 2005 10 Nov.

Page 51: vtp

kelainan dinding thorax 51

16. Poulain M, Doucet M, Mayor GC, et al , Pengaruh obesitas pada penyakit pernapasan

kronis: patofisiologi dan strategi terapi. CMAJ. 2006 April 25, 174 (9) :1293-9.

17. daya kembang paruTahun 2000 Volume 35 Nomor 1

Oleh : Pasiyan Rahmatullah.

18. Arnason B.G.W. 1985. Inflammatory polyradiulopathy in Dick P.J. et al Peripheral

neuropathy. Philadelphia : WB. Sounders.

19. Asbury  A.K.  1990.         Gullain-Barre     Syndrome    :  Historical  aspects.  Annals

of Neurology (27): S2-S6